ABSTRAKSI Kasus kekerasan terhadap perempuan di angkutan umum yang kian marak terjadi di sekitar. Ironisnya, beberapa peristiwa terjadi di angkutan umum yang memakan korban perempuan. Pemberitaan mengenai fenomena kekerasan seksual di angkutan umum, hampir memenuhi media massa, baik cetak maupun elektronik. Tak ketinggalan, media online pun juga menyoroti kasus tersebut sehingga banyak mengundang komunitas dan lembaga (individu maupun independen) yang membentuk gerakan anti kekerasan terhadap perempuan. Berangkat dari hasil pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada pembingkaian kasus kekerasan pada perempuan di dalam angkutan umum. Penulis memilih akan melakukan penelitian di Harian Kompas. Peneliti memilih harian Kompas, karena berita mengenai kekerasan yang melecehkan kaum hawa ini, Kompas menjadi salah satu media yang telah berperan dalam memberitakan kasus tersebut dan juga Kompas merupakan media yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pemberitaannya. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana Harian Kompas mengkonstruksikan realitas kekerasan terhadap perempuan di angkutan umum pada tahun 2011-2012. Metode penelitian Kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan framing model Robert N Entman. Unit Analisis datanya berupa teks berita mengenai Kekerasan terhadap Perempuan di Angkutan Umum. Kesimpulan dari hasil analisis adalah sebuah kasus pemerkosaan yang terjadi di dalam angkutan umum dimaknai secara serius oleh Kompas. Peneliti dapat menarik benang merah dari pembingkaian yang dilakukan Kompas pada sembilan artikel yang menjadi unit analisis penelitian ini.Kompas membingkai kasus perkosaan di angkot ini bukan sekedar kasus kriminalitas, melainkan juga masalah yang kompleks yang meliputi juga masalah sosial, hukum, psikologi sosial, transportasi, dan keadilan hak-hak perempuan. Mengenai kebijakan redaksional Kompas yang humanisme transendental, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa Kompas dalam melihat kasus kekerasan pada perempuan di angkutan umum lebih menekankan pada sisi korbannya. Hal ini telah dikuatkan melalui pernyataan James Luhulima selaku Redaktur Pelaksana Kompas yang mengatakan dalam pemberitaannya Kompas telah memasukan unsur-unsur nilai 6 humanismenya dan lebih memihak pada korban, sebagai pihak yang lemah dan perlu mendapat perlindungan. 7