Umeå Art Museum

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Definisi Sekolah Seni dan Galeri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan atau
lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran (tinggi) menurut tingakatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
sedangkan seni adalah segala proses dan produk dari invention, imajinasi dan
ketrampilan manusia. Pada penggunaan kontemporer, definisi seni biasanya
direfleksikan pada kriteria estetika dan kondisi yang mungkin musik, drama, lukis,
dan pahat/patung. (Dictionary of The Arts).
Jadi, Sekolah seni adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar yang ajarannya tentang seni drama, musik, lukis, dan pahat sekaligus
tempat untuk berkreasi, berimajinasi dan menunjukan ketrampilan manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, galeri seni berarti ruang atau
gedung tempat memamerkan benda atau karya seni (Kamus Besar Bahasa
Indonesia 103)
Disiplin Seni Rupa merupakan bagian dari kelompok taksonomi ilmu Seni
dan Humaniora (Art and Humanities), yang antara lain meliputi Sejarah Seni
(History of Art), Estetika (Aesthetics), Filsafat Seni (Philosophy of Art), serta
teori dan pendekatan kritik (Art Theory and Criticism).
Seni rupa modern
merupakan disiplin yang selama ini menjadi dasar dalam pendidikan akademik
seni rupa dengan menggunakan dasar konsep seni murni (fine art). Seni rupa
modern menggunakan pendekatan dialektik, di mana wilayah penciptaan seni (art
9
10
creation) dan teori (theory) merupakan upaya pencarian kebenaran tentang esensi
seni (orientasi dari filsafat seni). Berdasarkan pertimbangan historis tersebut
maka disiplin keilmuan seni rupa dalam konteks akademik kemudian terbagi
kedalam dua wilayah, yaitu wilayah penciptaan seni dan wilayah teori.
Wilayah inti keilmuan seni rupa mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan penciptaan seni dan tuntutan keilmuan yang makin interdisiplin.
Ia kemudian bersinggungan dengan disiplin ilmu lainnya, seperti antropologi,
sosiologi, dan psikologi. Pada perkembangan terakhir, wilayah persinggungan
tersebut semakin kompleks dan diskursif, terutama akibat dari perkembangan
teori postmodern, globalisasi, kapitalisme, dan perkembangan teknologi
informasi.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, seni rupa kontemporer menjadi
disiplin dalam pendidikan akademik dengan menggunakan dasar konsep seni rupa
(visual art).
Seni rupa kontemporer menggunakan pendekatan diskursif
(discourse), di mana wilayah praksis dan teori lebih terbuka dalam upaya mencari
jawaban terhadap persoalan-persoalan dalam kebudayaan kontemporer. Disiplin
seni rupa kini diperkaya dengan teori-teori postmodern seperti cultural studies
(gender, etnisitas, identitas), visual culture (semiotika, budaya iklan), dan media
culture (budaya tontonan, budaya internet). Implementasi dalam pendidikan
akademik seni rupa menjadi ekstensif, di samping kategori turunan seni modern
(seni lukis, seni patung, seni instalasi, performance art), muncul pula berbagai
kategori baru seperti seni media baru, intermedia, digital art, dan internet art.
Tantangan yang akan dihadapi dalam 10 tahun ke depan menuntut
pendidikan tinggi seni rupa khususnya Program Studi Seni Rupa untuk dapat
mengembangkan keilmuannya berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi
11
dalam bidang sosial dan budaya, maupun perkembangan teknologi. Pendidikan
yang berkaitan dengan jalur penciptaan seni menuntut pengembangan teknik yang
mampu mengantisipasi kemajuan teknologi digital dan perkembangan budaya
visual, disamping tuntutan untuk memperluas konsep pemikiran maupun teknik
visualisasi secara interdisiplin.
Pendidikan jalur teori di satu sisi dituntut untuk mengembangkan pemikiran
tentang ke-Nusantara-an, dan di sisi lain perlu memikirkan perkembangan
kesenirupaan secara global.
Perkembangan pemikiran berkaitan dengan konsep seni perlu diiringi
dengan kemampuan akademisi memutuskan nilai estetis sebuah karya seni
berkaitan dengan perkembangan konsep kreativitas itu sendiri. Di sisi lain,
aktivitas penelitian jalur teori harus dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan jalur penciptaan seni maupun profesi art manager dan mediator
seni. Perkembangan medan sosial seni rupa secara global menuntut sebuah
institusi pendidikan memiliki ciri khas keilmuan seni yang menjadi kajian utama,
di sisi lain secara keseluruhan pendidikan yang diberikan sejalan dengan
perkembangan seni rupa global. Profesi art manager dituntut untuk memiliki
kemampuan membangun jaringan yang luas dan kerjasama secara global.
Sementara profesi mediator seni lebih dituntut untuk dapat memberikan publikasi
karya kepada masyarakat melalui berbagai media, sehingga masyarakat dapat
lebih memahami karya seni dan dapat membantu seniman dalam menentukan
sebuah konsep karya.
Dalam periode rentang waktu 10 tahun diharapkan lulusan Program Studi
Seni Rupa dapat melengkapi unsur-unsur dalam medan sosial seni rupa, sehingga
12
stuktur medan sosial seni rupa secara nasional terbenahi, di samping juga
memperkokoh posisi secara internasional
Galeri yang bersifat milik pribadi untuk menjual barang seni, sebagian besar
memiliki skala ruang yang lebih kecil dari museum dan tidak disiapkan untuk
menerima pengunjung dalam jumlah besar. Dalam galeri harus diperhatikan yaitu
perencanaan ruang, pencahayaan, dan warna harus baik sehingga mendukung
objek yang dipamerkan. (Pile 540)
Jadi, Galeri seni adalah sebuah bangunan atau ruang untuk pameran seni,
yang biasanya berupa seni visual. Lukisan merupakan lukisan yang paling sering
ditampilkan, namun patung, seni dekoratif juga secara teratur ditampilkan.
Walaupun kegunaan utama berkaitan dengan memberikan ruang untuk
menampilkan karya-karya seni visual, galeri seni kadang-kadang digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan artistik lainnya, seperti seni pertunjukan,
konser musik, atau pembacaan puisi.
Ada 3 jenis seni yang dikhususkan diajarkan pada sekolah seni ini yaitu :
a. Seni Lukis
Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik
seseorang yang dituangkan dalam bidang 2 dimensi (2 matra), dengan
menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan
sebagainya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi, yaitu
untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain atau
lebih tepat sebagai gambar keterangan. Di sisi lain menggambar
merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pencapaian
bentuk seni lukis.
13
Beberapa aliran seni lukis yang menjadi dasar perkembangan seni lukis
yaitu Surrealisme, Kubisme dan Romantisme. Beberapa aliran yang
pernah berkembang di dunia seni lukis antara lain Ekspresionisme,
Impresionisme, Fauvisme, Neo-Impresionisme, Realisme, Naturalisme
dan De Stijl.
Walaupun dalam praktek karya seni lukis kontemporer saat ini banyak
menggunakan metode yang non-konvensional, metode yang digunakan
dalam memamerkan karya seni lukis kontemporer dapat digolongkan
sebagai berikut:
- Hanging Object, benda-benda koleksi dipamerkan dengan cara
digantung.
- Karya lukis dipajang dengan meletakkan/menggantungkannya pada
dinding galeri.
-
Menggunakan panel tambahan yang berfungsi dalam membantu
mempresentasikan karya seni lukis. Selain itu panel-panel ini juga dapat
digunakan sebagai pembentuk dan pengarah sirkulasi sesuai keinginan
sang seniman dalam mempresentasikan karyanya.
- Teknik Audiovisual yaitu metode pameran dengan menggunakan
bantuan teknologi maju,yaitu dengan menggunakan editing komputer
dan proyektor. Termasuk dalam teknik ini antara lain slide, film dan
planetarium, videotape, videodisc, project dioramas.
- Melalui Live Demonstration/demonstrasi langsung dari sang seniman,
hal ini termasuk ke dalam performance Art.
14
b. Seni Grafis
Seni 2 dimensional ini pada dasarnya menitikberatkan pada teknik cetak
mencetak,
sebagai
usaha
untuk
dapat
memperbanyak
atau
melipatgandakan sesuatu, baik gambar atau tulisan dengan cara tertentu
pula. Seni grafis terapan sangat berkepentingan dengan fungsi guna.
Metode presentasi pameran seni grafis hampir sama dengan metode
presentasi karya seni lukis.
c. Seni Patung
Karya patung modern saat ini mulai berkembang pesat seiring dengan
kebutuhan dalam mengarungi perubahan gaya hidup di lingkungan kita.
Menurut ensiklopedia indonesia ( 1990 : 215 ) seni patung sculpture
berarti seni pahat atau bentuk badan yang padat yang diwujudkan dalam
tiga dimensional yang ciptaanya bisa berupa gambar-gambar timbul
(relief) atau patung yang di buat dari media
kayu maupun logam.
Berikut ini disampaikan beberapa ahli seni rupa yang mendefinisikan
seni patung. Menurut Mikke Susanto (2011: 296) seni patung adalah
sebuah tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode
subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong, menatah) atau aditif
(membuat model lebih dulu seperti mengecor dan mencetak).
Sedangkan menurut Soenarso dan Soeroto dalam bukunya ( 1996: 6)
Seni Patung adalah semua karya dalam bentuk meruang. Menurut
Kamus Besar Indonesia adalah benda tiruan, bentuk manusia dan hewan
yang cara pembuatannya dengan dipahat. Selanjutnya B.S Myers (1958:
131-132) mendefinisikan Seni patung adalah karya tiga dimensi yang
15
tidak terikat pada latar belakang apa pun atau bidang manapun pada
suatu bangunan. Karya ini diamati dengan cara mengelilinginya,
sehingga harus nampak mempesona atau terasa mempunyai makna pada
semua 6 seginya. Selain itu Mayer (1969: 351) menambahkan bahwa
seni patung berdiri sendiri dan memang benar-benar berbentuk tiga
dimensi sehingga dari segi manapun kita melihatnya, kita akan
dihadapkan kepada bentuk yang bermakna. Berdasarkan pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa karya seni memiliki media yang sangat
luas. Segala hal mampu menjadi aspek pendukung dalam terciptanya
karya seni, yang perwujudan salah satunya adalah karya seni patung.
Cabang seni rupa tiga dimensi ini merupakan perwujudan ekspresi dan
kreasi manusia.
Untuk membantu memamerkan karya-karya dari siswa, sekolah seni ini
dilengkapi dengan galeri yang dimana dapat dimanfaatkan para siswa untuk
memamerkan karya nya ke publik.
Di tinjau dari segi teori, Galeri seni rupa kontemporer (Contemporary Art
Gallery) berarti suatu tempat yang memamerkan karya seni rupa 2 dimensional
dan 3 dimensional yang berkembang pada masa kini. Selain memamerkan karyaseni rupa kontemporer merawat dan menjaga sekaligus mengapresiasikan seni.
Oleh karena itu untuk menunjang hal tersebut maka diperlukan fasilitas
pendukung yang tidak hanya berfungsi sebagai wadah eksebisi, tetapi juga dapat
digunakan sebagai media apresiasi dan pengkajian seni. Selain itu diperlukan pula
fasilitas pengelolaan yang sifatnya mendukung aktifitas utama yang ada.
Galeri seni kontemporer ini mempunyai fungsi utama yaitu sebagai wadah
apresiasi seni dan memamerkan karya-karya seni kontemporer kepada masyarakat
16
sekaligus memelihara kary-karya tersebut. Secara tidak langsung galeri seni
memberikan
fungsi
edukasi
kepada
masyarakat
mengenai
ilmu
dan
perkembangan seni yang merupakan bagian dari perkembangan dari kondisi sosial
dan budaya dan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut semakin
kreatif dan produktif dalam berkarya secara positif.
Dalam perkembangannya galeri seni tidak hanya berfungsi sebagai tempat
memamerkan, mengapresiasi dan merawat karya seni rupa. Tetapi juga sebagai
tempat untuk memberikan suatu kajian seni kepada masyarakat agar karya-karya
seni kontemporer yang ada dapat terapresiasikan dengan benar dan tidak
menjadikan salah tafsir pada masyarakat mengenai apa yang sebenarnya akan
dikomunikasikan lewat karya tersebut. Galeri juga memberikan fasilitas kepada
suatu komunitas seni untuk menyampaikan suatu gagasan-gagasan baru yang
positif kepada masyarakat.
Lingkup kegiatan galeri seni rupa :
1. Kegiatan utama
Mengadakan pameran yang merupakan kegiatan komunikasi visual
antara pengunjung dengan materi koleksi di bidang seni rupa, yang
berupa pameran temporer dengan tema tertentu dan spesifikasi ruang
tertentu sesuai dengan metode pagelaran yang dilakukan dalam
mempresentasikan sebuah karya seni.
2. Kegiatan penunjang
17
Merupakan kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan utama dan
fungsinya sebagai media edukasi seni rupa, beberapa terdapat unsur
komersial di dalamnya, yaitu :
a. Performance seni
b. Seminar dan workshop seni.
c. Kegiatan residensi seniman.
d. Café dan ArtShop
3. Kegiatan pengelola
Merupakan kegiatan yang bersifat pengelolaan, meliputi :
a. Administrasi.
b. Manajemen.
4. Kegiatan konservasi dan kuratorial
Kegiatan ini meliputi :
a. Pengumpulan, penataan dan inventarisasi koleksi.
b. Perawatan dan perlindungan objek.
c. Penyajian koleksi.
Jenis-Jenis Galeri :
a. Galeri di Museum
Galeri ini merupakan galeri umum, yang non-profit atau museum milik
publik yang dipilih menampilkan koleksi seni. Ruangan di museummuseum dimana seni ditampilkan untuk publik sering disebut sebagai
galeri juga.
b. Galeri Seni Kontemporer
18
Istilah galeri seni kontemporer biasanya mengacu kepada galeri milik
pribadi/swasta untuk keuntungan komersial.
Galeri seni kontemporer biasanya terbuka untuk umum tanpa biaya,
akan tetapi, beberapa bersifat semi-swasta. Mereka biasanya mencari
keuntungan dengan mengambil sebagian dari penjualan seni; dari 25%
sampai 50%. Galeri sering mengadakan pertunjukan solo, para kurator
sering menciptakan pertunjukan kelompok seniman yang terkait. Galeri
kadang-kadang memilih untuk mewakili seniman secara ekslusif,
memberi mereka kesempatan untuk tampil secara teratur.
c. Galeri Online
Dengan munculnya internet banyak seniman dan galeri seni pemilik
telah membuka galeri online yang menyajikan lukisan-lukisan dalam
bentuk
katalog.
Kebanyakan
galeri
online
digunakan
untuk
mengembangkan galeri-galeri seni yang memiliki fokus kepada sejarah
dan ensiklopedi, sementara yang lainnya untuk kegunaan komersial
yaitu menjual lukisan hasil karya seniman kontemporer.
d. Vanity Gallery
Galeri ini biasanya menarik biaya dari perupa-perupa yang ingin
melakukan pameran.
Fungsi sekolah seni dan galeri secara umum selain sebagai tempat yang
mewadahi kegiatan transferisasi perasaan dari seniman ke pengunjung, berfungsi
juga sebagai :
1. Sebagai tempat memamerkan karya seni (exhibition room)
2. Sebagai tempat membuat karya seni (workshop)
3. Mengumpulkan karya seni (stock room)
19
4. Memelihara karya seni (restoration room)
5. Mempromosikan karya seni dan tempat jual-beli karya seni (auction
room)
6. Tempat berkumpulnya para seniman
7. Tempat pendidikan masyarakat
2.1.2. Studi Literatur Sekolah Seni dan Galeri
20
Lille Modern Art Museum
Location
: Villeneuve d’Ascq, France
Architects
: Manuelle Gautrand Architecture
Area
: 11,600 m²
Year
: 2010
Lille Art Museum ini memanfaatkan cahaya matahari sebagai penambah nilai
estetika pada bangunan tersebut sekaligus sebagai sumber cahaya untuk menerangi
ruangan-ruangan yang ada. Dengan memanfaatkan second skin dan juga celah-celah
yang unik dapat membuat cahaya masuk dan membentuk sebuah keunikan pada
ruangan yang disinari.
21
Gambar 2.1 Second skin
Gambar 2.2 Tampak
Gambar2.3 Tampak Perspektif
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.4 Interior
Sumber : www.archdaily.com
Ruang pameran yang sebagian besar memanfaatkan cahaya matahari untuk
menerangi ruangan namun tetap diperhatikan arah bukaan agar tidak mengenai objek
yang dipamerkan secara langsung.
Gambar 2.5 Denah Site Plan
Sumber : www.archdaily.com
22
Gambar 2.6 Ruang Pameran
Sumber : www.archdaily.com
Art and Craft Studios
Location
: Chungcheongnamdo, Korea
Architect
: poly.m.ur
Area
: 3,802.45 m²
Year
: 2012
Art and Craft Studios ini memiliki bentuk yang unik yaitu segitiga dan juga
menggunakan material yang dominan kaca tembus pandang sehingga cahaya dapat
masuk kedalam ruangan. Dengan desain bentuk segitiga yang tentunya memiliki
23
kelebihan yaitu arah orientasi terhadap matahari lebih bervariasi. Desain kantilever
pada tiap lantainya menambah keunikan bangunan sekaligus dimanfaatkan sebagai
overhang untuk menghindari sinar matahari secara langsung.
Gambar 2.7 Tampak
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.8 Lobby
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.9 Interior
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.10 Gambar Denah
Sumber : www.archdaily.com
24
Gambar 2.11 Gambar Detail
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.12 Gambar Detail
Sumber : www.archdaily.com
25
Umeå Art Museum
Location
: Umeå, Sweden
Architect
: Henning Larsen Architects
Area
: 15,000 m²
Year
: 2012
Gambar 2.13 Tampak Perspektif
Sumber : www.archdaily.com
26
Gambar 2.14 Interior
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.15 Gambar Potongan
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.16 Gambar Denah
Sumber : www.archdaily.com
27
School of the Arts / WOHA
Location
: Zubir Said Drive, Singapore
Architect
: WOHA
Area
: 52,945.54 m²
Year
: 2009
School of the Arts dari WOHA ini adalah sekolah yang memanfaatkan pencahayaan
alami menjadikannya sebuah bangunan hemat energi. Karena sinar matahari
menghasilkan radiasi panas maka untuk menghindari sinar matahari secara langsung
digunakan sebuah vertical garden yang diketahui bahwa tanaman dapat mengurangi
radiasi panas matahari dan juga mendinginkan ruangan yang ada didalamnya.
28
Gambar 2.17 Gambar Perspektif
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.18 Gambar Interior
Sumber : www.archdaily.com
Dengan memanfaatkan cahaya matahari selain dapat menghemat energy listrik dari
penggunaan lampu yang dapat dikurangi juga dapat menambah nilai estetika dengan
memainkan pola bukaan sehingga membuat cahaya matahari masuk menjadi sebuah
nilai tambah dari ruangan yang disinari.
29
Gambar 2.19 Gambar Koridor
Sumber : www.archdaily.com
Vertical garden dimanfaatkan sebagai pengganti kisi-kisi dan juga sunshading
yang menghalangi sinar matahari langsung sekaligus membuat bangunan tetap dingin
dengan mereduksi radiasi panas yang dihasilkan oleh matahari.
Gambar 2.20 Gambar Sunshading
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 2.21 Gambar Konsep
Sumber : www.archdaily.com
30
Dari gambar konsep dapat dilihat bahwa cahaya matahari dapat membentuk sebuah
ruang seperti pada digambar diatas.
Teaching Facilites
General Academic Facilities
-
Classrooms
-
Lecture Theatre
-
Science Laboratories
-
Computer & Multimedia Studio
Arts Facilities
-
Dance Studios
-
Music Teaching Rooms
-
Ensemble & Individual Music Practice Rooms
-
Electronic Music Laboratory
-
Electronic Music Studio
-
Orchestral Rehearsal Studio
-
Painting Studio
-
Design & Technology Workshop
-
Ceramics Room
-
Sculpture Room
-
Exhibition Gallery
-
Theatre Rehearsal Studio
Performance Spaces
Music Auditorium : 718 Seats
31
Drama Theatre : 499 Seats
Studio Theatre(Blackbox) : 400 Seats
Basic Sporting Facilities
-
Health and Fitness Room
-
Fitness Equipment at Roof Terrace
Others
-
Multipurpose Hall
-
Resource Library
-
Retail Spaces
-
Cafetaria
32
2.1.3 Data Studi Banding
2.1.3.1 Studi Banding
Studi banding yang dilakukan di lapangan untuk mengetahui
standart serta kebutuhan ruang dari sekolah seni dan juga galeri, yaitu :
Institut Teknologi Bandung(Fakultas Seni Rupa dan Desain)
Gambar 2.22 Foto Perspektif
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Lokasi
: Jl. Ganesha 10, Bandung 40132, Jawa Barat
Fasilitas
: Ruang studio seni lukis, Ruang studio seni keramik,
Ruang studio seni grafis, Ruang multimedia, Ruang
Workshop.
Gambar 2.23 Foto Ruang studio seni lukis 1
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.24 Foto Ruang studio seni lukis 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
33
Gambar 2.25 Foto Ruang studio seni lukis 3
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.26 Foto Ruang Penyimpanan Lukisan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.27 Foto Ruang studio seni keramik
Sumber : Dokumentasi Pribadi
34
Gambar 2.28 Foto Ruang studio seni grafis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.29 Foto Ruang Workshop seni grafis
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.30 Foto Gallery (Kiri) Foto Ruang Multimedia (Kanan)
Sumber : Dokumentasi Pribadi
35
Gambar 2.31 Foto Ruang Luar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jurusan Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta
Di jurusan seni murni IKJ terdapat 3 jurusan yaitu jurusan seni keramik, seni
lukis dan juga seni kriya. Dipilih setelah melakukan peminatan pada semester ke 3.
Fasilitas pada bangunan ini antara lain :
 5 kelas teori
 1 ruang workshop
 Ruang admin
 Library
 Ruang himpunan
Rata-rata kelas pada IKJ menggunakan AC untuk penghawaan, dan
penggunaan cahaya alami dengan jendela. Ruang bersama juga sangat minim sehingga
saat menunggu kelas mahasiswa harus menunggu di lobby atau di lingkungan IKJ.
Gambar 2.32 Foto Ruang Luar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.33 Foto Ruang Koridor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
36
Dari hasil studi banding didapatkan beberapa poin yang dapat di adopsi seperti :
- Kebutuhan ruang yang digunakan untuk memenuhi seluruh kegiatan yang terjadi
di dalam sekolah seni.
- Pola ruang dan susunan ruang yang dapat menjadi ciri khas sekolah seni dan
tidak seperti sekolah biasa pada umumnya.
- Perlunya banyak ruang komunal untuk para siswa berkumpul.
- Bentuk dari gedung yang mencirikan sebuah sekolah seni.
2.2 Tinjauan Khusus Topik dan Tema
2.2.1 Hemat Energi
Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture)
Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun
produktivitas penghuninya” dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir
secara aktif. Mengoptimasikan sistim tata udara – tata cahaya, integrasi antara
sistem tata udara buatan alamiah, sistim tata cahaya buatan – alamiah serta sinergi
antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrument hemat energi.
(Jimmy Priatman, Ir, 2005. Arsitektur Hemat Energi)
Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada
penghematan penggunaan listrik, baik bagi penerangan buatan, pendinginan
udara, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu,
bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang
yang nyaman tanpa banyak mengkonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi
perkapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang
dengan konsep hemat energi.
37
2.2.2 Hubungan Arsitektur dan Energi
Kasus1, berbicara tentang ketidak nyamanan ruang luar dengan desain
bangunan menjadi kondisi ruang yang nyaman tanpa menggunakan energi,
namun berbeda dengan Kasus2, dimana ruang dalam bangunan tidak nyaman
karena kurangnya energi.
Sehingga muncul Kasus3 dengan unsur energi dalam bangunan yang
membuat kondisi ruang yang nyaman
Kasus 4 dimana bangunan yang ditambahkan dengan unsur energi namun
tetap menghasilkan kondisi ruang yang tidak nyaman.
Sumber : Fisika Bangunan (Tri Harso Karyono, 2001)
38
Kasus diatas menjadi dasar permasalahan yang terkait dengan
pemanfaatan energi alami untuk mengendalikan sumber daya alam yang tidak
terbarukan. Rancangan bangunan dianggap baik (hemat energi) apabila dalam
mencapai kenyamanan ruang, bangunan hanya memerlukan energi yang relatif
rendah (T.H Karyono, 2001. Fisika Bangunan).
2.2.3 Perbandingan Penggunaan Energi Listrik
Gambar 2.34 Komposisi penggunaan energi menurut sektor kegiatan
Sumber : Mintorogo, 1999
Konsumsi energi yang terbesar dalam bangunan baik dalam fungsinya
sebagai hunian maupun kantor adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik
yang digunakan untuk pencahayaan buatan, pendinginan dan pemanasan ruang
(Mintorogo, 1999). Komposisi konsumsi energi antara kedua fungsi ini berbeda
(lihat Gambar 2.23) namun secara umum yang terbesar adalah kebutuhan listrik.
Konsumsi energi terbesar pada sebuah hunian adalah untuk memenuhi kebutuhan
akan listrik sejumlah 67,5% dari keseluruhan konsumsi energi. Ini menunjukkan
bahwa dalam perencanaan bangunan untuk tujuan efisiensi energi yang paling
harus diperhatikan adalah pengaruhnya terhadap penghematan penggunaan energi
listrik yang termasuk sebagai purchased energy.
Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, konsep konservasi energi pada
bangunan dimulai pada tahun 1985 saat diperkenalkannya program DOE
39
(Departement of Energy, USA) oleh Departemen Pekerjaan Umum. Dalam rangka
meningkatkan pemahaman akan konservasi energi pada bangunan maka disusun
SNI Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan dan Petunjuk Teknis
Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. Menurut SNI 03-6197-2000 tentang
Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan, penggunaan energi sehemat
mungkin dengan mengurangi daya terpasang melalui tiga metode yaitu :
- Pemilihan lampu yang memiliki efikasi lebih tinggi dan menghindari lampu yang
dengan efikasi rendah. Dianjurkan menggunakan lampu fluoresen dan lampu
pelepasan gas lainnya.
- Pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan sesuai
dengan
penggunaannya,
mempunyai
efisiensi
yang
tinggi
dan
tidak
mengakibatkan silau atau refleksi yang mengganggu.
- Pemanfaatan cahaya alami siang hari.
Sebagaimana disebutkan diatas salah satu cara dalam metode efisiensi
energi pada bangunan adalah pemanfaatan cahaya alami siang hari dan khususnya
untuk penghematan energi listrik. Jika dilakukan secara integral dalam tahap
desain bangunan, pencahayaan alami bisa meningkatkan kualitas bangunan
dengan cara : (Lyons and Lee, 1994)
- Penghematan energi listrik dan biaya operasional
- Menyediakan cahaya langsung dan cahaya difusi dengan karakteristik alami
- Bisa disesuaikan dengan keinginan setiap orang
- Menyediakan keterhubungan dengan dunia luar dan perubahannya.
Selain jendela sebagai heat gain, ada permasalahan lain dalam pemanfaatan
pencahayaan alami pada daerah beriklim tropis. Permasalahan yang pertama
adalah bagaimana menyediakan kualitas pencahayaan alami yang memadai
40
walaupun jika jendela dilindungi dengan kisi – kisi sekaligus nyaman secara
visual dengan menghindarkan bidang kerja dari kelebihan sinar yang
menyebabkan silau (Koenigsberger, 1973 : 144). Ukuran dan pengaturan bukaan
pada sisi bangunan yang bervariasi mempengaruhi distribusi pencahayaan alami
di dalam ruangan. Ketinggian posisi bukaan dari permukaan tanah juga
menyebabkan adanya perbedaan kualitas pencahayaan yang masuk ke dalam
ruang. Kecenderungan tingkat pencahayaan alami pada lantai teratas lebih besar
daripada lantai – lantai dibawahnya.
Silau bisa dihindari dengan memperhatikan desain dalam hubungannya
dengan kedalaman dan ketinggian bangunan, atribut pada permukaan ruang dan
hubungan antara jendela, ruang luar dan pengguna (Mc Elroy dalam Edwards,
1996 : 62). Kenyamanan visual akan sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan
dari aktifitas yang dilakukan didalam ruangan tersebut. Apabila suatu ruangan
sudah nyaman secara visual dengan menggunakan pencahayaan alami di siang
hari maka akan mengurangi pemanfaatan pencahayaan buatan. Hal ini secara tidak
langsung akan mengurangi pemanfaatan energi tak terbaharui yang digunakan
dalam penyediaan energi listrik sehingga tujuan untuk efisiensi energi tercapai.
Alasan memilih untuk studi performa pencahayaan alami karena ia mampu
menggantikan pencahayaan buatan pada siang hari sehingga mampu mengurangi
pemakaian energi listrik pada operasional bangunan. Selain itu ketersediaan
pencahayaan alami yang tidak terbatas, bisa dimodifikasi dengan cara pasif yang
sederhana dan didukung material glazing yang semakin canggih.
41
2.2.4 Sistem Perancangan Terkait Pencahayaan
Kebutuhan utama yang dibutuhkan dalam sebuah ruang galeri yaitu
cahaya dimana panjang gelombang, intensitas, dan durasi berkontribusi secara
kolektif dengan laju degradasi material dalam pameran. Intensitas cahaya di layar
ruang harus cukup rendah untuk menghindari kerusakan benda, tetapi cukup
terang untuk dilihat. Sebuah toleransi pelindung pencahayaan tingkat rendah
dapat dibantu dengan mengurangi tingkat cahaya ke tingkat lebih rendah dari yang
jatuh di pameran. Spectrum optic tingkat harus dipelihara di antara 50 lux dan 100
lux tergantung pada kepekaan cahaya objek. Sebuah tingkat toleransi lukisan akan
tergantung pada media lukis dan durasi waktu pameran. Waktu maksimum
pameran harus ditentukan untuk setiap benda yang dipamerkan berdasarkan
kepekaan cahaya, diantisipasi tingkat cahaya, dan diproyeksikan eksposur
kumulatif pameran. Radiasi UV harus dihilangkan sejauh mungkin secara fisik,
tetapi disarankan agar cahaya dengan panjang gelombang di bawah 400 nm
(ultraviolet radiasi) dibatasi tidak lebih dari 75 microwatts per lumen pada 10-100
lux. Karena sumber UV terbesar berasal dari paparan cahaya alami maka untuk
mengurangi radiasi digunakan UV-filtering film dan UV-filtering panel di jendela
atau lubang-lubang sumber cahaya.
Fungsi dari material bangunan juga mempengaruhi efektifitas penggunaan
energi, misalnya: Dinding kaca yang terbuat dari bahan yang 20 persennya
merupakan komponen keramik berfungsi mengurangi panas cahaya matahari
tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir
air pada dinding timur ini mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10
derajat Celsius. Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan
yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang
42
mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga
berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan.
Langkah merancang bangunan hemat energi seperti di atas perlu dicermati.
Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat
Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik
dalam negri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi
dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya
listrik untuk lift, penerangan, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi.
(sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat pengkajian Kebijakan Inovasi
Teknologi BPPT, Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanegara, Harian
Kompas.)
Sifat-Sifat Penerangan
Menurut Suma’mur (2009), sifat-sifat penerangan yang baik,
yaitu :
1) Pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan.
2) Pencegahan kesilauan.
3) Arah sinar.
4) Warna.
5) Panas penerangan terhadap kelelahan mata.
Tabel 2.1 Nilai Pantulan
43
Tabel 2.2 Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum
Sumber : Prasasto Satwiko
Tabel 2.3 Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum
Sumber : Prasasto Satwiko
44
2.2.5 Kebutuhan Pencahayaan Pada Ruang
Kualitas penerangan yang disediakan dalam ruangan ditentukan oleh:
a. penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya pembebanan pada
mata oleh aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan, dan
b. lamanya waktu aktivitas dengan daya mata tinggi dan sifat aktivitasnya.
Penggolongan kualitas penerangan bangunan sebagaimana dalam tabel
2.4 berikut
Tabel 2.4 Penggolongan kelas bangunan untuk kualitas penerangan alami
Kelas Bangunan I
Kelas Bangunan II
Kelas Bangunan III
Bangunan
representatif,
anta-ra lain:
- gedung MPR
- gedung DPR,
- kantor gubernur,
Bangunan baik, antara lain:
- hotel,
- gedung pertemuan,
- kantor,
- gedung olah raga,
Bangunan rumah tinggal
dan lainnya.
dan lainnya.
Untuk penggolongan menurut penggunaan ruang, sebagaimana dalam tabel 2.4.
berikut.
Tabel 2.5 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami.
Kerja Halus Sekali
Kerja Sedang
Kerja Kasar
Pekerjaan cermat
terus
menerus, antara lain:
- menggambar detail kecil,
- dan sebagainya.
Pekerjaan tanpa konsentrasi
yang besar dari pelaku,
antara lain:
- pekerjaan kayu,
- dan sebagainya.
Seperti pekerjaan pada:
- gudang,
- lorong lalu lintas orang,
- dan sebagainya.
Sebagai bahan pembanding, dapat mempelajari ukuran penerangan yang disyaratkan
seperti pada tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6 Kebutuhan Penerangan
NO
KERJA VISUAL
1
Penglihatan Biasa
100
2
Kerja kasar dengan detail besar
200
NO
KERJA VISUAL
PENERANGAN (LUX)
PENERANGAN (LUX)
45
3
Kerja umum dengan detail wajar
400
4
Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio
600
gambar, mejahit)
5
Kerja keras, lama, detail (peradin barang halus,
menjahit dengan tangan)
Sumber : Prasasto Satwiko
2.3 Tinjauan Terhadap Tapak
2.3.1 Studi Lokasi
Lokasi Proyek di Jalan BSD Raya Barat, Jakarta Selatan
Peta 2.1.Letak Proyek di Peta Kota Jakarta
Gambar 2.35 Letak Proyek di Peta Kota BSD
Gambar 2.36 : lokasi area lahan
Sumber : Google Maps diakses tanggal 5 Mei 2013
900
46
-
Batas Area Lahan
:
o Utara : Prasetiya Mulya Bussines School
o Timur : Tanah Kosong
o Barat : Tanah Kosong
o Selatan : Swiss German University
-
Peruntukan Lahan
: Bangunan Pendidikan
-
Ukuran Lahan
: ± 6161 m2
-
KDB
: 60% (Berdasarkan Pengajuan)
-
Luas lahan
: 60% x 6161 m2 = 3696.6 m2
-
KLB
: 2 (Berdasarkan Pengajuan)
-
Ketinggian Max.
: 10 lapis (Berdasarkan Bangunan
sekitar)
-
Tipe Massa Bangunan
: T (Tunggal)
Lokasi berada pada 106º 49’35” Bujur Timur dan 6º10’37”
Lintang Selatan
 Lokasi Proyek
Tapak yang diambil untuk pelaksanaan proyek ini berada di Jl. BSD
Raya Barat 1 Edutown BSD City Kavling Edu 1 No.1. Lokasi ini
merupakan pilihhan yang baik untuk dijadikan lokasi sebuah sekolah
seni dan galeri karena lokasi yang strategis berada di pusat Kota serta
kegiatan dan lingkungan yang menunjang. Tapak ini berdekatan
dengan Sekolah Prasetiya Mulya dan Swiss German University
sehingga dapat membuat kawasan tersebut menjadi daya tarik
47
tersendiri karena dapat menjadi lokasi seni yang dapat menarik minat
pengunjung, selain itu sebuah galeri harus berada pada lokasi yang
tepat, strategis dan mudah dalam pencapaian.
2.3.2 Studi Arah Matahari Tahunan
Dari beberapa literature disimpulkan bahwa arah matahari berubah
setiap tahun nya dan diperoleh data sesuai dengan tabel dibawah sebagai
berikut :
Tabel 2.7 Tabel Posisi Matahari Tahunan
Length of day
Solar noon
Distance
Date
Sunrise
Sunset
This day
15 Jan 2013
05:49
18:15
15 Feb 2013
05:58
15 Mar 2013
Difference
Time
Altitude
12h 26m 23s
-11s
12:02
75.1º
147.152
18:16
12h 17m 52s
-19s
12:07
83.5º
147.767
05:57
18:06
12h 08m 20s
-20s
12:02
85.9 º
148.775
15 Apr 2013
05:54
17:52
11h 58m 07s
-18s
11:53
74.0 º
150.087
15 May 2013
05:54
17:44
11h 50m 11s
-12s
11:49
65.0 º
151.223
15 Jun 2013
06:00
17:46
11h 46m 07s
-02s
11:53
60.6 º
151.951
15 Jul 2013
06:05
17:53
11h 47m 57s
+08s
11:59
62.4
º
152.051
15 Aug 2013
06:00
17:55
11h 54m 29s
+16s
11:57
69.9
º
151.502
15 Sep 2013
05:46
17:50
12h 03m 57s
+19s
11:48
80.9
º
150.432
15 Oct 2013
05:32
17:46
12h 14m 04s
+20s
11:39
87.6
º
149.207
15 Nov 2013
05:26
17:49
12h 23m 39s
+15s
11:37
77.6
º
147.964
15 Dec 2013
05:33
18:02
12h 28m 45s
+03s
11:48
72.9
º
147.233
Sumber : www.timeanddate.com
(million km)
48
2.3.3 Pembayangan Pada Bangunan
Sinar matahari selain memberikan terang untuk kita dapat melakukan
aktivitas juga akan mengantarkan sinar ultraviolet bersamaan dengan cahayanya.
Untuk memanfaatkan maksimal cahaya harus dicari sebuah cara untuk
memanfaatkan sinar itu sendiri, mendapatkan sinar untuk menerangi ruangan
sambil menolak atau mengurangi radiasi ultraviolet. Ada beberapa cara untuk
melakukan hal tersebut diantaranya dengan menggunakan lapisan film pada kaca
jendela atau dengan jendela thermal yang dibuat double kaca yang ditengahnya
merupakan ruang hampa untuk menjebak radiasi di ruang hampa tersebut dan
tidak masuk kedalam ruangan bangunan. Bisa juga dengan penggunaan sirip-sirip
bangunan atau kantilever, penggunaan kantilever atau sirip-sirip bangunan
bertujuan untuk menghalangi sinar matahari langusng masuk melalui jendela.
Berikut adalah bebrapa kondisi yang terjadi pada cahaya matahari langsung:
a. Sinar matahari yang jatuh di permukaan bidang kaca akan mengurangi
masuknya rambatan panas sebesar 80%-90%. Dengan demikian, selain
mendapatkan terangnya tetapi panasnya juga ikut masuk ke dalam
ruangan.
b. Penggunaan Tirai dibalik jendela akan mengurangi masuknya rambatan
panas sinar matahari sehingga tinggal 30%-40% saja.
c. Pemasangan jalusi atau kisi-kisi sebagai pelapis bangunan merupakan
elemen yang sangat mendukung ushasa untuk menolak atau mereduksi
panas matahari secara hampir sempurna. Dengan cara demikian, maka
panas matahari akan memanasi kisi-kisi bangunan dan bukan dinding
atau jendela bangunan dan sementara cahaya dapat masuk melalui
49
pemantulan cahaya melalui kisi-kisi tersebut dengan kata lain cahaya
yang masuk adalah cahaya tidak langsung,
2.3.4 Penerapan pada bangunan
Cahaya matahari dimanfaatkan pada siang hari untuk menerangi sebagian
ruangan-ruangan dari gedung sekolah maupun galeri. Karena letak lokasi pada
garis lintang 6º maka posisi matahari tidak tepat tegak lurus terhadap tapak. Oleh
sebab itu posisi orientasi massa bangunan akan dibuat sesuai dengan jalur lintas
matahari dan juga posisi matahari setiap bulan nya berbeda maka untuk bukaan
pada titik-titik tertentu akan dibuat flexible mengikuti arah matahari khususnya
pada gedung galeri yang akan memanfaatkan pencahayaan alami secara aktif dan
pasif.
Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara
membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk
kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung
galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena
sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam
membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam
bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan
matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif.
Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah
kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari
namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar
cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif
pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible
50
pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya
matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya
diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga
kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri.
Gambar 2.37 Bagan Sinar Ultra-violet
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Karena sumber cahaya berasal dari matahari yang memiliki sinar
ultraviolet yang tinggi dapat merusak objek-objek seni yang dipamerkan maka
strategi desain juga dapat mengurangi jumlah sinar ultraviolet selain dengan
menggunakan kaca film atau kaca glazing. Salah satunya yaitu dengan
memantulkan cahaya dengan media di cat putih dapat mengurangi radiasi sinar
ultraviolet seperti pada bagan dijelaskan bahwa cahaya hasil pantulan dapat
51
berkurang radiasi ultravioletnya. Dan setiap jumlah pemantulan dapat mengurangi
jumlah ultraviolet semakin besar.
Gambar 2.38 Sudut arah datangnya cahaya pada galeri
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Lukisan pada galeri di letakan vertical pada dinding. Arah cahaya yang
baik adalah 30º terhadap objek karena bila pada sudut tinggi akan menimbulkan
bayangan pada objek dan bila terlalu rendah akan menimbulkan efek silau pada
objek.
Gambar 2.39 Beam sunlight with dynamic mirror
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Pada galeri akan didesain dengan perancangan aktif pada titik-titik
tertentu, seperti pada gambar diatas terdapat buffle-suncatcher yang dibuat
52
dinamis mengikuti arah datangnya matahari sehingga dapat terpantul dengan
baik kedalam bangunan pada titik-titik tertentu.
Gambar 2.40 Bentuk plafon yang dapat memantulkan cahaya
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Bentuk plafon yang baik untuk memantulkan cahaya dengan sempurna
adalah bentuk lengkung, bentuk datar juga baik dan yang paling buruk adalah
bentuk plafon yang bentuknya bervarian seperti dekorasi.
Gambar 2.41 Jenis bukaan jendela atas dan samping
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Bukaan jendela pada sisi samping lebih baik daripada di atas karena
selain mendapatkan cahaya juga dapat mendapatkan view yang baik. System
ini akan diterapkan pada bangunan sekolah terutama pada bagian kelas.
53
Gambar 2.42 Bentuk bukaan pada galeri seni
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Pada gedung galeri, bukaan cahayanya berada di atas agar cahaya tidak
mengenai langsung objek-objek yang dipamerkan. Bukaan nya dibuat dinamis
dapat mengikuti arah datangnya sinar matahari yang berubah-ubah setiap
bulannya. Cahaya yang masuk berdasarkan pantulan sehingga radiasi sinar
ultraviolet dapat dikurangi karena radiasi sinar UV dapat merusak objek-objek
yang dipamerkan seperti lukisan dan objek lainnya.
Gambar 2.43 Jendela Skylight
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Gambar diatas adalah salah satu perancangan pasif yang akan
diterapkan pada gedung sekolah dan juga galeri. Bukaannya dibuat hanya
untuk menerima cahaya dari arah-arah tertentu saja dan tidak dapat berubah.
54
Pada bukaan diberi kisi-kisi agar cahaya dapat menyebar kedalam ruangan
dibawahnya.
Gambar 2.44 Pantulan cahaya pada skylight
Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam
Sebagian pemanfaatan cahaya adalah dengan pantulan sehingga cahaya
tidak masuk secara langsung. Cahaya refraksi dimanfaatkan selain dengan
tujuan mengurangi sinar ultraviolet juga dapat membuat efek dekoratif yang
menarik.
2.3.5 Konsep Pemanfaatan Cahaya Matahari
Cahaya matahari dimanfaatkan pada siang hari untuk menerangi
sebagian ruangan-ruangan dari gedung sekolah maupun galeri. Karena letak
Indonesia pada garis lintang 6º maka posisi matahari tidak tepat tegak lurus
terhadap tapak. Oleh sebab itu posisi orientasi massa bangunan akan dibuat
sesuai dengan jalur lintas matahari. Selain itu posisi matahari setiap bulan nya
berbeda maka untuk bukaan pada titik-titik tertentu akan dibuat flexible
mengikuti arah matahari khususnya pada gedung galeri yang akan
memanfaatkan pencahayaan alami secara aktif dan pasif.
55
2.3.6 Konsep Perancangan Pada Bangunan
Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan
cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa
masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah
pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan
tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi
perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar
cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga
cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan
didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini
diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak
mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas
cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai
dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini
diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu
yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang
berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan
pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit
bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri.
2.3.7 Penggunaan Material Pada Bangunan
Pemilihan bahan material dan juga cat yang mampu mereduksi panas
pada seluruh bagian bangunan yaitu untuk pemilihan bahan material dan cat
dengan memikirkan nilai absorbansi radiasi cahaya matahari (α) rendah.
Nilai absorbansi radiasi cahaya matahari (α) : Nilai penyerapan energi termal
56
akibat radiasi matahari pada suatu bahan dan yang ditentukan pula oleh warna
bahan tersebut. Contohnya yaitu dengan menggunakan material dengan daya
reflektan yang tinggi namun tidak menyerap panas secara berlebih,
penambahan pelapis kaca film khususnya pada gedung galeri untuk
mengurangi radiasi sinar ultra violet, dan double glazing pada kaca agar
cahaya yang masuk tidak beserta dengan radiasi panas dari matahari sehingga
kenyamanan termal dapat terpenuhi.
Tabel 2.8 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari untuk Dinding Luar dan Atap tak
Tembus Cahaya
Bahan
α
Beton Ringan
0,86
Kayu Permukaan Halus
0,78
Beton Ekspos
0,61
Atap Putih
0,50
Seng Putih
0,26
Lembaran Alumunium yang Dikilapkan
0,12
Sumber : Greenship Home, 2011
Tabel 2.9 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari untuk Cat Permukaan Dinding Luar
Cat Luar
α
Hitam merata
0,95
Pernis hitam
0,92
Abu‐abu tua
0,91
Pernis biru tua
0,91
Cat minyak hitam
0,90
Coklat tua
0,88
Abu abu/ biru tua
0,88
Biru/ hijau tua
0,88
Coklat medium
0,84
Pernis Hijau
0,79
Hijau medium
0,59
Sumber : Greenship Home, 201
Download