BAB II PENGATURAN PELAKSANAAN TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA DI INDONESIA Berdasarkan kontrak berjangka atau opsi atas kontrak berjangka. Bursa berjangka adalah tempat/fasilitas memperjual belikan kontrak atas sejumlah komoditi atau instrumen keuangan dengan harga tertentu yang penyerahan barangnya disepakati akan dilakukan pada saat yang akan datang. Kontrak itu dibuat antara pihak-pihak yang saling tidak tahu lawan transaksinya. Kontrak adalah mengikat pada saat terjadinya kesepakatan antara pembeli dan penjual meskipun mereka saling tidak tahu lawan transaksinya. Tidak ada pasar sekunder untuk kontrak dalam perdagangan berjangka. Semua kontrak adalah kontrak primer dan setiap kontrak (dengan subjek kontrak tertentu) yang terjadi (dibuka) harus didaftarkan pada otoritas bursa setempat, jadi kontrak diciptakan di bursa. 20 Perdagangan berjangka sebagai salah satu instrument baru dalam dunia investasi memang menjanjikan keuntungan yang sangat besar. Namun demikian apapun bentuk investasi dengan sendirinya tidak akan terlepas dari resiko. Hal yang sama juga berlaku untuk investasi di bursa berjangka. Perjanjian kerjasama investasi antara investor dengan perusahaan Pialang Berjangka merupakan dasar hukum utama dan acuan bagi para pihak untuk pelaksanaan investasi dari investor di Bursa Berjangka. 21 Hal ini sesuai juga dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1338 20 21 “Bursa Berjangka”. Melalui http://id.wikipedia.org. diakses tanggal 15 Januari 2013 R. Subekti, R Tjirosudibio, Op. Cit., hlm. 342. Universitas Sumatera Utara KUH Perdata yang berbunyi : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.” Dengan demikian kesepakatan dalam Perjanjian kerjasama investasi antara investor dengan perusahaan Pialang Berjangka berlaku sebagai aturan yang harus disepakati oleh kedua pihak yang bersepakat dalam pelaksanaan investasi. Berbicara tentang perjanjian kerjasama investasi antara investor dengan perusahaan Pialang Berjangka, terdapat beberapa hal yang harus perlu diketahui tentang kerjasama investasi antara investor dengan perusahaan Pialang Berjangka. Investor adalah pemilik modal yang mengamanatkan modalnya untuk di investasikan di bursa berjangka melalui Pialang/Wakil Pialang Berjangka. Dengan demikian terlihat bahwa Pialang/Wakil Pialang Berjangka hanya sebagai pihak perantara terhadap keinginan investasi yang akan dilakukan oleh investor. Hal ini karena untuk melakukan investasi di bursa berjangka tidak dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat umum, yaitu untuk melakukan transaksi secara langsung di bursa berjangka akan tetapi harus melalui Pialang/Wakil Pialang Berjangka. Hal ini terlihat dari pengertian pialang berjangka itu sendiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 17, Undang-Undang Nomor 10 tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang berbunyi: Pialang Perdagangan Berjangka, yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi tersebut. Margin yang ditarik dari nasabah akan digunakan oleh pialang atau wakil pialang berjangka untuk melakukan pembelian atas Universitas Sumatera Utara opsi kontrak berjangka atau produk derivatif lainnya sesuai dengan yang di kehendaki untuk dilakukan investasi oleh investor. Untuk berspekulasi di pasar berjangka, dibutuhkan kemampuan menganalisa dan dukungan oleh riset, tetapi citra perdagangan di Indonesia terlanjur jelek karena banyak investor yang pernah bermain di perdagangan berjangka kapok setelah tertipu oleh pialang yang tidak resmi. Sudah seharusnya investor mengetahui risiko dan mekanisme bertransaksi, memenuhi persyaratan, hak dan kewajiban, serta mendapatkan informai yang lengkap terhadap kontrak dan bursa. 22 Berdasarkan keterangan tersebut terlihat bahwa kedudukan investor lebih tinggi terhadap Pialang/Wakil Pialang Berjangka dalam hal menentukan investasi apa yang akan dilakukan di Bursa Berjangka. Karena Pialang/Wakil Pialang Berjangka hanya bertugas untuk melaksanakan amanat, yaitu perintah dari nasabah kepada pialang berjangka untuk melaksanakan transaksi kontrak di bursa berjangka, yang diberikan oleh nasabah (investor). Dengan demikian para nasabah atau investor yang akan melakukan investasi di bursa berjangka, harus mempunyai pendirian dan jangan mau asal di pengaruhi oleh Pialang/Wakil Pialang Berjangka. 23 Peraturan Kepala Bappebti Nomor 71/BAPPEBTI/Per/8/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Bappebti Nomor 69/BAPPEBTI/Per/6/2009 tentang Penggerak Pasar (Market Maker) dan Kewajiban Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka. Penyempurnaan ini dilakukan untuk memberikan 22 Hanafi Sofyan, Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia, (Jakarta: PT. Elex Media Kompotindo, 2000) hlm. 10. 23 Departemen Perindustrian dan Perdagangan, “Peristilahan Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi”, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Maret 1999, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara kesempatan bagi para pihak dalam mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dengan ketentuan tentang Penggerak Pasar (market maker) dan kewajiban melakukan transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka. 24 Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 69/BAP-PEBTI/Per/6/2009 tentang Penggerak Pasar (Market Maker) dan Kewajiban Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka. Peraturan ini dimaksudkan bahwa untuk meningkatkan volume perdagangan Kontrak Berjangka dan likuiditas perdagangan di Bursa Berjangka, perlu adanya penggerak pasar (Market Maker) dan pengaturan mengenai kewajiban bagi penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan Pialang Berjangka untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka. 25 Peraturan Kepala Bappebti Nomor 76/BAP-PEBTI/Per/12/2009 tentang Larangan bagi Pialang Berjangka dengan modal asing untuk bertransaksi dalam Sistem Perdagangan Alternatif. Peraturan ini melarang Pialang Berjangka dengan modal asing untuk melakukan transaksi di dalam Sistem Perdagangan Alternatif. 26 Kemajuan teknologi telah membuat transaksi di pasar berjangka dapat diakses siapa saja dan dimana saja selama 24 jam dalam sehari. Informasi akan tesedia, harga akan terbentuk secara transparan sehingga memudahkan untuk melakukan proyeksi usaha kedepan. Dalam mengembangkan usaha dan pembangunan ekonomi, transparansi akan harga merupakan suatu keharusan dan ini sesuai dengan semangat 24 Peraturan Kepala Bappebti Nomor 71/BAP-PEBTI/Per/8/2009 tentang Perubahan atas Pe-raturan Kepala Bappebti Nomor 69/BAPPEBTI/Per/6/2009 tentang Penggerak Pasar (Market Maker) dan Kewajiban Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka 25 Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 69/BAP-PEBTI/Per/6/2009 tentang Penggerak Pasar (Market Maker) Dan Kewajiban Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Ber-jangka 26 Peraturan Kepala Bappebti Nomor 76/BAP-PEBTI/Per/12/2009 tentang Larangan bagi Pialang Berjangka dengan Modal Asing untuk bertransaksi dalam Sistem Perdagangan Al-ternatif Universitas Sumatera Utara demokrasi. Bagi petani dan pengusaha kecil, adanya bursa berjangka akan memberikan informasi harga yang mencerminkan kondisi riil, sehingga mereka dapat memutuskan kapan menanam, panen, menyimpan dan menjual, sehingga risiko dari fluktuasi harga dan ketidakpastian dapat dihindari. 27 Transaksi Kontrak Berjangka dilihat dari Undang-Undang 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pada saat ini perdagangan Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka Jakarta dilakukan secara online melalui sistem perdagangan yang disediakan oleh Bursa Berjangka Jakarta yang disebut JAFeTS. JAFeTS adalah Jakarta Futures Electronic Trading System merupakan sistem komputer yang disediakan oleh Bursa Berjangka untuk pelaksanaan transaksi. Pasal 16 huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Bursa Berjangka bertugas untuk menyediakan fasilitas yang cukup untuk dapat terselenggaranya transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif dan transparan. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Transaksi Kontrak Berjangka yang dilakukan oleh Bursa Berjangka Jakarta adalah transaksi elektronik karena order nasabah (baik jual atau beli) disampaikan kepada Pialang Berjangka dan oleh Pialang Berjangka order itu diinput untuk ditawarkan kepada pihak lain melalui sistem perdagangan JAFeTS. Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang ITE menyebutkan bahwa kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi padasaat penawaran transaksi yang 27 Hanafi Sofyan. Op. Cit., halaman 13 Universitas Sumatera Utara dikirim Pengirim telah diterima dan disetujui Penerima. Transaksi Elektronik terjadi pada saat kesepakatan antara para pihak yang dapat berupa antara lain pengecekan data, identitas, nomor identitas pribadi (personal identification number/PIN) atau sandi lewat (password). Sedangkan Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang ITE menyatakan bahwa persetujuan atas penawaran transaksi elektronik sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dilakukan dengan persyaratan penerimaan secara elektronik. Dalam praktek di Bursa Berjangka Jakarta order nasabah/investor (misal order untuk menjual) dapat dilakukan sendiri oleh nasabah/investor dengan mempergunakan sistem perdagangan JAFeTS (dengan wajib menginput kode Pialang Berjangkanya terlebih dahulu) atau menyampaikan order melalui Pialang Berjangka. Pialang Berjangka juga memasukkan order nasabah dengan menggunakan JAFeTS. Order nasabah itu akan terpampang di sistem perdagangan JAFeTS dan dapat dilihat oleh pihak lain (Pialang Berjangka lainnya). Apabila penawaran tersebut dilihat oleh Pialang Berjangka atau nasabah/investor lainnya dan tertarik dengan penawaran itu maka nasabah/investor tersebut akan memasukkan order beli atau menyampaikan ordernya melalui Pialang Berjangkanya melalui sistem JAFeTS. Apabila terdapat kesamaan harga antara order jual dan order beli nasabah/investor maka transaksi itu dikatakan terjadi. Bursa Berjangka akan meneruskan transaksi yang sudah terjadi secara elektronis kepada Lembaga Kliring untuk dilakukan pendaftaran dan penjaminan penyelesaiannya. Jadi mekanisme perdagangan Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka Jakarta yang dilakukan dengan mempergunakan sistem transaksi elektronik JAFeTS, telah sesuai dengan Pasal 20 Undang-Undang ITE yaitu penawaran (order) telah disetujui dan diterima oleh penerima dengan pernyataan secara elektonik Universitas Sumatera Utara yaitu dengan cara penerima memasukkan order (baik dilakukan sendiri atau melalui Pialang Berjangka) yang harganya sama melalui sistem perdagangan elektronik JAFeTS. A. Sejarah Perdagangan Berjangka Komoditi Untuk dapat lebih mengetahui dan memahami tentang perdagangan berjangka komoditi, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang sejarah berkembangnya perdagangan berjangka komoditi. 1. Sejarah perdagangan berjangka komoditi dunia. Perdagangan Berjangka Komoditi mulai dikenal sekitar akhir abad ke-11 dengan berkembangnya perdagangan di benua Eropa dan pada awal abad 12 terdapat dua pusat perdagangan terbesar di Eropa yang berkembang dengan pesat dan menjadi panutan bagi daerah lainnya yaitu kawasan utara Italia yang terdiri dari beberapa kota yaitu Venezia, Florence, Genoa, Pisa dan Milan, serta kawasan Eropa Utara atau Flanders (Belanda dan Belgia sekarang). Kedua pusat perdagangan di atas memang sudah ada dan dikenal sejak zaman Kekaisaran Romawi masih berkuasa yaitu sebagai pusat perdagangan pakaian yang memiliki koneksi/hubungan dagang dengan kerajaan Inggris yang waktu itu merupakan produsen benang wol di Eropa. Barang-barang yang diperdagangkan waktu itu adalah sutera alam, rempah-rempah, logam mulia dan parfum. 28 28 Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Peristilahan Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi, (Jakarta: Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, 1999), hlm. 1. Universitas Sumatera Utara Ramainya perdagangan waktu itu juga terjadi antara kedua pusat perdagangan di atas, selain perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang asia yang masuk dan ikut berdagang dengan kedua kota tersebut. Perdagangan juga terjadi antara saudagar Italia dari kota-kota di Italia utara dengan pedagang di Flanders dilakukan melalui darat dan melewati sebuah kota di Perancis utara yang cukup ramai yang bernama Champagne. Karena jarak antara kota-kota Italia dengan Flanders cukup jauh waktu itu karena ditempuh melalui perjalanan darat, para saudagar dari kedua kota tersebut sering beristirahat di Champagne dan sering menitipkan dan menyimapan barang-barang dagangan mereka di Champagne sebelum dibawa ke kota tujuan yaitu kota-kota Italia dengan Flanders. Melihat keadaan tersebut, seorang pangeran di Champagne berinisiatif membuat sebuah pusat perniagaan baru di Champagne dengan menyediakan berbagai sarana diantaranya adalah tempat penyimpanan barang dagangan. Maka pada tahun 1114 bangsawan (Pangeran di Champagne) meresmikan sebuah pusat perniagaan di Champagne yang menampung berbagai kegiatan perniagaan dan memungut bayaran atau pajak atau komisi atas sarana dan prasarana perdagangan yang dipakai oleh para saudagar yang berdagang di situ. 29 Setelah dikenal luas perniagaan di Champagne berkembang menjadi salah satu pusat perniagaan besar di Eropa, dimana pelaku perdagangan tidak hanya berdatangan dari Italia dan Flanders akan tetapi juga datang dari negara-negara Skandinavia, Inggris Raya bahkan dari 29 Ibid., halaman, 12 Universitas Sumatera Utara Rusia. Pesatnya perkembangan perniagaan di Champagne tidak terlepas dari ketatnya proteksi peraturan yang dibuat oleh pihak yang berkuasa selain sarana alat tukar yang aman dan pasti serta tersedianya gudang untuk tempat penyimpanan barang. Pusat perniagaan di Champagne yang berlangsung setiap tahun diawali dengan penawaran dan permintaan beberapa bahan mentah serta hasil olahan yang sudah dikenal baik diantara para pedagang. Biasanya pada beberapa hari terakhir masa berlangsungnya perdagangan digunakan oleh para pedagang untuk membayar nota tanda terima dan menukarkannya dengan barang yang dikehendaki. Dengan semakin berkembangnya Pusat perniagaan di Champagne membuat pedagang yang datang juga dari berbagai kawasan dan kebudayaan yang berbeda tidak jarang juga menimbulkan konflik dianatra para pedagang. Untuk mengatur atau mengurangi persengketaan itu dibuatlah kesepakatan diantara para pedagang dengan dibantu pihak yang berkuasa yang dituangkan dalam peraturan hukum dagang yang disebut Merchant Law. Dalam Merchant Law sudah diatur tentang pengertian kontrak, jangka waktu penyelesaian, penentuan cara pengambilan contoh barang, pengawasan dan daftar pertanyaan untuk mutu barang serta ketetapan tempat untuk penyerahan barang. 30 Pusat perniagaan di Champagne ini sudah menggunakan kontrak untuk melakukan perniagaan dan penyerahan barang dilakukan kemudian. Kontrak tersebut dikenal dengan lettre de faire. Penerbitan lettre de faire dikaitkan 30 Ibid., halaman, 13 Universitas Sumatera Utara dengan jual beli komoditi secara tunai berdasarkan spesifikasi kualitas tertentu dan tanggal penyerahan di kemudian hari yang telah ditetapkan pada waktu diterbitkan. Penggunaan lettre de faire sangat memuaskan para pedagang karena mereka tidak perlu membawa semua dagangan mereka ke champagne dan hanya perlu membawa contoh-contohnya saja untuk ditawarkan di pusat perniagaan Champagne. Keberhasilan pusat perniagaan Champagne diikuti oleh berbagai wilayah lain, diantaranya adalah Brussel dan Amsterdam. Pada tahun 1570 juga dibuka di London Inggris dengan nama Royal Exchange atau lebih dikenal dengan London Commodity Exchange. Dengan makin berkembangnya zaman dan peradaban maka pada awal abad ke-19 perniagaan komoditi mulai berubah menjadi bursa komoditi yang lebih tertib dan efisien. Bursa berjangka modern lahir pertama kali di Chicago pada tahun 1848 dan bernama Chicago Board of Trade (CBOT) yang didirikan oleh 82 pedagang komoditi. Perdagangan di Chicago Board of Trade (CBOT) memiliki standar, sistem pengawasan dan uji kualitas yang ditentukan oleh bursa. Kontrak berjangka modern pertama kali diperdagangkan pada tahun 1851 yaitu 3 tahun setelah berdirinya Chicago Board of Trade (CBOT). Pesatnya perkembangan perdagangan di Chicago Board of Trade (CBOT) melahirkan bursa-bursa baru dikota lain misalnya pada tahun 1870 berdiri New York Produce Exchange dan New York Cotton Exchange, juga berdiri New Orleans Cotton Exchange dan diikuti dengan bermunculannya berbagai bursa di berbagai kota di Amerika. Setelah perang dunia kedua dengan majunya teknologi berbagai bursa berjangka juga bermunculan di dunia. Universitas Sumatera Utara 2. Sejarah Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia. Kehadiran Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia sebenarnya sudah lama ada, akan tetapi perdagangan dilakukan melalui bursa berjangka yang ada diluar Indonesia. Dimana pada waktu itu banyak perusahaan asing yang bekerja sama dengan perusahaan lokal menjalankan kegiatan penyaluran amanat nasabah ke bursa berjangka luar negeri melalui beberapa perusahaan komisioner (commission house). Sayangnya perkembangan usaha komisioner (comission house) diwarnai banyaknya kasus penipuan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan komisioner (comission house) yang menjalankan amanat dari nasabah dalam negeri ke bursa luar negeri dan banyaknya pengusaha luar negeri yang melarikan dana nasabah pada tahun 1970-an. Dengan maraknya kasus penipuan yang terjadi maka pada tahun 1977, Menteri Perdagangan saat itu menerbitkan SK No.03/M/INS/77 yang melarang kegiatan perdagangan berjangka, yang membuat perkembangan perdagangan berjangka menjadi terhambat/mundur. Akan tetapi ternyata pemerintah masih menganggaap penting keberadaan perdagangan berjangka, hal ini terlihat lima tahun kemudian tepatnya tahun 1982 Pemerintah membentuk suatu badan untuk mempersiapkan pendirian Bursa Komoditi di Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1982 dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1982 tentang Bursa Komoditi. Serta membentuk badan pelaksana Perdagangan Berjangka Komoditi dibawah Departemen Perdagangan (BAPEBTI). 31 31 Ibid., hal 10 Universitas Sumatera Utara Selama bertahun-tahun badan pelaksana perdagangan berjangka komoditi (BAPEBTI) menyiapakan keperluan untuk lahirnya bursa berjangka pertama di Indonesia. Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, persiapan untuk segera membentuk Bursa Komoditi juga semakin mantap. Akhirnya pada tanggal 21 November 2000, izin usaha bursa berjangka pertama dikeluarkan oleh Bappebti, melalui Surat Keputusan Nomor 02/Bappebti/SI/XI/2000. sejak iu bursa berjangka pertama yang dinamakan Bursa Berjangka Jakarta resmi berdiri. Pada 15 Desember tahun 2000 untuk pertama kalinya Bursa Berjangka Jakarta melakukan transaksi berjangka. Dengan berdirinya Bursa Berjangka Jakarta status Bepebti tidak lagi menjadi badan pelaksana akan tetapi menjadi badan pengawas yaitu Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Beppebti). Perdagangan Berjangka Komoditi, yang selanjutnya disebut Perdagangan Berjangka, adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka. Berdasarkan atas defenisi tersebut pengertian perdagangan berjangka bukan hanya sekedar kegiatan transaksi jual beli yang terjadi di bursa berjangka saja tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu mencakup proses penawaran kontrak berjangka oleh Wakil Perusahaan Pialang Berjangka (wakil pialang) kepada nasabahnya, penempatan amanat oleh nasabah, pelaksanaan transaksi. Sampai penyelesaian keuangan dari transaksi yang bersangkutan atau penyerahan Universitas Sumatera Utara barangnya. Termasuk dalam kegiatan perdagangan berjangka adalah kegiatan promosi yang dilakukan oleh para pelaku perdagangan bejangka (perusahaan pialang berjangka/perusahaan trading). Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka (futures trading) adalah “Segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi yang penyerahannya dilakukan kemudian”. 32 Bursa berjangka adalah suatu organisasi berdasarkan keanggotaan dan berfungsi menyediakan fasilitas untuk menyelenggarakan kegiatan kontrak berjangka yang terawasi sesuai dengan Uudang-Undang dan peraturan-peraturan perdagangan berjangka yang berlaku, selain itu bursa komoditi bisa diartikan sebagai amanat/kontrak/order terhadap komoditi tertentu yang memiliki batasan waktu tertentu. Menurut John C. Hull, “A futures contract is an agreement to buy or to sell an asset at a certain time in the future for a certain price”. 33 3. Peraturan dalam Perdagangan Berjangka Peraturan perdagangan berjangka diatur dalam berbagai ketentuan berikut: a. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Amandemen Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi; b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi; 32 Lihah Undang No. 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi Siahaan dan Adler Haymans Manurung, Aktiva Derivatif, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 23. 33 Universitas Sumatera Utara c. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Tatacara Pemeriksaan Dibidang Perdagangan Berjangka Komoditi; d. Keputusan Presiden Nomor Tahun 1999 tentang Komoditi yang dapat dijadikan Subyek Kontrak Berjangka Komoditi; e. Peraturan Teknis dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Pedagangan Berjangka Komoditi (Bappebti); f. Peraturan dan Tata Tertib di Bursa Berjangka; g. Peraturan dan Tata Tertib di Lembaga Kliring Berjangka. B. Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Kegiatan Bursa Berjangka Komoditi Perdagangan berjangka melibatkan beberapa pihak terkait antara lain Menteri Perdagangan, BAPPEBTI, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka, Pialang Berjangka dan Wakil Pialang Berjangka, Pedagang Berjangka, Penasihat Berjangka dan Wakil Penasihat Berjangka, Sentra Dana Berjangka, Pengelola Sentra Dana Berjangka dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka, Bank Penitipan, dan Nasabah. Khusus untuk perdagangan berjangka di luar Negeri melibatkan Bursa Berjangka di Luar Negeri dan Badan Pengawas Berjangka Luar Negeri. Lebih jelasnya mekanisme transaksi antara pihak-pihak dalam perdagangan berjangka dapat diuraikan sebagai berikut: Untuk dapat melakukan kegiatan perdagangan didalam bursa berjangka yang memperdagangkan komoditi dari pedagang berjangka, terlebih dahulu harus menjadi anggota/nasabah dari pialang berjangka yang menjadi anggota dari bursa berjangka, hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Pasal Universitas Sumatera Utara 31 ayat 1 Undang-Undang No.32 Tahun 1997, namun jika ingin melakukan transaksi dibursa berjangka luar negeri maka harus menjadi anggota/nasabah dari pialang berjangka anggota kliring atau langsung mendaftar menjadi anggota pialang yang ada diluar Negeri. Jika hanya ingin melakukan investasi dengan tidak terlibat dalam pengambil keputusan hanya perlu menjadi peserta dari Sentra Dana Berjangka. 34 1. Menteri Perdagangan Menteri Perdagangan adalah Menteri yang bertanggung jawab sekaligus mengawasi perdagangan berjangka komoditi. 2. Badan Pengawas Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) merupakan badan yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEPTI bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan, selain itu BAPPEBTI juga memiliki wewenang dalam mengawasi perdagangan berjangka komoditi yaitu: a. membuat pedoman teknis mengenai mekanisme Perdagangan Berjangka; b. memberikan: 1) izin usaha kepada Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka; 2) persetujuan pembukaan kantor cabang Pialang Berjangka; 3) izin kepada orang perseorangan untuk menjadi Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka; 34 Ibid., halaman 15 Universitas Sumatera Utara 4) sertifikat pendaftaran kepada Pedagang Berjangka; 5) persetujuan kepada Pialang Berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat Nasabah dalam negeri ke Bursa Berjangka luar negeri; 6) persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan dana Nasabah, Dana Kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya serta untuk pembentukan Sentra Dana Berjangka; 7) persetujuan kepada Bursa Berjangka untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pasar fisik komoditi terorganisasi; 8) persetujuan kepada Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi di pasar fisik komoditi terorganisasi; dan 9) persetujuan kepada Pedagang Berjangka dan Pialang Berjangka untuk melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dalam penyelenggaraan Sistem Perdagangan Alternatif. c. Menetapkan daftar surat berharga alas hak (document of title) yang dipergunakan dalam penyelesaian transaksi dalam Perdagangan Berjangka. d. Menetapkan daftar Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. e. Melakukan pemeriksaan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran; Universitas Sumatera Utara f. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bappebti sebagaimana dimaksud pada huruf e. g. Memerintahkan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan pelanggaranterhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. h. Menyetujui peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, termasuk perubahannya. i. Memberikan persetujuan terhadap Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang akan digunakan sebagai dasar jual beli Komoditi di Bursa Berjangka dan/atau Sistem Perdagangan Alternatif, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. j. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu anggota dewan komisaris dan/atau direksi serta menunjuk manajemen sementara Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, sampai dengan terpilihnya anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi yang baru oleh Rapat Umum Pemegang Saham. k. Menetapkan persyaratan keuangan minimum dan kewajiban pelaporan bagi Pihak yang memiliki izin usaha berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. l. Menetapkan batas jumlah maksimum dan batas jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap Pihak. Universitas Sumatera Utara m. Mengarahkan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu, apabila diyakini akan terjadi keadaan yang mengakibatkan tidak wajarnya perkembangan harga di Bursa Berjangka dan/atau terhambatnya pelaksanaan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. n. Mewajibkan setiap Pihak untuk menghentikan dan/atau memperbaiki iklan atau kegiatan promosi yang menyesatkan dan/atau merugikan berkaitan dengan Perdagangan Berjangka dan mengganti kerugian sebagai akibat yang timbul dari iklan atau kegiatan promosi dimaksud baik secara langsung maupun tidak langsung. o. Menetapkan ketentuan tentang dana Nasabah yang berada pada Pialang Berjangka yang mengalami pailit. p. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh suatu Pihak terhadap keputusan Bursa Berjangka atau Lembaga Kliring Berjangka serta memutuskan untuk menguatkan atau membatalkannya. q. Membentuk sarana penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka. r. Mengumumkan hasil pemeriksaan, apabila dianggap perlu, untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dan ketaatan semua Pihak terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. s. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. Universitas Sumatera Utara t. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. 35 3. Bursa Berjangka Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. 36 4. Bursa Berjangka Luar Negeri Bursa Berjangka Luar Negeri adalah Bursa Berjangka yang daftarnya ditetapkan oleh BAPPEBTI. 5. Lembaga Kliring Berjangka Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka. 37 6. Pialang Berjangka Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin transaksi tersebut. 38 7. Anggota Kliring Berjangka 35 Pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi Ibid. 37 Ibid. 38 Ibid. 36 Universitas Sumatera Utara Anggota Kliring Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. 39 8. Pedagang Berjangka Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya. Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya. 40 9. Penasihat Berjangka Penasihat Berjangka adalah Pihak yang memberikan nasihat kepada pihak lain mengenai jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnyadengan menerima imbalan. 41 10. Sentra Dana Berjangka Sentra Dana Berjangka adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana secara kolektif dari masyarakat untuk diinvestasikan dalam Kontrak Berjangka 39 Ibid. Ibid. 41 Ibid. 40 Universitas Sumatera Utara dan/atau Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka dan/atau instrumen lainnya yang diatur dengan Peraturan Kepala BAPPEBTI. 42 11. Pengelola Sentra Dana Berjangka Pengelola Sentra Dana Berjangka adalah Pihak yang melakukan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana dari peserta Sentra Dana Berjangka untuk diinvestasikan dalam Kontrak Berjangka. 43 12. Nasabah Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka. 44 C. Penerapan Asas-Asas Perjanjian Jual Beli Dalam Transaksi Kontrak Berjangka. Perjanjian jual beli bersifat konsensus nampak jelas diatur dalam KUH Perdata pasal 1458, jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Pasal 1458 KUH Perdata menyatakan bahwa ”Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun keadaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar”. 42 Ibid. Ibid. 44 Ibid. 43 Universitas Sumatera Utara Dalam praktek di Bursa Berjangka Jakarta unsur kesepakatan dalam jual beli tercermin dalam pada saat order nasabah/investor terjadi (order jual dan beli sepadan/matching) maka hal itu diartikan bahwa para pihak (nasabah penjual dan pembeli) sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu transaksi jual beli Kontrak Berjangka. Sementara itu unsur perjanjian jual beli lainnya adalah peralihan hak. Peralihan hak dalam perjanjian jual beli diatur dalam pasal 1549 KUH Perdata bahwa ”Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli, selama penyerahanya belum dilakukan menurut Pasal 612, 613 dan 616 KUH Perdata. Dalam perdagangan berjangka komoditi, yang menjadi obyek adalah Kontrak Berjangka yang jika diperlukan penyelesaiannya dapat dilakukan dengan penyerahan fisik komoditi. Tetapi penyerahan fisik komoditi bukan merupakan suatu hal yang utama karena fungsi perdagangan berjangka sebenarnya adalah untuk sarana lindung nilai (hedging) dan pembentukan harga (price referenca). Selama Tahun 2009 penyerahan fisik yang terjadi di Bursa berjangka tidak lebih dari 2% dari total keseluruhan transaksi di Bursa Berjangka Jakarta. Sebagai informasi dapat kami sampaikan bahwa untuk penyelesaian transaksi di Bursa Berjangka Jakarta terdapat 4 (empat) cara, yaitu: 1. Penyelesaian transaksi secara likuidasi (offsetting); Universitas Sumatera Utara Yaitu penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, sebelum kontrak yang bersangkutan jatuh tempo dapat dilakukan dengan cara likuidasi. Penyelesaian transaksi ini dikenal juga dengan istilah offset atau liquidation by offset. 45 2. Penyelesaian transaksi dengan penyerahan fisik (physical delivery); Yaitu kontrak berjangka yang masih terbuka sampai dengan hari perdagangan terakhir (bulan jatuh tempo) harus diselesaikan dengan penyerahan barangnya secara fisik. 3. Penyelesaian transaksi secara tunai (cash settlement); Yaitu kontrak berjangka tertentu yang tidak dapat diselesaikan secara penyerahan fisik, maka penyelesaiannya dapat dilakukan secara tunai sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka. 4. Penyelesaian secara Tukar Fisik dengan Berjangka Yaitu penyelesaian Kontrak Berjangka dengan cara menukar posisi terbuka yang masih terbuka dengan Berjangka di Bursa Berjangka. Proses penyelesaian transaksi kontrak berjangka ditetapkan sesuai dengan peraturan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, misalnya dalam hal harus terjadi penyerahan barang secara fisik (paysical delivery) atas kontrak berjangka. Pihak penjual mempunyai hak opsi untuk melakukan penyerahan fisik (seller option) pada tempat penyerahan terdaftar, sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi kontrak antara lain: 45 Anonymous, Tuntunan Praktis Perdagangan Berjangka Komoditi. Investasi Hedging dan Mekanisme Transasksi, (Jakarta: Bappebti, 2002), hlm .12. Universitas Sumatera Utara 1. Pemberitahuan penyerahan barang, dalam waktu yang ditentukan sesuai dengan spesifikasi kontrak atau yang ditentukan oleh lembaga kliring berjangka, penjual harus menyampaikan pemberitahuan penyerahan lembaga kliring berjangka, dan dalam bentuk yang ditentukan oleh lembaga kliring berjangka. Pemberitahuan penyerahan tersebut menyatakan jenis dokumen berharga, yang digunakan untuk mengalihkan hak milik atas komoditi yang diserhakan dan dokumen lain yang dibutuhkan oleh lembaga kliring berjangka. 2. Pemberitahuan kepada pembeli, lembaga kliring berjangka mengalokasikan penyerahan kepada pihak pembeli, pada hari yang sama dengan hari penerimaan pemberitahuan penyerahan dari penjual. Pengalokasian kepada pembeli dilakukan secara acak (random) atas posisi-posisi beli yang masih terbuka. Lembaga kliring berjangka akan memberitahukan alokasi tersebuut kepada pembeli dan bursa berjangka pada hari berikutnya. Pembeli yang diserahkan pemberitahuan penyerahan tersebut wajib menerimanya. 3. Tempat penyerahan, komoditi yang akan diserahkan harus ditempatkan pada lokasi yang terdaftar di bursa berjangka. Hak memilih lokasi penyerahan ada pada penjual, apabila lokasi terdaftar tersebut lebih dari satu tempat. 4. Dokumen yang harus diserahkan, pihak penjual harus menyerahkan kepada lembaga kliring berjangka dokumen-dokumen antara lain : a. Surat bukti pemyimpanan dalam bentuk yang ditentukan bursa berjangka. b. Faktur untuk jumlah yang sebanarnya diserahkan . c. Faktur pajak komersial sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara d. Dokumen-dokumen lainnya yang telah ditentukan oleh bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka. 5. Pembayaran, pembeli yang menerima penyerahan, wajib melaksanakan pembayaran kepada penjual yang melakukan penyerahan melalui lembaga kliring berjangka, selambat-lambatnya dua hari perdagangan setelah pemebritahuan penyerahan. Perhitungan atas jumlah yang harus dibayar oleh pembeli dan yang akan diterima oleh penjual, dilakukan berdasarkan harga penyelesaian (settlement price) pada hari perdagangan sebelum hari penerimaan pemberitahuan penyerahan. 6. Biaya penyimpanan, semua biaya penyimpanan (termasuk biaya pemeriksaan mutu dan asuransi), harus dibayar oleh pihak yang mempunyai posisi jual sekurangkurangnya untuk satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkannya surat bukti penyimpanan. 7. Penyelesaian tunai dilakukan apabila untuk melikuidasi posisi jual beli tidak terjadi penyerahan fisik atas kontrak berjangkanya. Ketentuan mengenai penyelesaian tunai diatur sesuai dengan jenis kontrak komoditinya masing-masing. Penentuan harga likuidasi posisi dapat menggunakan harga penyelesaian, atau harga yang disepakati antara pihak pembeli dan penjual yang transaksinya dilakukan di Bursa Berjangka. 46 46 Anonymous, Tuntunan Praktis Perdagangan Berjangka. Investasi Hedging & Mekanisme Transaksi, (Jakarta: Bappebti, 2002), hlm. 3. Universitas Sumatera Utara D. Sistem Transaksi Di Bursa Berjangka Jakarta. Pelaksanaan Transaksi yang sudah ditanamkan melalui Pialang/Wakil Pialang Berjangka adalah dengan jalan membeli kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka. Hal ini sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Dalam bursa berjangka investor melakukan penanaman modal melalui Perusahaan Pialang Berjangka, hal ini dikarenakan investor tidak dapat terjun langsung ke bursa berjangka untuk menanamkan investasinya karena investor bukanlah anggota dari bursa berjangka, sehingga dalam menanamkan investasinya harus melalui Perusahaan Pialang Berjangka, sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Jadi dengan kata lain investor menitipkan investasinya kepada Perusahaan Pialang Berjangka agar diteruskan untuk dikelola dan diinvestasikan di bursa berjangka. Dalam pelaksanaan investasi di bursa berjangka, investor adalah pemain utama yang dalam melakukan investasinya di bursa berjangka diwakilkan oleh pialang berjangka, karena investor tidak dapat melakukan pembelian kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka secara langsung. Dalam pelaksanaan investasi di bursa berjangka ini yaitu sebelum dapat melakukan pembelian terhadap kontrak-kontrak berjangka dan efek derivatif yang diperdagangkan di bursa berjangka, ada beberapa tahapan penting yang harus dilalui dan wajib untuk diketahui oleh investor, karena banyak investor yang tersangkut kasus ternyata tidak memahami tentang investasi dan tempat investasi di bursa berjangka dan mereka hanya tertarik dengan jani-janji keuntungan yang dibicarakan oleh pialang. Tahapan-tahapan tesebut adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Tahap pengenalan bursa berjangka Tahap ini dapat juga dapat dikatakan sebagai tahap pembelajaran. Hal ini karena sebelum investor terjun untuk melakukan investasi di bursa berjangka ada baiknya investor mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu bursa berjangka dan segala sesuatu yang berkaitan dengan investasi di bursa berjangka. Atau dengan istilah sebelum berperang sebaiknya kita mengenali musuh dan medan pertempuran yang akan kita lewati sehingga kita menjadi lebih siap. Pengetahuan investor terhadap bursa berjangka akan sangat membantu investor menghadapi semua resiko yang mungkin akan dialami dalam melakukan investasi di bursa berjangka. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan mampu untuk melindungi investor dari perilaku pialang atau wakil pilang berjangka yang nakal. Karena dalam kenyataannya banyak terjadi di lapangan atau di tengah masyarakat, masyarakat yang akan menjadi investor di bursa berjangka termakan janji-janji menggiurkan yang ditawarkan oleh pialang atau wakil pialang berjangka tanpa merka mengetahui tentang resiko yang mungkin akan mereka terima dengan memilih investasi terebut. Seperti yang dikemukakan oleh Edi Mulyadi : Masih terus bergelimpangan para korban aksi investasi tipu-tipu benarbenar membuat geram. Mereka melakukannya dengan jalan menjanjikan untung yang sangat besar dan taktik culas ini menjadi tambah sempurna dengan keadaan publik atau masyarakat yang kurang mengetahui bahkan tidak mengetahui atau tidak memiliki pengetahuan dasar dan pemahaman yang cukup tentang seluk beluk investasi di bursa berjangka. Keluguan tersebut kemudian di eksploitasi dengan tujuan untuk menyedot habis dana nasabah. 47 47 Edy Mulyadi, “Menanti Aksi Three Musketeer”, Majalah Smart Investing Guide, Volume I Edisi 8, Tahun 2007, hlm. 26-27. Universitas Sumatera Utara 2. Tahap perjanjian kerjasama investasi di bursa berjangka. Tahap ini merupakan langkah selanjutnya dalam pelaksanaan investasi di bursa berjangka. Pada tahap ini investor juga harus sangat berhati-hati karena perjanjian kejasama investasi yang dibuat merupakan dasar untuk melakukan investasi yang baik dan aman serta menguntungkan. Perjanjian kerjasama investasi merupakan gerbang utama dalam melakukan investasi di bursa berjangka. Melalui perjanjian inilah investor dengan pialang berjangka membuat sejumlah kesepakatan tentang investasi yang akan dilakukan. Sebelum perjanjian kerjasama disepakati dan ditandatangani terdapat beberapa tahapan yang akan dilalui oleh investor dan pialang berjangka, yaitu: a. Pemberitahuan tentang bursa berjangka oleh pialang berjangka. Pemberitahuan Berjangka. Dimana disini merupakan Pialang Berjangka tanggungjawab harus dari Pialang menginformasikan atau memberitahukan kepada caloan nasabah (investor), tentang perusahaan pialang berjangka tempat akan dilakukan investasi tersebut, seperti tentang izin dari Perusahaan Pialang Berjangka, keadaaan dari Perusahaan Pialang Berjangka tersebut dan sebagainya, serta yang terpenting yang harus diberitahukan oleh Pialang Berjangka adalah tentang pemberitahuan adanya resiko dalam melakukan investasi di Bursa Berjangka. Pemberitahuan kepada calon nasabah tentang hal seperti yang dikemukakan dalam paragrap sebelumnya tersebut wajib dilakukan oleh Pialang Berjangka sebagaimana yang telah diamanatkan Universitas Sumatera Utara oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi pada Pasal 50 ayat (2) yang berbunyi: Pialang Berjangka wajib menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko serta membuat perjanjian dengan Nasabah sebelum Pialang Berjangka yang bersangkutan dapat menerima dana milik Nasabah untuk perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Pialang Berjangka juga wajib menjelaskan segala risiko yang mungkin dihadapi Nasabahnya, sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko. Apabila Nasabahnya mengerti dan dapat menerima risiko tersebut, Nasabah tersebut harus menandatangani dan memberi tanggal pada dokumen tersebut, yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah mengerti risiko yang akan dihadapi dan menyetujuinya. Apabila Pialang Berjangka tidak melakukan kewajibannya untuk memberitahukan tentang hal sebagaimana dimaksud di atas maka Pialang Berjangka dapat dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 73E ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, yang berbunyi: Setiap Pihak yang tidak menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko serta membuat perjanjian dengan Nasabah sebelum Pialang Berjangka yang bersangkutan dapat menerima dana milik Nasabah untuk Perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), atau tidak memberitahukan kepentingan Pialang Berjangka yang bersangkutan sebagaimana dimaksud Universitas Sumatera Utara dalam Pasal 50 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Tentang pemberitahuan terhadap keadaan Bursa Berjangka ini juga ditegaskan lagi dalam peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 106 yang berbunyi : Sebelum membuka rekening Nasabah untuk transaksi Kontrak Berjangka, Pialang Berjangka wajib: 1. Memberitahukan dan menjelaskan tentang keterangan perusahaan yang dimuat dalam Dokumen Keterangan Perusahaan, risiko yang dihadapi dalam Perdagangan Berjangka Komoditi yang dimuat dalam Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko, dan isi Perjanjian Pemberian Amanat yang isi dan bentuknya ditetapkan oleh Bappebti; 2. Memberikan informasi yang jelas dan tidak menyesatkan tentang prosedur Perdagangan Berjangka Komoditi; 3. Menjelaskan isi Kontrak Berjangka yang akan ditransaksikan oleh Nasabah. 4. Menerima dokumen sebagaimana dimaksud huruf a, yang telah ditandatangani dan diberi tanggal oleh Nasabah sebagai tanda bukti telah mengerti dan menyetujui isi dokumen dan prosedur transaksi Kontrak Berjangka. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan keterangan di atas terlihat bahwa Pialang Berjangka berkewajiban untuk menjelaskan semua hal secara detil atau sejelas-jelasnya kepada investor baik tentang produk-produk yang terdapat dalam bursa berjangka termasuk tentang status Pialang Berjangka dan Perusahaan Pialang Berjangka tersebut dan yang lebih penting adalah penjelasan tentang resiko yang mungkin akan dialami oleh investor dalam pelaksanaan investasinya di Bursa Berjangka. Dengan keterangan yang diberikan oleh pialang berjangka maka investor dapat mengetahui tentang keadaan Bursa Berjangka. Dalam tahap ini investor juga harus jeli dan mampu melakukan penelusuran terhadap kebenaran data yang diberikan tersebut, misalnya dengan membandingkan keadaan yang dijelaskan dengan keadaan atau informasi di tempat lain atau dengan jalan menalkukan pengecakan kepada badan yang berwenang seperti Bursa Berjangka atau Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bapebbti). Hal ini perlu dilakukan agar investor benar-benar mengetahui dan memahami tentang apa yang akan dilakukanya. Walaupun ada sanksi jika keterangan yang diberikan tidak sebagaimana mestinya diberikan, sebenarnya pembuktiannya akan sulit karena pemberitahuantersebut biasanya dilakukan secara tertutup, khusus untuk nasabah saja. b. Pemerosesan data nasabah. Setelah dilakukan pengenalan berikutnya adalah melakukan pengumpulan data yang juga dilakukan oleh Pialang Berjangka. Data yang dikumpulkan adalah data tentang nasabah atau calon investor yang akan melakukan investasi di bursa berjangka. Pengumpulan data dari nasabah ini Universitas Sumatera Utara harus dilakukan oleh investor untuk mengetahui tentang keadaan dan latar belakang calon nasabah. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 50 ayat (1) yang berbunyi : Pialang Berjangka wajib mengetahui latar belakang, keadaan keuangan, dan pengetahuan mengenai Perdagangan Berjangka dari Nasabahnya. Hal ini diperlukan oleh Pialang Berjangka untuk memberikan alternatif investasi yang baik bagi nasabah. Perlu diketahui pergerakan harga di bursa berjangka sama dengan pergerakan harga saham di bursa efek, sehingga diperlukan kesiapan dana dari nasabah apabila ternyata investasi yang dilakukan mengalami kerugian. Dana tersebut bisanya telah ada di rekening nasabah, hanya saja jika kerugian terlalu besar maka dapat dimintakan kepada nasabah jika kondisi keuanganya memungkinkan untuk melakukan penambahan dana untuk menutup kerugian yang terjadi. Selain hal tersebut alasan pialang wajib mengetahui tentang nasabahnya adalah untuk menghindari nasabah seperti yang terdapat dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 50 ayat (3) yang berbunyi: Pialang Berjangka dilarang menerima amanat Nasabah apabila mengetahui Nasabah yang bersangkutan: 1. telah dinyatakan pailit oleh pengadilan; 2. telah dinyatakan melanggar ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya oleh badan peradilan atau Bappebti; 3. pejabat atau pegawai: a) Bappebti, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka; atau Universitas Sumatera Utara b) bendaharawan lembaga yang melayani kepentingan umum, kecuali yang bersangkutan mendapat kuasa dari lembaga tersebut. Dalam penjelasan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pejabat atau pegawai adalah pejabat struktural dan fungsional, seluruh karyawan Bappebti, anggota direksi, anggota dewan komisaris, seluruh staf dan karyawan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, dan yang dimaksud dengan lembaga yang melayani kepentingan umum adalah lembaga yang tidak bersifat komersial seperti sekolah, rumah sakit, dan yayasan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan umum serta menghindari penyalahgunaan jabatan dan benturan kepentingan. c. Pembuatan kesepakatan tentang investasi dan penandatanganan perjanjian kerjasama investasi. Setelah pengenalan atau pemberitahuan tentang bursa berjangka yang dilakukan oleh pialang berjangka, selanjutnya telah pula dilakukan pemerosesan data untuk mengetahui keadaan dari nasabah oleh pialang berjangka maka selanjutnya adalah membahas tentang investasi yang akan dilakukan. Pembuatan kesepakatan tentang investasi yang akan dilakukan merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan kesepakatan tersebutlah yang akan menentukan jenis investasi apa yang akan dilakukan nasabah di Bursa Berjangka dan kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam perjanjian kerjasama investasi yang merupakan dasar untuk melakukan investasi di Bursa Berjangka. Dalam hal ini investor atau nasabah harus sangat-sangat jeli untuk Universitas Sumatera Utara menentukan produk apa atau investasi terhadap apa yang akan dilakukan di Bursa Berjangka, karena hal tersebut akan berdampak terhadap investasi yang dilakukan oleh investor apakah akan mendapatkan untung atau justru akan merugi. Terhadap perjanjian kerjasama investasi ini investor harus sangat hatihati, karena bisa saja pialang memasukkan klausul-klausul perjanjian yang dibuat secara sepihak dan mungkin dapat merugikan terhadap investor. Dengan kehati-hatian dan pengetahuan akan bursa berjangka dan kontrak berjangka maka perlindungan terhadap kepentingan investor akan lebih terjamin. Terakhir adalah dengan ditandatanganinya perjanjian kerjasama investasi tersebut, yang akan memberikan kekuasaan kepada pialang berjangka berdasarkan amanat dari nasabah untuk menyalurkan investasi dari investor atau nasabah ke bursa berjangka. Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut maka nasabah dianggap telah mengetahui semua hal yang berkaitan dengan keadaan di Bursa Berjangka, selanjutnya Pialang Berjangka akan melakukan penarikan margin atau dana investasi dari nasabah. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 51 ayat (1) yang berbunyi: Pialang Berjangka, sebelum melaksanakan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk Nasabah, wajib menarik Margin dari Nasabah untuk jaminan transaksi tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan Margin sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, Margin Universitas Sumatera Utara adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 51 ayat (2) juga diterangkan bahwa margin dapat berupa uang dan/atau surat berharga tertentu. Berdasarkan pengertian di atas terlihat bahwa margin merupakan dana dari nasabah yang akan digunakan sebagai dana penjamin dalam pelaksanaan transaksi untuk investasi terhadap kontrak berjangka yang akan dilakukan oleh nasabah (investor) di Bursa Berjangka. Apabila telah jatuh tempo terhadap kontrak berjangka yang dibeli oleh nasabah melalui pialang berjangka di bursa berjangka maka dana margin dengan sendirinya akan digunakan untuk melakukan pembayaran terhadap kontrak berjangka yang telah jatuh tempo tersebut. Terhadap margin yang ditarik oleh Pialang Berjangka akan ditempatkan dalam sebuah rekening tersendiri. Hal ini sesuai dengan aturan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 51 ayat (4) yang berbunyi : Dana milik Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib disimpan dalam rekening yang terpisah dari rekening Pialang Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti. Hal yang sama juga diatur dalam peraturan pelaksanaan dari UndangUndang Nomor 10 tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yaitu Universitas Sumatera Utara pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 109 ayat (1) yang berbunyi: Pialang Berjangka wajib menempatkan dana Nasabah pada rekening terpisah di Bank yang telah disetujui Bappebti dan membuat pembukuan sesuai dengan sistem akuntansi yang berlaku umum, sehingga mudah diketahui jumlah dana milik masing-masing Nasabah. Dengan demikian terlihat bahwa dana nasabah yaitu dana investasi dari investor untuk di investasikan di Bursa Berjangka akan dikelola dalam sebuah rekening terpisah, dimana keperluan terhadap taransaksi akan diambil dari rekenihg tersebut, dan terhadap rekening tersebut juga akan diberikan laporan oleh Pialang Berjangka kepada pemilik rekening atau nasabah. E. Tahap Pelaksanaan Investasi Tahap ini merupakan tahap utama dalam melakukan investasi di bursa berjangka. Pada tahap inilah untung atau ruginya invetasi yang dilakukan ditentukan. Sebagaimana telah terangkan sebelumnya bahwa untuk melakukan transaksi di bursa berjangka nasabah diwakilkan oleh pialang berjangka atau wakil pialang berjangka. Dengan sendirinya pialanglah yang akan mengeksekusi semua bentuk transaksi dari nasabah yang dimasukkan ke dalam bursa berjangka. Dasar bagi pialang berjangka untuk melakukan transaksi tersebut adalah amanat yang diberikan oleh nasabah kepada pialang berjangka. Berdasarkan amanat yang diberikan nasabah maka Pialang Berjangka akan memasukkan amanat tersebut dalam bentuk transaksi atas kontrak berjangka atau produk derivatif yang sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian Universitas Sumatera Utara kerjasama investasi antara investor dengan Pialang Berjangka atau sesuai dengan amanat yang diberikan oleh nasabah kepada Pialang Berjangka. Nasabah dalam memberikan amanat kepada pialang berjangka harus jelas. Karena tidak jarang ada nasabah yang justru memberikan amanat dengan mendelegasikan kekuasaan untuk melakukan transaksi kepada pialang berjangka, keadaan ini biasanya timbul karena nasabah tidak ingin terganggu dengan investasinya atau terlalu percaya terhadap pialang berjangka. Hal ini bisa saja menimbulkan kerugian terhadap nasabah karena dengan kekuasaan untuk melakukan transaksi bisa saja Pialang Berjangka melakukan transaksi tanpa terkontrol yang justru akan merugikan terhadap investasi yang dilakukan oleh nasabah. Jadi sebaiknya nasabah memberikan amanat terbatas saja kepada pialang berjangka, dengan kata lain sebelum melakukan transaksi pialang berjangka harus menerima amanat dulu dari nasabah baru bisa melakukan transaksi. Hal ini sesuai dengan aturan tentang amanat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 52 ayat (1) yang berbunyi: Pialang Berjangka dilarang melakukan transaksi Kontrak Berjangka untuk rekening Nasabah, kecuali telah menerima perintah tertulis untuk setiap kali transaksi dari Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan. Bagi Pialang Berjangka juga diatur tentang sikap dari Pialang Berjangka apabila menerima amanat dari nasabah yaitu sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 108 yang berbunyi: Ayat (1) Setiap kali menerima amanat Nasabah untuk melakukan transaksi atas beban rekening Nasabah Universitas Sumatera Utara yang bersangkutan, Pialang Berjangka wajib mencatat dalam kartu amanat sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti. Ayat (2) Apabila amanat Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui telepon, maka perintah dan pembicaraan tersebut wajib direkam. Berdasarkan keterangan dari pasal di atas terlihat bahwa, Pialang Berjangka juga harus melakukan pencatatan atau perekaman terhadap perintah yang diberikan kepadanya, hal ini akan membantu dalam melakukan pembuktian apabila ternyata apa yang diperintahkan oleh nasabah tidak dilakukan sebagaimana mestinya oleh Pialang Berjangka, di lain pihak pencatatan atau perekaman ini juga dapat menjadi bukti bahwa apa yang dilakukan oleh Pialang Berjangka sudah sesuai dengan yang diamanatkan oleh nasabah. Selain itu nasabah juga harus mengawasi apakah amanat yang diberikannya kepada pialang berjangka, benar-benar dilakukan sesuai yang diamanatkan nasabah oleh pialang berjangka. Karena bisa saja pialang berjangka tidak melakukanya dengan adanya kepentingannya, walaupun hal tersebut dilarang oleh Undang-Undang, tapi mungkin saja terjadi atau disebabkan terlambatnya pialang berjangka memasukkan amanat tersebut ke bursa berjangka sehingga bukannya untung malah rugi. Jadi pada pelaksanaan investasi ini nasabah harus mempunyai kontrol yang bagus serta memahami semua aturan yang terdapat dalam transaksi bursa berjangka, sehingga kerugian yang mungkin timbul akibat ulah oknum-oknum Pialang Berjangka bisa lebih terhindari. Setelah berbicara tentang pelaksanaan perjanjian kerjasama investasi sebagaimana diterangkan di atas maka selanjutnya adalah tentang perlindungan kepentingan investor. Sebenarnya jika kita berbicara tentang perlindungan terhadap Universitas Sumatera Utara investor maka hal ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bursa berjangka. Dimana dalam peraturan perundang-undangan tentang bursa berjangka secara umum telah diatur dengan baik tentang perlindungan terhadap nasabah atau investor. Hal ini dapat kita lihat dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 50, 51 dan 52 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Hanya saja mungkin dalam prakteknya tidak semua pihak mematuhi untuk melaksanakan semua ketentuan tersebut. Jadi demi kepentingan investor atau nasabah maka investor harus jeli dan hati-hati dalam memilih perusahaan pialang berjangka yang akan dipakai untuk melakukan investasi, serta pialang berjangka yang akan diamanatkan untuk melakukan transaksi di Bursa Berjangka. Jadi apabila semua pihak yang terkait dengan Bursa Berjangka mengikuti peraturan yang ada maka kepentingan investor atau nasabah akan terlindungi dengan baik. Universitas Sumatera Utara