BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perusahaan PMA dan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perusahaan PMA dan Perusahaan PMDN
Penanaman modal asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (UU
No.25/2007). Definisi lain menyebutkan perusahaan yang sebagian besar
kepemilikan sahamnya dimiliki pihak asing dan aliran modalnya terjadi dari
suatu negara ke negara lain sebagai akibat adanya kegiatan bisnis atau kegiatan
lainnya yang masih berada dalam pengawasan negara (Ismaya, 2006: Kamus
Perbankan. Pustaka Grafika, Bandung).
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri (UU No.25/2007).
Perusahaan PMA merupakan subsidiary dari perusahaan multinasional
yang berkedudukan kantor pusat di luar negeri adalah perusahaan yang terlibat
dalam suatu bisnis internasional dan berbasis usaha mencakup kegiatan
ekonomi antar negara (ekonomi global), sedangkan perusahaan PMDN adalah
perusahaan domestik yang basis usahanya hanya mencakup kegiatan usaha di
7
8
dalam negeri. Dibandingkan dengan perusahaan yang beroperasi di dalam
lingkup ekonomi satu negara, PMA yang melakukan afiliasi bisnis kompleks
dengan banyak negara dan memiliki peluang investasi lebih besar daripada
PMDN memiliki peluang untuk meraih lebih banyak hutang dan mampu
mempertahankan rasio hutang optimalnya dibandingkan PMDN. Peluang ini
memungkinkan struktur modal PMA akan berbeda dengan PMDN (Rudolf
Lumbantobing, 2008).
B. Pengertian Modal dan Struktur modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan
atau kelebihan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya. Sumber dari modal adalah apa yang dapat dilihat berupa hutang
lancar, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Modal menggambarkan hak
pemilik atas perusahaan, yang timbul sebagai akibat penanaman (investasi)
yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik (Prabansari dan Kusuma, 2005).
Modal pada dasarnya dapat dibedakan dalam Modal Sendiri dengan
Modal Asing / Hutang (Riyanto, 2008):
1. Modal Sendiri
Modal Sendiri atau ekuitas merupakan modal yang berasal dari
pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu
yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri dapat berasal dari dalam
perusahaan (internal source) dan luar perusahaan (external source). Modal
9
sendiri yang berasal dari dalam perusahaan adalah modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, sedangkan modal
sendiri yang berasal dari luar perusahaan adalah dana yang berasal dari para
kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan.
Curt sandig dalam Riyanto (2008) menjelaskan perbedaan antara
modal asing dan modal sendiri adalah:
10
Tabel II.1
Perbedaan Modal Asing dan Modal Sendiri
Modal asing
1
Modal
yang
Modal Sendiri
terutama Modal
memperhatikan
terutama
kepada berkepentingan
kepentingannya sendiri. Yaitu kontinuitas,
kepentingan kreditur
2
dan
terhadap
kelancaran
dan
keselamatan perusahaan.
Modal yang tidak mempunyai Modal yang dengan kekuasaannya
pengaruh
terhadap dapat
penyelenggaraan perusahaan.
3
tertarik
mempengaruhi
politik
perusahaan.
Modal dengan beban bunga Modal yang mempunyai hak atas
yang tetap, tanpa memandang laba sesudah pembayaran bunga
adanya
keuntungan
atau kepada modal asing
kerugian.
4
Modal yang hanya sementara Modal yang digunakan di dalam
turut bekerja sama di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak
perusahaan.
5
terbatas atau tidak tertentu lamanya
Modal yang dijamin, modal Modal yang menjadi jaminan, dan
yang
mempunyai
hak hak nya adalah sesudah modal
didahulukan (hak preferent) asing di dalam likuidasi.
sebelum modal sendiri di dalam
likuidasi.
Sumber : Riyanto (2008)
11
Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan menurut
Riyanto (2008) terdiri dari:
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu PT. adapun jenis-jenis dari saham menurut Riyanto (2008):
1) Saham Biasa (Common Stock)
Para pemegang saham biasa akan mendapatkan keuntungan
berupa deviden apabila perusahaan mengalami keuntungan pada
akhir tahun, namun apabila perusahaan tidak mengalami keuntungan
atau bahkan kerugian, pemegang saham tidak akan mendapatkan
deviden. Hal tersebut merupakan ketentuan hukum bagi pemegang
saham biasa.
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Para pemegang saham preferen mempunyai keistimewaan
diatas pemegang saham biasa, terutama dalam hal:
a) Pembagian Deviden
Deviden dari saham preferen diambilkan terlebih dahulu,
kemudian sisanya untuk dibagikan kepada pemilik saham biasa.
b) Pembagian Kekayaan
12
Apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam pembagian
kekayaan, pemilik saham preferen didahulukan daripada pemilik
saham biasa.Namun kelemahan dari pemilik saham preferen
adalah tidak mempunyai suara dalam rapat umum pemegang
saham.Adapun persamaan antara pemilik saham biasa dengan
preferen adalah kesamaanya memperoleh deviden hanya pada
kondisi perusahaan memperoleh keuntungan.
c) Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred Stock)
Jenis pemilik saham ini pada dasarnya sama dengan
pemilik saham preferen. Perbedaannya terletak pada apabila
pemilik saham preferen kumulatif tidak memperoleh deviden
selama beberapa periode waktu karena kondisi perusahaan tidak
memperoleh keuntungan, namun bila di kemudian hari
perusahaan memperoleh keuntungan, pemilik saham preferen
kumulatif berhak menuntut atas deviden-deviden yang belum
dibayarkan perusahaan pada waktu lampau.
3) Cadangan
Cadangan adalah dana cadangan yang dibentuk dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang
lampau atau dari tahun berjalan. Tidak semua cadangan termasuk
dalam modal sendiri (Riyanto, 2008). Cadangan yang termasuk
dalam modal sendiri adalah:
13
a) Cadangan Ekspansi
b) Cadangan Modal Kerja
c) Cadangan Selisih Kurs
d) Cadangan untuk menampung hal-hal yang tidak diduga
sebelumnya (Cadangan Umum).
Menurut Riyanto (2008), cadangan yang tidak termasuk
dalam modal sendiri adalah cadangan depresiasi, cadangan piutang
ragu-ragu, dan cadangan yang bersifat utang (cadangan untuk
pension pegawai dan cadangan untuk membayar pajak). Dalam PT
sering pula terdapat apa yang disebut dengan cadangan rahasia dan
cadangan diam. Cadangan rahasia adalah cadangan yang besar
jumlahnya tidak nampak dalam neraca dan besarannya tidak
diketahui. Cadangan diam pada prinsipnya tidak berbeda dengan
cadangan rahasia, tetapi dapat diduga nilai cadangannya di dalam
perusahaan. Adanya cadangan rahasia tersebut ada kaitannya
terutama dengan pembagian deviden. Pemegang saham pada
umumnya menghendaki agar seluruh atau sebagian besar dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan hendaknya dibagikan dalam
bentuk deviden. Tetapi dilain pihak, yaitu pimpinan perusahaan,
menghendaki perusahaan yang dipimpinnya terus berkembang.
Untuk keperluan pengembangan dan perluasan perusahaan
diperlukan adanya cadangan, dan cadangan hanya dapat dibentuk
dari laba yang diperoleh. Apabila semua keuntungan dibayarkan
14
sebagai deviden, maka perusahaan tidak dapat membentuk dana
cadangan. Supaya perusahaan dapat membentuk dana cadangan
yang tidak diketahui oleh pemegang saham atau pihak luar adalah
dengan cara membentuk dana cadangan rahasia.
4) Laba Ditahan
Laba Ditahan Menurut Riyanto (2008), laba ditahan adalah
keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. Keuntungan tersebut
ada yang dibagikan menjadi deviden dan sebagian ditahan oleh
perusahaannya. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah
dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah dana cadangan. Apabila
belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan dana
tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang
ditahan (retained earning).
2. Modal Asing
Menurut FASB, utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa
mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa
mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut IAI, kewajiban
merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi ( Ghozali dan
Chairiri, 2007 dalam Pitaloka 2009). Menurut Munawir (2004) utang adalah
15
semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, di mana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan
yang berasal dari kreditor. Utang merupakan salah satu sumber pembiayaan
eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan
dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan utang ini harus
mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari utang berupa
bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan
dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang
saham biasa.
Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan modal terebut merupakan
utang yang pada saatnya harus dibayarkan kembali (Riyanto, 2008). Ada
tiga golongan utang atau modal asing:
a. Utang Jangka Pendek (Short Term Debt)
Modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun.
Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari utang perdagangan,
yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.
Menurut Riyanto (2008), jenis-jenis utang jangka pendek adalah:
1) Kredit Rekening Koran
Kredit yang diberikan bank kepada perusahaan dengan batas
platfond tertentu dimana perusahaan mengambil tidak sekaligus,
melainkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhannya, dan
16
bunga yang harus dibayar sesuai dengan jumlah yang telah diambil.
Perusahaan hanya akan mengambil rekening Koran dalam hal-hal
yang perlu saja, seperti untuk memenuhi kebutuhankebutuhan akan
modal kerja pada kondisi usaha yang tidak pasti (uncertainty).
2) Kredit dari Penjual
Kredit yang terjadi apabila penjualan produk dilakukan
dengan kredit.Kredit ini juga disebut dengan kredit perniagaan
(trade credit).
3) Kredit dari Pembeli
Kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli
kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya atau barangbarang lainnya.
4) Kredit Wesel
Kredit wesel ini terjadi apabila perusahaan mengeluarkan
surat pengakuan utang yang berisikan kesanggupan untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada
saat tertentu (notes payable), dan setelah ditandatangani, surat
tersebut diuangkan atau dijual ke bank. Pihak yang mengeluarkan
surat utang tersebut menerima kredit selama waktu mulai
diuangkannya sampai saat dimana utang tersebut harus dibayar.
Bagi bank atau pembeli surat utang tersebut merupakan tagihan atau
17
wesel taguh (notes receivables), dan bagi pihak yang mengeluarkan
utang, surat tersebut merupakan utang wesel (notes payables).
5) Utang Jangka Menengah (Intermediate Term Debt)
Menurut Riyanto (2008), utang jangka menengah adalah
utang yang jangka waktunya lebih dari setahun namun kurang dari
10 tahun. Kebutuhan membiayai usaha dengan kredit ini dirasakan
karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan utang
jangka pendek, namun juga sulit dipenuhi dengan kredit jangka
panjang di lain pihak. Untuk kebutuhan modal yang tidak begitu
besar jumlahnya, juga tidak ekonomis untuk dipenuhi dengan dana
yang berasal dari pasar modal. Ciri khas dari pembelanjaan hutang
jangka menengah adalah pembelanjaan hutang dengan cara
mengadakan kontak langsung dengan pihak yang meminjam atau
kreditur. Bentuk-bentuk kredit jangka menengah:
a) Term Loan
Kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan
kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali
dengan
angsuran
(amortization
tetap
payment),
selama
misalkan
suatu
periode
pembayaran
tertentu
angsuran
dilakukan setiap bulan, kwartal, atau tahunan.Term Loan ini
biasanya diberikan oleh bank dagang, perusahaan asuransi,
supplier, atau manufaktur.
18
b) Leasing
Suatu cara untuk mendapatkan service dari suatu aktiva
tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya penjualan
obligasi untuk mendapatkan service dan hak milik atas aktiva
tersebut dan bedanya dengan leasing tidak disertai dengan hak
milik. Ada tiga bentuk utama dari leasing:
c) Sale and Leaseback
Dalam hal ini, pemilik aktiva menjual aktivanya kepada
leasing corporation atau bank, dan dibuat perjanjian leasing
untuk menggunakan aktiva tersebut selama periode tertentu
sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.
d) Service Leases
Atau Operating Leases memberikan services baik dari
bidang keuangan atau mengenai pemeliharaannya.
e) Financial Leases
Bentuk leasing yang tidak memberikan financial service.
Lessor menerima pembayaran sewa dari lesse yang meliputi
harga penuh dari leased equipment tersebut dengan bunga yang
diinginkannya.
6) Utang Jangka Panjang (Long Term Debt)
19
Utang yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun.Utang
jangka panjang biasanya digunakan untuk membiayai perluasan
usaha atau modernisasi dari perusahaan. Utang jangka panjang
digunakan untuk keperluan dengan kebutuhan biaya yang besar.
Menurut Brigham (1989) dan Riyanto (2008) bentuk-bentuk utang
jangka panjang antara lain:
a) Pinjaman Bersyarat
Pinjaman yang biasanya didapatkan dari lembaga
keuangan seperti bank, lembaga asuransi, atau lembaga pension.
Jangka waktu pinjaman ini antara 2 tahun hingga 30 tahun.
Dalam pinjaman bersyarat ini, debitur diwajibkan membayar
bunga setiap tahun menurut suku bunga acuan yang berlaku
hingga angsuran tersebut dilunasi pada akhir masa jatuh tempo.
b) Pinjaman Obligasi
Pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjag, dimana
debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai
nilai nominal tertentu. Pembayaran kembali pinjaman obligasi
dapat dijalankan secara sekaligus atau berangsur setiap
tahunnya. Apabila sistem pelunasan sekaligus yang digunakan
maka sistem ini disebut dengan Sinking Funds System, namun
apabila sistem angsuran yang digunakan disebut Amortization
System. Jenis-jenis obligasi antara lain:
20
(i)
Obligasi Biasa (Bonds)
Obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur
dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang
apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. Bunga
obligasi dibayarkan dua kali setiap tahunnya.
(ii)
Obligasi pendapatan (Income Bonds)
Jenis obligasi yang pembayaran bunganya hanya
dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang
mengeluarkan obligasi tersebut mendapatkan keuntungan.
Tetapi kreditur mempunyai hak kumulatif atas bunga yang
tidak dibayarkan debitur pada saat debitur tidak
mengalami keuntungan.
(iii) Obligasi yang dapat ditukarkan (Convertible Bonds)
Obligasi yang memberikan
kesempatan
kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada suatu
saat
tertentu
menukarkannya
dengan
saham
dari
perusahaan yang bersangkutan.
c) Pinjaman Hipotik (Mortgage)
Merupakan pinjaman
jangka
panjang
dimana
pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang
yang tidak bergerak, agar supaya apabila debitur tidak mampu
21
memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan hasil
penjualannya dapat digunakan untuk menutup taguhannya.
d) Warrant
Hutang jangka panjang dengan kreditur membeli
sejumlah saham sesuai dengan nominal saham pada pasar modal
dengan harga yang spesifik.
Menurut Weston dan Copeland (1992) struktur modal adalah
pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen,
dan modal pemegang saham. Hal ini senada dengan pendapat VanHorne (1988)
yang mendefinisikan struktur modal sebagai bauran (proporsi) pendanaan
permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas
saham preferen dan saham biasa. Senada pula Song (2005) juga mendefinisikan
sruktur modal sebagai gabungan dari beberapa jenis sekuritas, yang terdiri dari
hutang jangka panjang, saham biasa, dan saham preferen yang diterbitkan oleh
perusahaan untuk mendanai investasi asetnya. Sedangkan menurut Wild et al,
(2005) mendefinisikan struktur modal sebagai komposisi pendanaan antara
ekuitas dan utang pada suatu perusahaan. Selanjutnya menurut Riyanto (2001:
282), struktur modal merupakan perbandingan perimbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka
panjang terhadap modal sendiri.
C. Teori Struktur Modal
22
1. Teori struktur modal dari Miller dan Modligiani (Capital structure theory)
Menurut Hasa, (2008) pada teori ini mereka berpendapat bahwa
dengan asumsi tidak ada pajak, bancruptcy cost, tidak adanya informasi
asimetris antara pihak manajemen dengan para pemegang saham, dan pasar
terlibat dalam kondisi yang efisien, maka value yang bisa diraih oleh
perusahaan tidak terkait dengan bagaimana perusahaan melakukan strategi
pendanaan. Setelah menghilangkan asumsi tentang ketiadaan pajak, hutang
dapat menghemat pajak yang dibayar karena hutang menimbulkan
pembayaran bunga yang mengurangi jumlah penghasilan yang terkena
pajak sehingga nilai perusahaan bertambah.
2. Pecking order theory
Myers dan Majluf (dalam Husnan, 2002) menyebutkan bahwa
pecking order theory adalah menentukan preferensi sumber dana yang
paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik, karena
manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai prospek,
risiko, dan nilai perusahaan, daripada pemodal publik, karena manajemen
perusahaan merupakan pengambil keputusan-keputusan keuangan, dan
yang menyusun berbagai rencana perusahaan. Informasi asimetrik ini
mempengaruhi pilihan sumber dana internal atau eksternal yang akan
diambil. Sesuai dengan teori, maka investasi perusahaan akan diambil dari
internal terlebih dahulu, baru diikuti pengambilan hutang. Teori pecking
23
order menyatakan sebagai berikut (Brealey dan Myers, dalam Husnan,
2002):
a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal.
b. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden
dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak
melakukan perubahan pembayaran deviden yang terlalu besar.
c. Pembayaran deviden yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang
diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih atau
kurang untuk invetasi.
d. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan
sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi yang dapat
dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan
saham baru.
e. Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari modal internal, yaitu dana
yang berasal dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi. Pendanaan
secara internal lebih disukai karena pendanaan ini memungkinkan
perusahaan untuk tidak perlu ”membuka diri lagi” dari sorotan pemodal
luar. Penerbitan saham baru sebagai kebijakan pendanaan perusahaan
akan memperoleh sorotan dari pemodal luar dan bisa dipersepsikan
sebagai kabar buruk karena asimetrik informasi. Penerbitan saham baru
bisa ditafsirkan sebagai harga saham yang sudah terlampau tinggi
sehingga akan terjadi underpricing pada saham baru yang diterbitkan
24
perusahaan. Selain itu, pertimbangan perusahaan lebih menyukai
pendanaan eksternal dalam bentuk hutang daripada modal sendiri
adalah pertimbangan biaya emisi saham baru yang lebih mahal daripada
biaya emisi obligasi.
3. Trade off theory
Almadana, (2014) mengatakan bahwa Trade off theory menjelaskan
hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan, dan penggunaan hutang yang
disebabkan karena keputusan pendanaan perusahaan. Model ini merupakan
lanjutan dari teori Modigliani dan Miller yang mengatakan bahwa dalam
keadaan pasar sempurna, nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan
sama dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Setelah itu MM
langsung membenahi hasil temuannya dengan mengatakan bahwa dengan
adanya pajak, penggunaan hutang akan menjadi relevan dalam perusahaan.
Hal ini disebabkan karena bunga hutang yang menjadi kewajiban akan
mengurangi tingkat penghasilan yang terkena pajak, sehingga perusahaan
bisa meningkatkan nilainya dengan hutang. Namun faktanya tidak ada
satupun
perusahaan
yang
keputusan
pendanaannya
seluruhnya
menggunakan hutang. Model Modigliani dan Miller mengabaikan faktor
biaya kebangkrutan dan keagenan yang dapat timbul apabila pengorbanan
dalam penggunaan hutang melebihi manfaat yang didapat perusahaan.
Sehingga struktur modal yang optimal ditentukan dari menyeimbangkan
keuntungan dari penggunaan hutang diukur dengan biaya kebangkrutan dan
keagenan yang timbul. Konsep trade off theory ini menjelaskan nilai
25
perusahaan akan meningkat seiring dengan peningkatan leverage (akibat
interest tax shield). Penggunaan hutang akan berhenti sampai pada
ekspektasi biaya keagenan, biaya financial distress atau biaya kebangkrutan
lebih besar daripada interest tax shield, sehingga dampaknya akan
mengurangi nilai perusahaan. Sehingga DeAngelo dan Masulis (1980)
menjelaskan bahwa tujuan dari teori ini adalah perimbangan modal sendiri
dengan modal luar. Sepanjang manfaat penggunaan hutang masih besar,
hutang akan ditambah, tetapi bila pengorbanan menggunakan hutang sudah
lebih besar, maka hutang tidak lagi optimal untuk ditambah. Sehingga
impilkasi dari trade off theory (Brigham, 1999) adalah perusahaan dengan
risiko bisnis dan biaya keagenan yang tinggi menggunakan hutang yang
rendah, sedangkan perusahaan yang terbebani pajak tinggi akan
memperoleh manfaat penghematan pajak bila menggunakan hutang.
4. Teori keagenan (Agency approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi
konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang
asaham dengan manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow. Tetapi
ada kecenderungan bahwa manajer ingin menahan sumber daya (termasuk
free cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut.
Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan
terkait free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang maka manajer
akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan (untuk membayar
bunga).
26
5. Signalling theory
Menurut Hartono, (2005) dalam Sukirni (2012), Signalling Theory
menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan
memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharap dapat
membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Sedangkan
menurut Suwardjono (2005) dalam Sukirni (2012), Signalling Theory
berakar dari teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya
kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi.
Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang
dilakukan
oleh
suatu
emiten.
Pengumuman
ini
nantinya
dapat
mempengaruhi naik turunya harga sekuritas perusahaan emiten yang
melakukan pengumuman.
D. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Maith, (2013) menjelaskan Analisis laporan keuangan terdiri dari dua
bagian kata, yaitu “analisis” dan laporan keuangan”. Analisis adalah penguraian
suatu persoalan atau permasalahan serta menjelaskan mengenai hubungan
antara bagian-bagian yang ada di dalamnya untuk selanjutnya diperoleh suatu
pengertian secara keseluruhan. Sedangkan laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Harahap (2011:190) mengungkapkan analisis laporan keuangan berarti
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
27
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Tujuan
analisis laporan keuangan mempunyai maksud untuk menegaskan apa yang
diinginkan atau diperoleh dari analisis yang dilakukan. Dengan adanya tujuan,
analisis selanjutnya akan dapat terarah, memiliki batasan dan hasil yang ingin
dicapai.
E. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt to Equity Ratio
(LTDTE)
1. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) yang mencerminkan rasio antara total
debt (total hutang) dengan total ekuitas (modal sendiri). Total debt
merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek atau jangka
panjang), sedangkan total ekuitas adalah total modal sendiri (total modal
saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio
ini menunjukan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas
perusahaan. Semakin tinggi tingkat Debt to Equity Ratio (DER) berarti
komposisi hutang dalam struktur modal perusahaan semakin besar dari
modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak luar (kreditur) (Munawir, 2007). Debt to Equity Ratio (DER)
adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara sumber dana pihak
ketiga dengan hutang yang menggambarkan struktur perusahaan. Debt to
Equity Ratio (DER) menunjukan tingkat resiko suatu perusahaan dimana
28
semakin tinggi rasio Debt to Equity Ratio (DER) maka semakin tinggi
resiko perusahaan. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah ekuitas
perusahaan tidak mampu menutupi kuantitas hutang perusahaan.
Kesimpulannya semakin banyak laba operasi perusahaan yang digunakan
untuk membayar beban bunga tetap, semakin banyak aliran kas yang
digunakan untuk membayar angsuran tetap, sehingga laba bersih setelah
pajak (EAT) perusahaan akan banyak berkurang (Almadana, 2014).
Menurut Riyanto (1999), semakin tinggi tingkat Debt to Equity Ratio (DER)
berarti semakin tinggi rasio hutang perusahaan yang digunakan untuk
pembiayaan aktiva perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan
bagian dari tiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutang. Pilihan pendanaan struktur modal yang digunakan sangat penting
karena pada suatu perbandingan tertentu antara hutang dengan modal
sendiri pada tingkat arus kas operasi tertentu dapat meminimalisasi biaya
modal rata-rata tertimbang. Hal ini berarti dapat memaksimalisasi nilai
pasar dari perusahaan (Nurita, 2012). Menurut Brigham (1989), para
investor lebih tertarik pada tingkat Debt to Equity Ratio (DER) tertentu yang
besaran rasionya kurang dari satu, karena nilai Debt to Equity Ratio (DER)
perusahaan yang menunjukan nilai lebih dari satu memberi arti bahwa
koefisien hutang dalam suatu perusahaan lebih tinggi dari jumlah modal
sendiri. Seperti yang telah diutarakan oleh Riyanto (1999) mengenai
koefisien hutang, yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing
dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1 atau 100%.
29
Rasio Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑏𝑑 π‘‘π‘œ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ (DER) =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘¦
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
2. Long Time Debt to Equity Ratio (LTDTE)
Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Long Time
Debt to Equity Ratio) menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio
utang terhadap modal akan menentukan besarnya laverage keuangan yang
digunakan perusahaan (Weston dan Copeland, 1992:22 dalam Pitaloka,
2009). Long Time Debt to Equity Ratio (LTDTE) merupakan rasio yang
menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau
berapa porsi utang dibanding dengan modal perusahaan, supaya aman porsi
hutang harus lebih kecil dari modal. Perusahaan yang menggunakan
semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan pokok
pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan
perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar.
Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (long time debt to
equity ratio) dapat dirumuskan sebagai berikut:
πΏπ‘œπ‘›π‘” π‘‡π‘–π‘šπ‘’ 𝐷𝑒𝑏𝑑 π‘‘π‘œ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ (LTDTE) =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΏπ‘œπ‘›π‘” π‘‡π‘–π‘šπ‘’ 𝐷𝑒𝑏𝑑
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
30
F. Pengertian Return On Assets (ROA) dan Net Profit Margin (NPM)
1. Return On Assets (ROA)
Menurut Hery (2012), Return On Assets (ROA) digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktivitas yang dimilikinya. Return On Assets (ROA)
dapat dirumuskan sebagai berikut:
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠 (ROA) =
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘ π‘’π‘‘
2. Net Profit Margin (NPM)
Menurut Hery (2012), Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio
yang berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih
terhadap penjualan bersihnya. Net Profit Margin (NPM) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑑 π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘“π‘–π‘‘ π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘› (NPM) =
πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
31
G. Teori Struktur Modal yang Optimal
Santika (2011), menjelaskan didalam penelitiannya teori-teori tentang
struktur modal yang optimal menurut para ahli diantaranya, Megginson (1997),
menjelaskan model trade off theory yang menggambarkan bahwa struktur
modal yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan
atas penggunaan utang dengan cost financial dan agency problems. Teori ini
merupakan kesimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan
hutang. Mirza (1996) the trade – off model memang tidak dapat dipergunakan
untuk menentukan modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan
tetapi melalui model ini memungkinkan dibuat 3 kesimpulan tentang
penggunaan leverage yaitu : (1) Perusahaan dengan risiko usaha yang lebih
rendah dapat meminjam lebih besar tanpa harus dibebani oleh expected cost of
financial distress sehingga diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan
hutang yang lebih besar, (2) Perusahaan yang memiliki tangible assets dan
marketable assets seharusnya dapat menggunakan hutang yang lebih besar dari
pada perusahaan yang memiliki nilai terutama dari intangible assets. Hal ini
disebabkan intangible assets lebih mudah untuk kehilangan nilai apabila terjadi
financial distress,dibandingkan standart asset dan tangible assets, dan (3)
Perusahaan di negara yang tingkat pajaknya tinggi seharusnya memuat hutang
yang lebih besar dalam struktur modalnya dari pada perusahaan yang
dibayarkan diakui pemerintah sebagai biaya sehingga mengurangi pajak
penghasilan.
Download