10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mencuci Tangan 2.1.1. Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Mencuci Tangan
2.1.1. Definisi Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir
(Depkes RI, 2007) dan menurut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-UNPAD (
Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan suatu kebiasaan
membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab
penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan
peralatan seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih (Wati,
2011).
Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang berbahan
dasar alkohol (Wati, 2011). Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan
debu secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang
bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda
terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman (Ananto, 2006).
Perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara
membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya
yang bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar
10
11
adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif
(Danuwirahadi, 2010).
2.1.2. Tujuan Mencuci Tangan
Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI tahun 2007 adalah salah satu
unsur pencegahan penularan infeksi. Menurut Ananto (2006) mencegah kontaminasi
silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau
perpindahan kuman.
2.1.3. Indikasi Waktu Mencuci Tangan
Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:
a. Setiap kali tangan kita kotor
(setelah memegang uang, binatang,
berkebun dll)
b. Setelah BAB (buang air besar)
c. Sebelum memegang makanan
d. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
e. Setelah pulang dari bepergian
f. Setelah bermain
12
2.1.4. Teknik mencuci tangan yang efektif
Gambar 1: Teknik mencuci tangan dengan menggunankan air dan sabun ( WHO, 2008)
Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan 4060 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut anjuran WHO
(2008) yaitu sebagai berikut :
a. Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun
dengan kedua telapak tangan
13
b. Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya.
c. Ketiga, gosok kedua telapak dan sela - sela jari tangan
d. Keempat, jari - jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
e. Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
f. Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
g. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keingkan
Kategori teknik mencuci tangan (Wibowo, 2013):
a. Sangat buruk : Bila tidak melakukan 7 langkah cuci tangan (skor 1)
b. Buruk : bila melakukan 1-2 dari 7 langkah cuci tangan (skor 2)
c. Cukup baik : bila melakukan 3-4 dari 7 langkah cuci tangan (skor 3)
d. Baik : bila melakukan 5-6 dari 7 langkah cuci tangan (skor 4)
e. Sangat baik : bila melakukan 7 langkah cuci tangan dengan baik dan benar
(skor 5)
2.1.5. Manfaat cuci tangan
Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara
membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci tangan, maka
tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Apabila tangan dalam keadaan bersih
14
akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan, penyakit kulit, Infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung (Proverawati dan Rahmawati, 2012)
2.2.
2.2.1
Tinjauan Anak Usia Prasekolah
Pengertian Anak Usia Prasekolah
Menurut Biechler dan Snowman dalam Patmonodewo (2003) Anak
prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun, mereka biasanya mengikuti program
prasekolah baik di taman kanak-kanak, kelompok bermain maupun tempat penitipan
anak. Anak usia 5-6 tahun termasuk anak TK dimana kemampuan berbahasa anak
mulai meningkat, mengucapkan kalimat yang panjang, dapat menyatakan
pendapatnya dengan kalimat majemuk dan mempunyai perbendaharaan kata yang
cukup tinggi (Aulina, 2012).
Menurut Mukhoyaroh (2011) Pendidikan pada masa Taman Kanak-kanak
(TK) adalah masa pembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan
menentukan pengalaman anak selanjutnya. Masa prasekolah pertumbuhan dan
perkembangan anak berjalan dengan pesat, baik perkembangan fisik, sosial
emosional, kognitif, bahasa, kreativitas maupun moral atau pembentukan
karakternya.
Pendidikan anak usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling
mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya
manusia (Depdiknas, 2006). Karena rentang usia dini merupakan rentangan usia kritis
dan sekaligus strategis dalam prosese pendidikan dan pembelajaran selajutnya. Usia
15
kritis adalah saat dimana individu memperoleh rangsangan, perlakuan atau pengaruh
dari lingkungan pada saat yang tepat (Mutiah 2012).
2.2.2
Karakteristik anak usia 5-6 tahun
Anak berusia antara 5-6 tahun sedang berada pada akhir dari bagian awal
masa kanak-kanaknya. Menurut Hasanah (2011) Karakteristik khusus bagi anak
dalam kelompok usia 5-6 tahun adalah:
a. Perkembangan kemampuan fisik
Pada usia ini anak menunjukkan keingintahuan yang besar dan aktif. Anak
bisa mengatur gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes. Anak
juga bisa berjalan jinjit mundur dan berjalan mundur dengan tumitnya. Anak
juga bisa berlari dengan cepat, meloncat, berlari dengan satu kaki. Anak pada
usia ini sudah bisa mencuci tanganya sendiri tanpa membasahi bajunya,
berpakaian dan mengikat tali sepatunya sendiri. Koordinasi motorik yang baik
berkembang sampai anak dapat mencontoh segitiga dan belah ketupat.
Mereka mulai dapat menulis beberapa huruf dan angka dan menuliskan
namanya dengan benar, anak juga dapat menggambar benda hidup.
b. Penglihatan
Anak usia 5-6 tahun dapat menguasai indera peraba, pendengaran dan
penglihatan hampir sebaik orang dewasa. Perkembangan intelektual Stenberg
(1985) mengungkapkan bahwa ada tiga aspek dalam kecerdasan, yaitu:
16
kecerdasan analitis, kecerdasan kreatif, kecerdasan praktis. Anak usia 5-6
tahun berada pada akhir tahap pra-operasional, tahap saat pemikiran simbolis
sangat mendominasi hidupnya. Pemikiran simbolis membuat anak mampu
untuk membuat susunan kata dan gambar yang menggambarkan suatu objek
atau tindakan tertentu dalam pikiran anak.
c. Perkembangan kemampuan bahasa
Perkembangan bahasa berlangsung dengan cepat dan membantu anak untuk
mengemukakan pikirannya. Kosa kata anak meningkat samapi 8000-14000
kata pada usia 6 tahun. Kata Tanya (kenapa, siapa, dimana, dan kapan) lebih
banyak digunakan sehingga anak pada usia ini cenderung banyak bertanya.
d. Perkembangan kemampuan sosial
Anak usia 5-6 tahun menunjukkan lebih banyak kemampuan sosial. Hal ini
dapat dilihat dari cara bermain anak yang lebih terarah dan mampu bekerja
sama dalam bermain. Anak senang bermain bersama dan tolong menolong
dalam mencapai keinginan tertentu. Ada kecenderungan tolong menolong ini
dalam bermain dan kegiatan lainya. Anak usia ini lebih siap untuk berpisah
beberapa jam dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang lebih muda
dari itu. Anak sudah mampu berbagi dengan oranglain, mampu bertenggang
rasa, sabar menunggu giliranya,dan mampu menerima tabggung jawab yang
ringan.
e. Perkembangan Emosional
17
Emotional intelligence (kecerdasan emosi) adalah suatu tingkat kemampuan
dalam memahami emosi orang lain dan mengatur emosinya sendiri, seperti
misalnya mampu memotivasi diri sendiri dan tahan menghadapi rasa frustasi,
mengontrol gerak hati dan menunda kegembiraan, berempati (mampu
membayangkan dan merasakan perasaan orang lain) (Goleman,1995 dalam
Hasanah, 2011). Pada anak usia ini, kosa kata anak yang berhubungan dengan
emosi meningkat secara bertahap, sehingga mereka mengenal lebih banyak
variasi ekspresi orang lain (Hasanah, 2011).
Perkembangan kepribadian selain karena faktor keturunan, lingkungan juga
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Anak mempelajari berbagai
perilaku sosial dari contoh-contoh yang dilihatnya. Selain itu, pada usia ini
anak tidak hanya belajar tingkah laku yang kelihatan jelas, tetapi juga dapat
mempelajari gagasan, harapan, dan nilai-nilai. Anak dapat mempelajari halhal apa saja yang boleh dan tidak boleh. Penting untuk diperhatikan bahwa
setiap anak itu unik, mereka tumbuh menurut lajunya masing-masing.
2.2.3
Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah
Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak karena pada usia ini
berkembang rasa inisiatif anak. Perilaku yang nampak adalah anak banyak bertanya,
banyak meniru aktivitas orang lain dan mencoba melakukan tugas tertentu. Anak
banyak meniru kegiatan, oleh karena itu pendidik ataupun orang tua dapat
memberikan contoh pembelajaran yang dapat ditiru oleh anak seperti kebiasaan
18
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya adalah mencuci tangan
yang baik dan benar. Anak pada usia ini juga mulai menghadapi tuntutan oleh
lingkungannya untuk berperilaku dalam batas tertentu. Ini dapat menimbulkan krisis,
sehingga anak dapat mengalami kekecewaan. Bersama munculnya inisiatif, anak
juga mulai merasakan rasa bersalah yang dapat mengahambatnya untuk maju. Bila
lingkungan tidak kondusif terhadap inisiatif anak maka rasa bersalah akan menjadi
lebih dominan dalam kehidupan anak selanjutnya (Apriany, 2012).
Menurut Wulandari (2011) perilaku-perilaku yang kadang ditunjukkan anak
pada usia ini diantaranya: perilaku yang menunjukkan inisiatif yaitu berinisiatif
memulai suatu tugas dengan keinginan yang benar dan banyak ingin tahu segala
sesuatu. Perilaku yang menunjukkan rasa bersalah yaitu lebih suka meniru orang lain
daripada mengembangkan ide-idenya sendiri dan meminta maaf secara berlebihan
dan menjadi sangat malu hanya karena kesalahan kecil dan takut memulai pekerjaan
baru. Untuk itu anak akan berusaha melakukan kegiatan yang benar, sehingga dalam
usia ini anak dapat diberikan pendidikan sesuai usianya.
2.2.4
Proses dan Periode Perkembangan Anak
Pola perkembangan anak Santrock, (2007) meliputi :
a. Proses Biologis, yaitu perubahan fisik dalam tubuh anak. Warisan genetik
memainkan peran penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak,
berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan
perubahan hormonal di masa puber.
19
b.
Proses Kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa
anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak mengingat puisi,
membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun
strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang
bermakna.
c. Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang
lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan
anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan, dan
perasaan gembira saat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu
mencerminkan proses perkembangan sosioemosional.
Gambar 2: Proses dan Periode perkembangan anak (Santrock, 2007)
2.2.5
Metode Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Menurut moeslichatun dalam Ismaniar (2010), dalam memilih metode
pembelajaran untuk anak usia dini, ada dua alasan yang harus diperhatikan oleh setiap
pendidik. Pertama, karakteristik tujuan kegiatan yang meliputi:
20
a. Pengembangan kreativitas
b. Pengembangan bahasa
c. Pengembangan emosi
d. Pengembangan motorik dan
e. Pengembangan sikap serta nilai.
Kedua, karakteristik anak yang meliputi;
a. Kebiasaan anak yang selalu bergerak
b. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
c. Senang bereksperimen dan menguji
d. Mampu mengekspresikan diri secara kreatif
e. Mempunyai imajinasi dan senang berbicara.
Berdasarkan kedua pertimbangan di atas, Ismaniar (2010) mengatakan ada 9
metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam menumbuhkembangkan
perilaku hidup sehat pada anak usia dini adalah sebagai berikut:
a. Metode bercakap-cakap/Tanya jawab
Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai pikiran dan perasaan yang
sedang dialami anak dengan mengajak mereka bercakap-cakap tentang
berbagai hal. Banyak topik bisa dijadikan bahan percakapan. Contohnya
bercakap-cakap tentang topik yang disukai oleh anak- anak seperti makanan
kesukaan, binatang kesayangan, cita-cita, dan termasuk percakapan tentang
kesehatan. Percakapan yang dilakukan pendidik dengan anak-anak juga bisa
diselingi dengan anjuran agama tentang perilaku hidup sehat. Dari kegiatan
21
bercakap maka disamping pengetahuan perilaku hidup sehat meningkat, juga
dapat mengasah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain pada anak usia dini.
b. Metode demontrasi
Metode demontrasi merupakan kegiatan pendidik untuk memberikan contoh
kepada anak, dan selanjutnya anak bisa menirukan apa yang dicontohkan
pendidik kepadanya. Metode demontrasi memiliki makna yang penting bagi
anak usia dini, karena melalui metode ini maka dapat: a) membantu
mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti,
cermat dan tepat, dan b) membantu mengembangkan kemampuan peniruan
dan pengenalan secara tepat. Dalam pembelajaran perilaku hidup sehat
sebagai contoh, pendidik mencontohkan kepada anak tentang mencuci tangan
yang benar, mungkin saja dengan cara pendidik langsung membawa anak ke
kamar mandi.
c. Metode bermain peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk memainkan
peran tertentu, dengan menirukan perilaku seseorang dalam melakukan
kegiatan sehari perkembangan anak dapat dikembangkan melalui metode
bermain peran, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor.
Menggunakan metode bermain peran pendidik dapat mengembangkan
imajinasi anak tentang pentingnya perilaku hidup sehat. Misalnya saja melalui
22
permainan peran kegiatan bangun tidur, maka diharapkan anak terbiasa
berperilaku sehat, hidup bersih, dan teratur.
d. Metode Pemberian tugas
Metode ini memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk melaksanakan
tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan pendidik, sehingga anak
mendapat pengalaman secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas.
Apabila metode ini digunakan dalam proses pembelajaran hidup sehat, maka
anak
dapat
memperoleh
pengalaman
langsung
dan
nyata
dalam
pengembangan perilaku hidup sehat. Tugas yang diberikan kepada anak bisa
dalam bentuk tugas pribadi maupun tugas kelompok. Tugas yang dilakukan
anak secara kelompok sangat bermanfaat untuk mengembangkan perilaku
sehat, anak belajar bersosialisasi, bekerja sama, dan memahami karakter
teman-temannya serta belajar mematuhi aturan bersama. Sementara tugas
pribadi dapat mengembangan kemampuan kemandirian anak dalam
memecahkan masalah dan memperkuat konsep diri mereka masing masing.
penggunaan metode pemberian tugas secara teratur akan dapat menanamkan
kebiasaan dan sikap belajar yang positif dan juga dapat memotivasi anak
untuk belajar mandiri.
e. Metode praktek langsung
Metode praktek langsung digunakan dalam menumbuh kembangkan perilaku
hidup sehat pada anak usia dini karena dapat memberikan pengalaman belajar
yang praktis pada anak, dan ini tentunya sangat baik bagi pengembangan
23
pribadi yang sehat dan realistis. Dalam implementasinya seorang pendidik
yang menggunakan metode ini dapat memberikan kesempatan yang seluasluasnya pada anak misalnya dalam mempraktekan cara menjaga kebersihan
tangan, kaki, mulut dan lainnya, juga dalam melakukan kegiatan yang terkait
dengan upaya menjaga kebugaran tubuh seperti senam dan kegiatan olah raga.
Metode praktek langsung ini disamping melibatkan aktivitas pikiran dan
penalaran dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, juga dapat
mengembangkan sikap dan keterampilan motorik dalam area kesehatan.
f. Metode bercerita
Metode bercerita adalah menyampaikan suatu cerita, dalam hal ini tentunya
yang mengandung unsur pendidikan dan dilakukan secara lisan. Bercerita
dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media seperti menggunakan
buku cerita bergambar, boneka, atau media lainnya sehingga lebih menarik
bagi anak usia dini. Metode bercerita dapat melatih anak untuk belajar
mendengarkan. Melalui bercerita anak dapat memperoleh berbagai informasi
baik tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dipahami dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik bisa secara kreatif mengambil tokoh
maupun tokoh spiritual sebagai sumber inspirasi dalam menanamkan perilaku
hidup sehat pada anak. Penanaman dan pengembangan perilaku hidup sehat
pada anak usia dini dengan menggunakan metode bercerita ini dapat
dilakukan dengan dua kemungkinan, pertama pendidik berperan sebagai
pencerita atau kedua anak itu sendiri yang diminta untuk bercerita, dan akan
24
lebih baik lagi kalau selalu divariasikan sehingga tidak mengundang
kejenuhan.
g. Metode bermain
Bermain adalah metode utama dalam membelajarkan anak usia dini, karena
sebagaimana sudah diketahui secara umum dunia anak adalah bermain.
Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan
anak, baik kecerdasan logika berfikir, bahasa, keterampilan motorik,
kemandirian, maupun kecerdasan sosial emosional anak. Berbagai bentuk
permainan bisa dipilih dalam mengembangkan perilaku hidup sehat pada
anak, dan anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memilih permainan yang
disukainya. Misalnya untuk mengembangkan perilaku sehat dari aspek sosial
emosional maka kegiatan sosio drama atau bermain peran mungkin lebih
tepat. Sementara, jika kita ingin mengembangkan perilaku hidup sehat dari
aspek fisik maka kegiatan permainan berupa olah raga fisik dan senam sangat
cocok.
h. Pembiasaan
Salah satu upaya untuk mengembangkan perilaku hidup sehat pada anak usia
dini adalah dengan metode pembiasaan. Melalui pembiasaan yang dilakukan
dalam perilaku hidup sehat sejak usia dini maka itu akan menjadi gaya
hidupnya sampai dewasa kelak. Menggunakan cara yang bertahap dengan
menunjukkan caranya, pemberian kesempatan dan waktu yang cukup untuk
berlatih secara teratur maka perilaku sehat akan tertanam dalam kehidupan
25
anak. Banyak pembiasaan yang bisa kita ajarkan kepada anak sehubungan
dengan perilaku hidup sehat ini, misalnya kebiasaan menjaga kebersihan, tidur
dengan teratur, minum air putih, memakan makanan yang sehat, sabar, suka
berteman , rajin berolah raga dan lain sebagainya. Dalam metode pembiasaan
perilaku hidup sehat ini kita tidak bisa luput dari “ punishment” agar
pembiasaan yang kita terapkan menjadi kokoh keberadaannya di mata anak
anak, namun tentunya harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan
anak. Setiap anakyang mampu melakukan kebiasaan hidup sehat diberi
reward seperti senyuman, anggukan kepala, pujian verbal dan sebagainya.
Sebaliknya anak yang tidak melakukan perilaku hidup sehat di beri
punishment seperti ekspresi sedih dari wajah pendidik, gelengan kepala,
teguran dan nasehat.
i. Metode bernyanyi
Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-pesan pendidikan yang bisa
kita sampaikan kepada anak. Dengan demikian maka pengetahuan dan
keterampilan perilaku hidup sehat bisa kita sampaikan kepada anak melalui
kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah bagian dari kegiatan mengembangkan
kecerdasan musik anak (Ismaniar 2010). Musik bagi anak menyatu dalam
pertumbuhan
anak
dimana
musik
memiliki
nilai
tersendiri
dalam
mengembangkan kreativitas, perasaan kebersamaan dalam kelompok,
pertumbuhan fisik, keterampilan intelektual dan pertumbuhan emosional.
Banyak sekali contoh nyanyian atau lagu yang berkembang di sekitar kita dan
26
mengandung pesan pengetahuan perilaku hidup sehat dan dapat kita ajarkan
kepada anak. Diantara lagu-lagu yang dimaksud misalnya; a) Aku anak sehat,
b) Bangun pagi, c) Senam ceria, d) Cuci tangan, e) senam kesegaran jasmani,
f) minum susu dan lain sebagainya. Melalui kegiatan bernyanyi apalagi kalau
dilakukan bersama-sama antara pendidik dan anak maka akan tercipta suasana
yang menyenangkan, sehingga pesan disampaikan pendidik mudah diserap
oleh anak. Jadi metode bernyanyi bisa kita gunakan dalam mengembangkan
perilaku hidup sehat pada anak usia dini (Ismaniar, 2010).
Bernyanyi merupakan salah satu unsur yang menciptakan kegembiraan
dan suasana riang. Pelatihan, pembiasaan, pembelajaran dan pedidikan pada
usia dini akan lebih efektif jika digunakan juga media bernyanyi. Selain tidak
terkesan menggurui, memerintah atau melarang, juga disampaikan dengan
suasana riang gembira, mudah diingat dan tidak menyakitkan hati anak.
Misalnya lagu “ Mandi Pagi “ anak-anak tidak hanya belajar bernyanyi tetapi
juga diajak untuk membiasakan diri bagun pagi menjaga kebersihan badan
dan gosok gigi. Lagu “Pelangi-pelangi“ anak tidak hanya belajar
mengekspresikan suasana sukaria tetapi belajar mengenai warna, mengagumi
alam, dan menghargai ciptaan Tuhan. Lagu “Balonku“ mengajarkan anak
untuk berhitung. Lagu-lagu yang dinyanyikan pada usia ini perlu mencakup
pelatihan teknik berbicara, pengembangan
kosakata, dan
penguatan
kemampuan daya ingat. Dan masih banyak lagi lagu-lagu yang tidak hanya
27
secara psikologi tepat untuk anak-anak yang berjiwa riang gembira, tetapi
juga mengajarkan sesuatu yang bernilai kepada anak-anak (Wiflihani, 2007).
2.3.
Tinjauan Perilaku
2.3.1
Pengertian Perilaku
Robert kwik dalam Maulana (2009) mengatakan bahwa perilaku adalah
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati. Perilaku merupakan
keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan sebagai hasil dari
proses interaksi terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan (Maulana, 2009). Perilaku merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Antara perilaku,
pendidikan kesehatan dan status kesehatan berada pada suatu pola hubungan yang
saling mempengaruhi.
2.3.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Maulana (2009) adalah
A. Faktor internal: sifat bawaan berupa karakteristik dari orang yang
bersangkutan seperti ras, sifat fisik, sikap kepribadian (pemalu, pemarah,
dan penakut), bakat, tingkat kecerdasan dan jenis kelamin.
B. Faktor eksternal: lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik.
28
2.3.3
Cara Mengukur Perilaku Kesehatan
Menurut Mantra dalam Yuliantantri (2013) mengatakan cara tepat
untuk mengubah perilaku adalah dengan cara pendekatan edukatif. Salah satu
kegiatan edukatif adalah bernyanyi. Menurut Green (1980) dalam Maulana
(2009) pendidikan kesehatan mempunyai peranan yang penting untuk
mengubah perilaku. Perubahan perilaku dapat dievaluasi dalam waktu tiga
minggu. (Lally, 2011). Sedangkan menurut Danuwirahadi (2010) untuk
meneliti perubahan perilaku memerlukan waktu sekitar satu sampai dua
minggu. Dalam mengenal dan memahami cara berhitung sederhana dengan
metode penyampaian cara bernyanyi diperlukan waktu dua minggu (Iswara,
2013). Cara pengukuran perilaku tergantung dari domain perilaku yang terdiri
dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Cara pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari responden. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Sedangkan pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan cara pengamatan
langsung (observasi) tindakan dari responden (Kuswandari 2012).
2.3.4
Jenis-jenis Perilaku
Menurut Notoatmodjo (1993) dalam Maulana (2009) bentuk operasional dari
perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
29
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau
rangsangan dari luar.
b. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk
perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari,
lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan
mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut.
Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang
bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
pembentukan perilaku manusia.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan
atau aksi terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti domain psikomotor yaitu
tindakan. Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang
terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan
(action)
yang
melibatkan
aspek
psikomotor
atau
seseorang
telah
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi. Tindakan atau perilaku
kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon
batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan
30
melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).
Sehat berhubungan dengan perilaku seseorang, cara mengukur indikator
perilaku tindakan adalah melalui observasi tetapi bisa juga dengan cara
wawancara. Tingkatan perubahan perilaku sehat menurut Guilbert (1970)
dalam Maulana 2009:
Otomatisme
(Automatism)
Pengawasan
(control)
Peniruan
(Imitation)
Bidang
Psikomotor
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep
dari Lawrence Green (1980), dalam
Maulana (2009) menurut Lawrence
Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor).
Faktor-faktor
yang mempermudah perilaku
yang
mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
31
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku yang mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan. Seperti
tempat cuci tangan, keran, air mengalir, sabun dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas yang lainnya.
2.4.
Teori-teori Pendidikan dan Perkembangan Perilaku
2.4.1. Teori Perkembangan Psikososial oleh Erikson (1968)
Erikson (1968) dalam Mutiah (2010) mendalami teori Psikoanalisis yang
diprakarsai oleh Sigmund Freud. Dalam teori perkembangan Psikososial milik
Erikson, terdapat istilah persamaan ego yang merupakan perasaan sadar yang
dikembangkan melalui interaksi sosial. Perkembangan ego dapat berubah dengan
pengalaman dan adanya informasi baru yang didapat dari interaksi dengan orang lain.
Erikson percaya kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu
perkembangan ego menjadi positif. Erikson memaparkan teorinya melalui konsep
polaritas bertingkat, menjadi delapan tahap perkembangan selama siklus kehidupan
(Mutiah, 2010). Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun,
perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan membuat
mereka sangat cemas. Ketika anak-anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang
lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang lebih
bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Anak-anak diharapkan menerima
32
tanggung jawab yang lebih besar. Namun perasaan bersalah dapat muncul jika anakanak tidak bertanggung jawab dan merasa terlalu cemas (Wahyuni 2013).
2.4.2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget (1952)
Piaget (1952) dalam Mutiah (2009) merumuskan teori Proses Kognitif pada
anak-anak. Menurutnya, melalui interaksi anak menciptakan sendiri pengetahuan
mereka tentang dunianya. Mereka berlatih menggunakan informasi-informasi yang
sudah mereka dengarkan sebelumnya. Dalam proses belajar perlu adaptasi dan
adaptasi membutukan keseimbangan antara dua proses yang menunjang yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan
pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika
anak menyesuaikan diri pada informasi baru atau penyesuaian skema pikiran mereka
terhadap lingkungannya. Tahap selanjutnya adalah Ekuilibrasi, mekanisme yang
menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran
selanjutnya. Pergeseran tersebut terjadi saat anak mengalami konflik kognitif saat
asimilasi dan akomodasi bekerja dalam menghasilkan perubahan kognitif. Selain
proses kognitif di atas, Piaget juga menyakini perkembangan kognitif terjadi dalam
empat tahapan yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan
operasional formal. Anak umur 2-7 tahun termasuk tahap pra-operasional yang
merupakan tahap pemikiran simbolis yang bersifat egosentris dan intuitif namun tidak
melibatkan pemikiran operasional dan logis. Tahap ini dapat dibagi menjadi dua sub
33
tahap : fungsi simbolis (2 – 4 tahun) dan pemikiran intuitif (4 – 7 tahun) (Wahyuni,
2013).
2.4.3. Teori Perekembangan otak
Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan karena merupakan
dasar bagi pembentukan kepribadian manusia. Selama tahun-tahun pertama otak
berkembang pesat untuk menghasilkan bertriliun-triliun sambungan antar sel.
Sambungan antar sel akan semakin kuat apabila diberikan stimulasi dan apabila
sering digunakan (Mutiah, 2010). Jumlah sel otak tidak pernah bertambah tetapi
kualitas otak (dendrit) bisa bertambah. Jika diberikan rangsangan yang banyak maka
akan terjadi percepatan interaksi antar impuls.
Menurut Frigyes Sandor, 1975 dalam Widhianawati (2011) menyebutkan
bahwa pembelajaran bernyanyi dan latihan gerak tubuh sangat berhubungan erat,
karena irama lagu dapat mempengaruhi dan mengendalikan pusat syaraf. Sehingga
cara belajar yang baik bagi anak adalah melalui lagu dan gerakannya. Untuk itu
pembelajaran melalui gerak dan lagu yang dilakukan sambil bermain akan membantu
untuk lebih mengembangkan kecerdasannya tidak hanya pada aspek pengembangan
seni, bahasa dan fisiknya saja tetapi juga pada pengembangan emosional dan kognitif
anak.
34
2.5.
Pengaruh Nyanyian terhadap Pelaksanaan Teknik Mencuci tangan
Kondisi sehat dapat dicapai dengan cara mengubah perilaku yang tidak sehat
menjadi perilaku yang sehat (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Sehat adalah
impian setiap orang, karena kesehatan menentukan kualitas sumber daya manusia.
Kondisi sehat tidak hanya menyangkut kondisi fisik saja tetapi meliputi tiga aspek
yaitu sehat fisik, sehat sosial emosional dan sehat spiritual. Namun kondisi yang sehat
pada diri seseorang tidak datang dengan sendirinya. Langkah utama yang bisa
dilakukan untuk mencapai kondisi sehat adalah dengan menerapkan perilaku hidup
sehat sejak usia dini. Berbagai metode dapat dipilih dan divariasikan dalam
mengembangkan perilaku hidup sehat pada anak usia dini dengan memperhatikan
usia dan tahap perkembangan anak (Ismaniar, 2010).
Salah satu metode yang bisa digunakan adalah dengan nyanyian karena
nyanyian menjadi bagian dari kehidupan anak selain kegiatan bermain (Ismaniar,
2010). Bernyanyi adalah mengeluarkan suara bernada atau berlagu. Nyanyian juga
diistilahkan dengan komponen musik pendek yang terdiri atas perpaduan lirik dan
lagu/nada. Dalam lirik terdapat susunan kata-kata yang mengandung arti/ makna
tertentu. Makna yang terdapat dalam sebuah nyanyian berbeda-beda sesuai tujuan
dibuatnya nyanyian tersebut. Selanjutnya makna yang ada pada nyanyian dapat
digunakan untuk melakukan sugesti, persuasi dan memberikan nasehat (Subekti,
2007). Nyanyian yang diberikan kepada anak dibuat dengan gaya bahasa yang
sederhana, lirik yang pendek dan sesuai dengan perkembangan anak agar mudah
dipahami dan dijiwai oleh anak karena dalam nyanyian tersirat makna tertentu.
35
Metode ini cocok diberikan pada anak-anak karena terkesan gembira dan tidak
membosankan (Ismaniar, 2010).
Nyanyian diberikan kepada anak didik dengan cara mengajarkan nyanyian
yang sudah ada atau mengganti lirik dari lagu yang sudah dikenal sebelumnya dengan
lirik lain atau jika memungkinkan dengan membuat lagu baru dengan lirik yang
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa lagu anak yang memiliki karakter
merupakan hal yang penting dan harus ditanamkan sejak dini. Jika nyanyian tersebut
sering dinyanyikan dan didengarkan diharapkan dapat mensugesti dan mengajak
anak-anak untuk memiliki karakter seperti dalam makna nyanyian tersebut (Ismaniar,
2010)
Menurut ahli bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan
menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang
mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai
karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu
tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian,
ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena
sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain keduanya dapat disebut dengan
kebiasaan (Ismaniar, 2010)
Menurut Rakhmat (2005), gerakan sangatlah penting bagi pembelajaran,
karena gerakan mampu membangkitkan dan mengaktifkan kapasitas mental. Gerakan
menyatukan dan menarik informasi-informasi baru kedalam jaringan neuron. Gerakan
36
sangat vital bagi semua tindakan untuk pembelajaran, pemahaman, dan untuk diri kita
sendiri. Setiap gerakan yang dilakukan merupakan suatu kejadian sensoris-motorik,
yang berkaitan dengan pemahaman terhadap dunia fisik, dunia tempat semua
pembelajaran. Setiap kali kita bergerak dalam cara yang teratur dan halus, otak akan
diaktifkan secara penuh dan integrasi terjadi, pintu kepada pembelajaran terbuka
secara alami (Fitrianti, 2012). Pengembangan karakter anak dilakukan dengan
berbagai kegiatan, salah satunya dengan kegiatan musik, karena kegiatan musik
adalah kegiatan yang digemari dan menyenangkan bagi anak, juga merupakan salah
satu cara pemberian pengalaman belajar melalui musik yang dibawakan atau yang
didengar. Para ahli saraf memastikan bahwa lagu, gerakan dan permainan dengan
musik pada kanak-kanak merupakan salah satu aktivitas neurologis yang bagus untuk
pola bicara, keterampilan sensori-motor dan kemampuan gerak vital. Anak kecil
sangat tertarik jika musik menggunakan lagu, gerak, emosi dan permainan
(Mukhoyaroh, 2011).
Makna yang terdapat dalam sebuah nyanyian berbeda-beda
sesuai tujuan dibuatnya nyanyian tersebut. Selanjutnya makna yang ada dapat
digunakan untuk melakukan sugesti, persuasi dan memberikan nasehat. Kemampuan
mempengaruhi sebuah lirik lagu terjadi karena pengarang lagu menyampaikan ide
dan gagasan melalui kata ataupun kalimat yang bisa menimbulkan sikap dan perasaan
tertentu (Subekti, 2007).
TK (Taman Kanak-kanak) memiliki peran penting untuk mengembangkan
karakter positif pada anak. Pada masa ini perkembangan anak sangat cepat dan akan
berpengaruh pada masa yang akan datang sehingga perlu distimulasi agar
37
berkembang secara optimal. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode
yang kreatif dan inovatif. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah dengan
nyanyian karena nyanyian menjadi bagian dari kehidupan anak selain aktivitas
bermain. Nyanyian yang diberikan kepada anak dibuat dengan gaya bahasa
sederhana, lirik yang pendek dan sesuai dengan perkembangan anak agar mudah
dipahami dan dijiwai oleh anak karena dalam nyanyian tersirat makna tertentu.
Metode ini dianggap lebih tepat bagi anak-anak karena terkesan gembira dan tidak
membosankan. Nyanyian diberikan kepada anak didik dengan cara mengajarkan
nyanyian yang sudah ada, mengganti lirik dari lagu yang sudah dikenal sebelumnya
dengan lirik lain atau jika memungkinkan dengan membuat lagu baru dengan lirik
yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Jika nyanyian tersebut sering
dinyanyikan dan didengarkan diharapkan dapat mensugesti dan mengajak anak-anak
untuk memiliki karakter seperti dalam makna nyanyian tersebut (Lestari, 2012).
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anakanak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang
didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya
dan diikuti dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana (Depdiknas, 2006).
Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan, sehinggga pesanpesan yang diberikan akan lebih lama mengendap di memori anak (ingatan jangka
panjang), dengan demikian anak akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya.
(Widya, 2011).
38
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran. Sistem limbic
yang merupakan bagian dari otak tengah sebagai tempat pengaturan motivasi, emosi
dan perilaku (Sangkanparan, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2012) tetang pengaruh metode
menyanyi terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN 01
Rowosari Limpung Batang. Hasil penelitian tersebut yaitu bahwa aplikasi metode
menyanyi menunjukkan kategori sangat baik; hal ini dibuktikan dengan hasil 22
responden berada pada interval 45-60 dengan nilai persentase 32,43% sedangkan
motivasi belajar PAI (Pendidikan Agama Islam) dapat diklasifikasikan kedalam
kategori sangat baik ini dibuktikan dengan 12 responden pada interval 54-60 dengan
nilai persentase 32,43% pengaruh metode menyanyi terhadap motivasi belajar siswa
39
pada mata pelajaran PAI dengan teknik korelasi product moment dperoleh bahwa
aplikasi metode menyanyi mempunyai pengaruh yang cukup/sedang terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Hasil penelitian Iswara (2013) studi tentang kegiatan bernyanyi pada
pembelajaran “Calistung” untuk anak usia dini di TK Sekolah Alam Bandung
memperlihatkan bahwa sebagian besar (73,3%) mampu mengenali dan memahami
calistung sederhana dengan cepat (2 minggu). Berdasarkan perbedaan gender anak
didik perempuan umumnya lebih cepat memahami calistung daripada laki-laki.
Pendekatan metode bernyanyi untuk mengenal dan memahami pembelajaran
“calistung” yang dilakukan kepada anak didik TK B mampu mendorong anak untuk
memahami membaca, menulis, dan berhitung sederhana tanpa merasa ada paksaan.
Sebanyak 15 anak didik TK B dijadikan objek penelitian untuk melihat perilaku anak
didik dalam mengenal dan memahami pembelajaran calistung dengan menerapkan
metoda bernyanyi. Selama enam kali pertemuan dilakukan untuk mengajarkan lagu
yang berhubungan dengan pengenalan dan pemahaman membaca, menulis, dan
berhitung yang dijadikan indikator penelitian dengan didukung alat peraga berupa
gambar huruf (vocal dan konsonan), angka, dan simbul tambah dan kurang.
Download