perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu

advertisement
PERBEDAAN KUALITAS HIDUP LANSIA YANG AKTIF MENGIKUTI
POSYANDU LANSIA DENGAN YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI
POSYANDU LANSIA DI DESA SIRNOBOYO KECAMATAN PACITAN
NASKAH PUBLIKASI
oleh :
DARTI LATIFAH
J 210.090.034
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
2
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
3
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Surakarta, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: DARTI LATIFAH
NIM
: J210090034
Fakultas/Jurusan
: ILMU KESEHATAN / S1 - KEPERAWATAN
Jenis Karya
: Skripsi
Judul
: Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Aktif
Mengikuti Posyandu Lansia dengan yang Tidak Aktif
Mengikuti Posyandu Lansia di Desa Sirnoboyo
Kecamatan Pacitan
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola
dalam
bentuk
pangkalan
data
(database),
mendistribusikan,serta menampilkanya dalam bentuk sofcopy untuk
kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta
ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta
3. Bersedia menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hokum yang timbul
atas pelanggaran hak cipta dalam krya ilmiah ini
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 20 Juni 2013
Yang Menyatakan,
(Darti Latifah )
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
1
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN KUALITAS HIDUP LANSIA YANG AKTIF MENGIKUTI
POSYANDU LANSIA DENGAN YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI
POSYANDU LANSIA DI DESA SIRNOBOYO KECAMATAN PACITAN
Darti Latifah*
Abi Muhlisin, SKM., M.Kep**
Ambarwati, S.Pd., M.Si**
ABSTRAK
Masalah yang sering dihadapi oleh para lanjut usia adalah menurunnya kesehatan
fisik, ataupun menurunnya kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Posyandu
lansia merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan bagi lansia agar mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan mudah. Dengan aktif dalam kegiatan posyandu lansia
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan
yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan.
Metode penelitian adalah Observasional analitik, sedangkan rancangan penelitian ini
menggunakan rancangan kasus kontrol. Sampel penelitian berjumlah 72 lansia, dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan Simple random sampling. Sampel dibagi
dalam 2 kelompok, yaitu 36 sampel lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia, dan 36
sampel lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia. Instrumen penelitian
diperoleh dari kuesioner kualitas hidup yang telah diuji validitas dan reliabilitas serta data
jumlah kehadiran lansia di posyandu lansia selama 1 tahun terakhir. Analisis data
penelitian menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan 21 (58,3%)
responden pada kelompok kasus memiliki kualitas hidup yang baik, dan 11 (30.6%)
responden pada kelompok kontrol memiliki kualitas hidup yang baik. Rata-rata kehadiran
kelompok kasus dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia sebesar 7 kali pertemuan,
sementara kelompok kontrol sebanyak 3 kali pertemuan. Hasil uji Chi Square diperoleh
nilai p=0,018, sehingga disimpulkan terdapat perbedaan kualitas hidup antara lansia yang
aktif dengan yang tidak aktif dalam mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo
Kecamatan Pacitan.
Kata kunci: Kualitas Hidup, lanjut usia, posyandu
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
2
DIFFERENCES FROM QUALITY OF LIFE OF ACTIVE ELDERLY WITH
INACTIVE ELDERLY ON FOLLOW HEALTH SERVICE CENTRE IN
SIRNOBOYO VILLAGE OF PACITAN DISTRICT.
Problems often faced by elderly is decreasing abilitiy is like physical health, or
decrease ability to socialize with others. elderly Health Service Centre is one of activities
aimed to elderly to get health services easily. With active in neighborhood health center
is expected to improve the quality of life of the elderly. Objective aim to know differences
from quality of life of active elderly with inactive elderly on follow health service centre
in Sirnoboyo Village Of Pacitan District. research method is Observational analytical,
with design research is used a case-control design. Sample are 72 elderly, with taking
sample is using simple random sampling. Samples divided to 2 groups, every group is 36
elderly who are actively follow elderly Health Service Centre , and 36 samples elderly
who are inactively follow elderly Health Service Centre. Research instrument quality of
life questionnaire that had been tested for validity and reliability as well as data on
number of elderly Health Service Centre attendance for 1 year. data analysis is using Chi
Square test. The results showed there are 21 (58.3%) respondents of groups cases with a
good quality of life, while 11 (30.6%) respondents control group with a good quality of
life. average attendance in case group participated in elderly Health Service Centre by 7
times, while control group as much as 3 times. Chi Square test results obtained by the
value of p = 0.018, so concluded there is a differences from quality of life of active
elderly with inactive elderly on follow health service centre in Sirnoboyo Village Of
Pacitan District.
Keywords: Quality of Life, elderly, health service centre
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring
dengan
semakin
meningkatnya populasi lansia, pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan
pelayanan kesehatan usia lanjut yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan lansia
untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaanya. Sebagai wujud nyata
pelayanan sosial dan kesehatan pada
kelompok lanjut usia, pemerintah telah
mencanangkan pelayanan pada lansia
melalui perubahan jenjang. Pelayanan di
tingkat masyarakat adalah posyandu
lansia,. Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia
yang penyelenggaraanya melalui program
pukesmas dengan melibatkan peran serta
lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi
dalam
penyelenggaraanya
(Purnama, 2010).
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan 2 orang kader posyandu, mereka
menyatakan dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu lansia, masih banyak lansia yang
tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu.
Posyandu ramai dikunjungi lansia hanya
pada awal berdirinya saja. Tidak aktifnya
para lansia ke posyandu menurut kader
disebabkan oleh berbagai kondisi fisik
yang terjadi pada lansia seperti sedang
sakit atau lupa akan jadwal posyandu dan
tidak ada keluarga yang mengingatkan
maupun
mengantarkan,
kesibukan
pekerjaan ataupun menjaga cucu-cucunya
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
3
juga menjadi salah satu sebab lansia tidak
aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu
lansia.
Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui perbedaan kualitas hidup
lansia yang aktif mengikuti posyandu
lansia dengan yang tidak aktif mengikuti
posyandu lansia di Desa Sirnoboyo
Kecamatan Pacitan
Keaktifan
Keaktifan adalah suatu kesibukan
yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh
sesuatu.
Konsep
diri
seseorang tergantung pada aktivitasnya.
Aktivitas menekankan pentingnya peran
lansia dalam kegiatan masyarakat dalam
kehidupanya.
Seseorang
akan
mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia (Stanley,
2006).
Faktor
yang
mempengaruhi
keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu
1. Pengetahuan lansia tentang manfaat
posyandu lansia.
Pengetahuan
lansia
akan
manfaat posyandu lansia ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi
dalam
kehidupan
sehari-harinya.
Dengan
menghadiri
kegiatan
posyandu, lansia akan mendapatkan
penyuluhan tentang bagaimana cara
hidup sehat
2. Dukungan Keluarga
Keluarga
bisa
menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantarkan
lansia ke posyandu.
3. Motivasi Keluarga
Motivasi adalah sesuatu yang
membuat
seseorang
bertindak,
motivasi merupakan dampak dari
interaksi seseorang dengan situasi
yang dihadapinya.
degeneratif yang akan berdampak
pada perubahan fisik.
Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan tahap
akhir dalam kehidupan manusia. Manusia
yang memasuki tahap ini ditandai dengan
menurunya kemampuan kerja tubuh akibat
perubahan dan penurunan fungsi organorgan tubuh (Arisma, 2004).
Perubahan dan Penurunan Fungsi pada
Lansia
Kualitas Hidup
Kualitas hidup merupakan suatu
konsep yang luas, yaitu merupakan
penggabungan yang kompleks antara
kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat
kemandirian, interaksi sosial, kepercayaan
diri dan hubungan yang baik dengan
lingkungannya (Nugraheni, 2008).
Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah salah satu
kegiatan masyarakat yang menghimpun
para lansia agar tetap sehat jasmani
maupun rohani berguna dan berhasil guna
dalam peningkatan kualitas hidupnya
(Hennywati, 2008).
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah Observasional analitik. rancangan
penelitian ini menggunakan rancangan
kasus kontrol (case control) (Riyanto,
2011). Populasi penelitian adalah seluruh
lansia yang terdaftar di posyandu lansia di
Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan yaitu
sebanyak 228 lansia. jumlah lansia yang
aktif sebanyak 90 orang dan yang tidak
aktif sebanyak 138 lansia.
cara
pengambilan sampelnya menggunakan
metode Simple Random Sampling. sampel
penelitian sebanyak 72 sampel dengan 36
sampel sebagai kasus dan 36 sampel
sebagai kontrol.
4. Keluhan Fisik Lansia
Semakin bertambahnya umur
manusia, terjadi proses penuaan secara
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
4
Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi
a) Kriteria untuk kasus
Lansia yang berumur 59-70 tahun,
hadir dan mengikuti kegiatan
posyandu
lansia ≥ 6 kali
kegiatan dalam satu tahun, tinggal
di Desa Sirnoboyo, Bersedia
menjadi responden
b) Kriteria untuk kontrol
Lansia yang berumur 59-70 tahun,
tidak hadir dalam kegiatan
posyandu, lansia < 6 kali kegiatan
dalam satu tahun, tinggal di Desa
Sirnoboyo, Bersedia menjadi
responden
meskipun
dalam
keadaan sakit
2) Kriteria eksklusi
a) Tidak bersedia menjadi responden
b) Sakit keras saat penelitian
Instrumen kualitas hidup
Instrumen kualitas hidup yang
akan digunakan peneliti adalah kuesioner
yang dibuat sendiri oleh peneliti sebanyak
20 item pertanyaan dengan mengacu dari
sort form 36 (SF 36) dari the medical
outcomes study
Keaktifan mengikuti kegiatan
posyandu lansia dari daftar hadir di
posyandu lansia
Analisis Data
Analisis data menggunakan uji hipotesis
komparatif yaitu uji chi square.
HASIL PENELITIA
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi responden menurut jenis kelamin di posyandu lansia Desa Sirnoboyo
Kecamatan Pacitan
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
Karakteristik
Jumlah (orang)
%
Jumlah (orang)
%
Jenis kelamin
Laki-laki
6
16.7
10
27.8
Perempuan
30
83.3
26
72.2
Umur
59-64
15
41.7
18
50.0
65-70
21
58.3
18
50.0
Pendidikan
SD
3
8.3
6
16.7
SMP
19
52.8
22
61.1
SMA
12
33.3
8
22.2
PT
2
5.6
0
0
Pekerjaan
IRT
13
36.1
11
30.6
Petani
14
38.9
18
50.0
Wiraswasta
6
16.7
3
8.3
Tidak bekerja
3
8.3
4
11.1
Tabel 1 memperlihatkan bahwa
jumlah responden perempuan (83, 3 %)
lebih banyak dari pada responden lakilaki (83,3% ).kelompok kasus lebih
banyak pada usia antara 65-70 tahun
(58,3%), sedangkan pada kelompok
kontrol usia 59-64 dan 65-70 tahun
besarnya sama, masing-masing 50%.
sebagian besar responden berpendidikan
SMP baik pada responden kelompok kasus
(52,8 %) maupun pada kelompok kontrol
(61,1%). sebagian besar responden bekerja
sebagai petani baik pada responde
kelompok kasus (38,9%) maupun pada
responden kelompok kontrol (50%).
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
5
Hasil Analisis Univariat
Kualitas Hidup
Table 2. Sentral tendensi kualitas hidup antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
Sentral tendensi
Kualitas hidup
kelompok kasus
Rata-rata
Median
Modus
Minimum
Maximum
41.25
42.
43
30
50
Tabel 2 menunjukkan rata-rata
kualitas hidup kelompok kasus lebih besar
dari rata-rata kualitas hidup kelompok
kontrol. Nilai minimum dan maksimum
kelompok kasus lebih tinggi dari nilai
minimum maupun nilai maksimum pada
kelompok kontrol.
Berdasarkan nilai dari sentral
tendensi, maka kualitas hidup lansia
kelompok kontrol
33.16
33
33
28
45
kemudian dikelompokkan menjadi dua
yaitu kualitas hidup yang baik dan kualitas
hidup yang buruk. Kategorisasi kualitas
hidup didasakan dari nilai rata-rata. Nilai
rata-rata kualitas hidup kelompok kasus
sebesar 41,25 sementara rata-rata kualitas
hidup kelompok kontrol sebesar 33,16.
Hasil
kualitas
hidup
responden
ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3.
Kualitas hidup responden di posyandu lansia Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
Kualitas hidup
Jumlah (orang)
%
Jumlah (orang)
%
Baik
21
58.3
11
30.6
Buruk
15
41.7
25
69.4
Total
36
100.0
36
100.0
Tabel 3 memperlihatkan bahwa
kualitas hidup responden pada kelompok
kasus lebih banyak yang termasuk kategori
baik yaitu 58,3%, sementara pada kualitas
hidup kelompok kontrol lebih banyak yang
termasuk kategori buruk yaitu 69,4%.
Keaktifan Mengikuti Posyandu Lansia
Keaktifan
responden
dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia dinilai
dari jumlah kehadiran selama 1 tahun
sebanyak 12 kali pertemuan. Responden
dinyatakan aktif apabila mengikuti
kegiatan minimal 6 kali, sementara
responden tidak aktif bila mengikuti
kegiatan kurang dari 6 kali.
Keaktifan responden kelompok
kasus
dengan
kelompok
kontrol
ditampilkan dalam table 4
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
6
Tabel 4. Kehadiran responden dalam mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan
Pacitan
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
Frekuensi
Kehadiran
Jumlah (orang)
%
Jumlah (orang)
%
2
0
0
8
22.2
3
0
0
10
27.8
4
0
0
9
25.0
5
0
0
9
25.0
6
7
19.4
0
0
7
11
30.6
0
0
8
5
13.9
0
0
9
9
25.0
0
0
10
4
11.1
0
0
Total
36
100.0
36
100.0
Tabel 4 memperlihatkan bahwa
responden pada kelompok kasus paling
banyak mengikuti kegiatan posyandu
sebesar 7 kali pertemuan (30,%)
sedangkan kelompok kontrol frekuensi
kehadira mengikuti kegiatan posyandu
lansia sebanyak 3 kali
pertemuan (27,8%). Berdasarkan frekuensi
kehadiran di posyandu lansia kemudian
dikategorikan menjadi 2 yaitu aktif dan
tidak
aktif.
Distribusi
responden
berdasarkan keaktifan ditampilkan pada
tabel 5.
Tabel 5. Keaktifan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
Keaktifan
Jumlah (orang)
%
Jumlah (orang)
%
Aktif
( ≥6
36
100 %
0
0
kali hadir)
Tidak aktif (< 6
0
0
36
100
kali hadir)
Total
36
100.0
36
100.0
Hasil Analisis Bivariat
Tabel 6. Kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif
mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan .
Keaktifan
Aktif
Tidak aktif
Jumlah
Kualitas Hidup
Baik
F
%
21
29.2
11
15.3
32
44.4
Total
Buruk
F
15
25
40
%
20.8
34.7
55.6
Tabel 6 memperlihatkan dari 36
responden yang aktif mengikuti kegiatan
posyandu 29,2% mempunyai kualitas
hidup yang baik, sedangkan dari 36
responden yang tidak aktif mengikuti
kegiatan posyandu lansia 34,7% adalah
responden mempunyai kualitas hidup yang
buruk. hasil uji stastistik dengan
Chi Square diperoleh nilai p=0,018,
F
36
36
72
Keputusan
%
50
50
100
2
P
5,625
0,018
Ho ditolak
sehingga hipotesa penelitian yang yang
diambil adalah Ho ditolak. Hipotesis nol
ditolak
bermakna terdapat perbedaan
kualitas hidup antara lansia yang aktif
dengan yang tidak aktif dalam mengikuti
posyandu lansia di Desa Sirnoboyo
Kecamatan Pacitan.
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
7
PEMBAHASAN
Ditinjau
dari
jenis
kelamin
responden, diketahui responden lebih
banyak yang berjenis kelamin perempuan.
Banyaknya responden perempuan di lokasi
penelitian disebabkan karena perempuan
mempunyai waktu luang yang cukup
banyak dari pada laki-laki, kesadaran
akan pentingnya peningkatan kesehatan
dan kemauan responden perempuan juga
menjadi faktor banyaknya responden
perempuan pada penelitian ini. Banyaknya
responden perempuan tidak terlepas dari
jumlah peserta posyandu lansia secara
keseluruhan, jumlah seluruh anggota
posyandu lansia adalah 228 orang lansia,
152 adalah perempuan sedangkan 78
adalah laki-laki, sehingga data penelitian
yang diperoleh peneliti yaitu perempuan
lebih banyak dibandingkan dengan lakilaki.
Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (2009) diketahui bahwa jumlah
lansia di Indonesia berdasarkan jenis
kelamin, lansia laki-laki di Indonesia pada
tahun 2009 berjumlah 9.290.782 jiwa dan
lansia perempuan berjumlah 11.256.759
jiwa dengan demikian jumlah peserta
posyandu di tempat penelitian sesuai
dengan
jumlah lansia perempuan di
Indonesia yang lebih banyak jumlahnya
dibanding lansia laki-laki.
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai umur responden, pada penelitian
lebih banyak responden pada usia antara
65-70 tahun sebesar 58,3%. Banyaknya
umur responden disebabkan karena
responden tersebut telah lama menjadi
anggota posyandu lansia. Berdasarkan data
keanggotaan, responden yang berumur 6570 tahun telah lebih dari 5 tahun mengikuti
kegiatan posyandu lansia. Kegiatan yang
telah dilakukan lebih dari 5 tahun ini akan
tetap diikuti responden selama masih
sanggup mengikuti kegiatan sesuai jadwal
posyandu lansia. Menurut Ananta umur
harapan hidup wanita lebih tinggi dari
pria. Data dari lembaga kesehatan Dunia
(WHO) menyebut angka harapan hidup
penduduk Indonesia setiap tahunnya terus
meningkat. tahun 2010 angka harapan
hidup usia di atas 60 tahun mencapai 20,7
juta orang kemudian naik menjadi 36 juta
orang. Kenaikan tersebut diprediksi akan
terus bertambah hingga mencapai 71 juta
orang pada tahun 2050. Umur harapan
hidup pria 63,33 tahun dan wanita 69,0
tahun.
Responden yang berumur 65-70
tahun tetap berusaha memanfaatkan hidup
di masa tua dengan kegiatan yang positif
yang salah satunya tetap aktif melakukan
kunjungan
ke
posyandu
lansia.
Hardywinoto (2005) menyatakan bahwa
seseorang yang sudah masuk dalam
kelompok lanjut usia butuh sarana
pelayanan kesehatan seperti posyandu
untuk mengetahui kondisi kesehatan,
dimana lanjut usia sering bermasalah
dengan penurunan kesehatan fisik.
Hasil
penelitian
pendidikan
responden menunjukkan paling banyak
lulusan SMP. Banyaknya responden
berpendidikan SMP lebih disebabkan
kemampuan
responden
dalam
menyelesaikan pendidikan
formal.
Pendidikan formal responden pada tingkat
SMP sudah dapat dikatakan tinggi, jika
dihitung pada saat usia sekolah saat itu.
Pendidikan SMP sekitar 50 tahun yang
lalu adalah pendidikan SMP termasuk
pendidikan
tinggi,
dimana
sistem
Persekolahan mengacu pada UU No. 22
Tahun 1961 yaitu struktur sistem
persekolahan yaitu Prasekolah (Taman
Kanak-Kanak),
Sekolah Dasar (SD,
Madrasah ibtidaiyah),
SLTP (SMP,
Madrasah Tsanawiyah, SMEP, SKKP,
Sekolah Teknik), SLTA (SMA, Madrasah
Aliyah, SMEP, SKKA, STM, SPG,
SMOA) dan Perguruan Tinggi.
Apabila mengacu pada sistem
pendidikan pada Undang-undang Nomor
33 tahun 2003 tingkat pendidikan
responden secara formal memang rendah
dimana tingkat pendidikan SMP dalam
program pendidikan nasional masih
menjadi pendidikan wajib belajar 9 tahun.
Dengan keterbatasan pendidikan dapat
berpengaruh pada kualitas hidup seseorang
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
8
yang dapat dinilai dari kebiasaan hidup
sehari-hari yang dimulai dari pengetahuan
yang diperoleh, bagaimana responden
melakukan kebiasaan hidup sehat seperti
mengontrol makanan, memeriksakan
kesehatan
secara
teratur,
ataupun
mengaktualisasikan diri dalam kegiatan
bermasyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
pendidikan masa lalu yang ditempuh.
Purwanto (2004), mengemukakan
bahwa salah satu faktor yang berpengaruh
pada perilaku kesehatan adalah tingkat
pendidikan. Hasil pendidikan ikut
membentuk pola berpikir, pola persepsi
dan sikap pengambilan keputusan
seseorang. Pendidikan seseorang yang
meningkat
mengajarkan
individu
mengambil keputusan yang terbaik untuk
dirinya. Namun demikian pengetahuan
tingkat pendidikan yang rendah tidak
selamanya akan menghambat seseorang
untuk belajar dari media lain, seperti
televisi, koran, majalah, radio dan
pengalaman-pengalaman orang lain yang
dapat dijadikan referensi bagi lansia.
Keadaan ini tercermin pada responden
penelitian dimana tingkat pendidikan
mayoritas rendah, namun
responden
masih mau mengikuti kegiatan posyandu
lansia.
Status
pekerjaan
responden
diketahui adalah sebagai petani. Pekerjaan
sebagai petani adalah mayoritas pekerjaan
penduduk Desa Sirnoboyo Kecamatan
Pacitan karena dari segi geografis Desa
Sirnoboyo mempunyai lahan pertanian
yang cukup luas sehingga oleh penduduk
Desa Sirnoboyo dimanfaatkan untuk
bercocok tanam sebagai mata pencaharian.
Berdasarkan data dari kantor Kelurahan
Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan dari
2.371 penduduk, pekerjaan sebagai petani
menempati urutan pertama sebanyak 789
orang (83%). Namun demikian tidak
semua petani adalah pemilik lahan,
sebagian dari mkereka afdalah buruh tani.
Berdasarkan hasil penelitian berkaitan
dengan kualitas hidup, diketahui bahwa
sebagai buruh tani respoden tetap berusaha
menjalani hidup dengan baik sehingga
hidup menjadi lebih baik dan ditunjang
dengan berusaha aktif mengunjungi
kegiatan
posyandu
lansia
untuk
mengetahui kesehatan dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian pada
responden kelompok kasus, memaknai
hidup dalam usia lanjut adalah bagaimana
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari
untuk menjaga kesehatan diri. Kesehatan
bukan hanya pada fisik saja, namun
menjaga
kesehatan
secara
psikis.
Kesehatan fisik ini adalah dengan
berusaha melakukan olah raga ringan,
menjaga makan makanan dari yang
berpantang.
Kesehatan yang berkaitan dengan
psikis adalah tetap melakukan komunikasi
dengan
orang
lain,
meningkatkan
pendekatan
diri
dengan
kegiatan
beribadah, berusaha melakukan kegiatan
kemasyarakatan yang salah satunya adalah
mengunjungi kegiatan posyandu lansia.
Dengan mengunjungi kegiatan posyandu,
responden merasakan manfaat bukan
hanya mengetahui kondisi kesehatannya
seperti mengetahuai tekanan darah, berat
badan juga dapat mendapat kepuasan batin
dengan dapat bertemu dengan anggota
posyandu lansia.
Berdasarkan hasil tabulasi silang
diketahui bahwa responden kelompok
kasus yang aktif
mengikuti kegiatan
posyandu maupun kelompok kontrol yang
tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu
ada yang mempunyai kualitas hidup baik
dan ada yang mempunyai kualitas hidup
buruk. Sebanyak 15 responden (20.8%)
kelompok kasus mempunyai kualitas
hidup yang buruk. Hal ini dapat terjadi
karena responden beranggapan bahwa
kegiatan posyandu hanya merupakan
tempat
untuk mengetahui kondisi
kesehatan tanpa adanya pemberian obat
apabila responden mengeluh tentang sakit
yang
diderita.
Responden
dalam
beraktivitas sehari-hari juga
masih
mempunyai berbagai masalah baik dalam
hal kesehatan fisik, ataupun kurangnya
kesempatan dalam beraktivitas.
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
9
Berbagai persoalan seperti kesulitan
secara ekonomi dimana pekerja buruh tani
tidak setiap hari mendapatkan penghasilan
yang tetap sehingga dapat mempengaruhi
daya beli untuk mencukupi kebutuhan
hidup keluarga.
Kondisi yang dapat
memperburuk kualitas hidup responden
kelompok kasus apabila sebagai buruh tani
ternyata penghasilannya masih jauh dari
yang diharapkan. Hal ini karena
penghasilan petani berdasarkan hasil
panen yang didapat dan belum tentu setiap
hari mendapatkan penghasilan belum lagi
jika terjadi gagal panen karena padi
terserang hama wereng, atau padi terkena
banjir.
Responden yang tidak aktif
mengikuti posyandu lansia kualitas
hidupnya baik, kunjungan ke posyandu
bukanlah faktor yang utama. Seringkali
kegiatan posyandu yang diadakan setiap
bulan sekali pada hari dan tanggal yang
ditetapkan berbarengan dengan kegiatan
yang dilakukan oleh responden. Karena
kegiatan yang bersamaan waktunya maka
responden banyak yang tidak aktif. Faktor
lain selain factor waktu diketahui factor
jarak tempuh menyebabkan lansia enggan
untuk datang ke posyandu lansia.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa responden yang mengalami
keluhan, serta gerak fisik yang mulai
menurun
akan
berdampak
pada
menurunnya kualitas
hidup. Kualitas
hidup responden dapat diketahui dari
responden mulai jarang ke luar rumah.
Dengan berkurangnya interaksi sosial
menjadikan responden semakin menutup
diri dan kualitas hidupnya menurun.
Berdasarkan haasil uji statistik diketahui
bahwa nilai signifikasi kurang dari 0,05
sehingga disimpulkan adanya perbedaan
kualitas hidup lansia antara yang aktif
mengikuti posyandu lansia dengan yang
tidak aktif mengikuti posyandu lansia di
Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan.
Hasil penelitian Bowling (2007)
menunjukkan
bahwa
lansia
yang
mengalami kesulitan dalam melakukan
aktivitas fisik akan berdampak pada
kualitas hidupnya, terlebih lansia yang
sedang mengalami sakit, sehingga
diperlukan bantuan orang lain agar
kualitas hidupnya tidak semakin menurun.
Hasil
penelitian
Rosyid
(2007)
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan
keaktifan kunjungan ke posyandu lansia
dikaitkan dengan faktor jenis kelamin ,
pendidikan,
pola
tempat
tinggal,
sedangkan faktor pendapatan dan jenis
pekerjaan berhubungan dengan keaktifan
kunjungan lansia ke posyandu.
Simpulan
1. Kualitas hidup lansia yang aktif
mengikuti posyandu lansia di
Desa
Sirnoboyo
Kecamatan
Pacitan sebagian besar adalah
baik (58,3%)
2. Kualitas hidup lansia yang tidak
aktif mengikuti posyandu lansia di
Desa
Sirnoboyo
Kecamatan
Pacitan sebagian besar adalah
buruk (41,7%)
3. Terdapat perbedaan kualitas hidup
lansia yang aktif mengikuti
posyandu lansia dengan yang
tidak aktif mengikuti posyandu
lansia
di
Desa
Sirnoboyo
Kecamatan Pacitan.
Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan responden yang
tidak mengikuti kegiatan posyandu
untuk bisa memanfaatkan pelayanan
posyandu lansia sebagai tempat untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia
dan untuk responden yang belum aktif
diharapkan dapat lebih aktif dalam
mengikuti berbagai kegiatan di
posyandu lansia. Begitu juga dengan
responden yang sudah aktif mengikuti
kegiatan posyandu lansia untuk tetap
menjaga dan meningkatkan kualitas
hidupnya melalui kegiatan posyandu
lansia, sehingga kualitas hidup lansia
tetap terjaga dan terpantau secara
optimal.
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
10
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan pemahaman lebih
kepada masyarakat terutama keluarga
lanjut usia tentang pengetahuan dan
sikap terhadap pemanfaatan posyandu
lansia, sehingga masyarakat dan
anggota keluarga dapat mendukung
kegiatan posyandu lansia misalnya
dengan
mengingatkan
jadwal
posyandu dan mengantarkan ketempat
kegiatan posyandu tersebut. Hasil
penelitian ini dapat menambah
kesadaran akan arti pentingnya
kesehatan,
dimana
posyandu
merupakan
salah
satu
tempat
pemeriksaan kesehatan yang sangat
penting di lingkungan masyarakat.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi
lansia
memiliki
kualitas hidup dengan baik. Peneliti
lain dapat menggunakan variabel lain
dalam pengukuran kualitas hidup
seperti melakukan screening kesehatan
seperti pemeriksaan tekanan darah,
pemeriksaan kadar gula sehingga
diperoleh hasil penelitian yang lebih
baik.
Timur. skripsi. Medan. Universitas
Sumatra Utara
BPS 2009. Indonesia Demographic and
Healt Survey 2007. Jakarta:
Indonesia
Hardywinoto(2005)
Panduan
Gerontologi:
Tinjauan
Dari
Berbagai Aspek. PT. Gramedia
Puataka Utama. Jakarta
Bowling (2007) Bowling. A. 2007.
Quality of life among older people
with
poor
functioning.
The
influence of perceived control over
life. Jurnal Kesehatan. Oxford
University Press on behalf of the
British Geriatrics Society.
Rosyid (2007) Support to family carers of
patients
with
frontotemporal
dementia. Health Journal. Aging &
Mental HealthVol. 12, No. 4, July
2008, 462–466
2004. Gizi dalam
Kehidupan. Jakarta: ECG
S-1
Abi Muhlisin, SKM., M.Kep** : Dosen
FIK UMS
DAFTAR PUSTAKA
Arisma.
Darti
Latifah*:
Mahasiswa
Keperawatan FIK UMS
Daur
Stanley. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi 2.J akarta: ECG
Nugraheni, D. H. 2008. Kualitas Hidup
Pasien Post Fraktur Pasca Gempa
di Kecamatan Jetis Bantul
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjahmada
Hennywati. 2008. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Pukesmas Kabupaten Aceh
NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034
Ambarwati, S.Pd., M.Si** : Dosen FIK
UMS
Download