penilaian akuntansi inflasi terhadap relevansi

advertisement
 PENILAIAN AKUNTANSI INFLASI TERHADAP RELEVANSI
LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRAGRAPHIA, TBK
Wigiyanti, Dr. Luluk Kholisoh
ABSTRACT
An example of state-owned Indonesian company to calculate an inflation shock of inflation
accounting, the need to know The main purpose of its financial statements and the economy of a
developing country is the low level of inflation, but the problems often faced by countries
developed is the high rate of inflation, causing the economic crisis. While the accounting records
in Indonesia are generally embraced Historical Cost, where these concepts do not know of any
such changes influence inflation of stable monetary unit that resulted in all transactions that
occurred recorded on the basis of historical value or the value obtained during a transaction. Goal
research to find out how to make financial reports to include elements know the size of the effect
of inflation and the inflation factor to the report finance was beneficial or detrimental to the
internal party. Now results showed that PT. Astragraphia, Tbk in December 2007 and 2008 in
calculating the financial statements using the price index consumer (CPI) there were significant
differences in outcome results This company gained a slight loss or decreased profits.
ABSTRAK
Suatu perusahaan contoh perusahaan negara Indonesia untuk menghitung tingkat inflasi
yang terjadi maka membutuhkan akuntansi inflasi untuk mengetahuilaporan keuangannya dan
tujuan utama perekonomian suatu negara yang berkembang adalah rendahnya tingkat inflasi,
namun masalah yang sering dihadapi Negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi
sehingga menyebabkan krisis ekonomi. Sementara pencatatan akuntansi di Indonesia umumnya
menganut Historical Cost, dimana konsep ini tidak mengenal adanya perubahan seperti pengaruh
inflasi terhadap stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat
atas dasar nilai historis atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi. Tujuan penelitian untuk
mengetahui cara membuat laporan keuangan dengan memasukkan unsur inflasi dan mengetahui
besarnya pengaruh faktor inflasi terhadap laporan keuangan itu menguntungkan atau merugikan
bagi pihak internal perusahaan. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Astragraphia,
Tbk pada bulan Desember 2007 dan 2008 dalam menghitung laporan keuangan menggunakan
indeks harga konsumen (IHK) terdapat perbedaan hasil yang signifikan ternyata hasil yang
diperoleh perusahaan ini mengalami sedikit kerugian atau mengalami penurunan laba.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap negara yang maju seperti negara Indonesia menginginkanperekonomian
berkembang dengan baik. Umumnya tujuan utama perekonomiansuatu negara yang berkembang
adalah rendahnya tingkat inflasi. Masalah yang seringdihadapi negara berkembang adalah
tingginya tingkat inflasi, akibat dari tingginya tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia
menyebabkan krisis moneter. Oleh karena itu,untuk mengantisipasi tingginya tingkat inflasi
setiap perusahaan membutuhkan penilaian inflasi terhadap laporan keuangan. Penilaian inflasi
terhadap laporan keuangan sangat penting karena penilaian ini merupakan salah satu teknik
untuk menerapkan kebijakan-kebijakan dalam pembebanan oleh suatu perusahaan dalam
pelaporan keuangan. Penilaian jugamerupakan bagian dari proses perencanaan untuk
menentukan tindakan bagi kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang. Penilaian inflasi dapat
memberikan informasi untuk menentukan tindakan bagi kegiatan perusahaan dalam pelaporan
keuangan. Penilaian inflasi juga memberikan gambaran bagi suatu perusahaan, disamping itu
juga perusahaan membutuhkan akuntansi inflasi. Akuntansi inflasi merupakan suatu proses data
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan tingkat
perubahan harga. Manfaat akuntansi inflasi bagi perusahaan menghasilkan informasi yang
menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Untuk mengetahui
tingkat inflasi pada perusahaan yang sedang berkembang saat ini banyak menggunakan penilaian
akuntansi inflasi. Dengan penilaian akuntansi inflasi terhadap laporan keuangan pada suatu
perusahaan dapat mengetahui keadaan yang sedang terjadi. Penilaian akuntansi inflasi terhadap
laporan keuangan menggunakan perhitungan Biaya Historis Relevan dengan rumus Nilai
Majemuk (“Compund value” atau “ending amount”) penjumlahan uang dari permulaan periode
atau jumlah modal pokok dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tertentu.
Berdasarkan uraian sebelumnya penulis berupaya untuk menganalisis cara membuat laporan
keuangan dengan memasukkan unsur inflasi dan pengaruh factor inflasi terhadap laporan
keuangan dengan mengadakan penelitian dan memilih judul "PENILAIAN AKUNTANSI
INFLASI TERHADAP RELEVANSI LAPORANKEUANGAN PADA PT. ASTRA GRAPHIA,
Tbk”.
1.2 Identifikasi Masalah
a. Inflasi
Dinegara-negara berkembang studi mengenai inflasi bukan merupakan fenomena
moneter, tetapi merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Struktural perekonomian
dinegara - negara berkembang masih bercorak agraris, sehingga sering mengalami goncangan
ekononi yang bersumber dari dalam dan hubungan luar negeri bisa terjadi, seperti memburuknya
utang luar negeri, dan kurs valuta asing dapat menimbulkan fluktuasi harga dipasar domestik.
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak (1989) Akuntansi Inflasi adalah merupakan suatu proses data
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan - perubahan
tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang
dengan tingkat harga yang berlaku. Ada beberapa pendekatan untuk menyajikan informasi
keuangan berkaitan dengan adanya perubahan harga, ini ada beberapa konsep, yaitu:
1. Konsep Akuntansi Nilai Uang Konstan. Konsep ini merubah satuan pengukuran tetapi
mempertahankan model pelaporan atas dasar harga perolehan historis.
2. Konsep Akuntansi Harga Perolehan Berlaku (Current Cost Accounting), konsep ini
mempertahankan satuan pengukuran tetapi menyimpang dari model harga perolehan historis.
3. Konsep Gabungan Harga Perolehan Sekarang dan Nilai Uang Konstan. Angka indeks menurut
Drs. Ainum Na’im, AK (1989) adalah suatu angka yang menunjukkan suatu tingkat perubahan
secara relatif. Indeks harga merupakan suatu indikator yang menunjukkan tingkat harga barang
pada waktu tertentu secara relative dibanding dengan suatu tingkat harga barang tersebut pada
tahun dasar yang dipilih berdasarkan keadaan ekonomi yang normal.
b. Biaya Historis Relevan.
Biaya historis relevan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, ini tercermin dalam
pengambilan keputusan manajemen tentang masa yang akan datang dilakukan dengan melihat
keadaan masa lalu (historis). Ada tiga alasan biaya historis relevan untuk pengambilan
keputusan:
a. Biaya historis mempengaruhi proses evaluasi dan seleksi tolak ukur keputusan. Tolak ukur
mana yang akan digunakan, manajer memerlukan informasi tentang kualitas yang mereka capai
dimasa lalu. Termasuk dalam menentukan taksiran menyangkut harga dimasa yang akan datang,
digunakan harga yang terjadi dimasa lalu.
b. Biaya historis menyajikan masukan yang memuaskan, karena pengambilan keputusan
biasanya tidak mencari optimisasi tetapi kepuasan bukan berapabanyak lagi yang akan dapat
diperoleh, tetapi berapa yang telah diperoleh.
c. Biaya historis digunakan karena didukung oleh faktor lingkungan. Menurut Drs. Ainum
Na’im, AK (1989) ada beberapa penyebab inflasi adalah sebagai berikut:
1. Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan
aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang.
2. Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke
arah kiri atas.
3. Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan
perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku
ekonomi dan masyarakat.
4. Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan hargaharga komoditi
di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang
bersangkutan).
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana membuat laporan keuangan dengan memasukkan unsur inflasi pada PT. Astra
Graphia, Tbk ?
2. Bagaimanakah pengaruh faktor inflasi terhadap laporan keuangan pada PT. Astra Graphia,
Tbk ?
1.4 Batasan Masalah
Agar penulisan ini terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penulis, maka penulis membatasi
masalah pada perhitungan Biaya Historis Relevan dengan rumus Nilai Majemuk (“Compund
value” atau “ending amount”) penjumlahan uang dari permulaan periode atau jumlah modal
pokok dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tertentu. Data yang digunakan
adalah data pada Tanggal 31 Desember Tahun 2007 dan 2008.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara membuat laporan keuangan dengan
memasukkan unsur inflasi dan mengetahui pengaruh faktor inflasi terhadap laporan keuangan itu
menguntungkan atau merugikan bagi pihak internal perusahaan PT. Astra Graphia,Tbk.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.6.1 Akademis
Dapat memperluas wawasan pembaca tentang penilaian akuntansi inflasi terhadap laporan
keuangan pada suatu perusahaan dengan menggunakan perhitungan Nilai Majemuk (“Compund
value” atau “ending amount”) tetapi dapat juga sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan dan
sebagai dasar acuan bagi pengembangan penelitian sejenis.
1.6.2 Praktis
Dapat memberikan gambaran kepada perusahaan tentang penilaian inflansi pada laporan
keuangan yang terjadi sehingga dapat dijadikan masukan untuk kegiatan perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Terkait
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian akuntansi diantaranya menurut
(Suwardjono,2005 : 10). Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari
perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit – unit organisasi dalam
suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada
pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Menurut (Munawir,S:2007 : 5). Akuntansi adalah seni dari pada pencatatan, penggolongan dan
peringkasan dari pada peristiwa – peristiwa dan kejadian – kejadian yang setidak – tidaknya
sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat – tepatnya dan dengan penunjuk atau
dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal – hal yang timbul dari padanya. Sedangkan
menurut (Hartono Yusup,1999 : 4). Akuntansi merupakan suatu disiplin yang menyediakan
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi
kegiatan – kegiatan suatu organisasi. Dari beberapa pengertian akuntansi diatas penulis
mendefinisikan bahwa akuntansi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan transaksi ekonomi
atau keuangan dari perusahaan dan pada akhirnya menerbitkan suatu laporan keuangan.
2.1.2 Akuntansi Inflasi
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak (1989) Akuntansi Inflasi adalah merupakan suatu proses data
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan - perubahan
tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang
dengan tingkat harga yang berlaku. Faktor - faktor yang menyebabkan inflasi adalah sebagai
berikut:
1. Demand pull inflation,
Demand pull inflasion yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate
demand masyarakat terhadap komoditi - komoditi hasil produksi di pasar barang.
2. Cost push inflation,
Cost push inflasion yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah
kiri atas.
3. Domestic inflation,
Domestic inflation yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan
perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku
ekonomi dan masyarakat.
4. Imported inflation,
Imported inflatio yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di
luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang
bersangkutan). Menurut (Bambang Riyanto 2001 : 106) Nilai majemuk (“compund value” atau
“ending amount”) dari sejumlah uang adalah merupakan penjumlahan dari uang pada permulaan
periode atau jumlah modal pokok dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tersebut.
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan – kemajuan
perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh penganalisa:
a. Likuiditas yaitu menunjukkna kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Rasio likuiditas diantaranya terdiri dari:
- Current ratio (rasio lancar) yaitu Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancar yang dimiliki.
- Quick ratio (rasio cepat) yaitu Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang
lebih likuid .
b. Solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka
pendek maupun jangka panjang. Ratio solvabilitas diantaranya terdiri dari:
- Modal dengan total asset yaitu Menunjukan beberapa besarnya modal sendiri yang tertanam
dalam aktiva serta margin of protection atau tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur.
- Modal dengan aktiva tetap yaitu Menunjukan seberapa besar aktiva tetap tersebut dibiayai dari
modal sendiri. Semakin besar modal sendiri (Owner’s equity) lebih menguntungkan bagi
perusahaan, karena sudah sewajarnya kalau aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri.
c. Profitabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Ratio profitabilitas diantaranya terdiri dari:
- Ratio operating income dengan operating assets (ratio laba usaha dengan aktiva usaha) yaitu
Menunjukan tingkat efisiensi perusahaan, yaitu seberapa besar operating assets tersebut dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
- Gross margin ratio yaitu merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor)
yang diperoleh perubahan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
- Operating margin ratio yaitu merupakan ratio atau perhitungan antara laba usaha dikurangi
penjualan, sehingga pada ratio ini angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang
berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan.
2.1.3 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisi tentang neraca, laporan laba-rugi, dan
laporan perubahan modal yang memuat tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi pihakpihak yang berkepentingan. Laporan
keuangan dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk mepertanggung jawabkan tugas tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen biasanya terdiri dari:
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal
tertentu.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan - pendapatan dan biaya biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.
c. Laporan Perubahan Modal
Disamping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir periode akuntansi biasanya juga
disusun laporan yang menunjukkan sebab - sebab perubahan modal perusahaan.
d. Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan
dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.
2.1.4 Kerangka Berfikir
1. Tinjauan tentang Akuntansi
Pendapat mengenai pengertian akuntansi dalam buku Teori Akuntansi (Suwardjono, 2005 : 10)
Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa
berupa informasi keuangan kuantitatif unit – unit organisasi dalam suatu lingkungan negara
tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan
untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Berdasarkan perkembangan
historis akuntansi, dimana sejak tahun 1494 laporan keuangan telah dicatat berdasarkan biaya
historis. Manfaat laporan keuangan dengan dasar biaya historis adalah:
1. Dapat menghasilkan laporan keuangan yang berdasarkan pada transaksi – transaksi
perusahaan yang sesungguhnya, sehingga dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang
diinventasikan dengan jumlah yang diterima.
2. Dapat menghadapi pemeriksaan yang bebas (auditable) karena akuntansi biaya historis terjadi
dari transaksi pertukaran bebas dan dapat digunakan dengan kepastian bahwa informasinya dapat
dipercaya.
3. Para pemakai laporan keuangan yang memahami perubahan harga, dapat membandingkan
laporan keuangan historis terhadap laporan keuangan yang memasukkan akibat perubahan harga.
4. Bahwa laporan keuangan historis telah mengalami proses perkembangan dan penyempurnaan
secara terus menerus. Kelemahan laporan keuangan historis adalah pada akuntansi klasik,
disebabkan karena adanya perubahan harga dengan demikian, pada saat terjadi perubahan harga
yang benar - benar sukar dikendalikan, maka laporan keuangan klasik tidak dapat
menyelesaikannya dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
2. Konsep Dasar Akuntansi
Untuk mempersiapkan laporan keuangan, maka ribuan fakta yang terjadi (atau transaksi transaksi) harus diolah dengan cara tertentu dan diproses atas suatu dasar tertentu. Dasar ini
dinamakan Prinsip - prinsip akuntansi yang lazim (Generally Accepted Accounting Principles).
Berikut akan dibahas beberapa konsep dasar akuntansi:
Akuntansi Inflasi
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak (1989) Akuntansi Inflasi adalah merupakan suatu proses data
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan
tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang
dengan tingkat harga yang berlaku.
Ruang Lingkup Laporan Keuangan
Adapun ruang lingkup dari pada laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
SAK (2004: 2) yang menyatakan bahwa: laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai
laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain seperti materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari lapoan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga
3. Akuntansi Dalam Masa Inflasi
Dewasa ini dikenal dua konsep dasar yang mencoba untuk mengatasi masalah yang dihadapi
oleh akuntansi dalam masa inflasi. Yang pertama adalah Akuntansi Nilai Rupiah Konstan
(General Price Level Accounting / General Purchasing Power accounting), yang kedua adalah
Akuntansi Kas Sekarang (Current Cost Accounting / Current Value Accounting): Berikut akan
diberikan penjabaran secara terperinci mengenai Akuntansi Dalam Masa Inflasi:
Akuntansi Nilai Rupiah Konstan
Akuntansi Nilai Rupiah Konstan adalah suatu metode yang menyajikan elemen-elemen laporan
keuangan dengan unit moneter yang daya belinya sama. Metode ini tidak diasumsikan untuk
mengganti prinsip biaya historis. Metode ini tujuannya untuk menunjukkan akibat perubahan
harga terhadap posisi hasil usaha perusahaan yang ditunjukkan sebagai informasi tambahan
terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan biaya historis. Untuk metode akuntansi
rupiah konstan dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang berdaya beli sama yaitu
dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan sekarang. Di Indonesia angka indek
yang lebih tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Rugi / Laba Dari Daya Beli (Purchasing Power gain/Lose)
Elemen moneter seperti kas, piutang disajikan pada neraca sebesar nilai nominalnya. Untuk
elemen moneter ini tidak diadakan penyesuaian lagi walaupun pemilikan elemen moneter ini.
Dimana saat terjadi inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya karena dapat
membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya. Tidak demikian halnya dengan
pemegang kewajiban moneter akan memperoleh keuntungan kerena membayar hutangnya
dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih kecil dari pada saat dimana ia menerima uang
(hutang) tersebut.
2.2 Kajian Penelitian Sejenis
Hasil penelitian Bertha Tampang (2007) menyimpulkan bahwa terjadi perubahan yang cukup
signifikan pada laporan keuangan yang disebabkan adanya pengaruh inflasi pada pos neraca.
Selain itu, kinerja keuangan perusahaan pada umumnya mengalami penurunan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dampak inflasi terhadap perusahaan akan menurunkan kinerja keuangan
perusahaan. Terdapat perbedaan antara perhitungan jumlah aktiva dan jumlah kewajiban dan
ekuitas (pasiva) sebelum konversi yang awalnya sebelum konversi jumlah aktiva seimbang
dengan jumlah kewajiban dan ekuitas yaitu sebesar Rp.285.872.469.000,- menjadi tidak
seimbang sesudah konversi yaitu sebesar Rp.306.045.147.338,- untuk jumlah aktiva dan
Rp.323.174.201.880,- untuk jumlah kewajiban dan ekuitas. Terdapat perbedaan antara besarnya
laba sebelum dilakukan konversi yaitu Rp.25.087.924.000,- sebelum konversi menjadi sebesar
Rp.26.439.586.886,- setelah dilakukan konversi. Rasio keuangan sebelum dan setelah dilakukan
konversi terhadap laporan keuangan. Suwadi (2006) menyimpulkan hasil penelitian bahwa
inflasi akan mempengaruhi nilai dari setiap angka yang tersaji dalam laporan keuangan yang
membuat informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi terdistorsi. Selama 1996
hingga 2003, secara kumulatif inflasi di Indonesia mencapai 134,15% dengan rata-rata 16,77%
setiap tahun. dari laporan yang disesuaikan dengan tingkat harga umum diperoleh empat variabel
yaitu EBT, TA, ROI dan EPS yang akan diteliti tingkat signifikansi perbedaannya. Dengan
menerapkan metode analisis data One Way ANOVA dengan a = 5%, diketahui bahwa empat
variabel tersebut tidak dipengaruhi secara signifikan dengan adanya inflasi setidak - tidaknya
pada tingkat inflasi 5% s.d 10% yang terjadi pada tahun 2002 dan 2003. Adwin S. Atmadja
(1999) menyimpulkan bahwa Masalah inflasi di Indonesia ternyata bukan saja merupakan
fenomena jangka pendek, tetapi juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti, bahwa
inflasi di Indonesia bukan semata-mata hanya disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan
kebijaksanaan di sektor moneter oleh pemerintah, yang seringkali dilakukan untuk tujuan
menstabilkan fluktuasi tingkat harga umum dalam jangka pendek, tetapi juga mengindikasikan
masih adanya hambatan-hambatan struktural dalam perekonomian Indonesia yang belum
sepenuhnya dapat diatasi. Apabila mengacu pada usaha pengeliminasian hambatanhambatan
struktural tersebut, maka mau tidak mau harus memperhatikan dengan seksama pembangunan
ekonomi di sector riil. Dengan melakukan pembenahan di sektor riil secara tepat, bahkan
mungkin sampai pada tahap messo dan micro ekonomi, maka kemantapan fundamental ekonomi
Indonesia dapat diperkokoh. Defisit APBN; peningkatan cadangan devisa; pembenahan sektor
pertanian khususnya pada sub sektor pangan; pembenahan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi posisi penawaran agregat merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan
penanganan yang serius untuk dapat menekan inflasi ke tingkat yang serendah mungkin di
Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Astragraphia mengawali perjalanannya pada tahun 1971 sebagi Divisi Xerox, PT Astra
Internasional yang bergerak dalam bidang pemasaran dan penyediaan layanan purna jual bagi
mesin fotokopi Xerox secara eksklusif di seluruh Indonesia. Sejalan dengan perkembangan bisnis
yang pesat, pada tahun 1976 Divisi Xerox memisahkan diri dari PT Astra International dan
menjadi perusahaan yang mandiri dengan nama PT Astra Graphia, yang sekarang kita kenal.
Dalam rangka membangun landasan yang kokoh bagi pertumbuhan bisnisnya, pada tahun 1989
Astragraphia menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya. Sampai dengan 31 Desember 2005, jumlah saham Astragraphia
seluruhnya adalah 1.348.780.500 lembar. Saat ini menjelang 30 tahun sejak menjadi perusahaan
yang mandiri, Astragraphia fokus pada bisnis Document Solution, dengan perekanan utama Fuji
Xerox Co. Ltd, perusahaan yang ahli di bidang perdokumenan berskala global, berkantor pusat di
Jepang. Bisnis Document Solution tidak hanya bisnis mesin fotokopi tapi telah mengalami
transformasi bersamaan dengan pesatnya perkembangan di bidang teknologi informasi (TI),
menjadi sebuah solusi dokumen yang terintegrasi dengan sistem TI. Cakupan fungsinya menjadi
luas dari mulai document input (creating, scanning, merging, editing), document management
(sharing, archiving, distributing, routing) hingga document output (printing, faxing, copying, emailing web viewing) dalam konfigurasi yang bervariasi.
Astragraphia membagi bisnis Document Solution dalam 4 bisnis utama, yaitu :
Office Product Business, Production System Business, Printer Channel Business and Service
Business. Pembagian bisnis tersebut berdasarkan pada jenis mesin/perangkat keras dan layanan
atau service yang akan ditawarkan oleh PT. Astragaphi dalam pembagian bisnis Document
solution tersebut. Astragraphia menekankan pemberian nilai tambah bagi pelanggan
dibandingkan dengan penjualan perangkat keras. Hal ini dikukuhkan dengan dikembangkannya
metodologi Valued Services and Solutions (VSS) pada tahun 2004), yaitu pendekatan pemasaran
yang berorientasi pada peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja dari perusahaan pelanggan.
Metodologi VSS diawali dengan procces assessment sebelum melakukan design system
pengelolaan dokumen untuk sebuah perusahaan. Setelah mendapat persetujuan dari pelanggan
maka tahap implementasi atau pemasangan sistem solusi dilakukan, untuk kemudian, dilakukan
evaluasi apakan sistem tersebut telah sesuai dan mencapai produktifitas yang diharapkan
sehingga akhirnya dilakukan improvement yang dibutuhkan bila ada kantor cabang dan 53 titik
layan yang tersebar diseluruh negeri. Selain jaringan distribusi yang dimiliki sendiri,
Astragraphia juga melakukan penjualan dan penyediaan layanan melalui dealer dan reseller yang
tersebar diseluruh Indonesia. Untuk memperkuat posisinya dipasar TI Indonesia yang masih
menjanjikan, Astraphia berkiprah melalui PT SCS Astragraphia Technologies (SAT).
Perusahaan patungan yang dibentuk tahun 2004 ini, 49% sahamnya dimiliki oleh Astragraphia
dan 51% dimiliki oleh Singapore Computer System Limited (SCS). Berbekal kemampuan dan
pengalaman Astragraphia selama hampir 23 tahun di bisnis TI (dahulu melalui unit usaha IT
Solution), SAT menjadi salah satu dari 3 besar perusahaan penyedia jasa terintregasi dalam
bidang Solusi Teknologi Informasi di Indonesia. Bahkan kini SAT memiliki landansan untuk
melakukan penetrasi pasar internasional yang telah dimiliki oleh SCS di pasar regional.
3.2 Metode Pengumpulan Data
a. Riset Komputer
yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan cara mencari di Internet:
http://www.bps.go.id/sector/cpi/table3.shtml , ( Badan Pusat Statistik / BPS).
http://www.astragraphia.co.id/EN/investor/ASGR_1208_website.pdf , atau
http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_lapor
an_keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20
Tahun%202008/LKT%20Desember%202008_Audit/Astra%20Graphia%20(
ASGR)/ASGR_LKT_Des_2008.pdf , (Lapora keuangan yang terjadi pada PT.Astragraphia, Tbk
31 Desember Tahun 2007 - 2008).
Penelitian sejenis
http://library.gunadarma.ac.id/index.php?appid=penulisan&sub=detail&npm=
20203187&jenis=s1fe (Judul: “AKUNTANSI INFLASI DENGAN METODE
TINGKAT HARGA UMUM, UNTUK MENILAI RASIO KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG LEBIH AKURAT”).
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/viewArticle/15656
(Judul: “INFLASI DI INDONESIA SUMBER – SUMBER PENYEBAB
DAN PENGENDALIANNYA”).
http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp-gdl-s2-2006-suwandi-431
(Judul: “ANALISIS KANDUNGAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
BERKAITAN ADANYA INFLASI: STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA”).
b. Riset Kepustakaan
yaitu dengan membaca dan mencari materi yang diperlukan yang berhubungan dengan penulisan
ini.
3.4 Alat Analisis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan perhitungan harga umum dengan menggunakan
metode data nilai majemuk pada penelitian akuntansi inflasi terhadap relevansi laporan keuangan
pada PT. Astra Graphia, Tbk.
• Nilai Majemuk (“Compund value” atau “ending amount”).
Vn = P ( I + i )n
Vn = Jumlah akhir
P = Jumlah uang pada permulaan periode
i = Suku / tingkat bunga
I = Jumlah bunga dalam uang yang diperoleh selama periode tertentu
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Obyek Penelitian
PT Astra Graphia bergerak dibidang pemasaran dan penyediaan layanan purna jual bagi mesin
fotokopi Xerox secara eksklusif diseluruh Indonesia. Saat ini menjelang 30 tahun sejak menjadi
perusahaan yang mandiri Astragraphia fokus pada bisnis Document Solution mencatat sahamnya
di bursa efek jakarta dan bursa efek surabaya sampai dengan 31 Desember 2005 jumlah saham
Astragraphia seluruhnya adalah 1.348.780.500 lembar. Astragraphia membagi bisnisnya dalam 4
bisnis utama yaitu: Office Product Business, Production System Business, Printer Channel
Business and Service Business. Untuk memperkuat posisinya dipasar TI Indonesia Astragraphia
berkiprah melalui PT SCS Astragraphia Teknologi (SAT). Perusahaan patungan yang dibentuk
tahun 2004 ini, 49% saham dimiliki Astragraphia dan 51% dimiliki oleh Singapore Computer
System Limited (SCS).
4.2 Diskusi Hasil Penelitian
Dari hasil data perhitungan laporan keuangan pada perusahaan PT. Astragraphia, Tbk pada
Tahun 2007 – 2008 terdapat perbedaan hasil dari transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Pada laporan keuangan perusahaan PT. Astragraphia, Tbk pada tahun 2007 tingkat inflasi
sebesar 1.0659% dan Tahun 2008 tingkat inflasi sebesar 1.11069% dengan memasukkan inflasi
terdapat perbedaan hasil yang terjadi yaitu pada Tahun 2007 sebesar 16,17% dan Tahun 2008
sebesar 10,04% sehingga selisih perbedaan hasil yang terjadi pada laporan keuangan Tahun 2007
dan 2008 sebesar 6,13%.
Pada perusahaan tersebut terlihat jelas bahwa inflasi sangat berpengaruh pada laporan
keuangan ini sehingga akibat inflasi yang terjadi menyebabkan terjadinya penurunan dari hasil
laba yang diperoleh perusahaan tersebut.
Terlihat jelas perbedaan yang terjadi pada laporan keuangan sebelum memasukkan inflasi dan
setelah memasukkan inflasi, sebelum memasukkan inflasi perusahaan ini mengalami kenaikan
laba dan setelah memasukkan inflasi perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil laba.
Terjadinya inflasi pada perusahaan ini dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya:
pengaruh inflasi pada penjualan, terjadinya inflasi pada penjualan menyebabkan penjualan
perusahaan ini menurun, sehingga menyebabkan pendapatan perusahaan ini pada masa inflasi
juga ikut menurun.
Jadi PT. Astragraphia, Tbk dalam pembuatan keputusan ekonomi laporan keuangan dilakukan
secara Relevan, yaitu dalam membuat keputusan masa depan diperlukan data transaksi masa lalu.
Dalam hal ini perusahaan ada beberapa faktor yang harus lebih ditingkatkan sehingga
perusahaan ini pada masa inflasi tidak mengalami kerugian, diantaranya:
• Faktor produk
Perusahaan terus menjaga kualitas mutu produk dan Perusahaan juga terus meningkatkan
produknya agar lebih baik
• Faktor pelayanan atau jasa
Memberikan promosi pelayanan jasa berupa service gratis, Memberikan promosi pelayanan
konsultasi gratis. Memberikan promosi pelayanan ganti oli gratis selama setahun dalam jarak
sekian kilometer.
Pada perusahan ini dalam menghitung pelaporan keuangan mengunakan factor inflasi, karena
data yang diinginkan pada perusahaan ini dan yang dihitung merupakan data yang rill atau data
yang diperoleh saat terjadinya transaksi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV , maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Pada hasil perhitungan laporan keuangan perusahaan PT. Astraraphia, Tbk pada Tahun 2007
tingkat inflasi sebesar 1.0659% dan Tahun 2008 tingkat inflasi sebesar 1.1106%, Jadi dengan
memasukkan inflasi dalam perusahaan PT. Astragraphia, Tbk ini terdapat selih perbedaan yang
terjadi yaitu pada Tahun 2007 sebesar 16,17% dan Tahun 2008 sebesar 10,04% sehingga pada
tahun 2007 dan 2008 selisih hasil perbedaannya sebesar 6,13%.
2. Pada PT. Astragraphia, Tbk inflasi sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan karena
perusahaan ini pada masa inflasi mengalami penurunan hasil pada setiap transaksi yang terjadi
dan pengaruh faktor inflasi dalam laporan keuangan ini bagi pihak internal perusahaan sangat
merugikan sehingga perusahaan pada masa inflasi ini mengalami penurunan laba dan ada
beberapa faktor pendukung perusahaan tidak mengalami kerugian dalam masa inflasi
5.2 Saran
Perusahaan dalam menghitung laporan keuangan sebaiknya menggunakan factor inflasi.
Download