vol. 2, no. 1, april 2014 - lembaga penerbitan universitas esa unggul

advertisement
JAME
JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOL. 2, NO. 1, APRIL 2014
Pengaruh Kualitas Pelayanan Di Bidang Relationship Marketing
Terhadap Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Mobil Toyota 2000cc Ke
Atas Pada Auto 2000 Pluit Jakarta Utara )
Togar Ady Syahputra Tampubolon
Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada
Produk Merek Seize
Awal Bagus Ramadhan
Analisis Pengaruh Kepribadian Merek Charles & Keith Terhadap
Kepribadian Diri Konsumen Di Jakarta (Studi Kasus Di Mall Pondok
Indah, Jakarta Selatan)
Christine Lucia Dengah
Informasi Laba, Pembagian Dividen, Dan Harga Saham Dalam
Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan
Diana Ernesta
Analisis Mengenai Faktor-Faktor Yang Menentukan Keputusan
Pembelian Kawasaki Ninja 250 Fi (Studi Kasus Pada Konsumen
Kawasaki Ninja 250 Fi Di PT. Tetap Jaya Motorindo, Jl. Lingkar Luar
Barat No. 1a Cengkareng, Jakarta Barat)
Erwin Nurdiansyah
Efektifitas Respon Konsumen Pada Media Iklan Produk
Citra Hand And Body Lotion Pt Unilever Tbk
Rizka Annisa Nurmaida
Analisis Pengaruh Suku Bunga, Jangka Waktu Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (Kpr) Pada Pt Bank
Negara Indonesia Cabang Harmoni (Studi Kasus Pada Nasabah Yang
Sudah Ambil KPR Di Pt Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni)
Ida Rosanti
Analisis Faktor – Faktor Yang Menentukan Keputusan Konsumen
Dalam Pembelian Motor New Yamaha Vixion
Reza Ramadhona
Money Illusion Effect Redenominasi Rupiah
Evan Stiawan
Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Okusi Associates
Novia Tri Utari
Pengaruh Partisipasi Konsumen Terhadap Kualitas Relasional Dengan
Moderasi Implicit Self-Theories : Sebuah Studi Dalam Industri Salon
Kecantikan
Rausigof Albiruni
Apakah Entity Theories Dapat Menguatkan Penyatuan Kepribadian
Merek Terhadap Konsumen ? Studi Kasus Pada Merek Apple
Aldi
Evaluasi Atas Informasi Keuangan Berdasarkan Sak Etap Dan
Pengaruhnya Terhadap Persepsi Anggota Atas Manfaat Dari Kualitas
Laporan Keuangan Pada KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah)
DKI Jakarta
Anwaris Salahudin
Evaluasi Pengendalian Internal Terhadap Pengelolaan Persediaan Obat
Pada Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur
Dyah Rachmalasari
Intellectual Capital Dan Kinerja Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek
Indonesia
Susan
Keefektifan Sistem Informasi Pada Pt Inti Indah Jakarta
Dian Utari
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Atas Pengelolaan Piutang Pada
PT. Tatalogam Lestari
Ira Wati
Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba Serta Nilai Perusahaan
Debbie Valentine
Metode Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Pemasukan
Penawaran Perdana (Ipo) Di Bursa Efek Indonesia
Ayu Eka Wandini
Analisa Pengaruh Perbedaan Penyusutan Antara Komersial Dan Fiskal
Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Rugi Serta Kebijakan Investasi
Aktiva Tetap Pada Pt Indoraya Mitra Persada 168
Friska Dewi Anggela
Analisis Sistem Pengendalian Internal Dengan Metode Coso Atas
Persediaan Barang Dagang PT. Caveo Biometric Security
Depi Guspita Awai
Pengaruh Sales Growth, Debt To Equity Ratio Dan Deviden Payout
Rasio Terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia
Laurensky Suriadi
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Yang Melakukan Merger
Tahun 2006
Maulana Iskandar
Pengaruh Komponen Arus Kas Dan Total Arus Kas Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Ria Octari
Current Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Di
Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Ria Andriyani
Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Perusahaan Industri Dasar &
Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Seli Yuspianti
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Untuk Patuh
Terhadap PPh Badan Pada Perusahaan Manufaktur Kabupaten
Tangerang
Ruben Suherman
Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2009 – 2011
Yusnia
Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan
Mirawati Halini
Analisis Pengaruh Beban Operasional Dalam Rangka Pengambilan
Keputusan Manajemen Pt. Nusantara Card Semesta (Ncs) Tahun 2010
Yustifani Trinandari
JAME
JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOLUME 2, NOMOR 1, April 2014, HAL 1 – 353
Terbit 2 kali dalam setahun pada Bulan April dan Oktober. Berisi artikel yang diangkat dari hasil-hasil riset mahasiswa
dalam bentuk Skripsi baik Manajemen dan Akuntansi.
KETUA PENYUNTING:
MF Arrozi
WAKIL KETUA PENYUNTING:
Dihin Septyanto
PENYUNTING AHLI:
Hasyim Achmad
Lia Amalia
Sugiyanto
PENYUNTING PELAKSANA:
Sri Handayani
Abdurrahman
Adrie Putra
Rina Anindita
STAFF ADMINISTRASI
Jaka Suharna
Delfian Aldeni
Evalina Silitonga
Alamat Penyunting : JAME Fakultas ekonomi Universitas Esa Unggul. Jalan Terusan Arjuna No 09 Kebon Jeruk Jakarta
Barat. Gedung Utama Lantai 3. Email : [email protected]
Kebijakan Editorial dan Pedoman Penulisan Artikel
Kebijakan Editorial
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas
Esa Unggul setiap enam bulan sekali dengan tujuan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah staf
pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat akademik yang tertarik pada penelitian dibidang akuntansi dan
manajemen. Ruang Lingkup penelitian akuntansi dan manajemen yang dimuat dalam JAME meliputi bidang:
akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, akuntansi sektor publik, pemeriksaan akuntansi,
perpajakan, sistem informasi (baik akuntansi dan manajemen), manajemen keuangan, manajemen
pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, manajemen operasional, manajemen bisnis, manajemen
strategik, dan manajemen umum
JAME menerima naskah/artikel yang belum pernah dipublikasikan/diterbitkan oleh media lain.
Penentuan naskah yang diterbitkan dalam JAME melalui proses blind review oleh dewan redaksi JAME
dengan mempertimbangkan: 1) Sesuai standar baku publikasi jurnal, 2) Metodologi penelitian yang
digunakan, 3) Kontribusi penelitian dengan pengembangan pendidikan di bidang akuntansi dan manajemen.
Dewan redaksi bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstrukstif dan jika perlu menyampaikan hasil
evaluasi kepada penulis artikel. Penulisan artikell dikirimkan ke alamat:
JAME (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul)
Gedung Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta Ruang 301, Lantai 3
Jl. Arjuna Utara No. 9, Tol Tomang, Keboin Jeruk, Jakarta Barat.
Telp (021) 5674223
Fax (021) 5674248
Pedoman Penulisan Naskah/Artikel
1. Sistematika pembahasan dalam artikel yang dikirimkan memuat beberapa bagian sebagai berikut:
a. Abstrak memuat ringkasan penelitian yang terdiri: masalah dan tujuan penelitian, metode, temuan dan
kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan diawal teks dan terdiri antara 150 s/d 400 kata yang ditulis
dalam satu paragrap( abstrak disajikan dalam Bahasa Inggris jika naskah /artikel ditulis dalam Bahasa
Indonesia, jika artikel ditulis dalam Bahasa Inggris maka abstrak disajikan dalam Bahasa Indonesia).
Dalam abstrak terdapat kata kunci (key word) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.
b. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kontribusi penelitian.
c. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis memuat kerangka teoritis berdasarkan telaah
literatur yang menjadi landasan logis dan mengembangkan hipotesis atau preposisi dan model
penelitian.
d. Metodologi Penelitian memuat metode pengumpulan data, pengukuran dan operasionalisasi variabel,
dan metode analisis data.
e. Analisis data memuat analisis data penelitian dan statistik deskriptif .
f. Pembahasan dan simpulan memuat pembahasan dan hasil temuan penelitian.
g. Implikasi dan Keterbatasan memuat implikasi hasil temuan dan keterbasan penelitian serta saransaran yang diberikan peneliti terhadap penelitian di masa akan datang.
h. Daftar Pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Sumber yang dimuat
hanya yang diacu dalam penelitian yang bersangkutan.
i. Lampiran memuat tabel, gambar dan instrumen(kuisioner) yang digunakan dalam penelitian tersebut.
2. Format Tulisan :
a. Artikel diketik dengan jarak baris dua pada kertas kuarto (8,5” x 11”). Kutipan langsung yang
panjang(lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan indent style (bentuk
berinden).
b. Panjang artikel tidak lebih dari 15 sampai dengan 25 halaman kuarto.
c. Margin atas, bawah, kiri dan kanan sekurang-kurangnya 1 inci.
d. Halaman cover setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis.
e. Tabel dan gambar harus diberi judul dan keterangan yang jelas serta diberi nomor urut halaman.
f.
Tabel dan gambar sebaiknya disajikan pada halaman terpisah (pada bagian akhir naskah) dan
menyebutkan.
g. Kepustakaan yang diacu menggunakan sistem nama tahun yang mengacu pada daftar acuan. Jika
dipandang perlu penulis dapat mencantumkan halaman karya acuan.
Contoh:
1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ( Galbraith, 1997). Jika disertai nomor halaman:
(Galbraith,1997:23)
2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis ( Smith dan Watts, 1992).
3) Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis ( Bathala et al, 1994 atau Bathala dkk, 1994)
4) Dua Sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Rozeff,1982; Easterbrook,1984)
5) Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama( Myer and Majluf, 1984a,1984b)
6) Sumber kutipan berasal dari institusi menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan,(IAI, 1999).
h. Daftar referensi hanya memuat sumber yang diacu serta disusun secara alfabetis sesuai dengan nama
penulis atau nama institusi. Adapaun urutan susunan setiap referensi sebagai berikut: nama penulis,
tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman.
Contoh:
Anthony,R.N, and Vijay Govindarajan, 2000, Management Control System,Ninth Edition. Chicago,II:
Irwin.
Bapepam,1996, Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia
Diana, Nur, 2002, Analisis Hubungan Kompleksitas Organisasi, Keterlibatan Tim, Diversitas Ukuran
Kinerja, Besar Kompensasi, Partisipasi Terhadap Kinerja Tim, Tesis, UGM, Tidak dipublikasikan.
Mills,P.K, 1983, Sef Management: Its Control and Relationships to Other Organizational Properties.
Academy of Management Review : 445-453.
Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I.Lirzman, 1970, Role Conflict and Abiguity in Complex Organizations,
Administrative Science Quarterly, 150-163.
Rockness, H.O, and M.D. Shields,1988. An Empirical Analysis of the Expenditure Budget in Research
and Development, Contemporary Accounting Research: 568 –581.
3. Artikel diserahkan dalam bentuk 3 (tiga eksemplar) cetakan.
JAME
JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOLUME 2, NOMOR 1, APRIL 2014
DAFTAR ISI
Halaman
Pengaruh Kualitas Pelayanan Di Bidang Relationship Marketing Terhadap Keputusan Pembelian ( Studi
Kasus Untuk Mobil Toyota 2000cc Ke Atas Pada Auto 2000 Jl. Raya Pluit Selatan No. 6, Pluit Jakarta
Utara )
Togar Ady Syahputra Tampubolon
1
Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Produk Merek Seize
Awal Bagus Ramadhan
12
Analisis Pengaruh Kepribadian Merek Charles & Keith Terhadap Kepribadian Diri Konsumen Di Jakarta
(Studi Kasus Di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan)
Christine Lucia Dengah
27
Informasi Laba, Pembagian Dividen, Dan Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup
Perusahaan
Diana Ernesta
42
Analisis Mengenai Faktor-Faktor Yang Menentukan Keputusan Pembelian Kawasaki Ninja 250 Fi (Studi
Kasus Pada Konsumen Kawasaki Ninja 250 Fi Di PT. Tetap Jaya Motorindo, Jl. Lingkar Luar Barat No.
1a Cengkareng, Jakarta Barat)
Erwin Nurdiansyah
56
Efektifitas Respon Konsumen Pada Media Iklan Produk Citra Hand And Body Lotion
PT Unilever Tbk
Rizka Annisa Nurmaida
79
Analisis Pengaruh Suku Bunga, Jangka Waktu Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Permintaan Kredit
Pemilikan Rumah (Kpr) Pada Pt Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni (Studi Kasus Pada Nasabah
Yang Sudah Ambil KPR Di Pt Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni)
Ida Rosanti
100
Analisis Faktor – Faktor Yang Menentukan Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Motor New Yamaha
Vixion
Reza Ramadhona
112
Money Illusion Effect Redenominasi Rupiah
Evan Stiawan
125
Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Okusi Associates
Novia Tri Utari
134
Pengaruh Partisipasi Konsumen Terhadap Kualitas Relasional Dengan
Moderasi Implicit Self-Theories : Sebuah Studi Dalam Industri Salon Kecantikan
Rausigof Albiruni
145
Apakah Entity Theories Dapat Menguatkan Penyatuan Kepribadian Merek
Terhadap Konsumen ? Studi Kasus Pada Merek Apple
Aldi
156
Evaluasi Atas Informasi Keuangan Berdasarkan Sak Etap Dan Pengaruhnya Terhadap Persepsi Anggota
Atas Manfaat Dari Kualitas Laporan Keuangan Pada Kppd (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI
Jakarta
Anwaris Salahudin
168
Evaluasi Pengendalian Internal Terhadap Pengelolaan Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Persahabatan
Jakarta Timur
Dyah Rachmalasari
175
Keefektifan Sistem Informasi Pada Pt Inti Indah Jakarta
Dian Utari
182
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Atas Pengelolaan Piutang Pada PT. Tatalogam Lestari
Ira Wati
188
Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba Serta Nilai Perusahaan
Debbie Valentine
196
Metode Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Pemasukan Penawaran Perdana (IPO)
Di Bursa Efek Indonesia
Ayu Eka Wandini
205
Analisis Sistem Pengendalian Internal Dengan Metode Coso Atas Persediaan Barang Dagang
PT. Caveo Biometric Security
Depi Guspita Awai
215
Analisa Pengaruh Perbedaan Penyusutan Antara Komersial Dan Fiskal Serta Pengaruhnya Terhadap
Laba Rugi Serta Kebijakan Investasi Aktiva Tetap Pada Pt Indoraya Mitra Persada 168
Friska Dewi Anggela
234
Pengaruh Sales Growth, Debt To Equity Ratio Dan Deviden Payout Rasio Terhadap Return On Asset
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Laurensky Suriadi
240
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di BEI Yang Melakukan Merger Tahun 2006
Maulana Iskandar
258
Pengaruh Komponen Arus Kas Dan Total Arus Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And
Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Ria Octari
267
Current Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Makanan Dan Minuman
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Ria Andriyani
276
Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Perusahaan Industri Dasar & Kimia Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Seli Yuspianti
283
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Untuk Patuh Terhadap PPh Badan Pada
Perusahaan Manufaktur Kabupaten Tangerang
Ruben Suherman
292
Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009 – 2011
Yusnia
306
Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan
Mirawati Halini
318
Intellectual Capital Dan Kinerja Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia
Susan
336
Analisis Pengaruh Beban Operasional Dalam Rangka Pengambilan Keputusan Manajemen
PT Nusantara Card Semesta (NCS) Tahun 2010
Yustifani Trinandari
345
1
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DI BIDANG RELATIONSHIP
MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ( STUDI KASUS
UNTUK MOBIL TOYOTA 2000CC KE ATAS PADA AUTO 2000 JL.
RAYA PLUIT SELATAN NO. 6, PLUIT JAKARTA UTARA )
Togar Ady Syahputra Tampubolon
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
([email protected])
ABSTRAKSI
Relationship marketing adalah usaha terpadu untuk mengidentifikasikan, menjaga dan
membangun relasi dengan konsumen individu dan secara terus menerus menegakkan koneksi
dalam manfaat untuk kedua belah pihak melalui kontak interaktif, individualisasi yang
memberikan kontribusi nilai tambah dalam periode waktu yang panjang.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang
signifikan antara Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, dan Reciprocity
terhadap Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit secara simultan dan parsial.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan
dengan melakukan survey dan studi pustaka. Data primer dikumpulkan dari 83 responden
dengan menyebar kuisioner.
Berdasarkan hasil diskriminan maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan faktor Trust,
Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, dan Reciprocity tidak signifikan terhadap
Keputusan Pembelian. Sedangkan secara parsial Trust, Bonding, Communication, Shared
Value, dan Emphaty berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian dan hanya
Reciprocity yang tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian.
Kata Kunci
: Relationship Marketing, Keputusan Pembelian, Trust, Bonding,
Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity
PENDAHULUAN
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi dalam pemasaran modern seperti ini
paragdima pemasaran telah bergeser, tidak hanya menciptakan transakasi untuk mencapai
keberhasilan pemasaran tetapi perusahaan juga harus menjalin hubungan dengan pelanggan
dalam waktu yang panjang. Paragdima tersebut disebut relationship marketing, dasar
pemikiran dalam praktek pemasaran ini adalah, membina hubungan yang lebih dekat dengan
menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling
menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan.
2
Relationship marketing biasanya lebih sering digunakan dalam perusahaan jasa,
sedangkan pemasaran transaksional lebih aplikatif dan sesuai untuk pemasaran bagi
perusahaan yang menghasilkan produk manufaktur. Penelitian ini memfokuskan pada
implementasi proses relationship marketing pada perusahaan perusahaan Auto2000, karena
perusahaan tersebut merupakan salah satu penyedia barang yang menerapkan adanya
keramahtamahan dalam hubungan dengan konsumen.
Alasan yang mendasari topik penelitian ini adalah bahwa setiap perusahaan penyedia
produk dalam mempertahankan konsumennya, perusahaan harus mampu menjalin hubungan
yang baik. Relationship marketing merupakan strategi yang dapat diimplementasikan untuk
menunjang tercapainya tujuan tersebut. Dan penelitian yang berkaitan dengan relationship
marketing pada perusahaan jenis perusahaan tersebut belum banyak dilakukan. Penelitian ini
memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada suatu perusahaan barang
yaitu perusahaan auto 2000 cabang Pluit.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan yang nyata mengenai
Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh
Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit ssecara simultan.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan yang nyata mengenai
Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh
Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit ssecara parsial.
Trust,
dalam
Trust,
dalam
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Pelayanan
Menurut Philip Kotler Pelayanan adalah sebagai berikut : “A service is any act or
performance that one party can offer to another that is essentilly intangible and does result
in the owneship of anything. It’s production may not be tied to physical product‖. Artinya
adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan
pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan pemilikan sesuatu.
Menurut Michael Levei dan Barton A Weitz, berdasarkan riset mereka bahwa banyak
sekali aspek-aspek pelayanan yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan
terbaik bagi pelanggan. Aspek-aspek tersebut oleh penulis di jadikan dimensi untuk
mengetahui faktor-faktor manakah yang mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat
berbelanja dan dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. tangibles.
2. Reliability
3. Responsiveness
4. Assurance
2. Pengertian Relationship Marketing
Menurut Syafruddin Chan, relationship marketing sebagai pengenalan setiap pelanggan
secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu
hubungan yang saling mengguntungkan antara pelanggan dan perusahaan
Definisi lain relationship marketing adalah usaha terpadu untuk mengidentifikasikan,
menjaga dan membangun relasi dengan konsumen individu dan secara terus menerus
menegakkan koneksi dalam manfaat untuk kedua belah pihak melalui kontak interaktif,
individualisasi yang memberikan kontribusi nilai tambah dalam periode waktu yang
panjang
3
Relationship marketing juga merupakan perpindahan pola pikir di mana sebelumnya
perusahaan lebih fokus pada kompetisi ke pola pikir yang berlandaskan hubungan saling
ketergantungan yang saling menguntungkan dan kerja sama
Dewasa ini hampir semua organisasi berusaha membangun relasi dengan para
pelanggan, pemasok, dan kelompok stakeholder lainnya. Misalnya saja, perusahaan perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, hotel, dealer mobil, bank, perusahaan
penerbangan, fitnes center, dan agen perjalanan berlomba-lomba menawarkan program
relationship marketing kepada pelanggannya. Praktik relationship marketing sangat
bervariasi dan sering pula dijumpai perusahaan menamakan programnya RM ( Relationship
Marketing ) atau CRM ( Customer Relationship Management ), padahal sebetulnya bukan.
Relationship marketing mengidentifikasi empat perspektif yang banyak berkembang
dewasa ini : "locking " customers, custumer retention, database marketing, dan building
strong, close, positive relationships”.
3. Proses Keputusan Konsumen
Menurut Philip Kotler tahap-tahap dari proses keputusan pembelian adalah sebagai
berikut:
1. Pengenalan kebutuhan, Proses pembelian di mulai saat mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan.kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun
eksternal.
2. Pencarian Informasi, Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak, pada tahap awal, seseorang hanya akan menjadi
lebih peka terhadap informasi tentang produk.
3. Evaluasi Alternatif, Di tahap ini konsumen membentuk penilaian atas produk terutama
secara sadar dan rasional yang melalui proses berikut:
a) Konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan
b) Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk
c) Konsumen memandang masing-masing produk adalah sekumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang di
gunakan untuk memutuskan kebutuhan itu.
4. Keputusan Pembelian, dalam melaksanakan niat pembelian, kosumen dapat memuat
lima sub keputusan pembelian antara lain keputusan merek, keputusan pemasok,
keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan kepuasan metode pembayaran.
5. Perilaku Paska Pembelian, Setelah membeli produk, konsumen akan pada level
keputusan atau ketidakpuasan tertentu. tugas pemasaran tidak berakhir pada saat
produk dibeli, tetapi berlanjut hingga kepuasan , tindakan , dan pemakaian produk
paska pembelian.
METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Model yang digunakan pada penelitian adalah berdasarkan gagasan yang disampaikan
oleh beberapa pakar marketing. Model penelitian disusun berdasarkan hipotesis-hipotesis
yang menyatakan adanya hubungan di antara elemen-elemen penelitian. Elemen-elemen
yang dikaji dalam penelitian ini adalah Trust, Bonding, Communication. Shared Value,
Emphaty, Reciprocity. Secara skematis, model dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut:
4
Gambar 1 Model Penelitian
Relationship Marketing:
1. Trust
2. Bonding
3. Communication
Keputusan pembelian
4. Shared Value
5. Emphaty
6. Reciprocity
2. Hipotesis
Ha1 : Diduga terdapat perbedaan signifikan yang nyata mengenai Trust, Bonding,
Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh dalam
Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit secara simultan.
Ha2 : Diduga terdapat perbedaan signifikan yang nyata mengenai Trust, Bonding,
Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh dalam
Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit secara parsial.
3. Pengumpulan Data
Untuk menunjang dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh data dan
informasi dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Kuesioner, yaitu dengan memberikan kuisioner kepada responden yaitu konsumen Auto
2000 yang membeli mobil toyota Innova dan Fortuner untuk mengetahui tanggapan
mereka mengenai faktor-faktor yang menyebabkan mereka menggunakan jasa auto
2000. Kuisioner ini akan dijadikan acuan untuk mengevaluasi faktor-faktor pelayanan
yang mempengaruhi keputusan pembelian dan pengaruhnya terhadap konsumen.
2. Observasi, Observasi ini dilakukan dengan cara datang langsung ke lapangan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner,
suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas dalam penelitian ini melakukan korelasi antara butir pertanyaan dengan
total skor konstruk atau variable, yaitu dengan cara uji validitas dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan r table untuk tingkat signifikansi 5 persen dari
degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini adalah jumlah sample. Jika r hitung > r table
maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid, begitu juga sebaliknya bila r
hitung < r table maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid.
b. Uji Reabilitas
Adalah suatu nilai ukur yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukuran
didalam mengukur gejala yang sama, dengan menggunakan Cronbach,s Alpha, dengan
rumus :
5
(k)
r11 = ——
K-1
( 1 - Σσb² )
—————
σt²
Keterangan :
r11
k
σt²
Σσb²
: reliabilitas instrument
: banyak butir pertanyaan
: varians total
: jumlah varian butir
c. Teknik Analisis
1) Analisis Diskriminan
Metode analisis diskriminan digunakan dalam penelitian ini, dengan persamaan
diskrimanan yang dirumuskan sebagai berikut:
D = b0+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ... + bk Xk
Keterangan :
D = skor diskriminan
B = koefisien diskriminasi atau bobot
X = prediktor atau variabel independent
.
d. Angka Kritis
Perhitungan ZCU (angka kritis):
NA ZB + NB ZA
ZCU =
Keterangan :
ZCU
NA dan NB
ZA dan ZB
NA NB
: Angka kritis, yang berfungsi sebagai cut off score.
: Jumlah sampel di grup A dan B, yang dalam kasus ini adalah
grup jarang menggunakan jasa auto 2000 dan grup sering
menggunakan jasa auto 2000
: Angka centroid pada grup A dan B.
Penggunaan angka ZCU (Discriminating Z score):
a. Angka skor di atas ZCU, masuk ke grup tidak beli menggunakan (kode 0)
b. Angka skor di bawah ZCU, masuk ke grup beli menggunakan (kode 1)
e. Definisi Variabel
Variabel dalam penelitian initerdiri atas dua variabel yaitu variabel independen dan
dependen. Identifikasi dan pengukuran dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai
berikut :
1) Variabel dependen, yaitu Keputusan pembelian. Kategori dengan kode 1 adalah
untuk beli dan kode 0 adalah untuk tidak beli. Kode-kode ini berguna
mengkuatitatifkan definisi Y yang bersifat kualitatif. Nilai dari hasil perhitungan
tersebut akan menunjukkan tingkat kecenderungan konsumen dalam pembelian
mobil bermerek toyota Innova dan Fortuner.
6
2) Variabel independen (X)
Dalam penelitian ada tiga variabel independen yang akan diuji yaitu :
a. Trust (X1), Komponen relasi bisnis yang menentukan tingkat keyakinan setiap
pihak bahwa ia bisa mengandalkan integritas janji yang ditawarkan pihak lain.
b. Bonding (X2), Komponen relasi bisnis yang mendorong dua pihak (penjual
dan pembeli) bertindak bersama dalam rangka mewujudkan tujuan yang
daiharapkan.
c. Communication (X3), Pertukaran dan saling berbagi informasi berguna dan
tepat waktu, baik secara formal maupun informal antara pembeli dan penjual.
d. Shared Value (X4), Komponen yang menunjukan sejauh mana para mitra
bisnis memiliki kesamaan keyakinan mengenai perilaku, tujuan, dan
kebijakan yang penting atau tidak penting, tepat atau tidak tepat, dan benar
atau salah.
e. Emphaty (X5), Komponen relasi bisnis yang memungkinkan kedua pihak untuk
melihat situasi dari perspektif mitra bisnis masing-masing. Dengan kata lain,
empati mencerminkan kemampuan memahami keinginan, tujuan, dan
perasaan orang lain.
f. Reciprocity (X6), Komponen relasi bisnis yang merefleksikan kesediaan
masing-masing pihak untuk saling membantu atau membalas kebaikan yang
dilakukan salah satu pihak.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan Relationship Marketing terhadap Keputusan
Pembelian dengan jumlah sampel sebanyak 83 responden. Selanjutnya setelah dihitung dan
didapatkan hasilnya, dibawah ini adalah hasil dari penrlitian.
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat
mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi. Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1.1 Hasil Uji Validitas
Korelasi
Keterangan
NO
TRUST
1
2
3
4
0.8373
0.8635
0.7852
0.8155
1
2
3
4
0.6089
0.8837
0.7984
0.8562
1
2
3
0.8438
0.7272
0.6606
1
2
0.8436
0.7244
VALID
VALID
VALID
VALID
BONDING
VALID
VALID
VALID
VALID
COMMUNICATION
VALID
VALID
VALID
SHARED VALUE
VALID
VALID
7
3
4
0.7765
0.6770
1
2
3
4
0.8143
0.7980
0.7460
0.7358
1
2
3
0.6631
0.7240
0.7747
VALID
VALID
EMPHATI
VALID
VALID
VALID
VALID
RECIPROCITY
VALID
VALID
VALID
2. Hasil Uji Reabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu alat
pengukur untuk dapat digunakan beberapa kali mengukur peristiwa yang sama dan
didapat hasil pengukurannya relatif sama maka dapat dikatakan bahwa alat ukur
tersebut adalah reliabel. Sebuah variabel dinyatakan reliable jika memiliki nilai
Cronbrach alpha‘s > 0.60.
Tabel 1.2 Hasil Uji Reliabilitas
Cronbrach
N of Item
Alpha’s
0.9718
30
3. Uji Hipotesis
a. Pengujian secara simultan dapat dilihat pada output test result. Box‘s M menguji
homoginitas covariance matrik antar group.
Tabel 1.3 Test Result
Tes t Re sults
Box's M
F
.240
Approx.
.237
df 1
1
df 2
12293.325
Sig.
.627
Tests null hypothes is of equal population covariance matrices .
Dari output tersebut terlihat bahwa model penelitian ini memiliki nilai signifikan
sebesar 0,627. Dengan tingkat signifikan a 5% maka Ha1 ditolak, sehingga model
ini memberikan kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara trust,
bonding, communication, emphaty, dan reciprocity terhadap keputusan pembelian
secara simultan. Sehingga dapat dikatakan bahwa masing-masing faktor adalah
relatif sama. Dengan hasil bahwa nilai sig > 0,05 dianggap telah memenuhi asumsi
analisis diskriminan, sehingga proses dapat dilanjutkan.
8
b. Pengujian secara parsial dapat dilihat pada tabel parsial dari tabel Test of Equality of
Group Means
Tes ts of Equality of Group M eans
trust
bonding
comunication
shared value
emphaty
rec iprocity
Wilks '
Lambda
.883
.914
.930
.951
.916
.960
F
10.688
7.594
6.064
4.184
7.385
3.365
df 1
df 2
1
1
1
1
1
1
81
81
81
81
81
81
Sig.
.002
.007
.016
.044
.008
.070
Tabel 1.4 Test of Equality of Group Mean
1) hasil pengujian menunjukkan bahwa trust memiliki tingkat signifikan sebesar
0.002 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha2a
diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Trust dengan
Keputusan Pembelian.
2) hasil pengujian menunjukkan bahwa bonding memiliki tingkat signifikan
sebesar 0.007 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan
Ha2b diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara bonding
dengan Keputusan Pembelian.
3) hasil pengujian menunjukkan bahwa communication memiliki tingkat
signifikan sebesar 0.016 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka
kesimpulan Ha2c diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
communication dengan Keputusan Pembelian.
4) hasil pengujian menunjukkan bahwa shared value memiliki tingkat signifikan
sebesar 0.044 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan
Ha2d diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara shared value
dengan Keputusan Pembelian.
5) hasil pengujian menunjukkan bahwa emphaty memiliki tingkat signifikan
sebesar 0.008 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan
Ha2e diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara emphaty
dengan Keputusan Pembelian.
6) hasil pengujian menunjukkan bahwa reciprocity memiliki tingkat signifikan
sebesar 0.080 karena lebih besar dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan
Ha2f ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara reciprocity
dengan Keputusan Pembelian.
c. Fungsi Diskriminan
Dari tabel di bawah dapat dilihat fungsi diskriminan dari tiap kelompoknya
yaitu:
9
Tabel 1.5 Output Classification Function Coefficients
Clas sification Function Coe fficie nts
trust
(Cons tant)
keputus an pembelian
tidak beli
beli
1.867
2.176
-11.819
-15.815
Fisher's linear dis criminant f unctions
Grup 0 ( tidak beli )
Grup 1 ( beli )
= - 11.819 + 1.867 Trust
= - 15.815 + 2.176 Trust
d. Angka Kritis
Tabel 1.6 Output Functions at Group Centroids
Functions at Group Ce ntroids
keputus an pembelian
tidak beli
beli
Func tion
1
-.547
.236
Unstandardized c anonical disc riminant
f unctions evaluated at group means
Dalam penelitian ini terdapat dua tipe konsumen, yang dissebut Two Group
Discriminant yang nantinya akan melakukan pemisahan terhadap konsumen yang
memutuskan melakukan pembelian atau tidak terhadap Toyota Innova dan Fortuner
di Auto 2000 Pluit. Melalui Centroid (Group Means) Negatif dan Centroid (Group
Means) Positif.
Pada tabel diatas terlihat bahwa kelompok yang tidak membeli mempunyai
nilai Z= -0.547 dan kelompok yang memutuskan membeli bernilai Z= 0.236.
Dengan rumus Zcu, kita akan menghitung nilai Zcu untuk mengetahui dimana
titik cut off nya yaitu
Zcu = ( 25 * - 0.547 ) + ( 58 * 0.236 )
25 + 58
Zcu = - 0.0001445783 dibulatkan menjadi
Zcu = - 0.0002
4. Analisis dan Pembahasan Variabel dari Hasil Penelitian
Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan 6 variable
relationship marketing, yaitu Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty dan
Reciprocity sebagai variabel independen dan kategori tidak membeli dan membeli produk
Toyota Innova dan Fortuner di Auto2000 Pluit sebagai variabel dependent dengan
menganalisa 83 responden dengan teknik Deskriminan Analisis, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Dari keenam variable relationship marketing, tidak terdapat ada perbedaan yang nyata
antara Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, dan Reciprocity
terhadap Keputusan Pembelian secara bersama - sama. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kekuatan masing-masing faktor adalah relatif sama dalam keputusan pembelian.
Faktor trust memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Auto 2000
pluit. Dimana kepercayaan merupakan suatu modal dasar yang menjadi bagi
keberlangsungan Auto 2000 dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia. Dimana
10
kepercayaan yang diberikan oleh pelanggan menjadi nilai lebih terbesar bagi
perusahaan Auto 2000 Pluit.
Faktor Bonding memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Auto
2000 Pluit. Dan pelayanan Auto 2000 membangun keterikatan antara Auto 2000
dengan konsumen, yang membentuk hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan. Bagi konsumen Auto 2000 dapat memenuhi kebutuhannya. Dan bagi
Auto 2000, konsumen bisa menjadi pasar yang stabil.
Faktor Communication memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian Auto 2000 Pluit ini sendiri mejadi refleksi dari saling pemahaman antara
pelanggan dan konsumen, sehingga mempercepat proses perpinndahan informasi dari
konsumen ke Auto 2000 maupun sebaliknya.
Faktor Shared Value memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen Auto 2000 Pluit. Auto 2000 berhasil menanamkan nilai kebersamaan antara
Auto 2000 dengan konsumen. Melalui program korporasi yang dijalankan. Yang
membuat pelanggan memiliki kesamaan dalam nilai fungsi dan ekonomis.
Faktor Emphaty memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen Auto 2000 Pluit. Auto 2000 berhasil memposisikan diri memiliki ikatan
emosional yang kuat di mata pelanggan. Sehingga konsumen juga selayaknya merasa
bertanggung jawab untuk membalas ikatan tersebut.
Faktor Reciprocity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen Auto 2000 Pluit. Tidak tergambar jelas program yang dijalankan
Auto 2000 untuk memberikan penghargaan terhadap pengorbanan yang diberikan
konsumen. Sehingga dalam pengukuran, faktor reciprocity tidak dirasakan jelas oleh
pelanggan Auto2000. Sehingga tidak mejadi pertimbangan bagi konsumen dalam
menentukan keputusan konsumen.
.
5. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dengan hanya menggunakan relationship
marketing sebagai independen variabelnya.
.
6. Implikasi Penelitian
Untuk Trust dalam hal ini perusahaan sudah cukup baik, karna faktor yang paling
dominan mempengaruhi keputusan pembelian di Auto 2000 Pluit adalah trust. Untuk
itu perushaaan harus menjaga kepercayaan costumer tersebut,yang tidak terbentuk
dalam periode yang singkat. Namun membutuhkan kerja yang lebih nyata lagi. Karena
penilaian yang diberikan oleh konsumen adalah refleksi dari masa lalu,masa kini dan
masa yang akan datang. Dimana faktor ini yang menentukan mereka mau membeli
lagi di Auto 2000 Pluit.
Untuk Bonding, Auto 2000 hendaknya membangun keterikatan antara Auto 2000 Pluit
dengan pelanggannya. Sehingga terbangun kebanggaan bagi costumer menjadi bagian
dari keluarga Auto 2000 Pluit, Seperti membangun komunitas dengan Auto 2000 Pluit
yang bertindak sebagai moderator bagi costumernya.
Untuk Communication, Auto 2000 Pluit hendaknya dapat membangun Divisi CRM
(Corporate Relationship Marketing) yang berbasis knowledge yang baik. Sehingga
komunikasi dapat berjalan dua arah secara efisien,cepat dan tepat.
Untuk Shared Value di Auto 2000 memerlukan program Hearing yang berdampak pada
impulse positif bagi pertumbuhan perusahaan. Serta menghasilkan dorongan yang
lebih besar lagi,terhadap kualitas kerja Auto 2000 itu sendiri.
Untuk Emphaty, Auto 2000 dapat membagun system database yang baik dan
menjadikannya modal dasar dalam menekan tingkat retensi pelanggan. Diharapkan
11
dengan system database tersebut akan terbangun kedekatan untuk mengenali costumer
lebih jauh agar kita mengetahui sejauh mana keinginan, tujuan, perasaan costumer serta
history penjualan
Untuk Reciprocity, saran penulis kepada Auto 2000 Pluit. Agar ini menjadi sesuatu
yang perlu diperhatikan. Dimana reciprocity di Auto 2000 tidak dalam kapasitas
penentu terhadap keputusan pembelian di Auto 2000. Hendaknya Auto 2000 ini
merefleksikan kesediaan untuk membalas kebaikan costumer khususnya yang telah
melakukan pembelian. Baik berupa reward langsung maupun dalam tingkatan
pelayanan. Seperti layanan jemput kendaraan service bagi pelanggan prioritas,tempat
service yang memanjakan konsumen, kegiatan nyata CSR, Handling Complain yang
cepat. Agar costumer merasa diperhatikan oleh Auto 2000 Pluit. Sehingga motto Auto
2000, segala urusan Toyota lebih mudah dapat dirasakan oleh pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, Pengembangan Analysis Multivariate dengan SPSS 12, Jakarta: Salemba Infotek,
2005
Fandy Ciptono, Phd & Gregorius Chandra, Service, Quality & Satisfaction, Edisi 3,
Yogyakarta: ANDY, 2011
Gronroos, Christian, 1994, The Marketing Strategy Containuum: Toward A Marketing concept
for 1990‘s, p17-13
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan Pertama,Jakarta: PT
Gramedia, 2000
Kotler Philip, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi 9, Jakarta : PT INDEKS, 2003
____________ , Marketing Management, Jilid 1, Jakarta: PT Prenhallindo, 1997
____________ , Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta: PT Prenhallindo, 2002
Kotler Philip & Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1, Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama, 2006
____________ , Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1, Edisi ke 12, Jakarta : Erlangga, 2008
____________ , Dasar-Dasar Pemasaran (Principles of Marketing), Edisi ke 9, Jakarta : PT
INDEKS, 2004
Kotler Philip & Keller Lary King, Manajemen Marketing, Jilid 2, Edisi ke 13,Jakarta :
Erlangga, 2009
Laksana & Fajar, Manajemen Jasa, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008
Maholtra Naresh.K, Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Edisi 4,Jakarta: PT INDEKS, 2005
Morgan, Roberts M & Hunt, Shelby D, 1994, The Commitment-Trust Theory, Journal of
Marketing, Narver, p20-38
Mursid Muhamad, Manajemen Pemasaran, Edisi 1, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006
Schifman L.G & Kanuk L.L, Consumer Behavior, Seventh Edition, New Jersey: Prentice Hall,
2003
Shani D & Achsani S,1992, Exploiting niches using relationship marketing, Journal of Service
Marketing, Volume 6, p31-46
Syarifudin Chan, Relationship Marketing, Edisi 1, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta, 1999
Taufik Muhamad & Amir, Manajemen Ritel, Cetakan 2, Jakarta : Penerbit PPM, 2005
12
PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS
PELANGGAN PADA PRODUK MEREK SEIZE
Awal Bagus Ramadhan
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta [email protected]
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas
pelanggan. Di dalam penelitian ini, kepuasan pelanggan adalah variabel Independent (X) dan
variabel Dependent (Y) loyalitas pelanggan. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
orang – orang yang sudah pernah membeli produk Seize lebih dari dua kali. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan 3 dimensi yaitu (produk, pelayanan, dan pembelian).
Berdasarkan hasil analisis ini, variabel kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian
mempunya pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya jika terjadi kenaikan kepuasan
produk , pelayanan, dan pembelian maka loyalitas pelanggan akan bertambah dan sebaliknya
jika menurun maka loyalitas pelanggan juga akan ikut menurun.
Kata Kunci : Produk, Pelayanan, Pembelian, Loyalitas Pelanggan.
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi saat ini kebutuhan manusia akan suatu produk semakin meningkat
dari produk yang bersifat primer, sekunder, hingga tersier yang jauh dari kebutuhan seharihari. pakaian adalah kebutuhan manusia yang harus dipenuhi setelah makan. Pada saat ini
banyak sekali pengusaha yang bergerak dalam bidang bisnis pakaian dengan berbagai macam
merek yang memberikan banyak pilihan model, motif, dan corak produk yang dapat digunakan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya
Banyak sekali perusahaan yang memenangkan persaingannya dengan cara memanfaatkan
peluang bisnis yang ada dan berusaha menerapkan strategi pemasaran yang tepat untuk
menciptakan dan mempertahankan pelanggan agar tetap setia (resisten) terhadap produk
perusahaan. Resistensi sikap konsumen ditunjukan dengan loyalitas merek terhadap produk
perusahaan. Kunci bagi resistensi konsumen adalah kepuasan konsumen (Kotler, 2004 :56).
Jika kepuasan tinggi atau kesenangan yang tinggi menciptakan kelekatan emosional terhadap
merek dalam hal ini produk Seize dan juga akan menimbulkan loyalitas yang berkelanjutan.
Persaingan antar industri ini juga terjadi pada produk shopping goods mengingat jenis
produk ini juga mempunyai intensitas kebutuhan yang cukup tinggi. Jika kita amati persaingan
bisnis antar industri pada saat ini dapat dilihat begitu banyaknya produk shopping goods yang
terus bermunculan dan masing-masing menawarkan berbagai macam keunggulannya. Dengan
13
demikian bukan hal yang tidak mungkin bahwa suatusaat nanti perkembangan industri
pakaianakan menjadi salah satu persaingan terbesar dalam industrishopping goods dimasa yang
akan datang. Pasar potensial inilah yang dicari oleh para pengusaha, baik pengusaha dalam
negeri maupun pengusaha asing.
Seize merupakan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis khususnya pakaian dengan
kendali mutu dibawah lisensi SEIZE. Seize didirikan pada tanggal 29 Desember 2009 dengan
Budaya Street yaitu Pertumbuhan industri kreatif yang berlaku di divisi pakaian itu
mempengaruhi anak-anak muda, khususnya di Indonesia.Untuk memenuhi kebutuhan
konsumennya perusahaan ini terus berusaha mengembangkan produk yang berkualitas
sehingga produk yang ditawarkan dapat diterima oleh konsumen. Selain itu Seize terus
berusaha meningkatkan kinerja yang baik dari para pegawainya dalam memberikan pelayanan
kepada para konsumen. Sebagai salah satu perusahaan bisnis pakaian yang telah tumbuh dan
berkembang Seize menjadi pesaing utama dalam bisnis khususnya produk pakaian.
Perumusan Masalah
1. Apakah kepuasan produk mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ?
2. Apakah kepuasan pelayanan mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ?
3. Apakah kepuasan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ?
4. Apakah kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan
produk merek Seize ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah kepuasan produk mempengaruhi loyalitas pelanggan produk
merek Seize ?
2. Untuk mengetahui apakah kepuasan pelayanan mempengaruhi loyalitas pelanggan produk
merek Seize ?
3. Untuk mengetahui apakah kepuasan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk
merek Seize ?
4. Untuk mengetahui apakah kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian mempengaruhi
loyalitas pelanggan produk merek Seize ?
Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi yang mendukung upaya perbaikan
dan aktivitas usaha yang dijalankan perusahaan.
2. Bagi penulis, diharapkan penulis memperoleh pengetahuan dan informasi yang berharga
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan
terhadap produk pakaian merek Seize.
3. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang dapat dipakai
sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah diperoleh lewat bangku kuliah yang nyata
dan terjadi dilapangan.
14
Tinjauan Pustaka
A. Produk
Menurut Philip Kotler produk adalah sebagai berikut : Produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk dapat memenuhi kebutuhan. Produk yang
dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, property,
organisasi dan gagasan. Dan menurut Fandy Tjiptono produk merupakan segala sesuatu
yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
Jadi produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan
pelanggan.
B. Klasifikasi Produk
Menurut Philip Kotler pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik
produk : daya tahan, keberwujudan dan penggunaan (konsumen atau industri).
1. Daya Tahan dan Keberwujudan
Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok dilihat dari daya tahan dan
wujudnya :
a. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) : barang berwujud yang biasanya
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.
Contohnya pasta gigi
b. Barang tahan lama (durable goods) : barang berwujud yang biasanya dapat
dilakukan berkali-kali. Contohnya pakaian.
c. Jasa (service) : jasa bersifat tidak berwujud dan biasanya mudah habis, oleh karena
itu jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu, kreadibilitas
pemasok, dan kemampuan penyesuaian. Contohnya jasa reparasi.
2. Klasifikasi barang konsumen
Jenis barang yang dibeli oleh konsumen dapat dibedakan berdasarkan kebiasaan
berbelanja konsumen. Pada umumnya barang konsumen dibagi menjadi empat jenis,
yaitu :
1. Barang convenience adalah barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera
dan dengan usaha yang minimum. Contohnya rokok, sabun, dan pasta gigi. Barang
convenience dibagi lagi menjadi tiga , yaitu :
a. Staples adalah barang yang dibeli konsumen secara teratur. Misalnya
pembelian sabun mandi.
b. Impulse adalah barang yang dibeli oleh konsumen berdasarkan keinginan
seketika, tanpa direncanakan terlebih dahulu. Misalnya rokok.
c. Emergency adalah barang yang dibeli oleh konsumen pada saat kebutuhan itu
mendesak. Misalnya payung dimusim hujan.
2. Barang shopping adalah barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan
kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian.
Contohnya pakaian, peralatan rumah tangga. Barang shopping dibagi lagi menjadi
dua jenis, yaitu :
a. Barang shopping homogen, memiliki mutu yang sama tetapi memiliki harga
yang cukup berbeda sehingga dapat dijadikan alasan perbandingan dalam
berbelanja.
b. Barang shopping heterogen, memiliki perbedaan dalam hal keistimewaan dan
jasa produk yang mungkin lebih penting daripada harganya.
15
3. Barang khusus (speciality goods) adalah barang yang memiliki karakteristik yang
unik atau identifikasi merek dimana untuk mendapatkan barang tersebut pembeli
bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contohnya merek dan
barang mewah, mobil, peralatan mendaki gunung.
4. Barang unsought adalah barang yang diketahui atau tidak diketahui oleh
konsumen namun konsumen terkadang tidak berfikir untuk membeli barang
tersebut. Contohnya asuransi jiwa, dan tanah kuburan.
C. Kepuasan Pelanggan
Pengertian kepuasan pelanggan menurut Kotler dan Keller (2008) adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang mubcul setelah membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya. Pada
dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan
dan kinerja atau hasil yang dirasakan, Freddy Rangkuti (2008) mengatakan bahwa
pengertian tersebut dapat diterapkan dalam penilaian kepuasan atau ketidakpuasan terhadap
suatu perusahaan tertentu karena keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan
pelanggan. Fandy Tjiptono membedakan tiga tipe kepuasan dan dua tipe ketidakpuasan
berdasarkan kombinasi emosi-emosi spesifik terhadap penyedia jasa, ekspektasi
menyangkut kapabilitas kinerja masa depan pemasok jasa, dan minat prilaku untuk
memilih lagi penyedia jasa bersangkutan yaitu :
1. Tipe – tipe kepuasan pelanggan terdiri dari
a. Demanding Costumer Satisfaction
Tipe kepuasan yang aktif. Relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif,
terutama optimisme dan kepercayaan.
b. Stable Costumer Satisfaction
Tipe ini memiliki tingkat apirasi yang pasif dan berprilaku demanding. Emosi
positifnya pada penyedia jasa bercirikan steadiness dan trust dalam relasi yang
terbina saat ini.
c. Resigned Costumer Satisfaction
Pelanggan dalam tipe ini merasa puas, namun kepuasannya bukan disebabkan oleh
pemenuhan ekspetasi, namun didasarkan pada kesan bahwa tidak realistis untuk
berharap lebih.
2. Tipe-tipe ketidakpuasan pelanggan
a. Stable Costumer Dissaticfation
Tipe tidak puas terhadap kinerja penyedia jasa, namun mereka cenderung tidak
melakukan apa- apa.
b. Demanding Costumer Dissaticfation
Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi aktif dan prilaku demanding. Pada tingkat
emosi ketidakpuasannya menimbulkan protes dan oposisi.
Menurut Handi Irawan, ada lima faktor pendorong yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Kualitas produk
Harga
Kualitas pelayanan
Faktor emosi
Kemudahan.
16
Menurut Mack Hanan dan Karp Peter untuk menciptakan kepuasan pelanggan suatu
perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen dianggap paling
penting yang disebut “The Big Eight Factors” yang secara umum dibagi menjadi tiga
kategori sebagai berikut :
1. Faktor yang berhubungan dengan produk :
a. Kualitas produk
Yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk produk,
sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.
b. Hubungan antara nilai sampai dengan harga
Merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan
antara nilai yang diperoleh oleh pelanggan dengan harga yang dibayar oleh
pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha.
c. Bentuk produk
Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang
menghasilkan suatu manfaat.
d. Keandalan
Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai
dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan:
a. Jaminan
Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian
harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah
pembelian.
b. Respon dan cara pemecahan masalah(Response to and Remedy of Problems)
Merupakan sikap dari karyawan dan menanggapi keluhan serta masalah yang
dihadapi oleh pelanggan.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian:
a. Pengalaman karyawan
Merupakan semua hubungan antara konsumen dengan karyawan Seize khususnya
dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian.
b. Kemudahan dan kenyamanan (Convenience of acquisition)
Merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh perusahaan
terhadap produk yang dihasilkannya.
D. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Untuk mengetahui kefektifan dari kebijakan dan kinerja perusahaan yang telah
diberikan oleh pelanggan, maka perusahaan dapat menggunakan beberapa metode untuk
melacak dan mengukur kepuasan pelanggan.Menurut Fandy Tjiptono (2007) Ada empat
metode untuk mengukur kepuasan pelanggan :
1.
2.
3.
4.
Sistem keluhan dan saran
Belanja Siluman (ghost shopping)
Analisis pelanggan yang hilang (lost costumer analysis)
Survei kepuasan pelanggan
17
Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara diantaranya :
a. Directly reported satisfaction, pengukuran dilakukan menggunakan item-item spesifik
yang menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.
b. Derived satisfaction, pertnyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal yang
utama, yaitu tingkat harapan atau ekspetasi pelanggan terhadap kinerja aktual produk
atau perusahaan bersangkutan.
c. Problem analysis, dalam teknik ini responden diminta mengungkapkan masalahmasalah yang mereka hadapi berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan saransaran perbaikan.
d. Important performace analysis, dalam teknik ini responden diminta untuk menilai
tingkat kepentingan berbagai atribut relevan dan tingkat kinerja perusahaan pada
masing-masing atribut tersebut.
E. Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan merupakan dorongan prilaku untuk melakukan pembelian secara
berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan konsumen terhadap suatu produk atau jasa
yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu
proses pembelian yang berulang-ulang tersebut.
Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer), seseorang dapat
dikatakan menjadi pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan olah badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat
dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam
jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang pembeli atau konsumen.
Menurut Swastha (2009: 75), definisi loyalitas pelanggan adalah kesetiaan konsumen
untuk terus menggunakan produk yang sama dari suatu perusahaan. Loyalitas
menggambarkan perilakuyang diharapkan sehubungan dengan produk atau jasa. Loyalitas
konsumen akan tinggi apabila suatuproduk dinilai mampu memberi kepuasan tertinggi
sehingga pelanggan enggan untuk beralih kemerek lain.
Adapun ciri-ciri konsumen yang loyal terhadap barang atau jasa menurut Griffin
(2002:31) adalah sebagai berikut : (a) melakukan pembelian berulang secara teratur; (b)
membeli antar liniproduk atau jasa; (c) mereferensikan kepada orang lain; (d) menunjukkan
kekebalan dari daya tarikproduk sejenis dari pesaing.
F. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan
Dalam pasar yang tingkat persaingannya cukup tinggi, perusahaan mulai bersaing
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya agar pelanggan mempunyai kesetiaan
yang tinggi terhadap jasa layanan iklan yang ditawarkan perusahaan.
Menurut Jones dan Sasser menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu
variabel endogen yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan sehinggan loyalitas
pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan. Jika hubungan antara kepuasan dengan
loyalitas adalah positif, maka kepuasan yang tinggi akan meningkatkan loyalitas
pelanggan. Dalam hal ini loyalitas pelanggan berfungsi sebagai Y sedangkan kepuasan
pelanggan berfungsi sebagai X.
18
G. Model Penelitian
Produk
(X1)
Pelayanan
(X2)
H2
Pembelian
(X3)
H3
H4
Loyalitas
Pelanggan
(Y)
Gambar 2.2
Model Penelitian
H. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan beberapa hipotesis dengan perumusan masalah yang ada yaitu :
1. Diduga kepuasan produk mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize.
2. Diduga kepuasan pelayanan mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize.
3. Diduga kepuasan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize.
4. Diduga kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan
produk merek Seize.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di outlet Seize yang berlokasi di Komplek DKI Joglo N no. 4
Jakarta Barat selama dua bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan September 2013.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pemakai produk pakaian dengan merek Seize dan
jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui. penelitian ini pengambilan sampelnya
menggunakan teknik quota sampling yaitu untuk mengkaji suatu fenomena dari beberapa sisi,
responden yang dipilih adalah orang-orang yang dapat diperkirakan dapat menjawab semua
sisi itu dan cara pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria
antara lain dewasa umur 17 – 35 tahun, dan sudah lebih dari dua kali menggunakan produk
Seize.
19
Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Adalah pertanyaan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuisioner dapat
mengukur apa yang diukur, dengan rumus teknik korelasi product moment pearson :
Keterangan :
r = korelasi respon product moment
n = jumlah data sampel
X1 = Variable terikat kualitas pertanyaan
X2 = Variabel terikat kepuasan pelanggan
Y = Variabel terikat loyalitas pelanggan
Pertanyaan dinyatakan valid atau dapat diukur adalah jika signifikan dari korelasi (r) 0,05
di katakan valid, jika signifikan dari korelasi (r) 0,05 dikatakan tidak valid. Dengan jumlah
N : 30, dan tingkat kepercayaan 95 % makan nilai validitas sebesar 0,361.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan realibel atau andal apabila jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten, pengukuran keandalan butir pertanyaan
dengan sekali menyebarkan kuesioner pada responden kemudian hasil skornya diukur
dengan korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan
komputer SPSS, dengan fasilitas Alfa Cronbach. Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Alfa Cronbach > 0,06.
Rumusnya :
3. Skala Likert
Kemudian karena penelitian ini adalah pengukuran persepsi maka digunakan skala
likert, skala ini memberikan peluang untuk mengekpresikan perasaan dalam bentuk
persetujuan karena dimungkinkan hasil berupa decimal, bobotnya adalah sebagai berikut :
20
Tabel 3.1 : Pembobotan Skala Likert Kepuasan Pelanggan
Bobot
1
Kategori
Sangat Tidak Baik
2
Tidak Baik
3
Cukup Baik
4
Baik
5
Sangat Baik
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Regresi digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel dependent) besar
suatu variabel atau beberapa variabel lain (variabel independent) dalam suatu persamaan
liniear.
Adapun bentuk persamaan regresi liniernya adalah sebagai berikut :
Y= a +
+
+
Dimana :
Y
= Loyalitas
a
= Konstanta
= Koefisien regresi
= Produk
= Pelayanan
= Pembelian
(+) atau (-) = Tanda yang menunjukkan arah hubungan antara Y danX
5. Uji T
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antara variabel independent
(X) terhadap variabel dependent (Y).
Menentukan tingkat signifikansi :
Jika sig. > α (0,05) maka koefisien regresi tidak signifikan
Jika sig. < α (0,05) maka koefisien regresi signifikan.
Menentukan nilai Thitung
Menurut Sugiyono (2004: 184) nilai Thitung dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Jika Thitung < Ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Thitung > Ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
21
6. Uji F
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara bersama-sama antara variabel
independent (X) terhadap variabel dependent (Y)
Menentukan tingkat signifikansi :
Jika sig. > α (0,05) maka koefisien regresi tidak signifikan
Jika sig. < α (0,05) maka koefisien regresi signifikan.
Menentukan nilai Fhitung
Menurut Sugiyono (2004: 190) nilai Thitung dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
7. Definisi Operasional Variabel
1. Kepuasan Pelanggan (X)
a. Produk (X1)
1). Kualitas
Yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk
produk, sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.
2). Harga
Merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh
perbedaan antara nilai yang diperoleh oleh pelanggan dengan harga yang
dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan
usaha.
3). Bentuk
Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk
yang menghasilkan suatu manfaat.
4). Keandalan
Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk
sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.
b. Pelayanan (X2)
1). Jaminan
Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk
pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap
produk yang rusak setelah pembelian.
2). Respon dan cara pemecahan masalah
Merupakan sikap dari karyawan dan menanggapi keluhan serta masalah
yang dihadapi oleh pelanggan.
c. Pembelian (X3)
1). Pengalaman karyawan
Merupakan semua hubungan antara konsumen dengan karyawan Seize
khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian.
2). Kemudahan dan kenyamanan
Merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh
perusahaan terhadap produk yang dihasilkannya.
2. Loyalitas Pelanggan (Y)
Variabel terikat Y adalah loyalitas pelanggan yang diukur berdasarkan ukuran prilaku
(behavior measures) yaitu :
1. Keinginan untuk membeli kembali produk Seize.
22
2. Kesediaan untuk merekomendasikan kepada orang lain agar membeli produk
Seize.
3. Tetap melakukan pembelian produk Seize tanpa memperhatikan pesaing.
4. Menyampaikan informasi yang positif tentang produk Seize ke orang lain.
5. Akan tetap membeli produk Seize tanpa mempertimbangkan harga
6. Tetap akan menggunakan produk Seize walaupun menerima informasi yang
negative tentang produk.
7. Kemudahan dalam mendapatkan produk.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Uji Validitas
Uji validitas ini akan menguji masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian
ini, dimana keseluruhan variabel penelitian memuat 20 pernyataan yang harus dijawab oleh
responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan valid tidaknya pernyataan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: tingkat signifikasi sebesar
0,05, dan n = 30, didapat r tabel = 0,361. Jika r hitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada
kolom Corrected Item-Total Correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka
butir pernyataan dikatakan valid. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka hasil
pengujian validitas dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 5.1 Nilai uji validitas
Variabel
r tabel
r hitung
Keterangan
p1
0,361
0,552
Valid
p2
0,361
0,827
Valid
p3
0,361
0,846
Valid
p4
0,361
0,716
Valid
p5
0,361
0,530
Valid
p6
0,361
0,788
Valid
p7
0,361
0,689
Valid
p8
0,361
0,849
Valid
p9
0,361
0,612
Valid
p10
0,361
0,826
Valid
p11
0,361
0,758
Valid
p12
0,361
0,507
Valid
p13
0,361
0,613
Valid
p14
0,361
0,653
Valid
p15
0,361
0,705
Valid
p16
0,361
0,826
Valid
p17
0,361
0,599
Valid
Sumber
p18 : Olahan data
0,361SPSS 170,659
Valid
Produk (X1)
Pelayanan (X2)
Pembelian (X6)
Loyalitas (Y)
p19
0,361
0,609
Valid
p20
0,361
0,591
Valid
23
Dari tabel diatas terlihat bahwa angka untuk kedua puluh pertanyaan berada diatas 0,361
maka dapat dikatakan bahwa semua pertanyaan pada kuesioner tersebut adalah valid,
sehingga dapat digunakan untuk tahan selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur didalam
mengukur segala yang sama. Sebuah data dianggap reliabel apabila memiliki nilai sebesar
0,04-0,06 (cukup reliabel). Pada uji ini penulis menggunakan rumus Cronbach’s Alpha
dengan menggunakan SPSS 17.
Untuk hasil uji reliabilitas yaitu sebagai berikut :
Tabel 5.2 Nilai uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,942
N of Items
20
Sumber : Olahan data SPSS 17
Nilai Cronbach’s Alpha yang didapat sebesar 0,942 artinya secara keseluruhan data tersebut
dapat dikatakan sangat reliabel.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kepuasan pelanggan
terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize. Dari hasil perhitungan yang
dilakukan, maka diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 5,176 + 0,315x1 + 0,740x2 + 0,439x3
Adapun makna dari persamaan regresi tersebut adalah :
1. Loyalitas pelanggan akan bernilai 5,176 jika tidak ada pengaruh dari kepuasan
pelanggan dari produk merek Seize.
2. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kepuasan produk, maka akan menaikkan
loyalitas pelanggan sebesar 0,315.
3. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kepuasan pelayanan, maka akan
menaikkan loyalitas pelanggan sebesar 0,740.
4. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kepuasan pembelian, maka akan
menaikkan loyalitas pelanggan sebesar 0,439.
5. Dari persamaan regresi diatas juga dapat diketahui bahwa beta (B) dari kepuasan
pelayanan adalah yang memberikan kontribusi terbesar untuk meningkatkan loyalitas
pelanggan yaitu sebesar 0,740. Data tersebut menunjukkan bahwa kepuasan pelayanan
dari produk Seize adalah yang paling berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan
sehingga menjadikan konsumen semakin menyukai produk dari Seize.
4. Uji T
Uji hipotesis parsial ( uji T ) ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing – masing
variabel independent mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel
independent terdiri dari 3 variabel yaitu : produk, pelayanan, dan pembelian. Sedangkan
variabel dependen yaitu loyalitas pelanggan. Dari hasil perhitungan diperoleh data sebagai
berikut :
24
Tabel 5.23 Coefficients
Coefficients
1
Model
(Constant)
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
5,176
1,741
a
Standardized
Coefficients
Beta
T
2,973
Sig.
,004
Produk
,315
,064
,407
4,940
,000
Pelayanan
,740
,166
,391
4,461
,000
pembelian
,439
,195
,151
2,251
,027
a. Dependent Variable: loyalitas pelanggan
Dari data tabel diatas, diketahui bahwa hasil uji hipotesis dalah sebagai berikut :
a. Kepuasan produk memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti
bahwa dari nilai t hitung sebesar 4,490 > dari nilai t tabel yaitu 0,677 dan nilai sig yaitu
0,000 < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan produk berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan. Diharapkan Seize mampu meningkatkan nilai produk sehingga lebih banyak
pelanggan yang tertarik dan mau menggunakan produk.
b. Kepuasan pelayanan memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti
bahwa dari nilai t hitung sebesar 4,461 > dari nilai t tabel yaitu 0,677 dan nilai sig yaitu
0,000 < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan. Diharapkan Seize mampu memberikan pelayanan yang ramah sehingga
pelanggan akan membeli produk kembali.
c. Kepuasan pembelian memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti
bahwa dari nilai t hitung sebesar 2,251 > dari nilai t tabel yaitu 0,677 dan nilai sig yaitu
0,027 < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pembelian berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan. Diharapkan Seize mampu memberikan kemudahan pembelian yang lebih
baik lagi sehingga nantinya tidak menyulitkan pelanggan dalam melakukan transaksi
pembelian.
5. Uji F
Uji hipotesis simultan ( uji F ) ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara
bersama – sama variabel independent mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian
ini variabel independent terdiri dari 3 variabel yaitu : produk, pelayanan, dan pembelian.
Sedangkan variabel dependent yaitu loyalitas pelanggan. Dari hasil perhitungan diperoleh
data sebagai berikut :
25
Tabel 5.24 Anova
b
ANOVA
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
912,488
3
Mean
Square
304,163
442,752
96
4,612
1355,240
99
Df
F
65,950
Sig.
a
.000
a. Predictors: (Constant), pembelian, produk, pelayanan
b. Dependent Variable: loyalitas pelanggan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh kepuasan pelanggan
terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize terbukti dari nilai F hitung 65,950 >
F tabel 2,70. Tiga kepuasan pelanggan dari produk Seize yaitu kepuasan produk,
pelayanan, dan pembelian berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dimana konsumen
merasa bahwa produk Seize sesuai dengan keinginan mereka dan merasa lebih percaya diri
dalam memakai produk merek Seize.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masing – masing variabel kepuasan yaitu :
a. Kepuasan produk memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek
Seize.
b. Kepuasan pelayanan memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk
merek Seize.
c. Kepuasan pembelian memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk
merek Seize.
2. Dapat diketahui bahwa secara bersama – sama variabel kepuasan produk, pelayanan dan
pembelian memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize.
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, Seize harus terus meningkatkan produk dengan
kualitas yang tinggi dan lebih baik sehingga pelanggan akan semakin loyal dan dapat
menciptakan kepuasan bagi pelanggannya.
2. Dalam memberikan pelayanan harus benar – benar baik,misalnya dengan keramahan dari
karyawan, perhatian karyawan terhadappelanggan, sikap mau membantu memberikan
informasi yang benar dalamtidak hanya sekedar menjual produk dan bersikap empati
padapelanggan adalah hal yang diharapkan pelanggan.
3. Seize juga harus memberikan lebih dalam hal kemudahan dan kenyamanan dalam
pembelian kepada pelanggannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bakhat Shaham and Aziz U.S, Journal Of Contemporary Research In Bussiness, vol.4 no.6,
Pakistan, 2012, 327
Dewi Kusuma Nila, Andri Gus, dan Yonaldi Sepris, Jurnal Manajemen dan Kewiraushaan,
vol. 3 no. 2, Padang, 2012, 18
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi II, ANDY Yogyakarta, 2002
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, C.V Andi Offset, Yogyakarta,2007
Freddy Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2008
Griffin, Jill, Costumer Loyalty. Jakarta: Erlangga, 2002
Handi Irawan , 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, PT Elex Medika Komputindo, Jakarta, 2009
Hanan, Mack and Peter Karp, Customer Satisfaction: How to Maximaze, Measure, and Market
your company’s Ultimate Product. New York: American Management Association,
1991
Joseph M. Juran, Juran on Quality by Design, New York : The Free Press, 2001.
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid I, Edisi Bahasa
Indonesia, PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA, Jakarta, 2005.
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid II, Edisi Bahasa Indonesia, PT.
INDEKS Kelompok GRAMEDIA, Jakarta, 2005.
Kotler P, Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 1, Penerbit: PT.
Erlangga, Jakarta, 2008
Merrie Brucks, Valarie A. Zeithmal, and Gilian Nayler, Press and Brand Indicators of Quality
Dimensions For Consumers Durables, Journal of Academy of Marketing Science 28
(summer), 2000.
Musanto Trisno, Jurnal Management dan Kewirausahaan, vol.6 no.2, Surabaya, 2004, 126127
Olson, Peter, Consumer Behavior and Marketing Strategy, (8thed). New York : McGraw-Hill,
2008
Swastha, Basu, Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty, 2009
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta,2004.
Sunyoto, Danang, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, cetaka 1-Yogyakarta: Media Pressindo,
2009.
27
ANALISIS PENGARUH KEPRIBADIAN MEREK CHARLES & KEITH
TERHADAP KEPRIBADIAN DIRI KONSUMEN DI JAKARTA
(Studi Kasus Di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan)
Christine Lucia Dengah
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Christine_Ld @yahoo.com
ABSTRAK
Alasan seorang konsumen membeli suatu produk bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
mereka saja, melainkan telah berkembang menjadi pemenuhan gaya hidup atau lifestyle. Konsumen
cenderung menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik dirinya pada berbagai merek di berbagai
macam produk.
Dalam penelitian ini penulis ingin membahas apakah terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian
merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen
yang menggunakan merek tersebut; dan dimensi kepribadian merek (brand personality) mana yang
paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima
dimensi kepribadian merek (brand personality).
Penelitian ini dilakukan di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan. Data didapat dari studi lapangan dan
diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 100 orang responden, kemudian diolah dengan
menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk menguji kuesioner dan analisis regresi berganda
untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat pengaruh dimensi-dimensi
kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity
theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut. Dimensi kepribadian merek (brand personality)
yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima
dimensi kepribadian merek (brand personality) adalah dimensi sophistication.
Kata kunci : Brand personality, Entity theory, Charles & Keith.
PENDAHULUAN
Fashion adalah istilah umum untuk gaya atau mode. Fashion dan wanita merupakan dua hal
yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap wanita ingin tampil gaya dan terlihat
menarik. Karena itu berbagai macam aksesoris seperti baju, sepatu, tas sampai perhiasan dengan model
terbaru, pastinya akan menarik perhatian para wanita yang mengaku diri sebagai fashionista, yaitu
seseorang yang terlibat dalam dunia mode atau dengan semangat untuk fashion. Kata fashionista ini
juga dipakai untuk menjelaskan seseorang yang mempunyai personal style yang luar biasa.
Sebagai efek dari gaya hidup atau lifestyle tersebut itulah tidak jarang status sosial para
fashionista dinilai dari merek atau brand sepatu, tas, atau apapun yang mereka gunakan. Persaingan
tidak lepas dari peran industri fashion dewasa ini. Dunia fashion secara tidak langsung sedang
28
mendorong para fashionista untuk tampil lebih cantik dan anggun, serta menyediakan wadah guna
memperlihatkan selera pribadi para wanita.
Saat ini dimana persaingan bisnis di dunia fashion menjadi sangat ketat dengan semakin
banyaknya merek-merek fashion yang bermunculan baik dari dalam maupun luar negeri, memaksa para
pengusaha atau produsen dan desainer untuk lebih memiliki ide-ide kreatif dalam penciptaan modelmodel terbaru yang menarik dan memanjakan para fashionista. Pengusaha dan desainer adalah dua
pelaku penting dalam dunia fashion. Produsen atau pengusaha memiliki tujuan dalam meluncurkan
produk ke pasaran, semata-mata untuk mendapatkan laba; sementara para desainer memiliki standar
acuan style yang berbeda. Bagaimanapun juga fashion bisa memperkuat karakter dan kepribadian
penggunanya melalui ciri yang khas dan unik yang melekat pada merek fashion.
Alasan seorang konsumen membeli suatu produk bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan
dasar mereka saja, melainkan telah berkembang menjadi pemenuhan gaya hidup atau lifestyle.
Konsumen cenderung menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik dirinya pada berbagai merek di
berbagai macam produk. Setiap individu mempunyai kepribadian yang dirasakan sebagai satu orang
tertentu dengan sifat-sifat, kebiasaan, pemilikan barang, hubungan dan cara berperilaku tertentu.
Persepsi diri sangat berhubungan erat dengan kepribadian, dimana konsumen sering berusaha
memelihara, meningkatkan, mengubah atau memperluas persepsi diri mereka dengan membeli produk
dari suatu perusahaan yang mempunyai kepribadian yang cocok dengan dirinya, dan cenderung
menghindari produk dari perusahaan yang tidak cocok dengan kepribadian mereka.
Oleh karena itu, produsen dituntut untuk dapat mengetahui berbagai macam sifat karakteristik
konsumen dan perilaku konsumsi mereka secara lebih mendalam, sehingga bisa menghasilkan produk
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar. Kepribadian produk dan merek
memberikan peluang yang nyata bagi produsen untuk memanfaatkan kaitan konsumen dengan berbagai
merek yang mereka tawarkan. Merek sering mempunyai kepribadian, beberapa diantaranya bahkan
termasuk sifat seperti manusia, karenanya produsen harus menciptakan personifikasi merek dengan
berusaha menuangkan kembali persepsi konsumen mengenai sifat-sifat produk dengan karakter
manusia. Kepribadian merek ini membantu membentuk respon, preferensi dan kesetiaan konsumen
terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
Salah satu merek fashion adalah Charles & Keith, dimana produsen memfokuskan dirinya pada
produk-produk kecantikan wanita dan menjadikannya merek yang tepat untuk para wanita pecinta
fashion. Berbagai macam produk Charles & Keith yang ditawarkan dengan berbagai variasi seperti
sepatu, tas, ikat pinggang dan berbagai aksesoris wanita lainnya. Dengan menggunakan bahan kulit
yang berkualitas tinggi dan desain yang rumit, Charles & Keith menciptakan kepribadian merek (brand
personality) menarik yang melekat pada semua produknya. Pada umumnya lima dimensi kepribadian
merek (brand personality), yaitu sincerity (ketulusan), excitement (semangat), competence
(kompetensi), sophistication (kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran) sesuai dengan kepribadian dari
merek Charles & Keith, namun yang paling ditonjolkan pada merek ini adalah dimensi sophistication
(kecanggihan). Melalui sikap yang memancarkan gaya dan kepercayaan diri yang tinggi tersebut,
Charles & Keith telah memposisikan diri sebagai merek fashion yang dicari dan disukai oleh para
fashionista di dunia saat ini yang sangat kompetitif.
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa merek Charles & Keith menciptakan
kepribadian merek (brand personality) yang menarik untuk setiap produknya, maka dalam penelitian
ini penulis ingin membahas apakah terdapat pengaruh dimensi kepribadian merek (brand personality)
produk sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan
merek tersebut; dan dimensi mana yang paling sesuai dengan kepribadian diri konsumen, dikaitkan
dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality).
29
Identifikasi Masalah
Dalam pengidentifikasian masalah ini, penulis berusaha menjawab semua masalah yang
berkaitan dengan kepribadian merek (brand personality), dimana mencakup beberapa hal seperti :
a. Semakin banyaknya merek-merek fashion yang bermunculan, baik merek dari dalam negeri
maupun luar negeri,
b. Kebutuhan konsumen yang semakin beragam akan fashion, dan keinginan dari konsumen untuk
meningkatkan diri ke arah yang lebih positif melalui merek yang digunakannya,
c. Kepribadian merek (brand personality) yang ditawarkan oleh produsen yang semakin beragam.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Penulis membatasi hanya pada produk sepatu Charles & Keith saja,
b. Penulis membatasi pada konsumen wanita yang berbelanja di mall Pondok Indah Jakarta Selatan
yang berusia > 18 tahun,
c. Responden dibatasi pada konsumen yang menyukai merek Charles & Keith, sudah pernah membeli
dan memakai sepatu merek Charles & Keith,
d. Penelitian hanya akan mengukur kepribadian merek (brand personality) dari produk sepatu Charles
& Keith,
e. Penelitian hanya dikhususkan pada implicit self-theory (entity theory).
Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles
& Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut ?
2. Dimensi kepribadian merek (brand personality) mana yang paling sesuai dengan entity theorists
untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand
personality) ?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu
Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek
tersebut,
2. Untuk mengetahui dimensi kepribadian merek (brand personality) mana yang paling sesuai dengan
entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian
merek (brand personality).
Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
30
1. Bagi penulis yaitu dapat menerapkan teori yang diterima selama di Universitas, khususnya
pemahaman ilmu pengetahuan di bidang pemasaran,
2. Bagi mahasiswa dan mahasiswi, pembahasan ini dapat dijadikan wawasan dalam pemahaman
mengenai pengaruh kepribadian merek (brand personality) Charles & Keith terhadap kepribadian
diri (entity theory) dari konsumen yang menggunakan merek tersebut,
3. Bagi Universitas Esa Unggul, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam penyediaan bahan
studi yang terkait dengan manajemen pemasaran.
Kerangka Pikir Penelitian
Konsumen cenderung menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik dirinya pada berbagai
merek di berbagai macam produk. Kepribadian merek memberikan peluang yang nyata bagi produsen
untuk memanfaatkan kaitan konsumen dengan berbagai merek yang mereka tawarkan. Merek sering
mempunyai kepribadian, beberapa diantaranya bahkan termasuk sifat seperti manusia.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh dimensi-dimensi
kepribadian merek (brand personality) produk sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri
konsumen yang memakai merek tersebut, yaitu konsumen dengan kepribadian entity theory (orang yang
percaya bahwa kualitas pribadi mereka adalah tetap dan tidak dapat ditingkatkan lagi melalui usaha
mereka sendiri secara langsung).
Disamping itu, peneliti juga ingin mengetahui dimensi kepribadian merek (brand personality)
mana yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan
lima dimensi kepribadian merek (brand personality).
Dengan demikian, kerangka pikir penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :
Hipotesis Penelitian
1. Diduga terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles
& Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut.
31
2. Diduga dimensi kepribadian merek (brand personality) yang paling sesuai dengan entity theorists
untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand
personality) adalah dimensi sophistication (kecanggihan).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Juli 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitan ini terdiri dari dua jenis data, yaitu :
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli, tidak melalui
perantara. Pada penelitian ini data didapat dari studi lapangan dan diperoleh melalui penyebaran
kuesioner kepada konsumen Charles & Keith di mall Pondok Indah, Jakarta Selatan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Informasi diperoleh dari hasil publikasi dan diolah oleh pihak
lain.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unsur yang terdapat didalam objek penelitian. Unsur tersebut
dapat berupa orang, benda, perusahaan, atribut atau unit-unit apa saja yang terkandung dalam objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan konsumen yang menggunakan produk
sepatu merek Charles & Keith di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan. Jumlah konsumen tersebut
tidak diketahui berapa jumlahnya.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian yang dapat dianggap
mewakili kondisi atau keadaan populasi. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa populasi
pemakai merek Charles & Keith tidak diketahui jumlahnya, maka penulis menggunakan quota
sampling yaitu sebanyak 100 orang sampel pemakai produk sepatu merek Charles & Keith di Mall
Podok Indah, yang akan menjadi objek penelitian ini. Metode pengambilan sampel ini berdasarkan
purposive sampling, yaitu dengan menentukan beberapa syarat dan kriteria tertentu kepada objek
penelitian (sampel). Adapun syarat dan kriteria adalah konsumen wanita yang berbelanja di mall
Pondok Indah yang berusia > 18 tahun, menyukai merek Charles & Keith, sudah pernah membeli
dan memakai sepatu merek Charles & Keith.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dari responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
32
1. Kuesioner
Metode dengan menggunakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan data primer.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang, yang berisi lima tingkat jawaban yaitu :
a. Sangat setuju
: skor 5
b. Setuju
: skor 4
c. Ragu
: skor 3
d. Tidak setuju
: skor 2
e. Sangat tidak setuju
: skor 1
2. Observasi
Dua minggu di bulan Juli 2013.
Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Validitas adalah pernyataan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner dapat
mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan uji validitas digunakan untuk mengukur valid
tidaknya suatu kuesioner.
Pengujian validitas untuk menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan
dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment.
Data dianggap valid jika r hitungnya > 0,361 (diperoleh dari r table product moment, jumlah
responden (n) = 30 dan tingkat signifikansi (α) = 5%).
Rumus adalah sebagai berikut :
rxy =
n (∑XY) – (∑X) (∑Y)
√{n∑X2 – (∑X)2} √{n∑Y2 – (∑Y)2 }
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi product moment
n = Jumlah responden
X = Skor pernyataan
Y = Skor total
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali. Setiap alat pengukur
seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
Kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal, apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten dan nilai Cronbach’s Alpha > 0.60, dengan rumus :
k
1 - ∑σb2
r11 =
k–1
Keterangan :
r11
= Reliabilitas instrumen
σt2
33
k
= Banyak butir pertanyaan
σt2
= Varians total
∑σb2 = Jumlah varians butir
Tingkat reliabilitas dengan teknik Cronbach’s Alpha ini diukur berdasarkan skala alpha nol sampai
satu.
Skala tersebut penulis mengelompokkan kedalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran
kemantapan alpha dapat digambarkan melalui tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Tingkat Alpha
Angka Variabel
0.00 s/d 0.20
0.21 s/d 0.40
0.41 s/d 0.60
0.61 s/d 0.80
0.81 s/d 1.00
Sumber : Rina & Hasyim
Keterangan
Kurang Reliabel
Agak Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis terhadap hubungan antara variabel
dependen (Y) dengan dua atau lebih variabel independen (X).
Persamaan regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 ... + bnXn
Keterangan :
Y = Variabel terikat/dependen implicit self-theory(entity theory)
a = Intercept (konstanta)
b1, b2, b3, b4, b5= Koefisien regresi untuk X1, X2, X3, X4, X5
X1, X2, X3, X4, X5 =Varibel bebas/independen (brand personality)
Pengujian ini akan menggunakan program aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS)
versi 16.0.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional ini dimaksudkan untuk menjabarkan variabel-variabel yang terdapat dalam suatu
penelitian, menjadi suatu indikator-indikator yang lebih terperinci. Pengertian variabel penelitian ini
kemudian diuraikan menjadi indikator empiris yang terdiri dari :
1. Variabel Dependen (terikat)
Implicit self-theory (entity theory) merupakan faktor yang penting dalam memahami respon
konsumen terhadap kepribadian merek Charles & Keith. Keyakinan konsumen tentang kepribadian
mereka sendiri adalah kunci untuk memprediksi bagaimana mereka akan merespon untuk
menggunakan merek dengan kepribadian yang menarik dari Charles & Keith.
Kepribadian diri dari konsumen yang mendukung entity theory (“entity theorists”) dipengaruhi
oleh kepribadian yang menarik dari merek Charles & Keith.
2. Variabel Independen (bebas)
Dalam penelitian ini, kepribadian diri konsumen dipengaruhi oleh kepribadian merek (brand
personality) yang terdiri dari lima dimensi, yaitu:
34
a. Sincerity (ketulusan). Sincerity berkaitan dengan kejujuran dalam kualitas, keaslian produk yang
dihasilkan dan identik dengan sifat yang sederhana dan menyenangkan dari merek Charles & Keith.
b. Excitement (semangat), yaitu produk yang dihasilkan oleh Charles & Keith yang bervariasi dan
mengikuti perkembangan zaman/mode.
c. Competence (kompetensi), dimana produk yang dihasilkan dapat diandalkan dan dipercaya oleh
konsumen Charles & Keith.
d. Sophistication (kecanggihan). Sophistication berkaitan dengan eksklusifitas yang dibentuk oleh
merek Charles & Keith seperti elegan, glamor dan feminin.
e. Ruggedness (kekasaran). Merek Charles & Keith yang menggambarkan sifat petualang dan produk
yang kokoh.
GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DITELITI
Gambaran Umum Perusahaan
Charles & Keith adalah sebuah perusahaan penjual sepatu yang berasal dari Singapura. Charles
Wong dan Keith Wong memulai bisnis mereka pada tahun 1990 dari sebuah toko kecil penjual sepatu
khusus wanita.
Charles & Keith yang berkantor pusat di 6 Tai Seng Link, Singapore, adalah merek sepatu
fashion internasional dengan kepribadian sophistication (kecanggihan), dan saat ini perusahaan tersebut
memiliki lebih dari 1.000 karyawan, secara keseluruhan di kantor pusat Singapore dan regional office
di China. Adapun visi dari perusahaan ini adalah untuk menjadi perusahaan fashion yang paling
dikagumi, dan misi perusahaan adalah untuk menawarkan produk dan layanan yang berkualitas tinggi,
dengan komitmen untuk kesempurnaan.
Dari awal yang sederhana pada tahun 1996 di sebuah toko kecil di Amara Shopping Centre
Singapore, Charles & Keith telah membuat pertumbuhan yang signifikan, dan sampai saat ini telah
memiliki lebih dari 270 toko di lokasi perbelanjaan utama yang strategis, di lebih dari 30 negara di
seluruh dunia.
Merek Charles & Keith juga telah membawa ekspansi ke dunia media digital, yaitu toko online
CharlesKeith.com, dimana fashion dicerminkan dengan gaya glamor yang tinggi dari koleksi sepatu, tas
dan aksesoris, pada dunia maya tersebut. Konsep toko online ini tetap mempertahankan gaya
sophistication dan elemen desain yang modern dari merek Charles & Keith.
Indonesia adalah negara pertama yang dipilih Charles & Keith untuk mengembangkan
bisnisnya secara internasional. Tepat pada tahun 1997 mereka mendirikan toko pertama di Ratu Plaza,
Jakarta dan tidak tanggung-tanggung, untuk menjalankan bisnis di Indonesia, perusahaan ini merekrut
enam pabrik di Indonesia untuk memproduksi sepatu merek tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan
konsumen di Indonesia, Charles & Keith menyediakan website resmi agar pecinta merek ini dapat
dengan mudah melihat semua produk mereka secara online. Pada website tersebut konsumen dapat
melihat berbagai macam produk yang ditawarkan, seperti variasi sepatu, sandal, tas, ikat pinggang, dan
aksesoris lainnya, namun produk Charles & Keith ini masih belum dapat dibeli secara online di website
resmi Charles & Keith Indonesia.
Charles & Keith membangun kesan (image) sebagai merek yang menghargai dan mencintai
fashion, yang diperuntukan bagi setiap wanita yang ingin selalu up to date dengan fashion. Charles &
Keith Signature Label pertama kali diperkenalkan di Singapura pada bulan Juni 2007 menandai evolusi
merek yang berkelanjutan dan tetap dengan kepribadian sophistication, yang melambangkan gaya
klasik dan glamor, dengan sentuhan ketenangan, keanggunan dan menunjukkan aspek keindahan yang
terbaik, merayakan feminitas perempuan modern.
35
Disamping produk sepatu, Charles & Keith kemudian mulai mengembangkan produknya
seperti tas, ikat pinggang, kaca mata dan dompet. Namun sayangnya, merek ini tidak menjual barangbarang pria karena Charles & Keith ingin memfokuskan dirinya pada produk-produk kecantikan wanita
dan menjadi merek yang tepat untuk para wanita pecinta fashion.
Deskripsi Umum Objek Yang Diteliti
Selain mengetahui tentang perusahaan dan produk yang akan diteliti, satu hal yang penting untuk
diketahui adalah bagaimana profil responden dari penelitian ini. Tujuan dari profil responden adalah
untuk mengetahui gambaran umum dari responden yang menjadi objek penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan produk sepatu merek
Charles & Keith. Adapun penelitian dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner kepada 100
konsumen Charles & Keith di mall Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang diperinci berdasarkan usia,
pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan dari konsumen tersebut.
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Responden Menurut Usia
Tabel pertama informasi responden adalah usia dari responden tersebut. Dari pengumpulan data
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Responden Menurut Usia
Usia
18 – 25 tahun
26 – 30 tahun
31 – 35 tahun
36 – 40 tahun
> 40 tahun
Jumlah
Sumber : Pengolahan data kuesioner
Jumlah
2 orang
69 orang
24 orang
3 orang
2 orang
100 orang
Persentase
2%
69%
24%
3%
2%
100%
Berdasarkan tabel 4.1 nampak bahwa kebanyakan responden berusia 26 – 30 tahun adalah
yang paling besar, yaitu sebanyak 69 orang (69%) dari responden yang berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Data tersebut menunjukkan bahwa produk sepatu dari merek Charles & Keith paling banyak
digunakan oleh wanita dewasa.
2. Responden Menurut Pendidikan Terakhir
Tabel kedua menunjukkan tingkat pendidikan terakhir dari para responden, dimana diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Responden Menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMU
Diploma
Sarjana
Jumlah
Sumber : Pengolahan data kuesioner
Jumlah
18 orang
82 orang
100 orang
Persentase
18%
82%
100%
36
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa kebanyakan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini,
yaitu sebanyak 82 orang (82%) memiliki tingkat pendidikan sarjana; sedangkan sisanya memiliki
tingkat pendidikan diploma, yaitu sebanyak 18 orang (18%). Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa
target pasar dari produk sepatu merek Charles & Keith adalah untuk konsumen yang berpendidikan.
3. Responden Menurut Pekerjaan
Tabel ketiga ini menunjukkan pekerjaan dari para responden dalam penelitian ini, dimana data yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Responden Menurut Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pelajar
Mahasiswa
Karyawan
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Jumlah
Sumber : Pengolahan data kuesioner
Jumlah
6 orang
64 orang
20 orang
10 orang
100 orang
Persentase
6%
64%
20%
10%
100%
Dari hasil tabel 4.3 terlihat bahwa kebanyakan responden yang berpartisipasi dalam penelitian
ini, yaitu 64 orang (64%) mempunyai pekerjaan atau profesi sebagai karyawan. Data tersebut
menunjukkan bahwa kebanyakan style dari produk sepatu merek Charles & Keith cocok digunakan
untuk kondisi formal, seperti di lingkungan perkantoran.
4. Responden Menurut Jumlah Pendapatan
Tabel keempat ini menunjukkan besaran pendapatan dari responden pada penelitian ini. Dari
pengumpulan data, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4 Responden Menurut Jumlah Pendapatan
Jumlah
Pendapatan
Jumlah
Persentase
Rp. 1.000.000 –
Rp. 2.000.000
-
-
Rp. 2.000.001 –
Rp. 3.000.000
6 orang
6%
Rp. 3.000.001 –
Rp. 4.000.000
61 orang
61%
Rp. 4.000.001 –
Rp. 5.000.000
23 orang
23%
> Rp. 5.000.000
10 orang
10%
Jumlah
100 orang
100%
Sumber : Pengolahan data kuesioner
37
Berdasarkan data di tabel 4.4, dapat dilihat bahwa data terbesar yaitu sebanyak 61 orang
(61%) adalah responden yang mempunyai pendapatan sebesar Rp. 3.000.001 – Rp. 4.000.000.
Dari data tersebut diketahui bahwa produk sepatu merek Charles & Keith ditujukan kepada
konsumen yang berpendapatan cukup.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji signifikan
dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Jika r tiap butir lebih besar dari r
tabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid. Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan uji satu sisi, taraf signifikan 5% dengan df = n-2.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas diukur dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha karena menggunakan skala
Likert, dimana secara umum data yang dianggap reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha adalah > 0,60.
Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Data
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.921
22
Sumber : Data pengolahan SPSS
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,921, dimana jika
dibandingkan dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,60, maka nilai Cronbach’s Alpha hasil
perhitungan yaitu berada diatas 0,60, sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut adalah
reliabel.
Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan dua perhitungan, yaitu
uji hipotesis parsial dan uji hipotesis simultan.
1. Uji Hipotesis Parsial
Uji hipotesis parsial ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen/bebas terhadap variabel dependen/terikat. Dalam penelitian ini variabel
independen/bebas terdiri dari 5 variabel, yaitu sincerity (ketulusan), excitement (semangat),
competence (kompetensi), sophistication (kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran); sedangkan
variabel dependen/terikat yaitu implicit self-theory (entity theory). Dari hasil perhitungan diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 5.3 Hasil Uji Hipotesis Parsial
38
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.535
.164
Sincerity
.272
.080
Excitement
.208
Competence
Sophistication
Ruggedness
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
3.260
.002
.299
3.386
.001
.064
.258
3.233
.002
-.067
.052
-.080
-1.285
.202
.536
.092
.534
5.812
.000
-.060
.058
-.059
-1.023
.309
a. Dependent Variable: EntityTheorists
Sumber : Data pengolahan SPSS
Dari tabel tersebut diatas, diketahui bahwa hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Dimensi sincerity (ketulusan) memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity theory).
Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 3,386 > nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig yaitu
0,001 < 0,05.
Dimensi sincerity (ketulusan) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles &
Keith berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen
merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa
lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith,
b. Dimensi excitement (semangat) memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity theory).
Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 3,233 > nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig yaitu
0,002 < 0,05.
Dimensi excitement (semangat) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles &
Keith berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen
merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa
lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith,
c. Dimensi competence (kompetensi) tidak memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity
theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar – 1,285 < nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig
yaitu 0,202 > 0,05.
Dimensi competence (kompetensi) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles
& Keith tidak berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana
konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith tidak sesuai dengan kepribadian diri mereka
dan juga tidak merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles &
Keith,
d. Dimensi sophistication (kecanggihan) memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity
theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 5,812 > nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig
yaitu 0,000 < 0,05.
Dimensi sophistication (kecanggihan) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu
Charles & Keith berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana
konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan
juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith,
e. Dimensi ruggedness (kekasaran) tidak memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity
theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar – 1,023 < nilai tabel yaitu 1,69, dan nilai sig
yaitu 0,309 > 0,05.
Dimensi ruggedness (kekasaran) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles &
Keith tidak berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana
konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith tidak sesuai dengan kepribadian diri mereka
39
dan juga tidak merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles &
Keith.
2. Uji Hipotesis Simultan
Uji hipotesis simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen/bebas secara bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen/terikat. Dalam penelitian ini variabel independen/bebas terdiri dari 5 variabel, yaitu
sincerity (ketulusan), excitement (semangat), competence (kompetensi), sophistication
(kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran); sedangkan variabel dependen/terikat yaitu implicit
self-theory (entity theory). Uji hipotesis simultan menggunakan indikator, yaitu F hitung
dibandingkan dengan F tabel. Hasil perhitungan dari uji regresi yang telah dilakukan
menghasilkan data sebagai berikut :
Tabel 5.4 Hasil Uji Hipotesis Simultan
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
19.736
5
3.947
2.791
94
.030
22.527
99
F
132.941
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), Ruggedness, Competence, Sophistication, Excitement, Sincerity
b. Dependent Variable: EntityTheorists
Sumber : Data pengolahan SPSS
Dari tabel diatas, diketahui terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand
personality) produk sepatu merek Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory)
konsumen yang menggunakan merek tersebut, terbukti dari nilai F hitung (132,941) > F tabel
(3,61).
Lima dimensi dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith, yaitu
sincerity (ketulusan), excitement (semangat), competence (kompetensi), sophistication
(kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran) secara bersama-sama atau simultan memiliki
pengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa
merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih percaya diri
setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith.
Analisis Regresi Berganda
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand
personality) sepatu merek Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang
menggunakan merek tersebut.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0.535 + 0.272 X1 + 0.208 X2 – 0.067 X3 + 0.536 X4 – 0.060 X5
Adapun makna dari persamaan regresi tersebut diatas, adalah :
1. Implicit self-theory (entity theory) akan bernilai 0.535 jika tidak ada pengaruh dari dimensi-dimensi
kepribadian merek (brand personality) dari sepatu merek Charles & Keith,
2. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sincerity (ketulusan), maka akan menaikkan
nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.272,
40
3. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi excitement (semangat), maka akan
menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.208,
4. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi competence (kompetensi), maka akan
menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar - 0.067,
5. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sophistication (kecanggihan), maka akan
menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.536,
6. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi ruggedness (kekasaran), maka akan
menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar - 0.060,
7. Dari persamaan regresi diatas juga diketahui bahwa beta (B) dari dimensi sophistication
(kecanggihan) adalah yang memberikan kontribusi terbesar untuk menaikkan nilai implicit selftheory (entity theory), yaitu sebesar 0.536.
12
Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi sophistication (kecanggihan) dari produk sepatu merek
Charles & Keith adalah yang paling berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity
theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri
mereka dan juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles &
Keith.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand
personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang
menggunakan merek tersebut.
Dimensi kepribadian merek (brand personality) yang mempunyai pengaruh terhadap kepribadian
diri (entity theory) dan signifikan adalah dimensi sincerity (ketulusan), excitement (semangat), dan
sophistication (kecanggihan).
Artinya adalah sebagai berikut :
a. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sincerity (ketulusan), maka akan
menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.272,
b. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi excitement (semangat), maka akan
menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.208,
c. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sophistication (kecanggihan), maka
akan menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.536.
Dimensi kepribadian merek (brand personality) yang mempunyai pengaruh terhadap
kepribadian diri (entity theory) namun tidak signifikan adalah dimensi competence (kompetensi)
dan ruggedness (kekasaran).
Artinya adalah sebagai berikut :
a. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi competence (kompetensi), maka
akan menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar – 0.067,
b. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi ruggedness (kekasaran), maka akan
menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar – 0.060.
41
2. Dari hasil penelitian yang didapat, diketahui bahwa dimensi kepribadian merek (brand personality)
yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan
lima dimensi kepribadian merek (brand personality) adalah dimensi sophistication. Dimensi
kepribadian merek (brand personality) sophistication adalah yang memberikan kontribusi terbesar
untuk menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) yaitu sebesar 0,536, artinya konsumen
merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih
percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran kepada
perusahaan Charles & Keith sebagai berikut :
1. Produk sepatu Charles & Keith perlu mengadakan penelitan pasar di masing-masing negara,
sehingga dapat mengetahui karakter dan budaya dari masing-masing target pasar tersebut.
Tujuannya agar dimensi kepribadian merek (brand personality) competence (kompetensi) dapat
dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan diri ke arah yang lebih positif untuk konsumen yang
menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith,
2. Produk sepatu Charles & Keith juga perlu mengadakan penelitan pasar di masing-masing negara,
sehingga dapat mengetahui karakter dan budaya dari masing-masing target pasar tersebut.
Tujuannya agar dimensi kepribadian merek (brand personality) ruggedness (kekasaran) dapat
dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan diri ke arah yang lebih positif untuk konsumen yang
menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, Jennifer L, Dimensions of Brand Personality, Journal of Marketing Research, Vol. 34, 347 –
356, 1997
Hasyim dan Anindita, Rina, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, UIEU-University
Press, Jakarta, 2009
Park, Ji Kyung and John, Deborah Roedder, Got to Get You into My Life : Do Brand Personalities Rub
Off on Consumers ?, Journal of Consumer Research, Vol. 37, 655 – 669, 2010
Schiffman, Leon dan Kanuk, Leslie L, Perilaku Konsumen, PT Indeks, Indonesia, 2008
Solomon, Michael R, Consumer Behavior : Buying, Having, and Being, Pearson Education, Inc. New
Jersey, 2004
Suliyanto, Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS, CV. Andi Offset (Penerbit ANDI),
Yogyakarta, 2011
Sumarwan, Ujang, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Penerbit Ghalia
Indonesia, Bogor, 2011
Sumarwan, Ujang dkk, Riset Pemasaran dan Konsumen : Panduan Riset dan Kajian : Kepuasan,
Perilaku Pembelian, Gaya Hidup, Loyalitas dan Persepsi Resiko, PT Penerbit IPB Press,
Bogor, 2011
Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003
Umar, Husein, Metode Riset Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003
42
INFORMASI LABA, PEMBAGIAN DIVIDEN, DAN HARGA SAHAM
DALAM KAITANNYA DENGAN SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN
Diana Ernesta
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh informasi laba dan
pembagian dividen terhadap harga saham dalam kaitannya dengan siklus hidup perusahaan.
Penelitian ini bersifat kausalitas dan dilakukan dengan menggunakan data dari 20 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih berdasarkan metode purposive
sampling. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode analisis data yang terdiri
dari uji kualitas data dengan uji normalitas, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan
uji hipotesis.
Dari hasil pengujian data dapat disimpulkan bahwa pada tahap growth dan mature, dividen
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari hasil uji F diketahui bahwa variabel
informasi laba dan pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan
tingkat signifikansi dibawah 0,05 pada tahap growth dan mature. Penelitian ini juga
membuktikan adanya value-relevance karena informasi laporan keuangan dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan atau reaksi pasar terutama pembagian dividen.
Kata Kunci : Informasi Laba, Pembagian Dividen, Harga Saham, dan Siklus Hidup
Perusahaan
PENDAHULUAN
Laba yang diperoleh perusahaan akan dialokasikan penggunaannya, apakah akan
dibagikan kepada investor sebagai dividen atau ditahan untuk keperluan operasional
perusahaan. Keputusan ini kemudian akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang bisa
dilihat melalui naik turunnya harga saham perusahaan. Jika dividen yang dibagikan terlalu
rendah akan berlawanan dengan harapan investor untuk berinvestasi. Sebaliknya, jika dividen
yang dibagikan terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap operasional perusahaan.
Tabel Nominal Laba Bersih, Pembagian Dividen, dan Harga Saham pada Beberapa
Perusahaan Go Public di BEI Tahun 2002-2006
43
Laba bersih
(Rp 000.000,00)
Pembagian Dividen
(Rp)
Harga Saham (Rp)
AKRA
MYOR
AKRA
MYOR
AKRA
MYOR
2002
47551
119490
25
20
668.75
418
2003
53853
83965
50
25
692
660
2004
76117
85106
40
25
1379
975
2005
119289
45730
60
25
1282.5
963
2006
128084
79879
65
35
1856.25
1082.5
Tahun
Dari tabel dapat dilihat harga saham pada AKR Corporindo cenderung mengalami
kenaikan seiring dengan naiknya laba bersih perusahaan tersebut. Sedangkan pada Mayora
Indah, harga saham tetap mengalami kenaikan meskipun terjadi penurunan laba bersih
perusahaan, namun kenaikan harga saham tidak terlalu besar. Naiknya dividen pada
perusahaan AKR Corporindo cenderung mengakibatkan harga saham naik. Demikian juga
pada Mayora Indah, kenaikan dividen berbanding lurus dengan naiknya harga saham.
Selain melihat informasi laba dan dividen, investor juga mempertimbangkan siklus
hidup perusahaan dalam mengukur kinerja perusahaan. Perusahaan memiliki tahapan-tahapan
siklus hidup yang berbeda dengan karakteristik yang berbeda mulai dari tahap perusahaan baru
berdiri sampai tahap kegiatan operasional perusahaan menurun. Tahapan siklus hidup
perusahaan secara berurutan adalah tahap pendirian (start-up), tahap ekspansi (growth), tahap
kedewasaan (mature), dan tahap penurunan (decline). Setiap tahap siklus hidup perusahaan
memiliki kandungan informasi laba yang berbeda. Laba yang rendah pada suatu perusahaan
yang berada pada tahap pendirian (growth) tidak bisa dikatakan berkinerja rendah karena
kesempatan bertumbuh perusahaan tersebut masih besar.
Informasi akuntansi dikatakan memiliki relevansi nilai (value-relevance) apabila mampu
menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang kemudian akan
mempengaruhi nilai saham. Dari informasi laba tersebut, investor dapat menilai pertumbuhan
perusahaan. Pengumuman dividen juga dianggap memiliki kandungan informasi karena dapat
mempengaruhi reaksi pasar. Jika dividen mengalami kenaikan, reaksi pasar akan positif.
Sebaliknya, pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan dividen.
Susanto dan Ekawati (2006) telah melakukan penelitian mengenai relevansi nilai (valuerelevance) informasi laba dan aliran kas terhadap harga saham dengan memasukkan faktor
siklus hidup perusahaan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
melakukan ekspansi variabel independen pada pembagian dividen. Hal ini juga disebabkan
oleh : pertama, pada penelitian Susanto & Ekawati (2006) terdapat pembagian sampel
perusahaan yang tidak merata mengakibatkan pola sebaran datanya sedikit tidak beraturan.
Kedua, hasil penelitian yang tidak konsisten sehingga harus dilakukan penelitian kembali.
Ketiga, penelitian ini menawarkan dividen sebagai variabel independen karena dapat menjadi
informasi yang dapat memberi sinyal terhadap prospek perusahaan.
Tujuan penulis meneliti antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh informasi laba terhadap harga saham dalam
tahapan siklus hidup perusahaan yang berbeda.
2. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh pembagian dividen terhadap harga saham
dalam tahapan siklus hidup perusahaan yang berbeda.
3. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh informasi laba dan pembagian dividen
terhadap harga saham dalam tahapan siklus hidup perusahaan yang berbeda secara
simultan.
44
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Hidup Perusahaan
Siklus hidup perusahaan terdiri dari empat tahap utama, yaitu pioneering, expansion,
maturity, dan decline. Tahap pioneering kemudian lebih dikenal sebagai tahap start-up dan
tahap expansion sebagai tahap growth.
a. Start-up
Pada tahap awal (start-up stage) merupakan tahap dimana perusahaan akan
mengalami pertumbuhan penjualan dan keuntungan yang relatif lamban, karena selain
perusahaan adalah sebagai pendatang baru didalam industri, perusahaan juga masih dalam
tahap perkenalan terhadap produk-produknya yang dijual, terhadap karyawan-karyawan
yang ada didalamnya, terhadap sistem dan prosedur yang ada didalamnya, dan lain-lain.
Oleh karena itu di tahap pertama ini dinamakan sebagai experimentation period.
Pada tahap ini net income yang diperoleh perusahaan akan cenderung bernilai
negatif, karena perusahaan berusaha mendapatkan pangsa pasar sehingga perusahaan
banyak melakukan pengeluaran kas untuk pengembangan produk, pasar, dan ekspansi
kapasitas. Kondisi ini dapat menekan laba jangka pendek tetapi diharapkan akan
mendatangkan laba jangka panjang di masa depan. Sebagian besar laba yang dimiliki
merupakan dana pinjaman dan umumnya perusahaan tidak membagikan dividen.
b. Growth
Pada tahap growth perusahaan mengalami peningkatan penjualan, keuntungan,
likuiditas, dan peningkatan rasio ekuitas terhadap utang, serta mulai membayar dividen.
Selain itu perusahaan juga mulai melakukan diversifikasi dalam lini produk yang
berhubungan erat. Tahap ini juga dinamakan sebagai exploitation period.
Net income yang diperoleh perusahaan pada tahap ini akan lebih besar dibandingkan
tahap sebelumnya (start-up stage). Perusahaan yang berada dalam tahap ini kemungkinan
sudah bisa melakukan pembayaran dividen, jika perusahaan sudah mampu memperoleh
laba yang positif, namun dividen yang dibagikan masih rendah karena kas masih
difokuskan untuk keperluan pendanaan.
c. Mature
Pada tahap ini perusahaan mencapai puncak tingkat penjualan dan tingkat likuiditas
tinggi. Pangsa pasar ditahap ini semakin kuat, oleh karena itu pada tahap ini perusahaan
diharapkan mampu menghasilkan net income yang positif dalam jumlah besar. Perusahaan
juga membayar dividen yang tinggi. Meskipun nilai kesempatan tumbuh (growth
opportunities) merupakan salah satu komponen utama, tetapi relatif menjadi berkurang bila
dibandingkan dengan tahap start-up dan growth.
d. Decline
Perusahaan pada tahap decline memiliki growth opportunities yang terbatas, karena
menghadapi persaingan yang semakin tajam dan kejenuhan akan permintaan barang.
Perusahaan menghadapi banyak kompetitor yang menawarkan barang-barang pengganti
yang lebih diminati oleh konsumen. selain itu pangsa pasar potensial sangat sempit, dan
terjadi ekspansi yang semakin tidak menguntungkan. Permintaan akan produk yang
diproduksi perusahaan sangat rendah. Selain itu perusahaan juga mengalami keusangan
manajerial dan teknologi. Perusahan, terutama yang berada pada akhir tahap decline
mengalami penurunan penjualan secara signifikan sehingga terjadi kerugian dan
pembayaran dividen pun terhenti.
45
Net income perusahaan pada tahap ini akan mengalami penurunan, karena dengan
terbatasnya market share perusahaan maka penjualan pun akan cenderung menurun. Jika
penurunan net income ini berkelanjutan dari periode ke periode, perusahaan harus
melakukan revitalisasi, yaitu melakukan berbagai upaya agar dapat masuk ke dalam tahap
growth kembali. Jika perusahaan tidak berhasil melakukan revitalisasi maka secara
perlahan-lahan net income akan semakin menurun dan pada akhirnya mengalami kerugian,
kebangkrutan dan mati.
Sales
Mature
Decline
Growth
Start
1
2
3
4
Sumber: Weston & Brigham, 1984: 985
Gambar Siklus Hidup Perusahaan
Hubungan Laba dan Dividen Terhadap Harga Saham Dalam Setiap Tahapan Siklus
Hidup Perusahaan
Pada tahap start-up, perusahaan masih melakukan pengembangan produk dan ekspansi
pasar, sehingga biaya yang dikeluarkan sangat besar. Selain itu, tingkat penjualannya yang
rendah mengakibatkan laba yang diperoleh cenderung kecil atau negatif. Dana yang diperoleh
perusahaan sebagian besar digunakan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sehingga
perusahaan cenderung tidak membagikan dividen tunai kepada pemegang saham. Pada tahap
ini laba dan dividen tidak terlalu mempengaruhi harga saham karena perusahaan masih
memiliki prospek pertumbuhan yang bagus.
Pada tahap growth, perusahaan telah berhasil memperoleh pangsa pasar dan
mendapatkan kenaikan penjualan. Perusahaan masih melakukan pengeluaran dana yang cukup
besar untuk mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar serta menguasai teknologi.
Laba yang diperoleh sebagian dibagikan kepada investor sebagai dividen dan diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan di pasar.
Pada tahap mature, perusahaan mengalami puncak tingkat penjualan dan memperoleh
laba yang tinggi serta mempunyai pangsa pasar yang kuat. Perusahaan juga sudah mampu
membayar dividen yang tinggi kepada investor. Laba dan dividen pada tahap ini berpengaruh
positif terhadap harga saham.
Pada tahap decline, laba perusahaan mengalami penurunan karena menyempitnya
pangsa pasar yang mengakibatkan penjualan menurun. Menyempitnya pangsa pasar pada tahap
46
ini disebabkan oleh persaingan yang semakin banyak dan kurangnya inovasi baru oleh
perusahaan. Penurunan laba mengakibatkan pembagian dividen terhenti dan berpengaruh
negatif terhadap harga saham.
Hipotesis Penelitian
1. Informasi Laba
Ha1 : Informasi laba pada tahap start-up berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Ha2 : Informasi laba pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham.
Ha3 : Informasi laba pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham.
Ha4 : Informasi laba pada tahap decline berpengaruh negatif terhadap harga saham.
2. Pembagian Dividen
Ha5 : Pembagian dividen pada tahap start-up berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Ha6 : Pembagian dividen pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham.
Ha7 : Pembagian dividen pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham.
Ha8 : Pembagian dividen pada tahap decline berpengaruh negatif terhadap harga saham.
3. Informasi Laba dan Pembagian Dividen Secara Simultan
Ha9
Ha10
Ha11
Ha12
: Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap start-up berpengaruh negatif
terhadap harga saham.
: Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap growth berpengaruh positif
terhadap harga saham.
: Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap mature berpengaruh positif
terhadap harga saham.
: Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap decline berpengaruh negatif
terhadap harga saham.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kausalitas dengan metode pengumpulan data berupa metode
dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Waktu penelitian adalah mulai
dari bulan Oktober 2012 yaitu dari pembuatan proposal sampai selesainya penelitian. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Indonesia go public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2007 – 2011. Total populasi yang diperoleh sebanyak 133
perusahaan.
Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling atau judgment
sampling. Kriteria-kriteria sampel yang akan diteliti antara lain:
1. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2007 – 2011.
2. Perusahaan sampel menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 2007 – 2011 dan
memiliki kelengkapan data yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian.
3. Perusahaan sampel melakukan pembagian dividen tunai berupa kas selama 5 (lima) tahun
berturut-turut.
4. Perusahaan sampel dikelompokkan ke dalam 4 (empat) tahap siklus hidup perusahaan
(start-up, growth, mature, dan decline).
Dari kriteria-kriteria di atas, diperoleh sampel sebanyak 20 perusahaan yang berbeda.
47
Definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai berikut:
a. Informasi laba adalah laba operasi perusahaan yang menunjukkan kinerja utama
perusahaan pada tahun t. Informasi laba yang digunakan adalah laba pada laporan
keuangan periode 2007 – 2011. Skala pengukuran variabel menggunakan skala nominal.
b. Dividen adalah dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham pada tahun t.
Dividen yang digunakan dalam penelitian ini adalah total dividen yang dibagikan dibagi
jumlah saham beredar yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan periode 2007 –
2011. Skala pengukuran variabel menggunakan skala nominal.
c. Harga saham adalah harga penutupan saham harian dimana harga saham yang digunakan
adalah harga saham 7 hari setelah laporan keuangan perusahaan tahun t dipublikasi. Skala
pengukuran variabel menggunakan skala nominal.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier
berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas
terhadap variabel terikat. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Model 1 : HSit = α + β1 Lit + β2 Dit + e
Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga
saham pada tahap start-up.
Model 2 : HSit = α + γ1 Lit + γ 2 Dit + e
Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga
saham pada tahap growth.
Model 3 : HSit = α + λ1 Lit + λ 2 Dit + e
Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga
saham pada tahap mature.
Model 4 : HSit = α + µ1 Lit + µ 2 Dit + e
Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga
saham pada tahap decline.
Keterangan:
HSit
Lit
Dit
α
β1, β2
γ1, γ2
λ1, λ2
µ1, µ2
e
= harga saham perusahaan i pada periode pengamatan t.
= informasi laba perusahaan i pada periode pengamatan t.
= pembagian dividen perusahaan i pada periode pengamatan t.
= konstanta.
= koefisien variabel bebas pada tahap start-up.
= koefisien variabel bebas pada tahap growth.
= koefisien variabel bebas pada tahap mature.
= koefisien variabel bebas pada tahap decline.
= standard error.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan siklus hidup perusahaan menggunakan data pertunbuhan penjualan yang
diperoleh dengan rumus:
48
[ (net sales t – net sales t-1) / net sales t-1 ] x 100 %
Data pertumbuhan penjualan yang diperoleh kemudian dihitung rata-rata pertumbuhan dari
tahun 2007 sampai 2011 dari masing-masing perusahaan. Hasil perhitungan dijadikan dasar
dalam pengelompokkan siklus hidup perusahaan sesuai dengan tabel klasifikasi berikut:
Tabel Klasifikasi Siklus Hidup Perusahaan yang Digunakan dalam Penelitian
No.
Tahap
Rata-rata pertumbuhan penjualan
1
Start-up
> 50 %
2
Growth
15 – 50 %
3
Mature
1 – 15 %
4
Decline
<1%
Hasil klasifikasi diketahui terdapat 9 perusahaan sampel yang tergolong ke dalam tahap
growth dan 11 perusahaan sampel yang tergolong tahap mature dan tidak terdapat perusahaan
yang berada di tahap start-up dan decline. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan hanya
pada dua tahap siklus hidup yaitu tahap growth dan mature dikarenakan tidak terdapatnya
sampel perusahaan pada tahap start-up dan decline.
Statistik Deskriptif
Tabel Statistik Deskriptif Tahap Growth
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Harga Saham
45
305
450000
25716.22
80120.918
Laba
45 3822000000 17832000000000 2581870311111.11 4309240954297.192
Dividen
45
21
16150
999.36
3277.743
Valid N (listwise)
45
Sumber: Data sekunder yang diolah
Jumlah sampel yang digunakan dalam tahap growth sebanyak 45 yang diperoleh dari
data 9 perusahaan selama tahun 2007 - 2011 di BEI. Variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu harga saham memiliki nilai minimum sebesar 305 dan maksimum sebesar 450.000 serta
nilai rata-rata 25.716,22. Standar deviasinya sebesar 80.120,918 yang menunjukkan adanya
perbedaan nilai yang jauh dari satu sampel dengan sampel lainnya.
49
Tabel Statistik Deskriptif Tahap Mature
Descriptive Statistics
Harga Saham
Laba
Dividen
Valid N (listwise)
N Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
55
129
140000
13629.22
27307.654
55 18436000000 10617387000000 1678443254545.45 2621760250736.645
55
2.49
11000.00
923.1818
2390.45981
55
Sumber: Data sekunder yang diolah
Jumlah sampel yang digunakan dalam tahap mature sebanyak 55 yang diperoleh dari
data 11 perusahaan selama tahun 2007 - 2011 di BEI. Variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu harga saham memiliki nilai minimum sebesar 129 dan maksimum sebesar 140.000 serta
nilai rata-rata 13.629,22. Standar deviasinya sebesar 27.307,654 yang menunjukkan adanya
perbedaan nilai yang jauh dari satu sampel dengan sampel lainnya.
Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan dengan pengujian normalitas data dengan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan menggunakan taraf signifikan 0,05. Pada tahap growth,
peneliti melakukan transformasi data semua variabel ke model logaritma natural (Ln) menjadi
LnHargaSaham, LnLaba, dan LnDividen. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal
dengan nilai signifikansi masing-masing variabel sebesar 12,4 %, 59,3 %, dan 23,7 %. Data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 5 %.
Pada tahap mature, agar variabel-variabel berdistribusi normal, peneliti melakukan
transformasi data harga saham dan dividen ke model logaritma natural (Ln) dan transformasi
data laba ke model satu per square root (SQRT) menjadi LnHargaSaham, SqrtLaba, dan
LnDividen. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal dengan nilai signifikansi masingmasing variabel sebesar 77,7 %, 7,2 %, dan 87,5 %.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ada tiga tahap, yaitu uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan
uji heterokedastisitas, dimana pengujiannya akan dilakukan secara terpisah berdasarkan siklus
hidup perusahaan.
Tabel Hasil Uji Asumsi Klasik
Tahap
Growth
Mature
Tolerance
0,892
0,890
VIF
1,121
1,124
Uji Multikolinearitas
Hasil
Tidak terjadi
Tidak terjadi
Durbin-Watson
1,868
1,701
Uji Autokorelasi
Hasil
Tidak terjadi
Tidak terjadi
Hasil
Tidak terjadi
Tidak terjadi
Heterokedastisitas
Uji Hipotesis
Dari hasil pengklasifikasian siklus hidup perusahaan sampel, diketahui bahwa tidak
terdapat sampel dengan siklus hidup start-up dan decline, sehingga hipotesis pada tahap startup (Ha1, Ha5, dan Ha9) dan tahap decline (Ha4, Ha8, dan Ha12) tidak bisa diuji.
50
Tahap
Growth
Mature
Hipotesis
Ha2
Ha6
Ha10
Ha3
Ha7
Ha11
Tabel Hasil Uji Hipotesis
Nilai Signifikansi
Keterangan
0,742
Hipotesis ditolak
0,013
Hipotesis diterima
0,023
Hipotesis diterima
0,394
Hipotesis ditolak
0,000
Hipotesis diterima
0,000
Hipotesis diterima
1. Tahap Growth
Nilai Koefisien Determinasi (R2) adalah sebesar 0,164 menunjukkan bahwa
hubungan variabel independen (laba dan dividen) dengan variabel dependen (harga saham)
adalah lemah. Hal ini juga menunjukkan bahwa 16,4 % variasi atau perubahan dalam harga
saham dipengaruhi oleh variasi laba dan dividen, sedangkan sisanya sebesar 83,6 %
dipengaruhi oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
2. Tahap Mature
Nilai Koefisien Determinasi (R2) adalah sebesar 0,712 menunjukkan bahwa
hubungan variabel independen (laba dan dividen) dengan variabel dependen (harga saham)
adalah kuat. Hal ini juga menunjukkan bahwa 71,2 % variasi atau perubahan dalam harga
saham dipengaruhi oleh variasi laba dan dividen, sedangkan sisanya sebesar 28,8 %
dipengaruhi oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Pembahasan
1. Tahap Growth
Ha2 : Informasi laba pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa laba tidak berpengaruh positif terhadap
harga saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,742. Hal ini menunjukkan bahwa informasi
laba dalam laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan tidak menjadi perhatian
investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Hal ini disebabkan pada tahap growth
perusahaan masih melakukan pengeluaran dana yang cukup besar untuk mengembangkan
dan mempertahankan pangsa pasar yang telah diperoleh serta untuk menguasai teknologi.
Laba yang diperoleh juga dipergunakan untuk dibagikan kepada investor sebagai dividen.
Pada tahap ini, investor lebih mengharapkan perusahaan dapat meningkatkan nilai
perusahaan di pasar dari dana yang dikeluarkan, sehingga informasi laba tidak menjadi
perhatian utama bagi investor. Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian Susanto dan
Ekawati yang menyatakan laba mempunyai value-relevance pada tahap growth.
Ha6 : Pembagian dividen pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dividen berpengaruh positif terhadap harga
saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,013. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian
dividen menjadi perhatian utama investor dalam pengambilan keputusan investasinya.
Salah satu return yang diperoleh investor dari hasil penanaman modal dalam suatu
perusahaan adalah pembagian dividen. Pada tahap growth, peningkatan profit perusahaan
sebagian digunakan perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar
dan sebagian dibagikan sebagai dividen kepada investor. Perhatian investor akan lebih
tertuju pada dividen yang dibagikan dibandingkan pada laba yang dihasilkan perusahaan
karena investor mengharapkan dapat memperoleh return dari hasil investasinya.
51
2. Tahap Mature
Ha3 : Informasi laba pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa laba tidak berpengaruh positif terhadap
harga saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,394. Informasi laba dalam laporan
keuangan perusahaan yang dipublikasikan tidak menjadi perhatian utama investor dalam
pengambilan keputusan investasinya karena pada tahap mature perusahaan memiliki
kesempatan bertumbuh (growth opportunities) yang rendah dan jika perusahaan tidak
melakukan pengembangan inovasi baru maka perusahaan akan berada pada tahap decline.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien laba negatif, hal ini menunjukkan investor
cenderung tidak senang laba yang didapat digunakan untuk inovasi baru. Hasil penelitian
ini menolak hasil penelitian Susanto dan Ekawati yang menyatakan laba memberikan
pengaruh positif atau searah pada tahap mature.
Ha7 : Pembagian dividen pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dividen berpengaruh positif terhadap harga
saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian
dividen menjadi perhatian utama investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Pada
tahap mature, perusahaan cenderung melaporkan dividen dalam jumlah yang besar karena
memperoleh penghasilan yang paling tinggi dibandingkan pada tahap-tahap lainnya,
sehingga memiliki cadangan dana lebih yang bisa dibagikan kepada investor. Laba ditahan
yang didapat dari laba bersih berkurang karena banyak digunakan untuk bayar dividen.
Dividen merupakan pendapatan yang sudah pasti akan diterima oleh investor dari hasil
investasinya, sehingga perhatian utama investor akan tertuju pada informasi dividen yang
dipublikasikan.
Hasil Penelitian
1. Tahap Growth
Dari hasil analisis regresi, maka didapat persamaan model regresi linier berganda
sebagai berikut:
HSit = 5,180 + 0,038 Lit + 0,398 Dit + 1,54602
Dari persamaan model regresi di atas, dapat dianalisis pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap harga saham dalam tahap growth adalah sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 5,180 menyatakan bahwa jika tidak ada pengaruh dari laba dan
dividen terhadap harga saham, maka harga saham akan sebesar 5,180.
b. Nilai koefisien regresi 0,038 pada variabel laba menyatakan bahwa setiap kenaikan 1
persen dari variabel laba, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 3,8
persen.
c. Nilai koefisien regresi 0,398 pada variabel dividen menyatakan bahwa setiap kenaikan
1 persen dari variabel dividen, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar
39,8 persen.
2. Tahap Mature
Dari hasil analisis regresi di atas, maka didapat persamaan model regresi linier
berganda sebagai berikut:
HSit = 4,392 – 69516,026 Lit + 0,772 Dit + 1,04888
52
Dari persamaan model regresi di atas, dapat dianalisis pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap harga saham dalam tahap growth adalah sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 4,392 menyatakan bahwa jika tidak ada pengaruh dari laba dan
dividen terhadap harga saham, maka harga saham akan sebesar 4,392.
b. Nilai koefisien regresi – 69516,026 pada variabel laba menyatakan bahwa setiap
kenaikan 1 persen dari variabel laba, maka akan menyebabkan penurunan harga saham
sebesar 6951602,6 persen.
c. Nilai koefisien regresi 0,772 pada variabel dividen menyatakan bahwa setiap kenaikan
1 persen dari variabel dividen, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar
77,2 persen.
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik dalam tahap growth
maupun mature, harga saham perusahaan dipengaruhi oleh pembagian dividen. Hal ini dapat
terlihat dari tabel yang menunjukkan pada tahap growth pengaruh dividen terhadap harga
saham adalah sebesar 38,5 %. Sedangkan pada tahap mature dilihat dari tabel menunjukkan
besar pengaruh dividen terhadap harga saham adalah sebesar 81,9 %. Hal ini membuktikan
bahwa pengambilan keputusan investasi investor dipengaruhi oleh besarnya return yang akan
diperoleh investor jika melakukan investasi. Penelitian ini juga membuktikan adanya value
relevance karena informasi laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
atau reaksi pasar terutama pembagian dividen.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang bisa diambil
adalah sebagai berikut:
1. Informasi laba tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik dalam tahap growth
maupun tahap mature.
2. Pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik dalam tahap growth
maupun tahap mature.
3. Informasi laba dan pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara
simultan baik dalam tahap growth maupun tahap mature.
4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada tahap growth maupun mature,
informasi yang berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham adalah informasi tentang
pembagian dividen. Hal ini disebabkan karena dividen merupakan pendapatan yang sudah
pasti diperoleh oleh investor dari hasil investasinya.
5. Penelitian pada tahap start-up dan decline tidak dapat dilakukan karena tidak ditemukan
perusahaan yang dapat diklasifikasikan ke dalam kedua tahap tersebut. Hal ini disebabkan
pertumbuhan penjualan pada perusahaan sampel tidak ada yang berada diatas 50 % dan
dibawah 1 %.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran dari peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Untuk meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan dalam pasar, perusahaan
sebaiknya membagikan dividen kepada investor. Dividen adalah salah satu sumber
53
penghasilan bagi investor, sehingga menjadi perhatian investor dalam pengambilan
keputusan investasinya.
2. Bagi investor dan calon investor
Selain memperhatikan dividen yang dibagikan perusahaan go public, investor dan
calon investor juga sebaiknya memperhatikan kinerja perusahaan sebelum mengambil
keputusan investasi untuk memperkecil risiko yang tidak diinginkan seperti kebangkrutan
perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan perusahaan yang
dipublikasi oleh perusahaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel perusahaan yang digunakan
dalam penelitian sehingga memperoleh perusahaan yang berada dalam tahap start-up dan
decline dan dapat melakukan penelitian pada kedua tahap tersebut. Selain itu, penelitian
selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan variabel
lainnya seperti arus kas, ROI, ROA, dan lain-lain.
Terima Kasih
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat, rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua
orang tua dan seluruh keluarga penulis, dosen pembimbing Bapak Dr. MF. Arrozi A., SE,
Ak.M.Si, seluruh dosen Universitas Esa Unggul, dan teman-teman angkatan 2009 Universitas
Esa Unggul, serta semua pihak, rekan, sahabat, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu, terima kasih atas dukungan serta bantuannya selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Melva H. 2007. ―Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan
Harga Saham di BEJ‖. Bandung : UPI.
Apriani, Nurina. 2010. ―Pengaruh Laba Kotor Terhadap Harga Pasar Saham Dalam Kaitannya
Dengan Siklus Hidup Perusahaan‖. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10.
Jakarta: Salemba Empat.
Desy. 2012. ―Relevansi Nilai Informasi Laba, Aliran Kas dan Dividend Per Share terhadap
Harga Saham dalam Kaitannya dengan Siklus Hidup Perusahaan‖. Jakarta: Universitas
Esa Unggul.
Francis, J. and K. Schipper. 1999. ―Have Financial Statements Lose Their Relevance?”.
Journal of Accounting Research. 319-352.
Galaxy, Ahmad. 2010. ―Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen
Kas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20052008‖. Medan: Universitas Sumatera Utara.
54
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Bisnis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Rizki Adinata. 2008. ―Pengaruh Laba Perusahaan dan Dividen Terhadap Harga
Saham Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Indonesia‖. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Harahap, Sofyan Safri. 2002. Teori Akuntansi:Laporan Keuangan. Edisi 1. Cetakan 3. Jakarta:
Bumi Aksara.
Juniarti dan Rini Limanjaya. 2005. ―Mana yang Lebih Memiliki Value-Relevant: Net Income
atau Cash Flows (Studi Terhadap Siklus Hidup Organisasi)‖. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 7, No. 1, 22-42. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
Lailiyah, Qusriatul. 2009. ―Analisis Siklus Hidup Perusahaan Melalui Relevansi Nilai Laba
Bersih dan Arus Kas pada Perusahaan Jasa yang Go Public di Bursa Efek Indonesia‖.
Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Mamduh, Hanafi M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Nurmala. 2006. ―Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan-perusahaan
Otomotif di Bursa Efek Jakarta‖. Mandiri, Vol. 9, No.1, Juli – September 2006, 17-24.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1. Revisi 2009.
Pinasti, Margani. 2006. ―Analisis Terhadap Variasi Relevansi-Nilai Informasi Akuntansi di
Indonesia: Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif‖. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 21, No.4, 420-434.
Pashley, M. M. & G. C. Philippatos. 1990. ―Voluntary Divestitures and Corporate Life Cycle:
Some Empirical Evidence”. Journal of Applied Economics 22: 1181-1196.
Riyanto. Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE.
Sartono, R. Agus. 1990. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Stice, Earl K, James S. Stice, K. Fred Skousen. 2004. Intermediate Accounting. Buku 1. Edisi
15. Jakarta: Salemba Empat.
Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Berlian. 2002. Manajemen Keuangan II. Jakarta: PT Prenhalindo
Jakarta.
Susanto, San dan Erni Ekawati. 2006. ―Relevansi Nilai Informasi Laba dan Aliran Kas
Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan‖. Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi III).
Yogyakarta: BPFE.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE.
55
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Edisi 3. Cetakan Pertama. Malang:
Bayu Media Publishing.
Widoatmodjo, Sawidji. 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal,Pengetahuan Dasar.
Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafik.
Widioatmodjo, Sawidji. 2004. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. Jakarta: Gramedia.
Wild, Jhon J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan.
Buku 1. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
56
ANALISIS MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN
KEPUTUSAN PEMBELIAN KAWASAKI NINJA 250 FI
(Studi Kasus Pada Konsumen Kawasaki Ninja 250 FI Di PT. Tetap Jaya
Motorindo, Jl. Lingkar Luar Barat No. 1A Cengkareng, Jakarta Barat)
Erwin Nurdiansyah
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen
dalam keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI . Dalam penelitian ini faktor – faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian ditinjau dari bauran pemasaran (7P).
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah melakukan pembelian Kawasaki
Ninja 250 FI dengan jumlah populasi 246 orang. Jumlah sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan Slovin Methode yaitu sebesar 72 Responden sebagai sampel penelitian. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling dengan
kriteria usia minimal 17 tahun (dengan asumsi responden sudah dewasa dan dapat mandiri dalam
memberikan jawaban). Sudah pernah membeli Kawasaki Ninja 250 FI dalam 1 Tahun Terakhir.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data berupa Kuisioner dan wawancara.
Sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Reliabilitas
untuk mengetahui pertanyaan – pertanyaan yang reliabel, kemudian menggunakan Skala Nominal
untuk mendeskriptifkan bobot nilai tanggapan konsumen untuk setiap pertanyaan yang ada di
kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Cochran.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen
dalam keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. Faktor – faktor
tersebut masuk ke dalam 7 indikator antara lain : Kualitas yang baik, Bentuk/Disain Yang
Menarik, Nama Merk Yang Terkenal, Harga Sesuai Dengan Kualitas, Ketersediaan barang,
Pengetahuan Karyawan Tentang Produk, dan Pelayanan Yang diberikan Cukup Baik. Sedangkan
faktor yang paling dominan adalah indikator banyaknya Pengetahuan Karyawan Tentang Produk.
Hasil pengolahan data SPSS 21 dalam uji Reliabilitas bauran pemasaran Cronbach’s Alpha
Sebesar 0,892 sebanyak 18 pertanyaan sedangkam Uji realibilitas keputusan pembelian
Spearmen-Brown sebesar 0,664, sedangkan nilai Chi Square dalam Uji analisis Cochran sebesar
12,592 ≥ 0,53 maka nilai Chi Square tersebut analisis cochran layak digunakan.
Kata Kunci : Bauran Pemasaran 7P dan Keputusan pembelian
PENDAHULUAN
Di Indonesia, pasar motor sport merupakan pasar yang sangat potensial. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya jenis motor sport ini, yaitu Kawasaki Ninja 250 FI, Honda CBR 250R,
Kawasaki Z 250, dan Suzuki Inazuma 250.
57
Tabel 1.1
Data Penjualan Kawasaki Ninja 250 FI Tahun 2012
No
1
2
3
4
Tipe Motor
Sales 2012
Kawasaki Ninja 250 FI
10.491 Unit
Kawasaki Ninja 250 R
9.706 Unit
Honda CBR 250 R
4.715 Unit
Suzuki Inazuma 250
215 Unit
Total
25.127 Unit
Sumber:motor.otomotifnet.com/read/2013/04/23/340373/30/9/Jumlah-PenjualanMotor-Sport-250-cc-Ninja-250-Masih-Memimpin
Tabel 1.2
Data Penjualan Kawasaki Ninja 250 FI
Kuartal Pertama Tahun 2013
Tipe Motor
Sales Januari – Maret
Kawasaki Ninja 250 FI
3.562 Unit
Honda CBR 250 R
1.117 Unit
Kawasaki Z250
360 Unit
Suzuki Inazuma 250
248 Unit
Total
5.337 Unit
Sumber:motor.otomotifnet.com/read/2013/04/23/340373/30/9/Jumlah-PenjualanMotor-Sport-250-cc-Ninja-250-Masih-Memimpin
No
1
2
3
4
Dari sekian merek yang disebutkan diatas, Kawasaki Ninja 250 FI merupakan
produk yang saat ini berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengguna
dan data penjualan di tahun 2012 Kawasaki Ninja 250 FI. Kawasaki Ninja 250 FI
merupakan produk yang dikeluarkan oleh PT. Kawasaki Motor Indonesia yang
membuat kendaraan jenis sport dengan fasilitas yang baik dan dengan harga yang
terjangkau untuk kalangan menengah. Kawasaki Ninja pertama kali diluncurkan sekitar
awal Agustus 2012, merupakan salah satu solusi kendaraan sport dengan harga yang
terjangkau dan dengan fasilitas yang cukup memadai dibandingkan pesaingnya pada
saat itu.
Perkembangan Kawasaki Ninja sangatlah pesat yaitu dalam kurun waktu lebih
dari satu tahun sudah dapat menjaring konsumen dengan cepat dan mudah, bahkan
setiap varian dari produk Kawasaki Ninja dari varian yang paling termahal hingga
varian termurah yaitu tipe ER-6n, 250 FI, 250 New+ABS, 650, R, RR, RR Special
edition, SS, ZX-6R, Versys, dan Z 250. Kawasaki Ninja menawarkan banyak sekali
keunggulan yaitu mesin fuel injection berkapasitas 650cc dan 250cc yang terkenal
sporty, irit dan mesin bandel serta posisi berkendara yang nyaman bagi pengemudi dan
penumpang. Pada pertengahan 2012 PT. Kawasaki Motor Indonesia meluncurkan
produk terbarunya yaitu Kawasaki Ninja 250 FI. Produk terbaru Ninja ini merupakan
generasi terbaru dari Ninja sebelumnya dengan model yang jauh lebih sporty baik dari
segi Mesin dan penampilan mengalami perubahan yang sangat signifikan dibandingkan
Ninja sebelumnya. Varian produk Ninja ini di bagi menjadi beberap tipe, yaitu tipe ER6n, 250 FI, 250 New + ABS, 650, R, RR, RR Special edition, SS, ZX-6R, Versys, dan
Z 250. dan varian tertinggi yaitu ZX-6R. Khususnya Kawasaki ninja 250 FI yang
58
merupakan varian menengah dari semua tipe Ninja, Ninja 250 FI ini lebih bernuansa
sporty yang cocok untuk kalangan anak muda.
Dengan segala keunggulan yang dimiliki Kawasaki Ninja 250 FI yang tidak
dimiliki motor lain dapat dilihat dari data penjualan Kawasaki Ninja 250 FI di PT.
Tetap Jaya Motorindo. Pada tabel 1.3 dibawah ini:
Data Penjualan Dan Jumlah Pembeli
Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo
Bulan Januari-Juli 2013
TAHUN
VOLUME
KENAIKAN/
PENJUALAN JUMLAH PENURUNAN
BULAN
(UNIT)
PEMBELI PENJUALAN
JANUARI
21
21
0
FEBRUARI
20
20
-1
MARET
25
25
+5
APRIL
26
26
+1
MEI
51
51
+25
JUNI
26
26
-25
JULI
77
77
+51
JUMLAH
246
246
Sumber: PT. Tetap Jaya Motorindo. 3013
Dari tabel 1.3 diatas dapat diketahui bahwa volume penjualan sepeda motor
Kawasaki Ninja 250 FI di dealer PT. Tetap Jaya Motorindo di sepanjang tahun 2013
mengalami fluktuasi, dimana peningkatan jumlah unit yang terjual pada bulan Juli 2013
yaitu sebesar 51 Unit, sementara penurunan jumlah penjualan terbesar terjadi pada
bulan Juni 2013 sebesar 26 unit. Peningkatan dan penurunan tersebut terjadi karena
masuknya para pesaing dari kategori motor sport 250cc yaitu Honda CBR 250cc dan
Suzuki Inazuma 250cc.
Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang menentukan terhadap keputusan pembelian Kawasaki Ninja
250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo?
2. Faktor mana yang paling dominan menentukan terhadap keputusan pembelian Kawasaki
Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menentukan pembelian motor Kawasaki Ninja
250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo.
2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam menentukan keputusan pembelian
motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo.
Manfaat Penelitian
1. Bagi kalangan akademis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan di jadikan sebagai
bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
59
2. Bagi penulis adalah untuk memperoleh pengetahuan serta penerapan ilmu–ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan terutama dibidang pemasaran.
Bagi perusahaan adalah melalui hasil ini dapat dijadikan masukan agar perusahaan dapat
meningkatkan penjualan.
A. Perilaku Konsumen
Ada beberapa pengertian atau definisi perilaku konsumen menurut pendapat para
ahli dalam buku mereka masing-masing masing.
Schiffman dan kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagia berkikut :
―The term consumer behavior refers to the behaviour that consumers display in searching
for, purchasing using, evaluating and disposting of product and services that expect will
their needs‖
―Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperhatikan konsumen
dalam mencar, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa
mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka‖
Jhon C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.
David L. Louden dan Albert J. Della Bita mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan aktifitas individu secara fisik yang
dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan
barang-barang dan jasa.
Dari beberapa definisi perilaku konsumen diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau kumpulan individu,
misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal yang
mengarahkan mereka untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan.
B. Model Perilaku Konsumen
Untuk memahami teori perilaku konsumen akan dapat dipermudah melalui konsepkonsepnya. Berikut ini adalah contoh model untuk memahami teori perilaku konsumen
menurut Philip Kotler.
60
Rangsangan Rangsangan
Pemasaran Lain
Produk
Ekonomi
Harga
Teknologi
Tempat
Politik
Promosi
budaya
Karakteristik
Pembeli
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Proses
Keputusan
Pembeli
Keputusan Pembelian
Pemahaman
masalah
Pemilihan merek
Pencaria
informasi
Pemilihan produk
Pemilihan saluran
Pembelian
Pemilihan
alternativ
Penentuan waktu
Keputusan
pembelian
Jumlah
Pembelian
Perilaku
pasca
Pembelian
Sumber : Philip Kotler 2005
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen
Titik tolak untuk memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan
tanggapan yang diperhatikan pada gambar diatas. Rangsangan pemasaran dan lingkungan
mulai memasuki kesadaran pembelian. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan
keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya sosial dan
pribadi.
Berikut ini penulis menguraikan satu persatu dari faktor-faktor tersebut yaitu :
1. Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang paling luas dan paling dalam didalam perilaku
konsumen. Pelaku pasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.
a) Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku dari konsumen yang paling
dasar. Pemasar sangat perlu untuk melihat pergeseran budaya agar dapat
menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen.
b) Sub-Budaya
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakan
identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencangkup
kebangsaan, agama, kelompok ras dan wilayah geografis.
c) Kelas Sosial
Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian
masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara heirarkis dan
para anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku yang serupa.
61
2. Faktor sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial.
a) Kelompok Acuan
Kelompok Acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok
orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan
digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi
dalam membentuk respon efektif dan kognitif dan perilaku.
1) Jenis-jenis Kelompok Acuan
a) Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki struktur organisasi secara
tertulis dan keanggotaan yang terdaftar secara resmi, misalnya Serikat
Pekerja Indonesia, Partai Politik, Perusahaan. Kelompok formal biasanaya
terdaftar secara hukum di pemerintah. Kelompok Informal adalah kelompok
yang tidak memiliki struktur organisasi secara
tertulis dan resmi, sifat keanggotaan tidak tercatat. Kelompok informal
biasanya terbentuk karena hubungan social, misalnya kelompok arisan dan
kelompok senam. Anggota kelompok informal biasanya berjumlah sedikit
dan berinteraksi secara dekat dan tatap muka secara intensif dan rutin.
b) Kelompok Aspirasi dan Disosiasi
Kelompok aspirasi adalah kelompok yang memperlihatkan
keinginan untuk mengikuti norma, nilai maupun perilaku dari orang lain
yang dijadikan kelompok acuannya. Anggota dari kelompok aspirasi
berusaha membuat asosiasi dengan orang lain yang dijadikan acuannya
dengan cara bersikap dan berperilaku yang sama dengan orang tersebut,
contohnya para anak muda mengikuti gaya selebriti.
Kelompok Disosiasi adalah kelompok yang berusaha untuk
menghindari asosiasi dengan kelompok acuan, contohnya dalam partai. Para
anggota selalu menunjukkan ketertiban dalam berdemo, yang sangat
berbeda dengan perilaku dari
kelompok lainnya.
2) Tiga Macam Pengaruh Kelompok Acuan
a) Pengaruh Normatif
Pengaruh Normatif adalah pengaruh dari kelompok acuan terhadap
seseorang melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti.
Pengaruh normative akan semakin kuat terhadap seseorang untuk mengikuti
kelompok acuan, jika ada (1) tekanan kuat untuk mematuhi norma-norma
yang ada, (2) penerimaan social sebagai motivasi yang kuat, (3) produk dan
jasa yang dibeli akan terlihat sebagai simbol dari norma sosial.
b) Pengaruh Ekspresi Nilai
Kelompok acuan akan mempengaruhi seseorang melalui fungsinya sebagai
pembawa ekspresi nilai.
Seorang konsumen akan membeli sebuah barang yang mewah dengan
tujuan agar orang lain bisa memandangnya sebagai orang yang sukses
secara status dan ekonomi atau barang tersebut dapat meningkatkan citra
dirinya.
c) Pengaruh Informasi
Kelompok acuan akan mempengaruhi pilihan produk atau merek dari
seorang konsumen karena kelompok acuan tersebut sangat dipercaya
sarannya karena ia memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih baik.
62
3) Keluarga
Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan pembelian dan
konsumsi suatu produk. Masing-masing anggota keluarga memiliki peran dalam
pengambilan keputusan. Seorang anggota keluarga mungkin memiliki lebih dari
satu peran. Berikut diuraikan beberapa peran anggota keluarga dalam
pengambilan keputusan, yaitu :
1) Inisiator (initiator), seorang anggota keluarga yang memiliki ide atau
gagasan untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk, inisiator akan
memberikan informasi kepada anggota keluarga lain untuk dipertimbangkan
dan untuk memudahkan mengambil keputusan.
2) Pemberi pengaruh (influencer), seorang anggota keluarga yang selau
diminta pendapatnya mengenai suatu produk atau merek yang akan dibeli
dan dikonsumsi. Influencer diminta pendapatnya mengenai criteria dan
atribut produk yang sebaikanya dibeli.
3) Penyaring informasi (gatekeeper), seorang anggota keluarga yang
menyaring semua informasi yang masuk ke dalam keluarga tersebut.
Seorang ibu mungkin tidak akan menceritakan mainanmainan baru yang ada
di tioko kepada anak-anaknya, agar mereka tidak akan menjadi konsumtif.
4) Pengambil keputusan (decider), seorang anggota keluarga yang
memiliki wewenang untuk memutuskan apakah pembeli suatu produk atau
suatu merek. Ibu biasanya memiliki wewenang untuk memutuskan
mengenai makanan apa yang baik bagi keluarga dan menu apa yang
disajikan sehari-hari.
5) Pembeli (buyer), seorang anggota keluarga yang membeli suatu produk,
atau yang diberi tugas untuk melakukan pembelian produk. Ibu mungkin
akan menyuruh anaknya membeli beras yang sudah habis.
4) Peran dan Status
Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya,
seperti keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan orang itu di masing-masing
kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran
menghasilkan status.
b) Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik
tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, perkerjaan,
keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri konsumen.
a. Usia dan Tahap Siklus Hidup
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya.
Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan
terhadap merek. Pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat
pembelian yang terjadi dan berhubungan dengan usia.
b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pelaku pasar
berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yamg memiliki minat di atas
rata-rata atas produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan
produknya pada kelompok pekerjaan tertentu. Situasi ekonomi seseorang
akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar harus memperhatikan
kecendrungan dalam pendapatan pribadi dan tabungan seseorang.
63
c. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang terungkap pada aktivitas,
minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan ―keseluruhan diri seseorang‖
yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pelaku pasar mencari hubungan
antara produk mereka dan kelompok gaya hidup.
d. Kepribadian dan Konsep Diri
Masing-masing orang mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda yang
mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud kepribadian adalah, ciri
bawaan kepribadian manusia (human psychologicaltraits) yang terbedakan
menghasilkan tanggapan yang relative konsisten dan bertahan lama terhadap
rangsangan. lingkungannya. Dasar konsep diri adalah kepemilikan seseorang
dapat menyumbang dan menceminkan identitas diri mereka.
3. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu :
a. Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak.
Seseorang yang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu beberapa
kebutuhan pada waktu tertentu beberapa kebutuhan biogenis muncul dari
tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan lain bersifat
psikogenis, muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan,
penghargaan atau rasa memiliki.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasi
dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang yang termotivasi akan bertindak
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu.
c. Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan dalam perilaku seorang yang timbul dari
pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil proses belajar.
Pembelajaran dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan dan
penguatan.
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal,
sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecendrungan
tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama
dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan.
D. Proses Pembelian
Menurut Engel, Blockwell dan miniord, pembelian produk dan jasa yang dilakukan
oleh konsumen bisa digolongkan ke dalam 3 jenis pembelian yaitu sebagai berikut :
1. Pembelian yang terencana sepenuhnya
Jika konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian
dilakukan, maka ini termasuk pembelian yang direncanakan sepenuhnya. Pembelian
yang terencana sepenuhnya biasanya hasil dari proses keputusan yang diperluas atau
keterlibatan tinggi.
2. Pembelian yang sepenuhnya terencana
Seringkali konsumen sudah mengetahui produk apa yang nantinya akan dibeli, dan
terkadang konsumen tidak tahu merek apa yang akan dibelinya, sebelum konsumen
memperoleh informasi yang lengkap dari sales promotion. Ketika konsumen sudah
64
mengetahui produk apa yang ingin dibeli sebelumnya dan memutuskan merek dari
sebuah produk tersebut, maka ia termasuk pembelian yang separuh terencana.
3. Pembelian yang tidak terencana
Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu.
Keinginan untuk membeli seringkali muncul ketika beberapa faktor yang membuat kita
membeli suatu produk, maka ia termasuk pembelian yang tidak terencana.
E. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Menurut Philip kotler Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarnnya
di pasar sasaran.
Santon dalam Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen; pemasaran meliputi
keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan
merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barangbarang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang
potensial.
Dalam memuaskan pembeli, pemasaran merupakan kunci utama yang memegang
peran penting. Bagaimna menerapkan bentuk pemasaran itu dalam prakteknya, sehingga
tujuan penjualan tercapai, maka McCharty menghasilkan alat-alat itu menjadi empat
kelompok yang luas yang disebut empat P pemasaran : produk (product), harga (price),
tempat (place), dan promosi (promotion).
1. Produk (Product)
Produk merupakan unsur terpenting dan utama dari bauran pemasaran, karena tanpa
adanya produk maka tidak akan terjadi. Produk merupakan hal yang sangat luas,
dimana mencangkup benda yang terlihat secara fisik atau yang tidak terlihat.
Produk adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian,
untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau
kebutuhan. Produk dapat dibedakan atau diklasifikasikan atau kedalam beberapa
macam.
Sebuah produk mengharuskan pengembangan bagi perusahaan untuk menetapkan
manfaat-manfaat apa yang diberikan oleh produk itu. Manfaat-manfaat ini
dikomunikasikan dan hendaknya dipenuhi oleh atribut produk. Untuk produk barang,
misalnya dalam bentuk seperti mutu, ciri, dan desain. Mutu produk menunjukan
kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya.
Ciri suatu produk merupakan sarana untuk membedakan produk perusahaan dengan
produk pesaing, sedangkan desain dapat menggambarkan kegunaan atau manfaat suatu
produk, sehingga produk barang dapat menggambarkan kegunaan atau manfaat suatu
produk, sehingga produk barang yang kompetitif penampilan bukan satu-satunya faktor
yang menjadi prioritas. Akan tetapi dalam proses produksi dan distribusinya merupakan
produk yang simpel, aman, tidak mahal, sederhana, ekonomis, sehingga sasaran
penjualan tercapai.
a. Klasifikasi Produk
Produk dapat diklasifikasikan baik sebagai produk bisnis atau sebagai produk
konsumen. Perbedaan kunci antara kedua jenis produk adalah maksud
penggunaanya. Produk bisnis digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa lain
untuk memudahkan pengoperasian suatu organisasi, atau untuk dijual kepada
pelanggan lain.
Terdapat beberapa cara untuk mengklarifikasikan produk tersebut, diantaranya
adalah diketahui produk konsumen berbeda dengan produk bisnis maka pendekatan
65
yang paling populer meliputi empat jenis, seperti : Produk kemudahan, produk
belanja, produk khusus, produk yang tidak dicari, seperti pada gambar berikut :
Produk
Produk Konsumen
Produk Kemudahan
Produk Belanja
Produk Bisnis
Produk Khusus
Produk Yang
Tidak Dicari
Sumber: McDaniel, 2001
Gambar 2.2 Klasifikasi Produk Konsumen
Pendekatan ini mengklasifikasikan produk bergantung pada beberapa besar
upaya yang biasanya digunakan untuk membeli, bahwa menurut McDaniel, et al
mengemukankan definisinya antara lain :
1. Produk Kemudahan (Convinience Product)
Merupakan jenis yang relatif murah dan menggunakan sedikit upaya untuk
berbelanja, sehingga konsumen tidak perlu bersusah payah.
2. Produk Belanja (Shopping Product)
Merupakan produk yang memerlukan perbandingan berbelanja, karena biasanya
lebih murah dibandingkan dengan produk kemudahan dan ditemukan lebih
sedikit toko.
3. Produk Khusus (Speciality Product)
Merupakan suatu jenis produk yang dicari konsumen secara insentif dan
konsumen tidak akan mencari penggantinya.
4. Produk yang Tidak Dicari (Unsought Product)
Suatu produk yang tidak dikenal oleh pembeli atau produk yang dikenal tetapi
tidak aktif mencarinya.
b. Diferensiasi Produk
Produk-produk fisik berbeda-beda potensi diferensiasinya. Diujung yang satu
kita menemukan produk-produk yang memungkinkan sedikit saja fariasi, namun
disini penjual menghadapi banyak sekali para meter rancangan, seperti yang
dikemukakan oleh kotler, parameter yang mencangkup bentuk, fitur, kinerja,
kesesuaian dengan dengan standart, daya tahan, kehandalan, kemudahan untuk
diperbaiki, gaya dan rancangan.
1) Bentuk seperti ukuran, model atau struktur fisik produk.
2) Fitur merupakan kelengkapan yang melengkapi fungsi dasar produk tersebut.
3) Mutu kinerja merupakan level berlakunya karakteristik dasar produk.
66
4) Mutu kesesuaian merupakan kesesuaian mutu produk dengan standart atau
spesifikasi yag tinggi.
5) Daya tahan merupakan ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk
dalam kondisi normal atau berat.
6) Kehandalan merupakan ukuran profitabilitas bahwa produk tertentu tidak akan
rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.
7) Mudah diperbaiki adalah ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika
produk itu rusak atau gagal.
8) Gaya menggambarkan tentang penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh
produk itu bagi pembeli.
Indikator yang mencirikan kualitas produk yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Kualitas
2. Bentuk
3. Merek
2. Harga (Price)
Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi.
Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga
suatu produk atau jasa ditetukan pula dai besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk
menghasilkan produk tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan.
Harga sering merupakan elemen yang paling fleksibel diantara keempat bautan
pemasaran, yaitu elemen yang paling cepat berubah. Kotler mengemukakan bahwa
harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu menggunakan produk tersebut.
McDaniel mengemukakan mengenai harga merupakan apa yang harus diberikan
oleh pembeli untuk mendapatkan suatu produk.
Dalam hal ini harga merupakan suatu cara bagi seorang penjual untuk membedakan
penawarannya dari para pesaing, sehingga penetapan harga dapat dipertimbangkan
sebagai bagian dari fungsi diferensiasi produk dalam pemasaran.
Pada umumnya penjual mempunyai beberapa tujuan dalam penetapan harga
produknya, tujuan tersebut antara lain :
a. Mendapatkan laba maksimum
Dalam praktek, terjadinya harga memang ditentukan oleh penjual dan pembeli.
Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual
untuk menetapkan tingkat hatga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual
mempunyai harapan utuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan
kondisi yang ada.
b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada
penjualan bersih
Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula untuk menutupi
investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai untuk mengembalikan
investasi hanya bisa diambilkan dari laba perusahaan dan laba hanya bisa diperleh
bilamana harga jauh lebih besar dari jumlah biaya seluruhnya.
c. Mencegah atau mengurang persaingan
Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui
kebijaksanaan harga, hal ini dapat diketahui bilamana para penjual menawarkan
barang dengan harga yang sama. Oleh karena itu persaingan hanya mungkin
dilakukan tanpa melalui kebijakasanaan harga, tetapi dengan service lain.
Persaingan seperti itu disebur persaingan bukan harga (non-price competition).
c. Mempertahankan atau memperbaiki market share
67
Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bilamana kemampuan
dan kapasitas produksi perusahaan masih cukup longgar, disamping juga
kemampuan dibidang lain, seperti bidang pemasaran, keuangan dan sebagainya.
Dalam hal ini harga merupakan faktor yang penting, bagi perusahan kecil yang
mempunyai kemampuan yang sangat terbatas biasanya penentuan harga
ditujukan untuk sekedar mempertahankan market share. Perbaikan market share
kurang diutamakan, lebih-lebih apabila persaingan sangat ketat.
Menurut Wijayanti, 2008 dalam Hamdani ada tiga indikator yang
mencirikan harga yaitu:
1. Harga terjangkau
2. Harga bersaing
3. Harga sesuai dengan kualitas produk
3. Tempat (Distribusi)
Setelah barang selesai dibuat dan siap untuk dipasarkan, tahap berikutnya dalam
proses pemasaran adalah menentukan metode dan rute yang akan dipakai untuk
menyalurkan barang tersebut kepasar. Hal ini menyagkut masalah penentuan strategi
penyaluran, termasuk pemilihan saluran distribusi, penanganan secara fisik dan
distribusi fisik.
Saluran distribusi meurut Kotler bahwa saluran distribusi, adalah seperangkat
organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses
penyediaan suatu produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen
atau pengguna bisnis.
Saluran distribusi ini merupakan suatu yang menggambarkan alternatif saluran
yang dipilih, dan menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai
macam perusahaan atau lembaga usaha. Seiring pula terjadi persaingan diantara sistem
distribusi dan produsen yang berbeda, sebuah metode umum untuk menggolongkan
perantara adalah dengan dasar barang yang digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu
:
a) Perantara pedagang
Pada dasarnya, perantara pedagang (merchant middleman) ini bertanggung
jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Dalam hubungannya
dengan pemindahan milik, kegiatan perantara ini berbeda dengan lembaga-lembaga
lain seperti bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan angkutan, sebab lembagalembaga tersebut walaupun ikut membantu proses pemasaran akan tetapi tidak aktif
terlibat dalam perjanjian pembelian dan penjualan.
Ada dua kelompok yang termasuk dalam perantara pedagang, yaitu :
1) Pedagang besar (whole saller)
2) Pengecer (retailer)
Tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus
sebagai pedagang karena selain membuat barang tetapi juga
memperdagankannya.
b) Perantara agen
Perantara agen (agent middleman) ini tidak mempunyai hak milik atas semua
barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongan kedalam dua golongan,
yaitu :
1) Agen penunjang
2) Agen pelengkap
68
Agen penunjang secara aktif ikut dalam pemindahan barang-barang dari
produsen ke konsumen, seperti : agen pengangkutan, makelar, dan sebagainya.
Sedangkan agen pelengkap tidak secara katif ikut dlam pemindahan barang-barang
tetapi mereka ikut memberikan bantuan serta memperlancar pemindahan tersebut,
misalnya perusahaan asuransi, bank, dal sebagainya.
Dalam penelitian ini menggunakan dua indikator yang mencirikan distribusi
yaitu:
1. Kecepatan dalam pengiriman
2. Ketersediaan barang
4.
Promosi (Promotion)
Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan
mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada
masyarakat agar itu dikenal dan akhirnya dibeli.
Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada
pasar tentang produk yang dijual, tempat, dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan
informasi ini antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling),
promosi penjualan (sales promotion), dan publisitas (publicity).
Dalam aspek promosi terdapat bauran promosi, menurut Michael T. Wilson
mendefinisikan :
“Bauran promosi merupakan semua cakupan pada satu perusahaan berbentuk
komunikasi yang dapat atau sedang digunakan untuk mempengaruhi berbagai elemen
dalam sistem pasar konsumen atau pemakai akhir, distributor dan atau pelanggan”.
Ada dua konsep untuk menyusun model guna menilai efektifitas bauran promosi
total dan peran masing-masing elemen bauran promosi. Konsep pertama adalah
persepsi mekanisme pasar total antar produsen dengan kumsumen dalam aktivitas dan
pengaruh pada pembelian dan penjualan.
Ini membantu menetapkan pada titik mana kegiatan promosi (yaitu komunikasi
persuasif) harus diarahkan. Titik-titik ini harus didefinisikan lebih lanjut dalam arti
kebutuhan akan sikap kepada produk yang tawarkan perusahaan sehingga sifat pesan
promosi dapat diperinci.
Dalam bauran promosi dikenal lima cara komunikasi yang utama, yaitu :
a) Periklanan (advertising)
Semua bentuk penyajian non personal, promosi dan ide tentang barang atau jasa
yang dibayar oleh suatu sponsor.
b) Promosi Penjualan (sales promotion)
Berbagai bentuk insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan konsumen
untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
c) Hubungan Masyarakat (public relationship)
Berbagai macam progran untuk memeligara, menciptakan dan mengembangkan
citra perusahaan atau merek sebuah produk.
d) Penjualan secara Pribadi
Interaksi langsung dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan melakukan
presentasii, menjawab pertanyaan dan menerima pesanan.
e) Pemasaran Langsung (direct marketing)
Penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail dan alat komunikasi non
personallainnya untuk melakukan komunikasi secara langsung agar mendapatkan
tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan.
Menurut Kotler 1996 dalam Yusup 2011, Indikator yang mencirikan promosi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Jangkauan promosi
69
2. Kuantitas penayangan iklan dimedia promosi
3. Kualitas penyampaian pesan dalam penayangan iklan
5. Orang (People or Participant)
Menurut Zeithaml dan Bitner ―People is all human actors who pay in service
delivery and this influence the buyer’s perceptions: namely, the firm’s personel, the
customer and other customers in the service enviroment‖.
Sedangkan menurut Yazid, partisipan atau orang adalah “semua pelaku yang
memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli‖.
Yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan, konsumen, dan
konsumen lain dalam lingkungan jasa. Partisipan adalah setiap dan semua orang yang
memanikan suatu peran dalam waktu ril jasa (selama berlangsungnya proses konsumsi
jasa berlangsung). Jadi yang dimaksud disini adalah semua karyawan maupun
konsumen.
Pada level tertentu, partisipasi konsumen tidak bisa dihindari. Pada baerbagai
situasi, konsumen sering harus hadir di tempat jasa di proses, berinteraksi dengan
karyawan dan dengan konsumen lain memproduksi hasil akhir suatu jasa (konsumen
sebagai partial employess yaitu sumber daya manusia yang memberi kontribusi kepada
kapasitas produktif organisasi). Konsekuensinya adalah partisipasi dan iteraksinya
dengan konsumen lain bisa saja mempengaruhi apakah jasa yang disampaikan sesuai
dengan apa yang diinginkan konsumen atau apakah jasa yang disampaikan sesuai
dengan konsumen lain.
Menurut Yazid, 2003 dalam Herlley, 2013 Indikator yang mencirikan People
Participants yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengetahuan karyawan tentang produk tersebut
2. Seragam yang digunakan karyawan
3. Simpatik karyawan dalam pelayanan
6. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik menurut Zeithaml dan Bitner ―The enviroment in which the service is
delivered and where firm and customer interact and any tangible component that
facilitate performance or comunication of the service‖. Bukti fisik ini merupakan suatu
hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan
menggunakan produk jasa yang tawarkan. Unsur-unsur yang termasuk dalam bukti
fisik antara lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangun fisik, peralatan, perlengkapan,
logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan
seperti tiket, sampul, dan label, dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Yazid bukti fisik adalah dimana jasa disampaikan dan dimana
perusahaan dan konsumennya berinteraksi serta setiap komponen tangible
memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut. Karena jasa itu tangible
sehingga sulit untuk dievaluasi, maka bukti fisik memberikan tanda-tanda misalnya
kualitas jasa. Bukti fisik jasa mencangkup fasilitas fisik dimana jasa ditawarkan, seperti
fasilitas kantor cabang sebuah dealer.
Indikator yang mencirikan fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Desain gedung yang menarik
2. Tata ruang yang menarik
7. Proses
Proses menurut Zeithaml dan bitner adalah ―The actual procedures delivery and
operating, and flow of activities by which the service is delivered the service delivery
and operating system‖.
70
Sedangkan menurut Yazid, ―Proses yaitu semua prosedur aktual, mekanisme, dan
aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau
operasi jasa‖.
Indikator yang mencirikan proses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pelayanan yang diberikan cukup baik
2. Jam buka dealer
F. Kerangka Pikir Penelitian
Untuk mengetahui faktor apa saja yang menentukan keputusan pembelian produk
Kawasaki Ninja 250 FI di tinjau dari product, price, place, promotion, people, physical
evidence, dan process.
Dalam menilai sebuah produk, konsumen akan mempertimbangkan berbagai faktor
yang dilihat dari sisi bauran pemasaran. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui
apakah pelaksanaan dengan hasil sesuai maka dibutuhkan suatu analisis yang dapat
memberikan jawaban. Sebelum mendapatkan jawaban yang diinginkan maka dibutuhkan
suatu kerangka pikir penelitian sebelum langkah lebih jauh.
Gambar berikut meyajikan sebuah kerangka pikir penelitian dimana penilaian
konsumen terhadap produk Kawasaki Ninja 250 FI akan menentukan keputusan pembelian
mereka. Dalam menilai sebuah produk konsumen akan mempertimbangkan berbagai
faktor, tetapi disini hanya dilihat dari sisi bauran pemasaran dimana ke 7 faktor ini
memiliki beberapa indikator. Produk Kawasaki Ninja 250 FI akan didistribusikan oleh para
agen, dalam hal ini adalah dealer yang menjual berbagai macam produk Kawasaki Ninja
250 FI. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan untuk PT. Tetap Jaya
Motorindo dalam mengaplikasikan bauran pemasaran.
Denagan demikian kerangka pikir penelitian dapat dijabarkan kedalam sebuah pola
pikir dari gambar 2.3 yang dilihar sebagai berikut:
71
PT. Tetap Jaya Motorindo
Kawasaki Ninja 250 FI
Konsumen
Kebutuhan dan
Keinginan konsumen
Faktor-faktor yang menentukan keputusan pembelian
Kawasaki Ninja 250 FI:
1. Kualitas baik
2. Bentuk/Desain menarik
F
E
3. Nama merek baik
4. Keterjangkauan harga
E
5. Harga bersaing
D
6. Harga sesuai dengan kualitas
7. Kecepatan dalam pengiriman barang
B
A
8. Ketersediaan barang
9. Jangkauan promosi
10. Kuantitas penayangan iklan pada media promosi
C
K
11. Kualitas penyampaian pesan pada media promosi
12. Pengetahuan karyawan tentang produk
13. Seragam yang digunakan karyawan
14. Simpatik karyawan dalam pelayanan
15. Disain gedung yang menarik
16. Tata ruang yang menarik
17. Pelayanan yang diberikan cukup baik
18. Jam buka dealer
Analisis Cochran
Hasil analisis
Sumber : Diolah oleh Penulis
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian
Keputusan
Pembelian
72
G. Hipotesis Penelitian
1. Diduga faktor kualitas baik, bentuk/desain menarik, nama merek terkenal, harga
terjangkau, harga bersaing, harga sesuai dengan mutu, ketersediaan barang, seragam
yang digunakan karyawan menarik, desain gedung menarik, dan tata ruang menarik
yang menentukan keputusan dalam pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI di PT.
Tetap Jaya Motorindo.
2. Diduga faktor pengetahuan karyawan tentang produk yang menentukan keputusan
pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Lokasi penelitian yang penulis teliti adalah pada Pada Konsumen Kawasaki Ninja 250
FI di PT. Tetap Jaya Motorindo Jl. Lingkar Luar Barat No. 1A Cengkareng, Jakarta Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai dengan selesainya penulisan
skripsi ini.
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unsur yang terdapat didalam objek penelitian. Unsur
tersebut dapat berupa orang, benda, perusahaan, atribut, atau unit-unit apa saja yang
terkandung didalam penelitian.
Dalam penilitian ini, populasinya adalah pemilik sekaligus pengguna Kawasaki Ninja 250
FI yang membeli di PT. Tetap Jaya Motorindo sebanyak 246 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian yang dianggap
mewakili kondisi atau keadaan populasi.
a. Metode Slovin
Dalam penelitian ini jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan salah satu
metode penentuan sampel yang disebut dengan metode slovin. Metode ini
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n=
N=
E=
Besarnya sampel penelitian
Besarnya jumlah populasi
Besarnya tingkat keyakinan kesalahan (error)
Maka dalam penelitian ini populasi yang telah di olah dengan
menggunakan metode slovin dapat diketahui sebanyak 72 responden.
b. Purposive Sampling
Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel ini dilakukan jika
peneliti melakukan pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Responden
73
yang dipilih adalah orang yang diperkirakan dapat menjawab semua pertanyaan dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Usia diatas 17 tahun
2) Sudah pernah membeli Kawasaki Ninja 250 FI dalam 1 tahun terakhir.
Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang paling sederhana dimana angka yang diberikan
kepada suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan kategori tersebut terhadap
kategori lainnya tetapi hanya sekedar kode maupun label.
Data-data yang diperoleh melalui kuesioner merupakan data yang berupa kualitatif
yang harus dirubah menjadi data kuantitatif agar dapat dilakuakan perhitungan,
menggukana skala nominal dengan bobot jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
kuesioner sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jawaban Kuesioner Dengan Skala Nominal
Bobot
Kategori
0
Tidak
1
Ya
Sumber: Husein Umar, ―Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis‖,
Ceetakan 12, Rajawali press, Jakarta, 2013.
Edisi 2,
Definisi Operasional Variabel
1. Produk (product)
Adalah produk Kawasaki Ninja 250 FI yang menawarkan kepada konsumen berupa motor
sport yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen seperti: Kualitas yang
baik, bentuk/desain yang menarik, dan nama merek terkenal.
2. Harga (price)
Adalah sejumlah uang barang untuk membeli suatu kebutuhan atau keinginan kepada
Kawasaki Motor Indonesia seperti: Harga terjangkau, harga bersaing, dan harga sesuai
dengan kualitas.
3. Distribusi (distribution)
Adalah lokasi dealer yang merupakan tempat untuk menawarkan atau menjual barang
untuk konsumen untuk digunakan maupun dikonsumsi, seperti: Kecepatan dalam
pengiriman, dan ketersediaan barang.
4. Promosi (promotion)
Adalah promosi yang dilakukan oleh Kawasaki Motor Indonesia mengenai barang-barang
yang ditawarkan atau dijual kepada konsumen untuk digunakan atau dikonsumsi, seperti:
Jangkauan promosi luas, kuantitas penayangan iklan, dan kualitas penyampaian pesan
dalam penayangan iklan.
5. Orang (people)
Adalah orang – orang yang terlibat secara langsung dalam proses penjualan Motor
Kawasaki, seperti: pengetahuan karyawan tentang produk, seragam yang digunakan
menarik, dan simpatik karyawan dalam pelayanan.
6. Fasilitas (physical evidence).
Adalah keadaan lingkungan fisik dealer sebagai tempat beroperasinya jasa penjualan
barang – barang atau jasa kepada konsumen untuk digunakan atau maupun di konsumsi,
seperti : Desain gedung yang menarik, dan tata ruang yang menarik.
7. Proses pelayanan (process)
74
Adalah kegiatan yang menunjukan bagaimana pelayanan diberikan kepada para konsumen
selama melakukan pembelian barang atau jasa seperti : Pelayanan yang diberikan cukup
baik, dan jam buka dealer lebih lama.
Metode Analisis Data
1. Uji Realibilitas
Uji realibilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan
untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,
pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama
dari kelompok responden yang berbeda. Secara statistik, konsistensi pertanyaan jika
memiliki nilai tertentu.
Untuk mengukur nilai reliabilitas dapat menggunakan rumus spearman brown. Spearmen
brown (Split half) adalah metode pengukuran realibilitas untuk pengukuran kuesioner yang
menggunakan skala nominal. Dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= Realibilitas instrumen
= Disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
Menurut teori Triton ada lima kategori dalam mengukur realibel dan tidak realibel
suatu data dengan melihat nilai spearman Brown coeficient yaitu:
Nilai
0,00 - 0,20
0,21 - 0,40
0,41 - 0,60
0,61 - 0,80
0,81 - 1,00
Tabel 3.1
Tingkat Realibilitas
Keteranganan
Kurang Reliabel
Agak Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel
Sumber: Hasyim dan Rina Anindita., ―Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran”. Penerbit UIEU-University Press, Jakarta, 2009
2. Analisis Cochran
Secara teknis, syarat digunakannya Uji Cochran adalah jenis data yang bersifat nominal
dan dikotomi, dengan menggunakan sebuah kuesioner dengan jawaban dua alternatif ―YA‖
dan ―TIDAK‖.Pengolahan data dapat dilakukan secara manual.
Dengan rumus sebagai baerikut:
Keterangan:
K = Jumlah atribut
L = Jumlah jawaban ―YA‖ untuk atribut ke-i
G = Isian untuk setiap atribut
75
Hipotesis:
Ho
: Semua atribut adalah faktor yang menentukan
Ha
: Tidak semua atribut merupakan faktor yang menentukan
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesa:
Terima Ho
: Apabila nilai Q < atau apabila nilai alpha > 0.05
(Catatan:
= tabel nilai Chi Square)
Perhitungan Cochran harus dilakukan berulang kali sampai mendapatkan
kriteria penerimaan Ho.
Hasil dan Pembahasan
1. Uji Realibilitas
Berikut hasil dari perhitungan realibilitas SPSS 21 dengan rumus Spearman Brown yaitu
indikator apa yang menentukan keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap
Jaya Motorindo. Berikut Interpretasinya:
Valid
Cases Excludeda
Total
N
30
0
30
%
100,0
,0
100,0
Value
N of
Items
Cronbach's Alpha
Value
Part 2 N of
Items
Total N of Items
Correlation Between Forms
Spearman-Brown
Equal Length
Coefficient
Unequal Length
Guttman Split-Half Coefficient
Part 1
,735
9a
,181
9b
18
,498
,664
,664
,638
Pada pembahasan pertama ini, dilakukan uji realibilitas terhadap data yang telah terkumpul
sebelum data primer yang diperoleh dari responden yang diolah. Uji realibilitas dilakukan
untuk menguji kuesioner apakah layak digunakan (realible).
Penulis membuat kuesioner yang berisi 18 pertanyaan dan berdasarkan perhitungan pada
30 responden yang telah mengisi kuesioner, maka dapat diketahui bahwa 18 faktor tersebut
memiliki angka Spearmen-Brown sebesar 0.664. hal ini berarti menunjukan bahwa semua
pertanyaan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut realibel.
76
2. Uji Cochran
Value
0
P1 Kualitas Yang Baik
P2 Bentuk/Disain Menarik
P3 Nama Merek Yang Terkenal
P6 Harga Sesuai Dengan Kualitas
P8 Ketersediaan Barang
P12 Pengetahuan Karyawan Tentang Produk
P17 Pelayanan Yang Diberikan Cukup Baik
N
Cochran's Q
Df
Asymp. Sig.
1
10
6
9
13
14
4
15
62
66
63
59
58
68
57
72
12,414a
6
0,053
Berdasarkan dari hasil perhitungan Cochran didapat hasil tes kedua belas
dengan df = 6,
= 12,414 < 12,592 (
) atau bisa juga dilihat dari nilai
Asymp.Sig. 0,053 > 0.05 (taraf nyata). Hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang menentukan keputusan
dalam pembelian motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo.
Sampai pada tahap ini pengujian dihentikan karena nilai
<
atau
bisa dilihat dari nilai Asymp.Sig. > taraf nyata (α = 0.05). Dengan demikian faktor yang
menentukan keputusan pembelian motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya
Motorindo adalah: Kualitas yang baik, bentuk/desain menarik, nama merek terkenal,
Harga sesuai dengan kualitas, pengetahuan karyawan tentang produk, dan pelayanan
yang diberikan cukup baik.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas yang telah di kemukakan pada bab
sebelumnya maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
a) Pada tahap perhitungan 1 sampai dengan 12, didapat bahwa pada perhitungan yang 12
dengan df = 6,
= 12,414 >
= 12,592 dan nilai Asymp.Sig. 0,053 α =
0,05. Hal ini berarti bahwa dari 18 faktor atau asosiasi yang diperkirakan menentukan
keputusan pembelian konsumen dalam membeli motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT.
Tetap Jaya Motorindo ternyata hanya 7 faktor saja atau asosiasi yang menentukan
keputusan konsumen dalam membeli motor Kawasaki ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya
Motorindo yaitu: kualitas yang baik, bentuk/disain yang menarik, nama merek terkenal,
harga sesuai dengan mutu, ketersediaan barang, pengetahuan karyawan tentang produk,
dan pelayanan yang diberikan cukup baik.
b) Berdasarkan hasil jawaban ―YA‖ terbesar dari faktor-faktor yang menentukan
keputusan konsumen dalam membeli motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya
Motorindo ternyata yang paling dominan adalah pengetahuan karyawan tentang produk
yaitu 68 orang.
77
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka dapat
diberikan saran-saran kepada PT Kawasaki Motor Indonesia sebagai produsen sepeda
motor Kawasaki Ninja 250 FI, dan PT. Tetap Jaya Motorindo selaku distributor yang
memasarkan motor Kawasaki Ninja 250 FI sebagai masukan dalam menentukan strategi
pemasaran yang tepat untuk meningkatkan penjualan serta dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk PT Kawasaki Motor Indonesia sebagai produsen sepeda motor Kawasaki Ninja
250 FI, diharapkan bisa mempertahankan dan meningkatkan faktor kualitas produk
yang baik, bentuk / desain yang menarik, merek yang terkenal, dan harga sesuai dengan
mutu produk. Karena faktor-faktor inilah yang menjadi penentu konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI. Kemudian untuk
PT. Tetap Jaya Motorindo sebagai distributor sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI
diharapkan bisa mempertahankan atau bahkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada konsumen, ketersediaan produk, dan pengetahuan karyawan
tentang produk Kawasaki Ninja 250 FI. Karena Berdasarkan kesimpulan yang
diperoleh dari hasil penelitian ini, 3 faktor inilah yang akhirnya menentukan konsumen
dalam mengambil keputusan pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap
Jaya Motorindo.
Untuk PT Kawasaki Motor Indonesia sebagai produsen sepeda motor Kawasaki
Ninja 250 FI, diharapkan lebih memperhatikan dan bisa memperbaiki faktor harga
produk yang bisa lebih terjangkau, harga produk yang lebih bersaing, kecepatan dalam
pengiriman produk, jangkauan promosi yang luas, kuantitas penayangan iklan yang
lebih sering, dan kualitas penyampaian pesan dalam media promosi agar konsumen bisa
memahami keunggulan produk sepeda motor Kawasaki Nija 250 FI dalam. Diharapkan
faktor-faktor tersebut nantinya bisa ikut mempengaruhi konsumen dalam menentukan
keputusan pembelian produk sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI. Kemudian untuk
PT. Tetap Jaya Motorindo sebagai distributor sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI
juga diharapkan lebih memperhatikan dan bisa memperbaiki faktor-faktor seperti
kecepatan dalam pengiriman produk, jangkauan promosi yang lebih luas, kuantitas
penayangan iklan yang lebih banyak (frekuensi iklan lebih sering), kualitas
penyampaian pesan dalam media promosi agar konsumen mudah memahami
keunggulan produk sepeda motor Kawasaki Nija 250 FI dalam iklan tersebut, seragam
karyawan yang dibuat lebih menarik atau unik, simpatik karyawan dalam pelayanan,
disain gedung yang menarik, tata ruang yang menarik, dan jam buka dealer lebih lama.
Diharapkan faktor-faktor ini nantinya bisa ikut mempengaruhi konsumen dalam
menentukan keputusan pembelian produk sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI, di PT
Tetap Jaya Motorindo.
DAFTAR PUSTAKA
Brigays, Herlley., Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan
Pembelian J.CO Donuts Di Jakarta Barat.Universitas Esa Unggul, Jakarta, 2013
Hamdani., Pengaruh Produk, Harga, Dan Distribusi Promosi Terhadap Keputusan Pedagang
Eceran Membeli Keripik Usus Ayam Pada Perusahaan Bintang Bersinar Di
Samarinda, Universitas Mulawarman.
78
Hasyim dan Rina Anindita., ―Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran”.
Penerbit UIEU-University Press, Jakarta, 2009
Kotler, Philip., Manajemen Pemasaran, PT. Indeks, Jakarta, 2005
Kotler, Philip., Prinsip-prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta, 2001
McDaniel, et al., Pemasaran Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2001
Sumarwan., Ujang, Perilaku Konsumen dan Penerapan dalam Pemasaran, Ghalia, Indonesia,
Jakarta, 2003
Suharno, Yudi Sutarso, Marketing in practice, CV. Sary Cards, Samarinda, 2009
Umar, Husein., Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003
Umar, Husein ―Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis‖, Edisi 2, Cetakan 12,
Rajawali press, Jakarta, 2013
Yazid., Pemasaran Jasa, Konsep dan Implementasi, Edisi Kedua, Sleman, Yogyakarta,
EKONISIA, 2003
Yusup, Muhammad., Analisis Pengaruh Promosi, Harga, Kualitas Produk dan Layanan Purna
Jual Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda. Studi Kasus pada
Mahasiwa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2011
Zeithaml, Valerie A, Bitner M, J., Gremler, Dwayne, Service Marketing, Singapore, McGrawHill International Edition, 2000
www.incoharpermutliply.com, Meninjau Kembali Efektifitas Iklan, 2006
79
EFEKTIFITAS RESPON KONSUMEN PADA MEDIA IKLAN PRODUK
CITRA HAND and BODY LOTION PT UNILEVER TBK
Rizka Annisa Nurmaida
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon konsumen terhadap efektifitas program promosi
produk Citra hand and body lotion yang dilaksanakan oleh PT UNILEVER TBK yang merupakan
kebijakan korporasi dalam mencari atau mendapatkan alternatif program-program sosialisasi dalam
rangka promosi dan pengenalan produk kepada masyarakat yang aling efektif.
Metode penelitian menggunakan analisis Customer Respon Index dengan metode tersebut semakin
besar presentase CRI semakin efektif dan sebaliknya jika semakin kecil presentase CRI maka semakin
tidak efektif media iklan yang digunakan. Presentase media iklan televisi 90%, radio 25%, surat kabar
55%, majalah 73,3%, billboard 75%.
Dari 5 (lima) indikator dimensi efektifitas yang digunakan untuk menganalisis yaitu awareness,
comprehend, interest, intention, dan action. Hasilnya menunjukan bahwa semua media iklan yang
sudah efektif dan media iklan yang paling efektif dari yang digunakan adalah media televisi karena
pesan yang disampaikan melalui iklan mampu mencapai sasaran secara langsung, mampu
membangkitkan minat beli konsumen.
Kata Kunci : Respon Konsumen, Iklan, Promosi
Latar Belakang
Pada Era modern sekarang ini, mobilitas dari setiap orang menjadi sangat tinggi
terutama yang hidup di daerah perkotaan. Industri berkembang dengan sangat pesat yang
tentunya diikuti dengan peningkatan polusi dan tingkat radikal bebas yang tinggi. Tingkat
radikal bebas yang tinggi ini menjadi salah satu musuh terbesar bagi kulit manusia karena
akan mempercepat penuaan dini dan membuat kulit terlihat menjadi lebih kusam. Salah
satu cara untuk memperkecil dampak dari radikal bebas itu adalah dengan cara
menggunakan pelembab yang mengandung UV Protection pada kulit manusia pada saat
berkontraksi dengan sinar matahari. Kondisi seperti ini menjadi salah satu peluang bagi
perusahaan yang bergerak di industry cosmetic terutama dibidang Hand and Body Lotion
untuk berbondong-bondong mempromosikan produk produknya. Sebut saja salah satu
perusahaan raksasa yang bergerak dibidang industry ini adalah PT Unilever Indonesia Tbk.
Salah satu produk hand and Body lotion andalan dari PT Unilever Indonesia Tbk adalah
CITRA Hand and Body lotion.Sekarang ini produk CITRA menjadi salah satu market
leader untuk produk hand and body lotion di Indonesia. CITRA yang merupakan produk
perawatan kulit yang mengambil inspirasi dari warisan perawatan kecantikan tradisional
wanita Indonesia pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1984 dengan meluncurkan
varian pertamanya yaitu Citra Body Lotion yang mengandung mangir dan dikenal dapat
membuat kulit terasa lembut dan tampak bercahaya.
Citra telah memasuki pasar perawatan kulit Indonesia sejak tahun 1984. Citra
terbuat dari bahan-bahan alami Indonesia dengan warisan kuat budaya Indonesia. Selama
80
beberapa tahun terakhir, Citra telah mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di
pasar Hand and Body Lotion di Indonesia.
Berikut List Prodak Citra Hand & Body Lotion:
Tabel 1.1 Nama-nama Prodak Citra Hand and Body Lotion
NO
Merk Hand Body Lotion
1
Citra Lasting Glow Mangir Jawa & Minyak Zaitun
2
Citra Lasting Purity The Hijau
3
Citra Lasting White Extra Bubuk Mutiara
4
Citra Lasting White Bengkoang
5
Citra Night Whitening Mulberry & Minyak Biji Anggur
Sumber : Top Brand Index ―Marketing
Berdasarkan pada list di atas PT Unilever Indonesia Tbk menambahkan satu list
prodak Citra Hand and Body Lotion yang baru-baru ini dikeluarkan yaitu Citra Night
Whitening Mulberry & Minyak Biji Anggur. Hand & Body Lotion ini khusus di gunakan
pada malam hari. Perawatan kulit tubuh malam hari tentu jauh lebih efektif, karena kulit
kita tidak terkena sinar matahari dan polusi.
PT Unilever Indonesia Tbk dalam menjual prodak citra Hand and body Lotion
melakukan dengan cara promosi yang dapat dilakukan berbagai cara, antara lain melalui
media periklanan. Sampai saat ini, iklan masih dianggap pilihan yang menarik sebagai
sarana mempromosikan produk karena dapat menjangkau masyarakat secara luas untuk
mengenal dan lebih mendakatkan produk ke konsumen. Iklan berperan penting sebagai
salah satu sumber informasi yang diperlukan konsumen untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu produk. Melalui iklan, perusahaan dapat menciptakan hubungan
interaksi jangka panjang yang menguntungkan antara perusahaan dengan konsumen.
Dengan melakukan kegiatan periklanan ini diharapkan mampu membangun citra
perusahaan dalam jangka panjang. Iklan yang efektif tidak hanya menyampaikan informasi
saja, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan yang akan menimbulkan citra posotif bagi
konsumen. Iklan dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media elektronik dan
media cetak. Pertumbuhan media cetak maupun jumlah stasiun televisi (Media Elektronik)
yang terus meningkat, membuat perusahaan harus selektif dalam membuat iklan yang
paling efektif untuk mendukung penjualannya.
Iklan televisi sangat berperan penting dalam mengkomunikasikan produk terhadap
konsumen. Peresentase belanja iklan Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa
pada tahun2010 yaitu 23%, dengan nilai Rp 59,83 triliun dibanding tahun 2009 yang hanya
sebesar Rp 48,58 triliun. Angka ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 5 tahun
terakhir. Kenaikan belanja iklan ini sejalan dengan hasil survei consumer confident
Nielsen yang menunjukkan angka kepercayaan diri konsumen Indonesia sudah kembali
dikisaran 115-119 sepanjang tahun 2010. Televisi masih menjadi iklan terbesar dan
kenaikan pertumbuhan iklan terbesar dibanding media lain yaitu Rp 37,67 triliun naik 26%
dibanding tahun 2009. Sedangkan koran meraup Rp 20,18 triliun, naik 19% dan majalah
tabloid Rp 1,97 triliun naik 10%. Dan dibawah ini tabel peringkat top brand index hand
and body lotion
81
.
Tabel 1.2. Peringkat Top Brand Index Hand and Body Lotion
Sumber : Top Brand Index ―Marketing
Peringkat
Merek
1
2
3
4
5
Citra
Marina
Vaseline
Viva
Nivea
Brand Value Brand
2009
Value
2010
45.70 %
54,70%
18%
12,80%
8.30%
7,70%
6%
4%
3,60%
4%
Brand
2011
55,00%
16,10%
7,20%
3,1%
3,7%
Value Brand Value
2012
55,50%
15,90%
8,90%
4,20%
3,30%
Dan banyak nya pesaing Citra hand and body lotion seperti marina, viva, nivea, Vaseline dll.
Citra memaksa untuk memberikan nilai tambah kepada konsumennya agar tetap menjadi
market leader hand and body lotion. Dengan uraian tersebut dan periklanan merupakan hal
yang penting bagi pemasaran produk perusahaan, maka dengan ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS RESPON KONSUMEN PADA
MEDIA IKLAN PRODUK CITRA HAND and BODY LOTION PT UNILEVER TBK”.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan perumahan Maharaja Depok, Jawa Barat.
Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Dalam proses penelitian yang dilakukan, penulis telah mengumpulkan masalah – masalah
yang dihadapi oleh produk Citra Hand and Body Lotion. Adapun masalah - masalah yang
dihadapi yaitu sebagai berikut :
1. Bermuculan kompetitor yang sejenis serta berorientasi pada produk yang sama.
2. Dengan bermuculannya pesaing, memaksa untuk memberikan nilai
tambah kepada
konsumennya.
Pembatasan Masalah
Dengan produk yang diteliti adalah produk Citra Hand and Body Lotion, maka ruang
lingkupnya akan dibatasi agar peneliti dapat lebih terarah dalam meneliti.
1. Penelitian membatasi masalah dengan melakukaan penelitian pada konsumen Citra Hand
and Body Lotion terhadap Efektifitas Respon Konsumen pada Media Iklan Produk Citra
Hand and Body Lotion.
2. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah konsumen Produk Citra Hand and
Body Lotion di perumahan Maharaja Depok, Jawa Barat.
Perumusan Masalah
Berikut adalah masalah-masalah yang akan dikemukakan penulis dalam penulisan penelitian:
1. Bagaimana daya tarik media iklan terhadap promosi produk Citra Hand and Body Lotion?
2. Media iklan manakah yang paling efektif memeberikan respon terhadap produk Citra Hand
and Body Lotion?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui daya tarik media iklan terhadap promosi produk Citra Hand and Body
Lotion.
82
2. Untuk mengetahui Media iklan manakah yang paling dominan memeberikan respon
terhadap produk Citra Hand and Body Lotion.
Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitin ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui daya tarik media iklan terhadap promosi produk Citra Hand and Body
Lotion.
2. Untuk mengetahui media iklan manakah yang paling dominan memeberikan respon
terhadap produk Citra Hand and Body Lotion.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan
perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan
mendapatkan laba ataupun untuk mencapai tujuan. Pemasaran dapat diartikan sebagai
kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan
melalui proses pertukaran. Untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumen, seseorang sering
berubah setiap saat. Pengertian pemasaran menurut Kotler adalah ‖Suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain‖1.
Sedangkan menurut pendapat Foster sebagai berikut: ―Pemasaran adalah fungsi manajemen
yang mengorganisasi dan menjuruskan semua kegiatan perusahaan, yang meliputi penilaian
dan pengubahan tenaga beli konsumen menjadi permintaan yang efektif terhadap suatu
barang atau jasa tersebut kepada konsumen terakhir atau pemakai, sehingga perusahaan
dapat mencapai laba atau tujuan lain yang di tetapkannya 2.
2. Marketing Mix
Marketing mix merupakan sarana atau alat untuk mengemukakan pemasaran
perusahaan pada pasar sasarannya. Marketing mix berupa variabel-variabel yang ada dalam
perusahaan serta dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel tersebut dapat
dipergunakan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan konsumen atas hasil
produknya. Pengertian marketing mix menurut Swastha adalah ‖kombinasi dari empat
variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni:
produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi‖.3
Keempat variabel yang terdapat dalam kombinasi tersebut saling berhubungan. Lagi
pula kita meninjau konsep sistem sebagai keputusan dimana masing-masing elemen di
dalamnya saling mempengaruhi juga, setiap variabel yang ada mempunyai banyak sekali
sub variabel.
Kombinasi dari variabel marketing mix yang digunakan oleh setiap perusahaan akan
berbeda-beda tergantung dari strategi pemasaran yang dijalankannya. Selain itu, variabel
marketing mix atau bauran pemasaran yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada, sehingga target penjualan dapat dicapai, ini berarti produk yang
ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan serta keinginan konsumen serta harus
menjadikan produk yang dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasarannya dan
dipromosikan melalui alat promosi yang tepat.
Adapun keempat variabel tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1
3
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2005), hal. 8
2
D.W.Foster, Dasar-Dasar Marketing, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 8
Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: Liberty, 1998), hal.193
83
a. Produk/product adalah barang dan jasa untuk memenuhi beberapa kebutuhan
konsumen.
b. Harga/price adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk
mendapatkan produk tersebut. Harga harus diukur dengan nilai yang dirasakan dari
tawaran itu.
c. Tempat/place merupakan serangkaian perusahaan perorangan dari produsen ke
pemakai akhir.
d. Promosi/promotion merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran
agar membeli produk tersebut.
3. Promosi
Istilah promosi bagi kebanyakan orang mungkin dianggap sama dengan keempat
variabel yang ada yaitu meliputi: periklanan, publisitas, personal selling dan sales
promotion. Padahal keempat variabel tersebut merupakan bagian dari promosi itu sendiri.
Namun bagi perusahaan sudah menjadi keharusan untuk melakukan salah satu dari jenis
promosi yang ada, bilamana hasil produksinya ingin dikenalkan oleh masyarakat atau
konsumen. Oleh karena itu seorang pengusaha harus paham dan mengerti apa yang
dimaksud dengan promosi tersebut.
1. Pengertian Promosi
Promosi merupakan teknik komunikasi yang secara penggunaannya atau
penyampaiannya dengan menggunakan media seperti: pers, televisi, radio, papan nama,
poster dan lain-lain, yang tujuannya untuk menarik minat konsumen terhadap hasil
produksi suatu perusahaan. Promosi sebagai media untuk menjembatani kepentingan
produsen dengan konsumen harus benar-benar dipahami oleh seorang manajer.
Menurut Nitisemito mengatakan bahwa: ―Promosi adalah suatu kegiatan dalam bidang
pemasaran yang bertujuan meningkatkan omzet penjualan, dengan jalan mempengaruhi
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung‖4.
Sedangkan menurut Swastha mengatakan bahwa: ―Promosi adalah arus informasi
atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi
kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran‖5.
Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan, promosi adalah: tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan dengan jalan mempengaruhi konsumen secara langsung ataupun tidak
langsung untuk meningkatkan omzet penjualan melalui penciptaan pertukaran dalam
pemasaran barang.
2. Tujuan Promosi
Tujuan dari pada promosi adalah untuk memperkenalkan barang hasil produksi,
dengan tujuan agar konsumen membeli hasil produksinya. Dengan demikian volume
penjualan dapat meningkat, dan juga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal ini
dapat dicapai oleh suatu perusahaan bila promosi yang dijalankan benar-benar tepat
sehingga pelaksanaan promosi dapat berhasil seefektif mungkin. Dalam praktek
promosi dapat dilakukan dengan mendasarkan pada tujuan-tujuan berikut:
a. Memodifikasi tingkah laku.
Orang-orang yang melakukan komunikasi mempunyai beberapa alasan antara lain:
mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan pertolongan atau instruksi,
4
5
Alex S. Nitisemito, Marketing, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal. 126
Basu Swastha, Op. cit., hal. 237
84
memberikan informasi, mengemukakan ide dan pendapat dan memperkuat tingkah
laku.
b. Memberitahu.
Kegiatan promosi itu dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang
penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat informasi umumnya lebih sesuai
dilakukan pada tahap-tahap awal di dalam siklus kehidupan produk. Promosi yang
bersifat membantu dalam pengambilan keputusan untuk membeli.
c. Membujuk.
Promosi yang bersifat membujuk umumnya kurang disenangi oleh sebagian
masyarakat. Namun kenyataannya justru yang banyak muncul adalah promosi yang
bersifat persuasif. Promosi yang demikian ini biasanya diarahkan untuk mendorong
pembelian. Sering perusahaan tidak ingin memperoleh tanggapan secepatnya tetapi
lebih mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar
dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli.
Promosi yang bersifat persuasif akan menjadi dominan jika produk yang
bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan di dalam siklus kehidupannya.
d. Mengingatkan.
Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk mempertahankan
merk produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan di
dalam siklus kehidupan produk. Ini berarti perusahaan berusaha paling tidak
mempertahankan pembeli yang ada.
4. Promotional Mix
Promotion mix adalah kombinasi strategi yang paling baru dari variabel-variabel
periklanan, personal selling dan alat-alat promosi lain yang kesemuanya direncanakan
untuk mencapai tujuan perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Assauri (2002:243)
sebagai berikut ―bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari unsurunsur promosi tersebut‖65.
Dari definisi di atas bahwa dalam sistem pemasaran terdapat empat variabel utama,
yaitu:
a. Periklanan
Yaitu bentuk penyajian dan promosi no pribadi tentang ide barang dan jasa yang
dibayar oleh sponsor tertentu.
b. Personal selling
Penyajian informasi secara lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih
pembeli yang ditujukan untuk mencapai target penjualan.
c. Promosi penjualan
Yaitu suatu kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas
yang mendorong pembelian konsumen dan efektifitas pengecer. Kegiatan-kegiatan
tersebut antara lain: peragaan, pertunjukan, pameran, demonstrasi dan sebagainya.
d. Publisitas
Yaitu usaha mendorong permintaan secara non pribadi untuk suatu produk, jasa
atau ide dengan menggunakan berita komersial di dalam media massa dan sponsor yang
tidak dibebani biaya secara langsung.
Jadi jelas kiranya manajemen pemasaran tidak bisa terlepas dari berbagai macam faktor
yang mempengaruhi dalam menentukan kombinasi yang terbaik, guna memperoleh
efektifitas dalam penggunaan dana, tenaga dan waktu dalam mencapai sukses
pemasaran.
6
Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi, Edisi 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Prasada,. 2002),
hal 243
85
C. Periklanan
Salah satu cara meningkatkan volume penjualan yang telah terbukti adalah dengan
mengadakan kegiatan promosi. Dan satu bentuk dari promosi ini adalah periklanan.
Periklanan merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan mengenai barangbarang, jasa maupun ide-ide yang ditujukan kepada khalayak ramai yang merupakan calon
pembeli dari produk tersebut. Disamping itu periklanan juga dapat mempengaruhi
konsumen sehingga timbul untuk melakukan pembelian. Jadi periklanan mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan volume penjualan.
1. Pengertian dan Sasaran Periklanan
Banyak pengertian mengenai periklanan yang dikemukakan oleh para ahli dan
kebanyakan orang percaya bahwa periklanan bekerja dengan mengirimkan suatu pesan
lewat suatu media cetak maupun elektronika akan diperoleh jumlah konsumen yang
cukup besar dalam waktu yang tidak begitu lama. Namun dalam kenyataan masyarakat
yang terlalu komunikatif, pesan yang disampaikan oleh media promosi terbentur oleh
kesadaran, pengertian dan tindakan konsumen untuk melakukan pembelian. Banyak
perusahaan yang melaksanakan periklanan karena mempunyai peranan yang cukup
besar bagi kegiatan penjualan.
Menurut pendapat Nitisemito pengertian periklanan adalah: ―Suatu usaha untuk
mempengaruhi konsumen dalam bentuk tulisan, gambar, suara atau kombinasi dari
semuanya itu yang diarahkan pada masyarakat secara luas dan secara tidak langsung‖76.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong berpendapat bahwa: ―Periklanan adalah
setiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar mengenai gagasan,
barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi‖8
Dari kedua definisi di atas, bahwa media periklanan seorang pengusaha berusaha
menarik perhatian orang pada suatu barang atau jasa. Dalam perekonomian modern
periklanan makin lama makin mengambil tempat yang tidak terpisahkan dengan proses
penjualan.
Menurut Jefkins ―Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling
persuasive yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas prodk
barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya.
Kemudian periklanan menurut Frank Jefknis terbagi menjadi enam yaitu:
a. Iklan Konsumen
Jasa pelayanan konsumen (Customer service) memberikan produk yang
dibutuhkan oleh konsumen, dimana kebutuhan konsumen terdiri dari dua
macam,yaitu barang konsumen (Customer goods) seperti bahan makanan, shampoo,
sabun dan sebagainya serta barang tahan lama (durable goods), misalnya bangunan
tempat tinggal, mobil, perhiasan dan sebagainya. Dan semua macam barang tidak di
iklankan lewat media sesuai lapisan social (social grades) tertentu yang hendak
dibidik.
b. Iklan Bisnis
Kegunaan iklan bisnis adalah memperomosikan barang-barang dan jasa nonkonsumen. Artinya, baik pemasang maupun sasaran iklan sama-sama perusahaan.
c. Iklan Perdagangan
7
Alex Nitisemito, Op. cit., hal. 134
Philip Kotler and Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 147
8
86
Iklan perdagangan secara khusus ditujukan kepada kalangan distributor,
pedagang-pedagang kulakan besar, para agen, eksportir/importer, dan jasa
pedagang besar dan kecil. Kegiatan iklan pedagangan adalah memberikan
informasi kepada para pedagang atau saudagar tentang barang-barang yang
tersedia untuk dijual kembali, apakah dengan meningatkan mereka pada merkmerk yang terkenal, memperkenalkan barang-barang atau tak jarang
diumumkan hal-hal khusus untuk membantu para pegecer menjajajkan barangbarang tersebut, misalkan potongan harga,syarat yang lebih lunak, pengemasan
baru, rencana-rencana kampanye iklan konsumen atau promosi penjualan.
d. Iklan Eceran
Iklan ini dibuat disebarkan oleh pihak pemasok atau perusahaan/pabrik pembuat
produk, iklan itu biasanya ditempatkan disemua konsumen lokasi (toko,gerai
penjualan) yang menjual produk tadi kepada para konsumen. Keguanaan iklan
eceran adalah : Mempopulerkan perusahaan, Menjual barang-barang yang
eksludif bagi toko tertentu, Untuk menjual stok suatu poduk.
e. Iklan Keuangan
Iklan keuangan meliputi ikaln-iklan untuk bank, jasa tabungan, asuransi, dan
investasi. Tujuan iklan keuangan biasanya adalah untuk menghimpun dana
pinjaman atau menawarkan modal, baik dalam bentuk asuransi, penjualan
saham, surat obligasi, surat utang atau dana pensiunan
e.
Iklan Rekruitmen
Iklan ini bertujuan merekrut calon pegawai (seperti anggota polisi, angkatan
bersenjata, perusahaan swasta, dan badan-badan umum lainnya), dan bentuknya
antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan pelamar (classified) atau
iklan selebaran biasa.9
2. Tujuan Periklanan
Menurut Fandy Tjiptono tujuan periklanan terdiri dari107:
a. Inventory Approach
Dalam pendekatan ini, tujuan periklanan ditentukan atau diambil dari kumpulan
berbagai tujuan perusahaan dilihat dariseluruh sudut pandang pemasaran
perusahaan.
b. Hierarchy Approach
Pendekatan ini didasarkan pada dugaan bahwa sebelumnya membeli produk,
pelanggan melewati tahapan – tahapan variable psikologis.
c. Attitudial Approach
Pendekatan ini menyarankan agar sasaran tujuan periklanan adalah mempengaruhi
struktur sikap.
3. Fungsi Periklanan
Fungsi-fungsi periklanan di dalam pemasaran menurut pendapat Swastha
sebagai berikut108:
a. Memberikan informasi.
b. Membujuk atau mempengaruhi.
c. Menciptakan kesan.
9
Jefknis,Frank, periklanan. Edisi ketiga, Penerbitan Erlangga, Jakarta.1997. hal 5
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasarn. Edisi 2. Yogykarta: Andi,2001 . hal 221
10
11
Basu Swasta, Op. cit., hal. 246
87
d. Memuaskan keinginan.
e. Sebagai alat komunikasi.
Berdasarkan pendapat di atas fungsi-fungsi periklanan di dalam pemasaran dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Memberikan informasi.
Advertising berfaedah untuk memberikan keterangan-keterangan tentang produk
yang ditawarkan, agar konsumen mengetahui lebih mendalam tentang kegunaan,
kualitas, waktu, tempat dimana produk harus dibeli.
b. Membujuk atau mempengaruhi.
Dalam hal ini advertising berfungsi sebagai alat untuk membujuk atau
mempengaruhi konsumen sehingga mereka tertarik terhadap produk yang
ditawarkan, dengan jalan bahwa produk tersebut adalah lebih baik daripada produk
pesaing.
c. Menciptakan kesan.
Kadang-kadang dalam melaksanakan pembelian suatu barang, seorang pembeli
tidak dilandasi pertimbangan yang rasional atau memperhatikan nilai-nilai
ekonomisnya tetapi lebih terdorong oleh hal-hal yang tidak rasional. Dalam
keadaan ini maka advertising akan sangat bermanfaat untuk menciptakan kesan
terhadap produk yang ditawarkan.
d. Memuaskan keinginan.
Karena kekurang tahuan konsumen terhadap produk suatu perusahaan, maka
pembelian yang dilakukan dapat mengakibatkan timbulnya rasa kurang puas,
karena produk yang dibeli kurang sesuai dengan yang diinginkan. Dalam keadaan
yang demikian maka advertising sangatlah membantu, karena biasanya advertising
memberikan keterangan-keterangan mengenai produk yang ditawarkan, sehingga
konsumen bisa lebih mengetahui produk yang akan dibelinya. Dengan pengetahuan
tersebut, maka mereka dapat mempertimbangkan produk apa yang akan dibeli,
sehingga mereka akan puas terhadap produk yang dibelinya.
e. Sebagai alat komunikasi.
Dalam hal ini periklanan berfungsi sebagai alat untuk membuka komunikasi dua
arah antara penjual dan pembeli. Sehingga keinginan mereka dapat melakukan
pertukaran yang saling memuaskan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Media Periklanan
Menurut Swastha faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut 129:
a. Tujuan periklanan.
Tujuan periklanan merupakan arah yang akan dicapai dalam melaksanakan
periklanan. Biasanya tujuan ini berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang
lain. Misalnya untuk meningkatkan penjualan, untuk mencari atau memperluas
daerah pemasaran, untuk memperlakukan produk baru.
b. Sirkulasi media.
Sirkulasi media harus diperhatikan dalam pemilihan advertising, sebab media yang
digunakan harus sama dengan distribusi geografis maupun ditribusi pada segmen
pasar yang dituju.
c. Keperluan berita.
Karena berbeda-beda berita yang akan disampaikan, maka hal ini mengakibatkan
tidak semua media cocok dipakai sebagai media advertising. Misalnya advertising
12
Basu Swastha, Op. cit., hal. 253
88
d.
e.
f.
g.
h.
ini harus disajikan dalam bentuk gambar atau tulisan, ataukah gambar tulisan
sekaligus.
Waktu dan lokasi dimana keputusan membeli dibuat.
Faktor ini juga harus diperhatikan dalam pemilihan media yang digunakan misalnya
kapan advertising yang digunakan misalnya kapan advertising tersebut
dilaksanakan, awal bulan ataukah akhir bulan, akan hari raya atau akan natalan dan
biasanya keputusan membeli itu dibuat di rumah, pasar, atau dimana setelah dia
melihat advetising.
Biaya advertising.
Supaya advertising efektif dan efisien maka dalam pemilihan media advertising
harus diperhatikan biaya yang dikorbankan, dihubungkan dengan dana yang
tersedia dan hasil yang diharapkan.
Kerja sama dan bantuan promosi yang ditawarkan oleh media.
Pada umumnya manajer lebih condong memilih media yang akan bersedia
mengadakan kerja sama yang baik dan memberikan bantuan promosi yang lebih
besar.
Karakteristik media.
Dalam media yang akan digunakan perlu diperhatikan karakteristik dari media yang
akan digunakan, apakah media tersebut dapat menimbulkan keinginan untuk
membeli, apakah media tersebut dapat meningkatkan prestasi perusahaan dan
konsumen, serta apakah media tersebut dapat menjangkau daerah yang luas.
Kebaikan dan keburukan media.
Faktor ini harus dapat perhatian pula, karena dengan diketahui hal ini akan lebih
mudah untuk membandingkan media yang paling cocok dipakai sebagai media
advertising untuk mempromosikan produknya.
Salah satu faktor yang amat penting dalam periklanan adalah ilustrasi periklanan. Di
sini para pemasang periklanan perlu memikirkan terlebih dahulu syarat gambarnya,
setelah itu baru kata-katanya. 13
5. Penilaian Program Periklanan
Untuk mengetahui berhasil tidaknya promosi penjual, khususnya advertising yang akan
dilaksanakan dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut:13
a. Inquiry test.
Adalah test yang dilakukan dengan meminta tanggapan atau keterangan-keterangan
secara langsung kepada pendengar atau pembaca tentang barang-barang yang
diadvertisingkan.
b. Recognition test.
Adalah test yang dilakukan dengan memberikan gambar-gambar iklan kepada
segolongan individu, tanpa menyebutkan merk atau nama perusahaan. Baru kemudian
mereka diminta menyebutkan atau memberikan nama merknya.
c. Sales result test.
Adalah test yang dilakukan dengan membandingkan hasil penjualan dari dua kota yang
secara fisik dapat dikatakan sama, dimana satu menggunakan iklan, sedangkan yang
satunya lagi tidak menggunakannya.1410
14
Basu Swastha, Op. cit., hal. 257
89
6. Langkah – langkah Periklanan Yang Efektif
Menurut Phillip Kotler agar menghasilkan iklan yang efektif program periklanan harus
disusun dengan memperhatikan lima, yakni:
a. Misi , Apakah tujuan peeriklanan?
Tujuan berfungsi sebagai alat komunikasi dan koordinasi, memberikan kriteria dalam
pengambilan keputusan,serta sebagai alat evaluasi. Tujuan periklanan yang baik harus
mampu menunjukan hubungan terhadap tingkat penjualan secara langsung, secara
umum, perusahaan mengiklanan produknya adalah dalam rangka:
1) Create Awareness, Menciptakan kesadaran pada suatu merk dibenak konsumen.
2) Comumunicate Information About Attributes and Benefits, Mengkomunikasikan
informasi kepada konsumen mengenai atribut dan manfaat suatu merk.
3) Develop or Change on Image or Personality, Mengembangkan atau mengubah citra
atau personalitas sebuah merk.
4) Associate a Brand With Feelings and Emotions, Mengasosiasikan
5) suatu merk dengan perasaan serta emosi
6) Create Group norms, Menciptakan norma-norma kelompok
7) Percipitate behavior, Mengedepankan perilaku
8) Mengarahkan konsumen untuk membeli produknya dan mempertahankan market
power perusahaan.
9) Menarik calon konsuen menjadi ―konsumen yang loyal‖ dalam jangka waktu
tertentu.
10) Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat menjadi
pembeli potensial dimasa yang akan datang.
b. Uang, beberapa banyak uang yang dibutuhkan untuk belanja iklan?
Menurut Philip Kotler penetpan anggaran periklanan diperlukan, agar tujuan periklanan
dapat tercapai. Secara umum, terdapat liam factor yang perlu dipertimbangkan pada
penetapan anggaran periklanan, yaitu :
1) Tahapan siklus hidup produk
2) Pangs pasar dan basis computer
3) Persaingan dan gangguan
4) Frekuensi periklanan
5) Kemungkinan subsitusi produk
c. Pesan, pesan apa yang harus disampaikan?
Menurut Philip kotler pengaruh pesan pada sasaran / audience oleh bagaimana
pandangan komsumen sasaran terhadap sumber pesa. Pesan yang disampaikan secar
menarik lebih meningkatkan perhatian dan mudah untuk mengingatkan. Tedapat 3 (tiga)
factor yang melandasi kreadibilitas pesan, yaitu :
1) Keahlian/pengalaman, merupakan pengetahuan yang terpesialisasi dari
komunikator untuk menyongyong kedudukannya seperti dokter dan ilmuan.
2) Kepercayaan, dikaitkan dengan apakahkah kejujuran dari sumber pesan itu
dirasakan seperti lebih mempercayai krabat dekat dari pada orang asing.
3) Kesukaan, merupak daya tarik terhadap konsumen seperti kemarahaan, rasa humor,
dan sikap alami membuat sumber lebih disukai.
d. Media, media yang paling efektif dan efisien?
Menurut Philllip Kotler langkah-langkah penting dalam memilih media adalah
memutuskan jangkauan, frekuensi dan dampak, memilih sasaran media spesifik,
menetapkan waktu penayagannya, memutuskan alokasi media secara geografis. Media
iklan dapat digolongkan tiga kelompok, yaitu media cetak (Koran, majalah, directmail),
90
media elektronik (televise,radio,internet) dan media lapangan (out door advertising,
poster, billboard, point of sales). Seperti akan diuraikan lebih lanjut masing-masing
media komunikasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
1) Radio
Salah satu car kelebihan radio sebagai media iklan adalah kemampuan kontak
langsug dengan konsumen sasara melalui suar penyiar dapat mengikuti konsumen
sasaran dimaanpun mereka berada, dapat menjangkau audiences dari berbagai macam
usia dan status, tarif pemasangan iklan tidak mahal, sedangkan kelemahannya adalah
ada kemungkinan pendengar iklan bukan konsumen sasaran, jarak jangkauan siaran
radio terbatas samapai radius tertentu dari stasiun pemancarnya atribut-atribut produk
resebut.
2) Televisi
Kelebihan Televisi sebagai media iklan adalah jarak jangkauan siaran televisi adalah
jauh dapat ditonton dari hampir semua penju tanah air, siaran televisi juga dapat
menyajikan berbagai macam gambar atribut yang diiklankan. Dan kelemahannya
adalah biaya pemasangan dimedia televisi relative mahal, pembuatan iklan televisi
membutuhkan waktu yang lama.
3) Surat Kabar
Surat kabar dapat menyampaikan iklan dalam bentuk tulisan dan gambar mati (hitam
putih dan berwarna), tarif pemasangan iklan produk disurat kabar tidak murah dan
tidak kurang efektif.
4) Majalah
Majalah sebagai media iklan mempunyai banyak manfaat, tidak sedikit majalah yang
sirkulasinya banyak di penjuru tanah air, jarak jangkauaan audiences majalah cukup
luas, usia baca majalah cukup panjang, biasanya majalah dibaca berkali-kali oleh
pembaca yang sama pada waktu senggang.
5) Brosur
Seperti halnya surat kabar dan majalah, bosur dapat menyampaikan iklan melalui
tulisan dan gambar, tarif pemasangan iklan di brosur relatif murah. Kelemahan iklan
melalui brosur adalah tidak semua konsumen yang menanggapi atau mengambil
brosur yang disebarkan di berbagai tempat, misalnya di mail, pameran.
6) Bioskop
Seperti halnya Televisi, bioskop dapat menyajikan iklan melalui sura dan gambar,
selaain itu tarif iklan melalui media bioskop relatif murah. Namun kelemahan utama
iklan melalui media bioskop adalah jumlah audiences yang dapat dijangkau sangat
terbatas yaitu para penonton film yang diputas digedung bioskop.
7) Direct mail
Berlainan dengan iklan yang lain, direct mail advertising dapat dilakukan secara
selektif yaitu dikirimkan kepada konsumen sasaran tertentu yang menurut keyakinan
produser atau pedagang membutuhkan barang dan jasa yang diiklankan, pengiriman
bahan-bahan dapat dijadwalkan sampai ke tangan konsumen sasaran pada hari yang
dianggap paling efektif.
8) Out door advertising
Agar dapat dimengerti secara cepat oleh pembacanya(yang sedang berkendaraan)
pesan iklan dengan billboard harus singkat dan padat lokasi jalan atau gedung dimana
billboard ditempatkan harus dilalui banyak kendaraan.
e. Pengukuran, bagaimana mengevaluasi efektifitas iklan ?
Menurut Phillip Kotler program periklanan harus dievaluasi secara regular pengaruhi
komunikasi dan pengaruh penjualan.
1) Mengukur pengaruh komunikasi
91
Pegujian isi iklan memberitahukan apakah komunikasi iklan cukup baik.pengujian isi
iklan dpat dilakukan sebelum dan sesudah iklan dictak atau disiarkan. Terdapat dua
metode populasi pasca pengujian iklan : Uji mengingat, pemasangan iklan meminta
orang yang sudah melihat majalah atau program televise untuk mengingat segala
sesuatu yang paling menyangkut pemasangan iklan dan produk yang merek lihat. Uji
pengenalan, peneliti menyatakan kepada pembaca isis tertentu, misalnya majalah untuk
menunjukan apa yang merek kenali sebagai yang pernah dilihat.
2) Mengukur dampak komunikasi
Salah satu cara untuk mengukur dampak iklan adalah membandingkan penjualan masa
lalu dengan pengeluaran biaya iklan masa lalu. Cara lain adalah lewat percobaan,
misalnya untuk menguji biaya iklan di daerah pasar yang berbeda dan mengukur
perbedaan dalam tingkat penjualan yang dihasilkan.15
D. Pengertian Respon Konsumen
Menurut Husien Umar respon kunsumen adalah reaksi penerimaan setelah menerima
peran sehingga yang dimaksud pessan dapat berupa apa saja , baik itu pesan tertulis
maupun lisan atau isyarat. Dalam perusahaan pesan terhadap konsumen dapat berupa iklan
yang merupakan bagian dari bauran promosi.iklan biasanya berupa pesan-pesan terhadap
konsumen sebuah produk dalam perusahaan.
Sehingga setelah iklan dimunculkan dalam beberapa media, maka sebaiknya diadakan
uji penelitian terhadap beberapa responden untuk memperoleh tanggapan konsumen
tentang suatu pesan iklan melalui beberapa waktu dan seseorang didalam melakukan riset
hendaknya besikap positif, yaitu sikap untuk berkontribusi walaupun kecil dalam situasi
apapun, sikap bertanya yaitu sikap untuk mengetaui sesuatu hasilnya dpat dimanfaatkan
baik pada saat itu ataupun pada saat mendatang.
E. Customer Respon Index (CRI)
Dalam dunia pemasaran modern, manajemen perusahaan tidak cukup hanya
memfokuskan diri untuk membuat suatu produk dengan brand paltfrom yang kokoh, tetapi
perlu juga menetapkan suatu harga yang kompetitif untuk suatu merk, serta membuatnya
terjangkau bagi pasar sasaran. Iklim pesaingan yang makin ketat menyaratkan manajemen
perusahaan untuk mampu membuat merk produk mereka dapat dikomunikasikan pada
pasar sasarannya. Dengan demikian fungsi komukator dari promoter merek tidak dapat
dihindarkan. Untuk mencapai komunikasi merk yang efektif dan komunikasi pemasaran
yang terintergrasi, sebuah perusahaan biasanya memakai biro iklan, untuk menghasilkan
iklan yang efektif, serta memperkerjakan professional promotion system, public relation
system ataupun hal-hal lainnya yang berhubungan dengan promosi. Menurut Durianto dkk,
secara umum komunikasi suatu merk memiliki tiga tujuan utama yaitu membangun serta
meningkatkan brand awareness, memperkuat memperjelas dan mempercepat pesan suatu
merk, menstimulasi dan memotivasi target konsumen untuk melakukan target pembelian.
Seorang pemasar dapat mengukur efektifitas komunikasi yang dijalankan melalui
CRI ( Customer Response Index) yang merupakan hasil periklanan antara awareness
(kesadaran), Comperehend (pemahaman), Interest (ketertarikan), Intentions ( maksud
untuk membeli). Berdasarkan formulasi dalam memperoleh CRI, diketahui bahwa CRI
menampilkan prosess pembelian yang berawal dari munculnya awareness (kesadaran
konsumen, yang pada akhirnya mampu mengarahkan konsumen pada suatu aktivitas action
(bertintak membeli).16
F. Presentase Responden Menurut Media Iklan
Berdasarkan jenis media iklan yang digunakan PT UNILEVER TBK pada produk Citra
Hand and Body Lotion mempromosikan produknya agar dapat dikenal oleh konsumennya
92
menggunakan media Televisi, Radio, Surat Kabar, Majalah, Billboard. Penulis telah
melakukan penelitian terhadap iklan-iklan tersebut dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana efektifitas dari masing – masing jenis media iklan beserta faktor-faktor yang
menyebabkan tidak efektifitasnya iklan yang ditinjau dari respon konsumen.
Dalam menilai tingkat efektifitas akan didasari pada hasil respon konsumen melalui
metode analisis CRI. Semakin tinggi angka CRI yang diperoleh berarti semakin efektif
iklan yang digunakan, dan sebaliknya apabila semakin rendah berarti iklan yang digunakan
semakin tidak efektif.
Adapun hasil rekapitulasi dari penelitian terdapat rsponden dapat dilihat pada table 5.1
berikut ini :
Tabel 5.1 Rekapitulasi responden pada media iklan produk Citra Hand and Body Lotion
No
Keterangan
Sampel
Presentase
1
Televisi
50
50%
2
Radio
8
8%
3
Surat Kabar
11
11%
4
Majalah
15
15%
5
Billoboard
16
16%
100
100%
Jumlah
Sumber : hasil kuesioner
Dari tabel 5.1 diatas jelas terlihat, ternyata iklan produk Citra Hand and Body Lotion
melalui media televisi menduduki porsi yang paling tinggi sebesar 50% artinya 50%
responden mengetahui iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui televisi.
Porsi media radio mencapai tingkat sebesar 8%, artinya 8% konsumen mengetahui iklan
produk Citra Hand and Body Lotion melalui radio.
Porsi media surat kabar mencapai tingkat sebesar 11%, artinya 11% konsumen mengetahui
iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui surat kabar.
Porsi media majalah mencapai tingkat sebesar 15%, artinya 15% konsumen mengetahui
iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui majalah. Dan porsi media billboard
mencapai tingkat sebesar 16%, artinya 16% konsumen mengetahui iklan produk Citra
Hand and Body Lotion melalui billboard.
G. Analisis Customer Respond Index (CRI)
1. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Televisi.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang
diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang
digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis
CRI sebegai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis
iklan terhadap Televisi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :
93
Tabel 5.2 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui
media Televisi.
Jawaban
Indikator
Ya
Tidak
Total
Jumlah
%
Jumlah %
Jumlah
%
1. Awareness
50
100%
0
0%
50
100%
2.Comperehend
49
98%
1
2%
50
100%
3.Interest
47
96%
2
4%
49
100%
4.Intention
45
96%
2
4%
47
100%
5.Action
45
100%
0
0%
45
100%
CRI = 90% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan
produk Citra Hand and Body Lotion melalui media televisi
Sumber : hasil kuesioner
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 1-5
dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body Lotion
melalui Televisi sebesar 90% , Artinya media Televisi mencapai nilai CRI sebesar 90%
termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang sangat efektif.
Action 100%
Intention 96%
No Action 0%
Interested 96 %
Comprehend 98%
Aware 100%
90%
0%
No Intention 4%
No Interested 4%
No Comprehend 2%
Unaware 0 %
4%
4%
0%
0%
Gambar 5.1. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Televisi
2. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Radio.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang
diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang
digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis
CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis
iklan terhadap Radio dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
94
Tabel 5.3 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui
media Radio.
Indikator
1. Awareness
2.Comperehend
3.Interest
4.Intention
5.Action
Ya
Jumlah
8
8
7
5
2
%
100%
100%
88%
71%
40%
Jawaban
Tidak
Jumlah
%
0
0%
0
0%
2
25%
1
14%
3
60%
Total
Jumlah
%
8
100%
8
100%
9
100%
6
100%
5
100%
CRI = 25% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan
produk Citra Hand and Body Lotion melalui media radio
Sumber : Hasil Kuesioner
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 15 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body
Lotion melalui Radio sebesar 25%, Artinya media Radio mencapai nilai CRI sebesar
25% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang tidak efektif
Action 40%
Intention 71%
Interested 88%
Comprehend 100%
Aware 100%
25%
No Action
60%
No Intention 14%
No Interested 25%
No Comprehend 0%
Unaware 0 %
38%
13%
25%
0%
0%
Gambar 5.2. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Radio
3. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Surat Kabar.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang
diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang
digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis
CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis
iklan terhadap Surat Kabar dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :
95
Tabel 5.4 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui
media Surat Kabar.
Indikator
1. Awareness
2.Comperehend
3.Interest
4.Intention
5.Action
Ya
Jumlah
11
11
10
8
6
%
100%
100%
91%
80%
75%
Jawaban
Tidak
Total
Jumlah % Jumlah
%
0
0%
11
100%
0
0%
11
100%
1
9%
11
100%
2
20%
10
100%
0
25%
8
100%
CRI = 55% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan
produk Citra Hand and Body Lotion melalui media surat kabar
Sumber : Hasil Kuesioner
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 1-5
dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body Lotion
melalui Surat Kabar sebesar 55%, Artinya media Surat Kabar mencapai nilai CRI
sebesar 55% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang cukup efektif.
Action75% 55%
Intention 80%
No Action 25%
Interested 91%
Comprehend 100%
Aware 100%
18,2%
No Intention 20%
No Interested 9%
No Comprehend 0%
Unaware 0 %
Gambar 5.3. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Surat Kabar
18,2%
9,1%
0%
0%
96
4. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Majalah.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang
diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang
digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan
analisis CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil
analisis iklan terhadap Majalah dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini :
Jawaban
Indikator
1. Awareness
2.Comperehend
3.Interest
4.Intention
5.Action
Ya
Jumlah
%
15
100%
15
100%
14
93%
12
86%
11
92%
Tidak
Jumlah
%
0
0%
0
0%
1
7%
2
14%
1
8%
Total
Jumlah
15
15
15
14
12
%
100%
100%
100%
100%
100%
CRI = 73,3% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan
produk Citra Hand and Body Lotion melalui media majalah
Tabel 5.5 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui
media Majalah.
Sumber : Hasil Kuesioner
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator
1-5 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body
Lotion melalui Majalah sebesar 73,3% , Artinya media Majalah mencapai nilai CRI
sebesar 73,3% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang efektif.
Action 92%
Intention 86%
Interested 93%
Comprehend 100%
Aware 100%
73,3%
No Action
8%
No Intention 14%
No Interested 7%
No Comprehend 0%
Unaware 0 %
Gambar 5.4. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Majalah
6,7%
13,3%
6,7%
0%
0%
97
5. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Billboard.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan
yang diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media
yang digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan
analisis CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil
analisis iklan terhadap Billboard dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini :
Jawaban
Indikator
1. Awareness
2.Comperehend
3.Interest
4.Intention
Ya
Jumlah
16
16
14
13
Tidak
%
100%
100%
88%
93%
Jumlah
0
0
2
1
Total
%
0%
0%
13%
7%
Jumlah
16
16
16
14
%
100%
100%
100%
100%
5.Action
12
92%
1
8%
13
100%
CRI = 75% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan
produk Citra Hand and Body Lotion melalui media billboard
Tabel 5.6 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui
media Billboard.
Sumber : Hasil Kuesioner
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase
indicator 1-5 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand
and Body Lotion melalui Billoard sebesar 75%, Artinya media Billboard mencapai
nilai CRI sebesar 75% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang efektif.
Action 92%
Intention 93%
No Action 8%
Interested 88%
Comprehend 100%
Aware 100%
75%
6,25%
No Intention 7%
No Interested 13%
No Comprehend 0%
Unaware 0 %
Gambar 5.5. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Billboard
6,25%
12,5%
0%
0%
98
Berdasarkan pada pembahasan di atas, telah di hitung besarnya tingkat efektifitas
masing-masing media iklan yang di gunakan oleh PT UNILEVER TBK dalam
mengiklankan Produk Citra Hand and Body Lotion. Berikut ini pembahasan
ranking iklan per media. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut
ini:
Tabel 5.7 Ranking CRI menurut jenis iklan produk Citra Hand and Body Lotion yang
di gunakan PT UNILEVER TBK
No
Media Iklan
1
Televisi
2
Radio
3
Surat Kabar
4
Majalah
5
Billboard
Sumber : Hasil kuesioner
CRI (%)
90%
25%
55%
73,3%
75%
Ranking
I
V
IV
III
II
Dari tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa media televisi memiliki nilai CRI tertinggi
sebesar 90%, di ikuti oleh media radio menduduki nilai terenddah dengan nilai CRI
25%, media surat kabar menduduki ranking ke empat dengan nilai CRI 55%, media
majalah menduduki ranking ke tiga dengan niali CRI 73,3%, media billboard
menduduki ranking ke dua.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembasahan yang telah dijelaskan pada BAB V,
mengenai analisis respon konsumen dalam mengukur efektifitas media iklan produk Citra
Hand and Body Lotion yang dilakukan oleh PT UNILEVER TBK, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Produk Citra Hand and Body Lotion menggunakan beberapa media seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan billboard dalam melaksanakan promosinya, 100 responden yang
diambil sebagai responden adalah sebagai berikut media televisi sebesar 90% karena iklan
ditelevisi sangat efektif, iklan berperan penting dalam mengkomunikasikan produk dan
dapat menyampaikan pesan secara audio visual, billboard 75% dan majalah 73,3% karena
iklan tersebut efektif dan dapat dilihat produk nya dengan jelas, dan di dalam majalah iklan
tersebut di tuangkan kegunaan dari produk tersebut, dan keunggulan dalam beriklan
dimajalah, majalahnya yang sudah terkenal di kalangan masyarakat sehingga masyarakat
lebih mengenal produk tersebut, surat kabar 55% karena iklan disurat kabar bisa dilihat
produk tersebut tetapi dalam bentuk ukuran tertentu dan surat kabar kualitas kertas dari
surat kabar bisa menjadi bahan pertimbangan untuk beriklan tetapi cukup efektif beriklan
disurat kabar, radio 25% karena iklan di hanya bisa mendengar saja tidak melihat
produknya tersebut jadi iklan di radio tidak cukup efektif.
2. Secara keseluruhan media iklan yang digunakan oleh PT UNILEVER TBK dari televisi
yang sangat efektif, efektif, cukup efektif sampai tidak efektif, dari kelima media iklan
yang merupakan media iklan yang sangat efektif adalah media televisi sebesar 90%. Tetap
tidak menutup kemungkinan untuk beriklan di radio, majalah, surat kabar, itu tidak efektif,
pada dasar nya kembali lagi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebt agar produk
tersebut masyarakat lebih Aware, Comprehend, Interested, Intention, Action
99
Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan kepada PT UNILEVER TBK adalah
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, bahwa media iklan yang paling
efektif dalam mempengaruhi respon konsumen adalah televisi, maka sebaiknya PT
UNILEVER TBK mempertahankan intensitas dan kreatifitas dalam mempromosikan
produk Citra Hand and Body Lotion melalui media televisi.
2. Media iklan yang lain seperti radio, surat kabar, majalah, dan billboard sudah efektif
supaya lebih efektif maka lebih di tingkatkan lagi iklan yang ditayangkan harus lebih jelas
dalam menyampaikan pesan menonjolkan kualitas, sehingga konsumen lebih mengetahui
kelebihan-kelebihan produk Citra Hand and Body Lotion.
DAFTAR PUSTAKA
Alex S. Nitisemito, Marketing, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal. 126
Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern,Liberty Yogyakarta, 1998, hal.193
D.W.Foster, Dasar-Dasar Marketing, Jakarta: Erlangga, 2002, hal. 8
Darmadi Durianto, Sugianto dan kawan-kawan, Invasi pasar dengan iklan yang
efektif;Strategi,program dan teknik pengukuran, Jakarta, PT. Gramedia,2003.Hal 11
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasarn. Edisi 2. Yogykarta: Andi,2001 . hal 221
Hasyim dan Rina Anindita. Prinsip-prinsip Dasar Metode Rise Bidang Pemasaram.Jakarta:
UIEU-University Press,2009.
Jefknis,Frank, periklanan. Edisi ketiga, Penerbitan Erlangga, Jakarta.1997. hal 5
Jurnal, Efektifitas iklan tabungan BRItama pada PT BANK RAKYAT INDONESIA,TBK.
Cabang Pacitan, Bisnis dan Kewirausahaan, Nomor 2(Oktober 2008), issn19790333.
Jurnal, Efektifitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka Dikota Yogyakarta. Yogyakarta:
universitas islam Indonesia, Nomor 1 (Januari 2007):1-21
Johan, Analisis Efektifitas Respon Konsumen Terhadap Media Iklan Apartemen Green Bay
Pluit. Jakarta: UIEU-University 2007.
Kotler,P. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2005, hal.
8
Philip Kotler and Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2008,
hal. 147
Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi, Edisi 1, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Prasada,. 2002, hal 243
100
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, JANGKA WAKTU DAN
KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERMINTAAN KREDIT
PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT BANK NEGARA
INDONESIA CABANG HARMONI (STUDI KASUS PADA NASABAH
YANG SUDAH AMBIL KPR DI PT BANK NEGARA INDONESIA
CABANG HARMONI)
Ida Rosanti
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the significance of the influence of interest rates,
duration and quality of service of the demand for credit (mortgage) at PT Bank Negara
Indonesia Branch Harmoni either partially or simultaneously.
Sampling was done by purposive random sampling method, in which each member of the
population has an equal opportunity to the respondent, and sampling based on consideration
of the customer and work areas west jakarta jakarta center, with a total sample of 62
customers using Slovin formula (α = 10 %), the method of analysis used is multiple linear
regression analysis.
Based on the results of data analysis using SPSS 21.0, indicating that the interest rate (X1),
duration (X2), and quality of service (X3) had a significant effect on mortgage demand
partially or simultaneously, and the most dominant influence housing demand is quality of
service (X3). Based on the results of determinant coefficient (R2) shows that the interest rate
(X1), duration (X2), and quality of service (X3) has contributed to the demand for mortgages
by 67%.
Keywords: Interest rates. period of time, quality of service and mortgage demand
PENDAHULUAN
Rumah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar. Mempunyai
rumah yang layak huni menjadi tolak ukur kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia saat ini
masih banyak masyarakat yang masih belum mempunyai rumah dan belum mempunyai tempat
tinggal yang memamdai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Meningkatnya
pendapatan akan mendorong daya beli masyarakat untuk membeli rumah. Selain itu rumah
juga bisa dijadikan sebagai lahan untuk berinvestasi.
Disinilah peranan bank dalam mendukung kegiatan perekonomian sangat besar. Terdapat
beberapa jenis sektor konsumsi yang dibiayai dengan kredit oleh bank, salah satunya adalah
sektor perumahan melalui kredit pemilikan rumah (KPR). Peningkatan pemberian KPR oleh
bank-bank disebabkan masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan rumah. Pada sisi lain,
101
sebagian masyarakat tidak mampu membeli rumah secara tunai, sehingga ini menjadi peluang
bagi bank-bank untuk memasarkan KPR sebanyak-banyaknya.
Arafat menyatakan sektor perumahan dapat diandalkan sebagi motor penggerak putaran
roda perekonomian nasional. Bisnis property akan menjanjikan peluang yang sangat
menggiurkan bagi bank-bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) untuk dapat
meningkatkan kinerja secara berkesinambungan karena kehadiran jasa perbankan adalah
sebuah keniscayaan geliat bisnis ini.
Seperti yang dikatakan pengamat properti, Panangian Simanungkalit, menilai, penawaran
suku bunga rendah ini bakal membuat bisnis properti booming di akhir tahun. Bank masih akan
bersaing ketat dalam menggaet nasabah. Apalagi, dengan mengacu BI rate yang diperkirakan
masih akan tetap di 5,75%, bank dipastikan belum akan melambungkan bunga KPR di tahuntahun selanjutnya.
Strategi untuk memenangkan persaingan dalam bisnis KPR adalah suku bunga dan
pelayanan yang kompetitif. Suku bunga KPR yang tinggi dapat menyebabkan ekspansi KPR
menjadi turun. Pada sisi lain, bank yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan,
pasti dapat menarik banyak debitur sehingga mampu tumbuh dan berkembang. Salah satunya
bentuk pelayanan yang dapat menjadi pertimbangan seseorang untuk mengambil KPR adalah
dari segi proses kreditnya.
Terkait dengan hal tersebut banyak penelitian yang telah dilakukan antara lain: Arlina
Nurbaity Lubis dan Ganjang Aritha Ginting (2008) melakukan penelitian dengan judul
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pada PT Bank
Tabungan Negara Cabang Medan. Hasil dari penelitian adalah tingkat suku bunga dan kualitas
pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan permintaan KPR pada PT
Bank Tabungan Negara cabang Medan.
Deani Apri Yanti (2011) dengan judul penelitian the analysis of mortages deman griya
utama at PT Bank Tabungan Negara Sudirman branch in Pekanbaru‖, hasil penelitian adalah
pendapatan, pelayanan nasabah, tingkat suku bunga dan jangka waktu mempengaruhi
permintaan kpr, faktor yang paling mempengaruhi KPR Griya Utama pada PT Bank Tabungan
Negara cabang Sudirman Pekanbaru adalah faktor pelayanan nasabah.
Sugeng Raharjo dengan judul penelitian pengaruh suku bunga, pendapatan nasabah, status
pekerjaan nasabah, jangka waktu kredit terhadap jumlah pengambilan kredit pada nasabah
perusahaan daerah badan kredit kecamatan eromoko kabupaten wonogiri. Dengan hasil
penelitian suku bunga memiliki pengaruh yang negative terhadap pengambilan kredit,
penadapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pengambilan kredit, status
pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pengambilan kredit, dan jumlah
waktu kredit memiliki pengaruh sacara signifikan terhadap jumlah pengambilan kredit.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas diketahui bahwa jumlah permintaan kedit
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: suku bunga, pendapatan nasabah, pelayanan
nasabah, status pekejaan nasabah, dan jangka waktu kredit Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Jangka
Waktu dan Kualitas Pelayanan terhadap Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk cabang Harmoni”.
Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan
secara parsial terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang
Harmoni?
2. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu dan kualitas pelayanan
secara simultan, terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang
Harmoni?
102
3. Apakah pengaruh yang paling dominan antara suku bunga, jangka waktu kredit, dan
kualitas pelayanan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang
Harmoni ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu, dan kualitas
pelayanan secara parsial terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia
Cabang Harmoni.
2. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu dan kualitas
pelayanan secara simultan, terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia
Cabang Harmoni.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan antara suku bunga, jangka waktu kredit,
dan kualitas pelayanan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia cabang
Harmoni.
LANDASAN TEORI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Menurut Mankiw (2003) ada banyak faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi
permintaan suatu barang, sehingga akan menggeser kurva permintaan antara lain adalah harga,
pendapatan konsumen, jumlah konsumen, selera konsumen, ramalan mengenai keadaan dimasa
yang akan datang.
Suku Bunga
Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan/atau nasabah sebagai
balas jasa transaksi antara bank dan nasabah (Ismail 2010 : 131). Tingkat suku bunga dapat
diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan juga
harga yang dibayar oleh nasabah yang memperoleh pinjaman kepada bank menurut Kasmir
(2005:119) Naik turunnya tingkat suku bunga memberikan dampak yang simultan kepada
debitur maupun bank, jika tingkat suku bunga KPR dinaikkan maka permintaan KPR
cenderung akan menurun, dan permintaan KPR yang menurun akan berdampak negatif
terhadap laba bank.
Jangka Waktu
Menurut Suyatno dkk (1997:101) mengatakan bahwa pada umumnya jangka waktu kredit
merupakan cerminan dari resiko kredit yang mungkin muncul. Makin panjang waktu kredit
makin tinggi resiko yang mungkin muncul, maka bank akan membebankan bunga yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kredit jangka pendek.
Jangka waktu menjadi salah satu pertimbangan nasabah dalam pengambilan KPR. Jangka
waktu yang tidak terlalu cepat dengan suku bunga yang cenderung rendah menjadi pilihan
nasabah sekarang ini.
Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan bisa diartikan sebagai ―ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang
diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan‖ menurut Lewis & Booms, 1983 dalam
Tjiptono (2008:157).
Berdasarkan definisi ini, kualitas layanan di tentukan oleh kemampuan perusahaan memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan sesuai dengan ekspektai pelanggan. Dengan kata lain,
faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan adalah layanan yang diharapkan pelanggan
(expected service) dan persepsi terhadap layanan (perceived service) menurut Parasuraman, et
al., 1985 dalam buku Tjiptono.
103
Terdapat lima dimensi utama yang disusun susun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya
sebagai berikut; Realibilitas (Realibility), Daya Tanggap (Responsiveness), Jaminan
(Assurance), Empati (Empathy), Bukti Fisik (Tangibles.)
Penawaran dan Permintaan Kredit
Penawaran dan permintaan kredit dapat dijelaskan melalui gambar dan model. Pada sumbu
tegak menggambarkan harga dari kredit yaitu suku bunga, Boediono (1985) menjelaskan
bahwa suku bunga merupakan biaya dari memegang uang khususnya merupakan biaya
imbangan. Sehingga dalam grafik, sumbu tegak menggambarkan suku bunga dalam persen dan
sumbu datar menggambarkan kuantitas kredit dalam mata uang berlaku.
Suku Bunga Kredit (r) %
Gambar 2.1. Keseimbangan Penawaran dan Permintaaan Kredit
Pada gambar 2.1 keseimbangan penawaran dan permintaan kredit terjadi pada titik E,
dimana penawaran sebesar Sc dan permintaan sebesar Dc. Dengan suku bunga sebesar r0
persen dan kredit sebesar L0 unit mata uang.
Penurunan kredit akibat faktor-faktor permintaaan merupakan sesuatu yang terjadi
ketika perekonomian suatu bangsa mengalami kelesuan (resesi). Dari sisi makro
perusahaan, masalah struktural seperti penyesuaian untuk mengurangi rasio utang terhadap
modal (debt-equity ratio) yang meningkat akibat krisis merupakan penyebab turunnya
permintaan kredit. Adanya ketidakpastian (uncertain) dan iklim berusaha (business
confidence) yang rendah juga merupakan penyebab rendahnya keinginan untuk melakukan
investasi sehingga permintaan kredit juga mengalami penurunan.
Penurunan kredit dari sisi penawaran disebabkan oleh turunnya keinginan bank untuk
memberikan pinjaman. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya keinginan
perbankan untuk memberikan kredit dapat bersumber dari faktor internal mupun eksternal.
Faktor internal berupa rendahnya kualitas asset perbankan, tingginya NPL, dan anjloknya
modal perbankan akibat depresiasi serta negative interest margin akan menurunkan
kemampuan bank untuk member kredit.
Faktor eksternal berupa menurunnya kelayakan kredit (creditsworthiness) dari debitur
akibat melemahnya kondisi keuangan perusahaan, sehingga bank akan mengalami
kesulitan untuk membedakan tingkat kelayakan kredit dari debitur. Intinya adalah
asymetric information yang menyebabkan bank mengurangi volume kredit mereka.
Keengganan bank untuk menyalurkan kredit seringkali tidak diikuti dengan kenaikan suku
bunga (price credit rationing), melainkan diikuti oleh pengurangan kredit secara kuantitas
(non-price credit rationing).
104
Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni Periode Januari-Juni
2013.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Umar (2005:145) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah KPR BNI GRIYA Cabang Harmoni,
periode Januari – Juni 2013 dengan pinjaman 250 juta – 500 juta, dengan jumlah populasi
162 nasabah.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.Metode pengambilan sampel ini berdasarkan Purposive Random Sampling, dimana
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama menjadi responden, dan pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan yaitu nasabah yang bekerja didaerah jakarta barat dan
jakarta pusat
Besar ukuran sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus
slovin (Hasyim&Rina 2009:79) :
Dengan jumlah populasi sebesar 163 nasabah dan tingkat keyakinan kesalahan sebesar
10%, maka jumlah sampelnya adalah :
163
n=
= 61.977 nasabah
1 + 163 (0,1)²
Yang menjadi responden sebanyak 61.977 nasabah dan dibulatkan menjadi 62 nasabah.
105
Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kemampuan alat tersebut untuk
mengukur objek yang diukur dengan cermat dan tepat.
Rumus person product moment adalah sebagai berikut :
rxy =
n (∑XY) – (∑X) (∑Y)
√{n∑X2 – (∑X)2} √{n∑Y2 – (∑Y)2 }
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi Product Moment
n
= Jumlah responden
X = Skor pernyataan
Y = Skor total
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali. Setiap alat
pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang
konsisten.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi
kriteria ekonometrika, dimana tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsiasumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS), yaitu terdiri dari
empat pengujian dengan menggunakan program SPSS 21: uji normalitas data, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi
4. Analisis regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis terhadap hubungan antara variabel
dependen (Y) yaitu permintaan KPR dengan variabel independen (X) yaitu suku bunga,
jangka waktu, dan kualitas pelayanan. Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini
menggunakan software SPSS21, dengan model persamaan:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 ... + bnXn
Keterangan :
Y
= Variabel terikat/dependen Permintaan KPR
a
= Intercept (konstanta)
b1, b2, b3
= Koefisien regresi untuk X1, X2, X3
X1, X2, X3 = Varibel bebas/independen (tingkat suku bunga, jangka waktu, kualitas
pelayanan)
Uji hipotesis
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t merupakan pengujian masing-masing variabel bebas secara sendiri-sendiri yang
dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dengan menganggap variabel independen lain konstan (cateris paribus). Dasar
pengambilan keputusannya adalah, Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima, Jika
nilai signifikan > 0,05, maka Ha ditolak.
106
b. Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk menguji hubungan semua variabel independen terhadap variabel
dependen secara bersama (simultan).
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21
Berdasarkan gambar diatas didapatkan garis kurva normal, berarti data yang diteliti
berdistribusi normal.
Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa data yang diteliti berdistribusi normal
karena garis (titik-titik) mengikuti garis diagonal.
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
1
VIF
(Constant)
sk_bunga
.579
1.726
jk_waktu
.589
1.696
k_pelayanan
.800
1.250
a. Dependent Variable: permint_kpr
Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21
107
Berdasarkan tabel diatas pada variabel suku bunga, jangka waktu, dan kualitas
pelayanan mempunyai angka dibawah 5 dan nilai Tolerance mendekati angka 1, yang
berarti tidak terjadi multikolinieritas.
2. Uji Heteroskadisitas
Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat titik-titik menyebar di bawah serta di atas
sumbu Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur. Maka dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas yang terdiri dari suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan
kualitas pelayanan (X3), tidak terjadi heteroskedastisitas atau bersifat
homoskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
Durbin-Watson
1
2.063
a. Predictors: (Constant), k_pelayanan, jk_waktu, sk_bunga
b. Dependent Variable: permint_kpr
Dapat dilihat pada tabel diatas Durbin-Watson (DW) hitung adalah 2.063, DW tabel
adalah 1.689. Maka du (1.689) < d (2.063) < 4-du (2.311), sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi negatif.
UJI HIPOTESIS
Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std.
Error
(Constant)
.504
.329
sk_bunga
.187
.080
1
jk_waktu
.166
.064
k_pelayanan
.509
.082
a. Dependent Variable: permint_kpr
Standardized
Coefficients
Beta
.233
.254
.523
T
1.532
2.350
2.584
6.207
Sig.
.131
.022
.012
.000
95.0% Confidence
Interval for B
Lower
Upper
Bound
Bound
-.154
1.163
.028
.347
.037
.294
.345
.673
Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS statistic 21
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.579
.589
.800
1.726
1.696
1.250
108
Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Permintaan KPR = 0.504+0.187 sk bunga+0.166 jk waktu+0.509k_pelayanan
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut diatas maka dapat diinterprestasikan sebagai
berikut :
1. Konstanta (a) = 0.504
Nilai konstanta (a) sebesar 0.504 artinya jika suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan
kualits pelayanan (X3), tidak ada atau nol (0) maka skor permintaan KPR pada PT Bank
Negara Indonesia Cabang Harmoni mengalami peningkatan sebesar 0.504.
2. b1 = 0.187
Nilai koefisien regresi suku bunga (X1) sebesar 0.187, menyatakan variabel suku bunga
(X1) bertanda positif terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang
Harmoni artinya apabila suku bunga diturunkan satu-satuan maka skor permintaan KPR
akan meningkat sebesar 0.187. Hal ini menunjukkan bahwa faktor suku bunga (X1)
mempengaruhi permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni.
3. b2 = 0.166
Nilai koefisien regresi jangka waktu (X2) sebesar 0.166, menyatakan variabel jangka
waktu (X2) bertanda positif terhadap permintaan KPR artinya apabila jangka waktu
dinaikan satu satuan maka skor permintaan KPR akan meningkat sebesar 0.166. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor jangka waktu (X2) mempengaruhi permintaan KPR.
4. b3 = 0.509
Nilai koefisiensi regresi kualitas pelayanan (X3) sebesar 0.509 menyatakan variabel
kualitas pelayanan (X3) bertanda positif terhadap permintaan KPR artinya apabila terjadi
peningkatan kualitas pelayanan (X3) setiap satu satuan maka skor permintaan KPR akan
meningkat sebesar 0.509. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kualitas pelayanan (X3)
mempengaruhi permintaan KPR. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pelayanan
yang berkualitas dapat mempengaruhi keputusan nasabah untuk mengajukan kredit.
5. Dari persamaan regresi diatas juga diketahui bahwa kualitas pelayanan (X3) yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap permintaan KPR adalah kualitas pelayanan,
Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hubungan masing-masing variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) secara parsial sebagai berikut:
1. Uji Ha 1
Hasil uji t pada variabel suku bunga sebesar 2.350 dengan nilai signifikan sebesar 0.022
yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara parsial suku bunga mempengaruhi permintaan KPR. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan melihat pada hasil analisis identitas responden dimana yang lebih banyak
mengajukan permintaan KPR adalah yang berpendidikan S1 skor 34 nasabah, dengan
status pekerjaan sebagai karyawan/pegawai/staff skor 37 nasabah, dengan penghasilan 3-7
juta skor 35 nasabah. Hal tersebut menunjukkan bahwa yang berpendidikan S1 rata-rata
bekerja sebagai karyawan/pegawai/staf dan memiliki penghasilan sebesar 3-7 juta, dengan
demikian nasabah akan memilih bank yang memberikan bunga yang lebih rendah, untuk
mengajukan permintaan KPR. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Uji Ha 2
Hasil uji t variabel jangka waktu sebesar 2.584 dengan nilai signifikan sebesar 0.012 yang
berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
parsial jangka waktu mempengaruhi permintaan KPR. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan melihat pada hasil analisis indentitas responden, dimana usia 35-45 tahun yang
lebih banyak mengajukan permintaan KPR hal tersebut karena usia 35-45 tahun masih
109
produktif dan dapat mengajukan permintaan KPR dengan jangka waktu kredit yang lebih
panjang. Sehingga dapat dikatakan jika jangka waktu kredit lebih panjang, maka
permintaan KPR akan meningkat. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak.
3. Uji Ha 3
Hasil uji t variabel kualitas pelayanan sebesar 6.207 dengan niali signifikan sebesar 0.000
yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara parsial suku bunga mempengaruhi permintaan KPR. Dengan demikian maka Ha
diterima dan Ho ditolak.
Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan dengan menggunakan α 0.05. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
variabel bebas yang terdiri dari suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualitas pelayanan
(X3), secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
permintaan kpr (Y).
Tabel Uji F
ANOVAa
Model
F
Sig.
Regression
39.336
.000b
1 Residual
Total
a. Dependent Variable: permint_kpr
b. Predictors: (Constant), k_pelayanan, jk_waktu, sk_bunga
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai F sebesar 39.336, dengan signifikan 0.00. Nilai
probabilitas signifikan lebih kecil dari α (0,05) yang mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima. sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama suku bunga, jangka
waktu dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap permintaan KPR.
Uji Determinasi
Uji determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar suku bunga, jangka waktu, dan
kualitas pelayanan mempengaruhi permintaan KPR, dapat dilihat dari hasil perhitungan
koefisien regresi determinasi (R2), dengan menggunakan SPSS 21 dibawah ini :
Tabel 5.13 Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted
Square
R
1
.819a
.670
.653
a. Predictors: (Constant), k_pelayanan, jk_waktu, sk_bunga
b. Dependent Variable: permint_kpr
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai R sebesar 0.819 atau sebesar 81.9% hal ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan
kualitas pelayanan (X3), memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap variabel terikat yaitu
permintaan KPR (Y).
110
Nilai R Square sebesar 0.670 atau 67% menunjukkan bahwa variabel suku bunga (X1), jangka
waktu (X2), dan kualitas pelayanan (X3), memiliki kontribusi yang besar terhadap permintaan
KPR (Y), sedangkan sisanya 33% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari variabel
penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis identitas konsumen, yang lebih banyak mengajukan permintaan
KPR adalah Laki-laki, usia 35-45 tahun, pendidikan S1, bekerja sebagai karyawan/staff,
penghasilan 3-7 juta, dan status menikah.
2. Secara parsial ketiga variabel independen yaitu suku bunga, jangka waktu dan kualitas
pelayanan masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan KPR
pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni.
3. Suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan secara serempak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang
Harmoni.
4. Dari hasil penelitian diketahui yang paling memiliki kontribusi terbesar atau yang paling
dominan mempengaruhi permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang
Harmoni adalah kualitas pelayanan.
5. Hasil analisis uji determinan R2 menyatakan Nilai R Square sebesar 0.670 atau 67%
menunjukkan bahwa variabel suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualitas pelayanan
(X3), memiliki kontribusi yang besar terhadap permintaan KPR (Y), sedangkan sisanya
33% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari variabel penelitian ini.
Saran
1. Bagi Perusahaan, disarankan untuk tidak menetapkan suku bunga yang tinggi, dikarenkan
banyaknya bank pesaing lainnya yang memiliki suku bunga yang beragam
mempertahankan atau bahkan meningkatkan besarnya pengaruh an bersaing serta jangka
waktu yang lebih lama, hal ini bisa menjadi salah satu pertimbangan PT Bank Negara
Indonesia untuk menarik nasabah lebih banyak lagi, selain itu kualitas pelayanan juga perlu
terus ditingkatkan agar nasabah merasa nyaman dan terus menjadi nasabah PT Bank
Negara Indonesia Cabang Harmoni, sehingga tidak berpindah ke bank pesaing lainnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya, karena keterbatasan dalam penelitian pengaruh suku bunga,
jangka waktu, dan kualitas pelayanan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara
Indonesia Cabang Harmoni, agar menambahkan variabel selain variabel yang sudah ada
pada penelitian ini, sehingga diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dan
hasilnya lebih maksimal, serta menggunakan teori-teori terbaru yang telah teruji
kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arafat, Wilson. 2006. Manajemen Perbankan Indonesia, LP3ES. Jakarta.
Arlina Nurbaity Lubis dan Ganjang Arihta Ginting, 2008. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pada PT Bank Tabungan Negara Cabang
Medan. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008, p.42-47.
111
Deani Apri Yanti. 2011. The Analysis Of Mortages Demand Griya Utama At PT Bank
Tabungan Negara Sudirman Branch in Pekanbaru. Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomi,
universitas Riau, September 2011.
Djohanputro, Bramantyo. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Penerbit PPM. Jakarta.
Hasyim dan Anindita, Rina. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran.
UIEU-University Press. Jakarta.
Ismail. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. 2010. Perpustakaan Nasional.
Jakarta.
Kasmir. Pemasaran Bank. 2005. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mankiw, Gregory N. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2001. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar.
Edisi Kedua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kedelapan, Penerbit Alfabeta. Bandung.
Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran.Penerbit Ghalia Indonesia.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. 2008. Service Manajement Mewujudkan Layanan Prima. Penerbit Andi
Opset. Jogyakarta.
Umar, Husein. 2005.Metode Riset Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
112
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENENTUKAN
KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN
MOTOR NEW YAMAHA VIXION
Reza Ramadhona
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian dan menggunakan new
Yamaha vixion di Jakarta Barat dengan jumlah populasi yang tidak diketahui. Jumlah sampel yang
digunakan adalah dengan menggunakan Quota Sampling yaitu sebesar 100 Responden sebagai sampel
penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
Sampling dengan kriteria usia diatas 17 tahun dan Sudah membeli dan menggunakan motor new
Yamaha vixion.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner dan wawancara.
Sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Uji Validitas dan
Reliabilitas untuk mengetahui pertanyaan – pertanyaan yang reliable, kemudian menggunakan skala
likert untuk mendeskriptifkan bobot nilai tanggapan konsumen untuk setiap pertanyaan yang ada di
kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Faktor.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat faktor – faktor yang menentukan keputusan konsumen
dalam pembelian motor New Yamaha Vixion Di Jakarta Barat. Faktor – faktor tersebut terdiri dari
Produk, Strategi, Keunggulan, Keistimewaan, dan Promosi. Sedangkan faktor yang paling dominan
adalah faktor Produk yang terdiri atas warna menarik, Showroom mudah di dapat, Sales yang
memberi informasi dengan lengkap, dan Iklan menarik. Hasil pengolahan data SPSS 17 dalam uji
reliabilitas bauran pemasaran Cronbach’s Alpha sebesar 0,871 sebanyak 16 pertanyaan sedangkan
nilai KMO dalam uji analisis faktor sebesar 0,755 > 0,5 maka nilai KMO diatas analisis faktor layak
digunakan.
Kata Kunci : Bauran Pemasaran 4P
Pendahuluan
Persaingan yang ketat menuntut perusahaan untuk semakin inovatif dalam mengeluarkan
produk yang sekiranya disukai konsumen. Tanpa inovasi, produk suatu perusahaan bisa
tenggelam dalam persaingan dengan produk-produk lain yang semakin memenuhi pasar. Di
lain pihak konsumen juga semakin kritis terhadap apa yang mereka terima dan harapkan dari
sebuah produk. Jika ternyata tidak sesuai dengan harapan pelanggan, perusahaan tidak hanya
akan kehilangan kepercayaan pelanggan tetapi juga berpotensi akan kehilangan pelanggan
potensial. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) pada kuartal
pertama 2013, terdapat 251.147 unit sepeda motor tipe sport dipasarkan. Angka ini terus
meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kini market share sepeda motor jenis
sport, menyentuh angka 12,74 persen.
Yamaha masih menjadi raja di segmen ini dengan penjualan total mencapai 134.042 unit
sepanjang kuartal pertama 2013. Dengan mengandalkan Yamaha New V-Ixion, pabrikan
berlambang garpu tala ini masih masih dominan bila dibandingkan dengan motor sport lainnya.
113
Yang menarik, penjualan V-Ixion lama tetap bergairah meski pasarnya kian mengecil. Bahkan
V-Ixion lama ini ada diperingkat ketiga dengan total penjualan selama tiga bulan mencapai
31.108 unit. Sementara Yamaha Byson berada di peringkat kelima dengan total jumlah
penjualan sebanyak 21.158.
Selain perubahan tampilan fisik yang revolusioner, dari spesifikasi, kelihatan beberapa
upgrade telah dilakukan oleh Yamaha. Power yang bisa dikeluarkan oleh mesin Yamaha New
Vixion lebih bertenaga bila dibanding dengan versi lama. Mesin old Vixion mampu
mengeluarkan power sebesar 11,1 kW / 8500 rpm, sedangkan New Vixion memiliki potensi
power sebesar 12,2 kW (16.59PS) pada 8500 rpm. Torsinya pun mengalami peningkatan dari
13,1 Nm / 7500 rpm menjadi 14,5 Nm / 7500 rpm.
New Vixion menggunakan ban gambot pada bagian belakangnya yaitu ukuran 120/70
dibanding vixion lama yang 90/90. Termasuk penggunaan rem belakang cakram alias disk
brake. Jangan heran bila berat New Yamaha Vixion bertambah 4 Kg. New Yamaha Vixion
merupakan versi baru dari Yamaha Vixion yang cukup fenomenal di Indonesia. Dengan
lahirnya New Yamaha Vixion ini tidak serta merta membuat distribusi Vixion lama dihentikan,
YIMM menjadikan Vixion versi lama sebagai tandem sampai New Yamaha Vixion The
Lightning benar-benar bisa hidup mandiri. Namun dari berbagai macam perubahan tampilan
fisik yang revolusioner motor diatas tetap saja ada beberapa keluhan dari konsumen terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan, seperti pelayanan yang kurang optimal, diskon yang kecil,
dan lain – lain.
Kini PT Yamaha Motor Manufacturing Indonesia (YMMI) dihadapkan pada kenyataan
yang sulit, hal ini dikarenakan semakin banyaknya pesaing sepeda motor yang menawarkan
produk yang hampir serupa. perusahaan yang bergerak di bidang tersebut yaitu perusahaan PT
Astra Honda Motor, PT Kawasaki dan PT Suzuki. Sehingga membuat perusahaan melakukan
langkah-langkah antisipasi, salah satunya meningkatkan kualitas produk.
Rumusan masalah
a. Faktor apa sajakah yang menentukan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian
motor merek New Yamaha Vixion?
b. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli
motor merek New Yamaha vixion?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian motor merek New Yamaha vixion.
2. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi keputusan
konsumen dalam membeli motor merek New Yamaha vixion.
Manfaat Penelitian
1. Bagi kalangan akademis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi penelitian
selanjutnya.
2. Bagi penulis adalah sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan serta menerapkan ilmu
– ilmu yang di peroleh selama perkuliahan terutama di bidang pemasaran.
3. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan agar perusahaan
dapat terus meningkatkan penjualan.
Tinjauan Teori
1. Bauran Pemasaran
Beberapa ahli memberikan definisi bermacam – macam tentang pemasaran, antara lain
Stanton. Ia mengatakan bahwa : ―Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan
dengan kegiatan – kegiatan Usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga,
114
hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang–barang atau jasa yang akan
memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang actual maupun yang potensial‖.
Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus di lalui oleh barang
dan jasa sebelum sampai ketangan konsumen, sehingga ruang lingkup kegiatan yang luas itu
disederhanakan menjadi 4 ( empat ) kebijakan pemasaran yang lazim di sebut sebagai
bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang di gunakan
perusahaan untuk terus–menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.
McCarthy mengklasifikasikan alat–alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang
disebut Empat P Pemasaran: produk, harga, tempat, promosi.
Produk adalah suatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk
dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan.
Pengembangan produk mengharuskan menetapkan manfaat–manfaat apa yang di berikan
oleh produk itu. Manfaat–manfaat ini di komunikasikan dan hendaknya di penuhi oleh
atribut produk. Untuk produk barang misalnya mutu, ciri, dan desain.
Keputusan harga merupakan hal yang penting dalam menentukan suatu produk (barang
atau jasa) bagi pelanggan dan mempunyai peranan penting dalam membangun image atau
citra suatu produk.
Secara garis besar pendistribusian merupakan kegiatan perusahaan yang berusaha
memperlancar dan memenuhi penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga,
tempat, dan saat dibutuhkan).
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.
Bagaimana kualitas suatu produk akan diketahui bila konsumen belum mendengarkan dan
tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka.
Produk:
Keragaman produk
Mutu
Rancangan
Sifat-sifat
Nama merek
Kemasan
Ukuran
Pelayanan
Jaminan
Keuntungan
Promosi:
Periklanan
Penjualan perorangan
Promosi penjualan
Hubungan masyarakat
Harga:
Pelanggan sasaran
Daftar harga
Diskon
Potongan
Periode pembayaran
Syarat Kredit
Pemosisian yang
dikehendaki
Gambar 2.1
Bauran Pemasaran
Distribusi:
Saluran
Cakupan
Jenis
Sediaan
Transportasi
Logistik
Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini
berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau
diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan 5 dimensi kualitas yaitu
Rancangan, Kesesuaian, Ketersediaan, Keamanan, Guna praktis.
Menurut Deming terdapat 14 poin penting yang dapat membawa/membantu manager
mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk
dan jasa, mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima, berhenti tergantung
pada inspeksi missal, berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja, tetap dan continue
memperbaiki sistem produksi dan jasa, melembagakan metode pelatihan kerja modern,
melembagakan kepemimpinan, menghilangkan rintangan antar departemen, hilangkan
ketakutan, hilangkan/ kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja, hilangkan manajemen
berdasarkan sasaran, hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman,
115
melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat, dan menciptakan struktur
dalam managemen puncak yang dapat melaksanakan transformasi seperti dalam poin-poin
di atas.
Sementara itu David A Garvin mengemukakan 8 dimensi atau kategori kritis dari
kualitas yaitu Kinerja, Profil, Kedapat dipercayaan, Kesesuaian, Daya tahan, Kepelayanan,
Keindahan, dan Kualitas yang dipersepsi.
Merek menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah suatu nama, istilah, tanda,
symbol, rancangan atau kombinasi dari hal – hal tersebut, yang di maksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing.
Merek menurut Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Simanjuntak adalah suatu nama,
symbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang di berikan oleh sebuah
perusahaan produk dan jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.
Husein Umar mengatakan bahwa harga adalah sejenis nilai tukar konsumen dengan
manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya di tetapkan oleh
pembeli dan penjual melalui tawar–menawar.
MCDaniel mengemukakan mengenai harga merupakan apa yang harus di berikan oleh
pembeli untuk mendapatkan suatu produk.
Metode adaptasi harga :
1. Diskon dan Potongan Harga.
2. Penetapan Harga.
Menurut Philip Kotler dan Armstrong definisi tempat atau saluran distribusi adalah
seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses
penyediaan suatu produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau
pengguna bisnis.
Untuk mempromosikan produk, maka di susun suatu strategi yang sering di sebut
dengan strategi promosi. ada empat elemen promosi, yaitu :
1. Periklananadalah semua bentuk penyajian non personal, promosi dan ide tentang barang
atau jasa yang di bayar oleh suatu sponsor.
2. Promosi Penjualan adalah berbagai bentuk intensif jangka pendek untuk mendorong
keinginan konsumen untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
3. Hubungan Masyarakat adalah berbagai macam program untuk memelihara, menciptakan,
dan mengembangkan citra perusahaan atau merek sebuah produk.
4. Penjualan Secara Pribadi adalah interaksi langsung dengan satu atau beberapa calon
pembeli dengan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan.
2. Perilaku Kosumen
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller perilaku konsumen adalah studi tentang
bagaimana individu, kelompok, dan organsasi, memilih, membeli, menggunakan dan
bagaimana barang – barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka.
Menurut Husein Umar mendefinisikan perilaku konsumen adalah sebagai suatu
tindakan yang langsung dalam mendapatkan, dan mengkonsumsi serta menghabiskan
produk serta jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengusuli tindakan
tersebut. Sedangkan Kotler dan Amstrong mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah
perilaku pembeli produk untuk konsumen personal. Berdasarkan pendapat para ahli diatas
dapat di simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan yang dilakukan
oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang – barang atau jasa ekonomis yang
dapat dipengaruhi lingkungan.
116
Pemasaran dan rangsangan lain-nya
Kotak Hitam Pembeli
Respon Pembelian
Pemasaran
Rangsangan lainnya
Karakteristik pembeli
Pilih produk
Produk
Ekonomi
Proses keputusan
Pilih merek
Harga
Teknologi
Pembeli
Pilih penyalur
Tempat
Politik
Waktu pembelian
Promosi
Budaya
Jumlah pembelian
Gambar 2.2
Model Perilaku konsumen Menurut Kotler dan Amstrong
Rangkaian pemasaran terdiri dari 4P, produk, harga, tempat, promosi, rangkaian lain
meliputi kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan pembelian: ekonomi, teknologi,
politik, dan budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, yang dapat
diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah
pembelian.
3. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap : pengenalan masalah, pencairan
informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelas,
proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan mempunyai konsekuensi
dalam waktu lama setelahnya.
a. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembelian menyadari suatu masalah atau kebutuhan
yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, salah
satu kebutuhan dari kebutuhan normal seseorang, rasa lapar, haus, seks, nilai ketingkat
maksimal dan menjadi dorongan atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal.
b. Pencarian informasi
Ternyata konsumen sering mencari jumlah informasi yang terbatas. Survai
memperlihatkan bahwa untuk barang tahan lama, setengah dari semua konsumen hanya
melihat satu toko, dan hanya 30% yang melihat dari satu merek peralatan. Dapat
membedakan antara dua tingkat keterlibatan dengan pencarian yang lebih rendah disebut
perhatian tajam. Pada tahap ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap
informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang dapat memasuki
pencarian informasi aktif, mencari bahan bacaan telepon teman, melakukan kegiatan
online dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut.
c. Evaluasi alternative
Konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses evaluasi : pertama, konsumen
berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumena mencari manfaat tertentu
dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing – masing sebagai sekelompok
atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan
untuk memuaskan kebutuhan ini.
d. Keputusan pembelian
Bentuk evaluasi konsumen membentuk preverensi antar merek dalam kumpulan pilihan.
Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai.
e. Penggunaan dan penyingkiran pasca pembelian
Pasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan menyingkirkan
produk. Pendoreong frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk, semakin cepat
pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat mereka kembali kepasar untuk
membelinya lagi.
117
Pengenalan
masalah
Proses
Pencarian
informasi
YMMI
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
pascapembelian
Gambar 2.3
pengambilan keputusan pembelian
4. Kerangka Pikir penelitian
Setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda hal inilah yang
ditangkap oleh marketer. Untuk mengetahui apakah produk, harga, tempat, dan
menggunakan variable marketing mix dan promosi dapat mempengaruhi keputusan dalam
melakukan pembelian produk new Yamaha Vixion di Jakarta Barat.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor manakah yang mempengaruhi
keputusan konsumen dalam melakukan pembelian produk new Yamaha Vixion di Jakarta
Barat.
Hasil analisis faktor dilakukan untuk menguji apakah produk, harga, tempat, dan
promosi dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk new Yamaha Vixion. Oleh
karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran keputusan
pembelian. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadikan masukan untuk Yamaha Motor
Manufacturing Indonesia (YMMI).
Dengan demikian kerangka pikir penelitian dapat dijabarkan kedalam sebuah pola pikir
dari gambar yang dilihat sebagai berikut :
5. Hipotesis
Hipotesa atau dugaan sementara yang perlu dikaji kebenarannya dalam penelitian ini adalah
:
1. Diduga faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian motor New Yamaha
Vixion adalah faktor harga terjangkau, desain modern, merek terkenal, kualitas produk
yang sangat di utamakan, dan sistem keamanan kunci yang baik.
2. Diduga faktor yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian motor New
Yamaha Vixion adalah faktor merek terkenal.
METODELOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian yang di lakukan untuk semua orang yang melakukan pembelian dan
menggunakan new Yamaha vixion di Jakarta Barat.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian dan
menggunakan new Yamaha vixion di Jakarta Barat dengan jumlah populasi yang tidak
diketahui.
Teknik pengambilan sampel yang diteliti adalah jumlah responden dari populasi dengan
cara sebagai berikut :
1. Quota sampling adalah metode pengambilan sampel ini dilakukan jika pupulasi tidak
diketahui jumlahnya sehingga penelitian harus menentukan sendiri jumlah sampel yang
inginkan. Karena jumlah populasi tidak diketahui, maka Quota yang ditetapkan untuk obyek
penelitian adalah 100 responden.
118
2. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel ini dilakukan jika peneliti
melakukan pengambilan sampel berdasarkan keputusan dari peneliti sendiri, yang
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Responden yang di pilih adalah orang
yang diperkirakan dapat menjawab semua pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut :
1) Usia di atas 17 tahun
2) Sudah membeli dan menggunakan motor new Yamaha vixion.
Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji Validitas dalah pertanyaan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu
kuisioner dapat mengukur apa yang diukur, dengan rumus teknik korelasi produtc moment
pearson.
n
r
n
xy
2
x n
x
x
2
y
Keterangan : r = korelasi respon product moment
n = jumlah data sampel
X1= Variable terikat kualitas pertanyaan
X2= Variabel terikat kepuasan pelanggan
Y = Variabel terikat loyalitas pelanggan
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan
untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Cronbach Alpha adalah
metode uji relibilitas untuk skala kuesioner interval dan ordinal. Adapun rumus cronbach‘s
alpha adalah sebagai berikut :
k 1
sb2
r11
k 1
st 2
Keterangan : r 11 = Reliabilitas intrumen
k = banyak butiran pertanyaan
t2 = variasi total
b2 = jumlah variasi butir
3. Skala Likert
Karena penelitian ini adalah mengetahui faktor yang menentukan maka digunakan skala
likert, skala ini memberikan peluang untuk mengekspresikan perasaan dalam bentuk
persetujuan karena dimungkinkan hasil berupa desimal, bobotnya adalah sebagai berikut :
Tabel Pembobotan skala Likert
Bobot
Katagori
Sangat tidak setuju
1
Tidak setuju
2
Cukup setuju
3
Setuju
4
Sangat setuju
5
4. Analisis faktor
Adalah suatu alat uji banyak variabel dimana untuk mengamati dan menganalisis suatu
fenomena yang dapat dibuat suatu pola. Dengan rumus:
119
Xij Xi
Sxi
Dimana : Xisj = Nilai standar X Ke-i pada Sel Ke-j
Xij = Nilai X Ke – i pada sel ke-j
= Rata – rata variabel ke – i
Dengan persamaan : Fj = bjIXsI+bj2Xx2+bjkXsk ..............................................
Keterangan : Fj = Skor Faktor ke – j
bj = Koefisien sektor faktor ke-j
Xsk= variabel ke – k yang telah di standarisasi.
X isj
a. KMO dan Barlett’s Test
Kesimpulan tentang layak – tidaknya analisis faktor dilakukan, baru sah secara statistik
dengan menggunakan uji kaisaer meyer olkin (KMO)measure of adequency and berlett
Test of speriecity. KMO uji nilainya berkisar antara 0,5 sampai 1,0 ini mempertanyakan
kelayakan (appropriatness) analisis fakor. Sebagai berikut:
―Analisis faktor layak dilakukan dan sebaliknya bila KMO dibawah 0,5 analisis faktor
tidak layak dilakukan.‖
Tabel nilai KMO
Nilai
Keterangan
KMO
Sangat memuaskan
>0,8
0,7 - 0,8 Memuaskan
0,6 - 0,7 Bagus
0,5 - 0,6 Cukup
Ditolak
<0,5
b. Nilai – Image Matriks
Untuk menentukan variabelmana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan.
Pada tabel tersebut ada kode ―a‖ yang artinya tanda untuk measure of sampling adequacy
(MSA)
c. Total Variance Explaind
Menunjukan nilai masing – masing variabel yang dianalisis setiap faktor mewakili
variabel – variabel yang dianalisis. Kemampuan setiap variabel yang dianalisis
ditunjukan oleh besarnya varians yang dijelaskan yang disebut dengan eigenvalue.
d. Rotated Component Matrix
Menunjukan bahwa variabel yang dapat dikelompokan menjadi faktor – faktor.
Definisi Operasional Variabel
1. Produk ( Product )
Produk adalah kendaraan new Yamaha Vixion memiliki mesin yang sama dengan Vixion
lama yang di ukur dengan : warna menarik, design modern, kualitas produk yang sangat di
utamakan, suku cadang tersedia secara luas, produk yang ramah lingkungan, merek
terkenal, hemat bahan bakar dan sistem keamanan kunci yang baik.
2. Harga ( Price )
Harga adalah sejumlah uang untuk mendapatkan new Yamaha Vixion yang di ukur dengan :
harga terjangkau, cara pembayaran di sesuaikan dengan kondisi konsumen, dan harga sesuai
dengan kualitas.
3. Tempat ( Place )
120
Tempat penjualan sepeda motor new Yamaha Vixion dapat tersedia di dealer Yamaha dan
juga di sebuah pameran-pameran sepeda motor Yamaha yang di ukur dengan : lokasi
penjualan strategis, dan showroom mudah di dapat.
4. Promosi ( Promotion )
New Yamaha Vixion makin gencar diperkenalkan di mana-mana. Setelah dilaunching di
Jakarta Motorcycle Show 2012, kemarin baru saja motor sport ini dipromosikan di
Tangerang & Semarang. Sebelumnya New Vixion juga sudah mampir di Dago Cikapayang,
Bandung. Sengaja menjelang akhir tahun diadakan event-event yang besar untuk menarik
perhatian konsumen. Yamaha ingin menghadirkan image New Vixion sebagai motor sport
andalan 2013. Nantinya motor ini akan bersaing dengan CBR 150R Streefire dari Honda.
Karena itulah promosi New Vixion tidak pernah main-main. Di Tangerang dan Semarang,
acara public launching ini berjalan sangat meriah. Masing-masing kota memiliki tema
sendiri dan menyuguhkan hiburan yang di ukur dengan : sales yang memberi informasi
dengan lengkap, pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia, dan iklan yang
menarik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Uji validitas
No
Indikator
Standar
Nilai
Keterangan
1
Warna menarik
0.361
0.582
Valid
2
Desain modern
0.361
0.593
Valid
3
4
Kualitas produk yang sangat di utamakan
Suku cadang tersedia secara luas
0.361
0.361
0.500
0.363
Valid
Valid
5
Produk yang ramah lingkungan
0.361
0.659
Valid
6
Merek terkenal
0.361
0.614
Valid
7
Sistem keamanan kunci yang baik
0.361
0.590
Valid
8
Hemat bahan bakar
0.361
0.414
Valid
9
Harga terjangkau
0.361
0.442
Valid
10
0.361
0.669
Valid
11
Cara pembayaran di sesuaikan
konsumen
Harga sesuai dengan kualitas
0.361
0.655
Valid
12
13
14
15
16
Lokasi penjualan strategis
Showroom mudah di dapat
Sales yang memberi informasi dengan lengkap
Pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia
Iklan yang menarik
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.601
0.643
0.672
0.738
0.591
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
dengan
kondisi
Dengan menggunakan tabel nilai kritis untuk korelasi r person-moment dengan n=30,
nilai α 0,05% dan interval kepercayaan 95% maka didapat r tabel =0,361. Dari 16 indikator
pertanyaan pada tabel 5.1 maka didapatkan 16 indikator pertanyaan tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas
Hasil untuk semua uji reliabilitas untuk semua indikator pertanyaan rumus Cronbach,s
Alpha adalah 0,871. Hal ini menunjukan bahwa semua pertannyan- pertanyaan yang
terdapat dikuesioner tersebut sangat reliabel.
3. Uji Analisis Faktor
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian
New Yamaha Vixion dan untuk mengetahui faktor yang dominan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian New Yamaha Vixion.
121
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.755
335.531
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square
Df
120
Sig.
.000
Sumber : Hasil Olah SPSS
Bisa dilihat dengan munggunakan uji Kaisear Meyer Olkin (KMO) nilainya berkisar antara
0 sampai 1 ini mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai tertinggi berkisar
antara 0,5 sampai 1,0, analisis faktor layak dilakukan dan sebaliknya bila KMO dibawah
0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan. Karena nilai KMO diatas adalah 0.755 dan >
0.500 maka nilai KMO diatas memuaskan atau bisa dikatakan analisis faktor layak
digunakan.
Nilai – Image Matrices / MSA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Indikator
Warna menarik
Desain modern
Kualitas produk yang sangat di utamakan
Suku cadang tersedia secara luas
Produk yang ramah lingkungan
Merek terkenal
Sistem keamanan kunci yang baik
Hemat bahan bakar
Harga terjangkau
Cara pembayaran di sesuaikan dengan kondisi
konsumen
11
Harga sesuai dengan kualitas
12
Lokasi penjualan strategis
13
Showroom mudah di dapat
14
Sales yang memberi informasi dengan lengkap
15
Pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia
16
Iklan yang menarik
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Total Variance Explained
Component
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Total
4.184
1.419
1.352
1.140
1.073
.984
.883
.815
.734
.668
.604
.521
.496
.453
.377
.296
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS
Standar MSA
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
Nilai MSA
0.719a
0.829a
0.822a
0.657a
0.775a
0.767a
0.769a
0.672a
0.703a
0.812a
Keterangan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.804a
0.787a
0.666a
0.785a
0.744a
0.709a
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Memuaskan
Initial Eigenvalues
% of Variance
26.149
8.866
8.453
7.125
6.709
6.150
5.519
5.092
4.590
4.178
3.777
3.259
3.098
2.828
2.357
1.850
Cumulative %
26.149
35.015
43.467
50.593
57.301
63.451
68.971
74.063
78.653
82.831
86.608
89.867
92.965
95.793
98.150
100.000
122
Bisa dilihat bahwa total variance explaind atau kemampuan setiap variabel yang
dianalisis ditunjukan oleh besarnya varians. Apabila eigenvalue diatas 1.0 maka itulah
yang akan terbentuk menjadi faktor-faktor, dilihat dari 16 indikator pertanyaan yang
ada yang eigenvalue diatas 1.0 ada 5 faktor, dari faktor yang terbentuk dari 16 indikator
pertanyaan adalah 5 faktor, sedangkan 6 s/d 16 indikator nilai total eigenvalue di bawah
1.
a. Rotated Component Matrix
Rotate Component Matrix adalah hasil proses rotasi yang memperlihatkan
distribusi faktor – faktor yang lebih jelas dan lebih nyata. Dibawah ini adalah hasil
dari perhitungan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang masuk pada faktor
tertentu.
Rotated Component Matrix
Indikator
Faktor
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
Faktor 4
Faktor 5
Warna menarik
Desain modern
Kualitas produk yang sangat di
utamakan
Suku cadang tersedia secara luas
Produk yang ramah lingkungan
Merek terkenal
Sistem keamanan kunci yang baik
Hemat bahan bakar
Harga yang terjangkau
Cara pembayaran di sesuaikan dengan
kondisi konsumen
Harga sesuai dengan kualitas
Lokasi penjualan strategis
Showroom mudah di dapat
Sales yang memberi informasi dengan
lengkap
1
3
5
0,603
0,163
0,278
0,051
0,268
0,137
0,309
0,650
0,398
-0,003
0,286
0,142
0,337
0,244
0,459
3
4
5
4
2
4
2
0,129
0,511
0,139
0,049
-0,290
0,211
0,103
-0,005
0,029
0,058
-0,080
0,467
0,138
0,765
0,789
-0,326
0,019
0,332
0.182
-0,032
0,094
0,141
0,550
-0,037
0,699
0,368
0,440
0,012
-0,020
0,080
0,808
-0,036
0,370
0,286
-0,046
4
2
1
1
0,096
0,321
0,604
0,585
0,191
0,653
0,115
0,130
0,296
0,074
-0,048
0,237
0,652
0,117
0,210
0,132
-0,087
0,154
0,144
0,212
Pameran produk besar- besaran di
seluruh Indonesia
Iklan menarik
2
0,082
0,730
-0,004
0,046
0,073
1
0,668
0,238
0,267
0,000
-0,294
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Dari analisis data diatas, dapat disimpulkan:
a. Dari 16 faktor yang diteliti dengan proses factoring dapat dibagi menjadi 5 faktor.
b. Faktor yang terbentuk:
1. Faktor 1: Faktor 1 diberi nama Produk, terdiri atas warna menarik, showroom
mudah di dapat, Sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan iklan
menarik. Faktor 1 diberi nama produk karena beranggotakan faktor – faktor
yang menggambarkan produk dari New Yamaha Vixion.
2. Faktor 2: Faktor 2 diberi nama Strategi, terdiri atas hemat bahan bakar, cara
pembayaran di sesuaikan dengan kondisi konsumen, lokasi penjualan strategis,
dan pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia. Faktor 2 ini diberi
nama strategi karena beranggotakan faktor- faktor atau kegiatan yang dapat
dilakukan oleh pihak Yamaha agar mencapai sasaran yang ditentukan.
3. Faktor 3: Faktor 3 diberi nama Keunggulan, terdiri atas desain modern, dan
suku cadang tersedia secara luas. Faktor 3 ini diberi nama keunggulan karena
beranggotakan faktor – faktor yang hanya menggambarkan kelebihan atau
keunggulan dari New Yamaha Vixion.
4. Faktor 4: Faktor 4 diberi nama Keistimewaan, terdiri atas produk yang ramah
lingkungan, sistem keamanan kunci yang baik, harga yang terjangkau, dan
123
harga yang sesuai dengan kualitas. Faktor 4 ini diberi nama keistimewaan
karena beranggotakan faktor- faktor yang hanya dimiliki oleh New Yamaha
Vixion.
5. Faktor 5: Faktor 5 diberi nama Promosi, Terdiri atas kualitas produk yang
sangat di utamakan, dan merek terkenal. Faktor 5 diberi nama Promosi karena
beranggotakan faktor- faktor dari faktor promosi dan promosi sendiri
bermanfaat untuk menyebarluaskan informasi barang/ jasa kepada para
konsumen. Selain itu juga akan mempermudah dalam mendapatkan konsumen
baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen adalah faktor produk, strategi, keunggulan, keistimewaan dan
promosi. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen adalah faktor produk.
Hipotesis atau dugaan sementara tidak terbukti, karena faktor yang paling dominan
dalam mempengaruhi keputusan pembelian motor New Yamaha Vixion adalah terdiri
atas warna menarik, showroom mudah di dapat, Sales yang memberi informasi dengan
lengkap, dan iklan menarik.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat 5 faktor yang menentukan keputusan
pembelian Yamaha New Vixion. kelima faktor tersebut terbentuk setelah dilakukan proses
factoring pada 16 indikator yang diteliti. Kelima faktor tersebut adalah faktor Produk,
Faktor Strategi, Faktor Keunggulan, Faktor Keistimewaan, dan Faktor Promosi.
2. Faktor yang paling dominan dalam menentukan keputusan pembelian motor New Yamaha
Vixion adalah faktor 1 yaitu faktor Produk yang terdiri atas warna menarik, showroom
mudah di dapat, sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan iklan menarik
berdasarkan nilai eigenvalues sebesar 4.184.
Saran
1. Meningkatkan 5 faktor yg terbentuk dari hasil pengolahan data kuesioner seperti Faktor
Produk, Faktor Strategi, Faktor Keunggulan, Faktor Keistimewaan, dan Faktor Promosi.
2. Mempertahankan faktor yang paling dominan yaitu Faktor Produk yang terdiri atas warna
menarik, showroom mudah di dapat, sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan
iklan menarik. Di harapkan pihak PT. Yamaha Motor Manufacturing Indonesia (YMMI)
dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat lebih memenuhi
kebutuhan konsumennya. Sebagai contoh untuk lebih melengkapi semua fitur keselamatan,
indikator, dan asesoris pendukung lainnya pada semua kendaraan Yamaha.
DAFTAR PUSTAKA
Andri Wibowo Sasono dengan judul, Analisis Keputusan Pembelian Yamaha Mio (studi kasus:
Universitas Bina Nusantara), semarang 2007, hal 97.
Bilson Simamora, Analisis Multivariant Pemasaran, PT Gramedia Utama, Jakarta,2005.
Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Simanjuntak, Strategi Penaklukan Pasar, PT Gramedia
Pusaka Utama, Jakarta, 2006.
124
Fadli dan Inneke Qamariah, Analisis Pengaruh faktor- faktor Ekuitas merek sepeda motor
merek Honda terhadap keputusan pembelian (studi kasus pada Universitas Sumatera
Utara) 2008.
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Gramedia, Jakarta, 2005.
Kotler Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, edisi tiga belas, jilid dua, edisi
Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2008.
...................., and Gary Amstrong., Prinsip – prinsip manajemen pemasaran. Edisi Indonesia,
Erlangga. Jakarta : 2006.
……………, Manajemen Pemasaran, edisi dua, edisi Indonesia, PT Indeks Kelompok
Gramedia, Jakarta, 2007.
………….…, Dasar – dasar pemasaran, edisi kesembilan, jilid 1, Edisi Indonesia, PT. Index
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2005.
Kountur, Ronny, Metode Penelitian, Buana Printing, Jakarta, 2009.
Malhotra K. Naresh, riset pemasaran pendekatan terapan, edisi empat, jilid 1, Jakarta PT
indeks, gramedia,2005.
Martinus, Analisis faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian motor matic
oleh konsumen (studi kasus pada universitas Gunadarma) 2010.
Rina Anindita, dan Hasyim, Prinsip – prinsip dasar Metode Riset bidang Pemasaran, UIEUUniversity, Jakarta, 2009.
Tjiptono, Fandy, Brand management dan Strategi, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2003.
Windy Desyana Pratiwi dengan judul, Analisis Kepuasan Konsumen Dalam Memilih Produk
Suzuki Smash (studi kasus: Perumahan Taman Aries Kebon Jeruk), semarang, 2008, hal
20.
125
MONEY ILLUSION EFFECT REDENOMINASI RUPIAH
Evan Stiawan, SE
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRACT
The issue of the currency redenomination in Indonesian rupiah continues to be a discourse in
the last decade. Changes in nominal value and the real value of rupiah in consumer behavior
Indonesian society has a significant effect, because of the psychological concerns of society in
performing their daily consumption needs of a phenomenon called money illusion effect.
This study aims to determine the consumer re-learning activities of the new rupiah and find out
re-learning activities consumers will be affected money illusion effect. The study design of this
study used a between subjects 2 x 1 and One Way ANOVA analysis method.
Redenomination occur in New Rupiah that respondents will conduct re-learning affected
Money Illusion Effect influenced by the perception that the Gain and Loss Rupiah is larger
than the old Rupiah Gain and Loss on New Rupiah.
Keywords: Redenomination, sanering, Re Learning, Money Illusion Effect, Gain, Loss
Pendahuluan
Perubahan nilai nominal dan nilai rill rupiah dikaji dalam perilaku konsumen
masyarakat Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan, karena menyangkut psikologis dari
masyarakat dalam melakukan konsumsi kebutuhan sehari-hari. Mekanisme psikologis yang
mendasari sebuah fenomena diatas adalah money illusion11. Dalam kenyataannya bahwa orang
cenderung menggunakan nilai nominal sebagai tolak ukur ketika mereka mengevaluasi nilai
barang, dan mereka mengabaikan nilai riil uang. Penelitian berfokus pada satu dari dua faktor
yang menurut teori, memodifikasi kekuatan pengaruh money illusion. Ini adalah tingkat
keuntungan dan kerugian (gain dan loss), manifestasi money illusion dalam konteks yang
berbeda. Salah satunya adalah evaluasi laba pada periode inflasi.
Dalam hal ini kondisi inflasi membuat orang merasa puas dengan mendapatkan
nominal jumah lebih tinggi, meskipun fakta bahwa pendapatan riil mereka tidak hanya
meningkat tetapi juga memiliki penurun nilai akibat inflasi. Seseorang yang memperoleh
kenaikan gaji yang lebih tinggi secara nominal lebih puas dibandingkan orang yang
memperoleh kenaikan gaji lebih rendah secara nominal tapi lebih tinggi secara riil. Ini berarti
bahwa kepuasan pendapatan mereka tidak didasarkan pada daya beli mereka melainkan pada
jumlah satuan moneter mereka diperoleh.
Para peneliti menemukan bahwa ketika seseorang diminta untuk mengevaluasi situasi
yang dijelaskan dalam hal ekonomi, mereka melakukannya dengan benar, yaitu mereka
mampu menghitung nilai riil kenaikan gaji, dan untuk membedakan representasi nominal dari
kenaikan gaji dari yang asli12. Penelitian lain menunjukkan bahwa money illusion effect dapat
menyebabkan persepsi yang berbeda dari harga yang sama, tergantung pada nilai mata uang.
126
Penelitian ini berusaha menyelidiki, apakah semua konsumen yang menggunakan mata
uang rupiah baru akan melakukan re learning? apakah kegiatan re learning akan dipengaruhi
money illusion effect?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, apakah konsumen
melakukan kegiatan re learning terhadap rupiah baru. Mengetahui,apakah re learning
konsumen akan dipengaruhi money illusion effect. Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam
mengambil kebijakan redenominasi dari aspek perilaku konsumen yang berkaitan terhadap
psikologis masyarakat ketika adanya perubahan nilai nominal dan nilai rill dari mata uang
rupiah.
Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti ―penyehatan, pembersihan atau
reorganisasi‖. Sedangkan menurut konteks ilmu moneter, sanering adalah pemotongan nilai
uang tanpa mengurangi nilai harga, sehingga daya beli masyarakat menurun1. Misalnya , jika
nilai uang Rp. 100,- ribu dipotong menjadi Rp. 100,- Karena nilainya sudah di turunkan,
jumlah barang yang di beli dengan uang baru akan lebih sedikit di bandingkan dengan uang
lama. Jika Rp. 100,- ribu lama bisa dapat satu baju, maka dengan uang Rp. 100,- pecahan baru
tidak bisa lagi mendapatkan satu baju yang sama.
Redenominasi berasal dari bahasa Inggris yakni redenomination, redenominasi berarti
penyebutan kembali atau penyederhanaan dari satuan harga maupun nilai mata uang yang ada.
Misal, satuan Rp 1.000 disederhanakan menjadi Rp 1. Redenominasi adalah menyederhanakan
denominasi (pecahan), maka uang menjadi pecahan lebih sedikit atau lebih kecil dengan cara
mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut.
Prospect Theory adalah diskriptif dari teori pembuat keputusan. Teori ini memprediksi
bagaimana seseorang akan membuat pilihan, tidak perlu bagaimana mereka seharusnya
membuat pilihan. Teori ini kadang-kadang digambarkan sebagai kontribusi pada teori
rasionalitas prosedural. Dalam studinya, Kahneman dan Tversky menemukan banyak subjek
yang memilih menanggung risiko (risk- averse); pemilihan keuntungan moderat dari
kemungkinan mendapat keuntungan yang lebih besar yang melibatkan risiko; dan mereka lebih
memilih menghindari kerugian atau bahkan menghindari munculnya kerugian yang lebih besar
dibandingkan mereka mencari keuntungan
VALUE
LOSSES
GAINS
Gambar 1 Fungsi Nilai Prospect Theory
127
Tentu, terlepas dari label mata uang, penilaian dari harga juga ditentukan oleh angka,
yang merupakan nilai nominal yang lebih tinggi atau lebih kecil dari uang. Dalam hal ini, telah
diketahui bahwa harga dapat muncul menjadi lebih tinggi bila diberikan dalam mata uang yang
menghasilkan nilai nominal lebih besar. Fenomena ini disebut sebagai money illusion effect.
Ilusi uang dalam beberapa percobaan, Alih-alih memperhatikan nilai nyata daya beli,
masyarakat terhadap penilaian harga dan pendapatan, menggunakan nilai nominal uang.
Konsumen akan rentan terhadap money illusion selama perubahan mata uang, ketika harga
produk menjadi dalam mata uang yang berbeda dan nilai nominal perubahan.
Penelitian menunjukan bahwa dengan adanya redenominasi akan terjadi perubahan
nilai nominal mata uang. Pada saat terjadinya redenominasi rupiah pemotongan nilai nominal
pada mata uang rupiah dengan menghilangkan 3 (tiga) angka nol dibelakangnya. Terjadinya
redenominasi dilihat dari sisi Ekonom, bahwa redenominasi tidak akan menyebabkan inflasi
pemotongan nilai nomimal (Rescaling) pada uang tersebut dan nilai rill dari uang tersebut
adalah tetap. Ditinjau dari para Psikolog, berpendapat bahwa adanya redenominasi
menyebabkan masyarakat melakukan pembelajaran terhadap prilaku menggunakan mata uang
baru (Relearning), sebagai contoh selama ini membeli Handphone seharga Rp 3.000.000 tentu
persepsi konsumen mahal, tetapi setelah adanya redenominasi harga Handpohe tersebut
menjadi Rp 3.000 persepsi konsumen adalah murah. Perubahan mata uang tersbut
menyebabkan perubahan perilaku konsumen dalam membeli suatu barang, sehingga akan
menyebabkan tingkat pembelian barang yang tinggi dan bertendensi untuk terjadinya inflasi.
Perilaku tersebut dapat disebabkan dari pengaruh money illusion effect. Kerangka pikir dari
penelitian dapat di gambarkan sebagai berikut:
Ekonom
Re Scaling
Tidak Inflasi
Money
Illusion
Redenominasi
Psikologis
Re Learning
Inflasi
Effect
Gambar 2 Skema Kerangka Pikir Penelitian
Konsumen akan rentan terhadap money illusion selama perubahan mata uang, ketika
harga produk menjadi dalam mata uang yang berbeda dan nilai nominal perubahan, harga
dapat muncul menjadi lebih tinggi bila diberikan dalam mata uang yang menghasilkan nilai
nominal lebih besar . Maka hipotesis diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H1: Gain Rupiah Lama Lebih Besar Dari Pada Gain Rupiah Baru.
H2: Loss Rupiah Lama Lebih Kecil Dari Pada Rupiah Baru.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini jumlahnya diketahui yaitu seluruh masyarakat indonesia,
lebih kurang 248 juta penduduk. Penentukan sampel dari populasi digunakan acuan tabel yang
dikembangkan para ahli salah satu nya adalah Menurut Hair, et al. Penelitian eksperimen
jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok. Jadi pada penelitian Experimental
Design, jumlah sampel dalam peneltiaan ini ditetapkan 80 orang masing-masing kelompok 40
128
orang. Status sampel adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul, Jakarta
Barat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal yang bertujuan untuk menentukan
perbedaan dengan memanipulasi satu atau lebih variabel bebas atau dengan melakukan
pengendalian terhadap variabel penghubung lainnya13. Metode yang digunakan dalam
penelitian kausal ini adalah eksperimen atau percobaan. Studi desain yang akan dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan between subject 2 x 1: 2 (jenis mata uang: Rupiah
Baru,Rupiah Lama) x 1 (Money Illusion Effect) sebagai faktor eksperimen.
Tabel 1 Distribusi Jumlah Responden Pada Masing – Masing Sel
Manipulasi
Money Illusion Effect
Rupiah Lama (X1)
40
Rupiah Baru (X2)
40
Analisis awal penelitian dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap jawaban ke
dalam simbol angka. Contohnya, pada variabel money illusion effect, nilai yang paling rendah
ditunjukkan dengan angka ―1‖ sampai nilai yang paling tinggi ditunjukkan dengan angka ―7‖.
Setelah memberikan kode pada setiap jawaban partisipan, peneliti memeriksa jawaban
manipulation check. Partisipan yang tidak memberikan jawaban sesuai harapan dalam lembar
manipulation check tidak diikutsertakan dalam uji hipotesis.
Karena independent variable menggunakan categorical data dan dependent variable
menggunakan single continuous data, maka secara umum terdapat metode analisa yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu ANOVA One Way yang merupakan teknik analisis yang
bertujuan menguji apakah rata-rata lebih dari dari satu sampel berbeda secara signifikan
ataukah tidak, dan menguji apakah sampel mempunyai varians populasi sama ataukah tidak.
Pengambilan Keputusan Keputusan
- Jika sig. < 0,05 maka H1 diterima apabila Jika sig. > 0,05 maka H1 ditolak.
- Jika sig. < 0,05 maka H2 diterima apabila Jika sig. > 0,05 maka H2 ditolak.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi independent dan dependent
variable. Namun demikian dalam desain eksperimen tidak menutup kemungkinan adanya
extraneous variable yang perlu dikendalikan sumbernya.
1. Independent Variable (IV)
Terdapat dua independent variable yang digunakan dalam penelitian ini: jenis mata uang
(Rupiah lama dan Rupiah baru)
a. Jenis Mata Uang
1. (Rupiah Lama)
Rupiah Lama dapat dimanipulasi dengan cara meminta responden membaca sebuah
artikel yang tidak mengandung kalimat tentang rupiah lama.
2. (Rupiah Baru)
Bentuk manipulasi pada rupiah baru sama dengan manipulasi yang dilakukan pada
rupiah baru.
b. Money Illusion Effect
Money Illusion Effect adalah teori yang menjelaskan bahwa harga dapat muncul
menjadi lebih tinggi bila diberikan dalam mata uang yang menghasilkan nilai
nominal lebih besar.
129
2. Dependent Variable (DV)
Dependent Variable dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap gain dan loss. Persepsi
yang dimaksudkan adalah ketika konsumen merasakan bahwa dengan adanya rupiah lama
atau rupiah baru .mereka merasakan adanya keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh
mereka. Dari literatur, penelitian ini menggunakan dimensi persepsi gain dan loss.
Tabel 2 Indikator Penelitian Konstrak Persepsi Gain dan Loss
Variabel
Deskripsi
Indikator Penelitian*
keuntungan dan kerugian (1) Ketika masyarakat menilai
Persepsi
pada mata uang lama akan keuntungan rupiah lama lebih besar
Terhadap
Gain
dan dipersepsikan lebih besar dari rupiah baru
dibandingkan keuntungan (2) Ketika masyarakat menilai
Loss
dan kerugian dari mata kerugian rupiah lama lebih besar dari
uang baru
pada rupiah baru
*Diukur dengan menggunakan Semantyc Diferrential 1 sampai 10, dimana 1 menyatakan
sangat tidak setuju dan 10 menyatakan sangat setuju.
Setelah dilakukan manipulasi responden terhadap rupiah lama, rupiah baru, dan
money illusion effect. Sehingga akan didapatkan tujuh pertanyaan untuk menjadi data
dalam pengukuran, sebagai berikut:
Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah rekrutment, screening
calon partisipan dan cover story. Sedangkan tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian
utama. Tahap pertama penelitian dimulai dengan mencari mahasiswa yang bersedia
menjadi responden, yaitu sebanyak 80 orang. Tahap ini dimulai dari pengukuran kriteria
responden, yaitu kondisi demografi dan pengetahuan.
Gambar 3 Prosedur Penelitian
130
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengujian data menggunakan metode analisis data ANOVA One Way yang dibagi
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu Gain Rupiah Lama dan Gain Rupiah Baru.
Kelompok yang kedua adalah Loss Rupiah Lama dan Loss Rupiah Baru, pengelompokan
tersebut di ukur melalui beberapa pertanyaan. Pada kelompok Gain di ukur dengan lima
pertanyaan yaitu AG, BG, CG, DG, dan FG. Pada saat tes homogenitas pertama diperoleh hasil
bahwa pertanyaan CG, DG, dan EG tidak homogen, oleh karena itu dilakukan transformasi
logaritma untuk hasil data CG, DG, dan EG.
Transformasi logaritma digunakan untuk data yang mempunyai simpangan baku yang
proporsional terhadap nilai tengahnya atau bila pengaruh perlakuannya bersifat multiflikatif,
maka diperoleh Log CG, Log DG, dan Log EG dengan kode LGCG, LGDG, dan LGEG.
Setelah data di transform, dilakukan uji homogenitas kedua dan hasil yang diperoleh adalah
data homogen. Pada kelompok Gain di ukur dengan lima pertanyaan yaitu AL, BL, CL, DL,
dan FL.
Berdasarkan hasil uji One Way Anova pada saat penelitian dengan 40 partisipan, maka
diperoleh hasil tes homogenitas dari varians sebagai berikut:
Tabel 3 Output Faktor-Faktor antar Subyek Hasil Uji Two Way Anova
Variabel Independen
Keterangan
Jumlah
Redenominasi
1.00 Old Rp
40
2.00 New Rp
40
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Tabel 4 Hasil Tes Homogenitas Varians
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
df1
df2
AG
,017
1
78
BG
3,496
1
78
AL
,074
1
78
BL
1,067
1
78
CL
,172
1
78
DL
2,513
1
78
EL
,716
1
78
LGC 1,034
1
78
G
LGD 2,067
1
78
G
LGEG 2,755
1
78
Sig.
,898
,065
,787
,305
,679
,117
,400
,312
,155
,101
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Pengujian Levene dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi asumsi
homogenitas data. Maka dilakukan hipotesis :
H0 : Varian kesalahan pada kedua independen variabel sama
H1 : Varian kesalahan pada kedua independen variabel tidak sama
Kriteria pengujian hipotesis :
Jika sig. < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika sig. > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
131
Maka :
Nilai sig. sebagaimana tertera dalam keluaran di atas ialah lebih besar > 0.05, oleh
karena itu H0 diterima. Artinya varian kesalahan pada kedua independen variabel
adalah sama. Dengan demikian persyaratan sudah dipenuhi.
Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, terdapat dua hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil
pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa semua hipotesis didukung oleh data.
Tabel 5 Ringkasan Tes Anova
Sig.
AG
,000
BG
,000
AL
,000
BL
,000
CL
,000
DL
,000
EL
,000
LGCG ,000
LGDG ,000
LGEG ,000
Dari Tabel V-3 yang menggambarkan uji signifikasi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Gain pada Rupiah lama dan baru pada point AG, BG, LGCG, LGDG, LGED: Hal ini
menunjukkan bahwa Gain Rupiah lama lebih besar dari pada Gain Rupiah baru. Kondisi
ini mungkin disebabkan karena persepsi masyarakat terhadap margin Rupiah lama dan
Rupiah baru sangat tinggi. Temuan ini sama dengan argumentasi sebagian ilmuan yang
berpendapat bahwa Gain Mata Uang lama lebih Besar dari pada Mata Uang Baru setelah
adanya Redenominasi.
2. Loss pada Rupiah lama dan baru pada point AL, BL, CL, DL, EL: Hal ini menunjukkan
bahwa Loss Rupiah lama lebih besar dari pada Loss Rupiah baru. Kondisi ini mungkin
disebabkan karena persepsi masyarakat terhadap margin Rupiah lama dan Rupiah baru
sangat tinggi. Temuan ini sama dengan argumentasi sebagian ilmuan yang berpendapat
bahwa Loss Mata Uang lama lebih Besar dari pada Mata Uang Baru setelah adanya
Redenominasi.
Tabel 5 menyajikan analisis ragam untuk menguji hubungan Gain dan Loss Rupiah lama dan
baru berdasarkan tingkat signifikan :
1. Variabel Money Illusion Effect
Hipotesis :
H1 = Gain Rupiah Lama Lebih Besar Dari Gain Rupiah Baru.
Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika Sig. < 0,05, maka H1 diterima.
b. Jika Sig. > 0,05, maka H1 ditolak.
H2 = Loss Rupiah Lama Lebih Besar Dari Loss Rupiah Baru.
Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika Sig. < 0,05, maka H2 diterima.
132
b. Jika Sig. > 0,05, maka H2 ditolak.
Keputusan :
a. Hipotesis 1
Diperoleh Nilai Sig. AG, BG, LGCG, LGDG, dan LGEG < 0,05 sehingga H1
diterima
Artinya Gain Rupiah Lama lebih besar dari pada Gain Rupiah Baru.
b. Hipotesis 2
Diperoleh Nilai Sig. AL, BL, CL, DL, EL, < 0,05
sehingga H2 diterima
Artinya Loss Rupiah Lama lebih besar dari pada Loss Rupiah Baru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan 2 variabel yaitu
Money Illusion Effect dan Mata Uang Rupiah sebagai variable independen dan Persepsi Gain
dan Loss sebagai variabel dependen lalu dianalisis dari 80 responden dengan beberapa
pengujian data, maka dapat disimpulkan bahwa: Pada saat redenominasi terjadi pada mata
uang Rupiah responden akan melakukan relearnig yang dipengaruhi oleh Money Illusion
Effect yaitu ketika responden diberikan treatment saat masih menggunakan mata uang Rupiah
Lama dan Rupiah Baru maka persepsi yang diperoleh adalah Gain dan Loss Rupiah lama lebih
besar dari pada Gain dan Loss Rupiah Baru.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan saransaran sebagai berikut:
1. Bank Indonesia pada saat sosialisasi redenominasi tidak hanya terfokus pada Rescaling,
tetapi juga adanya Relearning terhadap Rupiah Baru.
2. Bank Indonesia agar dapat memperhatikan Money Illusion Effect pada saat redenominasi
rupiah, sehingga tidak memicu terjadinya inflasi.
3. Bank Indonesia ikut mengikutsertakan materi sosialisasi redenominasi pada masyarakat
yang berisikan tentang perbedaan dari Redenominasi dan Sanering.
DAFTAR PUSTAKA
Calomiris, C. (2006): ―Devaluation with Contract Redenomination in Argentina‖, National
Bureau of Economic Research Working Paper No. 12644.
Cohen, B. (2004): The Future of Money, Princeton University Press, Princeton.
Dwi Eko Waluyo, Teori Ekonomi Makro, (Malang : UMM Press, 2004), 119
Fisher, I. (1928). The money illusion. New York: Adelphi.
Gamble, E., Gärling, T., Charlton, J., dan Ranyard, R. (2002). Euro illusion:
Psychological insights into price evaluations with a unitary currency.
European Psychologist, 7, 302–311
Hausmann, R. and Rigobon, R. (2002): IDA in UF: On the Benefit of Changing the Currency.
Helson, H. (1964). Adaptation-level theory. New York: Harper & Row
133
Kahneman, D., dan Tversky, A. (1979). Prospect theory: An analysis of decision
under risk. Econometrica, 47,267–291.
Lead
Capital
Limited
(2007):
Nigeria‘s
Naira
Redenomination
http://www.leadcapitalng.com/resources/Nairaredenominationreport.pdf.
Strategy,
Marques, J. F., dan Dehaene, S. (2004). Developing intuition for prices in Euros:
Rescaling or relearning prices? Journal of Experimental Psychology
Applied, 10, 148–155
Manullang, Pengantar Teori Ekonomi Moneter, (Jakarta: ghalia Indonesia, 1993), 83
Mishkin, F.S. 2010. Ekonomi Uang, Perbankan, dan PasarKeuangan: Buku 1, Edisi 8.
SalembaEmpat, Jakarta
Mosley, L. (2003): Global Capital and National Governments, Cambridge University Press,
Cambridge.
Mosley, L. 2005. Dropping Zeros, Gaining Credibility? Currency Redenomination in
Developing Nations. 2005 Annual Meeting of The American Political Science
Association, Washington DC
Muhyiddin. 2012. Redenominasi Rupiah dan Trauma Sanering. Majalah Perencanaan
Bappenas.
Ojameruaye, E. (2007): ―A Qualitative Cost Benefit Assessment of the Redenomination of the
Naira‖, available at http://www.urhobo-usa.org/ EOjameruayeNairaredonm.htm
Patinkin, D. (1965). Money interest and prices. New York: Harper Row.
Raghubir, P., dan Srivastava, J. (2002). Effect of face value on product valuation in
Foreign currencies. Journal of Consumer Research, 29(3), 335–347.
Raiffa H.: Decision Analysis: Introd'uctoryL ectures on Choices Under
Uncertainty. Reading, Massachusetts: Addison-Wesley, 1968.
Shafir, E., Diamond, P., dan Tversky, A. (1997). Money illusion. Quarterly Journal of
Economics, 112, 341–374.
Siaran Pers Bank Indonesia No. 12/38/PSHM/Humas
Suhendra, E dan S.W. Handayani. 2012. Impacts of Redenomiantion on Economics Indicators.
International Conference on Eurasian Economies 2012
Tyszka, T., dan Przybyszewski, K. (2006). Cognitive and emotional factors affecting
currency perception. Journal of Economic Psychology, 27, 518–530
Wibowo. B.2012. Ilusi Nilai Uang Redenominasi. Harian Bisnis Kontan, Kamis 21 Februari
2013.
134
PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN KERJA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
OKUSI ASSOCIATES
Novia Tri Utari
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
email : [email protected]
ABSTRAKSI
Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari motivasi (X1) dan kemampuan
kerja (X2) secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan di Okusi Associates. Para responden
dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan perusahaan (kecuali direktur perusahaan), berjumlah 50
karyawan. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan regresi linier
berganda yang dihitung dengan SPSS 15.0. Dengan tingkat signifikansi penelitian sebesar 5%.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda didapatkan persamaan regresi linear
berganda adalah sebagai berikut : Ŷ = 20,972 + 0,488 X1 + 0,737X2 dari persamaan regresi
diperoleh koefisien regresi bernilai positif sehingga ada pengaruh positif dari variabel motivasi (X1)
dan kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan Okusi Associates. Berdasarkan hasil uji t
didapatkan hasil yang signifikan dimana variabel motivasi (X1) didapatkan nilai t hitung (2,423) > t
tabel (1,678) dan untuk variabel kemampuan kerja (X2) didapatkan nilai t hitung (3,248) > t tabel
(1,678) selanjutnya pada uji F didapatkan hasil yang signifikan, dimana nilai F hitung (14,611) > F
tabel (3,195).
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial dan simultan motivasi kerja
(X1) dan kemampuan kerja (X2) berpengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan (Y)
pada Okusi Associates. Jadi, penting untuk memperbaiki motivasi dan kemampuan kerja dalam rangka
meningkatkan kinerja karyawan.
Kata kunci: Motivasi, Kemampuan Kerja, Kinerja Karyawan.
PENDAHULUAN
Kehidupan suatu organisasi secara mendasar sangat ditentukan oleh adanya manusia
dan segenap sumber dayanya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi dengan
menghubungkan segenap tenaga, pikiran, bakat, kreativitas dan berupaya demi
keberlangsungan kehidupan organisasi tersebut. Manusia adalah sumber daya yang memiliki
nilai tertinggi bagi setiap organisasi, karena dapat memberikan manfaat yang besar sekali bila
penggunaan tenaga manusia dilakukan secara tepat guna. Sumber daya manusia yang dimiliki
organisasi memiliki berbagai karakteristik, termasuk motivasi, kemampuan kerja dan kinerja
yang dimilikinya. Ketiga komponen tersebut sangat berkaitan dan berada dalam diri karyawan
yang melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari.
Okusi Associates merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa
manajemen, IT dan penelitian yang berlokasi di Jakarta. Okusi Associates telah melakukan
kegiatan operasinya mulai tahun 1997 sampai sekarang. Perusahaan menyadari pentingnya
peran karyawan untuk jalannya operasional perusahaan. Tingkat kemampuan SDM tidak
terlepas dari potret masukan tenaga kerja di perusahaan.
135
Keberadaan Okusi Associates bukanlah waktu yang pendek bagi sebuah perusahaan
konsultan bisnis di Indonesia. Sejak tahun 1997, setelah melewati banyak krisis ekonomi,
namun sampai saat ini Okusi Associates mampu berkembang pesat dan mampu bersaing
dengan perusahaan sejenis lainnya yang ada di Indonesia. Saat ini rata-rata Okusi mendirikan >
10 perusahaan setiap bulan, yang sebagian besarnya merupakan PMA. Okusi telah mendirikan
lebih dari 1000 perusahaan bermodal besar. dan memiliki total lebih dari 3000 klien.
Pencapaian ini tentunya tidak lepas dari peranan semua pihak terutama sumber daya manusia
(karyawan).
Sejalan dengan uraian di atas, Okusi Associates juga berupaya meningkatkan kinerja
organisasi, salah satu upaya peningkatan kinerja organisasi dengan meningkatkan kinerja
sumber daya manusia dari karyawannya. Program peningkatan kinerja karyawan Okusi
Associates antara lain berupa peningkatan kemampuan kerja dan pemberian motivasi kerja
kepada karyawan. Peningkatan kemampuan kerja karyawan dilakukan dengan cara
memberikan pelatihan kepada karyawan seperti job training untuk menyiapkan pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan mental sehingga siap melaksanakan tugas pekerjaan dan mendatangkan
tutor untuk mengembangkan kemampuan berbahasa inggris karyawan agar komunikasi dengan
klien WNA semakin baik.
Selain peningkatan kemampuan kerja, Okusi Associates melakukan langkah-langkah
untuk memotivasi karyawannya seperti memberikan penghargaan baik berupa
materiil/finansial dan kesempatan mengikuti proses promosi kepada karyawan yang dianggap
memiliki kinerja terbaik.
Namun demikian masih terdapat perbedaan tentang kinerja antara harapan dan kenyataan,
berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer SDM Okusi Associates (Ibu Erni Herlina
Munir), kinerja karyawan Okusi Associates masih bisa ditingkatkan ditinjau dari potensi
sumber daya manusia yang ada. Penurunan kinerja karyawan Okusi Associates dapat diketahui
dari terdapatnya karyawan yang keluar masuk kantor pada jam-jam kerja untuk urusan pribadi,
masih kurangnya rangsangan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang ada
dan terdapatnya keterlambatan capaian pekerjaan bila dilihat dari rencana kerja tindak lanjut
yang telah ditetapkan perusahaan. Selain itu berdasarkan hasil penilaian kinerja karyawan
menunjukkan adanya penurunan kinerja karyawan pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan
hasil penilaian kinerja tahun sebelumnya.
Hasil penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Frans Farlen (2011) menyatakan bahwa
motivasi dan kemampuan kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja
karyawan. Hasil penelitian Andree Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) juga
menyimpulkan hal yang sama, yakni variabel motivasi dan kemampuan kerja memiliki
pengaruh positif atau searah yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
Menyadari pentingnya pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja
karyawan dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya, menjadi menarik bagi penulis untuk
mengkaji kedua variabel independen tersebut dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
―Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Okusi Associates‖.
Perumusan Masalah
1. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah
apakah motivasi dan kemampuan kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kinerja karyawan Okusi Associates?
Tujuan Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kemampuan kerja
terhadap kinerja karyawan secara parsial dan simultan pada karyawan Okusi Associates.
136
TINJAUAN PUSTAKA
Motivasi. Menurut Kreitner (2007:236) motivasi adalah proses psikologis yang
mendorong dan mengarah pada perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan
(psychological processes that arouse and direct goal-directed). Werner dan DeSimone
(2006:48) mengungkapkan bahwa motivasi adalah salah satu elemen–elemen dasar dari
perilaku manusia. (Motivation is one of the most basic elements of human behavior). Teori
motivasi mencoba untuk menjelaskan bagaimana upaya menghasilkan hubungan.
(Motivational theories attempt of explain how effort is generated a channeled). Menurut
Barelson dan Steiner dalam Danang Sunyoto (2012:192), motivasi didefinisikan sebagai suatu
usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang supaya mengarah tercapainya tujuan
organisasi.
Kemampuan Kerja. Stephen P. Robbins dalam jurnal penelitian Andree Suhaji (2012:5)
mendefiniskan bahwa kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai
tugas dalam suatu pekerjaan. Kreitner & Kinicki dalam jurnal penelitian Choirul Anwar dkk
(2013:4) menjelaskan bahwa kemampuan diartikan sebagai ciri luas dan karakteristik tanggung
jawab yang stabil pada tingkat prestasi yang maksimal berlawanan dengan kemampuan kerja
mental maupun fisik. Pegawai yang memiliki kemampuan memadai akan dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik sesuai dengan waktu atau target yang telah ditetapkan dalam
program kerja. Hal ini terjadi karena pegawai dapat mencurahkan seluruh kemampuannya
dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Kinerja Karyawan. Stephen P. Robbins dalam jurnal penelitian Andree Suhaji (2012:4)
mendefinisikan kinerja diartikan sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan (ability) dan
motivasi (motivation). Menurut Simamora kinerja adalah kadar pencapaian tugas-tugas yang
membentuk pekerjaan karyawan dan merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi
persyaratan sebuah pekerjaan. Sukmalana soelaiman dalam jurnal penelitian Choirul Anwar
(2013:4) memberikan pengertian kinerja sebagai sesuatu yang dikerjakan dan dihasilkan dalam
bentuk produk maupun jasa, dalam suatu periode tertentu dan ukuran tertentu oleh seseorang
atau sekelompok orang melalui kecakapan, kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya.
Soelaiman juga menjelaskan bahwa kinerja karyawan (employee performance) adalah tingkat
terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan- persyaratan pekerjaan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh positif yang signifikan dari variabel motivasi dan kemampuan kerja secara
parsial terhadap kinerja karyawan Okusi Associates.
2. Ada pengaruh positif yang signifikan dari variabel motivasi dan kemampuan kerja secara
simultan terhadap kinerja karyawan Okusi Associates.
METODE PENELITIAN
Jenis, Sumber, dan Metode Penarikan Sampel
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Drajat
Kuncoro (2009:145) data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik.
Jenis data kualitatif dalam penelitian ini adalah data ordinal. Data ordinal adalah data yang
dinyatakan dalam bentuk kategori, namun posisi data tidak sama derajatnya karena dinyatakan
dalam skala peringkat.
137
Agar data dapat dihitung dalam skala numerik, digunakan data ordinal yang dimana
dalam penelitian ini berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh responden
terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua
metode pengumpulan data ordinal. Dalam penelitian ini menggunakan data subyek tertulis
yaitu berupa hasil kuesioner. Selain itu juga diperlukan data internal, yaitu data yang berasal
dari dalam organisasi tersebut.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh karyawan Okusi Associates
yang berlokasi di Jakarta (tidak termasuk direktur) yang berjumlah 50 orang. Karena jumlah
populasi yang tidak banyak (<100). Penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau sensus,
yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 50 orang.
Teknik dan Metode Analisis
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Skala yang digunakan dalam penelitin ini adalah skala likert. Skala likert yaitu skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Skala ini berinterasi 1-5 pada pilihan jawaban. Kuesioner
motivasi dan kemampuan kerja yang diisi oleh masing-masing karyawan memiliki pilihan
sebagai berikut :
Skor 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor 2 : Tidak Setuju (TS)
Skor 3 : Ragu - ragu (R)
Skor 4 : Setuju (S)
Skor 5 : Sangat Setuju (SS)
Kuesioner kinerja karyawan yang diisi oleh masing-masing atasan memiliki pilihan sebagai
berikut :
Skor 1 : Sangat Tidak Baik (STB)
Skor 2 : Tidak Baik (TB)
Skor 3 : Cukup (C)
Skor 4 : Baik (B)
Skor 5 : Sangat Baik (SB)
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linier berganda, namun sebelumnya
dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis
parsial (uji t) dan simultan (uji F).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari jawaban responden
tersebut valid atau tidak. Kriteria dikatakan valid apabila nilai r hitung > nilai r tabel. Nilai r
tabel untuk penelitian ini dengan jumlah observasi 50 orang dan α = 5% adalah 0,235. Jika r
hitung > r tabel (0,235) maka kuesioner dikatakan valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel
maka kuesioner tersebut dikatakan tidak valid sebagai instrumen penelitian. Adapun hasil uji
tersebut adalah sebagai berikut:
138
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Motivasi
Item
r hitung
r tabel
Keterangan
1
0,641
0,235
Valid
2
0,539
Valid
3
0,634
Valid
4
0,625
Valid
5
0,542
Valid
6
0,583
Valid
7
0,584
Valid
8
0,628
Valid
9
0, 711
Sumber : hasil pengolahan kuesioner
Valid
Tabel 2 Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Kemampuan Kerja
Item
r hitung
r tabel
Keterangan
1
0,579
0,235
2
0,722
Valid
3
0,652
Valid
4
0,558
Valid
5
0,664
Valid
6
0,621
Valid
7
0,775
Sumber : hasil pengolahan kuesioner
Valid
Valid
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Kinerja Karyawan
Item
r hitung
r tabel
Keterangan
1
0,598
0,235
2
0,719
Valid
3
0,434
Valid
4
0,577
Valid
5
0,514
Valid
6
0,616
Valid
7
0,634
Valid
8
0,691
Valid
9
0,679
Valid
10
0,570
Valid
11
0,597
Valid
12
0,528
Valid
13
0,447
Valid
14
0,712
Valid
15
0,647
Valid
Sumber : hasil pengolahan kuesioner
Valid
139
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat uji untuk mengetahui tingkat kestabilan dari suatu alat ukur
dalam mengukur suatu gejala. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Cronbach Alpha.
Suatu pengukuran dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6.
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach’s
Alpha
Keterangan
X1 : Motivasi
0,749
Reliabel
X2 : Kemampuan kerja
0,760
Reliabel
Y : Kinerja Karyawan
0,746
Sumber : hasil pengolahan kuesioner
Reliabel
Hasil pengujian reliabilitas terhadap seluruh item pertanyaan diperoleh nilai Cronbach
Alpha variabel penelitian > 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan
penelitian ini telah memenuhi syarat reliabilitas atau dengan kata lain bahwa kuesioner ini
reliabel sebagai instrumen penelitian.
Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji data variabel bebas (X) dan data variabel
terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak
normal. Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik)
pada Normal Probability Plot atau Normal P - Plot of Regression Standardized. Dasar
pengambilan keputusan yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Grafik p-plot pada gambar 5.1 memperlihatkan penyebaran data (titik) di sekitar garis regresi
(diagonal) dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 1
Normal Probability Plot
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear
antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model
regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Untuk mendeteksi gejala multikolinearitas
140
dilakukan dengan cara melihat nilai (VIF) Variance Inflation Factor. Jika variabel independen
memiliki nilai VIF < 10, dan perhitungan nilai tolerance variabel independen > 0,10 maka
data ini bebas dari multikolinearitas.
Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dapat dilihat nilai VIF
untuk variabel motivasi adalah sebesar 1,247. Untuk variabel kemampuan kerja nilai VIF
adalah sebesar 1,247. Nilai VIF untuk variabel motivasi dan kemampuan kerja < 10, serta nilai
tolerance variabel motivasi dan kemampuan kerja masing-masing adalah 0,802 (nilai tolerance
variabel independen > 0,10) maka data penelitian ini bebas dari asumsi multikolinearitas.
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance
VIF
0,802
1,247
Kemampuan Kerja
0,802
Sumber : hasil pengolahan kuesioner
1,247
Motivasi
Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidak samaan
varian dari residual pada model regresi. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut
terjadi homokedastisitas dan jika variansnya tidak sama / berbeda disebut disebut terjadi
heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola titik - titik pada scatterplots
regresi. Jika titik - titik menyebar dengan pola yang tidak teratur diatas dan dibawah titik origin
(angka 0) pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Gambar dibawah ini memperlihatkan pola yang jelas dimana titik-titik menyebar diatas
dan dibawah titik origin (angka 0) pada sumbu Y, dan titik-titik tersebut tidak membentuk
suatu pola tertentu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi persoalan
heteroskedastisitas.
Gambar 2
Grafik Scatterplot
141
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja
karyawan. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Ŷ
= Kinerja karyawan
a
= Konstanta
X1
= Motivasi
X2
= Kemampuan kerja
b1 b2 = Koefisien regresi X1, X2
e
= Faktor penganggu (error terms)
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS 15.0 diperoleh ringkasan
hasil sebagai berikut :
Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coe fficientsa
Model
1
(Constant)
X1_Motivasi
X2_KemampuanKerja
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
20,972
7,066
,488
,201
,737
,227
Standardized
Coefficients
Beta
,310
,415
t
2,968
2,423
3,248
Sig.
,005
,019
,002
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,802
,802
1,247
1,247
a. Dependent Variable: Y_KinerjaKaryaw an
Sumber : hasil pengolahan kuesioner
Bila hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan di atas diperoleh nilai sebesar :
Ŷ = 20,972 + 0,488 X1 + 0,737X2
Dari persamaan diatas diperoleh koefisien regresi bernilai positif dari motivasi (X1) dan
kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y). Adapun arti dari koefisien regresi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Konstanta = 20,972
Konstanta bernilai positif, artinya apabila motivasi dan kemampuan kerja dianggap
konstan, maka kinerja karyawan nilainya adalah positif.
2. Koefisien regresi (b1) = 0,488
Nilai b1 bertanda positif, sehingga apabila motivasi kerja lebih baik menyebabkan
meningkatnya kinerja karyawan dan sebaliknya.
3. Koefisien regresi (b2) = 0,737
Nilai b2 bertanda positif, sehingga apabila kemampuan kerja lebih baik menyebabkan
meningkatnya kinerja karyawan dan sebaliknya.
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t), Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan SPSS 15.00 diperoleh hasil nilai t hitung untuk motivasi (X1) adalah 2,243 dan
menggunakan taraf signifikasi sebesar 5%; df=n-k-1 (50-2-1) = 47, dengan uji satu sisi
diperoleh nilai t tabel sebesar 1,678. yang berarti bahwa nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak
142
dan H1 diterima. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif motivasi (X1)
terhadap kinerja karyawan (Y) dapat diterima, jadi apabila motivasi kerja semakin baik maka
kinerja karyawan Okusi Associates akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 15.00 diperoleh hasil nilai t
hitung untuk kemampuan kerja (X2) adalah 3,248 dan menggunakan taraf signifikasi sebesar
5%; df=n-k-1 (50-2-1) = 47, dengan uji satu sisi diperoleh nilai t tabel sebesar 1,678. yang
berarti bahwa nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh positif kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y)
dapat diterima, jadi apabila kemampuan kerja semakin baik maka kinerja karyawan Okusi
Associates akan mengalami peningkatan.
Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F), Berdasarkan hasil pengujian dapat
diketahui bahwa nilai F hitung adalah 14,611. Dimana F tabelnya adalah 3,195. Sehingga
diketahui F hitung lebih besar dari F tabel (14,611 > 3,195) sehingga H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan berarti koefisien regresi adalah signifikan. Dengan
kata lain, variabel motivasi (X1) dan kemampuan kerja (X2) didalam model regresi secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan. Motivasi (X1) menurut Stephen P.
Robbins motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan. Dalam teori motivasi Alderfer (ERG theory) motivasi didasari pada kebutuhan
manusia sebagai berikut: existence needs (gaji dan tunjangan), relatedness needs (hubungan
dengan atasan dan rekan kerja) serta growth needs (perkembangan untuk memiliki pengaruh
yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan).
Dari definisi motivasi tersebut diatas maka karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi
maka akan menghasilkan kinerja yang tinggi juga. Semakin tinggi gaji dan tunjangan yang
diberikan perusahaan, semakin baik hubungan antara atasan dan rekan kerja serta semakin baik
pertumbuhan karyawan untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri
sendiri atau lingkungan akan memotivasi karyawan untuk memberikan hasil kerja yang lebih
baik pula.
Koefisien regresi variabel motivasi sebesar 0,488 signifikan pada 0,000 dan t hitung > t
tabel (2,423 > 1,678) menunjukan bahwa pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan
adalah signifikan positif, hal ini berarti apabila variabel motivasi kerja ditingkatkan maka
kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Frans Farlen (2011), Andree
Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh
positif yang signifikan variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.
Pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan. Kemampuan kerja (X2) menurut
Stephen P. Robbins adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Pengukuran kemampuan kerja menurut Stephen P. Robbins dengan melihat
indikator kesanggupan kerja, pendidikan dan masa kerja. Kemampuan merupakan potensi yang
ada dalam diri seseorang untuk berbuat sehingga memungkinkan seseorang untuk dapat
melakukan pekerjaan ataupun tidak dapat melakukan pekerjaan tersebut.
Kemampuan kerja pada dasarnya sangat berpengaruh terhadap mutu atau bobot hasil
kerja yang dicapai oleh seorang karyawan. Hal ini dapat dimengerti karena dalam kemampuan
kerja terdapat berbagai potensi kecakapan, keterampilan, serta potensi yang lain yang
mendukung karyawan agar semakin mudah mengerjakan tugas-tugasnya sehingga akan mudah
143
mencapai kinerja yang diharapkan. Dari definisi diatas jika kemampuan karyawan semakin
meningkat maka kinerja karyawan akan semakin baik.
Pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan dalam penelitian terlihat dari hasil
uji regresi dimana koefisien regresi variabel kemampuan kerja sebesar 0,737 signifikan pada
0,000 dan t hitung > t tabel (3,248 > 1,678) menunjukkan bahwa pengaruh kemampuan kerja
terhadap kinerja karyawan adalah signifikan positif, hal ini berarti bahwa apabila variabel
kemampuan kerja ditingkatkan maka kinerja karyawan Okusi Associates juga akan mengalami
peningkatan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Frans Farlen (2011), Andree
Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh
positif yang signifikan variabel kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan uji serempak (uji F) diperoleh nilai F hitung sebesar 14,611 lebih besar dari
nilai F tabel (3,195). Berarti secara serempak variabel independen penelitian yakni motivasi
dan kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap karyawan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Frans Farlen (2011), Andree
Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) yang menyatakan ada pengaruh yang
signifikan secara simultan variabel motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan.
Dari dua variabel independen yakni motivasi dan kemampuan kerja dalam penelitian ini,
variabel kemampuan kerja memiliki pengaruh yang lebih besar dalam mempengaruhi tingkat
kinerja karyawan Okusi Associates.
Berdasarkan penelitian ini, didapati bahwa teori motivasi dari Alderfer ( ERG theory), teori
kemampuan kerja dari Stephen P. Robbins dan teori kinerja karyawan dari John Minner terbukti
kebenarannya pada penelitian yang dilakukan pada karyawan Okusi Associates. Jadi, semakin
baik gaji dan tunjangan yang diberikan Okusi Associates kepada karyawannya, semakin baik
hubungan yang terjalin antara karyawan dan atasan Okusi Associates, semakin baik hubungan
yang terjalin antara karyawan Okusi Associates dengan rekan kerja lainnya, semakin baik
dorongan karyawan Okusi Associates untuk lebih kreatif dan lebih produktif lagi baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap lingkungan, semakin baik kesanggupan kerja yang dimiliki
karyawan Okusi Associates, semakin baik pendidikan yang dimiliki karyawan Okusi Associates
dan semakin baik pengalaman kerja yang dimiliki karyawan Okusi Associates, maka kinerja
karyawan Okusi Associates baik dari segi kualitas, kuantitas, efektivitas, kerjasama dan kehadiran
akan semakin meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi dan kemampuan kerja secara secara
parsial dan simultan berpengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan Okusi
Associates. Hal ini perlu ditindak lanjuti oleh manajemen Okusi Associates, perlunya
memberikan segala seseuatu yang berhubungan dengan peningkatan motivasi karyawan seperti
gaji dan tunjangan, hubungan yang terjalin baik antara karyawan dengan atasan dan antara
karyawan dengan sesama rekan kerja serta dorongan untuk karyawan lebih kreatif dan
produktif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Kemudian Okusi Associates perlu
juga memberikan segala seseuatu yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan
karyawan, seperti peningkatan kesanggupan kerja karyawan, pemberian pendidikan dan
pelatihan serta mememelihara para karyawan agar semakin memiliki pengalaman kerja yang
lebih baik lagi, sehingga akhirnya kinerja para karyawan bisa terus meningkat secara
berkelanjutan.
144
Saran
1. Hendaknya perusahaan dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan kerja karyawan
dengan menekankan pada kemampuan kerja agar kinerja karyawan meningkat.
Kemampuan kerja yang dimaksudkan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan yang ada pada Okusi Associates. Bukan berarti
bahwa variabel lain di nomor duakan, akan tetapi karena hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel kemampuan kerja memiliki pengaruh yang dominan terhadap
kinerja karyawan, maka variabel ini harus diperhatikan dengan tidak melupakan variabel
lain.
2. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan informasi
pembanding bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai SDM dalam organisasi,
untuk mengoptimalkan kinerja karyawan perlu adanya penelitian lanjutan terhadap variabelvariabel lain yang mempengaruhi kinerja karyawan, seperti gaya kepemimpinan, dukungan
organisasi dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Subekhi, Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia, Prestasi Pustaka Jakarta,
Jakarta, 2012.
Andree Wijaya Suhaji, 2012, Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan PNPM Jawa Tengah, Vol. 1 No. 1, STIE Widya Manggala, Semarang.
CA. Arnolds and Christo Boshoff, 2002, Compensation, esteem valence and job
performance: an empirical assessment of Alderfer's ERG theory, The
International Journal of Human Resources Management 697-719.
Cafila Ficalista, 2011, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang, UIN, Malang.
Choirul Anwar dkk, 2013, Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan PDAM Kota Malang, Vol. 2 No. 2, Universitas Brawijaya,
Malang.
Danang Sunyoto, Analisi Regresi dan Korelasi Bivariat, Amara books,
Yogyakarta, 2007.
Danang Sunyoto, Manajemen Sumber Daya Manusia, CAPS, Yogyakarta, 2012.
Frans Farlen, 2011, Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
PT. United Tractors Tbk., Universitas Pembangunan Nasional,
Yogyakarta.
Gibson, James L et. al, Organizations : behaviour, structure, processes, 10th
International
Edition, The McGraw-Hill Companies, New York, 2000.
Kreitner, Robert., Angelo Kreitner, Organizational Behavior Seventh Edition, The
McGraw-Hill Companies, New York, 2007.
Newstrom, John W., Keith Davis, Organizational Behavior : Human
Behavior at Work,
11th Edition, McGraw-Hill, USA, 2002.
Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 3, Erlangga, Yogyakarta,
2009.
Novitasari Andraeni, 2005, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan
PT. HM Sampoerna Tbk. Surabaya, Universitas Airlangga, Surabaya.
Robbins, Stephen P., Timothy Judge, Perilaku Organisasi, Edisi 12, Buku 1,
Salemba
Empat, Jakarta, 2008.
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM (Teori, Dimensi
Pengukuran
dan Implementasi dalam Organisasi), Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2009.
Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1 Edisi 10, Erlangga, Jakarta,
2008.
Werner, Jon M., Randy L DeSimone, Human Resource Management, 4th edition, Thomson
South Western Corporation, USA, 2006.
145
PENGARUH PARTISIPASI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS
RELASIONAL DENGAN MODERASI IMPLICIT SELF-THEORIES :
SEBUAH STUDI DALAM INDUSTRI SALON KECANTIKAN
Rausigof Albiruni
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Customer Participation dan Implicit
Self-Theories terhadap Relationship Quality dari industri salon kecantikan serta untuk melihat
apakah incremental theorists dapat menciptakan trust dan satisfaction dalam memoderasi
customer participation. Penelitian ini juga dapat dipergunakan secara luas untuk perusahaan
barang dan jasa lainnya. Merujuk pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dweck dan
Leggett dengan setting laboratorium, penelitian ini dilakukan dengan setting situasi
sebenarnya.
Teknik pengumpulan data penelitian adalah membuat skenario dan melakukan pencatatan
terhadap mahasiswi Universitas Esa Unggul yang memiliki frekuensi sering pergi ke salon
untuk perawatan rambut. Data primer dicatat dari 120 orang partisipan melalui skenario yang
sudah dipersiapkan. Penelitian dengan desain between subject yaitu : 2x2: 2 (implicit selftheories: incremental, entity) x 2 (consumer participation: high vs low). Studi lanjutan yang
merujuk pada penelitian Dweck dan Leggett ini, dalam penelitian ini konsumen yang diberi
Consumer Participation high dengan moderasi IST Entity cenderung menciptakan
Relationship Quality yang lebih rendah dibanding dengan Consumer Participation high
dengan moderasi IST Incremental. Begitu juga apabila konsumen yang diberi Consumer
Participation low dengan moderasi IST Entity cenderung menciptakan Relationship Quality
yang lebih rendah dibanding dengan Consumer Participation low dengan moderasi IST
Incremental.
Berdasarkan hasil uji t sampel independen didapat bahwa dua sampel yaitu dua level yang
ada pada sebuah variabel independen memiliki pengaruh terhadap rata-rata nilai sampel
yaitu kualitas relasional (nilai variabel dependen). Berdasarkan hasil uji Two Way Ancova
maka dapat disimpulkan bahwa Interaction effect menunjukkan bahwa Implicit Self-Theories
memoderasi hubungan Customer Participation terhadap Relationship Quality.
Kata Kunci : consumer participation, implicit self-theories, relationship quality, two way
ancova
Pendahuluan
Industri jasa salon kecantikan di wilayah Jakarta mengalami perkembangan yang pesat
dewasa ini, di berbagai sudut jalan banyak terdapat provider yang menyediakan jasa salon.
Pusat – pusat perbelanjaan dan Mall – Mall menjadi pilihan mengembangkan bisnis salon
146
kecantikan, bagi mereka Mall adalah ladang bisnis yang menjanjikan. Perkembangan industri
salon banyak didukung oleh pergeseran gaya hidup masyarakat kota, perawatan kecantikan
sudah menjadi kebutuhan utama bagi kebanyakan warga metropolitan. Kebutuhan ini tersebar
merata dari berbagai kelompok umur, mulai dari remaja sampai usia setengah baya. Karakter
industri salon memungkinkan provider dan pelanggan menjalin hubungan yang intim, dan
pelanggan berpartisipasi dalam berbagi informasi, dan terlibat dalam setiap keputusan selama
mengkonsumsi jasa. Evaluasi pelanggan terhadap keseluruhan jasa yang diberikan oleh
provider salon juga ditentukan oleh evaluasi pelanggan terhadap pegawai salon. Kualitas
relasional yang diberikan oleh pegawai salon akan menjadi pertimbangan pelanggan untuk
kembali lagi datang ke salon bersangkutan.
Lusch, Brown, dan Brunswick memberikan kerangka teori untuk mengeksplorasi
partisipasi pelanggan dalam penciptaan nilai. Tujuan bisnis bukanlah untuk menciptakan nilai
bagi pelanggan tetapi untuk memobilisasi pelanggan untuk secara bersama sama menciptakan
nilai. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menggerakan
penciptaan nilai dalam kolaborasi antara pabrik dan supplier. Menyinggung tentang customer
participation, dimana layanan kepuasan konsumen secara langsung berkaitan dengan masukan
konsumen untuk kualitas teknis dan fungsional dan menunjukkan bahwa upaya penelitian masa
depan harus mempertimbangkan dampak dari perbedaan individu pada partisipasi dan persepsi.
Selain itu, partisipasi dan control konsumen secara langsung dapat mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap upaya perbaikan layanan oleh perusahaan. Menyinggung tentang implicit
self-theories, yaitu teori yang membahas tentang keyakinan tentang kepribadian kita, dimana
teori tersebut dibagi menjadi dua jenis: Entity theory dan Incremental theory.
Individu yang menganut Incremental theory (incremental theorists) melihat
kemampuan pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan beradaptasi‖, atau mereka
dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri. Sebaliknya, individu
yang mendukung Entity theory (entity theorists) percaya bahwa kemampuan pribadi mereka
adalah ―tetap‖, atau mereka tidak dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha
mereka sendiri secara langsung. Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada
orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan konsumen didefinisikan
sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan
harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang
mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan
pihak yang dipercaya. Sedangkan kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh
pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya.
Konsumen merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau
harapan mereka terlampaui.
Dalam berbagai industri lainnya, paradigma pemasaran relasional sudah mulai dikenal
luas dan menggantikan paradigma lama, yaitu pemasaran transaksional. Perubahan paradigma
ini banyak dipengaruhi oleh tingkat kompetisi yang semakin ketat dan perubahan orientasi
pemasaran, dari pemasaran berorientasi produk menjadi pemasaran yang beroientasi pada
pelanggan. Tujuan utama kegiatan pemasaran relasional adalah untuk menciptakan hubungan
jangka panjang dan saling menguntungkan antara provider dan pelanggan. Hubungan jangka
panjang ini akan terbentuk apabila pelanggan menerima superior customer value, dan provider
mendapatkan sustainable competitive advantage. Penelitian ini akan menggunakan obyek
salon kecantikan, karena pada salon kecantikan terdapat interaksi dan partisipasi antara
karyawan dan pelanggan. Melalui interaksi inilah sebuah hubungan relasional antara pelanggan
dan provider salon dimulai. Salon juga tidak menggunakan kampanye iklan yang gencar dalam
mempromosikan produknya, sehingga faktor periklanan dapat dihilangkan dalam penelitian
ini.
147
Landasan Teori
A. Pemasaran
Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Menurut Philip
Kotler dan Amstrong, pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang
membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
1. Konsep Pemasaran
Konsep-konsep inti pemasaran meliputi: kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi,
utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan
pasar.
2. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Menurut
Kotler dan Armstrong, pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan
pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun,
dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk
mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan manajemen adalah proses perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing) penggerakan (Actuating) dan pengawasan
(Controlling).
B. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam
memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut. Perilaku
konsumen didefinisikan sebagai studi tentang pembelian suatu unit dan proses pertukaran
dalam memperoleh, mengkonsumsi, membuang barang, jasa, pengalaman, dan ide-ide.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan
membuang barang atau jasa. Sedangkan The American Marketing Association
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran,
perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya.
1. Tipe–Tipe Perilaku Pembelian
a. Pengalokasian budget
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana
membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk
membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan
pembelian.
b. Membeli produk atau tidak
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen,
berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.
c. Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di
mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya,
apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam
melakukan proses pembelian.
d. Keputusan atas merek dan gaya
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang
sebenarnya ingin dibeli.
148
2. Sifat dari Perilaku Konsumen
a. Perilaku Konsumen Bersifat Dinamis
Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi
dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar
konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian
menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang
sekaligus sulit.
b. Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi
Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan
tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami
bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan
tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan
value atau nilai bagi konsumen.
c. Perilaku Konsumen Melibatkan Pertukaran
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain
seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai
gantinya
C. Partisipasi Konsumen
Karakteristik konsumen dapat bervariasi tergantung pada apakah mereka memilih
untuk berpartisipasi atau tidak. Variasi ini memberi kita kesempatan untuk
mensegmentasikan jenis – jenis layanan konsumen berdasarkan kesediaan partisipasi
mereka. Oleh karena itu, kita juga harus mengembangkan pemahaman yang lebih baik
tentang perbedaan individu yang mungkin mendasari perbedaan segmen. Manfaat untuk
perusahaan jasa dari pemahaman yang lebih jelas mengenai partisipasi konsumen, yaitu
termasuk peluang untuk segmentasi pasar dan positioning produk berdasarkan kemampuan
konsumen atau kebutuhan partisipasi, produk baru atau jalur pengembangan berdasarkan
peran konsumen, dan kemampuan untuk mengelola ukuran peran konsumen secara optimal
selama jasa pengiriman. Intinya adalah, partisipasi konsumen adalah masyarakat atau
keterlibatan individu dalam proses pengambilan keputusan.
D. Implicit Self – Theories
Orang – orang mengembangkan Lay Theories, atau struktur pengetahuan, mengenai
sifat dunia sosial dalam rangka untuk menafsirkan, memprediksi, dan mengendalikan dunia
sosial mereka. Diantara Lay Theories yang paling banyak dipelajari adalah Implicit selftheories, yang mempelajari keyakinan tentang kepribadian kita. Para peneliti telah
mengidentifikasi dua jenis Implicit self-theories: Entity theory dan Incremental theory.
Individu yang menganut Incremental theory (incremental theorists) melihat kemampuan
pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan beradaptasi‖, atau mereka dapat
meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri. Sebaliknya, individu
yang mendukung Entity theory (entity theorists) percaya bahwa kemampuan pribadi
mereka adalah ―tetap‖, atau mereka tidak dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui
usaha mereka sendiri secara langsung. Pandangan ini mempengaruhi cara individu untuk
bagaimana memulai pendekatan peningkatan diri. Karena incremental theoriests percaya
bahwa kemampuan pribadi mereka dapat ditingkatkan jika mereka mengerahkan upaya
untuk melakukannya, mereka mencari cara untuk menjadi pribadi yang lebih baik melalui
peluang untuk belajar, memperbaiki diri, dan tumbuh untuk itu. Misalnya, mahasiswa
dengan keyakinan incremental theory bersedia untuk mengambil kelas dengan mata kuliah
yg materinya sulit, karena mereka percaya itu akan membantu mereka meningkatkan
kemampuan untuk menjadi lebih kompeten, walaupun ada risiko yang tinggi dalam
mendapatkan nilai yang rendah jika gagal. Sebaliknya, entity theorists melihat kemampuan
149
pribadi sebagai sesuatu yang tidak bisa berubah dengan upaya langsung mereka untuk
belajar, improvisasi, atau menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk meningkatkan kualitas
diri, mereka mencari cara untuk menunjukkan kemampuan positif mereka terhadap diri
sendiri atau orang lain. Mahasiswa dengan keyakinan entity theory mencari kelas dengan
mata kuliah yang materinya lebih mudah di mana mereka yakin bisa mendapatkan nilai
yang tinggi, yang menunjukkan kompetensi mereka, bahkan jika kelas tersebut tidak
menghasilkan pembelajaran atau akuisisi keterampilan apapun pada akhirnya.
E. Kepercayaan dan Kepuasan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita
memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan konsumen didefinisikan sebagai kesediaan satu
pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak
lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari
kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya.
Kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja
sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Konsumen merasa puas kalau harapan
mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui.
3. Kerangka Pikir dan Hipotesis
Kepercayaan
Partisipasi
Konsumen
Kualitas
Relasional
Pelanggan
Kepuasan
Implicit Self
Theory
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah dikemukan, maka dapat
dirumuskan beberapa hipotesis yang sesuai dengan perumusan masalah yang ada, yaitu:
a. Customer participation dapat menciptakan trust dan satisfaction pada konsumen.
b. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap trust.
c. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap
satisfaction
4. Metodologi Penelitian
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Experimental Design yang bertujuan untuk
menentukan hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel
bebas atau dengan melakukan pengendalian terhadap variabel penghubung lainnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian kausal ini adalah eksperimen atau
percobaan. Studi yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan desain
between subject 2x2: 2 (implicit self-theories: incremental, entity) x 2 (customer
participation: high vs low) sebagai faktor eksperimen/independent variable.
150
B. Variabel dan Operasional Variabel
1. Independent Variable (IV)
a. Implicit Self-theories
Implicit self-theories dapat dimanipulasi dengan cara meminta
responden membaca sebuah artikel yang sesuai atau mengandung kalimat
incremental theory atau entity theory. Meskipun responden cenderung
menganut salah satu teori tersebut, namun pola pikir mereka dapat
‗dibentuk‘
untuk
mengadopsi
pola
pikir
tertentu
dengan
mengkomunikasikan atau menyampaikan informasi yang relevan.
Untuk memperkenalkan artikel, responden sebelumnya diberitahu
bahwa peneliti tertarik pada pendapat mereka tentang artikel tersebut. Selain
itu, peneliti meminta responden untuk menggarisbawahi tiga kalimat yang
dirasa responden paling penting dalam artikel yang dibuat dari sudut
pandang penulis.
 Customer Participation
Partisipasi konsumen adalah keterlibatan masyarakat atau individu
dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik konsumen dapat
bervariasi tergantung pada apakah mereka memilih untuk berpartisipasi
atau tidak. Variasi ini memberi kita kesempatan untuk
mensegmentasikan (mengelompokkan) jenis – jenis layanan konsumen
berdasarkan kesediaan partisipasi mereka.
 Studi Pendahuluan
Peneliti menguji manipulasi ini dengan bertanya kepada wanita
berumur 18-25 tahun, mahasiswa S1, memiliki frekuensi minimal
sebulan sekali ke salon, untuk membaca artikel entity theory (n=20) atau
artikel incremental theory (n=20). Kemudian mereka diminta
pendapatnya dari artikel tersebut dalam skala 7 poin untuk memastikan
bahwa artikel tersebut benar – benar kredibel, persuasif, berguna, jelas,
dan mudah dimengerti. Respon dari poin – poin tersebut kemudian
disimpulkan (α = 0,66), dan seperti yang diharapkan, ukuran ini tidak
berbeda dengan kondisi (Mentity = 5,78 vs. Mincremental = 5,85; NS).
Kedua, untuk menentukan apakah artikel menginduksi pola pikir
yang sesuai, responden diminta untuk membuat beberapa prediksi
tentang perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Mereka diberi skala
probabilitas (0-100) untuk menentukan prediksi mereka dalam
pertanyaan seperti, " Ada 2 orang sahabat baik bernama Ika dan Putri.
Ika bersifat lebih penolong dan lebih senang membantu dibandingkan
Putri. Pada suatu hari, mereka melihat ada seorang pemuda yang
mendorong motornya di jalan karena mogok, sedangkan tukang tambal
ban masih sedikit jauh. Menurut Anda, berapa persen kemungkinan Ika
akan menolong dibandingkan Putri?". Tanggapan terhadap pertanyaan
tersebut kemudian digabungkan.
Dibandingkan dengan incremental theorist, entity theorist membuat
prediksi tentang perilaku semakin kuat, karena mereka lebih cenderung
untuk percaya bahwa perilaku dapat diprediksi atau diperkirakan dari
sifat seseorang. Dengan demikian, jika manipulasi ini berhasil, mereka
yang membaca artikel yang berlawanan dengan entity theory
(incremental theory) harus memperkuat (melemahkan) prediksi perilaku
dari informasi tentang sifat tersebut. Hasil ini dikonfirmasi dalam data
151
peneliti (Mentity = 82,2 vs. Mincremental = 43,1; p < 0,05),
menunjukkan bahwa implicit self-theories manipulation berhasil
menciptakan mindset (jalan pikir) yang diinginkan.
3. Dependent Variable (DV)
Dependent Variable dalam penelitian ini adalah satisfaction dan trust.
Satisfaction atau kepuasan yang dimaksud disini adalah kepuasan konsumen.
Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk
dengan harapannya. Sedangkan trust atau kepercayaan didefinisikan sebagai
kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain
berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk
pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan
mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya.
Kemudian diberikan satu pertanyaan yang menggambarkan suasana salon
secara langsung dan enam pertanyaan tidak langsung sebagai proxi salon.
Sehingga akan didapatkan tujuh pertanyaan sebagai berikut:
5. Metodologi Penelitian
A. Uji Two Way Ancova
Keluaran dibawah merupakan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel bebas /
predictor dalam membuat perbedaan deviasi untuk kedua independen variabel.
Faktor-faktor tersebut adalah Customer Participation (CP) dan Implicit SelfTheories (IST).
Variabel Independen
CP
1.00
2.00
1.00
2.00
IST
Keterangan
CP High
CP Low
Incremental
Entity
Jumlah
50
50
50
50
Pada tabel ini terlihat ringkasan mengenai jumlah (n) yaitu masing-masing 50 yang
dianalisis pada variabel Customer Participation maupun Implicit Self-Theories
dengan jumlah seluruhnya 100.
F
1,540
df1
3
df2
96
Sig.
,209
Pengujian Levene dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi asumsi homogenitas
data. Nilai sig. sebagaimana tertera dalam keluaran di atas ialah sebesar 0.209 >
0.05, oleh karena itu H0 diterima. Artinya varian kesalahan pada kedua independen
variabel adalah sama. Dengan demikian persyaratan sudah dipenuhi.
152
Type III Sum
Keterangan
of Squares
df
a
Corrected Model
16,071
4
Intercept
,000
1
Efikasi
1,165
1
CP
,171
1
IST
10,338
1
CP * IST
4,595
1
Error
82,299
95
Total
99,000
100
Corrected Total
99,000
99
Variabel Dependen : RQ
R Squared = ,169 (Adjusted R Squared = ,134)
Mean
Square
4,175
,000
1,165
,171
10,338
4,595
,866
F
4,820
,000
1,344
,197
11,933
5,304
Sig.
,001
1,000
,249
,658
,001
,023
Dari Tabel 5.6 diketahui bahwa terdapat interaction effect antara Customer
Participation dan Implicit Self-Theories (F = 5,304 df = 1 dan nilai Sig. = 0,023).
Interaction effect ini menunjukkan bahwa Implicit Self-Theories memoderasi
hubungan Customer Participation terhadap Relationship Quality.
B. Uji Hipotesis
Hipotesis
1
2
3
Nilai
Sig.
Pernyataan Hipotesis
Customer participation dapat
menciptakan
trust
dan 0,658
satisfaction pada konsumen
Incremental theorists dapat
memoderasi
customer 0,001
participation terhadap trust
Incremental theorists dapat
memoderasi
customer
0,001
participation
terhadap
satisfaction.
Keterangan
Data
mendukung
hipotesis
tidak
Data
mendukung
hipotesis
Data
mendukung
hipotesis
1. Customer participation tidak dapat menciptakan trust dan satisfaction pada
konsumen : Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi konsumen tidak dapat
menciptakan kepercayaan dan kepuasan pada pelanggan salon kecantikan.
Kondisi ini mungkin disebabkan karena persepsi pelanggan salon terhadap
partisipasi konsumen yang diterima dari salon adalah sebuah hal yang biasa,
semua salon menawarkan hal yang sama. Jadi untuk menciptakan trust dan
satisfaction, pelanggan salon masih memerlukan evaluasi terhadap Customer
Participation yang diterimanya, termasuk didalamnya adalah evaluasi terhadap
salon lainnya yang memberikan pelayanan sejenis. Temuan ini berbeda dengan
argumentasi sebagian ilmuan yang berpendapat bahwa Customer Participation
dapat menciptakan trust dan satisfaction terhadap konsumen (Larsson dan
Bowen, 1989; Bateson, 1985; Cermak et al, 1994;. Kelley et al, 1990. , Martin
& Pranter, 1989, Mills & Morris, 1986).
153
2. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap trust :
Dalam implicit self-theories, individu yang menganut incremental theory
percaya bahwa kemampuan pribadi mereka bisa ditingkatkan oleh usaha mereka
sendiri, dan usaha tersebut termasuk berpartisipasi dalam proses pelayanan.
Sehingga para incremental theorists tersebut dapat merasa lebih puas apabila
mereka terlibat secara langsung dalam proses pelayanan jasa, dan menciptakan
relationship quality yang lebih baik dibandingkan dengan para entity theorists.
Konsumen yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh salon
cenderung akan percaya dan datang lagi ke salon tersebut.
3. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap
satisfaction : Dalam implicit self-theories, individu yang menganut incremental
theory percaya bahwa kemampuan pribadi mereka bisa ditingkatkan oleh usaha
mereka sendiri, dan usaha tersebut termasuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan. Sehingga para incremental theorists tersebut dapat merasa lebih puas
apabila mereka terlibat secara langsung dalam proses pelayanan jasa, dan
menciptakan relationship quality yang lebih baik dibandingkan dengan para
entity theorists.
6. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan 2
variabel yaitu Customer Participation dan Implicit Self-Theories sebagai variable
independen dan Relationship Quality sebagai variable dependen lalu dianalisis dari
100 responden dengan beberapa pengujian data, maka dapat disimpulkan :
1. Customer Participation tidak menciptakan Relationship Quality yang terdiri
dari trust dan satisfaction pada pelanggan salon kecantikan perawatan rambut.
Artinya jika hairstylist melakukan partisipasi konsumen kepada pelanggan
salon, maka itu tidak serta-merta langsung menimbulkan kepercayaan dan
kepuasan pada konsumen.
2. Konsumen salon kecantikan yang menganut incremental theory, jika diberikan
Customer Participation high maka Relationship Quality (kualitas relasional)nya
akan semakin tinggi dan baik, namun jika diberikan Customer Participation low
maka Relationship Quality yang tercipta lebih rendah dibanding dengan
diberikan Customer Participation high. Sebaliknya, konsumen salon kecantikan
yang menganut entity theory, jika diberikan Customer Participation high maka
Relationship Quality (kualitas relasional)nya akan semakin rendah, namun jika
diberikan Customer Participation low maka Relationship Quality yang tercipta
lebih baik dibanding dengan diberikan Customer Participation high. Maka dari
itu hasil penelitian ini adalah terbukti dan hasil penelitian yang dilakukan
penulis konsisten dengan logika dari Implicit Self-Theories, yang menjadi dasar
dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dweck dan Legget (2000) yang
merupakan rujukan penelitian penulis.
3. Individu yang menganut Incremental theory (incremental theorists) melihat
kemampuan pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan
beradaptasi‖, atau mereka dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui
usaha mereka sendiri. Incremental theorists percaya bahwa kemampuan pribadi
mereka dapat ditingkatkan jika mereka mengerahkan upaya untuk
melakukannya, mereka mencari cara untuk menjadi pribadi yang lebih baik
melalui peluang untuk belajar, memperbaiki diri, dan tumbuh untuk itu.
Dalam penelitian ini, pelanggan salon yang menganut Incremental theory
percaya bahwa jika mereka ikut berpartisipasi ketika perawatan rambut, seperti
154
turut memberi pendapat mengenai potongan rambut kepada hairstylist, dapat
menciptakan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menyerahkan hasil
kerja sepenuhnya kepada hairstylist. Maka dari itu Incremental theorists dapat
memoderasi Customer Participation dalam menciptakan trust dan Incremental
theorists dapat memoderasi Customer Participation dalam menciptakan
satisfaction.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk industri jasa seperti salon kecantikan, sebaiknya untuk mengaplikasikan
Implicit Self-Theories dalam melakukan Customer Participation kepada para
pelanggan salon. Misalnya seperti mengajukan beberapa pertanyaan dalam
bentuk angket ke setiap pelanggan yang datang ke salon tersebut untuk
mengetahui apakah pelanggan tersebut incremental atau entity theorists dan
didata, sehingga ketika pelanggan tersebut datang ke salon, maka hairstylist
sudah mengetahui bagaimana sebaiknya pelanggan tersebut diberikan partisipasi
konsumen yang tepat.
2. Hasil penelitian ini selain dapat sebagai saran untuk industri jasa salon
kecantikan, juga dapat dipergunakan secara luas untuk industri atau perusahaan
jasa dan barang lainnya. Contoh pada industri atau perusahaan jasa seperti jasa
toko online, dimana dengan tipe perangai konsumen atau pelanggan yang
berbagai macam, para pedagang toko online harus mampu dalam memahami
serta mengetahui cara melayani para pelanggannya dengan baik, mulai dari
menanggapi pertanyaan – pertanyaan detail yang diajukan pelanggan ketika
memesan suatu produk, menanggapi berbagai saran dan kritik dari pelanggan,
hingga bagaimana melakukan pendekatan kepada pelanggan untuk menciptakan
satisfaction, trust, serta repeat buying terhadap produk tersebut. Demikian
dengan perusahaan barang misalnya parfum, ketika misalnya sedang melakukan
promosi di pusat – pusat perbelanjaan, seorang sales harus paham betul
bagaimana cara mendekati konsumen dalam menawarkan produk parfum
tersebut, dan mana konsumen yang kira – kira berpotensi dapat dijadikan target
untuk penjualan parfum tersebut.
Daftar Pustaka
Abdullah, Mellisa Ng Lee Yen. 2008. Children’s Implicit Theories of Intelligence : It’s
Relationship with Self-Efficasy, Goal Orientations, and Self-Regulated Learning. The
International Journal of Learning Vol. 15 No. 2.
Abd.-El-Fattah, Sabry M. 2006. Implicit Theory of Intelligence Scale : Testing for Factorial
Invariance and Mean Structure. School of Education, University of South Australia.
Bame-Aldred, Charles. 2011. The Impact of Implicit Theories of Intellegence on Professional
Decision Making. Journal of Behavioral Studies in Business.
Besser, Avi. 2010. The Influence of Pathological Narcissism on Emotional and Motivational
Responses to Negative Events : The Roles of Visibility and Concern about Humiliation.
Journal of Research in Personality.
Beer, Jennifer S. 2002. Implicit Self-Theories of Shyness. Journal of Research in Educational
Psychology Vol. 83 No. 4.
Bosson, Jennifer K. 2003. Self-Enhancement Tendencies Among People With High Explicit
Self-Esteem : The Moderating Role of Implicit Self-Esteem. Psychology Press
Cuiling, Guan. 2010. The Review on Customer Participation in Service.
155
Delavar, Ali. 2011. Relationship Between Implicit Theory of Intelligence, 2x2 Achievement
Goals Framework, Self-Regulating Learning with Academic Achievement. IACSIT
Press, Singapore.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat.
Penerbit Universitas Diponegoro.
Huntley, Julie K. 2005. Conceptualization and Measurement of Relationship Quality : Linking
Relationship Quality to Actual Sales and Recommendation Intention. Industrial
Marketing Management 35
John, Jeannie Denise. 2003. The Effects of Employee Service Quality Provision and Customer
Personality Traits on Customer Participation, Satisfaction, and Repurchase Intentions.
Jonathan, Sawono. 2012. Model-Model Linier dan NON-LINIER dalam IBM SPSS 21,
Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Lai, Ming-Cheng. 2007. The Relationship Among Self-Monitoring, Susceptibility to
Interpersonal Influence, Luxury Consumption and Social Value.
Liang, Chiung-Ju. 2004. Integrative Research into The Financial Services in Taiwan :
Relationship Bonding Tactics, Relationship Quality and Behavioural Quality. Journal
of Financial Services Marketing 2005.
Naresh, K. Malhotra. 2004. Marketing Research. Fourth Edition. New Jersey Peter J. Paul &
James H. Donnely. Jr. 2004. Marketing Management: Knowledge and Skills. Edisi ke 7. New York: Mc Graw Hill
O‘Connor, Alexander J. 2012. Consequences of Beliefs about the Malleability of Creativity.
Institute for Research on Labor and Employment UC Berkeley
Park, Ji Kyung. 2010. Got to Get You into My Life : Do Brand Personalities Rub Off on
Consumers?. Journal of Consumer Research Vol. 37.
Roberts, Keith. 2000. Measuring The Quality of Relationships in Consumer Services : An
Empirical Study. European Journal of Marketing
Solomon, Michael. R. 2011. Consumer Behaviour: Buying, Having, and Being, Edisi ke -9,
New Jersey: Prentice Hall.
Wang, C. K. John. 2010. Achievement Goals, Implicit Theories and Behavioral Regulation
among Polytechnic Engineering Students. The International Journal of Research and
Review Volume 5 Issue 2.
Was, Christoper. 2006. Academic Achievement Goal Orientation : Taking Another Look.
Electronic Journal of Research in Educational Psychology No. 10 Vol. 4
Wattanakamolchai, Somyot. 2009. Managing Customer Participation in The Service
Production Process.
Widjaja, Bernard T. 2009. Lifestyle Marketing ; Servlist: Paradigma Baru Pemasaran Bisnis
Jasa dan Lifestyle.
Yang, Yung-Jui. 2010. Implicit Theories of The World and Implicit Theories of the Self as
Moderators of Self-Stereotyping. Social Cognition, Vol. 28, No. 2.
156
APAKAH ENTITY THEORIES DAPAT MENGUATKAN PENYATUAN
KEPRIBADIAN MEREK TERHADAP KONSUMEN ?
STUDI KASUS PADA MEREK APPLE
Aldi
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRACT
This study aims to determine whether the personality of a brand can be fused with the consumer , in
accordance with the entity theories. Where it is said that there are two groups / individuals in the
community who were included in the theory of implicit selft theory ( IST ) by Dweck and Leggett, first,
on the theory there are groups / individuals who use tori entity ( entity theories), which is where its
adherents will felt he would not have the ability to be better in their own strength. And secondly, the
theory of incremental (incremental theories), that incremental theorists would be better by their own
efforts, without any outside help .
The study will be conducted in this study using a between subject 2x1 design : 2 (implicit self - theories
: entity vs. incremental ) x 1 ( brand personality ) as the experimental factor / independent variable.
Participants in this study will be manipulated by reading an article manipulation, Conclusion of the
research that has been done is not an entity theory of personality unification can strengthen the brand
with consumers who use the apple products.
Keywords : implicit self- theory, theory entity ( entity theory ), incremental theory (incremental theory),
brand personality.
PENDAHULUAN
Di kehidupan sehari-hari sering di temukan pada individu-individu tertentu akan merasakan
kepercayaan pada diri mereka sendiri setelah menggunakan barang-barang ber-merek
―branded”, meminjam istilah yang sering di kemukakan oleh remaja jaman sekarang. Pada
beberapa kasus diantaranya, individu yang menggunakan barang-barang bermerek tersebut
percaya bahwa citra yang terdapat pada merek tersebut akan dapat menyatu dengan para
penggunanya. Seperti gadget dengan brand ― APPLE “.
Dalam Park dan Jhon (2010 : 665 ) di katakan Merek dapat diposisikan atas dasar kualitas
manusia, seperti ketulusan (misalnya, jujur, rendah hati), kegembiraan (misalnya, trendi,
keren), kompetensi (misalnya, cerdas, pekerja keras), kecanggihan (misalnya, goodlooking,
glamor), dan kekasaran (misalnya, tangguh, maskulin).
Merek menawarkan beragam kesempatan bagi konsumen untuk mengungkapkan siapa
mereka dan mereka ingin menjadi siapa/apa. Merek dengan kepribadian yang khas dan
157
menarik, akan sangat cocok untuk penelitian ini, dalam hal ini peneliti menggunakan brand
“APPLE” dengansmartphone-nya ― IPhone 5―.
Park dan Jhon juga mengatakan dalam jurnalnya (2010:656) Konsumen tertarik dengan
merek dengan kepribadian yang khas ketika mereka ingin mengungkapkan , menegaskan, atau
meningkatkan diri mereka.
Penelitian ini merupakan replikasi dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ji
Kyung Park & John Deborah Roedder di atas, tetapi perbedaan penelitian ini dengan yang
sebelumnya adalah pada penelitian ini hanya mereplikasi penelitian pertama dan kedua saja
dan dengan menggunakan objek yang berbeda, dimana pada penelitian sebelumnya objek yang
digunakan ada dua, Victoria Secreat dan Pulpen MIT, maka disini objek yang digunakan
hanya satu yaitu Brand Apple, selain itu penelitian ini mengukur teori yang dikemukakan pada
penelitian sebelumnya tentang penyatuan brand personality terhadap konsumen
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :Apakah entiti teori akan memperkuat penyatuan brand personality “
APPLE” terhadap konsumen yang menggunakan iPhone 5 ?
TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial (kristianto, 2010:23)
Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian
program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran
yang dapat menguntungkan di pasar dengan tujuannya adalah untuk mencapai tujuan dari
organisasi (Kotler & Amstrong, 2004:7).
Strategi Pemasaran
Kotler & Amstrong (2004:7) Strategi pemasaran dari setiap perusahaan merupakan suatu
rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan.Penentuan strategi dapat dilakukan oleh manager
perusahaan dengan membuat Segmentation, Targetting dan Positioning.
Psikologi Pemasaran
Psikologi pemasaran pada hakiatnya adalah integrasi ilmu psikologi dan perilaku manusia
kedalam pemasaran untuk menyukseskan tujuan pemasaran, yaitu penjualan yang maksimal
Tujuan orang membeli sesuatu adalah ‗‘untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan
keinginannya dalam Kristianto (2010:27).
158
Perilaku konsumen
Perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan
lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya, Kristianto (2004:24).
Peter & Olson, Perilaku Konsumen mengkaitkan logika/pikiran dan perasaan yang
dialami/miliki manusia dan aksi yang dilakukan pada saat proses konsumsi.
Hanna & Wazniak (2010:24), Perilaku konsumen berfokus pada aktivitas yang berhubungan
dengan barang atau jasa yang di konsumsi oleh individu, peneliti lain mengatakan hal serupa,
yaitu perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang dapat mempengaruhi
pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi individu.
Kepribadian Merek
Disisi lain kepribadian merek juga adalah dimana konsumen menghubungkan berbagai sifat
atau karakteristik ―mirip-kepribadian‖ pada berbagai merek di berbagai macam golongan
produk (schifman & Kanuk, 2008:123).
Park & Jhon, (2010: 655) Kepribadian merek merupakan elemen kunci dari citra merek bagi
banyak merek konsumen. Merek dapat diposisikan atas dasar kualitas manusia, seperti
ketulusan (misalnya, jujur,rendah hati), kegembiraan (misalnya, trendi, keren), kompetensi
(misalnya, cerdas, pekerja keras), kecanggihan (misalnya, goodlooking, glamor), dan
kekasaran (misalnya, tangguh, maskulin).Sehingga dapat di simpulkan bahwa brand
personality adalah kepribadian suatu merek yang di dasari oleh kepribadian yang dimiliki oleh
makhluk hidup.
Dimensi kepribadian merek ada 5 yaitu sincerity, excitement, competence, sophistication, dan
ruggedness, dalam park dan Jhon, (2010:655).
Implicit self-theories,
Park dan Jhon (2010:656), Dua jenis Implicit self-theories: Entity theory dan Incremental
theory. Individu yang menganut Incremental theories (incremental theorists) melihat
kemampuan pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan beradaptasi‖, atau mereka
dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri.Individu yang
mendukung Entity theories (entity theorists) percaya bahwa kemampuan pribadi mereka adalah
―tetap‖, atau mereka tidak dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka
sendiri secara langsung, hal ini mempengaruhi cara individu untuk bagaimana memulai
pendekatan peningkatan diri.
Kerangka Pikir
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepribadian suatu merek dapat
mempengaruhi perilaku penggunanya. Hal ini di buktikan dengan adanya implicit sefl
theoryyang di kemukakan oleh Dweck and Leggett pada tahun 1998. Serta di buktikan
kembali oleh Park J.K & John D.P dalam Journal Of Consumer Research dengan
penelitiannya yang ber judul ― Got to Get into My Life: Do Brand Personalities Rub Off
onConsumers “ pada tahun 2010.
159
Gambar 2.1
Skema Model Penelitian
Rub off
onConsumers
Brand Personality
X
Y
Implicit Self
Theories
Z
Hipotesis
Merek dihargai karena citranya bagi pemakai.Karena itu, pengaruhnya merek menjadi sangat
penting, sebab merek menampilkan identitas perusahaan atau produk perusahaan (asosiasi
psikologi industry dan organisasi, (2005:205).
Menurut Dweck dan Leggettimplicit self-theories individu yang menganut incremental theory
percaya bahwa kemampuan pribadi mereka bisa ditingkatkan oleh usaha mereka sendiri, tanpa
bantuan dari produk bermerek ― terkenal ― sekali pun. Sedangkan individu yang menganut
entity theorypercaya bahwakemampuan pribadimereka adalah ―tetap‖, atau mereka tidakdapat
meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri secara langsung.
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
yang sesuai dengan perumusan masalah yang ada, yaitu
H:
Entity Theory akan menguatkan penyatuan Brand Personality dengan konsumen.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian kausal ini adalah eksperimen atau percobaan. Studi
yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan desain between subject2x1:(implicit
self-theories: incremental Vs entity) x 1 (brand personality) sebagai faktor
eksperimen/independent variable.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa/i jurusan akuntansi-manajemen, kelas S1 reguler
Universitas Esa Unggul angkatan 2011/2013. Jumlah partisipan total yang dibutuhkan adalah
60 orangpartisipan untuk menguji Incremental theory dan Entity theory. Dengan demikian
diharapkan pada masing – masing sel akan berisi 30 partisipan.
160
Tabel 3.1
Tabel Distribusi Jumlah Partisipan Pada Masing – Masing Sel
Manipulasi
Brand Personality
Implicit
theory
self Jumlah
Partisipan
Entity
30
Incremental
30
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap.Tahap pertama adalah rekrutment, screening calon
responden/partisipan dan cover story.Sedangkan tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian
utama.Tahap pertama penelitian dimulai dengan mencari mahasiswa/i yang bersedia menjadi
partisipan, dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan, sebanyak 60 orang.Tahap ini dimulai
dari pengukuran kriteria partisipan, yaitu kondisi demografi dan pengetahuan tentang
APPLE.Pada tahap selanjutnya, partisipan dipaparkan cover story mengenai tujuan
penelitian,Kemudianinterviewer meminta partisipan mengisikan lembar kesediaan untuk
terlibat dalam penelitian lanjutan dengan waktu yang telah ditetapkan.
Setelah semua calon partisipan terkumpul sebanyak–banyaknya, kemudian dilakukan
analisa untuk mengeluarkan calon partisipan yang tidak memenuhi kriteria sebagai partisipan,
juga partisipan yang tidak bersedia berkontribusi dalam penelitian lanjutan dikeluarkan, sampai
didapatkan jumlah akhir 60 orang.Data yang lolos screening kemudian dibagi menjadi dua
secara random. Randomisasi yang dilakukan untuk mendapatkan 2 kelompok tersebu adalah
dengan memberikan lottre atau angka-angka yang berisi kode untuk setiap kelompok, dimana
angka tersebut terdiri dari angka 1 dan angka 2, angka satu berarti kelompok incremental, dan
angka dua menunjukan bahwa itu adalah bagian dari kelompok entity. Setelah terpisah menjadi
2 kelompok, maka partisipan akan menerima priming incremental dan priming entity.
Sehingga akan didapatkan dua kelompok, dengan anggota yang sama, yaitu 30 orang.
Tahap kedua, yaitu penelitian utama Selanjutnya semua partisipan diberikan lembaran
berisi skenario manipulasi sesuai dengan kelompoknyayaitu incrementaldan entity.
Metode Analisis Data
Analisa Awal
Analisis awal penelitian dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap jawaban ke dalam
simbol angka.Setelah memberikan kode pada setiap jawaban partisipan, peneliti memeriksa
jawaban manipulation check.
Analisa Deskriptif
Dalam penelitian ini analisa deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil
partisipan/reponden pada masing – masing kelompok.Analisa ini diperlukan untuk mengecek
keseragaman (homogenitas).
161
Pengujian Hipotesa Penelitian
Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sekelompok data yang akan
digunakan dalam penelitian berdistribusi normal.
Uji homogenitas data
Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian
memiliki varians yang sama atau tidak.
Analisis one-way Anova
ANOVA atau analysis of varian merupakan salah satu teknik analisis yang berfungsi untuk
menguji apakah rata-rata dari dua sampel berbeda secara signifikan ataukah tidak
Variabel dan Operasional Variabel
Independent Variable (IV)
Terdapat dua independent variable yang digunakan dalam penelitian ini:
Implicit self-theories (incremental theory dan entity theory) dan brand personality.Implicit
self-theories dapat dilakukan/dimanipulasi dengan cara meminta partisipan membaca sebuah
artikel, dimana didalam artikel tersebut mengandung unsur-unsur atau kalimat incremental
theory atau entity theory. Aaker mendefinisikan Kepribadian merek sebagai ―sekumpulan
karakteristik manusia yang dikaitkan atau dihubungkan dengan merek.
Berdasarkan literatur yang ada, penelitian ini menggunakan dimensi kepribadian merek
sebagai berikut :
162
Tabel 3.2
Kepribadian merek: konstruk serta indikator variabel yang membentuknya
Dimensi/konstruk
kepribadian merek
Sincerity
(
tulus)(Aaker, 1997)
Excitement
(gembira) ( Aaker,
1997)
Competence (cakap)
(Aaker, 1997)
Sophisticated
(canggih)
(Aaker,
1997)
Rugged
(tangguh
(ullet))(Aaker, 1997)
Sifat-sifat
kepribadian merek
(indikator veriabel)
Down to earth
Small town
Honest
Sincere
Real
Wholesome
Original
Cheerful
Sentimental
Friendly
Enduring
Up-to-date
Unique
Contemporary
Independent
Exciting
Spirited
Cool
Young
Imaginative
Trendy
Reliable
Hardworking
Secure
Intelleigent
Successful
Leader
Confident
Thecnical
Corporate
Glamorous
Upper class
Charming
Good looking
Feminine
smooth
Outdoorsy
Masculine
Tough
Rugged
Western
14
Terjemahan dalam bahasa indonesia 14
‗membumi‘ (merakyat)
Kuno (picik; berpikir sempit; tidak berminat
padaide baru atau apa yang terjadi diluar
lingkungannya sendiri)
Jujur
Tulus (dapat di percaya)
Sungguh-sungguh
Bermoral baik (senang membantu)
Eksentrik (individualistis)
Riang (gembira)
Sentimental (perasa)
Ramah (bersahabat)
Bertahan lama (tegar; kuat)
Mengikuti zaman
Unik
Kontemporer (masa kini)
Mandiri
Menyenangkan (menggembirakan)
Energik (penuh semangat)
Tenang
Muda ( belum matang; belum berpengalaman)
Imajinatif (berdaya cipta; kreatif)
Trendi
Dapat di percaya (dapat dihandalkan)
Pekerja keras
Aman (nyaman, mapan
Cerdas
Sukses (berhasil)
Pemimpin
Percaya diri
Teknis
Berbadan hukum
Elegan (glamor)
Kelas atas
Memikat (menarik)
Mempesona
Feminim
Ramah (dan menyenangkan) namun tidak
tulus
Senang dengan kegiatan luar (kegiatan
outdoor)
Maskulin (jantan)
Tangguh (ulet, tidak mudah menyerah)
Kasar (bertekad sukses dalam situasi sulit,
meskipun berarti menggunakan kekerasan
atau membuat marah orang lain)
‗ngoboi‘ (berbudaya barat; budaya cowboy)
(di terjemahkan dengan sangat hati-hati kedalam bahasa Indonesia menggunakan bantuan dari penerjemah
professional Inggris-Indonesia Dra. Septina Yudha P., yang berpengalamn dalam penerjemahan beberapa buku
psikologi popular terbitan penerbit Gramedia Pustaka Utama, Buana Ilmu Populer, dan Elex Media Komputindo.
dsb.)
163
Dependent Variable (DV)
Dependent Variable dalam penelitian ini adalah konsumen/individu.Konsumen yang di maksud
dalam hal ini adalah apakah bagi para pengguna produk dengan merek APPLE akan merasakan
hal seperti yang di ungkapkan oleh implisit teori.
Dari pre-test yang telah dilakukan oleh peneliti pada tahap pertama hasil dari pengujian
kepribadian merek Apple ini adalah terletak pada jenis kepribadian yang ke dua menurut Aaker
yaitu Excitement. Dengan hasil data yang di rata-ratakan dari partisipan diperoleh rata-rata
sebesar 5,63(skala 1-7) dengan jawaban terbesar menurut responden Apple tentang Exitement
adalah Up-to-date.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji One Way Anova
Berdasarkan hasil Uji One Way Anova yang dilakukan pada saat penelitian dengan
menggunakan partisipan sebanyak 60 orang, dimana entity sebanyak 30 orang dan incremental
sebanyak 30 orang, maka di dapat :
Tabel 5.1
Output Faktor-Faktor Antara Subyek Hasil One Way Anova
Variabel Independent
Keterangan
Jumlah
1.00
Incremental
30
2.00
Entity
30
IST
Sumber : Pengolahan data SPSS
IST
: Implicit Self Theories
Tabel 5.2
Output Pengujian Levene untuk Kesamaan Varian
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
BP
9.599
1
58
.003
LnBP
.553
1
32
.463
Sumber : Pengolahan Data SPSS 16
*BP
: Brand Personality
*LnBP : Ln Brand Personality
164
Pengujian Levene dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi asumsi/syarat homogenitas data
dalam dalam pengujian one way anova,
Maka hipotesisnya sebagai berikut :
H0 : varian kesalahan pada kedua independent variabel sama
H1 : varian kesalahan pada kedua independent variabel tidak sama.
Kriteria pengujian hipotesis :
1. Jika Sig. < 0.05 maka H0 di tolak dan H1 di terima
2. Jika Sig. > 0.05 maka H0 di terima dan H1 di tolak
Maka :Nilai Sig. sebagaimana tertera dalam keluaran di atas sebesar 0.003 < 0.05, oleh karena
itu sebelumnya data harus di transformasikan terlebih dahulu. Tujuan utama dari transformasi
data ini adalah untuk mengubah skala pengukuran data asli, sehingga data dapat memenuhi
asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam.
Tabel 5.3
Output Model Hasil Uji One Way Anova Spss 16
ANOVA
LnBP
Sum
Squares
of
Df
Mean Square F
Sig.
Between Groups .343
1
.343
.607
Within Groups
32
1.274
Total
40.780
.269
41.123
33
Sumber : Pengolahan Data SPSS
*LnBP : Ln Brand Personality
Pada tabel 5.3 dijelaskan pengujian One Way Anova bertujuan untuk mengetahui perbedaan
antara dua kelompok atau lebih, dengan hasil data yang di peroleh pada penggolahan di
SPSS maka di peroleh nilai Sig. sebesar 0.607 artinya 0.607 > 0.05, maka dapat di artikan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok incremental dengan kelompok
entity.
165
Pengujian Hipotesis
Tabel 5.4
Output Model hasil uji one way anova spss16
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:LnBP
Source
Type III Sum
of Squares
df
Corrected Model .343
a
Mean Square
F
Sig.
1
.343
.269
.607
Intercept
8.177
1
8.177
6.416
.016
IST
.343
1
.343
.269
.607
Error
Total
40.780
32
1.274
52.700
34
Corrected Total
41.123
33
a. R Squared = .008 (Adjusted R Squared = -.023)
Dari tabel 5.4 yang menggambarkan hasil dari uji One Way Anova, maka dapat disumpulkan
sebagai berikut :
Entity Theories tidak dapat menguatkan penyatuan Brand Personality dengan konsumen :
Hal ini menunjukkan bahwa teori entitas tidak dapat menguatkan penyatuan antara brand
personality APPLE dengan konsumen yang menggunakannya. Kondisi ini bisa saja di
sebabkan karena pada diri konsumen telah terpupuk rasa akan dapat berusaha dengan
kemampuan mereka sendiri, tanpa adanya bantuan dari eksternal, seperti penggunaan produkproduk mahal atau karena konsumen pada era modern mengalami pembelajaran yang cukup
signifikan sehingga mempengaruhi penilaian mereka atau pola pikir mereka terhadap suatu
produk.
Selain itu konsumen merasa kepribadian dari APPLE ini sudah tidak jauh berbeda lagi
dengan brand-brand penghasil produk gadget/smartphone lainnya, atau kepribadian APPLE ini
dianggap sama dengan brand –brand lainnya, karena brand APPLE ini sudah ada sejak lama,
dan karena banyaknya pesaing dalam industry sejenis, maka perlahan pencitraan kepribadian
APPLE mulai memudar di benak masyarakat atau konsumennya. Contohnya, Dimana mulai
dari beberapa tahun lalu sejak merek Blackberry yang melesat naik dengan fitur andalannya
blackberry messenger atau biasa dikenal dengan BBM yang dengan singkatnya segera
menggeser para pemain smartphone di Indonesia seperti Nokia dan di susul oleh kemunculan
Android yang dkeluarkan oleh Samsung sebagai smartphone yang memiliki teknologi yang
hampir benar-benar dapat setara dengan APPLE dengan segala bentuk smartphonenya yang
berteknologi layar sentuh serta harga yang bersaing dengan yang di tawarkan APPLE, maka
bukan hal yang tidak munggkin bahwa sekarang positioning yang di berikan oleh APPLE
mulai melemah dan bahkan dianggap sama dan setara dengan produk sejenis lainnya, dimana
mereka juga menawarkan hal yang hampir sama dengan yang apa yang menjadi andalan dari
APPLE selama ini.
166
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan dua variabel yaitu brand
personality dan implicit self theories sebagai variabel independent dan konsumen sebagai
variabel dependen lalu si analisis dari 60 partisipan dengnan beberapa pengujian data, maka
disimpulkan :
Entity Theories tidak dapat menguatkan penyatuan Brand Personality dengan konsumen
yang menggunakan produk APPLE artinya konsumen sekarang sudah jauh lebih cerdas
dan mereka dapat berusaha dengan kemampuan mereka sendiri untuk dapat memperoleh
yang mereka inginkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti juga ingin memberikan saran-saran
yang mungkin dapat bermanfaat, yaitu ;
1. Untuk melakukan suatu penelitian eksperimental desain seperti ini harus mengikuti aturan
dan panduan penelitian yang ada dalam penelitian eksperimen. Aturan dan tatacara
pelaksanaan penelitian sangatlah penting dan di utamakan, serta tidak boleh ada langkahlangkah dan setting laboratorium yang terlewati sama sekali.
2. Untuk industri yang bergerak di bidang telkomunikasi dengan menghasilkan gadget atau
produk sejenis, sebaiknya dapat menciptakan karakter dari produk tersebut semirip
mungkin dengan apa yang di miliki oleh para target market, sehingga dapat menimbulkan
rasa ingin menggunakan produk itu guna menunjang dan memberikan rasa percaya diri
yang lebih untuk para penggunanya, serta dibandrol dengan harga dan kualitas yang
wajar. Semakin murah produk tersebut maka akan semakin laris di pasaran, tetapi juga
harus mempertimbangkan kualitasnya yang juga harus dituntut sebaik mungkin.
3. Memberikan inovasi –inovasi yang baru kepada produk-produk yang mungkin sudah lama
ada dan memberikan banyak ragam pilihan fitur yang menarik dan masih fresh, karena
umumnya pengguna produk-produk ini biasanya adalah generasi yang paham akan
teknologi, serta untuk kedepannya, dituntut produk-produk berteknologi yang lebih tinggi
lagi, dan tidak ketinggalan zaman. Mengacu kepada mereka generasi millenium yang akan
sangat fasih terhadap teknologi.
4. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan secara luas, selain sebagai saran untuk industri
telekomunikasi. Seperti pada industri yang melayani jasa telekomunikasi seperti kartu
perdana, yang juga mengimbangi kebutuhan dari konsumen pemegang gadget yang
acapkali membutuhkan sambungkan akses internet dalam beraktifitas. Kepribadian merek
tidak hanya berhenti pada brand-brand lama seperti APPLE, tetapi juga dapat digunakan
untuk merek-merek baru, agar dapat menciptakan positioning yang baik dan tepat di
benak konsumen, baik untuk industri yang menawarkan jasa maupun yang menawarkan
produk.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. 2005. Psikologi Ekonomi & Konsumen.
Jakarta: Bagian PIO Fakultas Psikologi UI.
Bilson Simamora. 2005. Analisis Multivariat Pemsaran. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Ji-Kyung Park dan Deborah Roedder John. 2010. Go to Get into My Life: Do Brand
Personality Rub Off on Consumers?. Journal Of Consumers Research. Vol 37.
167
JohanAlbantani.http://brandsite.weebly.com/22/post/2010/12/first-post.htmlBrand
(Kepercayaan Merek) di akses pada 27 september 2013
Trust
Kotler & Amstrong. 2004. Dasar –Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Indeks.
Kristianto P. L. 2010. Psikologi Pemasaran. Yogyakarta: CAPS.
ParkJi-Kyung dan John Deborah Roedder. 2010. Go to Get into My Life: Do Brand Personality
Rub Off on Consumers?. Journal Of Consumers Research. Vol 37.
Philip Kotler. Cuiling, Guan,The Review on Customer Participation in Service,
Prabhata ganendra. 2007. Pengaruh kepribadian…,.FE UI.
Prasetijo, Ristiyanti. Ihalauw Jhon J.O.I. 2004. Perilaku Konsumen. Jogjakarta. Andi Offset
Santoso Singgih.2000. Buku Latihan SPSS Barametrik.Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
Schiffman & kanuk. 2008. Perilaku konsumen edisi ketujuh. Dicetak di Indonesia. PT
INDEKS. Hlm
168
EVALUASI ATAS INFORMASI KEUANGAN BERDASARKAN SAK
ETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERSEPSI ANGGOTA ATAS
MANFAAT DARI KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA KPPD
(KOPERASI PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH) DKI JAKARTA
Anwaris Salahudin
Mahasiswa Ekonomi/Jurusan Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah KPPD DKI Jakarta sudah memiliki tingkat
kualitas yang baik dari informasi keuangan yang dibuatnya serta apakah terdapat pengaruh
dari informasi keuangan yang berkualitas atas manfaat bagi para anggota KPPD DKI
Jakarta.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk dapat mengukur
tingkat manfaat dan tingkat kualitas informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD DKI Jakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD DKI Jakarta
sudah memiliki tingkat kualitas yang baik, hal ini dilihat dari persepsi anggota dari kuesioner
dan juga informasi keuangan yang dibuat KPPD sudah memiliki manfaat yang baik bagi para
anggota sesuai dengan indikator kualitas informasi keuangan berdasarkan SAK ETAP dan
juga bermanfaat bagi para pengguna dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi.
Kata kunci : Informasi keuangan, Kualitas informasi keuagan, SAK ETAP, Persepsi anggota.
PENDAHULUAN
Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal sistem ekonomi yang bersifat
kekeluargaan dan kegotongroyongan yang telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33 ayat 1 UUD
1945 yang dijadikan dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Setelah bangsa Indonesia merdeka,
pemerintah dan seluruh rakyat segera menata kembali kehidupan ekonomi. Sesuai dengan
tuntutan UUD 1945 pasal 33, perekonomian Indonesia harus didasarkan pada asas
kekeluargaan.
Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil dan konsumen yang mayoritas kelas
menengah hingga menengah kebawah atau dengan kata lain masyarakat berpendapatan rendah
atau kecil. Koperasi telah menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian. Di
Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi. Pertama,
adalah Koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai.
Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau
nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil
guna memenuhi kebutuhan modal.
169
Usaha koperasi mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
dan masyarakat di sekitarnya dan juga setiap keuntungan dari kegiatan koperasi akan dibagibagikan kembali kepada para anggota dan lingkup-lingkup lain yang berupa SHU (sisa hasil
usaha). Dengan hal ini berarti bahwa koperasi diharapkan dapat tumbuh menjadi lembaga
ekonomi yang kuat dan menjadi wadah utama untuk pembinaan kemampuan usaha khususnya
untuk masyarakat ekonomi lemah.
Dan oleh sebab itu, setiap entitas harus bisa memberikan informasi dari setiap kegiatan
keuangan yang dilakukannya dan juga harus memiliki kualitas yang sesuai dengan standar atau
ketentuan yang berlaku. Namun di dalam penerapannya, laporan atau informasi keuangan pada
koperasi terdapat kelemahan yaitu ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan dengan standar
akuntasi keuangan (SAK) yang telah ditetapkan berdasakan Standar Akuntansi Keuangan –
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK – ETAP) yang mana dengan standar dan ketentuan
tersebut, penyajian informasi keuangan pada koperasi secara umum dapat memiliki tingkat
kualitas laporan keuangan yang lebih baik lagi.
RUMUSAN MASALAH
Dari indentifikasi masalah-masalah di atas, selanjutnya dapat ditetapkan rumusan
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah
Daerah) DKI Jakarta sudah memiliki tingat kualitas informasi keuangan yang baik
berdasarkan persepsi anggota?
2. Apakah terdapat manfaat dari kualitas informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD
(Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta terhadap persepsi anggota koperasi
mengenai manfaat informasi keuangan yang berkualitas berdasarkan indikator dari SAK
ETAP?
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menganalisis, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD (Koperasi Pegawai
Pemerintah Daerah) DKI Jakarta sudah memiliki tingkat kualitas yang baik berdasarkan
SAK ETAP.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari kualitas informasi keuangan KPPD
(Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta terhadap persepsi anggota koperasi
mengenai manfaat dari informasi keuangan yang berkualitas berdasarkan indikator kualitas
SAK ETAP.
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Untuk memperoleh data dan gambaran yang nyata sebagai bahan dalam
penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan pada Kantor
Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah (KPPD) DKI Jakarta yang berlokasi di Jl. Jaksa
No. 25, Kebon Sirih, Jakarta Pusat
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2011 sampai dengan selesai.
170
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Data Kualitatif
Data yang berdasarkan pemikiran, pendapat serta pertimbangan-pertimbangan yang
akan menguraikan dan menerangkan masalah yang tidak dapat digambarkan dalam
bentuk agka-angka. Contoh : sejarah perusahaan, struktur organisasi dengan
wewenang dan tanggung jawab, serta visi dan misi perusahaan dan persepsi
anggota.
b. Data Kuantitatif
Data yang menggunakan perhitungan dengan angka-angka dari perusahaan yang
bersangkutan. Contoh : Laporan Keuangan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh penulisan skripsi ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari anggota koperasi
yaitu data yang diambil dari kueisoner dan juga data yang sudah diolah oleh pihak
perusahaan sehingga data dapat diproses lebih lanjut oleh penulis sesuai kebutuhan
skripsi ini. Data-data sekunder tersebut terdiri dari data-data yakni beban atau
pengeluaran dan laporan keuangan koperasi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yang akan diteliti adalah semua anggota KPPD (Koperasi Pegawai
Pemerintah Daerah) DKI Jakarta yang akan memberikan pendapat atau persepsi
terhadap laporan atau informasi keuangan yang diterbitkan oleh pihak KPPD dalam
kegiatan ekonominya selama satu periode. Seluruh populasi terdiri dari 145 unit yang
menjadi anggota koperasi dan berkepentingan terhadap pembagian SHU.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik random
sampling yaitu merupakan teknik penggunaan sampel secara acak terhadap populasi
yang akan di teliti dengan berdasarkan kemudahan, sehingga jumlah responden
yang dipilih hanya diperoleh berdasarkan lokasi yang mudah dijangkau. Namun
peneliti membuat kriteria dalam melakukan sampling agar proses pengolahan data
menjadi maksimal. Kriterianya sebagai berikut:
a. Jumlah responden sebanyak 60 orang
b. Anggota KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta
c. Mengetahui dasar-dasar akuntansi
d. Memahami isi dari laporan keuangan
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisioner, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi
laporan keuangan. Kemudian untuk mengukur tingkat hasil kuisioner yang didapat
171
dengan menggunakan teknik perhitungan skala likert yang terdiri dari 5 alteratif
jawaban untuk mengukur sikap responden terhadap kuisioner, sebagai berikut:
5 = Sangat Bermanfaat
4 = Bermanfaat
3 = Netral
2 = Tidak Bermanfaat
1 = Sangat Tidak Bermanfaat
Responden diminta untuk menjawab setiap pertanyaan, setiap responden
memiliki independensi untuk menjawab atau memberikan tanggapan dari masingmasing pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Tidak ada masalah dalam
memberikan skor atau jawaban 5 ataupun 1, semua tergantung dari sikap responden
terhadap kuisioner.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan 2
metode, yaitu :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan secara
langsung dari objek penelitian yang dilaksanakan di KPPD DKI Jakarta. Penulis
memperoleh data tersebut dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data,
yaitu :
a. Observasi Pengamatan Langsung
Penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung sehingga
diperoleh data yang diperlukan.
b. Interview atau Wawancara
Dalam melakukan wawancara langsung dengan SDM terkait untuk mendapatkan
data dan informasi yang relevan serta dapat untuk dipertanggungjawabkan.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data yang diperlukan dengan cara melihat dan membaca dokumentasi
yang diberikan perusahaan sebagai sumber data yang diperlukan.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan refernsi atau data
tambahan lainnya sebgai sumber data sekunder, melalui buku-buku dan literatur yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini yang sifatnya
sebagai landasan teori.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
analisis data deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif merupakan suatu cara
penelitian yang menggambarkan atau menguraikan keadaan dari objek penelitian
berdasarkan faktor-faktor yang nyata di situasi yang akan di teliti dan membandingkan
dengan teori yang ada serta ditambahkan dengan hasil kuisioner untuk menambah tingkat
signifikansi dari penelitian yang akan diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari perumusan masalah yang diangkat oleh penulis dalam karya ilmiah ini, penulis
sudah mendapatkan jawaban dan kesimpulan dari masing-masing rumusan masalah yang
terdapat dalam karya ilmiah ini.
172
1. Pada rumusan masalah yang pertama mengenai tingkat kualitas informasi keuangan pada
KPPD apakah sudah memiliki tingkat kualitas informasi keuangan yang baik dan sesuai
dengan persepsi anggota. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi
keuangan yang dibuat oleh KPPD masih memiliki tingkat kesalahan yang materialitas dan
tidak sesuai dengan teori dari SAK ETAP yang dikarenakan terjadi salah saji pada akunakun neraca yang tidak sesuai dengan peraturan dari SAK ETAP mengenai masalah SHU
dan juga kurangnya penjelasan Pada sisi kewajiban lancar dan kekayaan bersih (modal)
yang terdapat pada neraca tabel 4.2 pada bab iv dalam neraca KPPD DKI Jakarta. Hal ini
dapat dilihat pada akun simpanan anggota terlihat seperti melakukan double entry,
dikarenakan tidak dijelaskannya perbedaan antara simpanan anggota yang berada pada
kewajiban lancar dan simpanan anggota pada kekayaan bersih (modal). Pada kewajiban
lancar, disitu terdapat simpanan anggota yang bersifat sukarela dalam artian merupakan
simpanan anggota yang besarnya ditentukan oleh para anggota dan koperasi
menganggapnya sebagai hutang kepada anggota karena anggota menabung atau
menginvestasikan dananya kedalam koperasi tersebut dan juga KPPD harus
mengembalikannya ketika para anggota membutuhkan dananya tersebut. Namun pada sisi
kekayaan bersih, simpanan anggota yang bersifat pokok merupakan simpanan wajib para
anggota baru kepada koperasi dengan kata lain biaya mendaftar menjadi anggota yang
besarnya ditentukan oleh koperasi tersebut. Namun pada tabel 5.4 pada bab v, sudah
dijelaskan lagi secara rinci dan jelas mengenai perbedaan antara akun simpanan pokok
yang berada didalam sisi kewajiban lancar dan didalam sisi kekayaan bersih (modal). Dan
dari kesalahan yang bersifat materialitas tersebut, para anggota koperasi belum dapat
mengetahui bahwa terjadinya kesalahan yang dibuat oleh KPPD dalam menggambarkan
posisi keuangannya. Hal ini menyebabkan bahwa informasi keuangan yang dibuat oleh
KPPD DKI Jakarta masih belum memiliki tingkat kualitas informasi keuangan yang baik
sesuai dengan teori yang dikeluarkan dalam SAK ETAP.
2. Untuk rumusan masalah yang kedua mengenai kualitas informasi keuangan yang dibuat
oleh KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta terhadap persepsi anggota
koperasi mengenai manfaat informasi keuangan yang berkualitas berdasarkan indikator
kualitas dari SAK ETAP. Berdasarkan grafik dari masing-masing poin dalam kuesioener,
penulis dapat menyimpulkan jawaban dari para anggota ke dalam grafik yang memberikan
hasil dari keseluruhan persepsi anggota terhadap manfaat informasi keuangan yang dibuat
KPPD DKI Jakarta, yaitu sebagai berikut:
173
Dari grafik diatas, tingkat skala likert dari kuesioner cenderung memiliki hasil yang
bermanfaat. Hal tersebut didapat berdasarkan analisa secara deskriptif yang dilakukan oleh
penulis dan penulis dapat memberikan hasil bahwa tingkat Sangat Bermanfaat dari
informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD yaitu sebesar 26.11%. tingat skala likert pada
sector Bermanfaat yaitu sebesar 53%. Tingkat Netral terhadap manfaat dari informasi
keuangan yang dibuat KPPD yaitu sebesar 17% dan tingkat Tidak Bermanfaat sebesar
3.78% serta tingkat Sangat Tidak Bermanfaat sebesar 0.11%. Jadi dapat disimpulkan
bahwa informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD berdasarkan indikator kualitas
informasi keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP sudah memiliki tingkat manfaat yang
baik yaitu sebesar 79.11% dihitung dari penjumlahan total Bermanfaat dan Sangat
Bermanfaat dan juga akan berguna bagi para anggota untuk dapat melakukan pengambilan
keputusan ekonomi dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, KPPD sudah memberikan
memberikan informasi keuangan yang berkualitas cukup baik dan juga memberikan
manfaat bagi para anggota dari informasi keuangan tersebut yang sesuai dengan indikator
dari tingkat kualitas informasi keuangan. Hal ini menunjukan bahwa KPPD sudah
memberikan kontribusi yang baik bagi para anggotanya walaupun terjadi kesalahan dalam
hal menggambarkan posisi keuangannya. Dan juga tingkat kualitas dari laporan keuangan
yang dibuat KPPD juga memiliki tingkat kualitas yang cukup baik, dilihat dari tanggapan
dari para anggota KPPD yang berkontribusi pada kuesioner yang peneliti ajukan mengenai
manfaat informasi keuangan sesuai dengan indikator kualitas laporan keuangan.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada Bab V,
maka Peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Persepsi anggota terhadap manfaat dari informasi keuangan yang berkualitas dari KPPD
DKI Jakarta sudah sangat baik sekali manfaatnya bagi para anggota koperasi untuk dapat
membantu mereka dalam hal pengambilan keputusan ekonomi.
2. Dalam hal penyampaian informasi keuangan, KPPD DKI Jakarta masih memiliki
kesalahan dalam hal penyampaian informasi keuangan di dalam neracanya mengenai akun
SHU, yang mana hal tersebut tidak sesuai dengan standar penyampaian informasi
keuangan berdasarkan peraturan dari SAK ETAP yang seharusnya akun SHU sudah tidak
lagi muncul kedalam neraca melainkan di alokasikan kedalam akun dana-dana yang
berada pada neraca KPPD.
SARAN
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan oleh penulis dari penelitian yang
dilakukannya kepada KPPD DKI Jakarta yaitu:
1. Bagi KPPD DKI Jakarta, diharapkan untuk dapat menguasai pedoman yang dibuat oleh
SAK ETAP agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam menggambarkan posisi keuangan dan
jauh dari salah saji yang materilaitas dan berguna untuk meningkatkan kualitas informasi
keuangan dari waktu ke waktu.
2. Bagi anggota KPPD DKI Jakarta, diharapkan untuk dapat lebih mengetahui dan mengerti
isi dari laporan keuangan yang dibuat oleh KPPD agar dapat menganalisa kinerja KPPD
untuk dapat membantu dalam hal pengambilan keputusan ekonomi.
174
3. Bagi seluruh lembaga koperasi di indonesia agar dapat mengerti dan memahami isi dari
peraturan SAK ETAP untuk dijadikan sebagai pedoman dalam hal penulisan dan
penggambaran kinerja keuangan koperasi agar memiliki tingkat kualitas yang lebih baik
lagi dari waktu ke waktu.
4. Bagi KPPD DKI Jakarta untuk dapat memperhatikan tingkat kualitas dari indikator
materialitas dan keandalan. Karena informasi keuangan yang diberikan kepada para
anggota masih belum memiliki tingkat kualitas informasi keuangan yang baik sesuai
dengan indikator kualitas informasi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Sony Warsono-bin-Hardono, Mafis, Akuntan dan Irene Natalia, S.E., M.Sc., Akuntan,
Akuntansi Pengantar 1, Abpublisher, Yogyakarta, 2011
Gervasius Sugiyarso, Akuntansi Koperasi, Caps, Yogyakarta, 2011
Hendar S.E., M.Si., Manajemen Perusahaan Koperasi, Erlangga, Semarang, 2010
ICA.coop
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan per September 2007, Salemba
Empat, Jakarta, 2007
Ikatan Akuntan Indonesia, SAK – ETAP
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Alfabeta, Bandung, 2011
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 71 Tahun 2010, Standar Akuntansi
Pemerintahan, Fokusmedia, Bandung, 2011
Rudianto, Akuntansi Koperasi, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 2010
Tuti Trisnawani, Akuntansi untuk Koperasi dan UKM, Salemba Empat, Jakarta, 2009
175
EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP
PENGELOLAAN PERSEDIAAN OBAT PADA RUMAH SAKIT
PERSAHABATAN JAKARTA TIMUR
Dyah Rachmalasari
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAK
Pengelolaan persediaan merupakan harta perusahaan yang sangat rentan terhadap kehilangan,
kerusakan dan akibat lainnya. Oleh karena itu pengendalian pengelolaan persediaan sangat penting.
Peneliti mencoba meneliti dan membahas untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut sudah
terdapat internal control yang baik dan mengetahui bagaimana sistem dan prosedur pencatatan
pengelolaan persediaan di Rumah Sakit dan juga mengetahui apakah pengendalian internal atas
pengelolaan persediaan Rumah Sakit Persahabatan sudah berjalan secara teori.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan dengan wawancara,
pengamatan dan kuesioner sehingga dapat memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan
masalah yang dihadapi.
Kata Kunci : Evaluasi, Pengendalian Internal, Pengelolaan, Persediaan.
PENDAHULUAN
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu
contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya
memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi
sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah
Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC
tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan
untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi
memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis.
Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama.
Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak
memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua
ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa
pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak
zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya)
ditarik bayaran termasuk pegawai VOC. Setelah kemerdekaan perumahsakitan di Indonesia
berkembang pesat sehingga muncul berbagai macam Rumah Sakit baik milik swasta maupun
milik pemerintah. Secara garis besar dapat dibedakan adanya dua kategori Rumah Sakit, yaitu
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
159b/MENKES/PER /II /1998 mencantumkan pengertian tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit
Umum, dan Rumah Sakit Khusus, sebagai berikut:
1. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
176
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
2. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit, mulai dari pelayanan kesehatan dasar
sampai dengan pelayanan subspesialistis sesuai dengan kemampuannya.
3. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat untuk jenis penyakit tertentu atau berdasarkan disiplin ilmu tertentu.
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena merupakan
institusi yang padat karya, mempunyai sifat dan ciri-ciri serta fungsi-fungsi yang khusus dalam
proses menghasilkan jasa medik yang mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan
penderita. Disamping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit juga
mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian.
Sebagai salah satu sarana kesehatan di daerah, keberadaan RSU masih dipandang
sebelah mata oleh masyarakat. Kondisi ini dikarenakan perlengkapan medis yang masih minim
atau dibawah standar pelayanan yang diberikan belum bisa memberikan harapan masyarakat
(pasien), Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan biaya
terjangkau dilakukan pemerintah daerah dengan perbaikan secara terus menerus (continous
improvement) baik dalam bidang administrasi, pelayanan, teknoogi kesehatan dan sebagainya.
RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah yang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah
yaitu :
1. Bagaimana penerapan pengendalian internal pengelolaan persediaan obat pada Rumah
Sakit Persahabatan ?
2. Apakah pelaksanaan pengendalian internal pada Rumah Sakit Persahabatan telah
sesuai dengan SOP yang telah diterapkan?
3. Apakah pengendalian internal atas pengelolaan persediaan obat pada Rumah Sakit
Persahabatan telah sesuai dengan kriteria pengendalian yang baik?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan yang diharapkan dapat diperoleh
adalah :
1. Untuk Mengetahui penerapan pengendalian internal pengelolaan persediaan obat pada
Rumah Sakit Persahabatan.
2. Untuk mengetahui apakah pengendalian internal pengelolaan persediaan obat sudah
diterapkan sesuai dengan SOP yang berlaku pada Rumah Sakit Persahabatan.
3. Untuk mengetahui pengendalian internal atas pengelolaan persediaan obat pada Rumah
Sakit Persahabatan apakah sudah sesuai dengan criteria pengendalian internal yang baik
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur di Jl. Raya
Persahabatan Rawamangun Jakarta Timur. Waktu penelitian dilakukan dilakukan dengan data
dan informasi yang Peneliti kumpulkan sejak November 2011 sampai dengan 14 September
2012.
177
JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Yaitu data
dan informasi yang dikumpulkan dari penelitian diperusahaan yang tidak dapat duji dengan
variable, seperti sejarah perusahaan,struktur organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab
serta visi dan misi perusahaan, dengan sumber data diperoleh penulis saat memberikan internal
control questioner kepada responden. Jawaban dari ICQ tersebut menjadi data primer yang
akan diolah dan dianalisis oleh penulis.
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi dan
wawancara. Tujuan dari observasi dan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di
mana peneliti melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang
diwawancarai melalui kuesioner yang dibagikan pada penelitian ini.
METODE ANALISIS DATA
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif
kualitatif, yaitu dengan cara terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada, kemudian
dikonfirmasi, dianalisis, selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Hasil analisis biasanya berupa rekomendasi yang
dapat digunakan oleh perusahaan sebagai arah untuk melakukan perbaikan dan kebijakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sistem dan Prosedur Pengelolaan Obat pada RSUP Persahabatan
Instalasi Farmasi RSUP Persahabatan merupakan Unit Fungsional yang berfungsi untuk
merencanakan pengadaan obat, menyimpan, memproduksi dan mendistribusikan obat yang
dibutuhkan baik kebutuhan langsung bagi pasien maupun kebutuhan obat pada Unit-unit
kerja yang membutuhkan seperti Instalasi Rawat jalan, Rawat Inap, Instalasi Gawat
Darurat dan Instalasi penunjang Diagnostik.
2. Adanya pembagian tugas atau fungsi dan wewenang yang tertuang dalam Struktur
Organisasi Instalasi Farmasi. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka
diharapkan proses pengendalian internal akan dicapai. Pembagian tugas dan fungsi
(Tupoksi) dirancang agar setiap orang yang terlibat dalam pengelolaan obat Farmasi tidak
tumpang tindih dan dapat mengontrol jika adanya hal-hal yang dapat menimbulkan
kerugian.
Ruang Lingkup Pengelolaan Obat Farmasi RSUP Persahabatan meliputi Pengelolaan
Perbekalan Farmasi, Pelayanan, farmasi klinis dan Pasien Safety, Administrasi Keuangan,
Pelaporan dan evaluasi Kepegawaian serta pengembangan dan Pendidikan hal tersebut
tercermin pada Standar Prosedur Operasional Instalasi Farmasi yang telah dibuat dan
disyahkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Persahabatan yang meliputi sembilan puluh
satu Standar Operasional Prosedur.
Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan pembahasan masalah sehingga dapat
diperoleh data yang lebih lebih rinci dan sistematis dari perusahaan serta memastikan
adanya prosedur tertentu dalam perusahaan beserta pelaksanaannya. Berikut ini daftar
pertanyaan dengan menggunakan Internal Control Questionaire dimana jawaban :
Ya
: Prosedur telah ada dan diterapkan dalam perusahaan
Tidak
: Prosedur tidak ada dan tidapak diterapkan dalam perusahaan
Berikut adalah hasil kuesioner yang disebarkan kepada masing-masing responden 7
staff Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi, 5 staff logistic farmasi, 13 pantia
penerimaan persediaan pengadaan barang.
178
Perhitungan tingkat efektif tentang pengendalian internal pengeloaan persediaan obat
menggunakan rumus sebagai berikut :
Tingkat efektifitas =
Jumlah jawaban ya
Jumlah pertanyaan x Jumlah Responden
x 100%
Dimana setiap jawaban ―Ya‖ bernilai 1, dan untuk jawaban ―TIDAK‖ bernilai 0.
Pengendalian internal pengelolaan persediaan obat dapat dikatakan efektif jika hasil dari
kuesioner tersebut > 50%, dan jika < 50% maka dikatakan belum efektif.
1) Prosedur Penerimaan Perbekalan Farmasi di Logistik Farmasi (F1 dan F2)
Tabel 5.1
Hasil Perhitungan Kuesioner Prosedur Penerimaan Perbekalan Farmasi
PERTANYAAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
TOTAL
YA
11
11
12
9
11
12
11
12
12
13
9
11
11
145
Tingkat efektifitas 145 x 100 % = 86 %
13 x 13
Dari 13 daftar pertanyaan dalam kuesioner disebarkan kepada 13 responden
panitia penerimaan persediaan pengadaan barang 145 jawaban ―YA‖, 25 jawaban
―TIDAK‖ dan menghasilkan 86% yang berarti kegiatan proedur perencanaan
kebutuhan perbekalan tersebut sudah berjalan dengan efektif.
2) Prosedur Penyimpanan Perbekalan Farmasi Logistik
Tabel 5. 2
Hasil perhitungan Kuesioner
Prosedur Penyimpanan Perbekalan Logistik Farmasi
PERTANYAAN
YA
1
5
2
4
3
6
4
3
5
5
TOTAL
23
Tingkat efektifitas 23 x 100% = 77%
5x6
179
Dari 6 daftar pertanyaan dalam kuesioner disebarkan kepada 5 responden
prosedur penyimpanan perbekalan farmasi logistic 23 jawaban ―YA‖, 7 jawaban
―TIDAK‖ dan menghasilkan 77% yang berarti kegiatan yang berarti kegiatan proedur
penyimpanan perbekalan farmasi logistik tersebut sudah berjalan dengan efektif.
3) Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi
Tabel 5. 3
Hasi Perhitungan Kuesioner
Prosedur Distribusi Perbekalan Logistik Farmasi
PERTANYAAN
YA
1
8
2
5
3
5
4
4
5
4
6
5
7
6
TOTAL
35
Tingkat Efektifitas 35 x 71%
7 x7
Dari 7 daftar pertanyaan dalam kuesioner disebarkan kepada 7 responden
prosedur distribusi perbekalan farmasi 35 jawaban ―YA‖, 14 jawaban ―TIDAK‖ dan
menghasilkan 71% yang berarti kegiatan prosedur distribusi perbekalan farmasi
tersebut sudah berjalan dengan efektif.
Masih ada ketidak efektifan dalam prosedur yang diterapkan kurang sesuai
dengan SOP yang berlaku yaitu :
1. Seharusnya antara jumlah fisik persediaan farmasi, kartu stock, dan sistem
persediaan (SIMAK) harus sesuai/sama.
2. Terdapat kartu stock farmasi yang tidak dimutakhirkan (di-update) saat keluar
masuk barang farmasi. Pegawai gudang farmasi hanya mengandalkan sistem
persediaan (SIMAK).
d) Dokumentasi
Memeriksa catatan dan dokumen- dokumen perusahaan yang berupa form,
laporan,maupun arsip untuk mendukung informasi mengenai pengendalian internal
pengelolaan persediaan obat.
KESIMPULAN
Setelah menganalisis pengendalian internal persediaan pengelolaan obat pada Rumah
Sakit Persahabatan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan prosedur pengendalian internal atas pengelolaan obat pada Rumah Sakit
Persahabatan
a) Pada Internal Control Quesioner (ICQ) dapat dilihat bahwa penerapan pengendalian
internal pengelolaan persediaan obat secara keseluruhan sudah dapat diaktakan efektif
dan memadai.
b) Pelaksanaan sistem dan prosedur atas pengelolaan persediaan obat dalam
pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik sehingga informasi dan komunikasi atas
pengelolaan persediaan dapat mendukung pengendalian internal yang sudah ada.
180
c) Aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan transaksi penerimaan
barang di logistik farmasi, Prosedur Penyimpanan Perbekalan Farmasi, Prosedur
Distribusi perbekalan Farmasi juga masih memadai, dokumen terdiri dari : surat
perintah melaksanakan kerja (SPMK), menyerahkan surat jalan/ faktur barang kepada
tata usaha instalasi logistik setelah semua prosedur dijalankan.
2. Kesesuaian antara SOP dengan pelaksanaan pengendalian internal :
Pelaksanaan sistem dan prosedur pengelolaan persediaan obat pada Rumah Sakit
Persahabatan dibandingkan dengan SOP yang berlaku sebahagian besar sudah berjalan
dengan baik tetapi harus ditingkatkan lagi karena menurut hasil penelitian dilapangan
masih terdapat kekurangan terutama menyangkut pencatatan pada kartu stock terhadap
mutasi barang yang banyak tidak dicatat, hal ini memungkinkan kehilangan dokumentasi
pencatatan jika hanya mengandalkan sistem komputer yang bisa saja sewaktu-waktu error
atau kerusakan.
3. Pelaksanaan Pengendalian Internal atas Pengelolaan Persediaan Obat pada RSUP
Persahabatan telah Sesuai dengan Kriterian Pengendalian Internal yang Baik.
Pelaksanaan pengendalian internal pada Rumah Sakit Persahabatan telah sesuai dengan
baik yang dilihat dengan cara melakukan ICQ dan observasi yaitu Sudah adanya
pembagian tugas yang jelas pada instalasi Farmasi RS Persahabatan yang dituangkan
dalam Surat Keputusan Direktur Utama, hal ini untuk menghindari adanya tugas dan
tanggung jawab ganda yang tertulis pada job description, Panitia penerimaan barang/
pekerjaan telah memeriksa semua barang yang diterima sesuai dengan surat jalan kemudian
menyerahkan kepada patugas gudang instalasi Farmasi dan mencatatnya, kemudian
menyimpan sesuai Jenis barang yang ada, tetapi pada mutasi barang belum dicatat kedalam
kartu stock barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis berusaha memberikan saran kepada Rumah
Sakit Persahabatan yang mungkin bermanfaat dalam mengatasi kelemahan yang terdapat
dalam sistem pengendalian internal atas pengelolaan persediaan obat, yang telah diteliti
menggunakan ICQ dan Observasi dari prosedur yang diterapkan Prosedur Penerimaan
Perbekalan Farmasi di Logistik Farmasi (F1 dan F2),Prosedur Penyimpanan Perbekalan
Farmasi Logistik, Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi yaitu :
1. Prosedur Penerimaan Perbekalan Farmasi di Logistik Farmasi (F1 dan F2)
Untuk panitia penerimaan barang langsung mengembalikan barang dan memberi tanda titik
pada faktur jika barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan.
2. Prosedur Penyimpanan Perbekalan Farmasi Logistik
Petugas instalasi logistik tidak menyimpan berdasarkan urutan alfabetis dalam lemari
penyimpanan.
3. Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi
Dalam memenuhi permintaan barang khusus untuk Narkotika disertai resep yang lengkap
(nama dokter, nama pasien, alamat pasien, nama obat dan jumlahnya serta tanda tangan
dokter yang penulis resep).
Daftar Pustaka
Azhar Susanto, Sistem Informasi Akuntansi - Struktur Pengendalian Resiko Pengembangan.
Bandung. Lingga Jaya. Cetakan Pertama, 2008.
181
Bondar, George H Dan Hoopwood. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Edisi Sembilan.
Yogyakarta 2006 Penerbit Andi. Penerjemah: Anastasia Diana Dan Lilis Setiawati
Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta Edisi Satu, 2011.
Donals E Kieso, Akuntansi Intermediate. Jilid 1, Penerbit Erlangga 2008.
James A Hall. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta, Salemba Empat Jilid I, Edisi 4, 2007.
Marshall B Romney, Paul John Stenbard.J, Sistem Informasi Akuntansi.
Empat Edisi 9, 2011.
Jakarta. Salemba
Meliati, Skrispsi Sistem Pengawasan Intern Kas Pada Rsu Dr. Pirngadi Kota Medan. Medan
2009.
Mokhamad Yogi P. Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Auditor Dalam
Pemerian Opini Audit Going Concern. Yogyakarta, 2010.
Mulyadi. Auditing. Edisi Keenam, Salemba Empat. Jakarta, 2008.
Rezkhy Noverio. Skripsi Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas Dan
Solvabilitas Terhadap Opini Going Concern Pada Perusahaan Maufaktur Yang
Terdaftar Dibursa Efek Indonesia. Semarang. 2011.
Soekrisno Agoes. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) Oleh Kantor Akuntan Publik.
Lembaga Penerbit Fakultas Ui, 2007.
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi 8, Cetakan 8, Yogyakarta. BPFE 2008.
182
KEEFEKTIFAN SISTEM INFORMASI PADA PT INTI INDAH
JAKARTA
Dian Utari
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Informasi adalah data yang telah diproses dan diatur kedalam bentuk output yang memiliki
arti bagi orang yang menerimanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengenathui penerapan
sistem informasi pengendalian persediaan barang dan apakah sistem yang berlaku telah
sesuai dengan teori yang ada pada PT Inti Indah.
Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang diharapkan memiliki informasi
yang akurat. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah orang-orang yang bekerja
dibawah naungan PT Inti Indah Jumlah populasi sebanyak 12 orang. Didalam penelitian ini
penulis menggunakan metode ICQ.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengendalian internal terhadap persediaan barang di PT
Inti Indah dinilai efektif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa prosedur pengendalian
persediaan barang pada PT Inti Indah telah berjalan dengan baik, tetapi terdapat beberapa
point dalam Internal Control Questioner (ICQ) yang tidak sesuai dengan kriteria
pengendalian yang baik dan yang seharusnya diterapkan. Misalnya tidak terdapat diagram
arus (Flowchart) mengenai persediaan barang. Sesuai dengan teori yang diketahui oleh
penulis, dimana sebaiknya terdapat bagan arus untuk mengetahui praktek yang sehat dalam
melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Kata kunci : Sistem informasi, Pengendalian, Persediaan Barang.
PENDAHULUAN
Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami
perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaanperusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien umtuk
mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang sangat
penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Informasi yang berkualitas
yaitu informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga keputusan bisnis yang tepat
dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem informasi yang diterapkan di masing-masing
perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan sistem informasi merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan.
Sistem informasi juga diperlukan dalam pengendalian persediaan barang untuk
kelancaran proyek. Prosedur pengendalian persediaan barang melibatkan beberapa bagian
dalam perusahaan dengan maksud agar pelaksanaan proyek dapat diawasi dengan baik. Salah
183
satu penyebab terjadinya kekacauan-kekacauan dalam prosedur persediaan barang adalah
lemahnya pengendalian intern pada sistem dan prosedur yang mengatur suatu transaksi. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka setiap perusahaan perlu menyusun suatu sistem dan
prosedur yang dapat menciptakan pengendalian intern yang baik dalam mengatur pelaksanaan
transaksi perusahaan.Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor, sistem
informasi produksi yang efektif merupakan suatu keharusan dan tidak lepas dari persoalan
persediaan barang, karena sebagian besar kegiatan perusahaan terikat pada proyek yang selalu
membutuhkan persdiaan barang. Dengan adanya sistem informasi yang efektif, maka
kekacauan-kekacauan yang umum terjadi dalam bidang persediaan barang seperti terjadi
perbedaan persediaan dengan bagian gudang dan bagian logistik di head office, terjadinya
kekurangan barang yang terjadi selama proyek berlangsung dapat dihindari dan ditangani.
Sampai saat ini, pengertian pengendalian intern telah dikemukakan oleh banyak pihak.
Dalam arti sempit, pengendalian intern didefinisikan sebagai pengecekan untuk memeriksa
kecermatan penjumlahan. Sedangkan dalam arti luas, pengendalian intern adalah semua alatalat yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk melakukan pengawasan. Sistem
informasi persediaan barang memfokuskan pada aspek-aspek seperti: permintaan barang dari
lapangan/proyek, pemesanan barang, penyimpanan barang, dan pendistribusian ke proyek.
Dengan kata lain, sistem informasi persediaan barang bertujuan mendukung berlangsungnya
proyek dan operasi yang terdiri atas aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian persediaan
barang.
Sistem Informasi (information system) adalah cara teratur untuk mengumpulkan, memproses,
mengelola, dan melaporkan informasi agar organisasi dapat mencapai tujuan dan sasara
(Marshall B. Romney dan Pual John Steinbart, Acounting Information System, buku dua,
penerbit Salemba Empat, 2009).
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Metode pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang
diharapkan memiliki informasi yang akurat.
Jenis dan Sumber Data
Deskripsi kualitatif yaitu upaya pengelolaan data mejadi suatu yang dapat diutarakan
secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak
mengalaminya langsung. Data kemudian di analisis dan disajikan dalam uraian kata-kata.
Salah satu cara mendapatkan informasi mengenai bagaimana prosedur pengendalian
yang telah dijalankan oleh perusahaan, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Internal Control Questionnaire (ICQ), yang digunakan untuk memahami dan mengavaluasi
pengendalian internal perusahaan.
Definisi Operasional Variabel
1. Tentukan jumlah skor ideal (kriterium) tertinggi dan terendah, seperti untuk jawaban ―ya‖ diberi
skor 1, dan untuk jawaban yang ―tidak‖ diberi skor 0.
184
2. Melakukan perhitungan, jumlah jawaban dikali dengan skor ideal (kriterium) kemudian
dijumlahkan.
3. Kalikan skor ideal (kriterium) dengan jumlah pertanyaan.
Hipotesis Penelitian
1. 0 - 50% : Maka hipotesis ditolak, artinya bahwa sistem pengendalian internal atas transaksi
pembelian dengan menggunakan pengendalian persediaan yang dijalankan oleh perusahaan
dikatakan kurang efektif.
2. 51 - 100% : Maka hipotesis diterima, artinya bahwa sistem pengendalian internal atas transaksi
pembelian dengan menggunakan pengendalian persediaan yang dijalankan oleh perusahaan sudah
efektif atau sudah sesuai dengan teori yang ada.
Analisis Data
Analisis data menggunakan Internal Control Questionnaire (ICQ) untuk menentukan
keefektifan pengendalian sistem informasi yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Informasi
Tugas utama dalam pengendalian persediaan barang adalah menyediakan barang yang
diperlukan oleh bagian pelaksana lapangan untuk melaksanakan pekerjaan yang telah
dijadwalkan agar kebutuhan barang dilapangan tersedia dengan lancar, maka perlu dilakukan
perencanaan kebutuhan barang secara umum. Perencanaan kebutuhan persediaan barang
kemudian diikuti oleh bagaimana cara pengendalian persediaan tersebut sehingga sesuai
jadwal, mutu dan harga yang sesuai. Sebagai lanjutan dari proses pengadaan barang maka
dilakukan penyimpanan barang. Sebagai lanjutan dari proses penyimpanan barang maka
dilakukan proses pendistribusian barang.
Pengujian Hipotesis
1. Kuesioner
Sebelum melakukan pengujian penulis menggunakan Kuesioner untuk memulainya.
Dengan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada bagian yang bersangkutan dengan
pengendalian. Dalam mengelompokan dan mengolah data hasil penelitian maka penulis
dalam mengelompokan dan mengolah data hasil penelitian maka penulis membuat tabeltabel yang berisi tentang identitas sampai kepada jawaban dari pertanyaan atau kuesioner
yang diajukan oleh peneliti.
2. Pengukuran Skala
Berdasarkan data ICQ tersebut, dengan menggunakan skala Guttman dimana skala
Guttman merupaka skala kumulatif. Jika seorang mengiyakan pernyataan atau pernyataan
yang kurang berbobot lainya.Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari satu
variable yang multi dimensi. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang
diurutkan secara hierakis untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika seseorang
menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pertanyaan itu, ia akan
menyatakan lebih dari tidak dari pernyataan berikutnya. Untuk menjawab ―Ya‖
menyatakan bahwa pengendalian internal telah ― Efektif‖. Maka jawaban ―Ya‖ diberi skor
1 dan jawaban ―Tidak‖ menyatakan bahwa pengendalian ―Tidak Efektif‖. Maka jawabanya
―Tidak‖ diberi skor 0. Dalam pengisian ICQ ini dilakukan wawancara dengan orang yang
185
berwenang dan mempunyai peran serta kemampuan untuk menjawab secara benar dan
tepat. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 12 orang.
Berikut tabel hasil perhitungan kuesioner untuk membuktikan apakah pengendalian
internal terhadap persediaan barang di perusahaan tersebut telah berjalan dangan efektif
atau tidak.
Pertanyaan
Responden
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8.a
8.b
8.c
8.d
8.e
9
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
11
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
11
3
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
8
4
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
10
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
6
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
9
7
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
9
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
10
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
12
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
12
12
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
12
Total
11
11
10
12
6
11
12
11
12
12
7
7
11
133
Berdasarkan hasil ICQ diatas, dapat dilihat tingkat efektifitasnya terhadap pengendalian
pada PT. Inti Indah sebagai berikut :
1. Jumlah pertanyaan yang diajukan secara keseluruhan = 13 X 12 = 156
2. Skor ideal (Kriterium) tertinggi (jawaban ―Ya‖) = 133 X 1 = 133
3. Skor ideal (Kriterium) tertinggi (jawaban ―Tidak‖) = 23 X 0 = 23
Jadi berdasarkan data tersebut untuk meningkatkan efektifitas terhadap pengendalian yaitu :
Jumlah Jawaban Responden ―Ya‖
X 100%
Jumlah Pertanyaan Responden
186
Tidak Efektif
0
Efektif
51%
85%
100%
Untuk menginterprestasikan hasil perhitungan presentase, penulis menggunakan klasifikasi
dengan kriteria sebagai berikut.
Batas kriteria
Sangat tidak efektif
Tidak efektif
Kurang efektif
Efektif
= 0 - 39
= 40 - 78
= 79 - 117
= 118 – 156
Dari perhitungan diataas pertanyaan yang dijawab ―Ya‖ sebanyak 133 maka dapat
disimpulkan bahwa pengendalian internal terhadap persediaan barang di PT Inti Indah dinilai
efektif.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap prosedur pengendalian persediaan barang
pada PT Inti Indah maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dilihat dari Flowchart (Bagan Alur) yang telah dibuat prosedur pengendalian pada PT Inti
Indah yang telah diterapkan sudah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari otorisasi yang
harus dilewati terutama dalam hal pengiriman barang dan pembelian barang.
2. Setelah penulis melihat flowchart (Bagan Alur) untuk memperkuat hasil penelitian maka
penulis melakukan satu kali lagi pengujian yaitu dengan Internal Control Questioner
(ICQ).
Saran
Dari kesimpulan diatas yang tentunya berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka penulis memneri sedikit saran sehingga prosedur pengendalian khususnya
pada persediaan barang pada perusahaan dapat lebih efektif lagi, berikut saran-saran yang
dapat dipertimbangkan perusahaan sebagai berikut :
1. Sebaiknya perusahaan menggunakan data elektronik atau memberikan code barang
(barcode) pada setiap persediaan barang yang ada sehingga tidak terjadi perbedaan
persediaan dengan bagian gudang dan bagian logistik di head office.
2. Kebijakan dan prosedur yang tetap dijalankan dengan pengendalian yang baik agar tujuan
perusahaan dapat terus tercapai, serta dapat melengkapi SOP yang telah ada.
3. Penulis menyarankan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan pengendalian
terutama pada persediaan barang, serta sebaiknya perusahaan mengadakan training atau
latihan kepada setiap karyawan sesuai dengan bidangnya khusunya pada bagian persediaan
barang agar karyawan tersebut dapat lebih memahami prosedur pemgendalian pada
persediaan barang dan agar karyawan mengetahui apabila terdapat peraturan baru apalagi
yang berhubungan dengan persediaan barang.
187
DAFTAR PUSTAKA
Diana, Anastasia dan Setiawati, Lilis, Sistem Informasi Akuntansi, Andi, Jakarta
2011.
Dian, Damayanti, Pengantar Akuntansi, Buku 2, Salemba Empat, 2010.
Hall , James A., Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta 2007.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, 2009.
Kusrini, Andri, Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi Dengan Visual
Basic & Microsoft SQL Server, Andi Offset, Jakarta 2007.
Romney, Marshall B. dan Steinbart ,Pual John, Acounting Information System, Buku dua,
Salemba Empat, Jakarta 2009.
Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta 2009.
Syakur, Ahmad Syafi‘i, Intermediate Accounting, AV Publisher, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandun
188
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS
PENGELOLAAN PIUTANG PADA PT. TATALOGAM LESTARI
Ira Wati
Fakultas Ekonomi/ Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian internal atas
pengelolaan piutang pada PT. Tatalogam Lestari sudah sesuai dengan kriteria pengendalian
internal yang baik.
Penelitian ini menggunakan data piutang di PT Tatalogam Lestari atas beberapa
pelanggannya untuk periode pencatatan Januari sampai dengan Febuari 2012. Penelitian ini
menggunakan Internal Control Questioner sebagai media penelitian dan dihitung dengan
menggunakan skala Guttman untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan.
Hasil penelitian ini adalah Pengendalian Piutang di PT. Tatalogam Lestari sudah berjalan
sangat efektif, namun perlu peningkatan dalam hal pemisahan fungsi dan wewenang
khususnya pada bagian kredit dan pembuatan cadangan piutang tak tertagih serta denda atas
keterlambatan pembayaran.
Kata kunci : Sistem Pengendalian Internal, Piutang, Skala Guttman.
PENDAHULUAN
Piutang merupakan salah satu element modal kerja yang keadaannya selalu berputar dan
tingkat perputaran piutang sangat bergantung pada jumlah penjualan secara kredit. Piutang
juga merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar yang besar bagi
perusahaan, serta aktiva yang paling likuid setelah kas, maka untuk itulah sangat diperlukan
adanya usaha-usaha dalam meningkatkan perputaran piutang. Seperti yang kita ketahui bahwa
tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang semaksimal mungkin, maka
diperlukan adanya suatu upaya dengan memberikan kebijakan kredit, yakni memberikan
tenggang waktu kepada konsumen dalam melakukan pembayaran atau pelunasan piutang.
Dengan demikian kebijakan yang diambil ini dapat meningkatkan volume penjualan yang
berdampak juga akan meningkatkan laba perusahaan.
Pengambilan keputusan yang tepat terhadap pemberian kredit dapat memberikan gambaran
bahwa perusahaan sangat teliti dalam mencari customer. Perusahaan yang kompeten harus
menetapkan bagaimana memilih calon pembeli yang tepat dan prosedur apa yang harus
ditempuh. Sebelum kredit diberikan kepada konsumen, perusahaan menerapkan sistem
prosedur yang disebut 5K (Karakter, Kapasitas, Kapital, Kolateral, Kondisi) dalam penilaian
konsumen. Dengan prosedur kebijakan kredit dan penagihan yang baik tentu saja akan dapat
memberikan keamanan bagi perusahaan dalam melakukan penjualan.
189
PT. Tatalogam Lestari adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan hasil
produksinya berupa genteng metal Zincalume®. Sejak awal berdiri tahun 1994 hingga
sekarang, perusahaan ini berkonsentrasi pada penjualannya dengan berbagai macam type, dan
target pasarnya merupakan perusahaan kontraktor, proyek pemerintah, swasta, maupun pribadi,
retail bangunan, dan end user.
Adapun data aging schedule piutang di PT. Tatalogam Lestari pada bulan Januari s/d
Februari 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data aging schedule piutang periode januari s/d februari 2012
Sumber : PT. Tatalogam Lestari
Dari tabel 1.1 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat ketidaklancaran pembayaran
piutang di PT. Tatalogam Lestari, yaitu terlihat bahwa terdapat 3 pelanggan yang
pembayarannya melewati tanggal jatuh temponya lebih dari 60 hari. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin memfokuskan pada sistem
pengendalian internal piutang di PT. Tatalogam Lestari, dengan judul “ Evaluasi Sistem
Pengendalian Internal atas Pengelolaan Piutang pada PT. Tatalogam Lestari “ karena
dengan adanya pengendalian internal atas piutang perusahaan, maka siklus piutang di
perusahaan berjalan dengan baik yang dampaknya akan berpengaruh terhadap arus kas
perusahaan.
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu perusahaan. Karena dengan adanya going
concern maka suatu perusahaan dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya
dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Kegagalan
mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan
oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro
seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat
tingginya tingkat suku bunga.
Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan
menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar,
merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan
menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan.
Oleh karena itu dibutuhkan adanya fungsi pengendalian internal untuk menjaga agar segala
sesuatu yang dilaksanakan oleh suatu organisasi harus sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh organisasi tersebut. Dan apabila fungsi tersebut tidak berjalan maka kelangsungan hidup
perusahaan akan terancam.
190
Tujuan Pengendalian Internal :
1. Melindungi aset dari pencurian, perampokan, dan penyalahgunaan oleh karyawan.
2. Meningkatkan keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi, sehingga dapat
menurunkan risiko kesalahan (kesalahan yang tidak disengaja) dan ketidakteraturan
(kesalahan yang disengaja dan kesalahpahaman) dalam proses akuntansinya.
3. Mendorong karyawan untuk mematuhi peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pengendalian internal memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Otorisasi yang memadai atas transaksi dan kegiatan.
2. Adanya pemisahan tugas yang memadai.
3. Adanya dokumentasi dan pencatatan yang memadai.
4. Adanya pengendalian yang memadai atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan
catatan (pengamana fisik).
5. Adanya pengecekan atas kinerja yang dilakukan secara netral atau verifikasi independen..
METODE PENELITIAN
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, kualitatif dan
komparatif, yang memiliki pengertian sebagai berikut :
1. Deskriptif berarti memaparkan teori-teori yang ada berkaitan dengan pengendalian internal,
pengertian piutang, dan hubungan antar keduanya.
2. Kualitatif, melalui metode ini penulis membuat kalkulasi efisiensi dan efektivitas proses
pengendalian internal khususnya dalam hal piutang melalui kuesioner yang disebarkan ke
beberapa responden yang terkait dengan piutang di PT. Tatalogam Lestari. Setelah
mendapatkan hasil jawaban dari responden, kemudian menghitung berapa banyak
responden yang menjawab ―YA‖, kemudian dikalikan dengan skor ideal. Setelah
mendapatkan hasilnya, kemudian mencari tingkat keefektivitasan dengan cara, jumlah
jawaban ―YA‖ dibagi dengan jumlah pertanyaan kemudian dikalikan dengan 100%.
Setelah mendapatkan hasilnya, tentukan terdapat diklasifikasi presentase mana hasilnya,
apakah efektif atau tidak efektif.
3. Komparatif, melalui metode ini penulis berusaha membuat perbandingan dari teori yang
sudah dipaparkan sebelumnya dengan hasil perhitungan dari kuesioner yang telah
disebarkan, sehingga pada akhirnya dapat menarik kesimpulan apakah sistem pengendalian
piutang di PT. Tatalogam Lestari sudah sesuai dengan kriteria pengendalian internal
piutang yang baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal
1. Sistem Penjualan Kredit
Fungi yang terkait dalam sistem penjualan kredit pada PT. Tatalogam Lestari
adalah fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi gudang, fungsi pengiriman, fungsi
penagihan, fungsi akuntansi.
2. Pengendalian Pengelolaan Piutang
a. Pencatatan Piutang
PT. Tatalogam Lestari menggunakan metode pencatatan piutang dengan
komputer. Pencatatan piutang dengan komputer menggunakan batch sistem sehingga
posisi piutang dapat diketahui setiap saat. Hal ini dilakukan dalam upaya
pengendalian intern yang bertujuan untuk mengamankan piutang.
191
b. Prosedur Penerimaan Piutang (Angsuran)
Prosedur penerimaan angsuran dimulai pada saat konsumen membayar dengan
cara transfer atau penagihan yang dilakukan oleh kolektor. Adapun prosedur dari
masing-masing adalah sebagai berikut :
1) Penerimaan angsuran melalui transfer dari bank.
2) Penerimaan angsuran melalui bagian penagihan atau kolektor berupa
uang tunai atau cek dan giro.
3. Metode Penagihan Piutang
PT. Tatalogam Lestari melakukan penagihan piutangnya dengan menggunakan 2
cara, yaitu :
a. Metode penagihan langsung yaitu kolektor langsung mendatangi ke pelanggan yang
mempunyai piutang, dengan membawa invoice beserta surat jalan. Penagihan
secara langsung ini digunakan hanya untuk daerah dalam kota atau jabodetabek.
b. Metode penagihan tidak langsung yaitu penagihan yang dilakukan dengan
mengirimkan invoice dan surat jalan melalui jasa pengiriman (TIKI). Serta
menginformasikan outstanding saldo piutang melalui faximili dan melakukan
konfirmasi ulang via telp. Pelanggan akan melakukan pembayaran melalui transfer
ke rekening yang telah ditentukan.
4. Langkah – langkah dalam Pengendalian Internal Piutang
Untuk menekan sekecil mungkin terjadinya pembayaran oleh konsumen yang tidak
tepat waktunya atau telat pembayaran, maka diperlukan suatu sistem dan prosedur yang
tepat sehingga dapat mendukung proses pengembalian piutang perusahaan. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan oleh PT. Tatalogam Lestari dalam mengembalikan
piutangnya adalah sebagai berikut :
a. Jika penjualan paket atau promo, distributor telat membayar, maka akan di kurangi
bonus, yang nantinya tidak akan mendapatkan voucher cash back.
b. Adanya surat teguran yang dibuat oleh Kabag Collecting untuk distributor yang
pembayarannya telat (Raport Evaluasi Pembayaran) yang di buat secara berkala
setiap 3 bulan sekali.
c. Kabag Collecting akan meng-hold pengambilan barang, sehingga piutang tidak
terlihat besar.
B. Kesesuaian Pelaksanaan Pengendalian Internal PT. Tatalogam Lestari dengan
Kriteria Pengendalian Internal yang baik
Internal Control Questionnaires atas Piutang
No
Pertanyaan
Y = Ya
Otorisasi atas transaksi dan kegiatan
1.
Apakah pemberian kredit di otorisasi oleh bagian penagihan ?
Pemisahan Fungsi atau tugas
√
T = Tidak
TR =
Tidak
Relevan
192
2.
Apakah fungsi pencatatan piutang usaha dipisahkan dari fungsi
penjualan ?
√
Dokumentasi dan pencatatan
3.
Apakah bagian penagihan melakukan pengecekan kembali atas
faktur penjualan, surat jalan, PO, CN/DN terhadap Invoice Total
Report yang diberikan oleh bagian invoice ?
4.
Apakah setelah menerima faktur penjualan bagian penagihan
mengelompokan faktur penjualan tersebut per wilayah ?
5.
Apakah faktur penjualan dalam kota yang di tagih oleh collector, di
tulis dalam form Laporan Penagihan Collector ?
√
√
√
6.
Apakah pengiriman faktur penjualan luar kota dikirimkan melalui
jasa pengiriman ?
√
7.
Apakah bagian finance membuat rekapan pemasukan uang semua
rekening berdasarkan masing – masing Buku Posisi Rekening ?
√
8.
Apakah untuk setiap faktur penjualan yang dikirimkan kepada
pelanggan di buatkan tanda terima (Invoice Receip Form) oleh
bagian penagihan ?
√
9.
Apakah terdapat batasan kredit maksimal yang diberikan kepada tiap
pelanggan ?
√
Pengendalian atas penggunaan aktiva (pengamanan harta perusahaan)
10.
Apakah bagian keuangan menghitung kecocokan uang tunai dengan
buku tanda terima yang diberikan oleh bagian penagihan ?
√
11.
Apakah bagian keuangan memeriksa kesesuaian dan jatuh tempo cek
/ giro dengan buku tanda terima yang diberikan oleh bagian
penagihan ?
√
12.
Apakah jatuh tempo yang diberikan oleh perusahaan selalu dipatuhi
oleh pelanggan ?
13.
Apakah cek / giro yang belum jatuh tempo disimpan dalam folder
giro yang belum jatuh tempo ?
√
14.
Apakah cek / giro yang sudah jatuh tempo dan belum disetorkan,
dimasukan ke dalam amplop sesuai bank masing – masing ?
√
15.
Apakah staff collecting melengkapi form Laporan Penagihan
Collector sesuai dengan penerimaan dari pelanggan ?
√
16.
Apakah bagian penagihan mengirimkan surat pernyataan piutang
kepada pelanggan setiap akhir bulan ?
√
17.
Apakah bagian penagihan membuat daftar analisa umur piutang
untuk masing-masing pelanggan secara periodik ?
√
√
193
18.
Apakah terdapat kebijakan manajemen untuk piutang usaha yang
tidak tertagih ?
√
19.
Apakah terdapat cadangan atau penyisihan untuk piutang usaha yang
tidak tertagih ?
√
20.
Apakah bagian penagihan langsung menyerahkan hasil tagihannya
kepada kasir pada hari yang sama dengan penagihan atau paling
lambat keesokan harinya ?
√
21.
Apakah bagian keuangan pada saat ingin melakukan penyetoran
terlebih dahulu meng-cross check slip setoran dan uang serta
mencatat di buku serah terima bank ?
√
Pemeriksaan secara periodic oleh pihak yang independen
22.
Apakah terdapat pengawasan yang mencukupi untuk transaksi yang
berkaitan dengan piutang usaha ?
√
23.
Apakah terdapat pemeriksaan secara berkala ?
√
24.
Apakah pemeriksaan dilakukan oleh pihak diluar dari fungsi piutang
?
√
Klien :
Dibuat oleh :
Diisi dan diperiksa oleh :
PT. Tatalogam Lestari
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan sistem pengendalian internal atas pengelolaan piutang pada PT. Tatalogam
Lestari adalah :
a. Secara keseluruhan pelaksanaan pengendalian internal atas piutang di PT. Tatalogam
Lestari sangat efektif, namun masih perlu perbaikan dalam hal pemisahan fungsi tugas
dan wewenang khususnya pada bagian kredit.
b. Terdapat piutang yang pembayarannya sudah lewat tanggal jatuh tempo, khususnya
terjadi pada tagihan atas pembelian yang dilakukan oleh pihak distributor. Hal ini
disebabkan karena para distributor melakukan pembayaran selektif untuk setiap tagihan
yang dikirimkan kepada mereka yaitu dengan melakukan pembayaran yang
mengutamakan paket – paket promo dibandingkan dengan melakukan pembayaran
tagihan biasa (non paket).
c. Belum terdapat konsekuensi terhadap piutang yang telah jatuh tempo yaitu dengan
memberikan aturan atau denda atas keterlambatan pembayaran.
d. Tidak adanya metode penyisihan piutang tak tertagih untuk mencegah atau mengurangi
kerugian atas piutang yang tidak dapat tertagih.
2. Sistem pengendalian internal atas pengelolaan piutang pada PT. Tatalogam Lestari telah
sesuai dengan kriteria pengendalian internal yang baik, hal ini dapat dilihat dari :
a. Setiap dokumen yang berkaitan dengan penjualan misalnya : faktur penjualan, surat
jalan, serta nota debit atau nota kredit selalu diberikan nomor urut tercetak
(prenumbered). Hal ini dilakukan untuk dapat menghindari penggunaan bukti-bukti
yang sama sampai beberapa kali oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal
194
b.
c.
d.
e.
ini berkaitan dengan salah satu kriteria pengendalian internal yang baik yaitu
pengendalian atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan catatan (pengaman
fisik).
Terdapat batasan kredit maksimal yang diberikan kepada tiap pelanggan.
Bagian penagihan mengirimkan surat pernyataan piutang kepada pelanggan
(outstanding piutang).
Bagian penagihan langsung menyerahkan hasil tagihannya kepada kasir pada hari yang
sama dengan tagihan atau paling lambat keesokan harinya.
Terdapat pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak diluar dari fungsi piutang secara
periodik.
SARAN
Berdasarkan penelitian terhadap pengendalian internal atas pengelolaan piutang, penulis
menemukan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian tersebut. Berikut penulis akan
menyampaikan beberapa saran, sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pemisahan fungsi tugas antara bagian penagihan (collection) dan bagian
pemberian kredit. Dalam pengendalian internal yang baik, kedua fungsi ini harus
dipisahkan hal ini akan memberikan peningkatan dalam kinerja penjualan khususnya
penjualan kredit dalam hal analisis pemberian kredit kepada pelanggan.
2. Untuk meminimalisir keterlambatan pembayaran sebaiknya dibuatkan peraturan berupa
denda atau penalty yang tegas.
3. Sebaiknya dibuatkan cadangan piutang tak tertagih yang besarnya dapat ditentukan
menurut kebijaksanaan manajer penjualan, apakah 1% atau 3% dari penjualan yang terjadi.
Berkat dukungan dari banyak pihak, kini penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : Bapak
Dr. Ir. Arief Kusuma AP, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. Bapak Dr. MF. Arrozi,
SE, Msi, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. Bapak Drs.
Darmansyah Hs, Akt. MM, selaku pembimbing. Ibu Lusia Kusumawati, selaku general
manager PT. Tatalogam Lestari. Para dosen Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul serta
Orang tua, saudara dan sahabat yang selalu memberikan doa dan dukungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Gondodiyoto, Sanyoto, Audit Sistem Informasi, Jilid 1, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007,
hal 240-246.
Guy Dan M., C. Wayne Alderman, Alan J. Winters, Auditing, Jilid 1, Edisi ke-5, Jakarta :
Erlangga, 2002.
Hastoni dan Andi Nugraha, Penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam Meminimalkan
Kredit Macet pada PT. Sinar Sosro KP Sawangan, Jurnal Ilmiah Ranggagading,
Volume 6, No. 1, April, 2006, hal 24-30.
Hastoni dan Dewi Susanti Aprilisabeth, Peranan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit
dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern Piutang dan Penerimaan Kas
pada PT. Trinunggal Komar, Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 8, No. 1, April,
2008, hal 30-36.
195
Hastoni dan Suhendra, Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Pembayaran
Piutang sebagai Alat Keputusan Pemberian Kredit pada PT. JSK, Jurnal Ilmiah
Ranggagading, Volume 7, No. 1, April, 2007, hal 14-18.
H. Moermahadi Soerja Djanegara dan Livia Ivonie, Evaluasi Pengendalian Intern Penjualan
Kredit dalam Meningkatkan Kolektibilitas Piutang pada PT. Austindo Nusantara Jaya
Finance, Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 6, No. 1, April, 2006, hal 1-6.
Jusuf Amir Abadi , Auditing, Jakarta : Salemba Empat, 1996, hal 278 – 279
Kieso, Donald. E, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, Akuntansi Intermediate, Edisi ke-10,
Jakarta : Erlangga, 2002, hal 386.
Mulya Hadri, M. Si, Memahami Akuntansi Dasar, Edisi ke-2, Jakarta : Mitra Wacana Media,
2010, hal 201 – 202.
Syakur Ahmad Syafi‘i, Intermediate Accounting, Jakarta : Publisher, 2009, hal 94.
Tan Kwang En, Jennifer Maria Massie dan Verani Carolina, Pengembangan Sistem Informasi
Akuntansi Penjualan Kredit untuk Meminimalisasi Kerugian atas Piutang Tak Tertagih,
Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, Volume 9, No. 11, Desember, 2010.
Warren, Carl S, James M.Reeve, Philip E. Fess, Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Jakarta :
Salemba Empat, 2008, hal 209 – 215.
Weygandt, Jerry J, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel, Accounting Principles, Edisi ke – 7,
Jakarta : Salemba Empat, 2007, hal 460-460.
196
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA
SERTA NILAI PERUSAHAAN
Debbie Valentine
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap
Perataan Laba, serta Nilai Perusahaan. Penelitian ini menggunakan alat analisis Two-Stage
Least Square serta Analisis Jalur untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan.
Hasil penelitian adalah Ukuran Perusahaan dan Perataan Laba mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sedangkan Ukuran Perusahaan tidak terbukti signifikan
terhadap Perataan Laba. Namun Perataan Laba terbukti sebagai variabel intevening pada
penelitian ini.
Kata kunci : Ukuran Perusahaan, Perataan Laba, Nilai Perusahaan, Two-Stage Least Square,
Analisis Jalur
Pendahuluan
Di era bisnis yang berkembang seperti sekarang ini, harga saham suatu perusahaan menjadi
sangat penting, karena saham bisa dikatakan menjadi salah satu income bagi perusahaanperusahaan go public. Untuk membuat harga saham yang stabil atau bahkan terus naik,
perusahaan harus berhasil menampilkan laporan keuangan yang baik sehingga nilai perusahaan
di mata investor pun akan meningkat.
Investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan
untuk menghasilkan informasi laba perusahaan. Hal ini dapat mendorong manajer untuk
melakukan creative accounting melalui manajemen laba (earning management) atau
manipulasi laba (earning manipulation). Salah satu bentuk tindakan earning management yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah perataan laba yang dapat dilakukan dengan cara
melakukan penundaan atau mempercepat pengakuan pendapatan atau beban serta dengan cara
lain yaitu dengan melakukan perubahaan metode akuntansi selama semua perubahan tersebut
tidak melanggar aturan-aturan akuntansi yang berlaku. Di Indonesia pernah terjadi beberapa
kasus perataan laba, seperti pada kasus manipulasi penjualan PT Kimia Farma Tbk dan PT
Bank Lippo Tbk yang menerbitkan laporan keuangan ganda.
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian oleh Diastiti Okkarisma Dewi (2010) tentang
pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan dan financial leverage terhadap tindakan perataan
laba pada perusahaan yaag terdaftar di Bursa Efek Indonesia berhasil menunjukkan bahwa
jenis usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba, ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur dan
keuangan, financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada
perusahaan manufaktur, namun financial leverage berpengaruh signifikan terhadap tindakan
perataan laba pada perusahaan keuangan. Sedangkan Igan Budiasih (2009) meneliti mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, dengan survey yang dilakukan pada
perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2006. Hasil dari penelitian ini
197
adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan deviden payout ratio berpengaruh positif
signifikan terhadap praktek perataan laba, sedangkan financial laverage, tidak berpengaruh
signifikan terhadap praktek perataan laba. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009)
dalam penelitiannya menunjukkan perusahaan sedang dan besar tidak terbukti agresif dalam
melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari
earning loses dan earning decreases. Hal ini sejalan dengan Size Hypothesis bahwa semakin
besar perusahaan akan cenderung menurunkan praktek perataan laba, karena perusahaan besar
lebih diperhatikan oleh pemerintah dibandingkan perusahaan kecil.
Penelitiaan ini ingin menguji hipotesis mengenai Ha1 : pengaruh ukuran perusahaan terhadap
keputusan manajemen dalam melakukan praktek perataan, Ha2 pengaruh praktek perataan laba
terhadap nilai perusahaan, Ha3 pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan, khususnya
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010.
1. Teori
Salah satu teori yang menjadi dasar dari alasan praktek perataan laba adalah teori
keagenan (Agency Theory). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja
antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dimana principal menginginkan laba yang
tinggi sehingga dapat dialokasikan untuk pembagian deviden, sedangkan agen pun berusaha
memenuhi keinginan principal agar dapat memperoleh kompensasi bonus. Hal ini sesuai
dengan salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah
perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan
nilai perusahaan. Oleh sebab itu, agen atau manajemen memiliki motivasi untuk membuat
laba terlihat bagus dan stabil setiap tahunnya, untuk memenuhi target ini, creative
accounting melalui praktek perataan laba pun dilakukan oleh manajemen.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, log size, nilai
pasar saham, jumlah tenaga kerja dan terutama tercermin dari struktur modalnya.
Perusahaan dengan struktur modal yang masih kecil, cenderung menahan pembagian
devidennya karena laba bersih dapat digunakan untuk investasi yang lebih profitable.
Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar juga dalam melakukan
perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar menjadi
subjek pemeriksaaan dari pemerintah dan masyarakat.Ukuran perusahaan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Ukuran Perusahaan = Ln.Total Aktiva x
100%
Laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh investor untuk mengambil
keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Oleh karena itu, manajer berusaha
memberikan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan kualitas manajemen di
mata investor.
Perataan laba (income smoothing) merupakan suatu bentuk manajemen laba yang
mencerminkan hasil ekonomi tidak sebagaimana keadaannya, tetapi merupakan penampilan
yang diinginkan manajemen. Sasaran utamanya adalah untuk melunakkan variabilitas laba
setiap tahunnya, dengan mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ke tahun yang buruk.
Dalam hal ini pendapatan masa yang akan datang dapat dialihkan ke tahun sekarang atau
sebaliknya, demikian pula halnya dengan biaya dapat dimodifikasi dengan mengalihkan
beban atau kerugian dari periode ke periode. Tindakan ini menyebabkan pengungkapan
informasi mengenai penghasilan laba menjadi menyesatkan, sebagai akibatnya investor
mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat yang memadai mengenai laba untuk
mengevaluasi hasil resiko dari portofolio mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perataan laba suatu perusahaan sangatlah beragam, sebagaimana dikemukakan oleh
198
beberapa peneliti terdahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan,
profitabilitas, sektor industri, harga saham, leverage operasi, dan rencana bonus.
Praktek perataan laba dapat diukur dengan menggunakan Indeks Eckel. Indeks Eckel
akan membedakan antara perusahaan yang melakukan praktek perataan laba dengan yang
tidak melakukan. Indeks Eckel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana:
CV= Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan expected value
(mean).
ΔS = Perubahan penjualan/penghasilan
ΔI = Perubahan laba bersih
Nilai
Keterangan :
Δx : Perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n - 1
ΔX : Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n - 1
n : Banyaknya tahun yang diamati
Indeks Eckel untuk perusahaan yang tidak melakukan praktek perataan laba adalah ≥ 1,
sedangkan untuk perusahaan yang melakukan praktek perataan laba adalah < 1.
Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham. Semakin
tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya.
Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari
ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan.
Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan, setelah melihat laporan
keuangan, tahapan yang kemudian dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap
perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah metode yang digunakan untuk menilai
laporan keuangan perusahaan. Salah satu ukuran yang banyak digunakan dalam melakukan
interpretasi laporan keuangan adalah analisis ratio yang dapat menjelaskan hubungan
antara dua macam data financial. Terdapat banyak ratio yang biasa digunakan, salah
satunya adalah PER (Price Earning Ratio), ratio ini memberikan ukuran tambahan tentang
seberapa tinggi perusahaan dinilai oleh investor karena hal ini berkaitan dengan tujuan
utama perusahaan yaitu untuk memakmurkan pemiliknya atau pemegang saham.
Kemakmuran pemegang saham berdasarkan pada harga sahamnya, dan harga saham yang
tinggi diperoleh dari nilai perusahaan yang juga tinggi. Seperti yang telah dikutip diatas
bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham
perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai
pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan
sesungguhnya.
PER (Price Earning Ratio) adalah rasio yang membandingkan antara harga pasar per
lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. Sudut pandang utama
ratio ini lebih banyak berdasarkan penilaian investor ataupun calon investor terhadap suatu
perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung ratio ini adalah :
199
2. Metode
Penelitian ini diawali dengan melakukan survei kepustakaan atas beberapa jurnal
penelitian sebelumnya kemudian pengumpulan data-data sekunder berupa laporan keuangan
melalui PRPM (Pusat Referensi Pasar Modal), untuk kemudian diolah menggunakan
analisis statistik, dengan melakukan uji normalitas, uji asumsi klasik, dan uji regresi TwoStage Least Square.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sejumlah 91
perusahaan. Sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 sampel
selama periode 2008 – 2010. Sampelnya dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling, dengan kriteria : 1) Perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang telah
terdaftar di BEI pada periode 2008-2010. 2) Perusahaan perbankan tersebut menyajikan
laporan keuangan dengan hasil laba terus menerus pada periode 2008 – 2010. 3) Perusahan
perbankan tersebut memiliki laporan keuangan untuk periode 2008-2010. 4) Laporan
keuangan telah di audit oleh auditor independen selama 3 tahun berturut-turut.
Variabel penelitian dalam penilitian ini adalah sebagai berikut : 1) Variabel bebas
(independent variable) adalah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel
terikat. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya ialah ukuran perusahaan. 2) Variabel terikat
(dependent variable) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh perilaku variabel
bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat yang digunakan, ialah nilai perusahaan. 3)
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela / antara variabel
independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Sehingga variabel
interverning dapat menjadi dependen dan kemudian menjadi variabel independennya.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel intervening adalah perataan laba.
3. Hasil
Uji normalitas data memiliki tujuan untuk mengetahui apakah data yang diolah pada
penelitian ini, model variabel bebas, variabel terikat dan juga variable interveningnya sudah
memiliki distribusi data yang normal atau belum. Dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov, penyebaran titik-titik berada di sekitar garis diagonal grafik atau mengikut garis
diagonal grafik, sehingga dapat dikatakan bahwa data pada penelitian ini telah terbukti
normal. Dengan menggunakan Regression Studentized Residual diperoleh hasil bahwa data
penelitian ini tidak mengalami heteroskedastisitas dan untuk melihat apakah ada hubungan
linier atau korelasi antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data
time series) digunakan uji autokorelasi, dengan memperhatikan nilai Durbin-Watson. Nilai
Durbin-Watson yang diraih adalah 2,004, nilai tersebut marginal pada batas nilai DurbinWatson yaitu antara -2 sampai dengan 2, namun nilai tersebut masih dapat dikatakan
terbebas dari autokorelasi sehingga model regresi berganda dapat dilanjutkan.
a) Uji Hipotesis 1
200
Variabel perataan laba memiliki nilai p-value sebesar 0.414 > 0.05 artinya tidak
signifikan, berarti Ha1 ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan manajemen dalam melakukan
praktek perataan laba. Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya suatu perusahaan
tidak menjamin bahwa manajemen perusahaan untuk melakukan praktek perataan laba
atau tidak. Meskipun perusahaan besar memberikan lebih banyak peluang karena
besarnya organisasi perusahaan mengharuskan dibuatkan banyak kebijakan dan
peraturan yang mampu mengakomodir kegiatan operasional dan bagi perusahaan kecil
yang mengharapkan laba terus positif agar dapat memperoleh pinjaman dari bank atau
menarik investasi para investor, hal ini tidak menjadi alasan untuk melakukan praktek
perataan laba. Perataan laba mungkin dapat terjadi pada setiap perusahaan, namun
menurut hasil penelitan ini ukuran perusahaan terbukti bukan menjadi faktor yang
signifikan untuk menilai suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba atau tidak.
Bagi sektor perbankan sendiri, hal ini memberikan signal yang positif karena
berarti perusahaan perbankan di Indonesia tidak ada yang melakukan praktek perataan
laba atau dengan kata lain industri perbankan di Indonesia melaksanakan bisnisnya
secara sehat dan sesuai regulasi yang berlaku. Secara garis besar, hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budiasih Igan (2009)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
praktek perataan laba. Namun sejalan dengan hasil penelitian Diastiti Okkarisma Dewi
(2010) ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba
khususnya pada perusahaan manufaktur dan keuangan.
b) Uji Hipotesis 2
Variabel nilai perusahaan memiliki nilai p-value sebesar 0.036 < 0.05 artinya
signifikan, berarti Ha2 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
praktek perataan laba memiliki pengaruh terhadap nilai suatu perusahaan.
Jika suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba atas laporan keuangan
yang disajikannya maka hal ini dapat mengecoh para investor untuk berinvestasi,
terlebih karena perilaku para investor yang kurang memperhatikan prosedur
penyusunan laporan keuangan tersebut. Jika investor melakukan investasi berdasarkan
atas laporan keuangan yang sudah dipercantik dan harga saham perusahaan akan naik
karena sentimen positif di pasar, maka nilai perusahaan juga akan terlihat baik. Dengan
naiknya nilai perusahaan maka hal ini dapat memberikan keuntungan kepada pihak
stakeholders (principal) dari tindakan investasi yang dilakukan para investor karena
banyaknya uang masuk ke dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk kegiatan
operasional dan investasi di perusahaan. Disisi lain juga memberikan keuntungan bagi
pihak manajemen karena dari banyaknya investasi yang masuk membuat operasional
perusahaan mendapat suntikan dana dan kegiatan bisnis perusahaan dapat terus berjalan
sehingga mampu memberikan keuntungan pada perusahaan, dengan demikian pihak
stakeholders yang sudah merasa puas atas kinerja manajemen perusahaan memberikan
reward atau bonus kepada manajemen (agent).
201
c) Uji Hipotesis 3
Variabel nilai perusahaan memiliki nilai p-value sebesar 0.036 < 0.05 artinya
signifikan, berarti Ha3 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan yang memiliki total aktiva cukup besar memiliki pengaruh terhadap
perolehan pendapatan atas harga per lembar sahamnya. Perusahaan beraset besar juga
dapat dikatakan sebagai perusahaan yang liquid, sehingga hal ini mempengaruhi
pandangan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut sebab diasumsikan
mampu memberikan tingkat pengembalian investasi yang tinggi atas investasi yang
sudah dilakukannya. Jika dilihat dari struktur modal suatu perusahaan yang terdiri dari
utang jangka panjang dan saham, dimana keduanya memiliki proporsi masing-masing
yang dapat digunakan untuk kegiatan operasional dan investasi di perusahaan dalam
bentuk aset sehingga total aset perusahaan akan meningkat. Ketika perputaran aset dan
kas perusahaan tersebut berjalan baik, maka nilai utang jangka panjang dapat menurun
disertai dengan menurunnya tingkat resiko. Penurunan tingkat resiko ini memberikan
dampak positif kepada peningkatan harga saham, dengan meningkatnya harga saham
maka nilai perusahaan di mata investor pun akan meningkat.
d) Pengujian Variabel Intervening
Untuk mengetahui suatu variabel adalah variabel intervening atau bukan, dapat
menggunakan penjelasan melalui analisis jalur.
Perataan Laba (Y)
b2
b1
Ukuran Perusahaan (X)
Nilai Perusahaan (Z)
b3
Pada gambar tersebut terdapat 3 jalur yaitu :
Jalur pertama yaitu jalur b1 (X-Y), yang menggambarkan hubungan antara ukuran
perusahaan dengan perataan laba.
Jalur kedua yaitu jalur b2 (Y-Z), yang menggambarkan hubungan antara perataan laba
dengan nilai perusahaan.
Jalur pertama yaitu jalur b3 (X-Z), yang menggambarkan hubungan antara ukuran
perusahaan dengan nilai perusahaan.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa variabel ukuran perusahaan (X) berpengaruh
terhadap variabel nilai perusahaan (Z) secara langsung dan secara tidak langsung
202
mempengaruhi variabel Z tersebut melalui variabel perataan laba (Y). Nilai intervening
diuji melalui perbandingan antara b1 x b2 > b3. Jika nilai b1 x b2 > b3 maka perataan laba
diakui sebagai variabel intervening pada penelitian ini.
Nilai b yang dimaksud adalah nilai beta pada standardized coefficients dalam
perhitungan statistik yang sudah dilakukan pada penelitian ini. Berikut adalah rincian
dari hasil analisis jalur tidak langsung (b1, b2) dan hasil analisis jalur langsung (b3) :
Jalur tidak langsung memiliki nilai = b1 x b2. = 0.098 x -0.248 = - 0.024
Jalur langsung memiliki nilai = b3 = -0.247
Berdasarkan data-data diatas maka kita dapat melihat bahwa nilai dari b3 terbukti
lebih kecil dari b1 x b2, maka dapat disimpulkan bahwa perataan laba dalam penelitian
ini benar berfungsi sebagai variabel intervening yang dapat memediasi antara variabel
independen yaitu ukuran perusahaan dengan variabel dependen yaitu nilai perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan perataan laba
mampu meningkatkan nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung,
karena dengan memiliki laporan keuangan yang bernilai positif dan konsisten meskipun
dalam proses penyajiannya melalui tindakan creative accounting serta tercatat memiliki
total aktiva yang tinggi mampu mencerminkan bahwa perusahaan tersebut liquid,
sehingga kedua hal tersebut mampu membuat nilai perusahaan menjadi tinggi dimata
para investor dan menarik perhatian mereka untuk berinvestasi kepada perusahaan
tersebut. Saat perusahaan memperoleh suntikan dana atau ―income” dari investasi yang
dilakukan para investor ini, hal ini memberikan keuntungan bagi para stakeholders
(principal) yang dapat mereka gunakan untuk kegiatan operasional dan investasi
perusahaan. Jika operasional perusahaan berjalan lancar dan terus meningkat, pihak
manajemen (agent) juga akan mendapatkan bonus dari pihak principal karena kinerja
yang baik, maka dapat dikatakan bahwa teori keagenan (Agency Theory) terbukti pada
penelitian ini.
4. Kesimpulan dan Saran
a) Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel pada penelitian ini maka dapat diraih
beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan (Ha1
diterima). Perusahaan yang memiliki total aktiva cukup besar memiliki pengaruh
terhadap perolehan pendapatan atas harga per lembar sahamnya, sehingga hal ini
mempengaruhi pandangan investor terhadap perusahaan-perusahaan beraset besar
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap
keputusan managemen dalam melakukan praktek perataan laba (Ha2 ditolak). Hal
ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya total aset suatu perusahaan tidak menjamin
bahwa manajemen perusahaan tersebut melakukan praktek perataan laba.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara praktek perataan laba terhadap nilai suatu
perusahaan (Ha3 diterima). Jika suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba
atas laporan keuangan yang disajikannya maka hal ini dapat mengecoh para
investor untuk berinvestasi, terlebih karena perilaku para investor yang kurang
memperhatikan prosedur penyusunan laporan keuangan tersebut. Jika investor
melakukan investasi berdasarkan atas laporan keuangan yang sudah dipercantik dan
harga saham perusahaan akan naik karena sentimen positif di pasar, maka nilai
perusahaan juga akan terlihat baik.
4. Perataan laba dalam penelitian ini benar berfungsi sebagai variabel intervening
yang dapat memediasi antara variabel independen yaitu ukuran perusahaan dengan
variabel dependen yaitu nilai perusahaan.
203
5. Saat perusahaan memiliki aset yang besar dan memiliki laporan keuangan dengan
laba yang konsisten, kedua hal ini mampu memberikan signal positif bagi investor
untuk melakukan investasi ke dalam perusahaan tersebut. Setelah memperoleh dana
melalui investasi yang dilakukan oleh para investor, dana tersebut dapat digunakan
untuk kegiatan operasioanal atau investasi perusahaan, sehingga perusahaan
memperoleh keuntungan yang dapat dibagikan kepada pihak manajemen yaitu
berupa reward atau bonus, maka dengan demikian teori keagenan (Teory Agency)
telah terbukti.
b) Saran
Berdasarkan atas hasil pengujian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan untuk kepentingan investor,
perusahaan dan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Perataan laba merupakan salah satu bentuk perilaku yang tidak semestinya
dilakukan, sebab hal ini menyebabkan laporan keuangan tidak dibuat berdasarkan
kinerja perusahaan yang nyata. Sehingga, dalam pengambilan keputusan sebaiknya
investor memperhatikan hal-hal yang bersifat kualitatif dan manajemen sebagainya
menerapkan Good Corporate Governance yang baik di masing-masing perusahaan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur yang telah ada dan
bermanfaat bagi seluruh pihak baik bagi perusahaan maupun investor untuk
meningkatkan etika dalam berbisnis serta menghindari sikap opportunist.
3. Penggunaan indeks lain, seperti Indeks Michelson (1995) untuk mengklisifikasikan
perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba.
4. Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya dan hasil penelitian ini, dalam
penelitan lanjutan sebaiknya dipertimbangkan penggunaan jumlah sampel
penelitian yang lebih besar, rentang waktu yang lebih lama dan kemungkinan untuk
menambahkan variabel-variabel lainnya yang diperkirakan memiliki pengaruh pada
ukuran perusahaan, perataan laba, serta nilai perusahaan sehingga hasil yang
diharapkan dapat lebih akurat.
Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan rahmat serta hikmat-Nya, kepada Bapak Dr. Arief
Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul dan Bapak Dr MF. Arrozi, SE,
Msi, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi serta para dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Esa Unggul yang selama ini bersedia memberikan ilmu, waktu dan
tenaganya dalam proses ajar mengajar. Orang tua, saudara dan sahabat yang selalu
memberikan doa dan dukungannya. Penulis berharap melalui penelitian ini dapat
memberikan kontribusi positif kepada para pembaca. Penulis juga menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dari penelitian ini maka penulis memohon saran dan kritik
dari para pembaca demi berkembangnya objek penelitian ini.
Daftar Pustaka
Bahagia, Malla., 2008. Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Kebijakan
Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pendekatan Structural Equation Modeling
(SEM), Jakarta: UIN Syarifhidayatullah.
Belkaouli, Ahmed Riahi. 2000. Accounting Theory. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat.
Budiasih, Igan, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Vol 4, No.1,
Januari 2009.
204
Fama, E.F. 1980. Agency Problems and The Theory of The Firm. Journal of Political Economy
88 (2).
Handayani, Sri dan Agustono Dwi Rachadi, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No. 1, April 2009.
Husnan, Suad, Mamduh M. Hanafi dan Amin Wibowo, 1996, Dampak Pengumuman Laporan
Keuangan Terhadap Kegiatan Perdagangan Saham dan Variabilitas Tingkat Keuntungan,
Kelola, No. 11/V.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,
2009.
Okkarisma Dewi,Diastiti, 2010, Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan Financial
Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Siaran pers hasil pemeriksaan kasus laporan keuangan dan perdagangan saham PT Lippo Bank
Tbk, 17 Maret 2003.
Soesetio, Yuli, Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Deviden, Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang, Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Vol 12, No.3, September 2008.
SticeEarl, James D. Stice &Fredd Skousen, Akuntansi Keuangan, Buku 1, Edisi 16, Jakarta:
Salemba Empat, 2009.
Sugiarto, Sopa,Perataan Laba Dalam Mmengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, SNA VI, Surabaya, Oktober 2003.
Sukartha, Made,Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan
pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi, Vol 10, No.3,
September 2007.
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. Income Smoothing, Tobin‘s Q, Agency
Problems dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali, 2 – 3
Desember.
Suranta, Eddy dan Pratana Puspa Mediastuty, Analisis Hubungan Struktur Kepemilikan
Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi Dengan Model Persamaan Linear Simultan,
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, Januari 2003.
Ulupui, I. G. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan
Profitabilitas Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 2. No. 1, Januari.
Watt.L.R dan Zimmerman. J.L 1978. Toward a Positive Theory of the Determination of
Accounting Standard. The Accounting Review, Vol. 53, No.1.
205
METODE AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP
PEMASUKAN PENAWARAN PERDANA (IPO) DI BURSA EFEK
INDONESIA
Ayu Eka Wandini
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRACT
IPO’s are often characterized by a lack of available published information, the disclousure of
financial statements in the prospectus to be important in the formation of stock prices (Syaiful
Ali 2000), this study investigated the influence of the accounting methods of depreciation of
fixed assets, inventory valuation methods, and the book value of capital to revenue with the
initial offering sample of firms that go public and listing on the Indonesia Stock Exchange
(BEI) Period 2006-2010.
Accounting methods that will be examined in accordance with the already studied by Ali
(2000), the method of accounting for depreciation of fixed assets and inventory valuation. As
for the other independent variables included in the design model of this study is the book value
of capital.
By using multiple regression analysis found that the result showed no effect of the accounting
methods of depreciation of fixed assets and inventory valuation methods. While the book value
of capital variables effect the dependent variable, which means the larger the company’s book
value of capital,then the value of income into the higher initial offering.
Keyword : Method for Depreciation of Fixed Assets, Inventory Valuation Methods, and Book
Value
PENDAHULUAN
Initial Publik Offering (IPO) merupakan penjualan saham suatu perusahaan kepada
publik untuk pertama kalinya. Dalam penawaran perdana saham ini, BAPEPAM menetapkan
laporan keuangan yang telah diaudit menjadi salah satu elemen penting yang harus disediakan
sebagai bagian dari prospektus. Hal ini dikarenakan laporan keuangan merupakan cerminan
dari suatu kondisi perusahaan, dimana di dalamnya terdapat informasi-informasi yang
dibutuhkan berbagai pihak untuk membuat keputusan-keputusan yang bermanfaat.
Informasi laporan keuangan menjadi penting antara lain pada proses pembentukan harga
saham. Hal ini dikarenakan dalam penawaran perdana informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk penentuan harga IPO sangat kurang, seperti tidak adanya harga pasar saham yang dapat
diobservasi sebelum penawaran perdana dan juga banyak perusahaan emiten yang tidak
mempunyai sejarah operasi perusahaan. Sebab lainnya karena sebelum pelaksanaan penawaran
perdana, saham perusahaan belum diperdagangkan sehingga mengakibatkan tidak adanya
informasi harga yang relevan.
206
Menurut Dahlan Siamat (2006), “pasar perdana pada pokoknya adalah penawaran efek
secara langsung oleh emiten kepada investor tanpa melalui bursa efek”. Penawaran umum (go
public) atau disebut juga emisi efek merupakan suatu proses penjualan efek yang berupa saham
atau obligasi suatu perusahaan kepada masyarakat umum yang melibatkan lembaga penunjang
pasar modal. Perusahaan melakukan penawaran perdana sahamnya, sebelum kemudian
menjual sahamnya dibursa efek atau pasar sekunder. Menurut Brigham dan Gapenski (2006),
keuntungan bagi perusahaan yang melakukan penawaran perdana, yaitu perusahaan dapat
memperoleh dana secara cepat, perusahaan dapat mengurangi resiko karena akan berbagi
kepemilikan saham dengan publik, dan perusahaan dapat terus meningkatkan modal dan
likuiditasnya.
Teory signalling (Hartono, 2005) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat
membedakan perusahaan yang bekualitas baik dan buruk. Agar sinyal pasar efektif, maka
harus dapat dipersepsikan dengan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang
berkualitas buruk. Teori signaling memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi
terhadap perubahan perilaku pemakai informasi pada teori akuntansi prakmatik. Salah satu
informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten.
Pengumuman tersebut dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten
yang melakukan pengumuman.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi obyek penelitian ini
adalah :
1. Apakah ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap, metode penilaian
persediaan dan nilai buku modal secara bersama-sama (simultan) terhadap pemasukan
penawaran perdana ?
2. Apakah ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap secara parsial terhadap
pemasukan penawaran perdana ?
3. Apakah ada pengaruh metode penilaian persediaan secara parsial terhadap pemasukan
penawaran perdana ?
4. Apakah ada pengaruh nilai buku modal secara parsial terhadap pemasukan penawaran
perdana ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan yang diharapkan dapat diperoleh
adalah :
1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh metode akuntansi penyusutan
aktiva, metode penilaian persediaan dan nilai buku modal secara bersama – sama
(simultan) terhadap pemasukan penawaran perdana.
2. Untuk melihat sejauh mana pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva secara parsial
terhadap pemasukan penawaran perdana.
3. Untuk melihat sejauh mana pengaruh metode penilaian persediaan secara parsial terhadap
pemasukan penawaran perdana.
4. Untuk melihat sejauh mana pengaruh nilai buku modal secara parsial terhadap pemasukan
penawaran perdana.
207
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berdomisili di Jakarta,
Indonesia. Dengan alamat Jakarta Stock Exchange Building, Jl. Jend. Sudirman kav 52-53
Jakarta. Waktu penelitian dimulai 01 Desember 2011 sampai dengan selesai.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data Kualitatif, data yang berisis
tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, dan penjelasan dari
setiap laporan keungan. Data Kuantitatif, data yang berisi tentang harga perolehan yang telah
ditetapkan perusahaan, metode penyusutan yang digunakan dan nilai buku modal perusahaan.
Populasi dan Sampel
Populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah populasi beberapa perusahaan go
public yang mencatatkan sahamnya di BEI pada periode 2006-2010. Dipilihnya rentang waktu
tersebut didasarkan pada pertimbangan kecukupan sample yang akan dipakai. Penentuan
sampel dalam penelitian ini didasarkan pada metode purposive sampling, dimana sampel
perusahaan yang terpilih didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. .
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu metode
pengambilan sampel yang dilakukan untuk pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Kriteria yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 2006-2010
Dari semua perusahaan ini terdapat kelompok-kelompok industri tertentu yang dikeluarkan
dari sampel yaitu :
a. Kelompok industri minyak dan gas bumi
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan minyak dan gas bumi
mempunyai karakteristik yang berbeda secara signifikan dibandingkan dengan
perusahaan IPO lainnya.
b. Kelompok industri keuangan
Kelompok industri ini tidak dimasukkan karena memiliki struktur keuangan dan model
pelaporan keuangan, khususnya dalam pelaporan rugi laba dan komponen-komponen
yang dilaporkan dalam laporan aliran arus kas, yang berbeda dengan perusahaan dalam
kelompok industri lain.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan riset kepustakaan dan riset
lapangan. Riset kepustakaan dilakukan untuk memperoleh teori yang menyangkut pembahasan
mengenai bahan yang akan diteliti. Dan riset lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang
208
menyangkut penelitian yang dilakukan, peneletian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan mengambil data dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM).
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel
atau populasi sebagaimana adanya statistik. Dari hasil penelitian dapat dilihat jumlah data yang
dijadikan sampel penelitian dinyatakan dengan N sebanyak 38 perusahaan. Data ini telah
mengalami seleksi sampel dari sebelumnya dengan total perusahaan yang melakukan
penawaran perdana pada periode 2006-2010 sebanyak 89 perusahaan. Setelah mengalami
proses beberapa perusahaan tersaring karena keterbatasan data yang dimiliki. Nilai buku modal
berkisar dari 21 satuan hingga terbesar yaitu 27 satuan. Untuk dua variabel lainnya merupakan
variabel dummy sehingga memiliki nilai maksimal 1 dan minimal 0 (nol).
Uji normalitas data, uji ini dilakukan untuk melihat bagaimana distribusi data dari
variabel dependen dan variabel independennya apakah terdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini untuk melihatnya digunakan grafik Normal Probability-Plot. Dari hasil uji
normalitas menunjukkan titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan data dalam model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Uji multikolonearitas, Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen. Dan untuk menguji hal tersebut dilihat
dari nilai Tolerance dan VIF nya. Apakah nilainya melewati 0,10 dan 10 atau tidak. hasil
penelitian dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonearitas, karena nilai tolerance tidak
melebihi 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.
Uji autokorelasi, uji ini dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). dapat diperoleh hasil bahwa uji DW diatas memenuhi aturan tabel DW keempat
dimana dari hasil ini tidak bisa menyimpulkan apa-apa, dengan kata lain tidak ada autokorelasi
dari data regresi yang ada.
Uji heterokedastisitas, Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. hasil
pengujian heterokedastisitas diatas memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas seperti bergelombang, melebar kemudian
menyempit. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :
Ha1
Ha2
Ha3
Ha4
: Di duga ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap, persediaan dan nilai
buku modal secara bersama-sama (simultan) terhadap pemasukan penawaran perdana.
: Di duga ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap secara parsial
terhadap pemasukan penawaran perdana.
: Di duga ada pengaruh metode persediaan secara parsial terhadap pemasukan
penawaran perdana.
: Di duga ada pengaruh nilai buku modal secara parsial terhadap pemasukan penawaran
perdana.
209
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Statistik Deskriptif
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
net_PROC
M_Peny
M_Pers
NB_Modal
Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
38
38
38
38
21
0
0
21
26
1
1
27
23.82
.97
.74
25.24
1.608
.162
.446
1.283
38
Dari tabel dapat dilihat jumlah data yang dijadikan sampel penelitian dinyatakan
dengan N sebanyak 38 perusahaan. Data ini telah mengalami seleksi sampel dari
sebelumnya dengan total perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode
2006-2010 sebanyak 89 perusahaan. Setelah mengalami proses beberapa perusahaan
tersaring karena keterbatasan data yang dimiliki. Nilai buku modal berkisar dari 21 satuan
hingga terbesar yaitu 27 satuan. Untuk dua variabel lainnya merupakan variabel dummy
sehingga memiliki nilai maksimal 1 dan minimal 0 (nol).
2. Uji Normalitas
Gambar 1 Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas menunjukkan titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal
dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan data dalam
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
210
3. Uji Multikolonearitas
Tabel 2 Uji Multikolonearitas
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.982
.980
.980
1.018
1.021
1.021
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonearitas,
karena nilai tolerance tidak melebihi 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.
4. Uji Autokorelasi
Tabel 3 Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
.685
a
.469
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
.423
1.222
1.667
Dari hasil diatas diperoleh hasil bahwa uji DW diatas memenuhi aturan tabel DW
keempat dimana dari hasil ini tidak bisa menyimpulkan apa-apa, dengan kata lain tidak ada
autokorelasi dari data regresi yang ada.
5. Uji Heterokedastisitas
Gambar 2 Uji Heterokedastisitas
Dari hasil pengujian heterokedastisitas diatas memperlihatkan titik-titik menyebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas seperti bergelombang,
211
melebar kemudian menyempit. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas
pada model regresi.
6. Uji F (Secara simultan)
Tabel 4 Uji F (Secara Simultan)
Uji Koefisien Regresi Ganda secara Simultan dengan Uji-F
ANOVAb
Sum of
Squares
Model
1
Df
Mean Square
Regression
44.927
3
14.976
Residual
50.783
34
1.494
Total
95.711
37
F
10.026
Sig.
.000a
Uji Hipotesis Pertama
Ho1: Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap, metode
penilaian persediaan, nilai buku modal terhadap nilai pemasukan penawaran perdana
di Bursa Efek Indonesia
Ha1:
Paling sedikit ada satu variabel independen (metode penyusutan aktiva tetap,
metode penilaian persediaan, nilai buku modal) yang mempengaruhi variabel
dependen (nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia)Sig < α
sehingga Ho ditolak, dan Ha diterima berarti paling sedikit ada satu variabel
independen penelitian yang mempengaruhi variabel dependen penelitian pada
tingkat keyakinan 95 %.
Hasil : Sig < α (0,000 < 0,05) sehingga Ho ditolak, dan Ha diterima berarti paling sedikit
ada satu variabel independen penelitian yang mempengaruhi variabel dependen
penelitian pada tingkat keyakinan 95 %.
7. Uji t (secara parsial)
Tabel 5 uji t (secara parsial)
Uji Koefisien Regresi Ganda secara Parsial dengan uji-t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
2.169
4.272
M_Peny
.612
1.250
M_Pers
.595
NB_Modal
.817
Beta
t
Sig.
.508
.615
.062
.490
.628
.455
.165
1.308
.200
.158
.651
5.161
.000
Sumber : Hasil pengolahan data dengan statistik komputerisasi
212
Uji Hipotesis Kedua
Ho2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap secara
parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap secara parsial
terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia
Hasil : Sig > α ( 0,628 > 0,05 ) sehingga Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti
Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap secara
parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia
pada tingkat keyakinan 95 %.
Uji Hipotesis Ketiga
Ho3 : Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penilaian persediaan secara parsial
terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan metode penilaian persediaan secara parsial
terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia
Hasil : Sig > α ( 0,200 > 0,05 ) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Tidak
ada pengaruh yang signifikan metode penilaian persediaan secara parsial
terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia pada
tingkat keyakinan 95 %
Uji Hipotesis Keempat
Ho4 : Tidak ada pengaruh yang signifikan nilai buku modal secara parsial terhadap
nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan nilai buku modal secara parsial terhadap nilai
pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia
Hasil : Sig < α ( 0,000 < 0,05 ) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Ada
pengaruh yang signifikan nilai buku modal secara parsial terhadap nilai
pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia pada tingkat keyakinan
95 %.
Pembahasan
Berdasarkan pengujian asumsi klasik ( Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji
Heteroskedastisitas) yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semua data telah lolos dari
asumsi klasik sehingga model regresi linear berganda dapat digunakan untuk menganalisis data
dan hasil analisisnya dapat dipertanggungjawabkan. secara signifikan membuktikan adanya
pengaruh secara simultan
variabel metode penyusutan aktiva tetap, metode penilaian
persediaan, nilai buku modal terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek
Indonesia yang dilakukan dengan melakukan pengujian uji-F pada tingkat keyakinan 95 %.
Sedangkan secara parsial dengan melakukan pengujian Uji-t pada tingkat keyakinan 95 %
menunjukan bahwa variabel Nilai buku modal (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap
Nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia (Y). Sedangkan variabel Metode
penyusutan aktiva tetap (X1) dan Metode penilaian persediaan (X2) tidak mempengaruhi Nilai
pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia (Y) secara signifikan pada tingkat
keyakinan yang sama yaitu 95 %.
213
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap perusahaan yang go piblic di Bursa Efek
Indonesia Jakarta pada periode 2006-2010, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode penyusutan aktiva tetap yang di gunakan oleh perusahaan go public pada umumnya
adalah metode straight line dan double declining balance. Dalam penelitian ini diperoleh
hasil, metode penyusutan yang di gunakan oleh perusahaan berpengaruh terhadap nilai
pemasukan penawaran perdana.
2. Dari penelitian ini diperoleh hasil, metode penilaian persediaan rata-rata tertimbang
(Average) dan First In First Out (FIFO) yang dipilih oleh perusahaan go public
berpengaruh terhadap besarnya nilai pemasukan penawaran perdana.
3. Besarnya nilai buku modal perusahaan berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil yang
berbeda dari penelitian sebelumnya. Dari penelitian ini besarnya nilai pemasukan
penawaran perdana tidak dipengaruhi oleh nilai buku modal perusahaan. Hasil ini diperoleh
baik dari uji t maupun uji model dari hasil statistik itu sendiri.
SARAN
Dari penelitian ini, peneliti merangkum dan membuat beberapa saran yang dianggap
perlu untuk perusahaan yang akan mengadakan go pubilc dan para investor dalam melakukan
penanaman modal. Saran tersebut antara lain :
1. Bagi perusahaan yang akan melakukan go public, untuk lebih memperhatikan besarnya
nilai buku modal perusahaan yang akan disajikan, karena nilai buku modal ini dapat
mempengaruhi besarnya pemasukan yang diperoleh dari pelaksanaan penawaran perdana.
2. Bagi para penanam modal (investor) sebelum melakukan investasi, sangat penting untuk
lebih mencermati bagian neraca perusahaan, berapa besar modal yang dimiliki oleh
perusahaan, karena nilai buku modal ini berpengaruh terhadap banyaknya saham yang
ditawarkan, nilai buku modal juga menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang jika terjadi masalah nantinya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Selesainya penelitian ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penuh rasa
hormat kepada:
1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul.
2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,AK.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Esa Unggul.
3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak.MM, selaku ketua program studi akuntansi Universitas Esa
Unggul.
4. Bapak Adrie Putra, SE.MM, selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, membimbing dan pengarahan yang
sangat berharga sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini.
5. Kepada dosen fakultas ekonomi universitas Esa Unggul yang telah mendidik membekali
ilmu pengetahuan, memberikan inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu.
6. Kepada orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan dukungan
baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini
dengan baik.
214
DAFTAR PUSTAKA
Brigham. Eugene.F and Louis. C Gapenski, Intermediate Financial Manajement 9th Edition,
New York, 2006
Dahlan, Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Cetakan 5, Jakarta : Intermedia, 2006
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Edisi II, Yogyakarta : BP Univ
Diponegoro
Hartono, Hubungan Teori Signalling Dengan Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek
Indonesia, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Jakarta, 2005
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,
2009
Syaiful, Ali, Initial Public Offering, Accounting Choice and Earning Management,
Contemporary Accounting Research 10
215
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
DENGAN METODE COSO ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
PT. CAVEO BIOMETRIC SECURITY
Depi Guspita Awai
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Dalam setiap jenis perusahaan, persediaan memegang peranan penting yang ditinjau dari segi nilai
dan kualitas, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan dan besarnya aktiva
lancar perusahaan. Dalam persediaan sering terjadi masalah – masalah dalam penyediaan barang –
barang, seperti keterlambatan pengiriman barang, jumlah pemesanan yang tidak sesuai dengan jumlah
barang yang dikirimkan, dan tekadang type barang yang dikirim tidak sesuai dengan type barang yang
dipesan.
Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data primer yang berasal dari kuisioner dan
data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dengan cara mempelajari masalah yang berhubungan
dengan objek yang diteliti melalui buku pedoman, literature yang disusun para ahli sesuai dengan
masalah yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan yang bekerja di PT. Caveo Biometric Security,
dengan jumlah karyawan saat ini yang aktif bekerja 35 orang. Untuk mengetahui persepsi karyawan
terhadap pengendalian internal sistem persediaan digunakan analisa deskriptif dengan menggunakan
survey melalui kuesioner dengan skala likert.
Dari hasil penelitian diketahui saat ini sistem pengendalian internal pengendalian persediaan barang
yang dilaksanakan di PT. CAVEO BIOMETRIC SECURITY telah cukup baik, terlihat dari terdapat 10
item pernyataan pada kuisioner COSO yang memperoleh kategori baik, dan diketahui pula bahwa
pengendalian internal sistem pengendalian persediaan barang karyawan di PT. CAVEO BIOMETRIC
SECURITY belum sepenuhnya sesuai dengan standar COSO. Terlihat dari 20 item pernyataan yang
ditanyakan terdapat 10 item yang masuk dalam kategori tidak baik.
Kata Kunci : Pengendalian Internal, Persediaan, COSO
PENDAHULUAN
Pergerakan ekonomi saat ini sudah sangat cepat, setiap perusahaan yang tumbuh berkembang
memerlukan suatu pengendalian internal dalam mengendalikan kegiatan operasional agar mampu
bekerja secara efektif dan efisien. Tujuannya yaitu untuk dapat bersaing dan mampu mempertahankan
serta mendapatkan laba maksimal untuk mengembangkan usahanya.
Dalam setiap jenis perusahaan, persediaan memegang peranan penting yang ditinjau dari segi
nilai dan kualitas, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan dan besarnya aktiva
lancar perusahaan. Tingkat persediaan yang berlebihan akan mengakibatkan timbulnya biaya
pemeliharaan dan penyimpanan, serta kemungkinan adanya kerusakan. Sebaliknya persediaan yang
terlalu sedikit akan mengakibatkan terhambatnya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Persediaan juga merupakan harta sensitif terhadap keusangan, pencurian, dan penurunan harga pasar.
Untuk itu perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan optimal yang harus tersedia dan
memperhatikan sistem pengendalian internal atas persediaan.
216
Modal yang terkandung dalam persediaan merupakan harta lancar yang paling besar dalam
perusahaan yang sangat berharga tentunya. Penjualan akan menurun jika persediaan tidak tersedia
dalam bentuk, jenis, mutu dan jumlah yang diinginkan pelanggan. Prosedur pembelian yang tidak
efisien atau upaya yang tidak memadai dapat membebani suatu perusahaan, serta dengan persediaan
yang berlebihan dan tidak terjual. Mengakibatkan penumpukan barang dan tidak terjualnya persediaan
sehingga terjadi penumpukan modal juga akan mengeluarkan biaya penyimpanan yang terlalu besar.
Jadi, penting bagi perusahaan untuk mengendalikan persediaan secara cermat untuk membatasi biaya –
biaya penyimpanan yang terlalu besar.
Dalam sistem pengendaliaan perusahaan yang berkembang saat ini banyak perusahaan yang
menggunakan sistem aplikasi internet. Dengan sistem aplikasi internet dapat mengakses informasi realtime tentang keadaan persediaan seperti ketersediaan produk, kuantitas, kualitas dan kendala
persediaan. Internet juga dapat membantu manajer untuk menelusuri pergerakan barang diseluruh
organisasi dengan mengakses informasi online mengenai lokasi unsur persediaan tertentu. Namun
sistem aplikasi internet juga memiliki resiko, yaitu informasi yang sangat sensitif secara tidak sengaja
dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang, maka perlu adanya pengendalian dalam menggunakan
akses seperti penggunaan password, portal, dan pengendalian teknologi informasi lainnya.
PT. Caveo Biometric Security adalah salah satu perusahaan yang sedang mengalami
perkembangan di Jakarta – Indonesia, perusahaan ini dipercaya menjadi penyedia alat keamanan seperti
mesin absensi kantor dan peninjau pengamanan menggunakan bantuan camera tersembunyi. PT. Caveo
Biometric Security telah memiliki jangkauan yang luas serta memiliki beberapa distributor – distributor
disetiap daerah yang ada di Indonesia. Sebagai perusahaan penyediaan barang – barang yang diperoleh
sebagian besar barang pokok yang dibeli dari negara luar, banyak sekali kendala – kendala yang terjadi
khususnya dalam pemenuhan persediaan. Dalam harga sering terjadi masalah – masalah dalam
penyediaan barang – barang, seperti keterlambatan pengiriman barang, jumlah pemesanan yang tidak
sesuai dengan jumlah barang yang dikirimkan, dan tekadang type barang yang dikirim tidak sesuai
dengan type barang yang dipesan, dan hal-hal lain yang ada diluar kendali. Perusahan harus memiliki
stock persediaan yang cukup untuk mendistribusikan ke distributor – distributor, dan persediaan yang
ready dijual di perusahaan, selain itu perusahan juga harus memiliki suatu sistem pengendalian
terutama dibagian persediaan untuk meminimalisasikan kesalahan – kesalahan yang terjadi baik dari
sistem maupun kesalahan yang diakibatkan kelalaian manusia (Humman Error) atau pun hal-hal yang
diluar dugaan.
Mengingat bahwa pengendalian internal persediaan sangat penting bagi perusahaan dalam
mencapai efisien dan efektifitas, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah
karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Internal Dengan
Metode COSO Atas Persediaan Barang Dagang PT. Caveo Biometric Security”.
Identifikasi Dan Pembatasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang yang telah dikembangkan sebelumnya, maka
penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pernyataan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pengendalian internal atas persediaan barang dagang di PT.Caveo Biometric
Security yang belum berjalan secara efektif yang ditandai dengan adanya type barang yang
dikirim tidak sesuai dengan type barang yang dipesan, jumlah pemesanan yang tidak sesuai
dengan jumlah barang yang dikirimkan dan keterlambatan pengiriman barang .
b. Pelaksanaan pengelolaan persediaan barang dagang di PT.Caveo Biometric Security yang
belum dilaksanakan secara efisien yang ditandai dengan adanya stock persediaan yang kadang
kala kurang, jumlah stock untuk barang-barang yang laku sama dengan jumlah stock untuk
item lainnya, dan sistem administrasi yang masih tumpang tindih antara bagian keuangan,
gudang dan pemesanan.
217
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membahas bagaimana sistem pengendalian internal
terhadap persediaan barang dagang yang dilakukan di PT.Caveo Biometric Security dan sistem
pengendalian internal yang dilakukan apakah telah sesuai dengan standar COSO.
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan dalam pengendalian internal atas persediaan barang dagang pada PT.Caveo
Biometric Security?
b. Apakah pengendalian internal persediaan di PT.Caveo Biometric Security telah sesuai dengan
standar COSO?
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah :
a. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai aplikasi dari pengendalian internal persediaan
barang dagang yang diterapkan oleh PT.Caveo Biometric Security.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian internal persediaan barang dagang yang diterapkan
apakah sudah cukup efektif dan efisien serta sesuai dengan standar COSO.
Manfaat Penelitaian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat berguna untuk pembacanya. Adapun
manfaat penelitian adalah :
a. Bagi Mahasiswa
Menambah dan memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai
peranan sistem pengendalian internal yang diterapkan bagi perusahaan serta pelaksanaannya dalam
dunia nyata.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam
memperbaiki kelemahan sistem pengendalian internal perusahaan dan menunjukan kepada
manajemen perusahaan sejauh mana pentingnya peranan sistem pengendalian internal persediaan
barang dagang, guna membantu mencegah terjadinya kesalahan, kecurangan yang dapat terjadi
serta menjadi acuan untuk memperbaiki kelemahan sistem pengendalian internal pada perusahaan.
c. Bagi Pembaca
Meningkatkan pengetahuan mengenai perkembangan sistem pengendalian internal serta sebagai
bahan acuan bagi penulis selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian dengan judul ini.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Sistem berasal dari bahasa Latin (sytema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set
entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika sering kali bisa dibuat.
Kata ―sistem‖ banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari – hari, dalam forum
diskusi maupun dokumen ilmiah, kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang
pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam hal yang paling umum, sebuah sistem adalah
sekumpulan benda yang memiliki hubungan diantara mereka.
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, Berikut penjelasan mengenai
elemen – elemen yang membentuk sebuah sistem :
1) Tujuan
2) Masukan
3) Proses
4) Keluaran
218
5) Batas
6) Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
7) Lingkungan.
Kunci utama dan fondasi suatu organisasi yaitu ada pada orang-orang atau para pelaksananya
yang terlibat didalam proses atau aktivitas operasi dengan fokus dengan atribut pribadi, komunikasi
personal dan situasi kerja. Inti dari pengendalian organisasi yang efektif terletak pada sikap
manajeman. Jika Top Manajemen percaya bahwa pengendalian adalah sangat penting, maka yang
lainnya pun dalam organisasi yang sama akan memandangnya demikian pula dan tanggap pada
setiap kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan.
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan
sikap keseluruhan Top Manjemen, Direktur, dan Pemilik suatu perusahaan terhadap pengendalian
dan penelitian lingkungan pengendalian, berikut adalah sub komponen yang sangat penting yaitu :
1) Filosofi & gaya manajemen, dari situ akan dapat memberi tanda-tanda yang jelas bagi para
pegawai mengenai arti penting pengendalian.
2) Integritas dan nilai etika, merupakan produk standar etika dan prilaku perusahaan dan
bagaimana standar tersebut dikomunikasikan dan dipaksakan dalam prakteknya.
3) Komitmen terhadap kompetensi personal, adalah pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang merumuskan tugas – tugas individu.
4) Peran direksi, dewan komisaris dan/atau Komite Audit yang efektif, adalah independen dari
manajemen dan anggota – anggotanya dan meneliti dengan cermat aktivitas – aktivitas
manajemen.
5) Struktur organisasi, merumuskan garis tanggung jawab dan wewenang.
6) Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab, merupakan bentuk komunikasi formal
sehubungan dengan pengendalian atas masalah-masalah atau kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan.
7) Pedoman yang dibuat manajemen bagi personal dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab. Aspek paling penting dalam sistem pengendalian internal adalah sumber daya manusia.
Jika pegawai kompeten dan dapat dipercaya, pengendalian lain mungkin dapat dipercaya.
a. Risk Assesment (Penaksiran Resiko)
Bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang
berhubungan dengan persiapan laporan keuangan yang disajikan berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Resiko timbul dalam keadaan sebagai berikut :
1) Transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.
2) Perubahan standar akuntansi.
3) Perubahan yang berhubungan dengan kebaikan sistem dan teknologi yang baru yang
digunakan untuk pengolahan informasi.
4) Pertumbuhan entititas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan pelaporan informasi
dan personel yang terkait.
5) Hukum dan peraturan baru.
b. Accounting Information dan Comunication System (Sistem komunikasi dan informasi
akuntansi).
Suatu sistem informasi dan komunikasi yang memungkinkan orang dalam organisasi
untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan untuk mengelola, melaksanakan dan
mengendalikan operasi.
Tujuan sistem informasi akuntansi perusahaan adalah untuk mengidentifikasi,
mengklarifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan untuk menjaga
pertanggung jawaban akuntansi untuk aktiva – aktiva yang berkaitan. Sistem informasi
akuntansi yang efektif harus mampu memenuhi tujuan pengendalian internal atas transaksi
keuangan.
219
c. Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Kebijakan dan prosedur kontrol yang meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan
untuk mengatasi resiko benar-benar dilaksanakan.
1. Hard Control
Sarana dan kelengkapan organisasi serta pengaturan kewenangan dan tanggung jawab
proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Contoh : kebijakan / prosedur,
struktus organisasi, birokrasi, pengambilan keputusan yang terpusat.
2. Soft Control
Skill, prilaku, nilai, dan suasana yang terdapat pada individu dan komunikasi personal antar
individu dalam organisasi. Contoh : kompetensi, kepercayaan, kebersamaan nilai,
kepemimpinan yang kuat, ekspektasi yang tinggi dan standar etika tinggi.
d.
Monitoring (Pemantauan)
Pengawasan oleh manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk atas pelaksanaan tugas
sebagai penilaian terhadap kualitas dan efektifitas sistem pengendalian internal.
Contoh :
1) Membandingkan data dilapangan dengan data dilaporan.
2) Membandingkan kesesuian data piutang dengan hasil konfimasi.
3) Evaluai oleh internal editor.
Terdapat dua mekanisme aktvitas monitoring atau pemantau yaitu pengawasan yang
langsung dilakukan masing – masing atasan pihak yang bersangkutan bedasarkan jenjenng
kekuasaan jabatan dan pengawasan yang dilakukan oleh fungsi audit. Kedua pengawasan itu
sering disebut dengan istilah pengawasan melekat (oleh atasan) dan pengawasan fungsional.
2. Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan dari pengendalian sistem internal yang efektif adalah:
a. Mengamankan aktiva perusahaan.
b. Memastikan akurasi dan keandalan berbagai catatan dan informasi akuntansi.
c. Mengukur ketaatan dengan bebagai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pihak
manajemen.
d. Menyebarluaskan efisiensi dalam operasi perusahaan.
3. Konsep Dasar Pengendalian Internal.
Ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal. Konsep dasar
tersebut meliputi hal – hal berikut :
a. Pertanggung Jawaban Manajemen
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan dan mempertahankan sistem pengendalian
internal. Pengendalian yang ada pada perusahaan tergantung pada:
1) Besar kecilnya entitas.
2) Karakteristik organisasi dan kepemimpinan .
3) Sifat kegiatan usahanya.
4) Keanekaragaman dan kompleksitas opersinya.
5) Metode pemprosesan data.
6) Persyaratan perundang – undangan yang harus dipatuhi.
220
b. Kebijakan Memadai
Manajemen bukan mencari tingkat absolut atau mutlak kualitas sistem pengendalian internal.
Manajemen mencari tingkat yang ―wajar‖. Hal itu dikarenakan untuk memastikan bahwa
sasaran sistem pengendalian internal dapat tercapai. Ada dua alasan penggunakan kata ―wajar‖
dan bukan tingkat absolut. Kedua alasan tersebut adalah :
1) Kriteria biaya – manfaat merupakan suatu titik kritis bagi manajemen dalam setiap
mengambil keputusan ekonomi. Pada kenyataannya, nilai hubungan antara manfaat dan
biaya tersebut merupakan hasil suatu estimasi atau adjustment, dan bukan hasil pengukuran
secara absolut.
2) Realisasi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
c.
Keterbatasan Bawaan
Sistem pengendalian internal mempunyai keterbatasn bawaan yang diakibatkan antara lain oleh
:
1) Faktor Manusia yang melakukan fungsi prosedur pengendalian.
Keterbatasan itu hanya dapat diminimumkan, tidak dapat dihilangkan sama sekali oleh
orang dari dalam maupun luar yang independensi. Sebaik–baiknya sistem akan dapat
dikalahkan kolusi.
2) Pengendalian tidak dapat diterapkan pada transaksi yang bersifat tidak rutin, seperti
kejadian luar biasa, bonus THR dan lain sebagainya.
d. Metode Pengelolahan Data
Konsep pengendalian dapat diterapkan baik untuk sistem pengolahan data manual
maupun terkomputerisasi atau electronic data processing (EDP). Sistem manual biasanya
dipakai dalam perusahaan kecil, sedangkan sistem EDP banyak digunakan dalam bisnis
pemanufakturan internasional dan perusahaan multinasional. Pengendalian juga bersifat
dinamis, perubahan kondisi lingkungan mungkin akan mengakibatkan perlunya modifikasi atas
sistem pengendalian.
4. Keterbatasan Pengendalian Internal
Permasalahan pengendalian yang merupakan keterbatasannya, antara lain :
a. Banyaknya pengendalian yang diterapkan memiliki tujuan yang tidak jelas.
b. Pengendalian lebih diartikan sebagai tujuan akhir yang harus tercapai dan bukan sebagai alat
sarana untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Pengendalian ditetapkan terlalu berlebihan (overcontrolling) tanpa memperhatikan sisi dan
biayanya.
d. Penerapan yang tidak tepat dari pengendalian juga mengakibatkan berkurang atau bahkan
hilangnya inisiatif dan kreativitas setiap orang.
e. Pengendalian tidak memperhitungkan espek prilaku (behavioral) Padahal faktor manusia
merupakan kunci utama untuk berhasilnya pengendalian.
Berdasarkan dengan permasalahan keterbatasannya, terdapat empat tipe reaksi atau sikap orang
mengapa ia menolak atau keberatan terhadap pengendalian yang diterapkan :
a.
b.
c.
d.
Menentang dan manipulasi
Melakukan sabotase
Informasi dibuat tidak akurat
Menciptakan kesan negative
Disamping itu, pengendalian juga sering gagal dalam pelaksanaan atau penerapannya karena :
221
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Sering tidak dihiraukan
Jenuh atau bosan
Pengendalian terlalu kompleks
Komunikasi yang buruk
Terlalu banyak diubah / dimodifikasi
Ditolak secara frontal
COSO
Menurut Sawyer, Dittenhofer, dan Scheiner Committee of Sponsoring Organization of
Tradeway Commission (COSO) definisi pengendalian internal adalah suatu proses (yang dipengaruhi
oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain dari suatu entitas) yang dibentuk untuk memberikan
keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal:
1. Efektifitas dan efisiensi operasi
2. Keandalan informasi keuangan
3. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Sedangkan pengendalian internal menurut Messsier, dkk adalah suatu proses yang dijalankan
oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel entitas lainnya yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan: (1) keandalan pelaporan keuangan, (2)
efektivitas dan efisiensi operasi, dan (3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
menyatakan bahwa sistem control internal merangkum kebijakan, praktik, dan prosedur yang digunakan
oleh organisasi untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu untuk menjaga aktiva perusahaan; untuk
memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi; untuk mempromosikan
efisiensi operasi perusahaan; dan untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang
telah ditetapkan oleh manajemen. Committee of sponsoring organization (COSO) menyebutkan bahwa
sistem pengendalian internal terdiri dari enam komponen. Keenam komponen tersebut berasal dari para
menajemen dalam menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Keenam
komponen tersebut adalah:
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian menentukan "warna" dari sebuah perusahaan, memberikan pengaruh
kesadaran akan pengendalian kepada orang – orang di dalam perusahaan. Komponen ini merupakan
dasar dari komponen – komponen pengendalian internal lainnya. Menurut SPAP (1994) Bodnar
dan Hopwood (1995) dalam Subagiono Tjondro (2003), faktor yang mempengaruhi lingkungan
pengendalian adalah:
1) Falsafah manajemen dan gaya usaha Falsafah manajemen dan gaya usaha merupakan
seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter perusahaan dan keryawan. Filosofi
manajemen merupakan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak dilakukan. Gaya
usaha mencerminkan ide – ide manajer tentang bagaimana operasi suatu kesatuan usaha harus
dilakukan,
2) Struktur organisasi satuan usaha, struktur ini dibentuk untuk tujuan mengatur kerja dalam
organisasi yang didalamnya terdiri dari orang – orang sebagai pelaku yang terbagi atas
beberapa level. Untuk itu perlu dibuat struktur organisasi yang mengatur hak, tanggung jawab
dan wewenang, yang akhirnya dilengkapi dengan job deskripsi yang jelas. Semakin efektif
struktur organisasi, semakin baik pelaksanaan tugas serta pengawasan mudah dilakukan. Hal ini
didasarkan akan munculnya tanggung jawab yang jelas di masing-masing level,
3) Berfungsinya dewan komisaris dan komite yang terbentuk Dewan komisaris merupakan wakil
para pemegang saham dalam perusahaan perseraan. Dewan komisaris berfungsi mengawasi
pengelola perusahaan yang dilaksanakan direksi. Apabila dewan komisaris aktif dalam
menjalankan tugas, besar kemungkinan dapat mencegah konsentrasi di tangan direksi. Jika
dewan komisaris di dominasi oleh jajaran direksi, maka hubungan akuntan publik dengan
dewan komisaris menjadi tak berarti. Oleh karena itu dewan komisaris yang dipilih dari pihak
luar akan berkontribusi efektif dalam pengawasn dan peran dewan komisaris dapat
menghasilkan pemeriksaan yang andal.
222
4) Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab Struktur yang ada di organisasi memiliki
implikasi terhadap tanggung jawab, wewenang serta konsekuensi lain yang melekat di berbagai
jenjang manajemen. Bagi manajemen yang sehat pengertian wewenang dan tanggung jawab
harus disertai dengan job deskripsi yang jelas, sehingga muncul garis komando yang
proposional dan tidak terjadi tumpang tindih.
5) Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklanjuti kinerja, termasuk
audit intern
6) Kebijakan dan praktisi personalia Unsur ini berkaitan dengan praktek usaha yang sehat, karena
sebaik apapun sistem pengendalian, apabila tidak didukung oleh personel yang jujur tidak akan
berarti apa-apa.
7) Faktor-iaktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan dan praktek usaha, seperti pemerikasaan
oleh badan legislatif dan lembaga pemerintah.
Persediaan
1.
Pengertian Persedian
Persediaan merupakan suatu elemen yang penting bagi perusahaan karena sebagai besar aktiva
perusahaan tertanam dalam persediaan. Oleh karena itu, persediaan memiliki nilai yang cukup besar
dan memiliki pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi. Perencanaan dan pengendalian
persedian merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian khusus dari manajemen
perusahaan.
Menurut Standar Akuntasi Public PSAK No.14 dalam buku Sukrisno Agoes yang berjudul
Auditing, persediaan didefinisikan sebagai berikut:
a. Persedian adalah aktiva
b. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
c. Dalam proses produksi atau dalam perjalanan
d. Dalam bentuk badan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa‖.
―Eddy Hartanto mendefinisikan persediaan sebagai berikut : Persediaan adalah bahan atau
barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk
proses produksi atau rakitan, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin‖.
Menurut Sofjan Assauri pengertian dari persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang
normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam perjalanan/proses produksi, atau pun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu produksi.
2. Fungsi Persediaan
Berbagai fungi pentinngyangterkandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan :
a. Menghilangkan risiko keterlambatan penngiriman bahan baku atau barang yangdibuthkan
perusahaan.
b. Menghilangkan risiko jika matrial yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inglasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak
akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia dipasaran.
e. Mendapat keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discount).
f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.
Dengan memahami fungsi-fungsi dari persediaan tersebut, maka perusahaan dapat memperkirakan
kebutuhan persediaaan yang sesuai, ketepatan waktu dalam penyediaan persediaan, dan
memperoleh biaya yang ekonomis dalam pemenuhan persediaan.
223
3. Jenis-jenis Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari
fungsinya, persediaan dapat dibedakan berdasarkan :
a. Batch Stock atau Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang dibedakan karna kita membeli atau
membuat bahan-bahan atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang
dibutuhkan pada saat ini.
b. Fluctuation Stock, adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan
untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan
keadaan yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu.
c. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam suatu tahun dan untuk
menghadapi permintaan yang meningkat. Selain itu untuk mengantisipasi sukar diperolehnya
bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi.
Persediaan dapat pula dibedakan menut jenis dan posisi barang tersebut didalam urutan perjalanan
produk, yaitu :
a. Persediaan bahan baku (Raw Materials Stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud yang
digunakan dalam proses produksi, dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari
supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku.
b. Persediaan bagian produk atas parts yang dibeli (purchased parts/components), adalah
persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang
secara lang secara langsung dapat di-assembling dengan part lain, tanpa proses produksi
sebelumnya. Jadi, untuk bentuk barang yang merupakan part ini tidak mengalami perubahan
dalam operasi. Misalnya pabrik mobil, dimana dalam hal ini bagian-bagan (parts) dari mobil
tersebut tidak diproduksi dalam pabrik tersebut, tetapi diproduksi oleh perusahan lain dan
kemudian di-assembling menjadi barang jadi yakni mobil.
c. Persediaan bahan-bahan pembantu/barang-barang pelengkap (supplies stock)yaitu persediaan
yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi, tetapi tidak
merupakan komponen/bagian dari barang jadi. Misalnya minyak pelumas merupakan bahan
pembantu.
d. Persediaan barang setengah jadi (work in process/progress stock) adalah persediaan yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali menjadi barang jadi.
e. Persediaan barang jadi (finished goods stock) merupakan persediaan barang yang telah selesai
diproses dalam pabrik dan siap dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Tujuan Pengendaliaan Internal Persediaan Barang Dagang
Secara umum telah disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal dalam perusahaan adalah untuk
memberikan kepastian yang layak kepada manajemen bahwa tujuan tertentu dari perusahaan akan
tercapai. Adapun tujuan tersebut yaitu :
a. Transaksi benar-benar terjadi dan dilaksanakan (eksistensi).
Menyatakan bahwa transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dalam
perusahaan.
b. Transaksi yang terjadi diidentifikasikan dan dicatat secara lengkap (kelengkapan).
Menyatakan bahwa transaksi telah dicatat dengan lengkap sehingga mencegah penghilangan
transaksi dari catatan.
c. Transaksi yang terjadi telah dicatat dengan benar (akurasi).
224
Menyatakan bahwa transaksi yang dicatat dengan benar.Tujuan ini menyangkut keakuratan
informasi untuk transaksi akuntasni.
d. Transaksi yang terjadi diklarifikasikan dengan benar (klarifikasi).
Menyatakan bahwa transaksi yang telah terjadi, diklarifikasi pada perkiraan yang benar.
e. Transaksi yang terjadi dicatat pada saat yang tepat (ketepatan waktu).
Menyatakan bahwa transaksi dicatat pada waktu yang tepat, sehingga laporan keuangan yang
dihasilkan benar-benar dapat dimanfaatkan.
f. Transaksi dimasukan kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan
pengikhtisaran).
Menyatakan bahwa setiap transaksi yang terjadi didalam perusahaan dicatat dengan tepat kedalam
catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar. Biaya-biaya yang timbul atas persediaan yang
diadakan oleh persediaan dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu :
a. Biaya Pemasangan (Ordering Costs)
Biaya pemasangan yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam administrasi pembelian dan
penempatan order (cost of placing order), biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipping and
handling costs), biaya penerimaan dan pemeriksaan.
b. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory carrying cost)
Yang dimaksud dengan inventory carrying cost adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenan
dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan dengan adanya
persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya
sejumlah persediaan.Yang termaksud dalam biaya ini yaitu biaya pergudangan yang terdiri dari
biaya sewa gudang, upah dan gaji tenaga pengawasan dan pelaksanaan gudang, biaya peralatan
digudang, biaya administrasi gudang dan biaya-biaya lainnya.
c. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs)
Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya biaya yang lebih kecil dari jumlah yang
diperlukan, seperti kerugian atau biaya yang timbul akibat pengiriman kembali pesanan (order)
tersebut.
d. Biaya-biaya yang berhubungn dengan kapasitas (capacity associated costs) Yang dimaksud dengan
capacity associated cost adalah biaya-biaya yang terdiri dari lembur, biaya latihan, biaya
pemberhentian kerja. Biaya ini terjadi karna adanya penambahan atau pengurangan kapasitas yang
digunakan pada suatu waktu tertentu.
Pengendalian Persediaan Barang Dagang Yang Baik dan Efektif
Adanya sistem pengendalian yang dibina dan dilaksanakan dengan sehat dan tepat, didukung
oleh tenaga kerja yang cakap serta teknik yang telah ditentukan akan mencapai beberapa keuntungan,
yaitu :
a. Dapat terselenggaranya penyimpanan dengan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan perusahan
baik dalam jumlah maupun mutu.
b. Dapat dikurangi penambahan modal/investasi bahan sampai batas maksimum.
c. Terjaminnya barang-barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang dibuat pada purchase
order.
d. Dilindungi semua bahan-bahan terhadap pencurian, kerusakan dan kemerosotan mutu.
e. Dapat dilayaninya produksi dengan bahan yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan sesrta mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan.
f. Terselenggaranya pencatatan persediaan yang menunjukan penerimaan, pengeluaran, penggunaan
serta jumlah dan jenis yang ada pada gudang.
225
Prinsip-prinsip Pengendalian Internal Atas Kegiatan Persediaan
a. Memelihara tempat yang aman bagi barang, semua barang yang tinggi nilainya harus mendapat
perhatian khusus.
b. Pemindahan barang dari sat lokasi ke lokasi yang lainnya, harus mendapat persetujuan manajer
departemen (kepala bagian gudang) tersebut berdasarkan bon permintaan.
c. Pemisahaan tugas antara bagian penerima dan bagian pengeluaran.
d. Mengadakan investigasi persediaan secara rotasi hasil rekonsiliasi dengan catatan pembukuan.
e. Menghasilkan auditor intern melakukan penilaina terhadap pengendalian internal.
f. Menilai serta menganalisa catatan persediaan untuk tetapkan kelemahan.
g. Mengevaluasi tenaga kerja yang menangani untuk mengecek latar belakang mereka jika memang
diperlukan.
h. Melakukan survey periodic, mengenai keamanan persediaan dan mengeliminasikan setiap
kecurangan.
Aspek-aspek Pengendalian Yang Baik Atas Persediaan
a. Adanya prosedur yang efisien yang tercermin dalam arus dokumen sejak barang diminta dan
diterima sampai dengan pencatatan persediaan dan hutang dagang.
b. Persediaan secara fisik harus dilindungi dengan baik.
c. Penggunaan sistem perpetual (perpectual system) dalam pencatatan persediaan, dimana dapat
ditunjukan bertambahnya dan berkurangnya persediaan dan saldo persediaan setiap saat.
d. Secara periodik perusahan hasrus menghitung persedian yang ada dan mencocokannya dengan
persediaan menurut buku tambahan atau kartu persediaan (subsidiary ladger). Hal itu dilakukan
untuk menjamin ketepatan jumlah persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
e. Persediaan sebaiknya diasuransikan terhadap resiko rusaknya barang akibar kebakaran, kebanjiran
dan bencana lain.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penilaian
Tempat : PT. Caveo Biometric Security
Jl. Duri Raya No.5C – Duri Kepa
Jakarta Barat – 11510
Waktu : Dimulai dari Agustus 2012 s/d selasai.
Jenis Dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan data yang akan digunakan sebagai dasar pembahasan
sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun jenis dan sumber datanya adalah sebagai berikut :
1. Jenis data
a. Data kualitatif : kuisioner COSO
b. Data kuantitatif, yaitu data berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan
kegiatan usaha perusahaan.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data sekunder yaitu data yang
dikumpulkan dengan cara mempelajari masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti
melalui buku pedoman, literature yang disusun para ahli sesuai dengan masalah yang diteliti.
226
Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Penelitian ini dilakukan mempelajari buku-buku literature ilmiah yang berhubungan dengan objek
penelitian sebagai dasar perbandingan antara teori dan praktek pada perusahaan.
2. Penelitian Lapangan (Field research)
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan peninjauan secara langsung ke perusahaan untuk
mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan permasalah yang ada. Teknik Pengumpulan
data dan informasi yang digunakan dalam penelitian lapangan ini, adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observasi)
Dilakukan dengan cara mengamati secara langsung keadaan dan kegiatan yang menjadi objek
penelitian. Dalam pengamatan ini, penelitian hanya mengamati apa yang terjadi dengan objek
penelitian tanpa ikut aktif dalam proses pengamatan tersebut.
b. Kuisioner
Diolah oleh penulis dan dikutip dari Committee of sponsoring Organization of
Tradeway Commission (COSO)
Populasi dan Sempel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain melalui
adanya nilai karakteristik yang berlainan.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan yang bekerja di PT. Caveo Biometric Security,
dengan jumlah karyawan saat ini yang aktif bekerja 35 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Namun
karena jumlah populasi yang kecil atau jenuh maka seluruh populasi akan dijadikan sample
Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu alat pengukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
sesuai instrument. Suatu instrument dikatakan valid atau sahih apabila mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
2. Uji Reliabilitas
Untuk mengukur Reliabilitas menggunakan teknik Croncbach Alpha karena menggunakan skala
likert. Dimana secara umum yang dianggap reliable apabila nilai alfa cronbachnya > 0,61
Rumusnya adalah :
Keterangan :
r11
= Reliabilitas Instrumen
K
= Banyaknya butir Pertanyaan
S ơ2 = Jumlah varian butir
12
S2
= Varian total
227
Tingkat Reliabilitas dengan teknil alpha cronbach ini diukur berdasarkan skala alpha nol sampai satu.
Skala tersebut penulis mengelompokkan kedalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran
kemantapan alpha dapat digambarkan melalui table dibawah ini :
Table 3.1 Tingkat Reliabilitas berdasarkan Tingkat Alpha
Angka Variabel
Keterangan
0.00 s/d 0.20
Kurang Reliabel
0.21 s/d 0.40
Agak Reliabel
0.41 s/d 0.60
Cukup Reliabel
0.61 s/d 0,80
Reliabel
0.81 s/d 1,00
Sangat Reliabel
Sumber : Rina & Hasyim
Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif, yaitu
analisis yang dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan
yang logis mengenai data-data yang dianalisis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis
deskriptif ini dimaksudkan untuk menguraikan atau memaparkan hasil penelitian untuk kemudian
diadakan interpretasi berdasarkan landasan teori yang telah disusun. Hal ini digunakan untuk
mengetahui penerapan prosedur sistem pengendalian internal persedian yang dilakukan, sehingga dapat
diketahui apakah masih perlu atau tidak diadakan perbaikan – perbaikan dalam meningkatkan sistem
pengendalian internal persediaan.
Penilaian terhadap kondisi sistem pengendalian intern dalam sistem penggajian dilakukan
dengan metode kuisioner. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pengendalian internal sistem
persediaan barang digunakan analisa deskriptif dengan menggunakan survey melalui kuesioner dengan
skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan melalui indikator variabel, kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrument yang dapat berupa
pertanyaan.
Skala likert yang digunakan memberikan empat penilaian dengan bobot sebagai berikut:
Tabel 3.2 Skala Likert
BOBOT
KATEGORI
4
Sangat Baik
3
Baik
2
Tidak Baik
1
Sangat Tidak Baik
Sumber : Fandy Tjiptono p 18
Kemudian perhitungan untuk mendapatkan kumulatif terakhir :
Bobot X penilaian
1. Nilai terendah 1
Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban tidak baik.
2. Nilai Tertinggi 4
228
Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban sangat baik
Maka besarnya interval = N tertinggi – N terendah = 4 – 1 = 0,75
Kelas
4
Berdasarkan besarnya interval, maka penilaian dapat dikelompokan :
Tabel 3.3 Total Penilaian
BOBOT
KATEGORI
1 – 1,74
Sangat Tidak Baik
1,75– 2,5
Tidak Baik
2,51 – 3,25
Baik
3,251 – 4
Sangat Baik
Sumber : hasil perhitungan
Definisi Operasional Variabel
Berikut adalah variable yang digunakan dalam penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Falsafah manajemen dan gaya usaha Falsafah manajemen dan gaya usaha merupakan seperangkat
keyakinan dasar yang menjadi parameter perusahaan dan keryawan. Filosofi manajemen
merupakan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak dilakukan. Gaya usaha
mencerminkan ide-ide manajer tentang bagaimana operasi suatu kesatuan usaha harus dilakukan,
Struktur organisasi satuan usaha Struktur ini dibentuk untuk tujuan mengatur kerja dalam
organisasi yang didalamnya terdiri dari orang-orang sebagai pelaku yang terbagi atas beberapa
level. Untuk itu perlu dibuat struktur organisasi yang mengatur hak, tanggung jawab dan
wewenang, yang akhirnya dilengkapi dengan job deskripsi yang jelas. Semakin efektif struktur
organisasi, semakin baik pelaksanaan tugas serta pengawasan mudah dilakukan. Hal ini
didasarkan pada munculnya tanggung jawab yang jelas di masing-masing level,
Berfungsinya dewan komisaris dan komite yang terbentuk Dewan komisaris merupakan wakil
para pemegang saham dalam perusahaan perseraan. Dewan komisaris berfungsi mengawasi
pengelola perusahaan yang dilaksanakan direksi. Apabila dewan komisaris aktif dalam
menjalankan tugas, besar kemungkinan dapat mencegah konsentrasi di tangan direksi. Jika dewan
komisaris di dominasi oleh jajaran direksi, maka hubungan akuntan publik dengan dewan
komisaris menjadi tak berarti. Oleh karena itu dewan komisaris yang dipilih dari pihak luar akan
berkontribusi efektif dalam pengawasn dan peran dewan komisaris dapat menghasilkan
pemeriksaan yang andal.
Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab Struktur yang ada di organisasi memiliki
implikasi terhadap tanggung jawab, wewenang serta konsekuensi lain yang melekat di berbagai
jenjang manajemen. Bagi manajemen yang sehat pengertian wewenang dan tanggung jawab
harus disertai dengan job deskripsi yang jelas, sehingga muncul garis komando yang proposional
dan tidak terjadi tumpang tindih.
Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklanjuti kinerja, termasuk audit
intern
Kebijakan dan praktisi personalia Unsur ini berkaitan dengan praktek usaha yang sehat, karena
sebaik apapun sistem pengendalian, apabila tidak didukung oleh personel yang jujur tidak akan
berarti apa-apa.
Faktor-iaktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan dan praktek usaha, seperti pemerikasaan
oleh badan legislatif dan lembaga pemerintah.
229
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Berawal dari tujuan dan keyakinan bahwa teknologi sidik jari dan camera pemantau sudah sangat
dibutuhkan dalam memberikan jaminan keamanan dan kemudahan, maka didirikanlah PT. Caveo
Biometric Security di Indonesia pada tahun 2002.
PT. Caveo Biometric Security mendapatkan kepercayaan dari Digital Persona USA untuk
mendistribusikan unit online UrU dan Fingertec – Malaysia secara serius hal ini terlihat dari
beberapa distributor – distributor besar yang sudah bergabung dengan PT. Caveo Biometric
Security guna memperkenalkan teknologi sidik jari dan camera pemantau keseluruh daerah yang
ada di Indonesia.
Pada saat ini PT. Caveo Biometric Security didukung major principals :
1. Digital Persona – Taiwan
2. Finger Tec – Malaysia
3. E-Focus - Singapore
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Untuk mendukung hardware sidik jari agar bisa diterapkan di pasar local, Caveo secara konsisten
membangun SDM yang menambah nilai fingerprint tersebut. Beragam aplikasi telah dihasilkan
oleh tim PT. Caveo Biometric Security, antara lain software absensi dan penggajian, aplikasi
membership, dll.
Secara histori, PT. Caveo Biometric Security berdiri pada tahun 2002, selang lebih 11 tahun berdiri
dengan mengusung bendera yang tangguh PT. Caveo Biometric Security mengalami perombakan
Management yang membuat PT. Caveo Biometric Security lebih maju lagi dalam kurun waktu
bertambahnya usia PT. Caveo Biometric Security.
Dengan Management yang baru PT. Caveo Biometric Security tampil lebih Fresh, berani dan
dinamis. Didukung tenaga muda dari dalam maupun luar negeri yang energik dan professional kami
yakin bisa memberikan service/layanan terbaik kepada seluruh klien dan calon klien kami. Tidak
hanya itu, dengan dukungan teknologi terkini dan up-to-date di bidang-bidang terkait, PT. Caveo
Biometric Security yakin mampu dan sanggup berkiprah memberikan layanan terbaik kepada
semua kliennya dengan hasil sesuai harapan.
3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi: Menjadi Salah Satu Perusahaan Terbaik Memimpin Biometric Sistem Keamanan Dunia.
Misi: Menyediakan perangkat keras terbaik dan solusi perangkat lunak berbasis pada teknologi
biometrik untuk pasar internasional.
PT. Caveo Biometric Security ingin menjadi perusahaan yang bisa dipercaya dibidangnya.
Berlandaskan visi misi ini PT. Caveo Biometric Security selalu berusaha membantu setiap
perusahaan di berbagai bidang untuk meningkatkan keamanan dan kebutuhan data personal yang
akurat dengan biaya yang terjangkau. Untuk itu PT. Caveo Biometric Security telah menyediakan
berbagai jenis produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
4. Perusahaan – Perusahaan yang Menjadi Clien PT. Caveo Biometric Security
Hingga tahun 2013 PT. Caveo Biometric Security sudah banyak memiliki hubungan kerja sama
dengan perusahaan – perusahaan besar di Indonesia. Tidak hanya untuk segi pengaman absensi
tetapi dalam bentuk pengaman camera pemantau pun sudah dilakukan kerja sama yang baik.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang
Prosedur Permintaan Pembelian dan Pemesanan Barang
Langkah-langkah pengesahan formulir permintaan pembelian (PP) di PT. Caveo Biometric Security
melibatkan bagian Gudang, dan Bagian penjualan pada setiap divisi. Formulir PP dibuat oleh
bagian gudang setelah mengetahui ada beberapa barang dagang yang perlu dipesan karena
230
jumlahnya yang sedikit serta tidak mencukupi jumlah yang diminta bagian penjualan. Hal ini
dilakukan bagian gudang untuk menjamin bahwa barang-barang itu benar-benar diperlukan dan
jumlah barang yang diminta tidak berlebihan.‖
B. Prosedur Penerimaan dan Penyimpanan Barang
Dalam PT. Caveo Biometric Security pihak yang berwenang menerima barang adalah Bagian
Gudang yang sekaligus merangkap sebagai seksi penyimpanan. Perusahaan tidak menyediakan
lembar laporan penerimaan barang (LPB), namun tanggung jawab kelengkapan jumlah dan kondisi
barang yang diterima, diserahkan sepenuhnya kepada Bagian Gudang. Apabila ada masalah dalam
proses penerimaan, misalnya barang yang diterima kurang atau cacat, maka Bagian Gudang akan
menambahkan catatan atau keterangan di lembar surat jalan.
C. Prosedur Pengeluaran Barang
Dalam prosedur ini jumlah barang yang dikeluarkan haruslah sesuai dengan surat jalan pengiriman
barang. Setiap hari bagian gudang PT. Caveo Biometric Security mencatat transaksi keluar barang
dalam buku harian keluar masuk barang kemudian baru mempostingnya ke kartu persediaan. Selain
itu barang yang dikeluarkan diutamakan barang yang merupakan persediaan yang lebih dahulu
masuk, hal ini untuk mencegah persediaan tersimpan terlalu lama agar tidak rusak.
D. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji validitas
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa uji validitas untuk melihat apakah item
pernyataan yang dibuat pada kuisioner telah valid atau mampu untuk digunakan pada penelitian
atau tidak. Untuk uji validitas digunakan angka pembanding 0,338 sebagai dasar pengambilan
keputusan valid atau tidaknya. Berikut ini adalah hasil uji validitas tersebut.
2. Uji Reliabilitas
Nilai cronbach alpha pada perhitungan adalah sebesar 0,883 nilai ini lebih besar dari nilai
pembanding yaitu 0,61. Sehingga dapat dikatakan bahwa kuisioner telah lulus uji reliabilitas.
E. Deskriptif hasil Penelitian
Untuk menganalisa bagaimana penerapan sistem pengendalian internal, maka data-data yang
diperoleh dari kuisioner selanjutnya diolah dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui
gambarannya.
Perhitungan untuk mendapatkan kumulatif terakhir :
Bobot X penilaian
1. Nilai terendah 1
Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban tidak baik.
2. Nilai Tertinggi 4
Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban sangat baik
Maka besarnya interval = Ntertinggi – Nterendah = 4 – 1 = 0,7
Kelas
4
Berdasarkan besarnya interval, maka penilaian dapat dikelompokan :
Tabel 5.2 Total Penilaian
BOBOT
KATEGORI
1 – 1,74
Sangat Tidak Baik
1,75– 2,5
Tidak Baik
2,51 – 3,25
Baik
3,251 – 4
Sangat Baik
Sumber : hasil perhitungan
231
F. Pembahasan
Dari hasil jawaban responden diperoleh 2 kategori sehubungan dengan pengendalian
internal sistem pengendalian persediaan barang dengan menggunakan coso di PT. Caveo
Biometric Security, kedua kategori itu adalah, baik dan tidak baik.
Berikut adalah pernyataan-pernyataan sehubungan dengan pengendalian internal sistem
pengendalian persediaan barang dengan menggunakan coso di PT. Caveo Biometric Security yang
masuk ke dalam kategori baik.
1. Kebijakan SDM yang ada secara efektif menjamin tersedianya staf yang kompeten dan dapat
dipercaya untuk bagian persediaan.
2. Karyawan bagian persediaan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan sesuai
dengan job description.
3. Kebijakan dan prosedur untuk rekruitmen, promosi dan kompensasi bagian persediaan telah
dilaksanakan dengan baik
4. Sanksi dikomunikasikan kepada seluruh pegawai.
5. Terdapat Pertimbangan daalam pengambil risiko pengadaan barang.
6. Pola manajemen yang jelas.
7. Struktur organisasi yang jelas.
8. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab yang baik pada bagian persediaan..
9. Evaluasi atas kecukupan pengetahuan dan ketrampilan pegawai bagian persediaan.
10. Setiap akhir periode selalu dilakukan audit terhadap persediaan secara fisik.
Sementara itu untuk pernyataan – pernyataan yang masuk dalam kategori pernyataan tidak
baik adalah sebagai berikut, yang disertai dengan :
1. Tercipta komunikasi yang baik antar pimpinan dan karyawan pada bagian persediaan.
Komunikasi yang baik antara pimpinan dan karyawan tidak tercipta dengan baik karena
karyawan merasa segan untuk berkomunikasi dengan pimpinan, mereka takut melakukan
sebuah kesalahan saat berkomunikasi, selain itu pimpinan yang kaku ikut andil sehingga tidak
tercipta kondisi komunikasi yang baik.
2. Dilakukan investigasi atas pelanggaran yang terjadi pada bagian persediaan. Saat ini
perusahaan tidak memiliki tim khusus untuk audit internal khususnya untuk persediaan, dan
pimpinan pun seringkali membiarkan terjadinya pelanggaran, seperti kesalahan pemesanan,
karena dianggap pada akhirnya barang tersebut pasti akan laku. Bagi pimpinan selama
perusahaan masih menghasilkan laba maka dianggap tidak ada masalah.
3. Bukti pembelian dan pengeluaran barang yang otentik. Seringkali pada saat pengiriman barang
bagian gudang tidak membukukan nota pembelian, mereka hanya mencatat dalam buku gudang
saja, sementara saat pengeluaran barang hal yang sama juga terjadi, karena perusahaan belum
memiliki nota pengeluaran barang.
4. Jumlah Order Quantity di tinjau secara berkala. Seperti yang telah disampaikan bahwa di
perusahaan ini yang bertanggung jawab untuk memesan barang adalah masing-masing divisi,
sehingga penilaian jumlah order quantity sulit dilakukan.
5. Sistem administrasi persediaan di tinjau secara berkala. Pimpinan hampir tidak pernah
melakukan peninjauan sistem administrasi secara berkala, karena pimpinan cebdrung
berorientasi pada hasil akhir berupa laba perusahaan tanpa memikirkan sistem yang berjalan.
6. Setiap akhir periode selalu dilakukan audit terhadap berkas persediaan. Audit yang
dilaksanakan lebih kepada audit fisik dibandingkan audit berkas, karena pada perusahaan ini
sistem pembukuannya masih kurang baik.
7. Penyusunan sistem persediaan telah berdasarkan pada pertimbangan jenis item dibutuhkan.
Pertimbangan pada jenis item yang dibutuhkan kadang kala diabaikan, terutama oleh pimpinan,
karena kadang kala pimpinan memerintahkan untuk mengorder item tertentu hanya karena item
tersebut sedang mengadakan penawaran yang menarik.
8. Dilakukan evaluasi persediaan. Evaluasi persediaan jarang dilakukan karena sulit untuk
mengumpulkan semua divisi secara bersamaan, padahal semua divisi bertanggung jawab dalam
proses persediaan.
232
9. Jumlah persediaan yang efisien.. Jumlah persediaan yang efisien hampir sulit tercapai, karena
pemesanan seringkali dilakukan tergantung pada kondisi yang ada.
10. Sistem persediaan yang terotorisasi. Perusahaan ini tidak memiliki otorisasi persediaan karena
setiap divisi bebas melakukan pemesanan barang.
Dengan demikian terlihat bahwa separuh pelaksanaan pengendalian internal untuk saat ini
sudah sejalan dengan COSO, dan separuh diantaranya belum dilaksanakan dengan baik oleh
perusahaan, sehingga perlu mendapat perhatian lebih lanjut dimasa mendatang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperolehlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Saat ini sistem pengendalian internal persediaan barang dagang yang dilaksanakan di perusahaan
dapat dikatagorikan tidak terlalu baik, hal ini terlihat dari hasil pengolahan data yang disesuaikan
dengan standar COSO yang menekankan terciptanya kepastian yang layak mengenai pencapaian
tujuan dibuktikan dari mean rata-rata jawaban yang bernilai 2,5 dan masuk dalam kategori tidak
baik.
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendalian internal sistem pengendalian persediaan barang
dagang di perusahaan berdasarkan sumber kuisioner yang telah diolah datanya terlihat dari 20 item
pernyataan yang ditanyakan 10 item yang masuk dalam kategori tidak baik, dan 10 kategoti baik.
Maka hasil analisis ini menyatakan perusahaan belum dapat dinyatakan sistem pengendalian
barang dagang yang baik dalam standar COSO.
Saran
Dari hasil penelitian maka diperolehlah saran sebagai berikut :
1. Pimpinan harus lebih simpatik terhadap karyawan sehingga karyawan tidak segan untuk
berkomunikasi.
2. Sekecil apapun pelanggaran yang terjadi sebaiknya pimpinan peduli dan langsung menanganinnya
sehingga tidak berlarut-larut.
3. Perusahaan membuat nota pengeluaran barang dan mengharuskan bagian persediaan menyimpan
semua nota baik pemesanan, pembelian dan pengeluaran barang.
4. Setiap divisi diminta untuk menghitung kebutuhan akan persediaan termasuk menghitung order
quantitynya.
5. Dilakukan peninjauan secara berkala, paling tidak satu tahun sekali terhadap sistem yang ada
sehingga dapat dilakukan perbaikan jika dibutuhkan.
6. Melakukan audit berkas dan persediaan fisik, terkait dengan kondisi ini perusahaan butuh
menambah jumlah karyawan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas yang akhirnya membuat
beberapa tugas terabaikan, dan karyawan bisa lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya.
7. Perusahaan harus konsisten dengan penetapan jumlah pembelian yang telah dihitung pada awal
periode, dan tidak boleh mudah tergiur dengan penawaran-penawaran tertentu.
8. Dilakukan evaluasi persediaan secara periodik
9. Menetapkan jumlah persediaan yang efisien untuk masing-masing item
10. Menyerahkan otorisasi pengadaan persediaan kepada satu bagian khusus yang mengelola seluruh
item-item persediaan, yang mengkordinasikannya pada bagian persediaan dan bagian administrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno, 2008, Auditing (Pemeriksaan Akuntansi), Jilid Satu, Edisi Ketiga, Jakarta, Lembaga
Penerbit FEUI
233
Assauri Sofjan. 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Jakarta, FEUI
Bodnar, George H., dan William S. Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Sembilan, PT.
Indeks Kelompok, Andi, Yogyakarta
Hogren & Harrison da Bamber. 2008,
Erlangga. Jakarta
Akuntansi, Jilid Satu, Edisi Keenam,
Mulyadi, 2008. Auditing, Edisi keenam, Buku satu dan dua, Salemba Empat, Jakarta,
Sanyoto, 2009. Pengelola Fungsi Audit Sistem Informasi, Edisi Kedua, Jakarta, Mitra Wacana Media
Singleton, Hall. 2007. Information Technology Auditing and Assurance, Edisi Kedua, Salemba
Empat, Jakarta
Sukrisno Agoes,., 2004, Auditing, Edisi ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Halim Abdul, , 2008, Dasar-dasar Audit Laporan keuangan, Edisi Keempat, UPP AMP YKPN
Yogyakarta,
Harjanto Eddy, 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, Jakarta, PT.Grasindo, Jakarta
Widjaja Amin Tunggal, 2008, Internal Auditing, Harvarindo, Jakarta
William E. Messier, dkk. 2006. Jasa Audit dan Assurance. (terjNuri Hinduan). Jakarta: Salemba
Empat
234
ANALISA PENGARUH PERBEDAAN PENYUSUTAN
ANTARA KOMERSIAL DAN FISKAL SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP LABA RUGI SERTA KEBIJAKAN INVESTASI AKTIVA
TETAP PADA PT INDORAYA MITRA PERSADA 168
Friska Dewi Anggela
Fakultas ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode penyusutan aktiva tetap
kendaraan antara metode penyusutan yang digunakan oleh PT Indoraya Mitra Persada 168
berdasarkan peraturan perpajakan. Juga untuk mengetahui pengaruh perhitungan beban
penyusutan aktiva tetap kendaraan antara perusahaan yang dikoreksi fiskal dan pengaruhnya
terhadap laba perusahaan serta kebijakan investasi aktiva tetap pada perusahaan.
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa metode penyusutan yang
digunakan dalam perhitungan aktiva tetap yaitu Metode Garis Lurus (Straight Line Method),
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Year Digits Method), Metode Saldo Menurun Ganda
(Double Declining Balance Method), Metode Jam Jasa (Service Hours Method), dan Metode
Jumlah Unit Produksi (Production Output Method).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian data deskriptif kualitatif. Dalam metode ini,
analisis dilakukan untuk menghasilkan laporan penelitian yang lebih luas dengan cara
menginterprestasikan data yang telah dianalisis dan hasil analisis tersebut dihubungkan
dengan teori-teori yang telah ada untuk kemudian dapat diambil suatu kesimpulan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa PT Indoraya Mitra Persada 168 dalam melakukan
perhitungan penyusutan kendaraan operasional perusahaan sudah berdasarkan SAK dengan
menggunakan metode garis lurus. Namun ada beberapa hal kebijakan tidak dilaksanakan,
seperti untuk penyusutan kendaraan operasional masa manfaat ekonomisnya tidak sesuai
dengan peraturan Perpajakan KEP-220/PJ./2002, dimana untuk kendaraan roda empat
seharusnya memiliki masa manfaat ekonomis 8 tahun yang termasuk dalam kelompok II,
sedangkan perusahaan hanya 5 tahun masa manfaat ekonomis kendaraan tersebut.
Kata Kunci : Penyusutan Komersial, Penyusutan Fiskal, Kebijakkan Investasi Aktiva Tetap.
235
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah perusahaan yang
didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka
panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui
pencapaian tujuan. Suatu tujuan akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik,
sehingga sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi
yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva
tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur
ekonomis lebih dari satu tahun.
Bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus
dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode
penyusutan. Besarnya beban penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang
diperoleh perusahaan. Metode penyusutan yang biasanya digunakan oleh perusahaan antara
lain adalah metode garis lurus (Straight Line Method) dan metode saldo menurun ganda
(Double Declining Method). Menurut ketetapan perpajakan berdasarkan UU No. 7/1983 jo UU
No.10 /1994 jo UU No.17 /2000, menyatakan bahwa metode penyusutan aktiva tetap adalah
metode garis lurus dan saldo menurun ganda.
Perbedaan antara metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method) dan metode
saldo menurun ganda (Double Declining Method) antara komersial dengan fiskal terletak pada
persentase penyusutan atau dari umur ekonomis aktiva tetap tersebut. Untuk metode fiskal
umur ekonomis ditentukan berdasarkan Undang-Undang ketetapan perpajakan yang berlaku,
sedangkan menurut komersial umur ekonomis ditentukan oleh perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan yang diharapkan dapat
diperoleh adalah :
1. Untuk mengetahui metode apakah yang digunakan oleh PT INDORAYA MITRA
PERSADA 168 dalam menghitung penyusutan dan berapa besarnya beban penyusutan
yang dilaporkan dalam laporan keuangan tahun 2010.
2. Untuk mengetahui berapa besarnya beban penyusutan menurut fiskal untuk tahun 2010
pada PT INDORAYA MITRA PERSADA 168.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode penyusutan komersial dan fiskal terhadap
kebijakan investasi aktiva tetap pada PT INDORAYA MITRA PERSADA 168.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian dilakukan di PT. Indoraya Mitra Persada 168. The Belleza Office
Tower lt.10. Jl.Let. Jend Soepeno No.34, Jakarta Selatan 12210. Waktu penelitian dilakukan
dilakukan dengan data dan informasi yang Peneliti kumpulkan sejak Oktober 2011 sampai
dengan selesai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang
berbentuk informasi non kuantitatif yang memberikan masukan atau input yang berguna bagi
penulis dalam melaksanakan penelitian dan data kuantitatif data yang berbentuk angka-angka
yang berguna bagi penulis dalam melaksanakan penelitiannya.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan yaitu melalui berbagai sumber literature dan juga penelitian lapangan yaitu
melakukan pemeriksaan kinerja (Waktu terbatas) terhadap perusahaan yang dilakukan oleh
236
manajemen keuangan pada PT. Indoraya Mitra Persada 168. Penelitian dilakukan dengan
melakukan wawancara (Tanya jawab) dengan staf manajemen keuangan yang bersangkutan
dengan surat izin yang diberikan oleh pihak kampus dalam melakukan pengumpulan data
sekunder.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif Dalam metode ini,
analisis dilakukan untuk menghasilkan laporan penelitian yang lebih luas dengan cara
menginterprestasikan data yang telah dianalisis dan hasil analisis tersebut dihubungkan dengan
teori-teori yang telah ada untuk kemudian dapat diambil suatu kesimpulan. Analisis kualitatif
yang dilakukan adalah dengan menghitung hasil total yang diperoleh dan membandingkan
dengan metode yang disarankan. Analisis kualitatif ini dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh penyusutan terhadap laba perusahaan dalam koreksi fiskal antara laporan keuangan
komersial dengan perpajakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Investasi yang dipilih oleh perusahaan, baik investasi terhadap aktiva tetap maupun
aktiva lainnya sangat berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan. Hal ini
sangat erat juga dikaitkan oleh kebijakan yang akan dipilih oleh perusahaan tersebut. Rasio
keuangan menilai kinerja dari laporan keuangan suatu perusahaan serta akan dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan. Peranan aktiva tetap ini
sangat besar dalam perusahaan baik dari segi fungsi, dari segi jumlah dana yang
diinvestasikan, dari segi pengolahannya yang melibatkan banyak orang, dari segi
pembuatannya yang sering jangka panjang, maupun dari segi pengawasan yang rumit.
Aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki oleh perusahaan, yang sifatnya
permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang serta
mempunyai nilai yang cukup material.
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti melalui pembelian (tunai,
kredit atau angsuran), capital lease, pertukaran (sekuritas atau aktiva yang lain), sebagai
penyertaan modal, pembangunan sendiri, hibah atau pemberian, dan penyerahan karena
selesainya masa kontrak bangun-guna-serah.
Untuk mencapai tujuan perusahaan maka pihak manajemen diserahi tanggung jawab
untuk menggunakan serta menemukan cara guna mengolah semua faktor produksi. Maka
peranan aktiva tetap adalah sangat besar, seperti lahan sebagai tempat berproduksi bagi usaha.
Bangunan sebagai tempat pabrik, kantor dan kegiatan lainnya. Mesin dan peralatan sebagai
alat untuk berproduksi. Kendaraan pengangkutan sebagai alat untuk mengangkut produk atau
hasil lainnya.
Jika perusahaan memilih untuk melakukan investasi pada aktiva tetap maka
perusahaaan dapat melakukan pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, mesin, dan lain-lain).
Investasi yang dipilih oleh perusahaan tergantung akan jenis dari perusahaan tersebut.
Sebagaimana telah dibahas pada Bab II sebelumnya bahwa Untuk kebijakan investasi
aktiva tetap PT Indoraya Mitra Persada 168 belum sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan No. 138/KMK.03/2002 dimana untuk kendaraan operasional masa manfaat umur
ekonomisnya 8 tahun termasuk dalam kelompok II. Sedangkan perusahaan mengestimasi umur
237
ekonomis kendaraan tersebut hanya 5 tahun. Selain itu juga karena kendaraan operasional
tersebut dipergunakan oleh pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, yang
mengakibatkan pengakuan beban penyusutan hanya diakui oleh perpajakaan hanya 50% saja
dari beban penyusutan berdasarkan KEP-220/PJ./2002.
Karena adanya perbedaan kebijakan tersebut mengakibatkan laba perusahaan menjadi
overstated dari laba fiskal, yang mana pada laporan laba rugi perusahaan atau secara komersial
terdapat laba bersih tahun berjalan 2010 sebesar Rp 18.333.055.364,- tetapi setelah dikoreksi
menurut laporan laba rugi fiskal laba perusahaan menjadi sebesar Rp 19.129.356.716,sehingga terdapat perbedaan sebesar Rp 796.301.352,- , perbedaan tersebut terjadi karena
penyusutan kendaraan operasional perusahaan dimana untuk kebijakan aktiva tetap tersebut
belum sesuai dengan peraturan UU perpajakan yang seharusnya masa manfaat umur ekonomis
kendaraan tersebut 8 tahun yang termasuk dalam kelompok II sedangkan perusahaan
mengestimasi masa manfaat umur ekonomis kendaraan tersebut hanya 5 tahun. Sedangkan
kalau menurut koreksi fiskal laba perusahaan pada tahun berjalan 2010 menjadi sebesar Rp
19.063.539.239,- perbedaan tersebut terdapat pada biaya entertainment, biaya lainnya seperti
jasa giro, dan beban penyusutan. Biaya-biaya tersebut adalah biaya yang tidak diakui oleh
fiskal yang dikarenakan biaya entertainment sebesar Rp 309.425.256,- merupakan biaya yang
tidak dapat dikurangkan karena biaya entertainment dalam bentuk jamuan makan. Selain itu
beban penyusutan sebesar Rp 796.301.352,- adalah beban penyusutan dari kendaraan
operasional, beban penyusutan tersebut merupakan selisih komersil diatas penyusutan fiskal,
dikarenakan beban penyusutan komersil sebesar Rp 1.158.256.512,- sedangkan beban
penyusutan fiskal sebesar Rp 361.955.160,-.
Sedangkan biaya lainnya seperti jasa giro sebesar Rp 375.242.733.,- merupakan
pengurang biaya pada biaya lainnya dikarenakan perusahaan tidak mengakui sebagai
penghasilan, akan tetapi perpajakan menganggap penghasilan yang dikenakan PPh final.
Sesuai dengan pembahasan tersebut diatas dimana mengenai kebijakan perusahaan mengenai
aktiva tetap atas kendaraan belum sesuai dengan perpajakan yang mana perusahaan
mengestimasi masa manfaat umur aktiva tersebut hanya 5 tahun sedangkan perpajakan masa
manfaat untuk aktiva tetap kendaraan 8 tahun, maka untuk itu perusahaan mengambil
kebijakan atas investasi aktiva tetap tersebut sebagi berikut: Dimana seharusnya pada saat
masa manfaat umur aktiva tetap tersebut yakni setelah 5 tahun habis dan perusahaan harus
membeli kembali aktiva tetap yang baru, sedangkan menurut perpajakan seharusnya masih ada
sisa 3 tahun lagi. Maka untuk itu perusahaan yang seharusnya setelah 5 tahun tadi
mengeluarkan uang (kas) perusahaan untuk membeli aktiva tetap yang baru atau dengan cara
menyewa maka perusahaan bisa menginvestasikan dana (uang) tersebut ke yang lainnya
seperti: investasi untuk jangka pendek yaitu; dimana perusahaan yang seharusnya
mengeluarkan dana (kas) dalam waktu dekat padahal belum sangat diperlukan karena untuk
kendaraan tersebut masih layak dipakai hanya umur ekonomisnya saja yang habis, maka agar
dalam penggunaan kas ini pada masa yang akan datang bisa digunakan dalam operasi
perusahaan dalam masa yang akan datang dan agar kas tidak menganggur disebabkan karena
kelebihan dana, maka perusahaan dapat menanamkan seluruhnya atau sebagian dalam suratsurat berharga, seperti sertifikat deposito yang memberikan keuntungan dan bila diperlukan
dapat dijual kembali menjadi uang kas.
KESIMPULAN
1.
PT Indoraya Mitra Persada 168 merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pupuk organik. PT Indoraya Mitra Persada 168 membutuhkan aktiva tetap dalam jumlah
yang cukup besar, oleh karena itu aktiva tetap menjadi asset penting dalam suatu
perusahaan.
238
2.
3.
4.
5.
PT Indoraya Mitra Persada 168 memperoleh aktiva tetapnya dengan cara membeli secara
tunai dan kredit. Aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga perolehan dan disajikan dalam
neraca sebesar nilai bukunya yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan. Hal tersebut telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Metode penyusutan aktiva tetap kendaraan yang digunakan oleh PT Indoraya Mitra
Persada 168 adalah metode garis lurus. Dalam metode ini beban penyusutan tiap tahunnya
adalah sama rata, dimana pada awal tahun aktiva tersebut disusutkan sama rata
penyusutannya dan dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu sampai pada masa
manfaat aktiva tersebut habis. Untuk penyusutan kendaraan operasional jeni minibus
perusahaan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 1.158.256.512,-.
Dari hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus
menurut komersial dengan ketentuan perpajakan (fiskal) pada PT Indoraya Mitra Persada
168 dapat diketahui bahwa beban penyusutan fiskal untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp
361.955.160,-.
Kebijakan aktiva tetap perusahaan telah sesuai dengan SAK, tetapi belum sesuai dengan
UU perpajakan berdasarkan KEP-220/PJ./2002.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan maka dapat diambil beberapa saran yang diharapkan dapat
berguna bagi PT. Indoraya Mitra Persada 168, sebagai berikut :
1. Metode garis lurus adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak
digunakan. Dimana beban penyusutan pada setiap tahunnya sama rata dan dianggap sama
penggunaannya sepanjang waktu. Dalam penyusutan kendaraan perpajakan
memperbolehkan penyusutan kendaraan dengan garis lurus ataupun saldo menurun ganda
yang diharapkan dari perusahaan untuk dapat diakui beban penyusutan kendaraan oleh
perpajakan.
2. Sebaiknya perusahaan melihat kembali pada kendaraan yang difungsikan sebagai
kendaraan dinas atau kenikmatan yang bersifat natura, karena jelas dalam KEP220/PJ./2002 pasal 3 ayat 1 tentang biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
kendaraan sedan atau sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan yang bertujuan untuk
membebankan beban penyusutan kendaraan yang dipakai oleh manajemen menjadi
pengakuan biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) yang akan berpengaruh
pada fiskal perusahaan agar tidak terjadi overstated dari laba fiskal.
3. Selain itu juga sebaiknya perusahaan merubah kebijakan untuk aktiva tetap nya dari 5
tahun menjadi 8 tahun sesuai dengan Keputusan MenKeu No. 138/KMK.03/2002.
UCAPAN TERIMA KASIH
Selesainya penelitian ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan penuh
rasa hormat kepada:
1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul.
2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Esa Unggul.
239
3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak. MM, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas
Esa Unggul.
4. Drs. Darmansyah, Hs, Akt., MM selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, dan pengarahan yang sangat
berharga, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini.
5. Pada dosen yang selama ini telah mendidik, membekali ilmu pengetahuan, memberikan
inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Esa
Unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Andy Harom Nugroho, Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan
Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan, Universitas Widyatama, Bandung, 2006.
Charles T.Horngren, Walter T. Harrison Jr., Akuntansi Edisi Ketujuh Jilid 1, Erlangga, Jakarta,
2007.
Dwiarso Utomo, Yulita Setiawanta, dkk, Perpajakan Aplikasi Dan Terapan, Andi Yogyakarta
dengan UDINUS Semarang, 2011.
Djoko Muljono, Baruni Wicaksono, Akuntansi Pajak Lanjutan, ANDI Yogyakarta, 2009.
Erly Suandy, Perencanaan Pajak Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Gunadi, Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru Edisi Revisi, Grasindo,
Jakarta, 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, IAI, Jakarta, 2010.
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, IAI, Jakarta, 2007.
Kieso Weygandt Warfield, Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition, John Wiley &
Sons, 2011.
Nanu Hasanuh, Akuntansi Dasar Teori dan Praktik, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011.
Pardiat, Akuntansi Pajak Lanjutan, Edisi 2, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010.
Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
Soeratno, Modul Teori Akuntansi, Jakarta, 2010.
Sophar Lombantoruan, Akuntansi Pajak Edisi Revisi, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2005.
Sucipto, Stevie Jenne, Analisa Pengaruh Metode Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Laba
Perusahaan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, 2010.
240
PENGARUH SALES GROWTH, DEBT TO EQUITY RATIO DAN
DEVIDEN PAYOUT RASIO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Laurensky Suriadi
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sales Growth, Debt to Equity Ratio serta Devident
Payout Ratio terhadap Return on Asset. Penelitian ini mempunyai rancangan kausalitas. Jenis data
adalah kuantitatif dengan sumber data mengunakan data sekunder. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 29 perusahaan manufaktur yang memiliki Ratio Return on Asset selalu positif
selama periode 2007-2011 di BEI dengan menggunakan Metode Purposive Sampling. Analisis data
menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan secara bersama sama Sales Growth,Debt to Equity Ratio dan Devident
Payout Ratio berpengaruh terhadap (Return on Asset).Secara partial tidak terdapat pengaruh
signifikan antara Sales Growth, Debt to Equity Ratio terhadap Return On Asset, sedang variabel yang
paling berpengaruh terhadap Return on Asset adalah Deviden Payout Ratio.
Temuan penelitian ROA menunjukkan nilai positif sehingga terjadi likuiditas yang baik sehingga
terjadi going concern.
Keyword : Sales Growth, Debt to Equity Ratio, Devident Payout, Return on Asset.
PENDAHULUAN
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Pembuatan laporan keuangan mempunyai tujuan untuk
memberikan informasi mengenai suatu posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus entitas
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi (PSAK,2009 revisi)
Selain itu setiap nilai yang tertera dalam laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Laporan keuangan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak
lain yang menuruh perhatian dan mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Pada dasarnya laporan keuangan merupakan refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi
dalam suatu perusahaan
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah alat yang dibutuhkan
pelaku bisnis dalam melakukan analisa keuangan guna pengambilan keputusan yang tepat,
sehingga dimana semua informasi keuangan diharapkan dapat
mengukur dan
mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi. Manfaat informasi
keuangan diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan berbagai
keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan seperti investasi
241
aktiva berwujud, laporan prospectus perusahaan, performance perusahaan dan resiko-resiko
yang dihadapi perusahaan.
Informasi keuangan yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka
menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan
datang. Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi
ketidakpastian, antara lain mengenai kebutuhan akan kas. Hal ini sesuai dengan prinsip
akuntansi Going Concern, dimana kelangsungan hidup suatu badan usaha merupakan asumsi
dalam pelaporan keuangan suatu entitas. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha
dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak
akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek
Di dalam PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dapat dipakai sebagai asumsi dalam
pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang
berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi
kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan suatu
badan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan
sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa maka dari pada itu Informasi akuntansi
digunakan dalam memberikan sinyal menyangkut performance perusahaan.
Sample yang diambil oleh penulis adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
salah satu pertimbangannya karena perusahaan manufaktur merupakan salah satu industri
yang memdominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu,
perusahaan manufaktur adalah industri padat modal yang sangat bergantung pada teknologi
yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan industri ini.
Oleh karena itu, dibutuhkan alat alat yang berteknologi menegah ke atas untuk menunjang
hasil produksi yang bermutu sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun luar
negeri. Hal ini digunakan untuk meningkatkan kapasitas perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan penjualan (Bambang,2001). Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil
dapat lebih aman untuk memperoleh lebih banyak pinjaman, dan menanggung beban tetap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat penjualannya tidak stabil.
Semakin stabil sales growth suatu perusahaan, berarti keuntungannya pun semakin stabil,
maka besar kemungkinan perusahaan mampu memenuhi kewajiban tetapnya. Perusahaan bisa
membelanjai kagiatannya dengan proporsi hutang yang lebih besar. Dengan demikian, semakin
tinggi pertumbuhan penjualan perusahaan akan lebih aman dalam menggunakan hutang,
sehingga dapat meningkatkan laba yang dihasilkan.
Hubungan sales growth dengan kegiatan pendanaan sangat berkaitan erat karena sales
growth merupakan salah satu parameter yang mencerminkan keberhasilan investasi periode
masa lalu yang dapat dijadikan sebagai prediksi sales growth masa yang akan datang. Sales
growth juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri.
Laju pertumbuhan perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan
dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang.
1. Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan dapat
diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen setelah
mereka mencapai tahap kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi kesempatan investasi
yang menguntungkan perusahaan (Haddad, 2011)
2. Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan
perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh
perusahaan yang bersangkutan.
242
Motivasi Penelitian
Peneliti ingin mengkaji pengaruh terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008 pada
perusahan manufaktur di BEI, yang membrikan kontribusi negatif terhadap kegiatan utama
perusahaan.
Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini antara lain
1. Apakah Sales Growth, DER, DPR berpengaruh terhadap Return on Assets secara simultan
?
2. Apakah Sales Growth berpengaruh terhadap Return on Assets ?
3. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Return on Assets ?
4. Apakah Dividen Payout Ratio berpengaruh terhadap Return on Assets?
5.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji pengaruh sales growth, DER, DPR terhadap Return On Assets.
2. Untuk mengkaji pengaruh Sales Growth terhadap Return On Assets.
3. Untuk mengkaji pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return On Assets.
4. Untuk mengkaji pengaruh Dividen Payout Ratio terhadap Return on Assets.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai pedoman investor dalam menilai dan menganalisis kondisi keuangan yang
mempengaruhi keputusan investasi.
2. Membantu para manajer keuangan dalam mengambil keputusan guna meningkatkan
kesejahteraan pemilik perusahaan dan pemegang saham.
3. Sebagai alat analisis yang diperlukan untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu laba bersih, yang merupakan unsur
dasar kebijakan dividen perusahaan.
LANDASAN TEORITIS
Signaling Theory
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur
penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana efek
pasarnya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Jogiyanto: ‖Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.‖ (Jogiyanto,2003).
Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi
pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan
semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau
signal buruk (bad news).
Menurut Sharpe, jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor
maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.(sharpe,1999).
Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik
dimasa mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan
perdagangan saham sehingga hubungan publik informasi baik laporan keuangan kondisi
243
keuangan maupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat
dalam efisiensi pasar.
Salah satu informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi
pihak di luar perusahaan terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan . Informasi yang
di ungkap dilaporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berupa
laporan keuangan dan informasi non akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan
laporan keuangan.
Laporan keuangan hendaknya membuat informasi yang relevan dan mengungkapkan
informasi yang dianggap penting yang bermanfaat bagi pengguna laporan baik pihak dalam
maupun pihak luar .Semua investor membutuhkan informasi yang akurat untuk melakukan
evaluasi resiko relatif setiap perusahaan
Teori Going Concern
Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi konvensional. Inti going
concern terdapat pada Balance Sheet perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan
untuk menentukan eksistensi dan masa depannya. Lebih terinci lagi, going concern adalah
suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan,
dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial.
Kegagalan dalam mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan,
yang terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan
kondisi ekonomi makro, seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi
secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga(Aji,2009).
Going concern menurut Belkaoui adalah : ―Suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha
akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan
proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti‖(Belkaouli,1997).
Dalil ini memberikan gambaran bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam
jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju ke arah likuidasi.
Diperlukannya suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan dalam menciptakan
laporan keuangan yang terbit di suatu periode. Karena laporan keuangan mempunyai sifat
sementara dimana laporan keuangan merupakan satu rangkaian laporan keuangan yang
berkelanjutan dalam suatu periode tertentu yang menggambarkan suatu kondisi perusahaan .
Teori Kinerja Keuangan
Menurut Irhan Fahmi, 2009 kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat- alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya
digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja
keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat
memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Haddad, 2011 mengatakan analisis keuangan yang mencakup analis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi
manajemen masa lalu dan prospeknya di masa depan. Dalam analisa ini dapat di ketahui
kekuatan serta kelemahan yang dimilik ioleh seorang bisnis enterprise.
Penggunaan rasio keuangan ini sangat bervariasi dan sangat tergantung dari pihak yang
memerlukan. Disamping itu, hal ini perlu disadari bahwa analisa rasio keuangan ini hanya
dapat memberikan gambaran satu sisi saja, dan masih memerlukan kembali data agar dapat
lebih baik(Agus.S,2001)
244
Oleh karena itu ditekankan kembali oleh Bringham dan Houston bahwa analisis laporan
keuangan selain bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisi kondisi di masa depan
maupun, maupun yang lebih penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan
langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan dimasa mendatang
(Bringham,2009). Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Debt To Equity Ratio ( DER )
Menurut R. Agus Sartono 2001, DER mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh
hutang, dimana semakin tinggi ratio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi
perusahaan. Sedangkan menurut Prihantoro,2003 DER mencerminkan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang ditujukkan berupa bagian modal sendiri yang digunakan untuk
membayar hutang. Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan, bahwa
semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua
kewajibannya, semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu
perusahaan maka akan semakin besar jumlah kewajiban.
Total Utang
DER = ------------------ x100%
Modal Sendiri
Dividen Payout Ratio ( DPR )
Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang
menyatakan hutang perusahaan kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi
dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang
Haddad,2011. Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan
dapat diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen
setelah mereka mencapai tahap kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi kesempatan
investasi yang menguntungkan perusahaan.
Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan
perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan
yang bersangkutan. Prosentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
sebagai cash dividend disebut Dividend Payout Ratio (Andriyani, 2008).
Deviden Per Lembar
DPR = -------------------------------x100%
Laba Per Lembar Saham
Kebijakan dividen telah menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh para manajer keuangan dan
perusahaan pada umumnya. Perusahaan dihadapkan pada dilema, apakah akan membagikan
dividen kepada pemegang saham, atau menahan laba untuk kegiatan investasi kembali dalam
rangka pengembangan usaha.
Investor yang mencari pertumbuhan dalam harga pasar akan mengharapkan rasio ini kecil,
sebaliknya investor yang mencari dividen akan mengharapkan rasio yang besar . Rasio ini
dapat di ukur dengan cara membagi dividen per lembar dengan penghasilan per lembar untuk
saham biasa
245
Sales growth
Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih
tinggi. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi,
kecenderungan perusahaan membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.
Menurut Sofyan Syafrie, menjelaskan pengertian sales growth menggambarkan presentasi
pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun (Sofyan Syafrie, 2011) Dari beberapa
definisi yang di jabarkan di atas, terdapat kesamaan pengertian Sales Growth, yaitu
pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun. Secara matematis ukuran perusahaan (size) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Net Sales (t) – Net Sales (t-1)
Sales Growth = -----------------------------------x 100%
Net Sales (t-1)
Return on Asset (ROA)
ROA Sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yaitu merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
(Fitry, 2011)
Selain itu Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva
yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan
dari analisis dan juga dikemukakan bahwa ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang
juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang
dimiliki perusahaan.
Return On Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya
jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan
atau rugi ( Raditya, 2012 )
EBIT
ROA = ----------------- x 100%
Total Aktiva
Penelitian terdahulu
Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Umah Isnani populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI per 2006-2010 yang berjumlah 134
perusahaan salah satu hasil adalah DRP berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA
(Raditya, 2012).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Risaptoko, 2007 yang menyatakan bahwa DRP tidak
secara signifikan berpengaruh terhadap ROA, dan tidak sesuai dengan hasil penelitian Kumar,
2007, Syahbana, 2007 dan Kanwal & Kapoor, 2008 yang menyatakan bahwa ROA secara
signifikan berpengaruh terhadap DPR. Meskipun tidak signifikan, arah pengaruh positif
menunjukkan kemungkinan indikasi bahwa perusahaan - perusahaan yang memiliki tingkat
protabilitas tinggi akan membagikan dividen dalam jumlah yang lebih tinggi pula. Hal ini
sesuai dengan teori information content or signaling hypothesis yang menyatakan bahwa
kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan
suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Perusahaan yang mempunyai aliran kas
atau protabilitas yang baik bisa membayar dividen
246
Cryllius, 2002 dalam penelitiannya menguji ROA Industri. Hasil penelitian menunjukkan
DER mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap ROA.
Lehman et al (2002) dalam penelitiannya menguji pengaruh size, konsentrasi industri dan skor
efisiensi DER terhadap ROA perusahaan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa skor
efisiensi DER dan konsentrasi industri menunjukkan pengaruh yang positif terhadap ROA,
semantara size mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap ROA.
Bardosa dan louri (2003) dalam penelitiannya menguji pengaruh kepemilikan asing, sales,
R&D konsentras industri DER turnover inventory dan size terhadap ROA pada perusahaan
asing dan dalam negeri di portugal.dan yunani, dimana hasil penelitiannya menunjukkan
kepemilikan asing, sales, R&D konsentras industri DER turnover inventory dan size untuk
perusahaan di yunani menunjukkan pengaruh yang positif terhadap ROA, sementra DER,
inventory, sales, dan size pada perusahaan di portugal mempunyai pengaruh yang signifikan
negatif terhadap ROA.
Hipotesis
Dengan mengacu pada rumusan masalah, landasan teoritis serta beberapa penelitian
terdahulu yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah, diduga:
1.
Sales Growth (SG)berpengaruh secara positif terhadap ROA
Sales Growth menggambarkan pertumbuhan penjualan suatu perusahaan dari tahun ke
tahun. Apabila penjualan semakin meningkat, maka rasio Sales Growth akan mengalami
kenaikan. Hal ini berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan, dimana semakin
tinggi rasio sales growth, maka semakin meningkat pula tingkat laba yang dihasilkan
perusahaan. Oleh karena itu, Sales Growth berpengaruh secara positif terhadap ROA,
dengan hipotesisnya sebagai berikut :
Ha1 : Sales Growth, DER, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA secara
simultan.
Ha2 : Sales Growth berpengaruh secara positif terhadap ROA.
2.
DER berpengaruh positif terhadap ROA
DER pada setiap perusahaan menunjukkan pembiayaan perusahaan yang pendanaannya
diperoleh melalui modal atau pinjaman. Semakin tinggi rasio DER, maka diharapkan
semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva yang ada setelah memperhitungkan biaya- biaya modal yang
digunakan untuk mendanai aktiva, sehingga DER berpengaruh secara positif terhadap
ROA, dengan hipotesisnya sebagai berikut :
Ha3 : DER berpengaruh secara positif terhadap ROA.
3.
DPR berpengaruh positif terhadap ROA
Dividen Payout Ratio merupakan salah satu rasio yang mengukur porsi penghasilan yang
dibayarkan dalam bentuk dividen. Pada umumnya semakin tinggi rasio DPR, maka
semakin tinggi pula kinerja perusahaan, karena perusahaan tersebut dapat membagikan
deviden kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, dapat dikatakan DPR berpengaruh
positif terhadap ROA, dengan hipotesisnya sebagai berikut :
Ha4 : DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA.
247
METODA PENELITIAN
Jenis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif dalam angka rasio keuangan,
yaitu rasio Sales Growth, Debt to Equity Ratio, Dividen Payout Ratio, dan Return On Asset
selama tahun 2007 -2011.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
beberapa sumber baik melalui ICMD di Bursa Efek Indonesia (BEI), internet, jurnal, dan
buku–buku penunjang lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public
di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) dari tahun 2007-2011. Pertimbangan pemilihan populasi
tersebut, karena perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang lebih banyak diminati oleh
investor dari perusahaan lain.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling
berdasarkan pertimbangan (judgement sampling).
Adapun kriteria yang digunakan penulis dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah :
Perusahan Manufaktur go public yang selalu membagikan dividen pada periode tahun 20072011. Berdasarkan kriteria di atas perusahaan yang terpilih atau memenuhi syarat terdapat
sampel adalah 105 perusahaan
Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui
pengumpulan data keuangan perusahaan dan profile company yang terdapat pada ICMD,
membaca jurnal dan isu – isu lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Alat pengujian
menggunakan statistic linier berganda
Uji Normalitas Data
Untuk menguji sebuah model regresi, apakah suatu data mempunyai distribusi normal atau
tidak. Alat uji menggunakan Komogorof Smirnov
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ditujukkan untuk memeriksa apakah terdapat pelanggaran terhadap
asumasi model regresi.
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier ( korelasi ) yang sempurna atau pasti di
antara beberapa atau semua variabel independent dari model regresi. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat multikolineritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara varibel independent.
2. Uji Heteroskedastisitas
Menguji apakah pada suatu model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke
248
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda,
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi berarti terdapat korelasi antara anggota sampel atau data pengamatan yang
diurutkan berdasarkan waktu, sehingga muncul suatu data yang dipengaruhi oleh data
sebelumnnya. Autokorelasi muncul pada data regresi yang menggunakan data berkala (time
series).
Dasar pengambilan keputusan adalah dengan pengujian Durbin Watson (DW), dengan
ketentuan sebagai berikut (Singgih, 2001):
1) Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl) maka hipotesis nol ditolak, yang
berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak anatara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak
ada autokorelasi.
3) Jika d terletak di antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti (tidak dapat disimpulkan).
Uji Hipotesis
Melakukan uji siginikan varibel bebas terhadap variabel terikat baik secara simultan
maupun secara parsial akan dilakukan dengan uji f statistik ( F Test ), Uji t dan R2 .
Pengolahan data regresi akan diuji secara :
Persamaan Regresi
Uji Regresi biasa digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel dependent )
berdasarkan suatu variabel atau beberapa varibel yang lain (variabel independent) dalam suatu
persamaan linier (Cornelius, 2004). Adapun bentuk persamaan regresi linier adalah sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
ROA = a + b1 DER + b2 SG + b3 DPR + e
Dimana :
ROA
DER
SG
DPR
a
b1, b2, b3
= Return on Asset
= Debt to Equity Ratio
= Sales Growth
= Dividen Payout Ratio
= Intersep ( konstanta )
= Koefisien variabel bebas.
Definisi Operasional Variabel
1.
Return On Asset ( ROA )
ROA adalah salah satu bentuk rasio yang mengukur kemampuan perusahaan, dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasi
perusahaan, demi menghasilkan keuntungan yang digunakan dengan memanfaatkan
sumber daya asset perusahaan. Skala pengukuran variabel menggunakan skala pengukuran
rasio. Rumusnya sebagai berikut (Brigham, 2001):
EBIT
ROA = ------------- x 100%
Total Aktiva
249
2. Sales Growth
Adalah pertumbuhan pendapatan suatu perusahaan dalam kurun waktu
dinyatakan dalam skala pengukuran rasio.
sales growth
Net Sales (t) – Net Sales (t-1)
Sales Growth = -----------------------------------x 100%
Net Sales (t-1)
3. Debt to Eqiuty Ratio
Adalah rasio untuk melihat besarnya pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan.
DER merupakan perbandingan antara Total Hutang dengan Total Ekuitas, yang dinyatakan
dalam skala pengukuran rasio.
Total Hutang
DER = ---------------------- x 100%
Modal Sendiri
4. Dividend Payout Ratio
Adalah persentase laba yang diberikan secara tunai kepada para pemegang saham, yang
dinyatakan dalam skala pengukuran rasio.
Dividen Per Lembar
DPR = ----------------------------- x 100%
Laba Per lembar Saham
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisa Deskriptif
Ukuran yang digunakan dalam analisis ini adalah minimum, maximum, mean, dan standar
deviasi dari variabel ROA ,SG, DER dan DPR.
Tabel 1 Statistic Deskriptive
Min Max
ROA
0,03 53,01 13,9436
Std.
Deviation
11,08343
SG
0,04 53,01
7,4918
10,99285
104
8,4396
55
0,02 99,84 22,0582
14,45693
104
24,09093
104
DER
DPR
0,1
Mean
N
104
Hasil analisa statistik deskriptif diatas dengan jumlah sampel sebesar 104 dari perusahaan
manufaktur pada tahun 2007-2011. Dimana tabel tersebut menunjukkan besarnya nilai
tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan standar deviasi untuk tiap-tiap variabel yang diukur.
Hasil analisa statistik deskriptif diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
ROA juga memiliki mean sebesar 13,9436 yang artinya penggunaan asset yang digunakan
100% akan meningkatkan laba operasi sebesar 13,94% dengan standar deviasi sebesar
11,08343.
250
Sales Growth mencerminkan nilai mean variabel SG sebesar 7,4918 yang artinya selama
periode penelitian perusahaan mampu meningkatkan penjualan sebesar 7,49% dengan standar
deviasi SG sebesar 10,99285.
DER mencerminkan nilai mean variabel DER mencapai 8,4396 yang artinya kegiatan
utama perusahaan lebih banyak dibiayai hutang daripada modal yaitu sebesar 8,43% dengan
standar deviasi sebesar 14,45693.
DPR memiliki nilai mean yang dicapai adalah sebesar 22,0582 yang artinya perusahaan ratarata membayarkan deviden selama periode penelitian sebesar 22,05% dengan standar deviasi
24,090993.
Uji Normalitas
Normalitas dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1 Uji Normalitas
Pada gambar 1 di atas terlihat bahwa sebaran data dapat dikatakan tersebar di sekeliling garis
lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus). Maka dapat dikatakan bahwa persyaratan
normalitas dapat dipenuhi.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Nilai Tolerance dan VIF dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Un
Standar
t
Coefficients Coeffici
ents
B
Std. Beta
Erro
r
(Const
2,683 ,328
8,189
an)
LNDE
-,018 ,104
-,020 -,171
R
SQRT
,197 ,067
,346 2,958
DPR
Sig.
Collinearity Statistics
Toler
ance
VIF
,000
,864
,650
1,539
,004
,647
1,545
-,055 ,07 -,072
- ,48 ,845
8
,70
0
8
a. Dependent Variable: SQRTROA
1,183
LNS
G
Pada bagian Coefficients terlihat untuk ketiga variabel independent, nilai VIF ada disekitar
angka 1, yaitu sebesar 1,539 ; 1,545; 1,183 . Ketiga nilai VIF tersebut lebih kecil dari 5 .
251
Demikian juga nilai tolerance mendekati 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model regresi tersebut tidak terjadi mulitikolinierias.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dalam Gambar berikut ini :
Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas
Pada Gambar 2, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola
tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
ini berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi pengaruh variabel Sales Growth (SG), DER dan DPR terhadap
ROA.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian Autokorelasi dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
M R R Adjusted Std. Error Durbin
od
Squ R Square of the
el
are
Estimate Watson
,33 ,115
,088 1,49778 2,033
1
9a
a. Predictors: (Constant), LNSG, LNDER,
SQRTDPR
b. Dependent Variable: SQRTROA
Dari Tabel diatas diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2,033, dengan signifikansi sebesar
0,05 dan jumlah data (n) = 104, serta k=3 (k adalah jumlah variabel independent) diperoleh
nilai dU sebesar 1,7402. Karena nilai DW = 2,003 terletak diantara dU dan 4-dU, maka
hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
Uji Hipotesis
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan terhadap
variabel dependent, atau untuk menguji hipotesis. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H0 : Sales Growth, DER, DPR tidak berpengaruh secara positif
terhadap ROA secara
simultan.
Ha1: Sales Growth, DER, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA secara simultan.
252
Uji F atau Uji ANOVA dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4 Anova
Model
Sum of df Mean F Sig.
Square
Square
s
Regre 29,047
3 9,682 4,31 ,007
b
ssion
6
Resid 224,33 100 2,243
1
ual
3
253,38 103
Total
0
a. Dependent Variable: SQRTROA
b. Predictors: (Constant), SQRTDPR, LNSG,
LNDER
Dari tabel 4 uji anova atau F test didapat F hitung adalah 4,316 dengan tingkat signifikan
0,007. Karena probabilitas (0,007) jauh lebih kecil dari taraf signifikan 0,05; maka dapat
dikatakan H0 ditolak, sehingga Ha1 diterima. Oleh karena itu, model regresi bisa dipakai untuk
memprediksi ROA atau dapat dikatakan SG, DER dan DPR secara bersama sama berpengaruh
terhadap ROA.
Uji T digunakan untuk menguji hipotesis 2, hipotesis 3, dan hipotesis 4 dalam penelitian ini.
Berikut ini adalah hipotesis dalam penelitian ini :
Ha2 : Sales Growth berpengaruh secara positif terhadap ROA.
Ha3 : DER berpengaruh secara positif terhadap ROA.
Ha4 : DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA.
Hasil Uji T dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5 Uji T
Model
1
(Con
stant)
LNS
G
LND
ER
SQR
TDP
R
Coefficientsa
Unstandardized Standard
Coefficients
ized
Coeffici
ents
B
Std.
Beta
Error
2,683
,328
t
-,055
,078
8,18
9
-,072 -,708
-,018
,104
-,020 -,171
,197
,067
,346
2,95
8
Sig.
,000
,864
,480
,004
a. Dependent Variable: SQRTROA
Hasil uji T dapat dilihat pada tabel 5 diatas, dimana tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa
Nilai signifikansi SG (Sales Growth) sebesar 0,480. Karena nilai signifikansi lebih besar dari
taraf signifikansi (α = 0,05), sehingga H02 diterima dan Ha2 ditolak. Oleh karena itu SG tidak
253
berpengaruh secara positif terhadap ROA. Nilai Signifikansi DER ( Debt to Equity Ratio)
sebesar 0.864. Karena nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi (α = 0,05), sehingga
H03 diterima dan Ha3 ditolak. Oleh karena itu, DER tidak berpengaruh secara positif terhadap
ROA. Nilai Signifikansi DPR ( Dividend Payout Ratio ) sebesar 0.004. Karena nilai
signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi (α = 0,05), sehingga H04 ditolak dan Ha4 diterima.
Oleh karena itu, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA.
Uji Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) dapat
dilihat di Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
M R R Adjusted Std. Error Durbin
od
Squ R Square of the
el
are
Estimate Watson
,33 ,115
,088 1,49778 2,033
1
a
9
a. Predictors: (Constant), LNSG, LNDER,
SQRTDPR
b. Dependent Variable: SQRTROA
Pada tabel 6 diperoleh nilai R Square yang disesuaikan sebesar 0,115; artinya dengan
memasukkan variabel SG, DER dan DPR ke dalam faktor model, dapat digunakan untuk
menjelaskan 11,5% perubahan yang terjadi pada ROA sedangkan sisanya (100% - 11,5% =
88,5%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain ketiga variabel tersebut yang tidak
dimasukkan dalam analisa seperti Total Assets Turn Over (TATO), Price Book Value maupun
faktor ekonomi lainnya seperti inflasi, tingkat suku bunga dan kurs.
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian dapat diperoleh dari persamaan regresi linier berganda. Sedangkan persamaan
regresi linier berganda dapat diperoleh dalam Tabel 7 berikut ini :
Tabel 7 Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Standardi
zed
Coefficie
nts
Beta
2,683
Std.
Error
,328
-,055
,078
-,072
LNDE
-,018
R
SQRT
,197
DPR
a. Dependent Variable: SQRTROA
,104
-,020
,067
,346
(Const
ant)
LNSG
1
t
Sig
.
8,189 ,00
0
-,708 ,48
0
-,171 ,86
4
2,958 ,00
4
254
Pada tabel 7 di atas, dalam kolom Unstandardized Coefficients, diperoleh persamaan regresi
berikut :
SqrtROA=2,683-0,055LnSG – 0,00,018LnDER+0,197SqrtDPR+1,497778
Pembahasan
Pembahasan dari hasil penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian mendukung Hipotesis 1 (Ha1), yang menyatakan bahwa Sales Growth,
DER, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA secara simultan. Maka model regresi
dapat dipakai untuk memprediksi ROA artinya semakin tingginya Sales Growth suatu
perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman, kewajiban
serta pembayaran deviden meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan, hal
ini dapat diindikasikan bahwa kinerja kegiatan utama perusahaan berjalan dengan baik. Hal
ini bertentangan dengan penelitian terdahulu Bardosa dan louri (2003) yang isinya menguji
Sales Growth, DER,turn over inventory dan size terhadap ROA hasil penelitian
menunjukkan pengaruh yang signifikan negatif terhadap ROA.
2. Hasil penelitian tidak mendukung Hipotesis 2 (Ha2), yang menyatakan bahwa Sales Growth
tidak berpengaruh secara positif terhadap ROA. Hasil penelitian yang tidak mendukung
tersebut, mengindikasikan bahwa nilai sales growth yang tinggi tidak selalu menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik. Sales Growth tidak selalu
mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu yang dapat dijadikan sebagai
prediksi sales growth masa yang akan datang. Indikasi lain seiring dengan kenaikan sales
growth yang disertai dengan kenaikan harga bahan baku industri yang perbandingan
kenaikannya melampaui kenaikan sales growth. Walaupun terjadi kenaikan akan
menyebabkan ROA menurun karena beban produksi yang tinggi dapat mengakibatkan
COGM perusahaan juga tinggi. Hal ini akan berdampak pada hasil produksi yaitu pada
nilai COGS yang tinggi pula. Selain itu terdapat faktor lain yaitu slow moving yang dapat
menjadi menyeimbang nilai COGS sehingga Sales Growth tidak berpengaruh terhadap
ROA. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Raditya, 2011.
yang berjudul analisis pengaruh Tato,DER,DPR ,Sales Growth terhadap Return on Asset
menunjukkan hasil bahwa Tato,DER,DPR serta Sales Growth tidak signifikan terhadap
ROA hal ini sesuai dengan penelitian penulis.
3. Hasil penelitian tidak mendukung Hipotesis 3 (Ha3), yang menyatakan bahwa DER tidak
berpengaruh secara positif terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa DER yang tinggi di
perusahaan manufaktur menunjukkan resiko perusahaan yang tinggi sehingga meminta
perusahaan untuk mengoptimalkan asset untuk meraih keuntungan yang tinggi sehingga
hasil keuntungan dipakai perusahaan untuk membayar kewajibannya berupa bunga
pinjaman. Berbeda dengan hasil penelitian terdahulu oleh Lehman et al (2002) yang
menguji pengaruh size konsentrasi indusri dan skor efisien DER terhadap ROA perusahaan
hasilnya berpengaruh positif terhadap ROA.
4. Hasil penelitian mendukung Hipotesis 4 (Ha4) dimana DPR berpengaruh secara postif
terhadap ROA. ROA menunjukkan kinerja profitabilitas perusahaan yang berasal dari
kegiatan utama perusahaan. Hasil utama tersebut akan diminta feed back-nya oleh pemilik
karena pemilik memberikan investasi pada perusahaan yang merupakan hasil usaha dari
kegiatan perusahaan yang berupa deviden.
Pengaruh positif ini menunjukkan bahwa tingginya rasio DPR yang dibagikan oleh
perusahaan dalam bentuk saham tidak akan menggangu likuiditas perusahaan dalam membayar
bunga pinjaman kepada pihak kreditor, jika perusahaan mampu membayar bunga pinjaman
dengan baik dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan berjalan dengan baik pula. Oleh karena
itu dengan mempertahankan kinerja yang baik membuat laba operasional perusahaan dapat
meningkat. Disisi lain kepentingan dari pemilik harus terpenuhi dalam bentuk deviden yang
255
tergantung kepada laba bersih perusahaan. Sehingga dengan ROA yang tinggi akan memberi
dampak dividen tinggi karena untuk memenuhi target pemilik. Hasil penelitian terdahulu oleh
Kanwal dan Kapor, 2008 yang dapat dalam jurnal ―Analisa Pengaruh Tato,DER dan Deviden
terhadap ROA‖ mendukung hasil penelitian penulis yaitu DPR secara signifikan berpengaruh
terhadap ROA.
Temuan Penelitian
Perusahaan berhasil mengoptimalkan dari kegiatan utama perusahaan yang setiap kenaikan
ROA 13,94% rata-rata per tahun ini akan mampu membayar kewajiban kepada kreditor untuk
mengurangi resiko DER sebesar 8,43%, di sisi lain dengan hasil keuntungan yang positif
perusahaan mampu mengembalikan kepada pemilik dalam bentuk deviden dengan proporsi
pembagian 22,05% sedangkan sisanya sebesar 77,95% digunakan untuk modal internal
perusahaan yaitu sebagai laba ditahan. ROA yang positif menunjukkan kinerja yang baik
dalam suatu perusahaan hal ini akan mengakibatkan terjadinya tingkat likuiditas yang baik
dalam kas perusahaan sehingga going concern terjadi.
Selain itu temuan lain dari penelitian ini tentang pengaruh DPR terhadap ROA dan
pengaruh DER terhapat ROA yaitu dapat meningkatkan likuiditas dalam bentuk ROA,
Perusahaan harus menjaga modal kerja salah satunya dalam bentuk kas. Pengambilan kas
dilakukan salah satunya adalah untuk pembayaran deviden perusahaan. Tetapi perusahaan
dapat mempertahankan uang kasnya dengan pembagian deviden saham, sehingga likuiditas
perusahaan dapat di pertahankan. Disamping itu, perusahaan harus mengurangi resiko dalam
struktur modalnya karena perusahaan ini lebih banyak di danai oleh hutang daripada modal.
Sehingga supaya modalnya dapat meningkat dan mempunyai komposisi yang sama atau
melebihi hutangnya perusahaan wajib membagikan deviden dalam bentuk saham supaya
komposisi saham meningkat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1. Hipotesis 1 diterima, karena mempunyai nilai signifikan 0,007 karena profitabilitas 0,007
jauh lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 sehingga Sales Growth, DER, DPR berpengaruh
secara positif terhadap ROA secara simultan. Semakin tinggi Sales Growth menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman serta pembayaran deviden.
2. Hipotesis 2 ditolak, karena mempunyai nilai signifikan 0,480 lebih besar dari taraf
signifikansi (α=0,05) sehingga Sales Growth tidak berpengaruh secara positif terhadap
ROA. Sales Growth yang tinggi tidak selalu menunjukkan kinerja keunagan yang baik.
3. Hipotesis 3 ditolak, karena mempunyai nilai signifikan 0,864 lebih besar dari taraf
signifikansi (α=0,05) sehingga DER tidak berpengaruh secara secara positif terhadap ROA.
DER yang tinggi menunjukkan resiko yang tinggi, hingga perusahaan mengoptimalkan
penggunaan asset untuk meraih keuntungan hasil keuntungan digunakan untuk membayar
bunga kewajiban.
4. Hipotesis 4 diterima, karena mempunyai nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari taraf
signifikansi (α=0,05) sehingga DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA. Pembagian
deviden yang konsisten menunjukkan kinerja keuangan yang baik sehingga dapat menjadi
tolak ukur kematangan bisnis suatu perusahaan.
5. Perusahaan berhasil mengoptimalkan aktiva dari kegiatan utama perusahaan yang setiap
naik sebesar 13,94% rata-rata per tahun dapat menghasilkan keuntungan positif kepada
pemilik dalam bentuk deviden dengan proporsi pembagian 22,05% sedang sisanya 77,95%
dialokasikan untuk internal perusahaan sebagai laba ditahan.
256
Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mencoba variabel lain untuk mengukur
faktor– faktor yang dapat mempengaruhi Return on Asset (ROA) seperti Total Asset Turn
Over (TATO), Price Book Value (PBV) maupun dari faktor ekonomi lainnya seperti inflasi,
tingkat suku bunga, dan kurs.
2. Waktu penelitian diperpanjang agar dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.
Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di
BEJ dan dipilih secara randomn, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih meyakinkan.
3. Bagi Investor harus memperhatikan rasio DPR dalam menilai dan menganalisis kondisi
keuangan suatu perusahaan. Karena rasio DPR dapat menentukan prediksi keuntungan yang
diterima.
4. Bagi Perusahaan, penilaian kinerja suatu perusahaan tidak selalu diukur dari rasio Sales
Growth dan DER. Perusahaan perlu memperhatikan rasio DPR dan juga rasio keuangan
yang lainnya dalam menentukan kinerja perusahaan. Selain itu, untuk mengurangi resiko
dan mempertahankan likuiditas, perusahaan mengubah rencana pembagian deviden kas
dengan deviden saham. Hal ini berguna bagi perusahaan dalam mengurangi resiko dalam
struktur modal perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Any, Fitri. ‖ Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas dalam Menilai Kinerja
Keuangan pada Perum DAMRI Stasiun Samarinda tahun 2009-2011‖. Univ.
Mulawarman : FE, 2011.
Andriyani, Maria 2008. ― Analisis Pengaruh Cash Ratio,Debt Equity Ratio,Insider
Ownership,Invesment Oportunity Set dan Probability Terhadap Kebijakkan Deviden‖
(studi empiris pada perusahaan automotive di bursa efek Indonesia Periode Tahun 20042006.
Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Bardosa, Natalia&Helen Louri, (2003), ‖Coorporate Perfomance:Does Ownership Matter? A
Comparison Of Foreign – And Domestic Owned Firm In Greece and Portugas “
Working paper Series , No.26
Belkaoui. ‖Spirit Consumption‖. Korea Journal, 1997. hal. 135.
Berlian, Inge. Manajemen Keuangan I. Jakarta: Literata Lintas Media, 2003.
Dedi, Aji, Going Concern dalam akuntansi perludipertahankan
ajidedim.wordpress.com, 2009
Lehman C, "Corporate social reporting: Falling down the hole in the middle of the road"
Accounting, Auditing and Accountability Journal 4(1) (pp28-54), 2002
PSAK Revisi 2009, Pernyataan Estándar Akuntasi Keuangan 1, 2009
Prihantoro. ―Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia‖.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 1, Jilid 8, hal. 7-14.
Raditya, Jastimara Analisa Pengaruh Tato,DER, Deviden,Sales dan Current Ratio terhadapa
ROA, 2012.
Riyanto,Bambang. Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan Yogyakarta: BPFE, 2001.
Sartono, Agus. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.
257
Yogyakarta : BPFE, 2001.
Sharpe, William. F, et. al. Investasi Jilid I. Jakarta, 1999.
Santoso, Singgih. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2001, hal 212.
Syafri, Sofyan.‖Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan‖. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2008, hal.303.
Trihendradi, Cornelius. Memecahkan Kasus Statistik: Deskriptif,
Nonparametrik dengan SPSS 12. Yogyakarta: Andi, 2004.
Parametrik
dan
Umah Isnani, ―Pengaruh DER,ROA,CR,Growth,DPR terhadapat DPR pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2010” kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia
Vol – 3, Journal.unnes.ac.id
258
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN
SESUDAH MERGER PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA YANG MELAKUKAN MERGER
TAHUN 2006
Maulana Iskandar
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pengujian hipotesis, dengan sampel penelitian
perusahaan yang melakukan merger pada tahun 2006 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu
sebanyak 6 perusahaan, rasio yang digunakan adalah Current Ratio, Debt to total asset rasio, Debt to
Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda menggunakan Paired Sample T
Test dimana hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial CR dan ROA secara signifikansi
terdapat perbedaan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun sesudah merger, sedangkan DAR, DER,
NPM, dan ROE secara signifikansi tidak terdapat perbedaan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun
sesudah merger.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Merger, Current Ratio, Return On Assets
PENDAHULUAN
Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan yang ada
semakin ketat. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang tepat agar perusahaan bisa
mempertahankan eksistensi dan memperbaiki kinerjanya. Salah satunya melalui ekspansi
eksternal. Dilihat dari perspektif keuangan perusahaan dan manajemen strategi maka tujuan
merger tidak lain adalah membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang
pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Sumarsih, 2005).
Alasan perusahaan lebih cenderung memilih merger daripada pertumbuhan internal
sebagai strateginya, adalah karena merger dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan
perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger juga
dianggap dapat menciptakan sinergi, Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui
merger kepada perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill
manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi obyek penelitian ini
adalah :
259
a. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
berdasarkan rasio keuangan Current Ratio ?
b. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
berdasarkan rasio keuangan Debt to Total Asset Ratio ?
c. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
berdasarkan rasio keuangan Debt to Equity Ratio ?
d. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
berdasarkan rasio keuangan Net Profit Margin ?
e. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
berdasarkan rasio keuangan Return on Asset ?
f. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
berdasarkan rasio keuangan Return on Equity ?
merger
merger
merger
merger
merger
merger
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio
keuangan
current ratio mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger.
b. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Debt to
Total Asset mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger.
c. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Debt to
Equity Ratio mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger.
d. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Net
profit Margin mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger.
e. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Return
on Asset mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger.
f. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Return
on Equity mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian untuk mengumpulkan data yaitu di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI),
tepatnya di pusat referensi pasar modal (PRPM). Berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav .52-53,
Jakarta 12190, Indonesia, Penelitian dilakukan antara februari 2012 sampai dengan selesai.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dinyatakan dalam
bentuk angka. Yang berupa data Laporan keuangan dan Rasio-rasio keuangan perusahaan yang
terdiri dari rasio Likuiditas, Rasio Leverage, dan Rasio Profitabilitas. Sumber data yang
digunakan oleh penulis adalah berupa data-data yang dikumpulkan dari arsip-arsip perusahaan
yang berhubungan dengan laporan keuangan, data tersebut merupakan data sekunder
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di BEI
(Bursa Efek Indonesia) yang pernah melakukan merger , dan perusahaan tersebut
mengumumkan aktivitasnya tersebut pada tahun 2006.
Sampel penelitian diambil setelah memenuhi beberapa kriteria yang berlaku bagi
penerapan definisi operasional variabel. Tekhnik pengambilan sampel diambil dengan tekhnik
260
purposive sampling yaitu pemilihan pengambilan sampel dengan berdasarkan pada kriteriakriteria tertentu
Metode Analisis Data
1.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, dan varian dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat rata-rata (mean), standar deviasi dan varian indicator kinerja
keuangan perusahaan dari rasio keuangan sebelum dan sesudah merger ditinjau dari
kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI.
b. Menentukan perbedaan mean (naik/turun) indicator keuangan perusahaan antara
sebelum dan sesudah merger.
2. Uji Normalitas
Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji metode kolmogorovsmirnov test, pemilihan metode ini didasarkan bahwa untuk menguji normalitas data
(Hair,1998).
3. Uji Paired Samples T Test
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji Paired Samples T Test karena model uji beda
tersebut populer digunakan untuk model penelitian pre-post atau sebelum-sesudah. Paired
Samples T Test atau uji T sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan
untuk menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (Ho) diantara dua variabel. Santoso
(2000) menjelaskan langkah-langkah penggunaan uji T untuk penggunaan sampel
berpasangan sebagai berikut:
1. Menghitung selisih (d) antara pengamatan sebelum dan sesudah
2. Menghitung total d (Σd), lalu mencari mean d, yaitu Σd
3. Menghitung d- (d rata-rata), kemudian mengkuadratkan selisih tersebut dan
menghitung total selisih kuadrat
4. Mencari standar deviasi (Sd²) dengan rumus sebagai berikut:
1
Sd =
x [ Total (d – d rata-rata)]²
ɳ -1
5. Menghitung t hitung dengan rumus
t = (X1-X2) - ʋ
ˢ
⁄
ɳ
Di mana:
(X1-X2)
V
Sd
n
adalah rata-rata hitung pengamatan atau sampel untuk X1 pengamatan
sebelum dan X2 pengamatan sesudah
adalah rata-rata hitung populasi yang dihipotesiskan ditetapkan
bernilai nol (0)
adalah standar deviasi sampel
adalah pengamatan sampel
Hipotesis Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah:
261
H1 : Current Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger
H2 : Debt to Total Asset Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger
H3 : Debt to Equity Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger
H4 : Net Profit Margin berbeda antara sebelum dan sesudah merger
H5 : Return on Asset berbeda antara sebelum dan sesudah merger
H6 : Return on Equity berbeda antara sebelum dan sesudah merger
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Normalitas
Pada uji normalitas data ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test.
Pemilihan metode ini didasarkan bahwa Kolmogorov-Smirnov test merupakan metode
yang umum digunakan untuk menguji normalitas data ( Hair et al, 1998). Tujuan
pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berdistribusi normal atau tidak. Sampel berdistribusi normal jika nilai
probabilitas > taraf signifikansi yang ditetapkan (α=0.05). jika hasil uji menunjukan
sampel berditribusi dengan normal maka uji beda yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah uji parametrik, tetapi apabila sampel tidak berdistribusi dengan
normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non
parametrik.
Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas, terliahat bahwa rata-rata data nilai probabilitas >
taraf signifikansi (α=0.05), dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa data-data rasio keuangan
berdistribusi normal.
Pengujian Hipotesis
1. Uji Paired Samples T Test
Pengujian yang dilakukan adalah dengan pengujian statistik parametrik dengan
menggunakan Paired Samples T Test. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan rata-rata dua sample yang berhubungan. Variabel-variabel yang digunakan
dalam Uji Paired Samples T Test adalah dari rasio kinerja keuangan yaitu: Current
Ratio, Debt to total asset rasio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on
Assets, Return on Equity. Dan berikut adalah hasil analisis data untuk uji Paired
Samples T pada perusahaan PT. Bumi Resources Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, ,
PT. Ades Waters Indonesia Tbk, PT. Surya Toto Indonesia Tbk, PT. Nusantara
Infrastructure Tbk, Siwani Trimitra Tbk.
262
Nama Perusahaan
PT. Bumi Resources Tbk
PT. Selamat Sempurna Tbk
PT. Ades Waters Indonesia Tbk
PT. Surya Toto Indonesia Tbk
PT. Nusantara Infrastructure Tbk
PT. Siwani Trimitra Tbk
CR
0.32
0.48
0.04
0.552
0.606
0.64
DAR
0.48
0.03
0.546
0.16
0.591
0.62
DER
0.682
0.19
0.241
0.241
0.598
0.167
NPM
0.275
0.455
0.381
0.387
0.137
0.75
ROA
0.38
0.292
0.36
0.349
0.887
0.197
ROE
0.729
0.17
0.614
0.434
0.441
0.124
Perhitungan Paired Sampel T Test adalah sebagai berikut:
1. Current Ratio
Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat
signifikan = 0.05, Pada variabel current ratio dengan membandingkan kinerja
keuangan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun sesudah merger. Pada perusahaan
BUMI, SMSM, ADES mempunyai taraf signifikan < 0.05, berarti H1 diterima.
sedangkan pada perusahaan TOTO, META, MITI mempunyai taraf signifikan > 0.05,
berarti H2 ditolak.
2. Debt to Total Asset Ratio
Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat
signifikan = 0.05, Pada variabel Debt to Total Asset Ratio dengan membandingkan
kinerja keuangan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun sesudah merger. Pada
perusahaan BUMI, SMSM, TOTO mempunyai taraf signifikan < 0.05, berarti H2
diterima. sedangkan pada perusahaan ADES, META, MITI mempunyai taraf signifikan
> 0.05, berarti H2 ditolak.
3. Debt to Equity Ratio
Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat
signifikan = 0.05, Pada variabel Debt to Equity Ratio perusahaan SMSM, TOTO
mempunyai taraf signifikan < 0.05, berarti H3 diterima. sedangkan pada perusahaan
BUMI, ADES, META, MITI mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H3 ditolak.
4. Net Profit Margin
Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat
signifikan = 0.05, Pada variabel Net Profit Margin semua perusahaan BUMI, SMSM,
ADES, TOTO, META, MITI mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H4 ditolak.
5. Return on Asset
Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat
signifikan = 0.05, Pada variabel Return on Asset semua perusahaan BUMI, SMSM,
ADES, TOTO, META, MITI, mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H5 ditolak.
6. Return on equity
Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat
signifikan = 0.05, Pada variabel Return on Equity semua perusahaan BUMI, SMSM,
ADES, TOTO, META, MITI, mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H6 ditolak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Current Ratio
Hasil analisis data pada variabel CR, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan
BUMI, ADES, TOTO, MITI sesudah merger lebih baik dibanding sebelum merger.
263
Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar 3,54%, 1,98% 5,34%, 4,5%,
sedangkan sesudah merger rata-rata sebesar 6,6%, 6,82%, 6,98%, 11,54%. Ini menunjukan
bahwa adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger.
Sedangkan pada perusahaan SMSM dan META terlihat kinerja keuangan sebelum
merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu
sebesar 17,59%, 11,38%, setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 6,09%,
8,66%. Ini menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger.
2. Debt to Total Asset
Hasil analisis data pada variabel DA. Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan
SMSM dan META setelah merger lebih baik dibanding sebelum merger. Dengan nilai ratarata sebelum merger yaitu sebesar 1,65% dan 1,98%, setelah merger mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 3,4% dan 2,63%. Ini menunjukan bahwa adanya sinergi
setelah perusahaan melakukan merger.
Sedangkan pada perusahaan BUMI, ADES, TOTO, MITI setelah merger mengalami
penurunan. dengan nilai rata-rata setelah merger yaitu 3,35%, 4%, 3,08%, 2,66%, sebelum
merger mempunyai rata-rata sebesar 4,35%, 3,98%, 4,05%, 5,31%. Ini menunjukan bahwa
tidak adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger.
3. Debt Equity Ratio
Hasil analisis data pada variabel DER, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan
BUMI, TOTO, META, MITI sebelum merger lebih baik dibanding sesudah merger.
Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar 20,49%, 15,43%, 10,23%, 11,34%,
setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 16,83%, 9,16%, 6,12%, 7,19% . Ini
menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger.
Sedangkan kinerja keuangan pada perusahaan SMSM dan ADES terjadi peningkatan
setelah merger, dengan nilai rata-rata setelah merger yaitu 16,97% dan 16,83%, sedangkan
sebelum merger dengan nilai rata-rata sebesar 2,88% dan 12,39%. Ini menunjukan bahwa
adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger.
4. Net Profit Margin
Hasil analisis data pada variabel NPM, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan
SMSM, ADES, META, MITI sebelum merger lebih baik dibanding sesudah merger.
Dengan nilai rata-rata sebelum merger sebesar 1,28%, 2,2%, 6,7%, 7,4%, setelah merger
mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,74%, 0,82%, 0,64%, 0,68% .Ini menunjukan
bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahan melakukan merger.
Sedangkan kinerja keuangan pada perusahaan BUMI dan TOTO terjadi peningkatan
setelah merger dibanding sebelum merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger sebesar
0,48%, 0,41%, setelah merger mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,75% dan 1,75%.
Ini menunjukan bahwa adanya sinergi setelah perusahan melakukan merger.
5. Return on Asset
Hasil analisis data pada variabel ROA, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan
BUMI, TOTO, META sesudah merger lebih baik dibanding sebelum merger. Dengan nilai
rata-rata sebelum merger sebesar 0,22%, 0,31%, 0,57%, setelah merger mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 0,5%, 1,08%, 0,64% . Ini menunjukan adanya sinergi setelah
melakukan merger.
Sedangkan kinerja keuangan pada perusahaan SMSM, ADES, MITI sebelum merger
lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger sebesar
1,31%, 2,61%, 2,33% setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,5%, 0,71%,
0,1% .Ini menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahan melakukan merger.
264
6. Return on Equity
Hasil analisis data pada variabel ROE, Terlihat kinerja keuangan perusahaan SMSM,
TOTO, META setelah merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata
sebelum merger yaitu sebesar 0,74%, 1,76%, 0,92%. setelah merger mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 1,62%, 6,18%, 1,29. Ini menunjukan kemampuan perusahaan
memperoleh laba bagi pemegang saham mengalami sinergi setelah perusahaan melakukan
merger.
Sedangkan kinerja keuangan perusahaan BUMI, ADES, MITI sebelum merger lebih
baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar
2,02%, 2,77%, 7,74%. setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,62%,
1,73%, 0,21%. Ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba bagi pemegang
saham tidak mengalami sinergi setelah perusahaan melakukan merger.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam menyikapi kegiatan merger yang
dilakukan perusahaan, karena merger tidak selalu membawa dampak yang baik bagi
perusahaan yang melakukan merger.
2. Bagi perusahaan yang akan melakukan kegiatan merger sebaiknya melakukan persiapan
yang baik sebelum memutuskan untuk melakukan merger. Seperti melihat kondisi
perusahaan, baik dari manajemen perusahaan maupun financial perusahaan.
3. Bagi penelitian selanjutnya hendaknya melakukan pengukuran kinerja keuangan dengan
variabel rasio keuangan yang lain atau metode lain, sehingga dapat meningkatkan kualitas
hasil penelitian
UCAPAN TERIMA KASIH
Selesainya pembuatan jurnal ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan penuh
rasa hormat kepada:
1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul.
2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Esa Unggul.
3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak. MM, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas
Esa Unggul.
2. Bapak Dr. Soeratno SE.,MM, selaku Pembimbing. Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, bimbingan dan
pengarahan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal
ini.
5. Pada dosen yang selama ini telah mendidik, membekali ilmu pengetahuan, memberikan
inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Esa
Unggul.
5. Kepada ayah, ibu, umi, dan kakak yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan
dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
jurnal ini dengan baik.
265
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,J, & Sumaryono,A., BK Basis Komputer Keuangan&Akuntan, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2007.
Azizy,A.Q.A.,Change management dalam reformasi birokrasi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2007.
Dharmasetya,L dan Sulaimin,V., Merger dan akuisis Tinjauan dari sudut akuntansi dan
perpajakan, PT Elex Media Komputindo,Jakarta,2009.
Hadiningsih,M., Analisis dampak jangka panjang merger dan akuisisi tehadap kinerja
keuangan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi di Bursa Efek Jakarta,
skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007.
Halim,A., Akuntansi Keuangan Daerah (ed. 3), SalembaEmpat, Jakarta, 2008
Yulia, Penggunaan Purchase Method Dan Pooling of Interest Dalam Penggabungan Usaha
Dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas
Udayana, Denpasar, 2011
Kuswandi,Ir.MBA., Memahami Rasio Keuangan Orang Awam, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2006.
Mardiyanto,H., Intisari Manajemen Keuangan, Grasindo, Jakarta, 2009.
Yenni,M, Penggunaan Metode Purchase dan Pooling of Interest dalam Rangka
Penggabungan Usaha (Business Combination) dan Efeknya Terhadap Pajak
Penghasilan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol 1, No.2, FE, Universitas Kristen
Petra, 1999, Hal 132-143
Moin,A., Merger, akuisisi dan Divestasi, Ekonisia, Yogyakarta, 2007.
Priyatno,D., 3Jam Menyelasaikan Laporan Keuangan MYOB & Peachtree, Best Publisher,
Yogyakarta, 2009.
Rai,I G.,A., Audit kinerja pada sektor publik: konsep, praktik, studi kasus, Salemba Empat,
Jakarta, 2008.
Rudianto, Akuntansi Manajemen, Grasindo, Jakarta, 2006.
Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 2009.
Simangunsong,A dan Sari,E.K.,,Hukum Dalam Ekonomi Baru (Edisi II Rev),Grasindo
Jakarta,2008.
Sugiono,A,. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan, Grasindo, Jakarta, 2009.
Untung,E, dan Sugiono,A., Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan
Pengetahuan(Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan), Grasindo, Jakarta,2008.
266
Widjanarko,H., Pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan manufaktur,
Buletin ekonomi vol.2, Jakarta, 2006.
Yasa,W., Analisis manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum
dan sesudah merger dan akuisisi di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Fakultas Ekonomi,
Universitas Udayana, Denpasar, 2008.
Yulianto,E.R., Analisis kinerja keuangan perusahaan public yang melakukan merger dan
akuisi selama sebelum dan sesudah moneter, skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta, 2008.
267
PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN TOTAL ARUS KAS
TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND
BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Ria Octari
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh informasi laporan arus kas
operasional, arus kas investasi, arus kas pendanaan, dan total arus kas terhadap harga saham
baik secara parsial maupun simultan.
Desain penelitian menggunakan desain riset kausalitas. Metode analisis data yang digunakan
adalah analisi regresi berganda. Populasi diambil dari perusahaan food and beverages
periode 2007-2010, dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Unit analisis adalah perusahaan food and beverages.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial , variabel Total Arus Kas berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham. Secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai relevansi informasi dalam bentuk Total Arus
Kas berperan untuk pengambilan keputusan.
Kata kunci : Harga Saham, Arus Kas Operasional (AKO), Arus Kas Investasi (AKI), Arus Kas
Pendanaan (AKP), dan Total Arus Kas.
PENDAHULUAN
Penelitian ini mengangkat isu mengenai pengaruh komponen arus kas dan total arus
kas terhadap harga saham untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Harga saham Dampak globalisasi yang terjadi di Indonesia sangat
berpengaruh pada dunia bisnis, hal ini menyebabkan persaingan antar perusahaan yang begitu
ketat., dan untuk dapat bersaing tentu saja dipengaruhi oleh hal-hal penting yang sangat besar
nilainya. Dan perkembangan pasar modal di Indonesia sangatlah pesat yang ditandai dengan
melonjaknya harga saham yang ditransaksikan dan semakin tingginya volume perdagangan
saham.
Penelitian ini berdasarkan teori signaling dan relevansi nilai yang memberikan
informasi-informasi yang bermanfaat untuk investor yang dapat melihat prospek perusahaan
268
dimasa depan sehingga investor dapat mengambil keputusan apakah perusahaan tersebut akan
memberikan keuntungan atau tidak bagi investor.
Penelitian tentang masalah mengenai informasi akuntansi untuk investasi
menunjukkan hasil yang kontradiktif, disatu sisi terhadap hasil signifikan dan disisi lain
terhadap hasil yang tidak signifikan, misalnya terdapat pada penelitian terdahulu menurut
Rachim (2004) yang menyatakan bahwa komponen arus kas berpengaruh terhadap harga
saham. Susanto (2006) menyatakan bahwa laba,aliran kas operasi dan aliran pendanaan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Daniati (2006) menyatakan
bahwa arus kas dari arus kas investasi, laba kotor, dan size perusahaan berpengaruh terhadap
expected return saham. Meythi (2006) menyatakan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh
terhadap harga saham dan persistensi laba, dan menurut Hidayat (2008) yang menyatakan
bahwa hanya arus kas operasi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi , arus kas
investasi , dan arus kas operasi dari kegiatan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Berdasarkan latar belakang diatas tujuan penelitian nya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Untuk mengetahui pengaruh simultan arus kas terhadap harga saham
Untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham
Untuk mengetahui pengaruh arus kas investasi terhadap harga saham
Untuk mengetahui pengaruh arus kas pendanaan terhadap harga saham
Untuk mengetahui pengaruh total arus kas terhadap harga saham
METODE PENELITIAN
Penulis melakukan penelitian yang dilakukan di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jl.
Jenderal Sudirman Kav. 52-63, Jakarta. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan
November 20011 sampai dengan selesai.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi lapangan (field research), yaitu
penulis dating langsung ke BEI untuk mengambil data-data yang diperlukan, dan studi
kepustakaan (library reseach), yaitu pengumpulan datayang menggunakan pedoman dari bukubuku karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data yang
berhubungan dengan arus kas diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh BEI
selama periode penelitian.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk
angka atau kuantitas bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. Populasi penelitian ini
adalah perusahaan food and beverage yang mencatatkan sahamnya di BEI periode 2007-2010.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria :
1. Perusahaan yang berturut-turut tercatat selama periode pengamatan 2007-2010.
2. Perusahaan yang telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan auditannya
per 31 Desember 2007-2010.
3. Perusahaan yang sahamnya aktif selama 2007-2010.
4. Karena merupakan perusahaan yang menghasilkan kebutuhan primer bagi masyarakat.
269
Metode Analisi Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), minimum, maksimum, dan standar deviasi. Gambaran data tersebut
menghasilkan informasi yang jelas sehingga data itu mudah dipahami. Penelitian ini , maka
akan diperoleh informasi yang jelas mengenai pengaruh arus kas operasional. investasi ,
pendanaan terhadap harga saham.
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan
keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan
estimasi pengematan masa mendatang estimasi atau prediksi, membuat permodelan
hubungan korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu, dan sebagainya
a. Uji Kualitas Data
Statistik inferensial bertujuan untuk menaksir nilai populasi dari sample yang
digunakan. Sebelum uji statistik inferensial dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat yaitu uji kualitas data.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
b. Uji Asumsi Klasik
Dengan menggunakan metode Multiple Regresi dalam menghitung persamaan regresi,
maka dalam analisis regresi tersebut ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar
persamaan regresi tersebut valid utnuk digunakan dalam penelitian. Asumsi-asumsi
tersebut disebut asumsi klasik.
1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya).
3) Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi dengan model
regresi linear berganda.
Rumus :
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X 3 + β4 X4 + e
Keterangan :
Y
A
= Harga Saham
= Konstanta
270
β1 β2 β3 β4
X1
X2
X3
X4
e
= Koefisien regresi
= Arus kas dari aktivitas operasi
= Arus kas dari aktivitas investasi
= Arus kas dari aktivitas pendanaan
= Total arus kas
= Error term
Defenisi Operasional Variabel
1. Total Arus Kas
Total arus kas pada penelitian ini menggunakan total penjumlahan arus kas operasi ,
arus kas investasi , dan arus kas pendanaan. Skala pengukuran yang di gunakan adalah
nominal.
Rumus :
TOTCF = CFO + CFI +CFP
Keterangan :
TOTCF
= Total Arus Kas
CFO
= Arus Kas Operasional
CFI
= Arus Kas Investasi
CFP
= Arus Kas Pendanaan
2. Arus Kas Operasional
Arus kas operasi menggunakan selisih antara arus kas operasi masuk dengan arus kas
operasi keluar. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal.
Rumus :
CFO = CFO Masuk – CFO Keluar
3. Arus Kas Investasi
Arus kas investasi menggunakan selisih antara arus kas investasi masuk dengan
arus kas investasi keluar. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal.
Rumus :
CFI = CFI Masuk – CFI Keluar
4. Arus Kas Pendanaan
Arus kas operasi menggunakan selisih antara arus kas pendanaan masuk dengan
arus kas pendanaan keluar. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal.
Rumus :
CFP = CFP Masuk – CFP Keluar
5. Harga Saham
Harga saham merupakan harga penutupan pada saat transaksi dari aktivitas arus kas.
Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal.
271
Metode Penelitian
H1
HARGA SAHAM
ARUS KAS
ARUS KAS
ARUS KAS
TOTAL
OPERASIONAL (H2)
INVESTASI (H3)
PENDANAAN (H4)
ARUS KAS (H5)
Hipotesis
H1:
H2:
H3:
H4:
H5:
Arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas
pendanaan, dan total arus kas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Arus kas dari aktivitas operasional berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga
saham.
Arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga
saham.
Arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga
saham.
Total arus kas berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari landasan teori yang ada penulis mencoba membuat hipotesis dari penelitian yang
dilakukan yaitu :
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)
B
Std. Error
-6.636
4.288
AKO
-.001
.001
AKI
-.000
AKP
Ln_TOTAK
a
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.548
.129
-.341
-1.560
.126
.391
2.556
.000
.330
1.442
.156
.356
2.811
-.000
.000
-.098
-.643
.524
.798
1.253
.545
.171
.489
3.181
.003
.790
1.266
a. Dependent Variable: hargsaham
272
Hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa Arus Kas Operasional (AKO) berpengaruh
negatif terhadap Harga Saham. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien regresi untuk variabel
Arus Kas Operasional (AKO) sebesar -0,001 dengan nilai signifikan 0,126, dimana nilai
signifikannya lebih dari 0,05 . Hal ini berarti Ho2 diterima , dengan kata lain Arus Kas
Operasional (AKO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Menurut hasil
penelitian, yang menyebabkan terjadinya hasil yang tidak signifikan dikarenakan adanya nilai
negatif pada hasil arus kasi dari aktifitas operasi yang merupakan penghasilan utama
pendapatan perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan walaupun perusahaan berusaha
agar arus kas aktivitas operasi perusahaan meningkat dan tidak bernilai negatif.
Hasil penelitian diatas pengujian terhadap variabel arus kas dari aktivitas investasi
(AKI) menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel arus kas aktivitas investasi sebesar
0,156, nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0,05. Hal ini berarti Ho3 diterima ,
sehingga dapat disimpulkan bahwa arus kas aktivitas investasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Penelitian ini mengindikasikan bahwa dalam menilai kinerja suatu
prospek masa depan, investor menggunakan informasi arus kas aktivitas operasi. Apabila
perusahaan mampu dalam menghasilkan modal dari kegiatan operasinya sendiri maka
perusahaan akan dapat melakukan ekspansi untuk masa depan perusahaannya.
Hasil penelitian diatas dapat diketahui nilai signifikan arus kas dari aktivitas pendanaan
(AKP) adalah sebesar 0,524, nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0,05. Hal ini
berarti Ho4 diterima , sehingga arus kas dari aktivitas pendanaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, dan dapat dikatakan bahwa arus kas dari aktifitas pendanaan (AKP)
tidak mempunyai kandungan informasi bagi investor untuk melakukan reaksi terhadap
informasi yang akan diterima. Pada dasarnya arus kas pendanaan memberikan informasi
mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi hak dan kewajiban perusahaan dalam
transaksi-transaksi yang termasuk ke dalam arus kas pendanaan, salah satunya adalah
kemampuan perusahaan dalam menentukan kapasitas meminjam yang dapat ditanggung oleh
perusahaan sehingga perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar hutang dengan bunga
dan kewajiban lainnya termasuk membayar deviden kepada investor.
Hasil penelitian diatas dapat diketahui nilai signifikan dari total arus kas sebesar 0,03 ,
nilai ini lebih kecil dari nilai tingkat signifikan 0,05. Hal ini berarti Ha5 diterima, sehingga total
arus kas berpengaruh signifikan terhadap harga saham yang berarti jika total arus kas
meningkat maka harga saham juga akan meningkat.
Y = - 6.636 – 0.001 AKO + 0.000 AKI + 0.000 AKP + 0.545 TOTAK
a. Konstanta = -6.636
Artinya : Apabila Arus Kas Operasi (AKO), Arus Kas Investasi (AKI), Aris Kas
Pendanaan (AKP) dan Total Arus Kas nilai nya 0, maka nilai Harga Saham
adalah sebesar 6.636
b. β1 = - 0.001
Artinya : Apabila Arus Kas Operasi naik 1 satuan, maka nilai Harga Saham akan turun
sebesar 0,001. Hal ini disebabkan perusahaan mengalami penurunan penjualan
food and beverages dan kemampuan pelanggan perusahaan tidak mampu
menghasilkan keuntungan serta membayar hutang pada saat jatuh tempo.
c. β2 = 0.000
Artinya : Pada Arus Kas Investasi nilai koefisien sebesar 0,000 hal ini menunjukkan tidak
ada peningkatan atau penurunan yang terjadi pada Harga Saham. Apabila
perusahaan mengalami peningkatan investasi, maka akan mampu memberikan
arus kas tambahan bagi perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan
273
membayar atau menerima kas dari penjualan dan pembelian tanah, bangunan,
atau surat berharga.
d. β3
= 0.000
Artinya : Pada Arus Kas Pendanaan nilai koefisien sebesar 0,000 hal ini menunjukkan
tidak ada peningkatan atau penurunan dari aktivitas pendanaan terhadap Harga
Saham . Jika perusahaan menghasilkan arus kas pendanaan positif menunjukkan
bahwa perusahaan mampu membiayai kewajiban perusahaannya dan perusahaan
memiliki strategi untuk mempertahankan arus kas perusahaannya.
e. β4 = 0.545
Artinya : Apabila Total Arus Kas naik 1 satuan , maka nilai Harga Saham akan naik
sebesar 0.545. Arus kas positif pada total arus kas perusahaan mampu menarik
minat investor sehingga investor menanamkan modalnya dan akan mendapatkan
keuntungan.
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
48.276
4
12.069
Residual
195.131
43
4.538
Total
243.407
47
F
Sig.
2.660
.045
a
a. Predictors: (Constant), ln_TOTAK, AKO, AKP, AKI
b. Dependent Varibel : hargasaham
Berdasarkan hasil uji-F diatas , dapat dilihat nilai signifikan sebesar 0,045
dimana lebih kecil daripada 0,05 yang menjadi batasan variabel independen dapat
berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen. Dari hasil uji-F dapat
disimpulkan bahwa arus kas operasi , arus kas investasi , arus kas pendanaan, dan
total arus kas mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel harga saham.
b
Model Summary
Model
1
R
.445
Adjusted R
Std. Error of the
Durbin-
Square
Estimate
Watson
R Square
a
.198
.124
2.13024
2.696
a. Predictors: (Constant), ln_TOTAK, AKO, AKP, AKI
b. Dependent Variable: hargasaham
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil analisis regresi diperoleh
nilai hitung Durbin Watson sebesar 2,696 sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi terbebas dari asumsi autokorelasi dimana tidak adanya korelasi antara
variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya.
Temuan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa total arus kas berpengaruh terhadap harga
saham. Hasil ini merupakan informasi dari arus kas yang mengandung informasi secara
keseluruhan sehingga informasi tersebut merupakan informasi untuk arus kas operasional , arus
274
kas investasi , arus kas pendanaan yang dilakukan secara komprehensif. Impilkasi tersebut
akan mempengaruhi secara positif terhadap harga saham. Total arus kas mampu memenuhi
operasional perusahaan dalam jangka pendek dan menengah. Arus kas yang positif juga
mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dan sebaliknya investor akan
mendapatkan return, seperti deviden dan capital gain, sehingga arus kas mampu untuk
membayar bunga dan pokok pinjaman.
Hasil penelitian mendukung hasil riset Meythi (2006) yang menyatakan bahwa arus kas
opersional tidak berpengaruh positif terhadap harga saham , pada arus kas investasi penelitian
ini mendukung hasil riset dari Agung Taufik Hidayat (2008) yang menyatakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham , dan pada penelitian arus kas pendanaan hasil
penelitian ini mendukung hasil riset dari Agung Taufik Hidayat (2008) menyatakan bahwa
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
KESIMPULAN
1. Pengujian secara silmultan (H1) menunjukkan bahwa variabel AKO, AKI, AKP, dan Total
Arus Kas berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham.
2. Variabel arus kas operasional (H2) menunjukkan hasil tidak signifikan terhadap harga
saham atau terima H02 , karena memiliki pengaruh negatif yang dapat dilihat dari koefisien
regresinya.
3. Variabel arus kas investasi (H3) menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh signifikan
terhadap harga saham yang dapat dilihat dari nilai signifikan lebih besar dari tingkat
signifikan 0,05 atau terima H03.
4. Variabel arus kas pendanaan (H4) menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh signifikan
terhadap harga saham atau terima H04
5. Variabel total arus kas (H5) menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap harga
saham atau terima Ha5. Dengan begitu semakin meningkatnya total arus kas maka harga
saham akan mengalami kenaikan juga serta mampu memberikan informasi kepada
investor.
6. Hipotesis yang didukung adalah H1 dan H5 atau pengujian secara simultan dan Total Arus
Kas , tetapi menolak Arus Kas Operasional , Arus Kas Investasi dan Arus Kas Pendanaan
yang merupakan hasil dari riset Meythi (2006) dan Agung Taufik Hidayat (2008). Hasil
penelitian mendukung teori signaling yang bertujuan untuk memberikan sinyal dan
informasi.
SARAN
1. Bagi perusahaan diharapkan agar meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat
bertahan dan aktif dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
memberikan inovasi dan kreativitas perusahaan agar daoat menarik investor untuk
menanamkan modalnya diperusahaan yang bersangkutan, serta mempbulikasikan laporan
arus kas dimedia cetak sehingga informasi yang akan diperoleh pemakai mudah didapat.
2. Bagi investor sebaiknya sebelum berinvestasi memperhatikan informasi dalam laporan
keuangan khususnya laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan perluasan penelitian mengingat
pentingnya informasi yang terkandung dalam laporan keuangan misalnya dapat
memasukkan variabel rasio keuangan, resiko perusahaan, dan faktor-faktor ekonomi yang
dapat memperngaruhi harga saham.
275
UCAPAN TERIMA KASIH
Tidak lupa pula ucapan terimakasih untuk semua pihak yang telah banyak mendukung
dalam segala hal mulai dari spirit, bimbingan, arahan, segala bentuk prosedur yang tidak
menyulitkan hingga semua akomodasi dan dana yang berhubungan dengan skripsi ini. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Ir. Arief Kusuma, AP. MBA , selaku Rektor Universitas Esa Unggul.
2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Esa Unggul dan juga pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, membukakan
pemikirannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi
Akuntansi Universitas Esa Unggul.
4. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul yang telah mendidik dan
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Agus Syafrianto dan Rosindah Sinambela yang
telah memberikan kepercayaan dan doa serta kasih sayang yang penuh secara moril dan
materil bagi penulis.
6. Adik-adik saya tercinta Ari Wiyoga dan Ryan Tri Pamungkas yang telah memberikan
perhatian dan doa.
DAFTAR PUSTAKA
Daniati, N, Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Dan
Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham, Simposium Nasional Akuntansi 9
(Padang), K-AKPM 21, 2006
Hidayat, A. Taufik, Analisis Pengaruh Arus Kas, Komponen Arus Kas, Dan Laba Akuntansi
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang,2008
Meythi, 2006, Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba
Sebagai Variabel Intervening, Simposium Nasional Akuntansi 9 (Padang), K-AKPM
01, 2006
Rachim, A. S., 2004, Studi Empiris Terhadap Hubungan Kandungan Informasi Laba
Akuntansi, Arus Dana, Dan Arus Kas Dengan Return Saham Pada Perusahaan Publik
Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Vol.
4, 2004
Susanto, S., Relevansi Nilai Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam
Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi 9
(Padang), K-AKPM 26, 2006
276
CURRENT RATIO DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA
SAHAM DI PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Ria Andriyani
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel current ratio dan net
profit margin terhadap harga saham. Subjek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 sampai dengan 2010 yang
dijadikan sampel penelitian.
Teknik analisis yang digunakan adalah uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis
menggunakan uji-t secara parsial, uji-F secara simultan dengan level of significance 5% dan uji
koefisien determinasi.
Kata kunci: Current Ratio, Net Profit Margin, Harga Saham.
PENDAHULUAN
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat perkembangannya
sehingga menjadi alternatif yang disukai perusahaan untuk mencari dana. Perkembangan bursa
efek disamping dilihat dengan semakin banyaknya anggota bursa juga dapat dilihat dari
perubahan harga saham yang diperdagangkan. Perubahan harga saham dapat memberi
petunjuk tentang kegairahan dan kelesuan aktivitas pasar modal serta pemodal dalam
melakukan transaksi jual beli saham.
Saham (stock) telah menjadi alternatif yang menarik bagi investor untuk dijadikan sebagai
objek investasi mereka dan merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
populer. Saham telah menambah pilihan bagi investor lokal, yang sebelumnya hanya
menginvestasikan uangnya di lembaga perbankan. Pada umumnya ekspektasi dari para
investor melakukan investasi saham adalah untuk memperoleh capital gain ataupun dividen.
Evaluasi kinerja keuangan merupakan salah satu alternatif bagi investor agar lebih teliti dalam
mengetahui saat yang tepat untuk menjual atau membeli saham. Rasio-rasio yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, seperti rasio likuiditas salah satunya current ratio
(CR), dan rasio profitabilitas salah satunya net profit margin (NPM), sering kali dijadikan tolak
ukur bagi para investor dalam menentukan investasi saham.
Sektor yang dianggap bisa bertahan dalam terjangan krisis global adalah sektor konsumsi
terutama Industri makanan dan minuman. Alasanya, sejak krisis global yang terjadi pada
pertengahan 2008, hanya industri makanan dan minuman yang dapat bertahan. Dengan tidak
terpengaruhnya industri makanan dan minuman terhadap krisis global yang terjadi maka saham
277
pada kelompok perusahaan makanan dan minuman ini lebih banyak menarik minat investor
karena tingkat konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan
kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Selain itu Salah satu barang kebutuhan konsumsi
yang paling penting adalah makanan dan minuman yang merupakan salah satu penyetor pajak
besar di Indonesia.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapat dibuat perumusan
masalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh current ratio (CR) dan net profit margin (NPM) secara parsial
terhadap harga saham?
2. Bagaimana pengaruh current ratio (CR) dan net profit margin (NPM) secara simultan
terhadap harga saham?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap harga saham.
2. Untuk mengetahui pengaruh net profit margin terhadap harga saham.
3. Untuk mengetahui pengaruh current ratio dan net profit margin terhadap harga saham.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan data sekunder (secondary data) yaitu data yang diambil dari publikasi yang
dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda dengan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution). Analisis regresi berganda adalah analisis mengenai beberapa variabel independen
dengan satu variabel dependen. Dalam penelitian ini, akan dianalisis mengenai pengaruh
current ratio dan net profit margin terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman.
Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional yang
perlu diketahui yaitu variabel independen dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR)
yaitu, rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang
jangka pendek dan Net Profit Margin (NPM) yaitu, rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah penutupan tiap akhir tahun per tanggal 31 Desember (Closing Price) selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut pada tahun 2008, 2009 dan 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Kualitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CR
N
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
45
2.0002E2
1.37098E2
.261
.261
-.183
1.748
.004
NPM
45
7.2742
6.24475
.245
.245
-.149
1.643
.009
HS
45
1.70E4
5.119E4
.416
.416
-.370
2.788
.000
278
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa data variabel yang diuji tidak dapat terdistribusi
secara normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0.05. Untuk mengubah nilai
residual agar berditribusi normal, maka penulis melakukan transformasi data ke model
logaritma natural (Ln). Dari CR menjadi Ln_CR, dari NPM menjadi Ln_NPM, dan HS
menjadi Ln_HS.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_CR
N
LN_NPM
LN_HS
45
45
45
Mean
5.1474
1.6503
7.0257
Std. Deviation
.51382
.86011
2.23380
Absolute
.133
.112
.113
Positive
.133
.098
.113
Negative
-.071
-.112
-.082
Kolmogorov-Smirnov Z
.892
.753
.758
Asymp. Sig. (2-tailed)
.404
.622
.614
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa data variabel yang diuji terdistribusi secara
normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0.05.
2. Uji Asumsi Klasik (Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heterokedastisitas)
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.909
2.314
Ln_CR
.560
.436
1.961
.261
Ln_NPM
a. Dependent Variable: Ln_HS
a
Beta
Collinearity
Statistics
T
Sig.
Tolerance
VIF
.393
.696
.129
1.283
.206
.998
1.002
.755
7.526
.000
.998
1.002
279
Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa angka tolerance pada variabel Ln_CR
dan Ln_NPM > 0,10 dan VIF-nya < 10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel penelitian
adalah bebas dari multikolinearitas.
Dari titik-titik data menyebar secara acak diatas dan dibawah atau disekitar angka 0,
titik-titik data tidak menyebar hanya diatas atau dibawah saja, penyebaran titik-titik tidak
berpola. Hal ini mengidentifikasikan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas di dalam model
regresi.
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
.760
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.578
.558
Durbin-Watson
1.48497
1.408
a. Predictors: (Constant), Ln_NPM, Ln_CR
b. Dependent Variable: Ln_HS
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,408. Dengan asil DW
berada di antara -2 sampai +2 berarti dapat disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi.
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.909
2.314
Ln_CR
.560
.436
1.961
.261
Ln_NPM
a. Dependent Variable: Ln_HS
a
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
.393
.696
.129
1.283
.206
.998
1.002
.755
7.526
.000
.998
1.002
280
3. Pengujian Hipotesis
Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen memiliki
pengaruh secara individual atau secara parsial terhadap variabel dependen. Dimana derajat
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat
kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa variabelvariabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa Current Ratio (X1) mempunyai nilai signifikan
sebesar 0,206. Nilai signifikan lebih besar dari nilai profitabilitas 0,05, maka H01 diterima
dan Ha1 ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Current Ratio (X1)
terhadap Harga Saham (Y). Current ratio merupakan rasio likuiditas dimana para kreditor
mengukur operasi perusahaan dengan melihat apakah aktiva lancar perusahaan dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya saat kewajiban jangka pendek ini segera ditagih
atau saat jatuh tempo. Karena semakin tinggi current ratio maka semakin besar
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya. Maka para kreditor dapat
mempertimbangkan untuk memberikan pinjaman bagi perusahaan. Tapi untuk para investor
current ratio tidak memiliki pengaruh dikarenakan invstor hanya melihat pada kegiatan
usaha perusahaan tanpa melihat likuditas perusahaan.
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa Net Profit Margin (X2) mempunyai nilai
signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai profitabilitas 0,05, maka Ha1
diterima dan H01 ditolak. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Net Profit
Margin (X2) terhadap Harga Saham (Y). Dapat dilihat bahwa Net Profit Margin memiliki
pengaruh yang signifikan, para investor dapat melihat dari laporan keuangan yang dimana
nilai dari laba bersih dan penjualan dapat menjadi salah satu faktor para investor dalam
menuntukan perusahaan mana yang sahamnya dapat memberikan prospek kepada mereka
para investor. Net Profit Margin juga membatu para investor dalam menentukan apakah
harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.
Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen memiliki
pengaruh secara besama-sama atau secara simultan terhadap variabel dependen. Dimana
derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari
derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa
variabel-variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Secara
bersama-sama laporan keuangan ini memiliki pengaruh bagi para pengguna untuk
memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda-beda, jadi secara simultan current ratio dan
net profit margin memiliki informasi yang dibutuhkan bagi semua pengguna informasi
bukan hanya untuk investor atau penanam modal saja.
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
126.937
2
63.468
92.616
42
2.205
219.553
44
F
28.782
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), Ln_NPM, Ln_CR
b. Dependent Variable: Ln_HS
Pengujian secara simultan (X1) dan (X2) terhadap (Y). Dari hasil diatas dapat dilihat
bahwa nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai profitabilitas
0,05, maka Ha1 diterima dan H01 ditolak. Berarti terdapat pengaruh secara simultan antara
Current Ratio (X1) dan Net Profit Margin (X2) terhadap Harga Saham (Y).
281
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Current Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Net Profit
Margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Untuk para investor net
profit margin memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan apakah
investor akan membeli, menahan ataupun menjual saham. Dalam hal ini investor ingin
mendapatkan deviden dari laba yang dimiliki perusahaan dan mendapatkan capital gain dari
selisih positif harga beli dan harga jual saham. Investor ingin mendapatkan profit sehingga
current ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam keinginan investor yang ingin
mendapatkan profit.
2. Current Ratio dan Net Profit Margin secara besama-sama atau secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Karena secara bersama-sama laporan
keuangan dapat memberikan informasi bagi semua pengguna informasi dalam hal ini tidak
hanya para penanam modal saja (investor) tapi juga para kreditor, masyarakat, dll.
Sehingga informasi tersebut dapat digunakan juga oleh pihak lain yang membutuhkan
informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi.Terdapat pengaruh yang signifikan antara
Value Added Capital Employed (VACE) dan Value Added Human Capital (VAHC) secara
bersamaan terhadap Kinerja Perbankan (PBV). Hal ini didukung dengan hasil uji F
(simultan) dimana terdapat pengaruh yang signifikan, yang artinya Ha1 diterima. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya (berwujud dan tak berwujud)
secara maksimal mampu meningkatkan nilai perbankan.
Saran
1. Bagi perusahaan, agar lebih memperhatikan faktor fundamental perusahaan, yang pada
penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Current Ratio
dan Net Profit Margin). Karena perubahan Current Ratio dan Net Profit Margin
mempunyai pengaruh yang positif terhadap Harga Saham.
2. Bagi investor faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan
sebaiknya mendapatkan perhatian sebelum mengambil keputusan investasi. Sehingga tidak
hanya rasio keuangan seperti Current Ratio dan Net Profit Margin, tetapi juga dapat
menggunakan rasio-rasio lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan kinerja perusahaan.
Seperti Quick ratio, Laverage, Institutional Ownership, Kepemilikan manajerial.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menilai rasio keuangan lainnya yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
seperti ROA, ROI, EPS, deviden, dll. Serta disarankan untuk menggunakan periode
pengamatan yang lebih panjang agar hasil penelitian yang didapat bisa lebih akurat dan
signifikan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang dengan
tulus dan ikhlas membantu selama proses penyusunan penelitian ini baik secara moril dan
materil. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul.
282
2. Bapak Dr. M. F Arrozi Adhikara, SE., AK., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Esa Unggul.
3. Bapak Dr. M. F Arrozi Adhikara, SE., AK., MSi selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul.
4. Bapak Drs. Djufri Rivai, Ak., MM selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
peneliti motivasi, pengarahan dan bimbingannya.
5. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung, mendoakan,
membantu Peneliti dalam penyusunan penelitian.
Semoga semua budi baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Tak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, untuk itu peneliti
menyadari betapa penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masih
ditemukan kekurangan dan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu peneliti mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan tersebut.
Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan bagi
penulis khususnya. Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyajian penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan
Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat
Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Suharyadi dan Purwarto S.K. 2009. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Buku
2. Jakarta: Salemba Empat
Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia
Wahid, Sulaiman. 2004. Analisis Regresi Dengan menggunakan SPSS: Contoh Kasus dan
Pemecahannya. Yogyakarta: Andi
Weston J, Eugene Brigham. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, jilid satu. Jakarta:
Salemba Empat.
Widoatmodjo, Sawidji. 1996. Teknik Memetik Keuntungan di Pasar Bursa Efek. Jakarta:
Rineka Cipta
283
TINDAKAN PERATAAN LABA YANG DILAKUKAN
PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR & KIMIA YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Seli Yuspianti
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Penelitian dilakukan pada Industri Dasar & Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada tindakan praktek perataan laba yang
dilakukan oleh Industri Dasar & Kimia, dan apakah praktek perataan laba mempunyai
pengaruh terhadap variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Operasi.
Perataan laba dapat dilihat dari nilai index Eckel dimana jika nilai koefisien nilai
penjualannya lebih besar daripada koefisien labanya maka terindikasi adanya melakukan
perataan laba. Ukuran perusahaan diwakilkan dengan total aktiva, Profitabilitas dengan Net
Profit Margin dan Leverage Operasi diwakilkan dengan Total Beban Operasi. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini berjumlah 32 perusahaan Industri Dasar & Kimia yang
terdaftar di BEI pada tahun 2007-2010.
Metode yang digunakan adalah Sampling Jenuh, jenis data adalah data sekunder yang
bersumber dari laporan keuangan. Hasil penelitian ini berdasarkan uji Omnibus Tests of
Model Coeficcients menunjukan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan berdasarkan uji Wald secara parsial
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kata Kunci :Perataan Laba, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi.
PENDAHULUAN
Tindakan perataan laba ini merupakan fenomena yang umum dan dilakukan dibanyak
negara. Namun demikian, praktek perataan laba ini. Jika dilakukan dengan sengaja dan dibuatbuat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan.
Akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat dan memadai mengenai
laba untuk mengevaluasi hasil dan resiko dari portofolio mereka. Sehingga mengakibatkan
kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, khususnya pihak eksternal.
Menurut penelitian Edy Suwito1 yang menganalisa pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan leverage operasi terhadap praktek perataan laba pada perusahaan industri dan
terdapat indikasi dilakukannya tindakan perataan laba pada perusahaan industri yang terdaftar
di BEI pada tahun 2000-2002. Dan di penelitian ini terdapat indikasi dilakukannya tindakan
perataan laba oleh perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini
konsisten dengan hasil penelitian Illmainir 1993. Menurut Ahmad Elqorni2 teori keagenan
(Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktek bisnis perusahaan yang
284
dipakai selama ini. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak
yang memberi wewenang (Principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang
(Agensi) yaitu manajer dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ―nexus of contract‖.
Teori signaling (Teori Sinyal) menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk
pasar modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen
perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada
pengguna laporan keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses
pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan, manajemen laba menambah biasa dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu
pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa. Menurut Belkaoui
perataan laba (Income Smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun
dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periodeperiode yang kurang menguntungkan.
Perataan Laba telah banyak menjadi topik penelitian dan telah dideteksi dalam beberapa
tingkat antar sample yang berbeda. Dan dalam penelitian terdapat hal yang tidak konsisten,
penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba merupakan salah
satu hal yang cukup menarik. Alasan memilih perusahaan Industri Dasar & Kimia, karena
perusahaan ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk jangka panjang. Seperti, pada
bidang kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, properti dan perdagangan. Dan
perusahaan ini mempunyai tujuan yang jelas untuk kedepannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui ukuran perusahaan,
profitabilitas dan leverage operasi mempunyai pengaruh yang signifikan secara (parsial) dan
(simultan) terhadap perataan laba pada Industri Dasar & Kimia. Manfaat yang terdapat dalam
penelitian ini adalah penelitian ini kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
perusahaan agar dalam melakukan tindakan perataan laba tidak pihak-pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan khususnya berkaitan dengan informasi laba.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek
Indonesia Jl.Jendral Sudirman Kav.52-53, Jakarta Pusat. Dan penelitian dilakukan pada bulan
November 2011 sampai dengan selesai.
Metode Pengumpulan Data
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dengan mengumpulkan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai
landasan teori dari buku-buku dan literatur, serta sumber lain dalam menggunakan riset
kepustakaan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan penulisan
penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian kualitatif berupa daftar perusahaan
Industry dasar & Kimia yang terdapat di BEI periode 2007-2010 yang juga melalui website
www.idx.co.id, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian kuantitatif
berupa data laporan keuangan yang diperoleh dari prospectus perusahaan Industri dasar &
Kimia yang terdaftar di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEI, dan sumber lain
yang diperlukan.
285
Jenis Data
1. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, gambaran data yang
dikumpulkan berupa dokumen – dokumen dari perpustakaan, majalah, dan jurnal
akuntansi. Data kualitatif yang didapat oleh penulis berupa uraian mengenai sejarah singkat
Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Data Kuantitatif adalah data dan informasi yang disusun dalam bentuk angka dan dianalisis
dengan menggunakan cara perhitungan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan
dalam Industri dasar & Kimia pada tahun 2007 sampai dengan 2010 yang telah diaudit.
Metode Analisis Data
Metode Uji Analisis Deskriptif
Pengujian yang dilakukan dengan cara menjabarkan atau mendeskripsikan hubungan antara
variabel independen dengan dependen. Bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh
antara variabel independen dengan dependen.
1. Uji Persyaratan Analisis
Uji Normalitas Data, Bertujuan untuk menguji apakah data dalam sebuah model regresi,
variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data yang normal atau yang mendekati
normal. Deteksi normalitas yaitu data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal.
2. Uji asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas, Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala
korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Jika nilai korelasi antar variabel bebas di
bawah 0,8 maka dapat dikatakan tidak adanya gejala multikolinearitas antar variabel bebas.
Uji Autokorelasi, terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang
berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui
angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka 2, maka dapat
dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
3. Uji hipotesis
a. Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji simultan)
Omnibus Tests of Model Coefficients dapat dilihat di bawah nilai chi-square goodnessof-fit test untuk menguji apakah dengan memasukkan variabel independen ke dalam
model akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistic. Dasar pengambilan
keputusan:
- Jika P-value > α (5%), maka Ha diterima
- Jika P-value ≤ α (5%), maka Ha ditolak
b. Uji Wald (Uji parsial)
Untuk menguji apakah masing – masing koefisien regresi logistik signifikan maka
digunakan uji Wald. Uji Wald sama dengan kuadrat dari rasio koefisien regresi logistik
B dan standard error S. E. Uji Wald dapat dilihat dari bawah tabel Variables in The
Equation. Dasar pengambilan keputusan:
- Jika P-value > α (5%), maka Ha ditolak
- Jika P-value ≤ α (5%), maka Ha diterima
Metode statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis yaitu binary logistic
regression yaitu jika variabel dependen merupakan variabel dummy yang berskala
nominal sementara variabel independennya dapat berskala nominal, interval, dan rasio.
Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Ln
= βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
286
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Perusahaan Industri Dasar & Kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010. Dan
metode pemilihan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu sampel diambil
berdasarkan jumlah semua populasi yang terdapat pada obyek penelitian. Menurut data
yang didapat jumlah Industri dasar & Kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007 sebanyak 8
perusahaan, pada tahun 2008 sebanyak 8 perusahaan, pada tahun 2009 sebanyak 8
perusahaan dan tahun 2010 sebanyak 8 perusahaan sehingga total terdapat 32 perusahaan.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu sampel diambil
berdasarkan jumlah semua populasi yang terdapat pada obyek penelitian.
Definisi Operasional Variabel
1. Ukuran perusahaan
Di dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diwakilkan oleh total aset atau total aktiva.
Total aktiva adalah jumlah keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
2. Profitabilitas
Rasio profitabilitas atau kemampuan perusahaan menghasilkan laba diwakilkan oleh
besarnya Net Profit Margin (NPM), yaitu besarnya laba bersih yang dihasilkan oleh
perusahaan.
3. Leverage Operasi
Rasio leverage operasi perusahaan diwakilkan oleh besarnya total biaya operasi
perusahaan.
4. Perataan Laba (Income Smoothing)
Pada penelitian ini, perataan laba menjadi variabel dependen diwakilkan dengan Indeks
Eckel.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha1
:
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Operasi secara Signifikan
berpengaruh terhadap tindakan perataan Laba (Income smoothing) pada
perusahaan Industry dasar & Kimia Secara parsial.
Ha2
:
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Operasi secara
Signifikan berpengaruh terhadap tindakan Perataan laba (Income
Smoothing) pada perusahaan industry dasar & Kimia secara Simultan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif dengan sampel sebanyak 8 perusahaan peneliti menemukan tindakan
perataan laba, seperti tabel berikut :
Tabel 1 Klasifikasi Indeks Eckel
Status
2007
Perataan
2
Laba
Bukan
6
Perataan
Laba
Sumber : Data diolah.
2008
2009
2010
6
5
0
Persentase
(%)
40.625 %
2
3
8
59.375 %
287
Menurut tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 8 perusahaan yang dijadikan sampel.
Terdapat perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan
perataan laba, Industri dasar & Kimia terdapat 13 perusahaan yang melakukan perataan laba
atau 40.625 %. Dan perusahaan yang bukan perataan laba terdapat 19 perusahaan atau 59.375
%. Praktek perataan laba meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2008, hal ini disebabkan karena
efek ekonomi global pada saat itu mendorong perusahaan untuk tetap menjaga variabilitas
labanya agar terlihat normal dan baik di mata investor.
Tabel 2 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
PL
.4375
.50402
32
UP
20.5938
4.07082
32
Profit
32.6303
83.07882
32
Leverage
18.7188
4.67826
32
Berdasarkan Tabel 2 diatas sesuai variabel masing-masing diperoleh hasil yaitu Ukuran
Perusahaan mendapatkan hasil 20.5938 yang artinya perusahaan Industri Dasar & Kimia ratarata memiliki ukuran perusahaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan PT. Intan Wijaya,
Tbk. Untuk Profitabilitas perusahaan mendapatkan hasil 32.6303 yang artinya perusahaan
memiliki kinerja yang baik untuk meningkatkan profitabilitasnya. Dan untuk Leverage Operasi
perusahaan mendapatkan nilai 18.7188 yang artinya perusahaan mempunyai Leverage Operasi
yang tinggi jika dibandingkan dengan PT. Intan Wijaya,Tbk.
Uji Normalitas Data
288
Hasil perhitungan data yang diperoleh menjadi kurang normal yaitu mendekati garis normal.
Hal ini disebabkan oleh ketidaksamaan dari Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage
Operasi yang besar dari masing-masing perusahaan terutama antara perusahaan besar dan
kecil, sehingga data dapat dikatakan normal.
Uji Multikolinearitas
Tabel 3 Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix
Constant
UP
Profit
Leverage
Step 1 Constant
1.000
-.846
-.804
-.885
UP
Profit
Leverage
-.846
-.804
-.885
1.000
.675
.718
.675
1.000
.700
.718
.700
1.000
Dari hasil penelitian menggunakan matrik korelasi menunjukkan tidak adanya gejala
multikolinearitas pada variabel ukuran perusahaan dan leverage operasi. Nilainya 0,718 artinya
dibawah 0,8 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mode
l
1
R
.362a
Change Statistics
Std. Error
R
Adjusted
of the
R Square
F
Sig. F DurbinSquare R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson
.131
.038
.49431
.131
1.410
3
28
.261
1.190
Dari hasil perhitungan Durbin Watson memiliki nilai sebesar 1.190 yang artinya
mendekati angka 2 sehingga tidak terjadi autokorelasi. Karena data yang diambil merupakan
data sekunder yang tidak memiliki kaitan yang kuat antar dua data yang diambil.
Uji Hipotesis
1. Uji Omnibus Tests of Model Coeficcients (Uji Simultan)
H01
: Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi Secara Signifikan tidak
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba secara parsial.
Ha1
: Ukuran persahaan, profitabilitas, dan leverage operasi secara Signifikan
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba secara simultan.
289
Tabel 5 Uji Omnibus Tests of Model Coeficcients
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
Df
Sig.
Step
9.488
3
.023
Block
Model
9.488
9.488
3
3
.023
.023
Dari hasil uji probabilitas sebesar 0,023 yang diperoleh berarti hasilnya dibawah 0,05
sehingga variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Operasi secara
signifikan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba secara simultan.
2. Uji Wald (Uji Parsial)
Tabel 6 Uji Wald (uji t)
Variables in the Equation
95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1a
UP
Profit
Levera
ge
Consta
nt
S.E.
Wald
Df
Sig. Exp(B) Lower Upper
-.016
-.006
.009 2.726
.007 .662
1
1
.099
.416
.985
.994
.967 1.003
.980 1.008
-.016
.012 1.799
1
.180
.984
.962 1.007
2.642 1.767 2.236
1
.135 14.048
a. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba
Hipotesis :
H01 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan
laba.
Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba.
Sesuai tabel 6 hasil dari ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan sebesar 0,099
yang berarti diatas nilai signifikan 0,05. Maka disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perataan laba atau Ha ditolak
dan H0 diterima.
b. Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba
Hipotesis :
H02 : Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
Ha2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
290
Sesuai tabel 6 dari profitabilitas memiliki nilai signifikan sebesar 0,416 yang berarti
diatas nilai signifikan 0,05. Maka disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap perataan laba atau Ha ditolak dan H0 diterima.
c. Pengaruh leverage operasi terhadap perataan laba
Hipotesis :
H03 : Leverage operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba
Ha3 : Leverage operasi berpengaruh signifikan terhadap perataan laba
Sesuai tabel 6 dari leverage operasi memiliki nilai signifikan ukuran perusahaan
sebesar 0,180 yang berarti diatas nilai signifikan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
leverage operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba atau Ha
ditolak dan H0 diterima.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage
operasi, terhadap perataan laba secara bersama – sama (simultan), hal ini ditunjukkan oleh
hasil pengujian Omnibus Tests of Model Coeficcients yang menyatakan terdapat pengaruh
signifikan atau Ha1 diterima.
2. Sedangkan uji Wald (parsial) tidak terdapat pengaruh pada ukuran perusahaan,
profitabilitas dan leverage operasi terhadap perataan laba.
SARAN
1. Untuk industri, sebaiknya tidak melakukan praktek perataan laba dan laporan keuangan
hendaknya disajikan secara wajar.
2. Bagi investor, perataan laba merupakan tindakan yang tidak semestinya (disfunctional
behavior) yang merupakan upaya manajemen untuk membuat laporan keuangan menjadi
lebih ―cantik‖ dengan melaporkan variabilitas laba yang sudah diperbagus. Hal – hal yang
bersifat kuantitatif seperti ini dapat menimbulkan keresahan bagi investor. Akibat fluktuasi
laba yang diratakan dapat membuat informasi keuangan yang seharusnya didapatkan
investor menjadi kurang bisa dipercaya. Karena itu, harus lebih diperhatikan oleh investor
dalam upaya pengambilan keputusan investasi pada sebuah perusahaan agar hasil
portofolio investor benar – benar mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya.
3. Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya, diharapkan pada penelitian selanjutnya
digunakan jumlah sampel penelitian yang lebih banyak, dengan rentang waktu yang lebih
lama, dan penambahan variabel – variabel lain yang mempengaruhi praktek perataan laba.
Sehingga hasil penelitian selanjutnya akan menghasilkan penelitian yang lebih akurat.
4. Pada penelitian selanjutnya, dibahas teori – teori lain yang berhubungan dengan perataan
laba secara lebih mendalam seperti teori kontrak (Contracting Theory), teori debt covenant
dan teori–teori lain. Hal ini bertujuan agar ada landasan teori lain yang kuat untuk
mendukung penelitian selanjutnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Selesainya penelitian ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penuh rasa
hormat kepada:
1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul.
291
2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,AK.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Esa Unggul.
3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak.MM, selaku ketua program studi akuntansi Universitas Esa
Unggul.
4. Ibu Sri Handayani, SE.MM, selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, membimbing dan pengarahan yang
sangat berharga sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini.
5. Kepada dosen fakultas ekonomi universitas Esa Unggul yang telah mendidik membekali
ilmu pengetahuan, memberikan inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu.
6. Kepada orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan dukungan
baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Edy Suwito dan Arleen Herawaty, Jurnal Analisis pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta, 2005
Elqorni, mengenal Teori Keagenan, 26 februari 2009, http: // elqorni.wordpresss.com
Mursalim,SE,MSi,Akt. Jurnal Income Smoothing dan motivasi Investor : Studi Empiris pada
Investor yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 2005.
Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007.
Stice, Stice dan Skousen, Intermediate Accounting, Edisi 16, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
292
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT WAJIB PAJAK
UNTUK PATUH TERHADAP PPH BADAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR KABUPATEN TANGERANG
Ruben Suherman
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul ( UEU )
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan ekonomi. Besar kecilnya
pajak pada suatu negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat negara
tersebut. Pada penelitian ini penulis memiliki beberapa motivasi untuk melakukan penelitian
ini yaitu faktor yang mempengaruhi kepatuhan perpajakan karena profitabilitas akan menekan
perusahaan untuk melaporkan pajaknya, niat untuk patuh terhadap pajak sangat dipengaruhi
banyak faktor dari lingkungan internal wajib pajak, masih banyaknya wajib pajak yang
mengecilkan pajak yang seharusnya dibayar, dan rendahnya tingkat kepercayaan wajib pajak
terhadap pajak yang dibayarkan kepada pemerintah.Penulis mengadakan pembahasan
terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Untuk Patuh Terhadap pph
Badan Pada Perusahaan Manufaktur Kabupaten Tangerang.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan analisis Uji Reliabilitas, Uji
Validitas, dan Uji Asumsi Klasik. Dari hasil penelitian berdasarkan pengolahan kuesioner dan
beberapa uji data terhadap para perusahaan manufaktur kabupaten Tangerang,terdapat
pengaruh yang signifikan antara Sikap untuk kepatuhan, norma subyektif , kewajiban moral,
persepsi tentang iklim keorganisasian terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh
Badan dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fasilitas
perusahaan terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden percaya bahwa pajak yang sudah dibayarkan
benar-benar digunakan untuk pembangunan, dan konsultan pajak mendorong mereka untuk
patuh, serta merespon bahwa ketika mereka melanggar, maka mereka merasa melakukan
tindakan yang tidak beretika. Namun fasilitas perusahaan seperti jumlah tax profesional yang
cukup, perpustakaan dan sistem informasi tidak mendorong mereka untuk patuh. Dan dari
hasil penelitian ini mendukung Teori Research Action, yang menyatakan kinerja individu dari
perilaku yang telah ditetapkan akan ditentukan oleh maksud dari tindakan yang akan
dilakukan dan tujuan perilaku secara bersama-sama ditentukan oleh sikap individu dan
norma-norma subjektif
Keyword : Niat Wajib Pajak, Norma Subyektif, Kewajiban Moral, Fasilitas Perusahaan, Iklim
Organisasi, Pph Badan, Perusahaan Manufaktur Kabupaten Tangerang.
293
PENDAHULUAN
Pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan ekonomi. Besar kecilnya pajak
pada suatu negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat negara tersebut.
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan
masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi
peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya wajib pajak badan.
Motivasi penelitian ini penting karena pertama, hasil penelitian mengenai niat untuk
berperilaku patuh tidak konsisten, Kedua, niat untuk patuh terhadap pajak sangat dipengaruhi
banyak faktor dari lingkungan internal wajib pajak. Ketiga, masih banyaknya wajib pajak
yang mengecilkan pajak yang seharusnya dibayar. Keempat, rendahnya tingkat kepercayaan
wajib pajak terhadap pajak yang dibayarkan kepada pemerintah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perumusan masalah dinyatakan
dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah untuk sikap kepatuhan, norma subjektif, kewajiban moral, persepsi tentang fasilitas
perusahaan, persepsi tentang iklim organisasi, mempengaruhi niat wajib pajak untuk patuh
secara simultan?
2. Apakah sikap untuk kepatuhan wajib pajak mempengaruhi niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan?
3. Apakah norma subyektif mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan?
4. Apakah kewajiban moral mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan?
5. Apakah persepsi tentang fasilitas perusahaan mempengaruhi niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan?
6. Apakah persepsi tentang iklim organisasi mempengaruhi niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis sikap kepatuhan wajib pajak, norma subjektif, kewajiban moral, persepsi
tentang fasilitas perusahaan, persepsi tentang iklim organisasi secara simultan.
2. Menganalisis sikap untuk kepatuhan wajib pajak mempengaruhi niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan.
3. Menganalisis norma subyektif mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh
Badan.
4. Menganalisis kewajiban moral mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh
Badan.
5. Menganalisis persepsi tentang fasilitas perusahaan mempengaruhi niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan.
6. Menganalisis persepsi tentang iklim organisasi mempengaruhi niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian dilakukan di perusahaan-perusahaan manufaktur yang berada
didaerah kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dilakukan dilakukan dengan data dan
informasi yang Peneliti kumpulkan sejak Januari 2012 sampai dengan Februari 2012.
294
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data
diperoleh secara langsung dari sumber aslinya dan tidak melalui media perantara. Data
diperoleh dari jawaban para tax professional yaitu jawaban terhadap serangkaian pertanyaan
kuesioner yang diajukan dari peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
pajak.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh tax professional yang bekerja di perusahaan
industri manufaktur kelas menengah dan besar yang ada di Kabupaten Tangerang, dan diambil
dari Departemen perindustrian dan Perdagangan kabupaten Tangerang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik simple random.
Jumlah sampel yang diambil dari populasi menggunakan Teknik Slovin. Rumus Sampel adalah
sebagai berikut:
N
n = -----------------1 + N (e)2
Dalam penelitian ini responden yang menjadi sampel adalah tax professional yang
termasuk populasi penelitian dengan kriteria: (1) Telah menjabat minimal 1 tahun, dan (2)
Pernah mengisi SPT.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh
fakta mengenai variabel yang diteliti dan untuk mengungkap fakta aktual tersebut peneliti
menggunakan kuesioner. Kuesioner penelitian ini disebarkan ke beberapa perusahaan industri
manufaktur kelas menengah dan besar di Kabupaten Tangerang. Responden akan menilai
setiap pernyataan dengan menggunakan skala Likert 5 poin, dari persepsi responden bahwa
responden sangat tidak setuju/sangat tidak dipertimbangkan sampai dengan sangat
setuju/sangat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini. Gambaran
mengenai variabel-variabel penelitian (sikap, norma subyektif, kewajiban moral, persepri
tentang fasilitas perusahaan, persepsi tentang iklim organisasi, dan niat untuk kepatuhan pajak)
disajikan dalam tabel statistik deskriptif yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan
sesungguhnya, rata-rata standar deviasi dapat dilihat pada tabel 1.1. Pada tabel tersebut
disajikan kisaran teoritis yang merupakan kisaran atas bobot jawaban yang secara teoritis
didesain dalam kuesioner dan kisaran sesungguhnya yaitu nilai terendah sampai nilai tertinggi
atas bobot jawaban responden yang sesungguhnya.
295
Tabel 1.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel
SK
NS
KM
FP
IO
KP
Teoritis
Sesungguhnya
Kisaran Mean
Kisaran
Mean
SD
4 s/d 20
4 s/d 20
3 s/d 15
3 s/d 15
5 s/d 25
3 s/d 15
10 s/d 19
10 s/d 19
10 s/d 15
9 s/d 15
15 s/d 23
9 s/d 13
13,93
14,04
11,82
12,16
18,65
10,88
2,470
2,126
1,476
1,689
2,508
1,204
12
12
9
9
15
9
Mean
3,48
3,51
3,94
4,05
3,73
4,87
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Berdasarkan tabel 1.1 variabel Sikap mempunyai kisaran teoritis dengan bobot kisaran 4
sampai dengan 20 dengan rata-rata sebesar 12. Pada kisaran sesungguhnya variabel Sikap
mempunyai bobot jawaban antara 10 sampai dengan 19, rata-rata (Mean) sebesar 3,48 dan
standar deviasi sebesar 2,470. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan
konstruk Sikap kisaran sesungguhnya diatas rata-rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan
bahwa Sikap terhadap kepatuhan pajak pada responden PPh Badan sangat tinggi dan baik.
Variabel Norma Subyektif mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 4 sampai
dengan 20 dengan rata-rata 12. Pada kisaran sesungguhnya, jawaban responden mempunyai
bobot antara 10 sampai dengan 19, rata-rata jawaban sebesar 3,51 dengan standar deviasi
2,126. Nilai rata-rata sesungguhnya (3,51) lebih besar dari pada rata-rata teoritis (12) dengan
standar deviasi yang 2,126 menunjukkan jawaban responden mempunyai variasi yang tinggi
dan disimpulkan bahwa Norma Subyektif terhadap kepatuhan pajak pada responden PPh
Badan sangat tinggi dan baik
Kisaran teoritis variabel kewajiban moral antara 3 sampai dengan 15 dengan rata-rata 9.
Jawaban responden pada kisaran sesungguhnya antara 10 sampai dengan 15, dengan rata-rata
3,94 dan standar deviasi 1,476. Rata-rata sesungguhnya jawaban responden atas variabel
kewajiban moral di atas rata-rata teoritis, hal ini menggambarkan responden penelitian
memiliki kewajiban moral yang baik
Variabel Fasilitas Perusahaan mempunyai kisaran teoritis jawaban antara 3 sampai
dengan 15 dengan rata-rata 9. Sedangkan sesungguhnya, kisaran bobot jawaban responden
antara 9 sampai dengan 15, besarnya rata-rata adalah 4,05 dengan standar deviasi 1,689. Dapat
dikatakan responden penelitian memanfaatkan fasilitas dengan baik.
Variabel Iklim Organisasi mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 5 sampai
dengan 25 dengan rata-rata 15. Pada kisaran sesungguhnya, jawaban responden mempunyai
bobot antara 15 sampai dengan 23, rata-rata jawaban sebesar 3,73 dengan standar deviasi
1,201. Nilai rata-rata sesungguhnya lebih besar dari pada rata-rata teoritis menunjukkan
jawaban responden mempunyai variasi yang tinggi dan responden cenderung memiliki iklim
organisasi yang baik.
Kisaran teoritis variabel Niat Kepatuhan Pajak antara 3 sampai dengan 15 dengan ratarata 9. Jawaban responden pada kisaran sesungguhnya antara 9 sampai dengan 13, dengan ratarata 4,87 dan standar deviasi 1,204. Rata-rata sesungguhnya jawaban responden atas variabel
niat kepatuhan pajak di atas rata-rata teoritis, hal ini menggambarkan responden penelitian
memiliki niat kapatuhan pajak dengan baik.
296
Tabel 1.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Variabel
Indikator
sk_1
sk_2
sk_3
sk_4
ns_1
ns_2
ns_3
ns_4
km_1
km_2
sikap terhadap kepatuhan
wajib pajak
(x1)
norma subyektif
(x2)
kewajiban moral
(x3)
r hitung
.668
.913
.924
.540
.698
.699
.360
.618
.552
.767
km_3
.696
.547
.853
fp_1
fp_2
persepsi tentang fasilitas
perusahaan
(x4)
fp_3
.912
.615
.721
.909
.563
.873
.494
.662
.727
io_1
io_2
io_3
io_4
io_5
kp_1
kp_2
kp_3
Persepsi tentang iklim
organisasi (x5)
Niat untuk kepatuhan pajak
(y)
r table
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.234
Valid
0.234
0.234
Valid
Valid
0.234
Valid
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
0.234
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas pada tabel diatas dapat diketahui bahwa
indikator-indikator pertanyaan dari variabel sikap terhadap kepatuhan wajib pajak (x1), norma
subyektif (x2), kewajiban moral (x3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (x4), persepsi
tentang iklim organisasi (x5) dan niat untuk kepatuhan pajak (y), yang diajukan penelitian ini
terhadap responden valid karena nilai r hitung > 0,4.
Tabel 1. 3. Pengujian Reliabilitas Variabel-variabel Penelitian
No
Alpha
Angka Standar
Cronbach
Reliabel
Variabel
Kriteria
1
sikap terhadap kepatuhan wajib
pajak
0.869
2
norma subyektif
0.779
0.6
Reliabel
3
kewajiban moral
0.749
0.6
Reliabel
4
5
6
persepsi
tentang
perusahaan
persepsi
tentang
organisasi
fasilitas
iklim
Niat untuk kepatuhan pajak
0.851
0.873
0.696
0.6
0.6
0.6
0.6
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Pada tabel uji reliabilitas di atas, variabel sikap terhadap kepatuhan wajib pajak (x1),
norma subyektif (x2), kewajiban moral (x3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (x4),
297
persepsi tentang iklim organisasi (x5) dan niat untuk kepatuhan pajak (y), dikatakan reliabel
karena alpha cronbach > 0,6 sehingga layak untuk diujikan dalam pengujian selanjutnya.
Gambar 1. 1 Uji Normalitas
Dari pengujian berdasarkan analisis grafik diatas, tidak secara jelas bahwa data tersebut
berdistribusi normal. Maka dari itu untuk menguji apakah data penelitian berdistribusi normal,
maka digunakan pengujian kolmogorov-smirnov goodness of fit test terhadap masing-masing
variabel dengan kaidah keputusan jika asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka dapat dikatakan
residual model didistribusikan secara normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai
berikut :
a. Variabel dependen sikap terhadap kepatuhan wajib pajak dengan variabel independen niat
untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 1).
b. Variabel dependen norma subyektif dengan variabel independen niat untuk kepatuhan
pajak (Unstandardized Residual 2).
c. Variabel dependen kewajiban moral dengan variabel independen niat untuk kepatuhan
pajak (Unstandardized Residual 3).
d. Variabel dependen persepsi tentang fasilitas perusahaan dengan variabel independen niat
untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 4).
e. Variabel dependen persepsi tentang iklim organisasi dengan variabel independen niat
untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 5).
Tabel 1. 4. Pengujian Normalitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Unstandardized Unstandardized Unstandardized Unstandardized
Residual
Residual
Residual
Residual
Residual
N
68
68
68
68
68
.0000000
.0000000
.0000000
.0000000
.0000000
1.00568312
1.07765808
1.01732406
.97871109
.83808103
Absolute
.111
.085
.107
.109
.161
Positive
.111
.085
.107
.072
.161
Negative
-.069
-.070
-.074
-.109
-.108
Kolmogorov-Smirnov Z
.917
.698
.879
.896
1.330
Asymp. Sig. (2-tailed)
.370
.714
.423
.398
.058
Normal Parametersa
Mean
Std.
Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
298
Kesimpulan yang dapat diambil melalui pengujian normalitas data dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test adalah bahwa semua variabel penelitian, baik bebas maupun terikat
berdistribusi normal. Kesimpulan tersebut diambil setelah melihat bahwa signifikansi
keseluruhan variabel lebih besar daripada 0.05. Ini berarti data residual terdistribusi secara
normal.
Tujuan untuk melakukan uji asumsi heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah
dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1. 2.
Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Melalui hasil pengujian heteroskedastisitas, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka
nol. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejalan heteroskedastisitas pada data
penelitian, sehingga pengujian asumsi klasik dapat dilanjutkan kepada pengujian-pengujian
berikutnya.
Tabel 1. 5. Uji Multikoliniearitas
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
Sikap
.094
Norma subyektif
.108
9.295
Kewajiban moral
.422
2.369
Fasilitas perusahaan
.459
2.181
Iklim organisasi
.284
3.522
10.582
a. Dependent Variable: tot_kp
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Melalui tabel diatas dapat dilihat bahwa semua variabel bebas memenuhi kriteria yang
menjurus kepada keadaan tidak terdapat problem multikoliniearitas pada model regresi. Bahwa
untuk variabel sikap (x1) memiliki nilai tolerance 0,094 < 0,10 dan VIF 10.5822 < 10 sehingga
dapat diambil kesimpulan terdapat multikoliniearitas antara variabel independen dalam model
regresi, tetapi tidak cukup serius. Untuk variabel norma subyektif (x2) memiliki nilai tolerance
0,108 > 0,10 dan VIF 9.295 < 10 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada
multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. Variabel kewajiban moral
(x3) memiliki nilai tolerance 0,422 > 0,10 dan VIF 2.369 < 10 sehingga dapat diambil
kesimpulan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi.
299
Variabel fasilitas perusahaan (x4) memiliki nilai tolerance 0,459 > 0,10 dan VIF 2.181 < 10
sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen
dalam model regresi. Terakhir variabel fasilitas perusahaan (x5) memiliki nilai tolerance 0,284
> 0,10 dan VIF 3.522 < 10 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada multikolinearitas
antara variabel independen dalam model regresi.
Tabel 1. 6. Uji Autokorelasi (Model Summary b)
b
Model Summary
Model
1
R
.794
a
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
.630
.600
.761
2.206
a. Predictors: (Constant), sikap, norma subyektif, kewajiban moral,
fasilitas perusahaan, iklim organisasi
b. Dependent Variable: kepatuhan pajak
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Pada model summary di atas, dapat dilihat hasil analisa regresi secara keseluruhan
menunjukkan nilai R sebesar 0.794 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara
kepatuhan pajak (variabel terikat) dengan sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas
perusahaan dan iklim organisasi (variabel bebas) mempunyai hubungan yang erat yaitu 79.4
%, karena lebih besar dari 0.5 (79.4% > 50%).
Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2.206
lebih besar dari batas atas (du) 1.768 dan kurang dari 5 - 1.768 (5 – du), maka dapat
disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan. Dengan demikian
asumsi non autokorelasi terpenuhi. (Ghozali, 2006)
Tabel 1. 7. Uji Signifikasi F (ANOVAb)
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
61.168
5
12.234
Residual
35.891
62
.579
Total
97.059
67
F
21.133
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant),sikap, norma subyektif, kewajiban moral,
fasilitas perusahaan, iklim organisasi
b. Dependent Variable: kepatuhan pajak
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Hasil Anova atau F test menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 21.133 dengan
tingkat signifikasi sebesar 0.000 jauh di bawah 0.05. Hal ini berarti bahwa secara simultan
variabel sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan dan iklim organisasi
mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan, sehingga dapat disimpulkan
H1 diterima.
a.
Uji t (t-Test)
Untuk uji H2 sampai dengan H6 secara parcial, Uji t (t-Test) dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial (individu).
300
Dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 : b1,b2,b3,b4,b5 = 0, berarti bahwa sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas
perusahaan, dan iklim organisasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kepatuhan pajak,
H0 : b1,b2,b3,b4,b5 = 0, artinya sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas
perusahaan, dan iklim organisasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kepatuhan pajak.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5%
Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5%
Pengujian ini dilakukan dengan melihat hasil probabilitas atau signifikansi yang
diperoleh. Jika nilai signifikan > 0,05 maka, H0 diterima dan Ha ditolak. Dan sebaliknya,
jika nilai signifikan < 0,05 maka, H0 ditolak dan Ha diterima
Tabel 1.8. Hasil Pengujian Hipotesis (Coefficients2)
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Sikap
Std. Error
4.028
.891
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
4.522
.000
.492
.122
1.010
4.020
.000
Norma subyektif
-.435
.133
-.768
-3.262
.002
Kewajiban moral
.227
.097
.279
2.343
.022
Fasilitas perusahaan
.036
.081
.051
.446
.657
Iklim organisasi
.160
.070
.333
2.297
.025
a. Dependent Variable: kepatuhan pajak
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Uji hipotesis 2.
H2 : Sikap untuk kepatuhan berpengaruh terhadap niat
untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan
a) Nilai t hitung > t tabel (4.020 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa Sikap untuk kepatuhan
berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan
b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa Sikap untuk kepatuhan (X1) memiliki
tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap untuk kepatuhan (X1) terhadap niat
untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y).
Uji Hipotesis 3
H3 : Norma Subyektif berpengaruh terhadap niat untuk
melaksanakan kepatuhan PPh Badan
a) Nilai t hitung > t tabel (3.262 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa norma subyektif
berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan
b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa norma subyektif (X2) memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,002 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara norma subyektif (X2) terhadap niat untuk
melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y).
301
Uji Hipotesis 4
H4 : Kewajiban Moral berpengaruh terhadap niat untuk
melaksanakan kepatuhan PPh Badan
a) Nilai t hitung > t tabel (2.343 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa kewajiban moral
berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan
b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa kewajiban moral (X3) memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,022 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kewajiban moral (X3) terhadap niat untuk
melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y).
Uji Hipotesis 5
H5 : Persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh
terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh
Badan
a) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang fasilitas perusahaan
(X4) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,657 > 0,05 sehingga, H0 diterima. Hal tersebut
memiliki arti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang
fasilitas perusahaan (X4) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y).
Uji Hipotesis 6
H6 : Persepsi tentang iklim keorganisasian berpengaruh
terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh
Badan
a) Nilai t hitung > t tabel (2.297 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa persepsi tentang iklim
keorganisasian berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan
b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang iklim keorganisasian
(X5) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,025 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut
memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang iklim
keorganisasian (X5) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y).
Nilai R Square atau koefisien
determinasi adalah sebesar 0.600. Angka ini
mengindikasikan bahwa kepatuhan pajak (variabel terikat) mampu dijelaskan oleh sikap,
norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan dan iklim organisasi (variabel bebas)
sebesar 60.0% sedangkan selebihnya sebesar 40% (100% - 60%) dijelaskan oleh sebab-sebab
yang lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini.
Analisis Regresi Berganda
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan
hasil pengolahan data dengan aplikasi SPSS, maka didapat hasil sebagai berikut :
302
Tabel 1. 9. Hasil Uji Regresi Berganda (Coefficients2)
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Sikap
Std. Error
4.028
.891
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
4.522
.000
.492
.122
1.010
4.020
.000
Norma subyektif
-.435
.133
-.768
-3.262
.002
Kewajiban moral
.227
.097
.279
2.343
.022
Fasilitas perusahaan
.036
.081
.051
.446
.657
Iklim organisasi
.160
.070
.333
2.297
.025
a. Dependent Variable: kepatuhan pajak
Sumber: Data primer diolah tahun 2012
Persamaan regresi sikap terhadap kepatuhan wajib pajak (x1), norma subyektif (x2),
kewajiban moral (x3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (x4), persepsi tentang iklim
organisasi (x5) dan niat untuk kepatuhan pajak (y) yang diperoleh dari tabel di atas adalah
sebagai berikut :
Y = 4.028 + 0.492 X1 - 0.435 X2 + 0.227 X3 + 0.036 X4 + 0.160 X5 + 0,761
Berdasarkan persamaan regresi berganda diatas, maka dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Nilai konstanta Nilai konstanta a = 4.028 hal ini berarti, apabila nilai dari X1, X2, X3, X4 dan
X5 pada objek penelitian sama dengan nol, maka Tax Profesional akan patuh terhadap pajak
Negara.
b. Nilai koefisien b1 = 0.492, berarti bahwa setiap wajib pajak patuh terhadap pajak, maka
akan meningkatkan niat untuk patuh.
c. Nilai koefisien b2 = - 0.435, berarti bahwa pengaruh dari teman sejawat mempunyai
pengaruh untuk menurunkan perilaku wajib pajak untuk patuh terhadap pajak.
d. Nilai koefisien b3 = 0.227, berarti bahwa tingkat kesadaran wajib pajak terhadap pajak,
meningkatkan kepatuhan terhadap perpajakan.
e. Nilai koefisien b4 = 0.036, berarti bahwa bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara persepsi tentang fasilitas perusahaan terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan
PPh Badan. Karena fasilitas perusahaan belum tentu dapat meniatkan wajib pajak untuk
patuh, tergantung dari masing-masing individu.
f. Nilai koefisien b5 = 0.160, berarti bahwa bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
persepsi tentang iklim keorganisasian terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh
Badan. Karena iklim organisasi yang baik akan meningkatkan wajib pajak untuk patuh
terhadap pajak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil Anova atau F test menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 21.133 dengan tingkat
signifikasi sebesar 0.000 jauh di bawah 0.05. Hal ini berarti bahwa secara simultan variabel
sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan dan iklim organisasi
mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan, sehingga dapat disimpulkan
H1 diterima.
303
2. Sikap untuk kepatuhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat untuk
melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Hal tersebut memiliki arti bahwa tax professional
yakin bahwa pajak digunakan untuk untuk dana pembangunan dalam hal ini pajak
mempunyai fungsi sebagai penghimpun dana pembangunan yang berperan sebagai fungsi
budgetair dimana dana yang dihimpun tersebut digunakan untuk pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan, pengeluaran umum disebut juga sebagai pengeluaran rutin yang
digunakan dalam pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintah seperti biaya gaji pegawai dan
belanja kebutuhan instansi pemerintah, dan salah satu sumber dana pembiayaan pelaksanaan
fungsi dan tugas pemerintah tersebut bersumber dari penerimaan pajak, serta keyakinan
bahwa pajak yang mereka bayar, benar-benar digunakan untuk pembangunan. Dalam hal ini
pengeluaran pembangunan digunakan untuk pelaksanaan pembanngunan sarana dan
prasarana diberbagai daerah dan sepenuhnya penerimaan pajak digunakan untuk
kesejahteraan rakyat.
3. Norma Subyektif memiliki pengaruh negatif terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan
PPh Badan. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat keyakinan bahwa teman teman
sejawat dilingkungan internal pengusaha berperan untuk mendorong teman sejawat sesama
pengusaha untuk berbisnis secara profesional dan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan saling mendorong agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang
berlaku. Tetapi pelaku tax profesional menjadi ragu – ragu.
4. Kewajiban Moral berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan.
Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa kewajiban moral (X3) memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,022 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kewajiban moral (X3) terhadap niat untuk
melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y).
5. Persepsi tentang fasilitas perusahaan memiliki pengaruh terhadap niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan. Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang
fasilitas perusahaan (X4) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,657 > 0,05 sehingga, H0
diterima. Hal tersebut memiliki arti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh
Badan (Y).
6. Persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan. Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang
iklim keorganisasian (X5) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,025 < 0,05 sehingga, H0
ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi
tentang iklim keorganisasian (X5) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan
(Y).
7.
Faktor yang dominan terhadap niat kepatuhan pajak, yaitu terdiri atas sikap untuk
kepatuhan, norma subyektif, kewajiban moral, iklim organisasi yang dalam temuan dari
penelitian ini memliki pengaruh yang signifikan terhadap niat untuk melaksanakan
kepatuhan PPh Badan.
8.
Hasil ini mendukung Teori Research Action, yang menyatakan kinerja individu dari
perilaku yang telah ditetapkan akan ditentukan oleh maksud dari tindakan yang akan
dilakukan dan tujuan perilaku secara bersama-sama ditentukan oleh sikap individu dan
norma-norma subjektif
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi penelitian selanjutnya
sebagai berikut :
1. Menguji variabel-variabel lain yang diduga mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan pajak.
2. Memperbanyak sampel penelitian yang bergerak pada sektor yang sama.
304
3. Membandingkan hasil penelitian jika penelitian dilakukan pada sektor yang berbeda.
4. Menggunakan penelitian terdahulu dan literatur terbaru sesuai dengan kondisi saat ini
terhadap sektor-sektor yang akan dijadikan objek.
UCAPAN TERIMA KASIH
Selesainya pembuatan jurnal ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan
penuh rasa hormat kepada:
B. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul.
C. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Esa Unggul dan Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya, guna memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini.
D. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak. MM, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas
Esa Unggul.
E. Pada dosen yang selama ini telah mendidik, membekali ilmu pengetahuan, memberikan
inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Esa
Unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek, 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological
Considerations. September (Revised January, 2006).
Azwar, Saifuddin, 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi Ke dua. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Blanthorne, Cynthia M., 2000. The Role of Opportunity and Beliefs On Tax Evasion: A
Structural Equation Analysis. Dissertation. Arizona State University.
Bobek, D., Richard C. Hatfield, 2003. An Investigation of Theory of Planned Behavior and the
Role of Moral Obligation in Tax Compliance. Behavioral Research in Accounting, 15.
Bradley, Cassie Francies, 1994. An Empirical Investigation of Factor Affecting Corporate Tax
Compliance Behavior. Dissertation. The University of Alabama, USA.
Darmayanti, Theresia Woro, 2004. Pelaksanaan Self Assesment System Menurut Wajib Pajak
(Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume X
No. 1, 109 – 128.
Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2003. Laporan Hasil Kajian Akademis: Isu-Isu
Pokok Reformasi Kebijakan Perpajakan.
Fishbein, M. and I Ajzen ,1975. Beleif, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to
Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunadi, 2002. Indonesian Taxation 2002; A Reference Guide. Jakarta: Multi Utama
Publishing.
Hair, J.F., 1995. Multivariate Data Analysis, 4 th. edition. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha.
Hanno, D.M. and G.R. Violette 1996. An Analysis of Moral and Social Influences on
Taxpayer Behavior. Behavioral Research in Accounting, 8 (supplement).
Internal Revenue Service – United States Department of The Treasury, 2005. New IRS Study
Provides Preliminary Tax Gap Estimate. IR-2005-38, www.irs.gov/newsroom/article.
ASPP-16 25
305
Jatmiko, Agus Nugroho, 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
Pelayanan Fiskus dan Keasadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pajak. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan.
Jones, Sally M., 2000. Principles of Taxation For Business and Investment Planning. United
States of America: McGraw-Hill Higher Education.
Kiryanto, 2000, ―Analisis Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak bada Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya,‖
EKOBIS, Vol. 1 No. 1, p. 41 – 52.
Klepper, Steven anda Daniel Nagin, 1989. Tax Compliance and Perceptions of the Risks of
Detection and Criminal Prosecution. Law and Society Review, 23 (2).
Laksono, Jati Purbo, 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Badan Pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan.
Nugroho, Riady Fitria, 2010. Keterkaitan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Penghasilan di Kota Semarang, Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,
Tidak Dipublikasikan.
Robbins, Stephen P, 2001. Organizational Behavior, Ninth Edition, versi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pearson Education Asia Pte Ltd. dan PT Prenhallindo.
Sekaran, Uma, 2011. Research Methods For Business. New York: John Willey and Sons, Inc.
Siahaan, Fadjar O.P., 2005. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Perilaku kepatuhan Tax
Professional dalam Pelaporan Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di
Surabaya. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Tidak
Dipublikasikan.
Soemarso S.R. (1998), ―Dampak Reformasi Perpajakan 1984 Terhadap Efisiensi Sistem
Perpajakan Indonesia,‖ Ekonomi dan Keuangan Perpajakan diIndonesia, Vol. XLVI
No. 3, p. 333
Suyatmin, 2004, Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan : Studi Empiris di Wilayah KP PBB Surakarta,
Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.
306
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) PERIODE 2009 – 2011
Yusnia
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
([email protected])
ABSTRAKSI
Penelitian ini meneliti akan pengaruh modal intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja
perusahaan dalam hal ini perusahaan perbankan yang sudah go public minimal 5 tahun terakhir agar
bisa dilihat pengaruh modal intelektual (intellectual capital) pada saat ini terhadap kinerja
perusahaan. Dari beberapa penelitian mengenai modal intelektual yang telah dilakukan, umumnya
menghubungkan modal intelektual dengan pengungkapan dan kinerja perusahaanRiset ini unik karena
menggunakan Price Earning Ratio (PER) yang dapat menguntungkan investor dan perusahaan
karena Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang go public di BEI yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) sebanyak 425 perusahaan.
Sample yang digunakan adalah perusahaan dalam bidang perbankan sebanyak 30 perusahaan. Karena
sektor perbankan pada umumnya menawarkan bidang penelitian modal intelektual yang ideal.
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh
terhadap Price Earning Ratio (PER) ditolak karena signifikannya lebih >α 0,05. Capital Employed
Efficiency (CEE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) diterima, karena signifikannya <α
0,05. Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) diterima,
karena signifikannya <α 0,05. Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency
(SCE) diterima, karena secara bersama-sama terbukti mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)
dengan signifikannya <α 0,05. Dari hasil penelitian diketahui nilai Capital Employed Efficiency (CEE)
lah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Price Earning Ratio (PER). Karena kepemilikan
hak paten, kebijakan dan sistem proses yang baik oleh suatu perusahaan akan lebih mudah diketahui
oleh khalayak umum
Kata kunci : Capital Employed Efficiency (CEE), Structural Capital Efficiency (SCE), Human
Capital Efficiency (HCE), VAIC, Price Earning Ratio (PER)
PENDAHULUAN
Dunia bisnis telah berkembang pesat ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi
informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terus-menerus. Dalam rangka dapat
bertahan, dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah bisnis yang berdasarkan bisnis
307
berdasarkan tenaga kerja (labor based business) ke arah bisnis berdasarkan pengetahuan
(knowledge based business), dengan karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan.
Perkembangan ekonomi yang semakin kompleks, memunculkan isu dalam penelitian
bidang modal intelektual. Salah satunya mengenai pengungkapan modal intelektual.
Pengungkapan modal intelektual perlu untuk diungkapkan oleh suatu perusahaan. Menurut
Goh dan Lim dengan adanya permintaan transparansi yang meningkat di pasar modal,
informasi modal intelektual membantu investor menilai kemampuan perusahaan dengan lebih
baik. Oleh karena itu beberapa pihak tertarik untuk melakukan penelitian tentang praktek
pengungkapan modal intelektual. Dengan modal intelektual yang baik diharapkan akan mampu
meningkatkan kinerja organisasi. Hal tersebut juga berlaku bagi bank-bank di Indonesia,
peningkatan kinerja adalah sebuah hal yang mutlak, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja salah satunya adalah dengan menggunakan Price Earning
Ratio (PER).
Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis terdorong melakukan
penelitian akan pengaruh modal intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja perusahaan
dalam hal ini perusahaan perbankan yang sudah go public minimal 5 tahun terakhir agar bisa
dilihat pengaruh modal intelektual (intellectual capital) pada saat ini terhadap kinerja
perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk meneliti kembali pengaruh modal
intelektual terhadap kinerja keuangan, dengan mengambil sampel penelitian pada industri
perbankan di Indonesia yaitu bank asing dan bank umum atau bank komersial yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh HCE, CEE dan SCE secara bersama-sama terhadap Price
Earning Ratio (PER)
2. Untuk menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Price Earning
Ratio (PER)
3. Untuk menganalisis pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Price Earning
Ratio (PER)
4. Untuk menganalisis pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Price Earning
Ratio (PER)
KAJIAN TEORI
1. Modal Intelektual (Intellectual Capital)
Modal intelektual (Intellectual capital) merupakan sumber daya yang dimiliki
perusahaan, memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dan digunakan untuk
menyusun dan menerapkan strategi perusahaan sehingga meningkatkan kinerja perusahaan
menjadi semakin baik.
Modal intelektual (Intellectual Capital) terdiri dari tiga elemen utama yaitu:
a. Modal Manusia (Human Capital)
Modal manusia (Human Capital) merupakan lifeblood dalam modal intelektual.
Disinilah sumber inovasi (innovation) dan improvisasi (improvement), tetapi merupakan
komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya
pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi
atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk
menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang
yang ada dalam perusahaan tersebut.
b. Modal Organisasi (Structural Capital atau Organizational Capital)
Modal organisasi (Structural Capital) merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang
308
mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta
kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan,
proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua
bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.
c. Modal Relasi (Relational Capital)
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara
nyata. Modal relasi (Relational capital) merupakan hubungan yang harmonis
(association network) yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang
berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal
dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan
perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar.
2. Koefisien Nilai Tambah Intelektual (Value Added Intellectual Coefficient)
Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic,
didesain untuk menyajikan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai (value creation
efficiency) dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets)
yang dimiliki perusahaan. Pulic dalam Nik Maheran et al. , menyatakan VAICTM membuat
perusahaan dapat mengukur value creation efficiency. VAICTM menggunakan laporan
keuangan perusahaan untuk menghitung koefisien efisiensi dalam tiga jenis modal, yaitu
human capital, structure capital, dan capital employed.
Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa metode pengukuran modal intelektual
(Intellectual Capital) dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran nonmonetary
dan pengukuran monetary. Salah satu metode pengukuran intelectual capital dengan
penilaian non-moneter yaitu Balanced Scorecard oleh Kaplan dan Norton, sedangkan
metode pengukuran intellectual capital dengan penilaian moneter, salah satunya yaitu
model Pulic yang dikenal dengan sebutan VAIC™.
Metode VAIC™ mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu modal manusia,
modal struktural, serta modal fisik dan finansial yang terdiri dari:
a. Efisiensi modal manusia (Human Capital Efficiency/HCE) adalah indikator efisiensi nilai
tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari nilai tambah (Value Added/VA)
terhadap modal manusia (Human Capital/HC). HCE dapat diartikan juga sebagai
kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada
modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak nilai tambah (Value Added/VA) dapat
dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Nilai tambah atau Value
Added (VA) adalah perbedaan antara penjualan (OUT) dan input (IN). Rumus untuk
menghitung HCE yaitu:
HCE = VA / HC
HC
= Gaji dan tunjangan karyawan
Maka Human Capital (HC) menggunakan skala nominal.
Sedangkan rumus untuk mneghitung nilai tambah (VA) yaitu:
VA
= OUT – IN
OUT = Total pendapatan
IN
= Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan
Maka Value Added (VA) menggunakan skala nominal.
b. Efisiensi modal struktur (Structural Capital Efficiency/SCE) adalah indikator efisiensi
nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan
merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Rumus untuk
menghitung SCE yaitu:
SCE = SC / VA
SC
= VA – HC
309
Maka Structural Capital (SC) menggunakan skala nominal.
c. Efisiensi modal yang digunakan (Capital Employed Efficiency/CEE) adalah indikator
efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA terhadap
CE. CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari
modal yang digunakan. CEE yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal
perusahaan. Rumus untuk menghitung CEE yaitu:
CEE = VA / CE
CE
= nilai buku aktiva bersih
VAIC™ dapat diperoleh dengan menjumlahkan ketiga komponennya yaitu HCE,
SCE dan CEE. Rumus untuk menghitung VAIC™ yaitu:
VAIC™
= HCE + SCE + CEE
Maka Capital Employed (CE) menggunakan skala nominal.
3. Price Earning Ratio (PER)
Salah satu rasio keuangan yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang go
public adalaha PER. Price Earning Ratio merupakan hubungan antara pasar saham dengan
earning per share saat ini yang digunakan secara luas oleh investor sebagai panduan umum
untuk mengukur nilai saham. Dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara
harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. Jadi,
semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli
dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk
membeli saham tersebut. Rumusnya adalah:
PER = Price / Earning
Maka Price Earning Ratio menggunakan skala rasio.
METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Model yang digunakan pada penelitian adalah Mengacu kepada teori Resources Based
View (RBV) yang menyatakan bahwa perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan
dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993).
Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja
perusahaan itu sendiri. Sehingga intellectual capital dapat dikatakan sebagai aset tak
berwujud yang mempunyai dampak signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam
bisnis. Penelitian tentang hubungan antara modal intelektual dengan kinerja perusahaan
pernah dilakukan oleh Bontis (1998). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modal
intelektual memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
2. Hipotesis Penelitian
H1 : Diduga Human Capital Efficiency (HCE) mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)
H2 : Diduga Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Price Earning Ratio
(PER)
H3 : Diduga Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Price Earning Ratio
(PER)
H4 : Diduga HCE, CEE dan SCE secara bersama-sama mempengaruhi Price Earning
Ratio (PER)
3. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan melalui survei literatur. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat
310
dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang go public di BEI yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) sebanyak 425 perusahaan. Sample yang digunakan adalah perusahaan dalam bidang
perbankan sebanyak 30 perusahaan.
4. Metode Analisis Data
Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji
normalitas data adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogramnya, menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal tidak mengikuti arah garis diagonal atau
grafik histogram, jika menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolenearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variable-variable bebas. Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolonieritas adalah dengan cara mengamati nilai VIF dan tolerance .
jika nilai VIF melebihi nilai 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 maka model regresi
yang diindikasikan terdapat multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y
uang telah di prediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang
telah di studentized . Adapun dasar atau kriteria pengambilan keputusan berkaitan
dengan gambar tersebut adalah :
1) Jika terdapat pola tertentu yaitu jika titik-titiknya membetuk pola tertentu dan teratur
(gelombang, melebar kemudian menyampit), maka diidikasikan terdapat masalah
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu jika titik-titiknya menyebar, maka
diindiasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
d. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi. Gambaran data tersebut
menghasilkan informasi yang jelas sehingga data tersebut mudah dipahami.
e. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara produk, harga, promosi, saluran
distribusi terhadap kepuasan konsumen yang ada, dengan menggunakan rumus yang
dikutip dari buku Riduwan dan Akdon yaitu :
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3+ e
311
Dengan penjelasan :
Y
= Price Earning Ratio (PER)
X1
= Human Capital Efisiensi (HCE)
X2
= Capital Employed Efficiency (CEE)
X3
= Structural Capital Efficiency (SCE)
a
= Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini menggunakan sampel 90 data yang terdiri dari 30 Bank, masingmasing menggunakan data selama 3 tahun. Diketahui nilai untuk HCE diperoleh nilai
minimum 0.43, nilai maksium 2.340000 dengan nilai rata-rata 1.217400 dengan nilai standar
deviasi 6.32204. CEE diperoleh nilai minimum 0.02, nilai maksium 0.14, dengan nilai ratarata 0.0568, dengan nilai standar deviasi 0.02347. SCE diperoleh nilai minimum -1.30E5, nilai
maksium
0.95, dengan nilai rata-rata -4.0355E3 dan dengan nilai standar deviasi
21913.94052.
A. Uji Kualitas Data
1. Uji Normalitas
Pada uji normalitas ini menggunakan uji kolmogrov smirnov, Uji KolmogorovSmirnov digunakan untuk menguji ―goodness of fit‖ antar distribusi sampel dan
distribusi lainnya. Uji ini membandingkan serangkaian data sampel terhadap distribusi
normal. Hipotesis pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:
H0 : data mengikuti distribusi yang ditetapkan
Ha : data tidak mengikuti distribusi yang ditetapkan
Tabel 1. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample
Test
Kolmogorov-Smirnov
N
Normal Parametersa
Mean
Std.
Deviation
Most
Extreme Absolute
Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
HCE
CEE
SCE
90
1.89039
90
.05687
90
.24569
2.680274E0 .023473
.431
.431
-.297
4.091
.051
.141
.141
-.087
1.334
.057
PER
90
3.21926
3.330312E
.360331
0
.205
.200
.185
.173
-.205
-.200
1.941
1.894
.051
.052
Sumber : Data sekunder diolah, 2013 (Output SPSS)
Nilai Most Extreme Differences Absolute diatas merupakan nilai statistik D pada uji
K-S, nilai D pada uji terhadap masing-masing variabel diatas adalah 0, 431; 0, 141; 0,
312
205 dan 0, 200 artinya kriteria signifikansi (p>0,05), maka cukup bukti untuk menerima
H0, dimana data terdistribusi secara normal.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonearitas
adalah dengan cara mengamati nilai VIF dan tolerance . Jika nilai VIF disekitar angka 1
dan nilai tolerance mendekati 1 maka model regresi yang diindikasikan bebas
multikolonearitas. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardize Coefficien
d Coefficients
ts
Model
1
B
Std.
Error
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
Toleranc
e
VIF
(Constant) 3.204
.892
3.591 .001
HCE
-.042
.144
-.034 -.290 .773
.780
1.282
CEE
12.33
15.543
1
.487 4.793 .003
.869
1.150
.350 2.985 .004
.757
1.321
SCE
3.238
a. Dependent Variable:
PER
1.085
Sumber : Data sekunder diolah, 2013
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai tolerance HCE, SCE dan CEE yang
mendekati 1 dan nilai VIF-nya berada disekitar angka 1 sehingga dapat dikatakan
model tersebut bebas multikolinearitas.
b. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Sebagai
patokan untuk menganalisis hasil uji adalah:
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
c. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Dari hasil perhitungan pada lampiran 3 diperoleh angka D-W sebesar 1,402 yang
berarti tidak ada problem autokorelasi pada model ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi
dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.
313
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder diolah, 2013
Dari grafik terlihat titik-titik yang ada tidak membentuk pola garis tertentu sehingga
dapat dikatakan model terbebas dari problem hetroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan 2 indikator
yaitu t hitung dibandingkan dengan t tabel untuk uji hipotesis parsial, dan f hitung yang
dibandingkan dengan f tabel untuk uji hipotesis simultan.
a. Uji Hipotesis Parsial
Hasil perhitungan dari uji regresi yang telah dilakukan memberikan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3. Uji Hipotesis Parsial
Hipotesis
I
II
III
t Hitung
t Tabel
Sig
-.290
1,66
.773
4.793
1,66
.003
2.985
1,66
.004
α
Hasil Uji
0,05
Ditolak Ha
0,05
Diterima Ha
0,05 D
Diterima Ha
Sumber : Data sekunder diolah, 2013
1) Hasil Pengujian Hipotesis Parsial
Dari tabel diatas maka diperoleh beberapak kesimpulan sebagai berikut :
a. Untuk hipotesis pertama yang berbunyi ―Diduga Human Capital Efficiency
(HCE) mempengaruhi PER‖ dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 0,290 < t tabel 1,66 dan nilai sig 0,773 < α 0,05 sehingga diperoleh hasil uji
tolak Ha1. Ini berarti bahwa pada penelitian ini terbukti tidak ada pengaruh
antara Human Capital Efficiency (HCE) terhadap PER.
314
b.
c.
Untuk hipotesis kedua yang berbunyi Diduga Capital Employed Efficiency
(CEE) mempengaruhi PER dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar
4,793 > t tabel 1,66 dan nilai sig 0,003 < α 0,05 sehingga diperoleh hasil uji
Terima Ha2. Ini berarti bahwa benar terbukti ada pengaruh antara Capital
Employed Efficiency (CEE) terhadap PER.
Untuk hipotesis ketiga yang berbunyi Diduga Structural Capital Efficiency
(SCE) mempengaruhi PER dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar
2,985 > t tabel 1,66 dan nilai sig 0,003 < α 0,05 sehingga diperoleh hasil uji
Terima Ha3. Ini berarti bahwa benar terbukti ada pengaruh antara Structural
Capital Efficiency (SCE) terhadap PER.
2) Uji Hipotesis Simultan
Uji hipotesis simultan dilakukan untuk melihat pengaruh HCE, CEE dan SCE
terhadap PER dengan menggunakan uji regresi berganda. Sebagai indiktor
pengambilan keputusan yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F
tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka hipotesis
alternatif diterima artinya semua variabel independen secara bersama-sama dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen. Selain itu juga dapat dilihat
berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (a)
maka variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Tabel 4. Uji Hipotesis Simultan
ANOVAb
Model
1Regression
Residual
Total
Sum of Squares
df
Mean Square
101.345
3
33.782
885.752
86
10.299
987.097
89
F
13.280
Sig.
0.025a
a. Predictors: (Constant), SCE, CEE,
HCE
b. Dependent Variable: PER
Sumber: data sekunder diolah, 2013
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F hitung sebesar
13,280 > F tabel sebesar 3,94 dan nilai sig 0,025 < α 0,05 sehingga dapat dikatakan
hipotesis yang berbunyi Diduga bahwa Human Capital Efficiency (HCE), Capital
Employe Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi
Price Earning Ratio (PER) secara simultan ternukti di dukung. Sehingga terdapat
pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employe Efficiency (CEE) dan
Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Price Earning Ratio (PER). Hal ini
menunjukkan Ha4 diterima.
4. Analisis Regresi
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara Human Capital Efficiency
(HCE), Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE)
315
terhadap PER. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperolehlah persamaan regresi
sebagai berikut :
Y = 3,204 - 0.042x1 + 12.331x2 + 3.238x3
Adapun makna dari persamaan regresi tersebut diatas adalah:
a. PER akan bernilai 3,204 jika tidak ada pengaruh dari Human Capital Efficiency (HCE),
Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) pada
kondisi cateris Paribus. Nilai PER dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah
harga saham dan tingkat keuntungan perusahaan. Tanpa adanya Human Capital
Efficiency (HCE), Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency
(SCE) perusahaan tetap memiliki nilai PER.
b. Jika terjadi kenaikkan sebesar 1 satuan pada Human Capital Efficiency (HCE) akan
menurunkan PER sebesar 0,042. HCE memberikan pengaruh yang berlawanan arah
terhadap PER, dimana saat HCE naik nilai PER akan turun, hal ini bisa disebabkan
karena efisiensi berlebih terhadap pengeluaran gaji karyawan akan menimbulkan isu
negatif bagi perusahaan dan pada akhirnya menyebabkan demo pegawai yang akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan menurunkan animo masyarakat terhadap
saham tersebut yang berimbas juga pada harga saham perusahaan.
c. Jika terjadi kenaikkan sebesar 1 satuan terhadap Capital Employed Efficiency (CEE)
akan menaikkan PER sebesar 12,331. semakin besar nilai tambah yang dimiliki oleh
perusahaan maka akan membawa peningkatan kemajuan perusahaan, dengan
bertambahnya aktiva dalam jumlah kecil maka akan meningkatkan nilai CEE yang
membuktikan bahwa perusaahaan mampu menggunakan aktiva secara efektif dan
efisien sehingga mampu meningkatkan keuntungan perusaahaan.
d. Jika terjadi kenaikkan sebesar 1 satuan pada Structural Capital Efficiency (SCE) akan
menaikkan nilai PER sebesar 3,238. Kepemilikan competitive intelligence, formula,
sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, dan sebagainya, hasil dari produk atau
sistem perusahaan yang telah diciptakan akan meningkatkan kinerja perusahaan dan itu
berarti akan meningkatkan keuntungan perusahaan.
e. Dari persamaan regresi diatas juga diketahui bahwa beta Capital Employed Efficiency
(CEE) yang memberikan kontribusi terbesar untuk menaikkan nilai PER yaitu sebesar
0,487. Sehingga dapat dikataakan bahwa CEE merupakan variabel yang dominan. CEE
yang semakin besar maka akan meningkatkan kemajuan perusahaan dan PER akan
meningkat jika keuntungan perusahaan meningkat.
5. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan yang nyata dilakukan terhadap
perusahaan Perbankan yang meneliti pengaruh Modal Intelektual terhadap kinerja
perusahaan perbankan yang menggunakan Price Earning Ratio (PER) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009 - 2011.
6. Implikasi Bagi Penelitian Berikutnya
Karena beberapa kelemahan pada penelitian ini, maka diharapkan pada penelitian
selanjutnya perlu dimasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel lain. Secara parsial
Human Capital Efficiency (HCE) terbukti tidak mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)
sehingga perlu dipertimbangkan untuk tidak memasukkannya dalam perhitungan secara
simultan. Selain itu mungkin perlu diteliti lebih lanjut dengan variabel yang sama untuk
perusahaan perbankan yang lain yang memiliki Price Earning Ratio (PER) lebih tinggi.
316
DAFTAR PUSTAKA
Ali Arifin. Membaca Saham. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 2002.
Astuti,
P.
D.
dan
Arifin
S.
Hubungan Intellectual
Capital dan Business
Perfomance dengan Diamond Spesification: Sebuah Perspektif Akuntansi. SNA VIII,
2005. hlm. 694-707.
Bambang Setiarso PENDEKATAN “ KNOWLEDGE-BASE
PENGEMBANGAN MASYARAKAT. 2003.
ECONOMY”
untuk
Darmaji, Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta. 2001.
Dwi Prastowo. Anaslisis Laporan Keuangan. Jakarta : Unit Penerbit dan. Percetakan AMP
YKPN. 2002.
Ghozali, dan A. Chariri. 2008. ―Intellectual Capitaldan Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu
Analisis dengan Pendekatan PLS‖ dalamSNA XI.Vol. 1. hlm 1-32.
Goh, P.C. 2005. ―Intellectual Capital Performance of Commercial Banks in Malaysia.‖ Vol.6,
No.3. hlm 385-396.
Hidayat, Akmal, ‖Pengaruh Economic Value Added, Market Share, Earnings & Net Cash
Flow terhadap Retun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods di
BEI‖. Tesis Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.19. Salemba
Empat: Jakarta
Imaningati. ―Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusaahan Real Estate &
Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2009‖. Thesis. Universitas
Diponegoro.Semarang. 2007.
International Accounting Standards Board. Intangible Assets. IAS 38. International. 2004.
Kuryanto, Benny. ―Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan.‖ Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro. 2008.
Madhani, P. M. ―Resource Based View (RBV) of Competitive Advantage: An Overview.‖
http://ssrn.com/abstract=1578704. Diakses Mei 2012
Manurung, A.H. Strategi memenangkan transaksi saham di bursa. PT. Gramedia. Jakarta.
2004.
Margaretha, Farah dan Arief Rakhman. ―Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added
Intellectual Coifficient.‖ Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 2009. Vol. 8, No. 2, h. 199-217.
International Accounting Standards Board. 2004. Intangible Assets. IAS 38. International
317
Nik Maheran, N.M., Filzah, M.I. and Nik Rozhan, N.I. (2009), Intellectual Capital Efficiency
Level ofMalaysian Financial Sector: Panel Data Analysis (2002-2009), available at:
www.nikmaheran.com/v1/attachments/030_Intelectual_ capital.pdf
Partiwi, Dwi Astuti dan Sabeni, Arifin. Hubungan Intellectual Capital dan Business
Performance dengan Diamond Specification: Sebuah Perspektif Akuntansi. SNA VIII
Solo. 15-16 September 2005.
Pulic, A. 1999. ―Basic Information on VAICTM‖. www.vaic-on.net. Diaskses Maret 2011.
Ramadhan, I. I. 2009. ―Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja PerusaahanManufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2007‖. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rastogi, P.N. 2003. ―The Nature and Role of IC – Rethinking The Process of Value Creation
andSustained Enterprise Growth‖, dalam Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 No. 2
Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 2007.
Sawarjuwono, T. dan Agustine P. K. 2003. ―Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan
Pelaporan (Sebuah Library Research),” dalam Jurnal Akuntansidan
Keuangan.
Vol.5, No.1. hlm 35-57. Surabaya: Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Univesitas
Airlangga.
Sawarjuwono, Tjiptohadi;
Kadir, Agustine Prihatin,
Intellectual
Capital:
Perlakuan ... Akuntansi dan Keuangan, Mei 2003, Vol 5, No.1
Tan, H. P., Plowman, D., dan Hancock, P. 2007. ―Intellectual Capital and Financial returns of
Comapanies― dalam Journal of Intellectual Capital.Vol. 8, No. 1.
Ulum, I. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ulum, Ihyaul. ―Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia.‖ Paper
disajikan pada SNA 11, Pontianak. 2008.
318
IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA PERBANKAN
Mirawati Halini
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
[email protected]
ABSTRAKSI
Good corporate governance merupakan kunci penting dalam mengatasi krisis ekonomi dan
dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti
empiris pada implementasi good corporate governance terhadap kinerja perusahaan
perbankan.
Metode pengumpulan data adalah survey literatur. Jenis data berbentuk data sekunder berupa
annual report perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2009 - 2011. Dimensi waktu adalah study time series. Sampel penelitian adalah sebanyak 22
perusahaan dengan menggunakan purposive sampling method. Unit analisis adalah industri
perbankan. Analisis data menggunakan regresi linear berganda.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan: 1.Good corporate governance berpengaruh terhadap
capital. 2. Good corporate governance tidak berpengaruh terhadap asset. 3. Good corporate
governance tidak berpengaruh terhadap management. 4. Good corporate governance
berpengaruh terhadap earning. 5. Good corporate governance berpengaruh terhadap
liquidity.
Kesimpulan penelitian adalah good corporate governance mempengaruhi kinerja perbankan
karena dapat meningkatkan laba dalam perusahaan dan mengurangi biaya operasional
perusahaan sehingga menciptakan efisiensi perusahaan.
Kata Kunci : good corporate governance, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, Capital Adequecy Ratio,
Non Performing Loan, Net Profit Margin, Return On Asset, Loan to Deposit
Ratio.
PENDAHULUAN
Isu lemahnya penerapan Good Corporate Governance (GCG) menjadi perhatian dalam
dunia usaha sekarang ini. Bermula dari skandal Enron dan WorldCom di Amerika membuat
perusahaan - perusahaan untuk semakin memperhatikan peran corporate governance. Hal ini
terjadi disebabkan antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kurangnya
pengawasan atas aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor, serta kurangnya
intensif eksternal untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui persaingan
yang fair.
Di Indonesia kasus ini terjadi pada skandal Waskita Karya, salah satu BUMN jasa
konstruksi yang diduga melakukan rekayasa laporan keuangan. Pada industri perbankan, kasus
pembobolan seperti yang terjadi di Citibank dan Bank Mega. Dana nasabah Citibank dibobol
oleh mantan relationship managernya, Malinda Dee yang menarik dana nasabah tanpa
sepengetahuan pemilik. Kasus pembobolan dana deposito milik PT Elnusa Tbk yang
319
diperkirakan mencapai Rp 111 miliar juga terjadi padai Bank Mega Cabang Jababeka,
Cikarang. Masih banyak kasus lain yang terjadi pada bank lainnnya. Penerapan good corporate
governance dalam industri perbankan juga mendapat suatu perhatian khusus.
Pilot Project Self Assessment merupakan salah satu mekanisme yang diterapkan oleh
Bank Indonesia untuk mengukur tingkat GCG perbankan di Indonesia. Proyek ini September
2007 dilakukan terhadap 130 bank termasuk kantor cabang bank asing. Penilaian dilakukan
pada 13 aspek. Dari 130 bank yang ditelaah, 12 bank memperoleh kategori sangat baik, 76
bank baik, 39 bank cukup baik, dan 3 bank kurang baik.
Penerapan good corporate governance dinilai dapat memperbaiki citra perbankan yang
sempat buruk dan meningkatkan kepatuhhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam meningkatkan sistem perbankan yang sehat. Corporate governance
didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prosedur yang menjamin manajer untuk
menerapkan prinsip – prinsip manajemen berbasis nilai. Prinsip tersebut antara lain
transparancy, accountability, responsibility, independency dan fairness.Esensi tata kelola
perusahaan adalah untuk memastikan bahwa tujuan pemegang saham utama , kekayaan
manajemen diimplementasikan
(Totok Dewayanto, 2010).
Hubungan kontrak antara pemilik dan manajemen tersebut dituangkan dalam suatu
kontrak yaitu dalam teori keagenan. Teori agensi merupakan pemisahan kepemilikan
(principal) dan pengelolaan perusahaan (agent) yang akan mendorong setiap pihak berusaha
memaksimalkan kesejahteraan masing – masing. Pemilik akan mendorong manajer agar mau
bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan nilai
perusahaan (H. Sri Sulistyanto, 2008).
Penelitian corporate governance yang telah dilakukan oleh Herman Darwis (2009)
menemukan bahwa praktik good corporate governance pada perusahaan publik yang
mengikuti survei yang dilakukan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 - 2008. Penelitian tersebut
menghasilkan informasi bahwa implemantasi GCG dan kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian lain menunjukkan berbeda pada penelitian pengaruh mekanisme good
corporate governance terhadap kinerja perbankan nasional pada periode 2006 –
2008.Penelitian tersebut menghasilkan variabel ukuran dewan komisaris dan komisaris
independen berpengaruh terhadap kinerja perbankan, sedangkan kepemilikan saham oelh
pemegang saham pengendali, kepemilikan asing, dan kepemilikan pemerintah tidak
berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
Motivasi riset ini adalah untuk melakukan penelitian pada bidang perbankan karena
perbankan merupakan suatu bisnis berbasis kepercayaan masyarakat. Masyarakat menyimpan
dananya di bank semata-mata berdasarkan kepercayaan bahwa dananya akan kembali ditambah
sejumlah keuntungan yang berasal dari bunga. Selanjutnya dana tersebut akan diputar menjadi
bentuk berbagai investasi seperti pemberian kredit dan pembelian surat berharga. Apabila tidak
ditangani secara profesional, transparan dan hati-hati (prudential banking) akan menimbulkan
risiko dan bencana bagi perbankan. Apalagi banyak bank yang menganggap GCG lebih
sebagai biaya dan menghambat ekspansi usahanya, padahal penerapan GCG sangat penting
dalam menunjang kemajuan kinerja perbankan. Dengan ini penulis tertarik untuk meneliti di
bidang perbankan.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap capital pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
2. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap asset pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
320
3. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap management pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 –
2011.
4. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap earning pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
5. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap liquidity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
Penelitian ini bisa memberikan konstribusi pada, pertama, bagi perusahaan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dalam meningkatkan kinerja
perusahaan dan dapat menerapkan prinsip good corporate governance yang baik dalam
perusahaan. Kedua, bagi investor diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengambil
kebijaksanaan untuk membuat keputusan investasi. Ketiga, bagi akademik dan penelitian
selanjutnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang good corporate governance
dan memberikan masukan pada penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam rangka memahami konsep good corporate governance, maka digunakanlah
dasar perspektif hubungan keagenan. Hubungan keagenan merupakan hubungan antara dua
pihak dimana salah satu pihak menjadi agent dan pihak lain bertindak sebagai principal.
Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain
(agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut (Hendriksen, Eldon S.,dan Micheal F.Van Breda, 2000).
1. Teori Agensi.
Teori agensi (H. Sri Sulistyanto, 2008), merupakan pemisahan kepemilikan
(principal) dan pengelolaan perusahaan (agent) yang akan mendorong setiap pihak
berusaha memaksimalkan kesejahteraan masing – masing. Pemilik akan mendorong
manajer agar mau bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk
memaksimalkan nilai perusahaan.
2. Good Corporate Governance. Bank dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate
Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah – kaidah yang wajib
dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber – sumber perusahaan untuk berfungsi
secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan
bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan (Muh.Arief
Effendi, 2009).
Dengan menerapkan good corporate governance diharapkan dapat memberikan nilai
tambah bagi pemegang saham dan juga para stakeholder yang lain. Secara teoritis harus
diakui bahwa dengan melaksanakan prinsip good corporate governance, ada beberapa
manfaat yang didapatkan antara lain :
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan
yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid
(karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnnya.
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholder value dan deviden. Khusus bagi BUMN akan dapat
membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi.
321
3. Kinerja Perusahaan.
Kinerja perusahaan juga mempunyai kaitan dengan kinerja keuangan perusahaan
tersebut di mana kinerja keuangan juga mempunyai arti sebagai salah satu aspek yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan, keputusan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara rasional apabila ada indikasi yang
ditunjukkan oleh suatu analisis keuangan yang sifatnya akurat dan tepat.
Pada penelitian ini pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan analisis
CAMEL. Analisis CAMEL merupakan analisis untuk menilai kinerja perbankan baik
dilihat dari segi capital, assets, management, equity, and liquidity. Dengan demikian dapat
dilihat kinerja perbankan tersebut sehat atau tidak sehat.
Berdasarkan telaah literatur diatas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
Ha1 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap
capital pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
Ha2 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap
asset pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
Ha3 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap
management pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
Ha4 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap
earning pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
Ha5 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap
liquidity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Riset.
Rancangan penelitian ini bersifat kausalitas karena menguji pengaruh good corporate
governance secara parsial dan simultan terhadap capital, assets, management, equity, dan
liquidity pada perusahaan perbankan. Metode pengumpulan data adalah dengan riset
kepustakaan dan teknik dokumentasi. Jenis data berbentuk sekunder. Dimensi waktu yang
digunakan adalah study time series. Unit analisis adalah industri perbankan.
2. Populasi dan Sampel.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang terdiri dari tahun 2009 sebanyak 30
perusahaan perbankan, tahun 2010 sebanyak 31 perusahaan, dan tahun 2011 sebanyak 31
perusahaan. Populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian sebanyak 22 perusahaan setiap tahunnya.
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria antara lain perusahaan perbankan yang
sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2009 sampai dengan 2011
berturut-turut (secara konsisten), perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan
perusahaan perbankan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan 2009 sampai dengan
2011, dan perusahaan tersebut tidak melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2011. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan
purposive sampling method.
3. Variabel Penelitian.
Definisi operasional variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : pertama,
Kepemilikan Manajerial (X1). Kepemilikan manajerial sebagai proporsi saham biasa yang
dimiliki oleh manajemen. Kepemilikan manajerial diukur dari proporsi saham yang
dimiliki oleh manajer dibandingkan dengan total saham yang beredar.
322
Kedua, Kepemilikan Institusional (X2). Kepemilikan institusional adalah pemegang
saham dari pihak institusional seperti bank, lembaga asuransi, perusahaan investasi dan
institusi lainnya. Kepemilikan institusional diukur dari proporsi saham yang dimiliki oleh
pihak institusi dbandingkan denfan total saham yang beredar.
Ketiga, Dewan Komisaris (X3). Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme
mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk serta arahan pada pengelola
perusahaan. Dewan komisaris dapat diukur dengan jumlah dewan komisaris yang ada
dalam perusahaan.
Keempat, Komisaris Independen (X4). Komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak sematamata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen diukur dengan jumlah dewan
komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris.
Kelima, Komite Audit (X5). Suatu komite yang bekerja secara profesional dan
independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan tugasnya adalah membantu dan
memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi
pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan
audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan – perusahaan. Komite
audit diukur berdasarkan keberadaannya di dalam perusahan dengan menggunakan variabel
dummy. Jika perusahaan memiliki komite audit maka akan diberi angka 1 dan sebaliknya
akan diberi angka 0.
Keenam, Capital (Y1). Capital diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)
dengan rumus jumlah modal dibandingkan dengan aktiva tertimbang menurut resiko.
Ketujuh, Assets Quality (Y2). Penilaian assets dengan menggunakan rasio Non
Performing Loan (NPL), dengan rumus jumlah total kredit bermasalah dibandingkan
dengan total kredit.
Kedelapan, Management (Y3). Aspek manajemen pada penelitian analisis ini tidak
mennggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit
margin seperti dalam penelitian Merkusiwati. Alasannya seluruh kegiatan manajemen
suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva,
manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan
mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba (Nanang Agus Tri Wahyudi, 2010).
Semakin besar rasio NPM mengindikasikan tingkat kesehatan bank semakin bagus.
Kesembilan, Earning (Y4). Earning diukur dengan menggunakan Return On Assets
(ROA). Semakin besar nilai ROA tersebut semakin menunjukkan kinerja bank tersebut
semakin bagus. Penilaian ROA dihitung dengan menggunakan rumus jumlah laba bersih
sebelum pajak dibandingkan dengan total aktiva.
Kesepuluh, Liquidity (Y5). Liquidity diukur dengan menggunakan Loan To Deposit
Ratio (LDR), dengan rumus jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan total dana
pihak ketiga.
4. Teknik Analisis Data.
Langkah – langkah metode analisis data adalah sebagai berikut :
a. Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi
datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran umum
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta menjelaskan hasil
penelitian.
323
b. Kausalitas
Metode analisis kausalitas menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
c. Uji Kualitas Data (Normalisasi data)
Uji kualitas data dilakukan dengan mengunakan uji normalitas. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan bebas
mempunyai distribusi normal ataukah tidak dengan menggunakan grafik normal
probability plot. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan adalah grafik normal probability
plot
tampak titik–titik menyebar dan mendekati garis diagonalnya. Hal ini
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.
d. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Pengujian asumsi multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara
variabel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya dalam model regresi
tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika
terjadi korelasi maka dinamakan terdapat masalah multikolinearitas. Deteksi
adanya multikolinieritas dilakukan dengan melihat besarnya nilai VIF (Varianse
Inflation Factor). Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
a) Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas
b) Jika VIF <10, maka tidak terjadi multikolinieritas.
2) Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan salah satu pengujian asumsi klasik yang digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat atau tidaknya kolerasi antara sesama urutan
pengamatan dari waktu ke waktu. Deteksi adanya kolerasi yaitu dengan melihat
angka Durbin Watson (D-W). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika
nilai Durbin Watso mendekati atau disekitar angka 2 maka model tersebut maka
dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi
dan sebaliknya.
3) Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual pada satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang tidak terdapat heterokedastisitas. Deteksi adanya
heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
pengujian heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
a) Jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah
terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
324
e. Uji Hipotesis
1) Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh signifikan atau tidak secara parsial antara variabal independen
(X) terhadap variable dependen (Y). Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi
5%, maka taraf kepercayaannya adalah 95%. Dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut :
a) Jika Sig < 0,05 maka Ha diterima
b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak
2) Uji F
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak bersama-sama antara variable
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Pengujian ini menggunakan tingkat
signifikansi 5% maka taraf kepercayaannya adalah 95%. Dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut :
a) Jika Sig < 0,05 maka Ha diterima
b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak
f. Uji Determinasi (Adjusted R2)
Uji determinasi digunakan
untuk memprediksi seberapa jauh pengaruh
kepemilikan manajerial, kepemilikan instusional, dewan komisaris, komisaris
independen, dan komite audit (variabel independen) terhadap kinerja perusahaan
(variabel dependen). Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Y3 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Y4 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Y5 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
a
b1-b5
X1
X2
X3
X4
X5
e
= CAR (Capital Adequecy Ratio)
= NPL (Non Performing Loan)
= NPM (Net Profit Margin)
= ROA (Return On Asset)
= LDR (Loan to Deposit Ratio)
= Konstanta
= Koefisien regresi variabel independen
= Kepemilikan Manajerial
= Kepemilikan Institusional
= Dewan Komisaris
= Komisaris Independen
= Komite Audit
= Koefisien error
325
5. Metoda Penelitian.
Model penelitian dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini :
Kepemilikan
Manajerial
CAR
Kepemilikan
Institusional
NPL
Dewan Komisaris
NPM
Komisaris
Independen
ROA
Komite Audit
LDR
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Statistik Deskriptif. Pada penelitian ini, hasil pembahasan dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel
Variabel
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
CAR
NPL
NPM
ROA
LDR
Sumber : Data diolah
Mean
4,0830
69,3029
5,1364
49,1438
0,9545
16,5492
2,4208
13,5283
1,8645
79,1515
a. Kepemilikan Manajerial (X1). Tabel 1 menunjukkan nilai mean sebesar 4,08%
artinya kepemilikan saham oleh pihak manajerial masih sangat kecil. Pengaruh dengan
adanya kepemilikan manajerial selaku pemegang saham dan manajer, tentunya akan
menselaraskan kepentingannya dengan kepentingannya sebagai pemegang saham.
326
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Dengan demikian semakin besar kepemilikan manajerial akan semakin meningkatkan
kinerja perusahaan.
Kepemilikan Institusional (X2). Tabel 1 menunjukkan nilai mean 69,30%. Artinya
proporsi kepemilikan institusional termasuk dalam nilai yang cukup tinggi, sehingga
dengan semakin besarnya pengaruh kepemilikan institusional yang melakukan
pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen, maka
akan mendorong manajer untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Dewan Komisaris (X3). Tabel 1 menunjukkan rata–rata setiap perusahaan perbankan
memiliki jumlah dewan komisaris sebanyak 5,13 orang. Dalam hal ini menunjukkan
pengawasan dan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh direksi sudah
cukup baik.
Komisaris Independen (X4). Tabel 1 menunjukkan nilai rata–rata komisaris
independen sebesar 49,14%. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia no. 8/4/PBI/2006
tentang pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum menyatakan bahwa
paling kurang perbankan harus memiliki komisaris independen sebesar 50% dari
jumlah dewan komisaris. Dari tabel diatas, menunjukkan nilai rata – rata komisaris
independen sebesar 49,14% artinya hampir mencapai nilai 50%. Dalam hal ini masih
dikategorikan baik.
Komite Audit (X5). Tabel 1 menunjukkan variabel komite audit nilai rata–rata sebesar
0,95. Pada penelitian ini komite audit diukur dengan dummy variabel dimana
perusahaan perbankan yang memiliki komite audit dinyatakan dengan angka 1 dan
yang tidak memiliki komite audit dinyatakan dengan angka 0. Nilai sebesar 0,95
artinya rata-rata perusahaan perbankan memiliki komite audit.
Capital Adequacy Ratio (Y1). Variabel kinerja perusahan (capital) di ukur
menggunakan CAR yaitu mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung resiko. Sesuai Peraturan Bank Indonesia no.
10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008, bank – bank diwajibkan untuk
memenuhi rasio kewajiban modal minimum sebesar 8%. Semaikin tinggi nilai CAR
semakin menunjukkan sehat bank tersebut. Nilai rata–rata CAR yang dimiliki
perusahaan sebesar 16,54%, artinya kemampuan bank tersebut untuk menanggung
resiko yang dihadapi sudah menunjukkan kinerja yang sangat bagus dari segi capital.
Non Performing Loan (Y2). Variabel kinerja perusahan (asset) diukur menggunakan
NPL. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentag Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi NPL (diatas 5%) maka bank
tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi meyebabkan menurunnya laba yang akan
diterima oleh bank. Dari tabel diatas, nilai rata–rata dari NPL sebesar 2,42% yang
artinya kinerja perbankan masih termasuk dalam kategori yang bagus.
Net Profit Margin (X3). Variabel kinerja perusahan (management) di ukur
menggunakan NPM. NPM merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan
(laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari
kegiatan operasionalnya. Semaki besar nilai NPM semakin bagus kinerja sebuah bank.
Nilai rata–rata dari NPM sebesar 13,52%, artinya kita pendapatan operasional bank
sebesar 1, maka akan menghasilkan laba bersih sebesar 0,13. Dalam hal ini, sudah
menunjukkan kinerja yang bagus.
Return On Assets (Y4). Variabel kinerja perusahan (earning) di ukur menggunakan
ROA. Suatu bank dapat dimasukkan dalam kategori sehat apabila memiliki rasio ROA
minimal 1,5%. Nilai rata–rata dari ROA sebesar 1,86% artinya rata–rata ROA yang
dimiliki perbankan sudah menunjukkan kinerja yang bagus.
Liquidity to Deposit Ratio (Y5). Variabel kinerja perusahaan (liquidity) di ukur
menggunakan LDR. Hal ini menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan
327
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank. Berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia no. 12/19/DPI/2010 batas bawah LDR target sebesar 78% dan batas
atas LDR target sebesar 100%. Semakin rendah nilai LDR berarti bank tersebut
semakin likuid. Nilai rata–rata dari LDR sebesar 79,15% artinya perbankan yang
diamati masih termasuk bank yang likuid.
2. Uji Asumsi Klasik. Yang perlu di uji dalam asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas,
uji autokolerasi, dan uji heterokedastisitas.
Tabel 2. Uji Multikolinearitas
Variabel
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
VIF
8,028
1,394
1,618
1,433
7,777
Kesimpulan
Tidak ada multikolinearitas
Tidak ada multikolinearitas
Tidak ada multikolinearitas
Tidak ada multikolinearitas
Tidak ada multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor
(VIF) dari tiap – tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa
kolerasi antar independen masih bisa ditolerir. Berdasarkan hasil analisis, tidak ada
variabel independen dalam penelitian ini yang memiliki nilai IF lebih dari 10. Dengan
demikian hasil analisis menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas.
Tabel 3. Uji Autokolerasi
Variabel Dependen
CAR
NPL
NPM
ROA
LDR
DW
2,150
1,947
1,653
1,974
1,662
Kesimpulan
Tidak terjadi autokolerasi
Tidak terjadi autokolerasi
Tidak terjadi autokolerasi
Tidak terjadi autokolerasi
Tidak terjadi autokolerasi
Uji autokolerasi dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson. Dari tabel 3 dapat
dilihat nilai Durbin Watson berada di sekitar angka 2 yang berarti pada model regresi
tersebut tidak terdapat masalah autokolerasi.
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan grafik scatterplot. Pada tabel 4 menunjukkan
penyebaran titik – titik secara acak dan tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi
heterokedastisitas. Untuk hasil tersebut dapat di lihat pada tabel 4 dibawah ini.
328
Tabel 4. Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Scatterplot
Dependent Variable: NPL
Dependent Variable: CAR
2
Regression Standardized Predicted
Value
Regression Standardized Predicted
Value
4
3
2
1
0
-1
-2
1
0
-1
-2
-3
-4
-2
0
2
4
-2
-1
0
Regression Standardized Residual
Scatterplot
Scatterplot
Dependent Variable: NPM
Dependent Variable: ROA
2
3
2
Regression Standardized Predicted
Value
2
Regression Standardized Predicted
Value
1
Regression Standardized Residual
1
0
-1
-2
-3
1
0
-1
-2
-3
-4
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
-3
4
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Regression Standardized Residual
Scatterplot
Dependent Variable: LDR
Regression Standardized Predicted
Value
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Regression Standardized Residual
3. Uji Hipotesis.
Uji hipotesis dilakukan terhadap lima model regresi. Pertama menggunkan CAR sebagai
kinerja perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
329
Tabel 5. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen CAR
Variabel
Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat
0,435
0,055
-0,645
-0,069
24,483
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
P Value
(Sig).
0,001
0,052
0,105
0,041
0,002
Sumber : Data diolah
(1) Hipotesis 1
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap
capital.
Ha1 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap capital.
Maka: Ha1 ditolak
Dilihat dari p-value (sig) pada kepemilikan institusional sebesar 0,052, dewan
komisaris sebesar 0,105 maka dapat dijelaskan tidak semua dimensi pada good
corporate governance berpengaruh secara parsial terhadap capital. Hanya
kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite audit yang berpengaruh
secara parsial terhadap good corporate governance.
Sedangkan uji F digunkan uuntuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara
simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen CAR
Model
1
F
Sig
6,155
0,000
Sumber : Data diolah
(2) Hipotesis 2
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
capital.
Ha2 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
capital.
Maka: Ha2 diterima
Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 maka dapat
dijelaskan bahwa good corporate governance berpengaruh secara simultan terhadap
capital.
330
Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut :
Y = -5,707 + 0,435X1 + 0,055X2 – 0,645X3 – 0,069X4 + 24,483X5 + e
Model penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh good corporate governanc
berpengaruh secara parsial terhadap capital adalah signifikan dengan melihat sig dari uji
anova sebesar 0,00 dibawah 0,005.
Tabel 7. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen NPL
Variabel
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat
0,013
0,007
0,182
0,009
-0,250
P Value
(Sig).
0,725
0,372
0,128
0,356
0,910
Sumber : Data diolah
(3) Hipotesis 3
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap
assets.
Ha3 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap assets.
Maka: Ha3 ditolak
Dilihat dari p-value (sig) semua dimensi pada good corporate governance tidak
berpengaruh secara parsial terhadap asssets.
Sedangkan uji F digunakan uuntuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara
simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen NPL
Model
1
Sumber : Data diolah
F
Sig
1,535
0,193
(4) Hipotesis 4
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
assets.
Ha4 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap assets.
Maka: Ha4 ditolak
Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,193 atau lebih dari 0,05 maka dapat
dijelaskan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh secara simultan
terhadap assets
331
Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut :
Y = 0,701 + 0,013X1 + 0,007X2 + 0,182X3 + 0,009X4 – 0,250X5 + e
Tabel 9. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen NPM
Variabel
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
Sumber : Data diolah
Koefisien pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat
-0,215
-0,085
0,501
0,026
-1,591
P Value
(Sig).
0,317
0,077
0,457
0,646
0,900
(5) Hipotesis 5
Ho5 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap
management.
Ha5 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap
management.
Maka: Ha5 ditolak
Dilihat dari p-value (sig) semua dimensi pada good corporate governance tidak
berpengaruh secara parsial terhadap management.
Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara
simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen NPM
Model
1
Sumber : Data diolah
F
Sig
1,553
0,187
(6) Hipotesis 6
Ho6 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
management.
Ha6 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
management.
Maka: Ha6 ditolak
Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,187 atau lebih dari 0,05 maka dapat
dijelaskan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh secara simultan
terhadap assets.
Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut :
Y = 17,987 – 0,215X1 - 0,085X2 + 0,501X3 + 0,026X4 – 1,591X5 + e
332
Tabel 11. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen ROA
Variabel
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat
-0,033
-0,017
0,169
-0,002
-0,067
P Value
(Sig).
0,163
0,002
0,023
0,733
0,961
Sumber : Data diolah
(7) Hipotesis 7
Ho7 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap
earning.
Ha7 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap earning.
Maka: Ha7 ditolak
Dilihat dari p-value (sig) pada kepemilikan manajerial sebesar 0,163, komisaris
independen sebesar 0,733, dan komite audit sebesar 0,961 maka dapat dijelaskan
tidak semua dimensi pada good corporate governance berpengaruh secara parsial
terhadap earning. Hanya kepemilikan institusional dan dewan komisaris yang
berpengaruh secara parsial terhadap good corporate governance.
Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara
simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen ROA
Model
1
Sumber : Data diolah
F
Sig
4,780
0,001
(8) Hipotesis 8
Ho8 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
earning.
Ha8 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
earning.
Maka: Ha8 ditolak
Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,01 atau kurang dari 0,05 maka dapat
dijelaskan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh secara simultan
terhadap earning.
Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut :
Y = 2,451 - 0,033X1 - 0,017X2 + 0,169X3 - 0.002X4 - 0,067X5 + e
333
Tabel 13. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen LDR
Variabel
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite Audit
Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat
-0,657
-0,012
3,755
-0,348
-35,674
P Value
(Sig).
0,218
0,919
0,027
0,015
0,256
Sumber : Data diolah
(9) Hipotesis 9
Ho9 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap
liquidity.
Ha9 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap liquidity.
Maka: Ha9 ditolak
Dilihat dari p-value (sig) pada kepemilikan manajerial sebesar 0,218, kepemilikan
institusional 0,919, dan komite audit sebesar 0,256 maka dapat dijelaskan tidak
semua dimensi pada good corporate governance berpengaruh secara parsial
terhadap liquidity. Hanya dewan komisaris dan komisaris independen yang
berpengaruh secara parsial terhadap good corporate governance.
Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit
secara simultan terhadap liquidity. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai
berikut :
Tabel 13. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen LDR
Model
1
Sumber : Data diolah
F
Sig
3,628
0,006
(8) Hipotesis 10
Ho10 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
liquidity.
Ha10 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan
komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap
liquidity.
Maka: Ha10 diterima
Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,006 atau kurang dari 0,05 maka dapat
dijelaskan bahwa good corporate governance berpengaruh secara simultan terhadap
liquidity.
Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut :
Y = 114,518 – 0,657X1 – 0,012X2 + 3,755X3 – 0,348X4 – 35,674X5 + e
334
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal – hal sebagai
berikut :
a. Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap CAR. Adanya kepemilikan
manajerial yang menselaraskan kepentingan pemegang saham dan kepentingannya
sendiri maka akan berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perbankan dalam hal
permodalan yang cukup dimiliki bank dalam menghadapi aktiva yang beresiko
misalnya dalam hal kredit yang diberikan. Kepemilikan institusional dalam
pengawasannya tidak berpengaruh dalam peningkatan modal. Karena fungsi dewan
komisaris hanya sebagai pengawas atas pengelolaan oleh direksi, tidak dalam
pengelolaan kegiatan operasional maka tidak berpengaruh dengan CAR. Adanya
independensi komisaris dalam pengawasan perusahaan akan memberikan pengaruh
dalam mengatur kinerja perusahaan, karena komisaris independen tidak terafiliasi
dengan semua direksi dan pemengang saham, sehingga tingkat pengawasan akan lebih
transparansi. Pengawasan fungsi atas proses laporan keuangan, pengawasan dalam
manajemen resiko dalam mengatur resiko yang mungkin dihadapi mempunyai
pengaruh dalam rasio CAR untuk mengatur kecukupan permodalan yang dimiliki bank
dalam menunjang aktiva yang beresiko. Good corporate governance berpengaruh
dalam kinerja perbankan dalam segi permodalan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar CAR maka laba yang diperoleh bank akan semakin besar maka semakin tinggi
kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian
kegiatan usahanya sehingga kinerja bank juga meningkat.
b. Kepemilikan manajerial, kepemilikan insitusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan
komite audit tidak memberikan pengaruh NPL, karena umumnya NPL sendiri dipengaruhi oleh
kemampuan debitur dari sisi financial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman, naik
turunnya suku bunga kredit, inflasi, kondisi perekonomian, dan lainnya.
c. Kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi NPM, karena kemungkinan NPM
dipengaruhi oleh pendapatan operasional, tingkat suku bunga kredit yang rendah yang
akan memberikan laba terhadap perusahaan, dan lainnya.
d. Karena proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang kecil, maka tidak
memiliki pengaruh yang besar pada pencapaian laba perusahaan, tetapi umumnya
dipengaruhi oleh kinerja manajemen dan karyawan pada perusahaan tersebut.
Persentase kepemilikan saham oleh pihak institusional yang besar memiliki pengaruh
dalam pencapaian tingkat laba perusahaan yang besar. Dalam hal ini pihak institusional
sebagai pengawas atas kinerja manajemen sehingga pihak manajemen semakin
menunjukkan kinerja yang bagus dalam pencapaian laba. Banyaknya jumlah dewan
komisaris dan kinerja dari dewan komisaris berpengaruh pada peningkatan laba
perusahaan sehingga dewan komisaris memiliki pengauh terhadap ROA. Fungsi dari
komisaris independen yang berfungsi sebagai pengawas atas pengelolaan perusahaan
oleh direksi tapi tidak dalam hal pengambilan keputusan operasional, hal ini
menyebabkan tidak terlalu berpengaruh atas laba perusahaan. Selain itu, kemungkinan
disebabkan pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin
hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk
menegakkan good corporate governance di dalam perusahaan. Fungsi pengawasan
internal dan audit perusahaan tidak terdapat pengaruh yang besar pada pencapaian laba
perusahaan, umumnya lebih berpengaruh pada kinerja direksi dan manajemen
perusahaan.
335
e. Kepemilikan saham oleh manajerial tidak memberikan pengaruh dalam tingkat likuid
suatu bank. LDR ditentukan oleh besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh
bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Kepemilikan saham oleh
pihak institusional juga tidak memberikan pengaruh terhadap LDR. Tugas dari dewan
komisaris atas pengawasan pengelolaan perusahaan atas pengukuran tingkat likuiditas
sangat diperhatikan. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu
sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Demikian fungsi komisaris
independen yang bertanggung jawab atas pengawasan pengelolaan perusahaan
mempunyai pengaruh atas kegiatan utama bank ini. Sesuai fungsi dari komite audit,
kemungkinan tidak terlalu berperan dalam kegiatan aktivitas dalam mengukur tingkat
likuiditas sehingga tidak berpengaruh terhadap LDR.
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan nyata yang memiliki beberapa
keterbatasan , antara lain dalam variabel independen masih dapat diukur dengan faktor –
faktor lain misalnya fraud, ukuran perusahaan, latar belakang pendidikan komisaris, dan
lainnya. Di samping itu, penelitian ini banyak mengandung kelemahan, seperti jumlah
sampel, obyek penelitian, dan lainnya.
3. Implikasi bagi Penelitian Selanjutnya.
Dengan adanya kelemahan dalam penelitian ini, maka diharapkan pada penelitian
selanjutnya dapat menggunkan variabel independen lainnya dan menambah obyek
penelitian lain.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan jurnal ini tidak luput dari dukungan dan motivasi dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang tulus dengan penuh rasa hormat khususnya kepada Ibu Sri Handayani, SE. MM, selaku
pembimbing, yang telah berkenan meluangkan waktu, mendukung dan memberikan banyak
bimbingan dan pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini dengan
baik dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Deni Darmawati, Khomsiyah, Rika Gelar Rahayu¸ ― Hubungan Corporate Governance dan
Kinerja Perusahaan‖, SNA VII Denpasar-Bali, 2-3 Desember 2004
Herman Darwis, ―Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan‖, Jurnal Keuangan dan
Perbankan, No. 3 (September, 2009)
Hendriksen, Eldon S.,dan Micheal F.Van Breda, Teori Akuntansi terjemahan dari Accounting
Theory, Interaksara, Jakarta, 2000
G. Sri Sulistyanto, Teori dan Model Empiris Manajemen Laba, Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2008
Muh.Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance, Salemba Empat, Jakarta, 2009
Totok Dewayanto, ―Pengaruh Mekanisme Good Corporate Terhadap Kineja Perbankan
Nasional Studi Pada Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006
– 2008‖, Vol.5 No.2, Desember 2010
336
INTELLECTUAL CAPITAL DAN KINERJA PERUSAHAAN
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Susan
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
[email protected]
ABSTRAKSI
Intellectual capital (IC) akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya melakukan
peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa IC
merupakan landasan bagi perusahaan untuk menjadi lebih kompetitif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara IC dengan kinerja perusahaan. IC merupakan variabel
independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 62 perusahaan perbankan Indonesia yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia antara tahun 2009-2010. Penelitian ini menggunakan
Model Pulic (Value Added Intellectual Coefficient – VAICTM) sebagai ukuran efisiensi atas
komponen IC; physical capital coefficient (VACA), human capital coefficient (VAHU), dan
structural capital coefficient (STVA) dan metode regresi sederhana digunakan untuk menguji
pengaruh antara VAICTM dengan kinerja perusahaan, dimana tiga rasio keuangan dipilih
sebagai ukuran proksi untuk kinerja perusahaan (ROE, EPS dan SR).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: IC tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on
Equity; IC berpengaruh positif terhadap Earnings Per Share; IC tidak berpengaruh positif
terhadap Stock Return.
Kata kunci: VAICTM, Return On Equity. Earnings Per Share, Stock Return.
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, intensitas persaingan yang semakin tinggi dan ketat
memaksa sebagian besar perusahaan untuk meningkatkan asset yang dimilikinya untuk bisa
mendapatkan laba yang besar dengan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Peranan
IC semakin strategis, bahkan akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya melakukan
lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran
bahwa IC merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini
antara lain ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based company muncul
dalam wacana bisnis. Dunia bisnis di Indonesia kurang memiliki keunggulan kompetitif dalam
kegiatan inovatif yang menyebabkan rendahnya daya saing. Hal ini sesuai laporan World
Economic Forum tahun 2006 posisi daya saing Indonesia saat itu tergolong rendah yaitu
berada pada urutan 50 diantara 125 negara. Adapun yang menyebabkan rendahnya daya saing
antara lain rendahnya kualitas Intellectual Capital Indonesia (seperti lemahnya penguasaan dan
penerapan teknologi).Sehingga SDM Indonesia masih kurang mampu berkompetensi di
lingkungan global. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan dengan alasan karena
sektor perbankan intellectual lebih penting dibandingkan kemampuan fisik dalam proses
337
memperoleh kekayaan seperti yang dikemukan oleh Bannany. Begitu pula, Mavridis
menyatakan secara umum sektor perbankan merupakan bidang ideal bagi penelitian
Intellectual Capital bersifat bisnis sektor perbankan adalah memerlukan Intellectual. Selain
dari aspek intellectual, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih homogen
dibandingkan dengan sektor lainnya.
Secara ringkas menurut Sangkala mengartikan Intellectual Capital sebagai asset berbasis
pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing. Setelah mengetahui definisi
Intellectual Capital, perlu memahami komponen-komponen Intellectual Capital. Intellectual
capital terdiri dari tiga elemen utama yaitu:
1. Human Capital (modal manusia), merupakan lifeblood dalam modal intelektual.
Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi
terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut.
2. Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi), merupakan kemampuan
organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya
yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal
serta kinerja bisnis secara keseluruhan,
3. Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan), merupakan hubungan yang
harmonis association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya.
Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic, didesain untuk menyajikan informasi tentang
value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud
(intangible assets) yang dimiliki perusahaan. mengembangkan "Value Added Intellectual
Coefficient" (VAICTM) untuk mengukur IC perusahaan. Model ini dimulai dengan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling
objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
penciptaan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. output
(OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar,
sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.
Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk
dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang
direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai cost dan tidak masuk dalam
komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja
sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). VA dipengaruhi oleh efisiensi Human
Capital (HC) dan Structural Capital (SC).
Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Return on Equity pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun
2009-2010?
2. Apakah ada pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Earnings Per Share pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun
2009-2010?
3. Apakah ada pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Stock Return pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun
2009-2010?
338
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap
Return on Equity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
berdasarkan tahun 2009-2010.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap
Earnings per Share pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) berdasarkan tahun 2009-2010.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capita terhadap
Stock Return pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
berdasarkan tahun 2009-2010.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain :
1. Bagi emiten, Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan Intellectual Capital dan hubungannya
dengan kinerja perusahaan.
2. Bagi investor, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengambil
kebijaksanaan untuk membuat keputusan investasi.
3. Bagi kalangan akademis, Hasil penelitian ini diharapkan bahwa penelitian ini dapat
memberikan informasi dan referensi tambahan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka dalam
pengumpulan, dan menyajikan yang berguna bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berupa annual report perusahaan perbankan
2009 dan 2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang meliputi neraca dan laporan
laba rugi.
Sumber data yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah diolah dan
diperoleh penulis dari Bursa Efek Indonesia, yaitu Laporan Keuangan perusahaan perbankan
tahun 2009-2010 yang terdaftar di BEI, yang sumbernya didapat dari : Website Bursa Efek
Indonesia. Data berupa laporan keuangan periode 2009-2010 yang telah dipublikasikan,
memuat laporan keuangan tahunan yang meliputi neraca dan laporan laba / rugi tahun 20092010
Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 dan 2010. Ada 31 Perusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu sampel diambil
berdasarkan jumlah semua populasi yang terdapat pada obyek penelitian. Jumlah sampel yang
diambil dari penelitian ini yaitu : Tahun 2009 ada 31 perusahaan perbankan dan tahun 2010
ada 31 perusahaan perbankan.
Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah IC yang diukur berdasarkan value
added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan
339
structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan
nama VAICtm yang dikembangkan oleh Public.
Formulasi dan tahapan perhitungan VAICtm adalah sebagai berikut:
a. Menghitung Value Added (VA). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.
VA = OUT – IN
b. Menghitung Value Added Physical Capital (VACA). VACA adalah indikator untuk VA
yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi
yang dibuat oleh setiap unit dari CA terhadap value added organisasi.
VACA = VA/CA
c. Menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU menunjukkan berapa banyak
VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini
menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC
terhadap value added organisasi.
VAHU = VA/HC
d. Menghitung Structural Capital Value Added (STVA). STVA ini mengukur jumlah SC
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC/VA
e. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICtm). VAICtm mengindikasikan
kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business
Performance Indicator ). VAICtm merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya,
yaitu : VACA, VAHU, dan STVA.
.
VAIC™ = VACA + VAHU + STVA
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diproksikan
dengan Return on Equity (ROE), Earnings Per Share (EPS), dan Stock Return (SR).
Formulasi perhitungan kinerja perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Return on Equity (ROE)
ROE mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat menghasilkan
setiap rupiah dari modal pemegang saham.. Rumus untuk memperoleh ROE adalah:
Laba setelah pajak
ROE =
100 %
X
Rata-rata Equity
b. . Earnings Per Share (EPS)
EPS memberikan ukuran profitabilitas yang menggabungkan keputusan operasi,
investasi dan pembiayaan (Stikney dan Weil, 1997 dalam Tan et al.,2007). Formula
untuk memperoleh EPS adalah:
Laba setelah pajak
EPS =
x 100 %
Jumlah saham yang beredar
340
c. Stock Return (SR)
SR mengukur perubahan harga saham termasuk deviden dan disesuaikan untuk setiap
saham yang bervariasi. Rumus untuk memperoleh ASR adalah:
( Harga saham t - Harga saham tahun t -1 )
SR =
Harga saham tahun t
Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis, terarah dan sesuai dengan
masalah penelitian. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka menyusun
skripsi ini dilakukan dengan beberapa metode antara lain :
1. Riset Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan mempelajari
buku–buku yang berkaitan dengan topik yang dibahas, mengumpulkan, membaca, dan
memahami buku, artikel, jurnal, catatan perkuliahan, internet, dan sebagainya yang dapat
memberikan gambaran dan penjelasan secara teori.
2. Teknik Dokumentasi
Dalam hal ini, teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data dari Bursa
Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id untuk mengumpulkan data yang
diperlukan bagi penulis skripsi ini.
Metode Analisis
Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara umum, pendekatan
kuantitatif lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi, dengan melakukan pengujian statistic
dan steril dari pengaruh subjektif peneliti. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi sederhana. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai pengaruh
Intellectual Capital tehadap Return on Equity, Earnings Per Share, dan Stock Return.
Hipotesis
Ha1 = Terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Return on Equity pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun
2009-2010.
Ha2 = Terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Earnings Per Share
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan
tahun 2009-2010.
Ha3 = Terdapat pengaruh positif Intellectual Capital terhadap Stock Return pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 20092010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah
menerbitkan laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut dari tahun 2009 -2010 dan telah
dipublikasikan yaiu sebanyak 31 perusahaan. Dengan menggunakan metode penggabungan
data maka dalam hal ini diperoleh sebanyak 31 x 2 = 62 data pengamatan.
Koefisien Determinasi (R2)
Uji Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
341
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan
variabel – variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel –
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
Tabel 5.6 Koefisien Determinan pada ln_ROE
Modal Summaryb
Model
R
R Square
1
.0232a
.054
a. Dependent Variable : ln_ROE
Adjusted R
Square
.038
Std. Error
of
the
Estimate
1.03512
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil besarnya pengaruh variabel independen
(Intellectual Capital) terhadap variabel dependen (Return On Equity) yang dapat diterangkan
oleh model persamaan ini adalah sebesar 0,054 atau 5,4%, dan sisanya sebesar 94,6%
dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, contoh :
pendapatan, penjualan, dan lain-lain.
Tabel 5.8 Koefisien Determinan pada ln_EPS
Modal Summaryb
Std. Error
Adjusted R
Model
R
R Square
of
the
Square
Estimate
1
.510a
.260
.247
1.75624
a. Dependent Variable : ln_EPS
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil besarnya pengaruh variabel independen
(Intellectual Capital) terhadap variabel dependen (Earnings Per Share) yang dapat diterangkan
oleh model persamaan ini adalah sebesar 0,260 atau 26%, dan sisanya sebesar 74%
dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, contoh:
penjualan, saham,dan lain-lain.
Tabel 6.0 Koefisien Determinan pada ln_SR
Modal Summaryb
Model
1
R
R Square
.123a
.015
a. Dependent Variable : ln_SR
Adjusted R
Square
-.001
Std. Error
of
the
Estimate
.77680
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil besarnya pengaruh variabel independen
(Intellectual Capital) terhadap variabel dependen (Stock Return) yang dapat diterangkan oleh
model persamaan ini adalah sebesar 0,015 atau 1,5%, dan sisanya sebesar 98,5% dipengaruhi
oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, contoh: laba, saham,dan
lain-lain.
342
Uji Hipotesis (Uji t)
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan koefisien regresi tersebut mempunyai
pengaruh signifikan atau tidak secara parsial antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
(a) Jika Sig <0,05, maka Ha diterima
(b) Jika Sig > 0,05, maka Ha ditolak
Tabel 5.5 Uji t pada ln_ROE
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
VAIC
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2.862
.392
Standardized
Coefficients
Beta
t
-7.309
Sig.
.000
.581
.232
.069
.314
1.849
Dari uji diperoleh hasil Sig sebesar 0,069 yang berarti diatas 0,05 maka Ha ditolak atau
variable Intellectual Capital secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan tetapi
berpengaruh positif terhadap Return On Equity. Hal ini disebabkan karena perusahaan di
Indonesia belum dapat megelola dan memanfaatkan kekayaan intelektualnya secara maksimal
untuk menciptakan value added bagi perusahaan.
Dari analisis diperoleh hasil regresi sebagai berikut :
Y1 = -2,862 + 0,581 X1
Tabel 5.7 Uji t pada ln_EPS
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
VAIC
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.574
.664
Standardized
Coefficients
Beta
t
.863
Sig.
.391
2.445
.510
.000
.533
4.588
Dari uji diperoleh hasil Sig sebesar 0,000 yang berarti dibawah 0,05 maka Ha diterima
atau variable Intellectual Capital secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Earnings Per Share. Hal ini dikarenakan investor menilai bahwa emiten memiliki kinerja yang
baik, dan Kemampuan untuk mempertahankan EPS yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan investor kepada perusahaan.
Dari analisis diperoleh hasil regresi sebagai berikut :
Y2 = 0,574 + 2,445 X1
343
Tabel 5.9 Uji t pada ln_SR
Coefficients
a
Model
1
(Constant)
VAIC
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-.573
.294
Standardized
Coefficients
Beta
t
-1.951
Sig.
.056
-.227
-.123
.340
.236
-.963
Dari uji diperoleh hasil Sig sebesar 0,340 yang berarti diatas 0,05 maka Ha ditolak atau
variable Intellectual Capital secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Stock
Return. Hal ini dikarenakan Intellectual Capital dilaporkan kedalam beban operasional yang
mengakibatkan beban perusahaan meningkat. Sehingga investor tidak mau menanamkan
modalnya.
Dari analisis diperoleh hasil regresi sebagai berikut :
Y3 = -0,573 – 0,227 X1
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital dengan Return On Equity,
hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana tidak terdapat pengaruh yang signifikan atau
Ho1 diterima.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Intellectual Capital dengan Earnings
Per Share, hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana terdapat pengaruh yang signifikan
atau Ha2 diterima.
3. Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Intellectual Capital dengan
Stock Return, hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana tidak terdapat pengaruh yang
signifikan atau Ho3 diterima.
Saran
Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel serta kesimpulan yang didapat, maka saran
yang dikemukakan agar menjadi masukan bagi perusahaan dan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya adalah :
1. Bagi Emiten,sebaiknya pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan untuk Intellectual
Capital jangan dilaporkan kedalam beban operasional tetapi dilaporkan kedalam aktiva
tidak berwujud, supaya nilai beban tidak keliatan tinggi dalam laporan laba rugi keuangan
dan laba perusahaan akan meningkat, sehingga investor berminat untuk menanamkan
modalnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya,diharapkan untuk menambah periode pengamatan, tidak
hanya 2 tahun, setidaknya 3 atau 4 tahun. Karena ada kemungkinan bahwa pengaruh IC
terhadap kinerja perusahaan tidak dalam selisih 1 tahun, tetapi 2 atau 3 tahun berikutnya,
maka penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji pengaruh IC terhadap kinerja
perusahaan dengan lag 2-3 tahun. Artinya, IC tahun ke-n diuji dengan kinerja tahun ken+2 atau ke-n+3.
344
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Jakarta, 2004
Bannany, A Study of Determinants of Intellectual Capital Performance in Bank : The UK
Case, Journal of Intellectual Capital, Vol.9 ISS :3, 2008
Bontis, Intellectual Capital : an Exploratory Study that Develops Measures and Models,
Management Decision. Vol 36.No 2, 1998
Brinker, Intellectual Capital : Tomorrows Assets.Today’s Challenge, 2000
Burhanudin,Jalan Menuju Stabilitas Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Jakarta
:LP3ES, 2006
Guthrie, The Management, Measurement and The Reporting Intellectual Capital, Journal of
intellectual capital.Vol 2, No 1, 2001
Halim, Analisis Investasi, Jakarta, 2005
Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta, 2006
Jensen and Meckling, Theory of The Firm : Managerial Behaviour Agency Cost and
Ownership structure, Journal of finance economics.Vol 3, 1976
Mavridis, The Intellectual Capital Performance of The Japanese Banking Sektor,
Journal of Intellectual Capital,Vol.5 No 3, 2004
Pulic, An Accounting Tool For Intellectual Capital Management, 2000
Purnomosidhi, Bambang, Praktik Pengungkapan Modal Intelektual Pada Perusahaan Publik
di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9 No. 1, 2006
Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta, 2006
Sartono, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, 2001
Stewart, Intellectual Capital : The New Wealth of Organizations, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol 15, No 2, 1997
Suwarjuwono, Intellectual Capital : Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Sebuah Library
Research, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No 1, 2003
Ulum, Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di
Indonesia,2007
Widiatmodjo, Cara Sehat Investasi Manajemen Portofolio, Yogyakarta, ,2005
345
ANALISIS PENGARUH BEBAN OPERASIONAL DALAM RANGKA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PT. NUSANTARA CARD
SEMESTA (NCS) TAHUN 2010
Yustifani Trinandari
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Menganalisa jenis dan besaran beban yang dikeluarkan perusahaan jasa pengiriman PT.
Nusantara Card Semesta dalam menetapkan harga pokok jasa atau harga jasa kirim serta
ingin mengetahui bagaimana cara PT. Nusantara Card Semesta menghitung harga jasa kirim.
PT. Nusantara Card Semesta dalam menetapkan harga jasa kirim yaitu dengan cara
menjumlahkan baik beban tetap, beban variabel serta beban Semi-Variabel.
Dan dasar yang dijadikan perhitungan harga jasa kirim adalah jumlah berat kilogram yang
ditimbang dari paket tersebut. Sedangkan harga jasa kirim per kilogram diperoleh dengan
cara menambahkan harga pokok jasa dengan besar persentase laba yang ditentukan oleh
manajemen.
Kata kunci : Beban Operasional, Harga Jasa Kirim, Pengambilan Keputusan, Unit Cost.
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa pengiriman, hal ini terbukti dengan
banyaknya perusahaan jasa pengiriman yang didirikan oleh pihak swasta. Akibat dari
perkembangan perusahaan jasa pengiriman yang semakin pesatini, maka menimbulkan
persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas pelayanan jasa dan
kepercayaan pelanggan.
Tugas utama perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantara Card Semesta yaitu memberi
pelayanan logistik, layanan keagenan pos (pengiriman dokumen), dan jasa transportasi (kurir,
cargo). Dalam memberikan jasa pelayanan pengiriman, perusahaan ini memperoleh
penghasilan dari pendapatan jasa kirim. Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari
harga yang harus dibayar oleh pemakai jasa pengiriman itu sendiri.
Dengan adanya fasilitas pada jasa pengiriman, serta jumlah beban overhead yang
tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam penetapan biaya yang sesungguhnya. Biaya
merupakan manfaat yang dikorbankan untuk memperoleh jasa, sedangkan beban merupakan
biaya yang telah memberikan suatu manfaat dan sekarang telah berakhir (expired).
346
Fenomena yang terjadi pada perusahaan jasa [pengiriman PT. Nusantara Card Semesta
yaitu pengeluaran beban operasional yang menjadi salah satu yang berpengaruh penting bagi
pengambilan keputusan manajemen dalam penetapan harga jasa kirim. Pengeluaran beban –
beban tersebut bermanfaat sebagai alat untuk membebankan biaya overhead terhadap jasa
dengan teliti, adil, dan cepat dalam rangka ,menghitung harga pokok jasa kirim.
Perumusan Masalah
1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan harga jasa kirim yang ada pada
perusahaan jasa pengiriman PT. NCS (Nusantara Card Semesta) tahun 2010?
2. Ukuran apa yang dipergunakan dalam menetapkan harga jasa pengiriman paket barang
khusus kurir pada perusahaan jasa pengiriman PT. NCS (Nusantara Card Semesta)
tahun 2010 dan bagaimana cara perhitungannya?
3. Berapa besar pengaruh penentuan harga jasa kirim terhadap pengambilan keputusan?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang digunakan dalam penetapan harga jasa kirim
yang ada pada perusahaan jasa pengiriman PT. NCS (Nusantara Card Semesta).
2. Untuk memperoleh gambaran secara jelas ukuran yang digunakan dan cara menghitung
penetapan harga guna menentukan harga jasa kirim pada perusahaan jasa pengiriman
PT. NCS (Nusantara Card Semesta).
3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh penentuan harga jasa kirim terhada
pengambilan keputusan.
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian metode analisis kualitatif kuantitatif. Dalam
metode ini analisis dilakukan dengan cara menganalisa jenis dan besaran beban – beban ayang
dikeluarkan perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantara Card Semesta dalam menetapkan harga
pokok jasa atau jasa kirim serta ingin mengetahui bagaimana cara menghitung harga jasa
kirim.
Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional
yang perlu diketahui adalah Beban Operasional yaitu beban – beban yang dikeluarkan oleh
perusahaan guna memproduksi jasa pengiriman paket pasa PT. NCS. Harga jasa kirim adalah
biaya yang dibebankan kepada pelanggan pengguna jasa pengirimkan atas pelayanan yang
telah diberikan oleh perusahaan. Untuk menentukan harga pengiriman paket di PT. Nusantara
Card Semesta menggunakan berat (kilogram) barang yang akan dipaketkan. Pengambilan
keputusan adalah suatu hasil dari pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan jasa
pengiriman dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan
mengenai ‗apa yang harus dilakukan‘ dan seterusnya mengenai unsur – unsur perencanaan
perusahaan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa kepoutusan itu sesungguhnya yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Unit cost adalah besaran biaya
347
satuan dari setiap kegiatan pelayanan jasa yang diberikan perusahaan kepada pelanggan yang
dihitung berdasarkan standar biaya akuntansi yang diterapkan perusahaan jasa tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perbandingan Perhitungan Harga Jasa Kirim
Berikut ini merupakan beban operasional yang terdapat dalam jasa pengiriman pada
PT. Nusantara Card Semesta beserta jumlah berat (kilogram) dihasilkan dalam menentukan
harga jasa kirim per kilo gram.
Tabel 5.1 Data beban jasa kirim pada perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantar Card
Semesta tahun 2010
Jenis Beban
Jumlah (Rp)
1.
Beban Tetap
Beban gaji kurir
Depresiasi kendaraan (mobil box)
Total Beban Tetap
2. Beban Variabel
Beban alat tulis kantor
Baban packaging
Beban cetakan dan fotokopi
Beban bahan bakar minyak, parkir, dan ongkos
Total Beban Variabel
3. Beban Semi-Variabel
Beban perawatan aktiva (kendaraan)
Total Beban Semi-Variabel
Total Beban +Variabel+Semi-Variabel
Rp 11.702.880.000,Rp 540.647.000,Rp 12.234.527.000,Rp 503.435.960,Rp 758.230.000,Rp 350.790.750,Rp 4.239.600.500,Rp 5.852.057.210,Rp 1.382.000.000,Rp 1.382.000.000,Rp 19.476.491.800,-
Sumber : Kantor Cabang PT. Nusantara Card Semesta Tahun 2010
Tabel 5.2 Data Pendukung jumlah kilogram paket yang dihasilkan tahun 2010
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Jumlah Pelanggan
245
187
213
169
155
129
180
201
221
176
193
233
2302
Sumber : Kantor Cabang PT. Nusantara Card Semesta Tahun 2010
Jumlah Kilogram
27.985 kg
13.972 kg
34.061 kg
44.560 kg
66.498 kg
11.768 kg
73.087 kg
53.790 kg
64.067 kg
98.327 kg
23.119 kg
19.007 kg
530.241 kg
348
Tabel 5.3 Penetapan harga jasa kirim PT. Nusantara Card Semesta
Tahun
2010
Total beban
Rp 19.476.491.800,-
Jumlah kilogram
530.431 kg
Harga/kilogram
Rp 36.718,2,-
A. Perhitungan Harga Jasa Kirim Menurut Teori
Setelah penulisan menganalisa penetapan harga jasa kirim prusahaan jasa
pengiriman PT Nusantara Card Semesta, penulis mencoba membandingkan penetuan
harga jasa kirim dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau teori.
Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau teori, penulis menganalisa
bahwa dalam menentukan harga jasa kirim menurut teori ada beberapa beban - beban yang
seharusnya masuk kedalam perhitungan harga jasa kirim tersebut, contohnya yaitu beban
gaji marketingdan beban listrik. Beban tersebut memang tidak dapat ditelusuri secara
langsung kepada jasa kirim, tetapi beban tersebut berhubungan dan memepengaruhi jasa
kirim yang dirasakan oleh pelanggan. Disini penulis mencoba untuk mengalokasikan beban
– beban tersebut dalam menetapkan harga jasa kirim sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, sehingga semakin jelas dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam menentukan harga pokok jasa kirim, penulis mencoba mengklarifikasikan beban
– beban yang ada di PT Nusantara Card Semesta menjadi dua macam, yaitu :
1. Beban Tetap
Beban – beban tersebut merupakan beban gaji kurir, depresiasi kendraan, beban gaji
marketing, dan beban gaji adaministrasi. Adapun beban – beban yang belum termasuk
dalam harga pokok jasa kirim menurut PT Nusantara Card Semesta adalah beban gaji
marketing dan gaji administrasi. Dari hasil wawancara, diperolehinformasi beban gaji
tersebut sudah termasuk tunjangan dan THR karyawan marketing. Dan beban gaji
administrasi sebesar Rp 12.420.345.000,- per tahun.
2. Beban Variabel
Beban variable adalah beban operasional jasa kirim. Beban yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan produksi bersifat habis pakai atau waktu habis relative singkat
serta beban tersebut dapat naik atau turun secara proposional sesuai dengan perubahan
volume produksi. Beban – beban tersebut adalah beban bahan bakar
minyak/parkir/ongkos, beban alat tulis kantor, beban packaging , dan beban cetakan/
fotocopy, dan beban RTK . Diperoleh informasi dari hasil informasi dari hasil
wawancara yaitu beban Rumah Tangga Kantor sebesar Rp 530.459.736,-per tahun atau
dibulatkan sebesar Rp 530.460.000 ,- per tahun.
3. Beban semi – variable
Beban semi-variabel yang terdapat pada PT Nusanntara Card Semesta yaitu beban
perawatan aktiva total sebesar Rp 1.382.000.000,- per tahun. Beban perawatan aktiva
ditempatkan pada beban semi-variabel, karena beban perawatan aktiva bukan hanya
dikeluarkan karena aktiva tersebut sering digunakan atau rusak, melainkan agar tetap
terjaga dan baik dalam penggunaannya.
349
Pada table dibawah ini beban – beban akan dialokasikan kedalam perhitungan harga
pokok jasa kirim perkilogram.
Tabel 5.4 Data Beban Jasa Kirim Menurut Teori
Keterangan
1. Beban tetap
Beban gaji kurir
Beban gaji marketing
Beban gaji administrasi
Depresiasi kendaraan
Total beban tetap
2. Beban VAriabel
Beban BBM/parkir/ongkos
Beban alat tulis kantor
Beban packaging
Beban cetakan dan fotocopy
Beban RTK
Total beban variable
3. Beban semi-variabel
Beban perawatan aktiva
Total beban semi – variable
Total beban tetap+variable+semi-variabel
Jumlah (Rp)
11.702.880.000
5.085.973.000
12.420.345.000
540.647.000
29.749.845.000
4.239.600.500
503.435.960
758.230.000
350.790.750
530.460.000
6.382.517.210
1.382.000.000
1.382.000.000
37.514.362.210
Table 5.5 perhitunngan harga jasa kirim kilogram menurut teori
Tahun
2010
Total Beban
Rp 37.514.362.210
Jumlah Kilogram
530.241kg
Harga /kg
Rp 70.749,64,-
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa total biaya sebesar Rp 37.514.362.210,dibagi dengan jumlah berat kilogram yang dihasilkan barang kirimanpelanggan PT Nusantara
Card Semesta tahun 2010 sebanyak 530.241kgsetelah dilakukan pembulatan . maka hasil
perhitungan harga jasa kirim menurut teori sebesar Rp 70.749,64 dan jika besar persentase laba
yang diinginkan oleh pihak manajemen Pt Nusantara Card Semesta sebesar 11% , maka besar
hargajasa per kilogram sebesasr Rp 78.532,1 ,- atau dibulatkan menjadi Rp 78.600,perkilogram.
Menurut perhitungan teori harga jasa kirim sebesar Rp 78.600,- perkilogram, tetapi
dalam kenyataannya harga menurut teori ini terlalu mahal disbanding dengan harga jasa kirim
pesaing. Perusahaan ternyata tidak hanya melihat harga pokok penjulannya saja, tetapi juga
memperhatikan harga jasa kirim pesaing sejenis.
350
B. Realisasi Pendapatan Yang Diterima Oleh PT Nusantara Card Semesta dari
beberapa pelanggan
Berikut ini data mengenai realisasi pendapatan yang diterima jasa pengiriman dari
bebarapa pelanggan jasa.
Tabel 5.6 Sampel data realisasi pendapatan yang telah diterima oleh perusahaan jasa
pengiriman PT Nusantara Card Semesta
No
1
2
Nama Pelanggan
Jenis Brang
Berat (kg)
Harga yang
dikenakan
PTTERA DATA INDONUSA
SUMITOMOINDUSTRY
Paket
Paket
6 kg
0.5 kg
Rp 244.800
Rp 145.400
Dari data diatas tersebut ditarik informasi bahwa perusahaan jasa pengiriman
menerima pendapatan dari klien pertama yaitu PT TERA DATA INDONUSA
(AXIOO) sebesar Rp 244.800,- (dua ratus empat puluh empat ribu delapan ratus
rupiah). Klien kedua yaitu SUMITOMO HEAVY INDUSTRY sebesar Rp 145.400,(seratus empat puluh lima ribu empat ratus rupiah).
Pada klien SUMITOMO HEAVY INDUSTRI seharusnya membayar biaya
sebesar Rp 20.400,- menurut tarif ,karena klien tersebut memakai peerjalanan udara
maka dikenakan biaya surat mengudara tersebut sebesar Rp 125.000 ,- maka total biaya
yang harus dibayar oleh SUMITOMO HEAVY INDUSTRI yaitu sebesar Rp 145.400,untuk pengiriman dokumen sebesar 0.5 kg.
C. KLASIFIKASI Biaya pengiriman PT Nusantara Card Semesta
1. Biaya khusus paket barang yang dikenakan kepada pelanggan menurut pajak
pengiriman yang ditempuh :
a. Jarak pengiriman paket barang yang terdekat yaitu Jakarta.
Biaya pengiriman pada jarak ini, yaitu dengan membebankan biaya pengiriman
sesuai dengan tariff yang telah ditetapkan oleh PT Nusantara Card Semesta tahun
2010 yaitu sebesar Rp 40.800,- perkilogram.
b. Jarak pengiriman paket barang yang paling jauh yaitu Papua.
Biaya pengiriman pada jarak ini , yaitu dengan membebankan biaya sesuai tariff
yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp 40.800,- ditambah dengan biaya transportasi
(melalui jalur laut atau udara). Jika melalui jalr laut dikenakan fasilitas transportasi
kapal sebesar Rp 95.000,- sedangkan jika melalui jalur udara dikenakan biaya
sebesar Rp 125.000,- karena jarak yang ditempuh sulit dijangkau maka biaya yang
dikenakanpun relative mahal atau lebih murah sesuai dengan perubahan harga
transportasi yang digunakan tersebut.
2. Perusahaan menggunakan harga pesaing
Harga jasa kirim yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar Rp 40.800,- per
kilogram, antara lain jarak pengiriman yang paling dekat yaitu Jakarta yang dibebankan
biaya sesuai tarif yaitu Rp 40.800,- per kilogram, dan jarak pengiriman yang paling
351
jauh yaitu papua yang dibebankan biaya sesuai tarif Rp 40.800,- per kilogram
ditambah biaya jasa transportasi ( jika jalur laut dikenakan biaya Rp 95.000,- dan jika
udara dikenakan biaya Rp 125.000,-) fasilitas tansportasi tersebut dapat berubah.
Salah satu harga pesaing yang digunakan oleh perusahaan yaitu JNE. Perusahaan jasa
pengiriman ini menetapkan harga jasa kirim sebesar Rp 51.500,- per kilogram, antara
lain harga jasa pengiriman terdekat yaitu Jakarta sebesat tariff dan pengiriman paling
jauh yaitu papua yang dikenakan biaya sesuai tariff ditambah biaya transportasi (jika
jalur lau sebesar Rp 100.000,-, dan jika udara dikenakan biaya sebesar Rp 120.000,-)
fasilitas transportasi tersebutdapat berubah.
D. Pengambilan Keputusan Manajemen Bagian Keuangan PT. Nusantara Card Semesta
Beban – beban operasional yang dikeluarkan dalam memproduksi layanan jasa
pengiriman ternyata sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan manajemen bagian
keuangan PT. NCS dalam menetapkan harga jasa pengiriman paket per kilogram. Hal itu
terbukti bahwa harga jasa kirim paket pe kilogram ditetapkan dengan menjumlahkan
beban- beban yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan aktivitas operasional tertentu,
dan selain itu pula dalam menetapkan harga jasa, perusahaan melihat pesaing sejenis. Biaya
yang pelanggan disesuaikan dengan tarif, jarak tempuh pengiriman dan jalur yang dilalui
untuk melakukan pengiriman.
Walaupun menetapkan harga jasa kirim merupakan hal yang kompleks dan tidak
dapat ditelususi secara detail, akan tetapi perusahaan berusahamenetapkan harga jasa kirim
yang sesuai dengan kualitas layanan yang diberikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dalam menentukannharga jasa pengiriman pada PT Nusantara Card Semesta menggunakan
metode akuntansi tradisional. Dengan catra menjumlahkan baik beban tetap, beban
variabel, dan beban semi-variabel. Dan yang dijadikan dasar unit perhitungan harga jasa
kirim paket barang adalah jumlah berat (kilogram) paket barang tersebut. Sedangkan harga
diperoleh dengan cara menambahkan harga pokok dengan persentase laba yaitu 11% .
Akan tetapi dalam menetapkan harga jasa kirim, PT Nusantara Card Semesta tidak hanya
melihat dari harga pokok penjualannyas saja tetapi juga ada variabel lain yang menjadi
pertimbangan dalam memetapkan harga jasa kirim seperti ; harga jasa kirim pesaing.
Tentunya biaya transportasi dikenakan kepada pelanggan sesuai dengan jalur yang
digunakan untuk melakukan pengiriman.
2. Laporan laba rugi perusahaan PT. Nusantara Card Semesta yahun 2010 telah sesuai dengan
laporan laba rugi yang ada dalam teori, yaitu menggunakan bentuk Multiple Step. Bentuk
tersebut disusun secara bertahap, penghasilan dan beban – beban disajikan sesuai dengan
urutan aktivitas yaituy kegiatan pokokusaha dan diluar usaha. Tetapi ada sedikit perbedaan
352
pada teori yaitu beban marketing yang seharusnya diklasifikasikan kedalam beban
administrasi umum.
3. Terdapat perbedaan antara perhitungan harga jasa kirim antara PT. Nusantara Card
Semesta dengan teori. Bahwa harga jasa kirim menurut perusahaan lebih kecil dibanding
dengan perhitungan menurut teori. Selisih tersebut sebesar Rp 37.800,- per kilogram. Ini
disebabkan karena dalam perhitungan menurut teori ada beberapa beban – beban yang
belum dialokasikan kedalam harga pokok jasa kirim. Tetapi apabila perusahaan memakai
tarif yang ditetapkan oleh teori, maka tarif tersebut terlalu mahal, perusahaan juga melihat
harga jasa kirim pesaing sejenis.
4. Untuk realisasi harga jasa kirim yang dikenakan perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantara
Card Semesta terhadap klien terdapat perbedaan klien pertama dengan klien kedua, yaitu
adanya klien yang membayar sebesar Rp 145.000,- untuk berat 0,5 kg, yang seharusnya
menurut harga per kilogram sebesar Rp 20.400,-. Hal itu dikarenakan klien tersebut
melakukan pengiriman barang melalui jalur udara, harus memakai surat mengudara.
Perusahaan memfasilitasi pengiriman tersebut dengan biaya Rp 125.000,-, maka klien
tersebut harus membayar harga jasa kirim sebesar Rp 145.400,-.
Saran
1. Mengganti perhitungan jasa kirim per kilogram dari metode akuntansi biaya tradisional
dengan menggunakan metode Variabel Costing.
2. dalam pengelompokkan beban – beban yang ada dalam laporan laba rugi, seharusnya benar
– benar diperhatikan sesuai dengan aktivitas operasional yang dilakukan.
3. Dapat menggunakan metode kalkulasi beban variabel. Dimana dalam menentukan harga
jasa kirim hanya memperhitungkan beban operasional bersifat variabel saja, sedangkan
untuk beban tetap dapat diperhitungkan sebagai biaya periode.
4. Untuk menentukan harga atau dengan mempertimbangkan faktor eksternal yang lainnya
seperti harga jasa kirim pesaing.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas
membantu selam proses penyusunan tugas akhir penelitian ini baik secara moriil dan materiil
kepada :
1. Bapak Dr. Arief Kusuma, Ap., MBA., aelaku Rektor Universitas Esa unggul.
2. Bapak Dr. MF Arrozi, SE, Msi, Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa
unggul.
3. Bapak Drs. Daulat Fraddy, AK., MM., selaku Ketua Program Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Esa Unggul sekaligus Dosen pembimbingt serta orang yang memotivasi saya
agar bisa lebih baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan pengajaran dan ilmu yang
sangat bermanfaat dari awal semester hingga penyelesaian Tugas Akhir ini.
353
5. Bapak Budi Aryanto, selaku Manager Finance yang telah banyak membantu dalam
memperoleh data Skripsi. Semoga kebaikan Bapak dibalas oleh Allah SWT.
6. KELUARGAKU, terutama Mama dan Papa terima kasih atas dukungan moriil dan materiil
yang telah kalian berikan sampai saat ini aku dapat menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat KPG (Dadi , Bunda amanah , mput, selly, ria, susi dan rara) terima kasih atas
pershabatan yang begitu indah ini, banyak cerita suka dan duka, semuanya begitu berkesan,
terima kasih sahabatku.
8. Ricky, makasih atas perhatian , kasih sayang , dan semangatnya. Semoga kebaikan kamu
dibalas dengan sesuatu yang indah.
DAFTAR PUSTAKA
Dunia, Firdaus, Wasilah Abdullah, Akuntansi Biaya, Salemba Empat, Jakarta
Akong, Pengambilan Keputusan, www.pembuatan-keputusan.blogspot.com,2008
Bustami, Bastian & Nurlela , Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi , Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2007
Fatturochman, Alif, Dasar-dasar pengambilan keputusan, www.mycopypaste.blogspot, 2008
Helmi, Sayfrizal, Biaya Opersional, www.syafrizalhelmi.blogspot.com,2008
Mulia, Yuliana, Perhitungan Harga Jasa Kirim, www.nct-cargo.com,2010
Nurhuda, Arif, Dasar-dasar Akuntansi, dasar-akuntansi.blogspot.com, 2009
P. Purba, Marisa< Asumsi Going Concern, Graha Ilmu, Yogyakarta,2009
R. Hansen, Don , Maryanne M. Mowen, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat,
Jakarta , 2006
Syarif,
riza, Pemisahan Beban
Repository.usu.ac.id, 2009
Penjualan
dan
Beban
Administrasi
dan
Wahyu, Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa, wahyu410.wordpress.com, 2011
Umum,
Download