TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 PERAN ETIKA BERBUSANA SERTA BATASAN PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI SEBAGAI PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Muh Fakhrihun Na’am dan Sri Endah Wahyuningsih Jurusan TJP Fakultas Teknik UNNES e-mail [email protected] Abstract: The purpose of this research is to know the influence of pornography and porno actions towards prevention the violence of woman and to know the prevention method of woman violence exactly. This research done with qualitative method because to know the description of woman violence factually. Data conception technique through interview and questionnaire to NGO (Non Government Organization) who asked violence to the woman case, the police, woman empowerment, student, physiology, lecturer and society. The analysis used inductive and triangulation. The result of this research shows that the limitation of definition between pornography and porno actions and dressed ethic was the dominant way dressed in society and make not bring about pro and contra and admitted. Factor that stimulate the violence to the woman are bad attitude, culture-politic and how to dressed. Key Word: the pornography and porno actions, the prevention method of woman violence exactly. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh batasan pornografi dan pornoaksi terhadap pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan mengetahui metode pencegahan kekerasan pada perempuan yang tepat. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif karena untuk melihat gambaran kekerasan terhadap perempuan secara nyata. Teknik pengambilan data melalui wawancara dan angket terhadap LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang menanyai kasus Kekerasann Terhadap Perempuan, Kepolisian, Pemberdayaan Perempuan, Mahasiswa, Psikolog, dan Dosen serta Masyarakat lainnya. Analisis data secara induktif dan dilakukan triangulasi.Hasil penelitian menunjukkan beberapa batasan definisi yang tidak sama antara pornografi dan pornoaksi serta etika berbusana merupakan cara berpakaian yang dominan di masyarakat dan diakui serta tidak menimbulkan pro dan kontra. Faktor-faktor yang memicu kekerasan terhadap perempuan meliputi adanya sikap perilaku mendasar yang sudah buruk, budaya dan politik serta faktor busana tidak mendasar. Metode pencegahan kekerasan terhadap perempuan adalah diberlakukannya UU dan pendidikan sejak dini tentang pentingnya perilaku baik serta kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar. Kata Kunci: Pornigrafi dan porno aksi, Kekerasan Terhadap Perempuan. PENDAHULUAN perlindungan Pada umumnya bentuk-bentuk kadang hukum tidak yang kadang- menyentuh secara tindakan antisipasi keseluruhan adanya kekerasan terhadap perempuan Perlawanan adalah pemaksaan dan intimidasi yang datang pencegahan dan dengan perlawanan dan terhadap muncul perempuan. akibat adanya 22 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 seringkali tidak dengan Sikap dan periliku dari individu juga kekuatan kaum perempuan yang lemah, sangat berpengaruh diantaranya etika kasus-kasus kekerasan tenaga kerja dan estetika cara berbusana perempuan wanita tersebut, untuk itu dilakukan penelitian ke seimbang luar negeri dari proses pemberangkatan dan sampai ke lokasi secara terukur, kerja ada beberapa yang mengalami Uraian dan kekerasan baik fisik ataupun materi. berhubungan nilai-nilai yang ada di Kekerasan juga seringkali terjadi pada dalam estetika, etika serta perilaku dan lingkungan domestik atau dalam ruang fungsi busana itu sendiri. lingkup keluarga, disebabkan pada kelemahan umumnya fisik terarah dan permasalahan Arifah A. fokus. di Riyanto atas (2003:2) dan Menyatakan bahwa busana dalam arti kebutuhan materi membuat perempuan umum adalah bahan tekstil atau bahan pasrah karena memang kondisi untuk lainya yang sudah dijahit atau tidak melawan sangat sulit. Dari beberapa dijahit yang dipakai atau disampirkan tindakan kekerasan pada perempuan untuk penutup tubuh seseorang, Dalam dan tindakan arti sempit busana adalah bahan tekstil dengan yang disampirkan atau dijahit terlebih perlawanan secara individu dan dengan dahulu dipakai untuk penutup tubuh intitusi undang-undang seperti seseorang yang langsung menutup kulit tersebut di atas mempunyai beberapa ataupun yang tidak langsung seperti kelemahan yang perlu diperbaiki untuk sarung, kain dan lain sebagainya sebab-sebabnya serta antisipasi dan serta perlindungan jangka pendek dan panjang sehingga Busana dalam peradaban manusia efektif dan efisien untuk mengatasi hal mempunyai peran yang sangat besar tersebut bisa diambil langkah-langkah diantaranya adalah menentukan citra diantaranya yaitu melalui konsistensi seseorang para Kita identitas, hirarki, gender, status sosial yang yang perkembangan selalu berinteraksi penegak melaksanakan hukum. aturan-aturan juga sebagai cermin, sudah ada atau menambah dengan UU dengan baru dan bagaimana pula para tokoh busana itu sendiri, pengaruh tersebut agama, tokoh masyarakat, seniman, diantaranya budayawan dan pelaku-pelaku bisnis kontrol di masyarakat yang dominan, mengambil perspektif, feminisme, serta idealisme, peran masing-masing hal-hal yang kulutur, mempengaruhi bentuk-bentuk mencegah pengaruh globalisasi yang dengan negatif, sangat tetap untuk mengatasi tindak sehingga kita berprasangka negatif tidak perlu kepada intitusi kekerasan demikian etika terhadap berbusana perempuan di yang berkewajiban menegakkan aturan samping atau hukum-hukum yang sudah ada. misalnya definisi yang jelas tentang faktor-faktor yang lainnya 23 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 pornografi dan pornoaksi. Metode etika terhadap berbusana yang baik menurut norma berbusana yang mempengaruhi mencegah kekerasan pada perempuan; perspektif publik dan faktor psikologis (4) Etika berbusana diantara rancangan individu menimbulkan kesan dan rasa undang-undang hormat yang tinggi dari orang yang pornoaksi dan eksistensinya terhadap melihat pemakai pencegahan busana tersebut. Ajining diri saka lathi, perempuan. ada akan pada objek atau perempuan; sebagai (3) Etika inovasi dalam pornografi dan kekerasan terhadap ajining raga saka busana. Idiom ini Dari uraian di atas maka timbul mengajarkan bahwa penghargaan atas permasalahan, yaitu bagaimana metode diri yang seseorang berdasarkan aspek efektif serta efisien untuk lahiriah dan batiniah secara seimbang. mencegah Purwadi (2007: 1) perempuan dengan etika berbusana Dalam perkembangannya dari erat tindak kaitannya kekerasan dengan penafsiran beberapa pendapat dari masyarakat pornografi tentang menimbulkan pro dan kontra. definisi pornografi dan dan pada pornoaksi tanpa pornoaksi tersebut mengalami tarik ulur dari kalangan elemen masyarakat yang pro dan kontra. disepakati Untuk secara menghasilkan itu TINJAUAN PUSTAKA perlu Dasar-dasar pencegahan bersama untuk kekerasan terhadap perempuan pada undang-undang yang umumnya adalah; Perempuan sebagai untuk subyek, yaitu adanya perjuangan oleh undang-undang para perempuan agar sistem hukum disyahkan dan berlaku masyarakat. Karena pornografi dan pornoaksi serta peran menempatkan etika berbusana cukup relatif apabila subyek tersebut tidak hanya mendorong digunakan untuk mencegah kekerasan lahirnya peraturan perundang-undangan pada yang perempuan maka perlu perempuan berkeadilan sebagai gender, namun ditindaklanjuti dengan menjalankan dan terlebih membangun paradigma (cara mematuhi pandang) hukum yang menempatkan serta menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat. perempuan sebagai subyek seperti Berpedoman pada contoh di tersebut di atas. Di sinilah penting atas maka ada beberapa alasan peneliti pengalaman perempuan "hadir" sebagai memilih manusia judul yaitu: (1) Pengaruh yang utuh dan berdaulat, rancangan undang-undang pornografi sebagai subyek (R. Valentina, Sagala, dan pornoaksi terhadap kekerasan pada 2006). perempuan; (2) Peran Etika berbusana sebagai pencegahan kekerasan 24 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 Metode Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan Secara pencegahan perempuan kasus kekerasan perempuan terhadap terjadi adalah umum metode dikarenakan si pelaku terangsang akibat kekerasan terhadap sebelum melakukan kekerasan melihat Melakukan atau menonton pornografi di media adalah: (1) komunikasi, edukasi dan penyampaian massa. informasi, advokasi kepada masyarakat oleh yang seksual pemerintah seksual, yaitu elemen pemanfaatan seksual secara berlebihan masyarakat lainnya baik organisasi non untuk mendapatkan keuntungan materi pemerintah atau non materi bagi diri sendiri atau atau dan Eksploitasi lembaga swadaya masyarakat yang ada; (2) Setiap warga masyarakat berkewajiban orang lain pada perempuan. untuk Kekerasan di rumah tangga, melakukan pembinaan moral, mental sebagai spiritual dan akhlak di masyarakat (3) kekerasan pada perempuan atau istri Mencari definisi yang sama tentang oleh batasan-batasan dan kondisi yang rentan dan bahkan bisa pornoaksi agar tidak menimbulkan pro mengalami kematian dan reproduksi dan kontra; (3) Secara bahu membahu yang antar elemen bangsa untuk membantu tersebut. kegiatan pornografi advokasi, rehabilitasi contoh suami buruk misalnya sehingga terhadap terjadi menciptakan perempuan dan Beberapa syarat tidak terjadinya edukasi dalam pencegahan kekerasan tindak kekerasan terhadap perempuan terhadap diantaranya adalah: perempuan; (4) Memasyarakatkan etika berbusana dan Adanya konsistensi para penegak berorientasi pembinaan spiritual dan hukum untnk melaksanakan aturan- moral kepada aturan yang sudah ada atau bahkan masyarakat; dan Mengadakan (5) pelatihan-pelatihan menambah aturan kepada masyarakat sebagai tindakan mengedepankan antisipasi terhadap dalam menghadapi dengan perlindungan perempuan tanpa kemungkinan-kemungkinan buruk yang merugikan perempuan itu sendiri. mungkin terjadi. Memaksimalkan peran tokoh agama di masyarakat. Macam-macam tindakan kekerasan Adanya kerjasama antar terhadap perempuan masyarakat diantaranya unsur tokoh Pelecehan seksual, yaitu elemen masyarakat, seniman, budayawan, merupakan dampak dari berbagai media dan massa, terlebih media visual. Hal ini yang lain. elemen-elemen masyarakat terbukti dengan ditemukannya berbagai 25 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 Pornografi dalam pengertian misalnya jika menari atau melakukan umum adalah pelukisan baik dengan gerakan-gerakan tubuh secara berirama gambar maupun tulisan secara erotis dan mengikuti prinsip-prinsip seni tari dengan tujuan membangkitkan nafsu sedemikian birahi dengan menonjolkan semua yang gerakan tersebut dikategorikan sebagai berbau karya koreografi tetapi satu sisi memiliki seksual. pornografi Jika tersebut pengertian dirancang untuk rupa sehingga gerakan- sifat seksual tersebut dapat diduga menjadi undang-undang yang disyahkan bertujuan maka harus ada batasan yang jelas dan melainkan hanya pemeliharaan tradisi terperinci yang yang ada dan budaya yang dimiliki diperlukan adalah sesuai dengan tingkat bangsa kita, juga tentang aktivitas ibu- pendidikan dan bidang studi pihak yang ibu menjadi menyusui anaknya di dalam batasan sasaran pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Pornoaksi adalah mengeksploitasi seksual, merangsang misalnya ketika nafsu ibu-ibu birahi sedang muka umum. Bagaimana dengan masyarakat yang kegiatan kecabulan, dan atau erotika. Dari definisi tersebut mandi di daerah-daerah pedesaan, harus ada batasan-batasan pornoaksi tersebut. penjabarannya yaitu melakukan gerakan Dari uraian tersebut adanya tubuh seks di muka umum. Untuk itu batasan-batasan akan bermanfaat di sangat perlu adanya batasan-batasan dunia pornografi dan pornoaksi sehingga hal- tertentu dan seni tari dan kebudayaan hal yang bersentuhan dengan budaya akan tetap terus berlangsung dengan bisa didiskusikan dengan cara baik-baik. mengedepankan Dengan adanya batasan dan definsi yang jelas dari pornografi dan pendidikan dan bidang ilmu konsep pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya. pornoaksi adalah untuk pornografi harus Model berbusana dari zaman ke jelas tentang gambar, foto dan yang zaman terus mengalami perubahan dan sesuai fungsi dan kegunaannya bila perkembangan dibutuhkan dalam tingkat pendidikan diakibatkan dengan adanya pola pikir, dan bidang studi tetap diperbolehkan konsep, dengan alasan pembelajaran karena politik dan pengaruh ide-ide dan unsur sasarannya dan budaya yang lain, sehingga diperlukan pengembangan ilmu pengetahuan ini upaya untuk menyelesaikan tindakan tentu tidak bisa disamakan dengan pencegahan jika berakibat buruk pada pornografi yang dilarang. pemakai adalah Pornoaksi pendidikan harus orientasi, busana, pada umumnya perubahan dengan sosial demikian didefinisikan situasi tertentu etika berbusana yang dengan batasan-batasan pengecualian muncul dari norma-norma dan nilai-nilai 26 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 agama akan bermanfaat pada pencegahan terhadap kekerasan pada pengendalian peristiwa, bersifat alamiah dan menggunakan analisis induktif. perempuan. Cara-cara berbusana yang Subyek baik juga bisa mempengaruhi psikologi masyarakat seseorang menangani dengan demikian berbusana etika penelitian dan adalah pemerintah dan ditangani yang berkaitan hendaknya dengan masalah kekerasan terhadap ditumbuhkembangkan atau dicanangkan perempuan sebagai salah satu dampak pada masyarakat berbusana bisa sehingga cara dari belum adanya batasan pornografi, dikontrol dan pornoaksi dan etika berbusana. menciptakan kondisi di lingkungan hidup bermasyarakat. Subyek meliputi penelitian LSM adalah (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang menekuni masalah METODE PENELITIAN perempuan, Rumah Sakit, Kepolisian, Wawancara dilakukan langsung terhadap masyarakat yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan Lembaga Pemberdayaan kekerasan, aparat keamanan, yayasanyayasan yang menampung korban- korban tindakan kekerasan terhadap perempuan. Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, computer, tape recorder, handycame, kamera. Perempuan, Biro Depsos, Mahasiswa dan Dosen serta Ulama. yang masuk wilayah-wilayah tersebut, yaitu korban-korban kekerasan, pelaku Pemasyarakatan, Hasil data penelitian kualitatif dari hasil wawancara dianalisis dengan sebagai dan angket langkah-langkah berikut, Menggambarkan temuan yang masih bersifat umum dan menyeluruh tercakup dalam lingkup permasalahan, menemukan kesamaan dan perbedaan, membentuk taksonomi Setelah dilakukan wawancara kemudian disimpan sebagai arsip baik berupa data, gambar, film, atau tulisan, sesuai gejala yang diamati, menyusun proporsi teoritis, pengamatan dan wawancara lanjut serta triangulasi data. artikel. (1) Melakukan responden atau pooling langsung atau mengambil HASIL DAN PEMBAHASAN pooling pendapat berdasarkan hasil dari media yang bonafit sebagai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid; (2) Melakukan kerjasama dengan aktivis kajian wanita serta LSM yang terkait. Penelitian pendekatan ini kualitatif menggunakan karena terjadi dalam kehidupan nyata, tidak dilakukan Informan penelitian meliputi: LRC KJ HAM Semarang di jalan Lemah Gempal II No A. Rumah Sakit Tugu Semarang sebagai pusat penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan (Krisis Trauma Poltabes/Polda Narapidana Center), Jateng, Kelas I, Bareskrim LP Boja dan Biro 27 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 Pemberdayaan Perempuan (BPP) Jawa emosional, dendam, referensi dari kitab Tengah Mahasiswa dan Dosen. surat Jenis perempuan kekerasan antara terhadap perselingkuhan serta karena sesudah melihat VCD Porno. perkosaan, Etika berbusana menjadi salah pelecehan seksual dan kasus dalam satu faktor walaupun tidak dominan rumah yang terjadinya tindak kekerasan terhadap kekerasan perempuan. Secara individu sebagian tangga menyebabkan lain: Epesius, (fisik). Faktor terjadinya terhadap perempuan berdasarkan hasil besar wawancara adalah berbusana dapat menjadi salah satu meliputi: ekonomi, alternatif mencegah/mengurangi kasus pakaian, teman, berbagai para informan faktor perselingkuhan, dendam, kecemburuan referensi dari informan kekerasaan setuju terhadap jika etika perempuan keluarga, meskipun secara kelembagaan tidak emosional, bisa diterima karena belum adanya pendidikan dan lingkungan serta belum undang-undang yang disyahkan. Untuk adanya UU Pornografi dan Pornoaksi. memahami kitab, etika berbusana, perlu terjadinya dipahami tentang etika. Menurut Frans kekerasan terhadap perempuan bisa Magiz-Suseno (1991 : 13-14), Etika disebabkan dari korban/si wanita yang ialah ilmu yang mencari orientasi, etika menjadi korban maupun karena dari si mau pelaku kekerasan. mengikuti ajaran moral tertentu, atau Faktor-faktor mengerti mengapa kita harus Dilihat dari si korban/perempuan bagaimana kita dapat mengambil sikap faktor-faktor yang mendukung terjadinya yang bertanggung jawab berhadapan tindak pelecehan dengan ajaran moral. H. Habullah Bakry pendidikan, (1970 : 64) Mengemukakan etika yaitu ekonomi yang rendah, keluarga, suka ilmu yang menyelidiki mana yang baik sama suka, berada di jalanan yang sepi, dan mana yang buruk dengan melihat pacaran tidak disetujui, datang ke kost pada amal perbuatan manusia sejauh pria. Faktor-faktor ini disebabkan karena yang dapat diketahui akal pikiran. Etika kurangnya pengetahuan/pendidikan baik berbusana sebagai tindakan antisipasi dari walaupun kekerasan seksual dan disebabkan dalam keluarga maupun mencegah masyarakat. Pelaku kekerasan menyebutkan beberapa berbuat tidak faktor yang busana karena yang memperlihatkan bentuk-bentuk sensual mendukung tubuh bisa mendorong tindak kekerasan disebabkan terutama pelecehan seksual. kekerasan kecemburuan, suka mendasar sama suka, Sebagian besar faktor busana di tempat panti pijat, birahi/nafsu syahwat tidak dominan menjadi penyebab muncul, tubuh sensual, terlihat sikap terjadinya tindak kekerasan terhadap 28 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 perempuan. Secara individu sebagian sehingga perlu UU yang mengatur dan besar etika mengesahkannya. berbusana dapat menjadi salah satu Pornografi informan setuju jika oleh sebagian alternatif mencegah/mengurangi kasus informan kekerasaan dikatakan sebagian gambar/lukisan/foto terhadap perempuan berpendapat pornografi meskipun secara kelembagaan tidak yang bisa diterima karena belum adanya meningkatkan undang-undang yang disyahkan. Etika pengamat dan dapat mempengaruhi berbusana sebagai tindakan antisipasi cara walaupun memberi kontribusi negatif pada orang tidak mencegah mendasar karena busana yang sensual nafsu berfikir lain. telanjang yang Sedangkan sehingga birahi pada buruk si sehingga pornoaksi adalah memperlihatkan bentuk-bentuk sensual gerakan erotis tubuh bisa mendorong tindak kekerasan timbulnya syahwat atau membangkitnya terutama pelecehan seksual. nafsu birahi baik berupa adegan erotis Pornografi digambarkan oleh yang bisa membuat yang dilakukan di depan umum baik sebagian informan sebagai pelukisan secara yang diwujudkan dalam bentuk gambar, sehingga biasa berpengaruh buruk pada foto, dan tulisan dari artikel dalam media khalayak umum. tertentu dengan tujuan untuk langsung Etika atau lewat berbusana media memiliki membangkitkan nafsu birahi dengan konsep yang tidak sama antara etika menonjolkan semua yang berbau seks. berbusana di Negara kita dengan luar Pornoaksi digambarkan ncgeri bahkan di Indonesia pun memiliki sebagai bagian dari pornografi bahkan pedoman yang tidak sama misalnya sebagian informan tidak setuju dan tidak busana Jawa, dengan Dayak tahu Papua. konsep juga pornoaksi. Pornoaksi Sehingga serta konsepnya sebenarnya sudah melekat pada definisi disesuaikan pornografi, karena jika sudah termasuk daerah/Negara pornografi berarti didalamnya ada unsur berbusana pornoaksi. berpakaian yang dominan dipakai olah Sebagian pendapat informan dengan masing-masing. dipandang masyarakat dan mendefinisikan bahwa pornoaksi lebih menimbulkan pro cenderung masyarakat. Etika pada aktivitas, gerakan situasi Etika sebagai diakui dan cara serta tidak kontra pada berbusana dibuat maupun perbuatan bahkan hanya mimik berdasarkan keyakinan agama dan adat yang istiadat yang diakui masyarakat secara sengaja ditujukan untuk mayoritas meningkatkan nafsu birahi. Pornografi dan pornoaksi meliputi tataran agama ataupun adat istiadat serta pemerintah. memiliki batasan konsep yang berbeda, 29 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 Metode Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan Metode kekerasan terhadap pencegahan penanganan f) Menegakkan (pendidikan dan penyampaian pelatihan) informasi bagi terhadap dan serta perempuan secara proporsional; g) Memasyarakatkan cara berbusana umum maupun pada korban dan si yang baik sesuai etika berbusana pelaku yang berlaku dan berorientasi pada yang dilakukan oleh pemerintah dan elemen masyarakat pembinaan lainnya baik organisasi pemerintah, kepada masyarakat; spiritual non pemerintah antara lain: LSM, h) Mengadakan LBH, kepolisian, sekolah, perguruan kepada tinggi, pemerintah daerah, ulama tindakan dan masyarakat lain; menghadapi b) Setiap warga masyarakat berkewajiban melakukan pembinaan dan moral pelatihan-pelatihan mesyarakat sebagai antisipasi dalam kemungkinan- kemungkinan buruk yang terjadi; i) Memaksimalkan peran tokoh agama moral, mental sepiritual dan akhlak dan baik hukum pada diri sendiri, keluarga masyarakat serta disesuaikan penegak aturan yang maupun masyarakat; sudah ada dengan mengedepankan Perlu perumusan dan pengkajian perlindungan terhadap perempuan lebih mendalam tentang batasan tanpa definisi pornografi dan pornoaksi sendiri; unruk d) sanksi pelanggar dan pelaku kekerasan edukasi advokasi kepada masyarakat secara c) hukum peradilan/pemberian komunikasi, kekerasan terhadap perempuan perempuan adalah meliputi; a) Melakukan kasus disyahkan dalam UU j) Perlu merugikan perempuan kerjasama itu antar umat unsur tokoh sehingga tidak menimbulkan pro masyarakat dan kontra; masyarakat, seniman, budayawan Perlu mensosialisasikan peraturan dan elemen masyarakat lain. baik dan batasan definisi yang sudah diberlakukan sehingga masyarakat SIMPULAN DAN SARAN Dari semua uraian yang telah faham e) Secara bahu membahu antar elemen bangsa dalam dan luar negeri untuk kerjasama, membantu kegiatan advokasi, rehabilitasi dan edukasi dalam pencegahan dan dipaparkan di atas, secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Definisi pornografi adalah pelukisan gambar yang sensual atau telanjang sehingga membangkitkan nafsu birahi pada si pangamat dan dapat 30 TEKNOBUGA Volume 1 No.1 – Juni 2014 mempengaruhi cara berfikir yang waktu dan masyarakat sekitar serta buruk sehingga memberi kontribusi berberlakuan Undang-undang yang yang negatif terhadap orang lain. memberi Pornoaksi adalah gerakan erotis perempuan yang budaya, bisa membuat timbulnya perlindungan baik secara politik, syahwat atau membangkitkan nafsu agama/keyakinan. birahi baik berupa adegan erotis Saran yang terhadap kultur, dan disampaikan yang dilakukan di depan umum berdasarkan hasil penelitian ini adalah secara langsung atau lewat media diberlakukannya sehingga berpengaruh buruk pada Pornografi khalayak umum. Etika berbusana batasan yang jelas antara definisi dan adalah yang pornografi oleh pemerintah sehingga dominan di masyarakat dan diakui masyarakat tahu dan akan menghindari serta tidak menimbulkan pro dan atau kontra kesadaran dan sanksi hukum. cara berpakaian berdasarkan aturan dan Undang-undang Pornoaksi mengendalikan diri dengan karena keyakinan, agama, ataupun adat istiadat yang diakui masyarakat DAFTAR PUSTAKA tersebut baik pada tataran agama maupun adat istiadat serta pemerintah. 2) Faktof-faktor yang memicu tindak kekerasan adalah terhadap sikap perempuan perilaku yang mendasar memang sudah buruk juga faktor budaya, dan politik. Faktor busana merupakan faktor yang tidak mendasar tetapi sebagai salah satu alternatif tindakan antisipatif. 3) Metode pencegahan pendidikan pentingnya keseluruhan sejak dini perilaku dan meliputi dan Arifah A. Riyanto 2003, Teori Busana Bandung Yapemdo. Magiz-Suseno 1991, Etika dasar masalah-masalah pokok filsafat moral, Yogyakarta Kanisius Habullah Bakry 1970, Sistematik filsafat Jakarta Wijaya Purwadi 2007, Busana Jawa, Yogyakarta Shaida Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. 2003. p 309 www.Jender.or.id R Valentina Sagala,2006. www.Kedaulatan rakyat.com download Maret 2006. www.suaramerdeka.com. download Maret 2006 secara kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar baik 31