7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Percaya Diri a

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Percaya Diri
a. Pengertian Percaya Diri
Sikap percaya diri dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat
menggali potensi diri. Dariyo (2011: 206) mengatakan bahwa percaya
diri (self-confidence) ialah kemampuan individu untuk dapat memahami
dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam
mengahadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Definisi
yang berbeda dikemukakan oleh Aunurrahman (2010: 184) percaya diri
merupakan salah satu kondisi psikologi seseorang yang berpengaruh
terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Mustari
(2014: 52) memperkuat definisi dari Aunurrahman bahwa percaya diri
adalah keyakinan atas kemampuan untuk melakukan sesuatu mencapai
tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuanya
menghasilkan level-level pelaksanaan yang mempengaruhi kejadiankejadian yang mempengaruhi kehidupan. Keyakinan setiap orang
dengan kemampuan dirinya sendiri dan perilaku tanpa adanya rasa malu
dan ragu.
7
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
8
Percaya
diri
adalah
keyakinan
bahwa
orang
mempunyai
kemampuan untuk memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut
untuk mengurusi situasi-situasi yang dihadapi. Adywibowo (2010: 40)
menyatakan bahwa rasa percaya diri (self-confidence) adalah keyakinan
seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku
tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Kepercayaan diri adalah
bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita
akan merefleksikannya tanpa kita sadari.
Berdasarkan pendapat seluruh para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin akan
kemampuan yang timbul dari diri individu untuk mencapai suatu tujuan
dan harapan yang diinginkan. Individu yang memiliki sikap percaya diri
yang tinggi maka individu dapat mengatasi situasi-situasi yang sulit
karena individu tersebut memiliki keberanian dan keyakinan dalam diri.
b. Ciri-ciri Percaya Diri
Sikap percaya diri dapat di miliki oleh setiap individu. Lina dan
Klara Sr. (2012: 16-21) menyatakan bahwa individu yang bersikap
percaya diri yang proporsional akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, sehingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa
hormat orang lain.
2) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap menyesuaikan diri
demi diterima oleh orang lain atau kelompok.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
9
3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, serta
berani menjadi diri sendiri.
4) Memiliki pengendalian diri yang baik.
5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan
atau kegagalan, tergantung pada usaha diri sendiri dan tidak
mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak
mengharapkan bantuan orang lain).
6) Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang
lain dan situasi di luar diri sendiri.
7) Memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga
ketika harapan itu terwujud dia tetap mampu melihat sisi
positif dari diri sendiri.
c. Indikator Percaya Diri
Sikap percaya diri dapat diukur dengan melihat indikator yang
dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Mustari (2014: 57) menyatakan
bahwa indikator percaya diri yaitu yakin dengan kemampuan diri
sendiri, berani melakukan sesuatu yang positif, dan bersungguh-sungguh
dalam melakukan sesuatu.
Siswa yakin dengan kemampuan diri sendiri akan memiliki sikap
optimis. Siswa yang optimis tidak akan merasa ragu, malu, dan minder
dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawab yang diberikan kepada
siswa tersebut sehingga siswa akan akan lebih mudah berlatih untuk
meningkatkan keterampilan berbicara di hadapan siswa lain tanpa
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
10
adanya rasa malu dan ragu. Sikap optimis juga diperlukan oleh siswa
agar siswa termotivasi melakukan yang terbaik pada saat pembelajaran
di sekolah maupun di lingkungan sosial.
Sikap percaya diri yang harus dimiliki oleh siswa tidak cukup
hanya dengan yakin pada kemampuan diri sendiri tetapi siswa juga
harus berani melakukan sesuatu yang positif. Siswa yang berani
melakukan sesuatu yang positif artinya siswa tersebut berani untuk
mengeluarkan pendapat, berusaha melakukan yang terbaik dalam
menyelesaikan suatu masalah dan bertanggungjawab. Siswa yang
memiliki keberanian melakukan sesuatu yang positif juga akan berani
berbicara dan berpendapat di hadapan siswa lain.
Siswa yang memiliki sikap percaya diri akan melakukan sesuatu
yang menjadikan tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh. Sikap
bersungguh-sungguh penting dimiliki oleh siswa agar siswa dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik. Siswa yang
bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu akan dapat memahami
dan terlibat aktif pada proses pembelajaran berlangsung.
2. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Berbicara salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
keterkaitan dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, yaitu berbicara
dengan menyimak, berbicara dengan menulis dan berbicara dengan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
11
membaca. Berbicara sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang
setiap hari digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi.
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia
dalam
kehidupan
berbahasa,
yaitu
setelah
aktivitas
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya
itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu
untuk berbicara (Nurgiyantoro, 2013: 399).
Sadhono dan Slamet (2012: 35) menyatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang didengar (audible) dan yang
kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan dapat tersampaikan. Pendapat Sadhono dan Slamet
diperkuat dengan definisi yang dikemukakan oleh Tarigan (2015: 3)
bahwa keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang
berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh
keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau berujar dipelajari.
Berdasarkan para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa berbicara lebih dari sekedar penyampaian bunyi-bunyi atau
artikulasi, berbicara merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan gagasan, ide dan pemikiran berbahasa yang didahului
oleh keterampilan menyimak yang berfungsi untuk menyampaikan suatu
ide, gagasan, dan pemikiran dengan memanfaatkan suatu sistem
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
12
perpaduan dari otot dan jaringan tubuh manusia sehingga tercipta
komunikasi yang efektif.
b. Konsep-konsep dalam Berbicara
Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat
bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau
praktek berbicara. Konsep-konsep dasar yang mendasari pendidikan
berbicara dapat dikelompokn ke dalam tiga kategori (Tarigan, 2015: 23)
yaitu:
1) Hakikat atau sifat dasar ujaran
Proses komunikasi disebabkan terjadinya pemindahan pesan
dari satu sumber ke sumber lain, dalam artian proses komunikasi
terjadi karena adanya pemindahan pesan dari pembicara kepada
pendengar.
2) Proses-proses intelektual
Seorang pembicara harus memahami tentang ilmu pengetahuan
dan teori terutama tentang berbicara, sehingga bermanfaat dalam
menunjang kemahitan serta keberhasilan ketika melakukan praktek
berbicara.
3) Pencapaian keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara dapat tercapai dengan baik dengan
dukungan dan keterampilan berbicara lainnya, yaitu menyimak,
membaca dan menulis.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
13
c. Cara Berbicara
Berbicara memiliki empat metode penyajian yang terbaik yang dapat
ditentukan oleh diri sendiri. Tarigan (2015: 26) metode penyajian yang
mungkin dipilih, yaitu:
1) Penyampaian secara mendadak (impromptu delivery)
Penyampaian secara mendadak terjadi karena seseorang tanpa
direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini
dapat terjadi karena situasi yang memungkinkan seorang pembicara
harus melakukan penyampaian mendadak.
2) Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)
Pembicara menyampaikan pembicaraannya secara omprovisasi
dengan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi
pertemuan ini.
3) Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)
Berbicara yang berlandasan naskah dilaksanakan dalam situasi
yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepastian
umum. Pembicara menyajikan penuh dengan perhatian terhadap
respon para pendengarnya.
4) Penyampaian dari ingatan (delivery from memory)
Penyampaian
berdasarkan
ingatakn
memang
banyak
kelemahannya, pembicara mungkin lupa akan beberapa isi pidatonya,
perhatiannya tidak dapat diberikan kepada pendengar, kaku dan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
14
kurang penyesuaian pada situasi yang ada, pembicara diwajibkan
menguasai bahan pembicaraan yang akan disampaikan.
d. Tujuan Kegiatan Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai oleh anak karena keterampilan ini akan membantu anak dalam
mengembangkan keterampilan ini
akan membantu anak dalam
mengembangkan keterampilan lain yang dibutuhkan oleh anak dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan berbicara adalah menyampaikan suatu
informasi kepada orang lain secara lisan. Tarigan (2015: 16)
mengemukakan
bahwa
tujuan
utama
berbicara
adalah
untuk
berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka
seyogyanya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang
dikomunikasikan dan harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap (para) pendengar. Pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip
yang mendasari segala situasi yang pembicara hadapi baik secara umum
maupun perorangan.
Berbicara juga memiliki tujuan untuk menumbuhkan respon dari
pendengar atas isi atau pokok pembicaraan yang telah disampaikan oleh
pembicara.
Tarigan
mengemukakan
menginformasikan,
(dalam
bahwa
Sandhono
tujuan
menstimuli,
dan
berbicara
meyakinkan
Slamet,
yaitu
dan
2012:
37)
menghibur,
menggerakan.
Perpaduan beberapa tujuan berbicara yaitu menggerakan dan menstimuli,
memiliki maksud bahwa berbicara menjadikan pendengar merespon atau
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
15
menanggapi isi atau pokok bahasan yang telah disampaikan sehingga
berbicara menjadi salah satu kegiatan aktif yang melibatkan satu atau
lebih orang.
Berdasarkan para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan
berbicara yaitu berkomunikasi agar dapat menyampaikan gagasan atau
pikiran. Berbicara juga memiliki tujuan untuk menumbuhkkan respon
dari gagasan atau pikiran yang telah disampaikan oleh pembicara kepada
lawan bicara.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.
Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah lambang identitas nasional yang
berperan sebagai alat pengungkapan perasaan dan nuansa perasaan yang
halus. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang
harus diajarkan pada semua jenjang pendidikan terutama di sekolah
dasar. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang mengajarkan
siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi dapat
dilakukan baik secara lisan maupun tulisan.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi
kemampuan
minimal
siswa
yang
menggambarkan
penugasan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap
Bahasa dan Sastra Indonesia. Standar kompetensi merupakan dasar
bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,
nasional, dan global.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
16
b. Tujuan Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia telah mencangkup seluruh aspek
kebahasaan. Siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif
dan selalu menggunakan bahasa indonesia sebagai alat komunikasi
formal yang dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.
BSNP (2006: 10) menjabarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia
memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu:
1) Siswa dapat berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2) Siswa dapat menghargai dan bangga dalam menggunakan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3) Siswa
dapat
memahami
bahasa
Indonesia
dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan.
4) Siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan
emosional dan sosial.
5) Siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
kemampuan berbahasa.
6) Siswa dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
c. Materi dalam Penelitian
Materi berbalas pantun merupakan salah satu materi yang diajarkan
pada siswa kelas IVB Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan silabus yang sesuai
dengan KTSP, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan
Indikator materi berbalas pantun adalah sebagai berikut:
1) Standar Kompetensi
6.Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan
bertelepon.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
17
2) Kompetensi Dasar
6.1. Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.
3) Indikator
6.1.1 Mengidentifikasi pantun.
6.1.2. Membaca pantun secara berbalasan.
6.1.3. Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.
6.1.4. Mencatat kata-kata sukar dalam pantun.
6.1.5. Menjawab pertanyaan tentang isi pantun.
4. Model Pembelajaran Time Token
a. Model Pembelajaran Time Token
Model
pembelajaran
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran. Model
pembelajaran berfungsi untuk mempermudah siswa dalam memahami
informasi yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran yang dapat
merangsang keterlibatan siswa secara aktif dengan berinteraksi
merupakan model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
berpusat pada siswa agar siswa lebih aktif dan respinsif saat
pembelajaran berlangsung. Guru berperan untuk mengarahkan siswa
dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Model pembelajaran time token merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang memfasilitasi siswa lebih merespon dan
berpasrtisipasi dalam pembelajaran. Dewi (2015: 2) menyatakan bahwa
model pembelajaran time token salah satu model pembelajaran yang
secara langsung maupun tidak langsung menuntut peran aktif dari setiap
siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
18
berlangsung. Arends (2008: 29) menegaskan bahwa model pembelajaran
yang dapat mendistribusikan partisipasi siswa merata. Siswa tidak ada
yang mendominasi dalam pembelajaran. Siswa memiliki kesempatan
berbicara yang sama dengan siswa yang lain. Setiap siswa dituntut untuk
mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan yang dimiliki jika guru
menggunakan model pembelajaran time token dalam pembelajaran.
Siswa yang tidak terbiasa mengungkapkan gagasan secara aktif, akan
mulai berlatih dan terbiasa untuk mengungkapkan gagasan yang
dimilikinya dengan model pembelajaran time token.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran time token merupakan model pembelajaran
yang bertujuan menfasilitasi siswa agar siswa dapat berpartisipasi dan
berlatih menguasai keterampilan berbicara. Model pembelajaran time
token memiliki keterkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang
memiliki tujuan agar siswa mampu menguasai keterampilan berbahasa,
salah satu yaitu keterampilan berbicara.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Time Token
Model pembelajaran memiliki tahapan atau langkah untuk dapat
diterapkan dalam pembelajaran. Arends (2008: 21) menjelaskan bahwa
time token dapat membantu mendistribusikan partisipasi siswa lebih
merata jika beberapa siswa mendominasikan pembicaraan dan beberapa
siswa lain pemalu dan tidak pernah mengatakan apa-apa. Guru
menjelaskan kepada siswa tata cara membentuk kelompok belajar,
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
19
membantu kelompok untuk melakukan transisi yang efisien serta
membantu kelompok belajar selama siswa mengerjakan tugas. Pada saat
guru menjelaskan dan membentuk kelompok belajar, guru juga
membagikan kepada siswa kartu bicara yang berharga 15 sampai 30
detik. Salah satu siswa dapat memantau interaksinya dan mengambil
kartu bicara siswa lain yang sedang berinteraksi jika siswa tersebut
melewati batas dalam mengungkapkan pendapat atau tanggapan. Jika
siswa telah menggunakan kartu bicara pada satu kesempatan, maka
siswa tersebut tidak boleh bicara lagi dan harus memberikan kesempatan
kepada siswa yang masih memiliki kartu bicara untuk terlibat dalam
diskusi.
Fungsi kartu bicara sebagai media untuk memancing keaktifan
siswa dalam berbicara. Siswa diharapkan dapat mengembangkan
kosakata yang baru dan siswa dapat berlatih lebih banyak berpendapat
dengan model pembelajaran time token.
c. Kelebihan dan Kekurangan Time Token
Model pembelajaran time token memiliki kelebihan diantaranya
yaitu
siswa
memiliki
kesempatan
berlatih
yang sama
untuk
mengungkapkan gagasan yang dimilikinya. Valentina (2013: 4)
menyatakan bahwa model pembelajaran time token adalah salah satu
model yang cocok untuk menumbuhkan semangat, meningkatkan
keterampilan sosial dan menghindai siswa yang lebih mendominasi
pembicaraan atau siswa yang diam sama sekali. Siswa yang malu dalam
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
20
menyampaikan gagasannya menjadi lebih berani dan percaya diri dalam
menyampaikan gagasannya. Siswa yang biasa aktif dalam pembelajaran
tidak mendominasi siswa yang pasif dalam pembelajaran. Model
pembelajaran time token adalah model pembelajaran kooperatif yang
menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa, guru berperan
mengarahkan siswa dalam diskusi.
Kekurangan dari model pembelajaran ini adalah siswa yang biasa
aktif mengungkapkan gagasan dan pemikirannya akan terhambat dalam
menyampaikan gagasan dan pemikirannya dikarenakan harus berbagi
kesempatan dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki daya pikir yang
kurang serta tidak memiliki keberanian dalam berbicara akan
tertinggalnya dari siswa lain.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dewi, M. O tahun 2015 melakukan penelitian yang berjudul “Keefektifan
Model Time Token (Tanda Waktu) dan Talking Stick (Tongkat bicara) pada
Pembelajaran Keterampilan Berbicara Berdasarkan kecemasan Peserta
Didik Kelas VIII SMP” memiliki desain penelitian Quasi Experiment yang
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini bertujuan
bahwa hasil model pembelajaran Time token lebih efektif digunakan untuk
pembelajaran keterampilan berbicara bagi siswa yang memiliki kecemasan
avoidance,, Talking Stick lebih efektif digunakan untuk pembelajaran
keterampilan berbicara bagi siswa yang memiliki kecemasan Perfectionis,
dan Time Token lebih efektif dari pada Talking Stick dalam pembelajaran
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
21
keterampilan berbicara dengan jenis kecemasan siswa. nilai rata-rata
keterampilan berbicara yang diperoleh siswa yang mendapatkan perlakuan
dengan menggunakan model Time Token lebih tinggi dari pada yang
mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Talking
Stick yaitu 85,62>83,03.
2. Pusparini, R tahun 2016 melakukan penelitian yang berjudul “Time Token
Arends 1998 as a Technique to Teach Speaking Factual Report Text to the
Students of Ninth Grade of SMPN 3 Peterongan”. Penelitian ini memiliki
tujuan yaitu mengetahui pengaruh model pembelajaran time token Arends
sangat membantu siswa dalam berbicara. Hal ini ditunjukan ketika
menggunakan time token siswa terpacu untuk berbicara, meringankan rasa
takut selama berbicara dan merasa percaya diri ketika mendapat giliran
berbicara di depan kelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa Time Token
Arend bisa membuat siswa dipicu dan merassa percaya diri untuk tampil di
depan kelas.
3. Oradee, T tahun 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Developing
Speaking Skills Using Three Comunicative Activities (Discussion, ProblemSolving, and Role Playing)”. Penelitian ini bertujuan membandingkan dan
memahami pengaruh tiga aktivitas komunikatif terhadap sikap dan
keterampilan berbicara siswa. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas
11 (sebelas) sekolah di Udon Thani, Thailand. Desain penelitian yang
digunakan mixed methode design. Data kuantitatif yang digunakan berasal
dari tes berbicara dan sikap siswa selama pembelajaran. Data kualitatif
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
22
diperoleh dri Learning Log, wawancara tidak terstruktur. Hasil penelitian
menunjukan tiga aktivitas komunikatif yang terdiri dari Diskusi, Problem
Solving dan Role Playing berpengaruh terhadap keterampilan berbicara
siswa dengan nilai prestest lebih tinggi dari pada nilai posttest yaitu 60,80 >
85,63. Tiga aktivitas komunikatif juga berpengaruh terhadap sikap siswa
yaitu dengan nilai rata-rata 4,50.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penelitian ini mempunyai
persamaan dengan beberapa penelitian di atas diantaranya yaitu model
pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Time Token dan
keterampilan berbicara. Perbedaannya yaitu Dewi lebih menekankan pada
perbandingan model Time Token dengan Talking Stick, dan Pusparini
menggunakan model Time Token sebagai teknik mengajar berbicara, serta
Oradee meneliti dengan tiga metode yang berbeda. Berdasarkan persamaan
dan perbedaan dari beberapa penelitian yang relevan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran time
token terhadap sikap percaya diri dan keterampilan berbicara siswa pada
mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV.
C. Kerangka Pikir
Kondisi awal saat melakukan observasi data yang didapatkan adalah
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kurang memiliki sifat percaya diri
dan keterampilan berbicara masih belum optimal. Proses pembelajaran akan
berlangsung dengan optimal jika guru menggunakan model pembelajaran yang
merangsang respon siswa untuk aktif dan percaya diri pada pembelajaran.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
23
Pembelajaran berlangsung adanya komunikasi antara guru dan siswa.
Mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya perubahan dalam pembelajaran.
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan sikap percaya diri
dan keterampilan berbicara.
Model pembelajaran yang dapat membangun kepercayaan diri siswa dan
mendorong siswa untuk aktif berbicara di kelas adalah model pembelajaran
time token. Pembelajaran time token yaitu suatu model dalam pembelajaran di
mana guru memberikan kartu berbicara kepada siswa dan proses menunjuknya
guru menyebutkan sebuah nomer yang ada didalam kartu berbicara, siswa yang
mempunyai nomer tersebut harus menjelaskan gambar yang ada dalam kartu
berbicara. Penerapan
model pembelajaran
time token
dalam proses
pembelajaran diharapkan siswa akan senang dalam mengikuti proses
pembelajaran yang akan meningkatkan sikap percaya diri dan keterampilan
berbicara siswa. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 2. 1
berikut:
Siswa kurang percaya diri dan keterampilan
berbicara siswa belum baik
Kondisi awal
Siklus I
Siklus II
Kondisi
Akhir
Menggunakan model
pembelajaran Time
Token
Tindakan
Menggunakan model pembelajaran
Time Token dapat meningkatkan sikap
percaya diri dan keterampilan
berbicara siswa
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Penelitian
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
24
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
tindakan pada penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran time token
materi berbalas pantun dapat meningkatkan sikap percaya diri siswa kelas
IVB di SD Negeri 1 Tambaksogra.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model pembelajaran time token
materi berbalas pantun dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelas IVB di SD Negeri 1 Tambaksogra.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Yunita Dewi Saputri, FKIP, UMP, 2017
Download