BAB II KONSEP DASAR TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN A. KONSEP TEKHNOLOGI TEPAT GUNA Pertemuan 2&3 Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu definisi. Salah satunya adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mulai sebelum sains dan teknik. Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Teknologi tepat guna adalah yang teknologi yang cocok dengan kebutuhan masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan. Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang tidak terlalu mahal, tidak perlu perawatan yang rumit, dan penggunaannya ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. TTG identik dengan teknologi sederhana atau teknologi untuk pedesaan. Persepsi ini timbul karena para peneliti, khususnya dari lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi (PT), berduyun-duyun mencurahkan perhatiannya ke arah itu. Persepsi ini terjadi karena pemerintah sebagai penyandang dana menekankan kata-kuncinya pada pengertian tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak terus berlanjut sejak adanya koreksi pemikiran yang dilontarkan beberapa tahun terakhir, yaitu bahwa TTG adalah teknologi yang aplikasinya sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau kelompok masyaraka baik canggih atau sederhana. Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Dalam pengembangan sebuah teknologi, prinsip dasar yang harus diutamakan oleh para pereka-cipta adalah bahwa teknologi yang disampaikan kepada penguna harus sesederhana mungkin, walaupun proses perekayasaanya sangat rumit, lama, dan mahal. Teknologi tepat guna yang dikembangkan di masyarakat juga harus dipilih teknologi yang dapat bertumpu pada sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Pendeknya teknologi yang dekat dengan sumberdaya, akrab dengan lingkungan, budaya dan kondisi masyarakat penggunanya. Oleh karena itu, Teknologi Tepat Guna (TTG) seharusnya memunculkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, murah serta menghasilkan nilai tambah baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan hidup. Pendayagunaan TTG secara optimal akan dapat terwujud bila ada alih teknologi dari pencipta atau pemilik TTG kepada masyarakat pengguna TTG. Realita menunjukkan bahwa penemuan baru mengenai TTG cukup pesat, baik ditemukan oleh masyarakat, dunia usaha, perguruan tingga, lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah maupun swasta. Diakui bahwa masyarakat belum optimal dalam mengakses temuan-temuan tersebut karena kurangnya usaha penyebaran atau sosialisasi pada masyarakat. Untuk itu selaras dengan tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk memberikan akses kepada masyarakat dalam hal ini untuk memperoleh informasi tentang TTG sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah untuk meningkatkan kapasitas produksi dan nilai tambah produknya secara ekonomi, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) mengkoordinasikan berbagai elemen masyarakat pencipta TTG untuk dapat mensosialisasikan hasil-hasil temuannya. Teknik Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah: 1. Modifikasi proyek atau program TTG, sumberdaya yang akan dinilai atau dimonitoring. 2. Preview tujuan program tersebut 3. Berdasarkan tujuan, identifikasi dan seleksi indikator yang akan dinlai atau dimonitoring 4. Tetapkan unit penelitian pada setiap indikator Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru 5. Persiapkan metode atau teknik penilaian atau monitoring yang akan digunalkan untuk mengumpulkan data 6. Evaluasai dan kaji metode yang digunakan 7. Susun rencana kerja untuk penilaian monitoring Contoh Tekhnologi Tepat Guna : Jenis Teknologi Kebidanan Tepat Guna a. Pelatiham BCLS (BCLS:Basic Cardiac Life Support for Paramedic). Pelatihan BCLS ini dapat memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan peserta untuk dapat memberikan bantuan sesuai dengan standar dasar keterampilan hidup. Pelatihan ini bisa diikuti oleh pekerja perawatan kesehatan khususnya perawat dan bidan yang bekerja di rumah sakit dan perusahaan kesehatan dan mahasiswa yang tidak bekerja untuk dapat mengobati kasus-kasus darurat penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung (Acute Miocard infark) dan aritmia lethal. Dalam pelatihan ini akan diajarkan penggunaan defibrillator eksternal otomatis, yang merupakan alat dasar dari standar internasional IAS. Pendidikan sangat di tujukan pada mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Kebidanan untuk lebih matang dalam memasuki dunia kerja dan mampu bersaing di pasar kerja. b. Training Manajement K3 Laboraturium Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kemajuan teknologi laboratorium, Nah..disini kinta melihat bahwasanya resiko terhadap pekerja laboratorium semakin meningkat dan lebih kompleks. Pekerja atau petugas Laboratorium adalah pekerja yang sangat identik dengan terpaparmnya zat berbahaya dan bahan kimia yang beracun, korosif, mudah meledak, mudah terbakar dan terkena berbagai bahaya. c. Cara Penerapan dan Pendekatan Ergonomis Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Ergonomi dapat dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks. Hal ini berlaku baiik dalam industry maupun sektor informal. Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat di tentukan pekerjaan apa yang sesuai bagi tenaga kerja tau konstruksi alat seperti apa yang layak di gunakan agar mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang produktifitas. Penerapan ergonomi dapat di lakukan melalui dua pendekatan yaitu: 1. Pendekatan kuratif Pendekatan ini di lakukan pada suatu proses yang sudah atau yang sedang berlangsung. Kegiatan berupa interfensi, modifikasi atau perbaikan dari proses yang telah berjalan. sasaran dari kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaanya terkait dengan tenaga kerja dan proses kerja yang sedang berlagsung. 2. Pendekatan konseptual Pendekatan ini di kenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien jika di alakukan pada saat perencanaan. Jika terkait dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi telah di tetapkan penerapanya bersama-sama dengan kejian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Pendekatan holistik ini kenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna d. ISO baru / IEC standar pada penilaian resiko melengkapi peralatan manajement resiko Dua baru-baru ini diterbitkan standar ISO pada manajemen risiko baru saja bergabung dengan ketiga teknik penilaian risiko. Bersama-sama, mereka menyediakan organisasi dari semua jenis dengan peralatan yang lengkap untuk mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan mereka. ISO / IEC 31010:2009 e. Kinerja OHSAS 18001. Standar OHSAS 18001 adalah alat untuk mengelola tantangan yang dihadapi bisnis dari semua ukuran dan sektor: tingginya tingkat kecelakaan dan penyakit kerja, kehilangan hari kerja, absensi, denda, biaya perawatan medis dan kompensasi pekerja … Implementasinya sehingga memiliki efek meningkatkan lingkungan kerja, mengurangi absensi dan peningkatan produktivitas kerja. C. TEKNIK PARTISIPARTORIS Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif antara fasilitator program dan responden. Seorang fasilitator program biasanya memakai pertanyaan yang tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya jawab responden. Metode Partisipatoris ini terfokus pada faktor institusi atau Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru kelembagaan sehingga kegiatan suatu program mempunyai keluaran berupa aksi bersama untuk mencapai kondisi yang diharapkan masyarakat lokal. Beberapa prinsip partisipatori yang membedakan dengan penelitian konvensional adalah partisipasi, belajar bergantian dan berbagi (prinsip 1). Peka jender dan berorientasi aksi (prinsip 2). Cepat tapi rileks, luwes dan adaptif (prinsip 3). Kerja lapangan (prinsip 4). Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris, empat diantaranya adalah: 1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, bijibijian, tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001). 2. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat. 3. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan. 4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation). Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi. D. KESEHATAN MASYARAKAT Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk menciptakan manusia yang sehat, mandiri, cerdas dan produktif serta terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui pemerataan fasilitas dan peningkatan pelayanan kesehatan secara merata, mudah dan murah serta dapat menjangkau masyarakat luas, diarahkan untuk memantapkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang pada gilirannya dapat menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan pada akhirnya kesejahteraan lahir dan batin dapat tercapai. Upaya kesehatan masyarakat tersebut, melalui sistem kesehatan nasional terpadu pelaksanaannya diusahakan melalui partisipasi aktif masyarakat yang diarahkan tidak hanya kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi juga kepada seluruh masyarakat yang ada. Beberapa indikator kesehatan antara lain adalah sarana, prasarana, angka kesakitan, tenaga kesehatan dan keadaan balita. Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan program ini harus terus ditingkatkan kualitas pelayanan serta keberadaannya. Sarana kesehatan yang dimaksud berupa Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik berikut pembinaan dan penambahan tenaga kesehatan yang memadai. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan ini pun hendaknya dibarengi dengan penyediaan tenaga kerja kesehatan yang professional. Senada dengan program penyediaan sarana dan prasarana kesehatan, dalam pelaksanaan penyediaan tenaga kerja professional juga perlu diperhatikannya kualitas, pelayanan dan keberadaan tenaga kerja kesehatan itu sendiri. Sedangkan angka kesakitan adalah jumlah anggota masyarakat yang sakit. Semakin rendah angka kesakitan mengindikasikan taraf kesehtan masyarakat yang juga semakin baik. Sebaliknya semakin tinggi angka kesakitan, semakin mengindikasikan taraf kesehatan masyarakat yang rendah. Dari sisi kesehatan balita, taraf kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan jumlah kematian bayi. Untuk menghindari kematian bayi maupun kematian ibu pada saat persalinan, maka penolong kelahiran harus ditangani oleh tenaga yang berpengalaman di bidang kesehatan. Semakin banyak bayi lahir ditolong oleh dokter atau bidan maka diharapkan semakin baik tingkat keselamatan bayi dan ibunya. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka pemerintah memiliki beberapa kebijakan antara lain: Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat,pemahaman,dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia,lingkungan,prasarana dan sarana kesehatan. 3. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan melalui bidang tenaga kerja dengan program – program sebagai berikut : 1. 2. 3. Program Perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat. Program Perbaikan Gizi. Program upaya kesehatan. E. KRITERIA TEKHNOLOGI TEPAT GUNA Teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat dikatakan sebagai TTG yaitu : 1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersediabanyak di suatu tempat. 2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan social masyarakat setempat 3. Apabila teknologi itu mampu memecahkan persoalan/masalah yang sebenarnya dalam masyarakat,bukan teknologi yang hanya bersemayam di kepala perencanaan nya F.CIRI-CIRI TEKHNOLOGI TEPAT GUNA Ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG adalah sebagai berikut: 1. Perbaikan teknologi tradisional pertanian,perindustrian,pengubah yang selama ini menjadi energi,transportasi,kesehatan tulang dan punggung kesejahteraan masyarakat di suatu tempat 2. Biaya investasi cukup rendah 3. Masyarakat mampu mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya G.PENERAPAN TEKHNOLOGI TEPAT GUNA Teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang khusus untuk suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan segala aspek.Teknologi tepat guna bertujuan untuk menerapkan metode yang hemat sumber daya,mudah dirawat,dan ramah lingkungan disbanding teknologi arus utama,yang umumnya mencemari lingkungan. Teknologi tepat guna bagi masyarakat: 1. Teknologi tepat guna sebagai pengelolaan air Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru 2. Teknologi tepat guna sebagai proses penjernihan air 3. Teknologi tepat guna sebagai kumpulan teknik penyaringan air a. Teknologi tepat guna penyaringan air – saringan kain katun b. Teknologi tepat guna penyaringan air – saringan kapas c. Teknologi tepat guna penyaringan air – aerasi d. Teknologi tepat guna penyaringan air – saringan pasir lambat e. Teknologi tepat guna penyaringan air – saringan pasir cepat f. Teknologi tepat guna penyaringan air – gravity fed filtering system H. PERANAN TEKHNOLOGI DIBIDANG KESEHATAN Sekarang ini Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan sangat memiliki peran yang sangat signifikan untuk menolong jiwa manusia serta riset-riset di bidang kedokteran. Teknologi Informasi digunakan untuk menganalisis organ tubuh manusia bagian dalam yang sulit dilihat, untuk mendiagnosa penyakit, menemukan obat yang tepat untuk mengobati penyakit, dan masih banyak lagi. Pemanfaatan Teknologi Informasi ini tentunya sudah sangat membantu orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan ini, setidaknya bisa membantu mereka dalam menangani para pasiennya sehingga sedikit banyak Teknologi di bidang Kesehatan ini bisa meningkatkan kesehatan masyarakat sekarang ini. Adanya Teknologi Informasi dimanfaatkan Dokter dan Perawat untuk memudahkan mereka memonitor kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat monitor komputer, aliran darah, memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X. Dengan teknologi modern bisa memonitor, bahkan menggantikan fungsi organ dalam seperti Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu merupakan teknologi kesehatan yang digabungkan dengan teknologi Informasi dan Komputer.Seperti yang tercantum di dalam sebuah artikel yang ada di website, beberapa temuan teknologi sudah dikembangkan oleh pakarnya. Teknologi-teknologi yang sudah di kembangkan di bidang Kesehatan diantaranya adalah berupa Sistem Computerized Axial Tomography (CAT) digunakan untuk menggambar struktur bagian otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X. Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Sedangkan untuk yang bergerak menggunakan sistem Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) yang dapat digunakan untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh. Keunggulan-keunggulan dari CT scan ini adalah : 1. Memiliki kontras resolusi dan spatial resolusi yang tinggi. Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang memiliki densitas hampir sama. Spatial resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang saling berdekatan letaknya. 2. Hasil gambaran dapat direkontruksi sesuai kebutuhan, misalnya dari proyeksi axial dijadikan proyeksi sagital atau coronal. 3. Gambaran jaringan lunak memiliki karakteristik yang baik dengan adanya pengaturan window. 4. Hasil gambaran berupa irisan melintang ( cross sectional ) sehingga superposisi antar organ dapat dihindari. 5. Diagnosa lebih akurat dengan adanya pengambilan gambaran dari berbagai proyeksi seperti proyeksi axial, sagital dan coronal. Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Penggunaan Teknologi tepat guna Kebidanan dalam kehamilan Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru 1. Fetal Doppler Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di dalam kandungan sang ibu. Fetal doppler menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik, Gunanya untuk memeriksa apakah sang janin tumbuh dengan normal untuk mengetahui kondisi kesehatan janin dengan ditandai adanya denyut jantungnya. Umumnya teknik yang digunakan untuk deteksi detak jantung janin adalah dengan ultrasound (frekuensi 2 MHz). Tujuan : Untuk mengetahui detak jantung normal atau tidak, dan Untuk menunjukkan adanya perbedaan frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar dan yang dikeluarkan oleh sumber bunyi. Langkah-langkah dalam menggunakan fetal doppler yaitu: 1. Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang dan kaki lurus 2. Lakukan pemeriksaan leopold untuk menentukan pungung janin 3. Pastikan posisi punggung janin sudah di temukan setelah ituberi jell pada fetal doppler yang akan di gunakan 4. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil sesuai dengan posisi punggung janin 5. Hitung detak jantung janin -Dengar detak jantung janin selama 1 menit penuh - beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin 6. jika pada pemeriksaan detak jantung janin tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan janin maka pasien di berikan penjelasan dan pasien di rujuk Ke RS. Normalnya, denyut jantung janin usia 6 minggu adalah 90 hingga 110 denyut per menit (dpm) sedangkan pada usia 9 minggu ke atas berkisar antara 140 dpm dengan variasi Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru normal 20 dpm di atas atau di bawah nilai rata-rata tersebut. Jadi, nilai normal denyut jantung bayi berkisar antara 120 hingga 160 dpm. HR pada janin normalnya memang jauh lebih cepat dibanding HR orang dewasa atau bahkan anak-anak. Ditambah lagi bahwa perkembangan jantung janin itu telah cukup fungsional setelah mencapai umur kehamilan kurang lebiH 12minggu. Bila pada usia kehamilan 5 hingga 8 minggu terjadi perlambatan denyut jantung (kurang dari 90 denyut per menit) 2. Lingkar Lengan Ibu Hamil Adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah menidentifikasi bayi dan bundanya, pada umumnya dipakaikkan pada bayi dan bundanya di rumah sakit bersalin. pita LILA sepanjang 33 cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibuhamil sendiri. Seperti kita tahu, berat badan selama kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu,janin atau keduanya. Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibuhamil ketimbang berat badan. Pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan menapis risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut: • Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibuhamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR. • Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibuhamil baik, dan risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah. 3. USG ( ultrasonografi) Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam jaringan. TAK ADA RADIASI Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7 minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia kehamilan yang lebih awal. PEMERIKSAAN USG BERTUJUAN UNTUK : 1. Konfirmasi kehamilan 2. Mengetahui usia kehamilan 3. Menilai pertumbuhandan perkembangan janin 4. Ancaman keguguran 5. Masalah dengan plasenta 6. Kehamilan ganda/kembar 7. Mengukur cairan ketuban Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru 8. Kelainan letak janin 9. Mengetahui jenin kelamin janin CARA PEMERIKSAAN Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Pervaginam - Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam. - Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu. - Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing. - Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim. - Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi. - Tidak menyebabkan keguguran. 2. Perabdominan - Probe USG di atas perut. - Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu. - Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim. JENIS PEMERIKSAAN USG 1. USG 2 Dimensi Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan. 2. USG 3 Dimensi Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar). Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru 3. USG 4 Dimensi Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim. 4. USG Doppler Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi: - Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit). - Tonus (gerak janin). - Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm). - Doppler arteri umbilikalis. - Reaktivitas denyut jantung janin. SAAT TEPAT PEMERIKSAAN Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu: * Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor. Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru * Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya. Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni: * Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin. * Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya MANFAAT Trimester I - Memastikan hamil atau tidak. - Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya. - Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya. - Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya. Trimester II: - Melakukan penapisan secara menyeluruh. - Menentukan lokasi plasenta. - Mengukur panjang serviks. Trimester III: - Menilai kesejahteraan janin. - Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan. - Melihat posisi janin dan tali pusat. - Menilai keadaan plasenta. TAK 100% AKURAT untuk menggunakan USG Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain: -Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya. -Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri. -Posisi bayi Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan. -Kehamilan kembar Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail. -Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik. - Usia kehamilan di bawah 20 minggu. - Air ketuban sedikit. - Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi 4.CTG ( Cardiotokografi) CTG merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksrahim. Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan. Indikasi Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari : 1. IBU a) Pre-eklampsia-eklampsia b) Ketuban pecah c) Diabetes mellitus d) Kehamilan > 40 minggu e) Vitium cordis f) Asthma bronkhiale g) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO h) Infeksi TORCH i) Bekas SC j) Induksi atau akselerasi persalinan k) Persalinan preterm. l) Hipotensi. m) Perdarahan antepartum. n) Ibu perokok. o) Ibu berusia lanjut. p) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid. 2. JANIN a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT) b) Gerakan janin berkurang c) Suspek lilitan tali pusat d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin e) Hidrops fetalis f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar. g) Mekoneum dalam cairan ketuban h) Riwayat lahir mati i) Kehamilan ganda j) Dan lain-lain Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi 1. Usia kehamilan > 28 minggu. 2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan). Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru 3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui. 4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer ( pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik. Kontra Indikasi Cardiotokografi Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin. Cara Melakukan Persiapan tes tanpa kontraksi : Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa. Prosedur pelaksanaan : 1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri 2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit 3. Dipasang kardio dan tokodinamometer 4. Frekuensi jantung janin dicatat 5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi 6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit 7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan) 8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual Cara Membaca Pembacaan hasil : 1. Reaktif, bila : a) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit b) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit c) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit d) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian e) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu 2. Tidak reaktif, bila : Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru a) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit b) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit c) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit d) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa. Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT). Fajar Sari Tanberika S.St M.Kes – Stikes Al-Insyirah Pekanbaru