JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X 1 Studi Rugi Daya pada Serat Optik dengan Variasi Sudut Lekukan dan Jumlah Lekukan Hadziqul Abror, Melania Suweni Muntini Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak—Telah dilakukan studi rugi daya pada serat optik dengan variasi sudut lekukan dan jumlah lekukan. Prinsip dasar studi ini adalah adanya rugi daya akibat lekukan makro pada serat optik. Dilakukan studi rugi daya akibat lekukan serat optik dengan jarak antar lekukan 5 cm dengan variasi jumlah lekukan satu sampai tiga lekukan dengan sudut 300 sampai 1500. Dari percobaan didapatkan semakin banyak lekukan maka semakin besar rugi daya yang terjadi, serta semakin kecil sudut lekukan maka semakin besar rugi daya yang terjadi. Kata Kunci—Sensor, Fiber optic, Macrobending, Rugi daya I. PENDAHULUAN Serat optik (fiber optic) banyak digunakan dalam sistem komunikasi karena memiliki kecepatan transmisi tinggi serta paling efisien. Namun demikian, serat optik juga bisa digunakan sebagai sensor. Sensor-sensor tersebut memanfaatkan adanya rugi daya yang terjadi padanya, baik rugi daya tersebut karena adanya lengkungan, atenuasi jarak, perubahan nilai indeks bias dan sebagainya. Pada penelitian sebelumnya, telah dipelajari terkait karakterisasi rugi daya akibat kelengkungan fiber optik serta penggunaannya, salah satunya adalah pemanfaatan rugi kelengkungan untuk sensor pergeseran tanah. Sensor ini menggunakan detector berupa Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) yang harganya sangat mahal serta membutuhkan fiber optik lebih dari seratus meter agar memungkinkan pengukuran dengan OTDR. Dari sinilah dilakukan perancangan sebuah sensor pergeseran berbasis serat optik plastic dengan memanfaatkan prinsip dasar rugi daya akibat lekukan pada serat optic (macrobending) yang dapat mendeteksi pergeseran sehingga bisa digunakan untuk sistem monitoring. Selain memodelkan sensor pergeseran juga akan dikarakterisasi sensor yang telah dibuatmenurut karakter-karakter statis sensor. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sensor Sensor adalah alat yang dapat menerima rangsangan dan merespon dengan suatu sinyal elektrik.Rangsangan adalah kuantitas, sifat, atau kondisi yang dirasakan dan dikonversi ke dalam sinya elektrik.Tujuan dari suatu sensor adalah untuk merespon suatu masukan sifat fisis (rangsangan) dan mengkonversikannya ke dalam suatu sinyal elektrik melalui kontak elektronik.Sensor dapat dikatakan sebagai suatu translator dari nilai non elektrik menjadi nilai elektrik.Elektrik artinya sinyal yang dapat disalurkan, dikuatkan dan dimodifikasi oleh alat elektronik.Sinyal keluaran sensor dapat berupa tegangan atau arus. Sinyal keluaran juga dapat digambarkan sebagai masukan amplitude, frekuensi, face atau kode digital [1]. Karakterisasi sensor dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem sensor yang telah dirancang, dalam hal ini sensor dianggap sebagai ”black box” yang karakteristiknya ditentukan oleh hubungan antara sinyal keluaran dan masukan. Karakteristik statik ditentukan oleh sifat sensor yang perubahan responnya tidak berubah terhadap waktu, beberapa hal yang termasuk dalam karakteristik statik sensor meliputi kalibrasi, linieritas, sensitivitas, jangkauan pengukuran, saturasi, dan repeatibility. B. Serat Optik Fiber Optic (Serat Optik) merupakan pemandu gelombang dielektrik yang beroperasi pada frekuensi optik. Serat optic membatasi energi elektromagnetik dalam bentuk cahaya didalam permukaannya dan memandu cahaya dalam arah paralel terhadap aksisnya. Pada umumnya serat optik terdiri dari dua bahan dengan karakter optis yang berbeda untuk cladding dan core. Komposisi core menduduki 85 % dari total fiber yang memandu cahaya, yang tersusun dari bahan silikon oksida, dan dilapisi dengan serat kaca, dan pada umumnya core memiliki index bias yang lebih tinggi daripada cladding [4]. Prinsip pemanduan cahaya dalam serat optik berdasarkan pemantulan dalam sempurna(total internal reflection). Sudut yang menentukan terjadinya total internal reflection dinamakan sudut kritis. Gelombang-gelombang dalam pandu gelombang tertahan karena pemantulan sempurna dari dinding gelombang, sehingga propagasi dalam pandu gelombang kirakira dapat digambarkan seperti “zig-zag” diantara dindingdinding pandu gelombang. Deskripsi ini tepat untuk gelombang elektromagnetik dalam tabung berongga yang berbentuk persegi atau lingkaran[3]. C. Rugi Daya Akibat lekukan Formula rugi kelengkungan menyatakan nilai dari tekanan kelengkungan pada serat. Penjelmaan dari kelengkungan serat ekivalen dengan serat lurus menghasilkan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X termodifikasinya distribusi index. Kita apat menggunakan persamaan berikut untuk slow bend (x<<R), yang mana R merupakan lengkungan fiber dan x adalah posisi dari arah lengkungan: 𝑥 𝑥 𝑛′ = 𝑛𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 𝑒 𝑅 ≈ 𝑛𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 (1 + 𝑅) (1) Indeks bias dari serat yang ditegangkan (n’) mengalami distorsi terhadap situasi fiber tanpa tegangan dan nilainhya dapat dinyatakan sebagai berikut: 𝑛𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 = 𝑛[1 − 𝑛2 𝑥 2𝑅 2 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Set up Alat Peralatan terdiri atas rangkaian LED Inframerah, rangkaian FOtotransistor, serat optic yang dilekukan bentuk Z, media geser, pengondisi sinyal, minimum system ATMega 8535, serta LCD. �𝑝12 − 𝜗(𝑝11 − 𝑝12 )�] (2) Dimana p11 dan p12 nerupakan komponen dari fotoelastis tensor dan v merupaka rasio poisson. Gambar 2. Set up alat percobaan B. Langkah Kerja Gambar 1. (a). profil indeks bias efektif saat fiber optic lurus (b). profil indeks bias fiber optic saat ada lengkungan Semakin kecil radius tikungan semakin besar akan menjadi fraksi bergerak cepat terpengaruh dan karenanya lebih besar adalah persentase cahaya hilang di tikungan [3]. D. Fototransistor dan Mikrokontroller Fototransistor adalah semikonduktor photovoltage atau semikonduktor fotokonduktif yang dioperasikan pada tegangan bias balik negatif. Detektor photovoltage adalah detektor aktif yang membangkitkan tegangan diri pada saat tersinari.Alat ini kemudian mengubah energi radiasi yang datang menjadi energi listrik. Tegangan keluaran sensor kemudian deprogram dengan mikrokontroller. Sistem minimum mikrokotroler adalah rangkaian elektronik minimum yang diperlukan untuk beroperasinya IC mikrokontroler.Kemudian system ini dihubungkan dengan rangkaian lainnya untuk menjalankan fungsinya.Ada banyak seri pada mikrokontroler tetapi yang sering digunakan yaitu seri 8535. Ada beberapa komponen yang dibuat untuk merangkai system ATmega AVR 8535 diantaranya yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. IC Mikrokontroler ATmega 8535 1 XTAL 4 Mhz Kapasitor Resistor Tombol reset pushbutton Diperlukan power supply untuk memberikan tegangan 5V. Percobaan dilakukan dengan metode pengujian sensor ini adalah sebagai berikut:peralatan diset up sebagaimana Gambar 2. Powes sply dinyalakan, bidang geser ditarik secara perlahan dengan setiap kenaikan 0.5 cm dilakukan pembacaan pada LCD, data hasil percobaan dicatat. Kemudian diuji balik dengan melepas bidang geser setiap pengurangaan 0.5 cm, dilakukan pembacaan dan dicatat. Percobaan diulangi dengan lima kali perulangan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem sensor yang dipilih memiliki jumlah lekukan sebanyak dua lekukan. Range pergeseran yang terbaca adalah dari 0 – 4 cm. pada Sensor ini dikondisika lekukan lebih besar daripada 600, hal ini untuk meminimalisir kerusakan serat optic akibat lekukan yang terlalu tajam yang meyyebabkan serat optk cepat rusak, sehingga diharapkan dapat bertahan untuk waktu yang lama. Konfigurasi lekukan sensor sebagaimana Gambar 3. Gambar 3. Konfigurasi serat optik (Z form) Pada fabrikasi sensor ini digunakan penguat differensial dengan penguatan 3,3 kali. Hal ini karena selisih perubahan tegangan akibat adanya pergeseran relatif kecil. Resistansi maksimum fototransistor ketika intensitas cahaya maksimal adalah 186,6 Ohm dan ketika intensitas cahaya minimum sebesar 216,6 Ohm. Dengan menggunakan konfigurasi pembagi tegangan, maka besar tegangan output sensor dapat diukur. Tegangan keluaran ini merupakan perbandingan dari JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X resistansi (R=330 Ohm) terhadap resistansi total rangkaian dikali besar VCC +5Volt. 3 ditarik maka butuh waktu yang relatif lama untuk kembali ke kondisi awal. Persamaan yang didapatkan adalah y = 0,574x4 - 3,415x3 + 7,210x2 - 5,116x + 1,175 dengan bnilai kedekatan terhadap referensi sebesar R2=0,999. Besar eroer relatif hasil mikrokontroler terhadap hasil pengukuran penggaris sebesar 9,503523%. V. KESIMPULAN Gambar 4. Grafik jarak pergeseran terhadap tegangan pada saat ditarik Dari grafik terlihat bahwa jangkauan pengukuran dari sebesar 2.199 Volt. Jangkauan pengukuran ini lebih besar daripada sebelum penguatan, hal ini berarti perubahan kecil lebih dapat dideteksi sehingga sensitifitas sensor lebih besar. Grafik yang didapatkan dari percobaan dapat didekati dengan kalibrasi referensi yang paling memungkinkan berbentuk polynomial orde 4. Hal ini karena dengan adanya tarikan, indeks bias core berubah mendekati indeks bias cladding dengan perubahan yang tidak linier, maksudnya dengan perubahan darikan yang sama menyebabkan perubahan sudut yang sama tetapi perubahan indeks bias tidak sama. Data yang diperoleh mempunyai nilai kedekatan yang besar terhadap garis referensi poliomial orde 4 dengan R2 = 1. Fungsi transfer yang diperoleh dari percobaan y = 0,394x4 2,058x3 + 3,798x2 - 1,776x + 0,169. Nilai error relatif hasil mikrokontroller terhadap hasil pengukuran dengan penggaris didapatkan adalah sebesar 1,0321888%. Telah dilakukan pemodelan sensor pergeseran dengan memanfaatkan prinsip macrobending serat optik. Serat Optik dibuat berbentuk “Z” dengan sudut minimum 600agar serat optic tidak rusak karena lekukan yang tajam. Receiver intensitas cahaya berupa fototransistor. Semakin banyak intensitas, maka hambatan fototransistor semakin kecil. Dengan prinsip pembagi tegangan yang dibuat, serta tegangan keuaran tersebut dikondisikan dengan penguat differensial dan di konversi oleh ADC mikroontroller ATMega 8535. Fabrikasi sensor pergeseran yang dibuat memiliki jangkauan pengukuran sebesar 2.199 Volt dengan jarak maksimal pergeseran 3.86 cm. Grafik pergeseran terhadap tegangan sensor mendekati referensi persamaan polynomial orde-4. Nilai error relatif sebesar 1,0321888 % ketika uji tarik dan 9,503523 %. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Melania Suweni Muntii, M.T. yang telah bersedia membimbing sehingga terbentuknya makalah ini. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] Gambar 5. Grafik jarak pergeseran terhadap tegangan pada saat lepas Pada proses media uji dilepas, maka menghasilkan grafik sebagaimana Gambar 5. Besar tegangan yang dihasilkan relatif lebih besar daripada ketika ditarik. Hal ini secara fisis kareana serat optic yang berbahan plastic ketika ditarik kemudian dilepas pada kondisi yang sama, besar indeks biasnya tidak sama, sehingga tegangan yang diperolehpun berbeda. Kenapa lebih besar karena disebabkan, plastic yang Freden, Jacob. 2003. Handbook Of Modern Sensor, Physics, Designs, and Application. Springer. San Diego USA Martin, Andre and all. Modeling of Bend Losses in Single-Mode Optical Fibers.Santoago: FCT through FEFOF (PTDC/EEA-TEL/72025/2006) project Keiser, Gerd.1991. Optical Fiber Communication.Singapore:McGrawHill Book Schot, Shibata and S. Takashimashi.1976.Effect Of Some Manufacturing Condition On the Optical Loss Of Compound Glass Fibers.Tokai :Ibaraki Electrical Communication Laboratory, Nippon Telegraph and Telephone Public Corporation.