01-1437. Larangan Menyembelih Kepada Selain Allah Ta ala-1

advertisement
Buletin Jum’at Ilmiyah
Edisi No: 1/VI/ 30 Dzul Qa’adah 1437H
Upaya Mendekatkan Umat kepada Pemahaman as Salafush Shalih
Larangan Menyembelih Kepada Selain Allah Ta’ala
،‫ وأشهد أن ال إله إال اهلل وحده ال شريك له‬،‫ والصالة والسالم على رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬,‫احلمد هلل‬
: ‫ وبعد‬،‫وأشهد أن حممدا عبده ورسوله‬
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
Allah ‘Azza Wajalla berfirman di dalam kitabNya yang mulia:
ِ ُ‫قُل إِ َّن ص ََلتِي ون‬
ِ
‫ت َوأَنَا أ ََّو ُل‬
ِّ ‫اي َوَم َماتِي لِلَّ ِه َر‬
ُ ‫ك أ ُِم ْر‬
َ ِ‫يك لَهُ َوبِ َذل‬
َ ‫) ََل َش ِر‬162( ‫ين‬
َ
َ ‫ب ال َْعالَم‬
َ َ‫سكي َوَم ْحي‬
ُ َ
ْ
ِِ
)163( ‫ين‬
َ ‫ال ُْم ْسلم‬
Artinya: “Katakanlah Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Robb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah Ta’ala)".
(QS.Al-An’am: 162-163)
Perkataan “Qul (Katakanlah …)” ini merupakan perintah dari Allah Ta’ala kepada NabiNya
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam untuk memberitahukan kepada manusia seluruhnya dan
bukan hanya kepada manusia yang ada di jaman diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wassallam saja atau kepada manusia yang ada di jazirah Arab saja, namun perintah ini adalah
kepada seluruh manusia yang ada di seluruh dunia sampai datangnya hari Kiamat.
Kemudian dilanjutkan dengan perkataan Allah Ta’ala “inna sholatii (sesungguhnya sholatku…)”
Sholat secara syariat adalah suatu bentuk ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam yang meliputi ibadah hati, perkataan dan amalan badan. Sholat yang meliputi ibadah hati
berupa menghadirkan rasa khusu’, takut dan menghadapkan hati, pikiran dan seluruh rasa kepada
Allah Ta’ala semata. Sholat yang meliputi ibadah lisan berupa melafadzkan takbir, tahmid,
membaca Alqur’an dan bermunajat kepada Allah Ta’ala dan sholat yang meliputi ibadah anggota
badan adalah dengan berdiri, ruku’, sujud, tasyahud dan sebagainya dari bentuk-bentuk gerakan
sholat yang lain.
Sholat adalah ibadah yang agung yang mengumpulkan atasnya bentuk-bentuk ibadah yang tidak
ada dalam ibadah yang lain. Oleh karena itu, Allah Ta’ala menjadikan sholat ini sebagai tiang
agama Islam dan rukun kedua dari rukun-rukun Islam.
Allah Ta’ala kemudian mengatakan “wanusukii (dan sembelihanku…)”
Makna sembelihan dalam ayat ini adalah apa saja yang disembelih dari hewan ternak dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan beribadah atasnya, seperti sembelihan yang dilakukan
dalam ibadah haji tamattu’, aqiqah, qurban dan ibadah-ibadah yang lain, seluruhnya disebut
dengan sembelihan karena hewan tersebut disembelih dalam rangka ibadah kepada Allah Ta’ala.
Mohon tidak dibaca ketika Khatib sedang berkhutbah
1
Ibadah menyembelih ini sudah ada sejak jaman
jahiliyah dahulu, yakni kaum musyirikin mereka
menyembelih untuk berhala-berhala mereka,
seperti untuk jin (yang dalam istilah sekarang
adalah sesajen atau tumbal), untuk bintangbintang dan untuk apa saja selain Allah Ta’ala.
‘Alaihi Wassallam, itupun akan dilakukan,
sehingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wassallam wafat diatas Tauhid dan tidak
menyekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu
apapun.
Oleh karena itu Allah Ta’ala melalui nabiNya
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
menjelaskan bahwa agama Islam adalah agama
yang menyelisihi agama kaum musyirikin
dengan ayat ini, yakni sembelihan tidak boleh
diperuntukkan kepada selain Allah Ta’ala
semata sebagaimana tidak bolehnya sholat
kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.
(Robb semesta alam)…”
Digandengkannya ibadah menyembelih dan
sholat dalam ayat ini adalah menunjukkan
bahwa kedua bentuk ibadah ini merupakan
bentuk ibadah yang agung yang tidak boleh
dipersembehkan kepada selain Allah Ta’ala,
dan kadang ibadah menyembelih banyak
diantara manusia yang bermudah-mudahan
atasnya. Sebagai contoh sebagian manusia,
mereka menyembelih hewan-hewan ternak
mereka seperti ayam hitam dan yang sejenisnya
kepada jin berupa tumbal sebagai bentuk
menuruti perintah dari seorang dukun atau
“orang pintar” dengan harapan jin tersebut
dapat menyembuhkan penyakit yang ada pada
dirinya melalui sembelihan yang ia lakukan.
Maka sesungguhnya hal ini adalah bentuk
menyembelih kepada selain Allah Ta’ala.
Allah
Ta’ala
kemudian
melanjutkan:
“wamahyaaya (dan hidup...)”
perkataanNya
‘Azza
Robb maknanya adalah yang Maha Menguasai
dan ‘alamin adalah bentuk jamak dari alam
semesta, yakni segala sesuatu dari makhlukmahkluk yang ada selain dari Allah Ta’ala.
Sehingga lafadz ini bermakna bahwa seluruh
makhluk yang ada di alam semesta ini yang
menguasainya adalah satu yaitu Allah Ta’ala,
tidak boleh ada Robb dalam bentuk mutlak
melainkan hanya bagi Allah Subhaanahu wa
Ta’ala. Adapun bagi yang selainNya, makna
robb adalah hanya dalam bentuk yang terikat
dari yang dikuasainya seperti Robbul Bait
(yang menguasai rumah) atau Robbus Sayyaroh
(yang menguasai kendaraan).
Dan adapun berhala-berhala ataupun jin atau
makhluk-makhluk yang lain, mereka semuanya
tidak berhak untuk diibadahi karena mereka
adalah yang dikuasai. Mereka adalah hamba
dan hamba tidak berhak dan tidak boleh untuk
diibadahi, walaupun hamba tersebut adalah
hamba yang paling mulia. Selama yang
namanya hamba, maka tidak berhak untuk
diibadahi.
Kemudian di ayat selanjutnya Allah Ta’ala
berfirman: “Laa syarikalahu … (tidak ada
sekutu bagiNya)”
Makna “hidup” disini adalah apa saja dari
kehidupan ini diperuntukkan untuk keta’atan
dan ibadah kepada Allah Ta’ala.
Dan
Allah Ta’ala melanjutkan: “Robbul ‘alamiin
wa
Jalla:
“wamamaati lillahi (dan matiku hanya untuk
Allah Ta’ala)…”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
memperuntukkan seluruh hidupnya untuk
beribadah kepada Allah Ta’ala sampai
datangnya ajal beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wassallam. Bahkan kalau seandainya ibadah itu
dapat menghilangkan nyawa beliau Shallallahu
Mohon tidak dibaca ketika Khatib sedang berkhutbah
Maknanya yaitu tidak ada sekutu bagi Allah
Ta’ala dalam bentuk-bentuk ibadah yang ada.
Sholat dan menyembelih adalah bentuk ibadah
yang agung dan yang paling utama dari bentuk
ibadah dengan anggota tubuh dan bentuk
ibadah dengan harta. Ibadah Qurban adalah
bentuk ibadah harta yang paling utama di harihari sembelihan dibandingkan ibadah harta
yang lain seperti infaq, sedekah dan yang
semisalnya walaupun ibadah-ibadah harta
tersebut nominalnya lebih besar dari nominal
harta yang dikeluarkan untuk ibadah Qurban.
2
Oleh karena itu, hendaknya kita bersungguhsungguh dan bersemangat dalam melaksanakan
ibadah Qurban dengan menggunakan harta kita
demi mendekatkan diri hanya kepada Allah
Ta’ala semata.
syariat yang diturunkan kepada mereka
berbeda-beda dari para Nabi dan Rasul ‘Alaihi
Sholawatu wassallam.
Allah Ta’ala melanjutkan: “wabizaalika umirtu
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
adalah orang yang paling pertama bersegera
menunaikan perintah Allah Ta’ala, tanpa
menunda-nundanya sedikitpun. Sehingga wajib
bagi setiap muslim untuk tidak menunda-nunda
dan
bersegera
apabila
Allah
Ta’ala
memerintahkan kepada sesuatu dari perkaraperkara ketaatan dan menjadi orang yang
pertama yang menunaikannya.
(dan yang demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku ...)”
Kemudian di ayat yang lain dari Al-Qur’an
yang mulia Allah Ta’ala berfirman:
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh ibadah
kepada Allah Ta’ala bentuknya adalah tidak
boleh dilakukan kecuali dengan adanya
perintah dari Allah Ta’ala.
‫) إِ َّن‬2( ‫ك َوانْ َح ْر‬
َ َ‫إِنَّا أَ ْعطَْي ن‬
َ ِّ‫ص ِّل لَِرب‬
َ َ‫) ف‬1( ‫اك الْ َك ْوثَ َر‬
)3( ‫ك ُه َو ْاْلَبْ تَ ُر‬
َ َ‫َشانِئ‬
Sehingga para ulama menyatakan dengan
berdalilkan nash (redaksi) semacam ini bahwa
hukum asal suatu IBADAH adalah haram
kecuali dengan adanya dalil dari Al-Qur’an dan
Sunnah NabiNya Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
yang memerintahkannya. Hal ini berbeda
dengan hukum asal MU’AMALAH, yakni
hukum asalnya adalah boleh kecuali adanya
dalil yang melarangnya.
Artinya:
Ayat ini juga menunjukkan bahwa kedua
bentuk ibadah yang agung ini haruslah
dilakukan semata-mata hanya kepada Allah
Ta’ala sehingga bagaimana lagi dengan bentukbentuk ibadah yang lain, tentu lebih utama lagi
untuk
dilakukan
hanya
kepada
Allah
Subhaanahu wa Ta’ala.
Kemudian ayat ini ditutup dengan: “wa anaa
awwalul muslimiin (dan aku adalah yang paling
pertama menyerahkan diri kepada Allah
Ta’ala).”
Maknanya adalah yang paling pertama patuh
dan menyerahkan diri kepada Allah Ta’ala dari
umat ini. Umat seluruh nabi dan rasul adalah
muslim seluruhnya, karena agama para nabi
dan rasul adalah mengikhlaskan ibadah kepada
Allah Ta’ala semata.
Dan Islam maknanya adalah menyerahkan diri
kepada Allah Ta’ala dengan Tauhid. Islam itu
adalah Tauhid dan tidak ada Islam tanpa
Tauhid. Orang muslimun adalah mereka yang
bertauhid kepada Allah Ta’ala, walaupun
Mohon tidak dibaca ketika Khatib sedang berkhutbah
“Sesungguhnya
Kami
telah
memberikan kepadamu Al-Kautsar. Maka
tegakkanlah sholat untuk Robbmu dan
menyembelihlah. Sesungguhnya orang-orang
yang membenci kamu, dialah yang terputus.”
(QS. Al-Kautsar: 1-3)
Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada
NabiNya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wassallam untuk mengikhlaskan sholat kepada
Allah Ta’ala sebagaimana mengikhlaskan
sembelihan hanya kepada Allah Ta’ala semata,
sebagai bentuk syukur setelah diberikan nikmat
Al-Kautsar. Sehingga para ulama berdalil
dengan ayat ini tentang bentuk mensyukuri
nikmat dari Allah Ta’ala adalah dengan
melakukan keta’atan dan beramal sholeh
kepada Allah Ta’ala.
Al-Kautsar maknanya adalah sebuah sungai
yang ada di dalam surga yang dijanjikan untuk
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
atau sebagian ulama yang lain menafsirkan
bahwa Al-Kautsar adalah kebaikan yang
banyak. Artinya berbeda, namun maknanya
tetap sama yaitu kenikmatan yang agung.
3
Di ayat berikutnya dalam surah ini Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu, dialah yang terputus.”
Orang-orang kuffar jahiliyah dahulu melecehkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam
dengan mengatakan bahwa beliau Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam akan terputus dengan
tidak memiliki harta & tidak memiliki keturunan dan apabila meninggal maka akan berakhir
penyebutannya, menjuluki beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dengan seorang penyair yang akan
mereka tunggu kecelakaan yang akan menimpanya dan yang sebagainya, sehingga Allah
Subahanahu wa Ta’ala-pun menurunkan ayat ini.
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bukanlah yang terputus, penyebutannya,
amalan dan dakwahnya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam akan senantiasa berlanjut sampai
datangnya hari Kiamat. Dan Allahu Akbar… ini adalah benar. Saat sekarang ini, dimana kedudukan
dari pembesar kaum Quraisy musyirikin seperti Abu Jahal dan Abu Lahab??
Adapun Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam senantiasa disebut dengan kebaikan,
keutamaan dan dakwahnya di sepanjang zaman. Ketika berbagai mazhab atau pemahaman sesat
yang lain muncul, seketika itu pulalah cepat gugurnya. Walau pengaruhnya kuat pada sebagian
keadaan, namun hanyalah sesaat dan sebentar. Sedangkan agama Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wassallam adalah sesuatu yang terus berkelanjutan dan dibersihkan ketika ada
yang ingin merusak dan mengotori ajaran ini, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:
‫ن هُ ِد َد ُيا اِيِد َاهَِيِد‬
‫ل َْدَِ َين ٍَِِ َين ِْ َي‬
‫أ ُِّ َي‬
‫ب اَيِ َذ َيه ِ ُ مْ َين ِىلِع ِِ َس َي‬
‫َِ هِ َث ِع ُي‬
‫ن مي‬
‫ََّ مي‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan membangunkan bagi umat ini pada setiap penghujung
abad, orang yang akan membaharui (membersihkan) kembali agama mereka”
HR Abu Dawud (no. 4291), al-Hakim (no. 8592), dan ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 6527), Dinyatakan shahih
oleh imam al-Hakim, al-‘Iraqi, Ibnu Hajar (dinukil dalam kitab “’Aunul Ma’buud” 11/267) dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul
ahaaditsish shahihah” (no. 599)
Maka inti dari ayat-ayat yang disebutkan diatas yaitu Allah Ta’ala menggandengkan dua bentuk
ibadah dalam ayat ini menunjukkan bahwa ibadah SHOLAT dan MENYEMBELIH ini tidaklah
diperbolehkan diperuntukkan kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan begitu juga dengan
ibadah-ibadah yang lain.
‫ وعلى آله وأصحابه أمجعني‬،‫ وصلى اهلل على نبينا حممد‬،‫واحلمد هلل رب العاملني‬
Buletin ini ditulis dengan menyadur pembahasan kitab: I’aanatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid As-syaikh
Muhammad bi Abdul Wahab Rahimahullahu Ta’ala oleh As-Syaikh Sholeh Fauzan bi ‘Abdillah Fauzan AlFauzan Hafidzahullah Ta’ala yang disampaikan di kajian rutin di Masjid Ibnu Abbas - Duri, pada Kamis
malam tanggal 15 Dzul Qa’adah 1437 H / 18 Agustus 2016 oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Rizqy
Hafidzahullahu Ta’ala dan disadur oleh Abu Yusuf Cipto.
Diterbitkan oleh : Ma’had Ta’zhim As-Sunnah - Duri, Jl. Ibnu Abbas / Pipa Air Bersih Km 4,3 – Duri, Riau.
Penasehat : Ustadz Abu Mundzir Dzul-Akmal as Salafiy, Lc. Pimpinan Ma’had Ta’zhim As-Sunnah,
Jalan Rimbo Panjang Km.19 Pekanbaru
Redaktur: Ustadz Abu Muhammad Rizqy
Buletin Infaq / Info Ta’lim: Abu Khuzaimah Anshori (0821 7311 0551)
Jagalah Buletin ini dengan baik, di dalamnya terdapat ‘ilmu yang bermanfaat untuk kita semua.
Mohon tidak dibaca ketika Khatib sedang berkhutbah
4
Download