BAB1

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan berdasarkan
Politik, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan
yang meliputi kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Dalam pelaksanaan pembangunan, pendayagunaan sumber daya alam , sumber
daya manusia dan sumber daya buatan sebagai pokok - pokok kemakmuran rakyat
perlu dilakukan secara terencana, terpadu, rasional, optimal bertanggung jawab dan
sesuai dengan pengelolaan lingkungan Indonesia. Tatanan lingkungan, daya dukung
lingkungan, flora dan fauna, kualitas tata ruang dalam dalam proses perencanaannya
perlu diperhitungkan dalam rangka kelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan
hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Di dalam sub sistem tersebut terdapat
sumber daya buatannya dan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda, yang
apabila tidak ditata
secara baik dapat mendorong arah ketidak - seimbangan
pembangunan antar wilayah serta ketidak lestarian mutu dan kemampuan lingkungan
hidup. Dengan peningkatan jumlah penduduk akan sangat mempengaruhi bagaimana
pemenuhan kebutuhan hidup penduduk dalam jumlah tertentu. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara berkelanjutan dan
melakukan kegiatan untuk
menentukan mutu hidup, memerlukan upaya pemanfaatan sumber daya alam dan
1
2
ruang hidup yang layak Ruang dan sumber daya alam lainnya merupakan komponen
lingkungan hidup yang harus dimanfaatkan dan dikembangkan secara terencana
sehingga dapat menunjang kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Pelaksanaan
pembangunan yang saling beragam juga menghasilkan produk sampingan seperti
limbah, sampah, dan buangan baik dalam wujud padat, cair, maupun gas.
Luas wilayah kota Surakarta 44.044 km² atau 4.404.059,3 Ha, hutan kota yang
ada di Kodya Surakarta luashya hanya 26,21 Ha. Disbanding dengan luas kota, maka
hanya sekitar 5 %. Secara teori kawasan perkotaan yang sehat membutuhkan RTH
(Ruang Terbuka Hijau) seluas 40 %. Jumlah penduduk 585.000 jiwa dengan
kepadatan penduduknya 12.408 orang per kilometer. Wilayah Solo bagian utara
memiliki tanah grumosol (lempung), jenis tanah ini memiliki bahan organik pada
lapisan bawahnya. Dengan pH antara 6,0 – 8,0 yang derajat keasamannya normal
sampai tinggi, asam agak alkalis, struktur tanah remah, textur tanah liat, daya
menahan air cukup baik, permeabilitas cukup lambat dan sangat peka terhadap bahaya
erosi. Secara umum tanah ini memiliki sifat fisik dan kimia yang jelek sampai sedang,
sehingga produktifitasnya
rendah sampai sedang. ( Pedoman “GERAKAN
PENANAMAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA SURAKARTA” 12 Januari 2004
KANTOR LINGKUNGAN HIDUP PEMKOT SURAKARTA ).
Dampak yang sekarang terjadi merupakan rona linkungan yang dapat dirasakan,
indikasinya adalah kawasan semakin tidak nyaman/panas, terjadi pendangkalan
saluran kota, anak sungai, sungai Bengawan Solo. Mengakibatkan banyaknya
sediment yang terbawa ke sungai pada waktu curah hujan turun, dengan ditunjang
lahan yang rawan erosi pada kondisi tanah terbuka tanpa vegetasi. Fenomena
terjadinya adalah degradasi sumber daya alam air, tanah dikawatirkan akan terjadi
ketidak seimbangan ekosistem yang pada akhirnya berdampak buruk pada
3
kelangsungan hidup manusia. Ditambah kondisi semakin berkurangnya luas tanah
yang dapat ditanami. Yang menjadikan isu lingkungan saat ini adalah Solo kota yang
bukan didaerah hilir justru pernah mendapatkan bencana alam banjir banding yang
banyak menelan korban dan kerugian yang besar. Dari permasalahan tersebut maka
peningkatan
pengelolaan
lingkungan
masyarakat
dengan
bentuk
partisipasi
menjadikan tulang punggung suksesnya gerakan penanaman pohon penghijauan di
seluruh pelosok kota Surakarta. Ini merupakan wujud dari kepedulian lapisan warga
masyarakat dalam upaya meningkatkan kwalitas linkungan dengan konsep
mempertahankan estetika dan keindahan taman perkotaan yang mempunyai vegetasi
yang
mampu
meningkatkan
kenyamanan
dan
kesegaran
sekaligus
dapat
menanggulangi pencemaran udara air dan tanah. Yang dimasa mendatang akan
menjadikan kota harapan bagi penghuninya dan pendatang di kota Solo.
B. Penegasan Judul
“KAMPANYE PROGRAM “SOLO ROYO - ROYO” MELALUI DESAIN
GRAFIS”
Dari judul diatas dapat diambil pengertian yaitu, kampanye suatu program dari
Pemda Solo untuk mengembalikan kelestarian lingkungan hidup di kota Solo karena
lingkungan hidup di kota Solo ini telah mulai rusak dan harus segera di atasi, dan
untuk menyadarkan masyarakat tentang arti pentingnya mengembalikan kelestarian
lingkungan hidup lewat suatu kegiatan “Resik – resik Kutho dan Penanaman Pohon”,
agar kota Solo kembali menjadi kota yang sejuk dan nyaman untuk ditempati.
Sedangkan arti kata kampanye adalah : Suatu gerakan serentak dari suatu
perusahaan atau organisasi. Sedangkan istilah grafis berasal dari kata Yunani yang
4
artinya graficos (tulisan atau membuat corat – coretan tanda tangan untuk
menampung gagasan atau ide – ide).
Desain Grafis: Suatu bentuk komunikasi visual yang dikemas dalam rancangan
atau rupa 2 dimensional, dan proses pembuatanya lewat cetak – mencetak atau
digandakan atau direproduksi dengan alat cetak.
Sedangkan menurut Richard, Hollis dalam bukunya Graphic Design A Concise
History, Graphic Design is the bussines of marking or choosing marks and
arranging them on surface to convey an idea. Disain Grafis adalah suatu kegiatan
untuk menandai atau memilih tanda dan mengatur pada suatu permukaan untuk
menyampaikan suatu gagasan
(Hollis Richard, 1996 : 7).
Sedangkan arti kata dari promosi adalah : arus informasi yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran (Basu Swasta, 1996: 237).
C. Rumusan Masalah
Berdasar berbagai uraian tersebut selanjutnya dapat di susun pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana masyarakat mengetahui tentang program “Solo Royo – royo” ?
2. Bagaimana membuat perencanaan strategi periklanan yang efektif, dalam
kampanye penghijauan kota Solo ?
3. Bagaimana upaya media promosi berperan penting dalam pemulihan
kelestarian lingkungan hidup dan membawa perubahan dalam sifat
manusia untuk melestarikan lingkungan hidup ?
4. Bagaimana upaya media promosi untuk mempengaruhi khalayak ?
5. Bagaimana upaya untuk mensosialisasikan sebuah iklan ?
5
D. Tujuan
Sebagai upaya pemulihan kelestarian lingkungan hidup dilakukan kampanye
periklanan melalui
tampilan komunikasi visual. Adapun pembuatan kampanye
periklanan terhadap kelestarian lingkungan hidup bertujuan untuk :
1. Membuat dan merancang periklanan yang ‘mengena’ tentang program “Solo
Royo – royo” pada khalayak.
2. Merencanakan strategi periklanan secara tepat dan jitu bagi target audience
(khalayak sasaran) mengenai produk sosial tersebut, dalam upaya menarik
simpati dan empati.
3. Membentuk alat pendukung kampanye yaitu, media promosi (as a
promotion tools, and printed material) sebagai pendukung publikasi dan
pengenalan kesadaran (awareness). Untuk mencapai hubungan komunikasi
yang efektif. Media untuk beriklan terdiri dari media lini atas (above the line
media) yaitu iklan yang dimuat dalam media cetak, elektronik, serta media
luar ruang, dan Media lini bawah (below the line media) yaitu iklan yang
tidak menyewa ruang.
4. Menanamkan positioning dan awarness di benak khalayak.
5. Melaksanakan bauran promosi (promotion mix) dan bauran pemasaran
(marketing mix) sebagai bagian dari strategi komunikasi. Walaupun
keberadaan iklan dirasakan hanya untuk membantu mempengaruhi dalam
hal pemasaran, tetapi keberadaan iklan pada saat ini menjadi point penting
yang harus terpenuhi mengingat pengaruh iklan sangatlah besar di dalam
masyarakat.
6
E. Target Audiencs
Audience pelaksanaan “KAMPANYE PROGRAM “SOLO ROYO – ROYO”
ini ditargetkan, pada:

Wilayah
: Wilayah Kota Solo dan sekitarnya.

Jenis Kelamin
: Pria maupun Wanita.

Golongan Usia
: 13 tahun keatas.

Pendidikan
: Tidak terbatas.

Pekerjaan
: Tidak tertentu.

Agama
: Semua Agama.

Ras
: Semua Ras.

Kelas Sosial
: Semua kelas social.
F. Target Karya
Untuk mencapai apa yang diharapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan
hidup diperlukan strategi pemasaran. Salah satu strategi itu terdapat pada bauran
promosi (promotion mix), yaitu advertising (periklanan), personal selling (penjualan
pribadi), sales promotion (promosi penjualan), publicity (publisitas). Adapun promosi
termasuk ke dalam bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4P yaitu,
product (produk), place (tempat), Price (harga) dan promotion (promosi).
Sebagai penunjang dalam pembuatan kampanye periklanan menjaga kelestarian
lingkungan hidup, dibutuhkan media-media yang berperan penting dalam proses
komunikasi. Dimana media tersebut dapat mempengaruhi nilai iklan itu sendiri.
adapun media yang digunakan meliputi media lini atas (above the line media) dan
media lini bawah (bellow the line media).
Karya yang akan divisualisasikan ke dalam bentuk yang lebih nyata, sebagai
penunjang kampanye periklanan penghijauan di kota Solo, ditargetkan pada :
7
Promosi
Souvenir
:
1. ID Card
6. Iklan majalah
2. Iklan koran
7. Flag Chain
3. Poster indoor
8. Spanduk
4. Poster outdoor
9. Trafficsign / pictogram
5. Pamflet
10. Tempat benih
: 1. T – shirt
2. Pin
3. Stiker
4. Gantungan kunci
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Program Solo Royo – royo
1.
Latar Belakang
a. Kondisi Wilayah dan Potensi
Luas wilayah kota Surakarta 44.044 km² atau 4.404.059,3 Ha, hutan
kota yang ada di Kodya Surakarta luashya hanya 26,21 Ha. Disbanding
dengan luas kota, maka hanya sekitar 5 %. Secara teori kawasan perkotaan
yang sehat membutuhkan RTH (Ruang Terbuka Hijau) seluas 40 %. Jumlah
penduduk 585.000 jiwa dengan kepadatan penduduknya 12.408 orang per
kilometer. Wilayah Solo bagian utara memiliki tanah grumosol (lempung),
jenis tanah ini memiliki bahan organik pada lapisan bawahnya. Dengan pH
antara 6,0 – 8,0 yang derajat keasamannya normal sampai tinggi, asam agak
alkalis, struktur tanah remah, textur tanah liat, daya menahan air cukup baik,
permeabilitas cukup lambat dan sangat peka terhadap bahaya erosi. Secara
umum tanah ini memiliki sifat fisik dan kimia yang jelek sampai sedang,
sehingga produktifitasnya rendah sampai sedang.
b. Dampak Negatif dan Permasalahan
Kegiatan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan akan
mengakibatkan dampak perubahan pada ekosistem dan keaneka ragaman
hayati di kawasan pembangunan tersebut baik yang langsung dirasakan,
ataupun yang sukar diteteksi. Dampak yang sekarang terjadi merupakan rona
lingkungan yang dapat dirasakan, indikasinya adalah kawasan semakin tidak
nyaman / panas, terjadi pendangkalan saluran kota, anak sungai, sungai
8
9
Bengawan Solo. Mengakibatkan banyaknya sediment yang terbawa ke sungai
pada waktu curah hujan turun, dengan ditunjang dengan lahan yang rawan
erosi pada kondisi tanah terbuka tanpa vegetasi (kumpulan tanaman tahunan
berupa pepohonan dengan kerindangan sebagai ukurannya). Fenomena
terjadinya adalah degradasi sumber daya air dan tanah, dikawatirkan akan
terjadi ketidakseimbangan ekosistem yang pada akhirnya berdampak buruk
pada kelangsungan hidup manusia. Ditambah kondisi semakin berkurangnya
luas tanah yang dapat ditanami. Yang menjadikan isu lingkungan saat ini
adalah Solo kota yang bukan daerah hilir justru pernah mendapatkan bencana
alam banjir banding yang benyak menelan korban dan kerugian yang besar.
Dari permasalahan tersebut maka peningkatan pengelolaan lingkungan terpadu
melalui pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dimana peran serta masyarakat
dengan bentuk partisipasi menjadikan tulang punggung suksesnya gerakan
penanaman pohon penghijauan di seluruh pelosok kota Surakarta ini. Ini
merupakan wujud dari kepedulian seluruh lapisan masyarakatdalam upaya
meningkatkan
kualitas
lingkungan
dengan
konsep
mempertahankan
keanekaragaman tanaman dengan tahap mempertahankan estetika dan
keindahan taman perkotaan yang mempunyai vegetasi yang mampu
meningkatkan kenyamanan dan kesegaran sekaligus dapat menanggulangi
pencemaran udara, air dan tanah. Yang dimasa mendatang akan menjadikan
harapan bagi penghuninya dan pendatang kota Solo. (Pedoman “GERAKAN
PENANAMAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA SURAKARTA” 12 Januari
2004 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP PEMKOT SURAKARTA hal : 1).
10
2.
Pengertian Program Solo Royo – royo
Solo royo – royo adalah suatu program untuk melanjutkan kegiatan Resik – resik
kutha pada tahun lalu, Pemerintah Kota Surakarta akan kembali mengadakan kegiatan
massal. Kali ini yang dipilih adalah Resik – resik kutha dan penanaman pohon.
Sedangkan Program Solo Royo – royo sendiri adalah program pemerintah kota
surakarta untuk menggerakan masyarakat untuk melaksanakan penanaman tanaman
penghijauan secara terpadu dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan serta
pemanfaatan ruang yang kosong dan tidak produktif serta mempertahankan ekosistem
perkotaan dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup dan pengembangan
keanekaragaman
hayati.
(Pedoman
“GERAKAN
PENANAMAN
TANAMAN
PENGHIJAUAN KOTA SURAKARTA” 12 Januari 2004 KANTOR LINGKUNGAN
HIDUP PEMKOT SURAKARTA hal : 1 – 2).
Sedangkan lingkungan hidup menurut Emil Salim diartikan sebagai segala
benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita
tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia”. Sedangkan
menurut Otto Soemarwoto lingkungan adalah “umlah semua benda dan kondisi yang
ada dalam ruangan yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita”.(
Pengantar Ilmu Lingkungan edisi revisi 1995 hal : 14)
Lingkungan hidup menurut Undang – undang no. 4 tahun 1982 tentang pokok –
pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 menyebutkan :
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainya”.
11
3. Tujuan dan manfaat program Solo Royo – royo
a. Tujuan
1) Sebagai upaya konservasi air tanah guna mengingkatkan pasokan air
dalam tanah.
2) Mengurangi pencemaran, baik dengan penurunan polutan udara,
memperbaiki iklim mikro perkotaan dan dapat menurunkan suhu,
mengurangi sengatan matahari, mengurangi tingkat kebisingan, dan
sebagai paru – paru kota.
3) Menanamkan kesadaran tentang pentingnya kelestarian fungsi lingkungan
kepada masyarakat dalam rangka mengingkatkan pengelolaan lingkungan
hidup.
4) Meningkatkan
kualitas
lingkungan
melalui
pemberdayaan
warga
mesyarakat, dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk
partisipasi dari para pengusaha, tokoh masyarakat, masyarakat solo pada
umumnya dan instansi pemerintah.
b.Manfaat
1) Meningkatkan fungsi ekologis, sosial, dan ekonomis serta kesejahteraan
masyarakat.
2) Menyediakan media untuk kegiatan pendidikan, rekreasi dan ekonomi
sekaligus menggugah kepedulian masyarakat terhadap fungsi lingkungan
hidup.
3) Meningkatkan keindahan taman kota dan kebersihan lingkungan setiap
turus jalan protokol hingga turus jalan kampung.
12
4) Meningkatkan daya dukung lingkungan agar terdapat keseimbangan
dengan memacu peran aktif masyarakat terhadap upaya pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan hidup.
B. Iklan Layanan Masyarakat
Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang komunikasi telah menghasilkan sarana –
sarana yang mempermudah dan mempercepat penyampaian sebuah informasi. Sarana
komunikasi yang berupa media cetak, audio, audio visual, memiliki kekuatan yang
dapat diandalkan didalam penyebarluasan kampanye program “Solo Royo – royo”.
Penyampaian kampanye yang dilakukan melalui ketiga media tersebut di atas paling
pas di tampilkan dalam bentuk iklan, dalam hal ini adalah iklan layanan masyarakat.
RTS Masli, ketua umum PPI menjelaskan definisi iklan dalam tata krama dan
tata cara periklanan, yakni segala bentuk pesan tentang suatu produk yang
disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta
ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. (Cakram Juni 2001)
Iklan pada masa sekarang ini sepertinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
kita. Setiap hari, baik secara langsung maupun tidak langsung kita selalu menerima
pesan iklan yang semakin menarik saja. Kita tentu telah mengenal salah satu bentuk
iklan yang semata – mata bukan merupakan bentuk pesan bisnis yang bertujuan untuk
mencari keuntungan sepihak. Iklan ini memainkan peranan yang penting bagi
kegiatan non bisnis. Di negara – negara maju iklan semacam itu telah banyak
dirasakan manfaatnya dalam menggerakan solidaritas masyarakat manakala
menghadapi suatu masalah sosial. Di dalam iklan tersebut ditampilkan pesan – pesan
sosial yang di maksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap
13
sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yaitu kondisi – kodnisi yang bias
mengancam keserasian dan kehidupan umum.
Iklan yang seperti telah di jelaskan diatas dikenal sebagai iklan layanan
masyarakat (ILM). Jenis iklan inilah yang paling tepat digunakan untuk
penyebarluasan kampanye Program “Solo Royo – royo”. Di Indonesia, iklan layanan
masyarakat dirasa masih jarang karena masih banyak media yang belum menyadari
pentingnya ILM ini dalam membangun masyarakat.
Definisi ILM menurut Crompton dan Lamb dalam buku Manajemen Periklanan
karangan Rhenald Kasali adalah sebagai berikut:
“an announcement for wich no charge is made and wich promotes programs,
activities, or sevices of fedral, state, or local government; or the programs, activities
or services of non profit organization and other announcement regarded as serving
community interest, excluding tune signal, routine weather announcenment and
promotional announcement”. (Sebuah pengumuman atau pemberitahuan yang tidak
hanya untuk mencari keuntungan yang di buat untuk mamajukan program, aktifitas,
maupun pelayanan dari pemerintah pusat, negara bagian, maupun pemerintah daerah;
atau juga bias diartikan sebagai program – program, altifitas, maupun pelayanan dari
organisasi – organisasi yang tidak mencari keuntungan, serta pengumuman –
pengumuman lain yang berkenaan dengan peningkatan perhatian masyarakat,
pengeluaran pesan – pesan yang berkesinambungan, laporan cuaca rutin, serta
pengumuman yang berhubungan dengan promosi). (Renald Kasali, 1995 : 201)
Orang sering beranggapan bahwa ILM memiliki arti yang sama dengan
propaganda. Padahal apabila dilihat dari isi pesan yang disampaiakan, keduanya
memiliki maksud yang berlainan.
14
Menurut The Advertising Council (suatu dewan periklanan di Amerika Serikat
yang mempelopori ILM, berdiri tahun 1942), kriteria yang dipakai untuk menentukan
iklan layanan masyarakat adalah :
a. Non - komersial.
b. Tidak bersifat keagamaan.
c. Non politik.
d. Berwawasan nasional.
e. Diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat.
f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.
g. Dapat diiklankan.
h. Mempunyai dampak dan kepentingan yang tinggi sehingga patut memperoleh
dukungan media local maupun nasional.
Sebuah iklan layanan masyarakat disumbangkan oleh media untuk kepentingan
masyarakat, artinya tanpa menuntut bayaran.
Sedangkan definisi propaganda menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public
Relations, adalah :
“suatu usaha yang di lancarkan secara intensif dan berkesinambungan dengan
tujuan, menggalang dukungan missal bagi suatu pendapat, kredo (paham) atau
kerpercayaan tertentu”.
Konsentrasi kegiatan propaganda di pusatkan pada hati (perasaan) dan ingatan.
Pada umumnya bahan atau topik propaganda bersifat emosional, intelektual dan
spiritual seprti poloitik atau agama yang biasanya mengundang atau mengandung
kontroversi (Frank Jefkins, 1992 : 14).
Kampanye ILM di Indonesia umumnya dibuat secara sendiri – sendiri dan
dilakukan secara sporadis oleh masing – masing biro iklan bersama media mitra
15
usahanya. Oleh karenanya masalah yang di ungkapkan masih terbatas pada sejumlah
masalah – masalah umum saja. Perkembangan ILM di Indonesia masih tersendat –
sendat, hal ini antara lain di sebabkan Karena :
a) Belum adanya suatu wadah yang menghimpun pihak – pihak yang
berkepentingan dan kalangan professional untuk merumuskan naskah dan disain
iklan serta pesan yang ingin disampaikan.
b) Dibatasinya proporsi iklan komersial di berbagai media massa sehingga kecil
sekali kemungkinan ILM bisa masuk.
c) Dikenakanya
PPN
(Pajak
Pertambahan
Nilai)
terhadap
iklan
yang
mengakibatkan, sekalipun ruang dan waktunya merupakan sumbangan dari
pihak media.
Untuk mendapatkan sebuah ILM yang menarik dan efektif, kita harus
memperhatikan langkah – langkah pembuatanya. Langkah – langkah pembuatan dan
pemasaran ILM tidak jauh berbeda dengan iklan biasa :
a) Identifikasi masalah serta pemilihan dan analisa kelompok sasaran. Yang
dianalisis dari kelompok ini adalah kebutuhannya,suasana psikologis dan
sosiologis yang melingkupinya, bahasanya, jalan pikirannya, serta symbol –
symbol yang dekat dengannya.
b) Menentukan tujuan khusus iklan tentang apa yang di harapkan dan apa yang
ingin dicapai dalam kampanye tersebut.
c) Menentukan tema iklan, yaitu topic pokok atau selling point yang ingin dituju
oleh iklan.
d) Menentukan anggaran iklan yang diperlukan untuk suatu kampanye selama
periode tertentu. Beberapa metode yang lazim digunakan untuk menentukan
anggaran iklan diantaranya : arbitary approach, percentage approach, service
16
participating or use approach, dan the objective and task approach (pendekatan
sewenang-wenang, persentase mendekati, mengambil bagian atau pendekatan
penggunaan, dan sasaran dan tugas mendekati)
e) Perencanaan media yang meliputi tiga hal, yaitu : identifikasi media yang ada
dan tersedia, media yang cocok dan dapat digunakan serta menentukan waktu
dan frekwensi penyairan.
f) Menciptakan pesan – pesan iklan, termasuk headline, subheadline, body copy,
artwork, dan logo.
g) Menilai keberhasilan kampanye tersebut melalui serangkaian evaluasi yang
dilakukan sebelum, selama dan sesudah kampanye disiarkan.
Jadi, dengan adanya perkembangan teknologi serta perilaku masyarakat yang
semakin kompleks, ILM menjadi sebuah media yang memiliki peranan penting dalam
menunjang berbagai kegiatan dan pembangunan masyarakat yang diprakarsai oleh
pemerintah maupun organisasi – organisasi tertentu. Karena, ILM inilah peranan lebih
jauh dari iklan yang bertujuan untuk mengkomunikasikan gagasan – gagasan yang
penting untuk diketahui masyarakat (Ale Djahri, 5 Mei 1984 : 11).
Download