C-315 PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS AIR MINUM DARI DEPOT

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG
Yuli Pratiwi1
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sains Terapan, IST AKPRIND Yogyakarta
e-mail: [email protected]
1
ABSTRACT
The community still argue that the depot drinking water refill these water cracker, is derived
from the spring mountains that meet the health requirements. In fact not the case, the raw water can be
taken from a variety of sources so that hygiene depot refill drinking water must be observed. In
addition to the quality of the equipment, depending on the capability and also the personnel operating
the equipment's obedience included his attitude and behavior of clean and healthy. Given that drinking
water sold at the depot drinking water pollution-prone due to bacteria or pollutants due to location,
presentation and packaging is done openly by using containers of bottled water bottle refills so that
consumers need to be aware of it. The purpose of this research is to identify the presence of coliform
bacteria in drinking water from a drinking water refill depot in Gondokusuman Subdistrict,
Yogyakarta including knowing information about raw water source used and analyze water trough
processing procedures. Refill drinking water samples used for research comes from 9 refill drinking
water depot in Gondokusuman Subdistrict, Yogyakarta is collation samples which include
bacteriological parameters (coliform and colitinja), chemical (pH, hardness, Fe) and physical (color,
sense of smell, turbidity) was carried out in the laboratory of Microbiology IST AKPRIND. Analysis of
water quality will be based on the standard method of coliform the presence of bacteria of APHA, and
then compared to the table MPN/JPT. Bacteriological examination results data then, chemical and
physical Quality according to Standard compared to Kep. Health Minister RI No.
907MENKESSKVII2002 about the terms of the terms and the supervision of drinking water Quality..
Results of the study showed that from 9 refill drinking water depot in Gondokusuman Subdistrict
Yogayakarta which is used as the object of research turns 44,4 (4 depot) still contain bacteria koliform
(total bacteria koliform), currently containing e. coli (kolitinja) only 11.1 (1 depot). The raw water source
used is derived from well water (1 depot) and spring at Kaliurang (8 depot). Procedures for the processing
of drinking water using Reverse Osmosis System (6 depot), ultra violet (2 depot) and ozone (1 depot).
Keywords: depot refill drinking water, coliform bacteria, reverse osmosis, ultra violet, ozone, raw
water
PENDAHULUAN
Air minum merupakan kebutuhan manusia paling penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh
manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan.
Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada
berat badan dan aktivitasnya, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia,
maupun bakteriologis (Suriawiria, 1993).
Perkembangan air minum dalam kemasan berkembang pesat, akan tetapi makin lama harga air
minum dalam kemasan semakin mahal dan hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi menengah
ke atas. Kondisi ini menjadikan bisnis air minum isi ulang memiliki pangsa pasar sendiri dan
maraknya bisnis baru ini tidak terlepas dari semakin mahalnya harga air minum kemasan terutama
yang bermerek. Harga yang ditawarkan air minum isi ulang dapat lebih murah lantaran tidak
memerlukan biaya pengiriman dan pengemasan (Purwarna dan Rachmadi, 2003).
Masyarakat masih memiliki persepsi bahwa air baku depot air minum isi ulang berasal dari
sumber mata air pegunungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, dalam kenyataannya tidak
demikian karena air baku dapat diambil dari berbagai sumber sehingga higienitas Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU) harus diperhatikan. Selain kualitas peralatannya, tergantung pula kemampuan dan
ketaatan tenaga yang mengoperasikan peralatan tersebut termasuk sikap dan perilaku bersih dan
sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan menangani hasil olahan yang tidak berperilaku bersih dan
sehat dapat mencemari hasil olahan (Hadi Siswanto, 2003).
Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat (Suprihatin, 2003). Air minum yang dijual di
C-315
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
DAMIU rawan pencemaran karena faktor lokasi, penyajian dan pewadahan yang dilakukan secara
terbuka dengan menggunakan wadah botol air minum kemasan isi ulang sehingga konsumen perlu
mewaspadai hal tersebut. Bakteri coliform dicurigai berasal dari tinja, oleh karena itu kehadirannya di
dalam berbagai tempat mulai dari air minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain untuk
keperluan manusia, tidak diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Karena adanya hubungan antara
tinja dan bakteri coliform sehingga bakteri ini digunakan sebagai indikator alami kehadiran materi
fekal, artinya jika pada suatu subtrat misalnya air minum didapatkan bakteri ini maka langsung
ataupun tidak langsung berarti air minum tersebut dicemari materi fekal (Suriawiria, 1993).
Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, berarti kemungkinan semakin tinggi pula
risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan.
Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran
manusia atau hewan berdarah panas adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam,
kram perut, dan muntah-muntah (Suprihatin, 2003).
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi adanya bakteri coliform pada air minum dari
DAMIU diWilayah Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta, termasuk mendapatkan informasi tentang
sumberair baku yang dipergunakan, mendeskripsikan dan menganalisisprosedur pemrosesan air
minum yang dilaksanakan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII
tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, yang dimaksud air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan kesehatan air minum meliputi persyaratan
bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Sehingga kualitas air minum seharusnya jernih, tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Selain itu juga tidak mengandung kuman pathogen dan
segala mahkluk yang membahayakan kesehatan manusia (tingkat kontaminasi 0 koloni / 100 ml),
tidakmengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan
tidak merugikan secara ekonomis.
Agar kualitas air minum sesuai dengan standar yang berlaku maka perlu dilakukan
pengawasan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, pengawasan
kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala minimal setiap
tiga bulan, meliputi kegiatan: 1) inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada:
sumber air baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum dalam
kemasan. 2) pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di laboratorium. 3)
analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan di lapangan, menjadisuatu rekomendasi
untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil kegiatan 1), 2) yang ditujukan untuk pengelola
penyediaan air minum. 4) tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola
penyedia air minum. 5) melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
Jadi pengelola penyediaan air minum harus menjamin air minum yang diproduksinya
memenuhi syarat kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala yaitu memeriksa
kualitas air yang diproduksi mulai dari pemeriksaan pada: instalasi pengolahan air; jaringan pipa
distribusi; pipa sambungan ke konsumen; proses isi ulang dan kemasan; serta melakukan pengamanan
terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari segala bentuk pencemaran.
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor :
651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya, yang
dimaksud DAMIU adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air
minum dan menjual langsung kepada konsumen, sedangkan air baku adalah air yang diolah menjadi
air minum dalam kemasan (AMDK) maupun Air Minum Isi Ulang (AMIU) berasal dari lapisan yang
mengandung air di bawah permukaan tanah, mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan
tanah, dan atau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang airnya berasal dari mata air dan belum
diolah. Air baku harus jernih, bersih dan bebas klorin. Sumber air baku yang digunakan harus terbebas
dari bakteri coliform.
Proses pengolahan air minum isi ulang dapat dilakukan dengan ozon maupun sinar ultra violet
untuk disinfeksi atau dengan sistem RO (Reverse Osmosis). Kedua proses tersebut dimulai dari tahap
pengangkutan air baku yang diambil dari sumbernya dengan menggunakan tangki air dan kemudian
ditampung dalam bak penampung air. Proses selanjutnya dengan ozon / sinar ultra violet untuk
disinfeksimeliputi: penyaringan bertahap mulai dari sandfilter,carbon filter dan micro filter
C-316
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
dilanjutkan desinfeksi ozon atau ultra violet. Desinfeksi ozon berlangsung dalam tangki pencampur
ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm,
sedangkan desinfeksi sinar ultra violet dengan melewatkan air kedalam tabung atau pipa yang disinari
dengan lampu ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm. Pengisian ke tempat air (galon)
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis sedangkan penutupannya dilakukan dengan tutup
yang dibawa konsumen atau yang disediakan oleh DAMIU.
RO adalah unit pengolahan air dengan menggunakan membran semi permeable. Sistem ini
mampu mereduksi logam-logam dan garam yang berlebih seperti Sodium (S), Potasium (P), Arsen
(As), Timbal (Pb), dan Cadmium (Cd) hingga 98%. ROmampu merduksi senyawa organik, bakteri,
virus, jamur dan cemaran pestisida sehingga dihasilkan air murni dengan kandungan mineral dan
partikel padat terlarut (TDS: Total Disolved Solid)rendah. Tahapan penyaringan akhir dari sistem RO
adalah menggunakan karbon aktif yang berbentuk bubuk yang berfungsi untuk menjernihkan serta
menyerap bau dan rasa.
Agar masyarakat terhindar dari kemungkinan terkena risiko penyakit bawaan air akibat
mengkonsumsi air minum isi ulang, maka DAMIU harus menerapkan higiene sanitasi yang meliputi:
1)lokasi bangunan yang digunakan harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, yaitu jauh dari
daerah pencemaran seperti daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah,
penumpukkan barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat
menimbulkan pencemaran terhadap air minum, perusahaan lain yang menimbulkan pencemaran
seperti bengkel cat, las, kapur, asbes dan sejenisnya dan tempat pembuangan kotoran (tinja) umum,
terminal bus, atau daerah padat pencemaran lainnya; 2) bangunan,harus kuat, aman dan mudah
dibersihkan serta mudah pemeliharaanya. Sedangkan tata ruangnya minimal terdiri ruangan: proses
pengolahan, tempat penyimpanan, tempat pembagian / penyediaan, tunggu pengunjung; 3) fasilitas
sanitasi di DAMIU meliputi tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih, saluran
limbah, serta menyediakan satu unit dispenser dan air minum contoh pengunjung; 4) sarana
pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan syarat yang ditetapkan
Departemen Kesehatan yaitu bahan tara pangan (food grade) yang meliputi kran pengisian air baku,
pipa pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikro filter, kran
pengisian air minum curah, kran pencucian botol, tangki pembawa air, kran penghubung (hose),
peralatan sterilisasi, 5)air baku yang digunakan harus memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses
pengolahan yang dapat menghasilkan air minum dan untuk menjamin kualitas air baku, maka wajib
dilakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel secara periodik.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa total coliform per 100 ml air minum adalah
0 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002). Bakteri
coliform berdasarkan asal dan sifatnya menurut Suriawiria (1993) dibagi menjadi dua golongan: 1)
coliform fekal, seperti Escherichia coli yang berasal dari tinja manusia; 2) coliform non fekal, seperti
aerobacter dan klebsiella yang bukan berasal dari tinja manusia tetapi biasanya berasal dari hewan
atau tanaman yang telah mati.Escherichia coli adalah bakteri yang banyak ditemukan di dalam usus
besar manusia dan dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak, juga dapat
menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus.
Pemeriksaan bakteri coli dapat dilakukan dengan cara peragian dalam tabung dan hasilnyadinyatakan
dengan indeks MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat ) bakteri golongan
coli. Indeks ini menggambarkan jumlah bakteri golongan coli yang paling mungkin, dan bukan
perhitungan yang sesungguhnya. Walaupun begitu, hasil angka ini memberikan gambaran yang dapat
digunakan untuk menunjukkan kualitas air (Purwarna dan Rachmadi, 2003). Pemeriksaan bakteriologi
dengan metode MPN, terdiri dari presumtive test (test perkiraan) dan confirmative test (test
penegasan).Media yang dapat dipergunakan untuk presumtive test yaitulactose broth, sedangkan
confirmative test menggunakanBrilliant Green Lactose Bile Broth
C-317
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
METODE PENELITIAN
Persiapan Alat dan Bahan
Menentukan 9 Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kec.Gondokusuman, Yogyakarta:
a. Mengambil sampel air minum isi ulang untuk pemeriksaan: bakteri, fisik, kimia
b. Menggali informasi terkait sumber air baku yang digunakan
c. Mengamati dan menggali informasi terkait prosedur pemrosesan air minum isi ulang
Pemeriksaan sampel air minum isi ulang di Lab. Mikrobiologi Lingkungan IST AKPRIND:
a. Pemeriksaan bakteriologi→ coliform dan colitinja:
1) Tes perkiraan (presumtive test)
2) Tes penegasan (confirmative test)
b. Pemeriksaan kimia: pH, kesadahan, Fe
c. Pemeriksaan fisik: warna, rasa & bau, kekeruhan
Analisis Data:
a. Analisis kualitas air akan kehadiranbakteri coliform berdasarkan metode standar dari APHA
(1981) ,kemudian dibandingkan dengan tabel MPN/JPT
b. Hasil pemeriksaan bakteriologi, kimia dan fisik dibandingkan dengan Baku Mutu menurut Kep.
Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum
Laporan Penelitian
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
PEMBAHASAN
Data hasil penelitian meliputi: data
Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Gondokusuman yang digunakan untuk penelitian termasuk hasil pemeriksaan parameter bakteriologi,
kimia dan fisik airnya seperti tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Depot Air Minum Isi Ulang di Kec. Gondokusuman yang digunakan untuk Penelitian
No.
1.
Depot Air
Minum
I
Asal Sumber
Air
Mata air
Kaliurang
2.
II
Mata air
Kaliurang
3.
III
Mata air
Kaliurang
4.
IV
5.
V
Mata air
Kaliurang
Mata air
Kaliurang
Proses
Reverse
Osmosis
Reverse
Osmosis
Ultra
Violet
Ozon
Ultra
Violet
Pengujian
Air Setiap:
3 bulan
Jumlah
Karyawan
2
Tahun
Pendirian
2010
3 bulan
2
2005
3 bulan
2
2008
1 bulan
6
2012
3 bulan
1
2007
C-318
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
6.
VI
Mata air
Kaliurang
7.
VII
Mata air
Kaliurang
8.
VIII
Mata air
Kaliurang
9.
IX
Air Sumur
Reverse
Osmosis
Reverse
Osmosis
Reverse
Osmosis
Reverse
Osmosis
ISSN: 1979-911X
3 bulan
3
2006
3 bulan
2
2011
3 bulan
2
2011
3 bulan
2
2006
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Parameter Bakteriologi, Air dari Depot Air Minum Isi Ulang di Kec.
Gondokusuman yang digunakan untuk Penelitian
No.
Depot Air
Minum
Parameter
Satuan
1.
I
2
II
3.
III
4.
IV
5.
V
6.
VI
7.
VII
8.
VIII
9.
IX
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
Total Koliform
E. coli (kolitinja)
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
MPN/100 ml
Hasil Analisis Ulangan ke:
1
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
2
2
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
2
0
0
0
4
2
2
2
2
0
Baku
Mutu*
0
0
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Parameter Fisik, Air dari Depot Air Minum Isi Ulang di Kec.
Gondokusuman yang digunakan untuk Penelitian
No.
Depot
Air
Minum
1.
I
2
II
3.
III
Parameter
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Satuan
Pt.Co
NTU
mg/L
Pt.Co
NTU
mg/L
-
1
Tdk berbau
Tdk berasa
1
0,5
88
Tdk berbau
Tdk berasa
4
0,8
101
Tdk berbau
Tdk berasa
C-319
Hasil Analisis
Ulangan ke:
2
Tdk berbau
Tdk berasa
2
0,5
85
Tdk berbau
Tdk berasa
5
0,8
98
Tdk berbau
Tdk berasa
Baku
Mutu*
3
Tdk berbau
Tdk berasa
2
0,5
89
Tdk berbau
Tdk berasa
5
0,8
101
Tdk berbau
Tdk berasa
Tdk berbau
Tdk berasa
15
5
500
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
4.
IV
5.
V
6.
VI
7.
VII
8.
VIII
9.
IX
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Bau
Rasa
Warna
Kekeruhan
TDS
Pt.Co
NTU
mg/L
Pt.Co
NTU
mg/L
Pt.Co
NTU
mg/L
Pt.Co
NTU
mg/L
Pt.Co
NTU
mg/L
Pt.Co
NTU
mg/L
Pt.Co
NTU
mg/L
4
0,6
96
Tdk berbau
Tdk berasa
5
0,6
90
Tdk berbau
Tdk berasa
2
1,4
86
Tdk berbau
Tdk berasa
1
0,4
88
Tdk berbau
Tdk berasa
2
0,7
26
Tdk berbau
Tdk berasa
1
0,4
92
Tdk berbau
Tdk berasa
3
0,5
246
ISSN: 1979-911X
4
0,7
96
Tdk berbau
Tdk berasa
4
0,5
91
Tdk berbau
Tdk berasa
6
1,6
86
Tdk berbau
Tdk berasa
1
0,4
88
Tdk berbau
Tdk berasa
3
0,7
28
Tdk berbau
Tdk berasa
1
0,4
95
Tdk berbau
Tdk berasa
5
0,9
241
5
0,6
99
Tdk berbau
Tdk berasa
4
0,6
91
Tdk berbau
Tdk berasa
6
1,6
87
Tdk berbau
Tdk berasa
2
0,4
89
Tdk berbau
Tdk berasa
3
0,8
28
Tdk berbau
Tdk berasa
3
0,4
93
Tdk berbau
Tdk berasa
5
0,8
245
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Parameter Kimia, Air dari DAMIU di Kecamatan Gondokusuman yang
digunakan untuk Penelitian
No.
Depot
Air
Minum
1.
I
2
II
3.
III
4.
IV
5.
V
6.
VI
Parameter
pH
Kesadahan
pH
Kesadahan
pH
Kesadahan
pH
Kesadahan
pH
Kesadahan
pH
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
-
1
6,8
51,3
6,9
51,3
6,9
51,3
6,9
51,3
6,8
51,3
7,1
C-320
Hasil Analisis
Ulangan ke:
2
6,8
51,3
6,9
51,3
6,9
51,3
6,9
51,3
6,8
51,3
7,1
Baku
Mutu*
3
6,8
51,3
6,9
51,3
6,9
51,3
6,9
51,3
6,8
51,3
7,1
6,5-8,5
500
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
7.
VII
8.
VIII
9.
IX
Kesadahan
pH
Kesadahan
pH
Kesadahan
pH
Kesadahan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
51,3
6,8
51,3
7,1
51,3
6,8
119,7
51,3
6,8
51,3
7,1
51,3
6,8
119,7
ISSN: 1979-911X
51,3
6,8
51,3
7,1
51,3
6,8
119,7
Dari 9 DAMIU (tabel 2) di wilayah Kecamatan Gondokusuman Yogayakarta yang digunakan
sebagai obyek penelitian ternyata 44,4% (4 depot) masih mengandung bakteri koliform (total bakteri
koliform), sedang yang mengandung E.coli (kolitinja) hanya 11,1 % (1 depot). Perlu diketahui bahwa
air yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan air minum isi ulang (Tabel 1) berasal dari air
sumur (1 depot) dan mata air di Kaliurang (8 depot) yang diangkut dengan mobil tangki air. Air
tersebut ditampung dalam suatu wadah kemudian diproses (Tabel 1) dengan sistem: RO (6 depot), UV
(2 depot) dan ozon (1depot). Hasil pemeriksaan parameter fisik dan kimia meliputi: bau, rasa, warna,
kekeruhan, TDS, pH dan kesadahan dari ke 9 depot air minum isi ulang, semuanya masih memenuhi
standar baku sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII
tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum (Tabel 3 dan 4).
Semua air baku yang sudah diproses menjadi air minum isi ulang seharusnya sudah steril dan
bebas dari bakteri koliform maupun kolitinja. Adanya kontaminasi bakteri coliform maupun E.coli
menandakan air tersebut masih tercemar. Untuk itu perlu penelitian / pemeriksaan sumber air yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan air minum isi ulang, apakah sumber air yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan air minum isi ulang sudah tercemar ?.Di samping itu juga perlu
penelitian standar mutu alat pemrosesanair minum isi ulang termasuk higiene sanitasi lingkungan di
sekitar depot agar tidak terjadi kontaminasi silang dari lingkungan sekitar. Higienen sanitasi meliputi:
1) lokasi bangunan yang digunakan harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran; 2)
bangunan,harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta mudah pemeliharaanya; 3) fasilitas sanitasi
di DAMIU meliputi tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih, saluran limbah,
serta menyediakan satu unit dispenser dan air minum contoh pengunjung; 4) sarana pengolahan air
minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan syarat yang ditetapkan Departemen
Kesehatan; 5)air baku yang digunakan harus memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Adanya kontaminasi bakteri koliform 44,4% (4 depot) dan E.coli (kolitinja) hanya 11,1 % (1
depot) dapat juga disebabkan dari faktor karyawan yang kurang menjaga kebersihan maupun proses
pengemasan air minum isi ulang yang tidak sesuai prosedur. Karyawan DAMIUyang berhubungan
langsung dengan produksi harus dalam keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit atau hal-hal
lainnya yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran air minum. Karyawan bagian produksi
(pengisian) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu yang sesuai. Karyawan
harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaannya, terutama pada saat penanganan wadah dan
pengisian agar tidak mengotori air. Karyawan tidak diperkenankan makan, merokok, meludah atau
melakukan tindakan lain selama melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap
air.
Proses pengemasan air minum isi ulang harus sesuai prosedur agar terhindar dari kontaminasi
bakteri koliform maupun E. Coli (kolitinja). Prosedur pengemasan air minum isi ulang antara lain
yaitu sebelum air minum hasil olahan dikemas maka terlebih dahulu kemasan dicuci dan disterilkan
dengan menggunakan air ozonatau air panas. Pencuciankembali ini dapat dilakukan dengan merendam
atau mengalirkan larutan caustic soda, dan selanjutnya dibersihkan pada bagian luardengan
seksama.Tutup kemasan yang digunakan harus didesinfeksi sebelum digunakandan harus
menggunakan bahan sesuai untuk makanan dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Kemasan galon yang
telah diisi dengan air isi ulang harus segera diberi tutup kemudian dilakukan pengepresan dan
selanjutnya tutup kemasan diberi segel pengaman dan dilewatkan pada pemanas untuk merekatkan
segel.
C-321
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014
Yogyakarta, 15 November 2014
ISSN: 1979-911X
KESIMPULAN
Dari 9 DAMIU di wilayah Kecamatan Gondokusuman Yogayakarta yang digunakan sebagai
obyek penelitian ternyata 44,4% (4 depot) masih mengandung bakteri koliform (total bakteri
koliform), sedang yang mengandung E.coli (kolitinja) hanya 11,1 % (1 depot).Sumberair baku yang
dipergunakan pada DAMIU di Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta berasal dari air sumur (1
depot) dan mata air di Kaliurang (8 depot).Prosedur pemrosesan air minum yangdilaksanakan pada
DAMIU di Kecamatan Gondokusuman,Yogyakarta menggunakan sistem Reverse Osmosis (6 depot),
ultra violet (2 depot) dan ozon (1 depot).
Saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang terkait: kualitas
air baku yang digunakan termasuk transportasinya serta higiene & sanitasi depot air minum isi ulang
yang ada di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Apha, 1981, Standart Methods for The Examination or Water and Waste Water, 5th.Ed., American
Public Health Association, Washington.
Hadi
Siswanto,
2003,
Mencegah
Depot
Air
Minum
Isi
Ulang
Tercemar,
http://www.hakli.or.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article& sid=24, Hakli.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor :
651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya.
Purwana, Rachmadi, 2003, Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Depkes RI
WHO, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI) No 01-3553, 1996, Air Minum Dalam Kemasan. Deperindag,
Jakarta.
Suprihatin, Sebagian Air Minum Isi Ulang Trcemar Bakteri Coliform, Tim Penelitian Laboratorium
Teknologi dan Manajemen lingkungan, IPB, Kompas, 26 April 2003.
Surawira, 1993, Mikrobiologi Air, Angkasa Bandung.
C-322
Download