PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG NASTITI PREMONO PUTRI (3609100069) DOSEN PEMBIMBING : IR. HERU PURWADIO,MSP LATAR BELAKANG • 60% DARI 108 JUTA M3 AIR TANAH WILAYAH BANDUNG BERASAL DARI WILAYAH BANDUNG UTARA DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KECAMATAN LEMBANG • KECAMATAN LEMBANG ZONA KONSERVASI AIR TANAH IV DI WILAYAH CEKUNGAN BANDUNG. ZONA WILAYAH RESAPAN UTAMA AIR PERKEMBANGAN WILAYAH DAN PERMINTAAN LAHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN MUDAH KONFLIK KEPENTINGAN KEPEMILIKAN LAHAN AKSESBILITAS MENUJU DAERAH RESAPAN LINDUNG MUDAH DAERAH RESAPAN AIR MULAI KRITIS ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG >2000 ha lahan konservasi di kecamatan Lembang telah dipenuhi oleh bangunan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung diperbolehkan 1.035 ha (Penelitian Ibid,2007) PETA EKSISTING VS PETA RENCANA PEMANFAATAN RUANG Sumber : Pergub Jawa Barat No 56 Thn 2011 ttg Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara DAERAH RESAPAN AIR LAINNYA DI JAWA BARAT DAN KAWASAN BANDUNG UTARA Daerah Puncak Kabupaten Bogor Daerah Punclut Kota Bandung !SUDAH TERLAMBAT DAN SULIT DIKENDALIKAN! RUMUSAN MASALAH Pembangunan lahan terbangun yang semakin meningkat dan laju perubahan daerah resapan menjadi lahan terbangun semakin cepat akibat perkembangan wilayah Mengurangi luas daerah resapan air di Kecamatan Lembang dan mengancam keberlanjutan dari fungsi daerah resapan air tersebut APA SAJAKAH YANG TERMASUK FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN ALIH FUNGSI LAHAN RESAPAN AIR DI KECAMATAN LEMBANG SEMAKIN MENINGKAT? TUJUAN & SASARAN Merumuskan klasifikasi alih fungsi lahan daerah resapan air menjadi lahan terbangun. Menganalisa faktorfaktor penyebab alih fungsi lahan resapan air menjadi lahan terbangun Menentukan arahan pengendalian alih fungsi lahan daerah resapan air menjadi lahan terbangun SINTESA PUSTAKA DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI LAHAN Pustaka Dampak perubahan lahan terhadap siklus hidrologi Aspek yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan lahan Aspek Dampak Perubahan Indikator Penelitian Luasan daerah resapan yang terkonversi lahan terbangun Ekonomi Penurunan fungsi menyerap air Aksesbilitas Sosial Kebijakan Kependudukan Lingkungan Variabel Luas Lahan Terbangun tanah Infiltrasi Tanah Ketersediaan jaringan jalan Harga Lahan Pendapatan penduduk Harga lahan di pasaran Tingkat pendapatan penduduk Karakter masyarakat Sikap masyarakat terkait fungsi lindung daerah resapan air Regulasi dan kebijakan tata ruang Efektivitas fungsi kebijakan daerah dalam pengendalian alih fungsi lahan Sistem perizinan bangunan di wilayah penelitian Kontrol pemerintah daerah dalam mengawasi perubahan alih fungsi lahan Tingkat pertumbuhan penduduk di wilayah penelitian Jumlah penduduk Kepadatan penduduk Tingkat kepadatan penduduk di wilayah penelitian Migrasi penduduk Tingkat migrasi penduduk di wilayah penelitian Lahan terpakai terpakai Kualitas lahan dan tidak Luas Lahan terkonversi Luas Lahan Daerah Resapan Tingkat kekritisan lahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN VARIABEL PENELITIAN Sasaran Menganalisa klasifikasi perubahan lahan berdasarkan dampak perubahan alih fungsi daerah resapan air Menganalisa faktor-faktor penyebab dari alih fungsi lahan resapan air menjadi lahan terbangun Aspek Ekonomi Sosial Indikator Variabel Luas lahan Perbandingan Luas yang beralih daerah resapan air fungsi dan lahan terbangun Definisi Operasional Luas lahan daerah resapan air (Ha) pada setiap periode Penurunan Infiltrasi Tanah kemampuan tanah untuk menyerap air Jumlah air hilang yang diserap oleh lahan di daerah resapan air setiap periodenya (m3) Aksesbilitas Ketersediaan jaringan jalan Harga Lahan Harga lahan pasaran Pendapatan penduduk Tingkat pendapatan penduduk wilayah Karakter masyarakat Sikap masyarakat terkait fungsi lindung daerah resapan air Kemudahan akses menuju lokasi daerah resapan air dan tersedianya sarana jalan yang baik Perbandingan nilai jual lahan di pasaran (Rupiah/Ha) Jumlah rupiah yang dihasilkan penduduk tiap bulannya Sikap masyaraat terhadap fungsi lindung,daerah resapan air baik berupa dukungan maupun pelanggaran di Sasaran Aspek Kebijakan Menganalisa faktor-faktor penyebab dari alih fungsi lahan resapan air menjadi lahan terbangun Indikator Variabel Definisi Operasional Regulasi dan Efektivitas fungsi Keefektifan kebijakan dan kebijakan tata ruang kebijakan daerah dalam peraturan hukum setempat pengendalian alih fungsi mengenai pengendalian pemanfaatan lahan lahan Kontrol pemerintah daerah dalam mengawasi perubahan alih fungsi daerah resapan air Sistem perizinan bangunan di wilayah penelitian Kependudukan Lingkungan Intensitas kontrol yang dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya alih fungsi daerah resapan Kemudahan sistem perizinan bangunan yang menarik kecenderungan alih fungsi lahan terbangun di wilayah penelitian Jumlah penduduk Tingkat pertumbuhan Jumlah penduduk dan penduduk pertumbuhannya dihitung per desa Kepadatan Tingkat kepadatan Perbandingan jumlah penduduk penduduk penduduk dengan luas wilayah per desa Jumlah migrasi Tingkat migrasi penduduk Jumlah angka migrasi penduduk penduduk per desa tiap tahunnya Lahan terpakai dan Luas Lahan terkonversi Luasan daerah resapan air tidak terpakai yang terkonversi menjadi lahan budidaya Kualitas Lahan Lahan tidak produktif Tingkat kemampuan lahan dalam berproduksi TEKNIK ANALISIS DATA Merumuskan klasifikasi alih fungsi lahan daerah resapan air menjadi lahan terbangun - Analisa Overlay GIS - Analisis Kuantitatif Statistik Pembagian klasifikasi wilayah alih fungsi berdasarkan dampak alih fungsi yang ditimbulkan Menganalisa faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan resapan air menjadi lahan terbangun - Analisis Deskriptif Kualitatif - Analisis Stakeholder - Analisis Delphi Faktor-faktor penyebab alih fungsi daerah resapan air Menentukan arahan pengendalian alih fungsi lahan daerah resapan air menjadi lahan terbangun di Kecamatan Lembang. - Analisis Triangulasi Arahan pengendalian alih fungsi daerah resapan air. BAB 4 GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISA • WILAYAH YANG TERMASUK KE DALAM KAWASAN LINDUNG TERMASUK KE DALAM 8 DESA DI KECAMATAN LEMBANG YAITU DESA CIKAHURIPAN, DESA JAYAGIRI, DESA CIKOLE, DESA CIKIDANG, DESA WANGUNHARJA, DESA CIBODAS, DAN DESA SUNTENJAYA. • UTARA : KABUPATEN SUBANG • TIMUR : KABUPATEN BANDUNG • BARAT : KABUPATEN PURWAKARTA • :DESA GUDANGKAHURIPAN, DESA LEMBANG DAN DESA CIBOGO SELATAN TABEL 4.1 TABEL DESA DAN LUAS WILAYAH No Nama Desa Luas Wilayah (Ha) PENELITIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Desa Sukajaya Desa Cikahuripan Desa Jayagiri Desa Cikole Desa Cikidang Desa Wangunharja Desa Cibodas Desa Suntenjaya Sumber: Data Monografi Kecamatan Lembang 2009 dan perhitungan GIS 294,743 393.613 636.981 497.261 351.681 211.413 228.327 945.855 3560 GRAFIK PERUBAHAN LUAS PEMANFAATAN LAHAN DI WILAYAH PENELITIAN TAHUN 2002, 2007 DAN 2013 2600 2400 2200 2000 1800 1600 Hutan 1400 Sawah Kebun 1200 Permukiman 1000 800 600 400 200 0 2002 2007 Sumber: Pencitraan Google Earth 2013 dan time reverse 2013 KONDISI ALIH FUNGSI LAHAN DI WILAYAH PENELITIAN PERUBAHAN LAHAN DI DAERAH RESAPAN AIR LEMBANG PERIODE 2002-2013 PERGUB JAWA BARAT NO 58 THN 2011 KEPENDUDUKAN WILAYAH PENELITIAN 9000 Suntenjaya 8000 Cibodas 7000 6000 Wangunharja Cikidang 2011 2010 2009 Cikole 5000 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 2009 4000 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 2010 3000 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 2011 2000 Jayagiri 1000 Cikahuripan Sukajaya 0 5000 10000 15000 20000 Sukajaya Cikahuripan Jayagiri Cikole Cikidang Wangunharja Cibodas Suntenjaya 0 ANALISA DAMPAK DAN MENENTUKAN KLASIFIKASI WILAYAH ALIH FUNGSI ANALISA DAMPAK ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR DENGAN MENGETAHUI VOLUME AIR YANG HILANG PER PERIODE MENGGUNAKAN PERSAMAAN FFOLIOT R = (P – ET) . Ai . ( 1- Cro) KETERANGAN: • R = VOLUME AIR YANG MERESAP KE DALAM TANAH (M3) • P = CURAH HUJAN (MM) • ET = EVAPOTRANSPIRASI (MM/TH) • AI = LUAS LAHAN (M2) • CRO = KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN Volume Air Hilang = ∆R ANALISA DAMPAK DAN MENENTUKAN KLASIFIKASI WILAYAH ALIH FUNGSI Desa (1) Sukajaya Cikahuripan Jayagiri Cikole Cikidang Cibodas Suntenjaya Wangunharja Total Jumlah Air Hilang Tahun 2002-2007 (m3) (2) Jumlah Air Hilang Tahun 2007-2013 (m3) (3) Total (m3) Rata-rata (m3) (4) (5) 10227.64 2488.92 12716.56 6358.28 8447.07 27108.21 35555.28 17777.64 3681.58 55371.66 59053.24 29526.62 17140.54 34142.69 51283.23 25641.62 18663.62 1.40 18665.02 9332.51 3818.92 3822.31 7641.23 3820.62 27080.07 3758.56 36.92 4221.52 27116.99 7980.08 13558.49 3990.04 11602.25 15899.20 27501.45 13750.73 ANALISA DAMPAK DAN MENENTUKAN KLASIFIKASI WILAYAH ALIH FUNGSI PENENTUAN klasifikasi ALIH FUNGSI BERDASARKAN DAMPAK ALIH FUNGSI YANG DITIMBULKAN Desa (1) Sukajaya Cikahuripan Jayagiri Cikole Cikidang Cibodas Suntenjaya Wangunharja Rata-rata Tinggi Rendah Total Jumlah Air Hilang (m3) (2) 12716.56 35555.28 59053.24 51283.23 18665.02 7641.23 27116.99 7980.08 27501.45 klasifikasi (3) Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah :Jumlah Air yang Hilang > 27501.45 m3 :Jumlah Air yang Hilang < 27501.45 m3 ANALISA FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ALIH FUNGSI WILAYAH • RESPONDEN UNTUK ANALISIS DELPHI • R1 : KASUBBID PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PERTANAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPEDA BANDUNG BARAT • R2 : STAFF AHLI BIDANG TATA RUANG CIPTA KARYA • R3 : KASIE PEMBANGUNAN DAN MASYARAKAT KECAMATAN LEMBANG • R4 : PAKAR TATA KOTA • R5 : DOSEN TATA GUNA LAHAN ITB • R6 : AKTIVIS LSM WALHI • R7 : TOKOH MASYARAKAT BANDUNG BARAT HASIL ANALISIS STAKEHOLDER Keterangan : 1. Tingkat Kepentingan Stakeholders : 0 : Tidak diketahui kepentingannya 1 : Kecil / tidak penting 2 : Agak penting 3 : Penting 4 : Sangat Penting 5 : Program yang sangat tergantung padanya 1. Pengaruh Aktivitas Stakeholders : 0 : Tidak diketahui pengaruhnya 1 : Kecil/tidakada pengaruhnya 2 : Agak berpengaruh 3 : Berpengaruh 4 : Sangat Berpengaruh 5 : Sangat berpengaruh sekali ANALISA FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ALIH FUNGSI WILAYAH Analisa Faktor yang Berpengaruh pada Alih Fungsi Wilayah dengan Analisis Delphi klasifikasi Dampak Alih Fungsi Tinggi klasifikasi Dampak Alih Fungsi Rendah ANALISA FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ALIH FUNGSI WILAYAH KLASIFIKASI DAMPAK ALIH FUNGSI TINGGI HASIL DELPHI TAHAP I EKSPLORASI FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI KLASIFIKASI DAMPAK ALIH FUNGSI TINGGI DAERAH RESAPAN AIR DI KECAMATAN LEMBANG Faktor Disetujui 1. Faktor Peningkatan Pelayanan Infrastruktur untuk Aksesbilitas Menuju Daerah Resapan Air 2. Faktor Tingkat Harga Lahan di Daerah Resapan Air yang Tinggi 3. Faktor Penurunan Kualitas Daya Dukung Lahan di Daerah Resapan Air 4. Faktor Karakter masyarakat yang Kurang Memahami Regulasi Daerah dan Fungsi Lindung Daerah Resapan Air 5. Faktor Ketersediaan objek wisata Faktor Tidak Disetujui 1. Faktor tingkat pendapatan penduduk di daerah resapan air yang tinggi. FAKTOR BELUM MENCAPAI KONSENSUS 1.Faktor Kekuatan Regulasi dan Kebijakan Tata Ruang dalam Mencegah Alih Fungsi Daerah Resapan Air 2.Faktor Peningkatan Perkembangan Penduduk di Daerah Resapan Air HASIL DELPHI TAHAP II EKSPLORASI FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR DI KECAMATAN LEMBANG Faktor Disetujui Faktor Kekuatan Regulasi dan Kebijakan Tata Ruang dalam Mencegah Alih Fungsi Daerah Resapan Air Faktor Tidak Disetujui Faktor Peningkatan Perkembangan Penduduk di Daerah Resapan Air HASIL DELPHI TAHAP III EKSPLORASI FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR DI KECAMATAN LEMBANG Faktor Konsensus 1. 2. 3. 4. 5. 6. Faktor Peningkatan Pelayanan Infrastruktur untuk Aksesbilitas Menuju Daerah Resapan Air Faktor Tingkat Harga Lahan di Daerah Resapan Air yang Tinggi Faktor Penurunan Kualitas Daya Dukung Lahan di Daerah Resapan Air Faktor Karakter masyarakat yang Kurang Memahami Regulasi Daerah dan Fungsi Lindung Daerah Resapan Air Faktor ketersediaan objek wisata di daerah resapan air Faktor Kekuatan Regulasi dan Kebijakan Tata Ruang dalam Mencegah Alih Fungsi Daerah Resapan Air Faktor Tidak Disetujui 1. Faktor Peningkatan Perkembangan Penduduk di Daerah Resapan Air ANALISA FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ALIH FUNGSI WILAYAH KLASIFIKASI DAMPAK ALIH FUNGSI RENDAH HASIL DELPHI TAHAP I EKSPLORASI FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI KLASIFIKASI DAMPAK ALIH FUNGSI TINGGI DAERAH RESAPAN AIR DI KECAMATAN LEMBANG Faktor Disetujui 1. Faktor Peningkatan Pelayanan Infrastruktur untuk Aksesbilitas Menuju Daerah Resapan Air 2. Faktor Karakter masyarakat yang Kurang Memahami Regulasi Daerah dan Fungsi Lindung Daerah Resapan Air Faktor Tidak Disetujui 1. Faktor Tingkat Harga Lahan di Daerah Resapan Air yang Tinggi 2. Faktor tingkat pendapatan penduduk di daerah resapan air yang tinggi 3. Faktor Peningkatan Perkembangan Penduduk di Daerah Resapan Air FAKTOR BELUM MENCAPAI KONSENSUS 1.Faktor Kekuatan Regulasi dan Kebijakan Tata Ruang dalam Mencegah Alih Fungsi Daerah Resapan Air 2.Faktor Penurunan Kualitas Daya Dukung Lahan di Daerah Resapan Air HASIL DELPHI TAHAP II EKSPLORASI FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR DI KECAMATAN LEMBANG Faktor Tidak Disetujui Faktor Disetujui 1. 1. Faktor Kekuatan Regulasi dan Kebijakan Tata Ruang dalam Mencegah Alih Fungsi Daerah Resapan Air 2. Faktor Peningkatan Perkembangan Penduduk di Daerah Resapan Air Faktor Penurunan Kualitas Daya Dukung Lahan di Daerah Resapan Air HASIL DELPHI TAHAP III EKSPLORASI FAKTOR PENYEBAB ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR DI KECAMATAN LEMBANG Faktor Konsensus 1. Faktor Peningkatan Pelayanan Infrastruktur untuk Aksesbilitas Menuju Daerah Resapan Air 2. Faktor Karakter masyarakat yang Kurang Memahami Regulasi Daerah dan Fungsi Lindung Daerah Resapan Air 3. Faktor Kekuatan Regulasi dan Kebijakan Tata Ruang dalam Mencegah Alih Fungsi Daerah Resapan Air Faktor Tidak Disetujui 1. Faktor Tingkat Harga Lahan di Daerah Resapan Air yang Tinggi 2. Faktor tingkat pendapatan penduduk di daerah resapan air yang tinggi. 3. Faktor Peningkatan Perkembangan Penduduk di Daerah Resapan Air 4. Faktor Penurunan Kualitas Daya Dukung Lahan di Daerah Resapan Air ANALISIS ARAHAN PENGENDALIAN DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN Fakta Empiri dari Faktor yang Terbentuk Peraturan Daerah Literatur Arahan Pengendalian Lahan ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN PADA KLASIFIKASI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TINGGI (DESA CIKOLE, DESA CIKAHURIPAN DAN DESA JAYAGIRI) FAKTOR PENINGKATAN PELAYANAN INFRASTRUKTUR UNTUK AKSESBILITAS MENUJU DAERAH RESAPAN AIR • PENERAPAN DISINSENTIF UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN AKSESBILITAS MENUJU DAERAH RESAPAN AIR DI WILAYAH PENELITIAN BERUPA PEMBATASAN INFRASTRUKTUR DAN FASILITAS PENDUKUNG MENUJU DAERAH RESAPAN AIR YANG DILINDUNGI DI WILAYAH PENELITIAN DENGAN TIDAK MENAMBAH CABANG JARINGAN JALAN YANG ADA. • MEMBERI BATAS BERUPA TANDA BATAS DAN PAPAN PERINGATAN SERTA PENGAWASAN KETAT SECARA BERKALA DI SEPANJANG JARINGAN JALAN UTAMA DI DESA CIKOLE, CIKAHURIPAN DAN JAYAGIRI FAKTOR TINGKAT HARGA LAHAN DI DAERAH RESAPAN AIR YANG TINGGI • PEMERINTAH DAERAH HANYA MEMBERIKAN IZIN PEMANFAATAN TANAH SEBAGAI RTH UNTUK DAERAH RESAPAN AIR AGAR HARGA LAHAN DISEKITAR LAHAN YANG TELAH TERBANGUN TIDAK IKUT MENINGKAT. FAKTOR KEKUATAN REGULASI DAN KEBIJAKAN TATA RUANG DALAM MENCEGAH ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR • PENERAPAN KEKUATAN REGULASI DAN KEBIJAKAN TATA RUANG DALAM MENCEGAH ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENGENAI PENGENDALIAN PEMANFAATAN KAWASAN LINDUNG UNTUK RESAPAN AIR DI WILAYAH INI DENGAN LEBIH KONSISTEN DAN LEBIH KETAT. • PENGATURAN KEMBALI ZONING REGULATION YANG DISAHKAN MELALUI PERDA. • PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA BAGI PELANGGAR PEMANFAATAN RUANG • KONTROL UTAMA DISERAHKAN KEPADA PEMERINTAH DARI KECAMATAN LEMBANG YAITU PADA BAGIAN SIE PEMBANGUNAN DAN MASYARAKAT KECAMATAN LEMBANG AGAR MEMPERMUDAH PENGAWASAN. • MENINGKATKAN INTENSITAS KEGIATAN PEMANTAUAN DI DESA-DESA PADA KLASIFIKASI INI BEBERAPA KALI DALAM SATU TAHUN • PEMKAB BANDUNG BARAT SEGERA MEMBUAT PERDA IMB UNTUK MEMPERKETAT IZIN BANGUNAN • IZIN PENGEMBANGAN KAWASAN DAN/ATAU PEMBANGUNAN BANGUNAN DI WILAYAH INI, HARUS MENERAPKAN REKAYASA TEKNIK DAN/ATAU EKO ARSITEKTUR DAN/ATAU REKAYASA VEGETATIF, UNTUK MENGHINDARI PENURUNAN KAPASITAS PENYERAPAN AIR KE DALAM TANAH • MENCABUT IZIN KEPEMILIKAN LAHAN MAUPUN KEPEMILIKAN BANGUNAN YANG MELANGGAR PEMANFAATAN LAHAN DI DAERAH RESAPAN AIR FAKTOR PENURUNAN KUALITAS DAYA DUKUNG LAHAN DI DAERAH RESAPAN AIR • PADA LAHAN YANG MENGALAMI KONDISI YANG TIDAK PRODUKTIF PERLU DILAKUKAN REHABILITASI SECARA INTENSIF DENGAN MEMBERIKAN VEGETASI YANG CUKUP UNTUK RESAPAN AIR. • PENETAPAN ZONING REGULATION UNTUK DAERAH RESAPAN AIR YANG DILINDUNGI UNTUK DIJADIKAN PERDA • MENAMBAH KEMAMPUAN PENYERAPAN AIR DI WILAYAH YANG TELAH BERALIH FUNGSI MENJADI LAHAN TERBANGUN DENGAN MENGEMBALIKAN FUNGSI PENYERAPAN AIR SEMULA DENGAN PENANAMAN VEGETASI DAN DIJADIKAN HUTAN LINDUNG FAKTOR KARAKTER MASYARAKAT YANG KURANG MEMAHAMI REGULASI DAERAH DAN FUNGSI LINDUNG DAERAH RESAPAN AIR • SETIAP MASYARAKAT YANG MELANGGAR PEMANFAATAN LAHAN DI DAERAH RESAPAN AIR DIKENAKAN SANKSI MELIPUTI: • PERINGATAN TERTULIS • PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN • PENUTUPAN LOKASI • PENCABUTAN IZIN • PEMERINTAH DAERAH BERSAMA LSM LINGKUNGAN HIDUP WALHI YANG CONCERN TERHADAP ALIH FUNGSI DI WILAYAH BANDUNG UTARA TERMASUK LEMBANG BERKOORDINASI DENGAN TOKOH-TOKOH MASYARAKAT SETEMPAT DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK AKTIF DALAM MENJAGA DAERAH RESAPAN AIR FAKTOR KETERSEDIAAN OBJEK WISATA DI DAERAH RESAPAN AIR • DAERAH RESAPAN AIR BOLEH DIJADIKAN WISATA ALAM DENGAN SYARAT TIDAK MENGUBAH KELESTARIAN EKOSISTEM DIDALAMNYA DAN MENGURANGI LUAS KAWASAN YANG TELAH DITENTUKAN • MEMBATASI KUNJUNGAN WISATAWAN PADA WISATA KAWASAN PELESTARIAN ALAM AGAR MENCEGAH KEGIATAN YANG DAPAT MERUSAK EKOSISTEM LINGKUNGAN. ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN PADA KLASIFIKASI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN RENDAH (DESA SUNTENJAYA, WANGUNHARJA, SUKAJAYA, CIBODAS,DAN CIKIDANG) FAKTOR PENINGKATAN PELAYANAN AKSESBILITAS MENUJU DAERAH RESAPAN AIR • INFRASTRUKTUR DAN FASILITAS PENDUKUNG HANYA DIBATASI UNTUK PEMANFAATAN PERGERAKAN ORANG/BARANG DAN KENDARAAN SERTA TIDAK DILAKUKAN PERBAIKAN UNTUK JALAN MAKADAM YANG MENUJU DAERAH RESAPAN AIR YANG DILINDUNGI. • PENGAMANAN MELALUI PATROLI KHUSUS YANG DILAKUKAN SECARA BERKALA SEPANJANG JARINGAN JALAN UTAMA MENUJU DAERAH RESAPAN AIR YANG DILINDUNGI FAKTOR KEKUATAN REGULASI DAN KEBIJAKAN TATA RUANG DALAM MENGENDALIKAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR • PENGATURAN KEMBALI ZONING REGULATION YANG DISAHKAN MELALUI PERDA. • PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA BAGI PELANGGAR PEMANFAATAN RUANG • KONTROL UTAMA DISERAHKAN KEPADA PEMERINTAH DARI KECAMATAN LEMBANG YAITU PADA BAGIAN SIE PEMBANGUNAN DAN MASYARAKAT KECAMATAN LEMBANG AGAR MEMPERMUDAH PENGAWASAN. • PEMKAB BANDUNG BARAT SEGERA MEMBUAT PERDA IMB UNTUK MEMPERKETAT IZIN BANGUNAN • IZIN PENGEMBANGAN KAWASAN DAN/ATAU PEMBANGUNAN BANGUNAN DI WILAYAH INI, HARUS MENERAPKAN REKAYASA TEKNIK DAN/ATAU EKO ARSITEKTUR DAN/ATAU REKAYASA VEGETATIF, UNTUK MENGHINDARI PENURUNAN KAPASITAS PENYERAPAN AIR KE DALAM TANAH FAKTOR KARAKTER MASYARAKAT YANG KURANG MEMAHAMI REGULASI DAERAH DAN FUNGSI LINDUNG DAERAH RESAPAN AIR • SETIAP MASYARAKAT YANG MELANGGAR PEMANFAATAN LAHAN DI DAERAH RESAPAN AIR DIKENAKAN SANKSI MELIPUTI: • PERINGATAN TERTULIS • PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN • PENUTUPAN LOKASI • PENCABUTAN IZIN • PEMERINTAH DAERAH BERSAMA LSM LINGKUNGAN HIDUP WALHI YANG CONCERN TERHADAP ALIH FUNGSI DI WILAYAH BANDUNG UTARA TERMASUK LEMBANG BERKOORDINASI DENGAN TOKOH-TOKOH MASYARAKAT SETEMPAT DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK AKTIF DALAM MENJAGA DAERAH RESAPAN AIR SEKIAN TERIMAKASIH