BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan berdasarkan Politik, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan yang meliputi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam pelaksanaan pembangunan, pendayagunaan sumber daya alam , sumber daya manusia dan sumber daya buatan sebagai pokok - pokok kemakmuran rakyat perlu dilakukan secara terencana, terpadu, rasional, optimal bertanggung jawab dan sesuai dengan pengelolaan lingkungan Indonesia. Tatanan lingkungan, daya dukung lingkungan, flora dan fauna, kualitas tata ruang dalam dalam proses perencanaannya perlu diperhitungkan dalam rangka kelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Di dalam sub sistem tersebut terdapat sumber daya buatannya dan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda, yang apabila tidak ditata secara baik dapat mendorong arah ketidak - seimbangan pembangunan antar wilayah serta ketidak lestarian mutu dan kemampuan lingkungan hidup. Dengan peningkatan jumlah penduduk akan sangat mempengaruhi bagaimana pemenuhan kebutuhan hidup penduduk dalam jumlah tertentu. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara berkelanjutan dan melakukan kegiatan untuk menentukan mutu hidup, memerlukan upaya pemanfaatan sumber daya alam dan 1 2 ruang hidup yang layak Ruang dan sumber daya alam lainnya merupakan komponen lingkungan hidup yang harus dimanfaatkan dan dikembangkan secara terencana sehingga dapat menunjang kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan yang saling beragam juga menghasilkan produk sampingan seperti limbah, sampah, dan buangan baik dalam wujud padat, cair, maupun gas. Luas wilayah kota Surakarta 44.044 km² atau 4.404.059,3 Ha, hutan kota yang ada di Kodya Surakarta luashya hanya 26,21 Ha. Disbanding dengan luas kota, maka hanya sekitar 5 %. Secara teori kawasan perkotaan yang sehat membutuhkan RTH (Ruang Terbuka Hijau) seluas 40 %. Jumlah penduduk 585.000 jiwa dengan kepadatan penduduknya 12.408 orang per kilometer. Wilayah Solo bagian utara memiliki tanah grumosol (lempung), jenis tanah ini memiliki bahan organik pada lapisan bawahnya. Dengan pH antara 6,0 – 8,0 yang derajat keasamannya normal sampai tinggi, asam agak alkalis, struktur tanah remah, textur tanah liat, daya menahan air cukup baik, permeabilitas cukup lambat dan sangat peka terhadap bahaya erosi. Secara umum tanah ini memiliki sifat fisik dan kimia yang jelek sampai sedang, sehingga produktifitasnya rendah sampai sedang. ( Pedoman “GERAKAN PENANAMAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA SURAKARTA” 12 Januari 2004 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP PEMKOT SURAKARTA ). Dampak yang sekarang terjadi merupakan rona linkungan yang dapat dirasakan, indikasinya adalah kawasan semakin tidak nyaman/panas, terjadi pendangkalan saluran kota, anak sungai, sungai Bengawan Solo. Mengakibatkan banyaknya sediment yang terbawa ke sungai pada waktu curah hujan turun, dengan ditunjang lahan yang rawan erosi pada kondisi tanah terbuka tanpa vegetasi. Fenomena terjadinya adalah degradasi sumber daya alam air, tanah dikawatirkan akan terjadi ketidak seimbangan ekosistem yang pada akhirnya berdampak buruk pada 3 kelangsungan hidup manusia. Ditambah kondisi semakin berkurangnya luas tanah yang dapat ditanami. Yang menjadikan isu lingkungan saat ini adalah Solo kota yang bukan didaerah hilir justru pernah mendapatkan bencana alam banjir banding yang banyak menelan korban dan kerugian yang besar. Dari permasalahan tersebut maka peningkatan pengelolaan lingkungan masyarakat dengan bentuk partisipasi menjadikan tulang punggung suksesnya gerakan penanaman pohon penghijauan di seluruh pelosok kota Surakarta. Ini merupakan wujud dari kepedulian lapisan warga masyarakat dalam upaya meningkatkan kwalitas linkungan dengan konsep mempertahankan estetika dan keindahan taman perkotaan yang mempunyai vegetasi yang mampu meningkatkan kenyamanan dan kesegaran sekaligus dapat menanggulangi pencemaran udara air dan tanah. Yang dimasa mendatang akan menjadikan kota harapan bagi penghuninya dan pendatang di kota Solo. B. Penegasan Judul “KAMPANYE PROGRAM “SOLO ROYO - ROYO” MELALUI DESAIN GRAFIS” Dari judul diatas dapat diambil pengertian yaitu, kampanye suatu program dari Pemda Solo untuk mengembalikan kelestarian lingkungan hidup di kota Solo karena lingkungan hidup di kota Solo ini telah mulai rusak dan harus segera di atasi, dan untuk menyadarkan masyarakat tentang arti pentingnya mengembalikan kelestarian lingkungan hidup lewat suatu kegiatan “Resik – resik Kutho dan Penanaman Pohon”, agar kota Solo kembali menjadi kota yang sejuk dan nyaman untuk ditempati. Sedangkan arti kata kampanye adalah : Suatu gerakan serentak dari suatu perusahaan atau organisasi. Sedangkan istilah grafis berasal dari kata Yunani yang 4 artinya graficos (tulisan atau membuat corat – coretan tanda tangan untuk menampung gagasan atau ide – ide). Desain Grafis: Suatu bentuk komunikasi visual yang dikemas dalam rancangan atau rupa 2 dimensional, dan proses pembuatanya lewat cetak – mencetak atau digandakan atau direproduksi dengan alat cetak. Sedangkan menurut Richard, Hollis dalam bukunya Graphic Design A Concise History, Graphic Design is the bussines of marking or choosing marks and arranging them on surface to convey an idea. Disain Grafis adalah suatu kegiatan untuk menandai atau memilih tanda dan mengatur pada suatu permukaan untuk menyampaikan suatu gagasan (Hollis Richard, 1996 : 7). Sedangkan arti kata dari promosi adalah : arus informasi yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Basu Swasta, 1996: 237). C. Rumusan Masalah Berdasar berbagai uraian tersebut selanjutnya dapat di susun pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana masyarakat mengetahui tentang program “Solo Royo – royo” ? 2. Bagaimana membuat perencanaan strategi periklanan yang efektif, dalam kampanye penghijauan kota Solo ? 3. Bagaimana upaya media promosi berperan penting dalam pemulihan kelestarian lingkungan hidup dan membawa perubahan dalam sifat manusia untuk melestarikan lingkungan hidup ? 4. Bagaimana upaya media promosi untuk mempengaruhi khalayak ? 5. Bagaimana upaya untuk mensosialisasikan sebuah iklan ? 5 D. Tujuan Sebagai upaya pemulihan kelestarian lingkungan hidup dilakukan kampanye periklanan melalui tampilan komunikasi visual. Adapun pembuatan kampanye periklanan terhadap kelestarian lingkungan hidup bertujuan untuk : 1. Membuat dan merancang periklanan yang ‘mengena’ tentang program “Solo Royo – royo” pada khalayak. 2. Merencanakan strategi periklanan secara tepat dan jitu bagi target audience (khalayak sasaran) mengenai produk sosial tersebut, dalam upaya menarik simpati dan empati. 3. Membentuk alat pendukung kampanye yaitu, media promosi (as a promotion tools, and printed material) sebagai pendukung publikasi dan pengenalan kesadaran (awareness). Untuk mencapai hubungan komunikasi yang efektif. Media untuk beriklan terdiri dari media lini atas (above the line media) yaitu iklan yang dimuat dalam media cetak, elektronik, serta media luar ruang, dan Media lini bawah (below the line media) yaitu iklan yang tidak menyewa ruang. 4. Menanamkan positioning dan awarness di benak khalayak. 5. Melaksanakan bauran promosi (promotion mix) dan bauran pemasaran (marketing mix) sebagai bagian dari strategi komunikasi. Walaupun keberadaan iklan dirasakan hanya untuk membantu mempengaruhi dalam hal pemasaran, tetapi keberadaan iklan pada saat ini menjadi point penting yang harus terpenuhi mengingat pengaruh iklan sangatlah besar di dalam masyarakat. 6 E. Target Audiencs Audience pelaksanaan “KAMPANYE PROGRAM “SOLO ROYO – ROYO” ini ditargetkan, pada: Wilayah : Wilayah Kota Solo dan sekitarnya. Jenis Kelamin : Pria maupun Wanita. Golongan Usia : 13 tahun keatas. Pendidikan : Tidak terbatas. Pekerjaan : Tidak tertentu. Agama : Semua Agama. Ras : Semua Ras. Kelas Sosial : Semua kelas social. F. Target Karya Untuk mencapai apa yang diharapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup diperlukan strategi pemasaran. Salah satu strategi itu terdapat pada bauran promosi (promotion mix), yaitu advertising (periklanan), personal selling (penjualan pribadi), sales promotion (promosi penjualan), publicity (publisitas). Adapun promosi termasuk ke dalam bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4P yaitu, product (produk), place (tempat), Price (harga) dan promotion (promosi). Sebagai penunjang dalam pembuatan kampanye periklanan menjaga kelestarian lingkungan hidup, dibutuhkan media-media yang berperan penting dalam proses komunikasi. Dimana media tersebut dapat mempengaruhi nilai iklan itu sendiri. adapun media yang digunakan meliputi media lini atas (above the line media) dan media lini bawah (bellow the line media). Karya yang akan divisualisasikan ke dalam bentuk yang lebih nyata, sebagai penunjang kampanye periklanan penghijauan di kota Solo, ditargetkan pada : 7 Promosi Souvenir : 1. ID Card 6. Iklan majalah 2. Iklan koran 7. Flag Chain 3. Poster indoor 8. Spanduk 4. Poster outdoor 9. Trafficsign / pictogram 5. Pamflet 10. Tempat benih : 1. T – shirt 2. Pin 3. Stiker 4. Gantungan kunci BAB II KAJIAN TEORI A. Program Solo Royo – royo 1. Latar Belakang a. Kondisi Wilayah dan Potensi Luas wilayah kota Surakarta 44.044 km² atau 4.404.059,3 Ha, hutan kota yang ada di Kodya Surakarta luashya hanya 26,21 Ha. Disbanding dengan luas kota, maka hanya sekitar 5 %. Secara teori kawasan perkotaan yang sehat membutuhkan RTH (Ruang Terbuka Hijau) seluas 40 %. Jumlah penduduk 585.000 jiwa dengan kepadatan penduduknya 12.408 orang per kilometer. Wilayah Solo bagian utara memiliki tanah grumosol (lempung), jenis tanah ini memiliki bahan organik pada lapisan bawahnya. Dengan pH antara 6,0 – 8,0 yang derajat keasamannya normal sampai tinggi, asam agak alkalis, struktur tanah remah, textur tanah liat, daya menahan air cukup baik, permeabilitas cukup lambat dan sangat peka terhadap bahaya erosi. Secara umum tanah ini memiliki sifat fisik dan kimia yang jelek sampai sedang, sehingga produktifitasnya rendah sampai sedang. b. Dampak Negatif dan Permasalahan Kegiatan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan akan mengakibatkan dampak perubahan pada ekosistem dan keaneka ragaman hayati di kawasan pembangunan tersebut baik yang langsung dirasakan, ataupun yang sukar diteteksi. Dampak yang sekarang terjadi merupakan rona lingkungan yang dapat dirasakan, indikasinya adalah kawasan semakin tidak nyaman / panas, terjadi pendangkalan saluran kota, anak sungai, sungai 8 9 Bengawan Solo. Mengakibatkan banyaknya sediment yang terbawa ke sungai pada waktu curah hujan turun, dengan ditunjang dengan lahan yang rawan erosi pada kondisi tanah terbuka tanpa vegetasi (kumpulan tanaman tahunan berupa pepohonan dengan kerindangan sebagai ukurannya). Fenomena terjadinya adalah degradasi sumber daya air dan tanah, dikawatirkan akan terjadi ketidakseimbangan ekosistem yang pada akhirnya berdampak buruk pada kelangsungan hidup manusia. Ditambah kondisi semakin berkurangnya luas tanah yang dapat ditanami. Yang menjadikan isu lingkungan saat ini adalah Solo kota yang bukan daerah hilir justru pernah mendapatkan bencana alam banjir banding yang benyak menelan korban dan kerugian yang besar. Dari permasalahan tersebut maka peningkatan pengelolaan lingkungan terpadu melalui pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dimana peran serta masyarakat dengan bentuk partisipasi menjadikan tulang punggung suksesnya gerakan penanaman pohon penghijauan di seluruh pelosok kota Surakarta ini. Ini merupakan wujud dari kepedulian seluruh lapisan masyarakatdalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan dengan konsep mempertahankan keanekaragaman tanaman dengan tahap mempertahankan estetika dan keindahan taman perkotaan yang mempunyai vegetasi yang mampu meningkatkan kenyamanan dan kesegaran sekaligus dapat menanggulangi pencemaran udara, air dan tanah. Yang dimasa mendatang akan menjadikan harapan bagi penghuninya dan pendatang kota Solo. (Pedoman “GERAKAN PENANAMAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA SURAKARTA” 12 Januari 2004 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP PEMKOT SURAKARTA hal : 1). 10 2. Pengertian Program Solo Royo – royo Solo royo – royo adalah suatu program untuk melanjutkan kegiatan Resik – resik kutha pada tahun lalu, Pemerintah Kota Surakarta akan kembali mengadakan kegiatan massal. Kali ini yang dipilih adalah Resik – resik kutha dan penanaman pohon. Sedangkan Program Solo Royo – royo sendiri adalah program pemerintah kota surakarta untuk menggerakan masyarakat untuk melaksanakan penanaman tanaman penghijauan secara terpadu dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan serta pemanfaatan ruang yang kosong dan tidak produktif serta mempertahankan ekosistem perkotaan dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup dan pengembangan keanekaragaman hayati. (Pedoman “GERAKAN PENANAMAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA SURAKARTA” 12 Januari 2004 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP PEMKOT SURAKARTA hal : 1 – 2). Sedangkan lingkungan hidup menurut Emil Salim diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia”. Sedangkan menurut Otto Soemarwoto lingkungan adalah “umlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruangan yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita”.( Pengantar Ilmu Lingkungan edisi revisi 1995 hal : 14) Lingkungan hidup menurut Undang – undang no. 4 tahun 1982 tentang pokok – pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 menyebutkan : “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainya”. 11 3. Tujuan dan manfaat program Solo Royo – royo a. Tujuan 1) Sebagai upaya konservasi air tanah guna mengingkatkan pasokan air dalam tanah. 2) Mengurangi pencemaran, baik dengan penurunan polutan udara, memperbaiki iklim mikro perkotaan dan dapat menurunkan suhu, mengurangi sengatan matahari, mengurangi tingkat kebisingan, dan sebagai paru – paru kota. 3) Menanamkan kesadaran tentang pentingnya kelestarian fungsi lingkungan kepada masyarakat dalam rangka mengingkatkan pengelolaan lingkungan hidup. 4) Meningkatkan kualitas lingkungan melalui pemberdayaan warga mesyarakat, dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam bentuk partisipasi dari para pengusaha, tokoh masyarakat, masyarakat solo pada umumnya dan instansi pemerintah. b.Manfaat 1) Meningkatkan fungsi ekologis, sosial, dan ekonomis serta kesejahteraan masyarakat. 2) Menyediakan media untuk kegiatan pendidikan, rekreasi dan ekonomi sekaligus menggugah kepedulian masyarakat terhadap fungsi lingkungan hidup. 3) Meningkatkan keindahan taman kota dan kebersihan lingkungan setiap turus jalan protokol hingga turus jalan kampung. 12 4) Meningkatkan daya dukung lingkungan agar terdapat keseimbangan dengan memacu peran aktif masyarakat terhadap upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. B. Iklan Layanan Masyarakat Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang komunikasi telah menghasilkan sarana – sarana yang mempermudah dan mempercepat penyampaian sebuah informasi. Sarana komunikasi yang berupa media cetak, audio, audio visual, memiliki kekuatan yang dapat diandalkan didalam penyebarluasan kampanye program “Solo Royo – royo”. Penyampaian kampanye yang dilakukan melalui ketiga media tersebut di atas paling pas di tampilkan dalam bentuk iklan, dalam hal ini adalah iklan layanan masyarakat. RTS Masli, ketua umum PPI menjelaskan definisi iklan dalam tata krama dan tata cara periklanan, yakni segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. (Cakram Juni 2001) Iklan pada masa sekarang ini sepertinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Setiap hari, baik secara langsung maupun tidak langsung kita selalu menerima pesan iklan yang semakin menarik saja. Kita tentu telah mengenal salah satu bentuk iklan yang semata – mata bukan merupakan bentuk pesan bisnis yang bertujuan untuk mencari keuntungan sepihak. Iklan ini memainkan peranan yang penting bagi kegiatan non bisnis. Di negara – negara maju iklan semacam itu telah banyak dirasakan manfaatnya dalam menggerakan solidaritas masyarakat manakala menghadapi suatu masalah sosial. Di dalam iklan tersebut ditampilkan pesan – pesan sosial yang di maksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap 13 sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yaitu kondisi – kodnisi yang bias mengancam keserasian dan kehidupan umum. Iklan yang seperti telah di jelaskan diatas dikenal sebagai iklan layanan masyarakat (ILM). Jenis iklan inilah yang paling tepat digunakan untuk penyebarluasan kampanye Program “Solo Royo – royo”. Di Indonesia, iklan layanan masyarakat dirasa masih jarang karena masih banyak media yang belum menyadari pentingnya ILM ini dalam membangun masyarakat. Definisi ILM menurut Crompton dan Lamb dalam buku Manajemen Periklanan karangan Rhenald Kasali adalah sebagai berikut: “an announcement for wich no charge is made and wich promotes programs, activities, or sevices of fedral, state, or local government; or the programs, activities or services of non profit organization and other announcement regarded as serving community interest, excluding tune signal, routine weather announcenment and promotional announcement”. (Sebuah pengumuman atau pemberitahuan yang tidak hanya untuk mencari keuntungan yang di buat untuk mamajukan program, aktifitas, maupun pelayanan dari pemerintah pusat, negara bagian, maupun pemerintah daerah; atau juga bias diartikan sebagai program – program, altifitas, maupun pelayanan dari organisasi – organisasi yang tidak mencari keuntungan, serta pengumuman – pengumuman lain yang berkenaan dengan peningkatan perhatian masyarakat, pengeluaran pesan – pesan yang berkesinambungan, laporan cuaca rutin, serta pengumuman yang berhubungan dengan promosi). (Renald Kasali, 1995 : 201) Orang sering beranggapan bahwa ILM memiliki arti yang sama dengan propaganda. Padahal apabila dilihat dari isi pesan yang disampaiakan, keduanya memiliki maksud yang berlainan. 14 Menurut The Advertising Council (suatu dewan periklanan di Amerika Serikat yang mempelopori ILM, berdiri tahun 1942), kriteria yang dipakai untuk menentukan iklan layanan masyarakat adalah : a. Non - komersial. b. Tidak bersifat keagamaan. c. Non politik. d. Berwawasan nasional. e. Diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat. f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima. g. Dapat diiklankan. h. Mempunyai dampak dan kepentingan yang tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media local maupun nasional. Sebuah iklan layanan masyarakat disumbangkan oleh media untuk kepentingan masyarakat, artinya tanpa menuntut bayaran. Sedangkan definisi propaganda menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations, adalah : “suatu usaha yang di lancarkan secara intensif dan berkesinambungan dengan tujuan, menggalang dukungan missal bagi suatu pendapat, kredo (paham) atau kerpercayaan tertentu”. Konsentrasi kegiatan propaganda di pusatkan pada hati (perasaan) dan ingatan. Pada umumnya bahan atau topik propaganda bersifat emosional, intelektual dan spiritual seprti poloitik atau agama yang biasanya mengundang atau mengandung kontroversi (Frank Jefkins, 1992 : 14). Kampanye ILM di Indonesia umumnya dibuat secara sendiri – sendiri dan dilakukan secara sporadis oleh masing – masing biro iklan bersama media mitra 15 usahanya. Oleh karenanya masalah yang di ungkapkan masih terbatas pada sejumlah masalah – masalah umum saja. Perkembangan ILM di Indonesia masih tersendat – sendat, hal ini antara lain di sebabkan Karena : a) Belum adanya suatu wadah yang menghimpun pihak – pihak yang berkepentingan dan kalangan professional untuk merumuskan naskah dan disain iklan serta pesan yang ingin disampaikan. b) Dibatasinya proporsi iklan komersial di berbagai media massa sehingga kecil sekali kemungkinan ILM bisa masuk. c) Dikenakanya PPN (Pajak Pertambahan Nilai) terhadap iklan yang mengakibatkan, sekalipun ruang dan waktunya merupakan sumbangan dari pihak media. Untuk mendapatkan sebuah ILM yang menarik dan efektif, kita harus memperhatikan langkah – langkah pembuatanya. Langkah – langkah pembuatan dan pemasaran ILM tidak jauh berbeda dengan iklan biasa : a) Identifikasi masalah serta pemilihan dan analisa kelompok sasaran. Yang dianalisis dari kelompok ini adalah kebutuhannya,suasana psikologis dan sosiologis yang melingkupinya, bahasanya, jalan pikirannya, serta symbol – symbol yang dekat dengannya. b) Menentukan tujuan khusus iklan tentang apa yang di harapkan dan apa yang ingin dicapai dalam kampanye tersebut. c) Menentukan tema iklan, yaitu topic pokok atau selling point yang ingin dituju oleh iklan. d) Menentukan anggaran iklan yang diperlukan untuk suatu kampanye selama periode tertentu. Beberapa metode yang lazim digunakan untuk menentukan anggaran iklan diantaranya : arbitary approach, percentage approach, service 16 participating or use approach, dan the objective and task approach (pendekatan sewenang-wenang, persentase mendekati, mengambil bagian atau pendekatan penggunaan, dan sasaran dan tugas mendekati) e) Perencanaan media yang meliputi tiga hal, yaitu : identifikasi media yang ada dan tersedia, media yang cocok dan dapat digunakan serta menentukan waktu dan frekwensi penyairan. f) Menciptakan pesan – pesan iklan, termasuk headline, subheadline, body copy, artwork, dan logo. g) Menilai keberhasilan kampanye tersebut melalui serangkaian evaluasi yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah kampanye disiarkan. Jadi, dengan adanya perkembangan teknologi serta perilaku masyarakat yang semakin kompleks, ILM menjadi sebuah media yang memiliki peranan penting dalam menunjang berbagai kegiatan dan pembangunan masyarakat yang diprakarsai oleh pemerintah maupun organisasi – organisasi tertentu. Karena, ILM inilah peranan lebih jauh dari iklan yang bertujuan untuk mengkomunikasikan gagasan – gagasan yang penting untuk diketahui masyarakat (Ale Djahri, 5 Mei 1984 : 11).