BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat
Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura yang mempunyai prospek cukup cerah untuk dibudidayakan. Buah tomat merupakan
sumber berbagai jenis vitamin dan mineral, dan hampir pada setiap masakan memerlukan buah
tomat sebagai pelengkap. Selain itu, buah tomat dapat digunakan untuk pembuatan saos tomat
dan minuman segar. Kandungan vitamin dan mineral yang terdapat dalam 100 gram buah tomat
disajikan pada
Tabel berikut ini :
Tabel 1. Komposisi Gizi per 100 g Buah Tomat
Kompanen Gizi
Jumlah
Satuan
Vitamin A
1500
IU
Vitamin B
60
mg
Vitamin C
40
mg
Protein
1
g
Karbohidrat
4,2
g
Lemak
0,3
g
Fosfor
5
mg
Ferrum
0,5
mg
Sumber : Tugiyono (2005)
Cara menanam tomat perlu dilakukan intensif agar produksi optimal. Tanaman tomat
termasuk komoditas multiguna, selain berfungsi sebagai sayuran dan buah, tomat juga
dimanfaatkan
sebagai
bahan
dasar
kosmetik
serta
obat-obatan.
Berdasarkan
tipe
pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu determinate dan
indeterminate. Tipe determinate memiliki postur tanaman pendek, tandan bunga terletak di setiap
ruas batang serta di ujung tanaman. Sedangkan, tipe indeterminate memiliki postur tanaman
tinggi, tandan bunga terletak berseling di antara 2-3 ruas, ujung tanaman tomat tumbuh pucuk
muda. Tanaman tomat tipe indeterminate berbuah besar (Pengemba, 2013).
2.2 Botani dan Morfologi Tanaman Tomat
Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae (berkeping
dua). Secara lengkap ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistematik. Tanaman
tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi
:
Spermatophyta
Anak divisi :
Angiospermae
Kelas
Dicotyledonae
:
Sub-kelas :
Metachlamidae
Ordo
:
Solanales
Famili
:
Solanaceae
Genus
:
Lycopersicon (Lycopersicum)
Species
:
Lycopersicum esculentum Mill.
Adapun morfologi tanaman tomat adalah sebagai berikut:
2.2.1 Batang
Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang
hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak
rambut halus terutama dibagian yang berwarna hijau. Diantara rambut-rambut tersebut biasanya
terdapat rambut kelenjar. Pada bagian buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada
buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat
akan mempunyai banyak cabang yang menyebar rata (Trisnawati dan Setiawan, 2005).
2.2.2 Daun
Daunnya berbentuk oval, bagian tepi daun bergigi dan membentuk celah-celah yang
menyirip serta agak melengkung ke dalam. Daun berwarna hijau merupakan daun majemuk
ganjil, antara 5-7 helai, disela-sela daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta
(Purwati dan Khairunisa, 2007).
2.2.3 Bunga
Rangkaian bunga (bunga majemuk) terdiri dari 4-14 bunga. Rangkaian bunga terletak
diantara buku, pada ruas, atau ujung batang atau cabang. Bunga tomat merupakan bunga banci
(hermaprodite) dengan garis tengah ± 2 cm. Mahkota berjumlah 6, bagian pangkalnya
membentuk tabung pendek sepanjang ± 1 cm, berwarna kuning. Benang sari berjumlah 6,
bertangkai pendek dengan kepala sepanjang ± 5 mm, dan berwarna kuning cerah. Benang sari
mengelilingi putik bunga. Kelopak bunga berjumlah 6 dengan ujung kelopak runcing, dan
panjang ± 1 cm, letak bunga menggantung (Purwati dan Khairunisa, 2007).
2.2.4 Buah
Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena
mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2-9 kantung lendir. Ketika
buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan
rasanya pun jadi enak, asam-asam manis. Bentuk buah bulat agak lonjong, dan bulat telur,
banyak mengandung biji lunak berwarna kekuning-kuningan yang tersusun, berkelopak dan
dibatasi oleh daging buah (Trisnawati dan Setiawan, 2005).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
2.3.1 Iklim
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250
mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama
di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat
menghambat persarian. Tanaman tomat toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh.
Namun tanaman ini menghendaki sinar yang cerah sedikitnya 6 jam lama penyinaran serta
temperatur yang sejuk (Ashari, 2006).
Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik
parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan
karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman
tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya
yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam (Tugiyono, 2002).
2.3.2 Tanah
Tanaman tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh disegala tempat, dari daerah
dataran rendah sampai daerah dataran tinggi (pegunungan) untuk pertumbuhan yang baik,
tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman pH antara lain 5,5-7,0 tanah
sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan
cukup mulai tanam sampai tanaman mulai dari panen (Tugiyono, 2002).
Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan atas tipe determinate dan
indeterminate. Tanaman tomat bertipe determinate mempunyai pola pertumbuhan batang secara
vertikal yang terbatas dan diakhiri dengan pertumbuhan organ vegetatif (akar, batang daun),
sedangkan tomat bertipe indeterminate mempunyai kemampuan untuk terus tumbuh dan tandan
bunga tidak terdapat pada setiap buku serta pada ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda.
Bunga tanaman tomat berjenis dua dengan lima buah kelopak berwarna hijau berbulu dan dua
buah daun mahkota (Tugiyono, 2002). Pembuahan terjadi 96 jam setelah penyerbukan dan buah
masak 45 hari sampai 50 hari setelah pembuahan. Persentase penyerbukan sendiri pada tanaman
tomat adalah 95% - 100%.
2.3.3 Suhu
Agar tumbuh optimum diperlukan suhu antara 20-25
, apabila suhu melebihi 26 ºC di
daerah tropik, hujan lebat dan mendung menyebabkan dominasi pertumbuhan vegetatif
disamping masalah serangan penyakit tanaman. Sedangkan pada daerah kering, suhu tinggi dan
kelembaban rendah dapat menyebabkan hambatan pembungaan dan pembentukan buah (Ashari,
2006).
2.3.4 Ketinggian Tempat
Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran tinggi
maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat yang sesuai untuk ditanam di
dataran tinggi misalnya varietas berlian, varietas mutiara, varietas kada. Sedangkan varietas yang
sesuai ditanam di dataran rendah misalnya varietas intan, varietas ratna, varietas berlian, varietas
LV, varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang cocok ditanam di dataran rendah
maupun di dataran tinggi antara lain varietas tomat GH 2, varietas tomat GH 4, varietas berlian,
varietas mutiara (Ashari, 2006).
2.4 Perempelan atau Pemangkasan Tunas pada Tanaman Tomat
Perempelan tunas samping tanaman tomat dilakukan sampai pembentukan cabang, baik
cabang utama, cabang kedua, ketiga dan seterusnya di atas cabang utama. Jadi, di atas cabang
utama, cabang dipelihara adalah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas samping dilakukan
pada semua tunas yang keluar di ketiak daun, baik di bawah cabang utama maupun di bawah
cabang-cabang produktif. Perempelan tunas di bawah cabang utama bertujuan memacu
pertumbuhan vegetatif tanaman agar tanaman tomat tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga
kelembaban tanaman tomat saat tanaman sudah dewasa, sedangkan perempelan tunas di bawah
cabang-cabang produktif bertujuan menjaga kelembaban tanaman tomat dan mengoptimalkan
produksi. Perempelan daun tanaman tomat di bawah cabang utama dilakukan saat tajuk tanaman
tomat telah menutupi seluruh daun bagian bawah, saat ini daun sudah tidak berfungsi secara
optimal, justru sangat disenangi hama penyakit tanaman. Perempelan daun juga dilakukan bagi
daun tua/terserang penyakit (Wicaksana, 2012).
Pemangkasan tanaman tomat merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi lingkungan
seperti: suhu , kelembaban, cahaya, sirkulasi angin sehingga aktifitas lbtosintesa agar
berlangsung normal. Pemangkasan dapat memperbaiki kesehatan tanaman, pembungaan
terangsang dan kualitas buah dan mutu benih meningkat (Redaksi Trubus, 1997).
Lewis (1999) mengatakan bahwa pemangkasan dapat mejaga keseimbangan antara
pertumbuhan cabang dan buah. Jumlah cabang pada tanaman tomat akan berpengaruh terhadap
mutu buah maupun mutu benih. Cabang tanaman yang sedikit dimungkinkan mutu buah dan
benih meningkat. Asimilat yang terbentuk sepenuhnya dapat disimpan pada buah maupun biji
dan menyebabkan buah maupun buah menjadi lebih besar, sehingga mutu buah maupun benih
meningkat. Sebaliknya apabila jumlah cabang pada tanaman tomat banyak, maka asimilat
banyak dipergunakan untuk pertumbuhan tunas-tunas baru, sehingga asimilat yang tersimpan
pada buah maupun biji berkurang dan selanjutnya rnenyebabkan asimilat yang disimpan pada
buah dan biji lebih sedikit. Oleh karena asimilat yang disimpan pada buah sedikit, dapat
mengakibatkan mutu buah maupun benih menurun. Hasil penelitian bahwa tanaman tomat
dengan dua cabang utama memberikan berat buah dan ukuran buah terbaik (Melulosa, 2002).
Pengurangan buah dapat meningkatkan rnutu buah. Dengan pengurangan buah, asimilat
disimpan dalam buah secara optimal, sehingga cadangan makanan dalam buah banyak dan
perkecambahan benih normal. Pengurangan buah tomat dilakukan pada saat buah sebesar
kelereng dan pada buah yang cacat. Pemangkasan tunas air pada tanaman Tomat Varietas Epoch
juga meningkatkan hasil bila dibandingkan tanpa pemangkasan tanaman tomat pada varietas
yang sama. Hasil penelitian terhadap pemangkasan pada tanaman tomat berpengaruh nyata pada
diameter buah dan jumlah buah pertanaman (Rahmi, 2002).
2.5 Produksi Tanaman Tomat
Produksi merupakan kegiatan akhir atau hasil dari suatu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang dibuktikan dengan hasil akhir tanaman dalam satuan g/kg dari proses dilapangan
dan penentu proses selanjutnya. Pemanenan buah tomat perlu dicermati untuk mempertahankan
mutu sehingga dapat memenuhi sertifikasi yang diminta konsumen. Penanganan yang kurang
hati-hati akan berpengaruh terhadap mutu dan penampilan produk yang berdampak pada
pemasaran. Produksi tanaman tomat ditentukan faktor genetis dan lingkungan. Faktor genetis
adalah genotip tomat itu sendiri. Saat ini banyak usaha untuk memperbaiki mutu buah tomat,
khususnya tomat segar atau tomat meja, dari tipe indeterminate. Selain bentuk percabangan yang
rimbun, tipe indeterminate juga mempunyai kemampuan berbunga relatif lebih banyak dari pada
tipe determinate, baik dalam jumlah tandan bunga maupun jumlah bunga per tandan. Salah satu
usaha untuk memperbaiki mutu buah adalah dengan jalan mencari jarak tanam dan pembatasan
jumlah cabang dengan cara pemangkasan tunas cabang batang utama. Rata-rata jenis tomat tipe
buah segar ini berproduksi baik, pada daerah tropis ketinggian 100 m diatas permukaan laut
(Purwati dan Khairunisa, 2007).
Produksi tomat Sulawesi Utara sesuai data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Bina Produksi Hortikultura tahun 2000-2006, menunjukkan kecenderungan berfluktuasi
dari tahun ke tahun, yakni berturut-turut dari 6,511 ton, 16,520 ton, 13,78 ton, 19,911 ton, 30,312
ton, 33,476 ton, dan 22,793 ton. Fluktuasi produksi tomat tersebut dapat dipengaruhi antara lain
oleh musim, luas areal pengusahaan, sistem bercocok tanam serta serangan hama dan penyakit
tanaman. Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh Badan
Penelitian dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu
Ratna, Berlian, Mutiara serta beberapa varietas lainnya. Namun seringkali terjadi penanaman
tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang semakin tinggi maka penelitian perlu
diarahkan untuk meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat dengan menanam varietas-varietas
unggul. Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi
antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan
produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang
belum tepat, upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik
budidaya (Capinera, 2007).
Berdasarkan data hasil survei produksi tanaman sayuran di Indonesia tahun 1991 yang
dilaporkan Balai Pusat Statistik, untuk luas pertanaman tomat adalah 93,436 Ha. dengan
produksi 235,265 ton atau rata-ratanya 5,24 ton/Ha. Hasil ini dinilai relatif masih sangat rendah
(Rukmana, 1994). Rendahnya produksi tanaman tomat dapat disebabkan oleh penggunaan
kultivar yang peka terhadap penyakit, mutu benih yang rendah, teknik bercocok tanam yang
kurang tepat dan keadaan lingkungan yang tidak menunjang pertumbuhan tanaman secara
optimal.
Sedangkan Rata-rata produksi tomat di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yaitu 1999 –
2003 mencapai 574.153 ton/tahun dengan rata-rata produktivitas 12 ton/ha. Nilai ini masih jauh
di bawah rata rata produktivitas tomat di negara maju seperti Amerika Serikat yang mencapai 39
ton/ha. Oleh karena itu untuk pengembangan tomat perlu adanya perhatian dan penanganan yang
serius dari berbagai pihak yang terkait (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2000).
Namun demikian produktivitas tomat di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data
BPS (2010) bahwa produktivitas tomat baru mencapai 14,58 ton/ ha pada tahun 2010, apabila
dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti USA telah mencapai 69,41/ ton ha pada
tahun 2002 (Adiyoga dkk, 2004). Salah satu faktor rendahnya produkti-vitas tomat disebabkan
penggunaan varietas kurang sesuai. Pada umumnya tanaman tomat tumbuh baik pada ketinggian
600-900 m di atas permukaan laut. Oleh sebab itu dalam budidaya tomat perlu pemilihan varietas
tomat yang cocok untuk ditanam di dataran rendah.
Pencarian komposisi yang paling baik untuk tiap jenis tanaman khususnya tomat masih
terus dilakukan, mengingat tiap jenis tanaman membutuhkan nutrisi dengan komposisi berbeda.
Salah satu kesulitan didalam penyiapan larutan hara ini adalah belum diketahuinya dosis unsur
hara yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Pada dosis yang terlalu rendah, pengaruh larutan
hara tidak nyata, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi selain boros juga akan mengakibatkan
tanaman mengalami plasmolisis, yaitu keluarnya cairan sel karena tertarik oleh larutan hara yang
lebih pekat (Wijayani, 2000).
Download