JAKAR~ IBUKOTA

advertisement
JAKAR~
LEMBARAN DAERAH
IBUKOTA
SERI : B NOMOR : 2
NOMOR : 23 TABUN : 1992
PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 7 TAHUN 1991
. TENTANG
BANGUNAN DALAM WlLAYAH DAERAH KHUSUS
IBUKOTAJAKARTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
Menimbang
a. bahwa ketentuan yang mengatur pelaksanaan membangun di
wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Bataviasche
Bouwverordening (BBV 1919-1941) sebagaimana diubah
terakhir dengan Peraturan Daerah tanggal 20 Februari 1953
(Tanlbahan Berita Negara Republik Indonesia tanr,gal 24 No·
pember 1953 Nomor 94, Tamball.an Nomor 61);
b. bahwa Peraturan Daerah tersebut selain berasa1 dati produk
zaman Belanda, materinya dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi serta
tuntutan pesatnya pembangunan rlSik di wilayail Daerah Khli'
sus Ibukota Jakarta;
c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada horuf a dan b
di atas, serta untuk lebib meningkatkan upaya pengawasan dan
pengendalian demi terciptanya tertib bangunan di wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan untuk memenuhi Surat
I
LD Tahun 1992 No. 23
-2-
ill Tahun 1992 No_ 23
Seri : B Nomor: 2
Seri: B Nomor" 2
13. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11
Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Dalarn Wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 640/691/PUOD tangga1
IS Februari 1983 tentang Tertib Pelaksanaan Peraturan Daerah
Tentang Bangunan, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang bangunan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Mengingat
-3-
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta
1. Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Staatsblad
1926 Nomor 226 yang telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1940 Nomor 450 ;
2. Undang-Undang Monumen (Monumenten Ordonnantie) Staatsblad 1931 Nomor 238 ;
3. Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 ten tang Peraturan
Umum Retribusi Daerah ;
4. Un dang-Un dang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria ;
5. Undang-Undang nomor 5 Taliun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Di Daerah ;
6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
7. Undang-Undang Nomor II Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus lbukota Negara Republik Indonesia
Jakarta;
8. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3
Tahun 1975 ten tang Ketentu011 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERATURAN . DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA
JAKARTA TENTANG BANGUNAN DALAM WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasa! 1
Dalarn Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Pemerintah Doorali adalah Pemerintah Daetah Khusus Ibukota
Jakarta;
b. Gubemur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
c. Dewan adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
d. Dinas Pengawasan Pembangunan Kota adalah Dinas Pengawasan Pembangunan Kota Daerah Khususlbukota Jakarta;
9_ Peratilran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5
Tahun 1982 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pengawasan Pembangunan kota Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
10. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5
Tahun 1984 tentang Reneana Umum Tata Ruang Daerah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
e. Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota adalah Kepala
Dinas Pengawasan Pembangunan Kota Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
f. Petugas adalah seseorang yang ditunjuk dalam lingkungan
Dinas Pengawasan Pembangunan Kota untuk mengawasi pembangunan dan atau bangunan ;
II. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3
Tahun 1986 tentang Penyidik' Pegawai Negeri Sipil Dalam
Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
g. Peraneang bangunan adalah seorang atau sekelompok ahli
dalam bidang arsitektur yang memiliki izin bekerja ;
12. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3
Tahun 1987 tentang Penetapan Reneana Bagian Wilayah Kota
untuk Wilayah Kecarnatan di Doorah Khusus Ibukota Jakarta;
h. Pereneana struktur adalah seorang ahli atau sekelompok ahli
dalam bidang struktur/konstruksi bangunan yang memiliki
izin bekerja ;
~
i. Pereneana instalasi dan perlengkapan bangunan adalah l;eorang
atau sekelompok ahli dalam bidang instalasi dan perlengkapan
WTahun 1992 No. 23
W Tahoo 1992 No. 23
-4-
Seri : B Nomor: 2
bangunan yang memiliki izin bekerja ;
j. Direksi Pengawas ada1ah seorang alau sekelompok ahIi/badan
yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan membangun
atas penunjukan pemilik bangunan sesuanoetentuan izin membangun ;
k. Pemborong adalah seorang atau badan yang melaksanakan kegiatan membangun atas penunjukan pemilik bangunan sesuai
Seri : B Nomor : 2
-5,"
x. Bangun-bangunan adolah suatu perwujudan fisik arsitektur
yang lidak digunakan untuk kegiatan manusia;
y. Bangunan rendah adaIah bangunan yang mempunyai kelinggian
dari permukaan tanah atau lantai dasar sampai dengan 4 lapis;
z. Bangunan sedang adaIah bangunan yang mempunyai ketinggian
antara 5 sampai dengan 8 lapis ;
aa. Bangunan linggi adalah bangunan yang mempunyai kelinggian
lebili dari 8 lapis;
ketentuan izin ;
I. Pengkaji teknis bangooan adaIah seorang atau sekelompok
ahIi/badan yang bertugas mengkaji kelayakan bangooan daIam
segala aspek teknisnya ;
m. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disingkat GSJ adolah
garis reneana jalan yang ditetapkan dalam reneana kola ;
n. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB
adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan
ke arah GSJ yang ditetapkan dalam reneana kola ;
o. Perpetakan adaIah bidang tanah yang ditelapkan batas-batasnya
sebagai satuan-satuan yang sesuai dengan rene ana kota ;
abo Bangunan renggang adaIah bangunan dengan tampak yang
menghadap ke jaIan mempunyai jarak bebas samping terhadap
batas pekarangan ;
p. Reneana kota adolah reneana yang disusun dalam rangka pengaturan pemanfaatan ruang kota ;
q. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB
adalah angka perbandingan jumiah luas lantai dasar terhadap
luas tanah perpetakan yang sesuai dengan reneana kola ;
ago Beban gempa adalah semua bebas statik ekivalen yang bekerja
pada gedung atau bagian gedung yang meniru pengaruh dari
gerakan tanah akibat gempa itu ;
r. Koefisien Lanlai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB
adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai terhadap
luas tanah perpetakan yang sesuai dengan reneana kota ;
s. lingkungan adolah bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu
daIarn suatu sistem pengembangan kota seeara keseluruhan ;
t. lingkungan bangunan adaIah suatu kelompok bangunan yang
membentuk suatu kesatuan pada suatu lingkungan tertentu ;
u. Lingkungan campuran adalah suatu lingkungan dengan beberapa
peruntukan yang ditetapkan dalam reneana kota ;
v. Membangun adalah seliap kegiatan mendirikan, membongkar,
memperbaharui, mengganti seluruh atau sebagian, memperluas
bangunan atau bangun·bangunan ;
w. Bangunan adalah suatu perwujudan fisik. arsitektur yang diguna·
kan se bagai wadah kegiatan manusia ;
ac. Bangunan rap at adaIah bangunandengan tampak yang
menghadap ke jalan tidak mempunyai jarak bebas samping ;
ad. Bangunan carnpuran adaIa,h bangunan dengan lebili dati satu
jenis penggunaan ;
ae. Beban mati adaIah berat dati semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap ;
af. Beban hidup adaIah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung ;
ah. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih daIarn tekanan
udara;
ai. Perancah (bekisting) adaIah struktur pembantu sementara
di daIam pelaksanaan suatu bangunan untuk menunjang pekerjaan struktur bangunan ;
aj. Pagar proyek adaIah pagar yang didirikan pada laban proyek
untuk batas pengamanan proyek selama masa pelaksanaan ;
ak. Kompartemen adaIah usaha untuk meneegah penjalaran api
dengan membuat pembatas dinding, lantai, kolom, baIok yang
tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas
bangunan ;
LD Tahoo 1992 No. 23
-0-
Seri : B Nomor: 2
ill Tahoo 1992 No. 23
. al. Alat pemadam api ringan adalah pemadam api yang mudah
dilayani.oleh satu orang. digunakan untuk mernadamkan api
pada awal terjadinya kebakaran ;
am. Hidran kebakaran adalah suatu sistem peinadarn kebakaran
dengan menggunakan air bertekanan dalam upaya penyelamatan, pencegahan dan perlindungan t~rhadap bahaya kebakaran ;
Seri : B Nomor: 2
B AB II
KETENTUAN ADMlNlSTRASI
BagianPertama
an. Sprinkler adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara
otomatis bilarnana suhu ruang mencapai suhu tertentu ;
Kewenangan
ao. Pipa peningkat air (riser) adalah pipa vertikal yang berfungsi
menga1irkan air ke jaringan pipa di tiap lantai dan mengalirkan
air ke pipa-pipa cabang dalam bangunan ;
ap. Pipa peningkat air kering (dry riser) adalah pipa air kosong dipasang dalam gedung atau areal gedung untuk memudahkan
pemasukan air dari mobil pompa kebakaran guna rnengalirkan
air bila teIjadi kebakaran ;
aq. Pipa peningkat air basah (wet riser) adalah pipa yang secara
tetap terisi air dan mendapat a1iran tetap dari sumber air yang
dipasang dalam gedung atau di dalam areal bangunan ;
Pasal 2
Gubernur Kepala Daerah berwenang :
a. menerbitkan izin sepanjang persyaratan teknis dan administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
b. memberikan izin atau menentukan laiil
dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, dengan mempertim bangkan ketertiban umum, keserasian Iingkungan, kearnanan jiwa manusia serta mempertimbangkan pendapat para ahIi ;
C.
ar. Alarm kebakaran adalah suatu alat pengindera dan alarm yang
dipasang pada bangunan gedung yang dapat memberi peringatan atau tanda pada saat terjadinya suatu kebakaran ;
menetapkan sifat atau tingkat nilai izin yang diterbitkan ;
d. menerbitkan surat izin bekerja para pelaku teknis pembangunan ,.
e. mengatur lebih !anjut hal-hal khusus dalam auatu perencanaan
dan atau pelaksanaan pembangunan suatulingkungan ;
as. Tangga kebakaran adalah tangga yang rlirencanakan khusus
untuk menyelamatkan jiwa manusia pada waktu terjadi kebakaran ;
at. Pintu kebakaran adalah pintu yang langsung menuju ke tangga
kebakaran atau jalan ke luar dan hanya dipergunakan apabila
terjadi ke bakaran ;
au. Ketahanan terhadap api adalah sifat dari komponen struktur
untuk tetap bertahan terhadap api tanpa kehilangan fungsinya sebagai komponen struktur, dalam waktu tertentu yang
dinyatakan dalarn jam;
avo Kornponen struktur utarna adalah bagian-bagian bangunan godung yang memikul dan menemskan beban ke pondasi ;
aw. Komponen struktur ada1ah bagian-bagian bangunan gedung
baik yang memikul beban maupun tidak ;
ax.. Instalasi dan perlengkapan bangunan adalah instalasi dan perlengkapan pada bangunan, bangun-bangunan dan atau pekarangan yani digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, keselamatan, komunikasi dan mobilitas dalam bangunan.
-7-
f. menghentikan atau menutup kegiatan di dalam suatu bangunan
yang dinilai belum dilaksanakan sehagairnana dimaksud pada
humf a Pasal ini, sampai yang bertanggung jawab atas bangunan
tersobut memenuhi persyaratan yang ditetapkan ;
g. memerinrahkan pem1lik pekarangan untuk rneninggikan
atau merendahkan pekarangan sehingga seras! dengan sarana dan
prasarana Iingkungan yang ada ;
h. memerintahkan untuk melakukan perbaikan·perbaikan terbadap
bagian bangunan, bangun-bangunan dan pekarangan ataupun
suatu Iingkungan untuk pencegahan terhadap gangguan keschatan dan kesolarnatan jiwa manusia ;
i. memerintahkan, menyetujui atau menolak dilakukannya pern. bangunan, perbaikan atau pembongkaran sarana atao prasarana
Iingkungan oleh I.'emilik bangunan .tau tanah ;
; ~.(J
j. rnenetapkan pembebasan terhadap keputusan peruntukan sobidang tanah yang terny"ta dalam batas waktu 5 tahun keputus-
Seri : B Nomor: 2
-8-
ill Tahun 1992 No. 23
. ill Tahun 1992 No. 23
formulir dan .melengkapi persyaratan yang ditelapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah.
an peruntukan tersebut belum dapat dilaksanakan ;
k. dapat rnenetapkan kebijaksanaan terhadap lingkungan khusus
atau lingkungan yang dikhususkan dari ketentuan-ketentuan
yang diatur da1am Peraturan Daerah ini dengan rnernpertirn·
bangkan keserasian lingkungan dan atau kearnanan negara ;
I. dapat menetapkan bangunan tertentu untuk menarnpilkan
Pasa1 6
(I)
Perrnohonan izin membangun dan alau menggunakan
bangunan diajukan secara lertulis oleh pemohon kepada
Gubernur Kepala Daerah.
(2)
Tala cara dan persyaralan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (I) Pasal ini ditelapkan oleh Gubemur Kepala Daerab.
(3)
Proses pembuatan Surat Izin dari GubemUT Kepala Daerab
dalam waktu selambat-Iambalnya 3 (liga) bulan harus sudah
selesai.
.
arsitektur berkultur Indonesia.
Pasa1 3
Gubemur Kopala Daerah menetapkan :
a. prosedur. dan persyaratan serta kriteria teknis tentang jenis,
penarnpilan bangun-bangunan ;
b. sebagian bidang pekarangan atau bangunan untuk penempatan, pemasangan dan perneliharaan prasarana atau sarana lingkungan kota demi kepentingan umum ;
c. kebijaksanaan teknis secara khusus terhadap bangunan yang
sebagian Iahannya ditetapkan untuk digunakan bagi kepenting-
anwnwn.
Pasa! 4
Gubemur Kepala Daerah atau petugas yang ditunjuk menjalankan
tugasnya berwenang memasuki halaman, pekarangan dan atau
bangunan.
Pasa1 7
Alas permohonan yang bersangkulan Gubemur Kepala Daerah
dapat memberikan izin mernbangun dan atau menggunakan dan
at3u kelayakan menggunakan bangunan secara bertahap, sepanjang
tabapan kegiatan pelaksanaan bangunan tersebut memenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasa] 8
(1)
Permohonan izin mcmbangun dan atau mcnggunakan bangunan dan atau kclayab.n mcnggunakan bangunan di·
langguhkan penyelcsaiannya, jika pemohon tidak melengkapi
dan atau mcmcnuhi persyaratan dalarn .iangka waktu yang dilelapkan.
(2)
Apabila lerjadi sengkela yang ada hubungannya dengan persyumtan izin mernbangun dan atau menggunakan dan atau
kclayakan menggunakan bangunan, penyelcsaianpennohonan i7.in dimaksud dapal ditangguhkan sampai ada penyelcsai·
an sengketa.
(3)
Keputusan penangguhan penyelesaian izin sebagaimana
dimaksud pada ayal (2) Pasal ini diberitahukan secara lertulis kepada pemohon dengan disertai alasan.
(4)
Permohonan i7.in yang dilangguhkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) Pasal ini selelah lewat waktu 12 bulan sejak
tanggal penangguhan dapa! ditolak dengan sural pemberitahuan disertai alasan penolakan.
Bagian Kedua
Perizinan
Pasa! 5
(I)
(2)
(3)
Setiap kegiatan membangun dan atau menggunakan dan
atau kelayakan menggunakan bangunan da1am witayah
Daerah Khusus !bukota Jakarta harus memiliki izin dari
Gubemur Kepala Daerah.
Selain .harus mernenuhi izin sebagairnana dimaksud pad.
ayat (I) Pasa! ini harus dipenuhi pula ketentuan lain yang
berkaitan dengan kegiatan mendirikan bangunan.
Permohonan izin membangun dan atau menggunakan dan
atau kelayakan menggunakan bangunan sebagairnana dimak· .
sud dalarn ayat (I) dan (2) Pasa! ini,diajukan dengan mengisi
Seri : B Nomor : 2
-9-
r
Seri : B Nomor : 2 •
-10 -
W Tabun 1992 No. 23
LD Tahun 1992 No. 23
f.
Pa'"
e. dalam waktu selama·lamanya 6 bulan temyata suatu keharusan yang berdasarkan peraturan tidak dipenuhi :
9
Gubemur Kepala Daerah dapat menolak permohonan izin meHl·
bangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan
bangunan, apabila :
.
d. pelaksanaan pekerjaan telah dihentikan selama 12 bulan
berturut·turut dan tidak dilanjutkan lag\.
(2)
a. berdasarkan ketentuan yang berlaku kegiatan menggunakan dan
atau berdirinya bangunan akan melanggar ketertiban umum
atau merogikan kepentingan umum ;
b. kepentingan pemukirnan masyarakat setempat akan dirugikan
atau penggunaannya dapat membahayakan kepentingan umum,
kesehatan dan keserasian lingkungan ;
(1)
(2)
Gubemur Kepala Daerah dapat membekukan izin mem·
bangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggu·
nakan bangunan yang telah diterbitkan, apabila kemudian
temyata terdapat sengketa, pengaduan dari pihak ketiga
atau pelanggaran. atau kesalahan teknis dalam membangun.
(I)
(2)
3.
izin membangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan diterbitkan berdasarkan
kelengkapan persyaratan Izin yang diajukan dan kete·
rangan pemohon, yang temyata kemudian tidak benar ;
b. pelaksanaan pem bangunan dan atau penggunaan bangun·
an menyimpang dari ketentuan atau persyaratan yang
tercantum dalam izin ;
sanaan bangunannya, atau pekerjaan yang telah dilaksana·
kan tidak diteruskan dan dianggap hanya berup" pekerjaan
persiapan, kecuali ada pemberitahuan secara tntulis dari
pemegang izin.
Jangka waktu sebagairnana dimaksud pada ayat (I) Pasal inr
dapat diperpanjang dengan mengajukan permohomm.
Pasa( 13
Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat memberikan
izin khusus untuk bangunan semen tara.
Keputusan pembekuan izin diberitahukan seeara tertulis
kepada pemegang izin dengan disertai alasan, setelah peme·
gang izin diberikan kesempatan untuk memberikan pen·
jelasan.
Gubemur Kepala Daerah dapat meneabut izln membangun
dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan
bangunan apabila :
Izin mendirikan bangunan batal apabila dalam jargka waktu
6 bulan setelah tanggal penetapan izin belum dirrulai pelak-
Baglan Ketiga
Tertib Pembangunan dan Bangunan
Pasal 14
Pasal 11
(I)
Keputusan peneabutan izin diberitahukan seeara tertulls
kepada pemegang izin dengan disertai alasan, setelah peme·
gang izin diberi kesempatan untuk mengemukakan alasan.
Pasal 12
e. pemohon belum atau tidak melaksanakan perintah tertulis
yang diberikan sebagai salah satu syarat diprosesnya permohon·
an.
Pasal 10
Seri : B Nomor : 2
-11-
Setiap bangunan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
tercantum dalam izin membangun dan atau menggu-uakan bangunan, hams dibongkar atau dilakukan penyesuaian·penyesuaian se·
hingga memenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 15
(I)
GSB yang telah ditetapkan dalam reneana kota tidak boleh
dilanggar dalam mendirikan atau memperb:iharui seluruhnya
atau sebagian dari bangunan.
r
i
Seri : B Nomor : 2
-12-
LD Tahun 1992 No. 23
Apabila GSB sebagaimana dimaksud pada ayal (1) Pasal ini
belum dilelapkan dalam reneana kola, Gubemur Kepala
Daerah dapal menelapkan GSB yang bersifal semenlara
unluk lokasi ler50buI pada seliap permohonan bangunan.
(2)
amanan
(2)
GSB yang disyaralkan dalam izin membangun sebagaimana
dimaksud pada ayal (2) Pasal ini dipalok di lapangan oleh
Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola.
(3)
-13-
LD Tahun 1992 No. 23
dalam
Seri : B Nomnr: 2
pencegahan
penanggulangan
kebakaran.
Peraneangan dan perencanaan bangunan harus dilakukan dan
diperlanggung jawabkan oleh para ahli yang memiliki sural
izin bekerja, sesuai bidangnya masing-masing terdiri dari :
3.
perancang arsitektur bangunan ;
b. perencana struktur bangunan ;.
e. pereneana inslalasi dan perlengkapan bangunan.
Pasal 16
Bangunan lertentu berdasarkan letak, benluk, ketinggian dan
penggunaannya harus dilengkapi dengan peralalan yang berfungsi
sebagai pengamanan lerhadap lalu-linlas udara atau lalu-lintas
laut.
(3)
Pasal 19
(I)
Daiam setiap peraneangan dan pereneanaan bangunan, pcmilik bangunan diwajibkan menunjuk ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, keeuali untuk bangunan lerlenlu
dilelapkan oleh Gubemur Kepala Daerah.
. (2)
Pemilik bangunan wajib memberilahukan seeara iertulis
kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola,
apabila lerjadi penggantian peraneang dan alau pereneanaan
bangunan.
Pasal 17
Kegiatan yang tidak memerlukan izin adalah :
pekerjaan yang termasuk dalam pemeliharaan dan perawatan
bangunan yang bersifat biasa ;
b. mendirikan kandang pemeliharaan binatang atau bangunbangunan di halaman bel~kang dan isinya tidak lebih dari
3.
Surat izin bekerja 50bagaimana dimaksud pada ayal (2)
Pasal ini dilelapkan oleh Gubemur Kepala Daerah.
Pasal 20
12 m3 ;
c. bangun·bangunan di bawah tanah ;
d. perbaikan-perbaikan yang ditentukan oleh Gubernur Kepala
Daerah.
(1)
a. gambar rancangan arsitektur dan atau;
Bagian Keempal
b. gambar dan perhilungan struktur dan alau';
Pengendalian Pembangunan dan Bangunan
e. gambar dan perhitungan inslalasi dan
bangunan dan atau ;
Paragraf 1
Pengendalian Rancangan dan Reneana Bangunan
Sctiap perancangan dan perencanaan bangunan selain harus
mcmenuhi kctentuan teknis yang berlaku. juga hams mempertimbangkan segi keamanan, keselamatan, keserasian
bangunan dan Iingkungan baik dari segi arsitektur, kong·
truksi, instalasi dan perlengkapan bangunan termasuk ke-
perlengkapan
d. gambar dan perhilungan lain yang dilelapkan.
(2)
Gambar dan perhilungan sllUklur, instalasi dan perlengkapan bangunan harus 50suai dan tidak menyimpang dari garnbar
rancangan arsitektur.
(3)
Penyajian raneangan dan reneana bangunan sebagaimana dimaksud pada ayal (I) Pasal ini diwujudkan dalam gambar
yang jelas dengan dilengkapi ukuran, penjeiasan penggunaan
ruang, bahan serla menyalakan letal< garis 50mpadan dan
Pasal 18
(1)
Gambar raneangan dan reneana bangunan anlara lain lerdiri
dari :
s~jenisnya.
LD Tahoo 1992 No. 23
(4)
Seri : B NomOI': 2
-14 -
Penyajian rancangan dan rencana bangunan ootuk pem·
baharuan, perluasan atau perubahan, harus digambar dengan
jelas, baik keadaan yang ada, maupun pembaharuan, perluas.
an atau perubahah dirnaksud.
LD Tahoo 1992 No:23
(2)
Rancangan arsitektur suatu bangunan atau kompleks bangun·
an, harus serasi dengan keseluruhan bangunan yang terdapat
di lingkungannya.
Dokumen lama yang ada dan masih memenuhi persyaratan
dapal digunakan sebagai dasar perancangan, perencanaan
bangunan dan sebagai kelengkapan persyaralan pennohonan
izin baru.
Pasa! 22
(I)
(2)
Gubemur Kepala Daerah berwenang mengatur bagian·bagian
kota, kelompok bangunan atau bangunan sepanjang jalan
terlentu mengenai ketinggian, besar sudut dan besar jalur·
jalur atap (dak overstek).
(I)
Pelaksanaan kegiatan membangun haros dilakukan oleh pemborong dan diawasi oleh direksi pengawas yang memiliki
sural izin bekerja dan berlanggung jawab atas hasil pelaksanaan kegialan lersebut.
(2)
Kelentuan len tang pemborong dan direksi pengawas sebagaimana dirnaksud pada ayat (I) Pasa! ini, diletapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 25
(I)
Pemborong dan direksi pengawas berlanggung jawab alas
kesesuaian pelaksanaan lerhadap persyaralan yang lercanlum
dalam izin.
(2)
Direksi pengawas harns melaporkan dirnulainya kegialan
membangun dan hasil lahapan kegialan membangun secara
lerinei kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan
Kola.
(3)
Apabila terjadi penyimpangan dalam kegialan membangun
dan alau terjadi akibat negatip lainnya, direksi peng.was
hams mcnghentikan pelaksanaan kegiata!l membangun dan
melaporkan kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan
Kota.
Gubemur Kepala Daerah menelapkan ketenluan teknis
lebili lanjut tentang perletakan bangunan serta teknis peru·
bahan dan penambahan bangunan, dengan letap memperhatikan keserasian dan kelestarian lingkungan serta kaidah
perencanaan kota.
Pasa! 2.6
Pengendalian Pelaksanaan Bangunan
Segala kerugian pihak lain yang lirnbul akibal pelaksanaan kegial·
an membangun, menjad! beban dan taoggung jawab pemborong
dan alau pemilik bangunan.
Pasa! 23
Bagian Ke1ima
Pamgraf 2
(I)
Pelaksanaan kegiatan membangun harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin membangun.
. (2)
Setiap pelaksanaan kegialan membangun hams menjaga keamanan, keselamatan bangunan dan lingkungan serta tidak
boleh mengganggu ketentraman dan keselamatan masyarakat sekitamya.
Tata eara dan persyaratan pelaksanaan kegiatan membangun
sebagaimana dirnaksud pada ayat (I) Pasa! ini diletapkan
oleh Gubernur Kepala Daerah.
(3)
Seri :'B NOOIor : 2
P.....t 24
Pasal 21
(I)
-15 -
Paragraf 3
Pengenda1ian Penggunaan Bangunan
P.....t 27
(I)
Setiap bangunan yang lelah berdiri hams memenuhi persyaralan leknis, keamanan, keselamalan, keserasian bangunan, lingkungan, baik dari segi arsilektur, konslruksi, inslalasi
dan perlengkapan bangunan serla memudahkan pengarnatao
dan pemelibaraan bangunan.
LD Tabun 1992 No. 23
(2)
(3)
LD Tabun 1992 No. 23
. Seri: B Nomor : 2
-16 -
Pasat 32
Setiap bangunan yang telah selesai dibangun sebelum diguna·
kan atau dihuni harus terlebih dahulu mempunyai izin
menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan.
Izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini diberikan
apabila ketentuan dalam izin membangun telab dipenuhi
dengan mempertimbangkan segi administratip dan laporan
pelaksanaan yang dibuat oleh direksi pengawas, serta hasil
pengkajian oleh pengkaji telmis bangunan.
Pasa! 28
Gubemur Kepala Daerab menetapkan berlakunya izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan dengan memperhatikan sifat keputusan izin membangun.
Gubemur Kepala Daerab dapat memerintabkan dalam suatu
bangunan umum atau lahannya, untuk menyediakan temp at guna
penempatail fasilitas umum.
I
Paragrat 4
Pemeliharaan Bangunan, Bangun-bangunan dan
Pekarangan
I
Pasa! 33
(I)
Pasa! 29
Setiap perubaban fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan
harus mendapat izin dari Gubemur Kepala Daerab dengan tetap
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
ayat (2).
(2)
(3)
PasaJ 30
Setiap penggunaan bagian bangunan yang masih dalam tahap
pelaksanaan, dapat diizinkan sepanjang bagiari bangunan dimaksud
tidak menyimpang dari persyaratan yang .tercantum pada izin
membangun dan telah dipenuhinya persyaratan pelengkapan
bangunan untuk bagian tersebut.
Pasa! 31
Gubemur Kepala Daerab dapat memerintahkan menutup atau
melarang penggunaan suatu bangunan yang tidak memenuh!
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Per.turan Daerah ini,
apabila menumt pertimbangannya dapat meriimbulkan gangguan
bagi kaarnanan dan katertiban umum sampai yang bertanggung
jawab atas bangunan tersebut, memenuhi persyaratan yang eli·
tetapkan.
Seri : B Nomor : 2
- 17-
Bangunan, bangun-bangunan, atau bagian bangunan dan pe·
karangan harns dalam keadaan terpelihara sehingga dapat
tetap digunakan sesuai dengan fungsi dan persyaratan dalam
izin yang telab dikeluarkan serta tidak mengganggu segi
ke sehatan dan kebersihan.
Dalarn hal pemeliharaan bangunan, pekarangan dan bangun·
bangunan yang memerlukan keahlian, harus dilaksanakan
oleh pelaku tekni, bangunan sesuai dengan bidangnya.
Tata cara dan persyaratan pemelibaraan bangunan, bangunbangunan dan pekarangan ditetapkan oleh Gubemur Kepala
Daerah.
Pasa! 34
(1)
Pemilik bangunan atau pekarangan wajib melaksanakan
atau mengizinkan dilakukannya pekerjaan-pekerjaan yang
menurut Gubemur Kepala Daerah dianggap perlu berdasarkan pernberitahuan secara tertulis.
(2)
Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang tercantum
dalam pemberitabuan.
Pasal 35
Gubemur Kepala Daerah dapat memberi kelonggaran tekni' pada
pembabaruan seluruh atau sebagian dari bangunan, jika dengan
pembabaruan terse but didapat keadaan atau lingkungan yang lebih
baik.
ill Tahun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
-18 -
ill Tahun 1992 No. 23
Seri : B Nomor : 2
Pasal 39
Pasa! 36
Gubemur Kepala Daerah dapat memerintahkan kepada pemilik
atau penghuni bangunan untuk memperbaiki bangunannya baik
sebagian atau' keseluruhan, jika menurut pendapat Gubemur
Kepala Daerah keadaan tersebut tidak memenuhi syarat kelayakan
untuk dihuni.
-19 -
Terhadap kegiatan membangun bangunan danatau bangun·bangun·
an yang terkena k,tentuan peremajaan lingkungan, Gubemur
Kepala Daerah dapat memberikan pengecualian apabila bangunan
dan atau bangun-bangunan terse but dinyatakan sebagai bangunan
yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya.
BAB III
Pasa! 37
KETENTUAN TEKNIS BANGUNAN
(I)
(2)
(3)
(4)
m
Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan suatu bangun·
an balk sebaglan atau seluruhnya tidak iayak dihuni atau
digunakan jika ditinjau dari struktur bangunan dapat memo
bahayakan penghuni dan atau lingkungan (bouwvallig).
Gubemur Kepala Daerah dapat memerintahkan penghuni
untuk segera mengosongkan dan menutup bangunan se·
bagalmana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini dalam jangka
waktu tertentu serta mengumumkan status bangunan ter·
sebut berada di bawah pengawasan.
Apabila bangunan sebagalmana dlmaksud pada ayat (I)
Pasal ini sudah dikosongkan, pembongkaran dilakukan
sendiri oleh penghuni atau pemilik dalam jangka waktu
tertentu.
Apabila ketentuan tertentu sebagalmana dlmaksud pada ayat
(2) dan (3) Pasal ini, tidak dilaksanakan oleh penghuni
atau pemilik, pelaksanaan pengosongan dan atau' pembong·
karan dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah atas beban
biaya pemilik bangunan.
Persyaratan dan tata cara penetapan bangunan tidak layak
dihuni atau digunakan sebagalmana dimaksud pada ayat
(I) Pasa! ini ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
Pasa! 38
(I)
(2)
Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan daerah-daerah,
bangunan dan atau bangun-bangunan yang memiliki nilai
sejarah atau kepurbakalaan, budaya dan arsitektur yang
lingg!, sebagai daerah pemugaran yang perlu dilindungi
dan dijaga kelestariannya.
Gubemur Kepala Daerah menetapkan kriteria persyaratan
terhadap bangunan serta bangun-bangunan sebagalmana
dimaksud pada ayat (I) Pasal ini.
Baglan Perlama
Ketentuan Arsitektur Lingkungan
Pasa! 40
(I)
Setiap bangunan harus sesuai dengan peruntukan yang diatm dalam reneana kota-.
(2)
Penggun.an jenis bangunan pada lingkungan peruntukan
sebagalmana dirnaksud pada .yat (I) Pasal ini, dimungkin·
kan adanya penggunaan lain sebagai pelengkap atau pen un·
jang kegiatan utarna yang diatur sesual tabel pada lam pi ran
I Peraturan Daerah ini.
(3)
Setiap bangunan yang didirikan pada daerah peruntukan
campuran. hams aman daTi bahaya pencemaran lingkungan
dan bahay. kebakaran.
Pasal 41
(I)
Tata letak bangunan dalam snatu bagian lingkungan harus
dirancang dengan memperhatikan keserasian lingkungan dan
rnernudahkan upaya penanggulangan bahaya kebakaran.
(2)
Pada lokasi-lokasi tertentu Gubernur Kepala Daerah dapat
menetapkan pengarahan rencana tata lctak. bangunan dalam
suatu bagian lingkungan.
Pasal 42
.Gubernur Kepala Daerah dapat rnen~tapkan suatu lokasi khusus
untuk bangunan fasilitas urnum, dengan tetap mernperhatikan
keamanan, kesehatan, keselamatan serta keserasian lingkungan.
LD Tabun 1992 No. 23
LD Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor : 2
- 20-
Penempatan bangun·bangunan, tidak boleh mengganggu ketertib·
an umum, lalu·lintas, prasarana kota dan pekarangan, bentuk
arsitektur bangunan dan lingkungan, rerta harus memenuhi kekuat·
an struktur dengan memperhatikan keserasian, keselamatan dan ke·
amanan lingkungan.
(I)
Bangunan yailg didirikan harus memenuhi persyaratan
KDB dan KLB sesuai dengan rencana kola yang ditetapkan.
(2)
Gubernur Kepala Daerab dapat memberikan kelonggaran
ketentuan sebagaimana dhnaksud pada ayat (I) Pasal ini
untuk bangunan perumaban dan .bangunan sosial dengan
memperhatikan keserasian dan arsitektur lingkungan.
Pasa! 44
(2)
Pasa! 49
Pada daerab tertentu Gubernur Kepala Daerab dapat menetapkan ketentuan khusus tentang pemagaran bagi suatu
pekarangan kosong atau sedang dibangun, serta pemasangan
papan-papan nama proyek dan sejenisnya dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, keindahan dan keserasian
lingkungan.
Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan suatu lingkungan
bangunan dimana tidak diperkenankan membuat batas fisik
atau pagar pekarangan.
(I)
Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana
perpetakan yang diatur dalam rencana kota.
(2)
Apabila perpetakan tidak dipenuhi -atau tidak ditetapkan,
maka KDB dan KLB diperhitungkan berdasarkan luas tanah
di belakang GSJ yang dimiliki.
(3)
Penggabungan atau pemecaban perpetakan dimungkinkan
dengan ketentuan KDB dan KLB tidak dilampaui, dan
dengan memperhilungkan keadaan lapangan, keserasian
dan keamanan lingkungan serta memenuhi persyaratan teknis
yang telab ditetapkan.
Pasa! 45
Pada lingkungan bangunan tertentu Gubernur Kepala Daerab dapat
menetapkan ketentuan penggunaan setiap lantal dasar atau lantai
lainnya pada bangunan, untuk kepentingan umum.
Pasal 50
Untuk lanab yang belum atau tidak memenuhi persyaratan luas
minhnum perpetakan, Gubernur Kepala Daerab dapat menetapkan lain dengan memperhatikan keserasian dan arsilektur lingkungan.
Pasa! 46
Pada daerab atau lingkungan tertentu Gubernur Kepala Daerah
dapat menetapkan tata cara membangun yang harus diikuti dengan
memperhatikan keamanan, keselamatan, keindaban dan keserasian
lingkungan.
Pasa! 51
(I)
Salah satu sisi pekarangan harus herbatasan dengan jalan
umum yang telab ditetapkan dengan 1ebar minhnal 3 m.
(2)
Letak pintu masuk utama bangunan harus berorientasi ke
jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini.
Pasa! 47
(1)
(2)
Setiap bangunan yang menimbulkan dampak terhadap
lingkungan yang mengganggu, harus dilengkapi dengan an~­
sis mengenai dampak lingkungan.
Setiap bangunan yang menghasilkan limbah atau buangan
lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran, harus dilengkapi dengan sarana pengolab limbah sebe1um dibuang ke saluran umum.
Seri : B Nomor : 2
Pasa! 48
Pasa! 43
(1)
- 21-
~f·
(1)
GSB ditetapkan dalam rencana kota.
.r
(2)
Gubernur Kepala Daerah dapat menelapkan lebih lanjut
tentang perletakan bangunan terhadap GSB, dengan memperhatikan keserasian, keamanan dan arsitektur lingkungan.
r~
r
I
f·
I,'
Pasa! 52
LD Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
-22-
PasaI 53
(I)
(2)
LD Tahun 1992 No. 23
Seri : B Nomor : 2
f. ruangan dalam bangunan di bawah air harus memiliki sarana
khusus bag! keamanan dan
Dalam hal membangun bangunan layang di atas jalan umum,
saluran dan atau sarana l"innya, hams terlebib dabulu mendapat persetujuan dari Gubemur Kepala Daerab.
Bangunan layang sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
Pasal ini lidak boleh mengganggu kelanearan ams lalu-lintas
kendaraan, orang dan barang, tidak mengganggu dan merusak
sarana kota maupun prasarana jaringan kota yang berada di
bawah atau di atas tanah, serta tetap memperhatikan kese·
rasian dan arsitektur Iingkungan.
- 23-
keselamatan pemakai bangunan.
Pasal 56
(1)
Pada daerali hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi,
letak bangunan minimal 10 m dari as jalur tegangan tinggi
terluar serta tidak boleh melarnpaui garis sudut 45 0 (empat
puluh lima derajat), yang diukur dari as jalur tegangan
tinggi terluar.
(2)
Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan lain dengan
memperhalikan pertimbangan paraahli.
PasaJ 54
Pasal 57
Bangunan yang akan dibangun di bawah tanah yang meUntasi
sarana kota harus mendapat izin Gubemur Kepala Daerah dan
hams memenuhi persyaratan :
(I)
Bangunan yang didirikan harus berpedoman pada pola ke- .
tinggian lingkungan bangunan yang ditetapkan dalarn rencana kota.
(2)
Gubemur Kepala Daerah demi kepentingan umum tertentu
dapat 'memberi kelonggaran atas ketinggian bangunan pada
Iingkungan tertentu dengan memperhatikan keserasian dan
kelestarian llngkungan, KDB dan KLB serta keamanan terhadap bangunan.
a. tidak diperkenankan untuk tempat tinggal ;
b. tidak mengganggu fungs! prasarana Garingan kota) dan sarana
kota yang ada;
c. penghawaan dan pencahayaan hams memenuhi persyaratan
kesehatan pada seliap jenis bangunan sesuai dengan fungsi
bangunan;
d. memiliki sarana khusus bagi keamanan dan keselamatan perna·
kai bangunan.
Pasal 58
(I)
Setiap pereneanaan bangunan harus memperhatikan bentuk
dan karakteristik arsitektur Iingkungan yang ada di sekitarny•..
(2)
Setiap bangunan yang didirikan berdampingan dengan
bangunanpemugaran, hams serasi dengan bangunan pemugaran terstbut.
Pasal 55
Bangunan yang dibangun di atas atau di dalam air harus mendapat
izin dari Gubernur Kepala Daerah dan harus memenuhi persyaratan :
a. sesuai dengan rencana kota ;
b. aman terhadap pengaruh negatif pasang surut air ;
e. penggunaannya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan,
lidak menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak
lingkungan sekitamya dan tidak menimbulkan peneemaran ;
d. penggunaan bahan yang aman terhadap kerusakan karena air;
e. penghawaan dan pencahayaan hams memenuhi persyaratan
kesehatan pada setiap jenis bangunan sesuai dengan fungsi
bangunan;
Pasal 59
Tinggi rendah (peil) pekarangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak merusak keserasian Ungkungan atau merugikan pihak
lain.
W Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor : 2
-24-
LD Tabun 1992 No_ 23
Pasa! 63
Pasal 60
(I)
,(2)
Bagi daerab yang belum memiliki rencana teknik ruang
kota, Gubemur Kepala Daerab dapat memberikan persetujuan membangun pada daerab tersebut, untuk jangka
waktu sementara.
(I)
(2)
(I)
Atap bangunan dalam lingkungan bangunan yang letaknya
berdekatan dengan bandara udara tidak diperkenankan
dibuat dari baban yang menyilaukan.
(2)
Ketinggian bangunan sebagairnana dirnaksud pada ayat
(I) Pasal ini, tidak diperkenankan mengganggu lalu·llntas
udara.
Apabila dikemudian hari ada penetapan rencana teknik
ruang kota, maka bangunan tersebut hams disesuaikan
dengan rencana kota yang ditetapkan,
Pasa! 61
Gubemur Kepala Daerab dapat memberikan persetujuan
sementara untuk mempertahankan jenis penggunaan llngkungan bangunan yang ada pada perumahan daerab perkarnpungan yang tidak teratur, sampai terlaksananya llngkungan
peruntukan yang ditetapkan dalam rencana kota,
Pada lokasi tertentu, Gubemm Kepala Daerah dapat menetapkan jenls bangunan dengan permanensi tertentu yang
bersifat sementara, dengan mempertirnbangkan segi keaman-.
an, pencegahar. ke bakaran dan sanitasi.
Pasal 64
Setiap perancangan arsitektur lingkungan harus memperhatikan
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan
standar lingkungan dan persyaratan teknis yang ,berlaku.
Pasa! 65
(I)
Gubemur Kepala Daerah dapat menetap~an suatu daerab
sebagai daerab bencana, daerab banjir, dan yang sejenisnya.
(2)
Pada daerab ben,ana sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
Pasa! ini, Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan larang-
an membangun atau menetapkan tata cara membangun,
dengan mempertimbangkan keamanan, keselamatan dan
kesehatan lingkungan.
Pasal 62
(I)
(2)
lingkungan bangunan pada daerab yang rene ana kotanya
,belum dapat diterapkan, untuk sementara masih diperkenankan mempertabankan peruntukan dan atau jenis
penggunaannya yang ada, sejauh tidak mengganggu kepentingan umum dan keserasian kota.
Bangunan yang ada dalam lingkungan yang mengalami
perubaban rencana kota, dapat melakukan perbaikan, sesuai
dengan peruntukan dan karakter bangunan lama.
(3)
Apabila dikemudian hari ada pelaksanaan rencana kota,
maka bangunan tersebut harus disesuaikan dengan rencana
yang ditetapkan.
(4)
Pada llngkungan bangunan tertentu, dapat dilakukan perubaban penggunaan jenis bangunan yang ada, selama masih
sesuai dengan golongan peruntukan rene ana kota, dengan
tetap memperhatikan keamanan, keselamatan, kesehatan
serta gangguan terhadap lingkungan dan kelengkapan fasi·
lltas dan utilltas sesuai dengan penggunaan baru.
Seri : B Nomor : 2
-25 -
Pasa! 66
(I)
Gubemur Kepala Daerab dapat menetapkan lingkungan
bangonan yang mengalami kebakaran sebagai daerab tertutup dalam jangka waktu tertentu dan atau membatasi,
melarang pembangonan bangunan di dalam daerab tersebut.
(2)
Bangunan-bangunan pada lingkungan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasa! ini, dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan, diperkenankan mengadakan perbaikan darurat, bagi bangunan yang
rusak atau membangon bangunan sementara untuk kebutuhan darnrat dalam batas waktu penggunaan tertentu dan dibebaskan dari izin.
(3)
Gubemur Kepala Daerah dapat menentukan daerab sebagalmana dirnaksud pada ayat (I) Pasal ini, sebagai daerab
peremajaan kota.
Seri : B Nomor: 2
-26 -
W Tabun 1992 No. 23
LD Tabuo 1992 No. 23
Seri : B NomOI: 2
-27 -
PasaI 70
Bagian Kedua
(1)
Penambahan lantai dan atau tingkat pada suatu bangunan
diperkenankan apabila masih me,menuhi batas ketinggian
yang ditetapkan dalam rencana kola, sejauh tidak melebihi
KLB dan harus memenuhi kebutuhan parkir serta seras!
dengan lingkungannya.
(2)
Penarnbahan lantai tingkat dimaksud pada ayat (I) Pasal
ini, harns memenuhi persyaratan keamanan struklur sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerab ini.
Persyllratan Arsitektur Bangunan
Paragraf 1
Persyaratan Tata Ruang
PasaI 67
Dalam perencanaan suatu bangunan at3u lingkungan bangunan,
harus dibuat perencanaan lapak menyeluruh yang mencakup
rencana sirkulasi kend.raan, orang dan barang, pola parkir, pola
penghijauan, ruang terbuka, sarana dan prasarana lingkungan,
dengan memperhatikan keserasian terhadap lingkungan dan Sesuai
dengan standar lingkungan yang ditelapkan.
PasaI 68
Tata ielak bangunan di dalam suatu tapak harus memenuhi kelentuan tentang jarak bebas, yang ditenlukan oleh jenis peruntukkan dan ketinggian bangunan.
pasaI 69
(I)
(2)
(3)
(4)
Sellap bangunan harus memenuhi persyaratan fungsi utama
bangunan, keseiamatan dan keamanan, kesehatan, keindahan
dan keserasian lingkungan.
Suatu bangunan dapat terdiri dati beberapa ruangan dengan
jenis penggunaan yang berbeda, sepanjang tidak menyimpang dati persyaratan teknis yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ioi.
Setiap bangunan selain terdiri dati ruang-ruang fungsi utama
harns pula dilengkapi dengan ruang pelengkap serta instalas!
dan perlengkapan bangunan yang dapat menjamin terselenggaranya fungsi bangunan, sesuai, dengan persyaratan yang
diatur dalam Peraluran Daerah ini.
Lantai, dinding, langit-Iangit dan alap yang membenluk
suatu ruangan baik secara sendiri·sendiri maupun menjadi
satu kesatuan, harus dapat memenuhi kebutuhan fungsi
ruang dan memenuhi persyar.tan kesehalan, keselani.tan
dan keamanan bangunan sebagaimanadiatur dalam Per.turan
Daerah ioi.
Paragraf 2
Ruang Luar Bangunan
PlIsal 71
Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harns digunakan sebagal
unsur penghijauan dan atau daerah peresapan air hujan serta kepentingan umum lainnya.
PasaI 72
Ketentuan sementara ten tang tata cara dan persyaratan membangun pada daerah-daerah yang rencana kotanya belum dapat
diterapkan sepenuhnya dapat ditetapkan oleh Gubemur Kepala
Daerah.
Pasal 73
Bagian atau unsur bangunan yang dapat terletak di depan GSB
adalah :
a. detail atau unsur bangunan akJbat keragaman rancangan arsitekWr dan tidak digunakan sebagai ruang kegiatan ;
b. detail atau unsur bangunan akJbal rencana perhitungan ~truktur
dan alau instalasi bangunan ;
c. unsur bangunan yang diperlukan sebagal sarana sirkulasi.
PasaI 74
(I)
Pada cara membangun renggang, sisi bangunan yang didirikan harns mempunyal jarak bebas yang tidak dibangun
pada kedua sisi samping kiri, kanan dan bagian belakang yang
Seri: B Nomor: 2
-28-
LV Tahun 1992 No. 23
LV TahuR 1992 No. 23
berbatasan dengan pekarangan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
(2)
4. rumah sedang, lebar dari batas pekarangan samping
2 m dengan kedalaman 4 m dari GSB atau sama dengan
jarak anlara GSB dan GSJ ;
Pada eara membangun rapat tidak berlaku ketentuan pada
ayat (1) Pasal ini, keeuali jarak bebas bagian belakang.
5. rumah keeil, lebar dari batas pekarangan samping
1,50 m dengan kedalaman 3 m dari GSB alau sama
dengan jarak anlara GSB dan GSJ.
Pasal 7S
Pada bangunap renggang, jarak bebas samping maupun jarak
bebas belakang ditetapkan 4 m pada Iantai dasar, dan pada setiap
penamb. !antai, jarak bebas di atasnya ditambah 0.50 m dari
jarak bebas lantai di bawahnya sampai meneapai jarak bebas
teJjauh 12,5 m, keeuali bangunan rumah tinggal, sedangkan
bangunan gudang dan industri diatur sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 81.
b. jarak bebas belakang minimal :
I. rumah ladang alau pedusunan 10, m sepanjang SIS'
belakang pekarangan dan untuk bangunan lurutan 2 m
sepanjang sisi belakang pekarangan ;
2. rumah kebun, 8 m sepanjang sisi belakang pekarangan;
3. rumah besar, 5 m sepanjang sepertiga sisi lebar perpelakan bagian belakang ;
Pasal 76
(1)
(2)
4. rumah sedang, 4 m sepanjang sepertiga sisi lebar
perpelakan bagian belakang ;
Pada bangunan rapat dari lantai satu hingga lantai empat,
samping kiri dan kanan tidak ada jarak bebas, sedang untuk
lantai selanjutnya harus mempunyai jarak bebas sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 75.
5. rumah keeil, 3 m sepanjangsepertiga sisi lebar perpetakan bagian belakang.
Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan pola dan atau
detail arsitektur bagi bangunan yang berdampingan atau
berderet termasuk perubahan dan atau penambahan bangun·
an.
(2)
Pada bangunan rumah tinggal renggang dengan bentuk perpetakan yang tidak leralur alau perpetakannya belum dialur,
maka jarak bebas bangunan ditetapkan oleh Gubemur
Kepala Daerah.
(3)
Untuk pekarangan yang belum memenum perpetakan rencana kota, maka jarak bebas bangunan disesuaikan dengan
ketentuan pada ayat (1) dan atau ayat (2) Pasal ini.
Pasal 77
(1)
Pada bangunan rumah tinggal renggang dengan perpetakan
yang sudah terator, pada denah dasar dan tingkat ditentukan:
Pasal 78
a. jarak bebas samping kiri dan kanan minimal:
I. rumah ladang atau pedusunan, 8 m sepanjang sisi samping pekarangan untuk bangunan induk dan untuk
bangunan turutan 2 m sepanjang sisi samping pekara·
ngan ;
2. rumah kebun, 5 m sepanjang sisi samping pekarangan ;
3. rumah besar, Iebar dari batas pekarangan samping 3 m
dan kedalaman 5 m dart GSB atau sama dengan jarak
antara GSB dan GSJ ;
.
Seri : B Nomor : 2
-29 -
";,
i
j/
,
.t..
l:.
(1)
Pada bangunan rumah tinggal renggang salah satu sisi samping bangunan diperkenankan dibangun rapat untuk penggunaan garasi, dengan tetap memperhalikan keserasian
Iingkungan.
(2)
Untuk pencahayaan dan penghawaan pada bagian belakang
ruang garasi diharuskan ada ruang terbuka dengan luas minimal4 m2.
LD Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
-30-
LD Tahun 1992 No. 23
- 31-
Seri : B Nomor : 2
Pasal 83
Pasal 79
(1)
Pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak
bebas samping, sedangkan jarak be bas belakang ditentukan
sebagalmana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) huruf b.5.
.Dalam hal jarak antara GSB dan GSJ kurang dari jarak bebas
yang ditetapkan, maka jarak bidang tampak terluar dengan GSJ
pada lantal kelirna atau lebih, minimal sama dengan jarak bebas
yang ditetapkan.
(2)
Panjang bangunan rapat maksimal 60 m, balk untuk rumab
tinggal sebagalmana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
maupun bangunan bukan rumah tinggal.
Pasal 84
Pasa! 80
Pada bangunan rapat setiap kelipatan maksimal 15 m ke arab
dalam, harus disediakan ruang terbuka untuk penghawaan dan
pencahayaan alami dengan luas sekurang-kurangnya 6 m2, dan
tetap memenuhi KDB yang bertaku.
(1)
Pada dinding terluar lantai dua atau lebih tidak boleh dibuat
jendela, kecuali bangunan terse but mempunyal jarak bebas
sebagalmana diatur dalam Peraturan Daerab ini.
. (2)
Dalam hal dinding terluar bangunan rumab tinggal tidak
memenuhi jarak bebas yang ditetapkan, dibolehkan membuat bukaan penghawaan atau pencabayaan pada ketinggian
1,8 m dari permukaan lantai bersangkutan atau bukaan
penuh apabila dinding-dinding batas pekarangan yang berhadapan dengan bukaan terse but dibuat setinggi minimal
1,8 m di atas permukaan lantal tingkat dan tidak melebihi
7 m dari permukaan tanah pekarangan.
(3)
Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan
dalam bentuk apapun.
Pasal 81
(I)
(2)
Pada bangunan industri dan gudang dengan tinggi tampak
maksimal 6 m, ditetapkan jarak bebas samping sepanjang
sisi samping kiri dan kanan pekarangan minimal 3 ffi, serta
jarak be bas belakang sepanjang sisi belakang pekarangan
minimal 5 m dengan memperhatikan KDB dan KLB yang
ditetapkan dalam rencana kota.
Tinggi tampak bangunan industri dan gudang yang lebUl
dari 6 m ditetapkanjarak bebasnya sesual dengan Pasal75.
Pasa! 82
Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagal
berikut :
a. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling
berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut
minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan ;
b. dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan
dinding tembok tertutup dan yang laln merupakan bidang
terbuka dan atau berlubang, maka jarak an tara dinding tersebut
minimal satu kali jarak bebas yang ditetapkan ;
c. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling
berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali
jarak bebas yang ditetapkan_
Pasal 85
(I)
Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan atau memproduksi bahan peledak
dan bahan-bahan lain yang sifatnya mudah meledak, dapat
diberikan izin apabila :
a. lokasi bangunan terletak <Ii luar lingkungan perumahan
atau jarak minimal 50 m dari jaJan umum, jaJan kareta
api, dan bangunan lain di sekitarnya ;
b. lokasi bangunan seluruhnya dikelilingi pagar pengaman
yang kokoh dengan tinggi minimal 2,5 m di mana ruang
. terbuka pada pintu depan hams ditutup dengan pintu
yang kuat dengan diberi papan peringatan DILARANG
MASUK;
c. bangunan yarig didirikan tersebut di atas harns terletak
pada jarak minimai 10m dari batas-batas pekarangan dan
10 m dari bangunan lainnya ;
r
(2)
Seri : B Nornor: 2
-32-
ID Taboo 1992 No. 23
d. bagian dinding yang terlemah dari bangunan tersebut
diarahkan ke daerah yang aman.
Bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyim·
pan atau memproduksi bahan radio aktif, racun, mudah ter·
bakar atau bahan-bahan lain yang berbahaya, harus dapat
menjamin keamanan, keselamatan, serta kes'ehatan penghuni
dan 1ingkungannya.
LD Taboo 1992 No. 23
-33 -
j. ramp dan tangga terbuka dihitung 50% ..lama tidak
melebihi 10% dar! luas lantai dasar yang diperkenankan.
(2) "Dalam hal perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah yang di belakang GSJ.
(3) Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (basement)
ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah.
Pasa1 86
(I)
Pasal 87
Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan sebagai berikut:
a. perhitungan luas lantai adalah jurniah luas lantai yang
diperhitungkan sampai batas dinding terluar ;
b. ,luas lantai ruangan beratap yang mempunyai <finding lebih
dart 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut, dihitung
penuh 100%;
e. luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau
mempunyai dinding tidak lebih dart 1,20 m di atas lantai
ruang, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas
denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan ;
d. overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka iuas
mendatar kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas
lantai denah ;
e. luas lantai ruangan yang mempunyai tinggi dinding
lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung 50%
selama tidak melebihi 10% dengan KDB yang ditetapkan,
sedangkan luas lantai ruangan selebihnya dihitung 100%;
f. teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak
lebih dart 1,20 m di atas Iantai teras, tidak diperhitungkan ;
Seri : B Nomor: 2
-
g. dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diper·
hitungkan seperti luas lantai di atas tanah ;
h. luas lantai bangunan yang' diperhitungkan untuk parkir
tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB asal tidak
melebihi 50% dart KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50% temadap KLB ;
i. Iantai bangunan parkir diperkenankan meneapai 150%
dart KLB yang ditetapkan ";
(1)
Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan
fung~ ruang dan ar~tektur bangunannya.
(2)
Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak
vertikal dati lantai penuh ke lantai penuh berikt,tnya lebih
dar! 5 m, maka ketinggian bangunan dianggap ",bagai dua
lantai.
(3)
Mezanine yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar
dianggap sebagai lantai penuh.
(4)
Tethadap bangunan tempa! ibadah, gedung pertemuan,
gedung pertunjukan, gedung sekolah, bangunan nunumen.
tal, gedung ulah raga, bangunan serba guna dan bangunan
sejenis lainnya tidak berlaku ketentuan sebagaim"na dimaksud pada ayat (2) Pasai ini.
Pasal 88
(I)
Pada bangunan rumah tinggal, tlnggi puneak atap bangunan
maksimal 12 m diukur secara vertikaJ dar! permukaan tanah
pekaraqgan, atau dar! permukaan lantai dasar dalam hal
permukaan tanah tidak teratur.
(2)
Gubemur Kepala Daerah menetapkan kekeeualian dari ke.
tentuan pada ayat (I) Pasal ini bagi bangunan-bangunan
yang karena sifat atau fungsinya, terdapat detail atau omamen tertentu.
Pasal 89
(I)
Tinggi lantai dasar suatu bangunan diperkenankan meneapai
maksimal 1,20 m di atas tinggi rata·rata tanah pekarangan
atau tinggi rata-rata jalan, dengan memperhatikan keserasian
lingkungan.
LD Tabun 1992 No. 23
m
Seri : B Nomor : 2
-34-
Apabila tinggi tanab pekatangan berada
ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat
curam atau perbedaan tinggi yang besar
suatu perpetakan, maka tinggi maksimal
tetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah.
LD Tabun 1992· No. 23
Pasal 94
di bawah titik
kemiringan yang
pada tanab asli
lanta! dasar di-
(I)
(2)
Pasal 90
Pada bangunan rumah linggal kopel, apabila terdapat perubahan
atau penambahan bangunan harus tetap diperhatikan kaidahkaidah arsitektur bangunan kopel.
(3)
Tinggi tampak rumah tinggal tidak boleh melebibi ukuran
jarak antara kaki bangunan yang akan didirikan sampa! GSB
yang berseberangan dan maksimal 9 m.
(2)
Tinggi tampak bangunan rumah susun diatur sesua! dengan
pola ketinggian bangunan.
Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan belakang untuk bangunan renggang maksimal
3 m di atas permukaan tanah pekarangan dan apabila pagar
tersebut merupakan dinding bangunan rumah tinggal bertingkat atau berfungsi sebagal pembalas pandangan, maka
tinggi tembok maksimal 7 m dar! permukaan tanah pekarangan.
(2) Tinggi pagar pada GSJ dan antara GSJ dengan GSB pada
bangilnan rumah tinggal maksimal 1,50 m di atas permukaan
tanah, dan unll/k bangunan bukan rumah tinggal termasuk
untuk bangunan industri maksimal 2 m di atas permukaan
tanab pekarangan.
Pagar
pada GSJ sebagalmana dimaksud pada ayat (2) Pasal
(3)
ini, harus tembus pandang, dengan bagian bawabnya dapat
tidak tembus pandang maksimal setinggi 1 m di alas permukaan tanah pekarangan.
(4) Untuk bangunan.bangunan tertentu GubemuI Kepala Daerah
dapat menetapkan lain.
(I)
Pasal 92
Pada bangunan yang menggunakan bahan kaca pantul pada tampak bangunan, sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi 24%
dengan memperhatikan tata letak dan orientasi bangunan terhadap matahari.
Pasal 93
Pada cara membangun rapat :
a. bidang din ding terluar lidak boleh melampaui batas pekarangan ,.
b. struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurangkurangnya 10 em dari batas pekarangan, kecuali untuk
~angunan rumah tinggal ;
c. perbaikan atau perom bakan bangunan yang semula menggunakan bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di
sebelahnya, disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri di samping din ding batas terdahulu.
Setiap bangunan bukan rumah tinggal diwajibkan menyediakan tempat parkir kendaraan sesua! dengan jumlah kebutuhan.
Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi
daerah penghijauan sebagalmana diatur dalam Peraturan
Daerah ini.
Standar jumlah kebutuhan parkir menurut jenis bangunan
ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah.
Pasal 95
Pasal III
(i)
Seri : B Nomor: 2
-35 -
Pasal 96
r,
t
(I)
~
(2)
!I:
<,
~
"U
ii
j
Pintu pagar pekarangan dalam keadaan terbuka tidak boleh
melebihi GSJ.
Letak pintu pekarangan untuk kendaraan bermotor roda
empat pacta persil sudut, minimal 8 m untuk bangunan
rumah tinggal dan 20 m untuk bangunan bukan rurnah
tinggal dihitung dar! titik belok tikungan.
WTahun 1992 No. 23
(3)
W Tuun 1992 No. 23
Seri : B NomOI: 2
-36 -
(4)
Bagi persil kecil yang tidak memenobi ketentuan pada
ayat (2) Pasal ini, letak pintu pagar kendaraan bermotor
roda empat adalah pada salah satu ujung batas pekarangan.
Ruang DaIam Bangunan
Jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan pada seliap jenis penggunaan bangunan ditetapkan
oleh Gubernur Kepala Daerah.
(1)
Seliap ruang dalam harus menggunakan peneahayaan dan
penghawaan a1ami, yang dilengkapi dengan satu atau lebih
jendela atau pintu yang dapat dibuka, dan langsung berbatasan dengan udara luar, yang persyaratannya" ditetapkan
oleh Gubernur Kepala Daerah.
(2)
Pengeeualian ketentuan sebagaimana dimaksud pada aya!
(1) Pasal ini, dibolehkan untuk bangunan bukan hunian
apabila menggunakan sistem pencahayaan dan penghawaan
buatan.
PasaI 97
(2)
Seri : B Nomor : 2
Pasal 100
Paragrat' 3
(I)
-37 -
Bangunan tempat linggal minimal memiliki ruang-ruang
fungsi utama yang terdiri dari ruang penggunaan pribadi,
ruang benama dan ruang pelayanan.
Ruang penunjang dapat ditambahkan, dengan tujuan memenulii kebutuhan kegiatan pengh,uni sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utama hunian.
Pasal 101
Pasal 98
(I)
(2)
Perubahan fungsi dan penggunaan ruangan suatu bangunan
atau bagian bangunan dapat diizinkan, apabila masih memenobi ketentuan penggunaan jenis bangunan dan dapat menjamin keamanan dan keselamatan bangunan serta penghuninya.
Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan,
perbaikan, perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya fungsi dan atau penggunaan utama, karakter arsitektur bangunan dan bagian-bagian bangunan serta
tidak boleh mengurangi atau mengganggu fungsi sarana
jalan ke luar.
(1)
Ruang rongga atap hanya dapat diizinkan apabila penggunaannya tidak menyimpang dari fungsi ulama bangunan serta
memperhatikan segi kesehatan, keamanan dan keselamatan
bangunan danlingkungan.
(2)
Ruang rongga atap untuk mmah tinggal hams mempunyai
penghawaan dan peneahayaan alami yang memadai.
(3)
Ruang rongga atap dilarang digunakan sebagai dapur atau
kegiatan lain yang mengandung bahaya api.
Pasal 102
(I)
Seliap penggunaan mang rongga atap yang luasnya tidak
lebib dari 50% dari luas lanta! di bawahnya, tidak dianggap
sebagai penambahan tingkat bangunan.
(2)
Setiap bukaan pada mang atap, lidak boleh mengubah
sifat dan karakter arsitektur bangunannya.
Pasal 99
(I)
Suatu bangunan gudang minimal harus dilengkapi dengan
kamar mandi dan kakus serta ruang kebutuhan karyawan.
(2)
Suatu bangunan pabrik minimal hams dilengkapi dengan
fasi1itas kamar inandi dan kakus, ruang ganli pakaian karyawan dan tempat penyimpanan barang, mushola, kanlin
atau ruang makan dan atau niang istirahat serta ruang pelayanan kesehatan seeara memadai.
(3)
Penempatan fasilitas kamar mandi dan kakus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasa1 ini, untuk pria dan
wan!ta harus terpisah.
Pasal 103
(1)
I:
It
i
I
Pada ruang yang penggunaannya menghasilkan asap dan
atau gas, harus disediakan lobang hawa dan atau eerobong
hawa seeukupnya keeuali menggunakan a1at bantu mekanis.
LD Taltun 1992 No. 23
(2)
Seri : B Nomor: 2
LD Talton 1992 No. 23
Cerobong asap dan atau gas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pasal ini, harus memenuhi katentuan tentang peneegahan kebakaran.
(2)
-38-
Paragraf 4
Unsur dan Perlengkapan Bangunan
(2)
(3)
Lantai dan dinding yang memisahkan ruang dengan peng·
gunaan yang berbeda daiam suatu bangunan, harus meme·
nuhi persyaratan ketahanan api sebagaimana diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
Ruang yang penggunaannya menimbulkan kebisingan,
maka lantai dan din ding pemisahnya harus kedap suara.
Ruang pada daerah-daerah basah, harus dipisahkan dengan
dinding kedap air dan dilapisi dengan bahan yang mudah
dibersihkan.
(I)
Penggunaan eskalator menerus hanya dapat diperkenankan
untuk menghubungkan dari lantai ke lantai sampai dengan
maksirnal 4 lantai.
(2)
Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan lain katentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini apabila segi
keamanan dan keselamatan dapat dipertanggungjawabkan.
(3)
Sellap pemasangan eskalator harus dilengkapi dengan a1at
pengaman serta peneegah bahaya menjalamya api dan
asap pada saat kebakaran, keeuali eskalator sebagai penghubung utama dari lantai dasar ke lantai kedua atau dengan
lantai mezanine pada tingkat yang sarna.
(4)
Pada perletakan eskalator terhadap unsur bangunan lainnya
harus terdapat ruangan kosong minimal 20 em.
Pasa! 105
Dilarang membuat iubang pada lantai dan din ding yang berfungsi
sebagai penahan api, keeuaii dilengkapi a1at penutup yang memenuhi syarat ketahanan api.
Pasal 106
Dinding dan lantai yang digunakan sebagai peiindung radiasi pada
ruang sinar x, ruang radio aktif dan ruang sejenis, harns me~enuhi
persyaratan yang berlaku.
Pasal 107
Pasal 110
Setiap bangunan bertingkat harus mempunyai sistem dan atau per·
alaian bagi pemeliharaa" dan perawatan bangunan yang tidak
mengganggu dan membahayakan lingkungan serta aman untuk
keselamatan pekerja.
Pasal 111
(I)
Lebar, jumlah dan lokasi saranajalan keluar dalam bangunan,
harns memenuhi persyaratan bagi keselamatan jiwa manusia,
dan tidak digunakan untuk fungsi atau kegiatan lain.
(2)
Gubemur Kepala Daerah menetapkan lebih lanjut persyaratan teknis ten tang sarana jalan ke luar.
Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan ketentuan persyaratan tentang peralatan dan perlengkapan bangunan bagi penderita
cacat.
Pasal lOS
(I)
Bangunan yang karena sifat penggunaannya dan atau mempunyai ketinggian lebih dari 4 lantai harus dilengkapi dengan
sistem transpotasi vertikal (iift).
Lift yang disediakan sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
Pasal ini, minimal satu diantaranya harus berfungsi sebagai
lift ke bakaran.
Pasal 109
Pasa! 104
(1)
Seri : B Nomor : 2
-39-
Pasal 112
(I)
Setiap tangga kedap asap yang
harus dapat dieapai melalui ruang
terbuka dengan luas minimal 10
dengan dinding pengaman pada
minimal 1,20 m.
berada di luar bangunan,
tunggu, balkon atau teras
m2 dan harus dilengkapi
setiap sisi dengan tinggi
r,
(2)
LD Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 1
-40-
LD Tabun 1991 No. 13
Setlap tangga kedap asap di luar bangunan dapat mempunyai lobi yang luas permukaan lantai lobi minimal 50%
dari luas penampang mellntang tangga.
(4)
Tangga kebakaran terbuka yang terletak di luar bangunan
harns berjarak minimal I m dari bukaan dinding yang ber·
dekatan dengan t""gga kebakaran tersebut.
(5)
larak peneapaian ke tangga kebakaran dari setiap liti!< dalam
ruang efeklif, maksima! 25 m apabila tidak dilengkapi
dengan sprinkier dan maksimal 40 m apabila dilengkapi
dengan sprinkler.
PasaI 113
Setiap tangga kebakaran tertutup pada bmgunan 5 lantai atau
lebih, harus dapat melayani semua lantai mulai dari lantai bawah,
keeuali ruang bawah tanah (basement) sampai lantai teratas harus
dibuat tanpa bukaan (opening) keeuali pintu masuk tunggal pada
liap lantai dan pintu keluar pada lantai yang berhubungan lang·
sung dengan jalan, pekarangan atau tempat terbuka.
Pasa! 116
Pasa! 114
Setiap tangga ruang bawah tanah (basement) harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. ruang bawah tanah (basement) harus dilengkapi dengan mini·
mal dua buah tangga yang menuju ke tingkat permukaan tanah
dan apabila ruang terse but dipakai untuk umum, maka satu
diantaranya harus langsung berhubungan dengan jalan, peka·
rangan atau lapangan terbuka ;
(1)
larak antara landasan tangga (bordes) sampai landasan
berikutnya pada suatu tangga, tidak boleh lebih dari 3,60 m
yang diukur seeara vertikal.
(2)
Seliap tangga harns mempunyai ruang bebas vertikal (head
room) lidak kurang dari 2 m yang diukur dari lantai injakan
sampai pada ambang bawah struktur di atasnya.
(3)
lumlah anak tangga dari lantai sampai bordes atau dari bardes ke bordes minimal 3 buah dan maksimal 18 buah.
Pasa! 117
b. setiap pekarangan atau lapangan terbuka yang berhubungan
dengan tangga sebagaimana dimaksud pada huruf a Pasal ini,
harus langsung menuju jalan umum atau jalan ke luar; .
e. apabila tangga dati lantai ruang bawah tanah (basement) dan
tangga dari lantai tingkat bertemu pada suatu sarana jalan ke·
luar yang sama, maka harus diberikan pemisah dan tanda
petunjuk jalan ke luar yang jelas..
(I)
Setiap tangga untuk meneapai ketinggian 60 em ke atas
harus menggunakan pegangan tangga.
(2)
Setlap sisi tangga yang terbuka harns menggunakan pegangan
tangga.
(3)
Apabila pada kedua sisi tangga terdapat dinding dari ruang
lain tangga dimaksud eukup menggunakan satu pegangan
tangga.
(4)
Lebar tangga pada rumah tinggal minimal 80 em sedang
untuk bangunan lainnya minimall m.
(5)
Apabila lebar tangga melebihi 1,80 m, maka harns ditambah
pegangan tangga pada seliap jarak minimal I. m atau mak·
sima! 1,80 m.
.
(6)
Untuk tangga pada rumah tinggal, lebar injakan minima!
22,5 em dan tinggi anak tangga maksimal 20 em.
Pasa! 115
(I)
(2)
(3)
Oilarang menggunakan tangga melingkar (tangga spiral)
sebagai tangga kebakaran.
Tangga kebakaran dan bordes hams memiliki lebar minimal
1,20 m dan lidak boleh menyempit ke arah bawah.
Tangga kebakaran harus dilengkapi pegangan (hand rail)
yang kuat setinggi 1,10 m dan mempunyai lebar injakan
anak tangga minimal 28 em dan tinggi maksimal anak tangga
20 em.
Seri : B Nomor : 2
-41-
~
I
~!.
i
Pasal 118
Ii
E
1
~
I
(I)
Tangga mellngkar dapat digunakan pada rumah tingga! dan
apabila digunakan sebagai jalan keluar maka lantai yang
dilayani maksimal 36 m2.
(2)
Seri : B Nomor: 2
-42-
LD Tabun 1992 No. 23
LD Tahun 1992 No. 23
Tangga tegak (ladder) hanya dapat digunakan sebagai sarana
peneapaian ke atas atau ke bawah untuk keperluan peme·
Iiharaan dan perawatan.
(I)
GuberouT Kepala Daerah dapat mewajibkan pada bangunan
tertentu untuk menyediakan landasan helikopter (helipad)
di atas pelat atap.
Persyaratan lebar ramp ditetapkan sesuai dengan lebar
(2)
Atap bangunan yang digunakan sebagal landasan helik9pter
(helipad) harus mempunyai luas Iandasan helikopter (helipad) 7 m kali 7 m, dengan ruang bebas di sekeliling landasan
rata-rata 5 m, atau ditentukan lain oleh instansi berwenang.
(3)
Daerah landasan helikopter (helipad) dan sarana jalan keluar
harus bebas dari eairan yang mudah terbakar.
(4)
Landasan helikopter (helipad) di atas atap dapat dieapai
dengan tangga khusus dari lantai di bawahnya.
(5)
Penggunaan Iandasan helikopter (helipad), harus mendapat
persetujuan dari instansi yang berwenang.
tangga.
(2)
(3)
(4)
Kemiringan ramp untuk sarana jalan keluar tidak boleh
lebill dari' I berbanding 12, dan untuk penggunaan lain dapat
lebill euram dengan perbandingan I berbanding 8.
Apabila panjang ramp melebihi 15 m, harus disediakan satu
buah landasan (bordes) dengan panjang 3 m pada setiap
jarak maksimal 15 m.
Pennukaan lantai ramp harus diberi lapisan kasar atau
bahan anti slip.
PasaI 120
(I)
Lebar koridor bangunan bukan tempat tinggal minimal
1,20m.
(2)
Ketinggian bebas pada koridor minimal 2,20 m yang diukur
dari Iangit-Iangit ke lantal.
(3)
Korldor harus dilengkapi randa petunjuk yang jelas ke arah
sarana jalan keluar.
(4)
Lebar koridor yang berfungsi sebagai sarana jalan keluar
minimal 1,80 m.
PasaI 123
(l)
Bangunan umum yang melebilli ketinggian 4 lantai harus
menyediakan cerobong (shaft) untuk elektrlkal, pipa-pipa
saluran air bersih dan kotor, saluran telepon dan saluran
surat (mailehut) sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
(2)
Bangunan tempat tinggal yang melebihi ketinggllsn 4 lantai
selain persyaratan yang ditentukan dalam ayat (I) Pasal ini,
perlu dilengkapi juga dengan cerobOllg sarnpah, keeuali
apabila menggunakan eara lain atas persetujuan Guberour
Kepala Daerah.
Pasal 121
(I)
(2)
Seri : B Nomor : 2
Pasal 122
Pasal 119
(I)
-43-
PasaI 124
Ruang utilitas di atas atap(penthouse), hanya dapat
dibangun apabila digunakan sebagai ruangan untuk melin·
dungi alat-alat, mekanikal, elektrikal, tangki air, eerobong
(shaft) dan fungsi lain sebagal ruang pelengkap hangunan,
dengan ketinggian ruangan tidak boleh melebihi 2,40 m
diukur seeara vertikal dari pelat atap bangunan, kecuali
untuk ruang mesin lift atau ruang keperluan teknis lainnya
diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan.
Apabila luas lantai melebihi 50% dariluas Iantai di bawabnya maka ruang utilitas tersebut diperhitungkan sebagal
penambahan tingkat
1
(I)
Bangunan parkir yang menggunakan ramp spiral, diperkenankan maksirnal 5 lantai dan atau kapasitas penampungan sebanyak 500 sampai dengan 600 mobil, keeuali apabila
menggunakan ramp lutus.
(2)
Kelonggaran ketentuan ayat (I) Pasal in! dapat diberikan
oleh Guberour Kopala Daerah dengan mernpertimbangkan
kepadatan/intensitas kendaraan setempat serta keserasian
bangunan.
(3)
Dalam menghitung kapasitas bangunan parkir ditetapkan
luas parkir bruto minimal 25 m2/mobit
LD Tabun 1992 No. 23
(4)
(5)
(6)
(7)
SeD : B Nomor: 2
-44-
Tinggi minimal ruang bebas struktur (headroom) adalah
2,25 m.
Setiap lantai ruang parkir yang berbatasan dengan ruang
luar harus diberi dinding pengaman (parapet) setinggi minimal 90 em dari permukaan lantai.
Setiap lantai ruang parkir harus merniliki sarana transportasi dan atau sirkulasi vertiKai untuk orang.
Pada bangunan parkir harus disediakan sarana penyelamatan terhadap bahaya kebakaran.
(2)
(2)
Ketentuan lebill lanjut tentang bangun-bangunan sebagaimana tereantum dalam ayat (I) Pasal ini, ditetapkan oleh
Gubernur Kopala Daerah.
(I)
Curahan air hujan yang langsung dari atap atau pipa talang
bangunan, tidak boleh jatub keluar batas pekarangan, dan
harus . dialirkan ke sumur resapan pada lahan bangunan.
(2)
Ketentuan teknis tentang sumur resapan sebagaimana tereantum pada ayat (I) Pasa! ini ditetapkan oleh Gubemur
Kepala Daerah,
Kemiringan ramp lurus bagi jalan kendaraan pada bangunan
parkir maksirnall berbanding 7.
Apabila lantai parkir mempunyai sudut kemiringan, maka
sudut kemiringan tersebut maksimall berbanding 20.
Pasa! 126
Pada ramp lurus jalan satu arah pada bangunan parkir, lebar jalan
minimal 3 m dengan ruang bebas struktur di kanan kiri minimal
60 em.
Bagian Ketip
PelS)'aratan Arsitektur
PasaI
Bagian Keempat
Kotentuan StnJktur BanguDllll .
Paragraf I
Pada ramp melingkar jalan satu arab, lebar jalan minimal
3,65 m dan untuk jalan dua arah, lebar jalan minimal 7 m
dengan pembatasan jalan lebar 50 em, tinggi minimal 10 em.
(2)
J ari-jaIi tengah ramp melingkar minimal 9 m dihitung dari as
(3)
jalan terdekat.
Setiap jalan pada ramp melingkar harus mempunyai ruang
bebas 60 em terhadap struktur bangunan.
130
Persyaratan teknis atau ketentuan teknis bangunan dati ketentuan arsitektur lingkungan dan arsitektur bangunan ditetapkan oleh
Gubernur Kepala Daerah.
Pasal 127
(I)
SeD : B Nomor: 2
Pasa! 129
Pasa! 125
(I)
-45-
LD Tabun 1m No. 23
Dau Perencanaan StnJktur 8anguDlIIl
PasaI 131
(1)
Pereneanaan dan perhitungan struktur bangunan meneakup:
a. konsep dasar ;
b. penentuan data pokok ;
Paragraf 5
Bangun-hangunan dan Pekarangan
e. analisis struktur terhadap beban vertikal ;
d. analisis struktur terhadap beban gempa, angin dan beban
khusus ;
Pasa!
(I)
1~
Setiap bangun·bangunan baik pada bangunan atau pekarangan tidak boleh mengganggu arsitektur bangunan dan lingkungan.
e. analisis bagian-bagian struktur pokok dan pelengkap ;
f. pendimensian bagian-bagian struktur pokok dan pelengkap;
lJ) Tabun
1992 No. 23
Seri :B Nomor' 2
-46-
g. analisis dan pendimensian pondasi yang didasarkan atas
hasil penyelidikan tanab dan rekomendasi sistem pondasinya.
(2)
lJ) Tahun
1992 No. 23
(3)
(2)
Analisis struktur terhadap beban gempa lIlrtuk bangunan
dengan ketinggian maksimal 40 m dan atau 10 lantai dapat
digunakan dengan analisis statis dan untuk bangunan ketinggian Iebih dati 40 m dan atau 10 Iantai harns dilengkapi
dengan analisis dinamis.
b. pembebanan sementara yaitu beban mati ditambah
beban hidup, ditambah beban gempa atau angin ;
c. pembebanan khusus yailu pembebanan
beban khusus antara lain selisih suhu
pondasi alau susut atau rangkak atau
gaya senttifugal atau gaya dinamik atau
ruh khusus lainnya.
Apabila ketentuan perencanaan stmktur bangunan belum
diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat digunakan pedoman,
standar teknis atau ketentuan lainnya yang berlaku umum di
1ndonesia.
(2)
Apabila dalam perencanaan struktur terdapat ketentuanketentuan yang be1um dan atau tidak tercakup pada ayat
(1) Pasal ini, maka dapat digunakan pedoman, standar,
ketentuan atau peraturan lainnya dengan terlebib dahulu
mendapat persetujuan Gubemur Kepala Daerah.
tetap ditambah
atau penurunan
gaya rem atau
peng"rub-penga-
Pasa! 135
(I) .Pada perencanaan balok induk dan portal sebagai pemikul
beban suatu bangunan, unluk pembebanan tetap maupun
pembebanan sementara akibat gempa, beban hidupny'a
dapatdireduksi dengan mengalikan koeflsien reduksi sebagaimana tercantum dalam tabel 11.1 lampira" It Peraturan
Daerah ini.
Pasa! 133
(I)
Kombinasi pembebanan sebagaimana dimaksud pada ayat
a. pembebanan tetap yaitu beban mati ditambab beban
hidup;
Pasal 132
Perencanaan struktur taban gempa hWs mengikuti peratllran perencanaan taban gempa untuk bangunan yang berlaku
di Indonesia.
Sen: B Nomor :.2
(2) Pasa! in! adalah :
Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan pengecllalian
terhadap ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (I) .
Pasa! ini urttuk rwnah tinggal, bangunan umum dan bangun.
an lain yang struktumya bersifat sederhana.
(I)
-47-
(2)
Pada perencanaan unsur-unsur struktur vertil al seperti
kolom, dinding dan pondasi yang memikul lantai tingkat.
beban hidup kumulatif yang terbagi rata dari lanlai-Iantai
tingkat dapat dikalikan dengan koeflsien redcksi sesuai
jumlah lantai yang dipikul sebagaimana tercantum dalam
tabel 11.2 lampiran II Peraturan Daerah ini, kecuali untuk
lantai gudang. ruang arsip, perpustakaan dan ruang-ruang
penyimpanan lainnya.
Pasa! 136
Paragraf 2
Pembebanan
(1)
Penentuan beban mati dari bahan bangunan dan komponcn
bangunan adalah sebagaimana lercantum dalam tabel 11.3
lanlpiran II Peraturan Daerab ini.
(2)
Penentuan beban hidup pada lantai bangunan adalab sebagaimana tercantum dalam tabel 11.4 lampiran II Penlturan
Daerab inL
Pasa! 134
(1)
Analisis stmktur bangunan harus direncanakan terhadap
beban tetap, beban sementara dan beban khusus.
(2)
Analisis struktur bangunan harus direncanakan terhadap
kombinasi pembebanan yang paling berbabaya yang mungkin
terjadi.
Seri : B Noma.: 2
-48-
LDTabon 1992 No. 23
W Tilton 1992 No. 23
-49Pasa! 141
Pm 137
Beban .hidup yang bersifat dinamis harus dikalikan suatu
koefisien kejut yang besamya sesuai spesiflkasi beban mini·
(I)
mal sebesar 1,15.
Beban hidup pada atap gedung tinggi yang dilengkapi dengan
landasan helikopter atau helipad, harus diambil sebesar
beban yang berasal dari helikopter sewaktu mendarat dan
mengodara, di luar landasan diambil minimal sebesar 200
(2)
kg/m2.
(I)
Apabila analisis struktur bangunan menggunakan kompu leI,
maka program komputer tersebut harns mendapat persetuju.
an terlebib dabulu dari Kepala Dinas Pengawasan Pemba.
ngtlnan kota.
(2)
Analisis stmktur bangunan sebagalmana dimaksud pada
ayat (I) Pasa! ini, harns meneantumkan konsep dasar, data
masukan dan hasil akhir.
(3)
Apabila akhir dati program komputer lersebut diragukan,
maka analisis struktur bangunan tersebul harus dibuktikan
dengan tata eara yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Peng.
awasan Pembangonan Kota.
Pasa! 138
(I)
(2)
Beban angin yang bekerja pada bangunan alau bagian ba·
ngunan harus ditentukan dengan anggapan adanya tekanan
positif dan tekanan negatif yang bekerja tegak lurus pada
bidang.bidang yang ditinjau.
Besamya tekanan posilif dan tekanan negatif sebagaimana
dimaksud pada ayal (I) Pasal ini, harus mengikuti peraturan
pembebanan unluk bangunan yang berlaku di Indonesia.
Pasal 142
(I)
nesia.
Terhadap bangunan yang merupakan satu kesatuan (monolit) dengan panjang lebib dari 50 m konstruj<sinya harns di.
perhitungkan terhadap perubahan soou.
(3)
Apabila diperlukan mar pemisah, maka jarak siar tersebul
harns memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(I) Pasa! ini.
pasa1 139
Struklur atas harus direneanakan dengan memperhilungkan kombinasi beban.beban yang bekerja dan meneruskan ke pondasi
lanpa menimbulkan lendutan, perubahan bentuk yang dapat meng·
ganggu kestabilan atau menyebabkan kerusakan pada sebagian
atau seluruh struktur bangunan lersebut.
Pasa1 140
(I)
(2)
Analisis struktur bangonan dapat dilakukan dengs n 2 alau 3
dimensi sesuai konsep dasamya.
Pada struktur bangunan lertentu apabila dianggap perlu,
analisis slruktur bangunan harus dUakukan dengan card 3
dimensi dan atau diadakan pereobaan pembebanan sesua;
persyaratan teknis dan prosedur yang berlaku.
J arak minimal an tara dua bangunan yang berdekalan dan
atau delatasi harns dihitung berdasarkan peraturan peren.
canaan tahan gempa untuk bangtlnan yang berlaku di Indo-
(2)
Paragraf 3
Struktur Atas
Seri : B Noma. : 2
Pasal 143
Dalam perencanaan konstruksi untuk penambahan tingkat bangun.
an balk sebagian maupun keseluruhan', perencanaan konstruksi
harus didasarkan data keadaan lapangan dan diperiksa kekuatan.
nya teIbadap struktur utarna seeara keseluruhan.
Pm 144
(I)
Dalam pereneanaan rehabilitasi atau renovasi yang mem.
pengaruhi kekuatan struktur maka pereneanaan kekuatan
struktumya ditinjau kembali secara keseluruhan berdasarkan
persyaratan struktur yang diatur dalam Peraturan Daerab
ini.
(2)
Seri : B Nomor: 2
-50-
LD Tahun 1992 .No. 23
Apabila kekuatan struktur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pasal ini lidak memenuhi ketentuan, m3ka terhadap
struktur bangurtannya harns direncanakan perkuatan dan
atau penyesuaian.
Parapaf 4
Struktur Hawah .
WTahun 1991 No. 23
PasaI 147
(I)
(2)
(3)
1'8..1145
(I)
(2)
Rencana pondasi hams diperhilungkan ierhadap semua
gaya, baik dati struklur atas maupun beban lain yang dilim·
pahkan pada sistem pondasi tersebuI dan lidak mele bihi
daya dukung tanah serta penurnnan yang diizinkan.
(3)
(4)
(I)
(2)
Rencana pondasi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal
ini, harus diperhilungkan agar lidak merusak slabililas lanah
dan bangunan sekitamya.
Apabila berdasarkan penelitian kondisi lapangan, rencana
pondasi tersebul pada ayat (3) Pasal ini berpengaruh terhadap lanah dan atau bangunan sekitarnya, maka harus dibuat reneana pengamanan terIebih dahulu.
(2)
(3)
Pereneanaan basement yang diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan dan gangguan pada bangunan dan lingkungan
sekitamya harus dilengkapi pereneanaan pengamanannya.
Pada bangunan dengan basemenl dimana dasar galian lebih
rendah dari muka air lanah, harus dilengkapi perencanaan
penurunan muka air lanah (dewatering).
PengecuaIian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayal (2) Pasal ini ditenlukan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
Pada ·perencanaan pondasi, besamya lendutan di kepala
tiang akibat gaya horizontal maksimal 1,27 em (I> inci)
kecuali dilelapkan lain oleh Kepala Dinas Pengawasan
Pembangunan Kota,
Perencanaan dan penentuan sistem ·pondasi bangunan,
harus didasarkan atas anallsis hasil penyelidikan.tanah atau
kondisi tanah pada lokasi dimana bangunan lersebul akan
dibangun, kecuali diletapkan lain oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola.
Penyelidikan tanah sebagaimana dimaksud pada ayal (I)
Pasal ini harus memenuhi persyaratan :
a. dilaksanakan di bawah langgung jawab ahIi bidang mekanika tanah yang diakui oleh Cubemur Kepala Daerah ;
b. penyelidikan tanah harus mencakup daya dukung tanah
yang diizinkan serta rekomendasi sislem pondasi.
(3)
PasaI 146
(1)
Perencanaan sambungan pada pondasi liang pancang harus
mendapat persetujuan dati Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
Perencanaan pondasi tiang baja hlirus inemperhilungkan
faklorkorosi sesua! dengan slandar yang berIaku.
Pasal 148
Persyaratan penurunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(I) Pasal ini terOOi dati persyaratan perbedaan penurunan
dan persyaralan penurnnan total sebagaimana dimaksud
dalarn tabel1l.5 dan tabel 11.6 larnpiian· II Peraluran Daenib.
ini.
Seri : B Nomor : 2
- 51-
Tata cara dan persyaratan pekerjaan penyelidikan tanah ditetapkan Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola.
Pasal 149
(I)
Apabila dianggap perIu, pada perencanaan pondasi dalam
dan struktur penahan lanah harus dilakukan percobaan
pembebanan sebesar 200% dari beban kerja rencana, balk
untuk aksial tekan, aksial tarik dan atau beban lateral.
(2)
Jumlah liang pondasi untuk percobaan pembebanan aksial
tok.n h.rus memenuhi persyaratan sebagai berikut .
a. untuk pondasi liang bor (bored pile) minimal satu liang
percobaan untuk setiap 75 liang yang ukurannya sarna;
b. untuk pondasi tiang pancang dan yang sejenis minimal
satu liang percobaan untuk setiap 100 liang yang ukuranoya 83oma.
LD Tabun 1992 No. 23
- 52-
Seri : B Nomor: 2
LD Iabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
-53 -
terdapat lubang terbuka, kecuali bukaan yang dilindungi.
(3)
Ierhadap kondisi tanab dan beban kerja reneana tertentu,
jumlah liang pondasi untuk pereobaan pembebanan aksial
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasa) ini, dapat dit.tap.
kan lain oleh Kepala Din.. Pengawasan Pembangunan Kota.
(4)
Pereobaan pembebanan lateral harus dilaksanakan pada
kepala liang yang direneanakan (cut of level) dengan lendutan maksimal sebesar 1,27 em (~inci). .
(5)
Iata eara dan persyaratan pereobaan pembebanan selanjutnya ditetapkan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan
Kota.
PasaI ISO
(4)
(5)
Pasa! 152
(1)
b. alat pengindera ;
e. panel indikalor yang dilengkapi dengan :
1. fasilitas kelompok alarm ;
Bagian Kelima
2. sakelar penghubung dan pemutus arus ;
Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya
3. fasilitas pengujian batere dengan volt meter dan ampere
meter;
K.bakalllll
Paragraf 1
(2)
PasaI 151
(I)
(2)
(3)
Setiap bangunan harus dilengkapi peralatan pencegahan ter.
hadap bahaya kehakaran serta penyelarnatan jiwa manusia
dan lingkungannya, sesuai dengan jenis dan penggunaan
bangunannya.
(3)
d. peralatan bantu lainnya.
Setiap alarm kebakaran yang dipasang pada bangunan, harus
selalu siap pakai dan pemasangannya harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Ketentuan jenis alat pengindera yang digunakan harus sesuai
dengan penggunaan ruang yang akan dilindungi.
Paragraf 2
Persyaralan Iahan Api dan
Perlindungan Ierhadap Api
Setiap fungsi ruang dan .atau penggunaan bangunan yang
mempunyai risiko bahaya kebak8f811 linggi harus diatur
penempatannya sehingga apabila terjadi kebakaran dapal
dilokalisir.
Ruang lain yang mempunyai risiko kebakaran tinggi pada
bangunan hams dibatasi oleh dinding alau lantai kompar.
temen yang ketahanan apinya minimal 3 jam, dan pada
dinding alau lantai kompartemen lersebul lidak boleh
Setiap bangunan sedang dan tinggi harus dilindungi oleh
8uatu sistem alann otomatis yang sekurang-kurangnya
mempunyai :
a. lonceng atau sirene dan sumber tenaga batere cadangan ;
Pada pereneanaan pondasi dengan sistem yang baru atau belum
lazim digunakan, mob kemarnpuan sistem tersebut dalam menerima beban-beban struktur di atasoya serta beban-beban lainnya
harus dibuktikan dengan eara yang disetujui oleh Kepala Din..
Pengawasan PemJjangunan Kota.
Penyarat811 KellDlllllllD Ruang
Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini harus
dilengkapi dengan pengukur panas dan harus dirawal dan
atau diawasi, sehingga suhu dalam ruangan tersebut lidak
melebilli balas maksimal yang telah ditentukan.
Setiap ruangan instalasi listrik, generalor, gas turbin atau
instalasi p.mbangkit tenaga listrik lainnya serta ruangan penyimpanan cairan gas atau bahan yang mudah menguap
dan terbakar, harus dilindungi dengan s!stem pencegahan
kebakaran manual dan atau sistem pemadaman otomatis.
pasa) 153
(I)
Sarana jalan ke luar untuk kebakaran harus diupayakan dan
direncanakan bebas asap.
LD Tahoo 1992 No. 23
(2)
-54-
LD Tahoo 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
Ruang bawah lanah, ruang lerlulup, langga kebakaran dan
alau ruang lain yang sejenis, harus direncanakan bebas asap.
-55 -
Seri : B Nomor : 2
Pasal 157
Pada bangunan yang tidak lerkena keharusan menggunakan sprinkler, apabila dllengkapi dengan sislem sprinkler, maka ketahanan
struktur Ulama yang disyaralkan 3 jam diperkenankan menjadi 2
jam.
Pasal 154
K1asif1kasi bangunan dilentukan menurul lingkat kelahanan slruklur ulama terhadap api, terdiri dari :
Pasal 158
a. bangunan kelas A ialah bangunan yang komponen struktur
utamanya harus tahan lerhadap api minimal 3 jam;
b. bangunan kelas B ialah bangunan yang komponen slruktur
ulamanya harus lahan lerhadap api minimal 2 jam;
Vnsur-unsur interior bangunan gedung yang direncanakan lahan
api, harus memenuhi ketentuan sesuai dengan slandar tahan api
yang berlaku.
c. bangunan kelas C ialah bangunan yang komponen slruklur
ulamanya harus tahan terhadap api minimal Ii jam;
PasaI 159
d. bangunan kelas D ialah bangunan yang tidak lercakup ke dalam
kelas A, B, C dan diatur secara khusus.
Bagian bangunan, ruang daJam bangunan yang karena fungsinya
mempunyai risiko tinggi terhadap bahaya kebakaran, harus merupakan suatu komparlemen terhadap penjalaran api, asap dan
gas beracun.
Pasal ISS
(I)
Ketahanan api komponen struklur utama pada 4 lantai
teratas pada bangunan tinggi, minimal I jam, sedang dari
lanlai 5 sampai dengan lantai 14 dari atas minimal 2 jam dan
dari lantai 15 dari alas sampai iantai lerbawah minimal 3
jam.
(2)
Ketahanan api dinding luar pemikul maupun dinding partisi
pada 4 lanlai teratas minimal I jam dan dari lanlai di bawah
lantai terse but sampai lantai lerbawim minim·a12 jam.
(3)
Ketahanan api dinding.luar bUkan pemikul yang mempunyai
risiko terkena api pada semua lantai minimal I jam.
(4)
Ketahanan api dinding !mkan pemikul pada bagian dalam
semua lantai minimal Ii jam.
Pasal 160
(I)
Seliap bangunan sedang kelas A dan bangunan tinggi kelas
B, harus dilindungi dengan suatu sislem sprinkler yang dapal
melindungi setiap lantai pada bangunan.
(2)
Bangunan rendah kelas A apabila seluruh sisi luamya dinding
masif, hams dilindungi dengan sistem sprinkler.
Pasal 161
(I)
Pasal 156
Setiap bangunan sedang dan tinggi harus dilindungi oleh
suatu sistem lridran sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
(I)
Pada bangunan tinggi, ketahanan api untuk atap minimal
Ii jam.
a. pemasangan hidran harus memenuhi kOtentuan dan dipasang sedemikian rupa sehingga panjang selang dan pancaran air dapat mencapai dan mellndungi seluruh permukaan lantai bangunan ;
(2)
Pada atap bangunan yang digunakan sebagai landasan hellkopter, maka kelahanan api atap minimal I jam.
b. setiap pemasangan hidran halaman harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(,l3?:::'
Ii;
lD Tahuo 1992 No. 23
(2)
-56-
Seri : B Nomor : 2
Setiap bangunan barus dilengkapi a1at pemadam api ringan
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketenluan yang
berlaku.
LD Tahoo 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
-57PasaI 166
(I)
Karnar instalasi mesin lift kebakaran serta ruang Iuncur
lift kebakaran, harns dilindungi dengan dinding yang lidak
mudah terbakar sesuai dengan klasifikasi bangunannya.
PasaI 162
(1)
Pada seliap bangunan permanen, bahan penulup alap barus
lerbual dari bahan lahan api minimal jam.
(2)
(2)
Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayal
(I) Pasal ini, hanya diperbolehkan untuk bangunan yang bersifat sementara dan atau diberi lapisan tahan api.
Pemisah antara kamar mesin dan ruang Iuncur lift kebakaran
harus terbual dari baban yang tidak mudah lerbakar, dengan
bukaan yang hanya diperlukan untuk ventilasi.
(3)
Apabila lift kebakaran lerletak dalam suatu ruang luncur
dengan lift lainnya, maka dinding ruang luncur lift harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan ayat (I)
dan (2) Pasalini.
*
PasaI 163
Pengakhiran dinding komparlemen dengan atap atau lantai di
atasnya, barus menemS sampai di bawah permukaan lantai atau
alap di atasnya.
PasaI 167
(I)
Pada dapur dan ruang lain yang sejenis yang mengeluarkan
nap atau asap atau udara panas, harus dipasang sarana untuk
mengeluarkan uap atau asap atau udara panas, dan apabila
udara dalam ruangan tersebul mengandung banyak lemak,
harus dilengkapi dengan alaI penangkap lemak.
(2)
Cerobong asap, saluran asap dan pembuangan gas yang
mudah lerbakar, harus dibuat dari pasangan bata atau bahan
lain dengan tingkat kearnanan yang sama.
Ruang tungku dan kelel yang berada di dalam bangonan,
harus dilindungi dengan konslruksi tahan api minimal 3 jam,
serta dilengkapi pintu yang dapat menulup sendiri dan dipasang pada sisi dinding luar.
Pintu masuk ke ruang lungku dan ketel lidak boleh dipasang
pada langga lobi, balkon, ruang tunggu atau daerah bebas
api.
Paragraf 3
Persyaratan Terinei Terhadap Penyelamatan
PasaI 164
(1)
(2)
Lebar dan jumlah pintu ke luar pada seliap fungsi mang,
harus diperhitungkan untuk dapal menyelamatkan penghuni
ruang dalarn waktu yang singkat sesuai dengan ketentuan
yang beriaku.
(3)
Sarana jalan ke iuar untuk kebakaran barus bebas dari
segala hambalan serta dilengkapi dengan landa pelunjuk
jalan ke luar yang hams selaiu dalam kondisi bail<, mudah
dilihat dan dibaca.
(4)
PasaI 168
PasaI 165
Bangunan atrium dengan kelinggian 4 lantai alau 14 m ke atas,
harus dilengkapi peralatan yang dapal mengeluarkan asap dari
dalam bangunan pada saat lerjadi kebakaran sesuai dengan kelenluan yang berlaku.
(1)
Unluk bangunan kelas A dengan ketinggian 4 lanlai alau
14 m ke alas dan bangunan kelas B mulai dengan ketinggian
8 Ianlai alau 40 m ke alas harus diperhilungkan kemungkinan dipasang inslalasi peningkal air (riser).
(2)
Pipa peningkat air kering (dry riser) hanya boleh dipasang
pada bangunan gedung dengan ketinggian maksimal 40 m,
dan di alas kelinggian 40 m harus menggunakan pipa peningkal air basah (weI riser).
CD Taboo 1992 No. 23
(3)
Seri : B Nomor : 2
LD Tabun 1992 No. 23
Pemasangan pipa peningkat air yang digunakan hams sesua!
dengan ketentuan yang berlaku.
(2)
-58-
Pasal 169
. (I)
(2)
Seliap bangunan sedang dan tinggi hams dilengkapi tangga
kebakaran.
Ketentuan teknis mengena! tangga kebakaran ditetapkan
oleh Gubemur Kepala Daerah.
Pasal 171
(I)
(2)
(I)
(2)
(1)
(2)
Luas ventiiasi asap kendaraan lift maksimal 0,30 m2 dan
untuk cerobong lainnya maksimal 0,05 m2.
Ventilasi asap tunggal pada bukaan tegak hanya dtizinkan
apabila bukaannya menembus atap, dan apabila tidak menembus harus dipasang 2 buah ventilasi asap tunggal yang
berujung pada sisi yang berlalnan.
Pasal 173
(I)
Dinding lu"" bangunan yang berbatasan dengan garis blltas
pemilikan tanah harus tahan api minimal 2 jam.
Dinding penyekat ruang sementara, ketahanan apinya harus
minimal I'Z jam.
Dinding sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini tidak
boleh menerus sampa! langil-langit serta lidak boleh mengganggu fungsi sistem instalasi dan perlengkapan bangunan
pada ruang tersebut.
Pasal 175
(1)
Bahan bangunan yang dapat digunakan untuk elemen
bangunan, harus memenuhi persyaratan pengujian sifat
ketahanan api dan sifat penjalaran api pada permukaan.
(2)
Bahan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini, diklasifikasikan sebagai bahan tahan api (mutu
lingkat I), bahan tahan api sedang (mutu lingkat II), bahan
penghambat api sedang (mutu lingkat Ill) dan bahan penghambat api sedang (mutu tingkat IV), serta b<ihan mudab terbakar (mutu tingkat V), sesua! dengan tabel IlI.l lampiran
III Peraturan Daerah ioi.
Bukaan vertikal pada bangunan yang dipergunakan untuk
cerobong pipa, cerobong ventilasi, cerobong instalasi listrik
harus sepenuhnya tertutup dengan dinding dati bawah sampal atas dan tertutup pada seliap lantai.
Apabila hams dladakan bukaan pada dinding penutup
bukaan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal
ini, maka bukaan hams dilindungi dengan penutup tahan
api minimal sama dengan ketahanan api dinding atau lanta!.
Pasal 172
Pada bangunan deret, dinding batas antara bangunan harus
menembus atap dengan tinggi minimal 0,50 m dari seluruh
permukaan atap.
Pasal 174
Pasal 170
Eskalator atau ban berjalan yang operasinya berlawanan dengan
arah jalim ke luar tidak boleh digunakan sebagai sarana jalan ke
luar dan pada jalan masuk menuju eskalator atau ban berjalan
hams diberi tanda petunjuk arah jalan ke luar terdekat.
Seri : B Nomor: 2
-59 -
Pasal 176
(1)
Bahan bangunan yang mudah terbakar dan atau yang mudah
menjalarkan api melalui pcrmukaan tanpa perlindungan
khusus sesuai tabel ilL! lampiran III Peraturan Daerab ini,
tidak boleh dipakai pada tempat-tempat penyelamatan kebakaran, maupun di bagian lainnya dalam bangunan di mana
(2)
terdapat sumber api.
Penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar dan mudah
mengeluarkan asap yang banyak dan beraeun harus dibatasi
sehingga lidak membahayakan keselamatan umum.
Pasal 177
Tingkat mutu bahan lapis penutup pada ruang efeklif serta struktur bangunan, harns memenuhi kelentuan sebagaimana tercantum
dalam tabel Ill.2 lampiran III Peraturan Daerah ini.
LDTabun 1992 No. 23
-60-
Seri : B Nomor: 2
W Tabuo 1992 No. 23
-61-
Seri : B Nomor : 2
Bagian Keenam
Pasol 178
Instatasi dan Perlengkapan Bangunan
Persyaratan ketabanan api bagi unsur bangunan dan baban pelapi,
berdasarkan jenis dan ketebalan, harus mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam tabel Ill.3 lampiran 11I Peraturan
Daerah lni.
Paragmf 1
Instalasi Listrik
Pasal 179
Pasal 182
Pengumpul (kolektor) panas matahari yang digunakan sebagai
koinponen bangunan tidak boleh mengurangi persyaratan tahan
api yang ditentukan.
Paragmf 4
Sistem instalasi listrik ams knat dan penempatannya hams mudah
dlarnati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan· dan instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan standar, nonnalisa~i teknik dan peraturan
lain yang berlaku_
Persyaratan Kompooen Struktur Bangunan
Pasal 183
Pasal 180
(I)
Beban listrik yang bekerja pada instalasi ams kuat, harus di·
perhitungkan berdasarkan standar dan atau normalisasi
teknik dan peraturan lain yang berlaku.
(2)
Sumber daya utama bangunan hams menggunakan tenaga
listrik dari Perusahaan Listrik Negara.
(3)
Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pasal ini tidak memungkinkan, sumber daya utama dapat
menggunakan sistem pembangkit tenllgjl listrik sendiri,
yang penempatannya hams aman dan tidak menimbulkan
gangguan lingkungan, serta hams mengikuti standar dan atau
nonnalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku.
(4)
Bangunan dan ruang khusus dimana tenaga listriknya tidak
boleh putus, hams memiliki pembangkit tenaga cadangan
yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan pada
bangunan dan atau ruang khusus terse but.
Bahan bangunan yang digunakan untuk komponen struktur
bangunan harns memenuhi syarat umum sebagairnana ter-
cantum di dalam tabel 111.4 lampiran III Peraturan Daerah
ini.
(2)
(I)
Bahan banguoan yang tidak termasuk dalam tabel sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, dapat dipakai setelah
dibuktikan dengan hasil pengujian dari instansi yang berwenang.
Pasal 181
Persyaratan umum ketahanan api bagi komponen struktur bangun·
an berdasarkan ketinggian bangunan harus mengikuti ketentuan
sebagaimana tercantum dalam tabel 111.4 lampiran [(J Peraturan
Daerah nli.
Pasall84
Sistem instalasi listrik pada bangunan tinggi dan bangunan umum
hams memiliki sumber daya listrik darurat, yang marnpu melayani
kelangsungan pelayanan utama pada bangunan apabila terjadi
gangguan listrik atau terj.di kebakaran.
LD Tabun 1992 No. 23
LDTabun 1992 No_ 23
Sed: B Nomor: 2
-62-
(2)
, Sed : B Nomor: 2
Pasa1 189
Pasa1 185
(1)
-63 -
Apabila terjadi sambaran pada instalasi penangkal petir, harus diadakan pemeriksaan dari bagian-bagiannya dan harus segera dilaksanakan perbaikan terhadap bangunan yang mengalami kerusakan.
InstaiaSi listrik arus kuat yang dipasang, sebelum dipergunakan harus terlebih dahulu diperiksa dan ditiji oleh instansi
yang berwenang.
Pemeliharaan instalasi arus kuat harus dilaksanakan dan diperiksa secara berkala sesuai dengan sifat penggunaan dan
keadaan "tempat, serta dilaporkan secara tertulls kepada
Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
Paragraf 3
Instalasi Tata Udara Gedung
Pasa1 190
Pasa1 186
Sistem tata udara gedung dan penempatannya harus mudah diPada ruang panel hubung dan atau ruang panel bagi, harns terdapat ruang yang cukup untuk memudahkan pemeriksaan, perbaikan dan pelayanan, serta diberi ventilasi cukup.
amati, dipelihara) tidak membahayakan, mengganggu dan merugi-
kan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta diperhitungkan berdilsarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain
yang berlaku.
Paragraf 2
Pasa1 191
Instal..-i Penangkal Petir
Udara segar yang dimasukkan ke dalam sistem tata udara gedung,
harus sesuai dengan kebutuhan penghuni dalarn ruang yang dikondisikan, serta memperhatikan kebersihan udara.
Pasa1 187
Setiap bangunan atau bagian bangunan yang berdasarkan letak,
bentuk dan penggunaannya dianggap mudah terkena sarnbaran
petir, harns diberi instalasi penangkal petir serta diperhitungkan
berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang
berlaku.
Pasa1 192
Sistem ventilasi pada bangunan rumah sakit untuk ruang operasi,
ruang steril dan ruang perawatan bagi pasien yang berpenyakit
menular, tidak dibenarkan mempergunakan sistem sirkulasi udara
yang dapat menyebabkan penularan penyakit ke bagian lain
bangunan.
Pasal 188
(1)
Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua
bagian dari bangunan termasuk juga manusia yang ada di
dalarnnya, terhadap bahaya sambaran petir.
(2)
Pemasangan instalasi penangkal petir pada bangunan, harus
memperhatikan arsitektur bangunan, tanpa mengurangi
nilai perlindungan terhadap sambaran petir yang effektif.
(3)
Terhadap instalasi penangkal petir harns dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala.
(4)
Setiap perluasan atau penarnbaban bangunan instalasi
penangkal petir, harus disesuaikan dengan adanya perubahan
tersebut.
Pasal 193
:f,
IL
!~
I
'
..
,
;- {l:
(1)
Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem
ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalarn,
dan minimal 50% volume udara ruang harns diambil pada
ketinggian maksimal 0,60 m di atas lantai.
(2)
Ruang parkir pada ruang bawab tanab (basement) yang terdiri dari lebih satu !antal, gas buangan mobil pada setiap
lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pad. lantai
lainnya.
D Tabun 1992 No. 23
Sed : B Nomor : 2
-64-
LD TUum 1992 No. 23
Pual 198
Pasa! 194
(1)
(2)
Cerobong (ducting) sistem penutup api tata udara gedung
hams dilengkapi dengan penutup api (fife dumper) yang
dapat menutup sendiri apabila terjadi kebakaran.
Penutup api (fife dumper) dalarn cerobong sebagahnana
dimakaud pada ayat (1) Pasa! ini, harusmempunyai ketahan·
an api minimal sarna dengan ketahanan api dinding di mana
bagian cerobong udara tersebut dipasang.
(1)
Bangunan kamar mesin lift hams kuat dan kedap air serta
berventilasi cukup.
(2)
Mesin lift dan bagiannya serta alat pengendali lift, harus
ditempatkan dalam kamar mesin.
(3)
Mesin lift harus dilengkapi dengan rem pengaman yang
kuat.
(4)
Rem pengaman mesin yang digerakkan dengan tenaga listrik,
harus dapat bekerja menghentikan dan membuka lift pada
·Iantai terdekat secara otomatis apabila arus ·lisirik mati,
serta harus dapat digerakkan secara manual.
Paragraf 4
lnstaJasi Transportasi Dalam Gedung
Pual 199
Pasa! 195
Sistem instalasi transportasi dan penempatannya dalam gedung
harus mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, meng·
ganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi
lain, serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi telenik
dan peraturan lain yang berlaku.
(1)
Setiap pintu penutup ruang luncur dari lift otomatis maupun
tidak otomatis, harus dilengkapi dengan kund interlock yang
bekerja sejalan dengan pengendalian lift.
(2)
Kund interlock sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasa!
ini harns menjamin :
Pasa! 196
(1)
(2)
(3)
(4)
a. sangkar tidak dapat bergerak atau melanjutkan gerakan·
nya kecuali apabila pintu penutup ruang luneur tertutup
dan terkunci ;
b. setiap pintu penutup roang luneur hanya dapat terbuka
apabila sangkar dalam keadaan berhenti dan permukaan
laotai sangkar sarna rata dengan lantai pemberhentian,
atau lantai sangkar berada dalam jarak maksimal 0,20 m
dan permukaan lantai pemberhentian.
Kapasitas angkut yang dinyatakan dalam izin, hams menjadi
kapasitas angkut dari lift dimaksud.
Kapasitas angkut lift yang diizinkan, harus tertulis pada
sangkar dan dinyatakan dalam jumlah orang yang dapat di·
angkut.
Kapasitas angkut lift barang yang diizinkan, hams tertulis
dalam sangkar dan dinyatakan dalam kg.
Jumlah dan kapasitas lift harus mampu melakukan pelayanan
yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan.
Pasal 197
Serl : B Nomor: 2
-65-
Pasal 200
(I)
Ruang luncur lift hams bersili dan memenohi syarat untuk
kelanearan jalannya sangkar dan bobot imbang.
(2)
Di dalam ruang luneur lift dilarang memasang pipa atau
peralatan lain yang tidak merupakan bagian dar! instalasi
lift.
Di bagian bawali roang luncur (pit) harus lordapat roang
bebas minimal 0,60 m anlara lantai bawah ruang dan bagian
bawali dari konstru.ksi sangkar untuk penempatan penyangga
(buffer) sangkar dan bobot imbang.
Struktur dan material lift harus selalu dalam keadaan kuat, tidal<
caeat dan memenuhi syarat·syarat keselamatan dan keamanan.
(3)
W.Tahun 1992 No. 23
(4)
-66-
Seri : B Nomor: 2
LD Tahun 1992 No. 23
Di bagian atas ruang luneur harus terdapat ruang bebas
minimal 0,60 m antara konstruksi sangkar dan langit-langit
(plafon) ruang luneur, sewaktu sangkar berada pada batas
pemberl)entian akhir dibagian atas (top lending).
P..... 201
Setiap sangkar lift harus dilengkapi dengan rem pengaman mekanis
yang dapat mengerem dan memberhentikan sangkar dengan aman
apabila terjadi keeepatan lebib atau terjadi goncangan pada tali
baja penarik sangkaT.
.
Setiap lift harus dilengkapi dengan sebuab bandul mekanis
(governor) yang mengatur bekerjanya rem pengaman sangkar.
(2)
Setiap lift yang kecepatannya melebihi 60 m per menit
bandul mekanis (governor) harus dilengkapi sebuab sakelar
yang otomatis memutuskan aliran listrik ke mesin sebelum
atau pada saat bandul mekanis (governor) bekerja.
Semua hantaran listrik harus dipasang dalarn pipa atau saluran kabel (duct) kecuali hantaran lemas (fleksibel) yang
khuSlls.
(4)
Instalasi listnk untuk lut harus dilengkapi dengan penganian arus lebib atau sakelar otomatis.
(5)
Semua bagian logam dari lift dalam keadaan bekerja normal
tidak boleh bertegangan.
P..... 20S
.~
(I)
Setiap lift otomatis kecuali lift barang, hams dilengkapi
dengan sakelar darurat (emergency stop switch) yang jelas
tertulis dan ditempatkan berdekatan dengan sakelar tombol
tekan pengendalian di dalam sangkar.
(2)
Setiap lift harus dilengkapi dengan sakelar pengarnan batas
(travel limit switch) yang dapat merighentikan mesin secara
otomatis sebelum sangkar atau bobot imbang meneapoi
batasan perjalanan akhir, bail< arab ke. atas maupun arab ke
bawah.
(3)
Setiap lift harus dilengkapi dengan a1at pembatas beban
lebib (overload limit switch) yang bekerja apabila beban
melebibi kapasitas yang diizinkan dengan memberi tanda
peringatan, sehingga lift tldak berjalan.
(4)
Lift tarikan langsung (direct drive lift) harus dilengkapi
dengan suatu peralatin pengarnan yang akan menghentikan
motor penggerak lift secara otomatis, apabila tegang tali
kabel baja penarik sangkar menjadi korang dari keadaan
normal.
P..... 203
(lJ
Sangkar dan bobot imbang lift harus berjalan pada re~rel
pengantar yang eukup kuat, untuk menaban tekanan muatan
sangkar dan tekanan muatan bubot imbang pada saat lift
meluncur dan rem pengaman sangkar bekerja.
(2)
Rei pengantar untuk sangkar dan bobot imbang harus terbuat dari baja atau bahan lain yang sejenis.
. (3)
Rei pengantar lift dengan kecepatan tidak lebib dari 120 m
per menit yar. b digunakan di tempat yang menyimpan atau
mengolah bahan kimia dan atau bahan yang mudab meledak.
harus menggunakan rei pengantar yang terbuat dari baban
logam taban korosi.
~204.
(I)
(2)
Inslalasi lislrik unluk lift selelah terpasang harus dijaga
dan dirawat sehingga aman dalam pemakaiannya.
Sepanjang tidak diatur secara khusus dalam Peraturdn D-derab
ini, pemasangan instalasi listrik unluk lift harus memenuhi
ketenluan yang berlaku.
Seri : B Nomar: 2
(3)
P..... 202
(1)
-67-
Pasal 206
Sangkar pada setiap lift hams dilengkapi dengan peralatan tanda
bahaya yang dapat dilayani dari dalam sangkar, berupa bellistrik,
telepon, atau a1at-a1at lainnya yang dipasang dalarn gedung ditempat yang mudab didengar oleh pengawas atau penanggung jawab
gedung yang bersangkutan.
P_ 207
InstaIasi lift yang telab selesal dipasang atau yang telab mengalami perubaban teknis, se belum dioperasikan harus diperiksa dan
diuji terlebib dabolu oIeh instansi yang berwenang.
lD TlIhllD 1992 No. 23
-68-
Seri : B Nomor: 2
(2)
lift kebakaran dapat berupa Hft penumpang bi... atau lift
barang yang dapat diatur, sohingga dalam keadaan damrat
dapat digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran,
tanpa terganggu oleh tombol panggillainnya.
(2)
Untuk mengubah lift penumpang atau lift barang menjadi
lift kebakaran, barus dengan cara menekan sakelar kebakaran
(rue switch) terlebib dahulu.
(3)
Kecepatan lift kebakaran minimal harus dapat mencapai
ketinggian seluruh bangunan dalarn waktu tidal< lebib dari I
menit.
(4)
Pintu lift kebakaran horus mempunyai ketahanan api minimal 2 jam.
(5)
(6)
lift kebakaran horus dapat berhenti di setiap !antal.
(7)
Somber daya Iistrik untuk lift kebakaran barus direncanakan
dari dua somber yang berbeda.
Loas lantai sangkar lift kebakaran minimal 2 M2.
Paragraf 5
Instalaaij!\ambing dan Air Buangan
Seri : B Nomor: 2
lemak.
PaIaI 208
(I)
-69 -
LD Tahun 1992 No. 23
Pemeliharaan perangkap lemak harus dilakukan unluk
menjamin bekerjanya alai tersebut dengan baik, dan koloran
yang lerkumpul horus dikeluarkan secara berkala.
Pasa1 212
Gedung yang mempunyai alat plambing harus dilengkapi dengan
sistem drainase, unluk menyalurkan air ke saluran umum, sedang
apabila lidak terdapat saluran umum, penyaluran air buangan
harus dilakukan alas pelunjuk instansi yang berwenang.
Pasa1 213
Lubang pembuangan dari alat plambing dan perlepgkapan yang
digunakan untuk penyimpanan alau pengolahan makanan, minuman, bahan sleril atau bahan sejenis lainnya, harus dilengkapi dengan
celah udara (ventllasi) yang cUkup untuk mencegah kemungkinan
adanya pencemaran.
Pasa1 214
Sistem drainase horus dilengkapi dengan celah udara (venillasi)
atau vent yang memungkinkan adany~ sirkulasi udara di dalam
semua pipa.
Pasal 209
Pasal 215
Sistem plambing dan air buangan dan penempatannya harus mudah
diamati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain sorta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan
lain yang berlaku.
Cairan korosif, asam alkali yang kual atau bahan kimia kuat lain·
nya yang dapal merusak pipa draina5O, pipa air buangan dan celah
udara (ventilasi) atau cairan yang dapat mengalirkan uap beracun,
harus dibuang ke dalam saluran tersendiri.
Pasa1 210
Pasa1 216
Pada setiap bangunan horus disediakan sistem air bersih dan air
buangan guna menyalurkan air bersih ke semua alat plambing
dan membuang air limbah dari semua peralatan plambing.
Pasal 211
(1)
Perangkap lemak dan minyak harus dipasang pada pipa
buangan tempat cuci, lubang drainase lanlai, dan alai sanllasi
lain yang biasa menyalurkan buangan yang mengandung
(I)
Sumber air bersih pada bangunan horus diperoleh dari sum·
ber air PAM dan apabila sumber air bukan dari PAM, maka
sebelum digunakan horus mendapal perselujuan dari inslansi
yang berwenang.
(2)
Air b.ersih yang dialirkan ke alat plambing dan perlengkapan
plambing yang dipergunakan untuk umum, memasak, pengolahan makanan, pengalengan atau pembungkusan, pencucian alat makanan dan minuman, alat dapur atau untuk keper·
I
Tahuri 1992 'No. 23
Seri : B Nomor : 2
-70-
W Tabun 1992 No. 23
luan rumah tangga atau jenis lainnya hams mendapat persetujuan dari instans! yang berwenang.
Sistem pembagi air harus direncanakan dan diatur, sehingga
dengan tekanan air yang minimal, alat plambing dapat
bekerja dengan baik, serta harus dipelihara untuk mencegah
kebocoran.
(2)
Apabila tekanan dalam jaringan distribusi air minum kota
belum memenuhi persyaratan tekanan minimal pada titik
pengaliran ke luar, maka harus dipasang suatu tangki penyediaan air yang direncanakan dan ditempatkan untuk dapat
memberikan tekanan minimal yang disyaratkan.
Seri : B Nomor :2
Pasal 220
(I)
Bangunan dengan ketinggian 5 lanlai atau lebih yang mempunyai panjang pipa pembawa air panas dari sumber air panas
ke alat .plambing yang melebihi 30 m, harus dilengkapi
dengan sistem sirkulasi penyediaan air panas.
(2)
Perlengkapan plambing yang diperlukan untuk memanaskan
air atau penyimpanan air panas harus dilengkapi dengan
katup pelepas tekanan dan suhu.
Pasal 217
(1)
-71-
Pasal 221
Buangan yang mengandung radio aktif harus diarnankan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan cara pembuangannya harus
mendapat izin khusus dari instansi yang berwenang.
Pasal 218
Paragraf 6
Tangki persediaan air yang melayani keperluan gedung, hidran
kebakaran, dan sistem sprinkler harus :
Instalasi Komunikasi Dalam Gedung
a. direncanakan dan dipasang sehingga dapat menyalurkan air
dalarn volume dan tekanan yang cukup untuk sistem terse but ;
Pasal 222
b. mempunyai Iubang aJiran ke luar untuk keperluan gedung pada
ketmggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimal yang diperlukan untuk pemadarn kebakaran maupun sprinkler dapat dipertahankan.
Sistem instalasi komunikasi telepon dan tata suara gcdung dan
penempatannya harus mudah diamati. dipelihara, tidak membahayakan. mengganggu dan merugikan Iingkungan, bagian bangunan
dan instalasi lain serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku.
Pasal219
Pasal 223
(1)
(2)
(3)
Pipa untuk mengalirkan air minum ke dalam tangki gravitasi harus berakhir pada ketinggian yang cukup di atas
lubang peluap, untuk mendapatkan celah udara yang disyaratkan dan jarak aliran masuk minimal 0,10 m di atas puncak
pipa peluap.
Semua tangki persediaan air minum hams dilengkapi dengan
pipa pengosong, yang ditempatkan dan diatur sehingga dapat
mencegah timbulnya kerusakan akibat pembuangan air dart
tangk!.
Tangki gravitasi persediaan air minum maupun tangki persediaan air minum, tidak boleh ditempatkan di bawah
pipa pembuangan.
(I)
Saluran masuk sistem telepon hams memenuhi penyaratan
se bagai beriku t :
a. tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak
ada genangan air, arnan dan mudah dikerjakan ;
b. ukuran saluran masuk minimal 1,50 m kali 0,80 m ;
c. dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat
dengan jalan bew.
(2)
Penempatan kabel telepon yang 'sejajar dengan kabellistrik,
minimal berjarakO,lOm.
!
W Tahun 1992 No. 23
Sui : B NOlDOr : 2
-72-
W Tabun 1992 No. 23
(2)
Apabila somber gas dip.roleh dati jaringan perusahaan gas mi1ik
Negara, maka hams diikuti peraturan gas negara dan peraluran
lain yang berlakU.
Ruang PABX dan TRO sistem telepon hams memenum per·
syaratan sebagai berileut :
a. ruangan yang digunakan harus bersih, terang, kedap debu,
sirkulasi udaranya cukup dan tidak boleh kena sinar
matahari langsung, serta mempunyai ruangan yang meme·
num persyaratan untuk tempat peralatan ;
Pasa! 228
b. lidak boleh digunakan cat dinding yang mudab menge·
lupas ;
c. tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator
telepon.
Ruang batere sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai
dinding lantai taban asam, sirkulasi udara cukup dan lidak
boleh kena sinar matabar! langsung.
(2)
(3)
Inslalasi gas hams dilengkapi dengan peralatan khusus
untuk mengelahui kebocoran gas yang secara olomalis me·
malikan aliran gas.
(2)
Instalasi gas beserla kelengkapannya, hams diuji sehelum digunakan dan diperiksa secara berkala oleh instansi yang
berwenang.
lnstaIasi Lain
PasaI 229
Pada seliap bangunan dengan kelinggian 4 lanlai alau 14 m
ke alas, harus tersedia peralatan komunil<asi darurat untuk
keperluan penanggulangan kebakaran.
Inslalasi lain yang belum diatur dalarn. Peraturan Daerab ini hams
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan memenum segala aspek
kearnanan, keselarnatan terhadap instalasi itu sendiri, bangunan
dan lingkungannya.
Sislem peralatan komunikasi darural sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) Pasal ini, harus menggunakan sislem khusus,
sehingga apabila sislem dan peralalannya rusak, maka sislem
Ielcpon darurat lelap bekerja.
Seliap bangunan dengan ketinggian 4 lan!ai alau 14 m kc
alas. harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pengumuman dan instruksi apabila
Icrjadi kcbakaran.
(I)
Paragraf 8
Pasa! 225
(I)
Sui : B Nomor : 2
Paal 227
Paal 224
(I)
-73 -
Bacian
Ketujuh
PelakIl8llll8l1 Membllllgun
Paragraf 1.
,.".
Tertib Pe~ Memb8lllUn
Paragraf 7
PasaI 230
Instalasi Gas
Seliap kegiatan membangun termasuk pekerjaan instalasi dan
perlengkapan bangunan hams memperhatikan dan melaksana.
kan kelentuan-ketentuan ten tang :
Pasa! 226
Sistem instalasi gas beserta sumber dan penempatannya hams mudah diamali, dipelihara, lidak membabayakan, mengganggu dan
merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalas! lain serta
dipcrhitungkan berdasarkan siandar, normalisasi teknil< dan peraturan lain yang berlaleu.
a. keseIarnatan dan kesehatan ;
<ic"Li
•
i;
.'C.' .•
-:1:.r:
c,.
;;1
b. kebersihan dan keserasian lingkungan ;
c. keamanan dan kesehatan terhadaplin&kungan di sekitarnya ;
d. pencegahan dan penangguIangan bahaya kebakaran.
r
LD Taltun 1992 No. 23
sen : B
-74-
LD Talton 1992 No. 23
Nomor: 2
(2)
PasaI 231
(I)
Setiap pelaku teknis dalam melaksanakan kegiatan membangun wajib mengikuti petunjuk teknis yang diberikan
oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
(2)
Apabila pelaksanaan kegiatan membangun menggunakan
teknologi/cara baru yang belum Iazim, maka sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan, pelaksana/pemilik bangon·
an hams terlebih dahulu mengajukan reneana pelaksanaannya
untuk mendapat persetujuan Kepala Dinas Pengawasan Pem·
bangunan Kota.
(2)
Ketentuan pelaksanaan kegiatan membangun apahila tidak
diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat digunakan pedoman
peraturan atau ketentuan lainn)'a yang berlaku umum di
Indonesia.
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan membangun terdapat
ketentuan-ketentuan yang belum dan atau tidak diatur pada.
ayat (I) Pasal ini, maka dapat digunakan pedoman peraturan
atau ketentuan \ainn)'a Mngan terlebih dahulu mendapat
persetujuan Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
(I)
Pemasangan dan pembongkaran bekistingharus mengikuti
ketentuan sebagalmana diatur dalam peraturan beton bertulang Indonesia.
(2)
Perancah dari bahan kayu atau bambu hanya diperbolehkan
untuk pelaksanaan kegiatan membangun maksimal 4 Ian tal
sedangkan di atas 4 lantai harus dipakai perancah besi atau
yang sejeniB.
(3)
Konstruksi bekisting dan perancah hams aman dan tidak
membahayakan para pekerja dan lingkungan sekitarnya.
(4)
Untuk bekisting dan perancah khusus perlu dibuat rene ana
dan perbitungan struktumya deDgan terlebill dahulu disetujui oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
Setiap pelaksanaan kegiatan membangun yang menggunakan alat
bantu seperti ramp, jembatan darnrat, tangga darurat, jaring
pengaman dan alat bantu lainnya harus memenuhi ketentuan
'tenlang keselamatan dan kesehatan kerja serta ketentuan teknis
lain yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan
Kota.
Sanna Pelaksanaan Membangun
PasaI 233
(2)
,
Sebelum kegiatan membangun dilaksanakan hams dipasang
papan nama proyek dan batas pekarangan harus dipagar
setinggi minimal 2,5 m, dengan memperhatikan keamanan
dan keserasian sekelilingnya serta lidak melampaui GSJ.
Untuk kegiatan membangun yang pelaksanaannya dapat
mengganggu keamanan pejalan kaki maka pada pagar proyek
yang berbataBan dengan trotcar harus dibuat konstruksi
pengaman yang melindungi pejalan kaki.
,:
Jalan dan pintu keluar masuk pada lokasi kegiatan membangun harus dibuat, dan penempatannya tidak boleh
mengganggu kelancaran 'Ialu-lintas serli tidak merusak pra·
sarana kota.
Pasa! 237
(I)
Pada pelaksanaan kegiatan membangun harus dilengkapi
dengan ,.
a. alat pemadam api sesuai ketentuan yang berlaku ;
b. sarana pembersih bagi kendaraan yang keluar proyek.
(2)
Pasa1234
(I)
Apabila jalan masuk proyek tersebut melintasi trotoar dan
saluran umum maka perlu dibuat konstruksi pengaman
berupa jembatan sementara untuk Wu-lintas kendaraan ke
luar dan masuk proyek.
Pasa! 236
Paragraf 2
(I)
Seri: B Nomor : 2
Pasa! 235
Pasa1 232
(I)
-75 -
I
Pada pelaksanaan kegiatan membangun yang tingginya
lebill dari 10 lantal atau lebill dari 40 m, harns dilengkapi
dengan lampu tanda untuk menghindari kecelakaan lalu
lintas udara.
Seri :.B Nomor: 2
-76-
LDTehun 19.92,No. 23
LD Tehun 1992 No. 23
Setiap pelaksanaan kegiatan membangun yang memerlukan instalasi listrik untuk sumber daya futril< darurat, lift angkut barang!
orang dan lain.Jain yang sejenis dan bersifat sementara harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
(I)
Penggalian pondasi atau basement yang memerlukan dewa~
tering, pelaksanaannya tidak boleh merusak lingkungan 80kitamya.
(2)
Tata cara dan persyaratan pelaksanaan dewatering ditetapkan
oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
PasaI 239
PasaI 243
Penempatan dan pemakaian alat-alat bew untuk pelaksanaan
kegiatan membangun, tidak boleh menirnbulkan bahaya dan
atau gangguan terhadap bangunan maupun lingkungannya.
(I)
Pada pekerjaan pondasi liang pancang yang menggunakan
sambungan, harus dilakukan pengawasan dan pengamatan
oleh tenaga ahli agar sambungan tersebut berfungsi sesuai
dengan perencanaan.
(2)
Pada pekerjaan pondasi tiang baja, harus dilakukan pengawasan dan pengamatan terhadap gejala kelelahan liang dimaksud akibat pemancangan.
Pasal 240
(I)
(2)
Bedeng, bangsal kerja, kamar mandi, we harus disediakan
oleh pemborong untuk para pekerja sesuai dengan kebutuhan, dan penempatannya tidak boleh mengganggu lingkungan sekitamya serta harus memenuhi ketentuan yang ber-
PasaI 244
laku.
Bangunan sementara sebagairnana dirnaksud pada ayat (I)
Pasa! ini, harus dibongkar dan dibersihkan apabila pelaksanaan kegiatan membangun telah selesai.
(I)
Pekerjaan tertentu yang menurut Kepala Dinas Pengawasan
Pembangunan Kota memerlukan keahlian khusus harus di·
lakukan oleh tenaga ahl!.
(2)
Percobaan pembebanan untuk struktur bangunan harus di·
laksanakan oleh pemborong dan diawasi oleh direksi pengawas serta mengikuti persyaratan teknis, standar dan prosedur yang berlaku.
paragraf 3
Basil dan Mutu Pelaksanaan Membangun
PasaI 241
PasaI 245
Pada pelaksanaan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus,
harus diawasi oleh tenaga ahli' sesuai bidangnya antar lain :
. (I)
Apabila mutu bahan dan atau hasil pelaksanaan kegiatan
membangun diragukan, maka harus dilakukan pengujian
dan pengkajian serta haslinya dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
(2)
Apabila mntu bahan hasil pengujian sebagairnana dirnaksud
pada ayat (I) Pasa! ini tidak memenuhi persyaratan, maka
Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat memerintahkan untuk mengganti bahan yang sudah terpasang.
(3)
Mutu bahan struktur bangunan yang belum lazirn digunakan
harus dibuktikan terlebih dahulu dengan test atau diuji
oleh instansi yang berwenang.
a. pekerjaan galian/tanah untuk kedalaman lebih dar; 2 m dan
atau di lokasi yang rapat ;
b. pekerjaan struktur penahanan tanah ;
c. pekerjaan dewatering;
d. pekerjaan pondasi dalam ;
e. pekerjaan struktur bangunan khusus.
Seri : B Nonior: 2
PasaI 242
PasaI 238
,',:' ;
-77-
(':
_·i·
LD Taboo 1992 No. 23
-78-
Seri : B Nomor: 2
Pasa! 246
(1)
Apabila dalam pelaksanaan membangun terjadi kegagalan
struktur, maka pelaksanaan membangun hams dihentikan
dan dilakukan pengamanan· terhadap manusia dan lingkungan.
(2)
Apabila basil penelitian terhadap kegagalan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini temyata tidak dapat
diatasi dengan perkuatan dan dapat mengakibatkan keruntuhan, maka bangunan tersebut harus dibongkar.
Pasa! 247
Pada pelaksanaan pemasangan instalasi listrik, tata udara gedung,
plambing serta instalasi lainnya dalam gedung harus aman dan
tidak boleh mengganggu atau mengurangi kell,uatan struktur
bangunan.
Paragraf 4
Pengawasan Lingkungan
Pasal 248
(1)
(2)
(3)
Pekerjaan galian dan penimbunan basil galian serta penimbunan bahan-bahan tidak boleh menimbulkan bahaya
atau gangguan lingkungan.
Seliap pekerjaan galian lebih dalam dari 2 m, harus diamankan dati bahaya terjadinya kelongsoran dengan cara memasang konstruksi pencegah kelongsoran yang perencanaan
dan teknis pelaksanaannya terlebih dahulu disetujui oleh
Kepala Dinas Pengawasan Pem bangunan Kota.
Pekerjaan galian dan pemasangan struktur pencegah kelongsoran 50 bagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, harus
seJalu diawasi oleh tenaga ahli.
Pasal 249
(I)
Pada pelaksanaan pondasi yang dapat mengakibatkan stabiIitas bangunan di daerah yang berbatasan dengan daerah pelaksanaan terganggu, harus diadakan pengamanan sebelum
pelaksanaan pondasi tersebut dimulai/diteruskan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dati Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota.
LD TabuD 1992 No. 23
(2)
-79 -
Seri : B Nomor : 2
Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat memerintahkan untuk mengubah sistem pondasi yang dipakai
apabila dalam pelaksanaannya mengganggu dan atau membahayakan keamanan dan keselamatan lingkungan di 5Okitarnya.
Pasal 250
(1)
Vntuk pelaksanaan bangunan tinggi dan atau bangunan lainnya yang dapat menimbulkan bahaya jatuhnya benda-benda
ke sekitamya, harus dipasang jaring pengaman.
.(2)
Pelaksanaan bangunan di bawah permukaan air dan di bawah
permukaan tanah harus dibuat pengaman khusus agar tidak
membahayakan bagi para pekerja maupun lingkungan sekitarnya.
Pasa! 251
Pemborong dan atau pemilik bangunan berkewajiban deng!Ul segera
membersihkan segala kotoran dan atau memperbaiki segala kerusakan terhadap prasarana dan sarana kota akibat pelaksanaan
bangunan sehingga berfungsi seperti keadaan semula.
Pa'" 252
Setiap kegiatan memb!Ulgun yang dilaksanakan secara bertahap
dan atau terhenti pelaksanaannya, maka penghentian pekerjaan
harus pada kondisi yang tidak membahayakaIl bangunan itu sendiri
dan lingkungan sekitamya.
PasaI 253
Pada pelaksanaan kegiatan membangun bimgunan bertingkat,
pembuangan puing dan atau sisa bahan bangunan dari lantai
tingkat harus dilaksanakan dengan sistem tertentu yang tidak
membahayakan dan mengganggu lingkungan.
-80-
D Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor : 2
Bearnya Retn'busi
Bagian Pertama
Pasa! 255
Kewajiban Retn1rusi
Biaya penyediaan formulir dan leges sebagaimana dimaksud dolarn
Pasa! 254 ayat (3) bomf a dikenakan :
254
(2)
Pelayanan sebagaimana dlmaksud pada ayat (1) Pasol ini
adalah pennohonan izin untuk membangun, dan atau izin
menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan
serta sural izin bekerja.
Jenis retribusi yang dikenakan atas pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Pasol ini iolah :
retribusi penyediaan farroulir ;
retribusi pengawasan pembangunan (RPP) ;
retribusi pengawasan tambahan (RPT) ;
retribusi pengawasan bangunan (RPB) ;
retribusi administrasi perizinan (RAP) yang meliputi
-
balik nama izin ;
pemecahan izin :
salinan izin ;
pembatalan izin ~
pencabutan iziD.
f. rctribusi surat izin bekerja perancang dan atau perencana,
dan alau direksi pengawas dan atau pengkaji teknis bangunan terdiri daTi:
pembcrian izin baru ;
- perpanjangan surat izin bekerja ;
- kenaikan golongan.
(4)
(5)
Seri : B Nomor; 2
RETRIBUSI
Atas pelayanan sebagaimana dimaksud dolam Peraturan
Daerah ini dikenakan retribusi.
b.
c.
d.
e.
-81Bagian Kedua
(1)
3.
No. 23
BAB IV
PasaI
(3)
ill Taboo 1992
Wilayah retribusi pengawasan pembangonan sebagaimana dimaksod pada ayat (1) Pasa! ini ialah wilayah Daerah Khosus
Ibukota Jakarta.
Wajib retribusi pengawasan pembangunan ialah setiap orang
atau badan hukum yang mendapatkan dan atau memerlukan pelayanan sebagaimana dimaksod dolam Peraturan
Daerah ini.
a. formulir Rp 1.000,00;
b. leges
Rp
100,00.
Pasal 256
(I)
Besamya retribusi pengawasan pembangunan (RPP) sebagaimana dimaksud dalam Pasa! 254 ayat (3) humf b iaiah luas
bangunan dikalikan dengan harga satuan retribusi per meter
persegi sebagaimana terind dolarn tabel berikut ini.
a.1. Tubel bangunan mmah tinggal.
o <LB<IOO
Loas BangjLB
1OO<LB
<200 m2
LB>200 m2
Rp 400,00
per m2
Rp 1.500,00
per m2
Rp 2.500,00
per m2
Rp 1.500.00
per m2
Rp 1.500,00
per m2
Rp 2.500,00
per m2
Rp 2.500,00
per m2
Rp 2.500,00
per m2
Rp 2.500,00
per m2
\
m2
Jenis Bang. .
Pemmahan
kedl :
- Wkc (TjD)
Perumahan
sedang
- Wsd(TjD)
- Wtm dgKDB
5% - 10%
Perumahan
Besar :
Whs
Wtm dg KOB
10%- 20%
't'\
-82-
LD Tahun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
a.2. Tabel bangunan sosial dan usaha.
No.
Golongan
pembangunan
leDi. bangunan
Biaya Penga_
I.
Bangunan 8Osia! :
a. ibadah
b. non ibadah
Rp
0,00/m2
Rp 1.S00,00/m2
2.
Bangunan usaha :
a. industri/
pergudangan
Rp 3.0oo,00/m2
b. perdagangan/
perkantoran
Rp 5.0oo,00/m2
3.
Banguna bersifat
sementara :.
- bedeng keIja
- direksi keet
- gudang bahan
bangunan
Rp 2.500,00/m2
LD Tahun 1992 No. 23
(2) . Besar retribusi peng~wasan pembangunan (RPP) untuk
bangunan dan bangun·bangunan yang tidak dapat atau sulit
dihitung luasnya ialah 1,75% dari biaya pembuatan/pem·
bangunan.
Pasa! 257
(I)
Besar biaya retribusi untuk melaksanakan perbaikan bangun·
an lama baik sebagian atau selurus luas lantai bangunan
tanpa merubah struktur utama, dikenakan retribusi 25%
dari total retribusi pengawasan pembangunan dikalikan
luas yang diperbaiki.
(2)
Perbaikan sobagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
yang tidak dapat dihitung luas bangunan yang diperbaiki,
seperti perubahan tampak atau modemisasi bagian bangunan
dan sebagainya, dihitung 1,75% dari biaya perbaikan.
(3)
Besamya hiaya retribusi pembongkaran bangunan adalah
sebesar 1,75% dari biaya pembongkaran bangunan.
(4)
Biaya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (I), (2) dan
(3) Pasal ini dikenakan sekurang·kurangnya :
b. Bangun-bangunan
lems bangun-bangunan
a.
b.
c.
d.
e.
Pagar pekarangan dan tanggul/turap
Awning atau yang sejenis
Perkerasan
Kolarn renang
Gapura/gardu jaga
dengan luas maksimum 2 M2 ;
Selebihnya dihitung
f. Pondasi mesin (di luarbangunan)
g. lembatan/lift (untuk servis kendaraan)
h. lembatan ja!an (komplek)
i.
Menara bakar/cerobong asap
j. Menara penyimpanan air
k. Menara antena dan sejenisnya
1. Gardu Iistrik, r. trafo, dan panel dengan luas
maks. 10m2;
Selebihnya dihitung
m. Reklarne 1,75% dari biaya pembuatan reklame
minimal
n. Monurnen dalam persil/pekarangan
o. Lapangan olah raga terbuka dengan perkerasan
p. Instalasi bahan bakar
HllJl!a satuan retnllusi
Rp
Rp
Rp
Rp
2oo,00/m
4oo,00/m2
4oo,00/m2
2.oo0,00/m2
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
25.000,00/uDit
2.500,00/m2
25.0oo,00/uDit
25.oo0,00/uDit
25.000,00/unit
lO.ooo,oo/uDit
10.000,00/uDit
25.oo0,00/uDit
Seri : B Nomor : 2
-83-
a. bangunan perumahan :
I. Perumahan kecil
2. Perumahan sedang
3. Perumahan besar
= Rp
Rp
Rp
10.000,00
25.000,00
50.000,00
= Rp
= Rp
0,00
25.000,00
b. bangunan sosial :
Rp 25.oo0,00/uDit
Rp 3.0oo,00/m2
Rp 25.000,00/ooit
Rp 25.000,00/uDit
Rp
750,00/m2
Rp 350.000,00/unit
1. Bangunan Ibadah
2. Bangunan non ibadah
c. bangunan usaha :
1. Industri/pergudangan
2. Perdagangan/perkantoran
= Rp 75.000,00
= Rp 100.000,00
Pasa! 258
Besamya retribusi pengawasan tarnbahan (RPT) sebagaimana di·
maksud pada Pasa! 254 ayat (3) huruf c adalah perbandingan luas
peningkatan pemanfaatan lebih bangunan dan atau perpetakan
(LP) dengan luas tolai bangunan dan atau perpetakan (LT) di·
ka1ikan retribusi pengawasan pembangunan (RPP) dikalikan
dengan koefIsien pemanfaatan lebih atau RPT = LP/LT x RPP x F,
.D Tabun 1992 No. 23
-84-
Seri : B Nomor: 2
W Tahun 1992 No. 23
sebagairnana tereantum dalam tabel lampiran IV Peraturan Daerah
inL
. (2)
Pasal 259
Bangunan yang dilaksanakan sebelum ada izin dikenakan retribusi
pengawasan tambaban yang besamya adalah retribusi pengawasan
pembangunan (RPP, dikaJikan persentase pembangunan yang
telah dilaksanakan, dikalikan koefisien pernanfaatan lebib atau
RPT = RPP x % Pembangunan x F, se bagaimana tereantum dalam
tabellampiran IV Peraturan Daerah ini.
(I)
Retribusi terhadap pelayanan administrasi perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254 ayat (3) hurufe dikenakan :
a. setiap balik nama atas izin yang telah dikeluarkan dikenakan sebesar 5% dari retribusi pengawasan pembangunan
(RPP), sekurang-kurangnya Rp 10.000,00 ;
a. golongan A Rp 150.000,00 untuk 3 tahun ;
b. golongan B Rp 100.000,00 untuk 3 tabun ;
e. golongan C Rp 75.000,00 untuk 3 tahun.
(2)
Setiap perpanjangan surat izin bekerja dikenakan biaya retribusi sebesar 50% dari ketentuan sesual ayat (1) Pasal ini.
BAB V
e. setiap pembuatan salinan izin atas izin yang telah dikeluarkan, dikenakall sebesar 5% dari retribusi peng"
awasan
pembangunan
(RPP), sekurang-kurangnya
Rp 10.000,00.
PEMBAYARAN DAN PENETAPAN
Pasal 263
d. setiap pembatalan izin atas permintaan pemohon terhadap izin yang telah diproses oleh Dinas dikenakan
retribusi 25% dari retribusi pengawasan pembangunan
(RPP), sekurang-kurangnya Rp 10.000,00.
Setiap wajib retribusi hams membayar retribusi yang terhutang
dengan tidak tergantung pada adanya Surat Ketetapan Retribusi.
Setiap peneabutan izin akibat kesalaban yang bersangkutan,
maka biaya retribusi yang telah dibayar serta dokumen
yang dilampirkan oleh pemohon menjadi hak Pemerintah
Daerah.
(I)
Jika temyata retribusi yang terhutang sebagaimana dimaksud
dalarn Pasal 263 dibayar kurang atau sama sekali tidak
dibayar menurut besamya retribusi, ditetapkan karena jabatan oleh Gubemur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya, selama belum lewat 3 tahun.
(2)
Retribusi yang ditetapkan sebagaimana dinuiksud pada ayat
(I) Pasai ini ditarnbah satu kaIi dari jurnlah retribusi yang
kunang atau tidak dibayar.
(3)
Gubemur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya ber·
wenang mengurangkan atau membatalkan balk untuk seluruhnya atau sebagian tambaban sebagaimana dimaksud pada
Pasal 264
Pasal 261
(1)
Perpanjangan izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan yang habis rnasa berlakunya pada bangunan. dengan penggunaan sementara dan atau yang pada bagian
tertentu hams diadakan penyesuaian menurut ketentuan
penindang.undangan yang berlaku, selain dikenakan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, dikenakan juga retribusi tambahan sebesar 100% dari retribu,i
pengawasan pembangunan (RPP) ata' bagian yang melanggar.
Biaya retribusi pemberian 'urat lzm bekerja peraneang,
pereneana, direksi pengawas dan pengkaji bangunan serta
kenaikan golongannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
254 ayat (3) huruf f dikenakan :
b. setiap pemeeahan izin atas izin yang telah dikeluarkan,
dikenakan sebesar 10% dari retribusi pengawasan pembangunan (RPP), sekurang-kurangnya Rp 10.000,00 ;
(2)
Seri : B NOOIDr·: 2
Pasal 262
Pasal 260
(1)
-85 -
Alas pengawasan terhadap bangunan yang telah berdiri dan
pengawasan kelayakan menggunakan bangunan sebagalmana
dimaksud dalam Pasal 254 ayat (3) huruf d dikenakan
retribusi pengawasan bangunan (RPB) sebesar 10% dari retribusi pengawasan pembangunan (RPP), sekurang-kurangnya Rp 25.000,00.
. ~;;1 ~,)!
Tabun 1992 No. 23
-86-
Seri :B Nomor: 2
W Tabun 1992 No. 23
(3)
ayat (2) PasaJ ini berdasarkan kehilafan alau kelalaian yang
dapal dimaafkan.
(4)
Surat Keletapan Relribusi sebagaimana dimalesud pada ayal
(I) Pasal ini, berlaku kelenluan tentang penagihan relribusi
Daerah.
(4)
BAB VI
PENAGIHAN
Seri :B
-87-
1'!omor : 2
Apabila daJam jangka walelu 6 bulan Gubernur Kepala Dae·
rab lidak menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) Pasal ini, maka keberatan yang diajukan tersebul
dianggap diterima.
Kewajiban uotuk memhayar retiibusi tidak lerlunda dengan
diajukannya sural keberalan sebagaimana dimaksud pada
ayal (I) Pasal ini.'
BAB vm
PEMBEBASAN
PasaJ 265
Pasa! 270
Sural Keletapan Relribusi dan tambahannya merupakan dasar
penagihan relribusi.
'
Gubemur Kepala Daerab dapal menetapkan pembebasari atau
pengurangan besarnya relribusi sebagaimana tercantum dalam Per·
aturan Daerab ini.
Pasa! 266
Apabila relribusi yang lerhillang pada saal jalub lempo pembayarannya tidale dibayar alau kurang dibliyar, malea alas jumlah
relribusi yang tidak dibayar dikenakan denda 50%.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 267
PasaI
Hak ' unluk melakukan penagihan relribusi lermasuk denda adOlinislrasi, lambahan, kenaikan dan biaya penagihan gugur setelab
lampau 3 lahun lerhitung sejak saat terhutangnya retribusi.
Pelan~aran terhadap kelentuan dalam Peraturan Daerab ini,
diancam pidana kurungan selama·larnanya 3 (tiga) bulan,
atau denda sebanyak-banyaknya Rp 50.000,00 dengan alau
tidak dengan merarnpas!menyita alaI-alaI yang dipergunakan
untuk melakukan pelanggaran.,
(2) Selain sanksi se bagaimana dimaksudpada ayal (I) Pasal ini,
lerhadap pelanggaran dimaksud dapal dikenakan biaya pak·
saan penegakan huknm seluruhnya atau sebagian.
(3) Gubernur Kepala Daerah menelapkan pelaksanaan dan besar·
nya biaya sebagaimana dimaksud pada ayal (2) Pasal ini.
(1)
Pasa! 268
Tata cara penghapusan piulang retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini ditelapkan oIeh GUbemur Kepala Daerah.
BA B
271
vii
KEBERATAN
BAB X
Pasal 269
KETENTUAN LAIN
(I)
,".'·.1
(2)
Wajib retribusi'dapat mengajukankeberatan terhadap ketetapan relribusi dalam jangka waklu 3 bulan sejak tanggal
penetapan.
Gubernur Kepala Dacrab menelapkan keputusan atas keberatan yang diajukan.
-
Pasa! 272
,'"
(I)
.
1,-
Sclain kelentuan pidana sebagaiinana dimaksud pada Pasal
271 Gubemur Kepala Daerall, berwenang mengeluarkan perintah untuk membongkar. menyegel dan menghenlikan
LDTahun 1992 No. 23
-,
-88-
Seri : B. Nomor : 2
dengan segera pekerjaan dan atau penggunaan at... sebagian
atau seluruh blingWlan, bangun·bangunan, instalasi dan
perlengkapan bangWlan yang bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
~'I
(2)
Dalam hal dilakukan pembongkaran secara paba, biaya
pembongkaran dibebankan kepada pemi1ik bangunan.
(3)
PetWljuk pelalesanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) dan (2) Pasal ini ditetapkan oleh Gubemur
Kepala Daerah.
LDTahun 1m No. 23
(2)
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat ke·
jadian dan melak'\lkan pemeriksaan ;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa
tanda pengenal diri tersangka ;
d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang ;
a. pencabulan izin membangWi bangWlan ;
b. pencabutan izin untuk menggWlakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan ;
c. teguran atau skorsing atau penurWlan golongan atau pehcabutan izin Wltuk bekerja perancang, perencana. direksi pengawas.
pengkaji dan pemborong.
BAB XI
PENGAWASAN
BAB XII
PENYIDIKAN
Dalam melaksanakan tugasoya, para pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang
adanya tindak pidana ;
Selain ancaman hukuman sebagaimana dimakaud pada Pasal 271
dan 272, terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah
ini papat dikenakan tindakan berupa :
. .
Pengawasan atas pelalesanaan ketentuan dalam Peraturan Daerah
ini secara teknis dan operasional ditugaskan kepada Kepala Dinas
Pengawasan PembangWian Kota.
Seri : B Nomor : 2
Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan
peraturan perWldang-undangan yang berlaku.
PasaI 273
PasaI 274
-89-
(3)
l4)
f. memanggil orang Wltuk didengar dan .diperiksa sebagai
tersangka atau saksi ;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara ;
h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk
bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya mem·
beritahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya ;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Dalam melakukan tugasoya, penyidik tidak berwenang me·
lakukan penangkapan dan atau penahanan.
Penyidik membuat berita acara setiap tindakan ten tang :
a. pemeriksaan tersangka ;
b. pemasukan rumah ;
c. penyitaan benda ;
d. pemeriksaan surat ;
e. pemeriksaan salesi ;
PISai 275
(-I) . Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik
tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan juga
oleh penyidik pegawai negeri sipi! di Hngkungan Pemerintah
f. pemeriksaan di tempat kejadian.
dan mengirimkan kepada Pengadilan Negeri melalui
Penyidik POLRI.
LD TOOun 1992 No. 23
:3
Seri : B Nomor: 2
-91-
Seri : B Nomor: 2
-90-
Pasa! 280
BAB XIll
Peraturan DaerOO ini mul"i berlaku pada tanggal diundangkan.
KETENTUAN PERAUHAN
Agar supaya seliap orang mengetOOuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan DaerOO ini dengan menempatkannya dalam
Lembaran DaerOO DaerOO Khusus Ibukota Jakarta.
Pasa! 276
>engan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
permohonan izin yang diajukan dan diterima sebelum tanggar
berlakunya Peraturan Daerah ini dan masih dalam proses penyelesaian, diproses berdasarkan ketentuan yang lama;
,. izin mendirikan bangunan yang sudah diterbitkan berdasarkan
ketentuan yang lama tetapi izin penggunaannya belum diterbitkan, berlaku ketentuan yang lama;
_. selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan Peraturan
DaerOO ini, maka peraturan pelaksanaan yang ada tetap masih
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Jakarta, 26 Agustus 1991
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
KETUA,
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
WIYOGO ATMODARMINTO
SUPARNO WIRYOSUBROTO
Peraturan Daerah ini.
BAB XN
KETENTUAN PENUTUP
Pasa! 277
Hal-hal yang merupakan pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah.
Diundangkan dalam Lembaran Daeroo Khusus lbukota Jakarta Nomor
23 TOOun 1992 Seri B Nomor 2
tanggal 26 Mei 1992.
SEKRETARIS WILAYAR/DAERAR KRUSUS
WUKOTAJAKARTA,
Pasa! 278
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Bataviasche Bouwverordening (BBY 1919-1941) sebagaimana diubah terakhir
dengan Peraturan DaerOO tanggal 20 Pebruari 1953 (Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia tanggal 25 Nopember 1953
Nomor 94, Tambahan Nomor 61) dan Pasa! 20 sampai dengan
Pasal 29 Peraturan DaerOO Nomor 9 TOOun 1985 tentang Retribusi Bidang Pembangunan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, serta ketentuan lainnya yang bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lag;.
Pasa! 279
Peraturan DaerOO ini dapat disebut Peraturan DaerOO Bangunan
Jakarta.
DisOOkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan
Keputusan Nomor 64031-398 Tanggal 19
Mei 1992.
M. SINURAT, SR.
NIP. 47‫סס‬oo199.
LAMPlRAN I : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 7 TAHUN 1991
TABEL PERSYARATAN PENGGUNAAN BANGUNAN
PERU- IPEMERINT.8I I
MAHAN PEl.AY.UMUM
PERDAG.
81 JASA
IINDUST.
PERGUD.
JAR.TRANSPORT
81 LALULINTAS
IAl.HIJAU 81
,AWTERBUIC
PERUNTUKAN
KETERANGAN
JENIS ,B,~NG~NAN
AUMAHiCIClI,: " ';:
RUMA,,'EDIftHANA
........H.......
·••
.....IION.,.,,::,,: ",', :,': F_"': ~>;
~~r.tuiNT-YP':I::·,~:~;~
'RUMAH-JAGA-----~~~·
~
RUMAH BESAR
RUMAH KEBON
PONDOKAN/INDEKOS
GUEST HOUSE,wISMA
"LATTYf'E2
RUMA,HSUSUN
OIPEAKENANKAN DENGAN SYARAT,
DIPERKENANKAN DENGAN
SYARAT KHUSUS
MWID
GEREJA
,VlHAIIIA
KLEHTeNG
IClIIlMATORluM
MUlHOLA"
OIPERKENANKAN
DIPEAUNTUKAN
~g~um:TYPii2 ';'
"I
~,
Sl
I!
!i
~
I'USDIKLAT
G. "AMERAN TYPE 2 '
BANG.KES/RS.TYf'E 2
lANG. TERMINAL
QEDUNQ PARKIA
PARKIA PLAZA
GAIIIASl
POOl. KENO, TYPE 2
_
IANG.KEIUOIKESENIAN
BANGUNAN PEMERINTAH
SPORT HALL TYPE 2
GEDUNG OLAH RAGA
LAPANGAN TENIS
KOLAM AEMNG
BANGUNAN PASAR
IALAlI.AT. KEAJA
BANQ.GED.PERK.TYPE 2
IANCUIOSKOP KI.S. C
ASAAMA TWI' 2
PANTI ASUHAN
BANG'"AT/PITER.Type 2
KIOUTAAN aUAR
GA'ADU
PaMPA BENSIN
APaTIK/DRUG STORE
PATUNGI'MONUMEN
MENARA
BANG.PERK.TERSUKA
TAMAN HIIURAN
BAZAR
KANTIN
RUMAHA8U
KURSOS TYPE 2
MUSIUM
PLAYGROUP
M·CK
A. Dlperklnllnkln dlll.n Iy.-.t
I. Plll'llilllunNn 1.mbllhlln I perublhlln
un1uk:
•. Sebllgei penunj.no I pel.ngklp
fUnilr blingunln.
b. ~ l tunoll lIImb....lln Vlng
berllf" IIkunder.
II. H.I.h.1 v.ng Ii.rul diperhe1ikan
•. Blntuk" cUin 11IU kl,.kur fllik
blngurMln ..,lIoIli dlnQIn jenil
peruntu k.nnyl.
b. Tid.k
ml"""ll'llllIIU
kll8l',ll.n
dlln klllrtllriin lingkune-n.
c. Tldllk menimbulkln rl)Inamb.h
bpn IIngkungan.
d. Mlmlnuhl perlY.rlltlln kllCllmlIn
din
k.llhet.n blIngunlln d.n
lingkunpn lin. pel"lllllunllln.
I. Volumll tlll'l'lbllhlln I perubehen
mIIk1imlll 35% d.ri IUIII IIn1lli
dell' blngunln (KOB).
Diperken.nkln
dlngefl
IVlrllt
khulUI
MlImperO'lhrlkomend..1 dlri, inn.nl;
terkllit din .,.U illn dlIrl Din.. Pllng,Iw_n Pembangunan Kotl.
WC,'JMUM
OOKTER UMUM
C, .Janis "Solllll'" yang diberi ,.nd. {")
,berOllllrkin tungli pokok blIngunln
induknVII. dIIptrt pulll diketllllOrik.n
"U..l'l....
PAiRIK
INDUSTRI MENGGANGGU
GUDANG
BENGKEl
INDUSTRI KECIL
HOME INOUSTFlI
POOL KENOARAAN TYPE 1
~
~
z
,~
!i
~
SEKOLAH TYPE 1
LABORATORIUMTYPE 1
GEDUNG PEFITEMUAN TYPE 1
BANG.ICES/FIS TYPE 1
POOL KENO. TYPE 1
SPORT HALL TYPE·'
BANG,GED,PERTEM.TYPE 1
ASRAMA TYPE 1
BANG.PERTANfPETER.TVPE 1
KUI'lSUS TVPE ,
TOKO
PASAR SWALAVAN
TOSERIA
PERTOK. a HUN IAN
PASAR FlAVA
PERKANTORAN UMUM
HOTEL
RESTOR AN
BlOSKOP KLSA ilia
BANG.REKR. TERTUTUP
RUMAHPAMER
RUMAHSAKIT
KLINIK SPESIALlS
LOSMEN/PENGINAPAN
HOTEL
COTAGE
HOSTEL
APARTEMENT
CONDOMINIUM
BUNGALOW
K I 0' S
LOUNORV
SALONIT. CUKUR
PENJAHIT
MOTARIS
FITNESS/KEBUGARAN
NITE/CLUB MALAM
KURSUS TVPE 1
RESTORANT
DOKTER SPEStALlS
WARUNG
DEWAN PERWAXaAN RAKYATDAERAH
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Jakarta,
26
AGUSTUS
1991.
KETUA,
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
SUPARNQ WIRYOSUBROTO
WIYOGO ATMODARMINTO
rn!
c:m
!:;'"
im~
'<
"':.0"
....0"
-
,-
m- .....
",z:.o
i
if
III
co
<
........
'::'-
:.occ:
co
...o ...
LD Taboo 1992 No. 23
,~~_.
Lampiran II
0
a
NOMOR 7 TAHUN 1991
'"
Tabel 11.1
-'0
"
... l :
"'a
0"'"
Ol
-
KOEFlSffiN REDUKSI BEBANHIDUP
,i~
CII
co::.-
g:
. Koef"lSien ..leduksi beban bidup
... '"
'" Ol
Penllll"naan Bangunan
o '0
"
"
...
GO
CII
~g~
"
,...
~
a
......'"
....
~
ffi
~
oc ........ c
i
i x i:8
. ::.cnmc:
z ........ z
8oft~~
mz .... o .....
~.
E
z
GO
~
Rumah tinggal, asrama, hotel,
rumah saki!.
0,75
0,30
Pendidikan :
Sekolah, ruang kuIiah
0,90
0,50
Pertemuan Umum :
"co
co
...'"
ruang dansa, ruang pagelaran.
0,90
-
Kantor:
Kantor, Bank.
0,60
0,30
Mesjid, gereja, bioskop, restauran,
Ol
,
'<
Perdagangan :
Ol
III
Ol
Toka, toserba, pasar
0,80
0,80
Penyimpanan :
Gudang, perpustakaan, ruang arsip.
0,80
0,80
Industri :
Pabrik, bengkeL
1,00
0,90
Tempat kendaraan :
Garasi, gedung parkir.
0,9
0,50
0,75
0,75
0,50
0,50
0,90
0,50
"
o
CII
i~
-
Gang dan tangga :
- Perumahan/penghunian
- Pendidikan/kantor
- Pertemuan umum, pedagangan,
<O~
I
ClIO
penyimpanan, industri, tempat
•• Co)
....
.Unit Peninjauan
Gempa
~
i
~
Untuk perencanaan
balok induk dan portal
Pennnahan / Penghunian :
co co
n....10'1
: PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
~ffi
a ...
-co
Seri : B Nomor: 2
-93-
"
kendaraan.
Seri , B Nomor: 2
-94-
CD Taboo 1992 No. 23
IJ)
Tabuo 1992 No. 23
aturan Daenb ini
Tab e 1 11.2
-
TABEL B.3
HERAT BEBAN BAHAN BANGUNAN DAN KOMPONEN GEDUNG
KOEFISIEN REDUKSI BEBAN HmUp KOMULATIF
JUMLAH LANTAI YANG DlCAPAl
Sed : B Nomor: 2
-95-
I
KOEFlSIEN REDUKSl YANG DIKALIKAN
KEPADA BEHAN HlDur KOMULATIF
1,0
2
1.0
3
0,9
4
0,8
5
0,7
6
0,6
7
0,5
8 dan lebili
0,5
Bahan 8angunaD :
Baja
Balu alam
Balu belab, balu bulal, balu goouog (beral lumpuk)
,
Balu karang (beral lumpuk)
Balu peeah
Besi luang
Belon
Belon berlulang
Kayu(kelasl)
:
KerikiI, koral (kering udara sampai lembab, tanpa
diayak)
Pasangan bala merah
Pasangan balu belah, balu bulal, balu gunong
:
'. '.'
,
Pasangan balu celak
Pasangan balu karang
,
Pasir (kering udara sampai lembab)
,
Pasir Genuh air)
Pasir keeH koral (kering udara sampailembab)
Tanah lempung dan lanau (kering udara sampai lembab)
Tanah lempung dan lanau (basah)
Timah hilam (limbel)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
7.850
2.600
1.500
700
1.450
7.250
2.200
2.400
1.000
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
1.650
1.700
2.200
2.200
1.450
1.600
1.800
1.850
1.700
2.000
11.400
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
Kompooen gedung :
Adukan dari semen per em Ie bal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Adukan dari kapur, semen merah atau lras per em lebal
Dinding pasangan bala merah salu bala
.
Dinding pasangan bata merah setengah balu
.
21
17
450
250
kg/m2
kg/m2
kg/m2
kg/m2
'Dinding pasangan batako :
Berlulang :
- Tebal dinding 20 em (HB 20)
~ Tebal dinding 10 em (HB 10)
Tanpa lubang :
~ Tebal din ding 15 em
'
- Tebal din ding 10 em
,
' .
.
. 200 kg/m2
120 kg/m2
.
.
300 kg/m2
200 kglm2
LO Tahun 1992 No. 23
-96-
Langil·langil dan dinding (lermasuk rusuk-riJsuknya, lanpa
pengganlung langil-Iangil atau pengaku) terdiri dari :
- Semen asbes (entenut dan bahan lain sejeRis) deng.,;
lebal maksimum 4 rom
.
.
- Kaea dengan tebal3 - 4 mm
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu Iangit·langit dengan
benlang maksimum 5 m dan untuk beban maksimum
300 kg/m2
.
Penggantung langit·langil (dari kayu) dengan maksirnum 5 m dan
jarak SKS. minimum 0,80 m
.
Penulup alap genling dengan reng usuk/kaso per m2 bidang
atap
.
Penutup alap sirap dengan reng usuk/kaso per m2 bidang alap
.
Penulup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gording
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso beton adukan
per-em tebal
.
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm)
.
Apabila digunakan bahan bangunan atau komponen bangunan
di luar ketentuan ini, dapat' diarnbil Pedoman lain alau spesifikasi dari pabrik yang mengeluarkan.
Seri : B Nomor:2
-97-
LOTlhun 1992 No. 23
Tabel
Seri : B Nomor : 2
n.4
BEBAN mDUP PADA LANTAI BANGUNAN
II kg/m2
10 kg/m2
a.
Lantai dan tangga rumah tinggal, keeuali yang disebut
dalarn b
.
200 kgfm2
b.'
Lantai dan tangga mmah titiggal sederhana dan gudang,gudang lidak penting yang bukan untuk toko, pabrik
atau bengkel
.
125 kg/m2
e.
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, loko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit
.
250 kg/m2
d.
Lantai ruang olah raga
e.
Lantai ruang dansa .,
.
500 kg/m2
f.
Lantai dan balkon dalarn dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain pada yang disebul dalam a s.d. e seperti
masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan
panggung penonton dengan tempat duduk
.
400 kgfm2
g.
Panggung penontong dengan tempat duduk lidak tclap
atau untuk penonIon yang berdiri
.
500 kg/m2
h.
Tangga bordes tangga dan gang dari yang disebut dalarn e ..
300 kg/m2
i.
Tangga bordes tangga dan gang dari yang disebut dalarn
d,e,fdang
.
500 kg/m2
j.
Lantai ruang pelengkap dan disebut dalarn
dang
,
, .. ,
,
e, d, e, f,
, .. , ., .
250 kg/m2
k.
Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang
arsip, toko besi, ruang a1at-a1at dan rauang mesin harus
direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri dengan minimum
.
400 kg/m2
Lantai gedung parltir bertingkat :
- Untuk lantai bawah
.... . ,. . .
800 kg/m2
.
400 kg/m2
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direneanakan terhadap beban hidup dari lantai yang berbatasan
dengan minimum .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....
300 kg/m2
40 kg/m2
7 kg/m2
50 kg/m2
40 kg/m2
10 kg/m2
24 kg/m2
11 kg/m2
I.
_
m.
Untuk lantai lingkat lainnya
.
400 kg/m2
",/'@f:.'"
Seri : B Nomor: 2
-99-
LD Tahun 1992 No, 23
:B Nomor:2
Tabel
IBANGUNAN
11,6
TOTAL PENURUNAN MAKSIMUM PADA PONDASI BANGUNAN
TOTAL PENURUNAN YG,D1IZINKAN
; D1IZINKAN
JENIS PONDAsI BANGUNAN
TANAHPASIR
I.
Pondasi setempat
4,0 em
2,
Pondasi plat penuh
7,5 em
TANAH LEMPUNG
6,5 em
15
em
Nilaj-nilai ini berlaku
umum dan dapat bervariasi sesuai persyar.atan khusus yang diperlukan oleh fungsi bangunan yang direncanakan.
3,
Pondasi beton bertulang
untuk silo, menara air
dan sebagainya.
7,5 em
15
em
Jakarta, 26 Agustus 1991
OI'WAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
,
KETUA,
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
SUPARNO WIRYOSUBROTO
WIYOGO ATMODARMINTO_
--
-101-
1992 No. 23
Tabel
m.2
TlNGKAT MUTU BAHAN LAPIS PENUTUP DAN KOMPONEN SlRUKlUR BANGUNAN
Bahan Lapis Penutup Untuk
as banglanan
,an terbadap api)
Ruang efektif,
kamar, dsb.
A (3 jam)
Ruang sirlmlasi
koridor, dsb.
Tangga kebakaran,
pintu kebakaran, dsb.
Bahan anutu tingkat I
Koloan
dan
Dinding luar _
Atap
balo!<
Mutu
tingkat I
.,,;~ :~:il
~.' , .
". !?Llmtlli
~ pld(,~: :i!T&!f.i dal
dinding 1_
Mutu
tingkat I
Mutu
tingkat I
:i,
~;"f:!malI
:*~t~K::'::
~~~~:J~;"
,iW;.Mutu
11o:;;;j'~ftll""
~i'_........ at
~:\;'~'~;t
I
s:~H:?:'>,
B (2 jam)
Bahan mutu
tingkat 11
Bahan mutu
tingkat II
Bahan mutu
tingkat 1
Mutu
tingkat 1
Mutu
tingkat 1
Mutu
tingkat I
I*,~tu
W1t>~at II
'~~~:~.,
~~:~~:~.: ::
. " >.
C (1/2 jam)
Bahan mutu
tingkat 11
Bahan mutu
Hngkat III
Bahan mutu
tingkat 11
Mutu
tingkat II
Mutu
tingkat II
Mutu
tingkat II
·,,··Mutu
3,'tingkat II
,!:):~.
D
Diatu r tersendiri
-.
-102 -
LD Tabun 1992 No. 23
Tab e I
Seri : B Nomor: I
I1I.3
KETAHANAN API UNTUK UNSUR BANGUNAN
TEBAL.MINIMUM DALAM eM
lENIS UNSUR BANGUNAN
3 JAM
2 JAM
Yo JAM
Lantai moooht, lantai pracetak
Lantai beton bertulang
Balok beton bertulang
Dinding beton bertulang
Kolom beton bertulang
berbentuk U dan T
IS
Lantai balok berongga, lantai
praeetak berbentuk kotak atau I
12,5
12,5
9
9
7
5
2,5
.
Tanpa lapisan pelindung tambahan
5
Tanpa pelindung tambahan
17,s
10
7,5
Plesteran semen atau gips setebal
minimum 1,2 em pada kedua permuk-an·
.
17,5
10
6,5
Tebal minimum kolom
40
.
Penutup beton minimum pada
.30
.
6,5·
5
Tebal minimum penutup beton pada
tulangan pratekan
5
4
tulan.an
.
IS
4
..
1,5.
Lantai beton pr.atekan
15
Tebal minillwm lantai
Tebal minimum penutup beton pada
tulangan pratekan
12,5 ..
8,5
6,5
9
2,5
Balok beton pratekan
24
Tebal minimum balok
Lapisan beton bertulang tidak
memikul beban
*)
Lapisan beton bertulang
memikul beban
*)
Lapisan beton bertulang tidak
memikul beban
*)
Lapisan beton bertulang
memikul beban
*)
18
8
2,5
2,5
5
5
5
2,5
2,5
7,5
5
5
6,3
Balnk baja
Kolom baja
7,5
.
192 No. 23
Seri : B Nomor: 2
-99-
Ta bel
11.6
TOTAL PENURUNAN MAKSIMUM PADA PONDASI BANGUNAN
TOTAL PENURUNAN YG. DIIZINKAN
: PONDAsI BANGUNAN
TANAHPASIR
TANAH LEMPUNG
6,5 em
lasi setempat
4,0 em
lasi plat penuh
7,5 em
15
em
7,5 em
15
em
Nilai·nilai ini berlaku
umum dan dapat bervariasi sesuai persyar,atan khusus yang diperlukan oleh rungsi bangunan yang direneanakan.
lasi beton bertulang
Ik silo, menara air
sebagainya.
.
Jakarta, 26 Agustus 1991
'ERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
KETVA,
IPARNO WIRYOSUBROTO
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
WIYOGO ATMODARMINTO.
Seri : B NomoI: 2
-100-
LD Tahun 1992 No. 23
LAMPIRAN ID
: PERATURAN DAERAH DAERAH
•.
KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
_~
.•.. ,c,'-~. ,__
· ~_~_NOMOR' ,7 TAHUN_199L
.•
Tab e I
Ill.1
TINGKAT MUTU BAHAN BANGUNAN TERHADAP API
MUTU
TINGKAT I
- Belon
- Bata
MUTU
TINGKAT tv
MUTU
TINGKAT III
MUTU
TlNGKAT II
MUTU
TINGKATV
- Papan wool
kayu semen
(excelsiorboard)
- Kayu lapis
yang dilindungi
- Papan polyesler bertulang
- Sirap bambu
- Sirap kayu bukan
ulin alas kayu
jaiL
- Papan semen
- Papan yang
mengandung
lebib dari 52%
glass fibre
- Polyvinil
dengan lulangan
- Rumbia
- Balako
- Asbes
p~lp
- Alumunium
- Kaca
- Seral kaca
- Bahan alap
aspal berllipiskan mineral
semen
- Papan parlikeI
yang dilindungl
- Besi
- Baja
- Adukan sernen
- Adukan gips
- Asbes semen
- Ubin keramik
- Ubin semen
- Ubin marmer
- Lembaran seng
- Panel kalsium
silikal
- Rock wool
- Glasswool
- Genleng keramik
- Wired glass
- Lembaran baja
lapis seng
- Plasler
board '.
-
L
- Pelal baja
lapis PVC
.
- Papan wo<r
kayu
- Anyaman
bambu
.
-_
.. '-
-'-Kayu kamper
- Kayu meranli
- Kayu lerenlang
- Kayu lapis
14 mm
17 mm
- Sofl board
- Hard' board
- Papan parlikel
"
1992 No. 23
-101-
Tabel
m.2
T1NGKAT MUTU BAHAN LAPIS PENUTUP DAN KOMPONEN SlRUKlUR BANGUNAN
Bahan Lapis Penutop Untok
Kolom
las bangunan
IlIIl terhadap api)
Ruang efektif,
komar, dsb.
Ruang sirkulasi
Tangga kebakaran,
koridor, dsb.
pinto kebakaran, dsb.
A (3 jam)
I
B (2 jam)
I
Bahan mutu
tingkat II
Bahan mutu
tingkat II
C (1{2 jam)
I
Bahan mutu
tingkat II
Bahan mutu
tingkat III
D
I
dan
balok
I
Bahan muto tingkat I
Atap
Mutu
tingkat I
Mutu
tingkat I
Bahan mutu
tingk.t I
Mutu
tingkat I
Mutu
tingkat I
Bahan mutu
tingkat II
Mutu
tingkat II
Mutu
tingkat II
Diatur tersendiri
Mutu
tingkat
Mutu·
tingkat
-102-
LD Tabun 1992 No. 23
Tabel
Seri : B Nomor: 1
IIl.3
KETAHANAN API UNTUK UNSUR BANGUNAN
TEBAL MINIMUM DALAM eM
JENlS UNSUR BANGUNAN
3 JAM
Lanlai beton bertulang
Lantai monolit, lantai praeetak
berbentuk U dan T
Tanpa lapisan pelindung tambahan
Balok beton bertulang
12,5
9
12,5
9
7
5
5
2,5
15
Lantai balok berongga, lantai
praeetak berbentuk kotak atau I
17,5
Tanpa pelindung tambahan
l> JAM
2 JAM
7,5
10
,
Dinding beton bertu·
lang
_ .. _.-
,
Plesteran semen atau gips setebal
minimum 1,2 em pada kedua permu·
k··· '
,
...
.
Kolom beton bertulang
17,5
40
Tebal minimum kolom
6,5
10
-- ._-
,30
15
4
Penutup beton minimum pada
,,'
tulan.an
6,5'
5
Tebal minimum penutup beton pada '
tulangan pralekan
5
4'
15
12,5
"
1,5
Lantal beton pratekan
Tebal minimum lantai
Tebal minimum penulUp beton pada
tulangan pratekan
8,5
6,5
9
2,5
Balok beton pratekan
24
Tebal minimum balok
Lapisan beton bertulang tidak
memikul beban
Balok baja
*)
18
8
6,3
2,5
2,5
7,5
5
5
5
2,5
2,5
7,5
5
5
,
Lapisan beton bertulang
memikul beban
*)
Lapisan beton bertulang tidak
memikul beban
*)
Lapisan beton bertulang
memikul beban
*)
Kolom baja
Keterangan :
.):
-
-
campuran minimum 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil
jarak tulangan beton ke 8emua arah maksimum 15 em
E
-103 -
,un 1992 No. 23
Tabel
Seri : B Nomor: 2
lilA
KETAHANAN API MENURUT JENIS KOMPONEN STRUKTUR DAN KETINGGIAN STRUKTUR
BANGUNAN DINYArAKAN DALAM LANTAI
Jumlah lantai
Keterangan jumlah Ian tai
Empat lantai
Komponen struktur
Atap
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
.. }
,
lantai 5 sampai deng~
- -- lantai 14 dari atas
13
14
15
16
. } lantai 15 daTi atas
;::==='::-:_-. sampaikebawah
I
x,
Ground
floor .
Basement
'MAA
Antara 5 sid. Iantai 14
dati
atas
.
,
: Lanta; 15 dari
atas ke bawah
1 jam
2 jam
2 jam
1 jam
2 jam
2 jam
Bagian yang terkena api
'I jam
1 jam
1 jam
Bagian lain
30 menit
30 menit
30 menit
K 0 10m
I jam
2 jam
3 jam
Lantai
1 jam
2 jam
3 jam
B a 10k
1 jam
2 jam
3 jam
} 4lantai
keatas .
~"'
.... - - - -
.... - - Lantai
Lantai
Lantai
Lantai
ukaan
teralas
Dinding partisi
1
2
3
4
5
Ketahanan Api
Dinding pemikul
~
.z'"
OIl
.5
.5
"'"
Cl
OIl
:a"
is"
""-
~.s
~
~ '"0 .-",,,5
~iS~
A tap
Atap landasan helikopter
30 menit
1 jam
Jakarta, 26 Agustus 1991
~N
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
lAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
KETUA,
SUPARNO WIRYOSUBROTO
GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA.
.WIYOGO ATMODARMINTO
?f
t:
>"
"};
Seri : B Nomor : 2
-104 I'EIlAnJRAN DAf-RAM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 7
rAHUN'
YoUEL ItETRIBUSI I'£NGAWASAN TAMBAIIAN (RPT)
1991
DlKENAKAN 'JEIUIADAP POlANFAATAN LEBDl
K.ELONGGAIlAN YANG DIKENAJ<AN RE'I1UB\ISIP£NGAWASANTAMBAHAN(RPT)
Z • N
I
S I FAT
WUIl
2
l. •. Yield: memenuhi jan:k bcba
(pull 7., 75, 76, 17, 79, 80,
81,82,83,84,85).
I 1. bin berlyatlt
b. LUIS unah YUlI dikuuaI. be(um lCSUIIi luu ..tum uvlinal
••
Ii
I
PEltSYARATAN
,
1. Blinpman/tmab baruI
disesuaibn menurut
rlllcana kotl dan peratuml mendhibn ba·
ngunan di tempat ltu.
DASAR PERIII111NGAN
RE11UItJSI f'ENGAWASAN
•
RPT .. FX_
LP
LT
S
-XRPP
syarlt minimum luu setiap jenis penmtubn tanab (pISli
49, SO).
KETERANGAN
TAMIAIIAN ( OPT)
lP
LT
.. Luu BalllUfWllperpetakan yans melanJPr
Luu Banpnan Total
~
RPP " YJ.III dimJ.ksud RPP dtlJ.m rumus RPT adJ.1aJi RPP dJ.1am
sep1J. upeknya, d.i mllIlJ. tennasuk puiJ. RPP bagi URSUr
yang Iwlya. dtpat dihitUDJ ptniangnyl dan atauunitnya.
F=FIXF2
FI .. I
.
c. Melebihi lua maksimum untuk
bUIIUIWI rumah tingal (pua1
48,49).
2••. Melebihi Itll. nalcJirnum (pl..
I 2.
Izin semcoWli
wI49,86).
lP
RPT • PX -:-- X RPP
LT
11'
= Lou Bangunan/pcrpetakan Ylng melangar
LT = LuIs ~1Wl. Total
RPP = Yang dimlksud RPP dJ.1J.m lWDUI RPT Ida.Iah JUlP dJ.Iam
rut rencanl kola lIan
menaakibatkan pemecahm/
.ep1a ISpeknya, Iii I1llI.DI tennuuk pula RPP bagi unsur
paratunn mendirikan
blIngunm dl tcmpat itu.
penyaluan satuan kavq (pa.
sal 49, 50).
c. Me1cbibijumlah Iantai (Pasal
.23,57,70,121).
d. NelampaUllwsempadan
bquoan (puallS).
ncunan Mna dibongb!/
tw.rus dilelUlikan menu-
b. Tidak sesuai perpetaltln tanah
n.
2.....~ ...
yalll butya dihitq p1njlngnYI dan ItlU unttnya.
F "PIXF2
FI • 2
2. Izin Semcntara
""J_
e. Tidak MIIUIJ jcnil peruntukan
wah (poa140. 98).
3.
I.
Tidak memenuhi penyaratan
kbusus(pual21,67).
Izin Bersyuat!
iUII Sementara
3. Penyllratan idem I
dan 2 di atal.
b. Mcmbangun tan.. izin (paal
S).
10.
Catatan
13.
F
FI
F2
RPT· FX~-X RPP
LT
RPT· RPPX';Pemb.XF
= Lou yang meJanaar
LT = Lou Bangunan Total
RPP .. YIIlI dimlksud RPPdiIam runtus'RPTadalahRI'P dlilam
segl1l upeknyJ.. di maJa tennuuk pula ~ baai UDS\lr
yang haDya dtpat. dihitWII p1njangnya dan ltau writnya.
F '" F1-XF2
FI • I
lP
.. Koef"lSicD Pemanfaatan Icbih" PI x F2
.. Koefisien lenil Keloagann
• XOefiden Jenis Bangunan untuk : - Banpnan Rumah ilJllPl : - Perumahm KeclI F2· 1
- Perumahan SedaIl8 F2 • 2
- Penunahan &em F2. 3
- BangWl8.n Solill Non lb8dah ..•.•.........•..•...•._..... F2. 2
- BangorD.n Ullha
_.._. F2· 6
DEWAN PERWAKILAN LUYAT DAERAH
~SUS •• OKurA JAKARTA
I.ETUA.
DAERAH
Jakarta: 26
Aaustus'I991.
GUIERNUR. UPALA DAEItAII KHUSUS
lBUKOTA JAKARTA,
SUPAItNO WlRYOSUBROTO
WIYOGO ATMODAItMINTO
{
~
.~:,.
~
!
P.l
been transmitted. Please try again.
pages.
~
LDTahunl992 No. 23
-105-
Seri : B Nomar:2
PENJELASAN
(TUE) JUN 8 2010 15:08
DOCUMENTII
TIME STORED
TX START
DURATION
COM. MODE
AT AS
PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
7821325-034
JUN 8 15:07
NOMOR 7 TAHUN 1991
TENTANG
BANGUNAN DALAM WILAYAIl DAERAII KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
I.
PENJELASAN UMUM
I.
Peraturan bangunan yang masih berlaku hingga sckarang adalah Bouwverordening 1919-1941 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Daerah
tanggal 20 Februari 1953 (Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
Nomor 94 tanggal24 November 1953, Tambahan Nomor 61).
Peraturan Daerah tersebut selain berasal dari produk zaman Be1anda, materinya dirasakan sudah tidak sesual lagi dengan perkembangan dan kemajuan
di bidang teknologi serta tuntutan pembangunan di wi1ayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta dewasa ini.
-----------------------LJ~ r
i
.n :l
~
1:
Perkembangan pembangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
temyata mengarah dari sistem horizontal ke sistem vertika1 dengan adanya
pembangunan bangunan-bangunan bertingkat karena keterbatasan bidang
tanah yang semakin lama semakin sempit.
Slstem pembangunan vertikal tersebut menuntut pula adanya pelakupelaku teknis pembangunan yang mempunyai kemampuan dan dapat
dipertanggung jawabkan keah1iannya, scsuai dengan bidangnya, balk bidang
arsitektur, konstruksi maupun instalasi dan perlengkapan bangunan, disamping itu dituntut pula adanya sarana bangunan dan alat-alat perlengkapan
lainnya scperti lift, eskalatOI, dan yang scjenis.
Selain dari pada itu perlu pula diperhitungkan pembangunan dan penghunian bangunan tersebut dari segi keamanan, kbususnya dari ancaman
bahaya kebakaran dan keadaan lingkungan serta kesehatan pada umumnya.
u
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan terscbut di atas dan dalam rangka
memenuhi Surat Edaran Menteri Dalam Negeri NomOI 64O/691/PUOD
tanggal 15 Februari 1983 tentang Tertib Pelaksanaan Peraturan Daerah
Tentang Bangunan, maka Peraturan Daerah tentang Bangunan dalam
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagal pengganti Bataviasehe
Bouw Verordening 1919-1941 dimaksud di atas.
--.~~,----",.._._,
...----
_D Tabun 1992 No. 23
2.
-106 -
Seri : B Nomor: 2
Peraturan Daerah ini diharapkan dapat menjadi sarana dan pedoman membangun yang" larigsung, ielas dan resmi, baik bag; masyarakat pembangun
dan pemakai maupun bag; aparat terkait dalam mekanisme pembangunan di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sehingga dapat tercipta iklim pembangunan yang memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dalam mencapai dan melaksanakan cita-cita dan peran sertanya di bidang pembangunan.
50bagaimana tersirat dalam Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 5 Tahun 1984 tontang Rencana Umum Tata Ruang Daerah
Daerah .Khusus Ibukota Jakarta, maka iklim pembangunan yang sehat
sebagaimana tersebut di atas sangat diperiukan dalam upaya mencapai
tertib bangunan untuk menciptakan kota yang tertib, teratur, terarah dan
indah.
50suai dengan skalanya, terlib bangunan adalah merupakan uOSUr dan
atau bagian dari tertib lingkungan dimana bangunan merupakan unsur
terpenting daJam pembinaan dan pembentukan karakter fisik lingkungan
terse but ; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam tertib bangunan
terdapat aspek tertib lingkungan dan tertib perkotaan.
Disamping aspek tertib bangunan, Peraturan Daerah ini dibarapkan pula
meniadi alat kendali bag; laiu pertumbuhan fisik kota, pencegahan terhadap bahaya kerusakan dan pencemaran lingkungan, pengurangan nilainilai estetika, kenyamanan dan keamanan bangunan, sehingga berbagai
investasi fisik dapat mencapai nilai manfaat sebesar-besamya, terlindung
dari berbagai rasa kurang aman serta terhindar dari berbagai ancaman
bahaya_
LD Tabun 1992 No. 23
II.
Seri : B Nomor: 2
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Pasal 2
huruf a s.d_ I
Cukup ielas.
huruf m sod. r
Cukup ielas.
huruf s s.d. w
Cukup ielas.
huruf x
Contoh bangun-bangunan ialah pergola, kandang binatang, tiang bendera, pagar, kolam
renang, lapangan tenis, menara, reklame,
monumen.
huruf y s.d. ax
Cukup ielas.
huruf a
Cukup ielas.
Cuku p jelas_
huruf b
huruf c
Contoh antara lain:
- izin bersyarat ;
- izin sementara ;
- izin sementara berjangka.
huruf d
Cukup ielas_
huruf e
Yang dimaksud dalarn Pasal ini ialab antara
lain seperti pengaturan kembali ukuran perpetakari, pengaturan pola tampak bangunan.
sepaniang hal-hal tersebut ditujukan demi
peningkatan nilat kualitas lingkungan dan
tidak bertentangan dengan peraluran yang
beriaku.
huruf f s.d.
Cukup ielas.
huruf j
Yang dimaksud disini ialah seperti dalam
SK. Gubemur tentang Mix Farming yang ternyata tidak dapat teriaksana dan kemudian
ditetapkan sesuai penggunaan yang ada
(existing) pada lingkungan tersebut, contoh
lain ketentuan untuk kandang_ babi menjadi
karya industri.
huruf k
- Yang dimaksud dengan lingkungan khusus
ialah lingkungan bangunan yang diberlakukan ketentuan khusus.
Karenanya dalam mekanisme pembangunan menu]u tertib bangunan,
sangat diperlukan adanya kriteria dan tata Cara pengawasan' dan pengendalian yang aplikatif dan aspiratif dalam arti baik bagi para pelaku pembangunan maupun aparat pengawas bersama-sama dapat memahami dan
menggunakan Peraturan Daerah ini secara herdaya guna dan herhasil guna.
Berdasarkan maksud dan tUjuan terse but di atas maka Peraturan Daerah
ini disusun dengan mengacu kepada empat aspek, yaitu aspek hukum,
aspek teknis, aspek politis, aspek sosialjekonomi, dan dengan harapan
agar semua aspirasi dan prakarsa membangun rnasyarakat beserta segala
permasalahannya dapat dipecahkan, disalurkan serta dilaksanakan dengan
arnan, tertib, benar dan bennanfaat.
-107 -
Contoh antara lain:
bangunan militer. istana negara. pelabuhan.
I Tahun 1992 No. 23
-lOS -
Seri : B Nomor: 2
r
,
i
LD Tahoo 1992 ·No. 23
Conloh anlara lain .
bangunan pemugaran, bangunan di daerah
reklamasi.
Cukup jelas.
Pasal 3 dan 4
Cuku p jelas.
Pasal 5
ayal (1)
Yang dimaksud dengan izin kelayakan menggunakan bangunan adalah izin yang dikeluarkan unluk menggunakan, selelah lerhadap
bangunan lersebul dilakukan pengkajian leknis dalam hal kelayakan fisiknya.
ayal (2)
Yang dimaksud kelenluan lain pada ayal ini
anlara lain hal-hal yang disyaralkan dalam
izin-izin dimaksud unluk dilaksanakan dan
atau dipenuhi.
ayal (3)
Pasal 17
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 7
Yang dimaksud izin berlahap Pasal ini an lara
lain izin pendahuluan pondasi, izin pendahuluan struktur menyeluruh.
Pasa! 8 s.d. 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Yang dimaksud dengan bangunan sementara
ialah anlara lain : panggung lonlonan. bedeng
kerja. pagar.
:
Cukup jelas.
i•
Pasa! 15
Pasal 16
ayal (1)
Cukup jelas.
ayal (2)
Conloh anlara lain jalan yang terkena pelebaran.
ayal (3)
Cukup jelas.
huruf a
'huruf b
Pasal 6
Pasal 14
Seri : B Nomor: 2
- benluk dan kelinggian yang lidak leralur sehingga dapal membahayakan penerbangan malam hari.
_ kelinggian bangunan yang melebihi 8
lantai.
banguoan yang penggunaannya membahayakan seperti misalnya barigunan
tangki minyak, silo dan sebagainya, harus
dilengkapi dengan peralalan pengamanan
anlara lain lampu.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang
dikhususkan ialah lingkungan bangunan
disamping diberlakukan kelenluan umum
diberlakukan juga kelenluan khusus.
huruf 1
-109 -
Pasa! 18
Yang dimaksud disini ialah anlara lain mengeeal dinding, membuat sekal-sekal, da!am
ruangan dengan tinggi tidak meneapai plafond dengan menggunakan bahan ringan,
pemeHharaan bangunan dengan tidak mengubah denah, konslruksi maupun arsileklur
dari bangunan semula yang telah mendapat
izin.
Cukup jelas.
huruf e
Yang dimaksud dengan bangun-bangunan di
bawah lanah ialah anlara lain gorong-gorong,
septik lank dengan ukuran maksimal12 m3.
hUiuf d
Yang dimaksud disini ialah anlara lain perbaikan inslalasi, perlengkapan bangunan,
saluran-saluran pembuangan.
ayal (I)
Cukup jelas.
ayal (2)
Pertanggujawaban ahli harus melipuli kebenaran leknis dan ilmiah sesuai bidanguya.
ayal (3)
Cukup jelas.
ayal (1)
Yang dimaksud dengan bangunan lerl8hlu
ialah bangunan-bangunan standar seperli anlara lain bangunan pompa bensin, gardu lislrik.
lIyat (2)
Cukup jelas.
ayat (1)
Cukup jelas.
Yang dimaksud dalam ayal (2) Pasa! ini
ialah bahwa seliap gambar struklur, instalasi
dan perlengkapan bangunan harus dikelahui
oleh pereneana arsilektur.
i
i
!
Yang dimaksud dengan bangunan tcrtentu
Pasal 19
Pasa! 20
dalam Pasal ini ialah antara lain :
ayal (2)
bangunan yang Icrlelak pada ja!ur lalu
liotas penerbangan.
til
-110-
D Tahun 1992 No. 23
ayat (3) dan (4)
Pasal 30
Pasal 32
ayat (I)
ayat (2)
ayat (3)
ayat (1)
3.1.
[Q]:
3.3. Kode
Cukup jelas.
.y.1
(~)
0:
3.4. Kode
Diperkenankan dengan syarat khusus;
Contoh : bangunan ibadah seperti
mushola atau rnesjid pada peruntukan perkantoran, perdagangan, industri dan lain-lain, sejauh tidak mengganggu kegiatan fungsi utama serta
terjarnin kearnanan, keselarnatan dan
keserasian bangunan dan lingkungan.
eukup jelas.
Yang dimaksud dalam ayat ini antara lain :
I. Dalam peruntukan tanah suatu persil
dapat digunakan untuk penggunaan campuran, sejauh tidak menghilangkan arti
peruntukan utamanya.
2. Dalam penggunaan campuran sebagaimana
dimaksud di atas dimungkinkan adanya
penggunaan lain sebagal penunjang atau
pelengkap fungai bangunan utamanya, atau
kompleks bangunan.
G:
Diperkenankan dengan syarat ;
Contoh : rurnah tinggal kecil pada
peruntukan pernerintahan, perdagangan, dan lain-lain, sejauh berfungsi
sebagai pelengkap alau penunjang
kegiatan u tama pada perun tukan
utama.
mana mestinya.
P-dsal 3S s.d. 39'
P-d..1 40 •yat (I)
Kode~:
3.2. Kode
Diperkenankan pada peruntukan
·lain ;
Contoh : rumah tingga! kecil pada
peruntukan wisrna hesar dan sebagainya, sejauh tidak rnengganggu
karakler arsiteklur lingkungan.
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan pekerjaan disini ialah
antara lain membuat saluran air hUjan.
resapan air, air buangan, jaringan listrik,
telepon, air bersih, gas dan menjaga serta
memelihara agar tetap dapat berfungsi sebagaiCukup jelas.
Seri : B Nomor: 2
50suai dengan jenis peruntukannya ;
Contoh : antara lain rumah tinggal
kecil pada peruntukan wisma kecil.
Cukup jelas.
Yang dimaksud pemeliharaan bangunan dan
pekarangan memerlukan keahlian adalah antara lain pemeliharaan lift. pengolahan limbah.
pengkondisian udara. instalasi listrik.
• y.t (2)
-111-
3. Cara menggunakan tabel antara lain :
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan fasilitas umum ialah
antara lain telepon umum. jasa pos.
Pasal 31
P.sal 34
LDTahun 1992 No. 23
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan bagian bangunan
adalah apabila dalam pelaksanaannya bangunan belum seluruhnya selesai dan bagian
bangunan yang telah selesai merupakan bagian bangunan yang dapat digunakan.
Pasal 21 s.d. 29
Pasa! 33
Seri : B NomOI: 2
•
3.5. Kode
f
0 :
Tidal< diperkenankan ;
i
Contoh : bangunan rumah sedang
pada peruntukan pelataran parkir,
jalan arteri, sungai dan lain-lain.
ayal (3)
Yang dimaksud dengan bahaya pencemaran
lingkungan ialah berupa gangguan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan seperti suara,
bahan buangan padal, sampah, air limbah,
gas, asap, gas heracun, bau dan sebagainya:
""I!!!'
Taboo 1992 No. 23
Pasal 41
ayat (I)
ayat (2)
Pasal 43
ayat (I)
ayat (2)
:
2
Yang dimaksud dalam ayat (I) Pasa! ini
ialah bahwa dalarn perencanaan arsitektur
terutama dalam tapak (pongaturan tata
letak) bangunan harus memudahkan upaya
pencegahan bahaya kebakaran, seperti antara
lain: jalan maiUk pekarangan, jarak antara
bangunan, serta sirkulasi kendaraan.
Pasal 46
ayat (I)
ayat (2)
Pasal 48 s.d. 53
LD Taboo 1992 No. 23
Yang diatur dalam ketentuan kbusus ialah
antara lain tentang jenis, bentuk, ukuran,
ketinggian konstruksi, cara pelaksanaan dan
waktu penggunaan.
Yang dimaksud dengan bangunan dalam ayat
ini ialah antara lain bangunan restoran, cumah sakit, laboratorium.
Cukup jelas.
Seri ; B NomoI: 2
Yang dimaksud dengan bangunan di bawah
tanah dalam Pasa! ini ialah antara lain per·
tokoan, stasiun kereta api, lorong (koridor)
penyeberangan dan bangunan penghubung.
Pasal 55 dan 56
Cukup jelas.
Pasal 57
ayat (I)
ayat (2)
Pasa! 58 dan 59
Pasal 60
ayat (I)
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan bangunan demi
kepentingan umum ialah antara lain bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung
perlunjukan, bangunan monumental, gelang'
gang olah raga, bangunan serba guna dan
sejenisnya.
.
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan daerah-daerah yang
belum memiliki rencana lerinci kota ialah
seperli antara lain daerah perbaikan kampung
dan sejenisnya.
ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 61 dan 62
Pasal 63 ayat (I)
Cukup jelas.
ayat (2)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan bangunan dalam
ayat ini ialah antara lain bangunan industri,
pabrik, work shop, bengkel besar.
-113 -
Pasal 54
Yang dimaksud lokasi-Iokasi tertentu ialah
antara lain daerah-daerah MHT, tanah yang
perpetakannya belum memenuhi, dan daerahdaerah belum ditetapkan rencana kota.
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan lingkungan tertentu
ialah lingkungan yang ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah, dengan tetap mengacu
pada peraturan induknya, antara lain bangunan di daerah Kawasan industri atau pusat
pengembangan lingkoogan.
Pasal 45
Pasal 47
Seri : B NomOI
Yang dimaksud dengan lokasi kbusus untuk
bangunan fasilitas umum ialah antara laln
gardu listrik, terminal, gerbang loket jalan
tol.
Yang dimaksud dengan bangun-bangunan
dalam Pasal ini antara lain reklame, papan
nama, logo, sarana komunikasi.
Pasal 42
Pasal 44
-112-
Pasal 64 s.d. 67
Pasal 68
Pasa! 69
ayat (I)
ayat (2)
ayat (3)
Yang dimaksud alap yang menyilaukan
ialah seng, almunium, dan sejenisnya.
Cukup jelas.
Jarak bebas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ini adalah jarak minimal yang diperkenankan dari balas pekarangan sampai
bidang terluar dinding bangunan atau antara
din ding teduaT bangunan yang saW dcngan
din ding teTIuar dari bangunan lain yang
terdekat.
Cukup jelas.
Penggunaan ruang yang beIbe da merupakan
yang sekunder, sedangkan penggunaan yang
serta penampilan utamanya tetap harus 80sual peruntukan dan jeDis bangunannya.
Yang dimaksud dalam Pasa! ini ialah antara
lain WC, kamar mandl, dapur kecil, gudang,
ruang jaga atau pelayan, sarana kelengkapan
r
,
Tabun 1992 No. 23
ayat (4)
-114-
Seri : B Nomo.: 2
untuk memelihara dan lain-lain sejenisnya.
Cukup jelas..
Pasal 70 s.d. 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Contoh:
dari
unSUf
arsitektur antara
t
LV Tabun 1992 No. 23
Pasa1 89
struktur
Yang dimaksud dengan tinggi rata-rata tanah
asli ialah ketinggian tertinggi ditambah ketinggian terendab dibagi dua.
ayat (2)
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan bangunan kopel
ialab dua bangunan yang mempunyai bentuk
atap dan pola tampak yang sarna dan ber·
gandengan:
Pasa1 90
antara
lain pondasi, kolom.
- dari unsur instalasi dan perlengkapan bangunan antara lain
AC. window.
Paso1 74 s. d. 79
Cukup jelas.
Paso1 80
Hal ini hanya berlaku untuk bangunan rumab
tinggal, rumah susun, pertokoan dan perk.ntoran deret atau yang sejenis.
Paso1 81
Cukup jelas.
Pasal 82
PasaJ 83 s.d. 85
Cukup jelas.
Paso1 86
Ketentuan dalam Paso1 ini tidak untuk menghitung retribusi.
P.sal 88
ayat (I)
Yang dimaksud dengan tinggi tampak ialab
tinggi bidang tegak tampak bangunan diukur
dari permukaan ho1aman sampai perpotongan
bidang tersebut dengan bidang tampak.
.yat (2)
Yang dimaksud dengan rumah susun pada
Pasa1 ini adalab blok bangunan terdiri satuansatuan rumah tinggal yang ditata vertikal.
Pasal 92 s.d. 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Tinggi pagar batas halaman 3 m hanya berlaku pada batas pekarangan di beJakang
GSB.
ayat "(I)
Yang dimaksud dengan dindingfbidang
terbuka 101ab yang mengandung bukaanbuk.an jendela, pintu, teras terbuka dan
lain-lain.
Yang dimaksud dengan dinding/bidang
tertutup io1ah yang tidak mengandung
bukaan-bukaan seperri di atas, tapi masih
dimungkinkan adanya jendela atas (bovenlicht) yang tinggi ambang bawahnya
tidak kurang dari 1.80 m dari lantai ruangannya.
Paso1 87
Paso1 91
ayat (I)
Cukup jelas.
ayat (2)
Paso1 ini digunakan untuk menentukan ke·
tinggian bangunan dan bukan untuk perhi·
tungan retribusi.
ayat (3) dan (4)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Seri : B Nomo.: 2
ayat (1)
lain kanopi, balkon.
- .daTi unsur
-115 -
Tinggi pagar batas halarnan 7 m hanya berlaku pada batas pekarangan di belakang
balas kedalaman jarak bebas kiri-kanan
bangunan.
Pasal 96
Pasa1 97
ayat (2) •. d. (4)
Cukup je1as.
ayat (1)
Cukup jelas.
ayat (2)
Ukuran yang dimaksud dalam ayat ini ialah
dihitung dari titik perpotongan kedua GSJ.
ayat (3)
Cukup jelas.
ayat (I)
Cukup jelas.
ayat (2)
Yang dimaksud dengan ruang penunjang
ialah antara lain ruang musil<, ruang senam
pribadi, ruang belajar, ruang tidur pelayan,
dan lain-lain yang sejeDis, sejauh penambahan
tersebut tidak mengganggu privacy dan keamanan tetangga.
Cukup jelas.
Pasal 98
Pasal 99
ayat (I)
Cukup jelas.
',~:,,_::~
I
W Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
-116-
ayat (2)
Bila gedung atau pabrik tersebut terletak
dalam satu komplek dengan satu pengelolaan, maka fasilitas-fasilitas dimaksud dapat dipusatkan.
ayat (3) dan (4)
Cukup ielas.
Pasa! 100
Cukup ielas.
Pasa! 101
Ruang rongga atap (attic) ia1ah roang penggunaan yang terbentuk oleh bentuk dan struktur atap.
Pasal 102 s.d. Pasa!107
Cukupielas.
Pasal 108 ayat (I)
Contoh
iompo.
ayat (2)
Pasal 109 ayat (I) dan (2)
ayat (3)
.
LD Taboo 1992 No. 23
Pasal 121 ayat (I)
Cukup ielas.
Pasa! 122 ayat (I)
Cukup jelas.
Cukup ielas.
Cukup ielas.
Yang dimaksud dengan sistem dan atau peralatan bagi pemeliharaan ialah antara lain
gondola dan seienisnya yang diwaiibkan
untuk bangunan yang melebihi ketinggian
sepuluh lantai atau 40 m.
Pasal 110
Pasal 111 s.d. 113
Cukup ielas.
Pasa! 114 huruf a
Kedua tangga harus dapat dieapoi dari 8Olasar/koridor atau roang antara (hall) yang berhubungan langsung dengan semua ruang
fungsional yang ada secara langsung.
hurnf bdan c
Pasal 115 ayat (1) s.d. (4)
ayat (5)
Pasa! 116 s.d. 120
Ukuran standar diambil dari helikopter
ienis BO. 105.
Instansi yang berwenang dalam ayat ini ialah
Direktmat Jenderal Perhubungan Udara.
ayat (3) dan (4)
Cukup ielas.
ayat (5)
Pengoperasian landasan helikopter harus mendapat persetuiuan prinsip dari Departemen
Perhubungan.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 124 ayat (I) s.d. (6)
Cukup ielas.
Yang dimaksud dengan sarana penyelamatan
antara lain sarana jalan keluar, alat pencegah
kebakaran (hidran, sprinkler, alat pemadam
api ringan), dinding tahan api.
ayat (7)
alat pencegah menialamya api misa1nya
sistem komparlementasi dengan menggunakan rolling door.
ayat (4)
ayat (2)
Cukup ielas.
- alat pengaman untuk pemakai ialah antara
lain iaring penangkal keiatuhan.
Pasal 125 ayat (I)
Yang dimaksud kemiringan disini ialah perbandingan antara iarak vertika! terhadap
jarak horizontal.
ayat (2)
Misalnya pada bangunan parkir yang meng·
gunakan sistem landasan parkir miring.
Pasal 126
Yang dimaksud dengan ruang be bas ialah
antara garis tepi permukaan ialan dengan
permukaan struktur di sampingnya.
Pasal 127
Cukup ielas.
Contoh bangun-bangunan, antara lain, fasilitas pembuangan sampah, tempat jemuran,
kolam renang, kandang hewan, sarana komu
nikasi.
Pasal 128
Cukup ielas.
w
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan iarak pencapaian
ialah paniangnya ialan/selasar yang dilalui,
dan bukan iarak pintas.
Cukup jelas.
Seri : B Nomor: 2
Selain untuk ruang mekanikal' penthouse
dapat digunakan sebagian untukruang penunjang fungsi utama gedung, seperti musoIa,
ruang pembantu dan tidak digunakan untuk
ruang sesuai fungsi utamanya.
ayat (2)
antara lain rumab sakit, rumab
Yang dimaksud dengan
-117 -
Pasal 129 dan 130
Cukup ielas.
"
1
. ,'c.':.
-118-
Tahun 1992 No. 23
Seri : B Nomor : 2
LD Tahun 1992 No. 23
Pasal 133 ayat (I)
Pasal 131 ayat (I) huruf a
huruf b
Yang dirnaksud dengan konsep dasar ialah
pendekat an, asumsi dan atau penyederhanaan
sebagai dasar pereneanaan dan perhitungan
struktur bangunan.
Contoh dari data pokok antara lain data
tentang jenis struktur, jenis mutti bahan,
huruf e
huruf d
huruf e
huruf f
ayat (2)
ukuran dari bagian'bagian struktur.
Pasal 134 s.d. 136
Yang dirnaksud beban vertikal ialah beban
akibat gaya gravitasi, sebagai eontoh beban
mati, beban hidup.
Yang dirnaksud beban khusus ialah getaran
mesin, beban kejut.
Pasal 137 ayat (I)
Cukup jelas.
Yang dirnaksud dengan struktur pokok ialah
bagian struktur bangunan yang berfungsi
menerima dan meneruskan seluruh beban
yang bekerja pada' bangunan tersebut yang
apabila terjadi kelainan dan atau gangguan
akan mempengaruhi stabilitas dan kekuatan
sebagian dan atau seluruh bangunan.
Yang dimaksud dengan struktur pelengkap
adalah bagian dari struktur bangunan yang
Pasal 140'
ayat (2)
Pasal 138 dan 139
Pasal 141 s.d. 150
Pasal 151 ayat (I) dan (2)
ayat (3)
berfungsi menerima dan meneruskan beban
yang bekerja, yang apabila terjadi kelainan
dan atau gangguan akan mempengaruhi
kekuatan struktur pelengkap dan tidak mempengaruhi pada stabilitas bangunan.
huruf g
ayat (2)
Pasal 132 ayat (I)
ayat (2)
ayat (4) dan (5)
Pasal 1-52
Pasal 153 ayat (1)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Yang dimakaud dengan analisis dinamis ada·
lah perhitungan yang berdasarkan atas besarnya gaya yang merupakan fungsi dari waktu
(gaya tersebut berubah-ubah menurut satuan
waktu).
Yang dimaksud dengan analisis statis adalah
perhitul1llan yang berdasarkan atas besamya
gaya tetap (tidak berubah ubah).
ayat (2)
Pasal 154
_119 -
Seri : D Nomor:2
Contoh pedoman stan dar teknis atau ketentuan yang berlaku umum di Indonesia antara
lain Peraturan Beton Indonesia (PBI), Peraturan Pereneanaan Tanah Gempa Indonesia
untuk Gedung (pPTGIUG), Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (pPIUG).
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Contoh beban hidup antara lain beban akibat
getaran mesin, getaran lalu-lintas kendaraan.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan analisis tiga dimensi
ialah analisis yang berdasarkan ruang (sumbu
X,Y,Z).
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Contoh ruang-ruang yang mempunyai resiko
bahaya kebakaran tinggi, antara lain ruang
ketel uap (boiler), ruang pembangkit tenaga
listrik, dapur utama, ruang mesin, ruang cud
kering (dry cleaning), ruang pengasap.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Yang dirnaksud dengan sarana jalan keloar
dapat berupa pintu keluar, koridor, lobi,
tangga kebakaran, tanda petunjuk jalan keluar.
Cukup jelas.
a. eontoh bangunan kelas A, ialah antara
lain hotel, pertokoaiJ. dan pasar raya,
perkantoran, rumah sakit dan perawatan,
bangunan industri, tempat hiburan, mu-
seum, bangunan dengan penggunaan eampuran ;
b. eontoh bangunan kelas D, lalah antara
lain perumahan bertingkat, asrama, sekolah, tempat ibadah ;
W Tabun 1992 No. 23
-122-
Pasal 242 dan 243
Cuku p je las.
Pasa! 244 ayat (1)
Yang dimaksud dengan keahlian kIlusus
ia!ab antara lain keahlian pengelasan, pemasangan dan penarikan kabel pratekan, pe_
masangan batu tempel pada bangunan tinggi.
ayat (2)
Pasa! 245 s.d. 247
Pasa! 248 ayat (I)
LD Tabun 1992 No. 23
Seri : B Nomor: 2
Contoh pereobaan pembebanan antara lain :
pereobaan pembebanan pondasi, blok, plat,
dan struktur lainnya.
ayat (4) dan (5)
I
'1
ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 249 s.d. 253
Cukup jelas.
Pasa! 254 ayat (1)
Yang dimaksud dengan pengawasari pembangunan ialah pengawasan terhadap bangunan selama masih dalam tahapan perencanaan
sampai dengan pelaksanaan.
ayat (2)
Cukup jelas.
ayat (3)
~ Besar
Pasal 256 ayat (I)
Yang dirnaksud dengan luas bangunan ialah
luas denab bangunan senyatanya da!arn satuan meter persegi.
ayat (I) a.l.
ayat (I) a.2.1
villara, pura ;
b. sosia! non ibadah antara lain :
- bangunan pendidlkan : sekolah (TK,
SD, SLTP dan SLTA), akademi, perguruan OOggi, pesantren/madrasab, sominari, pusdildat, perpustakaan, labacatoriuID, aula. panli asuhan ;
bangunan olah raga :
sport hall, gedung olah raga, gedung
stadion ;
bangunan kesehatan :
rumah sakit, klinik, puskesmas ;
- bangunan pemakarnan :
krematorium, rumah abu, bangunan
makam ;
bangunan kesenian/kebudayaan :
an dan golongan pembangunan.
museum, gedung kesenian ;
Retribusi pengawasan tambahan (RPT)
wajib dibayar oleh pemohoIl,sebagai
akibat tambahan pelayanan yang disebabkan adanya pemanfaatan iebih dari segi
teknis tertentu, yang ditetapkan dalarn
Peraturan Daerah inL
jaksanaan.
Cukup jelas.
Yang dirnaksud dengan bangunan .osial :
a. sosia! ibadah antara lain mesjid, gereja,
retribusi pengawasan pembangunan (RPP) yang harus dibayarkan diper·
hitungkan berdasarkan peruntukan, jenis
bangunan, luas bangunan, tinggi bangun-
Yang dirnaksud dengan pemaofaatan iebih/
kelonggaran dari segi teknis tertentu dalarn
Pasa! ini antara lain kelonggaran jarak
be bas; penambahan luas maksimum lantai,
penambahan tingkat, sepanjang kelonggaran terse but masih dapat diberikan kebi·
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Yang dirnaksud dengan konstruksi peneegahan kelongsoran antara lain turap baja (sheet
pile), turap beton, turap kayu.
Seri : B Nomor : 2
Pasa! 255
Cukup jelas.
ayat (2)
-123 -
bangunan hunian :
flat murah/sederhan. ;
- bangunan perbelanjaan :
pasar inpres.
ayat (I) a.2.2
Yang dirnaksud dengan bangunan u.aba ialah:
a. industri{pergudangan :
antara lain· industri ringan, sedang, berat,
mengganggu, home industri, bengkel/work
shop, gudang, service station, pool kendaraan, gedung parkir, termina!{.tasiun,
hanggar, petern.kan{pertanian{perikanan,
LD Tabun 1992 No. 23
-124 -
Seri : B Nomor: 2
studio, silo/tangki.
b. perdagangan/perkantoran :
antara lain perkantoran, hotel, cottage,
motel, flat/apartement mewah, pertokoan/kios, perbelanjaan/pasar. pasar raya
(shopping centre), toserba (departement
store), pasar swalayan, ruang pamer (show
room), bioskop, amusement centre/disko·
tik, pub, restoran, rumah makan, cafetaria, apotik, kantor kedutaan.
ayat (1) huruf b.o. : yang dimaksud dengan lapangan olah raga
terbuka antara iain lapangan tenis, bola
basket, voli.
ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 257 s.d. 260
Cukup jelas.
Pasal 261 ayat (I)
Yang dirnaksud dengan bangunan yang teiali
herdiri ialah bangunan yang mempunyai izin.
Untuk penetapan izin bangunan yang telah
berdiri, selain dikenakan retribusi se besar
10% RPP juga dikenakan retribusi pengawasan pembangunan (RPP) dan retribusi
pengawasan tambahan (RPT) sebagaimana
dirnaksud dalam PasaI25·9.
ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 262 s.d. 273
Cukup jela•.
Pasal 274
Dalam melakukan pengawasan atas pelaksa·
naan se bagairnana dimaksud dalam Pasal ini
Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat
meminta pertimbangan teknis kepada instan·
si terkait. seperti antara lain Dinas Tata Kota,
Dinas Kebakaran, Dinas Pekerjaan Vmum.
Pasal 275 s.d. 280
Cukup jelas.
Download