analisis keputusan pembelian dan preferensi konsumen batik bogor

advertisement
ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PREFERENSI
KONSUMEN BATIK BOGOR TRADISIKU
SATRIANI SITUMORANG
H24080048
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
RINGKASAN
SATRIANI SITUMORANG. H24080048. Analisis Keputusan Pembelian dan
Peferensi Konsumen Batik Bogor Tradisiku. Di bawah bimbingan JONO M.
MUNANDAR
Batik merupakan salah satu produk karya seni Indonesia, memiliki daya
jual yang cukup tinggi. Saat ini keberadaan batik semakin diapresiasi dan menjadi
trend yang populer di masyarakat. Kebutuhan batik dalam negeri yang sangat
besar juga membuat potensi usaha industri batik untuk berkembang. Hal inilah
yang menjadikan Batik Bogor Tradisiku sebagai salah satu unit usaha batik di
Indonesia. Sebagai industri batik yang baru diperlukan pengetahuan terkait
perilaku konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi dan
menganalisis karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku, 2) mengidentifikasi
dan menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen Batik Bogor
Tradisiku, 3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen
Batik Bogor Tradisiku.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan non-probability
sampling dengan teknik convenience sampling dengan sampel sebanyak 100
responden. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis
faktor. Pengolahan data dibantu dengan Microsoft Excel 2007 dan Statistical
Package For Social Science (SPSS) versi 16.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen Batik
Bogor Tradisiku adalah berjenis kelamin perempuan (69%), dengan usia yang
berkisar antara 31-40 tahun (28%), dan mayoritas menikah (72%). Sebagian besar
konsumen memiliki pendidikan terakhir S1 (44%), klasifikasi pekerjaan
konsumen sebagai employee (67%), dan status pekerjaan sebagai pegawai swasta
(46%), mayoritas konsumen berprofesi sebagai dosen/guru (41%), pendapatan per
bulan sebesar Rp 2.000.001 sampai Rp. 5.000.000 (40%), dengan pengeluaran
setiap pembelian di Batik Bogor Tradisiku sebesar Rp.100.001-Rp.500.000
(48%), serta sebagian besar konsumen memiliki hobi membaca (32%). Pada
tabulasi silang yang dilakukan antara pengeluaran konsumen setiap pembelian
dengan variabel karakteristik konsumen lainnya, terdapat hubungan yang
signifikan dengan status pernikahan, pendidikan terakhir, profesi, dan pendapatan.
Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku
melalui lima tahapan proses, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Berdasarkan hasil dari analisis faktor didapatkan hasil bahwa terbentuk
tujuh faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam preferensi
konsumen Batik Bogor Tradisiku. Ketujuh faktor tersebut adalah kompetensi
produk, identitas merek, utilitas produk, aksesibilitas produk, layanan konsumen,
estetika, dan daya tarik penawaran. Faktor yang paling utama dalam
mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah faktor
kompetensi produk, dengan variabel yang berpengaruh nyata bagi konsumen
adalah motif, bahan kain , dan tidak mudah luntur.
ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PREFERENSI
KONSUMEN BATIK BOGOR TRADISIKU
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
SATRIANI SITUMORANG
H24080048
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi
: Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen
Batik Bogor Tradisiku
Nama
: Satriani Situmorang
NIM
: H24080048
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.)
NIP 19610123 198601 1 002
Mengetahui:
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.)
NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Satriani Situmorang dilahirkan pada tanggal 15
September 1989 di Galang, Provinsi Sumatra Utara, merupakan anak pertama dari
pasangan Bapak Sahaya Situmorang, S.Pd dan Ibu Repince Manullang.
Bersekolah di TK Fransiskus 2 Bandar Lampung tahun 1994 hinga tahun 1996,
SD Fransiskus 2 Bandar Lampung tahun 1996 hingga tahun 2002, SMP Xaverius
2 Bandar Lampung lulus pada tahun 2005, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung
lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Ujian Seleksi Mahasiswa IPB), diterima di Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah aktif sebagai anggota Komisi Pelayanan
Siswa UKM PMK IPB, Staff direktorat Marketing COM@ (Centre of
Management) pada tahun 2010. Berpartisipasi di beberapa kegiatan COM@ dan
BEM FEM, yaitu kepanitiaan FEMily Day 2010, Bogor Art Festival 2011,
COMIC with MSIG 2011, dan Marketing Debate Competition 2011.
Penulis juga kerap kali mengikuti perlombaan debat maupun marketing
competition di berbagai universitas. Prestasi yang pernah diraih adalah Juara 1
Marketing Competition se-Sumatra, Jawa, dan Universitas Katolik Atmajaya
Jakarta 2011, Juara 2 Marketing Debate Competition (MDC) Direktorat
Marketing COM@ IPB 2011, 20 besar Perbanas Marketing Debate Competition
(PMDC)
se- Indonesia, dan 8 besar Indonesia Marketing Competiton
(IMOTION) 2012 Universitas Indonesia. Selain itu, penulis juga aktif sebagai
asisten dosen pada mata kuliah Pengantar Manajemen dan Manajemen Pemasaran
di Departemen Manajemen FEM IPB dan mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi di
Departemen Komunikasi Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA) IPB.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala kasih karunia
dan berkat yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
penelitian yang berjudul “Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi
Konsumen Batik Bogor Tradisiku” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penulisan penelitian ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Penulis berharap penulisan penelitian ini berguna dalam
menambah ilmu pengetahuan. Penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini
masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun penyajian. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanaya penelitian selanjutnya sebagai
penyempurnaan
skripsi
sehingga
dapat
menjadi
perbaikan
dan
proses
pembelajaran di masa yang akan datang.
Bogor, Juni 2012
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Bapa yang telah memberikan
kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. S. Situmorang, S.Pd dan R. Manullang, orang tua tercinta yang selalu sabar,
penuh kasih sayang, senantiasa memberi dukungan moral maupun materi,
khususnya doa-doa yang selalu dipanjatkan tiada henti kepada anak-anaknya.
2. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan memberikan saran
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. dan M. Syaefudin, S.TP, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
penguji dalam ujian sidang dan member masukan untuk penulisan skripsi ini
4. Dosen-dosen dan staff Departemen Manajemen yang begitu luar biasa dan
yang telah berbagi ilmu manajemen maupun ilmu kehidupan
5. Keluarga besar tercinta baik adik-adik (Kristin, Lastri, Ruli Anto, dan Firman)
maupun para sepupu di rumah (Kak Ita, Ana, Ani, Sahat, Desrita, Indra) yang
selalu mendukung semangat serta doa.
6. Keluarga Simamora (Namboru, Amangboru, Amzyella, Kak Yoan, Godvin,
dan mas Adit) yang telah menjadi bagian dari keluarga yang dan berbagi kisah
kehidupan dan yang selalu mendukung studi selama di IPB
7. Pemilik dan seluruh karyawan/wati di Batik Bogor Tradisiku yang membantu
dalam proses pembuatan skripsi khususnya Pak Siswaya, Bu Siswaya, Mbak
Lisha, Mbak Eva, Mas Ian, Le Oka, dan Mas Bana.
8. Teman seperjuangan satu tempat penelitian Amel dan Ida yang selalu
menemani, mendukung, serta motivasinya selama pengambilan data
9. Teman- teman tersayang (Amzyella, Dian, Evi, Septi, Erti, Fenoy, Risbeng,
Lia) yang telah mewarnai hari-hari selama studi di IPB, semoga kelak kita
v
akan bertemu dengan membawa kesuksesan yang dapat menjadi kisah yang
dapat saling membangun
10. Kosan Pondok Putri Perwira 49 (Gusti, Nikita, Heni, Fenika, Wirda, Meylisa,
Astra, Kiki, Meli, dan Astra) dan juga sesepuh Pondok Putri 49 terimakasih
atas hiburan dan semangatnya selama ini.
11. Teman – teman satu bimbingan (J-co) Frizky , Christini, Ardi, Dudi, Putra,
dan Riri terimakasih dukungan dan bantuannya.
12. Keluarga Manajemen 45 serta FEM atas segala dukungan dan semangat untuk
penulis, terimakasih atas semua kenangan indah selama tiga tahun yang tak
terlupakan semoga kekeluargaan kita ke depannya tetap terjaga.
13. Keluarga Manajemen (Copika, Ume, Winda, Glerin, Indra, Wahid, Bery,
Soni, Kukuh, Itop, Rian, dan Dea) maupun sesepuh J-co (Bang Ojan) dan
adik-adik Manajemen yang telah mengisi dan menghibur di kala kegalauan
masa-masa penelitian.
14. Teman-teman yang membantu penulis dan berdiskusi (Dina Restiana,
Mahendra, Risya, Akbar Barbara, Aulia, Regi, Mitha, dan Novrika
15. Keluarga UKM PMK tercinta khususnya Komisi Pelayanan Siswa yang telah
mengajar banyak hal dan memberi pelajaran hidup yang begitu luar biasa
16. Seluruh responden yang sudah membantu penulis untuk mendapatkan data
primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Terakhir pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dan mendukung selama perkuliahan dan penyusunan
skripsi. Semoga segala kebaikan yang diberikan , menjadi berkat yang selalu
ditambahkan oleh Tuhan.
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................5
2.1 Batik ...................................................................................................................5
2.1.1 Corak Batik ..............................................................................................5
2.1.2 Proses Pembuatan Batik ..........................................................................6
2.2 Pemasaran ..........................................................................................................8
2.3 Produk ................................................................................................................9
2.3.1 Hierarki Produk .......................................................................................9
2.3.2 Klasifikasi Produk ................................................................................10
2.3. 3 Atribut Produk ......................................................................................11
2.4 Perilaku Konsumen ..........................................................................................12
2.4.1 Pengaruh Lingkungan ............................................................................13
2.4.2 Perbedaan Individu ................................................................................14
2.4.3 Proses Psikologis ...................................................................................15
2.5 Pengambilan Keputusan Konsumen ................................................................16
2.5.1 Pengenalan Masalah .............................................................................16
2.5.2 Pencarian Informasi ...............................................................................17
2.5.3 Evaluasi Alternatif .................................................................................17
2.5.4 Keputusan Pembelian ............................................................................17
vii
2.5.5 Perilaku Pasca Pembelian ......................................................................19
2.6 Preferensi Konsumen .......................................................................................19
2.7 Analisis Faktor .................................................................................................21
2.8 Penelitian Terdahulu ........................................................................................23
III. METODE PENELITIAN .............................................................................25
3.1 Kerangka Pemikiran .........................................................................................25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................26
3.3 Jenis dan Sumber Data .....................................................................................27
3.4 Metode Pengambilan Sampel dan Jumlah Sampel .........................................27
3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ....................................................28
3.5.1 Uji Validitas ...........................................................................................28
3.5.2 Uji Reliabilitas .......................................................................................29
3.5.3 Analisis Deskriptif .................................................................................29
3.5.4 Analisis Faktor .......................................................................................30
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................33
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .........................................................................33
4.1.1 Profil Batik Bogor Tradisiku .................................................................33
4.1.2 Struktur Organisasi Batik Bogor Tradisiku ...........................................35
4.2. Karakteristik Konsumen .................................................................................35
4.2.1 Jenis Kelamin.........................................................................................36
4.2.2 Usia ........................................................................................................36
4.2.3 Status Pernikahan...................................................................................37
4.2.4 Pendidikan Terakhir...............................................................................38
4.2.5 Klasifikasi Pekerjaan .............................................................................38
4.2.6 Status Pekerjaan .....................................................................................39
4.2.7 Profesi ....................................................................................................40
4.2.8 Pendapatan Per Bulan ............................................................................40
4.2.9 Pengeluaran Setiap Pembelian ...............................................................41
4.2.10 Hobi .....................................................................................................42
4.3. Tabulasi Silang...............................................................................................42
4.3.1 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan
........................................................................................................................44
4.3.2 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan
terakhir ............................................................................................................44
4.3.3 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi
pekerjaan .........................................................................................................45
4.3.4 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan
........................................................................................................................46
4.3.5 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi ..............47
4.3.6 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan .......48
4.4. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ....................................................49
viii
4.4.1 Pengenalan Kebutuhan ..........................................................................49
4.4.2 Pencarian Informasi ...............................................................................52
4.4.3 Evaluasi Alternatif .................................................................................54
4.4.4 Keputusan Pembelian ............................................................................56
4.4.5 Perilaku Pasca Pembelian ......................................................................60
4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Batik Bogor
Tradisiku ..........................................................................................................62
4.5.1 Faktor Pertama (Kompetensi Produk) ...................................................65
4.5.2 Faktor Kedua (Identitas Produk) ...........................................................67
4.5.3 Faktor Ketiga (Keandalan produk) ........................................................68
4.5.4 Faktor Keempat (Aksesibilitas Produk) ................................................69
4.5.5 Faktor Kelima ( Layanan Konsumen) ...................................................70
4.5.6 Faktor Keenam ( Estetika) .....................................................................71
4.5.7 Faktor Ketujuh ( Promosi penjualan) ....................................................72
4.6.Implikasi Manajerial ........................................................................................73
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................76
1. Kesimpulan ........................................................................................................76
2. Saran ..................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................79
LAMPIRAN..........................................................................................................80
ix
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Nilai ekspor batik Indonesia 2005-2010 (dalam US$ juta) ..................
1
Pemakai batik dalam negeri Indonesia .................................................
2
Ringkasan hasil uji crosstab pengeluaran setiap pembelian dengan
variabel karakteristik konsumen lainnya ..............................................
43
4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status
pernikahan .............................................................................................
44
5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan
pendidikan terakhir ...............................................................................
45
6. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan
klasifikasi pekerjaan .............................................................................
46
7. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan
..............................................................................................................
47
48
8. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi .....
9. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan
..............................................................................................................
49
10. Penyebaran konsumen berdasarkan alasan konsumen membeli Batik
Bogor Tradisiku ....................................................................................
50
11. Penyebaran konsumen berdasarkan manfaat yang dicari konsumen
Batik Bogor Tradisiku ..........................................................................
51
12. Penyebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai Batik
Bogor Tradisiku ....................................................................................
53
13. Penyebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian konsumen Batik
Bogor Tradisiku ....................................................................................
54
14. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan sebelum
55
memutuskan pembelian Batik Bogor Tradisiku ...................................
15. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan kriteria mutu
sebelum memutuskan pembelian Batik Bogor Tradisiku .....................
55
16. Penyebaran konsumen berdasarkan solusi konsumen jika galeri Batik
Bogor Tradisiku tutup ...........................................................................
56
17. Penyebaran konsumen berdasarkan pola pembelian konsumen Batik
Bogor Tradisiku ....................................................................................
57
18. Penyebaran konsumen berdasarkan pihak yang mempegaruhi
keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku ......................
57
19. Penyebaran konsumen berdasarkan jenis batik yang dibeli oleh
konsumen Batik Bogor Tradisiku .........................................................
60
20. Penyebaran konsumen berdasarkan tingkat kepuasan konsumen Batik
Bogor Tradisiku tidak tersedia ..............................................................
60
21. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika Batik
Bogor Tradisiku tidak tersedia ..............................................................
61
22. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika Batik
Bogor Tradisiku mengalami kenaikan harga ........................................
61
23. Penyebaran konsumen berdasarkan minat melakukan pembelian ulang
62
Batik Bogor Tradisiku ..........................................................................
1.
2.
3.
x
24. Penyebaran konsumen berdasarkan kesediaan konsumen
untuk mempromosikan Batik Bogor Tradisiku ....................................
25. Hasil analisis faktor ................................................................................
xi
62
65
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Model perilaku konsumen ....................................................................
16
Proses pengambilan keputusan konsumen ............................................
16
Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian ........
18
Kerangka pemikiran ..............................................................................
26
Struktur organisasi usaha Batik Bogor Tradisiku .................................
35
Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan jenis kelamin36
Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan usia .......
37
Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan status
pernikahan .............................................................................................
37
9. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
pendidikan terakhir ...............................................................................
38
10. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
39
klasifikasi pekerjaan .............................................................................
11. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan status
pekerjaan ...............................................................................................
39
12. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan profesi ....
40
13. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan pendapatan 41
14. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
pengeluaran setiap pembelian ...............................................................
41
15. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan hobi ........
42
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman
Kuesioer penelitian ...............................................................................
Hasil uji validitas ..................................................................................
Hasil uji reliabilitas ...............................................................................
Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan
variabel karakteristik konsumen lainnya ..............................................
Hasil analisis faktor ..............................................................................
xiii
81
86
87
88
97
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Produk karya seni Indonesia memiliki daya jual yang cukup tinggi. Nilai
estetika dari produk karya seni Indonesia yang begitu khas
menggambarkan
keanekaragaman budaya. Hal yang mendukung nilai estetika tersebut adalah
kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Produk-produk dengan
dengan nilai estetika ini membuat produk tersebut memiliki nilai ekonomi yang
mampu menembus pasar baik nasional maupun internasional. Salah satu produk
tersebut adalah batik. Hal ini terlihat dari nilai ekspor batik Indonesia yang cukup
besar, yaitu:
Tabel 1. Nilai ekspor batik Indonesia 2005-2010 (dalam US $ juta)
Laju Pertumbuhan
Tahun
Nilai Ekspor (US $,Juta)
(%/tahun)
2005
105
2006
110
4,76%
2007
125
12 %
2008
114
(9,65)%
2009
120
5%
2010
125
4%
Sumber: Direktorat Jendral Industri Kecil dan Menengah diolah (Kementrian
Perindustrian, 2011)
Pada tahun 2009, keberadaan batik Indonesia diklaim oleh Malaysia.
Peristiwa ini sempat memperkeruh hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia.
Namun pada tanggal 2 Oktober 2009 oleh badan PBB yaitu United Nation
Educational, Scientific and Cultura Organization (UNESCO), Indonesia mampu
membuktikan bahwa batik adalah warisan asli budaya Indonesia. Oleh karena itu,
tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai “Hari Batik”. Hari bersejarah tersebut
membuat masyarakat Indonesia semakin memiliki apresiasi terhadap keberadaan
batik dan batik menjadi bagian dari trend yang populer dari masyarakat.
Semenjak diakuinya batik oleh UNESCO sebagai warisan budaya
Indonesia, trend batik seperti naik kembali. Meskipun penggunaan batik tidak
pernah hilang dari budaya Indonesia, namun kini penggunaannya menjadi
semakin luas. Jika batik identik dengan penggunaannya pada waktu undangan
resmi, seperti pernikahan, kini penggunaannya tidak tergantung suatu event
iii
2
tertentu. Selain itu, pemerintah juga menghimbau untuk menggunakan batik sekali
semingu setiap hari Jumat, dan menjadi gerakan batik nasional, masyarakat
ternyata menanggapi secara antusias dan berbondong-bondong menggunakan
batik.
Kebijakan pemerintah mendorong peningkatan pemasaran dan produksi
batik yaitu dengan mewajibkan pegawai negeri mengenakan batik pada hari-hari
tertentu dan mendorong karyawan instansi swasta untuk melakukan hal yang
sama, BUMN/BUMD, demikian juga bagi pelajar mulai dari pendidikan dini
(taman kanak-kanak), SD, SMP, SMA/Kejuruan dan mahasiswa serta masyarakat
luas. Secara rinci segmen pasar batik untuk pasar dalam negeri
dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2. Pemakai batik dalam negeri Indonesia
Pemakai Batik
Pegawai Negeri
Karyawan instansi swasta
Karyawan BUMN/BUMD
Pelajar:
a. TK (taman kanak-kanak)
b. SD
c. SMP
d. SMA/Kejuruan
e. Mahasiswa
Masyarakat luas
Jumlah
Sumber : Kementrian Perindustrian Indonesia, 2011
Jumlah (orang)
3.995.000
12.658.000
510.000
56.400
226.700
180.200
114.700
120.800
55.000.000
72.861.800
Tabel di atas juga menunjukkan kebutuhan batik yang diperlukan di
Indonesia. Kebutuhan tersebut menjadi peluang pasar bagi unit usaha industri
batik untuk berkembang. Hal ini dikarenakan peluang pasar yang cukup besar ini
masih belum mampu dimanfaatkan secara maksimal.
Batik Bogor Tradisiku merupakan salah satu unit usaha industri batik yang
berkembang di Indonesia yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan batik
Indonesia. Sebenarnya Batik Bogor pernah ada pada zaman Rakean Darmasiksa
(1175-1297) yaitu seorang raja yang memimpin kerajaan Sunda, Pakuan
Pajajaran, namun batik Bogor pada zaman tersebut tidak begitu populer dan
hilang ditelan waktu. Batik Bogor Tradisiku berusaha menjadi pionir baru bagi
modernisasi batik Bogor dengan mengangkat ikon-ikon kota Bogor seperti motif
3
hujan gerimis, kujang kijang sebagai daya tarik dari motifnya. Saat ini,
keberadaan Batik Bogor Tradisiku didukung oleh pemerintahan kota Bogor untuk
dijadikan seragam pemerintahan. Selain itu, Batik Bogor Tradisiku juga terus
melakukan ekspansi pasar, khususnya mempopulerkan batiknya.
Konsumen merupakan bagain terpenting yang harus diperhatikan dalam
melakukan kegiatan unit usaha. Hal ini membuat Batik Bogor Tradisiku harus
membidik secara tepat karkteristik konsumen yang menjadi targetnya. Batik
Bogor Tradisiku harus mampu memberikan nilai yang dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai
keputusan pembelian maupun preferensi konsumen terhadap Batik Bogor
Tradisiku. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai rekomendasi dalam perbaikan dan pengembangan Batik Bogor Tradisiku
sehingga mampu meningkatkan ekspansi pasar maupun eksistensinya sebagai
usaha batik yang mempopulerkan motif ikon-ikon kota Bogor.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan
masalah yang ingin dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen Batik Bogor Tradisiku?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor
Tradisiku?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik konsumen Batik Bogor
Tradisiku
2. Mengidentifikasi dan menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen
Batik Bogor Tradisiku
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Batik
Bogor Tradisiku
4
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah:
1. Perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dan informasi dalam membuat
strategi pemasaran untuk waktu berikutnya serta menjadi riset yang dapat
membantu perusahaan untuk melakukan eksplorasi dalam mengembangkan
Batik Bogor Tradisiku.
2. Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan,
terlebih mengaplikasian ilmu manajemen, khususnya manajemen pemasaran.
3. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang akan
menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi bahan rujukan bagi
penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada usaha yang bergerak pada usaha yang
mengembangkan batik Bogor, yaitu Batik Bogor Tradisiku. Responden pada
penelitian ini adalah konsumen Batik Bogor Tradisiku yang sedang membeli di
galeri Batik Bogor Tradisiku. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup manajemen
pemasaran tentang perilaku konsumen. Hasil penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan, dan
preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batik
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka dalam Wulandari,
2011), batik adalah kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan
atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses
dengan cara tertentu. Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa yaitu
“amba” yang berarti lebar, luas, kain; dan titik yang berarti titik atau matik
(membuat titik). Dalam bahasa Jawa, “batik” ditulis dengan “bathik”, mengacu
pada huruf Jawa “tha” yang menunjukkan bahwa batik adalah rangkaian dari titiktitik yang membentuk gambaran tertentu. Berdasarkan etimologi tersebut,
sebenarnya “batik” tidak dapat diartikan sebagai satu atau dua kata, maupun satu
padanan kata tanpa penjelasan lebih lanjut (Wulandari,2011).
Batik merupakan hasil seni budaya yang memiliki keindahan visual dan
mengandung makna filosofis pada setiap motifnya. Penampilan sehelai batik
tradisional, dari segi motif maupun warnanya, dapat menyatakan dari mana asal
batik tersebut. Motif batik berkembang seiringnya berjalannya waktu, tempat,
peristiwa yang menyertai, serta perkembangan kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu, motif batik akan menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap nilainilai lokal.
2.1.1 Corak Batik
Batik Indonesia memiliki corak yang beraneka macam. Berbagai bentuk
dan unsur keragaman budaya yang sangat kaya dapat dilihat dari motif batik.
corak batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut
dengan canting. Jumlah corak batik Indonesia saat ini sangat beragam, baik
variasi maupun warnanya. Pada umumnya, corak batik sangat dipengaruhi oleh
letak geografis daerah pembuatan, sifat dan tata penghidupan daerah
bersangkutan, kepercayaan, dan adat istiadat yang ada, keadaan alam sekitar,
termasuk flora dan fauna, serta adanya kontak atau hubungan antardaerah
pembuatan batik.
Pada sehelai kain batik, corak dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu:
6
1. Ornamen utama
Ornamen utama adalah suatu motif yang menentukan makna corak tersebut.
Pemberian corak batik tersebut didasarkan pada perlambang yang ada pada
ornamen utama ini. Jika motif utamanya adalah parang, maka biasanya batik
tersebut diberi nama parang. Banyak sekali corak
utama, di antaranya
gunung, api, naga, burung garuda, pohon kehidupan, tumbuhan, bangunan,
parang, dan lain-lain
2. Isen-isen
Isen-isen merupakan aneka motif pengisi latar kain di bidang-bidang kosong
corak batik. Pada umumnya isen-isen berukuran kecil dan kadang rumit. Isenisen dapat berupa titik-titik, garis-garis ataupun gabungan keduanya. Dahulu,
ada beragam jenis isen-isen, tetapi pada perkembangannya hanya beberapa
saja yang masih bisa dijumpai dan masih dipakai saat ini.
Secara garis besar, corak batik berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Corak hias geometris
Corak hias geometris adalah corak hias yang mengandung unsur-unsur garis
dan bangunan, seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium,
belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran, dan bintang, yang disusun secara
berulang-ulang membentuk satu kesatuan motif.
2. Corak hias nongeometris
Corak hias nongeometris merupakan pola dengan sususnan tidak terukur,
artinya tidak dapat diukur secara pasti, meskipun dalam bidang luas dapat
terjadi pengulangan seluruh motif.
2.1.2 Proses Pembuatan Batik
Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus
dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Proses pembuatan
batik dari dulu hingga sekarang tidak banyak mengalami perubahan. Berikut ini
adalah proses pembuatan batik dari awal hingga akhir menurut Wulandari (2011):
1. Ngemplong
Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan
mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian
dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak
7
jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori
dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya
serap terhadap zat warna lebih tinggi. Setelah itu, kain diberi kanji dan
dijemur, selanjutnya dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu
untuk menghaluskan kain agar mudah di batik.
2. Nyorek atau Memola
Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain
mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut
ngeblat. Pola biasanya dibuat atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak
sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung. Di
atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun
agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna,
maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya atau disebut
dengan proses ganggang.
3. Mbathik
Mbathik merupakan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai
dengan nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen
(mengisi pola dengan berbagi macam bentuk. Di dalam proses isen-isen
terdapat istilah nyecek, yaitu membuat irisan dalam pola yang sudah dibuat
dengan cara memberi titik-titik (nitik).
4. Nembok
Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena
warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian
tersebut ditutupi dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan
tembok penahan.
5. Medel
Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna
secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
6. Ngerok dan Mbirah
Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan
menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih, dan
diangin-anginkan.
8
7. Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek
atau titik dengan menggunakan malam. Selain, itu ada juga proses ngrining,
yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu.
8. Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk
mendapatkan warna cokelat dengan menyelupkan kain ke dalam campuran
warna cokelat tersebut.
9. Nglorod
Nglorod merupakan tahap akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik
tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam
tahap ini pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara
memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih.
Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian dianginanginkan hingga kering.
2.2 Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain. Menurut American Marketing Association (AMA)
dalam Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan pemasaran adalah satu fungsi
organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan
cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pemasaran membutuhkan suatu strategi yang diungkapkan
dalam rencana-rencana untuk memperoleh keuntungan, kelancaran penerimaan
pembayaran, investasi yang dibutuhkan, produk yang dibuat dan sebagainya.
Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami sedemikian rupa sehingga
produk atau jasa cocok dengan pelanggan.
Paradigma adalah bagaimana memandang dunia, paradigma menjelaskan
tentang dunia dan dapat membantu untuk memprediksikan perilakunya.
Pergeseran paradigma dalam pemasaran tidak selalu menimbulkan perubahan
9
pada definisi pemasaran yang ada sekarang. Ditinjau dari aspek manajerial dalam
pergeseran paradigma pemasaran menunjukkan suatu proses atau sebagai proses
pengambilan keputusan manajemen yang mencakup analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian di bidang pemasaran. Pengambilan keputusan
manajemen lebih memfokuskan kepada empat aspek tersebut.
Tinjauan dari aspek perilaku konsumen dalam pergeseran paradigma
pemasaran menunjukan bahwa semua keputusan konsumen atau pelanggan
dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Aspek-aspek yang berkaitan
dengan keputusan konsumen dari sudut pandang konsumen, seperti kepuasan dan
antusiasme juga tercakup didalamnya. Bagi pemasar, janji untuk memberikan
kepuasan pelanggan melalui bauran pemasarannya dapat menimbulkan akibat
terpenuhinya tujuan laba jangka panjang meskipun kadang-kadang mengorbankan
laba jangka pendek (Sukotjo et al, 2010).
2.3 Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar secara bersangkutan. Produk yang
ditawarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide. Produk
bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan
pelanggan. Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen
atas „sesuatu‟ yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi
dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar (Tjiptono, 2008).
2.3.1 Hierarki Produk
Pada perencanaan produk, pemasar harus memperhatikan tiga
hierarki tingkatan produk (Tjiptono, 2008) yaitu:
1. Produk inti
Produk inti adalah tingkatan paling dasar yang membawa pertanyaan apa
sebenarnya yang dibeli oleh pembeli. Produk inti terdiri dari jasa untuk
memecahkan masalah atau manfaat inti yang dicari konsumen ketika
membeli suatu produk.
10
2. Produk aktual
Produk akatual merupakan bagian yang menyusun produk inti, produk
ini biasanya mengembangkan fitur dari produk, desain, tingkat kualitas,
nama merek, dan kemasan.
3. Produk tambahan
Produk tambahan adalah produk yang berada di sekitar produk inti
maupun produk aktual. Bentuk produk tambahan misalnya adalah
tambahan servis dan manfaat bagi konsumen.
2.3.2 Klasifikasi Produk
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas bebrbagai macam sudut
pandang. Berdasarkan wujudnya, produk diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok utama (Tjiptono, 2008) , yaitu:
Barang
1.
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik
lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang,
yaitu:
1.
Barang Tidak Tahan Lama ( Nondurable Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya
habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan
kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal
kurang dari satu tahun.
2. Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk
pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih).
2.
Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual.
Berdasarkan tipe kelompoknya, produk terbagi dalam dua tipe
kelompok, yaitu produk industri dan produk konsumen (Tjiptono, 2008).
Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut
11
atau untuk digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Produk konsumen
produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Produk
konsumen dibagi dalam empat tipe, yaitu:
1. Produk kebutuhan sehari-hari
Produk ini adalah produk yang biasaya sering dan segera dibeli
pelanggan dengan usaha pembandingan dan pembelian minimum.
2. Produk belanja
Produk konsumen ini jarang dibeli dan dibandingkan dengan
kecocokan, kualitas, harga, dan gaya produk secara cermat.
3. Produk khusus
Produk dengan karakteristik unik atau identifikasi merek, di mana
sekelompok pembeli signifikan bersedia melakukan usaha untuk
pembelian khusus.
4. Produk tak dicari
Produk konsumen yang mungkin tidak dikenal konsumen atau produk
yang mungkin dikenal oleh konsumen tetapi biasanya konsumen tidak
berpikir untuk membelinya.
2.3. 3 Atribut Produk
Konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada
karakteristik atau atribut dari produk tersebut. Atribut suatu produk
dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik
menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, sedangkan atribut abstrak
menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan
persepsi konsumen. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui
oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, dan
atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan
mengenai atribut tersebut memudahkan konsumen untuk memilih produk
yang akan dibelinya Menurut Kotler dan Keller (2009) atribut produk,
antara lain:
12
1. Kualitas produk
Kualitas produk adalah salah satu sarana positioning utama pemasar.
Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa.
Oleh karena itu kualitas berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan.
2. Fitur produk
Sebuah produk dapat ditawarkan dalam beragam fitur. Model dasar,
model tanpa tambahan apa pun, merupakan titik awal. Perusahaan
dapat menciptakan tingkat model yang lebih tinggi dengan
menambahkan lebih banyak fitur. Fitur adalah sarana kompetitif untuk
mendiferensiasikan produk perusahaan dari produk pesaing. Oleh
karena itu, produsen pertama yang memperkenalkan fitur baru yang
menilai adalah salah satu cara paling efektif untuk bersaing.
3. Gaya dan desain produk
Cara lain untuk menambah nilai pelanggan adalah melalui gaya dan
desain produk yang berbeda. Desain adalah konsep yang lebih besar
dari pada gaya. Gaya hanya menggambarkan penampilan produk.
Gaya bisa menarik perhatian dan menghasilkan estetika yang indah,
namun gaya membuat kinerja produk menjadi lebih baik. Tidak seperti
gaya, desain adalah jantung produk. Desain tidak hanya mempunyai
andil dalam penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya. Desain
yang baik dimulai dengan pemahaman mendalam tentang kebutuhan
pelanggan.
2.4 Perilaku Konsumen
Pengertian
konsumen
menurut
Undang-Undang
Perlindungan
Perlindungan Konsumen (UUPK) tepatnya Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang yang memakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Konsumen dapat dibedakan menjadi konsumen individu dan
konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen akhir dalam
penggunaan barang dan jasa yang melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya
untuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat digunakan orang lain seperti anggota
13
keluarga dan teman. Sedangkan konsumen organisasi adalah konsumen yang
menggunakan produk untuk menjalankan organisasi, seperti organisasi bisnis,
yayasan, dan lembaga lainnya. Konsumen individu dan konsumen organisasi
memiliki peran yang sama penting yaitu memberikan sumbangan bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan barang
dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menyusul
tindakan tersebut. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: pengaruh
lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual, dan proses psikologis.
2.4.1 Pengaruh Lingkungan
Konsumen hidup di dalam lingkungan yang kompleks, sehingga perilaku
proses keputusan konsumen dipengaruhi oleh:
1. Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Masingmasing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan
identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya
mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis (Kotler
dan Keller, 2009).
2. Kelas sosial
Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari individuindividu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama. Pada kelas sosial
biasanya dibedakan oleh perbedaan status sosio- ekonomi yang berjajar dari
yang rendah hingga yang tinggi. Status kelas sosial kerap menghasilkan
bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda, misalnya: model dari mobil
yang dikendarai, model pakaian yang disukai, dan jenis makanan yang
disajikan (Engel, et al , 1994).
3. Faktor pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi
usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian,
dan konsep diri. Karakteristik yang begitu banyak ini memiliki dampak sangat
14
langsung pada perilaku konsumen, sehingga penting bagi pemasar untuk
mengenal konsumen lebih dekat (Kotler dan Keller, 2009).
4. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan
primer yang paling berpengaruh (Kotler dan Keller, 2009).
5. Situasi
Perilaku berubah ketika situasi berubah, karena perubahan ini tak menentu
dan tidak dapat diramalkan. Pada kesempatan lain perubahan tersebut dapat
diramalkan melalui penelitian dan dimanfaatkan dalam strategi. Terdapat
tiga situasi konsumen yaitu:
1. Situasi komunikasi, yaitu latar dimana konsumen dihadapkan kepada
komuikasi pribadi atau nonpribadi. Komunikasi pribadi mencakup
percakapan yang mungkin dilakukan oleh konsumen dengan orang lain,
sedangkan komunikasi nonpribadi melibatkan spektrum luas stimulus,
seperti iklan maupun publikasi yang berorientasi konsumen.
2. Situasi pembelian, yaitu latar di mana konsumen memperoleh barang
dan jasa.
3. Situasi pemakaian, yaitu latar yang mengacu di mana konsumsi terjadi.
2.4.2 Perbedaan Individu
Perbedaaan individu menjadi bagian dari faktor internal yang menggerakkan
dan mempengaruhi perilaku. Menuru Engel, terdapat lima hal penting di mana
konsumen mungkin berbeda, yaitu:
1. Sumber daya konsumen
Setiap orang membawa tiga sumber daya ke dalam setiap situasi pengambilan
keputusan, yaitu: waktu, uang, dan perhatian. Umumnya terdapat keterbatasan
yang jelas pada ketersediaaan masing-masing, sehingga memerlukan alokasi
yang cermat.
2. Motivasi dan keterlibatan
Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan akibat
adanya ketidakcocokan antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan.
Keterlibatann adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan atau minat
15
yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi yang spesifik. Oleh karena
itu, jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk
meminimumkan risiko dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari
pembelian dan pemakaian.
3. Pengetahuan
Pengetahuan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakup susunan luas
informasi, seperti ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, di mana dan
kapan untuk membeli, serta bagaimana menggunakan produk.
4. Sikap
Sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon
dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten
berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan.
5. Kepribadian, gaya hidup, dan demografi
Kepribadian, gaya hidup, dan demografi merupakan sistem untuk mengerti
mengapa orang memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk dan
preferensi. Kepribadian adalah respon yang konsisten terhadap stimulus
lingkungan, gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan
menghabiskan waktu serta uang.
2.4.3 Proses Psikologis
Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik
konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan
pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran
konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian
akhir. Empat proses psikologi penting adalah motivasi, persepsi, pembelajaran,
dan memori. Hal ini secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen
terhadapa berbagai rangsangan konsumen
16
Psikologi
konsumen:
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Memori
Rangsangan
Pemasaran
Rangsangan
Lain
Produk
Harga
Distribusi
Komunikator
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Karakteristik
konsumen:
Proses
Keputusan
Pembelian:
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Penilaian
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku pasca
pembelian
Keputusan
Pembelian:
Pilihan produk
Pilihan dealer
Jumlah
pembelian
Saat tepat
melakukan
pembelian
Metode
pembayaran
Budaya
Sosial
Personal
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen (Kotler dan Keller, 2009)
2.5 Pengambilan Keputusan Konsumen
Konsumen dalam menentukan apa yang diinginkan dan dibutuhkan selalu
memperhatikan beberapa aspek-aspek. Pengambilan keputusan konsumen
menjadi bagian penting dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut,
sehingga terdapat beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut Kotler dan Keller (2009) keputusan konsumen melewati lima tahapan
yaitu:
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku pasca
pembelian
Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen (Kotler dan Keller 2009)
2.5.1 Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau
eksternal. Dari pengalaman sebelumnya, konsumen telah belajar bagaimana
17
mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan
memuaskan produk ini.
2.5.2 Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi konsumen dibagi dalam dua
level yaitu penguatan perhatian dan aktif mencari informasi. Pada level penguatan
perhatian, konsumen hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Aktif
mencari informasi merupakan level di mana konsumen mulai aktif dalam mencari
bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari
produk tertentu.
Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetanga, dan kenalan.
2. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan di
toko.
3. Sumber publik: media massa dan organisasi penentu peringkat konsumen.
4. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
2.5.3 Evaluasi Alternatif
Konsumen tidak melakukan proses evaluasi tunggal sederhana untuk semua
situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan dan model-model
terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang
berorientasi kognitif. Orientasi kognitif tersebut yaitu menganggap konsumen
membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Langkahlangkah dalam proses evaluasi konsumen, pertama adalah mengetahui kebutuhan
konsumen, lalu konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk, dan yang
terakhir adalah memandang masing-masing atribut produk sebagai sekumpulan
atribut dengan kemampuan berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
2.5.4 Keputusan Pembelian
Pada tahap evaluasi, konsumen telah membentuk tahap preferensi atas
merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat
18
untuk membeli produk yang paling disukai. Namun, dua faktor berikut dapat
berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian (Gambar 3)
1. Sikap orang lain
Pada faktor ini, dapat dilihat sejauh mana sikap orang lain mengurangi faktor
alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal: (1) intensitas
sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan (2)
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semaikin gencar
sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen,
semakin besar konsumen akan mengubah niat pemebeliannya. Keadaan
sebaliknya juga berlaku, preferensi pembeli terhadap suatu merek akan
meningkat jika seorang yang disukainya juga menyukai merek yang sama.
Pengaruh orang lain menjadi rumit saat beberapa orang yang sangat dekat
dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan dan pembeli ingin
menyenangkan mereka semua.
2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi
Faktor yang kedua ini dapat muncul dan dapat mengubah niat pembelian.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghidari suatu
keputusan yang sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan. Konsumen
mengembangkan rutinitas tertentu untuk
mengurangi
resiko,
seperti
penghindaran keputusan, pengumpulan informasi, preferensi atas merek, dan
garansi. Oleh karena situasi ini, maka para pemasar harus memahami faktorfaktor yang menimbulkan adanya risiko dalam diri konsumen dan
memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi risiko yang
dirasakan.
Sikap orang
lain
Evaluasi
alternatif
Niat
pembelian
n
Keputusan
pembelian
Faktor
situasi yang
tidak
terantisipasi
Gambar 3. Tahap-tahap antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan
Pembelian ( Kotler dan Keller, 2009)
19
Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen mengambil lima subkeputusan: merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran. Dalam
pembelian produk sehari-hari, keputusannya lebih kecil dan kebebasannya juga
lebih kecil (Kotler dan Keler, 2009).
2.5.5 Perilaku Pasca Pembelian
Tugas pemasar tidak berakhir begitu sana ketika produk dibeli, sehingga
diperlukan pemantauan terhadap:
1. Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan pembeli diperoleh setelah membei suatu produk. Kepuasan pembeli
merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk
dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Ada beberapa
tingkat kepuasan, yaitu sangat puas, puas, dan kecewa.
2. Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen konsumen terhadap suatu produk
akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, maka
konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli
produk tersebut. Jika konsumen tidak puas, maka akan bereaksi sebaliknya,
bahkan membuang atau mengembalikan produk tersebut.
3. Pemakaian produk pasca pembelian
Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang
produk.
2.6 Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen merupakan pilihan suka atau tidak suka oleh
seseorang terhadap produk yang dikonsumsi. Preferensi konsumen juga
merupakan nilai-nilai yang diperhatikan konsumen dalam menentukan sebuah
pilihan. Menurut Kardes (2002), preferensi merupakan penilaian evaluatif
terhadap dua objek atau lebih. Preferensi selalu melibatkan pembuatan
perbandingan antara dua objek. Kadang-kadang sikap berfungsi sebagai
pembangun untuk preferensi dan kadang-kadang didasarkan pada perbandingan
atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih.
20
Kardes membagi preferensi menjadi dua, yaitu:
1. Preferensi berdasarkan sikap
Preferensi ini merupakan preferensi yang dibentuk berdasarkan sikap konsumen
secara keseluruhan terhadap dua produk.
Menurut Kotler dan Armstrong
(2008), sikap (attitude) menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang
konsisten dari sesorang terhadap sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan
orang dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai
sesutatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. Sikap sulit diubah,
karena adanya pola dari sikap seseorang sehingga diperlukan penyesuaian yang
rumit dalam banyak hal. Oleh karena itu perusahaan harus selalu berubah
menyesuaikan produknya dengan sikap yang sudah ada daripada mencoba
mengubah sikap.
Adapun contoh preferensi ini yaitu: konsumen dapat membentuk
preferensi tentang minuman ringan dengan membandingkan sikap mereka
terhadap Coca-Cola dan Pepsi Cola. Jika konsumen memiliki sikap yang lebih
baik terhadap Coca-Cola daripada Pepsi Cola, mereka sepertinya lebih suka
Coca-Cola. Dengan catataan bahwa konsumen mungkin memiliki sikap yang
sangat baik terhadap kedua produk, tetapi jika sikap mereka lebih baik terhadap
Coca-Cola, mereka sepertinya lebih suka Coca-Cola.
2.Preferensi berdasarkan atribut
Preferensi
berdasarkan atribut menurtu Kardes dibentuk atas dasar
membandingkan satu atau lebih atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih.
Sebagai contoh, jika konsumen tidak familiar dengan berbagai merek cat
rumah, dia tidak mungkin membentuk sikap terhadap merek cat lainnya,
sehingga daripada memperhitungkan sikap terhadap merek yang berbeda,
konsumen mungkin hanya membendingkan merek yang berbeda pada satu
atribut atau lebih. Jika perhatian utama konsumen pada biaya, maka konsumen
akan membandingkan harga dan membentuk preferensi pada merek dengan
harga terendah.
Menurut Kardes (2002) atribut pada produk terbagi menjadi dua yaitu
atribut unik dan atribut bersama. Atribut unik merupakan atribut yang termasuk
ke deskripsi satu produk tetapi dihilangkan dari deskripsi produk lainnya.
21
Sedangkan atribut bersama yaitu atribut yang tidak hanya dimiliki satu produk
saja seperti atribut unik, akan tetapi semua produk memiliki atribut ini. Kedua
hal ini memiliki sebuah dampak kuat pada preferensi dimana atribut unik
melawan atribut bersama selalu memiliki implikasi evaluatif yang berlawanan.
Hasil ini menunjukkan bahwa atribut bersama memiliki pengaruh sedikit
dalam keputusan preferensi. Selain itu ketika dihadapkan pada dua produk,
hasil menunjukkan bahwa atribut unik yang menggambarkan produk kedua
memiliki dampak yang lebih besar dalam preferensi, relatif terhadap atribut
unik yang menggambarkan produk pertama. Asimetri ini dikenal sebagai arah
perbandingan efek. Jika atribut unik dari merek fokus (produk kedua)
menguntungkan, merek fokus lebih disukai. Proses perbandingan ini
menunjukkan bahwa atribut bersama tidak sangat informatif karena tidak
alternatif memiliki keuntungan diferensial pada atribut ini. Arah perbandingan
efek diamati hanya ketika konsumen melakukan atribut berdasarkan
perbandingan, akan tetapi dihilangkan ketika konsumen membentuk sikap
didasarkan preferensi. Pada tahap evaluasi, konsumen akan membentuk
preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan dan
memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang
dicarinya (Kotler dan Keller, 2009).
2.7 Analisis Faktor
Analisis faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis tentang saling
ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk
menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti
menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang untuk diteliti,
yang berari dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian.
Jadi, pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa
variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga
dimungkinkan dari beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel
dapat diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit
(Suliyanto, 2005).
Menurut Simamora (2005) terdapat dua metode dasar analisis faktor,
yaitu:
22
1. Principal component analysis
Principal component analysis (PCA) menggunakan total varian
dalam analisisisnya. Metode ini menghasilkan faktor yang memiliki
specific variance dan error variance yang paling kecil. Jika ada beberapa
faktor yang dimaksimalkan, faktor yang terlebih dahulu dihasilkan adalah
yang memiliki common variance terbesar, sekaligus specific dan error
variance terkecil. Adapun tujuan PCA adalah mengetahui jumlah faktor
minimal yang dapat diekstrak. Namun sebelum memilih metode ini,
peneliti harus yakin dulu bahwa common variance lebih besar dari specific
dan error variance. Adapun pengertian PCA menurut Suliyanto (2005)
merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk melakukan
prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan.
Model Principal Component Analysis (PCA):
…………………………………….........( 1 )
Syarat, m ≤ p
Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:
………………………………………………………………...( 2 )
Keterangan:
F = faktor principal component (unobservable)
X = variabel yang diteliti (observable)
l = bobot dari kombinasi linier (loading)
Dengan demikian model PCA dapat dinyatakan bahwa faktor m
terbentuk oleh variabel X1 dengan bobot kontribusi sebesar lm1 dan
variabel X2 dengan bobot kontribusi sebesar lm2, dan seterusnya. Semakin
besar bobot suatu variabel terhadap faktor yang terbentuk, maka
menunjukkan semakin erat variabel tersebut terhadap faktor yang
terbentuk, demikian juga sebaliknya (Suliyanto, 2005).
2. Common Factor Analysis
Common Factor Analysis mengekstrak faktor hanya berdasarkan
common variance. Metode ini dapat dipakai apabila tujuan utama peneliti
adalah untuk mengetahui dimensi-dimensi laten atau konstruk yang
mendasari variabel-variabel asli. Pada metode ini jumlah faktor tetap
23
diekstrak, namun metode ini lebih kuat dalam mengungkap dimensidimensi laten yang melandasi variabel-variabel. Metode ini juga dapat
dipakai, jika peneliti tidak mengetahui specific dan error variance
sehingga dapat diabaikan dalam analisis. Menurut Suliyanto (2005),
metode ini merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk
mengetahui struktur variabel yang diteliti (karakteristik dari observasi).
Model Common Factor Analysis :
………………………………( 3 )
Syarat, m ≤ p
Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:
……………………………………………………………. ( 4 )
Keterangan:
F = common factor (unobservable)
X = variabel yang diteliti (observable)
l = bobot dari kombinasi linier (loading)
= specific factor
Dengan demikian model common factor dapat dinyatakan bahwa
variabel Xp memberikan kontribusi terhadap faktor F1 dengan bobot
kontribusi sebesar lP1 dan kepada faktor F2 dengan bobot kontribusi sebesar
lP2 dan juga kepada faktor lain yang tidak diteliti (Suliyanto, 2005).
2.8 Penelitian Terdahulu
Fitriyana (2009) dalam penelitiannya tentang Analisis Proses Pengambilan
Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan
Fishing Valley Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui karakteristik
konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor 2)
Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek
wisata pemancingan Fishing Valley Bogor 3) Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata
pemancingan Fishing Valley Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah
analalisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor diperoeh lima
dimensi yang paling dipentingkan, yaitu: berwujud (tangible)
sebesar 0,655,
kesigapan (responsiveness) sebesar 0,649, keandalan (reliability) sebesar 0,514,
keyakinan (assurance) sebesar 0,414, dan perhatian (empathy) sebesar 0,125.
24
Miftah (2010) dalam penelitiannya tentang Analisis Proses Pengambilan
Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Restoran Gurih 7 Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui karakteristik konsumen Restoran
Gurih 7, 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen Restoran
Gurih 7, 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen
Restoran Gurih 7. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor diperoeh lima faktor yang
mempengaruhi, yaitu: assurance sebesar 0,742, reliability sebesar 0,698, tangible
sebesar 0,697, responsiveness sebesar 0,611, dan empathy sebesar 0,567.
Febrianti (2011) dalam penelitiannya tentang Analisis Keputusan
Pembelian dan Preferensi Konsumen Pembalut Wanita Charm. Tujuan penelitian
tersebut adalah 1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen pembalut wanita
Charm 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen
pembalut wanita Charm 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
preferensi konsumen terhadap atribut pembalut wanita Charm. Alat analisis yang
digunakan adalah analalisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui karakteristik konsumen pembalut wanita Charm, yaitu:
usia, status pernikahan, daerah asal, tingkat semester perkuliahan, dan pendapatan.
Pada analisis faktor, terbentuk empat faktor yang dari seluruh atribut yang
mempengaruhi preferensi konsumen dalam memilih pembalut wanita Charm,
antara lain: (1) faktor internal produk, yang terdiri dari kenyamanan, higienis,
bentuk dan ukuran, daya serap baik, bahan dan tekstur lembut dan kemudahan
memperoleh (2) faktor eksternal produk, yang terdiri dari pengaruh keluarga dan
teman, kemasan menarik, iklan dan promosi, dan merek terkenal, (3) faktor
inovasi produk, yang terdiri dari variasi jenis dan anti kerut, dan (4) faktor
ekonomi konsumen, yang terdiri dari harga dan pendapatan.
25
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Salah
satu
keanekaragaman
yang
tumbuh
di
masyarakat
adalah
keanekaragaman hasil karya seni. Batik merupakan salah satu produk hasil karya
seni sekaligus warisan budaya yang memiliki keanekaragaman. Keanekaragaman
Batik terlihat dari berbagai aspek, seperti asal daerah pembuatan, motif, warna,
hingga filosofi yang dimilikinya. Oleh karena itu, tak heran jika terdapat
keanekaragaman batik berkembang di Indonesia.
Bogor adalah salah satu kota yang menjadi kota wisata di Indonesia. Julukan
kota hujan, tugu kujang, talas, maupun kijang membuat Bogor memiliki pesona
tersendiri yang dapat dikembangkan. Kecintaan akan pesona tersebut membuat
tumbuhnya eksplorasi terhadap kota Bogor. Salah satu eksplorasi yang dilakukan
adalah dengan mengangkat batik dengan motif-motif yang diambil dari pesona
kota Bogor yaitu Batik Bogor atau yang sering dikenal dengan Batik Bogor
Tradisiku.
Batik Bogor Tradisiku adalah usaha yang mengembangkan potensi batik
yang ada di Indonesia, khususya mengembangkan batik yang mengangkat kota
Bogor. Pada kenyataannya, usaha dari Batik Bogor Tradisiku ini mengalami
berbagai tantangan berbagai pihak. Salah satu tantangan tersebut adalah
banyaknya kompetitor batik daerah di Indonesia, seperti
Pekalongan, Solo,
maupun Yogyakarta . Batik-batik tersebut telah populer di masyarakat. Oleh
karena itu, Batik Bogor Tradisiku harus melakukan eksplorasi besar-besaran,
sehingga mampu menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu batik Indonesia
yang memiliki potensi sama dengan batik Indonesia lainnya.
Pengetahuan tentang perilaku konsumen menjadi hal yang harus dikaji oleh
suatu usaha. Adanya Batik Bogor Tradisiku sebagai salah satu batik yang sedang
berkembang di tengah-tengah masyarakat Bogor memerlukan pengetahuan
tentang perilaku konsumen Batik Bogor Tradisiku. Perilaku konsumen tersebut
dapat dikaji melalui penelitian terhadap karakteristik konsumen, proses
pengambilan keputusan konsumenn, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
preferensi konsumen. Untuk mengetahui karakteristik konsuemen dan proses
26
pengambilan
keputusan
digunakan
analisis
deskriptif,
sedangkan
untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen digunakan
analisis faktor. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, akan menjadi
rekomendasi yang mendukung perbaikan maupun pengembangan usaha Batik
Bogor Tradisiku ke depannya.
Eksplorasi Batik dengan mengangkat Batik Bogor yang
dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku
Banyaknya kompetitor batik daerah di Indonesia
Pengetahuan tentang perilaku konsumen pada Batik Bogor Tradisiku
Karakteristik
Proses pengambilan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen
keputusan konsumen
preferensi konsumen
Analisis Deskriptif
Analisis Faktor
Rekomendasi untuk perbaikan dan
pengembangan Batik Bogor
Tradisiku
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang analisis keputusan dan preferensi konsumen Batik
Bogor Tradisiku Bogor dilakukan di galeri yang berlokasi di Jalan. Jalak No. 2
Tanah Sareal- Bogor Penelitian dilakukan kepada konsumen yang sedang atau
telah membeli produk Batik Bogor Tradisiku. Pelaksanaan penelitian dilakukan
pada bulan Maret 2012 hingga April 2012.
27
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan stakeholder
yang terkait dan pengisian kuesioner oleh responden. Stakeholder yang terkait
dalam pengumpulan data antara lain adalah pemilik usaha dan karyawan Batik
Bogor Tradisiku, Dewan Kerajinan Nasional Daerah kota Bogor (Dekranasda),
Dinas Budaya dan Pariwisata kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
kota Bogor, serta konsumen Batik Bogor Tradisiku. Pengumpulan data sekunder
dilperoleh melalui studi literatur dengan menggunakan buku, jurnal, internet, dan
sumber lain yang dapat mendukung data dalam penelitian.
3.4 Metode Pengambilan Sampel dan Jumlah Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-probabbility sampling dengan teknik convenience sampling. Dalam
pengambilan sampel ini, sampel yang akan dipilih diukur dengan menggunakan
pendekatan menurut Gilbert (1996) yaitu pengambilan sampel pada populasi yang
tidak diketahui. Adapun jumlah sampel yang digunakan diperoleh dengan
menggunakan rumus:
…………………………………………………………….( 5 )
Keterangan:
n= jumlah sampel
z= nilai dari selang kepercayaan 95%
H= Half precision (desired level of precision squared)
σ = varian populasi
Pada penelitian ini varian populasi diperoleh melalui:
……………...........( 6 )
( Keterangan: Jumlah populasi maksimum dan jumlah populasi minimum
diperoleh melalui wawancara dengan pihak Batik Bogor Tradisiku. Sedangkan H
(Half precision (desired level oh precision squared) yang digunakan adalah 10%,
mengingat penelitian ini adalah penelitian ilmu sosial) sehingga diperoleh:
28
Maka berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jumlah sampel yang
dibutuhkan sebagai responden adalah sebanyak 100 orang.
3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007
dan Statistical Package For Social Science (SPSS). Kevalidan dan kesahihan data
pada kuesioner yang diisi oleh responden digunakan uji validitas dan uji
reliabilitas, sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis
faktor.
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas mengindikasikan apakah alat pengukuran yang ingin
diukur sudah tepat atau belum. Uji validitas digunakan untuk mengetahui
kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan yang mendefinisikan
suatu peubah. Setelah kuesioner terbentuk, langkah awal yang dilakukan
adalah menguji validitas kuesioner. Kuesioner tersebut memiliki
pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan dengan konsep-konsep
yang diinginkan. Apabila pertanyaan yang tidak berhubungan, maka
pertanyaan tersebut tidak valid dan akan dihilangkan atau diganti dengan
konsep pertanyaan lain (Umar,2003).
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi
product moment, teknik ini digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r)
antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r):
√
……………………………………( 7 )
Keterangan :
n = jumlah responden
X = skor masing-masing pernyataan
Y = skor total pertanyaan
r = koefisien korelasi
29
Pada penelitian uji validitas dilakukan terhadap 30 responden dan
dapat dikatakan valid bila diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel yang
ditentukan.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan
yang merupakan bagian dimensi suatu peubah dalam kuesioner. Jika hasil
pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasi yang relatif sama,
pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik
(Suliyanto, 2005). Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas yang
bertujuan untuk mengetahui keandalan kuesioner. Reliabilitas suatu
konstruk dinyatakan baik jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Pengujian
reliabilitas dengan teknik Cronbach dilakukan dengan menggunakan
program SPSS menggunakan rumus:
(
)(
)…………………………………………………( 8 )
Keterangan:
r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyak butir pertanyaan
= jumlah ragam butir
= varians total
Rumus untuk mencari nilai ragam adalah:
(
)
………………………………………………………..( 9 )
Keterangan:
σ2
= ragam
n
= jumlah sampel
X
= nilai skor akhir
3.5.3 Analisis Deskriptif
Analisis
deskriptif
digunakan
untuk
menganalisis
proses
pengambilan keputusan konsumen, mulai dari tahap pengenalan kebutuhan
hingga pasca pembelian. Pada penelitian ini analisis deskriptif juga
30
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen Batik Bogor
Tradisiku yang meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, pegeluaran, dan hobi. Data-data yang diperoleh
melalui kuesioner akan dikelompokkan pada tabel dan dipersentasekan
berdasarkan jumlah responden. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung Persentase adalah:
...................................................................................( 10 )
Keterangan:
P
= Persentase responden yang memiliki kategori tertentu
fi
= jumlah responden yang memilih kategori tertentu
∑fi
= total jawaban
Tabulasi silang pada analisis deskriptif dilakukan pada saat
menganalisis karakteristik responden. Adapun tujuan dari tabulasi silang
adalah menampilkan kaitan antara dua atau lebih variabel, atau sampai
dengan menghitung apakah ada hubungan antara baris (sebuah variabel)
dengan kolom (sebuah variabel yang lain). Alat statistik yang sering
digunakan untuk mengukur asosiasi pada sebuah crosstab adalah chisquare (Santoso, 2010).
3.5.4 Analisis Faktor
Analisis faktor yang meliputi pricipal component analysis dan
common factor analysis adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan
untuk menganalisis “interrelationship” sejumlah variabel dan untuk
menjelaskan dimensi-dimensi (faktor) apakah yang melandasi variabelvariabel tersebut (Simamora, 2005). Analisis faktor yang berasal dari data
primer melalui kuesioner akan mengkuantifikasikan data dengan skala
Likert dan menggunakan rata-rata pembobotan tersebut sebagai data statistik
yang akan diolah (Nugroho, 2005).
Penelitian yang dilakukan, analisis faktor digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen. Adanya
tujuan digunakan analisis faktor menurut Suliyanto (2005) adalah:
31
1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan
korelasi dari serangkaian variabel.
2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk
menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli
yang berkorelasi.
3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang
banyak untuk dianalisis multivariat lainnya.
Analisis faktor meliputi proses sebagai berikut :
1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.
2. Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan menggunakan
metode Barlett test of sphericity. Untuk menguji kesesuaian pemakaian
analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). KMO
adalah uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai indeks
tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak dilakukan.
Sebaliknya, apabila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak
layak dilakukan (Simamora, 2005). Untuk menentukan apakah proses
pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuran
Measure of Sampling Adequacy (MSA). Angka MSA berkisar antara 0
sampai 1, dengan kriteria:
a. MSA=1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang
lain.
b. MSA>0,5, variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
c. MSA<0,5,variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis
lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
3. Melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu factoring, atau
menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos
pada uji variabel sebelumnya.
4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah
terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke
dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi faktor yang bisa
digunakan, yaitu: varimax method, quartimax method, dan equamax
32
method. Varimax method adalah metode rotasi orthogonal untuk
meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi
pada tiap faktor. Quartimax method merupakan metode rotasi untuk
meminimalisasi jumlah faktor yang digunakan untuk menjelaskan
indikator. Equamax method adalah metode gabungan antara varimax
method yang meminimalkan indikator dan quartimax method yang
meminimalkan faktor.
5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya memberi nama atas
faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap dapat mewakili variabelvariabel anggota faktor tersebut.
6. Validasi atau hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk
telah valid.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Profil Batik Bogor Tradisiku
Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 oleh
pendirinya Bapak Siswaya. Pria kelahiran Sleman-Yogyakarta ini telah
menetap di Bogor lebih dari 26 tahun sehingga beliau ingin memberikan
sesuatu untuk mengharumkan kota Bogor melalui kontribusi yang
dimilikinya, karena beliau sangat memegang teguh peribahasa yang
menyatakan “ di mana bumi dipinjak, di situ langit dijunjung”. Gagasan
beliau adalah membuat batik dengan motif yang mengangkat ikon-ikon khas
kota Bogor yang bertujuan untuk melestarikan budaya batik serta
menumbuhkan kecintaan masyarakat Bogor terhadap batik khas kota Bogor
yang diberi nama Batik Bogor Tradisiku. Dengan adanya Batik Bogor
Tradisiku diharapkan kota Bogor semakin populer baik dalam lingkup
nasional maupun internasional. Adapun alasan mendirikan Batik Bogor
Tradisiku, yaitu:
1. Sebagai bentuk kontribusi kepada kota Bogor yang telah memberikan
warna kehidupan selama 26 tahun
2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu batik yang seyogyanya
merupakan khasanah budaya yang telah turun temurun diwariskan nenek
moyang bangsa Indonesia, terlebih ketika ditetapkannya batik secara
internasional oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.
3. Jiwa sosial yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik
Yogya yang kehilangan pekerjaan akibat gempa bumi Jogja pada tahun
2006 silam dan juga menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar
yang membutuhkan pekerjaan.
Batik Bogor Tradisiku telah terdaftar sebagai perusahaan yang
memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada
tanggal 15 Januari 2009. Direktur Batik Bogor Tradisiku adalah pendirinya
yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik
34
Bogor Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar
Industri (TDI) dengan nomor 534/03. TDI-Diperindagkop pada tanggal 15
Januari 2009.
Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang membawa ikon-ikon yang
identik dengan kota Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya.
Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527
motif kujang kijang dilaunching oleh walikota Bogor , Bapak Diani Budiarto,
beserta Ibu Fauziah dan motif tersebut dipatenkan bersama dua motif batik
Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak
ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor.
Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan
motif-motif yang membawa ikon kota Bogor, salah satunya adalah motif
hujan gerimis yang merupakan julukan kota Bogor yaitu Kota Hujan yang
airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi
pemasarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sedang
mengalami perkembangan yang pesat. Pihak Pemda Kota Bogor juga sangat
mengapresiasi dan mendukung Batik Bogor Tradisiku, salah satunya dengan
kebijakan walikota Bogor yang menghimbau seluruh dinas di kota Bogor
menggunakan Batik Bogor pada hari kamis. Selain dinas, instansi lain juga
banyak yang sudah menggunakan seragam batik dari Batik Bogor Tradisiku
seperti Badan Pengawas Daerah (Bawasda), Bappeda, BPPT, RRI, PDAM,
HIMPAUDI, Universitas Pakuan, BPKP, Hotel Lido, dan Hotel Novotel.
Sejak tahun 2010 juga, siswa TK, SD, SMP, dan SMA mulai menggunakan
Batik Bogor Tradisiku.
Pada tahun 2012, Batik Bogor Tradisiku terpilih sebagai salah satu
nominasi Dahsyat Award 2012 dalam kategori Dahsyatnya Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa reputasi Batik Bogor Tradisiku semakin meningkat.
Selain itu juga membuktikan bahwa kekhasan dan kualitas Batik Bogor
Tradisiku, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja.
35
4.1.2 Struktur Organisasi Batik Bogor Tradisiku
Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang
bertanggung jawab atas kegiatan produksi, operasional, pemasaran,
keuangan, dan sumber daya manusia. Pada setiap kegiatan tersebut
terdapat seorang supervisor yang bertanggung jawab khusus untuk
masing-masing
kegiatan.
Divisi
produksi
bertugas
untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan yang bersangkutan
dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan
tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan.
Divisi operasional bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan
operasional Batik Bogor Tradisiku seperti transportasi dan belanja
bahan baku batik. Divisi pemasaran bertanggung jawab untuk
memasarkan produk batik di galeri, pameran, maupun pelatihan. Divisi
keuangan
bertanggung
jawab
atas
pencatatan
keuangan
serta
mengontrol arus kas Batik Bogor Tradisiku. Sedangkan divisi sumber
daya manusia bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang
dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku baik sebagai pembatik maupun
sebagai karyawan operasional. Adapun struktur organisasi Batik Bogor
Tradisiku adalah sebagai berikut :
Direktur
Divisi
Produksi
Divisi
Operasional
Divisi
Pemasaran
Divisi
Keuangan
Divisi
SDM
Gambar 5. Struktur Organisasi Usaha Batik Bogor Tradisiku
4.2. Karakteristik Konsumen
Kuesioner penelitian ini dikumpulkan dari 100 responden yang diambil
secara non-probability sampling yang diambil secara convenience. Pada penelitian
ini responden dikaji berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan,
pendidikan terakhir, klasifikasi pekerjaan, status pekerjaan, profesi, pendapatan
36
per bulan, pengeluaran (setiap pembelian), dan hobi. Adanya variabel-variabel
tersebut adalah untuk mengetahui karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku
dan juga menganalisis karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku terkait
dengan pengeluaran setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen
lainnya. Dengan mengetahui dan menganalisis karakteristik konsumen Batik
Bogor Tradisiku, penelitian ini dapat mengkaji pengaruh karakteristik konsumen
Batik Bogor Tradisiku baik pengaruh yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
4.2.1 Jenis Kelamin
Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan jenis
kelamin terdiri dari konsumen perempuan sebesar 61 persen dan
konsumen laki-laki sebesar 39 persen. Persentase tersebut menunjukkan
bahwa konsumen Batik Bogor Tradisiku didominasi oleh konsumen
perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik konsumen wanita yang
cenderung lebih konsumtif dalam melakukan pembelian terhadap berbagai
produk, khsususnya produk yang digunakan sebagai bahan sandang.
31%
69%
Laki-Laki
Perempuan
Gambar 6. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
jenis kelamin
4.2.2 Usia
Karakteristik konsumen berdasarkan data dari kuesioner yang
diberikan kepada 100 responden, diketahui bahwa mayoritas konsumen
Batik Bogor Tradisiku didominasi oleh usia 31-40 tahun sebesar 28
persen. Konsumen dengan kelompok usia 31-40 tahun paling banyak
mendominasi usia konsumen dalam penelitian ini, karena mengingat
responden pada usia tersebut telah memiliki pekerjaaan yang cukup
37
mapan, penghasilan yang cukup, serta cukup selektif dalam mengambil
keputusan pembelian.
1%
15%
12%
≤20 tahun
21%
23%
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
28%
51-60 tahun
>60tahun
Gambar 7. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
usia
4.2.3 Status Pernikahan
Dilihat dari status pernikahannya pada hasil pengolahan data
responden dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen Batik Bogor
Tradisiku dengan status menikah sebesar 72 persen, belum menikah
sebesar 26 persen, janda sebesar 2 persen, sedangkan konsumen dengan
status duda tidak ada. Konsumen yang memiliki status pernikahan
biasanya menggunakan batik sebagai bahan sandang untuk seragam kantor
maupun event-event tertentu yang dijadikan sebagai identitas.
2%
Menikah
26%
Belum
Menikah
72%
Janda
Gambar 8. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
status pernikahan
38
4.2.4 Pendidikan Terakhir
Pendidikan mempengaruhi konsumen terkait dengan persepsi
seseorang dalam menilai suatu produk. Konsumen Batik Bogor Tradisiku
memiliki latar belakang pendidikan S1 sebesar 44 persen, diikuti oleh
SMU/SMK sebesar 30 persen, dan persentase terendah adalah latar
belakang pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, mayoritas
konsumen berpendidikan terakhir S3 sebesar 1 persen. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa konsumen Batik Bogor Tradisiku didominasi oleh
konsumen berpendidikan S1.
11% 1%
SD/SMP
3%
30%
SMU/SMK
Diploma
44%
S1
11%
S2
S3
Gambar 9. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
pendidikan terakhir
4.2.5 Klasifikasi Pekerjaan
Klasifikasi pekerjaan akan mempengaruhi gaya hidup konsumen
dalam berpakaian dan budaya perusahaan yang dimiliki. Gaya berpakaian
pada perusahaan sangat bervariatif dan memiliki ciri khas masing-masing.
Hal ini dikarenakan pekerja sebagai stakeholder harus menggambarkan
identitas perusahaannya. Berdasarkan hasil pengolahan data yang
diperoleh dari kuesioner diketahui bahwa konsumen Batik Bogor
Tradisiku sebagian besar memiliki klasifikasi pekerjaan sebagai employee
(pegawai) sebesar 67 persen. Konsumen yang memiliki klasifikasi
pekerjaaan sebagai employee biasanya memiliki gaya berpakaian yang
disesusaikan dengan budaya perusahaan seperti aturan memakai seragam
tertentu berdasarkan pada hari maupun divisinya. gguKemudian diikuti
39
dengan pekerjaan terbanyak kedua yaitu unemployee (tidak bekerja)
sebesar 21 persen, yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan ibu rumah
tangga..
Unemployee
Investor
Business owner
Self employee
Employee
21%
1%
7%
67%
4%
Gambar 10. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
klasifikasi pekerjaan
4.2.6 Status Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan atau digunakan
oleh manusia untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi
seseorang. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner diperoleh bahwa
konsumen Batik Bogor Tradisiku sebagai pegawai swasta sebesar 46
persen. Mereka umumnya membeli Batik Bogor Tradisiku pada saat
istirahat kantor, pulang kantor, ataupun pada akhir pekan.
9%
12%
20%
PNS
Swasta
13%
Wiraswasta
46%
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Gambar 11. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
status pekerjaan
40
4.2.7 Profesi
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa mayoritas
konsumen Batik Bogor Tradisiku berprofesi sebagai dosen/guru sebanyak
41 persen. Konsumen yang memiliki profesi sebagai dosen/ guru memiliki
penampilan yang formal. Batik sebagai warisan budaya dijadikan seragam
yang diselaraskan dengan penampilan formal. Oleh karena itu, dalam
penampilannya guru identik dengan menggunakan seragam, khususnya
batik. Batik dijadikan seragam bagi dosen/guru karena selain motifnya
yang khas, bahan sandang ini juga merupakan warisan budaya yang harus
dilestarikan.
11%
9%
41%
12%
11%
2%
3%
2%
6%
2% 1%
Dosen/Guru
TNI/Polisi
Konsultan
Ibu Rumah Tangga
Pengusaha/Wirausaha
Pedagang
Engineer
Pemerintahan
Dokter/Tenaga Ahli Medis
Artis
Mahasiswa
Gambar 12. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
profesi
4.2.8 Pendapatan Per Bulan
Pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang
dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi, karena dengan
pendapatan seseorang dapat membiayai kebutuhan konsumsinya. Tingkat
pendapatan seseorang berpengaruh terhadap daya beli konsumen terhadap
suatu kebutuhan produk yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Berdasarkan
hasil pengolahan data kuesioner penelitian diketahui bahwa konsumen
Batik Bogor Tradisiku mayoritas memiliki pendapatan per bulan sebesar
Rp 2.000.001- Rp 5.000.000 sebanyak 40 persen ( gambar 13).
41
2%
12%
20%
26%
40%
≤Rp. 1.000.000
Rp. 2.000.001-Rp. 5.000.000
Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000
Rp. 5.000.001-Rp. 10.000.000
Rp. 10.000.001-Rp. 20.000.000
Gambar 13. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
pendapatan
4.2.9 Pengeluaran Setiap Pembelian
Besarnya pengeluaran konsumen Batik Bogor Tradisiku pada
setiap pembelian mayoritas mengeluarkan Rp. 100.001 –Rp.500.000 yaitu
sebesar 48 persen. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak terlalu
mempertimbangkan harga sebagai faktor utama untuk membeli produk
Batik Bogor Tradisiku. Konsumen yang menyukai ataupun merasa puas
dari suatu produk akan membayar berapa pun harga yang ditawarkan.
Selain itu, batik bukanlah kebutuhan bahan sandang yang biasa saja,
namun sebagai bahan sandang yang bernilai.
6%
1% 2%
43%
48%
≤Rp. 100.000
Rp. 100.001-Rp. 500.000
Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000
>Rp.2.000.000
Rp. 500.001-Rp. 1.000.000
Gambar 14. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
pengeluaran setiap pembelian
42
4.2.10 Hobi
Berdasarkan klasifikasi hobi, konsumen Batik Bogor Tradisiku
memiliki hobi membaca (32%), Persentase hobi terkecil yang dimiliki
konsumen
adalah kolektor barang sebesar satu persen. Karakteristik
konsumen berdasarkan hobi dapat dilihat pada gambar 15. Membaca
merupakan salah satu hobi yang akan menambah pengetahuan dari
konsumen. Hobi ini menjadikan sumber informasi bagi konsumen untuk
membuka pikiran konsumen dalam memberikan penilaian terhadap
berbagai hal, salah satu informasinya yang mungkin diperoleh misalnya
tentang batik. Dengan adanya informasi tentang batik, konsumen akan
memiliki persepsi yang lebih mendalam, seperti esensi maupun filosofi
dari batik. Selain itu, hal tersebut juga didukung dengan mayoritas
konsumen yang berprofesi sebagai dosen/guru.
1%
15%
5%
32%
4%
6%
7%
30%
Membaca
Menonton
Menggambar/ Desain
Jalan-jalan
Browsing
Lainnya
Belanja
Kolektor barang
Gambar 15. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan
hobi
4.3. Tabulasi Silang
Setelah melakukan analisis deskriptif mengenai karakteristik responden
maka selanjutnya tabulasi silang antara masing-masing karakteristik responden
yang satu dengan karakteristik responden yang lainnya. Pada tabulasi silang yang
diolah dengan menggunkan SPSS dapat dilihat hubungan antar karakteristik
dengan melihat nilai chi-square. Bila nilai chi-square hitung lebih besar daripada
chi-square tabel maka dapat di katakan tolak Ho, dimana Ho adalah tidak ada
hubungan antara baris dan kolom. Pada penelitian biasanya nilai α yang
digunakan pada level of significance adalah 0,05 dan 0,1 (Siegel dan Catellan,
43
1988). Nilai α yang dignakan pada penelitian ini adalah 0,1 dengan
mempertimbangkan nilai half precission yang digunakan adalah 10%. Nilai
crosstabulation yang korelasinya berada pada nilai maksimal α =0,1 maka dapat
dinyatakan adanya korelasi pada variabel tersebut.
Pengolahan tabulasi silang pada penelitian ini hanya dilakukan hanya pada
pengeluaran setiap pembelian terhadap variabel karakteristik konsumen lainnya.
Hal ini dilakukkan karena pengeluaran setiap pembelian yang dilakukan oleh
konsumen memiliki potensi dalam mempengaruhi penetapan strategi yang akan
dilakukan Batik Bogor Tradisiku ke depannya.
Tabel 3. Ringkasan hasil uji crosstab pengeluaran setiap pembelian dengan
variabel karakteristik konsumen lainnya
Chi-square Test
Variabel
Korelasi
Value
Asy.Sig
Pengeluaran setiap Pembelian * Jenis
Kelamin
2,956a
0,565
Pengeluaran setiap Pembelian * Usia
15,993a
0,717
Pengeluaran setiap Pembelian *
Status Penikahan
Pengeluaran setiap Pembelian *
Pendidikan Terakhir
Pengeluaran setiap Pembelian
*Klasifikasi Pekerjaan
Pengeluaran setiap Pembelian *Status
Pekerjaan
Pengeluaran setiap Pembelian *
Profesi
Pengeluaran setiap Pembelian *
Pendapatan
51,418a
0,000
Signifikan
50,198a
0,000
Signifikan
24,521a
0,079
Signifikan
25,656a
0,059
Signifikan
51,996a
0,014
Signifikan
35,932a
0,003
Signifikan
Pengeluaran setiap Pembelian * Hobi
23,522a
0,707
Tidak
signifikan
α = 0,1
Tidak
signifikan
Tidak
signifikan
44
4.3.1 Tabulasi
silang pengeluaran setiap pembelian dengan status
pernikahan
Konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan status pernikahan menikah
mayoritas (35%) melakukan pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001Rp.500.000. Konsumen yang memiliki status pernikahan cenderung memiliki
kebutuhan sandang yang bergaya formal, salah satunya batik. Batik yang biasa
digunakan oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku biasanya adalah berfungsi
sebagai seragam dengan motif khas yang menjadi identitas maupun kebanggaan
tersendiri sebagai identitas dalam menghadiri suatu acara maupun kegiatan. Oleh
karena itu mayoritas konsumen memilih batik dengan selektif sehingga harga
yang ditawarkan juga sesuai, yaitu berkisar Rp. 100.001 hingga Rp.500.000.
Berbeda dengan konsumen yang belum menikah (13%) mayoritas melakukan
pembelian dengan pengeluaran
( tabel 4). Hal ini dikarenakan
mayoritas konsumen lebih menyukai gaya berpakaian yang casual dibandingkan
gaya berpakaian formal yang sangat identik dengan berbagai aspek yang ada.
Tabel 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status
pernikahan
Pengeluaran
setiap pembelian
≤ Rp.100.000
Rp. 100.001-Rp. 500.000
Rp. 500.001-Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000
>Rp.2.000.000
Total
Chisquare
Status Pernikahan
Belum
Menikah
Duda Janda Total
Menikah
30 %
13%
0%
0%
43%
35%
12%
0%
1%
48%
5%
1%
0%
0%
6%
0%
0%
0%
1%
1%
2%
0%
0%
0%
2%
72%
26%
0%
2% 100%
0,00
4.3.2 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan
terakhir
Konsumen dengan pendidikan terakhir S1 (22%) mayoritas melakukan
pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001-Rp.500.000. Konsumen dengan
tingkat pendidikan yang beragam memiliki perbedaaan persepsi terhadap berbagai
hal, termasuk dalam melakukan pembelian. Konsumen dengan tingkat pendidikan
S1 pada konsumen Batik Bogor Tradisiku cenderung memiliki pengeluaran setiap
pembelian yang cukup tinggi yaitu Rp. 100.001- Rp. 500.000. Adapun yang
45
menjad pertimbangan mereka adalah batik bukanlah sekedar bahan sandang yang
biasa saja karena di dalam sehelai kain tersebut ada banyak nilai yang mungkin
tidak terlihat secara eksplisit namun implisit, seperti filosofi maupun esensi dari
nilai sebuah batik. Oleh karena itu, biasanya konsumen dengan tingkat pendidikan
semakin tinggi cenderung selektif dan loyal terhadap nilai implisit tersebut dan
memberani membayar berapa pun harganya. Hal ini akan begitu berbeda dengan
konsumen dengan pendidikan terakhir yang ada di SD/SMP, SMU/SMK, dan
diploma yang biasanya lebih melihat terhadap aktualisasi nilai yang bersifat
ekspisit saja terhadap batik yang identik sebagai bahan sandang yang menurut
mereka hanya identik dengan identitas budaya bangsa yang sudah ada sejak
dahulu kala, sehingga tingkat ekspektasi harga yang mereka inginkan hanyalah
berdasarkan harga yang standar di pasaran. Oleh karena itu, tak heran jika mereka
tidak begitu loyal dalam melakukan pembelian yang cukup tinggi.
Tabel 5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan
pendidikan terakhir
Pendidikan terakhir
Pengeluaran setiap
SD/SM SMU/S Diplom S1 S2 S3 Tota
pembelian
P
MK
a
l
≤Rp. 100.000
Rp.100.001-Rp. 500.000
Rp.500.001-Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000
>Rp.2.000.000
0%
2%
0%
1%
0%
16%
13%
1%
0%
0%
5%
6%
0%
0%
0%
Total
Chisquare
3%
30%
11%
19%
22%
2%
0%
1%
44%
3%
4%
3%
0%
1%
11%
0%
1%
0%
0%
0%
1%
43%
48%
6%
1%
2%
100%
0,00
4.3.3 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi
pekerjaan
Pada tabulasi silang diperoleh status pekerjaan memiliki korelasi dengan
pengeluaran setiap pembelian yang dikeluarkan oleh konsumen. Klasifikasi
pekerjaan yang dimiliki konsumen pada penelitian adalah unemployee, investor,
business owner, self employee, dan employee. Konsumen dengan klasifikasi
pekerjaan unemployee dan employee memiliki pengeluaran setiap pembelian yang
relative kecil. Hal ini dikarenakan konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku
dengan klasifikasi pekerjaan yang memiliki daya beli yang dapat dikatakan relatif
kecil yaitu ≤Rp.100.000 . Sedangkan pada pengeluaran setiap pembelian pada
kisaran dari Rp. 100.001-Rp. 500.000 hingga >Rp. 2.000.00o, konsumen terdiri
46
dari employee, business owner, dan unemployee. Adapun hal yang mempengaruhi
karakteristik konsumen pada klasifikasi pekerjaan tersebut adalah pendapatan,
selera, dan daya beli yang tinggi. Konsumen pada klasifikasi pekerjaan ini
cenderung mempertimbangkan atribut produk lebih dari hal yang bersifat fisik
atau nyata namun mempetimbangkan atribut abstrak yang mengandung hal yang
bersifat implicit seperti estetika maupun product knowledge.
Tabel 6. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan
klasifikasi pekerjaan
Pengeluaran setiap
pembelian
Klasifikasi pekerjaan
UnBusiness
Investor
employee
Owner
Self
Emplo Total
employee
yee
≤Rp.100.000
10
0
0
2
31
43
Rp.100.001-Rp. 500.000
8
1
6
2
31
48
Rp.500.001-Rp. 1.000.000
3
0
0
0
3
6
Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000
0
0
1
0
0
1
>Rp. 2.000.000
0
0
0
0
2
2
21
1
7
4
67
100
Total
Chisquare
0,079
4.3.4 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan
Status pekerjaan merupakan variabel karakteristik konsumen yang
memiliki korelasi dengan pengeluaran setiap pembelian. Hal ini dapat terlihat dari
pengeluaran setiap pembelian yang memiliki perbedaan yang kontras dengan
status pekerjaan yang dimiliki oleh konsumen. Konsumen dengan status pekerjaan
swasta mayoritas memiliki pengeluaran pembelian di kisaran ≤ Rp.100.000 dan
Rp. 100.001-Rp. 500.000. Konsumen dengan status pekerjaan sebagai PNS
memiliki pengeluaran setiap pembelian pada kisaran Rp.100.000 bahkan hingga
Rp. 2.000.000. Konsumen dengan status pekerjaan wiraswasta memiliki
pengeluaran setiap pembelian pada Rp. 100.001- Rp. 500.000. Status pekerjaan
pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga memiliki pengeluaran setiap pembelian
yang paling minimum. Adapun yang mempengaruhi status pekerjaan dengan
pengeluaran setiap pembelian cenderung dipengaruhi oleh gaya hidup yang
dilakukan oleh konsumen. Konsumen denga status pekerjaan swasta cenderung
menggunakan batik dalam berbagai kegiatan baik formal maupun semiformal.
47
Berbeda dengan konsumen yang memiliki status pekerjaan wiraswasta,
pelajar/mahasiswa, dan ibu rumah tangga yang menggunakan batik untuk kegiatan
ataupun acara tertentu.
Tabel 7. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status
pekerjaan
Status pekerjaan
Pengeluaran setiap
pembelian
Pelajar/
PNS Swasta Wiraswasta Mahasis IRT
wa
Total
≤Rp.100.000
9
22
2
5
5
43
Rp.100.001-Rp. 500.000
8
23
9
6
2
48
Rp.500.001-Rp. 1.000.000
1
1
1
1
2
6
Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000
0
0
1
0
0
1
2
0
0
0
0
2
20
46
13
12
9
100
>Rp. 2.000.000
Total
Chisquare
0,059
4.3.5 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi
Konsumen dengan profesi sebagai dosen/ guru merupakan konsumen yang
mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran ≤ Rp. 100.000 dengan
persentase 21 persen dan juga pengeluaran sebesar Rp.100.001- Rp. 500.000
sebesar 17 persen. Terdapat perbedaan yang tidak begitu jauh pada pengeluaran
setiap pembelian yang dilakukan oleh dosen/ guru. Hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai aspek yang dimiliki baik secara ekonomi maupun persepsi. Mayoritas
dosen/ guru yang melakukan pembelian sebesar Rp. 100.001-Rp. 500.000
merupakan dosen/ guru yang berasal dari sekolah maupun institusi pendidikan
yang cukup populer, sehingga dapat dikatakan didukung dari kemampuan
finansial yang cukup tinggi dalam mendukung daya beli terhadap pengeluaran
setiap pembelian yang dilakukan. Selain itu, konsumen tersebut mecoba
memberikan kekhasan dengan sekolah maupun institusi pendidikan yang
menunjukkan identitas sebagai dosen/guru yang berasal dari Bogor.
48
Tabel 8. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi
Pengeluaran
Profesi
setiap
Pengusaha Dokter/
TNI/
Pemerintah
pembelian Dosen/
atau
Tenaga
Pedagang Artis Konsultan Engineer
Total
Guru
Polisi
an
Wirausaha Medis
≤Rp.100.000
Rp.100.001Rp.500.000
Rp.500.001Rp. 1.000.000
Rp.1.000.001Rp. 2.000.000
>Rp. 2.000.000
21
1
0
0
2
0
1
1
17
43
17
9
0
1
4
1
2
1
13
48
1
0
1
1
0
1
0
0
2
6
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Total
41
11
1
2
6
2
3
2
32
100
Chisquare
0,014
4.3.6 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan
Konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan pendapatanrata-rata per bulan
sebesar Rp. 2.000.001 - Rp.5.000.000 merupakan konsumen yang mayoritas
melakukan pembelian dengan pengeluaran sebesar Rp. 100.001-Rp. 500.000 yaitu
23 persen. Pendapatan yang dimiliki konsumen pada rentang Rp. 2.000.001- Rp.
5.000.000 dapat dikatakan merupakan konsumen dengan tingkat pendapatan yang
cukup mapan sehingga kemampuan mereka dalam melakukan suatu transaksi
pembelian juga cukup tinggi. Selain itu pendapatan yang mapan juga
mempengaruhi selera yang dimiliki, semakin tinggi pendapatan maka selera
terhadap suatu produk pun meningkat sehingga ha ini akan beringan dengan harga
yang ditawarkan.
49
Tabel 9. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan
pendapatan
Pengeluaran
Setiap
Pembelian
≤Rp.100.000
Rp.100.001-Rp.
500.000
Rp.500.001-Rp. 1jt
Rp.1.000.001-Rp. 2jt
>Rp. 2.000.000
Total
Chisquare
Pendapatan
Rp.1.000 Rp.2.000.0 Rp.5.000.0 Rp.10.000
≤ 1jt
.001
01
01
.001
Total
- Rp.2jt - Rp.5jt
- Rp.10jt -Rp.20jt
15
4
1
0
0
13
12
1
0
0
15
23
1
0
1
0
7
3
1
1
0
2
0
0
0
43
48
6
1
2
20
26
40
12
2
100
0.003
4.4. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk akan
memiliki berbagai kriteria yang dipertimbangkan melalui suatu proses
pengambilan keputusan. Adapun tahapan
yang dilakukan pada
proses
pengambilan keputusan tersebut meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
4.4.1 Pengenalan Kebutuhan
Tahapan awal yang konsumen lakukan dalam pengambilan
keputusan pembelian adalah mengetahui kebutuhannya. Pada tahapan
pengenalan kebutuhan, konsumen akan mengeksplorasi kebutuhan atau
masalah yang harus dipenuhi oleh suatu produk tersebut.
Dalam
menganalisis tahap pengenalan kebutuhan konsumen Batik Bogor
Tradisiku dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai alasan
membeli Batik Bogor Tradisiku dan manfaat yang dicari setelah membeli
Batik Bogor Tradisiku. Pada tabel 10 dapat terlihat alasan konsumen
membeli Batik Bogor Tradisiku.
50
Tabel 10. Penyebaran konsumen berdasarkan alasan membeli Batik
Bogor Tradisiku
*Alasan membeli Batik Bogor Tradisiku
Persentase (%)
Bahan sandang
7
Harga yang ditawarakan
3
Ingin mencoba
18
Motif
45
Pengaruh orang lain
4
Merek baru
5
Kemudahan memperoleh
6
Promosi yang menarik
2
Warisan budaya yang harus dilestarikan
36
*Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu (n =100 orang)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada responden
Batik Bogor Tradisiku diketahui bahwa sebagian besar alasan konsumen
membeli Batik Bogor Tradisiku oleh karena motif yaitu sebesar 45 %.
Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang mencirikan kota Bogor, antara
lain hujan gerimis, tugu kujang, daun talas, kujang kijang, dan kijang
loncat. Motif- motif tersebut memberikan stimulus tersendiri bagi
konsumen, sehingga konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku.
Alasan berikutnya adalah warisan budaya yang harus dilestarikan
sebesar 36 persen, alasan ini merupakan alasan yang cukup dominan.
Batik menjadi hal yang sangat fenomenal ketika diperebutkan oleh
Malaysia dan Indonesia. Hal inilah yang menjadi langkah awal seluruh
lapisan masyarakat untuk semakin mencintai batik sebagai warisan budaya
yang harus dilestarikan. Popularitas batik sebagai warisan budaya yang
semakin meningkat membuat konsumen semakin peduli terhadap produk
batik yang ada. Konsumen Batik Bogor Tradisiku menyadari bahwa
dengan membeli batik tersebut adalah sebagai salah satu bentuk
pengaplikasikan wujud kecintaan terhadap warisan budaya. Selanjutnya
alasan yang berpengaruh bagi konsumen adalah ingin mencoba sebesar 18
persen.
51
Batik Bogor Tradisiku merupakan salah satu bentuk eksplorasi
keanekaragaman batik yang mengusung kota Bogor. Hal ini membuat
konsumen tertarik untuk mencoba produk batik baru tersebut. Selanjutnya,
alasan lain untuk membeli Batik Bogor Tradisiku adalah sebagai bahan
sandang sebesar 7 persen, kemudahan memperoleh sebesar 6 persen,
merek baru sebesar 5 persen, pengaruh orang lain sebesar 4 persen, harga
yang ditawarkan sebesar 3 persen, dan alasasan terakhir adalah promosi
yang menarik sebesar 2 persen.
Manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor Tradisiku sangat
beragam, yaitu memiliki bahan sandang yang bernilai, daya tarik tersendiri
(khas), wujud pelestarian warisan budaya, kebanggaan, dan ilmu
pengetahuan tentang batik. Manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor
Tradisiku dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Penyebaran konsumen berdasarkan manfaat yang dicari
konsumen Batik Bogor Tradisiku
Manfaat yang dicari
Persentase (%)
Memiliki bahan sandang yang bernilai
6
Daya tarik tersendiri (khas)
43
Wujud pelestarian warisan budaya
28
Kebanggaan
16
Ilmu pengetahuan tentang batik
7
Jumlah
100
Tabel tersebut menunjukkan bahwa manfaat terbesar yang dicari
oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah daya tarik tersendiri (khas)
sebesar 43 persen. Manfaat ini berdampingan dengan alasan utama
konsumen dalam membeli Batik Bogor Tradisiku yaitu motif-motif yang
dimiliki Batik Bogor Tradisiku yang memiliki ciri khas yang benar-benar
identik dengan kekhasan Bogor. Salah satunya adalah kekhasan kota
Bogor sebagai kota hujan dan ini menjadi daya tarik tersendiri yang
dituangkan dalam motif hujan gerimis pada Batik Bogor Tradisiku.
Manfaat selanjutnya yang dicari konsumen adalah wujud
pelestarian warisan budaya sebanyak 28 persen. Batik Bogor Tradisiku
52
secara langsung mendeskripsikan bahwa batik tersebut berasal dari Bogor.
Hal tersebut memudahkan konsumen dalam mewujudkan pelestarian batik
sebagai warisan budaya, mengingat banyaknya produk tekstil impor yang
menyerupai batik. Selain itu manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor
Tradisiku adalah kebanggaan sebesar 16 persen, ilmu pengetahuan tentang
batik sebesar 7 persen, dan memiliki bahan sandang yang bernilai sebesar
6 persen.
4.4.2 Pencarian Informasi
Konsumen yang telah mengenali kebutuhan dan manfaat yang
diharapkan akan melakukan proses pencarian informasi terhadap
kebutuhan tersebut. Dalam langkah pencarian informasi ini terdapat dua
tahap yaitu pencarian internal, langkah pertama konsumen akan berusaha
mengingat semua produk dan merek, serta langkah kedua konsumen akan
berfokus kepada produk dan merek yang sangat dikenalnya. Setelah itu
dilakukan dengan tahap kedua yaitu pencarian eksternal, proses pencarian
informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian maupun
konsumsi kepada lingkungan konsumen.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 10 diketahui bahwa
sumber informasi yang paling dominan mengenai Batik Bogor Tradisiku
adalah teman/kolega sebesar 57 persen. Kemudian diikuti oleh
event/pameran sebesar 27 persen, keluarga sebesar 12 persen, penjual
sebesar 3 persen, majalah/ koran sebesar 3 persen, dan yang paling
terakhir adalah televisi sebesar 2 persen. Sumber informasi secara
langsung merupakan sumber informasi yang efektif dalam menyampaikan
informasi tentang Batik Bogor Tradisiku. Sumber informasi dari
teman/kolega termasuk sumber pribadi yang merupakan sumber yang
paling efektif dalam menyalurkan informasi. Informasi ini bersifat word of
mouth merupakan salah satu media promosi yang sangat efektif. Hal ini
dikarenakan karena produk dapat disampaikan secara spesifik, komunikasi
yang terjalin dua arah, dan adanya feedback.
53
Tabel 12. Penyebaran konsumen berdasarkan sumber informasi
mengenai Batik Bogor Tradisiku
*Sumber Informasi
Persentase (%)
Keluarga
12
Teman/Kolega
57
Televisi
2
Penjual
3
Majalah/koran
3
Event/pameran
27
*Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu (n = 100 orang)
Sebagian besar konsumen memilih fokus perhatian utama
mengenai Batik Bogor Tradisiku (tabel 13) yaitu motif sebesar 48 persen.
Hal ini dikarenakan Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang menarik
perhatian konsumen dengan memiliki kekhasan ikon-ikon kota Bogor,
contohnya tugu kujang. Motif tersebut menggambarkan tugu kujang
sebagai ikon kota Bogor yang lekat di benak konsumen. Fokus perhatian
utama mengenai Batik Bogor Tradisiku terbanyak kedua yaitu bahan
sebanyak 15 persen, karena bahan kain yang ditawarkan oleh Batik
Tradisiku terdiri dari berbagai jenis kain mulai dari kain katun hingga kain
sutra. Selain itu, bahan kain akan mempengaruhi harga yang ditawarkan
oleh Batik Bogor Tradisiku. Semakin tinggi kualitas bahan kain yang
ditawarkan, maka akan berdampak terhadap harga yang ditawarkan oleh
Batik Bogor Tradisiku. Jaminan merupakan faktor perhatian utama yang
paling sedikit yaitu sebesar satu persen, hal ini dikarenakan karena
konsumen Batik Bogor Tradisiku hampir tidak pernah mendengar
informasi konsumen yang kecewa setelah membeli Batik Bogor Tradisiku.
54
Tabel 13. Penyebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian
konsumen Batik Bogor Tradisiku
Fokus Perhatian
Persentase (%)
Harga
5
Warna
7
Jaminan
1
Motif
48
Pelayanan
5
Bahan
16
Potongan harga
3
Tahan Lama
8
Lokasi
4
Jenis
3
Jumlah
100
4.3 Evaluasi Alternatif
Informasi yang diperoleh konsumen akan membentuk kriteriakriteria yang bertujuan untuk membentuk evaluasi alternatif. Evaluasi
alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan
memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses ini
konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memenuhi
kebutuhan yang diperlukannya. Dalam menganalisis evaluasi alternatif,
konsumen Batik Bogor Tradisiku diberikan pertanyaan yang terkait
dengan pertimbangan utama pada saat membeli, kriteria mutu bagi
konsumen, dan solusi dari konsumen jika Batik Bogor Tradisiku tutup.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pertimbangan
sebelum konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku mayoritas memilih
motif sebesar 52 persen. Kemudian diikuti dengan harga sebesar 27
persen, bahan sebesar 22 persen, warna 13 persen, tahan lama sebesar 8
persen, jenis sebesar 6 persen, potongan harga sebesar 5 persen, lokasi
sebesar 4 persen, dan jaminan serta pelayanan sebesar 1 persen. Jaminan
serta pelayanan merupakan pilihan yang paling sedikit dipilih, hal ini
dikarenakan kedua hal tersebut tidak berpengaruh nyata dalam bentuk fisik
dari produk tersebut. Konsumen merasakan jaminan serta pelayanan
merupakan pertimbangan yang lebih cenderung menjadi nilai tambah
untuk konsumen dalam memutuskan pembelian.
55
Tabel 14. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan sebelum
memutuskan pembelian Batik Bogor Tradisiku
*Pertimbangan untuk memutuskan
Persentase (%)
pembelian
Harga
27
Warna
13
Jaminan
1
Motif
52
Pelayanan
1
Bahan
22
Potongan harga
5
Tahan Lama
8
Lokasi
4
Jenis
6
*Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu
Mutu
produk
merupakan
kriteria
yang diperlukan
dalam
melakukan evaluasi alternatif pada proses pengambilan keputusan
pembelian. Berdasarkan pengolahan data diperoleh bahwa kriteria mutu
yang paling dominan adalah bahan kain yaitu sebesar 42 persen dan diikuti
oleh motif sebesar 39 persen. Bahan menjadi kriteria mutu yang lebih
dominan bagi konsumen dibangdingkan motif. Hal ini disebabkan karena
bahan mempengaruhi kepuasan konsumen secara nyata dan memiliki
tingkat nilai yang objektif yaitu seperti nilai daya serap maupun tingkat
kehalusan, sedangkan motif merupakan kriteria mutu yang nilainya
tergantung pada perspektif masing-masing konsumen.
Tabel 15. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan kriteria
mutu Batik Bogor Tradisiku
Kriteria mutu
Persentase (%)
Harga
4
Bahan
42
Merek
2
Jaminan
3
Kemasan
2
Motif
39
Variasi jenis
8
Jumlah
100
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner (tabel 16) yang
dilakukan, diketahui bahwa solusi konsumen jika Batik Bogor Tradisiku
56
sedang tutup, mayoritas konsumen memilih untuk membeli di outlet lain
yang menjual Batik Bogor Tradisiku sebesar 53 persen. Adapun outlet lain
yang menyediakan Batik Bogor Tradisiku adalah galeri restoran Gumati,
hotel Salak, Novotel Bogor, dan juga Dewan Kerajinan Nasional Daerah
(Dekranasda) Kota Bogor. Solusi lain yang dilakukakan konsumen jika
toko tutup adalah membatalkan niat membeli sebesar 22 persen,
melakukan pemesanan sebesar 15 persen, dan membeli merek lain sebesar
10 persen.
Tabel 16. Penyebaran konsumen berdasarkan solusi konsumen jika
toko Batik Bogor Tradisiku sedang tutup
Solusi jika toko tutup
Persentase (%)
Membeli di outlet lain yang menjual
53
Membatalkan niat membeli
22
Membeli merek lain
10
Melakukan pemesanan
15
Jumlah
100
4.4.4 Keputusan Pembelian
Setelah melakukan evaluasi berbagai alternatif, tahap selanjutnya
adalah konsumen akan melakukan keputusan pembelian. Analisis yang
dilakukan pada tahap ini meliputi pola pembelian, pihak yang
mempengaruhi keputusan pembelian, dan jenis batik yang dibeli
konsumen.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, mayoritas pola pembelian
konsumen adalah direncanakan dan memutuskan membeli yaitu sebesar 68
persen. Konsumen dengan pola pembelian tidak direncanakan dan
memutuskan membeli adalah sebesar 32 persen. Konsumen yang
melakukan proses keputusan pembelian dengan pola direncanakan dan
memutuskan membeli adalah konsumen yang sebelumnya telah memiliki
referensi tentang Batik Bogor Tradisiku. Berbeda dengan konsumen yang
memiliki pola pembelian tidak direncanakan membeli, konsumen dengan
pola pembelian ini biasanya adalah konsumen yang kebetulan sedang
57
menemani
teman/kolega
ataupun
yang
tidak
sengaja
melihat
event/pameran yang diselenggarkan oleh Batik Bogor Tradisiku.
Tabel 17. Penyebaran konsumen berdasarkan pola pembelian
konsumen Batik Bogor Tradisiku
Pola pembelian
Direncanakan
dan
memutuskan
Persentase (%)
untuk
membeli
68
Tidak direncanakan dan memutuskan untuk
membeli
32
Jumlah
100
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner (tabel 18) diketahui
bahwa keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku dipengaruhi
oleh diri sendiri sebesar 50 persen, teman/kolega sebesar 39 persen,
keluarga sebesar 8 persen, dan penjual sebesar 3 persen. Diri sendiri
memiliki pengaruh yang besar karena setiap konsumen memiliki selera
masing-masing dan juga tentunya pembelian juga sangat dipengaruhi oleh
daya beli masing-masing konsumen. Teman/kolega mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku biasanya berupa
pengalaman maupun word of mouth. Pihak keluarga memiliki pengaruh
dalam keputusan pembelian konsumen karena mengetahui karakteristik
individu maupun selera konsumen. Penjual menjadi bagian terkecil dari
pihak yang mempengaruhi keputusan pembelian karena pada dasarnya
penjual hanyalah fasilitator yang membantu konsumen untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumennya.
Tabel
18.
Penyebaran konsumen berdasarkan pihak yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Batik
Bogor Tradisiku
Pihak yang mempengaruhi
Keluarga
Diri sendiri
Teman/ Kolega
Penjual
Jumlah
Persentase (%)
8
50
39
3
100
58
Jenis batik yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku adalah:
1. Batik Tulis
Batik
tulis
merupakan
jenis
batik
yang
dibuat
dengan
menggunakan canting. Pembuatan batik tulis ini lebih lama yaitu sekitar 23 bulan. Proses pembuatannya yaitu membuat pola atau desain,
menyanting, memberi warna (pencelupan atau pencoletan), dan perebusan
atau pelodoran. Batik tulis tidak memiliki motif pengulangan yang jelas
dengan ukuran garis motif yang relatif kecil dibandingkan dengan batik
cap. Batik tulis yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku hanya ada
satu kain untuk setiap motifnya. Harga jual batik tulis berkisar antara Rp
500.000,00 hingga Rp. 1.500.000. Semakin rumit motif yang digunakan
semakin mahal harga jual batik tulis. Selain itu bahan kain juga
menentukan harga jual, untuk kain batik yang menggunakan kain katun
harga berkisar antara Rp 500.000,00 sampai Rp 750.000,00 dan untuk
jenis kain sutra dikenakan harga jual Rp 1.500.000,00 bahkan bisa
mencapai > Rp. 2.000.000. Disamping itu semakin banyak warna yang
digunakan maka semakin mahal harga jual kain batik tulis. Batik tulis
sebenarnya adalah batik yang sangat disukai oleh hampir seluruh
konsumen Batik Bogor Tradisiku, namun harga yang ditawarkan sangat
tinggi.
2. Batik cap
Batik cap adalah corak batik yang dibentuk dengan canting cap
yang terbuat dari cap tembaga. Biasanya proses pembuatan batik cap lebih
cepat dari batik tulis. Batik cap desainnya dikerjakan manual dengan
menggunakan canting cap yang biasanya terbuat dari tembaga lalu
dilakukan kegiatan menorehkan malam dengan menggunakan canting.
Pada dasarnya pembuatan batik cap menyerupai batik tulis, hanya saja
tidak serumit maupun prosesnya tidak begitu lama yaitu hanya 2-3 hari
saja. Sama halnya dengan batik tulis, Batik Bogor Tradisiku hanya
memproduksi satu motif kain untuk satu kain, walaupun memiliki motif
yang sama namun pewarnaan akan berbeda. Harga jual batik cap berkisar
antara Rp 200.000,00 sampai dengan Rp 400.000,00. Harga ditentukan
59
oleh rumitnya motif dan juga banyaknya warna dalam satu kain serta
bahan kain yang digunakan. Pada dasarnya batik cap yang ditawarkan oleh
Batik Bogor Tradisiku cukup relatif tinggi, hal ini dikarenakan teknik
pembuatan batik cap yang dilakukannya sebenarnya hampir sama dengan
pembuatan batik tulis. Oleh karena itu, tak heran jika mayoritas konsumen
memilih untuk membeli batik cap, karena batik cap tersebut menyerupai
batik tulis dan harga yang ditawarkan tidak setinggi harga batik tulis.
3. Kain printing (batik printing)
Kain printing adalah kain yang bermotif batik sehinga sering
disebut juga dengan batik printing. Kain printing tidak dikategorikan
dalam batik karena dalam proses pembuatannya tidak menggunakan
canting dan malam. Kain printing dalam proses pembuatannya dicetak
melalui proses sablon. Prosesnya sama seperti pembuatan spanduk atau
kaos sablon namun dengan motif batik Bogor dan bahan warna yang lebih
bagus mutunya. Permukaan kain batik sablon jika dilihat hanya satu sisi
saja yag bergambar, sedangkan sisi lainnya polos. Hal inilah yang
membedakan dengan apa yang disebut dengan batik yang sesungguhnya
“batik asli” karena pada dasarnya batik harus menggunakan malam seperti
jenis batik cap dan batik tulis. Harga kain printing berkisar antara Rp
65.000,00 sampai Rp 125.000,00 dan ditentukan berdasarkan jenis kain
dan jumlah pemesanan. Harga yang tidak begitu mahal ini menjadi salah
satu hal yang membuat konsumen Batik Bogor Tradisiku sangat
menyukainya (tabel 19)
Pada dasarnya perbandingan harga pun tercermin dari jenis batik
yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Jenis batik tulis setara
dengan 2 kali lipat harga batik cap dan 10 kali harga kain printing. Batik
cap setara 2 kali dari harga kain printing.
60
Tabel 19. Penyebaran konsumen berdasarkan jenis batik yang dibeli
oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku
Jenis Batik
Persentase (%)
35
44
21
100
Printing
Cap
Tulis
Jumlah
4.4.5 Perilaku Pasca Pembelian
Tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan pembelian
adalah evaluasi pasca pembelian. Penggunaan produk memberi informasi
baru bagi konsumen sejauh mana produk dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Keyakinan dan sikap yang terbentuk dari tahap ini akan
langsung mempengaruhi niat pembelian di masa yang akan datang.
Analisis yang diperoleh pada perilaku pasca pembelian salah
satunya adalah tingkat kepuasan konsumen (tabel 20). Mayoritas
konsumen merasa puas dan ingin kembali ke Batik Bogor Tradisiku, hal
ini terlihat jelas dari persentase mutlaknya sebesar 93 persen. Daya tarik
(kekhasan) motif Batik Bogor Tradisiku merupakan keunggulan yang
memberikan tingkat kepuasan maksimal bagi konsumen. Sedangkan
konsumen yang tidak puas dan tidak ingin kembali lagi memiliki
persentase yang tidak begitu jauh berbeda persentasenya dengan konsumen
yang tidak puas dan ingin kembai lagi.
Tabel 20. Penyebaran konsumen berdasarkan tingkat kepuasan
konsumen Batik Bogor Tradisiku
Tingkat Kepuasan
Puas dan ingin kembali lagi
Tidak puas dan tidak ingin kembali lagi
Tidak puas dan ingin kembali lagi
Jumlah
Berdasarkan
pengolahan
data
Persentase (%)
93
3
4
100
(tabel
19),
jika
konsumen
dihadapkan dengan kondisi Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia, sebanyak
65 persen konsumen memilih untuk melakukan pemesanan, sebanyak 19
persen membeli batik merek lain , dan sebanyak dua persen konsumen
61
tidak jadi membeli. Kegiatan pemesanan yang dilakukan konsumen
menunjukkan
usaha
konsumen
untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
keiginannya secara maksimal yang ingin diperoleh melalui Batik Bogor
Tradisiku.
Tabel 21. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika
Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia
Sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku
Persentase (%)
tidak tersedia
Melakukan pemesanan
65
Tidak jadi membeli
16
Membeli merek lain
19
Jumlah
100
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner (tabel 22) diperoleh
bahwa sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku mengalami kenaikan
harga, maka konsumen akan tetap membeli sebanyak 65 persen.
Sedangkan sebagian konsumen lagi memilih untuk beralih ke tempat lain
yang lebih murah sebanyak 22 persen, dan tidak jadi membeli sebanyak 13
persen. Konsumen yang sebagian besar memilih tetap membeli Batik
Bogor Tradisiku jika produk mengalami kenaikan harga karena kenaikan
harga Batik Bogor Tradisiku tidak berpengaruh signifikan bagi konsumen,
mengingat batik tidaklah sama dengan kebutuhan primer yang harus dibeli
setiap harinya.
Tabel 22. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika
Batik Bogor Tradisiku mengalami kenaikan harga
Sikap konsumen jika harga Batik Bogor
Tradisiku naik
Akan tetap
K membeli
Tidak akan membeli
Mencari batik lain yang harganya murah
Jumlah
Persentase (%)
65
13
22
100
Konsumen yang melakukan pembelian ulang Batik Bogor
Tradisiku adalah konsumen yang puas dan berminat berkunjung kembali
ke Batik Bogor Tradisiku dan konsumen yang tidak melakukan pembelian
ulang, merupakan konsumen yang tidak berminat lagi untuk kembali lagi
ke Batik Bogor Tradisiku. Mayoritas konsumen berminat untuk
62
melakukan pembelian ulang Batik Bogor Tradisiku dengan persentase 97
persen dan hanya tiga persen konsumen yang tidak berminat untuk
melakukan pembelian ulang di Batik Bogor Tradisiku (tabel 23).
Tabel 23. Penyebaran konsumen berdasarkan minat melakukan
pembelian ulang Batik Bogor Tradisiku
Minat melakukan pembelian ulang
Persentase (%)
97
3
100
Ya
Tidak
Jumlah
Kepuasan ataupun pengalaman yang dirasakan konsumen akan
diceritakan kepada pihak lain. Dari hasil pengolah data (tabel 24)
diketahui bahwa sebagian besar konsumen menyatakan bersedia untuk
menyarankan orang lain untuk membeli Batik Bogor Tradisiku sebanyak
95 persen, sedangkan konsumen yang tidak bersedia sangat sedikit sekali
yaitu sebanyak 5 persen. Pihak pemasar perlu meningkatkan kepercayaan
dan keyakinan konsumen agar timbul kesan yang mendalam bagi
konsumen hingga merasa harus menyarankan dan mempengaruhi orang
lain membeli Batik Bogor Tradisiku karena daya tarik tersendiri
(kekhasan) dari motif yang dimilikinya.
Tabel 24. Penyebaran konsumen berdasarkan kesediaan konsumen
untuk mempromosikan Batik Bogor Tradisiku
Kesediaan
Tradisiku
Ya
Tidak
Jumlah
konsumen
mempromosikan
Batik
Bogor
Persentase
(%)
95
5
100
4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Batik Bogor
Tradisiku
Analisis faktor pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang
dimiliki Batik Bogor Tradisiku. Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi
sejumlah variabel yang memiliki karakter yang sama, sehingga dapat membuang
atau menyertakan variabel-variabel yang memiliki korelasi. Pada prinsipnya
63
analisis faktor mengelompokkan variabel-variabel yang memiliki kemiripan untuk
dijadikan satu faktor sehingga beberapa atribut yang mempengaruhi suatu
komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor yang jumlahnya lebih
sedikit tetapi tetap mencerminkan variabel awalnya. Pada penelitian ini terdapat
21 atribut yang dianalisis dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku.
Atribut-atribut yang dianalisis yaitu harga, diskon/potongan harga, bahan kain,
motif, warna, kemasan menarik, tidak mudah luntur, kualitas tahan lama, ganti
rugi, produk pendukung, event/pameran, daya tarik merek, tingkat kemudahan
mengingat merek, merek terdaftar, public relation, kemudahan mendapatkan
informasi, customer service, direct selling, kemudahan mendapatkan produk,
lokasi, dan suasana toko.
Pengujian korelasi antar variabel dalam faktor-faktor preferensi konsumen
dilakukan dengan menggunakan metode Bartlett’s Test of Sphrecity dan
pengukuran Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA).
KMO-MSA digunakan untuk mengetahui variabel-variabel tersebut layak atau
tidak untuk dianalisis selanjutnya. Nilai KMO-MSA dianggap mencukupi jika
lebih besar atau sama dengan 0,5. Hasil dari KMO-MSA dalam penelitian ini
adalah sebesar 0,752 dengan taraf nyata di bawah 0,05 (0,000<0,05). Nilai KMOMSA yang dihasilkan lebih besar dari 0,5 dan taraf nyata lebih kecil dari 0,05,
maka variabel-variabel tersebut sudah layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Pada tabel Anti-Image Matrices di bagian anti-image correlation, terlihat
sejumlah angka bertanda superscript “a” yang membentuk diagonal, angka
tersebut menunjukkan besarnya nilai MSA sebuah variabel. Jika terdapat variabel
yang memiliki nilai MSA lebih kecil dari 0,5, maka variabel tersebut harus
dikeluarkan dan dilakukan pengulangan tanpa mengikutsertakan variabel yang
tidak layak tersebut. Berdasarkan pengolahan data, pada bagian anti-image
correlation tidak terdapat nilai MSA di bawah 0,5 pada masing-masing variabel
yang dianalisis, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Nilai MSA yang dimiliki
masing-masing variabel dalam penelitian ini lebih besar dari 0,5 , sehingga
variabel dapat digunakan dalam analisis faktor. Hasil perhitungan MSA
ditunjukkan pada tabel anti-image matrics pada output anti-imagecorelation
64
Sekumpulan variabel yang ada akan diekstraksi, sehingga terbentuk faktor
baru. Metode yang digunakan dalam analisis faktor ini adalah Principal
Component Analysis (PCA) dimana dalam proses ini akan menghasilkan nilai
communalities. Communalities menunjukkan nilai faktor yang menjelaskan varian
variabel dan nilainya selalu bernilai positif. Pembentukan faktor ini dapat terlihat
dalam tabel Total Variance Explained, tabel ini menjelaskan faktor yang dapat
terbentuk dengan nilai eigenvalue diatas satu. Nilai eigenvalue menunjukkan
kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian seluruh
variabel yang dianalisis.
Pada tabel Total Variance Explained menunjukkan bahwa 21 variabel
tersebut terdistribusi dalam tujuh faktor. Faktor-faktor yang terbentuk dari seluruh
variabel memiliki total percentage of variance sebesar 67,302 persen, sehingga
dapat diartikan bahwa penelitian ini bisa menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku sebesar 67,302 persen
dari total keseluruhan faktor yang ada.
Nilai loading factor pada tabel Component Matrix perlu diperkuat agar
perbedaan antara variabel yang masuk ke suatu faktor semakin jelas dengan
melihat tabel Rotated Component Matrix karena merupakan hasil rotasi nilai
dengan metode varimax. Metode varimax adalah metode rotasi untuk
meminimalisasikan jumlah yang digunakan untuk menjelaskan indikator melalui
nilai loading factor. Nilai loading factor berfungsi untuk mengetahui peranan
masing-masing variabel dalam suatu faktor. Loading dengan nilai terbesar
mempunyai peranan utama pada faktor tersebut. Variabel yang memiliki nilai
loading factor terbesar dapat digunakan dalam pemberian nama faktor yang
terbentuk. Selain pemberian nama faktor berdasarkan nilai loading factor terbesar,
penamaan faktor juga dapat diberikan peneliti yang disesuaikan dengan
komponen variabel-variabel yang terdapat di faktor tersebut. Sedangkan, variabel
yang memiliki nilai loading factor < 0,5 menunjukkan nilai korelasi yang rendah,
sehingga merupakan variabel yang begitu berpengaruh nyata dalam faktor
ataupun tidak memiliki peranan yang berarti terhadap faktor yang terbentuk.
Berikut merupakan hasil analisis faktor dari variabel-variabel yang telah
diolah dan terbentuk menjadi tujuh faktor (tabel 25).
65
Tabel 25. Hasil analisis faktor
Varian
(%)
Faktor
Faktor Pertama
( Kompetensi
produk)
Faktor Kedua
(Identitas produk)
Faktor Ketiga
( Keandalan
produk)
Faktor Keempat
( Aksesibilitas
produk)
Faktor Kelima
( Layanan
konsumen)
Faktor Keenam
(Estetika)
Faktor Ketujuh
( Promosi
penjualan)
26,009
9,905
8,437
6,690
6,076
5,316
4,868
Variabel Asal
Motif
Bahan kain
Tidak mudah luntur
Harga
Event/pameran
Daya tarik merek
Merek terdaftar
Public relation
Kemudahan mengingat merek
Tahan lama
Produk pendukung
Loading
Factor
0,797
0,733
0,643
0,490
0,397
0,735
0,716
0,708
0,690
0, 721
0,717
Suasana toko
Lokasi
Kemudahan mendapatkan produk
Customer service
Direct sellling
Kemudahan mendapatkan
informasi
0,832
0,778
0,545
0,322
0,760
0,658
Warna
Kemasan
Diskon
Ganti rugi
0,744
0,577
0,843
0,553
4.5.1 Faktor Pertama (Kompetensi Produk)
Faktor pertama yang terbentuk dari hasil analisis faktor disebut
sebagai kompetensi produk. Nilai eigenvalue yang dimiliki faktor pertama
memiliki eigenvalue terbesar dari semua faktor yang ada yaitu 5,462,
sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini merupakan faktor yang
paling mempengaruhi prefernsi konsumen Batik Bogor Tradisiku. Faktor
ini mampu menjelaskan keragaman data sebesar 26,009 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku
mempertimbangkan faktor kompetensi produk sebesar 26,009 persen.
Faktor kompetensi produk merupakan faktor utama yang dipertimbangkan
66
konsumen ketika ingin membeli produk batik karena saat ini batik menjadi
produk yang memiliki daya tarik, nilai, dan kekhasan tersendiri.
Dari kelima variabel yang masuk dalam faktor kompetensi produk,
nilai loading factor pada setiap variabel yaitu: motif (0,797), bahan kain
(0,733), tidak mudah luntur (0,643), harga (0,490), dan event/pameran
(0,397). Motif, bahan kain, dan tidak mudah luntur memiliki nilai korelasi
yang berpengaruh nyata pada faktor kompetensi produk. Sedangkan pada
variabel harga dan event/pameran memiliki ilai loading factor yang
kurang dari 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa harga dan event/pameran
memiliki nilai korelasi yang rendah karena kedua variabel tersebut kurang
berpengaruh nyata pada kompetensi produk.
Motif merupakan variabel dengan niali loading factor yang paling
tinggi, karena motif merupakan daya tarik, nilai, dan kekhasan batik yang
paling utama. Hal ini dibuktikan dengan konsumen yang selektif dalam
memilih motif batik yang ditawarkan. Oleh karena itu Batik Bogor
Tradisiku mengeksplorasi motif-motif yang dimilikinya sehingga memiliki
kompetensi tersendiri di benak konsumen.
Ketika konsumen menyukai motif dari batik tersebut maka konsumen
pun akan mulai selektif memilih bahan kain. Bahan kain mempengaruhi
kompetensi produk batik karena nilai motif batik akan berdampingan
dengan bahan kain yang digunakan. Motif yang menarik dan khas, maka
bahan kain yang digunakan tentunya adalah bahan kain yang memiliki
kompetensi yag tinggi juga, seperti bahan kain yang terbuat dari sutra.
Batik yang tidak mudah luntur menjadi pertimbangan yang
menunjukkan kompetensi produk. Saat ini beragam jenis batik yang
ditawarkan di pasaran, konsumen harus semakin selektif dalam memilih
batik karena batik yang ada seringkali mudah luntur. Batik Bogor
Tradisiku membuktikan kepada konsumen bahwa mereka tidak akan
kecewa dengan membeli produk Batik Bogor Tradisiku karena konsumen
tidak akan menemukan batik yang mudah luntur. Jika konsumen
menemukan bahwa produk Batik Bogor Tradisku mudah luntur, konsumen
dapat mengembalikannya.
67
Harga dan event/pameran merupakan bagian dari kompetensi produk,
berdasarkan pengolahan data menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut
tidak memiliki pengaruh nyata terhadap preferensi konsumen. Hal ini
dikarenakan harga bukanlah prioritas yang utama bagi konsumen.
Konsumen yang merasa puas dengan suatu produk akan membeli produk
tersebut tanpa mempermasalahkan harga yang ditawarkan. Event/ pameran
merupakan bagian dari komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk
memberikan informasi kepada konsumen secara luas dan dilaksanakan
pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu, konsumen merasa bahwa
event/pameran hanyalah sebagai bagian dari kompetensi produk.
4.5.2 Faktor Kedua (Identitas Produk)
Faktor kedua yang terdiri dari daya tarik merek, merek terdaftar,
public relation, dan kemudahan mengingat merek sehingga dapat disebut
sebagai identitas produk. Faktor identitas produk memiliki eigenvalue
sebesar 2,080 menunjukkan keragaman data sebesar 9,905 persen, yang
artinya konsumen mempertimbangkan variabel-variabel dalam faktor
tersebut sebesar 9,905 persen. Nilai loading factor berada pada 0,690
sampai 0,735. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keeratan antara
variabel dengan faktor yang terbentuk.
Identitas produk menjadi bagian penting karena akan memudahkan
konsumen dalam mengenal maupun mengingat produk tersebut. Batik
Bogor Tradisiku merupakan merek yang memiliki daya tarik. Pertama
adalah kata “Batik Bogor” yang secara langsung menyatakan kepada
konsumen bahwa ini adalah batik yang berasal dari Bogor, karena
mayoritas konsumen hanya mengenal batik Jawa seperti Pekalongan, Solo,
maupun Jawa. Kedua adalah “Tradisiku” yang secara langsung
memberikan stimulus kepada konsumen bahwa batik merupakan tradisi
yang dimiliki. Merek Batik Bogor Tradisiku tersendiri telah terdaftar sejak
15 Januari 2009 di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor.
Adanya legalitas merek tersebut membantu menjawab konsumen tentang
tingkat orisinilitas produk.
68
Public relation membuat pengenalan terhadap identitas produk dapat
tersampaikan secara meluas. Batik Bogor Tradisiku menjalankan kegiatan
public relation dengan pihak pemerintah maupun swasta. Kegiatan seperti
ini mampu menciptakan hubungan yang berkesinambungan. Batik Bogor
Tradisiku telah melakukan banyak cara yang difasilitasi oleh Dekranasda
kota Bogor, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Bogor, Kementrian
Perindustrian dan Perdagangan, bahkan stasiun televisi lokal maupun
televisi nasional. Hal ini merupakan salah satu kunci Batik Bogor
Tradisiku untuk mengenalkan identitas produknya kepada konsumen.
Produk yang telah memiliki daya tarik merek, dipublikasikan secara
legal, dan dikomunikasikan dengan baik, maka akan terbentuklah image
yang kuat terhadap merek tersebut. Image yang terbentuk tersebut akan
melekat dengan mudah diingatan konsumen sehingga ketika mencari
produk tersebut, konsumen akan secara spontanitas menyatakan merek
tersebut.
4.5.3 Faktor Ketiga (Keandalan produk)
Faktor ketiga yang terbentuk disebut sebagai keandalan produk,
karena faktor ini meliputi kualitas tahan lama dan produk pendukung.
Faktor ini memiliki eigenvalue sebesar 1,772 dengan keragaman data
8,347 persen. Adapun nilai loading factor yang dimiliki adalah kualitas
tahan lama sebesar 0,721 dan produk pendukung 0,717. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel pada produk tersebut memiliki keeratan
nyata dalam mempengaruhi faktor keandalan produk.
Kepuasan produk akan mempengaruhi preferensi konsumen. Kualitas
tahan lama dari produk akan membuat konsumen memperoleh keandalan
tersendiri dari produk tersebut. Batik Bogor Tradisiku mewujudkan
keandalan produk melalui kualitas tahan lama dan adanya produk
pendukung. Kualitas tahan lama Batik Bogor Tradisiku ditunjukkan
dengan umur ekonomis yang cukup. Umur ekonomis batik terlihat dari
terjadinya penyusutan kain pada batik ataupun memudarnya warna. Batik
Bogor Tradisiku menjaga kualitas tahan lama tersebut dengan selektif
memilih bahan kain maupun pewarna terbaik.
69
Produk
pendukung
merupakan
salah
satu
variabel
yang
mempengaruhi keandalan produk. Produk pendukung yang dimaksud dari
Batik Bogor Tradisiku antara lain dengan menyediakan lerak untuk
mencuci dan merawat batik serta produk olahan dari batik yang bukan
sekedar sebagai bahan sandang saja tetapi dalam bentuk lain seperti
dompet, tas, boneka, maupun aksesoris lainnya. Adanya produk
pendukung tersebut dipelopori oleh para konsumen Batik Bogor Tradisiku
yang ingin mendapatkan keandalan produk yang lebih dari kegunaan batik
pada umumnya. Hal ini terlihat dengan adanya permintaan konsumen
untuk pembuatan produk pendukung berupa tempat tusuk gigi, dompet,
dan tas dalam jumlah yang cukup banyak, bahkan konsumen seringkali
datang untuk memesan produk pendukung yang sesuai dengan
keinginanya.
4.5.4 Faktor Keempat (Aksesibilitas Produk)
Faktor keempat dinamakan aksesibilitas produk dan mampu
menjelaskan keragaman data 6,690 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar
1,405. Faktor aksesibilitas produk meliputi suasana toko, lokasi, dan
kemudahan
mendapatkan
produk.
Aksesibilitas
produk
akan
mempengaruhi preferensi konsumen terhadap produk, karena dengan
faktor tersebut akan membentuk pencitraan yang baik di benak konsumen.
Suasana toko merupakan bagian terbesar dari aksesibiltas produk,
karena menjadi pusat perhatian bagi konsumen. Suasana toko utama dari
Batik Bogor Tradisiku dibuat dengan adanya kain-kain batik yang
dijajarkan pada dinding maupun rak yang terbuat dari bambu, foto-foto
dari event/pameran yang pernah diikuti oleh Batik Bogor Tradisiku,
alunan musik, dan yang paling menarik dari suasana toko adalah adanya
proses pembuatan batik. Adanya proses pembuatan batik membuat
konsumen mendapatkan akses produk yang berbeda, karena konsumen
dapat melihat langsung pembuatannya.
Lokasi dari toko utama Batik Bogor Tradisiku adalah di Jalan.
Jalak no.2 Tanah Sereal Bogor. Lokasi ini dinilai cukup mudah diakses
bagi konsumen karena berada di ibukota, dahulu Batik Bogor Tradisiku
70
berada di desa Cibuluh, namun karena lokasi sudah tidak memungkinkan
lagi, maka Batik Bogor Tradisiku pindah ke lokasi yang mudah diakses
oleh konsumen. Lokasi toko yang berada di Cibuluh, saat ini hanya
digunakan sebagai tempat proses produksi kain printing dan pewarnaan
serta penjemuran batik. Selain itu, produk yang mudah diakses oleh
konsumen, akan memberikan pencitraan yang baik. Batik Bogor Tradisiku
selain tersedia di Jalan Jalak juga tersedia di Botani Square, Dekranasda
kota Bogor, hotel Salak, dan Novotel Bogor dan galeri restoran Gumati.
Customer service merupakan variabel yang kurang berpengaruh
nyata dalam mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku.
Hal ini dikarenakan, konsumen tidak merasakan pengaruh yang begitu
signifikan terhadap aksesibilitas produk.
4.5.5 Faktor Kelima ( Layanan Konsumen)
Faktor kelima yang terbentuk adalah faktor layanan konsumen.
Faktor tersebut terbentuk atas meliputi direct selling dan kemudahan
mendapatkan informasi. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data
6,076 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar 1,276. Direct selling
merupakan salah satu bentuk layanan terhadap konsumen yang mampu
membentuk preferensi konsumen. Penerapan direct selling yang dilakukan
Batik Bogor Tradisiku merupakan salah satu bentuk layanan yang mampu
menjawab ketidaktahuan konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku.
Adanya layanan konsumen seperti ini menjadi sarana yang mampu
membantu penyampaian product knowledge dari Batik Bogor Tradisiku.
Informasi menjadi bagian yang tak pernah lepas dari kehidupan
konsumen, terlebih saat ini informasi dapat dengan mudah sekali
diperoleh. Konsumen mendapatkan informasi terkait dengan Batik Bogor
Tradisiku cukup mudah, karena adanya sumber informasi yang diperoleh
dari pemerintahan kota Bogor, Dekranasda kota Bogor, Radar Bogor,
bahkan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. Konsumen juga
memperoleh informasi dari beberapa event seperti INACRAFT, UKM
Expo, Batik submitt, dan Mojang Jajaka Bogor. Selain mempengaruhi
71
preferensi konsumen faktor layanan konsumen juga digunakan sebagai
peluang dalam melakukan ekspansi pasar yang lebih besar lagi.
4.5.6 Faktor Keenam ( Estetika)
Faktor keenam terdiri dari warna dan kemasan, sehingga faktor ini
diberi nama estetika. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data 5,316
persen dengan nilai Eigenvalue sebesar 1,116. Nilai loading factor yang
dimiliki adalah warna sebesar 0,744 dan kemasan 0,577, sehingga dapat
diartikan bahwa kedua variabel ini memiliki pengaruh nyata dalam faktor
estetika. Warna dari produk akan mempengaruhi preferensi konsumen
karena konsumen memiliki selera masing-masing terhadap warna.
Kemasan yang dibuat secara kreatif memberikan nilai estetika tersendiri
sehingga konsumen semakin tertarik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyaknya paduan warna yang ditawarkan untuk memenuhi selera
konsumen yang beragam dan semakin kreatifnya kemasan maka peluang
preferensi konsumen kepada Batik Bogor Tradisiku akan semakin besar.
Warna dari produk akan mempengaruhi preferensi konsumen
karena konsumen memiliki kriteria masing-masing terhadap warna. Warna
memiliki nilai keindahan atau yang sering disebut dengan estetika. Batik
Bogor Tradisiku memiliki varian warna yang cukup banyak dan menarik.
Hal ini ditunjukkan oleh Batik Bogor Tradisiku melalui batik yang
berwarna-warni pada satu helai kain yang disebut dengan batik colek.
Batik dengan warna tersebut memiliki estetika tersendiri bagi konsumen
yang menyukainya. Konsumen menyukai varian ditawarkan di Batik
Bogor Tradisiku karena konsumen merasa dimudahkan untuk menentukan
dengan tepat warna melalui permesanan permintaan warna yang
diinginkan sehingga memberikan kepuasan maksimal.
Kemasan merupakan bagian dari produk yang memberikan estetika
tersendiri sehingga menjadi daya tarik untuk lebih menyukai produk yang
ditawarkan. Batik Bogor Tradisiku memberikan penawaran kemasan yang
memiliki estetika, mulai dari tas, kemasan kotak yang penutupnya terbuat
dari batik dengan varian warna maupun motif, maupun tas berbentuk
segitiga. Kemasan kotak menjadi pilihan konsumen yang ingin
72
memberikan Batik Bogor Tradisiku sebagai buah tangan khas kota Bogor.
Kemasan kotak merupakan kemasan yang ditawarkan dengan harga yang
berkisar Rp. 25.000-Rp. 50.000/kotak tergantung permintaan konsumen.
Berbeda dengan tas berbentuk segitiga merupakan kemasan yang
diberikan secara cuma-cuma, khusus bagi pembelian yang cukup banyak
maupun untuk pembelian pemesanan. Konsumen pembeliannya untuk
personal diberikan kemasan berbentuk tas kertas coklat dengan motif
hujan gerimis.
4.5.7 Faktor Ketujuh ( Promosi penjualan)
Faktor ketujuh yang terbentuk disebut dengan promosi penjualan.
Faktor tersebut terbentuk atas diskon dan ganti rugi. Faktor ini mampu
menjelaskan keragaman data 4,868 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar
1,022. Diskon ataupu potongan harga memiliki pengaruh yang cukup
besar bagi preferensi konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loading
factor yang sangat besar yaitu 0,843, sehingga semakin menarik
penawaran diskon/potongan harga yang diberikan maka semakin besar
pengaruhnya terhadap preferensi konsumen.
Diskon ataupun potongan harga memiliki pengaruh yang cukup
besar bagi preferensi konsumen terhadap produk. Batik Bogor Tradisiku
memberikan berbagai bentuk seperti diskon/potongan harga untuk
konsumen yang membawa turis, pembelian yang cukup banyak,
pemesanan khusus, maupun event-event tertentu.
Ganti rugi adalah salah satu bentuk promosi penjualan yang
diberikan oleh Batik Bogor Tradisiku yang mempengaruhi preferensi
konsumen. Hal ini memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen,
sehingga konsumen merasa tidak dirugikan ataupun kecewa dengan
produk yang dibelinya. Ganti rugi
digunakan
untuk
membangun
merupakan salah satu cara yang
kepercayaan
konsumen
sehingga
menumbuhkan loyalitas konsumen serta menjaga reputasi Batik Bogor
Tradisiku.
73
4.6. Implikasi Manajerial
Konsumen merupakan salah satu inti dari kegiatan pemasaran. Perusahaan
dituntut mengembangkan strategi pemasaran yang baik sehingga produk memiliki
daya tarik lebih bagi konsumen. Daya tarik yang ditimbulkan akan mempengaruhi
konsumen untuk membeli berapa pun produk yang ditawarkan. Daya beli
konsumen yang meningkat akan memberi pengaruh yang signifikan bagi pihak
perusahaan serta mampu meningkatkan daya saing terhadap perusahaan lain.
Dalam memenuhi harapan konsumen akan produk yang dibutuhkan, perusahaan
perlu menentukan secara tepat strategi marketing mix dan segmentation, targeting,
dan positioning dari produk yang dihasilkan.
Batik Bogor Tradisiku merupakan produk batik yang memiliki daya tarik
tersendiri dari motif yang dimilikinya dan sedang berkembang sebagai unit usaha
industri batik yang berpotensi di kota Bogor. Hal ini ditunjukkan dengan
kemampuan Batik Bogor Tradisiku yang menjadi pionir pengembangan batik
modern yang mengangkat ikon-ikon kota Bogor. Oleh karena itu, diperlukan
usaha yang lebih intensif lagi untuk mempertahankan serta mengembangkan apa
yang sudah dimilikinya saat ini.
Industri batik merupakan industri yang cukup potensial mengingat batik
semakin diapresiasi sekaligus menjadi trend yang berkembang di masyarakat.
Akibatnya peluang tumbuhnya unit usaha industri batik pun semakin meningkat,
sehingga persaingan yang dihadapi Batik Bogor Tradisiku juga akan semakin
besar. Batik Bogor Tradisiku harus mampu menetapkan strategi pemasaran yang
tepat dan terintegrasi dengan baik untuk mempertahankan posisinya yang sudah
cukup baik saat ini. Penentuan strategi yang dilakukan harus terkait dengan
fungsi-fungsi manajerial yang efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajerial
tersebut meiputi perencananaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
Berdasarkan hasil analisis terhadap proses pengambilan keputusan dan
preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku, didapatkan hasil mengenai
karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku. Langkahlangkah yang dapat dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku mempertahankan dan
mengembangkan eksistensinya di pasar berdasarkan hasil penelitian, antara lain:
74
1. Batik Bogor Tradisiku harus mengeksplorasi motif-motif yang dimilikinya
secara berkesinambungan. Hal ini dikarenakan alasan dan fokus perhatian
konsumen dalam membeli batik adalah dari motif yang dimilikinya dan
konsumen juga memperoleh kekhasan dari batik tersebut. Selain itu eksplorasi
motif menjadi pembeda dari kompetitor batik dari daerah lain.
2. Berdasarkan hasil penelitian, sumber informasi konsumen tentang Batik
Bogor Tradisiku adalah dari teman/kolega. Hal tersebut menunjukkan bahwa
metode promosi yang paling efektif adalah word of mouth. Konsumen
mempercayai informasi yang dikatakan konsumen yang telah membeli Batik
Bogor Tradisiku, sehingga Batik Bogor Tradisiku harus mempertahankan
positioningnya sebagai batik Bogor yang berkualitas baik sehingga konsumen
merasa puas dan menceritakan pengalaman baik tersebut kepada konsumen
lain. Selain itu metode word of mouth harus dikombinasikan dengan media
lainnya seperti brosur, leaflet, majalah/koran, maupun melalui sosial media.
Hal ini dikarenakan media akan mendukung kegiatan promosi yang lebih
informatif mengenai Batik Bogor Tradisiku sehingga konsumen menjadi
semakin yakin serta kegiatan promosi pun menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Harga menjadi kekuatan otoritas dalam menaikkan atau menurunkan
kemauan kosumen dalam membeli suatu produk. Harga yang ditawarkan
Batik Bogor Tradisiku bukanlah menjadi hal terpenting karena ketika harga
naik konsumen akan membelinya. Namun yang harus diperhatikan adalah
peningkatan harga juga harus beriringan dengan mutu yang diberikan. Ketika
harga tidak mampu memberikan kesesuaian mutu maka akan menjatuhkan
posisi Batik Bogor Tradisiku di benak konsumen.
4. Pada hasil analisis faktor, faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen
adalah kompetensi produk. Kompetensi produk yang berpengaruh nyata bagi
konsumen adalah motif, bahan, dan tidak mudah luntur. Batik Bogor
Tradisiku harus terus menjaga konsistensi dari ketiga hal tersebut. Hal ini
dikarenakan kompetensi produk akan mempengaruhi reputasi dari Batik
Bogor Tradisiku. Oleh karena itu Batik Bogor Tradisiku harus membuat
positioning dari kompetensi produk melalui tagline yang menarik bagi
konsumen. Adapun tagline yang diberikan antara lain: (1) “ I love Bogor, so I
75
love
Batik
Tradisiku,
(2)
“Everlasting
story
with
Batik
Bogor
Tradisiku”,(3)“Bogor I’m in love with Batik Tradisiku”, (4)“ Exclusive batik
from Batik Bogor Tradisiku”, dan (5) “ Culture for better future with Batik
Bogor Tradisiku”.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar dari
konsumen berjenis kelamin perempuan dengan kelompok usia 31-40 tahun
dan dengan status menikah. Tingkat pendidikan terakhir sebagian besar
konsumen
adalah
lulusan
S1
dengan
klasifikasi
pekerjaan
employee(pegawai), status pekerjaan sebagian besar sebagai pegawai
swasta, dan memiliki profesi sebagai dosen/guru, dan pendapatan
mayoritas konsumen per bulannya berkisar antara Rp 2.000.001 sampai
Rp. 5.000.000. Adapun pengeluaran konsumen untuk pembelian Batik
Bogor Tradisiku pada setiap pembelian adalah Rp.100.001-Rp.500.000
dan hobi konsumen Batik Bogor Tradisiku mayoritas adalah membaca.
Pada tabulasi silang yang dilakukan antara pengeluaran konsumen setiap
pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya, terdapat
hubungan yang signifikan dengan status pernikahan, pendidikan terakhir,
profesi, dan pendapatan.
2. Proses pengambilan keputusan konsumen menujukkan bahwa konsumen
telah memenuhi tahapan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Hal ini terlihat dengan konsumen yang merasa puas dan loyal dengan
produk Batik Bogor Tradisiku. Kepuasan konsumen tercermin dari
konsumen yang puas terhadap motif dengan memperhatikan bahan yang
ditawarkan dan loyalitas tercermin dari konsumen yang tetap membeli
walaupun terjadi kenaikan harga ataupun membeli di outlet lain yang
menyediakan produk ketika galeri Batik Bogor Tradisiku tutup.
3. Berdasarkan dari analisis faktor didapat hasil bahwa terbentuk tujuh faktor
yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam preferensi konsumen
Batik Bogor Tradisiku. Ketujuh faktor tersebut adalah kompetensi produk,
identitas merek, keandalan produk, aksesibilitas produk, layanan
konsumen, estetika, dan promosi penjualan. Faktor yang paling utama
dalam mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah
77
faktor kompetensi produk, dengan variabel yang berpengaruh nyata bagi
konsumen adalah motif, bahan kain, dan tidak mudah luntur.
2. Saran
1. Motif merupakan alasan konsumen dalam membeli Batik Bogor Tradisiku,
fokus perhatian, dan juga bagian dari faktor kompetensi produk, sehingga
diperlukan kemampuan yang mampu memberikan kreatifitas yang tiggi
terhadap motif yang dihasilkan. Selain itu diperlukan konsistensi terhadap
kekhasan yang dimiliki Batik Bogor Tradisiku, karena dengan demikian
nilai yang dihasilkan dari motif Batik Bogor Tradisiku menjadi aset yang
membedakan dari batik-batik lainnya.
2. Word of mouth yang berasal dari teman/kolega harus dijaga dengan
pembuktian fisik dari Batik Bogor Tradisiku melalui harga yang
ditawarkan sesuai dengan kualitas yang dihasilkan, sehingga tercipta trust
bagi konsumen. Namun word of mouth yang berkembang di pasar harus
juga diperhatikan oleh Batik Bogor Tradisiku secara intensif karena ketika
word of mouth yang dihasilkan ternyata negatif akan membuat reputasi
Batik Bogor Tradisiku menjadi buruk. Batik Bogor Tradisiku dapat
melakukan hubungan yang lebih interaktif dengan pemerintah kota Bogor
melalui event-event yang mengusung kota Bogor, mengkomunikasikan
Batik Bogor Tradisiku baik secara umum melalui media yang ada di
Bogor baik media cetak maupun media elektronik seperti Radar Bogor,
MGS TV, Radio Megaswara, Info Bogor, dan semakin intensif melakukan
diskusi dengan asosiasi batik yang ada di Indonesia.
3. Batik Bogor Tradisiku harus lebih intensif dalam melakukan strategi
pemasaran yang terintegrasi dengan baik. Strategi pemasaran yang dapat
dilakukan antara lain dengan membuat range harga yang bervariatif
dengan memberitahukan hal yang menjadi “product knowledge”
yang
membuat perbedaan harga yang signifikan pada jenis batik yang ada.
Harga yang dapat ditawarkan pada kalangan masyarakat seperti Rp.
100.000/ kain printing, Rp. 200.000/ batik cap, dan Rp. 500.000/ batik
tulis. Product knowledge yang disamapaikan kepada masyarakat antara
lain terkait tentang batik yang sesungguhnya, cara membedakan kain
78
printing, batik cap, dan batik tulis, dan cara pembuatan batik pada tiap
jenisnya.
4. Dalam perkembangan ke depannya Batik Bogor Tradisiku yang notabene
adalah pionir batik Bogor akan dihadapkan dengan hadirnya kompetitorkompetior batik Bogor lainnya. Hal tersebut menuntut Batik Bogor
Tradisiku untuk lebih maksimal dalam menggali potensi yang dimilikinya
serta melakukan evaluasi-evaluasi kegiatan yang telah dilakukannya,
sehingga hadirnya kompetitor batik Bogor baru bukanlah menjadi
ancaman yang membuat kemuduran, melainkan tantangan bagi Batik
Bogor Tradisiku untuk bisa menunjukkan bahwa Batik Bogor Tradisiku
sebagai pionir sejati dari adanya batik Bogor. Batik Bogor Tradisiku
sebagai pionir batik Bogor dapat diwujudkan melalui tagline, antara lain
adalah: “Everlasting story of Bogor with Batik Tradisiku” atau “Batik
Tradisiku, Exclusive batik from Bogor.”. Tagline yang dimiliki oleh Batik
Bogor Tradisiku dapat menjadi salah satu langkah strategis untuk
mempertahankan positioning dan reputasi dari Batik Bogor Tradisiku yang
akan
selalu
dikenang
dan
melekat
di
benak
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Churchil, G.A. 1998. Marketing Research Third Edition. The Dryden Press,
Florida
Engel, J.F, R.D. Blackweel, P.J. Winiard. 1994. Perilaku Konsumen, Jilid 1. Bina
Rupa Aksara, Jakarta
Febrianti, L. 2011. Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen
Pembalut Wanita Charm (Kasus Pada Mahasiswi Strata 1 Institut Pertanian
Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Fitriyana, D. 2009. Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi
Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan “Fishing Valley” Bogor.
Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Kardes, F.R .2002. Consumer Behavior and Mangerial Decision Making Second
Editiom. Prentice Hall of India, New Delhi
Kementrian Perindustrian, 2011. Program Pemerintah untuk Mendukung
Pengembangan IKM Batik Indonesia, Jakarta
Kotler, P dan G. Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta
Kotler, P dan K.L Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 12. Indeks, Jakarta
Miftah, A.R.A. 2011. Analisis Proses Pegambilan Keputusan Pembelian dan
Preferensi Konsumen Restoran Gurih 7, Bogor. Skripsi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor
Nugroho, A. B. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Penerbit Andi, Jakarta.
Santoso, S. 2010. Mastering SPSS 18. Elex Media Computindo, Jakarta
Siegel, S dan N.J.Castellan. 1988. Nonparametric Statistic for The Behavioral
Science. Mc.Graw-Hill Book Co, Singapore
Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Gramedia, Jakarta
Sukotjo, H dan Sumanto R. 2010. Analisa Marketing Mix-7P (Produk, Price,
Promotion, Place,Partisipant, Process, dan Physical Evidence) terhadap
Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di Surabaya. Jurnal
Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 2, Oktober 2010, 216228, Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,
Surabaya
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia,
Bogor
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. ANDI, Yogyakarta
Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia, Jakarta
Wulandari, A. 2011. Batik Nusantara. ANDI, Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
No.
Kuesion
er:
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan Skripsi
mengenai:
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PREFERENSI
KONSUMEN TERHADAP BATIK BOGOR TRADISIKU
Oleh: Satriani Situmorang (H24080048)
Mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan
untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Alamat
:
Telp/HP
:
Email
:
(L/P)
Petunjuk pengisian:
- Berilah tanda silang (X) pada jawaban Anda pilih
- Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada
tempat yang telah disediakan
I. Karakteristik Responden
1. Usia :
a. ≤ 20 tahun
b. 21 - 30 tahun
2. Status pernikahan
c. 31 - 40 tahun
d. 41 - 50 tahun
: a. Menikah
b. Belum Menikah
3. Pendidikan Terakhir :
a. SD/ SMP
b. SMU/SMK
c. Diploma
d. S1
e. 51 - 60 tahun
f. > 60 tahun
c. Duda
d. Janda
e. S2
f. S3
4. Klasifikasi pekerjaan :
a. Unemployee ( tidak bekerja)
d. Self-employee (pekerja lepas)
e. Employee (Pegawai)
b. Investor ( penanam modal)
c. Business owner ( pemilik usaha)
5. Status pekerjaan Anda saat ini :
a. PNS
c. Wiraswasta
b. Swasta
d. Pelajar/ Mahasiswa
e. Ibu Rumah Tangga
82
Lanjutan Lampiran 1
6. Klasifikasi profesi :
a. Dosen/ Guru
d. Bankir
g. Pengacara
j. Pedagang
m. Budayawan
p. Lainnya
b. Pengusaha/ Wirausaha
e. Jurnalis
h. TNI/Polisi
k. Artis
n. Pemuka agama
7. Rata-rata pendapatan per bulan:
a. ≤ Rp. 1.000.000
b. Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000
c. Rp 2.000.001 – Rp 5.000.000
d. Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000
c. Dokter
f. Politikus
i. Psikolog
l. Konsultan
o.Engineer/Teknisi
e. Rp 10.000.001 – Rp 20.000.000
f. Rp 20.000.001 – Rp 50.000.000
g. > Rp. 50.000.000
8. Pengeluaran anda untuk membeli Batik Bogor Tradisiku (setiap
pembelian):
a. ≤ Rp.100.000
d. Rp.1.000.001 – Rp. 2.000.000
b. Rp. 100.001–Rp. 500.000
e. > Rp.2.000.000
c. Rp.500.001 – Rp 1.000.000
9. Hobi:
a. Membaca
b. Jalan-jalan
c. Belanja
d. Menonton
e. Browsing
f. Kolektor barang
g.Menggambar/ desain
h. Lainnya
II. Proses Pengambilan Keputusan
Petunjuk Umum : Berilah tanda silang (X) pada pilihan Anda. Khusus
untuk pertanyaan bertanda bintang (*) jawaban dapat lebih dari satu.
A. Pengenalan Kebutuhan
1. *Apa alasan Anda membeli Batik Bogor Tradisiku?
a. Bahan sandang
f.Merek baru
b. Harga yang ditawarkan
g. Kemudahan memperoleh
c. Ingin mencoba
h. Promosi yang menarik
d. Motif
i. Warisan budaya yang harus dilestarikan
e. Pengaruh orang lain
j. Lainnya
2. Manfaat apa yang Anda peroleh dengan membeliBatik Bogor Tradisiku?
a. Memiliki bahan sandang yang bernilai b. Daya tarik tersendiri(khas)
c.Wujud pelestarian warisan budaya
d. Kebanggaan
e. Ilmu pengetahuan tentang batik
f. Lainnya
B. Pencarian Informasi
1. *Dari manakah Anda tahu tentang Batik Bogor Tradisiku?
a. Keluarga
e. Majalah/Koran
b. Teman/ Kolega
f. Event/ Pameran
c.Televisi
g. Internet
d. Penjual
h. Lainnya
83
Lanjutan Lampiran 1
2. Berdasarkan informasi yang didapat, hal apa yang menjadi fokus perhatian
Anda ?
a. Harga
b. Warna
c. Jaminan
d. Motif/corak
e. Pelayanan
f. Bahan
g. Potongan harga
h. Tahan lama
i. Lokasi
j. Variasi jenis
k. Lainnya
C. Evaluasi Alternatif
1. *Hal apa yang menjadi pertimbangan Anda sebelum membeli Batik Tradisiku
Bogor?
d. Motif/corak
a. Harga
b. Warna
c. Jaminan
e. Pelayanan
f. Bahan
g. Potongan harga
h. Tahan lama
i. Lokasi j. Variasi jenis
k. Lainnya
2. Menurut Anda, Batik Bogor Tradisiku bermutu dapat dilihat dari?
a. Harga
b. Bahan
c. Merek
d. Jaminan
e. Kemasan
f. Motif/corak
g. Variasi jenis
h. Lainnya
3. Pada saat Anda membeli ke Batik Bogor Tradisiku, akan tetapi pada saat itu
Batik Bogor Tradisiku sedang tutup. Apa yang Anda lakukan jika pada saat itu
Anda ingin membeli batik di sana?
a. Tetap membeli di tempat lain yang menjual Batik Bogor Tradisiku (contoh:
Dekranasda)
b. Membatalkan niat membeli
c. Tetap membeli batik dengan merek lain
d. Lainnya
D. Keputusan Pembelian
1. Bagaimana pola pembelian yang Anda lakukan dalam membuat keputusan
untuk membeli Batik Bogor Tradisiku?
a. Direncanakan dan memutuskan untuk membeli
b. Tidak direncanakan dan memutuskan untuk membeli
2. Siapakah yang mempengaruhi Anda untuk membeli Batik Bogor Tradisiku?
a. Keluarga
c. Teman/ Kolega
b. Diri Sendiri
d. Penjual
3. Jenis batik apa Anda beli di Batik Bogor Tradisiku?
a. Batik printing (kain printing) b. Batik cap
c. Batik tulis
E. Evaluasi Pasca Pembelian
1. Apakah Anda merasa puas setelah membeli ke Batik Bogor Tradisiku dan ingin
kembali lagi?
a. Puas dan ingin kembali lagi
b. Puas dan tidak ingin kembali lagi
c. Tidak puas dan ingin kembali lagi
d. Tidak puas dan tidak ingin kembali lagi
84
Lanjutan Lampiran 1
2. Jika Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia, apa yang Anda lakukan?
a. Melakukan pemesanan
c. Mencari batik dengan merek lain
b. Tidak jadi membeli
3. Jika harga Batik Bogor Tradisiku mengalami kenaikan, maka Anda?
a. Akan tetap membeli
b. Tidak akan membeli
c. Mencari batik lain yang lebih murah
4. Apakah Anda berniat membeli kembali setelah membeli Batik Bogor
Tradisiku?
a. Ya
b. Tidak
5. Setelah Anda membeli Batik Bogor Tradisiku, apakah Anda menyarankan
orang lain untuk membeli batik di Batik Bogor Tradisiku ?
a. Ya
b. Tidak
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen
Pertanyaan:
Seberapa pentingkah faktor-faktor ini mempengaruhi preferensi (lebih suka) Anda
untuk menjadi konsumen Batik Bogor Tradisiku?
Petunjuk:
Mohon diisi dengan memberi tanda () pada kolom yang telah disediakan sesuai
dengan pendapat Anda.
Keterangan :
1 = Sangat Tidak Penting (STP)
4 = Penting (P)
2 = Tidak Penting (TP)
5 = Sangat Penting (SP)
3 = Cukup Penting (CP)
Tingkat Kepentingan
No
Atribut
1.
Harga yang ditawarkan
2.
Diskon/ potongan harga
3.
Bahan kain
4.
Motif atau corak khas yang
mengangkat ikon-ikon kota
Bogor
5.
Warna
6.
Kemasan yang menarik
STP
(1)
TP
(2)
CP
(3)
P
(4)
SP
(5)
85
Tingkat Kepentingan
No
Atribut
8.
Kualitas tahan lama
9.
Jaminan/ Ganti rugi
10.
Produk pendukung
( lerak, tas, dompet, dll)
STP
(1)
TP
(2)
CP
(3)
11. Adanya event/ pameran
12. Daya tarik merek
13.
Tingkat kemudahan mengingat
merek
Merek telah terdaftar dan
14. diakui oleh pemerintah kota
Bogor
Public relation
15. (kerjasama dengan instansi
lain atau tayangan di media
masa)
Kemudahan mendapatkan
16.
informasi
17.
Costumer service untuk
melayani keluhan konsumen
18.
Keramahan pelayanan (direct
selling)
Kemudahan mendapatkan
19. produk
(Dekranasda, Botani, dll)
20. Lokasi yang mudah dijangkau
21. Suasana yang nyaman
Saran atau pesan Anda terhadap Batik Bogor Tradisiku?
Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini
P
(4)
SP
(5)
86
Lampiran 2. Hasil uji validitas
No.
Atribut
rhitung
rtabel
Keterangan
1.
Harga
0,487
0,361
Valid
2.
Diskon/Potongan Harga
0,438
0,361
Valid
3.
Bahan Kain
0,624
0,361
Valid
4.
Motif
0,738
0,361
Valid
5.
Warna
0,444
0,361
Valid
6.
Kemasan
0,530
0,361
Valid
7.
Tidak Mudah Luntur
0,854
0,361
Valid
8.
Tahan Lama
0,533
0,361
Valid
9.
Ganti Rugi
0,412
0,361
Valid
10.
Produk pendukung
0,660
0,361
Valid
11.
Event/Pameran
0,710
0,361
Valid
12.
Daya tarik merek
0,636
0,361
Valid
13.
Kemudahan mengingat merek
0,549
0,361
Valid
14.
Merek terdaftar dan diakui Pemkot
0,802
0,361
Valid
Bogor
15.
Public Relation
0,609
0,361
Valid
16.
Kemudahan mendapatkan informasi
0,405
0,361
Valid
17.
Costumer Service
0,511
0,361
Valid
18.
Keramahan Pelayanan
0,433
0,361
Valid
19.
Kemudahan mendapatkan produk
0,550
0,361
Valid
20.
Lokasi
0,415
0,361
Valid
21.
Suasana Toko
0,479
0,361
Valid
87
Lampiran 3. Hasil uji reliabilitas
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.893
N of Items
21
88
Lampiran 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan
variabel karakteristik konsumen lainnya
1. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan jenis kelamin
Pengeluaran setiap pembelian * jenis kelamin crosstabulation
JenisKelamin
Pengeluaran setiap pembelian
Laki-laki
Perempuan
Total
10
33
43
18
30
48
2
4
6
0
1
1
1
1
2
31
69
100
≤Rp.100.000
Rp.100.001-Rp. 500.000
Rp.500.001-Rp. 1.000.000
Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000
>Rp. 2.000.000
Total
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Pearson Chi-Square
2.956a
4
.565
Likelihood Ratio
3.257
4
.516
N of Valid Cases
100
a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .31.
89
Lanjutan Lampiran 4.
2. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan usia
Pengeluaran setiap pembelian * usia crosstabulation
Usia (tahun)
Pengeluaran setiap
pembelian
Total
<=20
21-30
31-40
41-50
51-60
>60
≤Rp.100.000
6
10
13
8
5
1
43
Rp.100.001-Rp.
5
11
13
11
8
0
48
1
0
2
3
0
0
6
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
2
12
21
28
23
15
1
100
500.000
Rp.500.001-Rp.
1.000.000
0
Rp.1.000.001Rp.2.000.000
>Rp. 2.000.000
Total
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Pearson Chi-Square
15.993a
20
.717
Likelihood Ratio
16.609
20
.678
N of Valid Cases
100
a. 20 cells (66.7%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .01.
90
Lanjutan Lampiran 4.
3.Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan
Pengeluaran setiap pembelian * status pernikahan crosstabulation
Status Pernikahan
Pengeluaran setiap
pembelian
Total
Menikah
Belum
Menikah
Janda
≤Rp.100.000
Rp.100.001-Rp.
500.000
Rp.500.001-Rp.
1.000.000
Rp.1.000.001-Rp.
2.000.000
>Rp. 2.000.000
30
13
0
43
35
12
1
48
5
1
0
6
0
0
1
1
2
0
0
2
Total
72
26
2
100
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
Df
Pearson Chi-Square
51.418a
8
.000
Likelihood Ratio
11.768
8
.162
N of Valid Cases
100
a. 11 cells (73.3%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .02.
91
Lanjutan Lampiran 4.
4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir
Pengeluaran setiap pembelian * pendidikan terakhir crosstabulation
PendidikanTerakhir
Pengeluaran setiap pembelian
SD/
SMP
SMU
/SMK
≤Rp.100.000
0
16
Rp.100.001-Rp. 500.000
2
Rp.500.001-Rp. 1.000.000
Total
Diploma
S1
S2
S3
5
19
3
0
43
13
6
22
4
1
48
0
1
0
2
3
0
6
Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000
1
0
0
0
0
0
1
>Rp. 2.000.000
0
0
0
1
1
0
2
3
30
11
44
11
1
100
Total
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Pearson Chi-Square
50.198a
20
.000
Likelihood Ratio
23.203
20
.279
N of Valid Cases
100
a. 24 cells (80.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .01.
92
Lanjutan Lampiran 4.
5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan
Pengeluaran setiap pembelian * klasifikasi pekerjaan crosstabulation
KlasifikasiPekerjaan
Pengeluaran setiap
pembelian
UnBusiness
Self
Employ Total
Investor
employee
Owner employee
ee
<=Rp.100.000
10
0
0
2
31
43
Rp.100.001-Rp. 500.000
8
1
6
2
31
48
Rp.500.001-Rp. 1.000.000
3
0
0
0
3
6
Rp.1.000.001-Rp.
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
2
2
21
1
7
4
67
100
2.000.000
>Rp. 2.000.000
Total
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Pearson Chi-Square
24.521a
16
.079
Likelihood Ratio
20.169
16
.213
N of Valid Cases
100
a. 21 cells (84.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .01.
93
Lanjutan Lampiran 4.
6. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan
Pengeluaran setiap pembelian * status pekerjaan crosstabulation
StatusPekerjaan
Pengeluaran setiap
pembelian
PNS Swasta Wiraswasta
Pelajar/
Mahasiswa
IRT
Total
<=Rp.100.000
9
22
2
5
5
43
Rp.100.001-Rp. 500.000
8
23
9
6
2
48
Rp.500.001-Rp. 1.000.000
1
1
1
1
2
6
Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000
0
0
1
0
0
1
>Rp. 2.000.000
2
0
0
0
0
2
Total
20
46
13
12
9
100
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Pearson Chi-Square
25.656a
16
.059
Likelihood Ratio
21.111
16
.174
N of Valid Cases
100
a. 17 cells (68.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .09.
94
Lanjutan Lampiran 4.
7. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi
Pengeluaran setiap pembelian * profesi crosstabulation
Pengeluaran
setiap
pembelian
Profesi
Pengusaha Dokter/
Dosen/
atau
Tenaga TNI/
Guru Wirausaha Medis Polisi Pedagang Artis
Konsultan Engineer
Pemerintah
an
Total
<=Rp.100.000
Rp.100.001-Rp.
500.000
Rp.500.001-Rp.
1.000.000
Rp.1.000.001Rp. 2.000.000
>Rp. 2.000.000
21
1
0
0
2
0
1
1
17
43
17
9
0
1
4
1
2
1
13
48
1
0
1
1
0
1
0
0
2
6
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Total
41
11
1
2
6
2
3
2
32
100
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
Df
Pearson Chi-Square
51.996
a
32
.014
Likelihood Ratio
35.125
32
.322
N of Valid Cases
100
a. 40 cells (88.9%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .01.
95
Lanjutan Lampiran 4.
8. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan
Pengeluaran setiap pembelian * pendapatan bulanan crosstabulation
Pengeluaran setiap
pembelian
≤Rp.1.000.000
Pendapatanbulanan
Rp.1.000.001 Rp.2.000.001 Rp.5.000.001 Rp.10.000.001
-Rp.2jt
-Rp.5jt
-Rp.10jt
-Rp.20jt
Total
≤Rp.100.000
Rp.100.001-Rp.
500.000
Rp.500.001-Rp.
1.000.000
Rp.1.000.001Rp.2.000.000
>Rp. 2.000.000
15
13
15
0
0
43
4
12
23
7
2
48
1
1
1
3
0
6
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
2
Total
20
26
40
12
2
100
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
Df
Pearson Chi-Square
35.932a
16
.003
Likelihood Ratio
35.630
16
.003
N of Valid Cases
100
a. 17 cells (68.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .02.
96
Lanjutan Lampiran 4.
9. Hasil Tabulasi Silang Pengeluaran Setiap Pembelian dengan Hobi
Pengeluaran setiap pembelian * hobi crosstabulation
Hobi
Pengeluaran setiap
pembelian
Jalan
Baca
Kolektor
-jalan Belanja Nonton
Gambar Lain
Browsing
Barang
desain
nya
Total
<=Rp.100.000
Rp.100.001-Rp.
500.000
Rp.500.001-Rp.
1.000.000
Rp.1.000.001-Rp.
2.000.000
>Rp. 2.000.000
15
11
3
3
0
0
3
8
43
13
16
3
3
4
1
2
6
48
3
2
0
0
0
0
0
1
6
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
2
Total
32
30
7
6
4
1
5
15
100
Chi-square tests
Value
Asymp. Sig.
(2-sided)
df
Pearson Chi-Square
23.522a
28
.707
Likelihood Ratio
18.977
28
.899
N of Valid Cases
100
a. 34 cells (85.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is .01.
97
Lampiran 5. Hasil analisis faktor
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square
.752
693.008
Df
210
Sig.
.000
Lanjutan Lampiran 5
Anti Image Matrices
Anti-image
Covariance
Harga
Diskon
Potongan
Harga
Bahan
Kain
Motif
Warna
Kemasan
Menarik
Tidak
Mudah
Luntur
Kualitas
Tahan
Lama
Ganti
Rugi
Produk
Penduk
ung
Event
Pamer
an
Daya
Tarik
Merek
Harga
0.579
-0.157
-0.015
-0.160
-0.114
-0.072
0.016
0.093
-0.078
0.045
-0.076
0.039
Diskon/ potongan harga
-0.157
0.702
0.063
-0.066
-0.015
0.015
0.025
-0.012
-0.171
0.005
-0.032
-0.049
Bahan kain
-0.015
0.063
0.537
-0.164
0.018
-0.104
-0.021
0.061
-0.041
0.032
-0.160
-0.106
Motif
-0.160
-0.066
-0.164
0.439
0.070
-0.058
-0.109
-0.043
0.026
0.022
0.052
0.036
Warna
-0.114
-0.015
0.018
0.070
0.652
-0.194
0.030
0.046
0.023
-0.137
-0.001
-0.092
Kemasan menarik
-0.072
0.015
-0.104
-0.058
-0.194
0.491
-0.110
-0.142
0.021
0.043
0.059
-0.010
Tidak mudah luntur
0.016
0.025
-0.021
-0.109
0.030
-0.110
0.404
-0.100
-0.022
-0.126
-0.017
0.027
Kualitas tahan lama
0.093
-0.012
0.061
-0.043
0.046
-0.142
-0.100
0.516
-0.121
-0.065
-0.121
-0.036
Ganti rugi
-0.078
-0.171
-0.041
0.026
0.023
0.021
-0.022
-0.121
0.613
-0.095
0.015
0.055
Produk pendukung
0.045
0.005
0.032
0.022
-0.137
0.043
-0.126
-0.065
-0.095
0.606
-0.074
-0.093
Event/pameran
-0.076
-0.032
-0.160
0.052
-0.001
0.059
-0.017
-0.121
0.015
-0.074
0.594
0.032
Daya tarik merek
0.039
-0.049
-0.106
0.036
-0.092
-0.010
0.027
-0.036
0.055
-0.093
0.032
0.550
Kemudahan mengingat merek
-0.066
0.002
0.053
0.014
0.140
-0.086
0.047
0.049
-0.034
-0.128
0.012
-0.217
Merek terdaftar
-0.040
-0.019
-0.062
0.005
-0.046
0.143
-0.143
0.023
0.010
0.068
-0.049
-0.073
Public relation
0.082
0.042
0.075
-0.071
-0.044
-0.051
0.065
-0.016
-0.039
0.010
-0.046
-0.046
Kemudahan mendapatkan
informasi
-0.122
0.173
-0.018
-0.019
-0.060
0.011
0.046
-0.058
0.036
0.002
0.018
-0.006
Customer service
-0.023
0.008
-0.069
0.100
0.059
-0.045
0.002
-0.021
0.023
-0.077
-0.103
0.038
Direct selling
0.144
-0.001
0.064
-0.100
-0.089
0.055
-0.038
0.032
-0.184
0.022
-0.039
0.086
Kemudahan mendapatkan
produk
-0.029
-0.037
-0.040
0.006
0.056
0.055
-0.114
0.033
0.049
0.003
0.002
0.028
Lokasi
-0.011
0.007
-0.038
0.102
-0.072
-0.031
0.064
-0.083
-0.065
-0.016
-0.012
0.034
Suasana toko
0.035
-0.087
0.028
-0.042
0.025
0.012
-0.023
-0.016
0.066
0.012
0.000
-0.092
98
Lanjutan Lampiran 5
Anti-image
Covariance
Kemudahan
Mengingat
Merek
Merek
Terdaftar
Public
Relation
Kemudahan
Mendapatkan
Informasi
Customer
Service
Direct
Selling
Kemudahan
Mendapatkan
Produk
Lokasi
Suasana
Toko
Harga
-0.066
-0.040
0.082
-0.122
-0.023
0.144
-0.029
-0.011
0.035
Diskon/ potongan harga
0.002
-0.019
0.042
0.173
0.008
-0.001
-0.037
0.007
-0.087
Bahan kain
0.053
-0.062
0.075
-0.018
-0.069
0.064
-0.040
-0.038
0.028
Motif
0.014
0.005
-0.071
-0.019
0.100
-0.100
0.006
0.102
-0.042
Warna
0.140
-0.046
-0.044
-0.060
0.059
-0.089
0.056
-0.072
0.025
Kemasan menarik
-0.086
0.143
-0.051
0.011
-0.045
0.055
0.055
-0.031
0.012
Tidak mudah luntur
0.047
-0.143
0.065
0.046
0.002
-0.038
-0.114
0.064
-0.023
Kualitas tahan lama
0.049
0.023
-0.016
-0.058
-0.021
0.032
0.033
-0.083
-0.016
Ganti rugi
-0.034
0.010
-0.039
0.036
0.023
-0.184
0.049
-0.065
0.066
Produk pendukung
0.002
-0.077
0.022
0.003
-0.016
0.012
-0.128
0.068
0.010
Event/pameran
0.012
-0.049
-0.046
0.018
-0.103
-0.039
0.002
-0.012
0.000
Daya tarik merek
-0.217
-0.073
-0.046
-0.006
0.038
0.086
0.028
0.034
-0.092
Kemudahan mengingat merek
0.609
-0.044
-0.021
-0.054
-0.040
-0.032
-0.073
-0.024
0.026
Merek terdaftar
-0.044
0.361
-0.201
0.007
0.032
0.038
0.058
-0.064
-0.024
Public relation
-0.021
-0.201
0.359
-0.090
-0.094
0.002
-0.144
0.076
0.059
Kemudahan mendapatkan
informasi
-0.054
0.007
-0.090
0.563
-0.072
-0.177
0.065
-0.040
-0.040
Customer service
-0.040
0.032
-0.094
-0.072
0.650
-0.049
-0.048
0.003
-0.067
Direct selling
-0.032
0.038
0.002
-0.177
-0.049
0.486
-0.040
-0.036
-0.110
Kemudahan mendapatkan
produk
-0.073
0.058
-0.144
0.065
-0.048
-0.040
0.581
-0.082
-0.138
Lokasi
-0.024
-0.064
0.076
-0.040
0.003
-0.036
-0.082
0.601
-0.209
Suasana toko
0.026
-0.024
0.059
-0.040
-0.067
-0.110
-0.138
-0.209
0.527
99
100
Lanjutan Lampiran 5
Harga
Diskon/ potongan harga
Bahan kain
Diskon_
Potongan
Harga
Bahan
Kain
Motif
Warna
Kemasan
Menarik
Tidak
Mudah
Luntur
Kualitas
Tahan
Lama
Ganti
Rugi
Produk
Pendukung
Event_
Pameran
Daya
Tarik
Merek
0.611a
-0.246
-0.026
-0.317
-0.186
-0.134
0.032
0.171
-0.131
0.077
-0.129
0.069
-0.246
a
0.103
-0.119
-0.022
0.026
0.048
-0.020
-0.260
0.007
-0.049
-0.079
0.103
a
-0.338
0.031
-0.202
-0.044
0.116
-0.071
0.056
-0.283
-0.195
a
-0.026
0.602
0.767
Motif
-0.317
-0.119
-0.338
0.740
0.131
-0.125
-0.260
-0.090
0.051
0.043
0.101
0.074
Warna
-0.186
-0.022
0.031
0.131
0.642a
-0.342
0.058
0.078
0.036
-0.219
-0.002
-0.154
Kemasan menarik
-0.134
0.026
-0.202
-0.125
-0.342
0.680a
-0.246
-0.283
0.038
0.079
0.110
-0.019
-0.246
a
-0.219
-0.045
-0.255
-0.035
0.058
-0.219
a
-0.215
-0.116
-0.218
-0.068
-0.215
a
-0.155
0.024
0.094
-0.155
a
-0.123
-0.161
a
0.055
Tidak mudah luntur
Kualitas tahan lama
Ganti rugi
Anti-image
Correlation
Harga
Produk pendukung
0.032
0.171
-0.131
0.077
0.048
-0.020
-0.260
0.007
-0.044
0.116
-0.071
0.056
-0.260
-0.090
0.051
0.043
0.058
0.078
0.036
-0.219
-0.283
0.038
0.079
0.797
-0.045
-0.255
0.824
-0.116
0.750
0.812
Event/pameran
-0.129
-0.049
-0.283
0.101
-0.002
0.110
-0.035
-0.218
0.024
-0.123
0.866
Daya tarik merek
0.069
-0.079
-0.195
0.074
-0.154
-0.019
0.058
-0.068
0.094
-0.161
0.055
0.753a
Kemudahan mengingat merek
-0.110
0.004
0.092
0.027
0.222
-0.158
0.094
0.088
-0.055
-0.211
0.020
-0.375
Merek terdaftar
-0.087
-0.038
-0.141
0.013
-0.094
0.339
-0.375
0.053
0.021
0.144
-0.105
-0.163
Public relation
0.181
0.084
0.172
-0.179
-0.092
-0.121
0.172
-0.036
-0.084
0.020
-0.099
-0.104
Kemudahan mendapatkan
informasi
-0.215
0.275
-0.033
-0.039
-0.100
0.022
0.096
-0.108
0.061
0.003
0.031
-0.012
Customer service
-0.117
0.188
0.091
-0.080
0.003
-0.036
0.036
-0.123
-0.166
0.063
-0.037
0.012
Direct selling
0.271
-0.001
0.126
-0.216
-0.158
0.113
-0.086
0.065
-0.337
0.041
-0.073
0.166
Kemudahan mendapatkan produk
-0.050
-0.057
-0.071
0.011
0.091
0.103
-0.236
0.060
0.082
0.004
0.003
0.050
Lokasi
-0.018
0.011
-0.068
0.198
-0.115
-0.057
0.129
-0.149
-0.107
-0.026
-0.019
0.059
Suasana toko
0.064
-0.143
0.053
-0.088
0.043
0.023
-0.050
-0.032
0.116
0.021
0.001
-0.170
100
101
Lanjutan Lampiran 5
Kemudahan
Mengingat
Merek
Merek
Terdaftar
Public
Relation
-0.110
-0.087
0.181
-0.215
-0.037
Diskon/ potongan harga
0.004
-0.038
0.084
0.275
Bahan kain
0.092
-0.141
0.172
Motif
0.027
0.013
Warna
0.222
Harga
Kemasan menarik
Tidak mudah luntur
Kualitas tahan lama
Anti-image
Correlation
Kemudahan
Mendapatkan
Informasi
Kemudahan
Mendapatkan
Produk
Lokasi
Suasana
Toko
0.271
-0.050
-0.018
0.064
0.012
-0.001
-0.057
0.011
-0.143
-0.033
-0.117
0.126
-0.071
-0.068
0.053
-0.179
-0.039
0.188
-0.216
0.011
0.198
-0.088
-0.094
-0.092
-0.100
0.091
-0.158
0.091
-0.115
0.043
-0.158
0.339
-0.121
0.022
-0.080
0.113
0.103
-0.057
0.023
0.094
-0.375
0.172
0.096
0.003
-0.086
-0.236
0.129
-0.050
Customer
Service
Direct
Selling
0.088
0.053
-0.036
-0.108
-0.036
0.065
0.060
-0.149
-0.032
Ganti rugi
-0.055
0.021
-0.084
0.061
0.036
-0.337
0.082
-0.107
0.116
Produk pendukung
-0.211
0.144
0.020
0.003
-0.123
0.041
0.004
-0.026
0.021
0.020
-0.105
-0.099
0.031
-0.166
-0.073
0.003
-0.019
0.001
-0.375
-0.163
-0.104
-0.012
0.063
0.166
0.050
0.059
-0.170
a
-0.095
-0.044
-0.093
-0.063
-0.059
-0.123
-0.039
0.047
-0.095
a
-0.559
0.016
0.066
0.090
0.126
-0.137
-0.055
-0.559
a
-0.200
-0.195
0.004
-0.316
0.163
0.136
-0.200
a
-0.119
-0.339
0.114
-0.069
-0.073
-0.119
a
-0.087
-0.078
0.005
-0.115
-0.087
a
-0.076
-0.067
-0.217
-0.076
a
-0.139
-0.250
a
-0.371
0.779a
Event/pameran
Daya tarik merek
Kemudahan mengingat merek
Merek terdaftar
Public relation
Kemudahan mendapatkan
informasi
Customer service
Direct selling
Kemudahan mendapatkan produk
Lokasi
Suasana toko
0.750
-0.044
-0.093
-0.063
-0.059
-0.123
0.701
0.016
0.066
0.090
0.126
0.714
-0.195
0.004
-0.316
0.765
-0.339
0.114
0.859
-0.078
0.693
0.796
-0.039
-0.137
0.163
-0.069
0.005
-0.067
-0.139
0.738
0.047
-0.055
0.136
-0.073
-0.115
-0.217
-0.250
-0.371
101
102
Lanjutan Lampiran 5
Ringkasan Nilai MSA
No.
Variabel
Nilai MSA
1.
Harga
0,611
2.
Diskon/Potongan Harga
0,602
3.
Bahan Kain
0,767
4.
Motif
0,740
5.
Warna
0,642
6.
Kemasan
0,680
7.
Tidak Mudah Luntur
0,797
8.
Tahan Lama
0,824
9.
Ganti Rugi
0,750
10. Produk pendukung
0,812
11. Event/Pameran
0,866
12. Daya tarik merek
0,753
13. Kemudahan mengingat merek
0,750
14. Merek terdaftar dan diakui Pemkot Bogor
0,701
15. Public Relation
0,714
16. Kemudahan mendapatkan informasi
0,765
17. Costumer Service
0,859
18. Keramahan Pelayanan
0,693
19. Kemudahan mendapatkan produk
0,796
20. Lokasi
0,738
21. Suasana Toko
0,779
103
Lanjutan Lampiran 5
Communalities
Initial
Extraction
Harga
1.000
.706
Diskon_PotonganHarga
1.000
.761
BahanKain
1.000
.632
Motif
1.000
.728
Warna
1.000
.623
KemasanMenarik
1.000
.716
TidakMudahLuntur
1.000
.701
KualitasTahanLama
1.000
.677
GantiRugi
1.000
.740
ProdukPendukung
1.000
.669
Event_Pameran
1.000
.442
DayaTarikMerek
1.000
.716
KemudahanMengingatMerek
1.000
.566
MerekTerdaftar
1.000
.705
PublicRelation
1.000
.762
KemudahanMendapatkanInformasi
1.000
.746
CustomerService
1.000
.430
DirectSelling
1.000
.754
KemudahanMendapatkanProduk
1.000
.604
Lokasi
1.000
.700
SuasanaToko
1.000
.754
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Lanjutan Lampiran 5
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues
Component
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Total
5.462
2.080
1.772
1.405
1.276
1.116
1.022
.884
.865
.709
.628
.578
.552
.477
.427
.380
.345
.316
.290
.240
.174
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
26.009
9.905
8.437
6.690
6.076
5.316
4.868
4.208
4.121
3.379
2.989
2.751
2.627
2.273
2.035
1.809
1.644
1.506
1.383
1.145
.828
26.009
35.914
44.351
51.042
57.118
62.434
67.302
71.510
75.631
79.009
81.998
84.749
87.376
89.650
91.685
93.494
95.139
96.645
98.027
99.172
100.000
Total
5.462
2.080
1.772
1.405
1.276
1.116
1.022
% of Variance
26.009
9.905
8.437
6.690
6.076
5.316
4.868
Rotation Sums of Squared Loadings
Cumulative %
26.009
35.914
44.351
51.042
57.118
62.434
67.302
Total
2.678
2.607
2.070
2.014
1.756
1.562
1.446
% of Variance
12.751
12.414
9.859
9.591
8.364
7.437
6.886
Cumulative %
12.751
25.165
35.025
44.616
52.979
60.417
67.302
Extraction Method: Principal Component Analysis.
104
Lanjutan Lampiran 5
105
107
Lanjutan Lampiran 5
Component Matrixa
Component
1
2
3
Harga
.312
.605
Diskon_PotonganHarga
.206
BahanKain
.530
Motif
4
5
.035
-.028
.308
.358
.449
-.131
.534
.514
Warna
.374
KemasanMenarik
TidakMudahLuntur
6
7
.074
.474
.102
-.346
.545
.158
.233
-.107
-.156
.022
-.309
.090
-.273
-.296
.086
.035
.148
.006
.592
.028
.324
.072
.458
.479
.137
.435
-.078
-.025
-.251
.687
.258
.106
-.178
-.120
-.308
-.099
KualitasTahanLama
.618
.057
.291
.194
-.042
-.403
-.074
GantiRugi
.459
.020
.489
-.007
.130
-.127
.507
ProdukPendukung
.543
-.085
.059
.335
.313
-.384
.083
Event_Pameran
.623
.022
-.050
-.094
-.058
-.195
-.032
DayaTarikMerek
.472
.004
-.520
.166
.435
.034
-.076
KemudahanMengingatMerek
.472
-.158
-.368
.097
.389
.047
.139
MerekTerdaftar
.601
-.026
-.480
-.288
-.018
.053
.161
PublicRelation
.616
-.175
-.484
-.109
-.189
-.012
.266
KemudahanMedapatkanInformasi
.499
-.289
-.069
.295
-.419
.341
.171
CustomerService
.534
-.322
-.068
.065
-.115
-.101
-.098
DirectSelling
.459
-.437
.427
-.032
-.289
.124
.264
KemudahanMendapatkanProduk
.542
-.271
-.018
-.436
.042
.035
-.209
Lokasi
.413
-.400
.344
.098
.226
.283
-.332
SuasanaToko
.515
-.395
.275
-.212
.140
.253
-.359
Extraction Method: Principal Component Analysis.
106
108
Lanjutan Lampiran 5
Rotated Component Matrixa
Component
1
Harga
Diskon_PotonganHarga
BahanKain
Motif
Warna
KemasanMenarik
TidakMudahLuntur
KualitasTahanLama
GantiRugi
ProdukPendukung
Event_Pameran
DayaTarikMerek
KemudahanMengingatMerek
MerekTerdaftar
PublicRelation
KemudahanMedapatkanInformasi
CustomerService
DirectSelling
KemudahanMendapatkanProduk
Lokasi
SuasanaToko
.490
.127
.733
.797
.048
.471
.643
.310
.054
-.044
.397
.041
-.075
.371
.266
.103
.123
.014
.298
-.087
.120
3
.088
.031
.170
.041
.154
-.073
.154
.017
.006
.318
.316
.735
.690
.716
.708
.254
.309
-.037
.330
.023
.112
4
-.227
.044
.092
.039
.126
.375
.476
.721
.477
.717
.365
.151
.168
-.014
.082
-.008
.306
.205
.072
.152
.078
5
-.048
.140
.108
-.030
.041
.029
.127
.167
.017
.103
.165
.129
.139
.054
-.020
.177
.322
.354
.545
.778
.832
6
-.012
-.108
-.122
.197
.158
-.109
.091
.146
.450
.013
.151
-.263
-.011
.193
.398
.658
.265
.760
.134
.111
.151
7
.458
-.022
.166
.072
.744
.577
-.075
.107
.037
.180
-.042
.257
.153
-.113
-.060
.376
.006
-.020
-.291
.215
-.028
.442
.843
-.051
.212
.018
-.049
.079
.002
.553
.089
-.005
.004
.117
.026
-.142
-.253
-.229
.083
.039
.064
.079
107
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 10 iterations.
2
108
Lanjutan Lampiran 5
Component Transformation Matrix
Compone
nt
1
2
3
4
5
6
7
1
.511
.498
.444
.377
.317
.201
.110
2
.621
-.182
-.039
-.487
-.386
.304
.320
3
-.027
-.751
.302
.323
.249
.034
.420
4
-.349
-.067
.342
-.171
.004
.789
-.324
5
-.408
.314
.161
.220
-.565
.065
.580
6
.004
.045
-.753
.328
.205
.487
.209
7
-.255
.223
.024
-.576
.572
-.038
.473
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Download