Dinamika Pendidikan Vol. 1, No. 1, Agustus 2012, Hal. 1-7 ISSN 2085-4277 PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN IPA KONSEP KALOR MELALUI PBO (PENDEKATAN PEMBELAJARAN OTENTIK) Subekhi SMP 4 Bojong kabupaten Pekalongan Abstrak Hasil belajar dan atmosfer belajar siswa materi Kalor belum bagus, dan sikap ilmiah pada siswa juga belum terbentuk dengan baik, maka dibuat penelitian dengan rumusan masalah pertama Apakah dengan menerapkan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) pada konsep kalor dapat meningkatkan atmosfer belajar siswa? Kedua Apakah dengan menerapkan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) pada konsep kalor dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Ketiga Apakah dengan menerapkan PBO ?(Pendekatan Pembelajaran Otentik) pada konsep kalor dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas VIIA SMP 4 Bojong tahun pelajaran 2009/2010? Penelitian ini dilakukan di SMP 4 Bojong dengan subyak siswa kelas VIIA sebanyak 36 siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I atmosfer belajar siswa lebih baik daripada sebelum tindakan, hasil belajar juga meningkatkan dari sebelum tindakan. Prosentase ketuntasan kelas setelah tindakan siklus II naik menjadi 86,1% dari sebelumnya 27,7%, sikap ilmiah juga mengalami peningkatan. © 2012 Dinamika Pendidikan Kata Kunci: Pendekatan; Otentik; menghadirkan; Kondisi Riil PENDAHULUAN Dalam pembelajaran konsep Kalor masih banyak ditemukan hambatan-hambatan yang dihadapi, antaralain; (1) siswa kurang antusias belajar di kelas, (2) siswa kurang termotivasi belajar, (3) siswa kurang berani bertanya ketika menghadapi kesulitan dalam penerapan konsep Kalor, (4) siswa kurang mampu memberikan contoh penerapan konsep Kalor dalam kehidupan sehari-hari, (5) kurang terbentuknya sikap ilmiah. Selain itu berdasarkan daftar nilai ulangan harian mata pelajaran IPA kelas VII konsep Kalor dua tahun terakhir tingkat ketuntasan kurang dari 60%. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pemilihan pendekatan pembelajaran otentik. Rumusan masalah dari penelitian ini pertama Apakah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran otentik pada konsep kalor dapat meningkatkan atmosfer belajar siswa kelas VIIA SMP 4 Bojong tahun pelajaran 2009/2010? Kedua Apakah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran otentik pada konsep kalor dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP 4 Bojong tahun pelajaran 2009/2010? Ketiga Apakah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran otentik pada konsep kalor dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas VIIA SMP 4 Bojong tahun pelajaran 2009/2010? Pendekatan pembelajaran otentik merupakan pendekatan pembelajaran dengan menghadirkan kondisi riil atau kongkrit sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif karena siswa dapat mengamati, melihat, melakukan, merasakan dan menyimpulkan sendiri. Dengan pendekatan pembelajaran otentik diharapkan mampu meningkatkan mutu pembelajaran IPA. Mutu pembelajaran IPA konsep Kalor meliputi mutu proses dan mutu hasil. Mutu proses pembelajaran IPA konsep kalor dalam penelitian ini diartikan sebagai kondisi pembelajaran yang mampu menciptakan atmosfer belajar yang baik. Kriteria atmosfer belajar yang baik dalam penelitian ini meliputi, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, tingkat aktifitas siswa dalam eksperimen, tingkat aktifitas siswa dalam diskusi hasik eksperimen, kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan siswa mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, kemampuan memanfaatkan waktu dalam eksperimen, kemampuan membangun ide, serta kemampuan siswa menarik simpulan. Mutu hasil belajar meliputi hasil ulangan harian maupun hasil terbentuknya sikap ilmiah pada siswa. Sikap ilmiah yang dikaji dalam penelitian ini meliputi; (1) mencintai kebenaran, tidak purbasangka, dan toleran (2) bertakwa terhadap Tuhan YME(3) ulet,teliti, dan hati-hati (4) ingin tahu dan optimis. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMP 4 Bojong kabupaten Pekalongan dengan subyek penelitian siswa kelas VIIA terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Prosedur penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan akan dilakukan sesuai dengan rencana sebanyak 2 siklus selama 4 kali pertemuan, dengan langkahlangkah pada setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan , pengamatan, dan refleksi. Pada siklus I peneliti membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Otentik(PBO). Adapun skenarionya mula-mula pendidik melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan, membagi siswa kedalam 6 kelompok, menginformasikan pengertian kalor, memodelkan eksperimen pengaruh kalor terhadap suhu zat setahap demi setahap dengan menggunakan alat dan bahan yang biasa ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa melakukan eksperimen pengaruh kalor terhadap suhu zat seperti yang dimodelkan oleh guru, dilanjutkan dengan diskusi hasil percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu, diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan suhu, dan menghitung banyaknya kalor yang diperlukan. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk melakukan presentasi hasil diskusinya. guru memberi penguatan, siswa melakukan refleksi dengan membuat jurnal belajar, menyimpulkan hasil eksplorasi, memberikan tugas. Peneliti juga merencanakan lembar observasi tentang atmosfer belajar siswa, alat evaluasi, dan alat bahan yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan, pendidik, siswa, maupun observer melakukan kegiatan yang telah dirancang pada tahap perencanaan, observer mencatat seluruh proses yang terjadi pada guru maupun siswa. Pada tahap refleksi peneliti bersama observer melakukan evaluai dan analisis seluruh data-data hasil observasi maupun hasil ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kelemahan, maupun kelebihan dari kegiatan siklus I. Pada siklus II, tahap perencanaan berdasarkan hasil evaluasi dan analisis siklus I peneliti membuat rancangan pembelajaran menggunakan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) Migrasi Anggota. Adapun skenarionya mula-mula guru melakukan appersepsi, menyampaikan tujuan lalu membagi peserta didik menjadi 6 kelompok masing masing kelompok terdiri dari 6 siswa, 2 anggota kelompok A menggabung dengan kelompok B, 2 anggota kelompok B menggabung dengan kelompok C dan seterusnya, Melalui bimbingan guru peserta didik setiap kelompok melakukan percobaan untuk menyelidiki peristiwa konduksi dan konveksi. Anggota kelompok yang migrasi kembali kekelompoknya, siswa melakukan diskusi kelompok hasil percobaan konduksi dan konveksi untuk menyimpulkan pengertian konduksi, pengelompokan zat berdasarkan daya hantarnya, dan pemanfaatan prinsip konduksi dalam kehidupan seharihari, pengertian konveksi, pemanfaatan peristiwa konveksi dalam kehidupan sehari-hari, penyebab terjadinya konveksi pada zat cair dan zat gas. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Setelah seluruh kelompok melakukan presentasi guru memberikan penguatan berupa apresiasi yang baik, Peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan pengalaman belajar yang baru PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN IPA KONSEP KALOR MELALUI PBO (PENDEKATAN PEMBELAJARAN OTENTIK) Subekhi 137 diperoleh dalam rangka pencapaian kompetensi (membuat jurnal belajar), menyimpulkan hasil eksplorasi. Pada tahap pelaksanaan, guru, siswa, maupun observer melakukan kegiatan yang telah dirancang pada tahap perencanaan, observer mencatat seluruh proses yang terjadi pada guru maupun siswa. Pada tahap refleksi peneliti bersama observer melakukan evaluai dan analisis seluruh data-data hasil observasi maupun hasil ulangan harian untuk mengetahui tingkat keberhasilan, penggunaan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) untuk membuat simpulan dan saran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Data hasil observasi selama tindakan siklus I meliputi atmosfer belajar, hasil akademik siswa, dan sikap ilmiah siswa. Hasil Akademik siswa setelah tindakan Siklus I Tabel 1. Hasil akademik siswa siklus I Kriteria nilai Nilai >80 Nilai 60-80 Nilai 40-59 Nilai < 40 Ketuntasan Data Awal (sebelum tindakan) 2 5,5% 8 22,2% 18 50,0% 8 22,2% 10 28,5% Siklus I 7 19,4% 15 41,7% 10 28,5% 4 11,1% 22 61% Hasil akademik siswa setelah tindakan siklus I mengalami peningkatan, baik dari jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 80, maupun jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 sampai 80. Ketuntasan klasikal juga meningkat dari 28,5% menjadi 61%. Siklus II Data hasil observasi selama tindakan siklus I meliputi atmosfer belajar, hasil akademik siswa, dan sikap ilmiah siswa. Hasil Akademik siswa setelah tindakan Siklus II Tabel 2. Hasil ulangan harian siklus II Kriteria nilai Nilai >80 Nilai 60-80 Nilai 40-59 Nilai < 40 Ketuntasan Siklus I 7 19,4% 15 41,7% 10 28,5% 4 11,1% 22 61% Siklus II 10 27,8% 21 58,3% 5 13,9% 0 0% 31 86,1% Dari data tabel 2 Hasil akademik siswa setelah tindakan siklus II mengalami peningkatan, baik dari jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 80, maupun jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 sampai 80. Ketuntasan klasikal juga meningkat dari 61% menjadi 86,1%. 138 Dinamika Pendidikan Vol. 1. No. 1. (2012) Hal. 1-7 Hasil Non Akademik ( Sikap Ilmiah) Tabel 6. Sikap ilmiah setelah Siklus II Sikap Ilmiah Mencintai Kebenaran, Tidak Purbasangka, dan Toleran Bertakwa Kepada Tuhan Ulet Telitidan Hat-Hati Ingin Tahu Dan Optimis Siklus I Siklus II 45% 60% 50% 70% 40% 60% 45% 60% Sikap ilmiah siswa setelah dilakukan tindakan siklus I mengalami peningkatan walaupun sedikit. Dari hasil observasi tentang atmosfer belajar dalam pembahasan konsep kalor dengan menggunakan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik)bagi siswa kelas VIIA SMP 4 Bojong tahun pelajaran 2009/2010 didapatkan data bahwa terjadi peningkatan aspek perhatian siswa terhadap penjelasan guru sebesar 15%, dari semula rata-rata 55% menjadi 70%. Dari hasil observasi selain ditemukan beberapa kelebihan dalam penyajian seperti pemberian motivasi yang cukup menarik, dengan menghadirkan alat yang dapat meningkatkan perhatian siswa, namun memiliki kukurangan, misal adanya observer menjadikan sedikit gangguan perhatian pada siswa, selain itu terdorong rasa ingin tahunya siswa terhadap penggunaan alat menjadikan kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Untuk Aktifitas Siswa dalam Eksperimen yang meliputi kegiatan bekerja sesuai dengan prosedur, teliti dan hati-hati, bekerja sama dan ketepatan waktu, juga mengalami kenaikan sebesar 19,8%, dari semula 55,2% menjadi 75%. Hasil ini sudah sangat bagus namun masih ditemukan kendala disana-sini, diantaranya: (1)kelompok yang dibentuk belum terbiasa bekerjasama dikarenakan baru, (2) anak belum begitu familier dengan alat-alat yang digunakan, (3) penjelasan guru tentang tugas masing-masing anggota kelompk belum begitu jelas. Guna meningkatkan hasil pada tindakan selanjutnya kiranya perlu ditingkatkan hal-hal yang masih kurang. Indikator yang ketiga adalah kemampuan mengemukakan pendapat, terjadi peningkatan 14% dari semula 53% menjadi 67%. Kalaupun terjadi kenaikan namun cukup kecil, hal ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya: siswa masih jarang diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, guru peneliti kurang dapat membangkitkan kepercayaan diri pada siswa sehingga siswa merasa takut salah untuk berpendapat, namun demikian dengan adanya peningkatan ini merupakan tanda bahwa dengan menggunakan PBO (pendekatan pembelajaran otentik) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, dengan catatan perlu adanya perbaikan. Berikutnya adalah indikator kemampuan mengaitkan materi dengan kehidupan seharihari, terjadi peningkatan 17,5% dari 54,5% sebelum tindakan menjadi 72% setelah tindakan, hal ini terjadi karena siswa dihadapkan dengan kondisi riil, sehingga lebih mudah untuk mencari kejadian atau penerapan dalam lehidupan nyata. Indikator berikutnya adalah kemampuan memanfaatkan waktu, terjadi peningkatan 13%, dari sebelum tindakan 53% menjadi 66%. Walaupun ada peningkatan namun masih sedikit. Hal ini dikarenakan belum terbiasa dengan kegiatan yang terprogram, selain itu juga pada waktu memberikan apersepsi sudah cukup menyita waktu. Indikator berikutnya adalah kemampuan untuk membangun ide, pada indikator ini telah mendorong siswa untuk berkreasi membangun ide-ide, sehingga diperoleh peningkatan pada siswa, dengan hasil observasi yang meningkat dari 54% menjadi 67%. Hal ini disebabkan karena PBO (pendekatan pembelajaran otentik) dapat mengembangkan ide-ide kreatif pada diri siswa. Yang terakhir adalah kemampuan menarik simpulan, indikator ini merupakan puncak dari kegiatan eksperimen, dan butuh pengalaman guna mengembangkan kemampuan menarik simpulan dari gejala-gelaja yang diamati. PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN IPA KONSEP KALOR MELALUI PBO (PENDEKATAN PEMBELAJARAN OTENTIK) Subekhi 139 Hasil ulangan harian pada siklus II menunjukkan peningkatan prestasi siswa. Ketuntasan kelas dari semula sebelum tindakan sebesar 28,5% menjadi 86,1%, ini sebuah peningkatan yang baik. Dari hasil observasi terhadap peningkatan sikap ilmiah ternyata setelah tindakan siklus II dilakukan, terdapat peningkatan sikap ilmiah. Hal ini menurut penulis dimungkinkan karena sikap ilmiah itu terbentuk sedikit demi sedikit tidak dapat sekaligus berubah. Oleh karena itu walaupun peningkatannya sedikit namun merupakan keberhasilan. Jika pendekatan ini dilakukan secara terus-menerus akan membawa perubahan sikap ilmiah siswa menjadi lebih baik. PENUTUP Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa; pertama Penerapan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) pada konsep Kalor. Kedua Penerapan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) pada konsep Kalor. Ketiga Penerapan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) pada konsep Kalor di kelas VIIA SMP 4 Bojong tahun 2009/2010 dapat meningkatkan sikap Ilmiah siswa. Pendekatan PBO(Pendekatan Pembelajaran Otentik) yang menghadirkan kondisi riil pada pembelajaran konsep Kalor ternyata dapat meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar. Oleh karena itu saran penulis memberikan saran pertama Pada rekan-rekan guru IPA seyogyanya untuk menggunakan pendekatan PBO (Pendekatan Pembelajaran Otentik) ketika membahas konsep Kalor. Kedua Pada kepala sekolah untuk mempertimbangkan dengan baik apabila ada guru IPA yang akan menggunakan Pendekatan PBO (Pendekatan Pembelajaran Otentik) ketika mengajar konsep Kalor. Ketiga Mengingat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini maka diperlukan penelitian lebih lanjut guna menguji hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA A Chaedar Alwasilah Prof. Dr. 2007, Contextual Teaching And Learning, MCL, Bandung. Slamet Riyadi,2009, Model Model Pembelajaran. Diakses juni 2009. Supraptono Eko, 2008, Operasionalisasi rancangan Penelitian Tindakan Kelas, UNNES, Semarang. Supraptono Eko, 2009, Penyusunan rancangan Penelitian Tindakan Kelas, UNNES, Semarang. Trianto S,pd. M.Pd. 2009, Mengembangkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses Juni 2009. Subekhi, 2009, Peningkatan Mutu Pembelajaran Ipa Konsep Kalor Melalui PBO (Pendekatan Pembelajaran Otentik) Siswa Kelas VIIA Di SMP 4 Bojong. Laporan Penelitian 140 Dinamika Pendidikan Vol. 1. No. 1. (2012) Hal. 1-7