BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Sekolah Seni dan Galeri Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (tinggi) menurut tingakatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sedangkan seni adalah segala proses dan produk dari invention, imajinasi dan ketrampilan manusia. Pada penggunaan kontemporer, definisi seni biasanya direfleksikan pada kriteria estetika dan kondisi yang mungkin musik, drama, lukis, dan pahat/patung. (Dictionary of The Arts). Jadi, Sekolah seni adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar yang ajarannya tentang seni drama, musik, lukis, dan pahat sekaligus tempat untuk berkreasi, berimajinasi dan menunjukan ketrampilan manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, galeri seni berarti ruang atau gedung tempat memamerkan benda atau karya seni (Kamus Besar Bahasa Indonesia 103) Disiplin Seni Rupa merupakan bagian dari kelompok taksonomi ilmu Seni dan Humaniora (Art and Humanities), yang antara lain meliputi Sejarah Seni (History of Art), Estetika (Aesthetics), Filsafat Seni (Philosophy of Art), serta teori dan pendekatan kritik (Art Theory and Criticism). Seni rupa modern merupakan disiplin yang selama ini menjadi dasar dalam pendidikan akademik seni rupa dengan menggunakan dasar konsep seni murni (fine art). Seni rupa modern menggunakan pendekatan dialektik, di mana wilayah penciptaan seni (art 9 10 creation) dan teori (theory) merupakan upaya pencarian kebenaran tentang esensi seni (orientasi dari filsafat seni). Berdasarkan pertimbangan historis tersebut maka disiplin keilmuan seni rupa dalam konteks akademik kemudian terbagi kedalam dua wilayah, yaitu wilayah penciptaan seni dan wilayah teori. Wilayah inti keilmuan seni rupa mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan penciptaan seni dan tuntutan keilmuan yang makin interdisiplin. Ia kemudian bersinggungan dengan disiplin ilmu lainnya, seperti antropologi, sosiologi, dan psikologi. Pada perkembangan terakhir, wilayah persinggungan tersebut semakin kompleks dan diskursif, terutama akibat dari perkembangan teori postmodern, globalisasi, kapitalisme, dan perkembangan teknologi informasi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, seni rupa kontemporer menjadi disiplin dalam pendidikan akademik dengan menggunakan dasar konsep seni rupa (visual art). Seni rupa kontemporer menggunakan pendekatan diskursif (discourse), di mana wilayah praksis dan teori lebih terbuka dalam upaya mencari jawaban terhadap persoalan-persoalan dalam kebudayaan kontemporer. Disiplin seni rupa kini diperkaya dengan teori-teori postmodern seperti cultural studies (gender, etnisitas, identitas), visual culture (semiotika, budaya iklan), dan media culture (budaya tontonan, budaya internet). Implementasi dalam pendidikan akademik seni rupa menjadi ekstensif, di samping kategori turunan seni modern (seni lukis, seni patung, seni instalasi, performance art), muncul pula berbagai kategori baru seperti seni media baru, intermedia, digital art, dan internet art. Tantangan yang akan dihadapi dalam 10 tahun ke depan menuntut pendidikan tinggi seni rupa khususnya Program Studi Seni Rupa untuk dapat mengembangkan keilmuannya berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi 11 dalam bidang sosial dan budaya, maupun perkembangan teknologi. Pendidikan yang berkaitan dengan jalur penciptaan seni menuntut pengembangan teknik yang mampu mengantisipasi kemajuan teknologi digital dan perkembangan budaya visual, disamping tuntutan untuk memperluas konsep pemikiran maupun teknik visualisasi secara interdisiplin. Pendidikan jalur teori di satu sisi dituntut untuk mengembangkan pemikiran tentang ke-Nusantara-an, dan di sisi lain perlu memikirkan perkembangan kesenirupaan secara global. Perkembangan pemikiran berkaitan dengan konsep seni perlu diiringi dengan kemampuan akademisi memutuskan nilai estetis sebuah karya seni berkaitan dengan perkembangan konsep kreativitas itu sendiri. Di sisi lain, aktivitas penelitian jalur teori harus dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan jalur penciptaan seni maupun profesi art manager dan mediator seni. Perkembangan medan sosial seni rupa secara global menuntut sebuah institusi pendidikan memiliki ciri khas keilmuan seni yang menjadi kajian utama, di sisi lain secara keseluruhan pendidikan yang diberikan sejalan dengan perkembangan seni rupa global. Profesi art manager dituntut untuk memiliki kemampuan membangun jaringan yang luas dan kerjasama secara global. Sementara profesi mediator seni lebih dituntut untuk dapat memberikan publikasi karya kepada masyarakat melalui berbagai media, sehingga masyarakat dapat lebih memahami karya seni dan dapat membantu seniman dalam menentukan sebuah konsep karya. Dalam periode rentang waktu 10 tahun diharapkan lulusan Program Studi Seni Rupa dapat melengkapi unsur-unsur dalam medan sosial seni rupa, sehingga 12 stuktur medan sosial seni rupa secara nasional terbenahi, di samping juga memperkokoh posisi secara internasional Galeri yang bersifat milik pribadi untuk menjual barang seni, sebagian besar memiliki skala ruang yang lebih kecil dari museum dan tidak disiapkan untuk menerima pengunjung dalam jumlah besar. Dalam galeri harus diperhatikan yaitu perencanaan ruang, pencahayaan, dan warna harus baik sehingga mendukung objek yang dipamerkan. (Pile 540) Jadi, Galeri seni adalah sebuah bangunan atau ruang untuk pameran seni, yang biasanya berupa seni visual. Lukisan merupakan lukisan yang paling sering ditampilkan, namun patung, seni dekoratif juga secara teratur ditampilkan. Walaupun kegunaan utama berkaitan dengan memberikan ruang untuk menampilkan karya-karya seni visual, galeri seni kadang-kadang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan artistik lainnya, seperti seni pertunjukan, konser musik, atau pembacaan puisi. Ada 3 jenis seni yang dikhususkan diajarkan pada sekolah seni ini yaitu : a. Seni Lukis Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang 2 dimensi (2 matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi, yaitu untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain atau lebih tepat sebagai gambar keterangan. Di sisi lain menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pencapaian bentuk seni lukis. 13 Beberapa aliran seni lukis yang menjadi dasar perkembangan seni lukis yaitu Surrealisme, Kubisme dan Romantisme. Beberapa aliran yang pernah berkembang di dunia seni lukis antara lain Ekspresionisme, Impresionisme, Fauvisme, Neo-Impresionisme, Realisme, Naturalisme dan De Stijl. Walaupun dalam praktek karya seni lukis kontemporer saat ini banyak menggunakan metode yang non-konvensional, metode yang digunakan dalam memamerkan karya seni lukis kontemporer dapat digolongkan sebagai berikut: - Hanging Object, benda-benda koleksi dipamerkan dengan cara digantung. - Karya lukis dipajang dengan meletakkan/menggantungkannya pada dinding galeri. - Menggunakan panel tambahan yang berfungsi dalam membantu mempresentasikan karya seni lukis. Selain itu panel-panel ini juga dapat digunakan sebagai pembentuk dan pengarah sirkulasi sesuai keinginan sang seniman dalam mempresentasikan karyanya. - Teknik Audiovisual yaitu metode pameran dengan menggunakan bantuan teknologi maju,yaitu dengan menggunakan editing komputer dan proyektor. Termasuk dalam teknik ini antara lain slide, film dan planetarium, videotape, videodisc, project dioramas. - Melalui Live Demonstration/demonstrasi langsung dari sang seniman, hal ini termasuk ke dalam performance Art. 14 b. Seni Grafis Seni 2 dimensional ini pada dasarnya menitikberatkan pada teknik cetak mencetak, sebagai usaha untuk dapat memperbanyak atau melipatgandakan sesuatu, baik gambar atau tulisan dengan cara tertentu pula. Seni grafis terapan sangat berkepentingan dengan fungsi guna. Metode presentasi pameran seni grafis hampir sama dengan metode presentasi karya seni lukis. c. Seni Patung Karya patung modern saat ini mulai berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dalam mengarungi perubahan gaya hidup di lingkungan kita. Menurut ensiklopedia indonesia ( 1990 : 215 ) seni patung sculpture berarti seni pahat atau bentuk badan yang padat yang diwujudkan dalam tiga dimensional yang ciptaanya bisa berupa gambar-gambar timbul (relief) atau patung yang di buat dari media kayu maupun logam. Berikut ini disampaikan beberapa ahli seni rupa yang mendefinisikan seni patung. Menurut Mikke Susanto (2011: 296) seni patung adalah sebuah tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong, menatah) atau aditif (membuat model lebih dulu seperti mengecor dan mencetak). Sedangkan menurut Soenarso dan Soeroto dalam bukunya ( 1996: 6) Seni Patung adalah semua karya dalam bentuk meruang. Menurut Kamus Besar Indonesia adalah benda tiruan, bentuk manusia dan hewan yang cara pembuatannya dengan dipahat. Selanjutnya B.S Myers (1958: 131-132) mendefinisikan Seni patung adalah karya tiga dimensi yang 15 tidak terikat pada latar belakang apa pun atau bidang manapun pada suatu bangunan. Karya ini diamati dengan cara mengelilinginya, sehingga harus nampak mempesona atau terasa mempunyai makna pada semua 6 seginya. Selain itu Mayer (1969: 351) menambahkan bahwa seni patung berdiri sendiri dan memang benar-benar berbentuk tiga dimensi sehingga dari segi manapun kita melihatnya, kita akan dihadapkan kepada bentuk yang bermakna. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karya seni memiliki media yang sangat luas. Segala hal mampu menjadi aspek pendukung dalam terciptanya karya seni, yang perwujudan salah satunya adalah karya seni patung. Cabang seni rupa tiga dimensi ini merupakan perwujudan ekspresi dan kreasi manusia. Untuk membantu memamerkan karya-karya dari siswa, sekolah seni ini dilengkapi dengan galeri yang dimana dapat dimanfaatkan para siswa untuk memamerkan karya nya ke publik. Di tinjau dari segi teori, Galeri seni rupa kontemporer (Contemporary Art Gallery) berarti suatu tempat yang memamerkan karya seni rupa 2 dimensional dan 3 dimensional yang berkembang pada masa kini. Selain memamerkan karyaseni rupa kontemporer merawat dan menjaga sekaligus mengapresiasikan seni. Oleh karena itu untuk menunjang hal tersebut maka diperlukan fasilitas pendukung yang tidak hanya berfungsi sebagai wadah eksebisi, tetapi juga dapat digunakan sebagai media apresiasi dan pengkajian seni. Selain itu diperlukan pula fasilitas pengelolaan yang sifatnya mendukung aktifitas utama yang ada. Galeri seni kontemporer ini mempunyai fungsi utama yaitu sebagai wadah apresiasi seni dan memamerkan karya-karya seni kontemporer kepada masyarakat 16 sekaligus memelihara kary-karya tersebut. Secara tidak langsung galeri seni memberikan fungsi edukasi kepada masyarakat mengenai ilmu dan perkembangan seni yang merupakan bagian dari perkembangan dari kondisi sosial dan budaya dan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut semakin kreatif dan produktif dalam berkarya secara positif. Dalam perkembangannya galeri seni tidak hanya berfungsi sebagai tempat memamerkan, mengapresiasi dan merawat karya seni rupa. Tetapi juga sebagai tempat untuk memberikan suatu kajian seni kepada masyarakat agar karya-karya seni kontemporer yang ada dapat terapresiasikan dengan benar dan tidak menjadikan salah tafsir pada masyarakat mengenai apa yang sebenarnya akan dikomunikasikan lewat karya tersebut. Galeri juga memberikan fasilitas kepada suatu komunitas seni untuk menyampaikan suatu gagasan-gagasan baru yang positif kepada masyarakat. Lingkup kegiatan galeri seni rupa : 1. Kegiatan utama Mengadakan pameran yang merupakan kegiatan komunikasi visual antara pengunjung dengan materi koleksi di bidang seni rupa, yang berupa pameran temporer dengan tema tertentu dan spesifikasi ruang tertentu sesuai dengan metode pagelaran yang dilakukan dalam mempresentasikan sebuah karya seni. 2. Kegiatan penunjang 17 Merupakan kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan utama dan fungsinya sebagai media edukasi seni rupa, beberapa terdapat unsur komersial di dalamnya, yaitu : a. Performance seni b. Seminar dan workshop seni. c. Kegiatan residensi seniman. d. Café dan ArtShop 3. Kegiatan pengelola Merupakan kegiatan yang bersifat pengelolaan, meliputi : a. Administrasi. b. Manajemen. 4. Kegiatan konservasi dan kuratorial Kegiatan ini meliputi : a. Pengumpulan, penataan dan inventarisasi koleksi. b. Perawatan dan perlindungan objek. c. Penyajian koleksi. Jenis-Jenis Galeri : a. Galeri di Museum Galeri ini merupakan galeri umum, yang non-profit atau museum milik publik yang dipilih menampilkan koleksi seni. Ruangan di museummuseum dimana seni ditampilkan untuk publik sering disebut sebagai galeri juga. b. Galeri Seni Kontemporer 18 Istilah galeri seni kontemporer biasanya mengacu kepada galeri milik pribadi/swasta untuk keuntungan komersial. Galeri seni kontemporer biasanya terbuka untuk umum tanpa biaya, akan tetapi, beberapa bersifat semi-swasta. Mereka biasanya mencari keuntungan dengan mengambil sebagian dari penjualan seni; dari 25% sampai 50%. Galeri sering mengadakan pertunjukan solo, para kurator sering menciptakan pertunjukan kelompok seniman yang terkait. Galeri kadang-kadang memilih untuk mewakili seniman secara ekslusif, memberi mereka kesempatan untuk tampil secara teratur. c. Galeri Online Dengan munculnya internet banyak seniman dan galeri seni pemilik telah membuka galeri online yang menyajikan lukisan-lukisan dalam bentuk katalog. Kebanyakan galeri online digunakan untuk mengembangkan galeri-galeri seni yang memiliki fokus kepada sejarah dan ensiklopedi, sementara yang lainnya untuk kegunaan komersial yaitu menjual lukisan hasil karya seniman kontemporer. d. Vanity Gallery Galeri ini biasanya menarik biaya dari perupa-perupa yang ingin melakukan pameran. Fungsi sekolah seni dan galeri secara umum selain sebagai tempat yang mewadahi kegiatan transferisasi perasaan dari seniman ke pengunjung, berfungsi juga sebagai : 1. Sebagai tempat memamerkan karya seni (exhibition room) 2. Sebagai tempat membuat karya seni (workshop) 3. Mengumpulkan karya seni (stock room) 19 4. Memelihara karya seni (restoration room) 5. Mempromosikan karya seni dan tempat jual-beli karya seni (auction room) 6. Tempat berkumpulnya para seniman 7. Tempat pendidikan masyarakat 2.1.2. Studi Literatur Sekolah Seni dan Galeri 20 Lille Modern Art Museum Location : Villeneuve d’Ascq, France Architects : Manuelle Gautrand Architecture Area : 11,600 m² Year : 2010 Lille Art Museum ini memanfaatkan cahaya matahari sebagai penambah nilai estetika pada bangunan tersebut sekaligus sebagai sumber cahaya untuk menerangi ruangan-ruangan yang ada. Dengan memanfaatkan second skin dan juga celah-celah yang unik dapat membuat cahaya masuk dan membentuk sebuah keunikan pada ruangan yang disinari. 21 Gambar 2.1 Second skin Gambar 2.2 Tampak Gambar2.3 Tampak Perspektif Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.4 Interior Sumber : www.archdaily.com Ruang pameran yang sebagian besar memanfaatkan cahaya matahari untuk menerangi ruangan namun tetap diperhatikan arah bukaan agar tidak mengenai objek yang dipamerkan secara langsung. Gambar 2.5 Denah Site Plan Sumber : www.archdaily.com 22 Gambar 2.6 Ruang Pameran Sumber : www.archdaily.com Art and Craft Studios Location : Chungcheongnamdo, Korea Architect : poly.m.ur Area : 3,802.45 m² Year : 2012 Art and Craft Studios ini memiliki bentuk yang unik yaitu segitiga dan juga menggunakan material yang dominan kaca tembus pandang sehingga cahaya dapat masuk kedalam ruangan. Dengan desain bentuk segitiga yang tentunya memiliki 23 kelebihan yaitu arah orientasi terhadap matahari lebih bervariasi. Desain kantilever pada tiap lantainya menambah keunikan bangunan sekaligus dimanfaatkan sebagai overhang untuk menghindari sinar matahari secara langsung. Gambar 2.7 Tampak Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.8 Lobby Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.9 Interior Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.10 Gambar Denah Sumber : www.archdaily.com 24 Gambar 2.11 Gambar Detail Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.12 Gambar Detail Sumber : www.archdaily.com 25 Umeå Art Museum Location : Umeå, Sweden Architect : Henning Larsen Architects Area : 15,000 m² Year : 2012 Gambar 2.13 Tampak Perspektif Sumber : www.archdaily.com 26 Gambar 2.14 Interior Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.15 Gambar Potongan Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.16 Gambar Denah Sumber : www.archdaily.com 27 School of the Arts / WOHA Location : Zubir Said Drive, Singapore Architect : WOHA Area : 52,945.54 m² Year : 2009 School of the Arts dari WOHA ini adalah sekolah yang memanfaatkan pencahayaan alami menjadikannya sebuah bangunan hemat energi. Karena sinar matahari menghasilkan radiasi panas maka untuk menghindari sinar matahari secara langsung digunakan sebuah vertical garden yang diketahui bahwa tanaman dapat mengurangi radiasi panas matahari dan juga mendinginkan ruangan yang ada didalamnya. 28 Gambar 2.17 Gambar Perspektif Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.18 Gambar Interior Sumber : www.archdaily.com Dengan memanfaatkan cahaya matahari selain dapat menghemat energy listrik dari penggunaan lampu yang dapat dikurangi juga dapat menambah nilai estetika dengan memainkan pola bukaan sehingga membuat cahaya matahari masuk menjadi sebuah nilai tambah dari ruangan yang disinari. 29 Gambar 2.19 Gambar Koridor Sumber : www.archdaily.com Vertical garden dimanfaatkan sebagai pengganti kisi-kisi dan juga sunshading yang menghalangi sinar matahari langsung sekaligus membuat bangunan tetap dingin dengan mereduksi radiasi panas yang dihasilkan oleh matahari. Gambar 2.20 Gambar Sunshading Sumber : www.archdaily.com Gambar 2.21 Gambar Konsep Sumber : www.archdaily.com 30 Dari gambar konsep dapat dilihat bahwa cahaya matahari dapat membentuk sebuah ruang seperti pada digambar diatas. Teaching Facilites General Academic Facilities - Classrooms - Lecture Theatre - Science Laboratories - Computer & Multimedia Studio Arts Facilities - Dance Studios - Music Teaching Rooms - Ensemble & Individual Music Practice Rooms - Electronic Music Laboratory - Electronic Music Studio - Orchestral Rehearsal Studio - Painting Studio - Design & Technology Workshop - Ceramics Room - Sculpture Room - Exhibition Gallery - Theatre Rehearsal Studio Performance Spaces Music Auditorium : 718 Seats 31 Drama Theatre : 499 Seats Studio Theatre(Blackbox) : 400 Seats Basic Sporting Facilities - Health and Fitness Room - Fitness Equipment at Roof Terrace Others - Multipurpose Hall - Resource Library - Retail Spaces - Cafetaria 32 2.1.3 Data Studi Banding 2.1.3.1 Studi Banding Studi banding yang dilakukan di lapangan untuk mengetahui standart serta kebutuhan ruang dari sekolah seni dan juga galeri, yaitu : Institut Teknologi Bandung(Fakultas Seni Rupa dan Desain) Gambar 2.22 Foto Perspektif Sumber : Dokumentasi Pribadi Lokasi : Jl. Ganesha 10, Bandung 40132, Jawa Barat Fasilitas : Ruang studio seni lukis, Ruang studio seni keramik, Ruang studio seni grafis, Ruang multimedia, Ruang Workshop. Gambar 2.23 Foto Ruang studio seni lukis 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.24 Foto Ruang studio seni lukis 2 Sumber : Dokumentasi Pribadi 33 Gambar 2.25 Foto Ruang studio seni lukis 3 Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.26 Foto Ruang Penyimpanan Lukisan Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.27 Foto Ruang studio seni keramik Sumber : Dokumentasi Pribadi 34 Gambar 2.28 Foto Ruang studio seni grafis Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.29 Foto Ruang Workshop seni grafis Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.30 Foto Gallery (Kiri) Foto Ruang Multimedia (Kanan) Sumber : Dokumentasi Pribadi 35 Gambar 2.31 Foto Ruang Luar Sumber : Dokumentasi Pribadi Jurusan Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta Di jurusan seni murni IKJ terdapat 3 jurusan yaitu jurusan seni keramik, seni lukis dan juga seni kriya. Dipilih setelah melakukan peminatan pada semester ke 3. Fasilitas pada bangunan ini antara lain : 5 kelas teori 1 ruang workshop Ruang admin Library Ruang himpunan Rata-rata kelas pada IKJ menggunakan AC untuk penghawaan, dan penggunaan cahaya alami dengan jendela. Ruang bersama juga sangat minim sehingga saat menunggu kelas mahasiswa harus menunggu di lobby atau di lingkungan IKJ. Gambar 2.32 Foto Ruang Luar Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.33 Foto Ruang Koridor Sumber : Dokumentasi Pribadi 36 Dari hasil studi banding didapatkan beberapa poin yang dapat di adopsi seperti : - Kebutuhan ruang yang digunakan untuk memenuhi seluruh kegiatan yang terjadi di dalam sekolah seni. - Pola ruang dan susunan ruang yang dapat menjadi ciri khas sekolah seni dan tidak seperti sekolah biasa pada umumnya. - Perlunya banyak ruang komunal untuk para siswa berkumpul. - Bentuk dari gedung yang mencirikan sebuah sekolah seni. 2.2 Tinjauan Khusus Topik dan Tema 2.2.1 Hemat Energi Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture) Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif. Mengoptimasikan sistim tata udara – tata cahaya, integrasi antara sistem tata udara buatan alamiah, sistim tata cahaya buatan – alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrument hemat energi. (Jimmy Priatman, Ir, 2005. Arsitektur Hemat Energi) Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi penerangan buatan, pendinginan udara, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengkonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi perkapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi. 37 2.2.2 Hubungan Arsitektur dan Energi Kasus1, berbicara tentang ketidak nyamanan ruang luar dengan desain bangunan menjadi kondisi ruang yang nyaman tanpa menggunakan energi, namun berbeda dengan Kasus2, dimana ruang dalam bangunan tidak nyaman karena kurangnya energi. Sehingga muncul Kasus3 dengan unsur energi dalam bangunan yang membuat kondisi ruang yang nyaman Kasus 4 dimana bangunan yang ditambahkan dengan unsur energi namun tetap menghasilkan kondisi ruang yang tidak nyaman. Sumber : Fisika Bangunan (Tri Harso Karyono, 2001) 38 Kasus diatas menjadi dasar permasalahan yang terkait dengan pemanfaatan energi alami untuk mengendalikan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Rancangan bangunan dianggap baik (hemat energi) apabila dalam mencapai kenyamanan ruang, bangunan hanya memerlukan energi yang relatif rendah (T.H Karyono, 2001. Fisika Bangunan). 2.2.3 Perbandingan Penggunaan Energi Listrik Gambar 2.34 Komposisi penggunaan energi menurut sektor kegiatan Sumber : Mintorogo, 1999 Konsumsi energi yang terbesar dalam bangunan baik dalam fungsinya sebagai hunian maupun kantor adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang digunakan untuk pencahayaan buatan, pendinginan dan pemanasan ruang (Mintorogo, 1999). Komposisi konsumsi energi antara kedua fungsi ini berbeda (lihat Gambar 2.23) namun secara umum yang terbesar adalah kebutuhan listrik. Konsumsi energi terbesar pada sebuah hunian adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik sejumlah 67,5% dari keseluruhan konsumsi energi. Ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan bangunan untuk tujuan efisiensi energi yang paling harus diperhatikan adalah pengaruhnya terhadap penghematan penggunaan energi listrik yang termasuk sebagai purchased energy. Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, konsep konservasi energi pada bangunan dimulai pada tahun 1985 saat diperkenalkannya program DOE 39 (Departement of Energy, USA) oleh Departemen Pekerjaan Umum. Dalam rangka meningkatkan pemahaman akan konservasi energi pada bangunan maka disusun SNI Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan dan Petunjuk Teknis Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. Menurut SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan, penggunaan energi sehemat mungkin dengan mengurangi daya terpasang melalui tiga metode yaitu : - Pemilihan lampu yang memiliki efikasi lebih tinggi dan menghindari lampu yang dengan efikasi rendah. Dianjurkan menggunakan lampu fluoresen dan lampu pelepasan gas lainnya. - Pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan sesuai dengan penggunaannya, mempunyai efisiensi yang tinggi dan tidak mengakibatkan silau atau refleksi yang mengganggu. - Pemanfaatan cahaya alami siang hari. Sebagaimana disebutkan diatas salah satu cara dalam metode efisiensi energi pada bangunan adalah pemanfaatan cahaya alami siang hari dan khususnya untuk penghematan energi listrik. Jika dilakukan secara integral dalam tahap desain bangunan, pencahayaan alami bisa meningkatkan kualitas bangunan dengan cara : (Lyons and Lee, 1994) - Penghematan energi listrik dan biaya operasional - Menyediakan cahaya langsung dan cahaya difusi dengan karakteristik alami - Bisa disesuaikan dengan keinginan setiap orang - Menyediakan keterhubungan dengan dunia luar dan perubahannya. Selain jendela sebagai heat gain, ada permasalahan lain dalam pemanfaatan pencahayaan alami pada daerah beriklim tropis. Permasalahan yang pertama adalah bagaimana menyediakan kualitas pencahayaan alami yang memadai 40 walaupun jika jendela dilindungi dengan kisi – kisi sekaligus nyaman secara visual dengan menghindarkan bidang kerja dari kelebihan sinar yang menyebabkan silau (Koenigsberger, 1973 : 144). Ukuran dan pengaturan bukaan pada sisi bangunan yang bervariasi mempengaruhi distribusi pencahayaan alami di dalam ruangan. Ketinggian posisi bukaan dari permukaan tanah juga menyebabkan adanya perbedaan kualitas pencahayaan yang masuk ke dalam ruang. Kecenderungan tingkat pencahayaan alami pada lantai teratas lebih besar daripada lantai – lantai dibawahnya. Silau bisa dihindari dengan memperhatikan desain dalam hubungannya dengan kedalaman dan ketinggian bangunan, atribut pada permukaan ruang dan hubungan antara jendela, ruang luar dan pengguna (Mc Elroy dalam Edwards, 1996 : 62). Kenyamanan visual akan sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan dari aktifitas yang dilakukan didalam ruangan tersebut. Apabila suatu ruangan sudah nyaman secara visual dengan menggunakan pencahayaan alami di siang hari maka akan mengurangi pemanfaatan pencahayaan buatan. Hal ini secara tidak langsung akan mengurangi pemanfaatan energi tak terbaharui yang digunakan dalam penyediaan energi listrik sehingga tujuan untuk efisiensi energi tercapai. Alasan memilih untuk studi performa pencahayaan alami karena ia mampu menggantikan pencahayaan buatan pada siang hari sehingga mampu mengurangi pemakaian energi listrik pada operasional bangunan. Selain itu ketersediaan pencahayaan alami yang tidak terbatas, bisa dimodifikasi dengan cara pasif yang sederhana dan didukung material glazing yang semakin canggih. 41 2.2.4 Sistem Perancangan Terkait Pencahayaan Kebutuhan utama yang dibutuhkan dalam sebuah ruang galeri yaitu cahaya dimana panjang gelombang, intensitas, dan durasi berkontribusi secara kolektif dengan laju degradasi material dalam pameran. Intensitas cahaya di layar ruang harus cukup rendah untuk menghindari kerusakan benda, tetapi cukup terang untuk dilihat. Sebuah toleransi pelindung pencahayaan tingkat rendah dapat dibantu dengan mengurangi tingkat cahaya ke tingkat lebih rendah dari yang jatuh di pameran. Spectrum optic tingkat harus dipelihara di antara 50 lux dan 100 lux tergantung pada kepekaan cahaya objek. Sebuah tingkat toleransi lukisan akan tergantung pada media lukis dan durasi waktu pameran. Waktu maksimum pameran harus ditentukan untuk setiap benda yang dipamerkan berdasarkan kepekaan cahaya, diantisipasi tingkat cahaya, dan diproyeksikan eksposur kumulatif pameran. Radiasi UV harus dihilangkan sejauh mungkin secara fisik, tetapi disarankan agar cahaya dengan panjang gelombang di bawah 400 nm (ultraviolet radiasi) dibatasi tidak lebih dari 75 microwatts per lumen pada 10-100 lux. Karena sumber UV terbesar berasal dari paparan cahaya alami maka untuk mengurangi radiasi digunakan UV-filtering film dan UV-filtering panel di jendela atau lubang-lubang sumber cahaya. Fungsi dari material bangunan juga mempengaruhi efektifitas penggunaan energi, misalnya: Dinding kaca yang terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik berfungsi mengurangi panas cahaya matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius. Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang 42 mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan. Langkah merancang bangunan hemat energi seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, penerangan, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. (sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT, Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanegara, Harian Kompas.) Sifat-Sifat Penerangan Menurut Suma’mur (2009), sifat-sifat penerangan yang baik, yaitu : 1) Pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan. 2) Pencegahan kesilauan. 3) Arah sinar. 4) Warna. 5) Panas penerangan terhadap kelelahan mata. Tabel 2.1 Nilai Pantulan 43 Tabel 2.2 Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum Sumber : Prasasto Satwiko Tabel 2.3 Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum Sumber : Prasasto Satwiko 44 2.2.5 Kebutuhan Pencahayaan Pada Ruang Kualitas penerangan yang disediakan dalam ruangan ditentukan oleh: a. penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya pembebanan pada mata oleh aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan, dan b. lamanya waktu aktivitas dengan daya mata tinggi dan sifat aktivitasnya. Penggolongan kualitas penerangan bangunan sebagaimana dalam tabel 2.4 berikut Tabel 2.4 Penggolongan kelas bangunan untuk kualitas penerangan alami Kelas Bangunan I Kelas Bangunan II Kelas Bangunan III Bangunan representatif, anta-ra lain: - gedung MPR - gedung DPR, - kantor gubernur, Bangunan baik, antara lain: - hotel, - gedung pertemuan, - kantor, - gedung olah raga, Bangunan rumah tinggal dan lainnya. dan lainnya. Untuk penggolongan menurut penggunaan ruang, sebagaimana dalam tabel 2.4. berikut. Tabel 2.5 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami. Kerja Halus Sekali Kerja Sedang Kerja Kasar Pekerjaan cermat terus menerus, antara lain: - menggambar detail kecil, - dan sebagainya. Pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari pelaku, antara lain: - pekerjaan kayu, - dan sebagainya. Seperti pekerjaan pada: - gudang, - lorong lalu lintas orang, - dan sebagainya. Sebagai bahan pembanding, dapat mempelajari ukuran penerangan yang disyaratkan seperti pada tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Kebutuhan Penerangan NO KERJA VISUAL 1 Penglihatan Biasa 100 2 Kerja kasar dengan detail besar 200 NO KERJA VISUAL PENERANGAN (LUX) PENERANGAN (LUX) 45 3 Kerja umum dengan detail wajar 400 4 Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio 600 gambar, mejahit) 5 Kerja keras, lama, detail (peradin barang halus, menjahit dengan tangan) Sumber : Prasasto Satwiko 2.3 Tinjauan Terhadap Tapak 2.3.1 Studi Lokasi Lokasi Proyek di Jalan BSD Raya Barat, Jakarta Selatan Peta 2.1.Letak Proyek di Peta Kota Jakarta Gambar 2.35 Letak Proyek di Peta Kota BSD Gambar 2.36 : lokasi area lahan Sumber : Google Maps diakses tanggal 5 Mei 2013 900 46 - Batas Area Lahan : o Utara : Prasetiya Mulya Bussines School o Timur : Tanah Kosong o Barat : Tanah Kosong o Selatan : Swiss German University - Peruntukan Lahan : Bangunan Pendidikan - Ukuran Lahan : ± 6161 m2 - KDB : 60% (Berdasarkan Pengajuan) - Luas lahan : 60% x 6161 m2 = 3696.6 m2 - KLB : 2 (Berdasarkan Pengajuan) - Ketinggian Max. : 10 lapis (Berdasarkan Bangunan sekitar) - Tipe Massa Bangunan : T (Tunggal) Lokasi berada pada 106º 49’35” Bujur Timur dan 6º10’37” Lintang Selatan Lokasi Proyek Tapak yang diambil untuk pelaksanaan proyek ini berada di Jl. BSD Raya Barat 1 Edutown BSD City Kavling Edu 1 No.1. Lokasi ini merupakan pilihhan yang baik untuk dijadikan lokasi sebuah sekolah seni dan galeri karena lokasi yang strategis berada di pusat Kota serta kegiatan dan lingkungan yang menunjang. Tapak ini berdekatan dengan Sekolah Prasetiya Mulya dan Swiss German University sehingga dapat membuat kawasan tersebut menjadi daya tarik 47 tersendiri karena dapat menjadi lokasi seni yang dapat menarik minat pengunjung, selain itu sebuah galeri harus berada pada lokasi yang tepat, strategis dan mudah dalam pencapaian. 2.3.2 Studi Arah Matahari Tahunan Dari beberapa literature disimpulkan bahwa arah matahari berubah setiap tahun nya dan diperoleh data sesuai dengan tabel dibawah sebagai berikut : Tabel 2.7 Tabel Posisi Matahari Tahunan Length of day Solar noon Distance Date Sunrise Sunset This day 15 Jan 2013 05:49 18:15 15 Feb 2013 05:58 15 Mar 2013 Difference Time Altitude 12h 26m 23s -11s 12:02 75.1º 147.152 18:16 12h 17m 52s -19s 12:07 83.5º 147.767 05:57 18:06 12h 08m 20s -20s 12:02 85.9 º 148.775 15 Apr 2013 05:54 17:52 11h 58m 07s -18s 11:53 74.0 º 150.087 15 May 2013 05:54 17:44 11h 50m 11s -12s 11:49 65.0 º 151.223 15 Jun 2013 06:00 17:46 11h 46m 07s -02s 11:53 60.6 º 151.951 15 Jul 2013 06:05 17:53 11h 47m 57s +08s 11:59 62.4 º 152.051 15 Aug 2013 06:00 17:55 11h 54m 29s +16s 11:57 69.9 º 151.502 15 Sep 2013 05:46 17:50 12h 03m 57s +19s 11:48 80.9 º 150.432 15 Oct 2013 05:32 17:46 12h 14m 04s +20s 11:39 87.6 º 149.207 15 Nov 2013 05:26 17:49 12h 23m 39s +15s 11:37 77.6 º 147.964 15 Dec 2013 05:33 18:02 12h 28m 45s +03s 11:48 72.9 º 147.233 Sumber : www.timeanddate.com (million km) 48 2.3.3 Pembayangan Pada Bangunan Sinar matahari selain memberikan terang untuk kita dapat melakukan aktivitas juga akan mengantarkan sinar ultraviolet bersamaan dengan cahayanya. Untuk memanfaatkan maksimal cahaya harus dicari sebuah cara untuk memanfaatkan sinar itu sendiri, mendapatkan sinar untuk menerangi ruangan sambil menolak atau mengurangi radiasi ultraviolet. Ada beberapa cara untuk melakukan hal tersebut diantaranya dengan menggunakan lapisan film pada kaca jendela atau dengan jendela thermal yang dibuat double kaca yang ditengahnya merupakan ruang hampa untuk menjebak radiasi di ruang hampa tersebut dan tidak masuk kedalam ruangan bangunan. Bisa juga dengan penggunaan sirip-sirip bangunan atau kantilever, penggunaan kantilever atau sirip-sirip bangunan bertujuan untuk menghalangi sinar matahari langusng masuk melalui jendela. Berikut adalah bebrapa kondisi yang terjadi pada cahaya matahari langsung: a. Sinar matahari yang jatuh di permukaan bidang kaca akan mengurangi masuknya rambatan panas sebesar 80%-90%. Dengan demikian, selain mendapatkan terangnya tetapi panasnya juga ikut masuk ke dalam ruangan. b. Penggunaan Tirai dibalik jendela akan mengurangi masuknya rambatan panas sinar matahari sehingga tinggal 30%-40% saja. c. Pemasangan jalusi atau kisi-kisi sebagai pelapis bangunan merupakan elemen yang sangat mendukung ushasa untuk menolak atau mereduksi panas matahari secara hampir sempurna. Dengan cara demikian, maka panas matahari akan memanasi kisi-kisi bangunan dan bukan dinding atau jendela bangunan dan sementara cahaya dapat masuk melalui 49 pemantulan cahaya melalui kisi-kisi tersebut dengan kata lain cahaya yang masuk adalah cahaya tidak langsung, 2.3.4 Penerapan pada bangunan Cahaya matahari dimanfaatkan pada siang hari untuk menerangi sebagian ruangan-ruangan dari gedung sekolah maupun galeri. Karena letak lokasi pada garis lintang 6º maka posisi matahari tidak tepat tegak lurus terhadap tapak. Oleh sebab itu posisi orientasi massa bangunan akan dibuat sesuai dengan jalur lintas matahari dan juga posisi matahari setiap bulan nya berbeda maka untuk bukaan pada titik-titik tertentu akan dibuat flexible mengikuti arah matahari khususnya pada gedung galeri yang akan memanfaatkan pencahayaan alami secara aktif dan pasif. Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible 50 pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri. Gambar 2.37 Bagan Sinar Ultra-violet Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Karena sumber cahaya berasal dari matahari yang memiliki sinar ultraviolet yang tinggi dapat merusak objek-objek seni yang dipamerkan maka strategi desain juga dapat mengurangi jumlah sinar ultraviolet selain dengan menggunakan kaca film atau kaca glazing. Salah satunya yaitu dengan memantulkan cahaya dengan media di cat putih dapat mengurangi radiasi sinar ultraviolet seperti pada bagan dijelaskan bahwa cahaya hasil pantulan dapat 51 berkurang radiasi ultravioletnya. Dan setiap jumlah pemantulan dapat mengurangi jumlah ultraviolet semakin besar. Gambar 2.38 Sudut arah datangnya cahaya pada galeri Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Lukisan pada galeri di letakan vertical pada dinding. Arah cahaya yang baik adalah 30º terhadap objek karena bila pada sudut tinggi akan menimbulkan bayangan pada objek dan bila terlalu rendah akan menimbulkan efek silau pada objek. Gambar 2.39 Beam sunlight with dynamic mirror Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Pada galeri akan didesain dengan perancangan aktif pada titik-titik tertentu, seperti pada gambar diatas terdapat buffle-suncatcher yang dibuat 52 dinamis mengikuti arah datangnya matahari sehingga dapat terpantul dengan baik kedalam bangunan pada titik-titik tertentu. Gambar 2.40 Bentuk plafon yang dapat memantulkan cahaya Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Bentuk plafon yang baik untuk memantulkan cahaya dengan sempurna adalah bentuk lengkung, bentuk datar juga baik dan yang paling buruk adalah bentuk plafon yang bentuknya bervarian seperti dekorasi. Gambar 2.41 Jenis bukaan jendela atas dan samping Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Bukaan jendela pada sisi samping lebih baik daripada di atas karena selain mendapatkan cahaya juga dapat mendapatkan view yang baik. System ini akan diterapkan pada bangunan sekolah terutama pada bagian kelas. 53 Gambar 2.42 Bentuk bukaan pada galeri seni Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Pada gedung galeri, bukaan cahayanya berada di atas agar cahaya tidak mengenai langsung objek-objek yang dipamerkan. Bukaan nya dibuat dinamis dapat mengikuti arah datangnya sinar matahari yang berubah-ubah setiap bulannya. Cahaya yang masuk berdasarkan pantulan sehingga radiasi sinar ultraviolet dapat dikurangi karena radiasi sinar UV dapat merusak objek-objek yang dipamerkan seperti lukisan dan objek lainnya. Gambar 2.43 Jendela Skylight Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Gambar diatas adalah salah satu perancangan pasif yang akan diterapkan pada gedung sekolah dan juga galeri. Bukaannya dibuat hanya untuk menerima cahaya dari arah-arah tertentu saja dan tidak dapat berubah. 54 Pada bukaan diberi kisi-kisi agar cahaya dapat menyebar kedalam ruangan dibawahnya. Gambar 2.44 Pantulan cahaya pada skylight Sumber : Sunlighting as Formgiver for Architecture – William M.C.Lam Sebagian pemanfaatan cahaya adalah dengan pantulan sehingga cahaya tidak masuk secara langsung. Cahaya refraksi dimanfaatkan selain dengan tujuan mengurangi sinar ultraviolet juga dapat membuat efek dekoratif yang menarik. 2.3.5 Konsep Pemanfaatan Cahaya Matahari Cahaya matahari dimanfaatkan pada siang hari untuk menerangi sebagian ruangan-ruangan dari gedung sekolah maupun galeri. Karena letak Indonesia pada garis lintang 6º maka posisi matahari tidak tepat tegak lurus terhadap tapak. Oleh sebab itu posisi orientasi massa bangunan akan dibuat sesuai dengan jalur lintas matahari. Selain itu posisi matahari setiap bulan nya berbeda maka untuk bukaan pada titik-titik tertentu akan dibuat flexible mengikuti arah matahari khususnya pada gedung galeri yang akan memanfaatkan pencahayaan alami secara aktif dan pasif. 55 2.3.6 Konsep Perancangan Pada Bangunan Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri. 2.3.7 Penggunaan Material Pada Bangunan Pemilihan bahan material dan juga cat yang mampu mereduksi panas pada seluruh bagian bangunan yaitu untuk pemilihan bahan material dan cat dengan memikirkan nilai absorbansi radiasi cahaya matahari (α) rendah. Nilai absorbansi radiasi cahaya matahari (α) : Nilai penyerapan energi termal 56 akibat radiasi matahari pada suatu bahan dan yang ditentukan pula oleh warna bahan tersebut. Contohnya yaitu dengan menggunakan material dengan daya reflektan yang tinggi namun tidak menyerap panas secara berlebih, penambahan pelapis kaca film khususnya pada gedung galeri untuk mengurangi radiasi sinar ultra violet, dan double glazing pada kaca agar cahaya yang masuk tidak beserta dengan radiasi panas dari matahari sehingga kenyamanan termal dapat terpenuhi. Tabel 2.8 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari untuk Dinding Luar dan Atap tak Tembus Cahaya Bahan α Beton Ringan 0,86 Kayu Permukaan Halus 0,78 Beton Ekspos 0,61 Atap Putih 0,50 Seng Putih 0,26 Lembaran Alumunium yang Dikilapkan 0,12 Sumber : Greenship Home, 2011 Tabel 2.9 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari untuk Cat Permukaan Dinding Luar Cat Luar α Hitam merata 0,95 Pernis hitam 0,92 Abu‐abu tua 0,91 Pernis biru tua 0,91 Cat minyak hitam 0,90 Coklat tua 0,88 Abu abu/ biru tua 0,88 Biru/ hijau tua 0,88 Coklat medium 0,84 Pernis Hijau 0,79 Hijau medium 0,59 Sumber : Greenship Home, 201