BAB II - Kabupaten Bima

advertisement
Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian
Kabupaten Bima
2.1. Gambaran Umum
Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB), terletak pada 118°44” - 119°22” Bujur Timur dan 08°08” - 08°57”
Lintang Selatan. Kabupaten Bima berada pada bagian paling timur Pulau Sumbawa,
diapit oleh Kabupaten Dompu disebelah Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur di
sebelah Timur, dan Laut Flores di Sebelah Utara serta Samudera Indonesia di sebelah
Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah 438.940 km² yang terdiri dari 7,22
persen lahan sawah dan 92,78 persen bukan lahan sawah. Wilayah Kabupaten Bima
sebagian besar merupakan lahan Hutan Negara yang mencapai 2.274,79 km² (52%
dari total luas Kabupaten).
Berlakunya otonomi daerah memberikan dampaksignifikan bagi Kabupaten
Bima. Sejak tahun 2003, wilayah Kabupaten Bima terbagi menjadi 2, yaitu Kabupaten
Bima dan Kota Bima. Jumlah kecamatan dan desa semakin berkembang. Pada tahun
2005 Kabupaten Bima terdiri dari 14 kecamatan dan 153 desa. Jumlah ini meningkat
pada tahun 2009 menjadi 18 kecamatan dan 177 desa termasuk 9 Unit Pemukiman
Transmigrasi (UPT).
Dari 177 desa yang ada di Kabupaten Bima sebanyak 35 desa merupakan desa
pesisir, yaitu desa yang berada di pinggir laut. Sementara 142 desa lainnya berada di
wilayah lembah ataupun pegunungan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2011,
penduduk Kabupaten Bima sebanyak 443.663 jiwa yang terdiri dari 220.981 jiwa
(49,81 persen) laki-laki dan 222.682 jiwa (50,19 persen) perempuan dengan kata lain
sex ratio mencapai 99,23%, dengan kepadatan penduduk sebanyak 101 jiwa/km².
Kondisi ideal yang diharapkan dari persebaran penduduk antar wilayah adalah
penyebaran penduduk yang merata. Hal ini lebih menjamin kelancaran pelaksanaan
pembangunan dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk memajukan
perekonomian suatu wilayah.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 10
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Selama kurun 2007-2011, Kabupaten Bima mengalami pertumbuhan ekonomi
yang positif sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2.1. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bima pada tahun 2011 sebesar 5,63%, mengalami kenaikan dibandingkan
pada tahun 2010 sebesar 4,55%. Laju pertumbuhan tersebut akibat naiknya
pertumbuhan sektor pertanian dari 1,37% tahun 2010 menjadi 4,91% tahun 2011,
sektor industri pengolahan 2,36% tahun 2010 menjadi 2,97% tahun 2011, sektor
yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah sektor listrik dan gas 7,59 tahun
2010 turun menjadi 4,92%, sektor perdagangan dari 8,45% tahun 2010 menjadi
7,31% tahun 2011 dan jasa dari 9,23% tahun 2010 menjadi 4,45% tahun 2011. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran menurun sedikit pertumbuhannya disebabkan masih
belum optimalnya aktivitas perdagangan besar dan eceran baik di Pasar tente, sila
maupun sape.
* Proyeksi 2012
Grafik 2.1
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima 2007 – 2011
Laju perekonomian Kabupaten Bima selama periode 2007-2011 mengalami
peningkatan secara terus menerus dari 4,56% tahun 2007 menjadi 6,48% tahun 2009
dan mengalami penurunan tahun 2010 yaitu 4,55% dan mengalami peningkatan
kembali pada tahun 2011 menjadi 5,63%. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2009 yang mencapai 6,48%. Tinggi rendahnya laju pertumbuhan tersebut lebih
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 11
disebabkan adanya fluktuasi laju pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, yang
dipengaruhi oleh dinamika pembangunan sebagai dampak positif efektifnya beberapa
program ekonomi produktif dan program percepatan pembangunan infrastruktur
dalam APBD 2011. Selain sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, laju
pertumbuhan masing-masing sektor berada di atas laju pertumbuhan PDRB.
Apabila dibandingkan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi di tingkat
yang lebih tinggi yaitu Provinsi NTB, sebagaimana terlihat pada grafik 2.2 bahwa
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima melampaui pertumbuhan ekonomi NTB
terjadi pada tahun 2011, di mana Kabupaten Bima sebesar 5,63 % dan NTB sebesar
5,42 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata- rata di tingkat regional ekonomi
Kabupaten Bima masih dapat tumbuh dengan baik di tengah gangguan cuaca ekstrim
sepanjang tahun 2011. Hal itu ditopang oleh dinamika kegiatan ekonomi di luar sektor
pertanian , seperti jasa dan industri yang masih cukup baik pertumbuhannya.
Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima dengan Propinsi NTB
dapat dilihat pada Grafik 2.2
Sumber : BPS Kab. Bima dan Bank Indonesia berbagai edisi
Grafik 2.2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Bima, Provinsi NTB dan Indonesia, 2007- 2011
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 12
Berdasarkan tampilan grafik 2.2 di atas, secara umum dapat digambarkan
bahwa perbedaan pertumbuhan ekonomi antara NTB dan Kabupaten Bima terjadi
pada tahun 2009, di mana NTB mencapai 5,26 % dan Kabupaten Bima sebesar 6,48%.
Sedangkan selisih pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2010, di mana NTB
sebesar 4,22 % dan Kabupaten Bima sebesar 4,55%. Perbedaan tertinggi terjadi
pada tahun 2008 dimana NTB mencapai 1,37% dan Kabupaten Bima sebesar 5,95%.
Apabila kita menggunakan rata-rata, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima
selama 2007-2011 adalah sebesar 5,43%. Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi
NTB mencapai 4,23%, yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima
masih berada di atas rata-rata provinsi.
Secara
ekonomi Indonesia berada pada kisaran
nasional tingkat pertumbuhan
5 - 6%, terkecuali tahun 2009 yang
terendah yaitu sebesar 4,3%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima pada tahun
2011 lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan PDRB baik atas harga berlaku maupun
harga konstan dapat dilihat pada grafik
2.3. Pertumbuhan PDRB harga berlaku
selama 2007- 2011 berada pada kisaran 11% - 15%. Pertumbuhan tertinggi terjadi
pada tahun 2008 sebesar 15,08%, sementara yang terendah mencapai 11,19% tahun
2007. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB harga konstan justru
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
2009
sebesar 6,48% pada saat
pertumbuhan PDRB harga berlaku mencapai 14,9%. Oleh karenanya, tinggi –
rendahnya pertumbuhan ekonomi (PDRB harga konstan) ditentukan oleh laju
pertumbuhan PDRB harga berlaku dan laju inflasi.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 13
Grafik 2.3
Tingkat Pertumbuhan PDRB ADHK/ ADHB Kab. Bima, 2007- 2011
Untuk mengetahui laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi yang
merupakan dampak berbagai aktifitas masyarakat di Kabupaten Bima dapat dilihat
pada grafik 2.4. berikut :
Sumber : Data BPS berbagai edisi (diolah)
Grafik 2.4.
Pertumbuhan Rata-Rata PDRB Riil Menurut Sektor (2007-2011)
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 14
Bila dilihat pertumbuhan rata-rata per sektor selama 2007-2011, maka sektor
tersier mencapai 7,07%, sektor sekunder sebesar 5,96% dan sektor primer sebesar
4,31%. Pertumbuhan sektor primer didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor
pertanian dan pertambangan/penggalian. Masih cukup baiknya pertumbuhan sektor
pertanian disebabkan meningkatnya nilai pasar dari komodoti tanaman pangan dan
hasil
perikanan.
Sementara
pertumbuhan
sektor
sekunder
disebabkan
berkembangnya usaha listrik, gas dan air minuman dan usaha bangunan. Di samping
itu berkembang pula kegiatan industri pengolahan akibat meningkatnya program
pembinaan yang dilakukan oleh dinas terkait yang disertai dukungan dana perbankan
dan lembaga keuangan lainnya dalam upaya pengembangan usaha industri.
Sedangkan sektor tersier didukung oleh peningkatan permintaan terhadap sektor
pengangkutan dan komunikasi dan usaha perdagangan baik skala besar maupun
eceran. Di samping itu, berkembang pula jasa pemerintahan, karena selama otonomi
daerah terjadi peningkatan dana dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tidak hanya dipengaruhi
oleh besarnya peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB, tetapi juga
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan masing-masing sektor yang mempunyai peranan
yang cukup besar. Selama lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan tertinggi berada
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan sebesar 7,09
persen per-tahun, sedangkan terendah ditempati oleh sektor industri pengolahan
yang hanya tumbuh sebesar 3,08 persen. Selain sektor pertanian dan sektor jasa-jasa,
rata-rata laju pertumbuhan semua sektor berada diatas rata-rata pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Bima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pendorong utama
peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima selama lima tahun terakhir
adalah sektor perdagangan dan jasa.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 15
Sumber : Data BPS berbagai edisi (diolah)
Grafik 2. 5
Trend Pertumbuhan PDRB Riil Menurut Sektor Primer,
Sekunder dan Tersier, 2007-2011
Memperhatikan laju pertumbuhan masing-masing sektor, pada tahun
2007-
2011 sektor sekunder mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti sektor tersier dan
sektor primer. Selama periode 2007-2011 sektor yang mengalami pertumbuhan yang
relatif berfluktuasi agak tinggi dibandingkan sektor lainnya adalah sektor sekunder.
Bila dibandingkan ketiga sektor tersebut dari aspek stabilitas pertumbuhan,
maka yang paling stabil adalah sektor sekunder diikuti sektor tersier dan sektor
primer. Hanya sektor sekunder yang relatif stabil di mana deviasi pertumbuhan hanya
mencapai 1,5%. Stabilnya pertumbuhan sekunder dipengaruhi oleh relatif terjaganya
ketersediaan input produksi dan permintaan yang terus meningkat terutama hasil
industri pengolahan, listrik, gas dan air serta semakin banyak investasi masyarakat
maupun pemerintah dalam bangunan. Sementara sektor tersier dipengaruhi
perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi serta keuangan dan
jasa. Di sektor primer pertumbuhannya masih sangat dipengaruhi oleh kondisi alam,
musim dan harga input produksi (pupuk, obat dan lainnya) yang dari waktu ke waktu
terus mengalami perubahan.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 16
Sumber : Data BPS Kabupaten Bima (berbagai edisi)
Grafik 2. 6
Trend Perkembangan Pendapatan Per Kapita
Kabupaten Bima, 2007- 2011
Pembangunan ekonomi yang digalakkan pemerintah telah menghasilkan
Pendapatan per-kapita Kabupaten Bima terus mengalami perkembangan dimana pada
tahun 2007 mencapai Rp. 4,82 juta menjadi Rp 7,80 juta pada tahun 2011 atau
mengalami pertumbuhan rata-rata 7,75% per tahun. Jadi pada tahun 2011
pendapatan rata-rata masyarakat Kab. Bima per bulan adalah sebesar Rp. 650.000.atau Rp. 21.667 per-hari.
Namun dilihat dari Paritas Daya Beli (purchasing power parity) menunjukkan
angka yang relatif lebih tinggi dari angka pendapatan per kapita di atas.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 17
Sumber : Data BPS Kabupaten Bima (berbagai edisi)
Grafik 2.7
Trend Perkembangan Laju PDRB ADHB dan Indeks Harga Implisit
Kabupaten Bima, 2007-2011
Dari grafik 2.7 di atas tampak bahwa selama 2007-2011 terjadi peningkatan
pendapatan riil masyarakat, yang ditunjukkan dengan tingginya laju PDRB ADHB
dibandingkan Indeks Harga Implisit. Dibandingkan tahun 2010, terjadi peningkatan
pendapatan riil pada tahun 2011 yang ditunjukkan makin lebarnya jarak vertikal
(amplitudo) antara Indeks Harga Implisit dengan Laju PDRB atas harga berlaku. Oleh
karena itu, upaya pengendalian harga dengan meningkatkan produksi dan penataan
sarana transportasi
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan riil
masyarakat di masa-masa mendatang. Peranan APBD
dalam bentuk pemberian
bantuan modal bergulir, bantuan ternak maupun peralatan akan mendukung
peningkatan pendapatan masyarakat.
2.3. Struktur Perekonomian Kabupaten Bima
Secara umum struktur perekonomian Kabupaten Bima
masih didominasi
sektor primer, sedangkan peranan sektor sekunder dan tersier masih rendah dalam
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini dapat dipahami
mengingat sebagian besar masyarakat Kabupaten Bima masih menggantungkan mata
pencahariannya di sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan).
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 18
Tabel 2.1
Share dan Pertumbuhan Share PDRB Menurut Sektor
di Kabupaten Bima Atas Dasar Harga Konstan (2007-2011)
No.
Lapangan
Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
Rerata
1
2
3
4
5
6
7
8
Primer
719.496,28
Growth
share
3,07
54,53
growth share
Sekunder
9,23
growth share
Jumalh
Growth
Share
507.056,00
6,53
36,24
6,03
36,24
143.321,75
(1,10)
153.394,80
7,03
5,96
1,32
0,47
9,32
2,19
594.790,70
8,37
36,86
-0,60
6,84
-2,48
549.475,16
4,13
52,32
9,20
0,00
5,00
-2,77
7,83
9,00
1,32
Growth
52,64
134.148,76
861.294,74
1,65
-0,72
2,16
9,23
478.199,61
share
54,14
124.403,29
820.302,98
5,02
0,00
5,94
growth share
Tersier
54,53
121.768,52
806.977,54
6,80
-1,43
Growth
share
768.388,55
631.475,97
8,25
38,17
6,17
7,07
1,53
38,36
1,89
0,00
1,71
3,54
0,51
1.319.45
6,97
1.399.75
7,94
1.490.60
1,46
1.558.41
5,43
1.646.16
5,51
4,56
10
0,00
6,09
10
0,00
6,49
10
0,00
4,55
10
0,00
5,63
10
0,00
5,46
Sumber : Data BPS Kabupaten Bima berbagai edisi (diolah); lihat Lampiran 4
Untuk mengetahui perubahan struktur perekonomian, maka tabel 2.1 di atas
dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh perubahan struktur itu terjadi di
Kabupaten Bima selama 2007-2011. Dengan menggunakan PDRB ADHK telah terjadi
perubahan struktural dari sektor primer ke sektor tersier selama kurun waktu
tersebut, terlihat dari total pertumbuhan share sebesar 1,53% pada sektor tersier dan
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 19
minus 1,10% pada sektor primer dan 0,48% pada sektor sekunder. Peningkatan
kontribusi sektor tersier memang disumbang oleh sektor primer dan sektor sekunder.
Tabel 2.2
Share dan Pertumbuhan Share PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Bima, Atas
Dasar Harga Berlaku (2007-2011)
No.
Lapangan
Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
Rerata
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Primer
Growth
1.114.816,83
1.274.317,72
1.430.550,27
1.571.401,01
1.775.038,92
11,03
14,31
12,26
9,85
12,96
12,08
0,26
(1,20)
share
growth share
2
Sekunder
Growth
share
growth share
3
Tersier
Growth
share
growth share
Jumlah
Growth
Share
54,16
53,65
-0,58
180.591,59
197.533,38
8,93
8,77
52,35
-0,95
8,32
762.812,24
8,40
903.391,20
264.193,63
301.809,75
15,03
8,60
14,24
12,77
(0,58)
8,72
1,06
2,33
1,40
1.072.574,14
1.236.425,86
1.384.159,68
18,73
15,28
11,95
15,54
1,84
18,43
38,03
51,29
-2,28
16,27
-5,22
13,33
37,06
229.677,73
9,38
-2,47
51,15
-2,43
39,25
40,25
39,99
1,47
2,62
3,19
2,55
-0,63
2.058.220,
67
2.375.242,
30
2.732.802,
14
3.072.020,
50
3.461.008,
35
11,68
100,00
15,40
100,00
15,05
100,00
12,41
100,00
12,66
13,44
100,00
Sumber : Data BPS Kabupaten Bima berbagai edisi (diolah); lihat Lampiran 5
Untuk menjelaskan perubahan struktur perekonomian dengan menggunakan
harga berlaku, maka tabel 2.3 di atas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh
perubahan struktur itu terjadi di Kabupaten Bima dari 2007-2011. Dengan
menggunakan PDRB ADHB telah terjadi perubahan struktural dari sektor primer ke
sektor tersier selama kurun waktu tersebut, terlihat dari total pertumbuhan share
sebesar 1,84% pada sektor tersier dan minus 1,2% pada sektor primer dan minus
0,58% pada sektor sekunder. Peningkatan kontribusi sektor tersier disumbang secara
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 20
bersama oleh sektor primer dan sekunder. Namun apabila diperhatikan secara
seksama, tampaknya perubahan share tersebut masih sangat kecil dan dapat diduga
tidak bermakna secara statistik.
Perubahan struktur ekonomi suatu daerah biasanya terjadi secara perlahan,
terkecuali terjadi suatu kejadian ekonomi yang luar biasa, seperti mendorong atau
mematikan suatu sektor secara besar-besaran. Hingga tahun 2011, perubahan
struktur ekonomi Kabupaten Bima yang terjadi kurang berarti (insignificant).
Grafik 2.8. Struktur Ekonomi Kabupaten Bima, 2011
Dari diagram di atas sektor primer masih dominan yaitu 51,28% diikuti sektor
tersier (jasa) 40,01% dan paling rendah kontribusinya adaalah sektor sekunder
sebesar 8,71%.
2.4. Tinjauan dan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Secara Sektoral Selama
2011-2012 dan Proyeksi 2012
2.4.1. Sektor Primer
Yang dikelompokkan dalam sektor primer adalah sektor pertanian dan
penggalian/pertambangan. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang menurun
dari 1,37% tahun 2010 menjadi 4,91% tahun 2011.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 21
Pertumbuhan sektor primer tahun 2011 mencapai 5,00% dan diperkirakan akan
mengalami penurunan pada tahun 2012 disebabkan stabilitas keamanan yang
terganggu terutama di Kecamatan Lambu dan banjir bandang yang melanda
Kecamatan Belo, Woha, Palibelo dan langgudu. Sub sektor tanaman pangan akan
mengalami kontraksi sehingga agregat pertumbuhan sektor primer berada pada
kisaran 4,3 -4,8%. Di samping itu, cuaca ekstrim sangat mempengaruhi produksi di
sektor primer.
2.4.2. Sektor Sekunder ( Industri, LGA dan Bangunan)
Pertumbuhan sektor industri pengolahan selama 2010-2011 secara berturutturut sebesar 2,36% dan 2,97% yang berarti lebih tinggi dari sektor pertanian. Sektor
ini menyumbang 4,91% terhadap total PDRB pada tahun 2011, mengalami kenaikan
dibandingkan dari kontribusi tahun sebelumnya 1,37%. Oleh karenanya, masih
diperlukan kerja keras untuk membangun industri di Kabupaten Bima guna
menggerakkan ekonomi ke depan.
Sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami pertumbuhan meningkat dari
7,59% tahun 2010 turun menjadi 4,92% tahun 2011. Adanya penurunan
pertumbuhan ini disebabkan masih terbatasnya penambahan kapasitas terpasang
baru untuk listrikl, gas dan air minum selama tahun 2011. Seandainya PLTU Bonto
sudah beroperasi maka pertumbuhan sektor ini dan sektor lainnya akan jauh lebih
tinggi lagi. Pertumbuhan positif juga disebabkan adanya terobosan program dari
Dinas Pertambangan dan Bappeda untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) di Kecamatan Tambora dan Generator di beberapa desa terpencil serta
Pembangkit listrik tenaga surya. Permintaan listrik selalu mengalami peningkatan
kendati ada
persolan pada sisi supply yang menyebabkan sektor ini sulit tumbuh
mengikuti permintaan masyarakat. Demikian pula dengan air bersih juga meningkat,
namun selalu dihadapkan keterbatasan supply karena membutuhkan investasi yang
cukup besar.
Sektor ini pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang sama dengan tahun
2010 yakni sebesar 8,72%. Tinggi rendahnya pertumbuhan sektor ini sangat
dipengaruhi
oleh
proyek-proyek
fisik
pemerintah
dan
pembangunan
sarana/prasarana yang dilakukan oleh swasta/ masyarakat.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 22
Pertumbuhan sektor sekunder tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran
6,5% - 7,3% atau lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 7,02% terutama pada sub sektor
Air minum dan bangunan mengingat adanya program pemerintah yang terkait
infrastruktur maupun tingginya kemauan masyarakat membangunan rumah maupun
bangunan untuk usaha/bisnis.
2.4.3. Sektor Tersier
Sektor jasa yang sangat dominan adalah : sektor perdagangan, sektor
perhubungan, keuangan dan jasa- jasa. Sub sektor perdagangan selama 2010-2011
mengalami penurunan pertumbuhan dari 8,45% % tahun 2010 menjadi 7,31% tahun
2011. Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan
pertumbuhan dari 5,97% tahun 2010 menjadi 5,37 % tahun 2011.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari 8,96% tahun 2010
menjadi 8,83% tahun 2011. Pada tahun 2011 dan 2012 cukup berkembang sektor
keuangan dan perbankan karena beberapa bank semakin memperluas cabangnya di
Kabupaten Bima, meskipun sudah memiliki kantor pusat di Kota Bima.
Di sektor jasa pemerintahan dan swasta terjadi pertumbuhan menurun dari
9,23% tahun 2010 menjadi 4,45%, yang disebabkan menurunnya belanja dan aktivitas
pemerintahan daerah (termasuk instansi vertikal) serta bertambahnya volume
kegiatan sosial kemasyarakatan. Meskipun belanja secara absolut meningkat setiap
tahunnya, namun pada tahun 2011 peningkatannya tidak setinggi tahun 2010.
Pertumbuhan sektor ini diperkirakan pada tahun 2012 berada pada kisaran
5,7% - 6,2%. Pertumbuhan sektor tersier tahun 2011 mencapai 6,17% atau lebih tinggi
dari tahun 2010 sebesar 8,25.%
terutama pada sub sektor perdagangan, bank,
transportasi udara dan darat, dan jasa pemerintahan dan sosial kemasyarakatan
mengingat tidak adanya kondisi atau situasi yang menyebabkan adanya indikasi
perlambatan sektor tersebut.
2.5. Perkembangan Inflasi
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 23
Dengan menggunakan Indeks Harga Implisit
maka Inflasi dapat dihitung
dengan pendekatan produksi untuk Kabupaten Bima. Adapun perkembangan
inflasi seperti pada grafik berikut.
Sumber : Data BPS Kab. Bima dan Provinsi, berbagai edisi
Grafik 2.9
Trend Inflasi di Kabupaten Bima Selama 2007-2011
Berdasarkan grafik 2.9 inflasi terendah di Kabupaten Bima terjadi pada tahun
2007 yaitu sebesar 6,34% dan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 8,60%. Laju inflasi
selama periode 2007-2011 berkisar antara 6% - 8%. Rata- rata inflasi selama 20072011 adalah sebesar 7,41%. Dengan demikian, kisaran inflasi di Kabupaten Bima
relatif moderat karena masih berada dibawah 10% per tahun. Berdasarkan hasil
survei dan laporan Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia Mataram Triwulan IV
(2011) laju inflasi di Kabupaten Bima tidak terlepas dari inflasi di Kota Bima, karena
sebagian besar kebutuhan masyarakat Kabupaten Bima didatangkan dari Kota Bima
untuk barang-barang perdagangan. Inflasi terjadi karena kenaikan pada awal triwulan
masih belum tiba musim panen, sehingga harga beras dan komponen bahan makanan
jadi relatif besar.
Inflasi Kota Bima (KER, 2011; 2012) berturut- turut sebesar 7,19% tahun
2011 dan 7,22% tahun 2012. Adanya perbedaan inflasi kota bima dan kabupaten bima
disebabkan karena kenaikan harga di kota bima lebih tinggi dari kabupaten bima
mengingat sebagian besar hasil produksi/komoditi bersumber dari kabupaten bima.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 24
Kenaikan inflasi dipengaruhi juga dipengaruhi oleh kebijakan nasional seperti
kenaikan tarif dasar listrik, telepon, harga minyak, gaji PNS dan lainnya. Inflasi yang
disebabkan oleh kebijakan nasional
baik berkaitan dengan sektor riil maupun
kebijakan moneter yang dilakukan Bank Sentral pada prinsipnya tidak dapat
ditanggulangi oleh Pemerintah Daerah baik Kabupaten/Kota maupun provinsi.
Pada tahun 2011 dan 2012 Pemerintah Kabupaten Bima melakukan upaya
stabilisasi harga melalui Operasi pasar murah (Gula Pasir), minyak goreng, minyak
tanah, bazaar harga murah di beberapa Kecamatan.
2.6. Tantangan dan Prospek Perekonomian 2012
Masalah ekonomi sesungguhnya tidak pernah berubah dari waktu ke waktu.
Hanya yang mengalami perubahan dan dinamika adalah tantangan yang selalu
berbeda dari waktu ke waktu.
2.6.1. Tantangan
Beberapa tantangan perekonomian Kabupaten Bima Tahun 2012 ke depan :
1.
Situasi keamanan yang kurang kondusif selama tahun 2012 pasca penolakan ijin
tambang emas di Kecamatan Lambu. Demonstrasi yang semakin meluas di
beberapa wilayah di Kabupaten Bima.
2.
Kondisi cuaca dan iklim yang tidak bersahabat dan berbagai bencana alam yang
terjadi di Bima maupun daerah lain.
3.
Belum berkembangnya calon pengusaha baru yang profesional dan inovatif.
4.
Belum optimalnya peran dan fungsi lembaga ekonomi seperti Koperasi dan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam menggerakkan kegiatan ekonomi
produktif.
5.
Masih terbatasnya investor yang bergerak dalam industri/usaha padat tenaga
kerja.
6.
Belum tertanganinya secara optimal usaha mikro, kecil dan menengah oleh
pemerintah melalui fasilitasi dan pembinaan.
7.
Tingkat efektivitas program APBD yang masih harus ditingkatkan guna
menurunkan angka kemiskinan.
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 25
2.6.2. Prospek Perekonomian 2012
Ada beberapa kebijakan, peluang investasi serta kondisi lingkungan eksternal
yang akan mempengaruhi prospek perekonomian Kabupaten Bima selama
2012
antara lain sebagai berikut :
1. Kebijakan dan program percepatan pembangunan infrastruktur baik jalan,
jembatan,
bendungan,
perdagangan
dan
barang /jasa
jaringan
terutama
telekomunikasi
yang
memudahkan
pada beberapa wilayah potensial dan
terisolir, seperti wilayah Langgudu,Tambora dan Sanggar.
2. Mulai beroperasinya
Bandara Internasional Lombok (BIL)
tahun 2011 yang
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk peningkatan volume perdagangan dan
aktivitas ekonomi antar pulau.
3. Semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan baik bank maupun non
bank yang membuka peluang akses kredit bagi masyarakat ekonomi lemah dan
telah menjangkau desa dan kecamatan.
4. Semakin berkembangnya Kota Bima sebagai pusat pertumbuhan yang akan
mendorong
berkembangnya sektor pertanian pada Kabupaten Bima sebagai
penyedia kebutuhan masyarakat kota (hinterland).
Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima, 2011-2012 26
Download