PENILAIAN AKUNTANSI INFLASI TERHADAP RELEVANSI LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRAGRAPHIA, TBK Wigiyanti, Dr. Luluk Kholisoh ABSTRACT An example of state-owned Indonesian company to calculate an inflation shock of inflation accounting, the need to know The main purpose of its financial statements and the economy of a developing country is the low level of inflation, but the problems often faced by countries developed is the high rate of inflation, causing the economic crisis. While the accounting records in Indonesia are generally embraced Historical Cost, where these concepts do not know of any such changes influence inflation of stable monetary unit that resulted in all transactions that occurred recorded on the basis of historical value or the value obtained during a transaction. Goal research to find out how to make financial reports to include elements know the size of the effect of inflation and the inflation factor to the report finance was beneficial or detrimental to the internal party. Now results showed that PT. Astragraphia, Tbk in December 2007 and 2008 in calculating the financial statements using the price index consumer (CPI) there were significant differences in outcome results This company gained a slight loss or decreased profits. ABSTRAK Suatu perusahaan contoh perusahaan negara Indonesia untuk menghitung tingkat inflasi yang terjadi maka membutuhkan akuntansi inflasi untuk mengetahuilaporan keuangannya dan tujuan utama perekonomian suatu negara yang berkembang adalah rendahnya tingkat inflasi, namun masalah yang sering dihadapi Negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi sehingga menyebabkan krisis ekonomi. Sementara pencatatan akuntansi di Indonesia umumnya menganut Historical Cost, dimana konsep ini tidak mengenal adanya perubahan seperti pengaruh inflasi terhadap stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat atas dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi. Tujuan penelitian untuk mengetahui cara membuat laporan keuangan dengan memasukkan unsur inflasi dan mengetahui besarnya pengaruh faktor inflasi terhadap laporan keuangan itu menguntungkan atau merugikan bagi pihak internal perusahaan. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Astragraphia, Tbk pada bulan Desember 2007 dan 2008 dalam menghitung laporan keuangan menggunakan indeks harga konsumen (IHK) terdapat perbedaan hasil yang signifikan ternyata hasil yang diperoleh perusahaan ini mengalami sedikit kerugian atau mengalami penurunan laba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara yang maju seperti negara Indonesia menginginkanperekonomian berkembang dengan baik. Umumnya tujuan utama perekonomiansuatu negara yang berkembang adalah rendahnya tingkat inflasi. Masalah yang seringdihadapi negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi, akibat dari tingginya tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan krisis moneter. Oleh karena itu,untuk mengantisipasi tingginya tingkat inflasi setiap perusahaan membutuhkan penilaian inflasi terhadap laporan keuangan. Penilaian inflasi terhadap laporan keuangan sangat penting karena penilaian ini merupakan salah satu teknik untuk menerapkan kebijakan-kebijakan dalam pembebanan oleh suatu perusahaan dalam pelaporan keuangan. Penilaian jugamerupakan bagian dari proses perencanaan untuk menentukan tindakan bagi kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang. Penilaian inflasi dapat memberikan informasi untuk menentukan tindakan bagi kegiatan perusahaan dalam pelaporan keuangan. Penilaian inflasi juga memberikan gambaran bagi suatu perusahaan, disamping itu juga perusahaan membutuhkan akuntansi inflasi. Akuntansi inflasi merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan tingkat perubahan harga. Manfaat akuntansi inflasi bagi perusahaan menghasilkan informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Untuk mengetahui tingkat inflasi pada perusahaan yang sedang berkembang saat ini banyak menggunakan penilaian akuntansi inflasi. Dengan penilaian akuntansi inflasi terhadap laporan keuangan pada suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan yang sedang terjadi. Penilaian akuntansi inflasi terhadap laporan keuangan menggunakan perhitungan Biaya Historis Relevan dengan rumus Nilai Majemuk (“Compund value” atau “ending amount”) penjumlahan uang dari permulaan periode atau jumlah modal pokok dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tertentu. Berdasarkan uraian sebelumnya penulis berupaya untuk menganalisis cara membuat laporan keuangan dengan memasukkan unsur inflasi dan pengaruh factor inflasi terhadap laporan keuangan dengan mengadakan penelitian dan memilih judul "PENILAIAN AKUNTANSI INFLASI TERHADAP RELEVANSI LAPORANKEUANGAN PADA PT. ASTRA GRAPHIA, Tbk”. 1.2 Identifikasi Masalah a. Inflasi Dinegara-negara berkembang studi mengenai inflasi bukan merupakan fenomena moneter, tetapi merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Struktural perekonomian dinegara - negara berkembang masih bercorak agraris, sehingga sering mengalami goncangan ekononi yang bersumber dari dalam dan hubungan luar negeri bisa terjadi, seperti memburuknya utang luar negeri, dan kurs valuta asing dapat menimbulkan fluktuasi harga dipasar domestik. Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak (1989) Akuntansi Inflasi adalah merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan - perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Ada beberapa pendekatan untuk menyajikan informasi keuangan berkaitan dengan adanya perubahan harga, ini ada beberapa konsep, yaitu: 1. Konsep Akuntansi Nilai Uang Konstan. Konsep ini merubah satuan pengukuran tetapi mempertahankan model pelaporan atas dasar harga perolehan historis. 2. Konsep Akuntansi Harga Perolehan Berlaku (Current Cost Accounting), konsep ini mempertahankan satuan pengukuran tetapi menyimpang dari model harga perolehan historis. 3. Konsep Gabungan Harga Perolehan Sekarang dan Nilai Uang Konstan. Angka indeks menurut Drs. Ainum Na’im, AK (1989) adalah suatu angka yang menunjukkan suatu tingkat perubahan secara relatif. Indeks harga merupakan suatu indikator yang menunjukkan tingkat harga barang pada waktu tertentu secara relative dibanding dengan suatu tingkat harga barang tersebut pada tahun dasar yang dipilih berdasarkan keadaan ekonomi yang normal. b. Biaya Historis Relevan. Biaya historis relevan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, ini tercermin dalam pengambilan keputusan manajemen tentang masa yang akan datang dilakukan dengan melihat keadaan masa lalu (historis). Ada tiga alasan biaya historis relevan untuk pengambilan keputusan: a. Biaya historis mempengaruhi proses evaluasi dan seleksi tolak ukur keputusan. Tolak ukur mana yang akan digunakan, manajer memerlukan informasi tentang kualitas yang mereka capai dimasa lalu. Termasuk dalam menentukan taksiran menyangkut harga dimasa yang akan datang, digunakan harga yang terjadi dimasa lalu. b. Biaya historis menyajikan masukan yang memuaskan, karena pengambilan keputusan biasanya tidak mencari optimisasi tetapi kepuasan bukan berapabanyak lagi yang akan dapat diperoleh, tetapi berapa yang telah diperoleh. c. Biaya historis digunakan karena didukung oleh faktor lingkungan. Menurut Drs. Ainum Na’im, AK (1989) ada beberapa penyebab inflasi adalah sebagai berikut: 1. Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. 2. Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. 3. Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat. 4. Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan hargaharga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). 1.3 Rumusan Masalah Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana membuat laporan keuangan dengan memasukkan unsur inflasi pada PT. Astra Graphia, Tbk ? 2. Bagaimanakah pengaruh faktor inflasi terhadap laporan keuangan pada PT. Astra Graphia, Tbk ? 1.4 Batasan Masalah Agar penulisan ini terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penulis, maka penulis membatasi masalah pada perhitungan Biaya Historis Relevan dengan rumus Nilai Majemuk (“Compund value” atau “ending amount”) penjumlahan uang dari permulaan periode atau jumlah modal pokok dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tertentu. Data yang digunakan adalah data pada Tanggal 31 Desember Tahun 2007 dan 2008. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara membuat laporan keuangan dengan memasukkan unsur inflasi dan mengetahui pengaruh faktor inflasi terhadap laporan keuangan itu menguntungkan atau merugikan bagi pihak internal perusahaan PT. Astra Graphia,Tbk. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.6.1 Akademis Dapat memperluas wawasan pembaca tentang penilaian akuntansi inflasi terhadap laporan keuangan pada suatu perusahaan dengan menggunakan perhitungan Nilai Majemuk (“Compund value” atau “ending amount”) tetapi dapat juga sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan dan sebagai dasar acuan bagi pengembangan penelitian sejenis. 1.6.2 Praktis Dapat memberikan gambaran kepada perusahaan tentang penilaian inflansi pada laporan keuangan yang terjadi sehingga dapat dijadikan masukan untuk kegiatan perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Terkait 2.1.1 Pengertian Akuntansi Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian akuntansi diantaranya menurut (Suwardjono,2005 : 10). Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit – unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Menurut (Munawir,S:2007 : 5). Akuntansi adalah seni dari pada pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari pada peristiwa – peristiwa dan kejadian – kejadian yang setidak – tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat – tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal – hal yang timbul dari padanya. Sedangkan menurut (Hartono Yusup,1999 : 4). Akuntansi merupakan suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan – kegiatan suatu organisasi. Dari beberapa pengertian akuntansi diatas penulis mendefinisikan bahwa akuntansi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan transaksi ekonomi atau keuangan dari perusahaan dan pada akhirnya menerbitkan suatu laporan keuangan. 2.1.2 Akuntansi Inflasi Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak (1989) Akuntansi Inflasi adalah merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan - perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Faktor - faktor yang menyebabkan inflasi adalah sebagai berikut: 1. Demand pull inflation, Demand pull inflasion yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi - komoditi hasil produksi di pasar barang. 2. Cost push inflation, Cost push inflasion yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. 3. Domestic inflation, Domestic inflation yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat. 4. Imported inflation, Imported inflatio yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Menurut (Bambang Riyanto 2001 : 106) Nilai majemuk (“compund value” atau “ending amount”) dari sejumlah uang adalah merupakan penjumlahan dari uang pada permulaan periode atau jumlah modal pokok dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tersebut. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan – kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh penganalisa: a. Likuiditas yaitu menunjukkna kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Rasio likuiditas diantaranya terdiri dari: - Current ratio (rasio lancar) yaitu Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. - Quick ratio (rasio cepat) yaitu Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . b. Solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Ratio solvabilitas diantaranya terdiri dari: - Modal dengan total asset yaitu Menunjukan beberapa besarnya modal sendiri yang tertanam dalam aktiva serta margin of protection atau tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur. - Modal dengan aktiva tetap yaitu Menunjukan seberapa besar aktiva tetap tersebut dibiayai dari modal sendiri. Semakin besar modal sendiri (Owner’s equity) lebih menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya kalau aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri. c. Profitabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Ratio profitabilitas diantaranya terdiri dari: - Ratio operating income dengan operating assets (ratio laba usaha dengan aktiva usaha) yaitu Menunjukan tingkat efisiensi perusahaan, yaitu seberapa besar operating assets tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. - Gross margin ratio yaitu merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perubahan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. - Operating margin ratio yaitu merupakan ratio atau perhitungan antara laba usaha dikurangi penjualan, sehingga pada ratio ini angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. 2.1.3 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisi tentang neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perubahan modal yang memuat tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi pihakpihak yang berkepentingan. Laporan keuangan dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk mepertanggung jawabkan tugas tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen biasanya terdiri dari: a. Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. b. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan - pendapatan dan biaya biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. c. Laporan Perubahan Modal Disamping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir periode akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab - sebab perubahan modal perusahaan. d. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. 2.1.4 Kerangka Berfikir 1. Tinjauan tentang Akuntansi Pendapat mengenai pengertian akuntansi dalam buku Teori Akuntansi (Suwardjono, 2005 : 10) Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit – unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Berdasarkan perkembangan historis akuntansi, dimana sejak tahun 1494 laporan keuangan telah dicatat berdasarkan biaya historis. Manfaat laporan keuangan dengan dasar biaya historis adalah: 1. Dapat menghasilkan laporan keuangan yang berdasarkan pada transaksi – transaksi perusahaan yang sesungguhnya, sehingga dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang diinventasikan dengan jumlah yang diterima. 2. Dapat menghadapi pemeriksaan yang bebas (auditable) karena akuntansi biaya historis terjadi dari transaksi pertukaran bebas dan dapat digunakan dengan kepastian bahwa informasinya dapat dipercaya. 3. Para pemakai laporan keuangan yang memahami perubahan harga, dapat membandingkan laporan keuangan historis terhadap laporan keuangan yang memasukkan akibat perubahan harga. 4. Bahwa laporan keuangan historis telah mengalami proses perkembangan dan penyempurnaan secara terus menerus. Kelemahan laporan keuangan historis adalah pada akuntansi klasik, disebabkan karena adanya perubahan harga dengan demikian, pada saat terjadi perubahan harga yang benar - benar sukar dikendalikan, maka laporan keuangan klasik tidak dapat menyelesaikannya dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. 2. Konsep Dasar Akuntansi Untuk mempersiapkan laporan keuangan, maka ribuan fakta yang terjadi (atau transaksi transaksi) harus diolah dengan cara tertentu dan diproses atas suatu dasar tertentu. Dasar ini dinamakan Prinsip - prinsip akuntansi yang lazim (Generally Accepted Accounting Principles). Berikut akan dibahas beberapa konsep dasar akuntansi: Akuntansi Inflasi Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak (1989) Akuntansi Inflasi adalah merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Ruang Lingkup Laporan Keuangan Adapun ruang lingkup dari pada laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam SAK (2004: 2) yang menyatakan bahwa: laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain seperti materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari lapoan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga 3. Akuntansi Dalam Masa Inflasi Dewasa ini dikenal dua konsep dasar yang mencoba untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh akuntansi dalam masa inflasi. Yang pertama adalah Akuntansi Nilai Rupiah Konstan (General Price Level Accounting / General Purchasing Power accounting), yang kedua adalah Akuntansi Kas Sekarang (Current Cost Accounting / Current Value Accounting): Berikut akan diberikan penjabaran secara terperinci mengenai Akuntansi Dalam Masa Inflasi: Akuntansi Nilai Rupiah Konstan Akuntansi Nilai Rupiah Konstan adalah suatu metode yang menyajikan elemen-elemen laporan keuangan dengan unit moneter yang daya belinya sama. Metode ini tidak diasumsikan untuk mengganti prinsip biaya historis. Metode ini tujuannya untuk menunjukkan akibat perubahan harga terhadap posisi hasil usaha perusahaan yang ditunjukkan sebagai informasi tambahan terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan biaya historis. Untuk metode akuntansi rupiah konstan dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang berdaya beli sama yaitu dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan sekarang. Di Indonesia angka indek yang lebih tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Rugi / Laba Dari Daya Beli (Purchasing Power gain/Lose) Elemen moneter seperti kas, piutang disajikan pada neraca sebesar nilai nominalnya. Untuk elemen moneter ini tidak diadakan penyesuaian lagi walaupun pemilikan elemen moneter ini. Dimana saat terjadi inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya karena dapat membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya. Tidak demikian halnya dengan pemegang kewajiban moneter akan memperoleh keuntungan kerena membayar hutangnya dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih kecil dari pada saat dimana ia menerima uang (hutang) tersebut. 2.2 Kajian Penelitian Sejenis Hasil penelitian Bertha Tampang (2007) menyimpulkan bahwa terjadi perubahan yang cukup signifikan pada laporan keuangan yang disebabkan adanya pengaruh inflasi pada pos neraca. Selain itu, kinerja keuangan perusahaan pada umumnya mengalami penurunan, sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak inflasi terhadap perusahaan akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Terdapat perbedaan antara perhitungan jumlah aktiva dan jumlah kewajiban dan ekuitas (pasiva) sebelum konversi yang awalnya sebelum konversi jumlah aktiva seimbang dengan jumlah kewajiban dan ekuitas yaitu sebesar Rp.285.872.469.000,- menjadi tidak seimbang sesudah konversi yaitu sebesar Rp.306.045.147.338,- untuk jumlah aktiva dan Rp.323.174.201.880,- untuk jumlah kewajiban dan ekuitas. Terdapat perbedaan antara besarnya laba sebelum dilakukan konversi yaitu Rp.25.087.924.000,- sebelum konversi menjadi sebesar Rp.26.439.586.886,- setelah dilakukan konversi. Rasio keuangan sebelum dan setelah dilakukan konversi terhadap laporan keuangan. Suwadi (2006) menyimpulkan hasil penelitian bahwa inflasi akan mempengaruhi nilai dari setiap angka yang tersaji dalam laporan keuangan yang membuat informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi terdistorsi. Selama 1996 hingga 2003, secara kumulatif inflasi di Indonesia mencapai 134,15% dengan rata-rata 16,77% setiap tahun. dari laporan yang disesuaikan dengan tingkat harga umum diperoleh empat variabel yaitu EBT, TA, ROI dan EPS yang akan diteliti tingkat signifikansi perbedaannya. Dengan menerapkan metode analisis data One Way ANOVA dengan a = 5%, diketahui bahwa empat variabel tersebut tidak dipengaruhi secara signifikan dengan adanya inflasi setidak - tidaknya pada tingkat inflasi 5% s.d 10% yang terjadi pada tahun 2002 dan 2003. Adwin S. Atmadja (1999) menyimpulkan bahwa Masalah inflasi di Indonesia ternyata bukan saja merupakan fenomena jangka pendek, tetapi juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti, bahwa inflasi di Indonesia bukan semata-mata hanya disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan kebijaksanaan di sektor moneter oleh pemerintah, yang seringkali dilakukan untuk tujuan menstabilkan fluktuasi tingkat harga umum dalam jangka pendek, tetapi juga mengindikasikan masih adanya hambatan-hambatan struktural dalam perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Apabila mengacu pada usaha pengeliminasian hambatanhambatan struktural tersebut, maka mau tidak mau harus memperhatikan dengan seksama pembangunan ekonomi di sector riil. Dengan melakukan pembenahan di sektor riil secara tepat, bahkan mungkin sampai pada tahap messo dan micro ekonomi, maka kemantapan fundamental ekonomi Indonesia dapat diperkokoh. Defisit APBN; peningkatan cadangan devisa; pembenahan sektor pertanian khususnya pada sub sektor pangan; pembenahan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi posisi penawaran agregat merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan penanganan yang serius untuk dapat menekan inflasi ke tingkat yang serendah mungkin di Indonesia. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Astragraphia mengawali perjalanannya pada tahun 1971 sebagi Divisi Xerox, PT Astra Internasional yang bergerak dalam bidang pemasaran dan penyediaan layanan purna jual bagi mesin fotokopi Xerox secara eksklusif di seluruh Indonesia. Sejalan dengan perkembangan bisnis yang pesat, pada tahun 1976 Divisi Xerox memisahkan diri dari PT Astra International dan menjadi perusahaan yang mandiri dengan nama PT Astra Graphia, yang sekarang kita kenal. Dalam rangka membangun landasan yang kokoh bagi pertumbuhan bisnisnya, pada tahun 1989 Astragraphia menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Sampai dengan 31 Desember 2005, jumlah saham Astragraphia seluruhnya adalah 1.348.780.500 lembar. Saat ini menjelang 30 tahun sejak menjadi perusahaan yang mandiri, Astragraphia fokus pada bisnis Document Solution, dengan perekanan utama Fuji Xerox Co. Ltd, perusahaan yang ahli di bidang perdokumenan berskala global, berkantor pusat di Jepang. Bisnis Document Solution tidak hanya bisnis mesin fotokopi tapi telah mengalami transformasi bersamaan dengan pesatnya perkembangan di bidang teknologi informasi (TI), menjadi sebuah solusi dokumen yang terintegrasi dengan sistem TI. Cakupan fungsinya menjadi luas dari mulai document input (creating, scanning, merging, editing), document management (sharing, archiving, distributing, routing) hingga document output (printing, faxing, copying, emailing web viewing) dalam konfigurasi yang bervariasi. Astragraphia membagi bisnis Document Solution dalam 4 bisnis utama, yaitu : Office Product Business, Production System Business, Printer Channel Business and Service Business. Pembagian bisnis tersebut berdasarkan pada jenis mesin/perangkat keras dan layanan atau service yang akan ditawarkan oleh PT. Astragaphi dalam pembagian bisnis Document solution tersebut. Astragraphia menekankan pemberian nilai tambah bagi pelanggan dibandingkan dengan penjualan perangkat keras. Hal ini dikukuhkan dengan dikembangkannya metodologi Valued Services and Solutions (VSS) pada tahun 2004), yaitu pendekatan pemasaran yang berorientasi pada peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja dari perusahaan pelanggan. Metodologi VSS diawali dengan procces assessment sebelum melakukan design system pengelolaan dokumen untuk sebuah perusahaan. Setelah mendapat persetujuan dari pelanggan maka tahap implementasi atau pemasangan sistem solusi dilakukan, untuk kemudian, dilakukan evaluasi apakan sistem tersebut telah sesuai dan mencapai produktifitas yang diharapkan sehingga akhirnya dilakukan improvement yang dibutuhkan bila ada kantor cabang dan 53 titik layan yang tersebar diseluruh negeri. Selain jaringan distribusi yang dimiliki sendiri, Astragraphia juga melakukan penjualan dan penyediaan layanan melalui dealer dan reseller yang tersebar diseluruh Indonesia. Untuk memperkuat posisinya dipasar TI Indonesia yang masih menjanjikan, Astraphia berkiprah melalui PT SCS Astragraphia Technologies (SAT). Perusahaan patungan yang dibentuk tahun 2004 ini, 49% sahamnya dimiliki oleh Astragraphia dan 51% dimiliki oleh Singapore Computer System Limited (SCS). Berbekal kemampuan dan pengalaman Astragraphia selama hampir 23 tahun di bisnis TI (dahulu melalui unit usaha IT Solution), SAT menjadi salah satu dari 3 besar perusahaan penyedia jasa terintregasi dalam bidang Solusi Teknologi Informasi di Indonesia. Bahkan kini SAT memiliki landansan untuk melakukan penetrasi pasar internasional yang telah dimiliki oleh SCS di pasar regional. 3.2 Metode Pengumpulan Data a. Riset Komputer yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan cara mencari di Internet: http://www.bps.go.id/sector/cpi/table3.shtml , ( Badan Pusat Statistik / BPS). http://www.astragraphia.co.id/EN/investor/ASGR_1208_website.pdf , atau http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_lapor an_keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20 Tahun%202008/LKT%20Desember%202008_Audit/Astra%20Graphia%20( ASGR)/ASGR_LKT_Des_2008.pdf , (Lapora keuangan yang terjadi pada PT.Astragraphia, Tbk 31 Desember Tahun 2007 - 2008). Penelitian sejenis http://library.gunadarma.ac.id/index.php?appid=penulisan&sub=detail&npm= 20203187&jenis=s1fe (Judul: “AKUNTANSI INFLASI DENGAN METODE TINGKAT HARGA UMUM, UNTUK MENILAI RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN YANG LEBIH AKURAT”). http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/viewArticle/15656 (Judul: “INFLASI DI INDONESIA SUMBER – SUMBER PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA”). http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp-gdl-s2-2006-suwandi-431 (Judul: “ANALISIS KANDUNGAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN BERKAITAN ADANYA INFLASI: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA”). b. Riset Kepustakaan yaitu dengan membaca dan mencari materi yang diperlukan yang berhubungan dengan penulisan ini. 3.4 Alat Analisis Dalam penelitian ini penulis menggunakan perhitungan harga umum dengan menggunakan metode data nilai majemuk pada penelitian akuntansi inflasi terhadap relevansi laporan keuangan pada PT. Astra Graphia, Tbk. • Nilai Majemuk (“Compund value” atau “ending amount”). Vn = P ( I + i )n Vn = Jumlah akhir P = Jumlah uang pada permulaan periode i = Suku / tingkat bunga I = Jumlah bunga dalam uang yang diperoleh selama periode tertentu BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Obyek Penelitian PT Astra Graphia bergerak dibidang pemasaran dan penyediaan layanan purna jual bagi mesin fotokopi Xerox secara eksklusif diseluruh Indonesia. Saat ini menjelang 30 tahun sejak menjadi perusahaan yang mandiri Astragraphia fokus pada bisnis Document Solution mencatat sahamnya di bursa efek jakarta dan bursa efek surabaya sampai dengan 31 Desember 2005 jumlah saham Astragraphia seluruhnya adalah 1.348.780.500 lembar. Astragraphia membagi bisnisnya dalam 4 bisnis utama yaitu: Office Product Business, Production System Business, Printer Channel Business and Service Business. Untuk memperkuat posisinya dipasar TI Indonesia Astragraphia berkiprah melalui PT SCS Astragraphia Teknologi (SAT). Perusahaan patungan yang dibentuk tahun 2004 ini, 49% saham dimiliki Astragraphia dan 51% dimiliki oleh Singapore Computer System Limited (SCS). 4.2 Diskusi Hasil Penelitian Dari hasil data perhitungan laporan keuangan pada perusahaan PT. Astragraphia, Tbk pada Tahun 2007 – 2008 terdapat perbedaan hasil dari transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Pada laporan keuangan perusahaan PT. Astragraphia, Tbk pada tahun 2007 tingkat inflasi sebesar 1.0659% dan Tahun 2008 tingkat inflasi sebesar 1.11069% dengan memasukkan inflasi terdapat perbedaan hasil yang terjadi yaitu pada Tahun 2007 sebesar 16,17% dan Tahun 2008 sebesar 10,04% sehingga selisih perbedaan hasil yang terjadi pada laporan keuangan Tahun 2007 dan 2008 sebesar 6,13%. Pada perusahaan tersebut terlihat jelas bahwa inflasi sangat berpengaruh pada laporan keuangan ini sehingga akibat inflasi yang terjadi menyebabkan terjadinya penurunan dari hasil laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Terlihat jelas perbedaan yang terjadi pada laporan keuangan sebelum memasukkan inflasi dan setelah memasukkan inflasi, sebelum memasukkan inflasi perusahaan ini mengalami kenaikan laba dan setelah memasukkan inflasi perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil laba. Terjadinya inflasi pada perusahaan ini dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya: pengaruh inflasi pada penjualan, terjadinya inflasi pada penjualan menyebabkan penjualan perusahaan ini menurun, sehingga menyebabkan pendapatan perusahaan ini pada masa inflasi juga ikut menurun. Jadi PT. Astragraphia, Tbk dalam pembuatan keputusan ekonomi laporan keuangan dilakukan secara Relevan, yaitu dalam membuat keputusan masa depan diperlukan data transaksi masa lalu. Dalam hal ini perusahaan ada beberapa faktor yang harus lebih ditingkatkan sehingga perusahaan ini pada masa inflasi tidak mengalami kerugian, diantaranya: • Faktor produk Perusahaan terus menjaga kualitas mutu produk dan Perusahaan juga terus meningkatkan produknya agar lebih baik • Faktor pelayanan atau jasa Memberikan promosi pelayanan jasa berupa service gratis, Memberikan promosi pelayanan konsultasi gratis. Memberikan promosi pelayanan ganti oli gratis selama setahun dalam jarak sekian kilometer. Pada perusahan ini dalam menghitung pelaporan keuangan mengunakan factor inflasi, karena data yang diinginkan pada perusahaan ini dan yang dihitung merupakan data yang rill atau data yang diperoleh saat terjadinya transaksi. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV , maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Pada hasil perhitungan laporan keuangan perusahaan PT. Astraraphia, Tbk pada Tahun 2007 tingkat inflasi sebesar 1.0659% dan Tahun 2008 tingkat inflasi sebesar 1.1106%, Jadi dengan memasukkan inflasi dalam perusahaan PT. Astragraphia, Tbk ini terdapat selih perbedaan yang terjadi yaitu pada Tahun 2007 sebesar 16,17% dan Tahun 2008 sebesar 10,04% sehingga pada tahun 2007 dan 2008 selisih hasil perbedaannya sebesar 6,13%. 2. Pada PT. Astragraphia, Tbk inflasi sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan karena perusahaan ini pada masa inflasi mengalami penurunan hasil pada setiap transaksi yang terjadi dan pengaruh faktor inflasi dalam laporan keuangan ini bagi pihak internal perusahaan sangat merugikan sehingga perusahaan pada masa inflasi ini mengalami penurunan laba dan ada beberapa faktor pendukung perusahaan tidak mengalami kerugian dalam masa inflasi 5.2 Saran Perusahaan dalam menghitung laporan keuangan sebaiknya menggunakan factor inflasi.