Universitas Terbuka Repository

advertisement
41384.pdf
TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM)
TA
S
TE
R
BU
KA
HUBUNGAN KONDISI TERUMBU KARANG
DENGAN KELIMPAHAN IKAN CHAETODONTIDAE
DI PULAU KARANG BONGKOK
KEPULAUAN SERIBU
U
N
IV
ER
SI
TAPM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Magister Manajemen Perikanan
Disusun Oleh :
RATNA SUHARTI
NIM. 015593231
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
JAKARTA
2012
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
ABSTRAK
Hubungan Kondisi Terumbu Karang Kelimpahan dengan
Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok. Kepulauan Seribu
Ratna Suharti
Universitas Terbuka
r [email protected]
KA
Kata kunci : Persentase penutupan karang, Kelimpahan ikan Chaetodontidae
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
Penelitian hubungan antara kondisi terumbu karang dengan ikan
Chaetodontidae di Petairan Pulau Karang Bongkok Kepulauan Seribu bertujuan
untuk menganalisis kondisi terumbu karang, kelimpahan ikan Chaetodontidae
dan hubungan antara kondisi terumbu karang dengan kelimpahan ikan
Chaetodontidae. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
Desember 2011 di perairan Pulau Karang Bongkok, di dalam kawasan Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi lapangan dengan
metode sampling menggunakan metode transek garis (line transect) pada data
karang dan sensus bawah air (under water visual census atau UVC) pada data
ikan. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data parameter fisika., data
penutupan karang, dan kelimpahan ikan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai presentase penutupan
karang hidup pada kedalaman 3 meter adalah 59,36 % dan pada kedalaman 10
meter adalah 57,86 %. Persentase penutupan karang yang paling tinggi adalah
pada Stasiun II pada kedalaman 3 m adalah 65,82 % dan kedalaman 10m adalah
67,77 % sedangkan Persentase Penutupan Karang yang paling rendah adalah pada
Stasiun I pada kedalaman 3 m sebesar 53,62 % dan pada kedalaman 10 m sebesar
5 I,80 %. Kelimpahan ikan Chaetodontidae pada kedalaman 3 m adalah 68
ind/300 m2 , sedangkan pada kedalaman 10 m meter kelimpahan 61 ind/300 m2
yang terdiri dari II spesies dengan Chaetodon octofasciatus yang paling sering
muncul pada saat pengamatan dilakukan.
Kesimpulan penelitian ini adalah terumbu karang di peraiaran Pulau Karang
Bongkok masih dalam kondisi baik. Teridentifikasi 12 spesies ikan
Chaetodontidae berasal dari 4 genera. Keanekaragaman ikan Chaetodontidae
termasuk dalam katagori sedang. Chaetodon octofasciatus merniliki kelimpahan
yang tertinggi dan presentase kehadiran yang tertinggi pada semua stasiun
pengamatan. Terjadi korelasi positif antara kondisi terumbu karang dengan
kelimpahan ikan Chaetodontidae. Terumbu karang di perairan Pulau Karang
Bongkok termasuk dalam kriteria langka dan tidak umum ditemukan sehingga
direkomendasikan pemanfaatannya hams terbatas dan dibatasi sangat ketal.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
ABSTRACT
Hubungan Kondisi Terumbu Karang Kelimpahan dengan
lkan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan Seribu
Ratna Suharti
Universitas Terbuka
[email protected]
KA
Keywords: The percentage of coral cover, abundance of Chaetodontidae fish
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
Study the relationship between the condition of coral reef fish with
Chaetodontidae fish in the waters Karang Bongkok Island Kepulauan Seribu aims
to analyze the condition of coral reef, abundance of Chaetodontidae fish and the
relationship between the conditions of coral reef with abundance of
Chaetodontidae fish. The study was conducted in October to December 2011 in
the waters of Karang Bongkok Island, in Kepulauan Seribu Marine National Park,
Jakarta.
The method used is the method of field observations by sampling method
using the line transect method (line transect) in data on corals and under water
visual census or WC data on fish. The data taken in this study is the data of
physical parameters; coral cover data and fish abundance.
The results of this study show that the percentage of coverage coral lives at a
depth of 3 meters is 59.36%, and at a depth of 10 meters is 57.86%. The highest
percentage of coverage coral is at Station II at a depth of 3 meters is 65.82% and a
depth of 10 meters is 67.77%, while the lowest percentage of coverage coral the
station I was at a depth of 3 meters at 53.62% and the depth of 10 meters at
51.80%. The abundance of Chaetodontidae fish at a depth of 3 meters is 68
ind/300 m2 , while at a depth of 10 meters abundance 61 ind/300 m2 consisting of
II species Chaetodon octoJasciatus most often arises when the observations were
made.
The conclusion of this study is the coral reefs in the waters Karang Bongkok
Island still in good condition. Chaetodontidae identified 12 fish species from 4
genera. Diversity of Chaetodontidae fish included in the category of moderate.
Chaetodon octoJasciatus had the highest abundance and the highest percentage of
attendance at all observation stations. It happened a positive correlation between
the condition Karang Bongkok Island is included in the criteria is rare and not
commonly found so recommended its use should be limited and very strictly
limited.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERNYATAAN
KA
TAPM yang beIjudul Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan
BU
Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan
R
Seribu adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun
TE
yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
SI
TA
S
Apabila dikemudian hari temyata ditemukan adanya penjiplakan (plagiat),
U
N
IV
ER
maka saya bersedia menerima sanksi akademik.
Jakarta, September 2012
Yang menyatakan,
~1fM,I
t.o!fr:~:,",,;
FBE64ABF2e
.. i4!i.•
iGD-l)
< 1\!.
l!tWloliUJoUJ;\Jrwi .:
tr({<[~
Ratna Suharti
NIM.015593231
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
LEMBAR PERSETUJUAN TAPM
Judul TAPM
Hubungan Kondisi Terumbu Karang Kelimpahan dengan
Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok,
Kepulauan Seribu
Penyusun TAPM : Ratna Suharti
015593231
Program studi
Magister Ilmu Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan
KA
NIM
R
BU
Hariffanggal
TE
Menyetujui :
Pembimbing II,
ER
SI
TA
S
Pembimbing I,
N
IV
Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc.
NIP. 19610625 198703 1 001
Dr. Deetje Sunarsih, M.Si
NIP. 19541013 1985032001
U
Mengetahui,
Ketua Bidang Ilmu /
Direktur Program PascasaIjana
Program Magister Ilmu Kela~~--,,~.
''',
Bidang Minat Manajemen Pel~~.c.,~":",,, ,""'>,
G//'/"/"S'
b
.,
•
Dr. Ir. Nurhasanah, M.Si
NIP.l963 11111988032002
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
,',,"1/"""'::\;1,
,
>}
Suciati, M.Sc., Ph.D
NIP. 195202131985032001
41384.pdf
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM PASCASARjANA
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
BIDANG MINAT MANAjEMEN PERIKANAN
PENGESAHAN
KA
: RaIna Suharti
: 015593231
: Magister lImu Kelautan Bidang MinaI Manajemen Perikanan
: Hubungan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae dengan Kondisi Terumbu
Karang di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan Seribu
R
BU
Nama
NIM
Program Studi
Judul TAPM
TA
S
TE
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Penguji TAPM Program Pascasarjana,
Program Studi lImu Kelautan Bidang Minat Magister Manajemen Peri kanan, Universitas
Terbuka pada :
Hari/ Tanggal : Selasa / 30 Oktober 2012
IV
ER
Dan telah dinyatakan
SI
: 13.30 ~ 15.30 WIB
Waktu
PANITIA PENGUJI TAPM
U
N
Ketua Komisi Penguji : Jr. Adi Winata, M.si
j4J!!~
~
Penguji Ahli
Dr. Eko Sriwiyono, M.Sc
...
Pembimbing I
Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc
........... ~~ ..
Pembimbing II
Dr. Deetje Sunarsih
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
~<V
\
~\
.
.
41384.pdf
KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahrnat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
Program Magister (TAMP) dengan judul "Hubungan Kondisi Terumbu Karang
dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di Pulau Karang Bongkok, Kepulauan
KA
Seribu". Penyusunan laporan ini merupakan rangkaian dati penulisan TAPM
BU
yang telah dilakukan sebagai syarat kelulusan Program Magister Ilmu Kelautan
TE
R
Bidang Minat Manajemen Perikanan Universitas Terbuka. Penyusunan TAPM ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Kelautan
S
Bidang Minat Manajemen Perikanan pada Universitas Terbuka.
TA
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar­
SI
besarnya kepada:
ER
I. Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc.
dan
Dr. Deetje Sunarsih, selaku dosen
N
IV
pembimbing dalam penyusunan tugas akhir program magister ini.
U
2. Suciati, M.Sc.,Ph.D sebagai Direktur Program PascasaJjana Universitas
Terbuka, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di Program PascasaJjana UT.
3. Ir. Adi Winata, M.Si selaku kepala UPBJJ-UT Jakarta dan staf yang telah
memberi pelayanan kepada penulis selama kuliah di PPs UT.
4. Dr. Ir. Nurhasanah, M.Si selaku Ketua Bidang Program Magister Ilmu
Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan, yang telah memberi motivasi
kepada penulis.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
5.
Keluarga, suami dan ananda tercinta yang senantiasa memberikan semangat
dan dukungan doa.
6. M. Taufik Y.A. dan semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan
penelitian dan penulisan TAPM ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan TAPM ini tidakJah sempurna, oleh
KA
sebab itu penulis dengan senang hati menerima saran, pendapat maupun kritik
yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Harapan penulis
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
semoga TAPM ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Jakarta, September 2012
Penulis
41384.pdf
DAFfAR lSI
Halaman
ABSTRACT
.
LEMBAR PERNYATAAN
III
LEMBAR PERSETUJUAN
IV
V
KATAPENGANTAR.....................................................................................
VI
DAFTARISI...................................................................................................
Vlll
KA
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................
DAFTAR GAMBAR
BU
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPlRAN
PENDAHULUAN
TE
R
BAB I
A. Latar Belakang
xv
I
I
3
5
SI
5
D. Kegunaan Penelitian
KERANGKA TEORITIK
7
A. Kajian Teori................................................................................
7
I. Ekosistem Terumbu Karang...................................................
7
IV
BAB 11
Xlll
ER
TA
C. Tujuan Penelitian
S
B. Perumusan Masalah
XI
U
N
a. Pengertian Terumbu Karang..............................................
b. Biologi Karang
c. Klasifikasi Terumbu Karang
d. Morfologi
e. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang...............................
f. Penyebab Kerusakan Terumbu Karang..............................
g. Faktor-faktor Pembatas Kehidupan Terumbu Karang
h. Terumbu Karang Sebagai Sumber Makanan.....................
2. Ikan Karang
a. Karakteristik Ikan Karang
b. Biologi Ikan Chaetodontidae
c. Klasifikasi Ikan Chaetodontidae
d. Distribusi Ikan Chaetodontidae
e. Asosiasi Ikan Chaetodontidae dengan Karakteristik
habitanya
f. Interaksi Ikan Karang dengan Terumbu Karang................
g. Ikan Karang FamiIi Chaetodontidae Sebagai Indikator ....
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
7
8
10
10
12
13
21
25
25
25
28
29
30
31
32
36
41384.pdf
h. PengeIolaan Terurnbu Karang dan Ikan Karang
38
B. Penelitian yang Mendukung
42
C. Kerangka Berfikir
45
D. Difinisi Konsep dan Operasional................................................
47
51
BAB III METODE PENELITlAN
51
B. Populasi dan Sampel..........
54
C. Instrurnen Penelitian
55
D. Pengumpulan Data Penelitian.....................................................
56
KA
A. Desain Penelitian
56
2. Kondisi Ikan Chaetodontidae
58
BU
1. Kondisi Terurnbu Karang.......................................................
62
TE
E. Metode Analisis Data..................
60
R
3. Parameter Lingkungan
1. Analisis Kondisi EkoIogi Ekosistem Terurnbu Karang
62
U
N
IV
ER
SI
TA
S
a. Kondisi Terurnbu Karang
b. Indeks Keanekaragaman Jenis Karang (H')
c. Indeks Keseragaman Jenis Karang (E)
d. Indeks Dominansi Jenis Karang (C)..................................
e. Indeks Mortalitas Ekosistem Terurnbu Karang (MI)
f. Indeks NiIai Konservasi Karang (CVI)..............................
g. Frekuensi ReIatifKarang (FR)..........................................
h. Dominansi RelatifKarang (DR)........................................
i. Rata-rata Ukuran KoIoni Karang (SoC)............................
j. Katagori Kelimpahan dan Rekomendasi Pengelolaan
Terurnbu Karang................................................................
2. Kondisi Ikan Chaetodontidae
62
63
64
64
65
6S
66
66
67
67
69
a. Kelirnpahan Ikan.
b. Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H')
c. Indeks Keseragaman Jenis Ikan (E)...................................
d. Indeks Dominansi Jenis Ikan (C)
69
69
70
71
3. Hubungan Tutupan Terurnbu Karang Dengan Kelimpahan
Ikan Chaetodontidae...............................................................
72
BAB IV TEMUAN DAN BAHASAN
'"
74
A. Kondisi Terurnbu di Perairan Pulau Karang Bongkok...............
74
1. Penutupan Substrat Dasar.......................................................
74
a. Persentase Tutupan Terurnbu Karang Hidup.....................
b. Persentase Tutupan Karang Mati
c. PersentaseTutupan Bentik Lain.........................................
78
82
84
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
d. Persentase Tutupan Komponen Abiotik............................
86
2. Indeks Keanekaragaman (H'), Indek Keseragaman (E), Indeks
Dominansi (C), Indeks Mortalitas (MI) dan
Indeks Konservasi (CVI) Karang...........................................
88
B. Sumberdaya Ikan Chaetodontidae
92
1. Kondisi Ikan Chaetodontidae
92
2. Kelimpahan Ikan Chaetodontidae pada
Kedalaman 3 m
'"
,
93
96
4. Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Keseragaman (E),
Indeks Dominansi (C) Ikan Chaetodoktidae
99
KA
3. Kelimpahan Ikan Chaetodontidae pada
Kedalaman 10m.........................................
R
BU
C. Pengujian Hubungan antara Persentase Tutupan Karang
102
D. Pengelompokan Habitat Berdasarkan Substrat Bentik...............
105
TE
dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae.................................
TA
S
E. Keterkaitan Karakteristik Habitat dengan Kelimpahan
Ikan Famili Chaetodontidae
107
109
G. Rekomendasi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang dan
Sumberdaya Ikan Chaetodontidae..............................................
112
ER
SI
F. Kondisi Parameter Lingkungan Perairan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
IV
A. Simpulan.....................................................................................
N
B. Saran
U
DAFTAR PUSTAKA
LAMPlRAN
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
125
125
125
41384.pdf
DAFTAR GAMBAR
No.
2.1
Halaman
Bentuk- bentuk terumbu karang (www.starfish.ch)
12
2.2 Faktor-faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehidupan Karang
(Nybakken, 1992)
22
2.3 Beberapa Jenis Ikan Chaetodontidae (Kepe-kepe), (Allen, 2001)
31
2.4 Interaksi Ikan Karang yang TeIjadi dalam Ekosistem Terumbu Karang
(Nybakken, 1992)
33
KA
2.5 Asosiasi lkan Karang dan Habitatnya (Nybakken, 1992)
2.6 Kerangka Berfikir Penelitian
34
47
TE
R
BU
3.1 Peta Wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Karang Bongkok.......... 52
3.2 Stasiun Pengamatan di Pulau Karang Bongkok
54
3.3 Metode Line Intersept (LIT)
57
3.4 Metode Sensus Visual (English, I 994)
59
SI
TA
S
4. I Perbandingan Persentase Tutupan Karang Hidup, Karang Mati,
Bentik Lain Fauna Lain di Setiap Stasiun di Kedalaman 3 m dan 10 m ... 74
IV
ER
4.2 Persentase tutupan terumbu karang batuAcropora pada setiap
Stasiun di kedalaman 3 m dan 10m (Bercabang (Branching): ACB;
Seperti meja (Tabulate) : ACT; Kerak (Encrusting) : ACE;
Submassive : ACS; Digitate: ACD)
'" 78
U
N
4.3 Perbandingan persentase tutupan terumbu karang batu (non Acropora)
di setiap Stasiun di kedalaman 3m dan 10 m (Bercabang (Branching) :
CB; Padat (Massive) : CM; Padat (Encrusting) : CE; Submassive :
CS; Lembaran (Foliose): CF; Seperti Jamur (Mushroom) : CMR;
MiIlepora: CME; Heliopora: CHL)
80
4.4 Perbandingan Persentase Tutupan Terumbu Karang Mati di Setiap
Stasiun Kedalaman 3 m dan 10 m
82
4.5 Perbandingan Persentase Tutupan Terumbu Karang Karang Mati di
Setiap Stasiun di Kedalaman 3 m dan 10m. DC (Dead Coral); DCA
(Dead Coral With Algae)
83
4.6
Perbandingan Persentase Tutupan Bentik Lain di Setiap Stasiun
di Kedalaman 3 m dan I0 m...................................................................... 85
4.7 Perbandingan Persentase Tutupan Komponen Abiotik di Setiap
Stasiun di Kedalaman 3 m dan 10m....
87
4.8 Perbandingan Indeks Mortalitas Karang di setiap Stasiun di
kedalaman 3 m dan 10m
90
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
4.9
Grafik Persentase Kehadiran Species Ikan Selama Survey Pada
Kedalaman 3 m
93
4.10 Kelimpahan Ikan Chaetodontidae yang Ditemukan pada Semua
Stasiun Pengamatan pada kedalaman 3 m
94
4.11 Grafik Persentase Kehadiran Jenis Relative Ikan Kepe-Kepe Selama
Survey pada Kedalaman 10m
_
97
4.12 Kelimpahan Ikan Chaetodontidae yang Ditemukan pada Semua
Stasiun Pengamatan pada Kedalaman 10m
98
4.13 Keseragaman (H'), Keanekaragaman (E) dan Dominansi (C)
Ikan Chaetodontidae di Kedalaman 3 m
100
KA
4.14 Keseragaman (H'), Keanekaragaman (E) dan Dominansi (C)
Ikan Chaetodontidae di Kedalaman 10m
_
101
103
4.16 Gram: Hubungan Antara Persentase Tutupan Karang dengan
Kelimpahan Ikan Kepe-Kepe di Kedalaman 10m
104
TE
R
BU
4.15 Grafik Hubungan Antara Persentase Tutupan Karang dengan
Kelimpahan Ikan Kepe-Kepe di Kedalaman 3 m
106
4.18 Dendrogram Pengelompokan Tingkat Kesamaan Spesies Ikan Farnili
Chaetodontidae Antar Stasiun Penelitian
108
4.19 Pengambilan Terumbu Karang Alami Sebagai Awal Transplantasi
Terumbu Karang Oleh Masyarakat Sekitar Pulau Karang Bongkok
119
4.20 Aktivitas Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Alat Tangkap
Muroami
120
4.21 Aktivitas Penangkapan Nelayan Ikan Hias dengan Menggunakan
Jaring
122
U
N
IV
ER
SI
TA
S
4.17 Dendrogram PengeIompokan Habitat Berdasarkan Kerniripan
Substrat Bentik, Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman,
Indeks Dominansi dan Indeks Mortalitas
4.22 Alat Tangkap Ikan Hias di Pulau Karang Bongkok, KepuIauan Seribu
123
4.23 Ikan Mandarin yang Ditangkap Menggunakan Alat Tangkap Tembakan 123
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Asosiasi lkan Chaetodontidae dengan Karakteristik Habitatnya
(Hukom, 1994)
_................................................................... 32
3.1
Jenis Data yang Dilcumpulkan..............................................................
51
3.2
Variabel, Indikator dan Metode yang Digunakan
55
3.3
3.4
Alat dan Bahan
Kode dan Katagori Bentuk Pertumbuhan Karang dan
Fauna Karang Lain yang Mengisi habitat Dasar
(English et aI., 1994)
55
68
K1asifIkasi Nilai TV Serta Kriteria Kelimpahan
Serta Reomendasi Pengelolaannya (Suharsono,2004)
68
TE
R
3.6
58
Interval Data Hasil Analisis dan Skala, Bobot, Serta Nilainya
Untuk Masing-masing Katagori (Suharsono, 2004)
BU
3.5
KA
2.1
KlasifIkasi Indeks Shanon Wiener
70
3.8
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap
KoefIsien Korelasi
72
Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Keseragaman (E),
Indeks Dominansi (C) Indeks MortaIitas (MI) dan
Indeks Konservasi karang (CVI)
ER
SI
4.1
TA
S
3.7
89
Kelimpahan per jenis Chaetodontidae (ind/300 m2 )
4.3
Nilai Parameter Lingkungan Pembatas Di Lokasi Pengamatan
110
4.4
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun I Kedalaman 3 m
113
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
92
U
N
IV
4.2
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun I KedaIaman 10 m
113
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun 2 KedaIaman 3 m
I 14
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun 2 Kedalaman 10m
114
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun 3 Kedalaman 3 m
115
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun 3 Kedalaman 10m
115
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
4.10
116
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun 4 Kedalaman 10 m
116
U
N
IV
E
R
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
4.11
Kriteria dan Rekomendasi Pemanfaatan Terumbu Karang pada
Stasiun 4 Kedalaman 3 m
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
DAFTAR LAMPIRAN
No.
HaJaman
I. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedaJaman 3 meter
135
2. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedaJaman 10 meter....... 136
137
4. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun II kedaJaman 10 meter
138
5. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedaJaman 3 meter
139
6. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedalaman 10 meter
140
7. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun IV kedaJaman 3 meter
141
BU
KA
3. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun II kedalaman 3 meter
142
9. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu
pada Stasiun I kedaJaman 3 m dan 10 m
143
10. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu
pada Stasiun II kedaJaman 3 m dan 10 m..........
144
II. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu
pada Stasiun III kedaJaman 3 m dan 10m
145
SI
TA
S
TE
R
8. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun IV kedalaman 10 meter
146
13. Perhitungan lkan Chaetodontidae Stasiun I kedalaman 3 m dan 10m
147
IV
ER
12. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu
pada Stasiun IV kedaJaman 3 m dan 10 m
14. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun II kedalaman 3 m dan 10m...... 148
U
N
IS. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun III kedalaman 3 m dan 10 m
16. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiuni IV kedalaman 3 m dan 10m
149
150
17. Kelimpahan lkan Chaetodontidae (individu/300m2 ) pada kedalaman 3 m. lSI
18. Kelimpahan Ikan Chaetodontidae (individu/300m2) pada kedalaman 10 m.152
19. Nilai perhitungan ikan Chaetodontidae
153
20. Tipe Karang berdasarkan Morfologi
154
21. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan
Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di kedalaman 3 m................................. 156
22. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan
Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di kedaJaman 10 m
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
158
41384.pdf
160
24. Beberapa Terumbu Karang yang Oitemukan Oi Stasiun Pengamatan
161
25. Kegiatan Masyarakat yang Merusak Terumbu Karang
di Perairan Pulau Karang Bongkok..
163
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
23. Beberapa Jenis Ikan Chaetodontidae yang Oitemukan
di Stasiun Pengamatan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
BABII
KERANGKA TEORITIK
A.
Kajian Teori
1.
Ekosistem Terumbu Karang
a.
Pengertian Terumbu Karang
Pada dasamya karang merupakan endapan padat kalsium karbonat (kapur)
KA
yang diproduksi oleh binatang karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur
BU
dan organisme-organisme lain penghasil kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah
TE
R
menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok hewan dan bukan sebagai
kelompok tumbuhan. Hewan karang ini masuk ke dalam filum Cnidaria, kelas
TA
S
Anthozoa, ordo Scleractinia (Baker et al. 1991). Terumbu karang merupakan
SI
komunitas organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan
ER
kapur (CaC0 3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Organisme yang
IV
dominan hidup di terumbu karang adalah hewan-hewan karang yang mempunyai
N
kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur
U
(Supriharyono 2000). Kalsium karbonat rangka dan sedimen terhimpun sampai
beberapa centimeter setiap tahun, di atas beribu-ribu tahun untuk membentuk
karang. Karang ini menyediakan habitat untuk sebagian dari ekosistem yang
berbeda secara biologis di muka bumi (NOAA 2001).
Komunitas karang adalah kumpulan karang yang membemuk terumbu dan
pertumbuhannya diawali dengan pertarnbahan struktural sebelum terjadi seleksi
alam secara terus menerus (NOAA 2001). Terumbu karang adalah ekosistem
kompleks yang ditandai oleh hubungan nonlinear antara komponen biotik dan
abiotik. Ketersediaan cahaya membatasi distribusi kedalaman karang, kekeruhan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
8
41384.pdf
air laut dan sedimentasi dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan karang
(Meesters et al. 1998) dan morfologi karang (Meesters et al. 1996; Kaandorp
1999). Menurut Thamrin (2006), terumbu karang terbagi menjadi dua kelompok
berdasarkan kemarnpuannya membentuk terumbu yaitu karang hermatypic dan
ahermatypic. Karang hermatypic adalah karang yang dapat menghasilkan terumbu
sedangkan karang ahermatypic adalah karang yang tidak dapat menghasilkan
KA
terumbu.
BU
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pantai yang sangat
R
penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Istilah terumbu karang sudah
TE
sangat sering didengar oleh khalayak umum mengingat terumbu karang ini
SI
TA
S
dianggap sebagai suatu biota laut yang sangat indah. Istilah terumbu karang
sebenarnya mempunyai makna gabungan antara terumbu dan karang. Terumbu
secara umum dapat diartikan sebagai suatu substrat keras di perairan laut yang
ER
menjadi habitat berbagai biota laut, sedangkan karang adalah sekelompok
N
IV
binatang dari filum coelenterata atau lebih khusus lagi dari ordo scleractinia yang
dapat membangun struktur habitat keras yang dibangun oleh binatang karang
U
(Supriharyono, 2000).
b.
Biologi Karang
Karang adalah hewan yang hidup dalarn Filum Coelenterata (Goreau et at.
1982). Karang terdiri atas polip-polip yang dapat hidup berkoloni maupun soliter.
Menurut Boaden & Seed (1985),
karang adalah komponen yang terdiri atas:
kerangka karang, hewan karang dan zooxanthella. Komponen-komponen ini
saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Perubahan biomassa hewan karang
(polip) ditentukan oleh tersedianya produk fotosintesis zooxanthellae (kualitas dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
9
41384.pdf
kuantitas). Sedang keberadaan zooxanthellae dipengaruhi oleh seberapa besar
nutrient atau CO 2 yang ditranslokasi balik hewan karang.
Polip karang tersusun dari bagian lunak dan bagian keras yang berbentuk
kerangka kapur. Mulutnya di bagian atas yang sekaligus berfungsi sebagai anus.
Makanan dicerna oleh filament mesenterial dan sisa makanan dikeluarkan melalui
mulut. Jaringan tubuh karang terdiri dari ektoderma, mesoglea dan endoderma.
KA
Ektoderma merupakanjaringan terluar dan dilengkapi dengan silia, kantung lendir
BU
(mukus) dan sejumlah nematosit. Mesoglea adalah jaringan yang terletak antara
ectoderma dan endoderma berbentuk seperti agar-agar Gelly). Endoderma adalah
TE
R
jaringan terdalam dan sebagian besar berisi zooxanthella (Nyabakken 1992;
S
Suharsono 1984). Pembentukan kerangka karang pada umumnya diinterpretasikan
TA
sebagai kenaikan massa kerangka kapur karang, dimana jaringan hidup hewan
SI
karang diliputi kerangka disusun oleh kalsium karbonat dalam bentuk aragonite
ER
(Kristal serat CaC03) dan kalsit (bentuk Kristal yang umum CaC03) (Goreau et
IV
aT. 1982).
N
Kerangka karang tersusun atas kalsium karbonat (CaC0 3) yang disekresikan
U
oleh epidermis pada bagian pertengahan di bawah polip. Proses sekresi
menghasilkan rangka kapur berbentuk cawan dimana polip karang menetap.
Cawan tersebut dikenal dengan calyx; dinding yang mengelilingi disebut theka;
lantai cawan disebut lempeng basal (basal-plate). Pada bagian lantai terdapat
dinding septa yang terbuat dari lapisan kapur yang tipis (radiating calcareous
septa). Selain berfungsi sebagai tempat hidup polip karang cangkang juga
memberikan tempat perlindungan (Barnes 1980).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
10
41384.pdf
c.
Klasifikasi Terumbu Karang
Menurut Veron (1996) dalam
Departemen Kelautan dan Perikanan,
Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Konservasi dan
Taman Nasional (2002), karang diklasifikasikan sebagai berikut :
: Cnidaria
Kelas
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia (Madreporana)
Famili
: I. Astrocoeniidae
2. Pocilloporidae
3. Acroporidae
4. Poritidae
5. Siderastreidae
6. Agaricidae
7. Fungiidae
8. Oculinidae
9. Pectinidae
10. Mussidae
II. Merulinidae
12. Faviidae
13. Dendrophyllidae
14. Caryophyllidae
15. Trachyphyllidae
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
Filum
N
Kelas : Alcynoridae (Octocoralia)
U
Ordo : Alcyonacea (Soft Coral)
d.
Morfologi
Terumbu karang merupakan biota laut yang mampu menghasilkan
kerangka kapur di dalam jaringan tubuhnya. Istilah akresi dalam morfologi karang
menurut Tharnrin (2006) memiliki pengertian yaitu pertumbuhan koloni karang ke
arah horizontal dan vertikal. Karang melalui reproduksi aseksualnya mampu
menghasilkan koloni yang baru dan juga bentuk koloni yang berbeda-beda.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
II
41384.pdf
Karang mempunyai variasi bentuk pertumbuhan karang (life form) yang
dibedakan (Departemen Ke1autan dan Perikanan, Direlctorat Jenderal Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional, 2002) menjadi :
I) Bentuk bercabang (branching). Karang seperti ini memiliki cabang
dengan ukuran cabang lebib panjang dibandingkan dengan ketebalan atau
diameter yang dimilikinya.
KA
2) Bentuk padat (massive). Karang ini memiliki koloni yang keras dan
BU
umurnnya berbentuk membulat, permukaannya halus dan padat.
Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar telur sampai sebesar ukuran
TE
R
rumah.
SI
TA
S
3) Bentuk kerak (encrusting). Karang ini tumbuh merambat dan menutupi
permukaan dasar terumbu, memiliki permukaan kasar dan keras serta
lubang- lubang kecil.
ER
4) Bentuk meja (tabulate). Karang ini tumbuh membentuk menyerupai meja
IV
dengan permukaan lebar dan datar serta ditopang oleh semacam tiang
N
penyangga yang merupakan bagian dari koloninya.
U
5) Bentuk daun (foliose). Karang ini tumbuh membentuk lembaran­
lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan
membentuk lipatan-lipatan melingkar.
6) Bentuk jamur (mushroom). Karang ini terdiri dari satu buah polip yang
berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan
seperti punggung boot yang beralur dari tepi ke pusat.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
12
41384.pdf
Daun (foliose)
Kerak (encrusting)
Padat (massive)
Jamur (mushroom)
Meja (tabulate)
KA
Bercabang (branching)
Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang
R
e.
BU
Gambar 2.1. Bentuk- bentuk terumbu karang (www.starfish.ch).
TE
Strategi dunia mengenai konservasi terumbu karang diidentifikasikan
AS
sebagai salah satu komponen utama yang sangat penting sebagai penunjang
SI
T
berbagai macam kehidupan yang dibutuhkan produksi makanan, kesehatan dan
ER
berbagai aspek dari kehidupan mnusia dan juga dalam pembangunan yang
berkelanjutan. Beberapa nilai dari fungsi terumbu karang antara lain (Dahuri et al.
N
IV
1996) :
U
1) Nilai Ekologis, menjaga keseimbangan biota laut dan hubungan timbal
balik antara biota laut dengan faktor abiotik.
2) Nilai Ekonomis, sumberdaya ini dapat dikernbangkan sebagai komoditas
yang rnempunyai nilai ekonomi tinggi.
3) Nilai Estetika, dapat mernbentuk panorama yang indah di kedalaman
laut, yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai arena wisata bahari.
4) Nilai Biologis, sebagai penghasil oksigen perairan dan pengatur
keseimbangan ekosistern perairan.
5) Nilai Edukasi, sebagai obyek penelitian dan pendidikan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
13
41384.pdf
Di sampmg itu, terumbu karang juga mempunyai manfaat yang
bermacam- macam, tingginya produktivitas primer di perairan terumbu karang
memungkinkannya perairan tersebut merupakan tempat pemijahan (spawning
ground), pengasuhan (nursery ground), dan mencari makan (nursery ground,
manfaat terumbu karang lebih lanjut (Supriharyono, 2000) antara lain sebagai
sumber makanan, bahan obat- obatan, objek wisata bahari, ornamental dan
Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
BU
f.
KA
aquarium ikan laut dan penahan gelombang dan pelabuhan.
TE
R
Karang dan terumbu karang sangat sensitif bahkan dikatakan sebagai
ekosistem yang rentan (fragile/robust). Perubahan yang kecil saja pada
S
lingkungan terumbu karang mungkin dapat menyebabkan kerusakan atau ganguan
SI
TA
kesehatan bagi seluruh koloni koral. Gangguan ini dapat disebabkan oleh banyak
faktor namun secara umum terdapat dua kategori yaitu gangguan alarni dan
ER
gangguan antropogenik. Gangguan terhadap ekosistem terumbu karang dapat
IV
berakibat berkuarngnya luas terumbu karang.
U
N
Kerusakan terumbu karang dapat digolongkan menjadi empat faktor
berdasarkan penyebab kerusakannya, antara lain akibat faktor biologis, akibat
faktor fisik, akibat aktifitas manusia secara langsung dan akibat manusia secara
tidak langsung (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional
Laut, 2006).
1) Akibat faktor biologis
a)
Predasi
Predasi teIjadi apabila adanya jenis-jenis terumbu karanglbiota karang lain
tertentu yang bersifat aktif dan agresif untuk mendapatkan makanan, sehingga
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14
41384.pdf
dapat menghambat atau mematikan pertumbuhan terumbu karang lainnya.
Beberapa jenis terumbu karang Famili Musidae, Meandrinidae dan faviidae
mempunyai pertumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan jenis terumbu
karang lain, khususnya dan suku Acroporidae. Beberapa hewan pemakan polip
terumbu karang atau hewan yang membuat rumahnya di dalam koloni terumbu
karang. Sejumlah hewan pemakan terumbu karang meliputi ikan copepoda,
KA
barnecle, kepiting, beberapa gastropoda, asteroid dan lainnya. Hewan seperti
BU
Polychaeta, rnolusca menyebabkan kerusakan terumbu karang karena oleh
TE
R
karena mereka membuat rumah pada koloni terumbu karang tersebut
(Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman NasionaI Laut, 2006).
TA
S
Berbagai jenis ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang diantara
j enis ikan karang ada hidupnya sangat tergantung dari kehadiran karang. Ikan
SI
jenis Chaetodon trifasiatus, C. trifasialis merupakan jenis ikan yang makanan
ER
utamanya adaIah jaringan terumbu karang. WaIau sebagai pemakan polip
IV
terumbu karang tetapi ikan jenis Chaetodon trifasiatus, C. trifasialis tidak
N
pernah dilaporkan mengakibatkan kerusakan terumbu karang.
U
Dari berbagai jenis hewan pemakan polip terumbu karang maka
Acanthaster plancii yang mempunyai kemampuan paling besar untuk rnerusak
terumbu karang. Kematian terumbu karang akibat Acanthaster plancii
tergantung dari lokasi dan kedalaman. Kecepatan makan Acanthaster plancii
dewasa adaIah 5 - 6 m 2 /tahun. Terumbu karang yang rusak akibat Acanthaster
plancii memerlukan waktu antara 12 - 15 tahun untuk dapat pulih seperti
semula, jika populasi terumbu karang yang rusak terdiri dari jenis terumbu
karang yang mempunyai pertumbuhan cepat (Suharsono, 1999)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
15
41384.pdf
b)
Penyakit
Terumbu karang secara alami mempunyai penyakit yang disebabkan oleh
bakteri. Serangan penyakit ini biasanya dipicu oleh adanya kondisi perairan
yang tidak normal. Penyakit ini biasa menyerang terumbu karang antara lain
(Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006):
"White Band Disease" atau disebut dengan penyakit gelang putih yang ditandai
KA
dengan adanya wama putih pada sebagian koloni terumbu karang, sedang
BU
sebagian lainnya berwama normal. "Black Band Disease", panyakit ini hampir
TE
R
sama dengan yang diatas namun hasil akhimya berbeda oleh karena karang
yang diserang ada yang menjadi hitam atau dapat pula mengalami bleaching
S
(pemutihan). Wama putih menunjukkan bahwajaringan telah mati, sedangkan
TA
wama hitam menunjukkan jaringan yang sedang mengalami serangan penyakit.
SI
Vibrio AK-l, bakteri ini menyerang pada kondisi dimana suhu lingkungan naik
ER
diatas normal. Kerusakan akibat bakteri ini ditandai dengan memutihnya
IV
jaringan terumbu karang, akan tetapi wama putih biasanya berupa bercak­
N
bercak yang tidak merata.
U
c) Bioerosi
Bioerosi adalah kerusakan terumbu karang baik secara kimiawi maupun
mekanis karena terdegradasinya kapur terumbu kerangka tubuh karang
(CaC03) yang disebabkan aktifitas organisme lain. Beberapa contoh bioerosi
antara lain (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional
Laut, 2006) Ikan kakatua dan ikan buntel mengerat atau mengkais terumbu
karang massive untuk menajarnkan giginya. Polychaeta, mulosca, crustacea
membuat lubang untuk rumahnya dengan cara mengebor kerangka terumbu
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
16
41384.pdf
karang. Echinodermata menggerogoti terumbu karang untuk memperoleh
makanan yang berupa detritus atau algae yang melekat di kerangka kapur.
Sponge, algae, cyanobacteria melekat di cangkang terumbu karang dan
mengeluarkan zat tertentu yang dapat merusak keasaman di sekitamya,
sehingga dapat melarutkan kapur kerangka tubuh terumbu karang. Respirasi
dari turf algae pada malam hari menghasilkan asam organik yang dapat
KA
menurunkan keasaman di sekitamya.
BU
2) Akibat faktor fisik
TE
R
a) Kenaikan suhu air laut
Kenaikan suhu sekitar 3 - 4 DC dari suhu normal akibat peristiwa El Nino
kematian
terumbu
karang.
Hal
1m
dapat
terjadi
karena
SI
TA
dengan
S
dapat menyebabkan terumbu karang "Bleaching" yang kadang-kadang diikuti
karangkehilangan algae berpigrnen yang dikandungnya atau mungkin karena
ER
algae yang kehilangan pigrnen k1orofilnya Terumbu karang di daerah tropis
IV
lebih sensitif terhadap perubahan suhu air laut dibandingkan dengan di daerah
N
sub tropis (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional
U
Laut, 2006).
b) Pasang sumt
Kematian akibat pasang sumt dapat terj adi apabila terjadi pasang sumt
yang sangat rendah sehingga terumbu karang muncul diatas perrnukaan air dan
terjadi pada siang hari (matahari terik), atau pada saat hujan, sehingga air hujan
langsung mengenai terumbu karang. Selain itu air hujan yang jatuh dirataan
terumbu karang dapat menyebabkan turunnya salinitas, jika penurunan salinitas
cukup rendah akan dapat menyebabkan kematian terumbu karang dan biota
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
17
41384.pdf
lainnya. Kematian terumbu karang akibat pasang surut biasanya teIjadi satu
atau dua kali dalam setahun, dan meliputi area yang cukup luas (Direktorat
Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006).
c) Radiasi sinar ultra violet
Sinar matahari yang memancar setiap hari mengandung sinar ultra violet
A, B, C yang mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda. Sinar UV A
KA
dan B merupakan sinar yang mempunyai daya rusak terhadap sel-sel hidup.
BU
Sinar UV akan mempunyai dampak buruk terhadap terumbu karang jika
R
terumbu karang terkena radiasi sinar UV di atas normal (atau di atas
TE
kemampuan terumbu karang beradaptasi), biasanya teIjadi pada saat cuaea
SI
TA
S
sangat cerah, laut tenang dan jemih serta teIjadi pada waktu yang cukup lama.
Ciri-ciri kematian terumbu karang akibat sinar UV yaitu teIjadi bleaching
meliputi daerah yang cukup luas, umumnya seragam dan mencapai tempat
ER
yang cukup dalam (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman
Penurunan salinitas
N
d)
IV
Nasional Laut, 2006).
U
Terumbu karang di Indonesia banyak tumbuh dan berkembang didekat
pantai yang banyak menerima air tawar dari sungai-sungai yang bermuara di
pantai. Terumbu karang yang tumbuh dekat muara sungai sering mengalami
stress yang disebabkan adanya fluktuasi salinitas air laut. Secara fisik kematian
terumbu karang karena penurunan salinitas dimulai dengan kontraksi dari polip
terumbu karang untuk lebih mempersempit kontak dengan air laut bersalinitas
rendah. Kontraksi polip akan mengurangi kecepatan fotosintesa sehingga akan
mengurangi proses respirasi. Terumbu karang tidak mempunyai mekanisme
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
18
41384.pdf
untuk mengatur tekanan osmose di dalam tubuhnya maka sel-sel akan pecah
dan zooxanthellae ke1uar dari jaringan terumbu karang, akibatnya terumbu
karang memutih. Jika penurunan ini berlangsung cukup lama akhirnya semua
jaringan terumbu karang akan lysis dan mati (Direktorat Konservasi, Pulau­
Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006).
e)
Gunung Berapi, Gempa bumi dan Tsunami
KA
Aktivitas gunung berapi, gempa bumi dan tsunami mempunyai potensi
BU
untuk merusak terumbu karang yang akibatnya sangat bera!. Gunung berapi di
R
Indonesia yan berpotensi menyebabkan kerusakan terumbu karang antara lain
TE
gunung Krakatau di Selat Sunda, Gunung Api Banda di Banda, Gunung Siau di
TA
S
Pulau Sangihe, Gunung Lewotolo di Pulau Lembata dan Gunung Pinang di
Sulawesi (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional
SI
Laut, 2006).
Akibat aktifitas manusia secara langsung
a)
Penambangan terumbu karang dan pasir laut
IV
ER
3)
N
Penambangan terumbu karang biasanya dilakukan untuk bahan bangunan,
U
pembuatan kapur atau bahan kerajinan. Terumbu karang yang diambil dapat
berupa terumbu karang hidup atau pecahan terumbu karang mati dan berasal
dari semua jenis terumbu karang batu. Akibat adanya penambangan karang itu
selain menyebabkan kerusakan terumbu karang secara langsung juga dapat
menyebabkan erosi pantai, karena terumbu karang sebagai penahan ombak
telah rusak sehingga menyebabkan gelombang langsung menggerus pantai
sedangkan pasir laut yang ditambang akan mencemari wilayah terumbu karang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
19
41384.pdf
di sekitarnya (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional
Laut,2006).
b) Pengeboman terumbu karang
Kerusakan terumbu karang akibat born sangat luas. Dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan born seberat 0,5 kg yang
diledakkan di dasar terumbu karang dapat menghancurkan terumbu karang
KA
dengan radius 3-5 meter dari pusat ledakan (Direktorat Konservasi, Pulau­
Penggunaan racun
tradisional,
beberapa
ikan
karang
ditangkap
dengan
TE
Secara
R
c)
BU
Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006).
SI
TA
S
menggunakan jala oleh penyelam. Kemudian saat kompetisi antara nelayan
penangkap ikan dengan pedagang ikan (untuk diekspor) meningkat maka
penggunaan bahan beberapa zat anastesi antara lain cyanida (sodium sianida)
ER
yang mempunyai efek tosik/racun, mulai banyak dilakukan. Selain mematikan
N
IV
ikan, efek negatif lain dari penggunaan asam sianida ini adalah rusak dan mati
terumbu karang, anemon maupun inverteberata lainnya (Kuncoro, 2004).
U
d) Jangkar perahu
Aktifitas lempar jangkar di daerah terumbu karang juga memberikan
kontribusi cukup besar daJam kerusakan terumbu karang. Nelayan dan
wisatawan seringkaJi menambatkan jangkar perahunya pada terumbu karang.
Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara terumbu karang maupun
hempasan nantinya sangat merusak ko1oni terumbu karang. Jika setiap hari ada
20 buah kapaJ yang menabatkan jangkar pada terumbu karang se1ama 200 hari
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
20
41384.pdf
dalam setahun, maka ratusan meter persegi terumbu karang akan rusak
(Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006).
e) Kegiatan pariwisata
Pengelolaan wisata bahari yang tidak memperhatikan lingkungan
seperti membuang sampah sembarangan, snorkling atau diving dengan
menginjak terumbu karang, koloeksi biota laut (Direktorat Konservasi, Pulau­
KA
Pulau Kecil Dan Taman Nasional Laut, 2006)
BU
4) Akibat aktifitas manusia secara tidak langsung dan pencegahannya
R
a) Sedimentasi
TE
Sumber utama sedimentasi adalah dari kegiatan penambangan di laut dan
TA
S
sedimen yang berasal dari daratan yang dibawa oleh air sungai ke laut.
Sedimentasi tersebut akan menyebabkan kekeruhan sehingga menghambat
IV
ER
SI
penetrasi sinar matahari dalam air yang sangat dibutuhkan oleh terumbu karang
untuk proses biologisnya (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan
N
Taman Nasional Laut, 2006). Tanda-tanda adanya sedimen yaitu warna air
U
menjadi coklat kehijauan dan keruh. Karena berkurangnya sinar matahari,
pertumbuhan terumbu karang menjadi lambat, hewan karang kekurangan
makanan, kondisi lingkungan menjadi memburuk dan memudahkan teIjangkit
penyakit,
menyebabkan
keseimbangan
terganggu
dan
akhimya
akan
mengancam ekosistem terumbu karang secara keseluruhan menjadi rusak .
b) Pencemaran
Pencemaran laut yang disebabkan oleh limbah dari kota seperti limbah
industri, limbah rumah tangga, limbah hotel dan perkantoran, bengkel serta
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
21
41384.pdf
rumah sakit. Beberapa limbah buangan yang dapat mematikan terumbu karang
antara lain deterjen, senyawa chlorine dari pestisida (DOT, Eldrin, Endrin),
senyawa polychlorinited biphenly yang berasal dari pabrik cat, plastik, zat
organik berupa nitrat dan fosfat dapat menyebabkan utropikasi (blooming
algae tertentu) (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional
Laut, 2006).
KA
c) Turnpahan minyak bumi
menghambat
reproduksi
dan
BU
Tumpahan minyak burni ke laut dalam jumlah cukup besar dapat
perkembangan
larva
terumbu
karang,
TE
R
menghambat perturnbuhan terumbu karang, bleaching sampai menyebakan
TA
S
kematian (Direktorat Konservasi, Pulau-Pulau Kecil Dan Taman Nasional
Fliktor - Fliktor Pemblltlls Kehidupan Terumbu Karang
IV
ER
g.
SI
Laut, 2006).
Disamping faktor spesies, kecepatan turnbuh karang juga ditentukan oleh
N
kondisi 1ingkungan hidup mereka berada. Perairan yang kondisi lingkungannya
U
mendukung perturnbuhan karang, maka biasanya karang tumbuh 1ebih cepat
dibandingkan di daerah yang tercemar. Keanekaragaman, penyebaran dan
perturnbuhan hermatyphic corals tergantung pada kondisi 1ingkungannya. Kondisi
ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena
adanya gangguan, baik secara alami atau akibat aktivitas manusia. Gangguan
dapat berupa faktor fisika , kirnia dan biologis. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan karang dan terumbu karang secara alami adalah suhu,
salinitas, kecerahan, kecepatan arus, kedalaman dan sedimentasi. Secara urnum
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
22
41384.pdf
faktor-faktor fisik yang membatasi kehidupan karang dapat digambarkan seperti
TE
R
BU
KA
pada Gambar 2.2.
AS
Gambar 2.2. Faktor-faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehidupan Karang
(Nybakken, 1992)
SI
T
Faktor pembatas utama yang mempengaruhi kehidupan karang pada suatu
meliputi
faktor
kedalaman,
fluktuasi
ER
perairan menurut Thamrin (2006)
IV
temperatur, salinitas, eahaya, arus, substrat yang coeok serta kecerahan perairan.
U
N
Berikut ini akan dibahas beberapa dari faktor tersebut.
1) Suhu
Suhu mempengaruhi keeepatan metabolisme, reproduksi dan perubahan bentuk
luar dari terumbu karang, kehidupan terumbu karang memiliki kisaran suhu untuk
hidup antara 25 - 32 Dc. Pada suhu di atas 33 DC dapat menyebabkan gejala
pemutihan (bleaching), yaitu keluarnya zooxanthellae dari polip terumbu karang
dan akibat selanjutnya dapat mematikan terurnbu karang tesebut karena terumbu
karang
kehilangan
kemampuan
untuk
menangkap
makanan
(Direktorat
Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut, 2006). Suhu
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
23
41384.pdf
mempengaruhi kecepatan metabolisme, reproduksi dan perombakan bentuk luar
dari karang. Menurut Nontji (2002), suhu yang baik untuk pertumbuhan karang
adalah berkisar antara 25-30 DC.
Suhu air permukaan di Kepulauan Seribu berkisar antara 28,5 - 31,0 DC
(Suku Dinas Perikanan dan Kelautan, 2007). Suhu permukaan air laut
di
Kepulauan Seribu berkisar antara 25-31 oC dengan rata-rata sebesar 28,9 °C.
KA
Indah (2008) menyatakan bahwa suhu di Kepulauan Seribu berada pada kisaran
BU
yang biasa ditolerir oIeh karang yaitu 28 - 31°C.
R
2) Kecerahan
TE
Cahaya diperlukan untuk proses fotosintesis alga simbiotik zooxanthellae
AS
untuk memenuhi kebutuhan oksigen biota di terumbu karang (Nybakken, 1992).
SI
T
Faktor yang sangat berkaitan dengan intensitas cahaya adalah kedalaman, semakin
dalam tempat hidup terumbu karang maka semakin rendah intensitas cahaya yang
IV
E
R
diterima, oleh karena itu ditempat yang dalam yang intensitas cahayanya rendah
jarang ditemukan koloni terumbu karang karena sulitnya untuk berfotosintesis dan
U
N
membentuk kerangka. Kedalaman yang paling optimal bagi terumbu karang
adalah 0 - 40 meter pada kondisi perairan yang baik (Nontji, 2005). Tingkat
kecerahan di Kepulauan Seribu berkisar antara 4,40 - 8,00 m yang menunjukan
bahwa perairan tersebut memiliki kondisi kecerahan yang baik.
3) Arus
Arus dan gelombang penting untuk transportasi zat hara, larva, bahan
sedimen dan oksigen. Arus dan gelombang juga dapat membersihkan polip dari
kotoran yang menempel sehingga terumbu karang yang hidup di daerah berombak
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
24
41384.pdf
atau berarus kuat lebih berkembang dibandingkan daerah yang tenang dan
terlindung (Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut,
2006).
Koloni karang dengan kerangka-kerangka yang padat seperti massive dari
kalsium karbonat tidak akan rusak oleh gelombang yang kuat, karena bersamaan
dengan itu gelombang akan memberi oksigen dalam air laut, menghalangi
KA
pengendapan pada koloni terumbu karang dan memberi plankton yang baru untuk
BU
makanan koloni karang. Umurnnya perkembangan terumbu karang lebih baik di
TE
R
kawasan perairan yang mengalami pengaruh arus dan gelombang (Nybakken,
1992).
TA
S
Kecepatan arus permukaan di penman Kepulauan Seribu sebesar 0,5
mldetik (Suku Dinas Perikanan dan Kelautan, 2007). Kecepatan arus di
SI
Kepulauan Seribu berkisar antara 0,02 mldetik-1,40 mldetik dengan rata-rata
ER
sebesar 0,20 mldetik (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2009). Indah (2008)
IV
menyatakan bahwa pada pengamatan yang dilakukan, kecepatan arus permukaan
N
berkisar antara 0,14 mldetik - 0,40 mldetik. Kecepatan arus tersebut tergo1ong
U
lambat dan sangat kecil pengaruhnya terhadap perubahan bentuk pertumbuhan
karang.
4) Salinitas
Salinitas mempengaruhi kehidupan hewan karang karena adanya tekanan
osmosis pada jaringan hidup (Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan
Taman Nasional Laut, 2006). Terumbu karang hermatipik adalah organisme 1aut
yang sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang je1as menyimpang dari
sa1initas air 1aut normal (32-35 %0). Bagaimanapun perairan pantai akan terns
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
25
41384.pdf
menerus mengalami pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungat,
sehingga salinitasnya berkurang, dan tidak akan ada terurnbu (Nybakken, 1992).
Nontji (2005) menyatakan salinitas umumnya berpengaruh terhadap karang di
daerah laggon atau reef nat terutama pada musim hujan, dimana mungkin terjadi
penurunan salinitas yang ekstrim. Karang mampu menoleransi salinitas pada
kisaran 27 - 40 %0. Salintas di Kepulauan Seribu berkisar 30°C baik pada musim
KA
angin Barat maupun musim angin Timur (Suku Dinas Perikanan dan Kelautan,
BU
2007). Salinitas air laut di Kepulauan Seribu berkisar antara 28 - 34%0 dengan
R
rata-rata sebesar 30,9 %0 (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2009).
TE
h. Terumbu Karang Sebagai Sumber Makanan
TA
S
Terurnbu karang merupakan salah satu sumber makanan bagi beberapa
Jerus ikan dari famili Chaetodontidae, Apongidae, Balistidae, Labridae dan
IV
ER
SI
seke1ompok kecil dari Scaridae (Coat & Bellowod 1991) in Maharbhakti (2009).
Ikan karang famili Chaetodontidae, Labridae dan Scanidae secara langsung
N
memakanjaringan lendir (mucus) yang diproduksi oleh karang dan simbiosisnya.
U
Kelompok ikan dari famili Acanhurids dan kebanyakan dari famili Labridae
lainnya memakan alga yang turnbuh dalam batuan keras berkapur (calcareous).
2. lkan Karang
a. Karakteristik Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang berasosiasi dengan ekosistem terurnbu
karang sebagai habitatnya. lkan karang merupakan jenis ikan yang urnumnya
menetap atau relatif tidak berpindah tempat (sedentary) dan pergerakannya relatif
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
26
41384.pdf
mudah dijangkau. Jenis substrat untuk dijadikan habitat biasanya pada karang
hidup, karang mati, peeahan karang, dan karang lunak (Suharti 2005). Sebagian
kelompok ikan berlindung dan menjelajah di terumbu karang yang tennasuk di
dalamnya adalah ikan butana (herbivora), dan kelompok karnivora seperti ikan
kakap dan ikan kerapu (Adrim 1983).
Berdasarkan periode aktif meneari makan ikan karang dapat digolongkan
KA
sebagai ikan yang meneari makan pada malam hari (nocturnal), siang hari
TE
R
BU
(diurnal) dan ada yang meneari makan pada sore hari (crepuscular). Menurut
Adrim (1983) dan Terangi (2004), 3 (tiga) kelompok ikan karang tersebut sebagai
berikut:
SI
TA
S
I) Ikan nokturnal (aktif ketika malam hari), sekitar 10% jenis ikan karang
yang memiliki sifat noktumal, ikan ini bersembunyi di eelah-eelah karang
atau gua karang sepanjang siang hari dan akan muneuI ke permukaan air
Suku
IV
ER
untuk meneari makan pada malam hari. Contohnya pada ikan-ikan dari
Holoeentridae
(Swanggi),
Suku
Apogonidae(Beseng),
Suku
N
Humilidae, Priaeanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Serranidae
U
(Jewish) dan beberapa dari Suku Mullidae (goatfishes).
2) Ikan diurnal (aktif ketika siang hari), 75% ikan yang hidup di daerah
terumbu karang dan sebahagian dari ikan-ikan ini berwarna sangat
menarik serta umumnya sangat erat kaitannya dengan terumbu karang,
eontohnya pada ikan-ikan dari suku Labidae (Wrasses), Chaetodontidae
(Buttertlyfishes), Pomacentridae (Damselfishes), Searidae (parrotfishes),
Aeanthuridae
(Surgeonfshes),
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Monaeanthidae,
OSlraeionthidae
27
41384.pdf
(Boxfishes), tetraodonthidae, Canthigasteridae dan beberapa Mullidae
(goatfishes).
3) Ikan crepuscular (aktif pada pagi han atau pada sore sarnpai menjelang
malam). Contohnya pada ikan-ikan dari Suku Sphyraenidae (Baracudas),
Serranidae (Groupers), Carangidae (Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes),
Synodontidae
(Lizardfishes),
Carcharhinidae,
Lamnidae,
Spyrnidae
KA
(Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels).
ikan
karang
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
perannya.
TE
R
sehingga
BU
Ikan karang memiliki peranan penting dalam ekosistem terumbu karang,
Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya:
TA
S
I) Ikan target, yakni ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau
SI
lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi
ER
seperti; Serranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae,
IV
Mullidae, Siganidae, Labridae (Cheilinus. Himigymnus. Choerodon) dan
N
Haemulidae.
U
2) Ikan Indikator, sebagai ikan penentu (indikator) untuk terumbu karang
karena ikan ini erat hubungannya dengan kesuburan terumbu karang yaitu
ikan dari Suku Chaetodontidae (Ehrlich 1975).
3) Ikan lain (Mayor Famili), yaitu jenis ikan karang yang umum ditemukan
dalam jumlah banyak dan dijadikan sebagai ikan hias air laut adalah dari
jenis Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pornacanthidae, Labridae dan
Apogonidae.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
28
41384.pdf
b. Biologi lkan Famili Chaetodontidae
Ikan Chaetodontidae dikenal juga dengan butterflyfishes merupakan salah
satu ikan penghuni terumbu karang yang mudah dikenali di perairan terumbu
karang. Ikan jenis ini paling banyak ditemukan di perairan tropis, dangkal, pada
kedalaman 60 feet (18 m) sampai pada kedalaman 600 feet (180 m) (Fishbase,
2012).
KA
Ikan kepe-kepe tergolong dalam suku chaetodontidae. lkan - ikan dari suku
BU
ini mempunyai tubuh yang lebar tetapi pipih. Ukurannya tidak lebih dari telapak
R
tangan kita, tubuhnya dihiasi dengan corak wama yang sangat indah dan menarik,
TE
oleh karenanya ikan ini banyak dicari untuk dijadikan sebagai ikan hias. Mereka
TA
S
biasanya ditemukan hidup di perairan terumbu karang, acap kali berpasangan atau
dalam kelompok kelompok kecil. Umumnya tubuhnya lancip dan rahangnya
SI
dilengkapi dengan gigi - gigi kecil dan tajam untuk mencari makannya di celah­
IV
ER
celah karang batu (Nontji, 2005). Para ahli ikhtiologi mengklasifIkasikan ikan
kepe -kepe kedalam Famili Chaetodontidae berdasarkan desain gigi mereka.
N
Semuanya mempunyai gigi yang mirip sisir. Umumnya mulutnya lancip dan
U
rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil dan tajam untuk mencari
makanannya di celah-celah karang batu.Pergerakan yang cepat dan bentuk warna
yang jelas juga merupakan salah satu a1asan pemberian nama pacta grup ikan ini.
Ikan Chaetodontidae telah lama menjadi favorit fotografer bawah air. Ikan
ini memiliki badan dengan corak kuning, oranye atau putih dengan hitam yang
mencolok atau bahkan bintik coklat, garis-garis atau kombinasi keduanya. Semua
ikan Chaetodontidae memiliki duri tajam di bagian depan dari sirip perut,
walaupun mencolok tetapi tetap mengikuti tampilan secara umum. Umumnya
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
29
41384.pdf
jenis ini hidup di bagian tertentu dari terumbu karang dimana terdapat karang
yang tumbuh subur karena jenis ikan ini memakan polyp karang. Beberapa species
lainnyajuga memakan kombinasi antara invertebrata yang hidup di dasar perairan
dan algae tertentu tetapi tetap menggunakan terumbu karang sebagai tempat
berlindung. lkan Chaetodontidae secara umum dibatasi oleh individu karang atau
daerah yang cukup terbatas dari keseluruhan wilayah terumbu. Jenis ini terrnasuk
KA
ke dalarn species diurnal (aktif pada siang hari) yang mencari makan pada siang
BU
hari dan beristirahat di antara terumbu karang pada malarn hari (Allen, 2001).
R
Menurut Yayasan Terumbu Karang Indonesia (2004), ikan farnili
TE
Chaetodontidae (Butterfly, Daun-daun, Kepe-kepe ini memiliki ciri-ciri khusus
AS
yaitu, umumnya berpasangan, ada sebagian yang bergerombol, ukuran kurang dari
6 inchi, tubuh bulat dan pipih, gerakan larnban atau lemah gemulai, cara makan di
SI
T
atas Perairan Indonesia memiliki sekitar 45 jenis ikan Chaetodontidae. Salah
IV
E
R
satunya yang popular adalah kepe-kepe sumpit (Chelmon rostrams), kepe-kepe
N
tikar (Chaetodon col/are) dan sebagainya.
U
c. Klasifikasi Ikan Chaetodontidae
Ikan Chaetodontidae adalah ikan karang yang menarik dan sangat
bersahabat dengan spesies lain tetapi dapat lebih agresif dengan spesies yang
sarna. Menurut
Wales (2010), Ikan Chaetodontidae diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Superclass
: Osteichthyes
Class
: Actinopterygii
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
30
41384.pdf
Subclass
: Neopterygii
Infraclass
: Teleostei
Superorder
: Acanthopterygii
Order
: Perciformes
Subfamily
: Percoidei
Family
: Chaetodontidae
d. Distribusi Ikan Famili Chaetodontidae
KA
Ikan famili Chaetodontidae tersebar di perairan tropis dan subtropik, tetapi
BU
sebagian besarnya terdapat di perairan tropis, yaitu 90% dari 115 spesies yang
R
diketahui berada di kawasan Indo-Pasifik, dan hanya sedikit jenis yang terdapat di
TE
20 laut Karibia dan Samudra Atlantik bagian tropis (Robert & Ormond 1992) in
SI
TA
S
Hukom dan Bawole (1997). Corak warna ikan ini sangat beragam dengan
perubahan-perubahan selama masa pertumbubannya menjadikan kelompok ikan
ER
ini sangat menarik dan gerakannya yang tenang, sehingga mudah untuk diamati
satu persatu dalam areal pengamatan.Ikan Famili Chaetodontidae tersebar di
N
IV
perairan tropis dan subtropis. Oi perairan Indonesia tercatat ada 49 jenis spesies.
U
Jenis ikan ini hidup di daerah terumbu karang yang dangkal oleh karena itu
ketergantungan terhadap terumbu karang sebagai makanan dan tempat berlindung,
maka distribusi dan densitasnya lebih banyak dipengaruru oleh kondisi tutupan
terumbu karang hidup. Oistribusi spasial ikan Chaetodontidae dalam suatu
ekosistem terumbu karang berbeda-beda tergantung pada spesies ikan, komposisi
terumbu karang dan kedalaman (Hukom & Bowel, 1997). Beberapa jenis ikan
Chaetodontidae dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
31
41384.pdf
ehafltodon mflllanou.s
Chaetodon collare
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
===
Forcipiger j/avissimus Linnaeus
Chaetodon malannotus
U
N
IV
Gambar 2.3. Beberapajenis ikan Chaetodontidae, (AlleI4 2001).
e. Asosiasi lkan Cbaetodontidae dengan Karakteristik Habitatnya
Keberadaan jenis ikan Chaetodontidae dalam Hukom (1994), penelitian
dengan AFK memperlihatkan bahwa perbedaan utama kelimpaban i.kan antar
Stasiilll penelitian dapat menjelaskan sebaran spasial ikan Analisa Klasiftkasi
Hierarkhi (AKH) yang digunakan untuk mengkonfinnasikan hasil Analisis
Faktorial Koresponden (AFK), memperlihatkan kelompok ikan dengan komposisi
jenis yang sangat berbeda.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
32
41384.pdf
Tabel2.1. Asosiasi ikan Chaetodontidae dengan karakteristik habitatnya (Hukom,
1994)
No.
Jems Chaetodontidae
Habitat
(I)
(2)
(3)
Chaetodon ulitensis. e. vagabundus
e. benneti. e. Trifascialis.
e. adiagastros, e. ocellicaudus
e. punctatojisciatus, e. trifasciatus
e. Baronessa,e. melanotus
e. auriga. e. ephipium
e. raffles/' e. ornntsissimus
e. lunulla. e.citrinelus
ACS (Acropora Sub masive)
dan CM (Coral masive)
2.
Chaetodon olctoftiscintus dan Cordon
chrvzosonus
Chaetodon speculum. e. lineolatus.
e. oxycevhalus
Chaetodon semeion
e. reticulatus
e. meyeri
Chaetodon sv
CM (Coral masive) dan CE
(Coral encruistinf!)
ACT (Acroporn tnbulnte)
BU
R
ACB (Acroportr brcrmhing)
I
SI
T
AS
4.
TE
3.
KA
I.
R
C. Interaksi Ikan Karang dengan Terumbu karang
IV
E
Ikan karang adalah ikan-ikan yang hidup pada daerah terumbu karang
N
sejak masa juvenil sampai dewasa. Jumlah yang besar dan mengisi daerah
U
terumbu karang maka dapat terlihat bahwa ikan karang merupakan penyokong
hubungan yang ada di ekosistem terumbu karang (Nybakken, 1992). Interaksi
ikan karang dalam ekosistem terumbu karang dapat ditampilkan pada Gambar 2.4.
Tiap kumpulan ikan masing masing mempunyai habitat yang berbeda,
tetapi banyak spesies yang terdapat pada lebih dari satu habitat. Umumnya tiap
spesies mempunyai kesukaan (preferensi) terhadap habitat tertentu. Contohnya,
ikan-ikan pemakan polip (polip grazer) menyukai glomerate corals, ikan-ikan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
33
41384.pdf
keeil pemakan zooplankton menykai branched corals dan bersembunyi di baJik
TE
R
BU
KA
karang (Nybakken, 1992).
SI
T
AS
Gambar 2.4. Interaksi Ikan Karang Yang Terjadi Dalam Ekosistem Terumbu
Karang (Nybakken, 1992).
ER
Interaksi tak langsung akibat struktur karang dan kondisi hidrologi dan
IV
sedimen pada karang glomerate (seperti Porites sp) pada umunya tidak
N
mempunyai eelah yang dalam, banyak terdapat ikan pemakan polip (polip grazer)
U
seperti ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) dan ikan pokol (Balistidae). Karang
bereabang (seperti Acropora Sp) merupakan tempat berlindung bagi ikan keeil
(seperti ikan Gobi dan ikan Betok Laut) yang berenang keluar meneari makan
berupa zooplankton dan segera kembali ke terumbu. Asosiasi ikan karang dan
habitatnya dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa interaksi ikan karang yang terjadi
dalam ekosistem terumbu karang adalah :
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
BU
KA
34
41384.pdf
TE
R
Gambar 2.5. Asosiasi ikan karang dan habitatnya (Nybakken, 1992)
AS
1) Pemangsaan
SI
T
Predator yang mampu merusak koloni karang dan memodifikasi struktur
ER
terumbu karang dalah bintang laut (A. plancii) dan berbagai jenis ikan.
IV
Pemangsaan pada koloni-koloni karang oleh ikan pada keadaan yang cukup berat
N
mungkin dapat mematikan koloni terumbu karang. Ada dua kelompok ikan yang
U
secara aktif memakan koloni koloni karang yaitu :
a) Spesies-spesies yang memakan polip karang seperti ikan buntal
(Tetraodontidae),
ikan
palcoI
(Balistidae),
ikan
kuli
paslr
(Monacanthidae), dan ikan kepe - kepe (Chaetodontidae).
b) Ikan karang yang memindahkan polip karang untuk mendapatkan
polip karang untuk mendapatkan alga atau invertebrata yang hidup
dalam polip karang. Kelompok ini biasanya dari farnili Scridae dan
Achantudae.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
35
41384.pdf
Tipe pemangsaan yang paling banyak di terumbu karang adalah karnivora,
yaitu 5G--70 % dari spesies ikan. Kelompok besar kedua adalah ikan herbivora dan
pernakan karang (sekitar 15 % dari spesies ikan) dan yang paling penting dari
kelompok ini adalah farnili Scaridae dan Acanthuridae sisanya di klasifIkasikan
kedalarn ornnivora atau multivora yaitu ikan-ikan dari farnili Pomacentridae.
Terdapat juga ikan yang merupakan pemakan zooplankton dan urnurnnya
KA
berukuran kecil yaitu ikan yang membentuk kurnpulan (Schooling), dari farnili
Grazing
R
2)
BU
Clupeidae dan Atherinidae.
TE
Alga berpotensi menjadi saingan utama bagi terumbu karang dalarn
AS
mendapatkan ruang hidup karena pertumbuhannya yang lebih cepat di bandingkan
karang. Kondisi ini tidak sampai terjadi karena pertumbuhan alga di kendalikan
yang
merupakan
R
Farnili
herbivora
grazer
adalah
Siganidae,
IV
E
tertentu.
SI
T
dengan grazing yang di lakukan oleh beberapa kelompok ikan dan invertabrata
Pomacentridae. Achanthuridae dan Scaridae. Beberapa bulu babi juga melakukan
U
N
grazer seperti Deadema (Nybakken, 1992).
3) Persaingan
Suatu keistirnewaan pada ekosistem terumbu karang adalah bahwa pada
ekosistem ini tidak terdapat ruang yang terluang karena semuanya telah ditutupi
oleh karang. Persaingan untuk memperoleh cahaya yang cukup dapat teljadi
antara jenis karang yang bercabang dan karang yang membentuk harnparan atau
massive. Biasanya karang yang bercabang tumbuh lebih cepat daripada karang
yang membentuk harnparan atau masif dan sering memperluas koloninya ke
bagian atas dan lebih tinggi daripada harnparan, menutupi karang hamparan dari
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
36
41384.pdf
cahaya. Untuk mencegah terjadinya penguasaan tempat dan memelihara
keanekaragaman pada terumbu karang, karang yang berbentuk massive dapat
mencegah pertumbuhan yang cepat dari karang bercabang dengan memakan
jaringan hidup koloni karang yang menutupi mereka.
Wooton (1992) dalam Sopian (2006), mengatakan secara garis besar ikan
karang dalam jumlah besar menunjukkan penyeleksian habitat secara mendalam
KA
dan mengenali sebagian daerah terumbu karang sebagai tempat berlindung bagi
BU
mereka Komunitas ikan karang di dalam suatu habitat ekosistem terumbu karang
R
akan berpengaruh penting terhadap keberadaan terumbu karang yang masih hidup.
TE
Jumlah spesies ikan maupun biota laut lain yang berasosiasi terhadap ekosistem
AS
terumbu karang akan mengalami penurunan drastis karena meningkatnya jumlah
SI
T
karang mati pada suatu perairan (Bell & Galzin, 1985 dalam Sopian, 2006).
R
g. lkan Karang Family Chaetodontidae Sebagai lkan Indikator
IV
E
Menurut Anderson et aI., (1981), Bouchon-Navaro et al., Adrim et aI.,
N
(1991) dalam Hukom (2001) ikan karang familiy chaetodontidae memiliki
U
hubungan yang cukup kuat terhadap persentase penutupan karang yang tinggi,
sedangkan Hutomo et aI., (1991) menemukan korelasi yang lemah terhadap
keduanya. Keeratan hubungan ikan karang famili Chaetodontidae dengan terumbu
karang sedikitnya disebabkan oleh dua alasan. Menurut Hutomo (1986),
Chaetodontidae
(kepe-kepe)
bersama
dengan
suku
Gobiidae
(glodok),
Pomacentridae (betok), dan Serranidae (kerapu) merupakan contoh yang baik
penghuni terumbu karang primer, karena hidupnya selalu berasosiasi dengan
terumbu karang, baik sebagai habitat maupun sebagai tempat mencari makan dan
mungkin sebagian besar sejarah hidupnya berlangsung dari sini.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
37
41384.pdf
Menurut
Nybakken
(1992)
dan
Mackay
(1994),
ketertarikan
Chaetodontidae (kepe-kepe) terhadap terurnbu karang kuat sekali. Chaetodontidae
(kepe-kepe) pada umurnnya bersifat ornnivora. Makanan kegemarannya adalah
polyp-polyp karang. Kecuali itu ada juga yang memakan bagian dari polychaeta,
anemone dan invertebrate kecillainnya yang hidup di dasar serta krustasea kecil,
sponge, polyp karang lunak, plankton, telur ikan, dan cairan lendir (mucus) yang
KA
di keluarkan oleh karang.
BU
Beberapa jenis ikan yang tergolong dalarn farnili Chaetodontidae (kepe­
R
kepe) merupakan komponen yang paling banyak diantara ichthyofauna karang.
TE
Jenis - jenisnya mudah diidentifIkasi dan taksonominya telah ditentukan. Mereka
TA
S
sering dijurnpai berpasangan dan memiliki teritorial sehingga mudah dihitung
secara individual. Ikan ini merupakan salah satu kelompok ichtyofauna yang
SI
cukup mencolok, memiliki sebaran yang luas dan se1alu ditemukan hidup
IV
ER
berasosiasi dengan terumbu karang (Allen, 1979 dalam Hukom, 1997) serta
dianggap oleh Reese (1981) dalam Hukom (1997) sebagai penghuni terurnbu
U
N
karang sejati. Sifat-sifat tersebut te1ah menempatkan ikan ini sebagai ikan
indikator dalarn ekosistem terurnbu karang, sehingga apabila teIjadi perubahan
terhadap ekosistem terumbu karang, maka kehadiran ikan dari farnili ini dapat
digunakan sebagai petunjuk penilaian atau pemantauan kondisi terurnbu karang di
kawasan tersebut.
Beberapa species ikan Chaetodontidae memiliki kecenderungan dilihat
sebagai indikator kondisi terurnbu karang dan kondisi perairan. HasH penelitian
Bawole (1998) dalam Hukom (2001) di perairan Te1uk Thailand menunjukkan
bahwa Chaetodon octofasciatus banyak terdapat pada perairan keruh dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
38
41384.pdf
cenderung berasosiasi dengan koloni karang massive (CM). Bawole dan Boli
(1999) dalam Hukom (2001) juga menyatakan bahwa di perairan Manokwari ­
Papua, Chetodon kleinii memiliki asosiasi yang cukup kuat dengan koloni karang
bercabang (ACB). Adrim & Hutomo (1999) dalam Makatipu (2001) mendapatkan
Chaetodon vagabundus, Chaetodon baronessa, Chaetodon kleinii dan Chaetodon
trifasciatus juga mendominasi perairan dengan tingkat kecerahan yang tinggi
KA
seperti di perairan Ujung Kulon, Kupang, Ambon dan Bali sedangkan pada
BU
perairan dengan tingkat kecerahan rendah seperti di perairan Kepulauan Seribu
R
didorninasi oleh Chaetodon octofasciatus dan Chelmon rostratus. William (1986)
TE
dalam Hukom & Bawole (1997) menemukan bahwa ikan karang family
AS
chaetodontidae lebih mendominasi pada rataan terumbu karang bercabang yang
merupakan tipe Long Branching Colonies seperti pada perairan Great Barier
R
Pengelolaan Terumbu Karang dan Ikan Karang
IV
E
h.
SI
T
bagian tengah.
N
Bengen (200 I) mengatakan bahwa pengelolaan ekosistem secara terpadu
U
pada prinsipnya memadukan prinsip-prinsip dasar dari ekologi, ekonomi dan
sosial agar menjadi kesatuan yang utuh sehingga sumberdaya di ekosistem
tersebut dapat terus dimanfaatkan secara berkelanjutan. Suatu pengelolaan yang
baik adalah yang mernikirkan generasi mendatang untuk dapat juga menikmati
sumberdaya yang sudah ada saat ini. Untuk mencegah semakin memburuknya
kondisi terumbu karang, terutama dari aktifitas antropogenik, maka diperlukan
pengelolaan ekosistem terumbu karang. Pengelolaan ini pada hakekatnya adalah
suatu proses pengontrolan tindakan manusia, agar pemanfaatan sumberdaya alam
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
39
41384.pdf
dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian
lingkungan (Supriharyono, 2000).
Menurut
Nikijuluw
(2002),
sumberdaya
perikanan
dapat
berupa
sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan dan sumber daya buatan manusia yang
digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan. Pemanfaatan sumberdaya ikan
oleh manusia berhubungan erat dengan kondisi lingkungan tempat ikan tersebut
KA
tinggal. Adanya interaksi antara sumberdaya ikan, lingkungan perairan serta
BU
manusia sebagai pengguna, maka diperlukan sebuah pengelolaan agar ketiga
TE
R
interaksi tersebut dapat beIjalan secara seimbang dalam sebuah ekosistem.
Artinya pengelolaan sumberdaya ikan adalah penataan pemanfaatan sumberdaya
S
ikan, pengelolaan lingkungan dan pengelolaan manusia sebagai pengguna.
TA
Keberhasilan manajemen pengelolaan sumberdaya perikanan lebih tergantung
SI
pada keterlibatan dan partisipasi pemegang kepentingan ( Pomeroy dan Williams
(2002)
berpendapat
Beddington dan Retting (1983) dolam
bahwa
penyebab
kegagalan
pengelolaan
IV
Nikijuluw
ER
(1999) dolam Nikijuluw (2002)).
U
N
sumberdaya perikanan adaJah strategi pendekatannya bersifat parsial atau hanya
terfokus pada strategi tertentu. Menurutnya pengelolaan harus dilakukan secara
menyeluruh dengan mengimplementasikan beberapa pendekatan apapun pilihan
alternatif manajemen pengelolaan sangat bergantung pada kekhasan, situasi dan
kondisi perikanan yang dikelola serta tujuan pengelolaan (Nikijuluw 2002).
Selanjutnya ditambahkan bahwa paling tidak pilihan pengelolaan sebaiknya
berdasarkan kriteria-kriteria berikut :
I) Diterima nelayan secara ekonomis, sosial, budaya atau politik.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40
41384.pdf
2) Diimplementasikan secara gradual dimana nelayan secara perlahan dapat
menyesuaikan kegiatan perikananya dengan hal yang barn.
3) Fleksibilitas, yaitu dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi biologi
dan ekonomi.
4) lmplementasinya didorong efisiensi dan inovasi.
5) Pengetahuan yang sempurna tentang peraturan serta biaya yang
KA
dikeluarkan untuk mengikuti peraturan tersebut.
BU
6) lmplikasi terhadap tenaga kerja, pengangguran dan keadilan.
TE
R
Pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan adalah sesuatu tantangan,
dengan banyaknya jumlah orang yang terlibat, yang banyak diantaranya tanpa
S
sumber protein atau pendapatan altematif. Banyak komunitas lokal yang akan
SI
TA
memiliki sedikit pilihan mata pencaharaian dan kecil kemungkinan untuk
beradaptasi dengan kondisi yang barn. Hal ini menjadi perhatian yang penting
ER
dalam pengambilan kebijakan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan yang
IV
baik dapat meminimalkan ancaman-ancaman utama yang dihadapi terumbu
N
karang. Suatu evaluasi pengelolaan di kawasan ini adalah inti analisis ancaman
U
atau gambaran kesehatan terumbu karang (Burke et.al., 2002).
Secara nasional kebijakan pengelolaan terumbu karang telah diatur dalam
sebuah Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor : 38lMEN/2004
tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang. Dalarn Kebijakan
tersebut dinyatakan bahwa terumbu karang merupakan bagian dari sumberdaya
ala di wilayah pesisir yang pengelolaannya tidak terlepas dari pengelolaan
sumberdaya lainnya seperti hutan mangrove dan padang lamun. Oleh karena itu
kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang harus memperhatikan dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41
41384.pdf
menggunakan pendekatan menyeluruh dan terpadu. Selain itu pengelolaan
terumbu karang juga harns mempertimbangkan pelaksanaan desentralisasi.
Kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang disusun berdasarkan,
prinsip-prinsip: (I) keseimbangan antara intensitas dan variasi pemanfaatan
terumbu karang, (2) pengelolaan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat
lokal dan ekonomi
(3) kepastian hukum melalui pelaksanaan peraturan
optimal,
(4)
pengelolaan yang
berkeadilan
dan
BU
terumbu karang yang
KA
perundang-undangan untuk mencapai tujuan pengelolaan dan pemanfaatan
R
berkesinarnbungan, (5) pendekatan pengelolaan secara kooperatif antar semua
TE
pihak terkait, (6) pengelolan berdasarkan data ilmiah yang tersedia dan
SI
TA
S
kemarnpuan daya dukung lingkungan, (7) pengakuan hak-hak ulayat dan pranata
sosial persekutuan masyarakat adat tentang pengelolaan terumbu karang, dan (8)
pengelolaan terumbu karang sesuai dengan semangat otonomi daerah (Kepmen.
ER
Kelautan dan Perikanan nomor : 38/ MEN! 2004). Kebijakan umum pengelolaan
IV
terumbu karang di Indonesia adalah mengelola ekosistem terumbu karang
U
N
berdasarkan keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian yang dirancang
dan dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh Pemerintah Pusat,Pemerintah
Provinsi, Pemerintah KabupatenIKota, masyarakat, swasta, perguruan tinggi, serta
organisasi non pemerintah.
Menurut Westmacott et aI (2000) bahwa langkah-Iangkah pencegahan
yang dapat dilakukan terhadap kerusakan terumbu karang adalah dengan
memberikan pengertian khusus untuk kebijakan-kebijakan sebagai berikut: (I)
Mendirikan zona dilarang memancing dan pembatasan a1at perikanan, (2)
mempertimbangkan ukuran perlindungan tertentu untuk ikan pemakan alga dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
42
41384.pdf
ikan pemakan karang, (3) memberlakukan peraturan yang melarang praktek
penangkapan ikan yang merusak, (4) memonitor komposisi dan ukuran
penangkapan, (5) mengembangkan mata pencaharian bagi komunitas nelayan.
Santosa (2001) berpendapat kewenangan dapat
diberikan kepada
masyarakat lokal berupa: (I) pemberian konsensi (pemanfaatan/pengusahaan)
sumberdaya alam yang berdampak pada keseimbangan daya dukung ekosistem,
KA
dan (2) pengendalian dampak terhadap sumberdaya alamo Kelemahan-kelemahan
BU
tersebut dapat dieliminir dengan menggiatkan kegiatan pengawasan pemanfaatan
TE
R
sumberdaya kelautan dan perikanan ditingkat masyarakat, yang dikenal dengan
Sistem Pengawasan berbasis Masyarakat (SISWASMAS) yang merupakan
TA
S
subsistem dari sistem pemantauan, pemeriksaan, pengamatan lapangan dan
evaluasi atau MCS (Monitoring, Controlling dan Surveilance).
ER
SI
B. Penelitian yang Mendukung
Beberapa penelitian yang menggunakan ikan kepe-kepe sebagai indikator
N
IV
keanekaragaman terumbu karang di Indonesia dan Filipina menunjukkan hasil
U
yang sangat bagus (Crosby et al. 1996). Jenis ikan Chaetodontidae yang sudah
diteliti sebagai indikator perubahan lingkungan adalah Chaetodon multicinctus,
Chaetodon ornatissimus, Chaetodon trifasciatus, dan Chaetodon unimaculatus
(Hourigan et al.
Chaetodontidae
1988). White (1988) menyatakan jumlah total spesies
menunjukkan korelasi yang signifIkan terhadap penutupan
karang keras (hard coral). Sedangkan di Kepulauan Seribu, Adrim et al. (1991)
menyebutkan bahwa Chaetodon octofasciatus memungkinkan untuk dijadikan
indikator degradasi terumbu karang akibat tekanan lingkungan. Namun, tidak
semua ikan Chaetodontidae sebagai pemakan karang keras (scleractinian coral),
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
43
41384.pdf
ada juga memakan octocoral (karang lunak) misalnya Chaetodon me/annotus
(Alino et aI., 1988).
Berdasarkan penelitian Bawole (1998) dikemukakan bahwa variasi ikan
Chaetodontidae ditentukan oleh bentuk pertumbuhan Acropora bercabang,
nonacropora bercabang, non-acropora massive, non-acropora encrusting dan
habitat yang beragam. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa kehadiran yang
KA
dominan dari Chaetodon octofasciatus mengindikasikan bahwa terumbu karang
BU
sudah mengalami perubahan, sedangkan kehadiran Chaetodon trifasciatus,
TE
R
Chaetodon trifascialis dan Chaetodon ornatissimus mengindikasikan bahwa
kondisi karang belum mendapatkan gangguan yang berarti atau masih relatif baik.
S
Dari penelitian tersebut disarankan perlu adanya penelitian yang lebih lanjut
TA
tentang kebiasaan makan dan tingkah laku ikan Chaetodontidae, dengan perhatian
SI
khusus pada jenis Chaetodon octofasciatus, Chaetodon trifasciatus, Chaetodon
ER
trifascialis dan Chaetodon ornatissimus. Penelitian Yusuf dan Ali (2004)
dari
Chaetodon
IV
menyatakan bahwa ditemukan kelimpahan yang tinggi
U
N
octofasciatus dan Chaetodoncollare di Pulau Mayar, Malaysia, meskipun
penutupan karang di di daerah ini kurang beragam dan sehat. Adrim dan Hutomo
(1989) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara ketiga yang mempunyai
keanekaragaman ikan kepe-kepe (butterflyjishes) setelah Great Barrier Reef,
Australia (50 spesies), dan Filipina (45 spesies). Namun, kajian biologis dan
ekologis dari kelompok ikan ini masih sangat jarang dan biasanya hanya
merupakan bagian kecil dari berbagai penelitian. Lebih lanjut Adrim dan Hutomo
(1989) menemukan adanya hubungan positif antara persen penutupan karang
hidup dengan jumlah dan jenis ikan Chaetodontidae di Laut Flores.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
44
41384.pdf
Hasil penelitian Madduppa (2006) di Pulau Petondan Timur, Kepulauan
Seribu, diketabui ikan C. octofasciatus banyak ditemukan di daerab yang
mempunyai kepadatan Acropora yang tinggi, hal ini disebabkan karena genus
Acropora dengan bentuk perturnbuhan becabang selain menyediakan tempat yang
aman dan makanan. Hal ini membuktikan babwa ada hubungan yang positif
antara persentase penutupan karang keras(scleractinian coral) dengan
ikan
Chaetodon
Kelimpaban
octofasciatus.
ikan
kepe-kepe
KA
kelimpaban
BU
(Chaetodon octofasciatus) dipengaruhi oleh besamya persentase penutupan
R
karang hidup diindikasikan oleh pola hubungannya yang positif kuadratik
TE
(polynomial) di kedalaman 3 meter dan 10 meter. Adanya perbedaan tingkat
TA
S
pemangsaan terhadap karang dan hubungan positif antara kelimpaban ikan kepe­
kepe (Chaetodon octofasciatus) dengan persentase karang hidup serta didukung
SI
oleh analisa makanan dan kebiasaan makan, maka ikan kepe -kepe ini sangat
Timur,
IV
ER
potensial sebagai bioindikator ekosistem terumbu karang di Pulau Petondan
Kepulauan
Seribu.
Penurunan
persentase tutupan karang hidup
U
N
mempengaruhi kelimpaban ikan Chaetodontidae di perairan.
Presentase penutupan karang hidup memiliki hubungan yang kuat dengan
kelimpaban
ikan
famili
Chaetodontidae
dan
kelimpaban
ikan
spesies
Chaetodontidae octafasciatus sehingga Chaetodontidae octafasciatus dapat
dijadikan sebagai bioindikator baik buruknya kondisi terumbu karang di perairan
Pulau Abang Batarn (Mabarbhakti, 2009). Titabeluw (2011) menemukan babwa
keberadaan ikan Chaetodontidae akan melimpab seiring dengan tingginya
persentase tutupan karang hidup. Makanan utarna dari ikan Chaetodontidae adalab
zooxanthelae, sehingga kelimpabannya sangat ditentukan oleh tutupan karang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
45
41384.pdf
hidup di perauan. Ikan Chaetodontidae berkorelasi positif dengan terurnbu
karang, perubahan persentase tutupan karang hidup mempengaruhi kelimpahan
dan dominansi karena keterkaitannya dengan makanan dan tempat berlindung.
Chaetodon trifascialis sangat baik digunakan untuk sebagai indikator untuk
melihat perubahan terhadap ekosistem terurnbu karang. Bawole (1998) Chaelodon
trifascialis, Chaetodon fasciatus, Chaetodon unimaculatus, Chaetodon ephippium,
KA
Chaetodon lineolatus, Chaetodon ulietensis dan Chaetodon longirostus 1ebih
BU
menyukai perairan yang jernih, habitat yang beragam, keanekaragaman jenis
karang yang tinggi dengan persentase tutupan yang baik. Keeratan hubungan
TE
R
antara ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan karang hidup didasarkan
S
pada beberapa a1asan. Menurut Hutomo dan Adrim (1986), famili Chaetodontidae
SI
TA
merupakan penghuni terurnbu karang primer yang khas karena hidupnya se1alu
berasosiasi dengan terumbu karang baik sebagai habitat maupun tempat mencari
ER
makan. Pemangsaan terhadap karang oleh ikan Chaetodontidae, karena karang
IV
menyediakan protein yang terkandung dalam po1ip dan karbohidrat.
U
N
C. Kerangka BeIfoor
Perairan Pulau Karang Bongkok merupakan pu1au peristirahatan yang
berada di zona Penyangga, diperuntukan mendukung aktifitas sosial ekonomi dan
budaya masyarakat setempat serta perikanan tangkap tradisional. Target
penangkapan adalah jenis-jenis ikan karang baik untuk konsumsi maupun ikan
hias untuk diperdagangkan. Eksp10itasi sumberdaya ikan karang ini akan
mempengaruhi dan mendegradasi ekosistem terurnbu karang, apabi1a eksp10itasi
tersebut menggunakan a1at dan earn yang tidak ramah 1ingkungan. Selain itu,
kualitas lingkungan perairanjuga mempengaruhi pertumbuhan karang.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
46
41384.pdf
Kerusakan atau degradasi terumbu karang di perairan Pulau Karang
Bongkok secara langsung akan berdampak kepada ikan karang yang berasosiasi
langsung dengan terumbu karang. Ikan Chaetodontidae yang merupakan ikan
yang hidupnya berasosiasi langsung dengan terumbu karang akan terkena darnpak
langsung. Ikan ini memanfaatkan langsung terumbu karang bukan hanya sebagai
makanan tetapi juga untuk tempat hidupnya. Kelimpahan ikan Chaetodontidae
KA
memiliki hubungan dengan penutupan karang hidup (Bell & Galzin, 1984; Adrim
BU
& Hutomo, 1989; Adrim et aI., 1991).
Untuk menjaga kelestarian terumbu karang di perarran Pulau Karang
TE
R
Bongkok, diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan yang tepat bagi terumbu
SI
TA
S
karang untuk mengurangi degradasi yang terjadi dan mencegah kerusakan
terumbu karang yang semakin meluas lagi. Dalam arti pemanfaatan sumberdaya
terumbu karang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan di sisi
ER
lain pemanfaatan yang dilakukan dapat melindungi wilayah pesisir dari abrasi
IV
pantai. Oleh karena itu kelestarian sumberdaya hams dipertahankan dengan cara
N
memanfaatkan secara bijaksana dan berkelanjutan tanpa hams merusak ekosistem
U
tersebut sehingga diharapkan generasi yang berikutnya juga dapat merasakan atau
menikrnatinya.
Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini dilakukan dalam rangka
mencari rekomendasi yang tepat untuk pengelolaan terumbu karang dan ikan
karang sacara berkelanjutan dan lestari di perairan Pulau Karang Bongkok,
Kepulauan Seribu. Secara utuh Kerangka Poor dalam penelitian ini digambarkan
pada Gambar 2.6.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
47
41384.pdf
;Ekosistem Terumbu Karangl
,
----J
~
Kondisi Terumbu Karang
Kondisi Ikan Chaetodontidae
Deskripsl Terumbu Karang
Deskripsi kecerahan,
(Persentase Tutupan karang Hidup,
salinitas, suhu, kuat
lile form dan Genus, Indeks
----+
Keanegaragaman, Indeks
arus
TE
t
R
BU
Keseragaman, Indeks Dominansi,
Indeks Mortalitas, Indeks
Konservasi)
Deskripsi lkan
Chaetodontidae (Jenis,
Kelimpahan, Indeks
Keanegaragaman, Indeks
Keseragaman, Indeks
Dominansi)
KA
Kondisi perairan
'f
Rekomendasi Pengelolaan Terumbu Karang
dan Ikan Chaetodontidae Berbasis Ekologi
Gambar 2.6. Kerangka BerfIkir Penelitian
U
N
IV
ER
SI
TA
S
Analisis Hubungan Kondisi Terumbu Karang
dengan Kelimpahan Ikan Chaetodontidae
D. Definisi Konsep dan Operasional
Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang tennasuk dalam Filum
Coelenterata (bewan berrongga) atau Cnidaria. Karang (coral) mencakup karang
dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas
Hydrozoa.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
48
41384.pdf
Zooxanthellae adaJah alga dari kelompok Dinoflagellata yang bersimbiosis
pada hew an, seperti karang, anemon, moJuska dan lainnya. Sebagian besar
zooxanthella berasal dari genus Symbiodinium. JumJah zooxanthellae pada karang
diperkirakan> 1 juta seVcm2 permukaan karang, ada yang mengatakan antara 1-5
juta seJlcrn2. Meski dapat hidup tidak terikat induk, sebagian besar zooxanthellae
melakukan simbiosis.
KA
Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang
BU
Acropora dan non-Acropora (English et.al., 1994). Perbedaan Acropora dengan
non-Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang
TE
R
disebut axial lwralit dan radial lwralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki
S
radial lwralit.
TA
Indeks mortalitas karang dihitung untuk mendapat gambaran tentang
SI
kondisi kesehatan karang dilihat dari perbandingan antara persentase tutupan
ER
karang mati dan karang hidup. Perhitungan indeks mortaJitas tersebut juga
IV
dimaksudkan untuk mengetahui rasio kematian karang.
N
Indeks keanekaragaman karang adalah suatu penggambaran secara
U
matematik untuk mempermudah dalam menganalisis informasi tentang jumlah
individu dan spesies organisme serta beberapa banyak jumlah jenis yang ada
dalam suatu area.
Indeks dominasi adalah parameter kuantitatif yang menyatakan tingkat
terpusatnya dominasi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas. Penguasaan
atau dominansi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada satu spesies, beberapa
spesies atau pada ada banyak spesies yang dapat diperkirakan dari tinggi
rendahnya dari indeks dominasi.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
49
41384.pdf
Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang
dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir,
lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan
dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi
peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus
atau spesies.
KA
Line Intercept Transect (LIT), metode ini merupakan teknik yang
BU
dikembangkan dalam ekologi tumbuhan terrestrial dan diterapkan dalam ekologi
terumbu karang (Loya, 1978; Marsh et al., 1984 dalam English et al., 1997).
TE
R
Gates (1979) dalam English et al. (1997) menyebutkan bahwa metode transek
S
perpotongan garis digunakan untuk mengestimasi penutupan obyek atau
SI
TA
kumpulan obyek yang ada di area tertentu dengan cara menghitung panjang
bagian yang dilalui transek. Metode ini digunakan untuk mengetahui
suatu
wilayah sehingga dapat diketahui
ER
karakteristik jenis karang di
IV
keanekaragaman jenis karang di daerah tersebut. Metode transek garis
N
digunakan untuk melihat penutupan linear karang dalam komunitas karang yang
U
hidup di dasar perairan.
Transplantasi karang adalah kegiatan untuk memperbanyak koloni karang
melalui fragrnentasi spesimen yang berasal dari habitat alam atau sumber lainnya
dengan cara melekatkan fragrnen tersebut pada media buatan dan menumbuhkan
pada habitat alam atau buatan.
Kelimpahan ikan adalah jumlah ikan yang ditemukan persatuan luas
transek. Indeks keanekaragaman adalah ukuran yang menggambarkan kekayaan
jenis dari suatu komunitas ikan karang yang dilihat dari jumlah spesies dalam
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
50
41384.pdf
suatu kawasan berikut jumlah individu dalam setiap spesiesnya. Diurnal adalah
organisme yang aktivitasnya tinggi pada siang hari. Fishing ground adalah daerah
U
N
IV
E
R
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
penangkapan ikan. Habitat adalah tempat hidup suatu organisme.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
RARIII
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui metode survey kondisi karang dan ikan
karang serta mengidentifikasi
faktor-faktor lingkungannya. Analisis data
KA
menggunakan cara deskriptif komperatif dengan membandingkan nilai variabel
terhadap kriteria kualitas dan kondisi terumbu karang. Jenis data yang digunakan
BU
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer terbagi
TE
R
menjadi 3 bagian yaitu data terumbu karang, data ikan Chaetodontidae dan data
parameter lingkungan. Jenis data yang dikumpulkan selengkapnya disajikan pacta
SI
Jenis Data
Data Primer:
ER
No
1.
TA
S
Tabel 3.1. Jenis Data yang dikumpulkan
N
IV
a. Kondisi Terumbu Karang
U
b. Kondisi Ikan Karang
c. Parameter Lingkungan
2.
Data Sekunder
Parameter
- Persentase tutupan karang
-
Keanekaragaman
- Keseragaman
- Lifefarm
- Kelimpahan
- Keanekaragaman
- Keseragaman
- Kecerahan
- Suhu
- Salinitas
- Kecepatan Arus
- Literatur dan pustaka terkait
Pengumpulan data kondisi terumbu karang dan ikan Chaetodontidae
dilakukan bersamaan, yaitu sebanyak 1 (satu) kali penyelaman pada tiap-tiap
stasiun dan dilakukan pagi hari sampai siang hari. Waktu ini diambil disesuaikan
dengan waktu aktif ikan Chaetodontidae mencari makan, ikan ini bersifat diurnal.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
52
41384.pdf
Penelitian ini dilaksanakan
selama 3 bulan dari bulan Oktober sampal
dengan Desember 20 II di perairan Pulau Karang Bongkok, di dalam kawasan
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta (Gambar 3.1).
•• soo
••Ii•••
-----
anooo
. . . 5••
P.S~
~
~
{l
P. Gosorig La a Kedl
B1f,.,
-,
~,
D
~
::
P. ~
0
P. MeI",!D k
f':'"
K~ir
=
llJ• r
P.
s epa tIeS<
. MeI,ntar1 !1:!i
D
P.
./?
~
~
~
~
0
~ndan Barat
---
TE
R
P.P~ ~o
::
KA
~ "S~
~
~
----
.D.
Q
BU
P. Yu Barar
.
~
D~."U.
~
~
~
CI!'~i", ~ C
P.Ger eng Kecil ~
P. BuIllt
~
~
S
~
D
P.
~
~
~
l;;;f...
TA
P. Panjan
~
----
P.Ka ~g~~a,
~
~
SI
---
ER
~
~
~
P. Opak Bes r
.
P_ Opak
~
~
&ir
P.KD1 k~il
IV
~
~
~
.J
~~
"1':lG ang Bongkok
N
P.Sem k Daun P
.
....
•
I
t~
• •• no
en•••
-~
~
PKa~
P_
"5•••
&&s••
::
P. andan
U
~
---~
p:llu 1<I!Cii
P. Ha ~u
~
-::
.O;J50,
P.lJ ~n
~
~
~
eno.o
81'550'
I~·_a~r
~
~
11'550'
~
~
prarrIJ.
IIPl1 •••
..a..
Peta K _.... Ke..,lauan Seribu Uta...
KlIlbulMRn AtIIItinis..... f Kerpulau"n Seribu, Dill J"kllrtlI
-­
0-_
--.
Gambar 3.1. Peta wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Karang Bongkok
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
53
41384.pdf
Pulau ini mempunyai luas 0,5 Ha dan luasan reef flat sekitar 80,12 Ha,
sehingga total luas daratan reefflat pulau adalah 80,64 Ha dan merupakan pulau
peristirahatan yang berada di zona Penyangga, diperuntukan mendukung aktifitas
sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat serta perikanan tangkap
tradisional. Zona ini berfungsi menyaring darnpak negatif kegiatan budidaya di
dalarn maupun luar kawasan. Sebagian besar penduduk Kepulauan Seribu
KA
berrnukirn di zona ini. Aktifitas penangkapan ikan diperkenankan dengan alat
BU
tradisional, seperti pancing bubu. Secara administratif pulau ini berada dalarn
TE
R
Kelurahan Pulau Panggang Kecarnatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten
Adrninistrasi Kepulauan Seribu, DKi Jakarta.
pada dasar perairan
TA
S
Pengarnatan dilakukan pada dua kedalarnan yaitu
kedalarnan 3 meter (m) untuk mewakili kondisi perairan dangkaI dan pada dasar
SI
perairan kedalarnan 10 meter (m) untuk mewakili kondisi perairan dalam. Stasiun
ER
pengarnbilan data ditetapkan di empat lokasi yaitu:
IV
I. Stasiun I (Barat) terletak pada 5°41 '20" LS dan 106°33'12" BT,
N
2. Stasiun II (Utara) terletak pada 5°40'43" LS dan 106°34'16" BT,
U
3. Stasiun III (Timur) terletak pada 5"40'52", LS dan 106°34'53" BT,
4. Stasiun N (Selatan) terletak pada 5°41 '23" LS dan 106°34'10" BT.
Stasiun Barat dan Utara adalah lokasi yang digunakan oleh nelayan untuk
menangkap ikan hias. Stasiun Selatan adalah lokasi yang merniliki derrnaga untuk
kapal singgah. Stasiun Timur adalah lokasi lintasan kapal nelayan yang berukuran
kecil melintasi hamparan terurnbu karang agar lebih cepat sampai ke Iokasi
penangkapan di Pulau lain di sekitar Pulau Karang Bongkok. Letak dan posisi
Stasiun pengarnatan dapat dilihat pada Garnbar 3.2.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
TE
R
BU
KA
54
41384.pdf
SI
TA
S
Gambar 3.2. Stasiun Pengamatan di Pulau Karang Bongkok
B. Populasi dan Sampel
ER
Populasi penelitian ini adalah komunitas terumbu karang (Acropora, Non
IV
Acropora, Dead Scleractinia, Algae, Other Fauna, Abiotik), komunitas ikan
pada dasar perairan kedalaman 3 m untuk mewakili kondisi perairan
U
yaitu
N
indikator dari ikan famili Chaetodontidae dan kualitas air pada dna kedalaman
dangka1 dan pada dasar perairan kedalaman 10m untuk mewakili kondisi perairan
dalarn di perairan Pulau Karang Bongkok.
Sampel yang diambil pada pene1itian ini adalah komunitas terumbu karang
(Acropora, Non Acropora, Dead Scleractinia, Algae, Other Fauna, Abiotik),
komunitas ikan indikator dari ikan famili Chaetodontidae dan kua1itas air pada
kedalaman 3 m dan 10m. Stasiun pengamatan beIjumiah 4 stasiun yaitu Stasiun
Barat, Utara, Selatan dan Timur.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
55
41384.pdf
Alasan pemilihan perairan Pulau Karang Bongkok sebagai objek penelitian
karena Pulau Karang Bongkok merupakan pulau peristirahatan dan menjadi salah
satu daerah penyelaman oleh para wisatawan yang mengunjungi Pulau Pramuka.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian kondisi terumbu karang, kondisi ikan Chaetodontidae dan
parameter lingkungan terdiri dari beberapa variabel, seperti disajikan pada Tabel
KA
3.2.
R
BU
Tabel 3.2. Variabel, Indikator dan Metoda yang Digunakan
Kondisi Ikan
Chaetodontidae
-
-
Kecerahan (m)
Suhu f"q
Salinitas
Kecepatan Arus (m.df')
ER
SI
Kondisi Terumbu
N
IV
Parameter Lingkungan
Metoda
- Line Intercept Transect
(LIT)
sensus bawah air (under
water visual census atau
UVC)
-
Visual, Secchi disk
Pemuaian, Thermometer
Refraktometer
Currentmeter
U
I
TE
Karang
-
Indikator
Persentase tutupan karang
Keanekaragaman
Keseragaman
Life/arm
Indeks Mortalitas
Kelimpahan
Keanekaragaman
Keseragaman
TA
S
Variabel
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.3.
TabeI3.3. Alat dan Bahan
No
(I)
l.
Alat dan Bahan
(2)
Scuba
Spesifikasi
Jumlah
(3)
(4)
Masker + snorkel + fin +
Kegunaan
(5)
3 Unit
Alatselam
tabung tekanan 3000 psi +
aqualung
2.
Roll meter 100 m
Ketelitian 1 em
1 Unit
Transek
3.
Kamera bawah air
Skala 10 MP
I Unit
Mengambil gambar
terumbu karang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
56
41384.pdf
Lanjutan Tabel 3.3
(2)
(I)
(3)
GPS
4.
I Unit
(5)
Menentukan posisi
penelitian
Thennometer
Alkohol(Keteli!ian I "C)
I Unit
Mengukur suhu
Current drogue
Plastik, pelampung dan
pembera~ satuan (mls)
I Unit
Menentukan arah dan
menghitung kecepatan
arus
7.
Hand Refraktometer
Ketelitian I
0/00
] Unil
Mengamati salinitas
8.
Secchi disk
Tali berskala + piring secchi
+ pemberat (meter)
] Unit
Mengamati kecerahan
9.
Buku identifIkasi
tcrumbu karang dan
ikan karan£
Kapal
Jenis-Jenis terumbu karang
dan Bean Karang DiIndonesia
I Unit
Kapal kayu 7 PK
I Unit
AJat tulis bawah air
AJat tulis
American Scuba Diver
Sabak I ala! tulis dari pipa
paralon
Mengenali jenis-jenis
terurnbu karang dan
ikan karan.
Sebagai sarana uotuk
ke lokasi Stasiun
nem!amatan
Seb..ai ala! tuiis
Mencatat hasil
oen£amatan
TA
S
D. Prosedur Pengumpulan Data
BU
12.
I Unit
1 Unit
TE
R
II.
KA
S.
6.
10.
1.
(4)
Kondisi Terumbu Karang
terumbu
karang
diamati
dengan
metode
transek
garis
SI
Kondisi
ER
menyinggung atau Line Intercept Transect (LIT) mengikuti English et.al. (1994).
IV
Metode ini digunakan untuk menentukan kondisi substrat bentik terumbu karang
U
N
berdasarkan pola bentuk pertumbuhan karang (lifefarm). Berdasarkan metode ini,
substrat dasar perairan yang dilalui oleh transek dapat diketahui. Satuan yang
digunakan berdasarkan metode ini adalah persen.
Cara keIja metode transek garis menyinggung adalah dengan membentang­
kan tali transek (roll meter) sepanjang 80 m sejajar garis pantai (English et.a!.
(1994), kemudian membuat sub stasiun dengan membuat transek pengamatan
sebanyak tiga transek. Ukuran panjang transek pengamatan adalah 20
ffi.
Transek
pertama ditentukan dari titik 0 sampai titik 20 m, di beri interval atau jarak
10m, transek kedua dimulai dari titik 30 sampai titik 50 m, dan transek ketiga
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
57
41384.pdf
dimulai dari titik 60 sampai titik 80 mr (Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil
dan Taman Nasional Laut, 2006). Secara sistematis cara meletakkan garis transek
(LIT) di lokasi keIja dapat dilihat pada Gambar 3.3. Pengamatan kondisi terumbu
karang memerlukan 2 orang penyelam (Diver). Diver pertama bertugas untuk
membentangkan roll meter dan diver dua bertugas untuk melakukan pencatatan
data jenis terumbu karang di sepanjang transek garis yang diukur tepat dibawah
pulau
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
bentangan roll meter berdasarkan pertumbuhannya (lifeform).
20 m =Panjang Tali Transek
10 m ; Jarak Interval
T. n, IT =TransekPengamatan
Gambar 3.3. Metode Line Intersept Transect (LIT)
Bentuk pertumbuhan karang (lifeform) dan substrat dasar perairan yang
berada di bawah tali transek diukur dan dicatat hingga ketelitian pada centimeter
(em). Penggolongan bentuk pertumbuhan (lifeform) dan substrat dasar perairan
mengikuti penggolongan menurut English et al., (1994) seperti pada TabeI3.4.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
58
41384.pdf
Tabel 3.4. Kode dan Kategori Bentuk Pertumbuhan Karang dan Fauna Karang
Lain yang Mengisi Habitat Dasar (English et al.. 1994)
Benthic Life Fonn
Hard coral (Acropora)
Branching
Tabulate
Encrusting
Kode
Percabangan kurang lebih 2 derajat
Berbentuk pelat menyerupai meja
Tumbuh mengerak didasar dari bentuk acropora
yang belum dewasa
Berbentuk bonggol atau baj i
Percabangan tidak lebih dari 2 derajat
ACB
ACT
ACE
KA
Submassive
Digitate
Hard coral ( non
Acropora)
Branching
Encrusting
Foliose
Mushroom
Millepora
Heliopora
Ciri-Ciri
CB
CE
CF
CMR
CME
CHL
Barn saja mati dengan warna putih atau pudar
Warna tidak putih lagi
DC
CDA
Warna merah, hij au dan coklat
Alga filament lembut
Alga berkapur
MA
TA
CA
HA
AA
SI
TA
S
TE
R
BU
Percabangan kurang lebih 2 derajat
Menempel melapisi substrat, berbentuk plat.
Menempel pada substrat berbentuk seperti daun
Soliter
Karang api dengan pucuk agak putih
Karang biro, bila dipatahkan bagian dalarnnya
berwarna biru
ER
Dead Scleractinia
Dead Coral
(With Algae Covering)
Algae
Marco
Turf
Coraline
Halimeda
Algal Assemlage
IV
Tersusun lebih dari satu jenis.
Karang dengan tubuh yang lunak
U
N
Other Fauna
Soft Coral
Sponge
Zoanthids
Other
Abiotic
Sand
Rubble
Silt
Water
Rock
ACS
ACD
Ascidian, anemon, kipas laut (gorgonium), kima
dB
Substrat pasir
Pecahan karang tidak beraturan
Substratlumpur
Celah air Iebih dari 50 cm
Batu kaour, lUanit, batu gunung
SC
SP
ZO
OT
S
R
SI
WA
RCK
2. Kondisi ibn Chaetodontidae
Kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi Pengamatan
ikan Chaetodontidade diukur dengan menggunakan metode pencacahan visual
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
59
41384.pdf
bawah aIr (underwater visual sensus) berdasarkan English, et.al ( 1994).
PengaInatan terhadap ikan karang ini dilakukan pada siang hari ketika pada
urnumnya ikan karang beraktifitas. Cara kerja metode ini yaitu dengan memasang
garis transek ikan karang sepanjang 80 m pada lokasi yang SaIna dengan LIT
terurnbu karang atau tetap menggunakan LIT terumbu karang. Dapat dilihat pada
BU
KA
GaInbar 3.4.
TE
R
E
"1
TA
S
N
ER
SI
GaInbar 3.4. Metode Sensus Visual (English, 1994)
IV
PengaInbilan data ikan dan karang dilakukan dimulai 15 menit setelah
N
pemasangan transek garis agar ikan kembali dalaIn keadaan semula dan terbiasa
U
dengan kehadiran penyelaIn. Proses identifikasi ikan dilakukan secara perlahan­
lahan di atas garis transek agar ikan merasa tidak terganggu dengan kehadiran
seorang penyeiaIn. Ikan yang tersensus tersebut kemudian langsung dicatat
PengaInatan ikan yang terdapat pada ekosistem terurnbu karang dilakukan seteIah
pencatatan lifeform karang dan substrat dasar perairan. Kelimpahan ikan
Chaetodontidae dihitung dalaIn batasan jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah
kanan dengan panjang transek 60 m sehingga luasan yang teramati yaitu
«2,5m x 2)x 60m = 300 m\
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
60
41384.pdf
3. Parameter Lingkungan
Data parameter lingkungan diambil secara insitu. Pengukuran ini dilakukan
bertepatan pada saat melakukan penyelaman. Pengukuran kondisi perairan di
lokasi praktek mencakup beberapa parameter yang mempengaruhi kodisi terurnbu
karang itu, seperti :
a. Suhu
KA
Pengukuran suhu dilakukan dengan cara membawa termometer ke tiap
R
beberapa menit lalu dilihat nilai suhu yang tertera.
BU
kedalaman stasiun pengamatan yaitu 3 m dan 10 m. Termometer dibiarkan
TE
b. Kecerahan
TA
S
Pengamatan kecerahan dilakukan dengan menggunakan alat yang bemama
secchi disk. Secchi disk diturunkan ke dalam perairan, kemudian mencatat
SI
kedalaman dimana piringan tersebut tidak kelihatan. Piringan masih diturunkan
IV
ER
sedikit dan kemudian diangkat kernbali secara perlahan-Iahan. Kedalaman dimana
piringan tersebut mulai kelihatan kembali dicatat. Rata-rata hasil pencatatan
U
N
kedalaman yang pertama dan yang kedua itulah kecerahan perairan. Nilai
kecerahan didapatkan dengan rurnus :
Keterangan:
C
=
Kecerahan (m)
d]
=
Kedalaman dimana secchi disk mulai tidak kelihatan saat diturunkan
(m)
d2
=
Kedalaman dimana secchi disk mulai kelihatan ketikadinaikkan (m)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
61
41384.pdf
c. Kecepatan Arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan alat current meter. Cara
menggunakannya adalah dengan memasukkan current meter ke kolom air
(kedalaman tertentu) yaitu 3 m dan 10m, kemudian melepaskan secara perlahan­
lahan dan membiarkan alat tersebut bergerak sesuai arah arus. Stopwatch
dihidupkan ketika alat tersebut dilepas. Saat tali sudah menegang stopwatch
KA
dimatikan lalu dilakukan pencatatan waktu yang tertera pada stopwatch tersebut.
BU
Untuk perhitungan kecepatannya adalah panjang tali pada saat menegang dibagi
TE
R
dengan waktu yang dibutuhkan tali untuk menegang. Rumus kecepatan arus
TA
S
adalah sebagai berikut:
N
IV
ER
SI
Keterangan:
V = Kecepatan arus (m/detik)
S = Jarak(m)
t = Waktu (detik)
U
d. Salinitas
Salinitas diukur dengan mengambil air sample setiap kedalaman (3 m dan
10m) dengan menggunakan botol Nansen. Sample air diukur nilai salinitasnya
dengan menggunakan refraktometer yang sudah dikalibrasi dengan cara
meneteskan air sampel yang akan diukur salinitasnya ke prisma sebanyak satu
tetes dan air harus menutupi semua prisma. Skala menunjukkan nilai salinitas
dengan satuan %0.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
62
41384.pdf
E. Metode Analisis Data
1.
Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
a.
Kondisi Terumbu Karang
Kondisi terurnbu karang dilihat berdasarkan persentase tutupan karang
hidup. Persentase karang hidup dihitung menurut persamaan yang dikemukakan
dalam English et al. (1994):
x 100%
BU
·N
KA
L= i:;
= Panjang life/arm terurnbu karangjenis ke-i
kondisi
terurnbu
karang
menurut
Keputusan
Menteri
Negara
SI
T
Penilaian
AS
N = Panjang total transek garis
TE
Ii
R
Keterangan :
L = Persentase tutupan terurnbu karang ke -i (%)
Lingkungan Hidup Nomor 04 tahun 2001, berdasarkan nilai tutupan atau
IV
E
R
presentase karang (Scleractinia) hidup dengan kategori:
: 76-100%
B. Baik
: 51 -75 %
N
A. Sangat Baik
: 26-50%
D. Rusak
0-25 %
U
C. Sedang
b. Indeks Keanekaragaman Karang (H')
Indeks keanekaragaman adaIah ukuran yang menggambarkan kekayaan
jenis dari suatu komunitas karang yang dilihat dari jumlah spesies dalam suatu
kawasan berikut jumlah individu dalam setiap spesiesnya (Krebs 1972). Indeks
keanekaragarnan yang paling umum digunakan adalah Indeks Shannon -Weaver
(H'). Indeks keanekaragaman dipero1eh dan rurnus di bawah ini :
I H=-1:pilog z pt
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
;pi=W
I
63
41384.pdf
Dimana:
H'
=
lndeks Keanekaragaman Jenis
ni = Panjang jenis ke i
N
=
Panjang total
Apabila nilai H' semakin besar maka keanekaragaman jenis dalam
komunitas tersebut semakin besar pula dan kestabilan dari komunitas itu sendiri
KA
semakin baik. Jika H' = 0 maka komunitas terdiri dari satu jenis/spesies tunggal
BU
dan jika nilainya mendekati maksimum maka semua spesies terdistribusi secara
merata dalam kornunitas (Legendre & Legendre, 1983). Mason (1981) dalam
TE
R
Azhar & Edinger (1996) menyatakan bahwa kategori tingkat keanekaragarnan
adalah sebagai berikut :
=
keanekaragaman kecil dan tekanan ekologi sangat kuat
3,20 < H' < 9,97
=
keanekaragaman sedang dan tekanan ekologi sedang
H' > 9,97
=
keanekaragarnan tinggi, teIjadi keseirnbangan ekosistern
ER
SI
TA
S
H' < 3,20
keseragaman
jenis
karang
(E)
digunakan
untuk
rnelihat
N
lndeks
IV
c. Indeks Keseragaman Karang (E)
U
keseirnbangan individu di daiam kornunitas terurnbu karang. Nilainya rnerupakan
perbandingan
antara
nilai
keanekaragaman
dengan
keanekaragarnan
maksirnurnnya yang merniliki kisaran nilai antara 0 hingga I.
Rumus
keseragaman (Legendre dan Legendre, 1983) diperoleh dari ;
E=
H'
I
H max
. H' max =
,
log 2 S
Dirnana:
H'rnaks = Keanekaragaman jenis karang dalam keseirnbangan rnaksirnal
S
=
Jumlahjenis dalam kornunitas
E
=
Indeks Keseragaman Jenis Karang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
64
41384.pdf
Apabila nilai E mendekati 0 (nol), spesies penyusun komunitas tersebut
tidak banyak beragam pula maka menunjukkan adanya dominansi spesies tertentu
dan adanya tekanan terhadap ekosistem. Sebaliknya, apabila nilai E mendekati I
(satu) dengan jumlah individu antar spesies tidak jauh berbeda maka
menunjukkan bahwa tidak adanya dominansi dan tekanan terhadap ekosistem.
Kategori tingkat keseragaman menurut Mason (1981) dalam Azhar dan Edinger
=
keseragaman populasi kecil
0,4 <E< 0,6
=
keseragaman populasi sedang
E > 0,6
=
BU
E<O,4
KA
(1996) adalah sebagai berikut :
TE
R
keseragaman populasi tinggi
d. Indeks Dominansi Jenis Karang (C)
(1993)
menyatakan
bahwa
TA
S
Odum
indeks
dominansi jenis
adalah
SI
perbandingan kuadrat antara kelimpahan individu suatu jenis dengan jumlah
IV
ER
keseluruhan individu dalam komunitas. Indeks dominansi jenis (C) digunakan
untuk mengetahui sejauh mana suatu kelompok biota mendominasi kelompok
U
N
lain. Rumus indeks dominansi adalah sebagai berikut :
Dimana:
C
=
indeks dominansi jenis karang
n
=
jumlah individu jenis ke - i
N
=
jumlah seluruh individu
Nilai indeks keseragarnan (E) dan indeks dominansi (C) berkisar antara 0
(nol) hingga I (satu), semakin keeil nilai E maka nilai C akan semakin mendekati
satu artinya semakin keeil keseragaman suatu populasi maka ada keeenderungan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
65
41384.pdf
suatu jenis mendominasi populasi tersebut. Kategori tingkat dominansi menurut
adalah :
C <0,5
=
dominansi rendah
0,5 < C < I
=
dominansi sedang
C>I
=
dominansi tinggi
e. Indeks Mortalitas Ekosistem Terumbu Karang (MI)
KA
Indeks mortalitas digunakan untuk mengetahui rasio kematian karang.
BU
Indeks ini memperlihatkan besarnya perubahan karang hidup menjadi mati. Nilai
R
indeks mortalitas karang didapatkan dari persentase penutupan karang mati dan
TE
persentase tutupan karang hidup (Gomez 1994 in Edinger et al.l998):
DC
(LC + DC)
SI
TA
S
MI=
ER
Dimana:
=
Indeks Mortalitas
DC
=
Persen penutupan karang mati dan patahan karang
LC
=
Persen penutupan karang hidup
U
N
IV
MI
Indeks mortalitas memiliki kisaran antara 0 - I. Nilai Indeks mortalitas yang
mendekati 1 menunjukkan bahwa teJjadi perubahan yang berarti dari karang hidup
menjadi karang mati. Sedangkan nilai yang mendekati 0 menunjukkan bahwa
tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup
r.
Indeks Nilai Konservasi (CVI)
Indeks nilai konservasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui
keutuhan ekosistem terumbu karang (Me Mellor, 2007).
CVI = log (CCM - DM - GFM)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
66
41384.pdf
Keterangan :
CVI
CCM
DM
MI
GFM
=
=
=
=
=
Conservation Value Indeks
% Cover (LivingINon-Living+Algae)
(H'+ log N) X MI
% Cover (DClLiving+DC)
Jumlah pi2 (life form)
Skoring untuk conservation value index sebagai berikut :
A = 0,8-1,00
B = 0,6-0,79
KA
C = 0,5-0,59
BU
D = 0,4-0,49
TE
R
E = 0,0-0,39
g. Frekuensi Relatif (FR) Karang
SI
TA
S
Frekuensi relatif (FR) adalah jumlah kehadiran suatu jenis (genus) karang
relatif terhadap total kehadiran dari seluruh jenis karang keras (Suharsono 2004).
ER
Frekuensi relatif masing-masing jenis karang keras didapatkan melalui persamaan
FR =
Jumlah kehadiran ~enus ke-i
Jum1a.h tOW kehadlran seluroh genus
U
N
IV
berikut:
h. Dominansi Relatif (DR)
Dorninansi relatif (DR) adalah jumlah penutupan (coverage) suatu jenis
(genus) karang tertentu relatif terhadap total penutupan dari seluruh jenis karang
keras (Suharsono 2003). Dorninansi relatif relatif masing-masing jenis karang
keras didapatkan melalui persamaan berikut:
DR =
[umlab penuropan
I_DDS
ke-l
JumhllMtalllonutuJl4n .oIunlh lonu.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
67
41384.pdf
i. Rata-rata Ukuran Koloni (SoC)
Rata-rata ulcuran koloni (size of colony / SoC) adalah rata-rata ulcuran
diameter terpanjang dari sebuah koloni untuk masing-masing genus.
,i d
SoC=.'::..!!...­
,
N
dimana:
KA
SoC j = rata-rata ukuran koloni genus ke-i
=
diameter terpanjang genus ke-i
N
=
jumlah total koloni genus ke-i yang tercatat
BU
d
TE
R
j. Kategori Kelimpahan dan Rekomendasi Pengelolaan
Tahapan terakhir ditujukan untuk menentukan kategori kelimpahan dari
SI
TA
S
masing-masing genus serta menetapkan rekomendasi pengelolaannya (Suharsono
2003). Kategori kelimpahan suatu genus ditetapkan melalui persamaan sebagai
ER
berikut:
U
dimana:
N
IV
I TV = FR + DR + SoC +HC
TV = Total Value (total nilai)
FR = nilai dari frekuensi relatif
DR
=
nilai dari dominansi relatif
SoC
=
nilai dari size ofcolony
HC = nilai dari rata-rata persentase penutupan karang keras.
Nilai-nilai komponen FR,
DR, SoC, dan HC yang dimasukkan kedalam
persamaan di atas bukan nilai sebenarnya, akan tetapi mengikuti standar yang
disajikan pada TabeI 3.5.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
68
41384.pdf
TabeI3.5. Interval Data Hasil Analisis dan Skala, Bobot, Serta Nilainya untuk
Masing-Masing Kategori (Suharsono 2004)
Kategori
I
FR
DR
SoC
TE
R
HC,;25%
25%< HC,;50%
50%<HC,;75%
HC>75%
Nilai
I
2
3
4
I
2
3
4
I
2
3
4
2
2
2
2
2
4
6
8
I
2
3
4
I
2
3
4
I
I
1
I
I
I
I
I
I
I
I
2
3
4
1
2
3
4
I
I
S
HC
Robot
BU
FR';0.08%
0.08% < FR,; 0.34%
0.34% < FR ,; 1.40%
FR> 1.4%
DR,; 0.07 %
0.07% < DR,; 0.28%
0.28%<DR';I.2I%
DR> 1.21%
SoC,; 16.09cm
16.09cm< SoC'; 21.73cm
21.73cm < SoC,; 29.34cm
SoC> 29.34cm
Skala
KA
Interval
SI
TA
Berdasarkan hasil analisis nilai Total Value (TV), rekomendasi pengelolaan
untuk masing-masing genus karang keras dapat ditentukan melalui klasifikasi
ER
yang disajikan pada TabeI3.6.
U
N
IV
Tabel3.6. Klasifikasi Nilai TV Serta Kriteria Kelimpahan Serta Rekomendasi
Pengelolaannya (Suharsono 2004)
Kriteria kelimpahan
Rekomendasi pengelolaan
Interval
nilai
TV
17 -20
Sangat umum ditemukan
Pemanfaatan diperbolehkan
14-16
Umum ditemukan
Pemanfaatan diperbolehkan dengan
pengaturan
11- 13
Tidak umum ditemukan
Pemanfaatan terbatas
8 -10
Langka
Pemanfaatan dibatasi sangat ketat
Sangat langka
Tidak dimanfaatkan
5-7
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
69
41384.pdf
2. Kondisi Ikan Chaetodontidae
Kondisi
ikan
Chaetodontidae
dilihat
dari
kelimpahan
individu,
keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Adapun rumus yang digunakan
untuk menghitung nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelimpahan
Kelimpahan tiap jenis di stasiun penelitian digambarkan dengan melihat
KA
komposisi dan kelimpahan jenis. Kelimpahan ikan didefinisikan sebagai jumlah
BU
individu satu jenis per meter kuadran dalam setiap stasiun penelitian. Kelimpahan
ikan Chaetodontidae melalui pendataan visual sensus sepanjang transek 60 m,
TE
R
lebar 5 m (60 x 5 = 300 m 2 ) dihitung dengan rumus:
N= In;
TA
S
I
A
IV
ER
SI
Keterangan: N;: Kelimpahan ikanjenis ke-i (individu/250 m2 ).
n; : Jumlah ikan jenis ke-i
A : Luas transek (250 m2 )
N
b. Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan (H')
U
Keanekaragaman adalah suatu gambaran secara matematis keadaaan
komunitas organisme untuk mempennudah dalam menganalisis individu dan
biomas. Keanekaragaman ikan Chaetodontidae dengan menggunakan indeks
Shanon Wiener (Odum, 1993):
,
S
H =- L (pi In Pi)
i=1
Keterangan
H'
=
Indeks keanekaragarnan Shanon Wiener
s
=
Jumlah spesies ikan karang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
70
41384.pdf
pi
=
n/N (Proposi jumlah ikan karang spesies ke-i terhadap
jumlah total ikan karang pada stasiun pengamatan
N
=
Jumlah total individu
nj
=
Jurnlah total individu
i
=1,2,3,
,n
Kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman jenis adalah sebagai berikut:
TabeI3.7. Klasifikasi Indeks Shanon Wiener
Kriteria
KA
Nilai Indeks H'
Keanekaragaman kecil, penyebaran rendah, kestabilan
kornunitas rendah, tekanan ekologis kuat
1 <H' < 3
Keanekaragaman
sedang,
penyebaran
sedang,
kestabilan kornunitas sedang, tekanan ekologis sedang
H'>3
Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabilan
kornunitas tinggi, tekanan ekologis tinggi
SI
TA
S
TE
R
BU
H' < I
c. Indeks Keseragaman Jenis lkan (E)
ER
Indeks keseragaman (E) rnenggambarkan ukuran jurnlah individu antar
IV
spesies dalam suatu kornunitas. Sernakin rnerata penyebaran individu antar spesies
U
N
rnaka keseirnbangan ekosistern akan rnakin rneningkat. Perhitungan Indeks
keseragaman (E) adalah sebagai berikut:
E=
H
HI mal'
; H' max =
logzS
Keterangan
E
=
Indeks Keseragaman
H'
=
Indeks Keanekaragaman
S
=
Jumlah spesies dalam kornunitas
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
71
41384.pdf
Nilai indeks keseragarnan antara 0 - 1 dengan kriteria sebagai berikut :
o < E :s 0,5
=
Keseragarnan kecil, komunitas tertekan
0,5 < E:s 0,75
=
Keseragarnan sedang, komunitas labil
0,75 < E:s 1
=
Keseragarnan tinggi, komunitas stabil
Dari kisaran nilai ini terlihat semakin kecil nilai indeks keseragarnan (E),
semakin kecil pula keseragarnan populasi yang berarti penyebaran jumlah
KA
individu setiap jenis tidak sarna dan ada kecenderungan populasi di dominasi oleh
jenis organisme tertentu. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai keseragaman
S
d. Indeks Dominansi Jenis Ikan (C)
TE
R
tidak ada jenis tertentu yang dominan.
BU
tinggi (mendekati I), maka dapat dikatakan bahwa populasi menyebar merata dan
TA
Indeks dominansi menunjukkan jenis ikan yang paling dominan ditemukan
SI
pada luasan stasiun pengamatan. Menurut Odum (1993), untuk menghitung nilai
U
N
IV
ER
indeks dominansi digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan
C
Pi
N
nj
s
=
Indeks dominansi
= (n;lN)
= Jumlah
=
=
total individu
Jumlah individu ke-i
1,2,3,..... s
Kisaran nilai indeks dominansi adalah 0 - I, jika nilainya mendekati 0 (0 ­
0,50) berarti harnpir tidak ada spesies/genera yang mendominasi dan apabila nilai
indeks dominansi mendekati 1 (0,51 - I) berarti ada salah satu spesies/genera
yang mendominasi populasi (Krebs 1989).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
72
41384.pdf
3. HubunganTutupan Terumbu Karang Dengan Kelimpahan Ikan
Chaetodontidae
Hubungan persentase tutupan karang dengan kelimpahan farnili dan
kelimpahan per spesies ikan Chaetodontidae dianalisis Koefisien korelasi Pearson
(r) dengan menggunakan software SPSS 16. Rumus koefisien korelasi Pearson (r)
TE
R
BU
KA
menurut Hasan (2004) adalah sebagai berikut:
S
Keterangan :
SI
TA
r = koefisien korelasi Pearson
x = variabel bebas (tutupan karang)
ER
Y = variabel terikat (kelimpahan ikan kepe-kepe)
IV
Sugiyono (2006) menyatakan bahwa untuk dapat menafsirkan apakah
N
koefisien korelasi yang ditemukan bemilai besar atau kecil maka harus
U
berpedoman pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199
Sangat Rendah
0,20 - 0,399
Rendah
0,40 - 0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
SangatKuat
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
73
41384.pdf
Kemudian hasil korelasi tersebut diuji dengan uji t-student untuk mengetahui
tingkat signifikansinya. Menurut Hasan (2004) rumus Uji t adalah :
,-­
i n-Z
t = r i-2
"-J
dengan db = n-2
l-r
Setelah memenuhi syarat signifikan maka dilanjutkan dengan anaIisis
KA
regresi dengan menggunakan software SPSS 16. Regresi bertujuan untuk menguji
BU
hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang
TE
R
dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen (y), sedang variabel yang
mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen (x).
Dalam
TA
S
penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kelimpahan farnili dan per
spesies ikan Chaetodontidae. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan
SI
satu variabel independen disebut regresi sederhana. Model persamaanya dapat
Y=a+~X
U
N
IV
ER
digambarkan sebagai berikut (Nugroho, 2005) :
Dalam menginterpretasi model regresi digunakan koefisien detenninasi
(R2 ).
Koefisien deteminas imenunjukkan berapa besarnya perubahan pada
variabel dependent yang dijelaskan oleh variabel independent.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
41384.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
41384.pdf
BABV
SIMPULAN DAN SARAN
A.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengarnatan dan pengoJahan data yang didapat di
lapangan, serta pembahasan yang telah dilakukan, dapat diarnbil kesimpulan
sebagai berikut:
KA
(1) Presentase penutupan karang keras berkisar antara 51,80 - 67,77 % dengan
BU
rata-rata sebesar 58,61 %, ini berarti secara umum kondisi terumbu karang
R
di perairan Pulau Karang Bongkok berada dalarn katagori baik.
TE
(2) Teridentifikasi 12 spesies ikan Chaetodontidae berasal dari 4 genera dengan
SI
TA
S
kelimpahan 68 ind/300 m2 (kedalarnan 3 m) dan 61 ind/300 m2 (kedalarnan
10 m). Keanekaragarnan ikan Chaetodontidae termasuk dalarn katagori
sedang. Chaetodon octofasciatus memiliki kelimpahan yang tertinggi dan
ER
presentase kehadiran yang tertinggi pada semua stasiun pengarnatan.
N
IV
(3) Terdapat korelasi positif antara kondisi terumbu karang dengan kelimpahan
U
ikan Chaetodontidae di perairan Pulau Karang Bongkok
(4) Terumbu karang di perairan Pulau Karang Bongkok termasuk dalarn kriteria
langka dan tidak umum ditemukan, sehingga direkomendasikan pemanfaatan­
nya hams dibatasi sangat ketal.
B. SARAN
(1) Bentuk pengelo1aan ekosistem terumbu karang dan ikan Chaetodontidae
secara terpadu dan berkelanjutan yang diusulkan
adalah pengelolaan
berbasis ekosistem dan konservasi dengan titik penekanan pada habitat dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
126
41384.pdf
sumberdaya ikan Chaetodontidae antara lain: (1) rehabilitasi habiat dengan
program transplantasi coral encrusting yang menjadi ciri keberadaan ikan
Chaetodontidae (2) pengaturan penangkapan.
(2) Perlu adanya perhatian khusus dari beberapa instansi seperti Dinas
Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata dan instansi terkait lainnya
terhadap pengelolaan terumbu karang yang berbasis konservasi di Pulau
KA
Karang Bongkok dan memberikan sosialisasi akan pentingnnya ekosisitem
BU
terumbu karang bagi kelangsungan hidup biota lain yang berasosiasi
R
dengan terumbu karang.
TE
(3) Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut antara hubungan kelimpahan
AS
jenis ikan Chaetodontidae dengan bentuk pertumbuhan terumbu karang
SI
T
dan menganalisis perut ikan Chaetodontidae
U
N
IV
E
R
karang yang dimakan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
untuk mengetahui jenis
41384.pdf
DAFTARPUSTAKA
Adrim, M. & Hutomo, M. (1989). Species Composition. Distribution and
Abudance of Chaetodontidae along Reef Transects in the Flores Sea.
Jakarta: Center for Oseanological Recearch and Devolopment Indonesia
Insitut of Science. Ancol Timur Jakarta. Indonesia.
Adrim, M. (1983). Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode
Pengkajiannya. Materi Kursus Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan
Kondisi Terumbu Karang. Jakarta: Puslitbang Oceanografi. LIPI.
BU
KA
Adrim, M., Hutomo, M. & SUharti, S.R. (1991). Chaetodontid fish community
structure and its relation to reef degradation at the Seribu Islands reefS.
Indonesia. Proceeding of the regional symposium on living resources in
coastal areas, 163-174.
S
TE
R
Alin, P.M., Sammarco, P.W. & Coli, J.C. (1988). Studies of the feeding
preferences ofChaetodon melannotus (Pisces) for soft corals (Coelenterata:
Octocorallia).Procedings of the 6th International Coral Reef Symposium
Australia, (3), 31- 36.
SI
TA
Allen, G.R. (19790. Butterfly and Anggelfishes of the world. New York: John
Wiley & Sons,
ER
Allen, G. (2001). Tropical Reef Fishes of Indonesia. Singapore: Periplus Nature
Guides.
N
IV
Alpert, P. (2004). Managing The Wild: Should Stewards be Pilot? Frontiers in
Ecology and The Environtment. Issue, 9 (2), 494-495.
U
Anderson, G.R.V., Ehrlich, A.H., Ehrlich, P.R., Roughgarden, D.B., Russel,. C. &
Talbot, F.H. (1981). The Community Structure of Coral Reef Fishes.
American Naturalist. (I 17),476-495.
Azhar, I. & E.N. Edinger. (1996). Ekotipologi Terumbu Karang pada Perairan
Pulau Cemara Kecil, PuIau Menyawakan dan Gosong Cemara, Taman
Nasional Laut Karirnujawa. Semarang : Sub BKSDA Jawa Tengah dan
Universitas Diponegoro - McMaster University Project.
BOOan Pusat Statistik. (2008). Administratif Kepulauan Seribu
Baker, V.J., Moran, P.I., Mundy, C.N., Reichelt, R.E. & Speare, P.I. (1991). A
guide to the reef ecology database. The Crown-ol-Thorns Study.
Townsville: Australia Institute of Marine Science.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
128
41384.pdf
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. (2007). Buku Panduan Jenis - Jenis
Karang Hias Hasil Transplantasi Yang Diperdagangkan Di Taman
Nasional Kepulauan Seribu. Jakarta: BTNKpS.
Barnes, R.D. (1980). Invertebrate Zoology (Fourth cd.). Tokyo: Holt -Saunders
International Editions.
Bawole, R. (1998). Distribusi Spasial Ikan Chaetodontidae Dan Peranannya
Sebagai Indikator Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Teluk Ambon.
Tesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
BU
KA
Bawole, R., Eidrnan, M., Bengen, D.G. & Suharsono. (1999). Distribusi spasial
ikan Chaetodontidae dan peranannya sebagai indikator kondisi terumbu
karang di perairan Teluk Ambon. Jurnal llmu-ilrnu Perairan dan Perikanan
TE
R
Bell, J.D. & Galzin, R. (1984). Injluence ofLife Coral Cover on Coral Reef-Fish
Communities. Marine Ecology Progress Series. (15), 265-274.
AS
Bell, J.D., Harmelin,V. & Galzin, R. (1985). Large Scale Spatial Variation in
Abudance of Butterflyfishes (chaetodontidae) on Polynesia Reefs. Tahiti:
Proceeding ofthe 5th International Coral ReefCongress.
R
SI
T
Bengen, D.G. (2001). Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Sinopsis. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Ke1autan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
IV
E
Birkeland, C. (1997). Life and death ofcoral reefs. Australia: Chapman and Hall
publishers.
U
N
Birkeland, C. (2004). Identification of Reef Building Corals. Diambil 03 Januari
2011, dari situs World Wide Web http://www.hawaii.edu/coralJcoralid.htm.
Boaden, PJ. S. & Seed, R. (1985). An Introduction to Coastal Ecology. Glasgow:
Blackie & Sons Ltd.
Bouchon-Navaro, Y. & Bouchon, C. (1989). Correlations between chaetodontid
fishes and coral communities of the Gulf of Aqaba (Red Sea).
Environmental Biology of Fishes, (25), 47-60
Burges,W.E. (1978). Butterjlyfishes of the World. Nepture City: T.F.H.
Publication.
Burke, 1., Selig, E. & Spalding, M., (2002) Terumbu Karang Yang Terancarn Di
Asia Tenggara (Ringkasan untuk Indonesia), Amerika Serikat: World
Resources Institute,
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
129
41384.pdf
Crosby, M.P., Gibson, G.R. & Potts, K.W. (Ed). (1996). A coral reef symposium
on practical reliable, low cost monitoring methods for assessing the biota
and habitat conditions ofcoral reeft. Office of Ocean and Coastal Resource
Management, National Oceanic and Atmospheric Administration. January
26-27 1995. Silver Spring. MD.
Crosby, M.P. & Reese, E.S. (1996). A manual for monitoring coral reeft with
indicator species: Butterflyfishes as indicator of change on Indo Pacific
reeft. Silver Spring, MD: Office of Ocean and Coastal Resource
Management, National Oceanic and Atmospheric Atmospheric.
KA
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P. & Sitepu, M.J. (1996). Pengelolaan
Sumberdaya Wi/ayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT.
Pradnya Paramitra.
TE
R
BU
Departemen Kelautan dan Perikanan. (2002). Petunjuk Pelaksanaan
Transplantasi Karang. . Jakarta: Direktorat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. DKP.
SI
TA
S
Departemen Kelautan dan Perikanan. (2002). Petunjuk Pelaksanaan
Transplantasi Karang. Direktorat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta:
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. DKP
ER
Departemen Kelautan dan Perikanan. (2004), Kepmen Kelautan dan Perikanan
No. KEP.38/MEN/2004, Pedoman Pengelolaan Terumbu Karang Buatan.
Jakarta: Ditjen., KP3K- DKP
N
IV
Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. (2007).
Monitoring dan Evaluasi Dalam Rangka Sea Farming Di Kepulauan Seribu.
Jakarta: Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta.
U
Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. (2007).
Pembentukan Kelompok APL (Areal Perlindungan Laut) Baru Di
Kepulauan Seribu. Jakarta: Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan
Provinsi DKI Jakarta.
Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta. (2007). Buku
Tahunan Statistik Perikanan Tangkap DK! Jakarta Tahun 2006. Jakarta:
Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DK! Jakarta.
Direktorat Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Taman Nasional Laut. (2006).
Pedoman Pelaksanaan Transplantasi Karang. Jakarta: Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Effendie, M.l. (1997). Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusatama
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
130
41384.pdf
English, S., Wilkinson, C. & Baker, V.(I997). Survey Manual for Tropical
Marine Resources 2nd edition, Townsville-Australia: Australian Institute of
Marine Science.
English, S., Wilkinson, C. & Baker, V. (1994). Survey Manual For Tropical
Marine Recources. ASEAN-Australia Marine Science Project : Living
Coastal Resources. Townsville: Australian Institute of Marine Science.
Fishbase. (2012). Chaetodontidae Fish. Diambil 03 Januari 2011, dari situs World
Wide Web http://www. Fishbase.org.
BU
KA
Gomez, E.D. & Yap H. Y. (1988). Monitoring Reef Condition. Dalam
Kenchington, R.A. & Hudson. B.E.T. (Ed), Coral Reef management
handbook. Jakarta: UNESCO Regional office science and technology for
southeast asia, 187-195.
R
Goreau, T. F., Goreau, N. I. & Goreau, T. J. (1982). Corals and Coral Reefs in
the Sea. San Francisco: W. H. Freeman and Company.
TE
Hasan, 1. (2004). Analisis Data Penelitian Dengan S/a/is/ik. Jakarta: Bumi Aksara.
TA
S
Hourigan, T.F., Tricas, T.C. & Reese, E.S. (1988). Coral reeffishes as indicators
of environmental stress in coral reefs. Dalam Soule, D.F. & Kleppel, G.S.
(Ed), Marine Organisms as Indica/ors. New York: Springer Verlag,107-135
IV
ER
SI
Hukom , F. D. (2001). Asosiasi Antara Komunitas Ikan Karang (Family
Chaetodontidae) Dengan Bentuk Pertumbuhan Karang Di Perairan
Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi, LIPI.
U
N
Hukom, F. D. & Bawo1e, R. (1997). Family Chae/odon/idae Sebagai Ikan
Indika/or Di Daerah Terumbu Karang. Jakarta: Lonawarta.
Hukom, F. D. (1994). Asosiasi An/ara Komunilas Ikan Karang (Famili
Chae/odonlidae) Dengan Benwk Per/umbuhan Karang Di Perairan
Kepulauan Derawan Kaliman/an Timur. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi, LIPI.
Hutomo, M., Suharti, S.R. & Harahap, I.H. (1991). Spatial Variability in the
Chaetodontid Fish Community Structure of Sunda Strait Reefs. Proceeding
of the Regional Symposium on Living Resources in Coastal Area,
Philippine.
Hutomo, M. & Adrim, M. (1986). Distribution of Reef Fish Along Transect in
Bay of Jakarta and Kepulauan Seribu. In: B.E. Brow. Human Induced
Demage to Coral Reefs. UNESCO Report. Mar.Sci . (40), 135-156.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
131
41384.pdf
Indah. (2008). Analisis Ekosistem Terumbu Karang Untuk Pengembangan
Ekowisata Di Kelurahan Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan
Seribu. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kaandorp, J.A. (1999). Morphological Analysis of Growth Forms of Branching
Marine Sessile Organisms Along Environmental Gradients. Mar BioI (134),
295-306.
Krebs, C.J. (1989). Ecological methodology. New york: Harper Collins.
Kuncoro, E. B. 2(004). Akuarium Laut. Yogyakarta: Kanisius.
KA
Legendre, L. & Legendre, P. (1983). Numerical Ecology. New York: Elsevier.
BU
Lieske, E. &. Myers, R. (1994). Reef Fishes Of The World. Singapore: Periplus
Editions.
TE
R
MacKay & Kenneth, T. (2003). Marine Biodiversity. United Kingdom: Director
Institute of Marine Resources.
SI
T
AS
Madduppa, H.H. (2006). Kajian Ekobiologi Ikan Kepe-Kepe (Chaetodon
ctofasciatus. Bloch 1787) Dalam Mendeteksi Kondisi Ekosistem Terumbu
Karang Di Pulau Petondan Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta. Tesis Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
IV
ER
Maharbhakti, H.R. (2009). Hubungan Kondisi terumbu Karang Dengan
Keberadaan Ikan Chaetodontidae Di Perairan Pulau Abang, Batam. Tesis
Sekolah Pascasarjana InstilUi Pertanian Bogor. Bogor
U
N
Makatipu, P. C. (2001). Studi Pendahuluan Komunilas Ikan Kepe-Kepe
(Chaetodontidae) Di Perairan Terumbu Karang Selat Lembeh, Bilung,
Sulawesi Utara. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi,
LIPI.
Manuputty, A.E.W., Djuwariah. (2009). Panduan metode point intercept transect
(pIT) untuk masyarakat. Studi Baseline dan Monitoring Karang di Lokasi
Daerah Perlindungan Laut (DPL). Jakarta: COREMAP Il- LIPI.
Meesters, E.H., Bak, R.P.M., Westmacott, S., Ridgley, M., Dullar, S. (1998). A
Fuzzylogic Model to Predict Coral Reef Development Under Nutrient dan
Sediment Stress. Cons Bioi (12): 957-965.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2001). Kepmen LH No.4 Tahun 2001
tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang. Jakarta: Kementrian
Lingkungan Hidup.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
132
41384.pdf
Moosa, M.K. (200 I). Terumbu Karang Indonesia dan permasalahan yang dihadapi.
Makalah Seminar Nasional Terumbu Karang Indonesia. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta
MucWis. (1998). Pertumbuhan Karang Acropora nobilis dan Acropora nosula
Pada Kawasan Wisata Gili Manu dan Teluk Nara. Makalah disajikan pada
Loka Karya Pengelolaan IPTEK Terumbu Karang Indonesia tanggal 23-23
November 1999. Jakarta: Forum Kajian Kelautan UNRAM.
Nikijuluw, V.P.H., 2002. Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan. P3R.Jakarta.
KA
NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). (2001). Oil Spills in
Coral Reefs. Planning dan responsen Considerations.
BU
Nontji, A. (2005). Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.
TE
R
Nybakken, J.W. (1992). Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
AS
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjahmada University
Press. (diteIjemahkan oleh T. Sumingan dan B. Srigandono).
SI
T
Ohman, M.C. (1998). Aspects of Habitat and Disturbance Effects on Tropical
Reef Fish Communities. Doctoral Dissertation. Department of Zoology.
Stockholm University
U
N
IV
ER
Parrish, J.D. (1980). Effect of Exploitation Patterns upon Reef and Lagoon
Communities, Proceedings of the Unesco Seminar on Marine and Coastal
Processes in The Pacific. Dalam Munro, J.L., (Ed) , Ecological Aspects of
Coastal Zone Management, Jakarta, Unesco Regional Office for Science
and Technology for South-East Asia, 85-121.
Pomeroy, R.S. & Williamns, M.J. (1994). Fisheries Co-management and
Smallscale Fisheries. A Policy Brief. Fisheries Co-management Project.
ICLARM.
Rahman, A. (2007). Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Teluk Banten dan
Upaya Pengelolaannya. Thesis Studi Magister Ilmu Kelautan. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Reese, E.S. (1977). Coevolution of Coral and Coral Feeding Fishes of The Family
Chaetodontidae. Proc. 3fd Int Coral Reef Symp (1),267-274.
Reese, E.S. (1981). Predation on Corals by Fishes of The Family Chaetodontidae
Implication for Conservation and Management of Coral Reef Ecosystems.
Bulletin of Marine Science (31), 594·604.
Romimohtarto, K. & Juwana, S. (2001). Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
133
41384.pdf
Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Romimohtarto, K. & Juwana, S. (2005). Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Sale, P.F. (2002). The Science We Need to Develop for More Effective
Management, in Coral Reef Fishes: Dynamics and Diversity in a Complex
Ecosystem. Dalam Sale, P.F. (Ed), USA: Academic Press, 361-376.
Santoso, A.D. (2010). Kondisi Terumbu Karang di Pulau Karang Congkak
Kepulauan Seribu. Jurnal Hidrosjir Indonesia, V. 5 (3), 73 - 78.
KA
Soule, D.F. & Kleppel, G.S. (Ed). (1988). Marine Organisms as Indicators. New
York: Springer Verlag.
BU
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
TE
R
Suharsono. (1999). Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang (Kerusakan
Terumbu Karang Indonesia). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
OseanoIogi. LIPI.
AS
Suharsono. (2004). Jenis-jenis karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanografi. LIPI.
SI
T
Suharti, S.R. (2005). Ekologi Ikan Karang. Jakarta: Gramedia Pustaka.
ER
Suharti, S. R. (2003). Makalah Trining Course: Karakteristik Biologi Karang.
Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia.
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang.
Jakarta:
N
IV
Supriharyono. (2000).
Djambatan.
U
Syahputra, D.E. (2009). Kajian Kondisi Terumbu Karang dan Ikan Manggaru
(Lutjanus decussatus) Di Zona Pemukiman dan Zona Inti Kawasan Taman
Nasional Kepulauan Seribu. Tesis Sekolah Pascasarjana Insti{ut Pertanian
Bogor. Bogor.
Tharnrin. (2006). Karang, Biologi Reproduksi dan Ekologi. Pekan Baru: Penerbit
Minamandiri Pres.
TitaheIuw, S.S. (2011). Keterkaitan Antara Terumbu Karang dengan Ikan
Chaetodontidae: Implikasi Untuk Pengelolaan. Jakarta. Tesis SekoIah
PascasaIjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Veron J.E.N. (1986). Coral ofAustralia and the Pacific. Honolulu: University of
Hawaii Press.
Veron, J.E.N. (1996). The Biogeography and Evolution of the Scleractinia. In
Space and Time.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
134
41384.pdf
Westmacott, S., Teleki, K., Wells, S. & West, 1. (2000). Pengelolaan Terumbu
Karang Yang Telah Memutih dan Rusak Kritis, Diterjemahkan oleh Jan
Hanning Steffen IUCN, Gland Switzerland and Cambridge Inggris : Oxford
Infonnation Press.
White, A.T. (1988). Chaeotodon occurence relative to coral reef habitats in the
Phipippines with implications for reef assessment. Proceedings of the 6th
International Coral Reef Symposium Australia, V(2), 30 - 40.
www.starfish.ch.llikan karang. Sabtu, 6 Februari 2010. pk1.13.35 WIB.
KA
Yayasan Terumbu Karang Indonesia. (2007). Pengenalan Ekosistem Pesisir.
Modul Pendidikan dan Pelatihan.
Jakarta: Terumbu Karang Indonesia
(TERANGI)
TE
R
BU
Yayasan Terumbu Karang Indonesia. (2004). Panduan Dasar untuk Pengenalan
Ikan Karang secara Visual Indonesia. Jakarta: Terumbu Karang Indonesia
(TERANGI). Diambil 29 April 2010, dari situs World Wide Web
http://terangi.or.idpublicationspdfuandikan.pdf.
SI
TA
S
Yusuf, Y. & Ali, A.B. (2004). The use of butterflyfishes (Chaetodontidae) as
bioindicator in coral reef ecosystems. Dalam Phang S.M. & Brown M.T.
(Ed), Biomonitoring of tropical coastal ecosystems. Kuala Lumpur:
University of Malaya Maritime Research Center (UMMReC), 175-183
U
N
IV
ER
Zamani, N.P., Yusli W. & Rairnundus N. (201)1.
Strategi Pengembangan
Pengelolaan Surnberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio Cuning) Pada
Ekosistem Terumbu Karang Di Kepulauan Seribu.
Jurnal Saintek
Perikanan, V(6), 2, 38 - 51.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
135
41384.pdf
Lampiran I. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedaiaman 3 meter
TA
S
IV
N
U
SI
IX:
OCA
MA
TA
CA
HA
M
5C
5P
W
OT
5
R
51
WA
RCK
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Jumltdl Koloni PrestlltQ.le Tulllplllt
10 1m I
Kll1IIIIg (%)
10
30
13,83
I 3 3 7
1 I
3,62
0,00
0
[
9,75
I
I
1
2,90
16
23,52
1,38
I
1
I
3 4
9,15
0
0,00
0,00
0
3 4 1 8
9,12
3,87
2 I 3
0
0,00
0,00
0
17,62
17
4 3 4 II
10,22
3 2 I 6
7,40
2
2,50
[ I
2,50
2
0,00
0
0,00
0
0
0,00
0,00
0
10,35
5
4,65
I I 2
2
2
3,02
2,68
I [
0,00
0
15,92
8
2
2
1,67
14,25
3 2 1 6
0,00
0
0
0,00
0,00
0
21 20 17 58
100,00
KA
CB
CM
CE
C5
CF
CMR
CME
CIlL
TUlllptIII KIl1IIIIg(cm)
I
0 m I
1806
190 143 497 830
217 217
0
585
585
174
174
1411
83
83
300
249 549
0
0
258 189 100 547
103 129 232
0
0
1057
299 138 176 613
[00 276 68 444
150
150
138 12
0
0
0
0
621
114 165 279
181
181
161 161
0
955
100
100
260 357 238 855
0
0
0
2000 2000 2000 6000
R
BU
ACB
ACT
ACE
ACS
ACD
ER
Hard coral (Acropora)
Bercabang (BrnochiJg)
Seperti nrja (fabulate)
Kerak (EncnNiJg)
Submassive
Digitale
Hard coral (non Acropora)
Bercabang (Branching
Padal (Massive)
Padal (Encrusting)
Submassive
1.eDil3l1lll (Fom)
Seperti JilIIIIr (Mushroom)
Mil1epora
He/iopora
DwlScleractinia
Karang mali (IK.Id Coral)
Karang mali (Dead Com! Will A\la)
Algae
Macro alga
Ttujalga
Coralinc alga
Halimeda alga
KlIqluWI alga (A\1alAsserrb~)
Other Fllllna
Karang blak (50Jl Coral)
Sponge
Zooanlhids
l.aiJrf<l (Otrer )
Abiolic
Pasr(5aM)
Pecallm karang (Rnbble)
l.my1l' (51)
M(Water)
Batu(Rock)
Total
Kode
TE
Benthic lifeform
136
41384.pdf
Larnpiran 2. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun I kedalarnan 10 meter
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
I
Jumlah Koloni I'reJentase TUlMpan
1 H IJJJ I
Karang ('-")
12
19
2 3 2 7
10,98
5,20
1 I 2
0
0,00
2
2
2,52
0,70
1 J
32,40
24
6,70
J I 2
7 2 2 11
20,25
0
0,00
1,93
1 2 3
221 5
2,25
0,90
2
2
0
0,00
0,37
1
1
9,87
6
3
2 1
3,20
6,67
I I I 3
1
0,47
0,47
1
1
0,00
0
0
0,00
0,00
0
0
0,00
7
8,17
1 2 2 5
7,47
0
0,00
0,00
0
1 2
0,70
I
8
29,70
2 I 3
10,75
2 2 1 5
18,95
0,00
0
0
0,00
0
0,00
22 20 16 58
100,00
KA
TUlMptUI Karang(cm)
J H m I
1164
Hani coral (Acropora)
ACB 275 100 284 659
Bercabang (Brnn:biJg)
187 312
SepeJ1i nrja (fabulate)
ACT 125
ACE
0
Kernk {fu:ruIting)
ACS 151
151
Submassive
ACD
42 42
DigitaJe
1944
Hani coral (non Acropora)
Bercabang (Branching
CB
% 356 402
Padal (Massive)
CM 602 421 192 1215
CE
0
Podat (Encrusting)
CS
63 53 116
Submassive
54 50 31 135
LenDaran (Folilse)
CF
54
54
SepeJ1i J3IllII' (MllIbroom)
CMR
0
CME
Milkpora
CIIL 22
22
Heliopora
Dead Scleractinia
592
192
Karang IlIIli (Dead Coral)
OC 27 165
Karang IlIIli (Dead coral WIh~)
OCA 105 158 137 400
Algae
28
28
28
Macro alga
MA
TA
0
Twfalga
CA
0
Coraline alga
,Halimeda alga
HA
0
0
KlIqlUhn alga (A\la! AsserIDbge)
M
Other Fauna
490
SC 157 181 11 448
Karang Imak (SoH Coral)
SP
0
Sponge
W
0
Zooanlhids
OT
17
l.aimya (DIM)
25 42
Abiotic
1782
262 383 645
Pasi{SaOO)
S
R 465 472 200 1137
Pecahm karang (Rubbl:)
SI
0
UIqltr (Si)
0
Ai(Warer)
WA
RCK
0
Batu{Rock)
2000 2000 2000 6000
Total
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Kodt
Benlhic lifeform
137
41384.pdf
Lampiran 3. Perhitungan Tutupan Benthic life form stasiun II kedalaman 3 meter
1057
N
IV
ER
SI
OC 299 138 176 613
OCA 100 276 68 444
150
150
MA 138 12
TA
0
CA
0
HA
0
AA
0
621
114 165 279
SC
SP 181
181
7f)
161 161
OT
0
955
100
S 100
R 260 357 238 855
SI
0
WA
0
M(Water)
RCK
Batu(Rock)
0
2000 2000 2000 6000
Total
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
KA
JUmiah KoIOIIi PresentQSe T"/upan
Karang (%)
I IIIml I.
10
30
13,83
I 3 3 7
1 I
3,62
0,00
0
I
I
9,75
2,90
1
1
23,52
16
1,38
J
1
I
3 4
9,15
0,00
0
0,00
0
9,12
3 4 1 8
2 1 3
3,87
0,00
0
0,00
0
17,62
17
4 3 4 11
10,22
7,40
3 2 I 6
2,50
2
I I
2
2,50
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
10,35
5
4,65
1 1 2
3,02
2
2
2,68
1 I
0,00
0
15,92
8
1,67
2
2
14,25
321 6
0,00
0
0,00
0
0,00
0
100,00
21 20 17 58
BU
R
CB
CM
CE
CS
CF
CMR
CME
CHL
TE
ACB
ACT
ACE
ACS
ACD
TA
Hard coral (Acroporo)
Bercabiq\ (Braoching)
Seperti m:ja (Tabulate)
Kernk (Fmmtilg)
ISubmassive
Digitate
Hard corol (non Acroporo)
Bercabang (Branching
,Pada! (Massive)
Pada! (Encrusting)
Submassive
LenDaran (Folilse)
Seperti Jaou (Mmbroom)
Millepora
Heliopora
Dtail Sderoctinia
K~ rmti (Dead Coral)
Karangrmti (Dead Cornl W~~)
Algae
Macro alga
Turfalga
Coraline alKa
Halimeda alga
KlIIllukm alga (~AsseIIDbge)
Other F/lUna
Karnng bIak (Soft Coral)
Sponge
Zooanthids
l.aimya (Ot!l:r )
Abiotic
Pasi (SarxI)
Pecahan kanmg (Rubbl:)
1.Hqlll" (Sil)
Tu/upan Karang(cm)
I
II m I
1806
190 143 497 830
217 217
0
585
585
174
174
1411
83
83
249 549
300
0
0
258 189 100 547
103 129 232
0
0
S
Kodt
Benthic lifeform
138
41384.pdf
Lampiran 4. Perhitungan Tutupan Ben/hic life form Stasiun II kedalaman 10 meter
Tulllp(I/f Karang(cm)
m I
CB
CM
CE
CS
CF
CMR
CME
CHL
42 250
307 160 421
S
207 430 379
110
TA
DC
DCA
193
200 190 131
MA
TA
CA
HA
M
10
SC
SP
W
OT
80
S
R
51
WA
RCK
1760
1138
522
100
0
0
2306
292
888
0
0
1016
0
110
0
714
193
521
119
0
10
0
0
109
251
141
110
0
0
850
210
TE
R
330 450 358
130 200 192
100
I H
109
61
110
mI
2 3 2
I 1 3
2
14
7
5
2
0
0
23
4
8
0
0
9
0
2
0
14
3
11
3
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
7
2
5
0
0
0
61
KA
H
Jumlolt Koloni
I 3
3 2 3
BU
I
ACB
ACT
ACE
ACS
ACD
ER
U
N
IV
,
Hard corol (Acropora)
Bercabang (Bnmcbilg)
Seperti meja (fabulate)
Kernk (EncJwtiIg)
Suhmassive
Digitate
Hard coral (non Acropora)
Bercabang (Branching
Padat (Massive)
Padat (E=ting)
Suhmassive
Leni>aran (F000se)
Seperti Jamur (MU'lbroom)
MilJepora
Heliopora
Dead Sderadinia
Karang mati (Dead Corn!)
Karang mati (Dead corn! WiIh~)
Algae
Macro alga
Turfalga
Coraline alga
Halimeda alga
K~uIan alga (Algal Asseni>lage)
Other Fauna
Karang Wnak (Soft Corn!)
Sponge
Zooanthids
Laimy.l (Other)
Abiotic
Pasi (Sand)
Pecahan klirq (Rubbk)
KOlle
SI
Benthic lifeform
3 4 2
2
3
3 4 4
I
2
110 100
1 1
291 100 249 640 3 1 1
0
~ur(Si)
0
Ai (Water)
Batu(Rnck)
0
2000 2000 2000 6000 24 19 18
Total
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
PreseJItase Tu/upan
Karon!!(%)
29
18,97
8,70
1,67
0,00
0,00
38,43
4,87
14,80
0,00
0,00
16,93
0,00
1,83
0,00
11,90
3,22
8,68
1,98
0,00
0,17
0,00
0,00
1,82
4,18
2,35
1,83
0,00
0,00
14,17
3,50
10,67
0,00
0,00
0,00
100,00
139
41384.pdf
Larnpiran 5. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedalarnan 3 meter
JumJah Koioni Presentase Tutupan
I II III I
Karang(%)
23
13
12,00
3 3 I 7
I 1
2
4,32
I 1 2
3,12
1
1
1,77
2,00
1
1
23
32,37
0,00
0
11,22
4 3 1 8
2 2
1,73
1
1
1,82
5,82
3 3
6
11,78
2 2 2 6
0,00
0
0,00
0
19,03
12
4,62
1 2 3
14,42
4 3 2 9
3,67
3
1,23
1 1
0,00
0
0,00
0
0
0,00
1 2
2,43
1
8,42
9
4,38
2 1 1 4
2 2 4
2,83
1 1
1,20
0,00
0
13,32
9
2 3
2,98
I
10,33
1 2 3 6
0,00
0
0,00
0
0,00
0
100,00
22 25 22 69
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
Kode
KA
Tutupon Karong(cm)
I n III I
Hard coral (Acropora)
1392
ACB 300 236 184 720
1Je~ (Brnn:hDJg)
Sepertim:ja (Tabulate)
ACT 190 69
259
Kerak (EocnBting)
ACE
124 63 187
ACS
106
106
Submassive
Digitate
ACD
120
120
Hard coral (non Acropora)
1942
Bercabang (Branching
CB
0
Padat (Massive)
CM 230 335 108 673
Padat (Encrusting)
104 104
CE
Submassive
109
109
CS
l.enDaran (FoliJse)
CF 200 149
349
Seperti JaIIIII' (Mushroom)
CMR 440 104 163 707
MiOepora
CME
0
Heliopora
CHL
0
Dead SderacJinia
1142
63 214 277
K~ IllIti (Dead Com!)
DC
DCA 440 104 321 865
~ IllIti (lXad coral Will A\Ja)
220
Algae
74 74
Macro alga
MA
TA
0
Twia/ga
CA
Coraline alga
0
,Halimeda alga
HA
0
146 146
KlJI1lulan $. (Algal AsselliJbge)
AA
Other Fauna
505
K~ bJak (Soft Com!)
SC 90 143 30 263
66 104 170
SP
ISponge
Zooanthids
ZO
72 72
OT
0
Laimya (Otrer)
799
Abiotic
Pasi- (Sazxl)
139 179
S 40
R 70 272 278 620
Pecahm~(Rubbk:)
illq>ur (Sik)
SI
0
AI (Water)
WA
0
Batu(RDck)
RCK
0
2000
2000 2000
6000
Total
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Benthiclifeform
140
41384.pdf
Lampiran 6. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun III kedalaman 10 meter
Jum/ah Koioni Presentuse Tutupan
Karang ('10)
I H ill I
12
6
1,50
1 1
5,67
2
2
4,50
2 2
0,00
0
0,33
1 1
21
46,75
I
I
0,33
2 7
10,28
5
2
6,67
2
0,00
0
21,58
3 3 I 7
7,88
1 2 1 4
0
0,00
0,00
0
15,58
12
2 2
1,67
4 4 2 10
13,92
2,28
I
0,00
0
0
0,00
0
0,00
0,00
0
2,28
I I
13
10,97
I 3 4
3,32
2,65
4 6
2
0,83
I
1
2 2
4,17
12,42
8
I
4,00
3 4
8,42
I I 2 4
0,00
0
0,00
0
0
0,00
100,00
19 15 27 61
I
U
N
IV
E
R
SI
T
AS
TE
R
BU
Kode
KA
Tutupan Karang(cm)
I n ill I
720
Hard coral (Acropora)
90 90
ACB
BercabaIql (Branching)
ACT
340
340
Sepertim:ja (Tabulate)
Kerak (Encnl;ting)
ACE
270 270
ACS
0
Submassive
ACD
20 20
Digitate
Hard coral (non Acropora)
2805
20
Bercabang (Branching
CB
20
121 617
IPallat (Massive)
CM 496
Padot (Encrustinr)
CE 400
400
0
Submassive
CS
l.enDarnn (FoOOse)
CF 485 770 40 1295
Seperti JilIllJr (Mushroom)
CMR 20 430 23 473
Miilepora
0
CME
Heliopora
CIIL
0
935
Dead Scleraainia
Karang mati (Dead Coral)
100 100
DC
Karangmati (Dead coral WJth~)
DCA 400 240 195 835
137
Algae
Macro alga
MA
0
Turfalga
0
TA
Coraline alga
0
CA
Halimeda alga
HA
0
KlIq>uIan alga (Algal AsseoDilge)
137 137
AA
Other Fauna
658
Karang Wak (Soft Coral)
SC
40 159 199
Sponge
SP 55
104 159
Zooanthids
50
50
W
250 250
Lainya (O~r )
OT
745
Abiotic
180 240
Pasir (Saro)
S
60
Pecahan karang (Rubble)
R 84 110 311 505
SI
Ltrq>ur (Silt)
0
Ai" (Water)
WA
0
Batu(Rock)
0
RCI
2000 2000 2000 6000
Total
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Benthiclifeform
141
41384.pdf
Larnpiran 7. Perhitungan Tutupan Benthic life form Stasiun IV kedalarnan 3 meter
Jum/ah Koloni l're5ell1ase Tutupon
Karang(%)
1 H mL
14
25
2 1 1 4
13,85
I
4,00
I
0
0,00
3,93
4
1 5
1 1 2 4
3,47
47
37,20
12,77
3 2 1 6
4 2 2 8
11,10
0,00
0
4,82
I 3 5 9
1,95
1 5 1 7
4,17
7 2 3 12
0,00
0
2,40
3
2 5
15,72
10
0,00
0
4 3 3 10
15,72
4
1,38
1
1,38
3 4
0,00
0
0,00
0
0
0,00
0,00
0
14
10,77
9,52
6 2 1 9
4 4
0,72
0,00
0
1 1
0,53
9,68
3
9,68
2 1 3
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0
0,00
100,00
38 23 31 92
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
Kode
KA
Tutupan Karang(cm)
1 H m L
Hard coral (Acropora)
1515
ACB 303 181 347 831
Ilercab~ (Braoching)
240
ACT 240
Sepertim:ja (fabulate)
0
ACE
Kerak (FncrustiJg)
49 236
ACS 187
Submassive
ACD 47 74 87 208
Digitate
Hard coral (nOli Acropora)
2232
Bercabang (Branching
CB 228 422 116 766
Padal (Massive)
CM 252 175 239 666
Padat (EllCrUSting)
CE
0
CS 44 87 158 289
Submassive
leoDaran (Fooose)
CF
13 83 21 117
Seperti JIIIIIlt (Mushroom)
CMR 84 64 102 250
Millepora
CME
0
CIIL 77
67 144
Heliopora
943
Dead Scleractillia
Karang lIJIli (Dead Corn!)
DC
0
DCA 227 278 438 943
Karang IIIIIi (Dead coral WIh~)
Algae
83
44 83
Macro alga
MA 39
TA
Turfalga
0
Coraline alga
CA
0
HA
0
Halimeda alga
0
KlIqlubn air;! (AJgalAssenillage)
AA
Other Faulla
646
Karang kmak (Soft Coral)
SC 259 249 63 571
43 43
SP
Sponge
0
Zooanthids
ZO
32 32
Laimya (Oth:r )
OT
581
Abiotic
387 194 581
Pasi- (Sard)
S
0
Pecahankarang (Rubble)
R
SI
0
Lwyu: (Silt)
WA
0
Ai: (Water)
0
RCK
Batu(Rock)
2000 2000 2000 6000
Total
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Benthic lifeform
142
41384.pdf
Lampiran 8. Perhitungan Tutupan Benthic life form IV kedalaman 10 meter
ill
L
Hard coro/ IAcropora)
175 l~ 100
128 310 93
100
Ben:abang (Brnncbing)
ACB
Seperti treja (fabulate)
ACT
Kerak (Fncrnsting)
ACE
Subnmsive
ACS
Digitale
Am
21
Ben:abang (Branrhing
CB
Padat (Massive)
CM
428 593
215
331
Padnt (Encruli/ing)
CE
Submassive
CS
LenIJaran (Foliose)
CF
96
71
an.
SI
T
Dtad Stlmctillia
110
TE
Heliopara
AS
Mil/epara
CMR
CME
103
56
76
24
25
R
Hard rani I non Acropon)
1200
381
531
100
0
188
1988
1021
546
0
186
127
108
0
0
813
27
~
50 156
Karang IlJlti (Dead coral With Alga)
OCA 164 151 292 607
A/gae
100
MA
!Macraalga
50
50 100
Turfalga
TA
0
Coraline alga
CA
0
Halimeda alga
HA
0
AA
KUllllulan alga (Algal AssenIJlage)
0
Other Fa/IJIII
337
KaJa11g hmak (Soft Coral)
SC
35 99
64
SP
Sponge
52 52
Zooanthids
20
0
lainnya (Other)
OT
50 49 87 186
AbioRr
1562
S
,Pasir (Sand)
529 579 275 1383
Pecahan karang (Rubble)
R 179
179
SI
Lullllur (Silt)
0
WA
Air(Water)
0
Batu (Ruck)
RCK
0
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Karang IlJlti (Dead Coral)
U
N
IV
ER
OC
1
I
n
III
I
1
1 2 I
1
1 2 I
4 5
I
I
PmeIllilJt Tlllllpan
L
laroll/l (,,.I)
12
3
4
1
0
4
28
9
2
0
20
6,35
8,85
1,67
0,00
3,13
33,13
17,02
9,10
0,00
3,10
2,12
1,80
0,00
0,00
KA
n
BU
1
Seperti JaIIIlr (Musbro<lm)
JlUlllah lololli
TlIIIIpadlUGll/llcm)
lode
BeJllllic Iif< torm
4 7 II
2
I 1
2 1 1 4
0
0
8
4
3 1
I 1 2 4
2
I
I 2
0
0
0
0
8
I
I 2
I 1
0
2 3 5
9
4 3 I 8
1
I
0
0
0
13~5
3,43
10,12
1,67
lli7
0,00
0,00
0,00
0,00
5,62
1,65
0,87
0,00
3,10
26,03
23,05
2,98
0,00
0,00
0,00
143
41384.pdf
Lampiran 9. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada
Stasiun I kedalaman 3 m dan 10m.
A. Kedalaman 3 m
ACB
5
1
1
1
1
4
ACT
ACS
ACD
CB
CM
CF
CMR
8
3
24
DR(%)
0.208
0.042
0.042
0.042
0.042
0.167
0.333
0.125
0.258
0.067
0.182
0.054
0.026
0.171
0.170
0.072
Jumlah
Koloni
ER
N
IV
U
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bentos
ACB
ACT
AC5
ACD
CB
CM
CS
CF
CMR
CHL
Total
H'
Hmax
166.00
217.00
585.00
174.00
83.00
137.25
68.38
77.33
HC(%)
13.83
3.62
9.75
2.90
1.38
9.15
9.12
3.87
53.62
2.721
3.000
0.907
0.171
SI
B. Kedalaman 10m
No
Rata2 SoC
(em)
TA
S
Total
H'
Hmax
C
E
FR(%)
KA
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
Koloni
BU
Bentos
TE
R
No
Total
Diameter
Koloni
(em)
830
217
585
174
83
549
547
232
3217
7
2
2
1
2
11
3
5
2
1
36
Total
Diameter
Koloni
(em)
659
312
151
42
402
1215
116
135
54
22
3108
C
E
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
FR(%)
DR (%)
0.194
0.056
0.056
0.028
0.056
0.306
0.083
0.139
0.056
0.028
2.540
3.322
0.765
0.231
0.212
0.100
0.049
0.014
0.129
0.391
0.037
0.043
0.017
0.007
Rata2 SoC
(em)
94.14
156.00
75.50
42.00
201.00
110.45
38.67
27.00
27.00
22.00
HC(%)
10.98
5.20
2.52
0.70
6.70
20.25
1.93
2.25
0.90
0.37
51.80
144
41384.pdf
Lampiran ) o. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada
Stasiun)) kedalaman 3 m dan kedalaman 10 m.
A. Kedalaman 3 m
Total
H'
Hmax
4
3
1
3
3
15
B
3
40
DR(%)
0.100
0.075
0.025
0.075
0.075
0.375
0.200
0.075
0.167
0.120
0.051
0.089
0.051
0.274
0.199
0.049
Rata2 SoC
(em)
165.25
157.33
203.00
116.67
66.67
72.27
98.00
65.00
KA
ACB
ACT
ACE
ACD
CB
CM
CF
CMR
FR(%)
BU
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
Kalan;
TE
R
Bentos
C
E
HC (%)
11.02
7.87
3.38
5.83
3.33
18.07
13.07
3.25
65.82
2.735
3.000
0.912
0.173
IV
ER
SI
B. KedaJaman 10 m.
TA
S
I
No
Total
Diameter
Koloni
(em)
661
472
203
350
200
1084
784
195
3949
No
N
ACB
ACT
ACE
CB
CM
CF
CME
Total
H'
Hmax
U
1
2
3
4
5
6
7
Bentos
Jumlah
Koloni
7
5
2
4
8
9
2
37
Total
Diameter
Koloni
(em)
1138
522
100
292
888
1016
110
4066
C
E
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
FR(%)
DR (%)
0.1892
0.1351
0.0541
0.1081
0.2162
0.2432
0.0541
2.419
2.807
0.862
0.211
0.280
0.128
0.025
0.D72
0.218
0.250
0.027
Rata2 SoC
(em)
162.57
104.40
50.00
73.00
111.00
112.89
55.00
HC (%)
18.97
8.70
1.67
4.87
14.80
16.93
1.83
67.77
145
41384.pdf
Larnpiran 11. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada
Stasiun III kedalarnan 3 m dan kedalarnan 10m
A. Kedalaman 3 m.
0.216
0.078
0.056
0.032
0.036
0.202
0.031
0.033
0.105
0.212
102.86
129.50
93.50
106.00
120.00
84.13
52.00
109.00
58.17
117.83
BU
KA
0.194
0.056
0.056
0.028
0.028
0.222
0.056
0.028
0.167
0.167
R
7
2
2
1
1
8
2
1
6
6
36
Rata2 SoC
(em)
TE
ACB
ACT
ACE
ACS
ACD
CM
CE
CS
CF
CMR
DR(%)
FR f%)
HC(%)
12.00
4.32
3.12
1.77
2.00
11.22
1.73
1.82
5.82
11.78
55.57
2.926
3.322
0.881
0.157
SI
T
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
H'
Hmax
C
E
Bentos
Total
Diameter
Kalan;
(em)
720
259
187
106
120
673
104
109
349
707
3334
AS
No
Jumlah
Koloni
ACB
ACT
ACE
ACD
CB
CM
CE
CF
CMR
Total
H'
Hmax
C
E
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
U
I
Bentos
IV
No
ER
B. Kedalarnan 10m.
Jumlah
Koloni
1
2
2
1
1
7
2
7
4
27
Total
Diameter
Koloni
(em)
90
340
270
20
20
617
400
1295
473
3525
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
FR (%)
DR (%)
0.037
0.074
0.074
0.037
0.037
0.259
0.074
0.259
0.148
2.545
3.170
0.803
0.212
0.026
0.096
0.077
0.006
0.006
0.175
0.113
0.367
0.134
Rata2 SOC
(em)
90.00
170.00
135.00
20.00
20.00
88.14
200.00
185.00
118.25
HC (%)
1.50
5.67
4.50
0.33
0.33
10.28
6.67
21.58
7.88
58.75
146
41384.pdf
Larnpiran 12. Komposisi dan Kondisi Struktur Komunitas Karang Batu pada
Stasiun IV kedalarnan 3 m dan kedalarnan 10m
A.
Kedalarnan 3 m.
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
H'
Hmax
4
1
5
4
6
8
9
7
12
5
61
ACB
ACT
ACS
ACD
CB
CM
C5
CF
CMR
CHL
Koloni
(em)
831
240
236
208
766
666
289
117
250
144
3747
C
C5
CF
CMR
Total
Jumlah
ER
N
IV
ACB
ACT
ACE
ACD
CB
CM
U
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total
Diameter
SI
B. Kedalaman 10 m.
Bentos
DR (%)
0.033
0.016
0.006
0.016
0.098
0.066
0.016
0.016
0.115
0.049
0.222
0.064
0.063
0.056
0.204
0.178
0.077
0.031
0.067
0.038
RataZ SoC
(em)
207.75
240.00
47.20
52.00
127.67
83.25
32.11
16.71
20.83
28.80
HC(%)
13.85
4.00
3.93
3.47
12.77
11.10
4.82
1.95
4.17
2.40
6Z.45
3.012
3.322
0.907
0.147
TA
S
E
No
FR (%)
KA
I
Diameter
BU
Jumlah
Kolonl
TE
R
Bentos
No
Kolonl
Kolani
FR I%}
DR (%)
Rata2 SoC
(em)
HC (%)
(em)
3
4
1
4
9
2
11
2
4
381
531
100
188
1021
546
186
127
108
40
3188
0.075
0.100
0.025
0.100
0.225
0.050
0.275
0.050
0.100
2.746
Hmax
3.170
C
0.866
0.185
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
127.00
132.75
100.00
47.00
113.44
273.00
16.91
63.50
27.00
6.35
8.85
1.67
3.13
17.02
9.10
3.10
2.12
1.80
53.13
H'
E
0.120
0.167
0.031
0.059
0.320
0.171
0.058
0.040
0.034
147
41384.pdf
Lampiran 13. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun I kedalaman 3 m dan
10m.
A. Kedalaman 3 m.
3
ToW
Kelimpahan (ind/15Om')
·umIah genus
·umIah jenis (S)
'umlah family
H= jumlah ni/N*LN(niIN)
E=HlLNS
d=S·IILN N
C
tt
tt
%KJR
2717
2717
18.18
9.09
18.18
3
2
1
2
I
0.07
0.07
0.03
0.01
0.03
LN(niIN) ni/N.LN(niIN)
·{U5
-1.30
-1.30
-oJ5
-1.70
-OJ 1
-2.40
-0.22
-1.70
-oJI
-8.41
-1.55
S
TE
R
012
TA
2
5
I
1.55
0.96
4.58
0.22
100
ni/N
0.27
0.27
0.18
0.09
0.18
KA
Cbaetodon octofasciatus
Chaelodon trifasciatus
Chaetodon KIeinii
Chaetodon baronessa
Heniochus varius
StasiWlI
Pi'
SI
I
2
3
4
5
N
BU
Jenis
No
I
I
2
3
4
5
6
7
Jenis
N
IV
No
Chaetodon octofasciatus
Chaetodon KJeinii
Chaetodon collare
Chaetodontoplus mesoleucus
Heniochus moooceros
Heniochus pleurotaenia
Chelmon rostratus
U
I
ER
B. Kedalaman 10m.
Tola!
Kelimpahan (ind/15Om2)
·umIah genus
·umlah jenis (S)
umlah family
H= jumlah ni/N*LN(niIN)
E=H/LNS
d=S-IILNN
C
N
1
3
1
1
%KJR
7.69
23.08
7.69
7.69
23.08
23.08
3
3
1
13
13
2
7
1
1.80
0.93
6.61
0.18
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
7.69
100
ni/N
0.08
0.23
0.08
0.08
013
013
0.08
I
StasiWlI
Pi'
0.01
0.05
0.01
0.01
0.05
0.05
0.01
0.18
LN(niIN) ni/N.LN(nilN)
-2.56
-010
-1.4
-0.34
-0.20
-2.56
-2.56
-010
-0.34
·1.4
-1.4
-0.34
-2.56
-0.20
·14.66
-1.80
148
41384.pdf
Lampiran 14. Perhitungan lkan Chaetodontidae Stasiun II keda1aman 3 m dan
10m.
A. Keda1aman 3 m.
C
ER
B. Keda1aman 10 m.
Jenis
No
4
5
6
7
8
2
2
22
22
2
8
1
2.05
0.99
7.68
0.15
100
I
N
Total
Kelimpahan (indlI5Om')
·umlah genus
·umIahjenis(S)
·umIah familv
H- jumlah ni/N'LN(nilN)
E-HILNS
20
100
N
IV
5
2
2
2
1
2
3
3
C
·16.87
·2.05
-Q.31
.Q.27
·0.27
.Q.22
·0.27
.Q.27
·0.22
.Q.22
Stasiun n
Chaetodon octofasciatus
Cbaetodon trifasciatus
Cbaetodon oollare
Chaetodon baronessa
Cbaetodontoplus mesoleucus
Heniochus monoceros
Heniochus pleurotaenia
Heniochus acmninatus
d~-IILNN
0.13
KA
3
'YoKJR
25.00
10.00
10.00
10.00
5.00
10.00
15.00
15.00
U
1
2
3
3
2
3
0.033
0.019
0.019
0.008
0.019
0.019
0.008
0.008
SI
T
Total
Ke\impahan (ind/15Om')
umlah genus
'umIahjenis (S)
·...Iah family
H~ jumlah niIN'LN(DiIN)
E-HILN S
d'=S·IILNN
3
0.18
0.14
0.14
0.09
0.14
0.14
0.09
0.09
BU
8
18.1S
13.64
13.64
9.09
13.64
13.64
9.09
9.09
m/N.LNlm/NJ
R
7
4
"N(iii7N)
·1.70
·1.99
·1.99
-2.40
·1.99
·1.99
·2.40
-2.40
TE
2
3
4
5
6
Chaetodon octofasciatus
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon Kleinii
Chaetodon oollare
Chaetodon baronessa
Heniochus vanus
Heniochus pleurotaenia
Chelmon rostratus
StaslUD 11
<'I
niIN
.,.. ....K
AS
I
N
Jenis
No
20
2
8
I
1.99
0.96
7.67
0.15
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
niIN
0.25
0.10
0.10
0.10
0.05
0.10
0.15
0.15
I
1'1
0.063
0.010
0.010
0.010
0.003
0.010
0.023
0.023
0.15
LN(niIN) niIN.LN(DiIN)
-Q.35
-1.39
-Q.23
-2.30
-Q.23
-2.30
-Q.23
-2.30
-Q.15
-3.00
-Q.23
-2.30
-Q.28
-1.90
-Q.28
-1.90
-17.39
-1.99
149
41384.pdf
Lampiran 15. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun 1II kedalaman 3 m dan
10m.
A. Kedalaman 3 m.
4
3
2
4
2
18
Total
Kelimpahan (indJI5Om')
·umIah genus
'umIahjenis(S)
·utalah family
H~ jumlah niIN*LN(niIN)
E-HILN S
d=S-IILNN
Jenis
IV
No
Heniochus acuminatus
Total
13
Kelimpahan (ind/15Om')
13
2
2
Chaetodon collare
5
U
N
Chaetodoo octofasciatus
3
4
N
3
2
4
2
2
I
Heniochus varius
Heniochus pleurotaenia
'umIah genus
·umIah jeDis (8)
·umIah family
H- jumlah ni!N'LN(nilN)
E= H1LN S
d=S·lILN N
C
niIN
0.17
0.22
0.17
0.11
0.22
0.11
100
I
0.028
0.049
0.028
0.012
0.049
0.012
-2.20
niIN.LN(niIN)
.0.30
-0.33
-0.30
-0.24
-0.33
-0.24
·10.99
-I. 75
-1.79
-1.50
·1.79
-2.20
-150
0.18
AS
ER
B. Kedalaman 10m.
I
1.75
0.98
5.65
0.18
16.67
22.22
16.67
11.11
2212
11.11
SI
T
C
18
2
6
%KJR
KA
6
3
BU
2
3
4
5
Chaetodon octofasciatus
Chaetodon KJeinii
Chaetndon baronessa
Heniochus varius
Heniochus monoceros
Chelmon rostratus
Stasiun ill
Pi 2
LN(niIN)
R
I
N
TE
Jenis
No
6
I
1.56
0.87
5.61
0.24
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
%KJR
23.08
Stasiun ill
Pi'
LN(nilN)
niIN
-1.47
niIN.LN(nilN)
15.38
0.23
0.15
0.053
0.024
30.77
0.31
0.095
15.38
0.15
0.15
0.024
·1.18
-1.87
0.024
-1.87
-il.34
-0.29
-0.36
-0.29
-0.29
1
0.22
·816
-1.56
15.38
100
·1.87
150
41384.pdf
Lampiran 16. Perhitungan Ikan Chaetodontidae Stasiun IV kedalaman 3 m dan
10m.
A. Kedalaman 3 m.
Total
Kelimpahan (ind/15Om')
umlah genus
·umIah jeni, (S)
·umIah family
H- jumlah niIN'LN(niIN)
E-HILNS
,""S-IILN N
17
100
3
17
2
7
1
1.89
0.97
6.65
0.17
0.18
0.18
0.06
0.12
0.12
0.18
0.18
LN(niIN)
1
niIN.LN(niIN)
0.03
0.03
0.00
0.01
0.01
0.03
0.03
-1.73
-1.73
-2.83
-2.14
-2.14
-1.73
-1.73
-1>.31
-1>.31
-1>.25
-1>.25
-0.31
-1>.31
0.16
-14.05
-1.89
-D.17
ER
<­
3
1
2
2
niIN
KA
3
%KJR
17.65
17.65
5.88
11.76
11.76
17.65
17.65
BU
3
TE
Cbaetodon octofasciatus
Cbaetodon K1einii
Cbaetodon baronessa
Chaetodontoplus mesoleucus
Heniocbus vanus
Heniocbus acuminatus
Chelmon rostralu,
AS
2
3
4
5
6
7
Stasiun IV
Pi'
SI
T
I
N
Jenis
R
No
IV
B. Kedalaman 10m.
Jeni,
2
3
4
5
6
Chaetodon octofasciatus
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon caIlace
Chaetodontoplus mesoleucus
Heniochus pJewotaenia
Heniochus acuminatus
U
I
N
No
Total
2
Kelimpahan (ind/15Om )
·umlah genus
'umlahjenis (S)
'um1ah family
H- jumlah nilN'LN(niIN)
E-HILNS
d=S-I/LNN
C
N
%KJR
Stasiun IV
Pi 2
LN(nilN)
niIN
niINLN(niIN)
.j)17
2
13.33
0.13
0.018
-2.01
3
20.00
0.20
0.040
·1.61
-0.32
4
26.67
02
0.071
-1.32
.j)J5
-2.01
-0.27
2
I3J3
0.13
0.018
2
13.33
0.13
0.018
-2.01
-1>.27
2
I3J3
0.13
0.018
-2.01
-0.27
15
100
I
0.18
-10.99
-1.75
15
2
6
1
1.75
0.98
5.63
0.12
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
151
41384.pdf
Lampiran 17. Kelirnpahan Ikan Chaetodontidae (individu/300rn2 )
pada kedalaman 3 rn.
I
I
No
I
I
I
2
3
1--1--,-----2:::.Stas"Ti:::.un:::.3--,---~4·-----1r.;-urnlah I
Jenis
Chaeto-d--o-n-oc-t-ofi.-a-s-c/-·a-tus---+--'3'--+-4=--+-'3'---+'--3'--+---1-3--1
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon kleinii
3
2
3
3
0
3
6
12
Chaetodon collare
0
2
0
0
2
Chaetodon baronessa
I
3
3
I
8
2
Chaetodontoplus mesoleucus
0
0
0
2
Heniochus varius
2
3
2
2
9
4
I 8 I Heniochus monoceros
0
0
4
0
Heniochus pleurotaenia
0
2
0
0
I 9
2
IO Heniochus acuminatus
0
0
0
3
3
11
Chelmon rostratus
0
2
2
3
7
'--'------+---t----t----t---'--I--_____1
BU
KA
4
5
6
0
4
c-2--
S
TE
R
I
,
U
N
IV
ER
SI
TA
Jurnlah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
II
22
18
17
68
152
41384.pdf
Lampiran 18. Kelimpahan ikan Chaetodontidae (individu/300m 2 )
pada kedalaman 10m
No
Jenis
I
2
3
4
5
6
Chaetodon octofasciatus
Chaetodon trifasciatus
Chaetodon kleinii
Chaetodon col/are
Chaetodon baronessa
Chaetodontoplus mesoleucus
Heniochus varius
Heniochus monoceros
Heniochus pleurotaenia
Heniochus acuminatus
Chelmon rostratus
Jumlah
U
N
IV
ER
SI
T
AS
13
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
15
KA
20
BU
0
3
I
0
I
0
3
3
0
I
4
2
3
0
4
0
2
0
0
2
2
0
R
8
9
10
II
I
TE
7
I
Stasiun
2
3
5
3
2
0
0
0
2
2
2
0
I
0
0
4
2
0
2
3
2
3
0
0
13
Jumlah
11
5
3
9
2
4
4
5
10
7
1
61
153
41384.pdf
Lampiran 19. Nilai perhitungan ikan Chaetodontidae (Kepe-kepe)
JmelL"r
No
pi
DiM
LN(DiMI niN.LNlniIN)
~l
DiM
LN(niIN) DiMIN(niIN)
1I
0191
O.OJ
165S
~316
0.180
0.OJ3
171l
~3lIJ
2 ChaetOOon lrifascialus
6
S O.~
0.00l
-L428
-0.21
0.1lI2
0.00
·2.501
~105
J ChaetOOoo K1cinii
12
3
0.17
O.OJ
·1735
~.llij
0.040
0.00
·3.012
~.14!
4 ChaetOOon eolian:
2
9
0.02
0.001
·3.516
~J~
0.141
0.021
1914
~182
)
2
0.1I
0.014
·2J4(
~.252
O.OJ"
D.OOi
·W8
~.1U
6 ChaeIodoo~us mesoieulllS
8
2
4
O.O~
0.00
1S26
~JIJ4
0.1ij6
0.004
-ms
~J79
7 ~eniochus varius
9
4
0.13
0.018 ·1.0n
-0.268
0.1ij6
0.004
-nJ79
8 ~eniocbus moooceros
4
S O.os
0.00
-2.8ll
~J67
0.1lI
0.00
-LID
-2.501
9 ~eniochus pleurotaenia
2
10
O.~
0.001
·3.516
-nJIJ4
0.164
0.02
·w
-n.296
10 Heniochus acuminatus
3
7
0n41
0.00
-3.121
~.1J8
0.115
0.0Il
-L165
-0141
Oielmon ro~ratus
1
I
OJ[
0.011
·2.27
~.2JI
0.01
O.IDJ
--I.ill
-0.067
-21.7
-211
0.1
-2159
-21J
.wnIah genus
3
IIDl!h jenis (s)
.wnIah f!niIy
II
II
I
211
0.92
10.7
I
213
0.9J
10.76
0.12
U
C
N
~liLNN
IV
~oHiLNS
TA
68
~ jumIM DiM'LN(niIN)
0.13
TE
S
I
6/
"it1I
3
SI
II
Cbaetodoo baronessa
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
0.13
KA
13
R
1 ChaetOOoo octofascialus
BU
11\0
ER
I
Jm
Jerris
lOux:rer
1
US
154
41384.pdf
Lampiran 20. Tipe Karang Berdasarkan Morfologinya
Morfologi
Tipe Karang
Contoh Gambar
1.
Tipe berea bang
( branching)
Memiliki
ukuran
panjang
dengan
diameter
2.
Tipe padat
(massive)
Memiliki koloni yang keras
dan umumnya berbentuk
membulat, permukaannya
halus
dan
padat.
Ukurannya
bervanasi
mulai dan sebesar telur
sampai sebesar ukuran
rumah
3.
Tlpe kerak
( encrosting)
Karang tumbuh merambat
dan menutupi permukaan
dasar terumbu, memiliki
permukaan
kasar
dan
keras serta lubang-Iubang
keeil.
eabang dengan
eabang
lebih
dibandingkan
ketebalan atau
yang dimilikinya.
I
AS
TE
R
BU
KA
No.
SI
T
N
U
5.
Karang
tumbuh
membentuk
seperti
menyerupai meja dengan
permukaan
lebar
dan
datar serta ditopang oleh
semacam tiang penyangga
yang merupakan bagian
dari koloninya
ER
ripe meja
(tabulate)
IV
4.
I
Tipe daun (foliose)
Karang
tumbuh
membentuk
lembaran­
lembaran yang menonjol
pada
dasar
terumbu,
berukuran
kecil
dan
membentuk Iipatan-Iipatan
metingkar
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
I
155
41384.pdf
Lanjutan Lampiran 20.
No.
Contoh Gambar
Karang terdiri dari satu
buah polip yang berbentuk
oval dan tampak seperti
jamur, memiliki banyak
septa seperti punggung
bukit yang beralur dari·
tepi ke pusat
npe jamur
(mushroom)
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
6.
Morfologi
Tipe Karang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
156
41384.pdf
Lampiran 21. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan
Kelimpahan Ikan Chaetodontidae di kedalaman 3 ill
A. Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N
Mean
Sid. Deviation
Minimum
Maximum
4
59.3650
5.73269
53.62
65.82
kelimpahan ikan
4
17.0000
4.54606
11.00
22.00
KA
tutupan karang
BU
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
R
tutupan karang
N
a
4
4
59.3650
17.0000
5.73269
4.54606
.246
.250
Positive
.246
.163
Negative
-.205
-.250
.492
.500
.969
.964
Mean
Absolute
Kolmogorov-Smimov Z
IV
~symp. Sig. (2-tailed)
ER
SI
T
Most Extreme Differences
AS
Std. Deviation
TE
Normal Parameters
IS
Normal.
U
N
a. Test dlstnbution
kelimpahan ikan
B. Regresi
Descriptive Statistics
Mean
kelimpahan ikan
~utupan karang
Std. Deviation
N
17.0000
4.54606
4
59.3650
5.73269
4
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
157
41384.pdf
Lanjutan Lampiran 21.
Correlations
tutupan karang
kelimpahan ikan
Pearson Correlation
kelimpahan ikan
1.000
.805
tutupan karang
.805
1.000
kelimpahan ikan
Sig. (Hailed)
.097
.097
tulupan karang
kelimpahan ikan
4
4
tutupan karang
4
4
KA
N
Std. Error of the
Adjusted R Square
R Square
R
Estimate
.80Sa
1
.648
.472
3.30203
AS
a. Predictors: (Constant), tutupan karang
TE
R
Model
BU
Model Summaryb
SI
T
b. Dependent Variable: kelimpahan ikan
ER
Regression
Mean Square
1
40.193
Residual
21.807
2
10.903
Total
62.000
3
IV
40.193
U
N
1
df
Sum of Squares
Model
F
Sig.
3.686
.19S a
a. Predictors: (Constant), tutupan karang
b. Dependent Variable: kelimpahan ikan
Coefficients
3
Unslandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Model
Std. Error
B
1
(Constant)
tutupan karang
-20.904
19.811
.638
.333
a. Dependent Variable: kelimpahan ikan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Sig.
Beta
.805
-1.055
.402
1.920
.195
158
41384.pdf
Larnpiran 22. Output SPSS 16 Tentang Hubungan Tutupan Karang dengan
Kelimpahan lkan Chaetodontidae di kedalarnan 10 ill
A. Uji Normalitas
Descriptive Statistics
Mean
N
Minimum
Std. Deviation
Maximum
utupan karang
4
57.8600
7.26157
51.80
67.77
kelimpahan ikan
4
15.2500
3.30404
13.00
20.00
KA
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
BU
lutupan karang
Normal Parameters a
R
N
Std. Deviation
Absolute
Positive
4
4
57.8600
15.2500
7.26157
330404
.243
.280
.243
.280
-.202
-.248
.486
.560
.972
.912
AS
Most Extreme Differences
TE
Mean
SI
T
Negative
~symp. Sig. (2-tailed)
IS
Normal.
U
B. Regresi
N
IV
a. Test dlstnbution
ER
Kolmogorov-Smirnov Z
kelimpahan ikan
Correlations
tutupan karang
tutupan karang
Pearson Correlation
kelimpahan ikan
1
.168
Sig. (2-tailed)
4
4
Pearson Correlation
.832
1
Sig. (2-tailed)
.168
N
kelimpahan ikan
.832
N
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
4
4
159
41384.pdf
Lanjutan Lampiran 22.
Model Summarl
Std. Error of the
Model
R
R Square
.832a
1
Adjusted R Square
.692
Estimate
.538
2.24456
a. Predictors: (Constant), tutupan karang
22.674
Residual
10.076
Total
32.750
1
22.674
2
F
Sig.
4.501
.168a
5.038
3
SI
TA
a. Predictors: (Constant), tutupan karang
BU
Regression
Mean Square
S
1
df
Sum of Squares
TE
R
Model
KA
b. Dependent Variable: kelimpahan ikan
1
U
Model
N
IV
ER
b. Dependent Variable: kelimpahan ikan
(Constant)
tutupan karang
Coefficients
3
Standardized
Unstandardized Coefficients
Std. Error
B
-6.655
10.386
.379
.178
a. Dependent Variable: kelimpahan ikan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Coefficients
Beta
Sig.
t
.832
-.641
.587
2.121
.168
160
41384.pdf
Lampiran 23. Beberapa Jenis lkan Chaetodontidae (Kepe-kepe ) yang Ditemukan
Di StasilU1 Pengamatan
-
Chaetodon trifasiatus
Chaetodon octofasciatus
U
N
IV
ER
SI
T
Chaetodon ke/inii
AS
TE
R
BU
KA
Chaetodon baronses
Chaetodon col/are
Chelmon rostratus
Heniochus varius
Heniochus acuminatus
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
161
41384.pdf
Lampiran 24. Beberapa Terumbu Karang yang Ditemukan Di Stasiun
Pengamatan
ACT
ACS
CB
U
N
IV
ER
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
ACB
CE
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
CMR
162
41384.pdf
Lampiran 24. Lanjutan
TE
R
BU
KA
C!vffi
DCA
U
N
IV
ER
SI
TA
S
DC
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
SP
163
41384.pdf
Larnpiran 25. Kegiatan Masyarakat yang Merusak Terumbu Karang di Perairan
Pulau Karang Bangkok
Ban sepeda yang di buang ke laut
SI
T
AS
TE
R
BU
KA
Sarnpah yang dibuang ke laut
U
N
IV
ER
Aktifitas penangkapan muroarni
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Aktivitas penangkapan ikan mas
Download