analisa kerentanan lingkungan pesisir, eksosistem

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
ANALISA KERENTANAN LINGKUNGAN PESISIR, EKSOSISTEM
PESISIR, DAN SUMBERDAYA PERIKANAN TERHADAP
PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DELTA API KABUPATEN
LOMBOK UTARA
Gendewa Tunas Rancak1), Widi Agus Pratikto2, Suntoyo2
Program Studi Magister Teknik Manajemen Pantai, FTK Institut Teknologi
Sepuluh Nopember-Sukolilo, Surabaya, 6011, Jawa Timur
Email: [email protected]
2)
Teknik Manajemen Pantai, FTK Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1)
ABSTRAK
Pembelajaran terkait adaptasi perubahan iklim dan bias pembangunan yang dilakukan di
Lombok, khususnya di Kabupaten Lombok Utara (KLU), melahirkan konsep kawasan Desa
Ekologis Tangguh dan Adaptif Perubahan Iklim (Delta Api). Desa Medana, Desa Gondang,
dan Desa Gili Indah dipilih menjadi kawasan implementasi Delta ApiKLU. Untuk
menentukan kerangka pembangunan Delta Api, perlu dilakukan analisa tingkat kerentanan
lingkungan pesisir, ekossitem, dan sumberdaya perikanan terhadap dampak perubahan
iklim. Kerentanan didefinisikan sebagai fungsi dari paparan, kepekaan, dan kemampuan
adaptasi. Data tingkat kepekaan dan kemampuan adaptasi dilperoleh dengan melakukan
Focus Group Discussion (FGD) dan Indepth Interviewmenggunakan pertanyaan kunci.
Data tingkat paparan diperoleh dengan menganalisa data satelit altimetry AVISO, ECMWF
dan TRMM terkait kondisi eksisting dan historis parameter oseanografi. Tingkat
kerentanan lingkungan pesisir ketiga desa terhadap ketinggian gelombang, kenaikan muka
air laut dan curah hujan, serta suhu permukaan air laut secara berurutan adalah Sedang,
Tinggi, dan Sedang. Tingkat Kerentanan eksositem pesisir ketiga desa terhadap gelombang
musim barat dan kenaikan muka air laut adalah Tinggi, sedangkan kerentanan terhadap
gelombang musim timur tergolong sedang untuk Desa Gili Indah dan Desa Gondang,
sementara Desa Medana tergolong Rendah. Pada aspek sumber daya perikanan, Desa
Medana, Desa Gondang memiliki tingkat kerentanan terhadap kondisi gelombang yang
tergolong Sedang, sedangkan GIli Indah tegolong Rendah. Kerentanan sumberdaya
perikanan terhadap kenaikan muka air laut, temperature air laut, dan curah hujan ketiga
desa tergolong Tinggi.
Kata Kunci: Delta Api, Kerentanan Lingkungan pesisir, Kerentanan Eksosistem Pesisir,
Kerentanan sumberdaya perikanan
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai 13.446
dan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km (DKP, 2008 dalam Purnamasari, 2009).
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Ditilik dari kerentanan terhadap perubahan iklim dan bencana, kawasan pesisir memiliki
resiko lebih besar dibanding dengan daratan besar atau pedalaman benua.
Berdasarkan Rancak (2012), Pulau Lombok, walaupun menurut UU No 27 tahun
2007 (Juncto UU No 1 Tahun 2014) tidak terkategorikan sebagai pulau kecil (≤ 2.000 km2),
namun menurut United Nation Convention on the law of Sea (UNCLOS) termasuk dalam
kategori pulau kecil karena luasnya kurang dari 13.000 km2(luas Pulau Lombok 4.725
Km2). Pembelajaran yang dilakukan di Lombok, khususnya di Kabupaten Lombok Utara
(KLU), telah melahirkan konsep Eco-Climate Village (ECV) yang dihajatkan dapat
menjawab persoalan, kebutuhan, hak dan kemampuan berpengalaman warga pesisir dalam
menghadapi perubahan iklim.
Perpaduan darikonsep ECV dan Pengembagnan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) yang
saat ini menjadi Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT)inisiasi dari kementerian
kelautan dan Perikanan melahirkan sebuah formula baru berupa pendekatan kawasan
berbasis Desa Ekologis Tangguh dan Adaptif Perubahan Iklim (Delta Api). Formula ini
merupakan sintesa dan Scalling up konsep sekaligus counter model pengembangan
kawasan pesisir dan kepulauan terhadap bias pembangunan dan perubahan iklim yang
dibangun di tiga desa dalam satu kesatuan socio-ecosystem (Delta Api, 2014).
Desa Medana, Desa Gondang, dan Desa Gili Indah dipilih menjadi kawasan
implementasi Delta Api di KLU. Pengembangan Kawasan Delta Api di KLU memerlukan
kajian awal berupa penilaian kerentanan lingkungan pesisir, ekosistem, dan sumberdaya
perikanan terhadap perubahan kondisi iklim di wilayah pesisir dan kepulauan Delta Api
KLU. Kajian awal ini dapat menjadi baseline kerangka pengembangan kawasan
berdasarkan pespektif kepulauan.
METODE
Analisa Kerentanan dilakukan berdasarkan fungsi kerentanan yaitu Kerentanan
sebagai fungsi dari adanya paparan (exposure), tingkat kepekaan (sensitivity), potensi
dampak (potential impact), dan kemampuan adaptasi (adaptive capacity).
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini,terdapat tiga panduan yang digunakan dalam menentukan
tingkat kerentanan lingkungan pesisir, yaitu (1)Integrated Coastal Sensitivity, Exposure,
Adpative Capcity on Climate Change (ICSEA-C-Change); (2) Coastal Integration
Vulnerabiity Assessment Tools (CIVAT); dan (3) Tools for Understanding Resilient
Fisheries (TURF).
Metode pelaksanaan assessment kerentanan lingkungan pesisir dengan panduan
ICSEA-C-Change, CIVAT, dan TURFdilakukan secara partisipatif dengan melaksanakan
FGDdanIndepth Interviewuntuk menggali informasi iklim terkait variabel kepekaan dan
tingkat kemampuan adaptasi.Tool ICSEA-C-CHANGE digunakan untuk menganlisa
tingkat kerentanan lingkungan pesisir dan masyarakt terhadap dampak perubahan iklim.
Tools CIVAT digunakan untuk mengalisa tingkat kerentanan ekosistem pesisir terhadap
dampak peruabhan iklim. Sedangkan tool TURF digunakan untuk menganalisa tingkat
kerentanan sumberdaya perikanan terhadap dampak perubahan iklim. Untuk memperoleh
data dari variabel paparan, dilakukan analisa data satelit yang berasal dari satelit altimetri
AVISO, ECMWF, dan TRMM dengan validasi berdasarkan stasiun pengamatan BMKG
dan integrasi data parameter oseanografi.
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Analisa Data
Analisa Data dilakukan dengan melakukan metode partisipatif dengan penentuan
nilai kerentanan berupa skoring. Ketiga metode penilaian kerentanan yaitu ICSEA-CCHANGE, CIVAT, TURF menggunakan data kualitatif berupa skoring pada hasil akhir
penentuan tingkat kerentanan. Penentuan tingkat kerentanan dilakukan menggunakan
sistem penskalaan dan skoring parameter kerentanan lingkungan pulau kecil untuk
variabelpaparan (exposure). Skoring dilakukan untuk menentukan kategori Rendah (nilai
skor 1-2), Sedang (nilai skor 3-4), Tinggi (nilai skor 5).Data ini merupakan modifikasi dari
Tahir (2013) dan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sistem Penskalaan dan Skoring Variabel Kerentanan Lingkungan Pesisir, Ekosistem
Pesisir, dan Sumberdaya Perikanan
Variabel
Nilai Skor
Moderate
3
4
Rendah
Sumber
Tinggi
5
1
2
Kenaikan Muka Air
Laut (mm/th)
≤ 4.99
5-9.99
10-14.99
15-25
>25
DKP (2008)
Tinggi Gelombang (m)
<0.50
0.511.0
1.1-1.5
1.51-2.0
>2
DKP (2008)
Suhu Permukaan Air
Laut (oC)
<0.086
Curah Hujan (mm/hari
hujan)
<13,6
0.086-0.19
13,6 –
20,7
20,7 – 27,7
27,7 – 34,8
>0.19
global average per
decade (0.133oC +/0.047) northern ocean
average1(0.19oC)
>34,8
Mentan (1980)
Sumber: Modifikasi dari Tahir, 2013
Penentuan nilai kerentanan dilakukan dengan penentuan nilai kepekaan dan
kemampuan adaptasi. Pada metode ICSEA-CHANGE, nilai kerentanan dapat diperoleh
dengan melakukan integrasi langsung antara ketiga variabel kerentanan. Penentuan
kerentanan dengan menggunakan CIVAT dan TURF dilakukan dengan melakukan validasi
jumlah kriteria penilaian, dan menentukan dampak terpendam (potential impact).
Tabel 2. Metode Integrasi Penilaian Kerentanan dengan Menggunakan ICSEA-C-CHANGE
L (1-2)
M (3-4)
H (5)
Exposure
L (1-2)
LLL
LMM
LHH
Sensitivity
M (3-4)
MLL
MMM
MHH
H (5)
HLL
HMM
HMH
L (2)
M (3-4)
H (5)
Adapive Capacity
Sumber: CTI, 2013
Tabel 3. Metode Penilian Kerentanan dengan menggunakan CIVAT dan TURF
Exposure
PI
L
M
H
Sensitivity
L
M
L
L
L
M
M
H
H
M
H
H
Potential
Impact
Sumber: CTI, 2013
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-3
V
L
M
H
Adaptive Capacity
L
M
M
L
H
M
H
H
H
L
L
M
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Kerentanan Lingkungan Pesisir Kawasan Delta Api Terhadap Perubahan
Iklim
1. Penilaian tingkat Paparan
Tingkat Paparan yang digunakan dalam analisa kerentanan lingkungan pesisir di
kawasan Delta Api menggunakan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Peringkat Variabel Paparan
Desa
Ketinggian
Gelombang (m)
Sea Level
Rise (m)
Medana
Gondang
Gili Indah
0,972 m
0,963 m
0.95 m
0,0470
0,0470
0,530
Suhu
Permukaan
Laut (oC)
28.22
28.14
28.34
Curah
Hujan
(mm/th)
459,16
127,72
459,16
Kategori
KG
SLR
SPL
CH
2
2
2
5
5
5
2
2
2
5
1
5
Sumber: Pengolahan data Satelit
2.
Penilaian tingkat Kepekaan dan Kemampuan Adaptasi
Berdasarkan hasil penilaian kepekaan, Desa Medana, Desa Gondang, dan Desa GIli
Indah memiliki tingkat Kepekaan Sedang. Berdasarkan penilaian tingkat kemampuan
adaptasi ingkungan pesisir, ketiga Desa memiliki tingkat kemampuan adaptasi lingkungan
peisisr terhadap dampak perubahan iklim yang tergolong Sedang.
3. Penilaian tingkat Kerentanan Lingkungan Pesisir Kawasan Delta Api terhadap
Perubahan Iklim
Berdasarkan penilaian yang dilakukan menggunakan tabulasi pada tabel 2, dapat
dilihat bahwa tingkat paparan Desa Medana, Desa Gondang, dan Desa Gili Indah terhadap
ketinggian gelombang adalah Rendah (L). Sedangkan sensitivitas ketiga desa tersebut
terhadap ketinggian gelombang adalah Sedang (M) atau sedang. Dengan tingkat
kemampuan adaptasi yang Sedang (M) atau sedang, maka dapat diperoleh tingkat
kerentanan ketiga desa terhadap ketinggian gelombang adalah Sedang (M).
Tingkat kerentanan ketiga desa terhadap kenaikan muka air laut dan curah hujan
adalah Tinggi (H). Nilai ini diperoleh dari integrasi tingkat paparan kenaikan muka air laut
yang Tinggi (H) dan sensitifitas serta kemampuan adaptasi yang sedang (M).
Tingkat paparan temperatur muka air laut tergolong Rendah (L), sedangkan sensitifitas
lingkungan pesisir terhadap tren kenaikan temperatur air laut adalah Sedang (M). Jika
ketiga desa memiliki kemampuan adapatasi dengan nilai Sedang (M), maka tingkat
kerentanan lingkungan perairan dan pesisir ketiga desa terhadap temperatur muka air laut
adalah Sedang (M).
Analisa Kerentanan Ekosistem Pesisir Kawasan Delta Api Terhadap Perubahan
Iklim
1. Penilaian Tingkat Paparan
Tingkat Paparan yang digunakan dalam analisa kerentanan lingkungan pesisir di
kawasan Delta Api dapat dilihat pada tabel 5.
2. Penilaian Tingkat Kepekaan dan Kemampuan Adaptasi
Tingkat Kepekaan ekosistem pesisir Desa Medana terhadap dampak perubahan iklim
termasuk dalam kategori Sedang. Kondisi ini juga terjadi pada Desa Gondang dan Desa
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
GIli Indah yang memiliki tingkat kepekaan Sedang.Tingkat kemampuan adaptasi ekosistem
di ketiga desa terhadap dampak perubahan iklim termasuk dalam kategori Sedang.
Tabel 5. Peringkat Variabel Paparan
Desa
SLR (m)
Tinggi gelombang musim
barat (m)
Tinggi Gelombang
musim timur (m)
Medana
Gondang
Gili Indah
0,0470
0,0470
0,530
1,14
1,09
1,06
0.96
1.14
1,13
Kategori
GB
3
3
3
SLR
5
5
5
GT
2
3
3
Sumber: Pengolahan Data Satelit
3.
Penilaian Tingkat Kerentanan
Gambar 1 menunjukkan bahwa kerentanan desa Medana, Gondang dan Desa GIli
Indah terhadap ketinggian gelombang musim barat adalah moderate (M) atau sedang.
Sedangkan tingkat kerentanan ketiga desa terhadap kenaikan muka air laut adalah Tinggi
(H). Pada kedua variable paparan tersebut adalah sama, namun berbeda pada tingkat
kerentanan variable paparan terhadap ketinggian gelombang musim timur. Tangkat
kerentanan Desa Medana terhadap ketinggian gelombang musim timur tergolong rendah
(L), sedangkan kedua desa lainnya tergolong Sedang (M).
Gambar 1. Peta Kerentanan Lingkungan dan Eksosistem Pesisir Desa Medana,
Gondang, dan Gili Indah
Analisa Kerentanan Kondisi Sumberdaya Perikanan di Kawasan Delta Api Terhadap
Perubahan iklim
TURF memiliki 3 komponen utama yaitu aspek sumberdaya perikanan, ekosistem
terumbu karang, dan aspek sosio-ekonomi. Ketiganya memiliki faktor interinsik yang
saling terintegrasi satu sama lainnya.
1. Penilaian Tingkat Paparan
Variable paparan yang digunakan pada tool TURF sama dengan variable paparan yang
digunakan tool ICSEA-C-CHANGE, sehingga memiliki nilai paparan yang sama.
2. Penilaian Tingkat Kepekaan
Berbeda dengan ICSEA-C-CHANGE dan CIVAT, penilaian kepekaan TURF
dilakukan berdasarkan tiap komponen (sumberdaya perikanan, ekosistem, dan sosioISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
ekonomi). Tingkat Kepekaan sumberdaya perikanan Desa Medana terhadap dampak
perubahan iklim tergolong Tinggi, sedangkan tingkat kepekeaan ekosistem desa medana
tergolong Sedang. Sementara tingkat kepekaan sosio-ekonomi Desa Medana tergolong
Sedang.
Tingkat kepekaan sumberdaya perikanan Desa Gondang tergolong Sedang. Tingkat
Kepekaan ekosistem Desa Gondang terhadap dampak perubahan iklim tergolong Rendah.
Sementara tingkat kepekaan sosio-ekonomi Desa Gondang tergolong Tinggi.
Tingkat kepekaan sumberdaya perikanan Desa Gili Indah tergolong Sedang, sedangkan
tingkat kepekaan ekosistem GIli Indah tergolong Sedang. Sementara tingkat kepekaan
sosio-ekonomi Desa Gili Indah terhadap dampak perubahan iklim tergolong Sedang.
3. Penilaian Tingkat Kemampuan Adaptasi
Tingkat kemampuan adaptasi komponen sumberdaya perikanan Desa medana, Desa
Gondang, dan Desa GIli Indah terhadap dampak perubahan iklim tergolong Sedang.
Sedangkan tingkat kemampuan adaptasi ekosistem ketiga desa tersebut secara berurutan
adalah Sedang, Sedang, dan Tinggi. Sementara tingkat kemampuan adaptasi sosio-ekonomi
ketiga desa tergolong Sedang, Sedang, dan Tinggi.
4. Penilaian Tingkat Kerentanan
Pada aspek sumber daya perikanan, Desa Medana, Desa Gondang memiliki tingkat
kerentanan terhadap kondisi gelombang yang sedang (M), sedangkan GIli Indah tegolong
rendah (L). Kerentanan sumberdaya perikanan terhadap kenaikan muka air laut, temperatur
air laut, dan curah hujan ketiga desa tergolong Tinggi (H).
Pada aspek ekosistem pesisir, tingkat kerentanan ketiga desa tersbut terhadap
ketinggian gelombang adalah rendah (L), artnya kondisi ekosistem belum terpengaruh oleh
ketinggian gelombang. Sedangkan kerentanan ekosistem pesisir di Desa Medana dan Desa
GIli Indah terhadap kenaikan muka air laut tegolong Tinggi (H), dimana kondisi kerentanan
di Desa Gondang adalah sedang (M). kemudian tingkat kerentanan eksositem pesisir Desa
Medana dan Desa GIli Indah terhadap temperatur muka air laut dan curah hujan juga
tergolong Tinggi (H), sedangkan Kerentanan ekosistem pesisir Desa Gondang terhadap
temperatur muka air laut dan curah hujan tergolong sedang (M).
Berdasarkan aspek kondisi sosio-ekonomi, kerentanan Desa Medana dan Desa GIli
Indah terhadap dampak ketinggian gelombang adalah rendah (L), sedangkan Desa Gondang
berada dalam kondisi sedang (M). tingkat kerentanan kondisi sosio-ekonomi Desa Medana
terhadap kenaikan muka air laut tergolong sedang (M), sedangkan kedua desa lainnya
tergolong Tinggi (H). tingkat kerentanan Desa Medana, Desa Gondang, dan Desa GIli
Indah terhadap temperatur muka air laut dan curah hujan memiliki kategori penilaian yang
sama dengan kondisi kerentanan terhadap kenaikan muka air laut.
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Tabel 6. Hasil Penilaian Tingkat Kerentanan Sumberdaya Perikanan di Kawasan Delta Api
Kabupaten Lombok Utara
Exposure
Komponen
Sumber
daya
Perikanan
Ekosistem
Sosioekonomi
Sensitivity
1
2
3
4
L
H
H
H
L
H
H
L
H
H
Potensi Dampak
Adaptive capacity
Fiseheries
Vulnerability
1
2
3
4
1
2
3
Desa Medana
4
H
M
H
H
H
M
M
H
H
H
H
M
L
H
H
H
M
L
H
H
H
H
L
L
M
M
M
M
L
M
M
M
Desa Gondang
Sumber
daya
Perikanan
Ekosistem
Sosioekonomi
L
H
H
H
M
M
H
H
H
M
M
H
H
H
L
H
H
H
L
L
M
M
M
M
L
M
M
M
L
H
H
H
H
M
H
H
H
M
M
H
H
H
Desa GIli Indah
Sumber
daya
Perikanan
Ekosistem
Sosioekonomi
L
H
H
H
M
L
H
H
H
M
L
H
H
H
L
H
H
H
M
L
H
H
H
H
L
H
H
H
L
H
H
H
M
L
H
H
H
H
L
H
H
H
Sumber: Pengolahan Data Kepekaan dan Kemampuan Adaptasi
Keterangan: (1) ketinggian gelombang; (2) sea level rise; (3) suhu permukaan laut; (4)
curah hujan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkat kerentanan ekosistem, lingkungan pesisir, integritas pesisir ketiga desa terhadap
dampak perubahan iklim adalah berdasarkan tingkat pada paparan (exposure)
1. Paparan Kertinggian Gelombang
Tingkat kerentanan Desa Medana, Gondang, dan GIli Indah terhadap kondisi kenaikan
gelombang dengan menggunakan metode ICSEA-C-CHANGE termasuk kategori
Sedang. Sedangkan dengan menggunakan metode TURF, tingkat kerentanan sumber
daya perikanan terhadap kenaikan gelombang Desa Medana dan Desa Gondang
tergolong Sedang, serta Desa GIli Indah memiliki nilai kerentanan rendah. Sementara
nilai kerentanan ekosistem dan sosio-ekonomi di ketiga desa terhadap kenaikan
gelombang adalah Rendah. Kemudian tingkat kerentanan ketiga Desa terhadap
Gelombang musim barat berdasarkan metode CIVAT termasuk kategori Sedang.
Tingkat kerentanan ketiga desa terhadap gelombang musim timur termasuk kategori
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Sedang untuk Desa Gondang dan Gili Indah, sementara Desa Medana termasuk
kategori Rendah.
2. Paparan kenaikan muka air laut
Tingkat kerentanan Desa Medana, Gondang, dan GIli Indah terhadap kenaikan muka
air laut menggunakan metode ICSEA-C-CHANGE dan CIVAT termasuk kategori
Tinggi. Sementara nilai kerentanan Sumberdaya perikanan, ekosistem, dan sosioekonomi ketiga desa berdasarkan metode TURF terhadap kenaikan muka air laut
termasuk kategori Tinggi
3. Paparan kenaikan suhu air laut
Tingkat Kerentanan Desa Medana, Gondang, dan Gili Indah terhadap Kenaikan suhu
permukaan air laut menggunakan metode ICSEA-C-Change termasuk kategori Sedang.
Sedangkan tingkat kerentanan sumber daya perikanan Desa Medana, Gondang, dan
Gili Indah menggunakan metode TURF termasuk kategori Tinggi. Sementara tingkat
kerentanan ekosisterm Desa Medana dan GIli Indah terhadap kenaikan suhu
permukaan air laut termasuk dalam kategori Tinggi, dan Desa Gondang termasuk
kategori Sedang. Kemudian tingkat kerentanan sosiso-ekonomi Desa Gondang dan
Desa GIli Indah termasuk kategori Tinggi, dan Desa Medana termasuk dalam kategori
Sedang
4. Paparan curah hujan
Tingkat Kerentanan ketiga desa terhadap curah hujan ekstrim berdasarkan metode
ICSEA-C-CHANGE dan CIVAT termasuk kategori Tinggi. Tingkat Kerentanan
sumberdaya perikanan, ekosistem, dan kondisi sosio-ekonomi terhadap curah hujan
ekstrim termasuk kategori Tinggi
Saran
1. Sebaiknya dilakukanperumusan dan pembuatan sistem serta mekanisme monitoring
dan evaluasi dampak perubahan iklim
2. Sebaiknya dilakukanperumusan Rencana Adaptasi Perubahan iklim dan Rencana Aksi
Adaptasi Perubahan Iklim yang lebih mendetail terhadap kerangka programatik,
kelembagaan, dan tata kelola pengetahuan untuk meminimalisir akibat yang
ditimbulkan perubahan iklim di kawasan Delta Api
DAFTAR PUSTAKA
CTI. 2013. Vulnerability Assessment Tools For Coatal Ecosystems (VATCE), Integrated
Coastal Sensitivity, Exposure, Adpative Capcity on Climate Change (ICSEA-CChange). Coral Triangle Inititative: Philipines
Delta Api. 2014. Progress Report Desa Ekologis Tangguh dan Adaptif Perubahan Iklim
(Delta Api). Komunitas Delta Api: Nusa Tenggara Barat
Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2008. Laporan Akhir Strategi Adaptasi dan
Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan Iklim Terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Jakarta: Kementerian Negara Perencanaan dan Pembangunan
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Mentan. 1980. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 837/Kpts/Um/11/1980 Tentang
Kriteria dan cara Penetapan Hutan Lindung. Surat Keputusan: Jakarta
Rancak, T, G. 2012. Penerapan Konsep Eco-Climate Village di Dusun Jambianom Sebagai
Upaya Pengelolaan Pesisir Terpadu. Ilmu Dan Teknologi Lingkungan. Universitas
Airlangga: Surabaya
Purnamasari, L. 2009. Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan yang
Berbasis Masyarakat. Jurnal Lingkungan Hidup
Tahir, Amiruddin. Indeks Kerentanan Pulau-Pulau Kecil: Kasus Pulau Barrang LompoMakasar. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2008. Laporan Akhir Strategi Adaptasi dan
Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan Iklim Terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Jakarta: Kementerian Negara Perencanaan dan Pembangunan
Nasional/Bappenas
ISBN: 978-602-70604-2-5
B-8-9
Download