PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI

advertisement
Nomor 12 Volume VI Juli 2008: 28-35
Spectra
PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN
TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION)
PADA SUB DAS GENTENG DI KABUPATEN MALANG
Erni Yulianti
Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang
ABSTRAKSI
Sungai Genteng merupakan salah satu sungai yang terletak di bagian
hulu DAS Brantas. Secara administratif terletak pada wilayah Kabupaten
Malang dengan luas 11.551 ha. Kondisi DAS Brantas saat ini sudah
mulai kritis khususnya di bagian hulu, antara lain meliputi daerah Sub
DAS Genteng. Hal ini ditengarai oleh adanya penurunan daya tampung
sungai dan waduk karena sedimentasi. Perubahan tataguna lahan pada
Sub DAS Genteng dimana banyak perkebunan yang menjadi lahan
terbuka serta penebangan hutan dalam jumlah yang besar
mengakibatkan material erosi yang terjadi pada lahan semakin besar
sehingga material tersebut terus terangkut bersama aliran sungai dan
menjadikan sedimentasi pada sungai. Apabila sedimentasi yang ikut
terbawa aliran sungai ini semakin besar, maka hal inilah yang menjadi
salah satu penyebab berkurangnya daya tampung sungai dan waduk,
baik yang berada di bagian hulu maupun di bagian hilir DAS Brantas.
Usaha konservasi lahan harus terus dilakukan dan dikembangkan
menurut kerusakan yang dialami lahan di sekitar DAS Genteng.
Terjadinya erosi lahan yang disebut dengan erosi parit/jurang (gully
erosion) dapat menimbulkan kelongsoran dalam jumlah yang besar pada
lahan dan tebing-tebing sungai. Salah satu bangunan konservasi
terhadap lahan yang dapat mencegah dan mengendalikan erosi parit/
jurang (gully erosion) adalah bangunan gully plug yang seharusnya mulai
lebih banyak dibuat pada lahan-lahan yang sering mengalami erosi,
sehingga konservasi tanah dan air pada lahan bisa tetap terjaga dan
terpelihara.
Kata Kunci : Konservasi Lahan, Gully Erosion, Sub DAS Genteng.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi DAS Brantas saat ini sudah mulai kritis, salah satunya adalah
Sub DAS Gentang. Hal ini disebabkan terjadinya erosi lahan yang cukup
besar, khususnya dibagian hulu. Bebarapa bukti yang bisa terlihat dengan
jelas yaitu adanya kapasitas tampungan sungai-sungai yang berkurang
28
Erosi Parit/Jurang Erni Yulianti
sehingga air sungai banyak yang meluap dan menimbulkan banjir di daerah
sekitarnya. Selain itu juga terjadinya penurunan daya tampung waduk yang
merupakan data sangat penting untuk rencana pola operasi waduk,
terutama bagi sebuah waduk yang berfungsi sebagai pengendali banjir,
suplai air pada musim kemarau, perikanan, pertanian, pembangkit tenaga
listrik dan lain-lain .
Beberapa waduk di wilayah DAS Brantas seperti Waduk Sutami,
Sengguruh, Wlingi raya dan waduk yang lain kapasitas tampungannya
sudah sangat berkurang karena dipenuhi sedimen yang berasal dari lahan
pada hulu DAS dan sedimen dari arus sungai. Mengingat bahwa wadukwaduk tersebut selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional,
maka laju sedimen dari wilayah sungai bagian hulu harus segera dikurangi
dan mendapatkan perhatian khusus . Berdasarkan studi terdahulu, umur
operasi waduk akan berakhir bila kapasitas mati yang tersedia sudah penuh
oleh sedimen. Dengan kondisi seperti ini, pengoperasian waduk menjadi
tidak ekonomis lagi sehingga dikawatirkan akan menganggu stabilitas
nasional.
Sungai Genteng merupakan salah satu sungai yang terletak pada
bagian hulu DAS Brantas. Sedangkan Sub DAS Genteng tepatnya terletak
pada koordinat 112o10’00” - 112o25’00” BT dan 7o40’00” - 7o55’00” LS,
sedangkan luas wilayahnya sebesar 11.551 ha. Topografi Sub DAS
Genteng berbentuk dari mulai datar sampai dengan bergunung dimana
elevasi terendah ± 235 m dpl. Sedangkan berdasarkan data dan peta curah
hujan tahunan rata-rata menurut pengamatan stasiun hujan pada Hulu DAS
Brantas rata-rata 1.458 mm sampai dengan 1.950 mm, sedangkan curah
hujan tertinggi di Malang terjadi pada Sub DAS Genteng sebesar 2.425
mm/tahun.
Kondisi tanah dan geologi pada hulu Sub DAS Genteng. Jenis
tanahnya adalah alluvial, regosol, andosol, mediteran, latosol,bertekstur
pasir dan berbagai macam lagi yang tersebar didalamnya. kemiringan lereng
dominan 35 - 45 % dengan terrain terjal sampai dengan tanah pegunungan
dengan kemiringan lereng dominan ≥ 85 % dan terrain amat sangat terjal.
Batuan berupa endapan holosen alluvial berada pada wilayah hilir Sub DAS
Genteng.
Identifikasi Masalah
Permasalahan sedimentasi dan erosi lahan akan menganggu
keseimbangan (equilibrium) pada Sub DAS Sungai Genteng beserta alur
sungainya, sehingga alur sungai akan rusak dan pada saat musim hujan
menimbulkan banjir, sedangkan pada musim kering debit sungai sangat
kecil.
Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan yang sering terjadi
pada Sub DAS Genteng, antara lain yaitu: (1) kondisi lahan pertanian dan
29
Nomor 12 Volume VI Juli 2008: 28-35
Spectra
perkebunan yang mempunyai kemiringan tajam dan belum banyak yang
sejajar garis kontur (terasering) namun masih searah garis kontur, sehingga
mempercepat laju erosi; (2) masih banyak lahan-lahan kosong dan lahan
yang mengalami kerusakan belum ditanami kembali (reboisasi)
menyebabkan semakin bertambahnya erosi dan semakin berkurangnya
cadangan air pada kawasan tersebut; serta (3) masih kurangnya bangunanbangunan penahan dan pengendali erosi pada lahan untuk menahan
longsoran pada tebing lahan sehingga dapat mengurangi sedimen masuk ke
sungai.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Erosi
Erosi merupakan suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau
sebagian tanah dari suatu tempat yang terangkut ke tempat yang lain.
Sedangkan sedimen merupakan hasil akhir dari suatu proses erosi, baik
erosi akibat gerakan air, angin, atau akibat gaya gravitasi bumi. Di daerah
tropis basah seperti Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air (Utomo,
1989). Erosi terdiri atas normal erosion (erosi alamiah) dan
accelerated erosion atau erosi yang dipercepat. Dari kedua macam
erosi itu, erosi yang dipercepatlah yang bentuk-bentuknya perlu kita
perhatikan, selain itu erosi macam ini juga sering terjadi karena
perbuatan manusialah yang mendorongnya.
Accelerated Erosion
(Pengaruh iklim dan
Tindakan manusia)
Sheet erosion
Riil erosion
Gully erosion
Stream bank erosion
EROSION
(Erosi)
Normal Erosion
(Secara alamiah)
Keterangan :
Sheet erosion
Riil erosion
Gully erosion
Stream bank erosion
=
=
=
=
Erosi permukaan
Erosi alur
Erosi parit
Erosi tebing sungai
Gambar 1. Klasifikasi Erosi
30
Erosi Parit/Jurang Erni Yulianti
Keempat bentuk erosi ini terjadinya sangat dipengaruhi iklim (hujan
dan angin) serta akibat-akibat perbuatan atau tindakan manusia yang
mempercepat terjadinya erosi tersebut.
Usaha Pengendalian Erosi Parit/Jurang
Dari berbagai uraian di atas, untuk menanggulangi berbagai
permasalahan erosi lahan yang menimbulkan sedimentasi pada sungai dan
tetap menjamin tersedianya air yang cukup pada saat musim kering
khususnya di Sub DAS Genteng, maka langkah yang paling tepat adalah
segera melaksanakan Konsevasi Lahan untuk Melestarikan Tanah dan Air
(land and water conservation). Usaha yang bisa dilakukan dalam
meningkatkan konservasi tanah dan air adalah mengendalikan erosi dengan
terasiring, mekanik, vegetasi, reboisasi, dan pembuatan bangunan gully
plug. Gambar di bawah ini merupakan salah satu contoh yang menunjukkan
terjadinya erosi parit/jurang pada lokasi Sub DAS Genteng karena masih
banyak lagi beberapa erosi parit yang terjadi pada lahan yang lain.
Gambar 2. Contoh Lokasi pada Lahan yang Mengalami Erosi Parit/Jurang
Alternatif Pengendalian Erosi
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengendalikan erosi
pada lahan, antara lain yaitu: (1) pada daerah yang mempunyai kemiringan
tajam, pengolahan lahannya harus sejajar garis kontur (terasering)
sehingga dapat menahan laju erosi; (2) pada lahan-lahan kosong yang
rentan terhadap erosi harus segera dilaksanakan penghijauan kembali
(reboisasi) agar dapat mengurangi laju erosi, juga berfungsi sebagai
konservasi tanah dan air; serta (3) pada lahan yang terjadi erosi parit
seharusnya dibuatkan bangunan (gully plug), agar kondisi selokan tidak
semakin dalam dan semakin besar sehingga semakin besar pula erosi lahan
31
Nomor 12 Volume VI Juli 2008: 28-35
Spectra
yang terjadi, sedangkan pada tebing sungai agar dibangun pelindung tebing
(bank protection) agar kondisi tebing sungai tidak longsor.
Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang
erosi parit melanjutkan aktivitas daya pengikisan/pengangkutan partikelpartikel tanah pada alur-alur yang sudah terbentuk, jadi kalau pada erosi alur
kita mendapati alur-alur yang dangkal, sedang pada erosi parit kita mendapati
alur-alurnya yang lebih lebar dan lebih dalam yang membentuk parit-parit
dengan kedalaman antara 1 - 2,5 m atau lebih. Resistensi atau daya tahan
tanah terhadap erosi dapat mewujudkan parit-parit bagaikan huruf V dan U,
yang bagaikan huruf V yaitu apabila resistensi tanahnya agak kuat, sedang
parit yang bagaikan huruf U yaitu apabila resistensi tanahnya kurang kuat
seperti halnya tanah berpasir, debu.
Terjadinya erosi parit dikarenakan aliran air permukan tanah demikian
besar yang kemudian memasuki alur.-alur yang ada. Erosi parit yang tidak
erat hubungannya dengan erosi alur, dapat terjadi karena adanya
perubahan pada permukan tanah, seperti misalnya penebangan pohonpohonan secara liar, pembakaran dan sejenisnya sehingga daya tampung air
pada daerah tersebut (catchment area) kewalahan dan air mengalir secara
bersama-sama dan berlebihan dari daerah tampungnya itu ke bawah
menuruni lereng yang resistensi tanahnya kurang kuat.
Gambar 3. Erosi Parit/Jurang yang Terjadi di Area tegalan
PENGENDALIAN EROSI PARIT (GULLY EROSION)
Bangunan Gully Plug
Pengendalian erosi dengan usaha meningkatkan konservasi tanah dan
air harus dapat mencapai sasaran secara maksimal. Selain itu juga harus
diketahui lebih jauh lagi hubungan antara berbagai keadaan di lapangan
antara lain : kondisi lahan, curah hujan, laju sedimen dan debit air.
32
Erosi Parit/Jurang Erni Yulianti
Apabila usaha pengendalian erosi pada lahan dengan terasiring dan
reboisasi sudah banyak dilakukan oleh masyarakat tetapi belum
memberikan solusi yang besar dalam mengurangi laju erosi pada lahan,
maka perlu ditingkatkan lagi dengan usaha membuat suatu bangunan gully
plug yang dapat menahan laju erosi pada lahan (gully erosion). Manfaat
yang akan diperoleh adalah mengurangi laju sedimentasi yang masuk
kedalam sungai sehingga sungai menjadi stabil serta sedimentasi yang
dibawa arus sungai kehilir masuk ke waduk-waduk semakin berkurang
(kecil).
Bangunan gully plug merupakan bangunan yang tersusun dari batuan
seperti bronjong yang dibuat bertingkat seperti tangga yang berfungsi
mencegah tergerusnya dinding/ tebing sungai akibat tekanan air mengalir
yang berasal dari sumber-sumber air maupun dari drainase sawah yang
berada di atas tebing kanan kiri sungai. Dengan adanya bangunan yang
dibuat pada lahan-lahan di sekitar sungai ini diharapkan berbagai macam
material tanah akibat erosi lahan maupun sampah yang jatuh ke sungai
bersamaan dengan air dari tebing kanan kiri sungai dapat dikendalikan
sehingga tebing sungai tidak mudah tergerus terus menerus. Selain itu,
apabila terdapat bangunan air lain (bendung/sabo/check dam) yang ada di
bawahnya dapat dilindungi keberadaannya. Bangunan gully plug ini
mempunyai penampang yang sederhana, lebarnya antara 1 sampai 2 m,
tingginya sekitar 1,5 sampai 2 m dan bentuknya dibuat trap/seperti tangga.
Konstruksi Gully Plug
Pengertiankonstruksi bangunan gully plug adalah suatu bangunan
konservasi tanah berupa bendungan kecil lolos air yang dibuat pada paritparit melintang alur dengan konstruksi bronjong batu, kayu/bambu atau
pemasangan batu spasi. Bangunan ini jika ditempatkan pada ujung
parit/jurang disebut pengendali erosi parit/jurang. Tujuannya antara lain
untuk:
 Memperbaiki lahan yang rusak akibat gerusan air sehingga terjadi
jurang/parit.
 Mencegah bertambah luasnya kerusakan lahan akibat terjadinya
jurang/parit yang semakin lebar.
 Mengendalikan erosi dan lumpur/sedimen serta air dari daerah
atas.
 Memperbaiki kondisi tata air daerah sekitarnya.
Beberapa Persyaratan teknis yang harus diperhatikan, yaitu:
 Kemiringan lereng : ± 30 %
 Jenis erosi
: erosi jurang/parit
 Daerah kritis dengan tangkapan air maksimum.
 Lebar dan kedalaman jurang/alur/parit maksimum.
 Panjang jurang/alur/parit maksimum 250 m.
33
Spectra
Nomor 12 Volume VI Juli 2008: 28-35
 Kemiringan jurang/alur/parit maksimum 5%.
Cara pembuatan bangunan gully plug:
 Pembersihan lokasi bangunan dari pohon-pohon dan semaksemak yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
 Pengukuran, pematokan, dan pencetakan bangunan.
 Pengadaan bahan dan peralatan, antara lain: batu, kayu, kawat,
dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
 Pembuatan bronjong batu dan pemasangan bronjong batu, kayu/
bambu atau batu spesi serta patok penguat.
Gambar 4. Contoh Penerapan Bangunan Pengendali Erosi Parit/ Jurang
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa kajian dan analisa yang telah dijelaskan pada
mengenai usaha konservasi di Hulu DAS Brantas, maka dapat diberikan
beberapa kesimpulan, yaitu: mengingat curah hujan yang terjadi cukup
tinggi dan kondisi lahan pertanian di sekitar Sub Das Genteng yang berupa
ladang tanaman campuran dan terbuka, maka perlu diadakannya konservasi
lahan yang lebih baik lagi, contohnya dengan pembuatan bangunan
konservasi (gully plug) sebanyak mungkin dan penghijauan agar air hujan
dapat disimpan oleh akar-akar tanaman untuk persediaan pada musim
kemarau, pembuatan teras-teras di lahan/ladang-ladang dekat sungai, serta
pengolahan tanah yang baik juga sangat membantu dalam usaha
konservasi lahan. Selain itu, juga perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada
tebing sungai yang rawan longsor di sepanjang aliran sungai (bank
protection). Selain beberapa bangunan dan kegiatan penunjang usaha
34
Erosi Parit/Jurang Erni Yulianti
konservasi lahan, juga perlu dilaksanakan Rencana Teknik Lapangan
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RTL-RLKT) dengan melakukan
overlay informasi-informasi arahan fungsi kawasan, tingkat bahaya erosi,
dan kondisi lahan dengan mempertimbangkan hasil identifikasi
permasalahan hidrologi dan sosial ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, Laporan Monitoring Tata-Air SPAS Sub DAS Genteng, Balai
Pengelolaan DAS Brantas, Departemen Kehutanan.
______, 2003, Laporan Data Erosi dan Sedimentasi Sub DAS Genteng, Balai
Pengelolaan DAS Sungai Brantas Kabupaten Malang.
______, 2005, Laporan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah (RTL-RLKT) pada Sub DAS Genteng. Balai Pengelolaan
DAS Sungai Brantas Kabupaten Malang.
______, 2005, Laporan Rencana Konservasi Lahan dan Air pada DAS Brangkal
Kabupaten Mojokerto, Balai Pengelolaan DAS Sungai Brangkal Kabupaten
Mojokerto.
______, 2005, Petunjuk Teknis Pembuatan Bangunan Konservasi Lahan (Tanah
dan Air) untuk Menanggulangi Erosi Lahan dan Sedimentasi, Balai
Pengelolaan DAS Brantas, Departemen Kehutanan.
35
Download