JAKAR~ LEMBARAN DAERAH IBUKOTA SERI : B NOMOR : 2 NOMOR : 23 TABUN : 1992 PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 7 TAHUN 1991 . TENTANG BANGUNAN DALAM WlLAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa ketentuan yang mengatur pelaksanaan membangun di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Bataviasche Bouwverordening (BBV 1919-1941) sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Daerah tanggal 20 Februari 1953 (Tanlbahan Berita Negara Republik Indonesia tanr,gal 24 No· pember 1953 Nomor 94, Tamball.an Nomor 61); b. bahwa Peraturan Daerah tersebut selain berasa1 dati produk zaman Belanda, materinya dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi serta tuntutan pesatnya pembangunan rlSik di wilayail Daerah Khli' sus Ibukota Jakarta; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada horuf a dan b di atas, serta untuk lebib meningkatkan upaya pengawasan dan pengendalian demi terciptanya tertib bangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan untuk memenuhi Surat I LD Tahun 1992 No. 23 -2- ill Tahun 1992 No_ 23 Seri : B Nomor: 2 Seri: B Nomor" 2 13. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Dalarn Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 640/691/PUOD tangga1 IS Februari 1983 tentang Tertib Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Bangunan, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang bangunan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Mengingat -3- Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1. Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Staatsblad 1926 Nomor 226 yang telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1940 Nomor 450 ; 2. Undang-Undang Monumen (Monumenten Ordonnantie) Staatsblad 1931 Nomor 238 ; 3. Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 ten tang Peraturan Umum Retribusi Daerah ; 4. Un dang-Un dang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-pokok Agraria ; 5. Undang-Undang nomor 5 Taliun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah ; 6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ; 7. Undang-Undang Nomor II Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus lbukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 8. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1975 ten tang Ketentu011 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; MEMUTUSKAN Menetapkan PERATURAN . DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG BANGUNAN DALAM WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM Pasa! 1 Dalarn Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Pemerintah Doorali adalah Pemerintah Daetah Khusus Ibukota Jakarta; b. Gubemur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta; c. Dewan adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; d. Dinas Pengawasan Pembangunan Kota adalah Dinas Pengawasan Pembangunan Kota Daerah Khususlbukota Jakarta; 9_ Peratilran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 1982 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pengawasan Pembangunan kota Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 10. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 1984 tentang Reneana Umum Tata Ruang Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; e. Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota adalah Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota Daerah Khusus Ibukota Jakarta; f. Petugas adalah seseorang yang ditunjuk dalam lingkungan Dinas Pengawasan Pembangunan Kota untuk mengawasi pembangunan dan atau bangunan ; II. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik' Pegawai Negeri Sipil Dalam Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; g. Peraneang bangunan adalah seorang atau sekelompok ahli dalam bidang arsitektur yang memiliki izin bekerja ; 12. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1987 tentang Penetapan Reneana Bagian Wilayah Kota untuk Wilayah Kecarnatan di Doorah Khusus Ibukota Jakarta; h. Pereneana struktur adalah seorang ahli atau sekelompok ahli dalam bidang struktur/konstruksi bangunan yang memiliki izin bekerja ; ~ i. Pereneana instalasi dan perlengkapan bangunan adalah l;eorang atau sekelompok ahli dalam bidang instalasi dan perlengkapan WTahun 1992 No. 23 W Tahoo 1992 No. 23 -4- Seri : B Nomor: 2 bangunan yang memiliki izin bekerja ; j. Direksi Pengawas ada1ah seorang alau sekelompok ahIi/badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan membangun atas penunjukan pemilik bangunan sesuanoetentuan izin membangun ; k. Pemborong adalah seorang atau badan yang melaksanakan kegiatan membangun atas penunjukan pemilik bangunan sesuai Seri : B Nomor : 2 -5," x. Bangun-bangunan adolah suatu perwujudan fisik arsitektur yang lidak digunakan untuk kegiatan manusia; y. Bangunan rendah adaIah bangunan yang mempunyai kelinggian dari permukaan tanah atau lantai dasar sampai dengan 4 lapis; z. Bangunan sedang adaIah bangunan yang mempunyai ketinggian antara 5 sampai dengan 8 lapis ; aa. Bangunan linggi adalah bangunan yang mempunyai kelinggian lebili dari 8 lapis; ketentuan izin ; I. Pengkaji teknis bangooan adaIah seorang atau sekelompok ahIi/badan yang bertugas mengkaji kelayakan bangooan daIam segala aspek teknisnya ; m. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disingkat GSJ adolah garis reneana jalan yang ditetapkan dalam reneana kola ; n. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam reneana kola ; o. Perpetakan adaIah bidang tanah yang ditelapkan batas-batasnya sebagai satuan-satuan yang sesuai dengan rene ana kota ; abo Bangunan renggang adaIah bangunan dengan tampak yang menghadap ke jaIan mempunyai jarak bebas samping terhadap batas pekarangan ; p. Reneana kota adolah reneana yang disusun dalam rangka pengaturan pemanfaatan ruang kota ; q. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka perbandingan jumiah luas lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan reneana kola ; ago Beban gempa adalah semua bebas statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang meniru pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu ; r. Koefisien Lanlai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan reneana kota ; s. lingkungan adolah bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu daIarn suatu sistem pengembangan kota seeara keseluruhan ; t. lingkungan bangunan adaIah suatu kelompok bangunan yang membentuk suatu kesatuan pada suatu lingkungan tertentu ; u. Lingkungan campuran adalah suatu lingkungan dengan beberapa peruntukan yang ditetapkan dalam reneana kota ; v. Membangun adalah seliap kegiatan mendirikan, membongkar, memperbaharui, mengganti seluruh atau sebagian, memperluas bangunan atau bangun·bangunan ; w. Bangunan adalah suatu perwujudan fisik. arsitektur yang diguna· kan se bagai wadah kegiatan manusia ; ac. Bangunan rap at adaIah bangunandengan tampak yang menghadap ke jalan tidak mempunyai jarak bebas samping ; ad. Bangunan carnpuran adaIa,h bangunan dengan lebili dati satu jenis penggunaan ; ae. Beban mati adaIah berat dati semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap ; af. Beban hidup adaIah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung ; ah. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih daIarn tekanan udara; ai. Perancah (bekisting) adaIah struktur pembantu sementara di daIam pelaksanaan suatu bangunan untuk menunjang pekerjaan struktur bangunan ; aj. Pagar proyek adaIah pagar yang didirikan pada laban proyek untuk batas pengamanan proyek selama masa pelaksanaan ; ak. Kompartemen adaIah usaha untuk meneegah penjalaran api dengan membuat pembatas dinding, lantai, kolom, baIok yang tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan ; LD Tahoo 1992 No. 23 -0- Seri : B Nomor: 2 ill Tahoo 1992 No. 23 . al. Alat pemadam api ringan adalah pemadam api yang mudah dilayani.oleh satu orang. digunakan untuk mernadamkan api pada awal terjadinya kebakaran ; am. Hidran kebakaran adalah suatu sistem peinadarn kebakaran dengan menggunakan air bertekanan dalam upaya penyelamatan, pencegahan dan perlindungan t~rhadap bahaya kebakaran ; Seri : B Nomor: 2 B AB II KETENTUAN ADMlNlSTRASI BagianPertama an. Sprinkler adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara otomatis bilarnana suhu ruang mencapai suhu tertentu ; Kewenangan ao. Pipa peningkat air (riser) adalah pipa vertikal yang berfungsi menga1irkan air ke jaringan pipa di tiap lantai dan mengalirkan air ke pipa-pipa cabang dalam bangunan ; ap. Pipa peningkat air kering (dry riser) adalah pipa air kosong dipasang dalam gedung atau areal gedung untuk memudahkan pemasukan air dari mobil pompa kebakaran guna rnengalirkan air bila teIjadi kebakaran ; aq. Pipa peningkat air basah (wet riser) adalah pipa yang secara tetap terisi air dan mendapat a1iran tetap dari sumber air yang dipasang dalam gedung atau di dalam areal bangunan ; Pasal 2 Gubernur Kepala Daerah berwenang : a. menerbitkan izin sepanjang persyaratan teknis dan administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; b. memberikan izin atau menentukan laiil dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, dengan mempertim bangkan ketertiban umum, keserasian Iingkungan, kearnanan jiwa manusia serta mempertimbangkan pendapat para ahIi ; C. ar. Alarm kebakaran adalah suatu alat pengindera dan alarm yang dipasang pada bangunan gedung yang dapat memberi peringatan atau tanda pada saat terjadinya suatu kebakaran ; menetapkan sifat atau tingkat nilai izin yang diterbitkan ; d. menerbitkan surat izin bekerja para pelaku teknis pembangunan ,. e. mengatur lebih !anjut hal-hal khusus dalam auatu perencanaan dan atau pelaksanaan pembangunan suatulingkungan ; as. Tangga kebakaran adalah tangga yang rlirencanakan khusus untuk menyelamatkan jiwa manusia pada waktu terjadi kebakaran ; at. Pintu kebakaran adalah pintu yang langsung menuju ke tangga kebakaran atau jalan ke luar dan hanya dipergunakan apabila terjadi ke bakaran ; au. Ketahanan terhadap api adalah sifat dari komponen struktur untuk tetap bertahan terhadap api tanpa kehilangan fungsinya sebagai komponen struktur, dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalarn jam; avo Kornponen struktur utarna adalah bagian-bagian bangunan godung yang memikul dan menemskan beban ke pondasi ; aw. Komponen struktur ada1ah bagian-bagian bangunan gedung baik yang memikul beban maupun tidak ; ax.. Instalasi dan perlengkapan bangunan adalah instalasi dan perlengkapan pada bangunan, bangun-bangunan dan atau pekarangan yani digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, keselamatan, komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. -7- f. menghentikan atau menutup kegiatan di dalam suatu bangunan yang dinilai belum dilaksanakan sehagairnana dimaksud pada humf a Pasal ini, sampai yang bertanggung jawab atas bangunan tersobut memenuhi persyaratan yang ditetapkan ; g. memerinrahkan pem1lik pekarangan untuk rneninggikan atau merendahkan pekarangan sehingga seras! dengan sarana dan prasarana Iingkungan yang ada ; h. memerintahkan untuk melakukan perbaikan·perbaikan terbadap bagian bangunan, bangun-bangunan dan pekarangan ataupun suatu Iingkungan untuk pencegahan terhadap gangguan keschatan dan kesolarnatan jiwa manusia ; i. memerintahkan, menyetujui atau menolak dilakukannya pern. bangunan, perbaikan atau pembongkaran sarana atao prasarana Iingkungan oleh I.'emilik bangunan .tau tanah ; ; ~.(J j. rnenetapkan pembebasan terhadap keputusan peruntukan sobidang tanah yang terny"ta dalam batas waktu 5 tahun keputus- Seri : B Nomor: 2 -8- ill Tahun 1992 No. 23 . ill Tahun 1992 No. 23 formulir dan .melengkapi persyaratan yang ditelapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. an peruntukan tersebut belum dapat dilaksanakan ; k. dapat rnenetapkan kebijaksanaan terhadap lingkungan khusus atau lingkungan yang dikhususkan dari ketentuan-ketentuan yang diatur da1am Peraturan Daerah ini dengan rnernpertirn· bangkan keserasian lingkungan dan atau kearnanan negara ; I. dapat menetapkan bangunan tertentu untuk menarnpilkan Pasa1 6 (I) Perrnohonan izin membangun dan alau menggunakan bangunan diajukan secara lertulis oleh pemohon kepada Gubernur Kepala Daerah. (2) Tala cara dan persyaralan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini ditelapkan oleh Gubemur Kepala Daerab. (3) Proses pembuatan Surat Izin dari GubemUT Kepala Daerab dalam waktu selambat-Iambalnya 3 (liga) bulan harus sudah selesai. . arsitektur berkultur Indonesia. Pasa1 3 Gubemur Kopala Daerah menetapkan : a. prosedur. dan persyaratan serta kriteria teknis tentang jenis, penarnpilan bangun-bangunan ; b. sebagian bidang pekarangan atau bangunan untuk penempatan, pemasangan dan perneliharaan prasarana atau sarana lingkungan kota demi kepentingan umum ; c. kebijaksanaan teknis secara khusus terhadap bangunan yang sebagian Iahannya ditetapkan untuk digunakan bagi kepenting- anwnwn. Pasa! 4 Gubemur Kepala Daerah atau petugas yang ditunjuk menjalankan tugasnya berwenang memasuki halaman, pekarangan dan atau bangunan. Pasa1 7 Alas permohonan yang bersangkulan Gubemur Kepala Daerah dapat memberikan izin mernbangun dan atau menggunakan dan at3u kelayakan menggunakan bangunan secara bertahap, sepanjang tabapan kegiatan pelaksanaan bangunan tersebut memenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. Pasa] 8 (1) Permohonan izin mcmbangun dan atau mcnggunakan bangunan dan atau kclayab.n mcnggunakan bangunan di· langguhkan penyelcsaiannya, jika pemohon tidak melengkapi dan atau mcmcnuhi persyaratan dalarn .iangka waktu yang dilelapkan. (2) Apabila lerjadi sengkela yang ada hubungannya dengan persyumtan izin mernbangun dan atau menggunakan dan atau kclayakan menggunakan bangunan, penyelcsaianpennohonan i7.in dimaksud dapal ditangguhkan sampai ada penyelcsai· an sengketa. (3) Keputusan penangguhan penyelesaian izin sebagaimana dimaksud pada ayal (2) Pasal ini diberitahukan secara lertulis kepada pemohon dengan disertai alasan. (4) Permohonan i7.in yang dilangguhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini selelah lewat waktu 12 bulan sejak tanggal penangguhan dapa! ditolak dengan sural pemberitahuan disertai alasan penolakan. Bagian Kedua Perizinan Pasa! 5 (I) (2) (3) Setiap kegiatan membangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan da1am witayah Daerah Khusus !bukota Jakarta harus memiliki izin dari Gubemur Kepala Daerah. Selain .harus mernenuhi izin sebagairnana dimaksud pad. ayat (I) Pasa! ini harus dipenuhi pula ketentuan lain yang berkaitan dengan kegiatan mendirikan bangunan. Permohonan izin membangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan sebagairnana dimak· . sud dalarn ayat (I) dan (2) Pasa! ini,diajukan dengan mengisi Seri : B Nomor : 2 -9- r Seri : B Nomor : 2 • -10 - W Tabun 1992 No. 23 LD Tahun 1992 No. 23 f. Pa'" e. dalam waktu selama·lamanya 6 bulan temyata suatu keharusan yang berdasarkan peraturan tidak dipenuhi : 9 Gubemur Kepala Daerah dapat menolak permohonan izin meHl· bangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan, apabila : . d. pelaksanaan pekerjaan telah dihentikan selama 12 bulan berturut·turut dan tidak dilanjutkan lag\. (2) a. berdasarkan ketentuan yang berlaku kegiatan menggunakan dan atau berdirinya bangunan akan melanggar ketertiban umum atau merogikan kepentingan umum ; b. kepentingan pemukirnan masyarakat setempat akan dirugikan atau penggunaannya dapat membahayakan kepentingan umum, kesehatan dan keserasian lingkungan ; (1) (2) Gubemur Kepala Daerah dapat membekukan izin mem· bangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggu· nakan bangunan yang telah diterbitkan, apabila kemudian temyata terdapat sengketa, pengaduan dari pihak ketiga atau pelanggaran. atau kesalahan teknis dalam membangun. (I) (2) 3. izin membangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan diterbitkan berdasarkan kelengkapan persyaratan Izin yang diajukan dan kete· rangan pemohon, yang temyata kemudian tidak benar ; b. pelaksanaan pem bangunan dan atau penggunaan bangun· an menyimpang dari ketentuan atau persyaratan yang tercantum dalam izin ; sanaan bangunannya, atau pekerjaan yang telah dilaksana· kan tidak diteruskan dan dianggap hanya berup" pekerjaan persiapan, kecuali ada pemberitahuan secara tntulis dari pemegang izin. Jangka waktu sebagairnana dimaksud pada ayat (I) Pasal inr dapat diperpanjang dengan mengajukan permohomm. Pasa( 13 Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat memberikan izin khusus untuk bangunan semen tara. Keputusan pembekuan izin diberitahukan seeara tertulis kepada pemegang izin dengan disertai alasan, setelah peme· gang izin diberikan kesempatan untuk memberikan pen· jelasan. Gubemur Kepala Daerah dapat meneabut izln membangun dan atau menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan apabila : Izin mendirikan bangunan batal apabila dalam jargka waktu 6 bulan setelah tanggal penetapan izin belum dirrulai pelak- Baglan Ketiga Tertib Pembangunan dan Bangunan Pasal 14 Pasal 11 (I) Keputusan peneabutan izin diberitahukan seeara tertulls kepada pemegang izin dengan disertai alasan, setelah peme· gang izin diberi kesempatan untuk mengemukakan alasan. Pasal 12 e. pemohon belum atau tidak melaksanakan perintah tertulis yang diberikan sebagai salah satu syarat diprosesnya permohon· an. Pasal 10 Seri : B Nomor : 2 -11- Setiap bangunan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam izin membangun dan atau menggu-uakan bangunan, hams dibongkar atau dilakukan penyesuaian·penyesuaian se· hingga memenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 15 (I) GSB yang telah ditetapkan dalam reneana kota tidak boleh dilanggar dalam mendirikan atau memperb:iharui seluruhnya atau sebagian dari bangunan. r i Seri : B Nomor : 2 -12- LD Tahun 1992 No. 23 Apabila GSB sebagaimana dimaksud pada ayal (1) Pasal ini belum dilelapkan dalam reneana kola, Gubemur Kepala Daerah dapal menelapkan GSB yang bersifal semenlara unluk lokasi ler50buI pada seliap permohonan bangunan. (2) amanan (2) GSB yang disyaralkan dalam izin membangun sebagaimana dimaksud pada ayal (2) Pasal ini dipalok di lapangan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola. (3) -13- LD Tahun 1992 No. 23 dalam Seri : B Nomnr: 2 pencegahan penanggulangan kebakaran. Peraneangan dan perencanaan bangunan harus dilakukan dan diperlanggung jawabkan oleh para ahli yang memiliki sural izin bekerja, sesuai bidangnya masing-masing terdiri dari : 3. perancang arsitektur bangunan ; b. perencana struktur bangunan ;. e. pereneana inslalasi dan perlengkapan bangunan. Pasal 16 Bangunan lertentu berdasarkan letak, benluk, ketinggian dan penggunaannya harus dilengkapi dengan peralalan yang berfungsi sebagai pengamanan lerhadap lalu-linlas udara atau lalu-lintas laut. (3) Pasal 19 (I) Daiam setiap peraneangan dan pereneanaan bangunan, pcmilik bangunan diwajibkan menunjuk ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, keeuali untuk bangunan lerlenlu dilelapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. . (2) Pemilik bangunan wajib memberilahukan seeara iertulis kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola, apabila lerjadi penggantian peraneang dan alau pereneanaan bangunan. Pasal 17 Kegiatan yang tidak memerlukan izin adalah : pekerjaan yang termasuk dalam pemeliharaan dan perawatan bangunan yang bersifat biasa ; b. mendirikan kandang pemeliharaan binatang atau bangunbangunan di halaman bel~kang dan isinya tidak lebih dari 3. Surat izin bekerja 50bagaimana dimaksud pada ayal (2) Pasal ini dilelapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. Pasal 20 12 m3 ; c. bangun·bangunan di bawah tanah ; d. perbaikan-perbaikan yang ditentukan oleh Gubernur Kepala Daerah. (1) a. gambar rancangan arsitektur dan atau; Bagian Keempal b. gambar dan perhilungan struktur dan alau'; Pengendalian Pembangunan dan Bangunan e. gambar dan perhitungan inslalasi dan bangunan dan atau ; Paragraf 1 Pengendalian Rancangan dan Reneana Bangunan Sctiap perancangan dan perencanaan bangunan selain harus mcmenuhi kctentuan teknis yang berlaku. juga hams mempertimbangkan segi keamanan, keselamatan, keserasian bangunan dan Iingkungan baik dari segi arsitektur, kong· truksi, instalasi dan perlengkapan bangunan termasuk ke- perlengkapan d. gambar dan perhilungan lain yang dilelapkan. (2) Gambar dan perhilungan sllUklur, instalasi dan perlengkapan bangunan harus 50suai dan tidak menyimpang dari garnbar rancangan arsitektur. (3) Penyajian raneangan dan reneana bangunan sebagaimana dimaksud pada ayal (I) Pasal ini diwujudkan dalam gambar yang jelas dengan dilengkapi ukuran, penjeiasan penggunaan ruang, bahan serla menyalakan letal< garis 50mpadan dan Pasal 18 (1) Gambar raneangan dan reneana bangunan anlara lain lerdiri dari : s~jenisnya. LD Tahoo 1992 No. 23 (4) Seri : B NomOI': 2 -14 - Penyajian rancangan dan rencana bangunan ootuk pem· baharuan, perluasan atau perubahan, harus digambar dengan jelas, baik keadaan yang ada, maupun pembaharuan, perluas. an atau perubahah dirnaksud. LD Tahoo 1992 No:23 (2) Rancangan arsitektur suatu bangunan atau kompleks bangun· an, harus serasi dengan keseluruhan bangunan yang terdapat di lingkungannya. Dokumen lama yang ada dan masih memenuhi persyaratan dapal digunakan sebagai dasar perancangan, perencanaan bangunan dan sebagai kelengkapan persyaralan pennohonan izin baru. Pasa! 22 (I) (2) Gubemur Kepala Daerah berwenang mengatur bagian·bagian kota, kelompok bangunan atau bangunan sepanjang jalan terlentu mengenai ketinggian, besar sudut dan besar jalur· jalur atap (dak overstek). (I) Pelaksanaan kegiatan membangun haros dilakukan oleh pemborong dan diawasi oleh direksi pengawas yang memiliki sural izin bekerja dan berlanggung jawab atas hasil pelaksanaan kegialan lersebut. (2) Kelentuan len tang pemborong dan direksi pengawas sebagaimana dirnaksud pada ayat (I) Pasa! ini, diletapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 25 (I) Pemborong dan direksi pengawas berlanggung jawab alas kesesuaian pelaksanaan lerhadap persyaralan yang lercanlum dalam izin. (2) Direksi pengawas harns melaporkan dirnulainya kegialan membangun dan hasil lahapan kegialan membangun secara lerinei kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola. (3) Apabila terjadi penyimpangan dalam kegialan membangun dan alau terjadi akibat negatip lainnya, direksi peng.was hams mcnghentikan pelaksanaan kegiata!l membangun dan melaporkan kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. Gubemur Kepala Daerah menelapkan ketenluan teknis lebili lanjut tentang perletakan bangunan serta teknis peru· bahan dan penambahan bangunan, dengan letap memperhatikan keserasian dan kelestarian lingkungan serta kaidah perencanaan kota. Pasa! 2.6 Pengendalian Pelaksanaan Bangunan Segala kerugian pihak lain yang lirnbul akibal pelaksanaan kegial· an membangun, menjad! beban dan taoggung jawab pemborong dan alau pemilik bangunan. Pasa! 23 Bagian Ke1ima Pamgraf 2 (I) Pelaksanaan kegiatan membangun harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin membangun. . (2) Setiap pelaksanaan kegialan membangun hams menjaga keamanan, keselamatan bangunan dan lingkungan serta tidak boleh mengganggu ketentraman dan keselamatan masyarakat sekitamya. Tata eara dan persyaratan pelaksanaan kegiatan membangun sebagaimana dirnaksud pada ayat (I) Pasa! ini diletapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. (3) Seri :'B NOOIor : 2 P.....t 24 Pasal 21 (I) -15 - Paragraf 3 Pengenda1ian Penggunaan Bangunan P.....t 27 (I) Setiap bangunan yang lelah berdiri hams memenuhi persyaralan leknis, keamanan, keselamalan, keserasian bangunan, lingkungan, baik dari segi arsilektur, konslruksi, inslalasi dan perlengkapan bangunan serla memudahkan pengarnatao dan pemelibaraan bangunan. LD Tabun 1992 No. 23 (2) (3) LD Tabun 1992 No. 23 . Seri: B Nomor : 2 -16 - Pasat 32 Setiap bangunan yang telah selesai dibangun sebelum diguna· kan atau dihuni harus terlebih dahulu mempunyai izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan. Izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini diberikan apabila ketentuan dalam izin membangun telab dipenuhi dengan mempertimbangkan segi administratip dan laporan pelaksanaan yang dibuat oleh direksi pengawas, serta hasil pengkajian oleh pengkaji telmis bangunan. Pasa! 28 Gubemur Kepala Daerab menetapkan berlakunya izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan dengan memperhatikan sifat keputusan izin membangun. Gubemur Kepala Daerab dapat memerintabkan dalam suatu bangunan umum atau lahannya, untuk menyediakan temp at guna penempatail fasilitas umum. I Paragrat 4 Pemeliharaan Bangunan, Bangun-bangunan dan Pekarangan I Pasa! 33 (I) Pasa! 29 Setiap perubaban fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan harus mendapat izin dari Gubemur Kepala Daerab dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2). (2) (3) PasaJ 30 Setiap penggunaan bagian bangunan yang masih dalam tahap pelaksanaan, dapat diizinkan sepanjang bagiari bangunan dimaksud tidak menyimpang dari persyaratan yang .tercantum pada izin membangun dan telah dipenuhinya persyaratan pelengkapan bangunan untuk bagian tersebut. Pasa! 31 Gubemur Kepala Daerab dapat memerintahkan menutup atau melarang penggunaan suatu bangunan yang tidak memenuh! persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Per.turan Daerah ini, apabila menumt pertimbangannya dapat meriimbulkan gangguan bagi kaarnanan dan katertiban umum sampai yang bertanggung jawab atas bangunan tersebut, memenuhi persyaratan yang eli· tetapkan. Seri : B Nomor : 2 - 17- Bangunan, bangun-bangunan, atau bagian bangunan dan pe· karangan harns dalam keadaan terpelihara sehingga dapat tetap digunakan sesuai dengan fungsi dan persyaratan dalam izin yang telab dikeluarkan serta tidak mengganggu segi ke sehatan dan kebersihan. Dalarn hal pemeliharaan bangunan, pekarangan dan bangun· bangunan yang memerlukan keahlian, harus dilaksanakan oleh pelaku tekni, bangunan sesuai dengan bidangnya. Tata cara dan persyaratan pemelibaraan bangunan, bangunbangunan dan pekarangan ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. Pasa! 34 (1) Pemilik bangunan atau pekarangan wajib melaksanakan atau mengizinkan dilakukannya pekerjaan-pekerjaan yang menurut Gubemur Kepala Daerah dianggap perlu berdasarkan pernberitahuan secara tertulis. (2) Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang tercantum dalam pemberitabuan. Pasal 35 Gubemur Kepala Daerah dapat memberi kelonggaran tekni' pada pembabaruan seluruh atau sebagian dari bangunan, jika dengan pembabaruan terse but didapat keadaan atau lingkungan yang lebih baik. ill Tahun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 -18 - ill Tahun 1992 No. 23 Seri : B Nomor : 2 Pasal 39 Pasa! 36 Gubemur Kepala Daerah dapat memerintahkan kepada pemilik atau penghuni bangunan untuk memperbaiki bangunannya baik sebagian atau' keseluruhan, jika menurut pendapat Gubemur Kepala Daerah keadaan tersebut tidak memenuhi syarat kelayakan untuk dihuni. -19 - Terhadap kegiatan membangun bangunan danatau bangun·bangun· an yang terkena k,tentuan peremajaan lingkungan, Gubemur Kepala Daerah dapat memberikan pengecualian apabila bangunan dan atau bangun-bangunan terse but dinyatakan sebagai bangunan yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya. BAB III Pasa! 37 KETENTUAN TEKNIS BANGUNAN (I) (2) (3) (4) m Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan suatu bangun· an balk sebaglan atau seluruhnya tidak iayak dihuni atau digunakan jika ditinjau dari struktur bangunan dapat memo bahayakan penghuni dan atau lingkungan (bouwvallig). Gubemur Kepala Daerah dapat memerintahkan penghuni untuk segera mengosongkan dan menutup bangunan se· bagalmana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini dalam jangka waktu tertentu serta mengumumkan status bangunan ter· sebut berada di bawah pengawasan. Apabila bangunan sebagalmana dlmaksud pada ayat (I) Pasal ini sudah dikosongkan, pembongkaran dilakukan sendiri oleh penghuni atau pemilik dalam jangka waktu tertentu. Apabila ketentuan tertentu sebagalmana dlmaksud pada ayat (2) dan (3) Pasal ini, tidak dilaksanakan oleh penghuni atau pemilik, pelaksanaan pengosongan dan atau' pembong· karan dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah atas beban biaya pemilik bangunan. Persyaratan dan tata cara penetapan bangunan tidak layak dihuni atau digunakan sebagalmana dimaksud pada ayat (I) Pasa! ini ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasa! 38 (I) (2) Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan daerah-daerah, bangunan dan atau bangun-bangunan yang memiliki nilai sejarah atau kepurbakalaan, budaya dan arsitektur yang lingg!, sebagai daerah pemugaran yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya. Gubemur Kepala Daerah menetapkan kriteria persyaratan terhadap bangunan serta bangun-bangunan sebagalmana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini. Baglan Perlama Ketentuan Arsitektur Lingkungan Pasa! 40 (I) Setiap bangunan harus sesuai dengan peruntukan yang diatm dalam reneana kota-. (2) Penggun.an jenis bangunan pada lingkungan peruntukan sebagalmana dirnaksud pada .yat (I) Pasal ini, dimungkin· kan adanya penggunaan lain sebagai pelengkap atau pen un· jang kegiatan utarna yang diatur sesual tabel pada lam pi ran I Peraturan Daerah ini. (3) Setiap bangunan yang didirikan pada daerah peruntukan campuran. hams aman daTi bahaya pencemaran lingkungan dan bahay. kebakaran. Pasal 41 (I) Tata letak bangunan dalam snatu bagian lingkungan harus dirancang dengan memperhatikan keserasian lingkungan dan rnernudahkan upaya penanggulangan bahaya kebakaran. (2) Pada lokasi-lokasi tertentu Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan pengarahan rencana tata lctak. bangunan dalam suatu bagian lingkungan. Pasal 42 .Gubernur Kepala Daerah dapat rnen~tapkan suatu lokasi khusus untuk bangunan fasilitas urnum, dengan tetap mernperhatikan keamanan, kesehatan, keselamatan serta keserasian lingkungan. LD Tabun 1992 No. 23 LD Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor : 2 - 20- Penempatan bangun·bangunan, tidak boleh mengganggu ketertib· an umum, lalu·lintas, prasarana kota dan pekarangan, bentuk arsitektur bangunan dan lingkungan, rerta harus memenuhi kekuat· an struktur dengan memperhatikan keserasian, keselamatan dan ke· amanan lingkungan. (I) Bangunan yailg didirikan harus memenuhi persyaratan KDB dan KLB sesuai dengan rencana kola yang ditetapkan. (2) Gubernur Kepala Daerab dapat memberikan kelonggaran ketentuan sebagaimana dhnaksud pada ayat (I) Pasal ini untuk bangunan perumaban dan .bangunan sosial dengan memperhatikan keserasian dan arsitektur lingkungan. Pasa! 44 (2) Pasa! 49 Pada daerab tertentu Gubernur Kepala Daerab dapat menetapkan ketentuan khusus tentang pemagaran bagi suatu pekarangan kosong atau sedang dibangun, serta pemasangan papan-papan nama proyek dan sejenisnya dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, keindahan dan keserasian lingkungan. Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan suatu lingkungan bangunan dimana tidak diperkenankan membuat batas fisik atau pagar pekarangan. (I) Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana perpetakan yang diatur dalam rencana kota. (2) Apabila perpetakan tidak dipenuhi -atau tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB diperhitungkan berdasarkan luas tanah di belakang GSJ yang dimiliki. (3) Penggabungan atau pemecaban perpetakan dimungkinkan dengan ketentuan KDB dan KLB tidak dilampaui, dan dengan memperhilungkan keadaan lapangan, keserasian dan keamanan lingkungan serta memenuhi persyaratan teknis yang telab ditetapkan. Pasa! 45 Pada lingkungan bangunan tertentu Gubernur Kepala Daerab dapat menetapkan ketentuan penggunaan setiap lantal dasar atau lantai lainnya pada bangunan, untuk kepentingan umum. Pasal 50 Untuk lanab yang belum atau tidak memenuhi persyaratan luas minhnum perpetakan, Gubernur Kepala Daerab dapat menetapkan lain dengan memperhatikan keserasian dan arsilektur lingkungan. Pasa! 46 Pada daerab atau lingkungan tertentu Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan tata cara membangun yang harus diikuti dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, keindaban dan keserasian lingkungan. Pasa! 51 (I) Salah satu sisi pekarangan harus herbatasan dengan jalan umum yang telab ditetapkan dengan 1ebar minhnal 3 m. (2) Letak pintu masuk utama bangunan harus berorientasi ke jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini. Pasa! 47 (1) (2) Setiap bangunan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang mengganggu, harus dilengkapi dengan an~­ sis mengenai dampak lingkungan. Setiap bangunan yang menghasilkan limbah atau buangan lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran, harus dilengkapi dengan sarana pengolab limbah sebe1um dibuang ke saluran umum. Seri : B Nomor : 2 Pasa! 48 Pasa! 43 (1) - 21- ~f· (1) GSB ditetapkan dalam rencana kota. .r (2) Gubernur Kepala Daerah dapat menelapkan lebih lanjut tentang perletakan bangunan terhadap GSB, dengan memperhatikan keserasian, keamanan dan arsitektur lingkungan. r~ r I f· I,' Pasa! 52 LD Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 -22- PasaI 53 (I) (2) LD Tahun 1992 No. 23 Seri : B Nomor : 2 f. ruangan dalam bangunan di bawah air harus memiliki sarana khusus bag! keamanan dan Dalam hal membangun bangunan layang di atas jalan umum, saluran dan atau sarana l"innya, hams terlebib dabulu mendapat persetujuan dari Gubemur Kepala Daerab. Bangunan layang sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini lidak boleh mengganggu kelanearan ams lalu-lintas kendaraan, orang dan barang, tidak mengganggu dan merusak sarana kota maupun prasarana jaringan kota yang berada di bawah atau di atas tanah, serta tetap memperhatikan kese· rasian dan arsitektur Iingkungan. - 23- keselamatan pemakai bangunan. Pasal 56 (1) Pada daerali hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi, letak bangunan minimal 10 m dari as jalur tegangan tinggi terluar serta tidak boleh melarnpaui garis sudut 45 0 (empat puluh lima derajat), yang diukur dari as jalur tegangan tinggi terluar. (2) Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan lain dengan memperhalikan pertimbangan paraahli. PasaJ 54 Pasal 57 Bangunan yang akan dibangun di bawah tanah yang meUntasi sarana kota harus mendapat izin Gubemur Kepala Daerah dan hams memenuhi persyaratan : (I) Bangunan yang didirikan harus berpedoman pada pola ke- . tinggian lingkungan bangunan yang ditetapkan dalarn rencana kota. (2) Gubemur Kepala Daerah demi kepentingan umum tertentu dapat 'memberi kelonggaran atas ketinggian bangunan pada Iingkungan tertentu dengan memperhatikan keserasian dan kelestarian llngkungan, KDB dan KLB serta keamanan terhadap bangunan. a. tidak diperkenankan untuk tempat tinggal ; b. tidak mengganggu fungs! prasarana Garingan kota) dan sarana kota yang ada; c. penghawaan dan pencahayaan hams memenuhi persyaratan kesehatan pada seliap jenis bangunan sesuai dengan fungsi bangunan; d. memiliki sarana khusus bagi keamanan dan keselamatan perna· kai bangunan. Pasal 58 (I) Setiap pereneanaan bangunan harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur Iingkungan yang ada di sekitarny•.. (2) Setiap bangunan yang didirikan berdampingan dengan bangunanpemugaran, hams serasi dengan bangunan pemugaran terstbut. Pasal 55 Bangunan yang dibangun di atas atau di dalam air harus mendapat izin dari Gubernur Kepala Daerah dan harus memenuhi persyaratan : a. sesuai dengan rencana kota ; b. aman terhadap pengaruh negatif pasang surut air ; e. penggunaannya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, lidak menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan sekitamya dan tidak menimbulkan peneemaran ; d. penggunaan bahan yang aman terhadap kerusakan karena air; e. penghawaan dan pencahayaan hams memenuhi persyaratan kesehatan pada setiap jenis bangunan sesuai dengan fungsi bangunan; Pasal 59 Tinggi rendah (peil) pekarangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak merusak keserasian Ungkungan atau merugikan pihak lain. W Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor : 2 -24- LD Tabun 1992 No_ 23 Pasa! 63 Pasal 60 (I) ,(2) Bagi daerab yang belum memiliki rencana teknik ruang kota, Gubemur Kepala Daerab dapat memberikan persetujuan membangun pada daerab tersebut, untuk jangka waktu sementara. (I) (2) (I) Atap bangunan dalam lingkungan bangunan yang letaknya berdekatan dengan bandara udara tidak diperkenankan dibuat dari baban yang menyilaukan. (2) Ketinggian bangunan sebagairnana dirnaksud pada ayat (I) Pasal ini, tidak diperkenankan mengganggu lalu·llntas udara. Apabila dikemudian hari ada penetapan rencana teknik ruang kota, maka bangunan tersebut hams disesuaikan dengan rencana kota yang ditetapkan, Pasa! 61 Gubemur Kepala Daerab dapat memberikan persetujuan sementara untuk mempertahankan jenis penggunaan llngkungan bangunan yang ada pada perumahan daerab perkarnpungan yang tidak teratur, sampai terlaksananya llngkungan peruntukan yang ditetapkan dalam rencana kota, Pada lokasi tertentu, Gubemm Kepala Daerah dapat menetapkan jenls bangunan dengan permanensi tertentu yang bersifat sementara, dengan mempertirnbangkan segi keaman-. an, pencegahar. ke bakaran dan sanitasi. Pasal 64 Setiap perancangan arsitektur lingkungan harus memperhatikan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan standar lingkungan dan persyaratan teknis yang ,berlaku. Pasa! 65 (I) Gubemur Kepala Daerah dapat menetap~an suatu daerab sebagai daerab bencana, daerab banjir, dan yang sejenisnya. (2) Pada daerab ben,ana sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasa! ini, Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan larang- an membangun atau menetapkan tata cara membangun, dengan mempertimbangkan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan. Pasal 62 (I) (2) lingkungan bangunan pada daerab yang rene ana kotanya ,belum dapat diterapkan, untuk sementara masih diperkenankan mempertabankan peruntukan dan atau jenis penggunaannya yang ada, sejauh tidak mengganggu kepentingan umum dan keserasian kota. Bangunan yang ada dalam lingkungan yang mengalami perubaban rencana kota, dapat melakukan perbaikan, sesuai dengan peruntukan dan karakter bangunan lama. (3) Apabila dikemudian hari ada pelaksanaan rencana kota, maka bangunan tersebut harus disesuaikan dengan rencana yang ditetapkan. (4) Pada llngkungan bangunan tertentu, dapat dilakukan perubaban penggunaan jenis bangunan yang ada, selama masih sesuai dengan golongan peruntukan rene ana kota, dengan tetap memperhatikan keamanan, keselamatan, kesehatan serta gangguan terhadap lingkungan dan kelengkapan fasi· lltas dan utilltas sesuai dengan penggunaan baru. Seri : B Nomor : 2 -25 - Pasa! 66 (I) Gubemur Kepala Daerab dapat menetapkan lingkungan bangonan yang mengalami kebakaran sebagai daerab tertutup dalam jangka waktu tertentu dan atau membatasi, melarang pembangonan bangunan di dalam daerab tersebut. (2) Bangunan-bangunan pada lingkungan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasa! ini, dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan, diperkenankan mengadakan perbaikan darurat, bagi bangunan yang rusak atau membangon bangunan sementara untuk kebutuhan darnrat dalam batas waktu penggunaan tertentu dan dibebaskan dari izin. (3) Gubemur Kepala Daerah dapat menentukan daerab sebagalmana dirnaksud pada ayat (I) Pasal ini, sebagai daerab peremajaan kota. Seri : B Nomor: 2 -26 - W Tabun 1992 No. 23 LD Tabuo 1992 No. 23 Seri : B NomOI: 2 -27 - PasaI 70 Bagian Kedua (1) Penambahan lantai dan atau tingkat pada suatu bangunan diperkenankan apabila masih me,menuhi batas ketinggian yang ditetapkan dalam rencana kola, sejauh tidak melebihi KLB dan harus memenuhi kebutuhan parkir serta seras! dengan lingkungannya. (2) Penarnbahan lantai tingkat dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, harns memenuhi persyaratan keamanan struklur sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerab ini. Persyllratan Arsitektur Bangunan Paragraf 1 Persyaratan Tata Ruang PasaI 67 Dalam perencanaan suatu bangunan at3u lingkungan bangunan, harus dibuat perencanaan lapak menyeluruh yang mencakup rencana sirkulasi kend.raan, orang dan barang, pola parkir, pola penghijauan, ruang terbuka, sarana dan prasarana lingkungan, dengan memperhatikan keserasian terhadap lingkungan dan Sesuai dengan standar lingkungan yang ditelapkan. PasaI 68 Tata ielak bangunan di dalam suatu tapak harus memenuhi kelentuan tentang jarak bebas, yang ditenlukan oleh jenis peruntukkan dan ketinggian bangunan. pasaI 69 (I) (2) (3) (4) Sellap bangunan harus memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan, keseiamatan dan keamanan, kesehatan, keindahan dan keserasian lingkungan. Suatu bangunan dapat terdiri dati beberapa ruangan dengan jenis penggunaan yang berbeda, sepanjang tidak menyimpang dati persyaratan teknis yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ioi. Setiap bangunan selain terdiri dati ruang-ruang fungsi utama harns pula dilengkapi dengan ruang pelengkap serta instalas! dan perlengkapan bangunan yang dapat menjamin terselenggaranya fungsi bangunan, sesuai, dengan persyaratan yang diatur dalam Peraluran Daerah ini. Lantai, dinding, langit-Iangit dan alap yang membenluk suatu ruangan baik secara sendiri·sendiri maupun menjadi satu kesatuan, harus dapat memenuhi kebutuhan fungsi ruang dan memenuhi persyar.tan kesehalan, keselani.tan dan keamanan bangunan sebagaimanadiatur dalam Per.turan Daerah ioi. Paragraf 2 Ruang Luar Bangunan PlIsal 71 Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harns digunakan sebagal unsur penghijauan dan atau daerah peresapan air hujan serta kepentingan umum lainnya. PasaI 72 Ketentuan sementara ten tang tata cara dan persyaratan membangun pada daerah-daerah yang rencana kotanya belum dapat diterapkan sepenuhnya dapat ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. Pasal 73 Bagian atau unsur bangunan yang dapat terletak di depan GSB adalah : a. detail atau unsur bangunan akJbat keragaman rancangan arsitekWr dan tidak digunakan sebagai ruang kegiatan ; b. detail atau unsur bangunan akJbal rencana perhitungan ~truktur dan alau instalasi bangunan ; c. unsur bangunan yang diperlukan sebagal sarana sirkulasi. PasaI 74 (I) Pada cara membangun renggang, sisi bangunan yang didirikan harns mempunyal jarak bebas yang tidak dibangun pada kedua sisi samping kiri, kanan dan bagian belakang yang Seri: B Nomor: 2 -28- LV Tahun 1992 No. 23 LV TahuR 1992 No. 23 berbatasan dengan pekarangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. (2) 4. rumah sedang, lebar dari batas pekarangan samping 2 m dengan kedalaman 4 m dari GSB atau sama dengan jarak anlara GSB dan GSJ ; Pada eara membangun rapat tidak berlaku ketentuan pada ayat (1) Pasal ini, keeuali jarak bebas bagian belakang. 5. rumah keeil, lebar dari batas pekarangan samping 1,50 m dengan kedalaman 3 m dari GSB alau sama dengan jarak anlara GSB dan GSJ. Pasal 7S Pada bangunap renggang, jarak bebas samping maupun jarak bebas belakang ditetapkan 4 m pada Iantai dasar, dan pada setiap penamb. !antai, jarak bebas di atasnya ditambah 0.50 m dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai meneapai jarak bebas teJjauh 12,5 m, keeuali bangunan rumah tinggal, sedangkan bangunan gudang dan industri diatur sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 81. b. jarak bebas belakang minimal : I. rumah ladang alau pedusunan 10, m sepanjang SIS' belakang pekarangan dan untuk bangunan lurutan 2 m sepanjang sisi belakang pekarangan ; 2. rumah kebun, 8 m sepanjang sisi belakang pekarangan; 3. rumah besar, 5 m sepanjang sepertiga sisi lebar perpelakan bagian belakang ; Pasal 76 (1) (2) 4. rumah sedang, 4 m sepanjang sepertiga sisi lebar perpelakan bagian belakang ; Pada bangunan rapat dari lantai satu hingga lantai empat, samping kiri dan kanan tidak ada jarak bebas, sedang untuk lantai selanjutnya harus mempunyai jarak bebas sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 75. 5. rumah keeil, 3 m sepanjangsepertiga sisi lebar perpetakan bagian belakang. Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan pola dan atau detail arsitektur bagi bangunan yang berdampingan atau berderet termasuk perubahan dan atau penambahan bangun· an. (2) Pada bangunan rumah tinggal renggang dengan bentuk perpetakan yang tidak leralur alau perpetakannya belum dialur, maka jarak bebas bangunan ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. (3) Untuk pekarangan yang belum memenum perpetakan rencana kota, maka jarak bebas bangunan disesuaikan dengan ketentuan pada ayat (1) dan atau ayat (2) Pasal ini. Pasal 77 (1) Pada bangunan rumah tinggal renggang dengan perpetakan yang sudah terator, pada denah dasar dan tingkat ditentukan: Pasal 78 a. jarak bebas samping kiri dan kanan minimal: I. rumah ladang atau pedusunan, 8 m sepanjang sisi samping pekarangan untuk bangunan induk dan untuk bangunan turutan 2 m sepanjang sisi samping pekara· ngan ; 2. rumah kebun, 5 m sepanjang sisi samping pekarangan ; 3. rumah besar, Iebar dari batas pekarangan samping 3 m dan kedalaman 5 m dart GSB atau sama dengan jarak antara GSB dan GSJ ; . Seri : B Nomor : 2 -29 - ";, i j/ , .t.. l:. (1) Pada bangunan rumah tinggal renggang salah satu sisi samping bangunan diperkenankan dibangun rapat untuk penggunaan garasi, dengan tetap memperhalikan keserasian Iingkungan. (2) Untuk pencahayaan dan penghawaan pada bagian belakang ruang garasi diharuskan ada ruang terbuka dengan luas minimal4 m2. LD Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 -30- LD Tahun 1992 No. 23 - 31- Seri : B Nomor : 2 Pasal 83 Pasal 79 (1) Pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping, sedangkan jarak be bas belakang ditentukan sebagalmana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) huruf b.5. .Dalam hal jarak antara GSB dan GSJ kurang dari jarak bebas yang ditetapkan, maka jarak bidang tampak terluar dengan GSJ pada lantal kelirna atau lebih, minimal sama dengan jarak bebas yang ditetapkan. (2) Panjang bangunan rapat maksimal 60 m, balk untuk rumab tinggal sebagalmana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, maupun bangunan bukan rumah tinggal. Pasal 84 Pasa! 80 Pada bangunan rapat setiap kelipatan maksimal 15 m ke arab dalam, harus disediakan ruang terbuka untuk penghawaan dan pencahayaan alami dengan luas sekurang-kurangnya 6 m2, dan tetap memenuhi KDB yang bertaku. (1) Pada dinding terluar lantai dua atau lebih tidak boleh dibuat jendela, kecuali bangunan terse but mempunyal jarak bebas sebagalmana diatur dalam Peraturan Daerab ini. . (2) Dalam hal dinding terluar bangunan rumab tinggal tidak memenuhi jarak bebas yang ditetapkan, dibolehkan membuat bukaan penghawaan atau pencabayaan pada ketinggian 1,8 m dari permukaan lantai bersangkutan atau bukaan penuh apabila dinding-dinding batas pekarangan yang berhadapan dengan bukaan terse but dibuat setinggi minimal 1,8 m di atas permukaan lantal tingkat dan tidak melebihi 7 m dari permukaan tanah pekarangan. (3) Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk apapun. Pasal 81 (I) (2) Pada bangunan industri dan gudang dengan tinggi tampak maksimal 6 m, ditetapkan jarak bebas samping sepanjang sisi samping kiri dan kanan pekarangan minimal 3 ffi, serta jarak be bas belakang sepanjang sisi belakang pekarangan minimal 5 m dengan memperhatikan KDB dan KLB yang ditetapkan dalam rencana kota. Tinggi tampak bangunan industri dan gudang yang lebUl dari 6 m ditetapkanjarak bebasnya sesual dengan Pasal75. Pasa! 82 Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagal berikut : a. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan ; b. dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok tertutup dan yang laln merupakan bidang terbuka dan atau berlubang, maka jarak an tara dinding tersebut minimal satu kali jarak bebas yang ditetapkan ; c. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas yang ditetapkan_ Pasal 85 (I) Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan atau memproduksi bahan peledak dan bahan-bahan lain yang sifatnya mudah meledak, dapat diberikan izin apabila : a. lokasi bangunan terletak <Ii luar lingkungan perumahan atau jarak minimal 50 m dari jaJan umum, jaJan kareta api, dan bangunan lain di sekitarnya ; b. lokasi bangunan seluruhnya dikelilingi pagar pengaman yang kokoh dengan tinggi minimal 2,5 m di mana ruang . terbuka pada pintu depan hams ditutup dengan pintu yang kuat dengan diberi papan peringatan DILARANG MASUK; c. bangunan yarig didirikan tersebut di atas harns terletak pada jarak minimai 10m dari batas-batas pekarangan dan 10 m dari bangunan lainnya ; r (2) Seri : B Nornor: 2 -32- ID Taboo 1992 No. 23 d. bagian dinding yang terlemah dari bangunan tersebut diarahkan ke daerah yang aman. Bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyim· pan atau memproduksi bahan radio aktif, racun, mudah ter· bakar atau bahan-bahan lain yang berbahaya, harus dapat menjamin keamanan, keselamatan, serta kes'ehatan penghuni dan 1ingkungannya. LD Taboo 1992 No. 23 -33 - j. ramp dan tangga terbuka dihitung 50% ..lama tidak melebihi 10% dar! luas lantai dasar yang diperkenankan. (2) "Dalam hal perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah yang di belakang GSJ. (3) Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (basement) ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. Pasa1 86 (I) Pasal 87 Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan sebagai berikut: a. perhitungan luas lantai adalah jurniah luas lantai yang diperhitungkan sampai batas dinding terluar ; b. ,luas lantai ruangan beratap yang mempunyai <finding lebih dart 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut, dihitung penuh 100%; e. luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding tidak lebih dart 1,20 m di atas lantai ruang, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan ; d. overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka iuas mendatar kelebihannya tersebut dianggap sebagai luas lantai denah ; e. luas lantai ruangan yang mempunyai tinggi dinding lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dengan KDB yang ditetapkan, sedangkan luas lantai ruangan selebihnya dihitung 100%; f. teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dart 1,20 m di atas Iantai teras, tidak diperhitungkan ; Seri : B Nomor: 2 - g. dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diper· hitungkan seperti luas lantai di atas tanah ; h. luas lantai bangunan yang' diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB asal tidak melebihi 50% dart KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50% temadap KLB ; i. Iantai bangunan parkir diperkenankan meneapai 150% dart KLB yang ditetapkan "; (1) Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fung~ ruang dan ar~tektur bangunannya. (2) Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dati lantai penuh ke lantai penuh berikt,tnya lebih dar! 5 m, maka ketinggian bangunan dianggap ",bagai dua lantai. (3) Mezanine yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai penuh. (4) Tethadap bangunan tempa! ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah, bangunan nunumen. tal, gedung ulah raga, bangunan serba guna dan bangunan sejenis lainnya tidak berlaku ketentuan sebagaim"na dimaksud pada ayat (2) Pasai ini. Pasal 88 (I) Pada bangunan rumah tinggal, tlnggi puneak atap bangunan maksimal 12 m diukur secara vertikaJ dar! permukaan tanah pekaraqgan, atau dar! permukaan lantai dasar dalam hal permukaan tanah tidak teratur. (2) Gubemur Kepala Daerah menetapkan kekeeualian dari ke. tentuan pada ayat (I) Pasal ini bagi bangunan-bangunan yang karena sifat atau fungsinya, terdapat detail atau omamen tertentu. Pasal 89 (I) Tinggi lantai dasar suatu bangunan diperkenankan meneapai maksimal 1,20 m di atas tinggi rata·rata tanah pekarangan atau tinggi rata-rata jalan, dengan memperhatikan keserasian lingkungan. LD Tabun 1992 No. 23 m Seri : B Nomor : 2 -34- Apabila tinggi tanab pekatangan berada ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat curam atau perbedaan tinggi yang besar suatu perpetakan, maka tinggi maksimal tetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. LD Tabun 1992· No. 23 Pasal 94 di bawah titik kemiringan yang pada tanab asli lanta! dasar di- (I) (2) Pasal 90 Pada bangunan rumah linggal kopel, apabila terdapat perubahan atau penambahan bangunan harus tetap diperhatikan kaidahkaidah arsitektur bangunan kopel. (3) Tinggi tampak rumah tinggal tidak boleh melebibi ukuran jarak antara kaki bangunan yang akan didirikan sampa! GSB yang berseberangan dan maksimal 9 m. (2) Tinggi tampak bangunan rumah susun diatur sesua! dengan pola ketinggian bangunan. Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan belakang untuk bangunan renggang maksimal 3 m di atas permukaan tanah pekarangan dan apabila pagar tersebut merupakan dinding bangunan rumah tinggal bertingkat atau berfungsi sebagal pembalas pandangan, maka tinggi tembok maksimal 7 m dar! permukaan tanah pekarangan. (2) Tinggi pagar pada GSJ dan antara GSJ dengan GSB pada bangilnan rumah tinggal maksimal 1,50 m di atas permukaan tanah, dan unll/k bangunan bukan rumah tinggal termasuk untuk bangunan industri maksimal 2 m di atas permukaan tanab pekarangan. Pagar pada GSJ sebagalmana dimaksud pada ayat (2) Pasal (3) ini, harus tembus pandang, dengan bagian bawabnya dapat tidak tembus pandang maksimal setinggi 1 m di alas permukaan tanah pekarangan. (4) Untuk bangunan.bangunan tertentu GubemuI Kepala Daerah dapat menetapkan lain. (I) Pasal 92 Pada bangunan yang menggunakan bahan kaca pantul pada tampak bangunan, sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dengan memperhatikan tata letak dan orientasi bangunan terhadap matahari. Pasal 93 Pada cara membangun rapat : a. bidang din ding terluar lidak boleh melampaui batas pekarangan ,. b. struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurangkurangnya 10 em dari batas pekarangan, kecuali untuk ~angunan rumah tinggal ; c. perbaikan atau perom bakan bangunan yang semula menggunakan bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri di samping din ding batas terdahulu. Setiap bangunan bukan rumah tinggal diwajibkan menyediakan tempat parkir kendaraan sesua! dengan jumlah kebutuhan. Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan sebagalmana diatur dalam Peraturan Daerah ini. Standar jumlah kebutuhan parkir menurut jenis bangunan ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. Pasal 95 Pasal III (i) Seri : B Nomor: 2 -35 - Pasal 96 r, t (I) ~ (2) !I: <, ~ "U ii j Pintu pagar pekarangan dalam keadaan terbuka tidak boleh melebihi GSJ. Letak pintu pekarangan untuk kendaraan bermotor roda empat pacta persil sudut, minimal 8 m untuk bangunan rumah tinggal dan 20 m untuk bangunan bukan rurnah tinggal dihitung dar! titik belok tikungan. WTahun 1992 No. 23 (3) W Tuun 1992 No. 23 Seri : B NomOI: 2 -36 - (4) Bagi persil kecil yang tidak memenobi ketentuan pada ayat (2) Pasal ini, letak pintu pagar kendaraan bermotor roda empat adalah pada salah satu ujung batas pekarangan. Ruang DaIam Bangunan Jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan pada seliap jenis penggunaan bangunan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. (1) Seliap ruang dalam harus menggunakan peneahayaan dan penghawaan a1ami, yang dilengkapi dengan satu atau lebih jendela atau pintu yang dapat dibuka, dan langsung berbatasan dengan udara luar, yang persyaratannya" ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. (2) Pengeeualian ketentuan sebagaimana dimaksud pada aya! (1) Pasal ini, dibolehkan untuk bangunan bukan hunian apabila menggunakan sistem pencahayaan dan penghawaan buatan. PasaI 97 (2) Seri : B Nomor : 2 Pasal 100 Paragrat' 3 (I) -37 - Bangunan tempat linggal minimal memiliki ruang-ruang fungsi utama yang terdiri dari ruang penggunaan pribadi, ruang benama dan ruang pelayanan. Ruang penunjang dapat ditambahkan, dengan tujuan memenulii kebutuhan kegiatan pengh,uni sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utama hunian. Pasal 101 Pasal 98 (I) (2) Perubahan fungsi dan penggunaan ruangan suatu bangunan atau bagian bangunan dapat diizinkan, apabila masih memenobi ketentuan penggunaan jenis bangunan dan dapat menjamin keamanan dan keselamatan bangunan serta penghuninya. Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan, perbaikan, perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya fungsi dan atau penggunaan utama, karakter arsitektur bangunan dan bagian-bagian bangunan serta tidak boleh mengurangi atau mengganggu fungsi sarana jalan ke luar. (1) Ruang rongga atap hanya dapat diizinkan apabila penggunaannya tidak menyimpang dari fungsi ulama bangunan serta memperhatikan segi kesehatan, keamanan dan keselamatan bangunan danlingkungan. (2) Ruang rongga atap untuk mmah tinggal hams mempunyai penghawaan dan peneahayaan alami yang memadai. (3) Ruang rongga atap dilarang digunakan sebagai dapur atau kegiatan lain yang mengandung bahaya api. Pasal 102 (I) Seliap penggunaan mang rongga atap yang luasnya tidak lebib dari 50% dari luas lanta! di bawahnya, tidak dianggap sebagai penambahan tingkat bangunan. (2) Setiap bukaan pada mang atap, lidak boleh mengubah sifat dan karakter arsitektur bangunannya. Pasal 99 (I) Suatu bangunan gudang minimal harus dilengkapi dengan kamar mandi dan kakus serta ruang kebutuhan karyawan. (2) Suatu bangunan pabrik minimal hams dilengkapi dengan fasi1itas kamar inandi dan kakus, ruang ganli pakaian karyawan dan tempat penyimpanan barang, mushola, kanlin atau ruang makan dan atau niang istirahat serta ruang pelayanan kesehatan seeara memadai. (3) Penempatan fasilitas kamar mandi dan kakus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasa1 ini, untuk pria dan wan!ta harus terpisah. Pasal 103 (1) I: It i I Pada ruang yang penggunaannya menghasilkan asap dan atau gas, harus disediakan lobang hawa dan atau eerobong hawa seeukupnya keeuali menggunakan a1at bantu mekanis. LD Taltun 1992 No. 23 (2) Seri : B Nomor: 2 LD Talton 1992 No. 23 Cerobong asap dan atau gas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, harus memenuhi katentuan tentang peneegahan kebakaran. (2) -38- Paragraf 4 Unsur dan Perlengkapan Bangunan (2) (3) Lantai dan dinding yang memisahkan ruang dengan peng· gunaan yang berbeda daiam suatu bangunan, harus meme· nuhi persyaratan ketahanan api sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. Ruang yang penggunaannya menimbulkan kebisingan, maka lantai dan din ding pemisahnya harus kedap suara. Ruang pada daerah-daerah basah, harus dipisahkan dengan dinding kedap air dan dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan. (I) Penggunaan eskalator menerus hanya dapat diperkenankan untuk menghubungkan dari lantai ke lantai sampai dengan maksirnal 4 lantai. (2) Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan lain katentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini apabila segi keamanan dan keselamatan dapat dipertanggungjawabkan. (3) Sellap pemasangan eskalator harus dilengkapi dengan a1at pengaman serta peneegah bahaya menjalamya api dan asap pada saat kebakaran, keeuali eskalator sebagai penghubung utama dari lantai dasar ke lantai kedua atau dengan lantai mezanine pada tingkat yang sarna. (4) Pada perletakan eskalator terhadap unsur bangunan lainnya harus terdapat ruangan kosong minimal 20 em. Pasa! 105 Dilarang membuat iubang pada lantai dan din ding yang berfungsi sebagai penahan api, keeuaii dilengkapi a1at penutup yang memenuhi syarat ketahanan api. Pasal 106 Dinding dan lantai yang digunakan sebagai peiindung radiasi pada ruang sinar x, ruang radio aktif dan ruang sejenis, harns me~enuhi persyaratan yang berlaku. Pasal 107 Pasal 110 Setiap bangunan bertingkat harus mempunyai sistem dan atau per· alaian bagi pemeliharaa" dan perawatan bangunan yang tidak mengganggu dan membahayakan lingkungan serta aman untuk keselamatan pekerja. Pasal 111 (I) Lebar, jumlah dan lokasi saranajalan keluar dalam bangunan, harns memenuhi persyaratan bagi keselamatan jiwa manusia, dan tidak digunakan untuk fungsi atau kegiatan lain. (2) Gubemur Kepala Daerah menetapkan lebih lanjut persyaratan teknis ten tang sarana jalan ke luar. Gubemur Kepala Daerah dapat menetapkan ketentuan persyaratan tentang peralatan dan perlengkapan bangunan bagi penderita cacat. Pasal lOS (I) Bangunan yang karena sifat penggunaannya dan atau mempunyai ketinggian lebih dari 4 lantai harus dilengkapi dengan sistem transpotasi vertikal (iift). Lift yang disediakan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, minimal satu diantaranya harus berfungsi sebagai lift ke bakaran. Pasal 109 Pasa! 104 (1) Seri : B Nomor : 2 -39- Pasal 112 (I) Setiap tangga kedap asap yang harus dapat dieapai melalui ruang terbuka dengan luas minimal 10 dengan dinding pengaman pada minimal 1,20 m. berada di luar bangunan, tunggu, balkon atau teras m2 dan harus dilengkapi setiap sisi dengan tinggi r, (2) LD Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 1 -40- LD Tabun 1991 No. 13 Setlap tangga kedap asap di luar bangunan dapat mempunyai lobi yang luas permukaan lantai lobi minimal 50% dari luas penampang mellntang tangga. (4) Tangga kebakaran terbuka yang terletak di luar bangunan harns berjarak minimal I m dari bukaan dinding yang ber· dekatan dengan t""gga kebakaran tersebut. (5) larak peneapaian ke tangga kebakaran dari setiap liti!< dalam ruang efeklif, maksima! 25 m apabila tidak dilengkapi dengan sprinkier dan maksimal 40 m apabila dilengkapi dengan sprinkler. PasaI 113 Setiap tangga kebakaran tertutup pada bmgunan 5 lantai atau lebih, harus dapat melayani semua lantai mulai dari lantai bawah, keeuali ruang bawah tanah (basement) sampai lantai teratas harus dibuat tanpa bukaan (opening) keeuali pintu masuk tunggal pada liap lantai dan pintu keluar pada lantai yang berhubungan lang· sung dengan jalan, pekarangan atau tempat terbuka. Pasa! 116 Pasa! 114 Setiap tangga ruang bawah tanah (basement) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. ruang bawah tanah (basement) harus dilengkapi dengan mini· mal dua buah tangga yang menuju ke tingkat permukaan tanah dan apabila ruang terse but dipakai untuk umum, maka satu diantaranya harus langsung berhubungan dengan jalan, peka· rangan atau lapangan terbuka ; (1) larak antara landasan tangga (bordes) sampai landasan berikutnya pada suatu tangga, tidak boleh lebih dari 3,60 m yang diukur seeara vertikal. (2) Seliap tangga harns mempunyai ruang bebas vertikal (head room) lidak kurang dari 2 m yang diukur dari lantai injakan sampai pada ambang bawah struktur di atasnya. (3) lumlah anak tangga dari lantai sampai bordes atau dari bardes ke bordes minimal 3 buah dan maksimal 18 buah. Pasa! 117 b. setiap pekarangan atau lapangan terbuka yang berhubungan dengan tangga sebagaimana dimaksud pada huruf a Pasal ini, harus langsung menuju jalan umum atau jalan ke luar; . e. apabila tangga dati lantai ruang bawah tanah (basement) dan tangga dari lantai tingkat bertemu pada suatu sarana jalan ke· luar yang sama, maka harus diberikan pemisah dan tanda petunjuk jalan ke luar yang jelas.. (I) Setiap tangga untuk meneapai ketinggian 60 em ke atas harus menggunakan pegangan tangga. (2) Setlap sisi tangga yang terbuka harns menggunakan pegangan tangga. (3) Apabila pada kedua sisi tangga terdapat dinding dari ruang lain tangga dimaksud eukup menggunakan satu pegangan tangga. (4) Lebar tangga pada rumah tinggal minimal 80 em sedang untuk bangunan lainnya minimall m. (5) Apabila lebar tangga melebihi 1,80 m, maka harns ditambah pegangan tangga pada seliap jarak minimal I. m atau mak· sima! 1,80 m. . (6) Untuk tangga pada rumah tinggal, lebar injakan minima! 22,5 em dan tinggi anak tangga maksimal 20 em. Pasa! 115 (I) (2) (3) Oilarang menggunakan tangga melingkar (tangga spiral) sebagai tangga kebakaran. Tangga kebakaran dan bordes hams memiliki lebar minimal 1,20 m dan lidak boleh menyempit ke arah bawah. Tangga kebakaran harus dilengkapi pegangan (hand rail) yang kuat setinggi 1,10 m dan mempunyai lebar injakan anak tangga minimal 28 em dan tinggi maksimal anak tangga 20 em. Seri : B Nomor : 2 -41- ~ I ~!. i Pasal 118 Ii E 1 ~ I (I) Tangga mellngkar dapat digunakan pada rumah tingga! dan apabila digunakan sebagai jalan keluar maka lantai yang dilayani maksimal 36 m2. (2) Seri : B Nomor: 2 -42- LD Tabun 1992 No. 23 LD Tahun 1992 No. 23 Tangga tegak (ladder) hanya dapat digunakan sebagai sarana peneapaian ke atas atau ke bawah untuk keperluan peme· Iiharaan dan perawatan. (I) GuberouT Kepala Daerah dapat mewajibkan pada bangunan tertentu untuk menyediakan landasan helikopter (helipad) di atas pelat atap. Persyaratan lebar ramp ditetapkan sesuai dengan lebar (2) Atap bangunan yang digunakan sebagal landasan helik9pter (helipad) harus mempunyai luas Iandasan helikopter (helipad) 7 m kali 7 m, dengan ruang bebas di sekeliling landasan rata-rata 5 m, atau ditentukan lain oleh instansi berwenang. (3) Daerah landasan helikopter (helipad) dan sarana jalan keluar harus bebas dari eairan yang mudah terbakar. (4) Landasan helikopter (helipad) di atas atap dapat dieapai dengan tangga khusus dari lantai di bawahnya. (5) Penggunaan Iandasan helikopter (helipad), harus mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang. tangga. (2) (3) (4) Kemiringan ramp untuk sarana jalan keluar tidak boleh lebill dari' I berbanding 12, dan untuk penggunaan lain dapat lebill euram dengan perbandingan I berbanding 8. Apabila panjang ramp melebihi 15 m, harus disediakan satu buah landasan (bordes) dengan panjang 3 m pada setiap jarak maksimal 15 m. Pennukaan lantai ramp harus diberi lapisan kasar atau bahan anti slip. PasaI 120 (I) Lebar koridor bangunan bukan tempat tinggal minimal 1,20m. (2) Ketinggian bebas pada koridor minimal 2,20 m yang diukur dari Iangit-Iangit ke lantal. (3) Korldor harus dilengkapi randa petunjuk yang jelas ke arah sarana jalan keluar. (4) Lebar koridor yang berfungsi sebagai sarana jalan keluar minimal 1,80 m. PasaI 123 (l) Bangunan umum yang melebilli ketinggian 4 lantai harus menyediakan cerobong (shaft) untuk elektrlkal, pipa-pipa saluran air bersih dan kotor, saluran telepon dan saluran surat (mailehut) sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. (2) Bangunan tempat tinggal yang melebihi ketinggllsn 4 lantai selain persyaratan yang ditentukan dalam ayat (I) Pasal ini, perlu dilengkapi juga dengan cerobOllg sarnpah, keeuali apabila menggunakan eara lain atas persetujuan Guberour Kepala Daerah. Pasal 121 (I) (2) Seri : B Nomor : 2 Pasal 122 Pasal 119 (I) -43- PasaI 124 Ruang utilitas di atas atap(penthouse), hanya dapat dibangun apabila digunakan sebagai ruangan untuk melin· dungi alat-alat, mekanikal, elektrikal, tangki air, eerobong (shaft) dan fungsi lain sebagal ruang pelengkap hangunan, dengan ketinggian ruangan tidak boleh melebihi 2,40 m diukur seeara vertikal dari pelat atap bangunan, kecuali untuk ruang mesin lift atau ruang keperluan teknis lainnya diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan. Apabila luas lantai melebihi 50% dariluas Iantai di bawabnya maka ruang utilitas tersebut diperhitungkan sebagal penambahan tingkat 1 (I) Bangunan parkir yang menggunakan ramp spiral, diperkenankan maksirnal 5 lantai dan atau kapasitas penampungan sebanyak 500 sampai dengan 600 mobil, keeuali apabila menggunakan ramp lutus. (2) Kelonggaran ketentuan ayat (I) Pasal in! dapat diberikan oleh Guberour Kopala Daerah dengan mernpertimbangkan kepadatan/intensitas kendaraan setempat serta keserasian bangunan. (3) Dalam menghitung kapasitas bangunan parkir ditetapkan luas parkir bruto minimal 25 m2/mobit LD Tabun 1992 No. 23 (4) (5) (6) (7) SeD : B Nomor: 2 -44- Tinggi minimal ruang bebas struktur (headroom) adalah 2,25 m. Setiap lantai ruang parkir yang berbatasan dengan ruang luar harus diberi dinding pengaman (parapet) setinggi minimal 90 em dari permukaan lantai. Setiap lantai ruang parkir harus merniliki sarana transportasi dan atau sirkulasi vertiKai untuk orang. Pada bangunan parkir harus disediakan sarana penyelamatan terhadap bahaya kebakaran. (2) (2) Ketentuan lebill lanjut tentang bangun-bangunan sebagaimana tereantum dalam ayat (I) Pasal ini, ditetapkan oleh Gubernur Kopala Daerah. (I) Curahan air hujan yang langsung dari atap atau pipa talang bangunan, tidak boleh jatub keluar batas pekarangan, dan harus . dialirkan ke sumur resapan pada lahan bangunan. (2) Ketentuan teknis tentang sumur resapan sebagaimana tereantum pada ayat (I) Pasa! ini ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah, Kemiringan ramp lurus bagi jalan kendaraan pada bangunan parkir maksirnall berbanding 7. Apabila lantai parkir mempunyai sudut kemiringan, maka sudut kemiringan tersebut maksimall berbanding 20. Pasa! 126 Pada ramp lurus jalan satu arah pada bangunan parkir, lebar jalan minimal 3 m dengan ruang bebas struktur di kanan kiri minimal 60 em. Bagian Ketip PelS)'aratan Arsitektur PasaI Bagian Keempat Kotentuan StnJktur BanguDllll . Paragraf I Pada ramp melingkar jalan satu arab, lebar jalan minimal 3,65 m dan untuk jalan dua arah, lebar jalan minimal 7 m dengan pembatasan jalan lebar 50 em, tinggi minimal 10 em. (2) J ari-jaIi tengah ramp melingkar minimal 9 m dihitung dari as (3) jalan terdekat. Setiap jalan pada ramp melingkar harus mempunyai ruang bebas 60 em terhadap struktur bangunan. 130 Persyaratan teknis atau ketentuan teknis bangunan dati ketentuan arsitektur lingkungan dan arsitektur bangunan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 127 (I) SeD : B Nomor: 2 Pasa! 129 Pasa! 125 (I) -45- LD Tabun 1m No. 23 Dau Perencanaan StnJktur 8anguDlIIl PasaI 131 (1) Pereneanaan dan perhitungan struktur bangunan meneakup: a. konsep dasar ; b. penentuan data pokok ; Paragraf 5 Bangun-hangunan dan Pekarangan e. analisis struktur terhadap beban vertikal ; d. analisis struktur terhadap beban gempa, angin dan beban khusus ; Pasa! (I) 1~ Setiap bangun·bangunan baik pada bangunan atau pekarangan tidak boleh mengganggu arsitektur bangunan dan lingkungan. e. analisis bagian-bagian struktur pokok dan pelengkap ; f. pendimensian bagian-bagian struktur pokok dan pelengkap; lJ) Tabun 1992 No. 23 Seri :B Nomor' 2 -46- g. analisis dan pendimensian pondasi yang didasarkan atas hasil penyelidikan tanab dan rekomendasi sistem pondasinya. (2) lJ) Tahun 1992 No. 23 (3) (2) Analisis struktur terhadap beban gempa lIlrtuk bangunan dengan ketinggian maksimal 40 m dan atau 10 lantai dapat digunakan dengan analisis statis dan untuk bangunan ketinggian Iebih dati 40 m dan atau 10 Iantai harns dilengkapi dengan analisis dinamis. b. pembebanan sementara yaitu beban mati ditambah beban hidup, ditambah beban gempa atau angin ; c. pembebanan khusus yailu pembebanan beban khusus antara lain selisih suhu pondasi alau susut atau rangkak atau gaya senttifugal atau gaya dinamik atau ruh khusus lainnya. Apabila ketentuan perencanaan stmktur bangunan belum diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat digunakan pedoman, standar teknis atau ketentuan lainnya yang berlaku umum di 1ndonesia. (2) Apabila dalam perencanaan struktur terdapat ketentuanketentuan yang be1um dan atau tidak tercakup pada ayat (1) Pasal ini, maka dapat digunakan pedoman, standar, ketentuan atau peraturan lainnya dengan terlebib dahulu mendapat persetujuan Gubemur Kepala Daerah. tetap ditambah atau penurunan gaya rem atau peng"rub-penga- Pasa! 135 (I) .Pada perencanaan balok induk dan portal sebagai pemikul beban suatu bangunan, unluk pembebanan tetap maupun pembebanan sementara akibat gempa, beban hidupny'a dapatdireduksi dengan mengalikan koeflsien reduksi sebagaimana tercantum dalam tabel 11.1 lampira" It Peraturan Daerah ini. Pasa! 133 (I) Kombinasi pembebanan sebagaimana dimaksud pada ayat a. pembebanan tetap yaitu beban mati ditambab beban hidup; Pasal 132 Perencanaan struktur taban gempa hWs mengikuti peratllran perencanaan taban gempa untuk bangunan yang berlaku di Indonesia. Sen: B Nomor :.2 (2) Pasa! in! adalah : Gubernur Kepala Daerah dapat menetapkan pengecllalian terhadap ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (I) . Pasa! ini urttuk rwnah tinggal, bangunan umum dan bangun. an lain yang struktumya bersifat sederhana. (I) -47- (2) Pada perencanaan unsur-unsur struktur vertil al seperti kolom, dinding dan pondasi yang memikul lantai tingkat. beban hidup kumulatif yang terbagi rata dari lanlai-Iantai tingkat dapat dikalikan dengan koeflsien redcksi sesuai jumlah lantai yang dipikul sebagaimana tercantum dalam tabel 11.2 lampiran II Peraturan Daerah ini, kecuali untuk lantai gudang. ruang arsip, perpustakaan dan ruang-ruang penyimpanan lainnya. Pasa! 136 Paragraf 2 Pembebanan (1) Penentuan beban mati dari bahan bangunan dan komponcn bangunan adalah sebagaimana lercantum dalam tabel 11.3 lanlpiran II Peraturan Daerab ini. (2) Penentuan beban hidup pada lantai bangunan adalab sebagaimana tercantum dalam tabel 11.4 lampiran II Penlturan Daerab inL Pasa! 134 (1) Analisis stmktur bangunan harus direncanakan terhadap beban tetap, beban sementara dan beban khusus. (2) Analisis struktur bangunan harus direncanakan terhadap kombinasi pembebanan yang paling berbabaya yang mungkin terjadi. Seri : B Noma.: 2 -48- LDTabon 1992 No. 23 W Tilton 1992 No. 23 -49Pasa! 141 Pm 137 Beban .hidup yang bersifat dinamis harus dikalikan suatu koefisien kejut yang besamya sesuai spesiflkasi beban mini· (I) mal sebesar 1,15. Beban hidup pada atap gedung tinggi yang dilengkapi dengan landasan helikopter atau helipad, harus diambil sebesar beban yang berasal dari helikopter sewaktu mendarat dan mengodara, di luar landasan diambil minimal sebesar 200 (2) kg/m2. (I) Apabila analisis struktur bangunan menggunakan kompu leI, maka program komputer tersebut harns mendapat persetuju. an terlebib dabulu dari Kepala Dinas Pengawasan Pemba. ngtlnan kota. (2) Analisis stmktur bangunan sebagalmana dimaksud pada ayat (I) Pasa! ini, harns meneantumkan konsep dasar, data masukan dan hasil akhir. (3) Apabila akhir dati program komputer lersebut diragukan, maka analisis struktur bangunan tersebul harus dibuktikan dengan tata eara yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Peng. awasan Pembangonan Kota. Pasa! 138 (I) (2) Beban angin yang bekerja pada bangunan alau bagian ba· ngunan harus ditentukan dengan anggapan adanya tekanan positif dan tekanan negatif yang bekerja tegak lurus pada bidang.bidang yang ditinjau. Besamya tekanan posilif dan tekanan negatif sebagaimana dimaksud pada ayal (I) Pasal ini, harus mengikuti peraturan pembebanan unluk bangunan yang berlaku di Indonesia. Pasal 142 (I) nesia. Terhadap bangunan yang merupakan satu kesatuan (monolit) dengan panjang lebib dari 50 m konstruj<sinya harns di. perhitungkan terhadap perubahan soou. (3) Apabila diperlukan mar pemisah, maka jarak siar tersebul harns memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasa! ini. pasa1 139 Struklur atas harus direneanakan dengan memperhilungkan kombinasi beban.beban yang bekerja dan meneruskan ke pondasi lanpa menimbulkan lendutan, perubahan bentuk yang dapat meng· ganggu kestabilan atau menyebabkan kerusakan pada sebagian atau seluruh struktur bangunan lersebut. Pasa1 140 (I) (2) Analisis struktur bangonan dapat dilakukan dengs n 2 alau 3 dimensi sesuai konsep dasamya. Pada struktur bangunan lertentu apabila dianggap perlu, analisis slruktur bangunan harus dUakukan dengan card 3 dimensi dan atau diadakan pereobaan pembebanan sesua; persyaratan teknis dan prosedur yang berlaku. J arak minimal an tara dua bangunan yang berdekalan dan atau delatasi harns dihitung berdasarkan peraturan peren. canaan tahan gempa untuk bangtlnan yang berlaku di Indo- (2) Paragraf 3 Struktur Atas Seri : B Noma. : 2 Pasal 143 Dalam perencanaan konstruksi untuk penambahan tingkat bangun. an balk sebagian maupun keseluruhan', perencanaan konstruksi harus didasarkan data keadaan lapangan dan diperiksa kekuatan. nya teIbadap struktur utarna seeara keseluruhan. Pm 144 (I) Dalam pereneanaan rehabilitasi atau renovasi yang mem. pengaruhi kekuatan struktur maka pereneanaan kekuatan struktumya ditinjau kembali secara keseluruhan berdasarkan persyaratan struktur yang diatur dalam Peraturan Daerab ini. (2) Seri : B Nomor: 2 -50- LD Tahun 1992 .No. 23 Apabila kekuatan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini lidak memenuhi ketentuan, m3ka terhadap struktur bangurtannya harns direncanakan perkuatan dan atau penyesuaian. Parapaf 4 Struktur Hawah . WTahun 1991 No. 23 PasaI 147 (I) (2) (3) 1'8..1145 (I) (2) Rencana pondasi hams diperhilungkan ierhadap semua gaya, baik dati struklur atas maupun beban lain yang dilim· pahkan pada sistem pondasi tersebuI dan lidak mele bihi daya dukung tanah serta penurnnan yang diizinkan. (3) (4) (I) (2) Rencana pondasi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, harus diperhilungkan agar lidak merusak slabililas lanah dan bangunan sekitamya. Apabila berdasarkan penelitian kondisi lapangan, rencana pondasi tersebul pada ayat (3) Pasal ini berpengaruh terhadap lanah dan atau bangunan sekitarnya, maka harus dibuat reneana pengamanan terIebih dahulu. (2) (3) Pereneanaan basement yang diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan dan gangguan pada bangunan dan lingkungan sekitamya harus dilengkapi pereneanaan pengamanannya. Pada bangunan dengan basemenl dimana dasar galian lebih rendah dari muka air lanah, harus dilengkapi perencanaan penurunan muka air lanah (dewatering). PengecuaIian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayal (2) Pasal ini ditenlukan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. Pada ·perencanaan pondasi, besamya lendutan di kepala tiang akibat gaya horizontal maksimal 1,27 em (I> inci) kecuali dilelapkan lain oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota, Perencanaan dan penentuan sistem ·pondasi bangunan, harus didasarkan atas anallsis hasil penyelidikan.tanah atau kondisi tanah pada lokasi dimana bangunan lersebul akan dibangun, kecuali diletapkan lain oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola. Penyelidikan tanah sebagaimana dimaksud pada ayal (I) Pasal ini harus memenuhi persyaratan : a. dilaksanakan di bawah langgung jawab ahIi bidang mekanika tanah yang diakui oleh Cubemur Kepala Daerah ; b. penyelidikan tanah harus mencakup daya dukung tanah yang diizinkan serta rekomendasi sislem pondasi. (3) PasaI 146 (1) Perencanaan sambungan pada pondasi liang pancang harus mendapat persetujuan dati Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. Perencanaan pondasi tiang baja hlirus inemperhilungkan faklorkorosi sesua! dengan slandar yang berIaku. Pasal 148 Persyaratan penurunan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini terOOi dati persyaratan perbedaan penurunan dan persyaralan penurnnan total sebagaimana dimaksud dalarn tabel1l.5 dan tabel 11.6 larnpiian· II Peraluran Daenib. ini. Seri : B Nomor : 2 - 51- Tata cara dan persyaratan pekerjaan penyelidikan tanah ditetapkan Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kola. Pasal 149 (I) Apabila dianggap perIu, pada perencanaan pondasi dalam dan struktur penahan lanah harus dilakukan percobaan pembebanan sebesar 200% dari beban kerja rencana, balk untuk aksial tekan, aksial tarik dan atau beban lateral. (2) Jumlah liang pondasi untuk percobaan pembebanan aksial tok.n h.rus memenuhi persyaratan sebagai berikut . a. untuk pondasi liang bor (bored pile) minimal satu liang percobaan untuk setiap 75 liang yang ukurannya sarna; b. untuk pondasi tiang pancang dan yang sejenis minimal satu liang percobaan untuk setiap 100 liang yang ukuranoya 83oma. LD Tabun 1992 No. 23 - 52- Seri : B Nomor: 2 LD Iabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 -53 - terdapat lubang terbuka, kecuali bukaan yang dilindungi. (3) Ierhadap kondisi tanab dan beban kerja reneana tertentu, jumlah liang pondasi untuk pereobaan pembebanan aksial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasa) ini, dapat dit.tap. kan lain oleh Kepala Din.. Pengawasan Pembangunan Kota. (4) Pereobaan pembebanan lateral harus dilaksanakan pada kepala liang yang direneanakan (cut of level) dengan lendutan maksimal sebesar 1,27 em (~inci). . (5) Iata eara dan persyaratan pereobaan pembebanan selanjutnya ditetapkan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. PasaI ISO (4) (5) Pasa! 152 (1) b. alat pengindera ; e. panel indikalor yang dilengkapi dengan : 1. fasilitas kelompok alarm ; Bagian Kelima 2. sakelar penghubung dan pemutus arus ; Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya 3. fasilitas pengujian batere dengan volt meter dan ampere meter; K.bakalllll Paragraf 1 (2) PasaI 151 (I) (2) (3) Setiap bangunan harus dilengkapi peralatan pencegahan ter. hadap bahaya kehakaran serta penyelarnatan jiwa manusia dan lingkungannya, sesuai dengan jenis dan penggunaan bangunannya. (3) d. peralatan bantu lainnya. Setiap alarm kebakaran yang dipasang pada bangunan, harus selalu siap pakai dan pemasangannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan jenis alat pengindera yang digunakan harus sesuai dengan penggunaan ruang yang akan dilindungi. Paragraf 2 Persyaralan Iahan Api dan Perlindungan Ierhadap Api Setiap fungsi ruang dan .atau penggunaan bangunan yang mempunyai risiko bahaya kebak8f811 linggi harus diatur penempatannya sehingga apabila terjadi kebakaran dapal dilokalisir. Ruang lain yang mempunyai risiko kebakaran tinggi pada bangunan hams dibatasi oleh dinding alau lantai kompar. temen yang ketahanan apinya minimal 3 jam, dan pada dinding alau lantai kompartemen lersebul lidak boleh Setiap bangunan sedang dan tinggi harus dilindungi oleh 8uatu sistem alann otomatis yang sekurang-kurangnya mempunyai : a. lonceng atau sirene dan sumber tenaga batere cadangan ; Pada pereneanaan pondasi dengan sistem yang baru atau belum lazim digunakan, mob kemarnpuan sistem tersebut dalam menerima beban-beban struktur di atasoya serta beban-beban lainnya harus dibuktikan dengan eara yang disetujui oleh Kepala Din.. Pengawasan PemJjangunan Kota. Penyarat811 KellDlllllllD Ruang Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini harus dilengkapi dengan pengukur panas dan harus dirawal dan atau diawasi, sehingga suhu dalam ruangan tersebut lidak melebilli balas maksimal yang telah ditentukan. Setiap ruangan instalasi listrik, generalor, gas turbin atau instalasi p.mbangkit tenaga listrik lainnya serta ruangan penyimpanan cairan gas atau bahan yang mudah menguap dan terbakar, harus dilindungi dengan s!stem pencegahan kebakaran manual dan atau sistem pemadaman otomatis. pasa) 153 (I) Sarana jalan ke luar untuk kebakaran harus diupayakan dan direncanakan bebas asap. LD Tahoo 1992 No. 23 (2) -54- LD Tahoo 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 Ruang bawah lanah, ruang lerlulup, langga kebakaran dan alau ruang lain yang sejenis, harus direncanakan bebas asap. -55 - Seri : B Nomor : 2 Pasal 157 Pada bangunan yang tidak lerkena keharusan menggunakan sprinkler, apabila dllengkapi dengan sislem sprinkler, maka ketahanan struktur Ulama yang disyaralkan 3 jam diperkenankan menjadi 2 jam. Pasal 154 K1asif1kasi bangunan dilentukan menurul lingkat kelahanan slruklur ulama terhadap api, terdiri dari : Pasal 158 a. bangunan kelas A ialah bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan lerhadap api minimal 3 jam; b. bangunan kelas B ialah bangunan yang komponen slruktur ulamanya harus lahan lerhadap api minimal 2 jam; Vnsur-unsur interior bangunan gedung yang direncanakan lahan api, harus memenuhi ketentuan sesuai dengan slandar tahan api yang berlaku. c. bangunan kelas C ialah bangunan yang komponen slruklur ulamanya harus tahan terhadap api minimal Ii jam; PasaI 159 d. bangunan kelas D ialah bangunan yang tidak lercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur secara khusus. Bagian bangunan, ruang daJam bangunan yang karena fungsinya mempunyai risiko tinggi terhadap bahaya kebakaran, harus merupakan suatu komparlemen terhadap penjalaran api, asap dan gas beracun. Pasal ISS (I) Ketahanan api komponen struklur utama pada 4 lantai teratas pada bangunan tinggi, minimal I jam, sedang dari lanlai 5 sampai dengan lantai 14 dari atas minimal 2 jam dan dari lantai 15 dari alas sampai iantai lerbawah minimal 3 jam. (2) Ketahanan api dinding luar pemikul maupun dinding partisi pada 4 lanlai teratas minimal I jam dan dari lanlai di bawah lantai terse but sampai lantai lerbawim minim·a12 jam. (3) Ketahanan api dinding.luar bUkan pemikul yang mempunyai risiko terkena api pada semua lantai minimal I jam. (4) Ketahanan api dinding !mkan pemikul pada bagian dalam semua lantai minimal Ii jam. Pasal 160 (I) Seliap bangunan sedang kelas A dan bangunan tinggi kelas B, harus dilindungi dengan suatu sislem sprinkler yang dapal melindungi setiap lantai pada bangunan. (2) Bangunan rendah kelas A apabila seluruh sisi luamya dinding masif, hams dilindungi dengan sistem sprinkler. Pasal 161 (I) Pasal 156 Setiap bangunan sedang dan tinggi harus dilindungi oleh suatu sistem lridran sesuai dengan persyaratan sebagai berikut: (I) Pada bangunan tinggi, ketahanan api untuk atap minimal Ii jam. a. pemasangan hidran harus memenuhi kOtentuan dan dipasang sedemikian rupa sehingga panjang selang dan pancaran air dapat mencapai dan mellndungi seluruh permukaan lantai bangunan ; (2) Pada atap bangunan yang digunakan sebagai landasan hellkopter, maka kelahanan api atap minimal I jam. b. setiap pemasangan hidran halaman harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (,l3?:::' Ii; lD Tahuo 1992 No. 23 (2) -56- Seri : B Nomor : 2 Setiap bangunan barus dilengkapi a1at pemadam api ringan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketenluan yang berlaku. LD Tahoo 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 -57PasaI 166 (I) Karnar instalasi mesin lift kebakaran serta ruang Iuncur lift kebakaran, harns dilindungi dengan dinding yang lidak mudah terbakar sesuai dengan klasifikasi bangunannya. PasaI 162 (1) Pada seliap bangunan permanen, bahan penulup alap barus lerbual dari bahan lahan api minimal jam. (2) (2) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayal (I) Pasal ini, hanya diperbolehkan untuk bangunan yang bersifat sementara dan atau diberi lapisan tahan api. Pemisah antara kamar mesin dan ruang Iuncur lift kebakaran harus terbual dari baban yang tidak mudah lerbakar, dengan bukaan yang hanya diperlukan untuk ventilasi. (3) Apabila lift kebakaran lerletak dalam suatu ruang luncur dengan lift lainnya, maka dinding ruang luncur lift harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan ayat (I) dan (2) Pasalini. * PasaI 163 Pengakhiran dinding komparlemen dengan atap atau lantai di atasnya, barus menemS sampai di bawah permukaan lantai atau alap di atasnya. PasaI 167 (I) Pada dapur dan ruang lain yang sejenis yang mengeluarkan nap atau asap atau udara panas, harus dipasang sarana untuk mengeluarkan uap atau asap atau udara panas, dan apabila udara dalam ruangan tersebul mengandung banyak lemak, harus dilengkapi dengan alaI penangkap lemak. (2) Cerobong asap, saluran asap dan pembuangan gas yang mudah lerbakar, harus dibuat dari pasangan bata atau bahan lain dengan tingkat kearnanan yang sama. Ruang tungku dan kelel yang berada di dalam bangonan, harus dilindungi dengan konslruksi tahan api minimal 3 jam, serta dilengkapi pintu yang dapat menulup sendiri dan dipasang pada sisi dinding luar. Pintu masuk ke ruang lungku dan ketel lidak boleh dipasang pada langga lobi, balkon, ruang tunggu atau daerah bebas api. Paragraf 3 Persyaratan Terinei Terhadap Penyelamatan PasaI 164 (1) (2) Lebar dan jumlah pintu ke luar pada seliap fungsi mang, harus diperhitungkan untuk dapal menyelamatkan penghuni ruang dalarn waktu yang singkat sesuai dengan ketentuan yang beriaku. (3) Sarana jalan ke iuar untuk kebakaran barus bebas dari segala hambalan serta dilengkapi dengan landa pelunjuk jalan ke luar yang hams selaiu dalam kondisi bail<, mudah dilihat dan dibaca. (4) PasaI 168 PasaI 165 Bangunan atrium dengan kelinggian 4 lantai alau 14 m ke atas, harus dilengkapi peralatan yang dapal mengeluarkan asap dari dalam bangunan pada saat lerjadi kebakaran sesuai dengan kelenluan yang berlaku. (1) Unluk bangunan kelas A dengan ketinggian 4 lanlai alau 14 m ke alas dan bangunan kelas B mulai dengan ketinggian 8 Ianlai alau 40 m ke alas harus diperhilungkan kemungkinan dipasang inslalasi peningkal air (riser). (2) Pipa peningkat air kering (dry riser) hanya boleh dipasang pada bangunan gedung dengan ketinggian maksimal 40 m, dan di alas kelinggian 40 m harus menggunakan pipa peningkal air basah (weI riser). CD Taboo 1992 No. 23 (3) Seri : B Nomor : 2 LD Tabun 1992 No. 23 Pemasangan pipa peningkat air yang digunakan hams sesua! dengan ketentuan yang berlaku. (2) -58- Pasal 169 . (I) (2) Seliap bangunan sedang dan tinggi hams dilengkapi tangga kebakaran. Ketentuan teknis mengena! tangga kebakaran ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. Pasal 171 (I) (2) (I) (2) (1) (2) Luas ventiiasi asap kendaraan lift maksimal 0,30 m2 dan untuk cerobong lainnya maksimal 0,05 m2. Ventilasi asap tunggal pada bukaan tegak hanya dtizinkan apabila bukaannya menembus atap, dan apabila tidak menembus harus dipasang 2 buah ventilasi asap tunggal yang berujung pada sisi yang berlalnan. Pasal 173 (I) Dinding lu"" bangunan yang berbatasan dengan garis blltas pemilikan tanah harus tahan api minimal 2 jam. Dinding penyekat ruang sementara, ketahanan apinya harus minimal I'Z jam. Dinding sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini tidak boleh menerus sampa! langil-langit serta lidak boleh mengganggu fungsi sistem instalasi dan perlengkapan bangunan pada ruang tersebut. Pasal 175 (1) Bahan bangunan yang dapat digunakan untuk elemen bangunan, harus memenuhi persyaratan pengujian sifat ketahanan api dan sifat penjalaran api pada permukaan. (2) Bahan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, diklasifikasikan sebagai bahan tahan api (mutu lingkat I), bahan tahan api sedang (mutu lingkat II), bahan penghambat api sedang (mutu lingkat Ill) dan bahan penghambat api sedang (mutu tingkat IV), serta b<ihan mudab terbakar (mutu tingkat V), sesua! dengan tabel IlI.l lampiran III Peraturan Daerah ioi. Bukaan vertikal pada bangunan yang dipergunakan untuk cerobong pipa, cerobong ventilasi, cerobong instalasi listrik harus sepenuhnya tertutup dengan dinding dati bawah sampal atas dan tertutup pada seliap lantai. Apabila hams dladakan bukaan pada dinding penutup bukaan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, maka bukaan hams dilindungi dengan penutup tahan api minimal sama dengan ketahanan api dinding atau lanta!. Pasal 172 Pada bangunan deret, dinding batas antara bangunan harus menembus atap dengan tinggi minimal 0,50 m dari seluruh permukaan atap. Pasal 174 Pasal 170 Eskalator atau ban berjalan yang operasinya berlawanan dengan arah jalim ke luar tidak boleh digunakan sebagai sarana jalan ke luar dan pada jalan masuk menuju eskalator atau ban berjalan hams diberi tanda petunjuk arah jalan ke luar terdekat. Seri : B Nomor: 2 -59 - Pasal 176 (1) Bahan bangunan yang mudah terbakar dan atau yang mudah menjalarkan api melalui pcrmukaan tanpa perlindungan khusus sesuai tabel ilL! lampiran III Peraturan Daerab ini, tidak boleh dipakai pada tempat-tempat penyelamatan kebakaran, maupun di bagian lainnya dalam bangunan di mana (2) terdapat sumber api. Penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar dan mudah mengeluarkan asap yang banyak dan beraeun harus dibatasi sehingga lidak membahayakan keselamatan umum. Pasal 177 Tingkat mutu bahan lapis penutup pada ruang efeklif serta struktur bangunan, harns memenuhi kelentuan sebagaimana tercantum dalam tabel Ill.2 lampiran III Peraturan Daerah ini. LDTabun 1992 No. 23 -60- Seri : B Nomor: 2 W Tabuo 1992 No. 23 -61- Seri : B Nomor : 2 Bagian Keenam Pasol 178 Instatasi dan Perlengkapan Bangunan Persyaratan ketabanan api bagi unsur bangunan dan baban pelapi, berdasarkan jenis dan ketebalan, harus mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam tabel Ill.3 lampiran 11I Peraturan Daerah lni. Paragmf 1 Instalasi Listrik Pasal 179 Pasal 182 Pengumpul (kolektor) panas matahari yang digunakan sebagai koinponen bangunan tidak boleh mengurangi persyaratan tahan api yang ditentukan. Paragmf 4 Sistem instalasi listrik ams knat dan penempatannya hams mudah dlarnati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan· dan instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan standar, nonnalisa~i teknik dan peraturan lain yang berlaku_ Persyaratan Kompooen Struktur Bangunan Pasal 183 Pasal 180 (I) Beban listrik yang bekerja pada instalasi ams kuat, harus di· perhitungkan berdasarkan standar dan atau normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku. (2) Sumber daya utama bangunan hams menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara. (3) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini tidak memungkinkan, sumber daya utama dapat menggunakan sistem pembangkit tenllgjl listrik sendiri, yang penempatannya hams aman dan tidak menimbulkan gangguan lingkungan, serta hams mengikuti standar dan atau nonnalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku. (4) Bangunan dan ruang khusus dimana tenaga listriknya tidak boleh putus, hams memiliki pembangkit tenaga cadangan yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan pada bangunan dan atau ruang khusus terse but. Bahan bangunan yang digunakan untuk komponen struktur bangunan harns memenuhi syarat umum sebagairnana ter- cantum di dalam tabel 111.4 lampiran III Peraturan Daerah ini. (2) (I) Bahan banguoan yang tidak termasuk dalam tabel sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, dapat dipakai setelah dibuktikan dengan hasil pengujian dari instansi yang berwenang. Pasal 181 Persyaratan umum ketahanan api bagi komponen struktur bangun· an berdasarkan ketinggian bangunan harus mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam tabel 111.4 lampiran [(J Peraturan Daerah nli. Pasall84 Sistem instalasi listrik pada bangunan tinggi dan bangunan umum hams memiliki sumber daya listrik darurat, yang marnpu melayani kelangsungan pelayanan utama pada bangunan apabila terjadi gangguan listrik atau terj.di kebakaran. LD Tabun 1992 No. 23 LDTabun 1992 No_ 23 Sed: B Nomor: 2 -62- (2) , Sed : B Nomor: 2 Pasa1 189 Pasa1 185 (1) -63 - Apabila terjadi sambaran pada instalasi penangkal petir, harus diadakan pemeriksaan dari bagian-bagiannya dan harus segera dilaksanakan perbaikan terhadap bangunan yang mengalami kerusakan. InstaiaSi listrik arus kuat yang dipasang, sebelum dipergunakan harus terlebih dahulu diperiksa dan ditiji oleh instansi yang berwenang. Pemeliharaan instalasi arus kuat harus dilaksanakan dan diperiksa secara berkala sesuai dengan sifat penggunaan dan keadaan "tempat, serta dilaporkan secara tertulls kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. Paragraf 3 Instalasi Tata Udara Gedung Pasa1 190 Pasa1 186 Sistem tata udara gedung dan penempatannya harus mudah diPada ruang panel hubung dan atau ruang panel bagi, harns terdapat ruang yang cukup untuk memudahkan pemeriksaan, perbaikan dan pelayanan, serta diberi ventilasi cukup. amati, dipelihara) tidak membahayakan, mengganggu dan merugi- kan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta diperhitungkan berdilsarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku. Paragraf 2 Pasa1 191 Instal..-i Penangkal Petir Udara segar yang dimasukkan ke dalam sistem tata udara gedung, harus sesuai dengan kebutuhan penghuni dalarn ruang yang dikondisikan, serta memperhatikan kebersihan udara. Pasa1 187 Setiap bangunan atau bagian bangunan yang berdasarkan letak, bentuk dan penggunaannya dianggap mudah terkena sarnbaran petir, harns diberi instalasi penangkal petir serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku. Pasa1 192 Sistem ventilasi pada bangunan rumah sakit untuk ruang operasi, ruang steril dan ruang perawatan bagi pasien yang berpenyakit menular, tidak dibenarkan mempergunakan sistem sirkulasi udara yang dapat menyebabkan penularan penyakit ke bagian lain bangunan. Pasal 188 (1) Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari bangunan termasuk juga manusia yang ada di dalarnnya, terhadap bahaya sambaran petir. (2) Pemasangan instalasi penangkal petir pada bangunan, harus memperhatikan arsitektur bangunan, tanpa mengurangi nilai perlindungan terhadap sambaran petir yang effektif. (3) Terhadap instalasi penangkal petir harns dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala. (4) Setiap perluasan atau penarnbaban bangunan instalasi penangkal petir, harus disesuaikan dengan adanya perubahan tersebut. Pasal 193 :f, IL !~ I ' .. , ;- {l: (1) Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalarn, dan minimal 50% volume udara ruang harns diambil pada ketinggian maksimal 0,60 m di atas lantai. (2) Ruang parkir pada ruang bawab tanab (basement) yang terdiri dari lebih satu !antal, gas buangan mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pad. lantai lainnya. D Tabun 1992 No. 23 Sed : B Nomor : 2 -64- LD TUum 1992 No. 23 Pual 198 Pasa! 194 (1) (2) Cerobong (ducting) sistem penutup api tata udara gedung hams dilengkapi dengan penutup api (fife dumper) yang dapat menutup sendiri apabila terjadi kebakaran. Penutup api (fife dumper) dalarn cerobong sebagahnana dimakaud pada ayat (1) Pasa! ini, harusmempunyai ketahan· an api minimal sarna dengan ketahanan api dinding di mana bagian cerobong udara tersebut dipasang. (1) Bangunan kamar mesin lift hams kuat dan kedap air serta berventilasi cukup. (2) Mesin lift dan bagiannya serta alat pengendali lift, harus ditempatkan dalam kamar mesin. (3) Mesin lift harus dilengkapi dengan rem pengaman yang kuat. (4) Rem pengaman mesin yang digerakkan dengan tenaga listrik, harus dapat bekerja menghentikan dan membuka lift pada ·Iantai terdekat secara otomatis apabila arus ·lisirik mati, serta harus dapat digerakkan secara manual. Paragraf 4 lnstaJasi Transportasi Dalam Gedung Pual 199 Pasa! 195 Sistem instalasi transportasi dan penempatannya dalam gedung harus mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, meng· ganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi telenik dan peraturan lain yang berlaku. (1) Setiap pintu penutup ruang luncur dari lift otomatis maupun tidak otomatis, harus dilengkapi dengan kund interlock yang bekerja sejalan dengan pengendalian lift. (2) Kund interlock sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasa! ini harns menjamin : Pasa! 196 (1) (2) (3) (4) a. sangkar tidak dapat bergerak atau melanjutkan gerakan· nya kecuali apabila pintu penutup ruang luneur tertutup dan terkunci ; b. setiap pintu penutup roang luneur hanya dapat terbuka apabila sangkar dalam keadaan berhenti dan permukaan laotai sangkar sarna rata dengan lantai pemberhentian, atau lantai sangkar berada dalam jarak maksimal 0,20 m dan permukaan lantai pemberhentian. Kapasitas angkut yang dinyatakan dalam izin, hams menjadi kapasitas angkut dari lift dimaksud. Kapasitas angkut lift yang diizinkan, harus tertulis pada sangkar dan dinyatakan dalam jumlah orang yang dapat di· angkut. Kapasitas angkut lift barang yang diizinkan, hams tertulis dalam sangkar dan dinyatakan dalam kg. Jumlah dan kapasitas lift harus mampu melakukan pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan. Pasal 197 Serl : B Nomor: 2 -65- Pasal 200 (I) Ruang luncur lift hams bersili dan memenohi syarat untuk kelanearan jalannya sangkar dan bobot imbang. (2) Di dalam ruang luneur lift dilarang memasang pipa atau peralatan lain yang tidak merupakan bagian dar! instalasi lift. Di bagian bawali roang luncur (pit) harus lordapat roang bebas minimal 0,60 m anlara lantai bawah ruang dan bagian bawali dari konstru.ksi sangkar untuk penempatan penyangga (buffer) sangkar dan bobot imbang. Struktur dan material lift harus selalu dalam keadaan kuat, tidal< caeat dan memenuhi syarat·syarat keselamatan dan keamanan. (3) W.Tahun 1992 No. 23 (4) -66- Seri : B Nomor: 2 LD Tahun 1992 No. 23 Di bagian atas ruang luneur harus terdapat ruang bebas minimal 0,60 m antara konstruksi sangkar dan langit-langit (plafon) ruang luneur, sewaktu sangkar berada pada batas pemberl)entian akhir dibagian atas (top lending). P..... 201 Setiap sangkar lift harus dilengkapi dengan rem pengaman mekanis yang dapat mengerem dan memberhentikan sangkar dengan aman apabila terjadi keeepatan lebib atau terjadi goncangan pada tali baja penarik sangkaT. . Setiap lift harus dilengkapi dengan sebuab bandul mekanis (governor) yang mengatur bekerjanya rem pengaman sangkar. (2) Setiap lift yang kecepatannya melebihi 60 m per menit bandul mekanis (governor) harus dilengkapi sebuab sakelar yang otomatis memutuskan aliran listrik ke mesin sebelum atau pada saat bandul mekanis (governor) bekerja. Semua hantaran listrik harus dipasang dalarn pipa atau saluran kabel (duct) kecuali hantaran lemas (fleksibel) yang khuSlls. (4) Instalasi listnk untuk lut harus dilengkapi dengan penganian arus lebib atau sakelar otomatis. (5) Semua bagian logam dari lift dalam keadaan bekerja normal tidak boleh bertegangan. P..... 20S .~ (I) Setiap lift otomatis kecuali lift barang, hams dilengkapi dengan sakelar darurat (emergency stop switch) yang jelas tertulis dan ditempatkan berdekatan dengan sakelar tombol tekan pengendalian di dalam sangkar. (2) Setiap lift harus dilengkapi dengan sakelar pengarnan batas (travel limit switch) yang dapat merighentikan mesin secara otomatis sebelum sangkar atau bobot imbang meneapoi batasan perjalanan akhir, bail< arab ke. atas maupun arab ke bawah. (3) Setiap lift harus dilengkapi dengan a1at pembatas beban lebib (overload limit switch) yang bekerja apabila beban melebibi kapasitas yang diizinkan dengan memberi tanda peringatan, sehingga lift tldak berjalan. (4) Lift tarikan langsung (direct drive lift) harus dilengkapi dengan suatu peralatin pengarnan yang akan menghentikan motor penggerak lift secara otomatis, apabila tegang tali kabel baja penarik sangkar menjadi korang dari keadaan normal. P..... 203 (lJ Sangkar dan bobot imbang lift harus berjalan pada re~rel pengantar yang eukup kuat, untuk menaban tekanan muatan sangkar dan tekanan muatan bubot imbang pada saat lift meluncur dan rem pengaman sangkar bekerja. (2) Rei pengantar untuk sangkar dan bobot imbang harus terbuat dari baja atau bahan lain yang sejenis. . (3) Rei pengantar lift dengan kecepatan tidak lebib dari 120 m per menit yar. b digunakan di tempat yang menyimpan atau mengolah bahan kimia dan atau bahan yang mudab meledak. harus menggunakan rei pengantar yang terbuat dari baban logam taban korosi. ~204. (I) (2) Inslalasi lislrik unluk lift selelah terpasang harus dijaga dan dirawat sehingga aman dalam pemakaiannya. Sepanjang tidak diatur secara khusus dalam Peraturdn D-derab ini, pemasangan instalasi listrik unluk lift harus memenuhi ketenluan yang berlaku. Seri : B Nomar: 2 (3) P..... 202 (1) -67- Pasal 206 Sangkar pada setiap lift hams dilengkapi dengan peralatan tanda bahaya yang dapat dilayani dari dalam sangkar, berupa bellistrik, telepon, atau a1at-a1at lainnya yang dipasang dalarn gedung ditempat yang mudab didengar oleh pengawas atau penanggung jawab gedung yang bersangkutan. P_ 207 InstaIasi lift yang telab selesal dipasang atau yang telab mengalami perubaban teknis, se belum dioperasikan harus diperiksa dan diuji terlebib dabolu oIeh instansi yang berwenang. lD TlIhllD 1992 No. 23 -68- Seri : B Nomor: 2 (2) lift kebakaran dapat berupa Hft penumpang bi... atau lift barang yang dapat diatur, sohingga dalam keadaan damrat dapat digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran, tanpa terganggu oleh tombol panggillainnya. (2) Untuk mengubah lift penumpang atau lift barang menjadi lift kebakaran, barus dengan cara menekan sakelar kebakaran (rue switch) terlebib dahulu. (3) Kecepatan lift kebakaran minimal harus dapat mencapai ketinggian seluruh bangunan dalarn waktu tidal< lebib dari I menit. (4) Pintu lift kebakaran horus mempunyai ketahanan api minimal 2 jam. (5) (6) lift kebakaran horus dapat berhenti di setiap !antal. (7) Somber daya Iistrik untuk lift kebakaran barus direncanakan dari dua somber yang berbeda. Loas lantai sangkar lift kebakaran minimal 2 M2. Paragraf 5 Instalaaij!\ambing dan Air Buangan Seri : B Nomor: 2 lemak. PaIaI 208 (I) -69 - LD Tahun 1992 No. 23 Pemeliharaan perangkap lemak harus dilakukan unluk menjamin bekerjanya alai tersebut dengan baik, dan koloran yang lerkumpul horus dikeluarkan secara berkala. Pasa1 212 Gedung yang mempunyai alat plambing harus dilengkapi dengan sistem drainase, unluk menyalurkan air ke saluran umum, sedang apabila lidak terdapat saluran umum, penyaluran air buangan harus dilakukan alas pelunjuk instansi yang berwenang. Pasa1 213 Lubang pembuangan dari alat plambing dan perlepgkapan yang digunakan untuk penyimpanan alau pengolahan makanan, minuman, bahan sleril atau bahan sejenis lainnya, harus dilengkapi dengan celah udara (ventllasi) yang cUkup untuk mencegah kemungkinan adanya pencemaran. Pasa1 214 Sistem drainase horus dilengkapi dengan celah udara (venillasi) atau vent yang memungkinkan adany~ sirkulasi udara di dalam semua pipa. Pasal 209 Pasal 215 Sistem plambing dan air buangan dan penempatannya harus mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain sorta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku. Cairan korosif, asam alkali yang kual atau bahan kimia kuat lain· nya yang dapal merusak pipa draina5O, pipa air buangan dan celah udara (ventilasi) atau cairan yang dapat mengalirkan uap beracun, harus dibuang ke dalam saluran tersendiri. Pasa1 210 Pasa1 216 Pada setiap bangunan horus disediakan sistem air bersih dan air buangan guna menyalurkan air bersih ke semua alat plambing dan membuang air limbah dari semua peralatan plambing. Pasal 211 (1) Perangkap lemak dan minyak harus dipasang pada pipa buangan tempat cuci, lubang drainase lanlai, dan alai sanllasi lain yang biasa menyalurkan buangan yang mengandung (I) Sumber air bersih pada bangunan horus diperoleh dari sum· ber air PAM dan apabila sumber air bukan dari PAM, maka sebelum digunakan horus mendapal perselujuan dari inslansi yang berwenang. (2) Air b.ersih yang dialirkan ke alat plambing dan perlengkapan plambing yang dipergunakan untuk umum, memasak, pengolahan makanan, pengalengan atau pembungkusan, pencucian alat makanan dan minuman, alat dapur atau untuk keper· I Tahuri 1992 'No. 23 Seri : B Nomor : 2 -70- W Tabun 1992 No. 23 luan rumah tangga atau jenis lainnya hams mendapat persetujuan dari instans! yang berwenang. Sistem pembagi air harus direncanakan dan diatur, sehingga dengan tekanan air yang minimal, alat plambing dapat bekerja dengan baik, serta harus dipelihara untuk mencegah kebocoran. (2) Apabila tekanan dalam jaringan distribusi air minum kota belum memenuhi persyaratan tekanan minimal pada titik pengaliran ke luar, maka harus dipasang suatu tangki penyediaan air yang direncanakan dan ditempatkan untuk dapat memberikan tekanan minimal yang disyaratkan. Seri : B Nomor :2 Pasal 220 (I) Bangunan dengan ketinggian 5 lanlai atau lebih yang mempunyai panjang pipa pembawa air panas dari sumber air panas ke alat .plambing yang melebihi 30 m, harus dilengkapi dengan sistem sirkulasi penyediaan air panas. (2) Perlengkapan plambing yang diperlukan untuk memanaskan air atau penyimpanan air panas harus dilengkapi dengan katup pelepas tekanan dan suhu. Pasal 217 (1) -71- Pasal 221 Buangan yang mengandung radio aktif harus diarnankan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan cara pembuangannya harus mendapat izin khusus dari instansi yang berwenang. Pasal 218 Paragraf 6 Tangki persediaan air yang melayani keperluan gedung, hidran kebakaran, dan sistem sprinkler harus : Instalasi Komunikasi Dalam Gedung a. direncanakan dan dipasang sehingga dapat menyalurkan air dalarn volume dan tekanan yang cukup untuk sistem terse but ; Pasal 222 b. mempunyai Iubang aJiran ke luar untuk keperluan gedung pada ketmggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimal yang diperlukan untuk pemadarn kebakaran maupun sprinkler dapat dipertahankan. Sistem instalasi komunikasi telepon dan tata suara gcdung dan penempatannya harus mudah diamati. dipelihara, tidak membahayakan. mengganggu dan merugikan Iingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku. Pasal219 Pasal 223 (1) (2) (3) Pipa untuk mengalirkan air minum ke dalam tangki gravitasi harus berakhir pada ketinggian yang cukup di atas lubang peluap, untuk mendapatkan celah udara yang disyaratkan dan jarak aliran masuk minimal 0,10 m di atas puncak pipa peluap. Semua tangki persediaan air minum hams dilengkapi dengan pipa pengosong, yang ditempatkan dan diatur sehingga dapat mencegah timbulnya kerusakan akibat pembuangan air dart tangk!. Tangki gravitasi persediaan air minum maupun tangki persediaan air minum, tidak boleh ditempatkan di bawah pipa pembuangan. (I) Saluran masuk sistem telepon hams memenuhi penyaratan se bagai beriku t : a. tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, arnan dan mudah dikerjakan ; b. ukuran saluran masuk minimal 1,50 m kali 0,80 m ; c. dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat dengan jalan bew. (2) Penempatan kabel telepon yang 'sejajar dengan kabellistrik, minimal berjarakO,lOm. ! W Tahun 1992 No. 23 Sui : B NOlDOr : 2 -72- W Tabun 1992 No. 23 (2) Apabila somber gas dip.roleh dati jaringan perusahaan gas mi1ik Negara, maka hams diikuti peraturan gas negara dan peraluran lain yang berlakU. Ruang PABX dan TRO sistem telepon hams memenum per· syaratan sebagai berileut : a. ruangan yang digunakan harus bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta mempunyai ruangan yang meme· num persyaratan untuk tempat peralatan ; Pasa! 228 b. lidak boleh digunakan cat dinding yang mudab menge· lupas ; c. tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon. Ruang batere sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai dinding lantai taban asam, sirkulasi udara cukup dan lidak boleh kena sinar matabar! langsung. (2) (3) Inslalasi gas hams dilengkapi dengan peralatan khusus untuk mengelahui kebocoran gas yang secara olomalis me· malikan aliran gas. (2) Instalasi gas beserla kelengkapannya, hams diuji sehelum digunakan dan diperiksa secara berkala oleh instansi yang berwenang. lnstaIasi Lain PasaI 229 Pada seliap bangunan dengan kelinggian 4 lanlai alau 14 m ke alas, harus tersedia peralatan komunil<asi darurat untuk keperluan penanggulangan kebakaran. Inslalasi lain yang belum diatur dalarn. Peraturan Daerab ini hams sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan memenum segala aspek kearnanan, keselarnatan terhadap instalasi itu sendiri, bangunan dan lingkungannya. Sislem peralatan komunikasi darural sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, harus menggunakan sislem khusus, sehingga apabila sislem dan peralalannya rusak, maka sislem Ielcpon darurat lelap bekerja. Seliap bangunan dengan ketinggian 4 lan!ai alau 14 m kc alas. harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan instruksi apabila Icrjadi kcbakaran. (I) Paragraf 8 Pasa! 225 (I) Sui : B Nomor : 2 Paal 227 Paal 224 (I) -73 - Bacian Ketujuh PelakIl8llll8l1 Membllllgun Paragraf 1. ,.". Tertib Pe~ Memb8lllUn Paragraf 7 PasaI 230 Instalasi Gas Seliap kegiatan membangun termasuk pekerjaan instalasi dan perlengkapan bangunan hams memperhatikan dan melaksana. kan kelentuan-ketentuan ten tang : Pasa! 226 Sistem instalasi gas beserta sumber dan penempatannya hams mudah diamali, dipelihara, lidak membabayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalas! lain serta dipcrhitungkan berdasarkan siandar, normalisasi teknil< dan peraturan lain yang berlaleu. a. keseIarnatan dan kesehatan ; <ic"Li • i; .'C.' .• -:1:.r: c,. ;;1 b. kebersihan dan keserasian lingkungan ; c. keamanan dan kesehatan terhadaplin&kungan di sekitarnya ; d. pencegahan dan penangguIangan bahaya kebakaran. r LD Taltun 1992 No. 23 sen : B -74- LD Talton 1992 No. 23 Nomor: 2 (2) PasaI 231 (I) Setiap pelaku teknis dalam melaksanakan kegiatan membangun wajib mengikuti petunjuk teknis yang diberikan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. (2) Apabila pelaksanaan kegiatan membangun menggunakan teknologi/cara baru yang belum Iazim, maka sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, pelaksana/pemilik bangon· an hams terlebih dahulu mengajukan reneana pelaksanaannya untuk mendapat persetujuan Kepala Dinas Pengawasan Pem· bangunan Kota. (2) Ketentuan pelaksanaan kegiatan membangun apahila tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat digunakan pedoman peraturan atau ketentuan lainn)'a yang berlaku umum di Indonesia. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan membangun terdapat ketentuan-ketentuan yang belum dan atau tidak diatur pada. ayat (I) Pasal ini, maka dapat digunakan pedoman peraturan atau ketentuan \ainn)'a Mngan terlebih dahulu mendapat persetujuan Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. (I) Pemasangan dan pembongkaran bekistingharus mengikuti ketentuan sebagalmana diatur dalam peraturan beton bertulang Indonesia. (2) Perancah dari bahan kayu atau bambu hanya diperbolehkan untuk pelaksanaan kegiatan membangun maksimal 4 Ian tal sedangkan di atas 4 lantai harus dipakai perancah besi atau yang sejeniB. (3) Konstruksi bekisting dan perancah hams aman dan tidak membahayakan para pekerja dan lingkungan sekitarnya. (4) Untuk bekisting dan perancah khusus perlu dibuat rene ana dan perbitungan struktumya deDgan terlebill dahulu disetujui oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. Setiap pelaksanaan kegiatan membangun yang menggunakan alat bantu seperti ramp, jembatan darnrat, tangga darurat, jaring pengaman dan alat bantu lainnya harus memenuhi ketentuan 'tenlang keselamatan dan kesehatan kerja serta ketentuan teknis lain yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. Sanna Pelaksanaan Membangun PasaI 233 (2) , Sebelum kegiatan membangun dilaksanakan hams dipasang papan nama proyek dan batas pekarangan harus dipagar setinggi minimal 2,5 m, dengan memperhatikan keamanan dan keserasian sekelilingnya serta lidak melampaui GSJ. Untuk kegiatan membangun yang pelaksanaannya dapat mengganggu keamanan pejalan kaki maka pada pagar proyek yang berbataBan dengan trotcar harus dibuat konstruksi pengaman yang melindungi pejalan kaki. ,: Jalan dan pintu keluar masuk pada lokasi kegiatan membangun harus dibuat, dan penempatannya tidak boleh mengganggu kelancaran 'Ialu-lintas serli tidak merusak pra· sarana kota. Pasa! 237 (I) Pada pelaksanaan kegiatan membangun harus dilengkapi dengan ,. a. alat pemadam api sesuai ketentuan yang berlaku ; b. sarana pembersih bagi kendaraan yang keluar proyek. (2) Pasa1234 (I) Apabila jalan masuk proyek tersebut melintasi trotoar dan saluran umum maka perlu dibuat konstruksi pengaman berupa jembatan sementara untuk Wu-lintas kendaraan ke luar dan masuk proyek. Pasa! 236 Paragraf 2 (I) Seri: B Nomor : 2 Pasa! 235 Pasa1 232 (I) -75 - I Pada pelaksanaan kegiatan membangun yang tingginya lebill dari 10 lantal atau lebill dari 40 m, harns dilengkapi dengan lampu tanda untuk menghindari kecelakaan lalu lintas udara. Seri :.B Nomor: 2 -76- LDTehun 19.92,No. 23 LD Tehun 1992 No. 23 Setiap pelaksanaan kegiatan membangun yang memerlukan instalasi listrik untuk sumber daya futril< darurat, lift angkut barang! orang dan lain.Jain yang sejenis dan bersifat sementara harus memenuhi ketentuan yang berlaku. (I) Penggalian pondasi atau basement yang memerlukan dewa~ tering, pelaksanaannya tidak boleh merusak lingkungan 80kitamya. (2) Tata cara dan persyaratan pelaksanaan dewatering ditetapkan oleh Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. PasaI 239 PasaI 243 Penempatan dan pemakaian alat-alat bew untuk pelaksanaan kegiatan membangun, tidak boleh menirnbulkan bahaya dan atau gangguan terhadap bangunan maupun lingkungannya. (I) Pada pekerjaan pondasi liang pancang yang menggunakan sambungan, harus dilakukan pengawasan dan pengamatan oleh tenaga ahli agar sambungan tersebut berfungsi sesuai dengan perencanaan. (2) Pada pekerjaan pondasi tiang baja, harus dilakukan pengawasan dan pengamatan terhadap gejala kelelahan liang dimaksud akibat pemancangan. Pasal 240 (I) (2) Bedeng, bangsal kerja, kamar mandi, we harus disediakan oleh pemborong untuk para pekerja sesuai dengan kebutuhan, dan penempatannya tidak boleh mengganggu lingkungan sekitamya serta harus memenuhi ketentuan yang ber- PasaI 244 laku. Bangunan sementara sebagairnana dirnaksud pada ayat (I) Pasa! ini, harus dibongkar dan dibersihkan apabila pelaksanaan kegiatan membangun telah selesai. (I) Pekerjaan tertentu yang menurut Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota memerlukan keahlian khusus harus di· lakukan oleh tenaga ahl!. (2) Percobaan pembebanan untuk struktur bangunan harus di· laksanakan oleh pemborong dan diawasi oleh direksi pengawas serta mengikuti persyaratan teknis, standar dan prosedur yang berlaku. paragraf 3 Basil dan Mutu Pelaksanaan Membangun PasaI 241 PasaI 245 Pada pelaksanaan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, harus diawasi oleh tenaga ahli' sesuai bidangnya antar lain : . (I) Apabila mutu bahan dan atau hasil pelaksanaan kegiatan membangun diragukan, maka harus dilakukan pengujian dan pengkajian serta haslinya dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. (2) Apabila mntu bahan hasil pengujian sebagairnana dirnaksud pada ayat (I) Pasa! ini tidak memenuhi persyaratan, maka Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat memerintahkan untuk mengganti bahan yang sudah terpasang. (3) Mutu bahan struktur bangunan yang belum lazirn digunakan harus dibuktikan terlebih dahulu dengan test atau diuji oleh instansi yang berwenang. a. pekerjaan galian/tanah untuk kedalaman lebih dar; 2 m dan atau di lokasi yang rapat ; b. pekerjaan struktur penahanan tanah ; c. pekerjaan dewatering; d. pekerjaan pondasi dalam ; e. pekerjaan struktur bangunan khusus. Seri : B Nonior: 2 PasaI 242 PasaI 238 ,',:' ; -77- (': _·i· LD Taboo 1992 No. 23 -78- Seri : B Nomor: 2 Pasa! 246 (1) Apabila dalam pelaksanaan membangun terjadi kegagalan struktur, maka pelaksanaan membangun hams dihentikan dan dilakukan pengamanan· terhadap manusia dan lingkungan. (2) Apabila basil penelitian terhadap kegagalan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini temyata tidak dapat diatasi dengan perkuatan dan dapat mengakibatkan keruntuhan, maka bangunan tersebut harus dibongkar. Pasa! 247 Pada pelaksanaan pemasangan instalasi listrik, tata udara gedung, plambing serta instalasi lainnya dalam gedung harus aman dan tidak boleh mengganggu atau mengurangi kell,uatan struktur bangunan. Paragraf 4 Pengawasan Lingkungan Pasal 248 (1) (2) (3) Pekerjaan galian dan penimbunan basil galian serta penimbunan bahan-bahan tidak boleh menimbulkan bahaya atau gangguan lingkungan. Seliap pekerjaan galian lebih dalam dari 2 m, harus diamankan dati bahaya terjadinya kelongsoran dengan cara memasang konstruksi pencegah kelongsoran yang perencanaan dan teknis pelaksanaannya terlebih dahulu disetujui oleh Kepala Dinas Pengawasan Pem bangunan Kota. Pekerjaan galian dan pemasangan struktur pencegah kelongsoran 50 bagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, harus seJalu diawasi oleh tenaga ahli. Pasal 249 (I) Pada pelaksanaan pondasi yang dapat mengakibatkan stabiIitas bangunan di daerah yang berbatasan dengan daerah pelaksanaan terganggu, harus diadakan pengamanan sebelum pelaksanaan pondasi tersebut dimulai/diteruskan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dati Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota. LD TabuD 1992 No. 23 (2) -79 - Seri : B Nomor : 2 Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat memerintahkan untuk mengubah sistem pondasi yang dipakai apabila dalam pelaksanaannya mengganggu dan atau membahayakan keamanan dan keselamatan lingkungan di 5Okitarnya. Pasal 250 (1) Vntuk pelaksanaan bangunan tinggi dan atau bangunan lainnya yang dapat menimbulkan bahaya jatuhnya benda-benda ke sekitamya, harus dipasang jaring pengaman. .(2) Pelaksanaan bangunan di bawah permukaan air dan di bawah permukaan tanah harus dibuat pengaman khusus agar tidak membahayakan bagi para pekerja maupun lingkungan sekitarnya. Pasa! 251 Pemborong dan atau pemilik bangunan berkewajiban deng!Ul segera membersihkan segala kotoran dan atau memperbaiki segala kerusakan terhadap prasarana dan sarana kota akibat pelaksanaan bangunan sehingga berfungsi seperti keadaan semula. Pa'" 252 Setiap kegiatan memb!Ulgun yang dilaksanakan secara bertahap dan atau terhenti pelaksanaannya, maka penghentian pekerjaan harus pada kondisi yang tidak membahayakaIl bangunan itu sendiri dan lingkungan sekitamya. PasaI 253 Pada pelaksanaan kegiatan membangun bimgunan bertingkat, pembuangan puing dan atau sisa bahan bangunan dari lantai tingkat harus dilaksanakan dengan sistem tertentu yang tidak membahayakan dan mengganggu lingkungan. -80- D Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor : 2 Bearnya Retn'busi Bagian Pertama Pasa! 255 Kewajiban Retn1rusi Biaya penyediaan formulir dan leges sebagaimana dimaksud dolarn Pasa! 254 ayat (3) bomf a dikenakan : 254 (2) Pelayanan sebagaimana dlmaksud pada ayat (1) Pasol ini adalah pennohonan izin untuk membangun, dan atau izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan serta sural izin bekerja. Jenis retribusi yang dikenakan atas pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasol ini iolah : retribusi penyediaan farroulir ; retribusi pengawasan pembangunan (RPP) ; retribusi pengawasan tambahan (RPT) ; retribusi pengawasan bangunan (RPB) ; retribusi administrasi perizinan (RAP) yang meliputi - balik nama izin ; pemecahan izin : salinan izin ; pembatalan izin ~ pencabutan iziD. f. rctribusi surat izin bekerja perancang dan atau perencana, dan alau direksi pengawas dan atau pengkaji teknis bangunan terdiri daTi: pembcrian izin baru ; - perpanjangan surat izin bekerja ; - kenaikan golongan. (4) (5) Seri : B Nomor; 2 RETRIBUSI Atas pelayanan sebagaimana dimaksud dolam Peraturan Daerah ini dikenakan retribusi. b. c. d. e. -81Bagian Kedua (1) 3. No. 23 BAB IV PasaI (3) ill Taboo 1992 Wilayah retribusi pengawasan pembangonan sebagaimana dimaksod pada ayat (1) Pasa! ini ialah wilayah Daerah Khosus Ibukota Jakarta. Wajib retribusi pengawasan pembangunan ialah setiap orang atau badan hukum yang mendapatkan dan atau memerlukan pelayanan sebagaimana dimaksod dolam Peraturan Daerah ini. a. formulir Rp 1.000,00; b. leges Rp 100,00. Pasal 256 (I) Besamya retribusi pengawasan pembangunan (RPP) sebagaimana dimaksud dalam Pasa! 254 ayat (3) humf b iaiah luas bangunan dikalikan dengan harga satuan retribusi per meter persegi sebagaimana terind dolarn tabel berikut ini. a.1. Tubel bangunan mmah tinggal. o <LB<IOO Loas BangjLB 1OO<LB <200 m2 LB>200 m2 Rp 400,00 per m2 Rp 1.500,00 per m2 Rp 2.500,00 per m2 Rp 1.500.00 per m2 Rp 1.500,00 per m2 Rp 2.500,00 per m2 Rp 2.500,00 per m2 Rp 2.500,00 per m2 Rp 2.500,00 per m2 \ m2 Jenis Bang. . Pemmahan kedl : - Wkc (TjD) Perumahan sedang - Wsd(TjD) - Wtm dgKDB 5% - 10% Perumahan Besar : Whs Wtm dg KOB 10%- 20% 't'\ -82- LD Tahun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 a.2. Tabel bangunan sosial dan usaha. No. Golongan pembangunan leDi. bangunan Biaya Penga_ I. Bangunan 8Osia! : a. ibadah b. non ibadah Rp 0,00/m2 Rp 1.S00,00/m2 2. Bangunan usaha : a. industri/ pergudangan Rp 3.0oo,00/m2 b. perdagangan/ perkantoran Rp 5.0oo,00/m2 3. Banguna bersifat sementara :. - bedeng keIja - direksi keet - gudang bahan bangunan Rp 2.500,00/m2 LD Tahun 1992 No. 23 (2) . Besar retribusi peng~wasan pembangunan (RPP) untuk bangunan dan bangun·bangunan yang tidak dapat atau sulit dihitung luasnya ialah 1,75% dari biaya pembuatan/pem· bangunan. Pasa! 257 (I) Besar biaya retribusi untuk melaksanakan perbaikan bangun· an lama baik sebagian atau selurus luas lantai bangunan tanpa merubah struktur utama, dikenakan retribusi 25% dari total retribusi pengawasan pembangunan dikalikan luas yang diperbaiki. (2) Perbaikan sobagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini yang tidak dapat dihitung luas bangunan yang diperbaiki, seperti perubahan tampak atau modemisasi bagian bangunan dan sebagainya, dihitung 1,75% dari biaya perbaikan. (3) Besamya hiaya retribusi pembongkaran bangunan adalah sebesar 1,75% dari biaya pembongkaran bangunan. (4) Biaya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (I), (2) dan (3) Pasal ini dikenakan sekurang·kurangnya : b. Bangun-bangunan lems bangun-bangunan a. b. c. d. e. Pagar pekarangan dan tanggul/turap Awning atau yang sejenis Perkerasan Kolarn renang Gapura/gardu jaga dengan luas maksimum 2 M2 ; Selebihnya dihitung f. Pondasi mesin (di luarbangunan) g. lembatan/lift (untuk servis kendaraan) h. lembatan ja!an (komplek) i. Menara bakar/cerobong asap j. Menara penyimpanan air k. Menara antena dan sejenisnya 1. Gardu Iistrik, r. trafo, dan panel dengan luas maks. 10m2; Selebihnya dihitung m. Reklarne 1,75% dari biaya pembuatan reklame minimal n. Monurnen dalam persil/pekarangan o. Lapangan olah raga terbuka dengan perkerasan p. Instalasi bahan bakar HllJl!a satuan retnllusi Rp Rp Rp Rp 2oo,00/m 4oo,00/m2 4oo,00/m2 2.oo0,00/m2 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 25.000,00/uDit 2.500,00/m2 25.0oo,00/uDit 25.oo0,00/uDit 25.000,00/unit lO.ooo,oo/uDit 10.000,00/uDit 25.oo0,00/uDit Seri : B Nomor : 2 -83- a. bangunan perumahan : I. Perumahan kecil 2. Perumahan sedang 3. Perumahan besar = Rp Rp Rp 10.000,00 25.000,00 50.000,00 = Rp = Rp 0,00 25.000,00 b. bangunan sosial : Rp 25.oo0,00/uDit Rp 3.0oo,00/m2 Rp 25.000,00/ooit Rp 25.000,00/uDit Rp 750,00/m2 Rp 350.000,00/unit 1. Bangunan Ibadah 2. Bangunan non ibadah c. bangunan usaha : 1. Industri/pergudangan 2. Perdagangan/perkantoran = Rp 75.000,00 = Rp 100.000,00 Pasa! 258 Besamya retribusi pengawasan tarnbahan (RPT) sebagaimana di· maksud pada Pasa! 254 ayat (3) huruf c adalah perbandingan luas peningkatan pemanfaatan lebih bangunan dan atau perpetakan (LP) dengan luas tolai bangunan dan atau perpetakan (LT) di· ka1ikan retribusi pengawasan pembangunan (RPP) dikalikan dengan koefIsien pemanfaatan lebih atau RPT = LP/LT x RPP x F, .D Tabun 1992 No. 23 -84- Seri : B Nomor: 2 W Tahun 1992 No. 23 sebagairnana tereantum dalam tabel lampiran IV Peraturan Daerah inL . (2) Pasal 259 Bangunan yang dilaksanakan sebelum ada izin dikenakan retribusi pengawasan tambaban yang besamya adalah retribusi pengawasan pembangunan (RPP, dikaJikan persentase pembangunan yang telah dilaksanakan, dikalikan koefisien pernanfaatan lebib atau RPT = RPP x % Pembangunan x F, se bagaimana tereantum dalam tabellampiran IV Peraturan Daerah ini. (I) Retribusi terhadap pelayanan administrasi perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254 ayat (3) hurufe dikenakan : a. setiap balik nama atas izin yang telah dikeluarkan dikenakan sebesar 5% dari retribusi pengawasan pembangunan (RPP), sekurang-kurangnya Rp 10.000,00 ; a. golongan A Rp 150.000,00 untuk 3 tahun ; b. golongan B Rp 100.000,00 untuk 3 tabun ; e. golongan C Rp 75.000,00 untuk 3 tahun. (2) Setiap perpanjangan surat izin bekerja dikenakan biaya retribusi sebesar 50% dari ketentuan sesual ayat (1) Pasal ini. BAB V e. setiap pembuatan salinan izin atas izin yang telah dikeluarkan, dikenakall sebesar 5% dari retribusi peng" awasan pembangunan (RPP), sekurang-kurangnya Rp 10.000,00. PEMBAYARAN DAN PENETAPAN Pasal 263 d. setiap pembatalan izin atas permintaan pemohon terhadap izin yang telah diproses oleh Dinas dikenakan retribusi 25% dari retribusi pengawasan pembangunan (RPP), sekurang-kurangnya Rp 10.000,00. Setiap wajib retribusi hams membayar retribusi yang terhutang dengan tidak tergantung pada adanya Surat Ketetapan Retribusi. Setiap peneabutan izin akibat kesalaban yang bersangkutan, maka biaya retribusi yang telah dibayar serta dokumen yang dilampirkan oleh pemohon menjadi hak Pemerintah Daerah. (I) Jika temyata retribusi yang terhutang sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 263 dibayar kurang atau sama sekali tidak dibayar menurut besamya retribusi, ditetapkan karena jabatan oleh Gubemur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya, selama belum lewat 3 tahun. (2) Retribusi yang ditetapkan sebagaimana dinuiksud pada ayat (I) Pasai ini ditarnbah satu kaIi dari jurnlah retribusi yang kunang atau tidak dibayar. (3) Gubemur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya ber· wenang mengurangkan atau membatalkan balk untuk seluruhnya atau sebagian tambaban sebagaimana dimaksud pada Pasal 264 Pasal 261 (1) Perpanjangan izin menggunakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan yang habis rnasa berlakunya pada bangunan. dengan penggunaan sementara dan atau yang pada bagian tertentu hams diadakan penyesuaian menurut ketentuan penindang.undangan yang berlaku, selain dikenakan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini, dikenakan juga retribusi tambahan sebesar 100% dari retribu,i pengawasan pembangunan (RPP) ata' bagian yang melanggar. Biaya retribusi pemberian 'urat lzm bekerja peraneang, pereneana, direksi pengawas dan pengkaji bangunan serta kenaikan golongannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254 ayat (3) huruf f dikenakan : b. setiap pemeeahan izin atas izin yang telah dikeluarkan, dikenakan sebesar 10% dari retribusi pengawasan pembangunan (RPP), sekurang-kurangnya Rp 10.000,00 ; (2) Seri : B NOOIDr·: 2 Pasal 262 Pasal 260 (1) -85 - Alas pengawasan terhadap bangunan yang telah berdiri dan pengawasan kelayakan menggunakan bangunan sebagalmana dimaksud dalam Pasal 254 ayat (3) huruf d dikenakan retribusi pengawasan bangunan (RPB) sebesar 10% dari retribusi pengawasan pembangunan (RPP), sekurang-kurangnya Rp 25.000,00. . ~;;1 ~,)! Tabun 1992 No. 23 -86- Seri :B Nomor: 2 W Tabun 1992 No. 23 (3) ayat (2) PasaJ ini berdasarkan kehilafan alau kelalaian yang dapal dimaafkan. (4) Surat Keletapan Relribusi sebagaimana dimalesud pada ayal (I) Pasal ini, berlaku kelenluan tentang penagihan relribusi Daerah. (4) BAB VI PENAGIHAN Seri :B -87- 1'!omor : 2 Apabila daJam jangka walelu 6 bulan Gubernur Kepala Dae· rab lidak menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, maka keberatan yang diajukan tersebul dianggap diterima. Kewajiban uotuk memhayar retiibusi tidak lerlunda dengan diajukannya sural keberalan sebagaimana dimaksud pada ayal (I) Pasal ini.' BAB vm PEMBEBASAN PasaJ 265 Pasa! 270 Sural Keletapan Relribusi dan tambahannya merupakan dasar penagihan relribusi. ' Gubemur Kepala Daerab dapal menetapkan pembebasari atau pengurangan besarnya relribusi sebagaimana tercantum dalam Per· aturan Daerab ini. Pasa! 266 Apabila relribusi yang lerhillang pada saal jalub lempo pembayarannya tidale dibayar alau kurang dibliyar, malea alas jumlah relribusi yang tidak dibayar dikenakan denda 50%. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 267 PasaI Hak ' unluk melakukan penagihan relribusi lermasuk denda adOlinislrasi, lambahan, kenaikan dan biaya penagihan gugur setelab lampau 3 lahun lerhitung sejak saat terhutangnya retribusi. Pelan~aran terhadap kelentuan dalam Peraturan Daerab ini, diancam pidana kurungan selama·larnanya 3 (tiga) bulan, atau denda sebanyak-banyaknya Rp 50.000,00 dengan alau tidak dengan merarnpas!menyita alaI-alaI yang dipergunakan untuk melakukan pelanggaran., (2) Selain sanksi se bagaimana dimaksudpada ayal (I) Pasal ini, lerhadap pelanggaran dimaksud dapal dikenakan biaya pak· saan penegakan huknm seluruhnya atau sebagian. (3) Gubernur Kepala Daerah menelapkan pelaksanaan dan besar· nya biaya sebagaimana dimaksud pada ayal (2) Pasal ini. (1) Pasa! 268 Tata cara penghapusan piulang retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini ditelapkan oIeh GUbemur Kepala Daerah. BA B 271 vii KEBERATAN BAB X Pasal 269 KETENTUAN LAIN (I) ,".'·.1 (2) Wajib retribusi'dapat mengajukankeberatan terhadap ketetapan relribusi dalam jangka waklu 3 bulan sejak tanggal penetapan. Gubernur Kepala Dacrab menelapkan keputusan atas keberatan yang diajukan. - Pasa! 272 ,'" (I) . 1,- Sclain kelentuan pidana sebagaiinana dimaksud pada Pasal 271 Gubemur Kepala Daerall, berwenang mengeluarkan perintah untuk membongkar. menyegel dan menghenlikan LDTahun 1992 No. 23 -, -88- Seri : B. Nomor : 2 dengan segera pekerjaan dan atau penggunaan at... sebagian atau seluruh blingWlan, bangun·bangunan, instalasi dan perlengkapan bangWlan yang bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. ~'I (2) Dalam hal dilakukan pembongkaran secara paba, biaya pembongkaran dibebankan kepada pemi1ik bangunan. (3) PetWljuk pelalesanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan (2) Pasal ini ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. LDTahun 1m No. 23 (2) b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat ke· jadian dan melak'\lkan pemeriksaan ; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang ; a. pencabulan izin membangWi bangWlan ; b. pencabutan izin untuk menggWlakan dan atau kelayakan menggunakan bangunan ; c. teguran atau skorsing atau penurWlan golongan atau pehcabutan izin Wltuk bekerja perancang, perencana. direksi pengawas. pengkaji dan pemborong. BAB XI PENGAWASAN BAB XII PENYIDIKAN Dalam melaksanakan tugasoya, para pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pasal ini berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana ; Selain ancaman hukuman sebagaimana dimakaud pada Pasal 271 dan 272, terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini papat dikenakan tindakan berupa : . . Pengawasan atas pelalesanaan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini secara teknis dan operasional ditugaskan kepada Kepala Dinas Pengawasan PembangWian Kota. Seri : B Nomor : 2 Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perWldang-undangan yang berlaku. PasaI 273 PasaI 274 -89- (3) l4) f. memanggil orang Wltuk didengar dan .diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya mem· beritahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya ; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam melakukan tugasoya, penyidik tidak berwenang me· lakukan penangkapan dan atau penahanan. Penyidik membuat berita acara setiap tindakan ten tang : a. pemeriksaan tersangka ; b. pemasukan rumah ; c. penyitaan benda ; d. pemeriksaan surat ; e. pemeriksaan salesi ; PISai 275 (-I) . Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan juga oleh penyidik pegawai negeri sipi! di Hngkungan Pemerintah f. pemeriksaan di tempat kejadian. dan mengirimkan kepada Pengadilan Negeri melalui Penyidik POLRI. LD TOOun 1992 No. 23 :3 Seri : B Nomor: 2 -91- Seri : B Nomor: 2 -90- Pasa! 280 BAB XIll Peraturan DaerOO ini mul"i berlaku pada tanggal diundangkan. KETENTUAN PERAUHAN Agar supaya seliap orang mengetOOuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan DaerOO ini dengan menempatkannya dalam Lembaran DaerOO DaerOO Khusus Ibukota Jakarta. Pasa! 276 >engan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka : permohonan izin yang diajukan dan diterima sebelum tanggar berlakunya Peraturan Daerah ini dan masih dalam proses penyelesaian, diproses berdasarkan ketentuan yang lama; ,. izin mendirikan bangunan yang sudah diterbitkan berdasarkan ketentuan yang lama tetapi izin penggunaannya belum diterbitkan, berlaku ketentuan yang lama; _. selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan Peraturan DaerOO ini, maka peraturan pelaksanaan yang ada tetap masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Jakarta, 26 Agustus 1991 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KETUA, GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, WIYOGO ATMODARMINTO SUPARNO WIRYOSUBROTO Peraturan Daerah ini. BAB XN KETENTUAN PENUTUP Pasa! 277 Hal-hal yang merupakan pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah. Diundangkan dalam Lembaran Daeroo Khusus lbukota Jakarta Nomor 23 TOOun 1992 Seri B Nomor 2 tanggal 26 Mei 1992. SEKRETARIS WILAYAR/DAERAR KRUSUS WUKOTAJAKARTA, Pasa! 278 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Bataviasche Bouwverordening (BBY 1919-1941) sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan DaerOO tanggal 20 Pebruari 1953 (Tambahan Berita Negara Republik Indonesia tanggal 25 Nopember 1953 Nomor 94, Tambahan Nomor 61) dan Pasa! 20 sampai dengan Pasal 29 Peraturan DaerOO Nomor 9 TOOun 1985 tentang Retribusi Bidang Pembangunan dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, serta ketentuan lainnya yang bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lag;. Pasa! 279 Peraturan DaerOO ini dapat disebut Peraturan DaerOO Bangunan Jakarta. DisOOkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor 64031-398 Tanggal 19 Mei 1992. M. SINURAT, SR. NIP. 47‫סס‬oo199. LAMPlRAN I : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 7 TAHUN 1991 TABEL PERSYARATAN PENGGUNAAN BANGUNAN PERU- IPEMERINT.8I I MAHAN PEl.AY.UMUM PERDAG. 81 JASA IINDUST. PERGUD. JAR.TRANSPORT 81 LALULINTAS IAl.HIJAU 81 ,AWTERBUIC PERUNTUKAN KETERANGAN JENIS ,B,~NG~NAN AUMAHiCIClI,: " ';: RUMA,,'EDIftHANA ........H....... ·•• .....IION.,.,,::,,: ",', :,': F_"': ~>; ~~r.tuiNT-YP':I::·,~:~;~ 'RUMAH-JAGA-----~~~· ~ RUMAH BESAR RUMAH KEBON PONDOKAN/INDEKOS GUEST HOUSE,wISMA "LATTYf'E2 RUMA,HSUSUN OIPEAKENANKAN DENGAN SYARAT, DIPERKENANKAN DENGAN SYARAT KHUSUS MWID GEREJA ,VlHAIIIA KLEHTeNG IClIIlMATORluM MUlHOLA" OIPERKENANKAN DIPEAUNTUKAN ~g~um:TYPii2 ';' "I ~, Sl I! !i ~ I'USDIKLAT G. "AMERAN TYPE 2 ' BANG.KES/RS.TYf'E 2 lANG. TERMINAL QEDUNQ PARKIA PARKIA PLAZA GAIIIASl POOl. KENO, TYPE 2 _ IANG.KEIUOIKESENIAN BANGUNAN PEMERINTAH SPORT HALL TYPE 2 GEDUNG OLAH RAGA LAPANGAN TENIS KOLAM AEMNG BANGUNAN PASAR IALAlI.AT. KEAJA BANQ.GED.PERK.TYPE 2 IANCUIOSKOP KI.S. C ASAAMA TWI' 2 PANTI ASUHAN BANG'"AT/PITER.Type 2 KIOUTAAN aUAR GA'ADU PaMPA BENSIN APaTIK/DRUG STORE PATUNGI'MONUMEN MENARA BANG.PERK.TERSUKA TAMAN HIIURAN BAZAR KANTIN RUMAHA8U KURSOS TYPE 2 MUSIUM PLAYGROUP M·CK A. Dlperklnllnkln dlll.n Iy.-.t I. Plll'llilllunNn 1.mbllhlln I perublhlln un1uk: •. Sebllgei penunj.no I pel.ngklp fUnilr blingunln. b. ~ l tunoll lIImb....lln Vlng berllf" IIkunder. II. H.I.h.1 v.ng Ii.rul diperhe1ikan •. Blntuk" cUin 11IU kl,.kur fllik blngurMln ..,lIoIli dlnQIn jenil peruntu k.nnyl. b. Tid.k ml"""ll'llllIIU kll8l',ll.n dlln klllrtllriin lingkune-n. c. Tldllk menimbulkln rl)Inamb.h bpn IIngkungan. d. Mlmlnuhl perlY.rlltlln kllCllmlIn din k.llhet.n blIngunlln d.n lingkunpn lin. pel"lllllunllln. I. Volumll tlll'l'lbllhlln I perubehen mIIk1imlll 35% d.ri IUIII IIn1lli dell' blngunln (KOB). Diperken.nkln dlngefl IVlrllt khulUI MlImperO'lhrlkomend..1 dlri, inn.nl; terkllit din .,.U illn dlIrl Din.. Pllng,Iw_n Pembangunan Kotl. WC,'JMUM OOKTER UMUM C, .Janis "Solllll'" yang diberi ,.nd. {") ,berOllllrkin tungli pokok blIngunln induknVII. dIIptrt pulll diketllllOrik.n "U..l'l.... PAiRIK INDUSTRI MENGGANGGU GUDANG BENGKEl INDUSTRI KECIL HOME INOUSTFlI POOL KENOARAAN TYPE 1 ~ ~ z ,~ !i ~ SEKOLAH TYPE 1 LABORATORIUMTYPE 1 GEDUNG PEFITEMUAN TYPE 1 BANG.ICES/FIS TYPE 1 POOL KENO. TYPE 1 SPORT HALL TYPE·' BANG,GED,PERTEM.TYPE 1 ASRAMA TYPE 1 BANG.PERTANfPETER.TVPE 1 KUI'lSUS TVPE , TOKO PASAR SWALAVAN TOSERIA PERTOK. a HUN IAN PASAR FlAVA PERKANTORAN UMUM HOTEL RESTOR AN BlOSKOP KLSA ilia BANG.REKR. TERTUTUP RUMAHPAMER RUMAHSAKIT KLINIK SPESIALlS LOSMEN/PENGINAPAN HOTEL COTAGE HOSTEL APARTEMENT CONDOMINIUM BUNGALOW K I 0' S LOUNORV SALONIT. CUKUR PENJAHIT MOTARIS FITNESS/KEBUGARAN NITE/CLUB MALAM KURSUS TVPE 1 RESTORANT DOKTER SPEStALlS WARUNG DEWAN PERWAXaAN RAKYATDAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jakarta, 26 AGUSTUS 1991. KETUA, GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SUPARNQ WIRYOSUBROTO WIYOGO ATMODARMINTO rn! c:m !:;'" im~ '< "':.0" ....0" - ,- m- ..... ",z:.o i if III co < ........ '::'- :.occ: co ...o ... LD Taboo 1992 No. 23 ,~~_. Lampiran II 0 a NOMOR 7 TAHUN 1991 '" Tabel 11.1 -'0 " ... l : "'a 0"'" Ol - KOEFlSffiN REDUKSI BEBANHIDUP ,i~ CII co::.- g: . Koef"lSien ..leduksi beban bidup ... '" '" Ol Penllll"naan Bangunan o '0 " " ... GO CII ~g~ " ,... ~ a ......'" .... ~ ffi ~ oc ........ c i i x i:8 . ::.cnmc: z ........ z 8oft~~ mz .... o ..... ~. E z GO ~ Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah saki!. 0,75 0,30 Pendidikan : Sekolah, ruang kuIiah 0,90 0,50 Pertemuan Umum : "co co ...'" ruang dansa, ruang pagelaran. 0,90 - Kantor: Kantor, Bank. 0,60 0,30 Mesjid, gereja, bioskop, restauran, Ol , '< Perdagangan : Ol III Ol Toka, toserba, pasar 0,80 0,80 Penyimpanan : Gudang, perpustakaan, ruang arsip. 0,80 0,80 Industri : Pabrik, bengkeL 1,00 0,90 Tempat kendaraan : Garasi, gedung parkir. 0,9 0,50 0,75 0,75 0,50 0,50 0,90 0,50 " o CII i~ - Gang dan tangga : - Perumahan/penghunian - Pendidikan/kantor - Pertemuan umum, pedagangan, <O~ I ClIO penyimpanan, industri, tempat •• Co) .... .Unit Peninjauan Gempa ~ i ~ Untuk perencanaan balok induk dan portal Pennnahan / Penghunian : co co n....10'1 : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA ~ffi a ... -co Seri : B Nomor: 2 -93- " kendaraan. Seri , B Nomor: 2 -94- CD Taboo 1992 No. 23 IJ) Tabuo 1992 No. 23 aturan Daenb ini Tab e 1 11.2 - TABEL B.3 HERAT BEBAN BAHAN BANGUNAN DAN KOMPONEN GEDUNG KOEFISIEN REDUKSI BEBAN HmUp KOMULATIF JUMLAH LANTAI YANG DlCAPAl Sed : B Nomor: 2 -95- I KOEFlSIEN REDUKSl YANG DIKALIKAN KEPADA BEHAN HlDur KOMULATIF 1,0 2 1.0 3 0,9 4 0,8 5 0,7 6 0,6 7 0,5 8 dan lebili 0,5 Bahan 8angunaD : Baja Balu alam Balu belab, balu bulal, balu goouog (beral lumpuk) , Balu karang (beral lumpuk) Balu peeah Besi luang Belon Belon berlulang Kayu(kelasl) : KerikiI, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) Pasangan bala merah Pasangan balu belah, balu bulal, balu gunong : '. '.' , Pasangan balu celak Pasangan balu karang , Pasir (kering udara sampai lembab) , Pasir Genuh air) Pasir keeH koral (kering udara sampailembab) Tanah lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) Tanah lempung dan lanau (basah) Timah hilam (limbel) . . . . . . . . . 7.850 2.600 1.500 700 1.450 7.250 2.200 2.400 1.000 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 . . . . . . . . . . . 1.650 1.700 2.200 2.200 1.450 1.600 1.800 1.850 1.700 2.000 11.400 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 kg/m3 Kompooen gedung : Adukan dari semen per em Ie bal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Adukan dari kapur, semen merah atau lras per em lebal Dinding pasangan bala merah salu bala . Dinding pasangan bata merah setengah balu . 21 17 450 250 kg/m2 kg/m2 kg/m2 kg/m2 'Dinding pasangan batako : Berlulang : - Tebal dinding 20 em (HB 20) ~ Tebal dinding 10 em (HB 10) Tanpa lubang : ~ Tebal din ding 15 em ' - Tebal din ding 10 em , ' . . . 200 kg/m2 120 kg/m2 . . 300 kg/m2 200 kglm2 LO Tahun 1992 No. 23 -96- Langil·langil dan dinding (lermasuk rusuk-riJsuknya, lanpa pengganlung langil-Iangil atau pengaku) terdiri dari : - Semen asbes (entenut dan bahan lain sejeRis) deng.,; lebal maksimum 4 rom . . - Kaea dengan tebal3 - 4 mm Lantai kayu sederhana dengan balok kayu Iangit·langit dengan benlang maksimum 5 m dan untuk beban maksimum 300 kg/m2 . Penggantung langit·langil (dari kayu) dengan maksirnum 5 m dan jarak SKS. minimum 0,80 m . Penulup alap genling dengan reng usuk/kaso per m2 bidang atap . Penutup alap sirap dengan reng usuk/kaso per m2 bidang alap . Penulup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gording Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso beton adukan per-em tebal . Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) . Apabila digunakan bahan bangunan atau komponen bangunan di luar ketentuan ini, dapat' diarnbil Pedoman lain alau spesifikasi dari pabrik yang mengeluarkan. Seri : B Nomor:2 -97- LOTlhun 1992 No. 23 Tabel Seri : B Nomor : 2 n.4 BEBAN mDUP PADA LANTAI BANGUNAN II kg/m2 10 kg/m2 a. Lantai dan tangga rumah tinggal, keeuali yang disebut dalarn b . 200 kgfm2 b.' Lantai dan tangga mmah titiggal sederhana dan gudang,gudang lidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel . 125 kg/m2 e. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, loko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit . 250 kg/m2 d. Lantai ruang olah raga e. Lantai ruang dansa ., . 500 kg/m2 f. Lantai dan balkon dalarn dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain pada yang disebul dalam a s.d. e seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengan tempat duduk . 400 kgfm2 g. Panggung penontong dengan tempat duduk lidak tclap atau untuk penonIon yang berdiri . 500 kg/m2 h. Tangga bordes tangga dan gang dari yang disebut dalarn e .. 300 kg/m2 i. Tangga bordes tangga dan gang dari yang disebut dalarn d,e,fdang . 500 kg/m2 j. Lantai ruang pelengkap dan disebut dalarn dang , , .. , , e, d, e, f, , .. , ., . 250 kg/m2 k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko besi, ruang a1at-a1at dan rauang mesin harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri dengan minimum . 400 kg/m2 Lantai gedung parltir bertingkat : - Untuk lantai bawah .... . ,. . . 800 kg/m2 . 400 kg/m2 Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direneanakan terhadap beban hidup dari lantai yang berbatasan dengan minimum .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... 300 kg/m2 40 kg/m2 7 kg/m2 50 kg/m2 40 kg/m2 10 kg/m2 24 kg/m2 11 kg/m2 I. _ m. Untuk lantai lingkat lainnya . 400 kg/m2 ",/'@f:.'" Seri : B Nomor: 2 -99- LD Tahun 1992 No, 23 :B Nomor:2 Tabel IBANGUNAN 11,6 TOTAL PENURUNAN MAKSIMUM PADA PONDASI BANGUNAN TOTAL PENURUNAN YG,D1IZINKAN ; D1IZINKAN JENIS PONDAsI BANGUNAN TANAHPASIR I. Pondasi setempat 4,0 em 2, Pondasi plat penuh 7,5 em TANAH LEMPUNG 6,5 em 15 em Nilaj-nilai ini berlaku umum dan dapat bervariasi sesuai persyar.atan khusus yang diperlukan oleh fungsi bangunan yang direncanakan. 3, Pondasi beton bertulang untuk silo, menara air dan sebagainya. 7,5 em 15 em Jakarta, 26 Agustus 1991 OI'WAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA , KETUA, GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, SUPARNO WIRYOSUBROTO WIYOGO ATMODARMINTO_ -- -101- 1992 No. 23 Tabel m.2 TlNGKAT MUTU BAHAN LAPIS PENUTUP DAN KOMPONEN SlRUKlUR BANGUNAN Bahan Lapis Penutup Untuk as banglanan ,an terbadap api) Ruang efektif, kamar, dsb. A (3 jam) Ruang sirlmlasi koridor, dsb. Tangga kebakaran, pintu kebakaran, dsb. Bahan anutu tingkat I Koloan dan Dinding luar _ Atap balo!< Mutu tingkat I .,,;~ :~:il ~.' , . ". !?Llmtlli ~ pld(,~: :i!T&!f.i dal dinding 1_ Mutu tingkat I Mutu tingkat I :i, ~;"f:!malI :*~t~K::':: ~~~~:J~;" ,iW;.Mutu 11o:;;;j'~ftll"" ~i'_........ at ~:\;'~'~;t I s:~H:?:'>, B (2 jam) Bahan mutu tingkat 11 Bahan mutu tingkat II Bahan mutu tingkat 1 Mutu tingkat 1 Mutu tingkat 1 Mutu tingkat I I*,~tu W1t>~at II '~~~:~., ~~:~~:~.: :: . " >. C (1/2 jam) Bahan mutu tingkat 11 Bahan mutu Hngkat III Bahan mutu tingkat 11 Mutu tingkat II Mutu tingkat II Mutu tingkat II ·,,··Mutu 3,'tingkat II ,!:):~. D Diatu r tersendiri -. -102 - LD Tabun 1992 No. 23 Tab e I Seri : B Nomor: I I1I.3 KETAHANAN API UNTUK UNSUR BANGUNAN TEBAL.MINIMUM DALAM eM lENIS UNSUR BANGUNAN 3 JAM 2 JAM Yo JAM Lantai moooht, lantai pracetak Lantai beton bertulang Balok beton bertulang Dinding beton bertulang Kolom beton bertulang berbentuk U dan T IS Lantai balok berongga, lantai praeetak berbentuk kotak atau I 12,5 12,5 9 9 7 5 2,5 . Tanpa lapisan pelindung tambahan 5 Tanpa pelindung tambahan 17,s 10 7,5 Plesteran semen atau gips setebal minimum 1,2 em pada kedua permuk-an· . 17,5 10 6,5 Tebal minimum kolom 40 . Penutup beton minimum pada .30 . 6,5· 5 Tebal minimum penutup beton pada tulangan pratekan 5 4 tulan.an . IS 4 .. 1,5. Lantai beton pr.atekan 15 Tebal minillwm lantai Tebal minimum penutup beton pada tulangan pratekan 12,5 .. 8,5 6,5 9 2,5 Balok beton pratekan 24 Tebal minimum balok Lapisan beton bertulang tidak memikul beban *) Lapisan beton bertulang memikul beban *) Lapisan beton bertulang tidak memikul beban *) Lapisan beton bertulang memikul beban *) 18 8 2,5 2,5 5 5 5 2,5 2,5 7,5 5 5 6,3 Balnk baja Kolom baja 7,5 . 192 No. 23 Seri : B Nomor: 2 -99- Ta bel 11.6 TOTAL PENURUNAN MAKSIMUM PADA PONDASI BANGUNAN TOTAL PENURUNAN YG. DIIZINKAN : PONDAsI BANGUNAN TANAHPASIR TANAH LEMPUNG 6,5 em lasi setempat 4,0 em lasi plat penuh 7,5 em 15 em 7,5 em 15 em Nilai·nilai ini berlaku umum dan dapat bervariasi sesuai persyar,atan khusus yang diperlukan oleh rungsi bangunan yang direneanakan. lasi beton bertulang Ik silo, menara air sebagainya. . Jakarta, 26 Agustus 1991 'ERWAKILAN RAKYAT DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KETVA, IPARNO WIRYOSUBROTO GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, WIYOGO ATMODARMINTO. Seri : B NomoI: 2 -100- LD Tahun 1992 No. 23 LAMPIRAN ID : PERATURAN DAERAH DAERAH •. KHUSUS IBUKOTA JAKARTA _~ .•.. ,c,'-~. ,__ · ~_~_NOMOR' ,7 TAHUN_199L .• Tab e I Ill.1 TINGKAT MUTU BAHAN BANGUNAN TERHADAP API MUTU TINGKAT I - Belon - Bata MUTU TINGKAT tv MUTU TINGKAT III MUTU TlNGKAT II MUTU TINGKATV - Papan wool kayu semen (excelsiorboard) - Kayu lapis yang dilindungi - Papan polyesler bertulang - Sirap bambu - Sirap kayu bukan ulin alas kayu jaiL - Papan semen - Papan yang mengandung lebib dari 52% glass fibre - Polyvinil dengan lulangan - Rumbia - Balako - Asbes p~lp - Alumunium - Kaca - Seral kaca - Bahan alap aspal berllipiskan mineral semen - Papan parlikeI yang dilindungl - Besi - Baja - Adukan sernen - Adukan gips - Asbes semen - Ubin keramik - Ubin semen - Ubin marmer - Lembaran seng - Panel kalsium silikal - Rock wool - Glasswool - Genleng keramik - Wired glass - Lembaran baja lapis seng - Plasler board '. - L - Pelal baja lapis PVC . - Papan wo<r kayu - Anyaman bambu . -_ .. '- -'-Kayu kamper - Kayu meranli - Kayu lerenlang - Kayu lapis 14 mm 17 mm - Sofl board - Hard' board - Papan parlikel " 1992 No. 23 -101- Tabel m.2 T1NGKAT MUTU BAHAN LAPIS PENUTUP DAN KOMPONEN SlRUKlUR BANGUNAN Bahan Lapis Penutop Untok Kolom las bangunan IlIIl terhadap api) Ruang efektif, komar, dsb. Ruang sirkulasi Tangga kebakaran, koridor, dsb. pinto kebakaran, dsb. A (3 jam) I B (2 jam) I Bahan mutu tingkat II Bahan mutu tingkat II C (1{2 jam) I Bahan mutu tingkat II Bahan mutu tingkat III D I dan balok I Bahan muto tingkat I Atap Mutu tingkat I Mutu tingkat I Bahan mutu tingk.t I Mutu tingkat I Mutu tingkat I Bahan mutu tingkat II Mutu tingkat II Mutu tingkat II Diatur tersendiri Mutu tingkat Mutu· tingkat -102- LD Tabun 1992 No. 23 Tabel Seri : B Nomor: 1 IIl.3 KETAHANAN API UNTUK UNSUR BANGUNAN TEBAL MINIMUM DALAM eM JENlS UNSUR BANGUNAN 3 JAM Lanlai beton bertulang Lantai monolit, lantai praeetak berbentuk U dan T Tanpa lapisan pelindung tambahan Balok beton bertulang 12,5 9 12,5 9 7 5 5 2,5 15 Lantai balok berongga, lantai praeetak berbentuk kotak atau I 17,5 Tanpa pelindung tambahan l> JAM 2 JAM 7,5 10 , Dinding beton bertu· lang _ .. _.- , Plesteran semen atau gips setebal minimum 1,2 em pada kedua permu· k··· ' , ... . Kolom beton bertulang 17,5 40 Tebal minimum kolom 6,5 10 -- ._- ,30 15 4 Penutup beton minimum pada ,,' tulan.an 6,5' 5 Tebal minimum penutup beton pada ' tulangan pralekan 5 4' 15 12,5 " 1,5 Lantal beton pratekan Tebal minimum lantai Tebal minimum penulUp beton pada tulangan pratekan 8,5 6,5 9 2,5 Balok beton pratekan 24 Tebal minimum balok Lapisan beton bertulang tidak memikul beban Balok baja *) 18 8 6,3 2,5 2,5 7,5 5 5 5 2,5 2,5 7,5 5 5 , Lapisan beton bertulang memikul beban *) Lapisan beton bertulang tidak memikul beban *) Lapisan beton bertulang memikul beban *) Kolom baja Keterangan : .): - - campuran minimum 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil jarak tulangan beton ke 8emua arah maksimum 15 em E -103 - ,un 1992 No. 23 Tabel Seri : B Nomor: 2 lilA KETAHANAN API MENURUT JENIS KOMPONEN STRUKTUR DAN KETINGGIAN STRUKTUR BANGUNAN DINYArAKAN DALAM LANTAI Jumlah lantai Keterangan jumlah Ian tai Empat lantai Komponen struktur Atap Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai .. } , lantai 5 sampai deng~ - -- lantai 14 dari atas 13 14 15 16 . } lantai 15 daTi atas ;::==='::-:_-. sampaikebawah I x, Ground floor . Basement 'MAA Antara 5 sid. Iantai 14 dati atas . , : Lanta; 15 dari atas ke bawah 1 jam 2 jam 2 jam 1 jam 2 jam 2 jam Bagian yang terkena api 'I jam 1 jam 1 jam Bagian lain 30 menit 30 menit 30 menit K 0 10m I jam 2 jam 3 jam Lantai 1 jam 2 jam 3 jam B a 10k 1 jam 2 jam 3 jam } 4lantai keatas . ~"' .... - - - - .... - - Lantai Lantai Lantai Lantai ukaan teralas Dinding partisi 1 2 3 4 5 Ketahanan Api Dinding pemikul ~ .z'" OIl .5 .5 "'" Cl OIl :a" is" ""- ~.s ~ ~ '"0 .-",,,5 ~iS~ A tap Atap landasan helikopter 30 menit 1 jam Jakarta, 26 Agustus 1991 ~N PERWAKILAN RAKYAT DAERAH lAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KETUA, SUPARNO WIRYOSUBROTO GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. .WIYOGO ATMODARMINTO ?f t: >" "}; Seri : B Nomor : 2 -104 I'EIlAnJRAN DAf-RAM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 7 rAHUN' YoUEL ItETRIBUSI I'£NGAWASAN TAMBAIIAN (RPT) 1991 DlKENAKAN 'JEIUIADAP POlANFAATAN LEBDl K.ELONGGAIlAN YANG DIKENAJ<AN RE'I1UB\ISIP£NGAWASANTAMBAHAN(RPT) Z • N I S I FAT WUIl 2 l. •. Yield: memenuhi jan:k bcba (pull 7., 75, 76, 17, 79, 80, 81,82,83,84,85). I 1. bin berlyatlt b. LUIS unah YUlI dikuuaI. be(um lCSUIIi luu ..tum uvlinal •• Ii I PEltSYARATAN , 1. Blinpman/tmab baruI disesuaibn menurut rlllcana kotl dan peratuml mendhibn ba· ngunan di tempat ltu. DASAR PERIII111NGAN RE11UItJSI f'ENGAWASAN • RPT .. FX_ LP LT S -XRPP syarlt minimum luu setiap jenis penmtubn tanab (pISli 49, SO). KETERANGAN TAMIAIIAN ( OPT) lP LT .. Luu BalllUfWllperpetakan yans melanJPr Luu Banpnan Total ~ RPP " YJ.III dimJ.ksud RPP dtlJ.m rumus RPT adJ.1aJi RPP dJ.1am sep1J. upeknya, d.i mllIlJ. tennasuk puiJ. RPP bagi URSUr yang Iwlya. dtpat dihitUDJ ptniangnyl dan atauunitnya. F=FIXF2 FI .. I . c. Melebihi lua maksimum untuk bUIIUIWI rumah tingal (pua1 48,49). 2••. Melebihi Itll. nalcJirnum (pl.. I 2. Izin semcoWli wI49,86). lP RPT • PX -:-- X RPP LT 11' = Lou Bangunan/pcrpetakan Ylng melangar LT = LuIs ~1Wl. Total RPP = Yang dimlksud RPP dJ.1J.m lWDUI RPT Ida.Iah JUlP dJ.Iam rut rencanl kola lIan menaakibatkan pemecahm/ .ep1a ISpeknya, Iii I1llI.DI tennuuk pula RPP bagi unsur paratunn mendirikan blIngunm dl tcmpat itu. penyaluan satuan kavq (pa. sal 49, 50). c. Me1cbibijumlah Iantai (Pasal .23,57,70,121). d. NelampaUllwsempadan bquoan (puallS). ncunan Mna dibongb!/ tw.rus dilelUlikan menu- b. Tidak sesuai perpetaltln tanah n. 2.....~ ... yalll butya dihitq p1njlngnYI dan ItlU unttnya. F "PIXF2 FI • 2 2. Izin Semcntara ""J_ e. Tidak MIIUIJ jcnil peruntukan wah (poa140. 98). 3. I. Tidak memenuhi penyaratan kbusus(pual21,67). Izin Bersyuat! iUII Sementara 3. Penyllratan idem I dan 2 di atal. b. Mcmbangun tan.. izin (paal S). 10. Catatan 13. F FI F2 RPT· FX~-X RPP LT RPT· RPPX';Pemb.XF = Lou yang meJanaar LT = Lou Bangunan Total RPP .. YIIlI dimlksud RPPdiIam runtus'RPTadalahRI'P dlilam segl1l upeknyJ.. di maJa tennuuk pula ~ baai UDS\lr yang haDya dtpat. dihitWII p1njangnya dan ltau writnya. F '" F1-XF2 FI • I lP .. Koef"lSicD Pemanfaatan Icbih" PI x F2 .. Koefisien lenil Keloagann • XOefiden Jenis Bangunan untuk : - Banpnan Rumah ilJllPl : - Perumahm KeclI F2· 1 - Perumahan SedaIl8 F2 • 2 - Penunahan &em F2. 3 - BangWl8.n Solill Non lb8dah ..•.•.........•..•...•._..... F2. 2 - BangorD.n Ullha _.._. F2· 6 DEWAN PERWAKILAN LUYAT DAERAH ~SUS •• OKurA JAKARTA I.ETUA. DAERAH Jakarta: 26 Aaustus'I991. GUIERNUR. UPALA DAEItAII KHUSUS lBUKOTA JAKARTA, SUPAItNO WlRYOSUBROTO WIYOGO ATMODAItMINTO { ~ .~:,. ~ ! P.l been transmitted. Please try again. pages. ~ LDTahunl992 No. 23 -105- Seri : B Nomar:2 PENJELASAN (TUE) JUN 8 2010 15:08 DOCUMENTII TIME STORED TX START DURATION COM. MODE AT AS PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA 7821325-034 JUN 8 15:07 NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG BANGUNAN DALAM WILAYAIl DAERAII KHUSUS IBUKOTA JAKARTA I. PENJELASAN UMUM I. Peraturan bangunan yang masih berlaku hingga sckarang adalah Bouwverordening 1919-1941 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Daerah tanggal 20 Februari 1953 (Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 94 tanggal24 November 1953, Tambahan Nomor 61). Peraturan Daerah tersebut selain berasal dari produk zaman Be1anda, materinya dirasakan sudah tidak sesual lagi dengan perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi serta tuntutan pembangunan di wi1ayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dewasa ini. -----------------------LJ~ r i .n :l ~ 1: Perkembangan pembangunan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta temyata mengarah dari sistem horizontal ke sistem vertika1 dengan adanya pembangunan bangunan-bangunan bertingkat karena keterbatasan bidang tanah yang semakin lama semakin sempit. Slstem pembangunan vertikal tersebut menuntut pula adanya pelakupelaku teknis pembangunan yang mempunyai kemampuan dan dapat dipertanggung jawabkan keah1iannya, scsuai dengan bidangnya, balk bidang arsitektur, konstruksi maupun instalasi dan perlengkapan bangunan, disamping itu dituntut pula adanya sarana bangunan dan alat-alat perlengkapan lainnya scperti lift, eskalatOI, dan yang scjenis. Selain dari pada itu perlu pula diperhitungkan pembangunan dan penghunian bangunan tersebut dari segi keamanan, kbususnya dari ancaman bahaya kebakaran dan keadaan lingkungan serta kesehatan pada umumnya. u Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan terscbut di atas dan dalam rangka memenuhi Surat Edaran Menteri Dalam Negeri NomOI 64O/691/PUOD tanggal 15 Februari 1983 tentang Tertib Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Bangunan, maka Peraturan Daerah tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagal pengganti Bataviasehe Bouw Verordening 1919-1941 dimaksud di atas. --.~~,----",.._._, ...---- _D Tabun 1992 No. 23 2. -106 - Seri : B Nomor: 2 Peraturan Daerah ini diharapkan dapat menjadi sarana dan pedoman membangun yang" larigsung, ielas dan resmi, baik bag; masyarakat pembangun dan pemakai maupun bag; aparat terkait dalam mekanisme pembangunan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sehingga dapat tercipta iklim pembangunan yang memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dalam mencapai dan melaksanakan cita-cita dan peran sertanya di bidang pembangunan. 50bagaimana tersirat dalam Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 1984 tontang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Daerah .Khusus Ibukota Jakarta, maka iklim pembangunan yang sehat sebagaimana tersebut di atas sangat diperiukan dalam upaya mencapai tertib bangunan untuk menciptakan kota yang tertib, teratur, terarah dan indah. 50suai dengan skalanya, terlib bangunan adalah merupakan uOSUr dan atau bagian dari tertib lingkungan dimana bangunan merupakan unsur terpenting daJam pembinaan dan pembentukan karakter fisik lingkungan terse but ; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam tertib bangunan terdapat aspek tertib lingkungan dan tertib perkotaan. Disamping aspek tertib bangunan, Peraturan Daerah ini dibarapkan pula meniadi alat kendali bag; laiu pertumbuhan fisik kota, pencegahan terhadap bahaya kerusakan dan pencemaran lingkungan, pengurangan nilainilai estetika, kenyamanan dan keamanan bangunan, sehingga berbagai investasi fisik dapat mencapai nilai manfaat sebesar-besamya, terlindung dari berbagai rasa kurang aman serta terhindar dari berbagai ancaman bahaya_ LD Tabun 1992 No. 23 II. Seri : B Nomor: 2 PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal I Pasal 2 huruf a s.d_ I Cukup ielas. huruf m sod. r Cukup ielas. huruf s s.d. w Cukup ielas. huruf x Contoh bangun-bangunan ialah pergola, kandang binatang, tiang bendera, pagar, kolam renang, lapangan tenis, menara, reklame, monumen. huruf y s.d. ax Cukup ielas. huruf a Cukup ielas. Cuku p jelas_ huruf b huruf c Contoh antara lain: - izin bersyarat ; - izin sementara ; - izin sementara berjangka. huruf d Cukup ielas_ huruf e Yang dimaksud dalarn Pasal ini ialab antara lain seperti pengaturan kembali ukuran perpetakari, pengaturan pola tampak bangunan. sepaniang hal-hal tersebut ditujukan demi peningkatan nilat kualitas lingkungan dan tidak bertentangan dengan peraluran yang beriaku. huruf f s.d. Cukup ielas. huruf j Yang dimaksud disini ialah seperti dalam SK. Gubemur tentang Mix Farming yang ternyata tidak dapat teriaksana dan kemudian ditetapkan sesuai penggunaan yang ada (existing) pada lingkungan tersebut, contoh lain ketentuan untuk kandang_ babi menjadi karya industri. huruf k - Yang dimaksud dengan lingkungan khusus ialah lingkungan bangunan yang diberlakukan ketentuan khusus. Karenanya dalam mekanisme pembangunan menu]u tertib bangunan, sangat diperlukan adanya kriteria dan tata Cara pengawasan' dan pengendalian yang aplikatif dan aspiratif dalam arti baik bagi para pelaku pembangunan maupun aparat pengawas bersama-sama dapat memahami dan menggunakan Peraturan Daerah ini secara herdaya guna dan herhasil guna. Berdasarkan maksud dan tUjuan terse but di atas maka Peraturan Daerah ini disusun dengan mengacu kepada empat aspek, yaitu aspek hukum, aspek teknis, aspek politis, aspek sosialjekonomi, dan dengan harapan agar semua aspirasi dan prakarsa membangun rnasyarakat beserta segala permasalahannya dapat dipecahkan, disalurkan serta dilaksanakan dengan arnan, tertib, benar dan bennanfaat. -107 - Contoh antara lain: bangunan militer. istana negara. pelabuhan. I Tahun 1992 No. 23 -lOS - Seri : B Nomor: 2 r , i LD Tahoo 1992 ·No. 23 Conloh anlara lain . bangunan pemugaran, bangunan di daerah reklamasi. Cukup jelas. Pasal 3 dan 4 Cuku p jelas. Pasal 5 ayal (1) Yang dimaksud dengan izin kelayakan menggunakan bangunan adalah izin yang dikeluarkan unluk menggunakan, selelah lerhadap bangunan lersebul dilakukan pengkajian leknis dalam hal kelayakan fisiknya. ayal (2) Yang dimaksud kelenluan lain pada ayal ini anlara lain hal-hal yang disyaralkan dalam izin-izin dimaksud unluk dilaksanakan dan atau dipenuhi. ayal (3) Pasal 17 Cukup jelas. Cukup jelas. Pasal 7 Yang dimaksud izin berlahap Pasal ini an lara lain izin pendahuluan pondasi, izin pendahuluan struktur menyeluruh. Pasa! 8 s.d. 12 Cukup jelas. Pasal 13 Yang dimaksud dengan bangunan sementara ialah anlara lain : panggung lonlonan. bedeng kerja. pagar. : Cukup jelas. i• Pasa! 15 Pasal 16 ayal (1) Cukup jelas. ayal (2) Conloh anlara lain jalan yang terkena pelebaran. ayal (3) Cukup jelas. huruf a 'huruf b Pasal 6 Pasal 14 Seri : B Nomor: 2 - benluk dan kelinggian yang lidak leralur sehingga dapal membahayakan penerbangan malam hari. _ kelinggian bangunan yang melebihi 8 lantai. banguoan yang penggunaannya membahayakan seperti misalnya barigunan tangki minyak, silo dan sebagainya, harus dilengkapi dengan peralalan pengamanan anlara lain lampu. Yang dimaksud dengan lingkungan yang dikhususkan ialah lingkungan bangunan disamping diberlakukan kelenluan umum diberlakukan juga kelenluan khusus. huruf 1 -109 - Pasa! 18 Yang dimaksud disini ialah anlara lain mengeeal dinding, membuat sekal-sekal, da!am ruangan dengan tinggi tidak meneapai plafond dengan menggunakan bahan ringan, pemeHharaan bangunan dengan tidak mengubah denah, konslruksi maupun arsileklur dari bangunan semula yang telah mendapat izin. Cukup jelas. huruf e Yang dimaksud dengan bangun-bangunan di bawah lanah ialah anlara lain gorong-gorong, septik lank dengan ukuran maksimal12 m3. hUiuf d Yang dimaksud disini ialah anlara lain perbaikan inslalasi, perlengkapan bangunan, saluran-saluran pembuangan. ayal (I) Cukup jelas. ayal (2) Pertanggujawaban ahli harus melipuli kebenaran leknis dan ilmiah sesuai bidanguya. ayal (3) Cukup jelas. ayal (1) Yang dimaksud dengan bangunan lerl8hlu ialah bangunan-bangunan standar seperli anlara lain bangunan pompa bensin, gardu lislrik. lIyat (2) Cukup jelas. ayat (1) Cukup jelas. Yang dimaksud dalam ayal (2) Pasa! ini ialah bahwa seliap gambar struklur, instalasi dan perlengkapan bangunan harus dikelahui oleh pereneana arsilektur. i i ! Yang dimaksud dengan bangunan tcrtentu Pasal 19 Pasa! 20 dalam Pasal ini ialah antara lain : ayal (2) bangunan yang Icrlelak pada ja!ur lalu liotas penerbangan. til -110- D Tahun 1992 No. 23 ayat (3) dan (4) Pasal 30 Pasal 32 ayat (I) ayat (2) ayat (3) ayat (1) 3.1. [Q]: 3.3. Kode Cukup jelas. .y.1 (~) 0: 3.4. Kode Diperkenankan dengan syarat khusus; Contoh : bangunan ibadah seperti mushola atau rnesjid pada peruntukan perkantoran, perdagangan, industri dan lain-lain, sejauh tidak mengganggu kegiatan fungsi utama serta terjarnin kearnanan, keselarnatan dan keserasian bangunan dan lingkungan. eukup jelas. Yang dimaksud dalam ayat ini antara lain : I. Dalam peruntukan tanah suatu persil dapat digunakan untuk penggunaan campuran, sejauh tidak menghilangkan arti peruntukan utamanya. 2. Dalam penggunaan campuran sebagaimana dimaksud di atas dimungkinkan adanya penggunaan lain sebagal penunjang atau pelengkap fungai bangunan utamanya, atau kompleks bangunan. G: Diperkenankan dengan syarat ; Contoh : rurnah tinggal kecil pada peruntukan pernerintahan, perdagangan, dan lain-lain, sejauh berfungsi sebagai pelengkap alau penunjang kegiatan u tama pada perun tukan utama. mana mestinya. P-dsal 3S s.d. 39' P-d..1 40 •yat (I) Kode~: 3.2. Kode Diperkenankan pada peruntukan ·lain ; Contoh : rumah tingga! kecil pada peruntukan wisrna hesar dan sebagainya, sejauh tidak rnengganggu karakler arsiteklur lingkungan. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pekerjaan disini ialah antara lain membuat saluran air hUjan. resapan air, air buangan, jaringan listrik, telepon, air bersih, gas dan menjaga serta memelihara agar tetap dapat berfungsi sebagaiCukup jelas. Seri : B Nomor: 2 50suai dengan jenis peruntukannya ; Contoh : antara lain rumah tinggal kecil pada peruntukan wisma kecil. Cukup jelas. Yang dimaksud pemeliharaan bangunan dan pekarangan memerlukan keahlian adalah antara lain pemeliharaan lift. pengolahan limbah. pengkondisian udara. instalasi listrik. • y.t (2) -111- 3. Cara menggunakan tabel antara lain : Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan fasilitas umum ialah antara lain telepon umum. jasa pos. Pasal 31 P.sal 34 LDTahun 1992 No. 23 Cukup jelas. Yang dimaksud dengan bagian bangunan adalah apabila dalam pelaksanaannya bangunan belum seluruhnya selesai dan bagian bangunan yang telah selesai merupakan bagian bangunan yang dapat digunakan. Pasal 21 s.d. 29 Pasa! 33 Seri : B NomOI: 2 • 3.5. Kode f 0 : Tidal< diperkenankan ; i Contoh : bangunan rumah sedang pada peruntukan pelataran parkir, jalan arteri, sungai dan lain-lain. ayal (3) Yang dimaksud dengan bahaya pencemaran lingkungan ialah berupa gangguan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan seperti suara, bahan buangan padal, sampah, air limbah, gas, asap, gas heracun, bau dan sebagainya: ""I!!!' Taboo 1992 No. 23 Pasal 41 ayat (I) ayat (2) Pasal 43 ayat (I) ayat (2) : 2 Yang dimaksud dalam ayat (I) Pasa! ini ialah bahwa dalarn perencanaan arsitektur terutama dalam tapak (pongaturan tata letak) bangunan harus memudahkan upaya pencegahan bahaya kebakaran, seperti antara lain: jalan maiUk pekarangan, jarak antara bangunan, serta sirkulasi kendaraan. Pasal 46 ayat (I) ayat (2) Pasal 48 s.d. 53 LD Taboo 1992 No. 23 Yang diatur dalam ketentuan kbusus ialah antara lain tentang jenis, bentuk, ukuran, ketinggian konstruksi, cara pelaksanaan dan waktu penggunaan. Yang dimaksud dengan bangunan dalam ayat ini ialah antara lain bangunan restoran, cumah sakit, laboratorium. Cukup jelas. Seri ; B NomoI: 2 Yang dimaksud dengan bangunan di bawah tanah dalam Pasa! ini ialah antara lain per· tokoan, stasiun kereta api, lorong (koridor) penyeberangan dan bangunan penghubung. Pasal 55 dan 56 Cukup jelas. Pasal 57 ayat (I) ayat (2) Pasa! 58 dan 59 Pasal 60 ayat (I) Cukup jelas. Yang dimaksud dengan bangunan demi kepentingan umum ialah antara lain bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung perlunjukan, bangunan monumental, gelang' gang olah raga, bangunan serba guna dan sejenisnya. . Cukup jelas. Yang dimaksud dengan daerah-daerah yang belum memiliki rencana lerinci kota ialah seperli antara lain daerah perbaikan kampung dan sejenisnya. ayat (2) Cukup jelas. Pasal 61 dan 62 Pasal 63 ayat (I) Cukup jelas. ayat (2) Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan bangunan dalam ayat ini ialah antara lain bangunan industri, pabrik, work shop, bengkel besar. -113 - Pasal 54 Yang dimaksud lokasi-Iokasi tertentu ialah antara lain daerah-daerah MHT, tanah yang perpetakannya belum memenuhi, dan daerahdaerah belum ditetapkan rencana kota. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan lingkungan tertentu ialah lingkungan yang ditetapkan oleh Gubemur Kepala Daerah, dengan tetap mengacu pada peraturan induknya, antara lain bangunan di daerah Kawasan industri atau pusat pengembangan lingkoogan. Pasal 45 Pasal 47 Seri : B NomOI Yang dimaksud dengan lokasi kbusus untuk bangunan fasilitas umum ialah antara laln gardu listrik, terminal, gerbang loket jalan tol. Yang dimaksud dengan bangun-bangunan dalam Pasal ini antara lain reklame, papan nama, logo, sarana komunikasi. Pasal 42 Pasal 44 -112- Pasal 64 s.d. 67 Pasal 68 Pasa! 69 ayat (I) ayat (2) ayat (3) Yang dimaksud alap yang menyilaukan ialah seng, almunium, dan sejenisnya. Cukup jelas. Jarak bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini adalah jarak minimal yang diperkenankan dari balas pekarangan sampai bidang terluar dinding bangunan atau antara din ding teduaT bangunan yang saW dcngan din ding teTIuar dari bangunan lain yang terdekat. Cukup jelas. Penggunaan ruang yang beIbe da merupakan yang sekunder, sedangkan penggunaan yang serta penampilan utamanya tetap harus 80sual peruntukan dan jeDis bangunannya. Yang dimaksud dalam Pasa! ini ialah antara lain WC, kamar mandl, dapur kecil, gudang, ruang jaga atau pelayan, sarana kelengkapan r , Tabun 1992 No. 23 ayat (4) -114- Seri : B Nomo.: 2 untuk memelihara dan lain-lain sejenisnya. Cukup jelas.. Pasal 70 s.d. 72 Cukup jelas. Pasal 73 Contoh: dari unSUf arsitektur antara t LV Tabun 1992 No. 23 Pasa1 89 struktur Yang dimaksud dengan tinggi rata-rata tanah asli ialah ketinggian tertinggi ditambah ketinggian terendab dibagi dua. ayat (2) Cukup jelas. Yang dimaksud dengan bangunan kopel ialab dua bangunan yang mempunyai bentuk atap dan pola tampak yang sarna dan ber· gandengan: Pasa1 90 antara lain pondasi, kolom. - dari unsur instalasi dan perlengkapan bangunan antara lain AC. window. Paso1 74 s. d. 79 Cukup jelas. Paso1 80 Hal ini hanya berlaku untuk bangunan rumab tinggal, rumah susun, pertokoan dan perk.ntoran deret atau yang sejenis. Paso1 81 Cukup jelas. Pasal 82 PasaJ 83 s.d. 85 Cukup jelas. Paso1 86 Ketentuan dalam Paso1 ini tidak untuk menghitung retribusi. P.sal 88 ayat (I) Yang dimaksud dengan tinggi tampak ialab tinggi bidang tegak tampak bangunan diukur dari permukaan ho1aman sampai perpotongan bidang tersebut dengan bidang tampak. .yat (2) Yang dimaksud dengan rumah susun pada Pasa1 ini adalab blok bangunan terdiri satuansatuan rumah tinggal yang ditata vertikal. Pasal 92 s.d. 94 Cukup jelas. Pasal 95 Tinggi pagar batas halaman 3 m hanya berlaku pada batas pekarangan di beJakang GSB. ayat "(I) Yang dimaksud dengan dindingfbidang terbuka 101ab yang mengandung bukaanbuk.an jendela, pintu, teras terbuka dan lain-lain. Yang dimaksud dengan dinding/bidang tertutup io1ah yang tidak mengandung bukaan-bukaan seperri di atas, tapi masih dimungkinkan adanya jendela atas (bovenlicht) yang tinggi ambang bawahnya tidak kurang dari 1.80 m dari lantai ruangannya. Paso1 87 Paso1 91 ayat (I) Cukup jelas. ayat (2) Paso1 ini digunakan untuk menentukan ke· tinggian bangunan dan bukan untuk perhi· tungan retribusi. ayat (3) dan (4) Cukup jelas. Cukup jelas. Seri : B Nomo.: 2 ayat (1) lain kanopi, balkon. - .daTi unsur -115 - Tinggi pagar batas halarnan 7 m hanya berlaku pada batas pekarangan di belakang balas kedalaman jarak bebas kiri-kanan bangunan. Pasal 96 Pasa1 97 ayat (2) •. d. (4) Cukup je1as. ayat (1) Cukup jelas. ayat (2) Ukuran yang dimaksud dalam ayat ini ialah dihitung dari titik perpotongan kedua GSJ. ayat (3) Cukup jelas. ayat (I) Cukup jelas. ayat (2) Yang dimaksud dengan ruang penunjang ialah antara lain ruang musil<, ruang senam pribadi, ruang belajar, ruang tidur pelayan, dan lain-lain yang sejeDis, sejauh penambahan tersebut tidak mengganggu privacy dan keamanan tetangga. Cukup jelas. Pasal 98 Pasal 99 ayat (I) Cukup jelas. ',~:,,_::~ I W Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 -116- ayat (2) Bila gedung atau pabrik tersebut terletak dalam satu komplek dengan satu pengelolaan, maka fasilitas-fasilitas dimaksud dapat dipusatkan. ayat (3) dan (4) Cukup ielas. Pasa! 100 Cukup ielas. Pasa! 101 Ruang rongga atap (attic) ia1ah roang penggunaan yang terbentuk oleh bentuk dan struktur atap. Pasal 102 s.d. Pasa!107 Cukupielas. Pasal 108 ayat (I) Contoh iompo. ayat (2) Pasal 109 ayat (I) dan (2) ayat (3) . LD Taboo 1992 No. 23 Pasal 121 ayat (I) Cukup ielas. Pasa! 122 ayat (I) Cukup jelas. Cukup ielas. Cukup ielas. Yang dimaksud dengan sistem dan atau peralatan bagi pemeliharaan ialah antara lain gondola dan seienisnya yang diwaiibkan untuk bangunan yang melebihi ketinggian sepuluh lantai atau 40 m. Pasal 110 Pasal 111 s.d. 113 Cukup ielas. Pasa! 114 huruf a Kedua tangga harus dapat dieapoi dari 8Olasar/koridor atau roang antara (hall) yang berhubungan langsung dengan semua ruang fungsional yang ada secara langsung. hurnf bdan c Pasal 115 ayat (1) s.d. (4) ayat (5) Pasa! 116 s.d. 120 Ukuran standar diambil dari helikopter ienis BO. 105. Instansi yang berwenang dalam ayat ini ialah Direktmat Jenderal Perhubungan Udara. ayat (3) dan (4) Cukup ielas. ayat (5) Pengoperasian landasan helikopter harus mendapat persetuiuan prinsip dari Departemen Perhubungan. Pasal 123 Cukup jelas. Pasal 124 ayat (I) s.d. (6) Cukup ielas. Yang dimaksud dengan sarana penyelamatan antara lain sarana jalan keluar, alat pencegah kebakaran (hidran, sprinkler, alat pemadam api ringan), dinding tahan api. ayat (7) alat pencegah menialamya api misa1nya sistem komparlementasi dengan menggunakan rolling door. ayat (4) ayat (2) Cukup ielas. - alat pengaman untuk pemakai ialah antara lain iaring penangkal keiatuhan. Pasal 125 ayat (I) Yang dimaksud kemiringan disini ialah perbandingan antara iarak vertika! terhadap jarak horizontal. ayat (2) Misalnya pada bangunan parkir yang meng· gunakan sistem landasan parkir miring. Pasal 126 Yang dimaksud dengan ruang be bas ialah antara garis tepi permukaan ialan dengan permukaan struktur di sampingnya. Pasal 127 Cukup ielas. Contoh bangun-bangunan, antara lain, fasilitas pembuangan sampah, tempat jemuran, kolam renang, kandang hewan, sarana komu nikasi. Pasal 128 Cukup ielas. w Cukup jelas. Yang dimaksud dengan iarak pencapaian ialah paniangnya ialan/selasar yang dilalui, dan bukan iarak pintas. Cukup jelas. Seri : B Nomor: 2 Selain untuk ruang mekanikal' penthouse dapat digunakan sebagian untukruang penunjang fungsi utama gedung, seperti musoIa, ruang pembantu dan tidak digunakan untuk ruang sesuai fungsi utamanya. ayat (2) antara lain rumab sakit, rumab Yang dimaksud dengan -117 - Pasal 129 dan 130 Cukup ielas. " 1 . ,'c.':. -118- Tahun 1992 No. 23 Seri : B Nomor : 2 LD Tahun 1992 No. 23 Pasal 133 ayat (I) Pasal 131 ayat (I) huruf a huruf b Yang dirnaksud dengan konsep dasar ialah pendekat an, asumsi dan atau penyederhanaan sebagai dasar pereneanaan dan perhitungan struktur bangunan. Contoh dari data pokok antara lain data tentang jenis struktur, jenis mutti bahan, huruf e huruf d huruf e huruf f ayat (2) ukuran dari bagian'bagian struktur. Pasal 134 s.d. 136 Yang dirnaksud beban vertikal ialah beban akibat gaya gravitasi, sebagai eontoh beban mati, beban hidup. Yang dirnaksud beban khusus ialah getaran mesin, beban kejut. Pasal 137 ayat (I) Cukup jelas. Yang dirnaksud dengan struktur pokok ialah bagian struktur bangunan yang berfungsi menerima dan meneruskan seluruh beban yang bekerja pada' bangunan tersebut yang apabila terjadi kelainan dan atau gangguan akan mempengaruhi stabilitas dan kekuatan sebagian dan atau seluruh bangunan. Yang dimaksud dengan struktur pelengkap adalah bagian dari struktur bangunan yang Pasal 140' ayat (2) Pasal 138 dan 139 Pasal 141 s.d. 150 Pasal 151 ayat (I) dan (2) ayat (3) berfungsi menerima dan meneruskan beban yang bekerja, yang apabila terjadi kelainan dan atau gangguan akan mempengaruhi kekuatan struktur pelengkap dan tidak mempengaruhi pada stabilitas bangunan. huruf g ayat (2) Pasal 132 ayat (I) ayat (2) ayat (4) dan (5) Pasal 1-52 Pasal 153 ayat (1) Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimakaud dengan analisis dinamis ada· lah perhitungan yang berdasarkan atas besarnya gaya yang merupakan fungsi dari waktu (gaya tersebut berubah-ubah menurut satuan waktu). Yang dimaksud dengan analisis statis adalah perhitul1llan yang berdasarkan atas besamya gaya tetap (tidak berubah ubah). ayat (2) Pasal 154 _119 - Seri : D Nomor:2 Contoh pedoman stan dar teknis atau ketentuan yang berlaku umum di Indonesia antara lain Peraturan Beton Indonesia (PBI), Peraturan Pereneanaan Tanah Gempa Indonesia untuk Gedung (pPTGIUG), Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (pPIUG). Cukup jelas. Cukup jelas. Contoh beban hidup antara lain beban akibat getaran mesin, getaran lalu-lintas kendaraan. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan analisis tiga dimensi ialah analisis yang berdasarkan ruang (sumbu X,Y,Z). Cukup jelas. Cukup jelas. Contoh ruang-ruang yang mempunyai resiko bahaya kebakaran tinggi, antara lain ruang ketel uap (boiler), ruang pembangkit tenaga listrik, dapur utama, ruang mesin, ruang cud kering (dry cleaning), ruang pengasap. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dirnaksud dengan sarana jalan keloar dapat berupa pintu keluar, koridor, lobi, tangga kebakaran, tanda petunjuk jalan keluar. Cukup jelas. a. eontoh bangunan kelas A, ialah antara lain hotel, pertokoaiJ. dan pasar raya, perkantoran, rumah sakit dan perawatan, bangunan industri, tempat hiburan, mu- seum, bangunan dengan penggunaan eampuran ; b. eontoh bangunan kelas D, lalah antara lain perumahan bertingkat, asrama, sekolah, tempat ibadah ; W Tabun 1992 No. 23 -122- Pasal 242 dan 243 Cuku p je las. Pasa! 244 ayat (1) Yang dimaksud dengan keahlian kIlusus ia!ab antara lain keahlian pengelasan, pemasangan dan penarikan kabel pratekan, pe_ masangan batu tempel pada bangunan tinggi. ayat (2) Pasa! 245 s.d. 247 Pasa! 248 ayat (I) LD Tabun 1992 No. 23 Seri : B Nomor: 2 Contoh pereobaan pembebanan antara lain : pereobaan pembebanan pondasi, blok, plat, dan struktur lainnya. ayat (4) dan (5) I '1 ayat (3) Cukup jelas. Pasal 249 s.d. 253 Cukup jelas. Pasa! 254 ayat (1) Yang dimaksud dengan pengawasari pembangunan ialah pengawasan terhadap bangunan selama masih dalam tahapan perencanaan sampai dengan pelaksanaan. ayat (2) Cukup jelas. ayat (3) ~ Besar Pasal 256 ayat (I) Yang dirnaksud dengan luas bangunan ialah luas denab bangunan senyatanya da!arn satuan meter persegi. ayat (I) a.l. ayat (I) a.2.1 villara, pura ; b. sosia! non ibadah antara lain : - bangunan pendidlkan : sekolah (TK, SD, SLTP dan SLTA), akademi, perguruan OOggi, pesantren/madrasab, sominari, pusdildat, perpustakaan, labacatoriuID, aula. panli asuhan ; bangunan olah raga : sport hall, gedung olah raga, gedung stadion ; bangunan kesehatan : rumah sakit, klinik, puskesmas ; - bangunan pemakarnan : krematorium, rumah abu, bangunan makam ; bangunan kesenian/kebudayaan : an dan golongan pembangunan. museum, gedung kesenian ; Retribusi pengawasan tambahan (RPT) wajib dibayar oleh pemohoIl,sebagai akibat tambahan pelayanan yang disebabkan adanya pemanfaatan iebih dari segi teknis tertentu, yang ditetapkan dalarn Peraturan Daerah inL jaksanaan. Cukup jelas. Yang dirnaksud dengan bangunan .osial : a. sosia! ibadah antara lain mesjid, gereja, retribusi pengawasan pembangunan (RPP) yang harus dibayarkan diper· hitungkan berdasarkan peruntukan, jenis bangunan, luas bangunan, tinggi bangun- Yang dirnaksud dengan pemaofaatan iebih/ kelonggaran dari segi teknis tertentu dalarn Pasa! ini antara lain kelonggaran jarak be bas; penambahan luas maksimum lantai, penambahan tingkat, sepanjang kelonggaran terse but masih dapat diberikan kebi· Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dirnaksud dengan konstruksi peneegahan kelongsoran antara lain turap baja (sheet pile), turap beton, turap kayu. Seri : B Nomor : 2 Pasa! 255 Cukup jelas. ayat (2) -123 - bangunan hunian : flat murah/sederhan. ; - bangunan perbelanjaan : pasar inpres. ayat (I) a.2.2 Yang dirnaksud dengan bangunan u.aba ialah: a. industri{pergudangan : antara lain· industri ringan, sedang, berat, mengganggu, home industri, bengkel/work shop, gudang, service station, pool kendaraan, gedung parkir, termina!{.tasiun, hanggar, petern.kan{pertanian{perikanan, LD Tabun 1992 No. 23 -124 - Seri : B Nomor: 2 studio, silo/tangki. b. perdagangan/perkantoran : antara lain perkantoran, hotel, cottage, motel, flat/apartement mewah, pertokoan/kios, perbelanjaan/pasar. pasar raya (shopping centre), toserba (departement store), pasar swalayan, ruang pamer (show room), bioskop, amusement centre/disko· tik, pub, restoran, rumah makan, cafetaria, apotik, kantor kedutaan. ayat (1) huruf b.o. : yang dimaksud dengan lapangan olah raga terbuka antara iain lapangan tenis, bola basket, voli. ayat (2) Cukup jelas. Pasal 257 s.d. 260 Cukup jelas. Pasal 261 ayat (I) Yang dirnaksud dengan bangunan yang teiali herdiri ialah bangunan yang mempunyai izin. Untuk penetapan izin bangunan yang telah berdiri, selain dikenakan retribusi se besar 10% RPP juga dikenakan retribusi pengawasan pembangunan (RPP) dan retribusi pengawasan tambahan (RPT) sebagaimana dirnaksud dalam PasaI25·9. ayat (2) Cukup jelas. Pasal 262 s.d. 273 Cukup jela•. Pasal 274 Dalam melakukan pengawasan atas pelaksa· naan se bagairnana dimaksud dalam Pasal ini Dinas Pengawasan Pembangunan Kota dapat meminta pertimbangan teknis kepada instan· si terkait. seperti antara lain Dinas Tata Kota, Dinas Kebakaran, Dinas Pekerjaan Vmum. Pasal 275 s.d. 280 Cukup jelas.