DISTRIBUSI PORI……(27):230-236 DISTRIBUSI PORI TANAH PODSOLIK MERAH KUNING PADA BERBAGAI KEPADATAN TANAH DAN PEMBERIAN BAHAN ORGANIK Oleh/by EKO RINI INDRAYATIE Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT The experiment was conducted in the green house to study pore distribution of red yellow podzolic soil of compaction level and organic matters application. The experiment used the factorial randomized completely design consist of two factors. The first factor was soil compaction consist of 1.0 g/cm3, 1.2 g/cm3, 1.4 g/cm3. The second factor was organic matter application, consist of without organic matter and applied 30 ton/ha organic matter. So there were 6 treatments, each treatment was replicated 4 times and were observed in 15 DAP, 30 DAP, 60 DAP and 90 DAP. The soil physic parameters were pore distribution. The results of the experiment showed that soil compaction treatments decreased total aeration pore, available water pore and increasing total an available water pore. Organic matter application in soil compacted improved macro pore. The good effect of organic matter were improved content volumetric water and field capacity water. Key world : organic matter, soil compaction, pore distribution Penulis untuk korespondensi : HP +6281334400571; E-mail: [email protected] PENDAHULUAN Meningkatnya kebituhan atas lahanlahan hutan konversi untuk pemukiman, areal pertanian dan kebutuhan lainnya akan mengurangi lahan hutan, sehingga kebutuhan bahan baku kayu yang dihasilkan tidak dapt mengimbangi kebutukan kayu yang semakin meningkat. Hutan Tanaman Industri merupakan alternatif pemecahan solusinya. Dipihak lain konversi dapat menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah terutama pada tanah sulfat masam seperti podsolik merah kuning. Tanah Podsolik Merah Kuning di Indonesia dijumpai dengan ciri-ciri sebagai berikut : tekstur lempung, struktur gumpal, permeabilitas rendah, stabilitas agregat baik, pH rendah, kandungan Al tinggi, KTK rendah, aras N, P, Ca, Mg sangat rendah, vegetasi alami alang-alang (Imperata cylindrica) dan hutan (Dudal dan Soepraptoharjo, 1978; Sudjadi, 1984) dan didominasi oleh mineral sekunder tipe 1 : 1 kaolinit (Radjagukguk, 1980), pada umumnya peka terhadap erosi dan pemadatan (Sanchez, 1976). Dipihak lain lahan hutan yang dikonversi dapat menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan biologi akibat pencucian, erosi dan pemadatan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Hasan (1987) bahwa lima tahun sesudah pembukaan hutan dapat meningkatkan berat volume tanah dari 0,995 g/cm3 menjadi 1,2 g/cm3 di puncak bukit dan dari 1,125 g/cm3 menjadi 1,43 g/cm3 dilereng. Pemadatan tanah dapat didefinisikan sebagai pemampatan suatu massa tanah menjadi bervolume Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 230 DISTRIBUSI PORI……(27):230-236 lebih kecil sehingga ratio berat/volume atau berat volume meningkat (Harris, 1971). Peningkatan berat volume diikuti oleh perubahan struktur, konduktivitas panas, konduktivitas hidrolis dan karakteristik transfer gas. Pada gilirannya perubahan ini juga mempengaruhi keseimbangan kimiawi dan biologis tanah. Semakin padat tanah maka partikel tanah saling menutup dan ruang pori makro berubah menjadi pori mikro yang pada akhirnya akan mengganggu aerasi tanah. Ketahanan tanah terhadap proses pemadatan ditentukan oleh kekuatan mekanis tanah, yang berupa kombinasi dari kekuatan kohesi dan friksi tanah. Selain itu Mullins (1990) menyimpulkan bahwa tanah yang mempunyai kekuatan mekanis kecil akan peka terhadap pemadatan. Hal ini terjadi karena kandungan bahan organik rendah, serta dipengaruhi oleh tekstur dan mineral liat dan penurunan kandungan air, sehingga salah satu pengelolaan tanahnya dengan menambahkan bahan organik. Hillel (1982) mengemukakan bahwa bahan organik dapat membantu menahan lebih banyak air, lewat perbaikan struktur tanah pada tanahtanah mineral. Stevenson (1982) menyatakan bahwa penyelimutan liat oleh bahan organik mengurangi tanah mudah terdispersi dan mengurangi pemadatan. Dengan penambahan bahan organik maka granulasi terbentuk, tanah menjadi remah, porositas total meningkat. Berdasarkan alasan tersebut di atas maka penelitian ini untuk mempelajari distribusi pori tanah podsolik merah kuning pada berbagai kepadatan tanah dan pemberian bahan organik. BAHAN DAN METODE Contoh tanah Podsolik Merah Kuning atau Clayey Kaolinitic Isohyperthermic (USDA, 1985 dalam Sutanto et al. , 1992) diambil dari lahan yang sebelumnya bervegetasi alangalang (Imperata cyclindrica) di Kabupaten Pelaihari, Kalimantan Selatan. Contoh tanah yang diambil terdiri dari dua lapisan yaitu Top Soil (015 cm) dan Sub Soil (15-40 cm), masing-masing dikering udarakan selama 2 minggu, ditumbuk dan disaring dengan saringan berdiameter 2 mm untuk percobaan pot. Bahan organik untuk percobaan ini adalah campuran kompos gambut dan sekam padi yang sudah lapuk (7 : 3). Bahan penelitian lainnya antara lain : pot dari PVC 0 15.7 cm dan 0 13.1 cm, benih Akasia (Acacia mangium Willd), bahan organik (kompos gambut + sekam), pupuk TSP, pupuk NPK. Setiap pot percobaan disusun dalam rumah kaca setelah dilakukan pengacakan sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 faktor dengan 4 ulangan. Faktor A Tingkat Pemadatan Tanah terdiri dari 3 level yaitu : Berat Volume 1,0 g/cm3 (A1); Berat Volume 1,2 g/cm3 ( A2 ), Berat Volume 1,4 g/cm3 (A3). Faktor B tingkat Pemberian Bahan Organik terdiri dari 2 level yaitu : Tanpa bahan organik (B0), Kompos gambut + sekam padi (30 ton/ha) (B1). Jumlah kombinasi perlakuan ada 6 dengan 4 ulangan dan pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali secara destruktif yaitu 15, 30, 60 dan 90 HST. Pemeliharaan meliputi : pemupukan selama pertumbuhan semai, penyiraman, pengendalian hama dan peenyakit dan penyiangan. Pengamatan sifat fisik tanah meliputi distribusi pori. Data parameter pada masingmasing waktu pengamatan dianalisis keragamannya menggunakan RAL dengan pola faktorial 2 faktor untuk melihat pengaruh dari perlakuan kepadatan tanah (A) dan pemberian bahan organik (B) serta interaksinya (A*B). Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 231 DISTRIBUSI PORI……(27):230-236 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian bahan organik dan pemadatan tanah menyebabkan terjadinya perubahan distribusi pori yang akhirnya akan mempengaruhi konduktivitas hidraulik jenuh. Perubahan distribusi ukuran pori pada tanah yang diberi bahan organik maupun tanpa bahan organik menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah kandungan pori berukuran 280 – 28 µm atau pori aerasi dan jumlah kandungan pori berukuran 8,85 – 0,18 µm atau pori air tersedia serta peningkatan jumlah kandungan pori berukuran < 0,18 µm atau pori air tidak tersedia, namun demikian pada tanah yang diberi bahan organik kandungan pori aearasi dan pori air tersedia lebih tinggi dibandingkan pada tanah yang tidak diberi bahan organik, sebaliknya persentasi pori mikro dan pori air tidak tersedianya lebih rendah (Tabel 1). Dalam kaitannya dengan ukuran pori makro Koorevar et al (1983) membagi ukuran pori makro berukuran di atas 100 µm, pori meso berukuran 30 – 100 µm dan pori mikro berukuran kurang dari 30 µm. Adanya perubahan distribusi ukuran pori tersebut berarti bahwa pemadatan tanah yang diberikan menurunkan kandungan pori makro dan meso serta meningkatkan kandungan pori mikro. Ketika tanah mengalami pemadatan maka porositas total tanah akan berkurang karena berkurangnya kandungan pori makro dan meningkatnya pori mikro. Pendapat ini didukung oleh Ghildyal (1978) yang menyatakan bahwa pada tanah yang dipadtkan berat isi dan pori mikro meningkat sedangkan pori makro cenderung menurun. Tabel 1. Peran pemberian bahan organik dan pemadatan tanah terhadap distribusi pori Diameter Pori Persentasi Pori pada Kepadatan tanah (µm) A1 (1,0 g/cm3) A2 (1,2 g/cm3) A3 (1,4 g/cm3) Tanpa Bahan Organik (B0) >280 280 - 28 28 - 8,85 8,85 - 2,80 2,28 - 0,18 < 0,18 5,80 4,96 2,13 5,21 9,17 27,57 4,51 3,78 4,33 6,22 7,58 29,47 2,38 2,96 4,46 7,23 4,42 35,82 Diberi Bahan Organik (B1) >280 280 - 28 28 - 8,85 8,85 - 2,80 2,28 - 0,18 < 0,18 6,62 6,77 0,55 3,91 11,3 19,34 5,16 3,87 2,17 5,89 8,37 27,88 3,74 3,37 4,15 6,87 7,26 31,61 Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 232 DISTRIBUSI PORI……(27):230-236 A B Hasil penelitian diatas ada hubungannya dengan pendapat Dickerson (1976) Gambar 1. Distribisi pori pada: (A) tanah yang tidak diberi bahan organik dan (B) tanah yang diberi bahan organik pada berbagai kepadatan Pada Tabel 1, Gambar 1B tampak bahwa pada kepadatan yang sama kandungan pori makro pada tanah yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan pada tanah tanpa diberi bahan organik, sebaliknya pada tanah tanpa diberi bahan organik kandungan pori mikro lebih tinggi daripada tanah yang diberi bahan organik. Hal ini karena fungsi dari bahan organik itu pengikat dalam membentuk agregat yang lebih besar sehingga ruang antar agregat menjadi lebih besar dan pori makro meningkat. Menurut Hillel (1982) bahwa bahan organik berpengaruh langsung terhadap kemantapan agregat, dimana bahan organik merupakan bahan semen di dalam agregasi tanah sehingga menurut Stevenson (1982) secara fisika akan Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 233 DISTRIBUSI PORI……(27):230-236 berpengaruh terhadap struktur tanah, aerasi, retensi air. Sebaliknya untuk tanah tanpa diberi bahan organik, bila dikenai pemadatan maka agregat tanah yang besar akan berubah menjadi agregat yang lebih kecil dan saling menutup pori makro sehingga pori mikro akan meningkat. Ghildyal (1978) menyatakan bahwa pemadatan, partikel tanah tersusun kembali dengan pemampatan fase gas dan fase cair yang disertai adanya perubahan volume dan diikuti dengan penurunan volume pori aerasi dan difusi gas dan menurunkan porositas total. Selain itu menurut Letey (1985) bahwa pada tanah yang semakin padat akan meningkatkan berat volume yang diikuti menurunnya aerasi tanah serta meningkatnya temperatur tanah. A Gambar 1. Karakteristik kadar air tanah (% volume) pada: (A) tanah yang tidak diberi bahan organik dan (B) tanah yang diberi bahan organik pada berbagai kepadatan Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 234 DISTRIBUSI PORI……(27):230-236 Pada Gambar 2. terjadi pergeseran kuva karakteristik air tanah sebagai akibat perlakuan kepadatan tanah dan pemberian bahan organik. Pada kedua kurve tersebut nampak bahwa meningkatnya kepadatan yanah akan mengurangi kandungan pori aerasi (pF 0 – pF 2), kandungan air pada pF 2,5 – pF 4,2 atau kandungan air tersedia dan meningkatkan kandungan air pada titik layu permanen (pF 4,2). Hal ini sesuai dengan pendapat Greacen dan Sand (1980) yang menyatakan bahwa kalau tanah dipadatkan maka akan meningkatkan kekuatan tanah dan menurunkan porositas total karena pengurangan pori makro sehingga kandungan air volumetrik dan kandungan air kapasitas lapang meningkat sedangkan kandungan udara,laju infiltrasi dan konduktivitas hidraulik jenuh menurun. Pada kepadatan tanah yang sama kandungan air volumetrik dan kandungan air kapasitas lapang pada tanah yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan tanpa bahan organik. Menurut Larson dan Almaras (1970) dalam Greacen dan sand (1980) menyatakan bahwa penambahan bahan organik pada tanah akan memperbaiki struktur dan mengurangi pemadatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi distribusi ukuran pori. KESIMPULAN DAN SARAN Pada pemadatan tanah semakin meningkat, baik yang diberi bahan organik maupun tanpa bahan organik menyebabkan pengurangan jumlah pori aerasi dan pori air tersedia serta peningkatan jumlah pori air tidak tersedia, namun demikian tanah yang diberi bahan organik kandungan pori aerasi dan pori air tersedia lebih tinggi dibandingkan pada tanah yang tidak diberi bahan organik Pada pemadatan tanah yang sama, kandungan pori makro pada tanah yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan tanah yang tidak diberi bahan organik, sebaliknya pada tanah tanpa diberi bahan organik kandungan pori mikro lebih tinggi daripada tanah yang diberi bahan organik. Kandungan air volumetrik dan kandungan air kapasitas lapang pada pemadatan tanah yang sama dengan tanah yang diberi bahan organik lebih tinggi dibandingkan tanpa bahan organik. Perlu kajian tentang korelasi antara pertumbuhan tanaman dengan sifat fisik tanah dari berbagai kepadatan dan peran pemberian bahan organik. DAFTAR PUSTAKA Buckmman, H.O. and B.C. Brady. 1969. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman, 1982. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. Dickerson, B.P. 1976. Soil compaction after Free Length Skidding in Northern Mississippi. Soil Sci.S. Am.J 40:965-968 Greacen. E.L. and R. sand, 1980. Compaction of Forest Soil A Review. Aust. J. Soil. Res. J. 18 : 163 - 89. Ghildyal, B.P. 1978. Effect of Compaction and Puddling on Soil Physiccal Properties and Rice Growth. In : Soil and Rice. Brady, N.C. The International Rice Research Institute Los Banos, Laguna. Philippines. P 317-321. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 235 DISTRIBUSI PORI……(27):230-236 Harris, W.L. 1971. The Soil Compaction Process. In: Barnes et al. , (Ed). Compaction of Agricultural soil. ASAE. Michigan. Hillel,D. 1982. Introduction to Soil Physic. Academic Press, New York, p 181-189. Hasan, T.S.1987. Pengaruh Lamanya Tahun Pembukaan Lahan Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Podsolik Merah Kuning Sumatera Selatan dan Kaitannya dengan Degradasi Tanah. Fakultas Pasca Sarjana, IPB, Bogor. (Disertasi). Letey, J. 1985. Relationship between Soil Physical Properties and Crop Production. In: B.A. Stewart (Ed). Advance ain Soil Science vol.1. Springer-Verlag New York, Berlin Heidelberg, Tokyo. Mullin, C.E., D.A. McLeod, K.H. Northcote, J.M Tisdall and I.M. Young. 1990. Hard Setting Soil : Behaviour, Occurrence and Management. In: R. Lal and B.A. Stewart (Ed). Advence in Soil Science. Vol. 11: Soil Degradation. Springer-Verlag New Yorg, Berlin Heidelberg, Tokyo. Radjagukguk, B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Masam di Indonesia. Prosiding Seminar Alternatif-Alternatitif Pelaksanaan Program Pengapuran Tanah-Tanah Masam. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. H 15 - 44. Sanchez, P.A. 1976. Properties and Management of Soil in Tropics. John Wiley & Sons. New York. 618 p. Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry. John Wiley & Sons. New York. Sudjadi, M. 1984. Problem Soils in Indonesia and Their Management. In : T.C. Juang (ed). Ecology and Management of Problem Soils in Asia. FFTC ASPAC. Cina. P 58 – 73. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 236