BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perilaku konsumen Teori perilaku konsumen menurut Mowen dan Minor (2002:6) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. Na dan Ping (2002:2) bahwa orang yang memiliki lifestyle lebih moderen dan yang memiliki waktu terbatas cenderung membeli online, yaitu mereka yang menggunakan internet sebagai alat rutin dan atau mereka yang lebih banyak waktu kelaparan lebih suka berbelanja di Internet. Menurut Swastha dan Handoko (2000:10), perilaku kosumen adalah kegiatan personal yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan memggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan yang sesuai kriteria tersebut. Schiffman dan Kanuk (2008:5) memiliki definisi perilaku konsumen yang menitikberatkan pada proses, yaitu perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa yang diharapkan akan memenuhi berbagai kebutuhannya. Menurut Kotler (2005:201) perilaku konsumen mempelajari cara individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang dan jasa, gagasan atau pengalaman 13 dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Berdasarkan berbagai definisi diatas, perilaku konsumen merupakan proses yang berkaitan dengan pembentuk sikap mental, emosional, dan fisik, yang dalam pembentukannya dapat dipengaruhi faktor-faktor baik internal maupun eksternal konsumen. Model perilaku konsumen menurut Kotler di tunjukkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Rangsangan Pemasaran Rangsangan Lain Ciri-ciri pembeli Produk Ekonomi Budaya Proses keputusan pembelian Pemahaman masalah Harga Teknologi Sosial Saluran pemasaran Politik Pribadi Budaya Psikologi Promosi Pencarian informasi Pemilihan alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian Keputusan pembelian Pemilihan produk Pemilihan merek Pemilihan saluran pembelian Penentuan waktu pembelian Jumlah pembelian Sumber : Kotler (2005 : 203) Menurut Kotler dan Armstrong (2008a:159) perilaku pembelian yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis, seperti ditampilkan pada Gambar 2.2 dihubungkan dengan Gambar 2.1 yang menggambarkan mengenai model perilaku konsumen dimana terjadinya proses pengambilan keputusan oleh konsumen untuk membeli yang 14 diawali dari rangsangan pemasaran, yang terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi. Rangsangan pemasaran ini dilengkapi dengan rangsangan lain-lain, seperti ekonomi, pendapatan teknologi, politik, dan budaya. Rangsangan ini membentuk karakteristik pembeli, yaitu kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi yang dapat mendorong konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan membeli barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat dari pemilihan produk yang dibeli dan diharapkan memberikan kepuasan kepada konsumen. Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Budaya Sosial Pribadi Psikologis Kebudayaan Kelompok Umur dan Tahap Siklus Hidup Motivasi Subkebudayaan Keluarga Pekerjaan Persepsi Kelas Sosial Peran dan Status Situasi Ekonomi Pengetahuan Gaya Hidup Keyakinan dan Sikap Kepribadian dan Konsep Diri Sumber: Kotler dan Armstrong (2008a:160) 1) Kebudayaan Budaya merupakan unsur yang sangat penting, yang mempengaruhi keinginan dan perilaku seseorang. Berbagai macam merek yang dipilih oleh pembeli disesuaikan dengan budaya yang merupakan penentu keinginan dan perilaku 15 konsumen yang paling mendasar mempengaruhi persepsi suatu merek yang dianggap sesuai. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli. Budaya memberikan stimuli terhadap keadaan yang dianggap benar atau tidak dalam suatu keadaan, pemahaman dapat membantu dalam pemasaran merek dengan melihat budaya calon konsumen yang ingin disasar. 2) Faktor sosial Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial (Kotler dan Armstrong, 2008:163). 3) Faktor pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri (Kotler dan Armstrong, 2008a:169). 4) Faktor psikologis Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap (Kotler dan Armstrong, 2008a:172). Memahami perilaku konsumen meliputi pengamatan pada perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan dalam melakukan transaksi pembeliaan, kapan atau waktu yang digunakan dalam pembelanjaan atau keputusan pembelian, dengan siapa melakukan kegiatan, oleh siapa dan terakhir tentang bagaimana barang 16 yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti kebutuhan pribadi yang memiliki perbedaan yang berbeda di setiap konsumen, persepsi terhadap suatu keadaan atau produk, bagaimana cara mereka dalam mengevaluasi alternatif, apa yang bisa mereka rasakan tentang kepemilikan atas pengggunaan produk dan penggunaan produk yang bermacam-macam. 2.1.2 Karakteristik demografi individu Potensi pasar untuk produk apa pun sama dengan jumlah orang yang menginginkan atau membutuhkannya dan juga memiliki sumber daya yang diperlukan untuk membelinya. Kotler dan Armstrong (2008:169) mengatakan bahwa orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Selera makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga, yaitu tahap-tahap yang dilalui keluarga ketika menjadi matang dengan berjalannya waktu. Pemasar sering mengidentifikasikan pasar sasaran dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk setiap tahap tersebut. Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu. Selain usia dan pekerjaan situasi ekonomi seseorang juga akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala 17 pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk mereka secara seksama. Beberapa pemasar menargetkan konsumen yang mempunyai banyak uang dan sumber daya, menetapkan harga yang sesuai. Oleh karena itu, kita perlu mengevaluasi karakteritik demografi pembeli yang sekarang, maupun yang potensial. Faktor demografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia, pekerjaan, dan pendidikan. 2.1.3 Kepribadian Kepribadian setiap orang berbeda-beda mempengaruhi perilaku pembeliannya. Sciffman dan Kanuk (2008:107) mendefiniskan kepribadian (personality) sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan pada definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat kejiwaan, yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang, dan perangai khusus yang membedakan dari satu individu dengan individu lainnya. Sifat-sifat yang melekat dan menjadi watak pada diri seseorang tersebut cenderung memberikan memepengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, kapan dilakukan pemasaran, dimana, dan bagaimana cara mereka dalam mongkonsumsi produk atau jasa tertentu. 18 Menurut Kotler dan Armstrong (2008a:171), kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek tertentu. Idenya adalah bahwa merek juga mempunyai spesifikasi pembeda atau kepribadian, dan bahwa konsumen senang memilih merek dengan kepribadian yang dianggap sesuai dengan kepribadian mereka. Kepribadian merek (brand personality) adalah bauran bauran khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan merek tertentu. Jenniffer Aaker dalam Kotler dan Armstrong (2008:172) mengidentifikasikan lima karakteristik perilaku kepribadian merek, yaitu sebagai berikut. a. Ketulusan atau sincerity (membumi, jujur, sehat, dan ceria) b. Kegembiraan atau excitement (berani, bersemangat, imajinatif, dan modern) c. Kompeten atau competence (dapat diandalkan, cerdas, dan sukses) d. Kesempurnaan atau sophistication (kelas atas dan menarik) e. Ketahanan atau rudggendness (petualang sejati dan tangguh) Para pemasar mencoba untuk mempelajari semua yang mereka dapat tentang konsumen inovator. Konsumen innovators adalah Konsumen yang suka menjadi pertama dalam menggunakan barang, jasa atau praktik baru. Perbedaan innovators dengan non-innovators menggunakan beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut. 19 1) Consumer innovativeness, peneliti dari konsumen berusaha untuk mengembangkan alat untuk mengukur tingkat keinovatifan konsumen, karena seperti kepribadian, langkah-langkah yang memberikan pengertian yang menjadi ciri dan batas-batas dari sebuah dari sebuah kesedian konsumen untuk berinovasi. 2) Dogmatism yaitu keperibadian yang merefleksikan derajat penolakan terhadap sesuatu yang baru yang tidak dikenal dan bertentangan dengan keyakinannnya. Consumers low in dogmatism (open-minded), menjadikan produk baru sebagai alternatif kebutuhan mereka sedangkan Highly dogmatic consumers, menjadikan iklan sebagai pertimbangan bila datang dari orang yang mempunyai wewenang. Social character, dikenal sebagai karakter yang memiliki sifat yang sama dalam penelitian sosiologis, yang berfokus pada identifikasi individu ke sosial budaya yang berbeda jenis. Seperti yang digunakan dalam prikologi konsumen, karakter social adalah kepribadian, sifat yang berkisar di sebuah kesinambungan dari inner directedness untuk other directedness. Inner directed yaitu Orang yang lebih menekankan kepada iklan yang fokus kepada fitur produk yang memberi manfaat pribadi. Other-directed yaitu menekankan kepada penerimaan sosial dan lainnnya untuk menentukan apakah menerima atau menolak produk baru. 3) Optimum stimulation level yaitu karakteristik yang mengukur tingkat pemenuhan individu. High OSL cenderung menerima risiko dibanding dengan tipe lainnya. 4) Variety-novelty seeking mirip dengan OSL, mengukur derajat variasi pencarian konsumen. 20 Menurut Suprapti (2010:116) terdapat teori-teori kepribadian yaitu teori kepribadian psikoanalitik, teori kepribadian sosial dan teori kepribadian trait. Ketiga teori ini masing-masing memainkan peran yang menonjol dalam studi-studi yang menghubungkan prilaku konsumen dengan kepribadian. 1) Teori kepribadian psikoanalitik Teori ini merupakan landasan pertama psikologi modern, dan memiliki pengaruh besar tentang pemahaman perilaku manusia. Teori kepribadian psikoanatik membagi kepribadian menjadi tiga kekuatan yang saling berhubungan dan berinteraksi, yaitu id, ego, dan superego. Id (atau libido) merupakan sumber kekuatan yang ada sejak seseorang dilahirkan, dan dianalogikan sebagai suatu “gudang” dorongan yang sifatnya primitif dan impulsif. Id beroperasi dalam suatu keadaan yang disebut sebagai pleasure principle, yaitu suatu tindakan yang menghindari tekanan dan mencari kesenangan segera. Komponen kepribadian lainnya adalah superego,yang merupakan bagian moral dari struktur psikis individu melalui internalisasi nilai-nilai moral dari etika sosial. Superego mulai terbentuk saat pertengahan masa kanak-kanak melalaui suatu proses identifikasi. Superego merupakan perangkat bagi id dan merepresentasikan suatu yang ideal dengan menunjukkan apa yang baik dan benar. Hal itu mepengaruhi seseorang untuk mencapai prilaku yang sempurna. Sejalan dengan pertumbuhan ego seseorang mulai berkembang. Ego membatasi id yang terkait dengan dunia nyata. Ego mengembangkan kapasitas seseorang agar berfikir realistik dan mengembangkan kemampuan untuk menghadapi lingkungan dengan tepat. 21 2) Teori kepribadian sosial Teori ini meyakini hubungan sosial merupakan suatu yang fundamental dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian. 3) Teori kepribadian trait Teori trait menggunakan orientasi kuantitatif atau empiris. Teori ini fokus pada pengukuran kepribadian yang terkait dengan berbagai karakteristik psikologi spesifik, yang disebut dengan trait. Sebuah trait didefinisikan sebagai suatu cara atau sifat yang relative tahan lama (enduring) yang dapat digunakan untuk membedakan satu individu dari individu lainnya. Teori-teori trait tunggal menekankan pada trait kepribadian yang khusus dan relevan untuk memahami seperangkat perilaku tertentu. Namun, itu tidak berarti trait lainnya tidak ada atau tidak penting, tetapi teori ini membahas sebuah trait tunggal dan relevansinya dengan seperangkat perilaku, dalam hal ini di antaranya, yang relevan dengan perilaku konsumen adalah (1) keiniovativan konsumen (consumer innovativeness) yang menunjukkan seberapa jauh penerimaan seseorang pada hal-hal yang baru; (2) materialisme konsumen (consumer materialism) yaitu tingkat ketergantungan atau kecintaan konsumen pada hal-hal yang menunjukkan kepemilihan materi; dan (3) etnosentrisme konsumen (consumer ethnocentrism) yang berhubungan dengan kecendrungan konsumen untuk menerima dan menolak produk-produk buatan laur negeri. Berlawanan dengan teori trait tungga, teori kepribadian multitrait menentukan berapa trait yang masing-masing merupakan kombinasi dari beberapa trait kepribadian individu yang substansial. Teori kepribadian multitrait yang paling 22 banyak diadopsi oleh para pemasar adalah model kepribadian lima faktor. Teori ini mengidentifikasikan lima trait dasar yang terbentuk secara genetik dan dipelajari sejak dini. Trait-trait tersebut saling berinteraksi dan muncul atau termanifestasi dalam perilaku bila didorong dan distimulasi oleh situasi tertentu. Kelima trait ini sebagai berikut. 1) Extroversion trait, memanifestaikan keadaan lebih suka berada pada suatu kelompok dari pada menyendiri, berbicara aktif bila bersama orang lain, berani atau tegas. 2) Instability trait, memanifestasikan sikap dipengaruhi mood, temperamental, cepat tersinggung. 3) Agreeableness trait, memanifestasikan sifat simpatik, baik kepada orang lain, sopan. 4) Openness to experience trait, memanifestasikan orang yang imajinatif, apresiasi pada seni, menemukan solusi baru. 5) Conscientiousness, memanifestasikan sikap hati-hati, seksama, efisien. Model kepribadian lima faktor telah terbukti sangat berguna dalam beberapa bidang seperti dalam memahami perilaku tawar menawar dan komplain serta dalam aktifitas belanja yang kompulsif. Keunggulan model lima faktor ini adalah memebeli gambaran yang lebih kaya tentang determinan-determinan perilaku dibandingkan hanya dengan memahami satu trait tunggal. Dengan kata lain, makin banyak yang kita ketahui tentang konsumen, makin banyak kita dapat memuaskan mereka. 23 2.1.4 Keputusan pembelian Menurut Swastha dan Handoko (2001: 150) keputusan pembelian merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli sesuatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang terdiri dari pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian dan tingkah laku pembelian. Gambar 2.3 Proses Keputusan Pembelian Identifikasi Masalah Pencarian Alternatif Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Evaluasi Prilaku Pembelian sumber: Kotler (2007) Pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen bukanlah merupakan sebuah kepusan tunggal. Pemahaman dalam seluruh proses menjadi penting karena pemasar bisa memprediksai berbagai stimuli dan respon yang diberikan oleh konsumen. Dalam proses pengambilan keputusan pembelian, konsumen melewati beberapa tahap pembelian seperti yang tercantum dalam Gambar 2.1 dimana tahaptahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai dari pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal maupun eksternal. Contoh rangsangan internal adalah lapar dan haus, contoh rangsangan eksternal 24 adalah ketika seseorang melewati toko kue yang sebelumnya ia tidak merasa lapar kemudian menjadi lapar. 2) Pencarian informasi Konsumen yang tergugah keinginannya akan berusaha mencari lebih banyak informasi dari yang ia ketahui. Kita dapat membaginya menjadi dua tingkat yaitu suatu pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat. Pada tingkat itu seseorang hanya lebih peka terhadap informasi suatu produk. Pada tingkat selajutnya seseorang akan melakukan pencarian aktif informasi dari sebuah produk. Yang menjadi perhatian utama dari pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen terhadap keputusan pembelian. Sumber informasi konsumen digolongkan menjadi empat kelompok sebagai berikut. (1) Sumber peribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan. (2) Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan toko. (3) Sumber publik: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. (4) Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk. 3) Evaluasi alterntif Evaluasi alternatif merupakan proses membandingkan/penilaian terhadap merek-merek yang berbeda untuk menentukan merek mana yang nantinya akan menjadi pilihan konsumen. Konsep dasar dalam memahami proses memahami evaluasi konsumen: (1) Konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan (2) Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk 25 (3) Konsumen memandang masing-masing produk merupakan sekumpulan atribut yang memiliki kemampuan yang berbeda. Contoh atribut yang diminati konsumen berbeda-beda menurut produk: a. Kamera: ketajaman gambar, kecepatan kamera, ukuran, harga b. Hotel: lokasi, kebersihan, kenyamanan, harga 4) Keputusan pembelian Keputusan untuk membeli merupakan proses dalam pembelian yang nyata. Jadi setelah melalui tahap-tahap di atas maka konsumen akan mengambil keputusan untuk membeli atau tidak. Namun terdapat beberapa faktor-faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan keputusan pembelian yaitu sikap pengaruh orang lain dan faktor-faktor situasional yang tidak terduga dan secara tidak langsung berpengaruh. 5) Perilaku pasca pembelian Setelah konsumen membeli produk, konsumen akan berada di level puas atau tidak puas. Tugas pemasar tidak berakhir sampai pada pembelian telah terjadi, masih ada tugas selanjutnya yaitu berlanjut pada periode pasca pembelian. terdapat tiga perilaku pasca pembelian yaitu: (1) Kepuasan pasca pembelian, merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli saat mnggunakan produk tersebut. 26 (2) Tindakan pasca pembelian, puas atau tidak puasnya konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku pembelian selanjutnya. Jika kepuasan dari konsumen tercapai maka kemungkinan besar pembelian ulang terjadi. (3) Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian, pemasar juga harus memantau bagaimana konsumen memakai dan membuang produknya. Jika konsumen menyimpan produk tersebut dilemari kemungkinan produsen tidak puas menggunakan produk tersebut. 2.1.5 Definisi dan pentingnya market share Market share adalah bagian pasar yang dikuasai oleh perusahaan dimana cara menghitungnya adalah dengan membagi hasil penjualan perusahaan dengan penjualan industri. Pangsa pasar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Stiawan (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa analisis pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang dikaitkan dengan posisi persaingan perusahaan dalam suatu industri. Secara umum, setiap perusahaan harus memantau tiga variabel ketika menganalisis para pesaingnya (Kotler dan Keller, 2009:419): 1) Pangsa pasar (share of market) atau pasar sasaran. 2) Pangsa ingatan (share of mind) yaitu persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing dalam menanggapi pertanyaan, “Sebutkan perusahaan pertama dalam industri ini yang ada di pikiran Anda.” 27 3) Pangsa hati (share of heart) yaitu persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing dalam menanggapi pertanyaan, “Sebutkan perusahaan yang produknya lebih Anda sukai untuk dibeli.” Ukuran besarnya pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu merek produk akan menentukan posisinya dalam persaingan. Berdasaran hal itu, posisi-posisi perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1) Market Leader, sebuah perusahaan disebut pimpinan pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 40% atau lebih. 2) Market Chalengger, sebuah perusahaan disebut penantang pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 30%. 3) Market Follower, sebuah perusahaan disebut pengikut pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 20%. 4) Market Nitcher, sebuah perusahaan disebut juga penggarap relung pasar apabila pangsa pasar yang dikuasai berada pada kisaran 10% atau kurang. (Kotler dan Keller, 2009:421) 2.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian Sebelumnya Perilaku konsumen dalam memilih dan menggunakan sebuah produk yang disebabkan oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan dalam landasan teori juga didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini , yaitu sebagai berikut: 28 1. Tedjakusuma,dkk (2001) menguji faktor perilaku konsumen pada pembelian air mineral dan mendapatkan hasil bahwa faktor pendidikan dan penghasilan memiliki hubungan dan berpengaruh positif terhadap pembelian air mineral. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan terhadap kesehatan semakin tinggi, sehingga mereka cenderung untuk lebih selektif dalam dalam memilih air minum yang bebas kuman. Persamaan dengan penelitian yg sedang peneliti lakukan dimana terdapat faktor pendidikan yang digunakan untuk mengetahui hubungan dengan pemilihan produk, perbedaannya yaitu di dalam penelitian ini tidak meneliti tentang variabel umur, pekerjaan dan kepribadian konsumen. 2. Semuel,dkk(2007) menguji faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian pada sertoran dengan stimulus 50% discount di Surabaya, dimana salah satu faktor yang diuji adalah faktor personal yang terdiri atas situasi ekonomi, kepribaian, dan umur. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor personal terhadap keputusan pembelian ketika program diskon 50% diterapkan. Persamaan yang dimiliki adalah terdapat faktor kepribadian dan umur yang digunakan untuk mengetahui hubungan dengan pemilihan produk, perbedaannya yaitu di dalam penelitian ini tidak meneliti tentang variabel status pendidikan konsumen. 3. Hutagalung dan Aisha(2008) menguji faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan penggunaan ponsel GSM dan CDMA pada mahasiswa menemukan bahwa faktor pribadi yang terdiri atas umur, pekerjaan, 29 situasi ekonomi serta kepribadian memiliki pengaruh positif dan ini menandakan terdapat hubungan antara faktor pribadi dengan keputusan penggunaan ponsel, hanya saja pengaruh positif ini tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan diantara keduanya. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang sama dalam penelitian, dan teknik analisis data yang sama. 4. Noviyarto (2010) meneliti pengaruh perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian pada paket layanan internet di Jakarta menemukan bahwa berdasarkan data sampel yang didapat secara merata per-wilayah di DKI Jakarta, untuk pengguna paket layanan data Unlimited Internet CDMA di DKI Jakarta, responden yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi (S-1 dan S-2) cenderung lebih banyak menggunakan dan memanfaatkan akses internet untuk penelusuran informasi berita online dan berbagai kebutuhan informasi lainnya yang berhubungan dengan pendidikan dan keahlian (spesialisasi) dari responden. Persamaan dengan penelitian yg sedang peneliti lakukan dimana terdapat faktor pendidikan yang digunakan untuk mengetahui hubungan dengan pemilihan produk, perbedaannya yaitu di dalam penelitian ini tidak meneliti tentang variabel umur, pekerjaan dan kepribadian konsumen. 5. Winanto (2007) menganalisis perilaku siswa SMU dalam pemilihan kosmetik dimana setiap konsumen mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pengambilan keputusan pembelian. Makin terbatasnya kemampuan yang dimiliki, misalnya dalam hal dana, makin hati-hati pula seseorang dalam menimbang dan menganalisa sebelum memutuskan produk mana yang layak 30 dibelinya untuk mencapai kepuasan yang tertinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswi SMU dalam pembelian kosmetik dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu : pendapatan orang tua, selera, harga dan iklan dengan menganggap faktor lain tetap (citeris paribus). Persamaan pada variabel penelitian yaitu penggunaan variabel pendidikan. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko (2007) dengan penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemakaian Jasa Warnet Di Kota Jember”. Pokok permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan warung internet. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda, uji asumsi klasik. Hasil penelitian penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian jasa warnet di kota Jember yang mayoritas dari kalangan mahasisiwa dan pelajar sehingga penggunaan internet tinggi, dan semakin tinggi pendapatan konsumen memiliki kecenderung semakin jarang ke warnet. Hal itu memungkinkan karena pemakai kebanyakan sudah memiliki akses warnet sendiri dirumah. Perbedaan penelitian ini terletak pada teknik analisis data yang digunakan dan variabel yang digunakan. Persamaannya terletak pada status pendidikan konsumen yangditeliti. 7. Penelitian yang di lakukan Niken (2007) dengan judul penelitian yang berjudul “Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian: Studi Empiris Jamu Langsing Cair Perusahaan Jamu Paten Di Jakarta”. Pokok permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini adalah mengetahui perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap suatu produk khususnya jamu 31 langsing cair paten. Penelitian ini menggunakan pengukuran Cronbach’s Alpha da Analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa konsumen kebanyakan dari kalangan dewasa dengan tingkat pendapatan menengah kebawah, dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka keputusan pembelian jamu lebih panjang dan konsumen memiliki kriteria dalam keputusan pembelian produk jamu langsing Paten. Persamaan penelitian yaitu sama-sama menggunaan konsumen dengan pendapatan rendah atau tinggi, dan perbedaannya adalah pada jumlah variabel yang diteliti dan teknik analisis data yang digunkan. 8. Penelitian yang di lakukan Garwati (2008) dengan penelitian yang berjudul “Analisi Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Model Pembelian Produk di Internet Studi Kasus di Yogyakarta”. Pokok permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini pengaruh faktor demografi dan pengalaman internet konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian untuk produk internet. Metoda analisis yang digunkana adalah Analisis Persentase dan Analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyatakan dimana faktor Demografis memiliki pengaruh positif yang lebih mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian produk di internet. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika responden memiliki penghasilan tinggi semakin kuat keinginan untuk membelanjakan unagnya melalui jasa di internet. 9. Penelitian yang dilakukan Marhaini (2008) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Komputer Merek ACER Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara”. Pokok masalah 32 yang melatarbelakangi penelitian ini faktor-faktor apa saja yang mempengarihi keputusan pembelian computer merek Acer. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor psikologis dan pribadi yaitu motifasi berpengaruh secara signifikan terhadap norma subjektif. 10. Penelitian yang dilakukan Natalia dan Handrijaningsih (2009) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengaruh Teknologi 3G”. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor bauran pemasaran, faktor psikologis, dan faktor pengaruh lingkungan terhadap pengambilan keputusan penggunaan teknologi 3G. Hasil penelitian menyatakan bahwa keputusan penggunaan teknologi 3G dipengaruhi secara bersama-sama oleh faktor bauran pemasaran, indivisu konsumen (kepribadian, gaya hidup, motifasi, persepsi, pembelanjaan), dan pengaruh lingkungan. 11. Penelitian yang dilakukan Naomi dan Mayasari (2009) dengan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siswa SMA Dalam Perilaku Pembelian Kompulsif: Perspektif Psikologi”. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakan materialisme mempengaruhi perilaku pembelian kompulsif pada siswa SMA. Hasil penelitian mengatakan bahwa adanya pergeseran perspektif dalam memahami perilaku pembelian kompulsif dari perspektif psiklatik ke perspektif lebih luas, yaitu perspektif psikologi. Pendekatan psikologi penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku kompulsif berbeda dari perilaku non-kompulsif. 33 12. Penelitian yang dilakukan Demanik (2007) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Pribadi dan Faktor Psikologi Terhadap Proses Keputusan Konsumen Pada Game Station”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakan faktor pribadi dan psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses keputusan konsumen pada Game Station. Teknik analisis yang digunakan yaitu Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi Linier Berganda. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti yang menggunakan teknik analisis data deskriptif. Dengan hasil penelitian yang menyatakan faktor pribadi dan psikologis mempengaruhi penggunaan jasa Game Station, motivasi yang tinggi dan gaya hidup semakin tinggi maka penggunaan Game Station semakin tinggi dibandingkan dengan konsumen yang memiliki gaya hidup rendah. 13. Penelitian yang dilakukan Kartika (2008) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Keputusan Membeli Mobil Toyota Avansa dan Daihatsu Xenia di Medan”. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh eksternal yang memepengaruhi keputusan pembelian mobil Toyota Avansa dan Daihatzu Xenia. Hasil penelitian menyatakan bahwa produk, harga, lingkungan sosial konsumen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam memilih merek mobil. 14. Penelitian yang dilakukan Laila (2008) dengan penelitian yang berjudul “Analisi Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian” tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor psikologis seperti minat, opini, secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk. Hasil penetilian menyatakan 34 bahwa minat dan opini bersama-sama memberikan pengaruh terhadap pemilihan produk yang ingin dibeli oleh konsumen. 15. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2009) penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Prilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Ruko di Malang”. Pengaruh perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian yaitu dengan menganalisis faktor-faktor bauran pemasaran dan kelompok referensi terhadap keputusan pembelian ruko di kota Malang. Dalam penelitian ini mengungkapkan pengaruh dari faktor produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, kelompok referensi baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Sedangkan di penelitian ini hanya variabel demografi dan kepribadian yang diteliti. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor, analisis regresi linear berganda. Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor produk, harga, lokasi strategis, promosi, bukti fisik, dan kelompok referensi berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan konsumen dalam membeli ruko di kota Malang. 16. Penelitian yang dilakukan oleh Vani, dkk (2010) yang berjudul “Toothpaste Brands –A Study of Consumer Behavior in Bangalore City”. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa dalam pemahaman pemasar tentang keinginan konsumen yang selalu berubah seiring dengan gaya hidup, dalam memahami keinginan konsumen inovasi, teknologi, dan perubahan gaya hidup merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Persamaan permasalahan yang 35 menyebabkan terjadinya perubahan perilaku konsumen yang menjadikan jurnal ini dijadikan rekomendasi untuk mendukung permasalahan pada penelitian ini. 17. Penelitian yang dilakukan oleh Shwu (2002) yang berjudul “Internet Marketing Involvement and Consumer Behavior”. Penelitian ini memperoleh hasil faktor yang mempengaruhi tingkat pemasaran internet yaitu pada perbedaan perilaku konsumen dan persepsi serta pemasaran yang diaangap baik bagi konsumen. Perilaku konsumen sangat mempengaruhi keefektifan pemasaran produk. Perbedaan alat analisis data dan variabel yang diteliti. Persamaan terdapat pada permasalahan perubahan perilaku konsumen. 18. Penelitian yang dilakukan oleh Jundong, dkk (2008) yang berjudul “Cause’s Attributes Influencing Consumer’s Purchasing Intention: Empirical Evidence from China”. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa CRM memiliki dampak yang signifikan terhadap pilihan perilaku konsumen, dan atribut-atribut ini secara substansi memperkuat efek pengaruh antara perilaku konsumen terhadap CRM. 19. Penelitian yang dilakukan oleh Jihyun dan Jihye (2005) yang berjudul “A Consumer Shopping Channel Extension Model: Attitude Shift Toward the Online Store”. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam menguji eksistensi belanja konsumen berfokus pada perubahan dari belanja offline ke online menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesibukan dalam pekerjaan dan pendapatan maka membuat konsumen lebih memilih praktis dan gampang, tingkat mahasiswa berkelanja online lebih kecil dibandingkan dengan tingkat belanja online yang dilakukan oleh wanita karier atau pekerja. 36 20. Penelitian yang dilakukan oleh Stavkova, dkk(2005) yang berjudul “Factors Influencing Consumer Behavior”. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menyatakan keterampilan dan pengetahuan konsumen yang terhubung ke pembelajaran akan mempengaruhi tingkah laku pemilihan produk. Pengetahuan yang dimiliki konsumen akan memberikan gambaran atau informasi pertama terhadap apa yang ingin dikonsumsi. Dengan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman konsumen akan lebih protektif dalam melakukan keputusan pembelian sutau produk, karena setiap individu memiliki klasifikasi produk apa yang dianggap bagus dan sesuai terhadap kebutuhan atau keinginannya. 21. Penelitian yang dilakukan oleh Hyun (2006) yang berjudul “Demographic Characteristics OnThe Perception Of Fashion Web Site Attributes in Korea”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel demografi persepsi konsumen tentang atribut mode situs web, diukur dengan "6C" atribut komunikasi menjadi lebih penting untuk situs web dari busana pria responden. Memberikan makna yang berbeda karena perbedaan gender mempengaruhi dalam persepsi dalam memproses suatu informasi pemasaran. Atribut komunitas dianggap kurang penting oleh konsumen perempuan dibandingkan dengan konsumen laki-laki. Persamaan penelitian terletak pada mengembangkan gender berorientasi strategi pemasaran. Perbedaan terletak pada atribut komunitas ini lebih dihargai oleh responden sudah menikah. Atribut masyarakat bisa berpotensi 37 membantu dalam memenangkan loyalitas konsumen, ini tidak digunakan dalam pnelitian ini. 22. Penelitian yang dilakukan oleh Chung dan Young (2003) yang berjudul “Identifying Key Factor Affecting Consumer Purchase Behavior in An Online Shopping Context”. Hasil penelitian menyatakan bahwa konsumen yang sering mengunjungi toko online kebanyakan adalah yang kehidupan sehari-harinya berhubungan dengan internet. Dan dengan pendidikan serta pengalaman mempengaruhi perilaku keputusan pembelian konsumen. Persamaan terletak pada variabel yang digunakan. 23. Penelitian yang dilakukan oleh Yuksel, dkk (2008) yang berjudul “Customers’ Cellular Phone Buying Behavior from the Aspect Of Their Attitudes, Value Perceptions and Life Values”. Hasil penelitian menyatakan bahwa, seorang manajer pemasaran harus berkonsentrasi pada jenis produk diidentifikasi dengan jenis dimensi nilai seperti sosial, emosional, harga dan kualitas dari sudut pandang pelanggan. Selain itu, kehidupan individu nilai-nilai yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pelanggan yang mencoba untuk membeli produk serta segmen pelanggan umum yang terjadi sesuai dengan persepsi nilai dan karakteristik demografi harus dipertimbangkan dengan cermat oleh para manajer pemasaran. Dengan demikian, mereka dapat menghasilkan strategi yang tepat dan efektif untuk menarik perhatian pelanggan mereka dan untuk mempengaruhi perilaku pembelian pelanggan mereka. 38 24. Penelitian yang dilakukan oleh Na dan Ping (2002) yang berjudul “Consumer Online Shopping Attitude And Behavior: An Assessment Of Research”. Hasil penelitian menyatakan bahwa orang yang memiliki lifestyle lebih modern mengikuti perkembangan jaman, kepribadian terbuka terhadap perubahan dan yang memiliki waktu terbatas cenderung membeli online, yaitu karena mereka yang menggunakan Internet sebagai alat rutin dan/atau mereka yang memiliki lebih banyak waktu untuk bekerja, membuat mereka lebih menyukai berbelanja di Internet atau online dibandingkan memberikan waktu secara sengaja untuk melakukan kegiatan perbelanjaan. Persamaan penelitian ini terletak pada permasalahan dan variabel yang digunakan sedangkan terdapat perbedaan alat analisis yang digunakan. 25. Penelitian yang dilakukan oleh Kwan, dll (2004) yang berjudul “Decision Making Behavior Towards Casual Wear Buying: A Study of Young Consumers in Mainland China”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa enam gaya pembuatan keputusan yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. (Recreational and Hedonistic Consciousness, Perfectionism Consciousness, dan Brand and Fashion Consciousness) digunakan di China daratan. Penelitian ini tidak menggunakan alat analisis yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kwan, dan variabel yang ditelitipun memiliki perbedaan. Persamaan terletak pada subjek yang diteliti yaitu konsumen pria. 39 2.2.1 Model penelitian Gambar 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku Pembelian Konsumen Budaya, Sosial, Pribadi (Umur, Status Pekerjaan, Pendidikan, Kepribadian) Umur Status Pekerjaan Keputusan Pembelian Status Pendidikan Kepribadian - Pemilihan produk Pemilihan merek Pemilihan sakuran pembelian Penentuan waktu pembelian Jumlah pembelian Sumber: Kotler (2005:203) 40 2.3 Rumusan Hipotesis Dari landasan teori, pembahasan hasil penelitian sebelumnya dan model perilaku pembelian konsumen dan keputusan pembelian produk, terdapat beberapa hipotesis yaitu jawaban sementara dari hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, yaitu sebagai berikut: 1) Hubungan umur konsumen pria dan pilihan kategori produk kosmetik Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen akan sangat berhubungan dengan umur karena sesuatu yang akan dibeli sangat tergantung pada umur dari konsumen itu sendiri. Noviyarto (2010:111) menjelaskan bahwa seberapa usia konsumen biasanya menunjukkan produk apa yang menarik baginya untuk dibeli. Selera konsumen pada makanan, pakaian, mobil, mebel dan rekreasi sering dihubungkan dengan usia. Ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan, yaitu: H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara usia konsumen pria dan pilihan kategori kosmetik. 2) Hubungan status pendidikan konsumen pria dan pilihan kategori produk kosmetik Pendidikan seseorang juga memiliki hubungan pada pola konsumsinya, pengalaman dan pengahasilan akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Tedjakusuma, Hartini dan Muryani (2001) menguji faktor perilaku konsumen pada pembelian air mineral dan mendapatkan hasil bahwa faktor pendidikan dan penghasilan memiliki hubungan dan berpengaruh positif terhadap pembelian air mineral. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan terhadap kesehatan 41 semakin tinggi pula pemilihan produk yang konsumsi. Ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan, yaitu: H3: Terdapat hubungan yang signifikan antara status pendidikan konsumen pria dan pilihan kategori kosmetik. 3) Hubungan status pekerjaan konsumen pria dan pilihan kategori produk kosmetik Hubungan pekerjaan seseorang pola konsumsinya. Keadaan ekonomi serta karier akan menuntut perubahan konsumsi seseorang. Ini disebabkan karena semakin tinggi pekerjaan dan keadaan ekonomi seseorang, maka semakin tinggi pula konsumsi yang dilakukannya dan akan sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian, Ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan, yaitu: H2: Terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan konsumen pria dan pilihan kategori produk kosmetik. 4) Hubungan kepribadian konsumen dan pilihan kategori produk kosmetik Kepribadian setiap orang berbeda-beda mempengaruhi perilaku pembeliannya. Sciffman dan Kanuk (2008:107) mendefiniskan kepribadian (personality) sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan pada definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat kejiwaan, yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang, dan perangai khusus yang membedakan cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, kapan, dimana, danbagaimana mereka mongkonsumsi produk atau jasa tertentu. Ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan, yaitu: H4: Terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian konsumen pria dan pilihan kategori produk kosmetik. 42