ANALISIS KLORIN TERHADAP KELUHAN IRITASI MATA PADA PENGGUNA KOLAM RENANG PEMERINTAH DI JAKARTA SELATAN TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: IBNU BURHANUDIN 1111101000085 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M 1 Demi pertemuan dengan-Nya... Demi kerinduan kepada utusan-Nya... Demi bakti kepada orangtua... Demi manfaat kepada sesama... Untuk itulah semua ini ditulis. Semoga niat ini tetap lurus... Semoga menjadi ibadah... Semoga menjadi amal jariyah... Semoga bermanfaat... Aamiin... - 2 Xx, IB 3 4 5 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Juli 2015 Ibnu Burhanudin, NIM : 1111101000085 Analisis Klorin Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Di Jakarta Selatan Tahun 2015 (IX + 92 halaman + 11 tabel + 3 bagan + 20 lampiran) ABSTRAK Kolam renang menggunakan klorinasi sebagai metode sanitasi untuk mempertahankan agar air kolam renang tetap terjaga kualitasnya. Menurut PERMENKES RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa klor dan pH yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L dan 6,8 – 8,5. Sebagai desinfektan, sisa klor dan pH dalam penyediaan air sengaja dipelihara. Untuk mengetahui hubungan antara kadar sisa klor, waktu kontak klor, pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik acccidental sampling. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 perenang di kolam renang Bulungan dan Ragunan, terdapat 66,7% perenang yang mengalami keluhan penglihatan kabur, mata gatal, mata terasa panas, mata terasa perih dan mata memerah setelah berenang selama 10 menit dengan rata rata kadar sisa klor 0,1 mg/L. Kadar sisa klor tersebut sudah tidak mencapai atau memenuhi syarat dimana batas aman terendah untuk sisa klor adalah 0,2 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015 dengan nilai p = 0,000 (pvalue<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800). Tidak ada hubungan bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015 dengan nilai p= 0,183 (p-value>0,05) dan nilai OR sebesar 1,693 (95%CI : 0,790 – 3,629). Ada hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015 dengan nilai p = 0,000 (p-value<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800). Kolam renang pemerintah Jakarta Selatan harus memberikan pelatihan mengenai pengelolaan air kolam renang kepada petugas kolam renang. Sebaiknya dalam pemantauan kadar sisa klor pada air kolam renang, pihak kolam renang Bulungan dan Ragunan mempertimbangkan kembali mengenai metode desinfeksi yang tidak tepat selama ini karena proses desinfeksi dilakukan secara manual bukan dengan automatic dosing, sesuai dengan standar WHO. Daftar Bacaan : 88 (1942 – 2015) Kata Kunci : Iritasi mata, sisa klor, pH, kolam renang 6 STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduated Thesis, July 2015 Ibnu Burhanudin, NIM: 1111101000085 Chlorine Analysis Against Eye Irritation Complaints On Pool Users At Pool Of Governments in South Jakarta 2015 (IX + 92 pages + 11 table + 3 chart + 20 attachment) ABSTRACT Pool using chlorination as a sanitary method for keeping the pool water quality to be maintained. According to PERMENKES No. 416 / Menkes / Per / IX / 1990 levels of residual chlorine and pH are allowed in the pool water is (0.2-0.5) mg / L and 6.8 to 8.5. As a disinfectant, chlorine residual and pH in water supply deliberately maintained. To determine the relationship between levels of residual chlorine, chlorine contact time, the pH of the eye irritation complaints on pool users. This type of research is analytic observational with cross sectional design. Acccidental sampling using sampling. Based on the results of preliminary studies conducted in 30 swimmers in the pool Bulungan and Ragunan, there were 66.7% swimmer who had complaints of blurred vision, eye itching, eye feels hot, eyes sore and red eyes after swimming for 10 minutes with an average level chlorine residual of 0.1 mg / L. The levels of residual chlorine is not reached or qualify where the lowest safe limits for residual chlorine is 0.2 mg / L. The results showed no significant correlation between the levels of residual chlorine to complaints irritation of the eyes on the pool government in South Jakarta in 2015 with a value of p = 0.000 (p-value <0.05) and the OR of 5.468 (95% CI: 2.336 to 12.800 ). There is no significant relationship between chlorine contact time to complaints irritation of the eyes on the pool government in South Jakarta 2015 with a value of p = 0.183 (p-value> 0.05) and the OR of 1.693 (95% CI: 0.790 to 3.629). There is a significant relationship between the pH of the eye irritation complaints in the pool government of South Jakarta in 2015 with a value of p = 0.000 (p-value <0.05) and the OR of 5.468 (95% CI: 2.336 to 12.800). Swimming pool of government in South Jakarta should provide training about the management of the pool water to the pool attendant. Preferably in the monitoring of the levels of residual chlorine in the pool water, Bulungan and Ragunan swimming pool must reconsider the disinfection method that is not appropriate, because the disinfection process still manually rather than with automatic dosing, according to WHO standards Reference : 88 (1942 – 2015) Keyword : Eye irritation, chlorine residue, pH, swimming pool 7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh” Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Klorin Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Di Jakarta Selatan Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Aamiin. Dalam penulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan ide, masukkan kritik dan saran perbaikan terhadap penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Keehatan Masyarakat. 3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar,MARS. sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi. 8 4. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. 5. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 6. Teman – teman sekelas Kesling 2011: Rois Solichin, Chandra Perdana, Almen Fercudani, Hari Agus Pranata, Sarah Islamia Dhahono Putri, Betti Ronayan Adiwijayanti, Ika Amalia Putri, Niken Kusuma Wardani, Putri Widiastuti, Sri Wahyu Fitria, Efri Malisa Dwi Putri, Alifia Nadanti, Feela Zaki Safitri, Ika Nur Atikoh, Shela Ayu Puryandini, Nurul Fajriati Praptika Putri, Nabila Dewi Ichsani, Anantika Anissa, Sarah Ajeng Kusumarani, Awaliyah Rizka Safitri, Eka Lestari Sitepu, Ukhfiya Qurrota Ayuni dan Nur Ihsani Rahmatika 7. Teman teman se - angkatan Kesmas 2011, ENVIHSA UIN Syarif Hidayatullah dan HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah yang selalu memberikan semangat dan dorongan agar saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca. “Wassalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh” Ciputat, 28 Juli 2015 Penulis 9 DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 7 1.3. Pertanyaan Penelitian.............................................................................. 8 1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8 1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................... 8 1.4.2. Tujuan Khusus .......................................................................... 9 1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9 1.6. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 12 2.1.Iritasi Mata ................................................................................................. 12 2.2.Air ....................................................................................................... 16 2.3.Sumber Air ................................................................................................. 17 2.4.Penggolongan Air Berdasarkan Peruntukannya......................................... 18 2.5.Kolam Renang 2.6. .................................................................................... 19 Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang ............................................. 19 2.7.Pengolahan Air Kolam Renang .......................................................... 26 2.8.Penambahan Air Kolam Renang .......................................................... 34 2.9. Pembuangan Air Kolam Renang .......................................................... 34 2.10. Kerangka Teori ................................................................................... 35 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS .................................................................................................. 37 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 37 3.2. Definisi Operasional ............................................................................... 40 3.3. Hipotesis ............................................................................................. 43 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 44 4.1. Desain Penelitian ............................................................................... 44 10 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 44 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 44 4.3.1. Populasi dan sampel manusia ............................................................. 44 4.3.2. Alur Pengambilan Sampel .................................................................. 46 4.3.3. Sampel Air Kolam Renang ................................................................ 46 4.4. Pengumpulan Data 4.4.1. ............................................................................... 48 Data Primer ........................................................................................ 48 4.4.1.1.Pengukuran ........................................................................................... 48 4.4.1.1.1. Pengukuran Kadar Sisa Klor .......................................................... 49 4.4.1.1.2. Pengukuran pH pada Sisa Klor ...................................................... 49 4.4.1.2.Lembar Checklist ................................................................................. 50 4.5. Manajemen dan Analisis Data ................................................................. 50 4.5.1. Manajemen Data ................................................................................ 50 4.5.2. Analisis Data ...................................................................................... 51 4.5.2.1.Analisis Univariat................................................................................. 51 4.5.2.2.Analisis Bivariat ................................................................................... 52 BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 53 5.1 Gambaran Umum ............................................................................... 53 5.2 Karakteristik Responden .................................................................... 60 5.3 Gambaran Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi Mata di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 61 5.4 Gambaran Parameter Kadar Sisa Klor, Waktu Kontak Klor dan pH Di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 62 5.5 Hubungan Kadar Sisa Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 65 5.6 Hubungan Waktu Kontak Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan..................................... 66 5.7 Hubungan Kadar pH Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ..................................................... 67 BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 68 6.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 68 6.2 Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan ........... 85 11 6.3 Kadar Sisa Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan .................................................................................................. 70 6.4 Waktu Kontak Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan.................................................................................................. 75 6.5 Selatan Kadar pH dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta .................................................................................................. 80 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 84 7.1 Simpulan............................................................................................. 84 7.2 Saran .................................................................................................. 85 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87 LAMPIRAN .................................................................................................. 93 12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Daftar Persyaratan Air Kolam Renang ......................................... 20 Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 40 Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................................. 60 Tabel 5.2 Distribusi Jenis Pekerjaan Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 .......................................................... 61 Tabel 5.3 Distribusi Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi Mata di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 .................... 61 Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Sisa Klor di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 .......................................................... 62 Tabel 5.5 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar Sisa Klor Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................. 63 Tabel 5.6 Distribusi Waktu Kontak Klor Pengguna Kolam Renang di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ................................. 63 Tabel 5.7 Hasil Pemeriksaan Kadar pH di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................................. 64 Tabel 5.8 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar pH Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam Renang Bulungan Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................. 64 Tabel 5.9 Analisis Hubungan Kadar Sisa Klor Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ...................................................................................................... 65 Tabel 5.10 Analisis Hubungan Waktu Kontak Klor Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 ...................................................................................................... 66 Tabel 5.11 Analisis Hubungan Kadar pH Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015........ 67 13 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 36 Bagan 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................... 39 Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel .............................................................. 46 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan unsur dasar bagi semua makhluk hidup di bumi. Sejalan dengan waktu dan kemajuan peradaban, kebutuhan akan air semakin meningkat karena air yang dibutuhkan penduduk tidak saja untuk keperluan minum tetapi dibutuhkan juga untuk seperti mandi, cuci, industri, berenang dan kebutuhan lainnya (Susanna, 2001). Kegunaan air bersih bagi manusia dan sebagian besar penduduk terutama adalah untuk kepentingan rumah tangga, industri, pertanian, mandi dan mencuci serta dimanfaatkan untuk keperluan berenang sebagai sarana untuk olahraga dan rekreasi bagi sebagian besar masyarakat (Itah dkk., 2004). Pemanfaatan air untuk berenang saat ini sudah marak digunakan karena berenang merupakan olahraga yang direkomendasikan sejak zaman romawi agar tubuh tetap sehat dan bugar (Zarzoso dkk., 2010). Berenang di kolam renang merupakan kegiatan olahraga atau rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat termasuk anak - anak dan remaja. Di Amerika Serikat selama tahun 2009, ada sekitar 301 juta kunjungan berenang setiap tahunnya oleh pengunjung di atas usia enam tahun. Tiga puluh enam persen dari anak usia 7 - 17 tahun, dan 15% dari orang dewasa berenang setidaknya enam kali per tahun di Amerika Serikat (USA Census Bureau, 2012). Di Jerman sebanyak 250 - 300 juta orang mengunjungi kolam renang setiap tahunnya. Di Inggris 36% remaja (umur >15 tahun) mengunjungi kolam 15 renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak – anak (umur 5 – 9 tahun) menggunakan kolam renang setidaknya sebulan sekali (Zwiener dkk., 2007). Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta diperkirakan hampir 10.000 orang berenang di kolam renang setiap harinya (Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta, 2012). Di Kolam Renang Bulungan ada 37.715 pengunjung sepanjang tahun 2014. Sedangkan Kolam Renang Ragunan diperkirakan ada 36.000 pengunjung sepanjang tahun 2014 (UPT Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, 2014). Kolam renang umumnya digunakan sebagai sarana olahraga air yang menyehatkan baik untuk anak - anak maupun dewasa, bahkan sering disarankan sebagai olahraga yang paling sesuai untuk penderita asma terutama pada anak - anak (Nemery, Hoet dan Nowak 2002). Kolam renang juga bukan tempat musiman, sehingga dapat dikunjungi kapan saja dan oleh semua kalangan (Clement, 1997; Villanueva dan Ribera, 2012). Manfaat yang bisa didapatkan dari olahraga renang antara lain mengurangi berat tubuh, baik untuk sistem kardiovaskuler, kekuatan otot, fleksibilitas dan postur tubuh (Zwiener dkk., 2007). Manfaat olahraga renang bagi kesehatan sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi dapat menimbulkan risiko dan keluhan kesehatan jika kualitas air kolam renang diabaikan (Pond, 2005). Pemeriksaan kualitas air kolam renang secara kimia termasuk salah satu upaya sanitasi yang dilakukan. Penambahan bahan kimia dianjurkan untuk pengawasan kualitas air kolam renang dengan batasan tertentu dan pengawasan yang baik (Center Disease of Control, 2009). Salah satunya adalah pemberian senyawa kimia berupa senyawa klor berupa kaporit 16 (Ca(OCl2) yang berfungsi untuk menjernihkan dan mendesinfeksi kuman. Namun, penggunaan kaporit juga harus diperhatikan dengan baik dan harus sesuai dengan batas aman yang ada. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat menyebabkan desinfektan yang ada di kolam renang tidak bekerja secara optimal dan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang berlebih dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Keluhan kesehatan terjadi mulai dari yang ringan hingga yang berat dapat menyebabkan penularan melalui kolam renang seperti gejala demam, batuk, pilek atau infeksi faringo konjungtivitis yang disebabkan adenovirus serta gangguan fungsi paru akibat gas klorin (Bernard, Voisin, dan Sardella, 2011). Penyakit atau gejala penyakit yang timbul akibat kualitas air kolam renang yang tidak baik antara lain infeksi hidung dan tenggorokan, batuk, pilek, iritasi mata, masalah pernafasan, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan seperti diare, cryptosporidiasis dan giardiasis (Itah dkk., 2004). Di Amerika, beban biaya tahunan untuk mengobati penyakit terkait kolam renang ialah sebesar US$ 951.378 untuk keluhan telinga dan US$ 767.221 untuk keluhan mata ketika berenang (Pond, 2005). Decker (1988) melaporkan bahwa anak-anak yang terkena klorinasi memiliki gangguan pernapasan akut dan iritasi mata. Penelitian tentang keluhan penyakit akibat berenang pernah dilaporkan oleh Noor (2007) menunjukkan dari 387 pengunjung kolam renang Bulungan Jakarta sebanyak 41.6% mengalami iritasi mata setelah berenang di kolam renang 17 dengan kadar sisa klor 0.1 mg/L dengan pH< 6.8. Ada hubungan antara sisa klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel di wilayah Kota Yogyakarta sebanyak 28 orang (58,3%) mengalami keluhan dan 20 orang (41,7%) tidak mengalami keluhan (Permana dan Suryani, 2013). Center Disease of Control (2008) melaporkan bahwa 1 dari 8 kolam renang yang di inspeksi ditemukan kadar sisa klor yang melewati ambang batas, terutama di kolam anak-anak. Observasi yang dilakukan pada 30 air kolam renang di Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan ada 11 air kolam renang berkualitas baik, 4 kurang baik, 11 jelek dan 4 sangat jelek (Darajat, 2005). Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan (Cita dan Adriyani, 2009). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa klor yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L. Sebagai desinfektan, sisa klor dalam penyediaan air sengaja dipelihara. (Cita dan Adriyani, 2009). Kolam renang menggunakan klorinasi sebagai metode sanitasi untuk mempertahankan agar air kolam renang tetap terjaga kualitasnya. Klorinasi adalah metode yang menggunakan gas klor/serbuk klor sebagai desinfektan. Sebagai salah satu 18 produk teknologi, bahan kimia ini dibutuhkan keberadaannya tetapi di lain pihak bahan kimia tersebut dapat membahayakan manusia dan lingkungannya jika tidak ditangani secara baik dan benar. Penggunaaan bahan kimia sebagai desinfektan air kolam yang dapat menganggu kesehatan bagi para pengguna kolam renang adalah kaporit (kalsium hipoklorit) (CaOCl2). Pengguna kolam renang dapat terkena gas klor melalui hirupan udara, tertelan dan masuk kedalam tubuh yang ada di lingkungan kolam yang dilepas oleh kaporit dalam air. Di samping itu, klor ini dapat menyebabkan iritasi mata (Eichelsdorfer dkk., 1975; Cita dan Adriyani, 2009; Nasli, 2013). Klor masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi, ingesti dan dermal serta mata. Manusia dapat kontak dengan klor dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Biasanya, bila berada di kolam renang akan kontak dalam jangka panjang dengan tingkat eksposur rendah. Pada tahun 2008, hampir 4.600 orang mengunjungi unit gawat darurat untuk cedera akibat bahan kimia kolam renang. Cedera yang paling umum diagnosis adalah keracunan, yang meliputi konsumsi bahan kimia kolam renang serta menghirup uap, asap, atau gas dan iritasi mata (Hlavsa dkk., 2014). Kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan memiliki 2 kolam renang, yaitu Kolam Renang Bulungan dan Kolam Renang Ragunan (Suku Dinas Olahraga dan Pemuda Jakarta Selatan, 2014). Menurut data Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan (2014) rata – rata kadar sisa klor di kedua kolam renang selama tahun 2014 adalah 0,1 mg/L, yang artinya tidak memenuhi syarat. Survei pendahuluan yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa 19 kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan merupakan kolam renang pemerintah DKI Jakarta Selatan yang selalu ramai pengunjung karena lokasi yang strategis dan harga yang terjangkau untuk masyarakat tingkat ekonomi rendah hingga tingkat ekonomi tinggi. Menurut laporan data kunjungan Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan, rata – rata pengguna kolam renang merupakan anak – anak dan remaja. Anak – anak dan remaja berisiko mendapatkan risiko kesehatan yang berhubungan dengan air kolam renang, karena anak – anak lebih lama berada di dalam air dibandingkan orang dewasa (Pond, 2005). Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta juga rutin dijadikan sebagai tempat pengambilan nilai renang beberapa SD, SMP dan SMA disekitar, serta menjadi tempat aktivitas olahraga renang oleh Klub Renang di Jakarta. Sehingga penting untuk diketahui kualitas air kolam renangnya. Uji Kualitas air penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang (Rabi dkk., 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 perenang di kolam renang Bulungan dan Ragunan, terdapat 66,7% perenang yang mengalami keluhan penglihatan kabur, mata gatal, mata terasa panas, mata terasa perih dan mata memerah setelah berenang selama 10 menit dengan rata rata kadar sisa klor 0,1 mg/L. Kadar sisa klor tersebut sudah tidak mencapai atau memenuhi syarat dimana batas aman terendah untuk sisa klor adalah 0,2 mg/L. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan klorin pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata yang 20 dialami pada pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 perenang di kolam renang Bulungan dan Ragunan, terdapat 66,7% perenang yang mengalami keluhan mata terasa gatal, mata terasa panas, mata terasa perih, penglihatan terlihat kabur dan mata memerah setelah berenang selama 10 menit dengan rata rata kadar sisa klor 0,1 mg/L. Kadar sisa klor tersebut sudah tidak memenuhi syarat dimana batas aman terendah untuk sisa klor adalah 0,2 mg/L. Uji kualitas air penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang. Risiko kesehatan pajanan bahan berbahaya seperti sisa klor yang dihasilkan dari proses klorinasi untuk menyehatkan air kolam dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan seperti iritasi mata. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan klorin pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata yang dialami pada pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan? 21 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran sarana dan fasilitas kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 2. Bagaimana gambaran jumlah pengguna kolam renang dengan keluhan iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015? 3. Bagaimana gambaran parameter kadar sisa klor, waktu kontak klor dan pH di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015? 4. Apakah ada hubungan antara kadar sisa klor pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015? 5. Apakah ada hubungan antara waktu kontak klor pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 6. Apakah ada hubungan antara pH pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan klorin pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan. 22 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran sarana dan fasilitas kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 2. Mengetahui jumlah pengguna kolam renang dengan keluhan iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 3. Mengetahui gambaran parameter kadar sisa klor, waktu kontak klor dan pH di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 4. Mengetahui hubungan antara kadar sisa klor pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 5. Mengetahui hubungan antara waktu kontak klor pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 6. Mengetahui hubungan antara pH pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Menjadi referensi tambahan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan mengenai hubungan klorinasi pada 23 kolam renang terhadap keluhan iritasi mata bagi pengguna kolam renang. 1.5.2. Unit Pengelola Kolam Renang Bulungan dan Ragunan Memberikan informasi serta masukan untuk pengelola kolam renang Bulungan Jakarta Selatan tentang kualitas kimia air kolam renang sebagai bahan untuk pengembangan dan penyempurnaan instalasi pengolahan air dan sanitasi kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan 1.5.3. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Dapat memberikan informasi awal dalam rangka upaya pengendalian risiko kesehatan akibat pajanan klorin terutama pada kolam renang dan menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan penyediaan kolam renang yang baik bagi masyarakat di Provinsi DKI Jakarta. 1.5.4. Peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan kesempatan untuk aplikasi teori kesehatan lingkungan yang telah didapat di bangku kuliah. Melatih berpikir ilmiah dan informasi tentang hubungan klorin air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul ―Analisis Klorin Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Di Jakarta Selatan Tahun 24 2015‖. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di kolam renang Bulungan dan Kolam Renang Ragunan April - Juni 2015 bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar sisa klor, waktu kontak klor, pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah pengguna kolam renang di Bulungan dan Ragunan. Pengambilan sampel menggunakan teknik acccidental sampling, dan responden akan di wawancarai dan di observasi apakah mengalami keluhan iritasi mata. Data yang digunakan merupakan data primer hasil pengukuran kadar sisa klor, waktu kontak klor, dan pH pada air kolam renang di Kolam Renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2015. 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iritasi Mata Iritasi mata adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor – faktor lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari yang ringan dengan mata berair sampai iritasi mata berat dengan banyak sekret purulen kental (Hurwitz, 2009). Penyakit mata akan memberikan keluhan berupa mata merah, mata terasa gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak air mata. Bila terdapat salah satu gejala tersebut maka diperlukan pemeriksaan mata dan perawatan khusus. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut misalnya konjungtivitis. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar anterior maka akan terjadi mata merah. Melebarnya pembuluh darah konjungtiva atau injeksi konjungtival dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat klorida, asap dan benda asing, ataupun injeksi pada jaringan konjungtiva. Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata merah, sekret atau mata kotor, dan pedas seperti kelilipan. Konjungtivitis akan mengenai kedua mata akibat mengenai mata yang sebelahnya. Bila hanya terdapat pada satu mata maka ini biasanya hanya disebabkan alergi atau moloskum kontagiosum (Ilyas, 2008). 26 2.1.1. Pembagian Iritasi Mata 2.1.1.1. Iritasi Mata Bakteri Iritasi mata bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada iritasi mata ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan panas pada mata (James, 2005). 2.1.1.2. Iritasi Mata Virus Iritasi mata viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada iritasi mata bakteri (Vaughan, 2010). 2.1.1.3. Iritasi Mata Alergi Iritasi mata alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo dkk., 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar, 2010). 2.1.1.4. Iritasi Mata Jamur Iritasi mata jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini 27 juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010). 2.1.1.5. Iritasi Mata Parasit Iritasi mata parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa - loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010). 2.1.1.6. Iritasi Mata Kimia Iritasi mata kimia-iritatif adalah iritasi mata yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dapat menyebabkan iritasi mata, seperti asam, klorin, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala - gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, dan fotofobia. Iritasi mata ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan (Vaughan, 2010). Mata adalah sesuatu yang tidak dapat digantikan dan sangat mudah rusak bila terkena zat - zat kimia. Permukaan pada mata sangat lunak terdiri dari kornea yang transparan, permukaannya terdapat suatu lapisan sel. Seseorang yang matanya terkena dengan zat kimia mempunyai motivasi yang tinggi untuk secepatnya menghilangkan zat kimia tersebut. Lapisan permukaan dari sel akan dirusak oleh zat kimia. Air yang dikandung kornea berubah dengan tidak adanya sel - sel ini, menyebabkan mata terasa perih, panas dan gatal. Namun, sel - sel ini biasanya akan tumbuh kembali, bila 28 korneanya sendiri dalam keadaan utuh, kerusakan bersifat sementara. Beberapa senyawa kimia reaktif sangat berbahaya pada mata, kebanyakan kecelakaan pada mata disebabkan oleh zat asam, zat basa, pelarut, dan deterjen. Asam dan basa merusak lapisan permukaan sel, dan dapat menyebabkan kerusakan struktural luka dan buta. Kadar klorin yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi mata. Pajanan sisa klor yang kurang atau melebihi syarat di kolam renang dapat menyebabkan iritasi mata (WHO, 2006). 2.1.1.7. Iritasi Mata Lain Iritasi mata ketika berenang pada perenang mata tidak permanen, hanya iritasi singkat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan kabur, mata gatal, mata terasa panas, mata terasa perih, mata memerah. Mata adalah cedera renang yang sangat umum dan dapat menjadi mudah teriritasi dari klorin dalam air. Meskipun tidak pernah benar-benar berlangsung terlalu lama bagi kebanyakan orang, hal ini dapat menjadi iritasi yang mengganggu. Untuk mencegah iritasi mata, kolam renang harus dipelihara dengan baik, dibersihkan, dan kolam renang pemantauan klor agar seimbang dan tidak kurang atau melebih batas aman. Kolam renang mengandung banyak bahan kimia dan kontaminan potensial. Klorin ditambahkan ke kolam air untuk mengendalikan bakteri, tetapi bahan kimia ini juga dapat mengiritasi mata (Island Empire Swimming, 2014). Jika terjadi keluhan iritasi mata segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada 29 lagi bahan kimia yang tertinggal. Tutup dengan perban steril. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (Cita dan Adriyani, 2009). 2.2. Air Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, air adalah semua air yang terdapat pada di atas atau di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1368 juta km3 dalam bentuk uap air, es , cairan dan salju (Effendi, 2003). Supaya air yang masuk ke tubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004). Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan tumbuhan dan jasad - jasad lain. Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif (Jaya, 2004). Air yang tidak tercemar menurut Sunu (2001) merupakan air yang tidak mengandung bahan - bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat, diharapkan dampak negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan. 30 2.3. Sumber Air Berdasarkan letak sumbernya, air dibedakan menjadi tiga yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah (Wardhana, 2004). 2.3.1. Air Hujan Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Air hujan pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, namun cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Air hujan akan melarutkan partikel debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya gas CO2 , gas N2O3 , dan gas S2O3. Sumber pencemaran air hujan ialah partikel debu, mikroorganisme, dan gas seperti karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia. Air hujan biasanya bersifat asam dengan pH sekitar 4,2 (Effendi, 2003). 2.3.2. Air Permukaan Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Air permukaan meliputi sungai, danau, waduk, rawa, sumur permukaan yang sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Dibandingkan dengan sumber air lannya, air permukaan lebih tercemar akibat kegiatan manusia membuang limbah industri, rumah tangga dan sampah (Effendi, 2003). 2.3.3. Air Tanah Air tanah permukaan merupakan air yang bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan atau terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian atau penambahan secara terus menerus oleh alam. 31 Keuntungan penggunaan air tanah adalah pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut, praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya. Kerugian air tanah adalah seringkali mengandung banyak mineral Fe (besi) , Mn (mangan), Ca (kalsium) dan sebagainya (Sanropie, 1984). 2.4. Penggolongan Air Berdasarkan Peruntukannya Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air pasal 7 ayat 1 berdasarkan peruntukannya air dibagi ke dalam empat golongan yaitu: 1. Golongan A Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu 2. Golongan B Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum 3. Golongan C Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan 4. Golongan D Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air 32 2.5. Kolam Renang Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam atau aktivitas air lainnya. Kolam renang umum adalah suatu sarana yang menyediakan fasilitas untuk berenang, bereaksi, berolahraga serta pelayanan jasa lainnya, menggunakan air bersih yang dikelola secara komersial. Selain merupakan sarana olahraga yang menyehatkan juga sebagai tempat kontak sosial dan sarana rekreasi olahraga yang menyehatkan pada semua kelompok umur. Kolam renang wajib memiliki standar kolam renang agar pengguna kolam renang dan seluruh fasilitasnya aman dan terjaga (Nemery dkk., 2002; Itah dkk., 2004; American Standard Institute, 2011; Alberta Department Of Health, 2014). 2.6. Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). Air yang digunakan untuk berenang harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990 agar tidak menggangu dan membahayakan kesehatan manusia. 33 Tabel 2.1 Peraturan Menteri Kesehatan RI No:416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 Daftar Persyaratan Air Kolam Renang No. PARAMETER 1 A. 1. 2. 3. 2 FISIKA Bau Benda terapung Kejernihan B. 1. 2. 3. 4. 5. 6 KIMIA Alumunium Kesadahan (CaCO3) Oksigen terabsorbsi (O2) pH Sisa Chlor Tembaga C. 1. MIKROBIOLOGI Koliform total 2. Jumlah kuman 2.6.1. Satuan Kadar yang diperbolehkan 3 Minimum Maksimum 4 5 - - - - - - mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 50 6,5 0,2 - 0,2 500 1,0 8,5 0,5 1,5 Jumlah per 100 ml Jumlah per 100 ml - 0 - 200 Keterangan 6 Bebas dari bau yang menggangu. Bebas dari benda terapung. Piringan sechi yang diletakkan pada dasar kolam yang terdalam dapat dilihat dari tepi kolam pada jarak lurus 9 meter Syarat Fisik Air Kolam Renang 2.6.1.1. Bau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air oleh desinfektan. Kolam renang harus bebas dari bau yang mengganggu, jernih dan tidak ada benda asing yang terapung (Bernard dkk., 2003) 34 2.6.1.2. Kejernihan Air kolam renang harus jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Air kolam renang dikatakan jernih apabila piringan berlatarbelakang putih diletakkan pada kolam yang terdapat dapat terlihat jelas dari tepi kolam pada jarak pandang 7 meter. Kejernihan sangat penting untuk menjaga keselamatan pengguna kolam renang. Kolam renang yang keruh akan menyulitkan orang untuk melihat jika ada perenang yang tenggelam di dasar kolam (Perkins, 2000). 2.6.1.3. Benda Terapung Air kolam renang harus bebas dari benda terapung yang tidak diinginkan. Contoh benda terapung adalah daun-daun, kertas, plastik. Keberadaan benda terapung di kolam renang akan mengurangi estetika (Department Of Health Environmental Unit Melbourne, 2008). 2.6.2. Syarat Kimia Air Kolam Renang 2.6.2.1. Alumunium Unsur ini biasanya terkandung pada senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan koagulan dalam proses pengolahan air kolam, misalnya tawas (Al2(SO4)3). Jika pembubuhan tawas dalam proses koagulasi terlalu banyak atau proses pengolahan air tidak sempurna, maka kandungan alumunium di dalam air kolam renang akan melebihi standar yang telah ditentukan (Chandra, 2005). 35 2.6.2.2. Kesadahan Kesadahan air dapat terjadi karena air mengandung senyawa kalsium dan magnesium dengan bikarbonat; senyawa kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida; serta garam - garam besi, zink, dan silika. Kesadahan air kolam renang yang rendah akan meningkatkan korosi, sedangkan jika kesadahan terlalu tinggi akan membuat air kolam renang keruh dan timbul kerak. Jika kesadahan terlalu rendah bisa ditambahkan calcium chloride untuk menaikkan kesadahan dan untuk menurunkan kesadahan bisa melakukkan dilusi (McKeown, 2009). 2.6.2.3. Oksigen Terabsorbsi Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah 1,0 mg/L dalam waktu 4 jam pada suhu 27ºC. Oksigen terabsorbsi menunjukkan besarnya oksigen yang digunakan sebagai proses biologi kehidupan mikroba air. Jika oksigen terabsorbsi melebihi batas yang telah ditentukan, menandakan air telah tercemar dan memungkinkan adanya kehidupan mikroorganisme yang tinggi, karena mikroorganisme memerlukan oksigen untuk melangsungkan hidupnya di dalam air ( Edzwald, 2011). 2.6.2.4. Sisa Klor Sisa klor adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi (Siswanto, 2002). Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/L di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh patogen yang mengontaminasi air kolam (Chandra, 2005). Sisa klor sangat 36 dipengaruhi oleh pH, waktu kontak klor (EPA, 1990; Chanlett dan Gotaas, 1942; Gordon, 1976; Zarzoso dkk., 2010). 2.6.2.5. Waktu Kontak Klor Waktu kontak klor atau waktu klorinasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia dan klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia, penelitian dilakukan pada mata kelinci, dengan asumsi mata kelinci merupakan mata yang mempunyai ukuran dan sifat yang hampir mirip dengan manusia. Konsentrasi zat - zat organik akan turun setelah desinfeksi apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar 15 menit, diperkirakan akan lebih berisiko jika lebih dari 15 menit. Semakin sering frekuensi kontak serta semakin lama durasi (waktu) setiap kali kontak dengan potensi bahaya penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan (iritasi mata) semakin besar (Rylander, Victorin dan Sorensen, 1973; Reynolds, 1982). 2.6.2.6. pH pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam air (Chandra, 2005). Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif terhadap peralatan kolam renang dan permukaan benda. pH cairan mata 37 sekitar 7,4, jadi jika pH terlalu basa atau asam akan menyebabkan iritasi mata. Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi (Gordon, 1976). Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous (HOCl) dan 50% dalam bentuk ion hypochlorite (OCl) yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat membuat iritasi mata (McKeown, 2009). 2.6.2.7. Tembaga Tembaga umumnya digunakan untuk menghambat pertumbuhan alga atau lumut dan tumbuhan air lainnya. Tembaga yang terdapat dalam air setelah pengolahan air dengan CuSO4. Adanya kandungan tembaga yang melebihi standar yang telah ditentukan dapat menyebabkan warna biru yang melekat pada bak - bak porselin (Chandra, 2005). 2.6.3. Syarat Biologi Air Kolam renang 2.6.3.1. Total Coliform Bakteri total coliform merupakan anggota dari keluarga Enterobacteraceae. Total coliform terdiri dari dua yaitu yang berasal dari fecal seperti Escherichia coli dan non fekal seperti Enterobacter, Klebsiella, Citrobacter, Serratia, Lecrercia, Yersinia, dll (Edzwald, 2011). Habitat bakteri total coliform antara lain saluran pencernaan manusia dan hewan 38 berdarah panas, tanah, tanaman dan air (Nollet, 2007). Keberadaan total coliform pada air kolam renang menandakan adanya kontaminasi feses dan higiene perenang yang buruk (contohnya: kontaminasi yang dibawa dari luar dan menempel di alas kaki, debu dan daun yang berasal dari luar kolam renang. Total coliform juga dijadikan indikator keberadaan bakteri patogenik lain karena total coliform sensitif terhadap desinfeksi dan harus 0 pada 100 ml sampel air kolam renang. Keberadaan total coliform juga menandakan bahwa pengolahan air kolam renang telah gagal (Wyner, 2007). Meskipun penggunaan indikator total coliform mempunyai banyak keuntungan, ada beberapa batasan yaitu: total coliform bakteri dengan cepat menggandakan diri sehingga memungkinkan terjadinya salah perkiraan tentang kapan polusi air sebenarnya terjadi, total coliform akan negatif jika pseudomonas hadir, karena total coliform mudah dihancurkan dan di nonaktifkan oleh klorin, tes tidak akan cocok untuk mengetahui bakteri yang resisten terhadap klorin. Untuk mengurangi keterbatasan ini, dianjurkan untuk menambahkan tes indikator lain agar penilaian kualitas mikrobiologi dalam air kolam renang lebih akurat (Capello, 2011). 2.6.3.2. Escherichia coli Escherichia coli (E. Coli) merupakan fecal coliform yang hidup di saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Beberapa strain E.Coli (contohnya: E. Coli O15:H7) memproduksi toksin yang bisa menimbulkan diare atau bahkan kematian pada manusia, terutama pada lansia dan anak-anak (Nollet, 2007). E.Coli lebih reliabel digunakan sebagai 39 indikator pencemaran feses dan keberadaan patogen pada air. Penelitian menunjukkan secara statistik adanya hubungan antara E.Coli dan enterococci pada air dengan penyakit yang berhubungan dengan renang. Jumlah E.Coli pada air kolam renang harus 0 per 1 ml. Keberadaan E.Coli di air kolam renang menunjukkan fecal material telah masuk ke dalam kolam renang dan pengolahan air kolam renang telah gagal menghilangkan kontaminasi feses tersebut (Capello, 2011; Nollet, 2007). 2.7. Pengolahan Air Kolam Renang 2.7.1. Resirkulasi Air Kolam Renang Resirkulasi air adalah proses memompa air dari kolam renang melalui sistem penyaringan dan kembali lagi ke kolam renang. Tujuan resirkulasi air kolam renang adalah untuk menjamin air yang telah disaring dan didesinfeksi menjangkau ke seluruh bagian kolam renang dan polutan air hilang secara efisien. Resirkulasi air tergantung pada kedalaman, volume dan tipe kolam renang. Efektivitas sirkulasi air kolam renang bergantung pada desain kolam, inlet dan outlet, pompa sirkulasi, pengeluaran air permukaan kolam, flow rate (laju aliran), turnover air, perpipaan, tekanan. Sistem sirkulasi harus berjalan 24 jam per hari untuk menjamin penyaringan dan desinfeksi air kolam renang (Nightingale, 2008; Department of Health Alberta, 2014). 2.7.2. Penambahan Bahan Kimia Penambahan bahan kimia dianjurkan dalam pengelolaan kualitas air kolam renang. Bahan kimia disesuaikan tergantung masalah yang dihadapi. Agen oksidasi juga bisa ditambahkan untuk 40 membunuh beberapa mikroorganisme. Reducing agent juga dapat ditambahkan untuk menetralisir agen oksidasi untuk mencegah bahaya ke manusia (Zwiener dkk., 2007). 2.7.3. Desinfeksi 2.7.3.1. Pengertian Desinfeksi Desinfeksi air merupakan proses pengolahan air dimana mikroorganisme patogen menjadi inaktif oleh bahan kimia (contoh : klorin) atau fisika (contoh : radiasi UV) sehingga risiko infeksi tidak signifikan (WHO, 2006). 2.7.3.2. Jenis-Jenis Desinfektan 2.7.3.2.1. Klorin Klorinasi merupakan proses pemberian klorin ke dalam air yang telah melalui proses filtrasi. Klorin banyak digunakan sebagai desinfektan karena biayanya lebih murah, mudah dan efektif. Kegunaan klorin yaitu memiliki sifat bakterial dan germisidal, dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida, dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air, dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang dapat mengubah bau dan rasa pada air, serta dapat membantu proses koagulasi. Klorin menginaktifkan bakteri dengan melepaskan toksin asam hypochlorous. Senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi antara lain gas klorin, klorin cair (sodium hipochlorite), klorin glanural (calcium dan litium hipochlorite), klorin tablet (calcium hipochlorite), klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate, dan chloramine (Hasan, 2006; Said,2007 ; Nightingale, 2008; Chemical With Vernier, 2014). 41 Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian akan dinetralisir oleh sifat basa dari air sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion hipoklorit. Berikut merupakan reaksinya, H2O + Cl2 HCl + HOClHOCl H+ + OClKlorin sebagai desinfektan terutama bekerja sebagai asam hipoklorit (HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-). Klorin dapat bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika berada dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5 maka 90% dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat desinfektan yang dimiliki klorin menjadi lemah atau berkurang (Eichelsdorfer dkk., 1975; Zwiener dkk., 2007). - Prinsip- prinsip pemberian klorin: a. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat proses klorinasi b. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air kebutuhan klorin di air minimal sebesar 0,2 mg/L dan maksimal sebesar 0,5 mg/L di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety pada air untuk membunuh kuman patogen yang mengontaminasi air kolam renang 42 c. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/L (Chandra, 2005). Klorin bereaksi dengan kontaminan di dalam air kolam renang dan membentuk desinfection by product (DBPs). DBPs ini terdiri dari monochloramine, dochloramine, nitrogen trichloride, trihalomethanes (THM), trichloromethane, tribromomethane, dibromochloromethane dan dichlorobromomethane. Trihalomethane dan nitrogen trichloride berisiko terhadap kesehatan. Urin menyebabkan pembentukan amonia, lalu klorin bereaksi dengan amonia dan membentuk chloramine. Tipe chloramine tergantung pada pH air kolam renang. Bau klorin yang menyengat menandakan adanya dichloramine. Ventilasi yang cukup, dilusi, kontrol pH, dan kadar klorin yang cukup dapat menimalkan pembentukan chloramine, (Zarzoso dkk., 2010; Department Of Health And Human Services U.S, 2010). Penelitian menunjukkan kolam renang luar ruangan yang tidak menggunakan Isocyanuric acid telah kehilangan 90% sisa klor dalam waktu tiga jam pada cuaca cerah. Kolam renang yang mengandung 25-50 mg/L Isocyanuric acid dengan kondisi yang sama hanya kehilangan 15% sisa klor (Department of Health New South Wales, 1996). Beberapa hal dapat mengurangi kadar klorin di kolam renang. Contohnya ialah sinar matahari, debu, kotoran, kulit, dan kontaminan dari tubuh perenang. Hal itu yang menjadikan alasan bahwa sisa klor yang 43 dihasilkan klorin harus dipantau dengan rutin. Sisa klor membutuhkan waktu kerja untuk membunuh kuman. Kinerja klorin dipengaruhi oleh pH dan waktu kontak klor (Nemery dkk., 2002; Bernard dkk., 2003). Menurut WHO (2006), kadar klorin yang tepat dapat dihitung dengan rumus berikut: D = Jumlah air yang akan didesinfeksi dalam ml air ppm = jumlah mg per liter sisa klor yang diinginkan X = proses aktif klor dari zat desinfeksi yang dipakai untuk desinfeksi air kolam (60%) 2.7.3.2.1.1. Teknik Pembubuhan Zat Klor Pada Air Kolam Renang Air kolam renang terlihat jernih setelah melalui proses penyaringan, namun masih pula harus dicurigai adanya bakter – bakteri di dalam air, dengan melakukan desinfeksi dimaksudkan agar air bebas dari kuman – kuman patogen. Cara pemberian zat klor dalam air kolam renang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Chlorinator, yaitu suatu alat pembubuh khusus zat chlor dalam bentuk gas Cl2 2. Pot Feeding, yaitu suatu alat berbentuk pot silindris yang digunakan khusus untuk pembubuh zat klor dalam bentuk zat cairan (larutan zat klor) 44 3. Batch Feeding, yaitu cara pembubuhan zat klor dalam bentuk bubuk yang dimasukkan dalam kantong goni atau kantong plastik yang berlubang – lubang (Reksosoebroto, 1990). 2.7.3.2.1.2. Break Even Point Chlorination Setiap air mempunyai kandungan bahan – bahan yang dapat bereaksi dengan klor, jumlah kandungannya tergantung kekeruhan air, jenis dan jumlah zat organik dan anorganik, dll. Bahan – bahan tersebut akan mengikat asam hypoklorit dan ion hypoklorit sehingga kedua jenis sisa klor bebas tersebut akan menjadi berkurang. Sisa klor bebas akan terdapat apabila jumlahnya lebih banyak daripada kebutuhan untuk bahan – bahan yang dapat bereaksi dengan klor tadi, makin banyak bahan tersebut, makin banyak pula kebutuhan akan zat klor. Kebutuhan klor yang ditunjukkan untuk mengikat bahan – bahan tersebut disebut chlorine demand, dan kemampuan bahan – bahan tersebut untuk mengikat klor disebut Daya Pengikat Chlor (DPC). Jika air tersebut mengandung amoniak yang menghasilkan sisa klor terikat (combined available chlorine residual) maka harus dipecah dengan pemberian klor yang berlebihan. Dengan memperhatikan rasio molar konsentrasi satu banding satu, akan terbentuk monochloramine dan dichloramine yang masing – masing tergantung pada pH dan faktor – faktor lain. Pada gambar tersebut dibawah ini menunjukkan bahwa chloramine residual pada umumnya akan mencapai titik maksimum pada konsentrasi molar yang sama antara klorin dan amoniak. Peningkatan rasio Cl : NH3 , lebih lanjut akan menyebabkan adanya oksidasi amoniak reduksi klorin. Reaksi reduksi – oksidasi ini pada dasarnya akan sempurna apabila 2 molar 45 chloramine ditambahkan pada setiap mol amoniak dengan waktu kontak yang cukup. Chloramine residual kemudian menurun sampai nilai minimum yang disebut Break Even Point, hal ini terjadi apabila molar Cl : NH3 = 2 : 1. Dan pada titik ini reaksi reduksi – oksidasi pada dasarnya telah berjalan sempurna (Indiana State Department Of Health, 2014). 2.7.3.2.2. Ozon Ozon memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam organik dalam skala yang luas dan mampu memecah dinding sel mikroorganisme, sehingga penggunaan ozon sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam air. Keuntungan di dalam menggunakan ozon antara lain sebagai desinfektan berspektrum luas, menghilangkan bau, warna, rasa; menambah kandungan oksigen dalam air, proses desinfeksi cepat; dalam konsentrasi rendah masih berfungsi; tidak membentuk senyawa beracun dalam air; tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pengangkutan bahan bakunya. Kerugian penggunaan ozon antara lain membutuhkan biaya yang besar, terutama dengan penyediaan alatnya; harus memiliki pembangkit ozon dengan sumber energi listrik yang besar; perawatan dan operasional cukup rumit, sisa ozon tidak dapat dipertahankan pada air untuk waktu lama, dan lebih mahal dibandingkan dengan klorin (Black dkk., 2010 ; Said, 2007; WHO,2006). 2.7.3.2.3. Sinar UV Peningkatan kesadaran akan risiko infeksi Cryptosorodium (bakteri yang rentan dengan klorin) membuat sinar UV banyak digunakan sebagai 46 desinfektan. Desinfeksi menggunakan sinar UV dapat efektif pada gelombang antara 200 – 300 nm (WHO,2006). UV dapat membunuh bakteri, virus, jamur dan spora yang dapat mengurangi risiko transmisi infeksi saluran pernafasan, kulit dan perut. Melalui reaksi fotooksidasi dan fotokimia, UV dapat memecah zat iritan DBPs seperti chloramine yang dapat mengurangi penggunaan klorin. Instalasi sinar UV harus menggunakan lampu bertekanan rendah yang efektif untuk desinfeksi air, namun tidak efektif untuk memecah DBPs (Nemery dkk., 2002). 2.7.3.2.4. Algicides Algisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh, mengontrol dan mencegah pertumbuhan alga, terutama pada kolam renang di luar ruangan. Alga merupakan tanaman bersel satu yang tumbuh di perairan dan kolam renang. Kadar pH dan sisa klor yang rendah, sinar matahari, air hangat, kandungan mineral seperti fosfat, nitrogen, dan potassium pada air kolam renang meningkatkan pertumbuhan alga. Keberadaaan alga pada air kolam renang bisa menyebabkan kekeruhan, warna air menjadi hijau, dinding, dan lantai kolam licin. Fosfat dapat dihilangkan dengan pengoptimalan flokulasi dan filtrasi selama pengolahan air. Pertumbuhan alga dapat dikontrol dengan flokulasi/filtrasi air yang efektif, desinfeksi, dan desain hidraulik yang baik (Nightingale, 2008 ; WHO, 2006). 47 2.8. Penambahan Air Kolam Renang Air kolam renang akan menjadi tidak segar jika tidak ditambahkan air segar secara teratur. Air segar tersebut merupakan air golongan B yang memenuhi persyaratan PP No.20 tahun 1990. Air yang harus ditambahkan ke dalam kolam renang tergantung dari jumlah perenang di dalam kolam. Untuk setiap perenang per hari, perlu menambahkan 20 liter air segar ke dalam kolam renang. Air yang dibuang ke saluran pembuangan jumlahnya sama dengan air segar yang ditambahkan ke dalam kolam renang. Air kolam renang juga hilang melalui banyaknya aktivitas perenang dan melalui penguapan. Penambahan air segar juga penting untuk menjamin efek desinfeksi air berjalan maksimum (Mckeown, 2009). 2.9. Pembuangan Air Kolam Renang Air kolam renang secara teratur dibuang ke lingkungan saat penambahan air dan pengeringan kolam. Pengeringan kolam dilakukan setiap tiga tahun sekali. Air kolam renang yang langsung di buang ke lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan biota air. Sebelum membuang air ke lingkungan, air kolam renang harus didiamkan setidaknya 2 hari setelah penambahan klorin atau bromin hingga kadarnya dibawah 0,1 mg/L, pH air yang dibuang harus antara 6,5 – 8,5. Algisida seperti tembaga dan perak tidak boleh digunakan agar tidak mengganggu kehidupan alga di badan air. Total Suspended Solid harus dibawah 60 mg/L (Edzwald, 2011). 48 2.10. Kerangka Teori Air baku kolam renang berasal dari mata air, air sumur dangkal, air sumur dalam, dan PDAM. Air yang akan digunakan menjadi air kolam renang harus melalui pengolahan air terlebih dahulu yaitu filtrasi, koagulasi, disinfeksi, dan setelah menjadi air kolam renang harus dilakukan resirkulasi (WHO, 2006). Menurut WHO (2006), pengukuran pH dan sisa klor harus dalam setiap 4 jam selama kolam renang dibuka. Air yang digunakan untuk berenang harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.: 416/MENKES/PER/IX/1990. Parameter yang digunakan untuk menilai kualitas air kolam renang antara lain parameter fisika yaitu bau, kejernihan, benda terapung, parameter kimia yaitu alumunium, kesadahan, oksigen terabsorbsi, pH, sisa klor, tembaga, dan parameter biologi yaitu total coliform dan jumlah kuman (Escherichia coli). Air yang tidak memenuhi persyaratan berpotensi menimbulkan efek kesehatan bagi pengguna kolam renang (Pond, 2005). 49 Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber Air Kolam Renang* - Mata air Air Sumur Dangkal Air Sumur Dalam Air PDAM Kualitas Air Kolam Renang** Parameter Fisika - Bau - Kejernihan - Benda Terapung Parameter Kimia - pH - Sisa Klor - Kesadahan - Alumunium Parameter Biologi - Jumlah Kuman Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Keluhan Iritasi Mata Waktu Kontak Klor Pengolahan Air Kolam Renang Modifikasi * Sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990 **Sesuai dengan PERMENKES RI No:416/MENKES/PER/IX/1990 (*WHO, 2006; Vaughan, 2010; Rabi dkk., 2008; Bernard dkk., 2003; James, 2005; Island Empire Swimming, 2014) 50 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konsep Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Variabel penelitian ini diambil berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan. Namun, tidak semua variabel dijadikan peneliti sebagai variabel independen. Berikut variabel yang tidak diteliti, yaitu: a. Parameter Fisika Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, kejernihan, dan adanya benda terapung. Berdasarkan aspek tersebut, diketahui bahwa parameter fisik yang normal secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air, tentunya tidak akan berpengaruh besar terhadap keadaan kesehatan khususnya iritasi mata pada perenang, sehingga variabel parameter fisika ini tidak diteliti. 51 b. Parameter Biologi Berdasarkan aspek parameter biologis, pada air kolam renang syarat mikrobiologi adalah jumlah kuman dan perkiraan terdekat jumlah kuman golongan coliform (total coliform). Namun, pada penelitian ini parameter biologis tidak diteliti karena variabel yang ingin diteliti adalah klorin pada parameter kimia. Parameter biologis bertolakbelakang dengan parameter kimia, misalnya dengan kadar sisa klor yang terjaga atau semakin tingginya kadar sisa klor maka jumlah kuman atau total coliform sudah pasti menurun atau tidak ada sama sekali. Lalu, keterbasan dana penelitian untuk melakukan pemeriksaan secara biologis juga menjadi alasan tidak ditelitinya variabel parameter biologi. c. Parameter Kimia Berdasarkan parameter kimia yang dapat berpotensi menyebabkan keluhan iritasi mata terdapat dua indikator yang tidak dijadikan variabel penelitian yaitu: Aluminium (Al) dan kesadahan. Pada penelitian ini, kedua indikator tersebut tidak diteliti karena keterbatasan dana penelitian untuk melakukan pemeriksaan secara laboratorium. Kolam renang menggunakan klorinasi sebagai metode sanitasi untuk mempertahankan agar air kolam renang tetap terjaga kualitasnya. Klorinasi adalah metode yang menggunakan gas klor/serbuk klor sebagai desinfektan. Penggunaan desinfektan (klor) dalam konsentrasi yang 52 kurang dapat menyebabkan desinfektan yang ada di kolam renang tidak bekerja secara optimal dan dapat membuat iritasi mata pada pengguna kolam renang. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang berlebih dapat meninggalkan sisa klor dan pH yang menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan seperti iritasi mata. Berdasarkan alasan yang telah dikemukan, maka kerangka konsep dari variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen yang meliputi sisa klor, pH dan waktu Variabel Independen kontak klor sebagai berikut: Variabel Dependen Sisa Klor Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Waktu kontak klor pH Bagan 3.1 Kerangka Konsep 53 3.2. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1. Variabel Definisi Cara Ukur Suatu keadaan Wawancara serta Lembar 1.Ada Keluhan, pada pengguna kolam gangguan kesehatan pengamatan kepada Checklist Ya=Responden renang yang dirasakan perenang : penglihatan merasakan 5 keluhan pengguna kolam kabur, mata gatal, mata iritasi mata setelah renang, keluhan terasa panas, mata berenang kesehatan berupa terasa perih, mata 2.Tidak Ada Keluhan, iritasi mata setelah memerah Tidak= Responden tidak Keluhan iritasi mata Alat Ukur Hasil Pengukuran pengunjung merasakan 5 keluhan berenang pada iritasi mata setelah 54 Skala Ukur Ordinal kolam renang berenang minimal 10 menit. 2. Sisa Klor Jumlah atau kadar Pengukuran klorin bebas pada air Komparator 1. Tidak memenuhi Lovibond Ordinal syarat: <0,2 mg/L atau kolam renang setelah > 0,5 mg/L proses 2. Memenuhi Syarat : pendesinfeksian sisa klor (0,2-05) mg/L kolam renang (Chandra,2005) 3. Waktu Kontak Klor Lamanya waktu Wawancara Kuesioner 1. 10 - 15 menit responden berenang Ordinal 2. > 15 menit di kolam renang 4. pH Derajat keasaman Pengukuran pada suatu air kolam Comparator 1. Tidak memenuhi syarat: <6,8 mg/L 55 Ordinal renang atau nilai atau > 8,5 mg/L negatif dari 2. logaritma Memenuhi Syarat : pH (6,8-8,5) konsentrasi ion hidrogen (Chandra, 2005) 56 57 3.3. Hipotesis 1. - Ada hubungan antara kadar sisa klor pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 2. - Ada hubungan antara waktu kontak klor pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 3. - Ada hubungan antara pH pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Variabel yang akan diteliti antara kualitas kimia air kolam renang yaitu pada parameter kadar sisa klor waktu kontak klor, pH dan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan tahun 2015. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April - Juni Tahun 2015 di kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi dan sampel manusia Populasi masyarakat pengguna kolam renang diambil dari rata – rata jumlah pengunjung kolam renang Bulungan dan Ragunan dalam 1 tahun terakhir, yaitu sebanyak 36.857 pengunjung. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005) n = N/N(d)2 + 1 Dimana : n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan 58 d = Derajat presisi yang diinginkan = 10% N = Besar rata-rata populasi pengunjung kolam renang yaitu sebanyak 36.857 Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut : = 101 Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini yakni 101 responden. Dengan mempertimbangkan missing data dan drop out yang mungkin terjadi saat penelitian berlangsung, peneliti menambahkan 10% responden dari total sampel yaitu sebanyak 11 orang. Sehingga total sampel yang menjadi subjek penelitian berjumlah 112 responden. Dengan teknik pengambilan secara accidental sampling, menurut Santoso dan Tjiptono (2001) accidental sampling adalah prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses. Sedangkan menurut Sugiyono (2004) accidental sampling merupakan pengambilan responden sebagai sampel secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria: a. Bersedia menjadi responden 59 b. Berusia minimal 6 tahun keatas c. Bisa membaca dan menulis d. Tidak menggunakan kacamata renang e. Sudah berenang dan menyelam di kolam renang 4.3.2. Alur Pengambilan Sampel Sampel air kolam renang akan diambil pada 2 titik di kolam renang dewasa. Observasi keluhan iritasi mata pada perenang dilakukan ketika perenang selesai berenang minimal 10 menit. Berikut bagan alur pengambilan sampelnya: Bagan 4.1 Alur Pengambilan Sampel Penentuan Titik Sampling Pengambilan Sampel Pengujian dengan Comparator Observasi Keluhan Iritasi Mata Perenang Kesimpulan 4.3.3. Sampel Air Kolam Renang Pengukuran sampel air akan diambil selama 4 hari dalam 1 Minggu, masing – masing sampel akan diambil jam 09.00 – 11.00 WIB pada hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Pertimbangannya adalah berdasarkan 60 laporan jumlah kunjungan Kolam Renang Bulungan Jakarta dan Ragunan Jakarta Selatan pada waktu tersebut merupakan waktu pengunjung yang paling ramai setiap harinya. Waktu pengurasan hanya seminggu sekali untuk setiap kolam renang yang dilakukan oleh petugas kolam renang juga menjadi pertimbangan sebagai waktu pengambilan sampel air. Pengambilan sampel air kolam renang diambil oleh peneliti dan dibantu dengan petugas kolam renang. Sampel air kolam renang akan dilakukan pemeriksaan ulang pada hari selanjutnya jika terjadi hujan. Karena air hujan secara langsung dapat mengganti volume air kolam renang yang menyebabkan hilangnya kandungan atau unsur kimia yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi air kolam renang. Yang paling rentan hilang adalah alkalinitas total air kolam yang mempunyai fungsi menjaga kesembangan asam dan basa (pH) air kolam renang. Apabila alkalinitas total pada kolam renang hilang akan sulit mengontrol pH air kolam karena kimia yang dimasukan berupa HCl maupun soda ash akan tidak dapat berfungsi atau bereaksi termasuk klorin. Dengan sulitnya pengendalian pH dan klorin ini membuka peluang masuknya mikroorganisme dari luar dan apabila dibiarkan akan merusak kondisi air kolam renang. Apabila hujan mulai turun dan musim penghujan tiba sebaiknya pihak kolam renang Bulungan dan Ragunan bersegera melakukan uji kondisi alkalinitas dan sisa klor pada air kolam renang (Kholid, 2012). 61 - Titik Pengambilan Sampel Kolam Renang Bulungan: Kolam Renang Keterangan: Titik Pengambilan Sampel - Titik Pengambilan Sampel Kolam Renang Ragunan Kolam Renang Keterangan: Titik Pengambilan Sampel 4.4. Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data aggregat dan data individu. Objek pada penelitian ini adalah air kolam renang dan manusia. Untuk data aggregat merupakan data kelompok dalam sekian kali pengukuran, seperti pengukuran kadar sisa klor dan kadar pH, dan untuk data individu merupakan data yang mengalami keluhan iritasi mata perorangan. 4.4.1.1. Pengukuran Data mengenai kualitas kimia (sisa klor dan pH) dikumpulkan melalui pengukuran kualitas air kolam renang secara langsung di air kolam renang. 62 Sampel air di ambil di kedalaman 30 cm di bawah permukaan air dimana polusi biasanya terjadi dekat dengan permukaan air (Nightingale, 2008). 4.4.1.1.1. Pengukuran Kadar Sisa Klor Alat : Komparator Lovibond Cara Kerja : 1. Memasukkan air sampel ke dalam comparator sebanyak 10ml 2. Menambahkan reagen Diethyl-p-phenylenediamine (DPD) sebanyak 5 tetes 3. Menutup komparator, kemudian mengocok dan mendiamkan sebentar 4. Membaca hasilnya dengan membandingkan warna air dan warna merah yang terdapat pada komparator. 4.4.1.1.2. Pengukuran pH Alat : Komparator Lovibond Cara Kerja : 1. Memasukkan air sampel ke dalam comparator sebanyak 10ml 2. Menambahkan reagen phenol red sebanyak 5 tetes 3. Menutup komparator, kemudian mengocok dan mendiamkan sebentar 4. Membaca hasilnya dengan membandingkan warna air dan warna merah yang terdapat pada komparator 63 4.4.1.2. Lembar Checklist Data mengenai pengamatan dan wawancara terhadap keluhan iritasi mata yang dirasakan oleh pengguna kolam renang setelah berenang yang dikumpulkan dengan alat bantu lembar checklist yang diisi sendiri oleh peneliti. 4.5. Manajemen dan Analisis Data 4.5.1. Manajemen Data Data yang sudah dikumpulkan diperiksa kembali untuk menjamin kelengkapannya. Pengolahan data dilakukan secara manual menggunakan bantuan software analisis data dengan langkah- langkah sebagai berikut. a. Coding Pada tahap ini dilakukan pemberian kode terhadap setiap jawaban dalam bentuk angka atau bilangan di lembar kuesioner. Hal ini bertujan untuk mempermudah dalam analisis data dan mempercepat proses entry data. Berdasarkan lembar observasi, untuk variabel iritasi mata, diberi coding ―1‖ jika mengalami keluhan iritasi mata, untuk variabel sisa klor dan ph diberi coding ―1‖ jika tidak memenuhi syarat, dan variabel waktu kontak klor diberi coding ―1‖ untuk waktu kontak 10-15 menit b. Editing Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan pemastian data yang terkumpul untuk memeriksa ketepatan dan kesesuaian data agar dapat dianalisis lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul serta melihat kelengkapan agar 64 tidak menggangu dalam proses pengolahan data selanjutnya. Editing dibantu dengan suatu program komputer berupa software statistik c. Entry Dalam tahap ini, data- data yang telah melalui proses coding dan editing kemudian dimasukkan ke dalam suatu program komputer. Memulai dengan variabel dependen kemudian variabel independennya, dan menganalisis dan menguji hubungan bivariat dengan program software statistik d. Cleaning Pada tahap ini dilakukan pengecekan ulang data yang telah dimasukkan agar tidak terjadi kesalahan, yaitu dengan mengetahui missing data, variasi data dan konsistensi data. Cleaning data dibantu dengan software statistik pada komputer dan perhitungan secara manual dengan menggunakan kertas dan pensil. 4.5.2. Analisis Data 4.5.2.1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menganalisa karakteristik dan variabel dengan cara mendeskripsikan dan menghitung distribusi dan proporsinya. Kelompok variabel disajikan dalam bentuk tabel rata rata harian kadar sisa klor pada air kolam renang, tabel rata – rata pH, waktu kontak pada kolam renang serta keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. 65 4.5.2.2. Analisis Bivariat Analisi bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel penelitian. Data kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square. Uji chisquare dapat menentukan pengujian apakah frekuensi yang akan di amati (data observasi) untuk membuktikan atau ada perbedaan secara nyata atau tidak dengan frekuensi yang diharapkan, seperti untuk mengetahui hubungan antara dua variabel sehingga dapat disimpulkan ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Lalu perhitungan ukuran hubungan dengan Odds Ratio (OR). OR adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit; dihitung dari angka kejadian penyakit pada kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko). 66 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum 5.1.1. Kolam Renang Bulungan Kolam renang Bulungan dibangun tahun 1970, diresmikan pada tanggal 02 Juni 1971. Dari tahun 1971 sampai tahun 1985 status kolam renang Bulungan dibawah Dinas Olahraga, sedangkan pada bulan September 1985 sampai 2000 di bawah Walikotamadya Jakarta Selatan, kemudian sejak tahun 2001 sampai sekarang kolam renang Bulungan Jakarta Selatan berada pada binaan Suku Dinas Olahraga dan Pemuda Jakarta Selatan. Berlokasi di jalan Kyai Maja Blok F Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Letaknya sangat strategis, dan mudah terjangkau oleh masyarakat karena kemudahan transportasi, sehingga pengunjung selalu ramai. Dalam kegiatan sehari – hari kolam renang ini dibuka untuk umum mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dan pukul 16.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB khusus untuk para anggota Persatuan Renang. 5.1.2. Sarana dan Fasilitas Kolam Renang Bulungan Kolam renang Bulungan dibagi dua bagian yaitu kolam dewasa dan kolam anak. Kolam besar memiliki panjang 50 m dan lebar 25 m dengan kedalaman 70 cm sampai dengan 170 cm, volume air sebesar 1.826 m3. Kolam anak mempunyai panjang 25 m dan lebar 5 m dengan kedalaman 40 cm sampai dengan 80 cm, volume air kolam anak 62,6 m3. 67 Jumlah volume air keseluruhan 1.888,6 m3. Dasar dan dinding kolam renang terbuat dari porselen warna putih, serta dilengkapi dengan empat tangga yang terbuat dari besi. Tempat berjalan perenang dibatasi dengan parit peluap selebar kurang lebih 5 cm menunjang mengelilingi kolam renang. a. Bahan - bahan kimia yang digunakan Bahan bahan yang digunakan dalam proses pengolahan air kolam renang Bulungan antara lain untuk desinfeksi air menggunakan kaporit yang mengandung 60% aktif klor, untuk penjernihan air menggunakan tawas atau alumunium sulfat. b. Peralatan pengolahan air Peralatan pengelolaan air kolam renang Bulungan yang dimiliki kolam renang Bulungan, yaitu vaccum atau pompa penyedot dengan daya 0,75 HP atau setara dengan 359 watt, filter, dimano penggerak dan comparator test kit. c. Pengelolaan penyediaan air bersih kolam renang Dalam tugas operasional kegiatan sehari – hari, kolam renang Bulungan mendapat sumber dana atau anggaran dari Walikota Jakarta Selatan melalui Gelanggang Remaja Jakarta Selatan dan dari Dinas Olahraga DKI Jakarta serta pemasukan umum dari pengunjung harian. Untuk pelaksanaan teknis pemeliharaan air kolam renang mengikuti buku petunjuk pengelolaan fasilitas kolam renang Jaya Raya, Pemda DKI 68 Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, kolam renang Bulungan mendapat pelayanan dari Perusahaan Air Minum (PAM) yaitu Pejompongan, dengan rata – rata pemakaian air perbulan 4500 m2. Pemakaian air pada umumnya digunakan untuk air pembilas bagi para perenang bila selesai berenang dan untuk membersihkan lantai serta penambahan air kolam renang bila dirasakan kurang. Pemakaian air ini tergantung juga dari banyaknya pengunjung dan ada tidaknya pengisian air kolam renang. Untuk pengurasan tidak dilakukan pada setiap bulan, karena kolam renang Bulungan merupakan tipe resirkulasi sehingga jarang melakukan pengurasan air kolam, kecuali bila ada kerusakan pada dinding kolam maka perlu diadakan perbaikan pada dinding kolam yang mengharuskan pengurasan dan pengisian kolam. d. Pengolahan air Untuk pemeliharaan dan kebersihan air kolam renang Bulungan secara rutin dilakukan pengolahan dengan menggunakan bahan – bahan kimia seperti kaporit dan soda ash. Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola kolam renang Bulungan kebutuhan akan kaporit setiap harinya sekitar 10 kg/hari, serta soda ash 3 kg/hari. Pemberian kaporit dilakukan dalam satu hari sebanyak 2 kali, (pagi, dan malam). Kaporit yang digunakan mempunyai aktif klor 60% dengan sekali pemberian 5 kg. Cara pemberian kaporit dengan cara mengaduk tong isi kaporit aktif klor 60% dengan takaran 5 gayung, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu dituang saluran filter untuk menuju ke pipa outlet sebelum ke 69 kolam renang. Untuk sirkulasi air digunakan mesin sirkulasi 2 unit, dan penyaringan air memakai 2 buah filter (sand filter). Namun dari pihak kolam renang Bulungan tidak pernah mengecek atau memantau kadar pH dan sisa klor selama pelaksanaan aktivitas harian di kolam renang berlangsung karena hanya memeriksa seminggu sekali. e. Sistem pengelolaan air Kolam renang bulungan menggunakan sistem resirkulasi dalam pengelolaan air kolam renangnya. Adapun alur pengolahan air kolam renang adalah sebagai berikut: 1. Air masuk ke dalam instalasi pengolahan air kolam melalui saluran inlet yang terletak bagian ujung dari kolam renang dewasa 2. Air tersebut dihisap oleh dua buah mesin dinamo, air dalam inlet akan masuk ke dalam ground tank yang mempunyai kapasitas 98 m3/jam. Di dalam ground tank air akan ditambahkan desinfektan 3. Air dari ground tank akan masuk dalam sandfilter yang akan menyaring kotoran kotoran yang ada pada air kolam 4. Setelah itu air akan dialirkan kembali ke dalam kolam renang melalui outlet yang berada di sisi kolam renang 70 5.1.3. Kolam Renang Ragunan Kolam renang Ragunan terletak di komplek Gelanggang Olahraga Jaya Raya didirikan pada tahun 1977. Komplek ini terletak di Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu, kurang lebih 200 meter dari obyek wisata Kebun Binatang Ragunan. Keadaan transportasi untuk menuju ke Gelanggang Olahraga termasuk lancar mengingat banyak angkutan atau kendaraan umum yang menuju atau melalui kebun binatang. Pada mulanya kolam renang Ragunan ini digunakan khusus bagi siswa dan siswi SMP dan SMA yang terdiri dari atlet – atlet berbakat dalam olahraga renang, akan tetapi penggunaannya tidak terus menerus sepanjang waktu, maka kolam ini dioperasikan pula untuk umum. Waktu pengoperasian kolam renang mulai pukul 08.00 – 18.00 WIB. Pukul 16.00 – 18.00 WIB khusus untuk para atlet, sedangkan untuk umum mulai pukul 08.00 – 16.00. 5.1.3.1. Sarana dan Fasilitas Kolam Renang Ragunan Kolam renang Ragunan mempunyai luas seluruhnya 1.050 m2 dengan panjang 50 m dan lebar 21 m, kolam ini dibagi dalam 2 bagian yakni bagian yang dangkal dan bagian yang dalam, batasan dari kedua bagian ini tidak jelas hanya keadaan dasar dari kolam yang semakin ke tengah semakin ke dalam, dengan kedalaman 2,5 meter dan bagian yang dangkal 1,25 meter dan jumlah volume air keseluruhan 2.500 m3. Dasar dan dinding kolam renang dari porselen warna putih, serta dilengkapi dengan empat buah tangga yang terbuat dari besi. Ruang mesin 71 Ruang mesin terdapat di bagian ujung belakang kolam renang. Di dalamnya terdapat dua buah sandfilter yang berisi pasir silica dengan komposisi pasir diameter kasar hingga pasir yang halus di bagian bawah atau dasar tabung. Terdapat juga motor atau dinamo penggerak untuk menyedot air. Ruangan ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan kimia (kaporit) dan soda ash serta sebagai ruang panel utama listrik untuk kebutuhan listrik di lingkungan kolam renang Bulungan. a. Bahan - bahan kimia yang digunakan Bahan bahan yang digunakan dalam proses pengolahan air kolam renang Ragunan antara lain untuk desinfeksi air menggunakan kaporit yang mengandung 60% aktif klor, untuk penjernihan air menggunakan tawas atau alumunium sulfat dan untuk membunuh lumut menggunakan zat prusi. b. Peralatan pengolahan air Peralatan pengelolaan air kolam renang Ragunan yang dimiliki kolam renang Bulungan, yaitu jet pump, vaccum atau pompa penyedot, genset, chlorine feeder, filter, dimano penggerak dan comparator test kit. c. Pengelola penyediaan air bersih Dalam tugas operasional kegiatan sehari – hari kolam renang Ragunan mendapat sumber dana atau anggaran dari Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta melalui Gelanggang Olahraga Jaya Raya Ragunan dan pemasukan umum dari pengunjung harian. 72 Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, kolam renang Ragunan menggunakan air tanah dengan menggunakan jet pump sebagai mesin penyedotnya. Ke dalam sumber air tanah kurang lebih 100 meter. Air ini dikonsumsikan pula untuk keperluan komplek perumahan dan fasilitas lain di komplek Gelanggang Olahraga Ragunan, sehingga air kolam renang dalam 5 tahun terakhir ini belum pernah diganti mengingat minimnya kuantitas persediaan air tersebut, dan kolam ragunan merupakan kolam renang tipe resirkulasi, sehingga tidak membutuhkan pengurasan air yang sering. d. Pengolahan air Untuk kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan serta pengolahan air kolam renang, pemberian kaporit dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu pada pagi hari dan sore hari dengan sekali pakai 7,5 kg maka setiap harinya membubuhkan 15 kg/hari. Pemberian soda ash dilakukan pukul 05.00 – 07.00 pagi hari. Pemberian kaporit dengan cara injeksi feeder yaitu dengan cara disalurkan melalui pipa plastic ke pipa outlet dari tong pengadukan. Untuk pembersihan air dilakukan sirkulasi dengan menggunakan mesin sirkulasi 3 unit, tetapi yang berfungsi hanya 2 unit, satu unit untuk cadangan, dan penyaringan air memakai sand filter. 73 5.2. Karakteristik Responden Karakteristik responden dilakukan untuk mengetahui gambaran frekuensi responden dari penelitian ini dengan hasil sebagai berikut: 5.2.1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut: Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Jenis Kelamin Laki Laki Perempuan Total N % 70 42 112 62,5 % 37,5 % 100 % Pada tabel 5.1 didapatkan persentase pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan yang paling banyak adalah laki – laki sebanyak 70 orang (62,5%). 5.2.2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut: 74 Tabel 5.2 Distribusi Jenis Pekerjaan Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Pekerjaan SMA SMK SMP N 37 3 1 % 33,03 % 2,7 % 0,89 % Mahasiswa 47 41,96 % Karyawan 12 10,71 % IRT 12 10,71 % Total 112 100 % Pada tabel 5.2 didapatkan persentase jenis pekerjaan pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan yang paling banyak yaitu mahasiswa sebanyak 47 orang (41,96%). 5.3. Gambaran Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi Mata di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase gambaran pengguna kolam renang dengan keluhan iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut: Tabel 5.3 Distribusi Pengguna Kolam Renang Dengan Keluhan Iritasi Mata di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Keluhan Iritasi Mata N % Ada Keluhan 74 66,08 % Tidak Ada Keluhan 38 33,92 % Total 112 100 % Pada tabel 5.3 didapatkan persentase pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan ada 74 orang (66,08 %) yang mengalami keluhan iritasi mata. 75 5.4. Gambaran Parameter Kadar Sisa Klor, Waktu Kontak Klor dan pH Di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Berdasarkan hasil yang diperoleh menujukkan persentase gambaran parameter kadar sisa klor, waktu kontak klor dan pH di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut: Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Sisa Klor di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Hari, Tanggal Tahun Kamis, 28 Mei 2015 Kadar Sisa Klor (mg/L) 0,3 mg/L Keterangan Memenuhi Syarat Jumat, 29 Mei 2015 0,2 mg/L Memenuhi Syarat Sabtu, 30 Mei 2015 3 mg/L Minggu, 31 Mei 2015 3 mg/L Kamis, 04 Juni 2015 0,6 mg/L Jumat, 05 Juni 2015 0,5 mg/L Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Sabtu, 06 Juni 2015 0,5 mg/L Memenuhi Syarat 0,6 mg/L Tidak Memenuhi Minggu, 07 Juni Syarat 2015 Pada tabel 5.4 dari semua (8 hari) hasil pemeriksaan kadar sisa klor, didapatkan 4 hari memenuhi syarat dan 4 hari tidak memenuhi syarat pada sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan, yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar sisa klor 3 mg/L, serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar sisa klor 0,6 mg/L. 76 Tabel 5.5 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar Sisa Klor Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Kadar Sisa Klor Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total Pengguna Kolam Renang (N) 65 % 58,04 % 47 41,96 % 112 100 % Pada tabel 5.5 didapatkan persentase pengguna kolam renang yang paling banyak berenang pada saat parameter kadar sisa klor tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 65 orang (58,04 %). Tabel 5.6 Distribusi Waktu Kontak Klor Pengguna Kolam Renang di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Waktu Kontak Klor N % 10 – 15 Menit 58 51,78 % >15 Menit 54 48,22 % Total 112 100 % Pada tabel 5.6 didapatkan persentase waktu kontak klor pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan paling banyak pada waktu kontak klor 10 – 15 menit sebanyak 58 orang (51,78%). 77 Tabel 5.7 Hasil Pemeriksaan Kadar pH di Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Hari, Tanggal Tahun Kamis, 28 Mei 2015 Kadar pH Keterangan 7,6 mg/L Memenuhi Syarat Jumat, 29 Mei 2015 7,6 mg/L Memenuhi Syarat Sabtu, 30 Mei 2015 6,4 mg/L Minggu, 31 Mei 2015 6,4 mg/L Kamis, 28 Mei 2015 6,4 Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Jumat, 29 Mei 2015 6,8 Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat 6,8 Tidak Memenuhi Minggu, 31 Mei 2015 Syarat Pada tabel 5.7 dari semua (8 hari) hasil pemeriksaan kadar pH, Sabtu, 30 Mei 2015 6,4 didapatkan 4 hari memenuhi syarat dan 4 hari tidak memenuhi syarat pada sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan, yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar pH 6,4 mg/L serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar pH 6,4. Tabel 5.8 Distribusi Pengguna Kolam Renang Pada Parameter Kadar pH Memenuhi Syarat Dan Tidak Memenuhi Syarat di Kolam Renang Bulungan Jakarta Selatan Tahun 2015 Kadar pH Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total Pengguna Kolam Renang (N) 65 % 58,04 % 47 41,96 % 112 100 % 78 Pada tabel 5.8 didapatkan persentase pengguna kolam renang yang paling banyak berenang pada saat parameter kadar pH tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 65 orang (58,04 %). 5.5. Hubungan Kadar Sisa Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Hasil analisis hubungan antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut: Tabel 5.9 Analisis Hubungan Kadar Sisa Klor Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Sisa Klor Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total Keluhan Iritasi Mata Ada % Tidak % Keluhan Ada Keluhan 53 81,5% 12 18,5% Total pvalue OR 65 (100%) 5,468 (2,336-12,800) 0,000 47 (100%) 74 66,1% 38 33,9 112 (100%) Pada tabel 5.9 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar sisa 21 44,7% 26 55,3% klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang, yang paling banyak mengalami keluhan iritasi mata pada saat sisa klor tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden (81,5%). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (p-value<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang 79 berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat dapat memberikan efek sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. 5.6. Hubungan Waktu Kontak Klor Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Hasil analisis hubungan antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut: Tabel 5.10 Analisis Hubungan Waktu Kontak Klor Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 Waktu Kontak Klor 10 – 15 Menit >15 Menit Total Keluhan Iritasi Mata Ada % Tidak % Keluhan Ada Keluhan 40 59,7 % 27 45,5 % Total pvalue OR 67 (100%) 0,183 1,693 21 46,7 % 24 53,3 % 45 (0,790-3,629) (100%) 61 54,5 % 51 45,5 % 112 (100%) Pada tabel 5.10 menunjukkan hasil analisis hubungan antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang yang paling banyak dengan waktu kontak klor 10 – 15 menit yaitu sebanyak 40 responden (59,7%). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,183 (p-value>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 1,693 (95%CI : 0,790 – 3,629) yang berarti bahwa kolam berenang dengan waktu kontak klor selama 10 – 15 80 menit dapat berisiko 1,693 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. 5.7. Hubungan Kadar pH Dengan Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Hasil analisis hubungan antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata di kolam renang Bulungan dan Ragunan sebagai berikut: Tabel 5.11 Analisis Hubungan Kadar pH Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Tahun 2015 pH Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total Keluhan Iritasi Mata Ada % Tidak % Keluhan Ada Keluhan 53 81,5% 12 18,5% 21 44,7% 26 55,3% 74 66,1% 38 33,9 Total pvalue OR 0,000 5,468 (2,336-12,800) 65 (100%) 47 (100%) 112 (100%) Pada tabel 5.11 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang, yang paling banyak mengalami keluhan iritasi mata pada saat kadar pH tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden (81,5%). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (p-value<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat memberikan efek sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. 81 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian 1. Penentuan pengguna kolam renang mengalami keluhan iritasi mata tidak melakukan pemeriksaan organ mata secara khusus kepada masing – masing responden. Hanya berdasarkan laporan dari hasil observasi antara lain, mata terasa panas, mata terasa perih, penglihatan kabur, memerah dan mata terasa gatal. Tidak menggunakan diagnosis dokter karena tidak memungkinkan dari segi biaya untuk menelusuri hal tersebut 2. Penelitian ini tidak mengukur konsentrasi klor yang bergabung dengan senyawa lain sebagai akibat proses sanitasi air kolam renang 3. Kemungkinan terjadinya bias informasi, merupakan keterbatasan kemampuan responden untuk mengingat kembali secara lengkap apa yang sudah dilakukan, karena menyangkut kemampuan setiap responden untuk mengingat kembali dengan pasti terutama untuk variabel waktu kontak klor 4. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling, dan ini merupakan salah satu keterbatasan penelitian karena dalam pengambilan responden sebagai sampel, hanya yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dan sesuai dengan kriteria. 82 6.2. Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Pada penelitian ini, pengguna kolam renang dikatakan mengalami keluhan iritasi mata dan tidak mengalami keluhan iritasi mata berdasarkan hasil observasi peneliti. Iritasi mata ketika berenang pada perenang mata tidak permanen, hanya iritasi singkat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan kabur, mata gatal, mata terasa panas, mata terasa perih, mata memerah. Iritasi mata adalah cedera renang yang sangat umum dan mudah teriritasi akibat proses klorinasi dalam air. Meskipun tidak pernah benar-benar berlangsung terlalu lama bagi kebanyakan orang, hal ini dapat menjadi iritasi yang mengganggu. Dari hasil penelitian didapatkan persentase pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan yang mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 74 orang (66,08 %) yang mengalami keluhan iritasi mata, sedangkan yang tidak mengalami keluhan iritasi mata yaitu sebanyak 38 orang (33,92 %). Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta rutin dijadikan sebagai tempat pengambilan nilai renang beberapa SD, SMP dan SMA disekitar, serta menjadi tempat aktivitas olahraga renang oleh Klub Renang di Jakarta. Sehingga penting untuk diketahui kualitas air kolam renangnya. Uji Kualitas air penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang (Rabi dkk., 2008). Hal ini didukung oleh penelitian tentang keluhan penyakit akibat berenang pernah dilaporkan oleh Noor (2007) menunjukkan dari 387 pengunjung kolam renang Bulungan Jakarta sebanyak 41.6% mengalami iritasi mata setelah berenang di kolam renang dengan kadar sisa klor 0.1 mg/L 83 dengan pH< 6.8. Observasi yang dilakukan pada 30 air kolam renang di Jakarta pada tahun 2005 menunjukkan ada 11 air kolam renang berkualitas baik, 4 kurang baik, 11 jelek dan 4 sangat jelek (Darajat, 2005). Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan (Cita dan Adriyani, 2009). 6.3. Kadar Sisa Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa klor yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L. Sebagai desinfektan, sisa klor dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi dalam konsentrasi yang berlebih klor ini dapat terikat pada senyawa organik (Cita dan Adriyani, 2009). Berdasarkan hasil pada tabel 5.4 parameter kadar sisa klor pada sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan sebagian besar tidak memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar sisa klor 3 mg/L, serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar sisa klor 0,6 mg/L. 84 Sisa klor yang dihasilkan oleh air kolam renang berasal dari penggunaan kaporit yang berfungsi sebagai desinfektan. Banyaknya penggunaan kaporit bisa menyebabkan banyaknya sisa klor yang dihasilkan. Berdasarkan hasil diatas dan jika disesuaikan dengan PERMENKES RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, pada kolam renang pemerintah Jakarta Selatan kadar sisa klornya tidak memenuhi persyaratan kolam renang. Kadar sisa klor di kolam renang pemerintah Jakarta selatan pada saat dilakukan pemeriksaan, di dapatkan hasil yang melebihi dari persyaratan yang telah ditetapkan Permenkes No. 416 tahun 1990 namun masih memenuhi persyaratan WHO (2006) yaitu 1 – 3 mg/L. Sebagai pembanding United Kingdom menganjurkan kadar sisa klor 1,0 – 1,2 mg/L, Australia 1,0 – 6,5 mg/L , Jerman 0,3 – 0,6 mg/L, Italia 0,4 -1,0 mg/L, Amerika 1,0 -3,0 mg/L (Leoni dkk., 1999; Spivey, 2010). Kadar sisa klor yang tinggi menandakan petugas kolam renang berlebihan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam melakukan desinfeksi air kolam renang. Petugas mengaku tidak pernah diberikan pelatihan mengenai cara desinfeksi air kolam renang yang tepat. Menurut WHO (2006), kadar klorin yang tepat dapat dihitung dengan rumus berikut: D = Jumlah air yang akan didesinfeksi dalam ml air ppm = jumlah mg per liter sisa klor yang diinginkan 85 X = proses aktif klor dari zat desinfeksi yang dipakai untuk desinfeksi air kolam (60%) Kolam renang pemerintah Jakarta Selatan ada 2 yaitu, Bulungan dan Ragunan. Maka untuk kolam renang Bulungan yang mempunyai kapasitas 1.826 m3 dan akan didesinfeksi dengan kaporit 60% aktif, serta sisa klor maksimal yang diharapkan adalah 0,5 ppm, maka kaporit yang dibutuhkan: = 1, 5 kg Pada kolam renang Bulungan kaporit yang digunakan mempunyai aktif klor 60% dengan sekali pemberian 5 kg untuk pagi dan malam hari, yang artinya dalam sekali pembubuhan kaporit kolam renang Bulungan kelebihan 3,5 kg dari perhitungan anjuran (WHO, 2006) dan sudah tidak memenuhi syarat dalam pembubuhan kaporit. Dengan perhitungan dan rumus yang sama, untuk kolam renang Ragunan yang mempunyai kapasitas 2.500 m3 dan akan didesinfeksi dengan kaporit 60% aktif, serta sisa klor maksimal yang diharapkan adalah 0,5 ppm, maka kaporit yang dibutuhkan: = 2,0875 kg atau 2,1 kg 86 Pada kolam renang Ragunan kaporit yang digunakan mempunyai aktif klor 60% dengan sekali pemberian 7,5 kg untuk pagi dan sore hari, yang artinya dalam sekali pembubuhan kaporit kolam renang Bulungan kelebihan 5,4 kg dari perhitungan anjuran (WHO ,2006) dan sudah tidak memenuhi syarat dalam pembubuhan kaporit. Kolam renang Bulungan dan kolam renang Ragunan jarang melakukan pemantauan sisa klor. Untuk kolam renang Bulungan dilakukan seminggu sekali, dan kolam renang Ragunan setiap hari namun hanya pagi hari saja. Menurut WHO (2006), pengukuran pH dan sisa klor harus dalam setiap 4 jam selama kolam renang dibuka, yang artinya pemantauan kualitas kimia air di kedua kolam renang ini tidak sesuai dengan ketentuan. Sebaiknya dalam pemantauan kadar sisa klor pada air kolam renang Bulungan dan Ragunan dapat mengubah metode desinfeksi yang tidak tepat tersebut, karena proses desinfeksi dilakukan secara manual bukan dengan automatic dosing. WHO (2006) tidak menganjurkan desinfeksi dengan cara manual karena harus diimbangi dengan manajemen operasional dan monitoring yang baik. Selain itu, jika desinfeksi dilakukan dengan cara manual, tidak boleh ada orang di dalam kolam renang hingga desinfektan seluruhnya menebar ke dalam air kolam renang. WHO (2006) menganjurkan desinfeksi dengan automatic dosing yang dilengkapi dengan sensor elektronik untuk memantau pH dan sisa klor. Penurunan kadar sisa klor dapat terjadi yang disebabkan oleh sinar matahari yang dapat mengurangi kadar sisa klor air kolam renang dengan cepat. Untuk itu sebaiknya menambahkan chlorine stabilizer yaitu 87 Isocyanuric acid untuk mengurangi kehilangan klorin dari paparan sinar matahari. Sisa klorin yang sudah distabilkan akan bertahan 3-4 jam lebih lama (McKeown, 2009). Penelitian menunjukkan kolam renang luar ruangan yang tidak menggunakan Isocyanuric acid telah kehilangan 90% sisa klor dalam waktu tiga jam pada cuaca cerah. Kolam renang yang mengandung 25-50 mg/L Isocyanuric acid dengan kondisi yang sama hanya kehilangan 15% sisa klor (Department of Health New South Wales, 1996). Menurut PERMENKES RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 kadar sisa klor yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L. Kadar sisa klor dikatakan tidak memenuhi syarat apabila kadar sisa klor pada saat pengukuran kurang dari 0,2 mg/L atau melebihi dari 0,5 mg/L. Dari hasil penelitian menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan yang paling banyak mengalami keluhan iritasi mata pada saat sisa klor tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden (81,5%) dari total 112 responden. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (pvalue<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat dapat memberikan efek 88 sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Penelitian ini sejalan dengan Decker (1988); Permana dan Suryani, 2013; Cita dan Adriyani, 2009; Nasli (2013), bahwa ada hubungan antara kadar sisa klor dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Hasil observasi di lapangan kadar sisa klor yang tinggi menandakan petugas kolam renang berlebihan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam melakukan desinfeksi air kolam renang. Kadar klorin yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi mata. Pajanan sisa klor dan pH yang kurang atau melebihi syarat di kolam renang dapat menyebabkan iritasi mata (WHO, 2006). Untuk mencegah iritasi mata, kolam renang harus dipelihara dengan baik, dibersihkan, dan kolam renang pemantauan klor agar seimbang dan tidak kurang atau melebih batas aman. Kolam renang mengandung banyak bahan kimia dan kontaminan potensial. Klorin ditambahkan ke kolam air untuk mengendalikan bakteri, tetapi bahan kimia ini juga dapat mengiritasi mata (Island Empire Swimming, 2014). 6.4. Waktu Kontak Klor dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Pemanfaatan air untuk berenang saat ini sudah marak digunakan karena berenang merupakan olahraga yang direkomendasikan sejak zaman romawi agar tubuh tetap sehat dan bugar (Zarzoso dkk., 2010). Berenang di 89 kolam renang merupakan kegiatan olahraga atau rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat termasuk anak-anak dan remaja. Berdasarkan hasil pada tabel 5.6 didapatkan persentase waktu kontak klor pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan paling banyak pada waktu kontak klor 10 – 15 menit sebanyak 58 orang (51,78%), sedangkan yang lebih dari 15 menit sebanyak 54 orang (48,22 %). Waktu kontak klor sama dengan lama berenang pengguna kolam renang. Waktu kontak klor merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia pada klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia. Berdasarkan hasil variabel waktu kontak klor untuk kolam renang Bulungan dan kolam renang Ragunan dapat diasumsikan bahwa pengguna kolam renang pada kolam renang Ragunan dan pengguna kolam renang Bulungan memiliki motivasi yang tinggi untuk berenang lebih lama di dalam kolam renang. Karena manfaat yang bisa didapatkan dari olahraga renang antara lain mengurangi berat tubuh, baik untuk sistem kardiovaskuler, kekuatan otot, fleksibilitas dan postur tubuh (Zwiener dkk., 2007). Kolam renang juga bukan tempat musiman, sehingga dapat dikunjungi kapan saja dan oleh semua kalangan (Clement, 1997; Villanueva dan Ribera, 2012). Manfaat olahraga renang bagi kesehatan sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi dapat menimbulkan risiko dan keluhan kesehatan jika sanitasi kolam renang diabaikan (Pond, 2005). 90 Pemerintah Indonesia telah memberikan rekomendasi tentang persyaratan kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang kualitas air kolam renang dan keluhan kesehatan pengguna yang pada lampirannya memuat syarat kualitas air kolam renang secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Sanitasi dan pengolahan air kolam renang serta pemeriksaan kualitas air perlu diperhatikan (Cita dan Adriyani, 2009). Pemeriksaan kualitas air kolam renang secara kimia termasuk salah satu upaya sanitasi yang dilakukan. Penambahan bahan kimia dianjurkan untuk pengawasan kualitas air kolam renang dengan batasan tertentu dan pengawasan yang baik (Center Disease of Control, 2009). Salah satunya adalah pemberian senyawa kimia berupa senyawa klor berupa kaporit (CaOCl2) yang berfungsi untuk menjernihkan dan mendesinfeksi kuman. Namun, penggunaan kaporit juga harus diperhatikan dengan baik dan harus sesuai dengan batas aman yang ada. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat menyebabkan desinfektan yang ada di kolam renang tidak bekerja secara optimal dan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang berlebih dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Kolam renang Bulungan dan Ragunan Jakarta Selatan merupakan kolam renang pemerintah DKI Jakarta Selatan yang selalu ramai pengunjung karena lokasi yang strategis dan harga yang terjangkau untuk masyarakat tingkat ekonomi rendah hingga tingkat ekonomi tinggi. Uji Kualitas air 91 penting untuk menjamin kesehatan pengguna kolam renang (Rabi dkk., 2008). Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.10 menunjukkan hasil analisis hubungan antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang sebanyak 40 responden (59,7 %) dari 61 responden yang berenang di kolam renang dengan waktu kontak klor kisaran 10 – 15 menit mengalami keluhan iritasi mata ketika berenang. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,183 (pvalue>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 1,693 (95%CI : 0,790 – 3,629) yang berarti bahwa kolam berenang dengan waktu kontak klor selama 10 – 15 menit dapat berisiko 1,693 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Hasil penelitian pada variabel ini tidak sejalan dengan Setiyawati (2004), Rylander, Victorin dan Sorensen (1973) dan Reynolds (1982) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara lama waktu kontak klor dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Waktu klorinasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Dalam waktu kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia dan 92 klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia. Diperkirakan akan lebih berisiko jika lebih dari 15 menit. Namun, pada hasil analisis bivariat variabel waktu kontak klor dengan keluhan iritasi mata menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna. Seharusnya jika semakin sering frekuensi kontak serta semakin lama durasi (waktu) setiap kali kontak dengan potensi bahaya penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan (iritasi mata) semakin besar (Rylander, Victorin dan Sorensen, 1973; Reynolds, 1982). Asumsi peneliti karena setiap manusia memiliki kepekaan mata yang berbeda – beda. Menurut Sherwood (2001), mata adalah bola berisi cairan terbungkus 3 lapisan jaringan khusus, yaitu: (a) sklera/kornea; (b) koroid/badan siliaris/iris; (c) retina dan setiap manusia memiliki kemampuan visual yang berbeda. Manusia dapat kontak dengan klor dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Biasanya, bila berada di kolam renang akan kontak dalam jangka panjang dengan tingkat eksposur rendah. Pada tahun 2008, hampir 4.600 orang mengunjungi unit gawat darurat untuk cedera akibat bahan kimia kolam renang. Cedera yang paling umum diagnosis adalah keracunan, yang meliputi konsumsi bahan kimia kolam renang serta menghirup uap, asap, atau gas dan iritasi mata (Hlavsa dkk., 2014), serta anak – anak dan remaja berisiko mendapatkan risiko kesehatan yang berhubungan dengan air kolam renang, karena anak – anak lebih lama berada di dalam air dibandingkan orang dewasa (Pond, 2005). 93 6.5. Kadar pH dan Iritasi Mata Pada Kolam Renang Pemerintah Jakarta Selatan Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). Air yang digunakan untuk berenang harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990 agar tidak menggangu dan membahayakan kesehatan manusia. pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam air kolam renang (Chandra, 2005). Berdasarkan PERMENKES RI tersebut kadar pH yang diperbolehkan dalam kolam renang adalah (6,5 – 8,5). Berdasarkan hasil pada tabel 5.7 didapatkan persentase parameter kadar pH pada sampel air kolam renang pemerintah sebagian besar tidak memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar pH 6,4 mg/L serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar pH 6,4. pH yang dihasilkan oleh air kolam renang berasal dari penggunaan soda ash yang berfungsi sebagai penyeimbang klorin. Banyaknya penggunaan soda ash bisa menyebabkan tingginya pH yang dihasilkan. Berdasarkan hasil diatas dan jika disesuaikan dengan PERMENKES RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, ditemukan bahwa kadar pH pada kolam renan 94 pemerintah Jakarta Selatan tidak memenuhi persyaratan, dan melebihi dari batas aman yang ditetapkan. WHO (2006) menganjurkan pH air kolam renang diantara 7,2 – 7,8. Sebagai pembanding Australia dan United Kingdom menganjurkan kadar pH air kolam renang 7,2 – 8,0 , Italia 6,5 – 8,5 dan Jerman 6,5- 8,3 (Leoni, dkk. 1999). Kadar pH yang tidak memenuhi syarat menandakan petugas kolam renang tidak sesuai ketentuan dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam renang. Petugas kolam renang mengaku hanya memprediksi dalam melakukan desinfeksi air kolam renang. Dan hanya menuang soda ash untuk menjaga kualitas air di kolam renang, jika dirasa air kolam renang mulai terlihat keruh. Penjaga kolam renang mengaku tidak pernah diberikan pelatihan mengenai cara desinfeksi air kolam renang yang tepat. Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi (Gordon, 1976). Kekuatan desinfeksi klorin tergantung pada kekuatan pH, jika pH dibawah 7 dapat mempengaruhi pada kesehatan pengguna kolam renang, karena tubuh perenang memiliki pH antara 7,2 dan 7,8 (CDC, 2014). Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif terhadap peralatan kolam renang dan permukaan benda. Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous (HOCl) dan 50% 95 dalam bentuk ion hypochlorite (OCl) yang dapat membunuh kuman. (McKeown, 2009). Jika pH yang tepat dan menjaga sisa klor di kolam renang, sangat jarang ditemui bahwa masalah – masalah akan pernah ditemui di kolam renang (Gordon, 1976). Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.11 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang, yang paling banyak mengalami keluhan iritasi mata pada saat kadar pH tidak memenuhi syarat yaitu 53 responden (81,5%) dari total 74 responden (66,1%). Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (pvalue<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) yang berarti bahwa kolam yang tidak memenuhi syarat memberikan efek sebesar 5,468 kali terkena keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Penelitian ini sejalan dengan Pratama (2012), McKeown (2009), Gordon (1976), Garcia (2015) bahwa ada hubungan antara kadar pH dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang. Hasil observasi di lapangan, untuk kedua kolam renang, yaitu kolam renang Bulungan dan kolam renang Ragunan dalam penjagaan kualitas air, khususnya pemantauan pH di kolam renang selama jam aktivitas berlangsung memang jarang sekali dipantau. Menurut WHO (2006), pengukuran pH dan sisa klor harus dalam setiap 4 jam selama kolam renang dibuka, yang artinya pemantauan kualitas kimia air di kedua kolam renang ini tidak sesuai dengan ketentuan, harus 4 96 jam sekali, dan artinya untuk kedua kolam renang bulungan dan ragunan sudah tidak memenuhi ketentuan tersebut. Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous (HOCl) dan 50% dalam bentuk ion hypochlorite (OCl) yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam dapat membuat iritasi mata (McKeown, 2009). Maka dari itu sebaiknya lebih menyadari lagi akan pentingnya menjaga kadar pH pada kolam renang untuk kolam renang Bulungan dan Ragunan. Pentingnya menjaga pH yang benar di kolam renang, karena pH air kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi (Chandra, 2005; Gordon, 1976). Kekuatan desinfeksi klorin tergantung pada kekuatan pH, jika pH dibawah 7 dapat mempengaruhi pada mata pengguna kolam renang, karena tubuh perenang memiliki pH antara 7,2 dan 7,8, serta dapat mengiritasi kulit dan mengkorosi pipa (Mckeown, 2009; CDC, 2014). pH pada mata manusia adalah 7,2 – 7,4. Yang artinya jika pH pada kolam renang selalu terjaga pada level yang sama dengan mata kita, efek samping seperti iritasi mata akan menjadi minim, dan kemampuan desinfeksi klorin pada level pH ini juga akan berfungsi secara optimal (Garcia, 2015). 97 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan 1. Kolam Renang Bulungan memiliki panjang 50 m dan lebar 25 m dengan kedalaman 70 cm sampai dengan 170 cm, volume air sebesar 1.826 m3 dan kebutuhan akan kaporit setiap harinya sekitar 10 kg/hari, serta soda ash 3 kg/hari. Pemberian kaporit dilakukan dalam satu hari sebanyak 2 kali, (pagi, dan malam). Kaporit yang digunakan mempunyai aktif klor 60% dengan sekali pemberian 5 kg. 2. Kolam renang Ragunan mempunyai luas seluruhnya 1.050 m2 dengan panjang 50 m dan lebar 21 m. Kaporit yang digunakan mempunyai aktif klor 60%, pemberian kaporit dilakukan setiap hari 2 kali, yaitu pada pagi hari dan sore hari dengan sekali pakai 7,5 kg maka setiap harinya membubuhkan 15 kg/hari. 3. Jumlah pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan ada sebanyak 74 orang (66,08 %) yang mengalami keluhan iritasi mata, sedankan yang tidak mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 38 orang (33,92%). 4. Parameter kadar sisa klor pada sampel air kolam renang pemerintah Jakarta Selatan sebagian besar tidak memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar sisa klor 3 mg/L, serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar sisa klor 0,6 mg/L 5. Persentase waktu kontak klor pengguna kolam renang pemerintah Jakarta Selatan paling banyak pada waktu kontak klor 10 – 15 menit sebanyak 58 98 orang (51,78%), sedangkan yang lebih dari 15 menit sebanyak 54 orang (48,22 %). 6. Parameter kadar pH pada sampel air kolam renang pemerintah sebagian besar tidak memenuhi syarat yaitu pada hari Sabtu (30 Mei 2015) dan Minggu (31 Mei 2015) dengan kadar pH 6,4 mg/L serta hari Kamis (04 Juni 2015) dan Minggu (07 Juni 2015) dengan kadar pH 6,4. 7. Ada hubungan bermakna antara kadar sisa klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015 dengan nilai p = 0,000 (p-value<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) 8. Tidak ada hubungan bermakna antara waktu kontak klor terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015 dengan nilai p= 0,183 (p-value>0,05) dan nilai OR sebesar 1,693 (95%CI : 0,790 – 3,629) 9. Ada hubungan bermakna antara kadar pH terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Pemerintah Jakarta Selatan tahun 2015 dengan nilai p = 0,000 (p-value<0,05) dan nilai OR sebesar 5,468 (95%CI : 2,336 – 12,800) 7.2. Saran 1. Kolam renang Bulungan dan Ragunan harus memberikan pelatihan mengenai pengelolaan air kolam renang kepada petugas kolam, seperti cara desinfeksi air kolam renang yang tepat dan cara pemantauan kualitas air kolam renang 99 2. Memberikan papan informasi kadar sisa klor dan pH terkini, agar dapat dilihat oleh pengguna kolam renang sebelum berenang 3. Mencari tahu tentang perbandingan efektivitas pengolahan kolam air kolam renang di kolam renang Bulungan dan Ragunan pada periode musim hujan dan musim kemarau 4. Melihat gambaran sanitasi dan praktik higiene pengguna kolam renang di kolam renang yang ada di seluruh kota Jakarta dan sekitarnya atau di seluruh Indonesia 5. Mencari tahu sebelum berenang apakah kadar sisa klor dan pH kolam air kolam renang Bulungan dan Ragunan telah memenuhi syarat 6. Jika telah terjadi keluhan iritasi mata segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Tutup dengan perban steril. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat jika diyakini semakin tidak membaik 100 DAFTAR PUSTAKA American National Standard Institute. 2011. Safety Standards for Pools, Spas and Bathing. Diakses pada 26 Januari 2014. Akses dari World Wide Web : http://webstore.ansi.org/safety_standards/consumer-products/bath-poolspa.aspx Bernard, Alfred., dkk. 2003. Lung Hyperpermeability and Asthma Prevalence In School Children : Unexpected Associations With the Attendance at Indoor Chlorinated Swimming Pools, Journal of Occupational and Environmental Medicine. Volume 60 Page 385-394. Bernard, Alfred., Voisin, Catherine., Sardella, Antonia. 2011. Respiratory Risks Associated With Chlorinated Swimming Pools. Journal of American of Respiratory and Critical Care Medicine. Volume 183. Black & Veatch. 2010. White’s Handbook of Chlorination and Alternative Disinfectants 5th Edition. USA: John Wiley & Sons Inc Publication. BPLHD DKI Jakarta. 2013. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013. Capello, Michael Anthony. 2011. Assesing Bacteriological Contamination in Public Swimming Facilities Within a Colorado Metropolitan Community. Journal of Environmental Health. Volume 73. Center Disease Control (CDC). 2008. Case of Recreational Water Illness on The Rise. Journal of Healthy Swimming and Recreational Water. Diakses pada 18 Januari 2014. Akses dari World Wide Web : http://www.cdc.gov/healthywater/swimming/rwi/ Center Disease Control (CDC). 2009. Recommendation for Preventing Pool Chemical- Associated Injuries. Center Disease Control (CDC). 2013. Case of Recreational Water Illness on The Rise. Journal of Healthy Swimming and Recreational Water. Diakses pada 26 Januari 2014. Akses dari World Wide Web : http://www.cdc.gov/healthywater/swimming/rwi/ Center Disease Control (CDC). 2013. Your Disinfection Team : Chlorine & pH. Diakses pada 26 Januari 2014. Akses dari World Wide Web : http://www.cdc.gov/healthywater/swimming/pools/disinfection-teamchlorine-ph.html Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Chemical With Vernier. 2014. Determining the Free Chlorine Content of Swimming Pool Water. Journal of Vernier Software and Technology. 101 Children’s Environmental Health. 2001. Prioritization of Toxic Air Contaminants. Cita, D. W., dan Adriyani,R. 2009. Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna Kolam Renang di Sidoarjo. Jurnal Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Clement, Annie. 1997. Legal Responsibility in Aquatics. Washington DC: Sport and Law Press. Cuvillo, A dkk,. 2009. Allergic Conjungtivitis HI Antihistamines Investing Allergol Clin Immunol. Volume:19.USA. Darajat, Endang. 2005. Kesesuaian Antara Hasil Pengukuran Tingkat Risiko Pencemaran dengan Inspeksi Sanitasi dan Hasil Pemeriksaan Bakteriologik pada Air Kolam Renang di DKI Jakarta Tahun 2005. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dawes, Colin dan Carey L.,Boroditsky. Rapid and Severe Tooth Erosion from Swimming in an Improperly Chlorinated Pool Case Report. JCDA. Volume 74 Number 4. Decker, WJ. 1988. Chlorine Poisoning at The Swimming Pool Revisited: Anatomy of Two Minidisasters. Diakses pada 18 Januari 2014. Akses dari World Wide Web : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3245129 Department of Alberta Health. 2014. Pool Standards. Book Of Health System Accountability and Performance Pool Standards. Department Of Health And Human Services U.S. 2010. Toxilogical Profile For Chlorine. Division of Toxicology and Environmental Medicine. Atlanta, Georgia. Department Of Health Environmental Unit Melbourne. 2008. Pool Operator’s Handbook. Melbourne Victoria Australia. Department of Health New South Wales. 1996. Public Swimming Pool and Spa Pool Guidelines. New South Wales. Dinas Kesehatan DKI Jakarta Selatan. 2014. Sarana Olah Raga DKI Jakarta Selatan. Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta. 2012. Sarana Olah Raga DKI Jakarta. Edzwald, James K. 2011. Water Quality and Treatment Sixth Edition. USA: Mc Graw Hills. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Eichelsdorfer,D., dkk,. 1975. Irritant Effect (Conjunctivitis) of Chlorine and Chloramines in Swimming Pool Water. Journal of Germany Research Foudation. Volume 45 page 17-28. 102 Emil T. Chanlett, Harold B.Gotaas. 1942. The Time Factor In The Chlorine And Chloramine Disinfection Of Contaminated Swimming Pool Water. Volume 32. EPA. 1990. Chemical Emergency Preparedness and Prevention Advisory – Swimming Pool Chemichals: Chlorine. United States of America. Series 8 Number 1. Garcia, J. 2015. Pengaruh Hujan Terhadap Air Kolam Renang. Diakses pada 3 Juli 2015. Akses dari World Wide Web http://www.maintenancepools.com/2012/11/pengaruh-hujan-terhadap-airkolam-renang.html Gordon, Harvey.1976. pH in Swimming Pools. Journal of British Medical. Surrey Area Health Authority, Mid-Surrey District, West Park Hospital. Hasan, Achmad. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknik Lingkungan P3 Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Volume 7 Nomor 1 Halaman 90-96. Hlavsa, dkk,. 2014. Recreational Water–Associated Disease Outbreaks — United States, 2009–2010. Journal of Centers for Disease Control and Prevention, Morbidity and Mortality Week Report Volume 63. Hunter, Paul R., dan Thompson, Andrew. 2005. The Zoonotic Transmission Of Giardia and Cryptosporidium. Journal of International for Parasitology. Volume 35 Page 1181-1190. Hurwitz, S.A,. 2009. Antibiotics Versus Placebo for Acute Bacterial Conjunctivitis. The Cochrane Collaboration. The Cochrane Library. Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Indiana State Department Of Health. 2014. How To Shock The Pool. Environmental Public Health 2 North Meridian Street, 5-E. Indianapolis, IN 46204. Island Empire Swimming. 2014. Stinging Eyes in Swimming Pools. Diakses pada 3 Juli 2015. Akses dari World Wide Web http://www.ieswim.org/wzielsc/UserFiles/File/Stinging%20Eyes.pdf Itah, Alfred Young dan Ekpombok, Mandu Uwen. 2004. Polution Status of Microbial Swimming Pool Nigeria. Journal of Microbiology. Volume 35 Number 2. James, Broce dkk,. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga Medical Series. Jaya, Eko. 2004. Himpunan Peraturan di Bidang Lingkungan Hidup (2002-2004)Suplemen 1. Jakarta 103 Kholid, Nur. 2012. Penetapan Most Probable Number Sebelum dan Sesudah Digunakan oleh Pengujung pada Kolam Renang Sartika Island Kabupaten Oku Timur. AKA Widya: Palembang. Lemeshow, Stanley., David W. Hosmer Jr., Janelle Klar., Stephen K. Lwanga. 1990. Adequacy of Sample Size in Health Studies. England: John Wiley & Sons Ltd. xii Leoni, dkk., 1999. Consumer Behavior. Edisi Tujuh. Prentice-Hall : New Jersey. Majmudar, P.A,. 2010. Allergic Conjunctivitis. Rush-Presbyterian-St Luke’s Medical Center. Diakses pada 3 Juli 2015. Akses dari World Wide Web http://emedicine.medscape.com/ article/1191467-overview. McKeown, David. 2009. Swimming Pool Operator’s Manual. Toronto: Public Health. Nasli, Edwin. 2013. Estimasi Tingkat Risiko Kesehatan Non Karsinogenik Akibat Paparan Inhalasi Gas Klor pada Pengguna Kolam Renang di Kolam Renang Cilandak Sport Centre Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2013. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Nemery,B., Hoet, P.H.M.., dan Nowak, D. 2002. Indoor Swimming Pools, Water Chlorination And Respiratory Health. Journal of European and Respiratory. Volume 19. Nightingale, Geoff B.J, dkk. 2008. Pool Operator’s Handbook. Melbourne: Environmental Health Unit Rural and Regional Health and Aged Care Services Division Victorian Government. Nollet, Leo M L. 2007. Handbook of Water Analysis Second Edition. USA: CRC Press. Noor, Indra. 2007. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Iritasi Mata pada Perenang di Kolam Renang Bulungan Jakarta Selatan Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.416/Menkes/Per/IX/1990. Persyaratan Kualitas Air Bersih. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Pengendalian Pencemaran Air. Perkins, Philip H. 2000. Swimming Pools. London: Spon Press. Permana, Teddy., dan Suryani, Dyah. 2013. Hubungan Sisa Klor dengan Keluhan Iritasi Kulit dan Mata pada Pemakai Kolam Renang Hotel Wilayah Km Yogyakarta. Jurnal Kesmas. Volume 7 Nomor 1. Pond, Kathy. 2005. Water Recreation and Diseases. London: IWA Publishing. 104 Pratama, Adi dkk,. 2012. Tinjauan Karakteristik Air Kolam Renang Stadion Andi Mattalata dan UNHAS Kota Makassar. Bagian Kesehatan Lingkungan. FKM : UNHAS. Rabi, Atalah, dkk. 2008. Sanitary Condition Public Swimming Pools in Amman, Jordan. International Journal of Environmental Research and Public Health. Volume 5 Number 3. Reksosoebroto, Soebagio. 1990. Ilmu Higiene dan Sanitasi. Jakarta: APK. Reynolds. 1982. Unit Operations and Processes In Environmental Engineering. California:Wadsworth Inc. Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rylander, Ragnar.,Victorin,Katarina.,Sorensen,Stefan.1973. The Effect Of Saline On The Eye Irritation Caused By Swimming Pool Water. Journal of Environmental Hygiene. Volume 71 Page 587. Said, Nusa Idaman. 2007. Kualitas Air dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Sanroepi. Djasio, dkk. 1984. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih. Jakarta Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy. 2001. Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Schets, Franciska M, dkk. 2011. Exposure Assesment for Swimmers in Bathing Waters and Swimming Pools. Journal of Water Research. Volume 45. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia; Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. Sinha, Alkansha. 2011. The Pleasures of Swimming and Importance of Maintaining Pool Hygiene. Siswanto, Hadi. 2002. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Spivey, Angela. 2010. Swimmer Protect Theyself, Cleaning up The Environment. Journal of Environmental Health Perspectives. Volume 118 Number 11. Sugiyono (2004). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. Bandung: CV Alfa Beta. Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT Grasindo. Jakarta Susanna, D. 2001. Kesehatan Lingkungan. Universitas Indonesia. Jakarta. Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta. 105 Thomson, H, dkk. 2003. Assesing The Health Impact of Local Amenities: A Qualitative Study of Contrasting Experiences of Local Swimming Pool and Leisure Provision in Two Areas of Glasgow. Journal of Epidemial Community Health. Volume 57 Pages 663-667. United Nation Water ,2014. A Post 2015 Global for Water: Syntehsis of Key Findings and Recommendations from UN-Water. United States Environmental Protection Agency. Chemical Emergency Preparedness and Prevention Advisory (Swimming Pool Chemichals:Chlorine). Series 8 Number 1. UPT Gelanggang Remaja Jakarta Selatan. 2014. Laporan Pengunjung Kolam Renang Bulungan dan Ragunan Karcis Hijau dan Putih. USA Census Bureau. 2012. Statistical Abstract of the United States, Participation in Selected Sport Activities. Diakses pada 19 Januari 2014. Akses dari World Wide Web : http://www.census.gov/compendia/statab/2012/tables/12s1249.pdf Vaughan, D. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC. Villanueva, Cristina M., dan Ribera, Laia Font. 2012. Health Impact Of Disinfection By Products In Swimming Pools. Journal of Research in Environmental Epidemiology. Volume 48 Number 4. Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. World Health Organization (WHO). 2006. Guidelines for Safe Recreational Environments, Volume 2 Swimming Pools and Similar Environments. Geneva: WHO Press. Wulantika, Resa. 2011. Tinjauan Praktik Higiene Pengguna Kolam Renang dan Kualitas Air Kolam Renang X, Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Wyner, Larry J. 2007. Statistical Framework for Recreational Water Quality Criteria and Monitoring. England : John Wiley and Sons Ltd. Zarzoso, M, Liana S, Perez Soriano. 2010. Potential Negative Effects of Chlorinated Swimming Pool Attendance on Health of Swimmers and Associated Staff. Journal of Biology of Sport. Volume 27 Number 4. Zwiener, Christian dkk,. 2007. Drowning In Disinfection Byproducts? Assesing Swimming Pool Water. Journal of Environmental Science & Technology. Volume 41, Number 2. 106 LAMPIRAN 107 Lampiran 1 No. Responden : Tanggal wawancara dan observasi : ...../.................../2015 (tanggal/bulan/tahun) Lembar Checklist Keluhan Iritasi Mata Pada Perenang Kolam Renang Tahun 2015 A. 1. 2. 3. 4. Karakteristik Responden Nama Jenis Kelamin*) Umur Pekerjaan : : Laki-laki/Perempuan : ....... Tahun : .......................... B. Lembar Checklist Keluhan Iritasi Mata No 1 2 3 4 5 Keterangan Mata terasa perih Mata terasa panas Penglihatan kabur Mata memerah Mata terasa gatal Ya Tidak a. Berapa lama Anda berenang di dalam air kolam renang? a. 10 - 15 menit b. > 15 menit Tanda Tangan Responden 108 Lampiran 2 Formulir Desinfeksi Sanitasi A. 1. 2. 3. 4. Keterangan Umum Lokasi Kode Sarana Tanggal Kunjungan Nomor Kode Sampel Air B. 1. 2. 3. 4. Desinfeksi Sarana Dengan Kaporit pH air saat kunjungan : Kadar sisa klor saat kunjungan : Sisa klor yang diharapkan : pH yang diharapkan : : : :...../...../..... Jam ..... .....WIB : Tanda Tangan Petugas 109 Lampiran 3 110 Lampiran 4 111 Lampiran 5 Petugas sedang memeriksa kadar sisa klor dan pH Hasil Test Kit, kadar sisa klor 3 mg/L Reagen pH dan reagen Chlorine Residue Box Test Kit untuk Kolam Renang Pencatatan setelah pemeriksaan kualitas air Kadar sisa klor dan pH Merk Kaporit yang digunakan Tempat penyimpanan soda ash Alat Vacuum 112 Petugas sedang mengaduk kaporit Petugas sedang menuang air kaporit Pengunjung kolam renang Bulungan yang ramai Lampiran 6 Petugas sedang memeriksa kadar sisa klor dan pH Kadar sisa klor dan pH Kadar sisa klor dan pH Ruang Mesin Pengunjung yang ramai di kolam renang Ragunan Kadar sisa klor dan pH Pengguna kolam renang bersiap berenang Ruang mesin tampak dari luar dan penyimpanan kaporit 113 Kadar sisa klor dan pH Pengguna kolam renang kebanyakan tidak menggunakan Petugas sedang mengawasi dan memperingatkan pengunjung Lampiran 7 Case Processing Summary Cases Valid N kadar sisa klor * Keluhan_iritasi_mata Missing Percent 112 N 100.0% Total Percent 0 N .0% Percent 112 100.0% kadar sisa klor * Keluhan_iritasi_mata Crosstabulation Keluhan_iritasi_mata Ada Keluhan kadar sisa klor Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Count % within kadar sisa klor Count % within kadar sisa klor Total Count % within kadar sisa klor Tidak Ada Keluhan Total 53 12 65 81.5% 18.5% 100.0% 21 26 47 44.7% 55.3% 100.0% 74 38 112 66.1% 33.9% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .000 14.927 1 .000 16.681 1 .000 16.530 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases Exact Sig. (2sided) Exact Sig. (1sided) .000 16.382 1 .000 .000 112 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,95. b. Computed only for a 2x2 table 114 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kadar sisa klor (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat) For cohort Keluhan_iritasi_mata = Ada Keluhan For cohort Keluhan_iritasi_mata = Tidak Ada Keluhan N of Valid Cases Lower Upper 5.468 2.336 12.800 1.825 1.301 2.560 .334 .188 .591 112 Case Processing Summary Cases Valid N lama berenang * keluhan Missing Percent 112 N 100.0% Total Percent 0 N Percent .0% 112 100.0% lama berenang * keluhan Crosstabulation keluhan Ada Keluhan lama berenang Batas Count % within lama berenang Melebihi Batas Count % within lama berenang Total Count % within lama berenang Tidak Ada Keluhan Total 40 27 67 59.7% 40.3% 100.0% 21 24 45 46.7% 53.3% 100.0% 61 51 112 54.5% 45.5% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .174 1.356 1 .244 1.845 1 .174 1.844 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases Exact Sig. (2sided) Exact Sig. (1sided) .183 1.828 1 .122 .176 112 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,49. b. Computed only for a 2x2 table 115 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for lama berenang (Batas / Melebihi Batas) For cohort keluhan = Ada Keluhan For cohort keluhan = Tidak Ada Keluhan N of Valid Cases Lower Upper 1.693 .790 3.629 1.279 .884 1.851 .756 .507 1.127 112 Case Processing Summary Cases Valid N Kadar pH * Keluhan Missing Percent 112 N Total Percent 100.0% 0 N .0% Percent 112 100.0% Kadar pH * Keluhan Crosstabulation Keluhan Ada Keluhan Kadar pH Tidak Memenuhi Syarat Count % within Kadar pH Memenuhi Syarat Count % within Kadar pH Total Count % within Kadar pH Tidak Ada Keluhan Total 53 12 65 81.5% 18.5% 100.0% 21 26 47 44.7% 55.3% 100.0% 74 38 112 66.1% 33.9% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .000 14.927 1 .000 16.681 1 .000 16.530 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2sided) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases Exact Sig. (2sided) Exact Sig. (1sided) .000 16.382 1 .000 .000 112 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,95. b. Computed only for a 2x2 table 116 Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kadar pH (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat) For cohort Keluhan = Ada Keluhan For cohort Keluhan = Tidak Ada Keluhan N of Valid Cases Lower Upper 5.468 2.336 12.800 1.825 1.301 2.560 .334 .188 .591 112 117 118 119 120 121 122 123 124 125