JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi HM. Pudjihardjo DINAMIKA PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN TUNTUTAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Siti Sunrowiyati ANALISA PENERAPAN PENGGUNAAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Sandi Eka Suprajang PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN Rony Ika Setiawan PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI POP MIE Aris Sunandes PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL KOTA BLITAR Iwan Setya Putra PERANCANGAN SISTEM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENGENDALIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH YANG EFEKTIF Tedy Asprino LAPORAN DAN ANALISIS RASIO KEUANGAN [Vol 2, No. 2] Hal. 84 - 161 Desember 2010 Diterbitkan oleh: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESUMA NEGARA BLITAR Jl. Mastrip 59 Blitar 66111, Telp./Fax : (0342) 802330/813779 Email : [email protected] [STIE KESUMA NEGARA BLITAR] ISSN 2088-6268 Vol.2, No. 2, Desember 2010 ISSN 2088-6268 JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi Daftar Isi: HM. Pudjihardjo DINAMIKA PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN TUNTUTAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA (Hal. 84 - 93) Siti Sunrowiyati ANALISA PENERAPAN PENGGUNAAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LAPORAN KEUANGAN (Hal. 94 - 106) Sandi Eka Suprajang PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN (Hal. 107 - 115) Rony Ika Setiawan PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI POP MIE (Hal. 116 - 125) Aris Sunandes PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL KOTA BLITAR (HAL. 126 - 132) Iwan Setya Putra Tedy Asprino PERANCANGAN SISTEM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENGENDALIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH YANG EFEKTIF (HAL. 133 - 148) LAPORAN DAN ANALISIS RASIO KEUANGAN (Hal. 149 - 161) iii PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL KOTA BLITAR Aris Sunandes Abstrak : Family consumption is one of the economic activities of families to meet the various needs of goods and services. This research was conducted to determine the variables income, education, occupation and family size on consumption patterns in the District of Blitar. The method used in this study multiple regression analysis with validity and reliability test data and test the assumptions of classical statistics and hypothesis testing of the F test and t test by comparing the results of calculations with statistical tables. The results of the study proved there is an influence relationship between socio-economic conditions of families, including income, education, occupation and family size simultaneously on consumption patterns in the District of Blitar. In Partial turns out there is an influence relationship between socio-economic conditions of families that include income, occupation and family size are partial to the consumption patterns in the District of Blitar. While education does not significantly influence the consumption patterns in the District of Blitar. Socioeconomic factors influence a family's most dominant effect on consumption patterns in the District of Blitar is family size. With more families or large, hence its need for basic things just to be increasing, household size may indicate of household expenses. Keyword : Family Income, consumption pattrern I. A. Pendahuluan Latar Belakang Todaro (2000) menyatakan, tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Kualitas hidup yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan lebih tinggi, namun yang dibutuhkan bukan hanya itu. Pendapatan yang lebih tinggi itu hanya merupakan salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya juga harus diperjuangkan, yakni pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar nutrisi (pangan), kesehatan, penanggulangan kemiskinan dan pemerataan kesempatan kerja. Lebih lanjut ia katakan pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial. Jadi, pada hakekatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara materil maupun spiritual. Perhatian pemerintah terhadap pentingnya penduduk sebagai sumber daya pembangunan semakin terasa. Penduduk tidak sekedar dilihat sebagai faktor produksi bersama-sama dengan faktor produksi lainnya dalam menghasilkan barang dan jasa, tetapi sudah dilihat sebagai produsen, konsumen, dan sumber motivasi pembangunan (Haris dan Andika, 2002). Komitmen terhadap pentingnya pembangunan keluarga dapat dilihat dari berlakunya Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Komitmen pemerintah semakin nyata terlihat dengan mulai dimasukkannya dalam GBHN tahun 1993 yaitu mengenai sektor keluarga sejahtera, yang memberikan arah terhadap pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera. Pembangunan keluarga sejahtera adalah merupakan upaya menyeluruh dan terpadu yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. B. 1. 2. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pendidikan, jenis pekerjaan dan ukuran keluarga) terhadap pola konsumsi. Apakah ada pengaruh antara kondisi sosial ekonomi tersebut dengan pola konsumsi. 126 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kaitan antara kondisi sosial ekonomi dengan pola konsumsi. II. A. Tinjauan Pustaka Keluarga Sejahtera Undang-undang No. 10 tahun 1992 yang telah dirujuk menjadikan keluarga sebagai satuan sosial terkecil dalam masyarakat, sekaligus sebagai suatu lembaga yang amat penting dalam kehidupan manusia. Lembaga keluarga dalam budaya masyarakat kita dianggap sebagai suatu jalinan jasmani, rohani dan sosial yang mendasar dan mengakar dalam kehidupan, lembaga keluarga ini sarat dengan fungsi (Achir, 1993). Menurut Selo Sumarjan dalam Hatmaji (1993), keluarga merupakan institusi perantara (mediator) antara individu dengan masyarakat. Sehubungan dengan itu, keluarga memiliki beberapa fungsi antara lain reproduksi, ekonomi, afeksi, proteksi, sosialisasi dan keagamaan. Dengan adanya pergeseran nilai dalam keluarga tersebut mengakibatkan juga terjadi perubahan pola konsumsi barang dan jasa dalam keluarga. Keberhasilan program pemerintah dalam bidang kependudukan khusunya penurunan fertilitas nampaknya sudah mulai nyata. Keberhasilan ini antara lain berdampak pada perubahan struktur keluarga (Hatmadji, 1993). Lebih lanjut ia mengatakan, struktur keluarga sudah berubah dari keluarga berukuran besar (jumlah anak banyak) ke keluarga berukuran kecil (sedikit anak). Pada tahun 1971 rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Indonesia sebesar 5,3 orang, tahun 1980 mengalami penurunan menjadi 5,2 orang kemudian pada tahun 1990 penurunannya cukup berarti yakni dari 5,2 pada tahun 1980 menjadi 4,5 o rang pada tahun 1990 (Kasto dan Sembiring, 1996). Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1980 mempunyai rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 5,3 orang, tahun 1990 mengalami penurunan menjadi 4,9 orang dan kemudian pada tahun 2000 menjadi 4,6 orang (BPS, 2001). Pada tahun 1980 rata-rata rumah tangga di huni oleh 5 sampai 6 orang anggota rumah tangga yang terdiri dari suami, isteri dan 3 sampai 4 orang anak. Namun pada tahun 2000 telah mengalami penurunan dimana rata-rata setiap rumah tangga hanya dihuni oleh 4 sampai 5 orang anggota rumah tangga, yang terdiri dari suami, isteri dan 2 sampai 3 orang anak. Penurunan rata-rata anggota rumah tangga tersebut menunjukkan diterimanya norma keluarga kecil dan menunjukkan kecenderungan pembentukan keluarga batih atau inti (nuclear family), keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan anak. B. Perubahan Pola Konsumsi Dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa ekonomi merupakan asumsi dalam teori ekonomi seseorang bertindak secara rasional dalam mencapai tujuannya dan kemudian mengambil keputusan yang konsisten dengan tujuan tersebut. Haris dan Andika (2002) mengemukakan beberapa macam kebutuhan pokok manusia untuk bisa hidup secara wajar, yaitu : 1. Kebutuhan pangan atau kebutuhan akan makanan. 2. Kebutuhan sandang atau pakaian. 3. Kebutuhan papan atau tempat berteduh. 4. Kebutuhan pendidikan untuk menjadi manusia bermoral dan berbudaya. Kebutuhan tersebut di atas merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat hidup wajar. Bila kebutuhan itu kurang dapat dipenuhi secara memuaskan maka hal itu merupakan suatu indikasi bahwa kita masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kebutuhan lain seperti : kebutuhan akan perabot rumah tangga, meja, kursi, lemari, alat-alat dapur, radio, televisi dan aneka kebutuhan lainnya, disebut sebagai kebutuhan sekunder atau kebutuhan pelengkap yang ditambahkan sesuai dengan peningkatan pendapatan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, kita membutuhkan uang atau penghasilan. Tanpa bekerja kita tak mungkin mendapatkan penghasilan. Tanpa penghasilan kita tak mungkin dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan hidup secara wajar. Strategi menghemat waktu, merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk mengalokasikan pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan oleh isteri/ibu kepada suami/ayah atau anak-anak. Strategi menghemat waktu termasuk pula 127 pengurangan kuantitas dan kualitas pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan, misalnya mengurangi waktu santai dan kegiatan sosial. Kendala waktu yang dihadapi keluarga masa depan dan strategi untuk mengatasinya akan mempengaruhi pola konsumsi keluarga tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini didukung oleh industri makanan yang memproduksi berbagai jenis makanan jadi, industri restoran dan fast food yang tumbuh pesat (Wilopo, 1998). C. Perilaku Konsumen Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), kebutuhan manusia relatif tidak terbatas sementara sumber daya yang tersedia sangat terbatas, hal ini mengakibatkan manusia dalam memenuhi setiap kebutuhannya akan berusaha memilih alternatif yang paling menguntungkan bagi dirinya. Lebih lanjut ia katakan bahwa timbulnya perilaku konsumen karena adanya keinginan memperoleh kepuasan yang maksimal dengan berusaha mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya, tetapi mempunyai keterbatasan pendapatan. Fungsi Permintaan. Permintaan merupakan jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu. Sukirno (1985) menyatakan permintaan seseorang atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah: a. Harga barang itu sediri b. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat d. Corak ditribusi pendapatan dalam masyarakat e. Citarasa masyarakat f. Jumlah penduduk g. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang D. Ukuran Keluarga Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Dalam suatu rumah tangga biasanya dikepalai oleh seorang kepala rumah tangga, yaitu orang dianggap paling bertanggungjawab atas kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga tersebut, atau orang yang ditunjuk dan dituakan sebagai kepala rumah tangga. Selain kepala rumah tangga terdapat pula anggota rumah tangga yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan kepala rumah tangga seperti isteri, anak, menantu, cucu, orang tua, mertua, famili dan lain-lain. Besarnya rumah tangga menyatakan jumlah seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga tersebut. Besaran rumah tangga dapat memberikan indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi besaran rumah tangga berarti semakin banyak anggota rumah tangga yang selanjutnya semakin berat beban rumah tangga tersebut untuk memenuhi kebutuhannya, terutama untuk rumah tangga dengan tingkat pendapatan rendah (BPS, 2001). Kebutuhan anggota keluarga akan makanan berbeda-beda tergantung dari struktur umur. Menurut Sediaoetama (1985), distribusi kebutuhan pangan dalam keluarga tidak merata, artinya setiap anggota keluarga tersebut mendapat jumlah makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya, menurut umur dan keadaan fisiknya. E. Jenis Pekerjaan Di Indonesia sekitar 70 – 80 % dari seluruh energi untuk keperluan tubuh berasal dari karbohidrat. Menurut Sediaoetama (1989), semakin rendah tingkat ekonomi suatu keluarga maka semakin tinggi persentasi energi tersebut berasal dari karbohidrat, karena energi dari karbohidrat termasuk yang paling murah. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga yang mengalami kemajuan dalam ekonominya, terlihat adanya pergeseran sumber energi dari karbohidrat ke protein dan lemak. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Energi tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar menurut penggunaannya yaitu untuk kebutuhan metabolisme tubuh dan energi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan luar (Sediaoetama, 1985). Walaupun tubuh tidak melakukan pekerjaan atau aktifitas luar seperti tidur, tetap menggunakan energi. Energi tersebut dipergunakan untuk kebutuhan metabolisme sel dalam tubuh. Energi tersebut diperlukan minimal untuk melaksanakan hayat hidup biologis. Untuk melakukan kegiatan fisik yang sama, orang dengan ukuran tubuh besar menggunakan lebih banyak energi dari pada ukuran tubuh kecil, karena untuk menggerakkan tubuh yang lebih besar diperlukan enegi yang lebih banyak. Akan 128 tetapi, kegiatan fisik mempengaruhi lebih banyak pengeluaran energi dari pada pengaruh ukuran tubuh (Suhardjo, 1986). Klasifikasi pekerja menurut status pekerjaan dapat dibagi atas dua kelompok yaitu sektor informal dan formal (Bakir dan Manning, 1984). Klasifikasi tenaga kerja menurut jenis pekerjaan utama dapat dibagi atas tiga jenis yaitu kelompok terampil, setengah terampil dan tidak terampil. F. Pendidikan Investasi sumber daya manusia bukan merupakan tanggung jawab salah satu sektor pembangunan tetapi bersifat multisektor seperti pendidikan, kesehatan, program kependudukan dan lain-lain. Namun demikian, di antara berbagai bentuk investasi sumber daya manusia tersebut, pendidikan dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan sumber daya manusia, dengan asumsi bahwa semakin terdidik seseorang, semakin tinggi pula kesadarannya terhadap pembentukan keluarga sejahtera. Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula produktivitasnya, dan semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pendapatan keluarga (Ananta,1993). Tingkat pendidikan kepala keluarga juga berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga. Hasil Survei Biaya Hidup tahun 1989 mendukung keterkaitan tersebut. Hasil survei membuktikan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin kecil persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan (Sumarwan 1993). G. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Kondisi sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pendidikan, jenis pekerjaan dan ukuran keluarga) mempengaruhi pola konsumsi keluarga. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian (explanatory research) dan penelitian deskriptif (deskriptif research). menerangkan A. Waktu dan Lokasi Penelitian Suatu hal yang sangat penting dalam penelitian adalah menentukan waktu dan lokasi penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini berlangsung selama dua bulan dari bulan Agustus sampai dengan September 2008. Lokasi penelitian yang dipilih secara purposive yaitu pada Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar, dengan pertimbangan bahwa pada daerah tersebut mempunyai jumlah keluarga relatif merata menurut tahapan keluarga. B. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini yaitu semua keluarga yang ada pada Kelurahan tersebut, yaitu sebanyak 1.652 Keluarga. Populasi yang homogen jarang ditemukan dalam kehidupan sosial (Gulo,1999). Lebih lanjut dikatakan, keragaman di antara anggota populasi dinyatakan dengan ukuran variance atau standar deviasi. Apabila variasi cukup besar maka pengambilan sampel secara acak tidak bisa dilakukan secara langsung, perlu mengkalisfikasikan lebih dahulu menurut keragaman. D. Definisi Operasional 1. Pendapatan Pendapatan Keluarga diukur dengan banyaknya akumulasi pendapatan semua anggota keluarga, setelah dikonpersi menjadi per bulan, jadi satuannya adalah rupiah per bulan (Rp/bulan). Pendapatan keluarga dibagi atas 3 kelompok, kelompok pendapatan terendah yaitu kurang dari Rp. 450.000,-perbulan diambil sebagai dasar pengelompokan dimana angka tersebut mendekati Upah Mimum Propinsi (UMP). Adapun kelompok pendapatan tersebut sebagai berikut : 2. Tingkat Pendidikan (Pdd) Tingkat pendidikan Kepala keluarga adalah suatu tingkatan dalam bidang pendidikan formal yang telah dicapai, dinyatakan dengan tahun sukses. Untuk analisis deskriptif, variabel ini dikelompokkan sebagai berikut : 129 3. 4. 5. 6. 7. a. SD ke bawah b. SLTP c. SLTA ke atas Ukuran Keluarga (Uk) Ukuran keluarga adalah jumlah anggota yang menjadi tanggungan suatu keluarga atau banyaknya anggota keluarga. Untuk analisis statistik, variabel ini dikelompokkan menjadi : Jenis pekerjaan (Jpk) a. Kelompok terampil yang teridiri dari PNS/pensiunan TNI, pegawai swasta dan wiraswasta b. Kelompok tidak terampil terdiri dari buruh, tukang becak, sopir angkot, nelayan dan tukang tempel ban Pola konsumsi Untuk keperluan analisis inferensial, pola konsumsi ditransformasikan menjadi variabel indikator atau dummy variabel. a. Alokasi pengeluaran untuk kebutuhan pangan lebih besar atau sama dengan 50 % dari total pengeluaran : 1 b. Alokasi pengeluaran untuk kebutuhan pangan kurang 50 % dari total pengeluaran : 0 Keluarga Keluarga adalah seseorang atau sekelompok orang yang tinggal disuatu tempat dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Makan bersama dari satu dapur artinya mengurus kebutuhan hidup sehari-hari secara bersama-sama. Tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan adalah suatu tingkatan yang menyatakan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara keluarga, masyarakat dan lingkungan. Dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat kesejahteraan, maka keluarga dikelompokkan atas 5 tahap (BKKBN 1999), yaitu : Untuk keperluan analisis statistik, tahap keluarga sejahtera dibagi atas dua kelompok yaitu a. Keluarga pra sejahtera dan KS I disebut keluarga miskin b. Keluarga lainnya ( KS II, KS III dan KS III+ ) disebut keluarga tidak miskin E. Teknik Analisis Data Memperhatikan variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini, yang tediri dari variabel kontinyu dan diskrit maka model analisis yang cocok digunakan adalah model regresi logistik (Agung, 1993), dengan formulasi sebagai berikut : Y = a + bX Y X a b IV. : : : : Pola Konsumsi keluarga Pendapatan keluarga konstanta koefisien betta PEMBAHASAN Mengacu pada hasil penelitian ternyata ada pengaruh hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendapatan, pendidikan, jenis pekerjaan dan ukuran keluarga secara bersama-sama terhadap pola konsumsi di Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa semakin meningkat kondisi sosial ekonomi keluarga, maka semakin meningkat pula pola konsumsi keluarga. Didukung oleh Joesron dan Fathorrozi (2003), bahwa kebutuhan manusia relatif tidak terbatas sementara sumber daya yang tersedia sangat terbatas, hal ini mengakibatkan manusia dalam memenuhi setiap kebutuhannya akan berusaha memilih alternatif yang paling menguntungkan bagi dirinya. Lebih lanjut ia katakan bahwa timbulnya perilaku konsumen karena adanya keinginan memperoleh kepuasan yang maksimal dengan berusaha mengkonsumsi barang dan jasa sebanyakbanyaknya, tetapi mempunyai keterbatasan pendapatan. 130 Apabila mengacu pada hasil penelitian ternyata ada pengaruh hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendapatan, jenis pekerjaan dan ukuran keluarga secara sendiri-sendiri terhadap pola konsumsi di Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Sedangkan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi di Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Tingkat pendidikan kepala keluarga juga berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga. Hasil Survei Biaya Hidup tahun 1989 mendukung keterkaitan tersebut. Hasil survei membuktikan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin kecil persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan (Sumarwan 1993). Namun sebaliknya belum tentu mereka yang mempunyai pendidikan tinggi mempunyai tingkat pola konsumsi yang tinggi pula. Jadi untuk meningkatkan pola konsumsi dapat dilakukan dengan meningkatkan pendapatan, jenis pekerjaan dan ukuran keluarga tersebut. Faktor sosial ekonomi keluarga yang paling berpengaruh dominan terhadap pola konsumsi di Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar adalah ukuran keluarga. Dengan keluarga yang lebih banyak atau besar, maka dengan sendirinya keperluan untuk halhal pokok saja seperti sandang, pangan dan papan sudah terlihat menjadi lebih banyak dibandingkan dengan keluarga kecil. Besarnya rumah tangga menyatakan jumlah seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga tersebut. Besaran rumah tangga dapat memberikan indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi besaran rumah tangga berarti semakin banyak anggota rumah tangga yang selanjutnya semakin berat beban rumah tangga tersebut untuk memenuhi kebutuhannya, terutama untuk rumah tangga dengan tingkat pendapatan rendah (BPS, 2001). V. 1. 2. 3. KESIMPULAN Hasil penelitian ternyata ada pengaruh hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendapatan, pendidikan, jenis pekerjaan dan ukuran keluarga secara bersama-sama terhadap pola konsumsi di Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar. Apabila mengacu pada hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa semakin meningkat kondisi sosial ekonomi keluarga, maka semakin meningkat pula pola konsumsi keluarga. Hasil penelitian ternyata ada pengaruh hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga yang meliputi pendapatan, jenis pekerjaan dan ukuran keluarga secara partial terhadap pola konsumsi di Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar. Sedangkan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi di Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga justru semakin kecil pola konsumsi keluarga tersebut. Faktor sosial ekonomi keluarga yang paling berpengaruh dominan terhadap pola konsumsi di Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar adalah ukuran keluarga. Dengan keluarga yang lebih banyak atau besar, maka dengan sendirinya keperluan untuk hal-hal pokok saja seperti sandang, pangan dan papan sudah terlihat menjadi lebih banyak dibandingkan dengan keluarga kecil. Besarnya rumah tangga menyatakan jumlah seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga tersebut. Besaran rumah tangga dapat memberikan indikasi beban rumah tangga. 131 DAFTAR PUSTAKA Abustam, M. Idrus. 1989. Gerak Penduduk, Pembangunan dan Perubahan Sosial. UIPress. Jakarta Ackley, Gardner. 1961. Teori Ekonomi Makro. Terjemahan oleh Paul Sitohang. 1983. Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Agung, I.Gusti. 1993. Metode Penelitian Sosial Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta Badan Koordinasi Keluarga Berencana Pendataan Keluarga. Jakarta Nasional. 1992. Petunjuk Teknis Harper, Laura J. Pangan, Gizi dan Pertanian. Terjemahan oleh Suhardjo. 1986. UI-Press. Jakarta. Hatmadji, Sri Harijati. 1993. Transisi Keluarga di Indonesia Suatu Tinjauan Demografis. Warta Demografi. Tahun ke-23 No.5. LD.FEUI. Jakarta. Joesron, T. Suhartati dan M. Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta. Sediaoetama, A. D. 1985. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jilid I. Dian Rakyat. Jakarta. Singarimbun dan Effendi . 1995. Metode Venelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Sorjani, M. 1986. Ekologi, Pengelolaan SDA dan Industrialisasi. Prisma. Jakarta. Sukarni, M. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta. Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori Mikroekonomi. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta Sumarwan. 1993. Keluarga Masa Depan dan Perubahan Pola Konsumsi. Warta Demografi. Tahun ke-23 No.5. LD.FEUI. Jakarta. Suryadi, A. 1997. Pendidikan, Investasi dan Pembangunan. Pusat Informatik Balitbang Dikbud. Jakarta. 132