41384.pdf TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM) TA S TE R BU KA HUBUNGAN KONDISI TERUMBU KARANG DENGAN KELIMPAHAN IKAN CHAETODONTIDAE DI PULAU KARANG BONGKOK KEPULAUAN SERIBU U N IV ER SI TAPM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Manajemen Perikanan Disusun Oleh : RATNA SUHARTI NIM. 015593231 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA 2012 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf ABSTRAK Hubungan Kondisi Terumbu Karang Kelimpahan dengan Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok. Kepulauan Seribu Ratna Suharti Universitas Terbuka r [email protected] KA Kata kunci : Persentase penutupan karang, Kelimpahan ikan Chaetodontidae U N IV ER SI TA S TE R BU Penelitian hubungan antara kondisi terumbu karang dengan ikan Chaetodontidae di Petairan Pulau Karang Bongkok Kepulauan Seribu bertujuan untuk menganalisis kondisi terumbu karang, kelimpahan ikan Chaetodontidae dan hubungan antara kondisi terumbu karang dengan kelimpahan ikan Chaetodontidae. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2011 di perairan Pulau Karang Bongkok, di dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi lapangan dengan metode sampling menggunakan metode transek garis (line transect) pada data karang dan sensus bawah air (under water visual census atau UVC) pada data ikan. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data parameter fisika., data penutupan karang, dan kelimpahan ikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai presentase penutupan karang hidup pada kedalaman 3 meter adalah 59,36 % dan pada kedalaman 10 meter adalah 57,86 %. Persentase penutupan karang yang paling tinggi adalah pada Stasiun II pada kedalaman 3 m adalah 65,82 % dan kedalaman 10m adalah 67,77 % sedangkan Persentase Penutupan Karang yang paling rendah adalah pada Stasiun I pada kedalaman 3 m sebesar 53,62 % dan pada kedalaman 10 m sebesar 5 I,80 %. Kelimpahan ikan Chaetodontidae pada kedalaman 3 m adalah 68 ind/300 m2 , sedangkan pada kedalaman 10 m meter kelimpahan 61 ind/300 m2 yang terdiri dari II spesies dengan Chaetodon octofasciatus yang paling sering muncul pada saat pengamatan dilakukan. Kesimpulan penelitian ini adalah terumbu karang di peraiaran Pulau Karang Bongkok masih dalam kondisi baik. Teridentifikasi 12 spesies ikan Chaetodontidae berasal dari 4 genera. Keanekaragaman ikan Chaetodontidae termasuk dalam katagori sedang. Chaetodon octofasciatus merniliki kelimpahan yang tertinggi dan presentase kehadiran yang tertinggi pada semua stasiun pengamatan. Terjadi korelasi positif antara kondisi terumbu karang dengan kelimpahan ikan Chaetodontidae. Terumbu karang di perairan Pulau Karang Bongkok termasuk dalam kriteria langka dan tidak umum ditemukan sehingga direkomendasikan pemanfaatannya hams terbatas dan dibatasi sangat ketal. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf ABSTRACT Hubungan Kondisi Terumbu Karang Kelimpahan dengan lkan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan Seribu Ratna Suharti Universitas Terbuka [email protected] KA Keywords: The percentage of coral cover, abundance of Chaetodontidae fish U N IV ER SI TA S TE R BU Study the relationship between the condition of coral reef fish with Chaetodontidae fish in the waters Karang Bongkok Island Kepulauan Seribu aims to analyze the condition of coral reef, abundance of Chaetodontidae fish and the relationship between the conditions of coral reef with abundance of Chaetodontidae fish. The study was conducted in October to December 2011 in the waters of Karang Bongkok Island, in Kepulauan Seribu Marine National Park, Jakarta. The method used is the method of field observations by sampling method using the line transect method (line transect) in data on corals and under water visual census or WC data on fish. The data taken in this study is the data of physical parameters; coral cover data and fish abundance. The results of this study show that the percentage of coverage coral lives at a depth of 3 meters is 59.36%, and at a depth of 10 meters is 57.86%. The highest percentage of coverage coral is at Station II at a depth of 3 meters is 65.82% and a depth of 10 meters is 67.77%, while the lowest percentage of coverage coral the station I was at a depth of 3 meters at 53.62% and the depth of 10 meters at 51.80%. The abundance of Chaetodontidae fish at a depth of 3 meters is 68 ind/300 m2 , while at a depth of 10 meters abundance 61 ind/300 m2 consisting of II species Chaetodon octoJasciatus most often arises when the observations were made. The conclusion of this study is the coral reefs in the waters Karang Bongkok Island still in good condition. Chaetodontidae identified 12 fish species from 4 genera. Diversity of Chaetodontidae fish included in the category of moderate. Chaetodon octoJasciatus had the highest abundance and the highest percentage of attendance at all observation stations. It happened a positive correlation between the condition Karang Bongkok Island is included in the criteria is rare and not commonly found so recommended its use should be limited and very strictly limited. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf UNIVERSITAS TERBUKA PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN PERNYATAAN KA TAPM yang beIjudul Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan BU Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan R Seribu adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun TE yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. SI TA S Apabila dikemudian hari temyata ditemukan adanya penjiplakan (plagiat), U N IV ER maka saya bersedia menerima sanksi akademik. Jakarta, September 2012 Yang menyatakan, ~1fM,I t.o!fr:~:,",,; FBE64ABF2e .. i4!i.• iGD-l) < 1\!. l!tWloliUJoUJ;\Jrwi .: tr({<[~ Ratna Suharti NIM.015593231 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf LEMBAR PERSETUJUAN TAPM Judul TAPM Hubungan Kondisi Terumbu Karang Kelimpahan dengan Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan Seribu Penyusun TAPM : Ratna Suharti 015593231 Program studi Magister Ilmu Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan KA NIM R BU Hariffanggal TE Menyetujui : Pembimbing II, ER SI TA S Pembimbing I, N IV Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc. NIP. 19610625 198703 1 001 Dr. Deetje Sunarsih, M.Si NIP. 19541013 1985032001 U Mengetahui, Ketua Bidang Ilmu / Direktur Program PascasaIjana Program Magister Ilmu Kela~~--,,~. ''', Bidang Minat Manajemen Pel~~.c.,~":",,, ,""'>, G//'/"/"S' b ., • Dr. Ir. Nurhasanah, M.Si NIP.l963 11111988032002 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka ,',,"1/"""'::\;1, , >} Suciati, M.Sc., Ph.D NIP. 195202131985032001 41384.pdf UNIVERSITAS TERBUKA PROGRAM PASCASARjANA PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN BIDANG MINAT MANAjEMEN PERIKANAN PENGESAHAN KA : RaIna Suharti : 015593231 : Magister lImu Kelautan Bidang MinaI Manajemen Perikanan : Hubungan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae dengan Kondisi Terumbu Karang di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan Seribu R BU Nama NIM Program Studi Judul TAPM TA S TE Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Penguji TAPM Program Pascasarjana, Program Studi lImu Kelautan Bidang Minat Magister Manajemen Peri kanan, Universitas Terbuka pada : Hari/ Tanggal : Selasa / 30 Oktober 2012 IV ER Dan telah dinyatakan SI : 13.30 ~ 15.30 WIB Waktu PANITIA PENGUJI TAPM U N Ketua Komisi Penguji : Jr. Adi Winata, M.si j4J!!~ ~ Penguji Ahli Dr. Eko Sriwiyono, M.Sc ... Pembimbing I Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc ........... ~~ .. Pembimbing II Dr. Deetje Sunarsih Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka ~<V \ ~\ . . 41384.pdf KATAPENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahrnat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Program Magister (TAMP) dengan judul "Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan KA Seribu". Penyusunan laporan ini merupakan rangkaian dati penulisan TAPM BU yang telah dilakukan sebagai syarat kelulusan Program Magister Ilmu Kelautan TE R Bidang Minat Manajemen Perikanan Universitas Terbuka. Penyusunan TAPM ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Kelautan S Bidang Minat Manajemen Perikanan pada Universitas Terbuka. TA Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar­ SI besarnya kepada: ER I. Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc. dan Dr. Deetje Sunarsih, selaku dosen N IV pembimbing dalam penyusunan tugas akhir program magister ini. U 2. Suciati, M.Sc.,Ph.D sebagai Direktur Program PascasaJjana Universitas Terbuka, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Program PascasaJjana UT. 3. Ir. Adi Winata, M.Si selaku kepala UPBJJ-UT Jakarta dan staf yang telah memberi pelayanan kepada penulis selama kuliah di PPs UT. 4. Dr. Ir. Nurhasanah, M.Si selaku Ketua Bidang Program Magister Ilmu Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan, yang telah memberi motivasi kepada penulis. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf 5. Keluarga, suami dan ananda tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan doa. 6. M. Taufik Y.A. dan semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan penelitian dan penulisan TAPM ini. Penulis menyadari bahwa penulisan TAPM ini tidakJah sempurna, oleh KA sebab itu penulis dengan senang hati menerima saran, pendapat maupun kritik yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Harapan penulis U N IV ER SI TA S TE R BU semoga TAPM ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Jakarta, September 2012 Penulis 41384.pdf DAFfAR lSI Halaman ABSTRACT . LEMBAR PERNYATAAN III LEMBAR PERSETUJUAN IV V KATAPENGANTAR..................................................................................... VI DAFTARISI................................................................................................... Vlll KA LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. DAFTAR GAMBAR BU DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPlRAN PENDAHULUAN TE R BAB I A. Latar Belakang xv I I 3 5 SI 5 D. Kegunaan Penelitian KERANGKA TEORITIK 7 A. Kajian Teori................................................................................ 7 I. Ekosistem Terumbu Karang................................................... 7 IV BAB 11 Xlll ER TA C. Tujuan Penelitian S B. Perumusan Masalah XI U N a. Pengertian Terumbu Karang.............................................. b. Biologi Karang c. Klasifikasi Terumbu Karang d. Morfologi e. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang............................... f. Penyebab Kerusakan Terumbu Karang.............................. g. Faktor-faktor Pembatas Kehidupan Terumbu Karang h. Terumbu Karang Sebagai Sumber Makanan..................... 2. Ikan Karang a. Karakteristik Ikan Karang b. Biologi Ikan Chaetodontidae c. Klasifikasi Ikan Chaetodontidae d. Distribusi Ikan Chaetodontidae e. Asosiasi Ikan Chaetodontidae dengan Karakteristik habitanya f. Interaksi Ikan Karang dengan Terumbu Karang................ g. Ikan Karang FamiIi Chaetodontidae Sebagai Indikator .... Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 7 8 10 10 12 13 21 25 25 25 28 29 30 31 32 36 41384.pdf h. PengeIolaan Terurnbu Karang dan Ikan Karang 38 B. Penelitian yang Mendukung 42 C. Kerangka Berfikir 45 D. Difinisi Konsep dan Operasional................................................ 47 51 BAB III METODE PENELITlAN 51 B. Populasi dan Sampel.......... 54 C. Instrurnen Penelitian 55 D. Pengumpulan Data Penelitian..................................................... 56 KA A. Desain Penelitian 56 2. Kondisi Ikan Chaetodontidae 58 BU 1. Kondisi Terurnbu Karang....................................................... 62 TE E. Metode Analisis Data.................. 60 R 3. Parameter Lingkungan 1. Analisis Kondisi EkoIogi Ekosistem Terurnbu Karang 62 U N IV ER SI TA S a. Kondisi Terurnbu Karang b. Indeks Keanekaragaman Jenis Karang (H') c. Indeks Keseragaman Jenis Karang (E) d. Indeks Dominansi Jenis Karang (C).................................. e. Indeks Mortalitas Ekosistem Terurnbu Karang (MI) f. Indeks NiIai Konservasi Karang (CVI).............................. g. Frekuensi ReIatifKarang (FR).......................................... h. Dominansi RelatifKarang (DR)........................................ i. Rata-rata Ukuran KoIoni Karang (SoC)............................ j. Katagori Kelimpahan dan Rekomendasi Pengelolaan Terurnbu Karang................................................................ 2. Kondisi Ikan Chaetodontidae 62 63 64 64 65 6S 66 66 67 67 69 a. Kelirnpahan Ikan. b. Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H') c. Indeks Keseragaman Jenis Ikan (E)................................... d. Indeks Dominansi Jenis Ikan (C) 69 69 70 71 3. Hubungan Tutupan Terurnbu Karang Dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae............................................................... 72 BAB IV TEMUAN DAN BAHASAN '" 74 A. Kondisi Terurnbu di Perairan Pulau Karang Bongkok............... 74 1. Penutupan Substrat Dasar....................................................... 74 a. Persentase Tutupan Terurnbu Karang Hidup..................... b. Persentase Tutupan Karang Mati c. PersentaseTutupan Bentik Lain......................................... 78 82 84 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf d. Persentase Tutupan Komponen Abiotik............................ 86 2. Indeks Keanekaragaman (H'), Indek Keseragaman (E), Indeks Dominansi (C), Indeks Mortalitas (MI) dan Indeks Konservasi (CVI) Karang........................................... 88 B. Sumberdaya Ikan Chaetodontidae 92 1. Kondisi Ikan Chaetodontidae 92 2. Kelimpahan Ikan Chaetodontidae pada Kedalaman 3 m '" , 93 96 4. Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Keseragaman (E), Indeks Dominansi (C) Ikan Chaetodoktidae 99 KA 3. Kelimpahan Ikan Chaetodontidae pada Kedalaman 10m......................................... R BU C. Pengujian Hubungan antara Persentase Tutupan Karang 102 D. Pengelompokan Habitat Berdasarkan Substrat Bentik............... 105 TE dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae................................. TA S E. Keterkaitan Karakteristik Habitat dengan Kelimpahan Ikan Famili Chaetodontidae 107 109 G. Rekomendasi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang dan Sumberdaya Ikan Chaetodontidae.............................................. 112 ER SI F. Kondisi Parameter Lingkungan Perairan BAB V SIMPULAN DAN SARAN IV A. Simpulan..................................................................................... N B. Saran U DAFTAR PUSTAKA LAMPlRAN Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 125 125 125 41384.pdf DAFTAR GAMBAR No. 2.1 Halaman Bentuk- bentuk terumbu karang (www.starfish.ch) 12 2.2 Faktor-faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehidupan Karang (Nybakken, 1992) 22 2.3 Beberapa Jenis Ikan Chaetodontidae (Kepe-kepe), (Allen, 2001) 31 2.4 Interaksi Ikan Karang yang TeIjadi dalam Ekosistem Terumbu Karang (Nybakken, 1992) 33 KA 2.5 Asosiasi lkan Karang dan Habitatnya (Nybakken, 1992) 2.6 Kerangka Berfikir Penelitian 34 47 TE R BU 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Karang Bongkok.......... 52 3.2 Stasiun Pengamatan di Pulau Karang Bongkok 54 3.3 Metode Line Intersept (LIT) 57 3.4 Metode Sensus Visual (English, I 994) 59 SI TA S 4. I Perbandingan Persentase Tutupan Karang Hidup, Karang Mati, Bentik Lain Fauna Lain di Setiap Stasiun di Kedalaman 3 m dan 10 m ... 74 IV ER 4.2 Persentase tutupan terumbu karang batuAcropora pada setiap Stasiun di kedalaman 3 m dan 10m (Bercabang (Branching): ACB; Seperti meja (Tabulate) : ACT; Kerak (Encrusting) : ACE; Submassive : ACS; Digitate: ACD) '" 78 U N 4.3 Perbandingan persentase tutupan terumbu karang batu (non Acropora) di setiap Stasiun di kedalaman 3m dan 10 m (Bercabang (Branching) : CB; Padat (Massive) : CM; Padat (Encrusting) : CE; Submassive : CS; Lembaran (Foliose): CF; Seperti Jamur (Mushroom) : CMR; MiIlepora: CME; Heliopora: CHL) 80 4.4 Perbandingan Persentase Tutupan Terumbu Karang Mati di Setiap Stasiun Kedalaman 3 m dan 10 m 82 4.5 Perbandingan Persentase Tutupan Terumbu Karang Karang Mati di Setiap Stasiun di Kedalaman 3 m dan 10m. DC (Dead Coral); DCA (Dead Coral With Algae) 83 4.6 Perbandingan Persentase Tutupan Bentik Lain di Setiap Stasiun di Kedalaman 3 m dan I0 m...................................................................... 85 4.7 Perbandingan Persentase Tutupan Komponen Abiotik di Setiap Stasiun di Kedalaman 3 m dan 10m.... 87 4.8 Perbandingan Indeks Mortalitas Karang di setiap Stasiun di kedalaman 3 m dan 10m 90 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf 4.9 Grafik Persentase Kehadiran Species Ikan Selama Survey Pada Kedalaman 3 m 93 4.10 Kelimpahan Ikan Chaetodontidae yang Ditemukan pada Semua Stasiun Pengamatan pada kedalaman 3 m 94 4.11 Grafik Persentase Kehadiran Jenis Relative Ikan Kepe-Kepe Selama Survey pada Kedalaman 10m _ 97 4.12 Kelimpahan Ikan Chaetodontidae yang Ditemukan pada Semua Stasiun Pengamatan pada Kedalaman 10m 98 4.13 Keseragaman (H'), Keanekaragaman (E) dan Dominansi (C) Ikan Chaetodontidae di Kedalaman 3 m 100 KA 4.14 Keseragaman (H'), Keanekaragaman (E) dan Dominansi (C) Ikan Chaetodontidae di Kedalaman 10m _ 101 103 4.16 Gram: Hubungan Antara Persentase Tutupan Karang dengan Kelimpahan Ikan Kepe-Kepe di Kedalaman 10m 104 TE R BU 4.15 Grafik Hubungan Antara Persentase Tutupan Karang dengan Kelimpahan Ikan Kepe-Kepe di Kedalaman 3 m 106 4.18 Dendrogram Pengelompokan Tingkat Kesamaan Spesies Ikan Farnili Chaetodontidae Antar Stasiun Penelitian 108 4.19 Pengambilan Terumbu Karang Alami Sebagai Awal Transplantasi Terumbu Karang Oleh Masyarakat Sekitar Pulau Karang Bongkok 119 4.20 Aktivitas Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Alat Tangkap Muroami 120 4.21 Aktivitas Penangkapan Nelayan Ikan Hias dengan Menggunakan Jaring 122 U N IV ER SI TA S 4.17 Dendrogram PengeIompokan Habitat Berdasarkan Kerniripan Substrat Bentik, Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, Indeks Dominansi dan Indeks Mortalitas 4.22 Alat Tangkap Ikan Hias di Pulau Karang Bongkok, KepuIauan Seribu 123 4.23 Ikan Mandarin yang Ditangkap Menggunakan Alat Tangkap Tembakan 123 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf DAFTAR TABEL No. Halaman Asosiasi lkan Chaetodontidae dengan Karakteristik Habitatnya (Hukom, 1994) _................................................................... 32 3.1 Jenis Data yang Dilcumpulkan.............................................................. 51 3.2 Variabel, Indikator dan Metode yang Digunakan 55 3.3 3.4 Alat dan Bahan Kode dan Katagori Bentuk Pertumbuhan Karang dan Fauna Karang Lain yang Mengisi habitat Dasar (English et aI., 1994) 55 68 K1asifIkasi Nilai TV Serta Kriteria Kelimpahan Serta Reomendasi Pengelolaannya (Suharsono,2004) 68 TE R 3.6 58 Interval Data Hasil Analisis dan Skala, Bobot, Serta Nilainya Untuk Masing-masing Katagori (Suharsono, 2004) BU 3.5 KA 2.1 KlasifIkasi Indeks Shanon Wiener 70 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap KoefIsien Korelasi 72 Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Keseragaman (E), Indeks Dominansi (C) Indeks MortaIitas (MI) dan Indeks Konservasi karang (CVI) ER SI 4.1 TA S 3.7 89 Kelimpahan per jenis Chaetodontidae (ind/300 m2 ) 4.3 Nilai Parameter Lingkungan Pembatas Di Lokasi Pengamatan 110 4.4 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun I Kedalaman 3 m 113 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 92 U N IV 4.2 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun I KedaIaman 10 m 113 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun 2 KedaIaman 3 m I 14 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun 2 Kedalaman 10m 114 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun 3 Kedalaman 3 m 115 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun 3 Kedalaman 10m 115 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf 4.10 116 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun 4 Kedalaman 10 m 116 U N IV E R SI T AS TE R BU KA 4.11 Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada Stasiun 4 Kedalaman 3 m Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf DAFTAR LAMPIRAN No. HaJaman I. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedaJaman 3 meter 135 2. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedaJaman 10 meter....... 136 137 4. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun II kedaJaman 10 meter 138 5. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedaJaman 3 meter 139 6. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedalaman 10 meter 140 7. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun IV kedaJaman 3 meter 141 BU KA 3. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun II kedalaman 3 meter 142 9. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun I kedaJaman 3 m dan 10 m 143 10. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun II kedaJaman 3 m dan 10 m.......... 144 II. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun III kedaJaman 3 m dan 10m 145 SI TA S TE R 8. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun IV kedalaman 10 meter 146 13. Perhitungan lkan Chaetodontidae Stasiun I kedalaman 3 m dan 10m 147 IV ER 12. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun IV kedaJaman 3 m dan 10 m 14. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun II kedalaman 3 m dan 10m...... 148 U N IS. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun III kedalaman 3 m dan 10 m 16. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiuni IV kedalaman 3 m dan 10m 149 150 17. Kelimpahan lkan Chaetodontidae (individu/300m2 ) pada kedalaman 3 m. lSI 18. Kelimpahan Ikan Chaetodontidae (individu/300m2) pada kedalaman 10 m.152 19. Nilai perhitungan ikan Chaetodontidae 153 20. Tipe Karang berdasarkan Morfologi 154 21. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di kedalaman 3 m................................. 156 22. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di kedaJaman 10 m Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 158 41384.pdf 160 24. Beberapa Terumbu Karang yang Oitemukan Oi Stasiun Pengamatan 161 25. Kegiatan Masyarakat yang Merusak Terumbu Karang di Perairan Pulau Karang Bongkok.. 163 U N IV ER SI TA S TE R BU KA 23. Beberapa Jenis Ikan Chaetodontidae yang Oitemukan di Stasiun Pengamatan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf BABII KERANGKA TEORITIK A. Kajian Teori 1. Ekosistem Terumbu Karang a. Pengertian Terumbu Karang Pada dasamya karang merupakan endapan padat kalsium karbonat (kapur) KA yang diproduksi oleh binatang karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur BU dan organisme-organisme lain penghasil kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah TE R menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok hewan dan bukan sebagai kelompok tumbuhan. Hewan karang ini masuk ke dalam filum Cnidaria, kelas TA S Anthozoa, ordo Scleractinia (Baker et al. 1991). Terumbu karang merupakan SI komunitas organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan ER kapur (CaC0 3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Organisme yang IV dominan hidup di terumbu karang adalah hewan-hewan karang yang mempunyai N kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur U (Supriharyono 2000). Kalsium karbonat rangka dan sedimen terhimpun sampai beberapa centimeter setiap tahun, di atas beribu-ribu tahun untuk membentuk karang. Karang ini menyediakan habitat untuk sebagian dari ekosistem yang berbeda secara biologis di muka bumi (NOAA 2001). Komunitas karang adalah kumpulan karang yang membemuk terumbu dan pertumbuhannya diawali dengan pertarnbahan struktural sebelum terjadi seleksi alam secara terus menerus (NOAA 2001). Terumbu karang adalah ekosistem kompleks yang ditandai oleh hubungan nonlinear antara komponen biotik dan abiotik. Ketersediaan cahaya membatasi distribusi kedalaman karang, kekeruhan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 8 41384.pdf air laut dan sedimentasi dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan karang (Meesters et al. 1998) dan morfologi karang (Meesters et al. 1996; Kaandorp 1999). Menurut Thamrin (2006), terumbu karang terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan kemarnpuannya membentuk terumbu yaitu karang hermatypic dan ahermatypic. Karang hermatypic adalah karang yang dapat menghasilkan terumbu sedangkan karang ahermatypic adalah karang yang tidak dapat menghasilkan KA terumbu. BU Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pantai yang sangat R penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Istilah terumbu karang sudah TE sangat sering didengar oleh khalayak umum mengingat terumbu karang ini SI TA S dianggap sebagai suatu biota laut yang sangat indah. Istilah terumbu karang sebenarnya mempunyai makna gabungan antara terumbu dan karang. Terumbu secara umum dapat diartikan sebagai suatu substrat keras di perairan laut yang ER menjadi habitat berbagai biota laut, sedangkan karang adalah sekelompok N IV binatang dari filum coelenterata atau lebih khusus lagi dari ordo scleractinia yang dapat membangun struktur habitat keras yang dibangun oleh binatang karang U (Supriharyono, 2000). b. Biologi Karang Karang adalah hewan yang hidup dalarn Filum Coelenterata (Goreau et at. 1982). Karang terdiri atas polip-polip yang dapat hidup berkoloni maupun soliter. Menurut Boaden & Seed (1985), karang adalah komponen yang terdiri atas: kerangka karang, hewan karang dan zooxanthella. Komponen-komponen ini saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Perubahan biomassa hewan karang (polip) ditentukan oleh tersedianya produk fotosintesis zooxanthellae (kualitas dan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 9 41384.pdf kuantitas). Sedang keberadaan zooxanthellae dipengaruhi oleh seberapa besar nutrient atau CO 2 yang ditranslokasi balik hewan karang. Polip karang tersusun dari bagian lunak dan bagian keras yang berbentuk kerangka kapur. Mulutnya di bagian atas yang sekaligus berfungsi sebagai anus. Makanan dicerna oleh filament mesenterial dan sisa makanan dikeluarkan melalui mulut. Jaringan tubuh karang terdiri dari ektoderma, mesoglea dan endoderma. KA Ektoderma merupakanjaringan terluar dan dilengkapi dengan silia, kantung lendir BU (mukus) dan sejumlah nematosit. Mesoglea adalah jaringan yang terletak antara ectoderma dan endoderma berbentuk seperti agar-agar Gelly). Endoderma adalah TE R jaringan terdalam dan sebagian besar berisi zooxanthella (Nyabakken 1992; S Suharsono 1984). Pembentukan kerangka karang pada umumnya diinterpretasikan TA sebagai kenaikan massa kerangka kapur karang, dimana jaringan hidup hewan SI karang diliputi kerangka disusun oleh kalsium karbonat dalam bentuk aragonite ER (Kristal serat CaC03) dan kalsit (bentuk Kristal yang umum CaC03) (Goreau et IV aT. 1982). N Kerangka karang tersusun atas kalsium karbonat (CaC0 3) yang disekresikan U oleh epidermis pada bagian pertengahan di bawah polip. Proses sekresi menghasilkan rangka kapur berbentuk cawan dimana polip karang menetap. Cawan tersebut dikenal dengan calyx; dinding yang mengelilingi disebut theka; lantai cawan disebut lempeng basal (basal-plate). Pada bagian lantai terdapat dinding septa yang terbuat dari lapisan kapur yang tipis (radiating calcareous septa). Selain berfungsi sebagai tempat hidup polip karang cangkang juga memberikan tempat perlindungan (Barnes 1980). Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 10 41384.pdf c. Klasifikasi Terumbu Karang Menurut Veron (1996) dalam Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional (2002), karang diklasifikasikan sebagai berikut : : Cnidaria Kelas : Anthozoa Ordo : Scleractinia (Madreporana) Famili : I. Astrocoeniidae 2. Pocilloporidae 3. Acroporidae 4. Poritidae 5. Siderastreidae 6. Agaricidae 7. Fungiidae 8. Oculinidae 9. Pectinidae 10. Mussidae II. Merulinidae 12. Faviidae 13. Dendrophyllidae 14. Caryophyllidae 15. Trachyphyllidae IV ER SI TA S TE R BU KA Filum N Kelas : Alcynoridae (Octocoralia) U Ordo : Alcyonacea (Soft Coral) d. Morfologi Terumbu karang merupakan biota laut yang mampu menghasilkan kerangka kapur di dalam jaringan tubuhnya. Istilah akresi dalam morfologi karang menurut Tharnrin (2006) memiliki pengertian yaitu pertumbuhan koloni karang ke arah horizontal dan vertikal. Karang melalui reproduksi aseksualnya mampu menghasilkan koloni yang baru dan juga bentuk koloni yang berbeda-beda. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka II 41384.pdf Karang mempunyai variasi bentuk pertumbuhan karang (life form) yang dibedakan (Departemen Ke1autan dan Perikanan, Direlctorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional, 2002) menjadi : I) Bentuk bercabang (branching). Karang seperti ini memiliki cabang dengan ukuran cabang lebib panjang dibandingkan dengan ketebalan atau diameter yang dimilikinya. KA 2) Bentuk padat (massive). Karang ini memiliki koloni yang keras dan BU umurnnya berbentuk membulat, permukaannya halus dan padat. Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar telur sampai sebesar ukuran TE R rumah. SI TA S 3) Bentuk kerak (encrusting). Karang ini tumbuh merambat dan menutupi permukaan dasar terumbu, memiliki permukaan kasar dan keras serta lubang- lubang kecil. ER 4) Bentuk meja (tabulate). Karang ini tumbuh membentuk menyerupai meja IV dengan permukaan lebar dan datar serta ditopang oleh semacam tiang N penyangga yang merupakan bagian dari koloninya. U 5) Bentuk daun (foliose). Karang ini tumbuh membentuk lembaran­ lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan-lipatan melingkar. 6) Bentuk jamur (mushroom). Karang ini terdiri dari satu buah polip yang berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti punggung boot yang beralur dari tepi ke pusat. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 12 41384.pdf Daun (foliose) Kerak (encrusting) Padat (massive) Jamur (mushroom) Meja (tabulate) KA Bercabang (branching) Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang R e. BU Gambar 2.1. Bentuk- bentuk terumbu karang (www.starfish.ch). TE Strategi dunia mengenai konservasi terumbu karang diidentifikasikan AS sebagai salah satu komponen utama yang sangat penting sebagai penunjang SI T berbagai macam kehidupan yang dibutuhkan produksi makanan, kesehatan dan ER berbagai aspek dari kehidupan mnusia dan juga dalam pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa nilai dari fungsi terumbu karang antara lain (Dahuri et al. N IV 1996) : U 1) Nilai Ekologis, menjaga keseimbangan biota laut dan hubungan timbal balik antara biota laut dengan faktor abiotik. 2) Nilai Ekonomis, sumberdaya ini dapat dikernbangkan sebagai komoditas yang rnempunyai nilai ekonomi tinggi. 3) Nilai Estetika, dapat mernbentuk panorama yang indah di kedalaman laut, yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai arena wisata bahari. 4) Nilai Biologis, sebagai penghasil oksigen perairan dan pengatur keseimbangan ekosistern perairan. 5) Nilai Edukasi, sebagai obyek penelitian dan pendidikan. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 13 41384.pdf Di sampmg itu, terumbu karang juga mempunyai manfaat yang bermacam- macam, tingginya produktivitas primer di perairan terumbu karang memungkinkannya perairan tersebut merupakan tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), dan mencari makan (nursery ground, manfaat terumbu karang lebih lanjut (Supriharyono, 2000) antara lain sebagai sumber makanan, bahan obat- obatan, objek wisata bahari, ornamental dan Penyebab Kerusakan Terumbu Karang BU f. KA aquarium ikan laut dan penahan gelombang dan pelabuhan. TE R Karang dan terumbu karang sangat sensitif bahkan dikatakan sebagai ekosistem yang rentan (fragile/robust). Perubahan yang kecil saja pada S lingkungan terumbu karang mungkin dapat menyebabkan kerusakan atau ganguan SI TA kesehatan bagi seluruh koloni koral. Gangguan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor namun secara umum terdapat dua kategori yaitu gangguan alarni dan ER gangguan antropogenik. Gangguan terhadap ekosistem terumbu karang dapat IV berakibat berkuarngnya luas terumbu karang. U N Kerusakan terumbu karang dapat digolongkan menjadi empat faktor berdasarkan penyebab kerusakannya, antara lain akibat faktor biologis, akibat faktor fisik, akibat aktifitas manusia secara langsung dan akibat manusia secara tidak langsung (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006). 1) Akibat faktor biologis a) Predasi Predasi teIjadi apabila adanya jenis-jenis terumbu karanglbiota karang lain tertentu yang bersifat aktif dan agresif untuk mendapatkan makanan, sehingga Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 14 41384.pdf dapat menghambat atau mematikan pertumbuhan terumbu karang lainnya. Beberapa jenis terumbu karang Famili Musidae, Meandrinidae dan faviidae mempunyai pertumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan jenis terumbu karang lain, khususnya dan suku Acroporidae. Beberapa hewan pemakan polip terumbu karang atau hewan yang membuat rumahnya di dalam koloni terumbu karang. Sejumlah hewan pemakan terumbu karang meliputi ikan copepoda, KA barnecle, kepiting, beberapa gastropoda, asteroid dan lainnya. Hewan seperti BU Polychaeta, rnolusca menyebabkan kerusakan terumbu karang karena oleh TE R karena mereka membuat rumah pada koloni terumbu karang tersebut (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman NasionaI Laut, 2006). TA S Berbagai jenis ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang diantara j enis ikan karang ada hidupnya sangat tergantung dari kehadiran karang. Ikan SI jenis Chaetodon trifasiatus, C. trifasialis merupakan jenis ikan yang makanan ER utamanya adaIah jaringan terumbu karang. WaIau sebagai pemakan polip IV terumbu karang tetapi ikan jenis Chaetodon trifasiatus, C. trifasialis tidak N pernah dilaporkan mengakibatkan kerusakan terumbu karang. U Dari berbagai jenis hewan pemakan polip terumbu karang maka Acanthaster plancii yang mempunyai kemampuan paling besar untuk rnerusak terumbu karang. Kematian terumbu karang akibat Acanthaster plancii tergantung dari lokasi dan kedalaman. Kecepatan makan Acanthaster plancii dewasa adaIah 5 - 6 m 2 /tahun. Terumbu karang yang rusak akibat Acanthaster plancii memerlukan waktu antara 12 - 15 tahun untuk dapat pulih seperti semula, jika populasi terumbu karang yang rusak terdiri dari jenis terumbu karang yang mempunyai pertumbuhan cepat (Suharsono, 1999) Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 15 41384.pdf b) Penyakit Terumbu karang secara alami mempunyai penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan penyakit ini biasanya dipicu oleh adanya kondisi perairan yang tidak normal. Penyakit ini biasa menyerang terumbu karang antara lain (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006): "White Band Disease" atau disebut dengan penyakit gelang putih yang ditandai KA dengan adanya wama putih pada sebagian koloni terumbu karang, sedang BU sebagian lainnya berwama normal. "Black Band Disease", panyakit ini hampir TE R sama dengan yang diatas namun hasil akhimya berbeda oleh karena karang yang diserang ada yang menjadi hitam atau dapat pula mengalami bleaching S (pemutihan). Wama putih menunjukkan bahwajaringan telah mati, sedangkan TA wama hitam menunjukkan jaringan yang sedang mengalami serangan penyakit. SI Vibrio AK-l, bakteri ini menyerang pada kondisi dimana suhu lingkungan naik ER diatas normal. Kerusakan akibat bakteri ini ditandai dengan memutihnya IV jaringan terumbu karang, akan tetapi wama putih biasanya berupa bercak­ N bercak yang tidak merata. U c) Bioerosi Bioerosi adalah kerusakan terumbu karang baik secara kimiawi maupun mekanis karena terdegradasinya kapur terumbu kerangka tubuh karang (CaC03) yang disebabkan aktifitas organisme lain. Beberapa contoh bioerosi antara lain (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006) Ikan kakatua dan ikan buntel mengerat atau mengkais terumbu karang massive untuk menajarnkan giginya. Polychaeta, mulosca, crustacea membuat lubang untuk rumahnya dengan cara mengebor kerangka terumbu Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 16 41384.pdf karang. Echinodermata menggerogoti terumbu karang untuk memperoleh makanan yang berupa detritus atau algae yang melekat di kerangka kapur. Sponge, algae, cyanobacteria melekat di cangkang terumbu karang dan mengeluarkan zat tertentu yang dapat merusak keasaman di sekitamya, sehingga dapat melarutkan kapur kerangka tubuh terumbu karang. Respirasi dari turf algae pada malam hari menghasilkan asam organik yang dapat KA menurunkan keasaman di sekitamya. BU 2) Akibat faktor fisik TE R a) Kenaikan suhu air laut Kenaikan suhu sekitar 3 - 4 DC dari suhu normal akibat peristiwa El Nino kematian terumbu karang. Hal 1m dapat terjadi karena SI TA dengan S dapat menyebabkan terumbu karang "Bleaching" yang kadang-kadang diikuti karangkehilangan algae berpigrnen yang dikandungnya atau mungkin karena ER algae yang kehilangan pigrnen k1orofilnya Terumbu karang di daerah tropis IV lebih sensitif terhadap perubahan suhu air laut dibandingkan dengan di daerah N sub tropis (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional U Laut, 2006). b) Pasang sumt Kematian akibat pasang sumt dapat terj adi apabila terjadi pasang sumt yang sangat rendah sehingga terumbu karang muncul diatas perrnukaan air dan terjadi pada siang hari (matahari terik), atau pada saat hujan, sehingga air hujan langsung mengenai terumbu karang. Selain itu air hujan yang jatuh dirataan terumbu karang dapat menyebabkan turunnya salinitas, jika penurunan salinitas cukup rendah akan dapat menyebabkan kematian terumbu karang dan biota Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 17 41384.pdf lainnya. Kematian terumbu karang akibat pasang surut biasanya teIjadi satu atau dua kali dalam setahun, dan meliputi area yang cukup luas (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006). c) Radiasi sinar ultra violet Sinar matahari yang memancar setiap hari mengandung sinar ultra violet A, B, C yang mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda. Sinar UV A KA dan B merupakan sinar yang mempunyai daya rusak terhadap sel-sel hidup. BU Sinar UV akan mempunyai dampak buruk terhadap terumbu karang jika R terumbu karang terkena radiasi sinar UV di atas normal (atau di atas TE kemampuan terumbu karang beradaptasi), biasanya teIjadi pada saat cuaea SI TA S sangat cerah, laut tenang dan jemih serta teIjadi pada waktu yang cukup lama. Ciri-ciri kematian terumbu karang akibat sinar UV yaitu teIjadi bleaching meliputi daerah yang cukup luas, umumnya seragam dan mencapai tempat ER yang cukup dalam (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Penurunan salinitas N d) IV Nasional Laut, 2006). U Terumbu karang di Indonesia banyak tumbuh dan berkembang didekat pantai yang banyak menerima air tawar dari sungai-sungai yang bermuara di pantai. Terumbu karang yang tumbuh dekat muara sungai sering mengalami stress yang disebabkan adanya fluktuasi salinitas air laut. Secara fisik kematian terumbu karang karena penurunan salinitas dimulai dengan kontraksi dari polip terumbu karang untuk lebih mempersempit kontak dengan air laut bersalinitas rendah. Kontraksi polip akan mengurangi kecepatan fotosintesa sehingga akan mengurangi proses respirasi. Terumbu karang tidak mempunyai mekanisme Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 18 41384.pdf untuk mengatur tekanan osmose di dalam tubuhnya maka sel-sel akan pecah dan zooxanthellae ke1uar dari jaringan terumbu karang, akibatnya terumbu karang memutih. Jika penurunan ini berlangsung cukup lama akhirnya semua jaringan terumbu karang akan lysis dan mati (Direktorat Konservasi, Pulau­ Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006). e) Gunung Berapi, Gempa bumi dan Tsunami KA Aktivitas gunung berapi, gempa bumi dan tsunami mempunyai potensi BU untuk merusak terumbu karang yang akibatnya sangat bera!. Gunung berapi di R Indonesia yan berpotensi menyebabkan kerusakan terumbu karang antara lain TE gunung Krakatau di Selat Sunda, Gunung Api Banda di Banda, Gunung Siau di TA S Pulau Sangihe, Gunung Lewotolo di Pulau Lembata dan Gunung Pinang di Sulawesi (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional SI Laut, 2006). Akibat aktifitas manusia secara langsung a) Penambangan terumbu karang dan pasir laut IV ER 3) N Penambangan terumbu karang biasanya dilakukan untuk bahan bangunan, U pembuatan kapur atau bahan kerajinan. Terumbu karang yang diambil dapat berupa terumbu karang hidup atau pecahan terumbu karang mati dan berasal dari semua jenis terumbu karang batu. Akibat adanya penambangan karang itu selain menyebabkan kerusakan terumbu karang secara langsung juga dapat menyebabkan erosi pantai, karena terumbu karang sebagai penahan ombak telah rusak sehingga menyebabkan gelombang langsung menggerus pantai sedangkan pasir laut yang ditambang akan mencemari wilayah terumbu karang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 19 41384.pdf di sekitarnya (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut,2006). b) Pengeboman terumbu karang Kerusakan terumbu karang akibat born sangat luas. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan born seberat 0,5 kg yang diledakkan di dasar terumbu karang dapat menghancurkan terumbu karang KA dengan radius 3-5 meter dari pusat ledakan (Direktorat Konservasi, Pulau­ Penggunaan racun tradisional, beberapa ikan karang ditangkap dengan TE Secara R c) BU Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006). SI TA S menggunakan jala oleh penyelam. Kemudian saat kompetisi antara nelayan penangkap ikan dengan pedagang ikan (untuk diekspor) meningkat maka penggunaan bahan beberapa zat anastesi antara lain cyanida (sodium sianida) ER yang mempunyai efek tosik/racun, mulai banyak dilakukan. Selain mematikan N IV ikan, efek negatif lain dari penggunaan asam sianida ini adalah rusak dan mati terumbu karang, anemon maupun inverteberata lainnya (Kuncoro, 2004). U d) Jangkar perahu Aktifitas lempar jangkar di daerah terumbu karang juga memberikan kontribusi cukup besar daJam kerusakan terumbu karang. Nelayan dan wisatawan seringkaJi menambatkan jangkar perahunya pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara terumbu karang maupun hempasan nantinya sangat merusak ko1oni terumbu karang. Jika setiap hari ada 20 buah kapaJ yang menabatkan jangkar pada terumbu karang se1ama 200 hari Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 20 41384.pdf dalam setahun, maka ratusan meter persegi terumbu karang akan rusak (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006). e) Kegiatan pariwisata Pengelolaan wisata bahari yang tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, snorkling atau diving dengan menginjak terumbu karang, koloeksi biota laut (Direktorat Konservasi, Pulau­ KA Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006) BU 4) Akibat aktifitas manusia secara tidak langsung dan pencegahannya R a) Sedimentasi TE Sumber utama sedimentasi adalah dari kegiatan penambangan di laut dan TA S sedimen yang berasal dari daratan yang dibawa oleh air sungai ke laut. Sedimentasi tersebut akan menyebabkan kekeruhan sehingga menghambat IV ER SI penetrasi sinar matahari dalam air yang sangat dibutuhkan oleh terumbu karang untuk proses biologisnya (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan N Taman Nasional Laut, 2006). Tanda-tanda adanya sedimen yaitu warna air U menjadi coklat kehijauan dan keruh. Karena berkurangnya sinar matahari, pertumbuhan terumbu karang menjadi lambat, hewan karang kekurangan makanan, kondisi lingkungan menjadi memburuk dan memudahkan teIjangkit penyakit, menyebabkan keseimbangan terganggu dan akhimya akan mengancam ekosistem terumbu karang secara keseluruhan menjadi rusak . b) Pencemaran Pencemaran laut yang disebabkan oleh limbah dari kota seperti limbah industri, limbah rumah tangga, limbah hotel dan perkantoran, bengkel serta Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 21 41384.pdf rumah sakit. Beberapa limbah buangan yang dapat mematikan terumbu karang antara lain deterjen, senyawa chlorine dari pestisida (DOT, Eldrin, Endrin), senyawa polychlorinited biphenly yang berasal dari pabrik cat, plastik, zat organik berupa nitrat dan fosfat dapat menyebabkan utropikasi (blooming algae tertentu) (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006). KA c) Turnpahan minyak bumi menghambat reproduksi dan BU Tumpahan minyak burni ke laut dalam jumlah cukup besar dapat perkembangan larva terumbu karang, TE R menghambat perturnbuhan terumbu karang, bleaching sampai menyebakan TA S kematian (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Fliktor - Fliktor Pemblltlls Kehidupan Terumbu Karang IV ER g. SI Laut, 2006). Disamping faktor spesies, kecepatan turnbuh karang juga ditentukan oleh N kondisi 1ingkungan hidup mereka berada. Perairan yang kondisi lingkungannya U mendukung perturnbuhan karang, maka biasanya karang tumbuh 1ebih cepat dibandingkan di daerah yang tercemar. Keanekaragaman, penyebaran dan perturnbuhan hermatyphic corals tergantung pada kondisi 1ingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik secara alami atau akibat aktivitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisika , kirnia dan biologis. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan karang dan terumbu karang secara alami adalah suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, kedalaman dan sedimentasi. Secara urnum Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 22 41384.pdf faktor-faktor fisik yang membatasi kehidupan karang dapat digambarkan seperti TE R BU KA pada Gambar 2.2. AS Gambar 2.2. Faktor-faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehidupan Karang (Nybakken, 1992) SI T Faktor pembatas utama yang mempengaruhi kehidupan karang pada suatu meliputi faktor kedalaman, fluktuasi ER perairan menurut Thamrin (2006) IV temperatur, salinitas, eahaya, arus, substrat yang coeok serta kecerahan perairan. U N Berikut ini akan dibahas beberapa dari faktor tersebut. 1) Suhu Suhu mempengaruhi keeepatan metabolisme, reproduksi dan perubahan bentuk luar dari terumbu karang, kehidupan terumbu karang memiliki kisaran suhu untuk hidup antara 25 - 32 Dc. Pada suhu di atas 33 DC dapat menyebabkan gejala pemutihan (bleaching), yaitu keluarnya zooxanthellae dari polip terumbu karang dan akibat selanjutnya dapat mematikan terurnbu karang tesebut karena terumbu karang kehilangan kemampuan untuk menangkap makanan (Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut, 2006). Suhu Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 23 41384.pdf mempengaruhi kecepatan metabolisme, reproduksi dan perombakan bentuk luar dari karang. Menurut Nontji (2002), suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar antara 25-30 DC. Suhu air permukaan di Kepulauan Seribu berkisar antara 28,5 - 31,0 DC (Suku Dinas Perikanan dan Kelautan, 2007). Suhu permukaan air laut di Kepulauan Seribu berkisar antara 25-31 oC dengan rata-rata sebesar 28,9 °C. KA Indah (2008) menyatakan bahwa suhu di Kepulauan Seribu berada pada kisaran BU yang biasa ditolerir oIeh karang yaitu 28 - 31°C. R 2) Kecerahan TE Cahaya diperlukan untuk proses fotosintesis alga simbiotik zooxanthellae AS untuk memenuhi kebutuhan oksigen biota di terumbu karang (Nybakken, 1992). SI T Faktor yang sangat berkaitan dengan intensitas cahaya adalah kedalaman, semakin dalam tempat hidup terumbu karang maka semakin rendah intensitas cahaya yang IV E R diterima, oleh karena itu ditempat yang dalam yang intensitas cahayanya rendah jarang ditemukan koloni terumbu karang karena sulitnya untuk berfotosintesis dan U N membentuk kerangka. Kedalaman yang paling optimal bagi terumbu karang adalah 0 - 40 meter pada kondisi perairan yang baik (Nontji, 2005). Tingkat kecerahan di Kepulauan Seribu berkisar antara 4,40 - 8,00 m yang menunjukan bahwa perairan tersebut memiliki kondisi kecerahan yang baik. 3) Arus Arus dan gelombang penting untuk transportasi zat hara, larva, bahan sedimen dan oksigen. Arus dan gelombang juga dapat membersihkan polip dari kotoran yang menempel sehingga terumbu karang yang hidup di daerah berombak Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 24 41384.pdf atau berarus kuat lebih berkembang dibandingkan daerah yang tenang dan terlindung (Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut, 2006). Koloni karang dengan kerangka-kerangka yang padat seperti massive dari kalsium karbonat tidak akan rusak oleh gelombang yang kuat, karena bersamaan dengan itu gelombang akan memberi oksigen dalam air laut, menghalangi KA pengendapan pada koloni terumbu karang dan memberi plankton yang baru untuk BU makanan koloni karang. Umurnnya perkembangan terumbu karang lebih baik di TE R kawasan perairan yang mengalami pengaruh arus dan gelombang (Nybakken, 1992). TA S Kecepatan arus permukaan di penman Kepulauan Seribu sebesar 0,5 mldetik (Suku Dinas Perikanan dan Kelautan, 2007). Kecepatan arus di SI Kepulauan Seribu berkisar antara 0,02 mldetik-1,40 mldetik dengan rata-rata ER sebesar 0,20 mldetik (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2009). Indah (2008) IV menyatakan bahwa pada pengamatan yang dilakukan, kecepatan arus permukaan N berkisar antara 0,14 mldetik - 0,40 mldetik. Kecepatan arus tersebut tergo1ong U lambat dan sangat kecil pengaruhnya terhadap perubahan bentuk pertumbuhan karang. 4) Salinitas Salinitas mempengaruhi kehidupan hewan karang karena adanya tekanan osmosis pada jaringan hidup (Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut, 2006). Terumbu karang hermatipik adalah organisme 1aut yang sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang je1as menyimpang dari sa1initas air 1aut normal (32-35 %0). Bagaimanapun perairan pantai akan terns Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 25 41384.pdf menerus mengalami pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungat, sehingga salinitasnya berkurang, dan tidak akan ada terurnbu (Nybakken, 1992). Nontji (2005) menyatakan salinitas umumnya berpengaruh terhadap karang di daerah laggon atau reef nat terutama pada musim hujan, dimana mungkin terjadi penurunan salinitas yang ekstrim. Karang mampu menoleransi salinitas pada kisaran 27 - 40 %0. Salintas di Kepulauan Seribu berkisar 30°C baik pada musim KA angin Barat maupun musim angin Timur (Suku Dinas Perikanan dan Kelautan, BU 2007). Salinitas air laut di Kepulauan Seribu berkisar antara 28 - 34%0 dengan R rata-rata sebesar 30,9 %0 (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2009). TE h. Terumbu Karang Sebagai Sumber Makanan TA S Terurnbu karang merupakan salah satu sumber makanan bagi beberapa Jerus ikan dari famili Chaetodontidae, Apongidae, Balistidae, Labridae dan IV ER SI seke1ompok kecil dari Scaridae (Coat & Bellowod 1991) in Maharbhakti (2009). Ikan karang famili Chaetodontidae, Labridae dan Scanidae secara langsung N memakanjaringan lendir (mucus) yang diproduksi oleh karang dan simbiosisnya. U Kelompok ikan dari famili Acanhurids dan kebanyakan dari famili Labridae lainnya memakan alga yang turnbuh dalam batuan keras berkapur (calcareous). 2. lkan Karang a. Karakteristik Ikan Karang Ikan karang adalah ikan yang berasosiasi dengan ekosistem terurnbu karang sebagai habitatnya. lkan karang merupakan jenis ikan yang urnumnya menetap atau relatif tidak berpindah tempat (sedentary) dan pergerakannya relatif Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 26 41384.pdf mudah dijangkau. Jenis substrat untuk dijadikan habitat biasanya pada karang hidup, karang mati, peeahan karang, dan karang lunak (Suharti 2005). Sebagian kelompok ikan berlindung dan menjelajah di terumbu karang yang tennasuk di dalamnya adalah ikan butana (herbivora), dan kelompok karnivora seperti ikan kakap dan ikan kerapu (Adrim 1983). Berdasarkan periode aktif meneari makan ikan karang dapat digolongkan KA sebagai ikan yang meneari makan pada malam hari (nocturnal), siang hari TE R BU (diurnal) dan ada yang meneari makan pada sore hari (crepuscular). Menurut Adrim (1983) dan Terangi (2004), 3 (tiga) kelompok ikan karang tersebut sebagai berikut: SI TA S I) Ikan nokturnal (aktif ketika malam hari), sekitar 10% jenis ikan karang yang memiliki sifat noktumal, ikan ini bersembunyi di eelah-eelah karang atau gua karang sepanjang siang hari dan akan muneuI ke permukaan air Suku IV ER untuk meneari makan pada malam hari. Contohnya pada ikan-ikan dari Holoeentridae (Swanggi), Suku Apogonidae(Beseng), Suku N Humilidae, Priaeanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Serranidae U (Jewish) dan beberapa dari Suku Mullidae (goatfishes). 2) Ikan diurnal (aktif ketika siang hari), 75% ikan yang hidup di daerah terumbu karang dan sebahagian dari ikan-ikan ini berwarna sangat menarik serta umumnya sangat erat kaitannya dengan terumbu karang, eontohnya pada ikan-ikan dari suku Labidae (Wrasses), Chaetodontidae (Buttertlyfishes), Pomacentridae (Damselfishes), Searidae (parrotfishes), Aeanthuridae (Surgeonfshes), Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Monaeanthidae, OSlraeionthidae 27 41384.pdf (Boxfishes), tetraodonthidae, Canthigasteridae dan beberapa Mullidae (goatfishes). 3) Ikan crepuscular (aktif pada pagi han atau pada sore sarnpai menjelang malam). Contohnya pada ikan-ikan dari Suku Sphyraenidae (Baracudas), Serranidae (Groupers), Carangidae (Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae, Lamnidae, Spyrnidae KA (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels). ikan karang dapat dikelompokkan berdasarkan perannya. TE R sehingga BU Ikan karang memiliki peranan penting dalam ekosistem terumbu karang, Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya: TA S I) Ikan target, yakni ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau SI lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi ER seperti; Serranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, IV Mullidae, Siganidae, Labridae (Cheilinus. Himigymnus. Choerodon) dan N Haemulidae. U 2) Ikan Indikator, sebagai ikan penentu (indikator) untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubungannya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Suku Chaetodontidae (Ehrlich 1975). 3) Ikan lain (Mayor Famili), yaitu jenis ikan karang yang umum ditemukan dalam jumlah banyak dan dijadikan sebagai ikan hias air laut adalah dari jenis Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pornacanthidae, Labridae dan Apogonidae. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 28 41384.pdf b. Biologi lkan Famili Chaetodontidae Ikan Chaetodontidae dikenal juga dengan butterflyfishes merupakan salah satu ikan penghuni terumbu karang yang mudah dikenali di perairan terumbu karang. Ikan jenis ini paling banyak ditemukan di perairan tropis, dangkal, pada kedalaman 60 feet (18 m) sampai pada kedalaman 600 feet (180 m) (Fishbase, 2012). KA Ikan kepe-kepe tergolong dalam suku chaetodontidae. lkan - ikan dari suku BU ini mempunyai tubuh yang lebar tetapi pipih. Ukurannya tidak lebih dari telapak R tangan kita, tubuhnya dihiasi dengan corak wama yang sangat indah dan menarik, TE oleh karenanya ikan ini banyak dicari untuk dijadikan sebagai ikan hias. Mereka TA S biasanya ditemukan hidup di perairan terumbu karang, acap kali berpasangan atau dalam kelompok kelompok kecil. Umumnya tubuhnya lancip dan rahangnya SI dilengkapi dengan gigi - gigi kecil dan tajam untuk mencari makannya di celah­ IV ER celah karang batu (Nontji, 2005). Para ahli ikhtiologi mengklasifIkasikan ikan kepe -kepe kedalam Famili Chaetodontidae berdasarkan desain gigi mereka. N Semuanya mempunyai gigi yang mirip sisir. Umumnya mulutnya lancip dan U rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil dan tajam untuk mencari makanannya di celah-celah karang batu.Pergerakan yang cepat dan bentuk warna yang jelas juga merupakan salah satu a1asan pemberian nama pacta grup ikan ini. Ikan Chaetodontidae telah lama menjadi favorit fotografer bawah air. Ikan ini memiliki badan dengan corak kuning, oranye atau putih dengan hitam yang mencolok atau bahkan bintik coklat, garis-garis atau kombinasi keduanya. Semua ikan Chaetodontidae memiliki duri tajam di bagian depan dari sirip perut, walaupun mencolok tetapi tetap mengikuti tampilan secara umum. Umumnya Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 29 41384.pdf jenis ini hidup di bagian tertentu dari terumbu karang dimana terdapat karang yang tumbuh subur karena jenis ikan ini memakan polyp karang. Beberapa species lainnyajuga memakan kombinasi antara invertebrata yang hidup di dasar perairan dan algae tertentu tetapi tetap menggunakan terumbu karang sebagai tempat berlindung. lkan Chaetodontidae secara umum dibatasi oleh individu karang atau daerah yang cukup terbatas dari keseluruhan wilayah terumbu. Jenis ini terrnasuk KA ke dalarn species diurnal (aktif pada siang hari) yang mencari makan pada siang BU hari dan beristirahat di antara terumbu karang pada malarn hari (Allen, 2001). R Menurut Yayasan Terumbu Karang Indonesia (2004), ikan farnili TE Chaetodontidae (Butterfly, Daun-daun, Kepe-kepe ini memiliki ciri-ciri khusus AS yaitu, umumnya berpasangan, ada sebagian yang bergerombol, ukuran kurang dari 6 inchi, tubuh bulat dan pipih, gerakan larnban atau lemah gemulai, cara makan di SI T atas Perairan Indonesia memiliki sekitar 45 jenis ikan Chaetodontidae. Salah IV E R satunya yang popular adalah kepe-kepe sumpit (Chelmon rostrams), kepe-kepe N tikar (Chaetodon col/are) dan sebagainya. U c. Klasifikasi Ikan Chaetodontidae Ikan Chaetodontidae adalah ikan karang yang menarik dan sangat bersahabat dengan spesies lain tetapi dapat lebih agresif dengan spesies yang sarna. Menurut Wales (2010), Ikan Chaetodontidae diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Superclass : Osteichthyes Class : Actinopterygii Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 30 41384.pdf Subclass : Neopterygii Infraclass : Teleostei Superorder : Acanthopterygii Order : Perciformes Subfamily : Percoidei Family : Chaetodontidae d. Distribusi Ikan Famili Chaetodontidae KA Ikan famili Chaetodontidae tersebar di perairan tropis dan subtropik, tetapi BU sebagian besarnya terdapat di perairan tropis, yaitu 90% dari 115 spesies yang R diketahui berada di kawasan Indo-Pasifik, dan hanya sedikit jenis yang terdapat di TE 20 laut Karibia dan Samudra Atlantik bagian tropis (Robert & Ormond 1992) in SI TA S Hukom dan Bawole (1997). Corak warna ikan ini sangat beragam dengan perubahan-perubahan selama masa pertumbubannya menjadikan kelompok ikan ER ini sangat menarik dan gerakannya yang tenang, sehingga mudah untuk diamati satu persatu dalam areal pengamatan.Ikan Famili Chaetodontidae tersebar di N IV perairan tropis dan subtropis. Oi perairan Indonesia tercatat ada 49 jenis spesies. U Jenis ikan ini hidup di daerah terumbu karang yang dangkal oleh karena itu ketergantungan terhadap terumbu karang sebagai makanan dan tempat berlindung, maka distribusi dan densitasnya lebih banyak dipengaruru oleh kondisi tutupan terumbu karang hidup. Oistribusi spasial ikan Chaetodontidae dalam suatu ekosistem terumbu karang berbeda-beda tergantung pada spesies ikan, komposisi terumbu karang dan kedalaman (Hukom & Bowel, 1997). Beberapa jenis ikan Chaetodontidae dapat dilihat pada Gambar 2.3. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 31 41384.pdf ehafltodon mflllanou.s Chaetodon collare ER SI T AS TE R BU KA === Forcipiger j/avissimus Linnaeus Chaetodon malannotus U N IV Gambar 2.3. Beberapajenis ikan Chaetodontidae, (AlleI4 2001). e. Asosiasi lkan Cbaetodontidae dengan Karakteristik Habitatnya Keberadaan jenis ikan Chaetodontidae dalam Hukom (1994), penelitian dengan AFK memperlihatkan bahwa perbedaan utama kelimpaban i.kan antar Stasiilll penelitian dapat menjelaskan sebaran spasial ikan Analisa Klasiftkasi Hierarkhi (AKH) yang digunakan untuk mengkonfinnasikan hasil Analisis Faktorial Koresponden (AFK), memperlihatkan kelompok ikan dengan komposisi jenis yang sangat berbeda. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 32 41384.pdf Tabel2.1. Asosiasi ikan Chaetodontidae dengan karakteristik habitatnya (Hukom, 1994) No. Jems Chaetodontidae Habitat (I) (2) (3) Chaetodon ulitensis. e. vagabundus e. benneti. e. Trifascialis. e. adiagastros, e. ocellicaudus e. punctatojisciatus, e. trifasciatus e. Baronessa,e. melanotus e. auriga. e. ephipium e. raffles/' e. ornntsissimus e. lunulla. e.citrinelus ACS (Acropora Sub masive) dan CM (Coral masive) 2. Chaetodon olctoftiscintus dan Cordon chrvzosonus Chaetodon speculum. e. lineolatus. e. oxycevhalus Chaetodon semeion e. reticulatus e. meyeri Chaetodon sv CM (Coral masive) dan CE (Coral encruistinf!) ACT (Acroporn tnbulnte) BU R ACB (Acroportr brcrmhing) I SI T AS 4. TE 3. KA I. R C. Interaksi Ikan Karang dengan Terumbu karang IV E Ikan karang adalah ikan-ikan yang hidup pada daerah terumbu karang N sejak masa juvenil sampai dewasa. Jumlah yang besar dan mengisi daerah U terumbu karang maka dapat terlihat bahwa ikan karang merupakan penyokong hubungan yang ada di ekosistem terumbu karang (Nybakken, 1992). Interaksi ikan karang dalam ekosistem terumbu karang dapat ditampilkan pada Gambar 2.4. Tiap kumpulan ikan masing masing mempunyai habitat yang berbeda, tetapi banyak spesies yang terdapat pada lebih dari satu habitat. Umumnya tiap spesies mempunyai kesukaan (preferensi) terhadap habitat tertentu. Contohnya, ikan-ikan pemakan polip (polip grazer) menyukai glomerate corals, ikan-ikan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 33 41384.pdf keeil pemakan zooplankton menykai branched corals dan bersembunyi di baJik TE R BU KA karang (Nybakken, 1992). SI T AS Gambar 2.4. Interaksi Ikan Karang Yang Terjadi Dalam Ekosistem Terumbu Karang (Nybakken, 1992). ER Interaksi tak langsung akibat struktur karang dan kondisi hidrologi dan IV sedimen pada karang glomerate (seperti Porites sp) pada umunya tidak N mempunyai eelah yang dalam, banyak terdapat ikan pemakan polip (polip grazer) U seperti ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) dan ikan pokol (Balistidae). Karang bereabang (seperti Acropora Sp) merupakan tempat berlindung bagi ikan keeil (seperti ikan Gobi dan ikan Betok Laut) yang berenang keluar meneari makan berupa zooplankton dan segera kembali ke terumbu. Asosiasi ikan karang dan habitatnya dapat dilihat pada Gambar 2.5. Nybakken (1992) menyatakan bahwa interaksi ikan karang yang terjadi dalam ekosistem terumbu karang adalah : Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka BU KA 34 41384.pdf TE R Gambar 2.5. Asosiasi ikan karang dan habitatnya (Nybakken, 1992) AS 1) Pemangsaan SI T Predator yang mampu merusak koloni karang dan memodifikasi struktur ER terumbu karang dalah bintang laut (A. plancii) dan berbagai jenis ikan. IV Pemangsaan pada koloni-koloni karang oleh ikan pada keadaan yang cukup berat N mungkin dapat mematikan koloni terumbu karang. Ada dua kelompok ikan yang U secara aktif memakan koloni koloni karang yaitu : a) Spesies-spesies yang memakan polip karang seperti ikan buntal (Tetraodontidae), ikan palcoI (Balistidae), ikan kuli paslr (Monacanthidae), dan ikan kepe - kepe (Chaetodontidae). b) Ikan karang yang memindahkan polip karang untuk mendapatkan polip karang untuk mendapatkan alga atau invertebrata yang hidup dalam polip karang. Kelompok ini biasanya dari farnili Scridae dan Achantudae. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 35 41384.pdf Tipe pemangsaan yang paling banyak di terumbu karang adalah karnivora, yaitu 5G--70 % dari spesies ikan. Kelompok besar kedua adalah ikan herbivora dan pernakan karang (sekitar 15 % dari spesies ikan) dan yang paling penting dari kelompok ini adalah farnili Scaridae dan Acanthuridae sisanya di klasifIkasikan kedalarn ornnivora atau multivora yaitu ikan-ikan dari farnili Pomacentridae. Terdapat juga ikan yang merupakan pemakan zooplankton dan urnurnnya KA berukuran kecil yaitu ikan yang membentuk kurnpulan (Schooling), dari farnili Grazing R 2) BU Clupeidae dan Atherinidae. TE Alga berpotensi menjadi saingan utama bagi terumbu karang dalarn AS mendapatkan ruang hidup karena pertumbuhannya yang lebih cepat di bandingkan karang. Kondisi ini tidak sampai terjadi karena pertumbuhan alga di kendalikan yang merupakan R Farnili herbivora grazer adalah Siganidae, IV E tertentu. SI T dengan grazing yang di lakukan oleh beberapa kelompok ikan dan invertabrata Pomacentridae. Achanthuridae dan Scaridae. Beberapa bulu babi juga melakukan U N grazer seperti Deadema (Nybakken, 1992). 3) Persaingan Suatu keistirnewaan pada ekosistem terumbu karang adalah bahwa pada ekosistem ini tidak terdapat ruang yang terluang karena semuanya telah ditutupi oleh karang. Persaingan untuk memperoleh cahaya yang cukup dapat teljadi antara jenis karang yang bercabang dan karang yang membentuk harnparan atau massive. Biasanya karang yang bercabang tumbuh lebih cepat daripada karang yang membentuk harnparan atau masif dan sering memperluas koloninya ke bagian atas dan lebih tinggi daripada harnparan, menutupi karang hamparan dari Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 36 41384.pdf cahaya. Untuk mencegah terjadinya penguasaan tempat dan memelihara keanekaragaman pada terumbu karang, karang yang berbentuk massive dapat mencegah pertumbuhan yang cepat dari karang bercabang dengan memakan jaringan hidup koloni karang yang menutupi mereka. Wooton (1992) dalam Sopian (2006), mengatakan secara garis besar ikan karang dalam jumlah besar menunjukkan penyeleksian habitat secara mendalam KA dan mengenali sebagian daerah terumbu karang sebagai tempat berlindung bagi BU mereka Komunitas ikan karang di dalam suatu habitat ekosistem terumbu karang R akan berpengaruh penting terhadap keberadaan terumbu karang yang masih hidup. TE Jumlah spesies ikan maupun biota laut lain yang berasosiasi terhadap ekosistem AS terumbu karang akan mengalami penurunan drastis karena meningkatnya jumlah SI T karang mati pada suatu perairan (Bell & Galzin, 1985 dalam Sopian, 2006). R g. lkan Karang Family Chaetodontidae Sebagai lkan Indikator IV E Menurut Anderson et aI., (1981), Bouchon-Navaro et al., Adrim et aI., N (1991) dalam Hukom (2001) ikan karang familiy chaetodontidae memiliki U hubungan yang cukup kuat terhadap persentase penutupan karang yang tinggi, sedangkan Hutomo et aI., (1991) menemukan korelasi yang lemah terhadap keduanya. Keeratan hubungan ikan karang famili Chaetodontidae dengan terumbu karang sedikitnya disebabkan oleh dua alasan. Menurut Hutomo (1986), Chaetodontidae (kepe-kepe) bersama dengan suku Gobiidae (glodok), Pomacentridae (betok), dan Serranidae (kerapu) merupakan contoh yang baik penghuni terumbu karang primer, karena hidupnya selalu berasosiasi dengan terumbu karang, baik sebagai habitat maupun sebagai tempat mencari makan dan mungkin sebagian besar sejarah hidupnya berlangsung dari sini. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 37 41384.pdf Menurut Nybakken (1992) dan Mackay (1994), ketertarikan Chaetodontidae (kepe-kepe) terhadap terurnbu karang kuat sekali. Chaetodontidae (kepe-kepe) pada umurnnya bersifat ornnivora. Makanan kegemarannya adalah polyp-polyp karang. Kecuali itu ada juga yang memakan bagian dari polychaeta, anemone dan invertebrate kecillainnya yang hidup di dasar serta krustasea kecil, sponge, polyp karang lunak, plankton, telur ikan, dan cairan lendir (mucus) yang KA di keluarkan oleh karang. BU Beberapa jenis ikan yang tergolong dalarn farnili Chaetodontidae (kepe­ R kepe) merupakan komponen yang paling banyak diantara ichthyofauna karang. TE Jenis - jenisnya mudah diidentifIkasi dan taksonominya telah ditentukan. Mereka TA S sering dijurnpai berpasangan dan memiliki teritorial sehingga mudah dihitung secara individual. Ikan ini merupakan salah satu kelompok ichtyofauna yang SI cukup mencolok, memiliki sebaran yang luas dan se1alu ditemukan hidup IV ER berasosiasi dengan terumbu karang (Allen, 1979 dalam Hukom, 1997) serta dianggap oleh Reese (1981) dalam Hukom (1997) sebagai penghuni terurnbu U N karang sejati. Sifat-sifat tersebut te1ah menempatkan ikan ini sebagai ikan indikator dalarn ekosistem terurnbu karang, sehingga apabila teIjadi perubahan terhadap ekosistem terumbu karang, maka kehadiran ikan dari farnili ini dapat digunakan sebagai petunjuk penilaian atau pemantauan kondisi terurnbu karang di kawasan tersebut. Beberapa species ikan Chaetodontidae memiliki kecenderungan dilihat sebagai indikator kondisi terurnbu karang dan kondisi perairan. HasH penelitian Bawole (1998) dalam Hukom (2001) di perairan Te1uk Thailand menunjukkan bahwa Chaetodon octofasciatus banyak terdapat pada perairan keruh dan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 38 41384.pdf cenderung berasosiasi dengan koloni karang massive (CM). Bawole dan Boli (1999) dalam Hukom (2001) juga menyatakan bahwa di perairan Manokwari ­ Papua, Chetodon kleinii memiliki asosiasi yang cukup kuat dengan koloni karang bercabang (ACB). Adrim & Hutomo (1999) dalam Makatipu (2001) mendapatkan Chaetodon vagabundus, Chaetodon baronessa, Chaetodon kleinii dan Chaetodon trifasciatus juga mendominasi perairan dengan tingkat kecerahan yang tinggi KA seperti di perairan Ujung Kulon, Kupang, Ambon dan Bali sedangkan pada BU perairan dengan tingkat kecerahan rendah seperti di perairan Kepulauan Seribu R didorninasi oleh Chaetodon octofasciatus dan Chelmon rostratus. William (1986) TE dalam Hukom & Bawole (1997) menemukan bahwa ikan karang family AS chaetodontidae lebih mendominasi pada rataan terumbu karang bercabang yang merupakan tipe Long Branching Colonies seperti pada perairan Great Barier R Pengelolaan Terumbu Karang dan Ikan Karang IV E h. SI T bagian tengah. N Bengen (200 I) mengatakan bahwa pengelolaan ekosistem secara terpadu U pada prinsipnya memadukan prinsip-prinsip dasar dari ekologi, ekonomi dan sosial agar menjadi kesatuan yang utuh sehingga sumberdaya di ekosistem tersebut dapat terus dimanfaatkan secara berkelanjutan. Suatu pengelolaan yang baik adalah yang mernikirkan generasi mendatang untuk dapat juga menikmati sumberdaya yang sudah ada saat ini. Untuk mencegah semakin memburuknya kondisi terumbu karang, terutama dari aktifitas antropogenik, maka diperlukan pengelolaan ekosistem terumbu karang. Pengelolaan ini pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia, agar pemanfaatan sumberdaya alam Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 39 41384.pdf dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan (Supriharyono, 2000). Menurut Nikijuluw (2002), sumberdaya perikanan dapat berupa sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan dan sumber daya buatan manusia yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan. Pemanfaatan sumberdaya ikan oleh manusia berhubungan erat dengan kondisi lingkungan tempat ikan tersebut KA tinggal. Adanya interaksi antara sumberdaya ikan, lingkungan perairan serta BU manusia sebagai pengguna, maka diperlukan sebuah pengelolaan agar ketiga TE R interaksi tersebut dapat beIjalan secara seimbang dalam sebuah ekosistem. Artinya pengelolaan sumberdaya ikan adalah penataan pemanfaatan sumberdaya S ikan, pengelolaan lingkungan dan pengelolaan manusia sebagai pengguna. TA Keberhasilan manajemen pengelolaan sumberdaya perikanan lebih tergantung SI pada keterlibatan dan partisipasi pemegang kepentingan ( Pomeroy dan Williams (2002) berpendapat Beddington dan Retting (1983) dolam bahwa penyebab kegagalan pengelolaan IV Nikijuluw ER (1999) dolam Nikijuluw (2002)). U N sumberdaya perikanan adaJah strategi pendekatannya bersifat parsial atau hanya terfokus pada strategi tertentu. Menurutnya pengelolaan harus dilakukan secara menyeluruh dengan mengimplementasikan beberapa pendekatan apapun pilihan alternatif manajemen pengelolaan sangat bergantung pada kekhasan, situasi dan kondisi perikanan yang dikelola serta tujuan pengelolaan (Nikijuluw 2002). Selanjutnya ditambahkan bahwa paling tidak pilihan pengelolaan sebaiknya berdasarkan kriteria-kriteria berikut : I) Diterima nelayan secara ekonomis, sosial, budaya atau politik. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 40 41384.pdf 2) Diimplementasikan secara gradual dimana nelayan secara perlahan dapat menyesuaikan kegiatan perikananya dengan hal yang barn. 3) Fleksibilitas, yaitu dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi biologi dan ekonomi. 4) lmplementasinya didorong efisiensi dan inovasi. 5) Pengetahuan yang sempurna tentang peraturan serta biaya yang KA dikeluarkan untuk mengikuti peraturan tersebut. BU 6) lmplikasi terhadap tenaga kerja, pengangguran dan keadilan. TE R Pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan adalah sesuatu tantangan, dengan banyaknya jumlah orang yang terlibat, yang banyak diantaranya tanpa S sumber protein atau pendapatan altematif. Banyak komunitas lokal yang akan SI TA memiliki sedikit pilihan mata pencaharaian dan kecil kemungkinan untuk beradaptasi dengan kondisi yang barn. Hal ini menjadi perhatian yang penting ER dalam pengambilan kebijakan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan yang IV baik dapat meminimalkan ancaman-ancaman utama yang dihadapi terumbu N karang. Suatu evaluasi pengelolaan di kawasan ini adalah inti analisis ancaman U atau gambaran kesehatan terumbu karang (Burke et.al., 2002). Secara nasional kebijakan pengelolaan terumbu karang telah diatur dalam sebuah Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor : 38lMEN/2004 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang. Dalarn Kebijakan tersebut dinyatakan bahwa terumbu karang merupakan bagian dari sumberdaya ala di wilayah pesisir yang pengelolaannya tidak terlepas dari pengelolaan sumberdaya lainnya seperti hutan mangrove dan padang lamun. Oleh karena itu kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang harus memperhatikan dan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41 41384.pdf menggunakan pendekatan menyeluruh dan terpadu. Selain itu pengelolaan terumbu karang juga harns mempertimbangkan pelaksanaan desentralisasi. Kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang disusun berdasarkan, prinsip-prinsip: (I) keseimbangan antara intensitas dan variasi pemanfaatan terumbu karang, (2) pengelolaan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat lokal dan ekonomi (3) kepastian hukum melalui pelaksanaan peraturan optimal, (4) pengelolaan yang berkeadilan dan BU terumbu karang yang KA perundang-undangan untuk mencapai tujuan pengelolaan dan pemanfaatan R berkesinarnbungan, (5) pendekatan pengelolaan secara kooperatif antar semua TE pihak terkait, (6) pengelolan berdasarkan data ilmiah yang tersedia dan SI TA S kemarnpuan daya dukung lingkungan, (7) pengakuan hak-hak ulayat dan pranata sosial persekutuan masyarakat adat tentang pengelolaan terumbu karang, dan (8) pengelolaan terumbu karang sesuai dengan semangat otonomi daerah (Kepmen. ER Kelautan dan Perikanan nomor : 38/ MEN! 2004). Kebijakan umum pengelolaan IV terumbu karang di Indonesia adalah mengelola ekosistem terumbu karang U N berdasarkan keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian yang dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh Pemerintah Pusat,Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenIKota, masyarakat, swasta, perguruan tinggi, serta organisasi non pemerintah. Menurut Westmacott et aI (2000) bahwa langkah-Iangkah pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kerusakan terumbu karang adalah dengan memberikan pengertian khusus untuk kebijakan-kebijakan sebagai berikut: (I) Mendirikan zona dilarang memancing dan pembatasan a1at perikanan, (2) mempertimbangkan ukuran perlindungan tertentu untuk ikan pemakan alga dan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 42 41384.pdf ikan pemakan karang, (3) memberlakukan peraturan yang melarang praktek penangkapan ikan yang merusak, (4) memonitor komposisi dan ukuran penangkapan, (5) mengembangkan mata pencaharian bagi komunitas nelayan. Santosa (2001) berpendapat kewenangan dapat diberikan kepada masyarakat lokal berupa: (I) pemberian konsensi (pemanfaatan/pengusahaan) sumberdaya alam yang berdampak pada keseimbangan daya dukung ekosistem, KA dan (2) pengendalian dampak terhadap sumberdaya alamo Kelemahan-kelemahan BU tersebut dapat dieliminir dengan menggiatkan kegiatan pengawasan pemanfaatan TE R sumberdaya kelautan dan perikanan ditingkat masyarakat, yang dikenal dengan Sistem Pengawasan berbasis Masyarakat (SISWASMAS) yang merupakan TA S subsistem dari sistem pemantauan, pemeriksaan, pengamatan lapangan dan evaluasi atau MCS (Monitoring, Controlling dan Surveilance). ER SI B. Penelitian yang Mendukung Beberapa penelitian yang menggunakan ikan kepe-kepe sebagai indikator N IV keanekaragaman terumbu karang di Indonesia dan Filipina menunjukkan hasil U yang sangat bagus (Crosby et al. 1996). Jenis ikan Chaetodontidae yang sudah diteliti sebagai indikator perubahan lingkungan adalah Chaetodon multicinctus, Chaetodon ornatissimus, Chaetodon trifasciatus, dan Chaetodon unimaculatus (Hourigan et al. Chaetodontidae 1988). White (1988) menyatakan jumlah total spesies menunjukkan korelasi yang signifIkan terhadap penutupan karang keras (hard coral). Sedangkan di Kepulauan Seribu, Adrim et al. (1991) menyebutkan bahwa Chaetodon octofasciatus memungkinkan untuk dijadikan indikator degradasi terumbu karang akibat tekanan lingkungan. Namun, tidak semua ikan Chaetodontidae sebagai pemakan karang keras (scleractinian coral), Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 43 41384.pdf ada juga memakan octocoral (karang lunak) misalnya Chaetodon me/annotus (Alino et aI., 1988). Berdasarkan penelitian Bawole (1998) dikemukakan bahwa variasi ikan Chaetodontidae ditentukan oleh bentuk pertumbuhan Acropora bercabang, nonacropora bercabang, non-acropora massive, non-acropora encrusting dan habitat yang beragam. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa kehadiran yang KA dominan dari Chaetodon octofasciatus mengindikasikan bahwa terumbu karang BU sudah mengalami perubahan, sedangkan kehadiran Chaetodon trifasciatus, TE R Chaetodon trifascialis dan Chaetodon ornatissimus mengindikasikan bahwa kondisi karang belum mendapatkan gangguan yang berarti atau masih relatif baik. S Dari penelitian tersebut disarankan perlu adanya penelitian yang lebih lanjut TA tentang kebiasaan makan dan tingkah laku ikan Chaetodontidae, dengan perhatian SI khusus pada jenis Chaetodon octofasciatus, Chaetodon trifasciatus, Chaetodon ER trifascialis dan Chaetodon ornatissimus. Penelitian Yusuf dan Ali (2004) dari Chaetodon IV menyatakan bahwa ditemukan kelimpahan yang tinggi U N octofasciatus dan Chaetodoncollare di Pulau Mayar, Malaysia, meskipun penutupan karang di di daerah ini kurang beragam dan sehat. Adrim dan Hutomo (1989) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara ketiga yang mempunyai keanekaragaman ikan kepe-kepe (butterflyjishes) setelah Great Barrier Reef, Australia (50 spesies), dan Filipina (45 spesies). Namun, kajian biologis dan ekologis dari kelompok ikan ini masih sangat jarang dan biasanya hanya merupakan bagian kecil dari berbagai penelitian. Lebih lanjut Adrim dan Hutomo (1989) menemukan adanya hubungan positif antara persen penutupan karang hidup dengan jumlah dan jenis ikan Chaetodontidae di Laut Flores. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 44 41384.pdf Hasil penelitian Madduppa (2006) di Pulau Petondan Timur, Kepulauan Seribu, diketabui ikan C. octofasciatus banyak ditemukan di daerab yang mempunyai kepadatan Acropora yang tinggi, hal ini disebabkan karena genus Acropora dengan bentuk perturnbuhan becabang selain menyediakan tempat yang aman dan makanan. Hal ini membuktikan babwa ada hubungan yang positif antara persentase penutupan karang keras(scleractinian coral) dengan ikan Chaetodon Kelimpaban octofasciatus. ikan kepe-kepe KA kelimpaban BU (Chaetodon octofasciatus) dipengaruhi oleh besamya persentase penutupan R karang hidup diindikasikan oleh pola hubungannya yang positif kuadratik TE (polynomial) di kedalaman 3 meter dan 10 meter. Adanya perbedaan tingkat TA S pemangsaan terhadap karang dan hubungan positif antara kelimpaban ikan kepe­ kepe (Chaetodon octofasciatus) dengan persentase karang hidup serta didukung SI oleh analisa makanan dan kebiasaan makan, maka ikan kepe -kepe ini sangat Timur, IV ER potensial sebagai bioindikator ekosistem terumbu karang di Pulau Petondan Kepulauan Seribu. Penurunan persentase tutupan karang hidup U N mempengaruhi kelimpaban ikan Chaetodontidae di perairan. Presentase penutupan karang hidup memiliki hubungan yang kuat dengan kelimpaban ikan famili Chaetodontidae dan kelimpaban ikan spesies Chaetodontidae octafasciatus sehingga Chaetodontidae octafasciatus dapat dijadikan sebagai bioindikator baik buruknya kondisi terumbu karang di perairan Pulau Abang Batarn (Mabarbhakti, 2009). Titabeluw (2011) menemukan babwa keberadaan ikan Chaetodontidae akan melimpab seiring dengan tingginya persentase tutupan karang hidup. Makanan utarna dari ikan Chaetodontidae adalab zooxanthelae, sehingga kelimpabannya sangat ditentukan oleh tutupan karang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 45 41384.pdf hidup di perauan. Ikan Chaetodontidae berkorelasi positif dengan terurnbu karang, perubahan persentase tutupan karang hidup mempengaruhi kelimpahan dan dominansi karena keterkaitannya dengan makanan dan tempat berlindung. Chaetodon trifascialis sangat baik digunakan untuk sebagai indikator untuk melihat perubahan terhadap ekosistem terurnbu karang. Bawole (1998) Chaelodon trifascialis, Chaetodon fasciatus, Chaetodon unimaculatus, Chaetodon ephippium, KA Chaetodon lineolatus, Chaetodon ulietensis dan Chaetodon longirostus 1ebih BU menyukai perairan yang jernih, habitat yang beragam, keanekaragaman jenis karang yang tinggi dengan persentase tutupan yang baik. Keeratan hubungan TE R antara ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan karang hidup didasarkan S pada beberapa a1asan. Menurut Hutomo dan Adrim (1986), famili Chaetodontidae SI TA merupakan penghuni terurnbu karang primer yang khas karena hidupnya se1alu berasosiasi dengan terumbu karang baik sebagai habitat maupun tempat mencari ER makan. Pemangsaan terhadap karang oleh ikan Chaetodontidae, karena karang IV menyediakan protein yang terkandung dalam po1ip dan karbohidrat. U N C. Kerangka BeIfoor Perairan Pulau Karang Bongkok merupakan pu1au peristirahatan yang berada di zona Penyangga, diperuntukan mendukung aktifitas sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat serta perikanan tangkap tradisional. Target penangkapan adalah jenis-jenis ikan karang baik untuk konsumsi maupun ikan hias untuk diperdagangkan. Eksp10itasi sumberdaya ikan karang ini akan mempengaruhi dan mendegradasi ekosistem terurnbu karang, apabi1a eksp10itasi tersebut menggunakan a1at dan earn yang tidak ramah 1ingkungan. Selain itu, kualitas lingkungan perairanjuga mempengaruhi pertumbuhan karang. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 46 41384.pdf Kerusakan atau degradasi terumbu karang di perairan Pulau Karang Bongkok secara langsung akan berdampak kepada ikan karang yang berasosiasi langsung dengan terumbu karang. Ikan Chaetodontidae yang merupakan ikan yang hidupnya berasosiasi langsung dengan terumbu karang akan terkena darnpak langsung. Ikan ini memanfaatkan langsung terumbu karang bukan hanya sebagai makanan tetapi juga untuk tempat hidupnya. Kelimpahan ikan Chaetodontidae KA memiliki hubungan dengan penutupan karang hidup (Bell & Galzin, 1984; Adrim BU & Hutomo, 1989; Adrim et aI., 1991). Untuk menjaga kelestarian terumbu karang di perarran Pulau Karang TE R Bongkok, diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan yang tepat bagi terumbu SI TA S karang untuk mengurangi degradasi yang terjadi dan mencegah kerusakan terumbu karang yang semakin meluas lagi. Dalam arti pemanfaatan sumberdaya terumbu karang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan di sisi ER lain pemanfaatan yang dilakukan dapat melindungi wilayah pesisir dari abrasi IV pantai. Oleh karena itu kelestarian sumberdaya hams dipertahankan dengan cara N memanfaatkan secara bijaksana dan berkelanjutan tanpa hams merusak ekosistem U tersebut sehingga diharapkan generasi yang berikutnya juga dapat merasakan atau menikrnatinya. Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari rekomendasi yang tepat untuk pengelolaan terumbu karang dan ikan karang sacara berkelanjutan dan lestari di perairan Pulau Karang Bongkok, Kepulauan Seribu. Secara utuh Kerangka Poor dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.6. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 47 41384.pdf ;Ekosistem Terumbu Karangl , ----J ~ Kondisi Terumbu Karang Kondisi Ikan Chaetodontidae Deskripsl Terumbu Karang Deskripsi kecerahan, (Persentase Tutupan karang Hidup, salinitas, suhu, kuat lile form dan Genus, Indeks ----+ Keanegaragaman, Indeks arus TE t R BU Keseragaman, Indeks Dominansi, Indeks Mortalitas, Indeks Konservasi) Deskripsi lkan Chaetodontidae (Jenis, Kelimpahan, Indeks Keanegaragaman, Indeks Keseragaman, Indeks Dominansi) KA Kondisi perairan 'f Rekomendasi Pengelolaan Terumbu Karang dan Ikan Chaetodontidae Berbasis Ekologi Gambar 2.6. Kerangka BerfIkir Penelitian U N IV ER SI TA S Analisis Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae D. Definisi Konsep dan Operasional Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang tennasuk dalam Filum Coelenterata (bewan berrongga) atau Cnidaria. Karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 48 41384.pdf Zooxanthellae adaJah alga dari kelompok Dinoflagellata yang bersimbiosis pada hew an, seperti karang, anemon, moJuska dan lainnya. Sebagian besar zooxanthella berasal dari genus Symbiodinium. JumJah zooxanthellae pada karang diperkirakan> 1 juta seVcm2 permukaan karang, ada yang mengatakan antara 1-5 juta seJlcrn2. Meski dapat hidup tidak terikat induk, sebagian besar zooxanthellae melakukan simbiosis. KA Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang BU Acropora dan non-Acropora (English et.al., 1994). Perbedaan Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang TE R disebut axial lwralit dan radial lwralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki S radial lwralit. TA Indeks mortalitas karang dihitung untuk mendapat gambaran tentang SI kondisi kesehatan karang dilihat dari perbandingan antara persentase tutupan ER karang mati dan karang hidup. Perhitungan indeks mortaJitas tersebut juga IV dimaksudkan untuk mengetahui rasio kematian karang. N Indeks keanekaragaman karang adalah suatu penggambaran secara U matematik untuk mempermudah dalam menganalisis informasi tentang jumlah individu dan spesies organisme serta beberapa banyak jumlah jenis yang ada dalam suatu area. Indeks dominasi adalah parameter kuantitatif yang menyatakan tingkat terpusatnya dominasi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada satu spesies, beberapa spesies atau pada ada banyak spesies yang dapat diperkirakan dari tinggi rendahnya dari indeks dominasi. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 49 41384.pdf Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies. KA Line Intercept Transect (LIT), metode ini merupakan teknik yang BU dikembangkan dalam ekologi tumbuhan terrestrial dan diterapkan dalam ekologi terumbu karang (Loya, 1978; Marsh et al., 1984 dalam English et al., 1997). TE R Gates (1979) dalam English et al. (1997) menyebutkan bahwa metode transek S perpotongan garis digunakan untuk mengestimasi penutupan obyek atau SI TA kumpulan obyek yang ada di area tertentu dengan cara menghitung panjang bagian yang dilalui transek. Metode ini digunakan untuk mengetahui suatu wilayah sehingga dapat diketahui ER karakteristik jenis karang di IV keanekaragaman jenis karang di daerah tersebut. Metode transek garis N digunakan untuk melihat penutupan linear karang dalam komunitas karang yang U hidup di dasar perairan. Transplantasi karang adalah kegiatan untuk memperbanyak koloni karang melalui fragrnentasi spesimen yang berasal dari habitat alam atau sumber lainnya dengan cara melekatkan fragrnen tersebut pada media buatan dan menumbuhkan pada habitat alam atau buatan. Kelimpahan ikan adalah jumlah ikan yang ditemukan persatuan luas transek. Indeks keanekaragaman adalah ukuran yang menggambarkan kekayaan jenis dari suatu komunitas ikan karang yang dilihat dari jumlah spesies dalam Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 50 41384.pdf suatu kawasan berikut jumlah individu dalam setiap spesiesnya. Diurnal adalah organisme yang aktivitasnya tinggi pada siang hari. Fishing ground adalah daerah U N IV E R SI T AS TE R BU KA penangkapan ikan. Habitat adalah tempat hidup suatu organisme. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf RARIII METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui metode survey kondisi karang dan ikan karang serta mengidentifikasi faktor-faktor lingkungannya. Analisis data KA menggunakan cara deskriptif komperatif dengan membandingkan nilai variabel terhadap kriteria kualitas dan kondisi terumbu karang. Jenis data yang digunakan BU dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer terbagi TE R menjadi 3 bagian yaitu data terumbu karang, data ikan Chaetodontidae dan data parameter lingkungan. Jenis data yang dikumpulkan selengkapnya disajikan pacta SI Jenis Data Data Primer: ER No 1. TA S Tabel 3.1. Jenis Data yang dikumpulkan N IV a. Kondisi Terumbu Karang U b. Kondisi Ikan Karang c. Parameter Lingkungan 2. Data Sekunder Parameter - Persentase tutupan karang - Keanekaragaman - Keseragaman - Lifefarm - Kelimpahan - Keanekaragaman - Keseragaman - Kecerahan - Suhu - Salinitas - Kecepatan Arus - Literatur dan pustaka terkait Pengumpulan data kondisi terumbu karang dan ikan Chaetodontidae dilakukan bersamaan, yaitu sebanyak 1 (satu) kali penyelaman pada tiap-tiap stasiun dan dilakukan pagi hari sampai siang hari. Waktu ini diambil disesuaikan dengan waktu aktif ikan Chaetodontidae mencari makan, ikan ini bersifat diurnal. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 52 41384.pdf Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Oktober sampal dengan Desember 20 II di perairan Pulau Karang Bongkok, di dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta (Gambar 3.1). •• soo ••Ii••• ----- anooo . . . 5•• P.S~ ~ ~ {l P. Gosorig La a Kedl B1f,., -, ~, D ~ :: P. ~ 0 P. MeI",!D k f':'" K~ir = llJ• r P. s epa tIeS< . MeI,ntar1 !1:!i D P. ./? ~ ~ ~ ~ 0 ~ndan Barat --- TE R P.P~ ~o :: KA ~ "S~ ~ ~ ---- .D. Q BU P. Yu Barar . ~ D~."U. ~ ~ ~ CI!'~i", ~ C P.Ger eng Kecil ~ P. BuIllt ~ ~ S ~ D P. ~ ~ ~ l;;;f... TA P. Panjan ~ ---- P.Ka ~g~~a, ~ ~ SI --- ER ~ ~ ~ P. Opak Bes r . P_ Opak ~ ~ &ir P.KD1 k~il IV ~ ~ ~ .J ~~ "1':lG ang Bongkok N P.Sem k Daun P . .... • I t~ • •• no en••• -~ ~ PKa~ P_ "5••• &&s•• :: P. andan U ~ ---~ p:llu 1<I!Cii P. Ha ~u ~ -:: .O;J50, P.lJ ~n ~ ~ ~ eno.o 81'550' I~·_a~r ~ ~ 11'550' ~ ~ prarrIJ. IIPl1 ••• ..a.. Peta K _.... Ke..,lauan Seribu Uta... KlIlbulMRn AtIIItinis..... f Kerpulau"n Seribu, Dill J"kllrtlI -­ 0-_ --. Gambar 3.1. Peta wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Karang Bongkok Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 53 41384.pdf Pulau ini mempunyai luas 0,5 Ha dan luasan reef flat sekitar 80,12 Ha, sehingga total luas daratan reefflat pulau adalah 80,64 Ha dan merupakan pulau peristirahatan yang berada di zona Penyangga, diperuntukan mendukung aktifitas sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat serta perikanan tangkap tradisional. Zona ini berfungsi menyaring darnpak negatif kegiatan budidaya di dalarn maupun luar kawasan. Sebagian besar penduduk Kepulauan Seribu KA berrnukirn di zona ini. Aktifitas penangkapan ikan diperkenankan dengan alat BU tradisional, seperti pancing bubu. Secara administratif pulau ini berada dalarn TE R Kelurahan Pulau Panggang Kecarnatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Adrninistrasi Kepulauan Seribu, DKi Jakarta. pada dasar perairan TA S Pengarnatan dilakukan pada dua kedalarnan yaitu kedalarnan 3 meter (m) untuk mewakili kondisi perairan dangkaI dan pada dasar SI perairan kedalarnan 10 meter (m) untuk mewakili kondisi perairan dalam. Stasiun ER pengarnbilan data ditetapkan di empat lokasi yaitu: IV I. Stasiun I (Barat) terletak pada 5°41 '20" LS dan 106°33'12" BT, N 2. Stasiun II (Utara) terletak pada 5°40'43" LS dan 106°34'16" BT, U 3. Stasiun III (Timur) terletak pada 5"40'52", LS dan 106°34'53" BT, 4. Stasiun N (Selatan) terletak pada 5°41 '23" LS dan 106°34'10" BT. Stasiun Barat dan Utara adalah lokasi yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan hias. Stasiun Selatan adalah lokasi yang merniliki derrnaga untuk kapal singgah. Stasiun Timur adalah lokasi lintasan kapal nelayan yang berukuran kecil melintasi hamparan terurnbu karang agar lebih cepat sampai ke Iokasi penangkapan di Pulau lain di sekitar Pulau Karang Bongkok. Letak dan posisi Stasiun pengarnatan dapat dilihat pada Garnbar 3.2. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka TE R BU KA 54 41384.pdf SI TA S Gambar 3.2. Stasiun Pengamatan di Pulau Karang Bongkok B. Populasi dan Sampel ER Populasi penelitian ini adalah komunitas terumbu karang (Acropora, Non IV Acropora, Dead Scleractinia, Algae, Other Fauna, Abiotik), komunitas ikan pada dasar perairan kedalaman 3 m untuk mewakili kondisi perairan U yaitu N indikator dari ikan famili Chaetodontidae dan kualitas air pada dna kedalaman dangka1 dan pada dasar perairan kedalaman 10m untuk mewakili kondisi perairan dalarn di perairan Pulau Karang Bongkok. Sampel yang diambil pada pene1itian ini adalah komunitas terumbu karang (Acropora, Non Acropora, Dead Scleractinia, Algae, Other Fauna, Abiotik), komunitas ikan indikator dari ikan famili Chaetodontidae dan kua1itas air pada kedalaman 3 m dan 10m. Stasiun pengamatan beIjumiah 4 stasiun yaitu Stasiun Barat, Utara, Selatan dan Timur. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 55 41384.pdf Alasan pemilihan perairan Pulau Karang Bongkok sebagai objek penelitian karena Pulau Karang Bongkok merupakan pulau peristirahatan dan menjadi salah satu daerah penyelaman oleh para wisatawan yang mengunjungi Pulau Pramuka. C. Instrumen Penelitian Penelitian kondisi terumbu karang, kondisi ikan Chaetodontidae dan parameter lingkungan terdiri dari beberapa variabel, seperti disajikan pada Tabel KA 3.2. R BU Tabel 3.2. Variabel, Indikator dan Metoda yang Digunakan Kondisi Ikan Chaetodontidae - - Kecerahan (m) Suhu f"q Salinitas Kecepatan Arus (m.df') ER SI Kondisi Terumbu N IV Parameter Lingkungan Metoda - Line Intercept Transect (LIT) sensus bawah air (under water visual census atau UVC) - Visual, Secchi disk Pemuaian, Thermometer Refraktometer Currentmeter U I TE Karang - Indikator Persentase tutupan karang Keanekaragaman Keseragaman Life/arm Indeks Mortalitas Kelimpahan Keanekaragaman Keseragaman TA S Variabel Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.3. TabeI3.3. Alat dan Bahan No (I) l. Alat dan Bahan (2) Scuba Spesifikasi Jumlah (3) (4) Masker + snorkel + fin + Kegunaan (5) 3 Unit Alatselam tabung tekanan 3000 psi + aqualung 2. Roll meter 100 m Ketelitian 1 em 1 Unit Transek 3. Kamera bawah air Skala 10 MP I Unit Mengambil gambar terumbu karang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 56 41384.pdf Lanjutan Tabel 3.3 (2) (I) (3) GPS 4. I Unit (5) Menentukan posisi penelitian Thennometer Alkohol(Keteli!ian I "C) I Unit Mengukur suhu Current drogue Plastik, pelampung dan pembera~ satuan (mls) I Unit Menentukan arah dan menghitung kecepatan arus 7. Hand Refraktometer Ketelitian I 0/00 ] Unil Mengamati salinitas 8. Secchi disk Tali berskala + piring secchi + pemberat (meter) ] Unit Mengamati kecerahan 9. Buku identifIkasi tcrumbu karang dan ikan karan£ Kapal Jenis-Jenis terumbu karang dan Bean Karang DiIndonesia I Unit Kapal kayu 7 PK I Unit AJat tulis bawah air AJat tulis American Scuba Diver Sabak I ala! tulis dari pipa paralon Mengenali jenis-jenis terurnbu karang dan ikan karan. Sebagai sarana uotuk ke lokasi Stasiun nem!amatan Seb..ai ala! tuiis Mencatat hasil oen£amatan TA S D. Prosedur Pengumpulan Data BU 12. I Unit 1 Unit TE R II. KA S. 6. 10. 1. (4) Kondisi Terumbu Karang terumbu karang diamati dengan metode transek garis SI Kondisi ER menyinggung atau Line Intercept Transect (LIT) mengikuti English et.al. (1994). IV Metode ini digunakan untuk menentukan kondisi substrat bentik terumbu karang U N berdasarkan pola bentuk pertumbuhan karang (lifefarm). Berdasarkan metode ini, substrat dasar perairan yang dilalui oleh transek dapat diketahui. Satuan yang digunakan berdasarkan metode ini adalah persen. Cara keIja metode transek garis menyinggung adalah dengan membentang­ kan tali transek (roll meter) sepanjang 80 m sejajar garis pantai (English et.a!. (1994), kemudian membuat sub stasiun dengan membuat transek pengamatan sebanyak tiga transek. Ukuran panjang transek pengamatan adalah 20 ffi. Transek pertama ditentukan dari titik 0 sampai titik 20 m, di beri interval atau jarak 10m, transek kedua dimulai dari titik 30 sampai titik 50 m, dan transek ketiga Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 57 41384.pdf dimulai dari titik 60 sampai titik 80 mr (Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut, 2006). Secara sistematis cara meletakkan garis transek (LIT) di lokasi keIja dapat dilihat pada Gambar 3.3. Pengamatan kondisi terumbu karang memerlukan 2 orang penyelam (Diver). Diver pertama bertugas untuk membentangkan roll meter dan diver dua bertugas untuk melakukan pencatatan data jenis terumbu karang di sepanjang transek garis yang diukur tepat dibawah pulau U N IV ER SI TA S TE R BU KA bentangan roll meter berdasarkan pertumbuhannya (lifeform). 20 m =Panjang Tali Transek 10 m ; Jarak Interval T. n, IT =TransekPengamatan Gambar 3.3. Metode Line Intersept Transect (LIT) Bentuk pertumbuhan karang (lifeform) dan substrat dasar perairan yang berada di bawah tali transek diukur dan dicatat hingga ketelitian pada centimeter (em). Penggolongan bentuk pertumbuhan (lifeform) dan substrat dasar perairan mengikuti penggolongan menurut English et al., (1994) seperti pada TabeI3.4. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 58 41384.pdf Tabel 3.4. Kode dan Kategori Bentuk Pertumbuhan Karang dan Fauna Karang Lain yang Mengisi Habitat Dasar (English et al.. 1994) Benthic Life Fonn Hard coral (Acropora) Branching Tabulate Encrusting Kode Percabangan kurang lebih 2 derajat Berbentuk pelat menyerupai meja Tumbuh mengerak didasar dari bentuk acropora yang belum dewasa Berbentuk bonggol atau baj i Percabangan tidak lebih dari 2 derajat ACB ACT ACE KA Submassive Digitate Hard coral ( non Acropora) Branching Encrusting Foliose Mushroom Millepora Heliopora Ciri-Ciri CB CE CF CMR CME CHL Barn saja mati dengan warna putih atau pudar Warna tidak putih lagi DC CDA Warna merah, hij au dan coklat Alga filament lembut Alga berkapur MA TA CA HA AA SI TA S TE R BU Percabangan kurang lebih 2 derajat Menempel melapisi substrat, berbentuk plat. Menempel pada substrat berbentuk seperti daun Soliter Karang api dengan pucuk agak putih Karang biro, bila dipatahkan bagian dalarnnya berwarna biru ER Dead Scleractinia Dead Coral (With Algae Covering) Algae Marco Turf Coraline Halimeda Algal Assemlage IV Tersusun lebih dari satu jenis. Karang dengan tubuh yang lunak U N Other Fauna Soft Coral Sponge Zoanthids Other Abiotic Sand Rubble Silt Water Rock ACS ACD Ascidian, anemon, kipas laut (gorgonium), kima dB Substrat pasir Pecahan karang tidak beraturan Substratlumpur Celah air Iebih dari 50 cm Batu kaour, lUanit, batu gunung SC SP ZO OT S R SI WA RCK 2. Kondisi ibn Chaetodontidae Kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi Pengamatan ikan Chaetodontidade diukur dengan menggunakan metode pencacahan visual Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 59 41384.pdf bawah aIr (underwater visual sensus) berdasarkan English, et.al ( 1994). PengaInatan terhadap ikan karang ini dilakukan pada siang hari ketika pada urnumnya ikan karang beraktifitas. Cara kerja metode ini yaitu dengan memasang garis transek ikan karang sepanjang 80 m pada lokasi yang SaIna dengan LIT terurnbu karang atau tetap menggunakan LIT terumbu karang. Dapat dilihat pada BU KA GaInbar 3.4. TE R E "1 TA S N ER SI GaInbar 3.4. Metode Sensus Visual (English, 1994) IV PengaInbilan data ikan dan karang dilakukan dimulai 15 menit setelah N pemasangan transek garis agar ikan kembali dalaIn keadaan semula dan terbiasa U dengan kehadiran penyelaIn. Proses identifikasi ikan dilakukan secara perlahan­ lahan di atas garis transek agar ikan merasa tidak terganggu dengan kehadiran seorang penyeiaIn. Ikan yang tersensus tersebut kemudian langsung dicatat PengaInatan ikan yang terdapat pada ekosistem terurnbu karang dilakukan seteIah pencatatan lifeform karang dan substrat dasar perairan. Kelimpahan ikan Chaetodontidae dihitung dalaIn batasan jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan dengan panjang transek 60 m sehingga luasan yang teramati yaitu «2,5m x 2)x 60m = 300 m\ Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 60 41384.pdf 3. Parameter Lingkungan Data parameter lingkungan diambil secara insitu. Pengukuran ini dilakukan bertepatan pada saat melakukan penyelaman. Pengukuran kondisi perairan di lokasi praktek mencakup beberapa parameter yang mempengaruhi kodisi terurnbu karang itu, seperti : a. Suhu KA Pengukuran suhu dilakukan dengan cara membawa termometer ke tiap R beberapa menit lalu dilihat nilai suhu yang tertera. BU kedalaman stasiun pengamatan yaitu 3 m dan 10 m. Termometer dibiarkan TE b. Kecerahan TA S Pengamatan kecerahan dilakukan dengan menggunakan alat yang bemama secchi disk. Secchi disk diturunkan ke dalam perairan, kemudian mencatat SI kedalaman dimana piringan tersebut tidak kelihatan. Piringan masih diturunkan IV ER sedikit dan kemudian diangkat kernbali secara perlahan-Iahan. Kedalaman dimana piringan tersebut mulai kelihatan kembali dicatat. Rata-rata hasil pencatatan U N kedalaman yang pertama dan yang kedua itulah kecerahan perairan. Nilai kecerahan didapatkan dengan rurnus : Keterangan: C = Kecerahan (m) d] = Kedalaman dimana secchi disk mulai tidak kelihatan saat diturunkan (m) d2 = Kedalaman dimana secchi disk mulai kelihatan ketikadinaikkan (m) Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 61 41384.pdf c. Kecepatan Arus Kecepatan arus diukur dengan menggunakan alat current meter. Cara menggunakannya adalah dengan memasukkan current meter ke kolom air (kedalaman tertentu) yaitu 3 m dan 10m, kemudian melepaskan secara perlahan­ lahan dan membiarkan alat tersebut bergerak sesuai arah arus. Stopwatch dihidupkan ketika alat tersebut dilepas. Saat tali sudah menegang stopwatch KA dimatikan lalu dilakukan pencatatan waktu yang tertera pada stopwatch tersebut. BU Untuk perhitungan kecepatannya adalah panjang tali pada saat menegang dibagi TE R dengan waktu yang dibutuhkan tali untuk menegang. Rumus kecepatan arus TA S adalah sebagai berikut: N IV ER SI Keterangan: V = Kecepatan arus (m/detik) S = Jarak(m) t = Waktu (detik) U d. Salinitas Salinitas diukur dengan mengambil air sample setiap kedalaman (3 m dan 10m) dengan menggunakan botol Nansen. Sample air diukur nilai salinitasnya dengan menggunakan refraktometer yang sudah dikalibrasi dengan cara meneteskan air sampel yang akan diukur salinitasnya ke prisma sebanyak satu tetes dan air harus menutupi semua prisma. Skala menunjukkan nilai salinitas dengan satuan %0. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 62 41384.pdf E. Metode Analisis Data 1. Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang a. Kondisi Terumbu Karang Kondisi terurnbu karang dilihat berdasarkan persentase tutupan karang hidup. Persentase karang hidup dihitung menurut persamaan yang dikemukakan dalam English et al. (1994): x 100% BU ·N KA L= i:; = Panjang life/arm terurnbu karangjenis ke-i kondisi terurnbu karang menurut Keputusan Menteri Negara SI T Penilaian AS N = Panjang total transek garis TE Ii R Keterangan : L = Persentase tutupan terurnbu karang ke -i (%) Lingkungan Hidup Nomor 04 tahun 2001, berdasarkan nilai tutupan atau IV E R presentase karang (Scleractinia) hidup dengan kategori: : 76-100% B. Baik : 51 -75 % N A. Sangat Baik : 26-50% D. Rusak 0-25 % U C. Sedang b. Indeks Keanekaragaman Karang (H') Indeks keanekaragaman adaIah ukuran yang menggambarkan kekayaan jenis dari suatu komunitas karang yang dilihat dari jumlah spesies dalam suatu kawasan berikut jumlah individu dalam setiap spesiesnya (Krebs 1972). Indeks keanekaragarnan yang paling umum digunakan adalah Indeks Shannon -Weaver (H'). Indeks keanekaragaman dipero1eh dan rurnus di bawah ini : I H=-1:pilog z pt Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka ;pi=W I 63 41384.pdf Dimana: H' = lndeks Keanekaragaman Jenis ni = Panjang jenis ke i N = Panjang total Apabila nilai H' semakin besar maka keanekaragaman jenis dalam komunitas tersebut semakin besar pula dan kestabilan dari komunitas itu sendiri KA semakin baik. Jika H' = 0 maka komunitas terdiri dari satu jenis/spesies tunggal BU dan jika nilainya mendekati maksimum maka semua spesies terdistribusi secara merata dalam kornunitas (Legendre & Legendre, 1983). Mason (1981) dalam TE R Azhar & Edinger (1996) menyatakan bahwa kategori tingkat keanekaragarnan adalah sebagai berikut : = keanekaragaman kecil dan tekanan ekologi sangat kuat 3,20 < H' < 9,97 = keanekaragaman sedang dan tekanan ekologi sedang H' > 9,97 = keanekaragarnan tinggi, teIjadi keseirnbangan ekosistern ER SI TA S H' < 3,20 keseragaman jenis karang (E) digunakan untuk rnelihat N lndeks IV c. Indeks Keseragaman Karang (E) U keseirnbangan individu di daiam kornunitas terurnbu karang. Nilainya rnerupakan perbandingan antara nilai keanekaragaman dengan keanekaragarnan maksirnurnnya yang merniliki kisaran nilai antara 0 hingga I. Rumus keseragaman (Legendre dan Legendre, 1983) diperoleh dari ; E= H' I H max . H' max = , log 2 S Dirnana: H'rnaks = Keanekaragaman jenis karang dalam keseirnbangan rnaksirnal S = Jumlahjenis dalam kornunitas E = Indeks Keseragaman Jenis Karang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 64 41384.pdf Apabila nilai E mendekati 0 (nol), spesies penyusun komunitas tersebut tidak banyak beragam pula maka menunjukkan adanya dominansi spesies tertentu dan adanya tekanan terhadap ekosistem. Sebaliknya, apabila nilai E mendekati I (satu) dengan jumlah individu antar spesies tidak jauh berbeda maka menunjukkan bahwa tidak adanya dominansi dan tekanan terhadap ekosistem. Kategori tingkat keseragaman menurut Mason (1981) dalam Azhar dan Edinger = keseragaman populasi kecil 0,4 <E< 0,6 = keseragaman populasi sedang E > 0,6 = BU E<O,4 KA (1996) adalah sebagai berikut : TE R keseragaman populasi tinggi d. Indeks Dominansi Jenis Karang (C) (1993) menyatakan bahwa TA S Odum indeks dominansi jenis adalah SI perbandingan kuadrat antara kelimpahan individu suatu jenis dengan jumlah IV ER keseluruhan individu dalam komunitas. Indeks dominansi jenis (C) digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu kelompok biota mendominasi kelompok U N lain. Rumus indeks dominansi adalah sebagai berikut : Dimana: C = indeks dominansi jenis karang n = jumlah individu jenis ke - i N = jumlah seluruh individu Nilai indeks keseragarnan (E) dan indeks dominansi (C) berkisar antara 0 (nol) hingga I (satu), semakin keeil nilai E maka nilai C akan semakin mendekati satu artinya semakin keeil keseragaman suatu populasi maka ada keeenderungan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 65 41384.pdf suatu jenis mendominasi populasi tersebut. Kategori tingkat dominansi menurut adalah : C <0,5 = dominansi rendah 0,5 < C < I = dominansi sedang C>I = dominansi tinggi e. Indeks Mortalitas Ekosistem Terumbu Karang (MI) KA Indeks mortalitas digunakan untuk mengetahui rasio kematian karang. BU Indeks ini memperlihatkan besarnya perubahan karang hidup menjadi mati. Nilai R indeks mortalitas karang didapatkan dari persentase penutupan karang mati dan TE persentase tutupan karang hidup (Gomez 1994 in Edinger et al.l998): DC (LC + DC) SI TA S MI= ER Dimana: = Indeks Mortalitas DC = Persen penutupan karang mati dan patahan karang LC = Persen penutupan karang hidup U N IV MI Indeks mortalitas memiliki kisaran antara 0 - I. Nilai Indeks mortalitas yang mendekati 1 menunjukkan bahwa teJjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi karang mati. Sedangkan nilai yang mendekati 0 menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup r. Indeks Nilai Konservasi (CVI) Indeks nilai konservasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui keutuhan ekosistem terumbu karang (Me Mellor, 2007). CVI = log (CCM - DM - GFM) Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 66 41384.pdf Keterangan : CVI CCM DM MI GFM = = = = = Conservation Value Indeks % Cover (LivingINon-Living+Algae) (H'+ log N) X MI % Cover (DClLiving+DC) Jumlah pi2 (life form) Skoring untuk conservation value index sebagai berikut : A = 0,8-1,00 B = 0,6-0,79 KA C = 0,5-0,59 BU D = 0,4-0,49 TE R E = 0,0-0,39 g. Frekuensi Relatif (FR) Karang SI TA S Frekuensi relatif (FR) adalah jumlah kehadiran suatu jenis (genus) karang relatif terhadap total kehadiran dari seluruh jenis karang keras (Suharsono 2004). ER Frekuensi relatif masing-masing jenis karang keras didapatkan melalui persamaan FR = Jumlah kehadiran ~enus ke-i Jum1a.h tOW kehadlran seluroh genus U N IV berikut: h. Dominansi Relatif (DR) Dorninansi relatif (DR) adalah jumlah penutupan (coverage) suatu jenis (genus) karang tertentu relatif terhadap total penutupan dari seluruh jenis karang keras (Suharsono 2003). Dorninansi relatif relatif masing-masing jenis karang keras didapatkan melalui persamaan berikut: DR = [umlab penuropan I_DDS ke-l JumhllMtalllonutuJl4n .oIunlh lonu. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 67 41384.pdf i. Rata-rata Ukuran Koloni (SoC) Rata-rata ulcuran koloni (size of colony / SoC) adalah rata-rata ulcuran diameter terpanjang dari sebuah koloni untuk masing-masing genus. ,i d SoC=.'::..!!...­ , N dimana: KA SoC j = rata-rata ukuran koloni genus ke-i = diameter terpanjang genus ke-i N = jumlah total koloni genus ke-i yang tercatat BU d TE R j. Kategori Kelimpahan dan Rekomendasi Pengelolaan Tahapan terakhir ditujukan untuk menentukan kategori kelimpahan dari SI TA S masing-masing genus serta menetapkan rekomendasi pengelolaannya (Suharsono 2003). Kategori kelimpahan suatu genus ditetapkan melalui persamaan sebagai ER berikut: U dimana: N IV I TV = FR + DR + SoC +HC TV = Total Value (total nilai) FR = nilai dari frekuensi relatif DR = nilai dari dominansi relatif SoC = nilai dari size ofcolony HC = nilai dari rata-rata persentase penutupan karang keras. Nilai-nilai komponen FR, DR, SoC, dan HC yang dimasukkan kedalam persamaan di atas bukan nilai sebenarnya, akan tetapi mengikuti standar yang disajikan pada TabeI 3.5. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 68 41384.pdf TabeI3.5. Interval Data Hasil Analisis dan Skala, Bobot, Serta Nilainya untuk Masing-Masing Kategori (Suharsono 2004) Kategori I FR DR SoC TE R HC,;25% 25%< HC,;50% 50%<HC,;75% HC>75% Nilai I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 2 2 2 2 2 4 6 8 I 2 3 4 I 2 3 4 I I 1 I I I I I I I I 2 3 4 1 2 3 4 I I S HC Robot BU FR';0.08% 0.08% < FR,; 0.34% 0.34% < FR ,; 1.40% FR> 1.4% DR,; 0.07 % 0.07% < DR,; 0.28% 0.28%<DR';I.2I% DR> 1.21% SoC,; 16.09cm 16.09cm< SoC'; 21.73cm 21.73cm < SoC,; 29.34cm SoC> 29.34cm Skala KA Interval SI TA Berdasarkan hasil analisis nilai Total Value (TV), rekomendasi pengelolaan untuk masing-masing genus karang keras dapat ditentukan melalui klasifikasi ER yang disajikan pada TabeI3.6. U N IV Tabel3.6. Klasifikasi Nilai TV Serta Kriteria Kelimpahan Serta Rekomendasi Pengelolaannya (Suharsono 2004) Kriteria kelimpahan Rekomendasi pengelolaan Interval nilai TV 17 -20 Sangat umum ditemukan Pemanfaatan diperbolehkan 14-16 Umum ditemukan Pemanfaatan diperbolehkan dengan pengaturan 11- 13 Tidak umum ditemukan Pemanfaatan terbatas 8 -10 Langka Pemanfaatan dibatasi sangat ketat Sangat langka Tidak dimanfaatkan 5-7 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 69 41384.pdf 2. Kondisi Ikan Chaetodontidae Kondisi ikan Chaetodontidae dilihat dari kelimpahan individu, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut: a. Kelimpahan Kelimpahan tiap jenis di stasiun penelitian digambarkan dengan melihat KA komposisi dan kelimpahan jenis. Kelimpahan ikan didefinisikan sebagai jumlah BU individu satu jenis per meter kuadran dalam setiap stasiun penelitian. Kelimpahan ikan Chaetodontidae melalui pendataan visual sensus sepanjang transek 60 m, TE R lebar 5 m (60 x 5 = 300 m 2 ) dihitung dengan rumus: N= In; TA S I A IV ER SI Keterangan: N;: Kelimpahan ikanjenis ke-i (individu/250 m2 ). n; : Jumlah ikan jenis ke-i A : Luas transek (250 m2 ) N b. Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H') U Keanekaragaman adalah suatu gambaran secara matematis keadaaan komunitas organisme untuk mempennudah dalam menganalisis individu dan biomas. Keanekaragaman ikan Chaetodontidae dengan menggunakan indeks Shanon Wiener (Odum, 1993): , S H =- L (pi In Pi) i=1 Keterangan H' = Indeks keanekaragarnan Shanon Wiener s = Jumlah spesies ikan karang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 70 41384.pdf pi = n/N (Proposi jumlah ikan karang spesies ke-i terhadap jumlah total ikan karang pada stasiun pengamatan N = Jumlah total individu nj = Jurnlah total individu i =1,2,3, ,n Kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman jenis adalah sebagai berikut: TabeI3.7. Klasifikasi Indeks Shanon Wiener Kriteria KA Nilai Indeks H' Keanekaragaman kecil, penyebaran rendah, kestabilan kornunitas rendah, tekanan ekologis kuat 1 <H' < 3 Keanekaragaman sedang, penyebaran sedang, kestabilan kornunitas sedang, tekanan ekologis sedang H'>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabilan kornunitas tinggi, tekanan ekologis tinggi SI TA S TE R BU H' < I c. Indeks Keseragaman Jenis lkan (E) ER Indeks keseragaman (E) rnenggambarkan ukuran jurnlah individu antar IV spesies dalam suatu kornunitas. Sernakin rnerata penyebaran individu antar spesies U N rnaka keseirnbangan ekosistern akan rnakin rneningkat. Perhitungan Indeks keseragaman (E) adalah sebagai berikut: E= H HI mal' ; H' max = logzS Keterangan E = Indeks Keseragaman H' = Indeks Keanekaragaman S = Jumlah spesies dalam kornunitas Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 71 41384.pdf Nilai indeks keseragarnan antara 0 - 1 dengan kriteria sebagai berikut : o < E :s 0,5 = Keseragarnan kecil, komunitas tertekan 0,5 < E:s 0,75 = Keseragarnan sedang, komunitas labil 0,75 < E:s 1 = Keseragarnan tinggi, komunitas stabil Dari kisaran nilai ini terlihat semakin kecil nilai indeks keseragarnan (E), semakin kecil pula keseragarnan populasi yang berarti penyebaran jumlah KA individu setiap jenis tidak sarna dan ada kecenderungan populasi di dominasi oleh jenis organisme tertentu. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai keseragaman S d. Indeks Dominansi Jenis Ikan (C) TE R tidak ada jenis tertentu yang dominan. BU tinggi (mendekati I), maka dapat dikatakan bahwa populasi menyebar merata dan TA Indeks dominansi menunjukkan jenis ikan yang paling dominan ditemukan SI pada luasan stasiun pengamatan. Menurut Odum (1993), untuk menghitung nilai U N IV ER indeks dominansi digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan C Pi N nj s = Indeks dominansi = (n;lN) = Jumlah = = total individu Jumlah individu ke-i 1,2,3,..... s Kisaran nilai indeks dominansi adalah 0 - I, jika nilainya mendekati 0 (0 ­ 0,50) berarti harnpir tidak ada spesies/genera yang mendominasi dan apabila nilai indeks dominansi mendekati 1 (0,51 - I) berarti ada salah satu spesies/genera yang mendominasi populasi (Krebs 1989). Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 72 41384.pdf 3. HubunganTutupan Terumbu Karang Dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae Hubungan persentase tutupan karang dengan kelimpahan farnili dan kelimpahan per spesies ikan Chaetodontidae dianalisis Koefisien korelasi Pearson (r) dengan menggunakan software SPSS 16. Rumus koefisien korelasi Pearson (r) TE R BU KA menurut Hasan (2004) adalah sebagai berikut: S Keterangan : SI TA r = koefisien korelasi Pearson x = variabel bebas (tutupan karang) ER Y = variabel terikat (kelimpahan ikan kepe-kepe) IV Sugiyono (2006) menyatakan bahwa untuk dapat menafsirkan apakah N koefisien korelasi yang ditemukan bemilai besar atau kecil maka harus U berpedoman pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 SangatKuat Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 73 41384.pdf Kemudian hasil korelasi tersebut diuji dengan uji t-student untuk mengetahui tingkat signifikansinya. Menurut Hasan (2004) rumus Uji t adalah : ,-­ i n-Z t = r i-2 "-J dengan db = n-2 l-r Setelah memenuhi syarat signifikan maka dilanjutkan dengan anaIisis KA regresi dengan menggunakan software SPSS 16. Regresi bertujuan untuk menguji BU hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang TE R dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen (y), sedang variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen (x). Dalam TA S penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kelimpahan farnili dan per spesies ikan Chaetodontidae. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan SI satu variabel independen disebut regresi sederhana. Model persamaanya dapat Y=a+~X U N IV ER digambarkan sebagai berikut (Nugroho, 2005) : Dalam menginterpretasi model regresi digunakan koefisien detenninasi (R2 ). Koefisien deteminas imenunjukkan berapa besarnya perubahan pada variabel dependent yang dijelaskan oleh variabel independent. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI T AS TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U N IV ER SI TA S TE R BU KA 41384.pdf Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 41384.pdf BABV SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengarnatan dan pengoJahan data yang didapat di lapangan, serta pembahasan yang telah dilakukan, dapat diarnbil kesimpulan sebagai berikut: KA (1) Presentase penutupan karang keras berkisar antara 51,80 - 67,77 % dengan BU rata-rata sebesar 58,61 %, ini berarti secara umum kondisi terumbu karang R di perairan Pulau Karang Bongkok berada dalarn katagori baik. TE (2) Teridentifikasi 12 spesies ikan Chaetodontidae berasal dari 4 genera dengan SI TA S kelimpahan 68 ind/300 m2 (kedalarnan 3 m) dan 61 ind/300 m2 (kedalarnan 10 m). Keanekaragarnan ikan Chaetodontidae termasuk dalarn katagori sedang. Chaetodon octofasciatus memiliki kelimpahan yang tertinggi dan ER presentase kehadiran yang tertinggi pada semua stasiun pengarnatan. N IV (3) Terdapat korelasi positif antara kondisi terumbu karang dengan kelimpahan U ikan Chaetodontidae di perairan Pulau Karang Bongkok (4) Terumbu karang di perairan Pulau Karang Bongkok termasuk dalarn kriteria langka dan tidak umum ditemukan, sehingga direkomendasikan pemanfaatan­ nya hams dibatasi sangat ketal. B. SARAN (1) Bentuk pengelo1aan ekosistem terumbu karang dan ikan Chaetodontidae secara terpadu dan berkelanjutan yang diusulkan adalah pengelolaan berbasis ekosistem dan konservasi dengan titik penekanan pada habitat dan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 126 41384.pdf sumberdaya ikan Chaetodontidae antara lain: (1) rehabilitasi habiat dengan program transplantasi coral encrusting yang menjadi ciri keberadaan ikan Chaetodontidae (2) pengaturan penangkapan. (2) Perlu adanya perhatian khusus dari beberapa instansi seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata dan instansi terkait lainnya terhadap pengelolaan terumbu karang yang berbasis konservasi di Pulau KA Karang Bongkok dan memberikan sosialisasi akan pentingnnya ekosisitem BU terumbu karang bagi kelangsungan hidup biota lain yang berasosiasi R dengan terumbu karang. TE (3) Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut antara hubungan kelimpahan AS jenis ikan Chaetodontidae dengan bentuk pertumbuhan terumbu karang SI T dan menganalisis perut ikan Chaetodontidae U N IV E R karang yang dimakan. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka untuk mengetahui jenis 41384.pdf DAFTARPUSTAKA Adrim, M. & Hutomo, M. (1989). Species Composition. Distribution and Abudance of Chaetodontidae along Reef Transects in the Flores Sea. Jakarta: Center for Oseanological Recearch and Devolopment Indonesia Insitut of Science. Ancol Timur Jakarta. Indonesia. Adrim, M. (1983). Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode Pengkajiannya. Materi Kursus Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Jakarta: Puslitbang Oceanografi. LIPI. BU KA Adrim, M., Hutomo, M. & SUharti, S.R. (1991). Chaetodontid fish community structure and its relation to reef degradation at the Seribu Islands reefS. Indonesia. Proceeding of the regional symposium on living resources in coastal areas, 163-174. S TE R Alin, P.M., Sammarco, P.W. & Coli, J.C. (1988). Studies of the feeding preferences ofChaetodon melannotus (Pisces) for soft corals (Coelenterata: Octocorallia).Procedings of the 6th International Coral Reef Symposium Australia, (3), 31- 36. SI TA Allen, G.R. (19790. Butterfly and Anggelfishes of the world. New York: John Wiley & Sons, ER Allen, G. (2001). Tropical Reef Fishes of Indonesia. Singapore: Periplus Nature Guides. N IV Alpert, P. (2004). Managing The Wild: Should Stewards be Pilot? Frontiers in Ecology and The Environtment. Issue, 9 (2), 494-495. U Anderson, G.R.V., Ehrlich, A.H., Ehrlich, P.R., Roughgarden, D.B., Russel,. C. & Talbot, F.H. (1981). The Community Structure of Coral Reef Fishes. American Naturalist. (I 17),476-495. Azhar, I. & E.N. Edinger. (1996). Ekotipologi Terumbu Karang pada Perairan Pulau Cemara Kecil, PuIau Menyawakan dan Gosong Cemara, Taman Nasional Laut Karirnujawa. Semarang : Sub BKSDA Jawa Tengah dan Universitas Diponegoro - McMaster University Project. BOOan Pusat Statistik. (2008). Administratif Kepulauan Seribu Baker, V.J., Moran, P.I., Mundy, C.N., Reichelt, R.E. & Speare, P.I. (1991). A guide to the reef ecology database. The Crown-ol-Thorns Study. Townsville: Australia Institute of Marine Science. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 128 41384.pdf Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. (2007). Buku Panduan Jenis - Jenis Karang Hias Hasil Transplantasi Yang Diperdagangkan Di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jakarta: BTNKpS. Barnes, R.D. (1980). Invertebrate Zoology (Fourth cd.). Tokyo: Holt -Saunders International Editions. Bawole, R. (1998). Distribusi Spasial Ikan Chaetodontidae Dan Peranannya Sebagai Indikator Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Teluk Ambon. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. BU KA Bawole, R., Eidrnan, M., Bengen, D.G. & Suharsono. (1999). Distribusi spasial ikan Chaetodontidae dan peranannya sebagai indikator kondisi terumbu karang di perairan Teluk Ambon. Jurnal llmu-ilrnu Perairan dan Perikanan TE R Bell, J.D. & Galzin, R. (1984). Injluence ofLife Coral Cover on Coral Reef-Fish Communities. Marine Ecology Progress Series. (15), 265-274. AS Bell, J.D., Harmelin,V. & Galzin, R. (1985). Large Scale Spatial Variation in Abudance of Butterflyfishes (chaetodontidae) on Polynesia Reefs. Tahiti: Proceeding ofthe 5th International Coral ReefCongress. R SI T Bengen, D.G. (2001). Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Ke1autan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. IV E Birkeland, C. (1997). Life and death ofcoral reefs. Australia: Chapman and Hall publishers. U N Birkeland, C. (2004). Identification of Reef Building Corals. Diambil 03 Januari 2011, dari situs World Wide Web http://www.hawaii.edu/coralJcoralid.htm. Boaden, PJ. S. & Seed, R. (1985). An Introduction to Coastal Ecology. Glasgow: Blackie & Sons Ltd. Bouchon-Navaro, Y. & Bouchon, C. (1989). Correlations between chaetodontid fishes and coral communities of the Gulf of Aqaba (Red Sea). Environmental Biology of Fishes, (25), 47-60 Burges,W.E. (1978). Butterjlyfishes of the World. Nepture City: T.F.H. Publication. Burke, 1., Selig, E. & Spalding, M., (2002) Terumbu Karang Yang Terancarn Di Asia Tenggara (Ringkasan untuk Indonesia), Amerika Serikat: World Resources Institute, Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 129 41384.pdf Crosby, M.P., Gibson, G.R. & Potts, K.W. (Ed). (1996). A coral reef symposium on practical reliable, low cost monitoring methods for assessing the biota and habitat conditions ofcoral reeft. Office of Ocean and Coastal Resource Management, National Oceanic and Atmospheric Administration. January 26-27 1995. Silver Spring. MD. Crosby, M.P. & Reese, E.S. (1996). A manual for monitoring coral reeft with indicator species: Butterflyfishes as indicator of change on Indo Pacific reeft. Silver Spring, MD: Office of Ocean and Coastal Resource Management, National Oceanic and Atmospheric Atmospheric. KA Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P. & Sitepu, M.J. (1996). Pengelolaan Sumberdaya Wi/ayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramitra. TE R BU Departemen Kelautan dan Perikanan. (2002). Petunjuk Pelaksanaan Transplantasi Karang. . Jakarta: Direktorat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. DKP. SI TA S Departemen Kelautan dan Perikanan. (2002). Petunjuk Pelaksanaan Transplantasi Karang. Direktorat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta: Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. DKP ER Departemen Kelautan dan Perikanan. (2004), Kepmen Kelautan dan Perikanan No. KEP.38/MEN/2004, Pedoman Pengelolaan Terumbu Karang Buatan. Jakarta: Ditjen., KP3K- DKP N IV Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. (2007). Monitoring dan Evaluasi Dalam Rangka Sea Farming Di Kepulauan Seribu. Jakarta: Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. U Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. (2007). Pembentukan Kelompok APL (Areal Perlindungan Laut) Baru Di Kepulauan Seribu. Jakarta: Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. (2007). Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap DK! Jakarta Tahun 2006. Jakarta: Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut. (2006). Pedoman Pelaksanaan Transplantasi Karang. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. Effendie, M.l. (1997). Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 130 41384.pdf English, S., Wilkinson, C. & Baker, V.(I997). Survey Manual for Tropical Marine Resources 2nd edition, Townsville-Australia: Australian Institute of Marine Science. English, S., Wilkinson, C. & Baker, V. (1994). Survey Manual For Tropical Marine Recources. ASEAN-Australia Marine Science Project : Living Coastal Resources. Townsville: Australian Institute of Marine Science. Fishbase. (2012). Chaetodontidae Fish. Diambil 03 Januari 2011, dari situs World Wide Web http://www. Fishbase.org. BU KA Gomez, E.D. & Yap H. Y. (1988). Monitoring Reef Condition. Dalam Kenchington, R.A. & Hudson. B.E.T. (Ed), Coral Reef management handbook. Jakarta: UNESCO Regional office science and technology for southeast asia, 187-195. R Goreau, T. F., Goreau, N. I. & Goreau, T. J. (1982). Corals and Coral Reefs in the Sea. San Francisco: W. H. Freeman and Company. TE Hasan, 1. (2004). Analisis Data Penelitian Dengan S/a/is/ik. Jakarta: Bumi Aksara. TA S Hourigan, T.F., Tricas, T.C. & Reese, E.S. (1988). Coral reeffishes as indicators of environmental stress in coral reefs. Dalam Soule, D.F. & Kleppel, G.S. (Ed), Marine Organisms as Indica/ors. New York: Springer Verlag,107-135 IV ER SI Hukom , F. D. (2001). Asosiasi Antara Komunitas Ikan Karang (Family Chaetodontidae) Dengan Bentuk Pertumbuhan Karang Di Perairan Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI. U N Hukom, F. D. & Bawo1e, R. (1997). Family Chae/odon/idae Sebagai Ikan Indika/or Di Daerah Terumbu Karang. Jakarta: Lonawarta. Hukom, F. D. (1994). Asosiasi An/ara Komunilas Ikan Karang (Famili Chae/odonlidae) Dengan Benwk Per/umbuhan Karang Di Perairan Kepulauan Derawan Kaliman/an Timur. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI. Hutomo, M., Suharti, S.R. & Harahap, I.H. (1991). Spatial Variability in the Chaetodontid Fish Community Structure of Sunda Strait Reefs. Proceeding of the Regional Symposium on Living Resources in Coastal Area, Philippine. Hutomo, M. & Adrim, M. (1986). Distribution of Reef Fish Along Transect in Bay of Jakarta and Kepulauan Seribu. In: B.E. Brow. Human Induced Demage to Coral Reefs. UNESCO Report. Mar.Sci . (40), 135-156. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 131 41384.pdf Indah. (2008). Analisis Ekosistem Terumbu Karang Untuk Pengembangan Ekowisata Di Kelurahan Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor Kaandorp, J.A. (1999). Morphological Analysis of Growth Forms of Branching Marine Sessile Organisms Along Environmental Gradients. Mar BioI (134), 295-306. Krebs, C.J. (1989). Ecological methodology. New york: Harper Collins. Kuncoro, E. B. 2(004). Akuarium Laut. Yogyakarta: Kanisius. KA Legendre, L. & Legendre, P. (1983). Numerical Ecology. New York: Elsevier. BU Lieske, E. &. Myers, R. (1994). Reef Fishes Of The World. Singapore: Periplus Editions. TE R MacKay & Kenneth, T. (2003). Marine Biodiversity. United Kingdom: Director Institute of Marine Resources. SI T AS Madduppa, H.H. (2006). Kajian Ekobiologi Ikan Kepe-Kepe (Chaetodon ctofasciatus. Bloch 1787) Dalam Mendeteksi Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Petondan Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. IV ER Maharbhakti, H.R. (2009). Hubungan Kondisi terumbu Karang Dengan Keberadaan Ikan Chaetodontidae Di Perairan Pulau Abang, Batam. Tesis Sekolah Pascasarjana InstilUi Pertanian Bogor. Bogor U N Makatipu, P. C. (2001). Studi Pendahuluan Komunilas Ikan Kepe-Kepe (Chaetodontidae) Di Perairan Terumbu Karang Selat Lembeh, Bilung, Sulawesi Utara. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI. Manuputty, A.E.W., Djuwariah. (2009). Panduan metode point intercept transect (pIT) untuk masyarakat. Studi Baseline dan Monitoring Karang di Lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Jakarta: COREMAP Il- LIPI. Meesters, E.H., Bak, R.P.M., Westmacott, S., Ridgley, M., Dullar, S. (1998). A Fuzzylogic Model to Predict Coral Reef Development Under Nutrient dan Sediment Stress. Cons Bioi (12): 957-965. Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2001). Kepmen LH No.4 Tahun 2001 tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 132 41384.pdf Moosa, M.K. (200 I). Terumbu Karang Indonesia dan permasalahan yang dihadapi. Makalah Seminar Nasional Terumbu Karang Indonesia. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta MucWis. (1998). Pertumbuhan Karang Acropora nobilis dan Acropora nosula Pada Kawasan Wisata Gili Manu dan Teluk Nara. Makalah disajikan pada Loka Karya Pengelolaan IPTEK Terumbu Karang Indonesia tanggal 23-23 November 1999. Jakarta: Forum Kajian Kelautan UNRAM. Nikijuluw, V.P.H., 2002. Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan. P3R.Jakarta. KA NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). (2001). Oil Spills in Coral Reefs. Planning dan responsen Considerations. BU Nontji, A. (2005). Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. TE R Nybakken, J.W. (1992). Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. AS Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. (diteIjemahkan oleh T. Sumingan dan B. Srigandono). SI T Ohman, M.C. (1998). Aspects of Habitat and Disturbance Effects on Tropical Reef Fish Communities. Doctoral Dissertation. Department of Zoology. Stockholm University U N IV ER Parrish, J.D. (1980). Effect of Exploitation Patterns upon Reef and Lagoon Communities, Proceedings of the Unesco Seminar on Marine and Coastal Processes in The Pacific. Dalam Munro, J.L., (Ed) , Ecological Aspects of Coastal Zone Management, Jakarta, Unesco Regional Office for Science and Technology for South-East Asia, 85-121. Pomeroy, R.S. & Williamns, M.J. (1994). Fisheries Co-management and Smallscale Fisheries. A Policy Brief. Fisheries Co-management Project. ICLARM. Rahman, A. (2007). Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Teluk Banten dan Upaya Pengelolaannya. Thesis Studi Magister Ilmu Kelautan. Universitas Indonesia. Jakarta. Reese, E.S. (1977). Coevolution of Coral and Coral Feeding Fishes of The Family Chaetodontidae. Proc. 3fd Int Coral Reef Symp (1),267-274. Reese, E.S. (1981). Predation on Corals by Fishes of The Family Chaetodontidae Implication for Conservation and Management of Coral Reef Ecosystems. Bulletin of Marine Science (31), 594·604. Romimohtarto, K. & Juwana, S. (2001). Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 133 41384.pdf Biota Laut. Jakarta: Djambatan. Romimohtarto, K. & Juwana, S. (2005). Biologi Laut. Jakarta: Djambatan. Sale, P.F. (2002). The Science We Need to Develop for More Effective Management, in Coral Reef Fishes: Dynamics and Diversity in a Complex Ecosystem. Dalam Sale, P.F. (Ed), USA: Academic Press, 361-376. Santoso, A.D. (2010). Kondisi Terumbu Karang di Pulau Karang Congkak Kepulauan Seribu. Jurnal Hidrosjir Indonesia, V. 5 (3), 73 - 78. KA Soule, D.F. & Kleppel, G.S. (Ed). (1988). Marine Organisms as Indicators. New York: Springer Verlag. BU Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. TE R Suharsono. (1999). Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang (Kerusakan Terumbu Karang Indonesia). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan OseanoIogi. LIPI. AS Suharsono. (2004). Jenis-jenis karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. LIPI. SI T Suharti, S.R. (2005). Ekologi Ikan Karang. Jakarta: Gramedia Pustaka. ER Suharti, S. R. (2003). Makalah Trining Course: Karakteristik Biologi Karang. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta: N IV Supriharyono. (2000). Djambatan. U Syahputra, D.E. (2009). Kajian Kondisi Terumbu Karang dan Ikan Manggaru (Lutjanus decussatus) Di Zona Pemukiman dan Zona Inti Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Tesis Sekolah Pascasarjana Insti{ut Pertanian Bogor. Bogor. Tharnrin. (2006). Karang, Biologi Reproduksi dan Ekologi. Pekan Baru: Penerbit Minamandiri Pres. TitaheIuw, S.S. (2011). Keterkaitan Antara Terumbu Karang dengan Ikan Chaetodontidae: Implikasi Untuk Pengelolaan. Jakarta. Tesis SekoIah PascasaIjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Veron J.E.N. (1986). Coral ofAustralia and the Pacific. Honolulu: University of Hawaii Press. Veron, J.E.N. (1996). The Biogeography and Evolution of the Scleractinia. In Space and Time. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 134 41384.pdf Westmacott, S., Teleki, K., Wells, S. & West, 1. (2000). Pengelolaan Terumbu Karang Yang Telah Memutih dan Rusak Kritis, Diterjemahkan oleh Jan Hanning Steffen IUCN, Gland Switzerland and Cambridge Inggris : Oxford Infonnation Press. White, A.T. (1988). Chaeotodon occurence relative to coral reef habitats in the Phipippines with implications for reef assessment. Proceedings of the 6th International Coral Reef Symposium Australia, V(2), 30 - 40. www.starfish.ch.llikan karang. Sabtu, 6 Februari 2010. pk1.13.35 WIB. KA Yayasan Terumbu Karang Indonesia. (2007). Pengenalan Ekosistem Pesisir. Modul Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) TE R BU Yayasan Terumbu Karang Indonesia. (2004). Panduan Dasar untuk Pengenalan Ikan Karang secara Visual Indonesia. Jakarta: Terumbu Karang Indonesia (TERANGI). Diambil 29 April 2010, dari situs World Wide Web http://terangi.or.idpublicationspdfuandikan.pdf. SI TA S Yusuf, Y. & Ali, A.B. (2004). The use of butterflyfishes (Chaetodontidae) as bioindicator in coral reef ecosystems. Dalam Phang S.M. & Brown M.T. (Ed), Biomonitoring of tropical coastal ecosystems. Kuala Lumpur: University of Malaya Maritime Research Center (UMMReC), 175-183 U N IV ER Zamani, N.P., Yusli W. & Rairnundus N. (201)1. Strategi Pengembangan Pengelolaan Surnberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio Cuning) Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Kepulauan Seribu. Jurnal Saintek Perikanan, V(6), 2, 38 - 51. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 135 41384.pdf Lampiran I. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedaiaman 3 meter TA S IV N U SI IX: OCA MA TA CA HA M 5C 5P W OT 5 R 51 WA RCK Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Jumltdl Koloni PrestlltQ.le Tulllplllt 10 1m I Kll1IIIIg (%) 10 30 13,83 I 3 3 7 1 I 3,62 0,00 0 [ 9,75 I I 1 2,90 16 23,52 1,38 I 1 I 3 4 9,15 0 0,00 0,00 0 3 4 1 8 9,12 3,87 2 I 3 0 0,00 0,00 0 17,62 17 4 3 4 II 10,22 3 2 I 6 7,40 2 2,50 [ I 2,50 2 0,00 0 0,00 0 0 0,00 0,00 0 10,35 5 4,65 I I 2 2 2 3,02 2,68 I [ 0,00 0 15,92 8 2 2 1,67 14,25 3 2 1 6 0,00 0 0 0,00 0,00 0 21 20 17 58 100,00 KA CB CM CE C5 CF CMR CME CIlL TUlllptIII KIl1IIIIg(cm) I 0 m I 1806 190 143 497 830 217 217 0 585 585 174 174 1411 83 83 300 249 549 0 0 258 189 100 547 103 129 232 0 0 1057 299 138 176 613 [00 276 68 444 150 150 138 12 0 0 0 0 621 114 165 279 181 181 161 161 0 955 100 100 260 357 238 855 0 0 0 2000 2000 2000 6000 R BU ACB ACT ACE ACS ACD ER Hard coral (Acropora) Bercabang (BrnochiJg) Seperti nrja (fabulate) Kerak (EncnNiJg) Submassive Digitale Hard coral (non Acropora) Bercabang (Branching Padal (Massive) Padal (Encrusting) Submassive 1.eDil3l1lll (Fom) Seperti JilIIIIr (Mushroom) Mil1epora He/iopora DwlScleractinia Karang mali (IK.Id Coral) Karang mali (Dead Com! Will A\la) Algae Macro alga Ttujalga Coralinc alga Halimeda alga KlIqluWI alga (A\1alAsserrb~) Other Fllllna Karang blak (50Jl Coral) Sponge Zooanlhids l.aiJrf<l (Otrer ) Abiolic Pasr(5aM) Pecallm karang (Rnbble) l.my1l' (51) M(Water) Batu(Rock) Total Kode TE Benthic lifeform 136 41384.pdf Larnpiran 2. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedalarnan 10 meter U N IV ER SI T AS TE R BU I Jumlah Koloni I'reJentase TUlMpan 1 H IJJJ I Karang ('-") 12 19 2 3 2 7 10,98 5,20 1 I 2 0 0,00 2 2 2,52 0,70 1 J 32,40 24 6,70 J I 2 7 2 2 11 20,25 0 0,00 1,93 1 2 3 221 5 2,25 0,90 2 2 0 0,00 0,37 1 1 9,87 6 3 2 1 3,20 6,67 I I I 3 1 0,47 0,47 1 1 0,00 0 0 0,00 0,00 0 0 0,00 7 8,17 1 2 2 5 7,47 0 0,00 0,00 0 1 2 0,70 I 8 29,70 2 I 3 10,75 2 2 1 5 18,95 0,00 0 0 0,00 0 0,00 22 20 16 58 100,00 KA TUlMptUI Karang(cm) J H m I 1164 Hani coral (Acropora) ACB 275 100 284 659 Bercabang (Brnn:biJg) 187 312 SepeJ1i nrja (fabulate) ACT 125 ACE 0 Kernk {fu:ruIting) ACS 151 151 Submassive ACD 42 42 DigitaJe 1944 Hani coral (non Acropora) Bercabang (Branching CB % 356 402 Padal (Massive) CM 602 421 192 1215 CE 0 Podat (Encrusting) CS 63 53 116 Submassive 54 50 31 135 LenDaran (Folilse) CF 54 54 SepeJ1i J3IllII' (MllIbroom) CMR 0 CME Milkpora CIIL 22 22 Heliopora Dead Scleractinia 592 192 Karang IlIIli (Dead Coral) OC 27 165 Karang IlIIli (Dead coral WIh~) OCA 105 158 137 400 Algae 28 28 28 Macro alga MA TA 0 Twfalga CA 0 Coraline alga ,Halimeda alga HA 0 0 KlIqlUhn alga (A\la! AsserIDbge) M Other Fauna 490 SC 157 181 11 448 Karang Imak (SoH Coral) SP 0 Sponge W 0 Zooanlhids OT 17 l.aimya (DIM) 25 42 Abiotic 1782 262 383 645 Pasi{SaOO) S R 465 472 200 1137 Pecahm karang (Rubbl:) SI 0 UIqltr (Si) 0 Ai(Warer) WA RCK 0 Batu{Rock) 2000 2000 2000 6000 Total Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Kodt Benlhic lifeform 137 41384.pdf Lampiran 3. Perhitungan Tutupan Benthic life form stasiun II kedalaman 3 meter 1057 N IV ER SI OC 299 138 176 613 OCA 100 276 68 444 150 150 MA 138 12 TA 0 CA 0 HA 0 AA 0 621 114 165 279 SC SP 181 181 7f) 161 161 OT 0 955 100 S 100 R 260 357 238 855 SI 0 WA 0 M(Water) RCK Batu(Rock) 0 2000 2000 2000 6000 Total Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka U KA JUmiah KoIOIIi PresentQSe T"/upan Karang (%) I IIIml I. 10 30 13,83 I 3 3 7 1 I 3,62 0,00 0 I I 9,75 2,90 1 1 23,52 16 1,38 J 1 I 3 4 9,15 0,00 0 0,00 0 9,12 3 4 1 8 2 1 3 3,87 0,00 0 0,00 0 17,62 17 4 3 4 11 10,22 7,40 3 2 I 6 2,50 2 I I 2 2,50 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 10,35 5 4,65 1 1 2 3,02 2 2 2,68 1 I 0,00 0 15,92 8 1,67 2 2 14,25 321 6 0,00 0 0,00 0 0,00 0 100,00 21 20 17 58 BU R CB CM CE CS CF CMR CME CHL TE ACB ACT ACE ACS ACD TA Hard coral (Acroporo) Bercabiq\ (Braoching) Seperti m:ja (Tabulate) Kernk (Fmmtilg) ISubmassive Digitate Hard corol (non Acroporo) Bercabang (Branching ,Pada! (Massive) Pada! (Encrusting) Submassive LenDaran (Folilse) Seperti Jaou (Mmbroom) Millepora Heliopora Dtail Sderoctinia K~ rmti (Dead Coral) Karangrmti (Dead Cornl W~~) Algae Macro alga Turfalga Coraline alKa Halimeda alga KlIIllukm alga (~AsseIIDbge) Other F/lUna Karnng bIak (Soft Coral) Sponge Zooanthids l.aimya (Ot!l:r ) Abiotic Pasi (SarxI) Pecahan kanmg (Rubbl:) 1.Hqlll" (Sil) Tu/upan Karang(cm) I II m I 1806 190 143 497 830 217 217 0 585 585 174 174 1411 83 83 249 549 300 0 0 258 189 100 547 103 129 232 0 0 S Kodt Benthic lifeform 138 41384.pdf Lampiran 4. Perhitungan Tutupan Ben/hic life form Stasiun II kedalaman 10 meter Tulllp(I/f Karang(cm) m I CB CM CE CS CF CMR CME CHL 42 250 307 160 421 S 207 430 379 110 TA DC DCA 193 200 190 131 MA TA CA HA M 10 SC SP W OT 80 S R 51 WA RCK 1760 1138 522 100 0 0 2306 292 888 0 0 1016 0 110 0 714 193 521 119 0 10 0 0 109 251 141 110 0 0 850 210 TE R 330 450 358 130 200 192 100 I H 109 61 110 mI 2 3 2 I 1 3 2 14 7 5 2 0 0 23 4 8 0 0 9 0 2 0 14 3 11 3 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 7 2 5 0 0 0 61 KA H Jumlolt Koloni I 3 3 2 3 BU I ACB ACT ACE ACS ACD ER U N IV , Hard corol (Acropora) Bercabang (Bnmcbilg) Seperti meja (fabulate) Kernk (EncJwtiIg) Suhmassive Digitate Hard coral (non Acropora) Bercabang (Branching Padat (Massive) Padat (E=ting) Suhmassive Leni>aran (F000se) Seperti Jamur (MU'lbroom) MilJepora Heliopora Dead Sderadinia Karang mati (Dead Corn!) Karang mati (Dead corn! WiIh~) Algae Macro alga Turfalga Coraline alga Halimeda alga K~uIan alga (Algal Asseni>lage) Other Fauna Karang Wnak (Soft Corn!) Sponge Zooanthids Laimy.l (Other) Abiotic Pasi (Sand) Pecahan klirq (Rubbk) KOlle SI Benthic lifeform 3 4 2 2 3 3 4 4 I 2 110 100 1 1 291 100 249 640 3 1 1 0 ~ur(Si) 0 Ai (Water) Batu(Rnck) 0 2000 2000 2000 6000 24 19 18 Total Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka PreseJItase Tu/upan Karon!!(%) 29 18,97 8,70 1,67 0,00 0,00 38,43 4,87 14,80 0,00 0,00 16,93 0,00 1,83 0,00 11,90 3,22 8,68 1,98 0,00 0,17 0,00 0,00 1,82 4,18 2,35 1,83 0,00 0,00 14,17 3,50 10,67 0,00 0,00 0,00 100,00 139 41384.pdf Larnpiran 5. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedalarnan 3 meter JumJah Koioni Presentase Tutupan I II III I Karang(%) 23 13 12,00 3 3 I 7 I 1 2 4,32 I 1 2 3,12 1 1 1,77 2,00 1 1 23 32,37 0,00 0 11,22 4 3 1 8 2 2 1,73 1 1 1,82 5,82 3 3 6 11,78 2 2 2 6 0,00 0 0,00 0 19,03 12 4,62 1 2 3 14,42 4 3 2 9 3,67 3 1,23 1 1 0,00 0 0,00 0 0 0,00 1 2 2,43 1 8,42 9 4,38 2 1 1 4 2 2 4 2,83 1 1 1,20 0,00 0 13,32 9 2 3 2,98 I 10,33 1 2 3 6 0,00 0 0,00 0 0,00 0 100,00 22 25 22 69 U N IV ER SI TA S TE R BU Kode KA Tutupon Karong(cm) I n III I Hard coral (Acropora) 1392 ACB 300 236 184 720 1Je~ (Brnn:hDJg) Sepertim:ja (Tabulate) ACT 190 69 259 Kerak (EocnBting) ACE 124 63 187 ACS 106 106 Submassive Digitate ACD 120 120 Hard coral (non Acropora) 1942 Bercabang (Branching CB 0 Padat (Massive) CM 230 335 108 673 Padat (Encrusting) 104 104 CE Submassive 109 109 CS l.enDaran (FoliJse) CF 200 149 349 Seperti JaIIIII' (Mushroom) CMR 440 104 163 707 MiOepora CME 0 Heliopora CHL 0 Dead SderacJinia 1142 63 214 277 K~ IllIti (Dead Com!) DC DCA 440 104 321 865 ~ IllIti (lXad coral Will A\Ja) 220 Algae 74 74 Macro alga MA TA 0 Twia/ga CA Coraline alga 0 ,Halimeda alga HA 0 146 146 KlJI1lulan $. (Algal AsselliJbge) AA Other Fauna 505 K~ bJak (Soft Com!) SC 90 143 30 263 66 104 170 SP ISponge Zooanthids ZO 72 72 OT 0 Laimya (Otrer) 799 Abiotic Pasi- (Sazxl) 139 179 S 40 R 70 272 278 620 Pecahm~(Rubbk:) illq>ur (Sik) SI 0 AI (Water) WA 0 Batu(RDck) RCK 0 2000 2000 2000 6000 Total Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Benthiclifeform 140 41384.pdf Lampiran 6. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedalaman 10 meter Jum/ah Koioni Presentuse Tutupan Karang ('10) I H ill I 12 6 1,50 1 1 5,67 2 2 4,50 2 2 0,00 0 0,33 1 1 21 46,75 I I 0,33 2 7 10,28 5 2 6,67 2 0,00 0 21,58 3 3 I 7 7,88 1 2 1 4 0 0,00 0,00 0 15,58 12 2 2 1,67 4 4 2 10 13,92 2,28 I 0,00 0 0 0,00 0 0,00 0,00 0 2,28 I I 13 10,97 I 3 4 3,32 2,65 4 6 2 0,83 I 1 2 2 4,17 12,42 8 I 4,00 3 4 8,42 I I 2 4 0,00 0 0,00 0 0 0,00 100,00 19 15 27 61 I U N IV E R SI T AS TE R BU Kode KA Tutupan Karang(cm) I n ill I 720 Hard coral (Acropora) 90 90 ACB BercabaIql (Branching) ACT 340 340 Sepertim:ja (Tabulate) Kerak (Encnl;ting) ACE 270 270 ACS 0 Submassive ACD 20 20 Digitate Hard coral (non Acropora) 2805 20 Bercabang (Branching CB 20 121 617 IPallat (Massive) CM 496 Padot (Encrustinr) CE 400 400 0 Submassive CS l.enDarnn (FoOOse) CF 485 770 40 1295 Seperti JilIllJr (Mushroom) CMR 20 430 23 473 Miilepora 0 CME Heliopora CIIL 0 935 Dead Scleraainia Karang mati (Dead Coral) 100 100 DC Karangmati (Dead coral WJth~) DCA 400 240 195 835 137 Algae Macro alga MA 0 Turfalga 0 TA Coraline alga 0 CA Halimeda alga HA 0 KlIq>uIan alga (Algal AsseoDilge) 137 137 AA Other Fauna 658 Karang Wak (Soft Coral) SC 40 159 199 Sponge SP 55 104 159 Zooanthids 50 50 W 250 250 Lainya (O~r ) OT 745 Abiotic 180 240 Pasir (Saro) S 60 Pecahan karang (Rubble) R 84 110 311 505 SI Ltrq>ur (Silt) 0 Ai" (Water) WA 0 Batu(Rock) 0 RCI 2000 2000 2000 6000 Total Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Benthiclifeform 141 41384.pdf Larnpiran 7. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun IV kedalarnan 3 meter Jum/ah Koloni l're5ell1ase Tutupon Karang(%) 1 H mL 14 25 2 1 1 4 13,85 I 4,00 I 0 0,00 3,93 4 1 5 1 1 2 4 3,47 47 37,20 12,77 3 2 1 6 4 2 2 8 11,10 0,00 0 4,82 I 3 5 9 1,95 1 5 1 7 4,17 7 2 3 12 0,00 0 2,40 3 2 5 15,72 10 0,00 0 4 3 3 10 15,72 4 1,38 1 1,38 3 4 0,00 0 0,00 0 0 0,00 0,00 0 14 10,77 9,52 6 2 1 9 4 4 0,72 0,00 0 1 1 0,53 9,68 3 9,68 2 1 3 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0 0,00 100,00 38 23 31 92 U N IV ER SI TA S TE R BU Kode KA Tutupan Karang(cm) 1 H m L Hard coral (Acropora) 1515 ACB 303 181 347 831 Ilercab~ (Braoching) 240 ACT 240 Sepertim:ja (fabulate) 0 ACE Kerak (FncrustiJg) 49 236 ACS 187 Submassive ACD 47 74 87 208 Digitate Hard coral (nOli Acropora) 2232 Bercabang (Branching CB 228 422 116 766 Padal (Massive) CM 252 175 239 666 Padat (EllCrUSting) CE 0 CS 44 87 158 289 Submassive leoDaran (Fooose) CF 13 83 21 117 Seperti JIIIIIlt (Mushroom) CMR 84 64 102 250 Millepora CME 0 CIIL 77 67 144 Heliopora 943 Dead Scleractillia Karang lIJIli (Dead Corn!) DC 0 DCA 227 278 438 943 Karang IIIIIi (Dead coral WIh~) Algae 83 44 83 Macro alga MA 39 TA Turfalga 0 Coraline alga CA 0 HA 0 Halimeda alga 0 KlIqlubn air;! (AJgalAssenillage) AA Other Faulla 646 Karang kmak (Soft Coral) SC 259 249 63 571 43 43 SP Sponge 0 Zooanthids ZO 32 32 Laimya (Oth:r ) OT 581 Abiotic 387 194 581 Pasi- (Sard) S 0 Pecahankarang (Rubble) R SI 0 Lwyu: (Silt) WA 0 Ai: (Water) 0 RCK Batu(Rock) 2000 2000 2000 6000 Total Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Benthic lifeform 142 41384.pdf Lampiran 8. Perhitungan Tutupan Benthic life form IV kedalaman 10 meter ill L Hard coro/ IAcropora) 175 l~ 100 128 310 93 100 Ben:abang (Brnncbing) ACB Seperti treja (fabulate) ACT Kerak (Fncrnsting) ACE Subnmsive ACS Digitale Am 21 Ben:abang (Branrhing CB Padat (Massive) CM 428 593 215 331 Padnt (Encruli/ing) CE Submassive CS LenIJaran (Foliose) CF 96 71 an. SI T Dtad Stlmctillia 110 TE Heliopara AS Mil/epara CMR CME 103 56 76 24 25 R Hard rani I non Acropon) 1200 381 531 100 0 188 1988 1021 546 0 186 127 108 0 0 813 27 ~ 50 156 Karang IlJlti (Dead coral With Alga) OCA 164 151 292 607 A/gae 100 MA !Macraalga 50 50 100 Turfalga TA 0 Coraline alga CA 0 Halimeda alga HA 0 AA KUllllulan alga (Algal AssenIJlage) 0 Other Fa/IJIII 337 KaJa11g hmak (Soft Coral) SC 35 99 64 SP Sponge 52 52 Zooanthids 20 0 lainnya (Other) OT 50 49 87 186 AbioRr 1562 S ,Pasir (Sand) 529 579 275 1383 Pecahan karang (Rubble) R 179 179 SI Lullllur (Silt) 0 WA Air(Water) 0 Batu (Ruck) RCK 0 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Karang IlJlti (Dead Coral) U N IV ER OC 1 I n III I 1 1 2 I 1 1 2 I 4 5 I I PmeIllilJt Tlllllpan L laroll/l (,,.I) 12 3 4 1 0 4 28 9 2 0 20 6,35 8,85 1,67 0,00 3,13 33,13 17,02 9,10 0,00 3,10 2,12 1,80 0,00 0,00 KA n BU 1 Seperti JaIIIlr (Musbro<lm) JlUlllah lololli TlIIIIpadlUGll/llcm) lode BeJllllic Iif< torm 4 7 II 2 I 1 2 1 1 4 0 0 8 4 3 1 I 1 2 4 2 I I 2 0 0 0 0 8 I I 2 I 1 0 2 3 5 9 4 3 I 8 1 I 0 0 0 13~5 3,43 10,12 1,67 lli7 0,00 0,00 0,00 0,00 5,62 1,65 0,87 0,00 3,10 26,03 23,05 2,98 0,00 0,00 0,00 143 41384.pdf Lampiran 9. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun I kedalaman 3 m dan 10m. A. Kedalaman 3 m ACB 5 1 1 1 1 4 ACT ACS ACD CB CM CF CMR 8 3 24 DR(%) 0.208 0.042 0.042 0.042 0.042 0.167 0.333 0.125 0.258 0.067 0.182 0.054 0.026 0.171 0.170 0.072 Jumlah Koloni ER N IV U 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bentos ACB ACT AC5 ACD CB CM CS CF CMR CHL Total H' Hmax 166.00 217.00 585.00 174.00 83.00 137.25 68.38 77.33 HC(%) 13.83 3.62 9.75 2.90 1.38 9.15 9.12 3.87 53.62 2.721 3.000 0.907 0.171 SI B. Kedalaman 10m No Rata2 SoC (em) TA S Total H' Hmax C E FR(%) KA 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Koloni BU Bentos TE R No Total Diameter Koloni (em) 830 217 585 174 83 549 547 232 3217 7 2 2 1 2 11 3 5 2 1 36 Total Diameter Koloni (em) 659 312 151 42 402 1215 116 135 54 22 3108 C E Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka FR(%) DR (%) 0.194 0.056 0.056 0.028 0.056 0.306 0.083 0.139 0.056 0.028 2.540 3.322 0.765 0.231 0.212 0.100 0.049 0.014 0.129 0.391 0.037 0.043 0.017 0.007 Rata2 SoC (em) 94.14 156.00 75.50 42.00 201.00 110.45 38.67 27.00 27.00 22.00 HC(%) 10.98 5.20 2.52 0.70 6.70 20.25 1.93 2.25 0.90 0.37 51.80 144 41384.pdf Lampiran ) o. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun)) kedalaman 3 m dan kedalaman 10 m. A. Kedalaman 3 m Total H' Hmax 4 3 1 3 3 15 B 3 40 DR(%) 0.100 0.075 0.025 0.075 0.075 0.375 0.200 0.075 0.167 0.120 0.051 0.089 0.051 0.274 0.199 0.049 Rata2 SoC (em) 165.25 157.33 203.00 116.67 66.67 72.27 98.00 65.00 KA ACB ACT ACE ACD CB CM CF CMR FR(%) BU 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Kalan; TE R Bentos C E HC (%) 11.02 7.87 3.38 5.83 3.33 18.07 13.07 3.25 65.82 2.735 3.000 0.912 0.173 IV ER SI B. KedaJaman 10 m. TA S I No Total Diameter Koloni (em) 661 472 203 350 200 1084 784 195 3949 No N ACB ACT ACE CB CM CF CME Total H' Hmax U 1 2 3 4 5 6 7 Bentos Jumlah Koloni 7 5 2 4 8 9 2 37 Total Diameter Koloni (em) 1138 522 100 292 888 1016 110 4066 C E Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka FR(%) DR (%) 0.1892 0.1351 0.0541 0.1081 0.2162 0.2432 0.0541 2.419 2.807 0.862 0.211 0.280 0.128 0.025 0.D72 0.218 0.250 0.027 Rata2 SoC (em) 162.57 104.40 50.00 73.00 111.00 112.89 55.00 HC (%) 18.97 8.70 1.67 4.87 14.80 16.93 1.83 67.77 145 41384.pdf Larnpiran 11. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun III kedalarnan 3 m dan kedalarnan 10m A. Kedalaman 3 m. 0.216 0.078 0.056 0.032 0.036 0.202 0.031 0.033 0.105 0.212 102.86 129.50 93.50 106.00 120.00 84.13 52.00 109.00 58.17 117.83 BU KA 0.194 0.056 0.056 0.028 0.028 0.222 0.056 0.028 0.167 0.167 R 7 2 2 1 1 8 2 1 6 6 36 Rata2 SoC (em) TE ACB ACT ACE ACS ACD CM CE CS CF CMR DR(%) FR f%) HC(%) 12.00 4.32 3.12 1.77 2.00 11.22 1.73 1.82 5.82 11.78 55.57 2.926 3.322 0.881 0.157 SI T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total H' Hmax C E Bentos Total Diameter Kalan; (em) 720 259 187 106 120 673 104 109 349 707 3334 AS No Jumlah Koloni ACB ACT ACE ACD CB CM CE CF CMR Total H' Hmax C E N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 U I Bentos IV No ER B. Kedalarnan 10m. Jumlah Koloni 1 2 2 1 1 7 2 7 4 27 Total Diameter Koloni (em) 90 340 270 20 20 617 400 1295 473 3525 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka FR (%) DR (%) 0.037 0.074 0.074 0.037 0.037 0.259 0.074 0.259 0.148 2.545 3.170 0.803 0.212 0.026 0.096 0.077 0.006 0.006 0.175 0.113 0.367 0.134 Rata2 SOC (em) 90.00 170.00 135.00 20.00 20.00 88.14 200.00 185.00 118.25 HC (%) 1.50 5.67 4.50 0.33 0.33 10.28 6.67 21.58 7.88 58.75 146 41384.pdf Larnpiran 12. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada Stasiun IV kedalarnan 3 m dan kedalarnan 10m A. Kedalarnan 3 m. Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total H' Hmax 4 1 5 4 6 8 9 7 12 5 61 ACB ACT ACS ACD CB CM C5 CF CMR CHL Koloni (em) 831 240 236 208 766 666 289 117 250 144 3747 C C5 CF CMR Total Jumlah ER N IV ACB ACT ACE ACD CB CM U 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total Diameter SI B. Kedalaman 10 m. Bentos DR (%) 0.033 0.016 0.006 0.016 0.098 0.066 0.016 0.016 0.115 0.049 0.222 0.064 0.063 0.056 0.204 0.178 0.077 0.031 0.067 0.038 RataZ SoC (em) 207.75 240.00 47.20 52.00 127.67 83.25 32.11 16.71 20.83 28.80 HC(%) 13.85 4.00 3.93 3.47 12.77 11.10 4.82 1.95 4.17 2.40 6Z.45 3.012 3.322 0.907 0.147 TA S E No FR (%) KA I Diameter BU Jumlah Kolonl TE R Bentos No Kolonl Kolani FR I%} DR (%) Rata2 SoC (em) HC (%) (em) 3 4 1 4 9 2 11 2 4 381 531 100 188 1021 546 186 127 108 40 3188 0.075 0.100 0.025 0.100 0.225 0.050 0.275 0.050 0.100 2.746 Hmax 3.170 C 0.866 0.185 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 127.00 132.75 100.00 47.00 113.44 273.00 16.91 63.50 27.00 6.35 8.85 1.67 3.13 17.02 9.10 3.10 2.12 1.80 53.13 H' E 0.120 0.167 0.031 0.059 0.320 0.171 0.058 0.040 0.034 147 41384.pdf Lampiran 13. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun I kedalaman 3 m dan 10m. A. Kedalaman 3 m. 3 ToW Kelimpahan (ind/15Om') ·umIah genus ·umIah jenis (S) 'umlah family H= jumlah ni/N*LN(niIN) E=HlLNS d=S·IILN N C tt tt %KJR 2717 2717 18.18 9.09 18.18 3 2 1 2 I 0.07 0.07 0.03 0.01 0.03 LN(niIN) ni/N.LN(niIN) ·{U5 -1.30 -1.30 -oJ5 -1.70 -OJ 1 -2.40 -0.22 -1.70 -oJI -8.41 -1.55 S TE R 012 TA 2 5 I 1.55 0.96 4.58 0.22 100 ni/N 0.27 0.27 0.18 0.09 0.18 KA Cbaetodon octofasciatus Chaelodon trifasciatus Chaetodon KIeinii Chaetodon baronessa Heniochus varius StasiWlI Pi' SI I 2 3 4 5 N BU Jenis No I I 2 3 4 5 6 7 Jenis N IV No Chaetodon octofasciatus Chaetodon KJeinii Chaetodon collare Chaetodontoplus mesoleucus Heniochus moooceros Heniochus pleurotaenia Chelmon rostratus U I ER B. Kedalaman 10m. Tola! Kelimpahan (ind/15Om2) ·umIah genus ·umlah jenis (S) umlah family H= jumlah ni/N*LN(niIN) E=H/LNS d=S-IILNN C N 1 3 1 1 %KJR 7.69 23.08 7.69 7.69 23.08 23.08 3 3 1 13 13 2 7 1 1.80 0.93 6.61 0.18 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 7.69 100 ni/N 0.08 0.23 0.08 0.08 013 013 0.08 I StasiWlI Pi' 0.01 0.05 0.01 0.01 0.05 0.05 0.01 0.18 LN(niIN) ni/N.LN(nilN) -2.56 -010 -1.4 -0.34 -0.20 -2.56 -2.56 -010 -0.34 ·1.4 -1.4 -0.34 -2.56 -0.20 ·14.66 -1.80 148 41384.pdf Lampiran 14. Perhitungan lkan Chaetodontidae Stasiun II keda1aman 3 m dan 10m. A. Keda1aman 3 m. C ER B. Keda1aman 10 m. Jenis No 4 5 6 7 8 2 2 22 22 2 8 1 2.05 0.99 7.68 0.15 100 I N Total Kelimpahan (indlI5Om') ·umlah genus ·umIahjenis(S) ·umIah familv H- jumlah ni/N'LN(nilN) E-HILNS 20 100 N IV 5 2 2 2 1 2 3 3 C ·16.87 ·2.05 -Q.31 .Q.27 ·0.27 .Q.22 ·0.27 .Q.27 ·0.22 .Q.22 Stasiun n Chaetodon octofasciatus Cbaetodon trifasciatus Cbaetodon oollare Chaetodon baronessa Cbaetodontoplus mesoleucus Heniochus monoceros Heniochus pleurotaenia Heniochus acmninatus d~-IILNN 0.13 KA 3 'YoKJR 25.00 10.00 10.00 10.00 5.00 10.00 15.00 15.00 U 1 2 3 3 2 3 0.033 0.019 0.019 0.008 0.019 0.019 0.008 0.008 SI T Total Ke\impahan (ind/15Om') umlah genus 'umIahjenis (S) ·...Iah family H~ jumlah niIN'LN(DiIN) E-HILN S d'=S·IILNN 3 0.18 0.14 0.14 0.09 0.14 0.14 0.09 0.09 BU 8 18.1S 13.64 13.64 9.09 13.64 13.64 9.09 9.09 m/N.LNlm/NJ R 7 4 "N(iii7N) ·1.70 ·1.99 ·1.99 -2.40 ·1.99 ·1.99 ·2.40 -2.40 TE 2 3 4 5 6 Chaetodon octofasciatus Chaetodon trifasciatus Chaetodon Kleinii Chaetodon oollare Chaetodon baronessa Heniochus vanus Heniochus pleurotaenia Chelmon rostratus StaslUD 11 <'I niIN .,.. ....K AS I N Jenis No 20 2 8 I 1.99 0.96 7.67 0.15 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka niIN 0.25 0.10 0.10 0.10 0.05 0.10 0.15 0.15 I 1'1 0.063 0.010 0.010 0.010 0.003 0.010 0.023 0.023 0.15 LN(niIN) niIN.LN(DiIN) -Q.35 -1.39 -Q.23 -2.30 -Q.23 -2.30 -Q.23 -2.30 -Q.15 -3.00 -Q.23 -2.30 -Q.28 -1.90 -Q.28 -1.90 -17.39 -1.99 149 41384.pdf Lampiran 15. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun 1II kedalaman 3 m dan 10m. A. Kedalaman 3 m. 4 3 2 4 2 18 Total Kelimpahan (indJI5Om') ·umIah genus 'umIahjenis(S) ·utalah family H~ jumlah niIN*LN(niIN) E-HILN S d=S-IILNN Jenis IV No Heniochus acuminatus Total 13 Kelimpahan (ind/15Om') 13 2 2 Chaetodon collare 5 U N Chaetodoo octofasciatus 3 4 N 3 2 4 2 2 I Heniochus varius Heniochus pleurotaenia 'umIah genus ·umIah jeDis (8) ·umIah family H- jumlah ni!N'LN(nilN) E= H1LN S d=S·lILN N C niIN 0.17 0.22 0.17 0.11 0.22 0.11 100 I 0.028 0.049 0.028 0.012 0.049 0.012 -2.20 niIN.LN(niIN) .0.30 -0.33 -0.30 -0.24 -0.33 -0.24 ·10.99 -I. 75 -1.79 -1.50 ·1.79 -2.20 -150 0.18 AS ER B. Kedalaman 10m. I 1.75 0.98 5.65 0.18 16.67 22.22 16.67 11.11 2212 11.11 SI T C 18 2 6 %KJR KA 6 3 BU 2 3 4 5 Chaetodon octofasciatus Chaetodon KJeinii Chaetndon baronessa Heniochus varius Heniochus monoceros Chelmon rostratus Stasiun ill Pi 2 LN(niIN) R I N TE Jenis No 6 I 1.56 0.87 5.61 0.24 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka %KJR 23.08 Stasiun ill Pi' LN(nilN) niIN -1.47 niIN.LN(nilN) 15.38 0.23 0.15 0.053 0.024 30.77 0.31 0.095 15.38 0.15 0.15 0.024 ·1.18 -1.87 0.024 -1.87 -il.34 -0.29 -0.36 -0.29 -0.29 1 0.22 ·816 -1.56 15.38 100 ·1.87 150 41384.pdf Lampiran 16. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun IV kedalaman 3 m dan 10m. A. Kedalaman 3 m. Total Kelimpahan (ind/15Om') umlah genus ·umIah jeni, (S) ·umIah family H- jumlah niIN'LN(niIN) E-HILNS ,""S-IILN N 17 100 3 17 2 7 1 1.89 0.97 6.65 0.17 0.18 0.18 0.06 0.12 0.12 0.18 0.18 LN(niIN) 1 niIN.LN(niIN) 0.03 0.03 0.00 0.01 0.01 0.03 0.03 -1.73 -1.73 -2.83 -2.14 -2.14 -1.73 -1.73 -1>.31 -1>.31 -1>.25 -1>.25 -0.31 -1>.31 0.16 -14.05 -1.89 -D.17 ER <­ 3 1 2 2 niIN KA 3 %KJR 17.65 17.65 5.88 11.76 11.76 17.65 17.65 BU 3 TE Cbaetodon octofasciatus Cbaetodon K1einii Cbaetodon baronessa Chaetodontoplus mesoleucus Heniocbus vanus Heniocbus acuminatus Chelmon rostralu, AS 2 3 4 5 6 7 Stasiun IV Pi' SI T I N Jenis R No IV B. Kedalaman 10m. Jeni, 2 3 4 5 6 Chaetodon octofasciatus Chaetodon trifasciatus Chaetodon caIlace Chaetodontoplus mesoleucus Heniochus pJewotaenia Heniochus acuminatus U I N No Total 2 Kelimpahan (ind/15Om ) ·umlah genus 'umlahjenis (S) 'um1ah family H- jumlah nilN'LN(niIN) E-HILNS d=S-I/LNN C N %KJR Stasiun IV Pi 2 LN(nilN) niIN niINLN(niIN) .j)17 2 13.33 0.13 0.018 -2.01 3 20.00 0.20 0.040 ·1.61 -0.32 4 26.67 02 0.071 -1.32 .j)J5 -2.01 -0.27 2 I3J3 0.13 0.018 2 13.33 0.13 0.018 -2.01 -1>.27 2 I3J3 0.13 0.018 -2.01 -0.27 15 100 I 0.18 -10.99 -1.75 15 2 6 1 1.75 0.98 5.63 0.12 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 151 41384.pdf Lampiran 17. Kelirnpahan Ikan Chaetodontidae (individu/300rn2 ) pada kedalaman 3 rn. I I No I I I 2 3 1--1--,-----2:::.Stas"Ti:::.un:::.3--,---~4·-----1r.;-urnlah I Jenis Chaeto-d--o-n-oc-t-ofi.-a-s-c/-·a-tus---+--'3'--+-4=--+-'3'---+'--3'--+---1-3--1 Chaetodon trifasciatus Chaetodon kleinii 3 2 3 3 0 3 6 12 Chaetodon collare 0 2 0 0 2 Chaetodon baronessa I 3 3 I 8 2 Chaetodontoplus mesoleucus 0 0 0 2 Heniochus varius 2 3 2 2 9 4 I 8 I Heniochus monoceros 0 0 4 0 Heniochus pleurotaenia 0 2 0 0 I 9 2 IO Heniochus acuminatus 0 0 0 3 3 11 Chelmon rostratus 0 2 2 3 7 '--'------+---t----t----t---'--I--_____1 BU KA 4 5 6 0 4 c-2-- S TE R I , U N IV ER SI TA Jurnlah Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka II 22 18 17 68 152 41384.pdf Lampiran 18. Kelimpahan ikan Chaetodontidae (individu/300m 2 ) pada kedalaman 10m No Jenis I 2 3 4 5 6 Chaetodon octofasciatus Chaetodon trifasciatus Chaetodon kleinii Chaetodon col/are Chaetodon baronessa Chaetodontoplus mesoleucus Heniochus varius Heniochus monoceros Heniochus pleurotaenia Heniochus acuminatus Chelmon rostratus Jumlah U N IV ER SI T AS 13 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 15 KA 20 BU 0 3 I 0 I 0 3 3 0 I 4 2 3 0 4 0 2 0 0 2 2 0 R 8 9 10 II I TE 7 I Stasiun 2 3 5 3 2 0 0 0 2 2 2 0 I 0 0 4 2 0 2 3 2 3 0 0 13 Jumlah 11 5 3 9 2 4 4 5 10 7 1 61 153 41384.pdf Lampiran 19. Nilai perhitungan ikan Chaetodontidae (Kepe-kepe) JmelL"r No pi DiM LN(DiMI niN.LNlniIN) ~l DiM LN(niIN) DiMIN(niIN) 1I 0191 O.OJ 165S ~316 0.180 0.OJ3 171l ~3lIJ 2 ChaetOOon lrifascialus 6 S O.~ 0.00l -L428 -0.21 0.1lI2 0.00 ·2.501 ~105 J ChaetOOoo K1cinii 12 3 0.17 O.OJ ·1735 ~.llij 0.040 0.00 ·3.012 ~.14! 4 ChaetOOon eolian: 2 9 0.02 0.001 ·3.516 ~J~ 0.141 0.021 1914 ~182 ) 2 0.1I 0.014 ·2J4( ~.252 O.OJ" D.OOi ·W8 ~.1U 6 ChaeIodoo~us mesoieulllS 8 2 4 O.O~ 0.00 1S26 ~JIJ4 0.1ij6 0.004 -ms ~J79 7 ~eniochus varius 9 4 0.13 0.018 ·1.0n -0.268 0.1ij6 0.004 -nJ79 8 ~eniocbus moooceros 4 S O.os 0.00 -2.8ll ~J67 0.1lI 0.00 -LID -2.501 9 ~eniochus pleurotaenia 2 10 O.~ 0.001 ·3.516 -nJIJ4 0.164 0.02 ·w -n.296 10 Heniochus acuminatus 3 7 0n41 0.00 -3.121 ~.1J8 0.115 0.0Il -L165 -0141 Oielmon ro~ratus 1 I OJ[ 0.011 ·2.27 ~.2JI 0.01 O.IDJ --I.ill -0.067 -21.7 -211 0.1 -2159 -21J .wnIah genus 3 IIDl!h jenis (s) .wnIah f!niIy II II I 211 0.92 10.7 I 213 0.9J 10.76 0.12 U C N ~liLNN IV ~oHiLNS TA 68 ~ jumIM DiM'LN(niIN) 0.13 TE S I 6/ "it1I 3 SI II Cbaetodoo baronessa Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 0.13 KA 13 R 1 ChaetOOoo octofascialus BU 11\0 ER I Jm Jerris lOux:rer 1 US 154 41384.pdf Lampiran 20. Tipe Karang Berdasarkan Morfologinya Morfologi Tipe Karang Contoh Gambar 1. Tipe berea bang ( branching) Memiliki ukuran panjang dengan diameter 2. Tipe padat (massive) Memiliki koloni yang keras dan umumnya berbentuk membulat, permukaannya halus dan padat. Ukurannya bervanasi mulai dan sebesar telur sampai sebesar ukuran rumah 3. Tlpe kerak ( encrosting) Karang tumbuh merambat dan menutupi permukaan dasar terumbu, memiliki permukaan kasar dan keras serta lubang-Iubang keeil. eabang dengan eabang lebih dibandingkan ketebalan atau yang dimilikinya. I AS TE R BU KA No. SI T N U 5. Karang tumbuh membentuk seperti menyerupai meja dengan permukaan lebar dan datar serta ditopang oleh semacam tiang penyangga yang merupakan bagian dari koloninya ER ripe meja (tabulate) IV 4. I Tipe daun (foliose) Karang tumbuh membentuk lembaran­ lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk Iipatan-Iipatan metingkar Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka I 155 41384.pdf Lanjutan Lampiran 20. No. Contoh Gambar Karang terdiri dari satu buah polip yang berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak septa seperti punggung bukit yang beralur dari· tepi ke pusat npe jamur (mushroom) U N IV ER SI T AS TE R BU KA 6. Morfologi Tipe Karang Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 156 41384.pdf Lampiran 21. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di kedalaman 3 ill A. Uji Normalitas Descriptive Statistics N Mean Sid. Deviation Minimum Maximum 4 59.3650 5.73269 53.62 65.82 kelimpahan ikan 4 17.0000 4.54606 11.00 22.00 KA tutupan karang BU One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test R tutupan karang N a 4 4 59.3650 17.0000 5.73269 4.54606 .246 .250 Positive .246 .163 Negative -.205 -.250 .492 .500 .969 .964 Mean Absolute Kolmogorov-Smimov Z IV ~symp. Sig. (2-tailed) ER SI T Most Extreme Differences AS Std. Deviation TE Normal Parameters IS Normal. U N a. Test dlstnbution kelimpahan ikan B. Regresi Descriptive Statistics Mean kelimpahan ikan ~utupan karang Std. Deviation N 17.0000 4.54606 4 59.3650 5.73269 4 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 157 41384.pdf Lanjutan Lampiran 21. Correlations tutupan karang kelimpahan ikan Pearson Correlation kelimpahan ikan 1.000 .805 tutupan karang .805 1.000 kelimpahan ikan Sig. (Hailed) .097 .097 tulupan karang kelimpahan ikan 4 4 tutupan karang 4 4 KA N Std. Error of the Adjusted R Square R Square R Estimate .80Sa 1 .648 .472 3.30203 AS a. Predictors: (Constant), tutupan karang TE R Model BU Model Summaryb SI T b. Dependent Variable: kelimpahan ikan ER Regression Mean Square 1 40.193 Residual 21.807 2 10.903 Total 62.000 3 IV 40.193 U N 1 df Sum of Squares Model F Sig. 3.686 .19S a a. Predictors: (Constant), tutupan karang b. Dependent Variable: kelimpahan ikan Coefficients 3 Unslandardized Coefficients Standardized Coefficients t Model Std. Error B 1 (Constant) tutupan karang -20.904 19.811 .638 .333 a. Dependent Variable: kelimpahan ikan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Sig. Beta .805 -1.055 .402 1.920 .195 158 41384.pdf Larnpiran 22. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan Kelimpahan lkan Chaetodontidae di kedalarnan 10 ill A. Uji Normalitas Descriptive Statistics Mean N Minimum Std. Deviation Maximum utupan karang 4 57.8600 7.26157 51.80 67.77 kelimpahan ikan 4 15.2500 3.30404 13.00 20.00 KA One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BU lutupan karang Normal Parameters a R N Std. Deviation Absolute Positive 4 4 57.8600 15.2500 7.26157 330404 .243 .280 .243 .280 -.202 -.248 .486 .560 .972 .912 AS Most Extreme Differences TE Mean SI T Negative ~symp. Sig. (2-tailed) IS Normal. U B. Regresi N IV a. Test dlstnbution ER Kolmogorov-Smirnov Z kelimpahan ikan Correlations tutupan karang tutupan karang Pearson Correlation kelimpahan ikan 1 .168 Sig. (2-tailed) 4 4 Pearson Correlation .832 1 Sig. (2-tailed) .168 N kelimpahan ikan .832 N Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 4 4 159 41384.pdf Lanjutan Lampiran 22. Model Summarl Std. Error of the Model R R Square .832a 1 Adjusted R Square .692 Estimate .538 2.24456 a. Predictors: (Constant), tutupan karang 22.674 Residual 10.076 Total 32.750 1 22.674 2 F Sig. 4.501 .168a 5.038 3 SI TA a. Predictors: (Constant), tutupan karang BU Regression Mean Square S 1 df Sum of Squares TE R Model KA b. Dependent Variable: kelimpahan ikan 1 U Model N IV ER b. Dependent Variable: kelimpahan ikan (Constant) tutupan karang Coefficients 3 Standardized Unstandardized Coefficients Std. Error B -6.655 10.386 .379 .178 a. Dependent Variable: kelimpahan ikan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Coefficients Beta Sig. t .832 -.641 .587 2.121 .168 160 41384.pdf Lampiran 23. Beberapa Jenis lkan Chaetodontidae (Kepe-kepe ) yang Ditemukan Di StasilU1 Pengamatan - Chaetodon trifasiatus Chaetodon octofasciatus U N IV ER SI T Chaetodon ke/inii AS TE R BU KA Chaetodon baronses Chaetodon col/are Chelmon rostratus Heniochus varius Heniochus acuminatus Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka 161 41384.pdf Lampiran 24. Beberapa Terumbu Karang yang Ditemukan Di Stasiun Pengamatan ACT ACS CB U N IV ER SI T AS TE R BU KA ACB CE Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka CMR 162 41384.pdf Lampiran 24. Lanjutan TE R BU KA C!vffi DCA U N IV ER SI TA S DC Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka SP 163 41384.pdf Larnpiran 25. Kegiatan Masyarakat yang Merusak Terumbu Karang di Perairan Pulau Karang Bangkok Ban sepeda yang di buang ke laut SI T AS TE R BU KA Sarnpah yang dibuang ke laut U N IV ER Aktifitas penangkapan muroarni Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Aktivitas penangkapan ikan mas