PERBEDAAN KUALITAS HIDUP LANSIA YANG AKTIF MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DENGAN YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA SIRNOBOYO KECAMATAN PACITAN NASKAH PUBLIKASI oleh : DARTI LATIFAH J 210.090.034 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 2 NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 3 SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Surakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : DARTI LATIFAH NIM : J210090034 Fakultas/Jurusan : ILMU KESEHATAN / S1 - KEPERAWATAN Jenis Karya : Skripsi Judul : Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Aktif Mengikuti Posyandu Lansia dengan yang Tidak Aktif Mengikuti Posyandu Lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk: 1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan,serta menampilkanya dalam bentuk sofcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta 3. Bersedia menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hokum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam krya ilmiah ini Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, 20 Juni 2013 Yang Menyatakan, (Darti Latifah ) NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 1 NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KUALITAS HIDUP LANSIA YANG AKTIF MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DENGAN YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA SIRNOBOYO KECAMATAN PACITAN Darti Latifah* Abi Muhlisin, SKM., M.Kep** Ambarwati, S.Pd., M.Si** ABSTRAK Masalah yang sering dihadapi oleh para lanjut usia adalah menurunnya kesehatan fisik, ataupun menurunnya kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Posyandu lansia merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan bagi lansia agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah. Dengan aktif dalam kegiatan posyandu lansia diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. Metode penelitian adalah Observasional analitik, sedangkan rancangan penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol. Sampel penelitian berjumlah 72 lansia, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Simple random sampling. Sampel dibagi dalam 2 kelompok, yaitu 36 sampel lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia, dan 36 sampel lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia. Instrumen penelitian diperoleh dari kuesioner kualitas hidup yang telah diuji validitas dan reliabilitas serta data jumlah kehadiran lansia di posyandu lansia selama 1 tahun terakhir. Analisis data penelitian menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan 21 (58,3%) responden pada kelompok kasus memiliki kualitas hidup yang baik, dan 11 (30.6%) responden pada kelompok kontrol memiliki kualitas hidup yang baik. Rata-rata kehadiran kelompok kasus dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia sebesar 7 kali pertemuan, sementara kelompok kontrol sebanyak 3 kali pertemuan. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,018, sehingga disimpulkan terdapat perbedaan kualitas hidup antara lansia yang aktif dengan yang tidak aktif dalam mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. Kata kunci: Kualitas Hidup, lanjut usia, posyandu NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 2 DIFFERENCES FROM QUALITY OF LIFE OF ACTIVE ELDERLY WITH INACTIVE ELDERLY ON FOLLOW HEALTH SERVICE CENTRE IN SIRNOBOYO VILLAGE OF PACITAN DISTRICT. Problems often faced by elderly is decreasing abilitiy is like physical health, or decrease ability to socialize with others. elderly Health Service Centre is one of activities aimed to elderly to get health services easily. With active in neighborhood health center is expected to improve the quality of life of the elderly. Objective aim to know differences from quality of life of active elderly with inactive elderly on follow health service centre in Sirnoboyo Village Of Pacitan District. research method is Observational analytical, with design research is used a case-control design. Sample are 72 elderly, with taking sample is using simple random sampling. Samples divided to 2 groups, every group is 36 elderly who are actively follow elderly Health Service Centre , and 36 samples elderly who are inactively follow elderly Health Service Centre. Research instrument quality of life questionnaire that had been tested for validity and reliability as well as data on number of elderly Health Service Centre attendance for 1 year. data analysis is using Chi Square test. The results showed there are 21 (58.3%) respondents of groups cases with a good quality of life, while 11 (30.6%) respondents control group with a good quality of life. average attendance in case group participated in elderly Health Service Centre by 7 times, while control group as much as 3 times. Chi Square test results obtained by the value of p = 0.018, so concluded there is a differences from quality of life of active elderly with inactive elderly on follow health service centre in Sirnoboyo Village Of Pacitan District. Keywords: Quality of Life, elderly, health service centre PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaanya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lanjut usia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui perubahan jenjang. Pelayanan di tingkat masyarakat adalah posyandu lansia,. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraanya melalui program pukesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi dalam penyelenggaraanya (Purnama, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 orang kader posyandu, mereka menyatakan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, masih banyak lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu. Posyandu ramai dikunjungi lansia hanya pada awal berdirinya saja. Tidak aktifnya para lansia ke posyandu menurut kader disebabkan oleh berbagai kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedang sakit atau lupa akan jadwal posyandu dan tidak ada keluarga yang mengingatkan maupun mengantarkan, kesibukan pekerjaan ataupun menjaga cucu-cucunya NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 3 juga menjadi salah satu sebab lansia tidak aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan Keaktifan Keaktifan adalah suatu kesibukan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu. Konsep diri seseorang tergantung pada aktivitasnya. Aktivitas menekankan pentingnya peran lansia dalam kegiatan masyarakat dalam kehidupanya. Seseorang akan mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Stanley, 2006). Faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu 1. Pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu lansia. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu lansia ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat 2. Dukungan Keluarga Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantarkan lansia ke posyandu. 3. Motivasi Keluarga Motivasi adalah sesuatu yang membuat seseorang bertindak, motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya. degeneratif yang akan berdampak pada perubahan fisik. Lanjut Usia Lanjut usia merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan dan penurunan fungsi organorgan tubuh (Arisma, 2004). Perubahan dan Penurunan Fungsi pada Lansia Kualitas Hidup Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang luas, yaitu merupakan penggabungan yang kompleks antara kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, interaksi sosial, kepercayaan diri dan hubungan yang baik dengan lingkungannya (Nugraheni, 2008). Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah salah satu kegiatan masyarakat yang menghimpun para lansia agar tetap sehat jasmani maupun rohani berguna dan berhasil guna dalam peningkatan kualitas hidupnya (Hennywati, 2008). METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional analitik. rancangan penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol (case control) (Riyanto, 2011). Populasi penelitian adalah seluruh lansia yang terdaftar di posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan yaitu sebanyak 228 lansia. jumlah lansia yang aktif sebanyak 90 orang dan yang tidak aktif sebanyak 138 lansia. cara pengambilan sampelnya menggunakan metode Simple Random Sampling. sampel penelitian sebanyak 72 sampel dengan 36 sampel sebagai kasus dan 36 sampel sebagai kontrol. 4. Keluhan Fisik Lansia Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 4 Kriteria Sampel 1) Kriteria inklusi a) Kriteria untuk kasus Lansia yang berumur 59-70 tahun, hadir dan mengikuti kegiatan posyandu lansia ≥ 6 kali kegiatan dalam satu tahun, tinggal di Desa Sirnoboyo, Bersedia menjadi responden b) Kriteria untuk kontrol Lansia yang berumur 59-70 tahun, tidak hadir dalam kegiatan posyandu, lansia < 6 kali kegiatan dalam satu tahun, tinggal di Desa Sirnoboyo, Bersedia menjadi responden meskipun dalam keadaan sakit 2) Kriteria eksklusi a) Tidak bersedia menjadi responden b) Sakit keras saat penelitian Instrumen kualitas hidup Instrumen kualitas hidup yang akan digunakan peneliti adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti sebanyak 20 item pertanyaan dengan mengacu dari sort form 36 (SF 36) dari the medical outcomes study Keaktifan mengikuti kegiatan posyandu lansia dari daftar hadir di posyandu lansia Analisis Data Analisis data menggunakan uji hipotesis komparatif yaitu uji chi square. HASIL PENELITIA Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi responden menurut jenis kelamin di posyandu lansia Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Karakteristik Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Jenis kelamin Laki-laki 6 16.7 10 27.8 Perempuan 30 83.3 26 72.2 Umur 59-64 15 41.7 18 50.0 65-70 21 58.3 18 50.0 Pendidikan SD 3 8.3 6 16.7 SMP 19 52.8 22 61.1 SMA 12 33.3 8 22.2 PT 2 5.6 0 0 Pekerjaan IRT 13 36.1 11 30.6 Petani 14 38.9 18 50.0 Wiraswasta 6 16.7 3 8.3 Tidak bekerja 3 8.3 4 11.1 Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah responden perempuan (83, 3 %) lebih banyak dari pada responden lakilaki (83,3% ).kelompok kasus lebih banyak pada usia antara 65-70 tahun (58,3%), sedangkan pada kelompok kontrol usia 59-64 dan 65-70 tahun besarnya sama, masing-masing 50%. sebagian besar responden berpendidikan SMP baik pada responden kelompok kasus (52,8 %) maupun pada kelompok kontrol (61,1%). sebagian besar responden bekerja sebagai petani baik pada responde kelompok kasus (38,9%) maupun pada responden kelompok kontrol (50%). NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 5 Hasil Analisis Univariat Kualitas Hidup Table 2. Sentral tendensi kualitas hidup antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol Sentral tendensi Kualitas hidup kelompok kasus Rata-rata Median Modus Minimum Maximum 41.25 42. 43 30 50 Tabel 2 menunjukkan rata-rata kualitas hidup kelompok kasus lebih besar dari rata-rata kualitas hidup kelompok kontrol. Nilai minimum dan maksimum kelompok kasus lebih tinggi dari nilai minimum maupun nilai maksimum pada kelompok kontrol. Berdasarkan nilai dari sentral tendensi, maka kualitas hidup lansia kelompok kontrol 33.16 33 33 28 45 kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu kualitas hidup yang baik dan kualitas hidup yang buruk. Kategorisasi kualitas hidup didasakan dari nilai rata-rata. Nilai rata-rata kualitas hidup kelompok kasus sebesar 41,25 sementara rata-rata kualitas hidup kelompok kontrol sebesar 33,16. Hasil kualitas hidup responden ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3. Kualitas hidup responden di posyandu lansia Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Kualitas hidup Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Baik 21 58.3 11 30.6 Buruk 15 41.7 25 69.4 Total 36 100.0 36 100.0 Tabel 3 memperlihatkan bahwa kualitas hidup responden pada kelompok kasus lebih banyak yang termasuk kategori baik yaitu 58,3%, sementara pada kualitas hidup kelompok kontrol lebih banyak yang termasuk kategori buruk yaitu 69,4%. Keaktifan Mengikuti Posyandu Lansia Keaktifan responden dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia dinilai dari jumlah kehadiran selama 1 tahun sebanyak 12 kali pertemuan. Responden dinyatakan aktif apabila mengikuti kegiatan minimal 6 kali, sementara responden tidak aktif bila mengikuti kegiatan kurang dari 6 kali. Keaktifan responden kelompok kasus dengan kelompok kontrol ditampilkan dalam table 4 NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 6 Tabel 4. Kehadiran responden dalam mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Frekuensi Kehadiran Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 2 0 0 8 22.2 3 0 0 10 27.8 4 0 0 9 25.0 5 0 0 9 25.0 6 7 19.4 0 0 7 11 30.6 0 0 8 5 13.9 0 0 9 9 25.0 0 0 10 4 11.1 0 0 Total 36 100.0 36 100.0 Tabel 4 memperlihatkan bahwa responden pada kelompok kasus paling banyak mengikuti kegiatan posyandu sebesar 7 kali pertemuan (30,%) sedangkan kelompok kontrol frekuensi kehadira mengikuti kegiatan posyandu lansia sebanyak 3 kali pertemuan (27,8%). Berdasarkan frekuensi kehadiran di posyandu lansia kemudian dikategorikan menjadi 2 yaitu aktif dan tidak aktif. Distribusi responden berdasarkan keaktifan ditampilkan pada tabel 5. Tabel 5. Keaktifan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Keaktifan Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Aktif ( ≥6 36 100 % 0 0 kali hadir) Tidak aktif (< 6 0 0 36 100 kali hadir) Total 36 100.0 36 100.0 Hasil Analisis Bivariat Tabel 6. Kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan . Keaktifan Aktif Tidak aktif Jumlah Kualitas Hidup Baik F % 21 29.2 11 15.3 32 44.4 Total Buruk F 15 25 40 % 20.8 34.7 55.6 Tabel 6 memperlihatkan dari 36 responden yang aktif mengikuti kegiatan posyandu 29,2% mempunyai kualitas hidup yang baik, sedangkan dari 36 responden yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia 34,7% adalah responden mempunyai kualitas hidup yang buruk. hasil uji stastistik dengan Chi Square diperoleh nilai p=0,018, F 36 36 72 Keputusan % 50 50 100 2 P 5,625 0,018 Ho ditolak sehingga hipotesa penelitian yang yang diambil adalah Ho ditolak. Hipotesis nol ditolak bermakna terdapat perbedaan kualitas hidup antara lansia yang aktif dengan yang tidak aktif dalam mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 7 PEMBAHASAN Ditinjau dari jenis kelamin responden, diketahui responden lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan. Banyaknya responden perempuan di lokasi penelitian disebabkan karena perempuan mempunyai waktu luang yang cukup banyak dari pada laki-laki, kesadaran akan pentingnya peningkatan kesehatan dan kemauan responden perempuan juga menjadi faktor banyaknya responden perempuan pada penelitian ini. Banyaknya responden perempuan tidak terlepas dari jumlah peserta posyandu lansia secara keseluruhan, jumlah seluruh anggota posyandu lansia adalah 228 orang lansia, 152 adalah perempuan sedangkan 78 adalah laki-laki, sehingga data penelitian yang diperoleh peneliti yaitu perempuan lebih banyak dibandingkan dengan lakilaki. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009) diketahui bahwa jumlah lansia di Indonesia berdasarkan jenis kelamin, lansia laki-laki di Indonesia pada tahun 2009 berjumlah 9.290.782 jiwa dan lansia perempuan berjumlah 11.256.759 jiwa dengan demikian jumlah peserta posyandu di tempat penelitian sesuai dengan jumlah lansia perempuan di Indonesia yang lebih banyak jumlahnya dibanding lansia laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian mengenai umur responden, pada penelitian lebih banyak responden pada usia antara 65-70 tahun sebesar 58,3%. Banyaknya umur responden disebabkan karena responden tersebut telah lama menjadi anggota posyandu lansia. Berdasarkan data keanggotaan, responden yang berumur 6570 tahun telah lebih dari 5 tahun mengikuti kegiatan posyandu lansia. Kegiatan yang telah dilakukan lebih dari 5 tahun ini akan tetap diikuti responden selama masih sanggup mengikuti kegiatan sesuai jadwal posyandu lansia. Menurut Ananta umur harapan hidup wanita lebih tinggi dari pria. Data dari lembaga kesehatan Dunia (WHO) menyebut angka harapan hidup penduduk Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. tahun 2010 angka harapan hidup usia di atas 60 tahun mencapai 20,7 juta orang kemudian naik menjadi 36 juta orang. Kenaikan tersebut diprediksi akan terus bertambah hingga mencapai 71 juta orang pada tahun 2050. Umur harapan hidup pria 63,33 tahun dan wanita 69,0 tahun. Responden yang berumur 65-70 tahun tetap berusaha memanfaatkan hidup di masa tua dengan kegiatan yang positif yang salah satunya tetap aktif melakukan kunjungan ke posyandu lansia. Hardywinoto (2005) menyatakan bahwa seseorang yang sudah masuk dalam kelompok lanjut usia butuh sarana pelayanan kesehatan seperti posyandu untuk mengetahui kondisi kesehatan, dimana lanjut usia sering bermasalah dengan penurunan kesehatan fisik. Hasil penelitian pendidikan responden menunjukkan paling banyak lulusan SMP. Banyaknya responden berpendidikan SMP lebih disebabkan kemampuan responden dalam menyelesaikan pendidikan formal. Pendidikan formal responden pada tingkat SMP sudah dapat dikatakan tinggi, jika dihitung pada saat usia sekolah saat itu. Pendidikan SMP sekitar 50 tahun yang lalu adalah pendidikan SMP termasuk pendidikan tinggi, dimana sistem Persekolahan mengacu pada UU No. 22 Tahun 1961 yaitu struktur sistem persekolahan yaitu Prasekolah (Taman Kanak-Kanak), Sekolah Dasar (SD, Madrasah ibtidaiyah), SLTP (SMP, Madrasah Tsanawiyah, SMEP, SKKP, Sekolah Teknik), SLTA (SMA, Madrasah Aliyah, SMEP, SKKA, STM, SPG, SMOA) dan Perguruan Tinggi. Apabila mengacu pada sistem pendidikan pada Undang-undang Nomor 33 tahun 2003 tingkat pendidikan responden secara formal memang rendah dimana tingkat pendidikan SMP dalam program pendidikan nasional masih menjadi pendidikan wajib belajar 9 tahun. Dengan keterbatasan pendidikan dapat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 8 yang dapat dinilai dari kebiasaan hidup sehari-hari yang dimulai dari pengetahuan yang diperoleh, bagaimana responden melakukan kebiasaan hidup sehat seperti mengontrol makanan, memeriksakan kesehatan secara teratur, ataupun mengaktualisasikan diri dalam kegiatan bermasyarakat. Hal ini tidak terlepas dari pendidikan masa lalu yang ditempuh. Purwanto (2004), mengemukakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada perilaku kesehatan adalah tingkat pendidikan. Hasil pendidikan ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap pengambilan keputusan seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya. Namun demikian pengetahuan tingkat pendidikan yang rendah tidak selamanya akan menghambat seseorang untuk belajar dari media lain, seperti televisi, koran, majalah, radio dan pengalaman-pengalaman orang lain yang dapat dijadikan referensi bagi lansia. Keadaan ini tercermin pada responden penelitian dimana tingkat pendidikan mayoritas rendah, namun responden masih mau mengikuti kegiatan posyandu lansia. Status pekerjaan responden diketahui adalah sebagai petani. Pekerjaan sebagai petani adalah mayoritas pekerjaan penduduk Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan karena dari segi geografis Desa Sirnoboyo mempunyai lahan pertanian yang cukup luas sehingga oleh penduduk Desa Sirnoboyo dimanfaatkan untuk bercocok tanam sebagai mata pencaharian. Berdasarkan data dari kantor Kelurahan Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan dari 2.371 penduduk, pekerjaan sebagai petani menempati urutan pertama sebanyak 789 orang (83%). Namun demikian tidak semua petani adalah pemilik lahan, sebagian dari mkereka afdalah buruh tani. Berdasarkan hasil penelitian berkaitan dengan kualitas hidup, diketahui bahwa sebagai buruh tani respoden tetap berusaha menjalani hidup dengan baik sehingga hidup menjadi lebih baik dan ditunjang dengan berusaha aktif mengunjungi kegiatan posyandu lansia untuk mengetahui kesehatan dirinya. Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok kasus, memaknai hidup dalam usia lanjut adalah bagaimana berperilaku dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan diri. Kesehatan bukan hanya pada fisik saja, namun menjaga kesehatan secara psikis. Kesehatan fisik ini adalah dengan berusaha melakukan olah raga ringan, menjaga makan makanan dari yang berpantang. Kesehatan yang berkaitan dengan psikis adalah tetap melakukan komunikasi dengan orang lain, meningkatkan pendekatan diri dengan kegiatan beribadah, berusaha melakukan kegiatan kemasyarakatan yang salah satunya adalah mengunjungi kegiatan posyandu lansia. Dengan mengunjungi kegiatan posyandu, responden merasakan manfaat bukan hanya mengetahui kondisi kesehatannya seperti mengetahuai tekanan darah, berat badan juga dapat mendapat kepuasan batin dengan dapat bertemu dengan anggota posyandu lansia. Berdasarkan hasil tabulasi silang diketahui bahwa responden kelompok kasus yang aktif mengikuti kegiatan posyandu maupun kelompok kontrol yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu ada yang mempunyai kualitas hidup baik dan ada yang mempunyai kualitas hidup buruk. Sebanyak 15 responden (20.8%) kelompok kasus mempunyai kualitas hidup yang buruk. Hal ini dapat terjadi karena responden beranggapan bahwa kegiatan posyandu hanya merupakan tempat untuk mengetahui kondisi kesehatan tanpa adanya pemberian obat apabila responden mengeluh tentang sakit yang diderita. Responden dalam beraktivitas sehari-hari juga masih mempunyai berbagai masalah baik dalam hal kesehatan fisik, ataupun kurangnya kesempatan dalam beraktivitas. NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 9 Berbagai persoalan seperti kesulitan secara ekonomi dimana pekerja buruh tani tidak setiap hari mendapatkan penghasilan yang tetap sehingga dapat mempengaruhi daya beli untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Kondisi yang dapat memperburuk kualitas hidup responden kelompok kasus apabila sebagai buruh tani ternyata penghasilannya masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini karena penghasilan petani berdasarkan hasil panen yang didapat dan belum tentu setiap hari mendapatkan penghasilan belum lagi jika terjadi gagal panen karena padi terserang hama wereng, atau padi terkena banjir. Responden yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia kualitas hidupnya baik, kunjungan ke posyandu bukanlah faktor yang utama. Seringkali kegiatan posyandu yang diadakan setiap bulan sekali pada hari dan tanggal yang ditetapkan berbarengan dengan kegiatan yang dilakukan oleh responden. Karena kegiatan yang bersamaan waktunya maka responden banyak yang tidak aktif. Faktor lain selain factor waktu diketahui factor jarak tempuh menyebabkan lansia enggan untuk datang ke posyandu lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami keluhan, serta gerak fisik yang mulai menurun akan berdampak pada menurunnya kualitas hidup. Kualitas hidup responden dapat diketahui dari responden mulai jarang ke luar rumah. Dengan berkurangnya interaksi sosial menjadikan responden semakin menutup diri dan kualitas hidupnya menurun. Berdasarkan haasil uji statistik diketahui bahwa nilai signifikasi kurang dari 0,05 sehingga disimpulkan adanya perbedaan kualitas hidup lansia antara yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. Hasil penelitian Bowling (2007) menunjukkan bahwa lansia yang mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik akan berdampak pada kualitas hidupnya, terlebih lansia yang sedang mengalami sakit, sehingga diperlukan bantuan orang lain agar kualitas hidupnya tidak semakin menurun. Hasil penelitian Rosyid (2007) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan keaktifan kunjungan ke posyandu lansia dikaitkan dengan faktor jenis kelamin , pendidikan, pola tempat tinggal, sedangkan faktor pendapatan dan jenis pekerjaan berhubungan dengan keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. Simpulan 1. Kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan sebagian besar adalah baik (58,3%) 2. Kualitas hidup lansia yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan sebagian besar adalah buruk (41,7%) 3. Terdapat perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. Saran 1. Bagi Responden Diharapkan responden yang tidak mengikuti kegiatan posyandu untuk bisa memanfaatkan pelayanan posyandu lansia sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan untuk responden yang belum aktif diharapkan dapat lebih aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan di posyandu lansia. Begitu juga dengan responden yang sudah aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas hidupnya melalui kegiatan posyandu lansia, sehingga kualitas hidup lansia tetap terjaga dan terpantau secara optimal. NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 10 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat terutama keluarga lanjut usia tentang pengetahuan dan sikap terhadap pemanfaatan posyandu lansia, sehingga masyarakat dan anggota keluarga dapat mendukung kegiatan posyandu lansia misalnya dengan mengingatkan jadwal posyandu dan mengantarkan ketempat kegiatan posyandu tersebut. Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran akan arti pentingnya kesehatan, dimana posyandu merupakan salah satu tempat pemeriksaan kesehatan yang sangat penting di lingkungan masyarakat. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi lansia memiliki kualitas hidup dengan baik. Peneliti lain dapat menggunakan variabel lain dalam pengukuran kualitas hidup seperti melakukan screening kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar gula sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Timur. skripsi. Medan. Universitas Sumatra Utara BPS 2009. Indonesia Demographic and Healt Survey 2007. Jakarta: Indonesia Hardywinoto(2005) Panduan Gerontologi: Tinjauan Dari Berbagai Aspek. PT. Gramedia Puataka Utama. Jakarta Bowling (2007) Bowling. A. 2007. Quality of life among older people with poor functioning. The influence of perceived control over life. Jurnal Kesehatan. Oxford University Press on behalf of the British Geriatrics Society. Rosyid (2007) Support to family carers of patients with frontotemporal dementia. Health Journal. Aging & Mental HealthVol. 12, No. 4, July 2008, 462–466 2004. Gizi dalam Kehidupan. Jakarta: ECG S-1 Abi Muhlisin, SKM., M.Kep** : Dosen FIK UMS DAFTAR PUSTAKA Arisma. Darti Latifah*: Mahasiswa Keperawatan FIK UMS Daur Stanley. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.J akarta: ECG Nugraheni, D. H. 2008. Kualitas Hidup Pasien Post Fraktur Pasca Gempa di Kecamatan Jetis Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada Hennywati. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Pukesmas Kabupaten Aceh NASKAH PUBLIKASI - Darti Latifah - J 210.090.034 Ambarwati, S.Pd., M.Si** : Dosen FIK UMS