ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PREFERENSI KONSUMEN BATIK BOGOR TRADISIKU SATRIANI SITUMORANG H24080048 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 RINGKASAN SATRIANI SITUMORANG. H24080048. Analisis Keputusan Pembelian dan Peferensi Konsumen Batik Bogor Tradisiku. Di bawah bimbingan JONO M. MUNANDAR Batik merupakan salah satu produk karya seni Indonesia, memiliki daya jual yang cukup tinggi. Saat ini keberadaan batik semakin diapresiasi dan menjadi trend yang populer di masyarakat. Kebutuhan batik dalam negeri yang sangat besar juga membuat potensi usaha industri batik untuk berkembang. Hal inilah yang menjadikan Batik Bogor Tradisiku sebagai salah satu unit usaha batik di Indonesia. Sebagai industri batik yang baru diperlukan pengetahuan terkait perilaku konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku, 2) mengidentifikasi dan menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen Batik Bogor Tradisiku, 3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan non-probability sampling dengan teknik convenience sampling dengan sampel sebanyak 100 responden. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis faktor. Pengolahan data dibantu dengan Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package For Social Science (SPSS) versi 16. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah berjenis kelamin perempuan (69%), dengan usia yang berkisar antara 31-40 tahun (28%), dan mayoritas menikah (72%). Sebagian besar konsumen memiliki pendidikan terakhir S1 (44%), klasifikasi pekerjaan konsumen sebagai employee (67%), dan status pekerjaan sebagai pegawai swasta (46%), mayoritas konsumen berprofesi sebagai dosen/guru (41%), pendapatan per bulan sebesar Rp 2.000.001 sampai Rp. 5.000.000 (40%), dengan pengeluaran setiap pembelian di Batik Bogor Tradisiku sebesar Rp.100.001-Rp.500.000 (48%), serta sebagian besar konsumen memiliki hobi membaca (32%). Pada tabulasi silang yang dilakukan antara pengeluaran konsumen setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya, terdapat hubungan yang signifikan dengan status pernikahan, pendidikan terakhir, profesi, dan pendapatan. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku melalui lima tahapan proses, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Berdasarkan hasil dari analisis faktor didapatkan hasil bahwa terbentuk tujuh faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku. Ketujuh faktor tersebut adalah kompetensi produk, identitas merek, utilitas produk, aksesibilitas produk, layanan konsumen, estetika, dan daya tarik penawaran. Faktor yang paling utama dalam mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah faktor kompetensi produk, dengan variabel yang berpengaruh nyata bagi konsumen adalah motif, bahan kain , dan tidak mudah luntur. ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PREFERENSI KONSUMEN BATIK BOGOR TRADISIKU SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh SATRIANI SITUMORANG H24080048 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 Judul Skripsi : Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Batik Bogor Tradisiku Nama : Satriani Situmorang NIM : H24080048 Menyetujui Dosen Pembimbing, (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 19610123 198601 1 002 Mengetahui: Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus: RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Satriani Situmorang dilahirkan pada tanggal 15 September 1989 di Galang, Provinsi Sumatra Utara, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sahaya Situmorang, S.Pd dan Ibu Repince Manullang. Bersekolah di TK Fransiskus 2 Bandar Lampung tahun 1994 hinga tahun 1996, SD Fransiskus 2 Bandar Lampung tahun 1996 hingga tahun 2002, SMP Xaverius 2 Bandar Lampung lulus pada tahun 2005, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Mahasiswa IPB), diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah aktif sebagai anggota Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB, Staff direktorat Marketing COM@ (Centre of Management) pada tahun 2010. Berpartisipasi di beberapa kegiatan COM@ dan BEM FEM, yaitu kepanitiaan FEMily Day 2010, Bogor Art Festival 2011, COMIC with MSIG 2011, dan Marketing Debate Competition 2011. Penulis juga kerap kali mengikuti perlombaan debat maupun marketing competition di berbagai universitas. Prestasi yang pernah diraih adalah Juara 1 Marketing Competition se-Sumatra, Jawa, dan Universitas Katolik Atmajaya Jakarta 2011, Juara 2 Marketing Debate Competition (MDC) Direktorat Marketing COM@ IPB 2011, 20 besar Perbanas Marketing Debate Competition (PMDC) se- Indonesia, dan 8 besar Indonesia Marketing Competiton (IMOTION) 2012 Universitas Indonesia. Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten dosen pada mata kuliah Pengantar Manajemen dan Manajemen Pemasaran di Departemen Manajemen FEM IPB dan mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi di Departemen Komunikasi Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB. iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala kasih karunia dan berkat yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan penelitian yang berjudul “Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Batik Bogor Tradisiku” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan penelitian ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Penulis berharap penulisan penelitian ini berguna dalam menambah ilmu pengetahuan. Penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun penyajian. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanaya penelitian selanjutnya sebagai penyempurnaan skripsi sehingga dapat menjadi perbaikan dan proses pembelajaran di masa yang akan datang. Bogor, Juni 2012 Penulis iv UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Bapa yang telah memberikan kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. S. Situmorang, S.Pd dan R. Manullang, orang tua tercinta yang selalu sabar, penuh kasih sayang, senantiasa memberi dukungan moral maupun materi, khususnya doa-doa yang selalu dipanjatkan tiada henti kepada anak-anaknya. 2. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. dan M. Syaefudin, S.TP, M.Si. selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi penguji dalam ujian sidang dan member masukan untuk penulisan skripsi ini 4. Dosen-dosen dan staff Departemen Manajemen yang begitu luar biasa dan yang telah berbagi ilmu manajemen maupun ilmu kehidupan 5. Keluarga besar tercinta baik adik-adik (Kristin, Lastri, Ruli Anto, dan Firman) maupun para sepupu di rumah (Kak Ita, Ana, Ani, Sahat, Desrita, Indra) yang selalu mendukung semangat serta doa. 6. Keluarga Simamora (Namboru, Amangboru, Amzyella, Kak Yoan, Godvin, dan mas Adit) yang telah menjadi bagian dari keluarga yang dan berbagi kisah kehidupan dan yang selalu mendukung studi selama di IPB 7. Pemilik dan seluruh karyawan/wati di Batik Bogor Tradisiku yang membantu dalam proses pembuatan skripsi khususnya Pak Siswaya, Bu Siswaya, Mbak Lisha, Mbak Eva, Mas Ian, Le Oka, dan Mas Bana. 8. Teman seperjuangan satu tempat penelitian Amel dan Ida yang selalu menemani, mendukung, serta motivasinya selama pengambilan data 9. Teman- teman tersayang (Amzyella, Dian, Evi, Septi, Erti, Fenoy, Risbeng, Lia) yang telah mewarnai hari-hari selama studi di IPB, semoga kelak kita v akan bertemu dengan membawa kesuksesan yang dapat menjadi kisah yang dapat saling membangun 10. Kosan Pondok Putri Perwira 49 (Gusti, Nikita, Heni, Fenika, Wirda, Meylisa, Astra, Kiki, Meli, dan Astra) dan juga sesepuh Pondok Putri 49 terimakasih atas hiburan dan semangatnya selama ini. 11. Teman – teman satu bimbingan (J-co) Frizky , Christini, Ardi, Dudi, Putra, dan Riri terimakasih dukungan dan bantuannya. 12. Keluarga Manajemen 45 serta FEM atas segala dukungan dan semangat untuk penulis, terimakasih atas semua kenangan indah selama tiga tahun yang tak terlupakan semoga kekeluargaan kita ke depannya tetap terjaga. 13. Keluarga Manajemen (Copika, Ume, Winda, Glerin, Indra, Wahid, Bery, Soni, Kukuh, Itop, Rian, dan Dea) maupun sesepuh J-co (Bang Ojan) dan adik-adik Manajemen yang telah mengisi dan menghibur di kala kegalauan masa-masa penelitian. 14. Teman-teman yang membantu penulis dan berdiskusi (Dina Restiana, Mahendra, Risya, Akbar Barbara, Aulia, Regi, Mitha, dan Novrika 15. Keluarga UKM PMK tercinta khususnya Komisi Pelayanan Siswa yang telah mengajar banyak hal dan memberi pelajaran hidup yang begitu luar biasa 16. Seluruh responden yang sudah membantu penulis untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Terakhir pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung selama perkuliahan dan penyusunan skripsi. Semoga segala kebaikan yang diberikan , menjadi berkat yang selalu ditambahkan oleh Tuhan. vi DAFTAR ISI RINGKASAN RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................v DAFTAR ISI........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ..................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1 1.1.Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................3 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................4 1.5 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................4 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................5 2.1 Batik ...................................................................................................................5 2.1.1 Corak Batik ..............................................................................................5 2.1.2 Proses Pembuatan Batik ..........................................................................6 2.2 Pemasaran ..........................................................................................................8 2.3 Produk ................................................................................................................9 2.3.1 Hierarki Produk .......................................................................................9 2.3.2 Klasifikasi Produk ................................................................................10 2.3. 3 Atribut Produk ......................................................................................11 2.4 Perilaku Konsumen ..........................................................................................12 2.4.1 Pengaruh Lingkungan ............................................................................13 2.4.2 Perbedaan Individu ................................................................................14 2.4.3 Proses Psikologis ...................................................................................15 2.5 Pengambilan Keputusan Konsumen ................................................................16 2.5.1 Pengenalan Masalah .............................................................................16 2.5.2 Pencarian Informasi ...............................................................................17 2.5.3 Evaluasi Alternatif .................................................................................17 2.5.4 Keputusan Pembelian ............................................................................17 vii 2.5.5 Perilaku Pasca Pembelian ......................................................................19 2.6 Preferensi Konsumen .......................................................................................19 2.7 Analisis Faktor .................................................................................................21 2.8 Penelitian Terdahulu ........................................................................................23 III. METODE PENELITIAN .............................................................................25 3.1 Kerangka Pemikiran .........................................................................................25 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................26 3.3 Jenis dan Sumber Data .....................................................................................27 3.4 Metode Pengambilan Sampel dan Jumlah Sampel .........................................27 3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ....................................................28 3.5.1 Uji Validitas ...........................................................................................28 3.5.2 Uji Reliabilitas .......................................................................................29 3.5.3 Analisis Deskriptif .................................................................................29 3.5.4 Analisis Faktor .......................................................................................30 IV.HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................33 4.1. Gambaran Umum Perusahaan .........................................................................33 4.1.1 Profil Batik Bogor Tradisiku .................................................................33 4.1.2 Struktur Organisasi Batik Bogor Tradisiku ...........................................35 4.2. Karakteristik Konsumen .................................................................................35 4.2.1 Jenis Kelamin.........................................................................................36 4.2.2 Usia ........................................................................................................36 4.2.3 Status Pernikahan...................................................................................37 4.2.4 Pendidikan Terakhir...............................................................................38 4.2.5 Klasifikasi Pekerjaan .............................................................................38 4.2.6 Status Pekerjaan .....................................................................................39 4.2.7 Profesi ....................................................................................................40 4.2.8 Pendapatan Per Bulan ............................................................................40 4.2.9 Pengeluaran Setiap Pembelian ...............................................................41 4.2.10 Hobi .....................................................................................................42 4.3. Tabulasi Silang...............................................................................................42 4.3.1 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan ........................................................................................................................44 4.3.2 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir ............................................................................................................44 4.3.3 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan .........................................................................................................45 4.3.4 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan ........................................................................................................................46 4.3.5 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi ..............47 4.3.6 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan .......48 4.4. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ....................................................49 viii 4.4.1 Pengenalan Kebutuhan ..........................................................................49 4.4.2 Pencarian Informasi ...............................................................................52 4.4.3 Evaluasi Alternatif .................................................................................54 4.4.4 Keputusan Pembelian ............................................................................56 4.4.5 Perilaku Pasca Pembelian ......................................................................60 4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Batik Bogor Tradisiku ..........................................................................................................62 4.5.1 Faktor Pertama (Kompetensi Produk) ...................................................65 4.5.2 Faktor Kedua (Identitas Produk) ...........................................................67 4.5.3 Faktor Ketiga (Keandalan produk) ........................................................68 4.5.4 Faktor Keempat (Aksesibilitas Produk) ................................................69 4.5.5 Faktor Kelima ( Layanan Konsumen) ...................................................70 4.5.6 Faktor Keenam ( Estetika) .....................................................................71 4.5.7 Faktor Ketujuh ( Promosi penjualan) ....................................................72 4.6.Implikasi Manajerial ........................................................................................73 V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................76 1. Kesimpulan ........................................................................................................76 2. Saran ..................................................................................................................77 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................79 LAMPIRAN..........................................................................................................80 ix DAFTAR TABEL No. Halaman Nilai ekspor batik Indonesia 2005-2010 (dalam US$ juta) .................. 1 Pemakai batik dalam negeri Indonesia ................................................. 2 Ringkasan hasil uji crosstab pengeluaran setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya .............................................. 43 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan ............................................................................................. 44 5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir ............................................................................... 45 6. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan ............................................................................. 46 7. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan .............................................................................................................. 47 48 8. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi ..... 9. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan .............................................................................................................. 49 10. Penyebaran konsumen berdasarkan alasan konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku .................................................................................... 50 11. Penyebaran konsumen berdasarkan manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor Tradisiku .......................................................................... 51 12. Penyebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai Batik Bogor Tradisiku .................................................................................... 53 13. Penyebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian konsumen Batik Bogor Tradisiku .................................................................................... 54 14. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan sebelum 55 memutuskan pembelian Batik Bogor Tradisiku ................................... 15. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan kriteria mutu sebelum memutuskan pembelian Batik Bogor Tradisiku ..................... 55 16. Penyebaran konsumen berdasarkan solusi konsumen jika galeri Batik Bogor Tradisiku tutup ........................................................................... 56 17. Penyebaran konsumen berdasarkan pola pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku .................................................................................... 57 18. Penyebaran konsumen berdasarkan pihak yang mempegaruhi keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku ...................... 57 19. Penyebaran konsumen berdasarkan jenis batik yang dibeli oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku ......................................................... 60 20. Penyebaran konsumen berdasarkan tingkat kepuasan konsumen Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia .............................................................. 60 21. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia .............................................................. 61 22. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku mengalami kenaikan harga ........................................ 61 23. Penyebaran konsumen berdasarkan minat melakukan pembelian ulang 62 Batik Bogor Tradisiku .......................................................................... 1. 2. 3. x 24. Penyebaran konsumen berdasarkan kesediaan konsumen untuk mempromosikan Batik Bogor Tradisiku .................................... 25. Hasil analisis faktor ................................................................................ xi 62 65 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Model perilaku konsumen .................................................................... 16 Proses pengambilan keputusan konsumen ............................................ 16 Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian ........ 18 Kerangka pemikiran .............................................................................. 26 Struktur organisasi usaha Batik Bogor Tradisiku ................................. 35 Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan jenis kelamin36 Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan usia ....... 37 Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan status pernikahan ............................................................................................. 37 9. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan pendidikan terakhir ............................................................................... 38 10. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan 39 klasifikasi pekerjaan ............................................................................. 11. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan status pekerjaan ............................................................................................... 39 12. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan profesi .... 40 13. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan pendapatan 41 14. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan pengeluaran setiap pembelian ............................................................... 41 15. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan hobi ........ 42 xii DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. Halaman Kuesioer penelitian ............................................................................... Hasil uji validitas .................................................................................. Hasil uji reliabilitas ............................................................................... Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya .............................................. Hasil analisis faktor .............................................................................. xiii 81 86 87 88 97 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk karya seni Indonesia memiliki daya jual yang cukup tinggi. Nilai estetika dari produk karya seni Indonesia yang begitu khas menggambarkan keanekaragaman budaya. Hal yang mendukung nilai estetika tersebut adalah kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Produk-produk dengan dengan nilai estetika ini membuat produk tersebut memiliki nilai ekonomi yang mampu menembus pasar baik nasional maupun internasional. Salah satu produk tersebut adalah batik. Hal ini terlihat dari nilai ekspor batik Indonesia yang cukup besar, yaitu: Tabel 1. Nilai ekspor batik Indonesia 2005-2010 (dalam US $ juta) Laju Pertumbuhan Tahun Nilai Ekspor (US $,Juta) (%/tahun) 2005 105 2006 110 4,76% 2007 125 12 % 2008 114 (9,65)% 2009 120 5% 2010 125 4% Sumber: Direktorat Jendral Industri Kecil dan Menengah diolah (Kementrian Perindustrian, 2011) Pada tahun 2009, keberadaan batik Indonesia diklaim oleh Malaysia. Peristiwa ini sempat memperkeruh hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia. Namun pada tanggal 2 Oktober 2009 oleh badan PBB yaitu United Nation Educational, Scientific and Cultura Organization (UNESCO), Indonesia mampu membuktikan bahwa batik adalah warisan asli budaya Indonesia. Oleh karena itu, tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai “Hari Batik”. Hari bersejarah tersebut membuat masyarakat Indonesia semakin memiliki apresiasi terhadap keberadaan batik dan batik menjadi bagian dari trend yang populer dari masyarakat. Semenjak diakuinya batik oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia, trend batik seperti naik kembali. Meskipun penggunaan batik tidak pernah hilang dari budaya Indonesia, namun kini penggunaannya menjadi semakin luas. Jika batik identik dengan penggunaannya pada waktu undangan resmi, seperti pernikahan, kini penggunaannya tidak tergantung suatu event iii 2 tertentu. Selain itu, pemerintah juga menghimbau untuk menggunakan batik sekali semingu setiap hari Jumat, dan menjadi gerakan batik nasional, masyarakat ternyata menanggapi secara antusias dan berbondong-bondong menggunakan batik. Kebijakan pemerintah mendorong peningkatan pemasaran dan produksi batik yaitu dengan mewajibkan pegawai negeri mengenakan batik pada hari-hari tertentu dan mendorong karyawan instansi swasta untuk melakukan hal yang sama, BUMN/BUMD, demikian juga bagi pelajar mulai dari pendidikan dini (taman kanak-kanak), SD, SMP, SMA/Kejuruan dan mahasiswa serta masyarakat luas. Secara rinci segmen pasar batik untuk pasar dalam negeri dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2. Pemakai batik dalam negeri Indonesia Pemakai Batik Pegawai Negeri Karyawan instansi swasta Karyawan BUMN/BUMD Pelajar: a. TK (taman kanak-kanak) b. SD c. SMP d. SMA/Kejuruan e. Mahasiswa Masyarakat luas Jumlah Sumber : Kementrian Perindustrian Indonesia, 2011 Jumlah (orang) 3.995.000 12.658.000 510.000 56.400 226.700 180.200 114.700 120.800 55.000.000 72.861.800 Tabel di atas juga menunjukkan kebutuhan batik yang diperlukan di Indonesia. Kebutuhan tersebut menjadi peluang pasar bagi unit usaha industri batik untuk berkembang. Hal ini dikarenakan peluang pasar yang cukup besar ini masih belum mampu dimanfaatkan secara maksimal. Batik Bogor Tradisiku merupakan salah satu unit usaha industri batik yang berkembang di Indonesia yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan batik Indonesia. Sebenarnya Batik Bogor pernah ada pada zaman Rakean Darmasiksa (1175-1297) yaitu seorang raja yang memimpin kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran, namun batik Bogor pada zaman tersebut tidak begitu populer dan hilang ditelan waktu. Batik Bogor Tradisiku berusaha menjadi pionir baru bagi modernisasi batik Bogor dengan mengangkat ikon-ikon kota Bogor seperti motif 3 hujan gerimis, kujang kijang sebagai daya tarik dari motifnya. Saat ini, keberadaan Batik Bogor Tradisiku didukung oleh pemerintahan kota Bogor untuk dijadikan seragam pemerintahan. Selain itu, Batik Bogor Tradisiku juga terus melakukan ekspansi pasar, khususnya mempopulerkan batiknya. Konsumen merupakan bagain terpenting yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan unit usaha. Hal ini membuat Batik Bogor Tradisiku harus membidik secara tepat karkteristik konsumen yang menjadi targetnya. Batik Bogor Tradisiku harus mampu memberikan nilai yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai keputusan pembelian maupun preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam perbaikan dan pengembangan Batik Bogor Tradisiku sehingga mampu meningkatkan ekspansi pasar maupun eksistensinya sebagai usaha batik yang mempopulerkan motif ikon-ikon kota Bogor. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah yang ingin dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku? 2. Bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen Batik Bogor Tradisiku? 3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku 2. Mengidentifikasi dan menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen Batik Bogor Tradisiku 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku 4 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah: 1. Perusahaan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dan informasi dalam membuat strategi pemasaran untuk waktu berikutnya serta menjadi riset yang dapat membantu perusahaan untuk melakukan eksplorasi dalam mengembangkan Batik Bogor Tradisiku. 2. Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan, terlebih mengaplikasian ilmu manajemen, khususnya manajemen pemasaran. 3. Bagi pembaca Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang akan menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada usaha yang bergerak pada usaha yang mengembangkan batik Bogor, yaitu Batik Bogor Tradisiku. Responden pada penelitian ini adalah konsumen Batik Bogor Tradisiku yang sedang membeli di galeri Batik Bogor Tradisiku. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup manajemen pemasaran tentang perilaku konsumen. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan, dan preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka dalam Wulandari, 2011), batik adalah kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa yaitu “amba” yang berarti lebar, luas, kain; dan titik yang berarti titik atau matik (membuat titik). Dalam bahasa Jawa, “batik” ditulis dengan “bathik”, mengacu pada huruf Jawa “tha” yang menunjukkan bahwa batik adalah rangkaian dari titiktitik yang membentuk gambaran tertentu. Berdasarkan etimologi tersebut, sebenarnya “batik” tidak dapat diartikan sebagai satu atau dua kata, maupun satu padanan kata tanpa penjelasan lebih lanjut (Wulandari,2011). Batik merupakan hasil seni budaya yang memiliki keindahan visual dan mengandung makna filosofis pada setiap motifnya. Penampilan sehelai batik tradisional, dari segi motif maupun warnanya, dapat menyatakan dari mana asal batik tersebut. Motif batik berkembang seiringnya berjalannya waktu, tempat, peristiwa yang menyertai, serta perkembangan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, motif batik akan menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap nilainilai lokal. 2.1.1 Corak Batik Batik Indonesia memiliki corak yang beraneka macam. Berbagai bentuk dan unsur keragaman budaya yang sangat kaya dapat dilihat dari motif batik. corak batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut dengan canting. Jumlah corak batik Indonesia saat ini sangat beragam, baik variasi maupun warnanya. Pada umumnya, corak batik sangat dipengaruhi oleh letak geografis daerah pembuatan, sifat dan tata penghidupan daerah bersangkutan, kepercayaan, dan adat istiadat yang ada, keadaan alam sekitar, termasuk flora dan fauna, serta adanya kontak atau hubungan antardaerah pembuatan batik. Pada sehelai kain batik, corak dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu: 6 1. Ornamen utama Ornamen utama adalah suatu motif yang menentukan makna corak tersebut. Pemberian corak batik tersebut didasarkan pada perlambang yang ada pada ornamen utama ini. Jika motif utamanya adalah parang, maka biasanya batik tersebut diberi nama parang. Banyak sekali corak utama, di antaranya gunung, api, naga, burung garuda, pohon kehidupan, tumbuhan, bangunan, parang, dan lain-lain 2. Isen-isen Isen-isen merupakan aneka motif pengisi latar kain di bidang-bidang kosong corak batik. Pada umumnya isen-isen berukuran kecil dan kadang rumit. Isenisen dapat berupa titik-titik, garis-garis ataupun gabungan keduanya. Dahulu, ada beragam jenis isen-isen, tetapi pada perkembangannya hanya beberapa saja yang masih bisa dijumpai dan masih dipakai saat ini. Secara garis besar, corak batik berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Corak hias geometris Corak hias geometris adalah corak hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangunan, seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran, dan bintang, yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan motif. 2. Corak hias nongeometris Corak hias nongeometris merupakan pola dengan sususnan tidak terukur, artinya tidak dapat diukur secara pasti, meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan seluruh motif. 2.1.2 Proses Pembuatan Batik Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Proses pembuatan batik dari dulu hingga sekarang tidak banyak mengalami perubahan. Berikut ini adalah proses pembuatan batik dari awal hingga akhir menurut Wulandari (2011): 1. Ngemplong Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak 7 jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi. Setelah itu, kain diberi kanji dan dijemur, selanjutnya dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan kain agar mudah di batik. 2. Nyorek atau Memola Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut ngeblat. Pola biasanya dibuat atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung. Di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya atau disebut dengan proses ganggang. 3. Mbathik Mbathik merupakan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dengan nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan berbagi macam bentuk. Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat irisan dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). 4. Nembok Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutupi dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan. 5. Medel Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan. 6. Ngerok dan Mbirah Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih, dan diangin-anginkan. 8 7. Mbironi Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain, itu ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. 8. Menyoga Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat dengan menyelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut. 9. Nglorod Nglorod merupakan tahap akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian dianginanginkan hingga kering. 2.2 Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemasaran membutuhkan suatu strategi yang diungkapkan dalam rencana-rencana untuk memperoleh keuntungan, kelancaran penerimaan pembayaran, investasi yang dibutuhkan, produk yang dibuat dan sebagainya. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami sedemikian rupa sehingga produk atau jasa cocok dengan pelanggan. Paradigma adalah bagaimana memandang dunia, paradigma menjelaskan tentang dunia dan dapat membantu untuk memprediksikan perilakunya. Pergeseran paradigma dalam pemasaran tidak selalu menimbulkan perubahan 9 pada definisi pemasaran yang ada sekarang. Ditinjau dari aspek manajerial dalam pergeseran paradigma pemasaran menunjukkan suatu proses atau sebagai proses pengambilan keputusan manajemen yang mencakup analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian di bidang pemasaran. Pengambilan keputusan manajemen lebih memfokuskan kepada empat aspek tersebut. Tinjauan dari aspek perilaku konsumen dalam pergeseran paradigma pemasaran menunjukan bahwa semua keputusan konsumen atau pelanggan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan keputusan konsumen dari sudut pandang konsumen, seperti kepuasan dan antusiasme juga tercakup didalamnya. Bagi pemasar, janji untuk memberikan kepuasan pelanggan melalui bauran pemasarannya dapat menimbulkan akibat terpenuhinya tujuan laba jangka panjang meskipun kadang-kadang mengorbankan laba jangka pendek (Sukotjo et al, 2010). 2.3 Produk Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar secara bersangkutan. Produk yang ditawarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide. Produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas „sesuatu‟ yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar (Tjiptono, 2008). 2.3.1 Hierarki Produk Pada perencanaan produk, pemasar harus memperhatikan tiga hierarki tingkatan produk (Tjiptono, 2008) yaitu: 1. Produk inti Produk inti adalah tingkatan paling dasar yang membawa pertanyaan apa sebenarnya yang dibeli oleh pembeli. Produk inti terdiri dari jasa untuk memecahkan masalah atau manfaat inti yang dicari konsumen ketika membeli suatu produk. 10 2. Produk aktual Produk akatual merupakan bagian yang menyusun produk inti, produk ini biasanya mengembangkan fitur dari produk, desain, tingkat kualitas, nama merek, dan kemasan. 3. Produk tambahan Produk tambahan adalah produk yang berada di sekitar produk inti maupun produk aktual. Bentuk produk tambahan misalnya adalah tambahan servis dan manfaat bagi konsumen. 2.3.2 Klasifikasi Produk Klasifikasi produk bisa dilakukan atas bebrbagai macam sudut pandang. Berdasarkan wujudnya, produk diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama (Tjiptono, 2008) , yaitu: Barang 1. Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu: 1. Barang Tidak Tahan Lama ( Nondurable Goods) Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. 2. Barang Tahan Lama (Durable Goods) Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih). 2. Jasa Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Berdasarkan tipe kelompoknya, produk terbagi dalam dua tipe kelompok, yaitu produk industri dan produk konsumen (Tjiptono, 2008). Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut 11 atau untuk digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Produk konsumen produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Produk konsumen dibagi dalam empat tipe, yaitu: 1. Produk kebutuhan sehari-hari Produk ini adalah produk yang biasaya sering dan segera dibeli pelanggan dengan usaha pembandingan dan pembelian minimum. 2. Produk belanja Produk konsumen ini jarang dibeli dan dibandingkan dengan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya produk secara cermat. 3. Produk khusus Produk dengan karakteristik unik atau identifikasi merek, di mana sekelompok pembeli signifikan bersedia melakukan usaha untuk pembelian khusus. 4. Produk tak dicari Produk konsumen yang mungkin tidak dikenal konsumen atau produk yang mungkin dikenal oleh konsumen tetapi biasanya konsumen tidak berpikir untuk membelinya. 2.3. 3 Atribut Produk Konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau atribut dari produk tersebut. Atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, dan atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya Menurut Kotler dan Keller (2009) atribut produk, antara lain: 12 1. Kualitas produk Kualitas produk adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Oleh karena itu kualitas berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan. 2. Fitur produk Sebuah produk dapat ditawarkan dalam beragam fitur. Model dasar, model tanpa tambahan apa pun, merupakan titik awal. Perusahaan dapat menciptakan tingkat model yang lebih tinggi dengan menambahkan lebih banyak fitur. Fitur adalah sarana kompetitif untuk mendiferensiasikan produk perusahaan dari produk pesaing. Oleh karena itu, produsen pertama yang memperkenalkan fitur baru yang menilai adalah salah satu cara paling efektif untuk bersaing. 3. Gaya dan desain produk Cara lain untuk menambah nilai pelanggan adalah melalui gaya dan desain produk yang berbeda. Desain adalah konsep yang lebih besar dari pada gaya. Gaya hanya menggambarkan penampilan produk. Gaya bisa menarik perhatian dan menghasilkan estetika yang indah, namun gaya membuat kinerja produk menjadi lebih baik. Tidak seperti gaya, desain adalah jantung produk. Desain tidak hanya mempunyai andil dalam penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya. Desain yang baik dimulai dengan pemahaman mendalam tentang kebutuhan pelanggan. 2.4 Perilaku Konsumen Pengertian konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Perlindungan Konsumen (UUPK) tepatnya Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dapat dibedakan menjadi konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen akhir dalam penggunaan barang dan jasa yang melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat digunakan orang lain seperti anggota 13 keluarga dan teman. Sedangkan konsumen organisasi adalah konsumen yang menggunakan produk untuk menjalankan organisasi, seperti organisasi bisnis, yayasan, dan lembaga lainnya. Konsumen individu dan konsumen organisasi memiliki peran yang sama penting yaitu memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual, dan proses psikologis. 2.4.1 Pengaruh Lingkungan Konsumen hidup di dalam lingkungan yang kompleks, sehingga perilaku proses keputusan konsumen dipengaruhi oleh: 1. Budaya Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Masingmasing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis (Kotler dan Keller, 2009). 2. Kelas sosial Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari individuindividu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama. Pada kelas sosial biasanya dibedakan oleh perbedaan status sosio- ekonomi yang berjajar dari yang rendah hingga yang tinggi. Status kelas sosial kerap menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda, misalnya: model dari mobil yang dikendarai, model pakaian yang disukai, dan jenis makanan yang disajikan (Engel, et al , 1994). 3. Faktor pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, dan konsep diri. Karakteristik yang begitu banyak ini memiliki dampak sangat 14 langsung pada perilaku konsumen, sehingga penting bagi pemasar untuk mengenal konsumen lebih dekat (Kotler dan Keller, 2009). 4. Keluarga Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh (Kotler dan Keller, 2009). 5. Situasi Perilaku berubah ketika situasi berubah, karena perubahan ini tak menentu dan tidak dapat diramalkan. Pada kesempatan lain perubahan tersebut dapat diramalkan melalui penelitian dan dimanfaatkan dalam strategi. Terdapat tiga situasi konsumen yaitu: 1. Situasi komunikasi, yaitu latar dimana konsumen dihadapkan kepada komuikasi pribadi atau nonpribadi. Komunikasi pribadi mencakup percakapan yang mungkin dilakukan oleh konsumen dengan orang lain, sedangkan komunikasi nonpribadi melibatkan spektrum luas stimulus, seperti iklan maupun publikasi yang berorientasi konsumen. 2. Situasi pembelian, yaitu latar di mana konsumen memperoleh barang dan jasa. 3. Situasi pemakaian, yaitu latar yang mengacu di mana konsumsi terjadi. 2.4.2 Perbedaan Individu Perbedaaan individu menjadi bagian dari faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Menuru Engel, terdapat lima hal penting di mana konsumen mungkin berbeda, yaitu: 1. Sumber daya konsumen Setiap orang membawa tiga sumber daya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yaitu: waktu, uang, dan perhatian. Umumnya terdapat keterbatasan yang jelas pada ketersediaaan masing-masing, sehingga memerlukan alokasi yang cermat. 2. Motivasi dan keterlibatan Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan akibat adanya ketidakcocokan antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan. Keterlibatann adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan atau minat 15 yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi yang spesifik. Oleh karena itu, jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan risiko dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian. 3. Pengetahuan Pengetahuan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakup susunan luas informasi, seperti ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, di mana dan kapan untuk membeli, serta bagaimana menggunakan produk. 4. Sikap Sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. 5. Kepribadian, gaya hidup, dan demografi Kepribadian, gaya hidup, dan demografi merupakan sistem untuk mengerti mengapa orang memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi. Kepribadian adalah respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan, gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. 2.4.3 Proses Psikologis Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologi penting adalah motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori. Hal ini secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadapa berbagai rangsangan konsumen 16 Psikologi konsumen: Motivasi Persepsi Pembelajaran Memori Rangsangan Pemasaran Rangsangan Lain Produk Harga Distribusi Komunikator Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik konsumen: Proses Keputusan Pembelian: Pengenalan masalah Pencarian informasi Penilaian alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian Keputusan Pembelian: Pilihan produk Pilihan dealer Jumlah pembelian Saat tepat melakukan pembelian Metode pembayaran Budaya Sosial Personal Gambar 1. Model Perilaku Konsumen (Kotler dan Keller, 2009) 2.5 Pengambilan Keputusan Konsumen Konsumen dalam menentukan apa yang diinginkan dan dibutuhkan selalu memperhatikan beberapa aspek-aspek. Pengambilan keputusan konsumen menjadi bagian penting dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut, sehingga terdapat beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Kotler dan Keller (2009) keputusan konsumen melewati lima tahapan yaitu: Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen (Kotler dan Keller 2009) 2.5.1 Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Dari pengalaman sebelumnya, konsumen telah belajar bagaimana 17 mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan produk ini. 2.5.2 Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi konsumen dibagi dalam dua level yaitu penguatan perhatian dan aktif mencari informasi. Pada level penguatan perhatian, konsumen hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Aktif mencari informasi merupakan level di mana konsumen mulai aktif dalam mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetanga, dan kenalan. 2. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan di toko. 3. Sumber publik: media massa dan organisasi penentu peringkat konsumen. 4. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk. 2.5.3 Evaluasi Alternatif Konsumen tidak melakukan proses evaluasi tunggal sederhana untuk semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan dan model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Orientasi kognitif tersebut yaitu menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Langkahlangkah dalam proses evaluasi konsumen, pertama adalah mengetahui kebutuhan konsumen, lalu konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk, dan yang terakhir adalah memandang masing-masing atribut produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut. 2.5.4 Keputusan Pembelian Pada tahap evaluasi, konsumen telah membentuk tahap preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat 18 untuk membeli produk yang paling disukai. Namun, dua faktor berikut dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian (Gambar 3) 1. Sikap orang lain Pada faktor ini, dapat dilihat sejauh mana sikap orang lain mengurangi faktor alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal: (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semaikin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen akan mengubah niat pemebeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku, preferensi pembeli terhadap suatu merek akan meningkat jika seorang yang disukainya juga menyukai merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit saat beberapa orang yang sangat dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan dan pembeli ingin menyenangkan mereka semua. 2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi Faktor yang kedua ini dapat muncul dan dapat mengubah niat pembelian. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghidari suatu keputusan yang sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan. Konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi resiko, seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi, preferensi atas merek, dan garansi. Oleh karena situasi ini, maka para pemasar harus memahami faktorfaktor yang menimbulkan adanya risiko dalam diri konsumen dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi risiko yang dirasakan. Sikap orang lain Evaluasi alternatif Niat pembelian n Keputusan pembelian Faktor situasi yang tidak terantisipasi Gambar 3. Tahap-tahap antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian ( Kotler dan Keller, 2009) 19 Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen mengambil lima subkeputusan: merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran. Dalam pembelian produk sehari-hari, keputusannya lebih kecil dan kebebasannya juga lebih kecil (Kotler dan Keler, 2009). 2.5.5 Perilaku Pasca Pembelian Tugas pemasar tidak berakhir begitu sana ketika produk dibeli, sehingga diperlukan pemantauan terhadap: 1. Kepuasan pasca pembelian Kepuasan pembeli diperoleh setelah membei suatu produk. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Ada beberapa tingkat kepuasan, yaitu sangat puas, puas, dan kecewa. 2. Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, maka konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk tersebut. Jika konsumen tidak puas, maka akan bereaksi sebaliknya, bahkan membuang atau mengembalikan produk tersebut. 3. Pemakaian produk pasca pembelian Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk. 2.6 Preferensi Konsumen Preferensi konsumen merupakan pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk yang dikonsumsi. Preferensi konsumen juga merupakan nilai-nilai yang diperhatikan konsumen dalam menentukan sebuah pilihan. Menurut Kardes (2002), preferensi merupakan penilaian evaluatif terhadap dua objek atau lebih. Preferensi selalu melibatkan pembuatan perbandingan antara dua objek. Kadang-kadang sikap berfungsi sebagai pembangun untuk preferensi dan kadang-kadang didasarkan pada perbandingan atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih. 20 Kardes membagi preferensi menjadi dua, yaitu: 1. Preferensi berdasarkan sikap Preferensi ini merupakan preferensi yang dibentuk berdasarkan sikap konsumen secara keseluruhan terhadap dua produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), sikap (attitude) menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang konsisten dari sesorang terhadap sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesutatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. Sikap sulit diubah, karena adanya pola dari sikap seseorang sehingga diperlukan penyesuaian yang rumit dalam banyak hal. Oleh karena itu perusahaan harus selalu berubah menyesuaikan produknya dengan sikap yang sudah ada daripada mencoba mengubah sikap. Adapun contoh preferensi ini yaitu: konsumen dapat membentuk preferensi tentang minuman ringan dengan membandingkan sikap mereka terhadap Coca-Cola dan Pepsi Cola. Jika konsumen memiliki sikap yang lebih baik terhadap Coca-Cola daripada Pepsi Cola, mereka sepertinya lebih suka Coca-Cola. Dengan catataan bahwa konsumen mungkin memiliki sikap yang sangat baik terhadap kedua produk, tetapi jika sikap mereka lebih baik terhadap Coca-Cola, mereka sepertinya lebih suka Coca-Cola. 2.Preferensi berdasarkan atribut Preferensi berdasarkan atribut menurtu Kardes dibentuk atas dasar membandingkan satu atau lebih atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih. Sebagai contoh, jika konsumen tidak familiar dengan berbagai merek cat rumah, dia tidak mungkin membentuk sikap terhadap merek cat lainnya, sehingga daripada memperhitungkan sikap terhadap merek yang berbeda, konsumen mungkin hanya membendingkan merek yang berbeda pada satu atribut atau lebih. Jika perhatian utama konsumen pada biaya, maka konsumen akan membandingkan harga dan membentuk preferensi pada merek dengan harga terendah. Menurut Kardes (2002) atribut pada produk terbagi menjadi dua yaitu atribut unik dan atribut bersama. Atribut unik merupakan atribut yang termasuk ke deskripsi satu produk tetapi dihilangkan dari deskripsi produk lainnya. 21 Sedangkan atribut bersama yaitu atribut yang tidak hanya dimiliki satu produk saja seperti atribut unik, akan tetapi semua produk memiliki atribut ini. Kedua hal ini memiliki sebuah dampak kuat pada preferensi dimana atribut unik melawan atribut bersama selalu memiliki implikasi evaluatif yang berlawanan. Hasil ini menunjukkan bahwa atribut bersama memiliki pengaruh sedikit dalam keputusan preferensi. Selain itu ketika dihadapkan pada dua produk, hasil menunjukkan bahwa atribut unik yang menggambarkan produk kedua memiliki dampak yang lebih besar dalam preferensi, relatif terhadap atribut unik yang menggambarkan produk pertama. Asimetri ini dikenal sebagai arah perbandingan efek. Jika atribut unik dari merek fokus (produk kedua) menguntungkan, merek fokus lebih disukai. Proses perbandingan ini menunjukkan bahwa atribut bersama tidak sangat informatif karena tidak alternatif memiliki keuntungan diferensial pada atribut ini. Arah perbandingan efek diamati hanya ketika konsumen melakukan atribut berdasarkan perbandingan, akan tetapi dihilangkan ketika konsumen membentuk sikap didasarkan preferensi. Pada tahap evaluasi, konsumen akan membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan dan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya (Kotler dan Keller, 2009). 2.7 Analisis Faktor Analisis faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang untuk diteliti, yang berari dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian. Jadi, pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan dari beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit (Suliyanto, 2005). Menurut Simamora (2005) terdapat dua metode dasar analisis faktor, yaitu: 22 1. Principal component analysis Principal component analysis (PCA) menggunakan total varian dalam analisisisnya. Metode ini menghasilkan faktor yang memiliki specific variance dan error variance yang paling kecil. Jika ada beberapa faktor yang dimaksimalkan, faktor yang terlebih dahulu dihasilkan adalah yang memiliki common variance terbesar, sekaligus specific dan error variance terkecil. Adapun tujuan PCA adalah mengetahui jumlah faktor minimal yang dapat diekstrak. Namun sebelum memilih metode ini, peneliti harus yakin dulu bahwa common variance lebih besar dari specific dan error variance. Adapun pengertian PCA menurut Suliyanto (2005) merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan. Model Principal Component Analysis (PCA): …………………………………….........( 1 ) Syarat, m ≤ p Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah: ………………………………………………………………...( 2 ) Keterangan: F = faktor principal component (unobservable) X = variabel yang diteliti (observable) l = bobot dari kombinasi linier (loading) Dengan demikian model PCA dapat dinyatakan bahwa faktor m terbentuk oleh variabel X1 dengan bobot kontribusi sebesar lm1 dan variabel X2 dengan bobot kontribusi sebesar lm2, dan seterusnya. Semakin besar bobot suatu variabel terhadap faktor yang terbentuk, maka menunjukkan semakin erat variabel tersebut terhadap faktor yang terbentuk, demikian juga sebaliknya (Suliyanto, 2005). 2. Common Factor Analysis Common Factor Analysis mengekstrak faktor hanya berdasarkan common variance. Metode ini dapat dipakai apabila tujuan utama peneliti adalah untuk mengetahui dimensi-dimensi laten atau konstruk yang mendasari variabel-variabel asli. Pada metode ini jumlah faktor tetap 23 diekstrak, namun metode ini lebih kuat dalam mengungkap dimensidimensi laten yang melandasi variabel-variabel. Metode ini juga dapat dipakai, jika peneliti tidak mengetahui specific dan error variance sehingga dapat diabaikan dalam analisis. Menurut Suliyanto (2005), metode ini merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk mengetahui struktur variabel yang diteliti (karakteristik dari observasi). Model Common Factor Analysis : ………………………………( 3 ) Syarat, m ≤ p Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah: ……………………………………………………………. ( 4 ) Keterangan: F = common factor (unobservable) X = variabel yang diteliti (observable) l = bobot dari kombinasi linier (loading) = specific factor Dengan demikian model common factor dapat dinyatakan bahwa variabel Xp memberikan kontribusi terhadap faktor F1 dengan bobot kontribusi sebesar lP1 dan kepada faktor F2 dengan bobot kontribusi sebesar lP2 dan juga kepada faktor lain yang tidak diteliti (Suliyanto, 2005). 2.8 Penelitian Terdahulu Fitriyana (2009) dalam penelitiannya tentang Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah analalisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor diperoeh lima dimensi yang paling dipentingkan, yaitu: berwujud (tangible) sebesar 0,655, kesigapan (responsiveness) sebesar 0,649, keandalan (reliability) sebesar 0,514, keyakinan (assurance) sebesar 0,414, dan perhatian (empathy) sebesar 0,125. 24 Miftah (2010) dalam penelitiannya tentang Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Restoran Gurih 7 Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui karakteristik konsumen Restoran Gurih 7, 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen Restoran Gurih 7, 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Restoran Gurih 7. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor diperoeh lima faktor yang mempengaruhi, yaitu: assurance sebesar 0,742, reliability sebesar 0,698, tangible sebesar 0,697, responsiveness sebesar 0,611, dan empathy sebesar 0,567. Febrianti (2011) dalam penelitiannya tentang Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Pembalut Wanita Charm. Tujuan penelitian tersebut adalah 1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen pembalut wanita Charm 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen pembalut wanita Charm 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut pembalut wanita Charm. Alat analisis yang digunakan adalah analalisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik konsumen pembalut wanita Charm, yaitu: usia, status pernikahan, daerah asal, tingkat semester perkuliahan, dan pendapatan. Pada analisis faktor, terbentuk empat faktor yang dari seluruh atribut yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam memilih pembalut wanita Charm, antara lain: (1) faktor internal produk, yang terdiri dari kenyamanan, higienis, bentuk dan ukuran, daya serap baik, bahan dan tekstur lembut dan kemudahan memperoleh (2) faktor eksternal produk, yang terdiri dari pengaruh keluarga dan teman, kemasan menarik, iklan dan promosi, dan merek terkenal, (3) faktor inovasi produk, yang terdiri dari variasi jenis dan anti kerut, dan (4) faktor ekonomi konsumen, yang terdiri dari harga dan pendapatan. 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah satu keanekaragaman yang tumbuh di masyarakat adalah keanekaragaman hasil karya seni. Batik merupakan salah satu produk hasil karya seni sekaligus warisan budaya yang memiliki keanekaragaman. Keanekaragaman Batik terlihat dari berbagai aspek, seperti asal daerah pembuatan, motif, warna, hingga filosofi yang dimilikinya. Oleh karena itu, tak heran jika terdapat keanekaragaman batik berkembang di Indonesia. Bogor adalah salah satu kota yang menjadi kota wisata di Indonesia. Julukan kota hujan, tugu kujang, talas, maupun kijang membuat Bogor memiliki pesona tersendiri yang dapat dikembangkan. Kecintaan akan pesona tersebut membuat tumbuhnya eksplorasi terhadap kota Bogor. Salah satu eksplorasi yang dilakukan adalah dengan mengangkat batik dengan motif-motif yang diambil dari pesona kota Bogor yaitu Batik Bogor atau yang sering dikenal dengan Batik Bogor Tradisiku. Batik Bogor Tradisiku adalah usaha yang mengembangkan potensi batik yang ada di Indonesia, khususya mengembangkan batik yang mengangkat kota Bogor. Pada kenyataannya, usaha dari Batik Bogor Tradisiku ini mengalami berbagai tantangan berbagai pihak. Salah satu tantangan tersebut adalah banyaknya kompetitor batik daerah di Indonesia, seperti Pekalongan, Solo, maupun Yogyakarta . Batik-batik tersebut telah populer di masyarakat. Oleh karena itu, Batik Bogor Tradisiku harus melakukan eksplorasi besar-besaran, sehingga mampu menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu batik Indonesia yang memiliki potensi sama dengan batik Indonesia lainnya. Pengetahuan tentang perilaku konsumen menjadi hal yang harus dikaji oleh suatu usaha. Adanya Batik Bogor Tradisiku sebagai salah satu batik yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat Bogor memerlukan pengetahuan tentang perilaku konsumen Batik Bogor Tradisiku. Perilaku konsumen tersebut dapat dikaji melalui penelitian terhadap karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan konsumenn, dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen. Untuk mengetahui karakteristik konsuemen dan proses 26 pengambilan keputusan digunakan analisis deskriptif, sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen digunakan analisis faktor. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, akan menjadi rekomendasi yang mendukung perbaikan maupun pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku ke depannya. Eksplorasi Batik dengan mengangkat Batik Bogor yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku Banyaknya kompetitor batik daerah di Indonesia Pengetahuan tentang perilaku konsumen pada Batik Bogor Tradisiku Karakteristik Proses pengambilan Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen keputusan konsumen preferensi konsumen Analisis Deskriptif Analisis Faktor Rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan Batik Bogor Tradisiku Gambar 4. Kerangka Pemikiran 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis keputusan dan preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku Bogor dilakukan di galeri yang berlokasi di Jalan. Jalak No. 2 Tanah Sareal- Bogor Penelitian dilakukan kepada konsumen yang sedang atau telah membeli produk Batik Bogor Tradisiku. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012 hingga April 2012. 27 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan stakeholder yang terkait dan pengisian kuesioner oleh responden. Stakeholder yang terkait dalam pengumpulan data antara lain adalah pemilik usaha dan karyawan Batik Bogor Tradisiku, Dewan Kerajinan Nasional Daerah kota Bogor (Dekranasda), Dinas Budaya dan Pariwisata kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Bogor, serta konsumen Batik Bogor Tradisiku. Pengumpulan data sekunder dilperoleh melalui studi literatur dengan menggunakan buku, jurnal, internet, dan sumber lain yang dapat mendukung data dalam penelitian. 3.4 Metode Pengambilan Sampel dan Jumlah Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probabbility sampling dengan teknik convenience sampling. Dalam pengambilan sampel ini, sampel yang akan dipilih diukur dengan menggunakan pendekatan menurut Gilbert (1996) yaitu pengambilan sampel pada populasi yang tidak diketahui. Adapun jumlah sampel yang digunakan diperoleh dengan menggunakan rumus: …………………………………………………………….( 5 ) Keterangan: n= jumlah sampel z= nilai dari selang kepercayaan 95% H= Half precision (desired level of precision squared) σ = varian populasi Pada penelitian ini varian populasi diperoleh melalui: ……………...........( 6 ) ( Keterangan: Jumlah populasi maksimum dan jumlah populasi minimum diperoleh melalui wawancara dengan pihak Batik Bogor Tradisiku. Sedangkan H (Half precision (desired level oh precision squared) yang digunakan adalah 10%, mengingat penelitian ini adalah penelitian ilmu sosial) sehingga diperoleh: 28 Maka berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebagai responden adalah sebanyak 100 orang. 3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package For Social Science (SPSS). Kevalidan dan kesahihan data pada kuesioner yang diisi oleh responden digunakan uji validitas dan uji reliabilitas, sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor. 3.5.1 Uji Validitas Uji validitas mengindikasikan apakah alat pengukuran yang ingin diukur sudah tepat atau belum. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan yang mendefinisikan suatu peubah. Setelah kuesioner terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Kuesioner tersebut memiliki pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang diinginkan. Apabila pertanyaan yang tidak berhubungan, maka pertanyaan tersebut tidak valid dan akan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain (Umar,2003). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, teknik ini digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r): √ ……………………………………( 7 ) Keterangan : n = jumlah responden X = skor masing-masing pernyataan Y = skor total pertanyaan r = koefisien korelasi 29 Pada penelitian uji validitas dilakukan terhadap 30 responden dan dapat dikatakan valid bila diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel yang ditentukan. 3.5.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan yang merupakan bagian dimensi suatu peubah dalam kuesioner. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasi yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik (Suliyanto, 2005). Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas yang bertujuan untuk mengetahui keandalan kuesioner. Reliabilitas suatu konstruk dinyatakan baik jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Pengujian reliabilitas dengan teknik Cronbach dilakukan dengan menggunakan program SPSS menggunakan rumus: ( )( )…………………………………………………( 8 ) Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan = jumlah ragam butir = varians total Rumus untuk mencari nilai ragam adalah: ( ) ………………………………………………………..( 9 ) Keterangan: σ2 = ragam n = jumlah sampel X = nilai skor akhir 3.5.3 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen, mulai dari tahap pengenalan kebutuhan hingga pasca pembelian. Pada penelitian ini analisis deskriptif juga 30 digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku yang meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pegeluaran, dan hobi. Data-data yang diperoleh melalui kuesioner akan dikelompokkan pada tabel dan dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Persentase adalah: ...................................................................................( 10 ) Keterangan: P = Persentase responden yang memiliki kategori tertentu fi = jumlah responden yang memilih kategori tertentu ∑fi = total jawaban Tabulasi silang pada analisis deskriptif dilakukan pada saat menganalisis karakteristik responden. Adapun tujuan dari tabulasi silang adalah menampilkan kaitan antara dua atau lebih variabel, atau sampai dengan menghitung apakah ada hubungan antara baris (sebuah variabel) dengan kolom (sebuah variabel yang lain). Alat statistik yang sering digunakan untuk mengukur asosiasi pada sebuah crosstab adalah chisquare (Santoso, 2010). 3.5.4 Analisis Faktor Analisis faktor yang meliputi pricipal component analysis dan common factor analysis adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis “interrelationship” sejumlah variabel dan untuk menjelaskan dimensi-dimensi (faktor) apakah yang melandasi variabelvariabel tersebut (Simamora, 2005). Analisis faktor yang berasal dari data primer melalui kuesioner akan mengkuantifikasikan data dengan skala Likert dan menggunakan rata-rata pembobotan tersebut sebagai data statistik yang akan diolah (Nugroho, 2005). Penelitian yang dilakukan, analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen. Adanya tujuan digunakan analisis faktor menurut Suliyanto (2005) adalah: 31 1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi dari serangkaian variabel. 2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi. 3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk dianalisis multivariat lainnya. Analisis faktor meliputi proses sebagai berikut : 1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis. 2. Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan menggunakan metode Barlett test of sphericity. Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). KMO adalah uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak layak dilakukan (Simamora, 2005). Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria: a. MSA=1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. b. MSA>0,5, variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. c. MSA<0,5,variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 3. Melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu factoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. 4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi faktor yang bisa digunakan, yaitu: varimax method, quartimax method, dan equamax 32 method. Varimax method adalah metode rotasi orthogonal untuk meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi pada tiap faktor. Quartimax method merupakan metode rotasi untuk meminimalisasi jumlah faktor yang digunakan untuk menjelaskan indikator. Equamax method adalah metode gabungan antara varimax method yang meminimalkan indikator dan quartimax method yang meminimalkan faktor. 5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap dapat mewakili variabelvariabel anggota faktor tersebut. 6. Validasi atau hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Batik Bogor Tradisiku Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 oleh pendirinya Bapak Siswaya. Pria kelahiran Sleman-Yogyakarta ini telah menetap di Bogor lebih dari 26 tahun sehingga beliau ingin memberikan sesuatu untuk mengharumkan kota Bogor melalui kontribusi yang dimilikinya, karena beliau sangat memegang teguh peribahasa yang menyatakan “ di mana bumi dipinjak, di situ langit dijunjung”. Gagasan beliau adalah membuat batik dengan motif yang mengangkat ikon-ikon khas kota Bogor yang bertujuan untuk melestarikan budaya batik serta menumbuhkan kecintaan masyarakat Bogor terhadap batik khas kota Bogor yang diberi nama Batik Bogor Tradisiku. Dengan adanya Batik Bogor Tradisiku diharapkan kota Bogor semakin populer baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Adapun alasan mendirikan Batik Bogor Tradisiku, yaitu: 1. Sebagai bentuk kontribusi kepada kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun 2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya yang telah turun temurun diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia, terlebih ketika ditetapkannya batik secara internasional oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. 3. Jiwa sosial yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan akibat gempa bumi Jogja pada tahun 2006 silam dan juga menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar yang membutuhkan pekerjaan. Batik Bogor Tradisiku telah terdaftar sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Direktur Batik Bogor Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik 34 Bogor Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03. TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009. Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang membawa ikon-ikon yang identik dengan kota Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang dilaunching oleh walikota Bogor , Bapak Diani Budiarto, beserta Ibu Fauziah dan motif tersebut dipatenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor. Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan motif-motif yang membawa ikon kota Bogor, salah satunya adalah motif hujan gerimis yang merupakan julukan kota Bogor yaitu Kota Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi pemasarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sedang mengalami perkembangan yang pesat. Pihak Pemda Kota Bogor juga sangat mengapresiasi dan mendukung Batik Bogor Tradisiku, salah satunya dengan kebijakan walikota Bogor yang menghimbau seluruh dinas di kota Bogor menggunakan Batik Bogor pada hari kamis. Selain dinas, instansi lain juga banyak yang sudah menggunakan seragam batik dari Batik Bogor Tradisiku seperti Badan Pengawas Daerah (Bawasda), Bappeda, BPPT, RRI, PDAM, HIMPAUDI, Universitas Pakuan, BPKP, Hotel Lido, dan Hotel Novotel. Sejak tahun 2010 juga, siswa TK, SD, SMP, dan SMA mulai menggunakan Batik Bogor Tradisiku. Pada tahun 2012, Batik Bogor Tradisiku terpilih sebagai salah satu nominasi Dahsyat Award 2012 dalam kategori Dahsyatnya Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa reputasi Batik Bogor Tradisiku semakin meningkat. Selain itu juga membuktikan bahwa kekhasan dan kualitas Batik Bogor Tradisiku, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja. 35 4.1.2 Struktur Organisasi Batik Bogor Tradisiku Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab atas kegiatan produksi, operasional, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. Pada setiap kegiatan tersebut terdapat seorang supervisor yang bertanggung jawab khusus untuk masing-masing kegiatan. Divisi produksi bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan. Divisi operasional bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan operasional Batik Bogor Tradisiku seperti transportasi dan belanja bahan baku batik. Divisi pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan produk batik di galeri, pameran, maupun pelatihan. Divisi keuangan bertanggung jawab atas pencatatan keuangan serta mengontrol arus kas Batik Bogor Tradisiku. Sedangkan divisi sumber daya manusia bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku baik sebagai pembatik maupun sebagai karyawan operasional. Adapun struktur organisasi Batik Bogor Tradisiku adalah sebagai berikut : Direktur Divisi Produksi Divisi Operasional Divisi Pemasaran Divisi Keuangan Divisi SDM Gambar 5. Struktur Organisasi Usaha Batik Bogor Tradisiku 4.2. Karakteristik Konsumen Kuesioner penelitian ini dikumpulkan dari 100 responden yang diambil secara non-probability sampling yang diambil secara convenience. Pada penelitian ini responden dikaji berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, klasifikasi pekerjaan, status pekerjaan, profesi, pendapatan 36 per bulan, pengeluaran (setiap pembelian), dan hobi. Adanya variabel-variabel tersebut adalah untuk mengetahui karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku dan juga menganalisis karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku terkait dengan pengeluaran setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya. Dengan mengetahui dan menganalisis karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku, penelitian ini dapat mengkaji pengaruh karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku baik pengaruh yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. 4.2.1 Jenis Kelamin Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan jenis kelamin terdiri dari konsumen perempuan sebesar 61 persen dan konsumen laki-laki sebesar 39 persen. Persentase tersebut menunjukkan bahwa konsumen Batik Bogor Tradisiku didominasi oleh konsumen perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik konsumen wanita yang cenderung lebih konsumtif dalam melakukan pembelian terhadap berbagai produk, khsususnya produk yang digunakan sebagai bahan sandang. 31% 69% Laki-Laki Perempuan Gambar 6. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan jenis kelamin 4.2.2 Usia Karakteristik konsumen berdasarkan data dari kuesioner yang diberikan kepada 100 responden, diketahui bahwa mayoritas konsumen Batik Bogor Tradisiku didominasi oleh usia 31-40 tahun sebesar 28 persen. Konsumen dengan kelompok usia 31-40 tahun paling banyak mendominasi usia konsumen dalam penelitian ini, karena mengingat responden pada usia tersebut telah memiliki pekerjaaan yang cukup 37 mapan, penghasilan yang cukup, serta cukup selektif dalam mengambil keputusan pembelian. 1% 15% 12% ≤20 tahun 21% 23% 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 28% 51-60 tahun >60tahun Gambar 7. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan usia 4.2.3 Status Pernikahan Dilihat dari status pernikahannya pada hasil pengolahan data responden dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan status menikah sebesar 72 persen, belum menikah sebesar 26 persen, janda sebesar 2 persen, sedangkan konsumen dengan status duda tidak ada. Konsumen yang memiliki status pernikahan biasanya menggunakan batik sebagai bahan sandang untuk seragam kantor maupun event-event tertentu yang dijadikan sebagai identitas. 2% Menikah 26% Belum Menikah 72% Janda Gambar 8. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan status pernikahan 38 4.2.4 Pendidikan Terakhir Pendidikan mempengaruhi konsumen terkait dengan persepsi seseorang dalam menilai suatu produk. Konsumen Batik Bogor Tradisiku memiliki latar belakang pendidikan S1 sebesar 44 persen, diikuti oleh SMU/SMK sebesar 30 persen, dan persentase terendah adalah latar belakang pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, mayoritas konsumen berpendidikan terakhir S3 sebesar 1 persen. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa konsumen Batik Bogor Tradisiku didominasi oleh konsumen berpendidikan S1. 11% 1% SD/SMP 3% 30% SMU/SMK Diploma 44% S1 11% S2 S3 Gambar 9. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan pendidikan terakhir 4.2.5 Klasifikasi Pekerjaan Klasifikasi pekerjaan akan mempengaruhi gaya hidup konsumen dalam berpakaian dan budaya perusahaan yang dimiliki. Gaya berpakaian pada perusahaan sangat bervariatif dan memiliki ciri khas masing-masing. Hal ini dikarenakan pekerja sebagai stakeholder harus menggambarkan identitas perusahaannya. Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner diketahui bahwa konsumen Batik Bogor Tradisiku sebagian besar memiliki klasifikasi pekerjaan sebagai employee (pegawai) sebesar 67 persen. Konsumen yang memiliki klasifikasi pekerjaaan sebagai employee biasanya memiliki gaya berpakaian yang disesusaikan dengan budaya perusahaan seperti aturan memakai seragam tertentu berdasarkan pada hari maupun divisinya. gguKemudian diikuti 39 dengan pekerjaan terbanyak kedua yaitu unemployee (tidak bekerja) sebesar 21 persen, yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan ibu rumah tangga.. Unemployee Investor Business owner Self employee Employee 21% 1% 7% 67% 4% Gambar 10. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan klasifikasi pekerjaan 4.2.6 Status Pekerjaan Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan atau digunakan oleh manusia untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner diperoleh bahwa konsumen Batik Bogor Tradisiku sebagai pegawai swasta sebesar 46 persen. Mereka umumnya membeli Batik Bogor Tradisiku pada saat istirahat kantor, pulang kantor, ataupun pada akhir pekan. 9% 12% 20% PNS Swasta 13% Wiraswasta 46% Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Gambar 11. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan status pekerjaan 40 4.2.7 Profesi Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen Batik Bogor Tradisiku berprofesi sebagai dosen/guru sebanyak 41 persen. Konsumen yang memiliki profesi sebagai dosen/ guru memiliki penampilan yang formal. Batik sebagai warisan budaya dijadikan seragam yang diselaraskan dengan penampilan formal. Oleh karena itu, dalam penampilannya guru identik dengan menggunakan seragam, khususnya batik. Batik dijadikan seragam bagi dosen/guru karena selain motifnya yang khas, bahan sandang ini juga merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. 11% 9% 41% 12% 11% 2% 3% 2% 6% 2% 1% Dosen/Guru TNI/Polisi Konsultan Ibu Rumah Tangga Pengusaha/Wirausaha Pedagang Engineer Pemerintahan Dokter/Tenaga Ahli Medis Artis Mahasiswa Gambar 12. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan profesi 4.2.8 Pendapatan Per Bulan Pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi, karena dengan pendapatan seseorang dapat membiayai kebutuhan konsumsinya. Tingkat pendapatan seseorang berpengaruh terhadap daya beli konsumen terhadap suatu kebutuhan produk yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner penelitian diketahui bahwa konsumen Batik Bogor Tradisiku mayoritas memiliki pendapatan per bulan sebesar Rp 2.000.001- Rp 5.000.000 sebanyak 40 persen ( gambar 13). 41 2% 12% 20% 26% 40% ≤Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.001-Rp. 5.000.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000 Rp. 5.000.001-Rp. 10.000.000 Rp. 10.000.001-Rp. 20.000.000 Gambar 13. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan pendapatan 4.2.9 Pengeluaran Setiap Pembelian Besarnya pengeluaran konsumen Batik Bogor Tradisiku pada setiap pembelian mayoritas mengeluarkan Rp. 100.001 –Rp.500.000 yaitu sebesar 48 persen. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak terlalu mempertimbangkan harga sebagai faktor utama untuk membeli produk Batik Bogor Tradisiku. Konsumen yang menyukai ataupun merasa puas dari suatu produk akan membayar berapa pun harga yang ditawarkan. Selain itu, batik bukanlah kebutuhan bahan sandang yang biasa saja, namun sebagai bahan sandang yang bernilai. 6% 1% 2% 43% 48% ≤Rp. 100.000 Rp. 100.001-Rp. 500.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp.2.000.000 Rp. 500.001-Rp. 1.000.000 Gambar 14. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan pengeluaran setiap pembelian 42 4.2.10 Hobi Berdasarkan klasifikasi hobi, konsumen Batik Bogor Tradisiku memiliki hobi membaca (32%), Persentase hobi terkecil yang dimiliki konsumen adalah kolektor barang sebesar satu persen. Karakteristik konsumen berdasarkan hobi dapat dilihat pada gambar 15. Membaca merupakan salah satu hobi yang akan menambah pengetahuan dari konsumen. Hobi ini menjadikan sumber informasi bagi konsumen untuk membuka pikiran konsumen dalam memberikan penilaian terhadap berbagai hal, salah satu informasinya yang mungkin diperoleh misalnya tentang batik. Dengan adanya informasi tentang batik, konsumen akan memiliki persepsi yang lebih mendalam, seperti esensi maupun filosofi dari batik. Selain itu, hal tersebut juga didukung dengan mayoritas konsumen yang berprofesi sebagai dosen/guru. 1% 15% 5% 32% 4% 6% 7% 30% Membaca Menonton Menggambar/ Desain Jalan-jalan Browsing Lainnya Belanja Kolektor barang Gambar 15. Karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku berdasarkan hobi 4.3. Tabulasi Silang Setelah melakukan analisis deskriptif mengenai karakteristik responden maka selanjutnya tabulasi silang antara masing-masing karakteristik responden yang satu dengan karakteristik responden yang lainnya. Pada tabulasi silang yang diolah dengan menggunkan SPSS dapat dilihat hubungan antar karakteristik dengan melihat nilai chi-square. Bila nilai chi-square hitung lebih besar daripada chi-square tabel maka dapat di katakan tolak Ho, dimana Ho adalah tidak ada hubungan antara baris dan kolom. Pada penelitian biasanya nilai α yang digunakan pada level of significance adalah 0,05 dan 0,1 (Siegel dan Catellan, 43 1988). Nilai α yang dignakan pada penelitian ini adalah 0,1 dengan mempertimbangkan nilai half precission yang digunakan adalah 10%. Nilai crosstabulation yang korelasinya berada pada nilai maksimal α =0,1 maka dapat dinyatakan adanya korelasi pada variabel tersebut. Pengolahan tabulasi silang pada penelitian ini hanya dilakukan hanya pada pengeluaran setiap pembelian terhadap variabel karakteristik konsumen lainnya. Hal ini dilakukkan karena pengeluaran setiap pembelian yang dilakukan oleh konsumen memiliki potensi dalam mempengaruhi penetapan strategi yang akan dilakukan Batik Bogor Tradisiku ke depannya. Tabel 3. Ringkasan hasil uji crosstab pengeluaran setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya Chi-square Test Variabel Korelasi Value Asy.Sig Pengeluaran setiap Pembelian * Jenis Kelamin 2,956a 0,565 Pengeluaran setiap Pembelian * Usia 15,993a 0,717 Pengeluaran setiap Pembelian * Status Penikahan Pengeluaran setiap Pembelian * Pendidikan Terakhir Pengeluaran setiap Pembelian *Klasifikasi Pekerjaan Pengeluaran setiap Pembelian *Status Pekerjaan Pengeluaran setiap Pembelian * Profesi Pengeluaran setiap Pembelian * Pendapatan 51,418a 0,000 Signifikan 50,198a 0,000 Signifikan 24,521a 0,079 Signifikan 25,656a 0,059 Signifikan 51,996a 0,014 Signifikan 35,932a 0,003 Signifikan Pengeluaran setiap Pembelian * Hobi 23,522a 0,707 Tidak signifikan α = 0,1 Tidak signifikan Tidak signifikan 44 4.3.1 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan Konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan status pernikahan menikah mayoritas (35%) melakukan pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001Rp.500.000. Konsumen yang memiliki status pernikahan cenderung memiliki kebutuhan sandang yang bergaya formal, salah satunya batik. Batik yang biasa digunakan oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku biasanya adalah berfungsi sebagai seragam dengan motif khas yang menjadi identitas maupun kebanggaan tersendiri sebagai identitas dalam menghadiri suatu acara maupun kegiatan. Oleh karena itu mayoritas konsumen memilih batik dengan selektif sehingga harga yang ditawarkan juga sesuai, yaitu berkisar Rp. 100.001 hingga Rp.500.000. Berbeda dengan konsumen yang belum menikah (13%) mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran ( tabel 4). Hal ini dikarenakan mayoritas konsumen lebih menyukai gaya berpakaian yang casual dibandingkan gaya berpakaian formal yang sangat identik dengan berbagai aspek yang ada. Tabel 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan Pengeluaran setiap pembelian ≤ Rp.100.000 Rp. 100.001-Rp. 500.000 Rp. 500.001-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp.2.000.000 Total Chisquare Status Pernikahan Belum Menikah Duda Janda Total Menikah 30 % 13% 0% 0% 43% 35% 12% 0% 1% 48% 5% 1% 0% 0% 6% 0% 0% 0% 1% 1% 2% 0% 0% 0% 2% 72% 26% 0% 2% 100% 0,00 4.3.2 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir Konsumen dengan pendidikan terakhir S1 (22%) mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001-Rp.500.000. Konsumen dengan tingkat pendidikan yang beragam memiliki perbedaaan persepsi terhadap berbagai hal, termasuk dalam melakukan pembelian. Konsumen dengan tingkat pendidikan S1 pada konsumen Batik Bogor Tradisiku cenderung memiliki pengeluaran setiap pembelian yang cukup tinggi yaitu Rp. 100.001- Rp. 500.000. Adapun yang 45 menjad pertimbangan mereka adalah batik bukanlah sekedar bahan sandang yang biasa saja karena di dalam sehelai kain tersebut ada banyak nilai yang mungkin tidak terlihat secara eksplisit namun implisit, seperti filosofi maupun esensi dari nilai sebuah batik. Oleh karena itu, biasanya konsumen dengan tingkat pendidikan semakin tinggi cenderung selektif dan loyal terhadap nilai implisit tersebut dan memberani membayar berapa pun harganya. Hal ini akan begitu berbeda dengan konsumen dengan pendidikan terakhir yang ada di SD/SMP, SMU/SMK, dan diploma yang biasanya lebih melihat terhadap aktualisasi nilai yang bersifat ekspisit saja terhadap batik yang identik sebagai bahan sandang yang menurut mereka hanya identik dengan identitas budaya bangsa yang sudah ada sejak dahulu kala, sehingga tingkat ekspektasi harga yang mereka inginkan hanyalah berdasarkan harga yang standar di pasaran. Oleh karena itu, tak heran jika mereka tidak begitu loyal dalam melakukan pembelian yang cukup tinggi. Tabel 5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir Pendidikan terakhir Pengeluaran setiap SD/SM SMU/S Diplom S1 S2 S3 Tota pembelian P MK a l ≤Rp. 100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp.2.000.000 0% 2% 0% 1% 0% 16% 13% 1% 0% 0% 5% 6% 0% 0% 0% Total Chisquare 3% 30% 11% 19% 22% 2% 0% 1% 44% 3% 4% 3% 0% 1% 11% 0% 1% 0% 0% 0% 1% 43% 48% 6% 1% 2% 100% 0,00 4.3.3 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan Pada tabulasi silang diperoleh status pekerjaan memiliki korelasi dengan pengeluaran setiap pembelian yang dikeluarkan oleh konsumen. Klasifikasi pekerjaan yang dimiliki konsumen pada penelitian adalah unemployee, investor, business owner, self employee, dan employee. Konsumen dengan klasifikasi pekerjaan unemployee dan employee memiliki pengeluaran setiap pembelian yang relative kecil. Hal ini dikarenakan konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku dengan klasifikasi pekerjaan yang memiliki daya beli yang dapat dikatakan relatif kecil yaitu ≤Rp.100.000 . Sedangkan pada pengeluaran setiap pembelian pada kisaran dari Rp. 100.001-Rp. 500.000 hingga >Rp. 2.000.00o, konsumen terdiri 46 dari employee, business owner, dan unemployee. Adapun hal yang mempengaruhi karakteristik konsumen pada klasifikasi pekerjaan tersebut adalah pendapatan, selera, dan daya beli yang tinggi. Konsumen pada klasifikasi pekerjaan ini cenderung mempertimbangkan atribut produk lebih dari hal yang bersifat fisik atau nyata namun mempetimbangkan atribut abstrak yang mengandung hal yang bersifat implicit seperti estetika maupun product knowledge. Tabel 6. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan Pengeluaran setiap pembelian Klasifikasi pekerjaan UnBusiness Investor employee Owner Self Emplo Total employee yee ≤Rp.100.000 10 0 0 2 31 43 Rp.100.001-Rp. 500.000 8 1 6 2 31 48 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 3 0 0 0 3 6 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 0 0 1 0 0 1 >Rp. 2.000.000 0 0 0 0 2 2 21 1 7 4 67 100 Total Chisquare 0,079 4.3.4 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan Status pekerjaan merupakan variabel karakteristik konsumen yang memiliki korelasi dengan pengeluaran setiap pembelian. Hal ini dapat terlihat dari pengeluaran setiap pembelian yang memiliki perbedaan yang kontras dengan status pekerjaan yang dimiliki oleh konsumen. Konsumen dengan status pekerjaan swasta mayoritas memiliki pengeluaran pembelian di kisaran ≤ Rp.100.000 dan Rp. 100.001-Rp. 500.000. Konsumen dengan status pekerjaan sebagai PNS memiliki pengeluaran setiap pembelian pada kisaran Rp.100.000 bahkan hingga Rp. 2.000.000. Konsumen dengan status pekerjaan wiraswasta memiliki pengeluaran setiap pembelian pada Rp. 100.001- Rp. 500.000. Status pekerjaan pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga memiliki pengeluaran setiap pembelian yang paling minimum. Adapun yang mempengaruhi status pekerjaan dengan pengeluaran setiap pembelian cenderung dipengaruhi oleh gaya hidup yang dilakukan oleh konsumen. Konsumen denga status pekerjaan swasta cenderung menggunakan batik dalam berbagai kegiatan baik formal maupun semiformal. 47 Berbeda dengan konsumen yang memiliki status pekerjaan wiraswasta, pelajar/mahasiswa, dan ibu rumah tangga yang menggunakan batik untuk kegiatan ataupun acara tertentu. Tabel 7. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan Status pekerjaan Pengeluaran setiap pembelian Pelajar/ PNS Swasta Wiraswasta Mahasis IRT wa Total ≤Rp.100.000 9 22 2 5 5 43 Rp.100.001-Rp. 500.000 8 23 9 6 2 48 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 1 1 1 1 2 6 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 0 0 1 0 0 1 2 0 0 0 0 2 20 46 13 12 9 100 >Rp. 2.000.000 Total Chisquare 0,059 4.3.5 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi Konsumen dengan profesi sebagai dosen/ guru merupakan konsumen yang mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran ≤ Rp. 100.000 dengan persentase 21 persen dan juga pengeluaran sebesar Rp.100.001- Rp. 500.000 sebesar 17 persen. Terdapat perbedaan yang tidak begitu jauh pada pengeluaran setiap pembelian yang dilakukan oleh dosen/ guru. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai aspek yang dimiliki baik secara ekonomi maupun persepsi. Mayoritas dosen/ guru yang melakukan pembelian sebesar Rp. 100.001-Rp. 500.000 merupakan dosen/ guru yang berasal dari sekolah maupun institusi pendidikan yang cukup populer, sehingga dapat dikatakan didukung dari kemampuan finansial yang cukup tinggi dalam mendukung daya beli terhadap pengeluaran setiap pembelian yang dilakukan. Selain itu, konsumen tersebut mecoba memberikan kekhasan dengan sekolah maupun institusi pendidikan yang menunjukkan identitas sebagai dosen/guru yang berasal dari Bogor. 48 Tabel 8. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi Pengeluaran Profesi setiap Pengusaha Dokter/ TNI/ Pemerintah pembelian Dosen/ atau Tenaga Pedagang Artis Konsultan Engineer Total Guru Polisi an Wirausaha Medis ≤Rp.100.000 Rp.100.001Rp.500.000 Rp.500.001Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 21 1 0 0 2 0 1 1 17 43 17 9 0 1 4 1 2 1 13 48 1 0 1 1 0 1 0 0 2 6 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Total 41 11 1 2 6 2 3 2 32 100 Chisquare 0,014 4.3.6 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan Konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan pendapatanrata-rata per bulan sebesar Rp. 2.000.001 - Rp.5.000.000 merupakan konsumen yang mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran sebesar Rp. 100.001-Rp. 500.000 yaitu 23 persen. Pendapatan yang dimiliki konsumen pada rentang Rp. 2.000.001- Rp. 5.000.000 dapat dikatakan merupakan konsumen dengan tingkat pendapatan yang cukup mapan sehingga kemampuan mereka dalam melakukan suatu transaksi pembelian juga cukup tinggi. Selain itu pendapatan yang mapan juga mempengaruhi selera yang dimiliki, semakin tinggi pendapatan maka selera terhadap suatu produk pun meningkat sehingga ha ini akan beringan dengan harga yang ditawarkan. 49 Tabel 9. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan Pengeluaran Setiap Pembelian ≤Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1jt Rp.1.000.001-Rp. 2jt >Rp. 2.000.000 Total Chisquare Pendapatan Rp.1.000 Rp.2.000.0 Rp.5.000.0 Rp.10.000 ≤ 1jt .001 01 01 .001 Total - Rp.2jt - Rp.5jt - Rp.10jt -Rp.20jt 15 4 1 0 0 13 12 1 0 0 15 23 1 0 1 0 7 3 1 1 0 2 0 0 0 43 48 6 1 2 20 26 40 12 2 100 0.003 4.4. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk akan memiliki berbagai kriteria yang dipertimbangkan melalui suatu proses pengambilan keputusan. Adapun tahapan yang dilakukan pada proses pengambilan keputusan tersebut meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. 4.4.1 Pengenalan Kebutuhan Tahapan awal yang konsumen lakukan dalam pengambilan keputusan pembelian adalah mengetahui kebutuhannya. Pada tahapan pengenalan kebutuhan, konsumen akan mengeksplorasi kebutuhan atau masalah yang harus dipenuhi oleh suatu produk tersebut. Dalam menganalisis tahap pengenalan kebutuhan konsumen Batik Bogor Tradisiku dilakukan dengan memberikan pertanyaan mengenai alasan membeli Batik Bogor Tradisiku dan manfaat yang dicari setelah membeli Batik Bogor Tradisiku. Pada tabel 10 dapat terlihat alasan konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku. 50 Tabel 10. Penyebaran konsumen berdasarkan alasan membeli Batik Bogor Tradisiku *Alasan membeli Batik Bogor Tradisiku Persentase (%) Bahan sandang 7 Harga yang ditawarakan 3 Ingin mencoba 18 Motif 45 Pengaruh orang lain 4 Merek baru 5 Kemudahan memperoleh 6 Promosi yang menarik 2 Warisan budaya yang harus dilestarikan 36 *Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu (n =100 orang) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada responden Batik Bogor Tradisiku diketahui bahwa sebagian besar alasan konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku oleh karena motif yaitu sebesar 45 %. Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang mencirikan kota Bogor, antara lain hujan gerimis, tugu kujang, daun talas, kujang kijang, dan kijang loncat. Motif- motif tersebut memberikan stimulus tersendiri bagi konsumen, sehingga konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku. Alasan berikutnya adalah warisan budaya yang harus dilestarikan sebesar 36 persen, alasan ini merupakan alasan yang cukup dominan. Batik menjadi hal yang sangat fenomenal ketika diperebutkan oleh Malaysia dan Indonesia. Hal inilah yang menjadi langkah awal seluruh lapisan masyarakat untuk semakin mencintai batik sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Popularitas batik sebagai warisan budaya yang semakin meningkat membuat konsumen semakin peduli terhadap produk batik yang ada. Konsumen Batik Bogor Tradisiku menyadari bahwa dengan membeli batik tersebut adalah sebagai salah satu bentuk pengaplikasikan wujud kecintaan terhadap warisan budaya. Selanjutnya alasan yang berpengaruh bagi konsumen adalah ingin mencoba sebesar 18 persen. 51 Batik Bogor Tradisiku merupakan salah satu bentuk eksplorasi keanekaragaman batik yang mengusung kota Bogor. Hal ini membuat konsumen tertarik untuk mencoba produk batik baru tersebut. Selanjutnya, alasan lain untuk membeli Batik Bogor Tradisiku adalah sebagai bahan sandang sebesar 7 persen, kemudahan memperoleh sebesar 6 persen, merek baru sebesar 5 persen, pengaruh orang lain sebesar 4 persen, harga yang ditawarkan sebesar 3 persen, dan alasasan terakhir adalah promosi yang menarik sebesar 2 persen. Manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor Tradisiku sangat beragam, yaitu memiliki bahan sandang yang bernilai, daya tarik tersendiri (khas), wujud pelestarian warisan budaya, kebanggaan, dan ilmu pengetahuan tentang batik. Manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Penyebaran konsumen berdasarkan manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor Tradisiku Manfaat yang dicari Persentase (%) Memiliki bahan sandang yang bernilai 6 Daya tarik tersendiri (khas) 43 Wujud pelestarian warisan budaya 28 Kebanggaan 16 Ilmu pengetahuan tentang batik 7 Jumlah 100 Tabel tersebut menunjukkan bahwa manfaat terbesar yang dicari oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah daya tarik tersendiri (khas) sebesar 43 persen. Manfaat ini berdampingan dengan alasan utama konsumen dalam membeli Batik Bogor Tradisiku yaitu motif-motif yang dimiliki Batik Bogor Tradisiku yang memiliki ciri khas yang benar-benar identik dengan kekhasan Bogor. Salah satunya adalah kekhasan kota Bogor sebagai kota hujan dan ini menjadi daya tarik tersendiri yang dituangkan dalam motif hujan gerimis pada Batik Bogor Tradisiku. Manfaat selanjutnya yang dicari konsumen adalah wujud pelestarian warisan budaya sebanyak 28 persen. Batik Bogor Tradisiku 52 secara langsung mendeskripsikan bahwa batik tersebut berasal dari Bogor. Hal tersebut memudahkan konsumen dalam mewujudkan pelestarian batik sebagai warisan budaya, mengingat banyaknya produk tekstil impor yang menyerupai batik. Selain itu manfaat yang dicari konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah kebanggaan sebesar 16 persen, ilmu pengetahuan tentang batik sebesar 7 persen, dan memiliki bahan sandang yang bernilai sebesar 6 persen. 4.4.2 Pencarian Informasi Konsumen yang telah mengenali kebutuhan dan manfaat yang diharapkan akan melakukan proses pencarian informasi terhadap kebutuhan tersebut. Dalam langkah pencarian informasi ini terdapat dua tahap yaitu pencarian internal, langkah pertama konsumen akan berusaha mengingat semua produk dan merek, serta langkah kedua konsumen akan berfokus kepada produk dan merek yang sangat dikenalnya. Setelah itu dilakukan dengan tahap kedua yaitu pencarian eksternal, proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 10 diketahui bahwa sumber informasi yang paling dominan mengenai Batik Bogor Tradisiku adalah teman/kolega sebesar 57 persen. Kemudian diikuti oleh event/pameran sebesar 27 persen, keluarga sebesar 12 persen, penjual sebesar 3 persen, majalah/ koran sebesar 3 persen, dan yang paling terakhir adalah televisi sebesar 2 persen. Sumber informasi secara langsung merupakan sumber informasi yang efektif dalam menyampaikan informasi tentang Batik Bogor Tradisiku. Sumber informasi dari teman/kolega termasuk sumber pribadi yang merupakan sumber yang paling efektif dalam menyalurkan informasi. Informasi ini bersifat word of mouth merupakan salah satu media promosi yang sangat efektif. Hal ini dikarenakan karena produk dapat disampaikan secara spesifik, komunikasi yang terjalin dua arah, dan adanya feedback. 53 Tabel 12. Penyebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai Batik Bogor Tradisiku *Sumber Informasi Persentase (%) Keluarga 12 Teman/Kolega 57 Televisi 2 Penjual 3 Majalah/koran 3 Event/pameran 27 *Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu (n = 100 orang) Sebagian besar konsumen memilih fokus perhatian utama mengenai Batik Bogor Tradisiku (tabel 13) yaitu motif sebesar 48 persen. Hal ini dikarenakan Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang menarik perhatian konsumen dengan memiliki kekhasan ikon-ikon kota Bogor, contohnya tugu kujang. Motif tersebut menggambarkan tugu kujang sebagai ikon kota Bogor yang lekat di benak konsumen. Fokus perhatian utama mengenai Batik Bogor Tradisiku terbanyak kedua yaitu bahan sebanyak 15 persen, karena bahan kain yang ditawarkan oleh Batik Tradisiku terdiri dari berbagai jenis kain mulai dari kain katun hingga kain sutra. Selain itu, bahan kain akan mempengaruhi harga yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Semakin tinggi kualitas bahan kain yang ditawarkan, maka akan berdampak terhadap harga yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Jaminan merupakan faktor perhatian utama yang paling sedikit yaitu sebesar satu persen, hal ini dikarenakan karena konsumen Batik Bogor Tradisiku hampir tidak pernah mendengar informasi konsumen yang kecewa setelah membeli Batik Bogor Tradisiku. 54 Tabel 13. Penyebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian konsumen Batik Bogor Tradisiku Fokus Perhatian Persentase (%) Harga 5 Warna 7 Jaminan 1 Motif 48 Pelayanan 5 Bahan 16 Potongan harga 3 Tahan Lama 8 Lokasi 4 Jenis 3 Jumlah 100 4.3 Evaluasi Alternatif Informasi yang diperoleh konsumen akan membentuk kriteriakriteria yang bertujuan untuk membentuk evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses ini konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukannya. Dalam menganalisis evaluasi alternatif, konsumen Batik Bogor Tradisiku diberikan pertanyaan yang terkait dengan pertimbangan utama pada saat membeli, kriteria mutu bagi konsumen, dan solusi dari konsumen jika Batik Bogor Tradisiku tutup. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pertimbangan sebelum konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku mayoritas memilih motif sebesar 52 persen. Kemudian diikuti dengan harga sebesar 27 persen, bahan sebesar 22 persen, warna 13 persen, tahan lama sebesar 8 persen, jenis sebesar 6 persen, potongan harga sebesar 5 persen, lokasi sebesar 4 persen, dan jaminan serta pelayanan sebesar 1 persen. Jaminan serta pelayanan merupakan pilihan yang paling sedikit dipilih, hal ini dikarenakan kedua hal tersebut tidak berpengaruh nyata dalam bentuk fisik dari produk tersebut. Konsumen merasakan jaminan serta pelayanan merupakan pertimbangan yang lebih cenderung menjadi nilai tambah untuk konsumen dalam memutuskan pembelian. 55 Tabel 14. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan sebelum memutuskan pembelian Batik Bogor Tradisiku *Pertimbangan untuk memutuskan Persentase (%) pembelian Harga 27 Warna 13 Jaminan 1 Motif 52 Pelayanan 1 Bahan 22 Potongan harga 5 Tahan Lama 8 Lokasi 4 Jenis 6 *Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu Mutu produk merupakan kriteria yang diperlukan dalam melakukan evaluasi alternatif pada proses pengambilan keputusan pembelian. Berdasarkan pengolahan data diperoleh bahwa kriteria mutu yang paling dominan adalah bahan kain yaitu sebesar 42 persen dan diikuti oleh motif sebesar 39 persen. Bahan menjadi kriteria mutu yang lebih dominan bagi konsumen dibangdingkan motif. Hal ini disebabkan karena bahan mempengaruhi kepuasan konsumen secara nyata dan memiliki tingkat nilai yang objektif yaitu seperti nilai daya serap maupun tingkat kehalusan, sedangkan motif merupakan kriteria mutu yang nilainya tergantung pada perspektif masing-masing konsumen. Tabel 15. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan kriteria mutu Batik Bogor Tradisiku Kriteria mutu Persentase (%) Harga 4 Bahan 42 Merek 2 Jaminan 3 Kemasan 2 Motif 39 Variasi jenis 8 Jumlah 100 Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner (tabel 16) yang dilakukan, diketahui bahwa solusi konsumen jika Batik Bogor Tradisiku 56 sedang tutup, mayoritas konsumen memilih untuk membeli di outlet lain yang menjual Batik Bogor Tradisiku sebesar 53 persen. Adapun outlet lain yang menyediakan Batik Bogor Tradisiku adalah galeri restoran Gumati, hotel Salak, Novotel Bogor, dan juga Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bogor. Solusi lain yang dilakukakan konsumen jika toko tutup adalah membatalkan niat membeli sebesar 22 persen, melakukan pemesanan sebesar 15 persen, dan membeli merek lain sebesar 10 persen. Tabel 16. Penyebaran konsumen berdasarkan solusi konsumen jika toko Batik Bogor Tradisiku sedang tutup Solusi jika toko tutup Persentase (%) Membeli di outlet lain yang menjual 53 Membatalkan niat membeli 22 Membeli merek lain 10 Melakukan pemesanan 15 Jumlah 100 4.4.4 Keputusan Pembelian Setelah melakukan evaluasi berbagai alternatif, tahap selanjutnya adalah konsumen akan melakukan keputusan pembelian. Analisis yang dilakukan pada tahap ini meliputi pola pembelian, pihak yang mempengaruhi keputusan pembelian, dan jenis batik yang dibeli konsumen. Berdasarkan analisis yang dilakukan, mayoritas pola pembelian konsumen adalah direncanakan dan memutuskan membeli yaitu sebesar 68 persen. Konsumen dengan pola pembelian tidak direncanakan dan memutuskan membeli adalah sebesar 32 persen. Konsumen yang melakukan proses keputusan pembelian dengan pola direncanakan dan memutuskan membeli adalah konsumen yang sebelumnya telah memiliki referensi tentang Batik Bogor Tradisiku. Berbeda dengan konsumen yang memiliki pola pembelian tidak direncanakan membeli, konsumen dengan pola pembelian ini biasanya adalah konsumen yang kebetulan sedang 57 menemani teman/kolega ataupun yang tidak sengaja melihat event/pameran yang diselenggarkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Tabel 17. Penyebaran konsumen berdasarkan pola pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku Pola pembelian Direncanakan dan memutuskan Persentase (%) untuk membeli 68 Tidak direncanakan dan memutuskan untuk membeli 32 Jumlah 100 Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner (tabel 18) diketahui bahwa keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku dipengaruhi oleh diri sendiri sebesar 50 persen, teman/kolega sebesar 39 persen, keluarga sebesar 8 persen, dan penjual sebesar 3 persen. Diri sendiri memiliki pengaruh yang besar karena setiap konsumen memiliki selera masing-masing dan juga tentunya pembelian juga sangat dipengaruhi oleh daya beli masing-masing konsumen. Teman/kolega mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku biasanya berupa pengalaman maupun word of mouth. Pihak keluarga memiliki pengaruh dalam keputusan pembelian konsumen karena mengetahui karakteristik individu maupun selera konsumen. Penjual menjadi bagian terkecil dari pihak yang mempengaruhi keputusan pembelian karena pada dasarnya penjual hanyalah fasilitator yang membantu konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Tabel 18. Penyebaran konsumen berdasarkan pihak yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Batik Bogor Tradisiku Pihak yang mempengaruhi Keluarga Diri sendiri Teman/ Kolega Penjual Jumlah Persentase (%) 8 50 39 3 100 58 Jenis batik yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku adalah: 1. Batik Tulis Batik tulis merupakan jenis batik yang dibuat dengan menggunakan canting. Pembuatan batik tulis ini lebih lama yaitu sekitar 23 bulan. Proses pembuatannya yaitu membuat pola atau desain, menyanting, memberi warna (pencelupan atau pencoletan), dan perebusan atau pelodoran. Batik tulis tidak memiliki motif pengulangan yang jelas dengan ukuran garis motif yang relatif kecil dibandingkan dengan batik cap. Batik tulis yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku hanya ada satu kain untuk setiap motifnya. Harga jual batik tulis berkisar antara Rp 500.000,00 hingga Rp. 1.500.000. Semakin rumit motif yang digunakan semakin mahal harga jual batik tulis. Selain itu bahan kain juga menentukan harga jual, untuk kain batik yang menggunakan kain katun harga berkisar antara Rp 500.000,00 sampai Rp 750.000,00 dan untuk jenis kain sutra dikenakan harga jual Rp 1.500.000,00 bahkan bisa mencapai > Rp. 2.000.000. Disamping itu semakin banyak warna yang digunakan maka semakin mahal harga jual kain batik tulis. Batik tulis sebenarnya adalah batik yang sangat disukai oleh hampir seluruh konsumen Batik Bogor Tradisiku, namun harga yang ditawarkan sangat tinggi. 2. Batik cap Batik cap adalah corak batik yang dibentuk dengan canting cap yang terbuat dari cap tembaga. Biasanya proses pembuatan batik cap lebih cepat dari batik tulis. Batik cap desainnya dikerjakan manual dengan menggunakan canting cap yang biasanya terbuat dari tembaga lalu dilakukan kegiatan menorehkan malam dengan menggunakan canting. Pada dasarnya pembuatan batik cap menyerupai batik tulis, hanya saja tidak serumit maupun prosesnya tidak begitu lama yaitu hanya 2-3 hari saja. Sama halnya dengan batik tulis, Batik Bogor Tradisiku hanya memproduksi satu motif kain untuk satu kain, walaupun memiliki motif yang sama namun pewarnaan akan berbeda. Harga jual batik cap berkisar antara Rp 200.000,00 sampai dengan Rp 400.000,00. Harga ditentukan 59 oleh rumitnya motif dan juga banyaknya warna dalam satu kain serta bahan kain yang digunakan. Pada dasarnya batik cap yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku cukup relatif tinggi, hal ini dikarenakan teknik pembuatan batik cap yang dilakukannya sebenarnya hampir sama dengan pembuatan batik tulis. Oleh karena itu, tak heran jika mayoritas konsumen memilih untuk membeli batik cap, karena batik cap tersebut menyerupai batik tulis dan harga yang ditawarkan tidak setinggi harga batik tulis. 3. Kain printing (batik printing) Kain printing adalah kain yang bermotif batik sehinga sering disebut juga dengan batik printing. Kain printing tidak dikategorikan dalam batik karena dalam proses pembuatannya tidak menggunakan canting dan malam. Kain printing dalam proses pembuatannya dicetak melalui proses sablon. Prosesnya sama seperti pembuatan spanduk atau kaos sablon namun dengan motif batik Bogor dan bahan warna yang lebih bagus mutunya. Permukaan kain batik sablon jika dilihat hanya satu sisi saja yag bergambar, sedangkan sisi lainnya polos. Hal inilah yang membedakan dengan apa yang disebut dengan batik yang sesungguhnya “batik asli” karena pada dasarnya batik harus menggunakan malam seperti jenis batik cap dan batik tulis. Harga kain printing berkisar antara Rp 65.000,00 sampai Rp 125.000,00 dan ditentukan berdasarkan jenis kain dan jumlah pemesanan. Harga yang tidak begitu mahal ini menjadi salah satu hal yang membuat konsumen Batik Bogor Tradisiku sangat menyukainya (tabel 19) Pada dasarnya perbandingan harga pun tercermin dari jenis batik yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Jenis batik tulis setara dengan 2 kali lipat harga batik cap dan 10 kali harga kain printing. Batik cap setara 2 kali dari harga kain printing. 60 Tabel 19. Penyebaran konsumen berdasarkan jenis batik yang dibeli oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku Jenis Batik Persentase (%) 35 44 21 100 Printing Cap Tulis Jumlah 4.4.5 Perilaku Pasca Pembelian Tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah evaluasi pasca pembelian. Penggunaan produk memberi informasi baru bagi konsumen sejauh mana produk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Keyakinan dan sikap yang terbentuk dari tahap ini akan langsung mempengaruhi niat pembelian di masa yang akan datang. Analisis yang diperoleh pada perilaku pasca pembelian salah satunya adalah tingkat kepuasan konsumen (tabel 20). Mayoritas konsumen merasa puas dan ingin kembali ke Batik Bogor Tradisiku, hal ini terlihat jelas dari persentase mutlaknya sebesar 93 persen. Daya tarik (kekhasan) motif Batik Bogor Tradisiku merupakan keunggulan yang memberikan tingkat kepuasan maksimal bagi konsumen. Sedangkan konsumen yang tidak puas dan tidak ingin kembali lagi memiliki persentase yang tidak begitu jauh berbeda persentasenya dengan konsumen yang tidak puas dan ingin kembai lagi. Tabel 20. Penyebaran konsumen berdasarkan tingkat kepuasan konsumen Batik Bogor Tradisiku Tingkat Kepuasan Puas dan ingin kembali lagi Tidak puas dan tidak ingin kembali lagi Tidak puas dan ingin kembali lagi Jumlah Berdasarkan pengolahan data Persentase (%) 93 3 4 100 (tabel 19), jika konsumen dihadapkan dengan kondisi Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia, sebanyak 65 persen konsumen memilih untuk melakukan pemesanan, sebanyak 19 persen membeli batik merek lain , dan sebanyak dua persen konsumen 61 tidak jadi membeli. Kegiatan pemesanan yang dilakukan konsumen menunjukkan usaha konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keiginannya secara maksimal yang ingin diperoleh melalui Batik Bogor Tradisiku. Tabel 21. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia Sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku Persentase (%) tidak tersedia Melakukan pemesanan 65 Tidak jadi membeli 16 Membeli merek lain 19 Jumlah 100 Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner (tabel 22) diperoleh bahwa sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku mengalami kenaikan harga, maka konsumen akan tetap membeli sebanyak 65 persen. Sedangkan sebagian konsumen lagi memilih untuk beralih ke tempat lain yang lebih murah sebanyak 22 persen, dan tidak jadi membeli sebanyak 13 persen. Konsumen yang sebagian besar memilih tetap membeli Batik Bogor Tradisiku jika produk mengalami kenaikan harga karena kenaikan harga Batik Bogor Tradisiku tidak berpengaruh signifikan bagi konsumen, mengingat batik tidaklah sama dengan kebutuhan primer yang harus dibeli setiap harinya. Tabel 22. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika Batik Bogor Tradisiku mengalami kenaikan harga Sikap konsumen jika harga Batik Bogor Tradisiku naik Akan tetap K membeli Tidak akan membeli Mencari batik lain yang harganya murah Jumlah Persentase (%) 65 13 22 100 Konsumen yang melakukan pembelian ulang Batik Bogor Tradisiku adalah konsumen yang puas dan berminat berkunjung kembali ke Batik Bogor Tradisiku dan konsumen yang tidak melakukan pembelian ulang, merupakan konsumen yang tidak berminat lagi untuk kembali lagi ke Batik Bogor Tradisiku. Mayoritas konsumen berminat untuk 62 melakukan pembelian ulang Batik Bogor Tradisiku dengan persentase 97 persen dan hanya tiga persen konsumen yang tidak berminat untuk melakukan pembelian ulang di Batik Bogor Tradisiku (tabel 23). Tabel 23. Penyebaran konsumen berdasarkan minat melakukan pembelian ulang Batik Bogor Tradisiku Minat melakukan pembelian ulang Persentase (%) 97 3 100 Ya Tidak Jumlah Kepuasan ataupun pengalaman yang dirasakan konsumen akan diceritakan kepada pihak lain. Dari hasil pengolah data (tabel 24) diketahui bahwa sebagian besar konsumen menyatakan bersedia untuk menyarankan orang lain untuk membeli Batik Bogor Tradisiku sebanyak 95 persen, sedangkan konsumen yang tidak bersedia sangat sedikit sekali yaitu sebanyak 5 persen. Pihak pemasar perlu meningkatkan kepercayaan dan keyakinan konsumen agar timbul kesan yang mendalam bagi konsumen hingga merasa harus menyarankan dan mempengaruhi orang lain membeli Batik Bogor Tradisiku karena daya tarik tersendiri (kekhasan) dari motif yang dimilikinya. Tabel 24. Penyebaran konsumen berdasarkan kesediaan konsumen untuk mempromosikan Batik Bogor Tradisiku Kesediaan Tradisiku Ya Tidak Jumlah konsumen mempromosikan Batik Bogor Persentase (%) 95 5 100 4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Batik Bogor Tradisiku Analisis faktor pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki Batik Bogor Tradisiku. Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah variabel yang memiliki karakter yang sama, sehingga dapat membuang atau menyertakan variabel-variabel yang memiliki korelasi. Pada prinsipnya 63 analisis faktor mengelompokkan variabel-variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor sehingga beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor yang jumlahnya lebih sedikit tetapi tetap mencerminkan variabel awalnya. Pada penelitian ini terdapat 21 atribut yang dianalisis dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku. Atribut-atribut yang dianalisis yaitu harga, diskon/potongan harga, bahan kain, motif, warna, kemasan menarik, tidak mudah luntur, kualitas tahan lama, ganti rugi, produk pendukung, event/pameran, daya tarik merek, tingkat kemudahan mengingat merek, merek terdaftar, public relation, kemudahan mendapatkan informasi, customer service, direct selling, kemudahan mendapatkan produk, lokasi, dan suasana toko. Pengujian korelasi antar variabel dalam faktor-faktor preferensi konsumen dilakukan dengan menggunakan metode Bartlett’s Test of Sphrecity dan pengukuran Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA). KMO-MSA digunakan untuk mengetahui variabel-variabel tersebut layak atau tidak untuk dianalisis selanjutnya. Nilai KMO-MSA dianggap mencukupi jika lebih besar atau sama dengan 0,5. Hasil dari KMO-MSA dalam penelitian ini adalah sebesar 0,752 dengan taraf nyata di bawah 0,05 (0,000<0,05). Nilai KMOMSA yang dihasilkan lebih besar dari 0,5 dan taraf nyata lebih kecil dari 0,05, maka variabel-variabel tersebut sudah layak untuk dianalisis lebih lanjut. Pada tabel Anti-Image Matrices di bagian anti-image correlation, terlihat sejumlah angka bertanda superscript “a” yang membentuk diagonal, angka tersebut menunjukkan besarnya nilai MSA sebuah variabel. Jika terdapat variabel yang memiliki nilai MSA lebih kecil dari 0,5, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dan dilakukan pengulangan tanpa mengikutsertakan variabel yang tidak layak tersebut. Berdasarkan pengolahan data, pada bagian anti-image correlation tidak terdapat nilai MSA di bawah 0,5 pada masing-masing variabel yang dianalisis, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Nilai MSA yang dimiliki masing-masing variabel dalam penelitian ini lebih besar dari 0,5 , sehingga variabel dapat digunakan dalam analisis faktor. Hasil perhitungan MSA ditunjukkan pada tabel anti-image matrics pada output anti-imagecorelation 64 Sekumpulan variabel yang ada akan diekstraksi, sehingga terbentuk faktor baru. Metode yang digunakan dalam analisis faktor ini adalah Principal Component Analysis (PCA) dimana dalam proses ini akan menghasilkan nilai communalities. Communalities menunjukkan nilai faktor yang menjelaskan varian variabel dan nilainya selalu bernilai positif. Pembentukan faktor ini dapat terlihat dalam tabel Total Variance Explained, tabel ini menjelaskan faktor yang dapat terbentuk dengan nilai eigenvalue diatas satu. Nilai eigenvalue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian seluruh variabel yang dianalisis. Pada tabel Total Variance Explained menunjukkan bahwa 21 variabel tersebut terdistribusi dalam tujuh faktor. Faktor-faktor yang terbentuk dari seluruh variabel memiliki total percentage of variance sebesar 67,302 persen, sehingga dapat diartikan bahwa penelitian ini bisa menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku sebesar 67,302 persen dari total keseluruhan faktor yang ada. Nilai loading factor pada tabel Component Matrix perlu diperkuat agar perbedaan antara variabel yang masuk ke suatu faktor semakin jelas dengan melihat tabel Rotated Component Matrix karena merupakan hasil rotasi nilai dengan metode varimax. Metode varimax adalah metode rotasi untuk meminimalisasikan jumlah yang digunakan untuk menjelaskan indikator melalui nilai loading factor. Nilai loading factor berfungsi untuk mengetahui peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor. Loading dengan nilai terbesar mempunyai peranan utama pada faktor tersebut. Variabel yang memiliki nilai loading factor terbesar dapat digunakan dalam pemberian nama faktor yang terbentuk. Selain pemberian nama faktor berdasarkan nilai loading factor terbesar, penamaan faktor juga dapat diberikan peneliti yang disesuaikan dengan komponen variabel-variabel yang terdapat di faktor tersebut. Sedangkan, variabel yang memiliki nilai loading factor < 0,5 menunjukkan nilai korelasi yang rendah, sehingga merupakan variabel yang begitu berpengaruh nyata dalam faktor ataupun tidak memiliki peranan yang berarti terhadap faktor yang terbentuk. Berikut merupakan hasil analisis faktor dari variabel-variabel yang telah diolah dan terbentuk menjadi tujuh faktor (tabel 25). 65 Tabel 25. Hasil analisis faktor Varian (%) Faktor Faktor Pertama ( Kompetensi produk) Faktor Kedua (Identitas produk) Faktor Ketiga ( Keandalan produk) Faktor Keempat ( Aksesibilitas produk) Faktor Kelima ( Layanan konsumen) Faktor Keenam (Estetika) Faktor Ketujuh ( Promosi penjualan) 26,009 9,905 8,437 6,690 6,076 5,316 4,868 Variabel Asal Motif Bahan kain Tidak mudah luntur Harga Event/pameran Daya tarik merek Merek terdaftar Public relation Kemudahan mengingat merek Tahan lama Produk pendukung Loading Factor 0,797 0,733 0,643 0,490 0,397 0,735 0,716 0,708 0,690 0, 721 0,717 Suasana toko Lokasi Kemudahan mendapatkan produk Customer service Direct sellling Kemudahan mendapatkan informasi 0,832 0,778 0,545 0,322 0,760 0,658 Warna Kemasan Diskon Ganti rugi 0,744 0,577 0,843 0,553 4.5.1 Faktor Pertama (Kompetensi Produk) Faktor pertama yang terbentuk dari hasil analisis faktor disebut sebagai kompetensi produk. Nilai eigenvalue yang dimiliki faktor pertama memiliki eigenvalue terbesar dari semua faktor yang ada yaitu 5,462, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi prefernsi konsumen Batik Bogor Tradisiku. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data sebesar 26,009 persen. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku mempertimbangkan faktor kompetensi produk sebesar 26,009 persen. Faktor kompetensi produk merupakan faktor utama yang dipertimbangkan 66 konsumen ketika ingin membeli produk batik karena saat ini batik menjadi produk yang memiliki daya tarik, nilai, dan kekhasan tersendiri. Dari kelima variabel yang masuk dalam faktor kompetensi produk, nilai loading factor pada setiap variabel yaitu: motif (0,797), bahan kain (0,733), tidak mudah luntur (0,643), harga (0,490), dan event/pameran (0,397). Motif, bahan kain, dan tidak mudah luntur memiliki nilai korelasi yang berpengaruh nyata pada faktor kompetensi produk. Sedangkan pada variabel harga dan event/pameran memiliki ilai loading factor yang kurang dari 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa harga dan event/pameran memiliki nilai korelasi yang rendah karena kedua variabel tersebut kurang berpengaruh nyata pada kompetensi produk. Motif merupakan variabel dengan niali loading factor yang paling tinggi, karena motif merupakan daya tarik, nilai, dan kekhasan batik yang paling utama. Hal ini dibuktikan dengan konsumen yang selektif dalam memilih motif batik yang ditawarkan. Oleh karena itu Batik Bogor Tradisiku mengeksplorasi motif-motif yang dimilikinya sehingga memiliki kompetensi tersendiri di benak konsumen. Ketika konsumen menyukai motif dari batik tersebut maka konsumen pun akan mulai selektif memilih bahan kain. Bahan kain mempengaruhi kompetensi produk batik karena nilai motif batik akan berdampingan dengan bahan kain yang digunakan. Motif yang menarik dan khas, maka bahan kain yang digunakan tentunya adalah bahan kain yang memiliki kompetensi yag tinggi juga, seperti bahan kain yang terbuat dari sutra. Batik yang tidak mudah luntur menjadi pertimbangan yang menunjukkan kompetensi produk. Saat ini beragam jenis batik yang ditawarkan di pasaran, konsumen harus semakin selektif dalam memilih batik karena batik yang ada seringkali mudah luntur. Batik Bogor Tradisiku membuktikan kepada konsumen bahwa mereka tidak akan kecewa dengan membeli produk Batik Bogor Tradisiku karena konsumen tidak akan menemukan batik yang mudah luntur. Jika konsumen menemukan bahwa produk Batik Bogor Tradisku mudah luntur, konsumen dapat mengembalikannya. 67 Harga dan event/pameran merupakan bagian dari kompetensi produk, berdasarkan pengolahan data menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut tidak memiliki pengaruh nyata terhadap preferensi konsumen. Hal ini dikarenakan harga bukanlah prioritas yang utama bagi konsumen. Konsumen yang merasa puas dengan suatu produk akan membeli produk tersebut tanpa mempermasalahkan harga yang ditawarkan. Event/ pameran merupakan bagian dari komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen secara luas dan dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu, konsumen merasa bahwa event/pameran hanyalah sebagai bagian dari kompetensi produk. 4.5.2 Faktor Kedua (Identitas Produk) Faktor kedua yang terdiri dari daya tarik merek, merek terdaftar, public relation, dan kemudahan mengingat merek sehingga dapat disebut sebagai identitas produk. Faktor identitas produk memiliki eigenvalue sebesar 2,080 menunjukkan keragaman data sebesar 9,905 persen, yang artinya konsumen mempertimbangkan variabel-variabel dalam faktor tersebut sebesar 9,905 persen. Nilai loading factor berada pada 0,690 sampai 0,735. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keeratan antara variabel dengan faktor yang terbentuk. Identitas produk menjadi bagian penting karena akan memudahkan konsumen dalam mengenal maupun mengingat produk tersebut. Batik Bogor Tradisiku merupakan merek yang memiliki daya tarik. Pertama adalah kata “Batik Bogor” yang secara langsung menyatakan kepada konsumen bahwa ini adalah batik yang berasal dari Bogor, karena mayoritas konsumen hanya mengenal batik Jawa seperti Pekalongan, Solo, maupun Jawa. Kedua adalah “Tradisiku” yang secara langsung memberikan stimulus kepada konsumen bahwa batik merupakan tradisi yang dimiliki. Merek Batik Bogor Tradisiku tersendiri telah terdaftar sejak 15 Januari 2009 di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Adanya legalitas merek tersebut membantu menjawab konsumen tentang tingkat orisinilitas produk. 68 Public relation membuat pengenalan terhadap identitas produk dapat tersampaikan secara meluas. Batik Bogor Tradisiku menjalankan kegiatan public relation dengan pihak pemerintah maupun swasta. Kegiatan seperti ini mampu menciptakan hubungan yang berkesinambungan. Batik Bogor Tradisiku telah melakukan banyak cara yang difasilitasi oleh Dekranasda kota Bogor, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Bogor, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, bahkan stasiun televisi lokal maupun televisi nasional. Hal ini merupakan salah satu kunci Batik Bogor Tradisiku untuk mengenalkan identitas produknya kepada konsumen. Produk yang telah memiliki daya tarik merek, dipublikasikan secara legal, dan dikomunikasikan dengan baik, maka akan terbentuklah image yang kuat terhadap merek tersebut. Image yang terbentuk tersebut akan melekat dengan mudah diingatan konsumen sehingga ketika mencari produk tersebut, konsumen akan secara spontanitas menyatakan merek tersebut. 4.5.3 Faktor Ketiga (Keandalan produk) Faktor ketiga yang terbentuk disebut sebagai keandalan produk, karena faktor ini meliputi kualitas tahan lama dan produk pendukung. Faktor ini memiliki eigenvalue sebesar 1,772 dengan keragaman data 8,347 persen. Adapun nilai loading factor yang dimiliki adalah kualitas tahan lama sebesar 0,721 dan produk pendukung 0,717. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pada produk tersebut memiliki keeratan nyata dalam mempengaruhi faktor keandalan produk. Kepuasan produk akan mempengaruhi preferensi konsumen. Kualitas tahan lama dari produk akan membuat konsumen memperoleh keandalan tersendiri dari produk tersebut. Batik Bogor Tradisiku mewujudkan keandalan produk melalui kualitas tahan lama dan adanya produk pendukung. Kualitas tahan lama Batik Bogor Tradisiku ditunjukkan dengan umur ekonomis yang cukup. Umur ekonomis batik terlihat dari terjadinya penyusutan kain pada batik ataupun memudarnya warna. Batik Bogor Tradisiku menjaga kualitas tahan lama tersebut dengan selektif memilih bahan kain maupun pewarna terbaik. 69 Produk pendukung merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keandalan produk. Produk pendukung yang dimaksud dari Batik Bogor Tradisiku antara lain dengan menyediakan lerak untuk mencuci dan merawat batik serta produk olahan dari batik yang bukan sekedar sebagai bahan sandang saja tetapi dalam bentuk lain seperti dompet, tas, boneka, maupun aksesoris lainnya. Adanya produk pendukung tersebut dipelopori oleh para konsumen Batik Bogor Tradisiku yang ingin mendapatkan keandalan produk yang lebih dari kegunaan batik pada umumnya. Hal ini terlihat dengan adanya permintaan konsumen untuk pembuatan produk pendukung berupa tempat tusuk gigi, dompet, dan tas dalam jumlah yang cukup banyak, bahkan konsumen seringkali datang untuk memesan produk pendukung yang sesuai dengan keinginanya. 4.5.4 Faktor Keempat (Aksesibilitas Produk) Faktor keempat dinamakan aksesibilitas produk dan mampu menjelaskan keragaman data 6,690 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar 1,405. Faktor aksesibilitas produk meliputi suasana toko, lokasi, dan kemudahan mendapatkan produk. Aksesibilitas produk akan mempengaruhi preferensi konsumen terhadap produk, karena dengan faktor tersebut akan membentuk pencitraan yang baik di benak konsumen. Suasana toko merupakan bagian terbesar dari aksesibiltas produk, karena menjadi pusat perhatian bagi konsumen. Suasana toko utama dari Batik Bogor Tradisiku dibuat dengan adanya kain-kain batik yang dijajarkan pada dinding maupun rak yang terbuat dari bambu, foto-foto dari event/pameran yang pernah diikuti oleh Batik Bogor Tradisiku, alunan musik, dan yang paling menarik dari suasana toko adalah adanya proses pembuatan batik. Adanya proses pembuatan batik membuat konsumen mendapatkan akses produk yang berbeda, karena konsumen dapat melihat langsung pembuatannya. Lokasi dari toko utama Batik Bogor Tradisiku adalah di Jalan. Jalak no.2 Tanah Sereal Bogor. Lokasi ini dinilai cukup mudah diakses bagi konsumen karena berada di ibukota, dahulu Batik Bogor Tradisiku 70 berada di desa Cibuluh, namun karena lokasi sudah tidak memungkinkan lagi, maka Batik Bogor Tradisiku pindah ke lokasi yang mudah diakses oleh konsumen. Lokasi toko yang berada di Cibuluh, saat ini hanya digunakan sebagai tempat proses produksi kain printing dan pewarnaan serta penjemuran batik. Selain itu, produk yang mudah diakses oleh konsumen, akan memberikan pencitraan yang baik. Batik Bogor Tradisiku selain tersedia di Jalan Jalak juga tersedia di Botani Square, Dekranasda kota Bogor, hotel Salak, dan Novotel Bogor dan galeri restoran Gumati. Customer service merupakan variabel yang kurang berpengaruh nyata dalam mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku. Hal ini dikarenakan, konsumen tidak merasakan pengaruh yang begitu signifikan terhadap aksesibilitas produk. 4.5.5 Faktor Kelima ( Layanan Konsumen) Faktor kelima yang terbentuk adalah faktor layanan konsumen. Faktor tersebut terbentuk atas meliputi direct selling dan kemudahan mendapatkan informasi. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data 6,076 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar 1,276. Direct selling merupakan salah satu bentuk layanan terhadap konsumen yang mampu membentuk preferensi konsumen. Penerapan direct selling yang dilakukan Batik Bogor Tradisiku merupakan salah satu bentuk layanan yang mampu menjawab ketidaktahuan konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku. Adanya layanan konsumen seperti ini menjadi sarana yang mampu membantu penyampaian product knowledge dari Batik Bogor Tradisiku. Informasi menjadi bagian yang tak pernah lepas dari kehidupan konsumen, terlebih saat ini informasi dapat dengan mudah sekali diperoleh. Konsumen mendapatkan informasi terkait dengan Batik Bogor Tradisiku cukup mudah, karena adanya sumber informasi yang diperoleh dari pemerintahan kota Bogor, Dekranasda kota Bogor, Radar Bogor, bahkan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. Konsumen juga memperoleh informasi dari beberapa event seperti INACRAFT, UKM Expo, Batik submitt, dan Mojang Jajaka Bogor. Selain mempengaruhi 71 preferensi konsumen faktor layanan konsumen juga digunakan sebagai peluang dalam melakukan ekspansi pasar yang lebih besar lagi. 4.5.6 Faktor Keenam ( Estetika) Faktor keenam terdiri dari warna dan kemasan, sehingga faktor ini diberi nama estetika. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data 5,316 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar 1,116. Nilai loading factor yang dimiliki adalah warna sebesar 0,744 dan kemasan 0,577, sehingga dapat diartikan bahwa kedua variabel ini memiliki pengaruh nyata dalam faktor estetika. Warna dari produk akan mempengaruhi preferensi konsumen karena konsumen memiliki selera masing-masing terhadap warna. Kemasan yang dibuat secara kreatif memberikan nilai estetika tersendiri sehingga konsumen semakin tertarik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya paduan warna yang ditawarkan untuk memenuhi selera konsumen yang beragam dan semakin kreatifnya kemasan maka peluang preferensi konsumen kepada Batik Bogor Tradisiku akan semakin besar. Warna dari produk akan mempengaruhi preferensi konsumen karena konsumen memiliki kriteria masing-masing terhadap warna. Warna memiliki nilai keindahan atau yang sering disebut dengan estetika. Batik Bogor Tradisiku memiliki varian warna yang cukup banyak dan menarik. Hal ini ditunjukkan oleh Batik Bogor Tradisiku melalui batik yang berwarna-warni pada satu helai kain yang disebut dengan batik colek. Batik dengan warna tersebut memiliki estetika tersendiri bagi konsumen yang menyukainya. Konsumen menyukai varian ditawarkan di Batik Bogor Tradisiku karena konsumen merasa dimudahkan untuk menentukan dengan tepat warna melalui permesanan permintaan warna yang diinginkan sehingga memberikan kepuasan maksimal. Kemasan merupakan bagian dari produk yang memberikan estetika tersendiri sehingga menjadi daya tarik untuk lebih menyukai produk yang ditawarkan. Batik Bogor Tradisiku memberikan penawaran kemasan yang memiliki estetika, mulai dari tas, kemasan kotak yang penutupnya terbuat dari batik dengan varian warna maupun motif, maupun tas berbentuk segitiga. Kemasan kotak menjadi pilihan konsumen yang ingin 72 memberikan Batik Bogor Tradisiku sebagai buah tangan khas kota Bogor. Kemasan kotak merupakan kemasan yang ditawarkan dengan harga yang berkisar Rp. 25.000-Rp. 50.000/kotak tergantung permintaan konsumen. Berbeda dengan tas berbentuk segitiga merupakan kemasan yang diberikan secara cuma-cuma, khusus bagi pembelian yang cukup banyak maupun untuk pembelian pemesanan. Konsumen pembeliannya untuk personal diberikan kemasan berbentuk tas kertas coklat dengan motif hujan gerimis. 4.5.7 Faktor Ketujuh ( Promosi penjualan) Faktor ketujuh yang terbentuk disebut dengan promosi penjualan. Faktor tersebut terbentuk atas diskon dan ganti rugi. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data 4,868 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar 1,022. Diskon ataupu potongan harga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi preferensi konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loading factor yang sangat besar yaitu 0,843, sehingga semakin menarik penawaran diskon/potongan harga yang diberikan maka semakin besar pengaruhnya terhadap preferensi konsumen. Diskon ataupun potongan harga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi preferensi konsumen terhadap produk. Batik Bogor Tradisiku memberikan berbagai bentuk seperti diskon/potongan harga untuk konsumen yang membawa turis, pembelian yang cukup banyak, pemesanan khusus, maupun event-event tertentu. Ganti rugi adalah salah satu bentuk promosi penjualan yang diberikan oleh Batik Bogor Tradisiku yang mempengaruhi preferensi konsumen. Hal ini memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen, sehingga konsumen merasa tidak dirugikan ataupun kecewa dengan produk yang dibelinya. Ganti rugi digunakan untuk membangun merupakan salah satu cara yang kepercayaan konsumen sehingga menumbuhkan loyalitas konsumen serta menjaga reputasi Batik Bogor Tradisiku. 73 4.6. Implikasi Manajerial Konsumen merupakan salah satu inti dari kegiatan pemasaran. Perusahaan dituntut mengembangkan strategi pemasaran yang baik sehingga produk memiliki daya tarik lebih bagi konsumen. Daya tarik yang ditimbulkan akan mempengaruhi konsumen untuk membeli berapa pun produk yang ditawarkan. Daya beli konsumen yang meningkat akan memberi pengaruh yang signifikan bagi pihak perusahaan serta mampu meningkatkan daya saing terhadap perusahaan lain. Dalam memenuhi harapan konsumen akan produk yang dibutuhkan, perusahaan perlu menentukan secara tepat strategi marketing mix dan segmentation, targeting, dan positioning dari produk yang dihasilkan. Batik Bogor Tradisiku merupakan produk batik yang memiliki daya tarik tersendiri dari motif yang dimilikinya dan sedang berkembang sebagai unit usaha industri batik yang berpotensi di kota Bogor. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan Batik Bogor Tradisiku yang menjadi pionir pengembangan batik modern yang mengangkat ikon-ikon kota Bogor. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang lebih intensif lagi untuk mempertahankan serta mengembangkan apa yang sudah dimilikinya saat ini. Industri batik merupakan industri yang cukup potensial mengingat batik semakin diapresiasi sekaligus menjadi trend yang berkembang di masyarakat. Akibatnya peluang tumbuhnya unit usaha industri batik pun semakin meningkat, sehingga persaingan yang dihadapi Batik Bogor Tradisiku juga akan semakin besar. Batik Bogor Tradisiku harus mampu menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan terintegrasi dengan baik untuk mempertahankan posisinya yang sudah cukup baik saat ini. Penentuan strategi yang dilakukan harus terkait dengan fungsi-fungsi manajerial yang efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajerial tersebut meiputi perencananaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Berdasarkan hasil analisis terhadap proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku, didapatkan hasil mengenai karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap Batik Bogor Tradisiku. Langkahlangkah yang dapat dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya di pasar berdasarkan hasil penelitian, antara lain: 74 1. Batik Bogor Tradisiku harus mengeksplorasi motif-motif yang dimilikinya secara berkesinambungan. Hal ini dikarenakan alasan dan fokus perhatian konsumen dalam membeli batik adalah dari motif yang dimilikinya dan konsumen juga memperoleh kekhasan dari batik tersebut. Selain itu eksplorasi motif menjadi pembeda dari kompetitor batik dari daerah lain. 2. Berdasarkan hasil penelitian, sumber informasi konsumen tentang Batik Bogor Tradisiku adalah dari teman/kolega. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode promosi yang paling efektif adalah word of mouth. Konsumen mempercayai informasi yang dikatakan konsumen yang telah membeli Batik Bogor Tradisiku, sehingga Batik Bogor Tradisiku harus mempertahankan positioningnya sebagai batik Bogor yang berkualitas baik sehingga konsumen merasa puas dan menceritakan pengalaman baik tersebut kepada konsumen lain. Selain itu metode word of mouth harus dikombinasikan dengan media lainnya seperti brosur, leaflet, majalah/koran, maupun melalui sosial media. Hal ini dikarenakan media akan mendukung kegiatan promosi yang lebih informatif mengenai Batik Bogor Tradisiku sehingga konsumen menjadi semakin yakin serta kegiatan promosi pun menjadi lebih efektif dan efisien. 3. Harga menjadi kekuatan otoritas dalam menaikkan atau menurunkan kemauan kosumen dalam membeli suatu produk. Harga yang ditawarkan Batik Bogor Tradisiku bukanlah menjadi hal terpenting karena ketika harga naik konsumen akan membelinya. Namun yang harus diperhatikan adalah peningkatan harga juga harus beriringan dengan mutu yang diberikan. Ketika harga tidak mampu memberikan kesesuaian mutu maka akan menjatuhkan posisi Batik Bogor Tradisiku di benak konsumen. 4. Pada hasil analisis faktor, faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen adalah kompetensi produk. Kompetensi produk yang berpengaruh nyata bagi konsumen adalah motif, bahan, dan tidak mudah luntur. Batik Bogor Tradisiku harus terus menjaga konsistensi dari ketiga hal tersebut. Hal ini dikarenakan kompetensi produk akan mempengaruhi reputasi dari Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu Batik Bogor Tradisiku harus membuat positioning dari kompetensi produk melalui tagline yang menarik bagi konsumen. Adapun tagline yang diberikan antara lain: (1) “ I love Bogor, so I 75 love Batik Tradisiku, (2) “Everlasting story with Batik Bogor Tradisiku”,(3)“Bogor I’m in love with Batik Tradisiku”, (4)“ Exclusive batik from Batik Bogor Tradisiku”, dan (5) “ Culture for better future with Batik Bogor Tradisiku”. V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar dari konsumen berjenis kelamin perempuan dengan kelompok usia 31-40 tahun dan dengan status menikah. Tingkat pendidikan terakhir sebagian besar konsumen adalah lulusan S1 dengan klasifikasi pekerjaan employee(pegawai), status pekerjaan sebagian besar sebagai pegawai swasta, dan memiliki profesi sebagai dosen/guru, dan pendapatan mayoritas konsumen per bulannya berkisar antara Rp 2.000.001 sampai Rp. 5.000.000. Adapun pengeluaran konsumen untuk pembelian Batik Bogor Tradisiku pada setiap pembelian adalah Rp.100.001-Rp.500.000 dan hobi konsumen Batik Bogor Tradisiku mayoritas adalah membaca. Pada tabulasi silang yang dilakukan antara pengeluaran konsumen setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya, terdapat hubungan yang signifikan dengan status pernikahan, pendidikan terakhir, profesi, dan pendapatan. 2. Proses pengambilan keputusan konsumen menujukkan bahwa konsumen telah memenuhi tahapan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Hal ini terlihat dengan konsumen yang merasa puas dan loyal dengan produk Batik Bogor Tradisiku. Kepuasan konsumen tercermin dari konsumen yang puas terhadap motif dengan memperhatikan bahan yang ditawarkan dan loyalitas tercermin dari konsumen yang tetap membeli walaupun terjadi kenaikan harga ataupun membeli di outlet lain yang menyediakan produk ketika galeri Batik Bogor Tradisiku tutup. 3. Berdasarkan dari analisis faktor didapat hasil bahwa terbentuk tujuh faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku. Ketujuh faktor tersebut adalah kompetensi produk, identitas merek, keandalan produk, aksesibilitas produk, layanan konsumen, estetika, dan promosi penjualan. Faktor yang paling utama dalam mempengaruhi preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku adalah 77 faktor kompetensi produk, dengan variabel yang berpengaruh nyata bagi konsumen adalah motif, bahan kain, dan tidak mudah luntur. 2. Saran 1. Motif merupakan alasan konsumen dalam membeli Batik Bogor Tradisiku, fokus perhatian, dan juga bagian dari faktor kompetensi produk, sehingga diperlukan kemampuan yang mampu memberikan kreatifitas yang tiggi terhadap motif yang dihasilkan. Selain itu diperlukan konsistensi terhadap kekhasan yang dimiliki Batik Bogor Tradisiku, karena dengan demikian nilai yang dihasilkan dari motif Batik Bogor Tradisiku menjadi aset yang membedakan dari batik-batik lainnya. 2. Word of mouth yang berasal dari teman/kolega harus dijaga dengan pembuktian fisik dari Batik Bogor Tradisiku melalui harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas yang dihasilkan, sehingga tercipta trust bagi konsumen. Namun word of mouth yang berkembang di pasar harus juga diperhatikan oleh Batik Bogor Tradisiku secara intensif karena ketika word of mouth yang dihasilkan ternyata negatif akan membuat reputasi Batik Bogor Tradisiku menjadi buruk. Batik Bogor Tradisiku dapat melakukan hubungan yang lebih interaktif dengan pemerintah kota Bogor melalui event-event yang mengusung kota Bogor, mengkomunikasikan Batik Bogor Tradisiku baik secara umum melalui media yang ada di Bogor baik media cetak maupun media elektronik seperti Radar Bogor, MGS TV, Radio Megaswara, Info Bogor, dan semakin intensif melakukan diskusi dengan asosiasi batik yang ada di Indonesia. 3. Batik Bogor Tradisiku harus lebih intensif dalam melakukan strategi pemasaran yang terintegrasi dengan baik. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan antara lain dengan membuat range harga yang bervariatif dengan memberitahukan hal yang menjadi “product knowledge” yang membuat perbedaan harga yang signifikan pada jenis batik yang ada. Harga yang dapat ditawarkan pada kalangan masyarakat seperti Rp. 100.000/ kain printing, Rp. 200.000/ batik cap, dan Rp. 500.000/ batik tulis. Product knowledge yang disamapaikan kepada masyarakat antara lain terkait tentang batik yang sesungguhnya, cara membedakan kain 78 printing, batik cap, dan batik tulis, dan cara pembuatan batik pada tiap jenisnya. 4. Dalam perkembangan ke depannya Batik Bogor Tradisiku yang notabene adalah pionir batik Bogor akan dihadapkan dengan hadirnya kompetitorkompetior batik Bogor lainnya. Hal tersebut menuntut Batik Bogor Tradisiku untuk lebih maksimal dalam menggali potensi yang dimilikinya serta melakukan evaluasi-evaluasi kegiatan yang telah dilakukannya, sehingga hadirnya kompetitor batik Bogor baru bukanlah menjadi ancaman yang membuat kemuduran, melainkan tantangan bagi Batik Bogor Tradisiku untuk bisa menunjukkan bahwa Batik Bogor Tradisiku sebagai pionir sejati dari adanya batik Bogor. Batik Bogor Tradisiku sebagai pionir batik Bogor dapat diwujudkan melalui tagline, antara lain adalah: “Everlasting story of Bogor with Batik Tradisiku” atau “Batik Tradisiku, Exclusive batik from Bogor.”. Tagline yang dimiliki oleh Batik Bogor Tradisiku dapat menjadi salah satu langkah strategis untuk mempertahankan positioning dan reputasi dari Batik Bogor Tradisiku yang akan selalu dikenang dan melekat di benak konsumen. DAFTAR PUSTAKA Churchil, G.A. 1998. Marketing Research Third Edition. The Dryden Press, Florida Engel, J.F, R.D. Blackweel, P.J. Winiard. 1994. Perilaku Konsumen, Jilid 1. Bina Rupa Aksara, Jakarta Febrianti, L. 2011. Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Pembalut Wanita Charm (Kasus Pada Mahasiswi Strata 1 Institut Pertanian Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor Fitriyana, D. 2009. Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan “Fishing Valley” Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor Kardes, F.R .2002. Consumer Behavior and Mangerial Decision Making Second Editiom. Prentice Hall of India, New Delhi Kementrian Perindustrian, 2011. Program Pemerintah untuk Mendukung Pengembangan IKM Batik Indonesia, Jakarta Kotler, P dan G. Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta Kotler, P dan K.L Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 12. Indeks, Jakarta Miftah, A.R.A. 2011. Analisis Proses Pegambilan Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Restoran Gurih 7, Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor Nugroho, A. B. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Penerbit Andi, Jakarta. Santoso, S. 2010. Mastering SPSS 18. Elex Media Computindo, Jakarta Siegel, S dan N.J.Castellan. 1988. Nonparametric Statistic for The Behavioral Science. Mc.Graw-Hill Book Co, Singapore Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Gramedia, Jakarta Sukotjo, H dan Sumanto R. 2010. Analisa Marketing Mix-7P (Produk, Price, Promotion, Place,Partisipant, Process, dan Physical Evidence) terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di Surabaya. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 2, Oktober 2010, 216228, Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Surabaya Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. ANDI, Yogyakarta Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia, Jakarta Wulandari, A. 2011. Batik Nusantara. ANDI, Yogyakarta LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian No. Kuesion er: Kuesioner ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan Skripsi mengenai: KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BATIK BOGOR TRADISIKU Oleh: Satriani Situmorang (H24080048) Mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Alamat : Telp/HP : Email : (L/P) Petunjuk pengisian: - Berilah tanda silang (X) pada jawaban Anda pilih - Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada tempat yang telah disediakan I. Karakteristik Responden 1. Usia : a. ≤ 20 tahun b. 21 - 30 tahun 2. Status pernikahan c. 31 - 40 tahun d. 41 - 50 tahun : a. Menikah b. Belum Menikah 3. Pendidikan Terakhir : a. SD/ SMP b. SMU/SMK c. Diploma d. S1 e. 51 - 60 tahun f. > 60 tahun c. Duda d. Janda e. S2 f. S3 4. Klasifikasi pekerjaan : a. Unemployee ( tidak bekerja) d. Self-employee (pekerja lepas) e. Employee (Pegawai) b. Investor ( penanam modal) c. Business owner ( pemilik usaha) 5. Status pekerjaan Anda saat ini : a. PNS c. Wiraswasta b. Swasta d. Pelajar/ Mahasiswa e. Ibu Rumah Tangga 82 Lanjutan Lampiran 1 6. Klasifikasi profesi : a. Dosen/ Guru d. Bankir g. Pengacara j. Pedagang m. Budayawan p. Lainnya b. Pengusaha/ Wirausaha e. Jurnalis h. TNI/Polisi k. Artis n. Pemuka agama 7. Rata-rata pendapatan per bulan: a. ≤ Rp. 1.000.000 b. Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000 c. Rp 2.000.001 – Rp 5.000.000 d. Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000 c. Dokter f. Politikus i. Psikolog l. Konsultan o.Engineer/Teknisi e. Rp 10.000.001 – Rp 20.000.000 f. Rp 20.000.001 – Rp 50.000.000 g. > Rp. 50.000.000 8. Pengeluaran anda untuk membeli Batik Bogor Tradisiku (setiap pembelian): a. ≤ Rp.100.000 d. Rp.1.000.001 – Rp. 2.000.000 b. Rp. 100.001–Rp. 500.000 e. > Rp.2.000.000 c. Rp.500.001 – Rp 1.000.000 9. Hobi: a. Membaca b. Jalan-jalan c. Belanja d. Menonton e. Browsing f. Kolektor barang g.Menggambar/ desain h. Lainnya II. Proses Pengambilan Keputusan Petunjuk Umum : Berilah tanda silang (X) pada pilihan Anda. Khusus untuk pertanyaan bertanda bintang (*) jawaban dapat lebih dari satu. A. Pengenalan Kebutuhan 1. *Apa alasan Anda membeli Batik Bogor Tradisiku? a. Bahan sandang f.Merek baru b. Harga yang ditawarkan g. Kemudahan memperoleh c. Ingin mencoba h. Promosi yang menarik d. Motif i. Warisan budaya yang harus dilestarikan e. Pengaruh orang lain j. Lainnya 2. Manfaat apa yang Anda peroleh dengan membeliBatik Bogor Tradisiku? a. Memiliki bahan sandang yang bernilai b. Daya tarik tersendiri(khas) c.Wujud pelestarian warisan budaya d. Kebanggaan e. Ilmu pengetahuan tentang batik f. Lainnya B. Pencarian Informasi 1. *Dari manakah Anda tahu tentang Batik Bogor Tradisiku? a. Keluarga e. Majalah/Koran b. Teman/ Kolega f. Event/ Pameran c.Televisi g. Internet d. Penjual h. Lainnya 83 Lanjutan Lampiran 1 2. Berdasarkan informasi yang didapat, hal apa yang menjadi fokus perhatian Anda ? a. Harga b. Warna c. Jaminan d. Motif/corak e. Pelayanan f. Bahan g. Potongan harga h. Tahan lama i. Lokasi j. Variasi jenis k. Lainnya C. Evaluasi Alternatif 1. *Hal apa yang menjadi pertimbangan Anda sebelum membeli Batik Tradisiku Bogor? d. Motif/corak a. Harga b. Warna c. Jaminan e. Pelayanan f. Bahan g. Potongan harga h. Tahan lama i. Lokasi j. Variasi jenis k. Lainnya 2. Menurut Anda, Batik Bogor Tradisiku bermutu dapat dilihat dari? a. Harga b. Bahan c. Merek d. Jaminan e. Kemasan f. Motif/corak g. Variasi jenis h. Lainnya 3. Pada saat Anda membeli ke Batik Bogor Tradisiku, akan tetapi pada saat itu Batik Bogor Tradisiku sedang tutup. Apa yang Anda lakukan jika pada saat itu Anda ingin membeli batik di sana? a. Tetap membeli di tempat lain yang menjual Batik Bogor Tradisiku (contoh: Dekranasda) b. Membatalkan niat membeli c. Tetap membeli batik dengan merek lain d. Lainnya D. Keputusan Pembelian 1. Bagaimana pola pembelian yang Anda lakukan dalam membuat keputusan untuk membeli Batik Bogor Tradisiku? a. Direncanakan dan memutuskan untuk membeli b. Tidak direncanakan dan memutuskan untuk membeli 2. Siapakah yang mempengaruhi Anda untuk membeli Batik Bogor Tradisiku? a. Keluarga c. Teman/ Kolega b. Diri Sendiri d. Penjual 3. Jenis batik apa Anda beli di Batik Bogor Tradisiku? a. Batik printing (kain printing) b. Batik cap c. Batik tulis E. Evaluasi Pasca Pembelian 1. Apakah Anda merasa puas setelah membeli ke Batik Bogor Tradisiku dan ingin kembali lagi? a. Puas dan ingin kembali lagi b. Puas dan tidak ingin kembali lagi c. Tidak puas dan ingin kembali lagi d. Tidak puas dan tidak ingin kembali lagi 84 Lanjutan Lampiran 1 2. Jika Batik Bogor Tradisiku tidak tersedia, apa yang Anda lakukan? a. Melakukan pemesanan c. Mencari batik dengan merek lain b. Tidak jadi membeli 3. Jika harga Batik Bogor Tradisiku mengalami kenaikan, maka Anda? a. Akan tetap membeli b. Tidak akan membeli c. Mencari batik lain yang lebih murah 4. Apakah Anda berniat membeli kembali setelah membeli Batik Bogor Tradisiku? a. Ya b. Tidak 5. Setelah Anda membeli Batik Bogor Tradisiku, apakah Anda menyarankan orang lain untuk membeli batik di Batik Bogor Tradisiku ? a. Ya b. Tidak III. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Pertanyaan: Seberapa pentingkah faktor-faktor ini mempengaruhi preferensi (lebih suka) Anda untuk menjadi konsumen Batik Bogor Tradisiku? Petunjuk: Mohon diisi dengan memberi tanda () pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pendapat Anda. Keterangan : 1 = Sangat Tidak Penting (STP) 4 = Penting (P) 2 = Tidak Penting (TP) 5 = Sangat Penting (SP) 3 = Cukup Penting (CP) Tingkat Kepentingan No Atribut 1. Harga yang ditawarkan 2. Diskon/ potongan harga 3. Bahan kain 4. Motif atau corak khas yang mengangkat ikon-ikon kota Bogor 5. Warna 6. Kemasan yang menarik STP (1) TP (2) CP (3) P (4) SP (5) 85 Tingkat Kepentingan No Atribut 8. Kualitas tahan lama 9. Jaminan/ Ganti rugi 10. Produk pendukung ( lerak, tas, dompet, dll) STP (1) TP (2) CP (3) 11. Adanya event/ pameran 12. Daya tarik merek 13. Tingkat kemudahan mengingat merek Merek telah terdaftar dan 14. diakui oleh pemerintah kota Bogor Public relation 15. (kerjasama dengan instansi lain atau tayangan di media masa) Kemudahan mendapatkan 16. informasi 17. Costumer service untuk melayani keluhan konsumen 18. Keramahan pelayanan (direct selling) Kemudahan mendapatkan 19. produk (Dekranasda, Botani, dll) 20. Lokasi yang mudah dijangkau 21. Suasana yang nyaman Saran atau pesan Anda terhadap Batik Bogor Tradisiku? Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini P (4) SP (5) 86 Lampiran 2. Hasil uji validitas No. Atribut rhitung rtabel Keterangan 1. Harga 0,487 0,361 Valid 2. Diskon/Potongan Harga 0,438 0,361 Valid 3. Bahan Kain 0,624 0,361 Valid 4. Motif 0,738 0,361 Valid 5. Warna 0,444 0,361 Valid 6. Kemasan 0,530 0,361 Valid 7. Tidak Mudah Luntur 0,854 0,361 Valid 8. Tahan Lama 0,533 0,361 Valid 9. Ganti Rugi 0,412 0,361 Valid 10. Produk pendukung 0,660 0,361 Valid 11. Event/Pameran 0,710 0,361 Valid 12. Daya tarik merek 0,636 0,361 Valid 13. Kemudahan mengingat merek 0,549 0,361 Valid 14. Merek terdaftar dan diakui Pemkot 0,802 0,361 Valid Bogor 15. Public Relation 0,609 0,361 Valid 16. Kemudahan mendapatkan informasi 0,405 0,361 Valid 17. Costumer Service 0,511 0,361 Valid 18. Keramahan Pelayanan 0,433 0,361 Valid 19. Kemudahan mendapatkan produk 0,550 0,361 Valid 20. Lokasi 0,415 0,361 Valid 21. Suasana Toko 0,479 0,361 Valid 87 Lampiran 3. Hasil uji reliabilitas Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total % 30 100.0 0 .0 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .893 N of Items 21 88 Lampiran 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya 1. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan jenis kelamin Pengeluaran setiap pembelian * jenis kelamin crosstabulation JenisKelamin Pengeluaran setiap pembelian Laki-laki Perempuan Total 10 33 43 18 30 48 2 4 6 0 1 1 1 1 2 31 69 100 ≤Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 Total Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) df Pearson Chi-Square 2.956a 4 .565 Likelihood Ratio 3.257 4 .516 N of Valid Cases 100 a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31. 89 Lanjutan Lampiran 4. 2. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan usia Pengeluaran setiap pembelian * usia crosstabulation Usia (tahun) Pengeluaran setiap pembelian Total <=20 21-30 31-40 41-50 51-60 >60 ≤Rp.100.000 6 10 13 8 5 1 43 Rp.100.001-Rp. 5 11 13 11 8 0 48 1 0 2 3 0 0 6 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 2 12 21 28 23 15 1 100 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 0 Rp.1.000.001Rp.2.000.000 >Rp. 2.000.000 Total Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) df Pearson Chi-Square 15.993a 20 .717 Likelihood Ratio 16.609 20 .678 N of Valid Cases 100 a. 20 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01. 90 Lanjutan Lampiran 4. 3.Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan Pengeluaran setiap pembelian * status pernikahan crosstabulation Status Pernikahan Pengeluaran setiap pembelian Total Menikah Belum Menikah Janda ≤Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 30 13 0 43 35 12 1 48 5 1 0 6 0 0 1 1 2 0 0 2 Total 72 26 2 100 Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) Df Pearson Chi-Square 51.418a 8 .000 Likelihood Ratio 11.768 8 .162 N of Valid Cases 100 a. 11 cells (73.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .02. 91 Lanjutan Lampiran 4. 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir Pengeluaran setiap pembelian * pendidikan terakhir crosstabulation PendidikanTerakhir Pengeluaran setiap pembelian SD/ SMP SMU /SMK ≤Rp.100.000 0 16 Rp.100.001-Rp. 500.000 2 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Total Diploma S1 S2 S3 5 19 3 0 43 13 6 22 4 1 48 0 1 0 2 3 0 6 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 1 0 0 0 0 0 1 >Rp. 2.000.000 0 0 0 1 1 0 2 3 30 11 44 11 1 100 Total Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) df Pearson Chi-Square 50.198a 20 .000 Likelihood Ratio 23.203 20 .279 N of Valid Cases 100 a. 24 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01. 92 Lanjutan Lampiran 4. 5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan Pengeluaran setiap pembelian * klasifikasi pekerjaan crosstabulation KlasifikasiPekerjaan Pengeluaran setiap pembelian UnBusiness Self Employ Total Investor employee Owner employee ee <=Rp.100.000 10 0 0 2 31 43 Rp.100.001-Rp. 500.000 8 1 6 2 31 48 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 3 0 0 0 3 6 Rp.1.000.001-Rp. 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 2 21 1 7 4 67 100 2.000.000 >Rp. 2.000.000 Total Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) df Pearson Chi-Square 24.521a 16 .079 Likelihood Ratio 20.169 16 .213 N of Valid Cases 100 a. 21 cells (84.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01. 93 Lanjutan Lampiran 4. 6. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan Pengeluaran setiap pembelian * status pekerjaan crosstabulation StatusPekerjaan Pengeluaran setiap pembelian PNS Swasta Wiraswasta Pelajar/ Mahasiswa IRT Total <=Rp.100.000 9 22 2 5 5 43 Rp.100.001-Rp. 500.000 8 23 9 6 2 48 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 1 1 1 1 2 6 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 0 0 1 0 0 1 >Rp. 2.000.000 2 0 0 0 0 2 Total 20 46 13 12 9 100 Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) df Pearson Chi-Square 25.656a 16 .059 Likelihood Ratio 21.111 16 .174 N of Valid Cases 100 a. 17 cells (68.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .09. 94 Lanjutan Lampiran 4. 7. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi Pengeluaran setiap pembelian * profesi crosstabulation Pengeluaran setiap pembelian Profesi Pengusaha Dokter/ Dosen/ atau Tenaga TNI/ Guru Wirausaha Medis Polisi Pedagang Artis Konsultan Engineer Pemerintah an Total <=Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 21 1 0 0 2 0 1 1 17 43 17 9 0 1 4 1 2 1 13 48 1 0 1 1 0 1 0 0 2 6 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Total 41 11 1 2 6 2 3 2 32 100 Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) Df Pearson Chi-Square 51.996 a 32 .014 Likelihood Ratio 35.125 32 .322 N of Valid Cases 100 a. 40 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01. 95 Lanjutan Lampiran 4. 8. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan Pengeluaran setiap pembelian * pendapatan bulanan crosstabulation Pengeluaran setiap pembelian ≤Rp.1.000.000 Pendapatanbulanan Rp.1.000.001 Rp.2.000.001 Rp.5.000.001 Rp.10.000.001 -Rp.2jt -Rp.5jt -Rp.10jt -Rp.20jt Total ≤Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001Rp.2.000.000 >Rp. 2.000.000 15 13 15 0 0 43 4 12 23 7 2 48 1 1 1 3 0 6 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 2 Total 20 26 40 12 2 100 Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) Df Pearson Chi-Square 35.932a 16 .003 Likelihood Ratio 35.630 16 .003 N of Valid Cases 100 a. 17 cells (68.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .02. 96 Lanjutan Lampiran 4. 9. Hasil Tabulasi Silang Pengeluaran Setiap Pembelian dengan Hobi Pengeluaran setiap pembelian * hobi crosstabulation Hobi Pengeluaran setiap pembelian Jalan Baca Kolektor -jalan Belanja Nonton Gambar Lain Browsing Barang desain nya Total <=Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 15 11 3 3 0 0 3 8 43 13 16 3 3 4 1 2 6 48 3 2 0 0 0 0 0 1 6 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 Total 32 30 7 6 4 1 5 15 100 Chi-square tests Value Asymp. Sig. (2-sided) df Pearson Chi-Square 23.522a 28 .707 Likelihood Ratio 18.977 28 .899 N of Valid Cases 100 a. 34 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .01. 97 Lampiran 5. Hasil analisis faktor KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square .752 693.008 Df 210 Sig. .000 Lanjutan Lampiran 5 Anti Image Matrices Anti-image Covariance Harga Diskon Potongan Harga Bahan Kain Motif Warna Kemasan Menarik Tidak Mudah Luntur Kualitas Tahan Lama Ganti Rugi Produk Penduk ung Event Pamer an Daya Tarik Merek Harga 0.579 -0.157 -0.015 -0.160 -0.114 -0.072 0.016 0.093 -0.078 0.045 -0.076 0.039 Diskon/ potongan harga -0.157 0.702 0.063 -0.066 -0.015 0.015 0.025 -0.012 -0.171 0.005 -0.032 -0.049 Bahan kain -0.015 0.063 0.537 -0.164 0.018 -0.104 -0.021 0.061 -0.041 0.032 -0.160 -0.106 Motif -0.160 -0.066 -0.164 0.439 0.070 -0.058 -0.109 -0.043 0.026 0.022 0.052 0.036 Warna -0.114 -0.015 0.018 0.070 0.652 -0.194 0.030 0.046 0.023 -0.137 -0.001 -0.092 Kemasan menarik -0.072 0.015 -0.104 -0.058 -0.194 0.491 -0.110 -0.142 0.021 0.043 0.059 -0.010 Tidak mudah luntur 0.016 0.025 -0.021 -0.109 0.030 -0.110 0.404 -0.100 -0.022 -0.126 -0.017 0.027 Kualitas tahan lama 0.093 -0.012 0.061 -0.043 0.046 -0.142 -0.100 0.516 -0.121 -0.065 -0.121 -0.036 Ganti rugi -0.078 -0.171 -0.041 0.026 0.023 0.021 -0.022 -0.121 0.613 -0.095 0.015 0.055 Produk pendukung 0.045 0.005 0.032 0.022 -0.137 0.043 -0.126 -0.065 -0.095 0.606 -0.074 -0.093 Event/pameran -0.076 -0.032 -0.160 0.052 -0.001 0.059 -0.017 -0.121 0.015 -0.074 0.594 0.032 Daya tarik merek 0.039 -0.049 -0.106 0.036 -0.092 -0.010 0.027 -0.036 0.055 -0.093 0.032 0.550 Kemudahan mengingat merek -0.066 0.002 0.053 0.014 0.140 -0.086 0.047 0.049 -0.034 -0.128 0.012 -0.217 Merek terdaftar -0.040 -0.019 -0.062 0.005 -0.046 0.143 -0.143 0.023 0.010 0.068 -0.049 -0.073 Public relation 0.082 0.042 0.075 -0.071 -0.044 -0.051 0.065 -0.016 -0.039 0.010 -0.046 -0.046 Kemudahan mendapatkan informasi -0.122 0.173 -0.018 -0.019 -0.060 0.011 0.046 -0.058 0.036 0.002 0.018 -0.006 Customer service -0.023 0.008 -0.069 0.100 0.059 -0.045 0.002 -0.021 0.023 -0.077 -0.103 0.038 Direct selling 0.144 -0.001 0.064 -0.100 -0.089 0.055 -0.038 0.032 -0.184 0.022 -0.039 0.086 Kemudahan mendapatkan produk -0.029 -0.037 -0.040 0.006 0.056 0.055 -0.114 0.033 0.049 0.003 0.002 0.028 Lokasi -0.011 0.007 -0.038 0.102 -0.072 -0.031 0.064 -0.083 -0.065 -0.016 -0.012 0.034 Suasana toko 0.035 -0.087 0.028 -0.042 0.025 0.012 -0.023 -0.016 0.066 0.012 0.000 -0.092 98 Lanjutan Lampiran 5 Anti-image Covariance Kemudahan Mengingat Merek Merek Terdaftar Public Relation Kemudahan Mendapatkan Informasi Customer Service Direct Selling Kemudahan Mendapatkan Produk Lokasi Suasana Toko Harga -0.066 -0.040 0.082 -0.122 -0.023 0.144 -0.029 -0.011 0.035 Diskon/ potongan harga 0.002 -0.019 0.042 0.173 0.008 -0.001 -0.037 0.007 -0.087 Bahan kain 0.053 -0.062 0.075 -0.018 -0.069 0.064 -0.040 -0.038 0.028 Motif 0.014 0.005 -0.071 -0.019 0.100 -0.100 0.006 0.102 -0.042 Warna 0.140 -0.046 -0.044 -0.060 0.059 -0.089 0.056 -0.072 0.025 Kemasan menarik -0.086 0.143 -0.051 0.011 -0.045 0.055 0.055 -0.031 0.012 Tidak mudah luntur 0.047 -0.143 0.065 0.046 0.002 -0.038 -0.114 0.064 -0.023 Kualitas tahan lama 0.049 0.023 -0.016 -0.058 -0.021 0.032 0.033 -0.083 -0.016 Ganti rugi -0.034 0.010 -0.039 0.036 0.023 -0.184 0.049 -0.065 0.066 Produk pendukung 0.002 -0.077 0.022 0.003 -0.016 0.012 -0.128 0.068 0.010 Event/pameran 0.012 -0.049 -0.046 0.018 -0.103 -0.039 0.002 -0.012 0.000 Daya tarik merek -0.217 -0.073 -0.046 -0.006 0.038 0.086 0.028 0.034 -0.092 Kemudahan mengingat merek 0.609 -0.044 -0.021 -0.054 -0.040 -0.032 -0.073 -0.024 0.026 Merek terdaftar -0.044 0.361 -0.201 0.007 0.032 0.038 0.058 -0.064 -0.024 Public relation -0.021 -0.201 0.359 -0.090 -0.094 0.002 -0.144 0.076 0.059 Kemudahan mendapatkan informasi -0.054 0.007 -0.090 0.563 -0.072 -0.177 0.065 -0.040 -0.040 Customer service -0.040 0.032 -0.094 -0.072 0.650 -0.049 -0.048 0.003 -0.067 Direct selling -0.032 0.038 0.002 -0.177 -0.049 0.486 -0.040 -0.036 -0.110 Kemudahan mendapatkan produk -0.073 0.058 -0.144 0.065 -0.048 -0.040 0.581 -0.082 -0.138 Lokasi -0.024 -0.064 0.076 -0.040 0.003 -0.036 -0.082 0.601 -0.209 Suasana toko 0.026 -0.024 0.059 -0.040 -0.067 -0.110 -0.138 -0.209 0.527 99 100 Lanjutan Lampiran 5 Harga Diskon/ potongan harga Bahan kain Diskon_ Potongan Harga Bahan Kain Motif Warna Kemasan Menarik Tidak Mudah Luntur Kualitas Tahan Lama Ganti Rugi Produk Pendukung Event_ Pameran Daya Tarik Merek 0.611a -0.246 -0.026 -0.317 -0.186 -0.134 0.032 0.171 -0.131 0.077 -0.129 0.069 -0.246 a 0.103 -0.119 -0.022 0.026 0.048 -0.020 -0.260 0.007 -0.049 -0.079 0.103 a -0.338 0.031 -0.202 -0.044 0.116 -0.071 0.056 -0.283 -0.195 a -0.026 0.602 0.767 Motif -0.317 -0.119 -0.338 0.740 0.131 -0.125 -0.260 -0.090 0.051 0.043 0.101 0.074 Warna -0.186 -0.022 0.031 0.131 0.642a -0.342 0.058 0.078 0.036 -0.219 -0.002 -0.154 Kemasan menarik -0.134 0.026 -0.202 -0.125 -0.342 0.680a -0.246 -0.283 0.038 0.079 0.110 -0.019 -0.246 a -0.219 -0.045 -0.255 -0.035 0.058 -0.219 a -0.215 -0.116 -0.218 -0.068 -0.215 a -0.155 0.024 0.094 -0.155 a -0.123 -0.161 a 0.055 Tidak mudah luntur Kualitas tahan lama Ganti rugi Anti-image Correlation Harga Produk pendukung 0.032 0.171 -0.131 0.077 0.048 -0.020 -0.260 0.007 -0.044 0.116 -0.071 0.056 -0.260 -0.090 0.051 0.043 0.058 0.078 0.036 -0.219 -0.283 0.038 0.079 0.797 -0.045 -0.255 0.824 -0.116 0.750 0.812 Event/pameran -0.129 -0.049 -0.283 0.101 -0.002 0.110 -0.035 -0.218 0.024 -0.123 0.866 Daya tarik merek 0.069 -0.079 -0.195 0.074 -0.154 -0.019 0.058 -0.068 0.094 -0.161 0.055 0.753a Kemudahan mengingat merek -0.110 0.004 0.092 0.027 0.222 -0.158 0.094 0.088 -0.055 -0.211 0.020 -0.375 Merek terdaftar -0.087 -0.038 -0.141 0.013 -0.094 0.339 -0.375 0.053 0.021 0.144 -0.105 -0.163 Public relation 0.181 0.084 0.172 -0.179 -0.092 -0.121 0.172 -0.036 -0.084 0.020 -0.099 -0.104 Kemudahan mendapatkan informasi -0.215 0.275 -0.033 -0.039 -0.100 0.022 0.096 -0.108 0.061 0.003 0.031 -0.012 Customer service -0.117 0.188 0.091 -0.080 0.003 -0.036 0.036 -0.123 -0.166 0.063 -0.037 0.012 Direct selling 0.271 -0.001 0.126 -0.216 -0.158 0.113 -0.086 0.065 -0.337 0.041 -0.073 0.166 Kemudahan mendapatkan produk -0.050 -0.057 -0.071 0.011 0.091 0.103 -0.236 0.060 0.082 0.004 0.003 0.050 Lokasi -0.018 0.011 -0.068 0.198 -0.115 -0.057 0.129 -0.149 -0.107 -0.026 -0.019 0.059 Suasana toko 0.064 -0.143 0.053 -0.088 0.043 0.023 -0.050 -0.032 0.116 0.021 0.001 -0.170 100 101 Lanjutan Lampiran 5 Kemudahan Mengingat Merek Merek Terdaftar Public Relation -0.110 -0.087 0.181 -0.215 -0.037 Diskon/ potongan harga 0.004 -0.038 0.084 0.275 Bahan kain 0.092 -0.141 0.172 Motif 0.027 0.013 Warna 0.222 Harga Kemasan menarik Tidak mudah luntur Kualitas tahan lama Anti-image Correlation Kemudahan Mendapatkan Informasi Kemudahan Mendapatkan Produk Lokasi Suasana Toko 0.271 -0.050 -0.018 0.064 0.012 -0.001 -0.057 0.011 -0.143 -0.033 -0.117 0.126 -0.071 -0.068 0.053 -0.179 -0.039 0.188 -0.216 0.011 0.198 -0.088 -0.094 -0.092 -0.100 0.091 -0.158 0.091 -0.115 0.043 -0.158 0.339 -0.121 0.022 -0.080 0.113 0.103 -0.057 0.023 0.094 -0.375 0.172 0.096 0.003 -0.086 -0.236 0.129 -0.050 Customer Service Direct Selling 0.088 0.053 -0.036 -0.108 -0.036 0.065 0.060 -0.149 -0.032 Ganti rugi -0.055 0.021 -0.084 0.061 0.036 -0.337 0.082 -0.107 0.116 Produk pendukung -0.211 0.144 0.020 0.003 -0.123 0.041 0.004 -0.026 0.021 0.020 -0.105 -0.099 0.031 -0.166 -0.073 0.003 -0.019 0.001 -0.375 -0.163 -0.104 -0.012 0.063 0.166 0.050 0.059 -0.170 a -0.095 -0.044 -0.093 -0.063 -0.059 -0.123 -0.039 0.047 -0.095 a -0.559 0.016 0.066 0.090 0.126 -0.137 -0.055 -0.559 a -0.200 -0.195 0.004 -0.316 0.163 0.136 -0.200 a -0.119 -0.339 0.114 -0.069 -0.073 -0.119 a -0.087 -0.078 0.005 -0.115 -0.087 a -0.076 -0.067 -0.217 -0.076 a -0.139 -0.250 a -0.371 0.779a Event/pameran Daya tarik merek Kemudahan mengingat merek Merek terdaftar Public relation Kemudahan mendapatkan informasi Customer service Direct selling Kemudahan mendapatkan produk Lokasi Suasana toko 0.750 -0.044 -0.093 -0.063 -0.059 -0.123 0.701 0.016 0.066 0.090 0.126 0.714 -0.195 0.004 -0.316 0.765 -0.339 0.114 0.859 -0.078 0.693 0.796 -0.039 -0.137 0.163 -0.069 0.005 -0.067 -0.139 0.738 0.047 -0.055 0.136 -0.073 -0.115 -0.217 -0.250 -0.371 101 102 Lanjutan Lampiran 5 Ringkasan Nilai MSA No. Variabel Nilai MSA 1. Harga 0,611 2. Diskon/Potongan Harga 0,602 3. Bahan Kain 0,767 4. Motif 0,740 5. Warna 0,642 6. Kemasan 0,680 7. Tidak Mudah Luntur 0,797 8. Tahan Lama 0,824 9. Ganti Rugi 0,750 10. Produk pendukung 0,812 11. Event/Pameran 0,866 12. Daya tarik merek 0,753 13. Kemudahan mengingat merek 0,750 14. Merek terdaftar dan diakui Pemkot Bogor 0,701 15. Public Relation 0,714 16. Kemudahan mendapatkan informasi 0,765 17. Costumer Service 0,859 18. Keramahan Pelayanan 0,693 19. Kemudahan mendapatkan produk 0,796 20. Lokasi 0,738 21. Suasana Toko 0,779 103 Lanjutan Lampiran 5 Communalities Initial Extraction Harga 1.000 .706 Diskon_PotonganHarga 1.000 .761 BahanKain 1.000 .632 Motif 1.000 .728 Warna 1.000 .623 KemasanMenarik 1.000 .716 TidakMudahLuntur 1.000 .701 KualitasTahanLama 1.000 .677 GantiRugi 1.000 .740 ProdukPendukung 1.000 .669 Event_Pameran 1.000 .442 DayaTarikMerek 1.000 .716 KemudahanMengingatMerek 1.000 .566 MerekTerdaftar 1.000 .705 PublicRelation 1.000 .762 KemudahanMendapatkanInformasi 1.000 .746 CustomerService 1.000 .430 DirectSelling 1.000 .754 KemudahanMendapatkanProduk 1.000 .604 Lokasi 1.000 .700 SuasanaToko 1.000 .754 Extraction Method: Principal Component Analysis. Lanjutan Lampiran 5 Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Total 5.462 2.080 1.772 1.405 1.276 1.116 1.022 .884 .865 .709 .628 .578 .552 .477 .427 .380 .345 .316 .290 .240 .174 % of Variance Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative % 26.009 9.905 8.437 6.690 6.076 5.316 4.868 4.208 4.121 3.379 2.989 2.751 2.627 2.273 2.035 1.809 1.644 1.506 1.383 1.145 .828 26.009 35.914 44.351 51.042 57.118 62.434 67.302 71.510 75.631 79.009 81.998 84.749 87.376 89.650 91.685 93.494 95.139 96.645 98.027 99.172 100.000 Total 5.462 2.080 1.772 1.405 1.276 1.116 1.022 % of Variance 26.009 9.905 8.437 6.690 6.076 5.316 4.868 Rotation Sums of Squared Loadings Cumulative % 26.009 35.914 44.351 51.042 57.118 62.434 67.302 Total 2.678 2.607 2.070 2.014 1.756 1.562 1.446 % of Variance 12.751 12.414 9.859 9.591 8.364 7.437 6.886 Cumulative % 12.751 25.165 35.025 44.616 52.979 60.417 67.302 Extraction Method: Principal Component Analysis. 104 Lanjutan Lampiran 5 105 107 Lanjutan Lampiran 5 Component Matrixa Component 1 2 3 Harga .312 .605 Diskon_PotonganHarga .206 BahanKain .530 Motif 4 5 .035 -.028 .308 .358 .449 -.131 .534 .514 Warna .374 KemasanMenarik TidakMudahLuntur 6 7 .074 .474 .102 -.346 .545 .158 .233 -.107 -.156 .022 -.309 .090 -.273 -.296 .086 .035 .148 .006 .592 .028 .324 .072 .458 .479 .137 .435 -.078 -.025 -.251 .687 .258 .106 -.178 -.120 -.308 -.099 KualitasTahanLama .618 .057 .291 .194 -.042 -.403 -.074 GantiRugi .459 .020 .489 -.007 .130 -.127 .507 ProdukPendukung .543 -.085 .059 .335 .313 -.384 .083 Event_Pameran .623 .022 -.050 -.094 -.058 -.195 -.032 DayaTarikMerek .472 .004 -.520 .166 .435 .034 -.076 KemudahanMengingatMerek .472 -.158 -.368 .097 .389 .047 .139 MerekTerdaftar .601 -.026 -.480 -.288 -.018 .053 .161 PublicRelation .616 -.175 -.484 -.109 -.189 -.012 .266 KemudahanMedapatkanInformasi .499 -.289 -.069 .295 -.419 .341 .171 CustomerService .534 -.322 -.068 .065 -.115 -.101 -.098 DirectSelling .459 -.437 .427 -.032 -.289 .124 .264 KemudahanMendapatkanProduk .542 -.271 -.018 -.436 .042 .035 -.209 Lokasi .413 -.400 .344 .098 .226 .283 -.332 SuasanaToko .515 -.395 .275 -.212 .140 .253 -.359 Extraction Method: Principal Component Analysis. 106 108 Lanjutan Lampiran 5 Rotated Component Matrixa Component 1 Harga Diskon_PotonganHarga BahanKain Motif Warna KemasanMenarik TidakMudahLuntur KualitasTahanLama GantiRugi ProdukPendukung Event_Pameran DayaTarikMerek KemudahanMengingatMerek MerekTerdaftar PublicRelation KemudahanMedapatkanInformasi CustomerService DirectSelling KemudahanMendapatkanProduk Lokasi SuasanaToko .490 .127 .733 .797 .048 .471 .643 .310 .054 -.044 .397 .041 -.075 .371 .266 .103 .123 .014 .298 -.087 .120 3 .088 .031 .170 .041 .154 -.073 .154 .017 .006 .318 .316 .735 .690 .716 .708 .254 .309 -.037 .330 .023 .112 4 -.227 .044 .092 .039 .126 .375 .476 .721 .477 .717 .365 .151 .168 -.014 .082 -.008 .306 .205 .072 .152 .078 5 -.048 .140 .108 -.030 .041 .029 .127 .167 .017 .103 .165 .129 .139 .054 -.020 .177 .322 .354 .545 .778 .832 6 -.012 -.108 -.122 .197 .158 -.109 .091 .146 .450 .013 .151 -.263 -.011 .193 .398 .658 .265 .760 .134 .111 .151 7 .458 -.022 .166 .072 .744 .577 -.075 .107 .037 .180 -.042 .257 .153 -.113 -.060 .376 .006 -.020 -.291 .215 -.028 .442 .843 -.051 .212 .018 -.049 .079 .002 .553 .089 -.005 .004 .117 .026 -.142 -.253 -.229 .083 .039 .064 .079 107 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 10 iterations. 2 108 Lanjutan Lampiran 5 Component Transformation Matrix Compone nt 1 2 3 4 5 6 7 1 .511 .498 .444 .377 .317 .201 .110 2 .621 -.182 -.039 -.487 -.386 .304 .320 3 -.027 -.751 .302 .323 .249 .034 .420 4 -.349 -.067 .342 -.171 .004 .789 -.324 5 -.408 .314 .161 .220 -.565 .065 .580 6 .004 .045 -.753 .328 .205 .487 .209 7 -.255 .223 .024 -.576 .572 -.038 .473 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.