BAB IV HASILPENELITIAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun
berada di Dataran rendah dan 3 dusun berada di Daerah Pegunungan. Kehidupan
Penduduk 3 Dusun yang berada di dataran rendah rata-rata mata pencahariannya
adalah Petani, Pedagang, Pengusaha dan PNS. Untuk Penduduk yang berada di
Dataran Pegunungan mata pencahariannya adalah petani, pekebun dan buruh
kasar dengan jumlah penduduk 2491 jiwa yang terdiri dari 671 KK. Kelurahan
Kayumerah memiliki 2 Unit Posyandu, dimana Posyandu 1 dilaksanakan di
Kantor Desa Kayumerah sedangkan Posyandu lainnya dilaksanakan di rumah
warga setempat mencakup 3 lingkungan, yakni lingkungan I, II, dan lingkungan
III.
Batas Wilayah
Keluharan Kayumerah memiliki luas wilayah 714.5 ha / m2, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut
� Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Bongohulawa
� Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Hunggaluwa
�
Sebelah Timur : Berbatasan dengan kelurahan Kayubulan
dan Kelurah
Hepuhulawa
�
4.1.2 Analisis Univariat
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Pone.
Pada hasil analisis univariat ini akan digambarkan frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel
dependen.
4.1.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu
Distribusi Responden berdasarkan berdasarkan usia di Kelurahan Kayumerah
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Menurut Usia Ibu Di Kelurahan Kayumerah
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Usia Ibu
15-30
Jumlah (n)
38
jumlah
Presentase (%)
52,8
31-45
34
52,2
Total
72
100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan table 4.1 menunjukkan bahwa dari 72 orang ibu, sebagian besar
berumur 15-30 tahun yaitu sebesar 38 orang (52,8%) dan responden yang berumur
31-45 tahun yaitu sebesar 34 orang (52,2%).
4.1.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan Ibu tentang Kegiatan
Posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto
Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
Jumlah
Tingkat Pengetahuan
Kurang
31
Presentase (%)
43,1
Baik
41
56,9
Total
72
100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 72 Ibu Balita Sebagian
Besar mempunyai tingkat pengetahuan baik terhadap kegiatan posyandu yaitu
sebanyak 41 orang (56,9%) sedangkan Ibu Balita yang mempunyai tingkat
pengetahuan kurang terhadap kegiatan posyandu sebanyak 31 orang (43,1%).
4.1.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Ibu di Kelurahan
Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di Kelurahan
Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
Jumlah
Presentase (%)
Tingkat Pendidikan
Rendah
29
40,3
Tinggi
43
59,7
Total
72
Sumber : Data Primer Tahun 2013
100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 72 Ibu Balita, yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebanyak 43 orang (59,7%) dan responden
yang mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 29 orang (40,3%).
4.1.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Distribusi Responden berdasarkan status pekerjaan Ibu di Kelurahan Kayumerah
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu
di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
Jumlah
Presentase (%)
Status Pekerjaan
Bekerja
46
63,9
Tidak bekerja
26
36,1
Total
72
100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 72 Ibu Balita, yang
mempunyai pekerjaan sebanyak 46 orang (63,9%) dan Ibu balita yang tidak
bekerja sebanyak 26 orang (36,1%).
4.1.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Tokoh Masyarakat
Distribusi responden berdasarkan dukungan tokoh masyarakat di Kelurahan
Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan dukungan tokoh masyarakat di
Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
Jumlah
Presentase
(%)
Dukungan Tokoh
Masyarakat
Kurang
17
23,6
Baik
55
76,4
Total
72
100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 72 Ibu Balita,
sebagian besar berpendapat bahwa dukungan tokoh masyarakat terhadap kegiatan
posyandu sebagian tergolong baik, yaitu sebanyak 55 orang (76,4%) dan
dukungan tokoh masyarakat yang kurang sebanyak 17 orang (23,6%).
4.1.2.6 Distribusi Responden berdasarkan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan
Posyandu.
Distribusi Responden berdasarkan partisipasi ibu balita dalam kegiatan
Posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan
Posyandu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
Presentase (%)
Partisipasi
Tidak Aktif (<6X berturut-turut)
50
69,4
Aktif (>6X berturut-turut)
22
30,6
Total
72
100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.6 Menunjukkan bahwa dari 76 ibu, sebagian besar
partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu Tidak Aktif (<6X berturut-turut)
yaitu sebesar 50 orang (69,4 %) dan yang aktif berpartisipasi (>6X berturut-turut)
sebanyak 22 orang (30,6 %).
4.1.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen yang dianalisis melalui uji Chi Square.
4.1.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu.
Hasil Analisis bivariat antara umur dengan partisipasi ibu balita dalam
kegiatan posyandu dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
Hubungan Antara Umur dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan
Posyandu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto
Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
jumlah
X2 hitung
Presentase
Pvalue
(%)
Tidak Aktif
Aktif
Spearman
Usia Ibu
%
n
%
N
% Correlation
N
15-30
35
92,1
3
7,9
38
100
19,47
31-45
15
44,1
19
55,9
34
100
0,000
Total
50
68,4
22
31,6
72
100
0,52
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita yang berumur 15-30 tahun
yang berpartisipasi tidak aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak 35 orang
(92,1%), dan ibu balita yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu
sebanyak 3 orang (7,9%) sedangkan ibu balita yang berumur 31-45 tahun yang
tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak sebanyak 15 orang
(44,1%) dan yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak
sebanyak 19 orang (55,9%).
Berdasarkan Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (19,47) > X2 tabel
(3,841) dan nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan yang
bermakna antara usia ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.
Untuk menguji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman
Correlation yaitu 0,52, ini berarti terdapat hubungan positif dan kuat antara usia
dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 52% usia memberikan kontribusi
partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu.
4.1.3.2 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu.
Hasil Analisis bivariat antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi ibu
balita dalam kegiatan posyandu dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Balita
dalam Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
jumlah
X2 hitung
Presentase
Pvalue
(%)
Tingkat
Tidak Aktif
Aktif
Spearman
Pengetahuan
%
N
%
N
% Correlation
N
Kurang
30
96,8
1
3,2
31
100
19,16
Baik
20
48,8
21
51,2
41
100
0,000
Total
50
68,4
22
31,6
72
100
0,62
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita yang yang berpartisipasi
tidak aktif dalam kegiatan posyandu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak
30 orang (96,8%), ibu balita yang memilki pengetahuan baik sebanyak 20 orang
(48,8%) sedangkan ibu balita yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu
yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (3,2%) dan yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak sebanyak 21 orang (51,2%).
Berdasarkan Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (19,16) > X2 tabel
(3,841) dan nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.
Untuk menguji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman
Correlation yaitu 0,62, ini berarti terdapat hubungan positif dan kuat antara tingkat
pengetahuan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. 62% tingkat
pengetahuan memberikan kontribusi terhadap partisipasi ibu dalam kegiatan
posyandu.
4.1.3.3 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu.
Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan partisipasi ibu balita
dalam kegiatan posyandu dilihat pada tabel 4.9 berikut ini
:
Tabel 4.9
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
Jumlah
X2 hitung
Presentase
Pvalue
(%)
Tidak Aktif
Aktif
Tingkat
Spearman
%
N
%
N
%
Pendidikan
Correlation
N
Rendah
Tinggi
Total
10
40
50
34,5
93,1
68,4
19
3
22
65,5
6,9
31,6
29
43
72
100
100
100
27,97
0,000
- 0,62
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 72 responden, responden yang tidak
berpartisipasi aktif yang tingkat pendidikannya rendah yaitu sebanyak 10 orang
(34,5%), dan yang tingkat pendidikannya tinggi sebanyak 40 orang (93,1%),
sedangkan responden yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu yang
tingkat pendidikan rendah sebanyak 19 orang (65,5%) dan responden yang tinggi
sebanyak 3 orang (6,9%).
Melalui Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (27,97) > X2 tabel (3,841) dan
nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. Namun, melalui
uji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation
didapatkan hasil - 0,62, ini berarti terdapat hubungan yang negatif dan kuat antara
tingkat pendidikan dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 62% tingkat
pendidikan memberikan kontribusi terhadap partisipasi ibu dalam kegiatan
posyandu.
4.1.3.4 Hubungan Antara Status Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan
Posyandu.
Hasil analisis bivariat antara status pekerjaan ibu dengan partisipasi ibu
balita dalam kegiatan posyandu dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10
Hubungan Antara Status Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam
Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Jumlah (n)
Jumlah
X2 hitung
Presentase
Pvalue
(%)
Tidak Aktif
Aktif
Status
Spearman
%
N
%
N
% Correlation
Pekerjaan
N
Bekerja
42
91,3
4
8,7
46
100
28,68
Tidak Bekerja
8
30,8
18
69,2
26
100
0,000
Total
50
68,4
22
31,6
72
100
- 0,63
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 72 ibu balita, yang tidak berpartisipasi
aktif dalam kegiatan posyandu yang memiliki status bekerja sebanyak 42 orang
(91,3%), dan yang memiliki status bekerja sebanyak 8 orang (30,8%), sedangkan
ibu balita yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu yang memiliki status
bekerja sebanyak 4 orang (8,7%) dan yang memiliki status tidak bekerja sebanyak
18 orang (69,2%).
Melalui Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (28,68) > X2 tabel (3,841) dan
nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara status
pekerjaan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Namun
melalui uji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation
didapatkan hasil -0,63, ini berarti terdapat hubungan negatif dan kuat antara status
pekerjaan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. 63% status
pekerjaan memberikan konstribusi terhadap partisipasi ibu dalam kegiatan
posyandu.
4.1.3.5 Hubungan Antara Dukungan Tokoh Masyarakat Dengan Partisipasi Ibu Balita
Dalam Kegiatan Posyandu
Hasil analisis bivariat antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi
ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limbot
Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat Dengan Partisipasi Ibu Dalam
Kegiatan Posyandu Di Keluraha Kayumerah
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo
Kelompok
Dukungan
Tokoh
Masyarakat
Kurang
Jumlah (n)
Tidak Aktif
N
6
Aktif
jumlah
Presentase
(%)
%
N
%
N
%
35,3
11
64,7
17
100
X2 hitung
Pvalue
Spearman
Correlation
12,23
Baik
44
80
11
20
55
100
Total
50
68.4
22
31.6
72
100
0,000
- 0,41
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Hasil penelitian pada Tabel 4.11 menunjukkan hubungan antara dukungan
tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu diperoleh
bahwa bahwa diantara 72 responden yang berpartisipasi tidak aktif dalam kegiatan
posyandu, yang tokoh masyarakatnya kurang mendukung yaitu sebanyak 6 orang
(35,3%), dan tokoh masyarakatnya mendukung baik sebanyak 44 orang (80%),
sedangkan responden yang berpartisipasi aktif, yang tokoh masyarakatnya kurang
mendukung sebanyak 11 orang (64,7%) dan tokoh masyarakatnya mendukung
baik sebanyak 11 orang (20%)
Melalui Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (12,23) > X2 tabel (3,841) dan
nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara dukungan
tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Namun
melalui uji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation
didapatkan hasil -0,41, ini berarti terdapat hubungan yang negatif dan lemah
antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan
posyandu. 41% dukungan tokoh masyarakat memberikan kontribusi terhadap
partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Gambaran Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak berpartisipasi aktif
dalam kegiatan posyandu lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang
berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan
Limboto Kabupaten Gorontalo. Ibu yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan
posyandu di Kelurahan Kayumerah sebesar 30,6%. Angka ini belum mencapai
target yang sudah ditetapkan yaitu 82%, dan menunjukkan masih rendahnya
partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu itu sendiri.
Menurut Khomsan (2007), kunjungan balita secara rutin ke posyandu sangat
dianjurkan karena di posyandu setiap balita akan dimonitor berat badannya
melalui penimbangan, sehingga akan diperoleh trend berat badan dari bulan ke
bulan. Apabila terjadi trend yang menurun atau berat badan balita di dibawah garis
merah, maka posyandu diharapkan dapat memberikan nasihat gizi atau
penyuluhan kesehatan pada ibu balita agar memberikan makanan tambahan,
sehingga trend berat badan yang menurun dapat dicegah.
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan perasalahan-permasalahan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam
bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri baik masalah
keluarga ataupun masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2007). Partisipasi
masyarakat umumnya dipandang sebagai satu bentuk perilaku. Salah satu bentuk
perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam kagiatan posyandu, yang
diwujudkan dengan membawa anaknya untuk ditimbang berat badan ke Posyandu
secara teratur setiap bulan. Target yang ingin dicapai oleh Nasional adalah 82%
dapat berpartisipasi dengan aktif ke posyandu.
Angka partisipasi yang aktif ke posyandu di Kelurahan Kayumerah
Kecamatan Limboto lebih rendah bila di bandingkan dengan hasil penelitian
Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur yaitu didapatkan
57,7% ibu balita yang berpartisipasi aktif ke posyandu dan penelitian Soeryoto
(2007) di Kecamatan Jurai Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan proporsi ke
posyandu dengan cakupan lebih rendah yaitu 48,1%. Keadaan ini menunjukkan
bahwa meskipun lokasi penelitian berbeda, namun tingkat partisipasi masyarakat
yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu tidak berbeda jauh dan masih
tetap dibawah target nasional yaitu sebesar 82%.
Partisipasi ibu balita ke posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah umur ibu, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan ibu, status
pekerjaan ibu, dan dukungan tokoh masyarakat terhadap pelayanan di posyandu.
Berdasarkan hasil analisa data, pada hasil penelitian ini menunjukkan kelima
faktor tersebut berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan
posyandu
4.2.2 Umur Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan
Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu yang berpartisipasi
aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada usia 15-30 tahun dan
berdasarkan uji Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan
partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita di Kelurahan Kayumerah
lebih banyak pada kelompok rentan umur 31-45 tahun dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai rentan usia 15-30 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia
muda ibu-ibu masih melaksanakan aktivitaas diluar rumah dan belum bisa
menerima hal-hal baru demi perkembangan buah hatinya. Sedangkan ibu yang
rentan usianya 31-45 tahun, cara berfikirnya sudah mulai matang dan mampu
mengambil keputusan. Biasanya ibu yang sudah matang umurnya, mereka
mempunyai pengalaman terdahulu mengenai posyandu itu sendiri.
Umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal. Umur berpengaruh terhadap
terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh
melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006).
Menurut Kresno (2008) dalam Dharmawati (2010) umur adalah salah satu aspek
sosial yang berpengaruh terhadap perilaku.
Begitu juga dengan pendapat Sunyoto dalam Sudarti (2008) mengatakan
adanya pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan
terhadap hal baru semakin rendah dikarenakan orang yang termasuk dalam
golongan tua memiliki kecenderungan selalu bertahan dengan nilai-nilai lama
sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Dengan
demikian, ibu yang memiliki kedua umur tersebut cenderung akan mempengaruhi
perilaku mereka yaitu dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan Posyandu.
Hal didukung oleh Hurlock dalam Gabriel (2008) bahwa faktor usia yang
muda cenderung menjadikan ibu untuk mendahulukan kepentingan sendiri dari
pada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang
terpenuhi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yamin (2003) yang
menyebutkan bahwa perilaku ibu dalam pemanfaatan posyandu dipengaruhi oleh
umur ibu, artinya semakin bertambah usia ibu semakin rutin pemanfaatan
posyandu. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Eddy (2007), yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara umur ibu dengan partisipasi ibu
balita dalam kegiatan posyandu.
Dari beberapa hasil penelitian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ibu
yang mempunyai rentan usia 15-30 tahun biasaya tidak mempunyai waktu luang
untuk membawa anaknya ke posyandu sebab hal itu merupakan hal baru baginya
yang belum bisa diterima. Sedangkan ibu yang mempunyai rentan usia 35-45,
mereka mempunyai fikiran yang matang dan pengalaman di masa lalu. Sehingga
ada kemauan untuk membawa balita ke posyandu.
4.2.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam
Kegiatan Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
yang berpatisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak yang mempunyai
tingkat pengetahuan baik sedangkan ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke
posyandu lebih banyak pada ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan kurang,
dan berdasarkan uji Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Hal ini
dikarenakan kurangnya informasi dari petugas kesehatan sehingga mereka kurang
paham terhadap program posyandu itu sendiri.
Notoatmodjo (2007) menempatkan pengetahuan sebagai faktor predisposisi,
yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku
sesorang. Pengetahuan seseorang akan suatu program kesehatan akan mendorong
orang tersebut mau berpartisipasi didalamnya.
Hal ini sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2005) tentang faktor
pengetahuan yang berpengaruh pada perilaku seseorang, dan menurut pendapat
Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang memiliki 5 tingkatan,
tingkatan terendah adalah tahu (know) yang diartikan sekedar dapat menyebutkan,
tingkatan kedua dan ketiga yaitu memahami dan mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut. Bila dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo tersebut, maka
pengetahuan ibu balita di Kelurahan Kayumerah hanya baru pada tingkatan
pengetahuan paling rendah yaitu ibu balita hanya tahu saja tetapi belum dipahami
secara mendalam serta belum di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang
diketahui tersebut.
Pada dasarnya, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan
akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan. Namun,
pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-mata berdasarkan pengetahuan,
tetapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. (Notoatmodjo,
2007).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Maharsi (2007), yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan
partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Namun Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Khaliman (2007) bahwa pengetahuan ibu ada hubungan dengan
partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.
Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian Soeryoto (2005) di
Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, menyimpulkan bahwa pengetahuan
tentang posyandu dapat menyebabkan orang menggunakan posyandu dan
sebaliknya kebiasaan menggunakan pelayanan posyandu akan menambah
pengetahuan mereka tentang posyandu. Dengan pengetahuan yang baik akan
membentuk sikap yang positif terhadap program posyandu, yang kemudian akan
diikuti dengan perilaku positif pula yaitu dengan datangnya ibu balita ke posyandu
untuk menimbangkan anaknya atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat
pengetahuan, semakin sering kehadiran ibu balita untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan posyandu.
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu balita mengenai posyandu, maka ada
kecenderungan berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku yaitu ibu balita dapat
berpartisipasi aktif ke posyandu. Apabila perilaku tersebut tidak didasari
pengetahuan, maka akan sulit dipertahankan kelanggengannya, begitupun
sebaliknya jika perilaku didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut
bersikap langgeng.
4.2.4 Tingkat Pendidikan Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam
Kegiatan Posyandu
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
ibu
balita
yang
berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
mempunyai tingkat pendidikan rendah sedangkan ibu balita yang berpartisipasi
tidak aktif ke posyandu lebih banyak pada ibu balita yang berpendidikan tinggi,
dan uji Chi Square Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.
Hal ini disebabkan oleh karenakan ibu balita yang memiliki pendidikan tinggi,
mempunyai pekerjaan di luar rumah sehingga akan mempengaruhi ketidakhadiran
dalam pelaksanaan posyandu secara rutin.
Sebagaimana hal tersebut diperkuat oleh Marsigit (2004) yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan memberikan peluang kepada ibu rumah tangga untuk
mendapatkan pekerjaan sehingga waktunya di dalam rumah akan semakin sedikit
dan berdampak negatif pada pemeliharaan kesehatan anak dan keluarga. Namun,
pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik serta
bagaimana
menjaga
kesehatan
anaknya,
pendidikannya
dan
sebagainya
(Soetjiningsih (2003) dalam Khalimah (2007)) dan menurut penelitian
Nuraprilyanti (2009) semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula pengetahuan seseorang. Hal ini juga terkait dengan partisipasi ibu balita
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu. Ibu yang memiliki
pendidikan dan pengetahuan tinggi akan memiliki pengertian yang baik mengenai
pentingnya ibu membawa anak balitanya ke posyandu sehingga akan mempunyai
kesadaran yang tinggi terhadap upaya peningkatan perubahan perilaku.
Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Eddy (2007) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan
ibu balita dengan partisipasi ke posyandu. Begitu juga dengan hasil penelitian
Hidayati (2010), tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan partisipasi
ibu dalam kegiatan posyandu. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Harinto (1992) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
pendidikan responden dengan partisipasi mereka ke posyandu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anderson and Andersen (1972)
mengatakan dalam teorinya bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal
biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan dalam hal ini ahli kesehatan di
perkotaan lebih cenderung untuk mendatangi rumah sakit daripada posyandu.
Dari beberapa teori dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang
mereka miliki. Sebaliknya, jika pendidikan rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai
baru yang diperkenalkan. Tetapi dari hasil yang didapatkan, ternyata ibu balita
yang berpendidikan tinggi lebih banyak yang tidak memanfaatkan posyandu. Ada
kemungkinan bahwa ibu balita yang berpendidikan tinggi akan cenderung
memiliki pekerjaan di luar rumah, sehingga tidak sempat membawa anaknya ke
posyandu melainkan membawa anaknya ke rumah sakit, untuk menimbang
anaknya bersamaan dengan waktu imunisasi pada hari ibu tidak bekerja, sehingga
hal tersebut yang menyebabkan ibu balita tidak aktif untuk datang ke posyandu.
Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan perhatian lebih
pada ibu balita yang berpendidikan rendah agar mereka dapat lebih mudah
memahami manfaat datang ke posyandu sehingga timbul perilaku yang lebih baik
dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu untuk mengetahui perkembangan
dan pertumbuhan balitanya.
4.2.5 Status Pekerjaan Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam
Kegiatan Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpartisipasi aktif
dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada ibu yang mempunyai status pekerjaan
tidak bekerja sedangkan ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke posyandu
lebih banyak pada ibu balita yang bekerja dan berdasarkan uji Chi Square terdapat
hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan partisipasi ibu balita
dalam kegiatan posyandu.
Salah satu penyebab seseorang tidak berpartisipasi baik ke posyandu adalah
karena pekerjaan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang
cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan posyandu.
Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi
aktivitas pekerjaan maka orang tua semakin sulit datang ke Posyandu.
Asumsi lainnya kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga.
Seseorang yang bekerja cenderung untuk memiliki pendapatan keluarga yang
cukup. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan partisipasi ibu balita ke
posyandu mengalami penurunan karena ada kemungkinan mereka yang memiliki
pendapatan yang cukup akan lebih memilih pelayanan kesehatan yang lain
dibanding ke posyandu.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Sambas (2002) yang
menyatakan bahwa ibu balita yang bekerja tidak mempunyai peluang baik untuk
berkunjung ke posyandu dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Namun
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sambas (2002)
di Kelurahan Bojongherang bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
variabel pekerjaan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu.
Berdasarkan penelitian Nurul (2010) yang menunjukkan tidak terdapat
hubungan signifikan antara pekerjaan ibu balita dengan partisipasinya ke
posyandu. Namun, hal ini sama dengan hasil penelitian Widiastuty (2006), yang
menyatakan adanya hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan perilaku
responden ke posyandu. Adanya hubungan kemungkinan disebabkan oleh ibu
balita yang bekerja tidak mempunyai waktu luang sehingga tidak dapat membawa
anaknya ke posyandu untuk ditimbang. Sebab, semakin tinggi aktivitas pekerjaan
ibu maka semakin sulit ibu datang ke posyandu. Asumsi lain kemungkinan karena
posyandu diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja sehingga ibu yang
bekerja tidak dapat membawa anaknya ke posyandu.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu
balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke posyandu
dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Sebagaimana dikatakan Tuti (2003) bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan
memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa ibu
balita yang tidak berpartisipasi aktif lebih banyak pada ibu yang bekerja
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Namun tidak menutup kemungkinan
bahwa ibu yang bekerja mempunyai peluang untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan posyandu. Mengingat ibu yang bekerja bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan bahkan memilih jenis pelayanan kesehatan yang baik untuk
perkembangan dan kesehatan balita itu sendiri..
4.2.6 Dukungan Tokoh Masyarakat Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita
Dalam Kegiatan Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita yang tidak
berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
melihat dukugan tokoh masyarakat baik dibandingkan dengan ibu balita yang
melihat dukungan tokoh masyarakat kurang. Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh
masyarakat yang disegani tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan uji
Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan tokoh masyarakat
dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu.
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa untuk berperilaku sehat, masyarakat
kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan
fasilitas saja, melainkan perlu perilaku contoh para tokoh masyarakat, tokoh adat
dan
petugas
kesehatan.
Jadi,
apabila
kegiatan
yang
diselenggarakan
masyarakatnya melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakatnya yang disegani ikut
serta dalam kegiatan tersebut maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi
didalamnya.
Tokoh Masyarakat merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku
keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya. Menurut
Notoatmodjo (2005) bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara sektor
kesehatan dengan masyarakat. Jadi, tokoh masyarakat sangat berpengaruh
terhadap perilaku seseorang dalam berpartisipasi ke posyandu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sambas (2002) bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara dorongan dari tokoh masyarakat dengan
kunjungan ibu balita ke posyandu. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Sudarti (2008) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara partisipasi tokoh masyarakat dengan perilaku menimbang anaknya ke
posyandu. Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu
RT/RW.
Sebagaimana Maharsi (2007) juga mengemukakan dalam penelitiannya
bahwa partisipasi aktif dari tokoh masyarakat menghasilkan kemajuan kegiatan
posyandu, Kegiatan posyandu dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk
masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika tokoh masyarakat setempat tidak
berpartisipasi/ terlibat dalam kegiatan posyandu, ada kemungkinan bahwa
masyarakat setempat tidak akan menggunakan posyandu. Apabila tokoh
masyarakatnya memiliki perilaku yang baik terhadap kegiatan posyandu, sehingga
mereka mau menggunakan kemampuannya untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang baik kepada ibu-ibu balita di posyandu, maka diduga akan
menurunkan prevalensi angka kesakitan balita itu sendiri.
Berdasarkan
teori dan beberapa hasil penelitian diatas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa, perilaku seseorang dapat mempengaruhi ketidakhadiran
ibu dalam kegiatan posyandu. Apabila ibu balita mendapatkan dukungan, namun
ia melihat tokoh masyarakat dan ibu balita lainnya tidak ikut serta dalam kegiatan
posyandu, maka ia tidak akan memaksakan dirinya untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan posyandu itu sendiri.
Download