Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 1, Januari 2017 ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) TERAPI KELOMPOK DENGAN TEKNIK LOGOTERAPI UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN ANAK BROKEN HOME Erwin Erlangga Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan anak broken home sehingga mempunyai makna hidup. Subyek merupakan 10 anak di wilayah Kabupaten Demak yang keluarganya mengalami perceraian. Tema penelitian meliputi tiga hal yaitu: terapi kelompok dengan teknik logoterapi, penerimaan, dan anak broken home. Data di peroleh berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan skala psikologis menunjukkan bahwa dari 10 anak broken home mempunyai penerimaan rendah sehingga terapi kelompok dengan teknik logoterapi dianggap tepat untuk meningkatkan penerimaan anak broken home. Faktor – faktor yang mempengaruhi penerimaan anak broken home rendah adalah orang tua yang saling menyalahkan satu sama lain, marah dan tidak mendukung perawatan anak sehingga anak merasa tidak mempunyai tujuan hidup lagi. Selain itu lingkungan juga berpengaruh signifikan terhadap penerimaan anak broken home. Lingkungan melabeli keluarga yang mengalami perceraian sebagai keluarga yang gagal sehingga anak semakin tertekan dengan cap dari masyarakat. Berdasarkan hasil uji lapangan, tingkat penerimaan anak broken home meningkat setelah diberikan layanan terapi kelompok dengan teknik logoterapi. Ditunjukkan dengan perubahan tingkat penerimaan anak broken home sebelum diberikan perlakuan (evaluasi awal) dan sesudah (evaluasi akhir) sebesar 70 poin. Hasil uji efektivitas statistik perhitungan uji t juga menunjukkan 0,010 < 0,05. Disimpulkan bahwa terapi kelompok dengan teknik logoterapi efektif untuk meningkatkan penerimaan anak anak broken home. © 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Terapi Kelompok, Teknik Logoterapi, Broken Home PENDAHULUAN Semua pasangan ingin membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya selain itu juga untuk mendapatkan keturunan yang soleh dan pintar. Anak adalah buah cinta dari sebuah pernikahan. Kehadiran anak dalam sebuah keluarga juga dipandang memberi nilai tambah tersendiri, karena anak dipandang mampu menambah keharmonisan rumah tangga khususnya antar suami dan istri, keluarga akan lebih hidup dan tenang dengan kehadiran anak. Bagi beberapa orang yang masih memegang kuat norma dan adat istiadat, anak dipandang sebagai penerus keluarga, mahkota keluarga bahkan harta paling berharga karena dianggap sebagai pewaris keluarga. Namun jika keluarga sudah tidak bisa di persatukan lagi karena perbedaan prinsip hidup dan perceraian sudah menjadi jawaban, maka anak yang menjadi korban. Anak yang digadang – gadang TERAPI KELOMPOK DENGAN TEKNIK LOGOTERAPI UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN ANAK BROKEN HOME Erwin Erlangga 1 menjadi penerus dalam berkeluarga akan sulit itu hidup. Ada anak yang menerima perceraian, namun lebih banyak anak yang tidak menerima perceraian tersebut. Ungkapan ketidakterimaan itu lakukan dengan cara marah kepada orang tua, pergi dari rumah, merokok, pergaulan bebas, tidak mau sekolah dan melakukan kriminalitas. Jika ini biarkan terus menerus, maka potensi anak akan hilang dan muncul perilaku negatif, dampak bagi bangsa ini adalah akan kehilangan calon penerus bangsa yang potensial dalam membangun bangsa ini. Hasil wawancara peneliti dengan 10 anak broken home pada tanggal 10 Juni 2016 menunjukkan bahwa anak broken home putus asa karena mempunyai kekurangan, memilih untuk mengurung diri di dalam rumah, membatasi pergaulan, dan selalu menyalahkan keluarga. Berdasarkan dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak broken home pada awalnya memiliki makna hidup yang rendah karena anak broken home membutuhkan waktu untuk dapat menerima keadaan keluarganya. Keadaan dimana anak broken home menyadari dan dapat menerima kondisi, merupakan awal dari munculnya makna hidup. Anak broken home merasa terdorong untuk lebih baik dalam berusaha. Memahami kenyataan tersebut, anak broken home akan berusaha menggapai prestasinya. Pendidikan tersebut diharapkan dapat memberikan bekal terhadap dirinya dalam menggapai cita citanya Penyebab beban mental tidak hanya muncul dari dalam diri orang tua, akan tetapi penyebabnya juga bersumber dari luar, terutama disebabkan oleh kemampuan ekonomi yang terbatas, perceraian, dan tekanan dari masyarakat yang berpandangan kurang tepat mengenai anak broken home. Menghadapi kondisi demikian anak broken home perlu memiliki sikap optimis, tangguh, tabah, semangat, bertanggung jawab, dan penuh harapan. Oleh karena itu anak broken home perlu membangun harapan dan menerima kondisi anaknya. Anak yang orang tuanya mengalami perceraian tidak mampu menghadapi sendiri masalahnya, mereka akan bingung dan menjadi putus asa. Namun tidak demikian dengan anak broken home yang memiliki semangat dan penerimaan tinggi. Mereka akan mencari informasi yang dibutuhkan tentang dirinya mereka yang memiliki kekurangan dalam keluarga. Makna dan tujuan hidup manusia merupakan pondasi yang siap menghadapi beban apapun. Tanpa makna dan tujuan yang jelas, dia akan terombang-ambing dalam permainan arus yang membingungkan dirinya sendiri. Demikian juga dengan anak broken home harus mempunyai makna dan tujuan hidup yang jelas. Bastaman (2007), menyatakan bahwa harapan dapat menjadikan hidup lebih bermakna. Harapan sekalipun belum tentu menjadi kenyataan memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menimbulkan semangat dan penerimaan. Anak broken home yang berpengharapan selalu menunjukkan sikap positif terhadap masa depan, penuh percaya diri dan merasa optimis dapat meraih kehidupan yang lebih baik di tengah-tengah keputusasaan dan ketidak berdayaannya. Menurut Guze, Richeimer dan Siegel (1997), terapi kelompok merupakan setiap pengumpulan dari orang yang lazimnya bertemu secara teratur, biasanya dengan pemimpin yang terlatih, untuk menangani masalah psikologik atau pertumbuhan pribadi mereka. Terapi kelompok juga biasa disebut group therapy. Terapi kelompok membentuk perubahan terhadap klien, khususnya perubahan perilaku di dalam kelompok. Perubahan diarahkan kepada segala bentuk perilaku atau kebiasaan dari klien yang dianggap tidak bisa diterima atau tidak diharapkan oleh kelompoknya sedangkan logoterapi adalah teknik untuk menemukan makna hidup. Pertanyaannya adalah apakah terapi kelompok dengan teknik logoterapi dapat meningkatkan penerimaan anak broken home? 2 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 1, Januari 2017 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Alasan menggunakan metode kuantitatif karena hasil akhir pengukuran berupa angka sehingga pengambilan keputusan, interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analisis tatistik. Rancangan penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian eksperimen. Desain ini terdiri dari satu atau beberapa kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol yang diberikan pretest dan posttest. Terapi kelompok dengan teknik logoterapi dilakukan sebanyak 8 kali dengan setiap akhir setiap kegiatan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan tingkat penerimaan. Untuk menguji hipotesis digunakan uji t. Subyek dalam penelitian ini adalah anak broken home yang berusia 10 – 15 tahun. Penerapan terapi kelompok dilakukan dengan cara membagi anak broken home menjadi satu kelompok dengan diberikan terapi sebanyak 8 kali. Data tentang penerimaan yang rendah diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan angket. Instrumen yang digunakan adalah panduan observasi, panduan wawancara dan angket. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif. Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa analisis korelasi dan regresi berganda adalah analisis tentang hubungan antara satu dependent variable dengan dua atau lebih independent variable. Jika lebih dari satu variabel bebas untuk mengestimasikan nilai Y, persamaan tingkat pertama persamaan disebut permukaan regresi (regression surface). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis proses pelaksanaan terapi yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh anggota kelompok membuktikan bahwa terapi kelompok dengan teknik logoterapi untuk meningkatkan penerimaan anak broken home. Indikasi keberhasilan proses pelaksanaan terapi kelompok dengan teknik logoterapi dapat dilihat dari peran yang dilaksanakan oleh peneliti dan anggota kelompok pada setiap tahapan, baik tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran dimana pada tahap kegiatan konselor. Peneliti menerapkan tahap-tahap dari logoterapi sehingga terinternalisasi dengan baik terhadap semua anggota kelompok. Sedangkan efektivitas terapi konseling kelompok dengan logoterapi dibuktikan dari hasil skala penerimaan yang menunjukkan adanya peningkatan hasil evaluasi awal dan evaluasi akhir pada skor total penerimaan. Tabel 1. peningkatan hasil evaluasi awal dan evaluasi akhir Keterangan Kondisi Awal Kondisi Akhir Nilai Tertinggi 60 90 Nilai Terendah 40 50 Rata Rata 63,25 72,32 Kenaikan Kelompok 60 72 TERAPI KELOMPOK DENGAN TEKNIK LOGOTERAPI UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN ANAK BROKEN HOME Erwin Erlangga 3 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Kondisi Awal Kondisi Akhir Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata Rata Kenaikan Kelompok Gambar 1. Grafik peningkatan hasil evaluasi awal dan evaluasi akhir Tabel 2. Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Penerimaan Anak Broken Home Anggota No Kelompok 1 RA 2 NA 3 RR 4 WO 5 SA 6 SB 7 EP 8 FN 9 PN 10 WE Rata-rata 4 ∑ % Eval. Awal ∑ 112 % 50.36 ∑ 90 % 41.91 ∑ 143 % 64.27 ∑ 185 % 84.00 ∑ 121 % 58.55 ∑ 181 % 80.82 ∑ 144 % 65.27 ∑ 91 % 43.27 ∑ 151 % 63.09 ∑ 133 % 62.73 ∑ 129.00 63.73 % Kriteria K R S T K T S R S K K Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 1, Januari 2017 Eval. Akhir 193 87.36 162 74.63 154 81.91 209 93 164 74.82 203 90.27 175 84.45 160 75 193 85.73 181 84.27 175.7 82.05 Kriteria T S S T S T S S T T T Peningkatan 81 72 11 24 43 22 31 69 42 48 46 20.00 250 200 150 Evaluasi Awal 100 Evaluasi Akhir 50 0 RA NA RR WO SA SB EP FN PN WE Gambar 2. Grafik Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Penerimaan Anak Broken Home Peningkatan penerimaan anak broken home adalah sebesar 55 poin atau sama dengan 30,00%. Berdasarkan hasil perhitungan uji t jumlah diperoleh nilai signifikansi 0,005 < 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok dengan teknik logoterapi efektif untuk meningkatkan penerimaan anak broken home di Kabupaten Demak. Dengan melakukan kegiatan melalui permainan, media film, meditasi, drama, ibadah dan menghidupkan dinamika kelompok efektif untuk meningkatkan penerimaan anak broken home di Demak. Semakin baik dalam memberikan terapi kelompok dengan logoterapi semakin baik penerimaan anak broken home di Kabupaten Demak. Demikian pula sebaliknya semakin buruk dalam memberikan terapi konseling kelompok dengan teknik logoterapi tidak maksimal hasilnya dalam meningkatkan penerimaan anak broken home. Seperti yang telah dibuktikan secara empiris bahwa terapi kelompok dengan teknik logoterapi dengan melakukan kegiatan melalui permainan dan menghidupkan dinamika kelompok, merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan terapi konseling kelompok dengan teknik logoterapi yang baik, akan semakin baik pula dalam meningkatkan penerimaan orang tua. Seorang anak broken home sering kali menunjukkan reaksi emosional tertentu. Reaksi emosional tersebut adalah shock, perasaan menolak keadaan, merasa sedih, cemas, marah dan sampai pada akhirnya dapat menyesuaikan diri dengan menerima keadaan anaknya Mangunsong (2011:163). Keadaan ketika anak dapat menyadari dan dapat menerima kondisinya merupakan titik awal hasrat untuk hidup bermakna. Adanya hasrat untuk memiliki makna dalam hidupnya (logoterapi) akan membuat anak broken home mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang mempunyai manfaat untuk dirinya dan masa depannya. Anak broken home juga memiliki kebebasan dan kemampuan untuk mengubah kondisi hidupnya untuk meraih kehidupan yang lebih berkualitas. Komponen selanjutnya adalah hasrat untuk hidup bermakna. Hasrat untuk hidup bermakna (logoterapi) akan mendorong anak broken home untuk melakukan kegiatan agar kehidupan yang dijalaninya menjadi lebih berarti. Hasrat tersebut dapat dijadikan motivasi sehingga anak broken home akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi kebutuhannya agar dapat berkembang dengan optimal sehingga dia dapat memaksimalkan TERAPI KELOMPOK DENGAN TEKNIK LOGOTERAPI UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN ANAK BROKEN HOME Erwin Erlangga 5 kemampuan yang dimiliki. Komponen kebermaknaan hidup yang terakhir adalah makna hidup. Makna hidup akan memberikan nilai khusus bagi anak broken home karena dengan adanya makna hidup maka anak broken home akan mempunyai cita-cita, tujuan hidup yang jelas dan terarah untuk hidupnya. Apabila makna hidup dapat terpenuhi dan merasakan kehidupan yang penuh arti maka akan mendapatkan kebahagiaan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang mendalam maka dapat disimpulkan bahwa terapi kelompok dengan teknik logoterapi efektif untuk meningkatkan penerimaan anak broken home pada semua indikator yang meliputi: menunjukkan sikap menerima dan memberikan perasaan positif, menjalin komunikasi tetap terjaga, mendengarkan dengan pikiran yang terbuka terhadap suatu permasalahan, ikhlas, menerima keterbatasan yang ada, dukungan dan cinta, mencintai tanpa syarat DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ke Tiga Belas (Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. Bastaman. 2007. Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Guze, B., Richeimer, S., & Siegel, D. J. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Mangunsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Fakultas Psikologi UI. 6 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 1, Januari 2017