Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia

advertisement
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
PERAN ETIKA BERBUSANA SERTA BATASAN PORNOGRAFI DAN
PORNOAKSI SEBAGAI PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP
PEREMPUAN
Muh Fakhrihun Na’am dan Sri Endah Wahyuningsih
Jurusan TJP Fakultas Teknik UNNES
e-mail [email protected]
Abstract: The purpose of this research is to know the influence of pornography
and porno actions towards prevention the violence of woman and to know the
prevention method of woman violence exactly. This research done with
qualitative method because to know the description of woman violence factually.
Data conception technique through interview and questionnaire to NGO (Non
Government Organization) who asked violence to the woman case, the police,
woman empowerment, student, physiology, lecturer and society. The analysis
used inductive and triangulation. The result of this research shows that the
limitation of definition between pornography and porno actions and dressed ethic
was the dominant way dressed in society and make not bring about pro and
contra and admitted. Factor that stimulate the violence to the woman are bad
attitude, culture-politic and how to dressed.
Key Word: the pornography and porno actions, the prevention method of woman
violence exactly.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh batasan
pornografi dan pornoaksi terhadap pencegahan kekerasan terhadap perempuan
dan mengetahui metode pencegahan kekerasan pada perempuan yang tepat.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif karena untuk melihat gambaran
kekerasan terhadap perempuan secara nyata. Teknik pengambilan data melalui
wawancara dan angket terhadap LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang
menanyai kasus Kekerasann Terhadap Perempuan, Kepolisian, Pemberdayaan
Perempuan, Mahasiswa, Psikolog, dan Dosen serta Masyarakat lainnya. Analisis
data secara induktif dan dilakukan triangulasi.Hasil penelitian menunjukkan
beberapa batasan definisi yang tidak sama antara pornografi dan pornoaksi serta
etika berbusana merupakan cara berpakaian yang dominan di masyarakat dan
diakui serta tidak menimbulkan pro dan kontra. Faktor-faktor yang memicu
kekerasan terhadap perempuan meliputi adanya sikap perilaku mendasar yang
sudah buruk, budaya dan politik serta faktor busana tidak mendasar. Metode
pencegahan kekerasan terhadap perempuan adalah diberlakukannya UU dan
pendidikan sejak dini tentang pentingnya perilaku baik serta kewaspadaan
terhadap lingkungan sekitar.
Kata Kunci: Pornigrafi dan porno aksi, Kekerasan Terhadap Perempuan.
PENDAHULUAN
perlindungan
Pada umumnya bentuk-bentuk
kadang
hukum
tidak
yang
kadang-
menyentuh
secara
tindakan antisipasi
keseluruhan
adanya kekerasan terhadap perempuan
Perlawanan
adalah
pemaksaan dan intimidasi yang datang
pencegahan dan
dengan
perlawanan
dan
terhadap
muncul
perempuan.
akibat
adanya
22
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
seringkali
tidak
dengan
Sikap dan periliku dari individu juga
kekuatan kaum perempuan yang lemah,
sangat berpengaruh diantaranya etika
kasus-kasus kekerasan tenaga kerja
dan estetika cara berbusana perempuan
wanita
tersebut, untuk itu dilakukan penelitian
ke
seimbang
luar
negeri
dari
proses
pemberangkatan dan sampai ke lokasi
secara
terukur,
kerja ada beberapa yang mengalami
Uraian
dan
kekerasan baik fisik ataupun materi.
berhubungan nilai-nilai yang ada di
Kekerasan juga seringkali terjadi pada
dalam estetika, etika serta perilaku dan
lingkungan domestik atau dalam ruang
fungsi busana itu sendiri.
lingkup
keluarga,
disebabkan
pada
kelemahan
umumnya
fisik
terarah
dan
permasalahan
Arifah
A.
fokus.
di
Riyanto
atas
(2003:2)
dan
Menyatakan bahwa busana dalam arti
kebutuhan materi membuat perempuan
umum adalah bahan tekstil atau bahan
pasrah karena memang kondisi untuk
lainya yang sudah dijahit atau tidak
melawan sangat sulit. Dari beberapa
dijahit yang dipakai atau disampirkan
tindakan kekerasan pada perempuan
untuk penutup tubuh seseorang, Dalam
dan
tindakan
arti sempit busana adalah bahan tekstil
dengan
yang disampirkan atau dijahit terlebih
perlawanan secara individu dan dengan
dahulu dipakai untuk penutup tubuh
intitusi
undang-undang seperti
seseorang yang langsung menutup kulit
tersebut di atas mempunyai beberapa
ataupun yang tidak langsung seperti
kelemahan yang perlu diperbaiki untuk
sarung, kain dan lain sebagainya
sebab-sebabnya serta
antisipasi
dan
serta
perlindungan
jangka pendek dan panjang sehingga
Busana dalam peradaban manusia
efektif dan efisien untuk mengatasi hal
mempunyai peran yang sangat besar
tersebut bisa diambil langkah-langkah
diantaranya adalah menentukan citra
diantaranya yaitu melalui konsistensi
seseorang
para
Kita
identitas, hirarki, gender, status sosial
yang
yang perkembangan selalu berinteraksi
penegak
melaksanakan
hukum.
aturan-aturan
juga
sebagai
cermin,
sudah ada atau menambah dengan UU
dengan
baru dan bagaimana pula para tokoh
busana itu sendiri, pengaruh tersebut
agama, tokoh masyarakat, seniman,
diantaranya
budayawan dan pelaku-pelaku bisnis
kontrol di masyarakat yang dominan,
mengambil
perspektif, feminisme, serta idealisme,
peran
masing-masing
hal-hal
yang
kulutur,
mempengaruhi
bentuk-bentuk
mencegah pengaruh globalisasi yang
dengan
negatif,
sangat tetap untuk mengatasi tindak
sehingga
kita
berprasangka negatif
tidak
perlu
kepada intitusi
kekerasan
demikian
etika
terhadap
berbusana
perempuan
di
yang berkewajiban menegakkan aturan
samping
atau hukum-hukum yang sudah ada.
misalnya definisi yang jelas tentang
faktor-faktor
yang
lainnya
23
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
pornografi dan pornoaksi. Metode etika
terhadap
berbusana yang baik menurut norma
berbusana
yang
mempengaruhi
mencegah kekerasan pada perempuan;
perspektif publik dan faktor psikologis
(4) Etika berbusana diantara rancangan
individu menimbulkan kesan dan rasa
undang-undang
hormat yang tinggi dari orang yang
pornoaksi dan eksistensinya terhadap
melihat
pemakai
pencegahan
busana tersebut. Ajining diri saka lathi,
perempuan.
ada
akan
pada
objek
atau
perempuan;
sebagai
(3)
Etika
inovasi
dalam
pornografi
dan
kekerasan
terhadap
ajining raga saka busana. Idiom ini
Dari uraian di atas maka timbul
mengajarkan bahwa penghargaan atas
permasalahan, yaitu bagaimana metode
diri
yang
seseorang
berdasarkan
aspek
efektif
serta
efisien
untuk
lahiriah dan batiniah secara seimbang.
mencegah
Purwadi (2007: 1)
perempuan dengan etika berbusana
Dalam
perkembangannya
dari
erat
tindak
kaitannya
kekerasan
dengan
penafsiran
beberapa pendapat dari masyarakat
pornografi
tentang
menimbulkan pro dan kontra.
definisi
pornografi
dan
dan
pada
pornoaksi
tanpa
pornoaksi tersebut mengalami tarik ulur
dari kalangan elemen masyarakat yang
pro
dan
kontra.
disepakati
Untuk
secara
menghasilkan
itu
TINJAUAN PUSTAKA
perlu
Dasar-dasar
pencegahan
bersama
untuk
kekerasan terhadap perempuan pada
undang-undang
yang
umumnya adalah; Perempuan sebagai
untuk
subyek, yaitu adanya perjuangan oleh
undang-undang
para perempuan agar sistem hukum
disyahkan
dan
berlaku
masyarakat.
Karena
pornografi dan pornoaksi serta peran
menempatkan
etika berbusana cukup relatif apabila
subyek tersebut tidak hanya mendorong
digunakan untuk mencegah kekerasan
lahirnya peraturan perundang-undangan
pada
yang
perempuan
maka
perlu
perempuan
berkeadilan
sebagai
gender,
namun
ditindaklanjuti dengan menjalankan dan
terlebih membangun paradigma (cara
mematuhi
pandang) hukum yang menempatkan
serta
menerapkan
dalam
kehidupan bermasyarakat.
perempuan
sebagai
subyek
seperti
Berpedoman pada contoh di
tersebut di atas. Di sinilah penting
atas maka ada beberapa alasan peneliti
pengalaman perempuan "hadir" sebagai
memilih
manusia
judul
yaitu:
(1)
Pengaruh
yang
utuh
dan
berdaulat,
rancangan undang-undang pornografi
sebagai subyek (R. Valentina, Sagala,
dan pornoaksi terhadap kekerasan pada
2006).
perempuan; (2) Peran Etika berbusana
sebagai
pencegahan
kekerasan
24
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
Metode
Pencegahan
Kekerasan
Terhadap Perempuan
Secara
pencegahan
perempuan
kasus
kekerasan
perempuan
terhadap
terjadi
adalah
umum
metode
dikarenakan si pelaku terangsang akibat
kekerasan
terhadap
sebelum melakukan kekerasan melihat
Melakukan
atau menonton pornografi di media
adalah:
(1)
komunikasi, edukasi dan penyampaian
massa.
informasi, advokasi kepada masyarakat
oleh
yang
seksual
pemerintah
seksual,
yaitu
elemen
pemanfaatan seksual secara berlebihan
masyarakat lainnya baik organisasi non
untuk mendapatkan keuntungan materi
pemerintah
atau non materi bagi diri sendiri atau
atau
dan
Eksploitasi
lembaga
swadaya
masyarakat yang ada; (2) Setiap warga
masyarakat
berkewajiban
orang lain pada perempuan.
untuk
Kekerasan di rumah tangga,
melakukan pembinaan moral, mental
sebagai
spiritual dan akhlak di masyarakat (3)
kekerasan pada perempuan atau istri
Mencari definisi yang sama tentang
oleh
batasan-batasan
dan
kondisi yang rentan dan bahkan bisa
pornoaksi agar tidak menimbulkan pro
mengalami kematian dan reproduksi
dan kontra; (3) Secara bahu membahu
yang
antar elemen bangsa untuk membantu
tersebut.
kegiatan
pornografi
advokasi,
rehabilitasi
contoh
suami
buruk
misalnya
sehingga
terhadap
terjadi
menciptakan
perempuan
dan
Beberapa syarat tidak terjadinya
edukasi dalam pencegahan kekerasan
tindak kekerasan terhadap perempuan
terhadap
diantaranya adalah:
perempuan;
(4)
Memasyarakatkan etika berbusana dan
Adanya konsistensi para penegak
berorientasi pembinaan spiritual dan
hukum untnk melaksanakan aturan-
moral kepada
aturan yang sudah ada atau bahkan
masyarakat; dan
Mengadakan
(5)
pelatihan-pelatihan
menambah
aturan
kepada masyarakat sebagai tindakan
mengedepankan
antisipasi
terhadap
dalam
menghadapi
dengan
perlindungan
perempuan
tanpa
kemungkinan-kemungkinan buruk yang
merugikan perempuan itu sendiri.
mungkin terjadi.
Memaksimalkan peran tokoh agama
di masyarakat.
Macam-macam tindakan kekerasan
Adanya kerjasama antar
terhadap perempuan
masyarakat diantaranya unsur tokoh
Pelecehan
seksual,
yaitu
elemen
masyarakat, seniman, budayawan,
merupakan dampak dari berbagai media
dan
massa, terlebih media visual. Hal ini
yang lain.
elemen-elemen
masyarakat
terbukti dengan ditemukannya berbagai
25
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
Pornografi
dalam
pengertian
misalnya jika menari atau melakukan
umum adalah pelukisan baik dengan
gerakan-gerakan tubuh secara berirama
gambar maupun tulisan secara erotis
dan mengikuti prinsip-prinsip seni tari
dengan tujuan membangkitkan nafsu
sedemikian
birahi dengan menonjolkan semua yang
gerakan tersebut dikategorikan sebagai
berbau
karya koreografi tetapi satu sisi memiliki
seksual.
pornografi
Jika
tersebut
pengertian
dirancang
untuk
rupa
sehingga
gerakan-
sifat seksual tersebut dapat diduga
menjadi undang-undang yang disyahkan
bertujuan
maka harus ada batasan yang jelas dan
melainkan hanya pemeliharaan tradisi
terperinci
yang
yang ada dan budaya yang dimiliki
diperlukan adalah sesuai dengan tingkat
bangsa kita, juga tentang aktivitas ibu-
pendidikan dan bidang studi pihak yang
ibu
menjadi
menyusui anaknya di
dalam
batasan
sasaran
pendidikan
dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Pornoaksi
adalah
mengeksploitasi seksual,
merangsang
misalnya
ketika
nafsu
ibu-ibu
birahi
sedang
muka umum.
Bagaimana dengan masyarakat yang
kegiatan
kecabulan,
dan atau erotika. Dari definisi tersebut
mandi
di
daerah-daerah
pedesaan,
harus ada batasan-batasan pornoaksi
tersebut.
penjabarannya yaitu melakukan gerakan
Dari
uraian
tersebut
adanya
tubuh seks di muka umum. Untuk itu
batasan-batasan akan bermanfaat di
sangat perlu adanya batasan-batasan
dunia
pornografi dan pornoaksi sehingga hal-
tertentu dan seni tari dan kebudayaan
hal yang bersentuhan dengan budaya
akan tetap terus berlangsung dengan
bisa didiskusikan dengan cara baik-baik.
mengedepankan
Dengan adanya batasan dan
definsi yang jelas dari pornografi dan
pendidikan
dan
bidang
ilmu
konsep
pengembangan ilmu pengetahuan, seni
dan budaya.
pornoaksi adalah untuk pornografi harus
Model berbusana dari zaman ke
jelas tentang gambar, foto dan yang
zaman terus mengalami perubahan dan
sesuai fungsi dan kegunaannya bila
perkembangan
dibutuhkan dalam tingkat pendidikan
diakibatkan dengan adanya pola pikir,
dan bidang studi tetap diperbolehkan
konsep,
dengan alasan pembelajaran karena
politik dan pengaruh ide-ide dan unsur
sasarannya
dan
budaya yang lain, sehingga diperlukan
pengembangan ilmu pengetahuan ini
upaya untuk menyelesaikan tindakan
tentu tidak bisa disamakan dengan
pencegahan jika berakibat buruk pada
pornografi yang dilarang.
pemakai
adalah
Pornoaksi
pendidikan
harus
orientasi,
busana,
pada
umumnya
perubahan
dengan
sosial
demikian
didefinisikan
situasi tertentu etika berbusana yang
dengan batasan-batasan pengecualian
muncul dari norma-norma dan nilai-nilai
26
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
agama
akan
bermanfaat
pada
pencegahan terhadap kekerasan pada
pengendalian peristiwa, bersifat alamiah
dan menggunakan analisis induktif.
perempuan. Cara-cara berbusana yang
Subyek
baik juga bisa mempengaruhi psikologi
masyarakat
seseorang
menangani
dengan
demikian
berbusana
etika
penelitian
dan
adalah
pemerintah
dan
ditangani
yang
berkaitan
hendaknya
dengan masalah kekerasan terhadap
ditumbuhkembangkan atau dicanangkan
perempuan sebagai salah satu dampak
pada
masyarakat
berbusana
bisa
sehingga
cara
dari belum adanya batasan pornografi,
dikontrol
dan
pornoaksi dan etika berbusana.
menciptakan kondisi di lingkungan hidup
bermasyarakat.
Subyek
meliputi
penelitian
LSM
adalah
(Lembaga
Swadaya
Masyarakat) yang menekuni masalah
METODE PENELITIAN
perempuan, Rumah Sakit, Kepolisian,
Wawancara dilakukan langsung
terhadap masyarakat yang berkaitan
dengan kekerasan terhadap perempuan
Lembaga
Pemberdayaan
kekerasan, aparat keamanan, yayasanyayasan
yang
menampung
korban-
korban tindakan kekerasan terhadap
perempuan. Peralatan yang digunakan
adalah
alat
tulis,
computer,
tape
recorder, handycame, kamera.
Perempuan,
Biro
Depsos,
Mahasiswa dan Dosen serta Ulama.
yang masuk wilayah-wilayah tersebut,
yaitu korban-korban kekerasan, pelaku
Pemasyarakatan,
Hasil data penelitian kualitatif
dari
hasil
wawancara
dianalisis
dengan
sebagai
dan
angket
langkah-langkah
berikut,
Menggambarkan
temuan yang masih bersifat umum dan
menyeluruh
tercakup
dalam
lingkup
permasalahan, menemukan kesamaan
dan perbedaan, membentuk taksonomi
Setelah dilakukan wawancara
kemudian disimpan sebagai arsip baik
berupa data, gambar, film, atau tulisan,
sesuai gejala yang diamati, menyusun
proporsi
teoritis,
pengamatan
dan
wawancara lanjut serta triangulasi data.
artikel. (1) Melakukan responden atau
pooling
langsung
atau
mengambil
HASIL DAN PEMBAHASAN
pooling pendapat berdasarkan hasil dari
media yang bonafit sebagai dasar yang
dapat dipertanggungjawabkan dan valid;
(2) Melakukan kerjasama dengan aktivis
kajian wanita serta LSM yang terkait.
Penelitian
pendekatan
ini
kualitatif
menggunakan
karena
terjadi
dalam kehidupan nyata, tidak dilakukan
Informan
penelitian
meliputi:
LRC KJ HAM Semarang di jalan Lemah
Gempal II No A. Rumah Sakit Tugu
Semarang sebagai pusat penanganan
kasus kekerasan terhadap perempuan
(Krisis
Trauma
Poltabes/Polda
Narapidana
Center),
Jateng,
Kelas
I,
Bareskrim
LP
Boja
dan
Biro
27
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
Pemberdayaan Perempuan (BPP) Jawa
emosional, dendam, referensi dari kitab
Tengah Mahasiswa dan Dosen.
surat
Jenis
perempuan
kekerasan
antara
terhadap
perselingkuhan
serta
karena sesudah melihat VCD Porno.
perkosaan,
Etika berbusana menjadi salah
pelecehan seksual dan kasus dalam
satu faktor walaupun tidak dominan
rumah
yang
terjadinya tindak kekerasan terhadap
kekerasan
perempuan. Secara individu sebagian
tangga
menyebabkan
lain:
Epesius,
(fisik).
Faktor
terjadinya
terhadap perempuan berdasarkan hasil
besar
wawancara
adalah
berbusana dapat menjadi salah satu
meliputi:
ekonomi,
alternatif mencegah/mengurangi kasus
pakaian,
teman,
berbagai
para
informan
faktor
perselingkuhan,
dendam,
kecemburuan
referensi
dari
informan
kekerasaan
setuju
terhadap
jika
etika
perempuan
keluarga,
meskipun secara kelembagaan tidak
emosional,
bisa diterima karena belum adanya
pendidikan dan lingkungan serta belum
undang-undang yang disyahkan. Untuk
adanya UU Pornografi dan Pornoaksi.
memahami
kitab,
etika
berbusana,
perlu
terjadinya
dipahami tentang etika. Menurut Frans
kekerasan terhadap perempuan bisa
Magiz-Suseno (1991 : 13-14), Etika
disebabkan dari korban/si wanita yang
ialah ilmu yang mencari orientasi, etika
menjadi korban maupun karena dari si
mau
pelaku kekerasan.
mengikuti ajaran moral tertentu, atau
Faktor-faktor
mengerti
mengapa
kita
harus
Dilihat dari si korban/perempuan
bagaimana kita dapat mengambil sikap
faktor-faktor yang mendukung terjadinya
yang bertanggung jawab berhadapan
tindak
pelecehan
dengan ajaran moral. H. Habullah Bakry
pendidikan,
(1970 : 64) Mengemukakan etika yaitu
ekonomi yang rendah, keluarga, suka
ilmu yang menyelidiki mana yang baik
sama suka, berada di jalanan yang sepi,
dan mana yang buruk dengan melihat
pacaran tidak disetujui, datang ke kost
pada amal perbuatan manusia sejauh
pria. Faktor-faktor ini disebabkan karena
yang dapat diketahui akal pikiran. Etika
kurangnya pengetahuan/pendidikan baik
berbusana sebagai tindakan antisipasi
dari
walaupun
kekerasan
seksual
dan
disebabkan
dalam
keluarga
maupun
mencegah
masyarakat.
Pelaku kekerasan menyebutkan
beberapa
berbuat
tidak
faktor
yang
busana
karena
yang
memperlihatkan bentuk-bentuk sensual
mendukung
tubuh bisa mendorong tindak kekerasan
disebabkan
terutama pelecehan seksual.
kekerasan
kecemburuan, suka
mendasar
sama
suka,
Sebagian besar faktor busana
di
tempat panti pijat, birahi/nafsu syahwat
tidak
dominan
menjadi
penyebab
muncul, tubuh sensual, terlihat sikap
terjadinya tindak kekerasan terhadap
28
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
perempuan. Secara individu sebagian
sehingga perlu UU yang mengatur dan
besar
etika
mengesahkannya.
berbusana dapat menjadi salah satu
Pornografi
informan
setuju
jika
oleh
sebagian
alternatif mencegah/mengurangi kasus
informan
kekerasaan
dikatakan sebagian gambar/lukisan/foto
terhadap
perempuan
berpendapat
pornografi
meskipun secara kelembagaan tidak
yang
bisa diterima karena belum adanya
meningkatkan
undang-undang yang disyahkan. Etika
pengamat dan dapat mempengaruhi
berbusana sebagai tindakan antisipasi
cara
walaupun
memberi kontribusi negatif pada orang
tidak
mencegah
mendasar
karena
busana
yang
sensual
nafsu
berfikir
lain.
telanjang
yang
Sedangkan
sehingga
birahi
pada
buruk
si
sehingga
pornoaksi
adalah
memperlihatkan bentuk-bentuk sensual
gerakan erotis
tubuh bisa mendorong tindak kekerasan
timbulnya syahwat atau membangkitnya
terutama pelecehan seksual.
nafsu birahi baik berupa adegan erotis
Pornografi
digambarkan
oleh
yang bisa membuat
yang dilakukan di depan umum baik
sebagian informan sebagai pelukisan
secara
yang diwujudkan dalam bentuk gambar,
sehingga biasa berpengaruh buruk pada
foto, dan tulisan dari artikel dalam media
khalayak umum.
tertentu
dengan
tujuan
untuk
langsung
Etika
atau
lewat
berbusana
media
memiliki
membangkitkan nafsu birahi dengan
konsep yang tidak sama antara etika
menonjolkan semua yang berbau seks.
berbusana di Negara kita dengan luar
Pornoaksi
digambarkan
ncgeri bahkan di Indonesia pun memiliki
sebagai bagian dari pornografi bahkan
pedoman yang tidak sama misalnya
sebagian informan tidak setuju dan tidak
busana Jawa, dengan Dayak
tahu
Papua.
konsep
juga
pornoaksi.
Pornoaksi
Sehingga
serta
konsepnya
sebenarnya sudah melekat pada definisi
disesuaikan
pornografi, karena jika sudah termasuk
daerah/Negara
pornografi berarti didalamnya ada unsur
berbusana
pornoaksi.
berpakaian yang dominan dipakai olah
Sebagian
pendapat
informan
dengan
masing-masing.
dipandang
masyarakat
dan
mendefinisikan bahwa pornoaksi lebih
menimbulkan
pro
cenderung
masyarakat.
Etika
pada
aktivitas,
gerakan
situasi
Etika
sebagai
diakui
dan
cara
serta
tidak
kontra
pada
berbusana
dibuat
maupun perbuatan bahkan hanya mimik
berdasarkan keyakinan agama dan adat
yang
istiadat yang diakui masyarakat secara
sengaja
ditujukan
untuk
mayoritas
meningkatkan nafsu birahi.
Pornografi
dan
pornoaksi
meliputi
tataran
agama
ataupun adat istiadat serta pemerintah.
memiliki batasan konsep yang berbeda,
29
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
Metode Pencegahan Kekerasan
terhadap
Perempuan
Metode
kekerasan
terhadap
pencegahan
penanganan
f) Menegakkan
(pendidikan
dan
penyampaian
pelatihan)
informasi
bagi
terhadap
dan
serta
perempuan
secara
proporsional;
g)
Memasyarakatkan cara berbusana
umum maupun pada korban dan si
yang baik sesuai etika berbusana
pelaku
yang berlaku dan berorientasi pada
yang
dilakukan
oleh
pemerintah dan elemen masyarakat
pembinaan
lainnya baik organisasi pemerintah,
kepada masyarakat;
spiritual
non pemerintah antara lain: LSM,
h) Mengadakan
LBH, kepolisian, sekolah, perguruan
kepada
tinggi, pemerintah daerah, ulama
tindakan
dan masyarakat lain;
menghadapi
b) Setiap
warga
masyarakat
berkewajiban melakukan pembinaan
dan
moral
pelatihan-pelatihan
mesyarakat
sebagai
antisipasi
dalam
kemungkinan-
kemungkinan buruk yang terjadi;
i)
Memaksimalkan peran tokoh agama
moral, mental sepiritual dan akhlak
dan
baik
hukum
pada diri sendiri, keluarga
masyarakat
serta
disesuaikan
penegak
aturan
yang
maupun masyarakat;
sudah ada dengan mengedepankan
Perlu perumusan dan pengkajian
perlindungan terhadap perempuan
lebih mendalam tentang batasan
tanpa
definisi pornografi dan pornoaksi
sendiri;
unruk
d)
sanksi
pelanggar dan pelaku kekerasan
edukasi
advokasi kepada masyarakat secara
c)
hukum
peradilan/pemberian
komunikasi,
kekerasan
terhadap perempuan
perempuan adalah meliputi;
a) Melakukan
kasus
disyahkan
dalam
UU
j) Perlu
merugikan
perempuan
kerjasama
itu
antar
umat
unsur
tokoh
sehingga tidak menimbulkan pro
masyarakat
dan kontra;
masyarakat, seniman, budayawan
Perlu mensosialisasikan peraturan
dan elemen masyarakat lain.
baik
dan batasan definisi yang sudah
diberlakukan sehingga masyarakat
SIMPULAN DAN SARAN
Dari semua uraian yang telah
faham
e) Secara
bahu
membahu
antar
elemen bangsa dalam dan luar
negeri untuk kerjasama, membantu
kegiatan advokasi, rehabilitasi dan
edukasi dalam pencegahan dan
dipaparkan di atas, secara garis besar
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)
Definisi pornografi adalah pelukisan
gambar yang sensual atau telanjang
sehingga
membangkitkan
nafsu
birahi pada si pangamat dan dapat
30
TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014
mempengaruhi cara berfikir yang
waktu dan masyarakat sekitar serta
buruk sehingga memberi kontribusi
berberlakuan Undang-undang yang
yang negatif terhadap orang lain.
memberi
Pornoaksi adalah gerakan erotis
perempuan
yang
budaya,
bisa
membuat
timbulnya
perlindungan
baik
secara
politik,
syahwat atau membangkitkan nafsu
agama/keyakinan.
birahi baik berupa adegan erotis
Saran
yang
terhadap
kultur,
dan
disampaikan
yang dilakukan di depan umum
berdasarkan hasil penelitian ini adalah
secara langsung atau lewat media
diberlakukannya
sehingga berpengaruh buruk pada
Pornografi
khalayak umum. Etika berbusana
batasan yang jelas antara definisi dan
adalah
yang
pornografi oleh pemerintah sehingga
dominan di masyarakat dan diakui
masyarakat tahu dan akan menghindari
serta tidak menimbulkan pro dan
atau
kontra
kesadaran dan sanksi hukum.
cara
berpakaian
berdasarkan
aturan
dan
Undang-undang
Pornoaksi
mengendalikan
diri
dengan
karena
keyakinan, agama, ataupun adat
istiadat
yang
diakui
masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
tersebut baik pada tataran agama
maupun
adat
istiadat
serta
pemerintah.
2) Faktof-faktor yang memicu tindak
kekerasan
adalah
terhadap
sikap
perempuan
perilaku
yang
mendasar memang sudah buruk
juga faktor budaya, dan politik.
Faktor busana merupakan faktor
yang tidak mendasar tetapi sebagai
salah
satu
alternatif
tindakan
antisipatif.
3) Metode
pencegahan
pendidikan
pentingnya
keseluruhan
sejak
dini
perilaku
dan
meliputi
dan
Arifah A. Riyanto 2003, Teori Busana
Bandung Yapemdo.
Magiz-Suseno 1991, Etika dasar
masalah-masalah pokok filsafat
moral, Yogyakarta Kanisius
Habullah Bakry 1970, Sistematik filsafat
Jakarta Wijaya
Purwadi
2007,
Busana
Jawa,
Yogyakarta Shaida
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia. Edisi Ketiga. 2003. p
309
www.Jender.or.id
R
Valentina
Sagala,2006.
www.Kedaulatan rakyat.com download
Maret 2006.
www.suaramerdeka.com.
download
Maret 2006
secara
kewaspadaan
terhadap lingkungan sekitar baik
31
Download