"Tuhan adalah penolong dalam kesesakan". Inilah kalimat

advertisement
Kepepet
Ditulis oleh Henry Sujaya Lie
Jumat, 17 April 2009 17:22
"Tuhan adalah penolong dalam kesesakan". Inilah kalimat penghiburan dari pemazmur yang
juga adalah ayat kekuatan kita. Terutama manakala kita dalam kesulitan berat, keadaan
tertindas, pokoknya benar-benar kepepet, deh. Entah bagaimana pengalaman saudara
bagaimana di saat kepepet, Anda berseru kepada Tuhan dan Dia melepaskan Anda dan
memberikan jalan keluar.
Memang Tuhan adalah penolong dalam kesesakan. Sungguh Dia Allah yang setia.
KesetiaanNya ditunjukkanNya dengan pasti kepada kita.
Namun tidak berarti pula kebenaran di atas kita batasi menjadi bahwa Allah menjadi penolong
kita, hanya saat kita kepepet saja. "Tidak ada atheis di lobang perlindungan", ujar seseorang
menggambarkan bagaimana di saat Perang Dunia, orang-orang yang biasanya tidak
memperdulikan Tuhan pun, di dekat maut berlutut mencari Tuhan. Dan bukankah ini memang
nature manusia untuk berpaling mencari kekuatan gaib saat terdesak. Lihatlah, akar-akar
animisme mengajarkan orang untuk mempersembahkan sesajen kalau mereka sedang
ketakutan. Tidak salah mencari Tuhan saat kita kepepet. Tidak salah berseru kepadaNya saat kita
terdesak. Memang itulah yang Allah kehendaki. Namun rahasianya adalah bahwa Allah lebih
dari sekedar itu. Dia menyediakan diriNya bukan pada saat kita kepepet saja. Dia menyediakan
dirinya dalam keseharian kita. Dia rindu kita berserah kepadaNya tiap-tiap hari. Tiap-tiap saat.
Karena Dia selalu ada dan setia buat kita. Dia rindu kita berserah kepadaNya bukan hanya
pada saat kita sudah menyerah, tapi bahkan setiap momen. CS Lewis dalam bukunya Screwtape Letters -sebuah satire tentang godaan Setanmenggambarkan bagamana Setan mengalihkan perhatian seorang anak muda dengan
menghadapkannya dalam keseharian hidup yang biasa-biasa. Si anak muda ketika dihadapkan
akan keseharian hidup beserta kerutinannya tiba-tiba menutup hatinya akan suara Tuhan yang
memanggil-manggil.
Mengapa keseharian hidup kita terpisah dari Tuhan? Karena bagi kita seringkali keseharian
hidup kita adalah dalam kendali tangan-"ku". "Aku"-lah yang mengendalikan hidupku, aku-lah
yang mesti kuatir akan hidupku. Berserah kepada Tuhan? Saat kita hancur lebur dan sudah
menyerah - tiba-tiba barulah kita ingat Tuhan.
Padahal dalam keseharian hidup kita pun, Allah memanggil kita untuk berserah. Dia
melakukan perkara-perkara yang ajaib bahkan dalam keseharian hidup kita. Hidup kita bukan
biasa-biasa, tapi adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang mengasihi dan telah
menyerahkan diriNya bagi kita!
Tidak memerlukan saat kepepet bagi kita untuk berserah kepadaNya. Kita dapat
berserah setiap saat.
******
Singapura, 8 Juli 2003
Teruntuk BSP, terima kasih.
1/1
Download