BAB 2 LANDASAN TEORI Penulis akan membagi teori yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 5 bagian, yaitu: 2.1 Teori Pragmatik Yule (2006:3-5) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Untuk itu pragmatik banyak berhubungan dengan analisis tentang hal yang dimaksudkan orang melalui tuturan-tuturannya. Jadi dapat dikatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur atau orang yang berbicara. Melalui pragmatik ini seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh:permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur. Tindakan yang ditampilkan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan. Pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna (Yule, 2006:83). Nurgiyantoro (2002:317) menerangkan bahwa tindak bahasa lokusi adalah suatu bentuk ujaran yang mengandung makna adanya hubungan antara subjek dan predikat, pokok dengan sebutan, atau antara topik dengan penjelasan. Akibat tindak tutur yang pertama, terbentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Ini adalah dimensi kedua, atau tindak ilokusi. Misalnya, ucapan:“O, ya”, tidak memiliki unsur kelengkapan sebagai kalimat lengkap, namun ia berwujud kalimat tanya (ilokusi), dan mungkin merujuk pada makna minta penjelasan lebih lanjut, terkejut, atau bahkan mengejek (perlokusi) (Nurgiyantoro, 2002:318). Menurut Yule (2006:84) tentu kita tidak secara sederhana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat. Inilah dimensi ketiga, tindak perlokusi. 7 8 Melalui tuturan yang diucapkan, tentunya diharapkan sesuatu atau efek yang dilakukan oleh pendengar kita. Untuk itu menurut Rohmadi (2002:32) di dalam Samuel (2010: 13) mengemukakan bahwa tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempegaruhi lawan tuturnya. Tindak bahasa perlokusi melihat pada bentuk pengucapan yang mengacu pada makna yang lebih dalam, yang tersembunyi dibalik ucapan itu sendiri. Makna itu sendiri secara tak langsung diucapkan lewat percakapan, namun ia dapat ditafsirkan lewat konteks percakapan yang bersangkutan. Tindak perlokusi merujuk pada penafsiran makna yang tersirat daripada tersurat, yaitu makna yang dimaksud oleh pengarang sekaligus yang ditafsirkan oleh pembaca (Nurgiyantoro, 2002:319). Sependapat dengan mereka, Austin (1962:109-110) selanjutnya mengatakan bahwa dalam mengucapkan sebuah tuturan, seseorang melakukan tiga peristiwa tindakan sekaligus sebagai berikut. 1. Tindak lokusi (locutionary act) Tindak lokusi adalah tindak tutur yang memiliki arti dan acuan tertentu yang mirip dengan “makna” menurut pengertian tradisional. 2. Tindak ilokusi (illocutionary act) Tindak ilokusi adalah tindakan yang dilakukan dengan menuturkan sebuah tuturan yang memiliki daya (force) tertentu yang menampilkan fungsi tuturan sesuai dengan konteks tuturan tersebut, seperti memberitahu, memerintah, melarang, dsb. 3. Tindak perlokusi (perlocutionary act) Tindak perlokusi adalah tindakan menuturkan sebuah tuturan yang menimbulkan efek. Efek tersebut dapat memengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku penutur, mitra bicara atau orang lain yang terlibat dalam situasi tersebut, seperti rasa cemas, senang, gembira, dsb. 2.2 Teori Discourse Menurut Parera (1990:129) discourse atau percakapan atau wacana merupakan satu kegiatan atau peristiwa berbahasa lisan antara dua atau lebih penutur yang saling memberikan informasi dan mempertahankan hubungan yang 9 baik. Dalam bahasa Jepang, discourse biasa disebut danwa. Definisi danwa menurut Hashiuchi (2007:5) yaitu: Kutipan: <談話>として意味されるものは、 A 文よりも大きい単位 B 言語使用 C 発話 D テキスト Terjemahan: Danwa memiliki arti yaitu, A. Unit yang lebih besar dari kalimat B. Penggunaan bahasa C. Pengucapan D. Teks Hasiuchi (2007:5) selanjutnya merangkum pengertian danwa yaitu sekumpulan kalimat yang mengalami perkembangan atau perluasan, tidak hanya dari kata-kata, tetapi juga mencakup lingkup terkecil. 2.3 Teori Hinshi Hinshi dalam bahasa Indonesia berarti ‘jenis kata‘ (Matsuura, 2005:285). Jenis kata membuat terjadinya pengelompokan kata ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan fungsinya. Selanjutnya berdasarkan Shinmura (2011:2292), yang dimaksud hinshi adalah sebagai berikut. Kutipan: ひん・し「品詞」文法上の性質や振舞いに基づく語の分類。国 文法では普通、名詞・形容詞・動詞・副詞・接続詞・感動詞・ 助詞・助動詞に分ける。ほかに代名詞・形容動詞・連体詞を認 める学説もある。 Terjemahan: Kelas kata adalah pembagian kata berdasarkan ciri-ciri pemakaian kata dan sifatnya di luar tata bahasa. Biasanya di tata bahasa Jepang, kelas kata dikelompokan menjadi Meishi (Nomina), Keiyoushi (Adjektiva), Doushi (Verba), Fukushi (Adverb), Setsuzokushi (Konjungsi), Kandoushi (Kata Seru), Jyoshi (Partikel), dan Jyodoushi (Verba bantu). Selain itu ada pula pendapat ilmiah yang membenarkan pembagian lainnya yaitu Daimeishi (Pronomina) Keiyoudoushi (Adjektiva ~na), dan Rentaishi (Prenomina). 10 Selanjutnya Masuoka dan Takubo menyatakan (2000:4), yang dimaksud dengan hinshi adalah sebagai berikut. Kutipan: 語は文の材料であり、文を組立てる上でー定の働きをする。こ の働きの違いによって語を種類分けしたものが「品詞」である。 Terjemahan: Kata adalah material pembentuk kalimat, dan tetap berfungsi dalam pembuatan kalimat. Pembagian jenis kata sesuai perbedaan fungsi itu disebut ’Hinshi‘. Kemudian Masuoka dan Takubo (2000:8) membagi hinshi atau ‘kelas kata’ menjadi sebelas jenis, yaitu: 1. 「動詞」単独で述語になる。 Terjemahan: Doushi (verba) adalah kelas kata yang menjadi sebuah predikat. Contoh: 「食べる」、「話す」、「歩く」. 2. 「形容詞」単独で述語になり、かつ、連体修飾語として働く。 Terjemahan: Keiyoushi (adjektiva) adalah kelas kata yang dapat menjadi sebuah predikat, dan juga bertindak sebagai pengubah kata benda. Contoh: 「寒い」、「強い」、「長い」. 3. 「判定詞」名詞に接続して、述語で作る。 Terjemahan: Hanteishi adalah kelas kata yang menghubungkan kata benda, kemudian membentuk sebuah predikat. Contoh:「です」、「だ」、「である」. 4. 「助動詞」述語に接続して、複雑な述語を作る。 Terjemahan: Jodoushi (verba bantu) adalah kelas kata yang menghubungkan predikat, dan membentuk predikat yang rumit. Contoh: 「のだ」、「はずだ」、「ことだ」. 5. 「名詞」主題や補足語の中心要素になる。 Terjemahan: Meishi (nomina) adalah kelas kata yang berfungsi sebagai subjek dan pelengkap. Contoh: 「本」、「母」、「人」. 6. 「副詞」連用修飾語として働く。 11 Terjemahan: Fukushi (kata keterangan), adalah kelas kata yang berfungsi untuk menerangkan predikat. Contoh: 「全然 全然」、「ゆっくり」、「大変」. 全然 7. 「助 詞 」名詞に接続して主題や補足語を作ったり、名詞と名詞、節 と節を接続したりする。 Terjemahan: Joshi (partikel), adalah kelas kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata benda, lalu membentuk sebuah subjek dan pelengkap. Contoh: 「で」、「の」、「から」. 8. 「連体詞」連体修飾語として働く。 Terjemahan: Rentaishi adalah kelas kata yang berfungsi untuk menerangkan dan melengkapi kata benda. Contoh:「ある」、「かかる」、「来る」. 9. 「接続詞」文と文を接続する。 Terjemahan: Setsuzokushi (kata penghubung), adalah kelas kata yang berfungsi untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Contoh: 「しかし」、「そして」、「なぜなら」. 10. 「感動詞」単独で文になることができる。 Terjemahan: Kandoushi (interjeksi), adalah kelas kata yang mampu berdiri sendiri menjadi sebuah kalimat. Contoh: 「はい」、「さあ」、「ふん」. 11. 「指示詞」現場や文脈における人やものを指し示す働きをする。 Terjemahan: Shijishi (kata penunjuk), adalah kelas kata yang berfungsi sebagai penunjuk tempat, orang, dan benda. Contoh: 「ここ」、「その」、「だれか」. Jadi, dari sebelas kelas kata yang disebutkan, zenzen termasuk di dalam kelas kata keterangan atau fukushi. 2.4 Teori Fukushi Di dalam bahasa Indonesia, menurut Widjono (2007:136) adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbia dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi. Contohnya, kalimat ‘Ia sudah pergi’. Pada kalimat tersebut kata 12 ‘sudah’ adalah adverbia karena mempunyai potensi untuk mendampingi adjektiva, sehingga sekalipun banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam proses pembentukan kalimat, namun adanya verba bukan menjadi ciri adverbia (Kridalaksana, 2007:81). Fukushi adalah sebutan atau istilah untuk ‘kata keterangan’ atau ‘adverbia’ atau ‘kata tambahan’ di dalam bahasa Jepang (Matsuura, 2005:180). Dalam bahasa Jepang yang dimaksud dengan fukushi (adverbia) menurut Masuoka dan Takubo (2000:41) adalah. Kutipan: 副詞とは、述語の修館語として働くのを原則とする語をいう。 Terjemahan: Fukushi adalah kata yang berfungsi untuk menghias predikat dan merupakan kata yang dapat berdiri sendiri. Selanjutnya Masuoka dan Takubo (2000:41-47) membagi fukushi menjadi tujuh jenis, yaitu: 1. 「様態の副詞」 働きのありさまを表す副詞を「様態の副詞」という。 Terjemahan: Youtai no fukushi yaitu fukushi yang menerangkan keadaan verba yang ada pada bagian berikutnya. Contoh: 「ゆっくり」、「ぐっすり」、「ぼんやり」 2. 「程度の副詞」 状態の表現においては、しばしば程度が問題になる。程度のありかた を表す副詞を「程度の副詞」という。程度の副詞の中には、原則とし て述語の不定形と共に使われるものある。名詞の中でも数量や時間・ 空間を表すものは、程度の副詞で修飾される場合がある。 Terjemahan: Teido no fukushi yaitu fukushi yang berfungsi terutama untuk menerangkan tingkat, taraf, kualitas atau derajat verba, adjektif ~i, dan adjektif ~na yang ada pada bagian berikutnya. Contoh:「あまり」、「ずっと」、「とても」、「全然 全然」 全然 3. 「量の副詞」 働きに関係するものや人の量を表す副詞を「量の副詞」と呼ぶ。 Terjemahan: Ryou no fukushi yaitu fukushi yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah orang atau benda. 全然」、「だいたい」、「たくさん」 Contoh:「全然 全然 13 4. 「テンス・アスペクトの副詞」 事態が起こる時間や事態の発生·展開のありかたを表す副詞、「テン ス・アスペクトの副詞」と呼ぶ。 Terjemahan: Tensu-Asupekuto no fukushi yaitu fukushi yang berfungsi terutama untuk menerangkan sesuatu yang terjadi berdasarkan waktu dan situasi. Contoh:「これから」、「さきほど」、「もうすぐ」 5. 「陳述の副詞」 文未の「ムード」の表現と呼応する副詞を「陳述の副詞」と呼ぶ。 Terjemahan: Chinjutsu no fukushi yaitu fukushi yang menunjukkan ungkapan ‘suasana‘ di akhir kalimat. Contoh:「ぜひ」、「なんでも」、「もし」 6. 「評価の副詞」 当該の事柄に対する評価を表す副詞を、「評価の副詞」と呼ぶ。 Terjemahan: Hyouka no fukushi yaitu fukushi yang berfungsi untuk menunjukkan penilaian terhadap sesuatu. Contoh:「もちろん」、「当然」、「あいにく」 7. 「発言の副詞」 当該の発言をどのような態度で行うかを表す副詞を、「発言の副詞」 と呼ぶ。 Terjemahan: Hatsugen no fukushi yaitu fukushi yang berfungsi untuk menyatakan pernyataan. Contoh:「~言えば」、「~言うと」、「実は」 Menurut Masuoka dan Takubo (2000:43) kata “zenzen“ dikelompokkan dalam ryou no fukushi dan teido no fukushi. 2.5 Teori Zenzen Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, zenzen termasuk ke dalam pembagian fukushi, lebih spesifik lagi Masuoka dan Takubo (2000:43) mengelompokkan zenzen ke dalam teido no fukushi, yaitu adverbia yang digunakan bersamaan dengan predikat yang diikuti bentuk negatif untuk menyatakan derajat. Fukushi zenzen memiliki arti ‘benar-benar’. Matsuura (2005:1218) berpendapat bahwa zenzen bermakna ‘sama sekali’; ‘sekali-kali’. 14 Contoh: 「全然 全然違う曲」artinya ‘lagu yang lain sama sekali’. 全然 「全然 全然知らない」artinya ‘sama sekali tidak tahu menahu’. 全然 「彼を全然 全然知らない」artinya ‘sama sekali (saya) tidak kenal dia’. 全然 「全然 全然役に立たない」artinya ‘tidak berguna sama sekali’. 全然 Selanjutnya menurut Shinmura (2011:1524), definisi zenzen adalah sebagai berikut. Kutipan: ぜんぜん「全然」 「副」 1. すべての点で。すっかり。 2.(下に打消の言い方や否定的意味の語を伴って)全く。 まるで。「-わからない」「-駄目だ」 3.(俗な用法で、肯定的にも使う)全く。非常に。 「-同感です」 Terjemahan: Zenzen (fukushi) 1. Dalam segala hal. Yang lengkap. 2. (Melibatkan kata dengan makna negatif dan ungkapan pembatalan dengan lisan) mattaku. marude. ‘~wakaranai’ ’~dame da’ 3. (Penggunaan yang tidak biasa, digunakan juga untuk bentuk positif) mattaku. hijyou ni. ‘~doukan desu’. Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi zenzen adalah fukushi (adverb) yang bermakna ‘benar-benar’ dan dalam penggunaannya dapat diikuti dengan bentuk positif maupun bentuk negatif. Selanjutnya fukushi zenzen menurut para ahli memiliki beberapa fungsi dan penggunaan. Sano (2012:33) membagi fungsi zenzen menjadi beberapa, berikut bagan pembagian fungsi zenzen. Tabel 2.5.1 Pembagian Fungsi Zenzen 全然 否定辞あり「否定辞」(例、~ない、~ず) 否定的内容「伝統的」(例、違う、だめ) 否定辞なし 肯定的内容「革新形」(例、大丈夫、いい) 15 Berikut ini adalah penjelasan mengenai fungsi zenzen beserta contoh kalimatnya. 1. 打消しの言い使われるもの Sebagai pendahuluan untuk pernyataan yang mengandung makna negatif. Di dalam fungsi ini, zenzen harus berpasangan dengan kata kerja atau kata sifat berbentuk negatif. Bentuk negatif kata kerja atau kata sifat dapat ditandai dengan adanya jyodoushi ~masen, ~nai, ~kunai, ~zu, dan lainlain yang ada di belakang kata kerja. Contoh: そんなことは全然知りません 全然知りません。 全然知りません Mengenai hal itu (saya) sama sekali tidak tahu. 2. 否定的意味を持つもの Digunakan untuk kalimat yang mengandung makna penyangkalan. Walaupun bermakna negatif, zenzen pada fungsi ini diikuti dengan kata kerja atau kata sifat berbentuk positif, namun nuansa yang didapat dari kata tersebut adalah tentangan, penolakan atau bahkan sanggahan. Dapat juga digunakan untuk menyatakan perbedaan atau ungkapan tidak setuju terhadap suatu hal. Biasanya kata zenzen pada fungsi ini berpasangan dengan kata ~chigau, ~betsu, ~dame, ~kawatta, ~sukunai, ~dake, dan lain-lain. Contoh: 私などは全然不同意 全然不同意だったんですから。 全然不同意 Karena saya dan yang lain benar-benar tidak setuju. 3. 強調して説明するために使われるもの Berfungsi sebagai ungkapan untuk menegaskan suatu hal. Zenzen pada fungsi ini berpasangan dengan kata kerja atau kata benda atau kata sifat bentuk positif. Selanjutnya zenzen pada fungsi ini dapat juga digunakan untuk menunjukkan tingkat atau derajat hal yang dirasakan penutur. Contoh: 昨日は子供と丸一日遊んだので、全然疲れた 全然疲れた。 全然疲れた 16 Karena kemarin bermain seharian dengan anak – anak, benarbenar kelelahan. 2.6 Teori Montase Istilah montase (montage) merupakan suatu istilah yang populer dalam dunia perfilman. Montase adalah salah satu teknik yang digunakan dalam perfilman untuk memilah-milah, memotong-motong serta menyambungnyambung (pengambilan) gambar sehingga menjadi satu keutuhan (Minderop, 2005:105). Teknik montase di dalam bidang perfilman mengacu pada kelompok unsur yang digunakan untuk memperlihatkan antar hubungan atau asosiasi gagasan, misalnya pengalihan imaji yang mendadak atau imaji yang tumpang tindih satu dan lainnya. Teknik ini kerap digunakan untuk menciptakan suasana melalui serangkaian ekspresi dan observasi yang diatur secara tepat. Serupa dengan Minderop, berikut adalah definisi montase (montage) menurut Soles (2009:48), yaitu. Kutipan: The best know type of discontinuity editing is montage, a series of brief, sometimes instantaneous, shots spliced together, used not necessarily to advance the narrative but often to kick start the audience’s attention in certain desired directions. Terjemahan: Salah satu teknik terbaik yang diketahui untuk meng-edit efek tumpang tindih dalam film adalah montase, yang bertujuan untuk mendorong perhatian penonton dalam tujuan tertentu, sehingga teknik montase ini dikenal dengan cepat, instan dan potongan-potongan gambarnya disusun bersamaan. Jadi, montase adalah istilah yang digunakan dalam perfilman untuk memilah bagian yang dibutuhkan dalam film tersebut, sehingga dapat mendorong perhatian orang pada sebuah titik fokus yang ingin dipusatkan saja. Pengambilan bagian ini bertujuan memperlihatkan serangkaian ekspresi dan observasi yang diatur secara tepat.