PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA

advertisement
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH
TANGGA NELAYAN
Slamet Widodo
Program Studi Agribisnis, Universitas Trunojoyo Madura
Raya Telang Kotak Pos 02 Kamal, Bangkalan
[email protected]
ABSTRACT
This research aims at knowing the role of women in livehood system of
fishermen household. This research was done in Kwanyar Barat Village, District
Kwanyar of Bangkalan Regency and Karang Agung Village, District Palang of Tuban
Regency. The households were choosed intentionally. Technique of collecting data used
was in depth interview and partcipative observation for their economic, social and
organization activities in research area. Data were analysed with qualitative descriptive.
The results show that women have role in livehood system in their households. Their
contribution in livehood system of household is through productive activities. Small
industries in village area has significant role to increase women’s contribution for their
livehood households. Besides, labor intensive programs which are occupied in villages
has effect for women worker in the village area. Women worker migration should be
reduced so that women can participate for reproductive activities in takingof care their
children and household management.
Keywords : women's role, livelihood, household, fishermen
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan dapat dilihat dari aspek distribusi, yaitu kemampuan akses
rumah tangga terhadap pangan. Kemiskinan selama ini dilihat sebagai faktor penyebab
rendahnya akses penduduk atas pangan. Jumlah penduduk miskin hingga September
2011 tercatat sebanyak 29,89 juta jiwa penduduk miskin yang 63,36 persen diantaranya
berada di daerah pedesaan. Daerah pedesaan merupakan daerah yang sangat rentan
terhadap kemiskinan, termasuk di dalamnya daerah pesisir. Kemiskinan merupakan
salah satu faktor penyebab peningkatan peran perempuan dalam aktivitas ekonomi
rumah tangga.
Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran perempuan
(kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan perempuan dalam
mencari nafkah untuk keluarga di wilayah pesisir atau desa-desa nelayan tidak terlepas
dari sistem pembagian kerja secara seksual (the division of labour by sex) yang berlaku
pada masyarakat setempat. Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan
pranata-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian
berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka
manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata-pranata
tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan
hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi,
dan ekologi, di mana penduduk miskin itu hidup. Secara garis besar, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran perempuan dalam sistem nafkah rumah tangga.
Berbicara mengenai sistem nafkah rumah tangga utamanya di daerah pedesaan,
pada dasarnya dibangun dari dua basis, yaitu basis nafkah sosial dan basis nafkah
ekonomi. Permasalahan yang dihadapi di daerah pesisir berupa perubahan struktur
penduduk, gejala migrasi dan kemiskinan (Chaves, 2009; Widodo, 2011). Perempuan
sebagai bagian dari rumah tangga mempunyai peran yang cukup penting dalam sistem
nafkah ini. Ellis (2000), menyatakan bahwa pemahaman terhadap mata pencaharian
(livelihood) merupakan bagian dari strategi mata pencaharian (livelihood strategies).
Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan, lembaga-lembaga sosial, relasi gender,
hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di dua desa pesisir, yaitu di Desa Kwanyar Barat,
Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan dan Desa Karang Agung, Kecamatan
Palang, Kabupaten Tuban. Desa Kwanyar Barat terletak di bagian selatan Kabupaten
Bangkalan dan merupakan daerah pesisir dengan karakteristik penangkapan berupa
selat. Karakteristik selat ini menyebabkan risiko terjadinya konflik sumberdaya menjadi
lebih tinggi. Sedangkan Desa Karang Agung terletak di wilayah pesisir utara Kabupaten
Tuban dengan wilayah tangkap di perairan Laut Jawa.
Penelitian ini melibatkan 30 rumah tangga kasus. Rumah tangga kasus dipilih
secara sengaja. Tiap rumah tangga kasus yang terpilih akan digali informasi mengenai
peran dan kontribusi perempuan di dalam rumah tangga tersebut terhadap pendapatan
rumah tangga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara
mendalam. Selain itu, dilakukan pula metode observasi berpartisipasi dalam beberapa
kegiatan ekonomi, sosial, dan kelembagaan yang ada di lokasi penelitian. Data
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan perempuan, utamanya istri, di kedua desa kasus dalam bidang ekonomi
banyak terkonsentrasi pada sektor informal. Mereka memiliki cara-cara atau terobosanterobosan yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan
ekonomi rumah tangga mereka. Istri juga dituntut untuk ikut berperan dalam mencari
tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mereka tidak
hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami
mereka dari melaut, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah.
Peran perempuan dalam nafkah rumah tangga dimulai ketika perahu mulai
kembali dari melaut dan membawa hasil tangkapan. Pada saat itu, perempuan terlibat
dalam penjualan hasil tangkapan. Di Kwanyar Barat maupun di Karang Agung,
perempuan mempunyai peran yang berarti hingga terjualnya hasil tangkapan. Sebagian
besar perempuan ini adalah istri dari nelayan yang melaut. Mereka mempunyai
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
tanggung jawab untuk menjual hasil tangkapan di pasar maupun di Tempat Pendaratan
Ikan (TPI).
Pada waktu pendaratan, para perempuan yang sebagaian besar adalah istri
nelayan akan menunggu perahu suaminya mendarat di tempat pendaratan. Mereka
secara bersama-sama akan membantu suami mereka untuk menurunkan hasil tangkapan
kemudian membawanya ke tempat penjualan, sedangkan kaum laki-laki beristirahat
untuk melepas lelah di warung-warung sekitar tempat pendaratan atau langsung pulang
ke rumah. Penjualan ikan ini dikoordinasi oleh istri pemilik perahu atau oleh orang
kepercayaan pemilik perahu. Hasil tangkapan ini dijual pada pedagang. Pedagang yang
dikenal dengan istilah bakul atau bakol ini sebagian besar adalah penduduk desa sendiri.
Mereka berjualan ikan, baik di pasar desa maupun pasar desa lainnya, bahkan ada yang
berjualan hingga pasar kabupaten.
Peran perempuan dalam pemasaran hasil tangkapan tidak memberikan
kontribusi pendapatan secara langsung dalam nafkah rumah tangga. Di sini, mereka
hanya berperan membantu memasarkan hasil tangkapan dan tidak mengambil
keuntungan dari kegiatan tersebut, seluruh hasil penjualan diserahkan pada istri pemilik
perahu untuk kemudian dibagi sesuai dengan peran masing-masing dalam penangkapan
ikan. Pemilik perahu mendapatkan bagian sebanyak 60% sedangkan sisanya dibagi rata
kepada seluruh awak perahu. Suatu hal yang berbeda jika perempuan berperan sebagai
pedagang ikan. Sebagai pedagang, mereka mendapatkan keuntungan dari selisih harga
penjualan dan pembelian. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh pedagang ikan
berkisar antara Rp. 10.000,00 hingga Rp. 50.000,00 setiap harinya. Besarnya
pendapatan ini sangat tergantung pada besarnya modal yang mereka kelola. Semakin
besar modal yang dimiliki, mereka dapat membeli ikan dalam jumlah banyak dan
memasarkannya hingga ke pasar desa lain atau bahkan pasar kabupaten.
Di Karang Agung, selain dijual langsung ke konsumen dalam bentuk segar,
beberapa bakul merangkap sebagai pembuat pindang. Pindang adalah salah satu bentuk
pengolahan sekaligus pengawetan ikan dengan cara memasak ikan pada suatu tungku
yang terbuat dari tanah liat. Pemindangan dilakukan sebagai upaya meningkatkan nilai
jual ikan dan juga menjaga keawetan ikan, sehingga mengurangi risiko kerugian apabila
ikan tidak segera laku terjual. Hasil pemindangan kemudian dijual kepada beberapa
pedagang, baik yang berjualan di pasar maupun pedagang keliling.
Sedangkan di Kwanyar Barat, kegiatan produktif perempuan nelayan yang lain
adalah sebagai pengupas udang. Udang tersebut dikupas kemudian dijual kepada para
pembuat kerupuk udang sebagai bahan utama dalam pembuatan kerupuk udang. Ratarata dalam sehari, mereka dapat mengupas udang sebanyak 5 – 10 kg. Udang tersebut
didapatkan dari pedagang pengepul udang atau hasil tangkapan sendiri serta membeli
dari tetangga sekitar. Pekerjaan ini dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari setengah
hari. Udang yang telah dikupas langsung dijual ke pembuat kerupuk udang yang ada di
sekitar tempat tinggal mereka.
Di kedua desa, juga dijumpai kegiatan pengasinan ikan. Beberapa jenis ikan
yang mempunyai nilai ekonomi rendah diolah menjadi ikan asin. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mengawetkan ikan dan juga meningkatkan nilai ekonominya. Ikan segar
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
dibersihkan kemudian dibelah, dilumuri garam, dan dijemur di bawah sinar matahari.
Sepanjang jalan, banyak dijumpai papan kayu memanjang tempat penjemuran ikan.
Selain istri, kegiatan ini seringkali melibatkan anak perempuan, utamanya untuk
membantu menunggu dagangan ikan di pasar atau mengolah ikan untuk dibuat pindang.
Anak-anak perempuan ini mengisi waktu luangnya setelah pulang sekolah dengan
bermain dan membantu orangtua mereka. Pada perempuan yang telah menginjak
remaja, tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua menjadi semakin besar. Mereka
membantu menyelesaikan pekerjaan rumah sehari-hari seperti memasak, berbelanja,
membersihkan rumah, mencuci pakaian, hingga mengasuh adik. Selain itu, mereka juga
terlibat dalam kegiatan produktif seperti membersihkan ikan, mengupas udang, atau
sekedar menunggu dagangan di pasar. Sebagaimana temuan Kongolo & Bamgose
(2002), pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian bagi perempuan merupakan bagian
dari kegiatan sehari-hari, selain beban pekerjaan rumah tangga seperti mengurus anakanak, memasak, dan lain sebagainya.
Munculnya usaha kecil di pedesaan membawa dampak pada semakin
meningkatnya peran perempuan dalam nafkah rumah tangga. Sumbangan perempuan
dalam nafkah rumah tangga mengalami peningkatan. Kegiatan perempuan tidak lagi
terbatas pada kegiatan pemasaran hasil tangkapan, namun lebih jauh dari itu, mereka
terlibat dalam pekerjaan pengolahan. Kabir & Huo (2011) menemukan bahwa
keterlibatan perempuan di pedesaan dalam usaha kecil menyebabkan peningkatan
pendapatan serta partisipasi dalam pengambilan keputusan. Temuan di kedua desa kasus
menunjukkan bahwa beberapa perempuan terlibat dalam usaha kecil yang ada di sekitar
mereka. Sebagian besar merupakan usaha kecil yang dikelola oleh rumah tangga seperti
pengasinan ikan dan pemindangan ikan. Di Kwanyar Barat, usaha krupuk udang
merupakan usaha kecil yang telah mencapai tingkat lanjut karena membutuhkan
permodalan yang lebih besar.
Pada masyarakat di kedua desa kasus, bukan hal baru apabila perempuan (istri)
terlibat dalam nafkah rumah tangganya. Keterlibatan istri dalam nafkah rumah tangga
mendapat dukungan dari para suami, sebab disamping pekerjaan ini tidak mengganggu
tugas ibu sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai upaya istri untuk mendapatkan nafkah
tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kajian tentang peran perempuan dalam nafkah rumah tangga, utamanya di
pedesaan seperti yang dilakukan oleh Azahari (2008), menunjukkan bahwa peranan
perempuan dalam sistem nafkah rumah tangga cukup signifikan. Kondisi ini
menunjukkan bahwa peranan perempuan sebagai pelaku ekonomi tidak boleh diabaikan,
bahkan diperlukan dukungan teknologi untuk menunjang peranan perempuan dalam
kegiatan sosial dan ekonomi agar para perempuan dapat mengalokasikan waktunya
lebih banyak pada kegiatan produktif tanpa meninggalkan peranannya pada kegiatan
domestik. Berbagai studi di negara berkembang telah menunjukkan bahwa peran
perempuan dalam ekonomi rumah tangga sangatlah besar. Widodo (2009),
menunjukkan bahwa perempuan mempunyai peran dalam aktivitas ekonomi rumah
tangga. Pada usaha tani, perempuan memberikan sumbangan curahan waktu kerja yang
hampir sama dengan laki-laki. Kontribusi dalam aspek aktivitas ekonomi ini tidak
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
diimbangi dengan peran pada aspek kontrol atau pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan dalam rumah tangga masih didominasi oleh laki-laki (suami).
Hoque dan Itohara (2008) juga menemukan hal yang serupa. Peran perempuan
pedesaan relatif lebih tinggi dalam kegiatan pascapanen dan kegiatan pengelolaan
ternak daripada kegiatan pertanian lainnya. Partisipasi mereka hampir nihil dalam hal
kegiatan budidaya, sedangkan beberapa dari mereka berpartisipasi dalam kegiatan nonpertanian seperti pembuatan kerajinan tangan dan menjahit. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa perempuan pada rumah tangga petani memberikan kontribusi
pendapatan rumah tangga melalui berbagai aktivitas ekonomi. Temuan lainnya
menunjukkan bahwa di sebagian besar kasus partisipasi perempuan dalam proses
pengambilan keputusan mengenai berbagai urusan rumah tangga lebih rendah daripada
laki-laki. Khan & Khan (2007), menemukan bahwa perempuan sebagai kepala rumah
tangga, pendidikan perempuan, kepemilikan aset, berpengaruh positif terhadap
kontribusi mereka terhadap pendapatan rumah tangga. Umur perempuan memiliki efek
non-linear, meningkatkan kontribusi dan kemudian menurun dengan peningkatan umur
wanita.
Peningkatan peran perempuan lebih disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi
rumah tangga. Kebutuhan rumah tangga menjadi salah satu faktor utama yang
menyebabkan perempuan bekerja di luar rumah (Shastri & Sinha, 2010). Walaupun di
sebagian besar negara berkembang, perempuan diposisikan lebih inferior dibandingkan
laki-laki, namun pergeseran peran yang terjadi merupakan suatu kebutuhan. Nilai-nilai
budaya yang ada di masyarakat, mau tidak mau, harus bisa berkompromi dengan
peningkatan kebutuhan rumah tangga.
Industrialisasi Pedesaan
Keadaan berbeda tampak di Karang Agung, bagi anak perempuan yang telah
dewasa, terdapat peluang kerja sebagai buruh linting di pabrik rokok yang berada di
Desa Brondong, sebuah desa yang berbatasan langsung dengan Karang Agung. Pabrik
rokok yang beroperasi sejak tahun 2001 ini mampu menyerap tenaga kerja hingga 1.200
orang yang sebagian besar adalah perempuan. Pabrik rokok ini dikelola oleh Koperasi
Unit Desa (KUD) Mina Tani Brondong dan merupakan mitra produksi dari PT. HM
Sampoerna, sebuah pabrik rokok besar di Surabaya.
Persyaratan untuk menjadi buruh linting juga tidak terlalu sulit. Tidak ada
persyaratan pendidikan sama sekali. Ketika seleksi, para calon pekerja disuruh
merentangkan tangannya beberapa saat. Bila tangannya berkeringat, dia tak akan
diterima. Sebab, tangan yang berkeringat akan merusak dan mengotori kertas rokok saat
melinting rokok. Selain itu, untuk pekerja di bagian gunting, ibu jarinya tak boleh besar
karena gerakannya akan kaku. Kemudahan inilah yang menarik minat perempuan
Karang Agung untuk bekerja sebagai buruh di pabrik rokok MPS (Mitra Produksi
Sampoerna) ini.
Upah yang didapatkan dari pabrik rokok sebesar Rp. 650.000,- sebulan dan
diterima setiap akhir pekan. Jumlah ini relatif besar bagi warga Karang Agung, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat. Tidak
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
mengherankan jika hampir seluruh perempuan usia muda lebih tertarik bekerja di pabrik
rokok dibandingkan bekerja di sektor lain atau melakukan migrasi baik ke kota besar
maupun luar negeri. Alasan mereka pada umumnya adalah kedekatan lokasi kerja,
sehingga tetap dapat berkumpul dengan keluarga, terlebih bagi mereka yang telah
berkeluarga dan mempunyai anak.
Apabila dilihat dari sumbangan nafkah perempuan terhadap rumah tangga juga
relatif lebih besar dibandingkan dengan Kwanyar Barat. Penduduk perempuan Karang
Agung mempunyai kesempatan untuk bekerja sebagai buruh di pabrik rokok dengan
pendapatan yang cukup baik. Kesempatan ini ternyata tidak didapatkan oleh penduduk
perempuan Kwanyar Barat. Potensi industri besar yang padat karya belum terlihat di
Kwanyar Barat, bahkan di Madura pada umumnya. Perbedaan corak strategi nafkah di
kedua desa kasus ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan
industrialisasi di perdesaan. Industri dengan corak padat karya lebih tepat diarahkan
pada daerah perdesaan dengan keterbatasan sumber daya alam.
Migrasi Tenaga Kerja Perempuan
Widodo (2006; 2011) mengungkapkan tentang fenomena migrasi sebagai salah
satu strategi nafkah yang dijalankan oleh rumah tangga miskin di daerah pesisir. Peran
perempuan dalam nafkah rumah tangga juga diperoleh dari kegiatan migrasi, baik
regional maupun internasional. Migrasi biasanya dilakukan oleh generasi muda dengan
daerah tujuan di beberapa kota besar di Jawa Timur. Sebagian besar mereka bekerja di
sektor informal, yaitu menjadi pembantu rumah tangga, penjaga toko dan buruh pabrik.
Migrasi yang dilakukan oleh perempuan Kwanyar Barat dan Karang Agung sebagian
besar berpola kelompok. mereka berangkat bersama-sama ke suatu daerah dan bekerja
secara bersama-sama.
Fenomena migrasi ini semakin berkembang dikarenakan adanya jaringan sosial
yang bekerja di dalamnya. Kisah sukses salah satu pelaku migrasi menjadikan sebagai
faktor penarik bagi orang lain. Beberapa pelaku migrasi yang telah sukses pasti akan
mengajak kerabat maupun teman merak untuk turut serta melakukan migrasi.
Migrasi ke luar negeri sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) saat ini mengalami
penurunan yang disebabkan oleh ketatnya aturan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.
Beberapa tahun lalu migrasi ke luar negeri tampak menggejala terutama ke Malaysia.
Proses keberangkatan TKI berlangsung secara ilegal. Namun, seiring razia besarbesaran yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia yang berujung pada penangkapan
dan pemulangan TKI ilegal, gejala migrasi internasional ini mengalami penurunan.
Ketertarikan untuk menjadi TKI semakin menurun dengan banyaknya kasus kekerasan
yang dialami oleh TKI di luar negeri.
KESIMPULAN
Perempuan mempunyai peran dalam sistem nafkah rumah tangga. Kontribusi
perempuan dalam nafkah rumah tangga diperoleh melalui kegiatan produktif yang
mereka lakukan. Kegiatan tersebut, di antaranya, adalah keterlibatan perempuan dalam
pemasaran hasil tangkapan dan keterlibatan dalam kegiatan pengolahan hasil tangkapan.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Industri kecil di pedesaan ternyata mempunyai peran dalam meningkatkan kontribusi
perempuan dalam nafkah rumah tangga mereka. Selain industri kecil, adanya industri
padat karya yang masuk di pedesaan membawa dampak pada terserapnya tenaga kerja
perempuan di daerah pedesaan. Migrasi tenaga kerja perempuan hendaknya dapat
dikurangi, sehingga perempuan masih bisa berperan dalam kegiatan reproduktif terkait
pengasuhan anak dan pengelolaan rumah tangga lainnya. Dampak negatif dari migrasi
tenaga kerja perempuan utamanya sebagai TKI dapat dikurangi, sehingga kehidupan
rumah tangga tetap terjamin baik secara ekonomi maupun sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Azahari, D.H. (2008). "Indonesian Rural Women: The Role in Agricultural
Development". Analisis Kebijakan Pertanian. 6(1); Page 1-10.
Chaves, C. (2009). "Those that Urbanization Left Behind: A Case Study of Spatial
Disparities and Rising Dependency in Coastal Areas in Mindanao, The
Philippines". SOJOURN: Journal of Social Issues in Southeast Asia, 24(2), 251268. Retrieved from EBSCOhost.
Ellys, F. (2000). Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford:
Oxford University Press.
Kabir, M.S. & Huo, Xuexi. (2011). "Advancement of Rural Poor Women through Small
Entrepreneurship Development: The Case of Bangladesh." International Journal
of Business and Management. 6(9); Page 134-140.
Kongolo, M. & Bamgose, O. O. 2002. Participation of Rural Women in Development:
A Case Study of Tsheseng, Thintwa, and Makhalaneng Villages, South Africa.
Journal of International Women’s Studies. 4(1).
Shastri, R.K. & Sinha A., (2010). "The Socio-Cultural and Economic Effect on the
Development of Women Entrepreneurs (With Special Reference to India)."
Asian Journal of Business Management, 2(2): Page No: 30-34.
Widodo, Slamet. (2006). 2006. “Migrasi Internasional Tenaga Kerja Pertanian di
Kabupaten Bangkalan”. Pamator, Volume 3, Nomor 2.
Widodo, Slamet. (2009). "Analisis Peran Perempuan dalam Usahatani Tembakau."
Embryo, Vol. 6 No. 2.
Widodo, Slamet. (2011). "Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di
Daerah Pesisir". Makara Sosial Humaniora. Volume 15. Nomor 1.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Download