BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasi keputusan tertentu (principal) dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut (agent) (Jensen dan Meckling, 1976). Pendelegasian tersebut termasuk pendelegasian wewenang untuk mengambil keputusan.Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Dalam hal ini manajemen (agent) diharapkan oleh pemilik (principle) untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di perusahaan tersebut secara maksimal. Bila kedua pihak memaksimalkan perannya (utility maximazers), cukup beralasan apabila manajemen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Pemilik lebih memikirkan keuntungan yang bersifat jangka panjang sebaliknya manajemen lebih bersifat jangka pendek sehingga terkadang cenderung memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan tersebut pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk 10 gaji.Dengan adanya monitoring cost tersebut manajemen akan senantiasa memaksimalkan kesejahteraan pemilik, walaupun keputusan manajemen dalam praktik akan berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Eisenhardt (1989) teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi, yaitu: 1. Asumsi tentang sifat manusia. Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). 2. Asumsi tentang keorganisasian. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. 3. Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan. Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya.Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan.Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal, sehingga menimbulkan adanya asimetry information.Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu dalam melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini 11 investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, dalam Ujiyantho, 2007). Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost). 2.1.2 Signaling Theory Menurut Godfrey et al. (2010:375) informasi akuntansi digunakan untuk menunjukan bagaimana nilai perusahaan dan klaim terhadap hal tersebut akan berubah. Laporan akuntansi digunakan untuk mengawasi atau menegaskan kejadian- kejadian dan transaksi- transaksi ekonomi yang telah terjadi.Dalam studi mengenai pasar modal manajer diasumsikan menyediakan informasi untuk pembuatan keputusan yang dilakukan investor.Hipotesis mengenai informasi akuntansi ini berhubungan erat dengan signaling theory, yakni manajer 12 menggunakan akun-akun untuk meng-signal-kan ekspektasi dan tujuan mereka di masa mendatang. Asumsi dalam Signaling Theory adalah bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai-nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar.Hal ini mengandung arti bahwa manajemen secara umum mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Brigham dan Houston (2006) mendefinisikan teori sinyal sebagai suatu tidakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang dapat memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan. Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperolehnya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan di pasar modal, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi di pasar maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap adanya peristiwa yang mempengaruhi nilai perusahaan yang dicerminkan oleh perubahan harga saham. Pada dasarnya signaling theory menitikberatkan pada setiap informasi yang dapat memberikan petunjuk bagi investor untuk mengetahui prospek perusahaan di masa mendatang sehingga informasi tersebut akan mempengaruhi penilaian investor terhadap harga saham perusahaan tersebut. Jika kandungan informasi yang diumumkan manajemen berupa berita baik maka umumnya pasar akan bereaksi positif. Jika informasi yang diumumkan berupa berita buruk maka umumnya pasar akan bereaksi negatif terhadap informasi tersebut. 13 2.1.3 Stakeholder Theory Tujuan didirikan perusahaan adalah untuk mencari laba.Tanpa motif mencari laba perusahaan sulit untuk bertahan, apalagi untuk tumbuh besar. Supaya perusahaan dapat dapat beroperasi dalam mencari laba, terdapat beberapa cara antara lain adalah harus disiplin dalam aspek keuangan dan harus dapat memberikan manfaat bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder). Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya yaitu pemegang saham, kreditor konsumen supplier pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain. Ghozali dan Chariri (2007) mendefinisikan stakeholder sebagai pihak atau kelompok yang berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan.Dengan demikian keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikanoleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Khomsiyah (2003) menyatakan bahwacorporate governance juga merupakan salah satu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholder. Pengelolaan perusahaan tidak boleh hanya mengedepankan kepentingan pemegang saham dan melupakan stakeholder lainnya.Paradigma dalam good corporate governance adalah stakeholder perspective, bukan shareholders/owners perspective.Corporate governance juga merujuk pada kerangka aturan dan 14 peraturan yang memungkinkan stakeholderuntuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return.Corporate governance yang baikmerupakan langkah penting dalam membangun kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi intasi internasional yang lebih stabil dan bersifat jangka panjang. 2.1.4 Good Corporate Governance 1. Pengertian Good Corporate Governanve Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committe tahun 1992, yang mendefinisicorporate governance sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang juga merupakan seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hakhak dan tanggung jawab mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah stewardship theory dan agency theory (Kaihatu, 2006).Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang saham, akan 15 bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Good Corporate Governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Monks,2003). Corporate governance adalah sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan di antara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan (Bernawati dan Asfianti, 2011).Good Corporate Governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan, mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-MBU/2002, corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder berlandaskan peraturan perundangan dan etika (Darmawatiet al.,2004). 16 lainnya, Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hakhak dan kewajiban mereka (Arifin, 2003). Sedangkan The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) mendefinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa corporate governance adalah suatu sistem yang digunakan oleh perusahaan yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan kinerja serta akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang serta menciptakan nilai tambah atau value added dengan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Sistem corporate governance tersebut dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan tugasnya secara baik sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. Konsep corporate governance pada dasarnya muncul untuk mengatasi masalah yang timbul dari hubungan antara pihak pemilik modal dengan manajer selaku pengelola perusahaan.Dengan adanya corporate governance ini, perusahaan dituntut untuk memperhatikan hak pemegang saham dengan 17 memberikan semua informasi secara akurat tepat waktu dan transparan. Corporate governance ini juga mengatur hubungan antara pemegang saham dengan pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan. Good corporate governance diperlukan dalam sebuah perusahaan karena dengan diterapkannya good corporate governance maka pengawasan terhadap kinerja perusahaan juga akan semakin baik sesuai dengan harapan stakeholder sehingga tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dapat diminimalisir. Oleh karena itu, corporate governance ini dinilai mampu memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh keuntungan atas investasinya. 2. Manfaat Good Corporate Governance Dengan adanya penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu : a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 18 d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi. 3. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKCG) pada tahun 2006, menyebutkan terdapat lima asas GCG antara lain: a. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkap tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditor dan pemangku kepentingan lainnya.Pedoman pokok dalam pelaksanaan transparansi terdiri atas: 1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. 2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota direksi dan anggota dewan komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem 19 pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. 3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. 4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. b. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Pedoman pokok dalam pelaksanaan akuntabilitas terdiri atas: 20 1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masingmasing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan. 2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG. 3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan. 4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system). 5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati. c. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakantanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpeliharakesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman pokok dalam pelaksanaan responsibilitas terdiri atas: 1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws). 21 2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. d. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.Pedoman pokok dalam pelaksanaan independensi terdiri atas: 1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. 2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Pedoman pokok dalam pelaksanaan kewajaran dan kesetaraan terdiri atas: 1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan 22 perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. 2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. 3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik. 4. MekanismeGood Corporate Governance Benhart dan Rosentein (dalam Siallagaan dan Machfoedz, 2006) menyatakan beberapa mekanisme seperti mekanisme internal, seperti struktur dan komisaris independen, serta mekanisme eksternal seperti pasar untuk kontrol perusahaan diharapkan dapat mengatasi masalah keagenan. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan berakibat rendah kualitas laba. Kualitas laba yang rendah akan membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Adapun mekanisme corporate governance antara lain: a. Kepemilikan Manajerial Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan.Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan.Motivasi yang berbeda menghasilkan besaran manajemen laba yang 23 berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dengan meningkatnya kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Besar kecilnya jumlah saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasi adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham.Perusahaan dengan kepemilikan saham yang besar seharusnya memiliki konflik keagenan yang rendah pula. b. Kepemilikan Institusional Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melalukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005). c. Komisaris Independen Kemampuan komisaris independen untuk mengawasi merupakan fungsi yang positif dari porsi dan independensi komisaris independen eksternal.Komisaris independen juga bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan.FCGI (2001)menyatakan bahwa komisaris independen berada pada posisi untuk 24 memastikan bahwa manajemen telah benar-benar bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. d. Kualitas Audit Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability)seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal auditor sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor tersebut. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. De Angelo (1981) berpendapat bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.Sementara itu Christiawan (2002:83) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. 25 Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), bahwa audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup mutu professional (professional qualities) auditor independen, pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor. Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya oleh Deis dan Giroux (1992),mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit institusi sektor publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien (audit tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan dengan kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis, dan keahlian yang meningkat. Dari pengertian tentang kualitas audit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. 26 Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan.Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.Dalam penelitian ini, kualitas audit ditentukan melalui ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).Jika perusahaan diaudit oleh KAP besar pada saat penelitian ini yaituKAP Big4 maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP Non Big 4 (KAP kecil)maka kualitas auditnya rendah. Banyak penelitian menemukan kualitas audit berkorelasi positif dengan kredibilitas auditor dan berkorelasi negatif dengan kesalahan laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah satu elemen penting dari Corporate Governance. Arens dan Loebbeck mengkategorikan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi empat kategori: (a) Kantor Akuntan Publik Internasional "Big four", (b) Kantor Akuntan Publik Nasional, (c) Kantor Akuntan Publik Lokal dan (d) Regional, Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil.Pada umumnya, Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar (yang bekerja sama dengan KAP internasional) mempunyai insentif yang kuat untuk menyelesaikan tugas audit lebih cepat demi mempertahankan reputasinya. Selain itu, KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat diselesaikan dalam waktu lebih singkat. KAP besar juga memiliki lebih banyak pengalaman yang membuat mereka dapat melakukan tugas audit lebih cepat. KAP ini dapat menjalankan 27 pengauditan secara lebih efisien dan efektif, serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penjadwalan audit. Tingginya kualitas KAP diperlihatkan oleh tingginya kualitas hasil jasa, yang berikutnya akan berimbas pada jangka waktu penyelesaian audit. Waktu audit yang cepat merupakan salah satu cara KAP dengan kualitas tinggi untuk mempertahankan reputasi mereka. Dalam penelitian ini, kualitas auditor diproksi dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, mengacu pada apakah KAP bersangkutan berafiliasi dengan the big four atau tidak. Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu: 1) KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan, Tajudierdja Wibisana & rekan. 2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta, Widjaja & Rekan. 3) KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surya. 4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio & Rekan. 2.1.5 Kinerja Keuangan Perusahaan (Return On Equity) Kinerja keuangan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan 28 sumber daya yang dimiliki.Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif keuangan memiliki tipikal hubungan dengan profitabilitas. Strategi perusahaan secara jangka panjang akan mempengaruhi nilai pemegang saham. Pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perkembangan perusahaan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan.Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat salah satunya melalui laporan keuangan.Laporan keuangan dapat mencerminkan kinerja manajemen perusahaan termasuk didalamnya kinerja keuangan suatu perusahaan. Salah satu indikator yang sering digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah rasio keuangan.Suatu rasio mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya, atau perbandingan antara pos dengan pos lainnya.Dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil oleh perusahaan, analisis rasio bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya. Menurut Harahap (2001:298) beberapa keunggulan yang diperoleh dengan menggunakan analisis rasio keuangan antara lain adalah dapat mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain, bermanfaat untuk bahan dalam menganalisis model-model pengambilan keputusan dan model prediksi, lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series” dan lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Penggunaan rasio-rasio keuangan dalam menganalisis laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk menginterpretasikan kondisi dan hasil operasi suatu 29 perusahaan. Hasilnya dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya kinerja keuangan perusahaan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak internal maupun eksternal dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio profitabilitas yaitu Return On Equity (ROE). Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan dan sumber yang ada dalam perusahaan.Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi keuntungan yang dihasilkan perusahaan (Harahap 2001:301). Pemilik, kreditordan manajemen menaruh perhatian lebih banyak pada pencapaian keuntungan karena berhubungan dengan earnings yang akan mereka peroleh. Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas.Dimana rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham.Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh net income.Investor memandang bahwa ROE merupakan indikator profitabilitas yang penting. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ROE adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, dengan ROE yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan 30 yang besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham. 2.1.6 Reaksi Pasar (Return Saham) Reaksi pasar di ukur melalui penghitungan return saham perusahaan. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Fidhayatin dan Dewi, 2012:205). Investor menginvestasikan sejumlah dana dengan membeli saham dengan tujuan ingin memperoleh return. Untuk melihat perkembangan harga saham suatu perusahaan investor dapat menganalisis return saham perusahaan tersebut. Terdapat dua macam return saham, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return yang sudah terjadi dan dihitung berdasar data historis (masa lalu) disebut return realisasi. Return realisasi dapat berfungsi sebagai pengukur kinerja perusahaan dan selain itu berfungsi pula untuk penentuan return ekspektasi di masa depan. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan diperoleh investor di masa yang akan datang. Menurut Jogiyanto (1998:85), ada dua komponen penting return saham, yaitu: 1. Yield Yield disebut dengan current income (pendapatan lancar). Yield merupakan aliran kas atau pendapatan/keuntungan investor secara periodik atas investasi yang telah dilakukan, misal pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, pembagian dividen, dan sebagainya. Komponen return ini disebut dengan current income karena keuntungan yang diterima oleh investor biasanya dalam bentuk kas/uang tunai. 2. Capital gain (loss) 31 Capital gain (loss) merupakan pendapatan dari adanya selisih antara harga jual saham dengan harga belinya di pasar.Keuntungan bagi investor disebut capital gain bila harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya.Bila kondisi berlawanan harga jual saham di bawah harga belinya adalah kerugian bagi investor (disebut capital loss). Untuk menentukan nilai capital gain (loss), dapat menghitung return realisasi yang berdasarkan data historis (masa lalu) pada periode sebelumnya. Penelitian ini menghitung return realisasi karena berguna sebagai pengukur kinerja perusahaan di masa depan dan dapat dijadikan dasar penentuan return ekspektasi. Return realisasi digunakan dengan menghitung capital gain/loss (sering disebut capital actual) tanpa memperhitungkan dividen. Alasan menggunakan capital gain/loss karena tidak semua perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham.Investor pasti memiliki target return yang diharapkan akan diperolehnya di masa mendatang, namun seringkali actual return (return sesungguhnya) yang diterima berbeda dengan return ekspektasi investor. Dalam berinvestasi saham investor harus menghadapi risiko seperti perbedaan return yang ditanggung. 2.1.7 Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan Perusahaan Secara teoritis, mekanisme GCG dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh manajemen dengan keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri.semakin tinggi nilai kepercayaan suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi tingkat keamanan kenaikan aset dalam jangka panjang dan ketaatan perusahaan dalam penerapan Corporate Governance sehingga diharapkan dapat menghasilkan kinerja 32 perusahaan yang semakin baik. Corporate performance diukur dari return on equity (ROE). Jensen dan Meckling (dalam Bauer et al.,2003) menyatakan bahwa perusahaan dengan governance yang baik memiliki kinerja operasional yang lebih efisien. 2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan dan Reaksi Pasar Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat imbal hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik. Dengan adanya pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa ada hubungan antara rasio keuangan dengan tingkat return saham yang dapat memberikan informasi bagi investor maupun kreditor guna pengambilan keputusan investasi maupun kredit yang akan dilakukan. Salahsatu analisa rasio yang sering digunakan oleh investor adalah rasio profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan net income dengan total stockholder’s equity perusahaan. ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih. Investor selalu berharap untuk mendapatkan ROE yang tinggi, akan tetapi harapan investor ini tidak selalu sesuai dengan kenyataannya karena adanya faktor risiko. Perubahan ROE perusahaan akan mengakibatkan perubahan nilai perusahaan sehingga hal ini akan menimbulkan reaksi dari investor yang tercemin pada return saham. 2.1.9 Good Corporate Governance dan Reaksi pasar 33 Good Corporate Governance sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan diharapkan dapat memberikan pengawasan terhadap manajemen sebagai pihak agen dalam mengelola perusahaan untuk meminimalisasi agency problem tanpa membebankan agency cost yang tinggi. Pada umumnya GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor, namun sebaliknya perusahaan dengan tata kelola yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan investor. Hasil survey yang dilakukan oleh tim McKinsey et al. (dalam Arifin, 2003) memperlihatkan bahwa investor bersedia memberi premium kepada perusahaan yang bagus dalam CG-nya. Investor cenderung menghindari perusahaanperusahaan dengan predikat buruk dalam corporate governance. Aman dan Nguyen(2008)juga membuktikan bahwa corporate governance secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadikan salah satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan return saham bagi perusahaan-perusahaan di Jepang. 2.1.10 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Reaksi Pasar Pada umumnya GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor.Manajer bekerja secara lebih efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan risiko yang mungkin dilakukan oleh manajemen dengan keputusan yang menguntungkan sendiri, sehingga meningkatkankinerja perusahaan yang pada akhirnya memaksimalkan nilai perusahaan.Kinerja perusahaan yang semakin baik dan nilai perusahaan yang meningkatkan akan memberikan harapan naiknya harga saham perusahaan tersebut yang pada 34 akhirnya akan berdampak pada kenaikan return saham. Dengan adanya penerapan GCG diharapkan para investor mendapatkan sinyal positif dari keadaan ini sehingga investor bersedia menanamkan modalnya dan memberikan premium yang tinggi kepada perusahaan. 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoretis yang telah dijabarkan diatas, kerangka pemikiran atas penelitian ini dapat digambarkan seperti pada skema berikut: Agency Theory Agent Principals Pertanggungjawaban Komisaris Independen (Kind) Pengelolaan Perusahaan Kepemilikan Manajerial (KM) Good Coorporate Governance (GCG) Kepemilikan Institusional (KI) Kinerja Keuangan Kualitas Audit (Kua) (ROE) Reaksi Pasar 35 Gambar 1 Rerangka Pemikiran Teoretis 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H1a: Good Corporate Governance dalam hal ini komisaris independen berpengaruh terhadap reaksi pasar. H1b: Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap reaksi pasar. H1c: Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional berpengaruh terhadap reaksi pasar. H1d: Good Corporate Governance dalam hal ini kualitas audit berpengaruh terhadap reaksi pasar. H2a: Good Corporate Governance dalam hal ini komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan. H2b: Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. H2c: Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan. H2d: Good Corporate Governance dalam hal ini kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan. H3a: Good Corporate Governance dalam hal ini komisaris independen berpengaruh terhadap reaksi pasar melalui kinerja keuangan. 36 H3b: Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap reaksi pasar melalui kinerja keuangan. H3c: Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional berpengaruh terhadap reaksi pasar melalui kinerja keuangan. H3d: Good Corporate Governance dalam hal ini kualitas audit berpengaruh terhadap reaksi pasar melalui kinerja keuangan. Penjelasan di atas memberi suatu gagasan pemikiran bahwa Good Corporate Governancediperkirakan akan dapat mempengaruhi reaksi pasar dengan dimoderasi oleh kinerja keuangan. 37