BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun berada di Dataran rendah dan 3 dusun berada di Daerah Pegunungan. Kehidupan Penduduk 3 Dusun yang berada di dataran rendah rata-rata mata pencahariannya adalah Petani, Pedagang, Pengusaha dan PNS. Untuk Penduduk yang berada di Dataran Pegunungan mata pencahariannya adalah petani, pekebun dan buruh kasar dengan jumlah penduduk 2491 jiwa yang terdiri dari 671 KK. Kelurahan Kayumerah memiliki 2 Unit Posyandu, dimana Posyandu 1 dilaksanakan di Kantor Desa Kayumerah sedangkan Posyandu lainnya dilaksanakan di rumah warga setempat mencakup 3 lingkungan, yakni lingkungan I, II, dan lingkungan III. Batas Wilayah Keluharan Kayumerah memiliki luas wilayah 714.5 ha / m2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut � Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Bongohulawa � Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Hunggaluwa � Sebelah Timur : Berbatasan dengan kelurahan Kayubulan dan Kelurah Hepuhulawa � 4.1.2 Analisis Univariat Sebelah Barat : Berbatasan dengan Pone. Pada hasil analisis univariat ini akan digambarkan frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen. 4.1.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu Distribusi Responden berdasarkan berdasarkan usia di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Usia Ibu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Usia Ibu 15-30 Jumlah (n) 38 jumlah Presentase (%) 52,8 31-45 34 52,2 Total 72 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan table 4.1 menunjukkan bahwa dari 72 orang ibu, sebagian besar berumur 15-30 tahun yaitu sebesar 38 orang (52,8%) dan responden yang berumur 31-45 tahun yaitu sebesar 34 orang (52,2%). 4.1.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan Ibu tentang Kegiatan Posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kegiatan Posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) Jumlah Tingkat Pengetahuan Kurang 31 Presentase (%) 43,1 Baik 41 56,9 Total 72 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 72 Ibu Balita Sebagian Besar mempunyai tingkat pengetahuan baik terhadap kegiatan posyandu yaitu sebanyak 41 orang (56,9%) sedangkan Ibu Balita yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang terhadap kegiatan posyandu sebanyak 31 orang (43,1%). 4.1.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Ibu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) Tingkat Pendidikan Rendah 29 40,3 Tinggi 43 59,7 Total 72 Sumber : Data Primer Tahun 2013 100 Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 72 Ibu Balita, yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebanyak 43 orang (59,7%) dan responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 29 orang (40,3%). 4.1.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Distribusi Responden berdasarkan status pekerjaan Ibu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) Status Pekerjaan Bekerja 46 63,9 Tidak bekerja 26 36,1 Total 72 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 72 Ibu Balita, yang mempunyai pekerjaan sebanyak 46 orang (63,9%) dan Ibu balita yang tidak bekerja sebanyak 26 orang (36,1%). 4.1.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Tokoh Masyarakat Distribusi responden berdasarkan dukungan tokoh masyarakat di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan dukungan tokoh masyarakat di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) Jumlah Presentase (%) Dukungan Tokoh Masyarakat Kurang 17 23,6 Baik 55 76,4 Total 72 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 72 Ibu Balita, sebagian besar berpendapat bahwa dukungan tokoh masyarakat terhadap kegiatan posyandu sebagian tergolong baik, yaitu sebanyak 55 orang (76,4%) dan dukungan tokoh masyarakat yang kurang sebanyak 17 orang (23,6%). 4.1.2.6 Distribusi Responden berdasarkan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu. Distribusi Responden berdasarkan partisipasi ibu balita dalam kegiatan Posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) Presentase (%) Partisipasi Tidak Aktif (<6X berturut-turut) 50 69,4 Aktif (>6X berturut-turut) 22 30,6 Total 72 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.6 Menunjukkan bahwa dari 76 ibu, sebagian besar partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu Tidak Aktif (<6X berturut-turut) yaitu sebesar 50 orang (69,4 %) dan yang aktif berpartisipasi (>6X berturut-turut) sebanyak 22 orang (30,6 %). 4.1.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen yang dianalisis melalui uji Chi Square. 4.1.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu. Hasil Analisis bivariat antara umur dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Hubungan Antara Umur dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) jumlah X2 hitung Presentase Pvalue (%) Tidak Aktif Aktif Spearman Usia Ibu % n % N % Correlation N 15-30 35 92,1 3 7,9 38 100 19,47 31-45 15 44,1 19 55,9 34 100 0,000 Total 50 68,4 22 31,6 72 100 0,52 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita yang berumur 15-30 tahun yang berpartisipasi tidak aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak 35 orang (92,1%), dan ibu balita yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak 3 orang (7,9%) sedangkan ibu balita yang berumur 31-45 tahun yang tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak sebanyak 15 orang (44,1%) dan yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu sebanyak sebanyak 19 orang (55,9%). Berdasarkan Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (19,47) > X2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Untuk menguji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation yaitu 0,52, ini berarti terdapat hubungan positif dan kuat antara usia dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 52% usia memberikan kontribusi partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 4.1.3.2 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu. Hasil Analisis bivariat antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) jumlah X2 hitung Presentase Pvalue (%) Tingkat Tidak Aktif Aktif Spearman Pengetahuan % N % N % Correlation N Kurang 30 96,8 1 3,2 31 100 19,16 Baik 20 48,8 21 51,2 41 100 0,000 Total 50 68,4 22 31,6 72 100 0,62 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita yang yang berpartisipasi tidak aktif dalam kegiatan posyandu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 30 orang (96,8%), ibu balita yang memilki pengetahuan baik sebanyak 20 orang (48,8%) sedangkan ibu balita yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (3,2%) dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak sebanyak 21 orang (51,2%). Berdasarkan Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (19,16) > X2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Untuk menguji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation yaitu 0,62, ini berarti terdapat hubungan positif dan kuat antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. 62% tingkat pengetahuan memberikan kontribusi terhadap partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 4.1.3.3 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu. Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu dilihat pada tabel 4.9 berikut ini : Tabel 4.9 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) Jumlah X2 hitung Presentase Pvalue (%) Tidak Aktif Aktif Tingkat Spearman % N % N % Pendidikan Correlation N Rendah Tinggi Total 10 40 50 34,5 93,1 68,4 19 3 22 65,5 6,9 31,6 29 43 72 100 100 100 27,97 0,000 - 0,62 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 72 responden, responden yang tidak berpartisipasi aktif yang tingkat pendidikannya rendah yaitu sebanyak 10 orang (34,5%), dan yang tingkat pendidikannya tinggi sebanyak 40 orang (93,1%), sedangkan responden yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu yang tingkat pendidikan rendah sebanyak 19 orang (65,5%) dan responden yang tinggi sebanyak 3 orang (6,9%). Melalui Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (27,97) > X2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. Namun, melalui uji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation didapatkan hasil - 0,62, ini berarti terdapat hubungan yang negatif dan kuat antara tingkat pendidikan dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 62% tingkat pendidikan memberikan kontribusi terhadap partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 4.1.3.4 Hubungan Antara Status Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu. Hasil analisis bivariat antara status pekerjaan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu dilihat pada tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.10 Hubungan Antara Status Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Jumlah (n) Jumlah X2 hitung Presentase Pvalue (%) Tidak Aktif Aktif Status Spearman % N % N % Correlation Pekerjaan N Bekerja 42 91,3 4 8,7 46 100 28,68 Tidak Bekerja 8 30,8 18 69,2 26 100 0,000 Total 50 68,4 22 31,6 72 100 - 0,63 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 72 ibu balita, yang tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu yang memiliki status bekerja sebanyak 42 orang (91,3%), dan yang memiliki status bekerja sebanyak 8 orang (30,8%), sedangkan ibu balita yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu yang memiliki status bekerja sebanyak 4 orang (8,7%) dan yang memiliki status tidak bekerja sebanyak 18 orang (69,2%). Melalui Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (28,68) > X2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Namun melalui uji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation didapatkan hasil -0,63, ini berarti terdapat hubungan negatif dan kuat antara status pekerjaan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. 63% status pekerjaan memberikan konstribusi terhadap partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. 4.1.3.5 Hubungan Antara Dukungan Tokoh Masyarakat Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu Hasil analisis bivariat antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limbot Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Hubungan Dukungan Tokoh Masyarakat Dengan Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Di Keluraha Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Kelompok Dukungan Tokoh Masyarakat Kurang Jumlah (n) Tidak Aktif N 6 Aktif jumlah Presentase (%) % N % N % 35,3 11 64,7 17 100 X2 hitung Pvalue Spearman Correlation 12,23 Baik 44 80 11 20 55 100 Total 50 68.4 22 31.6 72 100 0,000 - 0,41 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Hasil penelitian pada Tabel 4.11 menunjukkan hubungan antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu diperoleh bahwa bahwa diantara 72 responden yang berpartisipasi tidak aktif dalam kegiatan posyandu, yang tokoh masyarakatnya kurang mendukung yaitu sebanyak 6 orang (35,3%), dan tokoh masyarakatnya mendukung baik sebanyak 44 orang (80%), sedangkan responden yang berpartisipasi aktif, yang tokoh masyarakatnya kurang mendukung sebanyak 11 orang (64,7%) dan tokoh masyarakatnya mendukung baik sebanyak 11 orang (20%) Melalui Uji Statistik diperoleh nilai X2 hitung (12,23) > X2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,000) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Namun melalui uji kekuatan hubungan dengan menggunakan uji Spearman Correlation didapatkan hasil -0,41, ini berarti terdapat hubungan yang negatif dan lemah antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. 41% dukungan tokoh masyarakat memberikan kontribusi terhadap partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Gambaran Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Ibu yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Kayumerah sebesar 30,6%. Angka ini belum mencapai target yang sudah ditetapkan yaitu 82%, dan menunjukkan masih rendahnya partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu itu sendiri. Menurut Khomsan (2007), kunjungan balita secara rutin ke posyandu sangat dianjurkan karena di posyandu setiap balita akan dimonitor berat badannya melalui penimbangan, sehingga akan diperoleh trend berat badan dari bulan ke bulan. Apabila terjadi trend yang menurun atau berat badan balita di dibawah garis merah, maka posyandu diharapkan dapat memberikan nasihat gizi atau penyuluhan kesehatan pada ibu balita agar memberikan makanan tambahan, sehingga trend berat badan yang menurun dapat dicegah. Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan perasalahan-permasalahan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2007). Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai satu bentuk perilaku. Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam kagiatan posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anaknya untuk ditimbang berat badan ke Posyandu secara teratur setiap bulan. Target yang ingin dicapai oleh Nasional adalah 82% dapat berpartisipasi dengan aktif ke posyandu. Angka partisipasi yang aktif ke posyandu di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto lebih rendah bila di bandingkan dengan hasil penelitian Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur yaitu didapatkan 57,7% ibu balita yang berpartisipasi aktif ke posyandu dan penelitian Soeryoto (2007) di Kecamatan Jurai Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan proporsi ke posyandu dengan cakupan lebih rendah yaitu 48,1%. Keadaan ini menunjukkan bahwa meskipun lokasi penelitian berbeda, namun tingkat partisipasi masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu tidak berbeda jauh dan masih tetap dibawah target nasional yaitu sebesar 82%. Partisipasi ibu balita ke posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur ibu, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan dukungan tokoh masyarakat terhadap pelayanan di posyandu. Berdasarkan hasil analisa data, pada hasil penelitian ini menunjukkan kelima faktor tersebut berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu 4.2.2 Umur Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada usia 15-30 tahun dan berdasarkan uji Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita di Kelurahan Kayumerah lebih banyak pada kelompok rentan umur 31-45 tahun dibandingkan dengan ibu yang mempunyai rentan usia 15-30 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia muda ibu-ibu masih melaksanakan aktivitaas diluar rumah dan belum bisa menerima hal-hal baru demi perkembangan buah hatinya. Sedangkan ibu yang rentan usianya 31-45 tahun, cara berfikirnya sudah mulai matang dan mampu mengambil keputusan. Biasanya ibu yang sudah matang umurnya, mereka mempunyai pengalaman terdahulu mengenai posyandu itu sendiri. Umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal. Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006). Menurut Kresno (2008) dalam Dharmawati (2010) umur adalah salah satu aspek sosial yang berpengaruh terhadap perilaku. Begitu juga dengan pendapat Sunyoto dalam Sudarti (2008) mengatakan adanya pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan terhadap hal baru semakin rendah dikarenakan orang yang termasuk dalam golongan tua memiliki kecenderungan selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Dengan demikian, ibu yang memiliki kedua umur tersebut cenderung akan mempengaruhi perilaku mereka yaitu dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan Posyandu. Hal didukung oleh Hurlock dalam Gabriel (2008) bahwa faktor usia yang muda cenderung menjadikan ibu untuk mendahulukan kepentingan sendiri dari pada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yamin (2003) yang menyebutkan bahwa perilaku ibu dalam pemanfaatan posyandu dipengaruhi oleh umur ibu, artinya semakin bertambah usia ibu semakin rutin pemanfaatan posyandu. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Eddy (2007), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara umur ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Dari beberapa hasil penelitian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ibu yang mempunyai rentan usia 15-30 tahun biasaya tidak mempunyai waktu luang untuk membawa anaknya ke posyandu sebab hal itu merupakan hal baru baginya yang belum bisa diterima. Sedangkan ibu yang mempunyai rentan usia 35-45, mereka mempunyai fikiran yang matang dan pengalaman di masa lalu. Sehingga ada kemauan untuk membawa balita ke posyandu. 4.2.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang berpatisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sedangkan ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke posyandu lebih banyak pada ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, dan berdasarkan uji Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dari petugas kesehatan sehingga mereka kurang paham terhadap program posyandu itu sendiri. Notoatmodjo (2007) menempatkan pengetahuan sebagai faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku sesorang. Pengetahuan seseorang akan suatu program kesehatan akan mendorong orang tersebut mau berpartisipasi didalamnya. Hal ini sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2005) tentang faktor pengetahuan yang berpengaruh pada perilaku seseorang, dan menurut pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang memiliki 5 tingkatan, tingkatan terendah adalah tahu (know) yang diartikan sekedar dapat menyebutkan, tingkatan kedua dan ketiga yaitu memahami dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut. Bila dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo tersebut, maka pengetahuan ibu balita di Kelurahan Kayumerah hanya baru pada tingkatan pengetahuan paling rendah yaitu ibu balita hanya tahu saja tetapi belum dipahami secara mendalam serta belum di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang diketahui tersebut. Pada dasarnya, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan. Namun, pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-mata berdasarkan pengetahuan, tetapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Maharsi (2007), yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Namun Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khaliman (2007) bahwa pengetahuan ibu ada hubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian Soeryoto (2005) di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang posyandu dapat menyebabkan orang menggunakan posyandu dan sebaliknya kebiasaan menggunakan pelayanan posyandu akan menambah pengetahuan mereka tentang posyandu. Dengan pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positif terhadap program posyandu, yang kemudian akan diikuti dengan perilaku positif pula yaitu dengan datangnya ibu balita ke posyandu untuk menimbangkan anaknya atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin sering kehadiran ibu balita untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu. Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu balita mengenai posyandu, maka ada kecenderungan berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku yaitu ibu balita dapat berpartisipasi aktif ke posyandu. Apabila perilaku tersebut tidak didasari pengetahuan, maka akan sulit dipertahankan kelanggengannya, begitupun sebaliknya jika perilaku didasari oleh pengetahuan, maka perilaku tersebut bersikap langgeng. 4.2.4 Tingkat Pendidikan Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada ibu balita yang mempunyai tingkat pendidikan rendah sedangkan ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke posyandu lebih banyak pada ibu balita yang berpendidikan tinggi, dan uji Chi Square Menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Hal ini disebabkan oleh karenakan ibu balita yang memiliki pendidikan tinggi, mempunyai pekerjaan di luar rumah sehingga akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan posyandu secara rutin. Sebagaimana hal tersebut diperkuat oleh Marsigit (2004) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan memberikan peluang kepada ibu rumah tangga untuk mendapatkan pekerjaan sehingga waktunya di dalam rumah akan semakin sedikit dan berdampak negatif pada pemeliharaan kesehatan anak dan keluarga. Namun, pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik serta bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih (2003) dalam Khalimah (2007)) dan menurut penelitian Nuraprilyanti (2009) semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang. Hal ini juga terkait dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu. Ibu yang memiliki pendidikan dan pengetahuan tinggi akan memiliki pengertian yang baik mengenai pentingnya ibu membawa anak balitanya ke posyandu sehingga akan mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap upaya peningkatan perubahan perilaku. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Eddy (2007) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu balita dengan partisipasi ke posyandu. Begitu juga dengan hasil penelitian Hidayati (2010), tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Harinto (1992) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan responden dengan partisipasi mereka ke posyandu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anderson and Andersen (1972) mengatakan dalam teorinya bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan dalam hal ini ahli kesehatan di perkotaan lebih cenderung untuk mendatangi rumah sakit daripada posyandu. Dari beberapa teori dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya, jika pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Tetapi dari hasil yang didapatkan, ternyata ibu balita yang berpendidikan tinggi lebih banyak yang tidak memanfaatkan posyandu. Ada kemungkinan bahwa ibu balita yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki pekerjaan di luar rumah, sehingga tidak sempat membawa anaknya ke posyandu melainkan membawa anaknya ke rumah sakit, untuk menimbang anaknya bersamaan dengan waktu imunisasi pada hari ibu tidak bekerja, sehingga hal tersebut yang menyebabkan ibu balita tidak aktif untuk datang ke posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan perhatian lebih pada ibu balita yang berpendidikan rendah agar mereka dapat lebih mudah memahami manfaat datang ke posyandu sehingga timbul perilaku yang lebih baik dalam pemanfaatan pelayanan gizi di posyandu untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balitanya. 4.2.5 Status Pekerjaan Ibu Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada ibu yang mempunyai status pekerjaan tidak bekerja sedangkan ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke posyandu lebih banyak pada ibu balita yang bekerja dan berdasarkan uji Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu. Salah satu penyebab seseorang tidak berpartisipasi baik ke posyandu adalah karena pekerjaan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan posyandu. Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan maka orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Asumsi lainnya kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga. Seseorang yang bekerja cenderung untuk memiliki pendapatan keluarga yang cukup. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan partisipasi ibu balita ke posyandu mengalami penurunan karena ada kemungkinan mereka yang memiliki pendapatan yang cukup akan lebih memilih pelayanan kesehatan yang lain dibanding ke posyandu. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang bekerja tidak mempunyai peluang baik untuk berkunjung ke posyandu dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu. Berdasarkan penelitian Nurul (2010) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan ibu balita dengan partisipasinya ke posyandu. Namun, hal ini sama dengan hasil penelitian Widiastuty (2006), yang menyatakan adanya hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan perilaku responden ke posyandu. Adanya hubungan kemungkinan disebabkan oleh ibu balita yang bekerja tidak mempunyai waktu luang sehingga tidak dapat membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang. Sebab, semakin tinggi aktivitas pekerjaan ibu maka semakin sulit ibu datang ke posyandu. Asumsi lain kemungkinan karena posyandu diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja sehingga ibu yang bekerja tidak dapat membawa anaknya ke posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Sebagaimana dikatakan Tuti (2003) bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa ibu balita yang tidak berpartisipasi aktif lebih banyak pada ibu yang bekerja dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ibu yang bekerja mempunyai peluang untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu. Mengingat ibu yang bekerja bisa mendapatkan pelayanan kesehatan bahkan memilih jenis pelayanan kesehatan yang baik untuk perkembangan dan kesehatan balita itu sendiri.. 4.2.6 Dukungan Tokoh Masyarakat Dan Hubungannya Dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita yang tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lebih banyak pada ibu balita yang melihat dukugan tokoh masyarakat baik dibandingkan dengan ibu balita yang melihat dukungan tokoh masyarakat kurang. Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh masyarakat yang disegani tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan uji Chi Square terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan perlu perilaku contoh para tokoh masyarakat, tokoh adat dan petugas kesehatan. Jadi, apabila kegiatan yang diselenggarakan masyarakatnya melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakatnya yang disegani ikut serta dalam kegiatan tersebut maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi didalamnya. Tokoh Masyarakat merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya. Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara sektor kesehatan dengan masyarakat. Jadi, tokoh masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam berpartisipasi ke posyandu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sudarti (2008) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara partisipasi tokoh masyarakat dengan perilaku menimbang anaknya ke posyandu. Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu RT/RW. Sebagaimana Maharsi (2007) juga mengemukakan dalam penelitiannya bahwa partisipasi aktif dari tokoh masyarakat menghasilkan kemajuan kegiatan posyandu, Kegiatan posyandu dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika tokoh masyarakat setempat tidak berpartisipasi/ terlibat dalam kegiatan posyandu, ada kemungkinan bahwa masyarakat setempat tidak akan menggunakan posyandu. Apabila tokoh masyarakatnya memiliki perilaku yang baik terhadap kegiatan posyandu, sehingga mereka mau menggunakan kemampuannya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada ibu-ibu balita di posyandu, maka diduga akan menurunkan prevalensi angka kesakitan balita itu sendiri. Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, perilaku seseorang dapat mempengaruhi ketidakhadiran ibu dalam kegiatan posyandu. Apabila ibu balita mendapatkan dukungan, namun ia melihat tokoh masyarakat dan ibu balita lainnya tidak ikut serta dalam kegiatan posyandu, maka ia tidak akan memaksakan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu itu sendiri.