BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya di dunia bisnis, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan harmonisasi keduanya dapat menentukan keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Dua aspek penting yaitu masyarakat dan lingkungan eksternal perusahaan juga harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Bila ditinjau dari segi ekonomi keberadaan suatu perusahaan memang diharapkan untuk selalu terus-menerus berkembang dan mendapat keuntungan yang setinggi-tingginya. Namun di sisi lain, perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab dalam perolehan keuntungan semata, melainkan perusahaan juga harus memperhatikan aspek sosial, yakni menjaga hubungan dengan masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Hal tersebut perlu dilakukan dalam menjaga eksistensi dan keberlanjutan usaha yang dijalani perusahaan. Jika hal tersebut diabaikan maka keseimbangan hubungan yang terjalin antar peusahaan dengan masyarakat sekitarnya menjadi terganggu dan selanjutnya akan dapat menimbulkan kesenjangan sosial di antara keduanya. Gray et al. (dalam Sembiring, 2005) menyatakan bahwa tumbuhnya peran perusahaan di tengah masyarakat dapat melahirkan kritik dan kekhawatiran karena menciptakan masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah, mutu produk, tingkat safety produk, serta hak dan status tenaga kerja. Hal tersebut membuat para pelaku bisnis semakin dituntut untuk bertanggungjawab, yakni tidak hanya berorientasi untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat dari lapangan usahanya, tetapi juga harus mampu memberi kontribusi positif terhadap lingkungan sosial tempat mereka berada. Bentuk kontribusi positif tersebut dapat dilakukan dengan penerapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Corporate Social Responsibility (CSR) adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan juga untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Kusumadilaga (2010) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajibankewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan dapat merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier dan bahkan juga kompetitor. Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (profit, planet, dan people) yang digagas oleh Elkington (dalam Hadi, 2011). Dalam bukunya, Elkington menegaskan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi (profit) belaka, melainkan juga kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (plant) dan kesejahteraan masyarakat (people). Definisi tersebut menunjukkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk tindakan yang berawal dari pertimbangan etis perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi, peningkatan kualitas hidup bagi karyawan dan keluarganya, serta peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas. CSR saat ini bukan lagi bersifat sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungannya, melainkan bersikap wajib (obligation) perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat. Lebih jauh lagi, adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa: ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Selain itu kewajiban pelaksanaan CSR juga diatur dalam Undang-undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 15 bagian b, Pasal 17, dan Pasal 34 yang mengatur penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam tanggung jawab sosial perusahaan (Untung, 2008). Dalam merangkum keberhasilan pelaksanaan CSR dan sebagai sarana pertanggungjawaban kepada shareholder dan stakeholder, maka diperlukan adanya pengungkapan tangung jawab sosial (Corporate Social Disclosure) dalam laporan keuangan tahunan. Di dalam laporan tahunan digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan yang meliputi manfaat sosial dan biaya sosial yang berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Penyediaan informasi tersebut merupakan sebuah keharusan karena adanya permintaan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan informasi tersebut. Dalam perkembangannya, aktivitas CSR tidak hanya mempunyai standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap terbaik, hingga pada November 2010 Badan Standarisasi Internasional mengesahkan ISO 26000 yang merupakan definisi dan pedoman tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Dokumenn ISO 26000:2010 Guidanceon Social Responsibility pada dasarnya berisi definisi, prinsip, subjek, inti, dan petunjuk mengenai CSR serta bagaimana prinsip mengenai CSR tersebut dapat ditegakkan dalam suatu organisasi. Perusahaan dapat memperoleh beberapa manfaat dari penerapan CSR antara lain untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan, mendongkrak reputasi dan brand image, mereduksi risiko bisnis perusahaan, dan memperbaiki hubungan dengan stakeholder. Friedman (1970) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dari perusahaan dapat mengurangi profit yang akan diperoleh shareholder. Pandangan ini sesuai dengan agency theory dari CSR yang menyatakan bahwa manajer perusahaan sebagai seorang agen yang memiliki kewajiban untuk memaksimalkan kepentingan dari pemilik. Akan tetapi dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham tidak berarti bahwa pihak manajemen harus mengabaikan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti melindungi pelanggan, membayar gaji pegawai dengan wajar, serta terlibat dalam isu lingkungan. Ukuran perusahaan merupakan salah satu aspek dalam analisis laporan keuangan yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan besar mampu menghasilkan laba yang besar pula. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan, yang dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil Nina dan Suhairi (dalam Herawati, 2010). Profitabilitas merupakan salah satu alat ukur perusahaan untuk menentukan keefektifan kinerja perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan dalam mengukur kemampuan manajemen perusahaan untuk memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan aset. Agar dapat meningkatkan profitabilitasnya, pihak manajemen perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Faktor-faktor yang dapat yang mempengaruhi profitabilitas antara lain pengungkapan Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan Penelitian yang dilakukan Mawarni (2010) menemukan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Nurkhin et al. (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengungkapan sosial dengan profitabilitas. Sudaryanto (2011) menemukan hubungan positif antara CSR disclosure terhadap kinerja finansial perusahaan. Hariyani (2010) menemukan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan, yang dapat dilihat dari perusahaan yang sudah melakukan implementasi CSR lebih mampu memanfaatkan seluruh aset untuk mengasilkan laba dibandingkan dengan sebelum melakukan implementasi CSR. Agustin (2012) juga menemukan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dini (2010) tentang pengaruh pengungkapan program CSR terhadap profitabilitas pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Simpulan dari penelitian ini adalah CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas. Mawarni (2010) juga melakukan penelitian tentang pengaruh pengungkapan program CSR terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Simpulan dari penelitian ini adalah CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas. Hartono (dalam Marberya dan Suaryana, 2007) menyatakan bahwa perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, mereka juga merumuskan perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil, karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapat tambahan dana yang kemudian dapat meningkatkan profitabilitas. Kaen dan Bauman (dalam Kusuma, 2005) menyatakan bahwa teori perusahaan yang ada sekarang ini belum kuat untuk bisa menjelaskan apakah perusahaanperusahaan besar lebih profitable dari perusahaan kecil. Sementara itu penelitian yang dilakukan Dhawan (2001) menemukan bahwa profitibilitas yang diukur dengan return on asset berhubungan negatif dengan ukuran perusahaan. Akan tetapi penelitian yang dilakukan Dhawan tidak menguji hubungan tersebut atas dasar jenisjenis industri, karenanya penelitian tersebut tidak dapat mengontrol faktor-faktor khusus industri yang mungkin mempengaruhi hubungan tingkat laba dan ukuran perusahaan. Kusuma (2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa adanya hubungan yang positif ukuran perusahaan dengan profitabilitas. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2012) yang menguji tentang pengaruh pengungkapan CSR terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Namun dalam penelitian ini terdapat penambahan pada variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan hal lain yang membedakan penelitian ini dari penelitian sebelumnya yakni pengujian secara simultan dari variabel-variabel yang digunakan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara simultan terhadap profitabilitas? 2. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara parsial terhadap profitabilitas? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas secara simultan. 2. Untuk menguji pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas secara parsial. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Kontribusi Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberi pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan agar lebih meningkatkan tanggung jawab dan kepeduliannya kepada lingkungan sosial dan sebagai informasi kepada pihak manajemen perusahaan tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang dipercaya dapat meningkatkan kinerja dan profitabilitas perusahaan. Serta kebijakan manajemen untuk mengelola sumber daya perusahaan sesuai dengan ukuran perusahaannya agar menghasilkan profit yang optimal. 2. Kontribusi Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat dalam pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan praktik pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah menguji Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Ukuran Perusahaan, sedangkan objek perusahaan yang diteliti adalah perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 dan yang menerbitkan laporan tahunan selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2009-2011.