BAB I - GAS 1.1 .Sifat – Sifat Gas Gas terdiri dari molekul-molekul yang bergerak ke segala arah, dengan kecepatan sangat tinggi. Molekul gas selalu bertumbukan dengan molekul lain atau dengan dinding bejana sehingga menimbulkan tekanan. Volume dari molekul gas sangat kecil dibandingkan volume yang ditempati, sehingga banyak ruang kosong antar molekulnya. Kerapatan gas lebih kecil dibandingkan kerapatan cairan atau zat padat. Gas bersifat kompresible ( mudah ditekan), misalnya : H2 Gas mudah bercampur dengan gas yang lain (Diffusi) tetapi tidak bereaksi.Misalnya : O 2 dengan O2 ; CO2 dengan H2 Ciri Khas Molekul Gas : gaya tarik menarik sangat kecil ; susunannya sangat tidak teratur ; letaknya saling berjauhan ; bergerak sangat bebas Contoh-contoh struktur molekul gas disajikan dalam Gambar 1.1 dibawah ini. (a) (b) (c) Gambar 1.1. Struktur beberapa molekul gas (a) CO2 , (b) O2 , (c) H2 , dan (d) CH4. 1 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © (d) 1.2.PEMBAGIAN GAS GAS IDEAL yaitu gas yang mengikuti secara sempurna Gay Lussac , dsb). Gas ideal sebenarnya tidak hukum-hukum gas ( Boyle , ada hanya merupakan hipotesis/pendekatan. GAS NON IDEAL atau NYATA yaitu gas yang hanya mengikuti hukum-hukum gas pada tekanan rendah. 1.3. HUKUM-HUKUM GAS a. HUKUM BOYLE (1662) Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperatur tetap berbanding terbalik dengan tekannannya. V = 1/P atau V = K1 / P dan P.V = K1 Dalam hubungan ini : V = Volume gas ; P : tekanan gas ; K1 : tetapan yang besarnya tergantung T, berat gas, ,jenis Gas, satuan P dan V. Atau dapat dituliskan sbb : P1.V1 = P2.V2 = K2 K2 : tetapan ; P1/P2 = V2/V1 Gambar 1.2. Grafik Isothermal pada gas (www. alifis.wordpress.com) 2 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © b. HUKUM CHARLES (1787) atau GAY LUSSAC (1802) Charles : gas-gas H2, udara, CO2 dan O2 berkembang dengan jumlah volume yang sama pada pemanasan 0 – 800 C pada tekanan tetap. Gay Lussac : bahwa semua gas pada pemanasan dengan tekanan tetap,volumenya bertambah 1/273,15 x volumenya (0 C). Bila Vo = Volume gas pada 0C dan V = volume gas pada t0C maka : V = Vo + 1/273,15 . Vo = Vo ( 1 + t/273,15) = Vo ( 273,15 + t /273,15) atau = Vo ( T/To) atau V/Vo = T/To atau V2/V1 = T2/T1 V= K2.T GRAFIK ISOBAR (Gambar 1.3) Gambar 1.3. Grafik Isobar gas (www.texbook.s-anadn.net ) c. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC 3 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Kedua Hukum diatas (a) dan (b) dapat dijadikan satu untuk memperoleh perubahan volume gas terhadap temperatur dan tekanan. Pada T tetap Pada P tetap P1 V1 P.V = K1 ( Boyle) V = K2.T ( Gay Lussac) = P2 V2 T1 T2 d. Tetapan Gas Umum (R) • Harga K pada persamaan P.V = K.T ditentukan oleh jumlah joule gas, satuan P dan T. Apabila jumlah gas = n dan tetapan gas tiap joule = R, maka : K = n.R • atau P.V = n.R.T (PERSAMAAN GAS IDEAL) Besarnya R berbeda-beda tergantung satuan dari P dan V R = 0,08206 (lt)(atm)/(0K)(gmol) R = 1,986 (kal)/(gmol)(0K) R = 82.06 (atm)(cm3)/(gmol)(0K) R = 1,314 (atm)(ft3)/(lbmol)(0K) R = 8,3143 (Joule)/(gmol)(0K) R = 998,9 (mmHg)(ft3)/(lbmol)(0K) CONTOH SOAL 1 4 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Suatu gas mempunyai volume 2 liter pada tekanan 720 mmHg dan 250C. Berapa volume gas pada keadaan STP? PENYELESAIAN : Vo = ….? V2 = 2 liter To = 373,150K T2 = 250C = 298,150K Po =76 cmHg = 1 atm P2 = 720 mmHg = 72/76 atm Po Vo / To = P2 V2 / T2 Vo = ( To/ Po ) ( T2/ P2 V2) Vo = (273,15/ 76) x ( 72/76)(2) 298,15 Vo = 1,736 liter. e. HUKUM DALTON Pada temperatur tetap, tekanan total suatu campuran gas = jumlah tekanan parsielnya. P total = P1 + P2 + P3 +………….+ Pn (tekanan parsiel) Bila untuk masing-masing gas dalam campuran dikenakan hukum gas ideal, maka diperoleh : P total = n1.R.T/V + n2.R.T/V+n3.R.T/V = (n1+n2+n3)R.T/V = (n total/V) R.T Masing-masing tekanan parsiel gas mempunyai hubungan dengan tekanan total sbb: P1 = n1.R.T/V P total = (ntotal/V)R.T 5 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © P1 = (n1/nt) . P P2 = (n2/nt).P dst Dalam hub ini n1/nt = fraksimol dari gas dalam campuran f. HUKUM AMAGAT Hukum ini sama dengan Hukum Dalton, tetapi untuk volume parsiel.Di dalam tiap-tiap campuran gas,volume total gas = jumlah volume parsielnya. V total = V1+V2+V3+…………….+Vn Berdasarkan hukum Dalton, maka dapat dinyatakan : V1 = N1 (fraksimol gas) dst. V total g. HUKUM GRAHAM (1829) • Hukum Graham menyatakan : pada temperatur dan tekanan tetap,kecepatan diffusi berbagai macam gas berbanding terbalik dengan akar rapatnya atau berat molekulnya. v1/v2 = √d2/d1 v1.v2 = kecepatan diffusi d1,d2 = rapat gas • Pada tekanan dan temperatur sama,dua gas mempunyai volume molar sama. V1/v2 =√d2.vm/d1.vm = √M2/M1 Dalam hubungan ini : M1,M2 = berat molekul gas vm = volume molar gas 1.4. BATAS-BATAS BERLAKUNYA HUKUM GAS IDEAL Baik dari eksperimen maupun dari teori didapatkan rumus : PV = nRT 6 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Pada temperatur tetap,maka PV=n RT= tetap, ini berarti bahwa hasil kali P dan V untuk suatu gas selalu tetap,pada tekanan yang berubah-ubah. (Contoh : Grafik PV terhadap P pada 0oC). • Pada temperatur tertentu dan pada tekanan rendah, grafik dari gas-gas nyata menuruti gas ideal. Temperatur ini disebut Temperatur Boyle. • Untuk menyatakan penyimpangan dari keadaan gas ideal,diadakan faktor baru yang disebut Faktor compressibility Z, sehingga PV = Z nRT. Z berharga 1 untuk gas ideal ; untuk gas nyata Z<1 (lebih compresible dari gas nyata) ; Z >1 ( gas kurang compresible) Baik dari eksperimen maupun dari teori didapatkan rumus : • Rumus PV = nRT hanya berlaku terbatas untuk gas-gas nyata, yaitu pada tekanan rendah. • Pada tekanan mendekati nol, harga Z ~ 1. • Untuk gas-gas yang mempunyai temperatur kritis rendah (H 2,N2,O2,dan He) , sifat-sifat ideal menyimpang kira-kira 5% sampai pada tekanan 50 atm. Untuk gas-gas dengan temperatur kritis tinggi ( CO2,SO2,Cl2,CH3Cl) menyimpang 2-3% pada tekanan 1 atm. • Jadi sifat ideal makin didekati oleh gas nyata : 1. Pada tekanan rendah 2. Pada temperatur tinggi ( jauh daripada temperatur kritis). Contoh Soal 2 Diketahui Z untuk gas metana = 0,783 pada tekanan 100 atm, dan temperatur 0 0C. Berapa volume 10 mole gas ini? PENYELESAIAN : 7 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © P V = n RT V = Z nRT /P V = 0,783 x 10 x 0,0821 x 273,15 100 V = 1,754 liter. 1.5. PERSAMAAN KEADAAN a) Persamaan keadaan Van Der Waals. Karena gas nyata selalu menyimpang dari sifat-sifat gas ideal,maka banyak usaha-usaha untuk mendapatkan persamaan keadaan, yang menyatakan hubungan antara P,V dan T. ( P + n2a/V2)(V-nb) = n RT, dalam hubungan ini (V-nb) : “volume bebas” dari gas / V ideal a : besarnya daya tarik antara molekul dalam gas. ( atm.lt2 .mol-2 /atm.cc2.mol-2) b : lt.mol-1 Contoh soal : 3 Diketahui 2 mol gas NH3 pada 27 0C volumenya 5 liter. Bila a =4,17 atm.lt2.mol-1 dan b = 0,0371 lt/mol. Hitung berapa besarnya tekanan.! PENYELESAIAN ( P+n2 a/V2)(V-nb) = n RT 8 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © P = (nRT/V-nb) – ( n2 a/V2) P = 2 (0,084)(300,15) - 22 x 4,17 52 5 – 2(0,0371) P = 9,33 atm. b) Persamaan Kamerlingh Onnes PV = A + BP + CP2 + DP3 +……. Dalam hubungan ini : P = tekanan gas V = volume molar gas A,B,C,dst…= virial coefficient pertama,kedua,dst. c) Persamaan Berthelot. PV = nRT { 1 + 9 P Tc/128 Pc T ( 1 – 6Tc2/T2)} Pada tekanan 1 atm atau lebih rendah, persamaan ini sangat teliti dan dapat untuk menghitung BM gas. Pc , Tc = Tekanan kritis, temperatur kritis. 1.6. BERAT MOLEKUL DAN DENSITY GAS • Dengan menganggap bahwa rumus gas ideal diikuti oleh gas nyata pada tekanan rendah, BM gas dapat dicari dengan mempergunakan rumus gas ideal : • PV = n RT = W/M RT • M = WRT/PV = d RT/P M = berat molekul gas 9 | D I KTAT K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © d = density gas W = berat gas • Cara Regnault : digunakan untuk menentukan BM zat yang pada suhu kamar berbentuk gas (Alat Bola gelas) • Cara Victor Meyer : digunakan untuk menentukan BM zat cair yang mudah menguap ( Alat Victor meyer). • Cara Limiting density : cara ini berdasarkan rumus gas ideal. PV = nRT = W/M RT = (W/V)(RT/M) = d RT/M d/P = M/RT = tetap • d/P untuk gas ideal tetap,tergantung P. • Untuk gas nyata, d/P berubah linier terhadap P dan dapat diekstrapolasikan pada tekanan 0, maka rumus gas ideal berlaku : (d/P)P=0 = M/RT • M = RT (d/P)P=0 Density gas didefinisikan sebagai massa per satuan volume ( kg/m3 , gr/cm3 atau lb/ft3 ) dan dihitung pada P dan T tertentu, jika tidak diketahui maka dihitung pada keadaan Standart Presure Temperature (STP). Jika komposisi campuran gas dinyatakan dalam satuan mol atau satuan berat, maka density gas dihitung berdasarkan basis yang dipilih dan dihitung volume pada kondisi yang diminta dengan hokum gas ideal. 1.7. PANAS JENIS DAN KAPASITAS PANAS GAS • Panas jenis suatu zat adalah ; jumlah panas dalam kalori yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram zat setinggi 10C. 10 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © • Dalam perhitungan kimia,digunakan istilah kapasitas panas,yaitu panas jenis per mol. • Gas-gas dapat dipanaskan dengan V tetap atau P tetap, karena itu dikenal kapasitas panas pada V tetap ( Cv) dan pada P tetap (Cp) • Untuk gas Cp >Cv , untuk zat cair dan padat Cp ~ Cv. • Besarnya Cp dan Cv dapat dicari dari teori kinetik gas. • Cv = 3/2 R • Untuk Cp karena pada pemanasan dengan P tetap harus disediakan tenaga uintuk melawan tenaga luar w,maka : • Cp = Cv + R = 3/2 R + R = 5/2 R • Cp/Cv = (5/2 R)/(3/2R) = 1,67 1.8. VISCOSITAS GAS • Gas dan cairan (fluida) mempunyai sifat yang disebut viskositas, yaitu gaya tahan suatu lapisan fluida terhadap gerakan lapisan lain fluida tersebut. • Dalam sistem cgs, satuan koefisien viskositas ‘η’ ialah poise. Satu poise ialah gaya yang diperlukan untuk menggerakkan 1 cm2 fluida,1cm/detik lebih cepat dari pada lapisan lain yang jaraknya 1 cm. • Dari rumus kinetik gas : η= 1/3 V.1.d V = volume , d = diameter • Koefisien viskositas naik dengan naiknya temperatur dan tekanan, misalnya : • H2 η = 5,7 . 10 -6 poise (-2580C) = 139,2 . 10-6 poise (3000C) CO2 η = 150 . 10-6 poise ( 1 atm) = 361 .10-6 poise ( 20 atm) 11 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © LATIHAN 1. Hitung volume yang ditempati oleh 88 lb CO2 pada tekanan 32,1 ft.H2O dan temperatur 150C. 2. Oksigen dalam silinder mempunyai volume 1000 ft 3 pada 700F dan tekanan 200 psig. Hitunglah volume oksigen jika tekanan 4 in H2O di atas atmosfir pada 900F. Tekanan barometric = 29,92 in Hg. ( Standart = 1 atm = 29,92 in Hg=14,7 psia). 3. Tentukan BM rata-rata udara yang mempunyai komposisi 21% O2 dan 79%N2. 4. Hitung BM campuran gas berikut : CO2 13,1% ; O2 7,7% dan N2 79,2% 5. Hitung density dalam lb/ft3 pada 29 inHg dan 300C campuran H2 dan O2 dengan komposisi % berat 11,1% H2 dan 88,9% O2. BAB II CAIRAN 2.1. PENDAHULUAN Cairan mempunyai volume tetap dan hanya sedikit dipengaruhi oleh tekanan, rapat dan viskositasnya lebih besar daripada gas. Dua zat cair dapat bercampur sebagian ; sempurna atau tidak bercampur. Teori kinetik menganggap bahwa cairan adalah kelanjutan dari fase gas. Ciri Khas Molekul Zat Cair: - gaya tarik menarik tidak begitu kuat. 12 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © - susunannya tidak beraturan. - letaknya agak renggang. - bergerak bebas berpindah-pindah tempat Perbedaaan gerak molekul zat padat, cairan , dan gas ditunjukkan pada Gambar 2.1 Mempunyai permukaan bebas, dan massanya akanmengisi ruangan sesuai dengan volumenya,serta tidak termampatkan. Gambar 2.1. Gerakan molekul zat padat, cairan, dan gas (www.kimia-fisika/Karakteristik-Cairan.htm ) 2.2. Keadaan kritis Cairan • Apabila air diletakkan dalam bejana tertutup, air mempunyai tekanan uap tertentu. • Tekanan uap ini tergantung temperatur, misal : P o 25 C = 23,76 mmHg ; P 100oC = 760 mmHg • Apabila temperatur dinaikkan , maka tekanan juga akan bertambah, tetapi selalu ada kesetimbangan antara : Air • Uap Pada temperatur 374,4oC batas antara air dan uap hilang Temperatur kritis Tekanan kritis Volume kritis, ditunjukkan pada Diagram phase Gambar 2.1 • Untuk air Tc = 374,4oC ; Pc = 219,5 atm ; Vc= 58,7 cc/mol 13 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Titik kritis Gambar 2.1. Diagram phase 2.3. SIFAT CAIRAN 2.3.1.Tekanan uap Seperti dalam kasus gas, energi kinetik molekul cairan tidak seragam tetapi bervariasi. Terdapat keteraturan dalam keragaman ini, dan distribusi energi kinetik ditentukan oleh hukum distribusi Boltzmann. Hukum ini menyatakan bahwa partikel yang paling banyak adalah partikel dengan energi kinetik rata-rata, dan jumlah partikel menurun dengan teratur ketika selisih energi kinetiknya dengan energi kinetik rata-rata semakin besar. Beberapa molekul yang energi kinetiknya lebih besar dari energi kinetik rata-rata dapat lepas dari gaya tarik antarmolekul dan menguap. Bila cairan ditempatkan dalam ruang tanpa tutup, cairan akan perlahan menguap, dan akhirnya habis. Bila ruangnya memiliki tutup dan cairannya terisolasi, molekulnya kehilangan energinya dengan tumbukan, dsb, dan energi kinetik beberapa molekul menjadi demikian rendah sehingga molekul tertarik dengan gaya antarmolekul pada permukaan cairan dan kembali masuk ke cairan. Ini adalah proses kondensasi uap . Akhirnya jumlah molekul yang menguap dari permukaan cairan dan jumlah molekul uap yang kembali ke cairan menjadi sama, mencapai kestimbangan dinamik. Keadaan ini disebut kesetimbangan uapcair. 14 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Tekanan gas adalah tekanan uap cairan ketika kesetimbangan uap-cair dicapai, ditentukan hanya oleh suhunya. Baik jumlah cairan maupun volume di atas cairan tidak mempunyai akibat asal cairannya masih ada. Dengan kata lain, tekanan uap cairan dalam ruang ditentukan oleh jenis cairan dan suhunya. Tekanan uap cairan meningkat dengan meningkatnya suhu. Pola peningkatannya khas untuk cairan tertentu. Dengan meningkatnya suhu, rasio molekul yang memiliki energi yang cukup untuk mengatasi interaksi antarmolekul akan meningkat. Energi kinetik molekul bergantung temperatur. Sebenarnya kecepatan molekul pada temperatur tertentu tidak seragam, keragamannya mengikuti hukum distribusi Boltzmann. 2.3.2. Titik didih Tekanan uap cairan meningkat dengan kenaikan suhu dan gelembung akan akan terbentuk dalam cairannya. Tekanan gas dalam gelembung sama dengan jumlah tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik akibat tinggi cairan di atas gelembung. Keadaan saat gelembung terbentuk dengan giat disebut dengan mendidih, dan temperatur saat mendidih ini disebut dengan titik didih. Titik didih pada tekanan atmosfer 1 atm disebut dengan titik didih normal. Titik didih akan berubah bergantung pada tekanan atmosfer. Bila tekanan atmosfer lebih tinggi dari 1 atm, titik didih akan lebih tinggi dari titik didih normal. Sementara bila tekanan atmosfer lebih rendah dari 1 atm, titik didihnya akan lebih rendah dari titik didih normal. Titik didih dan perubahannya dengan tekanan bersifat khas untuk tiap senyawa. Jadi titik didih adalah salah satu sarana untuk mengidentifikasi zat. Identifikasi zat kini dilakukan sebagian besar dengan bantuan metoda spektroskopi, tetapi data titik didih diperlukan untuk melaporkan cairan baru. Titik didih ditentukan oleh massa molekul dan kepolaran molekul. Di antara molekul dengan jenis gugus fungsional polar yang sama, semakin besar massa molekulnya, semakin tinggi titik didihnya. Contoh dari hal ini adalah hidrokarbon homolog/ sejenis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. , untuk massa molekul rendah, molekul dengan kepolaran besar akan mengalami gaya intermolekul yang kuat yang mengakibatkan titik didihnya lebih tinggi. Contoh yang baik 15 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © adalah perbedaan besar antara titik didih berbagai gugus senyawa organik yang memiliki massa molekul sama tetapi gugus fungsi yang berbeda (Tabel 2.1). Tabel 2.1 Titik didih beberapa senyawa organik.( www.chem-is-try.org ) Senyawa pentana C5H12 heksana C6H14 oktana C8H718 Td (°C) 36,11 68,74 125,7 Senyawa Td (°C) butanol C4H9OH 108 dietil eter C2H5OC2H5 34,5 metil propil eterpropileter39 (CH3OC3H7) 2.3.3. Titik beku Bila temperatur cairan diturunkan, energi kinetik molekul juga akan menurun, dan tekanan uapnya pun juga akan menurun. Ketika temperatur menurun sampai titik tertentu, gaya antarmolekulnya menjadi dominan, dan gerak translasi randomnya akan menjadi lebih perlahan. Sebagai akibatnya, viskositas cairan menjadi semakin bertambah besar. Pada tahap ini, kadang molekul akan mengadopsi susunan geometri reguler yang disebut dengan keadaan padatan kristalin. Umumnya titik beku sama dengan titik leleh, yaitu suhu saat bahan berubah dari keadaan padat ke keadaan cair. 2.4. PENCAIRAN GAS Pencairan suatu gas tergantung dari jenisnya, untuk gas-gas yang mempunyai titik cair sekitar temperatur kamar dan tekanan atmosfir mudah dicairkan hanya dengan penekanan. Misalnya gas Cl2 , gas SO2 , gas NH3 , gas H2S. gas – gas tersebut mempunyai titik kritis tinggi,sehingga mudah dicairkan dan banyak dipakai sebagai refrigerant. Untuk gas-gas dengan temperatur kritis rendah, sebelum dicairkan temperaturnya harus diturunkan di bawah temperatur kritisnya. Misalnya gas hydrogen , helium. 2.5. TEGANGAN MUKA CAIRAN. Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan gaya antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan peningkatan luas permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan didefinisikan pada antarmuka cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada 16 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © antarmuka cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini secara umum disebut dengan tegangan antarmuka. Tarikan antarmolekul dalam dua fasa dan tegangan permukaan di antarmuka antara dua jenis partikel ini akan menurun bila temperatur menurun. Tegangan antarmuka juga bergantung pada struktur zat yang terlibat. Molekul dalam cairan ditarik oleh molekul di sekitarnya secara homogen ke segala arah. Namun, molekul di permukaan hanya ditarik ke dalam oleh molekul yang di dalam dan dengan demikian luas permukaan cenderung berkurang. Inilah asal mula teori tegangan permukaan. Bentuk tetesan keringat maupun tetesan merkuri adalah akibat adanya tegangan permukaan. Cairan naik dalam kapiler, fenomena kapiler, juga merupakan fenomena terkenal akibat adanya tegangan permukaan. Semakin besar tarikan antar molekul cairan dan kapilernya, semakin besar daya basah cairan. Bila gaya gravitasi pada cairan yang naik dan tarikan antara cairan dan dinding kapiler menjadi berimbang, kenaikan akan terhenti. Tegangan permukaan dinyatakan sebagai: γ = rhdg/2 h adalah tinggi kenaikan cairan, r radius kapiler dan g percepatan gravitasi. Jadi, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan percobaan. 2.6. VISKOSITAS CAIRAN Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gayageser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan. Satuan viskositas N det/m2 atau kg/m det. 17 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © BAB III ZAT PADAT 3.1. PENDAHULUAN Ciri Khas Molekul Zat Padat. - gaya tarik menarik sangat kuat. - susunannya berdekatan satu sama lain. - letaknya berdekatan. - tidak bisa bergerak bebas Zat padat terbagi menjadi 2 yaitu : (1) zat padat kristal dan (2) amorf. Zat padat kristal , molekulnya tersusun secara berulang dan teratur dalam rantai yang panjang ; titik leburnya jelas . 18 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Amorf, molekulnya tersusun dengan keteraturan yang pendek ; merupakan cairan yang membeku terlambat dengan viskositas sangat besar; titik leburnya tidak jelas ( interval temperatur). Contoh : Gelas, plastik dll. Pada Gambar 3.1. diberikan perbedaan Struktur molekul zat padat, cairan, dan gas sedangkan pada Gambar 3.2 menunjukkan contoh struktur Kristal SiO2 dan NaCl. Gambar 3.1. Struktur molekul zat padat, cairan dan gas Keterangan : (a) Struktur molekul zat padat (b) Struktur molekul cairan (c) Struktur gas (a) 19 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © (b) Gambar 3.2. Struktur Kristal (a) SiO2 dan (b) NaCl 3.2. SIFAT-SIFAT ZAT PADAT 3.2.1. Kristalisasi dan Peleburan ☺ Bila zat cair didinginkan, gerakan translasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan daya tarik molekul semakin besar sampai setelah mengkristal ,molekul mempunyai kedudukan tertentu dalam kristal. ☺ Panas yang terbentuk pada kristalisasi disebut panas pengkristalan : ∆Hc = Hs – Hl Hs : enthalpi zat padat dan Hl : enthalpi zat cair ☺ Selama terjadi pengkristalan temperatur tetap dan terjadi kesetimbangan zat cair zat padat. Temperatur akan turun setelah pengkristalan selesai. ☺ Peristiwa kebalikan dari pengkristalan ialah Peleburan ( Zat padat zat cair ) ∆Hf = Hl – Hs = - ∆Hc ☺ Titik lebur zat padat berubah terhadap tekanan luar dan dinyatakan oleh persaman Clapeyron : dP = dT ∆H atau dT = T(Vl – Vs) T(Vl- Vs) dP ∆H dT = T(Vs – Vl) dP ∆Hf Dalam hubungan di atas : Vl : Volume molar cairan Vs : Volume molar zat padat dT : perubahan titik lebur 20 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © dP : perubahan tekanan Pada rumus di atas, T dan ∆Hf, selalu positif maka : dP (+), dT (+) bila Vl > Vs (misal CO2) dP (-), dT (-) bila Vl < Vs (misal H2O) Untuk dapat diintegrasikan, pada persamaan di atas harus diketahui fungsi temperatur dari ∆Hf dan ( Vl – Vs ). Karena sukar mendapatkannya maka persamaan tersebut tetap pada bentuk deferensial. 3.3. TEKANAN SUBLIMASI ZAT PADAT Beberapa zat padat seperti iodium dan naftalena, dapat langsung berubah dari zat padat menjadi uapnya ( menyublim). Pada temperatur yang tetap, tekanan uap zat ini juga tetap dan disebut tekanan sublimasi. Untuk sublimasi diperlukan panas sublimasi yang besarnya : ∆Hs = Hv – H c Tekanan sublimasi bertambah apabila temperatur naik, hal ini juga dinyatakan dalam persamaan Clayperon : dP = dT ∆Hs T (Vg – Vs) Dalam hubungan ini : P : Tekanan sublimasi ; T : Temperatur dan Vs: Volume molar zat padat. Apabila Vs ≤ Vg maka : 21 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © ; Vg: Volume molar uap dP = ∆Hs dT T Vg Bila uap dianggap gas ideal : P Vg = R T Vg = RT P dP = ∆Hs = ∆Hs.P dT RT2 T.Vg d ln P = ∆Hs RT2 dT Bila ∆Hs dianggap tetap terhadap temperatur : log P = - ∆Hs (1/T) + C 2,303 R Atau : Log P2/P1 = - ∆Hs (T2 – T1) 2,303 R T1.T2 3.4. KAPASITAS PANAS ZAT PADAT • Kapasitas panas berubah terhadap temperatur, untuk beberapa zat dapat dilihat pada grafik variasi Cp terhadap temperatur dalam beberapa literatur. • Debey, mendapatkan bahwa Cv = 0 pada T = 0 dan mendekati harga 3R secara asimptot pada temperatur kamar. • Pada temperatur sangat rendah : 22 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Cv = A T3 A = tetapan Rumus ini digunakan untuk menetapkan secara kira-kira harga Cv di bawah temperatur 200 K, karena Cv tidak mungkin ditentukan secara percobaan di bawah temperatur 200 K. Beberapa sifat padatan yang penting : 1. Densitas ρ =berat/volume ; bersatuan lb/ft3; g/cm3 dsb. Untuk padatan, dikenal beberapa istilah untuk menyatakan densitas, yaitu : a. true density, b. bulk density, c. apparent density. True density = ρ = berat padatan/ volume padatan = berat padatan dibagi volum padatan saja ( rongga-rongga di dalam padatan tidak diperhitungkan). Bulk density= ρb= berat padatan/volum padatan + rongga = berat padatan dibagi volum padatan termasuk volum rongga yang ada pada tumpukan butir-butir padatan. Apparent density= ρA= berat padatan volum padatan+ volumrongga yang tidak berhubungan dengan udara luar Ditinjau suatu tumpukan zat padat : Volum seluruhnya = volum tumpukan. = volum ( padatan + void eksternal + void internal). 23 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Contoh 1 : Berat padatan =200g, volum seluruhnya = 100 cc, volume padatan +internal void = 60cc dan volum padatan saja = 30 cc. Dicari: ρ , ρb, ρA. Penyelesaian : ρ = berat padatan/volume padatan = 200 / 30 = 6.67 g/cc ρb=berat padatan/volume padatan + rongga = 200 / 60 = 3,33 g/cc ρA=berat padatan/volum.padatan+volum.rongga = 200 / 30 + 60 = 2,22 g/cc Latihan : Pasir kuarsa mempunyai ρ= 2,65 g/cc. Pasir itu sebanyak 2,65 g diisikan dalam tabung, ternyata menempati volum 2 cc. Berapa ρb? 3.5. KRISTALOGRAFI • Kristalografi mempelajari geometri, sifat-sifat dan struktur kristal serta zat-zat yang mengkristal. • Kristalografi geometri mempelajari bidang-bidang kristal serta bentuk geometri kristal, yang berdasarkan 3 hukum yaitu: a. Hukum ketetapan sudut antar muka kristal b. Hukum perbandingan indeks c. Hukum simetri • Sumbu simetri dalam kristal ialah garis atau sumbu putaran kristal,setelah putaran beberapa kali,kristal menunjukkan bentuk yang sama seperti semula. 24 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © • Kristal juga dapat mempunyai pusat simetri, yaitu titik yang dapat dilalui garis yang memotong permukaan kristal pada jarak yang sama dari kedua arah. • Kristal dapat mempunyai lebih dari satu bidang sumbu simetri, tetapi hanya satu pusat simetri. • Banyak kristal yang tidak mempunyai pusat simetri, karena pertumbuhannya berbedabeda pada kedua ujungnya. • Jumlah unsur simetri tergantung jenis kristalnya. Untuk kristal kubik terdapat 23 unsur simetri yaitu : bidang simetri 6 bidang simetri 3 sumbu simetri lipat empat 4 sumbu simetri lipat tiga 6 sumbu simetri lipat dua 1 pusat simetri Contoh sistem kristal dan sifatnya : a. Tetragonal : 5 bidang 5 sumbu ( TiO2 , ZrSiO4,SnO2 ) b. Heksagonal : 7 bidang 7 sumbu ( PbI2, Mg , CdS, ZnO) c. Monoklinik : 1 bidang 1 sumbu ( Na2SO4.10 H2O ,CaSO4.2H2O) d. Rhombik : 3 bidang 3 sumbu ( KNO3 , BaSO4,PbCO3) Pada Gambar 3.3. disajikan struktur dan contoh dari kristal Monoklinik sedangkan Gambar 3.4 menunjukkan struktur kristal tetragonal,Gambar 3.5 contoh beberapa struktur kristal. 25 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Gambar 3.3. Struktur dan contoh Kristal Monoklinik Gambar 3.4. Struktur dan contoh Kristal tetragonal (http://aditgeologi.blogspot.com ) 26 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Gambar 3.5. Struktur beberapa Kristal (http://piyohsiat.blogspot.com ) 3.6 SISTEM KRISTAL • Jumlah kristal yang mungkin ada 230 buah, secara praktis semua jenis kristal telah diketahui. • Berdasarkan simetrinya kristal digolongkan menjadi 32 kelas, dan terbagai atas 6 sistem kristal. • Perbedaan sistem kristal satu dengan yang lain terletak pada sumbu-sumbu kristal yang dapat dibuat dalam kristal dan sudut antara sumbu-sumbunya. 3.6 SIFAT-SIFAT KRISTAL • Sifat anisotrop, yaitu sifat-sifat tertentu yang berubah dengan arah( semua kristal, kecuali kristal kubik)misal : kecepatan cahaya,daya larut • Sifat isotrop, yaitu sifat sama ke segala arah ( kristal kubik dan amorf) 27 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © BAB IV. LARUTAN 4.1. PENDAHULUAN Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu. 4.2. KONSENTRASI Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per 28 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). 4.3. PELARUTAN Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu. Pada Gambar 4.1 ditunjukkan ion natrium yang tersolvasi oleh molekul-molekul air. 29 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Gambar 4.1. Ion natrium tersolvasi oleh molekul-molekul air (www.wikipedia.org ) 4.4. LARUTAN IDEAL Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan 4.5.1. Jenis-jenis larutan Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya. Tabel 4.1 menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase komponen-komponennya. Tabel 4.1 Contoh larutan berdasarkan fase komponen-komponenya. 30 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Zat terlarut Gas Cairan Padatan Udara (oksigen dan Bau suatu zat padat yang timbul Uap air di udara Gas gas-gas lain dalam dari larutnya molekul padatan (kelembapan) nitrogen) tersebut di udara Etanol dalam air; Sukrosa (gula) dalam air; Air terkarbonasi campuran berbagai natrium klorida (garam dapur) Pelarut Cairan (karbon dioksida hidrokarbon (minyak dalam air; amalgam emas dalam dalam air) bumi) raksa Hidrogen larut dalam Air dalam arang aktif; uap Aloi logam seperti baja dan Padatan logam, misalnya air dalam kayu duralumin platina Contoh larutan Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat dibedakan sebagai larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit mengandung zat elektrolit sehingga dapat menghantarkan listrik, sementara larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. 4.5. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya . Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.Larutan cair encer menunjukkan sifat-sifat yang bergantung pada efek kolektif jumlah partikel terlarut, disebut sifat koligatif (dari kata Latin colligare, "mengumpul bersama"). Sifat koligatif meliputi penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan gejala tekanan osmotik 4.5.1. Penurunan Tekanan Uap Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan 31 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © uapzat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap, maka partikel - partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul - molekul zat cair. Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis : ΔP = P0 - P P0 > P Keterangan : P0 = tekanan uap zat cair murni P = tekanan uap larutan Pada tahun 1808, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan. Persamaan penurunan P = P0 x Xp ΔP = P0 x Xt Keterangan : P = tekanan uap jenuh larutan P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni Xp = fraksi mol zat pelarut 32 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © tekanan uap dapat ditulis: Xt = fraksi mol zat terlarut 4.5.2. Kenaikan Titik Didih Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb). Persamaannya dapat ditulis : ΔTb = Tblarutan − Tbpelarut Keterangan : ΔTb = kenaikan titik didih kb = tetapan kenaikan titik didih molal m = massa zat terlarut Mr = massa molekul relative 33 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Pada Tabel 4.2 menunjukkan tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) dari beberapa jenis pelarut. Tabel 4.2 Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb) Aseton 56,2 1,71 Benzena 80,1 02,53 Kamfer 204,0 05,61 Karbon tetraklorida 76,5 04,95 Sikloheksana 80,7 02,79 Naftalena 217,7 05,80 Fenol 182 03,04 Air 100,0 00,52 4.5.3. Penurunan Titik Beku Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ΔTf = Tfpelarut − Tblarutan Keterangan : 34 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © ditulis sebagai berikut : ΔTf = penurunan titik beku kf = penurunan titik beku molal m = massa zat terlarut Mr = massa molekul relatif Tabel 4.2. menunjukkan tetapan penurunan titik beku (Kf) dari berbagai pelarut. Tabel 4.2 . Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut Pelarut Titik Beku Tetapan (Kf) Aseton -95,35 2,40 Benzena 5,45 5,12 Kamfer 179,8 39,7 Karbon tetraklorida -23 29,8 Sikloheksana 6,5 20,1 Naftalena 80,5 6,94 Fenol 43 7,27 Air 0 1,86 4.5.4. Tekanan Osmotik Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik π=MxRxT Keterangan : 35 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © larutan dirumuskan : π = tekanan osmotik M = molaritas larutan R = tetapan gas ( 0,082 ) T = suhu mutlak 4.6. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff : i = 1 + (n − 1)α Keterangan : i = faktor Van't Hoff n = jumlah koefisien kation α = derajat ionisasi Penurunan Tekanan Uap Jenuh Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan memakai faktor Van't Hoff adalah : ΔP =P0 Kenaikan Titik Didih persamaannya adalah: ΔTb= 36 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Penurunan Titik Beku persamaannya adalah: ΔTf = Tekanan Osmotik persamaannya adalah : π= 4.7. ELEKTROLIT Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit. Gambar 4.2. menunjukkan proses elektrolisa dari larutan Cuprisulfat dan Zinc sulfat. Gambar 4.2. Proses Elektrolisis BAB V. SISTEM KOLOID 5.1. PENDAHULUAN 37 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.( www.wikipedia.org ) 5.2.MACAM-MACAM KOLOID Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fasa zat pendispersi dan zat terdispersinya. Ada beberapa jenis koloid: Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara). Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta). Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan). Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya). Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem, kanji dan Gel silika). 5.3. SIFAT-SIFAT KOLOID. 38 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © 5.3.1. Efek Tyndall Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid yang di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru atau terkadang merah/oranye. Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit diamati seperti yang terlihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Larutan koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7 5.3.2.Gerak Brown Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut gerak brown.Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid. Bagaimana gerak brown terjadi ? 39 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Partikel – partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat cair dan gas. Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak brown. Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat seperti terlihat pada Gambar 5.2 dibawah ini . Gambar 5.2. Gerak Brown Macam-macam koloid tergantung dari jenis partikelnya yaitu : disperse koloid , larutan makromolekul, dan koloid asosiasi. Dispersi koloid, terdiri dari zat-zat yang tak larut dengan partikel-partikel yang terdiri dari gabungan banyak molekul, misalnya ; disperse koloid Au, As2 , S3, minyak dalam air. Larutan makromolekul, berupa larutan dari zat-zat dengan bentuk molekul yang besar, hingga mempunyai ukuran koloid misalnya : protein, polivinil alcohol, larutan karet/polimer dalam pelarut organic. Asosiasi koloid, terdiri dari larutan zat-zat yang larut dengan BM rendah, tetapi membentuk agregat-agregat misalnya ; larutan sabun. 5.2.3. Adsorpsi koloid 40 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karena partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air. Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. Pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan). Gambar 5.3. menunjukkan mekanisme proses adsorbsi molekul gas pada Carbon aktiv, sedangkan pada Gambar 5.4 menggambarkan contoh proses adsorbsi pada koloid Fe(OH)3 dan koloid As2S3 Gambar 5.3. Adsorbsi molekul gas pada Carbon aktif (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion H+ permukaannya menyerap ion S2- Gambar 5.4 Proses adsorbsi pada koloid Fe(OH)3 (i) dan koloid As2S3 ( ii) 41 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © 5.3.4. Muatan koloid sol Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral. a. Sumber muatan koloid sol Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya. Proses adsorpsi. Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CIberlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif. Proses ionisasi gugus permukaan partikel. Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada permukaan partikel koloid. Koloid protein. Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein. Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus – COO-. Pada pH intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan. Koloid sabun dan deterjen. Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi. Sabun adalah garam karboksilat dengan 42 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © rumus R-COO-Na+. Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat. b. Kestabilan koloid Muatan partikel koloid adalah sejenis karenanya cenderung sering tolak-monolak. c. Lapisan bermuatan ganda. Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda tersebut di jelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan bersifat netral. Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat adalah : Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan. Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi difusi d. Elektroforesis 43 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis. Fenomena elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_kelarutan ). Gambar 5.5. menunjukkan proses elektroforesis. Gambar 5.5. Proses Elekttroforesis (http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_kelarutan) 5.3.5.Koagulasi Koloid Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu a. Menggunakan prinsip elektroforesis 44 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan kehilangan muatannya b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi. c. Penambahan elektrolit Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan. d. Pendidihan Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. 5.3.6. Koloid pelindung Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol, yaitu: - Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid. - 45 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © - Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid. 5.3.7. Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan. Koloid Liofil : sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap sistem medium pendispersinya.Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat. Koloid Liofob : sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya. Contoh: sol belerang, sol emas. (http://bebas.ui.ac.id/v12 ) BAB VI 46 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © SISTEM EMULSI 6.1. PENDAHULUAN Emulsi ialah disperse koloid zat cair dalam zat cair lain yang tidak bercampur. Koloid ini dapat dibuat dengan mengaduk campuran dua zat tersebut. Agar stabil, perlu diberikan ke dalamnya emulgator, seperti macam-macam sabun, alkana sulfonat atau sulfat yang panjang atau koloid liofil. Emulsi terbagi menjadi dua yaitu : - Minyak dalam air ( Oil in Water- O/W emulsions ) Air dalam minyak ( Water in Oil – W/O emulsions ) Jenis emulsi tergantung dari zatnya sendiri dan juga emulgator yang digunakan. Sabun-sabun, larutan dari logam alkali dan alkali sulfat basa, merupakan emulgator baik minyak dalam air (O/W). sabun-sabun tidak larut, seperti seng, aluminium, besi dan alkali tanah, merupakan emulgator baik untuk sistem air dalam minyak (W/O). Penambahan ion-ion logam berat mengubah emulsi jenis pertama ke jenis kedua. Perbedaan sistem emulsi dapat dilihat pada Gambar 6.1, sedangkan Gambar 6.2 menunjukkan contoh sistem emulsi dari santan dan susu. Gambar 6.1. Sistem emulsi O/W dan W/O (www. cargilltexturizing.com ) Kedua sistem emulsi dapat dibedakan dengan dua cara : a. Penambahan air atau minyak, bila air segera bercampur emulsinya adalah minyak dalam air. Bila tidak emulsinya adalah air dalam minyak. b. Penambahan elektrolit, bila menambah daya hantar, emulsinya adalah minyak dalam air. Bila tidak emulsinya adalah air dalam minyak. 47 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Gambar 6.2. Contoh sistem emulsi pada santan dan susu (www. ricarish09.blogspot.com) Santan merupakan emulsi minyak dalam air alami berwarna putih susu yang diekstrak dari endosperma (daging buah) kelapa tua baik dengan atau tanpa penambahan air. Pada skala rumah tangga, ekstraksi santan dilakukan dengan cara memeras parutan kelapa segar yang sudah dicampur dengan air panas (hangat). Emulsi santan relatif tidak stabil karena ukuran partikelnya relatif besar (lebih dari 1 mikron). Santan yang didiamkan beberapa saat (5-10 jam) akan memisah menjadi dua fase, yaitu fase kaya air (skim) pada bagian bawah dan fase kaya minyak (krim) pada bagian atas. Santan yang baru diekstrak pada dasarnya merupakan suatu emulsi yang relatif stabil. Secara alami distabilkan oleh protein kelapa yaitu globulin dan albumin serta adanya emulsifier fosfolipida. Beberapa protein yang ada dalam fase air dari santan berinteraksi dengan globula lemak dan bertindak sebagai emulsifier dengan menyelimuti permukaannya. Ketidakstabilan yang terjadi berdasar pada kenyataan bahwa kandungan dan kualitas protein dalam santan tidak cukup untuk menstabilkan globula lemak. Emulsi pada santan kelapa ditandai oleh terpisahnya komponen lemak dan minyak, dan terjadinya koagulasi komponen santan pada kondisi suhu yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, perlu diteliti cara untuk mempertahankan kestabilan emulsi santan kelapa selama proses sterilisasi, dan mengetahui kondisi proses yang optimum yang diharapkan dapat mencegah penurunan mutu dari santan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi proses pengolahan santan kelapa yang optimum dengan menggunakan bahan pengemulsi yang paling menunjukkan tingkat kestabilan yang paling baik adalah Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Beberapa sifat emulsi yang penting: - Demulsifikasi 48 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penambahan elektrolit untuk memisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).Selain itu juga proses pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) yang menggunakan proses sentrifugasi. Gambar 6.3. menunjukkan produk VCO yang berasal dari santan kelapa. - Pengenceran Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.( www.sistemkoloid11.blogspot.com ) Gambar 6.3. Virgin Coconut Oil (www. rahedy.wordpress.com) 6.2. TEORI TENTANG TERJADINYA EMULSI Teori terjadinya emulsi terdapat 4 metode yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda : 1.Teori tegangan permukaan (Teori Surface Tension). 49 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Daya tarik menarik molekul (Kohesi (sejenis) dan Adesi (berlainan jenis)). Daya kohesi tiap zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair (bidang batas antara air dan udara) akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan gaya kohesi (tegangan permukaan/surface tension). Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan pada air bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu seperti sabun. 2. Teori Oriented Wedengane, Emulgator terbagi 2: a. Hidrofilik : bagian emulgator yang suka pada air. b. Lipofilik : bagian emulgatur yang suka pada minyak. Struktur emulgator ditunjukkan pada Gambar 6.2 di bawah ini Kepala (Hidrofilik) Ekor( Lypofilik) Gambar 6.2. Struktur Emulgator Emulgator dapat dikatakan pengikat antara air dan minyak yang membentuk suatu keseimbangan antara kelompok hidrofil & lipofil. Makin besar Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara grup hidrophil dan lipophil pada emulgator, makin hidrofil (emulgator mudah larut dalam air & sebaliknya). Nilai HLB emulgator yang berbeda selain menunjukkan sifat juga menunjukkan fungsi emulgator yang berbeda. Range nilai HLB dari 0 sampai 20 , masing-masing nilai mempunyai fungsi yang berlainan. 3. Teori Interpelasi film Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispersi menyebabkan partikel sejenis yang akan tegabung 50 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © akan terhalang. Untuk memberikan stabilitas maksimum, emulgator harus mempunyai sifat : a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak. b. Jumlahnya cukup utk menutupi semua partikel fase disperse. c. Dapat membentuk lapisan flm dengan cepat & dapat menutup semua permukaan partikel dengan cepat. 4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap). Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yg menyelubungi partikel shg terjadi tolakmenolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara berikut: a. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel. b.Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya. c.Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya. 6.3. BUIH DAN EMULSI Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair atau zat padat. berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Buih Cair (Buih) Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk dari 51 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan. Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral. Beberapa sifat buih cair yang penting: Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: - Pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda. - Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar. - Rusaknya film antara dua gelembung gas. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.Contoh buih cair: - Buih hasil kocokan putih telur Karena audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untuk membentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang, seperti terlihat pada Gambar 6.3. 52 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Gambar 6.2. Struktur Emulgator ( www. oketips.com) - Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut. Buih Padat Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui: - Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti, seperti pada Gambar 6.4. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat. Gambar 6.4. Berbagai Roti - Batu apung 53 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © Dari proses solidifikasi gas dan abu vulkanik, maka terbentuklah batu apung, seperti pada Gambar 6.5 Gambar 6.5. Batu apung (www. edukasi.kompasiana.com) - Styrofoam Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi polistirena. Pada Gambar 6.6 ditunjukkan benda yang terbuat dari Styrofoam. Gambar 6.6. Gelas yang terbuat dari Styrofoam (www.chemistry35.blogspot.com ) UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2010/2011 MATA KULIAH : KIMIA FISIKA HARI/TANGGAL : KAMIS/ 6 MEI 2011 WAKTU/SIFAT : 90 MENIT/TUTUP BUKU 54 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © 1. Apa perbedaan gas ideal dan gas nyata, berikan penjelasannya! (10) 2. Jelaskan perbedaan struktur molekul gas dan molekul cairan, berikan gambarannya ! (10) 3. Sebuah bejana mempunyai volume 10 liter berisi udara dengan tekanan 4 atm, setelah digunakan tekanan gas menjadi 1 atm. Berapa bagian gas yang telah dipakai ? (15) 4. Cerobong asap mengeluarkan gas hasil pembakaran sebanyak 0,2 m 3 tiap detik, dengan temperature 4000C dan tekanan 1,2 atm. Berapa volume gas pada temperature 30 0C mengalir tiap jam ? (15) 5. Diketahui 3,5 mol gas NH3 pada 270C volumenya 5 liter. Bila a = 4,17 atm lt 2 mol-1 dan b = 0,0371 lt/mol. Hitung berapa besarnya tekanan ! (20) 6. Apa yang Sdr. ketahui tentang keadaan kritis dari cairan ? (10) 7. Apa definisi dari viskositas cairan? Bagaimana cara menentukan viskositas 2 cairan dan bagaimana persamaan yang digunakan untuk menghitung harga η2 . (20) SELAMAT MENGERJAKAN UJIAN SEMSTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA MATA KULIAH /KODE DOSEN PENGAMPU HARI / TANGGAL : KIMIA FISIKA / TKK-204 : ERY FATARINA P,ST.,MT. : SABTU, 16 JULI 2011 55 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © WAK T U : 90 MENIT -S I F A T : TUTUP BUKU 1. Jelaskan apa yang Sdr. ketahui tentang Zat padat amorf dan Zat padat Kristal.! ( 10) 2. Bagaimana hubungan antar panas pengkristalan dan panas peleburan.? (10) 3. Jelaskan perbedaan kedua gambar di bawah ini : (15) (A) (B) Jelaskan perbedaan larutan, koloid, dan emulsi.! Berikan contohnya. (15) Jelaskan yang Sdr.ketahui tentang sifat koligatif larutan.! (20) Jelaskan berikut gambar perbedaan system emulsi O/W dan W/O. (15) Apa fungsi emulgator dalam system emulsi.? (5) Jelaskan yang Sdr.ketahui tentang buih dan ada berapa macam buih.Berikan contohnya.! 4. 5. 6. 7. 8. (10) ----------Selamat mengerjakan -------- UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2013/2014 MATA KULIAH : KIMIA FISIKA HARI/TANGGAL : MINGGU/ 4 MEI 2014 WAKTU/SIFAT : 90 MENIT/TUTUP BUKU 1. Apa perbedaan gas ideal dan gas nyata, berikan penjelasannya! (10) 2. Jelaskan perbedaan struktur molekul gas dan molekul cairan, berikan gambarannya ! (10) 3. Sebuah bejana mempunyai volume 20 liter berisi udara dengan tekanan 4 atm, setelah digunakan tekanan gas menjadi 1 atm. Berapa bagian gas yang telah dipakai ? (15) 4. Cerobong asap mengeluarkan gas hasil pembakaran sebanyak 0,2 m 3 tiap detik, dengan temperature 4000C dan tekanan 1,5 atm. Berapa volume gas pada temperature 30 0C mengalir tiap jam ? (15) 56 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 © 5. Diketahui 3,5 mol gas NH3 pada 300C volumenya 5 liter. Bila a = 4,17 atm lt 2 mol-1 dan b = 0,0371 lt/mol. Hitung berapa besarnya tekanan ! (20) 6. Apa yang Sdr. ketahui tentang keadaan kritis dari cairan ? (10) 7. Apa definisi dari viskositas cairan? Bagaimana cara menentukan viskositas 2 cairan dan bagaimana persamaan yang digunakan untuk menghitung harga η2 . (20) SELAMAT MENGERJAKAN 57 | D I K T A T K I M I A F I S I K A - 2 0 1 2 ©