BAB V PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. PT. Perkebunan XIV (Persero) Makassar telah berupaya menerapkan tax planning atas biaya program kesejahteraan karyawan tetapi upaya tersebut belum maksimal karena masih terdapat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan biaya kesejahteraan karyawan merupakan kategori biaya yang tidak bisa dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan (non deductible) sehingga perusahaan tidak mengurangi beban pajaknya. 2. PT. Perkebunan XIV (Persero) Makassar menanggung PPh Pasal 21 karyawan sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan tersebut tidak dapat dikurangkan (non deductible) dari penghasilan bruto perusahaan yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat mengurangi beban pajaknya. 3. Beberapa biaya kesejahteraan karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) dari penghasilan bruto perusahaan, seperti fasilitas penyediaan dokter dan pemberian obat-obatan, penyediaan fasilitas rumah dinas, serta tunjangan bentuk natura. 4. Biaya-biaya yang dapat perusahaan (deductible) dikurangkan yang dari mengakibatkan penghasilan beban bruto pajaknya berkurang, yaitu biaya premi asuransi, biaya iuran pensiun, biaya pakaian kerja untuk karyawan, tunjangan beras, serta fasilitas kendaraan dinas yang hanya 50% dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan (deducible). 5. PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar untuk saat ini belum memberikan bonus kepada karyawannya. 6.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka sesuai dengan prinsip taxable dan non deductible yang merupakan prinsip yang lazim dipakai dalam tax planning, PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar sebaiknya mengubah kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan biaya kesejahteraan karyawan dari kategori biaya yang tidak bisa dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan (non deductible) menjadi kategori biaya yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan (deductible). Bagi perusahaan lebih baik memberikan tunjangan pajak kepada karyawan dengan metode gross up. Dengan metode gross up maka perusahaan dapat membebankan biaya tunjangan pajak sebagai deductible expense sehingga dapat mengurangi PPh Badan perusahaan. Selain itu, dalam hal pengobatan/kesehatan karyawan, fasilitas rumah dinas, sebaiknya diganti menjadi bentuk tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan yang dimasukkan ke dalam slip gaji karyawan sehingga semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan (deductible) mengurangi PPh Badan perusahaan. sehingga dapat