Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013

advertisement
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013
Jumat, 18 Januari 2013
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan
kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih
dibayang-bayangi oleh berbagai ketidak-pastian, seperti prospek pemulihan
ekonomi di kawasan Eropa (terutama di negara yang mengalami krisis hutang,
yaitu Yunani, Italia, Irlandia, Potugal dan Spanyol) dan ancaman jurang fiskal
(fiscal cliff) di AS akibat perbedaan
sudut pandang dan kepentingan antara Pemerintahan Barrack Obama (Partai
Demokrat) dengan Konggres yang didominasi oleh Partai Republik, terkait
strategi kebijakan untuk meningkatkan penerimaan negara dari pajak, efisiensi
pengeluaran negara terutama pengurangan pengeluaran untuk perlindungan sosial,
serta batasan hutang dan defisit anggaran pemerintah AS. Krisis tersebut turut
berimbas pada penurunan permintaan eksternal dan perlambatan aktivitas
perekonomian di Asia, termasuk China dan India.
Data BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan III-2012 bila dibandingkan triwulan III-2011 tercatat sebesar
6,17% (yoy) dan secara kumulatif mencapai
sebesar 6,29% bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011 (ctc). Besaran PDB atas dasar harga
berlaku secara kumulatif pada triwulan III-2012 mencapai sebesar Rp. 6.151,6
trilyun. Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan pada triwulan IV-2012
akan mencapai 6,2%, sehingga pertumbuhan untuk keseluruhan tahun 2012 akan
mencapai sekitar 6,3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan trend yang
terus meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
sejak triwulan II-2012 merupakan pertumbuhan terbesar kedua di Dunia setelah
China yang meskipun mencatat angka 7,7% namun trendnya menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya (Firmanzah, 2012). Dengan demikian tingkat pertumbuhan
Indonesia kembali berada di atas rata-rata tingkat pertumbuhan dunia yang pada
tahun 2012 diprediksi sebesar 3,5%.
Sebagaimana terlihat dalam Grafik dan Tabel I, dalam 10
tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5% ± 1%
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11%. Sejak tahun 2007 hingga 2012,
tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6% dengan pengecualian tahun 2009
(4,6%) sejalan dengan krisis ekonomi global akibat kegagalan sektor kredit
properti (subprime mortgage crises)
dimana sebagian besar negara bahkan mengalami pertumbuhan minus. Trend tersebut
berbeda bila dibandingkan dengan Singapura yang memiliki tingkat pertumbuhan
rata-rata sebesar 6,55%, namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7%
(2010) setelah mengalami kontraksi -1,3% (2009). Demikian pula halnya dengan
Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global
tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Pertumbuhan
ekonomi Vietnam memang menunjukkan tingkat yang selalu lebih tinggi
dibandingkan Indonesia dari periode 2002 hingga 2010, namun terlihat mulai
mengalami overheating dan melambat
pertumbuhannya. Sedangkan Myammar dengan skala perekonomiannya yang masih
terbatas dapat mencapai pertumbuhan di atas 10% (double digit) pada periode 2002 hingga 2007 dan di masa
mendatang berpotensi
untuk terus tumbuh sejalan dengan reformasi dan keterbukaan politik yang
ditempuh oleh Pemerintah Myammar.
Grafik dan Tabel I : Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN, China
dan India (2002-2012)
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 26 October, 2017, 08:08
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Ketahanan ekonomi Indonesia terhadap imbas krisis
keuangan global tidak terlepas dari karakteristik ekonomi nasional yang
ditopang oleh konsumsi domestik dan pembentukan modal tetap bruto (investasi).
Hingga triwulan III-2012 seperti terlihat dalam Tabel II, Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia didominasi oleh pengeluaran Konsumsi Masyarakat (54,79%),
diikuti oleh PMTB (37,58%), pengeluaran Pemerintah (8,24%). Tekanan pelemahan
ekonomi global berimbas pada penurunan harga komoditas (seperti batubara, nikel, tembaga dan CPO) dan
pengurangan permintaan dari negara tujuan ekspor, telah menyebabkan melambatnya kinerja ekspor
nasional dan terjadi defisit ekspor terhadap impor sebesar -0,61% dari PDB.
Meskipun kinerja ekspor secara nominal terus meningkat (23,1% dari PDB), namun
kebutuhan impor barang modal dan bahan baku/antara untuk kebutuhan produksi yang
terus meningkat (23,7% dari PDB) telah menyebabkan neraca perdagangan mengalami
defisit (minus).
Tabel II : Produk Domestik Regional Bruto Indonesia (2010-2012)
Kinerja perekonomian pada triwulan III-2012 meningkat 3,21% dibandingkan
triwulan sebelumnya (II-2012), yang berarti lebih besar dibandingkan
peningkatan pada triwulan II-2012 terhadap triwulan I-2012 sebesar 2,80% (qtq). Komponen PMTB tumbuh sebesar
2,94% (qtq), diikuti Konsumsi Masyarakat sebesar 2,71%.Sedangkan komponen
pengeluaran yang mengalami penurunan adalah Pengeluaran Pemerintah (-0,07%),
Ekspor (-0,21%) serta Impor (-8,36%). Apabila dibandingkan dengan triwulan yang
sama pada tahun 2011, laju pertumbuhan komponen pengeluaran PMTB mencapai
10,02% dan komponen konsumsi masyarakat mencapai 5,68%.
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor perekonomian Indonesia pada
triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq).
Pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor Pertanian (6,15%), sektor Pengangkutan
dan Transportasi (4,20%), sektor Industri (3,99%), dan sektor Konstruksi
(3,79%). Sedangkan jika dibandingkan dengan periode triwulan yang sama tahun
2011 (yoy), maka terdapat 5 sektor yang memiliki pertumbuhan melebihi angka
pertumbuhan PDB (6,17%), terutama sektor-sektor yang padat modal, seperti:
sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,48%), sektor Konstruksi (7,98%), sektor
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (7,41%), sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran (6,91%). Sedangkan sektor yang berpotensi padat karya yang dapat
tumbuh di atas pertumbuhan PDB hanyalah sektor Industri (6,36%). Di sisi lain sektor
Pertambangan yang padat karya menjadi satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan
minus (-0.09%) akibat dampak dari penurunan permintaan global.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 26 October, 2017, 08:08
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Stabilitas perekonomian nasional sepanjang tahun 2012 tercermin pula dari
tingkat inflasi yang mencapai 4,3%, atau sedikit di atas tingkat inflasi 2011
(3,8%). Tingkat inflasi yang stabil di koridor target Pemerintah dan BI (4,5% ±
1%) didukung oleh inflasi kelompok volatile
foods yang rendah dan inflasi inti yang terkendali dengan rendahnya imported inflation sejalan dengan
penurunan harga komoditas pangan dan energi global. Meskipun ekspektasi inflasi
sempat berfluktuasi akibat wacana kenaikan BBM pada semester awal tahun 2012,
namun administered prices tetap terkendali
seiring dengan tidak adanya kebijakan kenaikan BBM.
Grafik II : Tingkat Inflasi Indonesia (2008-2012)
POTENSI DAN PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA
Bercermin dari kinerja perekonomian nasional tahun 2012 dengan ketahanan
dan kesinambungan pertumbuhan di tengah perekonomian global yang masih belum
menentu, maka perekonomian nasional tahun 2013 memiliki potensi besar untuk
terus tumbuh dan mencapai target makro ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan sebesar
6,8% dan tingkat inflasi sebesar 4,9%. Kekuatan pasar domestik dan arus
investasi yang semakin meningkat seiring dengan pengakuan rating investment gradeoleh lembaga pemeringkat
internasional seperti S&P, Moody dan Fitch, merupakan modal utama
pertumbuhan.
Prospek Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor
4 di Asia setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara,
semakin menjanjikan dengan melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi
swasta dan iklim investasi yang kondusif. Namun ke depan masih terdapat
tantangan besar untuk meningkatkan daya saing (competitiveness) yang saat ini berada pada peringkat 50 dari 144
negara, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan infrastruktur, kesehatan
dan pendidikan, efisiensi pasar tenaga kerja, penguasaan teknologi dan inovasi,
serta kelembagaan.
Peningkatan pendapatan per kapita menjadi US$ 3.660 membuat Indonesia masuk
ke dalam kategori negara berpendapatan menengah, dimana pertumbuhan ekonominya
tidak lagi dapat bergantung kepada sumber daya alam dan alokasi tenaga kerja
murah (resources and low cost-driven
growth) namun harus mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi
dengan memanfaatkan modal fisik dan sumber daya manusia terampil (productivity-driven growth), agar
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak stagnan dan terhindar dari jebakan negara
berpendapatan menengah (middle income
trap). Melalui program MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang telah berjalan sejak tahun 2011, Pemerintah
terus mempercepat pengembanganberbagai program pembangunan untuk mendorong
peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan
infrastruktur danenergi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Selain itu Pemerintah
juga mendorong perluasan pembangunan ekonomi Indonesia agar efek positif dari
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 26 October, 2017, 08:08
Sekretariat Negara Republik Indonesia
pembangunan ekonomi Indonesia dapat dirasakan di semua daerah dan oleh seluruh
komponen masyarakat. Diproyeksikan investasi yang dialokasikan untuk kegiatan
proyek MP3EI pada tahun 2013akan berjumlah Rp. 545,53 trilyun untuk 82 proyek
infrastuktur dan 64 proyek di sektor riil yang menyebar di semua 6 koridor
ekonomi, dengan porsi terbesar di koridor Papua - Maluku (37,5%) dan koridor Jawa (21,22%).
Tabel III : Tingkat Perekonomian dan Pendapatan Per
Kapita di ASEAN(2010-2012)
Berlarut-larutnya penyelesaian pemulihan krisis ekonomi
di kawasan Eropa dan AS masih akan menghambat ekspansi pertumbuhan ekspor.
Pelemahan nilai tukar rupiah yang semakin berlanjut pada awal tahun 2013 hingga
mendekati Rp.10.000/US$ di satu sisi membuat harga produk ekspor Indonesia
bertambah kompetitif dan di sisi lain dapat menahan pembelian domestik terhadap
produk impor yang harganya semakin tinggi. Namun nilai tukar rupiah harus
dijaga agar tidak menembus angka psikologis tersebut mengingat kondisi perekonomian
ke depan masih dibayang-bayangi dengan ancaman kenaikan harga minyak dunia.
Beban alokasi subsidi energi dalam APBN TA 2013 yang mencapai Rp. 274,7
trilyun (subsidi BBM Rp 193,8 trilyun dan subsidi listrik Rp 80,9 trilyun)
berpotensi untuk bertambah apabila konsumsi BBM melebihi pagu 46 juta kl dan
tidak dilakukan penyesuaian harga. Selain itu keterbatasan produksi minyak
dalam negeri (lifting minyak tahun 2012 hanya mencapai 861
ribu barel per hari) menyebabkan
Indonesia lebih banyak mengimpor BBM (net
importer). Nilai impor BBM setiap tahunnya sangat besar, yaitu US$ 28
milliar pada tahun 2011(yang merupakan nilai komoditas impor terbesar dalam
neraca perdagangan Indonesia)dan berjumlah US$ 26 milliar hingga November 2012 atau
sementara menempati nomor 2 terbesar di bawah impor mesin dan peralatan mekanik
(US$ 26,2 milliar) sehingga berpotensi untuk kembali menjadi komoditas impor
terbesar pada penghujung tahun 2012 (Basri, 2013). Namun demikian penyesuaian
harga BBM perlu dilakukan secara seksama, baik waktu, tahapan dan besarannya
mengingat akan diikuti oleh kenaikan berbagai harga secara luas. Di sisi lain administered inflation sudah pasti akan
meningkat akibat kebijakan kenaikan harga listrik sebesar 15% (secara bertahap/triwulan)
dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP).
Akhirnya berbagai potensi dan peluang perekonomian yang ada harus
dimanfaatkan dengan maksimal dan didukung dengan bauran kebijakan fiskal dan
moneter yang prudential, transparent dan accountable untuk memperluas penciptaan lapangan pekerjaan dan
mempercepat tingkat penurunan angka kemiskinan yang pada bulan September 2012
tercatat sejumlah 28,59 juta orang (11,66%) atau telah menurun dibandingkan
akhir tahun 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36%).
(Chairil/Hamidi/Adyawarman/Susanti/Saddra)
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 26 October, 2017, 08:08
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Daftar Pustaka:
Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, Januari 2013.
- Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, November 2012.
- Faisal Basri, BBM
Biang Keladi Defisit Perdagangan, Harian Kompas, 7 Januari 2013.
- Firmanzah, Prakiraan
Perekonomian Indonesia 2013, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan
Pembangunan, Desember 2012.
- Firmanzah, Ekonomi
Indonesia dan Outlook 2013, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan
Pembangunan, Desember 2012.
- Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (KP3EI), Laporan Perkembangan
Pelaksanaan MP3EI, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Desember
2012
- The World Bank, Perkembangan
Triwulanan Perekonomian Indonesia: Menyoroti Kebijakan, Desember 2012.
Download :Â Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 26 October, 2017, 08:08
Download