ANALISIS FENOMENA TWIN DEFICIT PADA NEGARA-NEGARA ASEAN OLEH MARISSA MALAHAYATI H14070052 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN MARISSA MALAHAYATI. Analisis Fenomena Twin Deficit pada NegaraNegara ASEAN (dibimbing oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI) Pemerintah suatu negara seringkali menghadapi masalah defisit, baik defisit fiskal maupun defisit transaksi berjalan (current account deficit). Defisit fiskal seringkali terjadi saat pemerintah meningkatkan pelayanan publik kepada rakyatnya atau untuk meningkatkan pembangunan perekonomian sehingga pemerintah dapat bertindak dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah (government expenditure) atau` menurunkan tingkat pajak (taxes). Defisit perdagangan (current account deficit) terjadi apabila penerimaan pemerintah dari ekspor lebih kecil dibandingkan pengeluaran pemerintah untuk impor, hal ini seringkali terjadi apabila produk domestik kurang memiliki daya saing dibandingkan produk lain di pasar internasional atau karena kurs domestik yang terapresiasi sehingga menurunkan daya saing produk domestik di pasar internasional (Fleegler, 2006). Beberapa penelitian menyatakan bahwa defisit fiskal dan defisit neraca perdagangan saling berkaitan satu sama lain, keterkaitan antara kedua defisit ini dikenal sebagai twin deficit atau defisit kembar. Secara teoritis, bila terjadi kebijakan fiskal yang ekspansioner (terjadi defisit fiskal) maka nilai tukar riil mata uang domestik akan terapresiasi sehingga daya saing perdagangan akan menurun dan memperburuk defisit neraca perdagangan (current account deficit) (Salvatore, 2007). Penelitian ini menganalisis hubungan antara anggaran pemerintah dan transaksi berjalan (current account) pada beberapa negara ASEAN serta hubungan antara nilai tukar terhadap anggaran pemerintah dan transaksi berjalan . Pada penelitian ini, diambil sampel beberapa negara ASEAN yang berpendapatan tinggi (high income country) yaitu Brunei dan Singapura, berpendapatan menengah (middle income country) yaitu Indonesia dan Malaysia serta berpendapatan rendah (low income country) yaitu Laos dan Myanmar. Dengan menggunakan data-data current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar dari seluruh negara ASEAN. Penelitian ini menggunakan metode VAR/VECM yang dianalisis dengan uji Granger Causality untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya serta analisis VAR/VECM dengan menggunakan analisis Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposisition (FEVD) untuk mengkonfirmasi hasil uji kausalitas Granger. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Twin Deficit tidak terjadi pada negara high income (Brunei dan Singapura), middle income (Malaysia) dan Low Income (Laos, Myanmar, dan Kamboja). Pada Brunei, Singapura, dan Malaysia twin deficit tidak terjadi dikarenakan negara tersebut dapat menutupi defisit mereka dengan menggunakan surplus yang didapat pada periode-periode sebelumnya. Sedangkan pada negara low income tidak terjadinya twin deficit adalah dikarenakan kebijakan fiskal yang ada tidak cukup mampu mempengaruhi variabel makroekonomi yang ada. Selain itu, negara-negara yang tidak mengalami twin deficit cenderung merupakan negara yang menggunakan rezim nilai tukar fixed exchange rate. Sedangkan hubungan twin deficit dengan pola hubungan defisit anggaran pemerintah menyebabkan defisit current account terjadi di negara Indonesia, Filipina, Thailand, dan Kamboja. Hubungan anggaran pemerintah mempengaruhi nilai tukar terjadi pada Vietnam, current account mempengaruhi nilai tukar pada Laos dan Vienam, nilai tukar mempengaruhi anggaran pemerintah pada Malaysia, Thailand, Laos, dan Vietnam, serta nilai tukar mempengaruhi current account pada negara Malaysia dan Thailand. Pada negara middle income yang mengalami twin deficit, diperlukan sinkronisasi antara kebijakan fiskal dan moneter, sedangkan pada negara low income stabilitas kondisi sosial politik dalam negeri juga diperlukan untuk mewujudkan stabilitas perekonomian. Pada negara high income, walaupun tidak mengalami twin deficit, diversifikasi ekonomi perlu dilakukan agar negara-negara ini tidak terlalalu bergantung kepada perdagangan internasional karena berdasarkan penelitian ini pada negara high income, current account member pengaruh yang besar kepada anggaran pemerintah. Twin Deficit Phenomenon Analysis in ASEAN Countries Abstract This paper examines the twin deficits hypothesis in ASEAN Countries. All ASEAN countries in this paper are classified into three categories based on World Bank criteria: 1) High Income Countries (Brunei Darussalam and Singapore), 2) Middle Income Countries (Indonesia, Malaysia, Philippine, and Thailand), and 3) Low Income Countries (Cambodia, Lao, Myanmar, and Vietnam). The analysis is based on VAR/VECM method. The major findings of this paper are: 1) Twin deficit relationships are detected in Indonesia, Philippine, Thailand, and Cambodia with budget deficit cause current account deficit, 2) There are no twin deficit in high income countries but there is a strong indication indicate current account influence government budget in these two countries. In Malaysia there is no twin deficit because of good synchronization between fiscal & monetary policy. In Low Income Countries such as Lao, Myanmar, and Vietnam, twin deficit non happen because unstable social political condition and weak fiscal policy, 3) causality exist from exchange rate to government budget and current account in Malaysia and Thailand, 4). In Vietnam, exchange rate is depend on current account and government budget, but in Lao exchange rate only depend on current account. Keyword: ASEAN, current account, government budget, exchange rate, VAR/VECM ANALISIS FENOMENA TWIN DEFICIT PADA NEGARA-NEGARA ASEAN OLEH: MARISSA MALAHAYATI H14070052 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Judul Skripsi : Nama NIM : : Analisis Fenomena Twin Deficit pada NegaraNegara ASEAN Marissa Malahayati H14070052 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Lukytawati Anggraeni, M.Si NIP. 19771213 200501 2 002 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec NIP. 19641022 198903 1 003 Tanggal Kelulusan : PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2011 Marissa Malahayati H14070052 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Marissa Malahayati. Lahir pada tanggal 31 Maret 1990 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak Ir. Abdul Rozaq (Alm) dan ibu Ir. Andira Munir. Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 1 Leuwiliang, Bogor pada tahun 1995 sampai tahun 2001 lalu melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP di SMP Negeri 1 Bogor, pada tahun 2001 sampai tahun 2004. Kemudian pada tahun 2004 sampai tahun 2007 penulis meneruskan pendidikan di SMAN 1 Bogor. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah penulis memperoleh beberapa prestasi. Salah satu prestasi akademis yang pernah diraih adalah menjadi peringkat 1 Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen tahun 2010. Penulis juga merupakan Asisten Praktikum Ekonomi Umum, Makroekonomi 1, dan Mikroekonomi 1. Selama menyelesaikan akademiknya, penulis mengikuti berbagai kepanitiaan dan aktif di organisasi. Organisasi yang pernah diikutinya antara lain, Koran Kampus IPB sebagai web designer dan layouter pada tahun 2008 dan 2009, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) kabinet Sahabat Ksatria tahun 2009 menjabat sebagai Sekertaris Departemen Ekonomi dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada tahun 2010 sebagai staff Kementerian Pendidikan. i KATA PENGANTAR Puji syukur mari kita panjatkan Kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Fenomena Twin Deficit pada Negara-Negara ASEAN”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengenai keberadaan twin deficit di kawasan Asia Tenggara serta faktor-faktor apa yang menyebabkannya. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada : 1. Mama tersayang, Ir Andira Munir dan Ayah, Ir Abdul Rozaq (alm.) dan adikku Muflih Rizqi Prakoso, atas seluruh dukungan dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis. Serta keluarga besar atas segala bantuan yang telah diberikan selama penulis melakukan studinya. 2. Dr. Lukytawati, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas waktu dan bimbingan yang telah diluangkan serta dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi serta atas segala saran dan kritik mengenai penulisan karya tulis yang baik. 3. Bapak Alla Asmara M.Si selaku dosen penguji utama dan Bapak Irfan Syauqi Beik, Ph.D selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan tulisan ini. 4. Segenap dosen di Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 5. Segenap Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi yang membantu segala proses administrasi. 6. Teman-teman satu bimbingan, Gustyanita Pratiwi, Fitria Panduwinata, dan Dame Siregar. 7. Sahabat-sahabat penulis, Solihin, Sri Retno Wahyu N, dan Fanny Aprilta, dan seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi 44 lainnya atas segala dukungan yang telah diberikan. ii Besar harapan penulis, Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya terutama untuk penelitian-penelitian mengenai twin deficit selanjutnya. Bogor, Juli 2011 Marissa Malahayati H14070052 iii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4 1.4. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 2.1. Pendapatan Nasional ...................................................................... 6 2.2. Current Account dan Current Account Deficit ................................ 9 2.3. Anggaran Pemerintah dan defisit Anggaran Pemerintah ............... 10 2.4. Hubungan current account deficit dan defisit Anggaran Pemerintah ................................................................................... 12 2.5. Hubungan Antara Nilai Tukar Terhadap Anggaran Pemerintah dan Transaksi Berjalan............................................... 14 2.6. Penelitian Terdahulu .................................................................... 15 2.6.1. Twin Deficit di Negara Maju ................................... 15 2.6.2. Twin Deficit di Negara Berkembang ....................... 16 2.7. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 19 III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 21 3.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 21 3.2. Metode Analisis ........................................................................... 23 3.2.1. Vector Autoregressive (VAR) ........................................... 24 3.2.2. Vector Error Correction Model (VECM).......................... 27 3.2.3. Pengujian Praestimasi ....................................................... 27 3.2.3.1. Uji Stasioneritas ......................................... 27 3.2.3.2. Pemilihan Panjang Lag Optimal ................. 28 3.2.3.3. Uji Kointegrasi...........................................29 iv 3.2.3.4. Analisis VAR/VECM ................................30 3.2.3.4.1. Uji Kausalitas ............................30 3.2.3.4.2. Impuls Response Funtion (IRF) ........................................30 3.2.3.4.3. Variance Decomposisition .........31 IV. GAMBARAN UMUM ANGGARAN PEMERINTAH, CURRENT ACCOUNT, DAN NILAI TUKAR NEGARA-NEGARA ASEAN .......32 4.1. Gambaran Umum Anggaran Pemerintah (Government Budget) di Negara-Negara ASEAN ...........................................................32 4.2. Gambaran Umum Transaksi Berjalan (Current Account) di Negara-Negara ASEAN ...............................................................36 4.3. Gambaran Umum Nilai Tukar (Exchange Rate) di Negara-Negara ASEAN ............................................................... 39 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 42 5.1. Uji Kestasioneritasan Data ........................................................... 42 5.2. Uji Kointegrasi Johansen ............................................................. 43 5.3. Penetapan Lag Optimal ................................................................ 44 5.4. Hasil Uji Kausalitas ..................................................................... 45 5.5. Simulasi Impulse Response Function (IRF) ................................. 50 5.5.1. Analisis Impulse Response Function (IRF) Guncangan Anggaran Pemerintah (BD) terhadap Current Account (CA) dan nilai tukar (ER) ....................................................... 50 5.5.2. Analisis Impulse Response Function (IRF) Guncangan Current Account (CA) terhadap Anggaran Pemerintah (BD) dan nilai tukar (ER) ..... 56 5.5.3. Analisis Impulse Response Function (IRF) Guncangan Nilai Tukar (ER) terhadap current account (CA) dan Anggaran Pemerintah (BD) .................................................... 61 5.6. Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition ............ 64 5.6.1. Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition pada Variabel Anggaran Pemerintah ............................................ 65 5.6.2. Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition Current Account .......................... 66 5.6.3. Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition Variabel Nilai Tukar .................... 67 v 5.7. Twin Deficit di Kawasan ASEAN ........................................... 68 5.8.Hubungan Nilai Tukar (ER) terhadap Anggaran Pemerintah (BD) dan Current Account (CA) ............................ 74 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 78 6.1. Kesimpulan .................................................................................. 78 6.2. Saran ............................................................................................ 79 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81 LAMPIRAN ................................................................................................... 86 vi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1.Kondisi Current account pada Negara-Negara Anggota ASEAN Periode tahun 2005-2010 ............................................................................2 1.2.Kondisi Government Budget pada Negara-Negara Anggota ASEAN Periode tahun 2005-2010...........................................................................3 3.1. Daftar Variabel yang Digunakan dalam Penelitian...................................22 4.1. Rezim Nilai Tukar yang digunakan Negara-Negara ASEAN ................... 40 5.1. Hasil Uji Stasioneritas ............................................................................. 42 5.2 Hasil Uji Kointegrasi................................................................................ 44 5.3. Model VAR yang terbentuk ....................................................................44 5.4. Hasil Uji Bivariate Granger Causality .................................................... 45 5.5. Hasil Uji Granger Causality/ Block Exogeneity Wald Test ...................... 47 5.6. Ringkasan Hasil Uji Kausalitas ............................................................... 49 5.7. Hasil FEVD dari BD ............................................................................... 65 5.8. Ringkasan Hasil FEVD dari CA .............................................................. 66 5.9. Ringkasan Hasil FEVD dari ER .............................................................. 68 5.10. Ringkasan Hubungan Twin Deficit ........................................................ 69 vii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1 Kurva Investasi ........................................................................................... 8 2.2 Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Penerimaan Pemerintah .............. 10 2.3.Kerangka Pemikiran .................................................................................. 20 3.1 Tahapan Analisis VAR/VECM. ................................................................ 24 4.1 Pertumbuhan Anggaran Pemerintah pada ASEAN High Income Countries periode 1991-2010 .................................................................... 32 4.2 Pertumbuhan Anggaran Pemerintah pada ASEAN Middle Income Countries periode 1991-2010 .................................................................... 34 4.3 Pertumbuhan Anggaran Pemerintah pada ASEAN Low Income Countries periode 1991-2010 .................................................................... 35 4.4 Pertumbuhan Current Account pada ASEAN High Income .......................... Countries periode 1991-2010 .................................................................... 36 4.5 Pertumbuhan Current Account pada ASEAN Middle Income Countries periode 1991-2010 .................................................................... 37 4.6. Pertumbuhan Current Account pada ASEAN Low Income Countries periode 1991-2010 .................................................................... 38 5.1. Respon CA dan ER terhadap Guncangan BD Pada ASEAN High Income Countries ...................................................................................... 51 5.2 Respon CA dan ER terhadap Guncangan BD Pada ASEAN Middle Income Countries ...................................................................................... 52 5.3 Respon CA dan ER terhadap Guncangan BD Pada ASEAN Low Income Countries ...................................................................................... 55 5.4 Respon BD dan ER terhadap Guncangan CA Pada ASEAN High Income Countries ..................................................................................... 57 5.5 Respon BD dan ER terhadap Guncangan CA Pada ASEAN Middle Income Countries ...................................................................................... 58 5.6 Tingkat Suku Bunga Pada Negara-Negara Middle Income di ASEAN..................................................................................................... 59 5.7 Respon BD dan ER terhadap Guncangan CA Pada ASEAN Low viii Income Countries ...................................................................................... 61 5.8 Respon BD dan CA terhadap Guncangan ER Pada ASEAN High Income Countries..................................................................................... 62 5.9 . Respon BD dan CA terhadap Guncangan ER Pada ASEAN Middle Income Countries.................................................................................... 63 5.10 Respon BD dan CA terhadap Guncangan ER Pada ASEAN Low Income Countries.................................................................................... 64 5.11 Pengeluaran Operasional Pemerintah Singapura periode tahun 2009-2010 .............................................................................................. 71 ix DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 87 2. Uji Lag Optimum ................................................................................... 89 3. Uji Stabilitas VAR ................................................................................. 94 4. Uji Kointegrasi ....................................................................................... 97 5. Hasil Simulasi FEVD ........................................................................... 109 6. Perbandingan Pertumbuhan GDP dan Suku Bunga pada Negara-Negara Middle Income di ASEAN ........................................... 140 7. Perbandingan Pertumbuhan GDP dan Konsumsi pada Negara-Negara Low Income di ASEA .................................................. 140 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah suatu negara seringkali menghadapi masalah defisit, baik defisit fiskal maupun defisit transaksi berjalan (current account deficit). Defisit fiskal seringkali terjadi saat pemerintah meningkatkan pelayanan publik kepada rakyatnya atau untuk meningkatkan pembangunan perekonomian sehingga pemerintah dapat bertindak dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah (government expenditure) atau menurunkan tingkat pajak (taxes). Defisit perdagangan (current account deficit) terjadi apabila penerimaan pemerintah dari ekspor lebih kecil dibandingkan pengeluaran pemerintah untuk impor, hal ini seringkali terjadi apabila produk domestik kurang memiliki daya saing dibandingkan produk lain di pasar internasional atau karena kurs domestik yang terapresiasi sehingga menurunkan daya saing produk domestik di pasar internasional (Fleegler, 2006). Defisit fiskal dan defisit neraca perdagangan (current account deficit) dianggap dapat mengganggu kestabilan kondisi perekonomian suatu negara dalam jangka panjang (Edwards, 2001). Beberapa penelitian menyatakan bahwa defisit fiskal dan defisit neraca perdagangan saling berkaitan satu sama lain, keterkaitan antara kedua defisit ini dikenal sebagai twin deficit atau defisit kembar. Secara teoritis, bila terjadi kebijakan fiskal yang ekspansioner (terjadi defisit fiskal) maka nilai tukar riil mata uang domestik akan terapresiasi sehingga daya saing perdagangan akan menurun dan memperburuk defisit neraca perdagangan (current account deficit) (Salvatore, 2007). Hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan transaksi berjalan belum dapat dipastikan secara pasti, penelitian mengenai twin deficit terus dilakukan untuk melakukan prediksi yang lebih baik mengenai dampak suatu defisit terhadap defisit lainnya sehingga mudah untuk menentukan kebijakan selanjutnya (Vyshnyak, 2000). Oleh karena itu, pola hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan defisit transaksi berjalan berbeda-beda antara suatu negara dengan negara lainnya walau berada dalam satu regional wilayah yang sama, hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara yang bersangkutan. 2 Tabel 1.1.Kondisi Current account pada Negara-Negara Anggota ASEAN Periode tahun 2005-2010 *) Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunei Darussalam 52,73 56,43 51,07 54,34 40,23 42,79 Filipina -3,82 -0.645 -2,45 -6,21 -5,16 -4,33 Laos 0.097 2,98 2,43 0.025 2,58 0.891 Indonesia -18,05 -11,16 -15,89 -18,53 -17,57 -10,21 Kamboja 15,00 16,44 15,92 17,48 16,50 11,82 Malaysia 0.444 1,03 0.112 -0.694 -0.454 -0.856 Myanmar 2,01 4,55 4,94 2,18 5,81 4,49 Singapura 21,11 24,82 27,34 14,58 19,04 22,21 Thailand -4,33 11,18 6,35 0.791 8,29 4,64 Vietnam -1,06 -0.269 -9,83 -11,95 -6,56 -3,79 Sumber: IMF (2011) Ket: *) Sebagai persentase dari GDP Tabel 1.1 menggambarkan kondisi current account pada negara-negara ASEAN. Kondisi current account dari setiap negara berbeda-beda, bergantung kepada kebijakan yang diambil oleh negara yang bersangkutan. Sebagai contoh, saat terjadi krisis suprime mortgage di Amerika pada tahun 2007, current account negara-negara ASEAN cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada periode tahun tersebut daya beli internasional mengalami penurunan, sehingga penerimaan dari ekspor bagi negara-negara ASEAN yang banyak bermitra dagang dengan Amerika dan Eropa mengalami penurunan current account. 3 Tabel 1.2. Kondisi Government Budget pada Negara-Negara Anggota ASEAN Periode tahun 2005-2010 *) Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunei Darussalam 21,1 21,5 21,9 27,9 3,93 8,02 Filipina -0,7 -0,2 -0,5 -0,1 -3,35 -1,48 Laos -0,5 -0,9 -1,3 -0,1 -2,3 -0,59 Indonesia -4,5 -3,1 -2,6 -2,2 -3,3 -3,99 Kamboja -3,6 -3,3 -3,2 -4,8 -7,0 -5,06 Malaysia -3,3 -4,3 -3,8 -3,4 -3,7 -4,44 Myanmar -2,7 -1,1 -0,2 -0,9 -3,9 -3,67 Singapura 6,5 6,3 11,4 7,6 1,7 5,25 Thailand 0,1 -0,3 -1,3 -0,6 -4,1 -2,69 Vietnam -1,1 1,3 -1,0 -1,9 -7,7 -6,41 Sumber: IMF (2011) *) Sebagai persentase dari GDP Tabel 1.2 menggambarkan kondisi defisit/surplus anggaran pemerintah untuk negara-negara ASEAN. Selama periode tahun 2005-2010 mayoritas negaranegara di ASEAN mengalami defisit anggaran pemerintah. Hanya Brunei Darussalam dan Singapura yang cenderung tidak mengalami defisit selama periode tersebut. Brunei yang perekonomiannya ditopang oleh penjualan minyak bumi terus mengalami surplus walaupun mulai pada tahun 2009 surplus anggaran mulai menurun dikarenakan terjadi penurunan harga minyak dunia pada tahun tersebut 1 . Selain itu, pertumbuhan anggaran pemerintah Singapura mengalami penurunan pada tahun 2009 karena banyak mengeluarkan stimulus fiskal untuk meningkatkan investasi di negaranya, pemerintah singapura berhasil memperbaiki kebijakan fiskalnya sehingga negara ini kembali mengalami surplus pada tahun 20102. 1 Berdasarkan artikel berjudul Penurunan Harga Minyak 2009 "Tergerus" Konsumsi Tinggi BBM dari http://www.antaranews.com/view/?i=1218527015&c=EKB&s= [12 Agustus 2008] 2 Berdasarkan artikel Budget 2010: Singapore sets smaller budget deficit dari http://www.asiaone.com/Business/News/My+Money/Story/A1Story20100222-200250.html [22 Februari 2010] 4 1.2. Rumusan Masalah Terdapat empat kemungkinan pola hubungan antara defisit transaksi berjalan dan defisit anggaran pemerintah, yaitu: 1) Defisit transaksi berjalan (current account deficit) menyebabkan terjadinya defisit anggaran pemerintah (budget deficit), 2) Defisit anggaran pemerintah (budget deficit) menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan (current account deficit), 3) Terdapat hubungan dua arah antara kedua defisit tersebut, atau 4) tidak terdapat hubungan antara kedua defisit tersebut. Beberapa kajian mengenai twin deficit menemukan hasil yang berbeda terkait hubungan antara defisit fiskal dan defisit current account. Hal ini bergantung kepada periode waktu yang diambil untuk penelitian serta variabelvariabel yang digunakan. Terkait kasus twin deficit di kawasan ASEAN, belum terdapat kajian yang mendalam dan mencakup seluruh negara di Asia Tenggara. Oleh karena itulah, pada penelitian kali ini,penulis melakukan kajian mengenai fenomena twin deficit di seluruh negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN. Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana dinamika pola defisit anggaran pemerintah dan defisit transaksi berjalan pada negara-negara anggota ASEAN? 2. Bagaimana dampak defisit anggaran pemerintah terhadap transaksi berjalan, dan nilai tukar di negara-negara ASEAN? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusah masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dinamika pola defisit anggaran pemerintah dan defisit transaksi berjalan pada negara-negara anggota ASEAN. 2. Mengetahui dampak defisit anggaran pemerintah terhadap transaksi berjalan, dan nilai tukar di negara-negara ASEAN. 5 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya mengenai fenomena twin deficit untuk sepuluh negara yang menjadi anggota ASEAN yaitu: Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh World Bank yaitu: 1. High Income Countries: Brunei Darussaalam dan Singapura 2. Middle Income Countries: Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. 3. Low Income Countries: Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Selain itu variabel-variabel yang digunakan adalan anggaran pemerintah (BD), current account (CA), dan nilai tukar. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Konsep pendapatan nasional pertama kali diperkenalkan oleh Kuznetz, menurut Lipsey dan Steiner (1995) perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu 1.) Pendekatan Nilai Tambah (Added Value Approach); Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlah nilai tambah dari setiap proses produksi suatu produk.. 2.) Metode Pendapatan (Income Approach); Pendapatan penjumlahan dari seluruh penerimaan nasional merupakan hasil yang diterima pemilik faktor produksi selama satu periode. Penerimaan tersebut antara lain: sewa (rent), upah (wage), suku bunga (interest), dan keuntungan (profit). 3.) Metode Pengeluaran (Expenditure Approach/ Keynessian Total Expenditure Model); Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh keempat sektor dalam perekonomian yaitu sektor konsumen, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor perdagangan luar negeri. Dari ketiga model pendekatan tersebut, pendekatan pengeluaran merupakan model yang paling sering dipakai untuk mengukur tingkat pendapatan nasional suatu negara. Hal ini dikarenakan data-data yang terkait dengan pengeluaran lebih mudah dikumpulkan dibandingkan data yang terkait dengan pendapatan serta sulitnya untuk menghitung nilai tambah dari seluruh komoditas yang ada di suatu negara. Berdasarkan model pengeluaran total Keynessian (Keynessian Total Expenditure Model) faktor-faktor yang merupakan komponen pendapatan nasional adalah : 1) Konsumsi, 2) Investasi, 3) Belanja Pemerintah (Government Purchase), dan 4) ekspor bersih. Keempat faktor tersebut mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) dan memiliki dampak untuk tingkat harga dan tingkat pendapatan nasional. Dibawah ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing komponen pendapatan nasional berdasarkan Mankiw (2002). 7 a. Konsumsi Konsumsi adalah seluruh produk, baik barang maupun jasa, yang dibeli oleh rumah tangga di suatu negara. Konsumsi juga merupakan komponen paling besar yang menentukan pendapatan nasional. Secara matematis, fungsi konsumsi dapat dituliskan sebagai berikut: C= C0+ MPCYd ........................................................ (2.1) dimana: C= Konsumsi C0= Konsumsi autonomus MPC= Marginal Prospensity to Consume Yd= Disposible Income Disposible Income (Yd) adalah pendapatan yang siap dibelanjakan oleh masyarakat. Secara matematis Disposible Income dapat dituliskan sebagai berikut Yd= Y-Tx+Tr ........................................................ (2.2) dimana: Yd= Disposible Income Y= Pendapatan Nasional Tx= Tingkat Pajak Tr= Transfer Payment Dengan menyatukan C= C0+ MPC(Y-Tx+Tr) Persamaan (2.1) dan (2.2) maka didapatkan : ........................................................ (2.3) b. Investasi Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk membeli barang-barang modal untuk menjalankan produksi. Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Investasi dibagi menjadi tiga kategori yaitua: business fixed investment, residential fixed investment, dan inventory investment. Business fixed investment dilakukan dengan cara membeli pabrik atau peralatan yang dilakukan oleh perusahaan. . Residential investment dilakukan oleh pemilik tanah dengan cara membeli perumahan, sedangkan Inventory investment dilakukan oleh perusahaan dengan cara membeli barang-barang cadangan untuk investasi (Mankiw, 2002). 8 Fungsi investasi berbanding terbalik terhadap tingkat suku bunga riil, hal ini dikarenakan saat suku bunga adalah biaya untuk meminjam, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Hal ini digambarkan oleh kurva fungsi investasi yang memiliki slope negatif. r f(I) I Sumber: Mankiw, 2002 Gambar 2.1. Kurva Investasi Fungsi investasi merupakan fungsi yang kurang stabil bila dibandingkan dengan fungsi konsumsi (Rohlf, 2010). Ketidakstabilan investasi disebabkan antara lain karena: a. Suku bunga yang senantiasa berubah setiap waktu. b. Ekspektasi bisnis yang cenderung berubah-ubah. c. Keputusan investor untuk menunda melakukan investasi. d. Kesempatan untuk berinvestasi tidak terjadi setiap saat. c. Belanja Pemerintah (G) Belanja pemerintah adalah seluruh barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat maupun daerah. Pengeluaran yang termasuk sebagai belanja pemerintah diantaranya adalah belanja militer dan pembangunan fasilitas publik untuk masyarakat. Transfer Payment (Tr) tidak termasuk kedalam komponen 9 belanja pemerintah dikarenakan Tr hanya mengalokasikan ulang pendapatan dan tidak terdapat pertukan barang dan jasa dalam penyaluran Tr. d. Ekspor Bersih (NX) Ekspor Bersih atau neraca perdagangan adalah selisih antara volume ekspor dan volume impor yang dilakukan oleh suatu negara. Jika nilai expor lebih besar dibandingkan nilai impor, maka dikatakan negara mengalami surplus perdagangan, sebaliknya jika nilai impor lebih besar dibandingkan nilai ekspor maka negara mengalami defisit perdagangan. Keempat komponen di atas membentuk persamaan pengeluaran agregat (AE) sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: AE= C+I+G+NX .................................................... (2.4) AE=(C0+MPCYd) +I+G+NX .................................................... (2.5) AE= (C0+ MPC(Y-Tx+Tr)) + I+ G+ NX.................................................... (2.6) Karena keseimbangan pendapatan nasional dapat tercapai apabila pendapatan nasional sama dengan pengeluaran agregat sehingga dapat dituliskan : Y=AE= C + I + G + NX .................................................... (2.7) Sehingga secara ringkas dapat dituliskan sebagai Y= C + I + G + NX 2.2. Current account dan Current Acount Deficit Current account adalah neraca dalam transaksi ekonomi nasional yang mencatat transaksi barang dan jasa, pembayaran bunga hutang, dan pengiriman uang dari suatu negara. Secara matematis, current account dituliskan sebagai berikut: CA = X – M + Net ................................................... (2.8) Dimana: CA= Current account X= Ekspor M=Impor Net= Pendapatan dan transfer bersih dari luar negeri 10 Untuk menyederhanakan persamaan, pendapatan dan transfer dari luar negeri diasumsikan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap current account . Sehingga persamaan dapat ditulis ulang menjadi: CA= X-M .................................................. (2.9) Berdasarkan Persamaan (2.9), current account merupakan selisih antara ekspor dan impor suatu negara. Jika nilai ekspor melebihi nilai impor maka current account dinyatakan mengalami surplus (current account surplus), sebaliknya jika nilai impor melebihi nilai ekspor maka current account dinyatakan mengalami defisit (current account deficit). 2.3 Anggaran Pemerintah dan Defisit Anggaran Pemerintah Anggaran pemerintah (Government Budget) adalah selisih antara penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak dengan pengeluaran pemerintah. Jika penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan pengeluarannya maka pemerintah mengalami surplus anggaran (budget surplus), sebaliknya jika pengeluaran pemerintah lebih besar dibandingkan penerimaannya, maka pemerintah mengalami defisit anggaran (budget deficit). Defisit anggaran pemerintah (budget deficit) dapat dibiayai melalui empat sumber, antara lain: 1) Mengambil cadangan mata uang asing , 2) Melalui pinjaman domestik dengan cara menjual surat berharga kepada masyarakat, 2) Melalui pinjaman luar negeri, 3) Melakukan pencetakan uang, atau perpaduan antara ketiga sumber tersebut (Fischer dan Easterly, 1990). Seluruh sumber permbiayaan defisit anggaran pemerintah tersebut memiliki risiko masing-masing. Membiayai defisit anggaran pemerintah melalui pinjaman domestik akan menyebabkan suku bunga riil domestik meningkat sehingga investasi domestik akan turun. Sumber pembiayaan defisit dengan menggunakan cadangan mata uang asing atau melalui sumber pinjaman luar negeri dapat menyebabkan kurs domestik terapresiasi sehingga daya saing produk domestik menurun dan menyebabkan ekspor domestik menurun. Hal ini berakibat pada menurunnya netto expor sehingga berdampak pada menurunnya cadangan mata uang asing di dalam negeri dan pelunasan hutang yang tidak berkesinambungan (unsustainable external indebtedness). Pembiayaan defisit 11 dengan mencetak uang akan mengakibatkan meningkatnya tingkat inflasi. Menurut Kiguel dan Laviatan (1990), dalam jangka pendek pencetakan uang dapat meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak inflasi (seigniorage), akan tetapi pada jangka panjang inflasi menurunkan pendapatan pemerintah dikarenakan kepercayaan dan permintaan terhadap mata uang domestik akan menurun. Sumber: Fischer dan Easterly (1990) Gambar 2.2. Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Penerimaan Pemerintah Gambar 2.1 menjelaskan hubungan antara tingkat inflasi dan penerimaan pemerintah. Tingginya tingkat inflasi yang disebabkan oleh pencetakan uang untuk membiayai defisit anggaran akan menyebabkan defisit pemerintah semakin tinggi pada jangka panjang karena penerimaan pemerintah menurun seiring dengan peningkatan inflasi. 12 2.4. Hubungan Antara Current account Deficit dan Defisit Anggaran Pemerintah Hubungan antara current account dan budget deficit dapat diturunkan dari persamaan pendapatan nasional. Persamaan pendapatan nasional dapat dituliskan sebagai berikut: Y = C + I + G+ (X – M) ........................................................ (2.10) Dimana: Y= Pendapatan Nasional C= Konsumsi I= Investasi Swasta G= Pengeluaran Pemerintah X= Ekpor M= Impor Selain itu, persamaan lain yang merumuskan pendapatan nasional adalah: Y=C+S+T ........................................................ (2.11) Dimana : Y= Pendapatan Nasional C= Konsumsi S= Tabungan Swasta Domestik T=Pajak Persamaan (2.10) dan (2.11) dapat disusun kembali sehingga : C + I + G+ (X – M) = C+S+T ........................................................ (2.12) X-M= C+S+T-C-I-G ........................................................ (2.13) X-M= S+T-I-G ........................................................ (2.14) X-M= (S-I) + (T-G) ........................................................ (2.15) Persamaan (2.15) lebih sering disebut sebagai hubungan twin deficit. Persamaan tersebut menyatakan defisit yang terjadi pada current account (X< M) akan diikuti oleh budget deficit pemerintah (T< G). Hubungan twin deficit ini hanya berlaku apabila gap antara investasi sektor swasta dan tabungan (S-I) diasumsikan tetap (Hossain dan Chowdhury,2001). 13 Terdapat empat kemungkinan terkait dengan hubungan defisit anggaran pemerintah dengan defisit current account yaitu: 1. Tidak terdapat hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan defisit current account. Sesuai dengan persamaan (2.6), hubungan anggaran pemerintah dan current account dirumuskan sebagai X-M= (S-I) + (T-G). Hubungan twin deficit tidak terjadi apabila saat pemerintah melakukan kebijakan fiskal ekspansif dengan meningkatkan belanja pemerintah (G) sehingga defisit anggaran pemerintah meningkat, masyarakat menyadari bahwa kenaikan G akan mengakibatkan peningkatan pajak (T) di masa yang akan datang sehingga mereka menabung lebih banyak pada masa kini sehingga tidak menyebabkan terjadinya defisit current account (Barro, 1989) atau dengan kata lain Selain itu, twin deficit juga tidak akan terjadi pada negara dengan tingkat tabungan yang yang tinggi. Fenomena Twin deficit juga tidak akan terjadi apabila institusi fiskal di suatu negara tanggap dalam merespon setiap surplus/ defisit fiskal dan membuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi neraca fiskal negara mereka masing-masing. Kebijakan fiskal yang tidak responsif akan menyebabkan defisit fiskal mempengaruhi tingkat suku bunga dan akan berdampak pada nilai tukar. Perubahan nilai tukar inilah yang rentan menyebabkan defisit neraca perdagangan(Artana, et.al, 2003). Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Corsetti dan Müller (2006), suatu negara akan lebih rentan mengalami twin deficit apabila negara tersebut memiliki tingkat keterbukaan (degree of openness) yang tinggi dan terus menerus melakukan kebijakan fiskal ekspansif tanpa menyesuaikan dengan kondisi perekonomian yang ada. 2. Defisit anggaran pemerintah mengakibatkan defisit current account Berdasarkan model Mundell-Fleming, pada rezim nilai tukar fixed exchange rate, keberadaan defisit anggaran pemerintah mengakibatkan peningkatan pendapatan riil dan tingkat harga dan memperburuk keseimbangan current account. Pada rezim nilai tukar flexible exchange rate, peningkatan pengeluaran pemerintah akan menggeser kurva IS ke kanan atas dan 14 meningkatkan tingkat suku bunga. Peningkatan suku bunga tersebut mengakibatkan terjadinya arus modal masuk (capital inflow) dan membuat kurs nominal terapresiasi sehingga membuat daya saing produk domestik di pasar internasional menurun sehingga memperburuk defisit current account (Ardiyanto, 2006). 3. Defisit Current account Menyebabkan Defisit Anggaran Pemerintah Terjadi pada negara yang bergantung kepada perdagangan Internasionalnya atau tengah melakukan ekspansi pasar sehingga pemerintah negara yang bersangkutan merasa neraca perdagangan sangat penting dan sangat diperlukan suntikan dana dari pemerintah untuk menutupi defisit current account yang dialami oleh negara yang bersangkutan (Chang dan Hsu, 2009). 4. Hubungan Dua Arah (Bidirectional) antara Defisit Current account dan Defisit Anggaran Pemerintah Hubungan terakhir adalah hubungan dua arah antara Defisit Current account dan Defisit Anggaran Pemerintah, sehingga defisit Current account dapat menyebabkan defisit anggaran pemerintah begitu pula sebaliknya. 2.5. Hubungan Antara Nilai Tukar Terhadap Anggaran Pemerintah dan Transaksi Berjalan Anggaran pemerintah dapat memiliki hubungan positif atau negatif dengan Nilai tukar (exchange rate). Pada umumnya hubungan antara nilai tukar dan anggaran pemerintah adalah negatif. Hal ini terjadi apabila pemerintah menjalankan kebijakan fiskal ekspansif dan menyebabkan turunnya anggaran pemerintah sehingga meningkatkan konsumsi lalu meningkatkan pengeluaran agregat. Peningkatan pengeluaran agregat menyebabkan peningkatan suku bunga. Peningkatan suku bunga menyebabkan terjadinya capital inflow dan diikuti oleh terapresiasinya nilai tukar karena terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang domestik (Gulcan dan Bilman, 2005 ). Hubungan positif antara anggaran pemerintah dan nilai tukar juga dapat dijelaskan secara teoritis bahwa jika pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan anggaran pemerintah (menurunkan defisit anggaran) terdapat 15 kemungkinan secara tidak langsung terjadi peningkatan permintaan uang oleh sektor swasta. Kenaikan permintaan uang ini dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga hal ini terjadi: 1) Ekspektasi inflasi yang lebih rendah, 3) Ekspektasi premi risiko nilai tukar yang lebih rendah, atau 3) Ekspektasi mengenai tingkat pengembalian (ROR) yang lebih besar dari surat berharga domestik. Ketiga hal tersebut dapat menyebabkan permintaan terhadap surat berharga domestik meningkat sehingga nilai tukar akan meningkat (Hakkio, 1996). Beberapa penelitian, walau masih diperdebatkan, menyatakan bahwa nilai tukar juga dapat berpengaruh terhadap anggaran pemerintah. Hal ini terkait dengan pembayaran hutang luar negeri. Jika nilai tukar menguat (terapresiasi), hutang luar negeri yang dibayarkan menjadi cenderung lebih kecil sehingga akan mengurangi defisit anggaran pemerintah. Sedangkan jika nilai tukar melemah, suatu negara cenderung harus membayar hutang luar negeri mereka dengan nilai yang lebih tinggi sehingga akan memperburuk neraca anggaran pemerintah. Sehingga dapat disimpulkan nilai tukar memiliki keterkaitan positif dengan anggaran pemerintah. Secara teoritis, nilai tukar memiliki hubungan negatif dengan neraca perdagangan. Jika nilai tukar meningkat (terapresiasi), maka harga barang domestik menjadi kurang kompetitif di pasar internasional sehingga ekspor akan berkurang dan menyebabkan current account akan berkurang, begitu pula sebaliknya. 2.6 Penelitian Terdahulu 2.6.1. Twin deficit di Negara Maju Corsetti dan Müller (2005) meneliti mengenai twin deficit untuk negara maju dengan mengambil contoh kawasan Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Inggris dengan menggunakan metode Vector Autoregression (VAR) dengan menggunakan data kuartalan dari tahun 1980:1 hingga 2000:4. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa twin deficit paling terlihat di wilayah Amerika Serikat karena ditemukan defisit current account di negara ini mengakibatkan defisit anggaran pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah Amerika Serikat 16 menggunakan penerimaan fiskal mereka untuk menutupi defisit neraca perdagangan. Ganchev (2002) dengan menggunakan data bulanan tahun 2000:M1 hingga 2010:M4 didapatkan twin deficit tidak terlihat pada kasus negara Bulgaria dikarenakan di negara ini terdapat kebijakan surplus fiskal yang didapatkan pemerintah digunakan untuk mengurangi defisit current account dan untuk membayar hutang-hutang negara. Selain pemerintah mengusahakan kebijakan fiskal sebisa mungkin tidak digunakan untuk menggantikan kebijakan moneter. Karlinger (1999) meneliti mengenai hipotesis twin deficit di Austria dengan menggunakan Granger causality tests, cointegration tests dan Vector Error Correction Model (VECM) dengan data dari tahun 1976:1 hingga 1996:4 dan menyimpulkan bahwa di Austria, ekspansi kebijakan fiskal berkorelasi negatif terhadap transaksi berjalan (current account) walaupun mekanismenya tidak secara langsung Afonso dan Rault (2009) menggunakan data panel dengan range data dari tahun 1970 hingga tahun 2007 untuk meneliti mengenai twin deficit di negaranegara uni eropa dan OECD dan menyimpulkan bahwa hubungan antara budget deficit dan current account deficit ada namun tidak terlalu kuat dikarenakan banyak faktor lain yang cukup kuat mempengaruhi current account seperti kebijakan moneter negara yang bersangkutan dan likuiditas di pasar modal internasional. Dengan menggunakan metode yang sama, Bartolini dan Lahiri (2006) meneliti mengenai twin deficit untuk negara-negara OECD dan Amerika Serikat dengan menggunakan data tahunan dari tahun 1972-1998. Terdapat tiga kesimpulan besar dari penelitian tersebut yaitu 1) peningkatan defisit fiskal diikuiti oleh peningkatan konsumsi masyarakat , 2) investasi tidak menunjukan memiliki hubungan yang sitematis dengan defisit fiskal, dan 3) di Amerika, defisit fiskal menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan. 2.6.2. Twin deficit di Negara Berkembang Kulkarni (1997), meneliti mengenai twin deficit di negara berkembang dengan mengambil sample tiga negara berkembang: India, Pakistan, dan Meksiko pada periode tahun 1998 hingga 2009. Metode yang digunakan adalah metode 17 Granger causality test dan VAR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga negara tersebut menunjukkan hasil yang berbeda terkait hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan defisit current account. Hasil penelitian di Mexico menunjukkan tidak terdapat hubungan antara defisit anggaran dengan defisit current account. Hasil penelitian di India menunjukan bahwa defisit anggaran pemerintah mengakibatkan defisit current account, sebaliknya di Pakistan defisit current account yang mempengaruhi defisit anggaran pemerintah. Lau dan Haw (2003) melakukan penelitian mengenai mekanisme twin deficit di Malaysia dan Thailand dengan menggunakan metode error correction model (ECM) dan vector error correction model (VECM) dengan menggunakan data periode tahun 1976-2000. Berdasarkan penelitian mereka ditemukan bahwa di Thailand defisit anggaran pemerintah menyebabkan defisit current account sedangkan di Malaysia terjadi hubungan bikausalitas antara defisit anggaran pemerintah dan defisit current account. Selain itu, secara keseluruhan defisit anggaran mempengaruhi tingkat suku bunga, nilai tukar, dan current account. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baharumshah et. al (2004) dengan menggunakan data dari tahun 1976-2000 dan metode VAR, defisit anggaran pemerintah mengakibatkan defisit current account di Thailand, sedangkan di Indonesia budget deficit yang mendorong terjadinya current account deficit. Hubungan timbal balik antara defisit anggaran dan defisit current account terjadi di Malaysia dan Filipina. Selain itu ditemukan pula hubungan antara defisit anggaran dan defisit current account hanya terjadi pada jangka panjang. Penelitian mengenai hubungan defisit anggaran dan defisit current account juga dilakukan oleh Pahlavani dan Saleh (2009) dengan menggunakan data anggaran pemerintah dan transaksi berjalan di Thailand pada periode tahun 1970-2005. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan terjadi hubungan dua arah antara defisit anggaran dan defisit current account. Hasil ini diperkirakan dikarenakan sejak terkena krisis di awal tahun 1980, perekonomian Thailand ditopang oleh hutang luar negeri. Berdasarkan penelitian Ardiyanto (2006) mengenai analisis defisit current account dan defisit fiskal di Indonesia dengan menggunakan metode VAR dan periode data dari tahun 1981-2004 menemukan bahwa di Indonesia defisit current 18 account di Indonesia menyebabkan defisit fiskal. Hal ini dikarenakan pemerintah Indonesia pada saat itu terlalu berfokus defisit perdagangan internasional. Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan perkembangan industri manufaktur dalam yang ditujukan untuk negeri termasuk memberikan keringanan pajak pada industri ini. Hal ini menyebabkan defisit neraca perdagangan diikuti oleh defisit anggaran pemerintah karena pemerintah mengurangi penerimaan pajak dari industri. Seluruh penelitian terdahulu yang menjadi referensi pada penelitian ini, baik yang terkait dengan negara maju maupun berkembang, diringkas Lampiran 1. Pada penelitian kali ini, akan diteliti fenomena twin deficit dari seluruh negara di ASEAN. Selain itu diteliti pula pengaruh variabel nilai tukar terhadap anggaran pemerintah dan transaksi berjalan (current account). 19 2.7. Kerangka Pemikiran Negara-negara ASEAN seringkali menghadapi masalah defisit anggaran pemerintah ( budget deficit) dari sisi fiskal dan defisit transaksi berjalan (cureent account deficit) dari sisi perdagangan internasional. Kedua defisit tersebut diduga terkait satu sama lain sehingga menimbulkan fenomena yang disebut defisit kembar (twin deficit). Keberadaan twin deficit di suatu negara, dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan variabel-variabel makro ekonomi di negara yang bersangkutan. Pada penelitian kali ini dikaji mengenai hubungan antara variabel anggaran pemerintah dan neraca perdagangan yang merupakan indikasi terjadinya twin deficit di suatu negara, setelah itu dicari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya/ tidak terjadinya twin deficit di suatu negara. Penulis juga meneliti mengenai dampak keberadaan twin deficit terhadap nilai tukar (exchange rate). Setelah kajian dilakukan, maka akan ditarik kesimpulan mengenai keberadaan dan hubungan twin deficit di ASEAN dan kaitannya terhadap nilai tukar. Berdasarkan kondisi yang ada, maka akan ditarik rekomendasi kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi fenomena twin deficit. 20 Negara ASEAN Perdagangan International Fiskal Defisit Anggaran Pemerintah (Budget Deficit) Nilai Tukar Defisit Transaksi Berjalan (Current account Deficit) Tidak Terjadi Twin Deficit Terjadi Twin Deficit Penyebab Kesimpulan Rekomendasi Kebijakan Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data deret waktu (time series) untuk setiap negara. Negara-negara yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah negara-negara yang termasuk wilayah Association of South East Asia (ASEAN) yang mencakup wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filiphina, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Pada penelitian kali ini, negara-negara di ASEAN dikelompokan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan kategori pendapatan yang dikeluarkan oleh World Bank, kategori tersebut adalah sebagai berikut: a. High Income Countries : Brunei Darussalam dan Singapura. b. Middle Income Countries : Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand c. Low Income Countries : Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini anatara lain: 1) Anggaran Pemerintah (BD), 2) Current Account (CA), 3) Nilai Tukar (ER), dan 4) GDP konstan (Y). Variabel Y digunakan untuk meriilkan data BD, CA, dan ER pada model-model negara yang masih menggunakan satuan national currency. Dikarenakan terdapat perbedaan ketersediaan data antara satu negara dengan negara lainnya, maka terdapat perbedaan periode penelitian yang digunakan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 22 Tabel 3.1. Daftar Variabel yang Digunakan dalam Penelitian Negara Brunei Darussalam Singapura Indonesia Malaysia Thailand Filipina Kamboja Laos Variabel yang Periode digunakan High Income Countries BD (National Annual 1980-2010 Currency) CA (National Currency) ER (end of period) Y (sebagai pembagi dengan tahun dasar tahun 2005) Middle Income Countries BD (National Annual 1980-2010 Currency) CA (National Currency) ER (end of period) Y (sebagai pembagi dengan tahun dasar tahun 2005) BD (National Kuartalan 1990:1-2010:4 Currency) (Data pada tahun 1990:1CA (National 2007:4 merupakan hasil Currency) interpolasi data tahunan ER (end of period) dengan menggunakan Y (sebagai pembagi metode cubic match last) dengan tahun dasar tahun 2005) Low Income Countries BD (National Kuartalan 1994:1- 2010:4 Currency) CA (National Currency) ER (end of period) Y (sebagai pembagi dengan tahun dasar tahun 2005) BD (National Kuartalan 1994:1-2010:4 Currency) (Data kuartalan GDP CA (National constant merupakan hasil Currency) interpolasi data tahunan ER (end of period) dengan menggunakan Y (sebagai pembagi metode cubic match last) dengan tahun dasar tahun 2005) Sumber International Financial Statistic (IFS), IMF International Financial Statistic (IFS), IMF World Economic Outlook, Juni 2011, IMF Annual Report Cambodia Development Research Institute International Financial Statistic (IFS), IMF 23 Myanmar Vietnam BD (Percentage of Kuartalan 1990:1-2010:4 GDP) (Data kuartalan BD dan CA (Percentage of CA merupakan hasil GDP) interpolasi data tahunan ER (end of period) dengan menggunakan metode cubic match last) BD (National Kuartalan 1990:1-2010:4 Currency) (Data kuartalan BD, CA, CA (National dan Y merupakan hasil Currency) interpolasi data tahunan ER (end of period) dengan menggunakan Y (sebagai pembagi metode cubic match last) dengan tahun dasar tahun 2005) World Economic Outlook Juni 2011, IMF World Economic Outlook Juni 2011, IMF Penelitian dilakukan untuk meneliti hubungan jangan panjang dan hubungan timbal balik antara defisit transaksi berjalan terhadap defisit anggaran pemerintah dan investasi di wilayah ASEAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Vertor Auto Regressive/ Vector Error Correction Model (VECM) yang digunakan untuk menilai perilaku jangka panjang antar variabel dan hubungan timbal balik antar variabel-variabel tersebut. Variabel yang akan diteliti hubungannya adalah: defisit current account, defisit fiskal, dan nilai tukar. 3.2 Metode Analisis Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan jangka panjang antara current account dan keseimbangan fiskal serta investasi di negara-negara ASEAN. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah metode VAR/VECM, tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan analisis data dengan menggunakan VAR/VECM diringkas dalam Gambar 3.1. Pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan E-Views 6. 24 Sumber: Nugrahaeni, 2011 Gambar 3.1. Tahapan Analisis VAR/VECM 3.2.1. Vector Auto Regressive (VAR) Model Vector Auto Regressive (VAR) dikembangkan oleh Sims (1980). Model ini berguna untuk menentukan tingkat eksogenitas suatu variabel-variabel ekonomi yang saling berkaitan dalam suatu sistem ekonomi. Spesifikasi model dalam VAR mencakup pemilihan variabel dan banyaknya selang yang digunakan dalam model. Variabel yang digunakan dalam VAR dipilih berdasarkan terori ekonomi yang relevan. Pemilihan selang optimal dilakukan dengan menggunakan berbagai kriteria seperti Akaike Information Criteria (AIC) atau Schwarz Criteria (SC) (Arsana, 2010). Metode VAR merupakan model yang menyerupai model persamaan simultan, pada model VAR seluruh variabel endogen diestimasi bersamaan akan tetapi setiap variabel endogen dijelaskan oleh lag-nya atau nilai dan nilai lag dari variabel endogen lainnya dalam model. Pada umumnya tidak terdapat variabel eksogen dalam model ini (Gujarati, 2006 ) Model VAR secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Pasaribu, 2003): k Z t A iZ t i BX t t i 1 25 · Dengan: Zt = vektor dari variabel-variabel endogen sebanyak m Xt = vektor dari variabel-variabel eksogen sebanyak d termasuk di dalamnya konstanta (intercept). A1, ... , Ap, dan B = matriks-matriks koefisien yang akan diestimasi t= vektor dari residual-residual yang secara kontemporer berkorelasi tetapi tidak berkorelasi dengan nilai-nilai lag mereka sendiri dan juga tidak berkorelasi dengan seluruh variabel yang ada dalam sisi kanan persamaan di atas. Misalkan terdapat dua persamaan bivariat: Yt= b 10-b12zt+γ11yt-1+ γ12Zt-1+Ɛ yt ........................................................ (3.1) Zt= b20-b 21zt+γ21 yt-1+ γ22Zt-1+Ɛzt ........................................................ (3.2) Dimana diasumsikan bahwa: 1. Yt dan Zt stasioner 2. Ɛ yt dan Ɛzt adalah white noise3disturbance dengan standar deviasi masingmasing σ y dan σz. 3. {Ɛyt} dan {Ɛzt ) tidak berkorelasi. Persamaan (3.1) dan Persamaan (3.2) bukan merupakan reduce form selama Yt memiliki efek kontemporer terhadap zt dan sebaliknya Zt memiliki efek kontemporer terhadap Yt. Sehingga persamaan-persamaan tersebut dapat diubah ke dalam bentuk matriks: 1 21 12 1 = 10 + ɣ11 ɣ21 20 ɣ12 ɣ22 Ɛ −1 + Ɛ −1 Atau Βxt= Γ0+ Γ1Xt-1+Ɛt Dimana 1 21 ɣ11 Γ1= ɣ21 B= 3 12 , = , Γ0= 1 ɣ12 Ɛ , Ɛ = ɣ22 Ɛ 10 20 White noise adalah residual yang memiliki rata-rata 0, varians yang konstan, dan non otokorelasi serial. 26 Perkalian matrik-matrik tersebut terhadap B-1 dapat menghasilkan model VAR dalam bentuk standar yaitu: Xt= A0+A1Xt-1+et (3.3) Dimana: Ao= B-1Γ0 A1= B-1Γ1 et= B-1Ɛt Untuk mempermudah dalam pemberian notasi, maka persamaan 3.3 dapat ditulis ulang menjadi: yt= a10-a11 yt-1+a12zt-1+ e1t (3.4a) zt= a20-b21 yt-1+ a22zt-1+ e2t (3.4b) Menurut Djalal (2006), beberapa keunggulan dari VAR antara lain: 1. Model VAR sederhana dan tidak perlu membedakan variabel endogen dan eksogen karena seluruh variabel pada model VAR dianggap sebagai variabel endogen. 2. Cara estimasi VAR mudah yaitu dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) pada setiap persamaan secara terpisah. 3. Peramalan menggunakan VAR lebih baik dibandingkan menggunakan persamaan simultan yang lebih kompleks dalam beberapa hal. Sedangkan beberapa kelemahan model VAR adalah: 1. Model Var lebih bersifat ateoritik karena tidak memanfaatkan informasi atau teori terdahulu. 2. Tidak mempermasalahkan perbedaan variabel eksogen dan variabel endogen sehingga menyebabkan implikasi kebijakan yang kuran tepat. 3. Seluruh variabel VAR harus stasioner, jika tidak stasioner maka harus distasionerkan terlebih dahulu. Model VAR pada penelitian kali ini adalah : BD= ∑ ɑ +∑ + +∑ +Ɣ +Ɛt CA=∑ ɑ +∑ + +∑ +Ɣ +Ɛt ER=∑ ɑ +∑ + +∑ +Ɣ +Ɛ t 27 Dengan: BD=Anggaran Pemerintah CA=Current Account ER= Nilai Tukar Ɛt= error term 3.2.2.Vector Error Correction Model (VECM) Dengan model VAR, seluruh variabel harus memenuhi syarat stasioneritas, jika syarat itu terpenuhi, maka model tersebut hanya dapat melihat isu jangka pendek. Untuk memperoleh isu jangka panjang dan jangka pendek, pendekatan alternatifnya adalah model VECM (Vector Error Correction Model) (Ilham dan Siregar, 2010) Menurut Ward dan Siregar (2000), rumus umum model VECM adalah: Γi∆Yt − 1 + µ0 + µtt + ɑβ′ yt − 1 + Ɛ t ∆yt=∑ Dimana: ∆Yt =Yt-Yt-1 Γi = matriks koefisien regresi µ1 = vektor koefisien regresi β’ = vektor kointegrasi (k-1) = ordo VECM µ0 = vektor intersep a = matrik loading yt = variabel in level Ɛt = vektor sisaan Hasil pendugaan VECM digunakan untuk memperoleh informasi dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan tingkat perubahan tertentu dengan analisis Impulse Response Function dan Variance Decomposition. 3.2.3. Uji Praestimasi 3.2.3.1. Uji stasioneritas Data deret waktu (time series) dikatakan stasioner apabila secara stokastik data menunjukkan pola yang konstan dari waktu ke waktu. Pengujian stasioneritas 28 data pada data time series diperlukan karena apabila pada data time series langsung dilakukan analisis tanpa diuji stasioneritasnya maka akan menghasilkan hasil yang spurious karena dalam variabel tersebut sering mengandung unit root (Verbeek, 2000). Data bersifat stasioner pada nilai tengahnya apabila data tersebut berfluktuasi di sekitar suatu nilai tengah yang tetap dari waktu ke waktu. Uji akar unit dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dicky Fuller (ADF) Test . Pada tes ini, jika nilai ADF statistik lebih kecil daripada MacKinnon Critical Value maka dapat disimpulkan bahwa series tersebut stasioner. Jika diketahui data tersebut tidak stasioner, maka dapat dilakukan differences non stasioner process. Misalkan terdapat data deret waktu tunggal Yt: Yt= a0+a1Zt-1+A2Zt-2+…+ apZt-p+ɛt Maka model pendiferensiannya dapat dituliskan sebagai: ∆Yt= a0+ɣZt-1+A2Zt-2+…+ apZt-p+ɛt Hipotesis yang diuji adalah: H0: ɣ=0 (data bersifat tidak stasioner) H1: ɣ<0 (data bersifat stasioner) Nilai ɣ diduga melalui metode kuadrat terkecil dan menggunakan uji-t untuk pengujiannya. Jika nilai thit< nilai kritis dalam tabel Dickey Fuller, maka keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang berarti data bersifat stasioner. 3.2.3.2. Pemilihan Panjang Lag Optimal Dalam VAR penentuan lag optimal sangat penting karena penentuan lag optimal berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sebuah sistem VAR. Penentuan lag optimal juga berguna untuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya (Gustiani, et.al, 2010). Untuk menetapkan besarnya lag yang optimal (lag length criteria) dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria antara lain: Akaike Information Criteria (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC), Hannan Quinn Information Criterion (HQ), dan Likelihood Ratio (LR). Besarnya lag yang optimal ditentukan oleh lag yang memiliki nilai kriteria terkecil diantara keempat kriteria tersebut. Jika terdapat kandidat lag yang berbeda-beda dari tiap kriteria, maka dapat 29 digunakan salah satu kriteria (umumnya AIC dan SIC) atau dengan membandingkan nilai Adjusted R2 dari setiap kriteria. Selang optimal akan dipilih dari sistem VAR dengan selang tertentu yang menghasilkan nilai Adjusted R2 terbesar pada variabel-variabel penting dalam sistem. Selain itu, stabilitas sistem VAR pun perlu diperhatikan dalam penentuan lag. Stabilitas VAR dapat dilihat dari nilai inverse roots karakteristik AR polinomialnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai modulus di tabel AR roots-nya, jika seluruh nilai AR roots-nya di bawah satu, maka sistem tersebut stabil. 3.2.2.3. Uji Kointegrasi Uji Kointegrasi bertujuan untuk memastikan apakah variabel yang digunakan dan telah sistem persamaan mempunyai hubungan jangka panjang (Ilham dan Siregar, 2007). Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjangn antara variabel-variabel yang meski secara individual tidak stasioner tetapi kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner (Thomas, 1997). Adanya hubungan kointegrasi dalam sebuah sistem persamaan menandakan bahwa dalam sistem tersebut terdapat error correction model yang mengambarkan adanya dinamisasi dalam jangka pendek secara konsisten dengan hubungan jangka panjangnya (Verbeek, 2002). Beberapa cara untuk melakukan uji kointegrasi antara lain: Eangle Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test, dan Cointegrating Regression Durbin Watson (CRDW). Kointegrasi dapat dilihat dari rank kointegrasi. Rank kointegrasi (r) adalah jumlah dari seluruh hubungan kontegrasi (Johansen, 1995). Nilai r dapat diuji dengan uji Johansen. Hipotesis yang diuji adalah: H0: rank ≤r H1: rank>r Jika rank kointegrasi labih besar dari nol, maka terdapat kointegrasi sehingga model yang digunakan adalah Vector Error Corecction Model (VECM). Jika rank kointegrasi sama dengan nol, maka model yang digunakan adalah model VAR dengan pedifferensian sampai lag ke-d. 30 3.2.4. Analisis Model VAR/VECM VAR menyediakan alat analisa bagi keempat hal tersebut melalui empat macam penggunaannya, seperti Forecasting untuk ekstrapolasi nilai saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan memanfaatkan seluruh informasi masa lalu variabel, Impulse Response Functions (IRF) untuk melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu, Forecast Error Decomposition of Variance (FEDVs) untuk memprediksi kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel tertentu, dan Granger Causality Test yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. 3.2.4.1. Uji Kausalitas Pada umumnya, uji kausalitas satu variabel dengan variabel lainnya adalah dengan menggunakan uji kausalitas bivariat Granger (Bivariate Granger Causality). Uji kausalitas bivariat Granger dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat di antara variabel-variabel yang digunakan dalam analisis. Hubungan kausalitas antara satu variabel dengan variabel lainnya dapat diketahui dengan membandingkan probabilitas dengan nilai kritis yang digunakan dimana hipotesis nol adalah tidak terdapat hubungan kausalitas dan hipotesis alternatifnya adalah terdapat hubungan kausalitas. Selain itu pula uji kausalitas pada VAR/VECM juga dapat menggunakan uji Block Exogeneity Wald Test. 3.2.4.2. Impuls Response Function (IRF) Impulse response function (IRF) menunjukkan arah hubungan dan besarnya pengaruh suatu variabel endogen terhadap berbagai variabel endogen lainnya yang ada dalam suatu sistem dinamis VAR. IRF dapat digunakan untuk meneliti pengaruh satu standar deviasi kejutan dari satu inovasi terhadap nilai variabel endogen saat ini atau untuk waktu yang akan datang (Arianto, et. al, 2010). Hasil IRF sensitif terhadap pengurutan (ordering) variabel yang digunakan dalam perhitungan. Pengurutan variabel yang didasarkan faktorisasi cholesky dapat dilakukan dengan menempatkan secara variabel yang memiliki nilai prediksi terhadap variabel lainnya. Peletakan variabel dilakukan berdasarkan nilai 31 matriks korelasi yaitu dari yang memiliki korelasi yang paling tinggi hingga yang paling rendah. 3.2.4.3. Variance Decomposition (VDC) Variance Decomposition atau Cholesky Decomposition memisahkan varian yang ada dalam variabel endogen menjadi komponen- komponen kejutan pada berbagai variabel endogen lainnya dalam struktur dinamis VAR. VDC digunakan untuk menyusun perkiraan error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah diberi kejutan, baik kejutan yang berasal dari variabel itu sendiri maupun kejutan dari variabel lainnya. Oleh karena itu, VDC digunakan untuk mengkaji pengaruh relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya (Arianto, et. al, 2010). 32 IV. GAMBARAN UMUM ANGGARAN PEMERINTAH, CURRENT ACCOUNT, DAN NILAI TUKAR NEGARA-NEGARA ASEAN Negara-negara ASEAN pada pembahasan mengenai gambaran umum anggaran pemerintah (BD), current account (CA), dan nilai tukar (ER) pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh World Bank yaitu: 1) High Income Countries (Brunei Darussalam dan Singapura), 2) Middle Income Countries (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand), dan 3) Low Income Countries (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam). 4.1. Gambaran Umum Anggaran Pemerintah (Government Budget) di Negara-Negara ASEAN a. High Income Countries Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada negara High Income di ASEAN (Brunei dan Singapura) terjadi pertumbuhan negatif anggaran pemerintah secara Brunei Darussalam 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 1991 bersamaan pada tahun 1996, 2001, dan 2009. Singapura Sumber: IMF World Economic Outlook, 2011 (diolah) Gambar 4.1. Pertumbuhan Anggaran pemerintah pada ASEAN High Income Countries periode 1991-2010 Pada tahun 1996, pemerintah Brunei mengeluarkan The Sevent Development Plan. Kebijakan pemerintah ini dilakukan sebagai upaya peningkatan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Kebijakan ini 33 menyebabkan pengeluaran pemerintah meningkat karena digunakan untuk mendanai dan meningkatkan industri-industri pertanian dan peningkatan kesejahteraan sosial (World Market Research Centre, 2003). Pada tahun 2001, untuk memperbaiki dan mempertahankan kondisi negara karena adanya krisis finansial tahun 1998, pemerintah Brunei kembali mengeluarkan kebijakan fiskal ekspansif yang sebagian besar digunakan untuk membiayai investasi pada infrastuktur publik 4 (2002). Pada tahun 2009, Brunei Darussalam memperbesar pengeluaran pemerintah selain untuk menghadapi krisis ekonomi juga untuk mengurangi ketergantungan perekonomian negara kepada perdagangan minyak. Pemerintah Brunei melakukan insentif fiskal di dalam negeri dengan cara meningkatkan belanja pemerintah untuk memberdayakan sektor UMKM dan menurunkan tingkat pajak pendapatan perusahaan5. Hal yang hampir serupa dilakukan oleh pemerintah Singapura yang meningkatkan pengeluaran pemerintah mereka untuk upaya peningkatan kesejahteraan masyarakatnya, salah satu perogram yang dilakukan adalah memberi insentif kepada rumah tangga dengan pendapatan rendah di Singapura. Pada tahun yang sama, pemerintah Singapura juga melakukan penurunan tingkat pajak corporate tax untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri (Singapore Ministry of Finance, 1996). Sama seperti Brunei, pada tahun 2001 dan 2009, pemerintah Singapura mengeluarkan kebijakan fiskal ekspansif dengan cara menurunkan pajak perusahaan untuk menarik investasi dan menolong perusahaan-perusahaan yang terkena dampak krisis6. b. Middle Income Countries Pada umumnya ASEAN mengalami defisit anggaran pemerintah pada tahun 1998 dan pada tahun 2009. Pada tahun 1998, seluruh negara di ASEAN, kecuali Brunei, mengalami pertumbuhan anggaran pemerintah yang negatif bahkan ada yang mengalami defisit fiskal. Hal ini dikarenakan pada tahun 1998 Asia dilanda krisis finansial yang bermula dari krisis yang terjadi di Thailand dan 4 Brunei Economic Buletin Volume 1, Juli 2002. Dikeluarkan oleh Brunei Economic Development Board 5 http://www.export.by/en/?act=news&mode=view&id=7759 [17 Maret 2009] 6 Berdasarkan artikel Singapore:Fiscal Policy dari http://www.roubini.com/briefings/94029.php 34 merambat ke negara-negara lainnya di ASEAN (Yanuarita, 2006). Terjadinya krisis mengakibatkan beberapa negara yang terkena dampak krisis mengalami kontraksi ekonomi, sehingga pemerintahnya mengambil kebijakan fiskal yang ekspansioner untuk dijadikan sebagai stimulus untuk menghadapi krisis finansial yang terjadi. 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 -2.000 -4.000 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 0.000 -6.000 -8.000 Indonesia Malaysia Filipina Thailand Sumber: IMF World Economic Outlook, 2011 (diolah) Gambar 4.2. Pertumbuhan Anggaran pemerintah pada ASEAN Middle Income Countries periode 1991-2010 Selain sebagai upaya pemulihan ekonomi karena krisis, Malaysia pada tahun 2009 melakukan peningkatan pengeluaran pemerintah yang juga ditujukan untuk usaha perbaikan dan pengembangan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut dilakukan oleh Malaysia sebagai upaya untuk menurunkan biaya dalam menjalankan usaha di Malaysia 7. 7 http://ww2.publicbank.com.my/cnt_review38.html [economic review oktober 2002] 35 c. Low Income Countries 8.000 6.000 4.000 2.000 -2.000 -4.000 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 0.000 -6.000 -8.000 -10.000 Cambodia Laos Myanmar Vietnam Sumber: IMF World Economic Outlook, 2011 (diolah) Gambar 4.3. Pertumbuhan Anggaran pemerintah pada ASEAN Low Income Countries periode 1991-2010 Pada tahun 2003, peningkatan defisit anggaran pemerintah pada beberapa negara ASEAN, seperti Laos dan Myanmar disebabkan karena negara-negara ini mengadakan kebijakan ekspansi kredit, yaitu dengan memberikan pinjaman kepada sektor publik Pada Vietnam, peningkatan defisit anggaran disebabkan pemerintah mengeluarkan banyak dana untuk upaya pemulihan ekonomi setelah krisis 1998. Sedangkan pada Kamboja lebih dikarenakan pemerintah memiliki program untuk mengurangi tingkat kemiskinan di dalam negeri (Htwe, 2005). Meningkatkan defisit anggaran di Kamboja pada tahun 2003 juga disebabkan tingkat pajak yang rendah serta masih rendahnya koordinasi, pelaksanaan, dan transparansi alokasi belanja pemerintah. Sejak tahun 1997 Kamboja mengalami dua krisis sekaligus yaitu krisis politik internal dan krisis Asia, kedua krisis tersebut mengganggu stabilitas ekonomi karena pemerintah Kamboja sulit untuk menentukan kebijakan fiskal yang tepat Akan tetapi dihadapi persoalan untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang tinggi di dalam negeri (Sophal dan Sovannairth.1999 ). 36 4. 2. Gambaran Umum Transaksi Berjalan (Current Account) di NegaraNegara ASEAN a. High Income Countries 20 15 10 5 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 -10 1992 -5 1991 0 -15 -20 -25 -30 Brunei Darussalam Singapura Sumber: IMF World Economic Outlook, 2011 (diolah) Gambar 4.4. Pertumbuhan Current Account pada ASEAN High Income Countries periode 1991-2010 Berdasarkan Gambar 4.4, Brunei mengalami pertumbuhan current account yang negatif pada tahun 1992, 1995, 1998, 2002, 2007, dan 2009. Pertumbuhan negatif current account di Brunei mayoritas disebabkan oleh fluktuasi harga minyak dunia pada tahun-tahun tersebut. Sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi terbesar, ekspor utama Brunei adalah minyak bumi, sehingga bila terjadi penurunan harga minyak, maka current account Brunei akan mengalami pertumbuhan negatif . Pada tahun 1998, pertumbuhan negatif current account di Brunei lebih dikarenakan menurunnya konsumsi minyak global karena pada saat tersebut terjadi krisis finansial (Case, 2007). Pertumbuhan negatif current account pada tahun 1999 dan 2000 disebabkan oleh menurunnya daya beli mitra dagang Singapura di Asia dikarenakan terjadi krisis finansial. Sedangkan Pertumbuhan negatif current account pada tahun 2004 dan 2008 disebabkan mulai terjadinya resesi di Amerika 37 Serikat, sedangkan pada periode tersebut Amerika merupakan salah satu mitra dagang terbesar Singapura8. b. Middle Income Countries 25 20 15 10 5 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 -5 1991 0 -10 Indonesia Malaysia Filipina Thailand Sumber: IMF World Economic Outlook, 2011 (diolah) Gambar 4.5. Pertumbuhan Current Account pada ASEAN Middle Income Countries periode 1991-2010 Berdasarkan Gambar 4.5, pada tahun 1998, saat krisis terjadi semua negara kategori middle income di ASEAN, mengalami peningkatan neraca transaksi berjalan. Hal ini dikarenakan saat krisis terjadi nilai tukar terdepresiasi, sehingga membuat harga produk domestik menjadi lebih kompetitif di pasar internasional. Pada gambar juga terlihat, pada periode tahun 90-an, keempat negara ini cenderung mengalami penurunan pertumbuhan current account Kondisi yang serupa terjadi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ketiga negara tersebut mengalami defisit current account sepanjang tahun 1990-an dikarenakan melakukan impor barang modal dalam jumlah besar untuk mendukung kebutuhan investasi di dalam negeri9. 8 Ministry of Trade. 2008. Singapore’s Trade and Investment Trade. Economic Survey of Singapore 2008 9 Annual Report Monetary Authority of Singapore 1997 38 Pada tahun 2008, seluruh negara ASEAN middle income (kecuali Malaysia), mengalami pertumbuhan negatif current account. Hal ini dikarenakan menurunnya daya beli global karena krisis. c. Low Income Countries 15 10 5 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 -5 1991 0 -10 -15 Kamboja Laos Myanmar Vietnam Sumber: IMF World Economic Outlook, 2011 (diolah) Gambar 4.6. Pertumbuhan Current Account pada ASEAN Low Income Countries periode 1991-2010 Gambar 4.3, menunjukkan pertumbuhan current account pada ASEAN Low Income Countries periode 1991-2010. Berakhirnya konflik di Kamboja pada tahun 1997 10 juga membawa pengaruh positif pada neraca transaksi berjalan. Current account Kamboja mengalami pertumbuhan positif yang pesat pada tahun 1997, akan tetapi dikarenakan pada saat yang sama Asia dilanda krisis finansial, current account Kamboja langsung mengalami pertumbuhan negatif secara drastis pada tahun 1998 (Gambar 4.6). Kondisi defisit current account berkepanjangan juga terjadi di Myanmar dikarenakan rendahnya tingkat tabungan dan investasi sedangkan permintaan terhadap barang konsumsi domestik sangat tinggi sehingga Myanmar banyak mengimpor barang-barang konsumsi. Peningkatan current account di Myanmar 10 Berdasarkan artikel Cambodia July 1997: Shock and Aftermath diakses pada http://www.hrw.org/ja/news/2007/07/27/cambodia-july-1997-shock-and-aftermath 39 pada tahun 1999 dan 2000 dikarenakan Myanmar mendapatkan banyak bantuan dari Asia11. Neraca transaksi berjalan negara-negara ASEAN low income memburuk pada tahun 2007, hal ini dikarenakan dunia kembali dilanda krisis. Krisis yang melanda dunia ini berdampak pada menurunnya daya beli global. Penurunan daya beli global inilah yang berdampak pada penurunan penerimaan dari ekspor sehingga benyak menyebabkan terjadi penurunan penerimaan transaksi berjalan bahkan menyebabkan defisit 12. Penurunan pertumbuhan current account pertama kali terlihat pada tahun 2006 di Vietnam. Vietnam menjadi salah satu negara pertama di ASEAN yang mengalami penurunan neraca current account yang cukup tinggi dikarenakan mitra dagang utama Vietnam adalam Amerika Serikat sehingga saat Amerika mengalami krisis dan daya belinya menurun, Vietnam langsung mengalami dampaknya terhadap neraca perdagangannya (Hummels et al, 2001). 4.3. Gambaran Umum Nilai Tukar (Exchange Rate) di Negara-Negara ASEAN Rezim nilai tukar yang digunakan oleh negara-negara di ASEAN berbedabeda, namun pada umumnya adalah managed floating exchange rate atau nilai tukar mengambang terkendali. Nilai tukar mengambang terkendali berarti nilai tukar dibiarkan mengambang akan tetapi fluktuasi nilai tukar dikontrol sedemikian rupa sehingga masih pada range yang masih dapat ditolerir oleh perekonomian. Rezim nilai tukar yang pernah dianut oleh negara-negara ASEAN terangkum pada Tabel 4.1. Brunei merupakan negara yang menerapkan rezim nilai tukar fixed exchange rate dengan berpatokan kepada nilai tukar Dollar Singapura. Hal ini dikarenakan dollar singapura dinilai merupakan mata uang yang paling stabil dibandingkan mata uang negara lainnya di ASEAN. Singapura sendiri sejak tahun 1987 menerapkan rezim managed floating hingga sekarang. Kontrol otoritas 11 http://www.historycentral.com/nationbynation/Burma/Economy.html :www.bi.go.id/NR/rdonlyres/3A2CEB8B-D7E9-4FB3-B7A557426EC60C10/18210/BOX3RingkasanPenelitianDampakKrisisGlobalTerhadapPerumbuhanEko nomi.pdf 12 40 moneter Singapura terhadap kestabilan nilai tukar cukup ketat karena sangat memperhitungkan kenyamanan pelaku-pelaku ekonomi Singapura. Hal ini dikarenakan Singapura ingin mempertahankan iklim bisnis di dalam negeri. Tabel 4.1. Rezim Nilai Tukar yang digunakan Negara-Negara ASEAN Negara Periode Klasifikasi Ketat Longgar Brunei 1980-sekarang Pegged terhadap Dollar Ketat Singapura Singapura 1973-1987 Crawling Peg (Basket Menengah Currency) 1987-sekarang Managed Floating Menengah Indonesia 1978-1997 Managed Floating Menengah 1997-sekarang Free Floating Mengambang Malaysia 1978-1990 crawling peg (USD) Menengah 1991-1997 Managed Floating Menengah 1998-2005 Fixed Exchange Rate Ketat 2005-sekarang Managed Floating Menengah Filipina 1980-1982 Crawling Peg (USD) Menengah 1982-1984 Managed Floating Menengah 1984-sekarang Free Floating Ketat Thailand 1978-1981 Fixed Exchange Rate Ketat (USD) 1981-1982 Managed Floating Menengah 1982-1984 Crawling peg (USD) Menengah 1984-1997 Crawling peg (Currency Menengah Basket) 1997-sekarang Free Floating Mengambang Kamboja 1990-sekarang Managed Floating Menengah Laos 1990-sekarang Crawling peg Menengah Myanmar 1990-sekarang Managed Menengah Floating(terhadap SDR) Vietnam 1990-sekarang Crawling peg (currency Menengah basket) Sumber : Darussalam, 2010 , Frankel et.al, 2002, dan IMF Annual Report on Exchange Arrangements and Exchange Restrictions Laos dan Kamboja mengalami masa transisi ekonomi yang sangat panjang. Negara-negara ini menerapkan rezim flexible exchange rate pada tahun 1998 dengan tujuan memenuhi kebutuhan sistem pasar yang mreka adopsi. Pada saat yang sama, terjadi mobilitas modal internasional ke negara-negara ini sehingga mempertinggi tingkat dolarisasi di negara-negara ini (Ok, et.al, 2010). Indonesia, 41 Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam memutuskan untuk menggunakan rezim flexible exchange rate karena rezim ini tidak memberikan tekanan yang terlalu besar bagi cadangan devisa negara namun tidak memberikan fluktuasi yang terlalu besar bagi perekonomian karena fluktuasi nilai tukar terkontrol. Myanmar menggunakan sistem nilai tukar berganda (multiple exchange rate regimes). Nilai tukar di negara ini terdiri dari nilai tukar resmi (official exchange rate) dan nilai tukar informal paralel (informal parallel market exchange rate). Nilai tukar resmi yang digunakan oleh sektor publik dan hubungan-hubungan eksternal antara negara ini dengan negara lainnya. Nilai tukar resmi dipatok sebesar 8.50847 Kyats/ SDR dengan margin yang diperbolehkan sebesar +/-2 persen. Nilai tukar informal digunakan oleh sektor swasta, nilai tukar ini didasarkan pada Foreign Exchange Certificates (FEC) yang dikeluarkan oleh otoritas moneter Myanmar. Nilai Tukar informal dipatok sebesar 1,100 kyat per FEC. Nilai tukar informal ini hanya dapat digunakan secara domestik oleh masyarakat Myanmar sebagai pengganti Dollar Amerika. Pematokan nilai tukar ini diberlakukan sejak tahun 1977 (Hori dan Wong, 2008). Malaysia juga melakukan beberapa kali perubahan dalam rezim nilai tukarnya. Pada tahun 1990 hingga 1997, Malaysia menerapkan rezim nilai tukar yang mengambang. Namun, mulai pada tahun 1995-1996 Malaysia mulai memperketat rezim nilai tukarnya sehingga menjadi tightly managed floating exchange rate. Saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998, Malaysia menyadari banyaknya capital outflow dan ketidakpastian ekonomi yang terjadi sehingga mulai periode tahun 1998 hingga 2005 Malaysia menerapkan rezim fixed exchange rate. Baru setelah kondisi perekonomian mulai kembali pulih, Malaysia menerapkan kembali rezim managaed floating exchange rate (Umezaki, 2006). 42 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Kestasioneran Data Uji stasioneritas data dilakukan untuk memastikan ada tidaknya akar unit padavariabel-variabel yang akan diteliti. Berdasarkan hasil pengujian Augmented Dickey Fuller (ADF), seluruh variabel dari seluruh negara memiliki akar unit pada tingkat level sehingga untuk menghilangkan akar unit tersebut dilakukan kembali pengujian stasioneritas pada first difference dan didapatkan bahwa variabel- variabel yang sebelum belum stasioner telah stasioner pada First Difference dengan selang kepercayaan 5 persen. Tabel 5.1. Hasil Uji Stasioneritas Variabel BRUNEI BD CA ER SINGAPURA BD CA ER INDONESIA BD CA ER MALAYSIA BD CA ER FILIPINA BD CA ER THAILAND BD CA ER KAMBOJA BD CA ER Level ADF statistic t-statistic First Difference ADF statistic t-statistic -0.503131 -1.859927 -2.718044 -2.647120 -4.296729 -4.296729 -8.414020*** -2.647120 -6.887568*** -4.29672 -4.424897*** -4.296729 -2.652307 -3.478632 -1.665143 -3.670170 -4.296729 -6.770540 -6.770540*** -7.198304*** -4.202611*** -3.679322 -4.309824 -3.679322 -1.424732 -2.274517 -1.035208 -3.679322 -3.670170 -3.670170 -10.13346*** -5.843394*** -5.164340*** -3.679322 -3.689194 -3.679322 -1.157787 -2.593263 -1.787241 -4.296729 -4.296729 -4.296729 -6.371178*** -5.473032*** -4.558295*** -4.309824 -4.309824 -4.309824 -0.917737 0.528132 -0.456747 -2.597025 -2.595745 -2.597939 -3.153714*** -7.433246*** -2.547697** -2.597025 -2.595745 -1.945456 -2.523183 -2.910918 -1.694825 -2.647120 -4.296729 -4.296729 -3.473314*** -5.906017*** -5.474970*** -2.647120 -4.309824 -4.309824 -4.967840*** -7.242069 -0.224834 -3.538362 -3.531592 -3.533204 -5.688287*** 5.191478*** -6.041532*** -3.538362 -3.540198 -3.533204 43 LAOS BD -1.257535 -3.534868 -10.98778 -3.534868 CA -3.123905 -3.533204 -4.186249 -3.533204 ER -1.576953 -3.531592 -10.34072 -3.533204 MYANMAR BD -0.544269 -3.522887 -4.343984 -3.522887 CA -1.125203 -2.598907 -2.922351 -2.598907 ER -1.005858 -2.594563 -7.308143 -2.594946 VIETNAM BD -2.167215 -3.476275 -3.886793 -3.476275 CA 0.695065 -2.598907 -4.035745 -2.598907 ER -4.289028*** -4.094550 -11.99930 -4.081666 Keterangan: ***: Signifikan pada taraf nyata 1 persen, **: Signifikan pada taraf nyata 5 persen. 5.2. Uji Kointegrasi Johansen Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan hubungan jangka panjang antar variabel. Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam proses kointegrasi adalah seluruh variabel harus telah stasioner pada derajat yang sama. Pada penelitian ini, seluruh variabel untuk seluruh negara telah stasioner pada derajat satu I(1), sehingga uji kointegrasi dapat dilakukan. Apabila terdapat kointegrasi model yang diuji, maka analisis selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode VECM, jika tidak terdapat kointegrasi maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan metode VAR. Uji kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji Johansen Cointegration Test. Lag yang digunakan dalam menguji kointegrasi untuk setiap negara menggunakan lag-lag yang telah dipilih sebelumnya. Suatu model dinyatakan memiliki kointegrasi apabila nilai Trace Statistic>Critical Value. Pada penelitian ini digunakan nilai kritis 5 persen. Hasil uji kointegrasi untuk setiap negara diringkas dalam Tabel 5.3. Berdasarkan hasil uji kointegrasi didapatkan bahwa tidak terdapat kointegrasi pada model negara Singapura, Filipina, dan Myanmar, sedangkan pada model negara lainnya terdapat kointegrasi. Pada negara-negara yang terkointegrasi maka model yang digunakan adalah model VECM sedangkan pada negara-negara yang tidak terkointegrasi, model yang digunakan adalah VAR first difference. 44 Tabel 5.3. Hasil Uji Kointegrasi Negara Rank Kointegrasi Brunei Darussalam 1(satu) Singapura 0 (nol) Indonesia 1(satu) Malaysia 1(satu) Filipina 0 (nol) Thailand 1(satu) Laos 2(dua) Kamboja 1 (satu) Myanmar 0 (nol) Vietnam 1 (dua) Sumber: Lampiran 4 Kesimpulan terkointegrasi Tidak terkointegrasi terkointegrasi terkointegrasi Tidak terkointegrasi terkointegrasi terkointegrasi terkointegrasi Tidak terkointegrasi terkointegrasi 5.3. Penetapan Lag Optimal Penetapan lag optimal dilakukan karena dalam metode VAR lag optimal dari variabel endogen merupakan variabel independen yang digunakan dalam model. Pada penelitian ini, penetapan lag optimum dipilih dengan menggunakan kriteria SC (Schwartz Information Criteria) minimum. Ringkasan mengenai hasil penetapan lag optimum ini dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Model VAR yang Terbentuk Negara Model VAR Brunei Darussalam VECM (1) Rank-1 Singapura VAR (1) 1 st difference Indonesia VECM(1) Rank-1 Malaysia VECM (2) Rank-1 Filipina VAR (3) 1 st difference Thailand VECM (2) Rank-1 Kamboja VECM (2) Rank-2 Laos VECM (6) Rank-1 Myanmar VAR (4) 1 st difference Vietnam VECM (4) Rank-1 Sumber: Lampiran 2 dan 3 Berdasarkan hasil uji lag optimum didapatkan bahwa seluruh variabel dari seluruh negara, kecuali Vietnam, memiliki lag optimum satu. Sedangkan untuk negara Vietnam, lag optimum yang dipilih adalah lag kedua. 45 5.4. Hasil Uji Kausalitas Berdasarkan hasil uji Bivariate Granger Causality, CA mempengaruhi BD pada negara Brunei dan BD mempengaruhi CA pada negara Brunei, Filipina, dan Kamboja. Sehingga berdasarkan uji Bivariate Granger Causality terdapat indikasi hubungan bikausalitas antara BD dan CA pada negara Brunei (BD↔CA) sedangkan defisit anggaran pemerintah akan mengakibatkan defisit current account pada negara Filipina dan Kamboja (BDCA). Pada negara Brunei, Indonesia,dan Malaysia nilai tukar mempengaruhi anggaran pemerintah (ERBD), sedangkan pada negara Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Kamboja nilai tukar mempengaruhi current account (ERCA). Nilai tukar dipengaruhi oleh anggaran pemerintah di Myanmar (BDER) dan dipengaruhi oleh nilai current account di Laos (CAER). Tabel 5.4. Hasil Uji Bivariate Granger Causality Variabel Dependen Variabel Independen Brunei Singapura Indonesia Malaysia Filipina Thailand Kamboja Laos Myanmar Vietnam Variabel Dependen Variabel Independen Brunei Singapura Indonesia Malaysia Filipina Thailand Kamboja Laos Myanmar Vietnam Variabel Dependen Variabel Independen BD BD 0.0151** 0.6058 0.0913 0.8808 0.0133** 0.0701 0.0344** 0.2328 0.1972 0.4426 BD BD CA 0.0039*** 0.0658 0.3734 0.0576 0.6158 0.9626 0.0597 0.6066 0.7606 0.9147 CA CA ER CA ER 0.0089*** 0.1094 0.0084*** 0.0146*** 0.2245 0.1851 0.3300 0.6019 0.7156 0.6680 ER 0.0712 0.1740 4.E-05*** 0.0003*** 0.1398 0.0068*** 0.0925 9.E-06*** 0.9402 0.1916 ER 46 Brunei 0.4364 0.8056 Singapura 0.8377 0.4219 Indonesia 0.4099 0.2511 Malaysia 0.9185 0.3330 Filipina 0.3146 0.1668 Thailand 0.9924 0.7942 Kamboja 0.6748 0.9874 Laos 0.9567 1.E-10*** Myanmar 0.0196** 0.8166 Vietnam 0.0547 0.8731 Keterangan: ***: Signifikan pada taraf nyata 1 persen, **: Signifikan pada taraf nyata 5 persen. Uji kausalitas granger/ Block Exogenity Test merupakan bentuk general dari Granger Causality Test dalam konteks multivariate. Berdasarkan hasil uji Block Exogeneity Test dengan menggunakan taraf nyata 5 persen, didapatkan bahwa Pada negara Singapura, CA mempengaruhi BD secara signifikan sehingga diperkirakan apabila terjadi defisit current account akan menyebabkan terjadinya defisit anggaran pemerintah (CABD).Pada negara Indonesia, Filipina, Thailand, dan Kamboja terdapat hubungan yang signifikan antara anggaran pemerintah terhadap CA sehingga jika terjadi defisit anggaran pemerintah dapat menyebabkan terjadinya defisit current account (BDCA). Pada negara Vietnam, anggaran pemerintah dipengaruhi secara signifikan oleh nilai tukar (ERBD), sedangkan pada negara Myanmar current account dipengaruhi oleh nilai tukar (ERBD). Pada negara Malaysia ditemukan bahwa baik anggaran pemerintah maupun current account dipengaruhi oleh nilai tukar (ER BD dan ERCA). Nilai tukar pada negara Indonesia dan Laos dipengaruhi current account (CA ER). Nilai tukar pada negara Myanmar dipengaruhi oleh anggaran pemerintah (BDER) sedangkan pada Indonesia dan Laos dipengaruhi current account (CAER). Pada negara Vietnam, anggaran pemerintah dan Current account secara bersama-sama mempengaruhi nilai tukar (BDER dan CA ER). 47 Tabel 5.5. Hasil Uji Granger Causality/ Block Exogeneity Wald Test Variabel Dependen BD Variabel Independen BD CA ER Brunei 0.7890 0.7110 Singapura 0.0380** 0.0661 Indonesia 0.5764 0.2780 Malaysia 0.1156 0.0002*** Filipina 0.6479 0.2406 Thailand 0.7923 0.7328 Kamboja 0.6038 0.5844 Laos 0.1290 0.2036 Myanmar 0.6938 0.6511 Vietnam 0.9460 0.0403** Variabel Dependen CA Variabel Independen BD CA ER Brunei 0.2980 0.4081 Singapura 0.3574 0.1138 Indonesia 0.0021*** 0.6731 Malaysia 0.2719 0.0000*** Filipina 0.0537 0.0038*** Thailand 0.1334 0.0000*** Kamboja 0.7167 0.0007*** Laos 0.7609 0.0000*** Myanmar 0.1062 0.6648 Vietnam 0.8524 0.9666 Variabel Dependen ER Variabel Independen BD CA ER Brunei 0.9051 0.7933 Singapura 0.9562 0.4381 Indonesia 0.1775 0.0449** Malaysia 0.8144 0.4391 Filipina 0.2790 0.1454 Thailand 0.9630 0.7925 Kamboja 0.8633 0.8048 Laos 0.9771 0.0000*** Myanmar 0.0012*** 0.1455 Vietnam 0.2447 0.9952 Keterangan: ***: Signifikan pada taraf nyata 1 persen, **: Signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hasil kedua uji statistik di atas dapat dilihat pada Tabel 5.6. Berdasarkan tabel tersebut tidak terdapat hubungan twin deficit pada negara Malaysia, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Hal ini dikarenakan kedua uji statistik tidak menunjukkan keberadaan hubungan antara variabel BD dan CA pada ketiga 48 negara ini. Nilai tukar tidak dipengaruhi oleh baik variabel BD maupun variabel CA pada negara Brunei, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Kamboja karena tidak terlihat hubungan kausalitas antara variabel BD dan CA terhadap variabel ER. Sedangkan variabel BD dan CA tidak dipengaruhi oleh variabel ER pada Singapura, Filipina, Kamboja, dan Myanmar. Hubungan twin deficit diindikasikan kuat terjadi pada Filipina dan Kamboja dengan pola hubungan defisit anggaran pemerintah menyebabkan defisit current account (BDCA). Nilai Tukar diindikasikan kuat dipengaruhi oleh anggaran pemerintah di Myanmar (BDER) dan current account di Laos (CAER). Nilai tukar merupakan variabel yang mempengaruhi anggaran pemerintah dan current account di Malaysia (ER BD dan ERCA) dan di Laos nilai tukar diindikasikan secara kuat mempengaruhi current account. Indikasi ini diambil karena kedua hasil uji kausalitas menunukkan pola kausalitas yang sama. Hubungan lainnya yang terlihat adalah: a. Terdeteksi pada Bivariate Granger Causality Test namun tidak pada Block Exogeneity Test : Brunei Darussalam : BD↔CA, ERBD Indonesia : ER BD, ERCA Thailand : ERCA b. Terdeteksi pada Block Exogeneity Test namun tidak pada Bivariate Granger Causality: Indonesia : BDCA, CAER Thailand : BD CA Vietnam : BD↔ER, CAER Seluruh hubungan tersebut akan dikonfirmasi serta diperkuat dengan melakukan uji Impulse Response Function dan Forecast Error Variance Decomposisition. 49 Tabel 5.6. Ringkasan Hasil Uji Kausalitas Negara Bivariate Granger Causality Test BDCA CABD Brunei V V Singapura Indonesia Malaysia Filipina V Thailand Kamboja V Laos Myanmar Vietnam BDER CAER Brunei Singapura Indonesia Malaysia Filipina Thailand Kamboja Laos V Myanmar V Vietnam ERBD ERCA Brunei V Singapura Indonesia V V Malaysia V V Filipina Thailand V Kamboja Laos V Myanmar Vietnam 5.5. Simulasi Impulse Response Function (IRF) Granger Causality Test/ Block Exogeneity Test BDCA CABD V V V V V BDER CAER V V V V ERBD V ERCA V V V V 50 5.5.1. Analisis Impulse Response Function (IRF) Guncangan Anggaran Pemerintah (BD) terhadap current account (CA) dan nilai tukar (ER). Secara umum pada seluruh negara, ketika anggaran pemerintah mengalami guncangan, maka pada awal periode nilai current account akan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan dalam jangka waktu tertentu, anggaran pemerintah (BD) mempengaruhi current account (CA). Hal ini sesuai dengan teori bahwa apabila anggaran pemerintah mengalami guncangan (misalnya karena peningkatan defisit fiskal) maka akan menyebabkan menurunnya nilai current account. Selain itu, negara high income (Brunei dan Singapura) lebih cepat dalam menstabilkan guncangan CA yang disebabkan oleh guncangan BD dibandingkan pada negara-negara middle income dan low income. Hal ini dikarenakan, Brunei dan Singapura memiliki akumulasi surplus yang cukup untuk mengurangi guncangan-guncangan yang disebabkan oleh guncangan anggaran pemerintah. Penemuan lainnya terkait dengan respon nilai tukar saat terjadi guncangan BD. Berdasarkan hasil uji IRF terlihat bahwa selain pada negara Myanmar dan Vietnam, respon nilai tukar terhadap guncangan anggaran pemerintah tidak begitu terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa guncangan anggaran pemerintah tidak direspon oleh nilai tukar pada negara-negara ASEAN. a. High Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara high income countries di ASEAN (Brunei dan Singapura). Pada negara Brunei, terlihat bahwa ketika anggaran pemerintah mengalami guncangan, terjadi penurunan nilai current account pada periode pertama hingga periode keenam sebesar 0,06 persen lalu meningkat sedikit pada tahun ketiga dan stabil pada periode ketujuh. Sedangkan pada negara Singapura, ketika terjadi guncangan pada anggaran pemerintah, terjadi penurunan current account pada periode kedua (tahun kedua) sebesar 0,02 persen namun langsung meningkat pada periode ketiga (tahun ketiga) dan mulai kembali stabil pada periode keenam. Hal ini mengindikasikan pada kedua negara ini, current account merespon negatif guncangan anggaran pemerintah. Namun pada jangka waktu yang relatif pendek (sekitar 3-4 tahun) current account dapat 51 kembali stabil. Selain itu, respon nilai tukar terhadap guncangan anggaran pemerintah pada kedua negara ini tidak terlalu terlihat. (a) (b) Ket: a. Brunei Darussalam, b. Singapura Gambar 5.1. Respon CA dan ER terhadap Guncangan BD Pada ASEAN High Income Countries b. Middle Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara Middle income countries di ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand). Pada Indonesia, terlihat bahwa ketika anggaran pemerintah mengalami guncangan, mulai terjadi penurunan nilai current account pada periode ketiga (tahun ketiga) lalu meningkat pada tahun kelima setelah itu current account akan terus mengalami guncangan namun tidak sebesar pada periode ketiga hingga kelima dan akan kembali stabil pada periode ketigabelas (tahun ketigabelas). Sedangkan pada Malaysia, ketika terjadi guncangan pada anggaran pemerintah, terjadi penurunan current account hingga periode kelima (tahun kelima) sebesar 0,009 persen namun langsung meningkat pada periode keenam (tahun keenam) dan mulai kembali stabil pada periode kesepuluh (tahun kesepuluh). Pada Filipina, ketika terjadi guncangan pada anggaran pemerintah, pada periode pertama hingga kedua (kuartal pertama hingga kedua) terjadi penurunan current acccount sebesar -0,03 persen dan terus berfluktuatif hingga akhirnya mulai stabil pada periode ke 37 (sekitar tahun kesembilan). Pada Thailand, ketika terjadi guncangan pada anggaran pemerintah, pada periode kedua (tahun kedua) hingga periode kelima (tahun kelima) terjadi penurunan current acccount sebesar sekitar -0,02 persen kemudian akan 52 mengalami peningkatan mulai pada periode kelima hingga kedelapan lalu kembali menurun dan stabil mulai pada periode keduapuluh (tahun keduapuluh). Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa pada negara middle income countries guncangan anggaran pemerintah direspon negatif oleh current account, namun waktu yang dibutuhkan oleh negara middle income countries untuk kembali menstabilkan guncangan tersebut lebih lama dibandingkan pada high income countries. Temuan lainnya yang diperoleh dengan menggunakan simulasi IRF ini adalah. respon nilai tukar terhadap guncangan anggaran pemerintah pada keempat negara ini tidak terlalu terlihat. (a) (c) (b) (d) Ket: a. Indonesia, b. Malaysia, c. Filipina, d. Thailand Gambar 5.2. Respon CA dan ER terhadap Guncangan BD Pada ASEAN Middle Income Countries Pada Indonesia, nilai current account dan nilai tukar membutuhkan waktu yang cukup lama untuk stabil dikarenakan kebijakan fiskal di dalam negeri masih kurang efektif. Berdasarkan hasil penelitian Nizar (2010), hal ini dikarenakan pemerintah Indonesia seringkali melakukan kebijakan ekspansi fiskal dengan meningkatkan belanja negara, akan tetapi pada saat yang bersamaan pemerintah juga melakukan kebijakan fiskal yang contractionary untuk 53 meningkatkan penerimaan negara. Kebijakan fiskal di Indonesia menjadi tidak konsisten dan tidak sesuai dengan kondisi perekonomian. Hal ini mengakibatkan kebijakan fiskal membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menstabilkan kondisi perekonomian negara. Pada Filipina, nilai current account dan nilai tukar membutuhkan waktu yang cukup lama untuk stabil selain karena masalah politik dalam negeri yang tidak stabil, juga dikarenakan pemerintah Filipina gagal untuk meningkatkan penerimaan fiskal dari sektor pajak dan tidak dapat meningkatkan belanja pemerintah dikarenakan keterbatasan anggaran pemerintah (Montes,2002). Pada Thailand, nilai current account dan nilai tukar membutuhkan waktu yang cukup lama untuk stabil karena pemerintah Thailand cenderung melakukan kebijakan fiskal yang ekspansioner dengan meningkatkan belanja pemerintah. Akan tetapi, peningkatan belanja pemerintah tersebut digunakan untuk membiayai para politisi dan membangun berbagai mega proyek di dalam negeri yang membutuhkan waktu pembangunan cukup lama namun tidak langsung memberikan hasil terhadap perekonomian sehingga hampir serupa dengan apa yang terjadi di Indonesia kebijakan fiskal kebijakan fiskal membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menstabilkan kondisi perekonomian negara (Pupphavesa, 2002). Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ketiga negara ini juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama membiayai defisit mereka dengan hutang luar negeri dan melakukan pencetakan uang yang akan berakibat kepada meningkatnya tingkat inflasi, serta adanya kebijakan moneter yang tidak sinkron dengan kebijakan fiskal sehingga ketika kebijakan fiskal tidak/kurang efektif, kebijakan moneter di negara yang bersangkutan juga tidak berjalan dengan baik (Tang, Hsiao et al, 2010) Sebagai sesama negara middle income, Malaysia menunjukkan kondisi yang berbeda dibandingkan pada Indonesia, Filipina, dan Thailand karena menunjukan kondisi IRF yang lebih stabil ketika variabel BD diberi guncangan. Hal ini disebabkan ketika terjadi defisit anggaran pemerintah, pemerintah Malaysia berusaha terlebih dahulu menutupi defisit tersebut dengan menggunakan pajak baru kemudian menggunakan hutang luar negeri atau melakukan 54 pencetakan uang. Selain itu, otoritas moneter Malaysia mampu menetapkan kebijakan moneter yang sesuai dengan kondisi perekonomian dalam negeri sehingga bisa menutupi kelemahan dari kebijakan fiskal yang terjadi (Sriyana, 2005). c. Low Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara Low income countries di ASEAN (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam). Pada Kamboja, terlihat bahwa ketika anggaran pemerintah mengalami guncangan, terjadi penurunan nilai current account pada periode pertama hingga kelima (kuartal pertama hingga kelima) sebesar sekitar 0,02 persen lalu meningkat pada tahun keenam hingga periode ketigabelas lalu kembali menurun dan kembali stabil pada periode ke-29 (sekitar tahun ketujuh). Sedangkan pada Laos, ketika terjadi guncangan pada anggaran pemerintah, terjadi peningkatan current account hingga periode kelima (kuartal kelima) sebesar 0,02 persen lalu kemudian menurun dan mulai stabil pada periode ke-37 (sekitar tahun kesembilan). Pada Myanmar, ketika terjadi guncangan pada anggaran pemerintah, pada periode pertama hingga delapan (tahun pertama hingga tahun kedua) terjadi penurunan current acccount sebesar 0,007 persen lalu meningkat hingga periode ketigabelas sebesar 0.001112 persen dan terus berfluktuatif hingga akhirnya mulai stabil pada periode ke 61 (sekitar tahun kelimabelas). Temuan lainnya yang diperoleh dengan menggunakan simulasi IRF ini adalah. respon nilai tukar terhadap guncangan anggaran pemerintah pada Kamboja dan Laos, namun pada negara Myanmar, pada periode pertama nilai tukar sempat menurun namun langsung meningkat hingga periode kelima dan kembali menurun hingga mulai stabil pada periode ke-40 (tahun kesepuluh). pada negara Vietnam, pada periode pertama hingga sembilan nilai tukar meningkat lalu setelah itu. Pada Vietnam, ketika terjadi guncangan pada anggaran pemerintah, pada periode kedua hingga kelimabelas terjadi penurunan current acccount sebesar sekitar 0,9 persen kemudian akan mengalami peningkatan mulai pada periode 55 periode kesepuluh hingga ke-21 lalu kembali menurun dan stabil mulai pada periode ke-49 (sekitar tahun keduabelas). Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa pada negara low income countries guncangan anggaran pemerintah menyebabkan penurunan current account pada awal-awal periode guncangan (kecuali pada Laos), sama seperti pada negara middle income, namun waktu yang dibutuhkan oleh negara low income countries untuk kembali menstabilkan guncangan tersebut lebih lama dibandingkan pada high income countries. (a) (c) (b) (d) Ket: a. Kamboja, b. Laos, c. Myanmar, d. Vietnam Gambar 5.3. Respon CA dan ER terhadap Guncangan BD Pada ASEAN Low Income Countries Ketika variabel BD mengalami guncangan, respon CA maupun ER untuk stabil membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pada negara-negara high income dan middle income dikarenakan adanya ketidakstabilan sosial politik dalam negeri sehingga pemerintah kurang terfokus terhadap kebijakan fiskal maupun kebijakan perdagangan internasionalnya (Setyawan, 2010). 56 5.5.2. Analisis Impulse Response Function (IRF) Guncangan Current Account (CA) terhadap Anggaran Pemerintah (BD) dan nilai tukar (ER) Secara umum, ketika CA diberi guncangan, pada awal periode terjadi kenaikan anggaran pemerintah (BD) pada negara Brunei Darussalam, Singapura, Indonesia, Kamboja, Laos, dan Vietnam. Kondisi ini tidak sesuai dengan teori current account targetting yang menyatakan bahwa jika terjadi guncangan current account (misalnya jika terjadi defisit current account) maka terjadi penurunan anggaran pemerintah. Hal tersebut menunjukkan pada negara-negara ini defisit current account tidak menyebabkan defisit anggaran pemerintah. Sedangkan pada negara Malaysia, Filipina, Thailand, dan Myanmar, ketika terjadi guncangan pada CA, terjadi penurunan anggaran pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa walau respon BD terhadap guncangan CA pada negara-negara ini tidak terlalu besar, akan tetapi jika terjadi guncangan pada current account maka akan diikuti oleh penurunan pada anggaran pemerintah. Sama halnya dengan apabila terjadi guncangan pada BD, ketika terjadi guncangan pada CA, negara high income (Brunei dan Singapura) lebih cepat dalam menstabilkan guncangan CA yang disebabkan oleh guncangan BD dibandingkan pada negara-negara middle income dan low income. Hal ini dikarenakan, Brunei dan Singapura memiliki akumulasi surplus yang cukup untuk mengurangi guncangan-guncangan yang disebabkan oleh guncangan current account. Temuan lainnya adalah respon nilai tukar ketika terjadi guncangan pada current account, nilai tukar tidak terlalu merespon guncangan tersebut, kecuali pada Kamboja dan Vietnam yang mengalami depresiasi nilai tukar pada awal periode dikarenakan kedua negara ini menerapkan kebijakan devaluasi mata uang untuk meningkatkan ekspor mereka pada awal tahun 90-an. Sedangkan pada negara Filipina dan Myanmar, nilai tukar terapresiasi. Hal ini dikarenakan, pada awal periode 90-an, walau secara formal menggunakan rezim floating exchange rate, pemerintah kedua negara ini masih mengintervensi nilai tukar pada awal periode sehingga nilai tukar dapat menguat (Cavoli, 2010 ). 57 a. High Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara high income countries di ASEAN (Brunei dan Singapura). Terlihat pada Brunei Darussalam, ketika current account mengalami guncangan, terjadi penurunan nilai current account dari periode pertama hingga periode kesembilan sebesar sekitar 0,1 persen lalu segera stabil. Sedangkan pada negara Singapura, ketika terjadi guncangan pada current account, terjadi peningkatan anggaran pemerintah mulai dari periode pertama hingga pada periode ketiga (tahun ketiga) sebesar sekitar 0,01 persen dan stabil mulai pada periode kesembilan.Selain itu, respon nilai tukar terhadap guncangan current account pada kedua negara ini tidak terlalu terlihat. Ket: a. Brunei Darussalam, b. Singapura Gambar 5.4. Respon BD dan ER terhadap Guncangan CA Pada ASEAN High Income Countries b. Middle Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara Middle income countries di ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand). Pada Indonesia, terlihat bahwa ketika current account mengalami guncangan, mulai terjadi penurunan nilai anggaran pemerintah pada periode pertama hingga ketiga sebesar kira-kira 0,00098 persen lalu meningkat pada tahun keempat sebesar 0,00252 persen. setelah itu, anggaran pemerintah akan kembali stabil pada periode ketigabelas (tahun ketigabelas). Sedangkan pada Malaysia, ketika terjadi guncangan pada current account, terjadi penurunan anggaran pemerintah hingga periode kesembilan sebesar 0,007 persen dan kembali stabil pada periode kesebelas (tahun kesebelas). 58 Pada Filipina, guncangan pada current account, akan menyebabkan penurunan terhadap anggaran pemerintah pada periode pertama hingga keempat (tahun pertama) sebesar 0,02 persen lalu meningkat dan kembali menurun pada periode kelima. Nilai anggaran pemerintah terus berfluktuasi hingga akhirnya mulai stabil pada periode ke 26 (sekitar tahun keenam). Pada Thailand, ketika terjadi guncangan pada current account, pada periode pertama hingga kedua current account akan mengalami penurunan sebesar 0,003 persen namun kemudian mengalami peningkatan hingga periode keempat sebesar 0,001 persen. Selanjutnya anggaran pemerintah akan cenderung mengalami penurunan hingga mulai stabil pada periode ke-23 (sekitar tahun kelima). Temuan lainnya yang diperoleh dengan menggunakan simulasi IRF ini adalah. respon nilai tukar terhadap guncangan current account pada keempat negara ini tidak terlalu terlihat kecuali pada Filipina, yaitu saat terjadi guncangan current account pada awal-awal periode, nilai tukar meningkat namun kemudian terus berfluktuasi hingga akhirnya mencapai kondisi stabil pada periode ke-26 (sekitar tahun keenam). (a) (c) (b) (d) Ket: a. Indonesia, b. Malaysia, c. Filipina, d. Thailand Gambar 5.5. Respon BD dan ER terhadap Guncangan CA Pada ASEAN Middle Income Countries 59 Berdasarkan hasil simulasi IRF ditemukan bahwa pada Indonesia, variabel BD dan ER lebih lama mencapai kestabilan dibandingkan dengan pada negara-negara lainnya yang sama-sama termasuk middle income countries di ASEAN. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara middle income di ASEAN yang belum siap menghadapi perdagangan internasional13. Hal ini dapat dilihat pada tingkat suku bunga Indonesia yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara middle income lainnya di ASEAN (Gambar 5.6). Hal ini menyebabkan dengan adanya perdagangan internasional yang bebas, maka capital inflow akan lebih tinggi terjadi di Indonesia dan menyebabkan nilai tukar di Indonesia menjadi terapresiasi dan menurunkan daya saing produk domestik di pasar internasional. 70.000 60.000 Persen (%) 50.000 INA 40.000 MAL 30.000 FIL 20.000 THA 10.000 0.000 19901992199419961998200020022004200620082010 Sumber: IMF, 2011 Gambar 5.6. Tingkat Suku Bunga Pada Negara-Negara Middle Income di ASEAN c. Low Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara Low income countries di ASEAN (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam). Pada Kamboja dan Laos, terlihat bahwa ketika current account mengalami guncangan, terjadi peningkatan nilai anggaran pemerintah pada periode pertama hingga kelima (kuartal pertama hingga 13 Berdasarkan artikel Indonesia Dinilai Paling tidak Siap Hadapi Pakta Dagang ASEAN-China yang dimuat dalam Media Indonesia 1 Desember 2004 60 kelima) lalu menurun dan mulai stabil sekitar pada periode ke-34 pada Kamboja dan cenderung mengalami peningkatan dan mulai stabil pada periode ke-45. Pada Myanmar, ketika terjadi guncangan pada current account, pada periode pertama hingga delapan (tahun pertama hingga tahun kedua) terjadi penurunan anggaran pemerintah sebesar 0,01907 persen lalu meningkat hingga periode keempatbelas sebesar 0.019461 persen dan terus berfluktuatif hingga akhirnya mulai stabil pada periode ke 61 (sekitar tahun kelimabelas). Pada Vietnam, ketika terjadi guncangan pada current account, pada periode pertama hingga kelima terjadi penurunan anggaran pemerintah sebesar sekitar 0,0099 persen kemudian akan mengalami peningkatan mulai pada periode periode keenam hingga kedelapanbelas sebesar 0,114298 persen lalu terus mengalami guncangan namun lebih kecil dibandingkan pada awal-awal periode dan kembali stabil mulai pada periode ke-49 (sekitar tahun keduabelas). Temuan lainnya yang diperoleh dengan menggunakan simulasi IRF ini adalah. Ketika terjadi guncangan pada current account, nilai tukar pada negara Kamboja pada periode pertama hingga delapan mengalami penurunan sebesar 0,0001 persen kemudian meningkat dan kembali stabil pada periode ke-25 (sekitar tahun ke-6). Pada negara Laos, respon nilai tukar tidak terlalu terlihat. Pada Myanmar dan Vietnam, ketika terjadi guncangan pada current account terjadi peningkatan nilai tukar pada awal periode lalu kemudian mulai stabil pada periode ke 60 (sekitar tahun ke 15) untuk Myanmar dan periode ke- 49 (sekitar tahun ke 12)untuk Vietnam. Sama halnya ketika BD yang mengalami guncangan, ketika variabel CA mengalami guncangan, respon BD maupun ER untuk stabil membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pada negara-negara high income dan middle income dikarenakan adanya ketidakstabilan sosial politik dalam negeri sehingga pemerintah kurang terfokus terhadap kebijakan fiskal maupun kebijakan perdagangan internasionalnya. 61 (a) (c) (b) (d) Ket: a. Kamboja, b. Laos, c. Myanmar, d. Vietnam Gambar 5.7. Respon BD dan ER terhadap Guncangan CA Pada ASEAN Low Income Countries 5.5.3. Analisis Impulse Response Function (IRF) Guncangan Nilai Tukar (ER) terhadap current account (CA) dan Anggaran Pemerintah (BD) Secara umum, ketika terjadi guncangan pada nilai tukar, kecuali pada Singapura dan Myanmar, ketika terjadi guncangan pada nilai tukar (misalnya karena terjadi depresiasi nilai tukar) maka akan mengakibatkan meningkatnya nilai current account. Hal ini sesuai dengan teori bahwa apabila nilai tukar suatu negara terdepresiasi, maka harga produk domestik menjadi lebih murah di pasar internasional sehingga menyebabkan nilai ekspor meningkat dan meningkatkan current account. Sedangkan pada Singapura tidak terjadinya hubungan ini disebabkan karena Singapura respon negatif CA hanya terjadi pada periode ketiga saja, selanjutnya CA merespon positif guncangan dari nilai tukar. Pada Myanmar, pada awal tahun 1990, otoritas moneter Myanmar masih memiliki pengaruh yang kuat dalam mengintervensi nilai tukar. 62 a. High Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara high income countries di ASEAN (Brunei dan Singapura). Terlihat bahwa ketika nilai tukar mengalami guncangan, terjadi peningkatan nilai current account pada Brunei Darussalam. Sedangkan pada negara Singapura, ketika terjadi guncangan pada nilai tukar, terjadi penurunan current account pada periode pertama hingga ketiga namun langsung meningkat dan stabil pada periode kesembilan. Sedangkan anggaran pemerintah pada kedua negara ini mengalami penurunan pada periode pertama hingga ketiga kemudian kembali meningkat dan mulai stabil pada periode kesembilan. (a) (b) Ket: a. Brunei Darussalam, b. Singapura Gambar 5.8. Respon BD dan CA terhadap Guncangan ER Pada ASEAN High Income Countries b. Middle Income Countries Berdasarkan hasil simulasi IRF pada negara Middle income countries di ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand). Pada keempat negara middle income di ASEAN ini, apabila terjadi guncangan pada nilai tukar, maka pada umumnya di awal periode nilai current account meningkat. Sedangkan, anggaran pemerintah pada keempat negara ini terlihat menurun ketika terjadi guncangan pada nilai tukar. 63 (a) (c) (b) (d) Ket: a. Indonesia, b. Malaysia, c. Filipina, d. Thailand Gambar 5.9. Respon BD dan CA terhadap Guncangan ER Pada ASEAN Middle Income Countries c. Low Income Countries Pada negara Laos dan Vietnam, current account segera meningkat pada awal periode ketika terjadi guncangan pada nilai tukar. Sedangkan pada Kamboja dan Myanmar, pada awal periode current account sempat menurun terlebih dahulu akan tetapi pada periode selanjutnya mengalami peningkatan. Anggaran pemerintah cenderung mengalami penurunan ketika terjadi guncangan pada nilai tukar, sedangkan pada Laos, pada awal periode sempat mengalami peningkatan namun selanjutnya menurun. Sama halnya dengan Myanmar yang pada awal periode mengalami peningkatan lalu menurun dan terus berfluktuasi hingga mulai stabil pada periode ke-61 (sekitar tahun ke-15). 64 (a) (b) (c) (d) Ket: a. Kamboja, b. Laos, c. Myanmar, d. Vietnam Gambar 5.10. Respon BD dan CA terhadap Guncangan ER Pada ASEAN Low Income Countries 5.6. Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition 5.6.1 Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition pada Variabel Anggaran Pemerintah Berdasarkan hasil simulasi FEDV (Tabel 5.7) pada variabel anggaran pemerintah, terlihat bahwa variabel anggaran pemerintah (BD) pada negara Singapura, Indonesia, Thailand, Kamboja, Filipina, Myanmar dan Vietnam didominasi oleh variabel BD itu sendiri yaitu sekitar 78-99 persen. Sedangkan pada Brunei Darussalam, mulai dari periode kelima variabel current account mendominasi variabel anggaran pemerintah (51 persen-90 persen). Current account mendominasi anggaran pemerintah dikarenakan Brunei sangat menggantungkan perekonomiannya kepada perdagangan minyak bumi, akan tetapi bila melihat hasil uji kausalitas dan hasil uji IRF, guncangan pada CA tidak menyebabkan penurunan anggaran pemerintah dikarenakan Brunei sering mengalami surplus pada periode-periode sebelumnya. Pada Malaysia, mulai pada periode ketiga, variabel nilai tukar mendominasi variabel anggaran pemerintah (51 persen-67 persen). Walau pada uji Kausalitas Granger terdapat hipotesis bahwa nilai tukar mempengaruhi anggaran pemerintah, akan tetapi pada simulasi 65 FEVD pengaruh ER terhadap BD di negara Indonesia sangat kecil yaitu hanya sebesar 1 persen-2 persen. Sedangkan pada Vietnam, sebesar 11 persen-13 persen variabel BD dipengaruhi oleh variabel ER. Tabel 5.7. Hasil FEVD dari BD Negara BRU SIN INA MAL FIL THA KAM LAO MYA VIE 1 BD 100 CA 0 ER 0 BD 100 CA 0 ER 0 BD CA ER BD CA ER BD CA ER BD CA ER 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0 BD CA ER BD CA ER BD CA ER BD CA ER 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0 Variance Decomposisition of BD 10 15 20 25 30 35 40 High Income Countries 47.75 21.76 15.00 12.04 10.38 9.33 51.42 76.80 83.30 86.14 87.73 88.75 0.82 1.43 1.70 1.82 1.89 1.93 78.72 78.70 78.70 78.70 78.70 78.70 14.37 14.38 14.38 14.38 14.38 14.38 6.92 6.92 6.92 6.92 6.92 6.92 Middle Income Countries 95.96 96.25 96.41 96.49 96.54 96.57 1.92 1.46 1.26 1.16 1.10 1.06 2.12 2.29 2.33 2.35 2.36 2.37 24.07 12.65 10.07 8.91 8.26 7.84 18.17 23.07 24.07 24.52 24.78 24.94 57.76 64.28 65.87 66.56 66.96 67.22 92.65 91.54 91.07 90.89 90.82 90.80 90.79 90.79 1.84 1.86 1.82 1.81 1.80 1.80 1.80 1.80 5.51 6.60 7.10 7.31 7.38 7.40 7.41 7.41 87.79 85.03 84.30 83.74 83.37 83.13 0.1 0.11 0.1 0.09 0.08 0.08 12.1 14.86 15.61 16.17 16.54 16.79 Low Income Countries 94 92 90 90 89 88 87 86 5 5 5 5 5 5 5 5 1 3 4 5 6 7 8 8 92 65 42 34 30 26 23 21 3 10 15 16 17 17 18 18 6 26 43 50 53 57 59 61 98 96 94 92 92 92 92 92 1 3 5 6 7 7 7 7 0 1 1 1 1 1 1 1 97 93 86 84 85 78 75 76 0 0 1 1 4 9 11 11 3 7 13 15 13 13 14 13 5 66 5.6.2. Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition Current Account Hasil simulasi FEDV variabel current account teringkas pada Tabel 5.8. Pada negara Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Kamboja, Laos, dan Vietnam menununjukkan bahwa variabel current account (CA) didominasi oleh variabel current account itu sendiri (58 persen-98 persen). Pada Indonesia, mulai dari periode kedua variabel CA didominasi oleh variabel BD (54 persen-84 persen). Sedangkan pada Malaysia dan Thailand, variabel ER mendominasi variabel CA (51 persen-58 persen) dan pada Myanmar proporsi pengaruh BD dan CA terhadap variabel CA hampir seimbang (masing-masing sekitar 46 persen-58 persen). Pada Filipina variabel BD memberikan pengaruh sebesar 13 persen namun merupakan variabel kedua yang memberi pengaruh paling besar terhadap CA setelah variabel CA itu sendiri. Pada Thailand, variabel BD mendominasi variabel CA mulai dari periode ketiga hingga keenam, pada periode-periode selanjutnya pengaruh variabel BD kalah besar dibandingkan variabel ER. Sedangkan pada Kamboja, variabel BD memberikan pengaruh sebesar 25 persen27 persen terhadap current account. Tabel 5.8. Ringkasan Hasil FEVD dari CA 1 5 High Income Countries BRU BD 81 26 CA 19 72 ER 0 2 SIN BD 13.54 17.23 CA 86.46 76.96 ER 0.00 5.81 Middle Income Countries INA BD 38.78 76.23 CA 61.22 18.65 ER 0.00 5.12 MAL BD 0.04 2.45 CA 99.96 43.08 ER 0.00 54.48 Variance Decomposisition of CA 10 15 20 25 30 17 14 13 13 12 80 82 83 84 84 3 3 3 3 4 17.23 17.23 17.23 17.23 17.23 76.97 76.97 76.97 76.97 76.97 5.80 5.80 5.80 5.80 5.80 81.04 12.21 6.75 3.91 39.41 56.68 82.79 83.63 84.13 84.46 10.00 8.93 8.30 7.88 7.21 7.44 7.58 7.67 4.49 4.82 5.02 5.16 37.85 37.00 36.46 36.09 57.66 58.18 58.52 58.74 35 40 67 FIL BD 0.67 10.14 CA 99.33 80.69 ER 0.00 9.17 THA BD 2.87 31.68 CA 97.13 24.88 ER 0.00 43.44 Low Income Countries KAM BD 11.12 24.66 CA 88.88 74.29 ER 0.00 1.05 LAO BD 2.20 46.98 CA 97.81 42.19 ER 0.00 10.84 MYA BD 0.35 1.34 CA 99.65 95.32 ER 0.00 3.34 VIE BD 0.20 0.07 CA 99.80 99.91 ER 0.00 0.02 12.43 76.94 10.64 21.91 28.90 49.19 13.36 75.83 10.82 18.90 29.27 51.83 13.61 75.52 10.87 16.55 30.04 53.41 13.67 75.44 10.89 15.16 30.38 54.46 13.69 13.69 13.69 75.42 75.41 75.41 10.89 10.90 10.90 14.17 30.66 55.17 27.06 69.86 3.08 65.88 28.32 5.81 5.96 88.49 5.55 1.30 98.64 0.06 28.18 68.31 3.51 60.37 34.86 4.77 12.20 82.36 5.44 5.08 94.80 0.12 27.98 67.65 4.38 58.75 37.74 3.51 15.87 78.90 5.24 3.84 95.87 0.29 27.76 67.00 5.24 58.63 38.49 2.88 17.30 77.56 5.14 3.20 96.13 0.67 27.60 66.42 5.98 58.14 39.42 2.44 17.68 77.20 5.12 2.88 96.49 0.62 27.38 65.85 6.77 58.08 39.80 2.11 17.74 77.13 5.13 2.56 96.89 0.55 27.18 65.29 7.53 57.75 40.38 1.87 17.75 77.11 5.14 2.39 97.11 0.50 5.6.3. Hasil Simulasi Forecast Error Variance Decomposisition Variabel Nilai Tukar Hasil simulasi FEDV variabel nilai tukar pada negara Singapura, Malaysia, Filipina, Kamboja, dan Myanmar menununjukkan bahwa pada umumnya variabel nilai tukar didominasi oleh didominasi oleh variabel nilai tukar itu sendiri (58 persen-98 persen). Pada Brunei dan Thailand, variabel BD tampak mendominasi nilai tukar (59 persen-69 persen). Sedangkan pada Indonesia, dominasi antara variabel BD, CA, dan ER terhadap variabel ER hampir seimbang (masing-masing sekitar 30 persen-36 persen). Pada Laos, variabel CA mendominasi ER hanya pada periode kedua dan keempat (55 persen) sedangkan pada periode lainnya variabel CA memberikan pengaruh sebesar 34 persen-40 persen. Pada Vietnam, mulai pada periode kesembilan, variabel CA mendominasi variabel ER (48 persen-84 persen). 68 Tabel 5.9. Ringkasan Hasil FEVD dari ER 1 5 High Income Countries BRU BD 49.45 65.81 CA 3.75 12.55 ER 46.80 21.64 SIN BD 2.77 3.29 CA 0.48 1.56 ER 96.75 95.15 Middle Income Countries INA BD 34.55 36.81 CA 29.24 30.20 ER 36.21 32.99 MAL BD 5.61 4.65 CA 0.04 1.83 ER 94.35 93.52 FIL BD 11.89 12.38 CA 0.00 6.85 ER 88.11 80.77 THA BD 53.26 67.98 CA 1.55 1.39 ER 45.19 30.63 Low Income Countries KAM BD 0.49 0.33 CA 0.04 0.31 ER 99.47 99.36 LAO BD 0.03 2.36 CA 29.45 46.93 ER 70.52 50.71 MYA BD 0.14 12.23 CA 2.18 6.78 ER 97.68 80.99 VIE BD 2.61 2.05 CA 4.69 30.45 ER 92.70 67.50 Variance Decomposisition of ER 10 15 20 25 30 35 40 64.62 19.05 16.33 3.29 1.56 95.15 64.02 21.39 14.59 3.29 1.56 95.15 63.74 22.51 13.75 3.29 1.56 95.15 63.57 23.16 13.27 3.29 1.56 95.15 63.46 23.59 12.95 3.29 1.56 95.15 36.76 31.60 31.64 4.69 1.68 93.63 12.36 7.55 80.09 69.12 1.22 29.66 36.75 31.94 31.31 4.68 1.65 93.67 12.45 7.74 79.80 69.42 1.21 29.37 36.75 32.11 31.14 4.68 1.63 93.69 12.47 7.74 79.79 69.52 1.19 29.29 36.74 32.21 31.05 4.67 1.62 93.70 12.47 7.74 79.79 69.61 1.19 29.21 36.74 32.27 30.99 4.67 1.62 93.71 12.47 12.47 12.47 7.74 7.74 7.74 79.79 79.79 79.79 69.65 1.18 29.17 2.81 0.17 97.02 5.11 39.41 55.48 15.20 7.15 77.65 2.96 51.71 45.33 3.26 0.12 96.61 4.77 37.22 58.01 15.24 7.25 77.51 20.39 59.72 19.89 3.19 0.11 96.70 5.40 36.36 58.24 15.24 7.30 77.46 18.98 68.30 12.72 3.32 0.10 96.59 5.60 35.79 58.61 15.26 7.31 77.43 16.15 72.72 11.13 3.35 0.09 96.57 5.68 35.56 58.76 15.27 7.31 77.42 15.47 74.28 10.25 3.37 0.08 96.55 5.77 35.28 58.94 15.28 7.31 77.41 15.60 75.17 9.23 3.39 0.08 96.53 5.82 35.13 59.06 15.28 7.31 77.41 14.51 76.86 8.63 5.7. Twin Deficit di Kawasan ASEAN Hubungan twin deficit disimpulkan atas uji Kausalitas, simulasi IRF, dan simulai FEVD. Hubungan twin deficit terjadi apabila hubungan antara variabel 69 BD dan CA terdekteksi pada uji kausalitas granger, terdapat respon negatif BD (CA) jika terjadi guncangan pada CA (BD), dan apabila variabel BD (CA) terlihat memberi pengaruh yang besar/ cukup besar terhadap variabel CA(BD). Sesuai dengan kriteria tersebut maka hubungan twin deficit dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Ringkasan Hubungan Twin Deficit BDCA CABD Indonesia Filipina Thailand Kamboja CA≠BD Brunei Darussalam Singapura Malaysia Laos Myanmar Vietnam Twin deficit dengan pola hubungan defisit anggaran pemerintah menyebabkan terjadinya defisit current account terjadi pada negara Indonesia, Filipina, Thailand, dan Kamboja. Hal ini dikarenakan berdasarkan teori, defisit anggaran pemerintah akan menyebabkan naiknya suku bunga yang akan berimplikasi terhadap terjadinya capital inflow dan terapresiasinya nilai tukar domestik sehingga dapat menyebabkan daya saing produk domestik menurun dan mengakibatkan terjadinya defisit current account. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pahlavani dan Saleh (2009) untuk kasus negara Filipina, Lau dan Tang (2009) untuk kasus negara Kamboja, dan Baharumsah, et al (2005) untuk kasus negara Indonesia dan Thailand. Pada negara Brunei Darussalam dan Singapura, sebenarnya terdapat indikasi bahwa current account (CA) mempengaruhi anggaran pemerintah (BD) karena hubungan tersebut terlihat pada uji kausalitas dan proporsi pengaruh CA yang besar terhadap BD saat dilakukan uji FEVD. Akan tetapi pada uji IRF diketahui bahwa saat terjadi guncangan pada CA, BD merespon secara positif, sedangkan sesuai teori twin deficit terjadi apabila BD merespon negatif guncangan terhadap CA. Hal tersebut terjadi karena perdagangan internasional merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi perekonomian, akan tetapi kedua negara ini memiliki cukup banyak surplus baik surplus CA dan surplus BD sehingga ketika terjadi guncangan pada CA, pemerintah di kedua negara ini masih bisa mengatasi guncangan tersebut dengan menggunakan surplus yang mereka miliki. Dengan demikian disimpulkan bahwa twin deficit dengan pola hubungan defisit 70 current account menyebabkan defisit anggaran pemerintah (CABD) tidak terjadi di Brunei dan Singapura. Twin deficit tidak terjadi pada negara high level income (Brunei Darussalam dan Singapura), middle Income (Malaysia), dan low income (Laos, Myanmar, dan Vietnam). Tidak terjadinya twin deficit pada Brunei, Singapura, dan Malaysia dikarenakan ketiga negara ini dapat menggunakan surplus yang mereka dapatkan pada periode-periode sebelumnya untuk menutupi atau mengurangi defisit pada periode selanjutnya baik pada anggaran pemerintah maupun current account. Selain itu adanya sinkronisasi yang baik antara antara kebijakan fiskal dan moneter serta nilai tukar yang stabil juga merupakan faktorfaktor yang menyebabkan suatu negara tidak mengalami twin deficit. a. High Income Countries Brunei Darussalam memiliki kebijakan fiskal yang stabil dan merupakan salah satu negara yang memiliki surplus anggaran tertinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya14, sehingga surplus tersebut bisa digunakan untuk periode fiskal berikutnya. Hal ini dibuktikan pada saat krisis terjadi pada tahun 2009, pendapatan total pemerintah diperkirakan turun 26 persen lebih rendah dibandingkan pada tahun 2008 karena selain terjadi krisis juga terjadi penurunan harga minyak dunia (IMF, 2009), akan tetapi suplus pendapatan pada tahun sebelumnya membuat pemerintah Brunei mampu mempertahankan anggaran untuk pembangunannya. Pada periode tahun 2009-2010, Brunei mampu mengalokasikan 30,2 persen anggaran pembangunannya untuk sektor jasa sosial (ASEAN Secretariat dan World Bank, 2010). Singapura memanfaatkan surplus pendapatan dari setiap periode siklus bisnis untuk menstabilkan neraca fiskal dan neraca current account-nya. Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan fiskal pemerintah. Penerimaan pajak tersebut digunakan untuk pembangunanpembangunan barang publik yang esensial bagi masyarakat dan pelaku bisnis di negara ini. Selain itu, sebanyak 46 persen dari pengeluaran pemerintah digunakan untuk pembangunan sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM 14 http://www.globaltimes.tv/asia-business-channel/brunei [September 2010] 71 sedangkan 44 persen pengeluaran pemerintah Singapura ditujukan untuk keamanan dan hubungan eksternal yang dimaksudkan untuk menjaga agar iklim bisnis di Singapura tetap kondusif (Gambar 5.11). Kebijakan pemerintah singapura ini menyebabkan anggaran pemerintah dan current account di negara ini terjaga kestabilannya. Sumber: Economic Survey of Singapore,2010 Gambar 5.11. Pengeluaran Operasional Pemerintah Singapura periode tahun 2009-2010 b. Middle Income Countries Malaysia merupakan negara middle income yang tidak mengalami twin deficit. Hal ini dikarenakan terdapat sinkronisasi yang baik antara otoritas fiskal dan moneter Malaysia. Walaupun Malaysia juga memiliki hutang luar negeri yang cukup besar dan cukup membebani anggaran pemerintah dan menyebabkan defisit anggaran pemerintah, akan tetapi tetapi tidak sampai menyebabkan defisit neraca perdagangan dikarenakan otoritas moneter Malaysia mampu menjaga agar defisit anggaran tersebut tidak sampai terlalu tinggi meningkatkan suku bunga domestik yang kemudian akan berdampak terhadap apresiasi nilai tukar. Pada negara middle income lainnya, tidak terdapat sinkronisasi yang baik antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh Malaysia untuk menstabilkan anggaran pemerintah dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: 1) Menjaga agar defisit anggaran pemerintah maksimum sebesar 6 persen dari GDP, 2) 72 Pinjaman (baik dari domestik maupun luar negeri) dilakukan hanya untuk keperluan pembangunan, 3) Membiayai defisit fiskal dengan menggunakan sumber-sumber domestik dan menjadikan pinjaman luar negeri sebagai pilihan terakhir untuk membiayai defisit. Sebanyak 80 persen pinjaman pemerintah Malaysia berasal dari sumber domestik, 4) Mengontrol pengeluaran untuk program-program sosial (Ministry Of Finance Malaysia, 2006). Dengan kontrol fiskal yang ketat, Malaysia dapat menjaga stabilitas fiskalnya, sehingga apabila terjadi defisit, maka defisit tersebut masih dapat tertutupi oleh surplus fiskal periode-periode sebelumnya. Untuk mengatasi penurunan pada current account, Malaysia memanfaatkan surplus perdagangan pada tahun-tahun sebelumnya. Sejak tahun 1990 hingga tahun 2010, Malaysia terus mengalami surplus perdagangan sehingga Malaysia tidak menghadapi masalah defisit current account yang serius selama periode ini. Berdasarkan penelitian Sriyana (2005), sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter yang baik dapat dilihat dari perbandingan pertumbuhan GDP dan pertumbuhan suku bunga riil (Lampiran 6). Jika pertumbuhan suku bunga lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan GDP, maka terdapat indikasi kurang sinkronnya hubungan antara kebijakan fiskal dan moneter, karena otoritas moneter negara yang bersangkutan tidak dapat mempertahankan tingkat suku bunga. Pada Lampiran 6, dapat dilihat bahwa hanya pada negara Malaysia yang secara umum pertumbuhan suku bunganya lebih rendah dibandingkan pertumbuhan GDP, dan ketika pertumbuhan suku bunga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan GDP, nilainya tidak terlalu jauh dibandingkan nilai pertumbuhan GDP. Pada Filipina dan Thailand, walau secara umum pertumbuhan suku bunganya lebih rendah dibandingkan pertumbuhan GDP, akan tetapi ketika pertumbuhan suku bunganya lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan GDP, nilai pertumbuhan suku bunga tersebut sangat jauh dibandingkan pertumbuhan GDP. Hal ini menandakan otoritas moneter pada kedua negara ini tidak dapat merespon guncangan fiskal yang terjadi pada negara mereka secara konsisten. Ada periode dimana otoritas moneter dapat menanggulangi guncangan fiskal yang terjadi, namun ada kalanya tidak mampu dan langsung memberikan efek yang sangat 73 besar terhadap suku bunga domestik dan akan berefek pada nilai tukar. Hal ini menyebabkan pada kedua negara ini terjadi twin deficit. Pada Indonesia, secara umum pertumbuhan suku bunganya lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan GDP. Ini menunjukkan masih kurangnya sinkronisasi antara kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia. Kecederungan yang terjadi di Indonesia adalah, pemerintah cenderung melakukan kebijakan moneter yang ekspansioner akan tetapi bank sentral (dalam hal ini Bank Indonesia) cenderung menerapkan kebijakan moneter yang kontraksioner untuk mengurangi tingkat inflasi dengan cara meningkatkan tingkat suku bunga. Hal ini menunjukkan bahwa otoritas fiskal dan moneter di Indonesia cenderung mengejar tujuannya masing-masing, tidak seperti pada Malaysia yang saling melengkapi satu sama lain. Hal ini mengakibatkan pada Indonesia terjadi twin deficit. c. Low Income Countries Berbeda dengan Brunei, Singapura, dan Malaysia, negara Laos, Myanmar, dan Vietnam sering mengalami defisit pada anggaran pemerintah dan current account sehingga tidak dapat memanfaatkan surplus dari periode sebelumnya. Laos, Myanmar, dan Vietnam merupakan negara-negara di ASEAN yang memiliki pendapatan perkapita yang rendah dan memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan pada negara-negara lain di ASEAN, hal ini mengakibatkan apabila pemerintah melakukan kebijakan fiskal expansioner (meningkatkan defisit fiskal) walau secara teoritis konsumsi masyarakat seharusnya meningkat, namun pada negara-negara ini tidak terjadi peningkatan secara signifikan. Tingkat konsumsi yang tidak meningkat secara signifikan tersebut mengakibatkan defisit anggaran pemerintah tidak memperburuk defisit perdagangan karena nilai impor tidak terlalu dipengaruhi oleh konsumsi domestik15. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Lampiran 7 menggambarkan perbandingan pertumbuhan GDP dengan pertumbuhan konsumsi. Sesuai dengan penelitian Corsetti dan Muller (2006), perbandingan antara pertumbuhan konsumsi dan pertumbuhan GDP dapat 15 Jika konsumsi tinggi dan produksi domestik tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi tersebut, maka suatu negara perlu melakukan impor. Jika ini terjadi maka defisit current account akan meningkat karena terjadi peningkatan impor. 74 menjadi indikator adanya pengaruh kebijakan fiskal terhadap kebijakan perdagangan internasional. Pada Negara Laos dan Myanmar terlihat bahwa pertumbuhan konsumsi pada umumnya lebih rendah daripada pertumbuhan GDP. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa kebijakan fiskal pada negara ini tidak cukup mempengaruhi konsumsi karena daya beli masyarakat yang masih rendah. Rendahnya konsumsi ini menyebabkan kebijakan fiskal yang ekspansioner tidak akan menyebabkan peningkatan impor (memperburuk defisit current account). Hampir sama dengan Laos dan Myanmar, pada Vietnam, pertumbuhan konsumsi sama dengan pertumbuhan GDP. Karena pertumbuhan konsumsi tidak melebihi pertumbuhan GDP, maka pemerintah di negara ini tidak perlu melakukan impor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Pada Kamboja, kondisinya berbeda dibandingkan dengan Laos, Myanmar, dan Vietnam. Pertumbuhan konsumsi di negara ini seringkali lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan GDP, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut, maka pemerintah Kamboja banyak melakukan impor. Kondisi ini yang mengakibatkan terjadinya twin deficit di Kamboja, karena kebijakan fiskal ekspansioner di Kamboja berdampak pada peningkatan impor (memperburuk defisit current account). Penemuan lainnya pada penelitian ini adalah negara-negara ASEAN yang tidak mengalami twin deficit adalah negara-negara yang cenderung menggunakan fixed exchange rate atau tight flexible exchange rate. Sebaliknya, negara yang mengalami twin deficit adalah negara-negara yang cenderung menerapkan flexible exchange rate. Hal ini dikarenakan bila menggunakan flexible exchange rate maka dapat terjadi transmisi dari anggaran pemerintah kepada nilai tukar dan perubahan nilai tukar akan mempengaruhi current account. 5.8 Hubungan Nilai Tukar (ER) terhadap Anggaran Pemerintah (BD) dan Current Account (CA) a. Anggaran Pemerintah mempengaruhi Nilai Tukar Anggaran pemerintah dikatakan mempengaruhi nilai tukar (BDER) jika selain hubungannya terlihat pada uji kausalitas, nilai tukar memberikan respon terhadap guncangan anggaran pemerintah dan variabel anggaran pemerintah 75 memberi pengaruh yang cukup besar terhadap nilai tukar. Berdasarkan kriteria tersebut maka hubungan BDER secara signifikan terbukti terjadi pada negara Vietnam. Berdasarkan hasil penguji FEVD, sejak tahun ke 3 dan seterusnya (periode ke 12 dan seterusnya) sekitar 10 persen-16 persen nilai tukar di Vietnam dipengaruhi oleh anggaran pemerintah dan berdasarkan hasil uji guncangan pada anggaran pemerintah (BD), nilai tukar merespon positif walau terlihat peningkatannya cukup tipis (hanya sekitar 0,001 persen). Hal ini dikarenakan intervensi pemerintah terhadap nilai tukar cukup tinggi, sehingga bila terjadi guncangan pada anggaran pemerintah (misalnya karena peningkatan defisit anggaran pemerintah) maka pemerintah akan meningkatkan nilai tukar (merevaluasi) nilai tukar. Pemerintah Vietnam memiliki hutang luar negeri yang cukup besar (sekitar 31 persen-53 persen dari GDP), pemerintah Vietnam melakukan revaluasi agar beban untuk membayar hutang tidak terlalu besar. Akan tetapi, pengaruh guncangan anggaran pemerintah pada nilai tukar tidak terlalu besar karena kebijakan ini jarang dilakukan oleh pemerintah Vietnam. Pemerintah Vietnam lebih sering melakukan devaluasi mata uangnya dibandingkan merevaluasi mata uang mereka untuk kepentingan perdagangan internasional mereka16. Kebijakan ini yang menyebabkan pengaruh current account terhadap perubahan nilai tukar lebih besar dan dominan dibandingkan pengaruh anggaran pemerintah. b. Current Account mempengaruhi Nilai Tukar Current account dikatakan mempengaruhi nilai tukar (CAER) jika selain hubungannya terlihat pada uji kausalitas, nilai tukar memberikan respon terhadap guncangan current account dan variabel current account memberi pengaruh yang cukup besar terhadap nilai tukar. Berdasarkan kriteria tersebut maka hubungan CAER secara signifikan terbukti terjadi pada negara Laos dan Vietnam. Berdasarkan hasil uji Variance Decomposisition sebelumnya, variabel current account pada negara Vietnam dan Laos memberikan pengaruh yang 16 Berdasarkan artikel: Vietnam Devalues Dong by 7: risking faster inflation dapat diakses pada http://www.businessweek.com/news/2011-02-11/vietnam-devalues-dong-by-7-risking-fasterinflation.html 76 cukup besar kepada nilai tukar yaitu sekisar 44 persen-59 persen pada Vietnam dan 34 persen-55 persen pada Laos. Selain itu berdasarkan simulasi IRF, ketika terdapat guncangan pada current account, maka nilai tukar akan merespon negatif guncangan terebut (kurs terdepresiasi). Hal ini dikarenakan pada kedua negara ini, untuk memperbaiki neraca perdagangannya yang sering terkena defisit, maka pemerintah di kedua negara ini seringkali melakukan devaluasi mata uang domestik mereka dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekspor mereka. Hal ini menyebabkan ketika terjadi defisit current account maka nilai tukar di kedua negara ini akan melemah. c. Nilai Tukar mempengaruhi Anggaran Pemerintah Hubungan variabel nilai tukar secara signifikan mempengaruhi BD terjadi pada negara Malaysia, Thailand, Laos, dan Vietnam. Hal ini dikarenakan pada periode waktu pengamatan, Malaysia tengah giat meningkatkan pembangunan di dalam negerinya dan pembiayaan pembangunan itu menggunakan hutang luar negeri sebagai sumber permodalannya, hal serupa terjadi pada Thailand, kedua negera ini memiliki kebijakan untuk melakukan secara berangsur dan rutin hutang-hutang mereka agar tidak terakumulasi semakin tinggi. Karena itulah, ketika nilai tukar terguncang (melemah) maka defisit anggaran akan meningkat (BD menurun) karena mereka harus membayar hutang mereka dalam jumlah yang lebih besar17. Hubungan yang sama terjadi pada low income countries yaitu Laos dan Vietnam. Kedua negara ini merupakan negara dengan pendapatan yang rendah. Selain itu, mereka juga memiliki hutang luar negeri yang cukup tinggi (60,5 persen dari GDP untuk Laos dan 52,8 persen dari GDP untuk Vietnam pada tahun 2010) (IMF, 2011). d. Nilai Tukar mempengaruhi Current Acount Nilai tukar (ER) dikatakan mempengaruhi current account (ERCA) jika selain hubungannya terlihat pada uji kausalitas, current account memberikan respon terhadap guncangan nilai tukar dan variabel nilai tukar memberi pengaruh 17 Berdasarkan artikel Doing Bussines in Malaysia yang dapat diakses di http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Kor-Man/Malaysia-Doing-Business-in.html 77 yang cukup besar terhadap current account. Berdasarkan kriteria tersebut maka hubungan ERCA secara signifikan terbukti terjadi pada negara Malaysia dan Thailand. Pada kedua negara ini, current account akan meningkat apabila terjadi guncangan pada nilai tukar. Hal ini sesuai dengan teori yaitu jika kurs melemah (terdepresiasi) maka daya saing produk domestik akan meningkat dan menyebabkan current account. Pada Malaysia, nilai tukar mempengaruhi BD dan CA, inilah yang mengakibatkan otoritas moneter Malaysia sangat menjaga kestabilan nilai tukar di negara ini karena mempengaruhi baik anggaran pemerintah maupun current account. 78 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Twin Deficit tidak terjadi pada negara high income (Brunei dan Singapura), middle income (Malaysia) dan Low Income (Laos, Myanmar, dan Kamboja). Pada Brunei, Singapura, dan Malaysia twin deficit tidak terjadi dikarenakan negara tersebut dapat menutupi defisit mereka dengan menggunakan surplus yang didapat pada periode-periode sebelumnya. Sedangkan pada negara low income tidak terjadinya twin deficit adalah dikarenakan kebijakan fiskal yang ada tidak cukup mampu mempengaruhi variabel makroekonomi yang ada. Sedangkan hubungan twin deficit dengan pola hubungan defisit anggaran pemerintah menyebabkan defisit current account terjadi di negara Indonesia, Filipina, Thailand, dan Kamboja. Pada negara high income countries, twin deficit tidak terjadi dikarenakan negara-negara ini dapat menggunakan surplus yang mereka dapatkan pada periode siklus bisnis sebelumnya untuk menstabilkan neraca fiskal dan neraca perdagangan mereka. Pada negara middle income countries, hanya pada Malaysia yang tidak terjadi twin deficit, sedangkan pada Indonesia, Filipina, dan Thailand terjadi twin deficit dengan pola hubungan defisit anggaran pemerintah menyebabkan defisit neraca perdagangan. Hal ini dikarenakan terdapat sinkronisasi yang baik antara kebijakan fiskal dan moneter di Malaysia. sedangkan pada Indonesia, Filipina, dan Thailand, tidak terdapat sinkronisasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sehingga kebijakan moneter tidak dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi karena kebijakan fiskal dan menyebabkan twin deficit terjadi. Pada negara Low Income Countries, hanya pada Kamboja terjadi twin deficit dengan pola hubungan defisit anggaran pemerintah menyebabkan defisit neraca perdagangan. Hal ini dikarenakan pada negara Kamboja, kebijakan fiskal yang ekspansif menyebabkan pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan GDP sehingga pemerintah Kamboja perlu melakukan impor untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. Berbeda dengan negara low 79 income lainnya di ASEAN, pertumbuhan konsumsinya tidak lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan GDP. Hal ini selain menjadi indikasi bahwa kebijakan fiskal yang ada tidak membawa pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat di Laos, Myanmar, dan Vietnam, juga menggambarkan ketika terjadi defisit fiskal maka tidak memperburuk defisit neraca perdagangan karena tingkat konsumsi yang masih rendah. Hubungan anggaran pemerintah mempengaruhi nilai tukar terjadi pada Vietnam, current account mempengaruhi nilai tukar pada Laos dan Vienam, nilai tukar mempengaruhi anggaran pemerintah pada Malaysia, Thailand, Laos, dan Vietnam, serta nilai tukar mempengaruhi current account pada negara Malaysia dan Thailand. 6.2. Saran Pada negara high income countries (Brunei dan Singapura), terdapat indikasi bahwa current account memiliki pengaruh yang besar terhadap anggaran pemerintah. Walaupun tidak terjadi twin deficit pada kedua negara ini, akan tetapi hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi guncangan terhadap neraca perdagangan maka dapat mengguncang anggaran pemerintah di kedua negara ini.Oleh karena itu, kebijakan diversifikasi perekonomian seperti yang sedang diusahakan oleh Brunei saat ini perlu dilakukan agar perekonomian kedua negara ini tidak terlalu bergantung kepada perdagangan internasional. Pada negara middle income, untuk Indonesia, Filipina, dan Thailand, perlu ada sinkronisasi fiskal yang baik antara kebijakan fiskal dan moneter seperti yang dilakukan oleh Malaysia sehingga kedua kebijakan ini bisa saling melengkapi satu sama lain. Dengan adanya sinkronisasi fiskal tersebut maka kemungkinan terjadinya twin deficit pada ketiga negara ini dapat diminimalisir. Pada negara low income, diperlukan kestabilan sosial politik karena faktor ini menyebabkan kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan internasional di negara-negara ini menjadi kurang efisien karena pemerintah lebih berfokus untuk menyelesaikan permasalahan sosial politik internal di dalam negeri. Pada Kamboja, yang merupakan negara low income yang mengalami twin deficit, kebijakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengiatkan produksi dalam negeri 80 untuk mengimbangi tingkat konsumsi yang tinggi sehingga ketergantungan terhadap impor menjadi tidak terlalu tinggi dan neraca perdagangan tidak semakin memburuk seiring dengan terjadinya defisit anggaran pemerintah. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya periode yang digunakan lebih panjang dan mencakup variabel-variabel makro lainnya seperti tabungan, investasi, dan hutang luar negeri. Sehingga hubungan twin deficit di negara ASEAN dapat terlihat lebih jelas dan penjelasan mengenai twin deficit dapat lebih komprehensif. 81 DAFTAR PUSTAKA Afonso, António dan Rault, Christopher. 2009. Budgetary and External Imbalances Relationship: A Panel Data Diagnostic. European Central Bank: Cesifo Working Paper. Australia and New Zealand Banking Group Limited. 2006. Cambodia Economic Overview. Australia and New Zealand Banking Group. Ardiyanto, Ferry.2006. Analysis of Current Account Deficits and Fiscal Deficits in Indonesia: A VAR Approach. Jurnal Keuangan Publik Vol. 4, No. 2, September 2006 Arianto, et.al. 2010. Analisis Harga Minyak Sawit, Tinjauan Kointegrasi Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 7 No. 1 Maret 2010. Arsana, I Gede Putra. Modul Pelatihan E-Views: Metode VAR. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Artana, et, al. 2003. A Fiscal Policy Agenda. Insitute for International Economics. Baharumsyah,AZ. 2009. Twin Deficits Hypothesis and Capital Mobility: The ASEAN-5 Perspective. Universitas Kebangsaan Malaysia ______________. 2005. Testing Twin Deficits Hypotesis: Using VAR and Variance Decomposisition. Journal of The Asia Pacific Economy, Volume 11, 331-354 Barro, R. J .1989. The Ricardian Approach to Budget Deficits. Journal of Economic Perspectives. American Economic Association vol. 3(2). 3754 Bartolini, Leonardo dan Lahiri, Amartya. 2006. Twin Deficit: Twenty Years Later. Federal Reserve Bank of Newyork Cavoli, T dan R. S. Rajan. 2007. Inflation Targeting Arrangements in Asia: Exploring the Role of the Exchange Rate. Briefing Notes in Economics Department of Business and Economics, Richmond, and The American International University, London. Chang, J-C dan Hsu, Z. 2009. Causality Relationships between the Twin Deficits in the Regional Economy. Department of Economics, National Chi Nan University China Corsetti, Giancarlo dan Müller, Gernot J. 2006. Twin Deficits: Squaring Theory, Evidence and Common Sense. European Economic Area 82 Case, William. 2007. Brunei in 2006: Not a Bad Year. Asian Survey University of California Ear, Sophal. 2009. Sowing and Sewing Growth: The Political Economy of Rice and Garments in Cambodia. Stanford Center for International Development Edwards, Sebastian. 2001. Does the Current Account Matter?. Cambridge: National Bureau of Economic Research Fischer, Stanley dan Easterly, William. 1990. The Economics of The Government Budget Constraint. World Bank Research Observer Volume 5 Fleegler, Ethan. 2006. The Twin Deficits Revisited: A Cross-Country, Empirical Approach. Durham: Duke University Frankel, Jeffrey A., S.L. Schmukler, dan Luis Serven. 2002. Global Transformation of Interest Rates: Monetary Independence and Currency Regime. NBER Working Paper No 8828. Ghancev, Gancho Todorov . 2010. The Twin Deficit Hypotesis: The Case of Bulgaria. Blagoevgrad : South-West University Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika.Jakarta: Erlangga Gulcan, Yaprak dan Bilman, Mustafa. 2005. The Effects of Budget Deficit Reduction on Exchange Rate: Evidence from Turkey. Dokuz Eylül University Gustiani, Ebrinda Daisy, Ascarya, dan Effendi, Jaenal. 2010. Analisis Pengaruh Social Values Terhadap Jumlah Permintaan Uang Islam di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2010 Hakkio, Craig S. 1996. The Effects of Budget Deficit Reduction on the Exchange Rate. Federal Reserve Bank of Kansas City Hori, Masahiro dan Wong, Yu Ching. 2008. Efficiency Costs of Myanmar’s Multiple Exchange Rate Regime. International Monetary Fund Working Paper Hossain, A dan A. Chowdurry. 1998. Open Economy Macroeconomics Macroeconomics for Developing Countries. Edwar Elgar Publishing Limited. Cheltenham, UK Htwe, Tintin. 2005. Financial Reform: It’s Impacts on Banking Sector in Cambodia, Laos, Myanmar, and Vietnam. Hiroshima University 83 Hummels, David, Isshii, Jun, dan Yi, Kei Mu. 2001. The Nature and Growth of Vertical Specialization in World Trade. Journal of International Economics Ilham, Nyak dan Siregar, Hermanto. 2006. Efektivitas Kebijakan Harga Pangan terhadap Ketahanan Pangan dan Dampaknya pada Stabilitas Ekonomi Makro. MB- IPB IMF. 2011. World Economic Outlook: April 2011. Dapat diakses di http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2011/01/weodata/weorept.aspx Kementerian Keuangan. 2011. Pembiayaan Anggaran dan Risiko Fiskal. Nota Keuangan dan RAPBN 2011. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Kato, Toshiyasu, Sophal, Chan Sophal, dan Piseth, Long Vou. 1998. Regional Integration for Sustainable Development in Cambodia: Challenges and Options. ASEAN-ISIS Conference on Cambodia’s Future in ASEAN, 19-20 Februari 1998 Karlinger, Liliane. 1999. The Twin Deficits Hypothesis in the Austrian Context: Fiscal Policy and the Current Account. Austria: Institute for Advanced Studies, Department of Economics and Finance Kiguel, Miguel A dan Laviatan, Nissan. 1990. The Inflation Stabilization Cycles in Argentina and Brazil. Policy, Reasearch, and External Affairs World Bank Kulkarni, Kishore G dan Erickson, Erick Lee. 1998. Twin Deficit Revisited: Evidence from India,. Pakistan, and Mexico, The Journal of Applied Business Research, 17 (2), 97-103. Modeste, N. C. Lau, Evan and Chan, Tze-Haw. 2003. Transmission Mechanism of Twin Deficits Hypothesis: Evidence From Two Neighboring Countries. Inti Journal Vol. 1 No.3, pp. 159-166 Lau, Evan and Tang, Tuck Cheong. 2009. Twin Deficit in Cambodia: Are There Reasons for Concern? An Empirical Study. Monash University Lipsey, Purvis and Steiner.1995. Economics. Longman Higher Education Mankiw, Gregory. 2002. Macroeconomics fifth edition. Worth Publisher Ministry of Finance Malaysia. 2006. Malaysia’s Fiscal Policy Management. Ministry of Finance Malaysia 84 Montes, Manuef F. 2002. Financing Development: The Political Economy of Fiscal Policy in The Philippines: Ministry of Finance Philippine. Moreno, Ramon. 2006. Experience With Current Account Deficits In Southeast Asia. Bank for International Settlements Chile Mizar, Muhammad Afdi. 2001. Arah Kebijakan Fiskal Pemerintahan Indonesia 2000-2009. Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Nugraheni, Sri Retno Wahyu. 2011. Analisis Daya Tahan Perbankan Syariah terhadap Fluktuasi Ekonomi di Indonesia. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor Ok, Seiha, Kakinaka, Makoto, dan Miyamoto, Hiroaki. 2010. Real Shock or Nominal Shock? Exchange Rate Movements in Cambodia and Lao PDR. The Singapore Economic Review, World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. Vol 55(04) pages 685-703. Pahlavani, Mosayeb dan Saleh, Ali Salman. 2009. Budget Deficits and Current Account Deficits in the Philippines: A Casual Relationship?. American Journal of Applied Sciences 6 (8): 1515-1521. Pasaribu, Syamsul Hidayat. 2003. Eviews untuk Analisis Runtut Waktu (Time Series Analysis). Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pupphavesa, Wisam. 2002. Globalization and Social Development in Thailand. CAS Discussion Paper No.39. Robert Half Singapore.2010. Singapore finance professionals adopt active and prudent strategies in personal wealth creation. Robert Half Singapore. Rohlf, William. 2010. Introduction to Economic Reasoning 8th edition. Prentice Hall. Salvatore, D. 2007. Twin deficits in the G-7 countries and global structural imbalances. Elsevier Journal of Policy Modeling. Setyawan, H. 2010. Kebijakan Pemerintahan Pol Pot di Kamboja Tahun 19751979. Fakultas Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Setboonsarng, Suthad. 1998. Asean Economic Co-operation:Adjusting to the Crisis. Association of Southeast Asian Nations. Sims, Cristopher.1980. Econometrica and Reality. Econometrica Vol 48 No.1 January 1980. 85 Singapore Ministry of Finance. 1996. Singapore Budget 1996. Singapore Ministry of Finance. Sophal, Chan, Toshiyasu, Kato, dkk. 1998. Cambodia: Challenges and Options of Regional Economic Integration. Cambodia Development Research Institute. Sriyana, Jaka. 2005. Ketahanan Fiskal: Studi Kasus Malaysia dan Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Kajian Ekonomi Negara Berkembang Hal.123-132. Tang, Hsiao Chink, Liu, Philip, dan Cheung, Eddie C. 2010. Changing Impact of Fiscal Policy on Selected ASEAN Countries. Asian Development Bank. Thomas, R.L. 1997. Modern Econometrics: An Introduction. Pearson Higher Education Companies. Vyshnyak, Olga. 2002. Twin Deficit Hypotesis: The Case Of Ukraine. Kyiv Mohyla Academy Ukraine. Verbeek, M.2002 . A Guide to Modern Econometrics. John Wiley and Sons Ltd. Umezaki, S., 2006. Monetary and Exchange Rate Policy in Malaysia Before the Asian Crisis.Discussion Paper No 79. Institute of Developing Economies. Ward, B.D dan Siregar, H. 2000. The Role of Aggregate Demand Shocks in Explaining Indonesian Macro-Economic Fluctuation. Commerce Division Discussion Paper No. 86. Lincoln University, Canterbury. World Bank. 2011. Country Page and Key Indicators:Vietnam. World Bank East Asia and Pasific Economic Update 2011, Volume 1. Yanuarita, Rita, Tampubolon, Muslim, dan Utama, Chandra. 2006. Contangion dalam Krisis Keuangan di ASEAN Berasal dari Indonesia dan Thailand (Kasus Data Pasar Modal). Jurnal Universitas Pramita Indonesia. 86 LAMPIRAN 87 LAMPIRAN 1. PENELITIAN TERDAHULU Penulis/ Tahun Judul Riset Giancarlo Corsetti dan Gernot J. Müller (2006) Twin Deficits: Squaring Theory, Evidence and Common Sense Gancho Todorov Ganchev, PhD (2010) Liliane Karlinger (1999) António Afonso dan Christophe Rault (2009) Leonardo Bartolini dan Amartya Lahiri (2006) Negara yang Diteliti Amerika, Kanada, Amerika Serikat, Kanada, Australia , dan Inggris Metode yang digunakan The Twin Deficit Hypotesis:Th e Case of Bulgaria The Twin Deficits Hypothesis in the Austrian Context: Fiscal Policy and the Current Account Budgetary and External Imbalances Relationship: A Panel Data Diagnostic Bulgaria VAR/VECM Government budget dan Current Account Austria Granger causality tests, cointegration tests dan VECM Government budget,curren t account, penawaran uang, suku bunga, CPI , investasi, dan GDP. Ekspansi kebijakan fiskal berkorelasi negatif terhadap transaksi berjalan walaupun mekanismenya tidak secara langsung Uni Eropa dan NegaraNegara OECD Data Panel Government budget,curren t account, dan real effective exchange rate Twin Deficits, Twenty Years Later NegaraNegara OECD Data panel Konsumsi, defisit fiskal, defisit current account, belanja pemerintah, hutang luan negeri, pertumbuhan penduduk, C is private consumption, current account Terdapat hubungan antara budget deficit dan current account deficit namun tidak terlalu kuat dikarenakan banyak faktor lain yang cukup kuat mempengaruhi current account seperti kebijakan moneter negara yang bersangkutan dan likuiditas di pasar modal internasional. Peningkatan defisit fiskal diikuiti oleh peningkatan konsumsi masyarakat Investasi tidak menunjukan memiliki hubungan yang sitematis dengan defisit fiskal Di Amerika, defisit fiskal menyebabkan Vector Autoregressio n (VAR) Variabel Yang Digunakan GDP, Budget deficit, current account, inflasi, suku bunga nominal, Terms of trade, Investasi, tabungan rumah tangga Kesimpulan Defisit anggaran pemerintah dan defisit transaksi berjalan memiliki hubungan yang kuat. Pada perekonomian terbuka, ekspansi memperkecil defisit anggaran pemerintah namun memperburuk defisit transaksi berjalan. Twin Deficit memiliki dampak yang lebih kecil pada negara yang cenderung lebih tertutup. Hipotesis twin deficit tidak terlihat pada kasus negara Bulgaria 88 terjadinya defisit transaksi berjalan. Mexico menunjukkan tidak terdapat hubungan antara defisit anggaran dengan defisit current account. Hasil penelitian di India menunjukan bahwa defisit anggaran pemerintah mengakibatkan defisit current account, sebaliknya di Pakistan defisit current account yang mempengaruhi defisit anggaran pemerintah. Mexico, India, Pakistan Granger causality test dan VAR Budget deficit dan current account Transmission Mechanism of twin Deficit Hypotesis: Evidence from Two Neighboring Countries Malaysia dan Filipina VAR Budget deficit, current account, exchange rate, suku bunga nominal Di Thailand defisit anggaran pemerintah menyebabkan defisit current account sedangkan di Malaysia terjadi hubungan bikausalitas antara defisit anggaran pemerintah dan defisit current account. Selain itu, secara keseluruhan defisit anggaran mempengaruhi tingkat suku bunga, nilai tukar, dan current account. Ahmad Zubaidi Baharumshah , Hamizun Ismail, dan Evan Lau (2009) Twin Deficits Hypothesis and Capital Mobility: The ASEAN5 Perspective ASEAN5 VAR/VECM Budget deficit,current account, dan Investasi Mosayeb Pahlavani dan Ali Salman Saleh (2009) Budget Deficits and Current Account Deficits in the Philippines: A Casual Relationship? Analysis of Current Account Deficits and Fiscal Deficits in Indonesia: A VAR Approach Filipina VAR Budget deficit dan current account Defisit anggaran pemerintah mengakibatkan defisit current account di Thailand, sedangkan di Indonesia budget deficit yang mendorong terjadinya current account deficit. Hubungan timbal balik antara defisit anggaran dan defisit current account terjadi di Malaysia dan Filipina. Terjadi hubungan dua arah antara defisit anggaran dan defisit current account di Filipina. Indonesia VAR Budget deficit, current account, exchange rate, dan suku bunga Kishore G. Kulkarni dan Erick Lee Erickson (1997) Twin Deficit Revisited: Evidence From India, Pakistan And Mexico Evan Lau dan Chan Tze Haw (2003) Ferry Ardiyanto (2006) Defisit current account di Indonesia menyebabkan defisit fiskal 89 LAMPIRAN 2. UJI LAG OPTIMUM a. Brunei Darussalam VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 15:09 Sample: 1980 2010 Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 85.09244 145.4485 154.7529 NA 104.0621* 14.11712 6.98e-07 2.03e-08* 2.04e-08 -5.661548 -9.203342 -9.224340* -5.520104 -8.637565* -8.234229 -5.617249 -9.026148* -8.914250 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Lag 1 2 Adj-R square 0.642018* 0.624989 b. Singapura VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 16:04 Sample: 1980 2010 Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 190.7911 263.7256 268.5373 NA 125.7491* 7.300547 4.76e-10 5.83e-12* 7.96e-12 -12.95111 -17.36038* -17.07154 -12.80967 -16.79461* -16.08143 -12.90681 -17.18319* -16.76145 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion c. Indonesia VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 16:30 90 Sample: 1980 2010 Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 352.7891 389.8419 401.7336 NA 63.88415 18.04258* 6.70e-15 9.73e-16 8.16e-16* -24.12338 -26.05806 -26.25749* -23.98194 -25.49228* -25.26738 -24.07909 -25.88087 -25.94740* * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Lag 1 2 Adj-R square 0.323497* 0.266540 d. Malaysia VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 17:04 Sample: 1980 2010 Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 434.0269 508.1492 524.6887 NA 127.7971 25.09429* 2.47e-17 2.78e-19 1.69e-19* -29.72599 -34.21719 -34.73715* -29.58455 -33.65141 -33.74704* -29.68169 -34.03999 -34.42706* * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion e. Filipina VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 17:23 Sample: 1991Q1 2010Q4 Included observations: 73 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 3 4 -59.00534 84.26120 97.22017 123.2227 134.2904 NA 270.8326 23.43266 44.88103 18.19354 0.001097 2.77e-05 2.49e-05 1.57e-05 1.49e-05 1.698776 -1.979759 -2.088224 -2.554046 -2.610696 1.792905 -1.603245 -1.429325 -1.612761* -1.387026 1.736288 -1.829712 -1.825641 -2.178928 -2.123043 91 5 6 7 161.4190 166.9191 172.5698 42.36521* 8.137174 7.895452 9.17e-06* 1.02e-05 1.15e-05 -3.107370* -3.011483 -2.919721 -1.601315 -1.223042 -0.848895 -2.507181* -2.298759 -2.094461 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Adj-R square Lag 3 5 0.945094* 0.961713 f. Thailand VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 18:33 Sample: 1980 2010 Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 216.8624 268.5697 279.4277 NA 89.15045* 16.47427 7.89e-11 4.17e-12 3.76e-12* -14.74913 -17.69446 -17.82260* -14.60769 -17.12868* -16.83249 -14.70483 -17.51727* -17.51251 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Adj-R square Lag 1 2 0.677517 0.754100* g. Kamboja VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 19:21 Sample: 1994Q1 2010Q4 Included observations: 62 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 3 365.6702 532.2763 541.4330 546.8991 NA 311.7147 16.24568 9.168970 1.67e-09 1.03e-11 1.03e-11* 1.16e-11 -11.69904 -16.78311 -16.78816* -16.67416 -11.59611 -16.37140* -16.06768 -15.64491 -11.65863 -16.62146* -16.50528 -16.27005 92 4 5 6 551.3471 567.8523 575.3956 7.030673 24.49166* 10.46323 1.36e-11 1.08e-11 1.17e-11 -16.52732 -16.76943 -16.72244 -15.18929 -15.12262 -14.76685 -16.00198 -16.12285 -15.95462 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Adj-R square Lag 1 2 5 0.739295 0.749126* 0.775168 h. Laos VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 20:36 Sample: 1 68 Included observations: 62 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 3 4 5 6 741.4044 907.7638 935.0950 969.7380 984.0801 994.1067 1006.458 NA 311.2531 48.49089 58.11072 22.66990 14.87809 17.13192* 9.08e-15 5.67e-17 3.15e-17 1.38e-17 1.18e-17 1.16e-17 1.07e-17* -23.81950 -28.89561 -29.48694 -30.31413 -30.48646 -30.51957 -30.62766* -23.71657 -28.48390 -28.76646 -29.28487* -29.14842 -28.87276 -28.67207 -23.77908 -28.73396 -29.20406 -29.91001 -29.96111* -29.87299 -29.85985 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Adj-R square Lag 3 4 6 0.709164 0.706539 0.727959* i. Myanmar VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Date: 06/21/11 Time: 17:53 Sample: 1991Q1 2010Q4 Included observations: 76 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 419.6701 NA 3.47e-09 -10.96500 -10.87300 -10.92823 93 1 2 3 4 833.6629 1022.939 1175.207 1187.181 784.4075 343.6852 264.4656 19.85240* 8.17e-14 7.12e-16 1.65e-17 1.53e-17* -21.62271 -26.36681 -30.13702 -30.21530* -21.25470 -25.72279 -29.21700* -29.01927 -21.47563 -26.10943 -29.76934* -29.73731 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Lag 3 4 Adj-R square 0.998751 0.998852* j. Vietnam VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BD CA ER Exogenous variables: C Date: 06/19/11 Time: 21:41 Sample: 1991Q1 2010Q4 Included observations: 76 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 3 4 -1081.607 -710.5745 -560.6433 -468.6908 -447.8499 NA 703.0084 272.2435 159.7071 34.55203* 4.99e+08 36380.21 892.7828 100.9287 74.32126* 28.54228 19.01512 15.30640 13.12344 12.81184* 28.63429 19.38313 15.95042 14.04347 14.00787* 28.57905 19.16219 15.56378 13.49113 13.28983* * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion LAMPIRAN 3. UJI STABILITAS VAR a. Brunei Darussalam Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 1 Date: 06/19/11 Time: 15:13 c. Indonesia Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 1 Date: 06/19/11 Time: 16:35 Root Modulus Root Modulus 0.827731 0.783862 0.460482 0.827731 0.783862 0.460482 0.926932 -0.218183 0.026774 0.926932 0.218183 0.026774 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. d. Malaysia Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 2 Date: 06/19/11 Time: 17:06 b. Singapura Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 1 Date: 06/19/11 Time: 16:05 Root Modulus 0.921335 0.508791 0.243447 0.921335 0.508791 0.243447 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. Root 0.983027 0.844080 0.481967 - 0.538905i 0.481967 + 0.538905i -0.391302 0.157131 Modulus 0.983027 0.844080 0.722987 0.722987 0.391302 0.157131 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. 94 0.720580 + 0.271285i 0.041789 - 0.456269i 0.041789 + 0.456269i -0.208619 e. Filipina Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 3 Date: 06/19/11 Time: 17:25 Root 0.993906 - 0.015444i 0.993906 + 0.015444i -0.765256 - 0.054153i -0.765256 + 0.054153i 0.617786 - 0.430397i 0.617786 + 0.430397i -0.100860 - 0.731581i -0.100860 + 0.731581i 0.506831 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. Modulus 0.994026 0.994026 0.767170 0.767170 0.752929 0.752929 0.738501 0.738501 0.506831 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. f. Thailand Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 2 Date: 06/19/11 Time: 18:34 Root 0.895121 0.720580 - 0.271285i 0.769956 0.458179 0.458179 0.208619 g. Kamboja Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 2 Date: 06/19/11 Time: 19:24 Root 0.998443 0.631609 - 0.283331i 0.631609 + 0.283331i -0.153049 - 0.439891i -0.153049 + 0.439891i 0.195804 Modulus 0.998443 0.692247 0.692247 0.465756 0.465756 0.195804 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. Modulus 0.895121 0.769956 h. Laos Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 6 Date: 06/19/11 Time: 20:38 95 Root 0.880137 - 0.320630i 0.880137 + 0.320630i 0.934112 - 0.067837i 0.934112 + 0.067837i 0.850615 0.082425 + 0.831548i 0.082425 - 0.831548i -0.488796 - 0.668143i -0.488796 + 0.668143i 0.164644 + 0.806802i 0.164644 - 0.806802i -0.419449 - 0.680046i -0.419449 + 0.680046i 0.571821 + 0.535684i 0.571821 - 0.535684i -0.725840 - 0.170530i -0.725840 + 0.170530i 0.640319 Modulus 0.936721 0.936721 0.936572 0.936572 0.850615 0.835623 0.835623 0.827851 0.827851 0.823430 0.823430 0.799000 0.799000 0.783541 0.783541 0.745603 0.745603 0.640319 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. 0.978185 - 0.086659i 0.978185 + 0.086659i 0.811077 - 0.411951i 0.811077 + 0.411951i 0.703841 - 0.550929i 0.703841 + 0.550929i 0.739666 0.646827 -0.081463 - 0.588530i -0.081463 + 0.588530i 0.285841 - 0.117473i 0.285841 + 0.117473i No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. j. Vietnam Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD_Y CA_Y ER_Y Exogenous variables: C Lag specification: 1 4 Date: 06/21/11 Time: 17:55 Root i. Myamar Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: BD CA ER Exogenous variables: C Lag specification: 1 4 Date: 06/19/11 Time: 21:11 Root Modulus 0.982016 0.982016 0.909697 0.909697 0.893820 0.893820 0.739666 0.646827 0.594141 0.594141 0.309039 0.309039 0.998445 0.749097 - 0.539332i 0.749097 + 0.539332i 0.889183 0.826518 - 0.317665i 0.826518 + 0.317665i 0.632845 - 0.492185i 0.632845 + 0.492185i Modulus 0.998445 0.923052 0.923052 0.889183 0.885462 0.885462 0.801710 0.801710 96 0.642950 0.566510 - 0.164504i 0.566510 + 0.164504i 0.130777 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition. 0.642950 0.589911 0.589911 0.130777 LAMPIRAN 4. UJI KOINTEGRASI a. Brunei Darussalam Date: 06/19/11 Time: 15:14 Sample (adjusted): 1982 2010 Included observations: 29 after adjustments Trend assumption: No deterministic trend (restricted constant) Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None At most 1 At most 2 0.545231 0.148962 0.072681 29.71691 6.865936 2.188280 35.19275 20.26184 9.164546 0.1728 0.9055 0.7400 Trace test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 0.545231 0.148962 0.072681 22.85097 4.677656 2.188280 22.29962 15.89210 9.164546 0.0419 0.9145 0.7400 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values 97 Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): BD_Y -19.27311 -1.993155 -2.150881 CA_Y 14.35854 5.344998 -0.880234 ER_Y -10.82886 22.05288 15.92304 C 5.545359 -4.899828 -1.219797 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 0.056765 0.049353 -0.006634 -0.035218 -0.040213 -0.004520 -0.018116 -0.003907 -0.003281 Log likelihood 151.3200 BD_Y 1.000000 CA_Y 0.000000 0.000000 1.000000 ER_Y 5.034250 (2.55364) 6.003170 (3.39618) C -1.344084 (0.45932) -1.417923 (0.61086) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -1.023835 0.626816 (0.46323) (0.36629) D(CA_Y) -0.871043 0.493703 (0.41521) (0.32832) D(ER_Y) 0.136861 -0.119411 (0.06730) (0.05321) b. Singapura 1 Cointegrating Equation(s): Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y C 1.000000 -0.745004 0.561864 -0.287725 (0.04358) (0.27552) (0.05706) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -1.094030 (0.48035) D(CA_Y) -0.951195 (0.44114) D(ER_Y) 0.127851 (0.06917) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood Date: 06/19/11 Time: 23:16 Sample (adjusted): 1982 2010 Included observations: 29 after adjustments Trend assumption: No deterministic trend (restricted constant) Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None At most 1 At most 2 0.463296 0.326932 0.113573 33.02448 14.97751 3.496143 35.19275 20.26184 9.164546 0.0841 0.2276 0.4923 153.6588 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) Trace test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level 98 **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values (1.27162) Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None At most 1 At most 2 0.463296 0.326932 0.113573 18.04697 11.48137 3.496143 22.29962 15.89210 9.164546 0.1769 0.2182 0.4923 Max-eigenvalue test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values BD_Y -6.532868 12.14192 23.00538 CA_Y -19.35292 26.38000 -18.60512 ER_Y -83.17102 215.7584 -98.39746 C 5.489666 -7.210312 2.507196 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.005543 0.013188 -0.000847 1 Cointegrating Equation(s): -0.014757 -0.018934 -0.000318 -0.009862 0.001914 0.000308 Log likelihood 261.0485 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y C 1.000000 2.962393 12.73116 -0.840315 (0.29924) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) 0.036209 (0.05157) D(CA_Y) -0.086158 (0.04765) D(ER_Y) 0.005535 (0.00184) 2 Cointegrating Equation(s): Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): (8.22309) Log likelihood 266.7892 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y C 1.000000 0.000000 31.63085 0.084233 (11.4970) (0.22646) 0.000000 1.000000 -6.379870 -0.312095 (4.65576) (0.09171) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.142969 -0.282024 (0.10095) (0.23955) D(CA_Y) -0.316053 -0.754713 (0.08596) (0.20398) D(ER_Y) 0.001669 0.007997 (0.00378) (0.00896) c. Indonesia 99 Date: 06/19/11 Time: 16:36 Sample (adjusted): 1982 2010 Included observations: 29 after adjustments Trend assumption: No deterministic trend (restricted constant) Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 1 BD_Y 175.3575 216.1316 55.57768 CA_Y 165.4515 -78.18834 -16.26187 ER_Y -623.4496 2356.477 -145.2400 C 1.004641 -3.623814 1.246260 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) None * At most 1 At most 2 Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** 0.746671 0.436894 0.082234 58.96178 19.14291 2.488586 35.19275 20.26184 9.164546 0.0000 0.0707 0.6798 D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.000857 -0.007443 -4.93E-05 1 Cointegrating Equation(s): -0.002603 0.004804 -0.000153 -0.002282 0.000832 0.000129 Log likelihood 392.1621 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y C 1.000000 0.943510 -3.555306 0.005729 (0.11995) (1.35043) (0.00231) Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 * At most 2 0.746671 0.436894 0.082234 39.81887 16.65432 2.488586 22.29962 15.89210 9.164546 0.0001 0.0379 0.6798 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.150232 (0.31190) D(CA_Y) -1.305205 (0.31373) D(ER_Y) -0.008638 (0.01777) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 400.4893 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y C 1.000000 0.000000 6.895791 -0.010532 (0.65837) (0.00161) 100 0.000000 1.000000 -11.07683 (0.80235) 0.017235 (0.00196) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.712882 0.061800 (0.47335) (0.31123) D(CA_Y) -0.267011 -1.607053 (0.42007) (0.27619) D(ER_Y) -0.041802 0.003847 (0.02689) (0.01768) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 0.547075 0.345209 0.008534 22.17678 11.85629 0.239990 21.13162 14.26460 3.841466 0.0355 0.1162 0.6242 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): d. Malaysia Date: 06/19/11 Time: 17:07 Sample (adjusted): 1983 2010 Included observations: 28 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 2 BD_Y -50.59274 51.00869 51.69553 CA_Y -21.40034 23.86914 0.235079 ER_Y -124613.2 563783.9 118186.3 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) None * At most 1 At most 2 Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** 0.547075 0.345209 0.008534 34.27306 12.09628 0.239990 29.79707 15.49471 3.841466 0.0143 0.1524 0.6242 D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 0.008322 0.004657 -3.73E-08 1 Cointegrating Equation(s): 0.001075 -0.011843 -3.07E-07 -4.83E-05 -0.001531 6.09E-08 Log likelihood 510.8676 Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 0.422992 2463.066 (0.07472) (1455.34) Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) 101 D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.421016 (0.08832) -0.235616 (0.29904) 1.89E-06 (9.5E-06) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 516.7957 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 0.000000 -78367.17 (20532.4) 0.000000 1.000000 191091.5 (46952.8) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.366204 -0.152437 (0.12422) (0.05543) D(CA_Y) -0.839698 -0.382339 (0.37965) (0.16941) D(ER_Y) -1.38E-05 -6.54E-06 (1.3E-05) (5.6E-06) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None At most 1 At most 2 0.212872 0.114280 0.002424 27.59905 9.407341 0.184446 29.79707 15.49471 3.841466 0.0878 0.3290 0.6676 Trace test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None At most 1 At most 2 0.212872 0.114280 0.002424 18.19171 9.222895 0.184446 21.13162 14.26460 3.841466 0.1228 0.2681 0.6676 Max-eigenvalue test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): e. Filipina Date: 06/19/11 Time: 17:28 Sample (adjusted): 1992Q1 2010Q4 Included observations: 76 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 3 BD_Y 1.924321 -1.759796 -0.546272 CA_Y 3.334614 0.740146 -0.848404 ER_Y 21.63987 -12.34698 4.976584 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) 102 D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.013401 -0.039099 -0.015836 0.051748 0.074575 -0.006939 0.005929 -0.012532 -0.000242 Log likelihood 138.5873 D(ER_Y) -0.018262 (0.01177) -0.057943 (0.01542) f. Thailand 1 Cointegrating Equation(s): Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 1.732879 11.24546 (0.35066) (1.39821) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.025788 (0.04689) D(CA_Y) -0.075240 (0.08238) D(ER_Y) -0.030474 (0.00884) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 0.691565 0.319568 0.218878 50.63226 17.69745 6.916670 42.91525 25.87211 12.51798 0.0071 0.3646 0.3533 143.1988 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 0.000000 7.842157 (1.68870) 0.000000 1.000000 1.963958 (1.13932) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.116854 -0.006386 (0.06130) (0.08030) D(CA_Y) -0.206477 -0.075185 (0.10899) (0.14277) Date: 06/19/11 Time: 18:35 Sample (adjusted): 1983 2010 Included observations: 28 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 2 Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 0.691565 0.319568 0.218878 32.93481 10.78078 6.916670 25.82321 19.38704 12.51798 0.0049 0.5361 0.3533 103 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): BD_Y 58.98039 -88.29346 13.12077 CA_Y -6.249754 -36.42519 9.512272 ER_Y 554.4792 -385.1330 -331.2432 @TREND(81) 0.279909 0.032019 -0.141716 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.007529 0.039914 -0.000282 1 Cointegrating Equation(s): -0.002332 0.012512 0.000773 -0.006672 -0.004273 0.000502 Log likelihood 279.6934 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y @TREND(81) 1.000000 -0.105963 9.401076 0.004746 (0.06794) (1.39295) (0.00101) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.444072 (0.20672) D(CA_Y) 2.354143 (0.47255) D(ER_Y) -0.016637 (0.02305) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 285.0838 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y @TREND(81) 1.000000 0.000000 8.371278 0.003702 (0.83737) (0.00048) 0.000000 1.000000 -9.718443 -0.009852 (3.36266) (0.00192) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.238152 0.132007 (0.36801) (0.12809) D(CA_Y) 1.249398 -0.705212 (0.79716) (0.27746) D(ER_Y) -0.084854 -0.026380 (0.03722) (0.01296) g. Kamboja Date: 06/19/11 Time: 19:25 Sample (adjusted): 1994Q4 2010Q4 Included observations: 65 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 2 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 * 0.487329 0.211656 58.99350 15.56558 29.79707 15.49471 0.0000 0.0488 104 At most 2 0.001648 0.107240 3.841466 0.7433 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 -5.554554 0.861728 (0.73849) (0.29800) Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 * At most 2 0.487329 0.211656 0.001648 43.42792 15.45834 0.107240 21.13162 14.26460 3.841466 0.0000 0.0322 0.7433 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): BD_Y 8.804546 -96.90834 11.30229 CA_Y -48.90533 9.340082 -1.936390 ER_Y 7.587121 3.290234 17.46225 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.000749 0.035237 0.000296 1 Cointegrating Equation(s): 0.003204 0.009321 -0.001127 -4.84E-05 -6.82E-05 -0.000336 Log likelihood 566.4350 Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.006595 (0.00829) D(CA_Y) 0.310249 (0.04836) D(ER_Y) 0.002606 (0.01008) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 574.1642 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 0.000000 -0.049768 (0.04746) 0.000000 1.000000 -0.164099 (0.05044) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.317135 0.066565 (0.08178) (0.04184) D(CA_Y) -0.593058 -1.636232 (0.52079) (0.26647) D(ER_Y) 0.111870 -0.025006 (0.11044) (0.05651) h. Laos 105 Date: 06/19/11 Time: 20:39 Sample (adjusted): 8 68 Included observations: 61 after adjustments Trend assumption: Quadratic deterministic trend Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 6 BD_Y 274.2679 -0.728068 51.31222 CA_Y 15.08377 62.39625 -16.06612 ER_Y 27539.20 7409.148 -4615.956 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) None * At most 1 At most 2 Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** 0.311337 0.175798 0.035813 36.77157 14.01837 2.224657 35.01090 18.39771 3.841466 0.0321 0.1842 0.1358 D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.003191 0.003003 -1.63E-06 1 Cointegrating Equation(s): -0.002401 -0.001818 -1.02E-06 -0.000218 -0.000762 4.72E-06 Log likelihood 994.9894 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 0.054996 100.4099 (0.05584) (10.4344) Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None At most 1 At most 2 0.311337 0.175798 0.035813 22.75320 11.79371 2.224657 24.25202 17.14769 3.841466 0.0779 0.2537 0.1358 Max-eigenvalue test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.875150 (0.32635) D(CA_Y) 0.823747 (0.32149) D(ER_Y) -0.000447 (0.00109) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 1000.886 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y 1.000000 0.000000 93.81918 106 0.000000 1.000000 (6.42366) 119.8382 (38.7762) Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.873402 -0.197929 (0.30930) (0.07239) D(CA_Y) 0.825070 -0.068126 (0.31167) (0.07295) D(ER_Y) -0.000446 -8.85E-05 (0.00109) (0.00026) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None At most 1 At most 2 0.133612 0.105659 0.040778 10.75672 8.375135 3.122489 22.29962 15.89210 9.164546 0.7718 0.5036 0.5581 Max-eigenvalue test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values i. Myanmar Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): Date: 06/19/11 Time: 21:12 Sample (adjusted): 1992Q2 2010Q4 Included observations: 75 after adjustments Trend assumption: No deterministic trend (restricted constant) Series: BD CA ER Lags interval (in first differences): 1 to 4 BD 1.181313 -0.463271 0.442840 CA -0.271703 -1.695236 2.522523 ER -3.966478 4.399823 0.295051 C 25.54805 -27.62940 -0.098831 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) None At most 1 At most 2 Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** 0.133612 0.105659 0.040778 22.25434 11.49762 3.122489 35.19275 20.26184 9.164546 0.5783 0.4948 0.5581 Trace test indicates no cointegration at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values D(BD) D(CA) D(ER) -0.005137 0.004487 0.026327 1 Cointegrating Equation(s): -0.005452 0.004725 -0.026531 -0.014757 -0.000926 2.90E-05 Log likelihood 341.3938 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD CA ER C 1.000000 -0.230001 -3.357686 21.62683 (0.85244) (0.94456) (5.68507) 107 Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD) -0.006068 (0.01142) D(CA) 0.005301 (0.00286) D(ER) 0.031100 (0.01585) 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) j. Vietnam Date: 06/21/11 Time: 17:56 Sample (adjusted): 1992Q2 2010Q4 Included observations: 75 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: BD_Y CA_Y ER_Y Lags interval (in first differences): 1 to 4 Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 0.384780 0.175101 0.110693 59.66868 23.23547 8.798430 42.91525 25.87211 12.51798 0.0005 0.1028 0.1931 345.5814 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD CA ER C 1.000000 0.000000 -3.720765 23.87481 (0.89662) (5.41508) 0.000000 1.000000 -1.578602 9.773804 (0.74239) (4.48362) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD) -0.003542 0.010638 (0.01223) (0.01655) D(CA) 0.003111 -0.009230 (0.00297) (0.00402) D(ER) 0.043391 0.037823 (0.01648) (0.02229) Hypothesized No. of CE(s) Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 0.384780 0.175101 0.110693 36.43321 14.43704 8.798430 25.82321 19.38704 12.51798 0.0014 0.2261 0.1931 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): BD_Y 48.85175 5.515720 -9.815309 CA_Y -6.575041 -12.70311 -6.626784 ER_Y 132.1544 319.1892 -343.6370 @TREND(91Q2) 0.279840 0.135078 -0.230522 108 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) -0.001747 0.000683 4.96E-05 1 Cointegrating Equation(s): -0.000396 0.001591 -4.40E-05 0.000483 0.000554 4.50E-05 Log likelihood 1183.358 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y @TREND(91Q2) 1.000000 -0.134592 2.705213 0.005728 (0.05106) (1.49931) (0.00075) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.085363 (0.01757) D(CA_Y) 0.033373 (0.02652) D(ER_Y) 0.002421 (0.00114) LAMPIRAN 5. HASIL SIMULASI FEVD a. Brunei Darussalam Variance Decomposition of BD_Y: Period 1 S.E. 0.13422 BD_Y 100 CA_Y ER_Y 0 0 2 0.14325 91.7496 7.04725 1.20311 3 0.16091 77.251 21.79 0.95897 2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 1190.576 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) BD_Y CA_Y ER_Y @TREND(91Q2) 1.000000 0.000000 -0.718653 0.004564 (2.04541) (0.00106) 0.000000 1.000000 -25.43890 -0.008652 (10.1155) (0.00524) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(BD_Y) -0.087549 0.016525 (0.01750) (0.00509) D(CA_Y) 0.042150 -0.024705 (0.02474) (0.00720) D(ER_Y) 0.002179 0.000233 (0.00111) (0.00032) 4 0.18451 60.7417 38.4775 0.78077 5 0.21123 47.7586 51.4247 0.81673 6 0.23848 38.5709 60.4836 0.94551 7 0.26484 32.1692 66.7374 1.09347 8 0.28984 27.6217 71.1503 1.22806 9 0.31336 24.288 74.3712 1.34086 10 0.33549 21.7664 76.8005 1.43307 11 0.35638 19.8034 78.6885 1.50808 12 0.37617 18.2366 80.194 1.56948 109 13 0.395 16.959 81.4208 1.62026 4 0.2456 31.815 66.8447 1.34036 14 0.41299 15.8981 82.4392 1.66275 5 0.28636 26.4628 71.7231 1.81415 15 0.43023 15.0035 83.2978 1.69874 6 0.32419 23.0447 74.7926 2.1627 16 0.44682 14.2391 84.0314 1.72956 7 0.35917 20.7436 76.832 2.42446 17 0.46281 13.5784 84.6654 1.75623 8 0.39159 19.1186 78.2599 2.62156 18 0.47826 13.0017 85.2188 1.77952 9 0.42179 17.9202 79.3073 2.77254 19 0.49323 12.494 85.706 1.80004 10 0.45011 17.0055 80.104 2.89051 20 0.50777 12.0436 86.1382 1.81824 11 0.47682 16.2866 80.729 2.98448 21 0.52189 11.6412 86.5243 1.8345 12 0.50214 15.7076 81.2317 3.06075 22 0.53565 11.2797 86.8712 1.84911 13 0.52625 15.2317 81.6446 3.12371 23 0.54906 10.953 87.1847 1.86232 14 0.54932 14.8338 81.9897 3.17647 24 0.56215 10.6565 87.4692 1.8743 15 0.57146 14.4964 82.2824 3.22128 25 0.57494 10.386 87.7288 1.88524 16 0.59277 14.2065 82.5337 3.25979 26 0.58745 10.1383 87.9665 1.89525 17 0.61335 13.9549 82.7519 3.29324 27 0.59971 9.91066 88.1849 1.90445 18 0.63325 13.7344 82.9431 3.32256 28 0.61171 9.70072 88.3864 1.91293 19 0.65255 13.5396 83.112 3.34846 29 0.62349 9.50648 88.5727 1.92079 20 0.6713 13.3662 83.2623 3.3715 30 0.63505 9.32626 88.7457 1.92807 21 0.68954 13.211 83.3969 3.39215 31 0.6464 9.15859 88.9066 1.93485 22 0.7073 13.0711 83.5181 3.41074 23 0.72463 12.9445 83.6279 3.42758 24 0.74156 12.8293 83.7278 3.4429 25 0.75811 12.7241 83.819 3.4569 26 0.7743 12.6275 83.9027 3.46973 Variance Decomposition of CA_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 1 0.12326 80.7765 19.2235 0 27 0.79016 12.5387 83.9798 3.48155 2 0.15801 55.0629 44.8683 0.06887 28 0.80571 12.4566 84.051 3.49246 3 0.20268 40.8919 58.3014 0.80672 29 0.82097 12.3806 84.1169 3.50257 110 30 0.83594 12.3099 84.1781 3.51196 21 0.12263 63.6948 22.6671 13.6381 31 0.85066 12.2442 84.2351 3.52071 22 0.12566 63.6583 22.8091 13.5327 23 0.12861 63.625 22.9382 13.4368 24 0.1315 63.5947 23.0561 13.3492 25 0.13433 63.5668 23.1642 13.269 26 0.1371 63.5412 23.2637 13.1951 Variance Decomposition of ER_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 1 0.01933 49.449 3.74898 46.8021 27 0.13982 63.5176 23.3554 13.127 2 0.03162 63.6304 4.63648 31.7332 28 0.14248 63.4957 23.4404 13.0638 3 0.04019 65.0964 7.45777 27.4458 29 0.14509 63.4754 23.5194 13.0052 4 0.04819 65.8551 10.1594 23.9855 30 0.14766 63.4565 23.5928 12.9507 5 0.05514 65.8122 12.5467 21.6411 31 0.15019 63.4389 23.6614 12.8997 6 0.06146 65.579 14.4931 19.9279 7 0.06724 65.2999 16.0458 18.6543 8 0.07259 65.0369 17.2778 17.6853 9 0.07758 64.8088 18.26 16.9312 10 0.08228 64.6162 19.0517 16.3322 Variance Decomposition of D(BD_Y): 11 0.08672 64.4549 19.698 15.8472 Period 12 0.09095 64.3195 20.2328 15.4477 13 0.095 64.2051 20.6814 15.1135 1 0.041025 100 0 0 14 0.09887 64.1075 21.0622 14.8302 2 0.046719 83.64668 9.250317 7.102998 15 0.1026 64.0236 21.3893 14.5871 3 0.047935 79.94481 13.07948 6.975709 16 0.1062 63.9506 21.6731 14.3763 4 0.048255 78.90687 14.20934 6.883784 17 0.10969 63.8867 21.9215 14.1918 5 0.048324 78.71721 14.36558 6.917214 18 0.11306 63.8303 22.1407 14.029 6 0.048334 78.70502 14.37693 6.918046 19 0.11634 63.7801 22.3357 13.8842 7 0.048336 78.70418 14.37598 6.919837 20 0.11953 63.7352 22.5101 13.7547 8 0.048336 78.70401 14.37617 6.919822 Cholesky Ordering: BD_Y CA_Y ER_Y b. Singapura S.E. D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 111 9 0.048336 78.70377 14.37643 6.919806 10 0.048336 78.70369 14.37651 6.919801 1 0.041756 13.53526 86.46474 0 11 0.048336 78.70367 14.37653 6.919801 2 0.045675 15.75958 78.53909 5.701334 12 0.048336 78.70367 14.37653 6.919801 3 0.046115 17.07432 77.21508 5.710601 13 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 4 0.04621 17.22723 76.96226 5.810513 14 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 5 0.046231 17.2348 76.96006 5.805138 15 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 6 0.046238 17.2301 76.96635 5.803541 16 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 7 0.046239 17.22931 76.9669 5.803783 17 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 8 0.04624 17.22947 76.96671 5.803824 18 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 9 0.04624 17.22955 76.96659 5.803862 19 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 10 0.04624 17.22956 76.96657 5.803864 20 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 11 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 21 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 12 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 22 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 13 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 23 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 14 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 24 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 15 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 25 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 16 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 26 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 17 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 27 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 18 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 28 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 19 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 29 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 20 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 30 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 21 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 31 0.048336 78.70367 14.37653 6.919802 22 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 23 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 24 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 25 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 Variance Decomposition of D(CA_Y): Period S.E. D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 112 26 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 17 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 27 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 18 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 28 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 19 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 29 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 20 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 30 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 21 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 31 0.04624 17.22957 76.96657 5.803864 22 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 23 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 24 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 25 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 26 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 Variance Decomposition of D(ER_Y): Period S.E. D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 1 0.001634 2.767765 0.479722 96.75251 27 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 2 0.001737 3.32164 1.584551 95.09381 28 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 3 0.001753 3.262205 1.559323 95.17847 29 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 4 0.001754 3.292467 1.560867 95.14667 30 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 5 0.001755 3.291408 1.562593 95.146 31 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 6 0.001755 3.291762 1.562895 95.14534 7 0.001755 3.291755 1.56319 95.14505 8 0.001755 3.291751 1.563219 95.14503 9 0.001755 3.291756 1.563225 95.14502 10 0.001755 3.291756 1.563225 95.14502 11 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 Variance Decomposition of BD_Y: 12 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 Period 13 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 14 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 1 0.009578 100 0 0 0.010664 95.9548 1.402151 2.643052 0.01313 96.6827 1.484327 1.832976 Cholesky Ordering: D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) c. Indonesia 15 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 2 16 0.001755 3.291757 1.563225 95.14502 3 S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 113 4 0.014419 95.44598 2.369319 2.184703 30 0.036712 96.57028 1.056676 2.373041 5 0.016129 95.95534 1.923773 2.120888 31 0.037302 96.57554 1.04987 2.374591 6 0.017253 95.93204 1.81805 2.249905 7 0.018576 96.16777 1.642799 2.189428 Variance Decomposition of CA_Y: 8 0.019668 96.11227 1.618879 2.268854 Period 9 0.020779 96.23623 1.501911 2.261856 10 0.02178 96.25482 1.45966 2.285525 1 0.009635 38.77807 61.22193 0 11 0.022778 96.30786 1.401788 2.290348 2 0.011331 54.20403 45.32527 0.470692 12 0.023706 96.33107 1.361954 2.306975 3 0.015366 68.32228 28.74421 2.933514 13 0.024615 96.36928 1.319983 2.310733 4 0.017414 71.96697 23.03155 5.001482 14 0.025483 96.38807 1.291329 2.320601 5 0.01965 76.2288 18.65103 5.120165 15 0.026328 96.413 1.261026 2.325976 6 0.021757 77.24775 17.01513 5.737119 16 0.027142 96.43087 1.236785 2.332343 7 0.023679 78.78663 15.07886 6.134507 17 0.027936 96.44899 1.214202 2.336809 8 0.025338 79.74673 13.85835 6.394918 18 0.028706 96.46345 1.194751 2.341794 9 0.027013 80.51947 12.92765 6.552878 19 0.029457 96.47785 1.176557 2.345591 10 0.028544 81.03598 12.2134 6.75062 20 0.030188 96.48997 1.160633 2.349402 11 0.029999 81.5639 11.56813 6.86797 21 0.030903 96.50146 1.145875 2.352669 12 0.031388 81.93482 11.09007 6.975114 22 0.031601 96.51168 1.13254 2.355779 13 0.032726 82.26722 10.66734 7.065442 23 0.032284 96.52123 1.120242 2.358526 14 0.034001 82.54634 10.30843 7.145229 24 0.032953 96.52987 1.109002 2.361127 15 0.035236 82.79308 9.99829 7.208626 25 0.033609 96.53794 1.098575 2.363482 16 0.036428 82.99952 9.732616 7.26786 26 0.034252 96.54536 1.088958 2.365686 17 0.037582 83.18729 9.494246 7.318468 27 0.034883 96.55227 1.080014 2.367717 18 0.038701 83.35102 9.285435 7.363545 28 0.035504 96.55868 1.071699 2.369619 19 0.03979 83.49779 9.098695 7.403518 29 0.036113 96.56468 1.063933 2.371384 20 0.040849 83.62901 8.931133 7.439852 S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 114 21 0.041881 83.74819 8.779554 7.472253 12 0.002435 36.75748 31.76368 31.47884 22 0.042889 83.85568 8.642488 7.501835 13 0.002544 36.75623 31.83681 31.40696 23 0.043873 83.95395 8.517314 7.528738 14 0.002649 36.75193 31.89595 31.35212 24 0.044836 84.04376 8.40286 7.553383 15 0.00275 36.75211 31.94221 31.30568 25 0.045778 84.1263 8.297719 7.575978 16 0.002848 36.75034 31.98608 31.26358 26 0.046702 84.20232 8.200839 7.596844 17 0.002942 36.74912 32.02369 31.2272 27 0.047607 84.27267 8.11122 7.616114 18 0.003033 36.74805 32.05614 31.19581 28 0.048496 84.33787 8.028141 7.633993 19 0.003122 36.74733 32.08531 31.16736 29 0.049369 84.39851 7.95087 7.650615 20 0.003208 36.74636 32.11164 31.14201 30 0.050226 84.45505 7.878836 7.666116 21 0.003292 36.74569 32.13497 31.11934 31 0.051069 84.50789 7.811516 7.680598 22 0.003374 36.74502 32.1562 31.09878 23 0.003454 36.74442 32.17551 31.08006 24 0.003532 36.74386 32.1931 31.06304 25 0.003608 36.74337 32.20921 31.04742 26 0.003683 36.74291 32.22405 31.03305 Variance Decomposition of ER_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 1 0.000546 34.55066 29.23644 36.21289 27 0.003756 36.74248 32.23772 31.0198 2 0.000761 36.39205 23.4393 40.16866 28 0.003828 36.74209 32.25038 31.00753 3 0.001018 37.66616 27.43823 34.89561 29 0.003899 36.74172 32.26213 30.99615 4 0.001269 36.51223 30.39199 33.09578 30 0.003968 36.74138 32.27307 30.98555 5 0.001457 36.80747 30.20255 32.98998 31 0.004036 36.74106 32.28328 30.97566 6 0.001627 36.82781 30.66781 32.50437 7 0.001791 36.77824 31.15308 32.06868 8 0.001937 36.74884 31.30883 31.94232 9 0.002071 36.78289 31.42909 31.78803 10 0.0022 36.75936 31.59824 31.6424 11 0.00232 36.75812 31.68951 31.55237 Cholesky Ordering: BD_Y CA_Y ER_Y d. Malaysia Variance Decomposition of BD_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 115 26 0.072439 8.163869 24.81611 67.02002 1 0.009237 100 0 0 27 0.07393 8.073737 24.85154 67.07472 2 0.014382 57.21459 1.924884 40.86052 28 0.075391 7.990528 24.88425 67.12522 3 0.018293 39.43588 8.567061 51.99706 29 0.076825 7.913471 24.91453 67.17199 4 0.021685 31.18 15.71915 53.10085 30 0.078232 7.84191 24.94266 67.21543 5 0.025719 24.07448 18.16553 57.75999 31 0.079615 7.775277 24.96885 67.25587 6 0.029636 19.40735 20.22439 60.36825 7 0.033083 16.75048 21.61091 61.63861 Variance Decomposition of CA_Y: 8 0.036296 14.90051 22.17853 62.92097 Period 9 0.039224 13.58875 22.67592 63.73533 10 0.041905 12.64917 23.07162 64.27921 1 0.031277 0.035366 99.96463 0 11 0.044434 11.90594 23.33865 64.75541 2 0.048252 0.573876 60.15306 39.27306 12 0.046823 11.30791 23.57622 65.11587 3 0.063364 0.719669 48.22361 51.05672 13 0.049094 10.82178 23.77362 65.4046 4 0.07151 1.719932 46.30166 51.97841 14 0.051269 10.41333 23.93078 65.65589 5 0.07814 2.449501 43.07535 54.47515 15 0.053355 10.06725 24.06774 65.86501 6 0.083542 2.853194 41.7185 55.42831 16 0.055362 9.77127 24.18493 66.0438 7 0.088104 3.25843 41.12305 55.61852 17 0.0573 9.514246 24.28516 66.20059 8 0.092617 3.533753 40.3475 56.11874 18 0.059173 9.28932 24.37373 66.33695 9 0.096988 3.73016 39.82616 56.44368 19 0.060989 9.090933 24.45182 66.45725 10 0.101161 3.913505 39.40853 56.67796 20 0.062753 8.914444 24.52104 66.56452 11 0.105222 4.063085 38.98368 56.95324 21 0.064468 8.756498 24.58317 66.66033 12 0.109129 4.19053 38.64121 57.16827 22 0.066139 8.614332 24.63907 66.7466 13 0.112886 4.306136 38.34638 57.34748 23 0.067769 8.485658 24.68962 66.82472 14 0.116527 4.406135 38.07784 57.51603 24 0.069361 8.368662 24.73562 66.89572 15 0.120054 4.494258 37.84665 57.65909 25 0.070916 8.261824 24.77762 66.96056 16 0.123478 4.57341 37.64104 57.78555 S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 116 17 0.126812 4.643909 37.45493 57.90116 8 3.25E-06 4.694237 1.703805 93.60196 18 0.13006 4.707414 37.28835 58.00423 9 3.45E-06 4.692132 1.689732 93.61814 19 0.133229 4.765087 37.13728 58.09763 10 3.63E-06 4.685874 1.679244 93.63488 20 0.136324 4.8175 36.99942 58.18308 11 3.81E-06 4.68402 1.672046 93.64393 21 0.139351 4.865419 36.87365 58.26093 12 3.98E-06 4.682876 1.664308 93.65282 22 0.142313 4.909417 36.7582 58.33238 13 4.15E-06 4.681288 1.65788 93.66083 23 0.145215 4.949916 36.65183 58.39825 14 4.31E-06 4.680431 1.652653 93.66692 24 0.14806 4.987334 36.55361 58.45906 15 4.46E-06 4.679595 1.647891 93.67251 25 0.150851 5.022013 36.46258 58.51541 16 4.60E-06 4.678704 1.64382 93.67748 26 0.153592 5.054234 36.37798 58.56778 17 4.75E-06 4.678007 1.640285 93.68171 27 0.156284 5.084256 36.29917 58.61657 18 4.89E-06 4.677366 1.637096 93.68554 28 0.158931 5.112294 36.22557 58.66214 19 5.02E-06 4.676773 1.634261 93.68897 29 0.161535 5.138539 36.15666 58.7048 20 5.15E-06 4.676262 1.631715 93.69202 30 0.164097 5.163157 36.09204 58.74481 21 5.28E-06 4.675795 1.629402 93.6948 31 0.16662 5.186296 36.03129 58.78241 22 5.40E-06 4.675368 1.627304 93.69733 23 5.53E-06 4.674982 1.62539 93.69963 24 5.64E-06 4.674626 1.623634 93.70174 25 5.76E-06 4.674299 1.622021 93.70368 26 5.88E-06 4.673998 1.620532 93.70547 Variance Decomposition of ER_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 1 9.97E-07 5.612797 0.037097 94.35011 27 5.99E-06 4.673718 1.619153 93.70713 2 1.55E-06 4.262748 2.436976 93.30028 28 6.10E-06 4.673459 1.617873 93.70867 3 1.96E-06 4.549232 2.156231 93.29454 29 6.21E-06 4.673218 1.616682 93.7101 4 2.30E-06 4.557568 1.89507 93.54736 30 6.31E-06 4.672993 1.61557 93.71144 5 2.57E-06 4.64584 1.830876 93.52328 31 6.42E-06 4.672782 1.61453 93.71269 6 2.81E-06 4.703398 1.755855 93.54075 7 3.04E-06 4.695325 1.714965 93.58971 Cholesky Ordering: BD_Y CA_Y ER_Y 117 e. Filipina Variance Decomposition of D(BD_Y): Period S.E. D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 1 0.211313 100 0 0 2 0.216209 96.3065 1.263548 2.429948 3 0.236073 94.2233 1.088751 4.687952 4 0.242241 93.57606 1.926717 4.497225 5 0.249613 92.64708 1.841262 5.51166 6 0.254996 92.27715 1.849685 5.873164 7 0.257938 92.11666 1.900495 5.982845 8 0.261172 91.90604 1.867199 6.226761 9 0.263436 91.71054 1.865602 6.423853 10 0.265185 91.54016 1.861667 6.598174 11 0.266577 91.4209 1.850822 6.728274 12 0.267669 91.31709 1.84099 6.841925 13 0.268551 91.21791 1.833931 6.948161 14 0.269226 91.13704 1.828511 7.034449 15 0.269754 91.07478 1.822901 7.102321 16 0.270175 91.02271 1.818136 7.159157 17 0.270508 90.97683 1.814587 7.208582 18 0.270767 90.93952 1.811727 7.248753 19 0.270968 90.91053 1.809275 7.280197 20 0.271128 90.88659 1.807284 7.306125 21 0.271254 90.86638 1.805745 7.327875 22 0.271351 90.85019 1.804529 7.345281 23 0.271427 90.8375 1.803544 7.35896 24 0.271488 90.82717 1.802761 7.370071 25 0.271535 90.81868 1.802151 7.379168 26 0.271571 90.81194 1.801673 7.386383 27 0.2716 90.80665 1.801297 7.392052 28 0.271622 90.80239 1.801001 7.396605 29 0.271639 90.79896 1.80077 7.400272 30 0.271653 90.79625 1.800591 7.403162 31 0.271663 90.79412 1.800451 7.40543 32 0.271672 90.79242 1.800342 7.407235 33 0.271678 90.79107 1.800258 7.408672 34 0.271683 90.79001 1.800192 7.4098 35 0.271687 90.78918 1.800141 7.410683 36 0.27169 90.78852 1.800102 7.411381 37 0.271692 90.788 1.800072 7.411933 38 0.271694 90.78759 1.800048 7.412364 39 0.271695 90.78727 1.80003 7.412701 40 0.271697 90.78702 1.800016 7.412966 41 0.271697 90.78682 1.800005 7.413174 42 0.271698 90.78667 1.799997 7.413336 43 0.271699 90.78655 1.79999 7.413462 44 0.271699 90.78645 1.799985 7.413561 45 0.271699 90.78638 1.799981 7.413639 46 0.271699 90.78632 1.799978 7.413699 47 0.2717 90.78628 1.799976 7.413746 48 0.2717 90.78624 1.799974 7.413782 118 49 0.2717 90.78622 1.799973 7.413811 Variance Decomposition of D(CA_Y): Period S.E. D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 23 0.503536 13.65215 75.46539 10.88246 24 0.503587 13.66415 75.45018 10.88567 25 0.503623 13.66938 75.4405 10.89012 26 0.50364 13.67364 75.43529 10.89107 1 0.372719 0.665058 99.33494 0 27 0.503659 13.67874 75.42999 10.89126 2 0.392447 0.599998 98.32149 1.078513 28 0.503677 13.68266 75.42464 10.8927 3 0.433813 3.73114 90.39628 5.872578 29 0.503689 13.68469 75.42109 10.89422 4 0.450574 9.869744 84.03312 6.09714 30 0.503697 13.68636 75.41892 10.89472 5 0.476011 10.1398 80.69348 9.166719 31 0.503703 13.68813 75.41688 10.89499 6 0.478406 10.06101 80.77601 9.162976 32 0.50371 13.68944 75.41498 10.89559 7 0.486215 10.60356 79.21851 10.17793 33 0.503714 13.6902 75.41367 10.89612 8 0.491078 12.30638 77.69886 9.994759 34 0.503717 13.69084 75.41281 10.89636 9 0.496622 12.3992 76.95511 10.64568 35 0.50372 13.69144 75.41204 10.89652 10 0.49711 12.42534 76.93815 10.63651 36 0.503722 13.69189 75.41136 10.89675 11 0.49882 12.7094 76.60042 10.69018 37 0.503724 13.69217 75.41088 10.89695 12 0.500194 13.14899 76.18129 10.66972 38 0.503725 13.69241 75.41054 10.89705 13 0.501539 13.2086 75.96329 10.8281 39 0.503726 13.69262 75.41025 10.89713 14 0.501719 13.24533 75.92605 10.82862 40 0.503727 13.69277 75.41001 10.89722 15 0.502162 13.35802 75.82633 10.81565 41 0.503727 13.69287 75.40984 10.89729 16 0.502599 13.48356 75.6947 10.82175 42 0.503728 13.69296 75.40971 10.89733 17 0.502965 13.51328 75.62056 10.86615 43 0.503728 13.69303 75.4096 10.89737 18 0.50305 13.53497 75.59689 10.86814 44 0.503728 13.69308 75.40952 10.8974 19 0.503189 13.57642 75.56129 10.86228 45 0.503728 13.69312 75.40945 10.89743 20 0.503336 13.61439 75.51732 10.86829 46 0.503729 13.69315 75.4094 10.89744 21 0.503447 13.62732 75.49077 10.88191 47 0.503729 13.69318 75.40937 10.89746 22 0.503487 13.63747 75.47903 10.8835 48 0.503729 13.69319 75.40933 10.89747 119 49 0.503729 13.69321 75.40931 10.89748 22 0.056509 12.4711 7.739118 79.78978 50 0.503729 13.69322 75.40929 10.89749 23 0.056512 12.47244 7.740553 79.78701 24 0.056515 12.47351 7.740287 79.78621 25 0.056517 12.47354 7.739719 79.78674 Variance Decomposition of D(ER_Y): Period S.E. D(BD_Y) D(CA_Y) D(ER_Y) 26 0.056519 12.47366 7.739669 79.78667 1 0.043238 11.89428 0.000288 88.10544 27 0.056519 12.47408 7.739937 79.78599 2 0.046436 10.38205 0.437681 89.18026 28 0.05652 12.47438 7.739837 79.78579 3 0.048062 10.2987 5.482938 84.21836 29 0.056521 12.47443 7.739691 79.78588 4 0.051062 13.06389 7.284279 79.65184 30 0.056521 12.4745 7.739678 79.78582 5 0.053346 12.38209 6.850424 80.76748 31 0.056522 12.47463 7.739723 79.78565 6 0.054093 12.08047 6.666677 81.25286 32 0.056522 12.47471 7.73969 79.7856 7 0.054594 12.19814 7.549514 80.25234 33 0.056522 12.47474 7.739652 79.78561 8 0.055175 12.51389 7.722523 79.76359 34 0.056522 12.47477 7.739647 79.78558 9 0.055704 12.41745 7.591849 79.9907 35 0.056522 12.47481 7.739653 79.78553 10 0.055885 12.35841 7.5513 80.09029 36 0.056522 12.47484 7.739642 79.78552 11 0.056025 12.39784 7.730133 79.87202 37 0.056522 12.47485 7.739632 79.78552 12 0.056174 12.46866 7.74932 79.78202 38 0.056522 12.47486 7.73963 79.78551 13 0.056301 12.4491 7.715507 79.8354 39 0.056522 12.47488 7.73963 79.78549 14 0.05635 12.43844 7.70769 79.85387 40 0.056522 12.47488 7.739627 79.78549 15 0.056389 12.45158 7.74387 79.80455 41 0.056522 12.47489 7.739624 79.78549 16 0.056429 12.46807 7.744883 79.78705 42 0.056522 12.47489 7.739624 79.78548 17 0.056461 12.46465 7.73615 79.7992 43 0.056522 12.4749 7.739623 79.78548 18 0.056475 12.46319 7.734752 79.80206 44 0.056522 12.4749 7.739622 79.78548 19 0.056486 12.46744 7.742066 79.79049 45 0.056522 12.4749 7.739621 79.78548 20 0.056497 12.47151 7.741596 79.78689 46 0.056522 12.4749 7.739621 79.78548 21 0.056505 12.47109 7.739365 79.78955 47 0.056522 12.4749 7.739621 79.78547 120 48 0.056522 12.47491 7.739621 79.78547 19 0.0876 83.80189 0.089356 16.10876 49 0.056522 12.47491 7.73962 79.78547 20 0.089525 83.7375 0.08778 16.17472 50 0.056522 12.47491 7.73962 79.78547 21 0.091435 83.66958 0.086437 16.24399 22 0.093296 83.5955 0.085336 16.31917 23 0.095095 83.51822 0.084417 16.39737 24 0.096832 83.44315 0.083606 16.47324 25 0.098523 83.37452 0.082832 16.54265 26 0.100182 83.31404 0.082067 16.60389 f. Thailand Variance Decomposition of BD_Y: Period 1 S.E. 0.018546 BD_Y CA_Y 100 ER_Y 0 0 27 0.10182 83.26112 0.081308 16.65757 0.103444 83.21375 0.080571 16.70568 2 0.033353 94.62393 0.115453 5.260618 28 3 0.045685 92.27091 0.124054 7.605032 29 0.10505 83.1697 0.079875 16.75043 0.106637 83.12736 0.079231 16.7934 0.1082 83.08609 0.078639 16.83528 4 0.053364 90.07801 0.097528 9.824457 30 5 0.05754 87.79397 0.104988 12.10104 31 6 0.059952 86.45032 0.125056 13.42463 7 0.061509 85.58827 0.123929 14.2878 8 0.06301 85.14726 0.123552 14.72919 9 0.064914 85.03071 0.11837 14.85092 10 0.067331 85.02844 0.111219 14.86034 1 0.042395 2.867848 97.13215 0 11 0.070144 85.04312 0.105112 14.85177 2 0.0758 19.34885 42.80168 37.84947 12 0.07301 84.95803 0.10007 14.9419 3 0.104948 41.885 25.38426 32.73075 13 0.075658 84.76489 0.097318 15.1378 4 0.121222 35.87613 25.86742 38.25644 14 0.077999 84.52876 0.096019 15.37522 5 0.131119 31.68068 24.88401 43.43531 0.138371 28.73807 25.61403 45.6479 Variance Decomposition of CA_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 15 0.080067 84.29756 0.095005 15.60744 6 16 0.081974 84.10856 0.094007 15.79743 7 0.145248 26.105 26.71805 47.17695 0.150731 24.30705 27.55066 48.1423 0.156665 22.86945 28.47373 48.65681 17 0.083827 83.97071 0.092643 15.93665 8 18 0.085694 83.87372 0.091024 16.03525 9 121 10 0.163032 21.90595 28.90273 49.19133 1 0.002068 53.26009 1.553055 45.18685 11 0.169751 21.4258 28.99708 49.57712 2 0.002848 59.17617 1.02781 39.79602 12 0.176514 20.89148 29.01832 50.09019 3 0.003427 62.5719 1.640771 35.78733 13 0.182854 20.28728 29.01344 50.69928 4 0.004073 64.85239 1.600305 33.5473 14 0.188718 19.60659 29.10442 51.28899 5 0.004769 67.9799 1.385315 30.63479 15 0.194167 18.90347 29.26613 51.8304 6 0.00538 69.01022 1.353956 29.63583 16 0.199308 18.26657 29.45887 52.27457 7 0.005911 69.36147 1.270921 29.36761 17 0.2043 17.71226 29.65706 52.63068 8 0.006366 69.438 1.232663 29.32934 18 0.209227 17.2516 29.82271 52.92569 9 0.006754 69.23213 1.226184 29.54168 19 0.214133 16.87439 29.94773 53.17788 10 0.007106 69.11958 1.218954 29.66147 20 0.219009 16.54999 30.03833 53.41168 11 0.007439 69.08338 1.223729 29.69289 21 0.223812 16.25379 30.10732 53.63889 12 0.007765 69.12235 1.225151 29.6525 22 0.228507 15.96801 30.17058 53.86141 13 0.008091 69.23041 1.222203 29.54739 23 0.233076 15.6878 30.23604 54.07616 14 0.008413 69.33699 1.217907 29.44511 24 0.237524 15.41742 30.30559 54.27698 15 0.008726 69.42239 1.211198 29.36642 25 0.241869 15.16241 30.37698 54.46061 16 0.009027 69.47485 1.205237 29.31991 26 0.246131 14.92721 30.44588 54.62691 17 0.009314 69.49641 1.200736 29.30285 27 0.250328 14.71292 30.50912 54.77797 18 0.00959 69.50404 1.197557 29.2984 28 0.254468 14.51745 30.56534 54.91721 19 0.009855 69.50846 1.195704 29.29584 29 0.258553 14.33715 30.61511 55.04774 20 0.010113 69.51744 1.19438 29.28818 30 0.26258 14.16817 30.66015 55.17168 21 0.010365 69.53332 1.193151 29.27353 31 0.266545 14.00776 30.70226 55.28998 22 0.010613 69.55341 1.191791 29.2548 23 0.010856 69.57433 1.190213 29.23546 24 0.011095 69.59296 1.188565 29.21847 25 0.011328 69.60782 1.186987 29.2052 26 0.011556 69.6192 1.185581 29.19522 Variance Decomposition of ER_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 122 27 0.01178 69.62822 1.184387 29.18739 15 0.01474 90.45526 5.25825 4.286486 28 0.011998 69.63624 1.183372 29.18039 16 0.014789 90.3969 5.244198 4.358903 29 0.012213 69.64419 1.182478 29.17333 17 0.014827 90.3262 5.239872 4.433924 30 0.012424 69.65243 1.181648 29.16593 18 0.01485 90.23033 5.238176 4.53149 31 0.012632 69.66082 1.180843 29.15834 19 0.014864 90.10532 5.233606 4.661071 20 0.014877 89.95079 5.225056 4.824155 21 0.014893 89.76936 5.21456 5.016076 22 0.014912 89.56771 5.204446 5.227844 23 0.014931 89.35604 5.19552 5.448439 24 0.01495 89.14552 5.187161 5.667316 25 0.014966 88.9451 5.178382 5.876518 26 0.014982 88.75943 5.168685 6.071888 5.158246 6.25315 Cholesky Ordering: BD_Y CA_Y ER_Y g. Kamboja Variance Decomposition of BD_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 1 0.006836 100 0 0 27 0.014998 88.5886 2 0.009863 96.95172 2.233019 0.815256 28 0.015013 88.42941 5.14757 6.42302 3 0.012087 95.69628 3.361819 0.941902 29 0.015029 88.27713 5.137081 6.585789 4 0.01327 94.25716 4.676045 1.066798 30 0.015044 88.12714 5.126928 6.74593 5 0.013639 93.78586 5.144938 1.069204 31 0.015059 87.97588 5.117048 6.907077 6 0.01367 93.60862 5.319458 1.071922 32 0.015073 87.82118 5.10731 7.071514 7 0.01373 93.48718 5.277602 1.23522 33 0.015087 87.66226 5.097632 7.24011 8 0.013938 93.19138 5.172043 1.636582 34 0.015102 87.49946 5.087993 7.412546 9 0.014218 92.66288 5.143371 2.193749 35 0.015116 87.33391 5.078397 7.587694 10 0.014452 92.01901 5.196668 2.784324 36 0.015131 87.16711 5.06884 7.764047 0.015146 87.00059 5.059297 7.940108 11 0.014585 91.4231 5.264471 3.31243 37 12 0.014638 90.96934 5.304351 3.726307 38 0.01516 86.83557 5.049745 8.114682 0.015175 86.67278 5.040171 8.28705 0.01519 86.51242 5.030586 8.456995 13 0.014662 90.68339 5.30592 4.010691 39 14 0.014693 90.53257 5.283086 4.18434 40 123 41 0.015204 86.35426 5.021011 8.624726 67 0.015577 82.44043 4.785703 12.77387 42 0.015219 86.19781 5.01147 8.79072 68 0.015591 82.29708 4.777099 12.92582 43 0.015233 86.04246 5.001978 8.955561 44 0.015248 85.88767 4.992542 9.119783 Variance Decomposition of CA_Y: 45 0.015262 85.73306 4.983162 9.283778 Period 46 0.015277 85.57841 4.973832 9.447756 47 0.015291 85.42371 4.964548 9.611745 1 0.043532 11.1187 88.8813 0 48 0.015306 85.26905 4.955304 9.775641 2 0.045954 17.25349 82.63594 0.110568 49 0.01532 85.11465 4.946094 9.93926 3 0.046873 17.70739 82.18564 0.106969 50 0.015334 84.96069 4.936916 10.1024 4 0.04829 22.21398 77.4764 0.309618 51 0.015349 84.80736 4.927765 10.26488 5 0.049443 24.66084 74.28632 1.052839 52 0.015363 84.65478 4.918641 10.42658 6 0.050152 26.00991 72.40401 1.586079 53 0.015378 84.503 4.909546 10.58745 7 0.050813 26.646 71.28342 2.070577 54 0.015392 84.35202 4.900481 10.7475 8 0.051178 27.08867 70.40389 2.507435 55 0.015406 84.20178 4.891448 10.90677 9 0.051297 27.0526 70.08105 2.866352 56 0.015421 84.05219 4.882449 11.06536 10 0.05138 27.06192 69.85588 3.082194 57 0.015435 83.90319 4.873485 11.22332 11 0.051517 27.31303 69.48753 3.199439 58 0.015449 83.75471 4.864557 11.38074 12 0.051674 27.64891 69.07518 3.275914 59 0.015463 83.6067 4.855664 11.53764 13 0.05182 27.94117 68.71673 3.342099 60 0.015478 83.45914 4.846806 11.69405 14 0.051926 28.12365 68.45998 3.416376 61 0.015492 83.31206 4.837982 11.84996 15 0.051986 28.17766 68.30943 3.512909 62 0.015506 83.16546 4.82919 12.00535 16 0.052026 28.15244 68.20739 3.640165 63 0.01552 83.01936 4.820431 12.16021 17 0.052069 28.10692 68.09471 3.798371 64 0.015535 82.8738 4.811703 12.3145 18 0.052123 28.0646 67.95466 3.980746 65 0.015549 82.72878 4.803005 12.46821 19 0.052184 28.02324 67.79944 4.177324 66 0.015563 82.58433 4.794339 12.62133 20 0.052245 27.97557 67.64649 4.377941 S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 124 21 0.052301 27.92087 67.50547 4.573655 47 0.053497 26.90095 64.52729 8.571756 22 0.052352 27.86629 67.37547 4.75824 48 0.053541 26.86136 64.41918 8.719464 23 0.052401 27.82018 67.25048 4.929341 49 0.053586 26.8221 64.31141 8.86649 24 0.05245 27.78562 67.12623 5.088151 50 0.053631 26.78317 64.20402 9.012808 25 0.052498 27.75958 67.00237 5.238048 51 0.053676 26.74453 64.09702 9.158443 26 0.052546 27.73608 66.88073 5.383186 52 0.053721 26.70612 63.99042 9.303455 27 0.052592 27.70979 66.76278 5.527438 53 0.053765 26.66786 63.88422 9.447918 28 0.052638 27.67804 66.64826 5.673699 54 0.05381 26.62971 63.77839 9.591901 29 0.052682 27.64079 66.53563 5.823574 55 0.053855 26.59161 63.67294 9.735454 30 0.052727 27.59938 66.42322 5.977401 56 0.053899 26.55356 63.56783 9.878607 31 0.052772 27.55538 66.31008 6.13454 57 0.053944 26.51557 63.46307 10.02137 32 0.052817 27.51014 66.19611 6.29375 58 0.053988 26.47765 63.35863 10.16372 33 0.052863 27.46471 66.08171 6.453585 59 0.054032 26.43982 63.25453 10.30565 34 0.052909 27.41992 65.96735 6.61273 60 0.054077 26.40212 63.15075 10.44713 35 0.052955 27.37642 65.85335 6.770234 61 0.054121 26.36456 63.0473 10.58814 36 0.053001 27.33452 65.73985 6.925621 62 0.054166 26.32714 62.94419 10.72867 37 0.053046 27.29419 65.62695 7.078863 63 0.05421 26.28987 62.84141 10.86871 38 0.053092 27.25504 65.51469 7.230276 64 0.054254 26.25275 62.73898 11.00827 39 0.053137 27.21652 65.40311 7.380366 65 0.054298 26.21577 62.63688 11.14735 40 0.053182 27.17813 65.2922 7.529669 66 0.054343 26.17891 62.53512 11.28597 41 0.053227 27.13948 65.18188 7.67864 67 0.054387 26.14218 62.43369 11.42413 42 0.053272 27.10038 65.07204 7.827576 68 0.054431 26.10555 62.3326 11.56185 43 0.053317 27.06083 64.96256 7.976602 44 0.053362 27.02094 64.85337 8.125689 Variance Decomposition of ER_Y: 45 0.053407 26.98088 64.74442 8.274701 Period 46 0.053452 26.94083 64.63572 8.423452 S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 125 1 0.009231 0.493485 0.035488 99.47103 27 0.068269 3.337038 0.092065 96.5709 2 0.014671 0.414378 0.028891 99.55673 28 0.069561 3.341231 0.090524 96.56825 3 0.019441 0.237675 0.092187 99.67014 29 0.070831 3.343707 0.089168 96.56712 4 0.023511 0.203806 0.279714 99.51648 30 0.072079 3.345814 0.087944 96.56624 5 0.027061 0.328234 0.314185 99.35758 31 0.073306 3.348467 0.086804 96.56473 6 0.030214 0.647946 0.284447 99.06761 32 0.074512 3.352114 0.085715 96.56217 7 0.033074 1.189063 0.249967 98.56097 33 0.0757 3.3568 0.084658 96.55854 8 0.035699 1.810806 0.220602 97.96859 34 0.076869 3.36228 0.083629 96.55409 9 0.038133 2.374413 0.195112 97.43048 35 0.07802 3.368161 0.08263 96.54921 10 0.040407 2.807122 0.174086 97.01879 36 0.079155 3.374031 0.081669 96.5443 11 0.042549 3.093918 0.157304 96.74878 37 0.080273 3.379553 0.080753 96.53969 12 0.04458 3.248349 0.144194 96.60746 38 0.081376 3.384513 0.079888 96.5356 13 0.046521 3.303129 0.134349 96.56252 39 0.082464 3.388835 0.079076 96.53209 14 0.048388 3.297254 0.127293 96.57545 40 0.083538 3.392557 0.078316 96.52913 15 0.050191 3.263403 0.122544 96.61405 41 0.084598 3.395789 0.077605 96.52661 16 0.051936 3.223889 0.11941 96.6567 42 0.085646 3.398675 0.076936 96.52439 17 0.053628 3.19228 0.117034 96.69069 43 0.08668 3.401356 0.076305 96.52234 18 0.055271 3.175697 0.114751 96.70955 44 0.087703 3.403943 0.075705 96.52035 19 0.056866 3.176091 0.112258 96.71165 45 0.088714 3.406509 0.07513 96.51836 20 0.058417 3.19127 0.109516 96.69921 46 0.089713 3.409082 0.074578 96.51634 21 0.059927 3.216397 0.106611 96.67699 47 0.090701 3.411659 0.074047 96.51429 22 0.061398 3.245779 0.10368 96.65054 48 0.091679 3.414213 0.073535 96.51225 23 0.062834 3.274373 0.100858 96.62477 49 0.092646 3.416711 0.073042 96.51025 24 0.064236 3.298691 0.098245 96.60306 50 0.093604 3.419119 0.072567 96.50831 25 0.065608 3.317083 0.095901 96.58702 26 0.066951 3.329514 0.093845 96.57664 h. Laos 126 Variance Decomposition of BD_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 24 0.023574 30.57026 16.50997 52.91977 25 0.023906 29.76113 16.73916 53.49972 26 0.024259 28.92347 16.9793 54.09723 1 0.009293 100 0 0 27 0.024625 28.10079 17.15597 54.74324 2 0.011175 98.73305 0.217067 1.049887 28 0.024973 27.36936 17.25235 55.37828 3 0.011591 94.76464 1.807473 3.427891 29 0.025312 26.65992 17.35165 55.98843 4 0.011837 93.69842 2.924998 3.376578 30 0.025655 25.95436 17.46774 56.57791 5 0.012731 91.53511 2.60402 5.860871 31 0.025997 25.28177 17.57652 57.14172 6 0.013065 87.05696 2.614839 10.3282 32 0.026335 24.64149 17.68324 57.67526 7 0.013363 83.80883 4.000896 12.19027 33 0.026667 24.03519 17.79318 58.17163 8 0.014093 78.80377 6.515217 14.68101 34 0.026994 23.46244 17.91067 58.62689 9 0.015057 71.50423 8.72112 19.77465 35 0.027323 22.90523 18.03825 59.05652 10 0.015823 64.763 9.718186 25.51881 36 0.027653 22.3718 18.15273 59.47547 11 0.016605 58.96557 11.24436 29.79007 37 0.027975 21.8774 18.24549 59.87711 12 0.017619 53.39325 13.50052 33.10623 38 0.02829 21.40774 18.33118 60.26108 13 0.01849 48.4897 14.95603 36.55427 39 0.028602 20.95686 18.41075 60.63239 14 0.019296 44.8797 15.2596 39.86069 40 0.028908 20.52873 18.48018 60.99109 15 0.019985 42.03015 15.29499 42.67486 41 0.02921 20.11973 18.54363 61.33664 16 0.020547 39.92981 15.3539 44.71629 42 0.029505 19.72919 18.60439 61.66642 17 0.021059 38.04125 15.49876 46.45999 43 0.029795 19.35557 18.66703 61.97741 18 0.021533 36.4132 15.54094 48.04586 44 0.030083 18.99329 18.7344 62.27231 19 0.021913 35.29568 15.45367 49.25065 45 0.03037 18.64336 18.80181 62.55482 20 0.022232 34.2984 15.51859 50.18302 46 0.030654 18.30784 18.86726 62.8249 21 0.022571 33.28549 15.76514 50.94937 47 0.030936 17.98363 18.93265 63.08372 22 0.022907 32.32155 16.03632 51.64213 48 0.031217 17.66979 18.99622 63.33398 23 0.023241 31.42537 16.27692 52.29772 49 0.031496 17.367 19.0557 63.5773 127 50 0.031774 17.0744 19.11085 63.81474 4 0.034333 35.52367 49.78281 14.69352 51 0.032049 16.79205 19.16178 64.04617 5 0.043443 46.97554 42.18886 10.8356 52 0.03232 16.51942 19.20999 64.27059 6 0.052393 54.96734 36.44703 8.58563 53 0.03259 16.25504 19.25687 64.48809 7 0.060052 60.35555 32.55252 7.091934 54 0.032857 15.99906 19.3021 64.69884 8 0.065863 63.62579 29.9864 6.38781 55 0.033122 15.75162 19.34612 64.90227 9 0.069978 65.54088 28.39823 6.06089 56 0.033384 15.51177 19.38996 65.09826 10 0.072929 65.87567 28.31772 5.806604 57 0.033645 15.27918 19.43347 65.28734 11 0.075154 65.42608 28.9962 5.57772 58 0.033904 15.05375 19.47615 65.4701 12 0.077163 64.53804 30.01463 5.447329 59 0.034161 14.83509 19.51764 65.64727 13 0.079215 63.21418 31.49531 5.290514 60 0.034416 14.62309 19.55755 65.81935 14 0.081426 61.73699 33.2053 5.057711 61 0.034669 14.41746 19.59595 65.98659 15 0.083988 60.3738 34.85785 4.768346 62 0.034921 14.21766 19.63295 66.14939 16 0.086867 59.31423 36.22824 4.457535 63 0.03517 14.02356 19.66839 66.30805 17 0.089892 58.73793 37.09452 4.167544 64 0.035418 13.83499 19.70249 66.46252 18 0.092914 58.60976 37.48107 3.909166 65 0.035664 13.65156 19.73568 66.61277 19 0.095808 58.63186 37.67818 3.689967 66 0.035908 13.47303 19.76814 66.75883 20 0.098474 58.75016 37.7425 3.50734 67 0.03615 13.29925 19.79997 66.90078 21 0.100908 58.90311 37.75198 3.344905 68 0.036391 13.12999 19.83121 67.0388 22 0.103096 58.96805 37.82726 3.204689 23 0.105106 58.92564 37.98978 3.084579 24 0.10705 58.80625 38.21442 2.979333 25 0.108993 58.62802 38.48918 2.882799 26 0.110973 58.44998 38.75855 2.791471 Variance Decomposition of CA_Y: Period S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 1 0.009155 2.195004 97.805 0 27 0.113007 58.30763 38.98925 2.703117 2 0.016832 9.683684 87.939 2.377316 28 0.115078 58.19818 39.18662 2.615198 3 0.02442 23.34592 63.17983 13.47425 29 0.117163 58.14246 39.32932 2.528221 128 30 0.119235 58.13875 39.41659 2.444658 56 0.161751 57.40465 41.22971 1.365639 31 0.121249 58.15374 39.47968 2.366574 57 0.163164 57.38978 41.26676 1.343458 32 0.123183 58.16663 39.53847 2.294892 58 0.164563 57.37395 41.30394 1.322106 33 0.125041 58.16424 39.60647 2.229288 59 0.165948 57.35729 41.34119 1.30152 34 0.12683 58.13474 39.69629 2.168967 60 0.167321 57.34016 41.37821 1.28163 35 0.12857 58.08377 39.80318 2.113056 61 0.168685 57.32308 41.41455 1.262369 36 0.130282 58.01691 39.92241 2.060676 62 0.17004 57.30672 41.4496 1.243684 37 0.13198 57.93839 40.05085 2.010763 63 0.171385 57.29145 41.48301 1.225543 38 0.133679 57.86208 40.17541 1.962512 64 0.172722 57.27736 41.51472 1.207923 39 0.135384 57.7983 40.28608 1.915628 65 0.174049 57.26443 41.54476 1.190813 40 0.137088 57.74882 40.38101 1.870166 66 0.175366 57.25243 41.57336 1.174207 41 0.138782 57.71461 40.45904 1.826352 67 0.176673 57.241 41.60091 1.158098 42 0.14046 57.69278 40.5228 1.784411 68 0.177968 57.22984 41.62769 1.142475 43 0.142111 57.67733 40.57816 1.74451 44 0.143732 57.66448 40.62878 1.706747 Variance Decomposition of ER_Y: 45 0.145323 57.64977 40.67912 1.671114 Period 46 0.146885 57.62962 40.73294 1.637441 47 0.148425 57.60468 40.78985 1.605469 1 3.11E-05 0.029623 29.44669 70.52369 48 0.149948 57.57662 40.84845 1.574937 2 5.78E-05 0.144818 55.8112 44.04398 49 0.15146 57.54695 40.90745 1.545602 3 6.42E-05 0.46562 49.03769 50.49669 50 0.152962 57.51819 40.96453 1.517281 4 7.25E-05 1.347262 55.65338 42.99935 51 0.154457 57.49208 41.01807 1.489852 5 8.74E-05 2.355344 46.93167 50.71299 52 0.155942 57.46931 41.06743 1.463261 6 9.98E-05 3.153552 46.13292 50.71353 53 0.157416 57.45025 41.11224 1.437517 7 0.000112 4.035545 43.38983 52.57463 54 0.158877 57.43401 41.15333 1.412656 8 0.000123 4.574377 42.33301 53.09261 55 0.160322 57.41912 41.19218 1.388697 9 0.00013 5.111888 40.30932 54.57879 S.E. BD_Y CA_Y ER_Y 129 10 0.000139 5.109646 39.40869 55.48166 36 0.000277 5.783353 35.24163 58.97501 11 0.000148 4.863595 38.51663 56.61978 37 0.000281 5.789096 35.21033 59.00057 12 0.000155 4.852972 37.77989 57.36714 38 0.000285 5.794542 35.18257 59.02289 13 0.000162 4.857566 37.62019 57.52225 39 0.000289 5.804427 35.15536 59.04021 14 0.000168 4.767381 37.28751 57.9451 40 0.000293 5.815392 35.1285 59.0561 15 0.000175 4.77325 37.21971 58.00704 41 0.000296 5.826982 35.10166 59.07136 16 0.000181 4.847534 37.05212 58.10035 42 0.0003 5.839503 35.0742 59.0863 17 0.000188 4.974746 36.93709 58.08816 43 0.000304 5.850722 35.04713 59.10215 18 0.000193 5.186125 36.67991 58.13396 44 0.000307 5.861231 35.01956 59.11921 19 0.000199 5.322939 36.55326 58.1238 45 0.000311 5.871024 34.99295 59.13603 20 0.000205 5.403373 36.35857 58.23806 46 0.000314 5.878371 34.96891 59.15272 21 0.00021 5.514851 36.17261 58.31254 47 0.000318 5.88432 34.94689 59.16879 22 0.000215 5.585721 36.02221 58.39207 48 0.000321 5.890109 34.92642 59.18347 23 0.00022 5.600076 35.91206 58.48786 49 0.000325 5.895384 34.9076 59.19702 24 0.000225 5.607282 35.83846 58.55425 5.900659 34.88992 59.20943 25 0.000229 5.601804 35.78719 58.611 50 0.000328 i. Myanmar 26 0.000234 5.600951 35.74387 58.65518 27 0.000239 5.620412 35.69427 58.68532 28 0.000243 5.633471 35.66431 58.70222 29 0.000248 5.647759 35.61946 58.73278 30 0.000252 5.679583 35.56279 58.75763 31 0.000257 5.709681 35.49962 58.79069 32 0.000261 5.732098 35.43888 58.82903 33 0.000265 5.751957 35.38052 58.86752 34 0.000269 5.76404 35.3298 58.90616 35 0.000273 5.77327 35.28274 58.94399 Variance Decomposition of D(BD): Period S.E. D(BD) D(CA) D(ER) 1 0.083752 100 0 0 2 0.180726 99.81922 0.030259 0.150519 3 0.275086 99.73659 0.19441 0.068997 4 0.34137 99.32892 0.54009 0.130992 5 0.372082 98.39911 1.245648 0.355237 6 0.379177 97.15678 2.244592 0.598623 7 0.381368 96.28281 3.029201 0.687987 130 8 0.387066 96.14879 3.183326 0.667884 34 0.415627 92.04355 6.612155 1.344291 9 0.392787 96.19199 3.096477 0.711534 35 0.415776 92.04747 6.609193 1.343341 10 0.395335 95.76441 3.41968 0.815907 36 0.415843 92.04806 6.607452 1.344492 11 0.397159 94.92099 4.215623 0.863384 37 0.41585 92.04543 6.60746 1.347108 12 0.400832 94.23597 4.916311 0.847724 38 0.415885 92.04373 6.608017 1.348256 13 0.404937 94.00184 5.120263 0.877899 39 0.415963 92.04475 6.607454 1.347799 14 0.40719 93.94815 5.067543 0.984304 40 0.416025 92.04608 6.606012 1.347903 15 0.407991 93.71565 5.206104 1.078242 41 0.416041 92.0452 6.605608 1.34919 16 0.409063 93.28252 5.62037 1.097112 42 0.416049 92.0428 6.606987 1.350213 17 0.410617 92.89214 6.016723 1.091141 43 0.416078 92.0412 6.608602 1.350196 18 0.411621 92.69866 6.172022 1.12932 44 0.416114 92.04104 6.608895 1.35007 19 0.411848 92.631 6.172291 1.196708 45 0.416132 92.04091 6.608428 1.35066 20 0.412117 92.54815 6.217381 1.234468 46 0.416135 92.03976 6.608784 1.351455 21 0.412839 92.40812 6.358233 1.23365 47 0.416144 92.03811 6.610192 1.351695 22 0.413533 92.26939 6.493668 1.23694 48 0.416161 92.037 6.611422 1.351581 23 0.413795 92.18749 6.546357 1.266151 49 0.416174 92.03654 6.611692 1.351764 24 0.413893 92.15755 6.54492 1.297529 50 0.416177 92.03614 6.611596 1.352264 25 0.414194 92.14027 6.552549 1.30718 51 0.416179 92.03543 6.611986 1.352588 26 0.414585 92.11119 6.584088 1.304718 52 0.416187 92.03463 6.612789 1.35258 27 0.414786 92.07677 6.612568 1.310666 53 0.416195 92.03408 6.613343 1.352577 28 0.414836 92.05465 6.620297 1.325052 54 0.416198 92.03377 6.613432 1.3528 29 0.414979 92.0503 6.615765 1.333933 55 0.416199 92.03351 6.613432 1.353059 30 0.415241 92.05344 6.612891 1.333665 56 0.416201 92.03322 6.613651 1.353134 31 0.415429 92.0523 6.614382 1.333313 57 0.416206 92.03294 6.613959 1.353105 32 0.415471 92.046 6.615888 1.338115 58 0.416209 92.03273 6.614112 1.353162 33 0.415502 92.04175 6.614912 1.343334 59 0.416209 92.03258 6.614115 1.353304 131 60 0.41621 92.03248 6.614132 1.353392 2 0.045076 0.214954 99.67708 0.107966 61 0.416212 92.03239 6.614217 1.353389 3 0.06904 0.20609 99.14988 0.64403 62 0.416214 92.03232 6.614292 1.353387 4 0.087327 0.480594 97.7703 1.749103 63 0.416215 92.03225 6.614308 1.353443 5 0.098412 1.344574 95.31546 3.339967 64 0.416215 92.03219 6.614304 1.353505 6 0.103424 2.924881 92.29455 4.78057 65 0.416216 92.03216 6.614319 1.35352 7 0.105079 4.550355 89.92453 5.525112 66 0.416217 92.03215 6.614341 1.353511 8 0.105707 5.166767 89.20965 5.623579 67 0.416218 92.03213 6.614346 1.353526 9 0.106564 5.088842 89.36716 5.543993 68 0.416218 92.0321 6.614343 1.353559 10 0.108128 5.962852 88.48652 5.550627 69 0.416218 92.03207 6.61435 1.353577 11 0.110142 8.32812 86.12084 5.551045 70 0.416219 92.03207 6.61436 1.353574 12 0.111761 10.72734 83.79712 5.475537 71 0.41622 92.03206 6.614361 1.353574 13 0.112412 11.75047 82.83461 5.41492 72 0.41622 92.03205 6.614358 1.353589 14 0.112518 11.75555 82.81708 5.427369 73 0.41622 92.03204 6.614361 1.353603 15 0.112993 12.19894 82.36276 5.438292 74 0.41622 92.03202 6.614371 1.353605 16 0.114088 13.60698 81.01823 5.374792 75 0.416221 92.03202 6.614376 1.353603 17 0.115165 15.048 79.66908 5.282918 76 0.416221 92.03202 6.614374 1.353608 18 0.115643 15.65899 79.10116 5.239851 77 0.416221 92.03201 6.614374 1.353616 19 0.115684 15.67605 79.08059 5.243359 78 0.416221 92.032 6.614381 1.35362 20 0.115823 15.86789 78.89528 5.236829 79 0.416221 92.03199 6.614388 1.353619 21 0.11624 16.46477 78.33548 5.199747 80 0.416221 92.03199 6.61439 1.35362 22 0.116669 17.03687 77.7997 5.16343 23 0.116879 17.24461 77.60447 5.150926 24 0.116938 17.23271 77.61764 5.14965 25 0.117023 17.29949 77.55822 5.142282 26 0.117165 17.489 77.37871 5.132289 27 0.117282 17.64033 77.23018 5.129493 Variance Decomposition of D(CA): Period 1 S.E. 0.021464 D(BD) 0.350293 D(CA) 99.64971 D(ER) 0 132 28 0.117341 17.67309 77.19591 5.130991 54 0.117636 17.7912 77.068 5.140802 29 0.117384 17.66051 77.21071 5.128778 55 0.117636 17.79119 77.06791 5.140907 30 0.117437 17.68015 77.19532 5.124529 56 0.117637 17.79218 77.06695 5.140869 31 0.117481 17.72021 77.15441 5.125379 57 0.117638 17.79388 77.06536 5.14076 32 0.1175 17.73923 77.12985 5.130915 58 0.117639 17.7949 77.06436 5.140741 33 0.117512 17.73653 77.12941 5.134053 59 0.117639 17.795 77.0642 5.140802 34 0.117534 17.73556 77.13199 5.132449 60 0.11764 17.79509 77.06409 5.14082 35 0.117559 17.74149 77.12739 5.131121 61 0.11764 17.79566 77.06356 5.140775 36 0.117571 17.74446 77.12181 5.133735 62 0.117641 17.79627 77.06298 5.140751 37 0.117573 17.74373 77.11871 5.137557 63 0.117641 17.79646 77.06275 5.140783 38 0.117579 17.74641 77.11492 5.138677 64 0.117641 17.79645 77.06274 5.140815 39 0.117591 17.75187 77.11041 5.137719 65 0.117641 17.79658 77.06261 5.140805 40 0.117599 17.75379 77.10843 5.137783 66 0.117641 17.79684 77.06237 5.140785 41 0.117602 17.75289 77.10766 5.139452 67 0.117641 17.79698 77.06222 5.140796 42 0.117605 17.75577 77.10352 5.140711 68 0.117641 17.79699 77.06219 5.140823 43 0.117611 17.76303 77.09642 5.140547 69 0.117642 17.79702 77.06215 5.140831 44 0.117616 17.76827 77.09161 5.140117 70 0.117642 17.79713 77.06205 5.14082 45 0.117618 17.76876 77.09076 5.140484 71 0.117642 17.79722 77.06196 5.140818 46 0.117619 17.76931 77.08956 5.141133 72 0.117642 17.79723 77.06194 5.140831 47 0.117623 17.77398 77.08483 5.141192 73 0.117642 17.79724 77.06192 5.140842 48 0.117627 17.77996 77.07921 5.140826 74 0.117642 17.79729 77.06187 5.14084 49 0.11763 17.78268 77.07659 5.140734 75 0.117642 17.79736 77.06181 5.140835 50 0.11763 17.78269 77.07632 5.140991 76 0.117642 17.79738 77.06178 5.140839 51 0.117631 17.78389 77.075 5.141115 77 0.117642 17.79738 77.06178 5.140846 52 0.117633 17.78733 77.07174 5.140932 78 0.117642 17.7974 77.06175 5.140847 53 0.117636 17.79036 77.06889 5.140755 79 0.117642 17.79745 77.06171 5.140844 133 80 0.117642 17.79747 77.06168 5.140844 Variance Decomposition of D(ER): Period S.E. D(BD) D(CA) D(ER) 22 0.144262 15.24412 7.308236 77.44765 23 0.144267 15.24843 7.308981 77.44259 24 0.144274 15.25579 7.308343 77.43586 25 0.144278 15.26081 7.308151 77.43104 26 0.144279 15.26157 7.308606 77.42982 1 0.119291 0.135899 2.183324 97.68078 27 0.14428 15.26185 7.308964 77.42918 2 0.120035 0.145206 2.728488 97.12631 28 0.144283 15.26502 7.308834 77.42614 3 0.13768 9.98762 5.538023 84.47436 29 0.144287 15.26952 7.30848 77.422 4 0.140075 11.8706 6.514395 81.615 30 0.144289 15.27195 7.308279 77.41977 5 0.140619 12.23029 6.784092 80.98562 31 0.14429 15.27213 7.308265 77.41961 6 0.142163 13.25211 7.132423 79.61547 32 0.14429 15.27265 7.308225 77.41913 7 0.143067 14.14835 7.207294 78.64436 33 0.144292 15.27476 7.308044 77.41719 8 0.143536 14.68339 7.167942 78.14867 34 0.144294 15.27704 7.307853 77.4151 9 0.143898 15.053 7.135894 77.8111 35 0.144295 15.27797 7.307834 77.4142 10 0.144064 15.19999 7.154803 77.64521 36 0.144295 15.27796 7.307973 77.41407 11 0.14413 15.22564 7.199814 77.57454 37 0.144295 15.27828 7.308085 77.41364 12 0.144153 15.22926 7.221106 77.54963 38 0.144296 15.27916 7.308064 77.41278 13 0.144158 15.23199 7.221954 77.54605 39 0.144297 15.27986 7.308001 77.41214 14 0.144168 15.23557 7.226936 77.5375 40 0.144297 15.28002 7.308043 77.41194 15 0.144193 15.24044 7.248614 77.51095 41 0.144297 15.28 7.308193 77.41181 16 0.144222 15.244 7.275895 77.4801 42 0.144297 15.28019 7.308326 77.41149 17 0.14424 15.24393 7.292604 77.46347 43 0.144298 15.28047 7.30836 77.41117 18 0.144246 15.24274 7.296441 77.46082 44 0.144298 15.2806 7.308347 77.41106 19 0.144249 15.24347 7.296231 77.4603 45 0.144298 15.28059 7.308377 77.41103 20 0.144253 15.24474 7.299117 77.45614 46 0.144298 15.28062 7.308461 77.41092 21 0.144257 15.24419 7.304457 77.45136 47 0.144298 15.28071 7.308535 77.41075 134 48 0.144298 15.28077 7.30856 77.41067 19 1.918062 84.49705 0.944866 14.55809 49 0.144298 15.28077 7.308559 77.41067 20 1.955458 84.32124 1.016465 14.6623 50 0.144298 15.28078 7.308571 77.41064 21 1.981786 84.23009 1.174185 14.59572 22 2.004356 84.15603 1.495871 14.3481 23 2.030014 83.95373 2.058373 13.9879 24 2.061634 83.52181 2.881206 13.59699 25 2.096089 82.85231 3.902308 13.24538 26 2.12673 81.98937 5.018119 12.99251 0 27 2.149339 80.99836 6.133649 12.86799 2.165318 79.96173 7.177732 12.86054 j. Vietnam Variance Decomposition of BD: Period 1 S.E. 0.104554 BD CA 100 ER 0 2 0.31145 99.48337 0.026295 0.490333 28 3 0.609128 99.01824 0.05622 0.925536 29 2.179141 78.95121 8.10437 12.94442 2.193911 77.99207 8.898892 13.10903 4 0.938448 98.19288 0.081518 1.725606 30 5 1.231552 96.97192 0.104731 2.923348 31 2.209857 77.08237 9.572453 13.34518 6 1.442627 95.40397 0.120989 4.475036 32 2.225807 76.24615 10.14007 13.61379 7 1.562067 93.90868 0.127822 5.963503 33 2.240913 75.54598 10.60364 13.85038 8 1.61314 92.93559 0.127298 6.937108 34 2.255556 75.05039 10.95072 13.99889 9 1.627903 92.67523 0.125116 7.19965 35 2.271524 74.80521 11.16336 14.03143 10 1.631194 92.69968 0.128906 7.171413 36 2.290899 74.8159 11.23507 13.94903 11 1.636405 92.31218 0.149094 7.538726 37 2.313849 75.02755 11.18996 13.78249 12 1.647721 91.2063 0.199718 8.593986 38 2.337597 75.33095 11.08286 13.58619 13 1.662716 89.60332 0.295433 10.10125 39 2.358121 75.6162 10.97278 13.41102 14 1.67961 87.9121 0.440414 11.64748 40 2.372927 75.82707 10.89438 13.27854 2.382165 75.96345 10.85173 13.18482 15 1.704454 86.47473 0.611978 12.91329 41 16 1.746154 85.51456 0.762361 13.72308 42 2.387648 76.04353 10.83172 13.12474 2.391305 76.07472 10.82025 13.10503 2.394305 76.05448 10.81053 13.135 17 1.804185 85.00576 0.857023 14.13722 43 18 1.865981 84.72382 0.905603 14.37058 44 135 45 2.396954 75.98279 10.80396 13.21324 71 2.618995 71.3605 15.56107 13.07843 46 2.399191 75.86819 10.80594 13.32587 72 2.626098 71.36108 15.60559 13.03333 47 2.401417 75.72927 10.81875 13.45198 73 2.631966 71.36684 15.6444 12.98876 48 2.404884 75.59322 10.83754 13.56924 74 2.636514 71.36925 15.68252 12.94823 49 2.411031 75.48468 10.85453 13.66079 75 2.639936 71.36428 15.72095 12.91476 50 2.420352 75.41008 10.86821 13.72171 76 2.642527 71.34895 15.75941 12.89164 51 2.432004 75.35595 10.88768 13.75636 77 2.644541 71.32017 15.79839 12.88145 52 2.44454 75.30441 10.92822 13.76738 78 2.646147 71.27563 15.83962 12.88475 53 2.456914 75.24665 11.00408 13.74927 79 2.647506 71.21533 15.88513 12.89954 54 2.468913 75.18131 11.12476 13.69393 80 2.648863 71.14247 15.93579 12.92174 55 2.480918 75.10523 11.29468 13.60009 56 2.49334 75.00884 11.51422 13.47693 Variance Decomposition of CA: 57 2.506092 74.87784 11.78101 13.34114 Period 58 2.518445 74.69738 12.09097 13.21165 59 2.529448 74.45791 12.43774 13.10435 1 0.299464 0.199409 99.80059 0 S.E. BD CA ER 60 2.5386 74.1608 12.81111 13.02809 2 0.893432 0.047729 99.94673 0.005545 61 2.546172 73.81873 13.19683 12.98444 3 1.759907 0.01362 99.97025 0.016134 62 2.55292 73.44954 13.57953 12.97093 4 2.782932 0.034569 99.94979 0.01564 63 2.559545 73.06978 13.94629 12.98393 5 3.821592 0.071724 99.90736 0.020916 64 2.566372 72.694 14.28803 13.01797 6 4.757398 0.12435 99.84601 0.029642 65 2.57339 72.33814 14.59804 13.06382 7 5.524477 0.206355 99.75196 0.04169 66 2.580495 72.02056 14.87019 13.10925 8 6.113802 0.368453 99.57946 0.052082 67 2.587691 71.75903 15.09848 13.14249 9 6.558773 0.695473 99.24627 0.058253 68 2.595139 71.56573 15.27856 13.15572 10 6.912868 1.302026 98.64099 0.056987 69 2.602978 71.4429 15.41041 13.14669 11 7.227981 2.229341 97.71853 0.052128 70 2.611086 71.38081 15.50054 13.11865 12 7.541131 3.344875 96.60047 0.054657 136 13 7.869774 4.343829 95.58334 0.072833 39 13.79806 2.405006 97.08598 0.509014 14 8.215656 4.947413 94.95197 0.100618 40 13.96973 2.391554 97.10941 0.499036 15 8.571181 5.08248 94.79795 0.119567 41 14.14068 2.383629 97.12756 0.488808 16 8.925237 4.891742 94.98945 0.118808 42 14.31035 2.381229 97.14058 0.478189 17 9.266121 4.580565 95.3088 0.110631 43 14.47912 2.385742 97.14691 0.467352 18 9.583915 4.283141 95.59186 0.125 44 14.64783 2.397829 97.14552 0.456649 19 9.872895 4.038266 95.77613 0.185607 45 14.81722 2.415275 97.13833 0.446394 20 10.13302 3.837961 95.87166 0.290382 46 14.98743 2.43232 97.13091 0.43677 21 10.3693 3.668684 95.91765 0.413667 47 15.15808 2.441596 97.13049 0.427918 22 10.58965 3.521703 95.95398 0.524313 48 15.3284 2.437695 97.14224 0.420068 23 10.8029 3.393097 96.00341 0.60349 49 15.49765 2.419547 97.16683 0.41362 24 11.01692 3.284747 96.06643 0.648818 50 15.66523 2.389932 97.20095 0.409119 25 11.23659 3.200104 96.13184 0.668053 51 15.83066 2.353103 97.23983 0.407067 26 11.46222 3.135463 96.1937 0.670836 52 15.99351 2.3127 97.27968 0.407625 27 11.6896 3.078908 96.25659 0.664502 53 16.15341 2.27101 97.31859 0.410398 28 11.91206 3.019027 96.32767 0.653304 54 16.31009 2.229256 97.35622 0.414524 29 12.12335 2.952449 96.40823 0.639318 55 16.46349 2.188246 97.39274 0.419011 30 12.31975 2.88255 96.49378 0.623669 56 16.61372 2.148884 97.42803 0.423084 31 12.50074 2.81375 96.57883 0.607416 57 16.76109 2.112165 97.46151 0.426328 32 12.6687 2.747897 96.66045 0.591654 58 16.90593 2.078679 97.49272 0.428605 33 12.82775 2.684236 96.73865 0.577111 59 17.04841 2.048172 97.52194 0.429886 34 12.98262 2.621433 96.81465 0.563915 60 17.18855 2.019696 97.55019 0.430119 35 13.13766 2.560186 96.88803 0.55178 61 17.32624 1.992219 97.57857 0.429208 36 13.29606 2.50436 96.95527 0.540365 62 17.46131 1.965121 97.60779 0.427086 37 13.45935 2.458926 97.01159 0.529485 63 17.59371 1.938239 97.63795 0.423807 38 13.62724 2.426319 97.05461 0.519073 64 17.7235 1.911628 97.66879 0.419579 137 65 17.85093 1.885341 97.69996 0.414701 7 457.5229 2.587655 41.97205 55.4403 66 17.97643 1.859412 97.73112 0.409465 8 473.9923 2.738252 45.60052 51.66123 67 18.10051 1.83401 97.7619 0.404092 9 488.819 2.597835 48.81952 48.58265 68 18.2237 1.80962 97.79167 0.398712 10 507.0854 2.96366 51.7056 45.33074 69 18.34653 1.787049 97.81955 0.393398 11 537.0535 5.7036 53.81696 40.47944 70 18.46937 1.767157 97.84466 0.388187 12 582.381 10.19616 55.37005 34.43379 71 18.59245 1.750467 97.86644 0.383097 13 643.3468 15.32858 56.39394 28.27748 72 18.71588 1.736987 97.88489 0.378126 14 709.5869 18.70627 57.89944 23.3943 73 18.83968 1.726343 97.90041 0.37325 15 774.7529 20.39206 59.71944 19.8885 74 18.96385 1.718073 97.91349 0.368432 16 832.0841 20.6543 61.88523 17.46047 75 19.08843 1.711827 97.92452 0.363655 17 880.6721 20.34098 63.93829 15.72074 76 19.21346 1.70734 97.93372 0.358938 18 920.4478 19.83601 65.74525 14.41874 77 19.33896 1.704253 97.94141 0.354338 19 953.5296 19.39413 67.16997 13.4359 78 19.46486 1.701919 97.94815 0.349928 20 981.5 18.98371 68.29807 12.71822 79 19.59099 1.699377 97.95484 0.345787 21 1005.852 18.54072 69.25528 12.20399 80 19.71714 1.695555 97.96246 0.341989 22 1027.655 17.96553 70.19017 11.8443 23 1048.33 17.28864 71.13936 11.572 24 1069.611 16.63705 72.01737 11.34558 25 1092.753 16.14703 72.71852 11.13445 Variance Decomposition of ER: Period S.E. BD CA ER 26 1117.887 15.85541 73.2044 10.94019 1 222.0591 2.612014 4.689159 92.69883 27 1143.836 15.69424 73.54194 10.76382 2 285.7994 2.894202 9.099047 88.00675 28 1169.071 15.59087 73.80752 10.60161 3 330.6353 2.239815 14.15427 83.60592 29 1192.32 15.51309 74.0524 10.4345 4 365.5443 2.512366 22.56894 74.9187 30 1213.074 15.47369 74.27727 10.24905 5 408.3639 2.051244 30.44842 67.50033 31 1231.409 15.48716 74.47055 10.04229 6 437.144 2.539115 37.14865 60.31224 32 1247.773 15.54988 74.62568 9.824447 138 33 1262.585 15.62458 74.76617 9.609254 42 1366.853 14.14306 77.40012 8.45682 34 1276.118 15.65653 74.93512 9.40835 43 1379.11 14.02681 77.61988 8.353309 35 1288.555 15.60059 75.17138 9.228029 44 1392.425 13.97856 77.79018 8.231265 36 1300.159 15.44979 75.48053 9.069677 45 1406.99 13.99985 77.90932 8.090835 37 1311.279 15.23207 75.83545 8.932485 46 1422.699 14.06787 77.99637 7.935756 38 1322.219 14.98685 76.19794 8.815212 47 1439.196 14.14236 78.08617 7.771461 39 1333.149 14.74293 76.54124 8.715824 48 1456.053 14.18513 78.21197 7.602904 40 1344.145 14.51494 76.85604 8.62902 49 1472.947 14.17598 78.39015 7.433869 41 1355.309 14.31132 77.14264 8.546041 50 1489.725 14.11407 78.61806 7.26787 139 LAMPIRAN 6. PERBANDINGAM PERTUMBUHAN GDP DAN SUKU BUNGA PADA NEGARA-NEGARA MIDDLE INCOME DI ASEAN Sumber: IMF, 2010 Keterangan: a. Indonesia, b. Malaysia, c. Filipina, d. Thailand LAMPIRAN 7. PERBANDINGAM PERTUMBUHAN GDP DAN KONSUMSI PADA NEGARA-NEGARA LOW INCOME DI ASEAN Sumber: IMF, 2010 Keterangan: a. Kamboja, b. Laos, c. Myanmar, d. Vietnam