csr - Open Journal Systems

advertisement
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN: TINJAUAN
DARI SISI KARYAWAN
Christa Talitha Amadea dan Rayini Dahesihsari
Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya
[email protected]; [email protected]
Abstrak
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program tanggung jawab
sosial perusahaan yang mengekspresikan kepedulian sosial perusahaan dalam upaya
pemberdayaan masyarakat. Sudah banyak studi yang menunjukkan dampak CSR
terhadap naiknya citra positif perusahaan di masyarakat maupun dampak positifnya
bagi kemajuan sosial masyarakat dan lingkungan hidup. Namun jarang perhatian
yang diberikan untuk melihat dampak CSR bagi lingkungan internal perusahaan,
khususnya karyawan. Padahal CSR juga mengambil peran yang tidak kecil dalam
pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan melalui rasa memiliki yang tinggi
yang diakibatkan oleh rasa bangga terhadap kontribusi perusahaan bagi kemajuan
masyarakat. Dengan menggunakan kerangka teori Identitas Sosial, penelitian ini
bertujuan untuk mengelaborasi persepsi karyawan terhadap program CSR
perusahaan dan kaitannya dengan identifikasi mereka terhadap perusahaan. Jumlah
partisipan adalah 20 orang karyawan dari perusahaan yang cukup aktif melakukan
program CSR. Kuesioner dan wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa bangga terhadap kontribusi positif
perusahaan bagi masyarakat luas mendorong karyawan untuk mengembangkan
identifikasi yang kuat kepada perusahaan, karena menyediakan konsep diri yang
positif bagi mereka untuk menjadi bagian dari perusahaan yang membanggakan.
Berdasar hasil penelitian tersebut, menyelenggarakan program CSR yang positif dan
terinformasikan dengan baik kepada karyawan merupakan salah satu strategi
pengelolaan sumber daya manusia yang efektif.
Kata kunci: corporate social responsibility, identitas sosial, identifikasi organisasi
Abstract
Corporate Social Responsibility (CSR) refers to a process by which an
organization expresses and develops its social consciousness. While a bulk of
researches show that CSR program engange in to effect positive social change and
environment sustainability, less attention has been given to look at the impact of
CSR for internal organizations, particularly its employees. Using Social Identity
Theoretical framework, this study explores employees perceptions of CSR conducted
in their organization and their identification with the organization. Open ended
surveys are distributed to 20 respondents, while a number of interviews are also
conducted.
The findings show that when employees perceive CSR programs in their
organization positively, in terms of its importance and usefulness, they are proud of
what has been done by their organization for the society, and this lead to developing
65
strong identification with their organization which provide positive self concept for
them as being member of the respected organization.
Keyword: Corporate Social Responsibility, social identity, organizational
identification
Paradigma bahwa kegiatan bisnis hanya diidentikkan dengan usaha mencari
keuntungan finansial mengalami pergeseran seiring waktu. Kini perusahaan juga
bertanggung jawab memberikan kontribusi kembali bagi masyarakat yang telah
membantu membesarkan mereka. Pergeseran paradigma inilah yang melahirkan
konsep Corporate Social Responsibility (CSR atau Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan). Menurut Davis (1967, dalam Carroll, 1999), konsep CSR lahir dari
adanya kebutuhan untuk mempertimbangkan dampak-dampak etis dari tindakan
individu atau suatu badan yang kemungkinan dapat berbenturan dengan kepentingan
orang lain. Oleh karenanya, kepentingan publik ini turut dipertimbangkan dalam
proses pengambilan keputusan pada perusahaan-perusahaan yang mengaplikasikan
CSR (Pambudi, 2006).
Secara konseptual, CSR didasari tiga prinsip yang dikenal dengan istilah
triple bottom lines atau 3P, yaitu (Suharto, 2007):
1. Profit. Sebagai institusi yang memang bergerak di bidang ekonomi,
perusahan memiliki tanggung jawab terutama untuk menghasilkan
keuntungan material yang memungkinkan perusahaan untuk terus beroperasi
dan berkembang.
2. People. Perusahaan juga harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat.
3. Planet. Selain itu, perusahaan juga dituntut untuk ikut peduli dengan isu
lingkungan hidup dan keberlangsungan keragaman hayati. Eksploitasi
terhadap sumber daya alam di sini harus dihindarkan karena perusahaan
harus mempertimbangkan kebutuhan generasi-generasi mendatang.
Profit
Planet
People
Gambar 1. Diagram Triple Bottom Lines
Meskipun Corporate Social Responsibility (selanjutnya akan disebut sebagai
CSR) sudah dikenal di Indonesia sejak 1945, namun baru mulai marak diadaptasi
66
oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sejak tahun 2002, seiring dengan
meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengaplikasian CSR sebagai bagian dari
konteks tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance atau GCG)
(Day & Dot, 2006). Kesadaran akan pentingnya CSR inilah yang mendorong
pemerintah untuk secara resmi mewajibkan perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk menjalankan
kegiatan CSR, seperti tertuang dalam pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 tahun 2007.
Dalam perkembangannya, kegiatan CSR di Indonesia lebih banyak disorot
dari sudut pandang peranannya dalam upaya memasarkan citra perusahaan karena
kegiatan CSR dipandang mampu mengembangkan kualitas hidup masyarakat dan
memunculkan citra perusahaan yang lebih positif di mata masyarakat. Citra yang
positif ini memiliki manfaat lebih jauh, yakni manfaat ekonomis bagi perusahaan.
Survei yang dilakukan majalah SWA terhadap 85 responden menunjukkan bahwa
alasan konsumen memilih suatu brand seringkali bukan didasarkan atas kualitas dan
harga brand tersebut, tetapi justru berdasarkan brand image yang dihasilkan dari
keaktifan perusahaan dalam menghadapi isu-isu sosial (Palupi, 2006). Beberapa
studi di negara lain juga menunjukkan hal yang sama. Rehbein, Waddock, dan
Graves (2004) mengemukakan bahwa perusahaan yang mengaplikasikan CSR akan
memiliki brand image lebih positif, yakni sebagai perusahaan yang peduli terhadap
kebutuhan masyarakat. Citra positif ini akan diikuti dengan peningkatan jumlah
konsumsi terhadap produk perusahaan. Hal ini dibuktikan oleh survei Booth-Harris
Trust Monitor , yang menunjukkan mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu
produk dengan citra buruk atau pemberitaan negatif. Hasil survei Cone/Roper
Executive Study juga menunjukkan hasil serupa, di mana lebih dari 50% masyarakat
akan beralih konsumsi ke produk yang memiliki citra lebih positif dalam
mendukung nilai-nilai positif di dalam masyarakat (Hidayati, 2006). Studi lain
yang dilakukan oleh Jenkins dan Baker (2007) mengungkap bahwa investasi pada
komunitas lokal di lingkungan pabrik Pfizer di Sandwich, Inggris, secara signifikan
menambah reputasi eksternal perusahaan.
Temuan dari hasil sejumlah studi di atas seiring dengan konsep tentang
benefit dan cost CSR yang dikemukakan oleh Gomez, Balkin, dan Cardy (2008).
Dari sisi keuntungan, perusahaan yang memiliki berbagai program sosial di
masyarakat dianggap sebagai pelaku bisnis yang memberikan perhatian terhadap
komunitas dan lingkungan, sehingga keberadaan mereka diterima dengan baik oleh
komunitas sekitar. Konsumenpun membangun citra yang positif terhadap produk
dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Hal ini kemudian
juga akan berdampak pada minimnya konflik diantara berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholder), dan meningkatnya loyalitas dari para stakeholder
tersebut, yang sekaligus berperan sebagai pendukung dari produk yang dihasilkan
perusahaan. Pada akhirnya program tanggung jawab sosial perusahaan dapat
meningkatkan daya saing perusahaan.
Namun belum banyak penelitian di bidang Psikologi Industri dan Organisasi
yang mengangkat CSR dari perspektif internal perusahaan, yaitu bagaimana CSR
berpotensi juga memberikan manfaat bagi karyawan perusahaan. Minimnya
perhatian terhadap perspektif ini menyebabkan di banyak perusahaan pelibatan
karyawan dalam kegiatan CSR menjadi relatif terbatas hanya pada divisi tertentu
67
yang memang ditugaskan menjalankan program tersebut. Bahkan informasi tentang
kegiatan CSR perusahaan lebih difokuskan untuk disebarkan kepada pihak di luar
perusahaan dalam rangka pembentukan citra perusahaan yang positif. Sangat
terbatas informasi yang dimiliki karyawan internal perusahaan terkait program CSR
yang dilakukan perusahaannya. Padahal sudah ada beberapa penelitian yang
menyoroti dampak positif bagi karyawan yang mempersepsikan perusahaan
tempatnya bekerja sebagai perusahaan yang peduli dengan isu-isu sosial. Dutton,
dkk. (1994, dalam Peterson, 2004) mengemukakan bahwa karyawan yang
mempersepsi tempatnya bekerja sebagai organisasi dengan reputasi baik di
masyarakat, akan memiliki kebanggaan tersendiri terhadap keanggotaannya di
perusahaan dan hal ini akan secara positif mempengaruhi kinerja mereka.
Pernyataan di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan University of Michigan
terhadap karyawan dari 1000 perusahaan di Amerika Serikat. Hasil penelitian
tersebut menyebutkan bahwa 49% karyawan yang menganggap perusahaan
tempatnya bekerja memiliki citra positif akan cenderung lebih efisien dalam bekerja,
dalam bentuk berkurangnya kesalahan kerja yang dilakukan (dalam Stoll, 2008).
Selain itu, program CSR yang dilakukan perusahaan juga diidentifikasi dapat
meningkatkan kerja sama dan membantu peningkatan ketrampilan karyawan. Hasil
riset menunjukkan bahwa perusahaan yang menjalankan program tanggung jawab
sosial memiliki kinerja keuangan yang baik dan sanggup merekrut tenaga kerja yang
berkualitas (Jenkins & Baker, 2007).
Identifikasi Organisasi
Mael dan Ashforth (1992) menjelaskan bahwa kebanggaan terhadap
keanggotaannya di perusahaan akan menimbulkan kecenderungan yang kuat pada
karyawan untuk semakin menghayati keanggotaannya di dalam organisasi sebagai
bagian penting dari konsep dirinya. Ini disebabkan oleh adanya keinginan pada
individu untuk mempertahankan konsep diri yang positif. Oleh karenanya apabila
perusahaan tempat individu tersebut bekerja memiliki citra yang positif, maka ia
akan semakin menonjolkan aspek keanggotaannya dalam perusahaan itu. Pada titik
ini, karyawan tersebut akan menganggap dirinya satu dengan organisasi (‘perceived
oneness’).
Perspektif ini berangkat dari teori identitas sosial (social identity theory)
yang dikemukakan oleh Tajfel (1978, dalam Van Knippenberg & Van Schie, 2000).
Menurut teori tersebut, individu yang memasukkan identitas keanggotaannya di
kelompok tertentu menjadi bagian dominan dari konsep dirinya cenderung memiliki
keterikatan emosional dengan kelompok. Akibatnya, individu akan memiliki
kecenderungan untuk mengadopsi karakteristik-karakteristik khas kelompok untuk
mendeskripsikan dirinya sendiri. Semakin individu mengidentifikasikan dirinya
terhadap kelompok, semakin tingkah laku dan sikapnya dipengaruhi pula oleh nilainilai yang diyakini oleh kelompok tersebut (Deaux, 1996; Hogg & Abrams, 1988,
dalam Van Knippenberg & Van Schie, 2000).
Dalam konteks organisasi, karyawan yang mengidentifikasikan organisasi
sebagai bagian dari konsep dirinya akan menganggap bahwa keberhasilan atau
kegagalan organisasi sebagai keberhasilan atau kegagalan pribadi. Jarak antara
kesejahteraan individu dan kesejahteraan organisasi di sini menjadi sangat sempit
hingga muncul pemikiran bahwa memajukan organisasi sama dengan memajukan
68
diri sendiri. Inilah yang akan memacu karyawan tersebut untuk meningkatkan
kualitas kerjanya karena ia terdorong untuk mengabdikan kinerjanya yang terbaik
bagi perusahaan (Ashforth & Mael, 1996, dalam Margolis, 1998).
Tujuan Penelitian
Dengan menggunakan perspektif Social Identity Theory tersebut, penelitian
ini bermaksud mengeksplorasi bagaimana karyawan mempersepsi program CSR di
tempatnya bekerja, apakah hal tersebut dipandang berkaitan dengan citra perusahaan
di masyarakat, serta membentuk kebanggaan mereka terhadap keanggotaannya di
perusahaan. Dengan demikian CSR berpotensi memiliki kontribusi yang penting
bagi pengelolaan iklim kerja yang positif di dalam perusahaan.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana peneliti
mengelaborasi pandangan responden terhadap program CSR yang dilakukan di suatu
perusahaan serta kaitannya dengan kebanggaan mereka terhadap perusahaan tempat
mereka bekerja tersebut. Pertanyaan melalui survei dan wawancara dilakukan
dengan pendekatan deduktif (Creswell, 2012), sesuai konsep CSR dan Teori Social
Identity.
Penelitian dilakukan di PT RI, salah satu perusahaan pertama yang
mengimplementasikan kegiatan CSR di Indonesia (Lubis, 2004). Terdapat enam
bentuk pelayanan PT RI yang ditujukan untuk CSR, yaitu disease awareness
campaign, capacity building, community development program, patient advocacy
program employee voluntary program, dan fund raising.
Karakeristik responden penelitian yaitu karyawan yang minimal telah bekerja
selama satu tahun dan memiliki ikatan kontrak jangka panjang dengan PT RI, dipilih
sesuai dengan ketersediaan subyek.
Metode Pengumpulan Data
Persepsi terhadap Program CSR Perusahaan
Untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi terhadap kegiatan CSR
perusahaan digunakan kuesioner berupa pertanyaan terbuka (open-ended questions)
mengenai pandangan responden tentang penting tidaknya kegiatan CSR yang
dilakukan PT RI, seberapa bermanfaat kegiatan tersebut, sejauh apa kegiatan
tersebut terkait dengan citra perusahaan di masyarakat, sejauh apa kegiatan tersebut
dapat menimbulkan rasa bangga pada karyawan terhadap keanggotaannya di
perusahaan, keperluan dilakukannya kegiatan tersebut secara teratur, dan seberapa
perlu dikembangkannya kegiatan CSR oleh PT RI. Selain aspek-aspek di atas,
responden juga diminta untuk menilai sejauh apa kegiatan CSR terinformasikan
pada karyawan.
Identifikasi Karyawan terhadap Organisasi
Bagaimana kebanggaan responden terhadap organisasi berdasar program CSR
yang telah dijalankan ditanyakan melalui wawancara, dengan menggunakan Teori
Identitas Sosial sebagai acuannya.
69
Metode Analisis Data
Proses analisis data dilakukan secara kualitatif dengan teknik analisis tematik.
Koding dilakukan terhadap data terlebih dulu, kemudian dilanjutkan dengan
identifikasi tema-tema yang muncul atau kata-kata kunci yang dapat menangkap
esensi data, dan selanjutnya dicari hubungan-hubungan bermakna di antara tematema tersebut (Creswell, 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
Mayoritas responden sudah pernah berpartisipasi dalam kegiatan CSR
perusahaan (18 orang), dengan rentang kerja serta asal divisi yang bervariasi.
Berikut adalah gambaran umum responden survei:
Tabel 1. Data Demografis Responden Survei
Responden
Jenis
Kelamin
Lama
Kerja
(tahun)
Divisi/Jabatan
Partisipasi dalam kegiatan
CSR perusahaan
SUB01
Wanita
4
Sales
Pernah berpartisipasi
SUB02
Pria
10
Controller
Pernah berpartisipasi
SUB03
Pria
6
Pharmaceutical
Tidak pernah berpartisipasi
SUB04
Pria
30
Accounting
Pernah berpartisipasi
SUB05
Wanita
10
Purchasing
Pernah berpartisipasi
SUB06
Wanita
4.25
HRD
Pernah berpartisipasi
SUB07
Wanita
2
Public Relations
Pernah berpartisipasi
SUB08
Wanita
9
Manager
Pernah berpartisipasi
SUB09
Wanita
2
Middle Manager
Tidak pernah berpartisipasi
SUB10
Pria
7
Communications
Pernah berpartisipasi
SUB11
Wanita
7
Sekretaris
Pernah berpartisipasi
SUB12
Pria
2
Sales
Pernah berpartisipasi
SUB13
Wanita
5
Supervisor
Pernah berpartisipasi
SUB14
Wanita
8
HRD
Pernah berpartisipasi
SUB15
Wanita
7
Supporting Staff
Pernah berpartisipasi
SUB16
Wanita
18
Accounting
Pernah berpartisipasi
SUB17
Wanita
14
Executive Assistant
Pernah berpartisipasi
SUB18
Wanita
10
Sekretaris
Pernah berpartisipasi
SUB19
Wanita
7
Administrasi
Pernah berpartisipasi
SUB20
Pria
5
Database Administration
Pernah berpartisipasi
70
Responden wawancara memiliki rentang kerja yang juga cukup variatif, yaitu mulai
dari empat hingga 30 tahun. Kecuali seorang responden, empat responden lainnya
pernah terlibat sebelumnya dalam kegiatan CSR perusahaan. Bentuk partisipasi
keempat responden tersebut mulai dari sebagai peserta hingga sebagai panitia yang
memiliki tanggung jawab aktif dalam mengorganisir kegiatan CSR perusahaan.
Tabel 2: Data Demografis Responden Wawancara
Responden
SUB01
SUB02
SUB03
SUB04
SUB05
Inisial
NA
DI
AK
RI
IA
Gender
Wanita
Pria
Pria
Pria
Wanita
Lama Kerja
4 tahun
10 tahun
6 tahun
30 tahun
10 tahun
Divisi
Sales
Controller
Pharmaceutical
Accounting
Purchasing
Deskripsi
tentang
kegiatan
perusahaan
yang
dipersepsikan sebagai
kegiatan CSR
Kegiatan yang
terkait dengan
edukasi
kesehatan
masyarakat
(Hepatitis,
Diabetes,
Limfoma) dan
program
penggalang-an
dana
untuk
OHIDA
(Orang Hidup
dengan AIDS)
Kegiatan Desa
Sehat
dan
AIDS Walk
Kegiatan Desa
Sehat,
yang
sekarang
sudah
dihentikan
Kegiatan Desa
Sehat
Kegiatan
penggalang-an
dana
untuk
mereka yang
membutuh-kan
(mis:
korban
bencana alam),
sunatan massal
bagi
anak
kurang mampu
Partisipasi
dalam
kegiatan CSR
Pernah
berpartisipasi
Pernah
berpartisipasi
Tidak pernah
berpartisipasi
Pernah
berpartisipasi
Pernah
berpartisipasi
Bentuk
partisipasi
dalam
kegiatan CSR
Trainer
di
workshop
divisi Diabetes
Care, terlibat
dalam kegiatan
penggalangan
dana
amal
(fund raising),
dan memakai
atribut-atribut
kampanye
kegiatan CSR
Tidak ada
Partisipasi
dalam kegiatan
Desa
Sehat
(membagikan
flyer),
berpartisipasi
dalam kegiatan
RACE,
Seminar
Terlibat dalam
kegiatan
penggalang-an
dana
amal
(fund raising)
Panitia
dan
peserta dalam
kegiatan AIDS
Walk, Peserta
RACE
71
Hasil Penelitian
Persepsi Terhadap Program CSR Perusahaan
Secara umum responden memberikan penilaian yang cukup positif terhadap
program CSR yang berlangsung di tempat mereka bekerja, seperti terlihat dalam
pernyataan mereka di bawah ini:
”Cukup baik karena dapat mengedukasi publik sehingga akan lebih
sadar dan tanggap dalam menghadapi kemungkinan penyakit yang
muncul. Di sisi perusahaan, nama perusahaan akan semakin bagus yang
akan meningkatkan reputasinya.” (SUB12)
”Baik sekali, terutama untuk kegiatan-kegiatan 'awareness' yang insya
Allah membuat masyarakat lebih mengethaui gejala-gejala penyakit dan
bagaimana cara-cara penanggulangannya.” (SUB17)
Apabila dilihat secara lebih mendetil, maka pandangan yang positif
tersebut juga muncul secara spesifik, sebagai berikut:
Program CSR Dipersepsikan Penting
Program CSR dianggap penting oleh responden karena merupakan bentuk
nyata dari kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan tidak hanya berorientasi
pada bisnis semata.
"CSR itu kan dia mengkomunikasikan internal kita ke luar. Orang ga
akan tahu kalau we never do something. Dengan kita mengerjakan
sesuatu, orang pasti akan tahu…. . Kita mau, kita katakan, kita peduli,
kita concern lho. Itu yang harus kita kerjakan. Ga sekedar ‘yah saya
peduli’. Apa contoh peduli kamu? Jangan ngomong peduli. Semua juga
bisa cuma bisa ngomong. ‘Ya saya peduli’, but you do nothing.
Impossible saya bilang. Kerjakan! Buktikan! Orang akan lihat, bener
kamu memberikan bukti bukan janji-janji…" (SUB01.054)
"Ya (perusahaan harus memberi kembali ke masyarakat).. harus paling
gak dalam bentuk CSR itu. Karena kalau dalam bentuk pajak, itu sudah
tidak langsung kita lihat juga kan. Kalau dalam bentuk CSR itu, penting
bagi perusahaan selain memberikan sumbangan kepada masyarakat
(SUB03.067).
Program CSR Dipersepsikan Bermanfaat
Program CSR juga dipandang bermanfaat oleh para responden, baik bagi
masyarakat maupun bagi perusahaan.
"... Kalau misalnya kita memberikan sumbangan dalam bentuk
apapun.. Apakah itu bisa membuat masyarakat menjadi mandiri
atau paling gak dalam bentuk penyuluhan. Itu kan akan
memberikan informasi, edukasi, juga membantu masyarakat untuk
mandiri...Karena itu, impact-nya bisa langsung dirasakan oleh
72
masyarakat. Menimbulkan kesadaran, menumbuhkan awareness,
itu saya bilang. Itu yang paling penting, yang saya bilang
bermanfaat." (SUB02.123)
"Orang pasti kan akan lebih kenal dengan perusahaan ini kan. Akan
lebih kenal kan. Kan tidak semata mengenal perusahaan dari
produknya apa ya. Tapi kalau kita sering berbuat kegiatan-kegiatan
itu kan otomatis orang-orang yang awam akan penyakit akan tahu
kan. Karena kan perusahaan ini tidak boleh eee tidak boleh
memasang iklan sembarangan. Karena kita kan obat-obat yang eee
apa, harus pakai resep. Kan ga boleh bebas. Tapi ngadakan
seminar misalnya, kegiatan gerak jalan misalnya. Kan otomatis
orang akan melihat ya ‘Oooo perusahaan ini, produknya anu’. Nah.
Gitu." (SUB04.069)
“... Ya kan kita melihat masyarakat di lingkungan kita sendiri yang
memang perlu uluran tangan. Kan tidak sepantasnya membangun
perusahaan yang cukup bagus, baik, mewah lah yah. Tapi di
lingkungan yang masih tertinggal ekonominya, kesehatannya. Kan
harus kita tidak bisa tutup mata gitu aja kan.” (SUB04.053)
Manfaat yang dirasakan oleh partisipan, selain dalam bentuk
kebanggaan terhadap perusahaan yang akan dibahas secara terpisah, manfaat
juga dirasakan terkait dengan hal lain, seperti pengembangan wawasan, relasi
sosial serta kepekaan sosial yang dipandang penting untuk dibawa dalam
pekerjaan, sebagai berikut:
“Kita kan dapet ilmunya juga. Kita dapet temen lagi. Oh iya. Saya
seneng. Saya seneng." (SUB01.106)
"Manfaatnya ke diri sendiri kan maksud aku juga jadi lebih peka lah
terhadap lingkungan. Ke diri kita sendiri. Yah untuk berbagi, untuk
sharing itu memang susah maksudnya hehehe. Kalau enggak dimulai
dari sekarang ya susah gitu lho. ... Makanya maksud aku manfaatnya
eee walaupun tadinya cuma ngeliat doang, yang enggak peka. Lamalama juga jadi ikutan kebawa. Soalnya rasa berbagi itu kan penting
gitu. Buat kita juga. Dan jadinya di kerjaan kita juga jadinya enggak
egois kan. (SUB05.115)
Program CSR Dipersepsikan Terkait dengan Citra Perusahaan di Masyarakat
Kegiatan CSR dipandang responden terkait dengan citra perusahaan di
masyarakat.
"Ya..Kalau misalnya perusahaan-perusahaan yang memberikan banyak
kepada masyarakat biasanya walaupun tidak diberitakan secara besar pun
orang akan mengenal. Misalnya yang Cisalak Sehat, orang mungkin
sebelumnya tidak terlalu kenal atau tidak pernah tahu tentang perusahaan
ini di mata masyarakat sekitar. Tapi begitu sudah dilakukan Cisalak Sehat
73
itu, walaupun saya tidak tahu langsung tetapi saya yakin masyarakat akan
bilang, ”ohh ternyata ada perusahaan yang namanya ini ya”. Jadi
memberikan citra positif juga. Demikian juga ketika kita mengadakan suatu
kegiatan pada masyarakat lain, mereka yang sebelumnya tidak tahu menahu
tentang perusahaan ini jadi mereka akan lebih mengenal dengan baik dan
memberikan tentu aja dengan sumbangan kita kepada masyarakat imagenya
citranya juga positif buat company " (SUB03.068)
"...Semakin kita berbagi sama orang lain kan kita semakin kenal sama
perusahaan. Masyarakat jadi lebih mengenal kita gitu maksudnya. Ini lho.
Kayak dulu zaman Healthy Village Project ini nih di sana, perusahaan jadi
terkenal karena sering kan. Jadi mau enggak mau ya kita enggak mungkin
juga enggak bawa logo kan. Hehehe... Waktu itu ngadain acara di tempat
gue.’ Yah seperti itu lah. " (SUB05.118)
Program CSR Dipandang Perlu Dilakukan Secara Teratur
Sejalan dengan persepsi akan penting dan bermanfaatnya kegiatan CSR
perusahaan, maka sebagian besar responden juga menyatakan bahwa kegiatan CSR
perlu dilakukan secara teratur.
"Iya, saya pikir perlu (dilakukan secara teratur). Selain untuk menambah
citra baik perusahaan, itu dari segi perusahaan. Tapi dari segi masyarakat,
banyak masyarakat yang bisa istilahnya teredukasi dengan baik, gitu lho.
Jadi saya pikir cukup perlu." (SUB02.151)
“Setelah proyek Desa Sehat selesai, sebaiknya perusahaan tetap
menciptakan bentuk inisiatif CSR lainnya dan berkesinambungan sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan pada community.” (SUB14)
"Ya karena kalau ga teratur seperti hmm program yang kurang terplanning
dengan baik, come and go. Jadi kurang, Kalau orang kita bilang sih,
kurang niat." (SUB03.089)
Program CSR Dipandang Perlu Dikembangkan
Selain perlu dilakukan secara teratur, sebagian responden menyatakan bahwa
kegiatan CSR perlu dikembangkan lebih lanjut oleh perusahaan. Sejumlah harapan
bentuk-bentuk pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
”...(yang sifatnya) down to earth, langsung menyentuh mereka yang
memang membutuhkan.. seperti baru-baru ini ada acara AIDS dan
penggalangan dana untuk anak-anak kanker, kerja sama dengan YKI
(Yayasan Kanker Indonesia)... Selain itu kegiatannya juga harus dengan
empati...” (SUB01.139)
"CSR yang baik, yang seharusnya dilakukan ya itu, yang bisa
74
mengubah, atau bisa memberikan sesuatu yang berguna bagi kehidupan
masyarakat. Jadi nggak terbatas cuman material, tapi informasi-informasi
juga penting, gitu lho. Mungkin kalau.. malah saya pikir informasi atau
edukasi lebih penting daripada cuman sekedar.. apa, CSR yang bersifat
materi. Materi dalam arti kata ya.. pengobatan gratis. Itu hanya orang
sekitar situ doang kan yang kena manfaatnya kan. Tapi kalau yang bersifat
edukatif, toh orang di seluruh Indonesia, atau bahkan di seluruh dunia,
yaaa... Buka website, orang bisa mengakses, bisa baca." (SUB02.114)
Bentuk-bentuk pengembangan yang diharapkan oleh responden cukup
bervariasi, mulai dari mengadakan kegiatan-kegiatan baru yang dapat menjangkau
komunitas yang dianggap lebih membutuhkan, meningkatkan partisipasi dari
karyawan dalam kegiatan CSR, dan meningkatkan frekuensi pelaksanaan kegiatankegiatan yang sudah ada:
“Terus, yang bersifat edukatif seperti ini perlu lebih dikembangkan bentuk
dan variasi programnya. Memberikan pada masyarakat informasi...
informasi tentang kesehatan, informasi tentang perkembangan penyakit,
segala macem. Ya lebih ke arah yang lebih edukatif seperti ini. Yang
menurut saya lebih cocok.” (SUB02.116)
”Menurut saya lebih efektif (bila misi CSR edukatif). Range orang yang
akan merasakan manfaatnya saya pikir akan lebih banyak. Walaupun
yang ini (Desa Sehat) juga berguna, cuman kita range-nya agak lebih
kecil. Karena kan kita kan ya cuman lingkungan sekitar pabrik doang
yang merasakan." (SUB02.115)
Kegiatan CSR yang turun langsung ke masyarakat dengan melibatkan
karyawan juga dipersepsikan positif oleh responden mengingat hal ini juga akan
lebih bermanfaat untuk karyawan. Dengan adanya kegiatan seperti ini, karyawan
diajak untuk memperluas pengetahuannya tentang situasi sosial dan peduli terhadap
kalangan yang berkekurangan, seperti dituangkan dalam kutipan wawancara berikut:
"Jadi makanya ada baiknya kita ga hanya memberikan sumbangan tetapi
turun langsung. Jadi itu akan lebih mengena, dari corporate atau dari
perusahannya, atau dari masyarakat memberikan sumbangan itu kepada
masyarakat. Tapi istilahnya kita juga lebih tahu masyarakat itu seperti
apa. Jadi, ehh keterlibatan karyawan secara langsung memberikan nilai
plus kalau menurut saya." (SUB03.055)
Perencanaan yang matang dari pihak perusahaan yang terintegrasi dengan
strategi perusahaan secara umum juga dipandang sebagai hal yang perlu
dikembangkan dalam program CSR perusahaan, agar program tersebut dapat
berjalan dengan baik.
75
“(CSR yang baik itu seharusnya) kontinu, teratur, dan ehh terjadwal
dengan baik. Harus menjadi salah satu bagian dari perencanaan
perusahaan setiap tahun kalau menurut saya." (SUB03.093)
Informasi Program Kepada Karyawan
Secara umum, para responden mempersepsikan bahwa kegiatan CSR yang
dilakukan perusahaan sudah terinformasikan dengan baik bagi karyawan mengingat
variasi media yang digunakan untuk menyampaikan informasi serta intensitas
penyampaian informasi. Kegiatan CSR juga seringkali melibatkan para karyawan,
seperti yang disebutkan responden dalam wawancara:
"Informasinya dari email, atau dengan event-event seperti ini, ditempel,
terus kadang-kadang kan kita punya brosur. Karyawan juga bisa, secara
tidak langsung kan ada brosur ngeliat, kita punya buletin juga, kita punya
email." (SUB02.133)
"Tahu. Pastinya. Jadi kalaupun kita lupa ada poster dan jadinya kita pasti
baca. Reminder-remindernya juga pasti baca. Pasti tahu lah. Soalnya di
kasih tahu terus." (SUB05.123)
Namun ada juga responden yang berpandangan bahwa program CSR
perusahaan tidak terinformasikan pada karyawan.
"Makanya saya bilang, tidak terinformasikan dengan cukup baik, gitu lho.
Padahal kalau itu terinformasikan cukup baik, paling nggak ya kita tuh,
oohh perusahaan itu udah pernah mengadakan CSR. Dan kalau ga salah
itu tuh sudah merupakan kewajiban sekarang, beban atau apa yah kalau ga
salah yah. kalau saya ga salah yah. Atau harus setiap perusahaan
memberikan atau punya program CSR setiap perusahaan itu. Jadi kalau
menurut saya sih seharusnya terinformasikan dengan cukup baik tapi
sampai sekarang sih ndak sih. Karena saya ga tahu, hehe..." (SUB03.081)
Penilaian yang bervariasi mengenai terinformasikannya kegiatan CSR pada
karyawan ini menunjukkan bahwa informasi tentang program CSR ini masih belum
menjangkau seluruh karyawan perusahaan.
Program CSR Dipandang Menimbulkan Kebanggaan pada Responden
Kebanggaan karyawan terhadap perusahaan ternyata tidak terlepas dari kiprah
CSR perusahaan. Hal ini berdampak pula pada bagaimana karyawan memandang
keanggotaannya di perusahaan.
"... Paling gak sedikit banyak juga akan cukup membanggakan. Kalau
misalnya ada orang tanya, “Kerja dimana?” “RI”. Mereka ada mengenal
sebagai perusahaan yang ada kegiatan CSRnya cukup baik itu yah cukup
membanggakan juga buat karyawan ya.." (SUB03.070)
76
"...Kayak gitu kita juga maksudnya bahwa eee dengan perusahaan
melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini kita jadi merasa bahwa ‘Oooh
ternyata perusahaan mendukung ya acara-acara sosial seperti ini. Jadi kan
ada bahan cerita mau ngapain juga. Ada acara kayak gini. Yah gitu sih
kalau menurut aku ya. Aku pribadi sih senang. Hehehe. Bukan untuk
menyombongkan sih tapi bahwa perusahaan aku ini ada perhatian buat
acara-acara seperti ini. Soalnya berbagi juga apa salahnya. Ya bangga
juga, makanya kalau sering bikin kan malah makin bangga." (SUB05.126)
"Itu akan memberikan citra positif juga kan dan kebanggaan bagi kita
(karyawan)." (SUB03.073)
Identifikasi Diri Responden terhadap Organisasi
Kebanggaan seperti dipaparkan di atas merupakan representasi dari identifikasi
karyawan terhadap organisasi, yang bersumber pada program CSR yang dijalankan
perusahaan. Di samping itu, secara spesifik indikator dari adanya identifikasi
terhadap organisasi tersebut juga muncul dari aspek-aspek berikut ini:
1.
Adanya rasa kebersamaan
Responden cenderung menggunakan kata ’kami’ pada saat membicarakan
tentang perusahaan karena adanya penghayatan atas keanggotaannya dalam
kelompok kerja dan dalam perusahaan. Dari penghayatan ini muncullah
keinginan untuk menunjukkan afiliasi responden dengan perusahaan di
hadapan orang luar.
"... Tujuannya tetap satu bahwa semua bekerja atas nama perusahaan..
Kita kan kerja semua untuk perusahaan ini. “Kita semua itu disini
bekerja memang untuk membangun perusahaan ini..." (SUB05.035)
"Ya seneng dong, bangga juga kalau perusahaan dipuji.... karena saya sudah
lama disini jadi kan udah tahu di dalamnya bagaimana bagaimananya
perusahaan gitu." (SUB04.017-019)
"Jadi merasa tersanjung aja bahwa kita bekerja di sini terus jadinya oh
orang menilai kita bagus ya. Jadi kan merasa enggak salah bahwa kita
mutusin kerja di sini. Mungkin kalau orang tahu cara kerja kita mungkin
orang akan memuji lagi. Gitu perasaannya menurut saya sih. Orang ini lihat
dari luarnya aja ya apalagi dia di dalam melihat kita begitu, berusaha untuk
melakukan yang terbaik sampai orang bisa memuji itu kan udah suatu hal
yang merasa bahwa kita juga merasa bangga gitu terhadap diri kita sendiri."
(SUB05.065)
2. Adanya Kebutuhan untuk mengetahui Evaluasi Masyarakat terhadap
Perusahaan
Responden juga memiliki keinginan untuk membawa identitasnya sebagai
anggota organisasi setelah jam kerja usai serta mengetahui bagaimana
tanggapan masyarakat terhadap tempatnya bekerja.
77
"... tertarik terhadap pendapat orang lain, perusahaan tempat saya bekerja,
yang apa, hal-hal yang membaikkan, tentu aja buat kita juga seneng gitu kan.
Misalnya dia memuji perusahaan itu. He-em." (SUB04.016)
Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang disampaikan Fuller, dkk (2006),
bahwa persepsi akan citra positif perusahaan di mata masyarakat (construed external
image) merupakan variabel yang memiliki ikatan kuat dengan bagaimana seseorang
mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi. Hal ini muncul dalam penelitian, di
mana responden yang cenderung mempersepsikan kegiatan CSR sebagai kegiatan
yang bermanfaat dan perlu terus dikembangkan oleh perusahaan cenderung bangga
terhadap keanggotaannya di perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa para responden
memiliki pandangan bahwa program CSR yang dijalankan perusahaan penting,
bermanfaat, dan memberikan kebanggaan terhadap keanggotaannya sebagai
karyawan di perusahaan tersebut. Dengan demikian, selain meningkatkan citra
perusahaan di masyarakat, program CSR yang dilaksanakan secara efektif dan
diinformasikan kepada karyawan maupun melibatkan karyawan memiliki potensi
untuk berperan dalam mengelola iklim kerja yang positif di dalam perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara bagaimana
karyawan mempersepsikan kegiatan CSR perusahaan dan bagaimana karyawan yang
bersangkutan mengidentifikasikan dirinya terhadap perusahaan tempatnya bekerja.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan CSR juga memiliki manfaat secara internal
bagi karyawan. Oleh karenanya sudah saatnya bagi perusahaan untuk mulai
memperhatikan hal ini. Perusahaan perlu untuk menginformasikan kegiatan CSR
kepada karyawannya karena karyawan yang terinformasikan dengan baik memiliki
kecenderungan untuk ikut berpartisipasi. Bila semakin banyak karyawan
berpartisipasi, maka kegiatan CSR perusahaan akan semakin berkembang dan
demikian pula halnya dengan citra perusahaan di masyarakat. Dengan semakin
positifnya citra perusahaan, maka karyawan pun akan semakin menghayati
keanggotaannya dalam organisasi dan mengidentifikasikan dirinya terhadap
organisasi. Hal ini akan membawa iklim kerja positif bagi perusahaan yang akan
berlanjut pada peningkatan kualitas kinerja dan kemajuan perusahaan di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Carroll, A. B. (1999, September). Corporate social responsibility: Evolution of a
definitional construct. [Versi Elektronik]. Business & Society, 38 (3). 268-295
Creswell, J.W. (2012). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed
methods approaches (Edisi Kedua). USA: SAGE Publications
Day & Dot (2006, 8 September). CSR tidak hanya Filantropi: Tidak Mungkin
Membangun Negeri Tanpa Melibatkan Pebisnis. Kompas, hlm 21
Dutton, J.E., Dukerich, J.M., Harquail, C.V. (1994, Juni). Organizational images and
member identification. Administrative Science Quarterly, 39 (2). 239-263
78
European Commission Directorate General for Employment and Social Affairs.
2001. Promoting a European framework for Corporate Social Responsibility:
Green Paper. Office for Official Publications of the European Communities
Hidayati, N. (2006, 1 September). CSR bukan sekadar promosi. Kompas, hlm 33
Lubis, D.A. (2004, 13 Agustus). CSR gaining acceptance among business
community.
Diunduh
pada
25
April
2008
dari
http://www.thejakartapost.com/news/2004/08/13/
csr-gaining-acceptanceamong-business-community.html
Mael, F. & Ashforth, B.E. (1992). Alumni and their almamater: A partial test of the
reformulated model of organizational identification. Journal of Organizational
Behavior. 13 (2), 103-123
Margolis, S. L. (1998). Organizational identity, future organizational images, and
the construction of organizational identification in a merger environment.
Disertasi, tidak diterbitkan
Palupi, D.H. (2006). Merek-merek pun dituntut punya hati. SWA, 26 (21), 70-73
Pambudi, T. (2006). Perjalanan si konsep seksi. SWA, 26 (21), 46-50
Peterson, D.K. (2004, September) The relationship between perceptions of corporate
citizenship and organizational commitment. Business & Society, 43 (3), 296319
Rehbein, K., Waddock, S., & Graves, S.B. (2004, September). Understanding
shareholder activism: Which corporations are targeted? [Versi Elektronik].
Business & Society, 43 (3), 239-267
Stoll, M.L. (2008). Backlash hits business ethics: Finding effective strategies for
communicating the importance of corporate social responsibility [Versi
Elektronik]. Journal of Business Ethics, 78, 17–24
Suharto, E. (2007). Pekerjaan sosial di dunia industri: Memperkuat tanggung jawab
sosial perusahan (corporate social responsibility). Bandung: PT Refika
Aditama
Van Knippenberg, D. & Van Schie, E.C.M. (2000). Foci and correlates of
organizational identification. Journal of Occupational and Organizational
Psychology. 73. 137-147
79
Download