perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Intensitas Penerangan
a. Pengertian Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada
satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Intensitas penerangan merupakan
suatu aspek lingkungan fisik yang penting untuk keselamatan kerja.
Tempat kerja memerlukan intensitas penerangan yang cukup untuk
dapat melihat dengan baik dan teliti. Intensitas penerangan yang baik
ditentukan oleh sifat dan jenis pekerjaan, pekerjaan yang teliti
memerlukan intensita
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan
tenaga kerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas,
cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Penerangan yang
memadahi akan memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan
dasarnya hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata,
dimana sering kita temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat
penerangan tertentu agar tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati
obyek yang sedang dikerjakan. Intensitas penerangan yang sesuai
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
dengan jenis pekerjaannya jelas akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja (Tarwaka, 2010).
b. Sumber Penerangan
Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan
menjadi dua yaitu penerangan alamiah dan penerangan buatan
(Tarwaka, 2010) :
1) Penerangan alamiah
Penerangan alamiah adalah sumber penerangan yang
berasal dari cahaya sinar matahari.
2) Penerangan buatan (penerangan artifisial)
Peneranga buatan adalah penerangan yang dihasilkan oleh
sumber cahaya selain cahaya alami seperti dari energi listrik.
Pada prinsipnya, penerangan buatan terdiri dari tiga jenis
penerangan yaitu penerangan umum, penerangan kombinasi lokalumum dan penerangan lokal atau penerangan untuk pekerjaan
tertentu (Tarwaka, 2010) :
a) Penerangan umum
Penerangan umum merupakan jenis penerangan yang
didesai untuk keperluan pencahayaan bagi seluruh area tempat
kerja. Pada umumnya, penerangan umum didesain untuk
ditempatkan pada plafon secara permanen dan menerangi area
yang cukup luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
b) Penerangan kombinasi
Penerangan
kombinasi
diperlukan
manakala
penerangan umum tidak memberikan kecukupan intensitas
terhadap pekerjaan tertentu. Penerangan kombinasi lokal dan
penerangan umum di pasang di atas kepala secara permanen
untuk meningkatan intensitas cahaya sesuai dengan jenis
pekerjaan yang diakukan.
c) Penerangan lokal
Penerangan lokal atau penerangan untuk pekerjaan
tertentu sangat diperlukan untuk meningkatkan intensitas
penerangan
pada
pekerjaan
tertentu
yang
memerlukan
kepentingan, seperti pekerjaan membaca dan menulis, quality
control, menjahit, perbaikan elektronik dan lain sebagainya.
Penerangan lokal harus memungkinkan pemakai dapat dengan
mudah mengatur dan mengendalikan pencahayaan sesuai
dengan keperluaannya.
c. Sistem Pencahayaan
Menurut Prabu (2009) ada lima sistem pencahayaan di ruangan
yaitu :
1) Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90
100% cahaya diarahkan secara
langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling
efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
karena
dapat
menimbulkan
bahaya
serta
kesilauan
yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena
pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langit-langit,
dinding serta benda yang ada dalam ruangan perlu diberi warna
cerah agar tampak menyegarkan.
2) Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60
90% cahaya diarahkan langsung pada
benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langitlangit dan dinding yang diplester putih memiliki efisiensi
pemantulan antara 50
90%.
3) Sistem pencahayaan difus (general diffus light)
Pada sistem ini setengah cahaya 40
60% diarahkan pada
benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langitlangit dan dinding. Pencahayaan sistem ini termasuk sistem directindirect yaitu memancarkan stengah cahaya ke bawah dan sisanya ke
atas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4) Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60
90% cahaya diarahkan ke langit-langit
dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian
bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu
diberi perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah
bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
5) Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90 100% cahaya diarahkan ke langit-langit
dan dinding bagian atas kemudaian dipantulkan untuk menerangi
seluruh ruangan, agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber
cahaya, perlu diberi perhatian dan pemeliharaan yang baik.
Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan
kesilauan, sedangkan kerugiannya mengurangi efisiensi cahaya total
yang jatuh pada permukaan kerja.
d. Standar intensitas penerangan di tempat kerja
intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan
cahaya ditempat kerja tidak memadai.
Tabel 1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tingkat Penerangan
Jenis Pekerjaan
Contoh Pekerjaan
yang Dibutuhkan
(Lux)
Tidak teliti
Penimbunan barang
80 170
Agak teliti
Pemasangan (tak teliti)
170 350
Teliti
Membaca, menggambar
350 700
Sangat teliti
Pemasangan
700 1000
Sumber
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan
Kerja
Perkantoran
dan
pencahayaan sebagai berikut :
commit to user
Industri,
standar
tingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Tabel 2. Standar Tingkat Penerangan
Tingkat Penerangan
Jenis Pekerjaan
Minimal
(Lux)
Pekerjaan kasar
100
dan tidak terus
menerus
Pekerjaan kasar
dan
terus
menerus
Pekerjaan rutin
200
Pekerjaan
halus
500
agak
Pekerjaan halus
Pekerjaan
halus
amat
300
1000
1500 tidak
menimbulkan
bahaya
Pekerjaan terinci
3000 tidak
menimbulkan
bahaya
Sumber : Kepmenkes No. 1405 tahun 2002
Keterangan
Ruang penyimpanan dan
ruang peralata atau instansi
yang memerlukan pekerjaan
yang kontinyu.
Pekerjaan dengan mesin
dan perakitan kasar.
Ruang administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin
dan
perakitan
atau
penyusunan.
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin,
kantor, pekerja pemeriksaan
atau pekerjaan dengan
mesin.
Pemilihan
warna,
pemrosesan
tekstil,
pekerjaan mesin halus dan
perakitan halus.
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan
pekerjaan
mesin dan perakitan yang
sangat halus.
Pemeriksaan
pekerjaan,
perakitan sangat halus.
2. Masa Kerja
a. Pengertian Masa Kerja
Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada
suatu instansi atau tempat kerja dalam satuan waktu tertentu. Masa
kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja
maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan
menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam
bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Pada masa kerja ini dapat
berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis, semakin
lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja yang kurang
nyaman dan menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut akan
menumpuk terus dari waktu ke waktu (Setyaningsih, 2007).
Encyclopedia of occupational Health and safety (1998) adanya
keluhan gangguan mata rata-rata setelah pekerja bekerja dengan masa
kerja berkisar lebih dari 3
4 tahun. Dengan demikian pekerja yang
bekerja lebih dari tiga tahun akan mempunyai resiko lebih cepat terjadi
kelelahan mata dibandingkan pada pekerja dengan lama kerja kurang
dari atau sama dengan tiga tahun (Anggraini, 2013).
3. Kelelahan Mata
a. Pengertian Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan
oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan
kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya
disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Phesant, 1991).
Menurut Padmanaba (2006), kelelahan mata adalah gangguan yang
dialami mata karena otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama
saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Kelelahan mata timbul sebagai stres intensif pada fungsifungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang
perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan
Distribusi
cahaya
yang
tidak
merata
menyebabkan
menurunkan efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan
kontras serta distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan kerja
dapat menyebabkan kelelahan mata. Apalagi penerangan yang tidak
memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan
intensitas penerangan yang ada. Iris bekerja sebagai diafragma,
mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam pupil. Pada
keadaan gelap pupil membesar dan pada keadaan terang pupil mengecil.
Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar kesadaran
kita. Pada saat yang sama ajakan syaraf yang lain masuk lebih jauh
kedalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki syaraf
kesadaran (Ilyas, 2003).
Sistem yang terdiri dari mata dan alur syaraf yang mempunyai
peran penting dalam melihat disebut alat visual, ia mengendalikan lebih
dari 90% dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir semua jabatan visual
ini memainkan peranan yang menentukan. Organ visual ikut
bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan mata (Ilyas, 2003).
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau astenopia
yaitu kelelahan okuler atau ketegangan pada organ visual, dimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala sehubungan dengan
penggunaan mata secara intensif. Kelelahan mata menggambarkan
seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stres berlebihan terhadap
fungsi mata, berupa tegangan otot siliaris yang berakomodasi saat
memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang sangat dekat
(Maryamah, 2011).
Menurut Ilyas (2008) terdapat tiga jenis Astenophia yaitu
Astenophia
Acomodatif, Astenophia
Muscullar
dan
Astenophia
Neurastenik. Astenophia yang terjadi pada pekerja di bagian
administrasi tergolong ke dalam Astenophia Acomodatif yang
disebabkan oleh kelelahan otot siliaris akibat daya akomodasi.
b. Sistem penglihatan manusia
Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintikbintik yang peka terhadap sinar pada permukaan invertebrata. Didalam
wadahnya yang protektif, setiap mata memiliki lapisan reseptor, sistem
lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor tersebut, serta sistem saraf
yang menghantarkan implus dari reseptor ke otak (Haeny, 2009).
Mata bekerja mirip kamera. Bayangan benda diterima oleh
mata dan masuk melalui seperangkat lensa di mata, berupa kornea,
pupil dan lensa yang transparan. Organ-organ ini berhubungan erat
kerjanya dengan otot-otot mata. Permasalahannya, untuk melihat dalam
jarak dekat dan dalam waktu yang lama, seperti melihat layar komputer,
perlu kerja ekstra dari lensa dan otot mata, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
1) Lensa mata harus mencembung untuk mencari fokus benda yang
dilihat.
2) Kedua bola mata bekerja sama dalam menyatukan bayangan saat
mata melihat obyek dalam jarak dekat. Apalagi, jika obyek cukup
kecil.
3) Menggerakan bola mata ke arah bayangan yang datang, agar tampak
jelas (Ilyas, 2003).
Sebagai indera penglihatan, mata mempunyai fungsi penting
dalam mengidentifikasi segala bentuk rangsangan visual yang
kemudian diteruskan ke otak untuk diterjemahkan dalam bentuk respon.
Dalam hal ini, mata berfungsi sebagai pengirim pesan (Ahmadi, 2009).
Menurut Ilyas (2003), mata terdiri dari 6 bagian, yaitu :
1) Kelopak mata (palpebra) yang berfungsi untuk melindungi bola
mata terhadap trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak
mata juga berperan terhadap trauma sinar dan pengeringan bola
mata. Kelopak mata juga berperan dalam mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk lapisan air mata di depan kornea.
2) Sistem sekresi air mata (sistem lacrimal) untuk menjaga agar kornea
tetap bersih, lembab dan bebas kuman.
3) Conjungtiva, yaitu membran yang menutupi sclera dan kelopak mata
bagian belakang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
4) Bola mata yang terdiri atas :
a) Sclera yang merupakan jaringan terluar yang melindungi bola
mata.
b) Kornea
merupakan
bagian
depan
yang
transparan
dan
bersambung dengan yang putih dan tidak tembus cahaya.
5) Uvea yang terdiri dari atas iris, badan siliar dan koroid.
6) Pupil merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi
sebagai tirai yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah
cahaya yang memasuki mata.
7) Lensa merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri
dari beberapa lapisan. Lensa mata berfungsi sebagai organ fokus
utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari
benda-benda yang dilihat.
8) Retina yang berfungsi mengubah sinar menjadi rangsangan pada
saraf optik yang akan diteruskan ke otak.
9) Rongga orbita yaitu rongga tempat bola mata.
10) Otot penggerak mata yang berguna untuk menggerakkan mata.
Secara ilmiah, mata memiliki tiga fungsi utama yaitu :
1) Menerima cahaya atau sensasi cahaya.
2) Membedakan bentuk atau sensasi bentuk.
3) Menerima warna atau sensasi warna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
c. Mekanisme Melihat
Proses melihat dimulai ketika sebuah benda memanulkan
cahaya dan cahaya ini kemudian masuk ke dalam mata melalui kornea,
pupil, lensa dan akhirnya cahaya dipusatkan di retina. Di retina, cahaya
tadi diubah menjadi muatan-muatan listrik yang kemudian dikirim ke
otak melalui serabut saraf penglihatan untuk diproses. Hasil dari kerja
otak ini membuat kita melihat benda. Pupil atau manik mata berfungsi
mengatur cahaya masuk dengan mengecil jika cahaya terlalu terang
atau melebar jika cahaya kurang. Diafragma kamera bekerja seperti
pupil. Lensa mengatur agar bayangan dapat jatuh tepat di retina. Retina
atau selaput jala, merupakan jaringan tipis di sebelah dalam bola mata.
Di retina terdapat jutaan sel saraf yang dikenal sebagai sel batang dan
sel kerucut. Sel batang membuat kita mampu melihat dalam keadaan
cahaya agak gelap sedangkan sel kerucut membantu melihat detil saat
terang, misalnya membaca dan melihat warna (Budiyono, 2011).
Gambar sistem kerja mata sebagai berikut :
Gambar 1. Sistem kerja mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Gambar proses cahaya masuk mata sebagai berikut :
cahaya
kornea
Melihat
benda
Otak
pupil
lensa
Serabut syaraf
penglihatan
retina
Diubah menjadi
muatan listrik
Gambar 2. Skema mekanisme mata melihat
d. Gejala mata mengalami kelelahan
Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar
berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu
tertentu, menyebabkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu
yang panjang. Kelelahan mata oleh karena lama paparan yang terlalu
lama akan menyebabkan daya akomodasi menurun. Terdapat beberapa
gejala kelelahan mata yaitu :
1) Gejala okular merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman,
panas, sakit, cepat lelah, merah dan berair (Asyari, 2002).
2) Gejala visual terjadi karena mata mengalami gangguan untuk
memfokuskan bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap
cahaya. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan ganda atau
kabur.
Penglihatan
yang
kabur
biasanya
berkaitan
dengan
akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk memfokuskan atau
mengalami kejang dan kelelahan (Asyari, 2002). Ketajaman
penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada saat
keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan
(Mangunkusumo, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
3) Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata
adalah rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang dan vertigo
(Mangunkusumo, 2002).
Menurut Departemen Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK
Semarang Proyek Pengembangan Hygiene dan KK (1995) gejala
kelelahan mata yaitu :
1) Ketegangan mata yang ditandai oleh kelopak mata terasa berat,
terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, bagian
mata paling dalam terasa sakit, penglihatan kabur, tidak bisa
difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut
walau mata difokuskan, mata pedih dan berdenyut atau kedutan,
mata merah, penglihatan tampak ganda, mata terasa kering.
2) Gejala kelelahan mata yaitu :
a) Lesu dan mengantuk yang ditandai oleh kepala terasa berat,
seluruh badan terasa lelah, kaki lelah, sering menguap, kepala
terasa pusing dan pikiran kacau, mata tegang dan ingin berbaring.
b) Kesulitan dalam berkonsentrasi yang ditandai sulit berfikir,
gugup, tidak dapat berkonsentrasi pada waktu harus menaruh
perhatian, malas berfikir, cepat lupa dan tidak mampu mengatur
emosi.
c) Merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh yang ditandai
bahu dan leher terasa kaku, punggung bawah pegal, haus, kepala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
pusing, kelopak mata kejang atau tegang, anggota badan tremor
atau gemetar dan badan terasa sakit.
e. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata :
1) Usia
Daya akomodasi menurun pada usia 45
50 tahun. Dengan
bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur
kehilangan elastisitasnya dan agak kesulitan melihat pada jarak
dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan
ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula
penglihatan jauh (Guyton, 1991).
2) Kurang tidur
Seseorang yang kurang tidur menyebabkan mata merah dan
mata sulit dibiarkan terbuka sehingga dapat mengurangi daya
penglihatan secara maksimal (Nurmianto, 2004).
3) Lama kerja
Melihat obyek kerja secara terus menerus dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan kelelahan mata (Mangunkusumo,
2002). Melihat komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4
jam dapat menimbulkan kelelahan mata (Maryamah, 2011).
4) Jarak pandang
Menurut Occupational Safety and Health Association
(OSHA) (1997) pada saat menggunakan komputer jarak antara mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20
40 inch atau
sekitar 50 100 cm (Maryamah, 2011).
5) Jenis Pekerjaan
Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian atau pekerjaan
yang
mengerjakan
barang-barang
kasar
berbeda
intensitas
penerangan yang dibutuhkan, apabila penerangan tidak sesuai
standar akan mengakibatkan kesilauan atau penerangan yang kurang,
sehingga mengganggu ketajaman penglihatan (Cahyo, 2008).
6) Kelaianan Refraksi
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas yang tidak
dibentuk di retina (macula Lutea). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan
bayangan kabur (Ilyas, 2006). Kelainan refraksi dikenal dalam
bentuk sebagai berikut :
a) Miopi
Miopi atau penglihatan dekat adalah cacat mata yang
disebabkan oleh diameter anterosposterior bola mata terlalu
panjang sehingga bayangan-bayangan dari benda yang jaraknya
jauh akan jatuh di depan retina. Pada miopi orang tidak dapat
melihat benda yang jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang
jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong
dengan lensa cekung atau negatif (Haeny, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
b) Hipermetropi
Hipermetropi atau penglihatan jauh adalah cacat mata
yang disebabkan oleh diameter anterosposterior bola mata terlalu
pendek sehingga bayangan-bayangan dari benda yang jaraknya
dekat akan jatuh dibelakang retina. Pada hipermetropi orang tidak
dapat melihat benda yang dekat, mereka hanya dapat melihat
benda yang jaraknya jauh. Untuk cacat seperti ini orang dapat
ditolong dengan lensa cembung atau plus (Haeny, 2009).
c) Astigmatisme
Astigmatisme merupakan kesalahan refraksi yang terjadi
karena berkas-berkas cahaya jauh pada garis-garis di atas retina
dan bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan oleh
perubahan bentuk lengkungan lensa (Firasati, 2012).
d) Presbiopi
Merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan
kesalahan akomodasi yang terjadi pada orang-orang tua atau
orang-orang yang sedang menginjak usia lanjut (Firasati, 2012).
4. Hubungan Intensitas Penerangan dan Masa Kerja dengan Kelelahan Mata
Dalam kondisi lingkungan kerja yang suram atau intensitas
penerangan yang kurang, umumnya tenaga kerja akan berupaya untuk
dapat
melihat
pekerjaannya
dengan
sebaik-baiknya
dengan
cara
berakomodasi secara terus-menerus. Upaya demikian akan menyebabkan
terjadinya ketegangan mata (Soeripto, 2008). Apalagi penggunaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
komputer dengan kondisi penerangan yang kurang dan dalam waktu yang
lama juga beresiko terkena mata lelah atau astenopia (Rachmawati, 2011).
Penerangan ruang kerja yang kurang dapat menyebabkan kelelahan mata,
akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan
Menurut Santoso (2012), penerangan yang tidak baik dapat
mengakibatkan :
a. Kelelahan mata.
b. Kelelahan mental.
c. Keluhan-keluhan pegal di sekitar mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d. Kerusakan mata untuk melihat.
e. Meningkatnya kecelakaan kerja.
Menurut Encyclopedia of occupational Health and safety (1998)
adanya keluhan gangguan mata rata-rata setelah pekerja bekerja dengan
masa kerja berkisar lebih dari 3
4 tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
B. Kerangka Pemikiran
Intensitas Penerangan tidak
sesuai standar
Masa Kerja
Mata
Tidak bisa melihat obyek
kerja secara teliti, jelas dan
pandangan tidak nyaman
Mata berakomodasi
secara terus-menerus
Faktor
yang
mempengaruhi :
1. Usia
2. Kurang Tidur
3. Lama kerja
4. Kelainan Refraksi
5. Jarak pandang
6. Jenis Pekerjaan
Ketegangan mata
Kelelahan Mata
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
C. Hipotesis
Ada Hubungan Intensitas Penerangan dan Masa Kerja dengan
Kelelahan Mata pada Pekerja bagian Komputer di PT. X.
commit to user
Download