II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Tanaman Sawi (Brassica rapa var. Parachinensis L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur sayuran yang di menfaatkan daun-daun yang masih muda. Daun sawi sebagai makanan sayuran memiliki macam-macam manfaat dan kegunaan dalam kehidupan masyarakat seharihari. Sawi selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran, juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Selain itu sawi juga digemari oleh konsumen karena memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Ada dua jenis caisin/sawi yaitu sawi putih dan sawi hijau. (Pracaya 2011) Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok dan Asia Timur, konon di daerah Tiongkok, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi kewilayah Indonesia diduga pada abad XIX. Bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama kelompok kubiskubisan. Daerah pusat penyebaran sawi antara lain Cipanas, Lembang, Pengalengan, Malang dan Tosari. Terutama daerah yang mempunyai ketinggian diatas 1.000 meter dari permukaan laut. (Susila A D 2006) B. Klasifikasi Tanaman Sawi (Brassica rapa var. Parachinensis L.) Dalam ilmu tumbuhan Menurut Tina et al. (1994), tanaman caisim diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi: Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Cruciferae Genus : Brassica Spesies : Brassica rapa var. Parachinensis L. Sawi termasuk jenis tanaman sayuran dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Daun caisim berbentuk bulat dan lonjong, lebar 5 6 dan sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai panjang dan pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang. Sawi memiliki sistem perakaran akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silendris). Akar-akar ini berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Haryanto 2003). Caisim merupakan tumbuhan dikotil, memiliki akar Berupa akar tunggang. Batang Berkambium dan bercabang, Daun Bertulang daun sejajar atau melengkung, menyirip atau menjari. Umumnya bagian bunga berjumlah 2, 4 dan 5 atau kelipatannya. Batang caisim pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Caisim berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Triharso 2010). C. Morfologi Tanaman Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Batang sawi sangat pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak terlihat. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Sawi memiliki daun yang lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak hingga sukar membentuk krop. (Lingga dan Marsono 2006) Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum 7 bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua. (Wicaksono 2008) D. Syarat Tumbuh Sawi Hijau Sawi (Brassica rapa var. parachinensis L.) termasuk familia Brassicacea, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainasenya baik Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di ladang atau disawah, jarang diusahakan di daearah pegunungan (Edi dan Yusri 2010). E. Budidaya Sawi Hijau Sawi disemai terlebih dahulu sebelum di tanam. Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air selama ± 2 jam. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam digunakan untuk disemai. Kemudian benih disebar secara merata diatas bedengan persemaian dengan tanah yang telah dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 (media tanam) setebal ± 7 cm. Selanjutnya dilakukan penyiraman sampai basah kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari. Sebaiknya bedengan persemaian diberi naungan. Bibit yang sudah berumur 2-3 minggu siap untuk ditanam (Cahyono 2003) Sawi sudah bisa dipanen pada umur 30-35 HST, tergantung pada ketinggian tempat penanaman. Semakin tinggi tempat penanaman, umur panen akan bertambah. Pemanenan dilakukan dengan memotong caisim di pangkal batangnya dengan menggunakan pisau tajam, lalu mengumpulkan hasil panen di tempat pencucian. Setelah terkumpul, hasil panen dicuci dan dibersihkan dari bekas-bekas tanah sambil mengupas daun dan tangkai yang tua, kuning, 8 berwarna, dan rusak. Untuk caisim yang akan dijual ke supermarket perlu dikemas dengan cara mengikatnya dengan menggunakan label isolasi. Berat setiap kemasan sekitar 250-300 gr. Susun hasil kemasan secara rapi didalam boks plastik untuk selanjutnya dikirim ke supermarket. Sedangkan untuk sayuran yang akan dijual di pasar tradisional, sayuran tidak perlu dikemas melainkan cukup dicurah saja asalkan kondisinya masih segar dan tidak rusak (Aldila 2010) F. Iklim Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di ladang atau disawah, jarang diusahakan di daearah pegunungan. Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl. Namun, biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl. Sebagaian besar daerahdaerah di indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto dkk 2005). Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran tinggi pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono 2003). G. Pupuk Organik Salah satu pupuk organik yaitu pupuk kandang, pupuk kandang merupakan produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman. Pupuk kotoran ayam secara umum mempunyai kelebihan dalam kecepatan penyerapan hara, komposisi hara seperti N, P, K dan Ca dibandingkan pupuk kotoron sapi dan kambing (Djafaruddin 2007). 9 Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsurunsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair mempunyai banyak kelebihan diantaranya, pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering. Pupuk organik cair adalah larutan yang berasal dari hasil pembusukan bahanbahan organik yang berasal dari sisa tanaman, lotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair adalah sercara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara yang cepat (Hadisuwito 2007). H. Analisis Usaha Usahatani merupakan upaya petani untuk menggunakan atau memanfaatkan seluruh sumberdaya (tanah, pupuk, air, obat-obatan, uang, tenaga dan lain-lain) dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat diperoleh hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal. Satu kata yang mengandung arti ‘bisnisnya petani’ dengan lahan garapan yang dikelola dengan tanaman dan hewan/ternaknya. Usahatani dekat dengan pengertian farm dalam bahasa Inggris yang bisa sebagai kata benda maupun kata kerja yang diberi arti sebidang lahan dengan bisnis tanaman dan hewannya. Jadi pada hakikatnya, usaha tani adalah proses industri. Karena itu, memberdayakan usahatani tidak ubahnya dengan memberdayakan industri (CABI 2000). Biaya produksi adalah berbagai pengeluaran yang dilakukan dalam kegiatan usahatani baik dibayar tunai maupun tidak tunai, yang terdiri dari biaya tetap (fixed cost)dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak habis dipakai dalam sekali proses produksi, seperti biaya pembelian mesin dan peralatan pertanian (pompa generator, cangkul, parang, dsb). Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang habis dipakai dalam sekali proses produksi, seperti biaya sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, pestisida, dsb), (Marsudi Edi 2010). dan biaya penggunaan tenaga kerja