energi berkelanjutan

advertisement
MODUL PELATIHAN DASAR
Modul 4
ENERGI
BERKELANJUTAN
Edisi Desember 2016
LAKPESDAM
P B N U
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i
SENI MEMFASILITASI ......................................................................................................... 1
1. Pendekatan Fasilitasi ................................................................................................. 1
2. Kemampuan Daya Serap Manusia atas Informasi ............................................... 1
3. Proses Perubahan Sosial dari Pelatihan/ Kegiatan yang Partisipatoris ............ 2
4. Hal yang Penting untuk Diperhatikan ................................................................... 3
Modul 4 Energi Terbarukan Untuk Masa Depan .......................................................... 4
Topik 1 Peta Pemanfaatan Energi di Desa ................................................................. 5
PROSES ........................................................................................................................ 5
Persiapan................................................................................................................... 5
Pengantar .................................................................................................................. 5
Paparan ..................................................................................................................... 6
Fotosintesis dan Rantai Makanan...................................................................... 6
Energi dalam Kehidupan Manusia ................................................................... 8
Presentasi Kelompok .............................................................................................. 12
Topik 2 Sistem Energi Yang Berkelanjutan ............................................................. 13
PROSES ........................................................................................................................ 13
Pengantar ................................................................................................................ 13
Paparan ................................................................................................................... 13
1. Sejarah Pemanfaatan Energi......................................................................... 14
2. Pemanasan Global ......................................................................................... 15
3. Perubahan Iklim ............................................................................................ 18
4. Teknologi Energi Terbarukan ...................................................................... 20
5. Teknologi Pemanfaatan Energi Air ............................................................. 22
Diskusi Kelompok dan Presentasi ......................................................................... 23
Penutup ................................................................................................................... 23
Topik 3 Rencana Aksi Optimalisasi Energi Terbarukan yang Ada Di Desa ..... 24
PROSES ...................................................................................................................... 24
Pengantar ................................................................................................................ 24
Paparan ................................................................................................................... 25
Bab 3.1. Menghitung Energi Panas .................................................................... 25
Diskusi Interaktif ................................................................................................... 27
Bab 3.2. Menghitung Energi Listrik, 20 menit................................................... 27
Diskusi dan Presentasi .......................................................................................... 30
Bab 3.3. Perhitungan Energi .............................................................................. 30
REFERENSI ......................................................................................................................... 31
BAHAN BACAAN ................................................................................................................ 32
IMPLEMENTASI ENERGI TERBARUKAN BERBASIS KOMUNITAS ............. 32
i
SENI MEMFASILITASI
“Memfasilitasi itu seperti menari atau menyanyi.
Memfasilitasi harus dilakukan dengan penghayatan dan kegembiraan.”
1. Pendekatan Fasilitasi
Ada 2 pendekatan yang biasa dipakai dalam memfasilitasi yaitu pendekatan
konvensional dan partisipatoris.
(a)
(b)
Gambar 1 (a) Pendekatan Konvensional, (b) Pendekatan Partisipatoris
Pendekatan Konvensional adalah suatu proses fasilitasi dimana proses berjalan
satu arah. Fasilitator (atau orang yang memfasilitasi) menjadi narasumber atau
pusat segala informasi, sementara peserta/partisipan menjadi pihak yang
menerima informasi. Pendekatan konvensional ini dahulu banyak dipakai oleh
guru ketika menerangkan pelajaran pada muridnya di kelas.
Pendekatan Partisipatoris adalah suatu proses fasilitasi dimana semua orang baik
fasilitator maupun peserta adalah narasumber. Pada dasarnya setiap orang
memiliki kemampuan dan pengalaman, karenanya Pendekatan partisipatoris ini
sesunguhnya sebuah langkah penghargaan kepada setiap peserta. Pendekatan
partisipatoris memungkinkan semua orang berkontribusi, berperan dan belajar
sesuai dengan kemampuan dan pengalaman masing masing. Selain sebagai
narasumber sebagaimana peserta, Fasilitator membantu mengatur alur informasi
sehingga semua informasi dari semua peserta tidak tercerai-berai dan melebar
kemana-mana. Fasilitator membantu peserta untuk fokus pada setiap topik dalam
pelatihan.
2. Kemampuan Daya Serap Manusia atas Informasi
Berdasarkan penelitian, aktivitas selama pelatihan mempengaruhi kemampuan
menyerap dan mendistribusikan kembali informasi yang didapat selama pelatihan.
Gambar berikut menjelaskan bila seorang hanya mendengarkan selama pelatihan,
maka dia hanya mampu menyerap 20% informasi yang disampaikan selama
pelatihan. Orang hanya mempu menyerap 50% informasi yang didengar dan
dilihat. Peserta yang hanya melihat, mendengar atau membaca saja tergolong
dalam kategori peserta pasif. Apabila diminta untuk menyampaikan ulang
1
informasi yang didapat, maka dia akan bisa menjelaskan saja tetapi tidak cukup
memahami apa yang dijelaskan .
Semakin aktif seseorang dalam pelatihan baik itu mendengar, melihat, menulis dan
melakukan praktek, makin banyak informasi yang diingat. Begitu juga kemampuan
dalam melakukan analisa, mendefinisikan dan melakukan evaluasi.
Mampu Mengingat.....
Mampu Melakukan.....
10% dari yang dibaca
20% dari yang didengar
30% dari yang dilihat
Pasif
50% dari yang dilihat
dan didengar
70% dari yang dikata
kan dan dituliskan
90% dari yang
dilakukan
Mendefinisikan
Menjelaskan
Mendemonstrasikan
Mengaplikasikan
Aktif
Menganalisa
Mendefinisikan
Mengkreasi
Mengevaluasi
3. Proses Perubahan Sosial dari Pelatihan/ Kegiatan yang
Partisipatoris
Perubahan yang bisa diharapkan dari pelatihan atau kegiatan yang partisipatoris
dimana setiap orang belajar dengan lagsung praktek (learning by doing), melakukan
refleksi kritis atau belajar dari pengalaman riil baik yang dialami sendiri atau dari
pengalaman pihak lain, untuk menyusun agenda perubahan menuju kondisi yang
lebih baik secara bersama sama.
2
4. Hal yang Penting untuk Diperhatikan
1. Memahami tujuan dan isi materi yang akan disampaikan
2. Suasana. Seorang fasilitator mengerti bagaimana menciptakan suasana yang
nyaman dan memungkinkan setiap orang bisa berpartisipasi aktif selama
pelatihan.
3. Setting waktu dan tempat. Dengan mempertimbangkan target peserta, maka
Fasilitator harus memperhatikan:
a. memastikan waktu kegiatan yang memungkinkan untuk diikui oleh
calon peserta. fasilitator memastikan waktu pelatihan yang memadai
dan efektif artinya tidak terlalu panjang tetapi hasilnya memadai.
b. Tempat pelatihan terjangkau
c. Pengaturan tempat duduk/ setting ruangan diatur dalam suasana yang
menungkinkan setiap peserta bisa saling berinteraksi/ terhubung/
melihat. Misalnya dengan mengatur tempat duduk melingkar atau
berbentuk huruf U
4. Memilah informasi yang harus disampaikan dan didiskusikan selama pelatihan.
Tidak semua informasi harus disampaikan dalam pelatihan. Pilihlah poin
penting yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Bahan atau materi yang lain bisa
menjadi bahan bacaan yang memperkaya peserta. Metode partisipatoris justru
menekankan agar peserta “menemukan sendiri kesimpulan yang benar” selama
proses pelatihan
5. Memilih Metode. Pilih metode yang sederhana, yang
i.
membuat setiap orang terlibat secara aktif serta
ii.
mampu menggali pendapat dan infomasi yang dimiliki peserta serta
mengelaborasi pengalaman peserta
6. Menghindari dominasi salah satu kelompok/pihak, dan mendorong
perempuan dan kelompok rentan untuk berpartisipasi aktif dan
mengemukakan pendapat.
i.
Misalnya dalam setiap kelompok, memastikan semua anggota kelompok
punya hak yang sama untuk mengemukakan pendapat.
ii.
Setiap orang menghargai pendapat yang disampaikan oleh peserta lain
iii.
Setiap kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan.
iv.
Apabila pelatihan hanya ditujukan kelompok gender tertentu, misalnya
kelompok perempuan atau kelompok laki-laki saja, pastikan bahwa
semua orang baik muda atau lansia (bila ada) bisa berpartisipasi aktif.
3
Modul 4 Energi Terbarukan Untuk Masa Depan
Tujuan : Membangun pengetahuan dan kesadaran warga tentang penghidupan
yang berkelanjutan di desa masing-masing
4
Topik 1 Peta Pemanfaatan Energi di Desa
Tujuan instruksional umum
Peserta mengetahui peta pemanfaatan energi di desa
Tujuan instruksional khusus
1. Peserta mampu mengidentifikasi berbagai jenis pemanfaatan energi di
desanya,
2. Peserta mampu mengidentifikasi berbagai sumber energi yang selama ini
telah dimanfaatkan warga,
3. Peserta mengetahui fungsi dan cara pemanfaatan energi.
Materi
1. Fotosintesa dan rantai makanan
2. Energi dalam kehidupan
3. Sumber energi
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
plano, metaplan, spidol, LCD proyektor, komputer/ laptop
Metode
kuliah singkat, kerja kelompok, dan presentasi.
Materi Pendukung
Lembar Balik
Time (Waktu yang dibutuhkan); 90 menit
PROSES
Persiapan
Fasilitator mempersiapkan perlengkapan fasilitasi seperti plano/white board,
spidol, metaplan, laptop, alat alat peraga.
Pengantar
(Waktu 10 menit)
1. Fasilitator membuka sesi dengan memberi salam, memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan pelatihan secara singkat.
2. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk memimpin doa agar
pelatihan dapat berjalan dengan baik dan ada kemanfaatannya pelatihan
yang didapatkan oleh semua orang.
3. Fasilitator menayakan kepada peserta bagaimana hasil panen di desa?
4. Selanjutnya menanyakan apakah ada hama yang menyerang pertanian
mereka, tikus misalnya? Sebutkan
5. Mengapa ada hama tikus? apakah masih banyak ular sawah di desa?
6. Selanjutnya fasilitator menjelaskan tentang fotosintesa dan rantai makanan
5
Paparan
Fasilitator menjelaskan tentang sumber energi yang ada di dunia dari lingkungan
sekitar dan manfaatnya bagi manusia.
Fotosintesis dan Rantai Makanan
Foto sintesa_rantai makanan_jaring-jaring makanan
Fotosintesa
Oksigen dihirup
manusia. Di dalam
tubuh manusia akan
mengubah makanan (
sbg sumber energi) dan
menghasilkan energi
utk beraktivitas
Rantai makanan
 Rantai makanan didefinisikan sebagai peristiwa makan dan
dimakan antar makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya.
Gambar 1. 2. Pada gambar kanan atas diperlihatkan bahwa rumput
dimakan oleh belalang, belalang dimakan oleh katak, katak
dimakan oleh ular, ular dimakan oleh elang. Elang yang mati akan
diuraikan oleh jamur. Rumput dan tanaman lainnya disebut sebagai
produsen karena dapat memproduksi makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis.
 Ketidakseimbangan jumlah produsen atau konsumen dapat
berakibat pada tidak seimbangnya rantai makanan. Misalnya ketika
populasi ular berkurang karena dijadikan perburuan manusia,
maka populasi katak akan bertambah besar. Di sisi lain, jumlah
elang akan berkurang karena makananya semakin jarang untuk
ditemukan.
6
Gambar 1.2 Rantai Makanan
Jaring jaring makanan
Jaring jaring
makanan adalah
Sekumpulan
rantai makanan
yang saling
berhubungan
7
Energi dalam Kehidupan Manusia
Energi dalam kehidupan manusia
 Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Dalam
kehidupan sehari-hari energi disebut juga sebagai tenaga.
 Bila seseorang memiliki tenaga, maka ia dapat bekerja atau melakukan sesuatu.
 Secara fisika, energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan; tetapi
energi dapat berubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Pernyataan ini
disebut
 Hukum Kekekalan Energi. Beberapa contoh energi yang nyata dalam
kehidupan misalnya:
 Manusia membutuhkan makan untuk dapat melakukan aktivitas. Dalam makanan
yang masuk pada tubuh manusia terkandung energi kimia. Selanjutnya, tubuh
mengubah energi kimia menjadi energi gerak untuk beraktivitas dan
mengubahnya dalam bentuk energi panas. Gambar 1. 4 menunjukkan perubahan
bentuk energi yang terjadi pada tubuh.
 Kendaraan yang membutuhkan bahan bakar untuk dapat berjalan. Bahan bakar
pada kendaraan bermotor mengandung energi kimia yang selanjutnya berubah
menjadi energi gerak dan panas setelah digunakan oleh mesin.
 Saat kita melempar bola ke atas maka suatu saat bola akan jatuh ke tanah. Pada
permainan sepak bola, setelah bola ditendang dan melambung, bola tersebut akan
tetap jatuh ke lapangan. Hal ini terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi.
8
Manfaatkan energi dengan bijak
 Pemanfaatan segala bentuk energi di alam tidak boleh sembarangan
karena efek dari pemanfaatan energi juga akan kembali ke alam.
 Pada pemanfaatan energi listrik misalnya, jika arus (aliran) listrik
besar sementara kebutuhan untuk satu peralatan listrik hanya kecil,
yang terjadi adalah kerusakan pada peralatan listrik.
 Contoh lain adalah energi gerak pada mobil, jika kecepatan sebuah
mobil sangat tinggi maka energi kinetiknya sangat besar, pada kondisi
tertentu ketika mobil tidak dapat dikendalikan, maka dapat terjadi
kecelakan.
 Perlu pengetahuan dan kesadaran dalam pemanfaatan energi.
Sekali lagi, energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi
hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
 Selalu bertindak bijaklah dalam memanfaatkan energi yang ada di
alam ini.
9
Sumber energi
 Sejatinya ada 4 sumber energi




matahari,
panas bumi,
nuklir dan
gelombang.
 Sumber energi lain merupakan turunan dari keempat sumber
energi tersebut, termasuk fotosintesis tumbuhan yang telah
dielaskan sebelumnya, merupakan turunan dari energi dari cahaya
matahari.
 Energi dari radiasi matahari merupakan energi terbesar yang
diterima dan digunakan oleh bumi.
 Sumber energi tergolong menjadi 2
 Sumber energi terbarukan
 Sumber energi tak terbarukan
Sumber Energi Terbarukan
 Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat
diperoleh kembali secepat pemakaian energi (Bent Sorensen,
2000).
 Contohnya matahari, angin, air, bio, panas bumi dan lautan. Matahari
misalnya, energi panas dan cahaya bisa tetap dimanfaatkan setiap hari dan
tidak ada habisnya. Air seharusnya menjadi sumber energi yang tidak akan
habis karena siklus air yang terus menerus ada di bumi.
10
Sumber Energi Tak Terbarukan
 adalah sumber energi yang mempunyai kecepatan
pengambilannya lebih cepat daripada kecepatan
pembentukannya.
 Contohnya adalah energi fosil (minyak bumi, gas alam, batu bara),
gambut dan nuklir.
11
Diskusi kelompok Pengamatan Energi Lokal
(Waktu 20 menit)
Bagi peserta menjadi 4 kelompok.
Setiap kelompok akan mendiskusikan beberapa hal di bawah ini :
 Jenis energi apa saja yang ada di desa?
 Tuliskan perubahan bentuk energi dari aktivitas yang ada di desa! Atau (
dari energi apa digunakan untuk apa )  penggunaan
 Sebutkan sumber energi yang ada di desa yang sudah dimanfaatkan!
Digunakan untuk apa saja
 Adakah sumber atau jenis energi yang belum dimanfaatkan? Jika ada,
sebutkan!
Lembar Kerja 4.1 Energi di desa ................................
jenis energi yang ada di desa
1.....
2.....
dst
energi
yang jenis energi
sudah
pengunaan 1. dari .......................untuk.......................
dimanfaatkan
2.
energi
yang
belum 1......
dimanfaatkan
2.....
Presentasi Kelompok
(Waktu 30 menit)
Minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing
masing. tiap kelompok maksimal 5 menit
1. Tanyakan apa persamaan dan perbedaan dari masing masing kelompok
2. Pastikan bahwa yang melakuka presentasi selalu bergantian orang
12
Topik 2 Sistem Energi Yang Berkelanjutan
Tujuan instruksional umum
Peserta mampu memahami arti penting penggunaan energi terbarukan
Tujuan instruksional khusus
1. Mengetahui proses terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim serta
akibatnya bagi manusia, makhluk hidup lain dan lingkungan
2.
Mengetahui efek positif pemanfaatan energi terbarukan dan efek negatif
penggunaan energi fosil
3.
Mengetahui potensi sumber energi terbarukan dan pemanfaatannya
Materi
1. Sejarah pemanfaatan energi
2. Pemasan global
3. Perubahan iklim
4. Teknologi energi terbarukan
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
plano, metaplan, spidol, LCD proyektor, komputer/laptop
Metode
kuliah singkat, kerja kelompok, dan presentasi.
Materi Pendukung
Time (Waktu yang dibutuhkan); 90 menit
PROSES
Pengantar
(Waktu 5 menit)
Fasilitator menjelaskan tujuan dari sesi energi terbarukan
Paparan
(Waktu 30 menit)
Sambil melakukan pemaparan materi, fasilitator menggali pemahaman peserta
terkait materi yang disampaikan.
13
1. Sejarah Pemanfaatan Energi
Gambar 2 Ilustrasi pemanfaatan energi di masa lalu
Pemanasan
penerangan
Abad 18
Mesin uap
Memasak,
pemanasan
pengglingan
pertukangan
Air
batu bara
Abad 13
minyak bumi
abad 19
listrik
akhir abad 19
panas bumi
awal abad 20
nuklir
petengahan abad
20
Pemanasan
penerangan
matahari/surya
Sejarah Energi
14
2. Pemanasan Global
Pemanasan Global
 Pengertian
Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan
ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut,dan daratan di bumi (Utina, 2010).
 Sejak tahun 1900 temperatur bumi mengalami kenaikan sekitar
0,8oC.Kenaikan temperatur yang signifikan terjadi mulai tahun 1970
sampai dengan 2012. Berdasarkan data dari berbagai pengamatan di
belahan bumi, diketahui bahwa pada tahun 1983 – 2012 dimungkinkan
menjadi 30 tahun terpanas sejak 800 tahun terakhir. (Climate Change
Evidence and Causes: An overview from the Royal Society and the US National
Academy of Sciences)
 Penyebab pemanasan Global
 Pemanasan global disebabkan oleh berbagai gas yang dilepaskan dari
aktivitas manusia seperti karbon dioksida, metana, hidrofluorokarbon
(HFC), sulfur heksaflorida dan masih banyak zat lainnya.
 Gas buang ini terutama diproduksi oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak
bumi dan gas alam), penggundulan hutan serta pembakaran lahan.
Gambar 3 Pemanasan temperature bumi dalam periode 1850-2012
15
Gambar 4 Produksi emisi gas karbon dioksida dari kendaraan bermotor
Efek rumah kaca
 Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier padatahun 1824,
 Efek rumah kaca merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet.
Energi yang berasal dari matahari, tidak semuanya diterima bumi. Sebanyak 25% energy
dipantulkan oleh awan dan partikel lain di angkasa, 25% diserap oleh awan, 45% diserap
oleh permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh bumi (Sulistyono, 2010).
 Tetapi energi yang seharusnya dipantulkan bumi terperangkap oleh beberapa partikel yang
ada di atmofer, Antara lain berupa uap air, karbon dioksida(CO2), sulfur dioksida (SO2)
danmethana (CH4).
 Gas-gas ini disebut gas rumah kaca karena menjadi penghalang atau perangkap pantulan
energi matahari yang seharusnya dilepaskan oleh bumi. Gas-gas ini justru memantulkan
panas matahari kembali ke bumi dan berakibat memanasnya suhu permukaan bumi.
Kejadian ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga
mengakibatkan memanasnya suhu permukaan bumi yang disebut juga terjadinya
pemanasan global.
 Pada kondisi normal, gas karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia dapat
diikat oleh tumbuhan sebagai bahan baku proses fotosintesis. Tetapi kenyataannya, saat ini
kondisi hutan di bumi semakin menipis. Gambar 2. 4 menunjukkan kondisi hutan di Pulau
Sumatera yang dalam kurun waktu 20 tahun telah kehilangan 7,5 juta hektar hutan. Kajian
ini, dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Belinda Arunarwati Margono dari South
Dakota State University dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Sebagian besar
hutan yang hilang adalah hutan sekunder yang habis akibat penebangan liar.
16
Penggundulan hutan di Sumatra
Efek perubahan iklim yang sudah terjadi
afrika
asia
amerika latin


singkatnya musim
tanam,
 berkurangnya mutu
lahan,
 menghilang atau
rusaknya tanah
pertanian,
 turunnya produksi
pertanian, dan
 semakin langkanya air
minum
banjir, banjirbandang, dan
longsor, yang



mewabahnya berbagai
penyakit dan kematian
akan menghancurkan
komunitas-komunitas asli.





singkatnya musim
tanam,
berkurangnya mutu
lahan,
menghilangatau
rusaknya tanah
pertanian,
turunnyaproduksi
pertanian, dan
semakin langkanya air
minum
Kekeringan diAfrika akan
memperluas
kelaparan dankelangkaan
pangan


singkatnya musim tanam,
berkurangnya mutu lahan,
menghilangatau rusaknya
tanah pertanian,
turunnyaproduksi
pertanian, dan
semakin langkanya air
minum
meningkatnya suhu dan
berkurangnyakeanekaragama
n hutan tropis
Gambar 5 Perubahan kondisi hutan di Sumatera periode tahun 1990-20101
1Belinda Arunarwati Margono, Svetlana Turubanova, Ilona Zhuravleva, Peter Potapov,
Alexandra Tyukavina, Alessandro Baccini, Scott Goetz and Matthew C Hansen.Mapping
and monitoring deforestation and forest degradation in Sumatra (Indonesia) using Landsat
time series data sets from 1990 to 2010. Environ. Res. Lett. 7 034010 doi:10.1088/17489326/7/3/034010 Published 19 July 2012>
17
Faktor pendorong hilangnya hutan
 Ada bermacam-macam faktor pendorong hilangnya hutan dan degradasi





hutan. Dalam penelitian ini antara tahun 1950an hingga 1960an,
ekspansi pertanian untuk areal persawahan dan penebangan hutan skala kecil
untuk ditanami kopi dan karet adalah penyebab utama hilangnya hutan. Di
era 1970-an hingga 1990-an,
operasi perusahaan kayu skala besar dan hutan tanaman industri menjadi
faktor yang dominan,
sementara program transmigrasi yang didorong pemerintah serta kebakaran
hutan antara tahun 1982 hingga 1983 menjadi faktor sekunder.
Setelah era 1990-an, perkebunan sawit dan pulp and paper menjadi ancaman
utama deforestasi, sementara penebangan liar menjadi penyebab utama
degradasi hutan.
Sumatera, adalah satu-satunya pulau di bumi ini dimana gajah, harimau,
badak dan orangutan bisa ditemukan bersamaan. Sayang, keempatnya kini
berada di ambang bahaya akibat penggundulan hutan (deforestasi).
3. Perubahan Iklim
Perubahan Iklim
 Salah satu dampak pemanasan global adalah terjadinya perubahan iklim. Keadaan
bumi yang sudah tidak sama lagi dengan jutaan tahun yang lalu berakibat pada
berubahnya iklim yang terjadi.
 Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global akanterjadi perubahan
iklim (climate change),daerah bagian utara dari belahan BumiUtara (Northern
Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di bumi.
 Hal ini disebabkan karena uap air yang lebih banyak akan membentuk awan yang lebih
banyak, sehingga akanmemantulkan cahaya matahari kembalike angkasa luar
angkasa.Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan secara rata-rata,
sekitar 1 persen untuk setiapderajat pemanasan.
 Faktanya,
 curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahunterakhir ini.
 Badai menjadi lebihsering, air akan lebih cepatmenguap dari tanah.
Akibatnyabeberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya.
 Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda.
 Topan badai(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan
menjadi lebih besar.
 Berlawanan denga npemanasan yang terjadi, bebera paperiode yang sangat dingin
mungkinakan terjadi.
 Pola cuaca menjadi tidakterprediksi dan lebih ekstrem.
18
Efek perubahan iklim yang sudah terjadi
afrika
asia
amerika latin


singkatnya musim
tanam,
 berkurangnya mutu
lahan,
 menghilang atau
rusaknya tanah
pertanian,
 turunnya produksi
pertanian, dan
 semakin langkanya air
minum
banjir, banjirbandang, dan
longsor, yang



mewabahnya berbagai
penyakit dan kematian
akan menghancurkan
komunitas-komunitas asli.





singkatnya musim
tanam,
berkurangnya mutu
lahan,
menghilangatau
rusaknya tanah
pertanian,
turunnyaproduksi
pertanian, dan
semakin langkanya air
minum
Kekeringan diAfrika akan
memperluas
kelaparan dankelangkaan
pangan


singkatnya musim tanam,
berkurangnya mutu lahan,
menghilangatau rusaknya
tanah pertanian,
turunnyaproduksi
pertanian, dan
semakin langkanya air
minum
meningkatnya suhu dan
berkurangnyakeanekaragama
n hutan tropis
Gambar 6 Perubahan tinggi permukaan laut
19
4. Teknologi Energi Terbarukan
Pada bab 1.2 telah dijelasakan mengenai sumber energi terbarukan, beberapa
diantaranya yaitu matahari, angin, air, bio, panas bumi dan lautan. Berbagai
teknologi telah ditemukan untuk memanfaatkan potensi sumber energi terbarukan
yang ada. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa teknologi yang telah umum
digunakan dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan berupa energy surya
dan air. Kedua sumber energi ini keberadaannya sangat melimpah di Indonesia.
Pengering Tenaga Surya
 Sejak dulu manusia telah memanfaatkan panas
dari matahari untuk proses pengeringan
dengan cara dijemur. Seiring berjalannya
waktu, teknologi pengering semakin
berkembang. Gambar 2. 6 menunjukkan salah
satu teknologi pengeringan. Udara dingin
dibiarkan masuk ke plat hitam yang kemudian
udara tersebut dipanaskanoleh panas matahari.
Udara yang telah dipanaskan mengeringkan
makanan yang ada di rak. Udara yang telah
membawa uap air dari dari bahan baku keluar
melalui lubang udara yang ada di atas rak.
 Penggunaan teknologi ini tidak perlu khawatir
dengan hujan karena bahan yang dikeringkan
tidak akan basah. Desain dan perhitungan juga
perlu dilakukan agar pengeringan dengan
menggunakan teknologi ini ebih cepat
daripada hanya dengan dijemur di bawah terik
matahari.
20
Pemanas Air Tenaga Surya
 Air dipompa ke tangki di bagian atas
selanjutnya dialirkan ke bagian pipa-pipa
hitam kecil. Pada bagian ini air
dipanaskan dengan panas matahari. Tiba
di ujung pipa, air kembali masuk ke
tangki di bagian atas.
 Air yang telah siap untuk dialirkan ke bak
mandi di rumah-rumah.
 Di daerah perkotaan, teknologi pemanas
air seperti ini terkadang juga
dihubungkan dengan listrik di rumah
dengan harapan saat cuaca mendung atau
hari hujan, pemanasan dilakukan oleh
listrik, bukan lagi panas matahari.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
 Pembangkit listrik tenaga surya merupakan
salah satu alternatif teknologi yang ramah
lingkungan. Panel surya memanfaatkan
fenomena fisika terkait dengan konversi
cahaya menjadi listrik
 Gambar merupakan gambaran umum
sistem PLTS. Listrik dari PLTS merupakan
arus searah (DC) sehingga listrik dapat
disimpan di baterai. Listrik dari baterai
dapat digunakan langsung ke beban asalkan
beban tersebut juga merupakan beban DC.
 Jika listrik dari baterai akan digunakan
untuk beban AC (bolak balik), terlebih
dahulu listrik harus melewati inverter.
Peralatan listrik AC tidak akan dapat
berfungsi jika dihubungkan dengan listrik
DC dan begitu pula sebaliknya.
21
5. Teknologi Pemanfaatan Energi Air
Teknologi Pemanfaatan Energi Air
 Pemanfaatan energi air dapat
dibagi menjadi dua hal, yaitu
 Tidak menghasilkan listrik
 misalnya memutar turbin untuk
penggilingan
 Menghasilkan listrik.
 Sementara pemanfaatan untuk listrik
digolongkan berdasarkan kapasitas
terpasang dari pembangkitan listrik
tersebut.
 Gambar disamping menunjukkan
klasifikasi berdasarkan kapasitas
terpasang PLTA.
• Pemanfaatan energi air pada sebuah pembangkit, tergantung dari dua hal yaitu debit air dan
ketinggian terjunan.
• Pada pembagkit listrik dengan kapasitas besar, debit air untuk memutar turbin sangat besar
22
Diskusi Kelompok dan Presentasi
(Waktu 50 Menit)
1. Bagi peserta menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan beberapa
pertanyaan di bawah dan menuliskan dalam plano
2. Diskusi dan kerja kelompok untuk mengamati energi di desa:
 Adakah efek pemanasan global dan perubahan iklim yang Anda rasakan
di desa? Sebutkan!
 Menurut Anda, bagaimana pencegahan terjadinya pemanasan global
dan perubahan iklim?
 Menurut Anda, kontribusi apa yang dapat Anda lakukan untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya pemanasan global?
 Sebelumnya Anda telah menyebutkan sumber energi yang ada di desa,
kini terangkan teknologi energi terbarukan apa yang cocok dengan
potensi sumber energi yang tersedia di desa Anda! Terangkan
alasannya.
3. Tempelkan hasil diskusi kelompok di dinding.
4. Selanjutnya setiap kelompok akan melihat 2 (dua) hasil diskusi kelompok
yang lain, setelah selesai, minta pendapat dari perwakilan peserta laki laki
dan perempuan untuk menceritakan, apakah ada persamaan atau
perbedaan dari hasil diskusi kelompok? Apa persamaan atau perbedaannya
Penutup
Fasilitator mengunci sesi dengan menyimpulkan bahwa masyarakat bisa
melakukan upaya untuk mengurangi pemanasan global yang berdampak pada
kehidupan.
23
Topik 3 Rencana Aksi Optimalisasi Energi Terbarukan yang Ada Di Desa
Tujuan instruksional umum
1. Mampu mengamati dan menghitung perkiraan potensi energi lokal
(pedesaan/kawasan) dan pemanfaatannya
2. Pelibatan seluruh warga di dalam perencanaan hingga evaluasi penggunaan
energi terbarukan di desanya.
Tujuan instruksional khusus
1) mampu mengidentifikasi kebutuhan energi masing-masing warga;
2) mampu melakukan langkah-langkah pemenuhan energi dengan prioritas
energi terbarukan;
3) mampu menghitung kebutuhan energi keluarga (panas maupun listrik);
4) Mampu menghitung kebutuhan energi keluarga (panas maupun listrik);
5) Mampu menjelaskan konsep besar energi dan manfaatnya bagi manusia;
6) Mampu menjelaskan tentang energi fosil dan efeknya pada lingkungan.
Materi
1. Menghitung energi panas
2. Menghitung energi listrik
3. Menghitung kebutuhan energi di desa
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
plano, metaplan, spidol, LCD proyektor, komputer/ laptop
Metode
kuliah singkat, kerja kelompok, dan presentasi.
Materi Pendukung
Time (Waktu yang dibutuhkan); 90 menit
PROSES
Pengantar
(Waktu 5 menit)
Fasilitator menjelaskan urgensi dari topik ini
Satuan Internasional (SI) untuk energi adalah Joule. Nama ini diperoleh dari James
Presscot Joule melalui percobaannya tentang persaman mekanik panas. Selain itu,
terdapat pula beberapa satuan yang digunakan untuk menyatakan energi, misalnya di
Inggris satuan energi lebih sering menggunakan BTU (British Thermal Unit). Sementara
untuk energi panas juga sering menggunakan satuan kalori (kal). Untuk menunjukkan
energi listrik, nilai kilowattjam (kWH) juga lebih sering digunakan.
24
Paparan
(Waktu 20 menit)
Bab 3.1. Menghitung Energi Panas
Setiap sumber energi mempunyai nilai panas berbeda yang dinyatakan dalam satuan
kalori (kal) atau kilo-kalori (kkal) per satuan berat gram (g) atau kilogram (kg). Tabel
berikut ini menyatakan nilai panas beberapa bahan bakar.
Sumber Energi
LPG2
Solar (Pertamina)3
Kayu lamtoro (Leuchaena leucocephala)4
Kayu turi (Samanea saman)6
Kayu angsana (Pterocapus indica)6
Kayu sengon buto (Enterolobium cylocarpum)6
Batu bara muda (lignite)6
Arang5
Nilai Panas
(kkal/kg)
11.255
10.755
4.197
3.926
4.060
3.948
5.600
6.678
Perhitungan kebutuhan energi panas dan harganya dapat dihitung dengan
membandingkan beberapa sumber energi. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Misal, dalam satu bulan sebuah rumah tangga menghabiskan sekitar 2 tabung
LPG 3 kg atau setara dengan Rp 40.000,00 (2 x Rp 20.000,00) untuk memasak,
kita hitung nilai panas 2 tabung LPG,
2. Hitung berapa kg kayu atau arang dalam 1 bulan, untuk memenuhi 67.530 kkal
kebutuhan panas,
2http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4122-konversi-minyak-tanah-ke-lpg-lebih-murah-lebihbersih.html?tmpl=component&print=1&page=
3 Ronaldo Irzon (Penyelidik Bumi pada Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Bandung), Perbandingan Calorific
Value Beragam Bahan Bakar Minyak yang Dipasarkan di Indonesia Menggunakan Bomb Calorimeter, Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 22
(2012).
4T. D. Cahyono et al., Analisis Nilai Kalor Dan Kelayakan Ekonomis Kayu Sebagai Bahan Bakar, Forum Pascasarjana Vol. 31 No.
2, April 2008: 105-116
5 Hasil rata-rata dari Hastuti, et al., Kualitas Arang Enam Jenis Kayu Asal Jawa Barat Sebagai Produk Destilasi Kering,Penelitian
Hasil Hutan Vol. 33 No. 4, Desember 2015: 337-346
25
3. Memasak menggunakan LPG akan berbeda dengan memasak menggunakan
kayu bakar atau arang kayu. Saat memasak dengan LPG, jika bahan yang
dimasak telah matang, LPG dengan mudah dimatikan. Tetapi, saat memasak
dengan kayu bakar atau arang, api tidak langsung dimatikan, tetapi dihabiskan
untuk memasak yang lain atau didiamkan hingga padam. Akibatnya,
kebutuhan kayu bakar atau arang akan lebih banyak daripada perhitungan
pada nomor 2. Jika dimisalkan, kebutuhan kayu bakar dan arang adalah dua
kali lipat dari perhitungan, akan diperoleh nilai kebutuhan kg kayu bakar dan
arang:
4. Hitung harga beli kayu bakar dan arang untuk memasak selama satu bulan jika
harga kayu bakar Rp 1.500 per kg dan harga arang kayu Rp 3.000 per kg,
didapatkan
Hasil perhitungan tersebut dapat dimasukkan ke dalam tabel perbandingan, sebagai
gambaran apabila sebuah rumah tangga biasa menggunakan LPG untuk memasak,
perhitungan kebutuhan bahan bakar jika berpindah menggunakan kayu bakar atau
arang adalah sebagai berikut
Tabel : 2.1 Perhitungan kebutuhan energi rumah tangga di Desa Suka Makmur
Ukuran
LPG
Kayu Bakar
Arang
Kebutuhan 1 bulan
2 tabung 3 kg
34 kg
22 kg
Harga satuan
Rp 20.000,00/tabung
Rp 1.500,00/kg
Rp 3.000,00/kg
Harga beli total per bulan
Rp 40.000,00
Rp 51.000,00
Rp 66.000,00
26
Diskusi Interaktif
(waktu 20 menit)
Bagi peserta menjadi 4 kelompok
Dengan menggunakan cara berhitung sebagaimana tabel 2.1, dan harga pasaran di
desa, hitung berapa rata rata kebutuhan energi panas rumah tangga setiap bulan
Lembar kerja 4.1 Kebutuhan energi panas rata rata rumah tangga tiap bulan di desa
Ukuran
Jumlah
beras
lauk pauk
Bahan bakar kayu bakar/ arang/
memasak
minyak tanah/ sumber
yang lain
Penerangan
minyak tanah/ diesel/
bensin/ sumber yang
lain
Transportasi bensin/solar
Makanan
........kg
.........
harga/kg atau
liter
22 kg
total
............
..........
....................
Bab 3.2. Menghitung Energi Listrik, 20 menit
Pada pembahasan energi listrik, perlu diketahui dua kata yang berbeda makna tetapi
seringkali dianggap sama, yaitu daya dan energi. Daya didefinisikan sebagai jumlah
energi yang diserap sebuah peralatan listrik. Dengan kata lain, daya listrik adalah
tingkat konsumsi energi dalam sebuah rangkaian listrik. Daya memiliki satuan watt,
sementara energi dalam hubungannya dengan listrik memiliki satuan wattjam.
Perhitungan daya dan energi tertulis pada Persamaan 3.
Keterangan:
P = Daya (watt)
E = Energi (wattjam)
t = waktu (jam)
Pada listrik PLN, biasanya terdapat kapasitas terpasang tiap rumah. Saat ini kapasitas
terendah yang bisa terpasang untuk pemasangan baru pada rumah tangga adalah 900
watt. Beberapa rumah tangga tidak mampu masih bisa mendapatkan daya 450 watt,
walaupun sangat jarang. Sementara pada saat pembayaran bulanan, PLN akan
menghitung kWh yang dipakai pelanggan. Apa artinya? Pada kapasitas terpasang
(watt) artinya rumah tersebut bisa menggunakan peralatan hingga pada batas daya
yang terpasang. Sementara saat pembayaran, yang dihitung adalah energi yang
dipakai. Untuk lebih mudah memahami, perhatikan contoh berikut.
27
Contoh 1:
Rumah Pak Sabar memiliki peralatan listrik berupa tiga buah lampu dengan daya
masing-masing 10 watt dan sebuah televisi dengan daya 100 watt. Setiap hari lampu
digunakan pada pukul 17:00 – 06:00, sementara TV digunakan selama 5 jam dalam
sehari. Berapa daya dan energi listrik yang digunakan oleh Pak Sabar setiap hari?
Diketahui:
Peralatan listrik : 3 lampu, masing-masing 3 watt; 1 TV 100 watt
Waktu penggunaan : lampu selama 13 jam/hari, TV 5 jam/hari
Ditanya: (a) daya dan (b) energi setiap hari
Jawab:
(a) Daya setiap hari = (3 lampu x 3 watt) + (1 TV x 100 watt)
= 9 watt + 100 watt
= 109 watt
(b) Energi setiap hari
ketereangan:
E = energi (wattjam)
P = daya (watt)
n = jumlah alat
t = waktu (jam)
Jenis
peralatan
Lampu
TV
Daya setiap
peralatan (W)
Jumlah
peralatan
(buah)
Waktu
penggunaan
(jam)
Total
energi
(Watt-jam)
3
3
13
117
100
1
5
500
Total
617
Total energi yang digunakan di rumah Pak Sabar setiap hari adalah 617 wattjam.
28
Contoh 2:
Jika Pak Sabar merupakan pelanggan PLN dengan daya terpasang 450 watt, apakah
daya tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan peralatan listrik di rumah? Jika
harga listrik per kWh adalah 500 rupiah, berapa rupiah Pak Sabar harus membayar
listrik setiap bulan? Diketahui : 1 bulan=30 hari, abonemen 15.000 rupiah.
Diketahui dari contoh 1:
Daya total = 109 watt
Energi total per hari = 617 wattjam (Wh) =
kWh = 0,617 kWh
Diskusi kelompok
Ditanya :
(a) Apakah daya terpasang memenuhi?
(b) Berapa rupiah Pak Sabar membayar listrik setiap bulan?
Jawab:
(a) Cukup. Perhitungan daya pada dasarna hanya menjumlah peralatan listrik
yang ada di rumah. Total daya peralatan listrik tidak boleh lebih dari daya yang
terpasang di rumah.
(b) Biaya penggunaan listrik per bulan = kWh setiap hari x 30 hari x harga listrik
(rupiah/kWh)
= 0,617 kWh x 30 x 500 rupiah/kWh
= 9.255 rupiah
Untuk membayar listrik PLN, ada tambahan biaya abonemen yang dibebankan
kepada pelanggan. Digunakan maupun tidak listrik yang ada di rumah,
abonemen tetap harus dibayar. Sehingga total uang yang harus dibayarkan Pak
Sabar setiap bulan adalah:
Rp 15.000 + Rp 9.255 = Rp 24.255,00
29
Diskusi dan Presentasi
(Waktu 30 menit)
Bab 3.3. Perhitungan Energi
Masih dengan kelompok yang sama, fasilitator meminta setiap kelompok untuk
melakukan diskusi dengan pertanyaan sebagai berikut
1. Hitung kebutuhan energi listrik rata rata rumah tangga di desa anda !
Lembar Kerja 4.2 Kebutuhan energi listrik rata rata Rumah Tangga di Desa
Jenis
peralatan
Daya
setiap
peralatan
(W)
Jumlah
Waktu
peralatan penggunaan
(buah)
(jam)
Total
energi
(Wattjam)
harga
listrik
beaya yang
dikeluarkan
Lampu
TV
Kulkas
Rice
Cooker
Dispenser
Total
2. Listrik di Desa Semangat disuplai oleh pembangkit listrik tenaga air dengan
debit 2 m3/s. Ketinggian terjunan yang dimanfaatkan adalah 80 meter. Berapa
kapasitas daya yang dihasilkan dari pembangkit tersebut?
30
REFERENSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Sorensen, Ben, 2004, Renewable Energy, Elsevier Academic Press
Anonim, Pembentukan Minyak Bumi, Universitas Sumatera Utara
Yusuf, R.M, 2012, Exergy Analysis
Dewan Energi Nasional, Outlook Energi Indonesia 2014, Jakarta, 2014
Indartono, Y.S, 2014, Energi Terbarukans, Institut Teknologi Bandung
Anonim, Fisika Energi
Utina, R, Pemanasan Global:Dampak dan Upaya Mitigasinya
Climate Change Evidence and Causes: An overview from the Royal Society and the US
National Academy of Sciences
Sulistyono, Pemanasan Global (Global Warming) dan Hubungannya dengan
Penggunaan Bahan Bakar Fosil, Forum Teknologi Vol 02 No 02, Pusdiklat Migas Cepu
Belinda Arunarwati Margono, Svetlana Turubanova, Ilona Zhuravleva, Peter Potapov,
Alexandra Tyukavina, Alessandro Baccini, Scott Goetz and Matthew C
Hansen.Mapping and monitoring deforestation and forest degradation in Sumatra
(Indonesia) using Landsat time series data sets from 1990 to 2010. Environ. Res. Lett. 7
034010 doi:10.1088/1748-9326/7/3/034010 Published 19 July 2012>
Mercer, Donald G et all, 2012, A Basic Guide to Drying Fruits and Vegetables, University
of Guelph, Ontario, Canada
Basic Photovoltaic Principles and Methods, 1982,Energy Department, USA
Giesecke, J dan Mosonyi, E., 2003, Wasserkraftanlage – Plannung, Bau und Betrieb, 3. Auf.,
Springer, BerlinOECD / IEA, Renewables for Power Generation, OECD / IEA, 2003
Pasek, A.D, Hydro Power Plant, Pembangkit Listrik Tenaga Air, 2014, Institut Teknologi
Bandung
Soal SMP, Daftar Massa Jenis Zat dan Kalor Jenis Zat, http://soalsmp.blogspot.co.id/p/contoh-contoh-soal-2-berilah-tanda.html, diakses pada 22
Desember 2016
Ardra, Menghitung Energi, Kalor bahan Bakar Gas LPG, https://ardra.biz/sainteknologi/ilmu-kimia/menghitung-energi-kalor-bahan-bakar-gas-lpg/, diakses pada 22
Desember 2016
Pengertian
Daya
Listrik
dan
Rumus
untuk
Menghitungnya,
http://teknikelektronika.com/pengertian-daya-listrik-rumus-cara-menghitung/,
diakses pada 22 Desember 2016
31
BAHAN BACAAN
IMPLEMENTASI ENERGI TERBARUKAN BERBASIS KOMUNITAS
(oleh: Ahmad Rahma Wardhana)
Kerusakan Lingkungan dalam Pandangan Islam
Kondisi perekonomian sebagai cerminan kondisi kesejahteraan fisik umat manusia, dalam
dua abad terakhir mengalami peningkatan luar biasa. Namun demikian, kemajuan tersebut
harus dibayar sangat mahal. Kualitas lingkungan hidup terdegradasi luar biasa parah.
Sekitar separo hutan di muka bumi telah hilang, reduksi keanekaragaman parah terjadi di
banyak tempat, air tanah terus terkuras dan terkontaminasi, polusi udara meningkat di
sangat banyak tempat dan berbagai bencana serta potensi bencana lanjutan terkait
perubahan iklim global terus bermunculan. Sementara itu sekitar seperlima penduduk
dunia saat ini masih tetap hidup miskin. Kebutuhan untuk meningkatkan taraf hidup
penduduk, termasuk lapisan miskinnya dan sekian banyak penduduk lagi yang akan lahir,
menuntut berbagai kemajuan di bidang ekonomi. Jika pola pertumbuhan yang dianut saat
ini terus berlanjut, maka tekanan destruktif pada daya dukung lingkungan dan ketersediaan
berbagai sumber daya alam akan meningkat. Indonesia juga menghadapi masalah serupa
[1].
Kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia, termasuk untuk kegiatan perekonomian,
digambarkan dalam al Qur`an sebagai rusaknya keseimbangan. Shihab dalam menafsirkan
al Qur`an surat ar-Ruum (30) ayat 41 menyatakan bahwa makna fasaad adalah keluarnya
sesuatu dari keseimbangan atau lawan dari ash-shalaah yang berarti manfaat atau berguna.
Sehingga ayat tersebut menggambarkan terjadinya kerusakan, ketidakseimbangan, serta
kekurangan manfaat di daratan dan di lautan, yang mengarah pada kacaunya
keseimbangan lingkungan. Fasaad tersebut dilakukan oleh manusia dan akan
mengakibatkan siksaan kepada manusia. Semakin banyak kerusakan yang terjadi pada
lingkungan, semakin besar pula dampak buruknya kepada manusia, karena Allaah SWT
menciptakan semua makhluk saling kait-berkait. Timbulnya gangguan pada keharmonisan
dan keseimbangan alam pasti berdampak pada seluruh bagian alam (termasuk manusia)
baik yang merusak maupun yang merestui perusakan itu [2].
Perusakan lingkungan akibat kegiatan perekonomian juga dikecam dan diharamkan oleh
Islam menurut penilaian Muktamar Nahdlatul ‘Ulama (NU) ke-29 di Cipasung,
Tasikmalaya, pada 4 Desember 1994. Muktamar di antaranya menjawab pertanyaan dengan
redaksi
Industrialisasi yang sekarang sedang digalakkan oleh pemerintah, ternyata
membawa ekses yang cukup serius dan dampaknya juga merugikan kepentingan
rakyat banyak, yakni biasanya hanya mengejar keuntungan sendiri, serta
melupakan kewajiban untuk menangani dampak limbah yang ditimbulkan oleh
pabrik. (a) Bagaimana hukum mencemarkan lingkungan? (b) Bagaimana konsep
Islam dalam menangani ekses pencemaran lingkungan?
32
Muktamar NU menjawab
(a) Hukum mencemarkan lingkungan, baik udara, air maupun tanah, apabila
menimbulkan dharar(kerusakan), maka hukumnya haram dan termasuk
perbuatan kriminal (jinayat). (b) Konsepsi Islam dalam menangani ekses
pencemaran lingkungan adalah: 1) apabila ada kerusakan, maka wajib diganti
oleh pencemar, 2) memberikan hukuman yang menjerakan (terhadap pencemar)
yang pelaksanaannya dengan amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan
tingkatannya.
Jawaban Muktamar NU tersebut kemudian dilengkapi dengan kutipan rujukan dari 9 kitab
yaitu: 1) al-Tafsir al-Kabir/Mafatih al-Ghaib (Muhammad al-Razi), 2) al-Jami’ li Ahkam alQur`an (Muhammad bin Abi Bakar al-Qurthubi), 3) al-Mawahib al-Saniyah Syarh al-Fawa’id
al-Bahiyah (Abdullah bin Sulaiman), 4) Tabyin al-Haqa’iq Syarh Kanz al-Daqa’iq (Utsman
bin Ali al-Zaila’i), 5) al-Kharraj (Abu Yusuf), 6) al-Ahkam al-Sulthaniyah (Abu Ya’la al
Farra’), 7) Majma’ al-Dhamanat (Ghanim bin Muhammad al-Baghawi), 8) Mirqah Su’ud alTashdiq Syarh Sulam al-Taufiq (Muhammad Nawawi bin Umar al Bantani), (9) Ihya` ‘Ulum
al-Diin (Abu Hamid al-Ghazaki), dan dua rujukan lain yang tidak dikutip (Hasyiyah alJamal, Juz V, halaman 196 dan Tafsir Ibn Katsir, Juz II, halaman 222) [3].
Tafsir al Qur`an surat ar Ruum (30) ayat 41 dan pembahasan Muktamar NU ke-29 tentang
perusakan lingkungan menggambarkan konsistensi pandangan Islam tentang
perekonomian, bahwa tujuan perekonomian sebagai hifdzu al-maal (perlindungan harta)
demi memenuhi kemashlahatan umat tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan,
karena akan mengancam pada maqashid syariah lain, seperti hifdzu-n-nafs (perlindungan jiwa)
dan hifdzu-n-nasli (perlindungan keturunan) [1].
Suplai dan Konsumsi Energi Indonesia: Penggerak Perekonomian
Kebutuhan energi Indonesia akan terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi
dan populasi. Populasi Indonesia meningkat 24,11%, dari sekitar 205 juta jiwa pada tahun
2000 menjadi 255 juta jiwa pada 2015. Peningkatan juga terjadi pada Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia yang merupakan indikator utama perekonomian. PDB Indonesia
meningkat 119%, antara tahun 2000 dengan 2015, dari. Gambar 1 dan Gambar 2
menunjukkan grafik pertumbuhan populasi dan PDB Indonesia sejak tahun 2000 hingga
2015 [4].
33
Gambar 1. Pertumbuhan populasi Indonesia tahun 2000-2015 dalam ribu jiwa (diolah dari Handbook
of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2016, Kementerian ESDM RI)
Gambar 2. PDB Indonesia 2000-2015 atas dasar harga konstan 2000 dalam triliun rupiah [4]
Pada kurun waktu yang sama, pola energi Indonesia juga memiliki trend yang sama. Suplai
energi meningkat 83,33% dari 726.687 SBM (2000) ke 1.332.242 SBM (2015), sedangkan
konsumsi energi meningkat 63,18% dari 508.883 SBM (2000) menjadi 830.420 SBM (2015).
Gambar 3 merupakan grafik pertumbuhan suplai dan konsumsi energi di Indonesia tahun
2000-2015 [4].
Gambar 3. Grafik pertumbuhan suplai dan konsumsi energi Indonesia tahun 2000-2015 (diolah dari
Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2016, Kementerian ESDM RI)
34
Apa yang Dimaksud dengan Energi Terbarukan?
Energi terbarukan (ET) secara umum didefinisikan sebagai energi yang berasal dari sumber
yang terbarukan secara alami dan berkelanjutan, dengan laju yang lebih cepat dibandingkan
dengan laju konsumsinya, seperti sinar matahari, angin, hujan, pasang-surut, gelombang,
dan panas bumi, di mana memiliki empat fungsi khas yaitu menghasilkan energi untuk
listrik, pendingin atau pemanas air dan udara, transportasi, dan jasa energi untuk wilayah
terpencil [5, 6, 7, 8]. Lebih spesifik, ET dikelompokkan di antaranya menjadi bioenergi,
geotermal atau panas bumi, air, laut (pasang-surut, gelombang, dan panas), matahari, serta
angin [8].
ET menjadi solusi tepat untuk mengatasi pola pertumbuhan manusia dan listrik 40 tahun
terakhir, di mana manusia bertambah dari 4 milyar menjadi 7 milyar dan listrik tumbuh
250% [9]. ET yang memiliki emisi karbon jauh lebih sedikit dibandingkan energi fosil (Tabel
1) juga sekaligus akan berkontribusi dalam ikhtiar global untuk membatasi peningkatan
suhu global di bawah 2 °C. Laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) pada
2015 misalnya, menunjukkan bahwa tanpa peran ET, emisi total sektor energi secara global
akan 20% lebih tinggi [10].
Tabel 1.Emisi sepanjang siklus hidup beberapa teknologi energi [19]
Emisi Siklus Hidup
Emisi Siklus Hidup
Teknologi Energi
(g/kWh)
(g/kWh)
Solar (PV)
40 – 200
Biomass
35 – 85
Concentrated Solar Thermal
50 – 90
Nuclear Fission
65
Wind
65
Coal
900
Geothermal
20 – 140
Oil
700
Hydropower
45 – 200
Gas
450
Hydro (mini, micro)
45
Implementasi ET juga menimbulkan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi karena
munculnya lapangan kerja, baik langsung (direct, seperti perancangan, manufaktur,
pengiriman, instalasi/konstruksi beserta manajemen dan administrasinya, serta operasional
dan pemeliharaan), tidak langsung (indirect, seperti manufaktur alat dan komponen
pendukung sistem ET sepanjang rantai pasoknya), maupun terikut (induced, seperti
tumbuhnya aktivitas perekonomian karena adanya instalasi atau proses pengajaran
teknologi ET) [12]. Memungkinkan pula bagi ET yang mampu melistriki daerah terpencil
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat karena meningkatnya kemampuan
mengolah sumber daya alam lokal berbasis ET atau munculnya lapangan pekerjaan baru
akibat adanya akses listrik.
Teknologi Energi
Secara global, lapangan kerja langsung di sektor ET menyerap 6,5 juta pekerja pada 2013; 7,7
juta pekerja pada 2014; dan 8,1 juta pekerja pada 2015 [13, 14, 15]. Jumlah ini akan terus
meningkat karena nilai investasi terhadap ET diproyeksi harus meningkat hingga USD 550
Milyar per tahun untuk mencegah bencana global akibat perubahan iklim. Peningkatan
investasi ini akan didukung di antaranya oleh: 1) menurunnya harga komponen ET, 2)
teknologi ET yang terus berkembang efisiensinya, 3) meningkatnya pengalaman
35
pengembang dan lembaga keuangan dalam menghitung resiko, dan 4) manfaat ET yang
makin terasa secara simultan di sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan [16].
Energi Terbarukan Indonesia: Pembangkit Listrik
Indonesia yang terletak di wilayah ekuator bumi sesungguhnya memiliki beberapa faktor
pendukung pengembangan ET, di antaranya: 1) matahari bersinar sepanjang tahun, 2) tanpa
musim dingin, sehingga tidak ada permintaan energi yang besar dalam bentuk panas pada
musim dingin, 3) wilayah laut yang luas sebagai sumber pengembangan energi kelautan
(pasang-surut atau gelombang), 4) gunung berapi dan hutan, potensi energi biomassa
tumbuhan, 5) banyaknya wilayah kepulauan, potensi kemandirian energi dengan sumber
daya energi lokal, dan 6) wilayah perkotaan yang padat, potensi energi sampah perkotaan.
Porsi energi nasional yang digunakan sebagai pembangkit listrik pada tahun 2015 mencapai
16,5%. Porsi ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2000 yang hanya
pada angka 9,8%. Gambar 4 menunjukkan persentase porsi energi nasional yang berfungsi
untuk pembangkitan listrik tahun 2000-2015 [17].
Gambar 4. Grafik persentase energi nasional untuk pembangkitan listrik [17]
Seberapa besar peran energi terbarukan dalam pasokan listrik nasional? Data terbaru yang
dirilis Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM RI menunjukkan kapasitas
terpasang pembangkit listrik dari energi terbarukan non-bio hanya 12,4% (6.706,25 MW).
Selebihnya, 44,61% (24.770,50 MW) dari batubara; 27,51% (15.275,35 MW) berbahan bakar
gas; 15,65% (8.689,79 MW) merupakan pembangkit listrik dari berbagai jenis produk
turunan minyak bumi; dan sisanya adalah pembangkit listrik biomassa (0,09% - 50,23 MW)
dan sampah (0,06% - 36 MW). Gambar 5 merupakan kapasitas pembangkit listrik terpasang
di Indonesia berdasarkan jenisnya [17].
36
Gambar 5. Kapasitas pembangkit listrik terpasang di Indonesia tahun 2015 (dalam MW) [17]
Masih bersumber dari data yang sama, pada tahun 2015, energi terbarukan non-bio yang
terpasang di Indonesia di dominasi oleh pembangkit listrik tenaga air dan geotermal,
sisanya merupakan pembangkit minihidro, mikrohidro, tenaga surya (PLTS), dan tenaga
angin (PLT-Bayu). Kapasitas pembangkit listrik tenaga air mencapai 5.079,06 MW (75,74%)
dan panas bumi berada pada angka 1.435,40 MW (21,40%). Sedangkan kapasitas terpasang
minihidro, mikrohidro, PLTS, dan PLT-Bayu berturut-turut adalah 151,18 MW (2,25%); 30,46
MW (0,45%); 9,02 MW (0,13%); dan 1,13 MW (0,02%). Persentase kapasitas pembangkit
energi terbarukan non-bio ditampilkan secara grafis pada Gambar 6 [17].
Gambar 6. Persentase kapasitas pembangkit energi terbarukan non-bio Indonesia, 2015 [17]
Perlu menjadi catatan penting, bahwa kapasitas terpasang atau daya terpasang dalam bahasa
awam dapat disebut sebagai potensi energi, bersatuan Watt. Sebuah pembangkit mampu
memproduksi energi jika ia menyala dalam kurun waktu tertentu, satuannya dinyatakan dalam
Watt jam atau dikenal Watt hour. Listrik PLN misalnya, tarifnya dibayar per kWh, per kiloWatt hour, per kilo-Watt jam, atau setiap listrik senilai 1.000 Watt jam. Sebuah televisi
dengan daya 150 Watt, misalnya, jika dinyalakan satu jam bermakna akan menghabiskan
listrik sejumlah 150 Watt jam, dan seterusnya.
37
Artinya, kapasitas terpasang pembangkit listrik tidak menjamin tersedianya listrik, kecuali
pasokan bahan bakarnya berlangsung secara kontinyu. Rantai pasok batubara dan berbagai
produk turunan minyak bumi memiliki peran penting, terutama bagi pembangkit listrik di
wilayah terpencil. Beberapa pengelola pembangkit memiliki SOP yang jelas untuk
mencegah terhentinya pasokan bahan bakar akibat kendala transportasi, meskipun
menimbun bahan bakar juga berkonsekuensi pada biaya pergudangan dan lingkungan yang
tak sedikit.
Sementara pembangkit energi terbarukan bertenaga air memiliki masalah tentang
kurangnya debit air, baik akibat sedimentasi pada bendungan (untuk PLTA), maupun
kurangnya pasokan air di musim kemarau (untuk minihidro dan mikrohidro). Kendala pada
PLTS dan PLT-Bayu, masing-masing terletak pada pasokan sinar matahari yang kurang
karena mendung serta hembusan angin yang tak berlangsung sepanjang 24 jam.
Kapasitas energi terbarukan di Indonesia akan terus ditingkatkan oleh para pemangku
kepentingan nasional, mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional mengamanatkan suplai energi terbarukan harus mencapai
persentase 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.
Rasio Elektrifikasi
Akses listrik masyarakat dinyatakan dalam sebuah rasio elektrifikasi, yakni perbandingan
antara rumah tangga yang telah memiliki akses listrik dengan rumah tangga secara
keseluruhan. Hingga akhir tahun 2015, rasio elektrifikasi Indonesia mencapai angka 88,30%,
dengan rincian 56,6 juta pelanggan PLN dan 1,37 juta berlistrik non-PLN, dari total 65,67
juta rumah tangga di seluruh Indonesia. Rasio elektrifikasi pada akhir 2015 tersebut juga
berarti masih ada sekitar 7,6 juta kepala keluarga yang belum menikmati listrik sama sekali.
Lebih dari itu, jika ditinjau dari rasio elektrifikasi di setiap provinsi, terdapat variasi nilai
sebagai berikut: 1) 90-an persen, 9 provinsi, 2) 80-an persen, 15 provinsi, 3) 70-an persen, 6
provinsi, 4) 60-an persen, 2 provinsi, 5) 50-an persen, satu provinsi, dan 6) 40-an persen satu
provinsi [17].
Pemerintah optimis tahun 2016 rasio elektrifikasi nasional dapat mencapai angka 90-91
persen, karena harus mengejar target rasio elektrifikasi minimal 99,5% pada 2019.
Optimisme ini muncul, merujuk pada kinerja 2014 dan 2015 yang mampu melampaui target.
Pemerintah pada 2014 menargetkan 84,3% yang ternyata terwujud hingga 87,5%, dan pada
2015, dari target 87,5% dapat terealiasasi hingga 88,3% [18].
Energi Terbarukan untuk Kemandirian Desa: KEMALA
Pada tanggal 24 Juni 2016, Konsorsium untuk Energi Mandiri dan Lestari (KEMALA),
menandatangani perjanjian hibah PSDABM (Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis
Masyarakat) dengan Millenium Challenge Account Indonesia (MCAI). KEMALA
merupakan konsorsium yang dipimpin oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber
Daya Masyarakat Nahdlatul ‘Ulama (Lakpesdam-PBNU) yang beranggotakan Pusat Studi
Ekonomi Kerakyatan UGM (PUSTEK UGM), Pusat Studi Energi UGM (PSE UGM), dan
38
Center For Civic Engagement and Studies (CCES atau Pusat Kajian dan Penguatan
Kewargaan).
Hibah PSDABM yang diterima Konsorsium Kemala bertajuk Peningkatan Pendapatan Rumah
Tangga Miskin melalui Usaha Hijau yang Didukung oleh Energi Terbarukanyang berlokasi di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi (dua desa) dan Kabupaten Solok Selatan,
Provinsi Sumatera Barat (satu jorong).
Hibah ini merupakan ikhtiar nyata NU dan UGM untuk memadukan kemampuan kedua
lembaga besar ini: NU dan CCES dengan basis pengelolaan komunitas yang partisipatif dan
advokasinya, serta UGM dengan kemampuan pengelolaan teknologi energi terbarukan dan
pengembangan perekonomian kerakyatannya.
Energi terbarukan dalam hibah ini merupakan pembangkit listrik tenaga surya yang akan
digunakan sebagai pemicu peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat dengan akses
energi rendah emisi karbon, di antaranya melalui, 1) penerangan pada malam hari, 2) energi
untuk mengelola komoditas perekonomian lokal (peningkatan nilai tambah komoditas kopi,
jagung, pisang, dan ikan), serta 3) energi untuk penyediaan air bersih melalui pompa air
bertenaga surya.
Implementasi energi terbarukan ditargetkan akan menumbuhkan lapangan pekerjaan (green
jobs), peningkatan pengetahuan administrasi dan keuangan, peningkatan waktu belajar di
malam hari, dan peningkatan kualitas kesehatan akibat ketersediaan air bersih. Beberapa
green jobs yang ditargetkan muncul di antaranya adalah 1) pekerjaan lokal untuk
mendukung pelaksanaan hibah, 2) lembaga pengelola administrasi dan keuangan sistem
energi, 3) personel operasional dan pemeliharaan, dan 4) pengelolaan komoditas lokal
beserta rantai produksi, distribusi, dan pemasarannya.
Sementara sebagai salah satu strategi peningkatan kapasitas, KEMALA akan membentuk
Sekolah Hijau yang terdiri daritiga tahapan pembelajaran yaitu, pendidikan dasar
(peningkatan wawasan dan karakter individu), pendidikan menengah (keterampilan dan
penguatan kelembagaan), serta pendidikan lanjut (penguatan jaringan dan pemasaran).
Peserta Sekolah Hijau nantinya adalah masyarakat desa berbagai lapisan dan profesi dengan
afirmasi peserta dari penduduk miskin dan kelompok perempuan.
Membangun Kesadaran akan Kemandirian
Kendala elektrifikasi yang paling nyata dihadapi adalah masalah akses menuju konsumen
listrik, sehingga meningkatkan biaya konstruksi infrastruktur distribusi listrik. Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum memiliki listrik mayoritas terletak di sekitar
kawasan pantai Gunungkidul atau pegunungan di Kulon Progo. Kondisi topografi dan
jauhnya dari pemukiman lain, menjadikan PLN harus merogoh koceknya cukup dalam jika
ingin melistriki wilayah tersebut.
Sama halnya dengan lokasi di program KEMALA. Satu lokasi di Sumatera Barat harus
ditempuh selama dua jam dari ibukota Solok Selatan, meskipun jarak horizontalnya hanya
25 km. Sementara dua desa lokasi program di Jambi, hanya bisa ditempuh dengan
39
menggunakan kapal motor kecil. Keterbatasan akses tersebut berkonsekuensi pada banyak
hal, seperti akses pendidikan yang terbatas, ketergantungan pada pasokan minyak diesel
atau bahkan memilih untuk tidak memiliki listrik sama sekali, serta munculnya tambahan
waktu dan biaya untuk setiap kebutuhan yang dibeli dari luar desa/jorong. Khusus dua
desa di Jambi yang berada di tepi sungai Batanghari, lokasi ini memiliki masalah tahunan
berupa banjir sekaligus masalah harian berupa air bersih MCK yang diambil dari sungai dan
air minum kemasan galon yang dibeli dari luar desa. Kesimpulannya, masalah utama
masyarakat di lokasi program adalah kemiskinan.
Pada awal November 2016, sebagai bagian dari kegiatan hibah, KEMALA mendatangkan 12
orang dari lokasi program ke Yogyakarta selama lima hari dalam kegiatan bertajuk Green
Visioning atau pembangunan visi hijau masyarakat, sebagai awal pembentukan Komunitas
Belajar Sekolah Hijau. Kegiatan ini di antaranya adalah kunjungan ke Desa Nglanggeran di
Gunungkidul yang sukses dengan kemandirian desanya di bidang wisata, pertanian,
perkebunan, dan peternakannya, secara integral, serta Dusun Banyumeneng di Panggang,
Gunungkidul yang berhasil dalam membangun komunitas pengelolaan air bersih berbasis
PLTS-nya. Selain itu, 12 orang inilah yang akan menjadi Kader Hijau di tingkat desa/jorong,
sebagai penggerak dan motivator bagi masyarakat desa/jorong untuk mencapai
kemandirian desa/jorong secara bersama-sama. Tujuan besar yang sesungguhnya adalah
membangun visi masyarakat, melalui masyarakat, yang nantinya manfaatnya juga langsung
akan dirasakan oleh masyarakat sendiri.
Salah satu kesan yang ditangkap oleh KEMALA setelah kegiatan Green Visioning adalah
adanya semangat yang luar biasa dari Kader Hijau untuk belajar dan menambah wawasan
serta melakukan kontekstualisasi pada daerahnya masing-masing. Hanya saja, selama ini
kurangnya wawasan, pengetahuan, teknologi, dan pendampingannya telah meredupkan
semangat bagi masyarakat untuk berbenah ke arah yang lebih baik. Lebih dari itu, Sekolah
Hijau juga ditargetkan untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas
masyarakat, menggugah kesadaran tentang adanya potensi sumber daya lokal, dan
mengelolanya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dalam mengembangkan kemandiriannya, desa atau komunitas lokal di tingkat masyarakat
tidak bisa dimaknai berdiri sendiri di dalam siklus tertutupdi tingkat lokal. Justru desa harus
bekerjasama secara sinergis dan integral dengan desa-desa lain untuk saling memenuhi
kebutuhan, saling memanfaatkan dalam arti yang positif. Begitu pula dengan pemerintah
desa yang memiliki wewenang pemanfaatan anggaran dana desa (dari APBN dan APBD),
sangat berpeluang mengalokasikan dana pemberdayaan masyarakat untuk mengelola
komoditas lokal. Sementara pemerintah kabupaten dan provinsi melalui SKPD harus turut
mendorong kemandirian desa lewat alokasi dana di APBD: bukan memberi ikan, tetapi justru
memberi pancing dan mengajarkan cara memancingnya. Konsekuensi logisnya juga sangat
positif, yakni adanya keterlibatan langsung masyarakat dalam menyusun program
pembangunan desa sekaligus pelaksanaan dan pengawasan penggunaan anggarannya.
Pembangunan dari desa merupakan solusi riil kemandirian Indonesia, sebagai perwujudan
cita-cita para pendiri bangsa saat mendeklarasikan NKRI: memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
40
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Semoga Allaah SWT memudahkan ikhtiar
kita.
REFERENSI
[1] Budiarto, R.; Wardhana, A. R.; Prastowo, A. R. (2016). Implementation of Islamic
Economics in Indonesia by Developing Green Economics Through Renewable Energy
Technologies, 1st Gadjah Mada International Conference on Islamic Economic and
Development, Yogyakarta
[2] Shihab, Q. (2003). Tafsir Al-Mishbah – Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur`an Volume
11, Lentera Hati, Jakarta
[3] Tim Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU (2011).Ahkamul Fuqaha – Solusi
Problematika Aktual Hukum Islam – Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul
Ulama (1926 – 2010 M), Khalista, Surabaya
[4] Kementerian ESDM RI (2016). Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia
2016, Jakarta
[5] Omar Ellabban, Haitham Abu-Rub, Frede Blaabjerg (2014).Renewable energy resources:
Current status, future prospects and their enabling technology. Renewable and
Sustainable Energy Reviews 39, 748–764, hlm. 749, doi:10.1016/j.rser.2014.07.113
[6] REN21 (2010). Renewables 2010 Global Status Report, hlm. 15
[7] http://www.iea.org/topics/renewables/, diakses pada 1 Juni 2016
[8] IRENA (2009). Statute of The International Renewable Energy Agency (IRENA), hlm.
4-5.
[9] IRENA (2014). REthinking Energy 2014, hlm. 12.
[10] IRENA (2015). REthinking Energy 2015, hlm. 11.
[11] Lenzen, M. (2009).Current state of development of electricity-generating technologies, The
University of Sydney
[12] Wei, M, Patadia, S., and Kammen, D.M. (2010). Putting renewables and energy
efficiency to work: How many jobs can the clean energy industry generate in the
US?, Jour. of Energy Policy, Vol. 38, hlm. 919 – 931
[13] IRENA (2014). Renewable Energy and Jobs – Annual Review 2014
[14] IRENA (2015). Renewable Energy and Jobs – Annual Review 2015
[15] IRENA (2016). Renewable Energy and Jobs – Annual Review 2016
[16] IRENA (2014). REthinking Energy 2014, hlm. 12-17
[17] Kementerian ESDM RI, Dirjen Ketenagalistrikan (2016). Statistik Ketenagalistrikan
2015 – Edisi No. 29 Tahun Anggaran 2016, Jakarta
[18] http://m.liputan6.com/bisnis/read/2497279/esdm-optimistis-rasio-elektrifikasi2016-lampaui-target, diakses pada 30 November 2016
[19] Lenzen, M. (2009).Current state of development of electricity-generating technologies,
The University of Sydney
41
Download