bab ii keanekaragaman dan kelimpahan kupu-kupu

advertisement
BAB II
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU
A. Keanekaragaman
Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area
tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat dalam
suatu area antar jumlah total individu dari spesies yang ada dalam suatu
komunitas (Michael, 1984. 57). Selain itu, keanekaragaman spesies merupakan
suatu karakteristik ekologi yang dapat diukur dan khas untuk organisasi ekologi
pada tingkat komunitas (Suhara, 2012. h. 20). Keanekaragaman spesies suatu
komunitas terdiri dari berbagai macam organisme berbeda yang menyusun suatu
komunitas. (Campbell, edisi 8. h. 385). Dapat disimpulkan keanekaragaman
adalah jumlah total organisme yang bermacam-macam yang menempati suatu
lokasi tertentu.
Ada dua komponen utama dari keanekaragaman spesies yaitu kekayaan
spesies (species richness) dan kelimpahan relatif (relative abundance). Jadi,
keanekaragaman spesies mempunyai kaitan erat dengan kelimpahan spesies
yang ada dalam area tersebut.
Keanekaragaman dalam komposisi spesies berkaitan erat pula dengan
stabilitas komunitas (McArthur, 1995 dalam Suhara, 2012. h. 20). Stabilitas
dalam konteks ini mengacu pada kecenderungan komunitas untuk mencapai dan
mempertahankan komposisi spesies pada keadaan konstan. Komunitas
merupakan bagian dari ekosistem. Ekosistem sangat dipengaruhi oleh faktor
8
9
abiotik maupun faktor biotik, sehingga untuk menjaga keseimbangan jumlah
spesies dalam suatu komunitas sangatlah bergantung pada mekanisme kontrol
internal maupun eksternal setiap spesies. Selain itu, suatu komunitas dengan
keanekaragaman spesies yang tinggi mempunyai jalinan lintasan trofik yang
lebih kompleks, sehingga dapat melakukan mekanisme kontrol populasi yang
tergantung pada kerapatan (Suhara, 2012. h. 20).
Keanekaragaman suatu spesies dinyatakan dalam indeks keanekaragaman.
Indeks keanekaragaman jenis adalah nisbah- nisbah antara jumlah suatu spesies
dan jumlah individu- individu dalam suatu komunitas. Untuk menganalisis
keanekaragaman dapat menggunakan Indeks Shannon Wiener (H’) diartikan
sebagai suatu gambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas
dan memudahkan proses analisa informasi mengenai macam dan jumlah
organismenya. Adapun tingkat keanekaragaman menurut (Michael,1984, h.172)
yaitu :
H’> 3,0
= tingkat keanekaragaman tinggi
H’ 1,0-3,0
= tingkat keanekaragaman sedang
H’ < 1,0
= tingkat keanekaragaman rendah.
B. Kelimpahan
Kelimpahan adalah banyaknya individu yang menempati wilayah tertentu
atau jumlah individu suatu spesies per satuan luas atau per satuan volume
(Michael, 1984, h. 57). Kelimpahan adalah proporsi yang direpresentasikan oleh
masing-masing spesies
dari seluruh individu
dalam suatu
komunitas
10
(Cambpell,edisi 8, h. 385). Selain itu, kelimpahan juga merupakan jumlah total
spesies pada suatu wilayah atau ekosistem yang didalamnya terdapat suatu
mahkluk hidup yang satu dengan lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kelimpahan suatu spesies adalah banyaknya individu dari
suatu spesies yang menempati area atau wilayah tertentu. Kelimpahan suatu
spesies dalam area tertentu juga dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia
lingkungan. Selain faktor abiotik, faktor biotik juga dapat mempengaruhi,
diantaranya predator, makanan, dan ruang.
Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya
serta didukung oleh faktor lingkungan yang cocok dan tercukupi kebutuhan
sumber makanannya (Gopal dkk.1979) dalam (Anggara F, 2012, h. 34).
C. Ekologi
Kata ekologi mulai digunakan sekitar pertengahan abad ke-19. Henry
Thoreau menggunakan kata ekologi pada suratnya tahun 1858 namun tidak
menjelaskan pengertian dari kata tersebut. Menurut Ernst Haeckel ekologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara organisme
(makhluk hidup) dengan lingkungan sekitarnya (Krebs, 1978, h. 3). Kata ekologi
berasal dari bahas Yunani, yaitu “Oikos” yang berarti rumah, oleh sebab itu
ekologi dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan suatu
organisme dengan habitat hidupnya (Begon, Harper, & Townsend. 1986, h. 1).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara organisme atau makhluk hidup yang meliputi
11
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme dengan lingkungan tempat
hidupnya.
Masalah yang paling mendasar dalam ekologi adalah menentukan
kelimpahan suatu organisme, karena suatu organisme hidup dalam suatu matriks
dan waktu yang bisa disebut sebagai suatu kesatuan.
D. Ekosistem
Tansley (1935) adalah yang pertama kali mengemukakan tentang ekosistem.
Dia mengemukakan bahwa hubungan timbal balik antara komponen biotik
(tumbuhan, hewan, manusia dan mikroba) dengan komponen abiotik (cahaya,
udara, air, tanah, dsb) di alam, sebenarnya merupakan hubungan antara
komponen yang membentuk suatu sistem. Ini berarti baik dalam struktur maupun
fungsi komponen-komponen tadi merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Sebagai konsekuensinya apabila salah satu komponen terganggu,
maka komponen-komponen lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh
pula. Sistem alami ini oleh Transley disebut sistem ekologi yang kemudian di
singkat menjadi lebih terkenal dengan istilah ekosistem (Mulyadi, 2010, h. 1).
Ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem air (akuatik) dan ekosistem
darat (terestial). Ekosistem darat yang umumnya diakui paling beranekaragam
serta tingkat evolusinya telah menonjolkan perkembangan dari kategori-kategori
taksonomi yang lebih tinggi dari dua kerajaan yaitu tumbuhan dan binatang. Oleh
karena itu, organisme yang paling kompleks dan khusus seperti tumbuhan biji,
12
serangga-serangga, dan vertebrata-vertebrata berdarah panas lebih dominan
tumbuh dan hidup di darat. (Odum, 1993, h. 446).
E. Situ Cangkuang
Salah satu jenis ekosistem air tawar yang terdapat di Indonesia adalah Situ
Cangkuang. Situ Cangkuang terletak di kecamatan Leles, Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Situ Cangkuang memiliki luasnya 8,3 Ha, terletak pada ketinggian
400 m diatas permukaan laut dan berdasarkan letak geografisnya, Situ
Cangkuang terletak diantara 07°05’45,0” LS dan 107°55’15,0”BT (Sulawesty
dkk, 2008, h. 54).
Di tengah- tengah kawasan situ Cangkuang terdapat sebuah pulau kecil yang
memiliki luass sekitar 16,5 hektar. Pulau kecil ini aslinya dikelilingi oleh danau
akan tetapi saat ini sebagian danau telah beralih fungsi menjadi kawasan
persawahan dan perkebunan warga kampung pulo. Selain itu, situ Cangkuang ini
juga dijadikan sebagai tempat pariwisata oleh masyarakat. Penduduk setempat
melayani para pendatang ini dengan cara berjualan di pulau situ Cangkuang.
Adanya alih fungsi danau serta aktivitas penduduk tersebut dapat mempengaruhi
keberadaan flora dan fauna yang menjadikan wilayah situ Cangkuang sebagai
habitatnya. Salah satu fauna yang hidup di daratan situ Cangkuang ini adalah
kupu-kupu (Lepidoptera).
13
Gambar 2.1. Situ Cangkuang.
Sumber: Dokumentasi pribadi
F. Ordo Lepidoptera
Lepidoptera berasal dari Lepidos = sisik, pteron = sayap yang memiliki arti
“sayap bersisik” (Elzinga:441 .1931). Lepidoptera mempunyai 2 pasang sayap,
sayap belakang sedikit lebih kecil dari sayap depan, sayap dari lepidoptera
ditutupi dengan bulu-bulu/sisik. Lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu ngengat
yang mempunyai sayap kusam dan kupu-kupu yang mempunyai sayap indah dan
menarik (Lilies, 1991, h. 145). Kupu-kupu dapat membedakan kelompoknya,
jantan dan betina dengan cara melihat warna dan pola sayap. Pewarnaan sayap
pada kupu-kupu jantan lebih kuat dan mempunyai banyak corak.
Ordo Lepidoptera adalah ordo yang terbesar, dengan lebih dari 170.000
spesies yang ada di dunia ini. Jumlah tersebut merupakan 10% dari jumlah
keseluruhan spesies (Peggie & Amir, 2006, h. 14). Dari jumlah tersebut kupukupu mempunyai jumlah lebih sedikit dibandingkan ngengat. Tetapi, kupu-kupu
lebih banyak dikenal oleh umum karena kupu-kupu mempunyai sifat yang aktif
di siang hari dan memiliki warna yang indah dan mempunyai corak khas.
14
Lepidoptera hidup di hampir semua daerah yang mempunyai iklim tropis
seperti Indonesia, beberapa spesies dapat bertahan hidup di batas vegetasi kutub.
Indonesia merupakan daerah tropis, struktur ekologi, geografi dan geologinya
yang sangat kompleks itu mempengaruhi pada keanekaragaan kupu-kupu di
Indonesia yang tinggi. Di Indonesia saat ini memiliki sekitar 2500 spesies kupukupu, beberapa diantaranya sudah mulai punah dan beberapa lagi dilindungi.
Indonesia menjadi Negara kedua pemilik kupu-kupu terbanyak di dunia dengan
presentase 50% nya yaitu kupu-kupu yang hanya ada ditempat itu (endemic)
(Suhara. 2009).
1.
Klasifikasi Lepidoptera
Berdasarkan dasar kerangka sayapan dan sifat penggandengan sayapnya,
ordo Lepidoptera dibagi menjadi 2 subordo yaitu Yugatae dan Frenatae (Borror,
1996, h. 730). Yang termasuk kedalam subordo Yugatae yaitu Familia
Eriocraniidae, Micropterygidae dan Hepialidae dan yang termasuk ke dalam
subordo Frenatae antara lain Familia Cossidae, Plutellidae, Pyralidae,
Zygaenidae, Psychidae, Geometridae, Bombycidae, Saturniidae, Sphingidae,
Papilionidae, Danaidae, Nymphalidae, Pieridae, Hesperidae (Hadi,et.al., 2009).
a.
Sub Ordo Yugatae
Subordo Yugatae memiliki ciri-ciri dimana kedua sayap dan sayap belakang
dihubungkan oleh yugum. Bentuk yugum seperti kait (tajuk) berada pada bagian
dasar dari sayap depan dan menjorok ke bagian bawah sayap belakang (Hidayat,
15
2004, h. 91). Dengan adanya yugum sayap depan dan sayap belakang berlekatan
satu sama lainnya sehingga pada waktu terbang bergerak bersamaan.
b. Sub Ordo Frenatae
Subordo Frenatae mempunyai organ khusus yang disebut frenulum.
Frenatae merupakan sekumpulan rambut kasar yang menjulur ke depan, terdapat
pada pangkal sayap belakang di bagian depannya. Sayap pada anggota subordo
frenatae memiliki bentuk sayap depan lebih besar dibandingkan sayap belakang
dan pola penulangan sayapnya berbeda (Hidayat, 2004, h. 92). Beberapa familia
yang termasuk kedalam subordo Frenatae anatara lain:
1) Familia Papilionidae
Familia Papilionidae tersebar di dunia sekitar 700 spesies, sekitar 120
spesiesnya terdapat di Indonesia (Noerdjito, 2011, h. 54). Anggota dari familia
papilonidae ini biasanya mempunyai warna menarik dengan kombinasi hitam
dan putih. Ada beberapa spesies yang tidak mempunyai “ekor” namun ada
beberapa spesies yang mempunyai “ekor” yang merupakan perpanjangan sudut
sayap belakang (Peggie & Amier, 2006, h. 18).
Anggota dari Papilionidae hanya dijumpai pada tanaman inang tertentu saja.
Telur dari papilionidae biasanya tersusun seperti piramid. Larva dari familia
Papilionidae mempunyai tubuh yang halus dan memiliki kelenjar yang dapat
mengeluarkan bau yang tidak enak bila larva terganggu, kelenjar ini terdapat
pada bagian atas protoraks (Borror, 1996, h. 789). Kupu-kupu dari familia ini
16
(Polimorfi) mempunyai bentuk morfologi yang macam-macam (Hidayat, 2004,
h. 94).
Pupa atau kepompong dari Papilionidae biasanya ditopang oleh benang
sutera, dengan posisi kepala tengadah dan ujung belakang dari kepompong
menempel pada substrat bantalan sutera. Warna pupa umumnya berwarna hijau
kekuningan atau coklat. Masa pupasi dari Papilionidae beragam tergantung
jenisnya berkisar 10-15 hari (Suhara. 2009).
Banyak spesies yang mempunyai sifat “sexual dimorphic” yaitu pola sayap
jantan dan betinanya berbeda. Pada beberapa spesies, kupu-kupu betina bersifat
“polymorphic” yaitu terdapat beberapa pola sayap. Dimana kupu-kupu jantan
dan kupu-kupu betina tampak serupa, dan kupu-kupu betina biasanya berukuran
lebih besar dan mempunyai sayap yang lebih membulat (Peggie&Amier, 2006,
h. 18).
Gambar 2.2. Graphium agamemnon (Papilionidae)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
17
2) Familia Nymphalidae
Kupu-kupu yang termasuk ke dalam familia Nymphalidae adalah salah satu
kelompok yang cukup besar jumlahnya (Borror, 1996, h. 794). Nymphalidae
sangat bervariasi, mempunyai warna yang beragam seperti coklat, orange,
kuning dan hitam. Ukuran dari kupu-kupu ini juga beragam, mulai dari yang
kecil sampai besar (Peggie & Amier, 2006, h. 19).
Nymphalidae mempunyai ciri-ciri yang penting yaitu pasangan tungkai
depan pada kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina (kecuali pada kupu-kupu
betina Libytheinae) mengecil sehingga tungkai dari kupu-kupu familia ini tidak
berfungsi untuk berjalan. Pada kupu-kupu jantan, pasangan tungkai bagian
depan biasanya ditutupi oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat,
sehingga kupu-kupu dari familia Nymphalidae ini dikenal sebagai kupu-kupu
berkaki sikat (Peggie & Amier, 2006, h. 19).
Gambar 2.3. Hypolimnas bolina (Nymphalidae)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
18
3) Familia Lycaenidae
Kupu-kupu dari famili Lycaenidae merupakan kupu-kupu yang kecil, halus
dan mempunyai warna yang seringkali terang. Tubuh dari Lycaenidae berbentuk
ramping, sungut-sungut biasanya dilingkari warna putih dan di sekitar matanya
terdapat sebuah garis sisik-sisik (Borror, 1996, h. 791).
Banyak spesies yang mempunyai ekor sebagai hasil perpanjangan dari sayap
belakangnya. Beberapa anggota dari famili ini bersimbiosis mutualistik dengan
semut, semut dimanfaatkan oleh ulat untuk melindunginya dari serangan parasit,
dan ulat mendapatkan cairan manis yang keluar dari kelenjar pada ruas ketujuh
abdomen ulat (Peggie& Amir, 2006, h. 19).
Gambar 2.4. Catochrysops strabo (Lycanidae)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4) Familia Pieridae
Pieridae merupakan kupu-kupu yang mempunyai ukuran sedang sampai
dengan kecil. Kupu-kupu yang termasuk kedalam familia Pieridae memiliki ciri-
19
ciri antara lain radius pada sayap depannya bercabang menjadi tiga atau empat,
tungkai-tungkai depannya berkembang dengan bagus dan kuku-kuku tarsus
terbelah menjadi dua (Borror, 1996, h. 790).
Kupu-kupu ini mempunyai banyak jenis yang menunjukan variasi sesuai
dengan musim. Beberapa jenis kupu-kupu yang termasuk kedalam familia
Piridae memiliki kebiasaan bermigrasi. Biasanya kupu-kupu betina berwarna
lebih gelap dan dapat dengan mudah dibedakan dengan kupu-kupu jantan
(Peggie& Amir, 2006, h. 18).
Gambar 2.5Eurema blanda (Pieridae)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2.
Morfologi
Bagian tubuh kupu-kupu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu caput, thoraks, dan
abdomen. Tubuh kupu-kupu seperti serangga jenis lainnya, ditopang oleh
kerangka luar “eksoskeleton” yaitu tempat melekatnya otot dan organ melekat
20
pada sisi bagian dalam. Kepala dan dada dilengkapi dengan otot-otot yang berfungsi
sebagai alat gerak dari bagian-bagian mulut dan sayap kupu-kupu. Sebagian besar
rangka luar dari Lepidoptera berupa lapisan kitin (Suhara. 2009). Ketiga bagian
tubuh kupu-kupu yang berbeda-beda dan mempunyai fungsinya masing-masing,
yaitu:
a.
Caput (kepala)
Kupu-kupu mempunyai kepala yang gerakannya terbatas, yang terdiri dari
enam ruas. Kepala kupu-kupu gerakannya terbatas, terdiri atas enam ruas.
Tiga ruas pertama berhubungan dengan 3 komponen sensori yaitu mata
majemuk, mata tunggal dan sungut (antena). Dan tiga ruas lainnya berhubungan
dengan bagian mulut kupu-kupu.
Rahang bawah dari kupu-kupu beradaptasi menjadi alat penghisap,
berbentuk belahan tabung bersatu yang disebut proboscis. Proboscis ini
digunakan untuk menghisap nektar bunga dan apabila tidak sedang digunakan
proboscis ini digulung (Suhara. 2009).
b.
Thoraks (dada)
Thoraks kupu-kupu merupakan tempat melekatnya kepala, kaki dan sayap
yang dihubungkan
oleh
selaput
tipis, selaput tipis ini merupakan leher
sehingga kepala dari kupu-kupu ini dapat digerakkan. Thoraks kupu-kupu
dilengkapi dengan ruas-ruas yang kuat, ruas-ruas tersebut berisi otot.
Thoraks kupu-kupu terbagi menjadi tiga bagian protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks. Pada protoraks menempel kaki depan dari kupu-kupu, sedangkan
kaki tengah dan sayap depan kupu-kupu melekat pada mesotoraks. Kaki
belakang dan pasangan sayap belakang melekat pada metatoraks (Suhara. 2009).
21
c.
Abdomen (perut)
Abdomen dari Lepidoptera merupakan bagian tubuh yang paling lunak
dibandingkan kepala dan thoraks. Kupu-kupu memiliki abdomen yang terdiri
dari sepuluh ruas, ruas terakhir dari abdomen mengalami modifikasi menjadi alat
kelamin kupu-kupu. Di dalam abdomen kupu-kupu ini terdapat alat pencernaan
jantung, organ ekskresi dan sistem otot yang kompleks (Suhara. 2009).
3.
Siklus Hidup Kupu-kupu
Kupu-kupu merupakan serangga yang mempunyai siklus hidup yang
sempurna dan tiap tingkatan siklusnya megalami bentuk yang berbeda. Siklus
hidup dari kupu-kupu dimulai dari telur kemudian berubah menjadi larva (ulat)
selanjutnya larva membentuk menjadi kepompong dan akhirnya muncul menjadi
kupu-kupu (imago). Umur dari kupu-kupu berkisar antara tiga sampai dengan
empat minggu.
Larva yang baru menetas mempunyai ukuran sangat kecil. Pada saat stadia
larva, hidupnya secara berkelompok dan sebagian besar kegiatan dari larva
tersebut adalah makan. Dan mayoritas makanannya adalah dedaunan. Stadia
larva adalah fase dimana larva intensif makan karena sebagian besar
pertumbuhan tubuh kupu-kupu terjadi pada fase ini. Pada fase ini juga, larva
mengalami pergantian kulit. Kulit lama larva dilepaskan dan diganti dengan kulit
baru sesuai dengan ukuran tubuhnya (Kunte, 2006) dalam (Andrianti, 2011).
Pupa adalah masa tidak makan dan masa reorganisasi serta transformasi
organ-organ calon imago (Braby, 2000) dalam (Andrianti, 2011). Pada tahapan
22
pupa sangat berbeda dengan tahapan dewasa yang memungkinkan mengalami
perkembangan yang khusus. Larva lebih terspesialisasi dalam hal kegiatan
mengumpulkan makanan dan setelah menjadi dewasa berkembang lebih jauh
dalam bereproduksi dan melakukan penyebaran (Hadi, 2009).
Kupu-kupu dewasa membutuhkan waktu untuk menyempurnakan warna
dan pengeringan sayap sebelum siap untuk terbang mencari makanan dan
menemukan pasangan, waktu yang dibutuhkan untuk proses itu semua sekitar
tiga sampai empat jam (Suhara. 2009). Kupu-kupu dewasa memakan nektar
bunga untuk keberlangsungan hidupnya (Hadi, 2009).
.
Gambar.2.7. siklus hidup kupu-kupu
Sumber: http//wathri8fitrada.files.wordpress.com/2011/03/siklus.jpg
23
4.
Peran dan Keberadaan Kupu-kupu
Kupu-kupu memiliki arti penting yaitu dapat memberikan informasi yang
baik sebagai bioindikator lingkungan, serta perubahan yang mungkin terjadi di
alam. Kupu-kupu juga memiliki peran penting dalam mempertahankan
keseimbangan alam dengan bertindak sebagai polinator (penyerbuk) pada proses
pembuahan bunga dengan hewan penyerbuk lainnya (Anonim, 2010) dalam
(Andrianti, 2011).
Pada bidang pertanian, larva dari kupu-kupu dapat dianggap menjadi hama
dan musuh bagi manusia. Selain itu kupu-kupu juga mempunyai nilai estetika
yang sangat tinggi karena sayap dari kupu-kupu mempunyai warna yang sangat
artistik (Suhara, 2009). Dari hal tersebut kupu-kupu bisa dimanfaatkan menjadi
produk ekonomi wisata kreatif yang dapat mendidik, seperti museum zoologi di
Kebun Raya Bogor.
Kupu-kupu termasuk kedalam golongan hewan yang sangat rentan punah,
karena hidup kupu-kupu yang bergantung dengan tanaman dan lingkungan
tertentu. Kepunahan jenis kupu-kupu tertentu dapat mengindikasikan adanya
sesuatu yang hilang atau rusak dalam ekosistem tersebut.
G. Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian kupu-kupu (Lepidoptera) di Situ Cangkuang,
Kecamatan Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat, maka disajikan beberapa hasil
penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:
24
Hasil penelitian di kawasan Sungai Sarah tentang kelimpahan dan
keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera), dapat di simpulkan bahwaterdapat
kelimpahan dan keanekeragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Sungai
Sarah mengalami peningkatan dibanding tahun 2007 dan 2009 seiring terjadinya
suksesi tumbuhan pada kawasan tersebut, pasca terjadinya tsunami Aceh tahun
2004. Komposisi jenis kupu-kupu yang ditemukan terdiri dari Nymphalidae
50,00%, Pieridae 23,33%, Papilionidae 16,67%, Lycaenidae 8,33% dan
hesperidae 1,67%.
Danau crysippus dan Appias lyncida mempunyai nilai
kelimpahan dan frekuensi relatif tertinggi diantara 60 jenis kupu-kupu yang
didapatkan.
H. Kerangka Berpikir
Danau merupakan salah satu contoh ekosistem air tawar. Danau sebagai
bagian dari ekosistem yang menampung, menyimpan, mendistribusikan air, dan
sebagai habitat tempat kelangsungan hidup flora dan fauna. Salah satu contoh
dari ekosistem perairan yang meliputi danau adalah Situ Cangkuang, yang
terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat. Sebagai habitat dari
flora dan fauna, Situ Cangkuang memiliki banyak keanekargaman dan
kelimpahan berbagai jenis organisme yang salah satunya adalah kupu-kupu
(Lepidoptera). Kupu-kupu (Lepidoptera) ini sangat berperan penting dalam
keseimbangan ekosistem, oleh karena itu keanekaragaman dan kelimpahannya
perlu dilestarikan. Situ cangkuang yang oleh masyarakat setempat dimanfaatkan
sebagian besar untuk ladang, berkebun dan pariwisata dapat mempengaruhi
25
banyak atau sedikitnya keanekaragaman dan kelimpahan dari kupu-kupu
(Lepidoptera) ini.
Situ Cangkuang merupakan danau
yang terletak di Desa Cangkuang,
Kecamatan
Leles,
Kabupaten
Garut, Jawa Barat
Kupu-kupu
Keanekaragaman dan
(Lepidoptera)
kelimpahan
Banyak/sedikitnya
kenekaragaman dan
kelimpahan kupu-kupu
(Lepidoptera)
Aktivitas masyarakat:

Berladang

Berkebun

Parawisata
Download