- Peradah

advertisement
DAFTAR ISI
Jadwal Acara dan Peraturan Tata Tertib .................................................................. 7
Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Pimpinan Sidang Mahasabha VIII ........................................................................... 23
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Pengesahan Atas Laporan Pertanggungjawaban ..................................................... 27
Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Masa Bhakti Tahun 2006-2009
Pembentukan Komisi-Komisi .................................................................................. 31
Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga .............................. 37
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Program Umum Organisasi ..................................................................................... 65
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Pokok-Pokok Pikiran Dan Rekomendasi .................................................................. 79
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Syarat-Syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional .................................. 93
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Masa Bhakti 2009-2012
Calon-Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional ............................................. 99
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Masa Bhakti 2009-2012
Hak Suara Peserta Sidang Mahasabha VIII .............................................................. 103
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional .................................................... 107
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Masa Bhakti 2009-2012
Pembentukan Formatur Mahasabha VIII ................................................................ 111
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Susunan Personalia Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Nasional ............. 117
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Masa Bhakti 2009-2012
Memorandum Mahasabha VIII ............................................................................... 123
PENGANTAR
OM Swastyastu
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa,
Puji syukur kita panjatkan kepada Hyang Widhi atas karunia-Nya sehingga Mahasabha
VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah Indonesia) di Medan pada tanggal
11-14 Desember 2009 dapat berjalan dengan sukses. Mahasabha VIII ini merupakan
momentum bagi Peradah untuk melakukan regenerasi dan transformasi organisasi.
Tranformasi ini dapat kita lihat dari adanya beberapa perubahan fundamental seperti
adanya revitalisasi visi dan misi serta perampingan struktur organisasi. Transformasi yang
dilakukan merupakan babak baru bagi perjalanan organisasi untuk untuk lebih berperan
dalam membangun karakter, meningkatkan profesionalisme, dan melayani bangsa.
Buku hasil-hasil Mahasabha VIII merupakan dokumentasi yang bernilai historis bagi
perjalanan Peradah. Dalam buku ini hasil kesepakatan dari perwakilan Peradah Provinsi
dan Kabupaten dari seluruh Indonesia tertuangkan. Mulai dari Tata Tertib Mahasabha,
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Pokok Pokok Program Kerja, Rekomendasi
Organisasi serta Pemilihan Ketua Umum. Dengan terbitnya buku ini, diharapkan seluruh
kader Peradah dapat memiliki pemahaman yang kuat tentang organisasi dan program
kerja organisasi selama 3 tahun kedepan.
Terakhir, Kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu kesuksesan pelaksanaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia. Kami juga
menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang ada. Semoga hasil-hasil
Mahasabha VIII ini dapat menjadi acuan kita bersama dalam menjalankan organisasi.
OM Santih Santih Santih OM
DPN PERADAH INDONESIA
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
JADWAL ACARA DAN PERATURAN TATA TERTIB
MAHASABHA VIII PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa untuk menjamin kelancaran dan ketertiban penyelenggaraan Mahasabha VIII
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, dipandang perlu menetapkan Jadwal Acara
dan Peraturan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 19 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 7 dan Pasal 21 Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia.
Memperhatikan:
1. Pendapat-pendapat dalam Sidang Pleno I Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Jadwal Acara dan Peraturan Tata Tertib Mahasabha
VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Pertama:
Jadwal Acara dan Peraturan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia seperti terdapat dalam lampiran keputusan ini yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan.
Kedua:
Jadwal Acara dan Peraturan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
9
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama keputusan ini merupakan
acuan dan pedoman dalam melaksanakan acara dan persidangan Mahasabha.
Ketiga:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 00.30 WIB
DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
SELAKU PIMPINAN SIDANG SEMENTARA MAHASABHA VIII
Ketua Umum,
Nyoman Gde Agus Asrama, S.Kom
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Sekretaris Jenderal,
I Nyoman Landra, ST
10
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 1
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
JADWAL ACARA MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
No
Waktu
Mata Acara
PIC
Jum’at, 11 Desember 2009
1
10.00-17.00
Peserta Check In dan Registrasi
Panitia Pelaksana
2
17.00-18.00
Istirahat dan Mandi
-
3
18.00-19.00
Tri Sandhya dan Santap Malam
Panitia Pelaksana
4
19.00-19.30
Technical Meeting
Panitia Pengarah
5
19.30-23.30
Sidang Pleno I:
Panitia Pengarah
6
23.30-…….
1.
Pembahasan Jadwal Acara
Mahasabha VIII
2.
Pembahasan Tata Tertib Mahasabha
VIII
3.
Pemilihan Pimpinan Sidang
Mahasabha VIII
Istirahat
Sabtu, 12 Desember 2009
1
06.00-07.00
Tri Sandhya dan Sarapan
Panitia Pelaksana
2
07.00-08.00
Team Building Game
Panitia Pelaksana
3
08.00-09.00
Persiapan Upacara Pembukaan
Mahasabha
Panitia Pelaksana
4
09.00-10.00
Upacara Pembukaan
Panitia Pelaksana
1.
Kata Pembuka oleh MC
2.
Lagu Indonesia Raya & Mars Peradah
Indonesia
3.
Laporan Ketua Panitia Mahasabha
VIII
4.
Pengarahan Ketua Umum Peradah
Indonesia
5.
Sambutan Menteri Negara Pemuda
dan Olahraga yang
6.
Hiburan
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
11
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
5
10.00-12.00
Diskusi Panel
Panitia Pelaksana
Tema: ”Membangun Karakter,
Meningkatkan Profesionalisme, Melayani
Bangsa”
Pembicara: Menegpora RI, Dirjen Bimas
Hindu Depag RI, Mantan Ketua Umum
Peradah Indonesia Periode 1997-2003
Moderator: Indra Prameswara
6
12.00-13.00
Doa Penutup
Panitia Pelaksana
7
13.00-17.00
Sidang Pleno II:
Pimpinan Sidang
8
17.00-18.00
1.
Laporan Pertanggungjawaban DPN
Peradah Indonesia Masa Bhakti 2006
– 2009
2.
Pandangan Umum DPP Peradah
Indonesia
3.
Tanggapan DPN Peradah Indonesia
atas Pandangan Umum DPP Peradah
Indonesia
Sidang Pleno III:
Pimpinan Sidang
Pembentukan Komisi - Komisi
9
18.00-19.30
Istirahat, Tri Sandhya dan Makan Malam
-
10
19.30-22.30
Sidang Komisi
Pimpinan Sidang
11
22.30-.........
Istirahat
-
No
Waktu
Mata Acara
PIC
Minggu, 13 Desember 2009
1
06.00-08.00
Tri Sandhya dan Sarapan
Panitia Pelaksana
2
08.00-10.00
Sidang Komisi Lanjutan
Pimpinan Sidang
3
10.00-10.30
Coffee Break
Panitia Pelaksana
4
10.30-12.00
Sidang Pleno IV:
Pimpinan Sidang
Penyampaian dan Pengesahan Hasil
Sidang Komisi
5
12.00-13.00
Tri Sandhya dan Makan Siang
Panitia Pelaksana
6
13.00-17.00
Sidang Pleno V:
Pimpinan Sidang
1.
2.
3.
Pengajuan dan Seleksi Nama Bakal
Calon Ketua Umum
Pernyataan Kesediaan & Kampanye
Calon Ketua Umum
Pemilihan Ketua Umum
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
12
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
7
17.00-18.00
Sidang Pleno VII:
Pimpinan Sidang
Pemilihan Formatur
8
18.00-19.30
Istirahat, Mandi, Trisandhya dan Makan
Malam
Panitia Pelaksana
9
19.30-21.30
Sidang Pleno VIII:
Pimpinan Sidang
1.
Penentuan Tempat Rakernas 2010
2.
Penentuan Tempat Pakem 2011
3.
Penentuan Tempat Mahasabha IX
2012
10
21.30-22.00
Persiapan Upacara Pelantikan
11
22.00-23.00
Upacara Pelantikan Pengurus DPN
Peradah Indonesia Masa Bhakti 20092012 dan Serah Terima Secara Simbolis
Kepemimpinan Peradah Indonesia, serta
acara Penutupan Mahasabha VIII.
Panitia Pelaksana
12
23.00-…….
Istirahat
-
No
Waktu
Mata Acara
PIC
Senin, 14 Desember 2009
1
06.00-10.00
Tri Sandhya dan Sarapan
2
10.00-………
Peserta Check Out dan kembali ke daerah
asal masing-masing.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Panitia Pelaksana
13
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 2
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PERATURAN TATA TERTIB MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan:
a. MAHASABHA adalah sabha organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali
sesuai Pasal 19 Anggaran Dasar dan Pasal 21 Anggaran Rumah Tangga, sedangkan
Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia berlangsung dari tanggal 11
sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan, Sumatera Utara;
b. Peradah Indonesia adalah Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia sebagaimana
dimaksud pada Pasal 1 Anggaran Dasar Peradah Indonesia;
c. DEWAN PERTIMBANGAN adalah Dewan Pertimbangan Peradah Indonesia di
Tingkat Nasional sebagaimana tersebut pada Pasal 12 Anggaran Dasar dan Pasal 20
Anggaran Rumah Tangga Peradah Indonesia;
d. DEWAN PIMPINAN NASIONAL adalah Dewan Pimpinan Nasional Peradah Indonesia
Masa Bhakti 2006-2009, sebagaimana tersebut pada Pasal 11 Anggaran Dasar dan
Pasal 10 Anggaran Rumah Tangga Peradah Indonesia;
e. DEWAN PIMPINAN PROVINSI dan DEWAN PIMPINAN KABUPATEN/KOTA adalah
sebagaimana tersebut pada Pasal 13 dan 14 Anggaran Dasar dan Pasal 15 Anggaran
Rumah Tangga Peradah Indonesia.
Pasal 2
1) Kedaulatan organisasi ada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya dalam
Mahasabha.
2) Mahasabha dilaksanakan dengan berlandaskan pada ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Peradah Indonesia serta Peraturan Tata Tertib ini.
BAB II
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 3
Mahasabha mempunyai tugas dan wewenang:
a. Menilai dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Nasional
Peradah Indonesia Masa Bhakti 2006-2009;
b. Menetapkan Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Peradah Indonesia;
c. Menetapkan Program Umum Organisasi sebagai penjabaran Pokok-pokok Program
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
14
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Organisasi sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar Peradah Indonesia dan
Rencana Kerja Dewan Pimpinan Nasional sebelum diselenggarakannya Rapat Kerja
Nasional;
d. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Nasional Peradah Indonesia Masa
Bhakti 2009-2012;
e. Menetapkan Keputusan-keputusan lain yang dipandang perlu.
BAB III
PESERTA DAN PENINJAU MAHASABHA
Pasal 4
1)
2)
Peserta Mahasabha terdiri atas:
a. Dewan Pertimbangan;
b. Dewan Pimpinan Nasional;
c. Unsur Dewan Pimpinan Provinsi;
d. Unsur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
Jumlah dan rincian peserta Mahasabha ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Nasional
Peradah Indonesia.
3) Setiap peserta dari DPP dan DPK wajib membawa Surat Mandat.
4) Dewan Pimpinan Nasional dapat menentukan adanya pengarah/panelis,
narasumber, dan atau peninjau.
Pasal 5
1)
2)
Peninjau Mahasabha terdiri atas:
a. Peninjau Tingkat Pusat;
b. Peninjau Tingkat Daerah.
Peninjau Tingkat Pusat dan Daerah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Nasional.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN HAK PESERTA DAN PENINJAU
Pasal 6
Setiap Peserta dan Peninjau wajib:
a. Menghadiri semua jenis rapat dalam Mahasabha;
b. Membantu memelihara kelancaran dan ketertiban Mahasabha;
c. Mematuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Tata Tertib.
Pasal 7
1)
2)
Peserta Mahasabha memiliki:
a. Hak bicara;
b. Hak suara;
c. Hak memilih dan dipilih.
Komposisi jumlah suara adalah sebagai berikut ; Dewan Pertimbangan : 1 suara,
Dewan Pimpinan Nasional: 1 suara, Unsur Dewan Pimpinan Provinsi: 1 suara ,Unsur
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
15
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Dewan Pimpinan Kabupaten: 1 suara.
3) Peninjau Mahasabha hanya memiliki hak bicara dan hak untuk dipilih.
4) Pengarah dan atau narasumber hanya memiliki hak bicara.
5) Penggunaan hak-hak sebagaimana tersebut pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan
oleh Pimpinan Sidang.
Pasal 8
1) Setiap peserta dan peninjau dapat mengajukan pendapat, saran, tanggapan, dan
usul baik lisan maupun tertulis dalam sidang-sidang yang penggunaannya diatur
oleh Pimpinan Sidang.
2) Pendapat, saran, tanggapan, dan usul disampaikan secara singkat dan jelas.
Pasal 9
Setiap peserta berhak memilih dan dipilih untuk menduduki jabatan tertentu
dalam Mahasabha maupun dalam Organisasi yang syarat-syaratnya ditentukan oleh
Mahasabha.
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN MAHASABHA
Pasal 10
Alat-alat kelengkapan Mahasabha:
a. Sidang Paripurna;
b. Sidang Komisi;
c. Sidang Formatur.
Pasal 11
1) Pimpinan Sidang Mahasabha dipilih dari dan oleh peserta di dalam Sidang
Paripurna.
2) Sebelum Pimpinan Sidang Mahasabha dipilih dari dan oleh peserta, Mahasabha
dipimpin oleh Dewan Pimpinan Nasional sebagai Pimpinan Sidang Sementara.
3) Tugas Pimpinan Sidang Sementara memimpin Sidang Paripurna untuk:
a. Menetapkan Jadwal Acara Mahasabha;
b. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Mahasabha;
c. Memilih Pimpinan Sidang Mahasabha.
4) Pimpinan Sidang Mahasabha merupakan satu kesatuan yang bersifat kolegial yang
terdiri atas:
a. Seorang dari Dewan Pertimbangan;
b. Seorang dari Dewan Pimpinan Nasional;
c. Tiga orang dari Dewan Pimpinan Provinsi.
5) Komposisi Pimpinan Sidang Mahasabha terdiri atas: seorang Ketua merangkap
Anggota, seorang Sekretaris merangkap Anggota, dan tiga orang Anggota yang
dipilih oleh dan di antara Pimpinan Sidang Mahasabha.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
16
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 12
1) Wewenang Pimpinan Sidang Mahasabha adalah:
a. Memimpin Sidang-sidang Paripurna selama Mahasabha;
b. Menjaga kelancaran dan ketertiban Mahasabha.
c. Mengesahkan keputusan-keputusan/ ketetapan-ketetapan dalam Mahasabha.
2) Pimpinan Sidang Mahasabha dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Panitia
Mahasabha.
Pasal 13
1)
2)
Komisi dibentuk sebanyak 3 (tiga) komisi, masing-masing:
a. Komisi A : Bidang Organisasi;
b. Komisi B : Bidang Program;
c. Komisi C : Bidang Khusus/Rekomendasi.
Komisi dapat membentuk Sub-Komisi sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 14
1) Setiap peserta dan peninjau wajib menjadi anggota salah satu komisi.
2) Jumlah anggota dan keanggotaan Komisi ditetapkan oleh Pimpinan Sidang
Mahasabha dengan persetujuan Sidang Paripurna.
3) Komisi memilih Pimpinan Sidang Komisi dalam Sidang Komisi yang dipimpin oleh
Pimpinan Sidang Mahasabha sebagai Pimpinan Sementara.
4) Pimpinan Sidang Mahasabha tidak boleh merangkap sebagai Pimpinan Sidang
Komisi.
5) Pimpinan Sidang Komisi terdiri atas:
a. Seorang Ketua merangkap Anggota;
b. Seorang Wakil Ketua merangkap Anggota;
c. Seorang Sekretaris merangkap Anggota.
Pasal 15
1) Komisi bertugas memusyawarahkan dan mengambil keputusan mengenai bidang
tugas Komisi yang bersangkutan.
2) Laporan Komisi disusun oleh Pimpinan Komisi dan dilaporkan dalam Sidang
Paripurna untuk mendapat tanggapan dan pengesahan sebagai Ketetapan
Mahasabha.
Pasal 16
1) Penyusunan Personalia Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia dilaksanakan oleh Mahasabha melalui Ketua Umum Terpilih yang dibantu
Formatur.
2) Formatur dipilih dalam Sidang Paripurna.
3) Formatur terdiri atas:
a. Satu orang dari unsur Dewan Pertimbangan Demisioner;
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
17
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
4)
b. Satu orang dari Dewan Pimpinan Nasional Demisioner;
c. Tiga orang dari unsur Dewan Pimpinan Provinsi;
d. Tiga orang dari Unsur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
Unsur-unsur Formatur sebagaimana tersebut ayat (3) mengusulkan nama-nama
calon Formatur kepada Sidang Paripurna, untuk memperoleh pengesahan.
5) Pimpinan Sidang Mahasabha mengumumkan nama-nama calon Formatur kepada
Sidang Paripurna, untuk memperoleh pengesahan.
6) Ketua Umum terpilih dibantu Formatur diberi mandat penuh untuk menyusun
Personalia Dewan Pimpinan Nasional sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, dan Keputusan Mahasabha.
7) Selama Formatur dan Ketua Umum terpilih menjalankan tugasnya dalam menyusun
Personalia Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
(Peradah Indonesia) Masa Bhakti 2009-2012, maka peserta dan peninjau dapat
melanjutkan persidangan untuk menentukan tempat pelaksanaan Rakernas 2010,
Pakem 2011 dan Mahasabha 2012.
BAB VI
PEMILIHAN KETUA UMUM
Pasal 17
1)
Pemilihan Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional dilaksanakan oleh Peserta
Mahasabha secara langsung;
2)
Jumlah serta rincian peserta yang hadir dalam Mahasabha dan memiliki hak
suara ditetapkan dalam Sidang Paripurna.
Pasal 18
1) Pemilihan Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional dilaksanakan melalui 4 (empat)
tahap:
a. Tahap I atau Tahap Penjaringan dan Pencalonan;
b. Tahap II atau Tahap Pemeriksaan Persyaratan Calon-calon dan
Pengesahan Calon-calon;
c. Tahap III atau Tahap Presentasi dan Tanya Jawab Calon-calon
Ketua Umum;
d. Tahap IV atau Tahap Pemilihan Ketua Umum.
2) Persyaratan Ketua Umum ditetapkan dalam Sidang Paripurna melalui Komisi A
Mahasabha (Bidang Organisasi).
3) Pemeriksaan Persyaratan Calon-calon dan Pengesahan Calon-calon dilaksanakan
Pimpinan Sidang Mahasabha di depan Sidang Paripurna.
4) Penghitungan suara dalam setiap tahapan pemilihan dilakukan secara terbuka.
5) Proses serta hasil-hasil Tahap Pencalonan dan Tahap Pemeriksaan Persyaratan
Calon-calon dicatat dalam Berita Acara yang dibacakan di akhir tahap tersebut dan
ditandatangani Pimpinan Sidang Mahasabha.
6) Bila hanya terdapat satu Bakal Calon, maka Bakal Calon tersebut dapat ditetapkan
secara aklamasi sebagai Calon untuk kemudian ditetapkan sebagai Ketua Umum
Terpilih.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
18
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
7) Bila terdapat lebih dari satu Bakal Calon, maka pemilihan Ketua Umum dilakukan
melalui pemungutan suara dan Bakal Calon yang memperoleh dukungan sekurangkurangnya 9 (sembilan) suara berhak maju ke tahap berikutnya.
8) Presentasi tentang visi dan misi Calon-calon Ketua Umum dipimpin oleh Pimpinan
Sidang Mahasabha di depan Sidang Paripurna, yang dilanjutkan dengan tanya jawab
kepada semua Calon Ketua Umum oleh Peserta.
9) Pemilihan Ketua Umum dilaksanakan dengan pemungutan suara secara langsung.
10) Calon yang memperoleh suara lebih dari ½ jumlah suara sah, ditetapkan menjadi
Ketua Umum terpilih dalam Sidang Paripurna.
11) Bila dalam pemilihan tidak ada Calon Ketua Umum yang mendapatkan suara lebih
dari ½ jumlah suara sah, maka dilakukan pemilihan tahap berikutnya dengan
menyaring Calon-calon Ketua Umum dengan dua suara terbanyak.
12) Bila terjadi jumlah suara sah yang sama dalam Tahap IV sebagaimana dimaksudkan
ayat (11) Pasal ini, pemungutan suara dapat diulang sampai diperoleh satu Calon
Ketua Umum dengan suara terbanyak.
13) Pemungutan suara sebagaimana tersebut dalam ayat (9) Pasal ini dilaksanakan
secara bebas, rahasia, jujur dan adil.
BAB VII
PERTANGGUNGJAWABAN DEWAN PIMPINAN NASIONAL
Pasal 19
1) Dewan Pimpinan Nasional PERADAH INDONESIA Masa Bhakti 2006-2009
menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada Sidang Paripurna.
2) Setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) di atas dan mendapat tanggapan serta penetapannya dari Sidang
Paripurna, Dewan Pimpinan Nasional Masa Bhakti 2006-2009 menjadi demisioner.
BAB VIII
KUORUM DAN TATACARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 20
1) Setiap Sidang memerlukan kuorum.
2) Kuorum tercapai bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) ditambah 1
(satu) dari jumlah peserta.
Pasal 21
1) Kecuali diatur khusus, setiap pengambilan keputusan diusahakan melalui
musyawarah untuk mufakat dengan semangat persaudaraan.
2) Putusan dengan suara terbanyak melalui pemungutan suara hanya dilakukan bila
musyawarah untuk mufakat yang diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak
berhasil.
3) Putusan yang diambil dengan pemungutan suara adalah sah bila disetujui oleh 2/3
(dua per tiga) dari peserta yang hadir.
4) Pemungutan suara diatur oleh Pimpinan Sidang atas persetujuan peserta.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
19
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
BAB IX
MUSYAWARAH DAN SIDANG-SIDANG
Pasal 22
Jenis-jenis Sidang adalah:
a. Sidang Paripurna;
b. Rapat Pimpinan Sidang Mahasabha;
c. Sidang Komisi;
d. Rapat Formatur.
Pasal 23
1) Sebelum menghadiri sidang, setiap peserta menandatangani Daftar Hadir atau
menyerahkan tanda hadir kepada Panitia Mahasabha.
2) Pada waktu yang telah ditentukan Pimpinan Sidang membuka sidang.
3) Jika setelah sidang dibuka belum memenuhi kuorum, Pimpinan Sidang dapat
menunda Sidang paling lama 1 (satu) jam.
4) Setelah sidang ditunda sebagaimana tersebut ayat (3) kuorum belum tercapai,
sidang dianggap kuorum dan dapat dilangsungkan.
Pasal 24
1) Pimpinan Sidang mencatat pendapat, saran, dan usul yang diajukan oleh peserta.
2) Bila Pimpinan Sidang menganggap pendapat peserta belum jelas, kepada yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk mengulangi dengan singkat.
3) Pimpinan Sidang mengambil kesimpulan berdasarkan pendapat-pendapat dalam
sidang.
Pasal 25
1) Pimpinan Sidang mendaftar peserta yang akan berbicara.
2) Pimpinan Sidang tidak mengijinkan peserta yang belum mendaftarkan namanya
untuk berbicara kecuali ada alasan yang dapat diterima.
3) Peserta berbicara setelah mendapat ijin dari Pimpinan Sidang.
Pasal 26
1) Setelah sidang dibuka Pimpinan Sidang menjelaskan secara singkat pokok acara
sidang.
2) Pimpinan Sidang memberikan kesempatan yang cukup kepada setiap peserta untuk
berperan aktif dalam setiap sidang dengan menggunakan hak dan kewajiban secara
tertib.
3) Pimpinan Sidang dapat menentukan urutan dan lamanya peserta berbicara.
4) Pimpinan Sidang dapat memperingatkan pembicara bila pembicara menyimpang
dari pokok-pokok pembicaraan.
5) Bila Pimpinan Sidang hendak berbicara selaku peserta maka untuk sementara
sidang diserahkan kepada salah seorang Pimpinan Sidang lainnya.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
20
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 27
Peserta dapat mengajukan interupsi untuk:
a. Minta penjelasan tentang pokok materi yang dibicarakan;
b. Mengajukan keberatan terhadap materi di luar materi yang sedang dibicarakan;
c. Mengajukan usul tata cara pembahasan materi yang sedang dibahas agar lebih
efektif;
d. Usul penundaan sidang.
Pasal 28
1) Terhadap cara dan usul penundaan sidang sebagaimana Pasal 28 huruf c dan d
harus disetujui peserta sidang.
2) Bila terdapat perbedaan pendapat terhadap cara dan usul sebagaimana Pasal 28,
Pimpinan Sidang dapat mengambil keputusan terhadap pembicara mengenai hal
sebagaimana dimaksud ayat (1).
Pasal 29
Bila peserta yang menggunakan hak bicara dan atau suara telah melanggar Peraturan
Tata Tertib ini sehingga mengganggu jalannya Sidang, Pimpinan Sidang dapat melakukan
tindakan sebagai berikut:
a. Memberi peringatan pertama;
b. Memberi peringatan kedua;
c. Membatalkan hak bicara untuk sebagian atau seluruh acara yang bersangkutan;
d. Mempersilakan yang bersangkutan meninggalkan sidang.
Pasal 30
1) Bila Pimpinan Sidang menganggap perlu maka ia dapat menunda sidang dengan
persetujuan peserta.
2) Lama penundaan sidang tidak boleh melebihi 1 (satu) jam.
Pasal 31
1) Sidang-sidang pada dasarnya bersifat tertutup.
2) Pembicaraan dalam sidang tertutup hanya boleh diumumkan oleh Pimpinan Sidang.
3) Atas usul Pimpinan Sidang, peserta dapat memutuskan bahwa pembicaraan bersifat
rahasia.
4) Rahasia sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus dipegang teguh peserta.
Pasal 32
Setiap sidang dibutuhkan Risalah Sidang yang memuat:
a. Tempat dan jenis acara sidang;
b. Hari, tanggal, dan jam sidang serta penutup sidang;
c. Pimpinan Sidang;
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
21
Keputusan No. 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
d. Nama-nama Peserta Sidang;
e. Nama-nama Pembicara dan pendapatnya masing-masing;
f. Keputusan dan atau kesimpulan sidang.
BAB X
LAIN-LAIN
Pasal 33
1) Bila dipandang perlu Mahasabha dapat membentuk panitia Ad-Hoc atau Tim Kerja
tertentu.
2) Jumlah anggota dan komposisi Pimpinan Panitia Ad-Hoc atau Tim Kerja ini dapat
ditetapkan oleh Mahasabha dalam Sidang Paripurna.
3) Panitia Ad-Hoc atau Tim Kerja ini melaporkan tugasnya dalam Sidang Paripurna.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Tata Tertib ini diputuskan oleh
Mahasabha.
2) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 00.30 WIB
DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
SELAKU PIMPINAN SIDANG SEMENTARA MAHASABHA VIII
Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal,
Nyoman Gde Agus Asrama, S.Kom
I Nyoman Landra, ST
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
22
Keputusan No. 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa untuk menjamin kelancaran dan ketertiban penyelenggaraan Mahasabha
VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, dipandang perlu menetapkan Pimpinan
Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 19 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 ayat (5) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia.
Memperhatikan:
1. Pendapat-pendapat dalam Sidang Pleno I Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia.
Pertama:
Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Komang Agustria, Ketua merangkap Anggota
2. Sugindrin, Sekretaris merangkap Anggota
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
24
Keputusan No. 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
3.
4.
5.
Yanto Jaya, Anggota
Putu Arnawa, Anggota
Made Adipta,Anggota
Kedua:
Pimpinan Sidang Mahasabha VIII bertugas memimpin sidang Pleno dan Paripurna
serta menjaga kelancaran dan ketertiban jalannya persidangan.
Ketiga:
Kewenangan dan tanggung jawab Pimpinan Sidang sesuai Tata Tertib Mahasabha VIII
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keempat:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 00.40 WIB
DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
SELAKU PIMPINAN SIDANG SEMENTARA MAHASABHA VIII
Ketua Umum,
Nyoman Gde Agus Asrama, S.Kom
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Sekretaris Jenderal,
I Nyoman Landra, ST
25
Keputusan No. 03/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 03/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PENGESAHAN ATAS LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
DEWAN PIMPINAN NASIONAL PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
MASA BHAKTI TAHUN 2006-2009
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahasabha adalah untuk menilai
dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia masa bhakti 2006-2009.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 21 ayat (6.b.) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Pendapat-pendapat dalam Sidang Pleno II Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Pengesahan Atas Laporan Pertanggungjawaban
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
28
Keputusan No. 03/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 20062009.
Pertama:
Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia masa bhakti tahun 2006-2009 seperti terdapat dalam lampiran
keputusan ini.
Kedua:
Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia masa bhakti tahun 2006-2009 sebagaimana dimaksud dalam diktum
pertama keputusan ini telah diterima dengan bulat oleh peserta Mahasabha VIII
Peradah Indonesia.
Ketiga:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 16.55 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
29
Keputusan No. 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PEMBENTUKAN KOMISI-KOMISI
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa Mahasabha berwenang untuk menyempurnakan Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga, menyusun program umum organisasi, dan menetapkan struktur dan
personalia Dewan Pimpinan Nasional;
d. bahwa untuk menghasilkan keputusan/ketetapan Mahasabha yang bermutu,
bermanfaat, dan melibatkan semaksimal mungkin potensi anggota peserta
Mahasabha, maka dipandang perlu untuk membentuk komisi-komisi.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 ayat (6) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Pendapat-pendapat dalam Sidang Pleno II Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Pembentukan Komisi-komisi.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
32
Keputusan No. 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pertama:
Peserta dan Peninjau Mahasabha VIII Peradah Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) komisi
dengan lingkup pembahasan sebagai berikut:
1. Komisi A : Bidang Organisasi
2. Komisi B : Bidang Program
3. Komisi C : Bidang Khusus/ Rekomendasi
Kedua:
Setiap komisi bertanggung jawab dalam menyelesaikan pembahasan materi yang
dibebankan kepada komisinya.
Ketiga:
Hasil-hasil pembahasan komisi harus dilaporkan kepada sidang paripurna.
Keempat:
Anggota masing-masing komisi adalah seperti terlampir yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Kelima:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 17.20 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
(Komang Agustria, ST)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Sekretaris,
(Sugindrin)
Anggota,
(Made Adipta)
33
Keputusan No. 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 1
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
NAMA-NAMA ANGGOTA KOMISI A
(BIDANG ORGANISASI)
NO.
NAMA
DELEGASI
1
Indra Gunawan
Sumatra Utara
2
Nyana Silen
Sumatra Utara
3
Dika Nelsen
Sumatra Utara
4
Edi
Sumatra Utara
5
Made Rimbawa
Lampung
6
Made Suarjaya
Lampung
7
Made Wiata
Lampung
8
Nyoman Ardana
Lampung
9
I Nyoman Budiasa
Kalimantan Timur (Wakil
Ketua)
10
Gde Durahman
Sulawesi Selatan (Ketua)
11
Arnawa
Bali
12
Klipz
Bali
13
Komang Birawan
Bali
14
Sugiana
Bali
15
Wayan Putra
Jawa Barat
16
Ketut Wahyu Y.
Jawa Barat
17
Ika Guna Artha
DKI Jakarta
18
Dewa Komang Wiratnadi
DKI Jakarta
19
Wayan Sudane
Peninjau (Sekretaris)
20
Wayan Tirta
DKI Jakarta
21
Putra Wijaya
DKI Jakarta
22
Nyoman Slamet
Sulawesi Tengah
23
Gde Eka
Maluku
24
I Made Sudiana A.
Sulawesi Utara
25
Eko Pujianto
Jawa Tengah
26
Made Suarjaya
Kalimantan Tengah
27
Adris I
Kalimantan Tengah
28
Tirtha
Kalimantan Tengah
29
Made Susanto
Sulawesi Barat
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
34
Keputusan No. 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 2
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
NAMA-NAMA ANGGOTA KOMISI B
(BIDANG PROGRAM)
NO.
NAMA
DELEGASI
1
Ganesh
Sumatra Utara
2
Devan Praska
Sumatra Utara
3
Siwa Langgam
Sumatra Utara
4
Terangate
Sumatra Utara
5
Lisa Kusuma
Sumatra Utara (Sekretaris)
6
Suyono
Lampung
7
Tri Wibowo
Lampung
8
Nyoman Adi Irawan
Lampung
9
Dwi Marwanto
Lampung
10
Kadek Suasta
Lampung
11
I Nyoman Diadyana
Kalimantan Timur
12
Komang Rinten
Sulawesi Selatan
13
Dharma
Bali
14
Gusti Ayu Dewi
Bali
15
Wayan Gina
Bali
16
Gusti Suasane
Bali
17
Wayan Putra Mahayana
Jawa Barat
18
Komang Yoga
Jawa Barat
19
Made Toni Sanjaya
Jawa Barat
20
Komang Adi
DKI Jakarta
21
Gede Ananta
Peninjau
22
Wije Sharma
DKI Jakarta
23
Gde Mertanadi
DKI Jakarta
24
Paryono
Peninjau
25
I Gde Juli Artawan
Sulawesi Tengah
26
Ketut Ardana
Maluku
27
Winoto
Jawa Tengah
28
Pawang
Kalimantan Tengah (Ketua)
29
Ria
Kalimantan Tengah
30
Wayan Sila Putra
Kalimantan Tengah
31
Nyoman Sura
Sulawesi Barat
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
35
Keputusan No. 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 3
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
NAMA-NAMA ANGGOTA KOMISI C
(BIDANG KHUSUS/ REKOMENDASI)
NO.
NAMA
DELEGASI
1
Naran Sami
Sumatra Utara
2
Mittun
Sumatra Utara
3
Raju
Sumatra Utara
4
Jumadi
Sumatra Utara
5
I Made Darmawan
Kalimantan Timur
6
Sukardi Riyanto
Kalimantan Timur (Ketua)
7
I Made Sadwiadnyana
Lampung
8
Sumiati
Lampung (Sekretaris)
9
Dewi Setyowati
Lampung
10
I Nyoman Sugita
Lampung
11
Nyoman Purnajaya
Lampung
12
Gung Alit
Bali
13
I.B. Suweden
Bali
14
I.B. Susane
Bali
15
Ketut Wijaya
Jawa Barat
16
Kadek Juliana Parwanta
Jawa Barat
17
Made Sugi Ardana
Peninjau
18
Fukar
DKI Jakarta
19
Mursito
DKI Jakarta
20
Tiagu
DKI Jakarta
21
Riwut Mulajani
Kalimantan Tengah
22
Wayan Suwarna
Kalimantan Tengah
23
Putu Lilik S.
Sulawesi Barat
24
Made Indrawan
Sulawesi Barat
25
Suresh Kumar
Peninjau
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
36
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahasabha adalah menyempurnakan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 ayat (6.a.) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang pembentukan komisi-komisi.
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Pendapat-pendapat dalam Rapat Komisi dan Sidang Pleno IV Mahasabha VIII
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
38
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pertama:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
yang telah disempurnakan seperti terdapat dalam lampiran keputusan ini yang
merupakan satu kesatuan yan tidak terpisahkan.
Kedua:
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah disempurnakan ini
merupakan pedoman pokok bagi seluruh anggota Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia (Peradah Indonesia) dalam mengelola organisasi maupun dalam membuat
dan melaksanakan program-program.
Ketiga:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.00 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
Anggota,
(Putu Arnawa)
(Yanto Jaya)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Made Adipta)
39
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 1
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
PURWAKA
Generasi Muda Indonesia adalah ahli waris nilai-nilai luhur budaya dan sekaligus penerus
cita-cita perjuangan bangsa. Ia memiliki sikap yang kritis, kreatif, dan penuh dinamika
dalam kehidupan masyarakat dan berbangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Generasi Muda Indonesia adalah insan-insan muda yang mempunyai peranan penting
dan strategis serta menentukan dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena
itu, Generasi Muda Indonesia perlu dibina dan diarahkan agar kelak menjadi kader
(nayaka) pemimpin bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, kritis, mandiri, beretos kerja,
memiliki idealisme yang tangguh, berwawasan kebangsaan yang luas, mampu mengatasi
tantangan masa kini maupun masa yang akan datang, dengan tetap memperhatikan
nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa, yang dilandasi semangat kebangsaan, persatuan
dan kesatuan bangsa.
Ajaran Catur Asrama yang diamanatkan Hindu Dharma memberi garis yang jelas tentang
tahap-tahap perkembangan manusia dalam kehidupan beragama, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Generasi Muda Hindu sebagai bagian dari Generasi Muda
Indonesia secara keseluruhan menjadi pengemban nilai-nilai luhur bangsa, pelestarian
kebudayaan Indonesia, dan insan-insan pembangunan yang dinantikan dharma
bhaktinya dalam pembangunan bangsa.
Atas dasar kesadaran dan kedudukan sosial kemasyarakatan dan swadharma (kekaryaan)
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka Generasi Muda Hindu Indonesia
yang meliputi komponen-komponen pemuda, mahasiswa dan cendikiawan muda,
bertekad untuk menghimpun diri ke dalam satu Organisasi Kemasyarakatan Pemuda
yang berlingkup nasional. Organisasi ini didayagunakan sebagai media aktualisasi diri dan
wadah pengemban dharma bhakti Generasi Muda Hindu kepada nusa dan bangsa, demi
kejayaan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, sesuai dengan ajaran Catur Guru.
Dengan Asung Kertawaranugraha Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, maka
kehidupan berorganisasi Generasi Muda Hindu Indonesia dirumuskan ke dalam suatu
Anggaran Dasar (AD) yang tersusun seperti berikut ini.
BAB I
NAMA
Pasal 1
Organisasi ini bernama PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA; selanjutnya
disingkat Peradah Indonesia.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
40
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 2
Peradah Indonesia didirikan pada tanggal 11 Maret 1984, untuk kurun waktu yang tidak
ditentukan.
Pasal 3
Peradah Indonesia berlingkup nasional, dengan kedudukan Sekretariat Jenderal berada
di Ibukota Negara.
BAB II
ASAS
Pasal 4
Peradah Indonesia berasaskan Pancasila.
BAB III
SIFAT DAN NILAI DASAR
Pasal 5
Peradah Indonesia bersifat mandiri dan independen.
Pasal 6
Nilai – nilai keteladanan yang menjadi dasar dan karakter organisasi serta anggota
organisasi adalah “5 S”, yaitu:
a. Sathyamitra: menghargai sesama dan membangun kerjasama berlandaskan
kejujuran dan ketulusan;
b. Sadhana: melakukan swadharma sebagai bentuk disiplin spiritual;
c. Sevanam: melakukan pelayanan dan karya-karya nyata bagi umat dan masyarakat
luas sebagai upaya merealisasikan nilai-nilai dharma;
d. Samskara: menjadi agen perubahan bagi pembaharuan yang berguna bagi umat
manusia;
e. Santosa: bijaksana dalam membangun ketentraman, keharmonisan dan
kesejahteraan bersama.
BAB IV
VISI DAN MISI
Pasal 7
Visi Peradah Indonesia adalah membangun Generasi Muda Hindu yang mandiri dan
demokratis sebagai bagian integral dari Bangsa Indonesia untuk mencapai kedamaian
dan kesejahteraan bersama berdasarkan Dharma.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
41
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 8
Misi Peradah Indonesia adalah:
a. Melahirkan kader-kader muda Hindu yang memiliki sradha, jujur, berbudi pekerti
luhur yang selalu berpedoman pada ajaran Veda dan nilai dasar Organisasi;
b. Membentuk kader-kader muda Hindu yang cerdas, berani, dan memiliki integritas
sehingga mampu tampil di depan sebagai agen-agen perubahan dalam semua segi
kehidupan yang dilandasi oleh semangat demokrasi dan kebersamaan.
BAB V
TUJUAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI
Pasal 9
Tujuan Peradah Indonesia adalah turut berperan serta melalui kekaryaan/swadharma
untuk mencapai tujuan Negara Kesatuan Repulik Indonesia sebagai mana tercantum
di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, demi terwujudnya pembangunan
manusia seutuhnya bagi masyarakat Indonesia.
Pasal 10
Tugas pokok Peradah Indonesia adalah meningkatkan kesadaran berkarya/swadharma
anggotanya, yang meliputi komponen-komponen kepemudaan antara lain: pemuda,
mahasiswa, cendekiawan Hindu dalam kedudukannya sebagai warga Negara Indonesia
dalam kerangka pembangunan bangsa dan Negara sesuai dengan hakekatnya sebagai
generasi muda.
Pasal 11
Peradah Indonesia berfungsi untuk menghimpun pemikiran di antara sesama anggota,
serta mendinamisasikan gerak dan aktivitas kekaryaan/swadharma Generasi Muda Hindu
di seluruh Indonesia secara sistematik dan serasi, yang merupakan pernyataan dharma
bhakti sebagai warga negara Indonesia, guna diabdikan bagi pembangunan bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
BAB VI
POKOK-POKOK PROGRAM
Pasal 12
Pokok-pokok Program Peradah Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Bina-dharma, yaitu meningkatkan sraddha (keimanan) dan bhakti (takwa) yang
berwawasan nasional dengan cara mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan
Parisada Hindu Dharma Indonesia dan lembaga-lembaga pemerintah;
b. Bina-warga, yaitu memupuk kedewasaan dalam mengatur gerak dan dinamika
kekaryaan/swadharma anggota organisasi sehingga terdapat semangat satya-mitra
(jalinan persaudaraan antar-manusia) yang mantap ke dalam diri organisasi sesuai
dengan ajaran Hindu;
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
42
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
c.
Bina-kriya, yaitu mendukung dan membina setiap aktivitas dan kelembagaan
kemasyarakatan yang bergerak dalam Hindu Dharma di seluruh Indonesia secara
konsepsional dan proporsional;
d. Bina-sandhiwani, yaitu berkomunikasi secara nasional untuk mencari dan
menemukan murdha wakya (konsep-konsep) pembangunan dalam segala aspeknya
bagi bangsa Indonesia yang sejalan dengan Hindu Dharma;
e. Bina-karya, yaitu menyumbangkan karya-karya nyata bagi masyarakat Hindu
khususnya, dan masyarakat luas sebagai pelaksana program-program pemerintah
dalam rangka pembangunan bangsa dan negara;
f. Bina-artha, yaitu meningkatkan kesejahteraan ekonomi di lingkungan masyarakat
terdekat, khususnya ekonomi masyarakat Hindu demi kesejahteraan bangsa dan
Negara. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendanaan terkait
untuk pengembangan wirausaha.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 13
Anggota Peradah Indonesia adalah warga negara Indonesia yang beragama Hindu dan
berusia 16-30 tahun, beragama Hindu, dan menyatakan diri menjadi anggota, serta
menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Peradah Indonesia.
BAB VIII
KEPENGURUSAN
Pasal 14
1) Dewan Pimpinan Nasional (DPN) sebagai pimpinan nasional organisasi ini terdiri
atas seorang Ketua Umum, beberapa orang Ketua Departemen; seorang Sekretaris
Jenderal, beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal; seorang Bendahara Umum,
beberapa orang Wakil Bendahara Umum; Anggota Departemen.
2) Dewan Pimpinan Nasional dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat membentuk
Biro dan Lembaga sesuai kebutuhan.
Pasal 15
Dewan Pertimbangan yang mendampingi Dewan Pimpinan Nasional, dapat memberikan
saran dan atau pendapat kepada Dewan Pimpinan Nasional dalam rangka penentuan
kebijaksanaan organisasi sebagai pelaksanaan Program Umum hasil Mahasabha. Dewan
Pertimbangan yang meliputi pemuka/tokoh-tokoh nasional yang terdiri atas unsur-unsur
fungsionaris, rohaniawan, dan cendikiawan ditetapkan dalam Mahasabha.
Pasal 16
1) Pada setiap Propinsi, dibentuk pengurus organisasi ini dengan nama Dewan
Pimpinan Propinsi (DPP) yang sekretariatnya berkedudukan di Ibukota Propinsi dan
atau di tempat yang telah disepakati pengurusnya. Susunan komposisi pengurus
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
43
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Dewan Pimpinan Propinsi ini terdiri atas seorang Ketua, beberapa orang Wakil
Ketua; seorang Sekretaris, beberapa orang Wakil Sekretaris; seorang Bendahara,
beberapa orang Wakil Bendahara, dan Bidang.
2) Dewan Pimpinan Propinsi dalam menjalankan tugasnya dapat membentuk Biro dan
Badan lainnya sesuai kebutuhan.
Pasal 17
1) Pada setiap Kabupaten/Kota dibentuk pengurus organisasi ini dengan nama Dewan
Pimpinan Kabupaten/Kota (DPK) yang sekretariatnya berkedudukan di Ibukota
Kabupaten/Kota dan atau di tempat yang telah disepakati pengurusnya.
2) Susunan komposisi pengurus Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota, disesuaikan dengan
Dewan Pimpinan Propinsi yang mewilayahinya termasuk Seksi, Bagian dan Badan
lainnya yang diperlukan.
Pasal 18
Pada setiap Kecamatan dan/atau Desa/Kelurahan dapat dibentuk Komisariat. Pengurus
Komisariat meliputi sekurang-kurangnya seorang Ketua, seorang Sekretaris, dan seorang
Bendahara. Seksi jika diperlukan dibentuk sesuai kebutuhan.
Pasal 19
Komisariat bertanggung jawab kepada sabha Komisariat. Dewan Pimpinan Kabupaten/
Kota bertanggung jawab kepada Lokasabha Kabupaten/Kota. Dewan Pimpinan Propinsi
bertanggung jawab kepada Lokasabha Propinsi. Dewan Pimpinan Nasional bertanggung
jawab kepada Mahasabha.
Pasal 20
Di luar negeri dapat dibentuk Komisariat Peradah Indonesia yang langsung bertanggung
jawab kepada Dewan Pimpinan Nasional.
Pasal 21
Dewan Pimpinan Propinsi dan Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota didampingi oleh Dewan
Penasehat yang ditetapkan dalam Lokasabha.
BAB IX
SABHA ORGANISASI
Pasal 22
1) Setiap 3 (tiga) tahun sekali diadakan Mahasabha, yang dihadiri oleh Dewan
Pertimbangan, Dewan Pimpinan Nasional, Dewan Pimpinan Propinsi, dan Dewan
Pimpinan Kabupaten/Kota.
2) Mahasabha berwenang menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
serta Pokok-pokok Program Organisasi dan menjabarkannya ke dalam Program
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
44
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Umum Organisasi untuk masa bhakti tiga tahun berikutnya, Rencana Kerja Dewan
Pimpinan Nasional sebelum diselenggarakannya Rapat Kerja Nasional, dan memilih
serta menetapkan personalia pengurus Dewan Pimpinan Nasional untuk masa
bhakti berikutnya.
3) Dalam keadaan luar biasa dapat diadakan Mahasabha sekali lagi oleh Dewan
Pimpinan Nasional Peradah Indonesia, yang pelaksaannya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 23
1) Setiap 3 (tiga) tahun sekali Dewan Pimpinan Propinsi dan Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota mengadakan Lokasabha. Dalam keadaan luar biasa dapat diadakan
Lokasabha sekali lagi.
2) Sabha untuk penggantian pengurus Komisariat diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
Pasal 24
1) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Nasional sekurangkurangnya satu kali dalam periode kepengurusannya untuk menjabarkan Program
Umum Organisasi menjadi Program Induk Organisasi dan Program Kerja Dewan
Pimpinan Nasional serta meninjau pelaksanaan Rencana Kerja Dewan Pimpinan
Nasional yang sudah ditetapkan dalam Mahasabha.
2) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Propinsi maupun
Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya satu kali dalam periode
kepengurusannya untuk menjabarkan Program Induk Organisasi menjadi Program
Kerja Dewan Pimpinan Propinsi maupun Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
BAB X
KEPUTUSAN ORGANISASI
Pasal 25
1) Keputusan Organisasi di semua tingkatan pada dasarnya diambil dengan cara
musyawarah mufakat yang dilandasi semangat persaudaraan.
2) Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai maka keputusan diambil dengan suara
terbanyak dengan semangat persaudaraan.
3) Keputusan Dewan Pimpinan Nasional, Dewan Pimpinan Propinsi, dan Dewan
Pimpinan Kabupaten/Kota mengikat semua pengurus dan anggota.
BAB XI
HIERARKI KEPUTUSAN, KETETAPAN DAN PERATURAN
Pasal 26
1) Peradah Indonesia mempunyai Keputusan dan Peraturan dengan hierarki sebagai
berikut:
a. Anggaran Dasar (AD);
b. Anggaran Rumah Tangga (ART);
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
45
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c. Keputusan dan Ketetapan Mahasabha lainnya;
d. Keputusan dan Ketetapan Rapat Kerja Nasional;
e. Keputusan Dewan Pimpinan Nasional;
f. Keputusan dan Ketetapan Lokasabha Propinsi;
g. Keputusan dan Ketetapan Rapat Kerja Propinsi;
h. Keputusan Dewan Pimpinan Propinsi;
i. Keputusan dan Ketetapan Lokasabha Kabupaten/Kota;
j. Keputusan dan Ketetapan Rapat Kerja Kabupaten/Kota;
k. Keputusan Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota;
l. Keputusan dan Ketetapan Lokasabha Kecamatan;
m. Keputusan dan Ketetapan Rapat Kerja Kecamatan;
n. Keputusan Komisariat Kecamatan;
o. Keputusan dan Ketetapan Lokasabha Kelurahan/Desa;
p. Keputusan dan Ketetapan Rapat Kerja Kelurahan/Desa.
q. Keputusan Komisariat Kelurahan/Desa.
Setiap Keputusan dan Peraturan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh
bertentangan dengan keputusan dan peraturan Organisasi yang lebih tinggi, dan bila
bertentangan maka berdasarkan Anggaran Dasar ini keputusan tersebut dianggap
tidak sah.
Keputusan yang diambil di tingkat Nasional maupun Keputusan Dewan Pimpinan
Nasional mengikat semua pengurus dan anggota.
Keputusan di tingkat Propinsi ataupun Keputusan Dewan Pimpinan Propinsi
mengikat semua pengurus dan anggota di wilayah Propinsi yang bersangkutan.
Keputusan di tingkat Kabupaten/Kota ataupun Keputusan Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota mengikat semua pengurus dan anggota di wilayah Kabupaten/Kota
yang bersangkutan.
Keputusan di tingkat Kecamatan ataupun Keputusan Pimpinan Komisariat
Kecamatan mengikat semua pengurus dan anggota di wilayah Kecamatan yang
bersangkutan.
Keputusan di tingkat Kelurahan/Desa ataupun Keputusan Komisariat Kelurahan/
Desa mengikat semua pengurus dan anggota di wilayah Kelurahan/Desa yang
bersangkutan.
BAB XII
DANA ORGANISASI
Pasal 27
1) Dana keuangan organisasi diperoleh dari:
a. Dana paramita, yaitu iuran wajib anggota;
b. Dana punia, yaitu sumbangan dari pemerintah, donatur dan
dermawan atau organisasi yang sah menurut hukum serta
sifatnya tidak mengikat;
c. Dana usaha, yaitu hasil usaha-usaha organisasi yang sesuai
dengan Dharma.
2) Tata laksana pengelolaan keuangan dan kekayaan Organisasi diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
46
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
BAB XIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 28
Anggaran Dasar dapat diubah melalui ketetapan Mahasabha dengan ketentuan bahwa
Asas Organisasi seperti tercantum dalam pasal 4 Anggaran Dasar ini mutlak tidak dapat
diubah.
BAB XIV
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 29
1) Peradah Indonesia hanya dapat dibubarkan:
a. Atas keputusan Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan
Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku;
b. Melalui Mahasabha yang khusus diadakan untuk itu.
2) Dalam hal Peradah Indonesia dibubarkan maka semua kekayaan Organisasi
setelah diperuntukkan menyelesaikan utang-piutang Organisasi disumbangkan
kepada Yayasan dan atau Badan/Lembaga sosial di Indonesia yang bergerak dalam
pembinaan Umat Hindu.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Sebelum ketentuan UU no. 40 Tahun 2009 ttg Kepemudaan dinyatakan efektif berlaku,
maka anggota Peradah Indonesia adalah pemuda yang berusia antara 16 s.d 40 tahun.
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 31
1)
Ketentuan-ketentuan yang lebih rinci, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
(ART) Organisasi, yang isinya tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.
2)
Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.00 WIB
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
47
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
48
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 2
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
BAB I
ATRIBUT
Pasal 1
1) Lambang dan arti Peradah Indonesia adalah seperti yang terdapat pada lampiran
Anggaran Rumah Tangga ini.
2) Lambang seperti tersebut pada ayat (1) pasal ini, digunakan pada dan untuk
pembuatan: kop surat, stempel, bendera, pataka, badge, vandel, jaket, pakaian
seragam Satuan Tugas (Satgas), dan benda-benda lain yang menunjukkan identitas
Peradah Indonesia.
3) Bentuk, warna, ukuran, tata cara penggunaan dan penjelasan lain, diatur dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 2
1) Peradah Indonesia mempunyai lagu: Mars dan Hymne yang pembuatannya
ditetapkan dengan Peraturan Organisasi.
2) Mars dan Hymne sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini dilagukan pada acara
resmi Peradah Indonesia menurut ketentuan dalam Peraturan Organisasi.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 3
1) Persyaratan untuk menjadi anggota Peradah Indonesia adalah:
a. Warga Negara Indonesia yang beragama Hindu;
b. Tidak menjadi anggota organisasi lain yang bertentangan dengan
asas, sifat, tujuan, program organisasi sebagaimana terdapat
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
c. Minimal berumur 16 tahun dan maksimal 30 tahun;
d. Menerima dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Peradah
Indonesia.
2) Peradah Indonesia dapat mempunyai anggota luar biasa.
3) Tata cara penerimaan dan pengesahan anggota dan anggota luar biasa diatur dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 4
1) Anggota Peradah Indonesia kehilangan keanggotaannya karena:
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
49
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
a. Meninggal dunia;
b. Atas permohonan sendiri yang diajukan secara tertulis kepada
pengurus;
c. Diberhentikan karena yang bersangkutan melanggar ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan
Organisasi lainnya, dan atau melakukan kesalahan secara
disengaja berulang kali.
2) Tata cara berhentinya menjadi anggota, diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 5
Anggota Peradah Indonesia berkewajiban untuk:
a. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta seluruh Keputusan
Organisasi;
b. Mendukung serta melaksanakan program Organisasi;
c. Menjaga nama baik Organisasi;
d. Menangkal setiap usaha dan upaya yang merugikan Organisasi;
e. Mengikuti sabha, dan segala kegiatan Organisasi;
f. Membayar iuran sesuai dengan Peraturan Organisasi yang berlaku.
Pasal 6
Anggota Peradah Indonesia berhak untuk:
a. Memperoleh perlakuan yang sama dan adil dari Organisasi;
b. Mengajukan usul, saran, pendapat, dan pertanyaan dalam sabha Organisasi;
c. Memilih dan dipilih menjadi pengurus Organisasi atau jabatan lainnya sesuai
dengan Peraturan Organisasi.
Pasal 7
Kewajiban dan hak anggota luar biasa diatur dengan Peraturan Organisasi.
BAB IV
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 8
Anggota Peradah Indonesia dilarang:
a. Mencemarkan nama baik Organisasi;
b. Melakukan usaha atau kegiatan yang dapat menimbulkan pertentangan dan atau
perpecahan di dalam Organisasi;
c. Melakukan usaha tindakan atau kegiatan atas nama Organisasi untuk hal – hal yang
bukan menjadi kewenangan atau tugasnya;
d. Setiap anggota dan pengurus Organisasi dilarang mengatasnamakan Organisasi
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
50
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
e.
f.
untuk kepentingan pribadi;
Melakukan usaha atau kegiatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Peradah Indonesia;
Melakukan kegiatan yang dilarang oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Pasal 9
1) Tindakan disiplin bagi anggota, dilaksanakan berupa:
a. Teguran lisan atau tertulis;
b. Peringatan tertulis;
c. Pemberhentian sementara anggota dari Organisasi (skorsing);
d. Dapat diberhentikan melalui sabha Organisasi jika yang
bersangkutan tidak dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya;
e. Pemberhentian dilakukan secara bertahap.
2) Pelanggaran berat yang sifatnya mencemarkan dan merusak nama baik Organisasi,
sanksi pemberhentian keanggotaan dapat langsung diberikan tanpa melalui
tingkatan sanksi.
Pasal 10
1) Sesuai dengan jenjangnya, pengurus dapat memberikan rehabilitasi.
2) Tindakan rehabilitasi dipertanggungjawabkan oleh pengurus kepada sabha
organisasi di tingkat masing-masing.
BAB V
KEPENGURUSAN ORGANISASI
Pasal 11
1) Pengurus Pusat terdiri atas Dewan Pertimbangan (DP) dan Dewan Pimpinan
Nasional (DPN).
2) Dewan Pimpinan Nasional terdiri atas:
a. Ketua Umum;
b. Ketua sebanyak 10 (sepuluh) orang yang masing-masing
mengetuai sebuah Departemen;
c. Sekretaris Jenderal;
d. Wakil Sekretaris Jenderal sebanyak 2 (dua) orang;
e. Bendahara Umum
f. Wakil Bendahara Umum sebanyak2 (dua) orang;
g. Departemen;
h. Lembaga, Biro, dan Badan lain yang dibentuk oleh Dewan
Pimpinan Nasional sesuai kebutuhan.
3) Departementasi pada Dewan Pimpinan Nasional yang disebut Departemen terdiri
atas:
a. Departemen Organisasi dan Kaderisasi
b. Departemen Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM);
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
51
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
c. Departemen Hubungan dan Kerjasama Antar Lembaga Dalam
Negeri
d. Departemen Hubungan dan Kerjasama Antar Lembaga Luar
Negeri;
e. Departemen Keagamaan dan Sosial Kemasyarakatan
f. Departemen Lingkungan Hidup
g. Departemen Kebudayaan, Olah Raga dan Seni;
h. Departemen Pengembangan Kewirausahaan, Usaha dan Dana;
i. Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM);
j. Departemen Informasi dan Komunikasi.
4) Pengurus Dewan Pimpinan Nasional terdiri atas Pengurus Harian dan Pengurus
Pleno.
5) Pengurus Harian Dewan Pimpinan Nasional meliputi semua unsur Ketua, semua
unsur Sekretaris, dan semua unsur Bendahara.
6) Pengurus Pleno Dewan Pimpinan Nasional meliputi Pengurus Harian, Departemen,
Biro, Lembaga dan Badan lain yang dibentuk oleh Dewan Pimpinan Nasional.
Pasal 12
1) Ketua Umum memimpin pelaksanaan kepengurusan nasional Organisasi dan
mengkoordinasikan para Ketua serta kelengkapan Organisasi lainnya.
2) Di antara para Ketua diadakan pembagian tugas pimpinan sesuai dengan
pembidangannya.
Pasal 13
1) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang bertugas memberikan
pelayanan administrasi serta mengkoordinasikan, mengintegrasikan, dan
mensinkronisasikan pelaksanaan kebijaksanaan serta keputusan Dewan Pimpinan
Nasional, baik untuk kebijakan internal maupun eksternal.
2) Sekretariat Jenderal terdiri atas Biro-biro yang tata kerjanya diatur dalam Peraturan
Organisasi.
3) Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal mendapat bahan keterangan
yang dipandang perlu dari Lembaga, Yayasan, Biro, dan kelengkapan Organisasi
lainnya serta dari Pengurus Daerah.
4) Sekretaris Jenderal memberikan tugas antar Wakil Sekretaris Jenderal.
Pasal 14
1) Bendahara Umum memimpin usaha penghimpunan dana serta mengelola semua
kekayaan Organisasi.
2) Bendahara Umum membagi tugas antar Wakil Bendahara Umum.
Pasal 15
1) Sekretaris Jenderal, Ketua-Ketua, dan Bendahara Umum bertanggungjawab kepada
Ketua Umum.
2) Ketua Umum atas nama Peradah Indonesia bertanggungjawab kepada Mahasabha.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
52
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 16
1) Dalam menyelenggarakan fungsi kepengurusan, Dewan Pimpinan Nasional
berwenang mengeluarkan surat keputusan, surat edaran, instruksi dan peraturan
lain yang akan ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.
2) Untuk mengelola jenis kegiatan tertentu yang bersifat permanen dan
berkesinambungan, Dewan Pimpinan Nasional dapat membentuk Lembaga,
Yayasan, Satuan Tugas (Satgas), dan Badan-badan lain yang otonom. Sedangkan
penyelenggaraan kegiatan yang bersifat insidental dilakukan dengan membentuk
kepanitiaan atau satuan tugas tertentu.
3) Dewan Pimpinan Nasional mewakili Organisasi dalam urusan-urusan keluar yang
menyangkut Peradah Indonesia secara keseluruhan, dengan Pemerintah Republik
Indonesia, dengan Organisasi-organisasi Kemasyarakatan lainnya, tampil di depan
Badan Pengadilan, termasuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan Badan/
Organisasi dari negara-negara lain dalam pelaksanaan hubungan luar negeri.
Pasal 17
1) Pengurus Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota terdiri atas Dewan Penasehat (DPs)
dan Dewan Pimpinan Propinsi dan Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
2) Dewan Pimpinan Propinsi dan Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Ketua;
b. Beberapa orang Wakil Ketua;
c. Sekretaris;
d. Beberapa orang Wakil Sekretaris;
e. Bendahara;
f. Beberapa orang Wakil Bendahara;
g. Bidang-bidang, sesuai kebutuhan dengan mengacu kepada
Departementasi pada Dewan Pimpinan Nasional.
3) Untuk mengelola suatu jenis kegiatan tertentu yang bersifat insidental, Dewan
Pimpinan Propinsi maupun Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota dapat membentuk
kepanitiaan atau satuan tugas tertentu.
Pasal 18
Pengurus Komisariat dan Desa/Kelurahan hanya meliputi kepengurusan Komisariat itu
sendiri dan bila perlu dapat membentuk Dewan Penasehat dan Seksi-seksi.
Pasal 19
1) Struktur Dewan Pimpinan Nasional ditetapkan dalam Mahasabha.
2) Struktur Dewan Pimpinan Propinsi ditetapkan dalam Lokasabha Tingkat Propinsi
dan disahkan oleh Dewan Pimpinan Nasional.
3) Struktur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota ditetapkan dalam Lokasabha Tingkat
Kabupten/Kota dan disahkan oleh Dewan Pimpinan Nasional.
4) Struktur Komisariat ditetapkan dalam sabha yang khusus diadakan untuk
penggantian pengurus Komisariat dan disahkan oleh Dewan Pimpinan Propinsi yang
mewilayahinya, serta dilaporkan kepada Dewan Pimpinan Nasional.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
53
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 20
1) Pengisian Struktur Pengurus Dewan Pimpinan Nasional tidak dapat dirangkap oleh
Pengurus Organisasi di bawahnya.
2) Bila Pengurus Dewan Pimpinan Propinsi dan atau Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota
dipromosikan untuk mengisi struktur pengurus Dewan Pimpinan Nasional, yang
bersangkutan harus melepaskan tugasnya dari Struktur Dewan Pimpinan Propinsi
dan atau Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak
promosi. Ketentuan yang sama berlaku untuk jenjang organisasi yang lebih rendah.
BAB VI
KELENGKAPAN ORGANISASI
Pasal 21
1) Dewan Pimpinan Nasional dapat membentuk Lembaga, Yayasan, Satuan Tugas
(Satgas), dan Badan-badan lain yang dipandang perlu yang pengelolaannya
dipertanggungjawabkan kepada Ketua Umum.
2) Pada Dewan Pimpinan Propinsi maupun Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota dapat
dibentuk perwakilan Lembaga, Yayasan, Satuan Tugas (Satgas), dan Badan lain, jika
memungkinkan dan dipandang perlu.
BAB VII
DEWAN PERTIMBANGAN DAN DEWAN PENASEHAT
Pasal 22
1) Dewan Pertimbangan mendampingi Dewan Pimpinan Nasional dan Dewan
Penasehat mendampingi Dewan Pimpinan Propinsi maupun Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota.
2) Masa bhakti Dewan Pertimbangan dan Dewan Penasehat sesuai dengan masa
bhakti Dewan Pimpinan Nasional dan Dewan Pimpinan Propinsi maupun Dewan
Pimpinan Kabupaten/Kota.
3) Pemilihan Dewan Pertimbangan dan Dewan Penasehat ditentukan dalam sabha
masing-masing.
4) Dalam hal-hal tertentu, Dewan Pimpinan Nasional dapat meminta Dewan
Pertimbangan untuk bersidang; demikian juga Dewan Pimpinan Propinsi maupun
Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota dapat meminta Dewan Penasehat untuk
bersidang.
BAB VIII
PERGANTIAN ANTAR WAKTU
Pasal 23
1) Jika Ketua Umum berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu lebih dari 3 (tiga)
bulan hingga maksimal 1 (satu) tahun, maka tugas-tugas Ketua Umum dilakukan
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
54
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
oleh pejabat sementara (pjs) Ketua Umum yang personelnya diambil dari salah
satu Ketua atau Sekjen yang ditunjuk melalui Rapat Pleno Dewan Pimpinan
Nasional yang khusus diadakan untuk itu, dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari Pengurus Pleno Dewan Pimpinan Nasional, sampai Ketua
Umum dapat melakukan tugasnya kembali.
2) Apabila Ketua Umum berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu lebih dari 1
(satu) tahun, maka pergantian Ketua Umum dilakukan melalui Mahasabha Luar
Biasa.
3) Masa jabatan Ketua Umum baru hasil Mahasabha Luar Biasa sesuai dengan periode
jabatan dari Ketua Umum yang diganti.
Pasal 24
1) Jika Ketua Dewan Pimpinan Propinsi dan atau Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota
berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu lebih dari 3 (tiga) bulan hingga
maksimal 1 (satu) tahun, maka tugas-tugas Ketua dilakukan oleh pejabat sementara
(pjs) Ketua yang personelnya diambil dari salah satu Wakil Ketua atau Sekretaris
yang ditunjuk melalui Rapat Pleno Dewan Pimpinan Propinsi dan atau Kabupaten/
Kota yang khusus diadakan untuk itu, dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari Pengurus Pleno Dewan Pimpinan Propinsi dan atau
Kabupaten/Kota, sampai Ketua dapat melakukan tugasnya kembali.
2) Apabila Ketua Dewan Pimpinan Propinsi dan atau Dewan Pimpinan Kabupaten/
Kota berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu lebih dari 1 (satu) tahun, maka
pergantian Ketua dilakukan melalui Lokasabha Luar Biasa.
3) Masa jabatan Ketua baru hasil Lokasabha Luar Biasa sesuai dengan periode jabatan
dari Ketua yang diganti.
Pasal 25
1) Dalam hal Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Sekretaris, Bendahara
berhalangan melaksanakan tugasnya dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan hingga 1
(satu) tahun berturut – turut, maka pengurus bersangkutan dapat menunjuk salah
satu wakilnya untuk menjadi Pejabat Sementara (Pjs).
2) Pada setiap pengurus di setiap tingkatan organisasi, kecuali pengurus yang dipilih
langsung dalam Mahasabha/Lokasabha, yang berhalangan melakukan tugasnya
dalam waktu lebih dari 1 (satu) tahun, dapat dilakukan pergantian antar waktu
melalui mekanisme Rapat Pleno Dewan Pimpinan yang khusus diadakan untuk itu
dan dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari Pengurus
Pleno Dewan Pimpinan di tingkatan organisasi tersebut.
BAB IX
SABHA ORGANISASI
Pasal 26
1) Mahasabha diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun.
2) Mahasabha dihadiri oleh peserta dan peninjau.
3) Peserta Mahasabha terdiri atas:
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
55
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
4)
a. Unsur Dewan Pertimbangan;
b. Unsur Dewan Pimpinan Nasional;
c. Unsur Dewan Pimpinan Propinsi;
d. Unsur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
Peninjau Mahasabha terdiri atas para undangan yang ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Nasional Peradah Indonesia.
5) Mahasabha sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) ditambah 1
(satu) dari jumlah Dewan Pimpinan Propinsi yang ada.
6) Mahasabha yang merupakan forum tertinggi Organisasi, berfungsi:
a. Menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
jika dipandang perlu;
b. Menilai dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan
Pimpinan Nasional;
c. Menyusun Program Umum Organisasi dan Rencana Kerja
Dewan Pimpinan Nasional sebelum diselenggarakannya Rapat
Kerja Nasional;
d. Menetapkan Struktur dan Personalia Dewan Pimpinan Nasional;
e. Menetapkan Keputusan lain yang dipandang perlu.
7) Mahasabha diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Nasional dan dipimpin oleh
Pimpinan Sidang yang dipilih dari dan oleh peserta Mahasabha.
8) Sebelum Pimpinan Sidang pada Mahasabha terpilih, Pimpinan Sidang dipimpin oleh
oleh Dewan Pimpinan Nasional selaku Pimpinan Sidang Sementara.
9) Dalam menetapkan Struktur dan Personalia Dewan Pimpinan Nasional seperti
tersebut pada butir d ayat (6) pasal ini, Ketua Umum dipilih langsung oleh peserta
Mahasabha sedangkan Susunan dan Personalia Dewan Pimpinan Nasional lainnya
dipilih melalui sistem formatur.
Pasal 27
1) Dalam keadaan yang sangat penting sehingga mengancam kehidupan Organisasi,
Dewan Pimpinan Nasional dapat menyelenggarakan Mahasabha Istimewa.
2) Mahasabha Istimewa sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari jumlah Dewan Pimpinan Propinsi yang ada.
3) Fungsi dan wewenang Mahasabha Istimewa sama seperti tersebut Pasal 26 ayat (6)
Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 28
1)
2)
3)
4)
Lokasabha Propinsi, diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun.
Lokasabha Propinsi dihadiri oleh peserta dan peninjau.
Peserta Lokasabha Propinsi terdiri atas:
a. Utusan Dewan Pimpinan Nasional;
b. Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Propinsi;
c. Dewan Pimpinan Propinsi;
d. Unsur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota;
e. Unsur Komisariat.
Peninjau Lokasabha Propinsi terdiri atas para undangan yang ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Propinsi.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
56
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
5) Lokasabha Propinsi sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari jumlah Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota yang ada.
6) Lokasabha Propinsi berfungsi:
a. Menilai dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan
Pimpinan Propinsi;
b. Menyusun Program Kerja Daerah;
c. Menetapkan Struktur dan Personalia Dewan Pimpinan Propinsi;
d. Menetapkan Keputusan lain yang dipandang perlu.
7) Lokasabha Propinsi diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Propinsi dan dipimpin
oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari dan oleh peserta Lokasabha.
8) Sebelum Pimpinan Sidang pada Lokasabha terpilih, Pimpinan Sidang dipimpin oleh
oleh Dewan Pimpinan Propinsi selaku Pimpinan Sidang Sementara.
Pasal 29
1) Dalam keadaan yang sangat penting, Dewan Pimpinan Propinsi dapat
menyelenggarakan Lokasabha Istimewa.
2) Lokasabha Istimewa sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari jumlah Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota yang ada.
3) Fungsi dan wewenang Lokasabha Istimewa sama seperti tersebut dalam Pasal 28
ayat (6) Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 30
1)
2)
3)
4)
Lokasabha Kabupaten/Kota, diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun,
Lokasabha Kabupaten/Kota dihadiri oleh peserta dan peninjau.
Peserta Lokasabha Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Utusan Dewan Pimpinan Propinsi;
b. Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota;
c. Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota;
d. Unsur Komisariat Kecamatan;
e. Unsur Komisariat Desa/Kelurahan.
Peninjau Lokasabha Kabupaten/Kota terdiri atas para undangan yang ditetapkan
oleh Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
5) Lokasabha Kabupaten/Kota berfungsi:
a. Menilai dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan
Pimpinan Kabupaten/Kota;
b. Menyusun Program Kerja Daerah;
c. Menetapkan Struktur dan Personalia Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota;
d. Menetapkan Keputusan lain yang dipandang perlu.
6) Lokasabha Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota
dan dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari dan oleh peserta Lokasabha.
7) Sebelum Pimpinan Sidang pada Lokasabha terpilih, Pimpinan Sidang dipimpin oleh
oleh Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota selaku Pimpinan Sidang Sementara,
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
57
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 31
1) Dalam keadaan yang sangat penting, Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota dapat
menyelenggarakan Lokasabha Istimewa.
2) Lokasabha Istimewa sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari jumlah Komisariat Kecamatan yang ada.
3) Fungsi dan wewenang Lokasabha Istimewa sama seperti tersebut dalam Pasal 30
ayat (5) Anggaran Rumah ini.
Pasal 32
Pergantian Pengurus Komisariat Kecamatan dan desa/kelurahan diselenggarakan setiap 3
(tiga) tahun, dihadiri oleh utusan Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
Pasal 33
1) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
periode kepengurusan Dewan Pimpinan Nasional.
2) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh peserta dan peninjau.
3) Peserta Rapat Kerja Nasional terdiri atas:
a. Dewan Pertimbangan;
b. Dewan Pimpinan Nasional;
c. Unsur Dewan Pimpinan Propinsi;
d. Unsur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
4) Peninjau Rapat Kerja Nasional terdiri atas para undangan yang ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Nasional Peradah Indonesia.
5) Rapat Kerja Nasional berfungsi:
a. Menjabarkan Program Umum Organisasi menjadi Program Induk
Organisasi dan Program Kerja Dewan Pimpinan Nasional;
b. Menetapkan Peraturan Organisasi.
Pasal 34
1) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam periode
kepengurusan Dewan Pimpinan Propinsi maupun Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
2) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh peserta dan peninjau.
3) Peserta Rapat Kerja Dewan Pimpinan Propinsi terdiri atas:
a. Dewan Penasehat;
b. Dewan Pimpinan Propinsi;
c. Unsur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
4) Peserta Rapat Kerja Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Dewan Penasehat;
b. Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota;
c. Unsur Komisariat Kecamatan dan/atau Desa/Kelurahan.
5) Peninjau Rapat Kerja Daerah terdiri atas para undangan yang ditetapkan Dewan
Pimpinan Propinsi maupun Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.
6) Rapat Kerja Daerah berfungsi untuk menjabarkan Program Induk Organisasi menjadi
Program Kerja Daerah.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
58
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Pasal 35
1) Dewan Pimpinan Nasional, Dewan Pimpinan Propinsi, Dewan Pimpinan Kabupaten/
Kota dan Komisariat dapat mengadakan Sabha Nityakala (rapat periodik) sesuai
kebutuhan.
2) Tata kerja Sabha Nityakala ini diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB X
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 36
1) Musyawarah/rapat dianggap sah (korum) apabila dihadiri oleh sekurang –
kurangnya ½ (setengah) ditambah satu jumlah peserta,
2) Setiap Peserta mempunyai hak bicara dan hak suara.
3) Peninjau mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara.
4) Komposisi peserta Mahasabha yang memiliki suara :
a. Unsur Dewan Pertimbangan = 1 suara
b. Unsur Dewan Pimpinan Nasional = 1 suara
c. Unsur Dewan Pimpinan Propinsi = 1 suara
d. Unsur Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota = 1 suara
Pasal 37
1) Pengambilan keputusan dalam sabha dan rapat dapat dilakukan apabila memenuhi
ketentuan Pasal 36 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga Peradah Indonesia.
2) Dalam hal sabha/rapat tidak memenuhi ketentuan Pasal 36 ayat (1) Anggaran
Rumah Tangga ini, peserta sabha/rapat tidak dapat mengambil keputusan.
3) Pengambilan Keputusan dalam sabha dan rapat dilakukan dengan musyawarah dan
mufakat yang dilandasi oleh semangat satyamitra.
4) Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai maka keputusan diambil dengan suara
terbanyak.
BAB XI
PROGRAM KERJA ORGANISASI
Pasal 38
1) Pokok-pokok Program Organisasi adalah seperti terdapat dalam Anggaran Dasar.
2) Mahasabha menjabarkan Pokok-pokok Program Organisasi tersebut menjadi
Program Umum Organisasi dan Rencana Kerja Dewan Pimpinan Nasional sebelum
diselenggarakannya Rapat Kerja Nasional.
3) Dewan Pimpinan Nasional menjabarkan Program Umum Organisasi menjadi
Program Induk Organisasi.
4) Ketua-ketua pada Dewan Pimpinan Nasional, menjabarkan Program Induk
Organisasi tersebut menjadi Program Kerja Dewan Pimpinan Nasional.
5) Dewan Pimpinan daerah dan Komisariat, menjabarkan Program Induk Organisasi
tersebut menjadi Program Kerja Daerah.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
59
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
BAB XII
DANA ORGANISASI
Pasal 39
1) Dana atau keuangan Organisasi diperoleh dari:
a. Dana paramita, berupa iuran wajib dari anggota;
b. Dana punia, berupa sumbangan dari pemerintah, donatur dan dermawan atau organisasi yang sah menurut hukum serta
sifatnya tidak mengikat;
c. Dana usaha, berupa hasil usaha organisasi yang sesuai dengan Dharma dan
hukum positif yang berlaku.
2) Pengelolaan dana Organisasi, diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 40
Sebelum ketentuan UU no. 40 Tahun 2009 ttg Kepemudaan dinyatakan efektif berlaku,
maka persyaratan untuk menjadi anggota Peradah Indonesia adalah berusia yang
minimal 16 s.d 40 tahun.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 41
1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga akan diatur dengan
ketentuan-ketentuan lain oleh Dewan Pimpinan Nasional.
2) Ketentuan-ketentuan Organisasi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Nasional dan tidak sesuai atau bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga ini
akan disesuaikan seperlunya.
Pasal 42
Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.00 WIB
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
60
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
61
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 2
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
LAMBANG DAN ARTI
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
Lambang diungkapkan secara dominan dengan GUNUNGAN/KAYON yang menancap ke
bawah, latar belakang PADMA/TERATAI berdaun-bunga lima helai.
Gunungan/Kayon Simbul kalpataru atau pohon kehidupan; aslinya disebut “Kayun Purwo
Sejati” (kayun = hidup/kemedak, purwo = asal/ sumber). Gunungan menggambarkan asal
hidup yang sebenarnya (“sangkanin dumadi” = Bhs. Jawa, “Janma Dhyasya Yatah” = Bhs.
Sanskerta). Peradah Indonesia diyakini lahir atas kehendak Hyang Widhi melalui para
tokoh umat Hindu Indonesia.
Isi utama Gunungan adalah Putik Kembang dari Padma/ Teratai
Melambangkan kepemudaan/Keremajaan; dilapisi/dilandasi 9 daun putik
menggambarkan penginderaan Dewa Sanga (“Babahan Hawa Sanga” = bhs. Jawa);
maknanya Peradah Indonesia sebagai oranisasi Pemuda Hindu harus dapat mengarahkan
dan mengendalikan diri dari segala kekuatan dan nafsu yang ada.
Pengarahan dan pengendalian itu ditujukan kepada Swastika, simbul kesucian Agama
Hindu yang merupakan daya kekuatan dan kesejahtraan Bhuwana Agung (Macrocosmos)
dan Bhuwana Alit (Microcosmos). Swastika beralaskan singgasana bersudut delapan yang
disebut Asta Dala sebagai dasar keharmonisan alam, kesucian dan kedamaian abadi. Asta
Dala, juga merupakan simbul delapan sifat keagungan Hyang Widhi (“Sad Guna Brhma”),
yang meliputi:
a. Anima : mempunyai kekuatan yang dapat merubah diri-Nya
menjadi sekecil-kecilnya;
b. Lagima : bersifat ringan atau halus;
c. Mahima : Maha besar meliputi semuanya
d. Prapti : serba tercapai, segala kehendakNya
e. Prakamya : segala kehendakNya selalu terlaksana
f. Içitwa : beliau mengatur segala yang ada di dunia ini;
g. Waçitwa : tidak ada yang melebihi kekuasaanNya;
h. Yatrakamawasaytwa : tidak ada yang dapat menentang
kodratNya
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
62
Keputusan No. 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Di atas Swastika dan Asta Dala tergambar Ketu/Mahkota tersudut 3, yang menyimbulkan
iman/keyakinan bathin kepada Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Brahama,
Wisnu dan Çiwa. Tanpa iman yang kuat Peradah Indonesia dapat terombang-ambing
dalam kehidupan duniawi ini.
Fondasi yang kukuh menggambarkan sikap yang teguh dan keyakinan yang mantap
Fondasi diapit oleh Dua Tugu Penjaga yang melambangkan hakekat kepemudaan adalah
penjaga kelestarian. Kedua menggala itu hakekatnya sebagai pengawas kejahatan dan
kebaikan; juga melukiskan lahir dan bathin. Sifat hakekat dan sikap bathin Peradah
Indonesia ini harus dipertahankan secara teguh dan mantap. Keteguhan dan kemantapan
akan dicapai jika Peradah Indonesia mengakar dalam pada haribaan umat Hindu
Indonesia; harapan ini dilambangkan dengan Tancep Gunungan yang jelas menjurus
kearah bawah, ke bumi pertiwi Indonesia.
Daun Bunga Teratai yang berjumlah 5 buah
Gambaran tentang bumi pertiwi Indonesia sebagai perlambang asas Peradah Indonesia
adalah Pancasila
Kata Peradah Indonesia merupakan singkatan dari Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia
Bermakna kebijaksanaan, sabar, lapang dada, tawakal, waspada, teguh dan tak takabur
! Dalam khasanah kebudayaan Indonesia, khususnya di Jawa ada ungkapan “Anak Polah
Bapak Keparadah”, yang bermakna seperti tersebut di depan ! Sebagai istilah ia dilhami
oleh nama besar Empu Bharadah, salah seorang puruhita di zaman Kediri/Jawa Timur,
yang berhasil membasmi Adharma dalam carita “Calon Arang”. Peradah Indonesia
diharapkan tetap dalam mengemban nama besar itu dalam segenap perilaku.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.00 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
63
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PROGRAM UMUM ORGANISASI
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahasabha adalah menjabarkan Pokokpokok Program menjadi Program Umum Organisasi Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 7 dan Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 ayat (6.c.) dan Pasal 29 ayat (1) dan (2) Anggaran Rumah Tangga
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang pembentukan komisi-komisi.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 Tentang Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Pendapat-pendapat dalam Rapat Komisi dan Sidang Pleno IV Mahasabha VIII
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
66
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Program Umum Organisasi Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
Pertama:
Program Umum Organisasi seperti terdapat dalam lampiran keputusan ini.
Kedua:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.10 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
67
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 1 Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PROGRAM UMUM ORGANISASI
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
TAHUN 2009-2012
I.
PENDAHULUAN
1.
DASAR PEMIKIRAN
Dalam perjalanan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, pemuda telah menunjukkan
peranan yang sangat besar melalui keterlibatannya secara langsung dalam proses
perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak masa
perjuangan sampai dengan saat ini, pemuda terus terlibat secara aktif untuk mengisi
kemerdekaan dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional, yaitu masyarakat adil dan
makmur, melalui pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945.
Keberadaan dan peran aktif pemuda senantiasa ditingkatkan dan terus dilaksanakan
sejalan dengan tuntutan masyarakat dan dunia Internasional.
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah Indonesia) sebagai organisasi
kemasyarakatan pemuda yang lahir pada tanggal 11 Maret 1984, merupakan wadah
berhimpun bagi pemuda Hindu Indonesia, yang meliputi komponen pemuda,
mahasiswa, wanita, dan cendekiawan Hindu, sebagai bagian dari Pemuda Indonesia
senantiasa terlibat aktif dalam menyumbangkan dharma bhaktinya dalam gerak dan
dinamika pembangunan nasional.
Perjalanan Organisasi Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia yang telah melewati
seperempat abad, cukup untuk memberi pengalaman, dalam rangka menentukan
langkah-langkah menuju masa depan yang lebih baik. Sejalan dengan hal itu, pemerintah
telah pula memberikan suasana yang sehat dan dinamis bagi keterlibatan pemuda dalam
proses pembangunan nasional untuk menuju bangsa yang mandiri demokratis, dan
sejahtera.
Keberadaan pemuda sebagai komponen yang strategis dalam menjawab tuntutan
nasional, internasional, dan tuntutan kemajuan bangsa terhadap nilai-nilai demokrasi
dan hak asasi manusia, sekaligus merupakan tantangan bagi Peradah Indonesia untuk
menjadi wahana yang dapat menciptakan iklim demokrasi.
Pelaksanaan reformasi untuk mengembalikan cita- cita Indonesia seperti tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 yang dimotori oleh mahasiswa dan pemuda menjadi
tonggak sejarah yang penting dalam perjalanan sejarah kehidupan bangsa, dan
selanjutnya pemuda, termasuk Peradah Indonesia, memiliki tanggung jawab moral untuk
terus menjaga agar agenda reformasi terlaksana sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Menyadari akan posisi Peradah Indonesia sebagai Organisasi Kemasyarakatan Pemuda
(OKP) yang beraspirasikan Hindu Dharma, maka Peradah Indonesia senantiasa dituntut
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
68
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
untuk berperan sebagai wahana komunikasi dan penyalur aspirasi pemuda Hindu.
Di samping itu, Peradah Indonesia dituntut pula untuk senantiasa memantapkan
dan meningkatkan persatuan, dan kesatuan bangsa, serta mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pemuda Hindu yang merupakan bagian dari pemuda Indonesia
sebagai wahana pendewasaan kader pemimpin bangsa.
Sejalan dengan itu, maka Tujuan, Tugas Pokok, Fungsi, dan Pokok-pokok Program yang
termuat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Peradah Indonesia,
dipandang perlu untuk dijabarkan dalam bentuk Program Umum Organisasi Peradah
Indonesia, yang nantinya akan dijabarkan lagi menjadi Program Induk dan Program Kerja
Organisasi, sesuai dengan jenjang kepengurusan masing-masing.
2.
LANDASAN
Landasan Program Umum Organisasi Peradah Indonesia adalah:
a. Landasan Idiil: Pancasila
b. Landasan Konstitusional:
1. UUD 1945
2. AD/ART Peradah Indonesia
c. Landasan Yuridis: Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985
2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009
d. Landasan Operasional: Program Pemerintah, Program Parisada Hindu Dharma
Indonesia dan Kebutuhan Umat dan Masyarakat
3.
MAKSUD
Program Umum Organisasi Peradah Indonesia ini dirumuskan dengan maksud agar
dapat dicapai keterarahan pembinaan yang berkelanjutan dalam rangka mempersiapkan
generasi muda Hindu yang memiliki sradha dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkualitas dan professional, untuk berperan aktif menyiapkan
kader pemimpin bangsa dalam pembangunan demi terwujudnya cita-cita nasional.
4.
TUJUAN
Tujuan Program Umum Organisasi Peradah Indonesia adalah memberikan acuan
penyusunan Program Kerja di semua jenjang kepengurusan sehingga tercipta keselarasan
serta keterpaduan dalam mencapai cita-cita Peadah Indonesia seperti diatur dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga melalui program dan kegiatan tiga tahunan
(satu periode).
5.
PENGERTIAN
a.
Pokok-pokok Program adalah sebagaimana terdapat dalam Anggaran Dasar
Peradah Indonesia, yang bersifat sebagai acuan dalam perumusan segala program,
kebijakan, dan aktivitas organisasi.
b. Program Umum Organisasi Peradah Indonesia adalah acuan yang bersifat umum
dan menjadi pedoman dasar bagi perumusan dan pelaksanaan program dan
kegiatan kepengurusan Peradah Indonesia di setiap tingkatan.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
69
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
c.
Landasan adalah perangkat normatif dan konstitusional yang digunakan untuk
melandasi perumusan Program Umum Organisasi Peradah Indonesia.
d. Arah adalah perspektif yang digunakan dalam Program Umum Organisasi demi
kepastian terwujudnya tujuan dan sasaran yang akan ditetapkan kemudian dalam
perumusan, penjabaran, dan pelaksanaan Program Umum Organisasi.
e. Strategi adalah rangkaian tindakan yang ditetapkan untuk menjamin keterarahan
langkah-langkah perumusan, penjabaran, dan pelaksanaan Program Umum
Organisasi.
f. Ruang lingkup adalah acuan perhatian yang dipandang strategis dalam perumusan,
penjabaran, dan pelaksanaan Program Umum Organisasi.
g. Mekanisme pelaksanaan adalah acuan bagi mekanisme pelaksanaan program
organisasi di setiap angkatan.
6.
SISTEMATIKA PENYAJIAN
Program Umum Organisasi Peradah Indonesia disusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut:
I. PENDAHULUAN
1. Dasar Pemikiran
2. Landasan
3. Maksud
4. Tujuan
5. Pengertian
6. Sistematika Penyajian
II. ARAH DAN STRATEGI
III. RUANG LINGKUP
IV. POKOK-POKOK PROGRAM
V. PROGRAM UMUM ORGANISASI
VI. MEKANISME PELAKSANAAN
VII. PENUTUP
II.
ARAH DAN STRATEGI
1.
ARAH
Berdasarkan Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Peradah Indonesia, maka Program Umum
Organisasi diarahkan pada:
a. Peningkatan dan pemantapan sradha dan bhakti generasi muda Hindu kepada
Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) berdasarkan kemanusiaan yang adil dan
beradab sesuai dengan ajaran agama Hindu.
b. Peningkatan dan pemantapan nilai – nilai keteladanan Organisasi (sathyamitra,
sadhana, sevanam, samskara, santosa) kepada seluruh anggota Peradah Indonesia.
c. Peningkatan dan pemantapan kesadaran dan pemahaman kepemudaan akan
wawasan kebangsaan, nilai-nilai kemanusiaan, demokratisasi, keadilan dan
kesejahteraan, sebagai aktualisasi dari kesadaran untuk mewujudkan pembangunan
yang bermoral, berbudaya, dan beretika.
d. Peningkatan dan pemantapan kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk mengabdikan diri bagi suksesnya pembangunan nasional.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
70
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
2.
STRATEGI
Berdasarkan arah tersebut di atas, maka strategi pelaksanaan Program Umum Organisasi
ini disusun sebagai berikut:
a. Memantapkan dan mengembangkan keberadaan Peradah Indonesia sebagai
organisasi kemasyarakatan pemuda yang beraspirasikan Hindu di setiap tingkatan
kepengurusan.
b. Meningkatkan kesadaran generasi muda Hindu akan pentingnya suatu organisasi
yang dapat mewakili kepentingannya dan menyuarakan aspirasinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Memantapkan dan mengembangkan hubungan yang harmonis antara Peradah
Indonesia dengan pemuda lainnya sebagai satu kesatuan Pemuda Indonesia,
untuk bersama-sama menyukseskan Pembangunan Nasional sebagai bentuk
tanggunjawab warga Negara (Dharma Negara) dan pengamalan Pancasila.
d. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara Peradah Indonesia dengan
lembaga-lembaga terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
III.
RUANG LINGKUP
Selaras dengan keberadaan Peradah Indonesia sebagai organisasi kemasyarakatan
pemuda yang beraspirasikan Hindu, dengan memperhatikan arah dan strategi
pelaksanaan program, maka Ruang Lingkup pelaksanaan Program Umum Organisasi
Peradah Indonesia meliputi hal – hal strategis, seperti lingkup organisasi, pengembangan
sumber daya pemuda, ekonomi, agama, dan sosial budaya.
Dalam upaya pembentukan jadi diri bangsa, maka agama dan budaya menjadi suatu
kekuatan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh
karena itu, Peradah Indonesia sebagai bagian dari Pemuda Indonesia harus tampil
sebagai pendorong dan pelopor dalam pembentukan watak dan karakter masyarakat
khususnya generasi Muda Hindu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Generasi muda sebagai insan pembangunan, dituntut tanggung jawabnya untuk mampu
berkembang dan lahir sebagai pembaharu demi kemajuan ekonomi, khususnya dalam
penciptaan masyarakat ekonomi menengah baru.
Pemantapan dan pengembangan jadi diri pemuda Indonesia pada umumnya dan
generasi muda Hindu pada khususnya, harus dijiwai oleh nilai-nilai religius, wawasan
kebangsaan yang tinggi, sikap kritis, konstruktif, solutif, dan sikap disiplin terhadap
norma dan aturan yang berlaku, serta didukung oleh kualitas kepemimpinan yang baik
melalui proses kaderisasi.
Peningkatan kualitas komunikasi dan peningkatan kualitas partisipasi antara Peradah
Indonesia dengan organisasi kepemudaan, organisasi kemahasiswaan, dan lembagalembaga (termasuk LSM) lainnya, peningkatan kualitas peran dan kepedulian Pemuda
dalam menanggapi masalah-masalah yang berkembang di masyarakat pada umumnya,
termasuk yang menyangkut pemuda khususnya, dan yang menyangkut kedaulatan
bangsa dan negara.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
71
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
IV.
POKOK-POKOK PROGRAM
Sesuai dengan Anggaran Dasar, Pokok-pokok Program Peradah Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Bina Dharma, yaitu meningkatkan sradha dan bhakti yang berwawasan nasional
dengan cara mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan Parisada Hindu Dharma
Indonesia dan lembaga-lembaga pemerintah;
2. Bina Warga, yaitu memupuk kedewasaan dan mengatur gerak dan dinamika
kekaryaan/swadharma anggota organisasi sebagai warga Negara Republik Indonesia
sehingga terdapat semangat satya-mitra (jalinan persaudaraan antar manusia) yang
mantap ke dalam organisasi sesuai dengan ajaran Hindu;
3. Bina Kriya, yaitu mendukung dan membina setiap aktivitas dan kelembagaan
kemasyarakatan yang bergerak dalam Hindu Dharma di seluruh Indonesia secara
konsepsional dan proporsional;
4. Bina Sandhiwani, yaitu berkomunikasi secara nasional maupun lokal untuk mencari
dan menemukan murdha wakya (konsep-konsep) pembangunan dalam segala
aspeknya bagi bangsa Indonesia yang sejalan dengan agama Hindu;
5. Bina Karya, yaitu menyumbangkan karya-karya nyata bagi masyarakat Hindu
khususnya, dan masyarakat luas sebagai pelaksanaan program-program pemerintah
dalam rangka pembangunan bangsa dan negara.
6. Bina Artha, yaitu mengembangkan jiwa-jiwa kewirausahaan dalam setiap insan
pemuda Hindu sehingga mampu menjadi penggerak usaha mandiri (swadesi),
dengan selalu tetap mengaplikasikan nilai-nilai Hindu dalam berusaha.
V.
PROGRAM UMUM ORGANISASI
Program Umum Organisasi yang merupakan acuan yang bersifat umum dan mendasar
bagi perumusan Program Kerja Organisasi Peradah Indonesia dalam satu periode
kepengurusan. Sesui dengan Arah, Strategi Pelaksanaan dan Pokok-pokok Program
tersebut, maka Program Umum Organisasi Peradah Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Dalam Lingkup Bina Dharma
Mengamankan bhisama Parisada Hindu Dharma Indonesia, melakukan pembinaan
umat melalui jalur pendidikan dan penyuluhan agama untuk meningkatkan
kemampuan dan pemahaman agama bagi umat Hindu sesuai dengan kerangka
dasar agama Hindu, yaitu tatwa (filsafat), susila (etika), upacara (ritual) serta
mengadakan pengkajian nilai-nilai Hindu untuk dikedepankan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Dalam Lingkup Bina Warga
Meningkatkan kesadaran dan motivasi umat Hindu pada umumnya dan
generasi muda khususnya, agar mengetahui dan dapat menunaikan hak-hak
dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam lingkup
ini pula, terkait upaya meningkatkan kualitas generasi muda Hindu dalam
rangka meningkatkan peranannya dalam pembangunan Nasional. Hal ini dapat
dilaksanakan melalui Pendidikan Kepemimpinan secara berjenjang, penataranpenataran, pelatihan-pelatihan, dan ceramah-ceramah baik di pusat maupun di
daerah.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
72
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
5.
Dalam Lingkup Bina Kriya
Memupuk rasa persatuan dan kesatuan umat Hindu dengan menciptakan sistem
kerjasama dan atau koordinasi dengan lembaga/yayasan/paguyuban dalam rangka
menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang
beragama Hindu.
7. Dalam Lingkup Bina Sandhiwani
Meningkatkan jalinan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai lembaga terkait
dalam rangka mendapatkan dan menampilkan konsep-konsep pembangunan
berdasarkan Hindu Dharma, yang dilaksanakan dengan cara mengadakan
seminar, sarasehan, penelitian dan pengkajian secara ilmiah untuk selanjutnya
disumbangkan sebagai upaya turut menyukseskan pembangunan nasional.
9. Dalam Lingkup Bina Karya
Meningkatkan dan mengembangkan swadaya generasi muda Hindu dalam
mewujudkan karya-karya nyata, pengabdian pada masyarakat dan berpartisipasi
secara lebih aktif dalam mewujudkan program pembangunan.
11. Dalam Lingkup Bina Artha
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dilingkungan masyarakat terdekat, khususnya
ekonomi masyarakat Hindu demi kesejahteraan bangsa dan negara. Meningkatkan
kerjasama dengan lembaga-lembaga pendanaan terkait untuk pengembangan
kewirausahaan.
VI.
MEKANISME PELAKSANAAN
Sesuai dengan fungsi Peradah Indonesia untuk menghimpun pemikiran di antara
sesama anggota, serta mendinamisasikan gerak dan aktivitas generasi muda Hindu
seluruh Indonesia, dan dengan berdasarkan arah, strategi pelaksanaan, pokok-pokok
program dan program umum organisasi yang telah ditetapkan di atas, maka untuk
mewujudkannya ditempuh mekanisme pelaksanaan sebagai berikut:
1. Program Umum harus dijabarkan menjadi program kerja, melalui institusi yang
berwenang menetapkannya, oleh pelaksana program dalam seluruh gerak dan
tindakan organisasi, yang menggambarkan adanya nilai tambah bagi generasi muda
Hindu khususnya dan umat Hindu umumnya, serta harus didukung dengan tingkat
kemantapan yang optimal dari segenap perangkat organisasi.
2. Penjabaran program umum hendaknya dilakukan dalam rangka memperkokoh
wawasan kebangsaan dan kebersamaan, persatuan dan kesatuan, serta
mempertebal idealism, jiwa kejuangan, kepeloporan, dan pembaharuan.
3. Penjabaran program umum menjadi program kerja hendaknya mempertimbangkan
tiga (3) kunci utama kesuksesan (tri sukses) Peradah Indonesia, yaitu sukses dalam
pendanaan organisasi, sukses dalam melakukan kaderisasi, dan sukses dalam
melakukan karya-karya nyata bagi umat dan masyarakat.
4. Dalam melaksanakan program kerja, masing-masing tingkat kepengurusan Peradah
Indonesia bertindak sebagai perencana, pengarah, dan pengkoordinasi dengan
melibatkan segenap potensi yang ada dan memperhatikan karakteristik daerah
masing-masing.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
73
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
VII.
PENUTUP
Program umum organisasi ini merupakan awal dari strategi Peradah Indonesia
untuk mengantarkan generasi muda Hindu memasuki Indonesia Baru dalam rangka
menumbuhkan kemandirian pemuda.
Program umum ini dalam realisasinya sangat tergantung kepada peran aktif seluruh
perangkat organisasi Peradah Indonesia dari tingkat pusat sampai ke tingkat terbawah,
dengan dilandasi pada sikap mental, tekad dan semangat serta ketaatan dan kedisiplinan
para pelaksana program dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.10 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
74
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 2
Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
RENCANA PROGRAM KERJA DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
MASA BHAKTI 2009-2012
DEPARTEMEN DAN FUNGSI
KESEKJENAN
POKOK-POKOK PROGRAM
•
•
•
•
Departemen Organisasi dan
Kaderisasi
Meliputi fungsi:
1. Keanggotaan
2. Keorganisasian
3. Kaderisasi
•
•
•
•
•
Departemen Hubungan dan
Kerjasama Antar Lembaga
Dalam Negeri
Meliputi fungsi:Koordinasi
dan komunikasi antar
a. organisasi internal
Hindu
b. ormas di Indonesia
c. instansi pemerintah
ataupun swasta di
Indonesia
•
•
•
•
Mengadakan sekretariat organisasi yang lebih representatif
dan mandiri.
Memberikan penghargaan tahunan kepada DPP dan DPK yg
berprestasi.
Penyeragaman identitas atribut organisasi.
Penyeragaman SOP Organisasi.
Pendataan seluruh eksponen Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia (Peradah Indonesia) di seluruh daerah mulai
dari para pendiri sampai dengan generasi saat ini dengan
berbasis teknologi dan informasi.
Mendorong Dewan Pimpinan Propinsi untuk melaksanakan
lokasabha sesuai dengan jadwal daerah masing-masing.
Mengaktifkan kembali daerah-daerah yang tidak ada
aktivitasnya dan kepengurusannya telah lama vakum.
Melakukan penjajakan di provinsi / kabupaten untuk
membentuk Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
(Peradah Indonesia) di daerah tersebut.
Mendorong dan memotivasi daerah-daerah untuk
melaksanakan kaderisasi berjenjang sesuai dengan
kurikulum PAKEM.
Membangun komunikasi dan hubungan yang harmonis di
antara sesama organisasi yang bernafaskan ke-Hindu-an
baik yang berupa organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP),
yayasan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), sampradaya,
dll, dan menciptakan peluang kerjasama program.
Membangun komunikasi dan hubungan yang harmonis
di antara sesama organisasi masyarakat yang bercirikan
keagamaan maupun nasionalis dan atau wadah-wadah
berhimpun yang berbasiskan kepemudaan dan menciptakan
peluang kerjasama program.
Membangun komunikasi dan hubungan yang harmonis dan
menciptakan peluang kerjasama program dengan berbagai
instansi pemerintah maupun swasta.
Membangun komunikasi dan hubungan yang harmonis
dan menciptakan peluang kerjasama program dengan
berbagai lembaga masyarakat, baik yang bergerak di bidang
lingkungan, hukum, perempuan, spiritual, pendidikan, anak,
dll.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
75
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Departemen Hubungan dan
Kerjasama Antar Lembaga
Luar Negeri
Meliputi fungsi:
1. Koordinasi dan
komunikasi antar
organisasi Hindu di
berbagai Negara.
2. Koordinasi dengan
instansi pemerintah,
swasta, LSM, dan
badan-badan
internasional
•
Departemen Pendidikan
dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia
(SDM)
Meliputi fungsi:
1. Pendidikan formal
2. Pendidikan anak
3. Keterampilan hidup
•
Departemen Kebudayaan,
Keagamaan dan Sosial
Kemasyarakatan
Meliputi fungsi:
1. Kajian Kebudayaan
2. Kajian keagamaan
3. Aksi sosial
kemanusiaan
•
•
Menggali dan mendokumentasikan nilai-nilai kearifan lokal
yang bernafaskan hindu.
Melakukan kegiatan pengabdian masyarakat baik kegiatan
terencana maupun insidental.
Memperjuangkan agar situs-situs Hindu dikembalikan sesuai
dengan fungsinya di seluruh nusantara.
Memelihara situs-situs Hindu.
Departemen Olahraga, dan
Seni
Meliputi fungsi:
1. Olahraga
2. Seni
•
•
Membentuk tim olahraga dan seni peradah.
Melaksanakan kompetisi olahraga dan pagelaran seni.
Departemen Lingkungan
Hidup
Meliputi fungsi:
Perawatan dan pelestarian
lingkungan
•
•
Menerapkan konsep ramah lingkungan dalam tata kelola
organisasi peradah Indonesia.
Meningkatkan penghijauan di tempat ibadah umat hindu.
Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia (HAM)
Meliputi fungsi:
1. Legislasi
2. Advokasi Hukum
•
•
Mengawal proses perundangan di legislatif yang terkait
Membentuk lembaga advokasi peradah.
Departemen
Pengembangan
Kewirausahaan
Meliputi fungsi:
1. Unit Usaha
2. Pelatihan
kewirausahaan
•
•
Membentuk koperasi peradah.
Memfasilitasi dan membentuk ukm-ukm pemuda hindu.
•
•
•
•
•
•
•
Membangun komunikasi dan hubungan yang harmonis di
antara sesama organisasi yang bernafaskan ke-Hindu-an
baik yang berupa organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP),
yayasan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan juga
melakukan penjajakan terhadap peluang kerjasama program
lintas negara.
Membangun komunikasi dan hubungan yang harmonis serta
kemungkinan kerjasama dengan badan-badan internasional
yang menyangkut bidang sosial keagamaan, lingkungan
hidup, hukum, budaya, ekonomi, pendidikan, politik, dll.
Mendorong aktifnya kembali Asean Hindu Youth Council
(AHYC).
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam
pendidikan formal dengan memberikan beasiswa.
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan keterampilan
khusus sebagai alternate pendidikan formal.
Menghidupkan lembaga kajian dan penelitian peradah.
Melaksanakan pakem berjenjang tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
76
Keputusan No. 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Departemen Usaha dan
Dana
Meliputi fungsi:
1. Aliran dana abadi
2. Penggalangan dana
•
•
•
Menghimpun pendanaan organisasi secara berkelanjutan.
Membentuk badan usaha peradah.
Menggalang dana melalui event-event yg bersifat profit.
Departemen Informasi dan
Komunikasi
Meliputi fungsi:
1. Sosialisasi program
2. Komunikasi berbasis
Informasi Teknologi
(IT)
•
Mensosialisasikan dan mengkomunikasikan seluruh program
Peradah Indonesia baik yang akan dilaksanakan maupun
yang telah dilaksanakan melalui media cetak, elektronik,
maupun IT.
Membuat database yang dapat diakses oleh public dengan
mengoptimalkan website yang telah dimiliki oleh Peradah
Indonesia.
Melengkapi dan menyempurnakan situs (website) Peradah
Indonesia yang telah ada saat ini.
•
•
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.10 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
77
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
POKOK-POKOK PIKIRAN DAN REKOMENDASI
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahasabha adalah mengeluarkan Pokokpokok Pikiran Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 ayat (6.e.) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang pembentukan komisi-komisi.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang penyempurnaan AD & ART.
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang program umum organisasi.
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Pendapat-pendapat dalam Rapat Komisi dan Sidang Pleno IV Mahasabha VIII
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
80
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Pokok-pokok Pikiran dan Rekomendasi
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Pertama:
Pokok-pokok Pikiran Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia seperti terdapat dalam
lampiran keputusan ini.
Kedua:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.10 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
81
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran 1 Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
POKOK-POKOK PIKIRAN DAN REKOMENDASI
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
TAHUN 2009-2012
PENDAHULUAN
Pancasila adalah pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara. Pancasila merupakan kaedah dasar fundamental Negara. Undang Undang
Dasar 1945 (UUD 1945) memberikan dasar-dasar konstitusional dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam usia 64 tahun kemerdekaan, amanat tersebut belum sepenuhnya terwujud.
Bangsa Indonesia tidak saja terbelit oleh berbagai persoalan politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan hukum yang timbul sebagai proses dialektika dalam pendewasaan sebuah
bangsa, tetapi juga menghadapi masalah yang sangat krusial yang berkaitan dengan
eksistensi teritorial dan ideologi bangsa. Eksistensi teritorial dan ideologi bangsa, yang
dari sejarahnya merupakan kontrak sosial berdirinya bangsa Indonesia, merupakan
kesepakatan final yang tidak dapat diganggu gugat.
Peradah Indonesia, sebagai bagian dari komponen bangsa Indonesia, memiliki tanggung
jawab yang sama untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia sebagaimana
termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Melalui kader-kader organisasi di seluruh
Nusantara, Peradah Indonesia bertekad menyumbangkan potensi terbaiknya baik
dalam gagasan maupun dalam perbuatan demi mewujudkan cita-cita berdirinya bangsa
Indonesia tersebut.
Melihat berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia, dan bertepatan dengan
momentum Mahasabha VIII Peradah Indonesia, maka dengan ini Peradah Indonesia
menyampaikan Pokok-pokok Pikiran dan Rekomendasi sebagai berikut:
EKSTERNAL
1.
Penegasan atas eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berlandaskan Pancasila. Negara Republik Indonesia dibentuk berdasarkan atas
faham kebangsaan dan nasionalisme yang berasaskan nilai-nilai luhur Pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara hukum yang menganut konsep Negara
Kesatuan. UUD 1945 merupakan hukum dasar dan tertinggi dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintahan Negara Indonesia dibentuk
untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara menjamin seluruh warganya
untuk memeluk agama dan kepercayaannya serta mengakui adanya kebhinekaan
dan keragaman.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
82
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Perubahan kedua UUD 1945 menjamin bahwa setiap orang berhak untuk:
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia (pasal 28 C); kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya (pasal 28 E ayat
2); hidup sejahtera lahir bathin (pasal 28 H); bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif (pasal 28 I ayat 2). Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum
sebagai hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun (pasal
28 I ayat 1). Identitas budaya dan hak masyarakat tradisionil dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban (pasal 28 I ayat 3). Pasal 29 UUD
1945 menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya.
Nilai-nilai moral, etika, akhlak dan kepribadian luhur bangsa (sifat-sifat khas yang
dimiliki bangsa) bersumber dari kepercayaan atas ajaran agama dan atau nilai-nilai
seni budaya, adat istiadat, ritual tradisional yang majemuk yang telah diwariskan
turun temurun dari masing-masing etnis, suku dan agama. Nilai-nilai tersebut
bersifat sangat pribadi, sehingga sanksinya ditegakkan melalui sanksi agama, sanksi
adat, sanksi pengucilan dalam pergaulan. Sanksi tersebut tidak dapat dikualifikasi
sebagai sanksi hukum, karena tidak mempunyai ciri merugikan masyarakat
umum (hanya dirasakan merugikan orang yang tidak kuat iman, yang berbeda
kepercayaan/agama atau adat istiadat, yang secara hukum tidak dapat diartikan
sebagai merugikan masyarakat umum).
Setelah reformasi dikumandangkan, terdapat upaya-upaya mereduksi paham
kebangsaan dan nasionalisme dengan diterbitkannya serangkaian peraturan daerah
(perda) yang bersifat premodial, diskriminatif dan pemaksaan pengaturan sesuatu
berdasarkan kepercayaan kepada seluruh masyarakat. Adanya upaya-upaya untuk
membangun kerajaan-kerajaan kecil yang di luar kontrol dengan dalih otonomi
daerah. Perda-perda yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) ternyata
tidak taat asas, bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya, dan mengarah
pada upaya penggerogotan NKRI. Mendagri sebagai filter terakhir ternyata tidak
melakukan peninjauan kembali terhadap perda-perda tersebut. Demikian juga LSM,
ormas, atau pun yang lainnya sangat jarang sekali mengajukan pembatalan terhadap
peraturan-peraturan yang bertentangan tersebut.
Adanya negara di atas negara terbukti dari pemberlakukan hukum pidana tersendiri
di luar yang diatur dalam hukum nasional, atau terbitnya perda-perda untuk
golongan tertentu yang jelas akan berimbas kepada golongan lainnya. Adanya
upaya-upaya dari Pemda ataupun Pemerintah Pusat untuk mengeluarkan peraturanperaturan yang mengekang kebebasan masyarakat seperti UU Penodaan Agama
dan UU Pornografi merupakan pengingkaran terhadap upaya untuk mencerdasrkan
kehidupan bangsa.
Upaya menggugat peraturan yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945,
hanya dilakukan LSM bukan dari organisasi kepemudaan, seperti pengujian atas UU
Penodaan Agama yang saat ini sedang diajukan Uji Materi ke Mahkamah Konstitusi
(MK).
Oleh karenanya, Peradah Indonesia mengajak dan menghimbau seluruh
komponen anak bangsa untuk menegaskan kembali dukungan rasa kebangsaan
dan nasionalisme tidak hanya sebatas wacana, tetapi harus dibuktikan dengan
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
83
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
perbuatan, tindakan yang tegas dan nyata yang mencermikan kecintaan dan
kesetiaan pada NKRI, nilai-nilai Pancasila dan sesanti Bhinneka Tunggal Ika.
Peradah Indonesia mendorong agar pemerintah segera menyiapkan RUU
(termasuk Naskah Akademis) tentang: Etika Kehidupan Berbangsa; Pendidikan
Kewarganegaraan dan Bela Negara; Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis;
Kerukunan Umat Beragama; Pengakuan dan Penghormatan Masyarakat Adat dan
Tradisinya; Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat dan Hak-Hak Masyarakat Adat.
2. Penegakan supremasi hukum. UUD 1945, dengan jelas menyatakan bahwa NKRI
adalah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) bukan berdasarkan kekuasaan
belaka (machtstaat). Dalam satu dekade tarakhir ini sedikitnya 18 produk peraturan
perundang-undangan terkait pemberantasan korupsi telah dikeluarkan. Mulai
dari Tap MPR, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Inpres dan Keppres.
Sekian jumlah produk legislasi tersebut nyatanya belum mampu menahan bangsa
Indonesia dari pusaran Korupsi. Korupsi telah dimasukkan sebagai extra ordinary
crime sehingga harus diberantas dengan kekuatan extra melalui pembentukan
lembaga super body (KPK) berikut kewenangannya yang sangat besar.
Korupsi terjadi bukan karena peraturan hukum yang lemah, namun korupsi terjadi
karena adanya niat yang kuat dari bagian besar masyarakat dan aparat untuk
mendapatkan kekayaan dengan cara-cara yang bertentangan dengan hati nuraninya.
Korupsi justru dilakukan dengan cara melakukan “pemelintiran” terhadap aturan
hukum yang tertulis, kewenangan diskresi dari penegak hukum telah dipergunakan
untuk melakukan tindakan-tindakan yang korup. Korupsi telah melibatkan seluruh
komponen anak bangsa baik secara pribadi maupun melalui lembaga atau
organisasi, sehingga yang terjadi adalah korupsi dilakukan secara berjemaah dan
sulit diberantas sehingga terjadi “kejahatan yang berdaulat”.
Akhir-akhir ini terjadi upaya pelemahan terhadap pemberantasan korupsi melalui
tindakan-tindakan sistematis dan dengan menggunakan jalur-jalur konstitusional
yang melibatkan para penegak hukum yang nota bene pemegang wewenang dalam
pemberantasan korupsi. Seluruh lembaga yang dibentuk baik untuk melaksanakan
ataupun mengontrol ternyata telah bertindak koruptif, hal ini terjadi karena
kekuasaan cenderung membuat orang ataupun lembaga bertindak koruptif.
Peradah Indonesia mengajak semua komponen masyarakat, baik ormas, LSM,
maupun individu-individu untuk secara tegas dan berani melakukan perlawanan
atas praktek-praktek korupsi, termasuk melakukan kontrol terhadap penyimpangan
kewenangan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Peradah Indonesia
berpendapat bahwa hanya dengan kekuatan, keberanian, dan sikap konsisten
dari mayoritas masyarakat untuk memerangi korupsi yang dapat membangkitkan
habitus baru bagi generasi bangsa ini, yaitu habitus untuk bermental bersih, disiplin,
berintegritas, bertanggung jawab, dan malu melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar hukum.
Peradah Indonesia juga mendukung adanya reformasi terhadap institusi penegak
hukum dan reposisi personil di Instansi Penegak Hukum. Reformasi dan reposisi
harus dilakukan untuk menghindari aparat penegak hukum saling bekerjasama
dalam menangani kasus untuk kepentingan pribadi-pribadi.
Peradah Indonesia mendorong agar pemerintah segera menyiapkan RUU (termasuk
Naskah Akademis) tentang: Etika Pemerintahan; Perilaku Aparat Negara; Standar
Pelayanan Publik; dan Konflik Kepentingan Pejabat Publik.
3. Peningkatan keterwakilan umat Hindu dalam kehidupan berbangsa dan
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
84
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
bernegara. Upaya memberikan perlindungan kepada segenap bangsa Indonesia
dan mencerdaskan kehidupan bangsa hanya akan dapat tercapai jika terdapat
keterwakilan dari seluruh komponen anak bangsa dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Keterwakilan bukan saja dalam bentuk fisik, tetapi keterwakilan
yang mencerminkan penyebaran kecerdasan dari masing-masing komponen anak
bangsa tersebut. Keterwakilan tersebut mutlak diperlukan di instansi-instansi
pemerintah yang terkait dengan pengambilan keputusan publik dan instansi swasta
terutama di lembaga-lembaga penyiaran, baik media cetak maupun elektronik.
Pemberitaan melalui koran atau TV yang merugikan agama tertentu, seperti
dalam kasus penyiaran dari Trans TV atas kejadian persembahyangan dalam suatu
tempat oleh umat Hindu yang dinilai dari sudut agama lain, terjadi karena adanya
ketidakpahaman. Untuk itu peran dari umat Hindu yang ada di lembaga tersebut
haruslah diberdayakan.
Ketentuan tentang hak jawab dan hak koreksi sebagaimana diatur dalam pasal
1 angka (11) dan (12) UU Pers, tidak cukup dijadikan sarana untuk memberikan
tanggapan atau koreksi atas informasi yang salah, karena informasi yang tidak
tepat yang sudah terlanjur disebarkan telah menimbulkan akibat langsung bagi
masyarakat. Oleh karena itu Peradah Indonesia mendorong Pemerintah atau
lembaga penyiaran tersebut agar lebih berhati-hati dalam menyiarkan berita
yang sensitive, dan seyogyanya terlebih dahulu meminta opini dari pihak yang
memahami topik yang akan disiarkan.
4. Peningkatan kualitas demokrasi. Untuk mewujudkan kesejahteraan umum, maka
bangsa Indonesia telah memilih jalan demokrasi. Amandemen UUD 1945 yang
telah dilakukan sampai 4 (empat) kali jelas dimaksudkan untuk terus-menerus
mendorong proses demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Adalah kewajiban setiap warga negara untuk secara serius dan konsisten mengawal
dan menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap proses kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan demokrasi tidak dapat diserahkan
sepenuhnya kepada wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, karena seringkali mereka
hanya mewakili kepentingan induk organisasinya. Kegagalan para politisi dalam
mengawal proses demokratisasi, dan penggunaan dalil demokrasi atas dasar suara
terbanyak bukan atas dasar hati nurani, akan menghancurkan masa depan Negara.
Berbagai aturan yang dibuat dalam proses legislasi lebih banyak dimaksudkan untuk
kepentingan sesaat, hal ini terbukti dari peraturan perundang-undangan yang ada
tidak lebih dari 5 tahun dapat bertahan, untuk selanjutnya diganti lagi.
Oleh karenanya, Peradah Indonesia mendesak para politisi, para pemimpin partai,
untuk memperkuat tekad mereka dalam mendorong dan menjalankan prosesproses demokrasi dalam sistem politik Indonesia dengan mengedepankan suara
hati nurani dan suara rakyat. Peradah Indonesia mendorong agar para politisi
yang duduk di DPR benar-benar mewakili rakyat bukan mewakili partai ataupun
golongannya.
5. Mendorong Tokoh-tokoh Agama dan Kepercayaan untuk membentuk individuindividu yang berintegritas, jujur, bekerja keras, dan toleran. Sebagai bangsa
yang berdasarkan atas Ketuhanan (Yang Maha Esa), seharusnya bangsa Indonesia
dapat tumbuh menjadi bangsa yang besar, harmonis, sejahtera, dan terhormat,
karena integritas individu, kejujuran, kerja keras, dan saling menghormati yang
dapat dijadikan modal menuju kemajuan kolektif bangsa adalah inti dari ajaran
universal setiap agama. Namun dalam realitasnya, bangsa yang berdasarkan atas
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
85
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Ketuhanan (Yang Maha Esa) ini telah terjerembab dalam kondisi bangsa yang
korup, miskin, dan terbelakang. Godaan kekuasaan dan kenikmatan duniawi
telah mengingkari nilai-nilai agama yang dianutnya. Penyimpangan, pelanggaran,
kejahatan yang dilakukan oleh individu ataupun melalui lembaga, disharmoni
diantara sesama anak bangsa seakan-akan menjadi menu sehari-hari, bahkan
terkadang berani bersumpah dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan untuk
menutupi kejahatannya. Dalam keadaan seperti itu, timbul pertanyaan dimanakah
peran agama-agama dalam membentuk individu yang jujur, bertanggung jawab,
berintegritas, toleran, dan saling mencintai? Dimanakah peran tokoh-tokoh dan
institusi-institusi keagamaan dalam membina umat agar setiap individu, apa pun
agamanya, mampu menymbangkan potensi terbaiknya untuk mewujudkan bangsa
yang besar dan sejahtera?
Untuk menjawab ironi yang terkandung dalam pertanyaan tersebut, Peradah
Indonesia memandang perlunya upaya dari tokoh-tokoh agama dan institusi-institusi
keagamaan untuk mempromosikan perubahan pandangan keagamaan setiap
penganut agama dari bersifat ‘agama untuk Tuhan’ menjadi agama untuk Tuhan dan
kemanusiaan’. Peradah Indonesia juga menentang masuknya agama dalam ranahranah politik yang selain menimbulkan kontradiksi dan disharmoni, juga secara
mendasar telah mendistorsi ajaran-ajaran luhur setiap agama. Peradah Indonesia
juga menentang upaya-upaya konversi agama melalui iming-iming kemewahan
ataupun dengan menggunakan simbul-simbul tertentu yang mengelabui dengan
tujuan untuk melakukan konversi. Peradah Indonesia menyerukan kepada setiap
tokoh agama untuk ikut memikul tanggung jawab dalam membentuk individuindividu anak bangsa yang berintegritas, jujur, menghargai kerja keras, dan toleran.
6. Pendistribusian pendapatan negara kepada masyarakat dilakukan secara adil,
merata, dan transparan, serta berlandaskan pada hukum yang berlaku. Dalam
upaya pembangunan dan pengembangan sumber daya masyarakat, pemerintah
mengalokasikan berbagai anggaran, salah satunya melalui anggaran di departemendepartemen pemerintahan. Adalah tanggung jawab pemerintah untuk mengelola
pengembalian manfaat pendapatan negara kepada masyarakat melalui programprogram yang sesuai. Pemerintah harus menjamin bahwa pengalokasian anggaran
kepada setiap kelompok masyarakat, baik pengelompokan berdasarkan daerah
maupun agama, dilakukan secara adil, merata, dan transparan. Sejarah mencatat
bahwa ketidakadilan distribusi ekonomi dari pemerintah pusat kepada daerah
telah menimbulkan masalah-masalah sosial yang serius, bahkan dapat mengancam
integrasi NKRI.
Departemen Agama sebagai departemen yang menangani alokasi anggaran
untuk setiap agama, juga berkewajiban untuk menjamin bahwa tanggung jawab
tersebut telah dilaksanakan secara adil, merata, dan transparan. Peradah Indonesia
mendesak Pemerintah baik Pusat ataupun Daerah agar memberikan anggaran yang
cukup dan proporsional untuk Departemen Agama khususnya untuk Direktorat
Agama Hindu dalam rangka pembinaan umat.
Tidak adilnya distribusi anggaran untuk Agama Hindu terlihat dari saat penerimaan
pegawai negeri untuk lingkungan agama Hindu, ternyata posisi pegawai negeri
uantuk guru bagi agama Hindu ternyata sangat jauh dari harapan. Untuk itu Peradah
Indonesia menghimbau Pemerintah untuk sungguh-sungguh memperhatikan
kesediaan guru agama Hindu dalam setiap daerah.
Sejalan dengan telah diterbitkannya UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan,
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
86
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
dengan tegas telah mewajibankan Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah
untuk bersinergi dalam melaksanakan pelayanan kepemudaan. Dengan demikian
Perdah Indonesia mendesak Pemerintah untuk menganggarkan secara rutin baik
dalam APBN maupun APBD untuk kegiatan-kegiatan dari oaginasisi Hindu seperti
Peradah.
INTERNAL
A.
INTERNAL HINDU
1. Program Beasiswa untuk tingkatan anak Wajib Belajar 9 tahun dan tingkat SMA.
Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan umat Hindu, maka harus dimulai dari
sektor Pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang mampu untuk meningkatkan
daya saing dan dapat meningkatan pendapatan.
Pemberian beasiswa untuk anak wajib belajar 9 tahun telah dilakukan oleh berbagai
Yayasan secara sporadis atas inisiatif pribadi-pribadi dengan membentuk yayasanyayasan. Hal ini berakibat kurang maksimalnya pelaksanaan kesuskesan wajib
belajar tersebut. Sedangkan BDDN lebih memfokuskan pemberian beasiswa untuk
tingkat perguruan tinggi. Untuk itu Peradah Indonesia mendorong agar BDDN lebih
memfokuskan pemberian beasiswa untuk wajib belajar 9 tahun dan untuk anak
SMA. Hal ini akan memberikan kesempatan yang lebih banyak dalam jumlah siswa
yang menerima beasiswa dibanding jika diberikan untuk tingkat perguruan tinggi
yang sudah pasti jumlah nominal yang diberikan lebih besar.
2. Pembentukan Lembaga Pendidikan Hindu yang profesional dan modern. Sejarah
panjang perjalanan Hindu di nusantara mencatat bahwa menyusutnya pengaruh
dan eksistensi Hindu disebabkan oleh lemahnya kesadaran dan daya tahan umat
Hindu dalam menanggulangi ekspansi penyebaran agama lain. Proses penyebaran
dan perebutan pengaruh agama-agama bukan hanya terjadi di masa lalu, tetapi
masih terjadi hingga hari ini bahkan dalam skala yang lebih besar dengan metode
dan infrastruktur yang lebih canggih dan kompleks. Tanpa membuat benteng
pertahanan sradha yang kuat di kalangan generasi muda Hindu, maka lenyapnya
eksistensi Hindu di nusantara hanyalah masalah waktu. Untuk menghindari
hal tersebut, maka pembentukan lembaga pendidikan Hindu yang sistematis,
terencana, dan bersinergi adalah sebuah keharusan dan semakin mendesak untuk
dilakukan. Dalam kerangka tersebut, Peradah Indonesia merekomendasi dan atau
memfasilitasi pembentukan lembaga otonom di tingkat pusat yang secara khsus
bertugas untuk melakukan persiapan dan perencanaan bagi terbentuknya lembaga
pendidikan Hindu di tingkat SD, SMP, SMA bahkan bila memungkinkan sampai
tingkat perguruan tinggi. Lembaga pendidikan ini harus merupakan lembaga
pendidikan umum, seperti halnya atau dapat mencontoh lembaga pendidikan
di lingkungan Muhammadiyah, dalam pengertian bahwa produk dari lembaga
pendidikan Hindu ini harus memiliki kompetensi umum tetapi juga memiliki muatan
lokal keHinduan yang kuat. Pembentukan lembaga otonom untuk melakukan
perencanaan dan persiapan pembentukan lembaga pendidikan Hindu ini menjadi
penting mengingat banyaknya hal-hal yang harus dipertimbangkan, dipersiapkan,
dan dianalisa, baik dari sisi manajemen, pendanaan, kurikulum, dan berbagai
masalah strategis maupun teknis lainnya. Kepemimpinan Parisada dibutuhkan
karena Parisada merupakan lembaga yang memiliki legitimasi dan jangkauan
yang paling kuat sehingga diharapkan dapat melibatkan paritisipasi seluruh umat.
Peradah Indonesia siap bergabung dalam lembaga otonom tersebut untuk ikut
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
87
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
merumuskan berbagai hal yang dibutuhkan. Diharapkan, dalam waktu dekat sudah
dapat dibuat pilot project lembaga pendidikan Hindu yang sistematis dan modern.
3. Peningkatan kegiatan Non Formal berupa Sadana Camp. Pendidikan formal yang
diberikan kepada anak wajib belajar 9 tahun, SMA dan perguruan tinggi yang
dilaksanakan di masing-masing Pura (khusus untuk di luar Bali), tidak memberikan
ruang gerak yang lebih luas kepada anak didik untuk berinteraksi dengan sesama
umat Hindu. Salah satu faktor yang sering mengakibatkan beralihnya umat ke
agama lain, disebabkan karena kurang adanya interaksi dari kaum muda dengan
sesama umatnya. Untuk tetap dapat menjadi Hindu maka umat Hindu harus
sebanyak mungkin berinteraksi dengan sesama umat.
Sadana Camp dapat dijadikan solusi untuk lebih meningkatkan jnana dan bhakti
umat Hindu. Selama ini Sadana Camp lebih banyak dilakukan oleh perorangan,
untuk itu Peradah Indonesia menghimbau Parisada melalului kerjasama dengan
Departemen Agama dan unsure masyarakat, dapat mencanangkan program Sadana
Camp minimal 2 (dua) kali dalam setahun dan dilakukan menjelang hari libur bagi
anak sekolah.
4. Pemberdayaan PHDI untuk menangkal upaya-upaya konversi agama dan tindakantindakan penggunaan Simbol-simbol Agama Hindu. Upaya untuk melakukan
konversi agama Hindu ke agama lain terutama di Bali, sudah terjadi dari jaman
penjajahan Belanda sampai dengan saat ini. Mudahnya umat Hindu beralih agama
dipicu oleh berbagai alasan, salah satunya adalah sikap toleran dari umat Hindu.
Sebagian besar umat Hindu mungkin salah mengartikan bahwa semua agama
adalah sama, karena dengan pemahaman demikian tersebut telah menyebabkan
umat Hindu tidak mempunyai ketahanan dalam mempertahankan agamanya.
Sifat patrilinial yang sangat kental terkait dengan masalah kewajiban anak laki-laki
sebagai penerus garis keturunan, telah menomorduakan anak perempuan. Anak
perempuan menjadi tidak mempunyai ikatan lagi untuk tetap memeluk agamanya.
Beralih agama bagi anak perempuan dianggap sesuatu yang lumrah. Dilain pihak,
terdapat berbagai faktor-faktor yang menyebabkan naik turunnya jumlah pemeluk
agama Hindu seperti faktor sosial politik, ekonomi dan budaya. Ketika terjadi
goncangan politik di era 65 dan jaman peralihan parpol dalam jaman Orba, terjadi
penurunan drastis umat Hindu yang ada di Jawa. Demikian juga ketika sedang
semangatnya umat Hindu dalam melaksanakan kegiatan agama, terjadi pengaruh
kuat dari tradisi Bali dalam melaksanakan ritual agama. Saat itu terjadi penurunan
drastis umat Hindu, hal ini terjadi karena ada upaya-upaya pemaksaan dalam
melaksanakan ritual sesuai tradisi yang berlaku di Bali.
Penggunaan symbol-simbol agama Hindu juga dijadikan alasan untuk menarik
umat Hindu agar beralih kerpada aama lain. Dengan symbol-simbol tersebut umat
Hindu digiring bahwa beralih agama tidak akan pernah mengalihkan kepercayaan
ada leluhurnya. Untuk itu Peradah Indonesia mendorong PHDI untuk mengambil
tindakan nyata, tidak cukup dengan hanya memberikan himbauan ataupun atau
sebatas mengajukan pengaduan ke pihak terkait tanpa ada tindak lanjut yang nyata.
B.
INTERNAL ORGANISASI
1. Pelaksanaan kaderisasi. Peradah Indonesia sejak didirikan di Yogyakarta pada
11 Maret 1984 telah melalui berbagai dinamika seiring dengan perkembangan
situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Peradah Indonesia
sebagai wadah berhimpun generasi muda Hindu dan telah mendedikasikan dirinya
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
88
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
menjadi organisasi kader yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
bentuk sumber daya manusia yang handal dan profesional di bidangnya masingmasing. Namun kenyataan yang dihadapi sampai saat ini yakni masih minimnya
kader-kader yang siap untuk tampil dalam pengabdiannya kepada umat. Sebagai
organisasi kader maka menjadi sebuah keniscayaan untuk melakukan pendidikan
dan pelatihan secara rutin dan berkesinambungan sehingga anggota-anggota
Peradah Indonesia beserta simpatisannya mendapat bekal yang cukup untuk
terjun ke masyarakat. Menyadari akan pentingnya proses pendidikan dan pelatihan
tersebut, maka sejak tahun 2002 Peradah Indonesia telah mendesain sebuah sistem
kaderisasi yang berjenjang dari struktur organisasi di Kabupaten/Kota sampai ke
tingkat nasional, yaitu Pendidikan Kepemimpinan (Pakem). Namun sistem kaderisasi
yang telah ditetapkan tersebut sampai saat ini masih belum dilaksanakan secara
optimal, oleh karenanya Mahasabha VII Peradah Indonesia merekomendasikan
kepada seluruh jajaran Peradah Indonesia baik yang ada di desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, dan nasional untuk lebih serius melaksanakan
kaderisasi.
2.
Peningkatan kualitas kader melalui diskusi rutin dan dipublikasikan di media
massa, baik cetak maupun elektronik, untuk dapat menghasilkan kader-kader muda
Hindu yang berkualitas, handal, dan profesional di bidangnya. Hendaknya seluruh
jajaran Peradah Indonesia lebih menggiatkan lagi diskusi-diskusi rutin mengangkat
tema-tema ringan seputar kehidupan sehari-hari, baik yang menyangkut keagamaan
(tatwa), politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya dengan mencari
narasumber setempat yang memang pakar di bidangnya. Diskusi ini hendaknya
dapat dijadikan program rutin dalam setiap jenjang kepengurusan. Diskusi semacam
ini akan mengasah kepekaan kader terhadap lingkungna sekitar dan kemampuan
individu dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapat sebagai argumen dalam
berdiskusi.
3.
Forum Alumni Peradah Indonesia. Dalam usia Peradah Indonesia yang telah
melampaui 22 tahun, kesinambungan kader telah berjalan dengan baik. Namun di
sisi lain kader-kader senior belum secara optimal dan sistematis terorganisasikan
dengan baik. Upaya-upaya pengurus Peradah Indonesia untuk mendorong para
“alumni” Peradah Indonesia menghimpun diri telah beberapa kali dilakukan,
namun belum memberikan hasil optimal. Untuk itu, momentum memasuki “ulang
tahun perak” Peradah Indonesia hendaknya dijadikan spirit untuk bersama-sama
melakukan “gerakan massal” menghidupkan “Forum Alumni Peradah Indonesia”.
4.
Pembentukan organisasi cendekiawan Hindu. Umat Hindu di bumi nusantara
seringkali dihadapkan pada permasalahan-permasalahan umat, bangsa, dan negara
yang membutuhkan respon cepat dengan argumentasi yang komprehensif yang
melibatkan cendekiawan-cendekiawan Hindu yang ahli di bidang masing-masing.
Upaya-upaya menghimpun cendekiawan Hindu membentuk wadah telah secara
sporadis dilakukan. Peradah Indonesia perlu secara proaktif menyikapi gagasan,
mendukung realisasi, dan memfasilitasi pembentukan Organisasi Cendekiawan
Hindu.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
89
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
5.
Tampil percaya diri sebagai kader Peradah Indonesia yang berkualitas. Untuk
lebih memantapkan eksistensi Peradah Indonesia di mata publik, dihimbau
kepada seluruh aktivis, kader, dan simpatisan Peradah Indonesia agar tidak takut
menampilkan jati dirinya sebagai kader Peradah Indonesia yang berkualitas. Untuk
bisa tampil dengan dada tegak tentunya setiap kader memahami dengan baik
dinamika dan perjalanan sejarah panjang yang telah dilalui Peradah Indonesia.
Beberapa titik kritikal dalam fase-fase perjalanan sejarah Peradah Indonesia juga
hendaknya dipahami dengan benar tanpa harus memberikan justifikasi benar atau
salah, namun berani dan mau menerima segala dinamika yang telah dilalui oleh
Peradah Indonesia.
6.
Menjadi tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakekatnya setiap orang
memiliki keinginan untuk hidup lebih baik, namun kondisi sosial ekonomi dan
sosial masyarakat mendorong orang cenderung menonjolkan hedonisme sehingga
yang tampak di masyarakat adalah pemujaan materi, radikalisme, intolerans, dan
kemunafikan. Dalam situasi dan kondisi masyarakat seperti saat ini, kader-kader
Peradah Indonesia hendaknya dapat tampil sebagai suri teladan masyarakat dengan
mengimplementasikan ajaran-ajaran universal yang terdapat dalam susastrasusastra Hindu.
7.
Memberikan penghargaan kepada kader Peradah yang berprestasi.
8.
Visi dan misi Peradah Indonesia harus jelas dan diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
9.
Diperlukan Standarisasi Materi, Metoda dan Pelaksanaan Pembinaan Anggota yang
mengacu kepada Efektifitas dan Efisiensi.
10. Pengadaan Kantor Sekretariat Tetap sebagai aset Organisasi.
11. Perlu dibentuk Badan Pelaksana Harian Kesekretariatan yang profesional.
12. Melaksanakan kegiatan potensial dalam bidang usaha yang lain, (sebagai contoh
badan usaha/koperasi).
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 22.10 WIB
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
90
Keputusan No. 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
91
Keputusan No. 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
SYARAT-SYARAT CALON KETUA UMUM DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
MASA BHAKTI 2009-2012
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa untuk tetap mempertahankan eksistensi organisasi di masa yang akan
datang, diperlukan personil Ketua Umum yang benar-benar memahami,
menghayati, dan mampu melaksanakan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi;
b. bahwa untuk mengaktualisasikan keberadaan Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia dalam melaksanakan program-program, sifat, tujuan, tugas pokok dan
fungsi organisasi, maka pengangkatan Ketua Umum harus memperhatikan syaratsyarat yang ditelah ditetapkan;
c. bahwa oleh karena itu perlu dikeluarkan Keputusan Mahasabha VIIi Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia tentang syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan
Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 10 dan Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 21 ayat (6.d.) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang pembentukan komisi-komisi.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang penyempurnaan AD & ART.
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang program umum organisasi.
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang pokok pikiran.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
94
Keputusan No. 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Memperhatikan:
1. Pendapat-pendapat pada Sidang Komisi A;
2. Pendapat-pendapat pada Sidang Pleno IV Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan
Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Pertama:
Syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia Masa Bhakti Tahun 2006-2009 adalah seperti terdapat dalam
lampiran keputusan ini.
Kedua:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 00.20 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
95
Keputusan No. 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
SYARAT-SYARAT KETUA UMUM DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
MASA BHAKTI 2009-2012
Syarat-Syarat Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia (Peradah Indonesia) adalah sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia, beragama Hindu, umur maksimal 40 tahun saat
mencalonkan diri.
2. Wajib berdomisili di wilayah Jabodetabek.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Jenjang pendidikan minimal S1.
5. Pernah atau sedang menjadi Pengurus Dewan Pimpinan Nasional minimal 1 (satu)
periode atau Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Propinsi Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia minimal 2 (dua) periode.
6. Tidak menjadi pengurus salah satu partai politik di tingkat mana pun.
7. Berprestasi, berdedikasi, loyal terhadap organisasi, dan ideologi Pancasila.
8. Belum pernah mendapat peringatan dari Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
sebagai akibat dari tindakannya yang melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga organisasi.
9. Mengisi blanko Surat Pernyataan Kesediaan untuk dipilih sebagai Calon Ketua
Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa
Bhakti 2009-2012 kepada Pimpinan Sidang selambat-lambatnya sebelum pemilihan
Bakal Calon Ketua Umum dilaksanakan (Tahap I).
10. Diajukan/didukung sekurang-kurangnya oleh 9 (sembilan) suara dari peserta
Mahasabha.
11. Menerima dan mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Peradah
Indonesia.
12. Memiliki komitmen untuk menjalankan nilai-nilai dan program kerja organisasi
Peradah Indonesia.
13. Mempunyai waktu dan bersedia untuk berpartisipasi aktif dalam kepengurusan
serta memiliki komitmen untuk memajukan umat dan agama Hindu khususnya dan
bangsa Indonesia umumnya
Bagi yang pernah menduduki jabatan Ketua Umum Peradah Indonesia sebanyak 2 (dua)
kali berturut-turut tidak diperkenankan mencalonkan diri.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 12 Desember 2009
: 00.20 WIB
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
96
Keputusan No. 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
97
Keputusan No. 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
CALON-CALON KETUA UMUM DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
MASA BHAKTI 2009-2012
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa untuk tetap mempertahankan eksistensi organisasi di masa yang akan
datang, diperlukan personil Ketua Umum yang benar-benar memahami,
menghayati, dan mampu melaksanakan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah menetapkan
syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
c. bahwa oleh karena itu perlu dikeluarkan Keputusan Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia tentang Calon-calon Ketua Umum Dewan Pimpinan
Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012 yang telah
memenuhi persyaratan.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 10 dan Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 21 ayat (6.d.) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang pembentukan komisi-komisi.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang penyempurnaan AD & ART.
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang program umum organisasi.
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang pokok pikiran.
12. Keputusan Mahasabha Nomor: 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
100
Keputusan No. 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
XII/2009 tentang Syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Memperhatikan:
1. Pendapat-pendapat pada Sidang Komisi A;
2. Pendapat-pendapat pada Sidang Pleno IV Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Calon-calon Ketua Umum Dewan Pimpinan
Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Pertama:
Calon-Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia Masa Bhakti Tahun 2009-2012 yang dinyatakan memenuhi persyaratan
dan berhak mengikuti Tahap III (presentasi dan tanya jawab) dan Tahap IV
(pemilihan) Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu
Inonesia adalah sebagai berikut:
No
1
Nama
I Komang Adi Setiawan, ST
Delegasi
Jumlah Dukungan
DKI Jakarta
2
3
4
5
Kedua:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 00.42 WIB
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
101
Keputusan No. 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
102
Keputusan No. 10/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 10/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
HAK SUARA PESERTA SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Desember 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa untuk menjamin kelancaran dan ketertiban penyelenggaraan Mahasabha VIII
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, dipandang perlu menetapkan Hak dan Jumlah Suara Peserta Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 19 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 ayat (5) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 04/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang pembentukan komisi-komisi.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang penyempurnaan AD & ART.
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang program umum organisasi.
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang pokok pikiran.
12. Keputusan Mahasabha Nomor: 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
13. Keputusan Mahasabha Nomor: 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Calon-Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
104
Keputusan No. 10/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Memperhatikan:
1. Pendapat-pendapat pada Sidang Komisi A;
2. Pendapat-pendapat pada Sidang Pleno IV Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
3. Pendapat-pendapat pada Sidang Pleno V Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Hak Suara Peserta Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Pertama:
Hak Suara Peserta Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
diatur sebagai berikut :
1. Dewan Pertimbangan Peradah memiliki : 1 (satu) suara.
2. Dewan Pimpinan Nasional Peradah memiliki : 1 (satu) suara.
3. Dewan Pimpinan Propinsi Peradah memiliki : 1 (satu) suara.
4. Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota Peradah memiliki : 1 (satu)
suara.
Kedua:
Penggunan Hak Suara dimaksud dilaksanakan dibawah Pimpinan Sidang Mahasabha
VIII demi kelancaran dan ketertiban jalannya persidangan.
Ketiga:
Bahwa Peserta yang tidak mewakili sebagai Pengguna Hak Suara tidak dibenarkan
berada dalam ruang sidang selama pelaksanaan Hak Suara dimaksud demi kelancaran acara sidang.
Keempat:
Jumlah Hak Suara Peserta Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia adalah seperti terdapat dalam lampiran keputusan ini.
Kelima:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 00.43 WIB
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
105
Keputusan No. 10/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
106
Keputusan No. 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
KETUA UMUM TERPILIH DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
MASA BHAKTI 2009-2012
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali;
b. bahwa salah satu amanat dari Mahasabha adalah mengangkat Ketua Umum
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
c. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan Ketua Umum Terpilih Dewan
Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 10 dan Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 10 ayat (2), Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 21 Anggaran Rumah Tangga
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang penyempurnaan AD & ART.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang program umum organisasi.
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang pokok pikiran.
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
12. Keputusan Mahasabha Nomor: 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Calon-calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
13. Keputusan Mahasabha Nomor: 10MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
tentang Hak Suara Peserta Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
108
Keputusan No. 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Hasil-hasil Sidang Pleno IV, V, VI Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Pertama:
Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia Masa Bhakti 2009-2012 adalah:
I Komang Adi Setiawan, ST
Kedua:
Ketua Umum Terpilih sebagaimana dimaksud pada diktum pertama keputusan ini
bersama dengan formatur diberi mandat penuh untuk menyusun Personalia Dewan
Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti Tahun 20092012.
Ketiga:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 01.10 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
109
Keputusan No. 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PEMBENTUKAN FORMATUR MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi dalam sabha organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga)
tahun sekali;
b. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia telah ditetapkan
penyelenggaraannya pada tanggal 11 sampai dengan 14 Oktober 2009 di Medan,
Sumatera Utara;
c. bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahasabha adalah menetapkan Personalia
Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
d. bahwa oleh karena itu dipandang perlu Ketua Umum Terpilih dibantu Formatur
Mahasabha VIII dengan mandat penuh menyusun Personalia Dewan Pimpinan
Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti Tahun 2009-2012.
Mengingat:
1. Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 10 ayat (2), Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 21 ayat (6.d.) Anggaran Rumah Tangga
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang penyempurnaan AD & ART.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang program umum organisasi.
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang pokok pikiran.
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
112
Keputusan No. 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
12. Keputusan Mahasabha Nomor: 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Calon-calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
13. Keputusan Mahasabha Nomor: 10MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
tentang Hak Suara Peserta Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia.
14. Keputusan Mahasabha Nomor: 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Pendapat-pendapat dalam Sidang Pleno VII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Pembentukan Formatur Mahasabha VIII
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia.
Pertama:
Formatur Mahasabha VIII yang bertugas membantu Ketua Umum Terpilih menyusun
Personalia Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa
Bhakti 2009-2012.
Kedua:
Formatur sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama keputusan ini adalah
seperti dalam lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
keputusan ini.
Ketiga:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 01.20 WIB
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
113
Keputusan No. 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
114
Keputusan No. 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
ANGGOTA FORMATUR MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
(PERADAH INDONESIA)
No
Unsur
Nama
1
Ketua Umum Terpilih
Komang Adi Setiawan
2
Unsur Dewan Pertimbangan
A A Ngurah Wirawan
3
DPP Demisioner
I Nyoman Gede Agus Asrama
4
Dewan Pimpinan Provinsi
I Ketut Guna Artha
5
Dewan Pimpinan Provinsi
Nyoman Slamet
6
Dewan Pimpinan Provinsi
Putu Lilik Supandi
7
Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota
I Dewa Gede Adhyatmika Oka Wenten
8
Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota
Pawang S.Ag
9
Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota
Eko Pujianto
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 01.20 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
115
Keputusan No. 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
KEPUTUSAN MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
SUSUNAN PERSONALIA DEWAN PERTIMBANGAN DAN DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
MASA BHAKTI 2009-2012
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia merupakan
permusyawaratan tertinggi dalam sabha organisasi yang dilaksanakan setiap 3 (tiga)
tahun sekali;
b. bahwa salah satu tugas dan wewenang Mahasabha adalah menetapkan Personalia
Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
c. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan Susunan dan Personalia
Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia Masa Bhakti Tahun 2009-2012.
Mengingat:
1. Pasal 10, Pasal 15 dan Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
2. Pasal 11 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21 dan Pasal 22 ayat (3) Anggaran Rumah Tangga
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
3. Surat Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
Nomor: 016/S.K./DPN-PERADAH/XI/2009, tentang Panitia Mahasabha VIII Peradah
Indonesia;
4. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
5. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 05/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang penyempurnaan AD & ART.
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang program umum organisasi.
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang tentang pokok pikiran.
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 08/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Syarat-syarat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 09/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Calon-calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
118
Keputusan No. 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
XII/2009 tentang Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
12. Keputusan Mahasabha Nomor: 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pembentukan Formatur Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
Memperhatikan:
1. Sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada Acara
Pembukaan Mahasabha VIII Peradah Indonesia;
2. Pendapat-pendapat dalam Sidang Formatur Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia.
3. Hasil Keputusan Rapat Formatur tanggal 13 Desember 2009.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Keputusan Mahasabha VIII Tentang Susunan Personalia Dewan Pertimbangan dan
Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 20092012.
Pertama:
Susunan dan Personalia Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Nasional
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia sebagai hasil penyusunan dari Ketua Umum
Terpilih yang dibantu Formatur dalam Mahasabha VIII adalah seperti terdapat
dalam lampiran keputusan ini.
Kedua:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 10.37 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
119
Keputusan No. 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Lampiran Nomor
: Keputusan Mahasabha VIII Peradah Indonesia
: 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
SUSUNAN PERSONALIA DEWAN PERTIMBANGAN
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
MASA BHAKTI 2009-2012
Bidang Pendidikan & Agama
1. IBG Yudha Triguna
2. Nyoman Agus Asrama
3. Romo Maming
4. Sylvia Ratnawati
Bidang Sosial Budaya
1. Agus Mantik
2. Ngakan Putu Putra
3. KS Arsana
Bidang Ekonomi
1. Ir. IGKG. Suena
2. AA. Ngr. Wirawan
3. Wayan Alit Antara
4. Ngakan Putu Miharjana
Bidang politik
1. Pasek Suardika
2. I Wyn. Koster
3. Sumarjaya Linggih
Bidang Hukum & HAM
1. Yanto Jaya
2. IGN. Sucitra
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
120
Keputusan No. 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
SUSUNAN PERSONALIA DEWAN PIMPINAN NASIONAL
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
MASA BHAKTI 2009-2012
Ketua Umum
Ketua
Ketua
Ketua
Ketua
Ketua
Ketua
Ketua
Ketua
Ketua
Ketua
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Komang Adi Setiawan
I Wayan Sudane
Abhiram Singh Yadav
Abhisek Kumar
Ida Bagus Gede Werdhi Putra
Gde Mertanadi
Wayan Mega Budiarta
Gede Dody Suparyana
Luh Heny F Rahayu
Nyoman Widyatmika
Made Sugi Ardana
Sekretaris Jenderal
Wakil Sekretaris Jenderal
Wakil Sekretaris Jenderal
:
:
:
I Ketut Guna Artha
I Gede Ananta Wijaya
Putu Widya Snicaya
Bendahara Umum
Wakil Bendahara Umum
Wakil Bendahara Umum
:
:
:
Gde Suhendra
Gde Jana Wiryawan
Ni Made Sri Wardani
DEPARTEMEN
1.
Departemen Organisasi dan Kaderisasi
Wakil
: Ni Luh Putu Sri Dewi Bagianti
2.
Departemen Hubungan dan Kerja Sama Antar Lembaga Dalam Negeri
Wakil
: Wayan Tirtha
3.
Departemen Hubungan dan Kerja Sama Antar Lembaga Luar Negeri
Wakil
: Gede Wira Pradnya
4.
Departemen Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Wakil
: Wije Sharma
5.
Departemen Keagamaan dan Sosial Kemasyarakatan
Wakil
: Basuki Rachmat
6.
Departemen Kebudayaan, Olah Raga dan Seni
Wakil
: Gusti Ayu Nyoman Rinni R
7.
Departemen Pengembangan Kewirausahaan
Wakil
: I Ketut Oka Danumartha
8.
Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM)
Wakil
: I Dewa Ayu Made Pratisthita
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
121
Keputusan No. 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
9.
Departemen Lingkungan Hidup
Wakil
: Putri Hapsari Mantik
10. Departemen Informasi dan Komunikasi
Wakil
: Arigianti Astrini
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 10.37 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
122
Memorandum No. I/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
MEMORANDUM MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : I/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN RAPAT KERJA NASIONAL VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
TAHUN 2010
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia yang merupakan
permusyawaratan tertinggi dalam sabha organisasi telah menghasilkan berbagai
kebijakan organisasi baik yang bersifat internal maupun eksternal yang tertuang
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Program Umum dan Program
Induk, Pokok-Pokok Pikiran dan Rekomendasi;
b. bahwa hasil-hasil Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia perlu
sesegera mungkin untuk disosialisasikan dan dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi serta urgensi dari masing-masing program untuk dapat mencapai hasil yang
semaksimal mungkin;
c. bahwa untuk mengevaluasi pelaksanaan program-program yang telah dihasilkan
Mahasabha VIII dan untuk menjabarkan kembali Program Umum dan Program
Induk Organisasi, maka dipandang perlu untuk melaksanakan Rapat Kerja Nasional
VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia tahun 2007.
Mengingat:
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
tentang Program Umum Organisasi Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pokok-pokok Pikiran dan Rekomendasi Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia;
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pembentukan Formatur Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia;
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
124
Memorandum No. I/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Susunan Personalia Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Memperhatikan:
Usulan peserta Mahasabha VIII pada Sidang Pleno VIII tentang Penyelenggaraan Rapat
Kerja Nasional VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2010;
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Memorandum Mahasabha VIII Tentang Penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional VIII
Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2010.
Pertama:
Rapat Kerja Nasional VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2010
dilaksanakan dalam konsep kesederhanaan dan lebih mendekatkan Peradah
Indonesia kepada umat Hindu tempat penyelenggaraan, baik kedekatan secara fisik
mapun kedekatan secara emosional.
Kedua:
Rapat Kerja Nasional VIII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2010 akan
dilaksanakan di Sumatera Selatan sebagai alternatif utama dan Sulawesi Tengah
sebagai alternatif cadangan.
Ketiga:
Memorandum ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 01.45 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
125
Memorandum No. II/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
MEMORANDUM MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : II/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN ANGKATAN VII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
TAHUN 2011
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa untuk menjaga eksistensi organisasi Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia sebagai organisasi massa yang mendukung pembangunan nasional
Indonesia melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menjadi kader
pembangunan yang bermoral dan profesional yang siap mengabdi pada masyarakat,
bangsa, dan Negara, dan juga agamanya;
b. bahwa untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia diperlukan upaya yang
sungguh-sungguh dan berkesinambungan dalam berbagai pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan bagi kader-kader barunya baik yang menyangkut moral dan etika
berprilaku di masyarakat maupun dasar-dasar manajemen organisasi modern;
c. bahwa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan seperti yang dimaksud dalam diktum
(a) dan diktum (b) dan pelaksanaan program organisasi, maka dipandang perlu
untuk menyelenggarakan Pendidikan Kepemimpinan Angkatan VII.
Mengingat:
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
tentang Program Umum Organisasi Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pokok-pokok Pikiran dan Rekomendasi Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia;
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pembentukan Formatur Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia;
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
126
Memorandum No. II/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Susunan Personalia Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Memperhatikan:
Usulan peserta Mahasabha VIII pada Sidang Pleno VIII tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Kepemimpinan VII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2011;
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Memorandum Mahasabha VIII Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Kepemimpinan
Angkatan VII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2011.
Pertama:
Penyelenggaraan Pendidikan Kepemimpinan Angkatan VII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia pada tahun 2011 dilaksanakan dalam konsep kesederhanaan dan
lebih mendekatkan Peradah Indonesia kepada umat Hindu tempat penyelenggaraan
baik kedekatan secara fisik mapun kedekatan secara emosional.
Kedua:
Pendidikan Kepemimpinan Angkatan VII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia
pada tahun 2011 akan dilaksanakan di DKI Jakarta sebagai alternatif utama dan
Lampung sebagai alternatif cadangan.
Ketiga:
Memorandum ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 01.48 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
127
Memorandum No. III/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
MEMORANDUM MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
NOMOR : III/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN MAHASABHA IX
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
TAHUN 2012
ATAS ASUNG KERTA WARA NUGRAHA HYANG WIDHI
Menimbang:
a. bahwa Mahasabha merupakan forum tertinggi dalam Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia yang memiliki fungsi strategis untuk menjaga dinamisasi organisasi
dan merupakan wahana bagi tumbuh kembangnya kader-kader potensial dalam
regenerasi organisasi;
b. bahwa Mahasabha dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali merupakan
pengejawantahan amanat konstitusi (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Peradah Indonesia) dalam menjaga kesinambungan organisasi;
c. bahwa oleh karena itu dipandang perlu menetapkan penyelenggaraan Mahasabha
IX Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2012 dengan tetap memperhatikan
rasa keadilan dan kesiapan calon daerah penyelenggara.
Mengingat:
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan;
3. Pasal 18 Anggaran Dasar Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
4. Pasal 21 Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
5. Keputusan Mahasabha Nomor: 01/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Jadwal Acara dan Tata Tertib Mahasabha VIII Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia;
6. Keputusan Mahasabha Nomor: 02/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pimpinan Sidang Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda Hindu
Indonesia;
7. Keputusan Mahasabha Nomor: 06/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
tentang Program Umum Organisasi Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia;
8. Keputusan Mahasabha Nomor: 07/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pokok-pokok Pikiran dan Rekomendasi Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia;
9. Keputusan Mahasabha Nomor: 11/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Ketua Umum Terpilih Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012;
10. Keputusan Mahasabha Nomor: 12/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Pembentukan Formatur Mahasabha VIII Perhimpunan Pemuda
Hindu Indonesia;
11. Keputusan Mahasabha Nomor: 13/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/
XII/2009 tentang Susunan Personalia Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Masa Bhakti 2009-2012.
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
128
Memorandum No. III/MAHASABHA VIII/PERADAH INDONESIA/XII/2009
Memperhatikan:
Usulan peserta Mahasabha VIII pada Sidang Pleno VIII tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Kepemimpinan VII Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2011;
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Memorandum Mahasabha VIII Tentang Penyelenggaraan Mahasabha IX Perhimpunan
Pemuda Hindu Indonesia Tahun 2012.
Pertama:
Mahasabha IX Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia pada tahun 2012
dilaksanakan dalam konsep kesederhanaan dan lebih mendekatkan Peradah
Indonesia kepada umat Hindu tempat penyelenggaraan, baik kedekatan secara fisik
mapun kedekatan secara emosional.
Kedua:
Mahasabha IX Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia tahun 2012 akan
dilaksanakan di Sulawesi Utara sebagai alternatif utama dan Kalimantan Tengah
sebagai alternatif cadangan.
Ketiga:
Memorandum ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
Jam
: Medan
: 13 Desember 2009
: 01.50 WIB
PIMPINAN SIDANG MAHASABHA VIII
PERHIMPUNAN PEMUDA HINDU INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
(Komang Agustria, ST)
(Sugindrin)
Anggota,
(Putu Arnawa)
Mahasabha VIII Peradah Indonesia
Anggota,
(Yanto Jaya)
Anggota,
(Made Adipta)
129
Download