JAME JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL VOL. 2, NO. 1, APRIL 2014 Pengaruh Kualitas Pelayanan Di Bidang Relationship Marketing Terhadap Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Mobil Toyota 2000cc Ke Atas Pada Auto 2000 Pluit Jakarta Utara ) Togar Ady Syahputra Tampubolon Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Produk Merek Seize Awal Bagus Ramadhan Analisis Pengaruh Kepribadian Merek Charles & Keith Terhadap Kepribadian Diri Konsumen Di Jakarta (Studi Kasus Di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan) Christine Lucia Dengah Informasi Laba, Pembagian Dividen, Dan Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan Diana Ernesta Analisis Mengenai Faktor-Faktor Yang Menentukan Keputusan Pembelian Kawasaki Ninja 250 Fi (Studi Kasus Pada Konsumen Kawasaki Ninja 250 Fi Di PT. Tetap Jaya Motorindo, Jl. Lingkar Luar Barat No. 1a Cengkareng, Jakarta Barat) Erwin Nurdiansyah Efektifitas Respon Konsumen Pada Media Iklan Produk Citra Hand And Body Lotion Pt Unilever Tbk Rizka Annisa Nurmaida Analisis Pengaruh Suku Bunga, Jangka Waktu Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (Kpr) Pada Pt Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni (Studi Kasus Pada Nasabah Yang Sudah Ambil KPR Di Pt Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni) Ida Rosanti Analisis Faktor – Faktor Yang Menentukan Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Motor New Yamaha Vixion Reza Ramadhona Money Illusion Effect Redenominasi Rupiah Evan Stiawan Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Okusi Associates Novia Tri Utari Pengaruh Partisipasi Konsumen Terhadap Kualitas Relasional Dengan Moderasi Implicit Self-Theories : Sebuah Studi Dalam Industri Salon Kecantikan Rausigof Albiruni Apakah Entity Theories Dapat Menguatkan Penyatuan Kepribadian Merek Terhadap Konsumen ? Studi Kasus Pada Merek Apple Aldi Evaluasi Atas Informasi Keuangan Berdasarkan Sak Etap Dan Pengaruhnya Terhadap Persepsi Anggota Atas Manfaat Dari Kualitas Laporan Keuangan Pada KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta Anwaris Salahudin Evaluasi Pengendalian Internal Terhadap Pengelolaan Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur Dyah Rachmalasari Intellectual Capital Dan Kinerja Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Susan Keefektifan Sistem Informasi Pada Pt Inti Indah Jakarta Dian Utari Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Atas Pengelolaan Piutang Pada PT. Tatalogam Lestari Ira Wati Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba Serta Nilai Perusahaan Debbie Valentine Metode Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Pemasukan Penawaran Perdana (Ipo) Di Bursa Efek Indonesia Ayu Eka Wandini Analisa Pengaruh Perbedaan Penyusutan Antara Komersial Dan Fiskal Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Rugi Serta Kebijakan Investasi Aktiva Tetap Pada Pt Indoraya Mitra Persada 168 Friska Dewi Anggela Analisis Sistem Pengendalian Internal Dengan Metode Coso Atas Persediaan Barang Dagang PT. Caveo Biometric Security Depi Guspita Awai Pengaruh Sales Growth, Debt To Equity Ratio Dan Deviden Payout Rasio Terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Laurensky Suriadi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Yang Melakukan Merger Tahun 2006 Maulana Iskandar Pengaruh Komponen Arus Kas Dan Total Arus Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Ria Octari Current Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Ria Andriyani Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Perusahaan Industri Dasar & Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Seli Yuspianti Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Untuk Patuh Terhadap PPh Badan Pada Perusahaan Manufaktur Kabupaten Tangerang Ruben Suherman Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009 – 2011 Yusnia Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Mirawati Halini Analisis Pengaruh Beban Operasional Dalam Rangka Pengambilan Keputusan Manajemen Pt. Nusantara Card Semesta (Ncs) Tahun 2010 Yustifani Trinandari JAME JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL VOLUME 2, NOMOR 1, April 2014, HAL 1 – 353 Terbit 2 kali dalam setahun pada Bulan April dan Oktober. Berisi artikel yang diangkat dari hasil-hasil riset mahasiswa dalam bentuk Skripsi baik Manajemen dan Akuntansi. KETUA PENYUNTING: MF Arrozi WAKIL KETUA PENYUNTING: Dihin Septyanto PENYUNTING AHLI: Hasyim Achmad Lia Amalia Sugiyanto PENYUNTING PELAKSANA: Sri Handayani Abdurrahman Adrie Putra Rina Anindita STAFF ADMINISTRASI Jaka Suharna Delfian Aldeni Evalina Silitonga Alamat Penyunting : JAME Fakultas ekonomi Universitas Esa Unggul. Jalan Terusan Arjuna No 09 Kebon Jeruk Jakarta Barat. Gedung Utama Lantai 3. Email : [email protected] Kebijakan Editorial dan Pedoman Penulisan Artikel Kebijakan Editorial Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul setiap enam bulan sekali dengan tujuan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah staf pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat akademik yang tertarik pada penelitian dibidang akuntansi dan manajemen. Ruang Lingkup penelitian akuntansi dan manajemen yang dimuat dalam JAME meliputi bidang: akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, akuntansi sektor publik, pemeriksaan akuntansi, perpajakan, sistem informasi (baik akuntansi dan manajemen), manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, manajemen operasional, manajemen bisnis, manajemen strategik, dan manajemen umum JAME menerima naskah/artikel yang belum pernah dipublikasikan/diterbitkan oleh media lain. Penentuan naskah yang diterbitkan dalam JAME melalui proses blind review oleh dewan redaksi JAME dengan mempertimbangkan: 1) Sesuai standar baku publikasi jurnal, 2) Metodologi penelitian yang digunakan, 3) Kontribusi penelitian dengan pengembangan pendidikan di bidang akuntansi dan manajemen. Dewan redaksi bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstrukstif dan jika perlu menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel. Penulisan artikell dikirimkan ke alamat: JAME (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul) Gedung Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta Ruang 301, Lantai 3 Jl. Arjuna Utara No. 9, Tol Tomang, Keboin Jeruk, Jakarta Barat. Telp (021) 5674223 Fax (021) 5674248 Pedoman Penulisan Naskah/Artikel 1. Sistematika pembahasan dalam artikel yang dikirimkan memuat beberapa bagian sebagai berikut: a. Abstrak memuat ringkasan penelitian yang terdiri: masalah dan tujuan penelitian, metode, temuan dan kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan diawal teks dan terdiri antara 150 s/d 400 kata yang ditulis dalam satu paragrap( abstrak disajikan dalam Bahasa Inggris jika naskah /artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, jika artikel ditulis dalam Bahasa Inggris maka abstrak disajikan dalam Bahasa Indonesia). Dalam abstrak terdapat kata kunci (key word) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. b. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kontribusi penelitian. c. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis memuat kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan logis dan mengembangkan hipotesis atau preposisi dan model penelitian. d. Metodologi Penelitian memuat metode pengumpulan data, pengukuran dan operasionalisasi variabel, dan metode analisis data. e. Analisis data memuat analisis data penelitian dan statistik deskriptif . f. Pembahasan dan simpulan memuat pembahasan dan hasil temuan penelitian. g. Implikasi dan Keterbatasan memuat implikasi hasil temuan dan keterbasan penelitian serta saransaran yang diberikan peneliti terhadap penelitian di masa akan datang. h. Daftar Pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Sumber yang dimuat hanya yang diacu dalam penelitian yang bersangkutan. i. Lampiran memuat tabel, gambar dan instrumen(kuisioner) yang digunakan dalam penelitian tersebut. 2. Format Tulisan : a. Artikel diketik dengan jarak baris dua pada kertas kuarto (8,5” x 11”). Kutipan langsung yang panjang(lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan indent style (bentuk berinden). b. Panjang artikel tidak lebih dari 15 sampai dengan 25 halaman kuarto. c. Margin atas, bawah, kiri dan kanan sekurang-kurangnya 1 inci. d. Halaman cover setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. e. Tabel dan gambar harus diberi judul dan keterangan yang jelas serta diberi nomor urut halaman. f. Tabel dan gambar sebaiknya disajikan pada halaman terpisah (pada bagian akhir naskah) dan menyebutkan. g. Kepustakaan yang diacu menggunakan sistem nama tahun yang mengacu pada daftar acuan. Jika dipandang perlu penulis dapat mencantumkan halaman karya acuan. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ( Galbraith, 1997). Jika disertai nomor halaman: (Galbraith,1997:23) 2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis ( Smith dan Watts, 1992). 3) Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis ( Bathala et al, 1994 atau Bathala dkk, 1994) 4) Dua Sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Rozeff,1982; Easterbrook,1984) 5) Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama( Myer and Majluf, 1984a,1984b) 6) Sumber kutipan berasal dari institusi menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan,(IAI, 1999). h. Daftar referensi hanya memuat sumber yang diacu serta disusun secara alfabetis sesuai dengan nama penulis atau nama institusi. Adapaun urutan susunan setiap referensi sebagai berikut: nama penulis, tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman. Contoh: Anthony,R.N, and Vijay Govindarajan, 2000, Management Control System,Ninth Edition. Chicago,II: Irwin. Bapepam,1996, Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia Diana, Nur, 2002, Analisis Hubungan Kompleksitas Organisasi, Keterlibatan Tim, Diversitas Ukuran Kinerja, Besar Kompensasi, Partisipasi Terhadap Kinerja Tim, Tesis, UGM, Tidak dipublikasikan. Mills,P.K, 1983, Sef Management: Its Control and Relationships to Other Organizational Properties. Academy of Management Review : 445-453. Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I.Lirzman, 1970, Role Conflict and Abiguity in Complex Organizations, Administrative Science Quarterly, 150-163. Rockness, H.O, and M.D. Shields,1988. An Empirical Analysis of the Expenditure Budget in Research and Development, Contemporary Accounting Research: 568 –581. 3. Artikel diserahkan dalam bentuk 3 (tiga eksemplar) cetakan. JAME JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL VOLUME 2, NOMOR 1, APRIL 2014 DAFTAR ISI Halaman Pengaruh Kualitas Pelayanan Di Bidang Relationship Marketing Terhadap Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Untuk Mobil Toyota 2000cc Ke Atas Pada Auto 2000 Jl. Raya Pluit Selatan No. 6, Pluit Jakarta Utara ) Togar Ady Syahputra Tampubolon 1 Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Produk Merek Seize Awal Bagus Ramadhan 12 Analisis Pengaruh Kepribadian Merek Charles & Keith Terhadap Kepribadian Diri Konsumen Di Jakarta (Studi Kasus Di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan) Christine Lucia Dengah 27 Informasi Laba, Pembagian Dividen, Dan Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan Diana Ernesta 42 Analisis Mengenai Faktor-Faktor Yang Menentukan Keputusan Pembelian Kawasaki Ninja 250 Fi (Studi Kasus Pada Konsumen Kawasaki Ninja 250 Fi Di PT. Tetap Jaya Motorindo, Jl. Lingkar Luar Barat No. 1a Cengkareng, Jakarta Barat) Erwin Nurdiansyah 56 Efektifitas Respon Konsumen Pada Media Iklan Produk Citra Hand And Body Lotion PT Unilever Tbk Rizka Annisa Nurmaida 79 Analisis Pengaruh Suku Bunga, Jangka Waktu Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (Kpr) Pada Pt Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni (Studi Kasus Pada Nasabah Yang Sudah Ambil KPR Di Pt Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni) Ida Rosanti 100 Analisis Faktor – Faktor Yang Menentukan Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Motor New Yamaha Vixion Reza Ramadhona 112 Money Illusion Effect Redenominasi Rupiah Evan Stiawan 125 Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Okusi Associates Novia Tri Utari 134 Pengaruh Partisipasi Konsumen Terhadap Kualitas Relasional Dengan Moderasi Implicit Self-Theories : Sebuah Studi Dalam Industri Salon Kecantikan Rausigof Albiruni 145 Apakah Entity Theories Dapat Menguatkan Penyatuan Kepribadian Merek Terhadap Konsumen ? Studi Kasus Pada Merek Apple Aldi 156 Evaluasi Atas Informasi Keuangan Berdasarkan Sak Etap Dan Pengaruhnya Terhadap Persepsi Anggota Atas Manfaat Dari Kualitas Laporan Keuangan Pada Kppd (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta Anwaris Salahudin 168 Evaluasi Pengendalian Internal Terhadap Pengelolaan Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur Dyah Rachmalasari 175 Keefektifan Sistem Informasi Pada Pt Inti Indah Jakarta Dian Utari 182 Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Atas Pengelolaan Piutang Pada PT. Tatalogam Lestari Ira Wati 188 Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba Serta Nilai Perusahaan Debbie Valentine 196 Metode Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Pemasukan Penawaran Perdana (IPO) Di Bursa Efek Indonesia Ayu Eka Wandini 205 Analisis Sistem Pengendalian Internal Dengan Metode Coso Atas Persediaan Barang Dagang PT. Caveo Biometric Security Depi Guspita Awai 215 Analisa Pengaruh Perbedaan Penyusutan Antara Komersial Dan Fiskal Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Rugi Serta Kebijakan Investasi Aktiva Tetap Pada Pt Indoraya Mitra Persada 168 Friska Dewi Anggela 234 Pengaruh Sales Growth, Debt To Equity Ratio Dan Deviden Payout Rasio Terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Laurensky Suriadi 240 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Yang Melakukan Merger Tahun 2006 Maulana Iskandar 258 Pengaruh Komponen Arus Kas Dan Total Arus Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Ria Octari 267 Current Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Di Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Ria Andriyani 276 Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Perusahaan Industri Dasar & Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Seli Yuspianti 283 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Untuk Patuh Terhadap PPh Badan Pada Perusahaan Manufaktur Kabupaten Tangerang Ruben Suherman 292 Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009 – 2011 Yusnia 306 Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Mirawati Halini 318 Intellectual Capital Dan Kinerja Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Susan 336 Analisis Pengaruh Beban Operasional Dalam Rangka Pengambilan Keputusan Manajemen PT Nusantara Card Semesta (NCS) Tahun 2010 Yustifani Trinandari 345 1 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DI BIDANG RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ( STUDI KASUS UNTUK MOBIL TOYOTA 2000CC KE ATAS PADA AUTO 2000 JL. RAYA PLUIT SELATAN NO. 6, PLUIT JAKARTA UTARA ) Togar Ady Syahputra Tampubolon Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ([email protected]) ABSTRAKSI Relationship marketing adalah usaha terpadu untuk mengidentifikasikan, menjaga dan membangun relasi dengan konsumen individu dan secara terus menerus menegakkan koneksi dalam manfaat untuk kedua belah pihak melalui kontak interaktif, individualisasi yang memberikan kontribusi nilai tambah dalam periode waktu yang panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, dan Reciprocity terhadap Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit secara simultan dan parsial. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan dengan melakukan survey dan studi pustaka. Data primer dikumpulkan dari 83 responden dengan menyebar kuisioner. Berdasarkan hasil diskriminan maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan faktor Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, dan Reciprocity tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Sedangkan secara parsial Trust, Bonding, Communication, Shared Value, dan Emphaty berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian dan hanya Reciprocity yang tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Kata Kunci : Relationship Marketing, Keputusan Pembelian, Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity PENDAHULUAN Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi dalam pemasaran modern seperti ini paragdima pemasaran telah bergeser, tidak hanya menciptakan transakasi untuk mencapai keberhasilan pemasaran tetapi perusahaan juga harus menjalin hubungan dengan pelanggan dalam waktu yang panjang. Paragdima tersebut disebut relationship marketing, dasar pemikiran dalam praktek pemasaran ini adalah, membina hubungan yang lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan. 2 Relationship marketing biasanya lebih sering digunakan dalam perusahaan jasa, sedangkan pemasaran transaksional lebih aplikatif dan sesuai untuk pemasaran bagi perusahaan yang menghasilkan produk manufaktur. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada perusahaan perusahaan Auto2000, karena perusahaan tersebut merupakan salah satu penyedia barang yang menerapkan adanya keramahtamahan dalam hubungan dengan konsumen. Alasan yang mendasari topik penelitian ini adalah bahwa setiap perusahaan penyedia produk dalam mempertahankan konsumennya, perusahaan harus mampu menjalin hubungan yang baik. Relationship marketing merupakan strategi yang dapat diimplementasikan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Dan penelitian yang berkaitan dengan relationship marketing pada perusahaan jenis perusahaan tersebut belum banyak dilakukan. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada suatu perusahaan barang yaitu perusahaan auto 2000 cabang Pluit. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan yang nyata mengenai Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit ssecara simultan. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan signifikan yang nyata mengenai Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit ssecara parsial. Trust, dalam Trust, dalam KAJIAN TEORI 1. Pengertian Pelayanan Menurut Philip Kotler Pelayanan adalah sebagai berikut : “A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentilly intangible and does result in the owneship of anything. It’s production may not be tied to physical product‖. Artinya adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan pemilikan sesuatu. Menurut Michael Levei dan Barton A Weitz, berdasarkan riset mereka bahwa banyak sekali aspek-aspek pelayanan yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Aspek-aspek tersebut oleh penulis di jadikan dimensi untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat berbelanja dan dimensi tersebut adalah sebagai berikut : 1. tangibles. 2. Reliability 3. Responsiveness 4. Assurance 2. Pengertian Relationship Marketing Menurut Syafruddin Chan, relationship marketing sebagai pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling mengguntungkan antara pelanggan dan perusahaan Definisi lain relationship marketing adalah usaha terpadu untuk mengidentifikasikan, menjaga dan membangun relasi dengan konsumen individu dan secara terus menerus menegakkan koneksi dalam manfaat untuk kedua belah pihak melalui kontak interaktif, individualisasi yang memberikan kontribusi nilai tambah dalam periode waktu yang panjang 3 Relationship marketing juga merupakan perpindahan pola pikir di mana sebelumnya perusahaan lebih fokus pada kompetisi ke pola pikir yang berlandaskan hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan dan kerja sama Dewasa ini hampir semua organisasi berusaha membangun relasi dengan para pelanggan, pemasok, dan kelompok stakeholder lainnya. Misalnya saja, perusahaan perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, hotel, dealer mobil, bank, perusahaan penerbangan, fitnes center, dan agen perjalanan berlomba-lomba menawarkan program relationship marketing kepada pelanggannya. Praktik relationship marketing sangat bervariasi dan sering pula dijumpai perusahaan menamakan programnya RM ( Relationship Marketing ) atau CRM ( Customer Relationship Management ), padahal sebetulnya bukan. Relationship marketing mengidentifikasi empat perspektif yang banyak berkembang dewasa ini : "locking " customers, custumer retention, database marketing, dan building strong, close, positive relationships”. 3. Proses Keputusan Konsumen Menurut Philip Kotler tahap-tahap dari proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan kebutuhan, Proses pembelian di mulai saat mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun eksternal. 2. Pencarian Informasi, Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak, pada tahap awal, seseorang hanya akan menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk. 3. Evaluasi Alternatif, Di tahap ini konsumen membentuk penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional yang melalui proses berikut: a) Konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan b) Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk c) Konsumen memandang masing-masing produk adalah sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang di gunakan untuk memutuskan kebutuhan itu. 4. Keputusan Pembelian, dalam melaksanakan niat pembelian, kosumen dapat memuat lima sub keputusan pembelian antara lain keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan kepuasan metode pembayaran. 5. Perilaku Paska Pembelian, Setelah membeli produk, konsumen akan pada level keputusan atau ketidakpuasan tertentu. tugas pemasaran tidak berakhir pada saat produk dibeli, tetapi berlanjut hingga kepuasan , tindakan , dan pemakaian produk paska pembelian. METODE PENELITIAN 1. Model Penelitian Model yang digunakan pada penelitian adalah berdasarkan gagasan yang disampaikan oleh beberapa pakar marketing. Model penelitian disusun berdasarkan hipotesis-hipotesis yang menyatakan adanya hubungan di antara elemen-elemen penelitian. Elemen-elemen yang dikaji dalam penelitian ini adalah Trust, Bonding, Communication. Shared Value, Emphaty, Reciprocity. Secara skematis, model dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: 4 Gambar 1 Model Penelitian Relationship Marketing: 1. Trust 2. Bonding 3. Communication Keputusan pembelian 4. Shared Value 5. Emphaty 6. Reciprocity 2. Hipotesis Ha1 : Diduga terdapat perbedaan signifikan yang nyata mengenai Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh dalam Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit secara simultan. Ha2 : Diduga terdapat perbedaan signifikan yang nyata mengenai Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, Reciprocity yang berpengaruh dalam Keputusan Pembelian pada Auto2000 Pluit secara parsial. 3. Pengumpulan Data Untuk menunjang dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh data dan informasi dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Kuesioner, yaitu dengan memberikan kuisioner kepada responden yaitu konsumen Auto 2000 yang membeli mobil toyota Innova dan Fortuner untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai faktor-faktor yang menyebabkan mereka menggunakan jasa auto 2000. Kuisioner ini akan dijadikan acuan untuk mengevaluasi faktor-faktor pelayanan yang mempengaruhi keputusan pembelian dan pengaruhnya terhadap konsumen. 2. Observasi, Observasi ini dilakukan dengan cara datang langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian ini. 4. Metode Analisis Data a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dalam penelitian ini melakukan korelasi antara butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variable, yaitu dengan cara uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table untuk tingkat signifikansi 5 persen dari degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini adalah jumlah sample. Jika r hitung > r table maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid, begitu juga sebaliknya bila r hitung < r table maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid. b. Uji Reabilitas Adalah suatu nilai ukur yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukuran didalam mengukur gejala yang sama, dengan menggunakan Cronbach,s Alpha, dengan rumus : 5 (k) r11 = —— K-1 ( 1 - Σσb² ) ————— σt² Keterangan : r11 k σt² Σσb² : reliabilitas instrument : banyak butir pertanyaan : varians total : jumlah varian butir c. Teknik Analisis 1) Analisis Diskriminan Metode analisis diskriminan digunakan dalam penelitian ini, dengan persamaan diskrimanan yang dirumuskan sebagai berikut: D = b0+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ... + bk Xk Keterangan : D = skor diskriminan B = koefisien diskriminasi atau bobot X = prediktor atau variabel independent . d. Angka Kritis Perhitungan ZCU (angka kritis): NA ZB + NB ZA ZCU = Keterangan : ZCU NA dan NB ZA dan ZB NA NB : Angka kritis, yang berfungsi sebagai cut off score. : Jumlah sampel di grup A dan B, yang dalam kasus ini adalah grup jarang menggunakan jasa auto 2000 dan grup sering menggunakan jasa auto 2000 : Angka centroid pada grup A dan B. Penggunaan angka ZCU (Discriminating Z score): a. Angka skor di atas ZCU, masuk ke grup tidak beli menggunakan (kode 0) b. Angka skor di bawah ZCU, masuk ke grup beli menggunakan (kode 1) e. Definisi Variabel Variabel dalam penelitian initerdiri atas dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Identifikasi dan pengukuran dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut : 1) Variabel dependen, yaitu Keputusan pembelian. Kategori dengan kode 1 adalah untuk beli dan kode 0 adalah untuk tidak beli. Kode-kode ini berguna mengkuatitatifkan definisi Y yang bersifat kualitatif. Nilai dari hasil perhitungan tersebut akan menunjukkan tingkat kecenderungan konsumen dalam pembelian mobil bermerek toyota Innova dan Fortuner. 6 2) Variabel independen (X) Dalam penelitian ada tiga variabel independen yang akan diuji yaitu : a. Trust (X1), Komponen relasi bisnis yang menentukan tingkat keyakinan setiap pihak bahwa ia bisa mengandalkan integritas janji yang ditawarkan pihak lain. b. Bonding (X2), Komponen relasi bisnis yang mendorong dua pihak (penjual dan pembeli) bertindak bersama dalam rangka mewujudkan tujuan yang daiharapkan. c. Communication (X3), Pertukaran dan saling berbagi informasi berguna dan tepat waktu, baik secara formal maupun informal antara pembeli dan penjual. d. Shared Value (X4), Komponen yang menunjukan sejauh mana para mitra bisnis memiliki kesamaan keyakinan mengenai perilaku, tujuan, dan kebijakan yang penting atau tidak penting, tepat atau tidak tepat, dan benar atau salah. e. Emphaty (X5), Komponen relasi bisnis yang memungkinkan kedua pihak untuk melihat situasi dari perspektif mitra bisnis masing-masing. Dengan kata lain, empati mencerminkan kemampuan memahami keinginan, tujuan, dan perasaan orang lain. f. Reciprocity (X6), Komponen relasi bisnis yang merefleksikan kesediaan masing-masing pihak untuk saling membantu atau membalas kebaikan yang dilakukan salah satu pihak. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan Relationship Marketing terhadap Keputusan Pembelian dengan jumlah sampel sebanyak 83 responden. Selanjutnya setelah dihitung dan didapatkan hasilnya, dibawah ini adalah hasil dari penrlitian. 1. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi. Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Hasil Uji Validitas Korelasi Keterangan NO TRUST 1 2 3 4 0.8373 0.8635 0.7852 0.8155 1 2 3 4 0.6089 0.8837 0.7984 0.8562 1 2 3 0.8438 0.7272 0.6606 1 2 0.8436 0.7244 VALID VALID VALID VALID BONDING VALID VALID VALID VALID COMMUNICATION VALID VALID VALID SHARED VALUE VALID VALID 7 3 4 0.7765 0.6770 1 2 3 4 0.8143 0.7980 0.7460 0.7358 1 2 3 0.6631 0.7240 0.7747 VALID VALID EMPHATI VALID VALID VALID VALID RECIPROCITY VALID VALID VALID 2. Hasil Uji Reabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu alat pengukur untuk dapat digunakan beberapa kali mengukur peristiwa yang sama dan didapat hasil pengukurannya relatif sama maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut adalah reliabel. Sebuah variabel dinyatakan reliable jika memiliki nilai Cronbrach alpha‘s > 0.60. Tabel 1.2 Hasil Uji Reliabilitas Cronbrach N of Item Alpha’s 0.9718 30 3. Uji Hipotesis a. Pengujian secara simultan dapat dilihat pada output test result. Box‘s M menguji homoginitas covariance matrik antar group. Tabel 1.3 Test Result Tes t Re sults Box's M F .240 Approx. .237 df 1 1 df 2 12293.325 Sig. .627 Tests null hypothes is of equal population covariance matrices . Dari output tersebut terlihat bahwa model penelitian ini memiliki nilai signifikan sebesar 0,627. Dengan tingkat signifikan a 5% maka Ha1 ditolak, sehingga model ini memberikan kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara trust, bonding, communication, emphaty, dan reciprocity terhadap keputusan pembelian secara simultan. Sehingga dapat dikatakan bahwa masing-masing faktor adalah relatif sama. Dengan hasil bahwa nilai sig > 0,05 dianggap telah memenuhi asumsi analisis diskriminan, sehingga proses dapat dilanjutkan. 8 b. Pengujian secara parsial dapat dilihat pada tabel parsial dari tabel Test of Equality of Group Means Tes ts of Equality of Group M eans trust bonding comunication shared value emphaty rec iprocity Wilks ' Lambda .883 .914 .930 .951 .916 .960 F 10.688 7.594 6.064 4.184 7.385 3.365 df 1 df 2 1 1 1 1 1 1 81 81 81 81 81 81 Sig. .002 .007 .016 .044 .008 .070 Tabel 1.4 Test of Equality of Group Mean 1) hasil pengujian menunjukkan bahwa trust memiliki tingkat signifikan sebesar 0.002 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha2a diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Trust dengan Keputusan Pembelian. 2) hasil pengujian menunjukkan bahwa bonding memiliki tingkat signifikan sebesar 0.007 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha2b diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara bonding dengan Keputusan Pembelian. 3) hasil pengujian menunjukkan bahwa communication memiliki tingkat signifikan sebesar 0.016 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha2c diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara communication dengan Keputusan Pembelian. 4) hasil pengujian menunjukkan bahwa shared value memiliki tingkat signifikan sebesar 0.044 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha2d diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara shared value dengan Keputusan Pembelian. 5) hasil pengujian menunjukkan bahwa emphaty memiliki tingkat signifikan sebesar 0.008 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha2e diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara emphaty dengan Keputusan Pembelian. 6) hasil pengujian menunjukkan bahwa reciprocity memiliki tingkat signifikan sebesar 0.080 karena lebih besar dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan Ha2f ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara reciprocity dengan Keputusan Pembelian. c. Fungsi Diskriminan Dari tabel di bawah dapat dilihat fungsi diskriminan dari tiap kelompoknya yaitu: 9 Tabel 1.5 Output Classification Function Coefficients Clas sification Function Coe fficie nts trust (Cons tant) keputus an pembelian tidak beli beli 1.867 2.176 -11.819 -15.815 Fisher's linear dis criminant f unctions Grup 0 ( tidak beli ) Grup 1 ( beli ) = - 11.819 + 1.867 Trust = - 15.815 + 2.176 Trust d. Angka Kritis Tabel 1.6 Output Functions at Group Centroids Functions at Group Ce ntroids keputus an pembelian tidak beli beli Func tion 1 -.547 .236 Unstandardized c anonical disc riminant f unctions evaluated at group means Dalam penelitian ini terdapat dua tipe konsumen, yang dissebut Two Group Discriminant yang nantinya akan melakukan pemisahan terhadap konsumen yang memutuskan melakukan pembelian atau tidak terhadap Toyota Innova dan Fortuner di Auto 2000 Pluit. Melalui Centroid (Group Means) Negatif dan Centroid (Group Means) Positif. Pada tabel diatas terlihat bahwa kelompok yang tidak membeli mempunyai nilai Z= -0.547 dan kelompok yang memutuskan membeli bernilai Z= 0.236. Dengan rumus Zcu, kita akan menghitung nilai Zcu untuk mengetahui dimana titik cut off nya yaitu Zcu = ( 25 * - 0.547 ) + ( 58 * 0.236 ) 25 + 58 Zcu = - 0.0001445783 dibulatkan menjadi Zcu = - 0.0002 4. Analisis dan Pembahasan Variabel dari Hasil Penelitian Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan 6 variable relationship marketing, yaitu Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty dan Reciprocity sebagai variabel independen dan kategori tidak membeli dan membeli produk Toyota Innova dan Fortuner di Auto2000 Pluit sebagai variabel dependent dengan menganalisa 83 responden dengan teknik Deskriminan Analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Dari keenam variable relationship marketing, tidak terdapat ada perbedaan yang nyata antara Trust, Bonding, Communication, Shared Value, Emphaty, dan Reciprocity terhadap Keputusan Pembelian secara bersama - sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan masing-masing faktor adalah relatif sama dalam keputusan pembelian. Faktor trust memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Auto 2000 pluit. Dimana kepercayaan merupakan suatu modal dasar yang menjadi bagi keberlangsungan Auto 2000 dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia. Dimana 10 kepercayaan yang diberikan oleh pelanggan menjadi nilai lebih terbesar bagi perusahaan Auto 2000 Pluit. Faktor Bonding memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen Auto 2000 Pluit. Dan pelayanan Auto 2000 membangun keterikatan antara Auto 2000 dengan konsumen, yang membentuk hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan. Bagi konsumen Auto 2000 dapat memenuhi kebutuhannya. Dan bagi Auto 2000, konsumen bisa menjadi pasar yang stabil. Faktor Communication memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian Auto 2000 Pluit ini sendiri mejadi refleksi dari saling pemahaman antara pelanggan dan konsumen, sehingga mempercepat proses perpinndahan informasi dari konsumen ke Auto 2000 maupun sebaliknya. Faktor Shared Value memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Auto 2000 Pluit. Auto 2000 berhasil menanamkan nilai kebersamaan antara Auto 2000 dengan konsumen. Melalui program korporasi yang dijalankan. Yang membuat pelanggan memiliki kesamaan dalam nilai fungsi dan ekonomis. Faktor Emphaty memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Auto 2000 Pluit. Auto 2000 berhasil memposisikan diri memiliki ikatan emosional yang kuat di mata pelanggan. Sehingga konsumen juga selayaknya merasa bertanggung jawab untuk membalas ikatan tersebut. Faktor Reciprocity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Auto 2000 Pluit. Tidak tergambar jelas program yang dijalankan Auto 2000 untuk memberikan penghargaan terhadap pengorbanan yang diberikan konsumen. Sehingga dalam pengukuran, faktor reciprocity tidak dirasakan jelas oleh pelanggan Auto2000. Sehingga tidak mejadi pertimbangan bagi konsumen dalam menentukan keputusan konsumen. . 5. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dengan hanya menggunakan relationship marketing sebagai independen variabelnya. . 6. Implikasi Penelitian Untuk Trust dalam hal ini perusahaan sudah cukup baik, karna faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian di Auto 2000 Pluit adalah trust. Untuk itu perushaaan harus menjaga kepercayaan costumer tersebut,yang tidak terbentuk dalam periode yang singkat. Namun membutuhkan kerja yang lebih nyata lagi. Karena penilaian yang diberikan oleh konsumen adalah refleksi dari masa lalu,masa kini dan masa yang akan datang. Dimana faktor ini yang menentukan mereka mau membeli lagi di Auto 2000 Pluit. Untuk Bonding, Auto 2000 hendaknya membangun keterikatan antara Auto 2000 Pluit dengan pelanggannya. Sehingga terbangun kebanggaan bagi costumer menjadi bagian dari keluarga Auto 2000 Pluit, Seperti membangun komunitas dengan Auto 2000 Pluit yang bertindak sebagai moderator bagi costumernya. Untuk Communication, Auto 2000 Pluit hendaknya dapat membangun Divisi CRM (Corporate Relationship Marketing) yang berbasis knowledge yang baik. Sehingga komunikasi dapat berjalan dua arah secara efisien,cepat dan tepat. Untuk Shared Value di Auto 2000 memerlukan program Hearing yang berdampak pada impulse positif bagi pertumbuhan perusahaan. Serta menghasilkan dorongan yang lebih besar lagi,terhadap kualitas kerja Auto 2000 itu sendiri. Untuk Emphaty, Auto 2000 dapat membagun system database yang baik dan menjadikannya modal dasar dalam menekan tingkat retensi pelanggan. Diharapkan 11 dengan system database tersebut akan terbangun kedekatan untuk mengenali costumer lebih jauh agar kita mengetahui sejauh mana keinginan, tujuan, perasaan costumer serta history penjualan Untuk Reciprocity, saran penulis kepada Auto 2000 Pluit. Agar ini menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan. Dimana reciprocity di Auto 2000 tidak dalam kapasitas penentu terhadap keputusan pembelian di Auto 2000. Hendaknya Auto 2000 ini merefleksikan kesediaan untuk membalas kebaikan costumer khususnya yang telah melakukan pembelian. Baik berupa reward langsung maupun dalam tingkatan pelayanan. Seperti layanan jemput kendaraan service bagi pelanggan prioritas,tempat service yang memanjakan konsumen, kegiatan nyata CSR, Handling Complain yang cepat. Agar costumer merasa diperhatikan oleh Auto 2000 Pluit. Sehingga motto Auto 2000, segala urusan Toyota lebih mudah dapat dirasakan oleh pelanggan. DAFTAR PUSTAKA Ariyanto, Pengembangan Analysis Multivariate dengan SPSS 12, Jakarta: Salemba Infotek, 2005 Fandy Ciptono, Phd & Gregorius Chandra, Service, Quality & Satisfaction, Edisi 3, Yogyakarta: ANDY, 2011 Gronroos, Christian, 1994, The Marketing Strategy Containuum: Toward A Marketing concept for 1990‘s, p17-13 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan Pertama,Jakarta: PT Gramedia, 2000 Kotler Philip, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi 9, Jakarta : PT INDEKS, 2003 ____________ , Marketing Management, Jilid 1, Jakarta: PT Prenhallindo, 1997 ____________ , Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta: PT Prenhallindo, 2002 Kotler Philip & Gary Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2006 ____________ , Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1, Edisi ke 12, Jakarta : Erlangga, 2008 ____________ , Dasar-Dasar Pemasaran (Principles of Marketing), Edisi ke 9, Jakarta : PT INDEKS, 2004 Kotler Philip & Keller Lary King, Manajemen Marketing, Jilid 2, Edisi ke 13,Jakarta : Erlangga, 2009 Laksana & Fajar, Manajemen Jasa, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008 Maholtra Naresh.K, Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Edisi 4,Jakarta: PT INDEKS, 2005 Morgan, Roberts M & Hunt, Shelby D, 1994, The Commitment-Trust Theory, Journal of Marketing, Narver, p20-38 Mursid Muhamad, Manajemen Pemasaran, Edisi 1, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006 Schifman L.G & Kanuk L.L, Consumer Behavior, Seventh Edition, New Jersey: Prentice Hall, 2003 Shani D & Achsani S,1992, Exploiting niches using relationship marketing, Journal of Service Marketing, Volume 6, p31-46 Syarifudin Chan, Relationship Marketing, Edisi 1, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta, 1999 Taufik Muhamad & Amir, Manajemen Ritel, Cetakan 2, Jakarta : Penerbit PPM, 2005 12 PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA PRODUK MEREK SEIZE Awal Bagus Ramadhan Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Di dalam penelitian ini, kepuasan pelanggan adalah variabel Independent (X) dan variabel Dependent (Y) loyalitas pelanggan. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah orang – orang yang sudah pernah membeli produk Seize lebih dari dua kali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan 3 dimensi yaitu (produk, pelayanan, dan pembelian). Berdasarkan hasil analisis ini, variabel kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian mempunya pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya jika terjadi kenaikan kepuasan produk , pelayanan, dan pembelian maka loyalitas pelanggan akan bertambah dan sebaliknya jika menurun maka loyalitas pelanggan juga akan ikut menurun. Kata Kunci : Produk, Pelayanan, Pembelian, Loyalitas Pelanggan. PENDAHULUAN Dalam era globalisasi saat ini kebutuhan manusia akan suatu produk semakin meningkat dari produk yang bersifat primer, sekunder, hingga tersier yang jauh dari kebutuhan seharihari. pakaian adalah kebutuhan manusia yang harus dipenuhi setelah makan. Pada saat ini banyak sekali pengusaha yang bergerak dalam bidang bisnis pakaian dengan berbagai macam merek yang memberikan banyak pilihan model, motif, dan corak produk yang dapat digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya Banyak sekali perusahaan yang memenangkan persaingannya dengan cara memanfaatkan peluang bisnis yang ada dan berusaha menerapkan strategi pemasaran yang tepat untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan agar tetap setia (resisten) terhadap produk perusahaan. Resistensi sikap konsumen ditunjukan dengan loyalitas merek terhadap produk perusahaan. Kunci bagi resistensi konsumen adalah kepuasan konsumen (Kotler, 2004 :56). Jika kepuasan tinggi atau kesenangan yang tinggi menciptakan kelekatan emosional terhadap merek dalam hal ini produk Seize dan juga akan menimbulkan loyalitas yang berkelanjutan. Persaingan antar industri ini juga terjadi pada produk shopping goods mengingat jenis produk ini juga mempunyai intensitas kebutuhan yang cukup tinggi. Jika kita amati persaingan bisnis antar industri pada saat ini dapat dilihat begitu banyaknya produk shopping goods yang terus bermunculan dan masing-masing menawarkan berbagai macam keunggulannya. Dengan 13 demikian bukan hal yang tidak mungkin bahwa suatusaat nanti perkembangan industri pakaianakan menjadi salah satu persaingan terbesar dalam industrishopping goods dimasa yang akan datang. Pasar potensial inilah yang dicari oleh para pengusaha, baik pengusaha dalam negeri maupun pengusaha asing. Seize merupakan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis khususnya pakaian dengan kendali mutu dibawah lisensi SEIZE. Seize didirikan pada tanggal 29 Desember 2009 dengan Budaya Street yaitu Pertumbuhan industri kreatif yang berlaku di divisi pakaian itu mempengaruhi anak-anak muda, khususnya di Indonesia.Untuk memenuhi kebutuhan konsumennya perusahaan ini terus berusaha mengembangkan produk yang berkualitas sehingga produk yang ditawarkan dapat diterima oleh konsumen. Selain itu Seize terus berusaha meningkatkan kinerja yang baik dari para pegawainya dalam memberikan pelayanan kepada para konsumen. Sebagai salah satu perusahaan bisnis pakaian yang telah tumbuh dan berkembang Seize menjadi pesaing utama dalam bisnis khususnya produk pakaian. Perumusan Masalah 1. Apakah kepuasan produk mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? 2. Apakah kepuasan pelayanan mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? 3. Apakah kepuasan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? 4. Apakah kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah kepuasan produk mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? 2. Untuk mengetahui apakah kepuasan pelayanan mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? 3. Untuk mengetahui apakah kepuasan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? 4. Untuk mengetahui apakah kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize ? Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi yang mendukung upaya perbaikan dan aktivitas usaha yang dijalankan perusahaan. 2. Bagi penulis, diharapkan penulis memperoleh pengetahuan dan informasi yang berharga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan terhadap produk pakaian merek Seize. 3. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang dapat dipakai sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah diperoleh lewat bangku kuliah yang nyata dan terjadi dilapangan. 14 Tinjauan Pustaka A. Produk Menurut Philip Kotler produk adalah sebagai berikut : Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk dapat memenuhi kebutuhan. Produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, property, organisasi dan gagasan. Dan menurut Fandy Tjiptono produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Jadi produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. B. Klasifikasi Produk Menurut Philip Kotler pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik produk : daya tahan, keberwujudan dan penggunaan (konsumen atau industri). 1. Daya Tahan dan Keberwujudan Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok dilihat dari daya tahan dan wujudnya : a. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) : barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Contohnya pasta gigi b. Barang tahan lama (durable goods) : barang berwujud yang biasanya dapat dilakukan berkali-kali. Contohnya pakaian. c. Jasa (service) : jasa bersifat tidak berwujud dan biasanya mudah habis, oleh karena itu jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu, kreadibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian. Contohnya jasa reparasi. 2. Klasifikasi barang konsumen Jenis barang yang dibeli oleh konsumen dapat dibedakan berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen. Pada umumnya barang konsumen dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1. Barang convenience adalah barang yang biasanya sering dibeli konsumen, segera dan dengan usaha yang minimum. Contohnya rokok, sabun, dan pasta gigi. Barang convenience dibagi lagi menjadi tiga , yaitu : a. Staples adalah barang yang dibeli konsumen secara teratur. Misalnya pembelian sabun mandi. b. Impulse adalah barang yang dibeli oleh konsumen berdasarkan keinginan seketika, tanpa direncanakan terlebih dahulu. Misalnya rokok. c. Emergency adalah barang yang dibeli oleh konsumen pada saat kebutuhan itu mendesak. Misalnya payung dimusim hujan. 2. Barang shopping adalah barang yang karakteristiknya dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan dan pembelian. Contohnya pakaian, peralatan rumah tangga. Barang shopping dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu : a. Barang shopping homogen, memiliki mutu yang sama tetapi memiliki harga yang cukup berbeda sehingga dapat dijadikan alasan perbandingan dalam berbelanja. b. Barang shopping heterogen, memiliki perbedaan dalam hal keistimewaan dan jasa produk yang mungkin lebih penting daripada harganya. 15 3. Barang khusus (speciality goods) adalah barang yang memiliki karakteristik yang unik atau identifikasi merek dimana untuk mendapatkan barang tersebut pembeli bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contohnya merek dan barang mewah, mobil, peralatan mendaki gunung. 4. Barang unsought adalah barang yang diketahui atau tidak diketahui oleh konsumen namun konsumen terkadang tidak berfikir untuk membeli barang tersebut. Contohnya asuransi jiwa, dan tanah kuburan. C. Kepuasan Pelanggan Pengertian kepuasan pelanggan menurut Kotler dan Keller (2008) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang mubcul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya. Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan, Freddy Rangkuti (2008) mengatakan bahwa pengertian tersebut dapat diterapkan dalam penilaian kepuasan atau ketidakpuasan terhadap suatu perusahaan tertentu karena keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan pelanggan. Fandy Tjiptono membedakan tiga tipe kepuasan dan dua tipe ketidakpuasan berdasarkan kombinasi emosi-emosi spesifik terhadap penyedia jasa, ekspektasi menyangkut kapabilitas kinerja masa depan pemasok jasa, dan minat prilaku untuk memilih lagi penyedia jasa bersangkutan yaitu : 1. Tipe – tipe kepuasan pelanggan terdiri dari a. Demanding Costumer Satisfaction Tipe kepuasan yang aktif. Relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif, terutama optimisme dan kepercayaan. b. Stable Costumer Satisfaction Tipe ini memiliki tingkat apirasi yang pasif dan berprilaku demanding. Emosi positifnya pada penyedia jasa bercirikan steadiness dan trust dalam relasi yang terbina saat ini. c. Resigned Costumer Satisfaction Pelanggan dalam tipe ini merasa puas, namun kepuasannya bukan disebabkan oleh pemenuhan ekspetasi, namun didasarkan pada kesan bahwa tidak realistis untuk berharap lebih. 2. Tipe-tipe ketidakpuasan pelanggan a. Stable Costumer Dissaticfation Tipe tidak puas terhadap kinerja penyedia jasa, namun mereka cenderung tidak melakukan apa- apa. b. Demanding Costumer Dissaticfation Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi aktif dan prilaku demanding. Pada tingkat emosi ketidakpuasannya menimbulkan protes dan oposisi. Menurut Handi Irawan, ada lima faktor pendorong yang mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu : a. b. c. d. e. Kualitas produk Harga Kualitas pelayanan Faktor emosi Kemudahan. 16 Menurut Mack Hanan dan Karp Peter untuk menciptakan kepuasan pelanggan suatu perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen dianggap paling penting yang disebut “The Big Eight Factors” yang secara umum dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut : 1. Faktor yang berhubungan dengan produk : a. Kualitas produk Yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk produk, sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah. b. Hubungan antara nilai sampai dengan harga Merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan antara nilai yang diperoleh oleh pelanggan dengan harga yang dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha. c. Bentuk produk Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan suatu manfaat. d. Keandalan Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan: a. Jaminan Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian. b. Respon dan cara pemecahan masalah(Response to and Remedy of Problems) Merupakan sikap dari karyawan dan menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pelanggan. 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian: a. Pengalaman karyawan Merupakan semua hubungan antara konsumen dengan karyawan Seize khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian. b. Kemudahan dan kenyamanan (Convenience of acquisition) Merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk yang dihasilkannya. D. Pengukuran Kepuasan Pelanggan Untuk mengetahui kefektifan dari kebijakan dan kinerja perusahaan yang telah diberikan oleh pelanggan, maka perusahaan dapat menggunakan beberapa metode untuk melacak dan mengukur kepuasan pelanggan.Menurut Fandy Tjiptono (2007) Ada empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan : 1. 2. 3. 4. Sistem keluhan dan saran Belanja Siluman (ghost shopping) Analisis pelanggan yang hilang (lost costumer analysis) Survei kepuasan pelanggan 17 Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya : a. Directly reported satisfaction, pengukuran dilakukan menggunakan item-item spesifik yang menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan. b. Derived satisfaction, pertnyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal yang utama, yaitu tingkat harapan atau ekspetasi pelanggan terhadap kinerja aktual produk atau perusahaan bersangkutan. c. Problem analysis, dalam teknik ini responden diminta mengungkapkan masalahmasalah yang mereka hadapi berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan saransaran perbaikan. d. Important performace analysis, dalam teknik ini responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut relevan dan tingkat kinerja perusahaan pada masing-masing atribut tersebut. E. Loyalitas Pelanggan Loyalitas pelanggan merupakan dorongan prilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang tersebut. Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer), seseorang dapat dikatakan menjadi pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan olah badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang pembeli atau konsumen. Menurut Swastha (2009: 75), definisi loyalitas pelanggan adalah kesetiaan konsumen untuk terus menggunakan produk yang sama dari suatu perusahaan. Loyalitas menggambarkan perilakuyang diharapkan sehubungan dengan produk atau jasa. Loyalitas konsumen akan tinggi apabila suatuproduk dinilai mampu memberi kepuasan tertinggi sehingga pelanggan enggan untuk beralih kemerek lain. Adapun ciri-ciri konsumen yang loyal terhadap barang atau jasa menurut Griffin (2002:31) adalah sebagai berikut : (a) melakukan pembelian berulang secara teratur; (b) membeli antar liniproduk atau jasa; (c) mereferensikan kepada orang lain; (d) menunjukkan kekebalan dari daya tarikproduk sejenis dari pesaing. F. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Dalam pasar yang tingkat persaingannya cukup tinggi, perusahaan mulai bersaing untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya agar pelanggan mempunyai kesetiaan yang tinggi terhadap jasa layanan iklan yang ditawarkan perusahaan. Menurut Jones dan Sasser menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu variabel endogen yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan sehinggan loyalitas pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan. Jika hubungan antara kepuasan dengan loyalitas adalah positif, maka kepuasan yang tinggi akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Dalam hal ini loyalitas pelanggan berfungsi sebagai Y sedangkan kepuasan pelanggan berfungsi sebagai X. 18 G. Model Penelitian Produk (X1) Pelayanan (X2) H2 Pembelian (X3) H3 H4 Loyalitas Pelanggan (Y) Gambar 2.2 Model Penelitian H. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis dengan perumusan masalah yang ada yaitu : 1. Diduga kepuasan produk mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize. 2. Diduga kepuasan pelayanan mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize. 3. Diduga kepuasan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize. 4. Diduga kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian mempengaruhi loyalitas pelanggan produk merek Seize. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di outlet Seize yang berlokasi di Komplek DKI Joglo N no. 4 Jakarta Barat selama dua bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan September 2013. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pemakai produk pakaian dengan merek Seize dan jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui. penelitian ini pengambilan sampelnya menggunakan teknik quota sampling yaitu untuk mengkaji suatu fenomena dari beberapa sisi, responden yang dipilih adalah orang-orang yang dapat diperkirakan dapat menjawab semua sisi itu dan cara pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria antara lain dewasa umur 17 – 35 tahun, dan sudah lebih dari dua kali menggunakan produk Seize. 19 Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Adalah pertanyaan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuisioner dapat mengukur apa yang diukur, dengan rumus teknik korelasi product moment pearson : Keterangan : r = korelasi respon product moment n = jumlah data sampel X1 = Variable terikat kualitas pertanyaan X2 = Variabel terikat kepuasan pelanggan Y = Variabel terikat loyalitas pelanggan Pertanyaan dinyatakan valid atau dapat diukur adalah jika signifikan dari korelasi (r) 0,05 di katakan valid, jika signifikan dari korelasi (r) 0,05 dikatakan tidak valid. Dengan jumlah N : 30, dan tingkat kepercayaan 95 % makan nilai validitas sebesar 0,361. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan realibel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten, pengukuran keandalan butir pertanyaan dengan sekali menyebarkan kuesioner pada responden kemudian hasil skornya diukur dengan korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan komputer SPSS, dengan fasilitas Alfa Cronbach. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alfa Cronbach > 0,06. Rumusnya : 3. Skala Likert Kemudian karena penelitian ini adalah pengukuran persepsi maka digunakan skala likert, skala ini memberikan peluang untuk mengekpresikan perasaan dalam bentuk persetujuan karena dimungkinkan hasil berupa decimal, bobotnya adalah sebagai berikut : 20 Tabel 3.1 : Pembobotan Skala Likert Kepuasan Pelanggan Bobot 1 Kategori Sangat Tidak Baik 2 Tidak Baik 3 Cukup Baik 4 Baik 5 Sangat Baik 4. Analisis Regresi Linier Berganda Uji Regresi digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel dependent) besar suatu variabel atau beberapa variabel lain (variabel independent) dalam suatu persamaan liniear. Adapun bentuk persamaan regresi liniernya adalah sebagai berikut : Y= a + + + Dimana : Y = Loyalitas a = Konstanta = Koefisien regresi = Produk = Pelayanan = Pembelian (+) atau (-) = Tanda yang menunjukkan arah hubungan antara Y danX 5. Uji T Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antara variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Menentukan tingkat signifikansi : Jika sig. > α (0,05) maka koefisien regresi tidak signifikan Jika sig. < α (0,05) maka koefisien regresi signifikan. Menentukan nilai Thitung Menurut Sugiyono (2004: 184) nilai Thitung dapat dicari dengan menggunakan rumus : Jika Thitung < Ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika Thitung > Ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima 21 6. Uji F Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara bersama-sama antara variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) Menentukan tingkat signifikansi : Jika sig. > α (0,05) maka koefisien regresi tidak signifikan Jika sig. < α (0,05) maka koefisien regresi signifikan. Menentukan nilai Fhitung Menurut Sugiyono (2004: 190) nilai Thitung dapat dicari dengan menggunakan rumus : Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima 7. Definisi Operasional Variabel 1. Kepuasan Pelanggan (X) a. Produk (X1) 1). Kualitas Yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk produk, sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah. 2). Harga Merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan antara nilai yang diperoleh oleh pelanggan dengan harga yang dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha. 3). Bentuk Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan suatu manfaat. 4). Keandalan Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan. b. Pelayanan (X2) 1). Jaminan Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian. 2). Respon dan cara pemecahan masalah Merupakan sikap dari karyawan dan menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pelanggan. c. Pembelian (X3) 1). Pengalaman karyawan Merupakan semua hubungan antara konsumen dengan karyawan Seize khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian. 2). Kemudahan dan kenyamanan Merupakan segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk yang dihasilkannya. 2. Loyalitas Pelanggan (Y) Variabel terikat Y adalah loyalitas pelanggan yang diukur berdasarkan ukuran prilaku (behavior measures) yaitu : 1. Keinginan untuk membeli kembali produk Seize. 22 2. Kesediaan untuk merekomendasikan kepada orang lain agar membeli produk Seize. 3. Tetap melakukan pembelian produk Seize tanpa memperhatikan pesaing. 4. Menyampaikan informasi yang positif tentang produk Seize ke orang lain. 5. Akan tetap membeli produk Seize tanpa mempertimbangkan harga 6. Tetap akan menggunakan produk Seize walaupun menerima informasi yang negative tentang produk. 7. Kemudahan dalam mendapatkan produk. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validitas Uji validitas ini akan menguji masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dimana keseluruhan variabel penelitian memuat 20 pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan valid tidaknya pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: tingkat signifikasi sebesar 0,05, dan n = 30, didapat r tabel = 0,361. Jika r hitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pernyataan dikatakan valid. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka hasil pengujian validitas dapat ditunjukkan sebagai berikut : Tabel 5.1 Nilai uji validitas Variabel r tabel r hitung Keterangan p1 0,361 0,552 Valid p2 0,361 0,827 Valid p3 0,361 0,846 Valid p4 0,361 0,716 Valid p5 0,361 0,530 Valid p6 0,361 0,788 Valid p7 0,361 0,689 Valid p8 0,361 0,849 Valid p9 0,361 0,612 Valid p10 0,361 0,826 Valid p11 0,361 0,758 Valid p12 0,361 0,507 Valid p13 0,361 0,613 Valid p14 0,361 0,653 Valid p15 0,361 0,705 Valid p16 0,361 0,826 Valid p17 0,361 0,599 Valid Sumber p18 : Olahan data 0,361SPSS 170,659 Valid Produk (X1) Pelayanan (X2) Pembelian (X6) Loyalitas (Y) p19 0,361 0,609 Valid p20 0,361 0,591 Valid 23 Dari tabel diatas terlihat bahwa angka untuk kedua puluh pertanyaan berada diatas 0,361 maka dapat dikatakan bahwa semua pertanyaan pada kuesioner tersebut adalah valid, sehingga dapat digunakan untuk tahan selanjutnya. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur didalam mengukur segala yang sama. Sebuah data dianggap reliabel apabila memiliki nilai sebesar 0,04-0,06 (cukup reliabel). Pada uji ini penulis menggunakan rumus Cronbach’s Alpha dengan menggunakan SPSS 17. Untuk hasil uji reliabilitas yaitu sebagai berikut : Tabel 5.2 Nilai uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,942 N of Items 20 Sumber : Olahan data SPSS 17 Nilai Cronbach’s Alpha yang didapat sebesar 0,942 artinya secara keseluruhan data tersebut dapat dikatakan sangat reliabel. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut : Y = 5,176 + 0,315x1 + 0,740x2 + 0,439x3 Adapun makna dari persamaan regresi tersebut adalah : 1. Loyalitas pelanggan akan bernilai 5,176 jika tidak ada pengaruh dari kepuasan pelanggan dari produk merek Seize. 2. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kepuasan produk, maka akan menaikkan loyalitas pelanggan sebesar 0,315. 3. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kepuasan pelayanan, maka akan menaikkan loyalitas pelanggan sebesar 0,740. 4. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kepuasan pembelian, maka akan menaikkan loyalitas pelanggan sebesar 0,439. 5. Dari persamaan regresi diatas juga dapat diketahui bahwa beta (B) dari kepuasan pelayanan adalah yang memberikan kontribusi terbesar untuk meningkatkan loyalitas pelanggan yaitu sebesar 0,740. Data tersebut menunjukkan bahwa kepuasan pelayanan dari produk Seize adalah yang paling berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan sehingga menjadikan konsumen semakin menyukai produk dari Seize. 4. Uji T Uji hipotesis parsial ( uji T ) ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing – masing variabel independent mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independent terdiri dari 3 variabel yaitu : produk, pelayanan, dan pembelian. Sedangkan variabel dependen yaitu loyalitas pelanggan. Dari hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut : 24 Tabel 5.23 Coefficients Coefficients 1 Model (Constant) Unstandardized Coefficients Std. B Error 5,176 1,741 a Standardized Coefficients Beta T 2,973 Sig. ,004 Produk ,315 ,064 ,407 4,940 ,000 Pelayanan ,740 ,166 ,391 4,461 ,000 pembelian ,439 ,195 ,151 2,251 ,027 a. Dependent Variable: loyalitas pelanggan Dari data tabel diatas, diketahui bahwa hasil uji hipotesis dalah sebagai berikut : a. Kepuasan produk memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti bahwa dari nilai t hitung sebesar 4,490 > dari nilai t tabel yaitu 0,677 dan nilai sig yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan produk berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Diharapkan Seize mampu meningkatkan nilai produk sehingga lebih banyak pelanggan yang tertarik dan mau menggunakan produk. b. Kepuasan pelayanan memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti bahwa dari nilai t hitung sebesar 4,461 > dari nilai t tabel yaitu 0,677 dan nilai sig yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Diharapkan Seize mampu memberikan pelayanan yang ramah sehingga pelanggan akan membeli produk kembali. c. Kepuasan pembelian memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini terbukti bahwa dari nilai t hitung sebesar 2,251 > dari nilai t tabel yaitu 0,677 dan nilai sig yaitu 0,027 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pembelian berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Diharapkan Seize mampu memberikan kemudahan pembelian yang lebih baik lagi sehingga nantinya tidak menyulitkan pelanggan dalam melakukan transaksi pembelian. 5. Uji F Uji hipotesis simultan ( uji F ) ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama – sama variabel independent mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independent terdiri dari 3 variabel yaitu : produk, pelayanan, dan pembelian. Sedangkan variabel dependent yaitu loyalitas pelanggan. Dari hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut : 25 Tabel 5.24 Anova b ANOVA Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 912,488 3 Mean Square 304,163 442,752 96 4,612 1355,240 99 Df F 65,950 Sig. a .000 a. Predictors: (Constant), pembelian, produk, pelayanan b. Dependent Variable: loyalitas pelanggan Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize terbukti dari nilai F hitung 65,950 > F tabel 2,70. Tiga kepuasan pelanggan dari produk Seize yaitu kepuasan produk, pelayanan, dan pembelian berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dimana konsumen merasa bahwa produk Seize sesuai dengan keinginan mereka dan merasa lebih percaya diri dalam memakai produk merek Seize. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masing – masing variabel kepuasan yaitu : a. Kepuasan produk memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize. b. Kepuasan pelayanan memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize. c. Kepuasan pembelian memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize. 2. Dapat diketahui bahwa secara bersama – sama variabel kepuasan produk, pelayanan dan pembelian memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada produk merek Seize. SARAN Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, Seize harus terus meningkatkan produk dengan kualitas yang tinggi dan lebih baik sehingga pelanggan akan semakin loyal dan dapat menciptakan kepuasan bagi pelanggannya. 2. Dalam memberikan pelayanan harus benar – benar baik,misalnya dengan keramahan dari karyawan, perhatian karyawan terhadappelanggan, sikap mau membantu memberikan informasi yang benar dalamtidak hanya sekedar menjual produk dan bersikap empati padapelanggan adalah hal yang diharapkan pelanggan. 3. Seize juga harus memberikan lebih dalam hal kemudahan dan kenyamanan dalam pembelian kepada pelanggannya. 26 DAFTAR PUSTAKA Bakhat Shaham and Aziz U.S, Journal Of Contemporary Research In Bussiness, vol.4 no.6, Pakistan, 2012, 327 Dewi Kusuma Nila, Andri Gus, dan Yonaldi Sepris, Jurnal Manajemen dan Kewiraushaan, vol. 3 no. 2, Padang, 2012, 18 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi II, ANDY Yogyakarta, 2002 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, C.V Andi Offset, Yogyakarta,2007 Freddy Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008 Griffin, Jill, Costumer Loyalty. Jakarta: Erlangga, 2002 Handi Irawan , 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, PT Elex Medika Komputindo, Jakarta, 2009 Hanan, Mack and Peter Karp, Customer Satisfaction: How to Maximaze, Measure, and Market your company’s Ultimate Product. New York: American Management Association, 1991 Joseph M. Juran, Juran on Quality by Design, New York : The Free Press, 2001. Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid I, Edisi Bahasa Indonesia, PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA, Jakarta, 2005. Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid II, Edisi Bahasa Indonesia, PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA, Jakarta, 2005. Kotler P, Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 1, Penerbit: PT. Erlangga, Jakarta, 2008 Merrie Brucks, Valarie A. Zeithmal, and Gilian Nayler, Press and Brand Indicators of Quality Dimensions For Consumers Durables, Journal of Academy of Marketing Science 28 (summer), 2000. Musanto Trisno, Jurnal Management dan Kewirausahaan, vol.6 no.2, Surabaya, 2004, 126127 Olson, Peter, Consumer Behavior and Marketing Strategy, (8thed). New York : McGraw-Hill, 2008 Swastha, Basu, Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty, 2009 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta,2004. Sunyoto, Danang, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, cetaka 1-Yogyakarta: Media Pressindo, 2009. 27 ANALISIS PENGARUH KEPRIBADIAN MEREK CHARLES & KEITH TERHADAP KEPRIBADIAN DIRI KONSUMEN DI JAKARTA (Studi Kasus Di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan) Christine Lucia Dengah Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta Christine_Ld @yahoo.com ABSTRAK Alasan seorang konsumen membeli suatu produk bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan dasar mereka saja, melainkan telah berkembang menjadi pemenuhan gaya hidup atau lifestyle. Konsumen cenderung menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik dirinya pada berbagai merek di berbagai macam produk. Dalam penelitian ini penulis ingin membahas apakah terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut; dan dimensi kepribadian merek (brand personality) mana yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality). Penelitian ini dilakukan di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan. Data didapat dari studi lapangan dan diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 100 orang responden, kemudian diolah dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk menguji kuesioner dan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut. Dimensi kepribadian merek (brand personality) yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality) adalah dimensi sophistication. Kata kunci : Brand personality, Entity theory, Charles & Keith. PENDAHULUAN Fashion adalah istilah umum untuk gaya atau mode. Fashion dan wanita merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap wanita ingin tampil gaya dan terlihat menarik. Karena itu berbagai macam aksesoris seperti baju, sepatu, tas sampai perhiasan dengan model terbaru, pastinya akan menarik perhatian para wanita yang mengaku diri sebagai fashionista, yaitu seseorang yang terlibat dalam dunia mode atau dengan semangat untuk fashion. Kata fashionista ini juga dipakai untuk menjelaskan seseorang yang mempunyai personal style yang luar biasa. Sebagai efek dari gaya hidup atau lifestyle tersebut itulah tidak jarang status sosial para fashionista dinilai dari merek atau brand sepatu, tas, atau apapun yang mereka gunakan. Persaingan tidak lepas dari peran industri fashion dewasa ini. Dunia fashion secara tidak langsung sedang 28 mendorong para fashionista untuk tampil lebih cantik dan anggun, serta menyediakan wadah guna memperlihatkan selera pribadi para wanita. Saat ini dimana persaingan bisnis di dunia fashion menjadi sangat ketat dengan semakin banyaknya merek-merek fashion yang bermunculan baik dari dalam maupun luar negeri, memaksa para pengusaha atau produsen dan desainer untuk lebih memiliki ide-ide kreatif dalam penciptaan modelmodel terbaru yang menarik dan memanjakan para fashionista. Pengusaha dan desainer adalah dua pelaku penting dalam dunia fashion. Produsen atau pengusaha memiliki tujuan dalam meluncurkan produk ke pasaran, semata-mata untuk mendapatkan laba; sementara para desainer memiliki standar acuan style yang berbeda. Bagaimanapun juga fashion bisa memperkuat karakter dan kepribadian penggunanya melalui ciri yang khas dan unik yang melekat pada merek fashion. Alasan seorang konsumen membeli suatu produk bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan dasar mereka saja, melainkan telah berkembang menjadi pemenuhan gaya hidup atau lifestyle. Konsumen cenderung menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik dirinya pada berbagai merek di berbagai macam produk. Setiap individu mempunyai kepribadian yang dirasakan sebagai satu orang tertentu dengan sifat-sifat, kebiasaan, pemilikan barang, hubungan dan cara berperilaku tertentu. Persepsi diri sangat berhubungan erat dengan kepribadian, dimana konsumen sering berusaha memelihara, meningkatkan, mengubah atau memperluas persepsi diri mereka dengan membeli produk dari suatu perusahaan yang mempunyai kepribadian yang cocok dengan dirinya, dan cenderung menghindari produk dari perusahaan yang tidak cocok dengan kepribadian mereka. Oleh karena itu, produsen dituntut untuk dapat mengetahui berbagai macam sifat karakteristik konsumen dan perilaku konsumsi mereka secara lebih mendalam, sehingga bisa menghasilkan produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar. Kepribadian produk dan merek memberikan peluang yang nyata bagi produsen untuk memanfaatkan kaitan konsumen dengan berbagai merek yang mereka tawarkan. Merek sering mempunyai kepribadian, beberapa diantaranya bahkan termasuk sifat seperti manusia, karenanya produsen harus menciptakan personifikasi merek dengan berusaha menuangkan kembali persepsi konsumen mengenai sifat-sifat produk dengan karakter manusia. Kepribadian merek ini membantu membentuk respon, preferensi dan kesetiaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Salah satu merek fashion adalah Charles & Keith, dimana produsen memfokuskan dirinya pada produk-produk kecantikan wanita dan menjadikannya merek yang tepat untuk para wanita pecinta fashion. Berbagai macam produk Charles & Keith yang ditawarkan dengan berbagai variasi seperti sepatu, tas, ikat pinggang dan berbagai aksesoris wanita lainnya. Dengan menggunakan bahan kulit yang berkualitas tinggi dan desain yang rumit, Charles & Keith menciptakan kepribadian merek (brand personality) menarik yang melekat pada semua produknya. Pada umumnya lima dimensi kepribadian merek (brand personality), yaitu sincerity (ketulusan), excitement (semangat), competence (kompetensi), sophistication (kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran) sesuai dengan kepribadian dari merek Charles & Keith, namun yang paling ditonjolkan pada merek ini adalah dimensi sophistication (kecanggihan). Melalui sikap yang memancarkan gaya dan kepercayaan diri yang tinggi tersebut, Charles & Keith telah memposisikan diri sebagai merek fashion yang dicari dan disukai oleh para fashionista di dunia saat ini yang sangat kompetitif. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa merek Charles & Keith menciptakan kepribadian merek (brand personality) yang menarik untuk setiap produknya, maka dalam penelitian ini penulis ingin membahas apakah terdapat pengaruh dimensi kepribadian merek (brand personality) produk sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut; dan dimensi mana yang paling sesuai dengan kepribadian diri konsumen, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality). 29 Identifikasi Masalah Dalam pengidentifikasian masalah ini, penulis berusaha menjawab semua masalah yang berkaitan dengan kepribadian merek (brand personality), dimana mencakup beberapa hal seperti : a. Semakin banyaknya merek-merek fashion yang bermunculan, baik merek dari dalam negeri maupun luar negeri, b. Kebutuhan konsumen yang semakin beragam akan fashion, dan keinginan dari konsumen untuk meningkatkan diri ke arah yang lebih positif melalui merek yang digunakannya, c. Kepribadian merek (brand personality) yang ditawarkan oleh produsen yang semakin beragam. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penulis membatasi hanya pada produk sepatu Charles & Keith saja, b. Penulis membatasi pada konsumen wanita yang berbelanja di mall Pondok Indah Jakarta Selatan yang berusia > 18 tahun, c. Responden dibatasi pada konsumen yang menyukai merek Charles & Keith, sudah pernah membeli dan memakai sepatu merek Charles & Keith, d. Penelitian hanya akan mengukur kepribadian merek (brand personality) dari produk sepatu Charles & Keith, e. Penelitian hanya dikhususkan pada implicit self-theory (entity theory). Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut ? 2. Dimensi kepribadian merek (brand personality) mana yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality) ? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut, 2. Untuk mengetahui dimensi kepribadian merek (brand personality) mana yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality). Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 30 1. Bagi penulis yaitu dapat menerapkan teori yang diterima selama di Universitas, khususnya pemahaman ilmu pengetahuan di bidang pemasaran, 2. Bagi mahasiswa dan mahasiswi, pembahasan ini dapat dijadikan wawasan dalam pemahaman mengenai pengaruh kepribadian merek (brand personality) Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) dari konsumen yang menggunakan merek tersebut, 3. Bagi Universitas Esa Unggul, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam penyediaan bahan studi yang terkait dengan manajemen pemasaran. Kerangka Pikir Penelitian Konsumen cenderung menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik dirinya pada berbagai merek di berbagai macam produk. Kepribadian merek memberikan peluang yang nyata bagi produsen untuk memanfaatkan kaitan konsumen dengan berbagai merek yang mereka tawarkan. Merek sering mempunyai kepribadian, beberapa diantaranya bahkan termasuk sifat seperti manusia. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) produk sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri konsumen yang memakai merek tersebut, yaitu konsumen dengan kepribadian entity theory (orang yang percaya bahwa kualitas pribadi mereka adalah tetap dan tidak dapat ditingkatkan lagi melalui usaha mereka sendiri secara langsung). Disamping itu, peneliti juga ingin mengetahui dimensi kepribadian merek (brand personality) mana yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality). Dengan demikian, kerangka pikir penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : Hipotesis Penelitian 1. Diduga terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut. 31 2. Diduga dimensi kepribadian merek (brand personality) yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality) adalah dimensi sophistication (kecanggihan). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan. 2. Waktu Penelitian Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Juli 2013. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitan ini terdiri dari dua jenis data, yaitu : 1. Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli, tidak melalui perantara. Pada penelitian ini data didapat dari studi lapangan dan diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada konsumen Charles & Keith di mall Pondok Indah, Jakarta Selatan. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Informasi diperoleh dari hasil publikasi dan diolah oleh pihak lain. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unsur yang terdapat didalam objek penelitian. Unsur tersebut dapat berupa orang, benda, perusahaan, atribut atau unit-unit apa saja yang terkandung dalam objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan konsumen yang menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith di Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan. Jumlah konsumen tersebut tidak diketahui berapa jumlahnya. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian yang dapat dianggap mewakili kondisi atau keadaan populasi. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa populasi pemakai merek Charles & Keith tidak diketahui jumlahnya, maka penulis menggunakan quota sampling yaitu sebanyak 100 orang sampel pemakai produk sepatu merek Charles & Keith di Mall Podok Indah, yang akan menjadi objek penelitian ini. Metode pengambilan sampel ini berdasarkan purposive sampling, yaitu dengan menentukan beberapa syarat dan kriteria tertentu kepada objek penelitian (sampel). Adapun syarat dan kriteria adalah konsumen wanita yang berbelanja di mall Pondok Indah yang berusia > 18 tahun, menyukai merek Charles & Keith, sudah pernah membeli dan memakai sepatu merek Charles & Keith. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dari responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 32 1. Kuesioner Metode dengan menggunakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan data primer. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang, yang berisi lima tingkat jawaban yaitu : a. Sangat setuju : skor 5 b. Setuju : skor 4 c. Ragu : skor 3 d. Tidak setuju : skor 2 e. Sangat tidak setuju : skor 1 2. Observasi Dua minggu di bulan Juli 2013. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Validitas adalah pernyataan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas untuk menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment. Data dianggap valid jika r hitungnya > 0,361 (diperoleh dari r table product moment, jumlah responden (n) = 30 dan tingkat signifikansi (α) = 5%). Rumus adalah sebagai berikut : rxy = n (∑XY) – (∑X) (∑Y) √{n∑X2 – (∑X)2} √{n∑Y2 – (∑Y)2 } Keterangan : rxy = Koefisien korelasi product moment n = Jumlah responden X = Skor pernyataan Y = Skor total 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal, apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dan nilai Cronbach’s Alpha > 0.60, dengan rumus : k 1 - ∑σb2 r11 = k–1 Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen σt2 33 k = Banyak butir pertanyaan σt2 = Varians total ∑σb2 = Jumlah varians butir Tingkat reliabilitas dengan teknik Cronbach’s Alpha ini diukur berdasarkan skala alpha nol sampai satu. Skala tersebut penulis mengelompokkan kedalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat digambarkan melalui tabel di bawah ini : Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Tingkat Alpha Angka Variabel 0.00 s/d 0.20 0.21 s/d 0.40 0.41 s/d 0.60 0.61 s/d 0.80 0.81 s/d 1.00 Sumber : Rina & Hasyim Keterangan Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel Reliabel Sangat Reliabel 3. Analisis Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis terhadap hubungan antara variabel dependen (Y) dengan dua atau lebih variabel independen (X). Persamaan regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 ... + bnXn Keterangan : Y = Variabel terikat/dependen implicit self-theory(entity theory) a = Intercept (konstanta) b1, b2, b3, b4, b5= Koefisien regresi untuk X1, X2, X3, X4, X5 X1, X2, X3, X4, X5 =Varibel bebas/independen (brand personality) Pengujian ini akan menggunakan program aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional ini dimaksudkan untuk menjabarkan variabel-variabel yang terdapat dalam suatu penelitian, menjadi suatu indikator-indikator yang lebih terperinci. Pengertian variabel penelitian ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris yang terdiri dari : 1. Variabel Dependen (terikat) Implicit self-theory (entity theory) merupakan faktor yang penting dalam memahami respon konsumen terhadap kepribadian merek Charles & Keith. Keyakinan konsumen tentang kepribadian mereka sendiri adalah kunci untuk memprediksi bagaimana mereka akan merespon untuk menggunakan merek dengan kepribadian yang menarik dari Charles & Keith. Kepribadian diri dari konsumen yang mendukung entity theory (“entity theorists”) dipengaruhi oleh kepribadian yang menarik dari merek Charles & Keith. 2. Variabel Independen (bebas) Dalam penelitian ini, kepribadian diri konsumen dipengaruhi oleh kepribadian merek (brand personality) yang terdiri dari lima dimensi, yaitu: 34 a. Sincerity (ketulusan). Sincerity berkaitan dengan kejujuran dalam kualitas, keaslian produk yang dihasilkan dan identik dengan sifat yang sederhana dan menyenangkan dari merek Charles & Keith. b. Excitement (semangat), yaitu produk yang dihasilkan oleh Charles & Keith yang bervariasi dan mengikuti perkembangan zaman/mode. c. Competence (kompetensi), dimana produk yang dihasilkan dapat diandalkan dan dipercaya oleh konsumen Charles & Keith. d. Sophistication (kecanggihan). Sophistication berkaitan dengan eksklusifitas yang dibentuk oleh merek Charles & Keith seperti elegan, glamor dan feminin. e. Ruggedness (kekasaran). Merek Charles & Keith yang menggambarkan sifat petualang dan produk yang kokoh. GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DITELITI Gambaran Umum Perusahaan Charles & Keith adalah sebuah perusahaan penjual sepatu yang berasal dari Singapura. Charles Wong dan Keith Wong memulai bisnis mereka pada tahun 1990 dari sebuah toko kecil penjual sepatu khusus wanita. Charles & Keith yang berkantor pusat di 6 Tai Seng Link, Singapore, adalah merek sepatu fashion internasional dengan kepribadian sophistication (kecanggihan), dan saat ini perusahaan tersebut memiliki lebih dari 1.000 karyawan, secara keseluruhan di kantor pusat Singapore dan regional office di China. Adapun visi dari perusahaan ini adalah untuk menjadi perusahaan fashion yang paling dikagumi, dan misi perusahaan adalah untuk menawarkan produk dan layanan yang berkualitas tinggi, dengan komitmen untuk kesempurnaan. Dari awal yang sederhana pada tahun 1996 di sebuah toko kecil di Amara Shopping Centre Singapore, Charles & Keith telah membuat pertumbuhan yang signifikan, dan sampai saat ini telah memiliki lebih dari 270 toko di lokasi perbelanjaan utama yang strategis, di lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Merek Charles & Keith juga telah membawa ekspansi ke dunia media digital, yaitu toko online CharlesKeith.com, dimana fashion dicerminkan dengan gaya glamor yang tinggi dari koleksi sepatu, tas dan aksesoris, pada dunia maya tersebut. Konsep toko online ini tetap mempertahankan gaya sophistication dan elemen desain yang modern dari merek Charles & Keith. Indonesia adalah negara pertama yang dipilih Charles & Keith untuk mengembangkan bisnisnya secara internasional. Tepat pada tahun 1997 mereka mendirikan toko pertama di Ratu Plaza, Jakarta dan tidak tanggung-tanggung, untuk menjalankan bisnis di Indonesia, perusahaan ini merekrut enam pabrik di Indonesia untuk memproduksi sepatu merek tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Indonesia, Charles & Keith menyediakan website resmi agar pecinta merek ini dapat dengan mudah melihat semua produk mereka secara online. Pada website tersebut konsumen dapat melihat berbagai macam produk yang ditawarkan, seperti variasi sepatu, sandal, tas, ikat pinggang, dan aksesoris lainnya, namun produk Charles & Keith ini masih belum dapat dibeli secara online di website resmi Charles & Keith Indonesia. Charles & Keith membangun kesan (image) sebagai merek yang menghargai dan mencintai fashion, yang diperuntukan bagi setiap wanita yang ingin selalu up to date dengan fashion. Charles & Keith Signature Label pertama kali diperkenalkan di Singapura pada bulan Juni 2007 menandai evolusi merek yang berkelanjutan dan tetap dengan kepribadian sophistication, yang melambangkan gaya klasik dan glamor, dengan sentuhan ketenangan, keanggunan dan menunjukkan aspek keindahan yang terbaik, merayakan feminitas perempuan modern. 35 Disamping produk sepatu, Charles & Keith kemudian mulai mengembangkan produknya seperti tas, ikat pinggang, kaca mata dan dompet. Namun sayangnya, merek ini tidak menjual barangbarang pria karena Charles & Keith ingin memfokuskan dirinya pada produk-produk kecantikan wanita dan menjadi merek yang tepat untuk para wanita pecinta fashion. Deskripsi Umum Objek Yang Diteliti Selain mengetahui tentang perusahaan dan produk yang akan diteliti, satu hal yang penting untuk diketahui adalah bagaimana profil responden dari penelitian ini. Tujuan dari profil responden adalah untuk mengetahui gambaran umum dari responden yang menjadi objek penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith. Adapun penelitian dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner kepada 100 konsumen Charles & Keith di mall Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang diperinci berdasarkan usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan dari konsumen tersebut. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Responden Menurut Usia Tabel pertama informasi responden adalah usia dari responden tersebut. Dari pengumpulan data diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Responden Menurut Usia Usia 18 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun > 40 tahun Jumlah Sumber : Pengolahan data kuesioner Jumlah 2 orang 69 orang 24 orang 3 orang 2 orang 100 orang Persentase 2% 69% 24% 3% 2% 100% Berdasarkan tabel 4.1 nampak bahwa kebanyakan responden berusia 26 – 30 tahun adalah yang paling besar, yaitu sebanyak 69 orang (69%) dari responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Data tersebut menunjukkan bahwa produk sepatu dari merek Charles & Keith paling banyak digunakan oleh wanita dewasa. 2. Responden Menurut Pendidikan Terakhir Tabel kedua menunjukkan tingkat pendidikan terakhir dari para responden, dimana diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Responden Menurut Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir SD SMP SMU Diploma Sarjana Jumlah Sumber : Pengolahan data kuesioner Jumlah 18 orang 82 orang 100 orang Persentase 18% 82% 100% 36 Dari tabel 4.2 terlihat bahwa kebanyakan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 82 orang (82%) memiliki tingkat pendidikan sarjana; sedangkan sisanya memiliki tingkat pendidikan diploma, yaitu sebanyak 18 orang (18%). Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa target pasar dari produk sepatu merek Charles & Keith adalah untuk konsumen yang berpendidikan. 3. Responden Menurut Pekerjaan Tabel ketiga ini menunjukkan pekerjaan dari para responden dalam penelitian ini, dimana data yang diperoleh adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Responden Menurut Pekerjaan Jenis Pekerjaan Pelajar Mahasiswa Karyawan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Jumlah Sumber : Pengolahan data kuesioner Jumlah 6 orang 64 orang 20 orang 10 orang 100 orang Persentase 6% 64% 20% 10% 100% Dari hasil tabel 4.3 terlihat bahwa kebanyakan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu 64 orang (64%) mempunyai pekerjaan atau profesi sebagai karyawan. Data tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan style dari produk sepatu merek Charles & Keith cocok digunakan untuk kondisi formal, seperti di lingkungan perkantoran. 4. Responden Menurut Jumlah Pendapatan Tabel keempat ini menunjukkan besaran pendapatan dari responden pada penelitian ini. Dari pengumpulan data, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.4 Responden Menurut Jumlah Pendapatan Jumlah Pendapatan Jumlah Persentase Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 - - Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000 6 orang 6% Rp. 3.000.001 – Rp. 4.000.000 61 orang 61% Rp. 4.000.001 – Rp. 5.000.000 23 orang 23% > Rp. 5.000.000 10 orang 10% Jumlah 100 orang 100% Sumber : Pengolahan data kuesioner 37 Berdasarkan data di tabel 4.4, dapat dilihat bahwa data terbesar yaitu sebanyak 61 orang (61%) adalah responden yang mempunyai pendapatan sebesar Rp. 3.000.001 – Rp. 4.000.000. Dari data tersebut diketahui bahwa produk sepatu merek Charles & Keith ditujukan kepada konsumen yang berpendapatan cukup. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Jika r tiap butir lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan uji satu sisi, taraf signifikan 5% dengan df = n-2. Uji Reliabilitas Reliabilitas diukur dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha karena menggunakan skala Likert, dimana secara umum data yang dianggap reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha adalah > 0,60. Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Data Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .921 22 Sumber : Data pengolahan SPSS Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,921, dimana jika dibandingkan dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,60, maka nilai Cronbach’s Alpha hasil perhitungan yaitu berada diatas 0,60, sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut adalah reliabel. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini, uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan dua perhitungan, yaitu uji hipotesis parsial dan uji hipotesis simultan. 1. Uji Hipotesis Parsial Uji hipotesis parsial ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen/bebas terhadap variabel dependen/terikat. Dalam penelitian ini variabel independen/bebas terdiri dari 5 variabel, yaitu sincerity (ketulusan), excitement (semangat), competence (kompetensi), sophistication (kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran); sedangkan variabel dependen/terikat yaitu implicit self-theory (entity theory). Dari hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 5.3 Hasil Uji Hipotesis Parsial 38 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .535 .164 Sincerity .272 .080 Excitement .208 Competence Sophistication Ruggedness Standardized Coefficients Beta t Sig. 3.260 .002 .299 3.386 .001 .064 .258 3.233 .002 -.067 .052 -.080 -1.285 .202 .536 .092 .534 5.812 .000 -.060 .058 -.059 -1.023 .309 a. Dependent Variable: EntityTheorists Sumber : Data pengolahan SPSS Dari tabel tersebut diatas, diketahui bahwa hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut : a. Dimensi sincerity (ketulusan) memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 3,386 > nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig yaitu 0,001 < 0,05. Dimensi sincerity (ketulusan) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith, b. Dimensi excitement (semangat) memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 3,233 > nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig yaitu 0,002 < 0,05. Dimensi excitement (semangat) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith, c. Dimensi competence (kompetensi) tidak memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar – 1,285 < nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig yaitu 0,202 > 0,05. Dimensi competence (kompetensi) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith tidak berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith tidak sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga tidak merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith, d. Dimensi sophistication (kecanggihan) memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 5,812 > nilai t tabel yaitu 1,69, dan nilai sig yaitu 0,000 < 0,05. Dimensi sophistication (kecanggihan) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith, e. Dimensi ruggedness (kekasaran) tidak memiliki pengaruh terhadap implicit self-theory (entity theory). Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar – 1,023 < nilai tabel yaitu 1,69, dan nilai sig yaitu 0,309 > 0,05. Dimensi ruggedness (kekasaran) dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith tidak berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith tidak sesuai dengan kepribadian diri mereka 39 dan juga tidak merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith. 2. Uji Hipotesis Simultan Uji hipotesis simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen/bebas secara bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen/terikat. Dalam penelitian ini variabel independen/bebas terdiri dari 5 variabel, yaitu sincerity (ketulusan), excitement (semangat), competence (kompetensi), sophistication (kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran); sedangkan variabel dependen/terikat yaitu implicit self-theory (entity theory). Uji hipotesis simultan menggunakan indikator, yaitu F hitung dibandingkan dengan F tabel. Hasil perhitungan dari uji regresi yang telah dilakukan menghasilkan data sebagai berikut : Tabel 5.4 Hasil Uji Hipotesis Simultan b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total Df Mean Square 19.736 5 3.947 2.791 94 .030 22.527 99 F 132.941 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant), Ruggedness, Competence, Sophistication, Excitement, Sincerity b. Dependent Variable: EntityTheorists Sumber : Data pengolahan SPSS Dari tabel diatas, diketahui terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) produk sepatu merek Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut, terbukti dari nilai F hitung (132,941) > F tabel (3,61). Lima dimensi dari kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith, yaitu sincerity (ketulusan), excitement (semangat), competence (kompetensi), sophistication (kecanggihan), dan ruggedness (kekasaran) secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith. Analisis Regresi Berganda Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu merek Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0.535 + 0.272 X1 + 0.208 X2 – 0.067 X3 + 0.536 X4 – 0.060 X5 Adapun makna dari persamaan regresi tersebut diatas, adalah : 1. Implicit self-theory (entity theory) akan bernilai 0.535 jika tidak ada pengaruh dari dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) dari sepatu merek Charles & Keith, 2. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sincerity (ketulusan), maka akan menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.272, 40 3. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi excitement (semangat), maka akan menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.208, 4. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi competence (kompetensi), maka akan menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar - 0.067, 5. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sophistication (kecanggihan), maka akan menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.536, 6. Jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi ruggedness (kekasaran), maka akan menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar - 0.060, 7. Dari persamaan regresi diatas juga diketahui bahwa beta (B) dari dimensi sophistication (kecanggihan) adalah yang memberikan kontribusi terbesar untuk menaikkan nilai implicit selftheory (entity theory), yaitu sebesar 0.536. 12 Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi sophistication (kecanggihan) dari produk sepatu merek Charles & Keith adalah yang paling berpengaruh terhadap konsumen dengan kepribadian entity theory, dimana konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan dan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh dimensi-dimensi kepribadian merek (brand personality) sepatu Charles & Keith terhadap kepribadian diri (entity theory) konsumen yang menggunakan merek tersebut. Dimensi kepribadian merek (brand personality) yang mempunyai pengaruh terhadap kepribadian diri (entity theory) dan signifikan adalah dimensi sincerity (ketulusan), excitement (semangat), dan sophistication (kecanggihan). Artinya adalah sebagai berikut : a. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sincerity (ketulusan), maka akan menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.272, b. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi excitement (semangat), maka akan menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.208, c. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi sophistication (kecanggihan), maka akan menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar 0.536. Dimensi kepribadian merek (brand personality) yang mempunyai pengaruh terhadap kepribadian diri (entity theory) namun tidak signifikan adalah dimensi competence (kompetensi) dan ruggedness (kekasaran). Artinya adalah sebagai berikut : a. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi competence (kompetensi), maka akan menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar – 0.067, b. Apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada dimensi ruggedness (kekasaran), maka akan menurunkan nilai implicit self-theory (entity theory) sebesar – 0.060. 41 2. Dari hasil penelitian yang didapat, diketahui bahwa dimensi kepribadian merek (brand personality) yang paling sesuai dengan entity theorists untuk sepatu merek Charles & Keith, dikaitkan dengan lima dimensi kepribadian merek (brand personality) adalah dimensi sophistication. Dimensi kepribadian merek (brand personality) sophistication adalah yang memberikan kontribusi terbesar untuk menaikkan nilai implicit self-theory (entity theory) yaitu sebesar 0,536, artinya konsumen merasa bahwa merek Charles & Keith sesuai dengan kepribadian diri mereka dan juga merasa lebih percaya diri setelah menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran kepada perusahaan Charles & Keith sebagai berikut : 1. Produk sepatu Charles & Keith perlu mengadakan penelitan pasar di masing-masing negara, sehingga dapat mengetahui karakter dan budaya dari masing-masing target pasar tersebut. Tujuannya agar dimensi kepribadian merek (brand personality) competence (kompetensi) dapat dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan diri ke arah yang lebih positif untuk konsumen yang menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith, 2. Produk sepatu Charles & Keith juga perlu mengadakan penelitan pasar di masing-masing negara, sehingga dapat mengetahui karakter dan budaya dari masing-masing target pasar tersebut. Tujuannya agar dimensi kepribadian merek (brand personality) ruggedness (kekasaran) dapat dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan diri ke arah yang lebih positif untuk konsumen yang menggunakan produk sepatu merek Charles & Keith. DAFTAR PUSTAKA Aaker, Jennifer L, Dimensions of Brand Personality, Journal of Marketing Research, Vol. 34, 347 – 356, 1997 Hasyim dan Anindita, Rina, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, UIEU-University Press, Jakarta, 2009 Park, Ji Kyung and John, Deborah Roedder, Got to Get You into My Life : Do Brand Personalities Rub Off on Consumers ?, Journal of Consumer Research, Vol. 37, 655 – 669, 2010 Schiffman, Leon dan Kanuk, Leslie L, Perilaku Konsumen, PT Indeks, Indonesia, 2008 Solomon, Michael R, Consumer Behavior : Buying, Having, and Being, Pearson Education, Inc. New Jersey, 2004 Suliyanto, Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS, CV. Andi Offset (Penerbit ANDI), Yogyakarta, 2011 Sumarwan, Ujang, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2011 Sumarwan, Ujang dkk, Riset Pemasaran dan Konsumen : Panduan Riset dan Kajian : Kepuasan, Perilaku Pembelian, Gaya Hidup, Loyalitas dan Persepsi Resiko, PT Penerbit IPB Press, Bogor, 2011 Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003 Umar, Husein, Metode Riset Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003 42 INFORMASI LABA, PEMBAGIAN DIVIDEN, DAN HARGA SAHAM DALAM KAITANNYA DENGAN SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN Diana Ernesta Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga saham dalam kaitannya dengan siklus hidup perusahaan. Penelitian ini bersifat kausalitas dan dilakukan dengan menggunakan data dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode analisis data yang terdiri dari uji kualitas data dengan uji normalitas, uji asumsi klasik, uji regresi linier berganda, dan uji hipotesis. Dari hasil pengujian data dapat disimpulkan bahwa pada tahap growth dan mature, dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari hasil uji F diketahui bahwa variabel informasi laba dan pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 pada tahap growth dan mature. Penelitian ini juga membuktikan adanya value-relevance karena informasi laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan atau reaksi pasar terutama pembagian dividen. Kata Kunci : Informasi Laba, Pembagian Dividen, Harga Saham, dan Siklus Hidup Perusahaan PENDAHULUAN Laba yang diperoleh perusahaan akan dialokasikan penggunaannya, apakah akan dibagikan kepada investor sebagai dividen atau ditahan untuk keperluan operasional perusahaan. Keputusan ini kemudian akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang bisa dilihat melalui naik turunnya harga saham perusahaan. Jika dividen yang dibagikan terlalu rendah akan berlawanan dengan harapan investor untuk berinvestasi. Sebaliknya, jika dividen yang dibagikan terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap operasional perusahaan. Tabel Nominal Laba Bersih, Pembagian Dividen, dan Harga Saham pada Beberapa Perusahaan Go Public di BEI Tahun 2002-2006 43 Laba bersih (Rp 000.000,00) Pembagian Dividen (Rp) Harga Saham (Rp) AKRA MYOR AKRA MYOR AKRA MYOR 2002 47551 119490 25 20 668.75 418 2003 53853 83965 50 25 692 660 2004 76117 85106 40 25 1379 975 2005 119289 45730 60 25 1282.5 963 2006 128084 79879 65 35 1856.25 1082.5 Tahun Dari tabel dapat dilihat harga saham pada AKR Corporindo cenderung mengalami kenaikan seiring dengan naiknya laba bersih perusahaan tersebut. Sedangkan pada Mayora Indah, harga saham tetap mengalami kenaikan meskipun terjadi penurunan laba bersih perusahaan, namun kenaikan harga saham tidak terlalu besar. Naiknya dividen pada perusahaan AKR Corporindo cenderung mengakibatkan harga saham naik. Demikian juga pada Mayora Indah, kenaikan dividen berbanding lurus dengan naiknya harga saham. Selain melihat informasi laba dan dividen, investor juga mempertimbangkan siklus hidup perusahaan dalam mengukur kinerja perusahaan. Perusahaan memiliki tahapan-tahapan siklus hidup yang berbeda dengan karakteristik yang berbeda mulai dari tahap perusahaan baru berdiri sampai tahap kegiatan operasional perusahaan menurun. Tahapan siklus hidup perusahaan secara berurutan adalah tahap pendirian (start-up), tahap ekspansi (growth), tahap kedewasaan (mature), dan tahap penurunan (decline). Setiap tahap siklus hidup perusahaan memiliki kandungan informasi laba yang berbeda. Laba yang rendah pada suatu perusahaan yang berada pada tahap pendirian (growth) tidak bisa dikatakan berkinerja rendah karena kesempatan bertumbuh perusahaan tersebut masih besar. Informasi akuntansi dikatakan memiliki relevansi nilai (value-relevance) apabila mampu menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang kemudian akan mempengaruhi nilai saham. Dari informasi laba tersebut, investor dapat menilai pertumbuhan perusahaan. Pengumuman dividen juga dianggap memiliki kandungan informasi karena dapat mempengaruhi reaksi pasar. Jika dividen mengalami kenaikan, reaksi pasar akan positif. Sebaliknya, pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan dividen. Susanto dan Ekawati (2006) telah melakukan penelitian mengenai relevansi nilai (valuerelevance) informasi laba dan aliran kas terhadap harga saham dengan memasukkan faktor siklus hidup perusahaan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan ekspansi variabel independen pada pembagian dividen. Hal ini juga disebabkan oleh : pertama, pada penelitian Susanto & Ekawati (2006) terdapat pembagian sampel perusahaan yang tidak merata mengakibatkan pola sebaran datanya sedikit tidak beraturan. Kedua, hasil penelitian yang tidak konsisten sehingga harus dilakukan penelitian kembali. Ketiga, penelitian ini menawarkan dividen sebagai variabel independen karena dapat menjadi informasi yang dapat memberi sinyal terhadap prospek perusahaan. Tujuan penulis meneliti antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh informasi laba terhadap harga saham dalam tahapan siklus hidup perusahaan yang berbeda. 2. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh pembagian dividen terhadap harga saham dalam tahapan siklus hidup perusahaan yang berbeda. 3. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga saham dalam tahapan siklus hidup perusahaan yang berbeda secara simultan. 44 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidup Perusahaan Siklus hidup perusahaan terdiri dari empat tahap utama, yaitu pioneering, expansion, maturity, dan decline. Tahap pioneering kemudian lebih dikenal sebagai tahap start-up dan tahap expansion sebagai tahap growth. a. Start-up Pada tahap awal (start-up stage) merupakan tahap dimana perusahaan akan mengalami pertumbuhan penjualan dan keuntungan yang relatif lamban, karena selain perusahaan adalah sebagai pendatang baru didalam industri, perusahaan juga masih dalam tahap perkenalan terhadap produk-produknya yang dijual, terhadap karyawan-karyawan yang ada didalamnya, terhadap sistem dan prosedur yang ada didalamnya, dan lain-lain. Oleh karena itu di tahap pertama ini dinamakan sebagai experimentation period. Pada tahap ini net income yang diperoleh perusahaan akan cenderung bernilai negatif, karena perusahaan berusaha mendapatkan pangsa pasar sehingga perusahaan banyak melakukan pengeluaran kas untuk pengembangan produk, pasar, dan ekspansi kapasitas. Kondisi ini dapat menekan laba jangka pendek tetapi diharapkan akan mendatangkan laba jangka panjang di masa depan. Sebagian besar laba yang dimiliki merupakan dana pinjaman dan umumnya perusahaan tidak membagikan dividen. b. Growth Pada tahap growth perusahaan mengalami peningkatan penjualan, keuntungan, likuiditas, dan peningkatan rasio ekuitas terhadap utang, serta mulai membayar dividen. Selain itu perusahaan juga mulai melakukan diversifikasi dalam lini produk yang berhubungan erat. Tahap ini juga dinamakan sebagai exploitation period. Net income yang diperoleh perusahaan pada tahap ini akan lebih besar dibandingkan tahap sebelumnya (start-up stage). Perusahaan yang berada dalam tahap ini kemungkinan sudah bisa melakukan pembayaran dividen, jika perusahaan sudah mampu memperoleh laba yang positif, namun dividen yang dibagikan masih rendah karena kas masih difokuskan untuk keperluan pendanaan. c. Mature Pada tahap ini perusahaan mencapai puncak tingkat penjualan dan tingkat likuiditas tinggi. Pangsa pasar ditahap ini semakin kuat, oleh karena itu pada tahap ini perusahaan diharapkan mampu menghasilkan net income yang positif dalam jumlah besar. Perusahaan juga membayar dividen yang tinggi. Meskipun nilai kesempatan tumbuh (growth opportunities) merupakan salah satu komponen utama, tetapi relatif menjadi berkurang bila dibandingkan dengan tahap start-up dan growth. d. Decline Perusahaan pada tahap decline memiliki growth opportunities yang terbatas, karena menghadapi persaingan yang semakin tajam dan kejenuhan akan permintaan barang. Perusahaan menghadapi banyak kompetitor yang menawarkan barang-barang pengganti yang lebih diminati oleh konsumen. selain itu pangsa pasar potensial sangat sempit, dan terjadi ekspansi yang semakin tidak menguntungkan. Permintaan akan produk yang diproduksi perusahaan sangat rendah. Selain itu perusahaan juga mengalami keusangan manajerial dan teknologi. Perusahan, terutama yang berada pada akhir tahap decline mengalami penurunan penjualan secara signifikan sehingga terjadi kerugian dan pembayaran dividen pun terhenti. 45 Net income perusahaan pada tahap ini akan mengalami penurunan, karena dengan terbatasnya market share perusahaan maka penjualan pun akan cenderung menurun. Jika penurunan net income ini berkelanjutan dari periode ke periode, perusahaan harus melakukan revitalisasi, yaitu melakukan berbagai upaya agar dapat masuk ke dalam tahap growth kembali. Jika perusahaan tidak berhasil melakukan revitalisasi maka secara perlahan-lahan net income akan semakin menurun dan pada akhirnya mengalami kerugian, kebangkrutan dan mati. Sales Mature Decline Growth Start 1 2 3 4 Sumber: Weston & Brigham, 1984: 985 Gambar Siklus Hidup Perusahaan Hubungan Laba dan Dividen Terhadap Harga Saham Dalam Setiap Tahapan Siklus Hidup Perusahaan Pada tahap start-up, perusahaan masih melakukan pengembangan produk dan ekspansi pasar, sehingga biaya yang dikeluarkan sangat besar. Selain itu, tingkat penjualannya yang rendah mengakibatkan laba yang diperoleh cenderung kecil atau negatif. Dana yang diperoleh perusahaan sebagian besar digunakan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sehingga perusahaan cenderung tidak membagikan dividen tunai kepada pemegang saham. Pada tahap ini laba dan dividen tidak terlalu mempengaruhi harga saham karena perusahaan masih memiliki prospek pertumbuhan yang bagus. Pada tahap growth, perusahaan telah berhasil memperoleh pangsa pasar dan mendapatkan kenaikan penjualan. Perusahaan masih melakukan pengeluaran dana yang cukup besar untuk mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar serta menguasai teknologi. Laba yang diperoleh sebagian dibagikan kepada investor sebagai dividen dan diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan di pasar. Pada tahap mature, perusahaan mengalami puncak tingkat penjualan dan memperoleh laba yang tinggi serta mempunyai pangsa pasar yang kuat. Perusahaan juga sudah mampu membayar dividen yang tinggi kepada investor. Laba dan dividen pada tahap ini berpengaruh positif terhadap harga saham. Pada tahap decline, laba perusahaan mengalami penurunan karena menyempitnya pangsa pasar yang mengakibatkan penjualan menurun. Menyempitnya pangsa pasar pada tahap 46 ini disebabkan oleh persaingan yang semakin banyak dan kurangnya inovasi baru oleh perusahaan. Penurunan laba mengakibatkan pembagian dividen terhenti dan berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hipotesis Penelitian 1. Informasi Laba Ha1 : Informasi laba pada tahap start-up berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ha2 : Informasi laba pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham. Ha3 : Informasi laba pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham. Ha4 : Informasi laba pada tahap decline berpengaruh negatif terhadap harga saham. 2. Pembagian Dividen Ha5 : Pembagian dividen pada tahap start-up berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ha6 : Pembagian dividen pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham. Ha7 : Pembagian dividen pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham. Ha8 : Pembagian dividen pada tahap decline berpengaruh negatif terhadap harga saham. 3. Informasi Laba dan Pembagian Dividen Secara Simultan Ha9 Ha10 Ha11 Ha12 : Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap start-up berpengaruh negatif terhadap harga saham. : Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham. : Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham. : Informasi laba dan pembagian dividen pada tahap decline berpengaruh negatif terhadap harga saham. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kausalitas dengan metode pengumpulan data berupa metode dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Waktu penelitian adalah mulai dari bulan Oktober 2012 yaitu dari pembuatan proposal sampai selesainya penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Indonesia go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007 – 2011. Total populasi yang diperoleh sebanyak 133 perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling atau judgment sampling. Kriteria-kriteria sampel yang akan diteliti antara lain: 1. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007 – 2011. 2. Perusahaan sampel menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 2007 – 2011 dan memiliki kelengkapan data yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian. 3. Perusahaan sampel melakukan pembagian dividen tunai berupa kas selama 5 (lima) tahun berturut-turut. 4. Perusahaan sampel dikelompokkan ke dalam 4 (empat) tahap siklus hidup perusahaan (start-up, growth, mature, dan decline). Dari kriteria-kriteria di atas, diperoleh sampel sebanyak 20 perusahaan yang berbeda. 47 Definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai berikut: a. Informasi laba adalah laba operasi perusahaan yang menunjukkan kinerja utama perusahaan pada tahun t. Informasi laba yang digunakan adalah laba pada laporan keuangan periode 2007 – 2011. Skala pengukuran variabel menggunakan skala nominal. b. Dividen adalah dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham pada tahun t. Dividen yang digunakan dalam penelitian ini adalah total dividen yang dibagikan dibagi jumlah saham beredar yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan periode 2007 – 2011. Skala pengukuran variabel menggunakan skala nominal. c. Harga saham adalah harga penutupan saham harian dimana harga saham yang digunakan adalah harga saham 7 hari setelah laporan keuangan perusahaan tahun t dipublikasi. Skala pengukuran variabel menggunakan skala nominal. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: Model 1 : HSit = α + β1 Lit + β2 Dit + e Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga saham pada tahap start-up. Model 2 : HSit = α + γ1 Lit + γ 2 Dit + e Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga saham pada tahap growth. Model 3 : HSit = α + λ1 Lit + λ 2 Dit + e Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga saham pada tahap mature. Model 4 : HSit = α + µ1 Lit + µ 2 Dit + e Untuk menguji pengaruh informasi laba dan pembagian dividen terhadap harga saham pada tahap decline. Keterangan: HSit Lit Dit α β1, β2 γ1, γ2 λ1, λ2 µ1, µ2 e = harga saham perusahaan i pada periode pengamatan t. = informasi laba perusahaan i pada periode pengamatan t. = pembagian dividen perusahaan i pada periode pengamatan t. = konstanta. = koefisien variabel bebas pada tahap start-up. = koefisien variabel bebas pada tahap growth. = koefisien variabel bebas pada tahap mature. = koefisien variabel bebas pada tahap decline. = standard error. HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan siklus hidup perusahaan menggunakan data pertunbuhan penjualan yang diperoleh dengan rumus: 48 [ (net sales t – net sales t-1) / net sales t-1 ] x 100 % Data pertumbuhan penjualan yang diperoleh kemudian dihitung rata-rata pertumbuhan dari tahun 2007 sampai 2011 dari masing-masing perusahaan. Hasil perhitungan dijadikan dasar dalam pengelompokkan siklus hidup perusahaan sesuai dengan tabel klasifikasi berikut: Tabel Klasifikasi Siklus Hidup Perusahaan yang Digunakan dalam Penelitian No. Tahap Rata-rata pertumbuhan penjualan 1 Start-up > 50 % 2 Growth 15 – 50 % 3 Mature 1 – 15 % 4 Decline <1% Hasil klasifikasi diketahui terdapat 9 perusahaan sampel yang tergolong ke dalam tahap growth dan 11 perusahaan sampel yang tergolong tahap mature dan tidak terdapat perusahaan yang berada di tahap start-up dan decline. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan hanya pada dua tahap siklus hidup yaitu tahap growth dan mature dikarenakan tidak terdapatnya sampel perusahaan pada tahap start-up dan decline. Statistik Deskriptif Tabel Statistik Deskriptif Tahap Growth Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Harga Saham 45 305 450000 25716.22 80120.918 Laba 45 3822000000 17832000000000 2581870311111.11 4309240954297.192 Dividen 45 21 16150 999.36 3277.743 Valid N (listwise) 45 Sumber: Data sekunder yang diolah Jumlah sampel yang digunakan dalam tahap growth sebanyak 45 yang diperoleh dari data 9 perusahaan selama tahun 2007 - 2011 di BEI. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu harga saham memiliki nilai minimum sebesar 305 dan maksimum sebesar 450.000 serta nilai rata-rata 25.716,22. Standar deviasinya sebesar 80.120,918 yang menunjukkan adanya perbedaan nilai yang jauh dari satu sampel dengan sampel lainnya. 49 Tabel Statistik Deskriptif Tahap Mature Descriptive Statistics Harga Saham Laba Dividen Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 55 129 140000 13629.22 27307.654 55 18436000000 10617387000000 1678443254545.45 2621760250736.645 55 2.49 11000.00 923.1818 2390.45981 55 Sumber: Data sekunder yang diolah Jumlah sampel yang digunakan dalam tahap mature sebanyak 55 yang diperoleh dari data 11 perusahaan selama tahun 2007 - 2011 di BEI. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu harga saham memiliki nilai minimum sebesar 129 dan maksimum sebesar 140.000 serta nilai rata-rata 13.629,22. Standar deviasinya sebesar 27.307,654 yang menunjukkan adanya perbedaan nilai yang jauh dari satu sampel dengan sampel lainnya. Uji Kualitas Data Uji kualitas data dilakukan dengan pengujian normalitas data dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan menggunakan taraf signifikan 0,05. Pada tahap growth, peneliti melakukan transformasi data semua variabel ke model logaritma natural (Ln) menjadi LnHargaSaham, LnLaba, dan LnDividen. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal dengan nilai signifikansi masing-masing variabel sebesar 12,4 %, 59,3 %, dan 23,7 %. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 5 %. Pada tahap mature, agar variabel-variabel berdistribusi normal, peneliti melakukan transformasi data harga saham dan dividen ke model logaritma natural (Ln) dan transformasi data laba ke model satu per square root (SQRT) menjadi LnHargaSaham, SqrtLaba, dan LnDividen. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal dengan nilai signifikansi masingmasing variabel sebesar 77,7 %, 7,2 %, dan 87,5 %. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik ada tiga tahap, yaitu uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas, dimana pengujiannya akan dilakukan secara terpisah berdasarkan siklus hidup perusahaan. Tabel Hasil Uji Asumsi Klasik Tahap Growth Mature Tolerance 0,892 0,890 VIF 1,121 1,124 Uji Multikolinearitas Hasil Tidak terjadi Tidak terjadi Durbin-Watson 1,868 1,701 Uji Autokorelasi Hasil Tidak terjadi Tidak terjadi Hasil Tidak terjadi Tidak terjadi Heterokedastisitas Uji Hipotesis Dari hasil pengklasifikasian siklus hidup perusahaan sampel, diketahui bahwa tidak terdapat sampel dengan siklus hidup start-up dan decline, sehingga hipotesis pada tahap startup (Ha1, Ha5, dan Ha9) dan tahap decline (Ha4, Ha8, dan Ha12) tidak bisa diuji. 50 Tahap Growth Mature Hipotesis Ha2 Ha6 Ha10 Ha3 Ha7 Ha11 Tabel Hasil Uji Hipotesis Nilai Signifikansi Keterangan 0,742 Hipotesis ditolak 0,013 Hipotesis diterima 0,023 Hipotesis diterima 0,394 Hipotesis ditolak 0,000 Hipotesis diterima 0,000 Hipotesis diterima 1. Tahap Growth Nilai Koefisien Determinasi (R2) adalah sebesar 0,164 menunjukkan bahwa hubungan variabel independen (laba dan dividen) dengan variabel dependen (harga saham) adalah lemah. Hal ini juga menunjukkan bahwa 16,4 % variasi atau perubahan dalam harga saham dipengaruhi oleh variasi laba dan dividen, sedangkan sisanya sebesar 83,6 % dipengaruhi oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 2. Tahap Mature Nilai Koefisien Determinasi (R2) adalah sebesar 0,712 menunjukkan bahwa hubungan variabel independen (laba dan dividen) dengan variabel dependen (harga saham) adalah kuat. Hal ini juga menunjukkan bahwa 71,2 % variasi atau perubahan dalam harga saham dipengaruhi oleh variasi laba dan dividen, sedangkan sisanya sebesar 28,8 % dipengaruhi oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Pembahasan 1. Tahap Growth Ha2 : Informasi laba pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa laba tidak berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,742. Hal ini menunjukkan bahwa informasi laba dalam laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan tidak menjadi perhatian investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Hal ini disebabkan pada tahap growth perusahaan masih melakukan pengeluaran dana yang cukup besar untuk mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar yang telah diperoleh serta untuk menguasai teknologi. Laba yang diperoleh juga dipergunakan untuk dibagikan kepada investor sebagai dividen. Pada tahap ini, investor lebih mengharapkan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan di pasar dari dana yang dikeluarkan, sehingga informasi laba tidak menjadi perhatian utama bagi investor. Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian Susanto dan Ekawati yang menyatakan laba mempunyai value-relevance pada tahap growth. Ha6 : Pembagian dividen pada tahap growth berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dividen berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,013. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian dividen menjadi perhatian utama investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Salah satu return yang diperoleh investor dari hasil penanaman modal dalam suatu perusahaan adalah pembagian dividen. Pada tahap growth, peningkatan profit perusahaan sebagian digunakan perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar dan sebagian dibagikan sebagai dividen kepada investor. Perhatian investor akan lebih tertuju pada dividen yang dibagikan dibandingkan pada laba yang dihasilkan perusahaan karena investor mengharapkan dapat memperoleh return dari hasil investasinya. 51 2. Tahap Mature Ha3 : Informasi laba pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa laba tidak berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,394. Informasi laba dalam laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan tidak menjadi perhatian utama investor dalam pengambilan keputusan investasinya karena pada tahap mature perusahaan memiliki kesempatan bertumbuh (growth opportunities) yang rendah dan jika perusahaan tidak melakukan pengembangan inovasi baru maka perusahaan akan berada pada tahap decline. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien laba negatif, hal ini menunjukkan investor cenderung tidak senang laba yang didapat digunakan untuk inovasi baru. Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian Susanto dan Ekawati yang menyatakan laba memberikan pengaruh positif atau searah pada tahap mature. Ha7 : Pembagian dividen pada tahap mature berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dividen berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian dividen menjadi perhatian utama investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Pada tahap mature, perusahaan cenderung melaporkan dividen dalam jumlah yang besar karena memperoleh penghasilan yang paling tinggi dibandingkan pada tahap-tahap lainnya, sehingga memiliki cadangan dana lebih yang bisa dibagikan kepada investor. Laba ditahan yang didapat dari laba bersih berkurang karena banyak digunakan untuk bayar dividen. Dividen merupakan pendapatan yang sudah pasti akan diterima oleh investor dari hasil investasinya, sehingga perhatian utama investor akan tertuju pada informasi dividen yang dipublikasikan. Hasil Penelitian 1. Tahap Growth Dari hasil analisis regresi, maka didapat persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut: HSit = 5,180 + 0,038 Lit + 0,398 Dit + 1,54602 Dari persamaan model regresi di atas, dapat dianalisis pengaruh masing-masing variabel independen terhadap harga saham dalam tahap growth adalah sebagai berikut: a. Nilai konstanta sebesar 5,180 menyatakan bahwa jika tidak ada pengaruh dari laba dan dividen terhadap harga saham, maka harga saham akan sebesar 5,180. b. Nilai koefisien regresi 0,038 pada variabel laba menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen dari variabel laba, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 3,8 persen. c. Nilai koefisien regresi 0,398 pada variabel dividen menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen dari variabel dividen, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 39,8 persen. 2. Tahap Mature Dari hasil analisis regresi di atas, maka didapat persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut: HSit = 4,392 – 69516,026 Lit + 0,772 Dit + 1,04888 52 Dari persamaan model regresi di atas, dapat dianalisis pengaruh masing-masing variabel independen terhadap harga saham dalam tahap growth adalah sebagai berikut: a. Nilai konstanta sebesar 4,392 menyatakan bahwa jika tidak ada pengaruh dari laba dan dividen terhadap harga saham, maka harga saham akan sebesar 4,392. b. Nilai koefisien regresi – 69516,026 pada variabel laba menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen dari variabel laba, maka akan menyebabkan penurunan harga saham sebesar 6951602,6 persen. c. Nilai koefisien regresi 0,772 pada variabel dividen menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen dari variabel dividen, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 77,2 persen. Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik dalam tahap growth maupun mature, harga saham perusahaan dipengaruhi oleh pembagian dividen. Hal ini dapat terlihat dari tabel yang menunjukkan pada tahap growth pengaruh dividen terhadap harga saham adalah sebesar 38,5 %. Sedangkan pada tahap mature dilihat dari tabel menunjukkan besar pengaruh dividen terhadap harga saham adalah sebesar 81,9 %. Hal ini membuktikan bahwa pengambilan keputusan investasi investor dipengaruhi oleh besarnya return yang akan diperoleh investor jika melakukan investasi. Penelitian ini juga membuktikan adanya value relevance karena informasi laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan atau reaksi pasar terutama pembagian dividen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang bisa diambil adalah sebagai berikut: 1. Informasi laba tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik dalam tahap growth maupun tahap mature. 2. Pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik dalam tahap growth maupun tahap mature. 3. Informasi laba dan pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara simultan baik dalam tahap growth maupun tahap mature. 4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada tahap growth maupun mature, informasi yang berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham adalah informasi tentang pembagian dividen. Hal ini disebabkan karena dividen merupakan pendapatan yang sudah pasti diperoleh oleh investor dari hasil investasinya. 5. Penelitian pada tahap start-up dan decline tidak dapat dilakukan karena tidak ditemukan perusahaan yang dapat diklasifikasikan ke dalam kedua tahap tersebut. Hal ini disebabkan pertumbuhan penjualan pada perusahaan sampel tidak ada yang berada diatas 50 % dan dibawah 1 %. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran dari peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan Untuk meningkatkan harga saham dan nilai perusahaan dalam pasar, perusahaan sebaiknya membagikan dividen kepada investor. Dividen adalah salah satu sumber 53 penghasilan bagi investor, sehingga menjadi perhatian investor dalam pengambilan keputusan investasinya. 2. Bagi investor dan calon investor Selain memperhatikan dividen yang dibagikan perusahaan go public, investor dan calon investor juga sebaiknya memperhatikan kinerja perusahaan sebelum mengambil keputusan investasi untuk memperkecil risiko yang tidak diinginkan seperti kebangkrutan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan perusahaan yang dipublikasi oleh perusahaan. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian sehingga memperoleh perusahaan yang berada dalam tahap start-up dan decline dan dapat melakukan penelitian pada kedua tahap tersebut. Selain itu, penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan variabel lainnya seperti arus kas, ROI, ROA, dan lain-lain. Terima Kasih Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis, dosen pembimbing Bapak Dr. MF. Arrozi A., SE, Ak.M.Si, seluruh dosen Universitas Esa Unggul, dan teman-teman angkatan 2009 Universitas Esa Unggul, serta semua pihak, rekan, sahabat, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas dukungan serta bantuannya selama ini. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Melva H. 2007. ―Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Saham di BEJ‖. Bandung : UPI. Apriani, Nurina. 2010. ―Pengaruh Laba Kotor Terhadap Harga Pasar Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan‖. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Desy. 2012. ―Relevansi Nilai Informasi Laba, Aliran Kas dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham dalam Kaitannya dengan Siklus Hidup Perusahaan‖. Jakarta: Universitas Esa Unggul. Francis, J. and K. Schipper. 1999. ―Have Financial Statements Lose Their Relevance?”. Journal of Accounting Research. 319-352. Galaxy, Ahmad. 2010. ―Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20052008‖. Medan: Universitas Sumatera Utara. 54 Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Bisnis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Rizki Adinata. 2008. ―Pengaruh Laba Perusahaan dan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Indonesia‖. Medan: Universitas Sumatera Utara. Harahap, Sofyan Safri. 2002. Teori Akuntansi:Laporan Keuangan. Edisi 1. Cetakan 3. Jakarta: Bumi Aksara. Juniarti dan Rini Limanjaya. 2005. ―Mana yang Lebih Memiliki Value-Relevant: Net Income atau Cash Flows (Studi Terhadap Siklus Hidup Organisasi)‖. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 1, 22-42. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Lailiyah, Qusriatul. 2009. ―Analisis Siklus Hidup Perusahaan Melalui Relevansi Nilai Laba Bersih dan Arus Kas pada Perusahaan Jasa yang Go Public di Bursa Efek Indonesia‖. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Mamduh, Hanafi M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. Nurmala. 2006. ―Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan-perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta‖. Mandiri, Vol. 9, No.1, Juli – September 2006, 17-24. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1. Revisi 2009. Pinasti, Margani. 2006. ―Analisis Terhadap Variasi Relevansi-Nilai Informasi Akuntansi di Indonesia: Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif‖. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 21, No.4, 420-434. Pashley, M. M. & G. C. Philippatos. 1990. ―Voluntary Divestitures and Corporate Life Cycle: Some Empirical Evidence”. Journal of Applied Economics 22: 1181-1196. Riyanto. Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Sartono, R. Agus. 1990. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE. Stice, Earl K, James S. Stice, K. Fred Skousen. 2004. Intermediate Accounting. Buku 1. Edisi 15. Jakarta: Salemba Empat. Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Berlian. 2002. Manajemen Keuangan II. Jakarta: PT Prenhalindo Jakarta. Susanto, San dan Erni Ekawati. 2006. ―Relevansi Nilai Informasi Laba dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan‖. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi III). Yogyakarta: BPFE. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE. 55 Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Edisi 3. Cetakan Pertama. Malang: Bayu Media Publishing. Widoatmodjo, Sawidji. 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal,Pengetahuan Dasar. Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafik. Widioatmodjo, Sawidji. 2004. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. Jakarta: Gramedia. Wild, Jhon J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Buku 1. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. 56 ANALISIS MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMBELIAN KAWASAKI NINJA 250 FI (Studi Kasus Pada Konsumen Kawasaki Ninja 250 FI Di PT. Tetap Jaya Motorindo, Jl. Lingkar Luar Barat No. 1A Cengkareng, Jakarta Barat) Erwin Nurdiansyah Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI . Dalam penelitian ini faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian ditinjau dari bauran pemasaran (7P). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah melakukan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI dengan jumlah populasi 246 orang. Jumlah sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan Slovin Methode yaitu sebesar 72 Responden sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling dengan kriteria usia minimal 17 tahun (dengan asumsi responden sudah dewasa dan dapat mandiri dalam memberikan jawaban). Sudah pernah membeli Kawasaki Ninja 250 FI dalam 1 Tahun Terakhir. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data berupa Kuisioner dan wawancara. Sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Reliabilitas untuk mengetahui pertanyaan – pertanyaan yang reliabel, kemudian menggunakan Skala Nominal untuk mendeskriptifkan bobot nilai tanggapan konsumen untuk setiap pertanyaan yang ada di kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Cochran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. Faktor – faktor tersebut masuk ke dalam 7 indikator antara lain : Kualitas yang baik, Bentuk/Disain Yang Menarik, Nama Merk Yang Terkenal, Harga Sesuai Dengan Kualitas, Ketersediaan barang, Pengetahuan Karyawan Tentang Produk, dan Pelayanan Yang diberikan Cukup Baik. Sedangkan faktor yang paling dominan adalah indikator banyaknya Pengetahuan Karyawan Tentang Produk. Hasil pengolahan data SPSS 21 dalam uji Reliabilitas bauran pemasaran Cronbach’s Alpha Sebesar 0,892 sebanyak 18 pertanyaan sedangkam Uji realibilitas keputusan pembelian Spearmen-Brown sebesar 0,664, sedangkan nilai Chi Square dalam Uji analisis Cochran sebesar 12,592 ≥ 0,53 maka nilai Chi Square tersebut analisis cochran layak digunakan. Kata Kunci : Bauran Pemasaran 7P dan Keputusan pembelian PENDAHULUAN Di Indonesia, pasar motor sport merupakan pasar yang sangat potensial. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jenis motor sport ini, yaitu Kawasaki Ninja 250 FI, Honda CBR 250R, Kawasaki Z 250, dan Suzuki Inazuma 250. 57 Tabel 1.1 Data Penjualan Kawasaki Ninja 250 FI Tahun 2012 No 1 2 3 4 Tipe Motor Sales 2012 Kawasaki Ninja 250 FI 10.491 Unit Kawasaki Ninja 250 R 9.706 Unit Honda CBR 250 R 4.715 Unit Suzuki Inazuma 250 215 Unit Total 25.127 Unit Sumber:motor.otomotifnet.com/read/2013/04/23/340373/30/9/Jumlah-PenjualanMotor-Sport-250-cc-Ninja-250-Masih-Memimpin Tabel 1.2 Data Penjualan Kawasaki Ninja 250 FI Kuartal Pertama Tahun 2013 Tipe Motor Sales Januari – Maret Kawasaki Ninja 250 FI 3.562 Unit Honda CBR 250 R 1.117 Unit Kawasaki Z250 360 Unit Suzuki Inazuma 250 248 Unit Total 5.337 Unit Sumber:motor.otomotifnet.com/read/2013/04/23/340373/30/9/Jumlah-PenjualanMotor-Sport-250-cc-Ninja-250-Masih-Memimpin No 1 2 3 4 Dari sekian merek yang disebutkan diatas, Kawasaki Ninja 250 FI merupakan produk yang saat ini berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengguna dan data penjualan di tahun 2012 Kawasaki Ninja 250 FI. Kawasaki Ninja 250 FI merupakan produk yang dikeluarkan oleh PT. Kawasaki Motor Indonesia yang membuat kendaraan jenis sport dengan fasilitas yang baik dan dengan harga yang terjangkau untuk kalangan menengah. Kawasaki Ninja pertama kali diluncurkan sekitar awal Agustus 2012, merupakan salah satu solusi kendaraan sport dengan harga yang terjangkau dan dengan fasilitas yang cukup memadai dibandingkan pesaingnya pada saat itu. Perkembangan Kawasaki Ninja sangatlah pesat yaitu dalam kurun waktu lebih dari satu tahun sudah dapat menjaring konsumen dengan cepat dan mudah, bahkan setiap varian dari produk Kawasaki Ninja dari varian yang paling termahal hingga varian termurah yaitu tipe ER-6n, 250 FI, 250 New+ABS, 650, R, RR, RR Special edition, SS, ZX-6R, Versys, dan Z 250. Kawasaki Ninja menawarkan banyak sekali keunggulan yaitu mesin fuel injection berkapasitas 650cc dan 250cc yang terkenal sporty, irit dan mesin bandel serta posisi berkendara yang nyaman bagi pengemudi dan penumpang. Pada pertengahan 2012 PT. Kawasaki Motor Indonesia meluncurkan produk terbarunya yaitu Kawasaki Ninja 250 FI. Produk terbaru Ninja ini merupakan generasi terbaru dari Ninja sebelumnya dengan model yang jauh lebih sporty baik dari segi Mesin dan penampilan mengalami perubahan yang sangat signifikan dibandingkan Ninja sebelumnya. Varian produk Ninja ini di bagi menjadi beberap tipe, yaitu tipe ER6n, 250 FI, 250 New + ABS, 650, R, RR, RR Special edition, SS, ZX-6R, Versys, dan Z 250. dan varian tertinggi yaitu ZX-6R. Khususnya Kawasaki ninja 250 FI yang 58 merupakan varian menengah dari semua tipe Ninja, Ninja 250 FI ini lebih bernuansa sporty yang cocok untuk kalangan anak muda. Dengan segala keunggulan yang dimiliki Kawasaki Ninja 250 FI yang tidak dimiliki motor lain dapat dilihat dari data penjualan Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. Pada tabel 1.3 dibawah ini: Data Penjualan Dan Jumlah Pembeli Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo Bulan Januari-Juli 2013 TAHUN VOLUME KENAIKAN/ PENJUALAN JUMLAH PENURUNAN BULAN (UNIT) PEMBELI PENJUALAN JANUARI 21 21 0 FEBRUARI 20 20 -1 MARET 25 25 +5 APRIL 26 26 +1 MEI 51 51 +25 JUNI 26 26 -25 JULI 77 77 +51 JUMLAH 246 246 Sumber: PT. Tetap Jaya Motorindo. 3013 Dari tabel 1.3 diatas dapat diketahui bahwa volume penjualan sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI di dealer PT. Tetap Jaya Motorindo di sepanjang tahun 2013 mengalami fluktuasi, dimana peningkatan jumlah unit yang terjual pada bulan Juli 2013 yaitu sebesar 51 Unit, sementara penurunan jumlah penjualan terbesar terjadi pada bulan Juni 2013 sebesar 26 unit. Peningkatan dan penurunan tersebut terjadi karena masuknya para pesaing dari kategori motor sport 250cc yaitu Honda CBR 250cc dan Suzuki Inazuma 250cc. Rumusan Masalah 1. Faktor-faktor apa saja yang menentukan terhadap keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo? 2. Faktor mana yang paling dominan menentukan terhadap keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menentukan pembelian motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. 2. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam menentukan keputusan pembelian motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. Manfaat Penelitian 1. Bagi kalangan akademis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan di jadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 59 2. Bagi penulis adalah untuk memperoleh pengetahuan serta penerapan ilmu–ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama dibidang pemasaran. Bagi perusahaan adalah melalui hasil ini dapat dijadikan masukan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan. A. Perilaku Konsumen Ada beberapa pengertian atau definisi perilaku konsumen menurut pendapat para ahli dalam buku mereka masing-masing masing. Schiffman dan kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagia berkikut : ―The term consumer behavior refers to the behaviour that consumers display in searching for, purchasing using, evaluating and disposting of product and services that expect will their needs‖ ―Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencar, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka‖ Jhon C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. David L. Louden dan Albert J. Della Bita mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan dan aktifitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Dari beberapa definisi perilaku konsumen diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan. B. Model Perilaku Konsumen Untuk memahami teori perilaku konsumen akan dapat dipermudah melalui konsepkonsepnya. Berikut ini adalah contoh model untuk memahami teori perilaku konsumen menurut Philip Kotler. 60 Rangsangan Rangsangan Pemasaran Lain Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Politik Promosi budaya Karakteristik Pembeli Produk Harga Tempat Promosi Proses Keputusan Pembeli Keputusan Pembelian Pemahaman masalah Pemilihan merek Pencaria informasi Pemilihan produk Pemilihan saluran Pembelian Pemilihan alternativ Penentuan waktu Keputusan pembelian Jumlah Pembelian Perilaku pasca Pembelian Sumber : Philip Kotler 2005 Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Titik tolak untuk memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan tanggapan yang diperhatikan pada gambar diatas. Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembelian. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya sosial dan pribadi. Berikut ini penulis menguraikan satu persatu dari faktor-faktor tersebut yaitu : 1. Faktor Budaya Faktor budaya memiliki pengaruh yang paling luas dan paling dalam didalam perilaku konsumen. Pelaku pasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. a) Budaya Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku dari konsumen yang paling dasar. Pemasar sangat perlu untuk melihat pergeseran budaya agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen. b) Sub-Budaya Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencangkup kebangsaan, agama, kelompok ras dan wilayah geografis. c) Kelas Sosial Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara heirarkis dan para anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku yang serupa. 61 2. Faktor sosial Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial. a) Kelompok Acuan Kelompok Acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respon efektif dan kognitif dan perilaku. 1) Jenis-jenis Kelompok Acuan a) Kelompok Formal dan Informal Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaan yang terdaftar secara resmi, misalnya Serikat Pekerja Indonesia, Partai Politik, Perusahaan. Kelompok formal biasanaya terdaftar secara hukum di pemerintah. Kelompok Informal adalah kelompok yang tidak memiliki struktur organisasi secara tertulis dan resmi, sifat keanggotaan tidak tercatat. Kelompok informal biasanya terbentuk karena hubungan social, misalnya kelompok arisan dan kelompok senam. Anggota kelompok informal biasanya berjumlah sedikit dan berinteraksi secara dekat dan tatap muka secara intensif dan rutin. b) Kelompok Aspirasi dan Disosiasi Kelompok aspirasi adalah kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma, nilai maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok acuannya. Anggota dari kelompok aspirasi berusaha membuat asosiasi dengan orang lain yang dijadikan acuannya dengan cara bersikap dan berperilaku yang sama dengan orang tersebut, contohnya para anak muda mengikuti gaya selebriti. Kelompok Disosiasi adalah kelompok yang berusaha untuk menghindari asosiasi dengan kelompok acuan, contohnya dalam partai. Para anggota selalu menunjukkan ketertiban dalam berdemo, yang sangat berbeda dengan perilaku dari kelompok lainnya. 2) Tiga Macam Pengaruh Kelompok Acuan a) Pengaruh Normatif Pengaruh Normatif adalah pengaruh dari kelompok acuan terhadap seseorang melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti. Pengaruh normative akan semakin kuat terhadap seseorang untuk mengikuti kelompok acuan, jika ada (1) tekanan kuat untuk mematuhi norma-norma yang ada, (2) penerimaan social sebagai motivasi yang kuat, (3) produk dan jasa yang dibeli akan terlihat sebagai simbol dari norma sosial. b) Pengaruh Ekspresi Nilai Kelompok acuan akan mempengaruhi seseorang melalui fungsinya sebagai pembawa ekspresi nilai. Seorang konsumen akan membeli sebuah barang yang mewah dengan tujuan agar orang lain bisa memandangnya sebagai orang yang sukses secara status dan ekonomi atau barang tersebut dapat meningkatkan citra dirinya. c) Pengaruh Informasi Kelompok acuan akan mempengaruhi pilihan produk atau merek dari seorang konsumen karena kelompok acuan tersebut sangat dipercaya sarannya karena ia memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih baik. 62 3) Keluarga Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan pembelian dan konsumsi suatu produk. Masing-masing anggota keluarga memiliki peran dalam pengambilan keputusan. Seorang anggota keluarga mungkin memiliki lebih dari satu peran. Berikut diuraikan beberapa peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan, yaitu : 1) Inisiator (initiator), seorang anggota keluarga yang memiliki ide atau gagasan untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk, inisiator akan memberikan informasi kepada anggota keluarga lain untuk dipertimbangkan dan untuk memudahkan mengambil keputusan. 2) Pemberi pengaruh (influencer), seorang anggota keluarga yang selau diminta pendapatnya mengenai suatu produk atau merek yang akan dibeli dan dikonsumsi. Influencer diminta pendapatnya mengenai criteria dan atribut produk yang sebaikanya dibeli. 3) Penyaring informasi (gatekeeper), seorang anggota keluarga yang menyaring semua informasi yang masuk ke dalam keluarga tersebut. Seorang ibu mungkin tidak akan menceritakan mainanmainan baru yang ada di tioko kepada anak-anaknya, agar mereka tidak akan menjadi konsumtif. 4) Pengambil keputusan (decider), seorang anggota keluarga yang memiliki wewenang untuk memutuskan apakah pembeli suatu produk atau suatu merek. Ibu biasanya memiliki wewenang untuk memutuskan mengenai makanan apa yang baik bagi keluarga dan menu apa yang disajikan sehari-hari. 5) Pembeli (buyer), seorang anggota keluarga yang membeli suatu produk, atau yang diberi tugas untuk melakukan pembelian produk. Ibu mungkin akan menyuruh anaknya membeli beras yang sudah habis. 4) Peran dan Status Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya, seperti keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan orang itu di masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. b) Faktor Pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, perkerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri konsumen. a. Usia dan Tahap Siklus Hidup Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat pembelian yang terjadi dan berhubungan dengan usia. b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pelaku pasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yamg memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu. Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar harus memperhatikan kecendrungan dalam pendapatan pribadi dan tabungan seseorang. 63 c. Gaya Hidup Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang terungkap pada aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan ―keseluruhan diri seseorang‖ yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pelaku pasar mencari hubungan antara produk mereka dan kelompok gaya hidup. d. Kepribadian dan Konsep Diri Masing-masing orang mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud kepribadian adalah, ciri bawaan kepribadian manusia (human psychologicaltraits) yang terbedakan menghasilkan tanggapan yang relative konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan. lingkungannya. Dasar konsep diri adalah kepemilikan seseorang dapat menyumbang dan menceminkan identitas diri mereka. 3. Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : a. Motivasi Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. Seseorang yang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu beberapa kebutuhan pada waktu tertentu beberapa kebutuhan biogenis muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan lain bersifat psikogenis, muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa memiliki. b. Persepsi Persepsi adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang yang termotivasi akan bertindak dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. c. Pembelajaran Pembelajaran meliputi perubahan dalam perilaku seorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil proses belajar. Pembelajaran dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan dan penguatan. d. Keyakinan dan Sikap Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal, sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecendrungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. D. Proses Pembelian Menurut Engel, Blockwell dan miniord, pembelian produk dan jasa yang dilakukan oleh konsumen bisa digolongkan ke dalam 3 jenis pembelian yaitu sebagai berikut : 1. Pembelian yang terencana sepenuhnya Jika konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan, maka ini termasuk pembelian yang direncanakan sepenuhnya. Pembelian yang terencana sepenuhnya biasanya hasil dari proses keputusan yang diperluas atau keterlibatan tinggi. 2. Pembelian yang sepenuhnya terencana Seringkali konsumen sudah mengetahui produk apa yang nantinya akan dibeli, dan terkadang konsumen tidak tahu merek apa yang akan dibelinya, sebelum konsumen memperoleh informasi yang lengkap dari sales promotion. Ketika konsumen sudah 64 mengetahui produk apa yang ingin dibeli sebelumnya dan memutuskan merek dari sebuah produk tersebut, maka ia termasuk pembelian yang separuh terencana. 3. Pembelian yang tidak terencana Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul ketika beberapa faktor yang membuat kita membeli suatu produk, maka ia termasuk pembelian yang tidak terencana. E. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Menurut Philip kotler Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarnnya di pasar sasaran. Santon dalam Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen; pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barangbarang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Dalam memuaskan pembeli, pemasaran merupakan kunci utama yang memegang peran penting. Bagaimna menerapkan bentuk pemasaran itu dalam prakteknya, sehingga tujuan penjualan tercapai, maka McCharty menghasilkan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P pemasaran : produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). 1. Produk (Product) Produk merupakan unsur terpenting dan utama dari bauran pemasaran, karena tanpa adanya produk maka tidak akan terjadi. Produk merupakan hal yang sangat luas, dimana mencangkup benda yang terlihat secara fisik atau yang tidak terlihat. Produk adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Produk dapat dibedakan atau diklasifikasikan atau kedalam beberapa macam. Sebuah produk mengharuskan pengembangan bagi perusahaan untuk menetapkan manfaat-manfaat apa yang diberikan oleh produk itu. Manfaat-manfaat ini dikomunikasikan dan hendaknya dipenuhi oleh atribut produk. Untuk produk barang, misalnya dalam bentuk seperti mutu, ciri, dan desain. Mutu produk menunjukan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya. Ciri suatu produk merupakan sarana untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing, sedangkan desain dapat menggambarkan kegunaan atau manfaat suatu produk, sehingga produk barang dapat menggambarkan kegunaan atau manfaat suatu produk, sehingga produk barang yang kompetitif penampilan bukan satu-satunya faktor yang menjadi prioritas. Akan tetapi dalam proses produksi dan distribusinya merupakan produk yang simpel, aman, tidak mahal, sederhana, ekonomis, sehingga sasaran penjualan tercapai. a. Klasifikasi Produk Produk dapat diklasifikasikan baik sebagai produk bisnis atau sebagai produk konsumen. Perbedaan kunci antara kedua jenis produk adalah maksud penggunaanya. Produk bisnis digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa lain untuk memudahkan pengoperasian suatu organisasi, atau untuk dijual kepada pelanggan lain. Terdapat beberapa cara untuk mengklarifikasikan produk tersebut, diantaranya adalah diketahui produk konsumen berbeda dengan produk bisnis maka pendekatan 65 yang paling populer meliputi empat jenis, seperti : Produk kemudahan, produk belanja, produk khusus, produk yang tidak dicari, seperti pada gambar berikut : Produk Produk Konsumen Produk Kemudahan Produk Belanja Produk Bisnis Produk Khusus Produk Yang Tidak Dicari Sumber: McDaniel, 2001 Gambar 2.2 Klasifikasi Produk Konsumen Pendekatan ini mengklasifikasikan produk bergantung pada beberapa besar upaya yang biasanya digunakan untuk membeli, bahwa menurut McDaniel, et al mengemukankan definisinya antara lain : 1. Produk Kemudahan (Convinience Product) Merupakan jenis yang relatif murah dan menggunakan sedikit upaya untuk berbelanja, sehingga konsumen tidak perlu bersusah payah. 2. Produk Belanja (Shopping Product) Merupakan produk yang memerlukan perbandingan berbelanja, karena biasanya lebih murah dibandingkan dengan produk kemudahan dan ditemukan lebih sedikit toko. 3. Produk Khusus (Speciality Product) Merupakan suatu jenis produk yang dicari konsumen secara insentif dan konsumen tidak akan mencari penggantinya. 4. Produk yang Tidak Dicari (Unsought Product) Suatu produk yang tidak dikenal oleh pembeli atau produk yang dikenal tetapi tidak aktif mencarinya. b. Diferensiasi Produk Produk-produk fisik berbeda-beda potensi diferensiasinya. Diujung yang satu kita menemukan produk-produk yang memungkinkan sedikit saja fariasi, namun disini penjual menghadapi banyak sekali para meter rancangan, seperti yang dikemukakan oleh kotler, parameter yang mencangkup bentuk, fitur, kinerja, kesesuaian dengan dengan standart, daya tahan, kehandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan rancangan. 1) Bentuk seperti ukuran, model atau struktur fisik produk. 2) Fitur merupakan kelengkapan yang melengkapi fungsi dasar produk tersebut. 3) Mutu kinerja merupakan level berlakunya karakteristik dasar produk. 66 4) Mutu kesesuaian merupakan kesesuaian mutu produk dengan standart atau spesifikasi yag tinggi. 5) Daya tahan merupakan ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi normal atau berat. 6) Kehandalan merupakan ukuran profitabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu. 7) Mudah diperbaiki adalah ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal. 8) Gaya menggambarkan tentang penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli. Indikator yang mencirikan kualitas produk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Kualitas 2. Bentuk 3. Merek 2. Harga (Price) Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditetukan pula dai besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Harga sering merupakan elemen yang paling fleksibel diantara keempat bautan pemasaran, yaitu elemen yang paling cepat berubah. Kotler mengemukakan bahwa harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu menggunakan produk tersebut. McDaniel mengemukakan mengenai harga merupakan apa yang harus diberikan oleh pembeli untuk mendapatkan suatu produk. Dalam hal ini harga merupakan suatu cara bagi seorang penjual untuk membedakan penawarannya dari para pesaing, sehingga penetapan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi diferensiasi produk dalam pemasaran. Pada umumnya penjual mempunyai beberapa tujuan dalam penetapan harga produknya, tujuan tersebut antara lain : a. Mendapatkan laba maksimum Dalam praktek, terjadinya harga memang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat hatga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual mempunyai harapan utuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan kondisi yang ada. b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula untuk menutupi investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai untuk mengembalikan investasi hanya bisa diambilkan dari laba perusahaan dan laba hanya bisa diperleh bilamana harga jauh lebih besar dari jumlah biaya seluruhnya. c. Mencegah atau mengurang persaingan Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui kebijaksanaan harga, hal ini dapat diketahui bilamana para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama. Oleh karena itu persaingan hanya mungkin dilakukan tanpa melalui kebijakasanaan harga, tetapi dengan service lain. Persaingan seperti itu disebur persaingan bukan harga (non-price competition). c. Mempertahankan atau memperbaiki market share 67 Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bilamana kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan masih cukup longgar, disamping juga kemampuan dibidang lain, seperti bidang pemasaran, keuangan dan sebagainya. Dalam hal ini harga merupakan faktor yang penting, bagi perusahan kecil yang mempunyai kemampuan yang sangat terbatas biasanya penentuan harga ditujukan untuk sekedar mempertahankan market share. Perbaikan market share kurang diutamakan, lebih-lebih apabila persaingan sangat ketat. Menurut Wijayanti, 2008 dalam Hamdani ada tiga indikator yang mencirikan harga yaitu: 1. Harga terjangkau 2. Harga bersaing 3. Harga sesuai dengan kualitas produk 3. Tempat (Distribusi) Setelah barang selesai dibuat dan siap untuk dipasarkan, tahap berikutnya dalam proses pemasaran adalah menentukan metode dan rute yang akan dipakai untuk menyalurkan barang tersebut kepasar. Hal ini menyagkut masalah penentuan strategi penyaluran, termasuk pemilihan saluran distribusi, penanganan secara fisik dan distribusi fisik. Saluran distribusi meurut Kotler bahwa saluran distribusi, adalah seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses penyediaan suatu produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Saluran distribusi ini merupakan suatu yang menggambarkan alternatif saluran yang dipilih, dan menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai macam perusahaan atau lembaga usaha. Seiring pula terjadi persaingan diantara sistem distribusi dan produsen yang berbeda, sebuah metode umum untuk menggolongkan perantara adalah dengan dasar barang yang digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu : a) Perantara pedagang Pada dasarnya, perantara pedagang (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Dalam hubungannya dengan pemindahan milik, kegiatan perantara ini berbeda dengan lembaga-lembaga lain seperti bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan angkutan, sebab lembagalembaga tersebut walaupun ikut membantu proses pemasaran akan tetapi tidak aktif terlibat dalam perjanjian pembelian dan penjualan. Ada dua kelompok yang termasuk dalam perantara pedagang, yaitu : 1) Pedagang besar (whole saller) 2) Pengecer (retailer) Tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai pedagang karena selain membuat barang tetapi juga memperdagankannya. b) Perantara agen Perantara agen (agent middleman) ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongan kedalam dua golongan, yaitu : 1) Agen penunjang 2) Agen pelengkap 68 Agen penunjang secara aktif ikut dalam pemindahan barang-barang dari produsen ke konsumen, seperti : agen pengangkutan, makelar, dan sebagainya. Sedangkan agen pelengkap tidak secara katif ikut dlam pemindahan barang-barang tetapi mereka ikut memberikan bantuan serta memperlancar pemindahan tersebut, misalnya perusahaan asuransi, bank, dal sebagainya. Dalam penelitian ini menggunakan dua indikator yang mencirikan distribusi yaitu: 1. Kecepatan dalam pengiriman 2. Ketersediaan barang 4. Promosi (Promotion) Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar itu dikenal dan akhirnya dibeli. Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk yang dijual, tempat, dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), dan publisitas (publicity). Dalam aspek promosi terdapat bauran promosi, menurut Michael T. Wilson mendefinisikan : “Bauran promosi merupakan semua cakupan pada satu perusahaan berbentuk komunikasi yang dapat atau sedang digunakan untuk mempengaruhi berbagai elemen dalam sistem pasar konsumen atau pemakai akhir, distributor dan atau pelanggan”. Ada dua konsep untuk menyusun model guna menilai efektifitas bauran promosi total dan peran masing-masing elemen bauran promosi. Konsep pertama adalah persepsi mekanisme pasar total antar produsen dengan kumsumen dalam aktivitas dan pengaruh pada pembelian dan penjualan. Ini membantu menetapkan pada titik mana kegiatan promosi (yaitu komunikasi persuasif) harus diarahkan. Titik-titik ini harus didefinisikan lebih lanjut dalam arti kebutuhan akan sikap kepada produk yang tawarkan perusahaan sehingga sifat pesan promosi dapat diperinci. Dalam bauran promosi dikenal lima cara komunikasi yang utama, yaitu : a) Periklanan (advertising) Semua bentuk penyajian non personal, promosi dan ide tentang barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor. b) Promosi Penjualan (sales promotion) Berbagai bentuk insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan konsumen untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. c) Hubungan Masyarakat (public relationship) Berbagai macam progran untuk memeligara, menciptakan dan mengembangkan citra perusahaan atau merek sebuah produk. d) Penjualan secara Pribadi Interaksi langsung dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan melakukan presentasii, menjawab pertanyaan dan menerima pesanan. e) Pemasaran Langsung (direct marketing) Penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail dan alat komunikasi non personallainnya untuk melakukan komunikasi secara langsung agar mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan. Menurut Kotler 1996 dalam Yusup 2011, Indikator yang mencirikan promosi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Jangkauan promosi 69 2. Kuantitas penayangan iklan dimedia promosi 3. Kualitas penyampaian pesan dalam penayangan iklan 5. Orang (People or Participant) Menurut Zeithaml dan Bitner ―People is all human actors who pay in service delivery and this influence the buyer’s perceptions: namely, the firm’s personel, the customer and other customers in the service enviroment‖. Sedangkan menurut Yazid, partisipan atau orang adalah “semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli‖. Yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Partisipan adalah setiap dan semua orang yang memanikan suatu peran dalam waktu ril jasa (selama berlangsungnya proses konsumsi jasa berlangsung). Jadi yang dimaksud disini adalah semua karyawan maupun konsumen. Pada level tertentu, partisipasi konsumen tidak bisa dihindari. Pada baerbagai situasi, konsumen sering harus hadir di tempat jasa di proses, berinteraksi dengan karyawan dan dengan konsumen lain memproduksi hasil akhir suatu jasa (konsumen sebagai partial employess yaitu sumber daya manusia yang memberi kontribusi kepada kapasitas produktif organisasi). Konsekuensinya adalah partisipasi dan iteraksinya dengan konsumen lain bisa saja mempengaruhi apakah jasa yang disampaikan sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen atau apakah jasa yang disampaikan sesuai dengan konsumen lain. Menurut Yazid, 2003 dalam Herlley, 2013 Indikator yang mencirikan People Participants yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pengetahuan karyawan tentang produk tersebut 2. Seragam yang digunakan karyawan 3. Simpatik karyawan dalam pelayanan 6. Bukti Fisik (Physical Evidence) Bukti fisik menurut Zeithaml dan Bitner ―The enviroment in which the service is delivered and where firm and customer interact and any tangible component that facilitate performance or comunication of the service‖. Bukti fisik ini merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang tawarkan. Unsur-unsur yang termasuk dalam bukti fisik antara lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangun fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti tiket, sampul, dan label, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Yazid bukti fisik adalah dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi serta setiap komponen tangible memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut. Karena jasa itu tangible sehingga sulit untuk dievaluasi, maka bukti fisik memberikan tanda-tanda misalnya kualitas jasa. Bukti fisik jasa mencangkup fasilitas fisik dimana jasa ditawarkan, seperti fasilitas kantor cabang sebuah dealer. Indikator yang mencirikan fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Desain gedung yang menarik 2. Tata ruang yang menarik 7. Proses Proses menurut Zeithaml dan bitner adalah ―The actual procedures delivery and operating, and flow of activities by which the service is delivered the service delivery and operating system‖. 70 Sedangkan menurut Yazid, ―Proses yaitu semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau operasi jasa‖. Indikator yang mencirikan proses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pelayanan yang diberikan cukup baik 2. Jam buka dealer F. Kerangka Pikir Penelitian Untuk mengetahui faktor apa saja yang menentukan keputusan pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI di tinjau dari product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan process. Dalam menilai sebuah produk, konsumen akan mempertimbangkan berbagai faktor yang dilihat dari sisi bauran pemasaran. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah pelaksanaan dengan hasil sesuai maka dibutuhkan suatu analisis yang dapat memberikan jawaban. Sebelum mendapatkan jawaban yang diinginkan maka dibutuhkan suatu kerangka pikir penelitian sebelum langkah lebih jauh. Gambar berikut meyajikan sebuah kerangka pikir penelitian dimana penilaian konsumen terhadap produk Kawasaki Ninja 250 FI akan menentukan keputusan pembelian mereka. Dalam menilai sebuah produk konsumen akan mempertimbangkan berbagai faktor, tetapi disini hanya dilihat dari sisi bauran pemasaran dimana ke 7 faktor ini memiliki beberapa indikator. Produk Kawasaki Ninja 250 FI akan didistribusikan oleh para agen, dalam hal ini adalah dealer yang menjual berbagai macam produk Kawasaki Ninja 250 FI. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan untuk PT. Tetap Jaya Motorindo dalam mengaplikasikan bauran pemasaran. Denagan demikian kerangka pikir penelitian dapat dijabarkan kedalam sebuah pola pikir dari gambar 2.3 yang dilihar sebagai berikut: 71 PT. Tetap Jaya Motorindo Kawasaki Ninja 250 FI Konsumen Kebutuhan dan Keinginan konsumen Faktor-faktor yang menentukan keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI: 1. Kualitas baik 2. Bentuk/Desain menarik F E 3. Nama merek baik 4. Keterjangkauan harga E 5. Harga bersaing D 6. Harga sesuai dengan kualitas 7. Kecepatan dalam pengiriman barang B A 8. Ketersediaan barang 9. Jangkauan promosi 10. Kuantitas penayangan iklan pada media promosi C K 11. Kualitas penyampaian pesan pada media promosi 12. Pengetahuan karyawan tentang produk 13. Seragam yang digunakan karyawan 14. Simpatik karyawan dalam pelayanan 15. Disain gedung yang menarik 16. Tata ruang yang menarik 17. Pelayanan yang diberikan cukup baik 18. Jam buka dealer Analisis Cochran Hasil analisis Sumber : Diolah oleh Penulis Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Keputusan Pembelian 72 G. Hipotesis Penelitian 1. Diduga faktor kualitas baik, bentuk/desain menarik, nama merek terkenal, harga terjangkau, harga bersaing, harga sesuai dengan mutu, ketersediaan barang, seragam yang digunakan karyawan menarik, desain gedung menarik, dan tata ruang menarik yang menentukan keputusan dalam pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. 2. Diduga faktor pengetahuan karyawan tentang produk yang menentukan keputusan pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. METODOLOGI PENELITIAN Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Lokasi penelitian yang penulis teliti adalah pada Pada Konsumen Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo Jl. Lingkar Luar Barat No. 1A Cengkareng, Jakarta Barat. 2. Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unsur yang terdapat didalam objek penelitian. Unsur tersebut dapat berupa orang, benda, perusahaan, atribut, atau unit-unit apa saja yang terkandung didalam penelitian. Dalam penilitian ini, populasinya adalah pemilik sekaligus pengguna Kawasaki Ninja 250 FI yang membeli di PT. Tetap Jaya Motorindo sebanyak 246 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian yang dianggap mewakili kondisi atau keadaan populasi. a. Metode Slovin Dalam penelitian ini jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan salah satu metode penentuan sampel yang disebut dengan metode slovin. Metode ini menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : n= N= E= Besarnya sampel penelitian Besarnya jumlah populasi Besarnya tingkat keyakinan kesalahan (error) Maka dalam penelitian ini populasi yang telah di olah dengan menggunakan metode slovin dapat diketahui sebanyak 72 responden. b. Purposive Sampling Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel ini dilakukan jika peneliti melakukan pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Responden 73 yang dipilih adalah orang yang diperkirakan dapat menjawab semua pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Usia diatas 17 tahun 2) Sudah pernah membeli Kawasaki Ninja 250 FI dalam 1 tahun terakhir. Skala Nominal Skala nominal adalah skala yang paling sederhana dimana angka yang diberikan kepada suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya tetapi hanya sekedar kode maupun label. Data-data yang diperoleh melalui kuesioner merupakan data yang berupa kualitatif yang harus dirubah menjadi data kuantitatif agar dapat dilakuakan perhitungan, menggukana skala nominal dengan bobot jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kuesioner sebagai berikut: Tabel 3.2 Jawaban Kuesioner Dengan Skala Nominal Bobot Kategori 0 Tidak 1 Ya Sumber: Husein Umar, ―Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis‖, Ceetakan 12, Rajawali press, Jakarta, 2013. Edisi 2, Definisi Operasional Variabel 1. Produk (product) Adalah produk Kawasaki Ninja 250 FI yang menawarkan kepada konsumen berupa motor sport yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen seperti: Kualitas yang baik, bentuk/desain yang menarik, dan nama merek terkenal. 2. Harga (price) Adalah sejumlah uang barang untuk membeli suatu kebutuhan atau keinginan kepada Kawasaki Motor Indonesia seperti: Harga terjangkau, harga bersaing, dan harga sesuai dengan kualitas. 3. Distribusi (distribution) Adalah lokasi dealer yang merupakan tempat untuk menawarkan atau menjual barang untuk konsumen untuk digunakan maupun dikonsumsi, seperti: Kecepatan dalam pengiriman, dan ketersediaan barang. 4. Promosi (promotion) Adalah promosi yang dilakukan oleh Kawasaki Motor Indonesia mengenai barang-barang yang ditawarkan atau dijual kepada konsumen untuk digunakan atau dikonsumsi, seperti: Jangkauan promosi luas, kuantitas penayangan iklan, dan kualitas penyampaian pesan dalam penayangan iklan. 5. Orang (people) Adalah orang – orang yang terlibat secara langsung dalam proses penjualan Motor Kawasaki, seperti: pengetahuan karyawan tentang produk, seragam yang digunakan menarik, dan simpatik karyawan dalam pelayanan. 6. Fasilitas (physical evidence). Adalah keadaan lingkungan fisik dealer sebagai tempat beroperasinya jasa penjualan barang – barang atau jasa kepada konsumen untuk digunakan atau maupun di konsumsi, seperti : Desain gedung yang menarik, dan tata ruang yang menarik. 7. Proses pelayanan (process) 74 Adalah kegiatan yang menunjukan bagaimana pelayanan diberikan kepada para konsumen selama melakukan pembelian barang atau jasa seperti : Pelayanan yang diberikan cukup baik, dan jam buka dealer lebih lama. Metode Analisis Data 1. Uji Realibilitas Uji realibilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama dari kelompok responden yang berbeda. Secara statistik, konsistensi pertanyaan jika memiliki nilai tertentu. Untuk mengukur nilai reliabilitas dapat menggunakan rumus spearman brown. Spearmen brown (Split half) adalah metode pengukuran realibilitas untuk pengukuran kuesioner yang menggunakan skala nominal. Dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: = Realibilitas instrumen = Disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen Menurut teori Triton ada lima kategori dalam mengukur realibel dan tidak realibel suatu data dengan melihat nilai spearman Brown coeficient yaitu: Nilai 0,00 - 0,20 0,21 - 0,40 0,41 - 0,60 0,61 - 0,80 0,81 - 1,00 Tabel 3.1 Tingkat Realibilitas Keteranganan Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel Reliabel Sangat Reliabel Sumber: Hasyim dan Rina Anindita., ―Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran”. Penerbit UIEU-University Press, Jakarta, 2009 2. Analisis Cochran Secara teknis, syarat digunakannya Uji Cochran adalah jenis data yang bersifat nominal dan dikotomi, dengan menggunakan sebuah kuesioner dengan jawaban dua alternatif ―YA‖ dan ―TIDAK‖.Pengolahan data dapat dilakukan secara manual. Dengan rumus sebagai baerikut: Keterangan: K = Jumlah atribut L = Jumlah jawaban ―YA‖ untuk atribut ke-i G = Isian untuk setiap atribut 75 Hipotesis: Ho : Semua atribut adalah faktor yang menentukan Ha : Tidak semua atribut merupakan faktor yang menentukan Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesa: Terima Ho : Apabila nilai Q < atau apabila nilai alpha > 0.05 (Catatan: = tabel nilai Chi Square) Perhitungan Cochran harus dilakukan berulang kali sampai mendapatkan kriteria penerimaan Ho. Hasil dan Pembahasan 1. Uji Realibilitas Berikut hasil dari perhitungan realibilitas SPSS 21 dengan rumus Spearman Brown yaitu indikator apa yang menentukan keputusan pembelian Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. Berikut Interpretasinya: Valid Cases Excludeda Total N 30 0 30 % 100,0 ,0 100,0 Value N of Items Cronbach's Alpha Value Part 2 N of Items Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Equal Length Coefficient Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient Part 1 ,735 9a ,181 9b 18 ,498 ,664 ,664 ,638 Pada pembahasan pertama ini, dilakukan uji realibilitas terhadap data yang telah terkumpul sebelum data primer yang diperoleh dari responden yang diolah. Uji realibilitas dilakukan untuk menguji kuesioner apakah layak digunakan (realible). Penulis membuat kuesioner yang berisi 18 pertanyaan dan berdasarkan perhitungan pada 30 responden yang telah mengisi kuesioner, maka dapat diketahui bahwa 18 faktor tersebut memiliki angka Spearmen-Brown sebesar 0.664. hal ini berarti menunjukan bahwa semua pertanyaan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut realibel. 76 2. Uji Cochran Value 0 P1 Kualitas Yang Baik P2 Bentuk/Disain Menarik P3 Nama Merek Yang Terkenal P6 Harga Sesuai Dengan Kualitas P8 Ketersediaan Barang P12 Pengetahuan Karyawan Tentang Produk P17 Pelayanan Yang Diberikan Cukup Baik N Cochran's Q Df Asymp. Sig. 1 10 6 9 13 14 4 15 62 66 63 59 58 68 57 72 12,414a 6 0,053 Berdasarkan dari hasil perhitungan Cochran didapat hasil tes kedua belas dengan df = 6, = 12,414 < 12,592 ( ) atau bisa juga dilihat dari nilai Asymp.Sig. 0,053 > 0.05 (taraf nyata). Hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang menentukan keputusan dalam pembelian motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. Sampai pada tahap ini pengujian dihentikan karena nilai < atau bisa dilihat dari nilai Asymp.Sig. > taraf nyata (α = 0.05). Dengan demikian faktor yang menentukan keputusan pembelian motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo adalah: Kualitas yang baik, bentuk/desain menarik, nama merek terkenal, Harga sesuai dengan kualitas, pengetahuan karyawan tentang produk, dan pelayanan yang diberikan cukup baik. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan diatas yang telah di kemukakan pada bab sebelumnya maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: a) Pada tahap perhitungan 1 sampai dengan 12, didapat bahwa pada perhitungan yang 12 dengan df = 6, = 12,414 > = 12,592 dan nilai Asymp.Sig. 0,053 α = 0,05. Hal ini berarti bahwa dari 18 faktor atau asosiasi yang diperkirakan menentukan keputusan pembelian konsumen dalam membeli motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo ternyata hanya 7 faktor saja atau asosiasi yang menentukan keputusan konsumen dalam membeli motor Kawasaki ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo yaitu: kualitas yang baik, bentuk/disain yang menarik, nama merek terkenal, harga sesuai dengan mutu, ketersediaan barang, pengetahuan karyawan tentang produk, dan pelayanan yang diberikan cukup baik. b) Berdasarkan hasil jawaban ―YA‖ terbesar dari faktor-faktor yang menentukan keputusan konsumen dalam membeli motor Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo ternyata yang paling dominan adalah pengetahuan karyawan tentang produk yaitu 68 orang. 77 2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka dapat diberikan saran-saran kepada PT Kawasaki Motor Indonesia sebagai produsen sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI, dan PT. Tetap Jaya Motorindo selaku distributor yang memasarkan motor Kawasaki Ninja 250 FI sebagai masukan dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan penjualan serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk PT Kawasaki Motor Indonesia sebagai produsen sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI, diharapkan bisa mempertahankan dan meningkatkan faktor kualitas produk yang baik, bentuk / desain yang menarik, merek yang terkenal, dan harga sesuai dengan mutu produk. Karena faktor-faktor inilah yang menjadi penentu konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI. Kemudian untuk PT. Tetap Jaya Motorindo sebagai distributor sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI diharapkan bisa mempertahankan atau bahkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen, ketersediaan produk, dan pengetahuan karyawan tentang produk Kawasaki Ninja 250 FI. Karena Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, 3 faktor inilah yang akhirnya menentukan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian produk Kawasaki Ninja 250 FI di PT. Tetap Jaya Motorindo. Untuk PT Kawasaki Motor Indonesia sebagai produsen sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI, diharapkan lebih memperhatikan dan bisa memperbaiki faktor harga produk yang bisa lebih terjangkau, harga produk yang lebih bersaing, kecepatan dalam pengiriman produk, jangkauan promosi yang luas, kuantitas penayangan iklan yang lebih sering, dan kualitas penyampaian pesan dalam media promosi agar konsumen bisa memahami keunggulan produk sepeda motor Kawasaki Nija 250 FI dalam. Diharapkan faktor-faktor tersebut nantinya bisa ikut mempengaruhi konsumen dalam menentukan keputusan pembelian produk sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI. Kemudian untuk PT. Tetap Jaya Motorindo sebagai distributor sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI juga diharapkan lebih memperhatikan dan bisa memperbaiki faktor-faktor seperti kecepatan dalam pengiriman produk, jangkauan promosi yang lebih luas, kuantitas penayangan iklan yang lebih banyak (frekuensi iklan lebih sering), kualitas penyampaian pesan dalam media promosi agar konsumen mudah memahami keunggulan produk sepeda motor Kawasaki Nija 250 FI dalam iklan tersebut, seragam karyawan yang dibuat lebih menarik atau unik, simpatik karyawan dalam pelayanan, disain gedung yang menarik, tata ruang yang menarik, dan jam buka dealer lebih lama. Diharapkan faktor-faktor ini nantinya bisa ikut mempengaruhi konsumen dalam menentukan keputusan pembelian produk sepeda motor Kawasaki Ninja 250 FI, di PT Tetap Jaya Motorindo. DAFTAR PUSTAKA Brigays, Herlley., Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian J.CO Donuts Di Jakarta Barat.Universitas Esa Unggul, Jakarta, 2013 Hamdani., Pengaruh Produk, Harga, Dan Distribusi Promosi Terhadap Keputusan Pedagang Eceran Membeli Keripik Usus Ayam Pada Perusahaan Bintang Bersinar Di Samarinda, Universitas Mulawarman. 78 Hasyim dan Rina Anindita., ―Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran”. Penerbit UIEU-University Press, Jakarta, 2009 Kotler, Philip., Manajemen Pemasaran, PT. Indeks, Jakarta, 2005 Kotler, Philip., Prinsip-prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta, 2001 McDaniel, et al., Pemasaran Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2001 Sumarwan., Ujang, Perilaku Konsumen dan Penerapan dalam Pemasaran, Ghalia, Indonesia, Jakarta, 2003 Suharno, Yudi Sutarso, Marketing in practice, CV. Sary Cards, Samarinda, 2009 Umar, Husein., Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003 Umar, Husein ―Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis‖, Edisi 2, Cetakan 12, Rajawali press, Jakarta, 2013 Yazid., Pemasaran Jasa, Konsep dan Implementasi, Edisi Kedua, Sleman, Yogyakarta, EKONISIA, 2003 Yusup, Muhammad., Analisis Pengaruh Promosi, Harga, Kualitas Produk dan Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda. Studi Kasus pada Mahasiwa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2011 Zeithaml, Valerie A, Bitner M, J., Gremler, Dwayne, Service Marketing, Singapore, McGrawHill International Edition, 2000 www.incoharpermutliply.com, Meninjau Kembali Efektifitas Iklan, 2006 79 EFEKTIFITAS RESPON KONSUMEN PADA MEDIA IKLAN PRODUK CITRA HAND and BODY LOTION PT UNILEVER TBK Rizka Annisa Nurmaida Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon konsumen terhadap efektifitas program promosi produk Citra hand and body lotion yang dilaksanakan oleh PT UNILEVER TBK yang merupakan kebijakan korporasi dalam mencari atau mendapatkan alternatif program-program sosialisasi dalam rangka promosi dan pengenalan produk kepada masyarakat yang aling efektif. Metode penelitian menggunakan analisis Customer Respon Index dengan metode tersebut semakin besar presentase CRI semakin efektif dan sebaliknya jika semakin kecil presentase CRI maka semakin tidak efektif media iklan yang digunakan. Presentase media iklan televisi 90%, radio 25%, surat kabar 55%, majalah 73,3%, billboard 75%. Dari 5 (lima) indikator dimensi efektifitas yang digunakan untuk menganalisis yaitu awareness, comprehend, interest, intention, dan action. Hasilnya menunjukan bahwa semua media iklan yang sudah efektif dan media iklan yang paling efektif dari yang digunakan adalah media televisi karena pesan yang disampaikan melalui iklan mampu mencapai sasaran secara langsung, mampu membangkitkan minat beli konsumen. Kata Kunci : Respon Konsumen, Iklan, Promosi Latar Belakang Pada Era modern sekarang ini, mobilitas dari setiap orang menjadi sangat tinggi terutama yang hidup di daerah perkotaan. Industri berkembang dengan sangat pesat yang tentunya diikuti dengan peningkatan polusi dan tingkat radikal bebas yang tinggi. Tingkat radikal bebas yang tinggi ini menjadi salah satu musuh terbesar bagi kulit manusia karena akan mempercepat penuaan dini dan membuat kulit terlihat menjadi lebih kusam. Salah satu cara untuk memperkecil dampak dari radikal bebas itu adalah dengan cara menggunakan pelembab yang mengandung UV Protection pada kulit manusia pada saat berkontraksi dengan sinar matahari. Kondisi seperti ini menjadi salah satu peluang bagi perusahaan yang bergerak di industry cosmetic terutama dibidang Hand and Body Lotion untuk berbondong-bondong mempromosikan produk produknya. Sebut saja salah satu perusahaan raksasa yang bergerak dibidang industry ini adalah PT Unilever Indonesia Tbk. Salah satu produk hand and Body lotion andalan dari PT Unilever Indonesia Tbk adalah CITRA Hand and Body lotion.Sekarang ini produk CITRA menjadi salah satu market leader untuk produk hand and body lotion di Indonesia. CITRA yang merupakan produk perawatan kulit yang mengambil inspirasi dari warisan perawatan kecantikan tradisional wanita Indonesia pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1984 dengan meluncurkan varian pertamanya yaitu Citra Body Lotion yang mengandung mangir dan dikenal dapat membuat kulit terasa lembut dan tampak bercahaya. Citra telah memasuki pasar perawatan kulit Indonesia sejak tahun 1984. Citra terbuat dari bahan-bahan alami Indonesia dengan warisan kuat budaya Indonesia. Selama 80 beberapa tahun terakhir, Citra telah mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di pasar Hand and Body Lotion di Indonesia. Berikut List Prodak Citra Hand & Body Lotion: Tabel 1.1 Nama-nama Prodak Citra Hand and Body Lotion NO Merk Hand Body Lotion 1 Citra Lasting Glow Mangir Jawa & Minyak Zaitun 2 Citra Lasting Purity The Hijau 3 Citra Lasting White Extra Bubuk Mutiara 4 Citra Lasting White Bengkoang 5 Citra Night Whitening Mulberry & Minyak Biji Anggur Sumber : Top Brand Index ―Marketing Berdasarkan pada list di atas PT Unilever Indonesia Tbk menambahkan satu list prodak Citra Hand and Body Lotion yang baru-baru ini dikeluarkan yaitu Citra Night Whitening Mulberry & Minyak Biji Anggur. Hand & Body Lotion ini khusus di gunakan pada malam hari. Perawatan kulit tubuh malam hari tentu jauh lebih efektif, karena kulit kita tidak terkena sinar matahari dan polusi. PT Unilever Indonesia Tbk dalam menjual prodak citra Hand and body Lotion melakukan dengan cara promosi yang dapat dilakukan berbagai cara, antara lain melalui media periklanan. Sampai saat ini, iklan masih dianggap pilihan yang menarik sebagai sarana mempromosikan produk karena dapat menjangkau masyarakat secara luas untuk mengenal dan lebih mendakatkan produk ke konsumen. Iklan berperan penting sebagai salah satu sumber informasi yang diperlukan konsumen untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu produk. Melalui iklan, perusahaan dapat menciptakan hubungan interaksi jangka panjang yang menguntungkan antara perusahaan dengan konsumen. Dengan melakukan kegiatan periklanan ini diharapkan mampu membangun citra perusahaan dalam jangka panjang. Iklan yang efektif tidak hanya menyampaikan informasi saja, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan yang akan menimbulkan citra posotif bagi konsumen. Iklan dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media elektronik dan media cetak. Pertumbuhan media cetak maupun jumlah stasiun televisi (Media Elektronik) yang terus meningkat, membuat perusahaan harus selektif dalam membuat iklan yang paling efektif untuk mendukung penjualannya. Iklan televisi sangat berperan penting dalam mengkomunikasikan produk terhadap konsumen. Peresentase belanja iklan Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa pada tahun2010 yaitu 23%, dengan nilai Rp 59,83 triliun dibanding tahun 2009 yang hanya sebesar Rp 48,58 triliun. Angka ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Kenaikan belanja iklan ini sejalan dengan hasil survei consumer confident Nielsen yang menunjukkan angka kepercayaan diri konsumen Indonesia sudah kembali dikisaran 115-119 sepanjang tahun 2010. Televisi masih menjadi iklan terbesar dan kenaikan pertumbuhan iklan terbesar dibanding media lain yaitu Rp 37,67 triliun naik 26% dibanding tahun 2009. Sedangkan koran meraup Rp 20,18 triliun, naik 19% dan majalah tabloid Rp 1,97 triliun naik 10%. Dan dibawah ini tabel peringkat top brand index hand and body lotion 81 . Tabel 1.2. Peringkat Top Brand Index Hand and Body Lotion Sumber : Top Brand Index ―Marketing Peringkat Merek 1 2 3 4 5 Citra Marina Vaseline Viva Nivea Brand Value Brand 2009 Value 2010 45.70 % 54,70% 18% 12,80% 8.30% 7,70% 6% 4% 3,60% 4% Brand 2011 55,00% 16,10% 7,20% 3,1% 3,7% Value Brand Value 2012 55,50% 15,90% 8,90% 4,20% 3,30% Dan banyak nya pesaing Citra hand and body lotion seperti marina, viva, nivea, Vaseline dll. Citra memaksa untuk memberikan nilai tambah kepada konsumennya agar tetap menjadi market leader hand and body lotion. Dengan uraian tersebut dan periklanan merupakan hal yang penting bagi pemasaran produk perusahaan, maka dengan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS RESPON KONSUMEN PADA MEDIA IKLAN PRODUK CITRA HAND and BODY LOTION PT UNILEVER TBK”. Penelitian ini dilakukan di lingkungan perumahan Maharaja Depok, Jawa Barat. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Dalam proses penelitian yang dilakukan, penulis telah mengumpulkan masalah – masalah yang dihadapi oleh produk Citra Hand and Body Lotion. Adapun masalah - masalah yang dihadapi yaitu sebagai berikut : 1. Bermuculan kompetitor yang sejenis serta berorientasi pada produk yang sama. 2. Dengan bermuculannya pesaing, memaksa untuk memberikan nilai tambah kepada konsumennya. Pembatasan Masalah Dengan produk yang diteliti adalah produk Citra Hand and Body Lotion, maka ruang lingkupnya akan dibatasi agar peneliti dapat lebih terarah dalam meneliti. 1. Penelitian membatasi masalah dengan melakukaan penelitian pada konsumen Citra Hand and Body Lotion terhadap Efektifitas Respon Konsumen pada Media Iklan Produk Citra Hand and Body Lotion. 2. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah konsumen Produk Citra Hand and Body Lotion di perumahan Maharaja Depok, Jawa Barat. Perumusan Masalah Berikut adalah masalah-masalah yang akan dikemukakan penulis dalam penulisan penelitian: 1. Bagaimana daya tarik media iklan terhadap promosi produk Citra Hand and Body Lotion? 2. Media iklan manakah yang paling efektif memeberikan respon terhadap produk Citra Hand and Body Lotion? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui daya tarik media iklan terhadap promosi produk Citra Hand and Body Lotion. 82 2. Untuk mengetahui Media iklan manakah yang paling dominan memeberikan respon terhadap produk Citra Hand and Body Lotion. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitin ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui daya tarik media iklan terhadap promosi produk Citra Hand and Body Lotion. 2. Untuk mengetahui media iklan manakah yang paling dominan memeberikan respon terhadap produk Citra Hand and Body Lotion. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan mendapatkan laba ataupun untuk mencapai tujuan. Pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumen, seseorang sering berubah setiap saat. Pengertian pemasaran menurut Kotler adalah ‖Suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain‖1. Sedangkan menurut pendapat Foster sebagai berikut: ―Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi dan menjuruskan semua kegiatan perusahaan, yang meliputi penilaian dan pengubahan tenaga beli konsumen menjadi permintaan yang efektif terhadap suatu barang atau jasa tersebut kepada konsumen terakhir atau pemakai, sehingga perusahaan dapat mencapai laba atau tujuan lain yang di tetapkannya 2. 2. Marketing Mix Marketing mix merupakan sarana atau alat untuk mengemukakan pemasaran perusahaan pada pasar sasarannya. Marketing mix berupa variabel-variabel yang ada dalam perusahaan serta dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel tersebut dapat dipergunakan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan konsumen atas hasil produknya. Pengertian marketing mix menurut Swastha adalah ‖kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi‖.3 Keempat variabel yang terdapat dalam kombinasi tersebut saling berhubungan. Lagi pula kita meninjau konsep sistem sebagai keputusan dimana masing-masing elemen di dalamnya saling mempengaruhi juga, setiap variabel yang ada mempunyai banyak sekali sub variabel. Kombinasi dari variabel marketing mix yang digunakan oleh setiap perusahaan akan berbeda-beda tergantung dari strategi pemasaran yang dijalankannya. Selain itu, variabel marketing mix atau bauran pemasaran yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga target penjualan dapat dicapai, ini berarti produk yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan serta keinginan konsumen serta harus menjadikan produk yang dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasarannya dan dipromosikan melalui alat promosi yang tepat. Adapun keempat variabel tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1 3 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2005), hal. 8 2 D.W.Foster, Dasar-Dasar Marketing, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 8 Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: Liberty, 1998), hal.193 83 a. Produk/product adalah barang dan jasa untuk memenuhi beberapa kebutuhan konsumen. b. Harga/price adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk tersebut. Harga harus diukur dengan nilai yang dirasakan dari tawaran itu. c. Tempat/place merupakan serangkaian perusahaan perorangan dari produsen ke pemakai akhir. d. Promosi/promotion merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membeli produk tersebut. 3. Promosi Istilah promosi bagi kebanyakan orang mungkin dianggap sama dengan keempat variabel yang ada yaitu meliputi: periklanan, publisitas, personal selling dan sales promotion. Padahal keempat variabel tersebut merupakan bagian dari promosi itu sendiri. Namun bagi perusahaan sudah menjadi keharusan untuk melakukan salah satu dari jenis promosi yang ada, bilamana hasil produksinya ingin dikenalkan oleh masyarakat atau konsumen. Oleh karena itu seorang pengusaha harus paham dan mengerti apa yang dimaksud dengan promosi tersebut. 1. Pengertian Promosi Promosi merupakan teknik komunikasi yang secara penggunaannya atau penyampaiannya dengan menggunakan media seperti: pers, televisi, radio, papan nama, poster dan lain-lain, yang tujuannya untuk menarik minat konsumen terhadap hasil produksi suatu perusahaan. Promosi sebagai media untuk menjembatani kepentingan produsen dengan konsumen harus benar-benar dipahami oleh seorang manajer. Menurut Nitisemito mengatakan bahwa: ―Promosi adalah suatu kegiatan dalam bidang pemasaran yang bertujuan meningkatkan omzet penjualan, dengan jalan mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung‖4. Sedangkan menurut Swastha mengatakan bahwa: ―Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran‖5. Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan, promosi adalah: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dengan jalan mempengaruhi konsumen secara langsung ataupun tidak langsung untuk meningkatkan omzet penjualan melalui penciptaan pertukaran dalam pemasaran barang. 2. Tujuan Promosi Tujuan dari pada promosi adalah untuk memperkenalkan barang hasil produksi, dengan tujuan agar konsumen membeli hasil produksinya. Dengan demikian volume penjualan dapat meningkat, dan juga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal ini dapat dicapai oleh suatu perusahaan bila promosi yang dijalankan benar-benar tepat sehingga pelaksanaan promosi dapat berhasil seefektif mungkin. Dalam praktek promosi dapat dilakukan dengan mendasarkan pada tujuan-tujuan berikut: a. Memodifikasi tingkah laku. Orang-orang yang melakukan komunikasi mempunyai beberapa alasan antara lain: mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan pertolongan atau instruksi, 4 5 Alex S. Nitisemito, Marketing, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal. 126 Basu Swastha, Op. cit., hal. 237 84 memberikan informasi, mengemukakan ide dan pendapat dan memperkuat tingkah laku. b. Memberitahu. Kegiatan promosi itu dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat informasi umumnya lebih sesuai dilakukan pada tahap-tahap awal di dalam siklus kehidupan produk. Promosi yang bersifat membantu dalam pengambilan keputusan untuk membeli. c. Membujuk. Promosi yang bersifat membujuk umumnya kurang disenangi oleh sebagian masyarakat. Namun kenyataannya justru yang banyak muncul adalah promosi yang bersifat persuasif. Promosi yang demikian ini biasanya diarahkan untuk mendorong pembelian. Sering perusahaan tidak ingin memperoleh tanggapan secepatnya tetapi lebih mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli. Promosi yang bersifat persuasif akan menjadi dominan jika produk yang bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan di dalam siklus kehidupannya. d. Mengingatkan. Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk mempertahankan merk produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan di dalam siklus kehidupan produk. Ini berarti perusahaan berusaha paling tidak mempertahankan pembeli yang ada. 4. Promotional Mix Promotion mix adalah kombinasi strategi yang paling baru dari variabel-variabel periklanan, personal selling dan alat-alat promosi lain yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Assauri (2002:243) sebagai berikut ―bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari unsurunsur promosi tersebut‖65. Dari definisi di atas bahwa dalam sistem pemasaran terdapat empat variabel utama, yaitu: a. Periklanan Yaitu bentuk penyajian dan promosi no pribadi tentang ide barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. b. Personal selling Penyajian informasi secara lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih pembeli yang ditujukan untuk mencapai target penjualan. c. Promosi penjualan Yaitu suatu kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang mendorong pembelian konsumen dan efektifitas pengecer. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: peragaan, pertunjukan, pameran, demonstrasi dan sebagainya. d. Publisitas Yaitu usaha mendorong permintaan secara non pribadi untuk suatu produk, jasa atau ide dengan menggunakan berita komersial di dalam media massa dan sponsor yang tidak dibebani biaya secara langsung. Jadi jelas kiranya manajemen pemasaran tidak bisa terlepas dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi dalam menentukan kombinasi yang terbaik, guna memperoleh efektifitas dalam penggunaan dana, tenaga dan waktu dalam mencapai sukses pemasaran. 6 Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi, Edisi 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Prasada,. 2002), hal 243 85 C. Periklanan Salah satu cara meningkatkan volume penjualan yang telah terbukti adalah dengan mengadakan kegiatan promosi. Dan satu bentuk dari promosi ini adalah periklanan. Periklanan merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan mengenai barangbarang, jasa maupun ide-ide yang ditujukan kepada khalayak ramai yang merupakan calon pembeli dari produk tersebut. Disamping itu periklanan juga dapat mempengaruhi konsumen sehingga timbul untuk melakukan pembelian. Jadi periklanan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan volume penjualan. 1. Pengertian dan Sasaran Periklanan Banyak pengertian mengenai periklanan yang dikemukakan oleh para ahli dan kebanyakan orang percaya bahwa periklanan bekerja dengan mengirimkan suatu pesan lewat suatu media cetak maupun elektronika akan diperoleh jumlah konsumen yang cukup besar dalam waktu yang tidak begitu lama. Namun dalam kenyataan masyarakat yang terlalu komunikatif, pesan yang disampaikan oleh media promosi terbentur oleh kesadaran, pengertian dan tindakan konsumen untuk melakukan pembelian. Banyak perusahaan yang melaksanakan periklanan karena mempunyai peranan yang cukup besar bagi kegiatan penjualan. Menurut pendapat Nitisemito pengertian periklanan adalah: ―Suatu usaha untuk mempengaruhi konsumen dalam bentuk tulisan, gambar, suara atau kombinasi dari semuanya itu yang diarahkan pada masyarakat secara luas dan secara tidak langsung‖76. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong berpendapat bahwa: ―Periklanan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar mengenai gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi‖8 Dari kedua definisi di atas, bahwa media periklanan seorang pengusaha berusaha menarik perhatian orang pada suatu barang atau jasa. Dalam perekonomian modern periklanan makin lama makin mengambil tempat yang tidak terpisahkan dengan proses penjualan. Menurut Jefkins ―Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas prodk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya. Kemudian periklanan menurut Frank Jefknis terbagi menjadi enam yaitu: a. Iklan Konsumen Jasa pelayanan konsumen (Customer service) memberikan produk yang dibutuhkan oleh konsumen, dimana kebutuhan konsumen terdiri dari dua macam,yaitu barang konsumen (Customer goods) seperti bahan makanan, shampoo, sabun dan sebagainya serta barang tahan lama (durable goods), misalnya bangunan tempat tinggal, mobil, perhiasan dan sebagainya. Dan semua macam barang tidak di iklankan lewat media sesuai lapisan social (social grades) tertentu yang hendak dibidik. b. Iklan Bisnis Kegunaan iklan bisnis adalah memperomosikan barang-barang dan jasa nonkonsumen. Artinya, baik pemasang maupun sasaran iklan sama-sama perusahaan. c. Iklan Perdagangan 7 Alex Nitisemito, Op. cit., hal. 134 Philip Kotler and Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 147 8 86 Iklan perdagangan secara khusus ditujukan kepada kalangan distributor, pedagang-pedagang kulakan besar, para agen, eksportir/importer, dan jasa pedagang besar dan kecil. Kegiatan iklan pedagangan adalah memberikan informasi kepada para pedagang atau saudagar tentang barang-barang yang tersedia untuk dijual kembali, apakah dengan meningatkan mereka pada merkmerk yang terkenal, memperkenalkan barang-barang atau tak jarang diumumkan hal-hal khusus untuk membantu para pegecer menjajajkan barangbarang tersebut, misalkan potongan harga,syarat yang lebih lunak, pengemasan baru, rencana-rencana kampanye iklan konsumen atau promosi penjualan. d. Iklan Eceran Iklan ini dibuat disebarkan oleh pihak pemasok atau perusahaan/pabrik pembuat produk, iklan itu biasanya ditempatkan disemua konsumen lokasi (toko,gerai penjualan) yang menjual produk tadi kepada para konsumen. Keguanaan iklan eceran adalah : Mempopulerkan perusahaan, Menjual barang-barang yang eksludif bagi toko tertentu, Untuk menjual stok suatu poduk. e. Iklan Keuangan Iklan keuangan meliputi ikaln-iklan untuk bank, jasa tabungan, asuransi, dan investasi. Tujuan iklan keuangan biasanya adalah untuk menghimpun dana pinjaman atau menawarkan modal, baik dalam bentuk asuransi, penjualan saham, surat obligasi, surat utang atau dana pensiunan e. Iklan Rekruitmen Iklan ini bertujuan merekrut calon pegawai (seperti anggota polisi, angkatan bersenjata, perusahaan swasta, dan badan-badan umum lainnya), dan bentuknya antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan pelamar (classified) atau iklan selebaran biasa.9 2. Tujuan Periklanan Menurut Fandy Tjiptono tujuan periklanan terdiri dari107: a. Inventory Approach Dalam pendekatan ini, tujuan periklanan ditentukan atau diambil dari kumpulan berbagai tujuan perusahaan dilihat dariseluruh sudut pandang pemasaran perusahaan. b. Hierarchy Approach Pendekatan ini didasarkan pada dugaan bahwa sebelumnya membeli produk, pelanggan melewati tahapan – tahapan variable psikologis. c. Attitudial Approach Pendekatan ini menyarankan agar sasaran tujuan periklanan adalah mempengaruhi struktur sikap. 3. Fungsi Periklanan Fungsi-fungsi periklanan di dalam pemasaran menurut pendapat Swastha sebagai berikut108: a. Memberikan informasi. b. Membujuk atau mempengaruhi. c. Menciptakan kesan. 9 Jefknis,Frank, periklanan. Edisi ketiga, Penerbitan Erlangga, Jakarta.1997. hal 5 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasarn. Edisi 2. Yogykarta: Andi,2001 . hal 221 10 11 Basu Swasta, Op. cit., hal. 246 87 d. Memuaskan keinginan. e. Sebagai alat komunikasi. Berdasarkan pendapat di atas fungsi-fungsi periklanan di dalam pemasaran dapat diuraikan sebagai berikut: a. Memberikan informasi. Advertising berfaedah untuk memberikan keterangan-keterangan tentang produk yang ditawarkan, agar konsumen mengetahui lebih mendalam tentang kegunaan, kualitas, waktu, tempat dimana produk harus dibeli. b. Membujuk atau mempengaruhi. Dalam hal ini advertising berfungsi sebagai alat untuk membujuk atau mempengaruhi konsumen sehingga mereka tertarik terhadap produk yang ditawarkan, dengan jalan bahwa produk tersebut adalah lebih baik daripada produk pesaing. c. Menciptakan kesan. Kadang-kadang dalam melaksanakan pembelian suatu barang, seorang pembeli tidak dilandasi pertimbangan yang rasional atau memperhatikan nilai-nilai ekonomisnya tetapi lebih terdorong oleh hal-hal yang tidak rasional. Dalam keadaan ini maka advertising akan sangat bermanfaat untuk menciptakan kesan terhadap produk yang ditawarkan. d. Memuaskan keinginan. Karena kekurang tahuan konsumen terhadap produk suatu perusahaan, maka pembelian yang dilakukan dapat mengakibatkan timbulnya rasa kurang puas, karena produk yang dibeli kurang sesuai dengan yang diinginkan. Dalam keadaan yang demikian maka advertising sangatlah membantu, karena biasanya advertising memberikan keterangan-keterangan mengenai produk yang ditawarkan, sehingga konsumen bisa lebih mengetahui produk yang akan dibelinya. Dengan pengetahuan tersebut, maka mereka dapat mempertimbangkan produk apa yang akan dibeli, sehingga mereka akan puas terhadap produk yang dibelinya. e. Sebagai alat komunikasi. Dalam hal ini periklanan berfungsi sebagai alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli. Sehingga keinginan mereka dapat melakukan pertukaran yang saling memuaskan. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Media Periklanan Menurut Swastha faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut 129: a. Tujuan periklanan. Tujuan periklanan merupakan arah yang akan dicapai dalam melaksanakan periklanan. Biasanya tujuan ini berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lain. Misalnya untuk meningkatkan penjualan, untuk mencari atau memperluas daerah pemasaran, untuk memperlakukan produk baru. b. Sirkulasi media. Sirkulasi media harus diperhatikan dalam pemilihan advertising, sebab media yang digunakan harus sama dengan distribusi geografis maupun ditribusi pada segmen pasar yang dituju. c. Keperluan berita. Karena berbeda-beda berita yang akan disampaikan, maka hal ini mengakibatkan tidak semua media cocok dipakai sebagai media advertising. Misalnya advertising 12 Basu Swastha, Op. cit., hal. 253 88 d. e. f. g. h. ini harus disajikan dalam bentuk gambar atau tulisan, ataukah gambar tulisan sekaligus. Waktu dan lokasi dimana keputusan membeli dibuat. Faktor ini juga harus diperhatikan dalam pemilihan media yang digunakan misalnya kapan advertising yang digunakan misalnya kapan advertising tersebut dilaksanakan, awal bulan ataukah akhir bulan, akan hari raya atau akan natalan dan biasanya keputusan membeli itu dibuat di rumah, pasar, atau dimana setelah dia melihat advetising. Biaya advertising. Supaya advertising efektif dan efisien maka dalam pemilihan media advertising harus diperhatikan biaya yang dikorbankan, dihubungkan dengan dana yang tersedia dan hasil yang diharapkan. Kerja sama dan bantuan promosi yang ditawarkan oleh media. Pada umumnya manajer lebih condong memilih media yang akan bersedia mengadakan kerja sama yang baik dan memberikan bantuan promosi yang lebih besar. Karakteristik media. Dalam media yang akan digunakan perlu diperhatikan karakteristik dari media yang akan digunakan, apakah media tersebut dapat menimbulkan keinginan untuk membeli, apakah media tersebut dapat meningkatkan prestasi perusahaan dan konsumen, serta apakah media tersebut dapat menjangkau daerah yang luas. Kebaikan dan keburukan media. Faktor ini harus dapat perhatian pula, karena dengan diketahui hal ini akan lebih mudah untuk membandingkan media yang paling cocok dipakai sebagai media advertising untuk mempromosikan produknya. Salah satu faktor yang amat penting dalam periklanan adalah ilustrasi periklanan. Di sini para pemasang periklanan perlu memikirkan terlebih dahulu syarat gambarnya, setelah itu baru kata-katanya. 13 5. Penilaian Program Periklanan Untuk mengetahui berhasil tidaknya promosi penjual, khususnya advertising yang akan dilaksanakan dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut:13 a. Inquiry test. Adalah test yang dilakukan dengan meminta tanggapan atau keterangan-keterangan secara langsung kepada pendengar atau pembaca tentang barang-barang yang diadvertisingkan. b. Recognition test. Adalah test yang dilakukan dengan memberikan gambar-gambar iklan kepada segolongan individu, tanpa menyebutkan merk atau nama perusahaan. Baru kemudian mereka diminta menyebutkan atau memberikan nama merknya. c. Sales result test. Adalah test yang dilakukan dengan membandingkan hasil penjualan dari dua kota yang secara fisik dapat dikatakan sama, dimana satu menggunakan iklan, sedangkan yang satunya lagi tidak menggunakannya.1410 14 Basu Swastha, Op. cit., hal. 257 89 6. Langkah – langkah Periklanan Yang Efektif Menurut Phillip Kotler agar menghasilkan iklan yang efektif program periklanan harus disusun dengan memperhatikan lima, yakni: a. Misi , Apakah tujuan peeriklanan? Tujuan berfungsi sebagai alat komunikasi dan koordinasi, memberikan kriteria dalam pengambilan keputusan,serta sebagai alat evaluasi. Tujuan periklanan yang baik harus mampu menunjukan hubungan terhadap tingkat penjualan secara langsung, secara umum, perusahaan mengiklanan produknya adalah dalam rangka: 1) Create Awareness, Menciptakan kesadaran pada suatu merk dibenak konsumen. 2) Comumunicate Information About Attributes and Benefits, Mengkomunikasikan informasi kepada konsumen mengenai atribut dan manfaat suatu merk. 3) Develop or Change on Image or Personality, Mengembangkan atau mengubah citra atau personalitas sebuah merk. 4) Associate a Brand With Feelings and Emotions, Mengasosiasikan 5) suatu merk dengan perasaan serta emosi 6) Create Group norms, Menciptakan norma-norma kelompok 7) Percipitate behavior, Mengedepankan perilaku 8) Mengarahkan konsumen untuk membeli produknya dan mempertahankan market power perusahaan. 9) Menarik calon konsuen menjadi ―konsumen yang loyal‖ dalam jangka waktu tertentu. 10) Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat menjadi pembeli potensial dimasa yang akan datang. b. Uang, beberapa banyak uang yang dibutuhkan untuk belanja iklan? Menurut Philip Kotler penetpan anggaran periklanan diperlukan, agar tujuan periklanan dapat tercapai. Secara umum, terdapat liam factor yang perlu dipertimbangkan pada penetapan anggaran periklanan, yaitu : 1) Tahapan siklus hidup produk 2) Pangs pasar dan basis computer 3) Persaingan dan gangguan 4) Frekuensi periklanan 5) Kemungkinan subsitusi produk c. Pesan, pesan apa yang harus disampaikan? Menurut Philip kotler pengaruh pesan pada sasaran / audience oleh bagaimana pandangan komsumen sasaran terhadap sumber pesa. Pesan yang disampaikan secar menarik lebih meningkatkan perhatian dan mudah untuk mengingatkan. Tedapat 3 (tiga) factor yang melandasi kreadibilitas pesan, yaitu : 1) Keahlian/pengalaman, merupakan pengetahuan yang terpesialisasi dari komunikator untuk menyongyong kedudukannya seperti dokter dan ilmuan. 2) Kepercayaan, dikaitkan dengan apakahkah kejujuran dari sumber pesan itu dirasakan seperti lebih mempercayai krabat dekat dari pada orang asing. 3) Kesukaan, merupak daya tarik terhadap konsumen seperti kemarahaan, rasa humor, dan sikap alami membuat sumber lebih disukai. d. Media, media yang paling efektif dan efisien? Menurut Philllip Kotler langkah-langkah penting dalam memilih media adalah memutuskan jangkauan, frekuensi dan dampak, memilih sasaran media spesifik, menetapkan waktu penayagannya, memutuskan alokasi media secara geografis. Media iklan dapat digolongkan tiga kelompok, yaitu media cetak (Koran, majalah, directmail), 90 media elektronik (televise,radio,internet) dan media lapangan (out door advertising, poster, billboard, point of sales). Seperti akan diuraikan lebih lanjut masing-masing media komunikasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. 1) Radio Salah satu car kelebihan radio sebagai media iklan adalah kemampuan kontak langsug dengan konsumen sasara melalui suar penyiar dapat mengikuti konsumen sasaran dimaanpun mereka berada, dapat menjangkau audiences dari berbagai macam usia dan status, tarif pemasangan iklan tidak mahal, sedangkan kelemahannya adalah ada kemungkinan pendengar iklan bukan konsumen sasaran, jarak jangkauan siaran radio terbatas samapai radius tertentu dari stasiun pemancarnya atribut-atribut produk resebut. 2) Televisi Kelebihan Televisi sebagai media iklan adalah jarak jangkauan siaran televisi adalah jauh dapat ditonton dari hampir semua penju tanah air, siaran televisi juga dapat menyajikan berbagai macam gambar atribut yang diiklankan. Dan kelemahannya adalah biaya pemasangan dimedia televisi relative mahal, pembuatan iklan televisi membutuhkan waktu yang lama. 3) Surat Kabar Surat kabar dapat menyampaikan iklan dalam bentuk tulisan dan gambar mati (hitam putih dan berwarna), tarif pemasangan iklan produk disurat kabar tidak murah dan tidak kurang efektif. 4) Majalah Majalah sebagai media iklan mempunyai banyak manfaat, tidak sedikit majalah yang sirkulasinya banyak di penjuru tanah air, jarak jangkauaan audiences majalah cukup luas, usia baca majalah cukup panjang, biasanya majalah dibaca berkali-kali oleh pembaca yang sama pada waktu senggang. 5) Brosur Seperti halnya surat kabar dan majalah, bosur dapat menyampaikan iklan melalui tulisan dan gambar, tarif pemasangan iklan di brosur relatif murah. Kelemahan iklan melalui brosur adalah tidak semua konsumen yang menanggapi atau mengambil brosur yang disebarkan di berbagai tempat, misalnya di mail, pameran. 6) Bioskop Seperti halnya Televisi, bioskop dapat menyajikan iklan melalui sura dan gambar, selaain itu tarif iklan melalui media bioskop relatif murah. Namun kelemahan utama iklan melalui media bioskop adalah jumlah audiences yang dapat dijangkau sangat terbatas yaitu para penonton film yang diputas digedung bioskop. 7) Direct mail Berlainan dengan iklan yang lain, direct mail advertising dapat dilakukan secara selektif yaitu dikirimkan kepada konsumen sasaran tertentu yang menurut keyakinan produser atau pedagang membutuhkan barang dan jasa yang diiklankan, pengiriman bahan-bahan dapat dijadwalkan sampai ke tangan konsumen sasaran pada hari yang dianggap paling efektif. 8) Out door advertising Agar dapat dimengerti secara cepat oleh pembacanya(yang sedang berkendaraan) pesan iklan dengan billboard harus singkat dan padat lokasi jalan atau gedung dimana billboard ditempatkan harus dilalui banyak kendaraan. e. Pengukuran, bagaimana mengevaluasi efektifitas iklan ? Menurut Phillip Kotler program periklanan harus dievaluasi secara regular pengaruhi komunikasi dan pengaruh penjualan. 1) Mengukur pengaruh komunikasi 91 Pegujian isi iklan memberitahukan apakah komunikasi iklan cukup baik.pengujian isi iklan dpat dilakukan sebelum dan sesudah iklan dictak atau disiarkan. Terdapat dua metode populasi pasca pengujian iklan : Uji mengingat, pemasangan iklan meminta orang yang sudah melihat majalah atau program televise untuk mengingat segala sesuatu yang paling menyangkut pemasangan iklan dan produk yang merek lihat. Uji pengenalan, peneliti menyatakan kepada pembaca isis tertentu, misalnya majalah untuk menunjukan apa yang merek kenali sebagai yang pernah dilihat. 2) Mengukur dampak komunikasi Salah satu cara untuk mengukur dampak iklan adalah membandingkan penjualan masa lalu dengan pengeluaran biaya iklan masa lalu. Cara lain adalah lewat percobaan, misalnya untuk menguji biaya iklan di daerah pasar yang berbeda dan mengukur perbedaan dalam tingkat penjualan yang dihasilkan.15 D. Pengertian Respon Konsumen Menurut Husien Umar respon kunsumen adalah reaksi penerimaan setelah menerima peran sehingga yang dimaksud pessan dapat berupa apa saja , baik itu pesan tertulis maupun lisan atau isyarat. Dalam perusahaan pesan terhadap konsumen dapat berupa iklan yang merupakan bagian dari bauran promosi.iklan biasanya berupa pesan-pesan terhadap konsumen sebuah produk dalam perusahaan. Sehingga setelah iklan dimunculkan dalam beberapa media, maka sebaiknya diadakan uji penelitian terhadap beberapa responden untuk memperoleh tanggapan konsumen tentang suatu pesan iklan melalui beberapa waktu dan seseorang didalam melakukan riset hendaknya besikap positif, yaitu sikap untuk berkontribusi walaupun kecil dalam situasi apapun, sikap bertanya yaitu sikap untuk mengetaui sesuatu hasilnya dpat dimanfaatkan baik pada saat itu ataupun pada saat mendatang. E. Customer Respon Index (CRI) Dalam dunia pemasaran modern, manajemen perusahaan tidak cukup hanya memfokuskan diri untuk membuat suatu produk dengan brand paltfrom yang kokoh, tetapi perlu juga menetapkan suatu harga yang kompetitif untuk suatu merk, serta membuatnya terjangkau bagi pasar sasaran. Iklim pesaingan yang makin ketat menyaratkan manajemen perusahaan untuk mampu membuat merk produk mereka dapat dikomunikasikan pada pasar sasarannya. Dengan demikian fungsi komukator dari promoter merek tidak dapat dihindarkan. Untuk mencapai komunikasi merk yang efektif dan komunikasi pemasaran yang terintergrasi, sebuah perusahaan biasanya memakai biro iklan, untuk menghasilkan iklan yang efektif, serta memperkerjakan professional promotion system, public relation system ataupun hal-hal lainnya yang berhubungan dengan promosi. Menurut Durianto dkk, secara umum komunikasi suatu merk memiliki tiga tujuan utama yaitu membangun serta meningkatkan brand awareness, memperkuat memperjelas dan mempercepat pesan suatu merk, menstimulasi dan memotivasi target konsumen untuk melakukan target pembelian. Seorang pemasar dapat mengukur efektifitas komunikasi yang dijalankan melalui CRI ( Customer Response Index) yang merupakan hasil periklanan antara awareness (kesadaran), Comperehend (pemahaman), Interest (ketertarikan), Intentions ( maksud untuk membeli). Berdasarkan formulasi dalam memperoleh CRI, diketahui bahwa CRI menampilkan prosess pembelian yang berawal dari munculnya awareness (kesadaran konsumen, yang pada akhirnya mampu mengarahkan konsumen pada suatu aktivitas action (bertintak membeli).16 F. Presentase Responden Menurut Media Iklan Berdasarkan jenis media iklan yang digunakan PT UNILEVER TBK pada produk Citra Hand and Body Lotion mempromosikan produknya agar dapat dikenal oleh konsumennya 92 menggunakan media Televisi, Radio, Surat Kabar, Majalah, Billboard. Penulis telah melakukan penelitian terhadap iklan-iklan tersebut dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dari masing – masing jenis media iklan beserta faktor-faktor yang menyebabkan tidak efektifitasnya iklan yang ditinjau dari respon konsumen. Dalam menilai tingkat efektifitas akan didasari pada hasil respon konsumen melalui metode analisis CRI. Semakin tinggi angka CRI yang diperoleh berarti semakin efektif iklan yang digunakan, dan sebaliknya apabila semakin rendah berarti iklan yang digunakan semakin tidak efektif. Adapun hasil rekapitulasi dari penelitian terdapat rsponden dapat dilihat pada table 5.1 berikut ini : Tabel 5.1 Rekapitulasi responden pada media iklan produk Citra Hand and Body Lotion No Keterangan Sampel Presentase 1 Televisi 50 50% 2 Radio 8 8% 3 Surat Kabar 11 11% 4 Majalah 15 15% 5 Billoboard 16 16% 100 100% Jumlah Sumber : hasil kuesioner Dari tabel 5.1 diatas jelas terlihat, ternyata iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media televisi menduduki porsi yang paling tinggi sebesar 50% artinya 50% responden mengetahui iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui televisi. Porsi media radio mencapai tingkat sebesar 8%, artinya 8% konsumen mengetahui iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui radio. Porsi media surat kabar mencapai tingkat sebesar 11%, artinya 11% konsumen mengetahui iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui surat kabar. Porsi media majalah mencapai tingkat sebesar 15%, artinya 15% konsumen mengetahui iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui majalah. Dan porsi media billboard mencapai tingkat sebesar 16%, artinya 16% konsumen mengetahui iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui billboard. G. Analisis Customer Respond Index (CRI) 1. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Televisi. Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis CRI sebegai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis iklan terhadap Televisi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini : 93 Tabel 5.2 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media Televisi. Jawaban Indikator Ya Tidak Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. Awareness 50 100% 0 0% 50 100% 2.Comperehend 49 98% 1 2% 50 100% 3.Interest 47 96% 2 4% 49 100% 4.Intention 45 96% 2 4% 47 100% 5.Action 45 100% 0 0% 45 100% CRI = 90% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media televisi Sumber : hasil kuesioner Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 1-5 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body Lotion melalui Televisi sebesar 90% , Artinya media Televisi mencapai nilai CRI sebesar 90% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang sangat efektif. Action 100% Intention 96% No Action 0% Interested 96 % Comprehend 98% Aware 100% 90% 0% No Intention 4% No Interested 4% No Comprehend 2% Unaware 0 % 4% 4% 0% 0% Gambar 5.1. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Televisi 2. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Radio. Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis iklan terhadap Radio dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini : 94 Tabel 5.3 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media Radio. Indikator 1. Awareness 2.Comperehend 3.Interest 4.Intention 5.Action Ya Jumlah 8 8 7 5 2 % 100% 100% 88% 71% 40% Jawaban Tidak Jumlah % 0 0% 0 0% 2 25% 1 14% 3 60% Total Jumlah % 8 100% 8 100% 9 100% 6 100% 5 100% CRI = 25% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media radio Sumber : Hasil Kuesioner Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 15 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body Lotion melalui Radio sebesar 25%, Artinya media Radio mencapai nilai CRI sebesar 25% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang tidak efektif Action 40% Intention 71% Interested 88% Comprehend 100% Aware 100% 25% No Action 60% No Intention 14% No Interested 25% No Comprehend 0% Unaware 0 % 38% 13% 25% 0% 0% Gambar 5.2. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Radio 3. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Surat Kabar. Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis iklan terhadap Surat Kabar dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini : 95 Tabel 5.4 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media Surat Kabar. Indikator 1. Awareness 2.Comperehend 3.Interest 4.Intention 5.Action Ya Jumlah 11 11 10 8 6 % 100% 100% 91% 80% 75% Jawaban Tidak Total Jumlah % Jumlah % 0 0% 11 100% 0 0% 11 100% 1 9% 11 100% 2 20% 10 100% 0 25% 8 100% CRI = 55% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media surat kabar Sumber : Hasil Kuesioner Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 1-5 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body Lotion melalui Surat Kabar sebesar 55%, Artinya media Surat Kabar mencapai nilai CRI sebesar 55% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang cukup efektif. Action75% 55% Intention 80% No Action 25% Interested 91% Comprehend 100% Aware 100% 18,2% No Intention 20% No Interested 9% No Comprehend 0% Unaware 0 % Gambar 5.3. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Surat Kabar 18,2% 9,1% 0% 0% 96 4. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Majalah. Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis iklan terhadap Majalah dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini : Jawaban Indikator 1. Awareness 2.Comperehend 3.Interest 4.Intention 5.Action Ya Jumlah % 15 100% 15 100% 14 93% 12 86% 11 92% Tidak Jumlah % 0 0% 0 0% 1 7% 2 14% 1 8% Total Jumlah 15 15 15 14 12 % 100% 100% 100% 100% 100% CRI = 73,3% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media majalah Tabel 5.5 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media Majalah. Sumber : Hasil Kuesioner Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 1-5 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body Lotion melalui Majalah sebesar 73,3% , Artinya media Majalah mencapai nilai CRI sebesar 73,3% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang efektif. Action 92% Intention 86% Interested 93% Comprehend 100% Aware 100% 73,3% No Action 8% No Intention 14% No Interested 7% No Comprehend 0% Unaware 0 % Gambar 5.4. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Majalah 6,7% 13,3% 6,7% 0% 0% 97 5. Analisis CRI terhadap iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui Billboard. Untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar tingkat efektifitas iklan yang diukur berdasarkan tingkat respon konsumen dari masing-masing jenis media yang digunakan oleh Citra Hand and Body Lotion, dalam penelitian ini digunakan analisis CRI sebagai alat bantu analisis yang paling lazim digunakan. Adapun hasil analisis iklan terhadap Billboard dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini : Jawaban Indikator 1. Awareness 2.Comperehend 3.Interest 4.Intention Ya Jumlah 16 16 14 13 Tidak % 100% 100% 88% 93% Jumlah 0 0 2 1 Total % 0% 0% 13% 7% Jumlah 16 16 16 14 % 100% 100% 100% 100% 5.Action 12 92% 1 8% 13 100% CRI = 75% adalah jumlah respon konsumen yang dapat diraih dari iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media billboard Tabel 5.6 Hasil analisis CRI Iklan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media Billboard. Sumber : Hasil Kuesioner Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat dengan jelas bahwa apabila presentase indicator 1-5 dikalikan akan menghasilkan CRI terhadap iklan Produk Citra Hand and Body Lotion melalui Billoard sebesar 75%, Artinya media Billboard mencapai nilai CRI sebesar 75% termasuk kategori tingkat efektifitas iklan yang efektif. Action 92% Intention 93% No Action 8% Interested 88% Comprehend 100% Aware 100% 75% 6,25% No Intention 7% No Interested 13% No Comprehend 0% Unaware 0 % Gambar 5.5. Ilustrasi Model CRI Media Iklan Billboard 6,25% 12,5% 0% 0% 98 Berdasarkan pada pembahasan di atas, telah di hitung besarnya tingkat efektifitas masing-masing media iklan yang di gunakan oleh PT UNILEVER TBK dalam mengiklankan Produk Citra Hand and Body Lotion. Berikut ini pembahasan ranking iklan per media. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.7 Ranking CRI menurut jenis iklan produk Citra Hand and Body Lotion yang di gunakan PT UNILEVER TBK No Media Iklan 1 Televisi 2 Radio 3 Surat Kabar 4 Majalah 5 Billboard Sumber : Hasil kuesioner CRI (%) 90% 25% 55% 73,3% 75% Ranking I V IV III II Dari tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa media televisi memiliki nilai CRI tertinggi sebesar 90%, di ikuti oleh media radio menduduki nilai terenddah dengan nilai CRI 25%, media surat kabar menduduki ranking ke empat dengan nilai CRI 55%, media majalah menduduki ranking ke tiga dengan niali CRI 73,3%, media billboard menduduki ranking ke dua. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembasahan yang telah dijelaskan pada BAB V, mengenai analisis respon konsumen dalam mengukur efektifitas media iklan produk Citra Hand and Body Lotion yang dilakukan oleh PT UNILEVER TBK, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Produk Citra Hand and Body Lotion menggunakan beberapa media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan billboard dalam melaksanakan promosinya, 100 responden yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut media televisi sebesar 90% karena iklan ditelevisi sangat efektif, iklan berperan penting dalam mengkomunikasikan produk dan dapat menyampaikan pesan secara audio visual, billboard 75% dan majalah 73,3% karena iklan tersebut efektif dan dapat dilihat produk nya dengan jelas, dan di dalam majalah iklan tersebut di tuangkan kegunaan dari produk tersebut, dan keunggulan dalam beriklan dimajalah, majalahnya yang sudah terkenal di kalangan masyarakat sehingga masyarakat lebih mengenal produk tersebut, surat kabar 55% karena iklan disurat kabar bisa dilihat produk tersebut tetapi dalam bentuk ukuran tertentu dan surat kabar kualitas kertas dari surat kabar bisa menjadi bahan pertimbangan untuk beriklan tetapi cukup efektif beriklan disurat kabar, radio 25% karena iklan di hanya bisa mendengar saja tidak melihat produknya tersebut jadi iklan di radio tidak cukup efektif. 2. Secara keseluruhan media iklan yang digunakan oleh PT UNILEVER TBK dari televisi yang sangat efektif, efektif, cukup efektif sampai tidak efektif, dari kelima media iklan yang merupakan media iklan yang sangat efektif adalah media televisi sebesar 90%. Tetap tidak menutup kemungkinan untuk beriklan di radio, majalah, surat kabar, itu tidak efektif, pada dasar nya kembali lagi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebt agar produk tersebut masyarakat lebih Aware, Comprehend, Interested, Intention, Action 99 Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan kepada PT UNILEVER TBK adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, bahwa media iklan yang paling efektif dalam mempengaruhi respon konsumen adalah televisi, maka sebaiknya PT UNILEVER TBK mempertahankan intensitas dan kreatifitas dalam mempromosikan produk Citra Hand and Body Lotion melalui media televisi. 2. Media iklan yang lain seperti radio, surat kabar, majalah, dan billboard sudah efektif supaya lebih efektif maka lebih di tingkatkan lagi iklan yang ditayangkan harus lebih jelas dalam menyampaikan pesan menonjolkan kualitas, sehingga konsumen lebih mengetahui kelebihan-kelebihan produk Citra Hand and Body Lotion. DAFTAR PUSTAKA Alex S. Nitisemito, Marketing, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal. 126 Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern,Liberty Yogyakarta, 1998, hal.193 D.W.Foster, Dasar-Dasar Marketing, Jakarta: Erlangga, 2002, hal. 8 Darmadi Durianto, Sugianto dan kawan-kawan, Invasi pasar dengan iklan yang efektif;Strategi,program dan teknik pengukuran, Jakarta, PT. Gramedia,2003.Hal 11 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasarn. Edisi 2. Yogykarta: Andi,2001 . hal 221 Hasyim dan Rina Anindita. Prinsip-prinsip Dasar Metode Rise Bidang Pemasaram.Jakarta: UIEU-University Press,2009. Jefknis,Frank, periklanan. Edisi ketiga, Penerbitan Erlangga, Jakarta.1997. hal 5 Jurnal, Efektifitas iklan tabungan BRItama pada PT BANK RAKYAT INDONESIA,TBK. Cabang Pacitan, Bisnis dan Kewirausahaan, Nomor 2(Oktober 2008), issn19790333. Jurnal, Efektifitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka Dikota Yogyakarta. Yogyakarta: universitas islam Indonesia, Nomor 1 (Januari 2007):1-21 Johan, Analisis Efektifitas Respon Konsumen Terhadap Media Iklan Apartemen Green Bay Pluit. Jakarta: UIEU-University 2007. Kotler,P. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2005, hal. 8 Philip Kotler and Gary Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2008, hal. 147 Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi, Edisi 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Prasada,. 2002, hal 243 100 ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, JANGKA WAKTU DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERMINTAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT BANK NEGARA INDONESIA CABANG HARMONI (STUDI KASUS PADA NASABAH YANG SUDAH AMBIL KPR DI PT BANK NEGARA INDONESIA CABANG HARMONI) Ida Rosanti Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRACT The purpose of this research is to determine the significance of the influence of interest rates, duration and quality of service of the demand for credit (mortgage) at PT Bank Negara Indonesia Branch Harmoni either partially or simultaneously. Sampling was done by purposive random sampling method, in which each member of the population has an equal opportunity to the respondent, and sampling based on consideration of the customer and work areas west jakarta jakarta center, with a total sample of 62 customers using Slovin formula (α = 10 %), the method of analysis used is multiple linear regression analysis. Based on the results of data analysis using SPSS 21.0, indicating that the interest rate (X1), duration (X2), and quality of service (X3) had a significant effect on mortgage demand partially or simultaneously, and the most dominant influence housing demand is quality of service (X3). Based on the results of determinant coefficient (R2) shows that the interest rate (X1), duration (X2), and quality of service (X3) has contributed to the demand for mortgages by 67%. Keywords: Interest rates. period of time, quality of service and mortgage demand PENDAHULUAN Rumah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar. Mempunyai rumah yang layak huni menjadi tolak ukur kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia saat ini masih banyak masyarakat yang masih belum mempunyai rumah dan belum mempunyai tempat tinggal yang memamdai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Meningkatnya pendapatan akan mendorong daya beli masyarakat untuk membeli rumah. Selain itu rumah juga bisa dijadikan sebagai lahan untuk berinvestasi. Disinilah peranan bank dalam mendukung kegiatan perekonomian sangat besar. Terdapat beberapa jenis sektor konsumsi yang dibiayai dengan kredit oleh bank, salah satunya adalah sektor perumahan melalui kredit pemilikan rumah (KPR). Peningkatan pemberian KPR oleh bank-bank disebabkan masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan rumah. Pada sisi lain, 101 sebagian masyarakat tidak mampu membeli rumah secara tunai, sehingga ini menjadi peluang bagi bank-bank untuk memasarkan KPR sebanyak-banyaknya. Arafat menyatakan sektor perumahan dapat diandalkan sebagi motor penggerak putaran roda perekonomian nasional. Bisnis property akan menjanjikan peluang yang sangat menggiurkan bagi bank-bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) untuk dapat meningkatkan kinerja secara berkesinambungan karena kehadiran jasa perbankan adalah sebuah keniscayaan geliat bisnis ini. Seperti yang dikatakan pengamat properti, Panangian Simanungkalit, menilai, penawaran suku bunga rendah ini bakal membuat bisnis properti booming di akhir tahun. Bank masih akan bersaing ketat dalam menggaet nasabah. Apalagi, dengan mengacu BI rate yang diperkirakan masih akan tetap di 5,75%, bank dipastikan belum akan melambungkan bunga KPR di tahuntahun selanjutnya. Strategi untuk memenangkan persaingan dalam bisnis KPR adalah suku bunga dan pelayanan yang kompetitif. Suku bunga KPR yang tinggi dapat menyebabkan ekspansi KPR menjadi turun. Pada sisi lain, bank yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan, pasti dapat menarik banyak debitur sehingga mampu tumbuh dan berkembang. Salah satunya bentuk pelayanan yang dapat menjadi pertimbangan seseorang untuk mengambil KPR adalah dari segi proses kreditnya. Terkait dengan hal tersebut banyak penelitian yang telah dilakukan antara lain: Arlina Nurbaity Lubis dan Ganjang Aritha Ginting (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Hasil dari penelitian adalah tingkat suku bunga dan kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan permintaan KPR pada PT Bank Tabungan Negara cabang Medan. Deani Apri Yanti (2011) dengan judul penelitian the analysis of mortages deman griya utama at PT Bank Tabungan Negara Sudirman branch in Pekanbaru‖, hasil penelitian adalah pendapatan, pelayanan nasabah, tingkat suku bunga dan jangka waktu mempengaruhi permintaan kpr, faktor yang paling mempengaruhi KPR Griya Utama pada PT Bank Tabungan Negara cabang Sudirman Pekanbaru adalah faktor pelayanan nasabah. Sugeng Raharjo dengan judul penelitian pengaruh suku bunga, pendapatan nasabah, status pekerjaan nasabah, jangka waktu kredit terhadap jumlah pengambilan kredit pada nasabah perusahaan daerah badan kredit kecamatan eromoko kabupaten wonogiri. Dengan hasil penelitian suku bunga memiliki pengaruh yang negative terhadap pengambilan kredit, penadapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pengambilan kredit, status pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah pengambilan kredit, dan jumlah waktu kredit memiliki pengaruh sacara signifikan terhadap jumlah pengambilan kredit. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas diketahui bahwa jumlah permintaan kedit dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: suku bunga, pendapatan nasabah, pelayanan nasabah, status pekejaan nasabah, dan jangka waktu kredit Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Jangka Waktu dan Kualitas Pelayanan terhadap Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk cabang Harmoni”. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan secara parsial terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni? 2. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu dan kualitas pelayanan secara simultan, terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni? 102 3. Apakah pengaruh yang paling dominan antara suku bunga, jangka waktu kredit, dan kualitas pelayanan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan secara parsial terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni. 2. Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat suku bunga, jangka waktu dan kualitas pelayanan secara simultan, terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni. 3. Untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan antara suku bunga, jangka waktu kredit, dan kualitas pelayanan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia cabang Harmoni. LANDASAN TEORI Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Mankiw (2003) ada banyak faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, sehingga akan menggeser kurva permintaan antara lain adalah harga, pendapatan konsumen, jumlah konsumen, selera konsumen, ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang. Suku Bunga Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan/atau nasabah sebagai balas jasa transaksi antara bank dan nasabah (Ismail 2010 : 131). Tingkat suku bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan juga harga yang dibayar oleh nasabah yang memperoleh pinjaman kepada bank menurut Kasmir (2005:119) Naik turunnya tingkat suku bunga memberikan dampak yang simultan kepada debitur maupun bank, jika tingkat suku bunga KPR dinaikkan maka permintaan KPR cenderung akan menurun, dan permintaan KPR yang menurun akan berdampak negatif terhadap laba bank. Jangka Waktu Menurut Suyatno dkk (1997:101) mengatakan bahwa pada umumnya jangka waktu kredit merupakan cerminan dari resiko kredit yang mungkin muncul. Makin panjang waktu kredit makin tinggi resiko yang mungkin muncul, maka bank akan membebankan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kredit jangka pendek. Jangka waktu menjadi salah satu pertimbangan nasabah dalam pengambilan KPR. Jangka waktu yang tidak terlalu cepat dengan suku bunga yang cenderung rendah menjadi pilihan nasabah sekarang ini. Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan bisa diartikan sebagai ―ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan‖ menurut Lewis & Booms, 1983 dalam Tjiptono (2008:157). Berdasarkan definisi ini, kualitas layanan di tentukan oleh kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sesuai dengan ekspektai pelanggan. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan adalah layanan yang diharapkan pelanggan (expected service) dan persepsi terhadap layanan (perceived service) menurut Parasuraman, et al., 1985 dalam buku Tjiptono. 103 Terdapat lima dimensi utama yang disusun susun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut; Realibilitas (Realibility), Daya Tanggap (Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati (Empathy), Bukti Fisik (Tangibles.) Penawaran dan Permintaan Kredit Penawaran dan permintaan kredit dapat dijelaskan melalui gambar dan model. Pada sumbu tegak menggambarkan harga dari kredit yaitu suku bunga, Boediono (1985) menjelaskan bahwa suku bunga merupakan biaya dari memegang uang khususnya merupakan biaya imbangan. Sehingga dalam grafik, sumbu tegak menggambarkan suku bunga dalam persen dan sumbu datar menggambarkan kuantitas kredit dalam mata uang berlaku. Suku Bunga Kredit (r) % Gambar 2.1. Keseimbangan Penawaran dan Permintaaan Kredit Pada gambar 2.1 keseimbangan penawaran dan permintaan kredit terjadi pada titik E, dimana penawaran sebesar Sc dan permintaan sebesar Dc. Dengan suku bunga sebesar r0 persen dan kredit sebesar L0 unit mata uang. Penurunan kredit akibat faktor-faktor permintaaan merupakan sesuatu yang terjadi ketika perekonomian suatu bangsa mengalami kelesuan (resesi). Dari sisi makro perusahaan, masalah struktural seperti penyesuaian untuk mengurangi rasio utang terhadap modal (debt-equity ratio) yang meningkat akibat krisis merupakan penyebab turunnya permintaan kredit. Adanya ketidakpastian (uncertain) dan iklim berusaha (business confidence) yang rendah juga merupakan penyebab rendahnya keinginan untuk melakukan investasi sehingga permintaan kredit juga mengalami penurunan. Penurunan kredit dari sisi penawaran disebabkan oleh turunnya keinginan bank untuk memberikan pinjaman. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya keinginan perbankan untuk memberikan kredit dapat bersumber dari faktor internal mupun eksternal. Faktor internal berupa rendahnya kualitas asset perbankan, tingginya NPL, dan anjloknya modal perbankan akibat depresiasi serta negative interest margin akan menurunkan kemampuan bank untuk member kredit. Faktor eksternal berupa menurunnya kelayakan kredit (creditsworthiness) dari debitur akibat melemahnya kondisi keuangan perusahaan, sehingga bank akan mengalami kesulitan untuk membedakan tingkat kelayakan kredit dari debitur. Intinya adalah asymetric information yang menyebabkan bank mengurangi volume kredit mereka. Keengganan bank untuk menyalurkan kredit seringkali tidak diikuti dengan kenaikan suku bunga (price credit rationing), melainkan diikuti oleh pengurangan kredit secara kuantitas (non-price credit rationing). 104 Model Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni Periode Januari-Juni 2013. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Umar (2005:145) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah KPR BNI GRIYA Cabang Harmoni, periode Januari – Juni 2013 dengan pinjaman 250 juta – 500 juta, dengan jumlah populasi 162 nasabah. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Metode pengambilan sampel ini berdasarkan Purposive Random Sampling, dimana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama menjadi responden, dan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan yaitu nasabah yang bekerja didaerah jakarta barat dan jakarta pusat Besar ukuran sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus slovin (Hasyim&Rina 2009:79) : Dengan jumlah populasi sebesar 163 nasabah dan tingkat keyakinan kesalahan sebesar 10%, maka jumlah sampelnya adalah : 163 n= = 61.977 nasabah 1 + 163 (0,1)² Yang menjadi responden sebanyak 61.977 nasabah dan dibulatkan menjadi 62 nasabah. 105 Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kemampuan alat tersebut untuk mengukur objek yang diukur dengan cermat dan tepat. Rumus person product moment adalah sebagai berikut : rxy = n (∑XY) – (∑X) (∑Y) √{n∑X2 – (∑X)2} √{n∑Y2 – (∑Y)2 } Keterangan : rxy = koefisien korelasi Product Moment n = Jumlah responden X = Skor pernyataan Y = Skor total 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. 3. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekonometrika, dimana tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsiasumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS), yaitu terdiri dari empat pengujian dengan menggunakan program SPSS 21: uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi 4. Analisis regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis terhadap hubungan antara variabel dependen (Y) yaitu permintaan KPR dengan variabel independen (X) yaitu suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan. Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan software SPSS21, dengan model persamaan: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 ... + bnXn Keterangan : Y = Variabel terikat/dependen Permintaan KPR a = Intercept (konstanta) b1, b2, b3 = Koefisien regresi untuk X1, X2, X3 X1, X2, X3 = Varibel bebas/independen (tingkat suku bunga, jangka waktu, kualitas pelayanan) Uji hipotesis a. Uji Parsial (Uji-t) Uji-t merupakan pengujian masing-masing variabel bebas secara sendiri-sendiri yang dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lain konstan (cateris paribus). Dasar pengambilan keputusannya adalah, Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima, Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ha ditolak. 106 b. Uji Simultan (Uji-F) Uji-F digunakan untuk menguji hubungan semua variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama (simultan). HASIL PENELITIAN Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21 Berdasarkan gambar diatas didapatkan garis kurva normal, berarti data yang diteliti berdistribusi normal. Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21 Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa data yang diteliti berdistribusi normal karena garis (titik-titik) mengikuti garis diagonal. 2. Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance 1 VIF (Constant) sk_bunga .579 1.726 jk_waktu .589 1.696 k_pelayanan .800 1.250 a. Dependent Variable: permint_kpr Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21 107 Berdasarkan tabel diatas pada variabel suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan mempunyai angka dibawah 5 dan nilai Tolerance mendekati angka 1, yang berarti tidak terjadi multikolinieritas. 2. Uji Heteroskadisitas Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS 21 Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat titik-titik menyebar di bawah serta di atas sumbu Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualitas pelayanan (X3), tidak terjadi heteroskedastisitas atau bersifat homoskedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Model Summaryb Model Durbin-Watson 1 2.063 a. Predictors: (Constant), k_pelayanan, jk_waktu, sk_bunga b. Dependent Variable: permint_kpr Dapat dilihat pada tabel diatas Durbin-Watson (DW) hitung adalah 2.063, DW tabel adalah 1.689. Maka du (1.689) < d (2.063) < 4-du (2.311), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi negatif. UJI HIPOTESIS Persamaan Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) .504 .329 sk_bunga .187 .080 1 jk_waktu .166 .064 k_pelayanan .509 .082 a. Dependent Variable: permint_kpr Standardized Coefficients Beta .233 .254 .523 T 1.532 2.350 2.584 6.207 Sig. .131 .022 .012 .000 95.0% Confidence Interval for B Lower Upper Bound Bound -.154 1.163 .028 .347 .037 .294 .345 .673 Sumber : Data diolah penulis dengan menggunakan SPSS statistic 21 Collinearity Statistics Tolerance VIF .579 .589 .800 1.726 1.696 1.250 108 Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Permintaan KPR = 0.504+0.187 sk bunga+0.166 jk waktu+0.509k_pelayanan Dari persamaan regresi linier berganda tersebut diatas maka dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1. Konstanta (a) = 0.504 Nilai konstanta (a) sebesar 0.504 artinya jika suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualits pelayanan (X3), tidak ada atau nol (0) maka skor permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni mengalami peningkatan sebesar 0.504. 2. b1 = 0.187 Nilai koefisien regresi suku bunga (X1) sebesar 0.187, menyatakan variabel suku bunga (X1) bertanda positif terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni artinya apabila suku bunga diturunkan satu-satuan maka skor permintaan KPR akan meningkat sebesar 0.187. Hal ini menunjukkan bahwa faktor suku bunga (X1) mempengaruhi permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni. 3. b2 = 0.166 Nilai koefisien regresi jangka waktu (X2) sebesar 0.166, menyatakan variabel jangka waktu (X2) bertanda positif terhadap permintaan KPR artinya apabila jangka waktu dinaikan satu satuan maka skor permintaan KPR akan meningkat sebesar 0.166. Hal ini menunjukkan bahwa faktor jangka waktu (X2) mempengaruhi permintaan KPR. 4. b3 = 0.509 Nilai koefisiensi regresi kualitas pelayanan (X3) sebesar 0.509 menyatakan variabel kualitas pelayanan (X3) bertanda positif terhadap permintaan KPR artinya apabila terjadi peningkatan kualitas pelayanan (X3) setiap satu satuan maka skor permintaan KPR akan meningkat sebesar 0.509. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kualitas pelayanan (X3) mempengaruhi permintaan KPR. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pelayanan yang berkualitas dapat mempengaruhi keputusan nasabah untuk mengajukan kredit. 5. Dari persamaan regresi diatas juga diketahui bahwa kualitas pelayanan (X3) yang memberikan kontribusi terbesar terhadap permintaan KPR adalah kualitas pelayanan, Uji Parsial (Uji t) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hubungan masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara parsial sebagai berikut: 1. Uji Ha 1 Hasil uji t pada variabel suku bunga sebesar 2.350 dengan nilai signifikan sebesar 0.022 yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial suku bunga mempengaruhi permintaan KPR. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat pada hasil analisis identitas responden dimana yang lebih banyak mengajukan permintaan KPR adalah yang berpendidikan S1 skor 34 nasabah, dengan status pekerjaan sebagai karyawan/pegawai/staff skor 37 nasabah, dengan penghasilan 3-7 juta skor 35 nasabah. Hal tersebut menunjukkan bahwa yang berpendidikan S1 rata-rata bekerja sebagai karyawan/pegawai/staf dan memiliki penghasilan sebesar 3-7 juta, dengan demikian nasabah akan memilih bank yang memberikan bunga yang lebih rendah, untuk mengajukan permintaan KPR. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak. 2. Uji Ha 2 Hasil uji t variabel jangka waktu sebesar 2.584 dengan nilai signifikan sebesar 0.012 yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial jangka waktu mempengaruhi permintaan KPR. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat pada hasil analisis indentitas responden, dimana usia 35-45 tahun yang lebih banyak mengajukan permintaan KPR hal tersebut karena usia 35-45 tahun masih 109 produktif dan dapat mengajukan permintaan KPR dengan jangka waktu kredit yang lebih panjang. Sehingga dapat dikatakan jika jangka waktu kredit lebih panjang, maka permintaan KPR akan meningkat. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak. 3. Uji Ha 3 Hasil uji t variabel kualitas pelayanan sebesar 6.207 dengan niali signifikan sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial suku bunga mempengaruhi permintaan KPR. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak. Uji Simultan (Uji F) Uji F dilakukan dengan menggunakan α 0.05. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri dari suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualitas pelayanan (X3), secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat permintaan kpr (Y). Tabel Uji F ANOVAa Model F Sig. Regression 39.336 .000b 1 Residual Total a. Dependent Variable: permint_kpr b. Predictors: (Constant), k_pelayanan, jk_waktu, sk_bunga Dari tabel diatas dapat diketahui nilai F sebesar 39.336, dengan signifikan 0.00. Nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari α (0,05) yang mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama suku bunga, jangka waktu dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap permintaan KPR. Uji Determinasi Uji determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan mempengaruhi permintaan KPR, dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien regresi determinasi (R2), dengan menggunakan SPSS 21 dibawah ini : Tabel 5.13 Determinasi (R2) Model Summaryb Model R R Square Adjusted Square R 1 .819a .670 .653 a. Predictors: (Constant), k_pelayanan, jk_waktu, sk_bunga b. Dependent Variable: permint_kpr Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai R sebesar 0.819 atau sebesar 81.9% hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualitas pelayanan (X3), memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap variabel terikat yaitu permintaan KPR (Y). 110 Nilai R Square sebesar 0.670 atau 67% menunjukkan bahwa variabel suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualitas pelayanan (X3), memiliki kontribusi yang besar terhadap permintaan KPR (Y), sedangkan sisanya 33% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari variabel penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis identitas konsumen, yang lebih banyak mengajukan permintaan KPR adalah Laki-laki, usia 35-45 tahun, pendidikan S1, bekerja sebagai karyawan/staff, penghasilan 3-7 juta, dan status menikah. 2. Secara parsial ketiga variabel independen yaitu suku bunga, jangka waktu dan kualitas pelayanan masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni. 3. Suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni. 4. Dari hasil penelitian diketahui yang paling memiliki kontribusi terbesar atau yang paling dominan mempengaruhi permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni adalah kualitas pelayanan. 5. Hasil analisis uji determinan R2 menyatakan Nilai R Square sebesar 0.670 atau 67% menunjukkan bahwa variabel suku bunga (X1), jangka waktu (X2), dan kualitas pelayanan (X3), memiliki kontribusi yang besar terhadap permintaan KPR (Y), sedangkan sisanya 33% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari variabel penelitian ini. Saran 1. Bagi Perusahaan, disarankan untuk tidak menetapkan suku bunga yang tinggi, dikarenkan banyaknya bank pesaing lainnya yang memiliki suku bunga yang beragam mempertahankan atau bahkan meningkatkan besarnya pengaruh an bersaing serta jangka waktu yang lebih lama, hal ini bisa menjadi salah satu pertimbangan PT Bank Negara Indonesia untuk menarik nasabah lebih banyak lagi, selain itu kualitas pelayanan juga perlu terus ditingkatkan agar nasabah merasa nyaman dan terus menjadi nasabah PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni, sehingga tidak berpindah ke bank pesaing lainnya. 2. Untuk penelitian selanjutnya, karena keterbatasan dalam penelitian pengaruh suku bunga, jangka waktu, dan kualitas pelayanan terhadap permintaan KPR pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Harmoni, agar menambahkan variabel selain variabel yang sudah ada pada penelitian ini, sehingga diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dan hasilnya lebih maksimal, serta menggunakan teori-teori terbaru yang telah teruji kebenarannya. DAFTAR PUSTAKA Arafat, Wilson. 2006. Manajemen Perbankan Indonesia, LP3ES. Jakarta. Arlina Nurbaity Lubis dan Ganjang Arihta Ginting, 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 2, Mei 2008, p.42-47. 111 Deani Apri Yanti. 2011. The Analysis Of Mortages Demand Griya Utama At PT Bank Tabungan Negara Sudirman Branch in Pekanbaru. Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomi, universitas Riau, September 2011. Djohanputro, Bramantyo. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Penerbit PPM. Jakarta. Hasyim dan Anindita, Rina. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. UIEU-University Press. Jakarta. Ismail. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. 2010. Perpustakaan Nasional. Jakarta. Kasmir. Pemasaran Bank. 2005. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mankiw, Gregory N. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2001. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kedelapan, Penerbit Alfabeta. Bandung. Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran.Penerbit Ghalia Indonesia. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. 2008. Service Manajement Mewujudkan Layanan Prima. Penerbit Andi Opset. Jogyakarta. Umar, Husein. 2005.Metode Riset Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 112 ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MOTOR NEW YAMAHA VIXION Reza Ramadhona Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian dan menggunakan new Yamaha vixion di Jakarta Barat dengan jumlah populasi yang tidak diketahui. Jumlah sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan Quota Sampling yaitu sebesar 100 Responden sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive Sampling dengan kriteria usia diatas 17 tahun dan Sudah membeli dan menggunakan motor new Yamaha vixion. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner dan wawancara. Sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Uji Validitas dan Reliabilitas untuk mengetahui pertanyaan – pertanyaan yang reliable, kemudian menggunakan skala likert untuk mendeskriptifkan bobot nilai tanggapan konsumen untuk setiap pertanyaan yang ada di kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Faktor. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat faktor – faktor yang menentukan keputusan konsumen dalam pembelian motor New Yamaha Vixion Di Jakarta Barat. Faktor – faktor tersebut terdiri dari Produk, Strategi, Keunggulan, Keistimewaan, dan Promosi. Sedangkan faktor yang paling dominan adalah faktor Produk yang terdiri atas warna menarik, Showroom mudah di dapat, Sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan Iklan menarik. Hasil pengolahan data SPSS 17 dalam uji reliabilitas bauran pemasaran Cronbach’s Alpha sebesar 0,871 sebanyak 16 pertanyaan sedangkan nilai KMO dalam uji analisis faktor sebesar 0,755 > 0,5 maka nilai KMO diatas analisis faktor layak digunakan. Kata Kunci : Bauran Pemasaran 4P Pendahuluan Persaingan yang ketat menuntut perusahaan untuk semakin inovatif dalam mengeluarkan produk yang sekiranya disukai konsumen. Tanpa inovasi, produk suatu perusahaan bisa tenggelam dalam persaingan dengan produk-produk lain yang semakin memenuhi pasar. Di lain pihak konsumen juga semakin kritis terhadap apa yang mereka terima dan harapkan dari sebuah produk. Jika ternyata tidak sesuai dengan harapan pelanggan, perusahaan tidak hanya akan kehilangan kepercayaan pelanggan tetapi juga berpotensi akan kehilangan pelanggan potensial. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) pada kuartal pertama 2013, terdapat 251.147 unit sepeda motor tipe sport dipasarkan. Angka ini terus meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kini market share sepeda motor jenis sport, menyentuh angka 12,74 persen. Yamaha masih menjadi raja di segmen ini dengan penjualan total mencapai 134.042 unit sepanjang kuartal pertama 2013. Dengan mengandalkan Yamaha New V-Ixion, pabrikan berlambang garpu tala ini masih masih dominan bila dibandingkan dengan motor sport lainnya. 113 Yang menarik, penjualan V-Ixion lama tetap bergairah meski pasarnya kian mengecil. Bahkan V-Ixion lama ini ada diperingkat ketiga dengan total penjualan selama tiga bulan mencapai 31.108 unit. Sementara Yamaha Byson berada di peringkat kelima dengan total jumlah penjualan sebanyak 21.158. Selain perubahan tampilan fisik yang revolusioner, dari spesifikasi, kelihatan beberapa upgrade telah dilakukan oleh Yamaha. Power yang bisa dikeluarkan oleh mesin Yamaha New Vixion lebih bertenaga bila dibanding dengan versi lama. Mesin old Vixion mampu mengeluarkan power sebesar 11,1 kW / 8500 rpm, sedangkan New Vixion memiliki potensi power sebesar 12,2 kW (16.59PS) pada 8500 rpm. Torsinya pun mengalami peningkatan dari 13,1 Nm / 7500 rpm menjadi 14,5 Nm / 7500 rpm. New Vixion menggunakan ban gambot pada bagian belakangnya yaitu ukuran 120/70 dibanding vixion lama yang 90/90. Termasuk penggunaan rem belakang cakram alias disk brake. Jangan heran bila berat New Yamaha Vixion bertambah 4 Kg. New Yamaha Vixion merupakan versi baru dari Yamaha Vixion yang cukup fenomenal di Indonesia. Dengan lahirnya New Yamaha Vixion ini tidak serta merta membuat distribusi Vixion lama dihentikan, YIMM menjadikan Vixion versi lama sebagai tandem sampai New Yamaha Vixion The Lightning benar-benar bisa hidup mandiri. Namun dari berbagai macam perubahan tampilan fisik yang revolusioner motor diatas tetap saja ada beberapa keluhan dari konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, seperti pelayanan yang kurang optimal, diskon yang kecil, dan lain – lain. Kini PT Yamaha Motor Manufacturing Indonesia (YMMI) dihadapkan pada kenyataan yang sulit, hal ini dikarenakan semakin banyaknya pesaing sepeda motor yang menawarkan produk yang hampir serupa. perusahaan yang bergerak di bidang tersebut yaitu perusahaan PT Astra Honda Motor, PT Kawasaki dan PT Suzuki. Sehingga membuat perusahaan melakukan langkah-langkah antisipasi, salah satunya meningkatkan kualitas produk. Rumusan masalah a. Faktor apa sajakah yang menentukan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian motor merek New Yamaha Vixion? b. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli motor merek New Yamaha vixion? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian motor merek New Yamaha vixion. 2. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli motor merek New Yamaha vixion. Manfaat Penelitian 1. Bagi kalangan akademis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi penelitian selanjutnya. 2. Bagi penulis adalah sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan serta menerapkan ilmu – ilmu yang di peroleh selama perkuliahan terutama di bidang pemasaran. 3. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan agar perusahaan dapat terus meningkatkan penjualan. Tinjauan Teori 1. Bauran Pemasaran Beberapa ahli memberikan definisi bermacam – macam tentang pemasaran, antara lain Stanton. Ia mengatakan bahwa : ―Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan – kegiatan Usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, 114 hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang–barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang actual maupun yang potensial‖. Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus di lalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ketangan konsumen, sehingga ruang lingkup kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi 4 ( empat ) kebijakan pemasaran yang lazim di sebut sebagai bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang di gunakan perusahaan untuk terus–menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. McCarthy mengklasifikasikan alat–alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut Empat P Pemasaran: produk, harga, tempat, promosi. Produk adalah suatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Pengembangan produk mengharuskan menetapkan manfaat–manfaat apa yang di berikan oleh produk itu. Manfaat–manfaat ini di komunikasikan dan hendaknya di penuhi oleh atribut produk. Untuk produk barang misalnya mutu, ciri, dan desain. Keputusan harga merupakan hal yang penting dalam menentukan suatu produk (barang atau jasa) bagi pelanggan dan mempunyai peranan penting dalam membangun image atau citra suatu produk. Secara garis besar pendistribusian merupakan kegiatan perusahaan yang berusaha memperlancar dan memenuhi penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Bagaimana kualitas suatu produk akan diketahui bila konsumen belum mendengarkan dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka. Produk: Keragaman produk Mutu Rancangan Sifat-sifat Nama merek Kemasan Ukuran Pelayanan Jaminan Keuntungan Promosi: Periklanan Penjualan perorangan Promosi penjualan Hubungan masyarakat Harga: Pelanggan sasaran Daftar harga Diskon Potongan Periode pembayaran Syarat Kredit Pemosisian yang dikehendaki Gambar 2.1 Bauran Pemasaran Distribusi: Saluran Cakupan Jenis Sediaan Transportasi Logistik Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan 5 dimensi kualitas yaitu Rancangan, Kesesuaian, Ketersediaan, Keamanan, Guna praktis. Menurut Deming terdapat 14 poin penting yang dapat membawa/membantu manager mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa, mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima, berhenti tergantung pada inspeksi missal, berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja, tetap dan continue memperbaiki sistem produksi dan jasa, melembagakan metode pelatihan kerja modern, melembagakan kepemimpinan, menghilangkan rintangan antar departemen, hilangkan ketakutan, hilangkan/ kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja, hilangkan manajemen berdasarkan sasaran, hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman, 115 melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat, dan menciptakan struktur dalam managemen puncak yang dapat melaksanakan transformasi seperti dalam poin-poin di atas. Sementara itu David A Garvin mengemukakan 8 dimensi atau kategori kritis dari kualitas yaitu Kinerja, Profil, Kedapat dipercayaan, Kesesuaian, Daya tahan, Kepelayanan, Keindahan, dan Kualitas yang dipersepsi. Merek menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah suatu nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari hal – hal tersebut, yang di maksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek menurut Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Simanjuntak adalah suatu nama, symbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang di berikan oleh sebuah perusahaan produk dan jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Husein Umar mengatakan bahwa harga adalah sejenis nilai tukar konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya di tetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar–menawar. MCDaniel mengemukakan mengenai harga merupakan apa yang harus di berikan oleh pembeli untuk mendapatkan suatu produk. Metode adaptasi harga : 1. Diskon dan Potongan Harga. 2. Penetapan Harga. Menurut Philip Kotler dan Armstrong definisi tempat atau saluran distribusi adalah seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses penyediaan suatu produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Untuk mempromosikan produk, maka di susun suatu strategi yang sering di sebut dengan strategi promosi. ada empat elemen promosi, yaitu : 1. Periklananadalah semua bentuk penyajian non personal, promosi dan ide tentang barang atau jasa yang di bayar oleh suatu sponsor. 2. Promosi Penjualan adalah berbagai bentuk intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan konsumen untuk mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. 3. Hubungan Masyarakat adalah berbagai macam program untuk memelihara, menciptakan, dan mengembangkan citra perusahaan atau merek sebuah produk. 4. Penjualan Secara Pribadi adalah interaksi langsung dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan. 2. Perilaku Kosumen Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organsasi, memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang – barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut Husein Umar mendefinisikan perilaku konsumen adalah sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, dan mengkonsumsi serta menghabiskan produk serta jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengusuli tindakan tersebut. Sedangkan Kotler dan Amstrong mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembeli produk untuk konsumen personal. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang – barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. 116 Pemasaran dan rangsangan lain-nya Kotak Hitam Pembeli Respon Pembelian Pemasaran Rangsangan lainnya Karakteristik pembeli Pilih produk Produk Ekonomi Proses keputusan Pilih merek Harga Teknologi Pembeli Pilih penyalur Tempat Politik Waktu pembelian Promosi Budaya Jumlah pembelian Gambar 2.2 Model Perilaku konsumen Menurut Kotler dan Amstrong Rangkaian pemasaran terdiri dari 4P, produk, harga, tempat, promosi, rangkaian lain meliputi kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan pembelian: ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, yang dapat diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian. 3. Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap : pengenalan masalah, pencairan informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelas, proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan mempunyai konsekuensi dalam waktu lama setelahnya. a. Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai ketika pembelian menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu kebutuhan dari kebutuhan normal seseorang, rasa lapar, haus, seks, nilai ketingkat maksimal dan menjadi dorongan atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal. b. Pencarian informasi Ternyata konsumen sering mencari jumlah informasi yang terbatas. Survai memperlihatkan bahwa untuk barang tahan lama, setengah dari semua konsumen hanya melihat satu toko, dan hanya 30% yang melihat dari satu merek peralatan. Dapat membedakan antara dua tingkat keterlibatan dengan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada tahap ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang dapat memasuki pencarian informasi aktif, mencari bahan bacaan telepon teman, melakukan kegiatan online dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut. c. Evaluasi alternative Konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses evaluasi : pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumena mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing – masing sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan ini. d. Keputusan pembelian Bentuk evaluasi konsumen membentuk preverensi antar merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. e. Penggunaan dan penyingkiran pasca pembelian Pasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan menyingkirkan produk. Pendoreong frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk, semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat mereka kembali kepasar untuk membelinya lagi. 117 Pengenalan masalah Proses Pencarian informasi YMMI Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pascapembelian Gambar 2.3 pengambilan keputusan pembelian 4. Kerangka Pikir penelitian Setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda hal inilah yang ditangkap oleh marketer. Untuk mengetahui apakah produk, harga, tempat, dan menggunakan variable marketing mix dan promosi dapat mempengaruhi keputusan dalam melakukan pembelian produk new Yamaha Vixion di Jakarta Barat. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor manakah yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian produk new Yamaha Vixion di Jakarta Barat. Hasil analisis faktor dilakukan untuk menguji apakah produk, harga, tempat, dan promosi dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk new Yamaha Vixion. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran keputusan pembelian. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadikan masukan untuk Yamaha Motor Manufacturing Indonesia (YMMI). Dengan demikian kerangka pikir penelitian dapat dijabarkan kedalam sebuah pola pikir dari gambar yang dilihat sebagai berikut : 5. Hipotesis Hipotesa atau dugaan sementara yang perlu dikaji kebenarannya dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian motor New Yamaha Vixion adalah faktor harga terjangkau, desain modern, merek terkenal, kualitas produk yang sangat di utamakan, dan sistem keamanan kunci yang baik. 2. Diduga faktor yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian motor New Yamaha Vixion adalah faktor merek terkenal. METODELOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang di lakukan untuk semua orang yang melakukan pembelian dan menggunakan new Yamaha vixion di Jakarta Barat. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian dan menggunakan new Yamaha vixion di Jakarta Barat dengan jumlah populasi yang tidak diketahui. Teknik pengambilan sampel yang diteliti adalah jumlah responden dari populasi dengan cara sebagai berikut : 1. Quota sampling adalah metode pengambilan sampel ini dilakukan jika pupulasi tidak diketahui jumlahnya sehingga penelitian harus menentukan sendiri jumlah sampel yang inginkan. Karena jumlah populasi tidak diketahui, maka Quota yang ditetapkan untuk obyek penelitian adalah 100 responden. 118 2. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel ini dilakukan jika peneliti melakukan pengambilan sampel berdasarkan keputusan dari peneliti sendiri, yang pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Responden yang di pilih adalah orang yang diperkirakan dapat menjawab semua pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut : 1) Usia di atas 17 tahun 2) Sudah membeli dan menggunakan motor new Yamaha vixion. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Uji Validitas dalah pertanyaan sampai sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuisioner dapat mengukur apa yang diukur, dengan rumus teknik korelasi produtc moment pearson. n r n xy 2 x n x x 2 y Keterangan : r = korelasi respon product moment n = jumlah data sampel X1= Variable terikat kualitas pertanyaan X2= Variabel terikat kepuasan pelanggan Y = Variabel terikat loyalitas pelanggan 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Cronbach Alpha adalah metode uji relibilitas untuk skala kuesioner interval dan ordinal. Adapun rumus cronbach‘s alpha adalah sebagai berikut : k 1 sb2 r11 k 1 st 2 Keterangan : r 11 = Reliabilitas intrumen k = banyak butiran pertanyaan t2 = variasi total b2 = jumlah variasi butir 3. Skala Likert Karena penelitian ini adalah mengetahui faktor yang menentukan maka digunakan skala likert, skala ini memberikan peluang untuk mengekspresikan perasaan dalam bentuk persetujuan karena dimungkinkan hasil berupa desimal, bobotnya adalah sebagai berikut : Tabel Pembobotan skala Likert Bobot Katagori Sangat tidak setuju 1 Tidak setuju 2 Cukup setuju 3 Setuju 4 Sangat setuju 5 4. Analisis faktor Adalah suatu alat uji banyak variabel dimana untuk mengamati dan menganalisis suatu fenomena yang dapat dibuat suatu pola. Dengan rumus: 119 Xij Xi Sxi Dimana : Xisj = Nilai standar X Ke-i pada Sel Ke-j Xij = Nilai X Ke – i pada sel ke-j = Rata – rata variabel ke – i Dengan persamaan : Fj = bjIXsI+bj2Xx2+bjkXsk .............................................. Keterangan : Fj = Skor Faktor ke – j bj = Koefisien sektor faktor ke-j Xsk= variabel ke – k yang telah di standarisasi. X isj a. KMO dan Barlett’s Test Kesimpulan tentang layak – tidaknya analisis faktor dilakukan, baru sah secara statistik dengan menggunakan uji kaisaer meyer olkin (KMO)measure of adequency and berlett Test of speriecity. KMO uji nilainya berkisar antara 0,5 sampai 1,0 ini mempertanyakan kelayakan (appropriatness) analisis fakor. Sebagai berikut: ―Analisis faktor layak dilakukan dan sebaliknya bila KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan.‖ Tabel nilai KMO Nilai Keterangan KMO Sangat memuaskan >0,8 0,7 - 0,8 Memuaskan 0,6 - 0,7 Bagus 0,5 - 0,6 Cukup Ditolak <0,5 b. Nilai – Image Matriks Untuk menentukan variabelmana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan. Pada tabel tersebut ada kode ―a‖ yang artinya tanda untuk measure of sampling adequacy (MSA) c. Total Variance Explaind Menunjukan nilai masing – masing variabel yang dianalisis setiap faktor mewakili variabel – variabel yang dianalisis. Kemampuan setiap variabel yang dianalisis ditunjukan oleh besarnya varians yang dijelaskan yang disebut dengan eigenvalue. d. Rotated Component Matrix Menunjukan bahwa variabel yang dapat dikelompokan menjadi faktor – faktor. Definisi Operasional Variabel 1. Produk ( Product ) Produk adalah kendaraan new Yamaha Vixion memiliki mesin yang sama dengan Vixion lama yang di ukur dengan : warna menarik, design modern, kualitas produk yang sangat di utamakan, suku cadang tersedia secara luas, produk yang ramah lingkungan, merek terkenal, hemat bahan bakar dan sistem keamanan kunci yang baik. 2. Harga ( Price ) Harga adalah sejumlah uang untuk mendapatkan new Yamaha Vixion yang di ukur dengan : harga terjangkau, cara pembayaran di sesuaikan dengan kondisi konsumen, dan harga sesuai dengan kualitas. 3. Tempat ( Place ) 120 Tempat penjualan sepeda motor new Yamaha Vixion dapat tersedia di dealer Yamaha dan juga di sebuah pameran-pameran sepeda motor Yamaha yang di ukur dengan : lokasi penjualan strategis, dan showroom mudah di dapat. 4. Promosi ( Promotion ) New Yamaha Vixion makin gencar diperkenalkan di mana-mana. Setelah dilaunching di Jakarta Motorcycle Show 2012, kemarin baru saja motor sport ini dipromosikan di Tangerang & Semarang. Sebelumnya New Vixion juga sudah mampir di Dago Cikapayang, Bandung. Sengaja menjelang akhir tahun diadakan event-event yang besar untuk menarik perhatian konsumen. Yamaha ingin menghadirkan image New Vixion sebagai motor sport andalan 2013. Nantinya motor ini akan bersaing dengan CBR 150R Streefire dari Honda. Karena itulah promosi New Vixion tidak pernah main-main. Di Tangerang dan Semarang, acara public launching ini berjalan sangat meriah. Masing-masing kota memiliki tema sendiri dan menyuguhkan hiburan yang di ukur dengan : sales yang memberi informasi dengan lengkap, pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia, dan iklan yang menarik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Uji validitas No Indikator Standar Nilai Keterangan 1 Warna menarik 0.361 0.582 Valid 2 Desain modern 0.361 0.593 Valid 3 4 Kualitas produk yang sangat di utamakan Suku cadang tersedia secara luas 0.361 0.361 0.500 0.363 Valid Valid 5 Produk yang ramah lingkungan 0.361 0.659 Valid 6 Merek terkenal 0.361 0.614 Valid 7 Sistem keamanan kunci yang baik 0.361 0.590 Valid 8 Hemat bahan bakar 0.361 0.414 Valid 9 Harga terjangkau 0.361 0.442 Valid 10 0.361 0.669 Valid 11 Cara pembayaran di sesuaikan konsumen Harga sesuai dengan kualitas 0.361 0.655 Valid 12 13 14 15 16 Lokasi penjualan strategis Showroom mudah di dapat Sales yang memberi informasi dengan lengkap Pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia Iklan yang menarik 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.601 0.643 0.672 0.738 0.591 Valid Valid Valid Valid Valid dengan kondisi Dengan menggunakan tabel nilai kritis untuk korelasi r person-moment dengan n=30, nilai α 0,05% dan interval kepercayaan 95% maka didapat r tabel =0,361. Dari 16 indikator pertanyaan pada tabel 5.1 maka didapatkan 16 indikator pertanyaan tersebut valid. 2. Uji Reliabilitas Hasil untuk semua uji reliabilitas untuk semua indikator pertanyaan rumus Cronbach,s Alpha adalah 0,871. Hal ini menunjukan bahwa semua pertannyan- pertanyaan yang terdapat dikuesioner tersebut sangat reliabel. 3. Uji Analisis Faktor Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian New Yamaha Vixion dan untuk mengetahui faktor yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian New Yamaha Vixion. 121 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .755 335.531 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square Df 120 Sig. .000 Sumber : Hasil Olah SPSS Bisa dilihat dengan munggunakan uji Kaisear Meyer Olkin (KMO) nilainya berkisar antara 0 sampai 1 ini mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai tertinggi berkisar antara 0,5 sampai 1,0, analisis faktor layak dilakukan dan sebaliknya bila KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan. Karena nilai KMO diatas adalah 0.755 dan > 0.500 maka nilai KMO diatas memuaskan atau bisa dikatakan analisis faktor layak digunakan. Nilai – Image Matrices / MSA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Indikator Warna menarik Desain modern Kualitas produk yang sangat di utamakan Suku cadang tersedia secara luas Produk yang ramah lingkungan Merek terkenal Sistem keamanan kunci yang baik Hemat bahan bakar Harga terjangkau Cara pembayaran di sesuaikan dengan kondisi konsumen 11 Harga sesuai dengan kualitas 12 Lokasi penjualan strategis 13 Showroom mudah di dapat 14 Sales yang memberi informasi dengan lengkap 15 Pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia 16 Iklan yang menarik Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Total Variance Explained Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total 4.184 1.419 1.352 1.140 1.073 .984 .883 .815 .734 .668 .604 .521 .496 .453 .377 .296 Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Standar MSA 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 Nilai MSA 0.719a 0.829a 0.822a 0.657a 0.775a 0.767a 0.769a 0.672a 0.703a 0.812a Keterangan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.804a 0.787a 0.666a 0.785a 0.744a 0.709a Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Initial Eigenvalues % of Variance 26.149 8.866 8.453 7.125 6.709 6.150 5.519 5.092 4.590 4.178 3.777 3.259 3.098 2.828 2.357 1.850 Cumulative % 26.149 35.015 43.467 50.593 57.301 63.451 68.971 74.063 78.653 82.831 86.608 89.867 92.965 95.793 98.150 100.000 122 Bisa dilihat bahwa total variance explaind atau kemampuan setiap variabel yang dianalisis ditunjukan oleh besarnya varians. Apabila eigenvalue diatas 1.0 maka itulah yang akan terbentuk menjadi faktor-faktor, dilihat dari 16 indikator pertanyaan yang ada yang eigenvalue diatas 1.0 ada 5 faktor, dari faktor yang terbentuk dari 16 indikator pertanyaan adalah 5 faktor, sedangkan 6 s/d 16 indikator nilai total eigenvalue di bawah 1. a. Rotated Component Matrix Rotate Component Matrix adalah hasil proses rotasi yang memperlihatkan distribusi faktor – faktor yang lebih jelas dan lebih nyata. Dibawah ini adalah hasil dari perhitungan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang masuk pada faktor tertentu. Rotated Component Matrix Indikator Faktor Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Faktor 5 Warna menarik Desain modern Kualitas produk yang sangat di utamakan Suku cadang tersedia secara luas Produk yang ramah lingkungan Merek terkenal Sistem keamanan kunci yang baik Hemat bahan bakar Harga yang terjangkau Cara pembayaran di sesuaikan dengan kondisi konsumen Harga sesuai dengan kualitas Lokasi penjualan strategis Showroom mudah di dapat Sales yang memberi informasi dengan lengkap 1 3 5 0,603 0,163 0,278 0,051 0,268 0,137 0,309 0,650 0,398 -0,003 0,286 0,142 0,337 0,244 0,459 3 4 5 4 2 4 2 0,129 0,511 0,139 0,049 -0,290 0,211 0,103 -0,005 0,029 0,058 -0,080 0,467 0,138 0,765 0,789 -0,326 0,019 0,332 0.182 -0,032 0,094 0,141 0,550 -0,037 0,699 0,368 0,440 0,012 -0,020 0,080 0,808 -0,036 0,370 0,286 -0,046 4 2 1 1 0,096 0,321 0,604 0,585 0,191 0,653 0,115 0,130 0,296 0,074 -0,048 0,237 0,652 0,117 0,210 0,132 -0,087 0,154 0,144 0,212 Pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia Iklan menarik 2 0,082 0,730 -0,004 0,046 0,073 1 0,668 0,238 0,267 0,000 -0,294 Sumber : Pengolahan Data SPSS Dari analisis data diatas, dapat disimpulkan: a. Dari 16 faktor yang diteliti dengan proses factoring dapat dibagi menjadi 5 faktor. b. Faktor yang terbentuk: 1. Faktor 1: Faktor 1 diberi nama Produk, terdiri atas warna menarik, showroom mudah di dapat, Sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan iklan menarik. Faktor 1 diberi nama produk karena beranggotakan faktor – faktor yang menggambarkan produk dari New Yamaha Vixion. 2. Faktor 2: Faktor 2 diberi nama Strategi, terdiri atas hemat bahan bakar, cara pembayaran di sesuaikan dengan kondisi konsumen, lokasi penjualan strategis, dan pameran produk besar- besaran di seluruh Indonesia. Faktor 2 ini diberi nama strategi karena beranggotakan faktor- faktor atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak Yamaha agar mencapai sasaran yang ditentukan. 3. Faktor 3: Faktor 3 diberi nama Keunggulan, terdiri atas desain modern, dan suku cadang tersedia secara luas. Faktor 3 ini diberi nama keunggulan karena beranggotakan faktor – faktor yang hanya menggambarkan kelebihan atau keunggulan dari New Yamaha Vixion. 4. Faktor 4: Faktor 4 diberi nama Keistimewaan, terdiri atas produk yang ramah lingkungan, sistem keamanan kunci yang baik, harga yang terjangkau, dan 123 harga yang sesuai dengan kualitas. Faktor 4 ini diberi nama keistimewaan karena beranggotakan faktor- faktor yang hanya dimiliki oleh New Yamaha Vixion. 5. Faktor 5: Faktor 5 diberi nama Promosi, Terdiri atas kualitas produk yang sangat di utamakan, dan merek terkenal. Faktor 5 diberi nama Promosi karena beranggotakan faktor- faktor dari faktor promosi dan promosi sendiri bermanfaat untuk menyebarluaskan informasi barang/ jasa kepada para konsumen. Selain itu juga akan mempermudah dalam mendapatkan konsumen baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah faktor produk, strategi, keunggulan, keistimewaan dan promosi. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah faktor produk. Hipotesis atau dugaan sementara tidak terbukti, karena faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian motor New Yamaha Vixion adalah terdiri atas warna menarik, showroom mudah di dapat, Sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan iklan menarik. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat 5 faktor yang menentukan keputusan pembelian Yamaha New Vixion. kelima faktor tersebut terbentuk setelah dilakukan proses factoring pada 16 indikator yang diteliti. Kelima faktor tersebut adalah faktor Produk, Faktor Strategi, Faktor Keunggulan, Faktor Keistimewaan, dan Faktor Promosi. 2. Faktor yang paling dominan dalam menentukan keputusan pembelian motor New Yamaha Vixion adalah faktor 1 yaitu faktor Produk yang terdiri atas warna menarik, showroom mudah di dapat, sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan iklan menarik berdasarkan nilai eigenvalues sebesar 4.184. Saran 1. Meningkatkan 5 faktor yg terbentuk dari hasil pengolahan data kuesioner seperti Faktor Produk, Faktor Strategi, Faktor Keunggulan, Faktor Keistimewaan, dan Faktor Promosi. 2. Mempertahankan faktor yang paling dominan yaitu Faktor Produk yang terdiri atas warna menarik, showroom mudah di dapat, sales yang memberi informasi dengan lengkap, dan iklan menarik. Di harapkan pihak PT. Yamaha Motor Manufacturing Indonesia (YMMI) dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar dapat lebih memenuhi kebutuhan konsumennya. Sebagai contoh untuk lebih melengkapi semua fitur keselamatan, indikator, dan asesoris pendukung lainnya pada semua kendaraan Yamaha. DAFTAR PUSTAKA Andri Wibowo Sasono dengan judul, Analisis Keputusan Pembelian Yamaha Mio (studi kasus: Universitas Bina Nusantara), semarang 2007, hal 97. Bilson Simamora, Analisis Multivariant Pemasaran, PT Gramedia Utama, Jakarta,2005. Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Simanjuntak, Strategi Penaklukan Pasar, PT Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 2006. 124 Fadli dan Inneke Qamariah, Analisis Pengaruh faktor- faktor Ekuitas merek sepeda motor merek Honda terhadap keputusan pembelian (studi kasus pada Universitas Sumatera Utara) 2008. Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Gramedia, Jakarta, 2005. Kotler Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, edisi tiga belas, jilid dua, edisi Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2008. ...................., and Gary Amstrong., Prinsip – prinsip manajemen pemasaran. Edisi Indonesia, Erlangga. Jakarta : 2006. ……………, Manajemen Pemasaran, edisi dua, edisi Indonesia, PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2007. ………….…, Dasar – dasar pemasaran, edisi kesembilan, jilid 1, Edisi Indonesia, PT. Index Kelompok Gramedia, Jakarta, 2005. Kountur, Ronny, Metode Penelitian, Buana Printing, Jakarta, 2009. Malhotra K. Naresh, riset pemasaran pendekatan terapan, edisi empat, jilid 1, Jakarta PT indeks, gramedia,2005. Martinus, Analisis faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian motor matic oleh konsumen (studi kasus pada universitas Gunadarma) 2010. Rina Anindita, dan Hasyim, Prinsip – prinsip dasar Metode Riset bidang Pemasaran, UIEUUniversity, Jakarta, 2009. Tjiptono, Fandy, Brand management dan Strategi, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2003. Windy Desyana Pratiwi dengan judul, Analisis Kepuasan Konsumen Dalam Memilih Produk Suzuki Smash (studi kasus: Perumahan Taman Aries Kebon Jeruk), semarang, 2008, hal 20. 125 MONEY ILLUSION EFFECT REDENOMINASI RUPIAH Evan Stiawan, SE Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRACT The issue of the currency redenomination in Indonesian rupiah continues to be a discourse in the last decade. Changes in nominal value and the real value of rupiah in consumer behavior Indonesian society has a significant effect, because of the psychological concerns of society in performing their daily consumption needs of a phenomenon called money illusion effect. This study aims to determine the consumer re-learning activities of the new rupiah and find out re-learning activities consumers will be affected money illusion effect. The study design of this study used a between subjects 2 x 1 and One Way ANOVA analysis method. Redenomination occur in New Rupiah that respondents will conduct re-learning affected Money Illusion Effect influenced by the perception that the Gain and Loss Rupiah is larger than the old Rupiah Gain and Loss on New Rupiah. Keywords: Redenomination, sanering, Re Learning, Money Illusion Effect, Gain, Loss Pendahuluan Perubahan nilai nominal dan nilai rill rupiah dikaji dalam perilaku konsumen masyarakat Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan, karena menyangkut psikologis dari masyarakat dalam melakukan konsumsi kebutuhan sehari-hari. Mekanisme psikologis yang mendasari sebuah fenomena diatas adalah money illusion11. Dalam kenyataannya bahwa orang cenderung menggunakan nilai nominal sebagai tolak ukur ketika mereka mengevaluasi nilai barang, dan mereka mengabaikan nilai riil uang. Penelitian berfokus pada satu dari dua faktor yang menurut teori, memodifikasi kekuatan pengaruh money illusion. Ini adalah tingkat keuntungan dan kerugian (gain dan loss), manifestasi money illusion dalam konteks yang berbeda. Salah satunya adalah evaluasi laba pada periode inflasi. Dalam hal ini kondisi inflasi membuat orang merasa puas dengan mendapatkan nominal jumah lebih tinggi, meskipun fakta bahwa pendapatan riil mereka tidak hanya meningkat tetapi juga memiliki penurun nilai akibat inflasi. Seseorang yang memperoleh kenaikan gaji yang lebih tinggi secara nominal lebih puas dibandingkan orang yang memperoleh kenaikan gaji lebih rendah secara nominal tapi lebih tinggi secara riil. Ini berarti bahwa kepuasan pendapatan mereka tidak didasarkan pada daya beli mereka melainkan pada jumlah satuan moneter mereka diperoleh. Para peneliti menemukan bahwa ketika seseorang diminta untuk mengevaluasi situasi yang dijelaskan dalam hal ekonomi, mereka melakukannya dengan benar, yaitu mereka mampu menghitung nilai riil kenaikan gaji, dan untuk membedakan representasi nominal dari kenaikan gaji dari yang asli12. Penelitian lain menunjukkan bahwa money illusion effect dapat menyebabkan persepsi yang berbeda dari harga yang sama, tergantung pada nilai mata uang. 126 Penelitian ini berusaha menyelidiki, apakah semua konsumen yang menggunakan mata uang rupiah baru akan melakukan re learning? apakah kegiatan re learning akan dipengaruhi money illusion effect?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, apakah konsumen melakukan kegiatan re learning terhadap rupiah baru. Mengetahui,apakah re learning konsumen akan dipengaruhi money illusion effect. Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam mengambil kebijakan redenominasi dari aspek perilaku konsumen yang berkaitan terhadap psikologis masyarakat ketika adanya perubahan nilai nominal dan nilai rill dari mata uang rupiah. Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti ―penyehatan, pembersihan atau reorganisasi‖. Sedangkan menurut konteks ilmu moneter, sanering adalah pemotongan nilai uang tanpa mengurangi nilai harga, sehingga daya beli masyarakat menurun1. Misalnya , jika nilai uang Rp. 100,- ribu dipotong menjadi Rp. 100,- Karena nilainya sudah di turunkan, jumlah barang yang di beli dengan uang baru akan lebih sedikit di bandingkan dengan uang lama. Jika Rp. 100,- ribu lama bisa dapat satu baju, maka dengan uang Rp. 100,- pecahan baru tidak bisa lagi mendapatkan satu baju yang sama. Redenominasi berasal dari bahasa Inggris yakni redenomination, redenominasi berarti penyebutan kembali atau penyederhanaan dari satuan harga maupun nilai mata uang yang ada. Misal, satuan Rp 1.000 disederhanakan menjadi Rp 1. Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan), maka uang menjadi pecahan lebih sedikit atau lebih kecil dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Prospect Theory adalah diskriptif dari teori pembuat keputusan. Teori ini memprediksi bagaimana seseorang akan membuat pilihan, tidak perlu bagaimana mereka seharusnya membuat pilihan. Teori ini kadang-kadang digambarkan sebagai kontribusi pada teori rasionalitas prosedural. Dalam studinya, Kahneman dan Tversky menemukan banyak subjek yang memilih menanggung risiko (risk- averse); pemilihan keuntungan moderat dari kemungkinan mendapat keuntungan yang lebih besar yang melibatkan risiko; dan mereka lebih memilih menghindari kerugian atau bahkan menghindari munculnya kerugian yang lebih besar dibandingkan mereka mencari keuntungan VALUE LOSSES GAINS Gambar 1 Fungsi Nilai Prospect Theory 127 Tentu, terlepas dari label mata uang, penilaian dari harga juga ditentukan oleh angka, yang merupakan nilai nominal yang lebih tinggi atau lebih kecil dari uang. Dalam hal ini, telah diketahui bahwa harga dapat muncul menjadi lebih tinggi bila diberikan dalam mata uang yang menghasilkan nilai nominal lebih besar. Fenomena ini disebut sebagai money illusion effect. Ilusi uang dalam beberapa percobaan, Alih-alih memperhatikan nilai nyata daya beli, masyarakat terhadap penilaian harga dan pendapatan, menggunakan nilai nominal uang. Konsumen akan rentan terhadap money illusion selama perubahan mata uang, ketika harga produk menjadi dalam mata uang yang berbeda dan nilai nominal perubahan. Penelitian menunjukan bahwa dengan adanya redenominasi akan terjadi perubahan nilai nominal mata uang. Pada saat terjadinya redenominasi rupiah pemotongan nilai nominal pada mata uang rupiah dengan menghilangkan 3 (tiga) angka nol dibelakangnya. Terjadinya redenominasi dilihat dari sisi Ekonom, bahwa redenominasi tidak akan menyebabkan inflasi pemotongan nilai nomimal (Rescaling) pada uang tersebut dan nilai rill dari uang tersebut adalah tetap. Ditinjau dari para Psikolog, berpendapat bahwa adanya redenominasi menyebabkan masyarakat melakukan pembelajaran terhadap prilaku menggunakan mata uang baru (Relearning), sebagai contoh selama ini membeli Handphone seharga Rp 3.000.000 tentu persepsi konsumen mahal, tetapi setelah adanya redenominasi harga Handpohe tersebut menjadi Rp 3.000 persepsi konsumen adalah murah. Perubahan mata uang tersbut menyebabkan perubahan perilaku konsumen dalam membeli suatu barang, sehingga akan menyebabkan tingkat pembelian barang yang tinggi dan bertendensi untuk terjadinya inflasi. Perilaku tersebut dapat disebabkan dari pengaruh money illusion effect. Kerangka pikir dari penelitian dapat di gambarkan sebagai berikut: Ekonom Re Scaling Tidak Inflasi Money Illusion Redenominasi Psikologis Re Learning Inflasi Effect Gambar 2 Skema Kerangka Pikir Penelitian Konsumen akan rentan terhadap money illusion selama perubahan mata uang, ketika harga produk menjadi dalam mata uang yang berbeda dan nilai nominal perubahan, harga dapat muncul menjadi lebih tinggi bila diberikan dalam mata uang yang menghasilkan nilai nominal lebih besar . Maka hipotesis diperoleh hipotesis sebagai berikut: H1: Gain Rupiah Lama Lebih Besar Dari Pada Gain Rupiah Baru. H2: Loss Rupiah Lama Lebih Kecil Dari Pada Rupiah Baru. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini jumlahnya diketahui yaitu seluruh masyarakat indonesia, lebih kurang 248 juta penduduk. Penentukan sampel dari populasi digunakan acuan tabel yang dikembangkan para ahli salah satu nya adalah Menurut Hair, et al. Penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok. Jadi pada penelitian Experimental Design, jumlah sampel dalam peneltiaan ini ditetapkan 80 orang masing-masing kelompok 40 128 orang. Status sampel adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal yang bertujuan untuk menentukan perbedaan dengan memanipulasi satu atau lebih variabel bebas atau dengan melakukan pengendalian terhadap variabel penghubung lainnya13. Metode yang digunakan dalam penelitian kausal ini adalah eksperimen atau percobaan. Studi desain yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan between subject 2 x 1: 2 (jenis mata uang: Rupiah Baru,Rupiah Lama) x 1 (Money Illusion Effect) sebagai faktor eksperimen. Tabel 1 Distribusi Jumlah Responden Pada Masing – Masing Sel Manipulasi Money Illusion Effect Rupiah Lama (X1) 40 Rupiah Baru (X2) 40 Analisis awal penelitian dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap jawaban ke dalam simbol angka. Contohnya, pada variabel money illusion effect, nilai yang paling rendah ditunjukkan dengan angka ―1‖ sampai nilai yang paling tinggi ditunjukkan dengan angka ―7‖. Setelah memberikan kode pada setiap jawaban partisipan, peneliti memeriksa jawaban manipulation check. Partisipan yang tidak memberikan jawaban sesuai harapan dalam lembar manipulation check tidak diikutsertakan dalam uji hipotesis. Karena independent variable menggunakan categorical data dan dependent variable menggunakan single continuous data, maka secara umum terdapat metode analisa yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu ANOVA One Way yang merupakan teknik analisis yang bertujuan menguji apakah rata-rata lebih dari dari satu sampel berbeda secara signifikan ataukah tidak, dan menguji apakah sampel mempunyai varians populasi sama ataukah tidak. Pengambilan Keputusan Keputusan - Jika sig. < 0,05 maka H1 diterima apabila Jika sig. > 0,05 maka H1 ditolak. - Jika sig. < 0,05 maka H2 diterima apabila Jika sig. > 0,05 maka H2 ditolak. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi independent dan dependent variable. Namun demikian dalam desain eksperimen tidak menutup kemungkinan adanya extraneous variable yang perlu dikendalikan sumbernya. 1. Independent Variable (IV) Terdapat dua independent variable yang digunakan dalam penelitian ini: jenis mata uang (Rupiah lama dan Rupiah baru) a. Jenis Mata Uang 1. (Rupiah Lama) Rupiah Lama dapat dimanipulasi dengan cara meminta responden membaca sebuah artikel yang tidak mengandung kalimat tentang rupiah lama. 2. (Rupiah Baru) Bentuk manipulasi pada rupiah baru sama dengan manipulasi yang dilakukan pada rupiah baru. b. Money Illusion Effect Money Illusion Effect adalah teori yang menjelaskan bahwa harga dapat muncul menjadi lebih tinggi bila diberikan dalam mata uang yang menghasilkan nilai nominal lebih besar. 129 2. Dependent Variable (DV) Dependent Variable dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap gain dan loss. Persepsi yang dimaksudkan adalah ketika konsumen merasakan bahwa dengan adanya rupiah lama atau rupiah baru .mereka merasakan adanya keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh mereka. Dari literatur, penelitian ini menggunakan dimensi persepsi gain dan loss. Tabel 2 Indikator Penelitian Konstrak Persepsi Gain dan Loss Variabel Deskripsi Indikator Penelitian* keuntungan dan kerugian (1) Ketika masyarakat menilai Persepsi pada mata uang lama akan keuntungan rupiah lama lebih besar Terhadap Gain dan dipersepsikan lebih besar dari rupiah baru dibandingkan keuntungan (2) Ketika masyarakat menilai Loss dan kerugian dari mata kerugian rupiah lama lebih besar dari uang baru pada rupiah baru *Diukur dengan menggunakan Semantyc Diferrential 1 sampai 10, dimana 1 menyatakan sangat tidak setuju dan 10 menyatakan sangat setuju. Setelah dilakukan manipulasi responden terhadap rupiah lama, rupiah baru, dan money illusion effect. Sehingga akan didapatkan tujuh pertanyaan untuk menjadi data dalam pengukuran, sebagai berikut: Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah rekrutment, screening calon partisipan dan cover story. Sedangkan tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian utama. Tahap pertama penelitian dimulai dengan mencari mahasiswa yang bersedia menjadi responden, yaitu sebanyak 80 orang. Tahap ini dimulai dari pengukuran kriteria responden, yaitu kondisi demografi dan pengetahuan. Gambar 3 Prosedur Penelitian 130 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian data menggunakan metode analisis data ANOVA One Way yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu Gain Rupiah Lama dan Gain Rupiah Baru. Kelompok yang kedua adalah Loss Rupiah Lama dan Loss Rupiah Baru, pengelompokan tersebut di ukur melalui beberapa pertanyaan. Pada kelompok Gain di ukur dengan lima pertanyaan yaitu AG, BG, CG, DG, dan FG. Pada saat tes homogenitas pertama diperoleh hasil bahwa pertanyaan CG, DG, dan EG tidak homogen, oleh karena itu dilakukan transformasi logaritma untuk hasil data CG, DG, dan EG. Transformasi logaritma digunakan untuk data yang mempunyai simpangan baku yang proporsional terhadap nilai tengahnya atau bila pengaruh perlakuannya bersifat multiflikatif, maka diperoleh Log CG, Log DG, dan Log EG dengan kode LGCG, LGDG, dan LGEG. Setelah data di transform, dilakukan uji homogenitas kedua dan hasil yang diperoleh adalah data homogen. Pada kelompok Gain di ukur dengan lima pertanyaan yaitu AL, BL, CL, DL, dan FL. Berdasarkan hasil uji One Way Anova pada saat penelitian dengan 40 partisipan, maka diperoleh hasil tes homogenitas dari varians sebagai berikut: Tabel 3 Output Faktor-Faktor antar Subyek Hasil Uji Two Way Anova Variabel Independen Keterangan Jumlah Redenominasi 1.00 Old Rp 40 2.00 New Rp 40 Sumber : Pengolahan Data SPSS Tabel 4 Hasil Tes Homogenitas Varians Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 AG ,017 1 78 BG 3,496 1 78 AL ,074 1 78 BL 1,067 1 78 CL ,172 1 78 DL 2,513 1 78 EL ,716 1 78 LGC 1,034 1 78 G LGD 2,067 1 78 G LGEG 2,755 1 78 Sig. ,898 ,065 ,787 ,305 ,679 ,117 ,400 ,312 ,155 ,101 Sumber : Pengolahan Data SPSS Pengujian Levene dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi asumsi homogenitas data. Maka dilakukan hipotesis : H0 : Varian kesalahan pada kedua independen variabel sama H1 : Varian kesalahan pada kedua independen variabel tidak sama Kriteria pengujian hipotesis : Jika sig. < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika sig. > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak 131 Maka : Nilai sig. sebagaimana tertera dalam keluaran di atas ialah lebih besar > 0.05, oleh karena itu H0 diterima. Artinya varian kesalahan pada kedua independen variabel adalah sama. Dengan demikian persyaratan sudah dipenuhi. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini, terdapat dua hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa semua hipotesis didukung oleh data. Tabel 5 Ringkasan Tes Anova Sig. AG ,000 BG ,000 AL ,000 BL ,000 CL ,000 DL ,000 EL ,000 LGCG ,000 LGDG ,000 LGEG ,000 Dari Tabel V-3 yang menggambarkan uji signifikasi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Gain pada Rupiah lama dan baru pada point AG, BG, LGCG, LGDG, LGED: Hal ini menunjukkan bahwa Gain Rupiah lama lebih besar dari pada Gain Rupiah baru. Kondisi ini mungkin disebabkan karena persepsi masyarakat terhadap margin Rupiah lama dan Rupiah baru sangat tinggi. Temuan ini sama dengan argumentasi sebagian ilmuan yang berpendapat bahwa Gain Mata Uang lama lebih Besar dari pada Mata Uang Baru setelah adanya Redenominasi. 2. Loss pada Rupiah lama dan baru pada point AL, BL, CL, DL, EL: Hal ini menunjukkan bahwa Loss Rupiah lama lebih besar dari pada Loss Rupiah baru. Kondisi ini mungkin disebabkan karena persepsi masyarakat terhadap margin Rupiah lama dan Rupiah baru sangat tinggi. Temuan ini sama dengan argumentasi sebagian ilmuan yang berpendapat bahwa Loss Mata Uang lama lebih Besar dari pada Mata Uang Baru setelah adanya Redenominasi. Tabel 5 menyajikan analisis ragam untuk menguji hubungan Gain dan Loss Rupiah lama dan baru berdasarkan tingkat signifikan : 1. Variabel Money Illusion Effect Hipotesis : H1 = Gain Rupiah Lama Lebih Besar Dari Gain Rupiah Baru. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika Sig. < 0,05, maka H1 diterima. b. Jika Sig. > 0,05, maka H1 ditolak. H2 = Loss Rupiah Lama Lebih Besar Dari Loss Rupiah Baru. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika Sig. < 0,05, maka H2 diterima. 132 b. Jika Sig. > 0,05, maka H2 ditolak. Keputusan : a. Hipotesis 1 Diperoleh Nilai Sig. AG, BG, LGCG, LGDG, dan LGEG < 0,05 sehingga H1 diterima Artinya Gain Rupiah Lama lebih besar dari pada Gain Rupiah Baru. b. Hipotesis 2 Diperoleh Nilai Sig. AL, BL, CL, DL, EL, < 0,05 sehingga H2 diterima Artinya Loss Rupiah Lama lebih besar dari pada Loss Rupiah Baru. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan 2 variabel yaitu Money Illusion Effect dan Mata Uang Rupiah sebagai variable independen dan Persepsi Gain dan Loss sebagai variabel dependen lalu dianalisis dari 80 responden dengan beberapa pengujian data, maka dapat disimpulkan bahwa: Pada saat redenominasi terjadi pada mata uang Rupiah responden akan melakukan relearnig yang dipengaruhi oleh Money Illusion Effect yaitu ketika responden diberikan treatment saat masih menggunakan mata uang Rupiah Lama dan Rupiah Baru maka persepsi yang diperoleh adalah Gain dan Loss Rupiah lama lebih besar dari pada Gain dan Loss Rupiah Baru. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan saransaran sebagai berikut: 1. Bank Indonesia pada saat sosialisasi redenominasi tidak hanya terfokus pada Rescaling, tetapi juga adanya Relearning terhadap Rupiah Baru. 2. Bank Indonesia agar dapat memperhatikan Money Illusion Effect pada saat redenominasi rupiah, sehingga tidak memicu terjadinya inflasi. 3. Bank Indonesia ikut mengikutsertakan materi sosialisasi redenominasi pada masyarakat yang berisikan tentang perbedaan dari Redenominasi dan Sanering. DAFTAR PUSTAKA Calomiris, C. (2006): ―Devaluation with Contract Redenomination in Argentina‖, National Bureau of Economic Research Working Paper No. 12644. Cohen, B. (2004): The Future of Money, Princeton University Press, Princeton. Dwi Eko Waluyo, Teori Ekonomi Makro, (Malang : UMM Press, 2004), 119 Fisher, I. (1928). The money illusion. New York: Adelphi. Gamble, E., Gärling, T., Charlton, J., dan Ranyard, R. (2002). Euro illusion: Psychological insights into price evaluations with a unitary currency. European Psychologist, 7, 302–311 Hausmann, R. and Rigobon, R. (2002): IDA in UF: On the Benefit of Changing the Currency. Helson, H. (1964). Adaptation-level theory. New York: Harper & Row 133 Kahneman, D., dan Tversky, A. (1979). Prospect theory: An analysis of decision under risk. Econometrica, 47,267–291. Lead Capital Limited (2007): Nigeria‘s Naira Redenomination http://www.leadcapitalng.com/resources/Nairaredenominationreport.pdf. Strategy, Marques, J. F., dan Dehaene, S. (2004). Developing intuition for prices in Euros: Rescaling or relearning prices? Journal of Experimental Psychology Applied, 10, 148–155 Manullang, Pengantar Teori Ekonomi Moneter, (Jakarta: ghalia Indonesia, 1993), 83 Mishkin, F.S. 2010. Ekonomi Uang, Perbankan, dan PasarKeuangan: Buku 1, Edisi 8. SalembaEmpat, Jakarta Mosley, L. (2003): Global Capital and National Governments, Cambridge University Press, Cambridge. Mosley, L. 2005. Dropping Zeros, Gaining Credibility? Currency Redenomination in Developing Nations. 2005 Annual Meeting of The American Political Science Association, Washington DC Muhyiddin. 2012. Redenominasi Rupiah dan Trauma Sanering. Majalah Perencanaan Bappenas. Ojameruaye, E. (2007): ―A Qualitative Cost Benefit Assessment of the Redenomination of the Naira‖, available at http://www.urhobo-usa.org/ EOjameruayeNairaredonm.htm Patinkin, D. (1965). Money interest and prices. New York: Harper Row. Raghubir, P., dan Srivastava, J. (2002). Effect of face value on product valuation in Foreign currencies. Journal of Consumer Research, 29(3), 335–347. Raiffa H.: Decision Analysis: Introd'uctoryL ectures on Choices Under Uncertainty. Reading, Massachusetts: Addison-Wesley, 1968. Shafir, E., Diamond, P., dan Tversky, A. (1997). Money illusion. Quarterly Journal of Economics, 112, 341–374. Siaran Pers Bank Indonesia No. 12/38/PSHM/Humas Suhendra, E dan S.W. Handayani. 2012. Impacts of Redenomiantion on Economics Indicators. International Conference on Eurasian Economies 2012 Tyszka, T., dan Przybyszewski, K. (2006). Cognitive and emotional factors affecting currency perception. Journal of Economic Psychology, 27, 518–530 Wibowo. B.2012. Ilusi Nilai Uang Redenominasi. Harian Bisnis Kontan, Kamis 21 Februari 2013. 134 PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN OKUSI ASSOCIATES Novia Tri Utari Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta email : [email protected] ABSTRAKSI Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari motivasi (X1) dan kemampuan kerja (X2) secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan di Okusi Associates. Para responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan perusahaan (kecuali direktur perusahaan), berjumlah 50 karyawan. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan regresi linier berganda yang dihitung dengan SPSS 15.0. Dengan tingkat signifikansi penelitian sebesar 5%. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda didapatkan persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut : Ŷ = 20,972 + 0,488 X1 + 0,737X2 dari persamaan regresi diperoleh koefisien regresi bernilai positif sehingga ada pengaruh positif dari variabel motivasi (X1) dan kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan Okusi Associates. Berdasarkan hasil uji t didapatkan hasil yang signifikan dimana variabel motivasi (X1) didapatkan nilai t hitung (2,423) > t tabel (1,678) dan untuk variabel kemampuan kerja (X2) didapatkan nilai t hitung (3,248) > t tabel (1,678) selanjutnya pada uji F didapatkan hasil yang signifikan, dimana nilai F hitung (14,611) > F tabel (3,195). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial dan simultan motivasi kerja (X1) dan kemampuan kerja (X2) berpengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) pada Okusi Associates. Jadi, penting untuk memperbaiki motivasi dan kemampuan kerja dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan. Kata kunci: Motivasi, Kemampuan Kerja, Kinerja Karyawan. PENDAHULUAN Kehidupan suatu organisasi secara mendasar sangat ditentukan oleh adanya manusia dan segenap sumber dayanya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi dengan menghubungkan segenap tenaga, pikiran, bakat, kreativitas dan berupaya demi keberlangsungan kehidupan organisasi tersebut. Manusia adalah sumber daya yang memiliki nilai tertinggi bagi setiap organisasi, karena dapat memberikan manfaat yang besar sekali bila penggunaan tenaga manusia dilakukan secara tepat guna. Sumber daya manusia yang dimiliki organisasi memiliki berbagai karakteristik, termasuk motivasi, kemampuan kerja dan kinerja yang dimilikinya. Ketiga komponen tersebut sangat berkaitan dan berada dalam diri karyawan yang melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari. Okusi Associates merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa manajemen, IT dan penelitian yang berlokasi di Jakarta. Okusi Associates telah melakukan kegiatan operasinya mulai tahun 1997 sampai sekarang. Perusahaan menyadari pentingnya peran karyawan untuk jalannya operasional perusahaan. Tingkat kemampuan SDM tidak terlepas dari potret masukan tenaga kerja di perusahaan. 135 Keberadaan Okusi Associates bukanlah waktu yang pendek bagi sebuah perusahaan konsultan bisnis di Indonesia. Sejak tahun 1997, setelah melewati banyak krisis ekonomi, namun sampai saat ini Okusi Associates mampu berkembang pesat dan mampu bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya yang ada di Indonesia. Saat ini rata-rata Okusi mendirikan > 10 perusahaan setiap bulan, yang sebagian besarnya merupakan PMA. Okusi telah mendirikan lebih dari 1000 perusahaan bermodal besar. dan memiliki total lebih dari 3000 klien. Pencapaian ini tentunya tidak lepas dari peranan semua pihak terutama sumber daya manusia (karyawan). Sejalan dengan uraian di atas, Okusi Associates juga berupaya meningkatkan kinerja organisasi, salah satu upaya peningkatan kinerja organisasi dengan meningkatkan kinerja sumber daya manusia dari karyawannya. Program peningkatan kinerja karyawan Okusi Associates antara lain berupa peningkatan kemampuan kerja dan pemberian motivasi kerja kepada karyawan. Peningkatan kemampuan kerja karyawan dilakukan dengan cara memberikan pelatihan kepada karyawan seperti job training untuk menyiapkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan mental sehingga siap melaksanakan tugas pekerjaan dan mendatangkan tutor untuk mengembangkan kemampuan berbahasa inggris karyawan agar komunikasi dengan klien WNA semakin baik. Selain peningkatan kemampuan kerja, Okusi Associates melakukan langkah-langkah untuk memotivasi karyawannya seperti memberikan penghargaan baik berupa materiil/finansial dan kesempatan mengikuti proses promosi kepada karyawan yang dianggap memiliki kinerja terbaik. Namun demikian masih terdapat perbedaan tentang kinerja antara harapan dan kenyataan, berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer SDM Okusi Associates (Ibu Erni Herlina Munir), kinerja karyawan Okusi Associates masih bisa ditingkatkan ditinjau dari potensi sumber daya manusia yang ada. Penurunan kinerja karyawan Okusi Associates dapat diketahui dari terdapatnya karyawan yang keluar masuk kantor pada jam-jam kerja untuk urusan pribadi, masih kurangnya rangsangan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang ada dan terdapatnya keterlambatan capaian pekerjaan bila dilihat dari rencana kerja tindak lanjut yang telah ditetapkan perusahaan. Selain itu berdasarkan hasil penilaian kinerja karyawan menunjukkan adanya penurunan kinerja karyawan pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan hasil penilaian kinerja tahun sebelumnya. Hasil penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Frans Farlen (2011) menyatakan bahwa motivasi dan kemampuan kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian Andree Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) juga menyimpulkan hal yang sama, yakni variabel motivasi dan kemampuan kerja memiliki pengaruh positif atau searah yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Menyadari pentingnya pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya, menjadi menarik bagi penulis untuk mengkaji kedua variabel independen tersebut dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui ―Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Okusi Associates‖. Perumusan Masalah 1. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah apakah motivasi dan kemampuan kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan Okusi Associates? Tujuan Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan secara parsial dan simultan pada karyawan Okusi Associates. 136 TINJAUAN PUSTAKA Motivasi. Menurut Kreitner (2007:236) motivasi adalah proses psikologis yang mendorong dan mengarah pada perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan (psychological processes that arouse and direct goal-directed). Werner dan DeSimone (2006:48) mengungkapkan bahwa motivasi adalah salah satu elemen–elemen dasar dari perilaku manusia. (Motivation is one of the most basic elements of human behavior). Teori motivasi mencoba untuk menjelaskan bagaimana upaya menghasilkan hubungan. (Motivational theories attempt of explain how effort is generated a channeled). Menurut Barelson dan Steiner dalam Danang Sunyoto (2012:192), motivasi didefinisikan sebagai suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang supaya mengarah tercapainya tujuan organisasi. Kemampuan Kerja. Stephen P. Robbins dalam jurnal penelitian Andree Suhaji (2012:5) mendefiniskan bahwa kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kreitner & Kinicki dalam jurnal penelitian Choirul Anwar dkk (2013:4) menjelaskan bahwa kemampuan diartikan sebagai ciri luas dan karakteristik tanggung jawab yang stabil pada tingkat prestasi yang maksimal berlawanan dengan kemampuan kerja mental maupun fisik. Pegawai yang memiliki kemampuan memadai akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan waktu atau target yang telah ditetapkan dalam program kerja. Hal ini terjadi karena pegawai dapat mencurahkan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kinerja Karyawan. Stephen P. Robbins dalam jurnal penelitian Andree Suhaji (2012:4) mendefinisikan kinerja diartikan sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Menurut Simamora kinerja adalah kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk pekerjaan karyawan dan merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Sukmalana soelaiman dalam jurnal penelitian Choirul Anwar (2013:4) memberikan pengertian kinerja sebagai sesuatu yang dikerjakan dan dihasilkan dalam bentuk produk maupun jasa, dalam suatu periode tertentu dan ukuran tertentu oleh seseorang atau sekelompok orang melalui kecakapan, kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya. Soelaiman juga menjelaskan bahwa kinerja karyawan (employee performance) adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan- persyaratan pekerjaan. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh positif yang signifikan dari variabel motivasi dan kemampuan kerja secara parsial terhadap kinerja karyawan Okusi Associates. 2. Ada pengaruh positif yang signifikan dari variabel motivasi dan kemampuan kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan Okusi Associates. METODE PENELITIAN Jenis, Sumber, dan Metode Penarikan Sampel Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Drajat Kuncoro (2009:145) data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik. Jenis data kualitatif dalam penelitian ini adalah data ordinal. Data ordinal adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kategori, namun posisi data tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat. 137 Agar data dapat dihitung dalam skala numerik, digunakan data ordinal yang dimana dalam penelitian ini berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data ordinal. Dalam penelitian ini menggunakan data subyek tertulis yaitu berupa hasil kuesioner. Selain itu juga diperlukan data internal, yaitu data yang berasal dari dalam organisasi tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh karyawan Okusi Associates yang berlokasi di Jakarta (tidak termasuk direktur) yang berjumlah 50 orang. Karena jumlah populasi yang tidak banyak (<100). Penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau sensus, yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang. Teknik dan Metode Analisis Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner. Skala yang digunakan dalam penelitin ini adalah skala likert. Skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini berinterasi 1-5 pada pilihan jawaban. Kuesioner motivasi dan kemampuan kerja yang diisi oleh masing-masing karyawan memiliki pilihan sebagai berikut : Skor 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 2 : Tidak Setuju (TS) Skor 3 : Ragu - ragu (R) Skor 4 : Setuju (S) Skor 5 : Sangat Setuju (SS) Kuesioner kinerja karyawan yang diisi oleh masing-masing atasan memiliki pilihan sebagai berikut : Skor 1 : Sangat Tidak Baik (STB) Skor 2 : Tidak Baik (TB) Skor 3 : Cukup (C) Skor 4 : Baik (B) Skor 5 : Sangat Baik (SB) Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linier berganda, namun sebelumnya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis parsial (uji t) dan simultan (uji F). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari jawaban responden tersebut valid atau tidak. Kriteria dikatakan valid apabila nilai r hitung > nilai r tabel. Nilai r tabel untuk penelitian ini dengan jumlah observasi 50 orang dan α = 5% adalah 0,235. Jika r hitung > r tabel (0,235) maka kuesioner dikatakan valid dan sebaliknya jika r hitung < r tabel maka kuesioner tersebut dikatakan tidak valid sebagai instrumen penelitian. Adapun hasil uji tersebut adalah sebagai berikut: 138 Tabel 1 Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Motivasi Item r hitung r tabel Keterangan 1 0,641 0,235 Valid 2 0,539 Valid 3 0,634 Valid 4 0,625 Valid 5 0,542 Valid 6 0,583 Valid 7 0,584 Valid 8 0,628 Valid 9 0, 711 Sumber : hasil pengolahan kuesioner Valid Tabel 2 Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Kemampuan Kerja Item r hitung r tabel Keterangan 1 0,579 0,235 2 0,722 Valid 3 0,652 Valid 4 0,558 Valid 5 0,664 Valid 6 0,621 Valid 7 0,775 Sumber : hasil pengolahan kuesioner Valid Valid Tabel 3 Hasil Uji Validitas Pertanyaan tentang Kinerja Karyawan Item r hitung r tabel Keterangan 1 0,598 0,235 2 0,719 Valid 3 0,434 Valid 4 0,577 Valid 5 0,514 Valid 6 0,616 Valid 7 0,634 Valid 8 0,691 Valid 9 0,679 Valid 10 0,570 Valid 11 0,597 Valid 12 0,528 Valid 13 0,447 Valid 14 0,712 Valid 15 0,647 Valid Sumber : hasil pengolahan kuesioner Valid 139 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan alat uji untuk mengetahui tingkat kestabilan dari suatu alat ukur dalam mengukur suatu gejala. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Cronbach Alpha. Suatu pengukuran dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6. Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan X1 : Motivasi 0,749 Reliabel X2 : Kemampuan kerja 0,760 Reliabel Y : Kinerja Karyawan 0,746 Sumber : hasil pengolahan kuesioner Reliabel Hasil pengujian reliabilitas terhadap seluruh item pertanyaan diperoleh nilai Cronbach Alpha variabel penelitian > 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan penelitian ini telah memenuhi syarat reliabilitas atau dengan kata lain bahwa kuesioner ini reliabel sebagai instrumen penelitian. Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal Probability Plot atau Normal P - Plot of Regression Standardized. Dasar pengambilan keputusan yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Grafik p-plot pada gambar 5.1 memperlihatkan penyebaran data (titik) di sekitar garis regresi (diagonal) dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas. Gambar 1 Normal Probability Plot Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Untuk mendeteksi gejala multikolinearitas 140 dilakukan dengan cara melihat nilai (VIF) Variance Inflation Factor. Jika variabel independen memiliki nilai VIF < 10, dan perhitungan nilai tolerance variabel independen > 0,10 maka data ini bebas dari multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dapat dilihat nilai VIF untuk variabel motivasi adalah sebesar 1,247. Untuk variabel kemampuan kerja nilai VIF adalah sebesar 1,247. Nilai VIF untuk variabel motivasi dan kemampuan kerja < 10, serta nilai tolerance variabel motivasi dan kemampuan kerja masing-masing adalah 0,802 (nilai tolerance variabel independen > 0,10) maka data penelitian ini bebas dari asumsi multikolinearitas. Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Variabel Tolerance VIF 0,802 1,247 Kemampuan Kerja 0,802 Sumber : hasil pengolahan kuesioner 1,247 Motivasi Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidak samaan varian dari residual pada model regresi. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi homokedastisitas dan jika variansnya tidak sama / berbeda disebut disebut terjadi heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola titik - titik pada scatterplots regresi. Jika titik - titik menyebar dengan pola yang tidak teratur diatas dan dibawah titik origin (angka 0) pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Gambar dibawah ini memperlihatkan pola yang jelas dimana titik-titik menyebar diatas dan dibawah titik origin (angka 0) pada sumbu Y, dan titik-titik tersebut tidak membentuk suatu pola tertentu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi persoalan heteroskedastisitas. Gambar 2 Grafik Scatterplot 141 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan : Ŷ = Kinerja karyawan a = Konstanta X1 = Motivasi X2 = Kemampuan kerja b1 b2 = Koefisien regresi X1, X2 e = Faktor penganggu (error terms) Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS 15.0 diperoleh ringkasan hasil sebagai berikut : Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coe fficientsa Model 1 (Constant) X1_Motivasi X2_KemampuanKerja Unstandardized Coefficients B Std. Error 20,972 7,066 ,488 ,201 ,737 ,227 Standardized Coefficients Beta ,310 ,415 t 2,968 2,423 3,248 Sig. ,005 ,019 ,002 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,802 ,802 1,247 1,247 a. Dependent Variable: Y_KinerjaKaryaw an Sumber : hasil pengolahan kuesioner Bila hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan di atas diperoleh nilai sebesar : Ŷ = 20,972 + 0,488 X1 + 0,737X2 Dari persamaan diatas diperoleh koefisien regresi bernilai positif dari motivasi (X1) dan kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y). Adapun arti dari koefisien regresi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Konstanta = 20,972 Konstanta bernilai positif, artinya apabila motivasi dan kemampuan kerja dianggap konstan, maka kinerja karyawan nilainya adalah positif. 2. Koefisien regresi (b1) = 0,488 Nilai b1 bertanda positif, sehingga apabila motivasi kerja lebih baik menyebabkan meningkatnya kinerja karyawan dan sebaliknya. 3. Koefisien regresi (b2) = 0,737 Nilai b2 bertanda positif, sehingga apabila kemampuan kerja lebih baik menyebabkan meningkatnya kinerja karyawan dan sebaliknya. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t), Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 15.00 diperoleh hasil nilai t hitung untuk motivasi (X1) adalah 2,243 dan menggunakan taraf signifikasi sebesar 5%; df=n-k-1 (50-2-1) = 47, dengan uji satu sisi diperoleh nilai t tabel sebesar 1,678. yang berarti bahwa nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak 142 dan H1 diterima. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif motivasi (X1) terhadap kinerja karyawan (Y) dapat diterima, jadi apabila motivasi kerja semakin baik maka kinerja karyawan Okusi Associates akan mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 15.00 diperoleh hasil nilai t hitung untuk kemampuan kerja (X2) adalah 3,248 dan menggunakan taraf signifikasi sebesar 5%; df=n-k-1 (50-2-1) = 47, dengan uji satu sisi diperoleh nilai t tabel sebesar 1,678. yang berarti bahwa nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) dapat diterima, jadi apabila kemampuan kerja semakin baik maka kinerja karyawan Okusi Associates akan mengalami peningkatan. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F), Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai F hitung adalah 14,611. Dimana F tabelnya adalah 3,195. Sehingga diketahui F hitung lebih besar dari F tabel (14,611 > 3,195) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan berarti koefisien regresi adalah signifikan. Dengan kata lain, variabel motivasi (X1) dan kemampuan kerja (X2) didalam model regresi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan. Motivasi (X1) menurut Stephen P. Robbins motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan. Dalam teori motivasi Alderfer (ERG theory) motivasi didasari pada kebutuhan manusia sebagai berikut: existence needs (gaji dan tunjangan), relatedness needs (hubungan dengan atasan dan rekan kerja) serta growth needs (perkembangan untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan). Dari definisi motivasi tersebut diatas maka karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi maka akan menghasilkan kinerja yang tinggi juga. Semakin tinggi gaji dan tunjangan yang diberikan perusahaan, semakin baik hubungan antara atasan dan rekan kerja serta semakin baik pertumbuhan karyawan untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan akan memotivasi karyawan untuk memberikan hasil kerja yang lebih baik pula. Koefisien regresi variabel motivasi sebesar 0,488 signifikan pada 0,000 dan t hitung > t tabel (2,423 > 1,678) menunjukan bahwa pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan adalah signifikan positif, hal ini berarti apabila variabel motivasi kerja ditingkatkan maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Frans Farlen (2011), Andree Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan. Kemampuan kerja (X2) menurut Stephen P. Robbins adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Pengukuran kemampuan kerja menurut Stephen P. Robbins dengan melihat indikator kesanggupan kerja, pendidikan dan masa kerja. Kemampuan merupakan potensi yang ada dalam diri seseorang untuk berbuat sehingga memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan ataupun tidak dapat melakukan pekerjaan tersebut. Kemampuan kerja pada dasarnya sangat berpengaruh terhadap mutu atau bobot hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan. Hal ini dapat dimengerti karena dalam kemampuan kerja terdapat berbagai potensi kecakapan, keterampilan, serta potensi yang lain yang mendukung karyawan agar semakin mudah mengerjakan tugas-tugasnya sehingga akan mudah 143 mencapai kinerja yang diharapkan. Dari definisi diatas jika kemampuan karyawan semakin meningkat maka kinerja karyawan akan semakin baik. Pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan dalam penelitian terlihat dari hasil uji regresi dimana koefisien regresi variabel kemampuan kerja sebesar 0,737 signifikan pada 0,000 dan t hitung > t tabel (3,248 > 1,678) menunjukkan bahwa pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan adalah signifikan positif, hal ini berarti bahwa apabila variabel kemampuan kerja ditingkatkan maka kinerja karyawan Okusi Associates juga akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Frans Farlen (2011), Andree Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan variabel kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uji serempak (uji F) diperoleh nilai F hitung sebesar 14,611 lebih besar dari nilai F tabel (3,195). Berarti secara serempak variabel independen penelitian yakni motivasi dan kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap karyawan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Frans Farlen (2011), Andree Wijaya Suhaji (2012) dan Choirul Anwar dkk (2013) yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan secara simultan variabel motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan. Dari dua variabel independen yakni motivasi dan kemampuan kerja dalam penelitian ini, variabel kemampuan kerja memiliki pengaruh yang lebih besar dalam mempengaruhi tingkat kinerja karyawan Okusi Associates. Berdasarkan penelitian ini, didapati bahwa teori motivasi dari Alderfer ( ERG theory), teori kemampuan kerja dari Stephen P. Robbins dan teori kinerja karyawan dari John Minner terbukti kebenarannya pada penelitian yang dilakukan pada karyawan Okusi Associates. Jadi, semakin baik gaji dan tunjangan yang diberikan Okusi Associates kepada karyawannya, semakin baik hubungan yang terjalin antara karyawan dan atasan Okusi Associates, semakin baik hubungan yang terjalin antara karyawan Okusi Associates dengan rekan kerja lainnya, semakin baik dorongan karyawan Okusi Associates untuk lebih kreatif dan lebih produktif lagi baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan, semakin baik kesanggupan kerja yang dimiliki karyawan Okusi Associates, semakin baik pendidikan yang dimiliki karyawan Okusi Associates dan semakin baik pengalaman kerja yang dimiliki karyawan Okusi Associates, maka kinerja karyawan Okusi Associates baik dari segi kualitas, kuantitas, efektivitas, kerjasama dan kehadiran akan semakin meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi dan kemampuan kerja secara secara parsial dan simultan berpengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja karyawan Okusi Associates. Hal ini perlu ditindak lanjuti oleh manajemen Okusi Associates, perlunya memberikan segala seseuatu yang berhubungan dengan peningkatan motivasi karyawan seperti gaji dan tunjangan, hubungan yang terjalin baik antara karyawan dengan atasan dan antara karyawan dengan sesama rekan kerja serta dorongan untuk karyawan lebih kreatif dan produktif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Kemudian Okusi Associates perlu juga memberikan segala seseuatu yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan karyawan, seperti peningkatan kesanggupan kerja karyawan, pemberian pendidikan dan pelatihan serta mememelihara para karyawan agar semakin memiliki pengalaman kerja yang lebih baik lagi, sehingga akhirnya kinerja para karyawan bisa terus meningkat secara berkelanjutan. 144 Saran 1. Hendaknya perusahaan dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan kerja karyawan dengan menekankan pada kemampuan kerja agar kinerja karyawan meningkat. Kemampuan kerja yang dimaksudkan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan yang ada pada Okusi Associates. Bukan berarti bahwa variabel lain di nomor duakan, akan tetapi karena hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kemampuan kerja memiliki pengaruh yang dominan terhadap kinerja karyawan, maka variabel ini harus diperhatikan dengan tidak melupakan variabel lain. 2. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan informasi pembanding bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai SDM dalam organisasi, untuk mengoptimalkan kinerja karyawan perlu adanya penelitian lanjutan terhadap variabelvariabel lain yang mempengaruhi kinerja karyawan, seperti gaya kepemimpinan, dukungan organisasi dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Subekhi, Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia, Prestasi Pustaka Jakarta, Jakarta, 2012. Andree Wijaya Suhaji, 2012, Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PNPM Jawa Tengah, Vol. 1 No. 1, STIE Widya Manggala, Semarang. CA. Arnolds and Christo Boshoff, 2002, Compensation, esteem valence and job performance: an empirical assessment of Alderfer's ERG theory, The International Journal of Human Resources Management 697-719. Cafila Ficalista, 2011, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang, UIN, Malang. Choirul Anwar dkk, 2013, Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Kota Malang, Vol. 2 No. 2, Universitas Brawijaya, Malang. Danang Sunyoto, Analisi Regresi dan Korelasi Bivariat, Amara books, Yogyakarta, 2007. Danang Sunyoto, Manajemen Sumber Daya Manusia, CAPS, Yogyakarta, 2012. Frans Farlen, 2011, Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. United Tractors Tbk., Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta. Gibson, James L et. al, Organizations : behaviour, structure, processes, 10th International Edition, The McGraw-Hill Companies, New York, 2000. Kreitner, Robert., Angelo Kreitner, Organizational Behavior Seventh Edition, The McGraw-Hill Companies, New York, 2007. Newstrom, John W., Keith Davis, Organizational Behavior : Human Behavior at Work, 11th Edition, McGraw-Hill, USA, 2002. Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 3, Erlangga, Yogyakarta, 2009. Novitasari Andraeni, 2005, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan PT. HM Sampoerna Tbk. Surabaya, Universitas Airlangga, Surabaya. Robbins, Stephen P., Timothy Judge, Perilaku Organisasi, Edisi 12, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM (Teori, Dimensi Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1 Edisi 10, Erlangga, Jakarta, 2008. Werner, Jon M., Randy L DeSimone, Human Resource Management, 4th edition, Thomson South Western Corporation, USA, 2006. 145 PENGARUH PARTISIPASI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS RELASIONAL DENGAN MODERASI IMPLICIT SELF-THEORIES : SEBUAH STUDI DALAM INDUSTRI SALON KECANTIKAN Rausigof Albiruni Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Customer Participation dan Implicit Self-Theories terhadap Relationship Quality dari industri salon kecantikan serta untuk melihat apakah incremental theorists dapat menciptakan trust dan satisfaction dalam memoderasi customer participation. Penelitian ini juga dapat dipergunakan secara luas untuk perusahaan barang dan jasa lainnya. Merujuk pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dweck dan Leggett dengan setting laboratorium, penelitian ini dilakukan dengan setting situasi sebenarnya. Teknik pengumpulan data penelitian adalah membuat skenario dan melakukan pencatatan terhadap mahasiswi Universitas Esa Unggul yang memiliki frekuensi sering pergi ke salon untuk perawatan rambut. Data primer dicatat dari 120 orang partisipan melalui skenario yang sudah dipersiapkan. Penelitian dengan desain between subject yaitu : 2x2: 2 (implicit selftheories: incremental, entity) x 2 (consumer participation: high vs low). Studi lanjutan yang merujuk pada penelitian Dweck dan Leggett ini, dalam penelitian ini konsumen yang diberi Consumer Participation high dengan moderasi IST Entity cenderung menciptakan Relationship Quality yang lebih rendah dibanding dengan Consumer Participation high dengan moderasi IST Incremental. Begitu juga apabila konsumen yang diberi Consumer Participation low dengan moderasi IST Entity cenderung menciptakan Relationship Quality yang lebih rendah dibanding dengan Consumer Participation low dengan moderasi IST Incremental. Berdasarkan hasil uji t sampel independen didapat bahwa dua sampel yaitu dua level yang ada pada sebuah variabel independen memiliki pengaruh terhadap rata-rata nilai sampel yaitu kualitas relasional (nilai variabel dependen). Berdasarkan hasil uji Two Way Ancova maka dapat disimpulkan bahwa Interaction effect menunjukkan bahwa Implicit Self-Theories memoderasi hubungan Customer Participation terhadap Relationship Quality. Kata Kunci : consumer participation, implicit self-theories, relationship quality, two way ancova Pendahuluan Industri jasa salon kecantikan di wilayah Jakarta mengalami perkembangan yang pesat dewasa ini, di berbagai sudut jalan banyak terdapat provider yang menyediakan jasa salon. Pusat – pusat perbelanjaan dan Mall – Mall menjadi pilihan mengembangkan bisnis salon 146 kecantikan, bagi mereka Mall adalah ladang bisnis yang menjanjikan. Perkembangan industri salon banyak didukung oleh pergeseran gaya hidup masyarakat kota, perawatan kecantikan sudah menjadi kebutuhan utama bagi kebanyakan warga metropolitan. Kebutuhan ini tersebar merata dari berbagai kelompok umur, mulai dari remaja sampai usia setengah baya. Karakter industri salon memungkinkan provider dan pelanggan menjalin hubungan yang intim, dan pelanggan berpartisipasi dalam berbagi informasi, dan terlibat dalam setiap keputusan selama mengkonsumsi jasa. Evaluasi pelanggan terhadap keseluruhan jasa yang diberikan oleh provider salon juga ditentukan oleh evaluasi pelanggan terhadap pegawai salon. Kualitas relasional yang diberikan oleh pegawai salon akan menjadi pertimbangan pelanggan untuk kembali lagi datang ke salon bersangkutan. Lusch, Brown, dan Brunswick memberikan kerangka teori untuk mengeksplorasi partisipasi pelanggan dalam penciptaan nilai. Tujuan bisnis bukanlah untuk menciptakan nilai bagi pelanggan tetapi untuk memobilisasi pelanggan untuk secara bersama sama menciptakan nilai. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menggerakan penciptaan nilai dalam kolaborasi antara pabrik dan supplier. Menyinggung tentang customer participation, dimana layanan kepuasan konsumen secara langsung berkaitan dengan masukan konsumen untuk kualitas teknis dan fungsional dan menunjukkan bahwa upaya penelitian masa depan harus mempertimbangkan dampak dari perbedaan individu pada partisipasi dan persepsi. Selain itu, partisipasi dan control konsumen secara langsung dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap upaya perbaikan layanan oleh perusahaan. Menyinggung tentang implicit self-theories, yaitu teori yang membahas tentang keyakinan tentang kepribadian kita, dimana teori tersebut dibagi menjadi dua jenis: Entity theory dan Incremental theory. Individu yang menganut Incremental theory (incremental theorists) melihat kemampuan pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan beradaptasi‖, atau mereka dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri. Sebaliknya, individu yang mendukung Entity theory (entity theorists) percaya bahwa kemampuan pribadi mereka adalah ―tetap‖, atau mereka tidak dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri secara langsung. Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan konsumen didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya. Sedangkan kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Konsumen merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui. Dalam berbagai industri lainnya, paradigma pemasaran relasional sudah mulai dikenal luas dan menggantikan paradigma lama, yaitu pemasaran transaksional. Perubahan paradigma ini banyak dipengaruhi oleh tingkat kompetisi yang semakin ketat dan perubahan orientasi pemasaran, dari pemasaran berorientasi produk menjadi pemasaran yang beroientasi pada pelanggan. Tujuan utama kegiatan pemasaran relasional adalah untuk menciptakan hubungan jangka panjang dan saling menguntungkan antara provider dan pelanggan. Hubungan jangka panjang ini akan terbentuk apabila pelanggan menerima superior customer value, dan provider mendapatkan sustainable competitive advantage. Penelitian ini akan menggunakan obyek salon kecantikan, karena pada salon kecantikan terdapat interaksi dan partisipasi antara karyawan dan pelanggan. Melalui interaksi inilah sebuah hubungan relasional antara pelanggan dan provider salon dimulai. Salon juga tidak menggunakan kampanye iklan yang gencar dalam mempromosikan produknya, sehingga faktor periklanan dapat dihilangkan dalam penelitian ini. 147 Landasan Teori A. Pemasaran Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Menurut Philip Kotler dan Amstrong, pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. 1. Konsep Pemasaran Konsep-konsep inti pemasaran meliputi: kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pasar. 2. Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong, pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan manajemen adalah proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing) penggerakan (Actuating) dan pengawasan (Controlling). B. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi tentang pembelian suatu unit dan proses pertukaran dalam memperoleh, mengkonsumsi, membuang barang, jasa, pengalaman, dan ide-ide. Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa. Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. 1. Tipe–Tipe Perilaku Pembelian a. Pengalokasian budget Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian. b. Membeli produk atau tidak Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri. c. Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian. d. Keputusan atas merek dan gaya Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli. 148 2. Sifat dari Perilaku Konsumen a. Perilaku Konsumen Bersifat Dinamis Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus sulit. b. Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen. c. Perilaku Konsumen Melibatkan Pertukaran Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya C. Partisipasi Konsumen Karakteristik konsumen dapat bervariasi tergantung pada apakah mereka memilih untuk berpartisipasi atau tidak. Variasi ini memberi kita kesempatan untuk mensegmentasikan jenis – jenis layanan konsumen berdasarkan kesediaan partisipasi mereka. Oleh karena itu, kita juga harus mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan individu yang mungkin mendasari perbedaan segmen. Manfaat untuk perusahaan jasa dari pemahaman yang lebih jelas mengenai partisipasi konsumen, yaitu termasuk peluang untuk segmentasi pasar dan positioning produk berdasarkan kemampuan konsumen atau kebutuhan partisipasi, produk baru atau jalur pengembangan berdasarkan peran konsumen, dan kemampuan untuk mengelola ukuran peran konsumen secara optimal selama jasa pengiriman. Intinya adalah, partisipasi konsumen adalah masyarakat atau keterlibatan individu dalam proses pengambilan keputusan. D. Implicit Self – Theories Orang – orang mengembangkan Lay Theories, atau struktur pengetahuan, mengenai sifat dunia sosial dalam rangka untuk menafsirkan, memprediksi, dan mengendalikan dunia sosial mereka. Diantara Lay Theories yang paling banyak dipelajari adalah Implicit selftheories, yang mempelajari keyakinan tentang kepribadian kita. Para peneliti telah mengidentifikasi dua jenis Implicit self-theories: Entity theory dan Incremental theory. Individu yang menganut Incremental theory (incremental theorists) melihat kemampuan pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan beradaptasi‖, atau mereka dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri. Sebaliknya, individu yang mendukung Entity theory (entity theorists) percaya bahwa kemampuan pribadi mereka adalah ―tetap‖, atau mereka tidak dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri secara langsung. Pandangan ini mempengaruhi cara individu untuk bagaimana memulai pendekatan peningkatan diri. Karena incremental theoriests percaya bahwa kemampuan pribadi mereka dapat ditingkatkan jika mereka mengerahkan upaya untuk melakukannya, mereka mencari cara untuk menjadi pribadi yang lebih baik melalui peluang untuk belajar, memperbaiki diri, dan tumbuh untuk itu. Misalnya, mahasiswa dengan keyakinan incremental theory bersedia untuk mengambil kelas dengan mata kuliah yg materinya sulit, karena mereka percaya itu akan membantu mereka meningkatkan kemampuan untuk menjadi lebih kompeten, walaupun ada risiko yang tinggi dalam mendapatkan nilai yang rendah jika gagal. Sebaliknya, entity theorists melihat kemampuan 149 pribadi sebagai sesuatu yang tidak bisa berubah dengan upaya langsung mereka untuk belajar, improvisasi, atau menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk meningkatkan kualitas diri, mereka mencari cara untuk menunjukkan kemampuan positif mereka terhadap diri sendiri atau orang lain. Mahasiswa dengan keyakinan entity theory mencari kelas dengan mata kuliah yang materinya lebih mudah di mana mereka yakin bisa mendapatkan nilai yang tinggi, yang menunjukkan kompetensi mereka, bahkan jika kelas tersebut tidak menghasilkan pembelajaran atau akuisisi keterampilan apapun pada akhirnya. E. Kepercayaan dan Kepuasan Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan konsumen didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya. Kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Konsumen merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui. 3. Kerangka Pikir dan Hipotesis Kepercayaan Partisipasi Konsumen Kualitas Relasional Pelanggan Kepuasan Implicit Self Theory Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah dikemukan, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis yang sesuai dengan perumusan masalah yang ada, yaitu: a. Customer participation dapat menciptakan trust dan satisfaction pada konsumen. b. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap trust. c. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap satisfaction 4. Metodologi Penelitian A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Experimental Design yang bertujuan untuk menentukan hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel bebas atau dengan melakukan pengendalian terhadap variabel penghubung lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian kausal ini adalah eksperimen atau percobaan. Studi yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan desain between subject 2x2: 2 (implicit self-theories: incremental, entity) x 2 (customer participation: high vs low) sebagai faktor eksperimen/independent variable. 150 B. Variabel dan Operasional Variabel 1. Independent Variable (IV) a. Implicit Self-theories Implicit self-theories dapat dimanipulasi dengan cara meminta responden membaca sebuah artikel yang sesuai atau mengandung kalimat incremental theory atau entity theory. Meskipun responden cenderung menganut salah satu teori tersebut, namun pola pikir mereka dapat ‗dibentuk‘ untuk mengadopsi pola pikir tertentu dengan mengkomunikasikan atau menyampaikan informasi yang relevan. Untuk memperkenalkan artikel, responden sebelumnya diberitahu bahwa peneliti tertarik pada pendapat mereka tentang artikel tersebut. Selain itu, peneliti meminta responden untuk menggarisbawahi tiga kalimat yang dirasa responden paling penting dalam artikel yang dibuat dari sudut pandang penulis. Customer Participation Partisipasi konsumen adalah keterlibatan masyarakat atau individu dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik konsumen dapat bervariasi tergantung pada apakah mereka memilih untuk berpartisipasi atau tidak. Variasi ini memberi kita kesempatan untuk mensegmentasikan (mengelompokkan) jenis – jenis layanan konsumen berdasarkan kesediaan partisipasi mereka. Studi Pendahuluan Peneliti menguji manipulasi ini dengan bertanya kepada wanita berumur 18-25 tahun, mahasiswa S1, memiliki frekuensi minimal sebulan sekali ke salon, untuk membaca artikel entity theory (n=20) atau artikel incremental theory (n=20). Kemudian mereka diminta pendapatnya dari artikel tersebut dalam skala 7 poin untuk memastikan bahwa artikel tersebut benar – benar kredibel, persuasif, berguna, jelas, dan mudah dimengerti. Respon dari poin – poin tersebut kemudian disimpulkan (α = 0,66), dan seperti yang diharapkan, ukuran ini tidak berbeda dengan kondisi (Mentity = 5,78 vs. Mincremental = 5,85; NS). Kedua, untuk menentukan apakah artikel menginduksi pola pikir yang sesuai, responden diminta untuk membuat beberapa prediksi tentang perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Mereka diberi skala probabilitas (0-100) untuk menentukan prediksi mereka dalam pertanyaan seperti, " Ada 2 orang sahabat baik bernama Ika dan Putri. Ika bersifat lebih penolong dan lebih senang membantu dibandingkan Putri. Pada suatu hari, mereka melihat ada seorang pemuda yang mendorong motornya di jalan karena mogok, sedangkan tukang tambal ban masih sedikit jauh. Menurut Anda, berapa persen kemungkinan Ika akan menolong dibandingkan Putri?". Tanggapan terhadap pertanyaan tersebut kemudian digabungkan. Dibandingkan dengan incremental theorist, entity theorist membuat prediksi tentang perilaku semakin kuat, karena mereka lebih cenderung untuk percaya bahwa perilaku dapat diprediksi atau diperkirakan dari sifat seseorang. Dengan demikian, jika manipulasi ini berhasil, mereka yang membaca artikel yang berlawanan dengan entity theory (incremental theory) harus memperkuat (melemahkan) prediksi perilaku dari informasi tentang sifat tersebut. Hasil ini dikonfirmasi dalam data 151 peneliti (Mentity = 82,2 vs. Mincremental = 43,1; p < 0,05), menunjukkan bahwa implicit self-theories manipulation berhasil menciptakan mindset (jalan pikir) yang diinginkan. 3. Dependent Variable (DV) Dependent Variable dalam penelitian ini adalah satisfaction dan trust. Satisfaction atau kepuasan yang dimaksud disini adalah kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya. Sedangkan trust atau kepercayaan didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya. Kemudian diberikan satu pertanyaan yang menggambarkan suasana salon secara langsung dan enam pertanyaan tidak langsung sebagai proxi salon. Sehingga akan didapatkan tujuh pertanyaan sebagai berikut: 5. Metodologi Penelitian A. Uji Two Way Ancova Keluaran dibawah merupakan faktor-faktor yang dijadikan sebagai variabel bebas / predictor dalam membuat perbedaan deviasi untuk kedua independen variabel. Faktor-faktor tersebut adalah Customer Participation (CP) dan Implicit SelfTheories (IST). Variabel Independen CP 1.00 2.00 1.00 2.00 IST Keterangan CP High CP Low Incremental Entity Jumlah 50 50 50 50 Pada tabel ini terlihat ringkasan mengenai jumlah (n) yaitu masing-masing 50 yang dianalisis pada variabel Customer Participation maupun Implicit Self-Theories dengan jumlah seluruhnya 100. F 1,540 df1 3 df2 96 Sig. ,209 Pengujian Levene dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi asumsi homogenitas data. Nilai sig. sebagaimana tertera dalam keluaran di atas ialah sebesar 0.209 > 0.05, oleh karena itu H0 diterima. Artinya varian kesalahan pada kedua independen variabel adalah sama. Dengan demikian persyaratan sudah dipenuhi. 152 Type III Sum Keterangan of Squares df a Corrected Model 16,071 4 Intercept ,000 1 Efikasi 1,165 1 CP ,171 1 IST 10,338 1 CP * IST 4,595 1 Error 82,299 95 Total 99,000 100 Corrected Total 99,000 99 Variabel Dependen : RQ R Squared = ,169 (Adjusted R Squared = ,134) Mean Square 4,175 ,000 1,165 ,171 10,338 4,595 ,866 F 4,820 ,000 1,344 ,197 11,933 5,304 Sig. ,001 1,000 ,249 ,658 ,001 ,023 Dari Tabel 5.6 diketahui bahwa terdapat interaction effect antara Customer Participation dan Implicit Self-Theories (F = 5,304 df = 1 dan nilai Sig. = 0,023). Interaction effect ini menunjukkan bahwa Implicit Self-Theories memoderasi hubungan Customer Participation terhadap Relationship Quality. B. Uji Hipotesis Hipotesis 1 2 3 Nilai Sig. Pernyataan Hipotesis Customer participation dapat menciptakan trust dan 0,658 satisfaction pada konsumen Incremental theorists dapat memoderasi customer 0,001 participation terhadap trust Incremental theorists dapat memoderasi customer 0,001 participation terhadap satisfaction. Keterangan Data mendukung hipotesis tidak Data mendukung hipotesis Data mendukung hipotesis 1. Customer participation tidak dapat menciptakan trust dan satisfaction pada konsumen : Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi konsumen tidak dapat menciptakan kepercayaan dan kepuasan pada pelanggan salon kecantikan. Kondisi ini mungkin disebabkan karena persepsi pelanggan salon terhadap partisipasi konsumen yang diterima dari salon adalah sebuah hal yang biasa, semua salon menawarkan hal yang sama. Jadi untuk menciptakan trust dan satisfaction, pelanggan salon masih memerlukan evaluasi terhadap Customer Participation yang diterimanya, termasuk didalamnya adalah evaluasi terhadap salon lainnya yang memberikan pelayanan sejenis. Temuan ini berbeda dengan argumentasi sebagian ilmuan yang berpendapat bahwa Customer Participation dapat menciptakan trust dan satisfaction terhadap konsumen (Larsson dan Bowen, 1989; Bateson, 1985; Cermak et al, 1994;. Kelley et al, 1990. , Martin & Pranter, 1989, Mills & Morris, 1986). 153 2. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap trust : Dalam implicit self-theories, individu yang menganut incremental theory percaya bahwa kemampuan pribadi mereka bisa ditingkatkan oleh usaha mereka sendiri, dan usaha tersebut termasuk berpartisipasi dalam proses pelayanan. Sehingga para incremental theorists tersebut dapat merasa lebih puas apabila mereka terlibat secara langsung dalam proses pelayanan jasa, dan menciptakan relationship quality yang lebih baik dibandingkan dengan para entity theorists. Konsumen yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh salon cenderung akan percaya dan datang lagi ke salon tersebut. 3. Incremental theorists dapat memoderasi customer participation terhadap satisfaction : Dalam implicit self-theories, individu yang menganut incremental theory percaya bahwa kemampuan pribadi mereka bisa ditingkatkan oleh usaha mereka sendiri, dan usaha tersebut termasuk berpartisipasi dalam proses pelayanan. Sehingga para incremental theorists tersebut dapat merasa lebih puas apabila mereka terlibat secara langsung dalam proses pelayanan jasa, dan menciptakan relationship quality yang lebih baik dibandingkan dengan para entity theorists. 6. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan 2 variabel yaitu Customer Participation dan Implicit Self-Theories sebagai variable independen dan Relationship Quality sebagai variable dependen lalu dianalisis dari 100 responden dengan beberapa pengujian data, maka dapat disimpulkan : 1. Customer Participation tidak menciptakan Relationship Quality yang terdiri dari trust dan satisfaction pada pelanggan salon kecantikan perawatan rambut. Artinya jika hairstylist melakukan partisipasi konsumen kepada pelanggan salon, maka itu tidak serta-merta langsung menimbulkan kepercayaan dan kepuasan pada konsumen. 2. Konsumen salon kecantikan yang menganut incremental theory, jika diberikan Customer Participation high maka Relationship Quality (kualitas relasional)nya akan semakin tinggi dan baik, namun jika diberikan Customer Participation low maka Relationship Quality yang tercipta lebih rendah dibanding dengan diberikan Customer Participation high. Sebaliknya, konsumen salon kecantikan yang menganut entity theory, jika diberikan Customer Participation high maka Relationship Quality (kualitas relasional)nya akan semakin rendah, namun jika diberikan Customer Participation low maka Relationship Quality yang tercipta lebih baik dibanding dengan diberikan Customer Participation high. Maka dari itu hasil penelitian ini adalah terbukti dan hasil penelitian yang dilakukan penulis konsisten dengan logika dari Implicit Self-Theories, yang menjadi dasar dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dweck dan Legget (2000) yang merupakan rujukan penelitian penulis. 3. Individu yang menganut Incremental theory (incremental theorists) melihat kemampuan pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan beradaptasi‖, atau mereka dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri. Incremental theorists percaya bahwa kemampuan pribadi mereka dapat ditingkatkan jika mereka mengerahkan upaya untuk melakukannya, mereka mencari cara untuk menjadi pribadi yang lebih baik melalui peluang untuk belajar, memperbaiki diri, dan tumbuh untuk itu. Dalam penelitian ini, pelanggan salon yang menganut Incremental theory percaya bahwa jika mereka ikut berpartisipasi ketika perawatan rambut, seperti 154 turut memberi pendapat mengenai potongan rambut kepada hairstylist, dapat menciptakan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menyerahkan hasil kerja sepenuhnya kepada hairstylist. Maka dari itu Incremental theorists dapat memoderasi Customer Participation dalam menciptakan trust dan Incremental theorists dapat memoderasi Customer Participation dalam menciptakan satisfaction. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk industri jasa seperti salon kecantikan, sebaiknya untuk mengaplikasikan Implicit Self-Theories dalam melakukan Customer Participation kepada para pelanggan salon. Misalnya seperti mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk angket ke setiap pelanggan yang datang ke salon tersebut untuk mengetahui apakah pelanggan tersebut incremental atau entity theorists dan didata, sehingga ketika pelanggan tersebut datang ke salon, maka hairstylist sudah mengetahui bagaimana sebaiknya pelanggan tersebut diberikan partisipasi konsumen yang tepat. 2. Hasil penelitian ini selain dapat sebagai saran untuk industri jasa salon kecantikan, juga dapat dipergunakan secara luas untuk industri atau perusahaan jasa dan barang lainnya. Contoh pada industri atau perusahaan jasa seperti jasa toko online, dimana dengan tipe perangai konsumen atau pelanggan yang berbagai macam, para pedagang toko online harus mampu dalam memahami serta mengetahui cara melayani para pelanggannya dengan baik, mulai dari menanggapi pertanyaan – pertanyaan detail yang diajukan pelanggan ketika memesan suatu produk, menanggapi berbagai saran dan kritik dari pelanggan, hingga bagaimana melakukan pendekatan kepada pelanggan untuk menciptakan satisfaction, trust, serta repeat buying terhadap produk tersebut. Demikian dengan perusahaan barang misalnya parfum, ketika misalnya sedang melakukan promosi di pusat – pusat perbelanjaan, seorang sales harus paham betul bagaimana cara mendekati konsumen dalam menawarkan produk parfum tersebut, dan mana konsumen yang kira – kira berpotensi dapat dijadikan target untuk penjualan parfum tersebut. Daftar Pustaka Abdullah, Mellisa Ng Lee Yen. 2008. Children’s Implicit Theories of Intelligence : It’s Relationship with Self-Efficasy, Goal Orientations, and Self-Regulated Learning. The International Journal of Learning Vol. 15 No. 2. Abd.-El-Fattah, Sabry M. 2006. Implicit Theory of Intelligence Scale : Testing for Factorial Invariance and Mean Structure. School of Education, University of South Australia. Bame-Aldred, Charles. 2011. The Impact of Implicit Theories of Intellegence on Professional Decision Making. Journal of Behavioral Studies in Business. Besser, Avi. 2010. The Influence of Pathological Narcissism on Emotional and Motivational Responses to Negative Events : The Roles of Visibility and Concern about Humiliation. Journal of Research in Personality. Beer, Jennifer S. 2002. Implicit Self-Theories of Shyness. Journal of Research in Educational Psychology Vol. 83 No. 4. Bosson, Jennifer K. 2003. Self-Enhancement Tendencies Among People With High Explicit Self-Esteem : The Moderating Role of Implicit Self-Esteem. Psychology Press Cuiling, Guan. 2010. The Review on Customer Participation in Service. 155 Delavar, Ali. 2011. Relationship Between Implicit Theory of Intelligence, 2x2 Achievement Goals Framework, Self-Regulating Learning with Academic Achievement. IACSIT Press, Singapore. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Penerbit Universitas Diponegoro. Huntley, Julie K. 2005. Conceptualization and Measurement of Relationship Quality : Linking Relationship Quality to Actual Sales and Recommendation Intention. Industrial Marketing Management 35 John, Jeannie Denise. 2003. The Effects of Employee Service Quality Provision and Customer Personality Traits on Customer Participation, Satisfaction, and Repurchase Intentions. Jonathan, Sawono. 2012. Model-Model Linier dan NON-LINIER dalam IBM SPSS 21, Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Lai, Ming-Cheng. 2007. The Relationship Among Self-Monitoring, Susceptibility to Interpersonal Influence, Luxury Consumption and Social Value. Liang, Chiung-Ju. 2004. Integrative Research into The Financial Services in Taiwan : Relationship Bonding Tactics, Relationship Quality and Behavioural Quality. Journal of Financial Services Marketing 2005. Naresh, K. Malhotra. 2004. Marketing Research. Fourth Edition. New Jersey Peter J. Paul & James H. Donnely. Jr. 2004. Marketing Management: Knowledge and Skills. Edisi ke 7. New York: Mc Graw Hill O‘Connor, Alexander J. 2012. Consequences of Beliefs about the Malleability of Creativity. Institute for Research on Labor and Employment UC Berkeley Park, Ji Kyung. 2010. Got to Get You into My Life : Do Brand Personalities Rub Off on Consumers?. Journal of Consumer Research Vol. 37. Roberts, Keith. 2000. Measuring The Quality of Relationships in Consumer Services : An Empirical Study. European Journal of Marketing Solomon, Michael. R. 2011. Consumer Behaviour: Buying, Having, and Being, Edisi ke -9, New Jersey: Prentice Hall. Wang, C. K. John. 2010. Achievement Goals, Implicit Theories and Behavioral Regulation among Polytechnic Engineering Students. The International Journal of Research and Review Volume 5 Issue 2. Was, Christoper. 2006. Academic Achievement Goal Orientation : Taking Another Look. Electronic Journal of Research in Educational Psychology No. 10 Vol. 4 Wattanakamolchai, Somyot. 2009. Managing Customer Participation in The Service Production Process. Widjaja, Bernard T. 2009. Lifestyle Marketing ; Servlist: Paradigma Baru Pemasaran Bisnis Jasa dan Lifestyle. Yang, Yung-Jui. 2010. Implicit Theories of The World and Implicit Theories of the Self as Moderators of Self-Stereotyping. Social Cognition, Vol. 28, No. 2. 156 APAKAH ENTITY THEORIES DAPAT MENGUATKAN PENYATUAN KEPRIBADIAN MEREK TERHADAP KONSUMEN ? STUDI KASUS PADA MEREK APPLE Aldi Fakultas Ekonomi/Manajemen Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRACT This study aims to determine whether the personality of a brand can be fused with the consumer , in accordance with the entity theories. Where it is said that there are two groups / individuals in the community who were included in the theory of implicit selft theory ( IST ) by Dweck and Leggett, first, on the theory there are groups / individuals who use tori entity ( entity theories), which is where its adherents will felt he would not have the ability to be better in their own strength. And secondly, the theory of incremental (incremental theories), that incremental theorists would be better by their own efforts, without any outside help . The study will be conducted in this study using a between subject 2x1 design : 2 (implicit self - theories : entity vs. incremental ) x 1 ( brand personality ) as the experimental factor / independent variable. Participants in this study will be manipulated by reading an article manipulation, Conclusion of the research that has been done is not an entity theory of personality unification can strengthen the brand with consumers who use the apple products. Keywords : implicit self- theory, theory entity ( entity theory ), incremental theory (incremental theory), brand personality. PENDAHULUAN Di kehidupan sehari-hari sering di temukan pada individu-individu tertentu akan merasakan kepercayaan pada diri mereka sendiri setelah menggunakan barang-barang ber-merek ―branded”, meminjam istilah yang sering di kemukakan oleh remaja jaman sekarang. Pada beberapa kasus diantaranya, individu yang menggunakan barang-barang bermerek tersebut percaya bahwa citra yang terdapat pada merek tersebut akan dapat menyatu dengan para penggunanya. Seperti gadget dengan brand ― APPLE “. Dalam Park dan Jhon (2010 : 665 ) di katakan Merek dapat diposisikan atas dasar kualitas manusia, seperti ketulusan (misalnya, jujur, rendah hati), kegembiraan (misalnya, trendi, keren), kompetensi (misalnya, cerdas, pekerja keras), kecanggihan (misalnya, goodlooking, glamor), dan kekasaran (misalnya, tangguh, maskulin). Merek menawarkan beragam kesempatan bagi konsumen untuk mengungkapkan siapa mereka dan mereka ingin menjadi siapa/apa. Merek dengan kepribadian yang khas dan 157 menarik, akan sangat cocok untuk penelitian ini, dalam hal ini peneliti menggunakan brand “APPLE” dengansmartphone-nya ― IPhone 5―. Park dan Jhon juga mengatakan dalam jurnalnya (2010:656) Konsumen tertarik dengan merek dengan kepribadian yang khas ketika mereka ingin mengungkapkan , menegaskan, atau meningkatkan diri mereka. Penelitian ini merupakan replikasi dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ji Kyung Park & John Deborah Roedder di atas, tetapi perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya adalah pada penelitian ini hanya mereplikasi penelitian pertama dan kedua saja dan dengan menggunakan objek yang berbeda, dimana pada penelitian sebelumnya objek yang digunakan ada dua, Victoria Secreat dan Pulpen MIT, maka disini objek yang digunakan hanya satu yaitu Brand Apple, selain itu penelitian ini mengukur teori yang dikemukakan pada penelitian sebelumnya tentang penyatuan brand personality terhadap konsumen Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :Apakah entiti teori akan memperkuat penyatuan brand personality “ APPLE” terhadap konsumen yang menggunakan iPhone 5 ? TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial (kristianto, 2010:23) Manajemen Pemasaran Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang dapat menguntungkan di pasar dengan tujuannya adalah untuk mencapai tujuan dari organisasi (Kotler & Amstrong, 2004:7). Strategi Pemasaran Kotler & Amstrong (2004:7) Strategi pemasaran dari setiap perusahaan merupakan suatu rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan.Penentuan strategi dapat dilakukan oleh manager perusahaan dengan membuat Segmentation, Targetting dan Positioning. Psikologi Pemasaran Psikologi pemasaran pada hakiatnya adalah integrasi ilmu psikologi dan perilaku manusia kedalam pemasaran untuk menyukseskan tujuan pemasaran, yaitu penjualan yang maksimal Tujuan orang membeli sesuatu adalah ‗‘untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginannya dalam Kristianto (2010:27). 158 Perilaku konsumen Perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya, Kristianto (2004:24). Peter & Olson, Perilaku Konsumen mengkaitkan logika/pikiran dan perasaan yang dialami/miliki manusia dan aksi yang dilakukan pada saat proses konsumsi. Hanna & Wazniak (2010:24), Perilaku konsumen berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan barang atau jasa yang di konsumsi oleh individu, peneliti lain mengatakan hal serupa, yaitu perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang dapat mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi individu. Kepribadian Merek Disisi lain kepribadian merek juga adalah dimana konsumen menghubungkan berbagai sifat atau karakteristik ―mirip-kepribadian‖ pada berbagai merek di berbagai macam golongan produk (schifman & Kanuk, 2008:123). Park & Jhon, (2010: 655) Kepribadian merek merupakan elemen kunci dari citra merek bagi banyak merek konsumen. Merek dapat diposisikan atas dasar kualitas manusia, seperti ketulusan (misalnya, jujur,rendah hati), kegembiraan (misalnya, trendi, keren), kompetensi (misalnya, cerdas, pekerja keras), kecanggihan (misalnya, goodlooking, glamor), dan kekasaran (misalnya, tangguh, maskulin).Sehingga dapat di simpulkan bahwa brand personality adalah kepribadian suatu merek yang di dasari oleh kepribadian yang dimiliki oleh makhluk hidup. Dimensi kepribadian merek ada 5 yaitu sincerity, excitement, competence, sophistication, dan ruggedness, dalam park dan Jhon, (2010:655). Implicit self-theories, Park dan Jhon (2010:656), Dua jenis Implicit self-theories: Entity theory dan Incremental theory. Individu yang menganut Incremental theories (incremental theorists) melihat kemampuan pribadi mereka sebagai ―sesuatu yang bisa dibentuk dan beradaptasi‖, atau mereka dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri.Individu yang mendukung Entity theories (entity theorists) percaya bahwa kemampuan pribadi mereka adalah ―tetap‖, atau mereka tidak dapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri secara langsung, hal ini mempengaruhi cara individu untuk bagaimana memulai pendekatan peningkatan diri. Kerangka Pikir Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepribadian suatu merek dapat mempengaruhi perilaku penggunanya. Hal ini di buktikan dengan adanya implicit sefl theoryyang di kemukakan oleh Dweck and Leggett pada tahun 1998. Serta di buktikan kembali oleh Park J.K & John D.P dalam Journal Of Consumer Research dengan penelitiannya yang ber judul ― Got to Get into My Life: Do Brand Personalities Rub Off onConsumers “ pada tahun 2010. 159 Gambar 2.1 Skema Model Penelitian Rub off onConsumers Brand Personality X Y Implicit Self Theories Z Hipotesis Merek dihargai karena citranya bagi pemakai.Karena itu, pengaruhnya merek menjadi sangat penting, sebab merek menampilkan identitas perusahaan atau produk perusahaan (asosiasi psikologi industry dan organisasi, (2005:205). Menurut Dweck dan Leggettimplicit self-theories individu yang menganut incremental theory percaya bahwa kemampuan pribadi mereka bisa ditingkatkan oleh usaha mereka sendiri, tanpa bantuan dari produk bermerek ― terkenal ― sekali pun. Sedangkan individu yang menganut entity theorypercaya bahwakemampuan pribadimereka adalah ―tetap‖, atau mereka tidakdapat meningkatkan kemampuan pribadi melalui usaha mereka sendiri secara langsung. Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis yang sesuai dengan perumusan masalah yang ada, yaitu H: Entity Theory akan menguatkan penyatuan Brand Personality dengan konsumen. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian kausal ini adalah eksperimen atau percobaan. Studi yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan desain between subject2x1:(implicit self-theories: incremental Vs entity) x 1 (brand personality) sebagai faktor eksperimen/independent variable. Penelitian dilakukan pada mahasiswa/i jurusan akuntansi-manajemen, kelas S1 reguler Universitas Esa Unggul angkatan 2011/2013. Jumlah partisipan total yang dibutuhkan adalah 60 orangpartisipan untuk menguji Incremental theory dan Entity theory. Dengan demikian diharapkan pada masing – masing sel akan berisi 30 partisipan. 160 Tabel 3.1 Tabel Distribusi Jumlah Partisipan Pada Masing – Masing Sel Manipulasi Brand Personality Implicit theory self Jumlah Partisipan Entity 30 Incremental 30 Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap.Tahap pertama adalah rekrutment, screening calon responden/partisipan dan cover story.Sedangkan tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian utama.Tahap pertama penelitian dimulai dengan mencari mahasiswa/i yang bersedia menjadi partisipan, dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan, sebanyak 60 orang.Tahap ini dimulai dari pengukuran kriteria partisipan, yaitu kondisi demografi dan pengetahuan tentang APPLE.Pada tahap selanjutnya, partisipan dipaparkan cover story mengenai tujuan penelitian,Kemudianinterviewer meminta partisipan mengisikan lembar kesediaan untuk terlibat dalam penelitian lanjutan dengan waktu yang telah ditetapkan. Setelah semua calon partisipan terkumpul sebanyak–banyaknya, kemudian dilakukan analisa untuk mengeluarkan calon partisipan yang tidak memenuhi kriteria sebagai partisipan, juga partisipan yang tidak bersedia berkontribusi dalam penelitian lanjutan dikeluarkan, sampai didapatkan jumlah akhir 60 orang.Data yang lolos screening kemudian dibagi menjadi dua secara random. Randomisasi yang dilakukan untuk mendapatkan 2 kelompok tersebu adalah dengan memberikan lottre atau angka-angka yang berisi kode untuk setiap kelompok, dimana angka tersebut terdiri dari angka 1 dan angka 2, angka satu berarti kelompok incremental, dan angka dua menunjukan bahwa itu adalah bagian dari kelompok entity. Setelah terpisah menjadi 2 kelompok, maka partisipan akan menerima priming incremental dan priming entity. Sehingga akan didapatkan dua kelompok, dengan anggota yang sama, yaitu 30 orang. Tahap kedua, yaitu penelitian utama Selanjutnya semua partisipan diberikan lembaran berisi skenario manipulasi sesuai dengan kelompoknyayaitu incrementaldan entity. Metode Analisis Data Analisa Awal Analisis awal penelitian dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap jawaban ke dalam simbol angka.Setelah memberikan kode pada setiap jawaban partisipan, peneliti memeriksa jawaban manipulation check. Analisa Deskriptif Dalam penelitian ini analisa deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil partisipan/reponden pada masing – masing kelompok.Analisa ini diperlukan untuk mengecek keseragaman (homogenitas). 161 Pengujian Hipotesa Penelitian Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sekelompok data yang akan digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. Uji homogenitas data Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Analisis one-way Anova ANOVA atau analysis of varian merupakan salah satu teknik analisis yang berfungsi untuk menguji apakah rata-rata dari dua sampel berbeda secara signifikan ataukah tidak Variabel dan Operasional Variabel Independent Variable (IV) Terdapat dua independent variable yang digunakan dalam penelitian ini: Implicit self-theories (incremental theory dan entity theory) dan brand personality.Implicit self-theories dapat dilakukan/dimanipulasi dengan cara meminta partisipan membaca sebuah artikel, dimana didalam artikel tersebut mengandung unsur-unsur atau kalimat incremental theory atau entity theory. Aaker mendefinisikan Kepribadian merek sebagai ―sekumpulan karakteristik manusia yang dikaitkan atau dihubungkan dengan merek. Berdasarkan literatur yang ada, penelitian ini menggunakan dimensi kepribadian merek sebagai berikut : 162 Tabel 3.2 Kepribadian merek: konstruk serta indikator variabel yang membentuknya Dimensi/konstruk kepribadian merek Sincerity ( tulus)(Aaker, 1997) Excitement (gembira) ( Aaker, 1997) Competence (cakap) (Aaker, 1997) Sophisticated (canggih) (Aaker, 1997) Rugged (tangguh (ullet))(Aaker, 1997) Sifat-sifat kepribadian merek (indikator veriabel) Down to earth Small town Honest Sincere Real Wholesome Original Cheerful Sentimental Friendly Enduring Up-to-date Unique Contemporary Independent Exciting Spirited Cool Young Imaginative Trendy Reliable Hardworking Secure Intelleigent Successful Leader Confident Thecnical Corporate Glamorous Upper class Charming Good looking Feminine smooth Outdoorsy Masculine Tough Rugged Western 14 Terjemahan dalam bahasa indonesia 14 ‗membumi‘ (merakyat) Kuno (picik; berpikir sempit; tidak berminat padaide baru atau apa yang terjadi diluar lingkungannya sendiri) Jujur Tulus (dapat di percaya) Sungguh-sungguh Bermoral baik (senang membantu) Eksentrik (individualistis) Riang (gembira) Sentimental (perasa) Ramah (bersahabat) Bertahan lama (tegar; kuat) Mengikuti zaman Unik Kontemporer (masa kini) Mandiri Menyenangkan (menggembirakan) Energik (penuh semangat) Tenang Muda ( belum matang; belum berpengalaman) Imajinatif (berdaya cipta; kreatif) Trendi Dapat di percaya (dapat dihandalkan) Pekerja keras Aman (nyaman, mapan Cerdas Sukses (berhasil) Pemimpin Percaya diri Teknis Berbadan hukum Elegan (glamor) Kelas atas Memikat (menarik) Mempesona Feminim Ramah (dan menyenangkan) namun tidak tulus Senang dengan kegiatan luar (kegiatan outdoor) Maskulin (jantan) Tangguh (ulet, tidak mudah menyerah) Kasar (bertekad sukses dalam situasi sulit, meskipun berarti menggunakan kekerasan atau membuat marah orang lain) ‗ngoboi‘ (berbudaya barat; budaya cowboy) (di terjemahkan dengan sangat hati-hati kedalam bahasa Indonesia menggunakan bantuan dari penerjemah professional Inggris-Indonesia Dra. Septina Yudha P., yang berpengalamn dalam penerjemahan beberapa buku psikologi popular terbitan penerbit Gramedia Pustaka Utama, Buana Ilmu Populer, dan Elex Media Komputindo. dsb.) 163 Dependent Variable (DV) Dependent Variable dalam penelitian ini adalah konsumen/individu.Konsumen yang di maksud dalam hal ini adalah apakah bagi para pengguna produk dengan merek APPLE akan merasakan hal seperti yang di ungkapkan oleh implisit teori. Dari pre-test yang telah dilakukan oleh peneliti pada tahap pertama hasil dari pengujian kepribadian merek Apple ini adalah terletak pada jenis kepribadian yang ke dua menurut Aaker yaitu Excitement. Dengan hasil data yang di rata-ratakan dari partisipan diperoleh rata-rata sebesar 5,63(skala 1-7) dengan jawaban terbesar menurut responden Apple tentang Exitement adalah Up-to-date. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji One Way Anova Berdasarkan hasil Uji One Way Anova yang dilakukan pada saat penelitian dengan menggunakan partisipan sebanyak 60 orang, dimana entity sebanyak 30 orang dan incremental sebanyak 30 orang, maka di dapat : Tabel 5.1 Output Faktor-Faktor Antara Subyek Hasil One Way Anova Variabel Independent Keterangan Jumlah 1.00 Incremental 30 2.00 Entity 30 IST Sumber : Pengolahan data SPSS IST : Implicit Self Theories Tabel 5.2 Output Pengujian Levene untuk Kesamaan Varian Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. BP 9.599 1 58 .003 LnBP .553 1 32 .463 Sumber : Pengolahan Data SPSS 16 *BP : Brand Personality *LnBP : Ln Brand Personality 164 Pengujian Levene dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi asumsi/syarat homogenitas data dalam dalam pengujian one way anova, Maka hipotesisnya sebagai berikut : H0 : varian kesalahan pada kedua independent variabel sama H1 : varian kesalahan pada kedua independent variabel tidak sama. Kriteria pengujian hipotesis : 1. Jika Sig. < 0.05 maka H0 di tolak dan H1 di terima 2. Jika Sig. > 0.05 maka H0 di terima dan H1 di tolak Maka :Nilai Sig. sebagaimana tertera dalam keluaran di atas sebesar 0.003 < 0.05, oleh karena itu sebelumnya data harus di transformasikan terlebih dahulu. Tujuan utama dari transformasi data ini adalah untuk mengubah skala pengukuran data asli, sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam. Tabel 5.3 Output Model Hasil Uji One Way Anova Spss 16 ANOVA LnBP Sum Squares of Df Mean Square F Sig. Between Groups .343 1 .343 .607 Within Groups 32 1.274 Total 40.780 .269 41.123 33 Sumber : Pengolahan Data SPSS *LnBP : Ln Brand Personality Pada tabel 5.3 dijelaskan pengujian One Way Anova bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok atau lebih, dengan hasil data yang di peroleh pada penggolahan di SPSS maka di peroleh nilai Sig. sebesar 0.607 artinya 0.607 > 0.05, maka dapat di artikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok incremental dengan kelompok entity. 165 Pengujian Hipotesis Tabel 5.4 Output Model hasil uji one way anova spss16 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:LnBP Source Type III Sum of Squares df Corrected Model .343 a Mean Square F Sig. 1 .343 .269 .607 Intercept 8.177 1 8.177 6.416 .016 IST .343 1 .343 .269 .607 Error Total 40.780 32 1.274 52.700 34 Corrected Total 41.123 33 a. R Squared = .008 (Adjusted R Squared = -.023) Dari tabel 5.4 yang menggambarkan hasil dari uji One Way Anova, maka dapat disumpulkan sebagai berikut : Entity Theories tidak dapat menguatkan penyatuan Brand Personality dengan konsumen : Hal ini menunjukkan bahwa teori entitas tidak dapat menguatkan penyatuan antara brand personality APPLE dengan konsumen yang menggunakannya. Kondisi ini bisa saja di sebabkan karena pada diri konsumen telah terpupuk rasa akan dapat berusaha dengan kemampuan mereka sendiri, tanpa adanya bantuan dari eksternal, seperti penggunaan produkproduk mahal atau karena konsumen pada era modern mengalami pembelajaran yang cukup signifikan sehingga mempengaruhi penilaian mereka atau pola pikir mereka terhadap suatu produk. Selain itu konsumen merasa kepribadian dari APPLE ini sudah tidak jauh berbeda lagi dengan brand-brand penghasil produk gadget/smartphone lainnya, atau kepribadian APPLE ini dianggap sama dengan brand –brand lainnya, karena brand APPLE ini sudah ada sejak lama, dan karena banyaknya pesaing dalam industry sejenis, maka perlahan pencitraan kepribadian APPLE mulai memudar di benak masyarakat atau konsumennya. Contohnya, Dimana mulai dari beberapa tahun lalu sejak merek Blackberry yang melesat naik dengan fitur andalannya blackberry messenger atau biasa dikenal dengan BBM yang dengan singkatnya segera menggeser para pemain smartphone di Indonesia seperti Nokia dan di susul oleh kemunculan Android yang dkeluarkan oleh Samsung sebagai smartphone yang memiliki teknologi yang hampir benar-benar dapat setara dengan APPLE dengan segala bentuk smartphonenya yang berteknologi layar sentuh serta harga yang bersaing dengan yang di tawarkan APPLE, maka bukan hal yang tidak munggkin bahwa sekarang positioning yang di berikan oleh APPLE mulai melemah dan bahkan dianggap sama dan setara dengan produk sejenis lainnya, dimana mereka juga menawarkan hal yang hampir sama dengan yang apa yang menjadi andalan dari APPLE selama ini. 166 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti dengan memasukkan dua variabel yaitu brand personality dan implicit self theories sebagai variabel independent dan konsumen sebagai variabel dependen lalu si analisis dari 60 partisipan dengnan beberapa pengujian data, maka disimpulkan : Entity Theories tidak dapat menguatkan penyatuan Brand Personality dengan konsumen yang menggunakan produk APPLE artinya konsumen sekarang sudah jauh lebih cerdas dan mereka dapat berusaha dengan kemampuan mereka sendiri untuk dapat memperoleh yang mereka inginkan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti juga ingin memberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat, yaitu ; 1. Untuk melakukan suatu penelitian eksperimental desain seperti ini harus mengikuti aturan dan panduan penelitian yang ada dalam penelitian eksperimen. Aturan dan tatacara pelaksanaan penelitian sangatlah penting dan di utamakan, serta tidak boleh ada langkahlangkah dan setting laboratorium yang terlewati sama sekali. 2. Untuk industri yang bergerak di bidang telkomunikasi dengan menghasilkan gadget atau produk sejenis, sebaiknya dapat menciptakan karakter dari produk tersebut semirip mungkin dengan apa yang di miliki oleh para target market, sehingga dapat menimbulkan rasa ingin menggunakan produk itu guna menunjang dan memberikan rasa percaya diri yang lebih untuk para penggunanya, serta dibandrol dengan harga dan kualitas yang wajar. Semakin murah produk tersebut maka akan semakin laris di pasaran, tetapi juga harus mempertimbangkan kualitasnya yang juga harus dituntut sebaik mungkin. 3. Memberikan inovasi –inovasi yang baru kepada produk-produk yang mungkin sudah lama ada dan memberikan banyak ragam pilihan fitur yang menarik dan masih fresh, karena umumnya pengguna produk-produk ini biasanya adalah generasi yang paham akan teknologi, serta untuk kedepannya, dituntut produk-produk berteknologi yang lebih tinggi lagi, dan tidak ketinggalan zaman. Mengacu kepada mereka generasi millenium yang akan sangat fasih terhadap teknologi. 4. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan secara luas, selain sebagai saran untuk industri telekomunikasi. Seperti pada industri yang melayani jasa telekomunikasi seperti kartu perdana, yang juga mengimbangi kebutuhan dari konsumen pemegang gadget yang acapkali membutuhkan sambungkan akses internet dalam beraktifitas. Kepribadian merek tidak hanya berhenti pada brand-brand lama seperti APPLE, tetapi juga dapat digunakan untuk merek-merek baru, agar dapat menciptakan positioning yang baik dan tepat di benak konsumen, baik untuk industri yang menawarkan jasa maupun yang menawarkan produk. DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. 2005. Psikologi Ekonomi & Konsumen. Jakarta: Bagian PIO Fakultas Psikologi UI. Bilson Simamora. 2005. Analisis Multivariat Pemsaran. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Ji-Kyung Park dan Deborah Roedder John. 2010. Go to Get into My Life: Do Brand Personality Rub Off on Consumers?. Journal Of Consumers Research. Vol 37. 167 JohanAlbantani.http://brandsite.weebly.com/22/post/2010/12/first-post.htmlBrand (Kepercayaan Merek) di akses pada 27 september 2013 Trust Kotler & Amstrong. 2004. Dasar –Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Indeks. Kristianto P. L. 2010. Psikologi Pemasaran. Yogyakarta: CAPS. ParkJi-Kyung dan John Deborah Roedder. 2010. Go to Get into My Life: Do Brand Personality Rub Off on Consumers?. Journal Of Consumers Research. Vol 37. Philip Kotler. Cuiling, Guan,The Review on Customer Participation in Service, Prabhata ganendra. 2007. Pengaruh kepribadian…,.FE UI. Prasetijo, Ristiyanti. Ihalauw Jhon J.O.I. 2004. Perilaku Konsumen. Jogjakarta. Andi Offset Santoso Singgih.2000. Buku Latihan SPSS Barametrik.Jakarta. PT Elex Media Komputindo. Schiffman & kanuk. 2008. Perilaku konsumen edisi ketujuh. Dicetak di Indonesia. PT INDEKS. Hlm 168 EVALUASI ATAS INFORMASI KEUANGAN BERDASARKAN SAK ETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERSEPSI ANGGOTA ATAS MANFAAT DARI KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA KPPD (KOPERASI PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH) DKI JAKARTA Anwaris Salahudin Mahasiswa Ekonomi/Jurusan Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah KPPD DKI Jakarta sudah memiliki tingkat kualitas yang baik dari informasi keuangan yang dibuatnya serta apakah terdapat pengaruh dari informasi keuangan yang berkualitas atas manfaat bagi para anggota KPPD DKI Jakarta. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk dapat mengukur tingkat manfaat dan tingkat kualitas informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD DKI Jakarta sudah memiliki tingkat kualitas yang baik, hal ini dilihat dari persepsi anggota dari kuesioner dan juga informasi keuangan yang dibuat KPPD sudah memiliki manfaat yang baik bagi para anggota sesuai dengan indikator kualitas informasi keuangan berdasarkan SAK ETAP dan juga bermanfaat bagi para pengguna dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi. Kata kunci : Informasi keuangan, Kualitas informasi keuagan, SAK ETAP, Persepsi anggota. PENDAHULUAN Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal sistem ekonomi yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan yang telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Setelah bangsa Indonesia merdeka, pemerintah dan seluruh rakyat segera menata kembali kehidupan ekonomi. Sesuai dengan tuntutan UUD 1945 pasal 33, perekonomian Indonesia harus didasarkan pada asas kekeluargaan. Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil dan konsumen yang mayoritas kelas menengah hingga menengah kebawah atau dengan kata lain masyarakat berpendapatan rendah atau kecil. Koperasi telah menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian. Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal. 169 Usaha koperasi mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat di sekitarnya dan juga setiap keuntungan dari kegiatan koperasi akan dibagibagikan kembali kepada para anggota dan lingkup-lingkup lain yang berupa SHU (sisa hasil usaha). Dengan hal ini berarti bahwa koperasi diharapkan dapat tumbuh menjadi lembaga ekonomi yang kuat dan menjadi wadah utama untuk pembinaan kemampuan usaha khususnya untuk masyarakat ekonomi lemah. Dan oleh sebab itu, setiap entitas harus bisa memberikan informasi dari setiap kegiatan keuangan yang dilakukannya dan juga harus memiliki kualitas yang sesuai dengan standar atau ketentuan yang berlaku. Namun di dalam penerapannya, laporan atau informasi keuangan pada koperasi terdapat kelemahan yaitu ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan dengan standar akuntasi keuangan (SAK) yang telah ditetapkan berdasakan Standar Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK – ETAP) yang mana dengan standar dan ketentuan tersebut, penyajian informasi keuangan pada koperasi secara umum dapat memiliki tingkat kualitas laporan keuangan yang lebih baik lagi. RUMUSAN MASALAH Dari indentifikasi masalah-masalah di atas, selanjutnya dapat ditetapkan rumusan rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Apakah informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta sudah memiliki tingat kualitas informasi keuangan yang baik berdasarkan persepsi anggota? 2. Apakah terdapat manfaat dari kualitas informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta terhadap persepsi anggota koperasi mengenai manfaat informasi keuangan yang berkualitas berdasarkan indikator dari SAK ETAP? TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menganalisis, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta sudah memiliki tingkat kualitas yang baik berdasarkan SAK ETAP. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari kualitas informasi keuangan KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta terhadap persepsi anggota koperasi mengenai manfaat dari informasi keuangan yang berkualitas berdasarkan indikator kualitas SAK ETAP. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Untuk memperoleh data dan gambaran yang nyata sebagai bahan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan pada Kantor Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah (KPPD) DKI Jakarta yang berlokasi di Jl. Jaksa No. 25, Kebon Sirih, Jakarta Pusat 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2011 sampai dengan selesai. 170 B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Data Kualitatif Data yang berdasarkan pemikiran, pendapat serta pertimbangan-pertimbangan yang akan menguraikan dan menerangkan masalah yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk agka-angka. Contoh : sejarah perusahaan, struktur organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab, serta visi dan misi perusahaan dan persepsi anggota. b. Data Kuantitatif Data yang menggunakan perhitungan dengan angka-angka dari perusahaan yang bersangkutan. Contoh : Laporan Keuangan. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan oleh penulisan skripsi ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari anggota koperasi yaitu data yang diambil dari kueisoner dan juga data yang sudah diolah oleh pihak perusahaan sehingga data dapat diproses lebih lanjut oleh penulis sesuai kebutuhan skripsi ini. Data-data sekunder tersebut terdiri dari data-data yakni beban atau pengeluaran dan laporan keuangan koperasi. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi yang akan diteliti adalah semua anggota KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta yang akan memberikan pendapat atau persepsi terhadap laporan atau informasi keuangan yang diterbitkan oleh pihak KPPD dalam kegiatan ekonominya selama satu periode. Seluruh populasi terdiri dari 145 unit yang menjadi anggota koperasi dan berkepentingan terhadap pembagian SHU. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik random sampling yaitu merupakan teknik penggunaan sampel secara acak terhadap populasi yang akan di teliti dengan berdasarkan kemudahan, sehingga jumlah responden yang dipilih hanya diperoleh berdasarkan lokasi yang mudah dijangkau. Namun peneliti membuat kriteria dalam melakukan sampling agar proses pengolahan data menjadi maksimal. Kriterianya sebagai berikut: a. Jumlah responden sebanyak 60 orang b. Anggota KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta c. Mengetahui dasar-dasar akuntansi d. Memahami isi dari laporan keuangan D. Instrument Penelitian Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi laporan keuangan. Kemudian untuk mengukur tingkat hasil kuisioner yang didapat 171 dengan menggunakan teknik perhitungan skala likert yang terdiri dari 5 alteratif jawaban untuk mengukur sikap responden terhadap kuisioner, sebagai berikut: 5 = Sangat Bermanfaat 4 = Bermanfaat 3 = Netral 2 = Tidak Bermanfaat 1 = Sangat Tidak Bermanfaat Responden diminta untuk menjawab setiap pertanyaan, setiap responden memiliki independensi untuk menjawab atau memberikan tanggapan dari masingmasing pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Tidak ada masalah dalam memberikan skor atau jawaban 5 ataupun 1, semua tergantung dari sikap responden terhadap kuisioner. E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data untuk penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan 2 metode, yaitu : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan secara langsung dari objek penelitian yang dilaksanakan di KPPD DKI Jakarta. Penulis memperoleh data tersebut dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu : a. Observasi Pengamatan Langsung Penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung sehingga diperoleh data yang diperlukan. b. Interview atau Wawancara Dalam melakukan wawancara langsung dengan SDM terkait untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan serta dapat untuk dipertanggungjawabkan. c. Dokumentasi Pengumpulan data yang diperlukan dengan cara melihat dan membaca dokumentasi yang diberikan perusahaan sebagai sumber data yang diperlukan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan refernsi atau data tambahan lainnya sebgai sumber data sekunder, melalui buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini yang sifatnya sebagai landasan teori. F. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis data deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif merupakan suatu cara penelitian yang menggambarkan atau menguraikan keadaan dari objek penelitian berdasarkan faktor-faktor yang nyata di situasi yang akan di teliti dan membandingkan dengan teori yang ada serta ditambahkan dengan hasil kuisioner untuk menambah tingkat signifikansi dari penelitian yang akan diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari perumusan masalah yang diangkat oleh penulis dalam karya ilmiah ini, penulis sudah mendapatkan jawaban dan kesimpulan dari masing-masing rumusan masalah yang terdapat dalam karya ilmiah ini. 172 1. Pada rumusan masalah yang pertama mengenai tingkat kualitas informasi keuangan pada KPPD apakah sudah memiliki tingkat kualitas informasi keuangan yang baik dan sesuai dengan persepsi anggota. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD masih memiliki tingkat kesalahan yang materialitas dan tidak sesuai dengan teori dari SAK ETAP yang dikarenakan terjadi salah saji pada akunakun neraca yang tidak sesuai dengan peraturan dari SAK ETAP mengenai masalah SHU dan juga kurangnya penjelasan Pada sisi kewajiban lancar dan kekayaan bersih (modal) yang terdapat pada neraca tabel 4.2 pada bab iv dalam neraca KPPD DKI Jakarta. Hal ini dapat dilihat pada akun simpanan anggota terlihat seperti melakukan double entry, dikarenakan tidak dijelaskannya perbedaan antara simpanan anggota yang berada pada kewajiban lancar dan simpanan anggota pada kekayaan bersih (modal). Pada kewajiban lancar, disitu terdapat simpanan anggota yang bersifat sukarela dalam artian merupakan simpanan anggota yang besarnya ditentukan oleh para anggota dan koperasi menganggapnya sebagai hutang kepada anggota karena anggota menabung atau menginvestasikan dananya kedalam koperasi tersebut dan juga KPPD harus mengembalikannya ketika para anggota membutuhkan dananya tersebut. Namun pada sisi kekayaan bersih, simpanan anggota yang bersifat pokok merupakan simpanan wajib para anggota baru kepada koperasi dengan kata lain biaya mendaftar menjadi anggota yang besarnya ditentukan oleh koperasi tersebut. Namun pada tabel 5.4 pada bab v, sudah dijelaskan lagi secara rinci dan jelas mengenai perbedaan antara akun simpanan pokok yang berada didalam sisi kewajiban lancar dan didalam sisi kekayaan bersih (modal). Dan dari kesalahan yang bersifat materialitas tersebut, para anggota koperasi belum dapat mengetahui bahwa terjadinya kesalahan yang dibuat oleh KPPD dalam menggambarkan posisi keuangannya. Hal ini menyebabkan bahwa informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD DKI Jakarta masih belum memiliki tingkat kualitas informasi keuangan yang baik sesuai dengan teori yang dikeluarkan dalam SAK ETAP. 2. Untuk rumusan masalah yang kedua mengenai kualitas informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD (Koperasi Pegawai Pemerintah Daerah) DKI Jakarta terhadap persepsi anggota koperasi mengenai manfaat informasi keuangan yang berkualitas berdasarkan indikator kualitas dari SAK ETAP. Berdasarkan grafik dari masing-masing poin dalam kuesioener, penulis dapat menyimpulkan jawaban dari para anggota ke dalam grafik yang memberikan hasil dari keseluruhan persepsi anggota terhadap manfaat informasi keuangan yang dibuat KPPD DKI Jakarta, yaitu sebagai berikut: 173 Dari grafik diatas, tingkat skala likert dari kuesioner cenderung memiliki hasil yang bermanfaat. Hal tersebut didapat berdasarkan analisa secara deskriptif yang dilakukan oleh penulis dan penulis dapat memberikan hasil bahwa tingkat Sangat Bermanfaat dari informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD yaitu sebesar 26.11%. tingat skala likert pada sector Bermanfaat yaitu sebesar 53%. Tingkat Netral terhadap manfaat dari informasi keuangan yang dibuat KPPD yaitu sebesar 17% dan tingkat Tidak Bermanfaat sebesar 3.78% serta tingkat Sangat Tidak Bermanfaat sebesar 0.11%. Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi keuangan yang dibuat oleh KPPD berdasarkan indikator kualitas informasi keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP sudah memiliki tingkat manfaat yang baik yaitu sebesar 79.11% dihitung dari penjumlahan total Bermanfaat dan Sangat Bermanfaat dan juga akan berguna bagi para anggota untuk dapat melakukan pengambilan keputusan ekonomi dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, KPPD sudah memberikan memberikan informasi keuangan yang berkualitas cukup baik dan juga memberikan manfaat bagi para anggota dari informasi keuangan tersebut yang sesuai dengan indikator dari tingkat kualitas informasi keuangan. Hal ini menunjukan bahwa KPPD sudah memberikan kontribusi yang baik bagi para anggotanya walaupun terjadi kesalahan dalam hal menggambarkan posisi keuangannya. Dan juga tingkat kualitas dari laporan keuangan yang dibuat KPPD juga memiliki tingkat kualitas yang cukup baik, dilihat dari tanggapan dari para anggota KPPD yang berkontribusi pada kuesioner yang peneliti ajukan mengenai manfaat informasi keuangan sesuai dengan indikator kualitas laporan keuangan. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada Bab V, maka Peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Persepsi anggota terhadap manfaat dari informasi keuangan yang berkualitas dari KPPD DKI Jakarta sudah sangat baik sekali manfaatnya bagi para anggota koperasi untuk dapat membantu mereka dalam hal pengambilan keputusan ekonomi. 2. Dalam hal penyampaian informasi keuangan, KPPD DKI Jakarta masih memiliki kesalahan dalam hal penyampaian informasi keuangan di dalam neracanya mengenai akun SHU, yang mana hal tersebut tidak sesuai dengan standar penyampaian informasi keuangan berdasarkan peraturan dari SAK ETAP yang seharusnya akun SHU sudah tidak lagi muncul kedalam neraca melainkan di alokasikan kedalam akun dana-dana yang berada pada neraca KPPD. SARAN Adapun saran-saran yang ingin disampaikan oleh penulis dari penelitian yang dilakukannya kepada KPPD DKI Jakarta yaitu: 1. Bagi KPPD DKI Jakarta, diharapkan untuk dapat menguasai pedoman yang dibuat oleh SAK ETAP agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam menggambarkan posisi keuangan dan jauh dari salah saji yang materilaitas dan berguna untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan dari waktu ke waktu. 2. Bagi anggota KPPD DKI Jakarta, diharapkan untuk dapat lebih mengetahui dan mengerti isi dari laporan keuangan yang dibuat oleh KPPD agar dapat menganalisa kinerja KPPD untuk dapat membantu dalam hal pengambilan keputusan ekonomi. 174 3. Bagi seluruh lembaga koperasi di indonesia agar dapat mengerti dan memahami isi dari peraturan SAK ETAP untuk dijadikan sebagai pedoman dalam hal penulisan dan penggambaran kinerja keuangan koperasi agar memiliki tingkat kualitas yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu. 4. Bagi KPPD DKI Jakarta untuk dapat memperhatikan tingkat kualitas dari indikator materialitas dan keandalan. Karena informasi keuangan yang diberikan kepada para anggota masih belum memiliki tingkat kualitas informasi keuangan yang baik sesuai dengan indikator kualitas informasi keuangan. DAFTAR PUSTAKA Dr.Sony Warsono-bin-Hardono, Mafis, Akuntan dan Irene Natalia, S.E., M.Sc., Akuntan, Akuntansi Pengantar 1, Abpublisher, Yogyakarta, 2011 Gervasius Sugiyarso, Akuntansi Koperasi, Caps, Yogyakarta, 2011 Hendar S.E., M.Si., Manajemen Perusahaan Koperasi, Erlangga, Semarang, 2010 ICA.coop Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan per September 2007, Salemba Empat, Jakarta, 2007 Ikatan Akuntan Indonesia, SAK – ETAP Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Alfabeta, Bandung, 2011 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 71 Tahun 2010, Standar Akuntansi Pemerintahan, Fokusmedia, Bandung, 2011 Rudianto, Akuntansi Koperasi, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 2010 Tuti Trisnawani, Akuntansi untuk Koperasi dan UKM, Salemba Empat, Jakarta, 2009 175 EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENGELOLAAN PERSEDIAAN OBAT PADA RUMAH SAKIT PERSAHABATAN JAKARTA TIMUR Dyah Rachmalasari Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAK Pengelolaan persediaan merupakan harta perusahaan yang sangat rentan terhadap kehilangan, kerusakan dan akibat lainnya. Oleh karena itu pengendalian pengelolaan persediaan sangat penting. Peneliti mencoba meneliti dan membahas untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut sudah terdapat internal control yang baik dan mengetahui bagaimana sistem dan prosedur pencatatan pengelolaan persediaan di Rumah Sakit dan juga mengetahui apakah pengendalian internal atas pengelolaan persediaan Rumah Sakit Persahabatan sudah berjalan secara teori. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan dengan wawancara, pengamatan dan kuesioner sehingga dapat memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Kata Kunci : Evaluasi, Pengendalian Internal, Pengelolaan, Persediaan. PENDAHULUAN Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani. Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk pegawai VOC. Setelah kemerdekaan perumahsakitan di Indonesia berkembang pesat sehingga muncul berbagai macam Rumah Sakit baik milik swasta maupun milik pemerintah. Secara garis besar dapat dibedakan adanya dua kategori Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/MENKES/PER /II /1998 mencantumkan pengertian tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum, dan Rumah Sakit Khusus, sebagai berikut: 1. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, 176 yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. 2. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit, mulai dari pelayanan kesehatan dasar sampai dengan pelayanan subspesialistis sesuai dengan kemampuannya. 3. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk jenis penyakit tertentu atau berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat dan ciri-ciri serta fungsi-fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik yang mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Disamping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian. Sebagai salah satu sarana kesehatan di daerah, keberadaan RSU masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kondisi ini dikarenakan perlengkapan medis yang masih minim atau dibawah standar pelayanan yang diberikan belum bisa memberikan harapan masyarakat (pasien), Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan biaya terjangkau dilakukan pemerintah daerah dengan perbaikan secara terus menerus (continous improvement) baik dalam bidang administrasi, pelayanan, teknoogi kesehatan dan sebagainya. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang masalah yang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana penerapan pengendalian internal pengelolaan persediaan obat pada Rumah Sakit Persahabatan ? 2. Apakah pelaksanaan pengendalian internal pada Rumah Sakit Persahabatan telah sesuai dengan SOP yang telah diterapkan? 3. Apakah pengendalian internal atas pengelolaan persediaan obat pada Rumah Sakit Persahabatan telah sesuai dengan kriteria pengendalian yang baik? TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan yang diharapkan dapat diperoleh adalah : 1. Untuk Mengetahui penerapan pengendalian internal pengelolaan persediaan obat pada Rumah Sakit Persahabatan. 2. Untuk mengetahui apakah pengendalian internal pengelolaan persediaan obat sudah diterapkan sesuai dengan SOP yang berlaku pada Rumah Sakit Persahabatan. 3. Untuk mengetahui pengendalian internal atas pengelolaan persediaan obat pada Rumah Sakit Persahabatan apakah sudah sesuai dengan criteria pengendalian internal yang baik METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur di Jl. Raya Persahabatan Rawamangun Jakarta Timur. Waktu penelitian dilakukan dilakukan dengan data dan informasi yang Peneliti kumpulkan sejak November 2011 sampai dengan 14 September 2012. 177 JENIS DAN SUMBER DATA Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Yaitu data dan informasi yang dikumpulkan dari penelitian diperusahaan yang tidak dapat duji dengan variable, seperti sejarah perusahaan,struktur organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab serta visi dan misi perusahaan, dengan sumber data diperoleh penulis saat memberikan internal control questioner kepada responden. Jawaban dari ICQ tersebut menjadi data primer yang akan diolah dan dianalisis oleh penulis. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Tujuan dari observasi dan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana peneliti melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai melalui kuesioner yang dibagikan pada penelitian ini. METODE ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada, kemudian dikonfirmasi, dianalisis, selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Hasil analisis biasanya berupa rekomendasi yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai arah untuk melakukan perbaikan dan kebijakan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sistem dan Prosedur Pengelolaan Obat pada RSUP Persahabatan Instalasi Farmasi RSUP Persahabatan merupakan Unit Fungsional yang berfungsi untuk merencanakan pengadaan obat, menyimpan, memproduksi dan mendistribusikan obat yang dibutuhkan baik kebutuhan langsung bagi pasien maupun kebutuhan obat pada Unit-unit kerja yang membutuhkan seperti Instalasi Rawat jalan, Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi penunjang Diagnostik. 2. Adanya pembagian tugas atau fungsi dan wewenang yang tertuang dalam Struktur Organisasi Instalasi Farmasi. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka diharapkan proses pengendalian internal akan dicapai. Pembagian tugas dan fungsi (Tupoksi) dirancang agar setiap orang yang terlibat dalam pengelolaan obat Farmasi tidak tumpang tindih dan dapat mengontrol jika adanya hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian. Ruang Lingkup Pengelolaan Obat Farmasi RSUP Persahabatan meliputi Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Pelayanan, farmasi klinis dan Pasien Safety, Administrasi Keuangan, Pelaporan dan evaluasi Kepegawaian serta pengembangan dan Pendidikan hal tersebut tercermin pada Standar Prosedur Operasional Instalasi Farmasi yang telah dibuat dan disyahkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Persahabatan yang meliputi sembilan puluh satu Standar Operasional Prosedur. Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan pembahasan masalah sehingga dapat diperoleh data yang lebih lebih rinci dan sistematis dari perusahaan serta memastikan adanya prosedur tertentu dalam perusahaan beserta pelaksanaannya. Berikut ini daftar pertanyaan dengan menggunakan Internal Control Questionaire dimana jawaban : Ya : Prosedur telah ada dan diterapkan dalam perusahaan Tidak : Prosedur tidak ada dan tidapak diterapkan dalam perusahaan Berikut adalah hasil kuesioner yang disebarkan kepada masing-masing responden 7 staff Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi, 5 staff logistic farmasi, 13 pantia penerimaan persediaan pengadaan barang. 178 Perhitungan tingkat efektif tentang pengendalian internal pengeloaan persediaan obat menggunakan rumus sebagai berikut : Tingkat efektifitas = Jumlah jawaban ya Jumlah pertanyaan x Jumlah Responden x 100% Dimana setiap jawaban ―Ya‖ bernilai 1, dan untuk jawaban ―TIDAK‖ bernilai 0. Pengendalian internal pengelolaan persediaan obat dapat dikatakan efektif jika hasil dari kuesioner tersebut > 50%, dan jika < 50% maka dikatakan belum efektif. 1) Prosedur Penerimaan Perbekalan Farmasi di Logistik Farmasi (F1 dan F2) Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Kuesioner Prosedur Penerimaan Perbekalan Farmasi PERTANYAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 TOTAL YA 11 11 12 9 11 12 11 12 12 13 9 11 11 145 Tingkat efektifitas 145 x 100 % = 86 % 13 x 13 Dari 13 daftar pertanyaan dalam kuesioner disebarkan kepada 13 responden panitia penerimaan persediaan pengadaan barang 145 jawaban ―YA‖, 25 jawaban ―TIDAK‖ dan menghasilkan 86% yang berarti kegiatan proedur perencanaan kebutuhan perbekalan tersebut sudah berjalan dengan efektif. 2) Prosedur Penyimpanan Perbekalan Farmasi Logistik Tabel 5. 2 Hasil perhitungan Kuesioner Prosedur Penyimpanan Perbekalan Logistik Farmasi PERTANYAAN YA 1 5 2 4 3 6 4 3 5 5 TOTAL 23 Tingkat efektifitas 23 x 100% = 77% 5x6 179 Dari 6 daftar pertanyaan dalam kuesioner disebarkan kepada 5 responden prosedur penyimpanan perbekalan farmasi logistic 23 jawaban ―YA‖, 7 jawaban ―TIDAK‖ dan menghasilkan 77% yang berarti kegiatan yang berarti kegiatan proedur penyimpanan perbekalan farmasi logistik tersebut sudah berjalan dengan efektif. 3) Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi Tabel 5. 3 Hasi Perhitungan Kuesioner Prosedur Distribusi Perbekalan Logistik Farmasi PERTANYAAN YA 1 8 2 5 3 5 4 4 5 4 6 5 7 6 TOTAL 35 Tingkat Efektifitas 35 x 71% 7 x7 Dari 7 daftar pertanyaan dalam kuesioner disebarkan kepada 7 responden prosedur distribusi perbekalan farmasi 35 jawaban ―YA‖, 14 jawaban ―TIDAK‖ dan menghasilkan 71% yang berarti kegiatan prosedur distribusi perbekalan farmasi tersebut sudah berjalan dengan efektif. Masih ada ketidak efektifan dalam prosedur yang diterapkan kurang sesuai dengan SOP yang berlaku yaitu : 1. Seharusnya antara jumlah fisik persediaan farmasi, kartu stock, dan sistem persediaan (SIMAK) harus sesuai/sama. 2. Terdapat kartu stock farmasi yang tidak dimutakhirkan (di-update) saat keluar masuk barang farmasi. Pegawai gudang farmasi hanya mengandalkan sistem persediaan (SIMAK). d) Dokumentasi Memeriksa catatan dan dokumen- dokumen perusahaan yang berupa form, laporan,maupun arsip untuk mendukung informasi mengenai pengendalian internal pengelolaan persediaan obat. KESIMPULAN Setelah menganalisis pengendalian internal persediaan pengelolaan obat pada Rumah Sakit Persahabatan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan prosedur pengendalian internal atas pengelolaan obat pada Rumah Sakit Persahabatan a) Pada Internal Control Quesioner (ICQ) dapat dilihat bahwa penerapan pengendalian internal pengelolaan persediaan obat secara keseluruhan sudah dapat diaktakan efektif dan memadai. b) Pelaksanaan sistem dan prosedur atas pengelolaan persediaan obat dalam pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik sehingga informasi dan komunikasi atas pengelolaan persediaan dapat mendukung pengendalian internal yang sudah ada. 180 c) Aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan transaksi penerimaan barang di logistik farmasi, Prosedur Penyimpanan Perbekalan Farmasi, Prosedur Distribusi perbekalan Farmasi juga masih memadai, dokumen terdiri dari : surat perintah melaksanakan kerja (SPMK), menyerahkan surat jalan/ faktur barang kepada tata usaha instalasi logistik setelah semua prosedur dijalankan. 2. Kesesuaian antara SOP dengan pelaksanaan pengendalian internal : Pelaksanaan sistem dan prosedur pengelolaan persediaan obat pada Rumah Sakit Persahabatan dibandingkan dengan SOP yang berlaku sebahagian besar sudah berjalan dengan baik tetapi harus ditingkatkan lagi karena menurut hasil penelitian dilapangan masih terdapat kekurangan terutama menyangkut pencatatan pada kartu stock terhadap mutasi barang yang banyak tidak dicatat, hal ini memungkinkan kehilangan dokumentasi pencatatan jika hanya mengandalkan sistem komputer yang bisa saja sewaktu-waktu error atau kerusakan. 3. Pelaksanaan Pengendalian Internal atas Pengelolaan Persediaan Obat pada RSUP Persahabatan telah Sesuai dengan Kriterian Pengendalian Internal yang Baik. Pelaksanaan pengendalian internal pada Rumah Sakit Persahabatan telah sesuai dengan baik yang dilihat dengan cara melakukan ICQ dan observasi yaitu Sudah adanya pembagian tugas yang jelas pada instalasi Farmasi RS Persahabatan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Utama, hal ini untuk menghindari adanya tugas dan tanggung jawab ganda yang tertulis pada job description, Panitia penerimaan barang/ pekerjaan telah memeriksa semua barang yang diterima sesuai dengan surat jalan kemudian menyerahkan kepada patugas gudang instalasi Farmasi dan mencatatnya, kemudian menyimpan sesuai Jenis barang yang ada, tetapi pada mutasi barang belum dicatat kedalam kartu stock barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis berusaha memberikan saran kepada Rumah Sakit Persahabatan yang mungkin bermanfaat dalam mengatasi kelemahan yang terdapat dalam sistem pengendalian internal atas pengelolaan persediaan obat, yang telah diteliti menggunakan ICQ dan Observasi dari prosedur yang diterapkan Prosedur Penerimaan Perbekalan Farmasi di Logistik Farmasi (F1 dan F2),Prosedur Penyimpanan Perbekalan Farmasi Logistik, Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi yaitu : 1. Prosedur Penerimaan Perbekalan Farmasi di Logistik Farmasi (F1 dan F2) Untuk panitia penerimaan barang langsung mengembalikan barang dan memberi tanda titik pada faktur jika barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan. 2. Prosedur Penyimpanan Perbekalan Farmasi Logistik Petugas instalasi logistik tidak menyimpan berdasarkan urutan alfabetis dalam lemari penyimpanan. 3. Prosedur Distribusi Perbekalan Farmasi Dalam memenuhi permintaan barang khusus untuk Narkotika disertai resep yang lengkap (nama dokter, nama pasien, alamat pasien, nama obat dan jumlahnya serta tanda tangan dokter yang penulis resep). Daftar Pustaka Azhar Susanto, Sistem Informasi Akuntansi - Struktur Pengendalian Resiko Pengembangan. Bandung. Lingga Jaya. Cetakan Pertama, 2008. 181 Bondar, George H Dan Hoopwood. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Edisi Sembilan. Yogyakarta 2006 Penerbit Andi. Penerjemah: Anastasia Diana Dan Lilis Setiawati Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta Edisi Satu, 2011. Donals E Kieso, Akuntansi Intermediate. Jilid 1, Penerbit Erlangga 2008. James A Hall. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta, Salemba Empat Jilid I, Edisi 4, 2007. Marshall B Romney, Paul John Stenbard.J, Sistem Informasi Akuntansi. Empat Edisi 9, 2011. Jakarta. Salemba Meliati, Skrispsi Sistem Pengawasan Intern Kas Pada Rsu Dr. Pirngadi Kota Medan. Medan 2009. Mokhamad Yogi P. Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Auditor Dalam Pemerian Opini Audit Going Concern. Yogyakarta, 2010. Mulyadi. Auditing. Edisi Keenam, Salemba Empat. Jakarta, 2008. Rezkhy Noverio. Skripsi Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Opini Going Concern Pada Perusahaan Maufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia. Semarang. 2011. Soekrisno Agoes. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) Oleh Kantor Akuntan Publik. Lembaga Penerbit Fakultas Ui, 2007. Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi 8, Cetakan 8, Yogyakarta. BPFE 2008. 182 KEEFEKTIFAN SISTEM INFORMASI PADA PT INTI INDAH JAKARTA Dian Utari Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Informasi adalah data yang telah diproses dan diatur kedalam bentuk output yang memiliki arti bagi orang yang menerimanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengenathui penerapan sistem informasi pengendalian persediaan barang dan apakah sistem yang berlaku telah sesuai dengan teori yang ada pada PT Inti Indah. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang diharapkan memiliki informasi yang akurat. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah orang-orang yang bekerja dibawah naungan PT Inti Indah Jumlah populasi sebanyak 12 orang. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode ICQ. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengendalian internal terhadap persediaan barang di PT Inti Indah dinilai efektif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa prosedur pengendalian persediaan barang pada PT Inti Indah telah berjalan dengan baik, tetapi terdapat beberapa point dalam Internal Control Questioner (ICQ) yang tidak sesuai dengan kriteria pengendalian yang baik dan yang seharusnya diterapkan. Misalnya tidak terdapat diagram arus (Flowchart) mengenai persediaan barang. Sesuai dengan teori yang diketahui oleh penulis, dimana sebaiknya terdapat bagan arus untuk mengetahui praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Kata kunci : Sistem informasi, Pengendalian, Persediaan Barang. PENDAHULUAN Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaanperusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien umtuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang sangat penting untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Informasi yang berkualitas yaitu informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga keputusan bisnis yang tepat dapat dibuat yang disesuaikan dengan sistem informasi yang diterapkan di masing-masing perusahaan. Dengan demikian, pengelolaan sistem informasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Sistem informasi juga diperlukan dalam pengendalian persediaan barang untuk kelancaran proyek. Prosedur pengendalian persediaan barang melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar pelaksanaan proyek dapat diawasi dengan baik. Salah 183 satu penyebab terjadinya kekacauan-kekacauan dalam prosedur persediaan barang adalah lemahnya pengendalian intern pada sistem dan prosedur yang mengatur suatu transaksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka setiap perusahaan perlu menyusun suatu sistem dan prosedur yang dapat menciptakan pengendalian intern yang baik dalam mengatur pelaksanaan transaksi perusahaan.Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor, sistem informasi produksi yang efektif merupakan suatu keharusan dan tidak lepas dari persoalan persediaan barang, karena sebagian besar kegiatan perusahaan terikat pada proyek yang selalu membutuhkan persdiaan barang. Dengan adanya sistem informasi yang efektif, maka kekacauan-kekacauan yang umum terjadi dalam bidang persediaan barang seperti terjadi perbedaan persediaan dengan bagian gudang dan bagian logistik di head office, terjadinya kekurangan barang yang terjadi selama proyek berlangsung dapat dihindari dan ditangani. Sampai saat ini, pengertian pengendalian intern telah dikemukakan oleh banyak pihak. Dalam arti sempit, pengendalian intern didefinisikan sebagai pengecekan untuk memeriksa kecermatan penjumlahan. Sedangkan dalam arti luas, pengendalian intern adalah semua alatalat yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk melakukan pengawasan. Sistem informasi persediaan barang memfokuskan pada aspek-aspek seperti: permintaan barang dari lapangan/proyek, pemesanan barang, penyimpanan barang, dan pendistribusian ke proyek. Dengan kata lain, sistem informasi persediaan barang bertujuan mendukung berlangsungnya proyek dan operasi yang terdiri atas aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian persediaan barang. Sistem Informasi (information system) adalah cara teratur untuk mengumpulkan, memproses, mengelola, dan melaporkan informasi agar organisasi dapat mencapai tujuan dan sasara (Marshall B. Romney dan Pual John Steinbart, Acounting Information System, buku dua, penerbit Salemba Empat, 2009). METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang diharapkan memiliki informasi yang akurat. Jenis dan Sumber Data Deskripsi kualitatif yaitu upaya pengelolaan data mejadi suatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak mengalaminya langsung. Data kemudian di analisis dan disajikan dalam uraian kata-kata. Salah satu cara mendapatkan informasi mengenai bagaimana prosedur pengendalian yang telah dijalankan oleh perusahaan, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan Internal Control Questionnaire (ICQ), yang digunakan untuk memahami dan mengavaluasi pengendalian internal perusahaan. Definisi Operasional Variabel 1. Tentukan jumlah skor ideal (kriterium) tertinggi dan terendah, seperti untuk jawaban ―ya‖ diberi skor 1, dan untuk jawaban yang ―tidak‖ diberi skor 0. 184 2. Melakukan perhitungan, jumlah jawaban dikali dengan skor ideal (kriterium) kemudian dijumlahkan. 3. Kalikan skor ideal (kriterium) dengan jumlah pertanyaan. Hipotesis Penelitian 1. 0 - 50% : Maka hipotesis ditolak, artinya bahwa sistem pengendalian internal atas transaksi pembelian dengan menggunakan pengendalian persediaan yang dijalankan oleh perusahaan dikatakan kurang efektif. 2. 51 - 100% : Maka hipotesis diterima, artinya bahwa sistem pengendalian internal atas transaksi pembelian dengan menggunakan pengendalian persediaan yang dijalankan oleh perusahaan sudah efektif atau sudah sesuai dengan teori yang ada. Analisis Data Analisis data menggunakan Internal Control Questionnaire (ICQ) untuk menentukan keefektifan pengendalian sistem informasi yang terjadi. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Informasi Tugas utama dalam pengendalian persediaan barang adalah menyediakan barang yang diperlukan oleh bagian pelaksana lapangan untuk melaksanakan pekerjaan yang telah dijadwalkan agar kebutuhan barang dilapangan tersedia dengan lancar, maka perlu dilakukan perencanaan kebutuhan barang secara umum. Perencanaan kebutuhan persediaan barang kemudian diikuti oleh bagaimana cara pengendalian persediaan tersebut sehingga sesuai jadwal, mutu dan harga yang sesuai. Sebagai lanjutan dari proses pengadaan barang maka dilakukan penyimpanan barang. Sebagai lanjutan dari proses penyimpanan barang maka dilakukan proses pendistribusian barang. Pengujian Hipotesis 1. Kuesioner Sebelum melakukan pengujian penulis menggunakan Kuesioner untuk memulainya. Dengan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada bagian yang bersangkutan dengan pengendalian. Dalam mengelompokan dan mengolah data hasil penelitian maka penulis dalam mengelompokan dan mengolah data hasil penelitian maka penulis membuat tabeltabel yang berisi tentang identitas sampai kepada jawaban dari pertanyaan atau kuesioner yang diajukan oleh peneliti. 2. Pengukuran Skala Berdasarkan data ICQ tersebut, dengan menggunakan skala Guttman dimana skala Guttman merupaka skala kumulatif. Jika seorang mengiyakan pernyataan atau pernyataan yang kurang berbobot lainya.Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari satu variable yang multi dimensi. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierakis untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pertanyaan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak dari pernyataan berikutnya. Untuk menjawab ―Ya‖ menyatakan bahwa pengendalian internal telah ― Efektif‖. Maka jawaban ―Ya‖ diberi skor 1 dan jawaban ―Tidak‖ menyatakan bahwa pengendalian ―Tidak Efektif‖. Maka jawabanya ―Tidak‖ diberi skor 0. Dalam pengisian ICQ ini dilakukan wawancara dengan orang yang 185 berwenang dan mempunyai peran serta kemampuan untuk menjawab secara benar dan tepat. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 12 orang. Berikut tabel hasil perhitungan kuesioner untuk membuktikan apakah pengendalian internal terhadap persediaan barang di perusahaan tersebut telah berjalan dangan efektif atau tidak. Pertanyaan Responden Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8.a 8.b 8.c 8.d 8.e 9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11 3 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 8 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 10 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 6 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 7 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 9 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 11 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Total 11 11 10 12 6 11 12 11 12 12 7 7 11 133 Berdasarkan hasil ICQ diatas, dapat dilihat tingkat efektifitasnya terhadap pengendalian pada PT. Inti Indah sebagai berikut : 1. Jumlah pertanyaan yang diajukan secara keseluruhan = 13 X 12 = 156 2. Skor ideal (Kriterium) tertinggi (jawaban ―Ya‖) = 133 X 1 = 133 3. Skor ideal (Kriterium) tertinggi (jawaban ―Tidak‖) = 23 X 0 = 23 Jadi berdasarkan data tersebut untuk meningkatkan efektifitas terhadap pengendalian yaitu : Jumlah Jawaban Responden ―Ya‖ X 100% Jumlah Pertanyaan Responden 186 Tidak Efektif 0 Efektif 51% 85% 100% Untuk menginterprestasikan hasil perhitungan presentase, penulis menggunakan klasifikasi dengan kriteria sebagai berikut. Batas kriteria Sangat tidak efektif Tidak efektif Kurang efektif Efektif = 0 - 39 = 40 - 78 = 79 - 117 = 118 – 156 Dari perhitungan diataas pertanyaan yang dijawab ―Ya‖ sebanyak 133 maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal terhadap persediaan barang di PT Inti Indah dinilai efektif. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap prosedur pengendalian persediaan barang pada PT Inti Indah maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilihat dari Flowchart (Bagan Alur) yang telah dibuat prosedur pengendalian pada PT Inti Indah yang telah diterapkan sudah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari otorisasi yang harus dilewati terutama dalam hal pengiriman barang dan pembelian barang. 2. Setelah penulis melihat flowchart (Bagan Alur) untuk memperkuat hasil penelitian maka penulis melakukan satu kali lagi pengujian yaitu dengan Internal Control Questioner (ICQ). Saran Dari kesimpulan diatas yang tentunya berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memneri sedikit saran sehingga prosedur pengendalian khususnya pada persediaan barang pada perusahaan dapat lebih efektif lagi, berikut saran-saran yang dapat dipertimbangkan perusahaan sebagai berikut : 1. Sebaiknya perusahaan menggunakan data elektronik atau memberikan code barang (barcode) pada setiap persediaan barang yang ada sehingga tidak terjadi perbedaan persediaan dengan bagian gudang dan bagian logistik di head office. 2. Kebijakan dan prosedur yang tetap dijalankan dengan pengendalian yang baik agar tujuan perusahaan dapat terus tercapai, serta dapat melengkapi SOP yang telah ada. 3. Penulis menyarankan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan pengendalian terutama pada persediaan barang, serta sebaiknya perusahaan mengadakan training atau latihan kepada setiap karyawan sesuai dengan bidangnya khusunya pada bagian persediaan barang agar karyawan tersebut dapat lebih memahami prosedur pemgendalian pada persediaan barang dan agar karyawan mengetahui apabila terdapat peraturan baru apalagi yang berhubungan dengan persediaan barang. 187 DAFTAR PUSTAKA Diana, Anastasia dan Setiawati, Lilis, Sistem Informasi Akuntansi, Andi, Jakarta 2011. Dian, Damayanti, Pengantar Akuntansi, Buku 2, Salemba Empat, 2010. Hall , James A., Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta 2007. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, 2009. Kusrini, Andri, Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi Dengan Visual Basic & Microsoft SQL Server, Andi Offset, Jakarta 2007. Romney, Marshall B. dan Steinbart ,Pual John, Acounting Information System, Buku dua, Salemba Empat, Jakarta 2009. Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta 2009. Syakur, Ahmad Syafi‘i, Intermediate Accounting, AV Publisher, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandun 188 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PENGELOLAAN PIUTANG PADA PT. TATALOGAM LESTARI Ira Wati Fakultas Ekonomi/ Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian internal atas pengelolaan piutang pada PT. Tatalogam Lestari sudah sesuai dengan kriteria pengendalian internal yang baik. Penelitian ini menggunakan data piutang di PT Tatalogam Lestari atas beberapa pelanggannya untuk periode pencatatan Januari sampai dengan Febuari 2012. Penelitian ini menggunakan Internal Control Questioner sebagai media penelitian dan dihitung dengan menggunakan skala Guttman untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Hasil penelitian ini adalah Pengendalian Piutang di PT. Tatalogam Lestari sudah berjalan sangat efektif, namun perlu peningkatan dalam hal pemisahan fungsi dan wewenang khususnya pada bagian kredit dan pembuatan cadangan piutang tak tertagih serta denda atas keterlambatan pembayaran. Kata kunci : Sistem Pengendalian Internal, Piutang, Skala Guttman. PENDAHULUAN Piutang merupakan salah satu element modal kerja yang keadaannya selalu berputar dan tingkat perputaran piutang sangat bergantung pada jumlah penjualan secara kredit. Piutang juga merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar yang besar bagi perusahaan, serta aktiva yang paling likuid setelah kas, maka untuk itulah sangat diperlukan adanya usaha-usaha dalam meningkatkan perputaran piutang. Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang semaksimal mungkin, maka diperlukan adanya suatu upaya dengan memberikan kebijakan kredit, yakni memberikan tenggang waktu kepada konsumen dalam melakukan pembayaran atau pelunasan piutang. Dengan demikian kebijakan yang diambil ini dapat meningkatkan volume penjualan yang berdampak juga akan meningkatkan laba perusahaan. Pengambilan keputusan yang tepat terhadap pemberian kredit dapat memberikan gambaran bahwa perusahaan sangat teliti dalam mencari customer. Perusahaan yang kompeten harus menetapkan bagaimana memilih calon pembeli yang tepat dan prosedur apa yang harus ditempuh. Sebelum kredit diberikan kepada konsumen, perusahaan menerapkan sistem prosedur yang disebut 5K (Karakter, Kapasitas, Kapital, Kolateral, Kondisi) dalam penilaian konsumen. Dengan prosedur kebijakan kredit dan penagihan yang baik tentu saja akan dapat memberikan keamanan bagi perusahaan dalam melakukan penjualan. 189 PT. Tatalogam Lestari adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan hasil produksinya berupa genteng metal Zincalume®. Sejak awal berdiri tahun 1994 hingga sekarang, perusahaan ini berkonsentrasi pada penjualannya dengan berbagai macam type, dan target pasarnya merupakan perusahaan kontraktor, proyek pemerintah, swasta, maupun pribadi, retail bangunan, dan end user. Adapun data aging schedule piutang di PT. Tatalogam Lestari pada bulan Januari s/d Februari 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Data aging schedule piutang periode januari s/d februari 2012 Sumber : PT. Tatalogam Lestari Dari tabel 1.1 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat ketidaklancaran pembayaran piutang di PT. Tatalogam Lestari, yaitu terlihat bahwa terdapat 3 pelanggan yang pembayarannya melewati tanggal jatuh temponya lebih dari 60 hari. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin memfokuskan pada sistem pengendalian internal piutang di PT. Tatalogam Lestari, dengan judul “ Evaluasi Sistem Pengendalian Internal atas Pengelolaan Piutang pada PT. Tatalogam Lestari “ karena dengan adanya pengendalian internal atas piutang perusahaan, maka siklus piutang di perusahaan berjalan dengan baik yang dampaknya akan berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu perusahaan. Karena dengan adanya going concern maka suatu perusahaan dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya fungsi pengendalian internal untuk menjaga agar segala sesuatu yang dilaksanakan oleh suatu organisasi harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi tersebut. Dan apabila fungsi tersebut tidak berjalan maka kelangsungan hidup perusahaan akan terancam. 190 Tujuan Pengendalian Internal : 1. Melindungi aset dari pencurian, perampokan, dan penyalahgunaan oleh karyawan. 2. Meningkatkan keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi, sehingga dapat menurunkan risiko kesalahan (kesalahan yang tidak disengaja) dan ketidakteraturan (kesalahan yang disengaja dan kesalahpahaman) dalam proses akuntansinya. 3. Mendorong karyawan untuk mematuhi peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Pengendalian internal memiliki beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Otorisasi yang memadai atas transaksi dan kegiatan. 2. Adanya pemisahan tugas yang memadai. 3. Adanya dokumentasi dan pencatatan yang memadai. 4. Adanya pengendalian yang memadai atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan catatan (pengamana fisik). 5. Adanya pengecekan atas kinerja yang dilakukan secara netral atau verifikasi independen.. METODE PENELITIAN Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, kualitatif dan komparatif, yang memiliki pengertian sebagai berikut : 1. Deskriptif berarti memaparkan teori-teori yang ada berkaitan dengan pengendalian internal, pengertian piutang, dan hubungan antar keduanya. 2. Kualitatif, melalui metode ini penulis membuat kalkulasi efisiensi dan efektivitas proses pengendalian internal khususnya dalam hal piutang melalui kuesioner yang disebarkan ke beberapa responden yang terkait dengan piutang di PT. Tatalogam Lestari. Setelah mendapatkan hasil jawaban dari responden, kemudian menghitung berapa banyak responden yang menjawab ―YA‖, kemudian dikalikan dengan skor ideal. Setelah mendapatkan hasilnya, kemudian mencari tingkat keefektivitasan dengan cara, jumlah jawaban ―YA‖ dibagi dengan jumlah pertanyaan kemudian dikalikan dengan 100%. Setelah mendapatkan hasilnya, tentukan terdapat diklasifikasi presentase mana hasilnya, apakah efektif atau tidak efektif. 3. Komparatif, melalui metode ini penulis berusaha membuat perbandingan dari teori yang sudah dipaparkan sebelumnya dengan hasil perhitungan dari kuesioner yang telah disebarkan, sehingga pada akhirnya dapat menarik kesimpulan apakah sistem pengendalian piutang di PT. Tatalogam Lestari sudah sesuai dengan kriteria pengendalian internal piutang yang baik. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal 1. Sistem Penjualan Kredit Fungi yang terkait dalam sistem penjualan kredit pada PT. Tatalogam Lestari adalah fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi gudang, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, fungsi akuntansi. 2. Pengendalian Pengelolaan Piutang a. Pencatatan Piutang PT. Tatalogam Lestari menggunakan metode pencatatan piutang dengan komputer. Pencatatan piutang dengan komputer menggunakan batch sistem sehingga posisi piutang dapat diketahui setiap saat. Hal ini dilakukan dalam upaya pengendalian intern yang bertujuan untuk mengamankan piutang. 191 b. Prosedur Penerimaan Piutang (Angsuran) Prosedur penerimaan angsuran dimulai pada saat konsumen membayar dengan cara transfer atau penagihan yang dilakukan oleh kolektor. Adapun prosedur dari masing-masing adalah sebagai berikut : 1) Penerimaan angsuran melalui transfer dari bank. 2) Penerimaan angsuran melalui bagian penagihan atau kolektor berupa uang tunai atau cek dan giro. 3. Metode Penagihan Piutang PT. Tatalogam Lestari melakukan penagihan piutangnya dengan menggunakan 2 cara, yaitu : a. Metode penagihan langsung yaitu kolektor langsung mendatangi ke pelanggan yang mempunyai piutang, dengan membawa invoice beserta surat jalan. Penagihan secara langsung ini digunakan hanya untuk daerah dalam kota atau jabodetabek. b. Metode penagihan tidak langsung yaitu penagihan yang dilakukan dengan mengirimkan invoice dan surat jalan melalui jasa pengiriman (TIKI). Serta menginformasikan outstanding saldo piutang melalui faximili dan melakukan konfirmasi ulang via telp. Pelanggan akan melakukan pembayaran melalui transfer ke rekening yang telah ditentukan. 4. Langkah – langkah dalam Pengendalian Internal Piutang Untuk menekan sekecil mungkin terjadinya pembayaran oleh konsumen yang tidak tepat waktunya atau telat pembayaran, maka diperlukan suatu sistem dan prosedur yang tepat sehingga dapat mendukung proses pengembalian piutang perusahaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh PT. Tatalogam Lestari dalam mengembalikan piutangnya adalah sebagai berikut : a. Jika penjualan paket atau promo, distributor telat membayar, maka akan di kurangi bonus, yang nantinya tidak akan mendapatkan voucher cash back. b. Adanya surat teguran yang dibuat oleh Kabag Collecting untuk distributor yang pembayarannya telat (Raport Evaluasi Pembayaran) yang di buat secara berkala setiap 3 bulan sekali. c. Kabag Collecting akan meng-hold pengambilan barang, sehingga piutang tidak terlihat besar. B. Kesesuaian Pelaksanaan Pengendalian Internal PT. Tatalogam Lestari dengan Kriteria Pengendalian Internal yang baik Internal Control Questionnaires atas Piutang No Pertanyaan Y = Ya Otorisasi atas transaksi dan kegiatan 1. Apakah pemberian kredit di otorisasi oleh bagian penagihan ? Pemisahan Fungsi atau tugas √ T = Tidak TR = Tidak Relevan 192 2. Apakah fungsi pencatatan piutang usaha dipisahkan dari fungsi penjualan ? √ Dokumentasi dan pencatatan 3. Apakah bagian penagihan melakukan pengecekan kembali atas faktur penjualan, surat jalan, PO, CN/DN terhadap Invoice Total Report yang diberikan oleh bagian invoice ? 4. Apakah setelah menerima faktur penjualan bagian penagihan mengelompokan faktur penjualan tersebut per wilayah ? 5. Apakah faktur penjualan dalam kota yang di tagih oleh collector, di tulis dalam form Laporan Penagihan Collector ? √ √ √ 6. Apakah pengiriman faktur penjualan luar kota dikirimkan melalui jasa pengiriman ? √ 7. Apakah bagian finance membuat rekapan pemasukan uang semua rekening berdasarkan masing – masing Buku Posisi Rekening ? √ 8. Apakah untuk setiap faktur penjualan yang dikirimkan kepada pelanggan di buatkan tanda terima (Invoice Receip Form) oleh bagian penagihan ? √ 9. Apakah terdapat batasan kredit maksimal yang diberikan kepada tiap pelanggan ? √ Pengendalian atas penggunaan aktiva (pengamanan harta perusahaan) 10. Apakah bagian keuangan menghitung kecocokan uang tunai dengan buku tanda terima yang diberikan oleh bagian penagihan ? √ 11. Apakah bagian keuangan memeriksa kesesuaian dan jatuh tempo cek / giro dengan buku tanda terima yang diberikan oleh bagian penagihan ? √ 12. Apakah jatuh tempo yang diberikan oleh perusahaan selalu dipatuhi oleh pelanggan ? 13. Apakah cek / giro yang belum jatuh tempo disimpan dalam folder giro yang belum jatuh tempo ? √ 14. Apakah cek / giro yang sudah jatuh tempo dan belum disetorkan, dimasukan ke dalam amplop sesuai bank masing – masing ? √ 15. Apakah staff collecting melengkapi form Laporan Penagihan Collector sesuai dengan penerimaan dari pelanggan ? √ 16. Apakah bagian penagihan mengirimkan surat pernyataan piutang kepada pelanggan setiap akhir bulan ? √ 17. Apakah bagian penagihan membuat daftar analisa umur piutang untuk masing-masing pelanggan secara periodik ? √ √ 193 18. Apakah terdapat kebijakan manajemen untuk piutang usaha yang tidak tertagih ? √ 19. Apakah terdapat cadangan atau penyisihan untuk piutang usaha yang tidak tertagih ? √ 20. Apakah bagian penagihan langsung menyerahkan hasil tagihannya kepada kasir pada hari yang sama dengan penagihan atau paling lambat keesokan harinya ? √ 21. Apakah bagian keuangan pada saat ingin melakukan penyetoran terlebih dahulu meng-cross check slip setoran dan uang serta mencatat di buku serah terima bank ? √ Pemeriksaan secara periodic oleh pihak yang independen 22. Apakah terdapat pengawasan yang mencukupi untuk transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha ? √ 23. Apakah terdapat pemeriksaan secara berkala ? √ 24. Apakah pemeriksaan dilakukan oleh pihak diluar dari fungsi piutang ? √ Klien : Dibuat oleh : Diisi dan diperiksa oleh : PT. Tatalogam Lestari KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan sistem pengendalian internal atas pengelolaan piutang pada PT. Tatalogam Lestari adalah : a. Secara keseluruhan pelaksanaan pengendalian internal atas piutang di PT. Tatalogam Lestari sangat efektif, namun masih perlu perbaikan dalam hal pemisahan fungsi tugas dan wewenang khususnya pada bagian kredit. b. Terdapat piutang yang pembayarannya sudah lewat tanggal jatuh tempo, khususnya terjadi pada tagihan atas pembelian yang dilakukan oleh pihak distributor. Hal ini disebabkan karena para distributor melakukan pembayaran selektif untuk setiap tagihan yang dikirimkan kepada mereka yaitu dengan melakukan pembayaran yang mengutamakan paket – paket promo dibandingkan dengan melakukan pembayaran tagihan biasa (non paket). c. Belum terdapat konsekuensi terhadap piutang yang telah jatuh tempo yaitu dengan memberikan aturan atau denda atas keterlambatan pembayaran. d. Tidak adanya metode penyisihan piutang tak tertagih untuk mencegah atau mengurangi kerugian atas piutang yang tidak dapat tertagih. 2. Sistem pengendalian internal atas pengelolaan piutang pada PT. Tatalogam Lestari telah sesuai dengan kriteria pengendalian internal yang baik, hal ini dapat dilihat dari : a. Setiap dokumen yang berkaitan dengan penjualan misalnya : faktur penjualan, surat jalan, serta nota debit atau nota kredit selalu diberikan nomor urut tercetak (prenumbered). Hal ini dilakukan untuk dapat menghindari penggunaan bukti-bukti yang sama sampai beberapa kali oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal 194 b. c. d. e. ini berkaitan dengan salah satu kriteria pengendalian internal yang baik yaitu pengendalian atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan catatan (pengaman fisik). Terdapat batasan kredit maksimal yang diberikan kepada tiap pelanggan. Bagian penagihan mengirimkan surat pernyataan piutang kepada pelanggan (outstanding piutang). Bagian penagihan langsung menyerahkan hasil tagihannya kepada kasir pada hari yang sama dengan tagihan atau paling lambat keesokan harinya. Terdapat pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak diluar dari fungsi piutang secara periodik. SARAN Berdasarkan penelitian terhadap pengendalian internal atas pengelolaan piutang, penulis menemukan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian tersebut. Berikut penulis akan menyampaikan beberapa saran, sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan pemisahan fungsi tugas antara bagian penagihan (collection) dan bagian pemberian kredit. Dalam pengendalian internal yang baik, kedua fungsi ini harus dipisahkan hal ini akan memberikan peningkatan dalam kinerja penjualan khususnya penjualan kredit dalam hal analisis pemberian kredit kepada pelanggan. 2. Untuk meminimalisir keterlambatan pembayaran sebaiknya dibuatkan peraturan berupa denda atau penalty yang tegas. 3. Sebaiknya dibuatkan cadangan piutang tak tertagih yang besarnya dapat ditentukan menurut kebijaksanaan manajer penjualan, apakah 1% atau 3% dari penjualan yang terjadi. Berkat dukungan dari banyak pihak, kini penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma AP, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. Bapak Dr. MF. Arrozi, SE, Msi, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. Bapak Drs. Darmansyah Hs, Akt. MM, selaku pembimbing. Ibu Lusia Kusumawati, selaku general manager PT. Tatalogam Lestari. Para dosen Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul serta Orang tua, saudara dan sahabat yang selalu memberikan doa dan dukungannya. DAFTAR PUSTAKA Gondodiyoto, Sanyoto, Audit Sistem Informasi, Jilid 1, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007, hal 240-246. Guy Dan M., C. Wayne Alderman, Alan J. Winters, Auditing, Jilid 1, Edisi ke-5, Jakarta : Erlangga, 2002. Hastoni dan Andi Nugraha, Penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam Meminimalkan Kredit Macet pada PT. Sinar Sosro KP Sawangan, Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 6, No. 1, April, 2006, hal 24-30. Hastoni dan Dewi Susanti Aprilisabeth, Peranan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern Piutang dan Penerimaan Kas pada PT. Trinunggal Komar, Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 8, No. 1, April, 2008, hal 30-36. 195 Hastoni dan Suhendra, Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Pembayaran Piutang sebagai Alat Keputusan Pemberian Kredit pada PT. JSK, Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 7, No. 1, April, 2007, hal 14-18. H. Moermahadi Soerja Djanegara dan Livia Ivonie, Evaluasi Pengendalian Intern Penjualan Kredit dalam Meningkatkan Kolektibilitas Piutang pada PT. Austindo Nusantara Jaya Finance, Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 6, No. 1, April, 2006, hal 1-6. Jusuf Amir Abadi , Auditing, Jakarta : Salemba Empat, 1996, hal 278 – 279 Kieso, Donald. E, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, Akuntansi Intermediate, Edisi ke-10, Jakarta : Erlangga, 2002, hal 386. Mulya Hadri, M. Si, Memahami Akuntansi Dasar, Edisi ke-2, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2010, hal 201 – 202. Syakur Ahmad Syafi‘i, Intermediate Accounting, Jakarta : Publisher, 2009, hal 94. Tan Kwang En, Jennifer Maria Massie dan Verani Carolina, Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit untuk Meminimalisasi Kerugian atas Piutang Tak Tertagih, Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, Volume 9, No. 11, Desember, 2010. Warren, Carl S, James M.Reeve, Philip E. Fess, Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Jakarta : Salemba Empat, 2008, hal 209 – 215. Weygandt, Jerry J, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel, Accounting Principles, Edisi ke – 7, Jakarta : Salemba Empat, 2007, hal 460-460. 196 UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA SERTA NILAI PERUSAHAAN Debbie Valentine Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Perataan Laba, serta Nilai Perusahaan. Penelitian ini menggunakan alat analisis Two-Stage Least Square serta Analisis Jalur untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Hasil penelitian adalah Ukuran Perusahaan dan Perataan Laba mempunyai pengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sedangkan Ukuran Perusahaan tidak terbukti signifikan terhadap Perataan Laba. Namun Perataan Laba terbukti sebagai variabel intevening pada penelitian ini. Kata kunci : Ukuran Perusahaan, Perataan Laba, Nilai Perusahaan, Two-Stage Least Square, Analisis Jalur Pendahuluan Di era bisnis yang berkembang seperti sekarang ini, harga saham suatu perusahaan menjadi sangat penting, karena saham bisa dikatakan menjadi salah satu income bagi perusahaanperusahaan go public. Untuk membuat harga saham yang stabil atau bahkan terus naik, perusahaan harus berhasil menampilkan laporan keuangan yang baik sehingga nilai perusahaan di mata investor pun akan meningkat. Investor sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba perusahaan. Hal ini dapat mendorong manajer untuk melakukan creative accounting melalui manajemen laba (earning management) atau manipulasi laba (earning manipulation). Salah satu bentuk tindakan earning management yang dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah perataan laba yang dapat dilakukan dengan cara melakukan penundaan atau mempercepat pengakuan pendapatan atau beban serta dengan cara lain yaitu dengan melakukan perubahaan metode akuntansi selama semua perubahan tersebut tidak melanggar aturan-aturan akuntansi yang berlaku. Di Indonesia pernah terjadi beberapa kasus perataan laba, seperti pada kasus manipulasi penjualan PT Kimia Farma Tbk dan PT Bank Lippo Tbk yang menerbitkan laporan keuangan ganda. Sebelumnya pernah dilakukan penelitian oleh Diastiti Okkarisma Dewi (2010) tentang pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan dan financial leverage terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan yaag terdaftar di Bursa Efek Indonesia berhasil menunjukkan bahwa jenis usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur dan keuangan, financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur, namun financial leverage berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan keuangan. Sedangkan Igan Budiasih (2009) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, dengan survey yang dilakukan pada perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2006. Hasil dari penelitian ini 197 adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan deviden payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap praktek perataan laba, sedangkan financial laverage, tidak berpengaruh signifikan terhadap praktek perataan laba. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009) dalam penelitiannya menunjukkan perusahaan sedang dan besar tidak terbukti agresif dalam melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earning loses dan earning decreases. Hal ini sejalan dengan Size Hypothesis bahwa semakin besar perusahaan akan cenderung menurunkan praktek perataan laba, karena perusahaan besar lebih diperhatikan oleh pemerintah dibandingkan perusahaan kecil. Penelitiaan ini ingin menguji hipotesis mengenai Ha1 : pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan manajemen dalam melakukan praktek perataan, Ha2 pengaruh praktek perataan laba terhadap nilai perusahaan, Ha3 pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan, khususnya pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. 1. Teori Salah satu teori yang menjadi dasar dari alasan praktek perataan laba adalah teori keagenan (Agency Theory). Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manajer, dimana principal menginginkan laba yang tinggi sehingga dapat dialokasikan untuk pembagian deviden, sedangkan agen pun berusaha memenuhi keinginan principal agar dapat memperoleh kompensasi bonus. Hal ini sesuai dengan salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan. Oleh sebab itu, agen atau manajemen memiliki motivasi untuk membuat laba terlihat bagus dan stabil setiap tahunnya, untuk memenuhi target ini, creative accounting melalui praktek perataan laba pun dilakukan oleh manajemen. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, log size, nilai pasar saham, jumlah tenaga kerja dan terutama tercermin dari struktur modalnya. Perusahaan dengan struktur modal yang masih kecil, cenderung menahan pembagian devidennya karena laba bersih dapat digunakan untuk investasi yang lebih profitable. Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar juga dalam melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar menjadi subjek pemeriksaaan dari pemerintah dan masyarakat.Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Ukuran Perusahaan = Ln.Total Aktiva x 100% Laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Oleh karena itu, manajer berusaha memberikan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan kualitas manajemen di mata investor. Perataan laba (income smoothing) merupakan suatu bentuk manajemen laba yang mencerminkan hasil ekonomi tidak sebagaimana keadaannya, tetapi merupakan penampilan yang diinginkan manajemen. Sasaran utamanya adalah untuk melunakkan variabilitas laba setiap tahunnya, dengan mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ke tahun yang buruk. Dalam hal ini pendapatan masa yang akan datang dapat dialihkan ke tahun sekarang atau sebaliknya, demikian pula halnya dengan biaya dapat dimodifikasi dengan mengalihkan beban atau kerugian dari periode ke periode. Tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba menjadi menyesatkan, sebagai akibatnya investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil resiko dari portofolio mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba suatu perusahaan sangatlah beragam, sebagaimana dikemukakan oleh 198 beberapa peneliti terdahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, harga saham, leverage operasi, dan rencana bonus. Praktek perataan laba dapat diukur dengan menggunakan Indeks Eckel. Indeks Eckel akan membedakan antara perusahaan yang melakukan praktek perataan laba dengan yang tidak melakukan. Indeks Eckel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Dimana: CV= Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan expected value (mean). ΔS = Perubahan penjualan/penghasilan ΔI = Perubahan laba bersih Nilai Keterangan : Δx : Perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n - 1 ΔX : Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n - 1 n : Banyaknya tahun yang diamati Indeks Eckel untuk perusahaan yang tidak melakukan praktek perataan laba adalah ≥ 1, sedangkan untuk perusahaan yang melakukan praktek perataan laba adalah < 1. Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan, setelah melihat laporan keuangan, tahapan yang kemudian dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah metode yang digunakan untuk menilai laporan keuangan perusahaan. Salah satu ukuran yang banyak digunakan dalam melakukan interpretasi laporan keuangan adalah analisis ratio yang dapat menjelaskan hubungan antara dua macam data financial. Terdapat banyak ratio yang biasa digunakan, salah satunya adalah PER (Price Earning Ratio), ratio ini memberikan ukuran tambahan tentang seberapa tinggi perusahaan dinilai oleh investor karena hal ini berkaitan dengan tujuan utama perusahaan yaitu untuk memakmurkan pemiliknya atau pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham berdasarkan pada harga sahamnya, dan harga saham yang tinggi diperoleh dari nilai perusahaan yang juga tinggi. Seperti yang telah dikutip diatas bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. PER (Price Earning Ratio) adalah rasio yang membandingkan antara harga pasar per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. Sudut pandang utama ratio ini lebih banyak berdasarkan penilaian investor ataupun calon investor terhadap suatu perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung ratio ini adalah : 199 2. Metode Penelitian ini diawali dengan melakukan survei kepustakaan atas beberapa jurnal penelitian sebelumnya kemudian pengumpulan data-data sekunder berupa laporan keuangan melalui PRPM (Pusat Referensi Pasar Modal), untuk kemudian diolah menggunakan analisis statistik, dengan melakukan uji normalitas, uji asumsi klasik, dan uji regresi TwoStage Least Square. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sejumlah 91 perusahaan. Sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 sampel selama periode 2008 – 2010. Sampelnya dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria : 1) Perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang telah terdaftar di BEI pada periode 2008-2010. 2) Perusahaan perbankan tersebut menyajikan laporan keuangan dengan hasil laba terus menerus pada periode 2008 – 2010. 3) Perusahan perbankan tersebut memiliki laporan keuangan untuk periode 2008-2010. 4) Laporan keuangan telah di audit oleh auditor independen selama 3 tahun berturut-turut. Variabel penelitian dalam penilitian ini adalah sebagai berikut : 1) Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya ialah ukuran perusahaan. 2) Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh perilaku variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat yang digunakan, ialah nilai perusahaan. 3) Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela / antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Sehingga variabel interverning dapat menjadi dependen dan kemudian menjadi variabel independennya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel intervening adalah perataan laba. 3. Hasil Uji normalitas data memiliki tujuan untuk mengetahui apakah data yang diolah pada penelitian ini, model variabel bebas, variabel terikat dan juga variable interveningnya sudah memiliki distribusi data yang normal atau belum. Dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov, penyebaran titik-titik berada di sekitar garis diagonal grafik atau mengikut garis diagonal grafik, sehingga dapat dikatakan bahwa data pada penelitian ini telah terbukti normal. Dengan menggunakan Regression Studentized Residual diperoleh hasil bahwa data penelitian ini tidak mengalami heteroskedastisitas dan untuk melihat apakah ada hubungan linier atau korelasi antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) digunakan uji autokorelasi, dengan memperhatikan nilai Durbin-Watson. Nilai Durbin-Watson yang diraih adalah 2,004, nilai tersebut marginal pada batas nilai DurbinWatson yaitu antara -2 sampai dengan 2, namun nilai tersebut masih dapat dikatakan terbebas dari autokorelasi sehingga model regresi berganda dapat dilanjutkan. a) Uji Hipotesis 1 200 Variabel perataan laba memiliki nilai p-value sebesar 0.414 > 0.05 artinya tidak signifikan, berarti Ha1 ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan manajemen dalam melakukan praktek perataan laba. Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya suatu perusahaan tidak menjamin bahwa manajemen perusahaan untuk melakukan praktek perataan laba atau tidak. Meskipun perusahaan besar memberikan lebih banyak peluang karena besarnya organisasi perusahaan mengharuskan dibuatkan banyak kebijakan dan peraturan yang mampu mengakomodir kegiatan operasional dan bagi perusahaan kecil yang mengharapkan laba terus positif agar dapat memperoleh pinjaman dari bank atau menarik investasi para investor, hal ini tidak menjadi alasan untuk melakukan praktek perataan laba. Perataan laba mungkin dapat terjadi pada setiap perusahaan, namun menurut hasil penelitan ini ukuran perusahaan terbukti bukan menjadi faktor yang signifikan untuk menilai suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba atau tidak. Bagi sektor perbankan sendiri, hal ini memberikan signal yang positif karena berarti perusahaan perbankan di Indonesia tidak ada yang melakukan praktek perataan laba atau dengan kata lain industri perbankan di Indonesia melaksanakan bisnisnya secara sehat dan sesuai regulasi yang berlaku. Secara garis besar, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budiasih Igan (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktek perataan laba. Namun sejalan dengan hasil penelitian Diastiti Okkarisma Dewi (2010) ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba khususnya pada perusahaan manufaktur dan keuangan. b) Uji Hipotesis 2 Variabel nilai perusahaan memiliki nilai p-value sebesar 0.036 < 0.05 artinya signifikan, berarti Ha2 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa praktek perataan laba memiliki pengaruh terhadap nilai suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba atas laporan keuangan yang disajikannya maka hal ini dapat mengecoh para investor untuk berinvestasi, terlebih karena perilaku para investor yang kurang memperhatikan prosedur penyusunan laporan keuangan tersebut. Jika investor melakukan investasi berdasarkan atas laporan keuangan yang sudah dipercantik dan harga saham perusahaan akan naik karena sentimen positif di pasar, maka nilai perusahaan juga akan terlihat baik. Dengan naiknya nilai perusahaan maka hal ini dapat memberikan keuntungan kepada pihak stakeholders (principal) dari tindakan investasi yang dilakukan para investor karena banyaknya uang masuk ke dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk kegiatan operasional dan investasi di perusahaan. Disisi lain juga memberikan keuntungan bagi pihak manajemen karena dari banyaknya investasi yang masuk membuat operasional perusahaan mendapat suntikan dana dan kegiatan bisnis perusahaan dapat terus berjalan sehingga mampu memberikan keuntungan pada perusahaan, dengan demikian pihak stakeholders yang sudah merasa puas atas kinerja manajemen perusahaan memberikan reward atau bonus kepada manajemen (agent). 201 c) Uji Hipotesis 3 Variabel nilai perusahaan memiliki nilai p-value sebesar 0.036 < 0.05 artinya signifikan, berarti Ha3 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aktiva cukup besar memiliki pengaruh terhadap perolehan pendapatan atas harga per lembar sahamnya. Perusahaan beraset besar juga dapat dikatakan sebagai perusahaan yang liquid, sehingga hal ini mempengaruhi pandangan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut sebab diasumsikan mampu memberikan tingkat pengembalian investasi yang tinggi atas investasi yang sudah dilakukannya. Jika dilihat dari struktur modal suatu perusahaan yang terdiri dari utang jangka panjang dan saham, dimana keduanya memiliki proporsi masing-masing yang dapat digunakan untuk kegiatan operasional dan investasi di perusahaan dalam bentuk aset sehingga total aset perusahaan akan meningkat. Ketika perputaran aset dan kas perusahaan tersebut berjalan baik, maka nilai utang jangka panjang dapat menurun disertai dengan menurunnya tingkat resiko. Penurunan tingkat resiko ini memberikan dampak positif kepada peningkatan harga saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan di mata investor pun akan meningkat. d) Pengujian Variabel Intervening Untuk mengetahui suatu variabel adalah variabel intervening atau bukan, dapat menggunakan penjelasan melalui analisis jalur. Perataan Laba (Y) b2 b1 Ukuran Perusahaan (X) Nilai Perusahaan (Z) b3 Pada gambar tersebut terdapat 3 jalur yaitu : Jalur pertama yaitu jalur b1 (X-Y), yang menggambarkan hubungan antara ukuran perusahaan dengan perataan laba. Jalur kedua yaitu jalur b2 (Y-Z), yang menggambarkan hubungan antara perataan laba dengan nilai perusahaan. Jalur pertama yaitu jalur b3 (X-Z), yang menggambarkan hubungan antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa variabel ukuran perusahaan (X) berpengaruh terhadap variabel nilai perusahaan (Z) secara langsung dan secara tidak langsung 202 mempengaruhi variabel Z tersebut melalui variabel perataan laba (Y). Nilai intervening diuji melalui perbandingan antara b1 x b2 > b3. Jika nilai b1 x b2 > b3 maka perataan laba diakui sebagai variabel intervening pada penelitian ini. Nilai b yang dimaksud adalah nilai beta pada standardized coefficients dalam perhitungan statistik yang sudah dilakukan pada penelitian ini. Berikut adalah rincian dari hasil analisis jalur tidak langsung (b1, b2) dan hasil analisis jalur langsung (b3) : Jalur tidak langsung memiliki nilai = b1 x b2. = 0.098 x -0.248 = - 0.024 Jalur langsung memiliki nilai = b3 = -0.247 Berdasarkan data-data diatas maka kita dapat melihat bahwa nilai dari b3 terbukti lebih kecil dari b1 x b2, maka dapat disimpulkan bahwa perataan laba dalam penelitian ini benar berfungsi sebagai variabel intervening yang dapat memediasi antara variabel independen yaitu ukuran perusahaan dengan variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan perataan laba mampu meningkatkan nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, karena dengan memiliki laporan keuangan yang bernilai positif dan konsisten meskipun dalam proses penyajiannya melalui tindakan creative accounting serta tercatat memiliki total aktiva yang tinggi mampu mencerminkan bahwa perusahaan tersebut liquid, sehingga kedua hal tersebut mampu membuat nilai perusahaan menjadi tinggi dimata para investor dan menarik perhatian mereka untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Saat perusahaan memperoleh suntikan dana atau ―income” dari investasi yang dilakukan para investor ini, hal ini memberikan keuntungan bagi para stakeholders (principal) yang dapat mereka gunakan untuk kegiatan operasional dan investasi perusahaan. Jika operasional perusahaan berjalan lancar dan terus meningkat, pihak manajemen (agent) juga akan mendapatkan bonus dari pihak principal karena kinerja yang baik, maka dapat dikatakan bahwa teori keagenan (Agency Theory) terbukti pada penelitian ini. 4. Kesimpulan dan Saran a) Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel pada penelitian ini maka dapat diraih beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan (Ha1 diterima). Perusahaan yang memiliki total aktiva cukup besar memiliki pengaruh terhadap perolehan pendapatan atas harga per lembar sahamnya, sehingga hal ini mempengaruhi pandangan investor terhadap perusahaan-perusahaan beraset besar untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. 2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap keputusan managemen dalam melakukan praktek perataan laba (Ha2 ditolak). Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya total aset suatu perusahaan tidak menjamin bahwa manajemen perusahaan tersebut melakukan praktek perataan laba. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara praktek perataan laba terhadap nilai suatu perusahaan (Ha3 diterima). Jika suatu perusahaan melakukan praktek perataan laba atas laporan keuangan yang disajikannya maka hal ini dapat mengecoh para investor untuk berinvestasi, terlebih karena perilaku para investor yang kurang memperhatikan prosedur penyusunan laporan keuangan tersebut. Jika investor melakukan investasi berdasarkan atas laporan keuangan yang sudah dipercantik dan harga saham perusahaan akan naik karena sentimen positif di pasar, maka nilai perusahaan juga akan terlihat baik. 4. Perataan laba dalam penelitian ini benar berfungsi sebagai variabel intervening yang dapat memediasi antara variabel independen yaitu ukuran perusahaan dengan variabel dependen yaitu nilai perusahaan. 203 5. Saat perusahaan memiliki aset yang besar dan memiliki laporan keuangan dengan laba yang konsisten, kedua hal ini mampu memberikan signal positif bagi investor untuk melakukan investasi ke dalam perusahaan tersebut. Setelah memperoleh dana melalui investasi yang dilakukan oleh para investor, dana tersebut dapat digunakan untuk kegiatan operasioanal atau investasi perusahaan, sehingga perusahaan memperoleh keuntungan yang dapat dibagikan kepada pihak manajemen yaitu berupa reward atau bonus, maka dengan demikian teori keagenan (Teory Agency) telah terbukti. b) Saran Berdasarkan atas hasil pengujian dan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan untuk kepentingan investor, perusahaan dan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Perataan laba merupakan salah satu bentuk perilaku yang tidak semestinya dilakukan, sebab hal ini menyebabkan laporan keuangan tidak dibuat berdasarkan kinerja perusahaan yang nyata. Sehingga, dalam pengambilan keputusan sebaiknya investor memperhatikan hal-hal yang bersifat kualitatif dan manajemen sebagainya menerapkan Good Corporate Governance yang baik di masing-masing perusahaan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur yang telah ada dan bermanfaat bagi seluruh pihak baik bagi perusahaan maupun investor untuk meningkatkan etika dalam berbisnis serta menghindari sikap opportunist. 3. Penggunaan indeks lain, seperti Indeks Michelson (1995) untuk mengklisifikasikan perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. 4. Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya dan hasil penelitian ini, dalam penelitan lanjutan sebaiknya dipertimbangkan penggunaan jumlah sampel penelitian yang lebih besar, rentang waktu yang lebih lama dan kemungkinan untuk menambahkan variabel-variabel lainnya yang diperkirakan memiliki pengaruh pada ukuran perusahaan, perataan laba, serta nilai perusahaan sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih akurat. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan rahmat serta hikmat-Nya, kepada Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul dan Bapak Dr MF. Arrozi, SE, Msi, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi serta para dosen Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul yang selama ini bersedia memberikan ilmu, waktu dan tenaganya dalam proses ajar mengajar. Orang tua, saudara dan sahabat yang selalu memberikan doa dan dukungannya. Penulis berharap melalui penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif kepada para pembaca. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian ini maka penulis memohon saran dan kritik dari para pembaca demi berkembangnya objek penelitian ini. Daftar Pustaka Bahagia, Malla., 2008. Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pendekatan Structural Equation Modeling (SEM), Jakarta: UIN Syarifhidayatullah. Belkaouli, Ahmed Riahi. 2000. Accounting Theory. Edisi Kelima. Jakarta : Salemba Empat. Budiasih, Igan, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Vol 4, No.1, Januari 2009. 204 Fama, E.F. 1980. Agency Problems and The Theory of The Firm. Journal of Political Economy 88 (2). Handayani, Sri dan Agustono Dwi Rachadi, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No. 1, April 2009. Husnan, Suad, Mamduh M. Hanafi dan Amin Wibowo, 1996, Dampak Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap Kegiatan Perdagangan Saham dan Variabilitas Tingkat Keuntungan, Kelola, No. 11/V. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2009. Okkarisma Dewi,Diastiti, 2010, Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Siaran pers hasil pemeriksaan kasus laporan keuangan dan perdagangan saham PT Lippo Bank Tbk, 17 Maret 2003. Soesetio, Yuli, Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Deviden, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 12, No.3, September 2008. SticeEarl, James D. Stice &Fredd Skousen, Akuntansi Keuangan, Buku 1, Edisi 16, Jakarta: Salemba Empat, 2009. Sugiarto, Sopa,Perataan Laba Dalam Mmengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, SNA VI, Surabaya, Oktober 2003. Sukartha, Made,Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi, Vol 10, No.3, September 2007. Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. Income Smoothing, Tobin‘s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali, 2 – 3 Desember. Suranta, Eddy dan Pratana Puspa Mediastuty, Analisis Hubungan Struktur Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi Dengan Model Persamaan Linear Simultan, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, Januari 2003. Ulupui, I. G. K. A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 2. No. 1, Januari. Watt.L.R dan Zimmerman. J.L 1978. Toward a Positive Theory of the Determination of Accounting Standard. The Accounting Review, Vol. 53, No.1. 205 METODE AKUNTANSI PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP PEMASUKAN PENAWARAN PERDANA (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA Ayu Eka Wandini Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRACT IPO’s are often characterized by a lack of available published information, the disclousure of financial statements in the prospectus to be important in the formation of stock prices (Syaiful Ali 2000), this study investigated the influence of the accounting methods of depreciation of fixed assets, inventory valuation methods, and the book value of capital to revenue with the initial offering sample of firms that go public and listing on the Indonesia Stock Exchange (BEI) Period 2006-2010. Accounting methods that will be examined in accordance with the already studied by Ali (2000), the method of accounting for depreciation of fixed assets and inventory valuation. As for the other independent variables included in the design model of this study is the book value of capital. By using multiple regression analysis found that the result showed no effect of the accounting methods of depreciation of fixed assets and inventory valuation methods. While the book value of capital variables effect the dependent variable, which means the larger the company’s book value of capital,then the value of income into the higher initial offering. Keyword : Method for Depreciation of Fixed Assets, Inventory Valuation Methods, and Book Value PENDAHULUAN Initial Publik Offering (IPO) merupakan penjualan saham suatu perusahaan kepada publik untuk pertama kalinya. Dalam penawaran perdana saham ini, BAPEPAM menetapkan laporan keuangan yang telah diaudit menjadi salah satu elemen penting yang harus disediakan sebagai bagian dari prospektus. Hal ini dikarenakan laporan keuangan merupakan cerminan dari suatu kondisi perusahaan, dimana di dalamnya terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan berbagai pihak untuk membuat keputusan-keputusan yang bermanfaat. Informasi laporan keuangan menjadi penting antara lain pada proses pembentukan harga saham. Hal ini dikarenakan dalam penawaran perdana informasi-informasi yang dibutuhkan untuk penentuan harga IPO sangat kurang, seperti tidak adanya harga pasar saham yang dapat diobservasi sebelum penawaran perdana dan juga banyak perusahaan emiten yang tidak mempunyai sejarah operasi perusahaan. Sebab lainnya karena sebelum pelaksanaan penawaran perdana, saham perusahaan belum diperdagangkan sehingga mengakibatkan tidak adanya informasi harga yang relevan. 206 Menurut Dahlan Siamat (2006), “pasar perdana pada pokoknya adalah penawaran efek secara langsung oleh emiten kepada investor tanpa melalui bursa efek”. Penawaran umum (go public) atau disebut juga emisi efek merupakan suatu proses penjualan efek yang berupa saham atau obligasi suatu perusahaan kepada masyarakat umum yang melibatkan lembaga penunjang pasar modal. Perusahaan melakukan penawaran perdana sahamnya, sebelum kemudian menjual sahamnya dibursa efek atau pasar sekunder. Menurut Brigham dan Gapenski (2006), keuntungan bagi perusahaan yang melakukan penawaran perdana, yaitu perusahaan dapat memperoleh dana secara cepat, perusahaan dapat mengurangi resiko karena akan berbagi kepemilikan saham dengan publik, dan perusahaan dapat terus meningkatkan modal dan likuiditasnya. Teory signalling (Hartono, 2005) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang bekualitas baik dan buruk. Agar sinyal pasar efektif, maka harus dapat dipersepsikan dengan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk. Teori signaling memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi pada teori akuntansi prakmatik. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman tersebut dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi obyek penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap, metode penilaian persediaan dan nilai buku modal secara bersama-sama (simultan) terhadap pemasukan penawaran perdana ? 2. Apakah ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana ? 3. Apakah ada pengaruh metode penilaian persediaan secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana ? 4. Apakah ada pengaruh nilai buku modal secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana ? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan yang diharapkan dapat diperoleh adalah : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva, metode penilaian persediaan dan nilai buku modal secara bersama – sama (simultan) terhadap pemasukan penawaran perdana. 2. Untuk melihat sejauh mana pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana. 3. Untuk melihat sejauh mana pengaruh metode penilaian persediaan secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana. 4. Untuk melihat sejauh mana pengaruh nilai buku modal secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana. 207 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. Dengan alamat Jakarta Stock Exchange Building, Jl. Jend. Sudirman kav 52-53 Jakarta. Waktu penelitian dimulai 01 Desember 2011 sampai dengan selesai. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data Kualitatif, data yang berisis tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, dan penjelasan dari setiap laporan keungan. Data Kuantitatif, data yang berisi tentang harga perolehan yang telah ditetapkan perusahaan, metode penyusutan yang digunakan dan nilai buku modal perusahaan. Populasi dan Sampel Populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah populasi beberapa perusahaan go public yang mencatatkan sahamnya di BEI pada periode 2006-2010. Dipilihnya rentang waktu tersebut didasarkan pada pertimbangan kecukupan sample yang akan dipakai. Penentuan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada metode purposive sampling, dimana sampel perusahaan yang terpilih didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. . Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan untuk pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 2006-2010 Dari semua perusahaan ini terdapat kelompok-kelompok industri tertentu yang dikeluarkan dari sampel yaitu : a. Kelompok industri minyak dan gas bumi Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan minyak dan gas bumi mempunyai karakteristik yang berbeda secara signifikan dibandingkan dengan perusahaan IPO lainnya. b. Kelompok industri keuangan Kelompok industri ini tidak dimasukkan karena memiliki struktur keuangan dan model pelaporan keuangan, khususnya dalam pelaporan rugi laba dan komponen-komponen yang dilaporkan dalam laporan aliran arus kas, yang berbeda dengan perusahaan dalam kelompok industri lain. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan riset kepustakaan dan riset lapangan. Riset kepustakaan dilakukan untuk memperoleh teori yang menyangkut pembahasan mengenai bahan yang akan diteliti. Dan riset lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang 208 menyangkut penelitian yang dilakukan, peneletian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan mengambil data dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya statistik. Dari hasil penelitian dapat dilihat jumlah data yang dijadikan sampel penelitian dinyatakan dengan N sebanyak 38 perusahaan. Data ini telah mengalami seleksi sampel dari sebelumnya dengan total perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode 2006-2010 sebanyak 89 perusahaan. Setelah mengalami proses beberapa perusahaan tersaring karena keterbatasan data yang dimiliki. Nilai buku modal berkisar dari 21 satuan hingga terbesar yaitu 27 satuan. Untuk dua variabel lainnya merupakan variabel dummy sehingga memiliki nilai maksimal 1 dan minimal 0 (nol). Uji normalitas data, uji ini dilakukan untuk melihat bagaimana distribusi data dari variabel dependen dan variabel independennya apakah terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini untuk melihatnya digunakan grafik Normal Probability-Plot. Dari hasil uji normalitas menunjukkan titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan data dalam model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji multikolonearitas, Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen. Dan untuk menguji hal tersebut dilihat dari nilai Tolerance dan VIF nya. Apakah nilainya melewati 0,10 dan 10 atau tidak. hasil penelitian dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonearitas, karena nilai tolerance tidak melebihi 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10. Uji autokorelasi, uji ini dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). dapat diperoleh hasil bahwa uji DW diatas memenuhi aturan tabel DW keempat dimana dari hasil ini tidak bisa menyimpulkan apa-apa, dengan kata lain tidak ada autokorelasi dari data regresi yang ada. Uji heterokedastisitas, Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. hasil pengujian heterokedastisitas diatas memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Hipotesis Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut : Ha1 Ha2 Ha3 Ha4 : Di duga ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap, persediaan dan nilai buku modal secara bersama-sama (simultan) terhadap pemasukan penawaran perdana. : Di duga ada pengaruh metode akuntansi penyusutan aktiva tetap secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana. : Di duga ada pengaruh metode persediaan secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana. : Di duga ada pengaruh nilai buku modal secara parsial terhadap pemasukan penawaran perdana. 209 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Statistik Deskriptif Tabel 1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics net_PROC M_Peny M_Pers NB_Modal Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 38 38 38 38 21 0 0 21 26 1 1 27 23.82 .97 .74 25.24 1.608 .162 .446 1.283 38 Dari tabel dapat dilihat jumlah data yang dijadikan sampel penelitian dinyatakan dengan N sebanyak 38 perusahaan. Data ini telah mengalami seleksi sampel dari sebelumnya dengan total perusahaan yang melakukan penawaran perdana pada periode 2006-2010 sebanyak 89 perusahaan. Setelah mengalami proses beberapa perusahaan tersaring karena keterbatasan data yang dimiliki. Nilai buku modal berkisar dari 21 satuan hingga terbesar yaitu 27 satuan. Untuk dua variabel lainnya merupakan variabel dummy sehingga memiliki nilai maksimal 1 dan minimal 0 (nol). 2. Uji Normalitas Gambar 1 Uji Normalitas Dari hasil uji normalitas menunjukkan titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan data dalam model regresi memenuhi asumsi normalitas. 210 3. Uji Multikolonearitas Tabel 2 Uji Multikolonearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF .982 .980 .980 1.018 1.021 1.021 Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonearitas, karena nilai tolerance tidak melebihi 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10. 4. Uji Autokorelasi Tabel 3 Uji Autokorelasi b Model Summary Model 1 R R Square .685 a .469 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .423 1.222 1.667 Dari hasil diatas diperoleh hasil bahwa uji DW diatas memenuhi aturan tabel DW keempat dimana dari hasil ini tidak bisa menyimpulkan apa-apa, dengan kata lain tidak ada autokorelasi dari data regresi yang ada. 5. Uji Heterokedastisitas Gambar 2 Uji Heterokedastisitas Dari hasil pengujian heterokedastisitas diatas memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas seperti bergelombang, 211 melebar kemudian menyempit. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. 6. Uji F (Secara simultan) Tabel 4 Uji F (Secara Simultan) Uji Koefisien Regresi Ganda secara Simultan dengan Uji-F ANOVAb Sum of Squares Model 1 Df Mean Square Regression 44.927 3 14.976 Residual 50.783 34 1.494 Total 95.711 37 F 10.026 Sig. .000a Uji Hipotesis Pertama Ho1: Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap, metode penilaian persediaan, nilai buku modal terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia Ha1: Paling sedikit ada satu variabel independen (metode penyusutan aktiva tetap, metode penilaian persediaan, nilai buku modal) yang mempengaruhi variabel dependen (nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia)Sig < α sehingga Ho ditolak, dan Ha diterima berarti paling sedikit ada satu variabel independen penelitian yang mempengaruhi variabel dependen penelitian pada tingkat keyakinan 95 %. Hasil : Sig < α (0,000 < 0,05) sehingga Ho ditolak, dan Ha diterima berarti paling sedikit ada satu variabel independen penelitian yang mempengaruhi variabel dependen penelitian pada tingkat keyakinan 95 %. 7. Uji t (secara parsial) Tabel 5 uji t (secara parsial) Uji Koefisien Regresi Ganda secara Parsial dengan uji-t Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 2.169 4.272 M_Peny .612 1.250 M_Pers .595 NB_Modal .817 Beta t Sig. .508 .615 .062 .490 .628 .455 .165 1.308 .200 .158 .651 5.161 .000 Sumber : Hasil pengolahan data dengan statistik komputerisasi 212 Uji Hipotesis Kedua Ho2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia Hasil : Sig > α ( 0,628 > 0,05 ) sehingga Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penyusutan aktiva tetap secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia pada tingkat keyakinan 95 %. Uji Hipotesis Ketiga Ho3 : Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penilaian persediaan secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan metode penilaian persediaan secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia Hasil : Sig > α ( 0,200 > 0,05 ) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Tidak ada pengaruh yang signifikan metode penilaian persediaan secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia pada tingkat keyakinan 95 % Uji Hipotesis Keempat Ho4 : Tidak ada pengaruh yang signifikan nilai buku modal secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan nilai buku modal secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia Hasil : Sig < α ( 0,000 < 0,05 ) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Ada pengaruh yang signifikan nilai buku modal secara parsial terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia pada tingkat keyakinan 95 %. Pembahasan Berdasarkan pengujian asumsi klasik ( Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedastisitas) yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semua data telah lolos dari asumsi klasik sehingga model regresi linear berganda dapat digunakan untuk menganalisis data dan hasil analisisnya dapat dipertanggungjawabkan. secara signifikan membuktikan adanya pengaruh secara simultan variabel metode penyusutan aktiva tetap, metode penilaian persediaan, nilai buku modal terhadap nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan dengan melakukan pengujian uji-F pada tingkat keyakinan 95 %. Sedangkan secara parsial dengan melakukan pengujian Uji-t pada tingkat keyakinan 95 % menunjukan bahwa variabel Nilai buku modal (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia (Y). Sedangkan variabel Metode penyusutan aktiva tetap (X1) dan Metode penilaian persediaan (X2) tidak mempengaruhi Nilai pemasukan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia (Y) secara signifikan pada tingkat keyakinan yang sama yaitu 95 %. 213 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap perusahaan yang go piblic di Bursa Efek Indonesia Jakarta pada periode 2006-2010, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Metode penyusutan aktiva tetap yang di gunakan oleh perusahaan go public pada umumnya adalah metode straight line dan double declining balance. Dalam penelitian ini diperoleh hasil, metode penyusutan yang di gunakan oleh perusahaan berpengaruh terhadap nilai pemasukan penawaran perdana. 2. Dari penelitian ini diperoleh hasil, metode penilaian persediaan rata-rata tertimbang (Average) dan First In First Out (FIFO) yang dipilih oleh perusahaan go public berpengaruh terhadap besarnya nilai pemasukan penawaran perdana. 3. Besarnya nilai buku modal perusahaan berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Dari penelitian ini besarnya nilai pemasukan penawaran perdana tidak dipengaruhi oleh nilai buku modal perusahaan. Hasil ini diperoleh baik dari uji t maupun uji model dari hasil statistik itu sendiri. SARAN Dari penelitian ini, peneliti merangkum dan membuat beberapa saran yang dianggap perlu untuk perusahaan yang akan mengadakan go pubilc dan para investor dalam melakukan penanaman modal. Saran tersebut antara lain : 1. Bagi perusahaan yang akan melakukan go public, untuk lebih memperhatikan besarnya nilai buku modal perusahaan yang akan disajikan, karena nilai buku modal ini dapat mempengaruhi besarnya pemasukan yang diperoleh dari pelaksanaan penawaran perdana. 2. Bagi para penanam modal (investor) sebelum melakukan investasi, sangat penting untuk lebih mencermati bagian neraca perusahaan, berapa besar modal yang dimiliki oleh perusahaan, karena nilai buku modal ini berpengaruh terhadap banyaknya saham yang ditawarkan, nilai buku modal juga menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jika terjadi masalah nantinya. UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya penelitian ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penuh rasa hormat kepada: 1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. 2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,AK.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. 3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak.MM, selaku ketua program studi akuntansi Universitas Esa Unggul. 4. Bapak Adrie Putra, SE.MM, selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, membimbing dan pengarahan yang sangat berharga sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini. 5. Kepada dosen fakultas ekonomi universitas Esa Unggul yang telah mendidik membekali ilmu pengetahuan, memberikan inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu. 6. Kepada orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini dengan baik. 214 DAFTAR PUSTAKA Brigham. Eugene.F and Louis. C Gapenski, Intermediate Financial Manajement 9th Edition, New York, 2006 Dahlan, Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Cetakan 5, Jakarta : Intermedia, 2006 Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Edisi II, Yogyakarta : BP Univ Diponegoro Hartono, Hubungan Teori Signalling Dengan Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Jakarta, 2005 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2009 Syaiful, Ali, Initial Public Offering, Accounting Choice and Earning Management, Contemporary Accounting Research 10 215 ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN METODE COSO ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PT. CAVEO BIOMETRIC SECURITY Depi Guspita Awai Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Dalam setiap jenis perusahaan, persediaan memegang peranan penting yang ditinjau dari segi nilai dan kualitas, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan dan besarnya aktiva lancar perusahaan. Dalam persediaan sering terjadi masalah – masalah dalam penyediaan barang – barang, seperti keterlambatan pengiriman barang, jumlah pemesanan yang tidak sesuai dengan jumlah barang yang dikirimkan, dan tekadang type barang yang dikirim tidak sesuai dengan type barang yang dipesan. Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data primer yang berasal dari kuisioner dan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dengan cara mempelajari masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti melalui buku pedoman, literature yang disusun para ahli sesuai dengan masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan yang bekerja di PT. Caveo Biometric Security, dengan jumlah karyawan saat ini yang aktif bekerja 35 orang. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pengendalian internal sistem persediaan digunakan analisa deskriptif dengan menggunakan survey melalui kuesioner dengan skala likert. Dari hasil penelitian diketahui saat ini sistem pengendalian internal pengendalian persediaan barang yang dilaksanakan di PT. CAVEO BIOMETRIC SECURITY telah cukup baik, terlihat dari terdapat 10 item pernyataan pada kuisioner COSO yang memperoleh kategori baik, dan diketahui pula bahwa pengendalian internal sistem pengendalian persediaan barang karyawan di PT. CAVEO BIOMETRIC SECURITY belum sepenuhnya sesuai dengan standar COSO. Terlihat dari 20 item pernyataan yang ditanyakan terdapat 10 item yang masuk dalam kategori tidak baik. Kata Kunci : Pengendalian Internal, Persediaan, COSO PENDAHULUAN Pergerakan ekonomi saat ini sudah sangat cepat, setiap perusahaan yang tumbuh berkembang memerlukan suatu pengendalian internal dalam mengendalikan kegiatan operasional agar mampu bekerja secara efektif dan efisien. Tujuannya yaitu untuk dapat bersaing dan mampu mempertahankan serta mendapatkan laba maksimal untuk mengembangkan usahanya. Dalam setiap jenis perusahaan, persediaan memegang peranan penting yang ditinjau dari segi nilai dan kualitas, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan dan besarnya aktiva lancar perusahaan. Tingkat persediaan yang berlebihan akan mengakibatkan timbulnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan, serta kemungkinan adanya kerusakan. Sebaliknya persediaan yang terlalu sedikit akan mengakibatkan terhambatnya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Persediaan juga merupakan harta sensitif terhadap keusangan, pencurian, dan penurunan harga pasar. Untuk itu perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan optimal yang harus tersedia dan memperhatikan sistem pengendalian internal atas persediaan. 216 Modal yang terkandung dalam persediaan merupakan harta lancar yang paling besar dalam perusahaan yang sangat berharga tentunya. Penjualan akan menurun jika persediaan tidak tersedia dalam bentuk, jenis, mutu dan jumlah yang diinginkan pelanggan. Prosedur pembelian yang tidak efisien atau upaya yang tidak memadai dapat membebani suatu perusahaan, serta dengan persediaan yang berlebihan dan tidak terjual. Mengakibatkan penumpukan barang dan tidak terjualnya persediaan sehingga terjadi penumpukan modal juga akan mengeluarkan biaya penyimpanan yang terlalu besar. Jadi, penting bagi perusahaan untuk mengendalikan persediaan secara cermat untuk membatasi biaya – biaya penyimpanan yang terlalu besar. Dalam sistem pengendaliaan perusahaan yang berkembang saat ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem aplikasi internet. Dengan sistem aplikasi internet dapat mengakses informasi realtime tentang keadaan persediaan seperti ketersediaan produk, kuantitas, kualitas dan kendala persediaan. Internet juga dapat membantu manajer untuk menelusuri pergerakan barang diseluruh organisasi dengan mengakses informasi online mengenai lokasi unsur persediaan tertentu. Namun sistem aplikasi internet juga memiliki resiko, yaitu informasi yang sangat sensitif secara tidak sengaja dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang, maka perlu adanya pengendalian dalam menggunakan akses seperti penggunaan password, portal, dan pengendalian teknologi informasi lainnya. PT. Caveo Biometric Security adalah salah satu perusahaan yang sedang mengalami perkembangan di Jakarta – Indonesia, perusahaan ini dipercaya menjadi penyedia alat keamanan seperti mesin absensi kantor dan peninjau pengamanan menggunakan bantuan camera tersembunyi. PT. Caveo Biometric Security telah memiliki jangkauan yang luas serta memiliki beberapa distributor – distributor disetiap daerah yang ada di Indonesia. Sebagai perusahaan penyediaan barang – barang yang diperoleh sebagian besar barang pokok yang dibeli dari negara luar, banyak sekali kendala – kendala yang terjadi khususnya dalam pemenuhan persediaan. Dalam harga sering terjadi masalah – masalah dalam penyediaan barang – barang, seperti keterlambatan pengiriman barang, jumlah pemesanan yang tidak sesuai dengan jumlah barang yang dikirimkan, dan tekadang type barang yang dikirim tidak sesuai dengan type barang yang dipesan, dan hal-hal lain yang ada diluar kendali. Perusahan harus memiliki stock persediaan yang cukup untuk mendistribusikan ke distributor – distributor, dan persediaan yang ready dijual di perusahaan, selain itu perusahan juga harus memiliki suatu sistem pengendalian terutama dibagian persediaan untuk meminimalisasikan kesalahan – kesalahan yang terjadi baik dari sistem maupun kesalahan yang diakibatkan kelalaian manusia (Humman Error) atau pun hal-hal yang diluar dugaan. Mengingat bahwa pengendalian internal persediaan sangat penting bagi perusahaan dalam mencapai efisien dan efektifitas, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Internal Dengan Metode COSO Atas Persediaan Barang Dagang PT. Caveo Biometric Security”. Identifikasi Dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian mengenai latar belakang yang telah dikembangkan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pernyataan sebagai berikut : a. Pelaksanaan pengendalian internal atas persediaan barang dagang di PT.Caveo Biometric Security yang belum berjalan secara efektif yang ditandai dengan adanya type barang yang dikirim tidak sesuai dengan type barang yang dipesan, jumlah pemesanan yang tidak sesuai dengan jumlah barang yang dikirimkan dan keterlambatan pengiriman barang . b. Pelaksanaan pengelolaan persediaan barang dagang di PT.Caveo Biometric Security yang belum dilaksanakan secara efisien yang ditandai dengan adanya stock persediaan yang kadang kala kurang, jumlah stock untuk barang-barang yang laku sama dengan jumlah stock untuk item lainnya, dan sistem administrasi yang masih tumpang tindih antara bagian keuangan, gudang dan pemesanan. 217 2. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membahas bagaimana sistem pengendalian internal terhadap persediaan barang dagang yang dilakukan di PT.Caveo Biometric Security dan sistem pengendalian internal yang dilakukan apakah telah sesuai dengan standar COSO. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana penerapan dalam pengendalian internal atas persediaan barang dagang pada PT.Caveo Biometric Security? b. Apakah pengendalian internal persediaan di PT.Caveo Biometric Security telah sesuai dengan standar COSO? Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : a. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai aplikasi dari pengendalian internal persediaan barang dagang yang diterapkan oleh PT.Caveo Biometric Security. b. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian internal persediaan barang dagang yang diterapkan apakah sudah cukup efektif dan efisien serta sesuai dengan standar COSO. Manfaat Penelitaian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat berguna untuk pembacanya. Adapun manfaat penelitian adalah : a. Bagi Mahasiswa Menambah dan memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai peranan sistem pengendalian internal yang diterapkan bagi perusahaan serta pelaksanaannya dalam dunia nyata. b. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam memperbaiki kelemahan sistem pengendalian internal perusahaan dan menunjukan kepada manajemen perusahaan sejauh mana pentingnya peranan sistem pengendalian internal persediaan barang dagang, guna membantu mencegah terjadinya kesalahan, kecurangan yang dapat terjadi serta menjadi acuan untuk memperbaiki kelemahan sistem pengendalian internal pada perusahaan. c. Bagi Pembaca Meningkatkan pengetahuan mengenai perkembangan sistem pengendalian internal serta sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian dengan judul ini. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem berasal dari bahasa Latin (sytema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika sering kali bisa dibuat. Kata ―sistem‖ banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari – hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah, kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam hal yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan diantara mereka. Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, Berikut penjelasan mengenai elemen – elemen yang membentuk sebuah sistem : 1) Tujuan 2) Masukan 3) Proses 4) Keluaran 218 5) Batas 6) Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik 7) Lingkungan. Kunci utama dan fondasi suatu organisasi yaitu ada pada orang-orang atau para pelaksananya yang terlibat didalam proses atau aktivitas operasi dengan fokus dengan atribut pribadi, komunikasi personal dan situasi kerja. Inti dari pengendalian organisasi yang efektif terletak pada sikap manajeman. Jika Top Manajemen percaya bahwa pengendalian adalah sangat penting, maka yang lainnya pun dalam organisasi yang sama akan memandangnya demikian pula dan tanggap pada setiap kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan. Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap keseluruhan Top Manjemen, Direktur, dan Pemilik suatu perusahaan terhadap pengendalian dan penelitian lingkungan pengendalian, berikut adalah sub komponen yang sangat penting yaitu : 1) Filosofi & gaya manajemen, dari situ akan dapat memberi tanda-tanda yang jelas bagi para pegawai mengenai arti penting pengendalian. 2) Integritas dan nilai etika, merupakan produk standar etika dan prilaku perusahaan dan bagaimana standar tersebut dikomunikasikan dan dipaksakan dalam prakteknya. 3) Komitmen terhadap kompetensi personal, adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang merumuskan tugas – tugas individu. 4) Peran direksi, dewan komisaris dan/atau Komite Audit yang efektif, adalah independen dari manajemen dan anggota – anggotanya dan meneliti dengan cermat aktivitas – aktivitas manajemen. 5) Struktur organisasi, merumuskan garis tanggung jawab dan wewenang. 6) Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab, merupakan bentuk komunikasi formal sehubungan dengan pengendalian atas masalah-masalah atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. 7) Pedoman yang dibuat manajemen bagi personal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Aspek paling penting dalam sistem pengendalian internal adalah sumber daya manusia. Jika pegawai kompeten dan dapat dipercaya, pengendalian lain mungkin dapat dipercaya. a. Risk Assesment (Penaksiran Resiko) Bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang berhubungan dengan persiapan laporan keuangan yang disajikan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Resiko timbul dalam keadaan sebagai berikut : 1) Transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal. 2) Perubahan standar akuntansi. 3) Perubahan yang berhubungan dengan kebaikan sistem dan teknologi yang baru yang digunakan untuk pengolahan informasi. 4) Pertumbuhan entititas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan pelaporan informasi dan personel yang terkait. 5) Hukum dan peraturan baru. b. Accounting Information dan Comunication System (Sistem komunikasi dan informasi akuntansi). Suatu sistem informasi dan komunikasi yang memungkinkan orang dalam organisasi untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan untuk mengelola, melaksanakan dan mengendalikan operasi. Tujuan sistem informasi akuntansi perusahaan adalah untuk mengidentifikasi, mengklarifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan untuk menjaga pertanggung jawaban akuntansi untuk aktiva – aktiva yang berkaitan. Sistem informasi akuntansi yang efektif harus mampu memenuhi tujuan pengendalian internal atas transaksi keuangan. 219 c. Control Activities (Aktivitas Pengendalian) Kebijakan dan prosedur kontrol yang meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan untuk mengatasi resiko benar-benar dilaksanakan. 1. Hard Control Sarana dan kelengkapan organisasi serta pengaturan kewenangan dan tanggung jawab proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Contoh : kebijakan / prosedur, struktus organisasi, birokrasi, pengambilan keputusan yang terpusat. 2. Soft Control Skill, prilaku, nilai, dan suasana yang terdapat pada individu dan komunikasi personal antar individu dalam organisasi. Contoh : kompetensi, kepercayaan, kebersamaan nilai, kepemimpinan yang kuat, ekspektasi yang tinggi dan standar etika tinggi. d. Monitoring (Pemantauan) Pengawasan oleh manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk atas pelaksanaan tugas sebagai penilaian terhadap kualitas dan efektifitas sistem pengendalian internal. Contoh : 1) Membandingkan data dilapangan dengan data dilaporan. 2) Membandingkan kesesuian data piutang dengan hasil konfimasi. 3) Evaluai oleh internal editor. Terdapat dua mekanisme aktvitas monitoring atau pemantau yaitu pengawasan yang langsung dilakukan masing – masing atasan pihak yang bersangkutan bedasarkan jenjenng kekuasaan jabatan dan pengawasan yang dilakukan oleh fungsi audit. Kedua pengawasan itu sering disebut dengan istilah pengawasan melekat (oleh atasan) dan pengawasan fungsional. 2. Tujuan Pengendalian Internal Tujuan dari pengendalian sistem internal yang efektif adalah: a. Mengamankan aktiva perusahaan. b. Memastikan akurasi dan keandalan berbagai catatan dan informasi akuntansi. c. Mengukur ketaatan dengan bebagai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen. d. Menyebarluaskan efisiensi dalam operasi perusahaan. 3. Konsep Dasar Pengendalian Internal. Ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal. Konsep dasar tersebut meliputi hal – hal berikut : a. Pertanggung Jawaban Manajemen Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan dan mempertahankan sistem pengendalian internal. Pengendalian yang ada pada perusahaan tergantung pada: 1) Besar kecilnya entitas. 2) Karakteristik organisasi dan kepemimpinan . 3) Sifat kegiatan usahanya. 4) Keanekaragaman dan kompleksitas opersinya. 5) Metode pemprosesan data. 6) Persyaratan perundang – undangan yang harus dipatuhi. 220 b. Kebijakan Memadai Manajemen bukan mencari tingkat absolut atau mutlak kualitas sistem pengendalian internal. Manajemen mencari tingkat yang ―wajar‖. Hal itu dikarenakan untuk memastikan bahwa sasaran sistem pengendalian internal dapat tercapai. Ada dua alasan penggunakan kata ―wajar‖ dan bukan tingkat absolut. Kedua alasan tersebut adalah : 1) Kriteria biaya – manfaat merupakan suatu titik kritis bagi manajemen dalam setiap mengambil keputusan ekonomi. Pada kenyataannya, nilai hubungan antara manfaat dan biaya tersebut merupakan hasil suatu estimasi atau adjustment, dan bukan hasil pengukuran secara absolut. 2) Realisasi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi dan profitabilitas perusahaan. c. Keterbatasan Bawaan Sistem pengendalian internal mempunyai keterbatasn bawaan yang diakibatkan antara lain oleh : 1) Faktor Manusia yang melakukan fungsi prosedur pengendalian. Keterbatasan itu hanya dapat diminimumkan, tidak dapat dihilangkan sama sekali oleh orang dari dalam maupun luar yang independensi. Sebaik–baiknya sistem akan dapat dikalahkan kolusi. 2) Pengendalian tidak dapat diterapkan pada transaksi yang bersifat tidak rutin, seperti kejadian luar biasa, bonus THR dan lain sebagainya. d. Metode Pengelolahan Data Konsep pengendalian dapat diterapkan baik untuk sistem pengolahan data manual maupun terkomputerisasi atau electronic data processing (EDP). Sistem manual biasanya dipakai dalam perusahaan kecil, sedangkan sistem EDP banyak digunakan dalam bisnis pemanufakturan internasional dan perusahaan multinasional. Pengendalian juga bersifat dinamis, perubahan kondisi lingkungan mungkin akan mengakibatkan perlunya modifikasi atas sistem pengendalian. 4. Keterbatasan Pengendalian Internal Permasalahan pengendalian yang merupakan keterbatasannya, antara lain : a. Banyaknya pengendalian yang diterapkan memiliki tujuan yang tidak jelas. b. Pengendalian lebih diartikan sebagai tujuan akhir yang harus tercapai dan bukan sebagai alat sarana untuk mencapai tujuan organisasi. c. Pengendalian ditetapkan terlalu berlebihan (overcontrolling) tanpa memperhatikan sisi dan biayanya. d. Penerapan yang tidak tepat dari pengendalian juga mengakibatkan berkurang atau bahkan hilangnya inisiatif dan kreativitas setiap orang. e. Pengendalian tidak memperhitungkan espek prilaku (behavioral) Padahal faktor manusia merupakan kunci utama untuk berhasilnya pengendalian. Berdasarkan dengan permasalahan keterbatasannya, terdapat empat tipe reaksi atau sikap orang mengapa ia menolak atau keberatan terhadap pengendalian yang diterapkan : a. b. c. d. Menentang dan manipulasi Melakukan sabotase Informasi dibuat tidak akurat Menciptakan kesan negative Disamping itu, pengendalian juga sering gagal dalam pelaksanaan atau penerapannya karena : 221 a. b. c. d. e. f. Sering tidak dihiraukan Jenuh atau bosan Pengendalian terlalu kompleks Komunikasi yang buruk Terlalu banyak diubah / dimodifikasi Ditolak secara frontal COSO Menurut Sawyer, Dittenhofer, dan Scheiner Committee of Sponsoring Organization of Tradeway Commission (COSO) definisi pengendalian internal adalah suatu proses (yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain dari suatu entitas) yang dibentuk untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal: 1. Efektifitas dan efisiensi operasi 2. Keandalan informasi keuangan 3. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Sedangkan pengendalian internal menurut Messsier, dkk adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel entitas lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan: (1) keandalan pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, menyatakan bahwa sistem control internal merangkum kebijakan, praktik, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu untuk menjaga aktiva perusahaan; untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi; untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan; dan untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. Committee of sponsoring organization (COSO) menyebutkan bahwa sistem pengendalian internal terdiri dari enam komponen. Keenam komponen tersebut berasal dari para menajemen dalam menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Keenam komponen tersebut adalah: a. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian menentukan "warna" dari sebuah perusahaan, memberikan pengaruh kesadaran akan pengendalian kepada orang – orang di dalam perusahaan. Komponen ini merupakan dasar dari komponen – komponen pengendalian internal lainnya. Menurut SPAP (1994) Bodnar dan Hopwood (1995) dalam Subagiono Tjondro (2003), faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah: 1) Falsafah manajemen dan gaya usaha Falsafah manajemen dan gaya usaha merupakan seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter perusahaan dan keryawan. Filosofi manajemen merupakan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak dilakukan. Gaya usaha mencerminkan ide – ide manajer tentang bagaimana operasi suatu kesatuan usaha harus dilakukan, 2) Struktur organisasi satuan usaha, struktur ini dibentuk untuk tujuan mengatur kerja dalam organisasi yang didalamnya terdiri dari orang – orang sebagai pelaku yang terbagi atas beberapa level. Untuk itu perlu dibuat struktur organisasi yang mengatur hak, tanggung jawab dan wewenang, yang akhirnya dilengkapi dengan job deskripsi yang jelas. Semakin efektif struktur organisasi, semakin baik pelaksanaan tugas serta pengawasan mudah dilakukan. Hal ini didasarkan akan munculnya tanggung jawab yang jelas di masing-masing level, 3) Berfungsinya dewan komisaris dan komite yang terbentuk Dewan komisaris merupakan wakil para pemegang saham dalam perusahaan perseraan. Dewan komisaris berfungsi mengawasi pengelola perusahaan yang dilaksanakan direksi. Apabila dewan komisaris aktif dalam menjalankan tugas, besar kemungkinan dapat mencegah konsentrasi di tangan direksi. Jika dewan komisaris di dominasi oleh jajaran direksi, maka hubungan akuntan publik dengan dewan komisaris menjadi tak berarti. Oleh karena itu dewan komisaris yang dipilih dari pihak luar akan berkontribusi efektif dalam pengawasn dan peran dewan komisaris dapat menghasilkan pemeriksaan yang andal. 222 4) Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab Struktur yang ada di organisasi memiliki implikasi terhadap tanggung jawab, wewenang serta konsekuensi lain yang melekat di berbagai jenjang manajemen. Bagi manajemen yang sehat pengertian wewenang dan tanggung jawab harus disertai dengan job deskripsi yang jelas, sehingga muncul garis komando yang proposional dan tidak terjadi tumpang tindih. 5) Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklanjuti kinerja, termasuk audit intern 6) Kebijakan dan praktisi personalia Unsur ini berkaitan dengan praktek usaha yang sehat, karena sebaik apapun sistem pengendalian, apabila tidak didukung oleh personel yang jujur tidak akan berarti apa-apa. 7) Faktor-iaktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan dan praktek usaha, seperti pemerikasaan oleh badan legislatif dan lembaga pemerintah. Persediaan 1. Pengertian Persedian Persediaan merupakan suatu elemen yang penting bagi perusahaan karena sebagai besar aktiva perusahaan tertanam dalam persediaan. Oleh karena itu, persediaan memiliki nilai yang cukup besar dan memiliki pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi. Perencanaan dan pengendalian persedian merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan. Menurut Standar Akuntasi Public PSAK No.14 dalam buku Sukrisno Agoes yang berjudul Auditing, persediaan didefinisikan sebagai berikut: a. Persedian adalah aktiva b. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal c. Dalam proses produksi atau dalam perjalanan d. Dalam bentuk badan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa‖. ―Eddy Hartanto mendefinisikan persediaan sebagai berikut : Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau rakitan, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin‖. Menurut Sofjan Assauri pengertian dari persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam perjalanan/proses produksi, atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu produksi. 2. Fungsi Persediaan Berbagai fungi pentinngyangterkandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan : a. Menghilangkan risiko keterlambatan penngiriman bahan baku atau barang yangdibuthkan perusahaan. b. Menghilangkan risiko jika matrial yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inglasi. d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia dipasaran. e. Mendapat keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discount). f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan. Dengan memahami fungsi-fungsi dari persediaan tersebut, maka perusahaan dapat memperkirakan kebutuhan persediaaan yang sesuai, ketepatan waktu dalam penyediaan persediaan, dan memperoleh biaya yang ekonomis dalam pemenuhan persediaan. 223 3. Jenis-jenis Persediaan Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dibedakan menurut beberapa cara. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan berdasarkan : a. Batch Stock atau Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang dibedakan karna kita membeli atau membuat bahan-bahan atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang dibutuhkan pada saat ini. b. Fluctuation Stock, adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu. c. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam suatu tahun dan untuk menghadapi permintaan yang meningkat. Selain itu untuk mengantisipasi sukar diperolehnya bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi. Persediaan dapat pula dibedakan menut jenis dan posisi barang tersebut didalam urutan perjalanan produk, yaitu : a. Persediaan bahan baku (Raw Materials Stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku. b. Persediaan bagian produk atas parts yang dibeli (purchased parts/components), adalah persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang secara lang secara langsung dapat di-assembling dengan part lain, tanpa proses produksi sebelumnya. Jadi, untuk bentuk barang yang merupakan part ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. Misalnya pabrik mobil, dimana dalam hal ini bagian-bagan (parts) dari mobil tersebut tidak diproduksi dalam pabrik tersebut, tetapi diproduksi oleh perusahan lain dan kemudian di-assembling menjadi barang jadi yakni mobil. c. Persediaan bahan-bahan pembantu/barang-barang pelengkap (supplies stock)yaitu persediaan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi, tetapi tidak merupakan komponen/bagian dari barang jadi. Misalnya minyak pelumas merupakan bahan pembantu. d. Persediaan barang setengah jadi (work in process/progress stock) adalah persediaan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali menjadi barang jadi. e. Persediaan barang jadi (finished goods stock) merupakan persediaan barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Tujuan Pengendaliaan Internal Persediaan Barang Dagang Secara umum telah disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal dalam perusahaan adalah untuk memberikan kepastian yang layak kepada manajemen bahwa tujuan tertentu dari perusahaan akan tercapai. Adapun tujuan tersebut yaitu : a. Transaksi benar-benar terjadi dan dilaksanakan (eksistensi). Menyatakan bahwa transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dalam perusahaan. b. Transaksi yang terjadi diidentifikasikan dan dicatat secara lengkap (kelengkapan). Menyatakan bahwa transaksi telah dicatat dengan lengkap sehingga mencegah penghilangan transaksi dari catatan. c. Transaksi yang terjadi telah dicatat dengan benar (akurasi). 224 Menyatakan bahwa transaksi yang dicatat dengan benar.Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntasni. d. Transaksi yang terjadi diklarifikasikan dengan benar (klarifikasi). Menyatakan bahwa transaksi yang telah terjadi, diklarifikasi pada perkiraan yang benar. e. Transaksi yang terjadi dicatat pada saat yang tepat (ketepatan waktu). Menyatakan bahwa transaksi dicatat pada waktu yang tepat, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan benar-benar dapat dimanfaatkan. f. Transaksi dimasukan kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran). Menyatakan bahwa setiap transaksi yang terjadi didalam perusahaan dicatat dengan tepat kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar. Biaya-biaya yang timbul atas persediaan yang diadakan oleh persediaan dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu : a. Biaya Pemasangan (Ordering Costs) Biaya pemasangan yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam administrasi pembelian dan penempatan order (cost of placing order), biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipping and handling costs), biaya penerimaan dan pemeriksaan. b. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory carrying cost) Yang dimaksud dengan inventory carrying cost adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan.Yang termaksud dalam biaya ini yaitu biaya pergudangan yang terdiri dari biaya sewa gudang, upah dan gaji tenaga pengawasan dan pelaksanaan gudang, biaya peralatan digudang, biaya administrasi gudang dan biaya-biaya lainnya. c. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs) Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya biaya yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya yang timbul akibat pengiriman kembali pesanan (order) tersebut. d. Biaya-biaya yang berhubungn dengan kapasitas (capacity associated costs) Yang dimaksud dengan capacity associated cost adalah biaya-biaya yang terdiri dari lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian kerja. Biaya ini terjadi karna adanya penambahan atau pengurangan kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu. Pengendalian Persediaan Barang Dagang Yang Baik dan Efektif Adanya sistem pengendalian yang dibina dan dilaksanakan dengan sehat dan tepat, didukung oleh tenaga kerja yang cakap serta teknik yang telah ditentukan akan mencapai beberapa keuntungan, yaitu : a. Dapat terselenggaranya penyimpanan dengan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan perusahan baik dalam jumlah maupun mutu. b. Dapat dikurangi penambahan modal/investasi bahan sampai batas maksimum. c. Terjaminnya barang-barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang dibuat pada purchase order. d. Dilindungi semua bahan-bahan terhadap pencurian, kerusakan dan kemerosotan mutu. e. Dapat dilayaninya produksi dengan bahan yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan sesrta mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan. f. Terselenggaranya pencatatan persediaan yang menunjukan penerimaan, pengeluaran, penggunaan serta jumlah dan jenis yang ada pada gudang. 225 Prinsip-prinsip Pengendalian Internal Atas Kegiatan Persediaan a. Memelihara tempat yang aman bagi barang, semua barang yang tinggi nilainya harus mendapat perhatian khusus. b. Pemindahan barang dari sat lokasi ke lokasi yang lainnya, harus mendapat persetujuan manajer departemen (kepala bagian gudang) tersebut berdasarkan bon permintaan. c. Pemisahaan tugas antara bagian penerima dan bagian pengeluaran. d. Mengadakan investigasi persediaan secara rotasi hasil rekonsiliasi dengan catatan pembukuan. e. Menghasilkan auditor intern melakukan penilaina terhadap pengendalian internal. f. Menilai serta menganalisa catatan persediaan untuk tetapkan kelemahan. g. Mengevaluasi tenaga kerja yang menangani untuk mengecek latar belakang mereka jika memang diperlukan. h. Melakukan survey periodic, mengenai keamanan persediaan dan mengeliminasikan setiap kecurangan. Aspek-aspek Pengendalian Yang Baik Atas Persediaan a. Adanya prosedur yang efisien yang tercermin dalam arus dokumen sejak barang diminta dan diterima sampai dengan pencatatan persediaan dan hutang dagang. b. Persediaan secara fisik harus dilindungi dengan baik. c. Penggunaan sistem perpetual (perpectual system) dalam pencatatan persediaan, dimana dapat ditunjukan bertambahnya dan berkurangnya persediaan dan saldo persediaan setiap saat. d. Secara periodik perusahan hasrus menghitung persedian yang ada dan mencocokannya dengan persediaan menurut buku tambahan atau kartu persediaan (subsidiary ladger). Hal itu dilakukan untuk menjamin ketepatan jumlah persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan. e. Persediaan sebaiknya diasuransikan terhadap resiko rusaknya barang akibar kebakaran, kebanjiran dan bencana lain. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penilaian Tempat : PT. Caveo Biometric Security Jl. Duri Raya No.5C – Duri Kepa Jakarta Barat – 11510 Waktu : Dimulai dari Agustus 2012 s/d selasai. Jenis Dan Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan data yang akan digunakan sebagai dasar pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun jenis dan sumber datanya adalah sebagai berikut : 1. Jenis data a. Data kualitatif : kuisioner COSO b. Data kuantitatif, yaitu data berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan kegiatan usaha perusahaan. 2. Sumber data Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dengan cara mempelajari masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti melalui buku pedoman, literature yang disusun para ahli sesuai dengan masalah yang diteliti. 226 Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan (Library research) Penelitian ini dilakukan mempelajari buku-buku literature ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian sebagai dasar perbandingan antara teori dan praktek pada perusahaan. 2. Penelitian Lapangan (Field research) Penelitian ini dilakukan dengan melakukan peninjauan secara langsung ke perusahaan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan permasalah yang ada. Teknik Pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian lapangan ini, adalah sebagai berikut : a. Pengamatan (Observasi) Dilakukan dengan cara mengamati secara langsung keadaan dan kegiatan yang menjadi objek penelitian. Dalam pengamatan ini, penelitian hanya mengamati apa yang terjadi dengan objek penelitian tanpa ikut aktif dalam proses pengamatan tersebut. b. Kuisioner Diolah oleh penulis dan dikutip dari Committee of sponsoring Organization of Tradeway Commission (COSO) Populasi dan Sempel 1. Populasi Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain melalui adanya nilai karakteristik yang berlainan. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan yang bekerja di PT. Caveo Biometric Security, dengan jumlah karyawan saat ini yang aktif bekerja 35 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Namun karena jumlah populasi yang kecil atau jenuh maka seluruh populasi akan dijadikan sample Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu alat pengukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuai instrument. Suatu instrument dikatakan valid atau sahih apabila mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. 2. Uji Reliabilitas Untuk mengukur Reliabilitas menggunakan teknik Croncbach Alpha karena menggunakan skala likert. Dimana secara umum yang dianggap reliable apabila nilai alfa cronbachnya > 0,61 Rumusnya adalah : Keterangan : r11 = Reliabilitas Instrumen K = Banyaknya butir Pertanyaan S ơ2 = Jumlah varian butir 12 S2 = Varian total 227 Tingkat Reliabilitas dengan teknil alpha cronbach ini diukur berdasarkan skala alpha nol sampai satu. Skala tersebut penulis mengelompokkan kedalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat digambarkan melalui table dibawah ini : Table 3.1 Tingkat Reliabilitas berdasarkan Tingkat Alpha Angka Variabel Keterangan 0.00 s/d 0.20 Kurang Reliabel 0.21 s/d 0.40 Agak Reliabel 0.41 s/d 0.60 Cukup Reliabel 0.61 s/d 0,80 Reliabel 0.81 s/d 1,00 Sangat Reliabel Sumber : Rina & Hasyim Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan yang logis mengenai data-data yang dianalisis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk menguraikan atau memaparkan hasil penelitian untuk kemudian diadakan interpretasi berdasarkan landasan teori yang telah disusun. Hal ini digunakan untuk mengetahui penerapan prosedur sistem pengendalian internal persedian yang dilakukan, sehingga dapat diketahui apakah masih perlu atau tidak diadakan perbaikan – perbaikan dalam meningkatkan sistem pengendalian internal persediaan. Penilaian terhadap kondisi sistem pengendalian intern dalam sistem penggajian dilakukan dengan metode kuisioner. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pengendalian internal sistem persediaan barang digunakan analisa deskriptif dengan menggunakan survey melalui kuesioner dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan melalui indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrument yang dapat berupa pertanyaan. Skala likert yang digunakan memberikan empat penilaian dengan bobot sebagai berikut: Tabel 3.2 Skala Likert BOBOT KATEGORI 4 Sangat Baik 3 Baik 2 Tidak Baik 1 Sangat Tidak Baik Sumber : Fandy Tjiptono p 18 Kemudian perhitungan untuk mendapatkan kumulatif terakhir : Bobot X penilaian 1. Nilai terendah 1 Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban tidak baik. 2. Nilai Tertinggi 4 228 Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban sangat baik Maka besarnya interval = N tertinggi – N terendah = 4 – 1 = 0,75 Kelas 4 Berdasarkan besarnya interval, maka penilaian dapat dikelompokan : Tabel 3.3 Total Penilaian BOBOT KATEGORI 1 – 1,74 Sangat Tidak Baik 1,75– 2,5 Tidak Baik 2,51 – 3,25 Baik 3,251 – 4 Sangat Baik Sumber : hasil perhitungan Definisi Operasional Variabel Berikut adalah variable yang digunakan dalam penelitian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Falsafah manajemen dan gaya usaha Falsafah manajemen dan gaya usaha merupakan seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter perusahaan dan keryawan. Filosofi manajemen merupakan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak dilakukan. Gaya usaha mencerminkan ide-ide manajer tentang bagaimana operasi suatu kesatuan usaha harus dilakukan, Struktur organisasi satuan usaha Struktur ini dibentuk untuk tujuan mengatur kerja dalam organisasi yang didalamnya terdiri dari orang-orang sebagai pelaku yang terbagi atas beberapa level. Untuk itu perlu dibuat struktur organisasi yang mengatur hak, tanggung jawab dan wewenang, yang akhirnya dilengkapi dengan job deskripsi yang jelas. Semakin efektif struktur organisasi, semakin baik pelaksanaan tugas serta pengawasan mudah dilakukan. Hal ini didasarkan pada munculnya tanggung jawab yang jelas di masing-masing level, Berfungsinya dewan komisaris dan komite yang terbentuk Dewan komisaris merupakan wakil para pemegang saham dalam perusahaan perseraan. Dewan komisaris berfungsi mengawasi pengelola perusahaan yang dilaksanakan direksi. Apabila dewan komisaris aktif dalam menjalankan tugas, besar kemungkinan dapat mencegah konsentrasi di tangan direksi. Jika dewan komisaris di dominasi oleh jajaran direksi, maka hubungan akuntan publik dengan dewan komisaris menjadi tak berarti. Oleh karena itu dewan komisaris yang dipilih dari pihak luar akan berkontribusi efektif dalam pengawasn dan peran dewan komisaris dapat menghasilkan pemeriksaan yang andal. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab Struktur yang ada di organisasi memiliki implikasi terhadap tanggung jawab, wewenang serta konsekuensi lain yang melekat di berbagai jenjang manajemen. Bagi manajemen yang sehat pengertian wewenang dan tanggung jawab harus disertai dengan job deskripsi yang jelas, sehingga muncul garis komando yang proposional dan tidak terjadi tumpang tindih. Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindaklanjuti kinerja, termasuk audit intern Kebijakan dan praktisi personalia Unsur ini berkaitan dengan praktek usaha yang sehat, karena sebaik apapun sistem pengendalian, apabila tidak didukung oleh personel yang jujur tidak akan berarti apa-apa. Faktor-iaktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan dan praktek usaha, seperti pemerikasaan oleh badan legislatif dan lembaga pemerintah. 229 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1. Sejarah Singkat Perusahaan Berawal dari tujuan dan keyakinan bahwa teknologi sidik jari dan camera pemantau sudah sangat dibutuhkan dalam memberikan jaminan keamanan dan kemudahan, maka didirikanlah PT. Caveo Biometric Security di Indonesia pada tahun 2002. PT. Caveo Biometric Security mendapatkan kepercayaan dari Digital Persona USA untuk mendistribusikan unit online UrU dan Fingertec – Malaysia secara serius hal ini terlihat dari beberapa distributor – distributor besar yang sudah bergabung dengan PT. Caveo Biometric Security guna memperkenalkan teknologi sidik jari dan camera pemantau keseluruh daerah yang ada di Indonesia. Pada saat ini PT. Caveo Biometric Security didukung major principals : 1. Digital Persona – Taiwan 2. Finger Tec – Malaysia 3. E-Focus - Singapore 2. Struktur Organisasi Perusahaan Untuk mendukung hardware sidik jari agar bisa diterapkan di pasar local, Caveo secara konsisten membangun SDM yang menambah nilai fingerprint tersebut. Beragam aplikasi telah dihasilkan oleh tim PT. Caveo Biometric Security, antara lain software absensi dan penggajian, aplikasi membership, dll. Secara histori, PT. Caveo Biometric Security berdiri pada tahun 2002, selang lebih 11 tahun berdiri dengan mengusung bendera yang tangguh PT. Caveo Biometric Security mengalami perombakan Management yang membuat PT. Caveo Biometric Security lebih maju lagi dalam kurun waktu bertambahnya usia PT. Caveo Biometric Security. Dengan Management yang baru PT. Caveo Biometric Security tampil lebih Fresh, berani dan dinamis. Didukung tenaga muda dari dalam maupun luar negeri yang energik dan professional kami yakin bisa memberikan service/layanan terbaik kepada seluruh klien dan calon klien kami. Tidak hanya itu, dengan dukungan teknologi terkini dan up-to-date di bidang-bidang terkait, PT. Caveo Biometric Security yakin mampu dan sanggup berkiprah memberikan layanan terbaik kepada semua kliennya dengan hasil sesuai harapan. 3. Visi dan Misi Perusahaan Visi: Menjadi Salah Satu Perusahaan Terbaik Memimpin Biometric Sistem Keamanan Dunia. Misi: Menyediakan perangkat keras terbaik dan solusi perangkat lunak berbasis pada teknologi biometrik untuk pasar internasional. PT. Caveo Biometric Security ingin menjadi perusahaan yang bisa dipercaya dibidangnya. Berlandaskan visi misi ini PT. Caveo Biometric Security selalu berusaha membantu setiap perusahaan di berbagai bidang untuk meningkatkan keamanan dan kebutuhan data personal yang akurat dengan biaya yang terjangkau. Untuk itu PT. Caveo Biometric Security telah menyediakan berbagai jenis produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 4. Perusahaan – Perusahaan yang Menjadi Clien PT. Caveo Biometric Security Hingga tahun 2013 PT. Caveo Biometric Security sudah banyak memiliki hubungan kerja sama dengan perusahaan – perusahaan besar di Indonesia. Tidak hanya untuk segi pengaman absensi tetapi dalam bentuk pengaman camera pemantau pun sudah dilakukan kerja sama yang baik. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang Prosedur Permintaan Pembelian dan Pemesanan Barang Langkah-langkah pengesahan formulir permintaan pembelian (PP) di PT. Caveo Biometric Security melibatkan bagian Gudang, dan Bagian penjualan pada setiap divisi. Formulir PP dibuat oleh bagian gudang setelah mengetahui ada beberapa barang dagang yang perlu dipesan karena 230 jumlahnya yang sedikit serta tidak mencukupi jumlah yang diminta bagian penjualan. Hal ini dilakukan bagian gudang untuk menjamin bahwa barang-barang itu benar-benar diperlukan dan jumlah barang yang diminta tidak berlebihan.‖ B. Prosedur Penerimaan dan Penyimpanan Barang Dalam PT. Caveo Biometric Security pihak yang berwenang menerima barang adalah Bagian Gudang yang sekaligus merangkap sebagai seksi penyimpanan. Perusahaan tidak menyediakan lembar laporan penerimaan barang (LPB), namun tanggung jawab kelengkapan jumlah dan kondisi barang yang diterima, diserahkan sepenuhnya kepada Bagian Gudang. Apabila ada masalah dalam proses penerimaan, misalnya barang yang diterima kurang atau cacat, maka Bagian Gudang akan menambahkan catatan atau keterangan di lembar surat jalan. C. Prosedur Pengeluaran Barang Dalam prosedur ini jumlah barang yang dikeluarkan haruslah sesuai dengan surat jalan pengiriman barang. Setiap hari bagian gudang PT. Caveo Biometric Security mencatat transaksi keluar barang dalam buku harian keluar masuk barang kemudian baru mempostingnya ke kartu persediaan. Selain itu barang yang dikeluarkan diutamakan barang yang merupakan persediaan yang lebih dahulu masuk, hal ini untuk mencegah persediaan tersimpan terlalu lama agar tidak rusak. D. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa uji validitas untuk melihat apakah item pernyataan yang dibuat pada kuisioner telah valid atau mampu untuk digunakan pada penelitian atau tidak. Untuk uji validitas digunakan angka pembanding 0,338 sebagai dasar pengambilan keputusan valid atau tidaknya. Berikut ini adalah hasil uji validitas tersebut. 2. Uji Reliabilitas Nilai cronbach alpha pada perhitungan adalah sebesar 0,883 nilai ini lebih besar dari nilai pembanding yaitu 0,61. Sehingga dapat dikatakan bahwa kuisioner telah lulus uji reliabilitas. E. Deskriptif hasil Penelitian Untuk menganalisa bagaimana penerapan sistem pengendalian internal, maka data-data yang diperoleh dari kuisioner selanjutnya diolah dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui gambarannya. Perhitungan untuk mendapatkan kumulatif terakhir : Bobot X penilaian 1. Nilai terendah 1 Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban tidak baik. 2. Nilai Tertinggi 4 Dengan perkiraan semua responden memberikan jawaban sangat baik Maka besarnya interval = Ntertinggi – Nterendah = 4 – 1 = 0,7 Kelas 4 Berdasarkan besarnya interval, maka penilaian dapat dikelompokan : Tabel 5.2 Total Penilaian BOBOT KATEGORI 1 – 1,74 Sangat Tidak Baik 1,75– 2,5 Tidak Baik 2,51 – 3,25 Baik 3,251 – 4 Sangat Baik Sumber : hasil perhitungan 231 F. Pembahasan Dari hasil jawaban responden diperoleh 2 kategori sehubungan dengan pengendalian internal sistem pengendalian persediaan barang dengan menggunakan coso di PT. Caveo Biometric Security, kedua kategori itu adalah, baik dan tidak baik. Berikut adalah pernyataan-pernyataan sehubungan dengan pengendalian internal sistem pengendalian persediaan barang dengan menggunakan coso di PT. Caveo Biometric Security yang masuk ke dalam kategori baik. 1. Kebijakan SDM yang ada secara efektif menjamin tersedianya staf yang kompeten dan dapat dipercaya untuk bagian persediaan. 2. Karyawan bagian persediaan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan sesuai dengan job description. 3. Kebijakan dan prosedur untuk rekruitmen, promosi dan kompensasi bagian persediaan telah dilaksanakan dengan baik 4. Sanksi dikomunikasikan kepada seluruh pegawai. 5. Terdapat Pertimbangan daalam pengambil risiko pengadaan barang. 6. Pola manajemen yang jelas. 7. Struktur organisasi yang jelas. 8. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab yang baik pada bagian persediaan.. 9. Evaluasi atas kecukupan pengetahuan dan ketrampilan pegawai bagian persediaan. 10. Setiap akhir periode selalu dilakukan audit terhadap persediaan secara fisik. Sementara itu untuk pernyataan – pernyataan yang masuk dalam kategori pernyataan tidak baik adalah sebagai berikut, yang disertai dengan : 1. Tercipta komunikasi yang baik antar pimpinan dan karyawan pada bagian persediaan. Komunikasi yang baik antara pimpinan dan karyawan tidak tercipta dengan baik karena karyawan merasa segan untuk berkomunikasi dengan pimpinan, mereka takut melakukan sebuah kesalahan saat berkomunikasi, selain itu pimpinan yang kaku ikut andil sehingga tidak tercipta kondisi komunikasi yang baik. 2. Dilakukan investigasi atas pelanggaran yang terjadi pada bagian persediaan. Saat ini perusahaan tidak memiliki tim khusus untuk audit internal khususnya untuk persediaan, dan pimpinan pun seringkali membiarkan terjadinya pelanggaran, seperti kesalahan pemesanan, karena dianggap pada akhirnya barang tersebut pasti akan laku. Bagi pimpinan selama perusahaan masih menghasilkan laba maka dianggap tidak ada masalah. 3. Bukti pembelian dan pengeluaran barang yang otentik. Seringkali pada saat pengiriman barang bagian gudang tidak membukukan nota pembelian, mereka hanya mencatat dalam buku gudang saja, sementara saat pengeluaran barang hal yang sama juga terjadi, karena perusahaan belum memiliki nota pengeluaran barang. 4. Jumlah Order Quantity di tinjau secara berkala. Seperti yang telah disampaikan bahwa di perusahaan ini yang bertanggung jawab untuk memesan barang adalah masing-masing divisi, sehingga penilaian jumlah order quantity sulit dilakukan. 5. Sistem administrasi persediaan di tinjau secara berkala. Pimpinan hampir tidak pernah melakukan peninjauan sistem administrasi secara berkala, karena pimpinan cebdrung berorientasi pada hasil akhir berupa laba perusahaan tanpa memikirkan sistem yang berjalan. 6. Setiap akhir periode selalu dilakukan audit terhadap berkas persediaan. Audit yang dilaksanakan lebih kepada audit fisik dibandingkan audit berkas, karena pada perusahaan ini sistem pembukuannya masih kurang baik. 7. Penyusunan sistem persediaan telah berdasarkan pada pertimbangan jenis item dibutuhkan. Pertimbangan pada jenis item yang dibutuhkan kadang kala diabaikan, terutama oleh pimpinan, karena kadang kala pimpinan memerintahkan untuk mengorder item tertentu hanya karena item tersebut sedang mengadakan penawaran yang menarik. 8. Dilakukan evaluasi persediaan. Evaluasi persediaan jarang dilakukan karena sulit untuk mengumpulkan semua divisi secara bersamaan, padahal semua divisi bertanggung jawab dalam proses persediaan. 232 9. Jumlah persediaan yang efisien.. Jumlah persediaan yang efisien hampir sulit tercapai, karena pemesanan seringkali dilakukan tergantung pada kondisi yang ada. 10. Sistem persediaan yang terotorisasi. Perusahaan ini tidak memiliki otorisasi persediaan karena setiap divisi bebas melakukan pemesanan barang. Dengan demikian terlihat bahwa separuh pelaksanaan pengendalian internal untuk saat ini sudah sejalan dengan COSO, dan separuh diantaranya belum dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan, sehingga perlu mendapat perhatian lebih lanjut dimasa mendatang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperolehlah kesimpulan sebagai berikut: 1. Saat ini sistem pengendalian internal persediaan barang dagang yang dilaksanakan di perusahaan dapat dikatagorikan tidak terlalu baik, hal ini terlihat dari hasil pengolahan data yang disesuaikan dengan standar COSO yang menekankan terciptanya kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan dibuktikan dari mean rata-rata jawaban yang bernilai 2,5 dan masuk dalam kategori tidak baik. 2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendalian internal sistem pengendalian persediaan barang dagang di perusahaan berdasarkan sumber kuisioner yang telah diolah datanya terlihat dari 20 item pernyataan yang ditanyakan 10 item yang masuk dalam kategori tidak baik, dan 10 kategoti baik. Maka hasil analisis ini menyatakan perusahaan belum dapat dinyatakan sistem pengendalian barang dagang yang baik dalam standar COSO. Saran Dari hasil penelitian maka diperolehlah saran sebagai berikut : 1. Pimpinan harus lebih simpatik terhadap karyawan sehingga karyawan tidak segan untuk berkomunikasi. 2. Sekecil apapun pelanggaran yang terjadi sebaiknya pimpinan peduli dan langsung menanganinnya sehingga tidak berlarut-larut. 3. Perusahaan membuat nota pengeluaran barang dan mengharuskan bagian persediaan menyimpan semua nota baik pemesanan, pembelian dan pengeluaran barang. 4. Setiap divisi diminta untuk menghitung kebutuhan akan persediaan termasuk menghitung order quantitynya. 5. Dilakukan peninjauan secara berkala, paling tidak satu tahun sekali terhadap sistem yang ada sehingga dapat dilakukan perbaikan jika dibutuhkan. 6. Melakukan audit berkas dan persediaan fisik, terkait dengan kondisi ini perusahaan butuh menambah jumlah karyawan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas yang akhirnya membuat beberapa tugas terabaikan, dan karyawan bisa lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya. 7. Perusahaan harus konsisten dengan penetapan jumlah pembelian yang telah dihitung pada awal periode, dan tidak boleh mudah tergiur dengan penawaran-penawaran tertentu. 8. Dilakukan evaluasi persediaan secara periodik 9. Menetapkan jumlah persediaan yang efisien untuk masing-masing item 10. Menyerahkan otorisasi pengadaan persediaan kepada satu bagian khusus yang mengelola seluruh item-item persediaan, yang mengkordinasikannya pada bagian persediaan dan bagian administrasi. DAFTAR PUSTAKA Agoes Sukrisno, 2008, Auditing (Pemeriksaan Akuntansi), Jilid Satu, Edisi Ketiga, Jakarta, Lembaga Penerbit FEUI 233 Assauri Sofjan. 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Jakarta, FEUI Bodnar, George H., dan William S. Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Sembilan, PT. Indeks Kelompok, Andi, Yogyakarta Hogren & Harrison da Bamber. 2008, Erlangga. Jakarta Akuntansi, Jilid Satu, Edisi Keenam, Mulyadi, 2008. Auditing, Edisi keenam, Buku satu dan dua, Salemba Empat, Jakarta, Sanyoto, 2009. Pengelola Fungsi Audit Sistem Informasi, Edisi Kedua, Jakarta, Mitra Wacana Media Singleton, Hall. 2007. Information Technology Auditing and Assurance, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta Sukrisno Agoes,., 2004, Auditing, Edisi ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Halim Abdul, , 2008, Dasar-dasar Audit Laporan keuangan, Edisi Keempat, UPP AMP YKPN Yogyakarta, Harjanto Eddy, 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, Jakarta, PT.Grasindo, Jakarta Widjaja Amin Tunggal, 2008, Internal Auditing, Harvarindo, Jakarta William E. Messier, dkk. 2006. Jasa Audit dan Assurance. (terjNuri Hinduan). Jakarta: Salemba Empat 234 ANALISA PENGARUH PERBEDAAN PENYUSUTAN ANTARA KOMERSIAL DAN FISKAL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA RUGI SERTA KEBIJAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP PADA PT INDORAYA MITRA PERSADA 168 Friska Dewi Anggela Fakultas ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode penyusutan aktiva tetap kendaraan antara metode penyusutan yang digunakan oleh PT Indoraya Mitra Persada 168 berdasarkan peraturan perpajakan. Juga untuk mengetahui pengaruh perhitungan beban penyusutan aktiva tetap kendaraan antara perusahaan yang dikoreksi fiskal dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan serta kebijakan investasi aktiva tetap pada perusahaan. Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa metode penyusutan yang digunakan dalam perhitungan aktiva tetap yaitu Metode Garis Lurus (Straight Line Method), Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Year Digits Method), Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method), Metode Jam Jasa (Service Hours Method), dan Metode Jumlah Unit Produksi (Production Output Method). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian data deskriptif kualitatif. Dalam metode ini, analisis dilakukan untuk menghasilkan laporan penelitian yang lebih luas dengan cara menginterprestasikan data yang telah dianalisis dan hasil analisis tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang telah ada untuk kemudian dapat diambil suatu kesimpulan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa PT Indoraya Mitra Persada 168 dalam melakukan perhitungan penyusutan kendaraan operasional perusahaan sudah berdasarkan SAK dengan menggunakan metode garis lurus. Namun ada beberapa hal kebijakan tidak dilaksanakan, seperti untuk penyusutan kendaraan operasional masa manfaat ekonomisnya tidak sesuai dengan peraturan Perpajakan KEP-220/PJ./2002, dimana untuk kendaraan roda empat seharusnya memiliki masa manfaat ekonomis 8 tahun yang termasuk dalam kelompok II, sedangkan perusahaan hanya 5 tahun masa manfaat ekonomis kendaraan tersebut. Kata Kunci : Penyusutan Komersial, Penyusutan Fiskal, Kebijakkan Investasi Aktiva Tetap. 235 PENDAHULUAN Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik, sehingga sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Besarnya beban penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Metode penyusutan yang biasanya digunakan oleh perusahaan antara lain adalah metode garis lurus (Straight Line Method) dan metode saldo menurun ganda (Double Declining Method). Menurut ketetapan perpajakan berdasarkan UU No. 7/1983 jo UU No.10 /1994 jo UU No.17 /2000, menyatakan bahwa metode penyusutan aktiva tetap adalah metode garis lurus dan saldo menurun ganda. Perbedaan antara metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method) dan metode saldo menurun ganda (Double Declining Method) antara komersial dengan fiskal terletak pada persentase penyusutan atau dari umur ekonomis aktiva tetap tersebut. Untuk metode fiskal umur ekonomis ditentukan berdasarkan Undang-Undang ketetapan perpajakan yang berlaku, sedangkan menurut komersial umur ekonomis ditentukan oleh perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan yang diharapkan dapat diperoleh adalah : 1. Untuk mengetahui metode apakah yang digunakan oleh PT INDORAYA MITRA PERSADA 168 dalam menghitung penyusutan dan berapa besarnya beban penyusutan yang dilaporkan dalam laporan keuangan tahun 2010. 2. Untuk mengetahui berapa besarnya beban penyusutan menurut fiskal untuk tahun 2010 pada PT INDORAYA MITRA PERSADA 168. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode penyusutan komersial dan fiskal terhadap kebijakan investasi aktiva tetap pada PT INDORAYA MITRA PERSADA 168. METODE PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di PT. Indoraya Mitra Persada 168. The Belleza Office Tower lt.10. Jl.Let. Jend Soepeno No.34, Jakarta Selatan 12210. Waktu penelitian dilakukan dilakukan dengan data dan informasi yang Peneliti kumpulkan sejak Oktober 2011 sampai dengan selesai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang berbentuk informasi non kuantitatif yang memberikan masukan atau input yang berguna bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan data kuantitatif data yang berbentuk angka-angka yang berguna bagi penulis dalam melaksanakan penelitiannya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yaitu melalui berbagai sumber literature dan juga penelitian lapangan yaitu melakukan pemeriksaan kinerja (Waktu terbatas) terhadap perusahaan yang dilakukan oleh 236 manajemen keuangan pada PT. Indoraya Mitra Persada 168. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara (Tanya jawab) dengan staf manajemen keuangan yang bersangkutan dengan surat izin yang diberikan oleh pihak kampus dalam melakukan pengumpulan data sekunder. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif Dalam metode ini, analisis dilakukan untuk menghasilkan laporan penelitian yang lebih luas dengan cara menginterprestasikan data yang telah dianalisis dan hasil analisis tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang telah ada untuk kemudian dapat diambil suatu kesimpulan. Analisis kualitatif yang dilakukan adalah dengan menghitung hasil total yang diperoleh dan membandingkan dengan metode yang disarankan. Analisis kualitatif ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh penyusutan terhadap laba perusahaan dalam koreksi fiskal antara laporan keuangan komersial dengan perpajakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Investasi yang dipilih oleh perusahaan, baik investasi terhadap aktiva tetap maupun aktiva lainnya sangat berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan. Hal ini sangat erat juga dikaitkan oleh kebijakan yang akan dipilih oleh perusahaan tersebut. Rasio keuangan menilai kinerja dari laporan keuangan suatu perusahaan serta akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan. Peranan aktiva tetap ini sangat besar dalam perusahaan baik dari segi fungsi, dari segi jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi pengolahannya yang melibatkan banyak orang, dari segi pembuatannya yang sering jangka panjang, maupun dari segi pengawasan yang rumit. Aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki oleh perusahaan, yang sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang serta mempunyai nilai yang cukup material. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti melalui pembelian (tunai, kredit atau angsuran), capital lease, pertukaran (sekuritas atau aktiva yang lain), sebagai penyertaan modal, pembangunan sendiri, hibah atau pemberian, dan penyerahan karena selesainya masa kontrak bangun-guna-serah. Untuk mencapai tujuan perusahaan maka pihak manajemen diserahi tanggung jawab untuk menggunakan serta menemukan cara guna mengolah semua faktor produksi. Maka peranan aktiva tetap adalah sangat besar, seperti lahan sebagai tempat berproduksi bagi usaha. Bangunan sebagai tempat pabrik, kantor dan kegiatan lainnya. Mesin dan peralatan sebagai alat untuk berproduksi. Kendaraan pengangkutan sebagai alat untuk mengangkut produk atau hasil lainnya. Jika perusahaan memilih untuk melakukan investasi pada aktiva tetap maka perusahaaan dapat melakukan pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, mesin, dan lain-lain). Investasi yang dipilih oleh perusahaan tergantung akan jenis dari perusahaan tersebut. Sebagaimana telah dibahas pada Bab II sebelumnya bahwa Untuk kebijakan investasi aktiva tetap PT Indoraya Mitra Persada 168 belum sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 138/KMK.03/2002 dimana untuk kendaraan operasional masa manfaat umur ekonomisnya 8 tahun termasuk dalam kelompok II. Sedangkan perusahaan mengestimasi umur 237 ekonomis kendaraan tersebut hanya 5 tahun. Selain itu juga karena kendaraan operasional tersebut dipergunakan oleh pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, yang mengakibatkan pengakuan beban penyusutan hanya diakui oleh perpajakaan hanya 50% saja dari beban penyusutan berdasarkan KEP-220/PJ./2002. Karena adanya perbedaan kebijakan tersebut mengakibatkan laba perusahaan menjadi overstated dari laba fiskal, yang mana pada laporan laba rugi perusahaan atau secara komersial terdapat laba bersih tahun berjalan 2010 sebesar Rp 18.333.055.364,- tetapi setelah dikoreksi menurut laporan laba rugi fiskal laba perusahaan menjadi sebesar Rp 19.129.356.716,sehingga terdapat perbedaan sebesar Rp 796.301.352,- , perbedaan tersebut terjadi karena penyusutan kendaraan operasional perusahaan dimana untuk kebijakan aktiva tetap tersebut belum sesuai dengan peraturan UU perpajakan yang seharusnya masa manfaat umur ekonomis kendaraan tersebut 8 tahun yang termasuk dalam kelompok II sedangkan perusahaan mengestimasi masa manfaat umur ekonomis kendaraan tersebut hanya 5 tahun. Sedangkan kalau menurut koreksi fiskal laba perusahaan pada tahun berjalan 2010 menjadi sebesar Rp 19.063.539.239,- perbedaan tersebut terdapat pada biaya entertainment, biaya lainnya seperti jasa giro, dan beban penyusutan. Biaya-biaya tersebut adalah biaya yang tidak diakui oleh fiskal yang dikarenakan biaya entertainment sebesar Rp 309.425.256,- merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan karena biaya entertainment dalam bentuk jamuan makan. Selain itu beban penyusutan sebesar Rp 796.301.352,- adalah beban penyusutan dari kendaraan operasional, beban penyusutan tersebut merupakan selisih komersil diatas penyusutan fiskal, dikarenakan beban penyusutan komersil sebesar Rp 1.158.256.512,- sedangkan beban penyusutan fiskal sebesar Rp 361.955.160,-. Sedangkan biaya lainnya seperti jasa giro sebesar Rp 375.242.733.,- merupakan pengurang biaya pada biaya lainnya dikarenakan perusahaan tidak mengakui sebagai penghasilan, akan tetapi perpajakan menganggap penghasilan yang dikenakan PPh final. Sesuai dengan pembahasan tersebut diatas dimana mengenai kebijakan perusahaan mengenai aktiva tetap atas kendaraan belum sesuai dengan perpajakan yang mana perusahaan mengestimasi masa manfaat umur aktiva tersebut hanya 5 tahun sedangkan perpajakan masa manfaat untuk aktiva tetap kendaraan 8 tahun, maka untuk itu perusahaan mengambil kebijakan atas investasi aktiva tetap tersebut sebagi berikut: Dimana seharusnya pada saat masa manfaat umur aktiva tetap tersebut yakni setelah 5 tahun habis dan perusahaan harus membeli kembali aktiva tetap yang baru, sedangkan menurut perpajakan seharusnya masih ada sisa 3 tahun lagi. Maka untuk itu perusahaan yang seharusnya setelah 5 tahun tadi mengeluarkan uang (kas) perusahaan untuk membeli aktiva tetap yang baru atau dengan cara menyewa maka perusahaan bisa menginvestasikan dana (uang) tersebut ke yang lainnya seperti: investasi untuk jangka pendek yaitu; dimana perusahaan yang seharusnya mengeluarkan dana (kas) dalam waktu dekat padahal belum sangat diperlukan karena untuk kendaraan tersebut masih layak dipakai hanya umur ekonomisnya saja yang habis, maka agar dalam penggunaan kas ini pada masa yang akan datang bisa digunakan dalam operasi perusahaan dalam masa yang akan datang dan agar kas tidak menganggur disebabkan karena kelebihan dana, maka perusahaan dapat menanamkan seluruhnya atau sebagian dalam suratsurat berharga, seperti sertifikat deposito yang memberikan keuntungan dan bila diperlukan dapat dijual kembali menjadi uang kas. KESIMPULAN 1. PT Indoraya Mitra Persada 168 merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pupuk organik. PT Indoraya Mitra Persada 168 membutuhkan aktiva tetap dalam jumlah yang cukup besar, oleh karena itu aktiva tetap menjadi asset penting dalam suatu perusahaan. 238 2. 3. 4. 5. PT Indoraya Mitra Persada 168 memperoleh aktiva tetapnya dengan cara membeli secara tunai dan kredit. Aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga perolehan dan disajikan dalam neraca sebesar nilai bukunya yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Hal tersebut telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Metode penyusutan aktiva tetap kendaraan yang digunakan oleh PT Indoraya Mitra Persada 168 adalah metode garis lurus. Dalam metode ini beban penyusutan tiap tahunnya adalah sama rata, dimana pada awal tahun aktiva tersebut disusutkan sama rata penyusutannya dan dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu sampai pada masa manfaat aktiva tersebut habis. Untuk penyusutan kendaraan operasional jeni minibus perusahaan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 1.158.256.512,-. Dari hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus menurut komersial dengan ketentuan perpajakan (fiskal) pada PT Indoraya Mitra Persada 168 dapat diketahui bahwa beban penyusutan fiskal untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp 361.955.160,-. Kebijakan aktiva tetap perusahaan telah sesuai dengan SAK, tetapi belum sesuai dengan UU perpajakan berdasarkan KEP-220/PJ./2002. SARAN Berdasarkan kesimpulan maka dapat diambil beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi PT. Indoraya Mitra Persada 168, sebagai berikut : 1. Metode garis lurus adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dimana beban penyusutan pada setiap tahunnya sama rata dan dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu. Dalam penyusutan kendaraan perpajakan memperbolehkan penyusutan kendaraan dengan garis lurus ataupun saldo menurun ganda yang diharapkan dari perusahaan untuk dapat diakui beban penyusutan kendaraan oleh perpajakan. 2. Sebaiknya perusahaan melihat kembali pada kendaraan yang difungsikan sebagai kendaraan dinas atau kenikmatan yang bersifat natura, karena jelas dalam KEP220/PJ./2002 pasal 3 ayat 1 tentang biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan yang bertujuan untuk membebankan beban penyusutan kendaraan yang dipakai oleh manajemen menjadi pengakuan biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) yang akan berpengaruh pada fiskal perusahaan agar tidak terjadi overstated dari laba fiskal. 3. Selain itu juga sebaiknya perusahaan merubah kebijakan untuk aktiva tetap nya dari 5 tahun menjadi 8 tahun sesuai dengan Keputusan MenKeu No. 138/KMK.03/2002. UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya penelitian ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan penuh rasa hormat kepada: 1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. 2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. 239 3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak. MM, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Esa Unggul. 4. Drs. Darmansyah, Hs, Akt., MM selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, dan pengarahan yang sangat berharga, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini. 5. Pada dosen yang selama ini telah mendidik, membekali ilmu pengetahuan, memberikan inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. DAFTAR PUSTAKA Andy Harom Nugroho, Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan, Universitas Widyatama, Bandung, 2006. Charles T.Horngren, Walter T. Harrison Jr., Akuntansi Edisi Ketujuh Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2007. Dwiarso Utomo, Yulita Setiawanta, dkk, Perpajakan Aplikasi Dan Terapan, Andi Yogyakarta dengan UDINUS Semarang, 2011. Djoko Muljono, Baruni Wicaksono, Akuntansi Pajak Lanjutan, ANDI Yogyakarta, 2009. Erly Suandy, Perencanaan Pajak Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Gunadi, Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru Edisi Revisi, Grasindo, Jakarta, 2009. Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, IAI, Jakarta, 2010. Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, IAI, Jakarta, 2007. Kieso Weygandt Warfield, Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition, John Wiley & Sons, 2011. Nanu Hasanuh, Akuntansi Dasar Teori dan Praktik, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011. Pardiat, Akuntansi Pajak Lanjutan, Edisi 2, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010. Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011. Soeratno, Modul Teori Akuntansi, Jakarta, 2010. Sophar Lombantoruan, Akuntansi Pajak Edisi Revisi, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2005. Sucipto, Stevie Jenne, Analisa Pengaruh Metode Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Laba Perusahaan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, 2010. 240 PENGARUH SALES GROWTH, DEBT TO EQUITY RATIO DAN DEVIDEN PAYOUT RASIO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Laurensky Suriadi Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sales Growth, Debt to Equity Ratio serta Devident Payout Ratio terhadap Return on Asset. Penelitian ini mempunyai rancangan kausalitas. Jenis data adalah kuantitatif dengan sumber data mengunakan data sekunder. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 29 perusahaan manufaktur yang memiliki Ratio Return on Asset selalu positif selama periode 2007-2011 di BEI dengan menggunakan Metode Purposive Sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara bersama sama Sales Growth,Debt to Equity Ratio dan Devident Payout Ratio berpengaruh terhadap (Return on Asset).Secara partial tidak terdapat pengaruh signifikan antara Sales Growth, Debt to Equity Ratio terhadap Return On Asset, sedang variabel yang paling berpengaruh terhadap Return on Asset adalah Deviden Payout Ratio. Temuan penelitian ROA menunjukkan nilai positif sehingga terjadi likuiditas yang baik sehingga terjadi going concern. Keyword : Sales Growth, Debt to Equity Ratio, Devident Payout, Return on Asset. PENDAHULUAN Laporan Keuangan adalah suatu penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Pembuatan laporan keuangan mempunyai tujuan untuk memberikan informasi mengenai suatu posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK,2009 revisi) Selain itu setiap nilai yang tertera dalam laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menuruh perhatian dan mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Pada dasarnya laporan keuangan merupakan refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah alat yang dibutuhkan pelaku bisnis dalam melakukan analisa keuangan guna pengambilan keputusan yang tepat, sehingga dimana semua informasi keuangan diharapkan dapat mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi. Manfaat informasi keuangan diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan berbagai keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan seperti investasi 241 aktiva berwujud, laporan prospectus perusahaan, performance perusahaan dan resiko-resiko yang dihadapi perusahaan. Informasi keuangan yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan datang. Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi ketidakpastian, antara lain mengenai kebutuhan akan kas. Hal ini sesuai dengan prinsip akuntansi Going Concern, dimana kelangsungan hidup suatu badan usaha merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek Di dalam PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dapat dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan suatu badan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa maka dari pada itu Informasi akuntansi digunakan dalam memberikan sinyal menyangkut performance perusahaan. Sample yang diambil oleh penulis adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, salah satu pertimbangannya karena perusahaan manufaktur merupakan salah satu industri yang memdominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, perusahaan manufaktur adalah industri padat modal yang sangat bergantung pada teknologi yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan industri ini. Oleh karena itu, dibutuhkan alat alat yang berteknologi menegah ke atas untuk menunjang hasil produksi yang bermutu sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini digunakan untuk meningkatkan kapasitas perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan (Bambang,2001). Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman untuk memperoleh lebih banyak pinjaman, dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat penjualannya tidak stabil. Semakin stabil sales growth suatu perusahaan, berarti keuntungannya pun semakin stabil, maka besar kemungkinan perusahaan mampu memenuhi kewajiban tetapnya. Perusahaan bisa membelanjai kagiatannya dengan proporsi hutang yang lebih besar. Dengan demikian, semakin tinggi pertumbuhan penjualan perusahaan akan lebih aman dalam menggunakan hutang, sehingga dapat meningkatkan laba yang dihasilkan. Hubungan sales growth dengan kegiatan pendanaan sangat berkaitan erat karena sales growth merupakan salah satu parameter yang mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu yang dapat dijadikan sebagai prediksi sales growth masa yang akan datang. Sales growth juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. 1. Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan dapat diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen setelah mereka mencapai tahap kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi kesempatan investasi yang menguntungkan perusahaan (Haddad, 2011) 2. Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan. 242 Motivasi Penelitian Peneliti ingin mengkaji pengaruh terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008 pada perusahan manufaktur di BEI, yang membrikan kontribusi negatif terhadap kegiatan utama perusahaan. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini antara lain 1. Apakah Sales Growth, DER, DPR berpengaruh terhadap Return on Assets secara simultan ? 2. Apakah Sales Growth berpengaruh terhadap Return on Assets ? 3. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Return on Assets ? 4. Apakah Dividen Payout Ratio berpengaruh terhadap Return on Assets? 5. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengkaji pengaruh sales growth, DER, DPR terhadap Return On Assets. 2. Untuk mengkaji pengaruh Sales Growth terhadap Return On Assets. 3. Untuk mengkaji pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return On Assets. 4. Untuk mengkaji pengaruh Dividen Payout Ratio terhadap Return on Assets. Manfaat Penelitian 1. Sebagai pedoman investor dalam menilai dan menganalisis kondisi keuangan yang mempengaruhi keputusan investasi. 2. Membantu para manajer keuangan dalam mengambil keputusan guna meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan dan pemegang saham. 3. Sebagai alat analisis yang diperlukan untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu laba bersih, yang merupakan unsur dasar kebijakan dividen perusahaan. LANDASAN TEORITIS Signaling Theory Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana efek pasarnya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto: ‖Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.‖ (Jogiyanto,2003). Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Menurut Sharpe, jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.(sharpe,1999). Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham sehingga hubungan publik informasi baik laporan keuangan kondisi 243 keuangan maupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Salah satu informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan . Informasi yang di ungkap dilaporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berupa laporan keuangan dan informasi non akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan keuangan hendaknya membuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting yang bermanfaat bagi pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar .Semua investor membutuhkan informasi yang akurat untuk melakukan evaluasi resiko relatif setiap perusahaan Teori Going Concern Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi konvensional. Inti going concern terdapat pada Balance Sheet perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa depannya. Lebih terinci lagi, going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan dalam mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, yang terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro, seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga(Aji,2009). Going concern menurut Belkaoui adalah : ―Suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti‖(Belkaouli,1997). Dalil ini memberikan gambaran bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju ke arah likuidasi. Diperlukannya suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan dalam menciptakan laporan keuangan yang terbit di suatu periode. Karena laporan keuangan mempunyai sifat sementara dimana laporan keuangan merupakan satu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan dalam suatu periode tertentu yang menggambarkan suatu kondisi perusahaan . Teori Kinerja Keuangan Menurut Irhan Fahmi, 2009 kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat- alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Haddad, 2011 mengatakan analisis keuangan yang mencakup analis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa depan. Dalam analisa ini dapat di ketahui kekuatan serta kelemahan yang dimilik ioleh seorang bisnis enterprise. Penggunaan rasio keuangan ini sangat bervariasi dan sangat tergantung dari pihak yang memerlukan. Disamping itu, hal ini perlu disadari bahwa analisa rasio keuangan ini hanya dapat memberikan gambaran satu sisi saja, dan masih memerlukan kembali data agar dapat lebih baik(Agus.S,2001) 244 Oleh karena itu ditekankan kembali oleh Bringham dan Houston bahwa analisis laporan keuangan selain bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisi kondisi di masa depan maupun, maupun yang lebih penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan dimasa mendatang (Bringham,2009). Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Debt To Equity Ratio ( DER ) Menurut R. Agus Sartono 2001, DER mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi ratio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Sedangkan menurut Prihantoro,2003 DER mencerminkan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditujukkan berupa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan, bahwa semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya, semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan maka akan semakin besar jumlah kewajiban. Total Utang DER = ------------------ x100% Modal Sendiri Dividen Payout Ratio ( DPR ) Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang Haddad,2011. Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan dapat diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen setelah mereka mencapai tahap kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi kesempatan investasi yang menguntungkan perusahaan. Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Prosentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut Dividend Payout Ratio (Andriyani, 2008). Deviden Per Lembar DPR = -------------------------------x100% Laba Per Lembar Saham Kebijakan dividen telah menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh para manajer keuangan dan perusahaan pada umumnya. Perusahaan dihadapkan pada dilema, apakah akan membagikan dividen kepada pemegang saham, atau menahan laba untuk kegiatan investasi kembali dalam rangka pengembangan usaha. Investor yang mencari pertumbuhan dalam harga pasar akan mengharapkan rasio ini kecil, sebaliknya investor yang mencari dividen akan mengharapkan rasio yang besar . Rasio ini dapat di ukur dengan cara membagi dividen per lembar dengan penghasilan per lembar untuk saham biasa 245 Sales growth Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih tinggi. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, kecenderungan perusahaan membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Menurut Sofyan Syafrie, menjelaskan pengertian sales growth menggambarkan presentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun (Sofyan Syafrie, 2011) Dari beberapa definisi yang di jabarkan di atas, terdapat kesamaan pengertian Sales Growth, yaitu pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun. Secara matematis ukuran perusahaan (size) dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Sales (t) – Net Sales (t-1) Sales Growth = -----------------------------------x 100% Net Sales (t-1) Return on Asset (ROA) ROA Sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yaitu merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Fitry, 2011) Selain itu Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis dan juga dikemukakan bahwa ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Return On Asses (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi ( Raditya, 2012 ) EBIT ROA = ----------------- x 100% Total Aktiva Penelitian terdahulu Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Umah Isnani populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI per 2006-2010 yang berjumlah 134 perusahaan salah satu hasil adalah DRP berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA (Raditya, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Risaptoko, 2007 yang menyatakan bahwa DRP tidak secara signifikan berpengaruh terhadap ROA, dan tidak sesuai dengan hasil penelitian Kumar, 2007, Syahbana, 2007 dan Kanwal & Kapoor, 2008 yang menyatakan bahwa ROA secara signifikan berpengaruh terhadap DPR. Meskipun tidak signifikan, arah pengaruh positif menunjukkan kemungkinan indikasi bahwa perusahaan - perusahaan yang memiliki tingkat protabilitas tinggi akan membagikan dividen dalam jumlah yang lebih tinggi pula. Hal ini sesuai dengan teori information content or signaling hypothesis yang menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau protabilitas yang baik bisa membayar dividen 246 Cryllius, 2002 dalam penelitiannya menguji ROA Industri. Hasil penelitian menunjukkan DER mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap ROA. Lehman et al (2002) dalam penelitiannya menguji pengaruh size, konsentrasi industri dan skor efisiensi DER terhadap ROA perusahaan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa skor efisiensi DER dan konsentrasi industri menunjukkan pengaruh yang positif terhadap ROA, semantara size mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap ROA. Bardosa dan louri (2003) dalam penelitiannya menguji pengaruh kepemilikan asing, sales, R&D konsentras industri DER turnover inventory dan size terhadap ROA pada perusahaan asing dan dalam negeri di portugal.dan yunani, dimana hasil penelitiannya menunjukkan kepemilikan asing, sales, R&D konsentras industri DER turnover inventory dan size untuk perusahaan di yunani menunjukkan pengaruh yang positif terhadap ROA, sementra DER, inventory, sales, dan size pada perusahaan di portugal mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap ROA. Hipotesis Dengan mengacu pada rumusan masalah, landasan teoritis serta beberapa penelitian terdahulu yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, diduga: 1. Sales Growth (SG)berpengaruh secara positif terhadap ROA Sales Growth menggambarkan pertumbuhan penjualan suatu perusahaan dari tahun ke tahun. Apabila penjualan semakin meningkat, maka rasio Sales Growth akan mengalami kenaikan. Hal ini berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan, dimana semakin tinggi rasio sales growth, maka semakin meningkat pula tingkat laba yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, Sales Growth berpengaruh secara positif terhadap ROA, dengan hipotesisnya sebagai berikut : Ha1 : Sales Growth, DER, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA secara simultan. Ha2 : Sales Growth berpengaruh secara positif terhadap ROA. 2. DER berpengaruh positif terhadap ROA DER pada setiap perusahaan menunjukkan pembiayaan perusahaan yang pendanaannya diperoleh melalui modal atau pinjaman. Semakin tinggi rasio DER, maka diharapkan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada setelah memperhitungkan biaya- biaya modal yang digunakan untuk mendanai aktiva, sehingga DER berpengaruh secara positif terhadap ROA, dengan hipotesisnya sebagai berikut : Ha3 : DER berpengaruh secara positif terhadap ROA. 3. DPR berpengaruh positif terhadap ROA Dividen Payout Ratio merupakan salah satu rasio yang mengukur porsi penghasilan yang dibayarkan dalam bentuk dividen. Pada umumnya semakin tinggi rasio DPR, maka semakin tinggi pula kinerja perusahaan, karena perusahaan tersebut dapat membagikan deviden kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, dapat dikatakan DPR berpengaruh positif terhadap ROA, dengan hipotesisnya sebagai berikut : Ha4 : DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA. 247 METODA PENELITIAN Jenis Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif dalam angka rasio keuangan, yaitu rasio Sales Growth, Debt to Equity Ratio, Dividen Payout Ratio, dan Return On Asset selama tahun 2007 -2011. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber baik melalui ICMD di Bursa Efek Indonesia (BEI), internet, jurnal, dan buku–buku penunjang lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) dari tahun 2007-2011. Pertimbangan pemilihan populasi tersebut, karena perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang lebih banyak diminati oleh investor dari perusahaan lain. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan pertimbangan (judgement sampling). Adapun kriteria yang digunakan penulis dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah : Perusahan Manufaktur go public yang selalu membagikan dividen pada periode tahun 20072011. Berdasarkan kriteria di atas perusahaan yang terpilih atau memenuhi syarat terdapat sampel adalah 105 perusahaan Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data keuangan perusahaan dan profile company yang terdapat pada ICMD, membaca jurnal dan isu – isu lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Alat pengujian menggunakan statistic linier berganda Uji Normalitas Data Untuk menguji sebuah model regresi, apakah suatu data mempunyai distribusi normal atau tidak. Alat uji menggunakan Komogorof Smirnov Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik ditujukkan untuk memeriksa apakah terdapat pelanggaran terhadap asumasi model regresi. 1. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier ( korelasi ) yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independent dari model regresi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat multikolineritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara varibel independent. 2. Uji Heteroskedastisitas Menguji apakah pada suatu model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke 248 pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi berarti terdapat korelasi antara anggota sampel atau data pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu, sehingga muncul suatu data yang dipengaruhi oleh data sebelumnnya. Autokorelasi muncul pada data regresi yang menggunakan data berkala (time series). Dasar pengambilan keputusan adalah dengan pengujian Durbin Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut (Singgih, 2001): 1) Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dl) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. 2) Jika d terletak anatara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. 3) Jika d terletak di antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (tidak dapat disimpulkan). Uji Hipotesis Melakukan uji siginikan varibel bebas terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun secara parsial akan dilakukan dengan uji f statistik ( F Test ), Uji t dan R2 . Pengolahan data regresi akan diuji secara : Persamaan Regresi Uji Regresi biasa digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel dependent ) berdasarkan suatu variabel atau beberapa varibel yang lain (variabel independent) dalam suatu persamaan linier (Cornelius, 2004). Adapun bentuk persamaan regresi linier adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ROA = a + b1 DER + b2 SG + b3 DPR + e Dimana : ROA DER SG DPR a b1, b2, b3 = Return on Asset = Debt to Equity Ratio = Sales Growth = Dividen Payout Ratio = Intersep ( konstanta ) = Koefisien variabel bebas. Definisi Operasional Variabel 1. Return On Asset ( ROA ) ROA adalah salah satu bentuk rasio yang mengukur kemampuan perusahaan, dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan, demi menghasilkan keuntungan yang digunakan dengan memanfaatkan sumber daya asset perusahaan. Skala pengukuran variabel menggunakan skala pengukuran rasio. Rumusnya sebagai berikut (Brigham, 2001): EBIT ROA = ------------- x 100% Total Aktiva 249 2. Sales Growth Adalah pertumbuhan pendapatan suatu perusahaan dalam kurun waktu dinyatakan dalam skala pengukuran rasio. sales growth Net Sales (t) – Net Sales (t-1) Sales Growth = -----------------------------------x 100% Net Sales (t-1) 3. Debt to Eqiuty Ratio Adalah rasio untuk melihat besarnya pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. DER merupakan perbandingan antara Total Hutang dengan Total Ekuitas, yang dinyatakan dalam skala pengukuran rasio. Total Hutang DER = ---------------------- x 100% Modal Sendiri 4. Dividend Payout Ratio Adalah persentase laba yang diberikan secara tunai kepada para pemegang saham, yang dinyatakan dalam skala pengukuran rasio. Dividen Per Lembar DPR = ----------------------------- x 100% Laba Per lembar Saham HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa Deskriptif Ukuran yang digunakan dalam analisis ini adalah minimum, maximum, mean, dan standar deviasi dari variabel ROA ,SG, DER dan DPR. Tabel 1 Statistic Deskriptive Min Max ROA 0,03 53,01 13,9436 Std. Deviation 11,08343 SG 0,04 53,01 7,4918 10,99285 104 8,4396 55 0,02 99,84 22,0582 14,45693 104 24,09093 104 DER DPR 0,1 Mean N 104 Hasil analisa statistik deskriptif diatas dengan jumlah sampel sebesar 104 dari perusahaan manufaktur pada tahun 2007-2011. Dimana tabel tersebut menunjukkan besarnya nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan standar deviasi untuk tiap-tiap variabel yang diukur. Hasil analisa statistik deskriptif diatas dapat diuraikan sebagai berikut : ROA juga memiliki mean sebesar 13,9436 yang artinya penggunaan asset yang digunakan 100% akan meningkatkan laba operasi sebesar 13,94% dengan standar deviasi sebesar 11,08343. 250 Sales Growth mencerminkan nilai mean variabel SG sebesar 7,4918 yang artinya selama periode penelitian perusahaan mampu meningkatkan penjualan sebesar 7,49% dengan standar deviasi SG sebesar 10,99285. DER mencerminkan nilai mean variabel DER mencapai 8,4396 yang artinya kegiatan utama perusahaan lebih banyak dibiayai hutang daripada modal yaitu sebesar 8,43% dengan standar deviasi sebesar 14,45693. DPR memiliki nilai mean yang dicapai adalah sebesar 22,0582 yang artinya perusahaan ratarata membayarkan deviden selama periode penelitian sebesar 22,05% dengan standar deviasi 24,090993. Uji Normalitas Normalitas dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini: Gambar 1 Uji Normalitas Pada gambar 1 di atas terlihat bahwa sebaran data dapat dikatakan tersebar di sekeliling garis lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus). Maka dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas dapat dipenuhi. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinieritas Nilai Tolerance dan VIF dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Un Standar t Coefficients Coeffici ents B Std. Beta Erro r (Const 2,683 ,328 8,189 an) LNDE -,018 ,104 -,020 -,171 R SQRT ,197 ,067 ,346 2,958 DPR Sig. Collinearity Statistics Toler ance VIF ,000 ,864 ,650 1,539 ,004 ,647 1,545 -,055 ,07 -,072 - ,48 ,845 8 ,70 0 8 a. Dependent Variable: SQRTROA 1,183 LNS G Pada bagian Coefficients terlihat untuk ketiga variabel independent, nilai VIF ada disekitar angka 1, yaitu sebesar 1,539 ; 1,545; 1,183 . Ketiga nilai VIF tersebut lebih kecil dari 5 . 251 Demikian juga nilai tolerance mendekati 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi mulitikolinierias. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dalam Gambar berikut ini : Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas Pada Gambar 2, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengaruh variabel Sales Growth (SG), DER dan DPR terhadap ROA. 3. Uji Autokorelasi Pengujian Autokorelasi dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Uji Autokorelasi Model Summaryb M R R Adjusted Std. Error Durbin od Squ R Square of the el are Estimate Watson ,33 ,115 ,088 1,49778 2,033 1 9a a. Predictors: (Constant), LNSG, LNDER, SQRTDPR b. Dependent Variable: SQRTROA Dari Tabel diatas diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2,033, dengan signifikansi sebesar 0,05 dan jumlah data (n) = 104, serta k=3 (k adalah jumlah variabel independent) diperoleh nilai dU sebesar 1,7402. Karena nilai DW = 2,003 terletak diantara dU dan 4-dU, maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. Uji Hipotesis Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent, atau untuk menguji hipotesis. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H0 : Sales Growth, DER, DPR tidak berpengaruh secara positif terhadap ROA secara simultan. Ha1: Sales Growth, DER, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA secara simultan. 252 Uji F atau Uji ANOVA dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini : Tabel 4 Anova Model Sum of df Mean F Sig. Square Square s Regre 29,047 3 9,682 4,31 ,007 b ssion 6 Resid 224,33 100 2,243 1 ual 3 253,38 103 Total 0 a. Dependent Variable: SQRTROA b. Predictors: (Constant), SQRTDPR, LNSG, LNDER Dari tabel 4 uji anova atau F test didapat F hitung adalah 4,316 dengan tingkat signifikan 0,007. Karena probabilitas (0,007) jauh lebih kecil dari taraf signifikan 0,05; maka dapat dikatakan H0 ditolak, sehingga Ha1 diterima. Oleh karena itu, model regresi bisa dipakai untuk memprediksi ROA atau dapat dikatakan SG, DER dan DPR secara bersama sama berpengaruh terhadap ROA. Uji T digunakan untuk menguji hipotesis 2, hipotesis 3, dan hipotesis 4 dalam penelitian ini. Berikut ini adalah hipotesis dalam penelitian ini : Ha2 : Sales Growth berpengaruh secara positif terhadap ROA. Ha3 : DER berpengaruh secara positif terhadap ROA. Ha4 : DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA. Hasil Uji T dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Uji T Model 1 (Con stant) LNS G LND ER SQR TDP R Coefficientsa Unstandardized Standard Coefficients ized Coeffici ents B Std. Beta Error 2,683 ,328 t -,055 ,078 8,18 9 -,072 -,708 -,018 ,104 -,020 -,171 ,197 ,067 ,346 2,95 8 Sig. ,000 ,864 ,480 ,004 a. Dependent Variable: SQRTROA Hasil uji T dapat dilihat pada tabel 5 diatas, dimana tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa Nilai signifikansi SG (Sales Growth) sebesar 0,480. Karena nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi (α = 0,05), sehingga H02 diterima dan Ha2 ditolak. Oleh karena itu SG tidak 253 berpengaruh secara positif terhadap ROA. Nilai Signifikansi DER ( Debt to Equity Ratio) sebesar 0.864. Karena nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi (α = 0,05), sehingga H03 diterima dan Ha3 ditolak. Oleh karena itu, DER tidak berpengaruh secara positif terhadap ROA. Nilai Signifikansi DPR ( Dividend Payout Ratio ) sebesar 0.004. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi (α = 0,05), sehingga H04 ditolak dan Ha4 diterima. Oleh karena itu, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA. Uji Koefisien Determinasi Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) dapat dilihat di Tabel 6 berikut ini : Tabel 6 Koefisien Determinasi Model Summaryb M R R Adjusted Std. Error Durbin od Squ R Square of the el are Estimate Watson ,33 ,115 ,088 1,49778 2,033 1 a 9 a. Predictors: (Constant), LNSG, LNDER, SQRTDPR b. Dependent Variable: SQRTROA Pada tabel 6 diperoleh nilai R Square yang disesuaikan sebesar 0,115; artinya dengan memasukkan variabel SG, DER dan DPR ke dalam faktor model, dapat digunakan untuk menjelaskan 11,5% perubahan yang terjadi pada ROA sedangkan sisanya (100% - 11,5% = 88,5%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain ketiga variabel tersebut yang tidak dimasukkan dalam analisa seperti Total Assets Turn Over (TATO), Price Book Value maupun faktor ekonomi lainnya seperti inflasi, tingkat suku bunga dan kurs. Hasil Penelitian Hasil Penelitian dapat diperoleh dari persamaan regresi linier berganda. Sedangkan persamaan regresi linier berganda dapat diperoleh dalam Tabel 7 berikut ini : Tabel 7 Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Coefficients B Standardi zed Coefficie nts Beta 2,683 Std. Error ,328 -,055 ,078 -,072 LNDE -,018 R SQRT ,197 DPR a. Dependent Variable: SQRTROA ,104 -,020 ,067 ,346 (Const ant) LNSG 1 t Sig . 8,189 ,00 0 -,708 ,48 0 -,171 ,86 4 2,958 ,00 4 254 Pada tabel 7 di atas, dalam kolom Unstandardized Coefficients, diperoleh persamaan regresi berikut : SqrtROA=2,683-0,055LnSG – 0,00,018LnDER+0,197SqrtDPR+1,497778 Pembahasan Pembahasan dari hasil penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian mendukung Hipotesis 1 (Ha1), yang menyatakan bahwa Sales Growth, DER, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA secara simultan. Maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi ROA artinya semakin tingginya Sales Growth suatu perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman, kewajiban serta pembayaran deviden meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan, hal ini dapat diindikasikan bahwa kinerja kegiatan utama perusahaan berjalan dengan baik. Hal ini bertentangan dengan penelitian terdahulu Bardosa dan louri (2003) yang isinya menguji Sales Growth, DER,turn over inventory dan size terhadap ROA hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan negatif terhadap ROA. 2. Hasil penelitian tidak mendukung Hipotesis 2 (Ha2), yang menyatakan bahwa Sales Growth tidak berpengaruh secara positif terhadap ROA. Hasil penelitian yang tidak mendukung tersebut, mengindikasikan bahwa nilai sales growth yang tinggi tidak selalu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik. Sales Growth tidak selalu mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu yang dapat dijadikan sebagai prediksi sales growth masa yang akan datang. Indikasi lain seiring dengan kenaikan sales growth yang disertai dengan kenaikan harga bahan baku industri yang perbandingan kenaikannya melampaui kenaikan sales growth. Walaupun terjadi kenaikan akan menyebabkan ROA menurun karena beban produksi yang tinggi dapat mengakibatkan COGM perusahaan juga tinggi. Hal ini akan berdampak pada hasil produksi yaitu pada nilai COGS yang tinggi pula. Selain itu terdapat faktor lain yaitu slow moving yang dapat menjadi menyeimbang nilai COGS sehingga Sales Growth tidak berpengaruh terhadap ROA. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Raditya, 2011. yang berjudul analisis pengaruh Tato,DER,DPR ,Sales Growth terhadap Return on Asset menunjukkan hasil bahwa Tato,DER,DPR serta Sales Growth tidak signifikan terhadap ROA hal ini sesuai dengan penelitian penulis. 3. Hasil penelitian tidak mendukung Hipotesis 3 (Ha3), yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh secara positif terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa DER yang tinggi di perusahaan manufaktur menunjukkan resiko perusahaan yang tinggi sehingga meminta perusahaan untuk mengoptimalkan asset untuk meraih keuntungan yang tinggi sehingga hasil keuntungan dipakai perusahaan untuk membayar kewajibannya berupa bunga pinjaman. Berbeda dengan hasil penelitian terdahulu oleh Lehman et al (2002) yang menguji pengaruh size konsentrasi indusri dan skor efisien DER terhadap ROA perusahaan hasilnya berpengaruh positif terhadap ROA. 4. Hasil penelitian mendukung Hipotesis 4 (Ha4) dimana DPR berpengaruh secara postif terhadap ROA. ROA menunjukkan kinerja profitabilitas perusahaan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Hasil utama tersebut akan diminta feed back-nya oleh pemilik karena pemilik memberikan investasi pada perusahaan yang merupakan hasil usaha dari kegiatan perusahaan yang berupa deviden. Pengaruh positif ini menunjukkan bahwa tingginya rasio DPR yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk saham tidak akan menggangu likuiditas perusahaan dalam membayar bunga pinjaman kepada pihak kreditor, jika perusahaan mampu membayar bunga pinjaman dengan baik dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan berjalan dengan baik pula. Oleh karena itu dengan mempertahankan kinerja yang baik membuat laba operasional perusahaan dapat meningkat. Disisi lain kepentingan dari pemilik harus terpenuhi dalam bentuk deviden yang 255 tergantung kepada laba bersih perusahaan. Sehingga dengan ROA yang tinggi akan memberi dampak dividen tinggi karena untuk memenuhi target pemilik. Hasil penelitian terdahulu oleh Kanwal dan Kapor, 2008 yang dapat dalam jurnal ―Analisa Pengaruh Tato,DER dan Deviden terhadap ROA‖ mendukung hasil penelitian penulis yaitu DPR secara signifikan berpengaruh terhadap ROA. Temuan Penelitian Perusahaan berhasil mengoptimalkan dari kegiatan utama perusahaan yang setiap kenaikan ROA 13,94% rata-rata per tahun ini akan mampu membayar kewajiban kepada kreditor untuk mengurangi resiko DER sebesar 8,43%, di sisi lain dengan hasil keuntungan yang positif perusahaan mampu mengembalikan kepada pemilik dalam bentuk deviden dengan proporsi pembagian 22,05% sedangkan sisanya sebesar 77,95% digunakan untuk modal internal perusahaan yaitu sebagai laba ditahan. ROA yang positif menunjukkan kinerja yang baik dalam suatu perusahaan hal ini akan mengakibatkan terjadinya tingkat likuiditas yang baik dalam kas perusahaan sehingga going concern terjadi. Selain itu temuan lain dari penelitian ini tentang pengaruh DPR terhadap ROA dan pengaruh DER terhapat ROA yaitu dapat meningkatkan likuiditas dalam bentuk ROA, Perusahaan harus menjaga modal kerja salah satunya dalam bentuk kas. Pengambilan kas dilakukan salah satunya adalah untuk pembayaran deviden perusahaan. Tetapi perusahaan dapat mempertahankan uang kasnya dengan pembagian deviden saham, sehingga likuiditas perusahaan dapat di pertahankan. Disamping itu, perusahaan harus mengurangi resiko dalam struktur modalnya karena perusahaan ini lebih banyak di danai oleh hutang daripada modal. Sehingga supaya modalnya dapat meningkat dan mempunyai komposisi yang sama atau melebihi hutangnya perusahaan wajib membagikan deviden dalam bentuk saham supaya komposisi saham meningkat KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Hipotesis 1 diterima, karena mempunyai nilai signifikan 0,007 karena profitabilitas 0,007 jauh lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 sehingga Sales Growth, DER, DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA secara simultan. Semakin tinggi Sales Growth menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman serta pembayaran deviden. 2. Hipotesis 2 ditolak, karena mempunyai nilai signifikan 0,480 lebih besar dari taraf signifikansi (α=0,05) sehingga Sales Growth tidak berpengaruh secara positif terhadap ROA. Sales Growth yang tinggi tidak selalu menunjukkan kinerja keunagan yang baik. 3. Hipotesis 3 ditolak, karena mempunyai nilai signifikan 0,864 lebih besar dari taraf signifikansi (α=0,05) sehingga DER tidak berpengaruh secara secara positif terhadap ROA. DER yang tinggi menunjukkan resiko yang tinggi, hingga perusahaan mengoptimalkan penggunaan asset untuk meraih keuntungan hasil keuntungan digunakan untuk membayar bunga kewajiban. 4. Hipotesis 4 diterima, karena mempunyai nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari taraf signifikansi (α=0,05) sehingga DPR berpengaruh secara positif terhadap ROA. Pembagian deviden yang konsisten menunjukkan kinerja keuangan yang baik sehingga dapat menjadi tolak ukur kematangan bisnis suatu perusahaan. 5. Perusahaan berhasil mengoptimalkan aktiva dari kegiatan utama perusahaan yang setiap naik sebesar 13,94% rata-rata per tahun dapat menghasilkan keuntungan positif kepada pemilik dalam bentuk deviden dengan proporsi pembagian 22,05% sedang sisanya 77,95% dialokasikan untuk internal perusahaan sebagai laba ditahan. 256 Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mencoba variabel lain untuk mengukur faktor– faktor yang dapat mempengaruhi Return on Asset (ROA) seperti Total Asset Turn Over (TATO), Price Book Value (PBV) maupun dari faktor ekonomi lainnya seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs. 2. Waktu penelitian diperpanjang agar dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih baik. Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ dan dipilih secara randomn, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih meyakinkan. 3. Bagi Investor harus memperhatikan rasio DPR dalam menilai dan menganalisis kondisi keuangan suatu perusahaan. Karena rasio DPR dapat menentukan prediksi keuntungan yang diterima. 4. Bagi Perusahaan, penilaian kinerja suatu perusahaan tidak selalu diukur dari rasio Sales Growth dan DER. Perusahaan perlu memperhatikan rasio DPR dan juga rasio keuangan yang lainnya dalam menentukan kinerja perusahaan. Selain itu, untuk mengurangi resiko dan mempertahankan likuiditas, perusahaan mengubah rencana pembagian deviden kas dengan deviden saham. Hal ini berguna bagi perusahaan dalam mengurangi resiko dalam struktur modal perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Any, Fitri. ‖ Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas dalam Menilai Kinerja Keuangan pada Perum DAMRI Stasiun Samarinda tahun 2009-2011‖. Univ. Mulawarman : FE, 2011. Andriyani, Maria 2008. ― Analisis Pengaruh Cash Ratio,Debt Equity Ratio,Insider Ownership,Invesment Oportunity Set dan Probability Terhadap Kebijakkan Deviden‖ (studi empiris pada perusahaan automotive di bursa efek Indonesia Periode Tahun 20042006. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Bardosa, Natalia&Helen Louri, (2003), ‖Coorporate Perfomance:Does Ownership Matter? A Comparison Of Foreign – And Domestic Owned Firm In Greece and Portugas “ Working paper Series , No.26 Belkaoui. ‖Spirit Consumption‖. Korea Journal, 1997. hal. 135. Berlian, Inge. Manajemen Keuangan I. Jakarta: Literata Lintas Media, 2003. Dedi, Aji, Going Concern dalam akuntansi perludipertahankan ajidedim.wordpress.com, 2009 Lehman C, "Corporate social reporting: Falling down the hole in the middle of the road" Accounting, Auditing and Accountability Journal 4(1) (pp28-54), 2002 PSAK Revisi 2009, Pernyataan Estándar Akuntasi Keuangan 1, 2009 Prihantoro. ―Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia‖. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 1, Jilid 8, hal. 7-14. Raditya, Jastimara Analisa Pengaruh Tato,DER, Deviden,Sales dan Current Ratio terhadapa ROA, 2012. Riyanto,Bambang. Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan Yogyakarta: BPFE, 2001. Sartono, Agus. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. 257 Yogyakarta : BPFE, 2001. Sharpe, William. F, et. al. Investasi Jilid I. Jakarta, 1999. Santoso, Singgih. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2001, hal 212. Syafri, Sofyan.‖Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan‖. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hal.303. Trihendradi, Cornelius. Memecahkan Kasus Statistik: Deskriptif, Nonparametrik dengan SPSS 12. Yogyakarta: Andi, 2004. Parametrik dan Umah Isnani, ―Pengaruh DER,ROA,CR,Growth,DPR terhadapat DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2010” kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol – 3, Journal.unnes.ac.id 258 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA YANG MELAKUKAN MERGER TAHUN 2006 Maulana Iskandar Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Rancangan penelitian yang digunakan adalah pengujian hipotesis, dengan sampel penelitian perusahaan yang melakukan merger pada tahun 2006 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 6 perusahaan, rasio yang digunakan adalah Current Ratio, Debt to total asset rasio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda menggunakan Paired Sample T Test dimana hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial CR dan ROA secara signifikansi terdapat perbedaan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun sesudah merger, sedangkan DAR, DER, NPM, dan ROE secara signifikansi tidak terdapat perbedaan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun sesudah merger. Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Merger, Current Ratio, Return On Assets PENDAHULUAN Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan yang ada semakin ketat. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensi dan memperbaiki kinerjanya. Salah satunya melalui ekspansi eksternal. Dilihat dari perspektif keuangan perusahaan dan manajemen strategi maka tujuan merger tidak lain adalah membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Sumarsih, 2005). Alasan perusahaan lebih cenderung memilih merger daripada pertumbuhan internal sebagai strateginya, adalah karena merger dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger juga dianggap dapat menciptakan sinergi, Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui merger kepada perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi obyek penelitian ini adalah : 259 a. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah berdasarkan rasio keuangan Current Ratio ? b. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah berdasarkan rasio keuangan Debt to Total Asset Ratio ? c. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah berdasarkan rasio keuangan Debt to Equity Ratio ? d. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah berdasarkan rasio keuangan Net Profit Margin ? e. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah berdasarkan rasio keuangan Return on Asset ? f. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah berdasarkan rasio keuangan Return on Equity ? merger merger merger merger merger merger Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan current ratio mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger. b. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Debt to Total Asset mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger. c. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Debt to Equity Ratio mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger. d. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Net profit Margin mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger. e. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Return on Asset mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger. f. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan Return on Equity mengalami perbedaan setelah perusahaan melakukan merger. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian untuk mengumpulkan data yaitu di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), tepatnya di pusat referensi pasar modal (PRPM). Berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav .52-53, Jakarta 12190, Indonesia, Penelitian dilakukan antara februari 2012 sampai dengan selesai. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk angka. Yang berupa data Laporan keuangan dan Rasio-rasio keuangan perusahaan yang terdiri dari rasio Likuiditas, Rasio Leverage, dan Rasio Profitabilitas. Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah berupa data-data yang dikumpulkan dari arsip-arsip perusahaan yang berhubungan dengan laporan keuangan, data tersebut merupakan data sekunder Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang pernah melakukan merger , dan perusahaan tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut pada tahun 2006. Sampel penelitian diambil setelah memenuhi beberapa kriteria yang berlaku bagi penerapan definisi operasional variabel. Tekhnik pengambilan sampel diambil dengan tekhnik 260 purposive sampling yaitu pemilihan pengambilan sampel dengan berdasarkan pada kriteriakriteria tertentu Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, dan varian dengan prosedur sebagai berikut: a. Menentukan tingkat rata-rata (mean), standar deviasi dan varian indicator kinerja keuangan perusahaan dari rasio keuangan sebelum dan sesudah merger ditinjau dari kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI. b. Menentukan perbedaan mean (naik/turun) indicator keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah merger. 2. Uji Normalitas Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji metode kolmogorovsmirnov test, pemilihan metode ini didasarkan bahwa untuk menguji normalitas data (Hair,1998). 3. Uji Paired Samples T Test Pengujian hipotesis ini menggunakan uji Paired Samples T Test karena model uji beda tersebut populer digunakan untuk model penelitian pre-post atau sebelum-sesudah. Paired Samples T Test atau uji T sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (Ho) diantara dua variabel. Santoso (2000) menjelaskan langkah-langkah penggunaan uji T untuk penggunaan sampel berpasangan sebagai berikut: 1. Menghitung selisih (d) antara pengamatan sebelum dan sesudah 2. Menghitung total d (Σd), lalu mencari mean d, yaitu Σd 3. Menghitung d- (d rata-rata), kemudian mengkuadratkan selisih tersebut dan menghitung total selisih kuadrat 4. Mencari standar deviasi (Sd²) dengan rumus sebagai berikut: 1 Sd = x [ Total (d – d rata-rata)]² ɳ -1 5. Menghitung t hitung dengan rumus t = (X1-X2) - ʋ ˢ ⁄ ɳ Di mana: (X1-X2) V Sd n adalah rata-rata hitung pengamatan atau sampel untuk X1 pengamatan sebelum dan X2 pengamatan sesudah adalah rata-rata hitung populasi yang dihipotesiskan ditetapkan bernilai nol (0) adalah standar deviasi sampel adalah pengamatan sampel Hipotesis Penelitian Hipotesa dalam penelitian ini adalah: 261 H1 : Current Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger H2 : Debt to Total Asset Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger H3 : Debt to Equity Ratio berbeda antara sebelum dan sesudah merger H4 : Net Profit Margin berbeda antara sebelum dan sesudah merger H5 : Return on Asset berbeda antara sebelum dan sesudah merger H6 : Return on Equity berbeda antara sebelum dan sesudah merger HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Normalitas Pada uji normalitas data ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test. Pemilihan metode ini didasarkan bahwa Kolmogorov-Smirnov test merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data ( Hair et al, 1998). Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal atau tidak. Sampel berdistribusi normal jika nilai probabilitas > taraf signifikansi yang ditetapkan (α=0.05). jika hasil uji menunjukan sampel berditribusi dengan normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik, tetapi apabila sampel tidak berdistribusi dengan normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametrik. Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas, terliahat bahwa rata-rata data nilai probabilitas > taraf signifikansi (α=0.05), dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa data-data rasio keuangan berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis 1. Uji Paired Samples T Test Pengujian yang dilakukan adalah dengan pengujian statistik parametrik dengan menggunakan Paired Samples T Test. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata dua sample yang berhubungan. Variabel-variabel yang digunakan dalam Uji Paired Samples T Test adalah dari rasio kinerja keuangan yaitu: Current Ratio, Debt to total asset rasio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity. Dan berikut adalah hasil analisis data untuk uji Paired Samples T pada perusahaan PT. Bumi Resources Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, , PT. Ades Waters Indonesia Tbk, PT. Surya Toto Indonesia Tbk, PT. Nusantara Infrastructure Tbk, Siwani Trimitra Tbk. 262 Nama Perusahaan PT. Bumi Resources Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Ades Waters Indonesia Tbk PT. Surya Toto Indonesia Tbk PT. Nusantara Infrastructure Tbk PT. Siwani Trimitra Tbk CR 0.32 0.48 0.04 0.552 0.606 0.64 DAR 0.48 0.03 0.546 0.16 0.591 0.62 DER 0.682 0.19 0.241 0.241 0.598 0.167 NPM 0.275 0.455 0.381 0.387 0.137 0.75 ROA 0.38 0.292 0.36 0.349 0.887 0.197 ROE 0.729 0.17 0.614 0.434 0.441 0.124 Perhitungan Paired Sampel T Test adalah sebagai berikut: 1. Current Ratio Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat signifikan = 0.05, Pada variabel current ratio dengan membandingkan kinerja keuangan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun sesudah merger. Pada perusahaan BUMI, SMSM, ADES mempunyai taraf signifikan < 0.05, berarti H1 diterima. sedangkan pada perusahaan TOTO, META, MITI mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H2 ditolak. 2. Debt to Total Asset Ratio Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat signifikan = 0.05, Pada variabel Debt to Total Asset Ratio dengan membandingkan kinerja keuangan 5 tahun sebelum merger dengan 5 tahun sesudah merger. Pada perusahaan BUMI, SMSM, TOTO mempunyai taraf signifikan < 0.05, berarti H2 diterima. sedangkan pada perusahaan ADES, META, MITI mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H2 ditolak. 3. Debt to Equity Ratio Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat signifikan = 0.05, Pada variabel Debt to Equity Ratio perusahaan SMSM, TOTO mempunyai taraf signifikan < 0.05, berarti H3 diterima. sedangkan pada perusahaan BUMI, ADES, META, MITI mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H3 ditolak. 4. Net Profit Margin Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat signifikan = 0.05, Pada variabel Net Profit Margin semua perusahaan BUMI, SMSM, ADES, TOTO, META, MITI mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H4 ditolak. 5. Return on Asset Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat signifikan = 0.05, Pada variabel Return on Asset semua perusahaan BUMI, SMSM, ADES, TOTO, META, MITI, mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H5 ditolak. 6. Return on equity Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel observasi berpasangan dua sisi dengan tingkat signifikan = 0.05, Pada variabel Return on Equity semua perusahaan BUMI, SMSM, ADES, TOTO, META, MITI, mempunyai taraf signifikan > 0.05, berarti H6 ditolak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Current Ratio Hasil analisis data pada variabel CR, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan BUMI, ADES, TOTO, MITI sesudah merger lebih baik dibanding sebelum merger. 263 Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar 3,54%, 1,98% 5,34%, 4,5%, sedangkan sesudah merger rata-rata sebesar 6,6%, 6,82%, 6,98%, 11,54%. Ini menunjukan bahwa adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger. Sedangkan pada perusahaan SMSM dan META terlihat kinerja keuangan sebelum merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar 17,59%, 11,38%, setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 6,09%, 8,66%. Ini menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger. 2. Debt to Total Asset Hasil analisis data pada variabel DA. Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan SMSM dan META setelah merger lebih baik dibanding sebelum merger. Dengan nilai ratarata sebelum merger yaitu sebesar 1,65% dan 1,98%, setelah merger mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,4% dan 2,63%. Ini menunjukan bahwa adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger. Sedangkan pada perusahaan BUMI, ADES, TOTO, MITI setelah merger mengalami penurunan. dengan nilai rata-rata setelah merger yaitu 3,35%, 4%, 3,08%, 2,66%, sebelum merger mempunyai rata-rata sebesar 4,35%, 3,98%, 4,05%, 5,31%. Ini menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger. 3. Debt Equity Ratio Hasil analisis data pada variabel DER, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan BUMI, TOTO, META, MITI sebelum merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar 20,49%, 15,43%, 10,23%, 11,34%, setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 16,83%, 9,16%, 6,12%, 7,19% . Ini menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger. Sedangkan kinerja keuangan pada perusahaan SMSM dan ADES terjadi peningkatan setelah merger, dengan nilai rata-rata setelah merger yaitu 16,97% dan 16,83%, sedangkan sebelum merger dengan nilai rata-rata sebesar 2,88% dan 12,39%. Ini menunjukan bahwa adanya sinergi setelah perusahaan melakukan merger. 4. Net Profit Margin Hasil analisis data pada variabel NPM, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan SMSM, ADES, META, MITI sebelum merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger sebesar 1,28%, 2,2%, 6,7%, 7,4%, setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,74%, 0,82%, 0,64%, 0,68% .Ini menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahan melakukan merger. Sedangkan kinerja keuangan pada perusahaan BUMI dan TOTO terjadi peningkatan setelah merger dibanding sebelum merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger sebesar 0,48%, 0,41%, setelah merger mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,75% dan 1,75%. Ini menunjukan bahwa adanya sinergi setelah perusahan melakukan merger. 5. Return on Asset Hasil analisis data pada variabel ROA, Terlihat kinerja keuangan pada perusahaan BUMI, TOTO, META sesudah merger lebih baik dibanding sebelum merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger sebesar 0,22%, 0,31%, 0,57%, setelah merger mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,5%, 1,08%, 0,64% . Ini menunjukan adanya sinergi setelah melakukan merger. Sedangkan kinerja keuangan pada perusahaan SMSM, ADES, MITI sebelum merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger sebesar 1,31%, 2,61%, 2,33% setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,5%, 0,71%, 0,1% .Ini menunjukan bahwa tidak adanya sinergi setelah perusahan melakukan merger. 264 6. Return on Equity Hasil analisis data pada variabel ROE, Terlihat kinerja keuangan perusahaan SMSM, TOTO, META setelah merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar 0,74%, 1,76%, 0,92%. setelah merger mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,62%, 6,18%, 1,29. Ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba bagi pemegang saham mengalami sinergi setelah perusahaan melakukan merger. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan BUMI, ADES, MITI sebelum merger lebih baik dibanding sesudah merger. Dengan nilai rata-rata sebelum merger yaitu sebesar 2,02%, 2,77%, 7,74%. setelah merger mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,62%, 1,73%, 0,21%. Ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba bagi pemegang saham tidak mengalami sinergi setelah perusahaan melakukan merger. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam menyikapi kegiatan merger yang dilakukan perusahaan, karena merger tidak selalu membawa dampak yang baik bagi perusahaan yang melakukan merger. 2. Bagi perusahaan yang akan melakukan kegiatan merger sebaiknya melakukan persiapan yang baik sebelum memutuskan untuk melakukan merger. Seperti melihat kondisi perusahaan, baik dari manajemen perusahaan maupun financial perusahaan. 3. Bagi penelitian selanjutnya hendaknya melakukan pengukuran kinerja keuangan dengan variabel rasio keuangan yang lain atau metode lain, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya pembuatan jurnal ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan penuh rasa hormat kepada: 1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. 2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. 3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak. MM, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Esa Unggul. 2. Bapak Dr. Soeratno SE.,MM, selaku Pembimbing. Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini. 5. Pada dosen yang selama ini telah mendidik, membekali ilmu pengetahuan, memberikan inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. 5. Kepada ayah, ibu, umi, dan kakak yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan jurnal ini dengan baik. 265 DAFTAR PUSTAKA Arifin,J, & Sumaryono,A., BK Basis Komputer Keuangan&Akuntan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007. Azizy,A.Q.A.,Change management dalam reformasi birokrasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007. Dharmasetya,L dan Sulaimin,V., Merger dan akuisis Tinjauan dari sudut akuntansi dan perpajakan, PT Elex Media Komputindo,Jakarta,2009. Hadiningsih,M., Analisis dampak jangka panjang merger dan akuisisi tehadap kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi di Bursa Efek Jakarta, skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007. Halim,A., Akuntansi Keuangan Daerah (ed. 3), SalembaEmpat, Jakarta, 2008 Yulia, Penggunaan Purchase Method Dan Pooling of Interest Dalam Penggabungan Usaha Dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar, 2011 Kuswandi,Ir.MBA., Memahami Rasio Keuangan Orang Awam, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006. Mardiyanto,H., Intisari Manajemen Keuangan, Grasindo, Jakarta, 2009. Yenni,M, Penggunaan Metode Purchase dan Pooling of Interest dalam Rangka Penggabungan Usaha (Business Combination) dan Efeknya Terhadap Pajak Penghasilan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol 1, No.2, FE, Universitas Kristen Petra, 1999, Hal 132-143 Moin,A., Merger, akuisisi dan Divestasi, Ekonisia, Yogyakarta, 2007. Priyatno,D., 3Jam Menyelasaikan Laporan Keuangan MYOB & Peachtree, Best Publisher, Yogyakarta, 2009. Rai,I G.,A., Audit kinerja pada sektor publik: konsep, praktik, studi kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Rudianto, Akuntansi Manajemen, Grasindo, Jakarta, 2006. Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 2009. Simangunsong,A dan Sari,E.K.,,Hukum Dalam Ekonomi Baru (Edisi II Rev),Grasindo Jakarta,2008. Sugiono,A,. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan, Grasindo, Jakarta, 2009. Untung,E, dan Sugiono,A., Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan Pengetahuan(Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan), Grasindo, Jakarta,2008. 266 Widjanarko,H., Pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan manufaktur, Buletin ekonomi vol.2, Jakarta, 2006. Yasa,W., Analisis manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar, 2008. Yulianto,E.R., Analisis kinerja keuangan perusahaan public yang melakukan merger dan akuisi selama sebelum dan sesudah moneter, skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2008. 267 PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN TOTAL ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ria Octari Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh informasi laporan arus kas operasional, arus kas investasi, arus kas pendanaan, dan total arus kas terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan. Desain penelitian menggunakan desain riset kausalitas. Metode analisis data yang digunakan adalah analisi regresi berganda. Populasi diambil dari perusahaan food and beverages periode 2007-2010, dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Unit analisis adalah perusahaan food and beverages. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial , variabel Total Arus Kas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai relevansi informasi dalam bentuk Total Arus Kas berperan untuk pengambilan keputusan. Kata kunci : Harga Saham, Arus Kas Operasional (AKO), Arus Kas Investasi (AKI), Arus Kas Pendanaan (AKP), dan Total Arus Kas. PENDAHULUAN Penelitian ini mengangkat isu mengenai pengaruh komponen arus kas dan total arus kas terhadap harga saham untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Harga saham Dampak globalisasi yang terjadi di Indonesia sangat berpengaruh pada dunia bisnis, hal ini menyebabkan persaingan antar perusahaan yang begitu ketat., dan untuk dapat bersaing tentu saja dipengaruhi oleh hal-hal penting yang sangat besar nilainya. Dan perkembangan pasar modal di Indonesia sangatlah pesat yang ditandai dengan melonjaknya harga saham yang ditransaksikan dan semakin tingginya volume perdagangan saham. Penelitian ini berdasarkan teori signaling dan relevansi nilai yang memberikan informasi-informasi yang bermanfaat untuk investor yang dapat melihat prospek perusahaan 268 dimasa depan sehingga investor dapat mengambil keputusan apakah perusahaan tersebut akan memberikan keuntungan atau tidak bagi investor. Penelitian tentang masalah mengenai informasi akuntansi untuk investasi menunjukkan hasil yang kontradiktif, disatu sisi terhadap hasil signifikan dan disisi lain terhadap hasil yang tidak signifikan, misalnya terdapat pada penelitian terdahulu menurut Rachim (2004) yang menyatakan bahwa komponen arus kas berpengaruh terhadap harga saham. Susanto (2006) menyatakan bahwa laba,aliran kas operasi dan aliran pendanaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Daniati (2006) menyatakan bahwa arus kas dari arus kas investasi, laba kotor, dan size perusahaan berpengaruh terhadap expected return saham. Meythi (2006) menyatakan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap harga saham dan persistensi laba, dan menurut Hidayat (2008) yang menyatakan bahwa hanya arus kas operasi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi , arus kas investasi , dan arus kas operasi dari kegiatan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan latar belakang diatas tujuan penelitian nya adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Untuk mengetahui pengaruh simultan arus kas terhadap harga saham Untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham Untuk mengetahui pengaruh arus kas investasi terhadap harga saham Untuk mengetahui pengaruh arus kas pendanaan terhadap harga saham Untuk mengetahui pengaruh total arus kas terhadap harga saham METODE PENELITIAN Penulis melakukan penelitian yang dilakukan di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-63, Jakarta. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan November 20011 sampai dengan selesai. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi lapangan (field research), yaitu penulis dating langsung ke BEI untuk mengambil data-data yang diperlukan, dan studi kepustakaan (library reseach), yaitu pengumpulan datayang menggunakan pedoman dari bukubuku karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data yang berhubungan dengan arus kas diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh BEI selama periode penelitian. Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau kuantitas bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang mencatatkan sahamnya di BEI periode 2007-2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria : 1. Perusahaan yang berturut-turut tercatat selama periode pengamatan 2007-2010. 2. Perusahaan yang telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan auditannya per 31 Desember 2007-2010. 3. Perusahaan yang sahamnya aktif selama 2007-2010. 4. Karena merupakan perusahaan yang menghasilkan kebutuhan primer bagi masyarakat. 269 Metode Analisi Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum, dan standar deviasi. Gambaran data tersebut menghasilkan informasi yang jelas sehingga data itu mudah dipahami. Penelitian ini , maka akan diperoleh informasi yang jelas mengenai pengaruh arus kas operasional. investasi , pendanaan terhadap harga saham. 2. Statistik Inferensial Statistik inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan estimasi pengematan masa mendatang estimasi atau prediksi, membuat permodelan hubungan korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu, dan sebagainya a. Uji Kualitas Data Statistik inferensial bertujuan untuk menaksir nilai populasi dari sample yang digunakan. Sebelum uji statistik inferensial dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji kualitas data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. b. Uji Asumsi Klasik Dengan menggunakan metode Multiple Regresi dalam menghitung persamaan regresi, maka dalam analisis regresi tersebut ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar persamaan regresi tersebut valid utnuk digunakan dalam penelitian. Asumsi-asumsi tersebut disebut asumsi klasik. 1) Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). 3) Uji Heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi dengan model regresi linear berganda. Rumus : Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X 3 + β4 X4 + e Keterangan : Y A = Harga Saham = Konstanta 270 β1 β2 β3 β4 X1 X2 X3 X4 e = Koefisien regresi = Arus kas dari aktivitas operasi = Arus kas dari aktivitas investasi = Arus kas dari aktivitas pendanaan = Total arus kas = Error term Defenisi Operasional Variabel 1. Total Arus Kas Total arus kas pada penelitian ini menggunakan total penjumlahan arus kas operasi , arus kas investasi , dan arus kas pendanaan. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal. Rumus : TOTCF = CFO + CFI +CFP Keterangan : TOTCF = Total Arus Kas CFO = Arus Kas Operasional CFI = Arus Kas Investasi CFP = Arus Kas Pendanaan 2. Arus Kas Operasional Arus kas operasi menggunakan selisih antara arus kas operasi masuk dengan arus kas operasi keluar. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal. Rumus : CFO = CFO Masuk – CFO Keluar 3. Arus Kas Investasi Arus kas investasi menggunakan selisih antara arus kas investasi masuk dengan arus kas investasi keluar. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal. Rumus : CFI = CFI Masuk – CFI Keluar 4. Arus Kas Pendanaan Arus kas operasi menggunakan selisih antara arus kas pendanaan masuk dengan arus kas pendanaan keluar. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal. Rumus : CFP = CFP Masuk – CFP Keluar 5. Harga Saham Harga saham merupakan harga penutupan pada saat transaksi dari aktivitas arus kas. Skala pengukuran yang di gunakan adalah nominal. 271 Metode Penelitian H1 HARGA SAHAM ARUS KAS ARUS KAS ARUS KAS TOTAL OPERASIONAL (H2) INVESTASI (H3) PENDANAAN (H4) ARUS KAS (H5) Hipotesis H1: H2: H3: H4: H5: Arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, dan total arus kas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Arus kas dari aktivitas operasional berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Total arus kas berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham HASIL DAN PEMBAHASAN Dari landasan teori yang ada penulis mencoba membuat hipotesis dari penelitian yang dilakukan yaitu : Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) B Std. Error -6.636 4.288 AKO -.001 .001 AKI -.000 AKP Ln_TOTAK a Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF -1.548 .129 -.341 -1.560 .126 .391 2.556 .000 .330 1.442 .156 .356 2.811 -.000 .000 -.098 -.643 .524 .798 1.253 .545 .171 .489 3.181 .003 .790 1.266 a. Dependent Variable: hargsaham 272 Hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa Arus Kas Operasional (AKO) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien regresi untuk variabel Arus Kas Operasional (AKO) sebesar -0,001 dengan nilai signifikan 0,126, dimana nilai signifikannya lebih dari 0,05 . Hal ini berarti Ho2 diterima , dengan kata lain Arus Kas Operasional (AKO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Menurut hasil penelitian, yang menyebabkan terjadinya hasil yang tidak signifikan dikarenakan adanya nilai negatif pada hasil arus kasi dari aktifitas operasi yang merupakan penghasilan utama pendapatan perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan walaupun perusahaan berusaha agar arus kas aktivitas operasi perusahaan meningkat dan tidak bernilai negatif. Hasil penelitian diatas pengujian terhadap variabel arus kas dari aktivitas investasi (AKI) menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel arus kas aktivitas investasi sebesar 0,156, nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0,05. Hal ini berarti Ho3 diterima , sehingga dapat disimpulkan bahwa arus kas aktivitas investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini mengindikasikan bahwa dalam menilai kinerja suatu prospek masa depan, investor menggunakan informasi arus kas aktivitas operasi. Apabila perusahaan mampu dalam menghasilkan modal dari kegiatan operasinya sendiri maka perusahaan akan dapat melakukan ekspansi untuk masa depan perusahaannya. Hasil penelitian diatas dapat diketahui nilai signifikan arus kas dari aktivitas pendanaan (AKP) adalah sebesar 0,524, nilai ini lebih besar dari nilai tingkat signifikan 0,05. Hal ini berarti Ho4 diterima , sehingga arus kas dari aktivitas pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan dapat dikatakan bahwa arus kas dari aktifitas pendanaan (AKP) tidak mempunyai kandungan informasi bagi investor untuk melakukan reaksi terhadap informasi yang akan diterima. Pada dasarnya arus kas pendanaan memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi hak dan kewajiban perusahaan dalam transaksi-transaksi yang termasuk ke dalam arus kas pendanaan, salah satunya adalah kemampuan perusahaan dalam menentukan kapasitas meminjam yang dapat ditanggung oleh perusahaan sehingga perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar hutang dengan bunga dan kewajiban lainnya termasuk membayar deviden kepada investor. Hasil penelitian diatas dapat diketahui nilai signifikan dari total arus kas sebesar 0,03 , nilai ini lebih kecil dari nilai tingkat signifikan 0,05. Hal ini berarti Ha5 diterima, sehingga total arus kas berpengaruh signifikan terhadap harga saham yang berarti jika total arus kas meningkat maka harga saham juga akan meningkat. Y = - 6.636 – 0.001 AKO + 0.000 AKI + 0.000 AKP + 0.545 TOTAK a. Konstanta = -6.636 Artinya : Apabila Arus Kas Operasi (AKO), Arus Kas Investasi (AKI), Aris Kas Pendanaan (AKP) dan Total Arus Kas nilai nya 0, maka nilai Harga Saham adalah sebesar 6.636 b. β1 = - 0.001 Artinya : Apabila Arus Kas Operasi naik 1 satuan, maka nilai Harga Saham akan turun sebesar 0,001. Hal ini disebabkan perusahaan mengalami penurunan penjualan food and beverages dan kemampuan pelanggan perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan serta membayar hutang pada saat jatuh tempo. c. β2 = 0.000 Artinya : Pada Arus Kas Investasi nilai koefisien sebesar 0,000 hal ini menunjukkan tidak ada peningkatan atau penurunan yang terjadi pada Harga Saham. Apabila perusahaan mengalami peningkatan investasi, maka akan mampu memberikan arus kas tambahan bagi perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan 273 membayar atau menerima kas dari penjualan dan pembelian tanah, bangunan, atau surat berharga. d. β3 = 0.000 Artinya : Pada Arus Kas Pendanaan nilai koefisien sebesar 0,000 hal ini menunjukkan tidak ada peningkatan atau penurunan dari aktivitas pendanaan terhadap Harga Saham . Jika perusahaan menghasilkan arus kas pendanaan positif menunjukkan bahwa perusahaan mampu membiayai kewajiban perusahaannya dan perusahaan memiliki strategi untuk mempertahankan arus kas perusahaannya. e. β4 = 0.545 Artinya : Apabila Total Arus Kas naik 1 satuan , maka nilai Harga Saham akan naik sebesar 0.545. Arus kas positif pada total arus kas perusahaan mampu menarik minat investor sehingga investor menanamkan modalnya dan akan mendapatkan keuntungan. b ANOVA Model Sum of Squares df Mean Square 1 Regression 48.276 4 12.069 Residual 195.131 43 4.538 Total 243.407 47 F Sig. 2.660 .045 a a. Predictors: (Constant), ln_TOTAK, AKO, AKP, AKI b. Dependent Varibel : hargasaham Berdasarkan hasil uji-F diatas , dapat dilihat nilai signifikan sebesar 0,045 dimana lebih kecil daripada 0,05 yang menjadi batasan variabel independen dapat berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen. Dari hasil uji-F dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi , arus kas investasi , arus kas pendanaan, dan total arus kas mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel harga saham. b Model Summary Model 1 R .445 Adjusted R Std. Error of the Durbin- Square Estimate Watson R Square a .198 .124 2.13024 2.696 a. Predictors: (Constant), ln_TOTAK, AKO, AKP, AKI b. Dependent Variable: hargasaham Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil analisis regresi diperoleh nilai hitung Durbin Watson sebesar 2,696 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari asumsi autokorelasi dimana tidak adanya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Temuan Penelitian Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa total arus kas berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini merupakan informasi dari arus kas yang mengandung informasi secara keseluruhan sehingga informasi tersebut merupakan informasi untuk arus kas operasional , arus 274 kas investasi , arus kas pendanaan yang dilakukan secara komprehensif. Impilkasi tersebut akan mempengaruhi secara positif terhadap harga saham. Total arus kas mampu memenuhi operasional perusahaan dalam jangka pendek dan menengah. Arus kas yang positif juga mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dan sebaliknya investor akan mendapatkan return, seperti deviden dan capital gain, sehingga arus kas mampu untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Hasil penelitian mendukung hasil riset Meythi (2006) yang menyatakan bahwa arus kas opersional tidak berpengaruh positif terhadap harga saham , pada arus kas investasi penelitian ini mendukung hasil riset dari Agung Taufik Hidayat (2008) yang menyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham , dan pada penelitian arus kas pendanaan hasil penelitian ini mendukung hasil riset dari Agung Taufik Hidayat (2008) menyatakan bahwa tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. KESIMPULAN 1. Pengujian secara silmultan (H1) menunjukkan bahwa variabel AKO, AKI, AKP, dan Total Arus Kas berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham. 2. Variabel arus kas operasional (H2) menunjukkan hasil tidak signifikan terhadap harga saham atau terima H02 , karena memiliki pengaruh negatif yang dapat dilihat dari koefisien regresinya. 3. Variabel arus kas investasi (H3) menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh signifikan terhadap harga saham yang dapat dilihat dari nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan 0,05 atau terima H03. 4. Variabel arus kas pendanaan (H4) menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh signifikan terhadap harga saham atau terima H04 5. Variabel total arus kas (H5) menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap harga saham atau terima Ha5. Dengan begitu semakin meningkatnya total arus kas maka harga saham akan mengalami kenaikan juga serta mampu memberikan informasi kepada investor. 6. Hipotesis yang didukung adalah H1 dan H5 atau pengujian secara simultan dan Total Arus Kas , tetapi menolak Arus Kas Operasional , Arus Kas Investasi dan Arus Kas Pendanaan yang merupakan hasil dari riset Meythi (2006) dan Agung Taufik Hidayat (2008). Hasil penelitian mendukung teori signaling yang bertujuan untuk memberikan sinyal dan informasi. SARAN 1. Bagi perusahaan diharapkan agar meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat bertahan dan aktif dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan memberikan inovasi dan kreativitas perusahaan agar daoat menarik investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan yang bersangkutan, serta mempbulikasikan laporan arus kas dimedia cetak sehingga informasi yang akan diperoleh pemakai mudah didapat. 2. Bagi investor sebaiknya sebelum berinvestasi memperhatikan informasi dalam laporan keuangan khususnya laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan. 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan perluasan penelitian mengingat pentingnya informasi yang terkandung dalam laporan keuangan misalnya dapat memasukkan variabel rasio keuangan, resiko perusahaan, dan faktor-faktor ekonomi yang dapat memperngaruhi harga saham. 275 UCAPAN TERIMA KASIH Tidak lupa pula ucapan terimakasih untuk semua pihak yang telah banyak mendukung dalam segala hal mulai dari spirit, bimbingan, arahan, segala bentuk prosedur yang tidak menyulitkan hingga semua akomodasi dan dana yang berhubungan dengan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr.Ir. Arief Kusuma, AP. MBA , selaku Rektor Universitas Esa Unggul. 2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul dan juga pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, membukakan pemikirannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi Universitas Esa Unggul. 4. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 5. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Agus Syafrianto dan Rosindah Sinambela yang telah memberikan kepercayaan dan doa serta kasih sayang yang penuh secara moril dan materil bagi penulis. 6. Adik-adik saya tercinta Ari Wiyoga dan Ryan Tri Pamungkas yang telah memberikan perhatian dan doa. DAFTAR PUSTAKA Daniati, N, Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham, Simposium Nasional Akuntansi 9 (Padang), K-AKPM 21, 2006 Hidayat, A. Taufik, Analisis Pengaruh Arus Kas, Komponen Arus Kas, Dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang,2008 Meythi, 2006, Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening, Simposium Nasional Akuntansi 9 (Padang), K-AKPM 01, 2006 Rachim, A. S., 2004, Studi Empiris Terhadap Hubungan Kandungan Informasi Laba Akuntansi, Arus Dana, Dan Arus Kas Dengan Return Saham Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Vol. 4, 2004 Susanto, S., Relevansi Nilai Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi 9 (Padang), K-AKPM 26, 2006 276 CURRENT RATIO DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Ria Andriyani Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel current ratio dan net profit margin terhadap harga saham. Subjek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 sampai dengan 2010 yang dijadikan sampel penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis menggunakan uji-t secara parsial, uji-F secara simultan dengan level of significance 5% dan uji koefisien determinasi. Kata kunci: Current Ratio, Net Profit Margin, Harga Saham. PENDAHULUAN Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat perkembangannya sehingga menjadi alternatif yang disukai perusahaan untuk mencari dana. Perkembangan bursa efek disamping dilihat dengan semakin banyaknya anggota bursa juga dapat dilihat dari perubahan harga saham yang diperdagangkan. Perubahan harga saham dapat memberi petunjuk tentang kegairahan dan kelesuan aktivitas pasar modal serta pemodal dalam melakukan transaksi jual beli saham. Saham (stock) telah menjadi alternatif yang menarik bagi investor untuk dijadikan sebagai objek investasi mereka dan merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Saham telah menambah pilihan bagi investor lokal, yang sebelumnya hanya menginvestasikan uangnya di lembaga perbankan. Pada umumnya ekspektasi dari para investor melakukan investasi saham adalah untuk memperoleh capital gain ataupun dividen. Evaluasi kinerja keuangan merupakan salah satu alternatif bagi investor agar lebih teliti dalam mengetahui saat yang tepat untuk menjual atau membeli saham. Rasio-rasio yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, seperti rasio likuiditas salah satunya current ratio (CR), dan rasio profitabilitas salah satunya net profit margin (NPM), sering kali dijadikan tolak ukur bagi para investor dalam menentukan investasi saham. Sektor yang dianggap bisa bertahan dalam terjangan krisis global adalah sektor konsumsi terutama Industri makanan dan minuman. Alasanya, sejak krisis global yang terjadi pada pertengahan 2008, hanya industri makanan dan minuman yang dapat bertahan. Dengan tidak terpengaruhnya industri makanan dan minuman terhadap krisis global yang terjadi maka saham 277 pada kelompok perusahaan makanan dan minuman ini lebih banyak menarik minat investor karena tingkat konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Selain itu Salah satu barang kebutuhan konsumsi yang paling penting adalah makanan dan minuman yang merupakan salah satu penyetor pajak besar di Indonesia. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapat dibuat perumusan masalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh current ratio (CR) dan net profit margin (NPM) secara parsial terhadap harga saham? 2. Bagaimana pengaruh current ratio (CR) dan net profit margin (NPM) secara simultan terhadap harga saham? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap harga saham. 2. Untuk mengetahui pengaruh net profit margin terhadap harga saham. 3. Untuk mengetahui pengaruh current ratio dan net profit margin terhadap harga saham. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder (secondary data) yaitu data yang diambil dari publikasi yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Analisis regresi berganda adalah analisis mengenai beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Dalam penelitian ini, akan dianalisis mengenai pengaruh current ratio dan net profit margin terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional yang perlu diketahui yaitu variabel independen dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR) yaitu, rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek dan Net Profit Margin (NPM) yaitu, rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penutupan tiap akhir tahun per tanggal 31 Desember (Closing Price) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut pada tahun 2008, 2009 dan 2010. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Kualitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CR N Normal Parameters a Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 45 2.0002E2 1.37098E2 .261 .261 -.183 1.748 .004 NPM 45 7.2742 6.24475 .245 .245 -.149 1.643 .009 HS 45 1.70E4 5.119E4 .416 .416 -.370 2.788 .000 278 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa data variabel yang diuji tidak dapat terdistribusi secara normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0.05. Untuk mengubah nilai residual agar berditribusi normal, maka penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln). Dari CR menjadi Ln_CR, dari NPM menjadi Ln_NPM, dan HS menjadi Ln_HS. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LN_CR N LN_NPM LN_HS 45 45 45 Mean 5.1474 1.6503 7.0257 Std. Deviation .51382 .86011 2.23380 Absolute .133 .112 .113 Positive .133 .098 .113 Negative -.071 -.112 -.082 Kolmogorov-Smirnov Z .892 .753 .758 Asymp. Sig. (2-tailed) .404 .622 .614 Normal Parameters a Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa data variabel yang diuji terdistribusi secara normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0.05. 2. Uji Asumsi Klasik (Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heterokedastisitas) Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) .909 2.314 Ln_CR .560 .436 1.961 .261 Ln_NPM a. Dependent Variable: Ln_HS a Beta Collinearity Statistics T Sig. Tolerance VIF .393 .696 .129 1.283 .206 .998 1.002 .755 7.526 .000 .998 1.002 279 Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa angka tolerance pada variabel Ln_CR dan Ln_NPM > 0,10 dan VIF-nya < 10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel penelitian adalah bebas dari multikolinearitas. Dari titik-titik data menyebar secara acak diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, titik-titik data tidak menyebar hanya diatas atau dibawah saja, penyebaran titik-titik tidak berpola. Hal ini mengidentifikasikan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas di dalam model regresi. b Model Summary Model 1 R R Square .760 a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .578 .558 Durbin-Watson 1.48497 1.408 a. Predictors: (Constant), Ln_NPM, Ln_CR b. Dependent Variable: Ln_HS Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,408. Dengan asil DW berada di antara -2 sampai +2 berarti dapat disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi. Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) .909 2.314 Ln_CR .560 .436 1.961 .261 Ln_NPM a. Dependent Variable: Ln_HS a Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF .393 .696 .129 1.283 .206 .998 1.002 .755 7.526 .000 .998 1.002 280 3. Pengujian Hipotesis Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen memiliki pengaruh secara individual atau secara parsial terhadap variabel dependen. Dimana derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa variabelvariabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa Current Ratio (X1) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,206. Nilai signifikan lebih besar dari nilai profitabilitas 0,05, maka H01 diterima dan Ha1 ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Current Ratio (X1) terhadap Harga Saham (Y). Current ratio merupakan rasio likuiditas dimana para kreditor mengukur operasi perusahaan dengan melihat apakah aktiva lancar perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya saat kewajiban jangka pendek ini segera ditagih atau saat jatuh tempo. Karena semakin tinggi current ratio maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya. Maka para kreditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan pinjaman bagi perusahaan. Tapi untuk para investor current ratio tidak memiliki pengaruh dikarenakan invstor hanya melihat pada kegiatan usaha perusahaan tanpa melihat likuditas perusahaan. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa Net Profit Margin (X2) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai profitabilitas 0,05, maka Ha1 diterima dan H01 ditolak. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Net Profit Margin (X2) terhadap Harga Saham (Y). Dapat dilihat bahwa Net Profit Margin memiliki pengaruh yang signifikan, para investor dapat melihat dari laporan keuangan yang dimana nilai dari laba bersih dan penjualan dapat menjadi salah satu faktor para investor dalam menuntukan perusahaan mana yang sahamnya dapat memberikan prospek kepada mereka para investor. Net Profit Margin juga membatu para investor dalam menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen memiliki pengaruh secara besama-sama atau secara simultan terhadap variabel dependen. Dimana derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa variabel-variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Secara bersama-sama laporan keuangan ini memiliki pengaruh bagi para pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda-beda, jadi secara simultan current ratio dan net profit margin memiliki informasi yang dibutuhkan bagi semua pengguna informasi bukan hanya untuk investor atau penanam modal saja. b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total Df Mean Square 126.937 2 63.468 92.616 42 2.205 219.553 44 F 28.782 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant), Ln_NPM, Ln_CR b. Dependent Variable: Ln_HS Pengujian secara simultan (X1) dan (X2) terhadap (Y). Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai profitabilitas 0,05, maka Ha1 diterima dan H01 ditolak. Berarti terdapat pengaruh secara simultan antara Current Ratio (X1) dan Net Profit Margin (X2) terhadap Harga Saham (Y). 281 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Current Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Net Profit Margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Untuk para investor net profit margin memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan apakah investor akan membeli, menahan ataupun menjual saham. Dalam hal ini investor ingin mendapatkan deviden dari laba yang dimiliki perusahaan dan mendapatkan capital gain dari selisih positif harga beli dan harga jual saham. Investor ingin mendapatkan profit sehingga current ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam keinginan investor yang ingin mendapatkan profit. 2. Current Ratio dan Net Profit Margin secara besama-sama atau secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Karena secara bersama-sama laporan keuangan dapat memberikan informasi bagi semua pengguna informasi dalam hal ini tidak hanya para penanam modal saja (investor) tapi juga para kreditor, masyarakat, dll. Sehingga informasi tersebut dapat digunakan juga oleh pihak lain yang membutuhkan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi.Terdapat pengaruh yang signifikan antara Value Added Capital Employed (VACE) dan Value Added Human Capital (VAHC) secara bersamaan terhadap Kinerja Perbankan (PBV). Hal ini didukung dengan hasil uji F (simultan) dimana terdapat pengaruh yang signifikan, yang artinya Ha1 diterima. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya (berwujud dan tak berwujud) secara maksimal mampu meningkatkan nilai perbankan. Saran 1. Bagi perusahaan, agar lebih memperhatikan faktor fundamental perusahaan, yang pada penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Current Ratio dan Net Profit Margin). Karena perubahan Current Ratio dan Net Profit Margin mempunyai pengaruh yang positif terhadap Harga Saham. 2. Bagi investor faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan sebaiknya mendapatkan perhatian sebelum mengambil keputusan investasi. Sehingga tidak hanya rasio keuangan seperti Current Ratio dan Net Profit Margin, tetapi juga dapat menggunakan rasio-rasio lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan kinerja perusahaan. Seperti Quick ratio, Laverage, Institutional Ownership, Kepemilikan manajerial. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menilai rasio keuangan lainnya yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan seperti ROA, ROI, EPS, deviden, dll. Serta disarankan untuk menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang agar hasil penelitian yang didapat bisa lebih akurat dan signifikan. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas membantu selama proses penyusunan penelitian ini baik secara moril dan materil. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. 282 2. Bapak Dr. M. F Arrozi Adhikara, SE., AK., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. 3. Bapak Dr. M. F Arrozi Adhikara, SE., AK., MSi selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. 4. Bapak Drs. Djufri Rivai, Ak., MM selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan peneliti motivasi, pengarahan dan bimbingannya. 5. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung, mendoakan, membantu Peneliti dalam penyusunan penelitian. Semoga semua budi baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Tak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, untuk itu peneliti menyadari betapa penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masih ditemukan kekurangan dan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan tersebut. Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyajian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Suharyadi dan Purwarto S.K. 2009. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia Wahid, Sulaiman. 2004. Analisis Regresi Dengan menggunakan SPSS: Contoh Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta: Andi Weston J, Eugene Brigham. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, jilid satu. Jakarta: Salemba Empat. Widoatmodjo, Sawidji. 1996. Teknik Memetik Keuntungan di Pasar Bursa Efek. Jakarta: Rineka Cipta 283 TINDAKAN PERATAAN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR & KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Seli Yuspianti Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Penelitian dilakukan pada Industri Dasar & Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada tindakan praktek perataan laba yang dilakukan oleh Industri Dasar & Kimia, dan apakah praktek perataan laba mempunyai pengaruh terhadap variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Operasi. Perataan laba dapat dilihat dari nilai index Eckel dimana jika nilai koefisien nilai penjualannya lebih besar daripada koefisien labanya maka terindikasi adanya melakukan perataan laba. Ukuran perusahaan diwakilkan dengan total aktiva, Profitabilitas dengan Net Profit Margin dan Leverage Operasi diwakilkan dengan Total Beban Operasi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 32 perusahaan Industri Dasar & Kimia yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2010. Metode yang digunakan adalah Sampling Jenuh, jenis data adalah data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan. Hasil penelitian ini berdasarkan uji Omnibus Tests of Model Coeficcients menunjukan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan berdasarkan uji Wald secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Kata Kunci :Perataan Laba, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi. PENDAHULUAN Tindakan perataan laba ini merupakan fenomena yang umum dan dilakukan dibanyak negara. Namun demikian, praktek perataan laba ini. Jika dilakukan dengan sengaja dan dibuatbuat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat dan memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan resiko dari portofolio mereka. Sehingga mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal. Menurut penelitian Edy Suwito1 yang menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi terhadap praktek perataan laba pada perusahaan industri dan terdapat indikasi dilakukannya tindakan perataan laba pada perusahaan industri yang terdaftar di BEI pada tahun 2000-2002. Dan di penelitian ini terdapat indikasi dilakukannya tindakan perataan laba oleh perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Illmainir 1993. Menurut Ahmad Elqorni2 teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktek bisnis perusahaan yang 284 dipakai selama ini. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (Principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (Agensi) yaitu manajer dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ―nexus of contract‖. Teori signaling (Teori Sinyal) menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah biasa dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa. Menurut Belkaoui perataan laba (Income Smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periodeperiode yang kurang menguntungkan. Perataan Laba telah banyak menjadi topik penelitian dan telah dideteksi dalam beberapa tingkat antar sample yang berbeda. Dan dalam penelitian terdapat hal yang tidak konsisten, penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba merupakan salah satu hal yang cukup menarik. Alasan memilih perusahaan Industri Dasar & Kimia, karena perusahaan ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk jangka panjang. Seperti, pada bidang kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, properti dan perdagangan. Dan perusahaan ini mempunyai tujuan yang jelas untuk kedepannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi mempunyai pengaruh yang signifikan secara (parsial) dan (simultan) terhadap perataan laba pada Industri Dasar & Kimia. Manfaat yang terdapat dalam penelitian ini adalah penelitian ini kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan agar dalam melakukan tindakan perataan laba tidak pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan khususnya berkaitan dengan informasi laba. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia Jl.Jendral Sudirman Kav.52-53, Jakarta Pusat. Dan penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan selesai. Metode Pengumpulan Data 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dengan mengumpulkan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai landasan teori dari buku-buku dan literatur, serta sumber lain dalam menggunakan riset kepustakaan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan penulisan penelitian ini. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Data sekunder yang digunakan dalam penelitian kualitatif berupa daftar perusahaan Industry dasar & Kimia yang terdapat di BEI periode 2007-2010 yang juga melalui website www.idx.co.id, sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian kuantitatif berupa data laporan keuangan yang diperoleh dari prospectus perusahaan Industri dasar & Kimia yang terdaftar di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEI, dan sumber lain yang diperlukan. 285 Jenis Data 1. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, gambaran data yang dikumpulkan berupa dokumen – dokumen dari perpustakaan, majalah, dan jurnal akuntansi. Data kualitatif yang didapat oleh penulis berupa uraian mengenai sejarah singkat Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Data Kuantitatif adalah data dan informasi yang disusun dalam bentuk angka dan dianalisis dengan menggunakan cara perhitungan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan dalam Industri dasar & Kimia pada tahun 2007 sampai dengan 2010 yang telah diaudit. Metode Analisis Data Metode Uji Analisis Deskriptif Pengujian yang dilakukan dengan cara menjabarkan atau mendeskripsikan hubungan antara variabel independen dengan dependen. Bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh antara variabel independen dengan dependen. 1. Uji Persyaratan Analisis Uji Normalitas Data, Bertujuan untuk menguji apakah data dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data yang normal atau yang mendekati normal. Deteksi normalitas yaitu data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. 2. Uji asumsi Klasik Uji Multikolinearitas, Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Jika nilai korelasi antar variabel bebas di bawah 0,8 maka dapat dikatakan tidak adanya gejala multikolinearitas antar variabel bebas. Uji Autokorelasi, terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka 2, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya. 3. Uji hipotesis a. Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji simultan) Omnibus Tests of Model Coefficients dapat dilihat di bawah nilai chi-square goodnessof-fit test untuk menguji apakah dengan memasukkan variabel independen ke dalam model akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistic. Dasar pengambilan keputusan: - Jika P-value > α (5%), maka Ha diterima - Jika P-value ≤ α (5%), maka Ha ditolak b. Uji Wald (Uji parsial) Untuk menguji apakah masing – masing koefisien regresi logistik signifikan maka digunakan uji Wald. Uji Wald sama dengan kuadrat dari rasio koefisien regresi logistik B dan standard error S. E. Uji Wald dapat dilihat dari bawah tabel Variables in The Equation. Dasar pengambilan keputusan: - Jika P-value > α (5%), maka Ha ditolak - Jika P-value ≤ α (5%), maka Ha diterima Metode statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis yaitu binary logistic regression yaitu jika variabel dependen merupakan variabel dummy yang berskala nominal sementara variabel independennya dapat berskala nominal, interval, dan rasio. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Ln = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e 286 Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Perusahaan Industri Dasar & Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010. Dan metode pemilihan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu sampel diambil berdasarkan jumlah semua populasi yang terdapat pada obyek penelitian. Menurut data yang didapat jumlah Industri dasar & Kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007 sebanyak 8 perusahaan, pada tahun 2008 sebanyak 8 perusahaan, pada tahun 2009 sebanyak 8 perusahaan dan tahun 2010 sebanyak 8 perusahaan sehingga total terdapat 32 perusahaan. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu sampel diambil berdasarkan jumlah semua populasi yang terdapat pada obyek penelitian. Definisi Operasional Variabel 1. Ukuran perusahaan Di dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diwakilkan oleh total aset atau total aktiva. Total aktiva adalah jumlah keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. 2. Profitabilitas Rasio profitabilitas atau kemampuan perusahaan menghasilkan laba diwakilkan oleh besarnya Net Profit Margin (NPM), yaitu besarnya laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. 3. Leverage Operasi Rasio leverage operasi perusahaan diwakilkan oleh besarnya total biaya operasi perusahaan. 4. Perataan Laba (Income Smoothing) Pada penelitian ini, perataan laba menjadi variabel dependen diwakilkan dengan Indeks Eckel. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha1 : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Operasi secara Signifikan berpengaruh terhadap tindakan perataan Laba (Income smoothing) pada perusahaan Industry dasar & Kimia Secara parsial. Ha2 : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Operasi secara Signifikan berpengaruh terhadap tindakan Perataan laba (Income Smoothing) pada perusahaan industry dasar & Kimia secara Simultan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif dengan sampel sebanyak 8 perusahaan peneliti menemukan tindakan perataan laba, seperti tabel berikut : Tabel 1 Klasifikasi Indeks Eckel Status 2007 Perataan 2 Laba Bukan 6 Perataan Laba Sumber : Data diolah. 2008 2009 2010 6 5 0 Persentase (%) 40.625 % 2 3 8 59.375 % 287 Menurut tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 8 perusahaan yang dijadikan sampel. Terdapat perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, Industri dasar & Kimia terdapat 13 perusahaan yang melakukan perataan laba atau 40.625 %. Dan perusahaan yang bukan perataan laba terdapat 19 perusahaan atau 59.375 %. Praktek perataan laba meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2008, hal ini disebabkan karena efek ekonomi global pada saat itu mendorong perusahaan untuk tetap menjaga variabilitas labanya agar terlihat normal dan baik di mata investor. Tabel 2 Deskriptif Statistik Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N PL .4375 .50402 32 UP 20.5938 4.07082 32 Profit 32.6303 83.07882 32 Leverage 18.7188 4.67826 32 Berdasarkan Tabel 2 diatas sesuai variabel masing-masing diperoleh hasil yaitu Ukuran Perusahaan mendapatkan hasil 20.5938 yang artinya perusahaan Industri Dasar & Kimia ratarata memiliki ukuran perusahaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan PT. Intan Wijaya, Tbk. Untuk Profitabilitas perusahaan mendapatkan hasil 32.6303 yang artinya perusahaan memiliki kinerja yang baik untuk meningkatkan profitabilitasnya. Dan untuk Leverage Operasi perusahaan mendapatkan nilai 18.7188 yang artinya perusahaan mempunyai Leverage Operasi yang tinggi jika dibandingkan dengan PT. Intan Wijaya,Tbk. Uji Normalitas Data 288 Hasil perhitungan data yang diperoleh menjadi kurang normal yaitu mendekati garis normal. Hal ini disebabkan oleh ketidaksamaan dari Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Operasi yang besar dari masing-masing perusahaan terutama antara perusahaan besar dan kecil, sehingga data dapat dikatakan normal. Uji Multikolinearitas Tabel 3 Uji Multikolinearitas Correlation Matrix Constant UP Profit Leverage Step 1 Constant 1.000 -.846 -.804 -.885 UP Profit Leverage -.846 -.804 -.885 1.000 .675 .718 .675 1.000 .700 .718 .700 1.000 Dari hasil penelitian menggunakan matrik korelasi menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas pada variabel ukuran perusahaan dan leverage operasi. Nilainya 0,718 artinya dibawah 0,8 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Uji Autokorelasi Tabel 4 Uji Autokorelasi Model Summaryb Mode l 1 R .362a Change Statistics Std. Error R Adjusted of the R Square F Sig. F DurbinSquare R Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson .131 .038 .49431 .131 1.410 3 28 .261 1.190 Dari hasil perhitungan Durbin Watson memiliki nilai sebesar 1.190 yang artinya mendekati angka 2 sehingga tidak terjadi autokorelasi. Karena data yang diambil merupakan data sekunder yang tidak memiliki kaitan yang kuat antar dua data yang diambil. Uji Hipotesis 1. Uji Omnibus Tests of Model Coeficcients (Uji Simultan) H01 : Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi Secara Signifikan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba secara parsial. Ha1 : Ukuran persahaan, profitabilitas, dan leverage operasi secara Signifikan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba secara simultan. 289 Tabel 5 Uji Omnibus Tests of Model Coeficcients Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 Df Sig. Step 9.488 3 .023 Block Model 9.488 9.488 3 3 .023 .023 Dari hasil uji probabilitas sebesar 0,023 yang diperoleh berarti hasilnya dibawah 0,05 sehingga variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Operasi secara signifikan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba secara simultan. 2. Uji Wald (Uji Parsial) Tabel 6 Uji Wald (uji t) Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a UP Profit Levera ge Consta nt S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper -.016 -.006 .009 2.726 .007 .662 1 1 .099 .416 .985 .994 .967 1.003 .980 1.008 -.016 .012 1.799 1 .180 .984 .962 1.007 2.642 1.767 2.236 1 .135 14.048 a. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba Hipotesis : H01 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Sesuai tabel 6 hasil dari ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan sebesar 0,099 yang berarti diatas nilai signifikan 0,05. Maka disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perataan laba atau Ha ditolak dan H0 diterima. b. Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba Hipotesis : H02 : Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Ha2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. 290 Sesuai tabel 6 dari profitabilitas memiliki nilai signifikan sebesar 0,416 yang berarti diatas nilai signifikan 0,05. Maka disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha ditolak dan H0 diterima. c. Pengaruh leverage operasi terhadap perataan laba Hipotesis : H03 : Leverage operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba Ha3 : Leverage operasi berpengaruh signifikan terhadap perataan laba Sesuai tabel 6 dari leverage operasi memiliki nilai signifikan ukuran perusahaan sebesar 0,180 yang berarti diatas nilai signifikan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa leverage operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba atau Ha ditolak dan H0 diterima. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi, terhadap perataan laba secara bersama – sama (simultan), hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian Omnibus Tests of Model Coeficcients yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan atau Ha1 diterima. 2. Sedangkan uji Wald (parsial) tidak terdapat pengaruh pada ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi terhadap perataan laba. SARAN 1. Untuk industri, sebaiknya tidak melakukan praktek perataan laba dan laporan keuangan hendaknya disajikan secara wajar. 2. Bagi investor, perataan laba merupakan tindakan yang tidak semestinya (disfunctional behavior) yang merupakan upaya manajemen untuk membuat laporan keuangan menjadi lebih ―cantik‖ dengan melaporkan variabilitas laba yang sudah diperbagus. Hal – hal yang bersifat kuantitatif seperti ini dapat menimbulkan keresahan bagi investor. Akibat fluktuasi laba yang diratakan dapat membuat informasi keuangan yang seharusnya didapatkan investor menjadi kurang bisa dipercaya. Karena itu, harus lebih diperhatikan oleh investor dalam upaya pengambilan keputusan investasi pada sebuah perusahaan agar hasil portofolio investor benar – benar mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. 3. Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya, diharapkan pada penelitian selanjutnya digunakan jumlah sampel penelitian yang lebih banyak, dengan rentang waktu yang lebih lama, dan penambahan variabel – variabel lain yang mempengaruhi praktek perataan laba. Sehingga hasil penelitian selanjutnya akan menghasilkan penelitian yang lebih akurat. 4. Pada penelitian selanjutnya, dibahas teori – teori lain yang berhubungan dengan perataan laba secara lebih mendalam seperti teori kontrak (Contracting Theory), teori debt covenant dan teori–teori lain. Hal ini bertujuan agar ada landasan teori lain yang kuat untuk mendukung penelitian selanjutnya. UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya penelitian ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penuh rasa hormat kepada: 1. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. 291 2. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,AK.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. 3. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak.MM, selaku ketua program studi akuntansi Universitas Esa Unggul. 4. Ibu Sri Handayani, SE.MM, selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, membimbing dan pengarahan yang sangat berharga sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini. 5. Kepada dosen fakultas ekonomi universitas Esa Unggul yang telah mendidik membekali ilmu pengetahuan, memberikan inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu. 6. Kepada orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ilmiah ini dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Edy Suwito dan Arleen Herawaty, Jurnal Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 2005 Elqorni, mengenal Teori Keagenan, 26 februari 2009, http: // elqorni.wordpresss.com Mursalim,SE,MSi,Akt. Jurnal Income Smoothing dan motivasi Investor : Studi Empiris pada Investor yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 2005. Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Stice, Stice dan Skousen, Intermediate Accounting, Edisi 16, Salemba Empat, Jakarta, 2009. 292 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT WAJIB PAJAK UNTUK PATUH TERHADAP PPH BADAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR KABUPATEN TANGERANG Ruben Suherman Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul ( UEU ) Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat negara tersebut. Pada penelitian ini penulis memiliki beberapa motivasi untuk melakukan penelitian ini yaitu faktor yang mempengaruhi kepatuhan perpajakan karena profitabilitas akan menekan perusahaan untuk melaporkan pajaknya, niat untuk patuh terhadap pajak sangat dipengaruhi banyak faktor dari lingkungan internal wajib pajak, masih banyaknya wajib pajak yang mengecilkan pajak yang seharusnya dibayar, dan rendahnya tingkat kepercayaan wajib pajak terhadap pajak yang dibayarkan kepada pemerintah.Penulis mengadakan pembahasan terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Niat Wajib Pajak Untuk Patuh Terhadap pph Badan Pada Perusahaan Manufaktur Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan analisis Uji Reliabilitas, Uji Validitas, dan Uji Asumsi Klasik. Dari hasil penelitian berdasarkan pengolahan kuesioner dan beberapa uji data terhadap para perusahaan manufaktur kabupaten Tangerang,terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap untuk kepatuhan, norma subyektif , kewajiban moral, persepsi tentang iklim keorganisasian terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fasilitas perusahaan terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden percaya bahwa pajak yang sudah dibayarkan benar-benar digunakan untuk pembangunan, dan konsultan pajak mendorong mereka untuk patuh, serta merespon bahwa ketika mereka melanggar, maka mereka merasa melakukan tindakan yang tidak beretika. Namun fasilitas perusahaan seperti jumlah tax profesional yang cukup, perpustakaan dan sistem informasi tidak mendorong mereka untuk patuh. Dan dari hasil penelitian ini mendukung Teori Research Action, yang menyatakan kinerja individu dari perilaku yang telah ditetapkan akan ditentukan oleh maksud dari tindakan yang akan dilakukan dan tujuan perilaku secara bersama-sama ditentukan oleh sikap individu dan norma-norma subjektif Keyword : Niat Wajib Pajak, Norma Subyektif, Kewajiban Moral, Fasilitas Perusahaan, Iklim Organisasi, Pph Badan, Perusahaan Manufaktur Kabupaten Tangerang. 293 PENDAHULUAN Pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat negara tersebut. Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya wajib pajak badan. Motivasi penelitian ini penting karena pertama, hasil penelitian mengenai niat untuk berperilaku patuh tidak konsisten, Kedua, niat untuk patuh terhadap pajak sangat dipengaruhi banyak faktor dari lingkungan internal wajib pajak. Ketiga, masih banyaknya wajib pajak yang mengecilkan pajak yang seharusnya dibayar. Keempat, rendahnya tingkat kepercayaan wajib pajak terhadap pajak yang dibayarkan kepada pemerintah. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perumusan masalah dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah untuk sikap kepatuhan, norma subjektif, kewajiban moral, persepsi tentang fasilitas perusahaan, persepsi tentang iklim organisasi, mempengaruhi niat wajib pajak untuk patuh secara simultan? 2. Apakah sikap untuk kepatuhan wajib pajak mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan? 3. Apakah norma subyektif mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan? 4. Apakah kewajiban moral mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan? 5. Apakah persepsi tentang fasilitas perusahaan mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan? 6. Apakah persepsi tentang iklim organisasi mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis sikap kepatuhan wajib pajak, norma subjektif, kewajiban moral, persepsi tentang fasilitas perusahaan, persepsi tentang iklim organisasi secara simultan. 2. Menganalisis sikap untuk kepatuhan wajib pajak mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. 3. Menganalisis norma subyektif mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. 4. Menganalisis kewajiban moral mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. 5. Menganalisis persepsi tentang fasilitas perusahaan mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. 6. Menganalisis persepsi tentang iklim organisasi mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. METODE PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di perusahaan-perusahaan manufaktur yang berada didaerah kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dilakukan dilakukan dengan data dan informasi yang Peneliti kumpulkan sejak Januari 2012 sampai dengan Februari 2012. 294 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data diperoleh secara langsung dari sumber aslinya dan tidak melalui media perantara. Data diperoleh dari jawaban para tax professional yaitu jawaban terhadap serangkaian pertanyaan kuesioner yang diajukan dari peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh tax professional yang bekerja di perusahaan industri manufaktur kelas menengah dan besar yang ada di Kabupaten Tangerang, dan diambil dari Departemen perindustrian dan Perdagangan kabupaten Tangerang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik simple random. Jumlah sampel yang diambil dari populasi menggunakan Teknik Slovin. Rumus Sampel adalah sebagai berikut: N n = -----------------1 + N (e)2 Dalam penelitian ini responden yang menjadi sampel adalah tax professional yang termasuk populasi penelitian dengan kriteria: (1) Telah menjabat minimal 1 tahun, dan (2) Pernah mengisi SPT. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh fakta mengenai variabel yang diteliti dan untuk mengungkap fakta aktual tersebut peneliti menggunakan kuesioner. Kuesioner penelitian ini disebarkan ke beberapa perusahaan industri manufaktur kelas menengah dan besar di Kabupaten Tangerang. Responden akan menilai setiap pernyataan dengan menggunakan skala Likert 5 poin, dari persepsi responden bahwa responden sangat tidak setuju/sangat tidak dipertimbangkan sampai dengan sangat setuju/sangat. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini. Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian (sikap, norma subyektif, kewajiban moral, persepri tentang fasilitas perusahaan, persepsi tentang iklim organisasi, dan niat untuk kepatuhan pajak) disajikan dalam tabel statistik deskriptif yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan sesungguhnya, rata-rata standar deviasi dapat dilihat pada tabel 1.1. Pada tabel tersebut disajikan kisaran teoritis yang merupakan kisaran atas bobot jawaban yang secara teoritis didesain dalam kuesioner dan kisaran sesungguhnya yaitu nilai terendah sampai nilai tertinggi atas bobot jawaban responden yang sesungguhnya. 295 Tabel 1.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel SK NS KM FP IO KP Teoritis Sesungguhnya Kisaran Mean Kisaran Mean SD 4 s/d 20 4 s/d 20 3 s/d 15 3 s/d 15 5 s/d 25 3 s/d 15 10 s/d 19 10 s/d 19 10 s/d 15 9 s/d 15 15 s/d 23 9 s/d 13 13,93 14,04 11,82 12,16 18,65 10,88 2,470 2,126 1,476 1,689 2,508 1,204 12 12 9 9 15 9 Mean 3,48 3,51 3,94 4,05 3,73 4,87 Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Berdasarkan tabel 1.1 variabel Sikap mempunyai kisaran teoritis dengan bobot kisaran 4 sampai dengan 20 dengan rata-rata sebesar 12. Pada kisaran sesungguhnya variabel Sikap mempunyai bobot jawaban antara 10 sampai dengan 19, rata-rata (Mean) sebesar 3,48 dan standar deviasi sebesar 2,470. Nilai rata-rata jawaban responden terhadap item pertanyaan konstruk Sikap kisaran sesungguhnya diatas rata-rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa Sikap terhadap kepatuhan pajak pada responden PPh Badan sangat tinggi dan baik. Variabel Norma Subyektif mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 4 sampai dengan 20 dengan rata-rata 12. Pada kisaran sesungguhnya, jawaban responden mempunyai bobot antara 10 sampai dengan 19, rata-rata jawaban sebesar 3,51 dengan standar deviasi 2,126. Nilai rata-rata sesungguhnya (3,51) lebih besar dari pada rata-rata teoritis (12) dengan standar deviasi yang 2,126 menunjukkan jawaban responden mempunyai variasi yang tinggi dan disimpulkan bahwa Norma Subyektif terhadap kepatuhan pajak pada responden PPh Badan sangat tinggi dan baik Kisaran teoritis variabel kewajiban moral antara 3 sampai dengan 15 dengan rata-rata 9. Jawaban responden pada kisaran sesungguhnya antara 10 sampai dengan 15, dengan rata-rata 3,94 dan standar deviasi 1,476. Rata-rata sesungguhnya jawaban responden atas variabel kewajiban moral di atas rata-rata teoritis, hal ini menggambarkan responden penelitian memiliki kewajiban moral yang baik Variabel Fasilitas Perusahaan mempunyai kisaran teoritis jawaban antara 3 sampai dengan 15 dengan rata-rata 9. Sedangkan sesungguhnya, kisaran bobot jawaban responden antara 9 sampai dengan 15, besarnya rata-rata adalah 4,05 dengan standar deviasi 1,689. Dapat dikatakan responden penelitian memanfaatkan fasilitas dengan baik. Variabel Iklim Organisasi mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 5 sampai dengan 25 dengan rata-rata 15. Pada kisaran sesungguhnya, jawaban responden mempunyai bobot antara 15 sampai dengan 23, rata-rata jawaban sebesar 3,73 dengan standar deviasi 1,201. Nilai rata-rata sesungguhnya lebih besar dari pada rata-rata teoritis menunjukkan jawaban responden mempunyai variasi yang tinggi dan responden cenderung memiliki iklim organisasi yang baik. Kisaran teoritis variabel Niat Kepatuhan Pajak antara 3 sampai dengan 15 dengan ratarata 9. Jawaban responden pada kisaran sesungguhnya antara 9 sampai dengan 13, dengan ratarata 4,87 dan standar deviasi 1,204. Rata-rata sesungguhnya jawaban responden atas variabel niat kepatuhan pajak di atas rata-rata teoritis, hal ini menggambarkan responden penelitian memiliki niat kapatuhan pajak dengan baik. 296 Tabel 1.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Indikator sk_1 sk_2 sk_3 sk_4 ns_1 ns_2 ns_3 ns_4 km_1 km_2 sikap terhadap kepatuhan wajib pajak (x1) norma subyektif (x2) kewajiban moral (x3) r hitung .668 .913 .924 .540 .698 .699 .360 .618 .552 .767 km_3 .696 .547 .853 fp_1 fp_2 persepsi tentang fasilitas perusahaan (x4) fp_3 .912 .615 .721 .909 .563 .873 .494 .662 .727 io_1 io_2 io_3 io_4 io_5 kp_1 kp_2 kp_3 Persepsi tentang iklim organisasi (x5) Niat untuk kepatuhan pajak (y) r table 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 0.234 Valid 0.234 0.234 Valid Valid 0.234 Valid 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 0.234 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas pada tabel diatas dapat diketahui bahwa indikator-indikator pertanyaan dari variabel sikap terhadap kepatuhan wajib pajak (x1), norma subyektif (x2), kewajiban moral (x3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (x4), persepsi tentang iklim organisasi (x5) dan niat untuk kepatuhan pajak (y), yang diajukan penelitian ini terhadap responden valid karena nilai r hitung > 0,4. Tabel 1. 3. Pengujian Reliabilitas Variabel-variabel Penelitian No Alpha Angka Standar Cronbach Reliabel Variabel Kriteria 1 sikap terhadap kepatuhan wajib pajak 0.869 2 norma subyektif 0.779 0.6 Reliabel 3 kewajiban moral 0.749 0.6 Reliabel 4 5 6 persepsi tentang perusahaan persepsi tentang organisasi fasilitas iklim Niat untuk kepatuhan pajak 0.851 0.873 0.696 0.6 0.6 0.6 0.6 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Pada tabel uji reliabilitas di atas, variabel sikap terhadap kepatuhan wajib pajak (x1), norma subyektif (x2), kewajiban moral (x3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (x4), 297 persepsi tentang iklim organisasi (x5) dan niat untuk kepatuhan pajak (y), dikatakan reliabel karena alpha cronbach > 0,6 sehingga layak untuk diujikan dalam pengujian selanjutnya. Gambar 1. 1 Uji Normalitas Dari pengujian berdasarkan analisis grafik diatas, tidak secara jelas bahwa data tersebut berdistribusi normal. Maka dari itu untuk menguji apakah data penelitian berdistribusi normal, maka digunakan pengujian kolmogorov-smirnov goodness of fit test terhadap masing-masing variabel dengan kaidah keputusan jika asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka dapat dikatakan residual model didistribusikan secara normal. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikut : a. Variabel dependen sikap terhadap kepatuhan wajib pajak dengan variabel independen niat untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 1). b. Variabel dependen norma subyektif dengan variabel independen niat untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 2). c. Variabel dependen kewajiban moral dengan variabel independen niat untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 3). d. Variabel dependen persepsi tentang fasilitas perusahaan dengan variabel independen niat untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 4). e. Variabel dependen persepsi tentang iklim organisasi dengan variabel independen niat untuk kepatuhan pajak (Unstandardized Residual 5). Tabel 1. 4. Pengujian Normalitas. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Unstandardized Unstandardized Unstandardized Unstandardized Residual Residual Residual Residual Residual N 68 68 68 68 68 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 1.00568312 1.07765808 1.01732406 .97871109 .83808103 Absolute .111 .085 .107 .109 .161 Positive .111 .085 .107 .072 .161 Negative -.069 -.070 -.074 -.109 -.108 Kolmogorov-Smirnov Z .917 .698 .879 .896 1.330 Asymp. Sig. (2-tailed) .370 .714 .423 .398 .058 Normal Parametersa Mean Std. Deviation Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. Sumber: Data primer diolah tahun 2012 298 Kesimpulan yang dapat diambil melalui pengujian normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test adalah bahwa semua variabel penelitian, baik bebas maupun terikat berdistribusi normal. Kesimpulan tersebut diambil setelah melihat bahwa signifikansi keseluruhan variabel lebih besar daripada 0.05. Ini berarti data residual terdistribusi secara normal. Tujuan untuk melakukan uji asumsi heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 1. 2. Uji Asumsi Heteroskedastisitas Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Melalui hasil pengujian heteroskedastisitas, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejalan heteroskedastisitas pada data penelitian, sehingga pengujian asumsi klasik dapat dilanjutkan kepada pengujian-pengujian berikutnya. Tabel 1. 5. Uji Multikoliniearitas Coefficients a Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF Sikap .094 Norma subyektif .108 9.295 Kewajiban moral .422 2.369 Fasilitas perusahaan .459 2.181 Iklim organisasi .284 3.522 10.582 a. Dependent Variable: tot_kp Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Melalui tabel diatas dapat dilihat bahwa semua variabel bebas memenuhi kriteria yang menjurus kepada keadaan tidak terdapat problem multikoliniearitas pada model regresi. Bahwa untuk variabel sikap (x1) memiliki nilai tolerance 0,094 < 0,10 dan VIF 10.5822 < 10 sehingga dapat diambil kesimpulan terdapat multikoliniearitas antara variabel independen dalam model regresi, tetapi tidak cukup serius. Untuk variabel norma subyektif (x2) memiliki nilai tolerance 0,108 > 0,10 dan VIF 9.295 < 10 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. Variabel kewajiban moral (x3) memiliki nilai tolerance 0,422 > 0,10 dan VIF 2.369 < 10 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. 299 Variabel fasilitas perusahaan (x4) memiliki nilai tolerance 0,459 > 0,10 dan VIF 2.181 < 10 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. Terakhir variabel fasilitas perusahaan (x5) memiliki nilai tolerance 0,284 > 0,10 dan VIF 3.522 < 10 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. Tabel 1. 6. Uji Autokorelasi (Model Summary b) b Model Summary Model 1 R .794 a R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .630 .600 .761 2.206 a. Predictors: (Constant), sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan, iklim organisasi b. Dependent Variable: kepatuhan pajak Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Pada model summary di atas, dapat dilihat hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0.794 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara kepatuhan pajak (variabel terikat) dengan sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan dan iklim organisasi (variabel bebas) mempunyai hubungan yang erat yaitu 79.4 %, karena lebih besar dari 0.5 (79.4% > 50%). Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2.206 lebih besar dari batas atas (du) 1.768 dan kurang dari 5 - 1.768 (5 – du), maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan. Dengan demikian asumsi non autokorelasi terpenuhi. (Ghozali, 2006) Tabel 1. 7. Uji Signifikasi F (ANOVAb) b ANOVA Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression 61.168 5 12.234 Residual 35.891 62 .579 Total 97.059 67 F 21.133 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant),sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan, iklim organisasi b. Dependent Variable: kepatuhan pajak Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Hasil Anova atau F test menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 21.133 dengan tingkat signifikasi sebesar 0.000 jauh di bawah 0.05. Hal ini berarti bahwa secara simultan variabel sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan dan iklim organisasi mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan, sehingga dapat disimpulkan H1 diterima. a. Uji t (t-Test) Untuk uji H2 sampai dengan H6 secara parcial, Uji t (t-Test) dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial (individu). 300 Dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : b1,b2,b3,b4,b5 = 0, berarti bahwa sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan, dan iklim organisasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pajak, H0 : b1,b2,b3,b4,b5 = 0, artinya sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan, dan iklim organisasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pajak. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 diterima jika t hitung < t tabel untuk α = 5% Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5% Pengujian ini dilakukan dengan melihat hasil probabilitas atau signifikansi yang diperoleh. Jika nilai signifikan > 0,05 maka, H0 diterima dan Ha ditolak. Dan sebaliknya, jika nilai signifikan < 0,05 maka, H0 ditolak dan Ha diterima Tabel 1.8. Hasil Pengujian Hipotesis (Coefficients2) Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Sikap Std. Error 4.028 .891 Standardized Coefficients Beta T Sig. 4.522 .000 .492 .122 1.010 4.020 .000 Norma subyektif -.435 .133 -.768 -3.262 .002 Kewajiban moral .227 .097 .279 2.343 .022 Fasilitas perusahaan .036 .081 .051 .446 .657 Iklim organisasi .160 .070 .333 2.297 .025 a. Dependent Variable: kepatuhan pajak Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Uji hipotesis 2. H2 : Sikap untuk kepatuhan berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan a) Nilai t hitung > t tabel (4.020 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa Sikap untuk kepatuhan berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa Sikap untuk kepatuhan (X1) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap untuk kepatuhan (X1) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). Uji Hipotesis 3 H3 : Norma Subyektif berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan a) Nilai t hitung > t tabel (3.262 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa norma subyektif berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa norma subyektif (X2) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,002 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara norma subyektif (X2) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). 301 Uji Hipotesis 4 H4 : Kewajiban Moral berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan a) Nilai t hitung > t tabel (2.343 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa kewajiban moral berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa kewajiban moral (X3) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,022 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kewajiban moral (X3) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). Uji Hipotesis 5 H5 : Persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan a) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,657 > 0,05 sehingga, H0 diterima. Hal tersebut memiliki arti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). Uji Hipotesis 6 H6 : Persepsi tentang iklim keorganisasian berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan a) Nilai t hitung > t tabel (2.297 > 1.995), berarti Ha diterima, bahwa persepsi tentang iklim keorganisasian berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan b) Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang iklim keorganisasian (X5) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,025 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang iklim keorganisasian (X5) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). Nilai R Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0.600. Angka ini mengindikasikan bahwa kepatuhan pajak (variabel terikat) mampu dijelaskan oleh sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan dan iklim organisasi (variabel bebas) sebesar 60.0% sedangkan selebihnya sebesar 40% (100% - 60%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini. Analisis Regresi Berganda Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan aplikasi SPSS, maka didapat hasil sebagai berikut : 302 Tabel 1. 9. Hasil Uji Regresi Berganda (Coefficients2) Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Sikap Std. Error 4.028 .891 Standardized Coefficients Beta T Sig. 4.522 .000 .492 .122 1.010 4.020 .000 Norma subyektif -.435 .133 -.768 -3.262 .002 Kewajiban moral .227 .097 .279 2.343 .022 Fasilitas perusahaan .036 .081 .051 .446 .657 Iklim organisasi .160 .070 .333 2.297 .025 a. Dependent Variable: kepatuhan pajak Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Persamaan regresi sikap terhadap kepatuhan wajib pajak (x1), norma subyektif (x2), kewajiban moral (x3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (x4), persepsi tentang iklim organisasi (x5) dan niat untuk kepatuhan pajak (y) yang diperoleh dari tabel di atas adalah sebagai berikut : Y = 4.028 + 0.492 X1 - 0.435 X2 + 0.227 X3 + 0.036 X4 + 0.160 X5 + 0,761 Berdasarkan persamaan regresi berganda diatas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Nilai konstanta Nilai konstanta a = 4.028 hal ini berarti, apabila nilai dari X1, X2, X3, X4 dan X5 pada objek penelitian sama dengan nol, maka Tax Profesional akan patuh terhadap pajak Negara. b. Nilai koefisien b1 = 0.492, berarti bahwa setiap wajib pajak patuh terhadap pajak, maka akan meningkatkan niat untuk patuh. c. Nilai koefisien b2 = - 0.435, berarti bahwa pengaruh dari teman sejawat mempunyai pengaruh untuk menurunkan perilaku wajib pajak untuk patuh terhadap pajak. d. Nilai koefisien b3 = 0.227, berarti bahwa tingkat kesadaran wajib pajak terhadap pajak, meningkatkan kepatuhan terhadap perpajakan. e. Nilai koefisien b4 = 0.036, berarti bahwa bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fasilitas perusahaan terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Karena fasilitas perusahaan belum tentu dapat meniatkan wajib pajak untuk patuh, tergantung dari masing-masing individu. f. Nilai koefisien b5 = 0.160, berarti bahwa bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang iklim keorganisasian terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Karena iklim organisasi yang baik akan meningkatkan wajib pajak untuk patuh terhadap pajak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil Anova atau F test menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 21.133 dengan tingkat signifikasi sebesar 0.000 jauh di bawah 0.05. Hal ini berarti bahwa secara simultan variabel sikap, norma subyektif, kewajiban moral, fasilitas perusahaan dan iklim organisasi mempengaruhi niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan, sehingga dapat disimpulkan H1 diterima. 303 2. Sikap untuk kepatuhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Hal tersebut memiliki arti bahwa tax professional yakin bahwa pajak digunakan untuk untuk dana pembangunan dalam hal ini pajak mempunyai fungsi sebagai penghimpun dana pembangunan yang berperan sebagai fungsi budgetair dimana dana yang dihimpun tersebut digunakan untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, pengeluaran umum disebut juga sebagai pengeluaran rutin yang digunakan dalam pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintah seperti biaya gaji pegawai dan belanja kebutuhan instansi pemerintah, dan salah satu sumber dana pembiayaan pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintah tersebut bersumber dari penerimaan pajak, serta keyakinan bahwa pajak yang mereka bayar, benar-benar digunakan untuk pembangunan. Dalam hal ini pengeluaran pembangunan digunakan untuk pelaksanaan pembanngunan sarana dan prasarana diberbagai daerah dan sepenuhnya penerimaan pajak digunakan untuk kesejahteraan rakyat. 3. Norma Subyektif memiliki pengaruh negatif terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat keyakinan bahwa teman teman sejawat dilingkungan internal pengusaha berperan untuk mendorong teman sejawat sesama pengusaha untuk berbisnis secara profesional dan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan saling mendorong agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku. Tetapi pelaku tax profesional menjadi ragu – ragu. 4. Kewajiban Moral berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa kewajiban moral (X3) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,022 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kewajiban moral (X3) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). 5. Persepsi tentang fasilitas perusahaan memiliki pengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,657 > 0,05 sehingga, H0 diterima. Hal tersebut memiliki arti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). 6. Persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. Berdasarkan hasil uji t diatas menunjukkan bahwa persepsi tentang iklim keorganisasian (X5) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,025 < 0,05 sehingga, H0 ditolak. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang iklim keorganisasian (X5) terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan (Y). 7. Faktor yang dominan terhadap niat kepatuhan pajak, yaitu terdiri atas sikap untuk kepatuhan, norma subyektif, kewajiban moral, iklim organisasi yang dalam temuan dari penelitian ini memliki pengaruh yang signifikan terhadap niat untuk melaksanakan kepatuhan PPh Badan. 8. Hasil ini mendukung Teori Research Action, yang menyatakan kinerja individu dari perilaku yang telah ditetapkan akan ditentukan oleh maksud dari tindakan yang akan dilakukan dan tujuan perilaku secara bersama-sama ditentukan oleh sikap individu dan norma-norma subjektif SARAN Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi penelitian selanjutnya sebagai berikut : 1. Menguji variabel-variabel lain yang diduga mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan pajak. 2. Memperbanyak sampel penelitian yang bergerak pada sektor yang sama. 304 3. Membandingkan hasil penelitian jika penelitian dilakukan pada sektor yang berbeda. 4. Menggunakan penelitian terdahulu dan literatur terbaru sesuai dengan kondisi saat ini terhadap sektor-sektor yang akan dijadikan objek. UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya pembuatan jurnal ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan penuh rasa hormat kepada: B. Bapak Dr. Arief Kusuma, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul. C. Bapak Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE,Ak.M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul dan Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, guna memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini. D. Bapak Drs. Daulat Freddy, Ak. MM, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Esa Unggul. E. Pada dosen yang selama ini telah mendidik, membekali ilmu pengetahuan, memberikan inspirasi dan semangat selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul. DAFTAR PUSTAKA Ajzen, Icek, 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations. September (Revised January, 2006). Azwar, Saifuddin, 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi Ke dua. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset. Blanthorne, Cynthia M., 2000. The Role of Opportunity and Beliefs On Tax Evasion: A Structural Equation Analysis. Dissertation. Arizona State University. Bobek, D., Richard C. Hatfield, 2003. An Investigation of Theory of Planned Behavior and the Role of Moral Obligation in Tax Compliance. Behavioral Research in Accounting, 15. Bradley, Cassie Francies, 1994. An Empirical Investigation of Factor Affecting Corporate Tax Compliance Behavior. Dissertation. The University of Alabama, USA. Darmayanti, Theresia Woro, 2004. Pelaksanaan Self Assesment System Menurut Wajib Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume X No. 1, 109 – 128. Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2003. Laporan Hasil Kajian Akademis: Isu-Isu Pokok Reformasi Kebijakan Perpajakan. Fishbein, M. and I Ajzen ,1975. Beleif, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley. Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gunadi, 2002. Indonesian Taxation 2002; A Reference Guide. Jakarta: Multi Utama Publishing. Hair, J.F., 1995. Multivariate Data Analysis, 4 th. edition. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha. Hanno, D.M. and G.R. Violette 1996. An Analysis of Moral and Social Influences on Taxpayer Behavior. Behavioral Research in Accounting, 8 (supplement). Internal Revenue Service – United States Department of The Treasury, 2005. New IRS Study Provides Preliminary Tax Gap Estimate. IR-2005-38, www.irs.gov/newsroom/article. ASPP-16 25 305 Jatmiko, Agus Nugroho, 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Keasadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pajak. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan. Jones, Sally M., 2000. Principles of Taxation For Business and Investment Planning. United States of America: McGraw-Hill Higher Education. Kiryanto, 2000, ―Analisis Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak bada Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya,‖ EKOBIS, Vol. 1 No. 1, p. 41 – 52. Klepper, Steven anda Daniel Nagin, 1989. Tax Compliance and Perceptions of the Risks of Detection and Criminal Prosecution. Law and Society Review, 23 (2). Laksono, Jati Purbo, 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan. Nugroho, Riady Fitria, 2010. Keterkaitan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan di Kota Semarang, Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan. Robbins, Stephen P, 2001. Organizational Behavior, Ninth Edition, versi Bahasa Indonesia. Jakarta: Pearson Education Asia Pte Ltd. dan PT Prenhallindo. Sekaran, Uma, 2011. Research Methods For Business. New York: John Willey and Sons, Inc. Siahaan, Fadjar O.P., 2005. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Perilaku kepatuhan Tax Professional dalam Pelaporan Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Surabaya. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Tidak Dipublikasikan. Soemarso S.R. (1998), ―Dampak Reformasi Perpajakan 1984 Terhadap Efisiensi Sistem Perpajakan Indonesia,‖ Ekonomi dan Keuangan Perpajakan diIndonesia, Vol. XLVI No. 3, p. 333 Suyatmin, 2004, Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan : Studi Empiris di Wilayah KP PBB Surakarta, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. 306 PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009 – 2011 Yusnia Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta ([email protected]) ABSTRAKSI Penelitian ini meneliti akan pengaruh modal intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja perusahaan dalam hal ini perusahaan perbankan yang sudah go public minimal 5 tahun terakhir agar bisa dilihat pengaruh modal intelektual (intellectual capital) pada saat ini terhadap kinerja perusahaan. Dari beberapa penelitian mengenai modal intelektual yang telah dilakukan, umumnya menghubungkan modal intelektual dengan pengungkapan dan kinerja perusahaanRiset ini unik karena menggunakan Price Earning Ratio (PER) yang dapat menguntungkan investor dan perusahaan karena Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public di BEI yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 425 perusahaan. Sample yang digunakan adalah perusahaan dalam bidang perbankan sebanyak 30 perusahaan. Karena sektor perbankan pada umumnya menawarkan bidang penelitian modal intelektual yang ideal. Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) ditolak karena signifikannya lebih >α 0,05. Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) diterima, karena signifikannya <α 0,05. Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) diterima, karena signifikannya <α 0,05. Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) diterima, karena secara bersama-sama terbukti mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) dengan signifikannya <α 0,05. Dari hasil penelitian diketahui nilai Capital Employed Efficiency (CEE) lah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Price Earning Ratio (PER). Karena kepemilikan hak paten, kebijakan dan sistem proses yang baik oleh suatu perusahaan akan lebih mudah diketahui oleh khalayak umum Kata kunci : Capital Employed Efficiency (CEE), Structural Capital Efficiency (SCE), Human Capital Efficiency (HCE), VAIC, Price Earning Ratio (PER) PENDAHULUAN Dunia bisnis telah berkembang pesat ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terus-menerus. Dalam rangka dapat bertahan, dengan cepat perusahaan-perusahaan mengubah bisnis yang berdasarkan bisnis 307 berdasarkan tenaga kerja (labor based business) ke arah bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business), dengan karakteristik utamanya adalah ilmu pengetahuan. Perkembangan ekonomi yang semakin kompleks, memunculkan isu dalam penelitian bidang modal intelektual. Salah satunya mengenai pengungkapan modal intelektual. Pengungkapan modal intelektual perlu untuk diungkapkan oleh suatu perusahaan. Menurut Goh dan Lim dengan adanya permintaan transparansi yang meningkat di pasar modal, informasi modal intelektual membantu investor menilai kemampuan perusahaan dengan lebih baik. Oleh karena itu beberapa pihak tertarik untuk melakukan penelitian tentang praktek pengungkapan modal intelektual. Dengan modal intelektual yang baik diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja organisasi. Hal tersebut juga berlaku bagi bank-bank di Indonesia, peningkatan kinerja adalah sebuah hal yang mutlak, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja salah satunya adalah dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER). Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis terdorong melakukan penelitian akan pengaruh modal intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja perusahaan dalam hal ini perusahaan perbankan yang sudah go public minimal 5 tahun terakhir agar bisa dilihat pengaruh modal intelektual (intellectual capital) pada saat ini terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk meneliti kembali pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan, dengan mengambil sampel penelitian pada industri perbankan di Indonesia yaitu bank asing dan bank umum atau bank komersial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh HCE, CEE dan SCE secara bersama-sama terhadap Price Earning Ratio (PER) 2. Untuk menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Price Earning Ratio (PER) 3. Untuk menganalisis pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Price Earning Ratio (PER) 4. Untuk menganalisis pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Price Earning Ratio (PER) KAJIAN TEORI 1. Modal Intelektual (Intellectual Capital) Modal intelektual (Intellectual capital) merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan, memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dan digunakan untuk menyusun dan menerapkan strategi perusahaan sehingga meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik. Modal intelektual (Intellectual Capital) terdiri dari tiga elemen utama yaitu: a. Modal Manusia (Human Capital) Modal manusia (Human Capital) merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber inovasi (innovation) dan improvisasi (improvement), tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. b. Modal Organisasi (Structural Capital atau Organizational Capital) Modal organisasi (Structural Capital) merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang 308 mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. c. Modal Relasi (Relational Capital) Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Modal relasi (Relational capital) merupakan hubungan yang harmonis (association network) yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. 2. Koefisien Nilai Tambah Intelektual (Value Added Intellectual Coefficient) Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic, didesain untuk menyajikan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai (value creation efficiency) dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Pulic dalam Nik Maheran et al. , menyatakan VAICTM membuat perusahaan dapat mengukur value creation efficiency. VAICTM menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menghitung koefisien efisiensi dalam tiga jenis modal, yaitu human capital, structure capital, dan capital employed. Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa metode pengukuran modal intelektual (Intellectual Capital) dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran nonmonetary dan pengukuran monetary. Salah satu metode pengukuran intelectual capital dengan penilaian non-moneter yaitu Balanced Scorecard oleh Kaplan dan Norton, sedangkan metode pengukuran intellectual capital dengan penilaian moneter, salah satunya yaitu model Pulic yang dikenal dengan sebutan VAIC™. Metode VAIC™ mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu modal manusia, modal struktural, serta modal fisik dan finansial yang terdiri dari: a. Efisiensi modal manusia (Human Capital Efficiency/HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari nilai tambah (Value Added/VA) terhadap modal manusia (Human Capital/HC). HCE dapat diartikan juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak nilai tambah (Value Added/VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Nilai tambah atau Value Added (VA) adalah perbedaan antara penjualan (OUT) dan input (IN). Rumus untuk menghitung HCE yaitu: HCE = VA / HC HC = Gaji dan tunjangan karyawan Maka Human Capital (HC) menggunakan skala nominal. Sedangkan rumus untuk mneghitung nilai tambah (VA) yaitu: VA = OUT – IN OUT = Total pendapatan IN = Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan Maka Value Added (VA) menggunakan skala nominal. b. Efisiensi modal struktur (Structural Capital Efficiency/SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Rumus untuk menghitung SCE yaitu: SCE = SC / VA SC = VA – HC 309 Maka Structural Capital (SC) menggunakan skala nominal. c. Efisiensi modal yang digunakan (Capital Employed Efficiency/CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA terhadap CE. CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan. Rumus untuk menghitung CEE yaitu: CEE = VA / CE CE = nilai buku aktiva bersih VAIC™ dapat diperoleh dengan menjumlahkan ketiga komponennya yaitu HCE, SCE dan CEE. Rumus untuk menghitung VAIC™ yaitu: VAIC™ = HCE + SCE + CEE Maka Capital Employed (CE) menggunakan skala nominal. 3. Price Earning Ratio (PER) Salah satu rasio keuangan yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang go public adalaha PER. Price Earning Ratio merupakan hubungan antara pasar saham dengan earning per share saat ini yang digunakan secara luas oleh investor sebagai panduan umum untuk mengukur nilai saham. Dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. Jadi, semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Rumusnya adalah: PER = Price / Earning Maka Price Earning Ratio menggunakan skala rasio. METODE PENELITIAN 1. Model Penelitian Model yang digunakan pada penelitian adalah Mengacu kepada teori Resources Based View (RBV) yang menyatakan bahwa perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993). Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri. Sehingga intellectual capital dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud yang mempunyai dampak signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam bisnis. Penelitian tentang hubungan antara modal intelektual dengan kinerja perusahaan pernah dilakukan oleh Bontis (1998). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modal intelektual memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. 2. Hipotesis Penelitian H1 : Diduga Human Capital Efficiency (HCE) mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) H2 : Diduga Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) H3 : Diduga Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) H4 : Diduga HCE, CEE dan SCE secara bersama-sama mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) 3. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan melalui survei literatur. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat 310 dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public di BEI yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 425 perusahaan. Sample yang digunakan adalah perusahaan dalam bidang perbankan sebanyak 30 perusahaan. 4. Metode Analisis Data Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari diagonal tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram, jika menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolenearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable-variable bebas. Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas adalah dengan cara mengamati nilai VIF dan tolerance . jika nilai VIF melebihi nilai 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 maka model regresi yang diindikasikan terdapat multikolonieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y uang telah di prediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang telah di studentized . Adapun dasar atau kriteria pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah : 1) Jika terdapat pola tertentu yaitu jika titik-titiknya membetuk pola tertentu dan teratur (gelombang, melebar kemudian menyampit), maka diidikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas. 2) Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu jika titik-titiknya menyebar, maka diindiasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. d. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi. Gambaran data tersebut menghasilkan informasi yang jelas sehingga data tersebut mudah dipahami. e. Analisis Regresi Linear Berganda Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara produk, harga, promosi, saluran distribusi terhadap kepuasan konsumen yang ada, dengan menggunakan rumus yang dikutip dari buku Riduwan dan Akdon yaitu : Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3+ e 311 Dengan penjelasan : Y = Price Earning Ratio (PER) X1 = Human Capital Efisiensi (HCE) X2 = Capital Employed Efficiency (CEE) X3 = Structural Capital Efficiency (SCE) a = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien Regresi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan sampel 90 data yang terdiri dari 30 Bank, masingmasing menggunakan data selama 3 tahun. Diketahui nilai untuk HCE diperoleh nilai minimum 0.43, nilai maksium 2.340000 dengan nilai rata-rata 1.217400 dengan nilai standar deviasi 6.32204. CEE diperoleh nilai minimum 0.02, nilai maksium 0.14, dengan nilai ratarata 0.0568, dengan nilai standar deviasi 0.02347. SCE diperoleh nilai minimum -1.30E5, nilai maksium 0.95, dengan nilai rata-rata -4.0355E3 dan dengan nilai standar deviasi 21913.94052. A. Uji Kualitas Data 1. Uji Normalitas Pada uji normalitas ini menggunakan uji kolmogrov smirnov, Uji KolmogorovSmirnov digunakan untuk menguji ―goodness of fit‖ antar distribusi sampel dan distribusi lainnya. Uji ini membandingkan serangkaian data sampel terhadap distribusi normal. Hipotesis pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut: H0 : data mengikuti distribusi yang ditetapkan Ha : data tidak mengikuti distribusi yang ditetapkan Tabel 1. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Test Kolmogorov-Smirnov N Normal Parametersa Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data HCE CEE SCE 90 1.89039 90 .05687 90 .24569 2.680274E0 .023473 .431 .431 -.297 4.091 .051 .141 .141 -.087 1.334 .057 PER 90 3.21926 3.330312E .360331 0 .205 .200 .185 .173 -.205 -.200 1.941 1.894 .051 .052 Sumber : Data sekunder diolah, 2013 (Output SPSS) Nilai Most Extreme Differences Absolute diatas merupakan nilai statistik D pada uji K-S, nilai D pada uji terhadap masing-masing variabel diatas adalah 0, 431; 0, 141; 0, 312 205 dan 0, 200 artinya kriteria signifikansi (p>0,05), maka cukup bukti untuk menerima H0, dimana data terdistribusi secara normal. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonearitas adalah dengan cara mengamati nilai VIF dan tolerance . Jika nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai tolerance mendekati 1 maka model regresi yang diindikasikan bebas multikolonearitas. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Standardiz ed Unstandardize Coefficien d Coefficients ts Model 1 B Std. Error Beta Collinearity Statistics t Sig. Toleranc e VIF (Constant) 3.204 .892 3.591 .001 HCE -.042 .144 -.034 -.290 .773 .780 1.282 CEE 12.33 15.543 1 .487 4.793 .003 .869 1.150 .350 2.985 .004 .757 1.321 SCE 3.238 a. Dependent Variable: PER 1.085 Sumber : Data sekunder diolah, 2013 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai tolerance HCE, SCE dan CEE yang mendekati 1 dan nilai VIF-nya berada disekitar angka 1 sehingga dapat dikatakan model tersebut bebas multikolinearitas. b. Uji Autokolerasi Uji autokorelasi menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Sebagai patokan untuk menganalisis hasil uji adalah: a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif Dari hasil perhitungan pada lampiran 3 diperoleh angka D-W sebesar 1,402 yang berarti tidak ada problem autokorelasi pada model ini. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. 313 Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data sekunder diolah, 2013 Dari grafik terlihat titik-titik yang ada tidak membentuk pola garis tertentu sehingga dapat dikatakan model terbebas dari problem hetroskedastisitas. 3. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan 2 indikator yaitu t hitung dibandingkan dengan t tabel untuk uji hipotesis parsial, dan f hitung yang dibandingkan dengan f tabel untuk uji hipotesis simultan. a. Uji Hipotesis Parsial Hasil perhitungan dari uji regresi yang telah dilakukan memberikan hasil sebagai berikut: Tabel 3. Uji Hipotesis Parsial Hipotesis I II III t Hitung t Tabel Sig -.290 1,66 .773 4.793 1,66 .003 2.985 1,66 .004 α Hasil Uji 0,05 Ditolak Ha 0,05 Diterima Ha 0,05 D Diterima Ha Sumber : Data sekunder diolah, 2013 1) Hasil Pengujian Hipotesis Parsial Dari tabel diatas maka diperoleh beberapak kesimpulan sebagai berikut : a. Untuk hipotesis pertama yang berbunyi ―Diduga Human Capital Efficiency (HCE) mempengaruhi PER‖ dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 0,290 < t tabel 1,66 dan nilai sig 0,773 < α 0,05 sehingga diperoleh hasil uji tolak Ha1. Ini berarti bahwa pada penelitian ini terbukti tidak ada pengaruh antara Human Capital Efficiency (HCE) terhadap PER. 314 b. c. Untuk hipotesis kedua yang berbunyi Diduga Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi PER dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 4,793 > t tabel 1,66 dan nilai sig 0,003 < α 0,05 sehingga diperoleh hasil uji Terima Ha2. Ini berarti bahwa benar terbukti ada pengaruh antara Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap PER. Untuk hipotesis ketiga yang berbunyi Diduga Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi PER dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 2,985 > t tabel 1,66 dan nilai sig 0,003 < α 0,05 sehingga diperoleh hasil uji Terima Ha3. Ini berarti bahwa benar terbukti ada pengaruh antara Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap PER. 2) Uji Hipotesis Simultan Uji hipotesis simultan dilakukan untuk melihat pengaruh HCE, CEE dan SCE terhadap PER dengan menggunakan uji regresi berganda. Sebagai indiktor pengambilan keputusan yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua variabel independen secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Selain itu juga dapat dilihat berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (a) maka variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4. Uji Hipotesis Simultan ANOVAb Model 1Regression Residual Total Sum of Squares df Mean Square 101.345 3 33.782 885.752 86 10.299 987.097 89 F 13.280 Sig. 0.025a a. Predictors: (Constant), SCE, CEE, HCE b. Dependent Variable: PER Sumber: data sekunder diolah, 2013 Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F hitung sebesar 13,280 > F tabel sebesar 3,94 dan nilai sig 0,025 < α 0,05 sehingga dapat dikatakan hipotesis yang berbunyi Diduga bahwa Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employe Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) secara simultan ternukti di dukung. Sehingga terdapat pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employe Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Price Earning Ratio (PER). Hal ini menunjukkan Ha4 diterima. 4. Analisis Regresi Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) 315 terhadap PER. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperolehlah persamaan regresi sebagai berikut : Y = 3,204 - 0.042x1 + 12.331x2 + 3.238x3 Adapun makna dari persamaan regresi tersebut diatas adalah: a. PER akan bernilai 3,204 jika tidak ada pengaruh dari Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) pada kondisi cateris Paribus. Nilai PER dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah harga saham dan tingkat keuntungan perusahaan. Tanpa adanya Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employed Efficiency (CEE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) perusahaan tetap memiliki nilai PER. b. Jika terjadi kenaikkan sebesar 1 satuan pada Human Capital Efficiency (HCE) akan menurunkan PER sebesar 0,042. HCE memberikan pengaruh yang berlawanan arah terhadap PER, dimana saat HCE naik nilai PER akan turun, hal ini bisa disebabkan karena efisiensi berlebih terhadap pengeluaran gaji karyawan akan menimbulkan isu negatif bagi perusahaan dan pada akhirnya menyebabkan demo pegawai yang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan menurunkan animo masyarakat terhadap saham tersebut yang berimbas juga pada harga saham perusahaan. c. Jika terjadi kenaikkan sebesar 1 satuan terhadap Capital Employed Efficiency (CEE) akan menaikkan PER sebesar 12,331. semakin besar nilai tambah yang dimiliki oleh perusahaan maka akan membawa peningkatan kemajuan perusahaan, dengan bertambahnya aktiva dalam jumlah kecil maka akan meningkatkan nilai CEE yang membuktikan bahwa perusaahaan mampu menggunakan aktiva secara efektif dan efisien sehingga mampu meningkatkan keuntungan perusaahaan. d. Jika terjadi kenaikkan sebesar 1 satuan pada Structural Capital Efficiency (SCE) akan menaikkan nilai PER sebesar 3,238. Kepemilikan competitive intelligence, formula, sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, dan sebagainya, hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah diciptakan akan meningkatkan kinerja perusahaan dan itu berarti akan meningkatkan keuntungan perusahaan. e. Dari persamaan regresi diatas juga diketahui bahwa beta Capital Employed Efficiency (CEE) yang memberikan kontribusi terbesar untuk menaikkan nilai PER yaitu sebesar 0,487. Sehingga dapat dikataakan bahwa CEE merupakan variabel yang dominan. CEE yang semakin besar maka akan meningkatkan kemajuan perusahaan dan PER akan meningkat jika keuntungan perusahaan meningkat. 5. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan yang nyata dilakukan terhadap perusahaan Perbankan yang meneliti pengaruh Modal Intelektual terhadap kinerja perusahaan perbankan yang menggunakan Price Earning Ratio (PER) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009 - 2011. 6. Implikasi Bagi Penelitian Berikutnya Karena beberapa kelemahan pada penelitian ini, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya perlu dimasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel lain. Secara parsial Human Capital Efficiency (HCE) terbukti tidak mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) sehingga perlu dipertimbangkan untuk tidak memasukkannya dalam perhitungan secara simultan. Selain itu mungkin perlu diteliti lebih lanjut dengan variabel yang sama untuk perusahaan perbankan yang lain yang memiliki Price Earning Ratio (PER) lebih tinggi. 316 DAFTAR PUSTAKA Ali Arifin. Membaca Saham. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 2002. Astuti, P. D. dan Arifin S. Hubungan Intellectual Capital dan Business Perfomance dengan Diamond Spesification: Sebuah Perspektif Akuntansi. SNA VIII, 2005. hlm. 694-707. Bambang Setiarso PENDEKATAN “ KNOWLEDGE-BASE PENGEMBANGAN MASYARAKAT. 2003. ECONOMY” untuk Darmaji, Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta. 2001. Dwi Prastowo. Anaslisis Laporan Keuangan. Jakarta : Unit Penerbit dan. Percetakan AMP YKPN. 2002. Ghozali, dan A. Chariri. 2008. ―Intellectual Capitaldan Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan PLS‖ dalamSNA XI.Vol. 1. hlm 1-32. Goh, P.C. 2005. ―Intellectual Capital Performance of Commercial Banks in Malaysia.‖ Vol.6, No.3. hlm 385-396. Hidayat, Akmal, ‖Pengaruh Economic Value Added, Market Share, Earnings & Net Cash Flow terhadap Retun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods di BEI‖. Tesis Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2009. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.19. Salemba Empat: Jakarta Imaningati. ―Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusaahan Real Estate & Properti yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2009‖. Thesis. Universitas Diponegoro.Semarang. 2007. International Accounting Standards Board. Intangible Assets. IAS 38. International. 2004. Kuryanto, Benny. ―Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan.‖ Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro. 2008. Madhani, P. M. ―Resource Based View (RBV) of Competitive Advantage: An Overview.‖ http://ssrn.com/abstract=1578704. Diakses Mei 2012 Manurung, A.H. Strategi memenangkan transaksi saham di bursa. PT. Gramedia. Jakarta. 2004. Margaretha, Farah dan Arief Rakhman. ―Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added Intellectual Coifficient.‖ Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 2009. Vol. 8, No. 2, h. 199-217. International Accounting Standards Board. 2004. Intangible Assets. IAS 38. International 317 Nik Maheran, N.M., Filzah, M.I. and Nik Rozhan, N.I. (2009), Intellectual Capital Efficiency Level ofMalaysian Financial Sector: Panel Data Analysis (2002-2009), available at: www.nikmaheran.com/v1/attachments/030_Intelectual_ capital.pdf Partiwi, Dwi Astuti dan Sabeni, Arifin. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance dengan Diamond Specification: Sebuah Perspektif Akuntansi. SNA VIII Solo. 15-16 September 2005. Pulic, A. 1999. ―Basic Information on VAICTM‖. www.vaic-on.net. Diaskses Maret 2011. Ramadhan, I. I. 2009. ―Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja PerusaahanManufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2007‖. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.Universitas Diponegoro. Semarang. Rastogi, P.N. 2003. ―The Nature and Role of IC – Rethinking The Process of Value Creation andSustained Enterprise Growth‖, dalam Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 No. 2 Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 2007. Sawarjuwono, T. dan Agustine P. K. 2003. ―Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah Library Research),” dalam Jurnal Akuntansidan Keuangan. Vol.5, No.1. hlm 35-57. Surabaya: Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Univesitas Airlangga. Sawarjuwono, Tjiptohadi; Kadir, Agustine Prihatin, Intellectual Capital: Perlakuan ... Akuntansi dan Keuangan, Mei 2003, Vol 5, No.1 Tan, H. P., Plowman, D., dan Hancock, P. 2007. ―Intellectual Capital and Financial returns of Comapanies― dalam Journal of Intellectual Capital.Vol. 8, No. 1. Ulum, I. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ulum, Ihyaul. ―Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia.‖ Paper disajikan pada SNA 11, Pontianak. 2008. 318 IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN Mirawati Halini Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul [email protected] ABSTRAKSI Good corporate governance merupakan kunci penting dalam mengatasi krisis ekonomi dan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris pada implementasi good corporate governance terhadap kinerja perusahaan perbankan. Metode pengumpulan data adalah survey literatur. Jenis data berbentuk data sekunder berupa annual report perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 - 2011. Dimensi waktu adalah study time series. Sampel penelitian adalah sebanyak 22 perusahaan dengan menggunakan purposive sampling method. Unit analisis adalah industri perbankan. Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan: 1.Good corporate governance berpengaruh terhadap capital. 2. Good corporate governance tidak berpengaruh terhadap asset. 3. Good corporate governance tidak berpengaruh terhadap management. 4. Good corporate governance berpengaruh terhadap earning. 5. Good corporate governance berpengaruh terhadap liquidity. Kesimpulan penelitian adalah good corporate governance mempengaruhi kinerja perbankan karena dapat meningkatkan laba dalam perusahaan dan mengurangi biaya operasional perusahaan sehingga menciptakan efisiensi perusahaan. Kata Kunci : good corporate governance, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, Capital Adequecy Ratio, Non Performing Loan, Net Profit Margin, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio. PENDAHULUAN Isu lemahnya penerapan Good Corporate Governance (GCG) menjadi perhatian dalam dunia usaha sekarang ini. Bermula dari skandal Enron dan WorldCom di Amerika membuat perusahaan - perusahaan untuk semakin memperhatikan peran corporate governance. Hal ini terjadi disebabkan antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor, serta kurangnya intensif eksternal untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui persaingan yang fair. Di Indonesia kasus ini terjadi pada skandal Waskita Karya, salah satu BUMN jasa konstruksi yang diduga melakukan rekayasa laporan keuangan. Pada industri perbankan, kasus pembobolan seperti yang terjadi di Citibank dan Bank Mega. Dana nasabah Citibank dibobol oleh mantan relationship managernya, Malinda Dee yang menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik. Kasus pembobolan dana deposito milik PT Elnusa Tbk yang 319 diperkirakan mencapai Rp 111 miliar juga terjadi padai Bank Mega Cabang Jababeka, Cikarang. Masih banyak kasus lain yang terjadi pada bank lainnnya. Penerapan good corporate governance dalam industri perbankan juga mendapat suatu perhatian khusus. Pilot Project Self Assessment merupakan salah satu mekanisme yang diterapkan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat GCG perbankan di Indonesia. Proyek ini September 2007 dilakukan terhadap 130 bank termasuk kantor cabang bank asing. Penilaian dilakukan pada 13 aspek. Dari 130 bank yang ditelaah, 12 bank memperoleh kategori sangat baik, 76 bank baik, 39 bank cukup baik, dan 3 bank kurang baik. Penerapan good corporate governance dinilai dapat memperbaiki citra perbankan yang sempat buruk dan meningkatkan kepatuhhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam meningkatkan sistem perbankan yang sehat. Corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prosedur yang menjamin manajer untuk menerapkan prinsip – prinsip manajemen berbasis nilai. Prinsip tersebut antara lain transparancy, accountability, responsibility, independency dan fairness.Esensi tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa tujuan pemegang saham utama , kekayaan manajemen diimplementasikan (Totok Dewayanto, 2010). Hubungan kontrak antara pemilik dan manajemen tersebut dituangkan dalam suatu kontrak yaitu dalam teori keagenan. Teori agensi merupakan pemisahan kepemilikan (principal) dan pengelolaan perusahaan (agent) yang akan mendorong setiap pihak berusaha memaksimalkan kesejahteraan masing – masing. Pemilik akan mendorong manajer agar mau bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan nilai perusahaan (H. Sri Sulistyanto, 2008). Penelitian corporate governance yang telah dilakukan oleh Herman Darwis (2009) menemukan bahwa praktik good corporate governance pada perusahaan publik yang mengikuti survei yang dilakukan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 - 2008. Penelitian tersebut menghasilkan informasi bahwa implemantasi GCG dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian lain menunjukkan berbeda pada penelitian pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap kinerja perbankan nasional pada periode 2006 – 2008.Penelitian tersebut menghasilkan variabel ukuran dewan komisaris dan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja perbankan, sedangkan kepemilikan saham oelh pemegang saham pengendali, kepemilikan asing, dan kepemilikan pemerintah tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan. Motivasi riset ini adalah untuk melakukan penelitian pada bidang perbankan karena perbankan merupakan suatu bisnis berbasis kepercayaan masyarakat. Masyarakat menyimpan dananya di bank semata-mata berdasarkan kepercayaan bahwa dananya akan kembali ditambah sejumlah keuntungan yang berasal dari bunga. Selanjutnya dana tersebut akan diputar menjadi bentuk berbagai investasi seperti pemberian kredit dan pembelian surat berharga. Apabila tidak ditangani secara profesional, transparan dan hati-hati (prudential banking) akan menimbulkan risiko dan bencana bagi perbankan. Apalagi banyak bank yang menganggap GCG lebih sebagai biaya dan menghambat ekspansi usahanya, padahal penerapan GCG sangat penting dalam menunjang kemajuan kinerja perbankan. Dengan ini penulis tertarik untuk meneliti di bidang perbankan. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap capital pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. 2. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap asset pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. 320 3. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap management pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. 4. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap earning pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. 5. Untuk mengetahui good corporate governance berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap liquidity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. Penelitian ini bisa memberikan konstribusi pada, pertama, bagi perusahaan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat menerapkan prinsip good corporate governance yang baik dalam perusahaan. Kedua, bagi investor diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengambil kebijaksanaan untuk membuat keputusan investasi. Ketiga, bagi akademik dan penelitian selanjutnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang good corporate governance dan memberikan masukan pada penelitian selanjutnya. TINJAUAN PUSTAKA Dalam rangka memahami konsep good corporate governance, maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Hubungan keagenan merupakan hubungan antara dua pihak dimana salah satu pihak menjadi agent dan pihak lain bertindak sebagai principal. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Hendriksen, Eldon S.,dan Micheal F.Van Breda, 2000). 1. Teori Agensi. Teori agensi (H. Sri Sulistyanto, 2008), merupakan pemisahan kepemilikan (principal) dan pengelolaan perusahaan (agent) yang akan mendorong setiap pihak berusaha memaksimalkan kesejahteraan masing – masing. Pemilik akan mendorong manajer agar mau bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai intensif untuk memaksimalkan nilai perusahaan. 2. Good Corporate Governance. Bank dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah – kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber – sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan (Muh.Arief Effendi, 2009). Dengan menerapkan good corporate governance diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan juga para stakeholder yang lain. Secara teoritis harus diakui bahwa dengan melaksanakan prinsip good corporate governance, ada beberapa manfaat yang didapatkan antara lain : a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnnya. d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan deviden. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi. 321 3. Kinerja Perusahaan. Kinerja perusahaan juga mempunyai kaitan dengan kinerja keuangan perusahaan tersebut di mana kinerja keuangan juga mempunyai arti sebagai salah satu aspek yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara rasional apabila ada indikasi yang ditunjukkan oleh suatu analisis keuangan yang sifatnya akurat dan tepat. Pada penelitian ini pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan analisis CAMEL. Analisis CAMEL merupakan analisis untuk menilai kinerja perbankan baik dilihat dari segi capital, assets, management, equity, and liquidity. Dengan demikian dapat dilihat kinerja perbankan tersebut sehat atau tidak sehat. Berdasarkan telaah literatur diatas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : Ha1 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap capital pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. Ha2 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap asset pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. Ha3 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap management pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. Ha4 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap earning pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. Ha5 : terdapat pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap liquidity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Riset. Rancangan penelitian ini bersifat kausalitas karena menguji pengaruh good corporate governance secara parsial dan simultan terhadap capital, assets, management, equity, dan liquidity pada perusahaan perbankan. Metode pengumpulan data adalah dengan riset kepustakaan dan teknik dokumentasi. Jenis data berbentuk sekunder. Dimensi waktu yang digunakan adalah study time series. Unit analisis adalah industri perbankan. 2. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang terdiri dari tahun 2009 sebanyak 30 perusahaan perbankan, tahun 2010 sebanyak 31 perusahaan, dan tahun 2011 sebanyak 31 perusahaan. Populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian sebanyak 22 perusahaan setiap tahunnya. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria antara lain perusahaan perbankan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2011 berturut-turut (secara konsisten), perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan perusahaan perbankan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan 2009 sampai dengan 2011, dan perusahaan tersebut tidak melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan purposive sampling method. 3. Variabel Penelitian. Definisi operasional variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : pertama, Kepemilikan Manajerial (X1). Kepemilikan manajerial sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. Kepemilikan manajerial diukur dari proporsi saham yang dimiliki oleh manajer dibandingkan dengan total saham yang beredar. 322 Kedua, Kepemilikan Institusional (X2). Kepemilikan institusional adalah pemegang saham dari pihak institusional seperti bank, lembaga asuransi, perusahaan investasi dan institusi lainnya. Kepemilikan institusional diukur dari proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi dbandingkan denfan total saham yang beredar. Ketiga, Dewan Komisaris (X3). Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk serta arahan pada pengelola perusahaan. Dewan komisaris dapat diukur dengan jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan. Keempat, Komisaris Independen (X4). Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak sematamata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen diukur dengan jumlah dewan komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris. Kelima, Komite Audit (X5). Suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan – perusahaan. Komite audit diukur berdasarkan keberadaannya di dalam perusahan dengan menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan memiliki komite audit maka akan diberi angka 1 dan sebaliknya akan diberi angka 0. Keenam, Capital (Y1). Capital diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan rumus jumlah modal dibandingkan dengan aktiva tertimbang menurut resiko. Ketujuh, Assets Quality (Y2). Penilaian assets dengan menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL), dengan rumus jumlah total kredit bermasalah dibandingkan dengan total kredit. Kedelapan, Management (Y3). Aspek manajemen pada penelitian analisis ini tidak mennggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin seperti dalam penelitian Merkusiwati. Alasannya seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba (Nanang Agus Tri Wahyudi, 2010). Semakin besar rasio NPM mengindikasikan tingkat kesehatan bank semakin bagus. Kesembilan, Earning (Y4). Earning diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Semakin besar nilai ROA tersebut semakin menunjukkan kinerja bank tersebut semakin bagus. Penilaian ROA dihitung dengan menggunakan rumus jumlah laba bersih sebelum pajak dibandingkan dengan total aktiva. Kesepuluh, Liquidity (Y5). Liquidity diukur dengan menggunakan Loan To Deposit Ratio (LDR), dengan rumus jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan total dana pihak ketiga. 4. Teknik Analisis Data. Langkah – langkah metode analisis data adalah sebagai berikut : a. Deskriptif Metode analisis deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran umum perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta menjelaskan hasil penelitian. 323 b. Kausalitas Metode analisis kausalitas menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. c. Uji Kualitas Data (Normalisasi data) Uji kualitas data dilakukan dengan mengunakan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan bebas mempunyai distribusi normal ataukah tidak dengan menggunakan grafik normal probability plot. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan adalah grafik normal probability plot tampak titik–titik menyebar dan mendekati garis diagonalnya. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. d. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas Pengujian asumsi multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat masalah multikolinearitas. Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan dengan melihat besarnya nilai VIF (Varianse Inflation Factor). Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a) Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas b) Jika VIF <10, maka tidak terjadi multikolinieritas. 2) Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan salah satu pengujian asumsi klasik yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat atau tidaknya kolerasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Deteksi adanya kolerasi yaitu dengan melihat angka Durbin Watson (D-W). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai Durbin Watso mendekati atau disekitar angka 2 maka model tersebut maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan sebaliknya. 3) Uji Heterokedastisitas Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat heterokedastisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik pengujian heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a) Jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 324 e. Uji Hipotesis 1) Uji t Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh signifikan atau tidak secara parsial antara variabal independen (X) terhadap variable dependen (Y). Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%, maka taraf kepercayaannya adalah 95%. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a) Jika Sig < 0,05 maka Ha diterima b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak 2) Uji F Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak bersama-sama antara variable independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% maka taraf kepercayaannya adalah 95%. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a) Jika Sig < 0,05 maka Ha diterima b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak f. Uji Determinasi (Adjusted R2) Uji determinasi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan instusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit (variabel independen) terhadap kinerja perusahaan (variabel dependen). Persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Y3 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Y4 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Y5 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan : Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 a b1-b5 X1 X2 X3 X4 X5 e = CAR (Capital Adequecy Ratio) = NPL (Non Performing Loan) = NPM (Net Profit Margin) = ROA (Return On Asset) = LDR (Loan to Deposit Ratio) = Konstanta = Koefisien regresi variabel independen = Kepemilikan Manajerial = Kepemilikan Institusional = Dewan Komisaris = Komisaris Independen = Komite Audit = Koefisien error 325 5. Metoda Penelitian. Model penelitian dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini : Kepemilikan Manajerial CAR Kepemilikan Institusional NPL Dewan Komisaris NPM Komisaris Independen ROA Komite Audit LDR HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Statistik Deskriptif. Pada penelitian ini, hasil pembahasan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Variabel Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit CAR NPL NPM ROA LDR Sumber : Data diolah Mean 4,0830 69,3029 5,1364 49,1438 0,9545 16,5492 2,4208 13,5283 1,8645 79,1515 a. Kepemilikan Manajerial (X1). Tabel 1 menunjukkan nilai mean sebesar 4,08% artinya kepemilikan saham oleh pihak manajerial masih sangat kecil. Pengaruh dengan adanya kepemilikan manajerial selaku pemegang saham dan manajer, tentunya akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. 326 b. c. d. e. f. g. h. i. j. Dengan demikian semakin besar kepemilikan manajerial akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan Institusional (X2). Tabel 1 menunjukkan nilai mean 69,30%. Artinya proporsi kepemilikan institusional termasuk dalam nilai yang cukup tinggi, sehingga dengan semakin besarnya pengaruh kepemilikan institusional yang melakukan pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen, maka akan mendorong manajer untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik. Dewan Komisaris (X3). Tabel 1 menunjukkan rata–rata setiap perusahaan perbankan memiliki jumlah dewan komisaris sebanyak 5,13 orang. Dalam hal ini menunjukkan pengawasan dan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh direksi sudah cukup baik. Komisaris Independen (X4). Tabel 1 menunjukkan nilai rata–rata komisaris independen sebesar 49,14%. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia no. 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum menyatakan bahwa paling kurang perbankan harus memiliki komisaris independen sebesar 50% dari jumlah dewan komisaris. Dari tabel diatas, menunjukkan nilai rata – rata komisaris independen sebesar 49,14% artinya hampir mencapai nilai 50%. Dalam hal ini masih dikategorikan baik. Komite Audit (X5). Tabel 1 menunjukkan variabel komite audit nilai rata–rata sebesar 0,95. Pada penelitian ini komite audit diukur dengan dummy variabel dimana perusahaan perbankan yang memiliki komite audit dinyatakan dengan angka 1 dan yang tidak memiliki komite audit dinyatakan dengan angka 0. Nilai sebesar 0,95 artinya rata-rata perusahaan perbankan memiliki komite audit. Capital Adequacy Ratio (Y1). Variabel kinerja perusahan (capital) di ukur menggunakan CAR yaitu mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Sesuai Peraturan Bank Indonesia no. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008, bank – bank diwajibkan untuk memenuhi rasio kewajiban modal minimum sebesar 8%. Semaikin tinggi nilai CAR semakin menunjukkan sehat bank tersebut. Nilai rata–rata CAR yang dimiliki perusahaan sebesar 16,54%, artinya kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko yang dihadapi sudah menunjukkan kinerja yang sangat bagus dari segi capital. Non Performing Loan (Y2). Variabel kinerja perusahan (asset) diukur menggunakan NPL. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentag Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi meyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Dari tabel diatas, nilai rata–rata dari NPL sebesar 2,42% yang artinya kinerja perbankan masih termasuk dalam kategori yang bagus. Net Profit Margin (X3). Variabel kinerja perusahan (management) di ukur menggunakan NPM. NPM merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semaki besar nilai NPM semakin bagus kinerja sebuah bank. Nilai rata–rata dari NPM sebesar 13,52%, artinya kita pendapatan operasional bank sebesar 1, maka akan menghasilkan laba bersih sebesar 0,13. Dalam hal ini, sudah menunjukkan kinerja yang bagus. Return On Assets (Y4). Variabel kinerja perusahan (earning) di ukur menggunakan ROA. Suatu bank dapat dimasukkan dalam kategori sehat apabila memiliki rasio ROA minimal 1,5%. Nilai rata–rata dari ROA sebesar 1,86% artinya rata–rata ROA yang dimiliki perbankan sudah menunjukkan kinerja yang bagus. Liquidity to Deposit Ratio (Y5). Variabel kinerja perusahaan (liquidity) di ukur menggunakan LDR. Hal ini menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan 327 kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia no. 12/19/DPI/2010 batas bawah LDR target sebesar 78% dan batas atas LDR target sebesar 100%. Semakin rendah nilai LDR berarti bank tersebut semakin likuid. Nilai rata–rata dari LDR sebesar 79,15% artinya perbankan yang diamati masih termasuk bank yang likuid. 2. Uji Asumsi Klasik. Yang perlu di uji dalam asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji autokolerasi, dan uji heterokedastisitas. Tabel 2. Uji Multikolinearitas Variabel Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit VIF 8,028 1,394 1,618 1,433 7,777 Kesimpulan Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap – tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa kolerasi antar independen masih bisa ditolerir. Berdasarkan hasil analisis, tidak ada variabel independen dalam penelitian ini yang memiliki nilai IF lebih dari 10. Dengan demikian hasil analisis menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Tabel 3. Uji Autokolerasi Variabel Dependen CAR NPL NPM ROA LDR DW 2,150 1,947 1,653 1,974 1,662 Kesimpulan Tidak terjadi autokolerasi Tidak terjadi autokolerasi Tidak terjadi autokolerasi Tidak terjadi autokolerasi Tidak terjadi autokolerasi Uji autokolerasi dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson. Dari tabel 3 dapat dilihat nilai Durbin Watson berada di sekitar angka 2 yang berarti pada model regresi tersebut tidak terdapat masalah autokolerasi. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan grafik scatterplot. Pada tabel 4 menunjukkan penyebaran titik – titik secara acak dan tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk hasil tersebut dapat di lihat pada tabel 4 dibawah ini. 328 Tabel 4. Uji Heterokedastisitas Scatterplot Scatterplot Dependent Variable: NPL Dependent Variable: CAR 2 Regression Standardized Predicted Value Regression Standardized Predicted Value 4 3 2 1 0 -1 -2 1 0 -1 -2 -3 -4 -2 0 2 4 -2 -1 0 Regression Standardized Residual Scatterplot Scatterplot Dependent Variable: NPM Dependent Variable: ROA 2 3 2 Regression Standardized Predicted Value 2 Regression Standardized Predicted Value 1 Regression Standardized Residual 1 0 -1 -2 -3 1 0 -1 -2 -3 -4 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 -3 4 -2 -1 0 1 2 Regression Standardized Residual Regression Standardized Residual Scatterplot Dependent Variable: LDR Regression Standardized Predicted Value 2 1 0 -1 -2 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Regression Standardized Residual 3. Uji Hipotesis. Uji hipotesis dilakukan terhadap lima model regresi. Pertama menggunkan CAR sebagai kinerja perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 329 Tabel 5. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen CAR Variabel Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat 0,435 0,055 -0,645 -0,069 24,483 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit P Value (Sig). 0,001 0,052 0,105 0,041 0,002 Sumber : Data diolah (1) Hipotesis 1 Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap capital. Ha1 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap capital. Maka: Ha1 ditolak Dilihat dari p-value (sig) pada kepemilikan institusional sebesar 0,052, dewan komisaris sebesar 0,105 maka dapat dijelaskan tidak semua dimensi pada good corporate governance berpengaruh secara parsial terhadap capital. Hanya kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite audit yang berpengaruh secara parsial terhadap good corporate governance. Sedangkan uji F digunkan uuntuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut : Tabel 6. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen CAR Model 1 F Sig 6,155 0,000 Sumber : Data diolah (2) Hipotesis 2 Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap capital. Ha2 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap capital. Maka: Ha2 diterima Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa good corporate governance berpengaruh secara simultan terhadap capital. 330 Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut : Y = -5,707 + 0,435X1 + 0,055X2 – 0,645X3 – 0,069X4 + 24,483X5 + e Model penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh good corporate governanc berpengaruh secara parsial terhadap capital adalah signifikan dengan melihat sig dari uji anova sebesar 0,00 dibawah 0,005. Tabel 7. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen NPL Variabel Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat 0,013 0,007 0,182 0,009 -0,250 P Value (Sig). 0,725 0,372 0,128 0,356 0,910 Sumber : Data diolah (3) Hipotesis 3 Ho3 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap assets. Ha3 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap assets. Maka: Ha3 ditolak Dilihat dari p-value (sig) semua dimensi pada good corporate governance tidak berpengaruh secara parsial terhadap asssets. Sedangkan uji F digunakan uuntuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut : Tabel 8. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen NPL Model 1 Sumber : Data diolah F Sig 1,535 0,193 (4) Hipotesis 4 Ho4 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap assets. Ha4 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap assets. Maka: Ha4 ditolak Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,193 atau lebih dari 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh secara simultan terhadap assets 331 Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut : Y = 0,701 + 0,013X1 + 0,007X2 + 0,182X3 + 0,009X4 – 0,250X5 + e Tabel 9. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen NPM Variabel Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit Sumber : Data diolah Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat -0,215 -0,085 0,501 0,026 -1,591 P Value (Sig). 0,317 0,077 0,457 0,646 0,900 (5) Hipotesis 5 Ho5 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap management. Ha5 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap management. Maka: Ha5 ditolak Dilihat dari p-value (sig) semua dimensi pada good corporate governance tidak berpengaruh secara parsial terhadap management. Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut : Tabel 10. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen NPM Model 1 Sumber : Data diolah F Sig 1,553 0,187 (6) Hipotesis 6 Ho6 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap management. Ha6 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap management. Maka: Ha6 ditolak Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,187 atau lebih dari 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh secara simultan terhadap assets. Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut : Y = 17,987 – 0,215X1 - 0,085X2 + 0,501X3 + 0,026X4 – 1,591X5 + e 332 Tabel 11. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen ROA Variabel Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat -0,033 -0,017 0,169 -0,002 -0,067 P Value (Sig). 0,163 0,002 0,023 0,733 0,961 Sumber : Data diolah (7) Hipotesis 7 Ho7 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap earning. Ha7 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap earning. Maka: Ha7 ditolak Dilihat dari p-value (sig) pada kepemilikan manajerial sebesar 0,163, komisaris independen sebesar 0,733, dan komite audit sebesar 0,961 maka dapat dijelaskan tidak semua dimensi pada good corporate governance berpengaruh secara parsial terhadap earning. Hanya kepemilikan institusional dan dewan komisaris yang berpengaruh secara parsial terhadap good corporate governance. Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap capital. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut : Tabel 12. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen ROA Model 1 Sumber : Data diolah F Sig 4,780 0,001 (8) Hipotesis 8 Ho8 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap earning. Ha8 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap earning. Maka: Ha8 ditolak Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,01 atau kurang dari 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh secara simultan terhadap earning. Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut : Y = 2,451 - 0,033X1 - 0,017X2 + 0,169X3 - 0.002X4 - 0,067X5 + e 333 Tabel 13. Uji Parsial Untuk Variabel Dependen LDR Variabel Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Komisaris Independen Komite Audit Koefisien pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat -0,657 -0,012 3,755 -0,348 -35,674 P Value (Sig). 0,218 0,919 0,027 0,015 0,256 Sumber : Data diolah (9) Hipotesis 9 Ho9 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen,dan komite audit secara parsial terhadap liquidity. Ha9 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara parsial terhadap liquidity. Maka: Ha9 ditolak Dilihat dari p-value (sig) pada kepemilikan manajerial sebesar 0,218, kepemilikan institusional 0,919, dan komite audit sebesar 0,256 maka dapat dijelaskan tidak semua dimensi pada good corporate governance berpengaruh secara parsial terhadap liquidity. Hanya dewan komisaris dan komisaris independen yang berpengaruh secara parsial terhadap good corporate governance. Sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap liquidity. Hasil output penelitian secara simultan adalah sebagai berikut : Tabel 13. Uji Simultan Untuk Variabel Dependen LDR Model 1 Sumber : Data diolah F Sig 3,628 0,006 (8) Hipotesis 10 Ho10 : Tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap liquidity. Ha10 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit secara simultan terhadap liquidity. Maka: Ha10 diterima Dapat dilihat dari nilai p-value (sig) sebesar 0,006 atau kurang dari 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa good corporate governance berpengaruh secara simultan terhadap liquidity. Bentuk regresi linear berganda untuk model regresi ini adalah sebagai berikut : Y = 114,518 – 0,657X1 – 0,012X2 + 3,755X3 – 0,348X4 – 35,674X5 + e 334 KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal – hal sebagai berikut : a. Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap CAR. Adanya kepemilikan manajerial yang menselaraskan kepentingan pemegang saham dan kepentingannya sendiri maka akan berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perbankan dalam hal permodalan yang cukup dimiliki bank dalam menghadapi aktiva yang beresiko misalnya dalam hal kredit yang diberikan. Kepemilikan institusional dalam pengawasannya tidak berpengaruh dalam peningkatan modal. Karena fungsi dewan komisaris hanya sebagai pengawas atas pengelolaan oleh direksi, tidak dalam pengelolaan kegiatan operasional maka tidak berpengaruh dengan CAR. Adanya independensi komisaris dalam pengawasan perusahaan akan memberikan pengaruh dalam mengatur kinerja perusahaan, karena komisaris independen tidak terafiliasi dengan semua direksi dan pemengang saham, sehingga tingkat pengawasan akan lebih transparansi. Pengawasan fungsi atas proses laporan keuangan, pengawasan dalam manajemen resiko dalam mengatur resiko yang mungkin dihadapi mempunyai pengaruh dalam rasio CAR untuk mengatur kecukupan permodalan yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang beresiko. Good corporate governance berpengaruh dalam kinerja perbankan dalam segi permodalan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar CAR maka laba yang diperoleh bank akan semakin besar maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya sehingga kinerja bank juga meningkat. b. Kepemilikan manajerial, kepemilikan insitusional, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit tidak memberikan pengaruh NPL, karena umumnya NPL sendiri dipengaruhi oleh kemampuan debitur dari sisi financial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman, naik turunnya suku bunga kredit, inflasi, kondisi perekonomian, dan lainnya. c. Kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi NPM, karena kemungkinan NPM dipengaruhi oleh pendapatan operasional, tingkat suku bunga kredit yang rendah yang akan memberikan laba terhadap perusahaan, dan lainnya. d. Karena proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang kecil, maka tidak memiliki pengaruh yang besar pada pencapaian laba perusahaan, tetapi umumnya dipengaruhi oleh kinerja manajemen dan karyawan pada perusahaan tersebut. Persentase kepemilikan saham oleh pihak institusional yang besar memiliki pengaruh dalam pencapaian tingkat laba perusahaan yang besar. Dalam hal ini pihak institusional sebagai pengawas atas kinerja manajemen sehingga pihak manajemen semakin menunjukkan kinerja yang bagus dalam pencapaian laba. Banyaknya jumlah dewan komisaris dan kinerja dari dewan komisaris berpengaruh pada peningkatan laba perusahaan sehingga dewan komisaris memiliki pengauh terhadap ROA. Fungsi dari komisaris independen yang berfungsi sebagai pengawas atas pengelolaan perusahaan oleh direksi tapi tidak dalam hal pengambilan keputusan operasional, hal ini menyebabkan tidak terlalu berpengaruh atas laba perusahaan. Selain itu, kemungkinan disebabkan pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance di dalam perusahaan. Fungsi pengawasan internal dan audit perusahaan tidak terdapat pengaruh yang besar pada pencapaian laba perusahaan, umumnya lebih berpengaruh pada kinerja direksi dan manajemen perusahaan. 335 e. Kepemilikan saham oleh manajerial tidak memberikan pengaruh dalam tingkat likuid suatu bank. LDR ditentukan oleh besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Kepemilikan saham oleh pihak institusional juga tidak memberikan pengaruh terhadap LDR. Tugas dari dewan komisaris atas pengawasan pengelolaan perusahaan atas pengukuran tingkat likuiditas sangat diperhatikan. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Demikian fungsi komisaris independen yang bertanggung jawab atas pengawasan pengelolaan perusahaan mempunyai pengaruh atas kegiatan utama bank ini. Sesuai fungsi dari komite audit, kemungkinan tidak terlalu berperan dalam kegiatan aktivitas dalam mengukur tingkat likuiditas sehingga tidak berpengaruh terhadap LDR. 2. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan nyata yang memiliki beberapa keterbatasan , antara lain dalam variabel independen masih dapat diukur dengan faktor – faktor lain misalnya fraud, ukuran perusahaan, latar belakang pendidikan komisaris, dan lainnya. Di samping itu, penelitian ini banyak mengandung kelemahan, seperti jumlah sampel, obyek penelitian, dan lainnya. 3. Implikasi bagi Penelitian Selanjutnya. Dengan adanya kelemahan dalam penelitian ini, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunkan variabel independen lainnya dan menambah obyek penelitian lain. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan jurnal ini tidak luput dari dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dengan penuh rasa hormat khususnya kepada Ibu Sri Handayani, SE. MM, selaku pembimbing, yang telah berkenan meluangkan waktu, mendukung dan memberikan banyak bimbingan dan pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini dengan baik dan tepat waktu. DAFTAR PUSTAKA Deni Darmawati, Khomsiyah, Rika Gelar Rahayu¸ ― Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan‖, SNA VII Denpasar-Bali, 2-3 Desember 2004 Herman Darwis, ―Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan‖, Jurnal Keuangan dan Perbankan, No. 3 (September, 2009) Hendriksen, Eldon S.,dan Micheal F.Van Breda, Teori Akuntansi terjemahan dari Accounting Theory, Interaksara, Jakarta, 2000 G. Sri Sulistyanto, Teori dan Model Empiris Manajemen Laba, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2008 Muh.Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance, Salemba Empat, Jakarta, 2009 Totok Dewayanto, ―Pengaruh Mekanisme Good Corporate Terhadap Kineja Perbankan Nasional Studi Pada Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 – 2008‖, Vol.5 No.2, Desember 2010 336 INTELLECTUAL CAPITAL DAN KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Susan Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta [email protected] ABSTRAKSI Intellectual capital (IC) akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya melakukan peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa IC merupakan landasan bagi perusahaan untuk menjadi lebih kompetitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IC dengan kinerja perusahaan. IC merupakan variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 62 perusahaan perbankan Indonesia yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia antara tahun 2009-2010. Penelitian ini menggunakan Model Pulic (Value Added Intellectual Coefficient – VAICTM) sebagai ukuran efisiensi atas komponen IC; physical capital coefficient (VACA), human capital coefficient (VAHU), dan structural capital coefficient (STVA) dan metode regresi sederhana digunakan untuk menguji pengaruh antara VAICTM dengan kinerja perusahaan, dimana tiga rasio keuangan dipilih sebagai ukuran proksi untuk kinerja perusahaan (ROE, EPS dan SR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: IC tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Equity; IC berpengaruh positif terhadap Earnings Per Share; IC tidak berpengaruh positif terhadap Stock Return. Kata kunci: VAICTM, Return On Equity. Earnings Per Share, Stock Return. PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman, intensitas persaingan yang semakin tinggi dan ketat memaksa sebagian besar perusahaan untuk meningkatkan asset yang dimilikinya untuk bisa mendapatkan laba yang besar dengan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Peranan IC semakin strategis, bahkan akhir-akhir ini memiliki peran kunci dalam upaya melakukan lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa IC merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana bisnis. Dunia bisnis di Indonesia kurang memiliki keunggulan kompetitif dalam kegiatan inovatif yang menyebabkan rendahnya daya saing. Hal ini sesuai laporan World Economic Forum tahun 2006 posisi daya saing Indonesia saat itu tergolong rendah yaitu berada pada urutan 50 diantara 125 negara. Adapun yang menyebabkan rendahnya daya saing antara lain rendahnya kualitas Intellectual Capital Indonesia (seperti lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi).Sehingga SDM Indonesia masih kurang mampu berkompetensi di lingkungan global. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan dengan alasan karena sektor perbankan intellectual lebih penting dibandingkan kemampuan fisik dalam proses 337 memperoleh kekayaan seperti yang dikemukan oleh Bannany. Begitu pula, Mavridis menyatakan secara umum sektor perbankan merupakan bidang ideal bagi penelitian Intellectual Capital bersifat bisnis sektor perbankan adalah memerlukan Intellectual. Selain dari aspek intellectual, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor lainnya. Secara ringkas menurut Sangkala mengartikan Intellectual Capital sebagai asset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing. Setelah mengetahui definisi Intellectual Capital, perlu memahami komponen-komponen Intellectual Capital. Intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama yaitu: 1. Human Capital (modal manusia), merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. 2. Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi), merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, 3. Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan), merupakan hubungan yang harmonis association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya. Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic, didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. mengembangkan "Value Added Intellectual Coefficient" (VAICTM) untuk mengukur IC perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai cost dan tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). VA dipengaruhi oleh efisiensi Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC). Rumusan Masalah Masalah yang dibahas penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Return on Equity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010? 2. Apakah ada pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Earnings Per Share pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010? 3. Apakah ada pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Stock Return pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010? 338 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Return on Equity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Earnings per Share pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capita terhadap Stock Return pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain : 1. Bagi emiten, Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan Intellectual Capital dan hubungannya dengan kinerja perusahaan. 2. Bagi investor, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengambil kebijaksanaan untuk membuat keputusan investasi. 3. Bagi kalangan akademis, Hasil penelitian ini diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi tambahan. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka dalam pengumpulan, dan menyajikan yang berguna bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berupa annual report perusahaan perbankan 2009 dan 2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang meliputi neraca dan laporan laba rugi. Sumber data yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah diolah dan diperoleh penulis dari Bursa Efek Indonesia, yaitu Laporan Keuangan perusahaan perbankan tahun 2009-2010 yang terdaftar di BEI, yang sumbernya didapat dari : Website Bursa Efek Indonesia. Data berupa laporan keuangan periode 2009-2010 yang telah dipublikasikan, memuat laporan keuangan tahunan yang meliputi neraca dan laporan laba / rugi tahun 20092010 Populasi dan Sampel Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 dan 2010. Ada 31 Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu sampel diambil berdasarkan jumlah semua populasi yang terdapat pada obyek penelitian. Jumlah sampel yang diambil dari penelitian ini yaitu : Tahun 2009 ada 31 perusahaan perbankan dan tahun 2010 ada 31 perusahaan perbankan. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah IC yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan 339 structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAICtm yang dikembangkan oleh Public. Formulasi dan tahapan perhitungan VAICtm adalah sebagai berikut: a. Menghitung Value Added (VA). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. VA = OUT – IN b. Menghitung Value Added Physical Capital (VACA). VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CA terhadap value added organisasi. VACA = VA/CA c. Menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi. VAHU = VA/HC d. Menghitung Structural Capital Value Added (STVA). STVA ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA = SC/VA e. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICtm). VAICtm mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator ). VAICtm merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu : VACA, VAHU, dan STVA. . VAIC™ = VACA + VAHU + STVA 2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE), Earnings Per Share (EPS), dan Stock Return (SR). Formulasi perhitungan kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: a. Return on Equity (ROE) ROE mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat menghasilkan setiap rupiah dari modal pemegang saham.. Rumus untuk memperoleh ROE adalah: Laba setelah pajak ROE = 100 % X Rata-rata Equity b. . Earnings Per Share (EPS) EPS memberikan ukuran profitabilitas yang menggabungkan keputusan operasi, investasi dan pembiayaan (Stikney dan Weil, 1997 dalam Tan et al.,2007). Formula untuk memperoleh EPS adalah: Laba setelah pajak EPS = x 100 % Jumlah saham yang beredar 340 c. Stock Return (SR) SR mengukur perubahan harga saham termasuk deviden dan disesuaikan untuk setiap saham yang bervariasi. Rumus untuk memperoleh ASR adalah: ( Harga saham t - Harga saham tahun t -1 ) SR = Harga saham tahun t Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah penelitian. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka menyusun skripsi ini dilakukan dengan beberapa metode antara lain : 1. Riset Kepustakaan Penelitian Kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan mempelajari buku–buku yang berkaitan dengan topik yang dibahas, mengumpulkan, membaca, dan memahami buku, artikel, jurnal, catatan perkuliahan, internet, dan sebagainya yang dapat memberikan gambaran dan penjelasan secara teori. 2. Teknik Dokumentasi Dalam hal ini, teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id untuk mengumpulkan data yang diperlukan bagi penulis skripsi ini. Metode Analisis Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara umum, pendekatan kuantitatif lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi, dengan melakukan pengujian statistic dan steril dari pengaruh subjektif peneliti. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital tehadap Return on Equity, Earnings Per Share, dan Stock Return. Hipotesis Ha1 = Terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Return on Equity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010. Ha2 = Terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital terhadap Earnings Per Share pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 2009-2010. Ha3 = Terdapat pengaruh positif Intellectual Capital terhadap Stock Return pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tahun 20092010. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah menerbitkan laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut dari tahun 2009 -2010 dan telah dipublikasikan yaiu sebanyak 31 perusahaan. Dengan menggunakan metode penggabungan data maka dalam hal ini diperoleh sebanyak 31 x 2 = 62 data pengamatan. Koefisien Determinasi (R2) Uji Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. 341 Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variabel – variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Tabel 5.6 Koefisien Determinan pada ln_ROE Modal Summaryb Model R R Square 1 .0232a .054 a. Dependent Variable : ln_ROE Adjusted R Square .038 Std. Error of the Estimate 1.03512 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil besarnya pengaruh variabel independen (Intellectual Capital) terhadap variabel dependen (Return On Equity) yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 0,054 atau 5,4%, dan sisanya sebesar 94,6% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, contoh : pendapatan, penjualan, dan lain-lain. Tabel 5.8 Koefisien Determinan pada ln_EPS Modal Summaryb Std. Error Adjusted R Model R R Square of the Square Estimate 1 .510a .260 .247 1.75624 a. Dependent Variable : ln_EPS Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil besarnya pengaruh variabel independen (Intellectual Capital) terhadap variabel dependen (Earnings Per Share) yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 0,260 atau 26%, dan sisanya sebesar 74% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, contoh: penjualan, saham,dan lain-lain. Tabel 6.0 Koefisien Determinan pada ln_SR Modal Summaryb Model 1 R R Square .123a .015 a. Dependent Variable : ln_SR Adjusted R Square -.001 Std. Error of the Estimate .77680 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil besarnya pengaruh variabel independen (Intellectual Capital) terhadap variabel dependen (Stock Return) yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 0,015 atau 1,5%, dan sisanya sebesar 98,5% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, contoh: laba, saham,dan lain-lain. 342 Uji Hipotesis (Uji t) Pengujian ini digunakan untuk membuktikan koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh signifikan atau tidak secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. (a) Jika Sig <0,05, maka Ha diterima (b) Jika Sig > 0,05, maka Ha ditolak Tabel 5.5 Uji t pada ln_ROE Coefficientsa Model 1 (Constant) VAIC Unstandardized Coefficients B Std. Error -2.862 .392 Standardized Coefficients Beta t -7.309 Sig. .000 .581 .232 .069 .314 1.849 Dari uji diperoleh hasil Sig sebesar 0,069 yang berarti diatas 0,05 maka Ha ditolak atau variable Intellectual Capital secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan tetapi berpengaruh positif terhadap Return On Equity. Hal ini disebabkan karena perusahaan di Indonesia belum dapat megelola dan memanfaatkan kekayaan intelektualnya secara maksimal untuk menciptakan value added bagi perusahaan. Dari analisis diperoleh hasil regresi sebagai berikut : Y1 = -2,862 + 0,581 X1 Tabel 5.7 Uji t pada ln_EPS Coefficientsa Model 1 (Constant) VAIC Unstandardized Coefficients B Std. Error .574 .664 Standardized Coefficients Beta t .863 Sig. .391 2.445 .510 .000 .533 4.588 Dari uji diperoleh hasil Sig sebesar 0,000 yang berarti dibawah 0,05 maka Ha diterima atau variable Intellectual Capital secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Per Share. Hal ini dikarenakan investor menilai bahwa emiten memiliki kinerja yang baik, dan Kemampuan untuk mempertahankan EPS yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor kepada perusahaan. Dari analisis diperoleh hasil regresi sebagai berikut : Y2 = 0,574 + 2,445 X1 343 Tabel 5.9 Uji t pada ln_SR Coefficients a Model 1 (Constant) VAIC Unstandardized Coefficients B Std. Error -.573 .294 Standardized Coefficients Beta t -1.951 Sig. .056 -.227 -.123 .340 .236 -.963 Dari uji diperoleh hasil Sig sebesar 0,340 yang berarti diatas 0,05 maka Ha ditolak atau variable Intellectual Capital secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Stock Return. Hal ini dikarenakan Intellectual Capital dilaporkan kedalam beban operasional yang mengakibatkan beban perusahaan meningkat. Sehingga investor tidak mau menanamkan modalnya. Dari analisis diperoleh hasil regresi sebagai berikut : Y3 = -0,573 – 0,227 X1 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital dengan Return On Equity, hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana tidak terdapat pengaruh yang signifikan atau Ho1 diterima. 2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Intellectual Capital dengan Earnings Per Share, hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana terdapat pengaruh yang signifikan atau Ha2 diterima. 3. Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Intellectual Capital dengan Stock Return, hal ini dapat dilihat dari hasil uji t dimana tidak terdapat pengaruh yang signifikan atau Ho3 diterima. Saran Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel serta kesimpulan yang didapat, maka saran yang dikemukakan agar menjadi masukan bagi perusahaan dan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya adalah : 1. Bagi Emiten,sebaiknya pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan untuk Intellectual Capital jangan dilaporkan kedalam beban operasional tetapi dilaporkan kedalam aktiva tidak berwujud, supaya nilai beban tidak keliatan tinggi dalam laporan laba rugi keuangan dan laba perusahaan akan meningkat, sehingga investor berminat untuk menanamkan modalnya. 2. Untuk penelitian selanjutnya,diharapkan untuk menambah periode pengamatan, tidak hanya 2 tahun, setidaknya 3 atau 4 tahun. Karena ada kemungkinan bahwa pengaruh IC terhadap kinerja perusahaan tidak dalam selisih 1 tahun, tetapi 2 atau 3 tahun berikutnya, maka penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji pengaruh IC terhadap kinerja perusahaan dengan lag 2-3 tahun. Artinya, IC tahun ke-n diuji dengan kinerja tahun ken+2 atau ke-n+3. 344 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Jakarta, 2004 Bannany, A Study of Determinants of Intellectual Capital Performance in Bank : The UK Case, Journal of Intellectual Capital, Vol.9 ISS :3, 2008 Bontis, Intellectual Capital : an Exploratory Study that Develops Measures and Models, Management Decision. Vol 36.No 2, 1998 Brinker, Intellectual Capital : Tomorrows Assets.Today’s Challenge, 2000 Burhanudin,Jalan Menuju Stabilitas Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Jakarta :LP3ES, 2006 Guthrie, The Management, Measurement and The Reporting Intellectual Capital, Journal of intellectual capital.Vol 2, No 1, 2001 Halim, Analisis Investasi, Jakarta, 2005 Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta, 2006 Jensen and Meckling, Theory of The Firm : Managerial Behaviour Agency Cost and Ownership structure, Journal of finance economics.Vol 3, 1976 Mavridis, The Intellectual Capital Performance of The Japanese Banking Sektor, Journal of Intellectual Capital,Vol.5 No 3, 2004 Pulic, An Accounting Tool For Intellectual Capital Management, 2000 Purnomosidhi, Bambang, Praktik Pengungkapan Modal Intelektual Pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9 No. 1, 2006 Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta, 2006 Sartono, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, 2001 Stewart, Intellectual Capital : The New Wealth of Organizations, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 15, No 2, 1997 Suwarjuwono, Intellectual Capital : Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Sebuah Library Research, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No 1, 2003 Ulum, Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Indonesia,2007 Widiatmodjo, Cara Sehat Investasi Manajemen Portofolio, Yogyakarta, ,2005 345 ANALISIS PENGARUH BEBAN OPERASIONAL DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PT. NUSANTARA CARD SEMESTA (NCS) TAHUN 2010 Yustifani Trinandari Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta ABSTRAKSI Menganalisa jenis dan besaran beban yang dikeluarkan perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantara Card Semesta dalam menetapkan harga pokok jasa atau harga jasa kirim serta ingin mengetahui bagaimana cara PT. Nusantara Card Semesta menghitung harga jasa kirim. PT. Nusantara Card Semesta dalam menetapkan harga jasa kirim yaitu dengan cara menjumlahkan baik beban tetap, beban variabel serta beban Semi-Variabel. Dan dasar yang dijadikan perhitungan harga jasa kirim adalah jumlah berat kilogram yang ditimbang dari paket tersebut. Sedangkan harga jasa kirim per kilogram diperoleh dengan cara menambahkan harga pokok jasa dengan besar persentase laba yang ditentukan oleh manajemen. Kata kunci : Beban Operasional, Harga Jasa Kirim, Pengambilan Keputusan, Unit Cost. PENDAHULUAN Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa pengiriman, hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan jasa pengiriman yang didirikan oleh pihak swasta. Akibat dari perkembangan perusahaan jasa pengiriman yang semakin pesatini, maka menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas pelayanan jasa dan kepercayaan pelanggan. Tugas utama perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantara Card Semesta yaitu memberi pelayanan logistik, layanan keagenan pos (pengiriman dokumen), dan jasa transportasi (kurir, cargo). Dalam memberikan jasa pelayanan pengiriman, perusahaan ini memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa kirim. Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari harga yang harus dibayar oleh pemakai jasa pengiriman itu sendiri. Dengan adanya fasilitas pada jasa pengiriman, serta jumlah beban overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam penetapan biaya yang sesungguhnya. Biaya merupakan manfaat yang dikorbankan untuk memperoleh jasa, sedangkan beban merupakan biaya yang telah memberikan suatu manfaat dan sekarang telah berakhir (expired). 346 Fenomena yang terjadi pada perusahaan jasa [pengiriman PT. Nusantara Card Semesta yaitu pengeluaran beban operasional yang menjadi salah satu yang berpengaruh penting bagi pengambilan keputusan manajemen dalam penetapan harga jasa kirim. Pengeluaran beban – beban tersebut bermanfaat sebagai alat untuk membebankan biaya overhead terhadap jasa dengan teliti, adil, dan cepat dalam rangka ,menghitung harga pokok jasa kirim. Perumusan Masalah 1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan harga jasa kirim yang ada pada perusahaan jasa pengiriman PT. NCS (Nusantara Card Semesta) tahun 2010? 2. Ukuran apa yang dipergunakan dalam menetapkan harga jasa pengiriman paket barang khusus kurir pada perusahaan jasa pengiriman PT. NCS (Nusantara Card Semesta) tahun 2010 dan bagaimana cara perhitungannya? 3. Berapa besar pengaruh penentuan harga jasa kirim terhadap pengambilan keputusan? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang digunakan dalam penetapan harga jasa kirim yang ada pada perusahaan jasa pengiriman PT. NCS (Nusantara Card Semesta). 2. Untuk memperoleh gambaran secara jelas ukuran yang digunakan dan cara menghitung penetapan harga guna menentukan harga jasa kirim pada perusahaan jasa pengiriman PT. NCS (Nusantara Card Semesta). 3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh penentuan harga jasa kirim terhada pengambilan keputusan. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian metode analisis kualitatif kuantitatif. Dalam metode ini analisis dilakukan dengan cara menganalisa jenis dan besaran beban – beban ayang dikeluarkan perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantara Card Semesta dalam menetapkan harga pokok jasa atau jasa kirim serta ingin mengetahui bagaimana cara menghitung harga jasa kirim. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional yang perlu diketahui adalah Beban Operasional yaitu beban – beban yang dikeluarkan oleh perusahaan guna memproduksi jasa pengiriman paket pasa PT. NCS. Harga jasa kirim adalah biaya yang dibebankan kepada pelanggan pengguna jasa pengirimkan atas pelayanan yang telah diberikan oleh perusahaan. Untuk menentukan harga pengiriman paket di PT. Nusantara Card Semesta menggunakan berat (kilogram) barang yang akan dipaketkan. Pengambilan keputusan adalah suatu hasil dari pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan jasa pengiriman dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan mengenai ‗apa yang harus dilakukan‘ dan seterusnya mengenai unsur – unsur perencanaan perusahaan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa kepoutusan itu sesungguhnya yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Unit cost adalah besaran biaya 347 satuan dari setiap kegiatan pelayanan jasa yang diberikan perusahaan kepada pelanggan yang dihitung berdasarkan standar biaya akuntansi yang diterapkan perusahaan jasa tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perbandingan Perhitungan Harga Jasa Kirim Berikut ini merupakan beban operasional yang terdapat dalam jasa pengiriman pada PT. Nusantara Card Semesta beserta jumlah berat (kilogram) dihasilkan dalam menentukan harga jasa kirim per kilo gram. Tabel 5.1 Data beban jasa kirim pada perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantar Card Semesta tahun 2010 Jenis Beban Jumlah (Rp) 1. Beban Tetap Beban gaji kurir Depresiasi kendaraan (mobil box) Total Beban Tetap 2. Beban Variabel Beban alat tulis kantor Baban packaging Beban cetakan dan fotokopi Beban bahan bakar minyak, parkir, dan ongkos Total Beban Variabel 3. Beban Semi-Variabel Beban perawatan aktiva (kendaraan) Total Beban Semi-Variabel Total Beban +Variabel+Semi-Variabel Rp 11.702.880.000,Rp 540.647.000,Rp 12.234.527.000,Rp 503.435.960,Rp 758.230.000,Rp 350.790.750,Rp 4.239.600.500,Rp 5.852.057.210,Rp 1.382.000.000,Rp 1.382.000.000,Rp 19.476.491.800,- Sumber : Kantor Cabang PT. Nusantara Card Semesta Tahun 2010 Tabel 5.2 Data Pendukung jumlah kilogram paket yang dihasilkan tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Jumlah Pelanggan 245 187 213 169 155 129 180 201 221 176 193 233 2302 Sumber : Kantor Cabang PT. Nusantara Card Semesta Tahun 2010 Jumlah Kilogram 27.985 kg 13.972 kg 34.061 kg 44.560 kg 66.498 kg 11.768 kg 73.087 kg 53.790 kg 64.067 kg 98.327 kg 23.119 kg 19.007 kg 530.241 kg 348 Tabel 5.3 Penetapan harga jasa kirim PT. Nusantara Card Semesta Tahun 2010 Total beban Rp 19.476.491.800,- Jumlah kilogram 530.431 kg Harga/kilogram Rp 36.718,2,- A. Perhitungan Harga Jasa Kirim Menurut Teori Setelah penulisan menganalisa penetapan harga jasa kirim prusahaan jasa pengiriman PT Nusantara Card Semesta, penulis mencoba membandingkan penetuan harga jasa kirim dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau teori. Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau teori, penulis menganalisa bahwa dalam menentukan harga jasa kirim menurut teori ada beberapa beban - beban yang seharusnya masuk kedalam perhitungan harga jasa kirim tersebut, contohnya yaitu beban gaji marketingdan beban listrik. Beban tersebut memang tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada jasa kirim, tetapi beban tersebut berhubungan dan memepengaruhi jasa kirim yang dirasakan oleh pelanggan. Disini penulis mencoba untuk mengalokasikan beban – beban tersebut dalam menetapkan harga jasa kirim sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga semakin jelas dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menentukan harga pokok jasa kirim, penulis mencoba mengklarifikasikan beban – beban yang ada di PT Nusantara Card Semesta menjadi dua macam, yaitu : 1. Beban Tetap Beban – beban tersebut merupakan beban gaji kurir, depresiasi kendraan, beban gaji marketing, dan beban gaji adaministrasi. Adapun beban – beban yang belum termasuk dalam harga pokok jasa kirim menurut PT Nusantara Card Semesta adalah beban gaji marketing dan gaji administrasi. Dari hasil wawancara, diperolehinformasi beban gaji tersebut sudah termasuk tunjangan dan THR karyawan marketing. Dan beban gaji administrasi sebesar Rp 12.420.345.000,- per tahun. 2. Beban Variabel Beban variable adalah beban operasional jasa kirim. Beban yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan produksi bersifat habis pakai atau waktu habis relative singkat serta beban tersebut dapat naik atau turun secara proposional sesuai dengan perubahan volume produksi. Beban – beban tersebut adalah beban bahan bakar minyak/parkir/ongkos, beban alat tulis kantor, beban packaging , dan beban cetakan/ fotocopy, dan beban RTK . Diperoleh informasi dari hasil informasi dari hasil wawancara yaitu beban Rumah Tangga Kantor sebesar Rp 530.459.736,-per tahun atau dibulatkan sebesar Rp 530.460.000 ,- per tahun. 3. Beban semi – variable Beban semi-variabel yang terdapat pada PT Nusanntara Card Semesta yaitu beban perawatan aktiva total sebesar Rp 1.382.000.000,- per tahun. Beban perawatan aktiva ditempatkan pada beban semi-variabel, karena beban perawatan aktiva bukan hanya dikeluarkan karena aktiva tersebut sering digunakan atau rusak, melainkan agar tetap terjaga dan baik dalam penggunaannya. 349 Pada table dibawah ini beban – beban akan dialokasikan kedalam perhitungan harga pokok jasa kirim perkilogram. Tabel 5.4 Data Beban Jasa Kirim Menurut Teori Keterangan 1. Beban tetap Beban gaji kurir Beban gaji marketing Beban gaji administrasi Depresiasi kendaraan Total beban tetap 2. Beban VAriabel Beban BBM/parkir/ongkos Beban alat tulis kantor Beban packaging Beban cetakan dan fotocopy Beban RTK Total beban variable 3. Beban semi-variabel Beban perawatan aktiva Total beban semi – variable Total beban tetap+variable+semi-variabel Jumlah (Rp) 11.702.880.000 5.085.973.000 12.420.345.000 540.647.000 29.749.845.000 4.239.600.500 503.435.960 758.230.000 350.790.750 530.460.000 6.382.517.210 1.382.000.000 1.382.000.000 37.514.362.210 Table 5.5 perhitunngan harga jasa kirim kilogram menurut teori Tahun 2010 Total Beban Rp 37.514.362.210 Jumlah Kilogram 530.241kg Harga /kg Rp 70.749,64,- Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa total biaya sebesar Rp 37.514.362.210,dibagi dengan jumlah berat kilogram yang dihasilkan barang kirimanpelanggan PT Nusantara Card Semesta tahun 2010 sebanyak 530.241kgsetelah dilakukan pembulatan . maka hasil perhitungan harga jasa kirim menurut teori sebesar Rp 70.749,64 dan jika besar persentase laba yang diinginkan oleh pihak manajemen Pt Nusantara Card Semesta sebesar 11% , maka besar hargajasa per kilogram sebesasr Rp 78.532,1 ,- atau dibulatkan menjadi Rp 78.600,perkilogram. Menurut perhitungan teori harga jasa kirim sebesar Rp 78.600,- perkilogram, tetapi dalam kenyataannya harga menurut teori ini terlalu mahal disbanding dengan harga jasa kirim pesaing. Perusahaan ternyata tidak hanya melihat harga pokok penjulannya saja, tetapi juga memperhatikan harga jasa kirim pesaing sejenis. 350 B. Realisasi Pendapatan Yang Diterima Oleh PT Nusantara Card Semesta dari beberapa pelanggan Berikut ini data mengenai realisasi pendapatan yang diterima jasa pengiriman dari bebarapa pelanggan jasa. Tabel 5.6 Sampel data realisasi pendapatan yang telah diterima oleh perusahaan jasa pengiriman PT Nusantara Card Semesta No 1 2 Nama Pelanggan Jenis Brang Berat (kg) Harga yang dikenakan PTTERA DATA INDONUSA SUMITOMOINDUSTRY Paket Paket 6 kg 0.5 kg Rp 244.800 Rp 145.400 Dari data diatas tersebut ditarik informasi bahwa perusahaan jasa pengiriman menerima pendapatan dari klien pertama yaitu PT TERA DATA INDONUSA (AXIOO) sebesar Rp 244.800,- (dua ratus empat puluh empat ribu delapan ratus rupiah). Klien kedua yaitu SUMITOMO HEAVY INDUSTRY sebesar Rp 145.400,(seratus empat puluh lima ribu empat ratus rupiah). Pada klien SUMITOMO HEAVY INDUSTRI seharusnya membayar biaya sebesar Rp 20.400,- menurut tarif ,karena klien tersebut memakai peerjalanan udara maka dikenakan biaya surat mengudara tersebut sebesar Rp 125.000 ,- maka total biaya yang harus dibayar oleh SUMITOMO HEAVY INDUSTRI yaitu sebesar Rp 145.400,untuk pengiriman dokumen sebesar 0.5 kg. C. KLASIFIKASI Biaya pengiriman PT Nusantara Card Semesta 1. Biaya khusus paket barang yang dikenakan kepada pelanggan menurut pajak pengiriman yang ditempuh : a. Jarak pengiriman paket barang yang terdekat yaitu Jakarta. Biaya pengiriman pada jarak ini, yaitu dengan membebankan biaya pengiriman sesuai dengan tariff yang telah ditetapkan oleh PT Nusantara Card Semesta tahun 2010 yaitu sebesar Rp 40.800,- perkilogram. b. Jarak pengiriman paket barang yang paling jauh yaitu Papua. Biaya pengiriman pada jarak ini , yaitu dengan membebankan biaya sesuai tariff yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp 40.800,- ditambah dengan biaya transportasi (melalui jalur laut atau udara). Jika melalui jalr laut dikenakan fasilitas transportasi kapal sebesar Rp 95.000,- sedangkan jika melalui jalur udara dikenakan biaya sebesar Rp 125.000,- karena jarak yang ditempuh sulit dijangkau maka biaya yang dikenakanpun relative mahal atau lebih murah sesuai dengan perubahan harga transportasi yang digunakan tersebut. 2. Perusahaan menggunakan harga pesaing Harga jasa kirim yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar Rp 40.800,- per kilogram, antara lain jarak pengiriman yang paling dekat yaitu Jakarta yang dibebankan biaya sesuai tarif yaitu Rp 40.800,- per kilogram, dan jarak pengiriman yang paling 351 jauh yaitu papua yang dibebankan biaya sesuai tarif Rp 40.800,- per kilogram ditambah biaya jasa transportasi ( jika jalur laut dikenakan biaya Rp 95.000,- dan jika udara dikenakan biaya Rp 125.000,-) fasilitas tansportasi tersebut dapat berubah. Salah satu harga pesaing yang digunakan oleh perusahaan yaitu JNE. Perusahaan jasa pengiriman ini menetapkan harga jasa kirim sebesar Rp 51.500,- per kilogram, antara lain harga jasa pengiriman terdekat yaitu Jakarta sebesat tariff dan pengiriman paling jauh yaitu papua yang dikenakan biaya sesuai tariff ditambah biaya transportasi (jika jalur lau sebesar Rp 100.000,-, dan jika udara dikenakan biaya sebesar Rp 120.000,-) fasilitas transportasi tersebutdapat berubah. D. Pengambilan Keputusan Manajemen Bagian Keuangan PT. Nusantara Card Semesta Beban – beban operasional yang dikeluarkan dalam memproduksi layanan jasa pengiriman ternyata sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan manajemen bagian keuangan PT. NCS dalam menetapkan harga jasa pengiriman paket per kilogram. Hal itu terbukti bahwa harga jasa kirim paket pe kilogram ditetapkan dengan menjumlahkan beban- beban yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan aktivitas operasional tertentu, dan selain itu pula dalam menetapkan harga jasa, perusahaan melihat pesaing sejenis. Biaya yang pelanggan disesuaikan dengan tarif, jarak tempuh pengiriman dan jalur yang dilalui untuk melakukan pengiriman. Walaupun menetapkan harga jasa kirim merupakan hal yang kompleks dan tidak dapat ditelususi secara detail, akan tetapi perusahaan berusahamenetapkan harga jasa kirim yang sesuai dengan kualitas layanan yang diberikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dalam menentukannharga jasa pengiriman pada PT Nusantara Card Semesta menggunakan metode akuntansi tradisional. Dengan catra menjumlahkan baik beban tetap, beban variabel, dan beban semi-variabel. Dan yang dijadikan dasar unit perhitungan harga jasa kirim paket barang adalah jumlah berat (kilogram) paket barang tersebut. Sedangkan harga diperoleh dengan cara menambahkan harga pokok dengan persentase laba yaitu 11% . Akan tetapi dalam menetapkan harga jasa kirim, PT Nusantara Card Semesta tidak hanya melihat dari harga pokok penjualannyas saja tetapi juga ada variabel lain yang menjadi pertimbangan dalam memetapkan harga jasa kirim seperti ; harga jasa kirim pesaing. Tentunya biaya transportasi dikenakan kepada pelanggan sesuai dengan jalur yang digunakan untuk melakukan pengiriman. 2. Laporan laba rugi perusahaan PT. Nusantara Card Semesta yahun 2010 telah sesuai dengan laporan laba rugi yang ada dalam teori, yaitu menggunakan bentuk Multiple Step. Bentuk tersebut disusun secara bertahap, penghasilan dan beban – beban disajikan sesuai dengan urutan aktivitas yaituy kegiatan pokokusaha dan diluar usaha. Tetapi ada sedikit perbedaan 352 pada teori yaitu beban marketing yang seharusnya diklasifikasikan kedalam beban administrasi umum. 3. Terdapat perbedaan antara perhitungan harga jasa kirim antara PT. Nusantara Card Semesta dengan teori. Bahwa harga jasa kirim menurut perusahaan lebih kecil dibanding dengan perhitungan menurut teori. Selisih tersebut sebesar Rp 37.800,- per kilogram. Ini disebabkan karena dalam perhitungan menurut teori ada beberapa beban – beban yang belum dialokasikan kedalam harga pokok jasa kirim. Tetapi apabila perusahaan memakai tarif yang ditetapkan oleh teori, maka tarif tersebut terlalu mahal, perusahaan juga melihat harga jasa kirim pesaing sejenis. 4. Untuk realisasi harga jasa kirim yang dikenakan perusahaan jasa pengiriman PT. Nusantara Card Semesta terhadap klien terdapat perbedaan klien pertama dengan klien kedua, yaitu adanya klien yang membayar sebesar Rp 145.000,- untuk berat 0,5 kg, yang seharusnya menurut harga per kilogram sebesar Rp 20.400,-. Hal itu dikarenakan klien tersebut melakukan pengiriman barang melalui jalur udara, harus memakai surat mengudara. Perusahaan memfasilitasi pengiriman tersebut dengan biaya Rp 125.000,-, maka klien tersebut harus membayar harga jasa kirim sebesar Rp 145.400,-. Saran 1. Mengganti perhitungan jasa kirim per kilogram dari metode akuntansi biaya tradisional dengan menggunakan metode Variabel Costing. 2. dalam pengelompokkan beban – beban yang ada dalam laporan laba rugi, seharusnya benar – benar diperhatikan sesuai dengan aktivitas operasional yang dilakukan. 3. Dapat menggunakan metode kalkulasi beban variabel. Dimana dalam menentukan harga jasa kirim hanya memperhitungkan beban operasional bersifat variabel saja, sedangkan untuk beban tetap dapat diperhitungkan sebagai biaya periode. 4. Untuk menentukan harga atau dengan mempertimbangkan faktor eksternal yang lainnya seperti harga jasa kirim pesaing. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas membantu selam proses penyusunan tugas akhir penelitian ini baik secara moriil dan materiil kepada : 1. Bapak Dr. Arief Kusuma, Ap., MBA., aelaku Rektor Universitas Esa unggul. 2. Bapak Dr. MF Arrozi, SE, Msi, Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Esa unggul. 3. Bapak Drs. Daulat Fraddy, AK., MM., selaku Ketua Program Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul sekaligus Dosen pembimbingt serta orang yang memotivasi saya agar bisa lebih baik. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan pengajaran dan ilmu yang sangat bermanfaat dari awal semester hingga penyelesaian Tugas Akhir ini. 353 5. Bapak Budi Aryanto, selaku Manager Finance yang telah banyak membantu dalam memperoleh data Skripsi. Semoga kebaikan Bapak dibalas oleh Allah SWT. 6. KELUARGAKU, terutama Mama dan Papa terima kasih atas dukungan moriil dan materiil yang telah kalian berikan sampai saat ini aku dapat menyelesaikan skripsi. 7. Sahabat KPG (Dadi , Bunda amanah , mput, selly, ria, susi dan rara) terima kasih atas pershabatan yang begitu indah ini, banyak cerita suka dan duka, semuanya begitu berkesan, terima kasih sahabatku. 8. Ricky, makasih atas perhatian , kasih sayang , dan semangatnya. Semoga kebaikan kamu dibalas dengan sesuatu yang indah. DAFTAR PUSTAKA Dunia, Firdaus, Wasilah Abdullah, Akuntansi Biaya, Salemba Empat, Jakarta Akong, Pengambilan Keputusan, www.pembuatan-keputusan.blogspot.com,2008 Bustami, Bastian & Nurlela , Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi , Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007 Fatturochman, Alif, Dasar-dasar pengambilan keputusan, www.mycopypaste.blogspot, 2008 Helmi, Sayfrizal, Biaya Opersional, www.syafrizalhelmi.blogspot.com,2008 Mulia, Yuliana, Perhitungan Harga Jasa Kirim, www.nct-cargo.com,2010 Nurhuda, Arif, Dasar-dasar Akuntansi, dasar-akuntansi.blogspot.com, 2009 P. Purba, Marisa< Asumsi Going Concern, Graha Ilmu, Yogyakarta,2009 R. Hansen, Don , Maryanne M. Mowen, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta , 2006 Syarif, riza, Pemisahan Beban Repository.usu.ac.id, 2009 Penjualan dan Beban Administrasi dan Wahyu, Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa, wahyu410.wordpress.com, 2011 Umum,