analisis komposisi musik terbang jidur grup gapura sejati desa

advertisement
ANALISIS KOMPOSISI MUSIK TERBANG JIDUR
GRUP GAPURA SEJATI
DESA JATIWETAN KECAMATAN JATI
KABUPATEN KUDUS
Skripsi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Nama
NIM
Prodi
Jurusan
oleh
: Anom Hasto Prasojo
: 2501411040
: Pendidikan Seni Musik
: Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
i
ii
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,5 Februari 2016
Yang membuat pernyataan,
Anom Hasto Prasojo
NIM : 2501411040
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. Bunga yang tidak akan layu sepanjang jaman adalah kebajikan (William
Cowper)
2. Kesopanan adalah pengaman yang baik bagi keburukan lainnya (Cherterfield)
Persembahan :
1. Kedua orang tua, Bapak Fachru Rondhi dan Ibu
Sri Hastuti. Kakak saya Arief Cahyo Anggoro,
Rif’an Cahyo Nugroho (Alm).
2. Seluruh teman-teman Pendidikan Sendratasik
3. Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Dengan berbagai upaya dan kerja keras, akhirnya penulisan skripsi dengan
judul “Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Grup Gapura Sejati Desa
Jatiwetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus” dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi taufiq dan hidayahNya selama proses penulisan skripsi ini berlangsung
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di
Prodi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
2.
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, yang
telah memberikan ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi.
3.
Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik, yang telah
memberikan kemudahan dan fasilitas dalam proses penyusunan skripsi ini.
4.
Drs. Bagus Susetyo, M. Hum., Dosen Pembimbing I dan Kusrina Widjajantie,
S.Pd, M.A, Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu
untuk mengoreksi dan memberikan saran-saran selama penyusunan skripsi
ini.
vi
5.
Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang,
yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan studi strata 1 ini.
6.
Bapak Rondhi, selaku ketua grup gapura sejati yang selalu membantu dalam
memberikan data tentang kesenian Terbang Jidur sebagai pendukung utama
dalam penyusunan skripsi.
7.
Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun teknisnya,
maka kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pembaca pada khususnya,
dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya.
Semarang, Juni 2016
Penulis
vii
SARI
Prasojo, Anom Hasto. 2016. Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Grup
Gapura Sejati Desa Jatiwetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I : Drs. Bagus Susetyo, M. Hum. Pembimbing II : Kusrina
Widjajantie, S.Pd, M.A.
Terbang Jidur adalah salah satu kesenian tradisional di Kabupaten Kudus
yang masih eksis dan dilestarikan. Grup Gapura Sejati adalah salah satu kelompok
yang masih melestarikan kesenian Terbang Jidur. Dalam permainannya kesenian
Terbang Jidur tidak menambahkan alat musik modern dan secara turun-temurun
hanya menggunakan alat instrument asli yaitu empat terbang dan satu jidur. Lagu
yang dibawakan Grup Gapura sejati seluruhnya adalah lagu Islami, lagu yang
sering dibawakan yaitu Lagu Sola dan Lagu Tanaqol. Masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimana komposisi musik Terbang Jidur Grup Gapura
Sejati di Desa Jatiwetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan komposisi permainan
Terbang Jidur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang
digunakan adalah lagu Sola dan lagu Tanaqol. Teknik pengumpulan data adalah
dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data bertujuan
menganalisa, menjelaskan, dan mendeskripsikan data dari berbagai sumber, yaitu
dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pola ritme ditemukan pada
seluruh instrumen terbang Grup Gapura Sejati dan pola permainannya berbeda
antara alat satu dengan yang lain namun terdengar harmonis. (2) Melodi yang
digunakan dalam lagu Sola dan Tanaqol seluruhnya menggunakan melodi vokal,
dalam arti ini tidak ada alat melodis yang digunakan Grup Gapura Sejati.(3) Lagu
Sola termasuk lagu tiga bagian, A-B-C, yang terdiri atas A – B – B – C – C. Lagu
Sola mempunyai urutan kalimat A(a,x), B (b,y), C (c,z). Lagu Tanaqol termasuk
lagu empat bagian, A-B-C-D, yang terdiri atas A – B – B – C – C – D - D. Dalam
lagu Tanaqol terdapat urutan kalimat A(a,x), B (b,y), B’ (b’,y’), C (c,z), C (c,z),
C’(c’,z’), D (d,xx), D’ (d,xx). (4) Syair lagu Sola dan Tanaqol menggunakan
bahasa arab dan bercerita tentang riwayat Nabi Muhammad SAW. Tempo yang
dimainkan pada kedua lagu tersebut menggunakan tempo cepat, yang bertujuan
sebagai tanda ajakan dakwah. (5) Dinamik kedua lagu dapat diketahui pada saat
terjadi pengulangan, ditandai tempo yang bertambah cepat.
Berdasarkan penelitian Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Grup
Gapura Sejati, saran yang dapat penulis sampaikan adalah adanya penambahan
viii
polaritme baru dalam permainan Terbang Jidur. Pada penambahan pola tersebut
berfungsi sebagai : (1) Dapat menambah kreativitas para personil dalam hal
musikalitas (2) Dengan adanya pola iringan yang baru dapat menjadi hal baru
sekaligus tantangan bagi para pemainnya.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
PERNYATAAN................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
SARI................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR PART ................................................................................................ xvi
DAFTAR NOTASI ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
ix
1.3
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.4
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................................... 5
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 7
2.1
Analisis ........................................................................................................ 7
2.2
Komposisi Musik ......................................................................................... 8
2.3
Musik ........................................................................................................... 9
2.3.1 Pengertian Musik....................................................................................... 9
2.3.2 Struktur Musik......................................................................................... 14
2.3.3 Bentuk Lagu ............................................................................................ 16
2.4
KesenianTradisional .................................................................................. 18
2.4.1 Kesenian Terbang Jidur ........................................................................... 20
2.5
Kerangka Berpikir ..................................................................................... 21
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 23
3.1
Jenis Penelitian .......................................................................................... 23
3.2
Sasaran Lokasi Penelitian .......................................................................... 24
3.3
Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 24
3.4
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 26
3.5
Teknik Analisis Data ................................................................................. 28
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 30
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 30
4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Desa Jatiwetan ......................................... 30
x
4.1.2 Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian Desa Jatiwetan ....................... 31
4.1.3 Pendidikan Penduduk Desa Jatiwetan ..................................................... 32
4.1.4 Agama Penduduk Desa Jatiwetan ........................................................... 33
4.1.5 Kehidupan Kesenian Desa Jati Wetan..................................................... 34
4.1.6 Latar Belakang Grup Terbang Gapura Sejati .......................................... 35
4.1.7 Grup Terbang Gapura Sejati ................................................................... 36
4.1.7.1 Pelatih Grup Gapura Sejati...................................................................... 39
4.1.7.2 Keanggotaan Grup Gapura Sejati............................................................ 40
4.1.7.3 Bentuk Pementasan Grup Gapura Sejati ................................................. 41
4.2
Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Gapura Sejati .......................... 43
4.2.1 Aspek Pola Ritme .................................................................................... 43
4.2.1.1 Pola Ritme Terbang................................................................................. 43
4.2.1.2 Pola Ritme Jidur ...................................................................................... 44
4.2.2 Melodi ..................................................................................................... 45
4.2.2.1 Melodi Lagu Sola .................................................................................... 45
4.2.2.2 Melodi LaguTanaqol ............................................................................... 46
4.2.3 Harmoni ................................................................................................... 46
4.2.4 Instrumen Grup Gapura Sejati................................................................. 47
4.2.4.1 Terbang ................................................................................................... 48
4.2.4.2 Jidur ......................................................................................................... 49
4.2.5 Analisis Bentuk Lagu Terbang Jidur Gapura Sejati ................................ 50
4.2.5.1 Analisis Motif danFrase .......................................................................... 51
4.2.5.1.1 Analisis Motif dan Frase Lagu Sholla ................................................. 51
xi
4.2.5.1.2 Analisis Motif dan Frase Lagu Tanaqqol ............................................. 54
4.2.5.2 Analisis Kalimat Lagu............................................................................. 58
4.2.6 Tempo Dinamik dan Ekspresi ................................................................. 59
4.2.7 Syair Lagu Sola danTanaqol ................................................................... 61
4.2.7.1 Syair Lagu Sola ....................................................................................... 61
4.2.7.2 Syair LaguTanaqol .................................................................................. 62
4.2.8 Partitur Lagu Sola danTanaqol ................................................................ 64
4.2.8.1 Partitur Lagu Sola ................................................................................... 64
4.2.8.2 Partitur Lagu Tanaqol ............................................................................. 67
BAB 5 PENUTUP.............................................................................................. 70
5.1
Simpulan .................................................................................................... 70
5.2
Saran .......................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
LAMPIRAN ....................................................................................................... 75
xii
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 22
Skema 2 Teknik Analisis Data ............................................................................ 29
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Administrasi Desa Jatiwetan ...................................................... 31
Gambar 2 Gaupa Masjid Baitul Muttaqin ........................................................... 37
Gambar 3 Masjid Baitul Muttaqin ...................................................................... 38
Gambar 4 Pementasan Group Gapura Sejati ....................................................... 42
Gambar 5 Alat Terbang ....................................................................................... 49
Gambar 6 Alat Jidur ............................................................................................ 50
Gambar 7 Ekspresi Personil Gapura Sejati ......................................................... 60
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Mata Pencaharian Penduduk Desa Jatiwetan ......................................... 32
Tabel 2 Data Pendidikan Akhir Penduduk Desa Jatiwetan ................................. 33
Tabel 3 Agama Penduduk Desa Jatiwetan .......................................................... 34
Tabel 4 Keanggotaan Terbang Jidur ................................................................... 41
xv
DAFTAR PART
Part 1 Lagu Sola .................................................................................................. 51
Part 1 Lagu Tanaqol ............................................................................................ 54
xvi
DAFTAR NOTASI
Notasi 1 Pola Ritme Terbang .............................................................................. 43
Notasi 2 Pola Ritme Jidur ................................................................................... 44
Notasi 3 Potongan Melodi Lagu Sola ................................................................. 45
Notasi 4 Potongan Melodi Lagu Tanaqol ........................................................... 46
Notasi 5 Pola Variasi Lajer 32 A ........................................................................ 47
Notasi 6 Pola Variasi Lajer 32 B......................................................................... 47
Notasi 7 Pola Variasi Lajer 41 A ........................................................................ 47
Notasi 8 Pola Variasi Lajer 41 B......................................................................... 47
Notasi 9 Motif Lagu Sola Bagian A .................................................................... 52
Notasi 10 Motif Lagu Sola Bagian B .................................................................. 53
Notasi 11 Motif Lagu Sola Bagian C .................................................................. 53
Notasi 12 Motif Lagu Tanaqol Bagian A ............................................................ 55
Notasi 13 Motif Lagu Tanaqol Bagian B ............................................................ 55
Notasi 14 Motif Lagu Tanaqol Bagian B’........................................................... 56
Notasi 15 Motif Lagu Tanaqol Bagian C ............................................................ 56
Notasi 16 Motif Lagu Tanaqol Bagian C’........................................................... 56
Notasi 17 Motif Lagu Tanaqol Bagian D ............................................................ 57
Notasi 18 Motif Lagu Tanaqol Bagian D’ .......................................................... 57
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ........................................................................ 75
Lampiran 2 Syair Lagu Sola ............................................................................... 81
Lampiran 3 Syair Lagu Tanaqol ......................................................................... 82
Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian .................................................................. 83
Lampiran 5 Dokumentasi .................................................................................... 84
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang kaya dengan beragam
seni budayanya. Dalam setiap provinsi, bahkan kota-kota diseluruh Indonesia
mempunyai adat dan kebudayaan yang berbeda. Perbedaan budaya ini tidak
mengakibatkan sesuatu yang bersifat negatif, namun mengangkat nama bangsa
Indonesia di mata dunia, bahkan Indonesia adalah sebuah Negara yang sangat
kaya dengan kesenian dan budayanya tersebut. Dampak tersebut menjadikan
banyak warga asing yang datang ke Indonesia untuk belajar ilmu khusus dibidang
seni ataupun kebudayaan di Indonesia. Jumlah ragam seni dan budaya di
Indonesia tersebut dilatarbelakangi oleh sejarah, dan sebagian besar terjadinya
kota di Indonesia masing-masing mempunyai riwayat tersendiri. Dan hampir
disetiap kota di Indonesia mempunyai peninggalan yang berbeda, baik yang
berupa tradisi, seni, dan peninggalan kebudayaan lainnya.
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta buddayah, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budayaan dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan akal” (Koentjaraningrat,
1984:195). Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia
yaitu hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan zaman
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
tantangan dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
i
2
Djojodigono (1958: 11) memberikan definisi mengenai kebudayaan
dengan mengatakan kebudayaan itu adalah daya dari budi, yang berupa cipta,
karsa dan rasa. Rasa seni yang dimiliki oleh setiap manusia secara naluriah
menyebabkan setiap individu mempunyai bakat untuk menciptakan seni, karena
berkesenian merupakan kebutuhan setiap manusia.
Menurut Herbert Read dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Art
(1959: 24), menyebutkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk
menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan
dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan
keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu
kesatuan dari bentuk yang disajikan (Read 1959: 1). Kesenian mengacu pada nilai
keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan
yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Manusia sebagai makhluk yang
mempunyai cita rasa tinggi dapat menghasilkan berbagai corak kesenian mulai
dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Unsur kesenian
yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum, suku atau bangsa
tertentu disebut sebagai seni tradisional. Salah satu kesenian tradisional yang
masih eksis dan menarik adalah kesenian tradisional Terbang, kesenian ini sudah
ada sejak jaman para wali bahkan pada jaman islam masuk ke indonesia, kesenian
Terbang masih banyak dilestarikan bahkan dikembangkan dari kesenian
tradisional menjadi suatu kesenian yang modern. Kesenian Terbang juga
bermacam – macam jenis dan pengembangannya. Kesenian Terbang ditemukan
salah satunya dikota Kudus.
3
Kota Kudus adalah sebuah kota kecil yang terletak disebelah utara bagian
dari wilayah provinsi Jawa Tengah. Kota Kudus juga mempunyai beberapa
peninggalan budaya yang berbentuk rumah adat, menara, pakaian khas kudus.
Selain itu juga ada kesenian tradisional Terbang Jidur yang merupakan sebuah hal
penting untuk kota Kudus sebagai warisan budaya , sebagai salah satu kesenian
musik tradisional yang peralatannya tidak menggunakan alat modern. Alat musik
tradisional yang sampai saat ini masih menjadi budaya di Kabupaten Kudus
adalah terbang.
Pada jaman dahulu kesenian Terbang Jidur riwayatnya adalah untuk
mengiringi acara keagamaan dan biasanya acara ini bersifat sebagai pengiring
kegiatan Islami. Acara ini sekaligus menjadi salah satu ciri khas ataupun
kebiasaan masyarakat Kabupaten Kudus pada saat mengiringi acara hajat. Acara
hajat yang bersangkutan meliputi : (1) Acara mengantar dan menjemput haji, (2)
acara sunatan, (3) acara nikah dan sebagainya. Kesenian ini sudah ada sejak jaman
dahulu hingga sekarang, yang merupakan kesenian peninggalan para wali.
Permainan Terbang Jidur memberikan kesan dan nuansa rohani yang kental. Pada
saat ini kesenian Terbang Jidur masih eksis dan dilestarikan dikalangan
masyarakat Kota Kudus.
Adapun keunikan yang ada dan dapat dilihat langsung dalam kesenian
Terbang Jidur adalah : (1) Alat musik yang digunakan adalah terbang asli dan
tidak menerima alat modern seperti permainan terbang pada umumnya, (2)
Terbang yang digunakan terdiri dari empat buah, namun dalam permainannya
tetap kompleks. (3) Penelitian tentang Terbang Jidur merupakan penelitian baru
4
yang meneliti tentang permainan alat terbang tradisional, sejauh ini hanya terdapat
penelitian terbang modern. Kesenian Terbang Jidur atau biasa disebut juga
kesenian Terbang Papat juga masih eksis di sekitar lingkungan rumah peneliti.
Faktor tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kesenian
tersebut dengan judul : “Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Grup
Gapura Sejati Desa Jati Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”.
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi bagian kajian dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana komposisi musik Terbang Jidur Grup Gapura Sejati di Desa Jati
Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendiskripsikan bagaimana komposisi musik Terbang Jidur Grup Gapura Sejati
di Desa Jati Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yang meliputi praktis dan
teoritis. Manfaat praktis dalam penelitian ini nantinya dapat dibaca langsung dan
memberikan informasi secara tertulis kepada masyarakat mengenai musik
Terbang Jidur. Penelitian ini juga dapat berguna sebagai bahan evaluasi terhadap
pemain Terbang Jidur dan pengetahuan kepada apresiator seni mengenai segala
hal tentang permainan musik Terbang Jidur.
5
Untuk manfaat teoritis, penelitian ini dapat dijadikan acuan atau wacana
bagi masyarakat untuk mengetahui musik Terbang Jidur dan perkembangannya.
Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi baik untuk mahasiswa Jurusan
Pendidikan Sendratasik UNNES ataupun mahasiswa lain untuk kegiatan
penelitian selanjutnya tentang musik Terbang Jidur.
1.5 Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi bertujuan untuk memberikan gambaran serta
mempermudah pembaca untuk mengetahui garis besar dari skripsi ini, yang berisi
sebagai berikut : (1) Bagian awal skripsi, (2) Bagian Isi, (3) Bagian Akhir.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan,
halaman motto dan perembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, daftar foto, dan daftar lampiran.
Bab I berisi tentang Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan mengenai latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi.
Bab 2 berisi tentang landasan Teori. Pada bab ini memuat landasan teori
yang berisi telaah pustaka yang berhubungan dengan masalah-masalah yang
dibahas dalam penelitian ini.
Bab 3 adalah metode penelitian, yang meliputi tentang hal-hal yang
berhubungan dengan prosedur penelitian yang meliputi jenis penelitian, lokasi,
dan sarana penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan
data, dan teknik analisis data.
6
Bab 4 merupakan hasil dari penelitian yang memuat data-data yang
diperoleh dari lapangan sebagai hasil penelitian dan dibahas secara deskriptif
kualitatif.
Bab 5 sebagai penutup merupakan bab terakhir yang memuat tentang
kesimpulan dan saran.
Pada bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka yang digunakan
untuk landasan teori serta memecahkan permasalahan. Untuk selanjutnya terdapat
lampiran sebagai bukti pelengkap dari observasi yang telah dilakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Analisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 43), pengertian
analisis adalah suatu penyelidikan terhadap suatu peristiwa baik berupa karangan
ataupun perbuatan, dalam rangka untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); penjabaran sesudah dikaji sebaikbaiknya, pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.
Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan
terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara
mendalam.Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat
juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan
suatu zat dalam cuplikan (http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis diunduh pada
tanggal 15 Juli 2015).
Secara singkat, analisis merupakan suatu istilah yang berarti suatu
kegiatan penelitian secara teliti terhadap suatu objek tertentu, baik mahkluk hidup
ataupun benda mati, baik suatu ilmu logis ataupun ilmu yang abstrak, untuk
memperoleh hasil penelitian secara fakta dan lebih teliti, sehingga penelitian
tersebut mempunyai landasan yang kuat untuk dijadikan sebagai bahan kajian
untuk penelitian selanjutnya.
Adapun simpulan fungsi analisis dapat digolongkan menjadi : (1) Untuk
mengidentifikasi ciri-ciri permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat mengetahui
langkah penyelesaian masalah secara sesuai dan tepat. (2) Untuk memberikan
7
8
spesifikasi atau keterangan terperinci mengenai objek permasalahan. Hasil ini
tentu mendukung proses penemuan solusi dari permasalahan yang dianalisis. (3)
Dapat memberikan gambaran dasar mengenai strategi atau simpulan yang akan
dilakukan untuk mengetahui hasil penelitian.
2.2
Komposisi Musik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 585), pengertian
komposisi secara umum adalah susunan; tata susun. Sedangkan pengertian
komposisi musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga adalah
gubahan, baik instrumental maupun vokal; susunan lagu, baik instrumental
maupun vokal (2007: 585).
Komposisi musik adalah potongan musik (sesuatu catatan musik yang
ditaruh bersama). Kata komposisi dapat pula berarti mempelajari kecakapan
bagaimana menyusun. Komposisi berasal dari kata komponieren yang digunakan
pujangga Jerman yaitu Johann Wolfgang Goethe untuk menandai cara menggubah
musik pada abad-abad sebelumnya. Musik juga diartikan dimana suara atau lagu
utama akan diikuti oleh susunan suara-suara lainnya yang dikoordinasikan, ditata,
atau
dirangkai
di
bawah
lagu
utama
yang
disebut
cantus
(http://id.wikipedia.org/wiki/Komposisi_musik diunduh pada 29 Januari 2016).
Menurut Jamalus (1988: 7) dijelaskan bahwa komposisi musik terbentuk
dari berbagai unsur-unsur musik yang terdiri dari beberapa kelompok yang secara
bersama-sama dalam satu kesatuan. Unsur unsur musik dapat dikelompokkan atas
: (1) Irama, (2) Harmoni, (3) Melodi , (4) Bentuk lagu, (5) Ekspresi (tema
musikal).
9
Dari pengertian analisis dan komposisi musik, dapat disimpulkan bahwa
analisis komposisi musik merupakan suatu kegiatan penelitian secara teliti
terhadap suatu komposisi musik atau unsur unsur musikal , untuk memperoleh
hasil penelitian tentang komposisi musik secara fakta dan lebih teliti, sehingga
penelitian tersebut mempunyai landasan yang kuat untuk dijadikan sebagai bahan
kajian untuk penelitian selanjutnya.
2.3
MUSIK
2.3.1
Pengertian Musik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 602), musik adalah: ilmu
atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan
temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan
dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan
bunyi-bunyi itu).
Menurut Suhastjarja (dalam Soedarsono, 1992: 13), musik adalah
ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat,
dalam wujud nada-nada atau bunyi-bunyian lainnya yang mengandung ritme dan
harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang dan waktu yang dikenal oleh
diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat
dimengerti dan dinikmati oleh para pendengar atau penikmatnya
Pengertian musik menurut Banoe (2003: 288), musik yang berasal dari
kata muse yaitu salah satu dewa dalam mitologi Yunani kuno bagi cabang seni
dan ilmu; dewa seni dan ilmu pengetahuan. Selain itu, beliau juga berpendapat
10
bahwa musik merupakan cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai
suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa musik adalah
salah satu cabang seni yang menjadikan bunyi sebagai materi terpenting dan
terdiri dari unsur-unsur musik, yaitu : ritme, melodi, harmoni, timbre dan bentuk
sebagai ungkapan perasaan dan menjadi media ekspresi serta komunikasi
manusia. Berikut penjelasan mengenai unsur-unsur musik tersebut :
1. Ritme
Ritme disebut juga irama, ritmis, atau rhythm merupakan unsur musik
yang paling mendasar, dan merupakan salah satu dari elemen waktu. Ritme adalah
unsur pokok musik yang terbentuk dari sekelompok “bunyi” dan “diam” dengan
panjang pendek yang berbeda lama waktunya (Joseph, 2005: 58). Ritme dapat
muncul tanpa melodi, seperti pada pukulan instrumen perkusi tak bernada, juga
dapat menjadi satu dengan melodi, yang ditandai dengan panjang pendek suatu
nada. Semua melodi, tidak dapat muncul tanpa ritme.
2. Melodi
Melodi adalah suatu rangkaian nada-nada yang terkait biasanya bervariasi
alam tinggi rendah dan panjang pendek, membentuk suatu ide musikal yang
komplit. Susunan rangkaian nada yang terdengar berurutan serta berirama, dan
mengungkapkan suatu gagasan disebut melodi (Joseph, 2005: 64). Melodi
merupakan unsur terpenting dalam musik. Melodi sendiri memiliki beberapa
unsur pembentuk, di antaranya nada, ritme, dimensi, tingkatan nada/ register,
direksi dan gerakan (interval).
11
Melodi tidak dapat muncul tanpa ritme yang mempengaruhi karakternya.
Dua dimensi melodi adalah kepanjangan dan keluasan. Kepanjangan dapat
diartikan seberapa jarak awal melodi dan akhirnya, bisa panjang maupun pendek
terpisah-pisah. Keluasan dari melodi adalah jarak tinggi rendah nada, dari nada
terendah, sampai tertinggi. Tingkat nada adalah tingkatan ketinggian atau
kerendahan dari kelompok nada-nada dari sebuah melodi, yang dapat
mempengaruhi kualitas melodi tersebut. Direksi adalah arah pergerakan melodi.
Melodi dapat bergerak naik ataupun turun, dengan cepat maupun
berangsur-angsur dan juga dapat statis. Biasanya melodi bergerak naik untuk
menciptakan klimaks, dan bergerak turun untuk anti-klimaks. Gerakan melodi
menunjuk pada interval (jarak nada satu dengan nada berikutnya), bisa melangkah
atau melompat. Karakter dari melodi diperoleh dari penggabungan unsur-unsur
tersebut. Melodi dasar dari sebuah komposisi, biasa disebut dengan tema.
3. Harmoni
Harmoni sebagai sebuah elemen sebenarnya lebih mapan daripada melodi
dan ritmis, dan biasanya tidak muncul pada kebudayaan-kebudayaan primitif
(daerah). Harmoni adalah elemen musikal yang didasarkan atas penggabungan
secara simultan dari nada-nada, sebagaimana dibedakan pada rangkaian nadanada pada melodi. Hal ini dimaksudkan bahwa hubungan nada dalam melodi
bersifat horizontal, sedangkan hubungan nada dalam harmoni bersifat vertikal.
Harmoni kerap dihubungkan dengan akord, yaitu kumpulan satu kelompok yang
terdiri atas tiga atau lebih nada yang berbunyi bersama. Prinsip yang mendasari
harmoni adalah konstruksi akord dan progresi akord. Akord sederhana biasanya
12
terdiri dari 3 nada dan berjarak terts, ini merupakan konstruksi akord (susunan)
seperti pada akord c, yang diikuti nada e dan g. Sedangkan progresi akord adalah
perjalanan akord atau perubahan akord. Contohnya, akord
I - IV - I - I - V.
Secara mudah dapat dikatakan harmoni berarti keselarasan.
Salah satu unsur harmoni adalah konsonan dan disonan. Konsonan sendiri
merupakan penggabungan nada yang memberikan ketenangan dan kesantaian.
Sedangkan disonan adalah penggabungan nada yang bersifat tegang. Tonalitas
berhubungan erat dengan harmoni. Merupakan sebuah unsur musikal yang
menciptakan sensualitas dari gaya tarik menuju ke sebuah pusat kunci (tanda
mula/ tangga nada). Disini, semua harmoni dihubungkan dengan tonic, yang akan
menjadi nada dasar atau kunci pada lagu tersebut.
4. Ekspresi
Unsur komposisi yang berupa ekspresi dari sebah karya musik terdiri atas
tempo, dinamik, tanda ekspresi, tanda birama/ metrum, warna bunyi/ timbre.
Tempo adalah tingkat kecepatan suatu lagu dengan perubahan kecepatannya
dalam musik. Sedangkan tanda yang menyatakan kecepatan lagu dilaksanakan
disebut tanda tempo (Joseph, 2005: 59). Tempo Merupakan istilah dalam musik
yang mempunyai arti secara terminologis sebagai waktu/ masa, jadi tempo adalah
istilah hitungan untuk lambat/ cepatnya suatu karya seni musik dimainkan. Tanda
tempo adalah tanda yang menunjukkan cepat lambatnya suatu karya musik
dimainkan atau dinyanyikan (Sukohardi dalam Susetyo 2005: 49). Alat untuk
mengukur tempo disebut Metronom Maelzel disingkat MM. MM merupakan
satuan untuk kecepatan tempo.
13
Menurut Joseph (2005: 62), definisi dinamik adalah tingkat kuat lembut
suatu lagu dengan perubahan kuat lembutnya dalam musik. Tanda dinamik adalah
tanda yang menunjukkan keras lembutnya bagian-bagian dari karya musik
dimainkan atau dinyanyikan (Susetyo, 2005: 52). Tanda ini berupa simbol-simbol
musik yang ditempatkan didekat not dimana dinamik tersebut diinginkan.
Dinamik adalah keras lembutnya dalam cara memainkan musik dinyatakan
dengan berbagai istilah (Banoe 2003: 116).
Tanda ekspresi adalah tanda yang menunjukkan rasa penjiwaan pada
naskah musik atau lagu yang akan dibawakan (Susetyo, 2005: 53). Tanda ini
biasanya ditulis pada awal lagu, bersama-sama atau terpisah dengan tanda tempo.
Berkaitan dengan birama, maka timbul istilah tanda birama atau sukat tanda sukat
atau signature atau metrum. Pengertian tanda birama adalah tand pada permulaan
notasi musik setelah tanda kunci yang menunjukkan banyak pulsa dan satuan
pulsa (ketukan) setiap birama (Joseph, 2005: 38).
5. Timbre atau Warna Suara
Timbre atau warna suara, disebut juga kualitas suara akan menghasilkan
sonoritas (bunyi bagus dan penuh, nyaring dan merdu). Sedangkan bentuk atau
tekstur musikal adalah susunan dan hubungan yang khas dari faktor-faktor
melodis dan harmonis di dalam musik. Tekstur musikal bisa berwujud monofonis
(melodi tunggal tanpa iringan), homofonis (melodi tunggal diiringi dengan
harmoni/ akord), polifonis (satu atau lebih melodi yang memiliki kedudukan sama
penting dan berbunyi bersamaan) dan nonmelodis (bunyi harmonis mengkabur
atau sebagian isi melodi hilang).
14
2.3.2
Struktur Musik
Struktur musik menjabarkan tentang prinsip khusus yang menyangkut
bentuk keindahan dari musik. Jika dalam tulisan tema adalah paragraf, selanjutnya
dapat diartikan motif merupakan kata dan frase merupakan kalimat. Selain motif
dan frase terdapat juga periode dan kalimat lagu. Berikut penjelasan mengenai
motif, frase, periode dan kalimat lagu adalah sebagai berikut.
2.3.2.1 Motif
Menurut Prier (1996: 3) motif lagu adalah unsur lagu yang terdiri dari
sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan atau ide. Motif lagu
normal memenuhi dua birama. Motif merupakan bagian terkecil dari melodi,
biasanya motif terdiri dari beberapa nada yang membentuk melodi pendek, yang
bersifat sudah memiliki arti, serta memberi arah tertentu pada melodi sehingga
komposisi terkesan hidup. Motif biasa diberi simbol (m). Sedangkan menurut
Muttaqin (2008: 116) motif adalah sekelompok nada-nada linear yang tidak
terlalu panjang yang diDesain atas dasar figur ritmis dan atau melodis tertentu.
2.3.2.2 Frase
Frase adalah kumpulan beberapa motif yang mengandung sebuah ide
musikal. Ukuran panjang frase yang paling umum adalah 4 birama. Namun
demikian, ada juga yang tidak tersusun rapi diatas 4 birama. Hal ini mempertinggi
kelenturan dan keanekaragaman musik. Frase umunya ditandai oleh kadens.
Dalam musik, frase hendaknya dinyanyikan dalam satu nafas.
Menurut Bramantyo (2001: 166) menyatakan bahwa terdapat dua jenis
frase, yaitu frase anteseden dan frase konsekuen. Frase anteseden disebut juga
15
tanya, adalah frase depan dalam suatu kalimat lagu yang merupakan pembuka
kalimat, yang biasanya diakhiri oleh kadens setengah atau akord V. Frase ini
merupakan frase pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Frase konsekuen
disebut juga frase jawab adalah frase belakang dalam suatu kalimat lagu yang
merupakan penutup kalimat yang biasanya diakhiri oleh kadens sempurna atau
akord I. Frase konsekuen bersifat menjawab pertanyaan dari frase anteseden.
2.3.2.3 Periode atau Kalimat Musik
Periode adalah penggabungan dua atau lebih frase dalam sebuah wujud
yang bersambung sehingga bersama-sama membentuk sebuah unit sesional
(Bramantyo, 2001 : 25). Periode secara umum terdiri atas dua frase, dimana akhir
dari frase pertama ditandai dengan kadens tengah dan akhir dari frase biasanya
ditentukan dengan kadens yang bersifat konklusif atau penyelesaian.
Kalimat musik adalah bagian dari lagu yang biasanya terdiri dari empat
sampai delapan birama. Kalimat musik terbentuk dari sepasang frase dan dua
kalimat musik atau lebih, membentuk lagu. Periode dan kalimat musik
mempunyai struktur berbeda yang terletak pada : (1) Periode, terjadi dialeksis
diantara frasenya, terjadi hubungan timbal balik, terjadi perubahan pada frase ke
dua tetapi belum merupakan perkembangan, dan selalu berakhir dengan tonika.
(2) Sedangkan kaliamat biasanya terjadi perkembangan pada frasenya dan tidak
selalu diakhiri dengan tonika.
16
2.3.3
Bentuk Lagu
Menurut Prier (1996: 2), bentuk lagu ialah suatu gagasan atau ide yang
nampak dalam pengolahan/ susunan semua unsur lagu dalam sebuah komposisi
(melodi, irama, harmoni dan dinamika). Ide tersebut menyatukan nada dan bagian
komposisi yang dibunyikan satu per satu sebagai kerangka. Dengan kata lain
bentuk lagu adalah wadah yang diisi seseorang komponis untuk dikembangkan
sehingga menjadi lagu yang hidup. Langkah pertama yang dilakukan seseorang
dalam menganalisis bentuk musik dan menganalisis lagu adalah mendengarkan
terlebih dahulu lagu tersebut. Lagu tersebut tidak cukup didengarkan namun juga
diapresiasi musiknya.
Apresiasi musik dapat didefinisikan sebagai pencapaian kemampuan untuk
mendengarkan musik dengan penuh perhatian (Bramantyo, 2001: 1). Hal ini
tentunya hanya dapat dicapai dengan usaha sadar dalam latihan mendengarkan
musik secara penuh pengertian. Semua orang perlu mendengarkan musik tersebut
secara perseptif jika ingin mengapresiasi musik, yaitu dengan perhatian,
pengulangan dan pengenalan, serta memiliki latar belakang pengetahuan dengan
melakukan pendekatan pendekatan auditori dan visual. Peneliti musik diharapkan
mengetahui latar belakang dari musik terbang itu sendiri, sebelum nantinya
mengamati langsung ke lapangan, baik secara pendengaran dan pengelihatan.
Bagian yang lebih luas setelah struktur frase dan periode ditandai oleh
huruf- huruf (A,B,C, dan seterusnya). Dua prinsip yang dipakai untuk membagi
sebuah komposisi tunggal dalam bagian-bagian yang utama adalah kerangka dua
bagian (biner) dan kerangka tiga bagian (terner). Menurut Dikte (2013: 13)
17
bentuk lagu dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) Lagu bentuk satu bagian, (2) Lagu
bentuk dua bagian, dan (3) Lagu bentuk tiga bagian. Beberapa praktisi musik juga
berpendapat bahwa bentuk lagu bisa menjadi bentuk lagu empat bagian dengan
penjelasan sebagai berikut.
1) Bentuk Lagu Satu Bagian
Bentuk lagu satu bagian merupakan suatu kesatuan yang dapat berdiri
sendiri dengan bentuknya yang utuh. Utuh yang dimaksud terdiri dari frase
anteseden dan frase konsekuen. Lagu bentuk satu bagian sangat terbatas
jumlahnya. Hal ini dikarenakan bentuk lagu satu bagian harus lebih kaya dan
lebih padat bobotnya. Dalam pengkodean, terdapat dua kemungkinan lagu bentuk
satu bagian, sebagai contoh bentuk A (a - a’) seperti lagu Bagimu Negeri dan
Bentuk A (a – x) seperti lagu kole-kole.
2) Bentuk Lagu Dua Bagian
Menurut Bramantyo (2001: 167-169) dijelaskan bahwa sebuah karya
musik yang terdiri dari dua bagian utama, disebut lagu dua bagian atau biner.
Lagu dua bagian memiliki beberapa kemungkinan , diantaranya : (1) Bentuk yang
memiliki dua bagian dengan tema yang sama persis, biasa ditulis dengan A, A.
Sedangkan dua bagian yang tema dua merupakan pengulangan yang dimodifikasi
dari tema satu, dapat ditulis dengan A, A’. Jika kedua bagian memiliki tema yang
sangat berbeda, maka dapat ditulis dengan bagian A, B.
3) Bentuk Lagu Tiga Bagian
Sebuah komposisi musik dengan bentuk tiga bagian, terdiri dari tiga
bagian utama, dengan bagian tengahnya merupakan tema yang kontras. A B A
18
atau A B A’. Apabila bagian utama dari lagu bentuk tiga bagian sederhana diulang
( A A B A), struktur tersebut biasa dikenal sebagai bentuk nyanyian atau song
form atau dikenal juga dengan nama biner berlingkar. Sumber lain mengatakan
bahwa bentuk musik tiga bagian bisa juga berwujud A B C.
4) Bentuk Lagu Empat Bagian
Sebuah komposisi musik dengan bentuk empat bagian, terdiri dari empat
bagian utama. Bentuk yang memiliki empat bagian dengan tema yang sama pada
bagian pertama dan kedua kemudian berbeda pada bagian keempat dan kelima,
maka dapat ditulis dengan bagian A, A, B, C. Jika keempat bagian memiliki tema
yang sangat berbeda, maka dapat ditulis dengan bagian A, B, C, D.
2.4
Kesenian Tradisional
Musik tradisional merupakan salah satu jenis musik yang sejak lama tela
tumbuh dalam kehidupan masyarakat. Musik tersebut selalu berhubungan dengan
masyarakat pendukungnya. Ditegaskan bahwa musik tradisional adalah musik
yang telah dipadu dengan hidup dan kehidupan masyarakat di wilayah tertentu
selama beberapa generasi (Sampurno, 1978 : 40).
Kesenian tradisional juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk yang
mempunyai nilai-nilai luhur bermutu tinggi yang dibentuk dengan pola-pola gerak
tertentu dan terikat, telah berkembang dari masa ke masa dan mengandung pula
nilai-nilai yang berbau filosofi yang mendalam, simbolis religius, dan tradisi yang
lengkap. Pada dasarnya dalam proses penciptaan seni tradisional terjadi hubungan
antara subyek pencipta dan kondisi lingkungannya (Bastomi, 1992: 44).
19
Peran kesenian tradisi pada kehidupan manusia dapat dilihat dari
perjalanan kehidupan mulai dari lahir sampai dengan ia meninggal dunia. Contoh
adalah ruwatan sepasaran bayi diisi dengan kesenian shollawat terbang, sunatan
diisi dengan kesenian Jemblung, syukuran pernikahan diisi dengan kesenian
shollawat terbang dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Koentjaraningrat, beliau mengatakan bahwa kesenian adalah bagian dari
kebudayaan dan merupakan salah satu kebutuhan manusia secara universal, yang
tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat (Koentjaraningrat 1985: 30).
Dengan demikian, kesenian tradisional adalah seni yang tumbuh dan
berkembang di suatu daerah tertentu, diturunkan secara turun temurun dari nenek
moyang, tidak diketahui siapa penemu dan penciptanya, bersifat merakyat, dan
digunakan sebagai salah satu cara bertahan hidup sehingga menjadi ciri khas dari
daerah itu sendiri.
Contoh salah satu kesenian yang terdapat di Kabupaten Kudus dan bersifat
turun temurun adalah kesenian Terbang Jidur. Seni memainkan alat musik terbang
ini sudah ada sejak jaman penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh wali
songo. Dalam pengertian ini kesenian Terbang Jidur tidak ditemukan siapa
penggagas pertama kali dalam menemukan alat musik terbang. Untuk mengetahui
asal usul dan sejarah tentang Kesenian Terbang Jidur, berikut penjelasan yang
dapat peneliti kemukakan berdasarkan informasi yang didapatkan dari nara
sumber.
20
2.4.1
Kesenian Terbang Jidur
Perkembangan dunia saat ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh arus
globalisasi, termasuk dalam bidang seni musik. Setiap harinya, globalisasi
membawa nilai-nilai modernitas yang berdampak signifikan terhadap eksistensi
kesenian tradisional sebagai sebuah “local wisdom” (kearifan lokal). Meskipun
demikian, tidak semua heritage musik klasik punah oleh derasnya arus globalisasi.
Ada berbagai macam kesenian tradisional yang sampai saat ini masih mampu
bertahan, salah satunya adalah kesenian Terbang Jidur atau juga dikenal dengan
nama Terbang Papat.
Kesenian Terbang Jidur merupakan hasil remusikalisasi kultural dari
rebana atau yang dalam bahasa asilnya dikenal dengan istilah hadroh ,sebuah
kesenian Islami untuk mengiringi shalawat nabi. Terbang papat berkembang pada
sepanjang wilayah pesisir utara Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Kudus.
Kedatangan terbang papat di Kudus sendiri tidak diketahui secara pasti. Namun,
sejak masa penjajahan kolonialis Belanda, kesenian lokal tersebut sudah mulai
familier bagi sebagian masyarakat Kudus.
Tidak jauh berbeda dengan kesenian rebana tradisional pada umumnya,
terbang papat juga menggunakan peralatan-peralatan khas, seperti lajer, kemplon,
telon, salakan, dan jidur (Relianto, 2015). Adapun keunikannya terletak pada
formasi personel yang tidak bervokalis utama, sebab para penabuh terbang papat
memainkan instrumen sembari bershalawat. Terbang papat biasa dipentaskan
dalam kegiatan peringatan hari besar Islam, hajatan (tasyakuran), walimatul ursy,
21
walimatul khitan, bisa juga pernikahan yang menghendaki suasana bernuansa
Islami penuh dan sampai sekarang masih juga di manfaatkan oleh jamaah haji,
baik untuk pemberangkatan mau pun menyongsong kepulangan dari tanah suci.
2.5
Kerangka Berpikir
Berdasarkan
kerangka teoritik yang telah diuraikan di atas, maka
kerangka berpikir dalam penelitian Analisis Kompisisi Musik Terbang Jidur Grup
Gapura Sejati Desa Jati Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus adalah sebagai
berikut :
Sejarah awal seni Terbang Jidur muncul di Kabupaten Kudus bersamaan
pada masa penyebaran agama Islam. Seni ini tumbuh dan berkembang turun
temurun dari dulu hingga sekarang dan tidak diketahui siapa penemunya. Alat
yang digunakan meliputi : 4 buah terbang dan satu jidur dan dimainkan secara
berkelompok. Fungsi Terbang Jidur sebagai pengiring acara keagamaan dan
beberapa hajat. Salah satu kelompok Terbang Jidur di Kabupaten Kudus adalah
Grup Gapura Sejati.
Lagu yang dibawakan Grup Gapura Sejati tentu seluruhnya bernuansa
Islam, antara lain : Bismillah, Pengantin Baru, Sholla, Thola’al Badru, Yaa
Thoyyiba, Shollawat Badar, Tanaqqol, Tombo Ati, Bekti Wong Tuo, dan Yaa
Badrodin dan lain sebagainya. Komposisi musik dalam lagu tersebut diiringi
dengan paduan permainan terbang yang harmonis, yang ditunjukkan dengan pola
ritme ke-empat terbang beserta jidurnya. Melodi lagu yang dibawakan Grup
Gapura Sejati seluruhnya dimainkan oleh vokal, artinya tidak ada alat tambahan
yang berfungsi melodis.
22
Lagu Sholla dan Tanaqqol adalah lagu yang dianalisis dalam penelitian
ini. Lagu tersebut selain memiliki ritme yang harmonis, dalam struktur musiknya
terdapat motif lagu beserta frasenya. Motif dan frase lagu Sholla dan Tanaqqol
terdiri dari beberapa unsur lagu dan sejumlah nada yang disatukan dengan ide.
Kalimat musik dalam lagu Sholla dan Tanaqqol terdiri dari beberapa birama dan
memiliki struktur yang berbeda-beda menurut frase yang ada pada lagu-lagu
tersebut.
Lagu Sholla dan Tanaqqol menurut latar belakangnya adalah lagu yang
bercerita tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW. Lagu tersebut mempunyai
karakter nada arab yang dominan bersifat Islami. Berdasarkan perpaduan cerita
pesan lagu dan nuansa musiknya, bentuk lagu adalah bagian yang dapat
mengetahui bentuk komposisi kedua lagu tersebut.
Kesenian Masyarakat
Tradisional
Kesenian Terbang
Jidur Grup Gapura
Lagu Sholla
Lagu Tanaqqol
Komposisi
Struktur
Musik
musik
Ritme, Melodi,
Motif
Bentuk Lagu
Harmoni,
Frase
Satu bagian
Ekspresi,
Kalimat Musik
Dua Bagian
Timbre
Skema 1. Kerangka Berpikir
Bentuk Lagu
Tiga Bagian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) metodologi kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Kirk dan Miller (1986: 9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun
dalam peristilahannya.
Menurut Denzin dan Lincoln (1987: 11) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
pengalaman oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Metode penelitian kualitatif inilah yang digunakan peneliti untuk
mendeskripsikan tentang analisis komposisi musik Terbang Jidur Grup Gapura
Sejati di Desa Jati Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan menggunakan
pendekatan musikologi.
23
24
3.2
Sasaran dan Lokasi Penelitian
Lokasi tujuan dalam penelitian ini terletak di Desa Jati Wetan, Kecamatan
Jati, Kabupaten Kudus. Untuk sasaran penelitiannya yaitu menganalisis komposisi
seni Terbang Jidur Grup Gapura Sejati di Desa Jati Wetan Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini data akan dikumpulkan dengan teknik :
3.3.1
Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk melacak secara
sistematis dan langsung mengenai gejala-gejala yang terkait dengan objek
penelitian (Pawito 2007: 111).
Menurut Sugiyono (2005: 64), observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Alasan secara metodologis bagi penggunaan teknik pengamatan/ observasi
adalah: (1) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya; (2)
pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh
subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi
pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan
para subjek pada waktu itu; (3) pengamatan memungkinkan peneliti merasakan
apa yang dirasakan oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti sebagai
25
sumber data; (4) pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang
diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.
Dalam hal ini, peneliti sebagai pengamat / observasi non partisipatif, yaitu
peranan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai
pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. Hal-hal yang diobservasi
adalah hal-hal yang berkaitan dengan grup Terbang Jidur Gapura Sejati, seperti
lingkungan sekitar kesekertariatan grup Gapura Sejati.
3.3.2
Wawancara
Moleong (1989: 48) mengemukakan Wawancara adalah perkacapan
dengan maksud tertentu yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan pewawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Jenis wawancara
yang dikemukakan oleh Patton (1980: 197) sebagai berikut: (a) wawancara
pembicaraan informal, (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara,
dan (c) wawancara baku terbuka.
Dalam hal ini, jenis wawancara yang dipakai oleh peneliti adalah
wawancara pembicaraan informal karena lebih praktis dan santai. Pada jenis
wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada pewawancara itu
sendiri, tergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada
narasumber. Hubungan antara pewawancara dan narasumber adalah dalam
suasana biasa, wajar. Sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti
pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Bahkan sewaktu proses
26
wawancara berlangsung, narasumber tidak menyadari bahwa dia sedang
diwawancara. Objek wawancara atau orang yang peneliti wawancarai adalah
pelatih group Terbang Jidur Gapura Sejati , anggota Grup Gapura Sejati , dan
masyarakat sekitar penikmat musik Terbang Jidur Grup Gapura Sejati.
3.3.3
Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar,
hasil
karya,
maupun
dokumen-dokumen
bentuk
elektronika
(http://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitiankualitatif/ diunduh pada 5 Februari 2013).
Menurut Arikunto (1983: 188), dokumentasi adalah mencari data yang
berasal dari catatan, buku, transkrip, surat kabar, majalah, notulen, dan agenda
yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data-data mengenai seni
Terbang Jidur di Desa Jati Wetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus,
mendokumentasikan dalam bentuk foto dan rekaman pertunjukan kesenian
Terbang Jidur, yang kemudikan dijabarkan secara deskriptif.
3.4
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data adalah teknik yang meneliti tentang
keabsahan suatu data yang dianggap terbukti kebenaran dan keasliannya. Didalam
teknik ini , peneliti memilih derajat kepercayaan sebagai standar atau kriteria
keabsahan data kualitatif.
27
Kriteria derajat kepercayaan menuntut suatu penelitian kualitatif agar
dapat dipercaya oleh pembaca yang kritis dan dapat dibuktikan oleh orang-orang
yang menyediakan informasi yang dikumpulkan selama penelitian berlangsung.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik triangulasi, yaitu
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data, agar hasil upaya
penelitian itu benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.
Menurut Sumaryanto (2010: 114) Triangulasi berarti verifikasi penemuan
melalui informasi dari beberapa sumber, menggunakan multi metode dan
pengumpulan data. Triangulasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : (1)
Triangulasi Sumber (2) Triangulasi Metode dan (3) Triangulasi Data ;
Menurut Patton (dalam moleong 1989: 195) Triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal
itu dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan data hasil observasi dengan
data hasil wawancara, (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatannya
sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, dan (5)
membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Triangulasi Metode adalah cara yang dilakukan dengan membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti
28
menggunakan metode wawancara, observasi dan survey. Dengan beberapa
perspektif diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Tahap ini
dilakukan jika data yang diperoleh dari informan diragukan kebenarannya.
Triangulasi Data adalah proses menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Peneliti selain menggunakan
metode wawancara dan observasi juga dapat menggunakan metode observasi
terlibat atau disebut Participant Observation. Data dapat berupa arsip, dokumen
tertulis, dokumen sejarah, catatan resmi, tulisan pribadi, gambar atau foto. Cara
tersebut masing-masing akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang
selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena
yang diteliti. Pandangan tersebut memunculkan keluasan pengetahuan untuk
mendapatkan kebenaran yang akurat.
3.5
Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyusunan data dengan menelaah seluruh
data yang terdiri dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar, foto, dan sebagainya (Moleong 2007: 247).
Dalam hal ini, teknik yang digunakan oleh peneliti adalah: (a) Reduksi
Data yang berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono
2006: 338); (b) Penyajian Data yang dimaksudkan sebagai langkah pengumpulan
informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan
29
kesimpulan dan pengambilan tindakan (Moleong 2007: 251); (c) Verifikasi atau
Penarikan Kesimpulan yaitu merupakan langkah terakhir dalam analisis data yang
diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Pengumpulan
Penyajian Data
Data
Reduksi Data
Kesimpulan/Verifikasi
Skema 2 : Analisis Data Kualitatif
Sumber: Analisis Data Kualitatif (Miles & Huberman dalam Sumaryanto 2010:
106)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Desa Jati Wetan
Letak secara administrasinya, Desa Jati Wetan merupakan salah satu Desa
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Jati Wetan terletak dijalur pantura atau jalan utama yang
menghubungkan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini menjadikan Desa
Jati Wetan memiliki keuntungan geografis dalam segi transportasi. Desa Jati
Wetan juga dapat dituju dari semua penjuru. Untuk ke Desa Jati Wetan dari arah
barat atau timur dapat melalui jalan kota, dari arah selatan dapat melalui jalan
Lingkar atau jalan raya Kudus - Grobogan, sedangkan dari utara melalui jalan
raya Kudus - Jepara. Faktor pendukung lainnya adalah jarak Desa yang berjarak
500 meter dari terminal Kota Kudus sehingga akses menuju Desa Jati Wetan
dapat dituju dengan mudah. Alat transportasi umum menuju Desa Jati Wetan
dapat menggunakan angkot, bus dan ojek.
Jumlah pembagian wilayah administrasi pemerintahan Desa di Desa Jati
Wetan yaitu terdiri dari 3 RW, 19 RT dan 3 dukuh / dusun. Desa Jati Wetan
berbatasan dengan:
Sebelah utara : Desa Jati Kulon
Sebelah timur : Desa Tanjung Karang
Sebelah selatan : Desa Karang Anyar Demak
30
31
Sebelah Barat : Desa Jati Kulon
Untuk lebih jelasnya berikut peta Desa Jati wetan.
Gambar 1. Peta Administrasi Desa Jati wetan
(Sumber : http://www.kuduskab.go.id/pemerintahan.php)
4.1.2
Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian Desa Jati Wetan
Berdasarkan laporan monografi kependudukan Desa Jati Wetan jumlah
keseluruhan penduduknya adalah 3,211 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 1,777
orang dan perempuan sebanyak 1,434 orang.
Desa Jati Wetan merupakan Desa yang areanya wilayahnya merata, yaitu
area melingkupi perkotaan atau industri dan persawahan. Wilayah Desa Jati
Wetan tergolong sangat ramai mengingat berada dalam lingkup perkotaan, yang
pada umumnya banyak didirikan pabrik. Pada sisi area yang lain luas persawahan
32
dan perkebunan juga cukup memadai. Hal ini menjadikan profesi atau mata
pencaharian penduduk Desa ini juga ikut merata. Profesi penduduk Desa Jati
Wetan antara lain: petani, buruh pabrik, pedagang dan lain sebagainya. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian Desa Jati Wetan beserta
jumlahnya berikut pemaparan dalam bentuk tabel.
No.
Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Jati Wetan
Jenis Pekerjaan
Laki – Laki Perempuan
Jumlah
1.
PNS/ABRI
136
85
221
2.
Pegawai Swasta
30
27
57
3.
Pensiunan
38
26
64
4.
Pengusaha
9
-
9
5.
Buruh Bangunan
41
11
52
6.
Buruh Industri
1282
1253
2535
7.
Buruh Tani
29
20
49
8.
Petani
31
19
50
9.
Sopir
174
-
174
10.
Pedagang
205
102
307
Jumlah
1777
1434
3211
(Sumber: Laporan Monografi penduduk Desa Jati wetan Tahun 2015)
4.1.3
Pendidikan Penduduk Desa Jati Wetan
Tingkat kesadaran terhadap pendidikan di Desa Jati wetan cukup baik,
terbukti dengan banyak penduduk Desa Jati wetan yang menyelesaikan
pendidikan SLTA, Diploma dan Sarjana. Hal itu mungkin disebabkan karena
33
lingkungan Desa Jati wetan yang terletak diperkotaan. Untuk mengetahui latar
belakang pendidikan penduduk Desa Jati wetan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Data Penduduk Desa Jati Wetan Berdasarkan Pendidikan Akhir
No.
Jenis Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Tidak Sekolah
75
137
212
2
TK/ Play Group
110
115
225
3
Belum Tamat SD
49
58
107
4
Tidak Tamat SD
116
119
235
5
Tamat SD
180
187
367
6
Tamat SLTP
164
135
298
7
Tamat SLTA
151
143
295
55
30
85
Sarjana Ke atas
43
40
80
Jumlah
924
1041
1965
8
Tamat
Akademi/Diploma
9
(Sumber : Laporan Monografi Kependudukan Desa Jati Wetan Tahun 2013)
4.1.4
Agama yang dianut Penduduk Desa Jati wetan
Penduduka Desa Jati Wetan sebagian besar memeluk agama Islam, namun
sebenarnya di Desa ini ada dua agama yang berkembang yaitu Islam dan Kristen.
Masyarakat Desa Jati wetan tetap hidup berdampingan secara harmonis meskipun
terdapat perbedaan dalam keyakinan seluruh warga masyarakat Desa Jati
34
wetansaling toleransi dan menghargai satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelas
mengetahui tentang latar agama masyarakat Desa Jati Wetan, Berikut ini tabel
yang memperjelas data penduduk Desa Jati wetan berdasarkan agama yang
dianutnya.
Tabel 3. Data Penduduk Desa Jati wetan Menurut Agama
Kelompok
NO.
Laki-laki
Perempuan Jumlah
Agama
1
Islam
862
831
1693
2
Katholik
-
-
-
3
Kristen
128
144
272
4
Hindu
-
-
-
5
Budha
-
-
-
6
Khonghucu
-
-
-
Jumlah
990
975
1965
(Sumber : Laporan Monografi Kependudukan Desa Jati wetanTahun 2013)
4.1.5
Kehidupan Kesenian Desa Jati Wetan
Desa Jati Wetan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Jati, Kabupaten
Kudus, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu desa yang rata-rata
penduduknya beragama islam. Di desa Jati Wetan juga banyak ditemui kegiatan
yang bersifat rohani, terdapat juga berbagai bentuk kesenian. Seperti kesenian
tradisional Barongan, Terbang Jidur, bahkan kesenian modern seperti Band,
Rebana Modern, Orkes Melayu.
35
Kesenian yang masih selalu eksis dan dilestarikan di desa Jati Wetan salah
satunya adalah Kesenian Terbang Jidur yang hanya ada satu grup yang
membentuk kesenian ini, yaitu Grup Terbang Jidur Gapura Sejati. Terbang Jidur
merupakan kesenian yang bersifat rohani sehingga berfungsi sebagai penghibur
suatu acara khajat sekaligus sebagai penghindar dari kemaksiatan seperti judi atau
mabuk-mabukan. Desa Jati Wetan mempunyai satu masjid sebagai tempat
beribadah para penduduk muslim, yaitu Masjid Baitulll Muttaqin yang juga
merupakan Kesekertariatan Grup Terbang Jidur Gapura Sejati.
4.1.6
Latar Belakang Grup Terbang Gapura Sejati
Bapak Rondhi selaku penanggung jawab sekaligus ketua grup Gapura
Sejati menceritakan sejarah awal mula terbentuknya grup Gapura Sejati.
“Terbang sudah ada sejak berdirinya masjid ini yang tentunya
diperkenalkan oleh pendiri atau sesepuh Desa Jati Wetan bernama Kholis.
Terbang diadakan sebagai cara untuk memperkenalkan ajaran islam kepada
penduduk sekitar. Tujuan selanjutnya agar masjid ada kegiatan sebagai sarana
untuk bersilaturahmi antar warga. Pada saat itu Desa Jati Wetan sepakat untuk
membentuk grup terbang namun belum dinamakan dan ditetapkan namanya”.
Asal mula nama grup Gapura Sejati sendiri berasal dari ciri masjid Baitulll
Muttaqin yang memiliki gapura di depan masjid. Gapura tersebut merupakan
peninggalan para wali pada jaman dahulu. Menurut keterangan warga sekitar
nama Gapura berarti bangunan yang didirikan di depan sebuah tempat sebelum
memasuki suatu tempat. Contohnya tempat pada jaman dahulu salah satunya
36
adalah tempat pemerintahan yang bentuknya memanjang menyerupai pintu
gerbang.
Sejak awal didirikan alat musik yang digunakan adalah murni alat musik
terbang. Grup Gapura Sejati tidak menggunakan atau menambahkan alat musik
modern seperti terbang yang umum pada saat ini. Alasan tidak ditambahkannya
alat modern dalam grup terbang ini merupakan kesengajaan warga yang sifatnya
turun menurun untuk tetap melestarikan musik aslinya. Pada tahun ke tahun
formasi penggunaan alat dalam grup terbang Gapura Sejati ini tidak mengalami
perubahan, tetap dengan ciri khasnya yang membedakan dengan grup terbang
yang lain disekitar kota Kudus. Terbang yang yang digunakan berjumlah 4 dan
satu jidur, keempat terbang tersebut mempunyai nama tersendiri, yaitu Terbang
Telon, Kemplong, Lajer 32, dan Lajer 41.
4.1.7
Grup Terbang Gapura Sejati
Masjid Baitulll Muttaqin adalah masjid yang terletak di Desa Jati Wetan
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Masjid Baitulll Muttaqin berdiri sekitar tahun
1950 dan masjid tersebut menurut orang tua jaman dahulu mempunyai
peninggalan dari masa wali. Menurut bapak Rondhi selaku penanggung jawab
masjid membenarkan hal tersebut, sebagai bukti fisik ditandai dengan adanya
gapura yang berasal dari batu bata, memiliki tinggi sekitar 2,5 meter dan bertulis
arab. Pada awal berdirinya masjid Baitulll Muttaqin adalah sebagai sarana
beribadah dan menyebarkan agama islam.
37
Gambar 2. Gapura Masjid Baitulll Muttaqin
(Sumber : Prasojo, 29 Januari 2016)
Dalam kelangsungannya masjid Baitulll Muttaqin memiliki organisasi
guna mengatur seluruh kegiatan masjid. Struktur organisasi ini sudah dibentuk
sejak berdirinya masjid hanya saja pengelolaannya belum dapat dikatakan sebaik
sekarang. Daftar keanggotaan dari masa dahulu sampai sekarang sudah
mengalami pergantian secara turun temurun. Dan pada tahun 1990 mulailah
dibentuk secara terstruktur dengan sususan kepengurusan yang sederhana. Tujuan
awal dari dibentuknya struktur organisasi adalah untuk menjalin silaturahmi antar
jamaah masjid. Selain itu sebaai sarana untuk memudahkan, mengatur atau
melaksanakan seluruh kegiatan islami di masjid Baitull Muttaqin.
Adapun susunan kepengurusan yaitu terdiri dari para penasehat yang
dipercayakan oleh K.H. Abdul Muchit. Posisi ketua masjid dipercayakan oleh
saudara F. Rondhi. Tugas sebagai bendahara dan sekretaris masing-masing
38
dipercayakan kepada bapak Sudikan dan bapak Suntari. Untuk anggota sendiri
terdiri dari beberapa warga, diantaranya : (1) Santoso, (2) Kholith, (3) Roikhan,
(4) Suhadi, (5) Amat, (6) Saridin, (7) Sugiarto, (8) Muttaqin, (9) Bilal, (10)
Rasipan, (11) Rofiq, (12) Kusnan.
Daftar susunan tersebut sampai sekarang sudah mulai melatih generasi
penerus, dari anak-anak kecil sampai usia remaja. Menurut Ketua, bapak F.
Rodhi, hal ini dilakukan supaya dapat menumbuhkan semangat remaja untuk
memiliki jiwa atau rasa mencintai agama. Fungsi lainnya agar generasi muda
dapat menjadi penerus sebagai pengurus masjid.
Gambar 3. Masjid Baitulll Muttaqin sebagai sekretariat grup Gapura Sejati
(Sumber : Prasojo, 27 Januari 2016)
Grup Gapura Sejati seluruhnya beranggotakan penduduk dari Desa Jati
Wetan. Grup ini sejak pembentukannya memainkan alat musik terbang secara
tradisional. Dalam arti tidak adanya percampuran alat musik modern atau
39
tambahan yang dimainkan. Jumlah anggota yang dimiliki oleh grup Gapura Sejati
setiap tahunnya tidak menetap. Hal ini dikarenakan setiap warga diperbolehkan
untuk bergabung, selain itu anak-anak juga semakin banyak yang mengikuti
latihan. Jumlah personil yang selalu tetap baik pada saat latihan atau yang biasa
ikut pementasan berjumlah 15 orang.
Eksistensi grup Gapura Sejati selama 12 tahun dalam memainkan musik
terbang sudah dikenal di berbagai Desa wilayah Jati Wetan, kecamatan Jati
bahkan sebagian kota Kudus. Grup terbang Gapura Sejati juga sering diundang
untuk mengisi acara keagamaan yang berupa pengajian ataupun acara hajatan di
wilayah kota Kudus. Contoh lagu-lagu yang dibawakan adalah shollawat lagu
qasidah dengan bahasa arab.
Dengan adanya eksistensi tersebut tentunya tidak lepas dari sistem
manajemen dan beberapa elemen pendukung dari grup terbang Gapura Sejati,
diantaranya :
4.1.7.1 Pelatih Grup Gapura Sejati
Grup terbang Gapura Sejati dilatih oleh bapak Rondhi dan bapak Abdul
Munchit. Profesi keduanya adalah seorang guru SMP tetapi juga merangkap
sebagai pelatih ekstrakurikuler terbang. Beliau merupakan warga asli Jati Wetan
dan berdomisili sangat dekat dengan masjid Baitulll Muttaqin. Posisi tersebut
menjadikan kegiatan latihan terbang lebih mudah dikondisikan persiapannya,
selain itu kegiatan latihan tentunya dapat terkontrol dengan baik.
Peran yang dilakukan pak Rondhi adalah mengatur jadwal latihan dan
melakukan penyediaan alat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
40
kelengkapan grup terbang Gapura Sejati. Untuk pak abdul berperan sebagai
pembimbing dalam bermain musik terbang. Beliau piawai dalam memainkan alat
musik terbang dan dapat memainkan beberapa alat musik seperti keyboard dan
drum. Maka dari itu beliau ditunjuk untuk membimbing anak-anak Jati Wetan
dalam bermain terbang.
Dalam melatih anak-anak beliau menekankan kedisiplinan mengutamakan
kesabaran serta melatih kekompakan. Hal ini dilakukan agar siapa saja dapat
berlatih terbang secara menyeenangkan dan dengan kondisi yang nyaman.
Menurut Bapak Rondhi dan bapak Abdul rasa peduli terhadap kesenian terbang di
Desa Jati Wetan sudah menjadi tanggung jawab dirinya dan tanggung jawab
seluruh warga Jati Wetan. Beliau berharap suatu saat nanti kesenian terbang atau
Grup Gapura Sejati ini dapat terus berlanjut dapat mengalami perkembangan
struktur yang lebih baik dan tentunya bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
4.1.7.2 Keanggotaan
Grup terbang Gapura Sejati memiliki anggota atau personil yang bersifat
re-generasi atau turun temurun. Untuk mempertahankan anggota tetap sangatlah
sulit mengingat faktor profesi dan situasi kondisi setiap individu setiap waktu
dapat berubah-ubah. Anggota yang terus berganti-ganti setiap tahun dapat
dimaklumi oleh kedua pelatih Grup Gapura Sejati yaitu bapak Rondhi dan bapak
Abdul. Beliau adalah pelatih Grup Gapura Sejati yang sampai sekarang masih
bertahan. Adapun jumlah personil grup terbang Gapura Sejati pada tahun 2016 ini
berjumlah 13 orang. Anggota tersebut merupakan warga Jati Wetan yang terbagi
dalam usia dewasa dan anak-anak serta pemegang instrumen musik yang
41
merangkap sebagai vokal. Pemegang instrumen. Berikut daftar anggota grup
terbang Gapura Sejati.
Tabel 4. Keanggotaan Grup Terbang Gapura Sejati
NO
Nama
Umur
Instrumen
1
Rondhi
45
Terbang
2
Kusnan
31
Terbang
3
Rofiq
31
Terbang
4
Rasipan
39
Terbang
5
Sudikan
25
Terbang
6
Bilal
25
Terbang
7
Sapari
21
Terbang
8
Hadi
15
Terbang
9
Solekan
17
Terbang
10
Ardi
13
Terbang
11
Sugiarto
27
Jidur
12
Abdul
46
Jidur
13
Rahman
38
Terbang
(Sumber: Dokumen Grup Terbang Gapura Sejati)
4.1.7.3 Bentuk Pementasan Grup Gapura Sejati
Seperti pada umumnya grup terbang Gapura Sejati juga sering tampil di
acara keagamaan. Dalam penampilannya grup terbang Gapura Sejati berusaha
mengedepankan kekompakan. Hal yang paling menonjol dalam penampakan
kekompakan kelompok Grup Gapura Sejati terletak pada cara vokal membawakan
lagu. Vokal dalam kelompok terbang tersebut melibatkan seluruh personil. dengan
selalu berpenampilan rapi. Bentuk penampilan kostumnya berupa baju koko dan
bersarung yang tampak rapi agar menimbulkan kesan kompak.
42
Gambar 4. Pementasan Grup Gapura Sejati
(Sumber : Prasojo, 27 Januari 2016)
Grup Gapura Sejati sering kali di undang disekitar kecamatan Jati untuk
mengisi acara pernikahan ataupun khitanan. Semua lagu yang dibawakan sebagian
besar sangat kental dengan unsur agama. Personil terbang Gapura Sejati
bervariasi, ada pemain terbang dewasa dan anak-anak, sehingga mempunyai daya
tarik bagi masyarakat yang datang ke acara tersebut. Dalam pementasannya, grup
Gapura Sejati biasanya membawakan lagu-lagu yang mengandung petuah
kehidupan dan shollawat Nabi. Lagu yang sering dibawakan antara lain :
Bismillah, Pengantin Baru, Thola’al Badru, Yaa Thoyyiba, Shollawat Badar,
Tombo Ati, Bekti Wong Tuo, dan Yaa Badrodin.
Tidak cukup memainkan alat musik saja, grup Gapura Sejati juga
menambahkan koreo sederhana pada saat musik dimainkan agar permainan
terbang terkesan lebih hidup. Koreo bersifat kondisional menyesuaikan keadaan
dan tempat dan Pemberian koreo dalam lagu juga digunakan hanya di beberapa
lagu saja.
43
4.2 Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Gapura Sejati
4.2.1
Aspek Pola Ritme
Bentuk pola ritme dalam permainan terbang menurut masing-masing
instrumennya memiliki pola ritme yang berbeda-beda. Pola ritme tersebut jika
dimainkan setiap instrument akan terdengar biasa, namun jika dimainkan secara
bersamaan dapat saling mengisi satu sama lain sehingga menimbulkan perpaduan
bunyi yang dinamis dan harmonis. Pola ritme dalam permainan Terbang Jidur
Grup Gapura Sejati terdiri dari pola ritme terbang dan pola ritme jidur. Berikut
pola ritme kedua instrument tersebut :
4.2.1.1 Pola Ritme Terbang
Ada baiknya sebelum memainkan instrument dibuat pola dengan menulis
pola ritmis tulisan “dig (D) dan tang (T) pada partitur lagu. Hal ini berfungsi
untuk mempermudah dalam mempelajarinya. Berikut pola ritmis terbang yang
dimainkan grup Gapura Sejati yang terdapat dalam lagu Sholla dan Tanaqqol :
Pola Telon A
:
Pola Telon B
:
Pola Kemplong A :
Pola Kemplong B :
44
Pola Lajer 32 A
:
Pola Lajer 32 B
:
Pola Lajer 41 A
:
Pola Lajer 41 B
:
Notasi 1 : Pola Ritme Terbang
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
4.2.1.2 Pola Ritme Jidur
Fungsi Jidur adalah sebagai bass atau nyawa dari permainan Terbang
Jidur. Jidur juga berfungsi sebagai penuntun tempo. Tempo diartikan sebagai
control permainan sekaligus tanda kepada personil yang lain. Tanda yang
dimaksud berkaitan dengan transisi pukulan terhadap dinamik lagu. Hal ini dapat
diketahui dari iringan sebelum reff dan setelah reff yang dalam bahasa jawanya
disebut “munggah”. Jidur memiliki peran yang sangat penting meskipun
intensitas permainannya lebih sedikit dibandingkan dengan instrument terbang
yang lain. Berikut pola ritme Jidur dalam permainan Terbang Jidur gapura sejati.
\
Pola Ritme A
:
Pola Ritme B
:
45
Notasi 2 : Pola Ritme Jidur
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
4.2.2
Melodi
Melodi adalah suatu rangkaian nada-nada yang terkait biasanya bervariasi
alam tinggi rendah dan panjang pendek, membentuk suatu ide musikal yang
kreatif. Susunan rangkaian nada yang terdengar berurutan serta berirama, dan
mengungkapkan suatu gagasan disebut melodi (Joseph, 2005: 64).
Dalam lagu “Sholla” dan “Tanaqqol” melodi lagunya diambil dengan
menggunakan nada dasar F mayor. Nada dasar ini tentunya tidak bersifat mutlak
atau dapat berubah-ubah sesuai kenyamanan bernyanyi personil. Melodi kedua
lagu tersebut hanya dimainkan oleh vokal, karena tidak adanya alat melodis dalam
pengiring grup Gapura Sejati. Personil dalam menyanyikan lagu diharapkan
memiliki stamina yang prima mengingat lama durasi lagu Sholla dan Tanaqqol
mencapai 10 – 13 menit.
Berikut adalah potongan melodi lagu “Sholla dan Tanaqqol”.
4.2.2.1 Melodi Lagu Sholla
Notasi 3 : Melodi Vokal lagu Sholla
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
46
4.2.2.2 Melodi Lagu Tanaqqol
Notasi 4 : Melodi Vokal lagu Tanaqqol
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
4.2.3
Harmoni
Harmoni dalam terbang Gapura Sejati ditunjukkan dengan perpaduan dan
kekompakan alat musik ritmisnya. Harmonisasi musik terbang Gapura Sejati
diketahui dari keselarasan ritme alat musik asli terbang. Alat musik tersebut
dibagi menurut cara memainkan pola ritme yang berbeda, namun saat dimainkan
terdengar paduan pola ritme yang harmonis. Pola ritme khas yang paling terlihat
terletak pada pukulan lajer, yang dibedakan menjadi lajer 32 dan Lajer 41. Lajer
32 menurut arti pola pukulannya adalah memukul bagian atas terbang (dig)
sebanyak tiga kali disambung bagian bawah terbang (tang) sebanyak dua kali.
Demikian dengan lajer 41 untuk pola pukulannya adalah memukul bagian atas
(dig) sebanyak empat kali dilanjutkan bagian bawah (tang) sekali.
Dalam pelaksanaannya penerapan pola variasi untuk hal instrumen para
pemain kelompok terbang Gapura Sejati sudah mampu melakukannya, akan tetapi
untuk bagian vokal belum mengalami variasi, dikarenakan masih menggunakan
cara menyanyi yang bersifat tradisional.
47
Berikut pola variasi pukulan yang digunakan dalam lagu Sholla dan
Tanaqqol
Notasi 5 : Pola Variasi lajer 32 A
Notasi 6 : Pola Variasi lajer 32 B
Notasi 7 : Pola Variasi lajer 41 A
Notasi 8 : Pola Variasi lajer 41 B
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
4.2.4
Instrumen Grup Gapura Sejati
Instrumen yang digunakan dalam grup terbang Gapura Sejati di antaranya
adalah peralatan terbang dan jidur, kedua alat ini memiliki fungsi yang berbeda
dan berikut penjelasan mengenai alat-alat tersebut :
4.2.4.1 Terbang
Terbang atau genjring merupakan alat musik membranophone yang
sumber bunyinya berasal dari membran yang terbuat dari kulit kambing atau
kerbau, bingkainya terbuat dari kayu yang mempunyai diameter 25 s/d 30 cm satu
48
sisi ditutup dengan kulit kambing yang sudah disamak dan dipakukan pada
bingkainya, bagian tepi bingkainya diberi kepingan-kepingan logam yang
menghasilkan suara gemerincing.
Cara bermain terbang menggunakan tangan kiri yang menopang bagian
tepi bawah terbang. Adapun tangan kanan digunakan untuk membunyikan
terbang dengan cara dipukul. Teknik memainkan terbang ada dua yaitu dipukul
dibagian pinggir terbang yang menghasilkan bunyi “tang” dan bagian tengah
yang menghasilkan suara “dig”. Dalam pembelajarannya bunyi “tang”
disimbolkan dengan huruf “T” sedangkan bunyi “dig” disimbolkan dengan huruf
“D”. Bunyi “tang” dan bunyi “dig” tersebut diikuti suara gemerincing yang
dihasilkan oleh tumbukan logam yang berada di tepiannya.
Dalam kelompok terbang Gapura Sejati menurut pak Rondi selaku pelatih,
fungsinya terbang terdiri dari tiga macam : (1) Terbang Telon menurut fungsinya
sebagai penuntun irama sekaligus pemegang tempo pada permainan terbang. Sifat
pukulan paling dominan diantara yang lain. Dalam hal ini pemegang alat telon
dituntut memiliki konsistensi dalam memukul mengingat sifat terbang telon
adalah sebagai penentu irama sekaligus penentu tempo. Hal ini dibutuhkan juga
cara memukul yang lebih keras dibandingkan terbang yang lain. (2) Terbang
Kemplong berfungsi sebagai penjawab dari pukulan dari terbang telon. Karakter
pukulannya keras namun masih dibawah telon, bersifat mengimbangi permainan
terbang telon. (3) Terbang Lajer memiliki peran pelengkap dengan memberikan
variasi pukulan agar memiliki kesan ramai (4) Jidur berfungsi sebagai bass untuk
memberikan nyawa atau penguat dalam permainan Terbang Jidur Gapura Sejati.
49
Gambar 5. Alat Terbang
(Sumber: Prasojo, 23 Januari 2016 )
4.2.4.2 Jidur
Jidur adalah alat musik yang berfungsi sebagai bass dalam musik Terbang
atau sejenisnya, diameter alat ini lebih besar dari terbang sehingga menghasilkan
suara yang lebih berat. Adapun teknik bermain jidur adalah dengan dipukul
menggunakan pemukul oleh kedua tangan. Tangan kiri membunyikan jidur satu
dan dua, sedangkan tangan kanan membunyikan jidur tiga. Pemukul yang
digunakan terbuat dari kayu yang ujungnya dilapisi kain.
50
Gambar 6. Alat Jidur
(Sumber: Prasojo, 23 Januari 2016)
4.2.5
Analisis Bentuk Lagu Terbang Jidur Gapura Sejati
Grup terbang gapura sejati merupakan grup terbang yang masih eksis
sampai saat ini di wilayah Kecamatan Jati. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan lagu yang berjudul “Sholla” dan “Tanaqqol” sebagai objek untuk
dianalisis komposisi musiknya. Peneliti menggunakan kedua lagu tersebut karena
lagu tersebut sering dibawakan oleh grup terbang Gapura Sejati. Lagu ini berisi
mengenai riwayat perjalanan nabi Muhammad SAW, dimana dalam agama islam
setiap perilakunya mengajarkan kebaikan. Lagu Sholla berdurasi 8 menit dan
sudah disertai berbagai pengulangan sedangkan lagu Tanaqqol berdurasi 12 menit
sudah termasuk dengan adanya berbagai pengulangan.
Menurut analisis musik dan makna liriknya lagu Sholla dan Tanaqqol
mempunyai bentuk musik yang sederhana namun tetap harmonis. Liriknya juga
51
memiliki arti yang baik dengan artikulasi vokal khas islami. Berikut hasil analisis
bentuk lagu Sholla dan lagu Tanaqqol yang meliputi : (1) Motif dan Frase dan (2)
Kalimat Lagu
4.2.5.1 Analisis Motif dan Frase
Menurut Prier S.J (1996: 3) motif lagu adalah unsur lagu yang terdiri dari
sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan atau ide. Secara normal,
motif lagu memenuhi dua ruang birama. Motif adalah bagian terkecil dari melodi,
biasanya motif terdiri dari beberapa nada yang membentuk melodi pendek, sudah
memiliki arti, serta memberi arah tertentu pada melodi sehingga komposisi
terkesan hidup. Motif biasa diberi simbol (m).
4.2.5.1.1
Analisis Motif dan Frase Lagu Sholla
Berikut adalah analisis motif dan frase lagu Sholla
52
Part 1 : Lagu Sholla
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
m1
Frase pertanyaan
m2
Frase jawaban
Notasi 9 : Motif Lagu Sholla Bagian A
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Motif pada lagu Sholla bagian A, frase anteseden/ pertanyaan terdiri dari
motif yaitu m1, terdiri dari 2 birama yaitu birama 1 dan 2. sedangkan frase
konsekuen/ jawaban terdiri dari motif m2 terdiri dari 1 birama yang terletak
dibirama 3.
53
Notasi 10 : Motif Lagu Sholla bagian B
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Motif pada lagu Sholla bagian B, frase anteseden/ pertanyaan terdiri dari
motif m1 yang terdiri dari birama 5, sedangkan frase konsekuen/ jawaban terdiri
dari motif m2 pada birama 6. Setelah birama ke 8 lagu ini tidak mengalami
pengulangan dan dilanjutkan menuju ke bagian C.
Notasi 11 : Motif Lagu Sholla bagian C
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Frase tanya pada bagian C terdiri atas dua motif yaitu m1 dan m2. Motif
m1 terdiri dari birama ke 7 dan motif m2 terdiri dari birama ke 8 dan ke 9. Motif
m2 pada birama ke 8 mulai ketuk kedua merupakan sekuen naik dari motif m1
birama 7. Frase konsekuen/ jawaban bagian C ini terdiri atas dua motif yaitu m1
dan m2. Motif m1 terdiri dari birama ke 9 dan Motif m2 terdiri dari birama ke 10
dan 11. Semua motif pada frase konsekuen merupakan pengulangan motif pada
frase anteseden.
54
4.2.5.1.2
Analisis Motif dan Frase Lagu Tanaqqol
Berikut adalah analisis motif dan frase lagu Tanaqqol
Part 2 : Lagu Tanaqqol
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
55
Notasi 12 : Motif Lagu Tanaqqol Bagian A
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Pada lagu Tanaqqol bagian A, frase anteseden/pertanyaan terdiri dari dua
motif yaitu motif m1 yang terletak pada birama 1, 2 dan motif 2 ditandai pada
ketukan ke 7 dibirama ke 3. Lagu bagian A terdiri dari kalimat tanya dan kalimat
jawab yang dijadikan sebagai awalan untuk memulai lagu atau disebut intro. Dan
pada lagu bagian A tidak terdapat pengulangan atau hanya dinyanyikan di awal
lagu.
Notasi 13 : Motif Lagu Tanaqqol Bagian B
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Lagu bagian B terdiri dari dua motif yaitu motif 1 dan motif 2. Frase tanya
terletak pada m1 yang terletak pada birama 3 dan 4 dimulai pada ketukan ke 7
56
pada birama 3. Frase jawab terdiri dari satu motif, yaitu m2 yang terletak pada
birama 4 ketuka 7 dan birama 5.
Notasi 14 : Motif Lagu Tanaqqol Bagian B’
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Motif lagu Tanaqqol bagian B’ merupakan pengulangan dari motif lagu
Tanaqqol bagian B tanpa ada perubahan nada. Frase tanya terletak pada m1 yaitu
birama 9 ketukan ke 6, sedangkan frase jawab terletak pada m2 yaitu birama 9
ketukan ke 7 dan birama ke 10.
Notasi 15 : Motif Lagu Tanaqqol Bagian C
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Motif lagu Tanaqqol bagian C terdiri dari frase tanya yang terletak pada
m1, yaitu birama ke 5 ketukan ke 4 dan frase jawab terletak pada m2, yaitu
birama 6 ketukan ke 3 dan birama 7.
Notasi 16 : Motif Lagu Tanaqqol Bagian C’
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
57
Lagu Tanaqqol bagian C’ merupakan pengulangan lagu Tanaqqol bagian
C tanpa perubahan nada. Frase tanya atau m1 terletak pada birama 11 ketukan ke
4 dan birama 12, sedangkan frase jawab atau m2 terletak pada birama ke 12
ketukan ke 3 dan birama 13.
Notasi 17 : Motif lagu Tanaqqol bagian D
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Lagu Tanaqqol bagian D terdiri dari frase tanya yang terletak pada m1,
yaitu pada birama ke 7 ketukan ke 2. Frase jawab terletak pada m2 birama 8
ketukan ke 3 dan birama 9.
Notasi 18 : Motif lagu Tanaqqol bagian D’
(Sumber : Prasojo, 20 Februari 2016)
Lagu Tanaqqol bagian D’ merupakan pengulangan lagu Tanaqqol bagian
D tanpa adanya perubahan. Lagu Tanaqqol bagian D’ terdiri dari frase tanya yang
terletak pada m1, yaitu pada birama ke 13 ketukan ke 2. Frase jawab terletak pada
m2 birama 14 dan birama 15.
58
4.2.5.2 Analisis Kalimat Lagu
Lagu Sholla termasuk lagu tiga bagian, A-B-C, yang terdiri atas A – B – B
– C – C. Lagu “Sholla” disajikan dengan urutan : Intro diawali dengan vokal
tanpa instrument, yaitu dengan mengucapkan lirik awal, berfungsi sebagai tanda
siap kepada seluruh personil untuk memainkan terbang.
Dalam lagu Sholla mempunyai urutan kalimat A (a,x), B (b,y), C (c,z).
Dalam susunan ini urutan lagu bersifat dimainkan sekali per-bagian tanpa adanya
pengulangan. Pada saat lirik terakhir atau pada bagian C, lagu Sholla hanya perlu
diulangi sekali lagi menuju bagian A, dilanjutkan pada bagian B dan ditutup oleh
bagian C. Dalam kelangsungannya pola kalimat yang dibawakan lagu Sholla
cenderung sederhana, tidak memiliki variasi dan masih bersifat tradisional. Hal ini
dikarenakan dasar dari lagu shollawat yang dibawakan oleh kelompok terbang
yang mayoritas berada di kota Kudus bersifat tradisi atau turun-temurun.
Lagu Tanaqqol termasuk lagu empat bagian, A-B-C-D, yang terdiri atas A
– B – B – C – C – D - D. Dalam lagu Tanaqqol terdapat urutan kalimat A (a,x), B
(b,y), B’ (b’,y’), C (c,z), C (c,z), C’ (c’,z’), D (d,xx), D’ (d,xx). Dalam susunan ini
tidak terdapat pengulangan pada bagian A, karena bagian A hanya bersifat awalan
atau sebagai intro. Pada bagian B terdapat pengulangan satu kali, pada bagian C
terdapat pengulangan satu kali dan pada bagian D terdapat pengulangan.
Keterangan:
a = pertanyaan kalimat A, x = jawaban kalimat A
59
a’ = pertanyaan kalimat A’, x’ = jawaban kalimat A’
b = pertanyaan kalimat B, y = jawaban kalimat B
c = pertanyaan kalimat C, z = jawaban kalimat C
c’ = pertanyaan kalimat C’, z’ = jawaban kalimat C’
d = pertanyaan kalimat D, xx = jawaban kalimat D
4.2.6
Tempo, Dinamik dan Ekspresi
Dari awal lagu sampai akhir lagu biasanya lagu terbang dimainkan dalam
2 jenis tempo, yaitu tempo sedang dan tinggi. Grup terbang Terbang Jidur Gapura
Sejati hingga saat ini selalu menggunakan tempo sedang atau tinggi dan belum
pernah memainkan lagu terbang bertempo lambat. Dalam lagu kasidah tempo
yang dibawakan musik terbang cenderung sedang atau tinggi, dikarenakan lagu
tersebut memiliki makna ajakan atau seruan dakwah. Tempo tersebut dirasa lebih
mudah tersampaikan kepada pendengar. Manfaat yang lain menggunakan tempo
cepat adalah lagu yang bertemakan dakwah memiliki rasa atau nuansa kebahagian
semangat dan ceria.
Dalam lagu-lagu kasidah dinamika dapat tercipta dari syair lagu. Contoh
dari pernyataan tersebut misalnya pada lagu yang berbahasa Arab kata yang
bertasydit mendapat tekanan lebih kuat, selebihnya adalah kelebihan dari para
personil membawakan lagu tersebut. Dinamika juga dapat dilihat dari penyanyi
saat bagian lagu memasuki bagian “munggah” atau pengulangan kebagian kedua.
Dalam grup Gapura Sejati dinamiknya dapat dilihat dan dirasakan secara jelas
berdasarkan ekspresi dan tempo lagu
60
Berdasarkan ekspresi, dinamika mengalami perubahan ketika pada reff
lagu tersebut nada cenderung semakin tinggi. Personil akan menyanyikan pada
bagian itu dengan lebih bertenaga atau keras kemudian pada akhir lagu
nampak stamina para personil sudah mulai habis. Dalam hal tempo juga demikian,
tempo diawal lagu perlahan meningkat dan berubah menjadi semakin cepat
hingga akhir lagu.
Dalam seni Terbang Jidur lagu-lagu tersebut diekspresikan oleh personil
dengan ekspresi terbatas namun tetap menunjukkan penampilan yang semangat.
Faktor personil yang merangkap sebagai vokal cukup mempengaruhi keleluasaan
untuk berekspresi. Ekspresi dapat ditunjukkan dengan bahasa tubuh, mimik
wajah, gerakan badan yang tentunya mengikuti dinamika lagu. Personil Gapura
Sejati juga dituntut untuk menunjukkan ekspresi ketika memainkan terbang harus
terlihat ceria. Ekspresi sangat penting dalam sebuah penampilan, karena ekspresi
adalah
media
penyampaian
lagu
kepada
penonton.
Apabila
penonton
mendengarkan musik lagu tersebut dibawakan dengan nuansa ceria, secara
lagsung penonton dapat menikmatinya. Jika ekspresi lagu mendayu-dayu atau,
penonton tetap dapat menikmatinya dengan nyaman, namun pesan lagu cenderung
kurang tersampaikan. Berikut gambar ekspresi dari personil Gapura Sejati.
61
Gambar 7. Ekspresi personil Gapura Sejati
(Sumber : Prasojo, 27 Januari 2016)
4.2.7
Syair Lagu Sholla dan Tanaqqol
4.2.7.1 Syair lagu Sholla
Lirik yang terdapat dalam lagu Sholla menggunakan bahasa bahasa Arab.
Isi liriknya berisi tentang cerita harapan dan petuah tentang sosok pemuda adnani
yang dimuliakan sejak kecil hingga dewasa. Pemuda ini memiliki sifat pemurah
dan penyayang serta berbudi pekerti yang baik. Untuk mengetahu keseluruhan arti
dan makna yang terkandung dalam lagu Sholla, berikut adalah penjabaran arti
lirik lagu Sholla
Shollaa’ alaikal / laahu yaa adnaa ni ya allah
Yaa mushthjafaa ya shof wattar rohmaani ya allah
“Allah telah bershollawat atasmu wahai pemuda adnani
Wahai mustafa manusia ikhlas/ suci/ luhur lagi penyayang”.
Alhamdulillahilladzi a’ta ni ya allah
Hadzal qhula matthayyibal ardani ya allah
“Segala puji bagi Allah yg telah memberi kurnia kepada pemuda yang
baiklagi pemurah ini”.
Qodsaa dafil Mahdi alal ghilmaani ya allah
“Dididik dan dimuliakan sejak dari dalam buaian”.
U’idzuhu bil baiti dzil arkaani ya allah
“dilindungi di kaabah Baitullllah yg mulia sehingga ia meningkat dewasa”.
62
Hatta arookul baa highal bunyaani yaa allah
Antaal ladzii summii ta filquraani ya allah
“Engkaulah yg disebut didalam al quran
yang tertulis di syurga firdaus/jana”.
Ahmada maktuubun alaljinaani yaa allah
Sholla alaihallaahu fil ah yaani yaa allah
“Allah sentiasa berselawat atasmu sepanjang masa (tanpa hentinya)”.
Alhamdu fis sir si wal I’laa ni yaa allah
“Terpuji secara sembunyi mahupun nyata (teran-terangan)”.
Haqqon alal islaami wal ii maani yaa allah
“Tetap teguh atas kebenaran islam dan iman”.
Yaa robbanaa bil mushthofal adnaani ya allah
“Wahai tuhan kami dengan berkat Mustafa pemuda adnani”.
Ighfir dzunuu bii summa ashlih syaa ni yaa allah
“Ampunkanlah dosaku dan perbaikilah kebuntuan akalku”.
4.2.7.2 Syair Lagu Tanaqqol
Syair yang terdapat dalam lagu Tanaqqol menggunakan bahasa Arab. Isi
syairnya berisi tentang lahirnya seorang manusia yang mulia atau datangnya
seorang nabi terakhir, yaitu nabi Muhammad SAW. Lahirnya sosok Nabi
Muhammad SAW diibaratkan seperti cahaya purnama yang bersinar. Artinya
63
sebagai manusia yang diciptakan sebagai permulaan yang kelak dijadikan panutan
sebagai sosok mulia.
Untuk mengetahui keseluruhan arti dan makna yang terkandung dalam
lagu Tanaqqol, berikut adalah penjabaran arti lirik lagu Tanaqqol :
Tanaqqol ta fu ash la bi ar ba a bi sudadi
Berpindah-pindah lah ruh itu dari bapak yang mulia
Kadzasyamsii fu al za ji ha
Dan perjalanan berpindah cepat dalam rahim seorang ibu yang mulia
Wasirta tariyyan fii buthumin tasyaarafat
Dengan kehamilan yang mengandung beberapa perkara
Bi Hamlin alaihi fil ummuril muawwali
Kemudian lahir seperti purnama yang bersinar dengan membawa kebaikan
nyata
Hanii anliqoumin an ta fihim wamim humu
Beruntunglah keadaan waktu itu menerima, dan kedatangan nabi adalah
rahmat allah
Badaa minka bad rum, bil jamalimusaibalu
Alam seperti kedatangan hujan yang turun menetes
Khitamu famiit an kiyaai muhammadun
Akhir dari datangnya nabi yaitu Muhammad
Fajud yaa rasullallah, allahi minka birrohmatin
64
Dan seperti keadaan manusia yang dibangunkan untuk permulaan, maka
bersujudlah engkau ya rasullullah
Wa yauu ma qiya , minnaqsi yub atsu awwalu
Berbahagialah Muhammad yang telah mendapat rahmat
Hii abdin aiirin, bii dzunubi muttaqqohi
Kepada hamba yang banyak berbuat dosa berat
Washolhi dawaanaan , qulla yau minwalai lautin
Dan membaca shalawat setiap hari, siang dan malam
Alaa ahmadal mukhtari , muk huwa afdlohi
Kepada nabi Muhammad SAW yang terpilih sebagai orang yang mulia
4.2.8
Partitur Lagu Sholla dan Tanaqqol
Untuk mengetahui hasil seluruh komposisi lagu Sholla dan lagu Tanaqqol
dalam permainan Terbang Jidur oleh Grup Gapura Sejati adalah sebagai berikut :
4.2.8.1 Partitur Lagu Sholla
65
66
67
4.2.8.2 Partitur Lagu Tanaqqol
68
69
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diilakukan pada bab empat, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Terbang Jidur adalah salah satu kesenian di Kabupaten
Kudus. Grup Gapura Sejati adalah salah satu kelompok yang masih melestarikan
kesenian Terbang Jidur. Dalam permainannya kesenian Terbang Jidur tidak
menambahkan alat musik modern dan secara turun-temurun hanya menggunakan
alat instrument asli. Alat instrument asli terdiri dari empat alat instrument terbang,
yaitu (1) Terbang Telon, (2) Terbang Kemplong, (3) Terbang Lajer 1 (4) Terbang
Lajer 2 dan satu alat instrumen jidur. Alat tersebut merupakan jenis instrumen
ritmis yang dalam cara memainkannya memiliki pola ritme yang berbeda-beda.
Hasil yang didapatkan dari pola permainan ini adalah menimbulkan kesan
bersahut-sahutan.
Dalam penelitian Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Grup Gapura
Sejati ini peneliti menggunakan Lagu Sholla dan Lagu Tanaqqol sebagai bahan
penelitian. Grup Gapura Sejati dalam membawakan Lagu Sholla dan Lagu
Tanaqqol dikaji menurut bentuk komposisinya membentuk sebuah komposisi
musik yang meliputi : ritme, melodi, harmoni, analisis kalimat lagu, tempo,
dinamik dan ekspresi.
Pola ritme ditemukan pada seluruh instrumen Grup Gapura Sejati dan pola
permainannya berbeda antara alat satu dengan yang lain namun terdengar
70
71
harmonis. Melodi yang digunakan dalam lagu Sholla dan Tanaqqol seluruhnya
menggunakan melodi vokal, dalam arti ini tidak ada alat melodis yang digunakan
Grup Gapura Sejati. Nada dasar dari Lagu Sholla dan Tanaqqol adalah F major
dan bersifat tidak mutlak sesuai kenyamanan personil. Lagu Sholla termasuk lagu
tiga bagian, A-B-C, yang terdiri atas A – B – B – C – C. Lagu Sholla mempunyai
urutan kalimat A (a,x), B (b,y), C (c,z). Dalam susunan ini urutan lagu bersifat
dimainkan sekali per-bagian tanpa adanya pengulangan. Pada saat lirik terakhir
atau pada bagian C, lagu Sholla hanya perlu diulangi sekali lagi menuju bagian A,
dilanjutkan pada bagian B dan ditutup oleh bagian C. Lagu Tanaqqol termasuk
lagu empat bagian, A-B-C-D, yang terdiri atas A – B – B – C – C – D - D. Dalam
lagu Tanaqqol terdapat urutan kalimat A (a,x), B (b,y), B’ (b’,y’), C (c,z), C (c,z),
C’ (c’,z’), D (d,xx), D’ (d,xx).
Syair lagu Sholla dan Tanaqqol menggunakan bahasa arab dan bercerita
tentang riwayat Nabi Muhammad SAW. Tempo yang dimainkan pada kedua lagu
tersebut menggunakan tempo cepat, yang bertujuan sebagai tanda ajakan dakwah.
Dinamik kedua lagu dapat diketahui pada saat terjadi pengulangan, ditandai
tempo yang bertambah cepat. Ekspresi personil grup Gapura Sejati dikatakan
terbatas, mengingat faktor personil yang merangkap sebagai vokal. Hal ini cukup
mempengaruhi keleluasaan untuk berekspresi. Ekspresi dapat ditunjukkan dengan
bahasa tubuh, mimik wajah, gerakan badan yang tentunya mengikuti dinamika
lagu.
72
5.2 Saran
Berdasar penelitian Analisis Komposisi Musik Terbang Jidur Grup Gapura
Sejati, saran yang dapat penulis sampaikan adalah adanya penambahan pola ritme
baru dalam permainan Terbang Jidur. Pada penambahan pola tersebut berfungsi
sebagai : (1) Dapat menambah kreativitas para personil dalam hal musikalitas (2)
Dengan adanya pola iringan yang baru dapat menjadi hal baru sekaligus tantangan
bagi para personil Grup Gapura Sejati. (3) Pola ritme yang baru dapat menjadi
daya tarik atau memunculkan keinginan bagi generasi penerus untuk melanjutkan
kesenian Terbang Jidur.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1983. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina
Aksara.
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta.
Bastomi, Suwija. 1992. Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang : IKIP
Semarang Press. Basuki, Sugeng dkk. Solo : Tiga Serangkai
Bogdan dan Taylor. 1975. Qualitative Research for Education.Boston : Allyn and
Bacon.
Bramantyo, Triyono (Penterjemah). 2001. Pengantar Apresiasi Musik. Yayasan
Lentera Budaya Yogyakarta
Denzin dan Lincoln. 1987. Hand Book of Qualitative Research, Sage Publication.
Thousand oaks, London.
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Dikte. 2013. Diktat Ilmu Bentuk Analisa. Yogyakarta: Fakultas Bahasan Dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
Djojodigoeno, M. M., 1958: Asas-Asas Hukum Adat. Yogyakarta : Yayasan
Badan Penerbit GAMA Yogyakarta
Herbert Read (1959: 1). The Meaning of Art. New York : Pinguin Book.
Joseph, Wagiman. 2005. Teori Musik 1. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Jamalus. 1988. Pembelajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Dirjen
Dikti.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka
Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta Gramedia
Kirk dan Miller. 1986. Reliability and Validity in Qualitative Research
Moleong, L. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
CV
74
Moleong, L. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rodaskarya.
Ambarwangi, S., & Suharto, S. (2014). REOG AS MEANS OF STUDENTS’
APPRECIATION AND CREATION IN ARTS AND CULTURE BASED ON THE
LOCAL WISDOM. Harmonia: Journal Of Arts Research And Education,
14(1), 37-45. doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v14i1.2789
Ambarwangi, S., & Suharto, S. (2013). PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
MELALUI PENDIDIKAN SENI TRADISI. Harmonia: Journal Of Arts Research
And Education, 13(1).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v13i1.2535
Subandi. (2011). Lakon Anoman Duta Garap Padat: Sebuah Penelitian Singkat
(The Condensed Creativity of Anoman Duta : A Short Study). Harmonia:
Journal Of Arts Research And Education, 6(3).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v6i3.813
Suharto, S., & Aesijah, S. (2014). THE LESUNG MUSIC IN THE VILLAGE OF LEDOK
BLORA REGENCY. Harmonia: Journal Of Arts Research And Education,
14(1), 65-71. doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v14i1.285
Suharto, S. (2011). Refleksi Teori Kritik Seni Holistik : sebuah Pendekatan
Alternatif dalam Penelitian Kualitatif bagi Mahasiswa Seni (Reflection on
Art Criticism and Holistic Art Criticism : an Alternative Approach of
Qualitative Research for Art Students). Harmonia: Journal Of Arts
Research And Education, 8(1).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v8i1.803
Putra, B. (2013). PENGEMBANGAN MODEL KONSERVASI KESENIAN LOKAL
SEBAGAI KEMASAN SENI WISATA DI KABUPATEN SEMARANG. Harmonia:
Journal Of Arts Research And Education, 12(2).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v12i2.2525
Irianto, A. (2016). The Development of Jathilan Performance as an Adaptive
Strategy Used by Javanese Farmers. Harmonia: Journal Of Arts Research
And Education, 16(1), 38-48.
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v16i1.5213
Hapsari, L. (2014). FUNGSI TOPENG IRENG DI KURAHAN KABUPATEN
MAGELANG. Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 13(2).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v13i2.2780
Ispahani, V. (2012). APRESIASI SEBAGAI SALAH SATU PENDEKATAN DALAM
PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMP. Harmonia: Journal Of Arts Research
And Education, 11(1).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v11i1.2070
Budiarti, M. (2011). MENGUBAHÂ CITRA LENGGER MENJADIÂ MEDIA EKSPRESIÂ
ESTETIS (To Change the Image of Lengger Into Esthetic Medium of
75
Expression). Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 4(2).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v4i2.708
Malarsih, M., & Herlinah, H. (2014). Creativity Education Model through Dance
Creation for Students of Junior High School. Harmonia: Journal Of Arts
Research And Education, 14(2), 147-157.
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v14i2.3296
Darmasti. "TARI SESAJI PANGENTAS BILAHI SUDRA TINGAL." Harmonia: Journal
of Arts Research and Education [Online], 12.2 (2012): n. pag. Web. 24
Sep. 2017
Tarwiyah, T. (2011). PELESTARIAN BUDAYA BETAWI PERMAINAN ANAK CICI
PUTRI DAN ULABANG/ WAK WAK GUNG : KAJIAN KANDUNGAN
KECERDASAN JAMAK. Harmonia: Journal Of Arts Research And
Education, 10(1). doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v10i1.51
Tarwiyah, T. (2011). ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM LAGU-LAGU
DAERAH BETAWI (An Analysis of Educational Values in Songs of the
BetawiArea). Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 5(1).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v5i1.831
Suryani, S. (2014). Tayub as a Symbolic Interaction Medium in Sedekah Bumi
Ritual in Pati Regency. Harmonia: Journal Of Arts Research And
Education, 14(2), 97-106.
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v14i2.3291
Widodo, B. (2011). SLENDRO PELOG: SUATU KETERASINGAN DI DUNIA ANAK.
Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 1(1).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v1i1.837
Widodo, W. (2011). Nuansa Laras Diatonik dalam Macapat Semarangan (Diatonic
Scale Atmosphere in Semarang Style Macapat).. Harmonia: Journal Of
Arts Research And Education, 7(1).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v7i1.751
Wiyoso, J. (2011). PENGARUH DIFUSI DALAM BIDANG MUSIK TEHADAP
KARAWITAN (The Influence Diffusion of Music to Karawitan). Harmonia:
Journal Of Arts Research And Education, 3(2).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v3i2.687
Wiyoso, J. (2017). Puppet Visual Adaptation on Playing Cards as Educational
Media. Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 16(2), 182191. doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v16i2.5816
Kusumastuti, E. (2011). PENDIDIKAN SENI TARI PADA ANAK USIA DINI DI TAMAN
KANAK-KANAK TADIKA PURI CABANG ERLANGGA SEMARANG SEBAGAI
PROSES ALIH BUDAYA. Harmonia: Journal Of Arts Research And
Education, 5(1). doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v5i1.826
76
Pratjichno, B. (2011). Pornografi dalam Dunia Seni Tari (Pornography in Dance
World). Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 7(2).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v7i2.769
Haryono, S. (2011). DANGDUT DAN EKSPLOITASI SEKS PEREMPUAN (Dangdut and
Woman Sex Exploitation). Harmonia: Journal Of Arts Research And
Education, 3(2). doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v3i2.688
Budiarti, M. (2011). MENGUBAH CITRA LENGGER MENJADI MEDIA EKSPRESI
ESTETIS (To Change the Image of Lengger Into Esthetic Medium of
Expression). Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 4(2).
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v4i2.708
Hidajat, R. (2014). The Popularity of Waranggana Tayub Malang through Body
Exploitation. Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 14(2),
72-77. doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v14i2.3288
Noordiana, N., Juwariyah, A., & Inda, F. (2017). The Impact of Tayub Exploitation
on The Tradition and Life of Javanese Society. Harmonia: Journal Of Arts
Research And Education, 16(2), 133-142.
doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v16i2.7514
Muttaqin, Moh. 2008. Seni Musik Klasik Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
Patton. 1980. Qualitative Evaluation Methods, Beverly Hills : Sage Publication
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi
Aksara.
Prier, Karl Edmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 2009. Kamus Musik. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi
Relianto. 2015. Pertunjukkan Musik TerbangPapat Dalam Tradisi Karnaval
Ampyang Maulud Nabi Muhammad. Semarang : Universitas Negeri
Semarang.
Sampurno, 1978. Metode Pendidikan Seni Musik untuk SD dan SMP. Jakarta:
Direktorat Jendral.
Soedarsono, R. M. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sumaryanto, Totok. 2010. Metodologi Penelitian 2. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
77
Susetyo, Bagus. 2005. Kondakting. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Sumber Internet :
http://www.kuduskab.go.id/pemerintahan.php
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis (diunduh pada tanggal 15 Juli 2015).
http://id.wikipedia.org/wiki/Komposisi_musik( diunduh pada 29 Januari 2016).
http://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitiankualitatif/ diunduh pada 5 Februari 2013
LAMPIRAN
75
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi
Dalam penelitian grup Gapura Sejati, peneliti melakukan observasi dengan
pembatasan:
1.
Desa Jatiwetan sebagai lokasi grup Gapura Sejati
2.
Keanggotaan Grup Gapura Sejati
3.
Sejarah berdirinya grup Gapura Sejati
4.
Bentuk komposisi musik grup Gapura Sejati, yang meliputi : ritme, melodi,
harmoni, bentuk/struktur lagu, syair, dinamika dan ekspresi
B. Pedoman Wawancara
1.
Tujuan Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui Bagaimana
komposisi musik terbang jidur Grup Gapura Sejati di Desa Jatiwetan Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus.
2.
Pembatasan Wawancara
Dalam pelaksanaan wawancara, peneliti hanya membatasi masalah pada:
2.1 Sejarah berdirinya grup terbang Gapura Sejati
2.2 Keanggotaan dan pementasan grup terbang Gapura Sejati
2.3 Bagaimana komposisi musik terbang jidur Grup Gapura Sejati di Desa
Jatiwetan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
3.
Pembatasan Narasumber
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara di basecamp grup
terbang Gapura Sejati yang terletak di Desa jatiwetan, Kecamatan Jatiwetan
Kabupaten Kudus, dan hanya pada beberapa narasumber.
3.1 Pelatih grup Gapura Sejati
a. Sejarah berdirinya grup Gapura Sejati
76
b. Tujuan berdirinya grup Gapura Sejati
c. Perkembangan grup Gapura Sejati
d. Manfaat keberadaan grup Gapura Sejati
e. Bentuk metode pelatihan grup Gapura Sejati
f. Bentuk komposisi lagu
3.2 Anggota grup Gapura Sejati
a. Tujuan ikut menjadi anggota grup Gapura Sejati
b. Proses latihan yang diikuti
c. Manfaat bergabung dengan grup Gapura Sejati
d. Kendala yang dialami baik pada saat latihan maupun pementasan grup
Gapura Sejati
e. Harapan ke depan untuk Grup Gapura Sejati
3.3 Masyarakat Jatiwetan
a. Sejak kapan anda mengenal grup Gapura Sejati
b. Apa pengaruh grup Gapura Sejati bagi desa Jatiwetan
c. Pendapat anda mengenai penampilan grup Gapura Sejati
d. Apa harapan anda untuk grup Gapura Sejati dimasa mendatang
C. Studi Dokumentasi
1.
Data-data statistik desa Jatiwetan menurut jenis kelamin, mata pencaharian
dan pendidikan terakhir
2.
File dan koleksi pribadi milik Grup Gapura Sejati (foto, video, mp3, dan lainlain)
3.
Foto personil Grup gapura Sejati
4.
Foto basecamp grup Gapura Sejati
5.
Foto latihan grup Grup Gapura Sejati
D. Lembar Catatan Lapangan
Bapak Rondhi selaku pelatih grup Gapura Sejati menyiapkan alat musik dan
materi lagu serta memandu personil untuk menyiapkan diri. Latihan ini bertujuan
untuk mengasah ketrampilan personil dalam memainkan terbang dan jidur.
77
Responden 1, Ketua sekaligus pelatih grup terbang Gapura Sejati
Nama : Fachry Rondhi
Tempat Tanggal Lahir : Kudus, 29 Februari 1962
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Daftar Pertanyan :
1. P : Bisa tolong diceritakan awal terbentuknya grup Gapura Sejati ini Pak?
R : Terbang sudah sejak berdirinya masjid ini yang tentunya diperkenalkan
oleh pendiri atau sesepuh Desa Jatiwetan bernama Kholis. Terbang
diadakan sebagai cara untuk memperkenalkan ajaran islam kepada
penduduk sekitar. Tujuan selanjutnya agar masjid ada kegiatan sebagai
sarana untuk bersilaturahmi antar warga. Pada saat itu Desa Jatiwetan
sepakat untuk membentuk grup terbang namun belum dinamakan dan
ditetapkan namanya. Gapura Sejati ditetapkan namanya tepatnya pada
tanggal 16 November 2011
2. P : Mengapa diberi nama Gapura Sejati?
R : Asal mula nama grup Gapura Sejati sendiri berasal dari ciri masjid
Baitul Muttaqin yang memiliki gapura di depan masjid. Gapura tersebut
merupakan peninggalan para wali pada jaman dahulu. Menurut keterangan
warga sekitar nama Gapura berarti bangunan yang didirikan di depan
sebuah tempat sebelum memasuki suatu tempat
3. P : Apa visi dan misi grup gapura Sejati?
R : Salah satu visinya yaitu menumbuhkan rasa silaturahmi melalui musik
Untuk misinya menciptakan kegiatan berupa musik sebagai upaya
pelestarian warisan leluhur dan menjadikan musik sebagai sarana
bersilaturahmi antar warga
4. P : Berapa banyak personil Grup Gapura Sejati?
R : personil dalam formasi terbang jidur ada 5 orang sedangkan personil
seluruh anggota grup Terbang Sejati ada 13 orang
5. P : Apa saja aktivitas atau kegiatan Grup Terbang Jidur Gapura Sejati?
78
R : Setiap malam jumat dan malam senin latihan bersama dan mengisi
setiap ada acara keagamaan di masjid Baitul Muttaqin
6. P : Berapa kali dalam setahun pertunjukan terbang jidur Gapura Sejati
berlangsung?
R : tidak pasti, ya kalau ada acara keagamaan pasti ikut berpartisipasi
7. P : Lagu apa saja yang dibawakan grup terbang Gapura Sejati?
R : Lagu yang sering dibawakan antara lain : Bismillah, Pengantin Baru,
Thola’al Badru, Yaa Thoyyiba, Shollawat Badar, Tombo Ati, Bekti Wong
Tuo, dan Yaa Badrodin
8. P : Alat musik apa saja yang digunakan dalam grup gapura Sejati?
R : Terbang dan Jidur
9. P: Pola ritme atau permainan dari musik grup Gapura Sejati, bapak
membuatnya atau bapak dapat dari mana?
R : Pola ritme nya selalu sama sejak dulu karena bersifat turun temurun.
10.
P : Tolong dijelaskan pak, bagaimana cara bapak melatih
anggota Grup Gapura Sejati yang awam atau baru belajar terbang pertama
kali.
11.
R : Awal latihan saya berikan dasar -dasarnya yaitu pertama
saya perkenalkan kepada anak-anak agar dapat membedakan antara bunyi
dung dan tang, untuk bunyi dung pukul di bagian tepi rebana sedangkan
tang pukul
agak ke
bagian tengahnya. Kemudian
setelah itu
cara
memegangnya, contoh pada rebana pegang dengan tangan kiri, 4 jari
memegang bagian luar sedangkan jempol masuk ke dalam lubang bagian
dalam. Baru setelahnya saya berikan mencontohkan pola dan anak-anak
menirukannya. Selanjutnya baru bermain bersama-sama.
12.
P : Kendala apa saja yang bapak temui pada saat melatih Gapura
Sejati?
R : untuk kendala yang utama sih mengumpulkan anggota untuk
latihan. misalnya latihan jadwalnya jam 19.30 datangnya jam 8 terus ada
yang terkadang harus pulang lebih awal kemalaman, sehingga latihan
dalam satu formasi full anggota agak susah.
79
13.
P : Harapan bapak untuk Gapura Sejati?
R : Semoga anak-anak lebih semangat latihannya, dan mampu
mengajak anak yang lain sehingga anggotanya bertambah.
Responden 2, Anggota grup Gapura Sejati
Nama : Solekan
Tempat Tanggal Lahir : Kudus, 27 September 1999
Umur : 17
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Daftar pertanyaan:
1. P : Apa tujuan mas Solekan mengikuti grup Gapura Sejati?
R : awalnya saya ikut teman-teman, lama kelamaan saya bisa
menikmati untuk memainkan terbang jidur ini. Tujuan saya dapat
melanjutkan warisan pendahulu berupa terbang jidur.
2. P : Apa yang mas Solekan dapat dari mengikuti grup Gapura Sejati?
R : Tentunya disini mendapatkan pengalaman dalam bermain
terbang
3. P
:
Bagaimana tanggapan keluarga mas Solekan tentang
keikutsertaan di grup Gapura Sejati?
R : Keluarga sangat mendukung, terutama ayah saya.
4. P : Harapan mas Solekan untuk grup Gapura Sejati ke depan?
R : Harapannya semoga grup Gapura Sejati menjadi terkenal dan
menjadi inspirasi bagi para pemuda.
Responden 3, Masyarakat desa Jatiwetan
Nama : Hadi
Tempat Tanggal Lahir : Kudus, 1 Oktober 1987
Umur : 30
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Daftar pertanyaan:
1. P : Apakah bapak mengetahui bahwa di desa Bapak ini terdapat grup
80
musik terbang?
R : Ya saya tahu, namanya grup terbang jidur Gapura Sejati.
2. P : Bagaimana tanggapan bapak mengenai grup Gapura Sejati?
R : Tentunya menjadi hal yang positif bagi anak-anak muda, agar
memiliki kegiatan yang positif juga
3. P : Apa pengaruh grup Gapura Sejati bagi Desa Jatiwetan?
R : Dapat memberikan citra yang baik untuk desa Jatiwetan bagi
kalangan masyarakat Kudus. Kalau desanya dikenal melalui musik
adalah kebanggaan tersendiri
4. P : Apakah pak Hadi pernah menyaksikan grup Gapura Sejati, kapan
dan berapa kali?
R : Pernah, setiap malam senin dan setiap acara keagamaan di
masjid Baitul Muttaqin.
5. P : Bagaimana tanggapan bapak setelah menyaksikan grup Gapura
Sejati?
R : Sudah baik, namun masih belum kompak mas
6. P : Harapan Pak Hadi untuk grup Gapura Sejati ke depan?
R : untuk kedepannya grup Gapura Sejati dapat menambah
anggotanya dan mengajarkan para remaja untuk meneruskan
kesenian terbang jidur agar tetap lestari
81
82
LAMPIRAN 2
SYAIR LAGU SOLA
Shollaa’ alaikal / laahu yaa adnaa ni ya allah
Yaa mushthjafaa ya shof wattar rohmaani ya allah
Alhamdulillahilladzi a’ta ni ya allah
Hadzal qhula matthayyibal ardani ya allah
Qodsaa dafil Mahdi alal ghilmaani ya allah
U’idzuhu bil baiti dzil arkaani ya allah
Hatta arookul baa highal bunyaani yaa allah
Antaal ladzii summii ta filquraani ya allah
Ahmada maktuubun alaljinaani yaa allah
Sholla alaihallaahu fil ah yaani yaa allah
Alhamdu fis sir si wal I’laa ni yaa allah
Haqqon alal islaami wal ii maani yaa allah
Yaa robbanaa bil mushthofal adnaani ya allah
Ighfir dzunuu bii summa ashlih syaa ni yaa allah
83
LAMPIRAN 3
SYAIR LAGU TANAQOL
Tanaqqol ta fu ash la bi ar ba a bi sudadi
Kadzasyamsii fu al za ji ha
Wasirta tariyyan fii buthumin tasyaarafat
Bi Hamlin alaihi fil ummuril muawwali
Hanii anliqoumin an ta fihim wamim humu
Badaa minka bad rum, bil jamalimusaibalu
Khitamu famiit an kiyaai muhammadun
Fajud yaa rasullallah, allahi minka birrohmatin
Wa yauu ma qiya , minnaqsi yub atsu awwalu
Hii abdin aiirin, bii dzunubi muttaqqohi
Washolhi dawaanaan , qulla yau minwalai lautin
Alaa ahmadal mukhtari , muk huwa afdlohi
84
LAMPIRAN 4
SURAT KETERANGAN TELAH MENELITI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fachru Rondhi
Status : Pelatih Grup Gapura Sejati
Menerangkan bahwa,
Nama
: Anom Hasto Prasojo
NIM
: 2501411040
Jurusan
:Pendidikan SeniDrama,Tari, dan Musik
Prodi
:Pendidikan SeniMusik
Fakultas
:Bahasa dan Seni
Dengan sesungguhnya benar-benar mengadakan penelitian di basecamp
Grup Gapura Sejati dalam rangka memenuhi penyusunan skripsi yang berjudul
“ANALISIS KOMPOSISI MUSIK TERBANG JIDUR GRUP GAPURA SEJATI
DESA JATIWETAN KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS” pada
tanggal27 Desember 2015.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Semarang, 27 Desember 2015
Anom Hasto Prasojo
85
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI
Foto Basecamp Grup Gapura Sejati
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
Aktivitas grup Gapura Sejati dalam acara keagamaan
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
86
Personil Terbang grup Gapura Sejati
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
Personil Jidur grup Gapura Sejati
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
87
Pengarahan pelatih Rondhi kepada personil
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
Pengarahan pelatih Rondhi kepada personil
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
88
Syair Lagu Sola
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
Wawancara peneliti dengan ketua grup Gapura Sejati dan personil
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
89
Teks Lagu Sholla
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
Teks lagu Tanaqol
(Sumber : Dokumentasi Prasojo Januari 2016)
Download