15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perbankan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Perbankan
Dalam pembangunan suatu bangsa, mencakup didalamnya pembangunan
ekonomi, memerlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai, karena
pembangunan sangat memerlukan ketersediaan dana. Oleh karena itu keberadaan
lembaga keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Lembaga
keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi
menjadi dua, yaitu Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB). Keduanya merupakan lembaga intermediasi keuangan.
Susilo,dkk (2004:7) mengungkapkan pengertian lembaga keuangan sebagai
berikut :
“Lembaga keuangan baik bank maupun lembaga keuangan bukan
bank mempunyai peran penting bagi aktivitas perekonomian. Peran
strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut, sebagai
wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup
rakyat. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan
lembaga perantara keuangan (finance intermediaries) sebagai
prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran
perekonomian.”
Dalam dunia modern sekarang ini, diperlukannya peran serta lembaga
keuangan bagi pembangunan ekonomi, terutama peranan perbankan sangatlah
besar dalam memajukan perekonomian. Hampir semua sektor yang berhubungan
dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena
itu, saat ini dan di masa yang akan datang dalam menjalankan aktivitas keuangan
baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan tidak akan terlepas
dari dunia perbankan.
2.1.1
Pengertian Bank
Bagi masyarakat, bank merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi. Bank adalah suatu tempat yang dijadikan sebagai tempat untuk
melakukan transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat
15
16
mengamankan uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan
pembayaran, atau melakukan penagihan. Disamping itu peranan perbankan sangat
mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara.
Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya
memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Agar pengertian bank menjadi
jelas, penulis mengutip beberapa definisi atau rumusan yang dkemukakan para
penulis sebagai berikut :
Pengertian bank menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 sebagai
berikut :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak.”
Pengertian Bank menurut Dendawijaya (2006:14) adalah :
“Suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari
pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak
yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada
waktu yang ditentukan.”
Sedangkan menurut Kasmir (2003:2), bank didefinisikan sebagai berikut :
“Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa
bank lainnya.”
Dari beberapa pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan
sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya menghimpun dana berupa giro,
deposito, tabungan, dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana,
kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana
melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat banyak.
17
2.1.2
Fungsi Bank
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan atau sebagai financial intermediaries. Secara spesifik fungsi bank seperti
yang dikemukakan oleh Budisantoso dan Triandaru (2006:9), sebagai berikut :
1.
Agent of Trust (Jasa dengan kepercayaan)
Dasar utama perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal
menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Masyarakat percaya
bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan
dikelola dengan baik oleh bank. Pihak bank sendiri akan mau
menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat
dengan dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur
tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mempunyai
kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank
percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan
pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2.
Agent of Development (Jasa untuk pembangunan)
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan
sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak dapat dipisahkan, karena keduanya
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil
tidak akan berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja
dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi,
distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah
kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
18
3.
Agent of Service (Jasa pelayanan)
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan
kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara
lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga,
jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga
bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary institution).
2.1.3
Jenis-Jenis Bank
Dalam praktiknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan seperti yang di atur dalam undang-undang Perbankan. Menurut
Kasmir (2003:20) jenis-jenis perbankan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :
1.
Segi Fungsi
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967
yang dikutip oleh Kasmir (2003:20) jenis perbankan menurut fungsinya terdiri
dari :
a.
Bank Umum
b.
Bank Pembangunan
c.
Bank Tabungan
d.
Bank Pasar
e.
Bank Desa
f.
Dan Bank Jenis Lainnya.
Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sesuai
dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 sebagai berikut :
a.
Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
19
dalam lalu lintas pembiayaan. Sifat yang diberikan adalah umum, dalam
arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula
dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank
umum sering disebut dengan bank komersil (commercial bank).
b.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya
disini kegiatan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit dibandingkan
dengan kegiatan bank umum.
2.
Segi Kepemilikan
Ditinjau dari segi kepemilikan, yang maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan
penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank tersebut
sebagai berikut :
a.
Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun
modalnya sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Disamping itu
ada bank milik pemerintah daerah (Pemda). Bank Pemerintah Daerah
(BPD) berada di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi.
Dan kepemilikan modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masingmasing tingkatan.
b.
Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta nasional seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh
swasta nasional. Dalam hal ini bank swasta nasional akte pendiriannya pun
didirikan oleh swasta, disamping itu pembagian keuntungannya untuk
swasta pula.
20
c.
Bank Milik Koperasi
Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan saham-sahamnya
dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh
adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin).
d.
Bank Milik Asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Bank milik asing ini
kepemilikannya dimiliki sepenuhnya oleh pihak asing/luar negeri.
e.
Bank Milik Campuran
Bank milik campuran kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional. Dalam hal ini, kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3.
Segi Status
Bank dilihat dari segi statusnya artinya dilihat dari segi kemampuannya
melayani masyarakat, terutama bank umum. Pembagian jenis ini disebut juga
pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau
status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik
dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Untuk
memperoleh status tertentu diperlukan penilaian dengan kriteria tertentu pula.
Berikut ini beberapa jenis bank dilihat dari segi statusnya diantaranya :
a.
Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque,
pembukaan dan pembayaran letter of credit dan transaksi lainnya.
Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank
Indonesia.
b.
Bank Non Devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
21
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank non-devisa
merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas-batas negara (dalam negeri).
4.
Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi cara menentukan harga, baik itu harga jual
maupun harga beli, dibagi kedalam dua kelompok, yaitu :
a.
Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank
yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan
dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan
prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu :
1) Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro,
tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga
tertentu.
2) Untuk
jasa-jasa bank
lainnya
pihak
perbankan
konvensional
menggunakan atau menetapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal
atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa,
iuran, dan biaya-biaya lainnya.
b.
Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam menentukan harga dari
produknya sangat berbeda dengan bank dengan prinsip konvensional.
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan
harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah sebagai berikut :
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip hasil bagi (mudharabah).
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).
3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).
22
4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah).
5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina).
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, penentuan biaya-biaya jasa
bank lainnya juga disesuaikan dengan Syariah Islam. Sumber penentuan
harga atau pelaksanaan kegiatan bank dengan prinsip syariah dasar
hukumnya adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip
syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga
tertentu, karena bunga adalah riba.
2.1.4
Kegiatan-Kegiatan Bank
Kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan
perbankan secara sederhana dapat dikatakan adalah menghimpun dana dan
menyalurkan dana kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatannya bank
dibedakan antara kegiatan bank umum dengan bank perkreditan rakyat. Yang
membedakannya secara garis besar adalah kegiatan bank umum yang lebih luas
dari kegiatan bank perkreditan rakyat. Dalam hal ini produk yang ditawarkan oleh
bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan karena bank umum memiliki
kebebasan dalam menentukan produk dan jasanya. Sedangkan bank perkreditan
rakyat memiliki keterbatasan tertentu, itulah yang menyebabkan kegiatan bank
perkreditan rakyat lebih sempit dibandingkan dengan bank umum.
Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia
menurut Kasmir (2008:42) sebagai berikut :
1.
Kegiatan-kegiatan Bank Umum
a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)
Kegiatan menghimpun dana (funding) merupakan kegiatan membeli dana
dari masyarakat. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara
menawarkan berbagai jenis simpanan. Jenis-jenis simpanan tersebut
diantaranya :
23
1) Simpanan Giro (Demand Deposit)
Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau surat
pemindahbukuan yang lain.
2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu
yang telah disepakati. Syarat-syarat tertentu tersebut misalnya harus
ditarik secara tunai, penarikan hanya dalam kelipatan nominal
tertentu, jumlah penarikan tidak boleh melebihi saldo minimal
tersebut.
3) Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan
(deposan) dengan bank yang bersangkutan.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending)
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank
dilakukan melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat dikenal
dengan nama kredit. Secara umum jenis kredit meliputi :
1) Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk
perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik atau untuk keperluan
rehabilitasi.
2) Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
3) Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan untuk perdagangan,
biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
24
biasanya diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang
akan membeli barang dalam jumlah besar.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services)
Kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi bank dari nasabahnya,
dan memberikan kontribusi keuntungan yang besar bagi bank. Jasa-jasa
bank yang ditawarkan diantaranya :
1) Transfer (kiriman uang)
2) Inkaso (collection)
3) Kliring (clearing)
4) Safe Deposit Box
5) Bank Card
6) Bank Notes (Valas)
7) Bank Garansi
8) Referensi Bank
9) Bank Draft
10) Letter of Credit (L/C)
11) Cek Wisata
12) Jual beli surat-surat berharga
13) Menerima setoran-setoran, seperti :
a) Pembayaran pajak
b) Pembayaran telepon
c) Pembayaran air
d) Pembayaran listrik
e) Pembayaran uang kuliah
14) Melayani pembayaran-pembayaran, seperti :
a) Membayar gaji/pensiun/honorarium
b) Pembayaran deviden
c) Pembayaran kupon
d) Pembayaran bonus/hadiah
15) Di pasar modal perbankan dapat menjadi :
a) Penjamin emisi (underwriter)
25
b) Penjamin (guarantor)
c) Wali amanat (trustee)
d) Perantara perdagangan efek (pialang/broker)
e) Pedagang efek (dealer)
f) Perusahaan pengelola dana (investment company)
16) Dan jasa-jasa lainnya
2.
Kegiatan-kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
Secara garis besar kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sama dengan
Bank Umum, hanya jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit.
Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat, yaitu :
a. Menghimpun dana dalam bentuk :
1) Simpanan Tabungan
2) Simpanan Deposito
b. Menyalurkan dana dalam bentuk :
1) Kredit Investasi
2) Kredit Modal Kerja
3) Kredit Perdagangan
3.
Kegiatan-kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing
Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan bank campuran dan bank asing di
Indonesia :
a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran dilarang menerima
simpanan dalam bentuk simpanan tabungan.
b. Kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu seperti :
1) Perdagangan Internasional
2) Bidang Industri dan Produksi
3) Penanaman Modal Asing/Campuran
4) Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional.
26
c. Untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank campuran
dan bank asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia
seperti berikut :
1) Jasa Transfer
2) Jasa Kliring
3) Jasa Inkaso
4) Jasa Jual Beli Valuta Asing
5) Jasa Bank Card
6) Jasa Bank Draft
7) Jasa Safe Deposit Box
8) Jasa Pembukaan dan Pembayaran L/C
9) Dan jasa bank umum lainnya.
2.1.5
Dana Bank
2.1.5.1 Pengertian Dana Bank
Bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang memiliki
peranan penting dalam memenuhi kebutuhan dana. Perusahaan keuangan memang
bidang utama usahanya adalah menyediakan fasilitas pembiayaan dana bagi
perusahaan lainnya dan hampir tidak ada badan usaha yang tidak memerlukan
dana. Karena dana merupakan masalah pokok yang selalu muncul dalam setiap
usaha.
Dana bank memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan
kegiatan operasional bank itu sendiri. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu
bank, semakin besar peluangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam
mencapai tujuannya. Oleh karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk
memperoleh dana yang optimal.
Yang dimaksud dengan sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya
bahwa bank adalah lembaga keuangan yang dimana kegiatan sehari-harinya
adalah menghimpun dana dan memberikan pinjaman. Menurut Hasibuan
(2005:56) bahwa dana bank atau loanable fund adalah sejumlah uang yang
27
dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. Dana untuk
membiayai operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung dari bank
itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga
lainnya, tetapi yang paling penting bagi bank adalah bagaimana memilih dan
mengelola sumber dana yang tersedia.
2.1.5.2 Sumber-sumber Dana Bank
Bank mendapatkan dana untuk kegiatan operasionalnya yang berasal dari
beberapa sumber yaitu sumber internal dan eksternal. Sumber internal yang
disebut juga modal sendiri sifatnya tetap dan tidak membayar bunga tetap.
Sumber eksternal berasal dari tabungan masyarakat, perusahaan dan pemerintah.
Sumber eksternal ini disebut juga modal asing yang sifatnya sementara dan
berbunga.
Sumber-sumber dana bank yang dikemukakan oleh Kasmir (2008:66)
sebagai berikut :
1.
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri
maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Di samping
itu, pihak perbankan dapat pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang
belum digunakan.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dana sendiri terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham.
Yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham
pada waktu bank berdiri.
b. Cadangan-cadangan bank.
Maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak
dibagikan kepada para pemegang sahamnya. Candangan ini sengaja
disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi/laba ditahan.
Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang
bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan untuk modal sementara waktu.
28
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak tidak perlu membayar
bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke pihak lain.
2.
Dana yang berasal dari masyarakat luas.
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Sumber dana dari masyarakat
luas dapat dilakukan dalam bentuk :
a. Simpanan giro (demand deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
b. Simpanan tabungan (saving deposit)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga yang dikeluarkan oleh bank yang
penyetoran dan penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku di masing-masing bank.
c. Simpanan deposito (time deposit)
Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya.
3.
Dana yang bersumber dari lembaga lainnya.
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam
pencarian sumber dana yang pertama dan kedua. Dana yang diperoleh dari
sumber dana ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksitransaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh
dari :
a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia
Merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang
mengalami kesulitan likuiditasnya.
29
b. Pinjaman antar bank
Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah
kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini lebih bersifat jangka
pendek dengan bunga yang relatif tinggi.
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri
Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar
negeri.
d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Dalam
hal
ini
pihak
perbankan
menerbitkan
SBPU
kemudian
diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan
maupun non keuangan.
2.1.5.3 Fungsi Sumber Dana Bank
Sumber dana bank selain berfungsi untuk membiayai kegiatan operasional
bank juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah penting dalam kelangsungan
operasional bank. Menurut Taswan (2006:32) bahwa beberapa fungsi sumber
dana bagi bank, yaitu :
1.
Sebagai Alat Pembayaran Kegiatan Usaha
Dana yang dihimpun memiliki karakteristik yang berbeda baik dari jangka
waktu, tingkat bunga, maupun cara penarikannya. Oleh karena itu sumber
dana akan ditempatkan untuk membiayai usahanya dengan melihat
karakteristiknya. Misalnya, untuk membiayai kebutuhan dana jangka pendek,
kredit jangka pendek, kredit jangka panjang, perdagangan surat berharga, dll.
2.
Sebagai Sumber Likuiditas Bank
Dana yang dihimpun selain untuk membiayai kegiatan usahanya, juga untuk
memelihara likuiditas bank. Pemeliharaan likuiditas bank dicermati dari dana
yang ditempatkan pada kas ataupun giro wajib (giro BI). Semakin banyak
sumber dana yang ditempatkan pada pos-pos tersebut, maka semakin likuid
bank yang bersangkutan, sebaliknya semakin mengecil dana yang
ditempatkan pada pos tersebut mengindikasikan likuiditas bank bank yang
bersangkutan relatif ketat.
30
3.
Sebagai Tolak Ukur Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank yang
Bersangkutan
Besarnya dana pihak ketiga dapat dijadikan indikasi tingkat kepercayaan
masyarakat pada bank yang bersangkutan. Semakin tinggi dana pihak ketiga,
maka masyarakat akan semakin percaya kepada bank yang bersangkutan.
Sebaliknya bila dana pihak ketiga pada bank tersebut kecil, maka masyarakat
semakin tidak percaya pada bank tersebut.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan
Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.
Pengertian laporan keuangan menurut Martono dan Harjito (2005:51)
sebagai berikut :
“Laporan
keuangan
(financial
statement)
merupakan
ikhtisar
mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu.”
Menurut Riyanto (2001:327) laporan keuangan adalah :
“Laporan keuangan (financial statement) memberikan ikhtisar
mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca
(balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri
pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi (income statement)
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu
biasanya meliputi periode satu tahun.”
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan
bertujuan untuk memberikan berbagai informasi mengenai aktivitas perusahaan,
keadaan keuangan perusahaan, dan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan
pada suatu periode tertentu, yang dapat bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
31
2.2.2
Tujuan dan Kegunaan Laporan Keuangan
Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri.
Menurut Harahap (2002:6), empat tujuan laporan keuangan adalah :
1.
Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang
terbatas dan untuk menetapkan tujuan.
2.
Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan
faktor produksi lainnya.
3.
Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.
4.
Membantu fungsi dan pengawasan sosial.
Lebih lanjut menurut Harahap (2002:99), bahwa tujuan laporan keuangan
dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan posisi
keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar
sesuai dengan GAAP (General Accepted Accounting Principle).
2.
Tujuan Umum
a.
Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud :
1) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
2) Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya.
3) Untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
hutang-hutangnya.
4) Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaannya yang ada
untuk pertumbuhan perusahaan.
b.
Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan
maksud :
1) Memberikan
gambaran
pemegang saham.
tentang deviden
yang diharapkan
32
2) Menunjukkan
kewajiban
kemampuan
kepada
perusahaan
kreditur,
supplier,
untuk
membayar
pegawai,
pajak,
pengumpulan dana untuk pelunasan.
3) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan.
4) Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba
dalam jangka panjang.
c.
Memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
menaksirkan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d.
Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
harta dan kewajiban.
e.
Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para
pemakai laporan keuangan.
Laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu
bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian
kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak
dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan.
2.2.3
Pihak-Pihak yang Berkepentingan
Pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan
berbagai pihak. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan
tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh bank. Menurut
Harahap (2002:7), pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan
keuangan bank sebagai berikut :
1.
Pemilik Perusahaan
Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk :
a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen
b. Mengetahui hasil dividen yang akan diterima
c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya
d. Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham
e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa datang
33
f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi
investasi.
2.
Manajemen Perusahaan
Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan untuk :
a. Alat untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan kepada pemilik
b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi,
bagian, atau segmen tertentu
c. Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi,
bagian, atau segmen
d. Menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab
e. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya
diambil kebijaksanaan baru
f. Memenuhi ketentuan dalam undang-undang, peraturan, anggaran
dasar, pasar modal, dan lembaga regulator lainnya.
3.
Investor
Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk :
a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan
c. Menilai kemungkinan melakukan divestasi pada perusahaan
d. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang.
4.
Kreditur atau Banker
Bagi kreditur, banker, atau supplier, laporan keuangan digunakan untuk :
a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang
b. Menilai kualitas jaminan kredit atau investasi untuk menopang kredit
yang akan diberikan
c. Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin
diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan
d. Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan
sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit
34
e. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang
sudah disepakati.
5.
Pemerintah dan Regulator
Bagi pemerintah atau regulator, laporan keuangan dimaksudkan untuk :
a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar
b. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru
c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain
d. Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan
e. Bagi lembaga pemerintahan lainnya bisa menjadi bahan penyusunan
data dan statistik.
6.
Analis, Akademis, Pusat Data Bisnis
Para analis, akademis, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data
bisnis seperti PDBI, Moody’s, Perfindo, dan yang lainnya, laporan
keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi primer yang
diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisa,
ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi.
2.2.4
Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Sama seperti lembaga keuangan lainnya, bank juga memiliki beberapa
jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PSAK. Artinya laporan
keuangan ini dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dimana menurut
Hessel (2003:147) jenis-jenis laporan keuangan utama bank yang dimaksud
sebagai berikut :
1.
Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah suatu laporan tentang posisi finansial sebuah perusahaan
pada waktu tertentu. Dalam neraca terdapat dua komponen utama yaitu
aset (aktiva) dan kewajiban (pasiva).
2.
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang merangkum pendapatanpendapatan (revenues) dan biaya-biaya (expenses) perusahaan pada suatu
periode akuntansi, biasanya satu tahun. Dalam laporan laba rugi ini juga
35
bisa dicantumkan informasi tentang laba per lembar saham (EPS) dan
dividen per lembar saham (DPS).
3.
Laporan Laba Ditahan (Statement of Retained Earnings)
Laporan laba ditahan adalah suatu laporan yang menunjukkan berapa besar
laba perusahaan yang ditahan (untuk ekspansi bisnis) dan berapa yang
dibayarkan sebagai dividen.
4.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah suatu laporan yang menunjukkan aliran kas yang
terjadi sebagai akibat kegiatan operasi, investasi dan pembiayaan
perusahaan pada suatu periode akuntansi.
2.3
Tingkat Kesehatan Bank
2.3.1
Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Penilaian tingkat kesehatan bank pada prinsipnya merupakan kepentingan
semua pihak yang terkait, baik pemilik,pengelola bank, masyarakat pengguna jasa
bank dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya.
Tingkat kesehatan bank menurut Taswan (2006:381) adalah :
“Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja
suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset,
manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko
pasar.”
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi
yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Standar untuk melakukan
penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank
Indonesia dengan cara bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat
rutin ataupun berkala mengenai seluruh aktivitasnya. Dari laporan ini dipelajari
dan dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi kesehatannya dan akan
memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki kesehatannya. Kesehatan suatu
bank menurut Susilo,dkk (2003:22) adalah :
36
“Kesehatan suatu bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.”
Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan
kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehatihatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa
perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan
tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat,
sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.
Tolak ukur dalam penilaian tingkat kesehatan bank adalah penilaian faktor
CAMEL yang terdiri dari permodalan (capital), kualitas aset (asset quality),
manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity). Bagi
perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai
salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang.
2.3.2
Penilaian Kecukupan Permodalan (Capital)
Bank-bank yang ada di Indonesia tidak semua dapat dikatakan sehat,
khususnya di bidang permodalan. Peranan modal sangat penting dalam usaha
perbankan. Kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila bank
tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada saat-saat kritis, bank tetap
dalam posisi aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia.
Penilaian pertama dalam analisis CAMEL adalah aspek permodalan,
dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada
kewajiban penyediaan modal minimum bank. Kecukupan modal (capital
adequacy)
adalah
nilai
yang
menunjukkan
kemampuan
bank
dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang
timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Penilaian tersebut
didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan oleh BI, yaitu
perbandingan antara modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
37
Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.23/67/Kep/DIR
Tanggal 28 Februari 1991 (PakFeb’91) yang dipertegas melalui Peraturan
Bank Indonesia No.3/21/PBI/2001 tentang kewajiban modal minimum bank,
menetapkan bahwa rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) harus
mencapai 8%.
2.3.2.1 Pengertian Modal Bank
Bank didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas, karena itu
manajemen bank selalu berusaha menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk
dapat mempertahankan dan mengembangkan lembaga perbankan diperlukan daya
saing yang memadai. Untuk dapat bersaing, bank harus bekerja pada tingkat
efisiensi yang tinggi dan selalu berusaha menekan risiko. Selain itu bank harus
dapat menciptakan pengembangan sistem dan prosedur pelayanan serta sistem
informasi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan operasional bank
semakin lancar dan juga bank memiliki modal yang cukup dan sehat sebagai
penggerak operasi bank.
Pengertian modal bank menurut Taswan (2006:71) adalah :
“Modal bank adalah dana yang diinvestasikan pemilik dalam rangka
pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan
usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh
otoritas moneter.
Menurut Dendawijaya (2006:38), modal bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia terdiri dari :
1.
Modal Inti
Modal inti adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan
perincian sebagai berikut :
a. Modal disetor
Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
38
b. Agio saham
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum
Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai
anggaran masing-masing.
d. Cadangan tujuan
Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota.
e. Laba ditahan
Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan
untuk tidak dibagikan.
f. Laba tahun lalu
Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota.
g. Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti
anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada
anak perusahaan tersebut.
2.
Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari
laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan
modal. Secara terperinci modal pelengkap dapat berupa :
39
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan
dari Direktorat Jendral Pajak.
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasi
Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasi adalah cadangan
yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal
ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktif.
c. Modal pinjaman
Modal pinjaman adalah hutang yang didukung oleh instrumen atau
warkat yang memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri
tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat dilunasi atau
ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI.
d. Pinjaman subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai
syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi
pinjaman yang mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan tidak
dijamin oleh bank yang bersangkutan, telah disetor penuh minimal 5
tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank
Indonesia.
2.3.2.2 Fungsi Modal Bank
Modal bank berfungsi untuk membiayai seluruh kegiatan operasional
bank, dan juga untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan
bank tersebut untuk tetap eksis dan menjalankan usahanya dengan baik dan
bertanggung jawab. Menurut Taswan (2006:72) fungsi dari modal bank adalah :
1.
Untuk melindungi deposan dengan menangkal semua kerugian usaha
perbankan sebagai akibat salah satu atau kombinasi risiko perbankan,
misalnya likuidasi bank.
40
2.
Untuk
meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
berkenaan
dengan
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan
memberi keyakinan mengenai kelanjutan operasi bank meskipun terjadi
kerugian.
3.
Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap seperti gedung, peralatan dan
sebagainya.
4.
Untuk memenuhi regulasi permodalan yang sehat menurut otoritas
moneter.
2.3.2.3 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas harus meyesuaikan diri
terhadap perkembangan perbankan internasional untuk dapat menyiapkan
perbankan nasional menjadi bank yang siap bersaing. Untuk itu pula maka Bank
Indonesia mengeluarkan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang
dapat menjadi persyaratan bagi bank dalam mengelola modalnya tanpa
mengabaikan risiko.
Ketentuan tentang penyediaan modal minimum bank umum yang berlaku
di Indonesia mengikuti standar Bank of International Settlements (BIS). Sejalan
dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 28 Februari
1991 (PakFeb’91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
Berikut adalah langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum
bank menurut Dendawijaya (2006:41) :
1.
ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masingmasing pos aktiva neraca tersebut.
2.
ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari
masing-masing pos rekening tersebut.
3.
Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.
41
4.
Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.
Hasil perhitungan rasio diatas kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum yaitu sebesar 8%. Berdasarkan hasil perbandingan
tersebut, dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi
ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara
perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan
100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR
(kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100% berarti modal
bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.
2.3.2.4 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio keuangan yang
digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank yang dilihat dari aspek Capital.
Rasio ini mengukur tingkat kecukupan modal yang dimiliki oleh suatu bank.
Berikut ini adalah beberapa pengertian CAR menurut beberapa ahli, yaitu :
Pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Susilo,dkk (2003:27)
sebagai berikut :
“Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kewajiban penyediaan modal
minimum yang selalu harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai
suatu proporsi tertentu dati total aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR).”
Menurut Dendawijaya (2006:121) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah:
“Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit
yang diberikan.”
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) merupakan suatu indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan
kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga,
42
dengan rasio minimum 8% atas permodalan terhadap aktiva yang menggandung
risiko.
Besarnya nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank menurut
Taswan (2006:383) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CAR
Modal Bank
ATMR
Susilo,dkk (2003:28) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
didapat dengan cara membagi modal inti ditambah modal pelengkap dibagi
ATMR. ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan
dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak
berisiko diberi bobot 0%, dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%.
Dengan demikian ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan
antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. Perhitungan Capital Adequacy Ratio
(CAR) secara lengkap dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
1.
Dasar perhitungan kebutuhan modal
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR. Pengertian aktiva
dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca
maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana yang tercermin
pada kewajiban yang masih bersifat kontijen dan atau komitmen yang
disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR
terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang didasarkan
pada golongan nasabah penjamin serta sifat agunan. Dapat ditambahkan
bahwa untuk kredit-kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap,
maka bobot risiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada
tahap yang bersangkutan.
2.
Bobot risiko aktiva neraca
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diatas, maka rincian bobot
risiko untuk semua aktiva neraca bank baik dalam rupiah maupun valuta
asing sebagai berikut :
0% :
a. Kas
b. Emas dan mata uang emas
43
c. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh :
1) Pemerintah Pusat Republik Indonesia
2) Bank Indonesia
3) Bank sentral negara lain
4) Pemerintah pusat negara lain
d. Tagihan yang dijamin dengan uang kas, uang kertas asing, emas,
mata uang emas, serta giro, deposito, dan tabungan pada bank
yang bersangkutan sebesar nilai jaminannya. Jaminan jenis ini
dalam laporan bulanan dilaporkan dengan sandi golongan
penjamin dari bank yang bersangkutan.
20% : Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga
yang diterbitkan atau dijamin oleh :
a.
Bank-bank di dalam negeri (termasuk kantor cabang dari bank
yang berkedudukan di luar negeri)
b.
Pemerintah daerah di Indonesia
c.
Lembaga non departemen di Indonesia
d.
Bank-bank pembangunan multilateral
e.
Bank-bank utama (prime bank) di luar negeri
50% : a.
Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dijamin oleh hipotik
pertama dengan tujuan untuk dihuni.
b.
Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN dan
perusahaan milik pemerintah pusat megara lain.
100% : a.
Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh :
1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2) Koperasi
3) Perusahaan Swasta
4) Perorangan
5) Lainnya
44
b.
Penyertaan yang tidak dikonsolidasikan termasuk penyertaan
pada bank lain .
c.
Aktiva tetap dan inventori (nilai buku)
d.
Rupa-rupa aktiva
e.
Antar kantor aktiva neto yaitu antar kantor aktiva dikurangi
pasiva.
2.3.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (CAR)
Nilai CAR dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, khususnya oleh kinerja
bank itu sendiri yang dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam mengelola
permodalannya. Menurut Amaliawati (2001:42), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi posisi CAR dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Tingkat kualitas manajemen bank yang bersangkutan
2.
Tingkat likuiditas yang dimilikinya
3.
Tingkat kualitas dari aset
4.
Struktur dari depositonya
5.
Tingkat kualitas dari sistem dan prosedur operasinya
6.
Tingkat kualitas dari karakter para pemilik sahamnya
7.
Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang
8.
Riwayat pemupukan modal dan pertautan laba yang diperolehnya.
2.3.3
Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (Asset)
2.3.3.1 Pengertian Aktiva Produktif
Aktiva produktif (Asset Quality) ini menunjukkan kualitas aset
sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan
investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank
dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat
kolektibilitasnya, yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet.
Perbedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya
cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh
45
bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang terjadi. Berdasarkan
PakFeb 1991, bank wajib membentuk cadangan tersebut sekurang-kurangnya
sebesar 1 % dari seluruh aktiva produktif ditambah dengan :
1.
3 % dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar
2.
50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan
3.
100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet.
Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:53), penilaian pendekatan
kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
1.
Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif
2.
Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit
3.
Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset)
dibandingkan aktiva produktif
4.
Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP)
5.
Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
6.
Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
7.
Dokumentasi aktiva produktif
8.
Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
2.3.3.2 Non Performing Loan (NPL)
Selain itu, penentuan tingkat kesehatan kualitas aktiva produktif yang
sehat menurut Bank Indonesia sangat erat kaitannya dengan tingkat Non
Performing Loan (NPL) yang boleh dimiliki bank. NPL merupakan salah satu
rasio yang digunakan dalam menilai Kualitas Aktiva Produktif (KAP).
Non Performing Loan (NPL) menurut Taswan (2006:382) adalah :
“Non Performing Loan (NPL) adalah tingkat kredit bermasalah yang
dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak
ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain.”
Kredit bermasalah adalah kredit yang diklasifikasikan dalam kredit kurang
lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan kredit bermasalah itu sendiri dihitung
46
secara kotor (gross) dengan tidak mengurangkan dengan penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Penyesuaian terhadap KAP dilakukan karena di Indonesia hanya Bank
Indonesia dan bank yang bersangkutan yang mengetahui tingkat kolektibilitas
kualitas aktiva tersebut. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
kualitas asset antara lain dilakukan salah satunya melalui penilaian terhadap
komponen non performing loan yaitu membandingkan antara kredit tidak lancar
dengan total kredit yang diberikan (Budisantoso dan Triandaru, 2006:53).
Batas aman NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu maksimal
sebesar 5%. Non Performing Loan (NPL) ini menunjukkan bahwa kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.
Secara formulasi menurut Taswan (2006:390) sebagai berikut:
NPL
Kredit Bermasalah
Total Kredit
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.23/12/BPPD tanggal 28
Februari 1991, yang termasuk ke dalam aktiva produktif adalah :
1.
Surat berharga
2.
Penempatan pada bank lain
3.
Penyertaan
4.
Kredit yang disalurkan
5.
Transaksi rekening administratif.
2.3.4
Penilaian Manajemen (Management)
Penilaian manajemen ini menunjukkan kemampuan
manajemen bank
untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang
timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target.
Penilaian manajemen menurut penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
adalah :
47
“Penilaian manajemen merupakan penilaian terhadap kemampuan
manajerial pengurus bank untuk menjalankan usahanya, kecukupan
manajemen risiko, dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang
berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak
lainnya.”
Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian kualitatif
terhadap manajemen yang mencakup beberapa komponen. Komponen tersebut
terdiri dari manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen
umum, manajemen profitabilitas, dan manajemen likuiditas yang keseluruhannya
meliputi 250 aspek. Manajemen bank dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila
sekurang-kurangnya telah memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut.
2.3.5
Penilaian Profitabilitas (Earning)
Penilaian profitabilitas (earning) menunjukkan tidak hanya jumlah
kuantitas dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi
ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian
kuantitatif dan kualitatif terhadap profitabilitas bank yang diukur melalui
beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut menurut Taswan (2006:400)
terdiri dari :
1.
Return on Asset (ROA)
2.
Return on Equity (ROE)
3.
Net Interest Margin (NIM)
4.
Biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO)
5.
Perkembangan laba operasional
6.
Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan
7.
Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
8.
Prospek laba operasional
2.3.5.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas bank merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
Kemampuan ini dilakukan dalam satu periode. Bank yang sehat adalah bank yang
48
diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat diatas standar
yang ditetapkan.
Menurut Hasibuan (2005:100), bahwa :
“Rentabilitas atau profitabilitas bank adalah suatu kemampuan bank
untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase.”
Sedangkan menurut Dendawijaya (2006:118), pengertian profitabilitas
adalah :
“Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis
atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
oleh bank yang bersangkutan.”
Profitabilitas menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend
earning, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas
earning. Hasibuan (2005:100) menyatakan bahwa, Bank Indonesia menilai
kondisi profitabilitas perbankan di Indonesia didasarkan pada dua indikator yaitu :
1.
Return on Asset (ROA) atau tingkat pengembalian aset, dan
2.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Suatu bank dapat dimasukkan ke dalam kualifikasi sehat apabila :
1.
Rasio tingkat pengembalian atau ROA mencapai sekurang-kurangnya 1,2%
2.
Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi
93,5%.
2.3.5.2 Return on Equity (ROE)
Return on Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa
banyak keuntungan yang menjadi hak modal sendiri sebagai tingkat pengembalian
ekuitas saham biasa.
Menurut pendapat Keown et al (2005:81) bahwa :
“Return on common equity is indicated the accounting rate of return of
the stakeholder’s investment as measured by net income relative to
common equity.”
49
Artinya bahwa profitabilitas modal sendiri merupakan suatu bentuk rasio yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian bagi para
pemegang saham dengan ukuran laba bersih dibandingkan dengan modal sendiri
yang digunakan untuk berinvestasi tersebut.
Menurut Martono dan Harjito (2003:60), bahwa :
“Return on Equity sering disebut rentabilitas modal sendiri
dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang
menjadi hak pemilik modal sendiri.”
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Return on
Equity (ROE) merupakan rasio yang sering digunakan untuk menilai tingkat
keuntungan yang diperoleh pada periode waktu tertentu dibandingkan dengan
modal yang dimiliki perusahaan.
Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba yang tersedia
bagi pemegang saham setelah pajak (dikurangi deviden saham biasa) dengan
ekuitas yang telah diinvestasikan selama periode perhitungan dilakukan.
Menurut Horne (2005:226) bahwa :
“Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atau investasi
berdasarkan nilai buku para pemegang saham.”
Menurut Brigham dan Houston (2004:88), Return on Equity (ROE)
dapat diformulasikan sebagai berikut :
ROE
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
Menurut Irawati (2006:61), penjelasan umum diatas dapat berarti bahwa
Return on Equity (ROE) yang tinggi memungkinkan perusahaan tersebut untuk
memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi pemegang
saham.
Laba yang digunakan dalam menganalisis kinerja tersebut adalah laba
bersih dipotong pajak dan bunga atau biasa disebut EAT. Rasio ini sangat umum
digunakan oleh investor karena rasio ini merefleksikan kemungkinan tingkat laba
yang bisa diperoleh pemegang saham, karena pemegang saham berarti sebagai
pemilik perusahaan.
50
2.3.6
Penilaian Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada
saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama
dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang
harus segera dibayar. Berdasarkan PakFeb 1991, bank wajib memelihara
likuiditasnya yang didasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama. Rasio
tersebut adalah :
1.
Perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar
yaitu kas dan giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, dan
Surat Berharga Pasar Uang dalam rupiah yang diendos oleh bank lain, dan
2.
Perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga,
termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan.
Nilai Kredit
Predikat
81-100
Sehat
66-80
Cukup sehat
51-66
Kurang sehat
<51
Tidak sehat
Sumber : Kasmir (2003:261)
2.3.6.1 Pengertian Likuiditas Bank
Likuiditas bank sangat penting karena besar likuiditas wajib minimum
(LWM) atau giro wajib minimum (GWM) bank telah ditetapkan Bank Indonesia
selaku bank sentral. Likuiditas bank menurut Hasibuan (2005:94) adalah :
“Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk membayar semua
hutang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasainya.”
Sedangkan menurut Dendawijaya (2006:114) sebagai berikut :
“Kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.”
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2004:280), dalam pengelolaan
likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul antara lain sebagai
berikut :
51
1.
Risiko Pendanaan (funding risk)
Risiko ini timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi
kewajibannya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan risiko pendanaan
adalah penarikan deposito dan pinjaman dalam jumlah besar yang tidak
diduga sebelumnya, atau jatuh tempo (maturity profile) dari aset maupun
kewajiban tidak terdeteksi dan sebagainya.
2.
Risiko Bunga (interest risk)
Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitis
dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh.
Pengelolaan likuiditas ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang
disebabkan
oleh
adanya
kekurangan
dana,
sehingga dalam
memenuhi
kewajibannya bank tidak perlu mencari dana dengan suku bunga yang relatif
tinggi di pasar uang atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan kerugian
yang relatif besar yang akan mempengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini
terjadi dan terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan akan terjadi erosi
kepercayaan masyarakat terhadap bank.
2.3.6.2 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Surat
Edaran BI No. 25/5/BPPP, tanggal 29 Mei 1993, yang termasuk dalam
pengertian dana yang diterima bank sebagai berikut :
1.
Giro, deposito, dan tabungan masyarakat
2.
Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak
termasuk pinjaman subordinasi
3.
Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan
4.
Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan
5.
Modal pinjaman
6.
Modal inti.
52
Menurut Taswan (2006:405), LDR dapat diformulasikan sebagai berikut :
LDR
Kredit yang Diberikan
Dana Pihak Ketiga
Menurut Kasmir (2003:261) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio
yang menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya
yang telah digunakan oleh benk untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi lebih besar.
Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia
menetapkan ketentuan sebagai berikut :
1.
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat
2.
Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas
bank tersebut dinilai sehat.
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu
bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi
berkisar antara 85% sampai 100%.
2.4
Saham
2.4.1
Pengertian Saham
Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut sesuai dengan proporsi
kepemilikannya yang tertera pada saham. Menurut (wikipedia.com) saham adalah
53
satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu
pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:381) mengartikan bahwa :
“Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa
disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut
juga pemilik sebagian dari perusahaan itu.”
Sedangkan
menurut
Budisantoso
dan
Triandaru
(2006:293)
mendefinisikan saham yaitu :
“Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti keikutsertaan
dalam permodalan perusahaan dan mempunyai hak atas sebagian kekayaan
perusahaan itu dan proporsinya sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham tersebut. Saham sebagai tanda bukti atas penyertaan atas modal,
untuk itu kepada pemegang saham dikeluarkan surat saham. Seseorang yang
memiliki saham perusahaan tertentu, maka dia juga merupakan bagian dari
pemilik perusahaan tersebut.
2.4.2
Jenis-Jenis Saham
Saham terdiri dari beberapa jenis dan dapat dibedakan melalui cara
pengalihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham. Menurut Ahmad
(2004:74), jenis saham dibedakan menurut :
1.
Menurut Cara Pengalihan
a.
Saham atas unjuk (bearer stock). Diatas sertifikat saham ini tidak ditulis
nama pemiliknya sehingga kepemilikan atas unjuk dapat dengan mudah
dialihkan atau dipindahtangankan kepada orang lain karena sifatnya mirip
dengan uang.
54
b. Saham atas nama (registered stock). Diatas sertifikat ditulis nama
pemiliknya. Cara pengalihannya harus melalui suatu prosedur tertentu
yaitu dengan dokumen pengalihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat
dalam buku perusahaan yang harus memuat daftar nama pemegang
saham. Jika sertifikat ini hilang, pemilik dapat memintakan penggantian
karena namanya sudah ada dalam buku perusahaan.
2.
Menurut Hak Tagihan (klaim)
a.
Saham biasa (common stock). Surat berharga yang paling banyak dan
luas perdagangannya. Pemegang surat berharga ini mempunyai hak suara
dalam
Rapat
Umum
Pemegang
Saham
(RUPS).
Saham
biasa
menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian deviden dan
hak atas keuangan perusahaan setelah dilikuidasi dibandingkan dengan
saham preferen.
b. Saham preferen (preferred stock). Didalam praktiknya terdapat beberapa
jenis saham preferen yaitu :
1) Cumulative preferred stock. Pemilik saham jenis ini memiliki hak
kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif
dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Dalam arti bahwa jika
dalam tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau
tidak dibayar sama sekali maka hal ini akan dipertimbangkan pada
tahun-tahun berikutnya.
2) Non cumulative preferred stock. Pemilik saham jenis ini mendapatkan
prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu persentase atau
jumlah tertentu, tetapi bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila
pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan lebih besar
daripada jumlah yang ditentukan atau yang tidak dibayar sama sekali,
maka hal ini tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya.
3) Participatin preferred stock. Pemilik saham jenis ini selain
memperoleh deviden ekstra, setelah itu deviden dibayarkan penuh
kepada pemegang saham preferen, mereka juga memperoleh deviden
ekstra bersama-sama dengan pemegang saham biasa.
55
2.4.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Nilai pasar saham ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak
langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar,
persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain
yang menerpa pasar modal. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat
terkait dengan kesehatan perusahaan. Ketika penghasilan perusahaan naik,
keyakinan investor juga tinggi, sehingga harga saham pun biasanya naik. Jika
perusahaan mengalami kerugian atau tidak mencapai target yang diharapkan harga
sahamnya biasanya jatuh.
Menurut Weston dan Brigham (2004:24), bahwa harga perusahaan
tergantung pada faktor-faktor berikut :
1.
Proyeksi laba per tahun
2.
Waktu diperolehnya laba
3.
Tingkat risiko dari proyeksi laba
4.
Proporsi hutang perusahaan setiap ekuitas (DER)
5.
Kebijakan pembagian deviden.
Selanjutnya menurut Damodaran (2002:23) bahwa :
“Stock price determined demand or trade between buyers and sellers,
and price established flow demand.”
Dari kutipan diatas dapat diartikan bahwa harga saham ditentukan oleh
permintaan atau perdagangan harian antara penjual dan pembeli. Arus permintaan
ditentukan oleh harga, jika permintaan lebih besar dari penawaran maka harga
akan naik. Jika penawaran lebih besar dari permintaan maka harga akan turun.
Disamping itu, harga saham juga ditentukan oleh kondisi perusahaan yang
bersangkutan, artinya semakin baik kinerja perusahaan, makin tinggi laba, makin
besar keuntungan yang dinikmati pemegang saham dan makin besar pula
kemungkinan harga saham naik. Selain kinerja perusahaan, prospek, dan
perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan makro
ekonomi juga mempengaruhi harga saham.
56
2.5
Pengaruh CAR, NPL, ROE, dan LDR terhadap Harga Saham
Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh CAR, NPL,
ROE, dan LDR terhadap harga saham bank, telah dilakukan terlebih dahulu
penelitian serupa oleh Purnomo (2007) dan Jouzar (2010). Dari hasil pengujian
yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hasil penelitian untuk uji keseluruhan
menyatakan hipotesis penelitian (Ha) diterima yang berarti terdapat pengaruh
CAR, ROA, LDR, dan NPL terhadap saham bank. Dan menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rangga (2010) terdapat pengaruh ROE terhadap harga saham.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keempat faktor tersebut, yaitu Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) , Return on Equity (ROE),
dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap harga saham bank.
2.5.1
Pengaruh CAR terhadap Harga Saham
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung kerugian. Agar mampu berkembang dan
bersaing secara sehat, maka permodalan perlu disesuaikan dengan ukuran
internasional yang dikenal sebagai standar BIS (Bank of International Settlement).
Maka ketentuan CAR perbankan di Indonesia sebesar 8% yang bertujuan untuk :
1.
Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan
2.
Melindungi dana pihak ketiga pada bank yang bersangkutan
3.
Untuk memenuhi ketetapan BIS.
Dimana penelitian yang dilakukan oleh Latifah (2007) mengungkapkan
bahwa semakin tinggi CAR maka semakin besar pula modal bank tersebut
sehingga harga saham pun semakin naik. Kinerja keuangan CAR akan menjadi
daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya. Oleh karena itu, semakin
banyak investor yang berinvestasi berarti menunjukkan sinyal positif bagi pihak
perusahaan. Dalam penelitian tersebut CAR berpengaruh secara signifikan dan
bersifat positif terhadap harga saham.
57
2.5.2
Pengaruh NPL terhadap Harga Saham
Menurut Taswan (2006:382), Non Performing Loan adalah kredit
bermasalah yang dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada
pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan bank lain. Kredit
bermasalah adalah kredit yang diklasifikasikan dalam kredit kurang lancar,
diragukan, dan macet. Sedangkan kredit bermasalah itu sendiri dihitung secara
kotor (gross) dengan tidak mengurangkan dengan penyisihan penghapusan aktiva
produktif.
Purnomo (2007) menyatakan dalam penelitiannya bahwa jumlah kredit
yang disalurkan oleh perbankan akan berisiko menjadi kredit macet. Dengan
kredit macet itu maka akan menaikkan tingkat NPL. Dengan NPL yang tinggi
maka bank akan mempunyai risiko yang tinggi pula dan investor tidak
mempunyai kepercayaan terhadap perbankan yang akan menyebabkan penurunan
harga saham. Maka dari itu NPL memiliki hubungan yang negatif dengan harga
saham.
2.5.3
Pengaruh ROE terhadap Harga Saham
Return on Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa
banyak keuntungan yang menjadi hak modal sendiri sebagai tingkat pengembalian
ekuitas saham biasa. Dengan demikian ROE yang tinggi memungkinkan
perusahaan tersebut untuk memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang
besar dan berdampak pula pada penigkatan harga saham. Menurut Rangga (2010)
terdapat pengaruh ROE terhadap harga saham.
Menurut Husnan (2001:317), bahwa :
“Kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat
maka harga saham akan meningkat, dengan kata lain tingkat
profitabilitas akan mempengaruhi harga saham.”
Dari pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa jika suatu
perusahaan mempunyai nilai ROE yang tinggi maka para investor akan tertarik
58
untuk menanamkan modalnya pada saham perusahaan yang bersangkutan dan
akan berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan tersebut.
2.5.4
Pengaruh LDR terhadap Harga Saham
Tinggi rendahnya LDR juga akan mempengaruhi harga saham. Dari aspek
likuiditas, LDR yang tinggi berarti risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi pula.
Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada
hilangnya kepercayaan konsumen pada bank tersebut. Kalau masyarakat sudah
kehilangan kepercayaannya pada suatu bank, maka investor pun enggan untuk
membeli saham bank tersebut. Dengan terjadinya hal tersebut maka secara
otomatis akan berdampak pada menurunnya harga saham bank tersebut. LDR
berpengaruh terhadap harga saham didasarkan pada penelitian Anita (2007)
bahwa LDR mempunyai pengaruh yang negatif terhadap harga saham.
LDR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan
perbankan. Dengan likuiditas yang tinggi, dalam hal ini masih dalam batas yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu maksimal sebesar 110%, maka hal tersebut
akan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap bank tersebut.
Download