analisis klorin terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam

advertisement
ANALISIS KLORIN TERHADAP KELUHAN IRITASI MATA
PADA PENGGUNA KOLAM RENANG PEMERINTAH DI
JAKARTA SELATAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Oleh:
IBNU BURHANUDIN
1111101000085
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
1
Demi pertemuan dengan-Nya...
Demi kerinduan kepada utusan-Nya...
Demi bakti kepada orangtua...
Demi manfaat kepada sesama...
Untuk itulah semua ini ditulis.
Semoga niat ini tetap lurus...
Semoga menjadi ibadah...
Semoga menjadi amal jariyah...
Semoga bermanfaat...
Aamiin...
-
2
Xx, IB
3
4
5
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juli 2015
Ibnu Burhanudin, NIM : 1111101000085
Analisis Klorin Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam
Renang Pemerintah Di Jakarta Selatan Tahun 2015
(IX + 92 halaman + 11 tabel + 3 bagan + 20 lampiran)
ABSTRAK
Kolam renang menggunakan klorinasi sebagai metode sanitasi untuk
mempertahankan agar air kolam renang tetap terjaga kualitasnya. Menurut
PERMENKES RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa klor dan pH
yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L dan 6,8
– 8,5. Sebagai desinfektan, sisa klor dan pH dalam penyediaan air sengaja
dipelihara. Untuk mengetahui hubungan antara kadar sisa klor, waktu
kontak klor, pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang.
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik acccidental sampling.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 perenang di
kolam renang Bulungan dan Ragunan, terdapat 66,7% perenang yang
mengalami keluhan penglihatan kabur, mata gatal, mata terasa panas, mata
terasa perih dan mata memerah setelah berenang selama 10 menit dengan
rata rata kadar sisa klor 0,1 mg/L. Kadar sisa klor tersebut sudah tidak
mencapai atau memenuhi syarat dimana batas aman terendah untuk sisa klor
adalah 0,2 mg/L.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kadar
sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang
Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015 dengan nilai p = 0,000 (pvalue<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800). Tidak
ada hubungan bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi
mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015
dengan nilai p= 0,183 (p-value>0,05) dan nilai OR sebesar 1,693 (95%CI :
0,790 – 3,629). Ada hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan
iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun
2015 dengan nilai p = 0,000 (p-value<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468
(95%CI : 2,336 – 12,800).
Kolam renang pemerintah Jakarta Selatan harus memberikan pelatihan
mengenai pengelolaan air kolam renang kepada petugas kolam renang.
Sebaiknya dalam pemantauan kadar sisa klor pada air kolam renang, pihak
kolam renang Bulungan dan Ragunan mempertimbangkan kembali
mengenai metode desinfeksi yang tidak tepat selama ini karena proses
desinfeksi dilakukan secara manual bukan dengan automatic dosing, sesuai
dengan standar WHO.
Daftar Bacaan : 88 (1942 – 2015)
Kata Kunci : Iritasi mata, sisa klor, pH, kolam renang
6
STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, July 2015
Ibnu Burhanudin, NIM: 1111101000085
Chlorine Analysis Against Eye Irritation Complaints On Pool Users At
Pool Of Governments in South Jakarta 2015
(IX + 92 pages + 11 table + 3 chart + 20 attachment)
ABSTRACT
Pool using chlorination as a sanitary method for keeping the pool water
quality to be maintained. According to PERMENKES No. 416 / Menkes / Per / IX /
1990 levels of residual chlorine and pH are allowed in the pool water is (0.2-0.5)
mg / L and 6.8 to 8.5. As a disinfectant, chlorine residual and pH in water supply
deliberately maintained. To determine the relationship between levels of residual
chlorine, chlorine contact time, the pH of the eye irritation complaints on pool
users. This type of research is analytic observational with cross sectional design.
Acccidental sampling using sampling. Based on the results of preliminary studies
conducted in 30 swimmers in the pool Bulungan and Ragunan, there were 66.7%
swimmer who had complaints of blurred vision, eye itching, eye feels hot, eyes sore
and red eyes after swimming for 10 minutes with an average level chlorine residual
of 0.1 mg / L. The levels of residual chlorine is not reached or qualify where the
lowest safe limits for residual chlorine is 0.2 mg / L.
The results showed no significant correlation between the levels of residual
chlorine to complaints irritation of the eyes on the pool government in South
Jakarta in 2015 with a value of p = 0.000 (p-value <0.05) and the OR of 5.468
(95% CI: 2.336 to 12.800 ). There is no significant relationship between chlorine
contact time to complaints irritation of the eyes on the pool government in South
Jakarta 2015 with a value of p = 0.183 (p-value> 0.05) and the OR of 1.693 (95%
CI: 0.790 to 3.629). There is a significant relationship between the pH of the eye
irritation complaints in the pool government of South Jakarta in 2015 with a value
of p = 0.000 (p-value <0.05) and the OR of 5.468 (95% CI: 2.336 to 12.800).
Swimming pool of government in South Jakarta should provide training
about the management of the pool water to the pool attendant. Preferably in the
monitoring of the levels of residual chlorine in the pool water, Bulungan and
Ragunan swimming pool must reconsider the disinfection method that is not
appropriate, because the disinfection process still manually rather than with
automatic dosing, according to WHO standards
Reference : 88 (1942 – 2015)
Keyword : Eye irritation, chlorine residue, pH, swimming pool
7
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Klorin
Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Di
Jakarta Selatan Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada
Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti.
Aamiin.
Dalam penulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian
ini, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan ide, masukkan
kritik dan saran perbaikan terhadap penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Keehatan
Masyarakat.
3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar,MARS. sebagai pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama
penyusunan skripsi.
8
4. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen
Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
5. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta doa yang
selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
6. Teman – teman sekelas Kesling 2011: Rois Solichin, Chandra Perdana,
Almen Fercudani, Hari Agus Pranata, Sarah Islamia Dhahono Putri, Betti
Ronayan Adiwijayanti, Ika Amalia Putri, Niken Kusuma Wardani, Putri
Widiastuti, Sri Wahyu Fitria, Efri Malisa Dwi Putri, Alifia Nadanti, Feela
Zaki Safitri, Ika Nur Atikoh, Shela Ayu Puryandini, Nurul Fajriati
Praptika Putri, Nabila Dewi Ichsani, Anantika Anissa, Sarah Ajeng
Kusumarani, Awaliyah Rizka Safitri, Eka Lestari Sitepu, Ukhfiya Qurrota
Ayuni dan Nur Ihsani Rahmatika
7. Teman teman se - angkatan Kesmas 2011, ENVIHSA UIN Syarif
Hidayatullah dan HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
yang selalu memberikan semangat dan dorongan agar saya bisa menjadi
pribadi yang lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.
“Wassalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Ciputat, 28 Juli 2015
Penulis
9
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
1.3. Pertanyaan Penelitian.............................................................................. 8
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................... 8
1.4.2. Tujuan Khusus .......................................................................... 9
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 12
2.1.Iritasi Mata ................................................................................................. 12
2.2.Air
....................................................................................................... 16
2.3.Sumber Air ................................................................................................. 17
2.4.Penggolongan Air Berdasarkan Peruntukannya......................................... 18
2.5.Kolam Renang
2.6.
.................................................................................... 19
Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang ............................................. 19
2.7.Pengolahan Air Kolam Renang
.......................................................... 26
2.8.Penambahan Air Kolam Renang
.......................................................... 34
2.9. Pembuangan Air Kolam Renang
.......................................................... 34
2.10.
Kerangka Teori ................................................................................... 35
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS .................................................................................................. 37
3.1. Kerangka Konsep
............................................................................... 37
3.2. Definisi Operasional ............................................................................... 40
3.3. Hipotesis
............................................................................................. 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 44
4.1. Desain Penelitian
............................................................................... 44
10
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 44
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 44
4.3.1.
Populasi dan sampel manusia ............................................................. 44
4.3.2.
Alur Pengambilan Sampel .................................................................. 46
4.3.3.
Sampel Air Kolam Renang ................................................................ 46
4.4. Pengumpulan Data
4.4.1.
............................................................................... 48
Data Primer ........................................................................................ 48
4.4.1.1.Pengukuran ........................................................................................... 48
4.4.1.1.1. Pengukuran Kadar Sisa Klor .......................................................... 49
4.4.1.1.2. Pengukuran pH pada Sisa Klor ...................................................... 49
4.4.1.2.Lembar Checklist ................................................................................. 50
4.5. Manajemen dan Analisis Data ................................................................. 50
4.5.1.
Manajemen Data ................................................................................ 50
4.5.2.
Analisis Data ...................................................................................... 51
4.5.2.1.Analisis Univariat................................................................................. 51
4.5.2.2.Analisis Bivariat ................................................................................... 52
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 53
5.1
Gambaran Umum ............................................................................... 53
5.2
Karakteristik Responden .................................................................... 60
5.3
Gambaran Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi Mata di
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 61
5.4
Gambaran Parameter Kadar Sisa Klor, Waktu Kontak Klor dan pH Di
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 62
5.5
Hubungan Kadar Sisa Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 65
5.6
Hubungan Waktu Kontak Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada
Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan..................................... 66
5.7
Hubungan Kadar pH Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 67
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 68
6.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 68
6.2
Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ........... 85
11
6.3
Kadar Sisa Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan .................................................................................................. 70
6.4
Waktu Kontak Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan.................................................................................................. 75
6.5
Selatan
Kadar pH dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta
.................................................................................................. 80
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 84
7.1
Simpulan............................................................................................. 84
7.2
Saran .................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................. 93
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Daftar Persyaratan Air Kolam Renang ......................................... 20
Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 40
Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Pengguna Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................................. 60
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Pekerjaan Pengguna Kolam Renang
Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 .......................................................... 61
Tabel 5.3 Distribusi Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi
Mata di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 .................... 61
Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Sisa Klor di Kolam Renang
Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 .......................................................... 62
Tabel 5.5 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar
Sisa Klor Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam
Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................. 63
Tabel 5.6 Distribusi Waktu Kontak Klor Pengguna Kolam Renang di
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ................................. 63
Tabel 5.7 Hasil Pemeriksaan Kadar pH di Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................................. 64
Tabel 5.8 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar pH
Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam Renang
Bulungan Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................. 64
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Kadar Sisa Klor Terhadap Keluhan Iritasi
Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Tahun 2015 ...................................................................................................... 65
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Waktu Kontak Klor Terhadap Keluhan
Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Tahun 2015 ...................................................................................................... 66
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Kadar pH Terhadap Keluhan Iritasi Mata
Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015........ 67
13
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 36
Bagan 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................... 39
Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel .............................................................. 46
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan unsur
dasar bagi semua makhluk hidup di bumi. Sejalan dengan waktu dan
kemajuan peradaban, kebutuhan akan air semakin meningkat karena air
yang dibutuhkan penduduk tidak saja untuk keperluan minum tetapi
dibutuhkan juga untuk seperti mandi, cuci, industri, berenang dan kebutuhan
lainnya (Susanna, 2001). Kegunaan air bersih bagi manusia dan sebagian
besar penduduk terutama adalah untuk kepentingan rumah tangga, industri,
pertanian, mandi dan mencuci serta dimanfaatkan untuk keperluan berenang
sebagai sarana untuk olahraga dan rekreasi bagi sebagian besar masyarakat
(Itah dkk., 2004).
Pemanfaatan air untuk berenang saat ini sudah marak digunakan
karena berenang merupakan olahraga yang direkomendasikan sejak zaman
romawi agar tubuh tetap sehat dan bugar (Zarzoso dkk., 2010). Berenang di
kolam renang merupakan kegiatan olahraga atau rekreasi yang banyak
digemari oleh masyarakat termasuk anak - anak dan remaja. Di Amerika
Serikat selama tahun 2009, ada sekitar 301 juta kunjungan berenang setiap
tahunnya oleh pengunjung di atas usia enam tahun. Tiga puluh enam persen
dari anak usia 7 - 17 tahun, dan 15% dari orang dewasa berenang setidaknya
enam kali per tahun di Amerika Serikat (USA Census Bureau, 2012). Di
Jerman sebanyak 250 - 300 juta orang mengunjungi kolam renang setiap
tahunnya. Di Inggris 36% remaja (umur >15 tahun) mengunjungi kolam
15
renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak – anak (umur 5 – 9 tahun)
menggunakan kolam renang setidaknya sebulan sekali (Zwiener dkk.,
2007). Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta diperkirakan hampir 10.000 orang
berenang di kolam renang setiap harinya (Dinas Olahraga dan Pemuda DKI
Jakarta, 2012). Di Kolam Renang Bulungan ada 37.715 pengunjung
sepanjang tahun 2014. Sedangkan Kolam Renang Ragunan diperkirakan ada
36.000 pengunjung sepanjang tahun 2014 (UPT Gelanggang Remaja Jakarta
Selatan, 2014).
Kolam renang umumnya digunakan sebagai sarana olahraga air yang
menyehatkan baik untuk anak - anak maupun dewasa, bahkan sering
disarankan sebagai olahraga yang paling sesuai untuk penderita asma
terutama pada anak - anak (Nemery, Hoet dan Nowak 2002). Kolam renang
juga bukan tempat musiman, sehingga dapat dikunjungi kapan saja dan oleh
semua kalangan (Clement, 1997; Villanueva dan Ribera, 2012). Manfaat
yang bisa didapatkan dari olahraga renang antara lain mengurangi berat
tubuh, baik untuk sistem kardiovaskuler, kekuatan otot, fleksibilitas dan
postur tubuh (Zwiener dkk., 2007). Manfaat olahraga renang bagi kesehatan
sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi dapat menimbulkan risiko dan
keluhan kesehatan jika kualitas air kolam renang diabaikan (Pond, 2005).
Pemeriksaan kualitas air kolam renang secara kimia termasuk salah
satu upaya sanitasi yang dilakukan. Penambahan bahan kimia dianjurkan
untuk pengawasan kualitas air kolam renang dengan batasan tertentu dan
pengawasan yang baik (Center Disease of Control, 2009). Salah satunya
adalah pemberian senyawa kimia berupa senyawa klor berupa kaporit
16
(Ca(OCl2) yang berfungsi untuk menjernihkan dan mendesinfeksi kuman.
Namun, penggunaan kaporit juga harus diperhatikan dengan baik dan harus
sesuai dengan batas aman yang ada. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi
yang kurang dapat menyebabkan desinfektan yang ada di kolam renang
tidak bekerja secara optimal dan menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang berlebih
dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan.
Keluhan kesehatan terjadi mulai dari yang ringan hingga yang berat
dapat menyebabkan penularan melalui kolam renang seperti gejala demam,
batuk, pilek atau infeksi faringo konjungtivitis yang disebabkan adenovirus
serta gangguan fungsi paru akibat gas klorin (Bernard, Voisin, dan Sardella,
2011). Penyakit atau gejala penyakit yang timbul akibat kualitas air kolam
renang yang tidak baik antara lain infeksi hidung dan tenggorokan, batuk,
pilek, iritasi mata, masalah pernafasan, infeksi kulit, infeksi saluran
pencernaan seperti diare, cryptosporidiasis dan giardiasis (Itah dkk., 2004).
Di Amerika, beban biaya tahunan untuk mengobati penyakit terkait kolam
renang ialah sebesar US$ 951.378 untuk keluhan telinga dan US$ 767.221
untuk keluhan mata ketika berenang (Pond, 2005).
Decker (1988) melaporkan bahwa anak-anak yang terkena klorinasi
memiliki gangguan pernapasan akut dan iritasi mata. Penelitian tentang
keluhan penyakit akibat berenang pernah dilaporkan oleh Noor (2007)
menunjukkan dari 387 pengunjung kolam renang Bulungan Jakarta
sebanyak 41.6% mengalami iritasi mata setelah berenang di kolam renang
17
dengan kadar sisa klor 0.1 mg/L dengan pH< 6.8. Ada hubungan antara sisa
klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel
di wilayah Kota Yogyakarta sebanyak 28 orang (58,3%) mengalami keluhan
dan 20 orang (41,7%) tidak mengalami keluhan (Permana dan Suryani,
2013). Center Disease of Control (2008) melaporkan bahwa 1 dari 8 kolam
renang yang di inspeksi ditemukan kadar sisa klor yang melewati ambang
batas, terutama di kolam anak-anak. Observasi yang dilakukan pada 30 air
kolam renang di Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan ada 11 air kolam
renang berkualitas baik, 4 kurang baik, 11 jelek dan 4 sangat jelek (Darajat,
2005).
Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang
persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam
renang dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat
syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi.
Sanitasi dan pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air
perlu diperhatikan (Cita dan Adriyani, 2009).
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa klor yang diperbolehkan dalam air
kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L. Sebagai desinfektan, sisa klor dalam
penyediaan air sengaja dipelihara. (Cita dan Adriyani, 2009). Kolam renang
menggunakan klorinasi sebagai metode sanitasi untuk mempertahankan agar
air kolam renang tetap terjaga kualitasnya. Klorinasi adalah metode yang
menggunakan gas klor/serbuk klor sebagai desinfektan. Sebagai salah satu
18
produk teknologi, bahan kimia ini dibutuhkan keberadaannya tetapi di lain
pihak
bahan
kimia
tersebut
dapat
membahayakan
manusia
dan
lingkungannya jika tidak ditangani secara baik dan benar. Penggunaaan
bahan kimia sebagai desinfektan air kolam yang dapat menganggu
kesehatan bagi para pengguna kolam renang adalah kaporit (kalsium
hipoklorit) (CaOCl2). Pengguna kolam renang dapat terkena gas klor
melalui hirupan udara, tertelan dan masuk kedalam tubuh yang ada di
lingkungan kolam yang dilepas oleh kaporit dalam air. Di samping itu, klor
ini dapat menyebabkan iritasi mata (Eichelsdorfer dkk., 1975; Cita dan
Adriyani, 2009; Nasli, 2013).
Klor masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi, ingesti dan
dermal serta mata. Manusia dapat kontak dengan klor dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Biasanya, bila berada di kolam renang akan kontak
dalam jangka panjang dengan tingkat eksposur rendah. Pada tahun 2008,
hampir 4.600 orang mengunjungi unit gawat darurat untuk cedera akibat
bahan kimia kolam renang. Cedera yang paling umum diagnosis adalah
keracunan, yang meliputi konsumsi bahan kimia kolam renang serta
menghirup uap, asap, atau gas dan iritasi mata (Hlavsa dkk., 2014).
Kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan memiliki 2 kolam renang,
yaitu Kolam Renang Bulungan dan Kolam Renang Ragunan (Suku Dinas
Olahraga dan Pemuda Jakarta Selatan, 2014). Menurut data Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Selatan (2014) rata – rata kadar sisa klor di kedua kolam
renang selama tahun 2014 adalah 0,1 mg/L, yang artinya tidak memenuhi
syarat. Survei pendahuluan yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa
19
kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan merupakan kolam
renang pemerintah DKI Jakarta Selatan yang selalu ramai pengunjung
karena lokasi yang strategis dan harga yang terjangkau untuk masyarakat
tingkat ekonomi rendah hingga tingkat ekonomi tinggi.
Menurut laporan data kunjungan Bulungan dan Ragunan Jakarta
Selatan, rata – rata pengguna kolam renang merupakan anak – anak dan
remaja. Anak – anak dan remaja berisiko mendapatkan risiko kesehatan
yang berhubungan dengan air kolam renang, karena anak – anak lebih lama
berada di dalam air dibandingkan orang dewasa (Pond, 2005).
Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta juga rutin dijadikan
sebagai tempat pengambilan nilai renang beberapa SD, SMP dan SMA
disekitar, serta menjadi tempat aktivitas olahraga renang oleh Klub Renang
di Jakarta. Sehingga penting untuk diketahui kualitas air kolam renangnya.
Uji Kualitas air penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang
(Rabi dkk., 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pada 30 perenang di kolam renang Bulungan dan Ragunan, terdapat 66,7%
perenang yang mengalami keluhan penglihatan kabur, mata gatal, mata
terasa panas, mata terasa perih dan mata memerah setelah berenang selama
10 menit dengan rata rata kadar sisa klor 0,1 mg/L. Kadar sisa klor tersebut
sudah tidak mencapai atau memenuhi syarat dimana batas aman terendah
untuk sisa klor adalah 0,2 mg/L.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada
hubungan klorin pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata yang
20
dialami pada pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta
Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 30
perenang di kolam renang Bulungan dan Ragunan, terdapat 66,7% perenang
yang mengalami keluhan mata terasa gatal, mata terasa panas, mata terasa
perih, penglihatan terlihat kabur dan mata memerah setelah berenang selama
10 menit dengan rata rata kadar sisa klor 0,1 mg/L. Kadar sisa klor tersebut
sudah tidak memenuhi syarat dimana batas aman terendah untuk sisa klor
adalah 0,2 mg/L. Uji kualitas air penting untuk menjamin kesehatan
pengguna kolam renang. Risiko kesehatan pajanan bahan berbahaya seperti
sisa klor yang dihasilkan dari proses klorinasi untuk menyehatkan air kolam
dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan seperti
iritasi mata. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada
hubungan klorin pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata yang
dialami pada pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta
Selatan?
21
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran sarana dan fasilitas kolam renang Bulungan dan
Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
2. Bagaimana gambaran jumlah pengguna kolam renang dengan keluhan
iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan
tahun 2015?
3. Bagaimana gambaran parameter kadar sisa klor, waktu kontak klor dan
pH di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015?
4. Apakah ada hubungan antara kadar sisa klor pada air kolam renang
terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan
dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015?
5. Apakah ada hubungan antara waktu kontak klor pada air kolam renang
terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan
dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
6. Apakah ada hubungan antara pH pada air kolam renang terhadap
keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan
Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1.
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
klorin pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada
pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan.
22
1.4.2.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran sarana dan fasilitas kolam renang Bulungan
dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
2. Mengetahui jumlah pengguna kolam renang dengan keluhan iritasi
mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan
tahun 2015
3. Mengetahui gambaran parameter kadar sisa klor, waktu kontak
klor dan pH di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta
Selatan tahun 2015
4. Mengetahui hubungan antara kadar sisa klor pada air kolam renang
terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang
Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
5. Mengetahui hubungan antara waktu kontak klor pada air kolam
renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam
renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
6. Mengetahui hubungan antara pH pada air kolam renang terhadap
keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan
Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menjadi
referensi
tambahan
kepada
mahasiswa
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan mengenai hubungan klorinasi pada
23
kolam renang terhadap keluhan iritasi mata bagi pengguna kolam
renang.
1.5.2.
Unit Pengelola Kolam Renang Bulungan dan Ragunan
Memberikan informasi serta masukan untuk pengelola kolam
renang Bulungan Jakarta Selatan tentang kualitas kimia air kolam
renang sebagai bahan untuk pengembangan dan penyempurnaan
instalasi pengolahan air dan sanitasi kolam renang Bulungan dan
Ragunan Jakarta Selatan
1.5.3.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
Dapat
memberikan
informasi
awal
dalam
rangka
upaya
pengendalian risiko kesehatan akibat pajanan klorin terutama pada
kolam renang dan menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan
penyediaan kolam renang yang baik bagi masyarakat di Provinsi DKI
Jakarta.
1.5.4.
Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan kesempatan untuk aplikasi
teori kesehatan lingkungan yang telah didapat di bangku kuliah.
Melatih berpikir ilmiah dan informasi tentang hubungan klorin air
kolam renang terhadap keluhan iritasi mata dapat dijadikan sebagai
acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul ―Analisis Klorin Terhadap Keluhan Iritasi
Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Di Jakarta Selatan Tahun
24
2015‖. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan Kesehatan
Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di kolam renang
Bulungan dan Kolam Renang Ragunan April - Juni 2015 bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kadar sisa klor, waktu kontak klor, pH
terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Jenis
penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross
sectional. Responden pada penelitian ini adalah pengguna kolam renang di
Bulungan dan Ragunan. Pengambilan sampel menggunakan teknik
acccidental sampling, dan responden akan di wawancarai dan di observasi
apakah mengalami keluhan iritasi mata. Data yang digunakan merupakan
data primer hasil pengukuran kadar sisa klor, waktu kontak klor, dan pH
pada air kolam renang di Kolam Renang Bulungan dan Ragunan Jakarta
Selatan Tahun 2015.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Iritasi Mata
Iritasi mata adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor – faktor
lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi
mulai dari yang ringan dengan mata berair sampai iritasi mata berat dengan
banyak sekret purulen kental (Hurwitz, 2009).
Penyakit mata akan memberikan keluhan berupa mata merah, mata
terasa gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak air mata.
Bila terdapat salah satu gejala tersebut maka diperlukan pemeriksaan mata
dan perawatan khusus. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh
darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut misalnya
konjungtivitis. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah arteri konjungtiva
posterior dan arteri siliar anterior maka akan terjadi mata merah. Melebarnya
pembuluh darah konjungtiva atau injeksi konjungtival dapat terjadi akibat
pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat
klorida, asap dan benda asing, ataupun injeksi pada jaringan konjungtiva.
Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata merah, sekret atau mata kotor,
dan pedas seperti kelilipan. Konjungtivitis akan mengenai kedua mata akibat
mengenai mata yang sebelahnya. Bila hanya terdapat pada satu mata maka ini
biasanya hanya disebabkan alergi atau moloskum kontagiosum (Ilyas, 2008).
26
2.1.1. Pembagian Iritasi Mata
2.1.1.1. Iritasi Mata Bakteri
Iritasi mata bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan
oleh bakteri. Pada iritasi mata ini biasanya pasien datang dengan keluhan
mata merah, sekret pada mata dan panas pada mata (James, 2005).
2.1.1.2. Iritasi Mata Virus
Iritasi mata viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan
dapat berlangsung lebih lama daripada iritasi mata bakteri (Vaughan, 2010).
2.1.1.3. Iritasi Mata Alergi
Iritasi mata alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering
dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai
oleh sistem imun (Cuvillo dkk., 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling
sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1
(Majmudar, 2010).
2.1.1.4. Iritasi Mata Jamur
Iritasi mata jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans
dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan
adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan
keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini
27
juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi,
dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).
2.1.1.5. Iritasi Mata Parasit
Iritasi mata
parasit
dapat
disebabkan
oleh
infeksi
Thelazia
californiensis, Loa - loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis,
Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun
jarang (Vaughan, 2010).
2.1.1.6. Iritasi Mata Kimia
Iritasi mata kimia-iritatif adalah iritasi mata yang terjadi oleh
pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dapat menyebabkan
iritasi mata, seperti asam, klorin, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan
gejala - gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, dan fotofobia. Iritasi
mata ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian
tetesan ringan (Vaughan, 2010).
Mata adalah sesuatu yang tidak dapat digantikan dan sangat mudah
rusak bila terkena zat - zat kimia. Permukaan pada mata sangat lunak terdiri
dari kornea yang transparan, permukaannya terdapat suatu lapisan sel.
Seseorang yang matanya terkena dengan zat kimia mempunyai motivasi yang
tinggi untuk secepatnya menghilangkan zat kimia tersebut. Lapisan
permukaan dari sel akan dirusak oleh zat kimia. Air yang dikandung kornea
berubah dengan tidak adanya sel - sel ini, menyebabkan mata terasa perih,
panas dan gatal. Namun, sel - sel ini biasanya akan tumbuh kembali, bila
28
korneanya sendiri dalam keadaan utuh, kerusakan bersifat sementara.
Beberapa senyawa kimia reaktif sangat berbahaya pada mata, kebanyakan
kecelakaan pada mata disebabkan oleh zat asam, zat basa, pelarut, dan
deterjen. Asam dan basa merusak lapisan permukaan sel, dan dapat
menyebabkan kerusakan struktural luka dan buta. Kadar klorin yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi mata. Pajanan sisa klor
yang kurang atau melebihi syarat di kolam renang dapat menyebabkan iritasi
mata (WHO, 2006).
2.1.1.7. Iritasi Mata Lain
Iritasi mata ketika berenang pada perenang mata tidak permanen,
hanya iritasi singkat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan kabur, mata
gatal, mata terasa panas, mata terasa perih, mata memerah. Mata adalah
cedera renang yang sangat umum dan dapat menjadi mudah teriritasi dari
klorin dalam air. Meskipun tidak pernah benar-benar berlangsung terlalu lama
bagi kebanyakan orang, hal ini dapat menjadi iritasi yang mengganggu.
Untuk mencegah iritasi mata, kolam renang harus dipelihara dengan baik,
dibersihkan, dan kolam renang pemantauan klor agar seimbang dan tidak
kurang atau melebih batas aman. Kolam renang mengandung banyak bahan
kimia dan kontaminan potensial. Klorin ditambahkan ke kolam air untuk
mengendalikan bakteri, tetapi bahan kimia ini juga dapat mengiritasi mata
(Island Empire Swimming, 2014). Jika terjadi keluhan iritasi mata segera cuci
mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%),
selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan
sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada
29
lagi bahan kimia yang tertinggal. Tutup dengan perban steril. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (Cita dan Adriyani, 2009).
2.2. Air
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, air adalah semua
air yang terdapat pada di atas atau di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada di darat. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan jumlah
sekitar 1368 juta km3 dalam bentuk uap air, es , cairan dan salju (Effendi,
2003). Supaya air yang masuk ke tubuh manusia baik berupa makanan dan
minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari
sumber, jaringan transmisi atau distribusi mutlak diperlukan untuk mencegah
terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang
diperlukan (Sutrisno, 2004).
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan
tumbuhan dan jasad - jasad lain. Air yang kita perlukan adalah air yang
memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis
dan radioaktif (Jaya, 2004). Air yang tidak tercemar menurut Sunu (2001)
merupakan air yang tidak mengandung bahan - bahan asing tertentu dalam
jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat
dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat, diharapkan dampak
negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan.
30
2.3. Sumber Air
Berdasarkan letak sumbernya, air dibedakan menjadi tiga yaitu air
hujan, air permukaan dan air tanah (Wardhana, 2004).
2.3.1. Air Hujan
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Air hujan pada saat
presipitasi merupakan air yang paling bersih, namun cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Air hujan akan melarutkan partikel
debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya gas CO2 , gas N2O3 , dan
gas S2O3. Sumber pencemaran air hujan ialah partikel debu, mikroorganisme,
dan gas seperti karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia. Air hujan biasanya
bersifat asam dengan pH sekitar 4,2 (Effendi, 2003).
2.3.2. Air Permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air
bersih. Air permukaan meliputi sungai, danau, waduk, rawa, sumur
permukaan yang sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi. Dibandingkan dengan sumber air lannya, air permukaan
lebih tercemar akibat kegiatan manusia membuang limbah industri, rumah
tangga dan sampah (Effendi, 2003).
2.3.3. Air Tanah
Air tanah permukaan merupakan air yang bersumber dari air tanah
yaitu air yang tersimpan atau terperangkap di dalam lapisan batuan yang
mengalami pengisian atau penambahan secara terus menerus oleh alam.
31
Keuntungan penggunaan air tanah adalah pada umumnya dapat dipakai tanpa
pengolahan lebih lanjut, praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan
membaginya. Kerugian air tanah adalah seringkali mengandung banyak
mineral Fe (besi) , Mn (mangan), Ca (kalsium) dan sebagainya (Sanropie,
1984).
2.4. Penggolongan Air Berdasarkan Peruntukannya
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang
pengendalian pencemaran air pasal 7 ayat 1 berdasarkan peruntukannya air
dibagi ke dalam empat golongan yaitu:
1. Golongan A
Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu
2. Golongan B
Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C
Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
4. Golongan D
Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air
32
2.5. Kolam Renang
Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk
diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam atau aktivitas air
lainnya. Kolam renang umum adalah suatu sarana yang menyediakan fasilitas
untuk berenang, bereaksi, berolahraga serta pelayanan jasa lainnya,
menggunakan air bersih yang dikelola secara komersial. Selain merupakan
sarana olahraga yang menyehatkan juga sebagai tempat kontak sosial dan
sarana rekreasi olahraga yang menyehatkan pada semua kelompok umur.
Kolam renang wajib memiliki standar kolam renang agar pengguna kolam
renang dan seluruh fasilitasnya aman dan terjaga (Nemery dkk., 2002; Itah
dkk., 2004; American Standard Institute, 2011; Alberta Department Of
Health, 2014).
2.6. Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi
atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan
biologis (Effendi, 2003). Air yang digunakan untuk berenang harus
memenuhi
persyaratan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No:
416/MENKES/PER/IX/1990 agar tidak menggangu dan membahayakan
kesehatan manusia.
33
Tabel 2.1 Peraturan Menteri Kesehatan RI
No:416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990
Daftar Persyaratan Air Kolam Renang
No.
PARAMETER
1
A.
1.
2.
3.
2
FISIKA
Bau
Benda terapung
Kejernihan
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6
KIMIA
Alumunium
Kesadahan (CaCO3)
Oksigen terabsorbsi (O2)
pH
Sisa Chlor
Tembaga
C.
1.
MIKROBIOLOGI
Koliform total
2.
Jumlah kuman
2.6.1.
Satuan
Kadar yang
diperbolehkan
3
Minimum Maksimum
4
5
-
-
-
-
-
-
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
50
6,5
0,2
-
0,2
500
1,0
8,5
0,5
1,5
Jumlah per
100 ml
Jumlah per
100 ml
-
0
-
200
Keterangan
6
Bebas dari bau yang
menggangu. Bebas
dari benda terapung.
Piringan sechi yang
diletakkan pada dasar
kolam yang terdalam
dapat dilihat dari tepi
kolam pada jarak
lurus 9 meter
Syarat Fisik Air Kolam Renang
2.6.1.1. Bau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami penguraian oleh mikroorganisme air oleh desinfektan. Kolam
renang harus bebas dari bau yang mengganggu, jernih dan tidak ada benda
asing yang terapung (Bernard dkk., 2003)
34
2.6.1.2. Kejernihan
Air kolam renang harus jernih atau tidak keruh. Air yang keruh
disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin
banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Air kolam renang
dikatakan jernih apabila piringan berlatarbelakang putih diletakkan pada
kolam yang terdapat dapat terlihat jelas dari tepi kolam pada jarak pandang 7
meter. Kejernihan sangat penting untuk menjaga keselamatan pengguna
kolam renang. Kolam renang yang keruh akan menyulitkan orang untuk
melihat jika ada perenang yang tenggelam di dasar kolam (Perkins, 2000).
2.6.1.3. Benda Terapung
Air kolam renang harus bebas dari benda terapung yang tidak
diinginkan. Contoh benda terapung adalah daun-daun, kertas, plastik.
Keberadaan benda terapung di kolam renang akan mengurangi estetika
(Department Of Health Environmental Unit Melbourne, 2008).
2.6.2.
Syarat Kimia Air Kolam Renang
2.6.2.1. Alumunium
Unsur ini biasanya terkandung pada senyawa-senyawa yang
digunakan sebagai bahan koagulan dalam proses pengolahan air kolam,
misalnya tawas (Al2(SO4)3). Jika pembubuhan tawas dalam proses koagulasi
terlalu banyak atau proses pengolahan air tidak sempurna, maka kandungan
alumunium di dalam air kolam renang akan melebihi standar yang telah
ditentukan (Chandra, 2005).
35
2.6.2.2. Kesadahan
Kesadahan air dapat terjadi karena air mengandung senyawa kalsium
dan magnesium dengan bikarbonat; senyawa kalsium dan magnesium dengan
sulfat, nitrat, dan klorida; serta garam - garam besi, zink, dan silika.
Kesadahan air kolam renang yang rendah akan meningkatkan korosi,
sedangkan jika kesadahan terlalu tinggi akan membuat air kolam renang
keruh dan timbul kerak. Jika kesadahan terlalu rendah bisa ditambahkan
calcium chloride untuk menaikkan kesadahan dan untuk menurunkan
kesadahan bisa melakukkan dilusi (McKeown, 2009).
2.6.2.3. Oksigen Terabsorbsi
Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah
1,0 mg/L dalam waktu 4 jam pada suhu 27ºC. Oksigen terabsorbsi
menunjukkan besarnya oksigen yang digunakan sebagai proses biologi
kehidupan mikroba air. Jika oksigen terabsorbsi melebihi batas yang telah
ditentukan, menandakan air telah tercemar dan memungkinkan adanya
kehidupan mikroorganisme yang tinggi, karena mikroorganisme memerlukan
oksigen untuk melangsungkan hidupnya di dalam air ( Edzwald, 2011).
2.6.2.4. Sisa Klor
Sisa klor adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi
(Siswanto, 2002). Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan
sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/L di dalam air. Nilai tersebut merupakan
margin of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh patogen
yang mengontaminasi air kolam (Chandra, 2005). Sisa klor sangat
36
dipengaruhi oleh pH, waktu kontak klor (EPA, 1990; Chanlett dan Gotaas,
1942; Gordon, 1976; Zarzoso dkk., 2010).
2.6.2.5. Waktu Kontak Klor
Waktu kontak klor atau waktu klorinasi merupakan suatu hal yang
sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu
kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan
pH
dalam
penempelan
molekul
adsorbat
berlangsung
lebih
baik,
memungkinkan reaksi kimia dan klor akan sangat reaktif jika kontak dengan
manusia, penelitian dilakukan pada mata kelinci, dengan asumsi mata kelinci
merupakan mata yang mempunyai ukuran dan sifat yang hampir mirip
dengan manusia. Konsentrasi zat - zat organik akan turun setelah desinfeksi
apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar 15 menit,
diperkirakan akan lebih berisiko jika lebih dari 15 menit. Semakin sering
frekuensi kontak serta semakin lama durasi (waktu) setiap kali kontak dengan
potensi bahaya penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan
kesehatan (iritasi mata) semakin besar (Rylander, Victorin dan Sorensen,
1973; Reynolds, 1982).
2.6.2.6. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator
yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba
dalam air (Chandra, 2005). Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif
terhadap peralatan kolam renang dan permukaan benda. pH cairan mata
37
sekitar 7,4, jadi jika pH terlalu basa atau asam akan menyebabkan iritasi
mata. Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang
sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi (Gordon,
1976). Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan
aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20% klorin bebas yang tersedia sebagai
asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka
efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50% klorin bebas yang tersedia
sebagai asam hypochlorous (HOCl) dan 50% dalam bentuk ion hypochlorite
(OCl) yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam atau terlalu basa
dapat membuat iritasi mata (McKeown, 2009).
2.6.2.7. Tembaga
Tembaga umumnya digunakan untuk menghambat pertumbuhan alga
atau lumut dan tumbuhan air lainnya. Tembaga yang terdapat dalam air
setelah pengolahan air dengan CuSO4. Adanya kandungan tembaga yang
melebihi standar yang telah ditentukan dapat menyebabkan warna biru yang
melekat pada bak - bak porselin (Chandra, 2005).
2.6.3.
Syarat Biologi Air Kolam renang
2.6.3.1. Total Coliform
Bakteri
total
coliform
merupakan
anggota
dari
keluarga
Enterobacteraceae. Total coliform terdiri dari dua yaitu yang berasal dari
fecal seperti Escherichia coli dan non fekal seperti Enterobacter, Klebsiella,
Citrobacter, Serratia, Lecrercia, Yersinia, dll (Edzwald, 2011). Habitat
bakteri total coliform antara lain saluran pencernaan manusia dan hewan
38
berdarah panas, tanah, tanaman dan air (Nollet, 2007). Keberadaan total
coliform pada air kolam renang menandakan adanya kontaminasi feses dan
higiene perenang yang buruk (contohnya: kontaminasi yang dibawa dari luar
dan menempel di alas kaki, debu dan daun yang berasal dari luar kolam
renang. Total coliform juga dijadikan indikator keberadaan bakteri patogenik
lain karena total coliform sensitif terhadap desinfeksi dan harus 0 pada 100
ml sampel air kolam renang. Keberadaan total coliform juga menandakan
bahwa pengolahan air kolam renang telah gagal (Wyner, 2007).
Meskipun penggunaan indikator total coliform mempunyai banyak
keuntungan, ada beberapa batasan yaitu: total coliform bakteri dengan cepat
menggandakan diri sehingga memungkinkan terjadinya salah perkiraan
tentang kapan polusi air sebenarnya terjadi, total coliform akan negatif jika
pseudomonas hadir, karena total coliform mudah dihancurkan dan di nonaktifkan oleh klorin, tes tidak akan cocok untuk mengetahui bakteri yang
resisten terhadap klorin. Untuk mengurangi keterbatasan ini, dianjurkan untuk
menambahkan tes indikator lain agar penilaian kualitas mikrobiologi dalam
air kolam renang lebih akurat (Capello, 2011).
2.6.3.2. Escherichia coli
Escherichia coli (E. Coli) merupakan fecal coliform yang hidup di
saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Beberapa strain
E.Coli (contohnya: E. Coli O15:H7) memproduksi toksin yang bisa
menimbulkan diare atau bahkan kematian pada manusia, terutama pada lansia
dan anak-anak (Nollet, 2007). E.Coli lebih reliabel digunakan sebagai
39
indikator pencemaran feses dan keberadaan patogen pada air. Penelitian
menunjukkan secara statistik adanya hubungan antara E.Coli dan enterococci
pada air dengan penyakit yang berhubungan dengan renang. Jumlah E.Coli
pada air kolam renang harus 0 per 1 ml. Keberadaan E.Coli di air kolam
renang menunjukkan fecal material telah masuk ke dalam kolam renang dan
pengolahan air kolam renang telah gagal menghilangkan kontaminasi feses
tersebut (Capello, 2011; Nollet, 2007).
2.7. Pengolahan Air Kolam Renang
2.7.1. Resirkulasi Air Kolam Renang
Resirkulasi air adalah proses memompa air dari kolam renang melalui
sistem penyaringan dan kembali lagi ke kolam renang. Tujuan resirkulasi air
kolam renang adalah untuk menjamin air yang telah disaring dan didesinfeksi
menjangkau ke seluruh bagian kolam renang dan polutan air hilang secara
efisien. Resirkulasi air tergantung pada kedalaman, volume dan tipe kolam
renang. Efektivitas sirkulasi air kolam renang bergantung pada desain kolam,
inlet dan outlet, pompa sirkulasi, pengeluaran air permukaan kolam, flow rate
(laju aliran), turnover air, perpipaan, tekanan. Sistem sirkulasi harus berjalan
24 jam per hari untuk menjamin penyaringan dan desinfeksi air kolam renang
(Nightingale, 2008; Department of Health Alberta, 2014).
2.7.2.
Penambahan Bahan Kimia
Penambahan bahan kimia dianjurkan dalam pengelolaan kualitas air
kolam renang. Bahan kimia disesuaikan tergantung masalah yang dihadapi.
Agen oksidasi
juga bisa ditambahkan untuk
40
membunuh beberapa
mikroorganisme. Reducing agent juga dapat ditambahkan untuk menetralisir
agen oksidasi untuk mencegah bahaya ke manusia (Zwiener dkk., 2007).
2.7.3.
Desinfeksi
2.7.3.1. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi
air
merupakan
proses
pengolahan
air
dimana
mikroorganisme patogen menjadi inaktif oleh bahan kimia (contoh : klorin)
atau fisika (contoh : radiasi UV) sehingga risiko infeksi tidak signifikan
(WHO, 2006).
2.7.3.2. Jenis-Jenis Desinfektan
2.7.3.2.1.
Klorin
Klorinasi merupakan proses pemberian klorin ke dalam air yang telah
melalui proses filtrasi. Klorin banyak digunakan sebagai desinfektan karena
biayanya lebih murah, mudah dan efektif. Kegunaan klorin yaitu memiliki
sifat bakterial dan germisidal, dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan
hidrogen sulfida, dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air,
dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang
dapat mengubah bau dan rasa pada air, serta dapat membantu proses
koagulasi. Klorin menginaktifkan bakteri dengan melepaskan toksin asam
hypochlorous. Senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi
antara lain gas klorin, klorin cair (sodium hipochlorite), klorin glanural
(calcium dan litium hipochlorite), klorin tablet (calcium hipochlorite), klor
dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate, dan chloramine (Hasan,
2006; Said,2007 ; Nightingale, 2008; Chemical With Vernier, 2014).
41
Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini
kemudian akan dinetralisir oleh sifat basa dari air sehingga akan terurai
menjadi ion hidrogen dan ion hipoklorit. Berikut merupakan reaksinya,
H2O + Cl2  HCl + HOClHOCl  H+ + OClKlorin sebagai desinfektan terutama bekerja sebagai asam hipoklorit
(HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-). Klorin dapat
bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika berada dalam air dengan pH
sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5 maka 90% dari asam hipoklorit itu
akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat
desinfektan yang dimiliki klorin menjadi lemah atau berkurang (Eichelsdorfer
dkk., 1975; Zwiener dkk., 2007).
-
Prinsip- prinsip pemberian klorin:
a. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air
akan menghambat proses klorinasi
b. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar
dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan
dapat membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa
klorin bebas dalam air kebutuhan klorin di air minimal sebesar
0,2 mg/L dan maksimal sebesar 0,5 mg/L di dalam air. Nilai
tersebut merupakan margin of safety pada air untuk
membunuh kuman patogen yang mengontaminasi air kolam
renang
42
c. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang
dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk
mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa
klorin bebas sebesar 0,2 mg/L (Chandra, 2005).
Klorin bereaksi dengan kontaminan di dalam air kolam renang dan
membentuk desinfection by product (DBPs). DBPs ini terdiri dari
monochloramine,
dochloramine,
nitrogen
trichloride,
trihalomethanes
(THM), trichloromethane, tribromomethane, dibromochloromethane dan
dichlorobromomethane. Trihalomethane dan nitrogen trichloride berisiko
terhadap kesehatan. Urin menyebabkan pembentukan amonia, lalu klorin
bereaksi dengan amonia dan membentuk chloramine. Tipe chloramine
tergantung pada pH air kolam renang. Bau klorin yang menyengat
menandakan adanya dichloramine. Ventilasi yang cukup, dilusi, kontrol pH,
dan kadar klorin yang cukup dapat menimalkan pembentukan chloramine,
(Zarzoso dkk., 2010; Department Of Health And Human Services U.S, 2010).
Penelitian menunjukkan kolam renang luar ruangan yang tidak
menggunakan Isocyanuric acid telah kehilangan 90% sisa klor dalam waktu
tiga jam pada cuaca cerah. Kolam renang yang mengandung 25-50 mg/L
Isocyanuric acid dengan kondisi yang sama hanya kehilangan 15% sisa klor
(Department of Health New South Wales, 1996).
Beberapa hal dapat mengurangi kadar klorin di kolam renang.
Contohnya ialah sinar matahari, debu, kotoran, kulit, dan kontaminan dari
tubuh perenang. Hal itu yang menjadikan alasan bahwa sisa klor yang
43
dihasilkan klorin harus dipantau dengan rutin. Sisa klor membutuhkan waktu
kerja untuk membunuh kuman. Kinerja klorin dipengaruhi oleh pH dan waktu
kontak klor (Nemery dkk., 2002; Bernard dkk., 2003).
Menurut WHO (2006), kadar klorin yang tepat dapat dihitung dengan
rumus berikut:
D = Jumlah air yang akan didesinfeksi dalam ml air
ppm = jumlah mg per liter sisa klor yang diinginkan
X = proses aktif klor dari zat desinfeksi yang dipakai untuk desinfeksi
air kolam (60%)
2.7.3.2.1.1. Teknik Pembubuhan Zat Klor Pada Air Kolam Renang
Air kolam renang terlihat jernih setelah melalui proses penyaringan,
namun masih pula harus dicurigai adanya bakter – bakteri di dalam air,
dengan melakukan desinfeksi dimaksudkan agar air bebas dari kuman –
kuman patogen.
Cara pemberian zat klor dalam air kolam renang dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu:
1. Chlorinator, yaitu suatu alat pembubuh khusus zat chlor dalam bentuk gas Cl2
2. Pot Feeding, yaitu suatu alat berbentuk pot silindris yang digunakan khusus
untuk pembubuh zat klor dalam bentuk zat cairan (larutan zat klor)
44
3. Batch Feeding, yaitu cara pembubuhan zat klor dalam bentuk bubuk yang
dimasukkan dalam kantong goni atau kantong plastik yang berlubang – lubang
(Reksosoebroto, 1990).
2.7.3.2.1.2. Break Even Point Chlorination
Setiap air mempunyai kandungan bahan – bahan yang dapat bereaksi
dengan klor, jumlah kandungannya tergantung kekeruhan air, jenis dan
jumlah zat organik dan anorganik, dll. Bahan – bahan tersebut akan mengikat
asam hypoklorit dan ion hypoklorit sehingga kedua jenis sisa klor bebas
tersebut akan menjadi berkurang. Sisa klor bebas akan terdapat apabila
jumlahnya lebih banyak daripada kebutuhan untuk bahan – bahan yang dapat
bereaksi dengan klor tadi, makin banyak bahan tersebut, makin banyak pula
kebutuhan akan zat klor. Kebutuhan klor yang ditunjukkan untuk mengikat
bahan – bahan tersebut disebut chlorine demand, dan kemampuan bahan –
bahan tersebut untuk mengikat klor disebut Daya Pengikat Chlor (DPC). Jika
air tersebut mengandung amoniak yang menghasilkan sisa klor terikat
(combined available chlorine residual) maka harus dipecah dengan
pemberian klor yang berlebihan. Dengan memperhatikan rasio molar
konsentrasi satu banding satu, akan terbentuk monochloramine dan
dichloramine yang masing – masing tergantung pada pH dan faktor – faktor
lain. Pada gambar tersebut dibawah ini menunjukkan bahwa chloramine
residual pada umumnya akan mencapai titik maksimum pada konsentrasi
molar yang sama antara klorin dan amoniak. Peningkatan rasio Cl : NH3 ,
lebih lanjut akan menyebabkan adanya oksidasi amoniak reduksi klorin.
Reaksi reduksi – oksidasi ini pada dasarnya akan sempurna apabila 2 molar
45
chloramine ditambahkan pada setiap mol amoniak dengan waktu kontak yang
cukup. Chloramine residual kemudian menurun sampai nilai minimum yang
disebut Break Even Point, hal ini terjadi apabila molar Cl : NH3 = 2 : 1. Dan
pada titik ini reaksi reduksi – oksidasi pada dasarnya telah berjalan sempurna
(Indiana State Department Of Health, 2014).
2.7.3.2.2.
Ozon
Ozon memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam
organik dalam skala yang luas dan mampu memecah dinding sel
mikroorganisme, sehingga penggunaan ozon sangat efektif untuk membunuh
mikroorganisme dalam air. Keuntungan di dalam menggunakan ozon antara
lain sebagai desinfektan berspektrum luas, menghilangkan bau, warna, rasa;
menambah kandungan oksigen dalam air, proses desinfeksi cepat; dalam
konsentrasi rendah masih berfungsi; tidak membentuk senyawa beracun
dalam air; tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan
pengangkutan bahan bakunya. Kerugian penggunaan ozon antara lain
membutuhkan biaya yang besar, terutama dengan penyediaan alatnya; harus
memiliki pembangkit ozon dengan sumber energi listrik yang besar;
perawatan dan operasional cukup rumit, sisa ozon tidak dapat dipertahankan
pada air untuk waktu lama, dan lebih mahal dibandingkan dengan klorin
(Black dkk., 2010 ; Said, 2007; WHO,2006).
2.7.3.2.3.
Sinar UV
Peningkatan kesadaran akan risiko infeksi Cryptosorodium (bakteri
yang rentan dengan klorin) membuat sinar UV banyak digunakan sebagai
46
desinfektan. Desinfeksi menggunakan sinar UV dapat efektif pada gelombang
antara 200 – 300 nm (WHO,2006). UV dapat membunuh bakteri, virus, jamur
dan spora yang dapat mengurangi risiko transmisi infeksi saluran pernafasan,
kulit dan perut. Melalui reaksi fotooksidasi dan fotokimia, UV dapat
memecah zat iritan DBPs seperti chloramine yang dapat mengurangi
penggunaan klorin. Instalasi sinar UV harus menggunakan lampu bertekanan
rendah yang efektif untuk desinfeksi air, namun tidak efektif untuk memecah
DBPs (Nemery dkk., 2002).
2.7.3.2.4.
Algicides
Algisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh,
mengontrol dan mencegah pertumbuhan alga, terutama pada kolam renang di
luar ruangan. Alga merupakan tanaman bersel satu yang tumbuh di perairan
dan kolam renang. Kadar pH dan sisa klor yang rendah, sinar matahari, air
hangat, kandungan mineral seperti fosfat, nitrogen, dan potassium pada air
kolam renang meningkatkan pertumbuhan alga. Keberadaaan alga pada air
kolam renang bisa menyebabkan kekeruhan, warna air menjadi hijau,
dinding, dan lantai kolam licin. Fosfat dapat dihilangkan dengan
pengoptimalan flokulasi dan filtrasi selama pengolahan air. Pertumbuhan alga
dapat dikontrol dengan flokulasi/filtrasi air yang efektif, desinfeksi, dan
desain hidraulik yang baik (Nightingale, 2008 ; WHO, 2006).
47
2.8. Penambahan Air Kolam Renang
Air kolam renang akan menjadi tidak segar jika tidak ditambahkan air
segar secara teratur. Air segar tersebut merupakan air golongan B yang
memenuhi persyaratan PP No.20 tahun 1990.
Air yang harus ditambahkan ke dalam kolam renang tergantung dari
jumlah perenang di dalam kolam. Untuk setiap perenang per hari, perlu
menambahkan 20 liter air segar ke dalam kolam renang. Air yang dibuang ke
saluran pembuangan jumlahnya sama dengan air segar yang ditambahkan ke
dalam kolam renang. Air kolam renang juga hilang melalui banyaknya
aktivitas perenang dan melalui penguapan. Penambahan air segar juga
penting untuk menjamin efek desinfeksi air berjalan maksimum (Mckeown,
2009).
2.9. Pembuangan Air Kolam Renang
Air kolam renang secara teratur dibuang ke lingkungan saat
penambahan air dan pengeringan kolam. Pengeringan kolam dilakukan setiap
tiga tahun sekali. Air kolam renang yang langsung di buang ke lingkungan
sangat berbahaya bagi kehidupan biota air. Sebelum membuang air ke
lingkungan, air kolam renang harus didiamkan setidaknya 2 hari setelah
penambahan klorin atau bromin hingga kadarnya dibawah 0,1 mg/L, pH air
yang dibuang harus antara 6,5 – 8,5. Algisida seperti tembaga dan perak tidak
boleh digunakan agar tidak mengganggu kehidupan alga di badan air. Total
Suspended Solid harus dibawah 60 mg/L (Edzwald, 2011).
48
2.10.
Kerangka Teori
Air baku kolam renang berasal dari mata air, air sumur dangkal, air
sumur dalam, dan PDAM. Air yang akan digunakan menjadi air kolam
renang harus melalui pengolahan air terlebih dahulu yaitu filtrasi, koagulasi,
disinfeksi, dan setelah menjadi air kolam renang harus dilakukan resirkulasi
(WHO, 2006). Menurut WHO (2006), pengukuran pH dan sisa klor harus
dalam setiap 4 jam selama kolam renang dibuka. Air yang digunakan untuk
berenang harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.:
416/MENKES/PER/IX/1990. Parameter yang digunakan untuk menilai
kualitas air kolam renang antara lain parameter fisika yaitu bau, kejernihan,
benda terapung, parameter kimia yaitu alumunium, kesadahan, oksigen
terabsorbsi, pH, sisa klor, tembaga, dan parameter biologi yaitu total coliform
dan jumlah kuman (Escherichia coli). Air yang tidak memenuhi persyaratan
berpotensi menimbulkan efek kesehatan bagi pengguna kolam renang (Pond,
2005).
49
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber Air Kolam Renang*
-
Mata air
Air Sumur Dangkal
Air Sumur Dalam
Air PDAM
Kualitas Air Kolam Renang**
 Parameter Fisika
- Bau
- Kejernihan
- Benda Terapung
 Parameter Kimia
- pH
- Sisa Klor
- Kesadahan
- Alumunium
 Parameter Biologi
- Jumlah Kuman
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
Keluhan Iritasi
Mata
Waktu Kontak Klor
Pengolahan Air Kolam
Renang
Modifikasi
* Sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990
**Sesuai dengan PERMENKES RI No:416/MENKES/PER/IX/1990
(*WHO, 2006; Vaughan, 2010; Rabi dkk., 2008; Bernard dkk., 2003; James,
2005; Island Empire Swimming, 2014)
50
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang
persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Variabel penelitian ini
diambil
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan
kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam
renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan. Namun, tidak
semua variabel dijadikan peneliti sebagai variabel independen. Berikut
variabel yang tidak diteliti, yaitu:
a. Parameter Fisika
Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau,
kejernihan, dan adanya benda terapung. Berdasarkan aspek
tersebut, diketahui bahwa parameter fisik yang normal secara tidak
langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air,
tentunya tidak akan berpengaruh besar terhadap keadaan kesehatan
khususnya iritasi mata pada perenang, sehingga variabel parameter
fisika ini tidak diteliti.
51
b. Parameter Biologi
Berdasarkan aspek parameter biologis, pada air kolam
renang syarat mikrobiologi adalah jumlah kuman dan perkiraan
terdekat jumlah kuman golongan coliform (total coliform). Namun,
pada penelitian ini parameter biologis tidak diteliti karena variabel
yang ingin diteliti adalah klorin pada parameter kimia. Parameter
biologis bertolakbelakang dengan parameter kimia, misalnya
dengan kadar sisa klor yang terjaga atau semakin tingginya kadar
sisa klor maka jumlah kuman atau total coliform sudah pasti
menurun atau tidak ada sama sekali. Lalu, keterbasan dana
penelitian untuk melakukan pemeriksaan secara biologis juga
menjadi alasan tidak ditelitinya variabel parameter biologi.
c. Parameter Kimia
Berdasarkan parameter kimia yang dapat berpotensi
menyebabkan keluhan iritasi mata terdapat dua indikator yang
tidak dijadikan variabel penelitian yaitu: Aluminium (Al) dan
kesadahan. Pada penelitian ini, kedua indikator tersebut tidak
diteliti karena keterbatasan dana penelitian untuk melakukan
pemeriksaan secara laboratorium.
Kolam renang menggunakan klorinasi sebagai metode sanitasi
untuk mempertahankan agar air kolam renang tetap terjaga kualitasnya.
Klorinasi adalah metode yang menggunakan gas klor/serbuk klor sebagai
desinfektan. Penggunaan desinfektan (klor) dalam konsentrasi yang
52
kurang dapat menyebabkan desinfektan yang ada di kolam renang tidak
bekerja secara optimal dan dapat membuat iritasi mata pada pengguna
kolam renang. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang
berlebih dapat meninggalkan sisa klor dan pH yang menimbulkan dampak
buruk bagi kesehatan seperti iritasi mata.
Berdasarkan alasan yang telah dikemukan, maka kerangka konsep
dari variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen yang meliputi
sisa
klor,
pH
dan
waktu
Variabel Independen
kontak
klor
sebagai
berikut:
Variabel Dependen
Sisa Klor
Keluhan Iritasi Mata
Pada Pengguna Kolam
Renang
Waktu kontak klor
pH
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
53
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
1.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Suatu keadaan
Wawancara serta
Lembar
1.Ada Keluhan,
pada pengguna kolam gangguan kesehatan
pengamatan kepada
Checklist
Ya=Responden
renang
yang dirasakan
perenang : penglihatan
merasakan 5 keluhan
pengguna kolam
kabur, mata gatal, mata
iritasi mata setelah
renang, keluhan
terasa panas, mata
berenang
kesehatan berupa
terasa perih, mata
2.Tidak Ada Keluhan,
iritasi mata setelah
memerah
Tidak= Responden tidak
Keluhan iritasi mata
Alat Ukur
Hasil Pengukuran
pengunjung
merasakan 5 keluhan
berenang pada
iritasi mata setelah
54
Skala Ukur
Ordinal
kolam renang
berenang
minimal 10 menit.
2.
Sisa Klor
Jumlah atau kadar
Pengukuran
klorin bebas pada air
Komparator
1. Tidak memenuhi
Lovibond
Ordinal
syarat: <0,2 mg/L atau
kolam renang setelah
> 0,5 mg/L
proses
2. Memenuhi Syarat :
pendesinfeksian
sisa klor (0,2-05) mg/L
kolam renang
(Chandra,2005)
3.
Waktu Kontak Klor
Lamanya waktu
Wawancara
Kuesioner
1. 10 - 15 menit
responden berenang
Ordinal
2. > 15 menit
di kolam renang
4.
pH
Derajat keasaman
Pengukuran
pada suatu air kolam
Comparator
1.
Tidak memenuhi
syarat: <6,8 mg/L
55
Ordinal
renang atau nilai
atau > 8,5 mg/L
negatif dari
2.
logaritma
Memenuhi Syarat :
pH (6,8-8,5)
konsentrasi ion
hidrogen (Chandra,
2005)
56
57
3.3. Hipotesis
1. - Ada hubungan antara kadar sisa klor pada air kolam renang terhadap
keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan
Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
2. - Ada hubungan antara waktu kontak klor pada air kolam renang terhadap
keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan
Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015
3. - Ada hubungan antara pH pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi
mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta
Selatan tahun 2015
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan
cross sectional. Variabel yang akan diteliti antara kualitas kimia air kolam
renang yaitu pada parameter kadar sisa klor waktu kontak klor, pH dan
keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan
Jakarta Selatan tahun 2015.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April - Juni Tahun 2015 di
kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1.
Populasi dan sampel manusia
Populasi masyarakat pengguna kolam renang diambil dari rata – rata
jumlah pengunjung kolam renang Bulungan dan Ragunan dalam 1 tahun
terakhir, yaitu sebanyak 36.857 pengunjung.
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
rumus Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005)
n = N/N(d)2 + 1
Dimana :
n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan
58
d = Derajat presisi yang diinginkan = 10%
N = Besar rata-rata populasi pengunjung kolam renang yaitu sebanyak
36.857
Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :
= 101
Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini yakni
101 responden. Dengan mempertimbangkan missing data dan drop
out yang mungkin terjadi saat penelitian berlangsung, peneliti
menambahkan 10% responden dari total sampel yaitu sebanyak 11
orang. Sehingga total sampel yang menjadi subjek penelitian
berjumlah 112 responden.
Dengan teknik pengambilan secara accidental sampling,
menurut Santoso dan Tjiptono (2001) accidental sampling adalah
prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang
paling mudah dijumpai atau diakses. Sedangkan menurut Sugiyono
(2004) accidental sampling merupakan pengambilan responden
sebagai sampel secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel
bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan
kriteria:
a. Bersedia menjadi responden
59
b. Berusia minimal 6 tahun keatas
c. Bisa membaca dan menulis
d. Tidak menggunakan kacamata renang
e. Sudah berenang dan menyelam di kolam renang
4.3.2.
Alur Pengambilan Sampel
Sampel air kolam renang akan diambil pada 2 titik di kolam renang
dewasa. Observasi keluhan iritasi mata pada perenang dilakukan ketika
perenang selesai berenang minimal 10 menit. Berikut bagan alur pengambilan
sampelnya:
Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel
Penentuan Titik
Sampling
Pengambilan Sampel
Pengujian dengan Comparator
Observasi Keluhan Iritasi Mata
Perenang
Kesimpulan
4.3.3.
Sampel Air Kolam Renang
Pengukuran sampel air akan diambil selama 4 hari dalam 1 Minggu,
masing – masing sampel akan diambil jam 09.00 – 11.00 WIB pada hari
Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Pertimbangannya adalah berdasarkan
60
laporan jumlah kunjungan Kolam Renang Bulungan Jakarta dan Ragunan
Jakarta Selatan pada waktu tersebut merupakan waktu pengunjung yang
paling ramai setiap harinya. Waktu pengurasan hanya seminggu sekali untuk
setiap kolam renang yang dilakukan oleh petugas kolam renang juga menjadi
pertimbangan sebagai waktu pengambilan sampel air. Pengambilan sampel
air kolam renang diambil oleh peneliti dan dibantu dengan petugas kolam
renang.
Sampel air kolam renang akan dilakukan pemeriksaan ulang pada hari
selanjutnya jika terjadi hujan. Karena air hujan secara langsung dapat
mengganti volume air kolam renang yang menyebabkan hilangnya
kandungan atau unsur kimia yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi air
kolam renang. Yang paling rentan hilang adalah alkalinitas total air kolam
yang mempunyai fungsi menjaga kesembangan asam dan basa (pH) air kolam
renang. Apabila alkalinitas total pada kolam renang hilang akan sulit
mengontrol
pH
air
kolam
karena
kimia
yang
dimasukan
berupa HCl maupun soda ash akan tidak dapat berfungsi atau bereaksi
termasuk klorin. Dengan sulitnya pengendalian pH dan klorin ini membuka
peluang masuknya mikroorganisme dari luar dan apabila dibiarkan akan
merusak kondisi air kolam renang. Apabila hujan mulai turun dan musim
penghujan tiba sebaiknya pihak kolam renang Bulungan dan Ragunan
bersegera melakukan uji kondisi alkalinitas dan sisa klor pada air kolam
renang (Kholid, 2012).
61
-
Titik Pengambilan Sampel Kolam Renang Bulungan:
Kolam Renang
Keterangan:
Titik Pengambilan Sampel
-
Titik Pengambilan Sampel Kolam Renang Ragunan
Kolam Renang
Keterangan:
Titik Pengambilan Sampel
4.4. Pengumpulan Data
4.4.1.
Data Primer
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data aggregat dan
data individu. Objek pada penelitian ini adalah air kolam renang dan manusia.
Untuk data aggregat merupakan data kelompok dalam sekian kali
pengukuran, seperti pengukuran kadar sisa klor dan kadar pH, dan untuk data
individu merupakan data yang mengalami keluhan iritasi mata perorangan.
4.4.1.1. Pengukuran
Data mengenai kualitas kimia (sisa klor dan pH) dikumpulkan melalui
pengukuran kualitas air kolam renang secara langsung di air kolam renang.
62
Sampel air di ambil di kedalaman 30 cm di bawah permukaan air dimana
polusi biasanya terjadi dekat dengan permukaan air (Nightingale, 2008).
4.4.1.1.1.
Pengukuran Kadar Sisa Klor
Alat
: Komparator Lovibond
Cara Kerja
:
1. Memasukkan air sampel ke dalam comparator sebanyak 10ml
2. Menambahkan
reagen
Diethyl-p-phenylenediamine
(DPD)
sebanyak 5 tetes
3. Menutup komparator, kemudian mengocok dan mendiamkan
sebentar
4. Membaca hasilnya dengan membandingkan warna air dan warna
merah yang terdapat pada komparator.
4.4.1.1.2.
Pengukuran pH
Alat
: Komparator Lovibond
Cara Kerja
:
1. Memasukkan air sampel ke dalam comparator sebanyak 10ml
2. Menambahkan reagen phenol red sebanyak 5 tetes
3. Menutup komparator, kemudian mengocok dan mendiamkan
sebentar
4. Membaca hasilnya dengan membandingkan warna air dan warna
merah yang terdapat pada komparator
63
4.4.1.2. Lembar Checklist
Data mengenai pengamatan dan wawancara terhadap keluhan iritasi
mata yang dirasakan oleh pengguna kolam renang setelah berenang yang
dikumpulkan dengan alat bantu lembar checklist yang diisi sendiri oleh
peneliti.
4.5. Manajemen dan Analisis Data
4.5.1.
Manajemen Data
Data yang sudah dikumpulkan diperiksa kembali untuk menjamin
kelengkapannya. Pengolahan data dilakukan secara manual menggunakan
bantuan software analisis data dengan langkah- langkah sebagai berikut.
a. Coding
Pada tahap ini dilakukan pemberian kode terhadap setiap jawaban
dalam bentuk angka atau bilangan di lembar kuesioner. Hal ini
bertujan
untuk
mempermudah
dalam
analisis
data
dan
mempercepat proses entry data. Berdasarkan lembar observasi,
untuk variabel iritasi mata, diberi coding ―1‖ jika mengalami
keluhan iritasi mata, untuk variabel sisa klor dan ph diberi coding
―1‖ jika tidak memenuhi syarat, dan variabel waktu kontak klor
diberi coding ―1‖ untuk waktu kontak 10-15 menit
b. Editing
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan pemastian data yang
terkumpul untuk memeriksa ketepatan dan kesesuaian data agar
dapat dianalisis lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa kembali
data-data yang telah terkumpul serta melihat kelengkapan agar
64
tidak menggangu dalam proses pengolahan data selanjutnya.
Editing dibantu dengan suatu program komputer berupa software
statistik
c. Entry
Dalam tahap ini, data- data yang telah melalui proses coding dan
editing kemudian dimasukkan ke dalam suatu program komputer.
Memulai
dengan
variabel
dependen
kemudian
variabel
independennya, dan menganalisis dan menguji hubungan bivariat
dengan program software statistik
d. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pengecekan ulang data yang telah
dimasukkan agar tidak terjadi kesalahan, yaitu dengan mengetahui
missing data, variasi data dan konsistensi data. Cleaning data
dibantu dengan software statistik pada komputer dan perhitungan
secara manual dengan menggunakan kertas dan pensil.
4.5.2.
Analisis Data
4.5.2.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menganalisa karakteristik dan
variabel dengan cara mendeskripsikan dan menghitung distribusi dan
proporsinya. Kelompok variabel disajikan dalam bentuk tabel rata rata
harian kadar sisa klor pada air kolam renang, tabel rata – rata pH, waktu
kontak pada kolam renang serta keluhan iritasi mata pada pengguna kolam
renang.
65
4.5.2.2. Analisis Bivariat
Analisi bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel penelitian. Data kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square. Uji chisquare dapat menentukan pengujian apakah frekuensi yang akan di amati
(data observasi) untuk membuktikan atau ada perbedaan secara nyata atau
tidak dengan frekuensi yang diharapkan, seperti untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel sehingga dapat disimpulkan ada atau tidaknya hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat. Lalu perhitungan ukuran hubungan
dengan Odds Ratio (OR). OR adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)
dengan kejadian penyakit; dihitung dari angka kejadian penyakit pada
kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian penyakit
pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko).
66
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum
5.1.1.
Kolam Renang Bulungan
Kolam renang Bulungan dibangun tahun 1970, diresmikan pada
tanggal 02 Juni 1971. Dari tahun 1971 sampai tahun 1985 status kolam
renang Bulungan dibawah Dinas Olahraga, sedangkan pada bulan
September 1985 sampai 2000 di bawah Walikotamadya Jakarta Selatan,
kemudian sejak tahun 2001 sampai sekarang kolam renang Bulungan
Jakarta Selatan berada pada binaan Suku Dinas Olahraga dan Pemuda
Jakarta Selatan. Berlokasi di jalan Kyai Maja Blok F Kebayoran Baru
Jakarta Selatan. Letaknya sangat strategis, dan mudah terjangkau oleh
masyarakat karena kemudahan transportasi, sehingga pengunjung selalu
ramai. Dalam kegiatan sehari – hari kolam renang ini dibuka untuk umum
mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dan pukul 16.00
sampai dengan pukul 18.00 WIB khusus untuk para anggota Persatuan
Renang.
5.1.2.
Sarana dan Fasilitas Kolam Renang Bulungan
Kolam renang Bulungan dibagi dua bagian yaitu kolam dewasa
dan kolam anak. Kolam besar memiliki panjang 50 m dan lebar 25 m
dengan kedalaman 70 cm sampai dengan 170 cm, volume air sebesar
1.826 m3. Kolam anak mempunyai panjang 25 m dan lebar 5 m dengan
kedalaman 40 cm sampai dengan 80 cm, volume air kolam anak 62,6 m3.
67
Jumlah volume air keseluruhan 1.888,6 m3. Dasar dan dinding kolam
renang terbuat dari porselen warna putih, serta dilengkapi dengan empat
tangga yang terbuat dari besi. Tempat berjalan perenang dibatasi dengan
parit peluap selebar kurang lebih 5 cm menunjang mengelilingi kolam
renang.
a. Bahan - bahan kimia yang digunakan
Bahan bahan yang digunakan dalam proses pengolahan air kolam
renang Bulungan antara lain untuk desinfeksi air menggunakan kaporit
yang mengandung 60% aktif klor, untuk penjernihan air menggunakan
tawas atau alumunium sulfat.
b. Peralatan pengolahan air
Peralatan pengelolaan air kolam renang Bulungan yang dimiliki
kolam renang Bulungan, yaitu vaccum atau pompa penyedot dengan daya
0,75 HP atau setara dengan 359 watt, filter, dimano penggerak dan
comparator test kit.
c. Pengelolaan penyediaan air bersih kolam renang
Dalam tugas operasional kegiatan sehari – hari, kolam renang
Bulungan mendapat sumber dana atau anggaran dari Walikota Jakarta
Selatan melalui Gelanggang Remaja Jakarta Selatan dan dari Dinas
Olahraga DKI Jakarta serta pemasukan umum dari pengunjung harian.
Untuk pelaksanaan teknis pemeliharaan air kolam renang mengikuti buku
petunjuk pengelolaan fasilitas kolam renang Jaya Raya, Pemda DKI
68
Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, kolam renang Bulungan
mendapat pelayanan dari Perusahaan Air Minum (PAM) yaitu
Pejompongan, dengan rata – rata pemakaian air perbulan 4500 m2.
Pemakaian air pada umumnya digunakan untuk air pembilas bagi para
perenang bila selesai berenang dan untuk membersihkan lantai serta
penambahan air kolam renang bila dirasakan kurang. Pemakaian air ini
tergantung juga dari banyaknya pengunjung dan ada tidaknya pengisian air
kolam renang. Untuk pengurasan tidak dilakukan pada setiap bulan,
karena kolam renang Bulungan merupakan tipe resirkulasi sehingga jarang
melakukan pengurasan air kolam, kecuali bila ada kerusakan pada dinding
kolam maka perlu diadakan perbaikan pada dinding kolam yang
mengharuskan pengurasan dan pengisian kolam.
d. Pengolahan air
Untuk pemeliharaan dan kebersihan air kolam renang Bulungan
secara rutin dilakukan pengolahan dengan menggunakan bahan – bahan
kimia seperti kaporit dan soda ash. Berdasarkan wawancara dengan pihak
pengelola kolam renang Bulungan kebutuhan akan kaporit setiap harinya
sekitar 10 kg/hari, serta soda ash 3 kg/hari. Pemberian kaporit dilakukan
dalam satu hari sebanyak 2 kali, (pagi, dan malam). Kaporit yang
digunakan mempunyai aktif klor 60% dengan sekali pemberian 5 kg.
Cara pemberian kaporit dengan cara mengaduk tong isi kaporit
aktif klor 60% dengan takaran 5 gayung, kemudian didiamkan selama 15
menit lalu dituang saluran filter untuk menuju ke pipa outlet sebelum ke
69
kolam renang. Untuk sirkulasi air digunakan mesin sirkulasi 2 unit, dan
penyaringan air memakai 2 buah filter (sand filter). Namun dari pihak
kolam renang Bulungan tidak pernah mengecek atau memantau kadar pH
dan sisa klor selama pelaksanaan aktivitas harian di kolam renang
berlangsung karena hanya memeriksa seminggu sekali.
e. Sistem pengelolaan air
Kolam renang bulungan menggunakan sistem resirkulasi dalam
pengelolaan air kolam renangnya. Adapun alur pengolahan air kolam
renang adalah sebagai berikut:
1. Air masuk ke dalam instalasi pengolahan air kolam melalui saluran
inlet yang terletak bagian ujung dari kolam renang dewasa
2. Air tersebut dihisap oleh dua buah mesin dinamo, air dalam inlet
akan masuk ke dalam ground tank yang mempunyai kapasitas 98
m3/jam. Di dalam ground tank air akan ditambahkan desinfektan
3. Air dari ground tank akan masuk dalam sandfilter yang akan
menyaring kotoran kotoran yang ada pada air kolam
4. Setelah itu air akan dialirkan kembali ke dalam kolam renang
melalui outlet yang berada di sisi kolam renang
70
5.1.3.
Kolam Renang Ragunan
Kolam renang Ragunan terletak di komplek Gelanggang Olahraga
Jaya Raya didirikan pada tahun 1977. Komplek ini terletak di Kelurahan
Ragunan Kecamatan Pasar Minggu, kurang lebih 200 meter dari obyek
wisata Kebun Binatang Ragunan. Keadaan transportasi untuk menuju ke
Gelanggang Olahraga termasuk lancar mengingat banyak angkutan atau
kendaraan umum yang menuju atau melalui kebun binatang. Pada mulanya
kolam renang Ragunan ini digunakan khusus bagi siswa dan siswi SMP
dan SMA yang terdiri dari atlet – atlet berbakat dalam olahraga renang,
akan tetapi penggunaannya tidak terus menerus sepanjang waktu, maka
kolam ini dioperasikan pula untuk umum. Waktu pengoperasian kolam
renang mulai pukul 08.00 – 18.00 WIB. Pukul 16.00 – 18.00 WIB khusus
untuk para atlet, sedangkan untuk umum mulai pukul 08.00 – 16.00.
5.1.3.1. Sarana dan Fasilitas Kolam Renang Ragunan
Kolam renang Ragunan mempunyai luas seluruhnya 1.050 m2
dengan panjang 50 m dan lebar 21 m, kolam ini dibagi dalam 2 bagian
yakni bagian yang dangkal dan bagian yang dalam, batasan dari kedua
bagian ini tidak jelas hanya keadaan dasar dari kolam yang semakin ke
tengah semakin ke dalam, dengan kedalaman 2,5 meter dan bagian yang
dangkal 1,25 meter dan jumlah volume air keseluruhan 2.500 m3. Dasar
dan dinding kolam renang dari porselen warna putih, serta dilengkapi
dengan empat buah tangga yang terbuat dari besi. Ruang mesin
71
Ruang mesin terdapat di bagian ujung belakang kolam renang. Di
dalamnya terdapat dua buah sandfilter yang berisi pasir silica dengan
komposisi pasir diameter kasar hingga pasir yang halus di bagian bawah
atau dasar tabung. Terdapat juga motor atau dinamo penggerak untuk
menyedot air. Ruangan ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan
bahan kimia (kaporit) dan soda ash serta sebagai ruang panel utama listrik
untuk kebutuhan listrik di lingkungan kolam renang Bulungan.
a. Bahan - bahan kimia yang digunakan
Bahan bahan yang digunakan dalam proses pengolahan air kolam
renang Ragunan antara lain untuk desinfeksi air menggunakan kaporit
yang mengandung 60% aktif klor, untuk penjernihan air menggunakan
tawas atau alumunium sulfat dan untuk membunuh lumut menggunakan
zat prusi.
b. Peralatan pengolahan air
Peralatan pengelolaan air kolam renang Ragunan yang dimiliki
kolam renang Bulungan, yaitu jet pump, vaccum atau pompa penyedot,
genset, chlorine feeder, filter, dimano penggerak dan comparator test kit.
c. Pengelola penyediaan air bersih
Dalam tugas operasional kegiatan sehari – hari kolam renang
Ragunan mendapat sumber dana atau anggaran dari Dinas Olahraga dan
Pemuda DKI Jakarta melalui Gelanggang Olahraga Jaya Raya Ragunan
dan pemasukan umum dari pengunjung harian.
72
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, kolam renang Ragunan
menggunakan air tanah dengan menggunakan jet pump sebagai mesin
penyedotnya. Ke dalam sumber air tanah kurang lebih 100 meter. Air ini
dikonsumsikan pula untuk keperluan komplek perumahan dan fasilitas lain
di komplek Gelanggang Olahraga Ragunan, sehingga air kolam renang
dalam 5 tahun terakhir ini belum pernah diganti mengingat minimnya
kuantitas persediaan air tersebut, dan kolam ragunan merupakan kolam
renang tipe resirkulasi, sehingga tidak membutuhkan pengurasan air yang
sering.
d. Pengolahan air
Untuk kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan serta pengolahan
air kolam renang, pemberian kaporit dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu
pada pagi hari dan sore hari dengan sekali pakai 7,5 kg maka setiap
harinya membubuhkan 15 kg/hari. Pemberian soda ash dilakukan pukul
05.00 – 07.00 pagi hari. Pemberian kaporit dengan cara injeksi feeder
yaitu dengan cara disalurkan melalui pipa plastic ke pipa outlet dari tong
pengadukan.
Untuk
pembersihan
air
dilakukan
sirkulasi
dengan
menggunakan mesin sirkulasi 3 unit, tetapi yang berfungsi hanya 2 unit,
satu unit untuk cadangan, dan penyaringan air memakai sand filter.
73
5.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dilakukan untuk mengetahui gambaran
frekuensi responden dari penelitian ini dengan hasil sebagai berikut:
5.2.1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin di kolam renang Bulungan dan Ragunan
sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Pengguna Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Laki Laki
Perempuan
Total
N
%
70
42
112
62,5 %
37,5 %
100 %
Pada tabel 5.1 didapatkan persentase pengguna kolam renang
pemerintah Jakarta Selatan yang paling banyak adalah laki – laki sebanyak 70
orang (62,5%).
5.2.2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan di kolam renang Bulungan dan Ragunan
sebagai berikut:
74
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Pekerjaan Pengguna Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan Tahun 2015
Pekerjaan
SMA
SMK
SMP
N
37
3
1
%
33,03 %
2,7 %
0,89 %
Mahasiswa
47
41,96 %
Karyawan
12
10,71 %
IRT
12
10,71 %
Total
112
100 %
Pada tabel 5.2 didapatkan persentase jenis pekerjaan pengguna kolam
renang pemerintah Jakarta Selatan yang paling banyak yaitu mahasiswa
sebanyak 47 orang (41,96%).
5.3. Gambaran Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi Mata di
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase gambaran
pengguna kolam renang dengan keluhan iritasi mata di kolam renang
Bulungan dan Ragunan sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi Mata
di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015
Keluhan Iritasi Mata
N
%
Ada Keluhan
74
66,08 %
Tidak Ada Keluhan
38
33,92 %
Total
112
100 %
Pada tabel 5.3 didapatkan persentase pengguna kolam renang
pemerintah Jakarta Selatan ada 74 orang (66,08 %) yang mengalami keluhan
iritasi mata.
75
5.4. Gambaran Parameter Kadar Sisa Klor, Waktu Kontak Klor dan pH Di
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase gambaran
parameter kadar sisa klor, waktu kontak klor dan pH di kolam renang
Bulungan dan Ragunan sebagai berikut:
Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Sisa Klor di Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan Tahun 2015
Hari, Tanggal
Tahun
Kamis, 28 Mei 2015
Kadar Sisa Klor
(mg/L)
0,3 mg/L
Keterangan
Memenuhi Syarat
Jumat, 29 Mei 2015
0,2 mg/L
Memenuhi Syarat
Sabtu, 30 Mei 2015
3 mg/L
Minggu, 31 Mei 2015
3 mg/L
Kamis, 04 Juni 2015
0,6 mg/L
Jumat, 05 Juni 2015
0,5 mg/L
Tidak Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
Memenuhi Syarat
Sabtu, 06 Juni 2015
0,5 mg/L
Memenuhi Syarat
0,6 mg/L
Tidak Memenuhi
Minggu, 07 Juni
Syarat
2015
Pada tabel 5.4 dari semua (8 hari) hasil pemeriksaan kadar sisa klor,
didapatkan 4 hari memenuhi syarat dan 4 hari tidak memenuhi syarat pada
sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan, yaitu pada hari Sabtu
(30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar sisa klor 3 mg/L,
serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar sisa
klor 0,6 mg/L.
76
Tabel 5.5 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar Sisa
Klor Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam Renang
Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015
Kadar Sisa
Klor
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
Total
Pengguna
Kolam Renang
(N)
65
%
58,04 %
47
41,96 %
112
100 %
Pada tabel 5.5 didapatkan persentase pengguna kolam renang yang
paling banyak berenang pada saat parameter kadar sisa klor tidak memenuhi
syarat yaitu sebanyak 65 orang (58,04 %).
Tabel 5.6 Distribusi Waktu Kontak Klor Pengguna Kolam Renang di Kolam
Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015
Waktu Kontak Klor
N
%
10 – 15 Menit
58
51,78 %
>15 Menit
54
48,22 %
Total
112
100 %
Pada tabel 5.6 didapatkan persentase waktu kontak klor pengguna
kolam renang pemerintah Jakarta Selatan paling banyak pada waktu kontak
klor 10 – 15 menit sebanyak 58 orang (51,78%).
77
Tabel 5.7 Hasil Pemeriksaan Kadar pH di Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan Tahun 2015
Hari, Tanggal
Tahun
Kamis, 28 Mei 2015
Kadar pH
Keterangan
7,6 mg/L
Memenuhi Syarat
Jumat, 29 Mei 2015
7,6 mg/L
Memenuhi Syarat
Sabtu, 30 Mei 2015
6,4 mg/L
Minggu, 31 Mei 2015
6,4 mg/L
Kamis, 28 Mei 2015
6,4
Tidak Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
Memenuhi Syarat
Jumat, 29 Mei 2015
6,8
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
6,8
Tidak Memenuhi
Minggu, 31 Mei 2015
Syarat
Pada tabel 5.7 dari semua (8 hari) hasil pemeriksaan kadar pH,
Sabtu, 30 Mei 2015
6,4
didapatkan 4 hari memenuhi syarat dan 4 hari tidak memenuhi syarat pada
sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan, yaitu pada hari Sabtu
(30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar pH 6,4 mg/L serta
hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar pH 6,4.
Tabel 5.8 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar pH
Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam Renang Bulungan
Jakarta Selatan Tahun 2015
Kadar pH
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
Total
Pengguna
Kolam Renang
(N)
65
%
58,04 %
47
41,96 %
112
100 %
78
Pada tabel 5.8 didapatkan persentase pengguna kolam renang yang
paling banyak berenang pada saat parameter kadar pH tidak memenuhi syarat
yaitu sebanyak 65 orang (58,04 %).
5.5. Hubungan Kadar Sisa Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada
Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Hasil analisis hubungan antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi
mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut:
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Kadar Sisa Klor Terhadap Keluhan Iritasi
Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Tahun 2015
Sisa Klor
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
Total
Keluhan Iritasi Mata
Ada
%
Tidak
%
Keluhan
Ada
Keluhan
53
81,5%
12
18,5%
Total
pvalue
OR
65
(100%)
5,468
(2,336-12,800)
0,000
47
(100%)
74
66,1%
38
33,9
112
(100%)
Pada tabel 5.9 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar sisa
21
44,7%
26
55,3%
klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang, yang paling
banyak mengalami keluhan iritasi mata pada saat sisa klor tidak memenuhi
syarat yaitu 53 responden (81,5%). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh
nilai p = 0,000 (p-value<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan bermakna antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada
pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang
79
berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat dapat memberikan efek
sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang.
5.6. Hubungan Waktu Kontak Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada
Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Hasil analisis hubungan antara waktu kontak klor terhadap keluhan
iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut:
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Waktu Kontak Klor Terhadap Keluhan Iritasi
Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Tahun 2015
Waktu
Kontak
Klor
10 – 15
Menit
>15 Menit
Total
Keluhan Iritasi Mata
Ada
%
Tidak
%
Keluhan
Ada
Keluhan
40
59,7 %
27
45,5 %
Total
pvalue
OR
67
(100%)
0,183
1,693
21
46,7 %
24
53,3 %
45
(0,790-3,629)
(100%)
61
54,5 %
51
45,5 %
112
(100%)
Pada tabel 5.10 menunjukkan hasil analisis hubungan antara waktu
kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang yang
paling banyak dengan waktu kontak klor 10 – 15 menit yaitu sebanyak 40
responden (59,7%). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,183
(p-value>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada
pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 1,693 (95%CI : 0,790 – 3,629) yang
berarti bahwa kolam berenang dengan waktu kontak klor selama 10 – 15
80
menit dapat berisiko 1,693 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna
kolam renang.
5.7. Hubungan Kadar pH Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna
Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Hasil analisis hubungan antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata
di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut:
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Kadar pH Terhadap Keluhan Iritasi Mata
Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015
pH
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
Total
Keluhan Iritasi Mata
Ada
%
Tidak
%
Keluhan
Ada
Keluhan
53
81,5%
12
18,5%
21
44,7%
26
55,3%
74
66,1%
38
33,9
Total
pvalue
OR
0,000
5,468
(2,336-12,800)
65
(100%)
47
(100%)
112
(100%)
Pada tabel 5.11 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar pH
terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang, yang paling
banyak mengalami keluhan iritasi mata pada saat kadar pH tidak memenuhi
syarat yaitu 53 responden (81,5%). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh
nilai p = 0,000 (p-value<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada
pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang
berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat memberikan efek sebesar
5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang.
81
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
1. Penentuan pengguna kolam renang mengalami keluhan iritasi mata
tidak melakukan pemeriksaan organ mata secara khusus kepada
masing – masing responden. Hanya berdasarkan laporan dari hasil
observasi antara lain, mata terasa panas, mata terasa perih, penglihatan
kabur, memerah dan mata terasa gatal. Tidak menggunakan diagnosis
dokter karena tidak memungkinkan dari segi biaya untuk menelusuri
hal tersebut
2. Penelitian ini tidak mengukur konsentrasi klor yang bergabung dengan
senyawa lain sebagai akibat proses sanitasi air kolam renang
3. Kemungkinan terjadinya bias informasi, merupakan keterbatasan
kemampuan responden untuk mengingat kembali secara lengkap apa
yang sudah dilakukan, karena menyangkut kemampuan setiap
responden untuk mengingat kembali dengan pasti terutama untuk
variabel waktu kontak klor
4. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling, dan ini merupakan salah satu keterbatasan
penelitian karena dalam pengambilan responden sebagai sampel,
hanya yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dan sesuai
dengan kriteria.
82
6.2. Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan
Pada penelitian ini, pengguna kolam renang dikatakan mengalami
keluhan iritasi mata dan tidak mengalami keluhan iritasi mata berdasarkan
hasil observasi peneliti. Iritasi mata ketika berenang pada perenang mata tidak
permanen, hanya iritasi singkat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan
kabur, mata gatal, mata terasa panas, mata terasa perih, mata memerah. Iritasi
mata adalah cedera renang yang sangat umum dan mudah teriritasi akibat
proses klorinasi dalam air. Meskipun tidak pernah benar-benar berlangsung
terlalu lama bagi kebanyakan orang, hal ini dapat menjadi iritasi yang
mengganggu.
Dari hasil penelitian didapatkan persentase pengguna kolam renang
Pemerintah Jakarta Selatan yang mengalami keluhan iritasi mata sebanyak
74 orang (66,08 %) yang mengalami keluhan iritasi mata, sedangkan yang
tidak mengalami keluhan iritasi mata yaitu sebanyak 38 orang (33,92 %).
Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta rutin dijadikan sebagai
tempat pengambilan nilai renang beberapa SD, SMP dan SMA disekitar, serta
menjadi tempat aktivitas olahraga renang oleh Klub Renang di Jakarta.
Sehingga penting untuk diketahui kualitas air kolam renangnya. Uji Kualitas
air penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang (Rabi dkk.,
2008). Hal ini didukung oleh penelitian tentang keluhan penyakit akibat
berenang pernah dilaporkan oleh Noor (2007) menunjukkan dari 387
pengunjung kolam renang Bulungan Jakarta sebanyak 41.6% mengalami
iritasi mata setelah berenang di kolam renang dengan kadar sisa klor 0.1 mg/L
83
dengan pH< 6.8. Observasi yang dilakukan pada 30 air kolam renang di
Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan ada 11 air kolam renang berkualitas
baik, 4 kurang baik, 11 jelek dan 4 sangat jelek (Darajat, 2005).
Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang
persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang
dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat
kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan
pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan
(Cita dan Adriyani, 2009).
6.3. Kadar Sisa Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa klor yang diperbolehkan dalam air kolam
renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L. Sebagai desinfektan, sisa klor dalam
penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi dalam konsentrasi yang berlebih klor
ini dapat terikat pada senyawa organik (Cita dan Adriyani, 2009).
Berdasarkan hasil pada tabel 5.4 parameter kadar sisa klor pada
sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan sebagian besar tidak
memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei
2015) dengan kadar sisa klor 3 mg/L, serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan
Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar sisa klor 0,6 mg/L.
84
Sisa klor yang dihasilkan oleh air kolam renang berasal dari
penggunaan kaporit yang berfungsi sebagai desinfektan. Banyaknya
penggunaan kaporit bisa menyebabkan banyaknya sisa klor yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil diatas dan jika disesuaikan dengan PERMENKES RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990, pada kolam renang pemerintah Jakarta Selatan
kadar sisa klornya tidak memenuhi persyaratan kolam renang.
Kadar sisa klor di kolam renang pemerintah Jakarta selatan pada saat
dilakukan pemeriksaan, di dapatkan hasil yang melebihi dari persyaratan
yang telah ditetapkan Permenkes No. 416 tahun 1990 namun masih
memenuhi persyaratan WHO (2006) yaitu 1 – 3 mg/L. Sebagai pembanding
United Kingdom menganjurkan kadar sisa klor 1,0 – 1,2 mg/L, Australia 1,0
– 6,5 mg/L , Jerman 0,3 – 0,6 mg/L, Italia 0,4 -1,0 mg/L, Amerika 1,0 -3,0
mg/L (Leoni dkk., 1999; Spivey, 2010).
Kadar sisa klor yang tinggi menandakan petugas kolam renang
berlebihan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam
renang mengaku hanya memprediksi dalam melakukan desinfeksi air kolam
renang. Petugas mengaku tidak pernah diberikan pelatihan mengenai cara
desinfeksi air kolam renang yang tepat. Menurut WHO (2006), kadar klorin
yang tepat dapat dihitung dengan rumus berikut:
D = Jumlah air yang akan didesinfeksi dalam ml air
ppm = jumlah mg per liter sisa klor yang diinginkan
85
X = proses aktif klor dari zat desinfeksi yang dipakai untuk desinfeksi
air kolam (60%)
Kolam renang pemerintah Jakarta Selatan ada 2 yaitu, Bulungan dan
Ragunan. Maka untuk kolam renang Bulungan yang mempunyai kapasitas
1.826 m3 dan akan didesinfeksi dengan kaporit 60% aktif, serta sisa klor
maksimal yang diharapkan adalah 0,5 ppm, maka kaporit yang
dibutuhkan:
= 1, 5 kg
Pada kolam renang Bulungan kaporit yang digunakan mempunyai
aktif klor 60% dengan sekali pemberian 5 kg untuk pagi dan malam hari,
yang artinya dalam sekali pembubuhan kaporit kolam renang Bulungan
kelebihan 3,5 kg dari perhitungan anjuran (WHO, 2006) dan sudah tidak
memenuhi syarat dalam pembubuhan kaporit.
Dengan perhitungan dan rumus yang sama, untuk kolam renang
Ragunan yang mempunyai kapasitas 2.500 m3 dan akan didesinfeksi
dengan kaporit 60% aktif, serta sisa klor maksimal yang diharapkan adalah
0,5 ppm, maka kaporit yang dibutuhkan:
= 2,0875 kg atau 2,1 kg
86
Pada kolam renang Ragunan kaporit yang digunakan mempunyai
aktif klor 60% dengan sekali pemberian 7,5 kg untuk pagi dan sore hari,
yang artinya dalam sekali pembubuhan kaporit kolam renang Bulungan
kelebihan 5,4 kg dari perhitungan anjuran (WHO ,2006) dan sudah tidak
memenuhi syarat dalam pembubuhan kaporit.
Kolam renang Bulungan dan kolam renang Ragunan jarang
melakukan pemantauan sisa klor. Untuk kolam renang Bulungan
dilakukan seminggu sekali, dan kolam renang Ragunan setiap hari namun
hanya pagi hari saja. Menurut WHO (2006), pengukuran pH dan sisa klor
harus dalam setiap 4 jam selama kolam renang dibuka, yang artinya
pemantauan kualitas kimia air di kedua kolam renang ini tidak sesuai
dengan ketentuan. Sebaiknya dalam pemantauan kadar sisa klor pada air
kolam renang Bulungan dan Ragunan dapat mengubah metode desinfeksi
yang tidak tepat tersebut, karena proses desinfeksi dilakukan secara
manual bukan dengan automatic dosing. WHO (2006) tidak menganjurkan
desinfeksi dengan cara manual karena harus diimbangi dengan manajemen
operasional dan monitoring yang baik. Selain itu, jika desinfeksi dilakukan
dengan cara manual, tidak boleh ada orang di dalam kolam renang hingga
desinfektan seluruhnya menebar ke dalam air kolam renang. WHO (2006)
menganjurkan desinfeksi dengan automatic dosing yang dilengkapi
dengan sensor elektronik untuk memantau pH dan sisa klor.
Penurunan kadar sisa klor dapat terjadi yang disebabkan oleh sinar
matahari yang dapat mengurangi kadar sisa klor air kolam renang dengan
cepat. Untuk itu sebaiknya menambahkan chlorine stabilizer yaitu
87
Isocyanuric acid untuk mengurangi kehilangan klorin dari paparan sinar
matahari. Sisa klorin yang sudah distabilkan akan bertahan 3-4 jam lebih
lama (McKeown, 2009). Penelitian menunjukkan kolam renang luar
ruangan yang tidak menggunakan Isocyanuric acid telah kehilangan 90%
sisa klor dalam waktu tiga jam pada cuaca cerah. Kolam renang yang
mengandung 25-50 mg/L Isocyanuric acid dengan kondisi yang sama
hanya kehilangan 15% sisa klor (Department of Health New South Wales,
1996).
Menurut PERMENKES RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 kadar sisa
klor yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L.
Kadar sisa klor dikatakan tidak memenuhi syarat apabila kadar sisa klor
pada saat pengukuran kurang dari 0,2 mg/L atau melebihi dari 0,5 mg/L.
Dari hasil penelitian menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar
sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang
pemerintah Jakarta Selatan yang paling banyak mengalami keluhan iritasi
mata pada saat sisa klor tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden
(81,5%) dari total 112 responden.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (pvalue<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna
antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam
renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang
berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat dapat memberikan efek
88
sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam
renang
Penelitian ini sejalan dengan Decker (1988); Permana dan Suryani,
2013; Cita dan Adriyani, 2009; Nasli (2013), bahwa ada hubungan antara
kadar sisa klor dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang.
Hasil observasi di lapangan kadar sisa klor yang tinggi menandakan
petugas kolam renang berlebihan dalam membubuhi kaporit ke dalam
kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam
melakukan desinfeksi air kolam renang.
Kadar klorin yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan iritasi mata. Pajanan sisa klor dan pH yang kurang atau
melebihi syarat di kolam renang dapat menyebabkan iritasi mata (WHO,
2006). Untuk mencegah iritasi mata, kolam renang harus dipelihara
dengan baik, dibersihkan, dan kolam renang pemantauan klor agar
seimbang dan tidak kurang atau melebih batas aman. Kolam renang
mengandung banyak bahan kimia dan kontaminan potensial. Klorin
ditambahkan ke kolam air untuk mengendalikan bakteri, tetapi bahan
kimia ini juga dapat mengiritasi mata (Island Empire Swimming, 2014).
6.4. Waktu Kontak Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah
Jakarta Selatan
Pemanfaatan air untuk berenang saat ini sudah marak digunakan
karena berenang merupakan olahraga yang direkomendasikan sejak zaman
romawi agar tubuh tetap sehat dan bugar (Zarzoso dkk., 2010). Berenang di
89
kolam renang merupakan kegiatan olahraga atau rekreasi yang banyak
digemari oleh masyarakat termasuk anak-anak dan remaja.
Berdasarkan hasil pada tabel 5.6 didapatkan persentase waktu kontak
klor pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan paling banyak pada
waktu kontak klor 10 – 15 menit sebanyak 58 orang (51,78%), sedangkan
yang lebih dari 15 menit sebanyak 54 orang (48,22 %).
Waktu kontak klor sama dengan lama berenang pengguna kolam
renang. Waktu kontak klor merupakan suatu hal yang sangat menentukan
dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu kontak 10 – 15 menit
memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan
molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia pada
klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia. Berdasarkan hasil
variabel waktu kontak klor untuk kolam renang Bulungan dan kolam renang
Ragunan dapat diasumsikan bahwa pengguna kolam renang pada kolam
renang Ragunan dan pengguna kolam renang Bulungan memiliki motivasi
yang tinggi untuk berenang lebih lama di dalam kolam renang. Karena
manfaat yang bisa didapatkan dari olahraga renang antara lain mengurangi
berat tubuh, baik untuk sistem kardiovaskuler, kekuatan otot, fleksibilitas dan
postur tubuh (Zwiener dkk., 2007). Kolam renang juga bukan tempat
musiman, sehingga dapat dikunjungi kapan saja dan oleh semua kalangan
(Clement, 1997; Villanueva dan Ribera, 2012). Manfaat olahraga renang bagi
kesehatan sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi dapat menimbulkan risiko
dan keluhan kesehatan jika sanitasi kolam renang diabaikan (Pond, 2005).
90
Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang
persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang
dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat
kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan
pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan
(Cita dan Adriyani, 2009).
Pemeriksaan kualitas air kolam renang secara kimia termasuk salah
satu upaya sanitasi yang dilakukan. Penambahan bahan kimia dianjurkan
untuk pengawasan kualitas air kolam renang dengan batasan tertentu dan
pengawasan yang baik (Center Disease of Control, 2009). Salah satunya
adalah pemberian senyawa kimia berupa senyawa klor berupa kaporit
(CaOCl2) yang berfungsi untuk menjernihkan dan mendesinfeksi kuman.
Namun, penggunaan kaporit juga harus diperhatikan dengan baik dan harus
sesuai dengan batas aman yang ada. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi
yang kurang dapat menyebabkan desinfektan yang ada di kolam renang tidak
bekerja secara optimal dan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang berlebih dapat
meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan merupakan
kolam renang pemerintah DKI Jakarta Selatan yang selalu ramai pengunjung
karena lokasi yang strategis dan harga yang terjangkau untuk masyarakat
tingkat ekonomi rendah hingga tingkat ekonomi tinggi. Uji Kualitas air
91
penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang (Rabi dkk.,
2008).
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.10 menunjukkan hasil
analisis hubungan antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata
pada pengguna kolam renang sebanyak 40 responden (59,7 %) dari 61
responden yang berenang di kolam renang dengan waktu kontak klor kisaran
10 – 15 menit mengalami keluhan iritasi mata ketika berenang.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,183 (pvalue>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada
pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 1,693 (95%CI : 0,790 – 3,629) yang
berarti bahwa kolam berenang dengan waktu kontak klor selama 10 – 15
menit dapat berisiko 1,693 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna
kolam renang
Hasil penelitian pada variabel ini tidak sejalan dengan Setiyawati
(2004), Rylander, Victorin dan Sorensen (1973) dan Reynolds (1982) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara lama waktu kontak klor dengan
keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang.
Waktu klorinasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam
proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Dalam waktu kontak 10 – 15 menit
memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan
molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia dan
92
klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia. Diperkirakan akan lebih
berisiko jika lebih dari 15 menit. Namun, pada hasil analisis bivariat variabel
waktu kontak klor dengan keluhan iritasi mata menyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna. Seharusnya jika semakin sering frekuensi kontak
serta semakin lama durasi (waktu) setiap kali kontak dengan potensi bahaya
penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan (iritasi mata)
semakin besar (Rylander, Victorin dan Sorensen, 1973; Reynolds, 1982).
Asumsi peneliti karena setiap manusia memiliki kepekaan mata yang
berbeda – beda. Menurut Sherwood (2001), mata adalah bola berisi cairan
terbungkus 3 lapisan jaringan khusus, yaitu: (a) sklera/kornea; (b)
koroid/badan siliaris/iris; (c) retina dan setiap manusia memiliki kemampuan
visual yang berbeda. Manusia dapat kontak dengan klor dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Biasanya, bila berada di kolam renang akan kontak
dalam jangka panjang dengan tingkat eksposur rendah. Pada tahun 2008,
hampir 4.600 orang mengunjungi unit gawat darurat untuk cedera akibat
bahan kimia kolam renang. Cedera yang paling umum diagnosis adalah
keracunan, yang meliputi konsumsi bahan kimia kolam renang serta
menghirup uap, asap, atau gas dan iritasi mata (Hlavsa dkk., 2014), serta anak
– anak dan remaja berisiko mendapatkan risiko kesehatan yang berhubungan
dengan air kolam renang, karena anak – anak lebih lama berada di dalam air
dibandingkan orang dewasa (Pond, 2005).
93
6.5. Kadar pH dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta
Selatan
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi
atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan
biologis (Effendi, 2003). Air yang digunakan untuk berenang harus
memenuhi
persyaratan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No:
416/MENKES/PER/IX/1990 agar tidak menggangu dan membahayakan
kesehatan manusia.
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator
yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba
dalam air kolam renang (Chandra, 2005). Berdasarkan PERMENKES RI
tersebut kadar pH yang diperbolehkan dalam kolam renang adalah (6,5 – 8,5).
Berdasarkan hasil pada tabel 5.7 didapatkan persentase parameter
kadar pH pada sampel air kolam renang pemerintah sebagian besar tidak
memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei
2015) dengan kadar pH 6,4 mg/L serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan
Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar pH 6,4.
pH yang dihasilkan oleh air kolam renang berasal dari penggunaan
soda ash yang berfungsi sebagai penyeimbang klorin. Banyaknya
penggunaan soda ash bisa menyebabkan tingginya pH yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil diatas dan jika disesuaikan dengan PERMENKES RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990, ditemukan bahwa kadar pH pada kolam renan
94
pemerintah Jakarta Selatan tidak memenuhi persyaratan, dan melebihi dari
batas aman yang ditetapkan. WHO (2006) menganjurkan pH air kolam
renang diantara 7,2 – 7,8. Sebagai pembanding Australia dan United
Kingdom menganjurkan kadar pH air kolam renang 7,2 – 8,0 , Italia 6,5 – 8,5
dan Jerman 6,5- 8,3 (Leoni, dkk. 1999).
Kadar pH yang tidak memenuhi syarat menandakan petugas kolam
renang tidak sesuai ketentuan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam
renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam
melakukan desinfeksi air kolam renang. Dan hanya menuang soda ash untuk
menjaga kualitas air di kolam renang, jika dirasa air kolam renang mulai
terlihat keruh. Penjaga kolam renang mengaku tidak pernah diberikan
pelatihan mengenai cara desinfeksi air kolam renang yang tepat.
Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang
sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi (Gordon,
1976). Kekuatan desinfeksi klorin tergantung pada kekuatan pH, jika pH
dibawah 7 dapat mempengaruhi pada kesehatan pengguna kolam renang,
karena tubuh perenang memiliki pH antara 7,2 dan 7,8 (CDC, 2014).
Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif terhadap peralatan
kolam renang dan permukaan benda. Seiring dengan peningkatan pH, klorin
bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20% klorin
bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh
kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5,
50% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous (HOCl) dan 50%
95
dalam bentuk ion hypochlorite (OCl) yang dapat membunuh kuman.
(McKeown, 2009). Jika pH yang tepat dan menjaga sisa klor di kolam
renang, sangat jarang ditemui bahwa masalah – masalah akan pernah ditemui
di kolam renang (Gordon, 1976).
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.11 menunjukkan hasil
analisis hubungan antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada
pengguna kolam renang, yang paling banyak mengalami keluhan iritasi mata
pada saat kadar pH tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden (81,5%) dari
total 74 responden (66,1%). Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (pvalue<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna
antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang
Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang berarti bahwa kolam yang
tidak memenuhi syarat memberikan efek sebesar 5,468 kali terkena keluhan
iritasi mata pada pengguna kolam renang
Penelitian ini sejalan dengan Pratama (2012), McKeown (2009),
Gordon (1976), Garcia (2015) bahwa ada hubungan antara kadar pH dengan
keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Hasil observasi di
lapangan, untuk kedua kolam renang, yaitu kolam renang Bulungan dan
kolam renang Ragunan dalam penjagaan kualitas air, khususnya pemantauan
pH di kolam renang selama jam aktivitas berlangsung memang jarang sekali
dipantau. Menurut WHO (2006), pengukuran pH dan sisa klor harus dalam
setiap 4 jam selama kolam renang dibuka, yang artinya pemantauan kualitas
kimia air di kedua kolam renang ini tidak sesuai dengan ketentuan, harus 4
96
jam sekali, dan artinya untuk kedua kolam renang bulungan dan ragunan
sudah tidak memenuhi ketentuan tersebut.
Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan
aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20% klorin bebas yang tersedia sebagai
asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka
efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50% klorin bebas yang tersedia
sebagai asam hypochlorous (HOCl) dan 50% dalam bentuk ion hypochlorite
(OCl) yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam dapat membuat
iritasi mata (McKeown, 2009).
Maka dari itu sebaiknya lebih menyadari lagi akan pentingnya
menjaga kadar pH pada kolam renang untuk kolam renang Bulungan dan
Ragunan. Pentingnya menjaga pH yang benar di kolam renang, karena pH air
kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi
(Chandra, 2005; Gordon, 1976). Kekuatan desinfeksi klorin tergantung pada
kekuatan pH, jika pH dibawah 7 dapat mempengaruhi pada mata pengguna
kolam renang, karena tubuh perenang memiliki pH antara 7,2 dan 7,8, serta
dapat mengiritasi kulit dan mengkorosi pipa (Mckeown, 2009; CDC, 2014).
pH pada mata manusia adalah 7,2 – 7,4. Yang artinya jika pH pada kolam
renang selalu terjaga pada level yang sama dengan mata kita, efek samping
seperti iritasi mata akan menjadi minim, dan kemampuan desinfeksi klorin
pada level pH ini juga akan berfungsi secara optimal (Garcia, 2015).
97
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
1. Kolam Renang Bulungan memiliki panjang 50 m dan lebar 25 m dengan
kedalaman 70 cm sampai dengan 170 cm, volume air sebesar 1.826 m3 dan
kebutuhan akan kaporit setiap harinya sekitar 10 kg/hari, serta soda ash 3
kg/hari. Pemberian kaporit dilakukan dalam satu hari sebanyak 2 kali, (pagi,
dan malam). Kaporit yang digunakan mempunyai aktif klor 60% dengan
sekali pemberian 5 kg.
2. Kolam renang Ragunan mempunyai luas seluruhnya 1.050 m2 dengan
panjang 50 m dan lebar 21 m. Kaporit yang digunakan mempunyai aktif
klor 60%, pemberian kaporit dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu pada pagi
hari dan sore hari dengan sekali pakai 7,5 kg maka setiap harinya
membubuhkan 15 kg/hari.
3. Jumlah pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan ada sebanyak 74
orang (66,08 %) yang mengalami keluhan iritasi mata, sedankan yang tidak
mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 38 orang (33,92%).
4. Parameter kadar sisa klor pada sampel air kolam renang pemerintah Jakarta
Selatan sebagian besar tidak memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30
Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar sisa klor 3 mg/L, serta
hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar sisa
klor 0,6 mg/L
5. Persentase waktu kontak klor pengguna kolam renang pemerintah Jakarta
Selatan paling banyak pada waktu kontak klor 10 – 15 menit sebanyak 58
98
orang (51,78%), sedangkan yang lebih dari 15 menit sebanyak 54 orang
(48,22 %).
6. Parameter kadar pH pada sampel air kolam renang pemerintah sebagian
besar tidak memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan
Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar pH 6,4 mg/L serta hari Kamis (04
Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar pH 6,4.
7. Ada hubungan bermakna antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi
mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015
dengan nilai p = 0,000 (p-value<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468 (95%CI :
2,336 – 12,800)
8. Tidak ada hubungan bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan
iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun
2015 dengan nilai p= 0,183 (p-value>0,05) dan nilai OR sebesar 1,693
(95%CI : 0,790 – 3,629)
9. Ada hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata
pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015
dengan nilai p = 0,000 (p-value<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468 (95%CI :
2,336 – 12,800)
7.2. Saran
1. Kolam renang Bulungan dan Ragunan harus memberikan pelatihan
mengenai pengelolaan air kolam renang kepada petugas kolam, seperti cara
desinfeksi air kolam renang yang tepat dan cara pemantauan kualitas air
kolam renang
99
2. Memberikan papan informasi kadar sisa klor dan pH terkini, agar dapat
dilihat oleh pengguna kolam renang sebelum berenang
3. Mencari tahu tentang perbandingan efektivitas pengolahan kolam air kolam
renang di kolam renang Bulungan dan Ragunan pada periode musim hujan
dan musim kemarau
4. Melihat gambaran sanitasi dan praktik higiene pengguna kolam renang di
kolam renang yang ada di seluruh kota Jakarta dan sekitarnya atau di
seluruh Indonesia
5. Mencari tahu sebelum berenang apakah kadar sisa klor dan pH kolam air
kolam renang Bulungan dan Ragunan telah memenuhi syarat
6. Jika telah terjadi keluhan iritasi mata segera cuci mata dengan air yang
banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 30 menit,
atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka
kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia
yang tertinggal. Tutup dengan perban steril. Segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat jika diyakini semakin tidak membaik
100
DAFTAR PUSTAKA
American National Standard Institute. 2011. Safety Standards for Pools, Spas and
Bathing. Diakses pada 26 Januari 2014. Akses dari World Wide Web :
http://webstore.ansi.org/safety_standards/consumer-products/bath-poolspa.aspx
Bernard, Alfred., dkk. 2003. Lung Hyperpermeability and Asthma Prevalence In
School Children : Unexpected Associations With the Attendance at Indoor
Chlorinated Swimming Pools, Journal of Occupational and Environmental
Medicine. Volume 60 Page 385-394.
Bernard, Alfred., Voisin, Catherine., Sardella, Antonia. 2011. Respiratory Risks
Associated With Chlorinated Swimming Pools. Journal of American of
Respiratory and Critical Care Medicine. Volume 183.
Black & Veatch. 2010. White’s Handbook of Chlorination and Alternative
Disinfectants 5th Edition. USA: John Wiley & Sons Inc Publication.
BPLHD DKI Jakarta. 2013. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2013.
Capello, Michael Anthony. 2011. Assesing Bacteriological Contamination in
Public Swimming Facilities Within a Colorado Metropolitan Community.
Journal of Environmental Health. Volume 73.
Center Disease Control (CDC). 2008. Case of Recreational Water Illness on The
Rise. Journal of Healthy Swimming and Recreational Water. Diakses pada
18
Januari
2014.
Akses
dari
World
Wide
Web
:
http://www.cdc.gov/healthywater/swimming/rwi/
Center Disease Control (CDC). 2009. Recommendation for Preventing Pool
Chemical- Associated Injuries.
Center Disease Control (CDC). 2013. Case of Recreational Water Illness on The
Rise. Journal of Healthy Swimming and Recreational Water. Diakses pada
26
Januari
2014.
Akses
dari
World
Wide
Web
:
http://www.cdc.gov/healthywater/swimming/rwi/
Center Disease Control (CDC). 2013. Your Disinfection Team : Chlorine & pH.
Diakses pada 26 Januari 2014. Akses dari World Wide Web :
http://www.cdc.gov/healthywater/swimming/pools/disinfection-teamchlorine-ph.html
Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Chemical With Vernier. 2014. Determining the Free Chlorine Content of
Swimming Pool Water. Journal of Vernier Software and Technology.
101
Children’s Environmental Health. 2001. Prioritization of Toxic Air Contaminants.
Cita, D. W., dan Adriyani,R. 2009. Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan
Pengguna Kolam Renang di Sidoarjo. Jurnal Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Clement, Annie. 1997. Legal Responsibility in Aquatics. Washington DC: Sport
and Law Press.
Cuvillo, A dkk,. 2009. Allergic Conjungtivitis HI Antihistamines Investing
Allergol Clin Immunol. Volume:19.USA.
Darajat, Endang. 2005. Kesesuaian Antara Hasil Pengukuran Tingkat Risiko
Pencemaran dengan Inspeksi Sanitasi dan Hasil Pemeriksaan Bakteriologik
pada Air Kolam Renang di DKI Jakarta Tahun 2005. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Dawes, Colin dan Carey L.,Boroditsky. Rapid and Severe Tooth Erosion from
Swimming in an Improperly Chlorinated Pool Case Report. JCDA. Volume
74 Number 4.
Decker, WJ. 1988. Chlorine Poisoning at The Swimming Pool Revisited:
Anatomy of Two Minidisasters. Diakses pada 18 Januari 2014. Akses dari
World Wide Web : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3245129
Department of Alberta Health. 2014. Pool Standards. Book Of Health System
Accountability and Performance Pool Standards.
Department Of Health And Human Services U.S. 2010. Toxilogical Profile For
Chlorine. Division of Toxicology and Environmental Medicine. Atlanta,
Georgia.
Department Of Health Environmental Unit Melbourne. 2008. Pool Operator’s
Handbook. Melbourne Victoria Australia.
Department of Health New South Wales. 1996. Public Swimming Pool and Spa
Pool Guidelines. New South Wales.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta Selatan. 2014. Sarana Olah Raga DKI Jakarta
Selatan.
Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta. 2012. Sarana Olah Raga DKI Jakarta.
Edzwald, James K. 2011. Water Quality and Treatment Sixth Edition. USA: Mc
Graw Hills.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Eichelsdorfer,D., dkk,. 1975. Irritant Effect (Conjunctivitis) of Chlorine and
Chloramines in Swimming Pool Water. Journal of Germany Research
Foudation. Volume 45 page 17-28.
102
Emil T. Chanlett, Harold B.Gotaas. 1942. The Time Factor In The Chlorine And
Chloramine Disinfection Of Contaminated Swimming Pool Water. Volume
32.
EPA. 1990. Chemical Emergency Preparedness and Prevention Advisory –
Swimming Pool Chemichals: Chlorine. United States of America. Series 8
Number 1.
Garcia, J. 2015. Pengaruh Hujan Terhadap Air Kolam Renang. Diakses pada 3
Juli
2015.
Akses
dari
World
Wide
Web
http://www.maintenancepools.com/2012/11/pengaruh-hujan-terhadap-airkolam-renang.html
Gordon, Harvey.1976. pH in Swimming Pools. Journal of British Medical. Surrey
Area Health Authority, Mid-Surrey District, West Park Hospital.
Hasan, Achmad. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknik Lingkungan
P3 Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Volume 7 Nomor 1 Halaman 90-96.
Hlavsa, dkk,. 2014. Recreational Water–Associated Disease Outbreaks — United
States, 2009–2010. Journal of Centers for Disease Control and Prevention,
Morbidity and Mortality Week Report Volume 63.
Hunter, Paul R., dan Thompson, Andrew. 2005. The Zoonotic Transmission Of
Giardia and Cryptosporidium. Journal of International for Parasitology.
Volume 35 Page 1181-1190.
Hurwitz, S.A,. 2009. Antibiotics Versus Placebo for Acute Bacterial
Conjunctivitis. The Cochrane Collaboration. The Cochrane Library.
Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Indiana State Department Of Health. 2014. How To Shock The Pool.
Environmental Public Health 2 North Meridian Street, 5-E. Indianapolis, IN
46204.
Island Empire Swimming. 2014. Stinging Eyes in Swimming Pools. Diakses pada
3 Juli 2015. Akses dari World Wide Web
http://www.ieswim.org/wzielsc/UserFiles/File/Stinging%20Eyes.pdf
Itah, Alfred Young dan Ekpombok, Mandu Uwen. 2004. Polution Status of
Microbial Swimming Pool Nigeria. Journal of Microbiology. Volume 35
Number 2.
James, Broce dkk,. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga
Medical Series.
Jaya, Eko. 2004. Himpunan Peraturan di Bidang Lingkungan Hidup (2002-2004)Suplemen 1. Jakarta
103
Kholid, Nur. 2012. Penetapan Most Probable Number Sebelum dan Sesudah
Digunakan oleh Pengujung pada Kolam Renang Sartika Island Kabupaten
Oku Timur. AKA Widya: Palembang.
Lemeshow, Stanley., David W. Hosmer Jr., Janelle Klar., Stephen K. Lwanga.
1990. Adequacy of Sample Size in Health Studies. England: John Wiley &
Sons Ltd. xii
Leoni, dkk., 1999. Consumer Behavior. Edisi Tujuh. Prentice-Hall : New Jersey.
Majmudar, P.A,. 2010. Allergic Conjunctivitis. Rush-Presbyterian-St Luke’s
Medical Center. Diakses pada 3 Juli 2015. Akses dari World Wide Web
http://emedicine.medscape.com/ article/1191467-overview.
McKeown, David. 2009. Swimming Pool Operator’s Manual. Toronto: Public
Health.
Nasli, Edwin. 2013. Estimasi Tingkat Risiko Kesehatan Non Karsinogenik Akibat
Paparan Inhalasi Gas Klor pada Pengguna Kolam Renang di Kolam
Renang Cilandak Sport Centre Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2013.
Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nemery,B., Hoet, P.H.M.., dan Nowak, D. 2002. Indoor Swimming Pools, Water
Chlorination And Respiratory Health. Journal of European and Respiratory.
Volume 19.
Nightingale, Geoff B.J, dkk. 2008. Pool Operator’s Handbook. Melbourne:
Environmental Health Unit Rural and Regional Health and Aged Care
Services Division Victorian Government.
Nollet, Leo M L. 2007. Handbook of Water Analysis Second Edition. USA: CRC
Press.
Noor, Indra. 2007. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Iritasi
Mata pada Perenang di Kolam Renang Bulungan Jakarta Selatan Tahun
2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.416/Menkes/Per/IX/1990.
Persyaratan Kualitas Air Bersih.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Pengendalian Pencemaran Air.
Perkins, Philip H. 2000. Swimming Pools. London: Spon Press.
Permana, Teddy., dan Suryani, Dyah. 2013. Hubungan Sisa Klor dengan Keluhan
Iritasi Kulit dan Mata pada Pemakai Kolam Renang Hotel Wilayah Km
Yogyakarta. Jurnal Kesmas. Volume 7 Nomor 1.
Pond, Kathy. 2005. Water Recreation and Diseases. London: IWA Publishing.
104
Pratama, Adi dkk,. 2012. Tinjauan Karakteristik Air Kolam Renang Stadion Andi
Mattalata dan UNHAS Kota Makassar. Bagian Kesehatan Lingkungan.
FKM : UNHAS.
Rabi, Atalah, dkk. 2008. Sanitary Condition Public Swimming Pools in Amman,
Jordan. International Journal of Environmental Research and Public Health.
Volume 5 Number 3.
Reksosoebroto, Soebagio. 1990. Ilmu Higiene dan Sanitasi. Jakarta: APK.
Reynolds. 1982. Unit Operations and Processes In Environmental Engineering.
California:Wadsworth Inc.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rylander, Ragnar.,Victorin,Katarina.,Sorensen,Stefan.1973. The Effect Of Saline
On The Eye Irritation Caused By Swimming Pool Water. Journal of
Environmental Hygiene. Volume 71 Page 587.
Said, Nusa Idaman. 2007. Kualitas Air dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Sanroepi. Djasio, dkk. 1984. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta
Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy. 2001. Riset Pemasaran: Konsep dan
Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Schets, Franciska M, dkk. 2011. Exposure Assesment for Swimmers in Bathing
Waters and Swimming Pools. Journal of Water Research. Volume 45.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia; Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sinha, Alkansha. 2011. The Pleasures of Swimming and Importance of
Maintaining Pool Hygiene.
Siswanto, Hadi. 2002. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Spivey, Angela. 2010. Swimmer Protect Theyself, Cleaning up The Environment.
Journal of Environmental Health Perspectives. Volume 118 Number 11.
Sugiyono (2004). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. Bandung: CV Alfa
Beta.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT
Grasindo. Jakarta
Susanna, D. 2001. Kesehatan Lingkungan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta.
105
Thomson, H, dkk. 2003. Assesing The Health Impact of Local Amenities: A
Qualitative Study of Contrasting Experiences of Local Swimming Pool and
Leisure Provision in Two Areas of Glasgow. Journal of Epidemial
Community Health. Volume 57 Pages 663-667.
United Nation Water ,2014. A Post 2015 Global for Water: Syntehsis of Key
Findings and Recommendations from UN-Water.
United States Environmental Protection Agency. Chemical Emergency
Preparedness
and
Prevention
Advisory
(Swimming
Pool
Chemichals:Chlorine). Series 8 Number 1.
UPT Gelanggang Remaja Jakarta Selatan. 2014. Laporan Pengunjung Kolam
Renang Bulungan dan Ragunan Karcis Hijau dan Putih.
USA Census Bureau. 2012. Statistical Abstract of the United States, Participation
in Selected Sport Activities. Diakses pada 19 Januari 2014. Akses dari
World
Wide
Web
:
http://www.census.gov/compendia/statab/2012/tables/12s1249.pdf
Vaughan, D. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC.
Villanueva, Cristina M., dan Ribera, Laia Font. 2012. Health Impact Of
Disinfection By Products In Swimming Pools. Journal of Research in
Environmental Epidemiology. Volume 48 Number 4.
Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:
Andi.
World Health Organization (WHO). 2006. Guidelines for Safe Recreational
Environments, Volume 2 Swimming Pools and Similar Environments.
Geneva: WHO Press.
Wulantika, Resa. 2011. Tinjauan Praktik Higiene Pengguna Kolam Renang dan
Kualitas Air Kolam Renang X, Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Wyner, Larry J. 2007. Statistical Framework for Recreational Water Quality
Criteria and Monitoring. England : John Wiley and Sons Ltd.
Zarzoso, M, Liana S, Perez Soriano. 2010. Potential Negative Effects of
Chlorinated Swimming Pool Attendance on Health of Swimmers and
Associated Staff. Journal of Biology of Sport. Volume 27 Number 4.
Zwiener, Christian dkk,. 2007. Drowning In Disinfection Byproducts? Assesing
Swimming Pool Water. Journal of Environmental Science & Technology.
Volume 41, Number 2.
106
LAMPIRAN
107
Lampiran 1
No. Responden
:
Tanggal wawancara dan observasi
: ...../.................../2015 (tanggal/bulan/tahun)
Lembar Checklist Keluhan Iritasi Mata Pada Perenang Kolam Renang
Tahun 2015
A.
1.
2.
3.
4.
Karakteristik Responden
Nama
Jenis Kelamin*)
Umur
Pekerjaan
:
: Laki-laki/Perempuan
: ....... Tahun
: ..........................
B. Lembar Checklist Keluhan Iritasi Mata
No
1
2
3
4
5
Keterangan
Mata terasa perih
Mata terasa panas
Penglihatan kabur
Mata memerah
Mata terasa gatal
Ya
Tidak
a. Berapa lama Anda berenang di dalam air kolam renang?
a. 10 - 15 menit
b. > 15 menit
Tanda Tangan Responden
108
Lampiran 2
Formulir Desinfeksi Sanitasi
A.
1.
2.
3.
4.
Keterangan Umum
Lokasi
Kode Sarana
Tanggal Kunjungan
Nomor Kode Sampel Air
B.
1.
2.
3.
4.
Desinfeksi Sarana Dengan Kaporit
pH air saat kunjungan
:
Kadar sisa klor saat kunjungan
:
Sisa klor yang diharapkan
:
pH yang diharapkan
:
:
:
:...../...../..... Jam ..... .....WIB
:
Tanda Tangan Petugas
109
Lampiran 3
110
Lampiran 4
111
Lampiran 5
Petugas sedang memeriksa
kadar sisa klor dan pH
Hasil Test Kit, kadar sisa klor 3
mg/L
Reagen pH dan reagen Chlorine
Residue
Box Test Kit untuk Kolam
Renang
Pencatatan setelah pemeriksaan
kualitas air
Kadar sisa klor dan pH
Merk Kaporit yang digunakan
Tempat penyimpanan soda ash
Alat Vacuum
112
Petugas sedang mengaduk
kaporit
Petugas sedang menuang air
kaporit
Pengunjung kolam renang
Bulungan yang ramai
Lampiran 6
Petugas sedang memeriksa
kadar sisa klor dan pH
Kadar sisa klor dan pH
Kadar sisa klor dan pH
Ruang Mesin
Pengunjung yang ramai di
kolam renang Ragunan
Kadar sisa klor dan pH
Pengguna kolam renang bersiap
berenang
Ruang mesin tampak dari luar
dan penyimpanan kaporit
113
Kadar sisa klor dan pH
Pengguna kolam renang
kebanyakan tidak menggunakan
Petugas sedang mengawasi dan
memperingatkan pengunjung
Lampiran 7
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
kadar sisa klor *
Keluhan_iritasi_mata
Missing
Percent
112
N
100.0%
Total
Percent
0
N
.0%
Percent
112
100.0%
kadar sisa klor * Keluhan_iritasi_mata Crosstabulation
Keluhan_iritasi_mata
Ada Keluhan
kadar sisa klor Tidak Memenuhi
Syarat
Memenuhi Syarat
Count
% within kadar sisa
klor
Count
% within kadar sisa
klor
Total
Count
% within kadar sisa
klor
Tidak Ada
Keluhan
Total
53
12
65
81.5%
18.5%
100.0%
21
26
47
44.7%
55.3%
100.0%
74
38
112
66.1%
33.9%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
1
.000
14.927
1
.000
16.681
1
.000
16.530
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.000
16.382
1
.000
.000
112
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,95.
b. Computed only for a 2x2 table
114
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for kadar sisa
klor (Tidak Memenuhi Syarat
/ Memenuhi Syarat)
For cohort
Keluhan_iritasi_mata = Ada
Keluhan
For cohort
Keluhan_iritasi_mata = Tidak
Ada Keluhan
N of Valid Cases
Lower
Upper
5.468
2.336
12.800
1.825
1.301
2.560
.334
.188
.591
112
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
lama berenang * keluhan
Missing
Percent
112
N
100.0%
Total
Percent
0
N
Percent
.0%
112
100.0%
lama berenang * keluhan Crosstabulation
keluhan
Ada Keluhan
lama berenang
Batas
Count
% within lama berenang
Melebihi Batas
Count
% within lama berenang
Total
Count
% within lama berenang
Tidak Ada
Keluhan
Total
40
27
67
59.7%
40.3%
100.0%
21
24
45
46.7%
53.3%
100.0%
61
51
112
54.5%
45.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
1
.174
1.356
1
.244
1.845
1
.174
1.844
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.183
1.828
1
.122
.176
112
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,49.
b. Computed only for a 2x2 table
115
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for lama
berenang (Batas / Melebihi
Batas)
For cohort keluhan = Ada
Keluhan
For cohort keluhan = Tidak
Ada Keluhan
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.693
.790
3.629
1.279
.884
1.851
.756
.507
1.127
112
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Kadar pH * Keluhan
Missing
Percent
112
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent
112
100.0%
Kadar pH * Keluhan Crosstabulation
Keluhan
Ada Keluhan
Kadar pH
Tidak Memenuhi Syarat
Count
% within Kadar pH
Memenuhi Syarat
Count
% within Kadar pH
Total
Count
% within Kadar pH
Tidak Ada
Keluhan
Total
53
12
65
81.5%
18.5%
100.0%
21
26
47
44.7%
55.3%
100.0%
74
38
112
66.1%
33.9%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
1
.000
14.927
1
.000
16.681
1
.000
16.530
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.000
16.382
1
.000
.000
112
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,95.
b. Computed only for a 2x2 table
116
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Kadar pH
(Tidak Memenuhi Syarat /
Memenuhi Syarat)
For cohort Keluhan = Ada
Keluhan
For cohort Keluhan = Tidak
Ada Keluhan
N of Valid Cases
Lower
Upper
5.468
2.336
12.800
1.825
1.301
2.560
.334
.188
.591
112
117
118
119
120
121
122
123
124
125
Download