1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran

advertisement
1
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lolasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar
a. Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di
Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di
sebelah utara, Propinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten
Wonogiri dan Sukoharjo di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan
Kabupaten Boyolali di sebelah barat.
Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka abupaten
Karanganyar terletak antara 1100 40” – 1100 70” Bujur Timur dan 70
28” – 70 46” Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter di atas
permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220 – 310 .
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar ± 77.378,64 Ha, yang terdiri
dari luas sawah ± 22.130,32 Ha dan luas tanah kering ± 55.248,32 Ha.
Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis ± 14.361,57 Ha, non teknis ±
6.229,28 Ha, dan tidak berpengairan ± 1.542,52 Ha.
c. Ketinggian
Rata-rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berada di atas
pemukaan laut yakni sebesar 511 meter, adapun wilayah terendah di
Kabupaten Karanganyar berada di kecamatan tawamangu yang
mencapai 2000 meter diatas permukaan laut.
d. Iklim
Berdasarkan kondisi topografi dilihat dari ketinggian mencapai ratarata 511 meter dari permukaan air laut, kondisi iklim kabupaten
karanganyar adalah tropis dengan temperatur 220-310.
2
e. Kependudukan
Mulai tahun 2011, data penduduk yang digunakan adalah data
penduduk yang bersumber dari Proyeksi Penduduk hasil Sensus
Penduduk 2010. Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar
berdasarkan data tersebut pada tahun 2014 sebanyak 848,455 jiwa,
terdiri dari laki-laki 419,766 jiwa dan perempuan 428,689 jiwa.
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Jaten,
yaitu 81,795 jiwa (9,63 %). Sedangkan kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah kecamatan Jenawi, yaitu 25.570 jiwa
(3,03).
Tabel 1
Jumlah Penduduk laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Karanganyar
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Seks
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio
Jatiopuro
14,043
13,919
27,962
101
Jatiyoso
17,889
17,875
35,764
100
Jumapolo
17,665
17,382
35,047
102
Jumantono
20,475
20,935
41,410
98
Matesih
19,541
19,975
39,516
98
Tawangmangu
21,758
22,073
43,831
99
Ngargoyoso
15,808
16,166
31,974
98
Karangpandan
19,211
19,689
38,900
98
Karanganyar
38,455
39,568
78,023
97
Tasikmadu
28,774
29,887
58,661
96
Jaten
40,290
41,505
81,795
97
Colomadu
38,035
39,171
77,206
97
Gondangrejo
38,321
38,866
77,187
99
Kebakkramat
30,223
31,107
61,330
97
Mojogedang
30,076
30,497
60,573
99
3
Kerjo
16,655
17,046
33,701
98
Jenawi
12,547
13,028
25,575
96
419,766
428,689
848,455
98
Jumlah
Th.
2014
Sumber : KaranganyarDalam Angka tahun 2014
Tabel 2
Banyaknya Industri Sedang dan Besar menurut Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2014
Jumlah Industri
Kecamatan
Sedang
Besar
Jumlah
Jatiopuro
1
-
1
Jatiyoso
-
-
-
Jumapolo
-
-
-
Jumantono
-
1
1
Matesih
-
-
-
Tawangmangu
-
-
-
Ngargoyoso
-
1
1
Karangpandan
2
2
4
Karanganyar
2
1
3
Tasikmadu
-
2
2
Jaten
29
41
70
Colomadu
3
5
8
Gondangrejo
6
6
12
Kebakkramat
3
15
18
Mojogedang
1
-
1
Kerjo
-
1
1
Jenawi
-
-
-
47
75
121
Sumber : KaranganyarDalam Angka tahun 2014
4
2. Gambaran umum Badan Lingkungan Hidup
a. Profil Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Karanganyar merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertugas membantu Bupati
Karanganyar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Bidang
Lingkungan Hidup. BLH Kabupaten Karanganyar berlokasi di Jl. K.H
Samanhudi No 5, komplek perkantoran Cangakan Karanganyar. Keberadaan
Institusi ini sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan masyarakat
Kabupaten Karanganyar khususnya dalam hal :
1) Menyusun kebijakan daerah dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di Kabupaten Karanganyar.
2) Menangani
masalah-masalah
Lingkungan
Hidup
di
yang
Kabupaten
berkaitan
Karanganyar
dengan
melalui
kerusakan
kegiatan
pengendalian maupun pengawasan lingkungan (penegakan hukum).
Dibentuknya Satuan Kerja lingkungan hidup di Kabupaten Karanganyar
ini sejalan dengan Kabupaten Karanganyar sebagai daerah pengembangan
industri yang sangat rentan terhadap masalah-masalah kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu keberadaan institusi ini sangatlah penting demi terciptanya
lingkungan hidup yang sehat.
b. Visi dan Misi
Visi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar sejalan dengan
visi Bupati Karanganyar Tahun 2008 – 2013 adalah “Terwujudnya
Lingkungan Hidup Yang Sehat dan Tenteram Dalam Semangat Kemitraan”
Penjelasan visi tersebut adalah bahwa eksistensi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar harus mampu memegang peranan utama dalam upaya
mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan tenteram dalam semangat
kemitraan.
5
Adapun penjabaran tenteram dari sisi pandang lingkungan hidup adalah :
1) Tenang, yaitu bebas dari kebisingan
2) Teduh, yaitu terwujudnya kelestarian lingkungan, alam, hutan dan
penghijauan yang memenuhi aspek etika dan estetika lingkungan.
3) Rapi, yaitu tata ruang lingkungan yang sinergis dengan daya dukung dan
daya guna lingkungan / alam.
4) Aman, yaitu waspada terhadap dampak pencemaran dan kerusakan
lingkungan baik udara, tanah, perairan dan sumber daya alam.
5) Makmur , yaitu keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya – upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar untuk mencapai visi terwujudnya lingkungan hidup
yang sehat dan tenteram dalam semangat kemitraan adalah
1) Mengendalikan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
2) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengelola lingkungan
hidup secara sistematik dan holistik
3) Menegakan hukum di bidang lingkungan
4) Memfasilitasi berbagai upaya pengelolaan, pemulihan dan rehabilitasi
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan sebagai basis pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
5) Mendorong individu, keluarga dan masyarakat agar memiliki komitmen
dan melaksanakan secara nyata pengelolaan lingkungan hidup
6) Meningkatkan dan Mengembangkan Sumber Daya Manusia dan
kelembagaan lingkungan hidup
7) Meningkatkan Kelestarian dan Pemulihan Keanekaragaman Hayati
Untuk mewujudkan visi dan misi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar ditempuh dengan menetapkan beberapa strategi dan arah
6
kebijakan yang dilaksanakan. Strategi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar adalah sebagai berikut :
1) Mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan konsep
berkelanjutan ditengah pesatnya pembangunan.
2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
3) Melembaganya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup untuk menjamin produktivitas dan kelanjutannya.
Adapun arah kebijakan pembangunan Badan Lingkungan Hidup adalah :
1) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap sumber daya alam
dan lingkungan hidup.
2) Penegakan peraturan perUndang-Undangan di bidang lingkungan hidup.
3) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup.
4) Meningkatkan peran serta berbagai pihak (masyarakat dan dunia usaha)
sebagai patner pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
5) Mengembangkan sistem informasi pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
c. Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas dan fungsi yang berkaitan
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Lingkungan Hidup yang
didasarkan pada Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 81 Tahun 2009 tentang
Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar. Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 3,
Kepala Badan mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelanggaraan
Pemerintah Daerah di bidang lingkungan hidup. Badan Lingkungan dalam
menyelenggarakan tugas tersebut, mempunyai fungsi antara lain :
7
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup;
2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di
bidang
lingkungan
hidup
yang
meliputi
analisa
dampak
lingkungan, pengendalian, pemulihan lingkungan dan pelestarian
sumber daya alam serta kesekretariatan;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup
yang
meliputi
analisa
dampak
lingkungan,
pengendalian,
pemulihan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam serta
kesekretariatan;
4) Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam Badan
Lingkungan Hidup;
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
d. Struktur Organisasi
Struktur atau Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar sesuai Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 81 Tahun 2009
tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karanganyar dalam Pasal 2 adalah sebagai berikut :
1) Kepala Badan;
2) Sekretariat, membawahkan :
a) Sub Bagian Perencanaan;
b) Sub Bagian Keuangan;
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3) Bidang Analisa Dampak Lingkungan, membawahkan :
a) Sub Bidang Pengelolaan Teknis Dampak Lingkungan;
b) Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Kapasitas
4) Bidang Pengendalian, membawahkan :
a) Sub Bidang Pengendalian Lingkungan;
b) Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan.
8
5) Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya
Alam, membawahkan :
a) Sub Bidang Pemulihan Lingkungan;
b) Sub Bidang Pelestarian Sumber Daya Alam.
6) Kelompok Jabatan Fungsional.
Masing-masing Sub Bagian dan Sub Bidang mempunyai tugas dan
fungsinya sendiri, namun tetap secara bersinergi diarahkan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan bersama agar tetap efektif dan efisien. Tugas dan
fungsi dari masing-masing Sub Bagian dan Sub Bidang secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas membantu Sekretaris
dalam menyusun program kegiatan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan Badan.
2. Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu Sekretaris
dalam melaksanakan urusan administrasi keuangan dan pelaporan
pertanggungjawaban keuangan Badan.
3. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas membantu
Sekretaris dalam melaksanakan pengelolaan urusan administrasi umum,
rumah tangga, perlengkapan/perbekalan, dokumentasi, perpustakaan dan
kearsipan, serta pengelolaan administrasi kepegawaian Badan.
4. Kepala Bidang Analisa Dampak Lingkungan mempunyai tugas membantu
Kepala Badan dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,
membina dan mengendalikan kegiatan di Bidang Analisa Dampak
Lingkungan.
5. Kepala Sub Bidang Pengelolaan Teknis Dampak Lingkungan mempunyai
tugas membantu kepala Bidang Analisa dampak Lingkungan dalam
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang pengelolaan teknis
dampak lingkungan.
9
6. Kepala Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Kapasitas
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Analisa Dampak Lingkungan
dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang Pengembangan
Kelembagaan dan Kapasitas.
7. Kepala Bidang Pengendalian mempuyai tugas membantu Kepala Badan
dalam
merumuskan
kebijakan,
mengkoordinasikan,
membina
dan
mengendalikan kegiatan di Bidang Pengendalian.
8. Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang Pengendalian dalam melaksanakan penyiapan
bahan perumuan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian
kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan.
9. Kepala Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan mempuyai tugas
membantu Kepala Bidang Pengendalian dalam melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian
kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan.
10. Kepala Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam
mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan kegiatan di bidang
Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam.
11. Kepala Sub Bidang Pemulihan Lingkungan mempunyai tugas membantu
Kepala Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam
dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan,
dan
pengendalian
kegiatan
Sub
Bidang
Pemulihan
Lingkungan.
12. Kepala Sub Bidang Pelestarian Sumber Daya Alam mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber
Daya Alam dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang Pelestarian
Sumber Daya Alam.
10
Adapun gambar bagan susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar dapat digambarkan di bawah ini:
Kepala Badan Lingkungan
Hidup
Sekretariat Badan
Lingkungan Hidup
Kelompok Jabatan
Fungsional
Pengendali
Dampak
Lingkungan
Pengawas
Lingkungan
Hidup
Sub Bagian
Perencanaan
Bidang Analisa
Dampak
Lingkungan
Bidang
Pengendalian
Sub Bidang
Pengelolaan
teknis Dampak
Lingkungan
Sub Bidang
Penegakan
Hukum
Lingkungan
Sub Bidang
pengembanggan
Kelembagaan dan
Kapasitas
Sub Bidang
Pengendalian
Lingkungan
Sub
Bagian
Keuangan
Sub
Bagian
Umum
dan
Kepegawa
Bidang Pemulihan ian
Lingkungan dan
Pelestarian Lingkungan
Sub Bidang
Pemulihan
Lingkungan
Sub Bidang
Pelestrian
Sumber Daya
Alam
UPT
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar.
11
B. Pembahasan
1. BentukPeran Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Perlindungan
dan
Pengelolaan
terhadap
Lingkungan
Keberadaan
Hidup
Kegiatan
Terkait
Industri
di
Pengawasan
Kabupaten
Karanganyar.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan tanggungjawab
bersama antara pemerintah, pelaku kegiatan usaha, dan masyarakat.
Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Pada Kabupaten Karanganyar, hak,
kewajiban dan peran masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang
nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH) pasal 65, 67, dan 70 telah di
implementasikan
dalam
bentuk
Peraturan
Daerah
Kabupaten
Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan mengenai hak, kewajiban
dan peran serta masyarakat tersebut tertulis dalam pasal 51, 53, dan 56
yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 51
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
(2) Setiap orang berhakmendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
(3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap
rencana
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
diperkirakan
dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perUndangUndangan.
12
(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 53
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
Pasal 56
(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya
untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
(2) Peran masyarakat dapat berupa:
a.
pengawasan sosial;
b.
pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c.
penyampaian informasi dan/atau laporan.
(3) Peran masyarakat dilakukan untuk:
a.
meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b.
meningkatkan
kemandirian,
keberdayaan
masyarakat,
dan
kemitraan;
c.
menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d.
menumbuhkembangkan
ketanggapsegeraan
masyarakat
untuk
melakukan pengawasan sosial; dan
e.
mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengawasan
dalam
kaitannya
dalam
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup secara jelas merupakan salah satu aspek
yang
tercantum
dalam
pasal
(4)Peraturan
Daerah
Kabupaten
Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng Perlindungan dan
13
Pengelolaan
Lingkungan
perlindungan
dan
Hidup,
pengelolaan
dimana
disebutkan
lingkungan
hidup
bahwa
meliputi
perencanaan;pemanfaatan;pengendalian;pemeliharaan;pengawasan;
danpenegakan hukumn.Sesuai dengan pasal 51 Ayat (4) Peraturan
Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, hak dari masyarakat
adalah untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dimana dalam pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar
Nomor 5 tahun 2013 tenteng Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tersebut salah satu aspeknya adalah mengenai
pengawasan.
Terkait
dengan
pengawasan
dampak
lingkungan
yang
disebabkan kegiatan usaha industri, masyarakat juga memiliki peran
dalam pengawasannya. Dalam pasal 56Ayat (2)Peraturan Daerah
Kabupaten Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidupdisebutkan bahwa: peran masyarakat
dapat berupa Pengawasan sosial;Pemberian saran, pendapat, usul,
keberatan,
pengaduan;
dan/atauPenyampaian
informasi
dan/atau
laporan.Sehingga dapat diartikan poin b dan c juga merupakan tindakan
lanjutan dari pengawasan sosial yang dilakukan oleh masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar, Kepala Desa Kemiri,
Kepala Desa Pulosari, Sekretaris Desa Jetis, Sekretaris Desa Nangsri
Kecamatan Kebakkramat, Kepala desa Sroyo, Kepala Desa Jetis
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar dalam waktu dan tempat
yang terpisah. Ditemukan beberapa bentuk peran partisipasi masyarakat
dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terhadap
keberadaan kegiatan industri di kabupaten karanganyar:
a. Melalui Pos Pengaduan Badan Lingkungan Hidup Karanganyar
14
Pos
Pengaduan
Badan
lingkungan
hidup
karanganyar
merupakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten
Karanganyar dalam hal ini melalui Badan Lingkungan Hidup
Karanganyar. Keterlibatam masyarakat dalam upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat dengan adanya
laporan pengaduan dari masyarakat sendiri. Berdasarkan hasil
wawancara
dengan
Penanggulangan
Ibu
Badan
Nunung
selaku
Lingkungan
Kepala
Hidup
Badan
Karanganyar
berdasarkan hasil wawancara tanggal 21 Maret 2016, pengaduan
atau pelaporan tersebut dapat dilakukan berbagai cara, yaitu
Melalui surat resmi yang diajukan ke sekretariat pos pengaduan
Badan Lingkungan Hidup Karanganyar, Pengaduan lisan secara
langsung atau melaui telfon, Melaui pesan singkat sms Yang bisa
ditujukan kepada Badan Lingkungan Hidup ataupun melalui Bupati
Karanganyar.
Gambar 2. Alur pengaduan masyarakat.
Pengaduan Masyarakat
Lisan
Tertulis
BLH
Pesan
singkat sms
Bupati
Dalam hal pengaduan secara tertulis maka pengadu wajib
memberikan informasi antara lain mengenai:
15
1) Identitas pelapor;
2) Perkiraan sumber pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup;
3) Alat bukti yang disampaikan;
4) Lokasi terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup;
5) Waktu
diketahuinya
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan hidup;
6) Media lingkungan yang terkena dampak.
Dalam pengaduan secara lisan maka Tim Keseketariatan Pos
Pengaduan Lingkungan Hidup wajib mencatat dan mengisi
formulir pengaduan kasus
pencemaran
dan/atau perusakan
lingkungan hidup. Berikut adalah gambar alur penindakan
pengeduan masyarakat ke Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar:
16
Gambar 3. Alur penindakan pengaduan masyarakat
Pengaduan Masyarakat
Sekretariat Pos Pengaduan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar
Identifikasi Tim
Klarifikasi
Masalah
Lingkungan
Hidup
Investigasi
lapangan
Koordinasi
dengan aparat
setempat (desa)
Mediasi
(Pertemuan antara
masyarakat, perangkat
desa, pemilik kegiatan
usaha, BLH)
Solusi
Bukan Masalah
Lingkungan
Hidup
Ditolak atau
diteruskan pada
instansi teknis
ysng membidangi
usaha dan/atau
kegiatan yang
bersangkutan
17
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nunung selaku Kepala
Badan Penanggulangan Badan Lingkungan Hidup Karanganyar,
seluruh kegiatan industri yang berskala besar maupun menengah
sudah memiliki perizinan yang ditentukan,akan tapi untuk kegiatan
industri yang berskala kecil masih mengalami kendala dalam
pendataannya karena pencakupan keberadaan kegiatan inustri keci
tersebut kurang bisa dijangkau oleh lembaga terkait. Disitulah
peran ketelibatan masyarakat sangat dibutuhkan. Dengan adanya
laporan dari masyarakat , lembaga terkait dapat mengetahui apabila
terdapat suatu kegiatan industri yang memberikan dampak
lingkungan.
Dengan adanya pos pengaduan Badan Lingkunga hidup ini
maka peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup ikut terfasilitasi. Dengan adanya Surat Keputusan
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Nomor
660.1/22.3 tahun 2016 maka keberadaan pos pengaduan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar memiliki landasan
hukum yang jelas.
Ibu Nunung selaku Kepala Bagian penanggulangan yang juga
berperan sebagai penasehat pos pengaduan di Badan Lingkungan
Hidup Karanganyar mengatakan bahwa setiap tahunnya jumlah
laporan pengaduan di pos pengaduan bersifat fluktuatif artinya
terkadang mengalami peningkatan ataupun penurunan jumlah
aduan.Berdasarkan data permasalahan / kasus lingkungan yang
tertangani Kabupaten Karanganyar 2014 dan tahun 2015 yang
diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar,
diketahui bahwa jenis permasalahan yang diadukan, seperti
permasalahan sampah, dugaan pencemaran yang dilakukan oleh
18
kegiatan industri, serta permasalahan limbah usaha ternak, dan
limbah medis. Pengaduan mengenai kegiatan usaha industri pada
tahun 2014 terdapat 4 pengaduan, diantaranya industri tekstil,
industri pembuatan sirlak, industri daur ulang plastik dan industri
jamu dan minyak miri. Pada tahun 2015 terdapat 4 pengaduan yaitu
terkait tentang limbah industri tekstil, industri daur ulang plastik,
home industry pembuatan roti, dan home industry pengecatan helm.
Dari data permasalahan / kasus lingkungan yang tertangani
Kabupaten Karanganyar tahun 2014 dan tahun 2015 yang diperoleh
Penulis
dapat
diketahui
bahwa
masih
adanya
beberapa
permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan industri
baik industri skala besar ataupun kecil dan industri rumah tangga
(home industry). Hal tersebut menjadi bukti bahwa masih ada
kegiatan usaha industri yang dalam pengelolaan limbahnya belum
tertangani dengan baik.
Sejauh ini penanganan permasalahan lingkungan yang
dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar di
desa sudah cukup baik dengan terselesaikannya tiap kasus
memberikan dapak positif bagi warga sekitar serta pelaku usaha
sekitar dimana dengan adanya penyelesaian kasus ini dapat
dijadikan sebagai acuan dan pembanding bagi pelaku usaha dalam
hal mendirikan suatu kegiatan usaha atupunbagi masyarakat untuk
menangani permasalahan serupa.
Dalam
kaitanya
dengan
pemberian
laporan,
Badan
Lingkungan Hidub Kabupaten Karanganyar melalui pos pengaduan
mengharuskan kepada masyarakat yang sudah tertangani kasusnya
untuk
memberikan
laporan
kembali
kepada
pihak
Badan
lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar sebagai bentuk
verifikasi penyelesaian permasalahan lingkungan.
19
Pengaduan atau laporan dari masyarakat sangat bermanfaat
terutama laporan yang menyangkut mengenai suatu kegiatan
industri dimana ada kemungkinan terdapat kegiatan industri skala
kecil yang memberikan dampak lingkungan tetapi belum memiliki
izin lingkungan. Sehingga dengan adanya laporan dari masyarakat
tersebut sangat dimungkinkan untuk melakukan pembinaan apabila
kegiatan usaha industri tersebut belum memiliki izin lingkungan.
Selama ini belum ada sosialisasi mengenai pos pengaduan
kepada masyarakat karena menurut Ibu Nunung masyarakat sudah
dianggap cukup cerdas dalam menanggapi hal terkait pengelolaan
dan perlindungan lingkuangan. Dalam pengawasan kegiatan
industri sudah ada tim pengawas yang bersertifikasi yang bertugas
untuk melakukan pengawasan. Keterlibatan masyarakat yang
dilakukan tim pengawas tersebut tergantung pada kebutuhan perlu
atau tidaknya tim penggawas perlu menarik informasi dari
masyarakat.
b. Melalui kegiatan pertemuan rutin warga.
Sudah merupakan hakikat dalam kehidupan seseorang
dalam masyarakat untuk bersosialisasi antara satu dengan yang
lain, begitu pula apabila terjadi suatu permasalahan di sekitar
tempat tinggal masyarakat itu sediri. Secara alami masyarakat akan
besosialisasi antara satu dengan yang lain untuk memecahkan suatu
permasalahan yang terjadi di sekitar mereka, dalam hal ini adalah
permasalahan
lingkungan.
Permasalahan
terkait
lingkungan
merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari hari terutama oleh masyarakat yang bertempat tinggal di
sekitar area kegiatan usaha industri. Masyarakat yang bertempat
tinggal di sekitar kegiatan industri merupakan pihak yang memiliki
kemungkinan terbesar terkena dampak langsung dari suatu kegiatan
20
industri, baik itu kegiatan usaha industri dalam skala besar,
menengah, ataupun kecil..
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di 4 desa
yang berada di wilayah Kecamatan Kebakkramat yaitu Desa
Kemiri, Desa Kebak, Desa Pulosari, Desa Nangsri dan 2 desa yang
berada di Kecamatan Jaten yaitu Desa Sroyo dan Desa Jetis. Secara
keseluruhan masyarakat di wilayah desa-desa tersebut masih
mengadakan pertemuan rutin warga, baik tingkat rukun tetangga
(RT), rukun warga (RW), dan tingkat desa. Bentuk pengawasan
sosial yang ada adalah bentuk pengawasan masyarakat yang
dikakukan secara insidental dalam pertemuan rutin warga tersebut.
Artinya dalam hal pengawasan sosial ini hanya terjadi apabila
terdapat permasalahan lingkungan yang muncul dalam masyarakat.
Sebagai contoh, berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa
Kemiri Bapak Amin Sadimin pada tanggal 26 April 2016 , di Desa
Kemiri pernah terdapat permasalahan terkait limbah industri
pembuatan tahu, akan tetapi permasalahan tersebut dapat diatasi
dengan bentuk kerjasama atara pengusaha industri tahu dengan
peternak setempat, sehingga limbah industri tahu yang dihasilkan
oleh kegiatan industri tersebut dapat dijadikan pakan ternak.
c. Melalui pembentukan kader Lingkungan Desa
Pada Desa Pulosari kecamatan Kebakkramat berdasarkan
wawancara yang dilakukan penulis dengan kepala Desa Pulosari
Bapak Siyardi pada hari Selasa tanggal 21 April 2016, Desa
Pulosarimemiliki suatu inisiatif dalam hal guna menumbuh
kembangkan kepeloporan masyarakat dalam hal perlindungan dan
penelolaan lingkungan. Inisiatif tersebut berupa pembentukan kader
lingkungan yang dibentuk oleh Desa Pulosari. Kader lingkungan
tersebut dibetuk secara suadaya oleh kepala desa dengan menunjuk
perwakilan di setiap dusun yang ada di Desa Pulosari, yaitu Dusun
21
Karang kidul, Dusun Gronong, Dusun Pulosari, Dusun Pengawat,
dan Dusun Kolokan.
Pembentukan kader lingkungan tersebut didasari karena
pada wilayah Desa pulosari terdapat berbagai kegiatan Industri yang
mengelilingi wilayah desa tersebut, sehingga menurut Kepala Desa
Pulosari perlu adanya suatu kader yang dapat mewakili masyarakat
dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Akan tetapi,
karena kelompok kader lingkungan di Desa Pulosari ini hanya
besifat inisiatif, kelompok ini belum memiliki anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga sendiri.
Pada Desa Sroyo Kecamatan Jaten juga ditemukan bentuk
kegiatan serupa, akan tetapi bentuk kader lingkungan yang ada di
Desa Sroyo hanya bersifat insidental. Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Desa Sroyo Bapak Yulianto dalam wawancara pada
tanggal 5 Mei tahun 2016, dalam hal penawasan lingkungan, Desa
sroyo memiliki bentuk kelompok masyarakat berupa kader
lingkungan. Akan tetapi kelompok tersebut hanya dibentuk apabila
terdapat permasalahan lingkungan tertentu yang dialami Desa Sroyo
yang membutuhkan pembentukan kelompok khusus. Kelompok
kader
lingkungan
tersebut
bertugas
untuk
memverifikasi
permasalahan lingkungan yang timbul dan meresahkan masyarakat
Desa Sroyo.
Ketiga kegiatan yang melibatkan masyarakat di atas merupakan bentuk
pengimplementasian dari peran masyarakat yang diatur dalam Pasal 70 Ayat
(2) UUPPLH dimana dengan adanya temuan kegiatan-kegiatan yang
melibatkanperan masyarakat sekitar kegiatan industri tersebut menjadi bukti
bahwa masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung telah
melaksanakan
lingkungan.
perannya
dalam
hal
pengelolaan
dan
perlindungan
22
Menurut Robert B. Seidman, terdapat beberapa aspek yang mendukung
bekeranya suatau hukum dalam suatu masyarakat. Aspek-aspek tersebut
adalah:
a. Pertama, every rule of law prescribe how a role occupant is
expected to act. (Setiap peraturan hukum menurut aturan-aturan,
dan memerintahkan pemangku peran seharusnya bertindak dan
bertingkah laku);
b. Kedua, how a role occupant will act in respons to norm of law is
function of the rules laid down, their sanctions, the activity of
enforcement institutions, and the inhere complex of social,
political, and other forces affecting him. (Respon dan tindakan
yang dilakukan oleh pemangku peran merupakan umpan balik dari
fungsi suatu peraturan yang berlaku. Termasuk sanksi-sanksi yaitu
kinerja dan kebijakan lembaga pelaksana/penetap peraturan dan
lingkungan strategis (lingstra) yang mempengaruhinya);
c. Ketiga, how the enforcement institution, will act in respons to norm
of law is a function of the rule laid down their sanctions, the inhere
complex of social, political, and other process affecting them, and
the feedbacks from role occupants. (Tindakan-tindakan yang
diambil oleh lembaga-lembaga pelaksana peraturan sebagai respon
terhadap peraturan hukum merupakan fungsi dari peraturan hukum
yang berlaku beserta sanksi-sangksinya dan seluruh kekuatan
dalam lingkungan strategi (lingstra) yang mempengaruhi dirinya,
secara umpan balik sebagai respon dari pemangku peran atau yang
dikenai peraturan hukum); dan
d. Keempat, how the law maker will act is a function of the rules laid
down for their behavior their sanction, the inhere complex of
social, political, ideological, and other forces affecting them, and
the feedbacks from role occupants and bureaucracy. (Tindakan apa
yang diambil oleh pembuat Undang-Undang, juga merupakan
fungsi peraturan hukum yang berlaku, termasuk sanksi-sanksinya
dan pengaruh seluruh kekuatan strategis (ipoleksosbud hankam)
terhadap dirinya, serta umpan balik yang datangnya dari para
pemangku peran, pelaksana, dan penerap peraturan (Hani Arifin,
2016:13).
Jika mengacu pada teori Robert B Seidman di atas pada proposisi
pertama yang menyatakan bahwa every rule of law prescribe how a role
occupant is expected to act. Setiap peraturan menetapan bagaimana
pemangku peran seharusnya bertindak. Jika melihat pada bentuk peran
masyarakat yang terdapat di Kabupaten Karanganyar terkait pengawasan
lingkungan berdasarkan penelitian penulis, maka ketiga bentuk peran
23
ketelibatan masyarakat Karanganyar dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan khususnya dalam hal pengawasan merupakan imlementasi dari
apa yang diharapkan oleh peraturan dalam hal ini adalah Peraturan Daerah
Kabupaten Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hal tersebut dinyatakan dalam pasal 56
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana dalam hal ini
masyarakat diposisikan sebagai pemangku peran (role occupant).
Proposisi yang ke dua adalah how a role occupant will act in
respons to norm of law is function of the rules laid down, their sanctions,
the activity of enforcement institutions, and the inhere complex of social,
political, and other forces affecting him.Bentuk tindakan yang diambil
oleh masyarakat sebagai pemangku peran merupakan bentuk respon
umpan balik dari suatu peraturan yang berlaku. Sehingga dapat diartikan
bahwa bentuk peran keterlibatan masyarakat yang ada merupakan
cerminan dari berjalannya fungsiatas suatu peraturan yang berlaku dalam
hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 5 tahun 2013
tenteng Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pada proposisi ke tiga disebutkan bahwa how the enforcement
institution, will act in respons to norm of law is a function of the rule laid
down their sanctions, the inhere complex of social, political, and other
process affecting them, and the feedbacks from role occupants.Hal tersebut
menjelaskan bahwa tindakan yang diambil oleh institusi lembaga
pelaksana peraturan terkait merupakan respon terhadap berfungsinya suatu
peraturan. Lembaga terkait dalam hal ini adalah Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Karanganyar, sehingga dapat diambil simpulan bahwa segala
bentuk tindakan yang diambil oleh Badan lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar merupakan bukti dari berfungsinya suatu peraturan yaitu
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
24
Dalam proposisi ke empat menyebutkan bahwa how the law maker
will act is a function of the rules laid down for their behavior their
sanction, the inhere complex of social, political, ideological, and other
forces affecting them, and the feedbacks from role occupants and
bureaucracy.Tindakan yang diambil oleh pembuat peraturan dalam hal ini
Pemerintah kabupaten karanganyar merupakan bentuk fungsi peraturan
yang berlaku. Sehingga, pembuatan Peraturan Daerah Kabupaten
Karanganyar Nomor 5 tahun 2013 tenteng Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar merupakan
bentuk respon dalam mengimplementasikan Undang-Undang nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPPLH) ke dalam bentuk peratuan daerah.
2. Kesesuaian Bentuk Peran Partisipasi Masyarakat
Karanganyar
Dengan Aspek Tujuan Dari Peran Masyarakat dalam Upaya
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Terkait Keberadaan
Kegiatan Industri.
Berdasarkan pasa 70 Ayat (3)Undang-Undang nomor 32 Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(UUPPLH) deisebutkan beberapa maksud atau tujuan dari adanya peran
masyarakat dalam hal perlindungngan dan pengelolaan lingkungan.
Sehingga aspek aspek yang terdapat dalam pasal 70 ayat 3 UUPPLH dapat
dijadikan acuan mengenai apakah suatu bentuk keteribatan masyarakat
dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan di Kabupaten
Karanganyar sudah sesuai dengan aspek aspek yang terdapat dalam pasal
70 Ayat (3) UUPPLH tersebut. Berikut penjabaran Aspek aspek yang
terdapat dalam Pasal 70 ayat 3 yang disesuaikam menurut keadaan lokasi
penelitian yang diteliti oleh penulis:
a. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
25
Tingkat kepedulian masyarakat terkait perlindungan dan
pengelolaan lngkungan hidup berbeda antara masyarakat satu dengan
masyarakat lainnya. Sehingga dengan adanya pertemuan rutin warga
maka tingkat kepedulian warga terkait perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dapat meningkat. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan dalam pertemuan rutin warga, masyarakat dapat saling
bertukar pikiran antara satu dengan yang lain guna mencari jalan
keluar permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar mereka.
Dalam hal pembahasan mengaenai permasalahan terkait
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sayangnya hanya
bersifat insidental. Sehingga dalam setiap pertemuan rutin warga
belum tentu selalu membahas tentang permasalahan terkait dalam hal
perlindungan dan pengelolaan lingkungan terutama pengawasan
sosial.
b. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
Kemandirian
masyarakat
dalam
hal
perlindungan
dan
pengelolaan terutama dalam kaitan pengawasan sosial yang dilakukan
di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka sudah tertuang dalam
kegiatan pertemuan umum rutin seperti pertemuan tingkat Rukun
Tetangga, Rukun Warga, dan Pertemuan desa. Berdasarkan hasil
wawancara di semua desa yang diteliti oleh penulis, secara
keseluruhan melaksanakan kegiatan kegiatan tersebut. Keluhan dari
masyarakat
terkait
permasalahan
lingkungan
ataupun
aduan
masyarakat terkait lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka sering
dibahas dalam kegiatan pertemuan tersebut, sehingga pemecahan
permasalahan terkait lingkungan seringkali bisa terselesaikan berkat
adanya pertemuan warga tersebut. Sebagian besar masyarkat lebih
memilih untuk menyelesaikan suatu permasalahan lingkungan dengan
cara kemasyarakatan. Kegiatan rutin di masyarakat inilah yang dapat
meningkatkan kemandirian, keberdayaan, serta kemitraan masyarakat
26
dalam hal pengelolaan dan perlindungan lingkungan di wilayah sekitar
kegiaan usaha industri.
c. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
Berdasarkan penelitian penulis di beberapa desa di Kecamatan
Jaten dan Kebakkramat pada masing-masing desa belum ada
pertemuan rutin yang secara khusus yang membahas hal yang terkait
lingkungan. Sehinggan bisa disimpulkan bahwa tingkat kepeloporan
masyarakat dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan
masih relatif kurang.
Akan tetapi, pada Desa Pulosari terdapat kader lingkungan
yang dibetuk secara suadaya oleh Kepala desa dengan menunjuk
perwakilan di setiap dusun yang ada di Desa Puluh sari. Pembentukan
kader lingkungan tersebut dibentuk atas dasar wilayah Desa puluh sari
terdapat berbagai kegiatan Industri yang mengelilingi wilayah desa
Pulosari Tersebut. Sehingga menurut Kepala desa Pulosari perlu
adanya suatu kader yang dapat mewakili masyarakat dalam hal
perlindungan dan pengelolaan lingkungan, serta dapat menjadi
pelopor dalam masyarakat terkait dalam hal perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
Dalam hal pos pengaduan Badan Lingkungan Hidup adanya
sarana Pos pengaduan lingkungan hidup yang deisediakan Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Karanganyar
dapat
memacu
masyarakat untuk ikut berperan dan perbartisipasi dalam hal
perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Sehingga Adanya Pos
pengaduan lingkungan dari Badan Lingkungan Hidup Karanganyar
dapat diasumsikan sebagai sarana bagi masyarakat untuk dapat
meningkatkan kepeloporan dalam kehidupan bermasyarakat terutama
dalam pperlindungan dan pengelolaan lingkungan. Adas adanya pihak
yang melaukan aduan ke pos pengaduan Badan Lingkungan Hidup
Karanganyar diharapkan pihak tersebut dapat menjadi pelopor bagi
27
masyarakat di sekitarnya untuk aktif dan tanggap dalam mengatasi
permasalahan lingkungan.
d. Menumbuhkembangkan
ketanggapsegeraan
masyarakat
untuk
melakukan pengawasan sosial.
Dalam hal Kader Lingkungan, dari 4 (empat) sampel desa
kecamatan Kebakkramat, hanya desa Puluh sari yang memiliki kader
lingkungan secara swadaya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
ketanggap sertaan masyarakat di kabupaten karanganyar khususnya di
wilayah kebak kramat masih belum merata. Kegiatan berupa Kader
lingkungan yang dimiliki oleh desa Puluhsari tersebut dalam
keanggotaannya masih berdasarkan tunjukan dari kepala desa Puluh
sari dan belum ada masyarakat yag secara sukarela ingin berpartisipasi
dalam kader lingkungan desa puluhsari tersebut. Dengan adanya kader
lingkungan di desa puluhsari tersebut diharapkan ketanggapsertaan
masyarakat desa puluhsari secara umum terkait perlindungan dan
pengelolaan lingkunga dapat terbangun. Akan lebih baik apabila desa
lain yang belum memiliki kader lingkungan menginisiasikan kegiatan
serupa seperti yang ada di Desa Pulosari.
Dalam hal Pos pengaduan Badan Lingkungan Hidup, adanya pos
pengaduan yang diselenggarakan oleh badan Lingkungan Hidup
karanganyar juga dapat memberikan dampakdalam menumbuh
kembangkan ketanggapsertaan masyarakat dalam pengawasan sosial.
Adanya laporan pengaduan darimasyarakat ke pos pengaduan Badan
Lingkungan Hidup mejadi bukti bahwa adanya bentuk ketanggap
sertaan masyarakat dalam pengawasan sosial dalam kaitanya dengan
aduan permasalahan lingkungan. Akan tetapi belum adanya sosialisasi
tentag pos pengaduan ini menyebabkan masih adanya masyarakat
yang masih bingung untuk melakukan pengaduan terkait lingkungan
terkait tentang permasalahan apa saja yang bisa diadukan.. Hal ini
ditemukan saat penulis mewawancarai Kepala Desa Jetis Bapak Nur
Wibowo.
28
e. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengembangan budaya serta kearifan lokal ini juga tampak
dengan adanya kegiatan pertemuan rutin tingkat rukun tetangga, rukun
warga, serta pertemuan desa yang masih berlangsung hingga saat ini.
Dengan bertahannya kegiatan rutin antar warga ini juga dapat
memberikan dampak terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup
dimana
berdasarkan
pemaparan
beberapa
kepala
desa
yang
diwawancarai peneliti secara terpisah pada pertemuan warga seperti
yang dipaparkan di atas sering membahas mengenai keadaan ataupun
permasalahan lingkungan yang ada di sekitar masyarakat akan tetapi
pembahasan tersebut masih secara insidental. Pertemuan antar warga
secara rutin dapat menjadi sarana sosialisasi yang efektif mengenai
perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Dalam hal meningkatkan kepedulian masyarakat terkait perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup kegiatan yang ada di sekitar masyarakat
sangat berpengaruh dalam memberikan dapak terhadap masyarakat itu
sendiri. Berdasarkan penelitian di lokasi penelitian, tingkat kepedulian
masyarakat yang berada di sekitar wilayah industri dalam hal perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
a. Faktor besarnya permasalahan lingkungan yang dialami oleh
masyarakat itu sendiri.
Faktor ini ditemui penulis saat melakukan wawancara dengan
Sekertaris Desa Nangsri Bapak Sugiyanto berdasarkan wawancara
pada hari rabu tanggal 22 April 2016 menjelaskan bahwa masyarakat
desa Nangsri selama ini dinilai belum cukup aktif dalam melakukan
pelaporan terkait permasalahan lingkungan yang dialami. Hal ini
disebabkan karena masyarakat masih menilai bahwa permasalahan
lingkungan yang dialami belum terlalu parah, sehingga masyarakat
merasa masih belum perlu melakukan pengaduan. Sebagai contoh,
29
dalam wilayah desa Nangsri Pihak Desa menemukan adanya dugaan
pencemaran dari industri pembuatan sepatu. Kegiatan Industri
Pembuatan sepetu tersebut berada di luar wilayah desa Nangsri. Akan
tetapi limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri sepatu tersebut
diduga telah menemari sungai yang melintasi wilayah desa Nangsri.
Akan tetapi masyarakat masih enggan untuk melaporkan masalah
tersebut karena dinilai permasalahan tersebut belum parah dan belum
memberikan dampak langsung kepada mereka. Sehingga selama ini
belum ada masyarakat yang bersedia melakukan pelaporan resmi baik
ke Kantor desa maupun Badan Lingkungan Hidup.
b. Faktor mengenai ada tidaknya kegiatan terkait perlindungan dan
pengelolaan lingkungan yang ada di masyarakat.
Ada tidaknya kegiatanterkait perlindungan dan pengelolaan
lingkungan sangat mempengaruhi kepedulian masyarakat. Hal ini
karena masyarakat yang cenderung bersifat pasif dan ditambah belum
adanya kegiatan yang secara khusus diselenggarakan desa dalam
tujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Tingkat kepedulian masyarakat karanganyar terkait dalam hal
perlindungan dan pengelolaan lingkungan tidak cukup merata. Hal ini
disebabkan
belum
adanya
sosialisasi
dari
lembaga
terkait.
Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulispada 4
(empat) desa di kecamatan Kebakkramat yaitu Desa Kemiri, Desa
Kebak, Desa Puluhsari, Desa Nangsri, tingkat kepedulian masyarakat
pada masing masing desa berbeda antara satu dengan lain.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala desa dan sekertaris desa pada
sampel lokasi dalam penelitian ini diketahui bahwa selama ini belum
ada upaya sosialisasi yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup terkait
perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Akan tetapi untuk wilayah
kecamatan Jaten yaitu desa Sroyo berdasarkan wawancara dengan
Kepala Desa Desa Sroyo mengatakan bahwa sosialisasi mengenai
permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara dan limbah sudah
30
pernah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karanganyar pada Bulan Februari 2016.
c. Faktor kebutuhan berdasarkan lokasi tempat tinggal masyarakat.
Lokasi tempat tinggal masyarakat juga mempengaruhi tingkat
kepedulian masyarakat dalam hal perlindungan dan pengelolaan
lingkungan. Sebagai contoh, dalam wawancara yang dilakukan oleh
penulis dengan sekretaris desa Kebak Kecamatan kebakkramat.
Dugaan pencemaran oleh limbah dari suatu kegiatan industri
terkadang ditemui di desa Kebak. Limbah cair yang dibuang oleh
kegiatan industri diduga mencemari sungai yang berada di wilayah
desa kebak. Akan tetapi karena masyarakat secara umum tidak
memanfaatkan sungai yang diduga tercemari limbah tersebut, maka
masyarakat tidak mempermasalahkan dugaan pencemaran yang terjadi
di sungai sekitar tempat tinggal mereka.
Download