Sekolah Tinggi lmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi Ilmu Keperawatan Skripsi, Februari 2014 Hadlir Muhammad Al haq (010110a036) Pengaruh Pemberian Terapi Musik Langgam Jawa Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang ( xvi + 86 halaman + 9 tabel + 2 gambar + 12 lampiran) ABSTRAK Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai penurunan organ dan sistem tubuh. Salah satu sistem yang terganggu yaitu endokrin. Menurunnya hormon serotonin dan melatonin dapat menyebabkan stress pada lansia yang mampu mengakibatkan gangguan tidur seperti insomnia. Insomnia adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami gangguan kuantitas dan kualitas tidur. Upaya untuk mengatasi insomnia adalah dengan musik langgam jawa. Musik langgam jawa identik dengan tempo yang lamban, serta memiliki karakteristik yang lembut dan santai. Tujuan dari penelitain ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi musik langgam jawa terhadap tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Rancangan penelitian menggunakan Quasy keperimental Design dengan rancangan penelitian Non Equivalent Control Group Pretest-Posttest Design. Dengan populasi 115 orang dan sampel sebanyak 34 orang. Sampel diambil dari lansia yang tinggal Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dengan metode tehnik Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Kelompok Study Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating Scale KSPBJ-IRS). Analisis statistik menggunakan uji t-test independent (paired test). Hasil penelitian menunjukan nilai t untuk kelompok eksperimen -3,366 dengan pvalue 0.002. p-value untuk kelompok eksperimen lebih kecil dari nilai α (0,05), sedangkan pada kelompok kontrol p-value lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga ada pengaruh terapi musik langgam jawa terhadap tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Bagi petugas di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang diharapkan dapat menerapkan terapi musik langgam jawa sebagai salah satu intervensi untuk mengatasi insomnia pada lansia. Kata kunci : Terapi musik langgam jawa, insomnia pada lansia Daftar pustaka : 34 (2001-2013) BAB I suatu hal yang wajar akan dialami PENDAHULUAN semua orang yang dikaruniai umur panjang. Saat ini di seluruh dunia jumlah proses Hanya tersebut lambat cepatnya bergantung pada individu yang orang lanjut usia diperkirakan ada 500 masing-masing juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan bersangkutan. Adapun permasalahan diperkirakan pada tahun 2025 akan yang berkaitan dengan lanjut usia mencapai 1,2 milyar, di negara maju seperti pengaruh proses menua dapat seperti Amerika serikat pertambahan menimbulkan berbagai masalah baik orang lanjut usia diperkirakan 1.000 secara fisik-biologik, mental maupun orang per hari, jadi istilah Baby Boom sosial ekonomis. Semakin lanjut usia pada masa lalu berganti menjadi seseorang, mereka akan mengalami “Ledakan Usia” kemunduran terutama (Padila 2013). Jumlah lanjut usia dari kemampuan fisik, tahun ke tahun semakin meningkat mengakibatkan penurunan pada peran sejalan dengan meningkatnya jumlah sosialnya. Adanya gangguan di dalam penduduk. (Depsos, 2010). hal mencukupi kebutuhan hidupnya Penduduk Jumlah Lanjut di bidang yang dapat lansia yang semakin dapat meningkatkan ketergantungan meningkat, dapat dipandang sebagai yang memerlukan bantuan orang lain aset nasional, namun di sisi lain dapat selain itu juga pada lanjut usia tidak dipandang sebagai problematika sosial saja ditandai dengan kemunduran fisik, yang memerlukan perhatian khusus tetapi dapat pula berpengaruh terhadap yang disebabkan karena adanya siklus kondisi mental (Padila 2013). kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis. Kondisi tersebut Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang yang mana akan menimbulkan berbagai masalah, yaitu mengakibatkan berkurangnya integrasi menurunnya kemampuan fisik dan dengan lingkungannya. Pada usia yang mental, keterbatasan interaksi sosial, telah lanjut permasalahan yang sering menurunnya muncul produktifitas kerja, yaitu masalah kesehatan yang signifikan memfungsikan (Potter & Perry 2005). didalam Proses menua di bagaimana kemampuan situasi mereka keterbatasan dalam kesempatan kerja, tidak mempunyai perjalanan hidup manusia merupakan bekal hidup dan pekerjaan, juga tidak mempunyai keluarga atau sebatang produksi hormon kara, ingin dihargai dan dihormati menurun, fungsi dalam masyarakat sehingga mereka sekresinya tidak berubah, pertumbuhan masih dapat berperan yang berguna hormon pituitary ada tetapi lebih bagi masyarakat. Permasalah terakhir rendah dan hanya ada di pembuluh yang berkaitan dengan lanjut usia darah dan berkurangnya produksi dari adalah memerlukan tempat tinggal atau ACTH, fasilitas perumahan yang khusus untuk menurunya mereka (Padila, 2013). menurunya sekresi hormon gunads, Pada lanjut usia selain banyak TSH, hampir semua paratiroid FSH, dan produksi dan LH, aldosteron, progesteron, estrogen, dan testosteron, permasalah yang timbul juga kondisi dan dan semakin menyebabkan hipotirodisme. Sistem menurun sehingga semakin banyak endokrin pada manusia mempunyai keluhan Beberapa beberapa hormon, terdapat hormon masalah yang sering muncul pada yang diproduksi dalam jumlah besar lanjut immobility pada saat stress dan berperan penting (imobilisasi), instability (instabilitas dalam reaksi mengatasi stress. Oleh dan karena fungsi tubuh yang pun terjadi. usia yaitu jatuh), incontinence defisiensi itu hormonal dapat kemunduran produksi (inkontinensia), intelectual impairment hormon inilah yang membuat para (gangguan lansia intelektual), infection kurang mampu (infeksi), impairment of visionand menghadapi hearing (gangguan penglihatan dan menyebabkan gangguan tidur pada pendengaran), lansia (Padila, 2013). isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), deficiency (menurunnya hingga immune kekebalan tubuh) (Maramis, 2009). stress, dalam Stress mampu mengakibatkan gangguan tidur Adaptasi fisiologis terhadap tress kemampuan tubuh untuk adalah faktor, mempertahankan mempengaruhi faktor yang keadaan relatif degenerasi seimbang. Kemampuan adaptif ini perubahan pada adalah bentuk dinamik dari ekuilibrium sistem endokrin yang dialami oleh lingkungan internal tubuh. Lingkungan dewasa lanjut atau lanjut usia yaitu internal secara konstan berubah, dan sistem endokrin, adalah lansia dikarenakan adaptasi fisiologis pada pada lansia dipengaruhi oleh berbagai satu pada lansia tidak berperan dengan baik. Masalah-masalah yang terjadi salah sehingga mekanisme aadaptif tubuh secara Perubahan pola tidur pada kontinu berfungsi untuk menyesuaikan lansia disebabkan adanya gangguan diri terhadap perubahan ini dan untuk tidur, gangguan pola tidur yang sering mempertahankan atau dialami adalah salah satunya insomnia. Homeostatis Insomnia adalah suatu keadaan ketika mekanisme seseorang mengalami kesulitan tidur ekuilibrium, homeostatis. dipertahankan fisiologis oleh yang mengontrol fungsi dengan nyenyak. Insomnia berasal dari tubuh dan memantau organ tubuh. kata In artinya tidak dan somnus yang Untuk ini berarti tidur, jadi insomnia berarti tidak dan tidur atau gangguan tidur, insomnia endokrin. Tubuh membuat penyesuaian ada tiga macam, yaitu pertama, initial dalam frekuensi jantung, pernafasan, insomnia artinya gangguan tidur saat tekanan memasuki sebagian dikontrol oleh mekanisme sistem darah, saraf suhu tubuh, tidur, Kedua, middle keseimbangan cairan dan elektrolit, insomnia yaitu terbangun ditengah sekresi hormon, dan tingkat kesadaran malam dan sulit untuk tidur lagi, yang ditujukan untuk mempertahankan Ketiga, late insomnia yaitu sering adaptasi, ketika hal tersebut terganggu mengalami masalah gannguan tidur maka pola tidurpun akan terganggu saat bangun pagi (David, 2004). (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan Ketika uraian diatas tidur juga terjadi perubahan gelombang listrik otak. Jika sistem endokrin memberikan dampak dalam keadaan siaga bagi perubahan biologis yang terlihat gelombang otak cenderung tinggi. sebagai gejala-gejala kemunduran fisik Dalam seperti kulit mulai mengendur dan memejamkan mata, otak mengeluarkan wajah mulai keriput, rambut kepala gelombang alpha dengan frekuensi 8 - mulai memutih, gigi mulai lepas, 13 Hz. Menuju stadium tidur lebih penglihatan dan pendengaran mulai dalam, berkurang, keadaan frekuensi istirahat gelombang otak dan akan mudah lelah, mudah memperlambat diri, menjadi 3 - 7 Hz. penyakit, nafsu makan Gelombang ini disebut gelombang menurun, theta. Selanjutnya, bila tidur sangat gerakan menjadi lamban, dan yang dalam, timbul gelombang delta, 1 - 4 terakhir pola tidur pun juga berubah Hz. (Potter & Perry, 2005). gelombang otak yang seharusnya alfa terserang menurun, penciuman pada penderita insomnia, malah mengeluarkan gelombang betha dengan frekuensi 13 hz - 30 hz. mengakibatkan Menurut beberapa peneliti, semakin ketidakbahagiaan, dicekam kesepian banyak gelombang kecil per detiknya, dan yang terpenting, mengakibatkan semakin penyakit-penyakit lelap dan tenang tidur banyak hal yaitu degeneratif yang seseorang. Di kalangan penggemar sudah diderita mengalami eksaserbasi meditasi, gelombang delta justru dicari akut, perburukan, dan menjadi tidak karena membawa ketenangan yang terkontrol. Dampak sangat tinggi. Bila terjadi sebaliknya, diakibatkan insomnia tidur akan kurang lelap (Kaplan & adalah Shadock 2010). meningkatnya nafsu makan makanan Pola tidur yang berubah sangat obesitas yang dapat antara karena lain memicu berlemak, daya tahan tubuh menjadi berkaitan sekali dengan usia lanjut, meurun, beresiko Hasil survey epidemiologi (2008), Diabetes, mudah didapatkan bahwa prevalensi kejadian sering cemas, memicu rasa gelisah, insomnia memicu serangan jantung, resiko tinggi pada lansia di Indonesia sekitar 49% atau 9,3 juta lansia. Di pulau Jawa dan Bali tinggi terserang tersinggung dan terkena kanker. prevalensi Setelah usia 65 tahun, 13% pria insomnia juga cukup tinggi sekitar dan 36% wanita dilaporkan perlu 44% dari jumlah total lansia. Di Jatim waktu lebih dari 30 menit untuk bisa 45% dari jumlah lansia juga dilaporkan jatuh tertidur. Hal itu biasanya timbul mengalami gangguan tidur di malam sebagai gejala suatu gangguan lain hari (Dinkes, 2008). yang mendasarinya, seperti kecemasan Gangguan tidur pada malam dan depresi atau gangguan emosi lain hari (insomnia) akan menyebabkan yang terjadi dalam hidup manusia. rasa mengantuk sepanjang hari pada Berkenaan pagi harinya. Pada lanjut usia, terdapat penatalaksanaan beberapa sangat diperlukan. Upaya yang selama faktor mempengaruhi yang mampu terjadinya insomnia ini dengan insomnia atau kecemasan, menentramkan depresi, kelainan di terhadap dilakukan pada lansia diantaranya adalah stress hal untuk ialah atas, insomnia mengatasi dengan cara penderita dan kronis, efek samping pengobatan, pola mengobati gangguan makan yang buruk, kafein, nikotin, mendasarinya. Bila alkohol, raga. gangguan yang mendasarinya, maka Gangguan tidur di malam hari akan dilakukan psikoterapi suportif dibantu dan kurang olah tidak yang terdapat dengan obat tidur bila perlu untuk rileks, berstruktur, dan universal. Kita mengembalikan ritme tidur penderita perlu mengingat bahwa banyak dari (Maramis, 2009). proses dalam hidup kita selalu ber- Selain upaya tersebut terapi irama. Sebagai contoh, nafas kita, relaksasi merupakan salah satu teknik detak jantung, dan pulsasi semuanya didalam terapi perilaku yang pertama berulang dan berirama. Para peneliti kali. Teknik ini melatih otot-otot dan dari the neuro, melalui MRI scan pikiran menjadi relaks dengan cara membuktikan bahwa otak melepas zat yang cukup sederhana seperti meditasi, dopamin (hormon yang terkait dengan relaksasi otot, mengurangi cahaya sistem otak, memberikan perasaan penerangan dan memutar musik yang kenikmatan menyejukkan memotifasi seseorang secara proaktif tepat sebelum tidur dan penguatan (Yekti S. 2011). Memutar musik melakukan kegiatan sampai melakukan terapi saat ini menjadi metode relaksasi yang sering dilakukan untuk kapasitas mengatasi susah tidur (Dofi, 2010). (Natalina, 2013). Terapi musik adalah usaha yang untuk tertentu) musik tidak saat dalam berlebihan Musik dipilih sebagai salah meningkatkan kualitas fisik dan mental satu dengan rangsangan suara yang terdiri menyebabkan dari melodi, ritme, harmoni, timbre, hormon bentuk dan gaya yang diorganisir mendengar suara musik yang indah sedemikian rupa hingga tercipta musik maka hormon “kebahagiaan” (beta- yang bermanfaat untuk kesehatan fisik endorfin) akan berproduksi (Natalina, dan mental. Musik memiliki kekuatan 2013 ). Langgam jawa atau sering untuk disebut mengobati meningkatkan penyakit kemampuan dan alternatif karena tubuh menghasilkan beta-endorfin. gendhing musik jawa Ketika misalnya, pikiran dengan alunan lembut iramanya, tempo seseorang. Ketika musik diterapkan yang lamban mampu membangkitkan menjadi sebuah terapi, musik dapat spirit tersendiri, hati bahagia bila meningkatkan, mendengarnya, memulihkan, dan hingga perasaan memelihara kesehatan fisik, mental, menjadi tenang. Langgam jawa dipilih emosional, sosial dan spiritual. Hal ini sebagai terapi yang digunakan untuk disebabkan musik memiliki beberapa mengatasi insomnia pada lansia karena kelebihan, yaitu karena musik bersifat langgam jawa merupakan suatu musik nyaman, yang mengandung unsur kebudayaan, menenangkan, membuat dan lansia juga sangat antusias ketika lansia tersebut mengatakan bahwa bertemu dengan hal-hal yang bersifat gangguan tidur yang mereka alami spiritual dan tradisi kebudayaan, maka umumnya disebabkan oleh beberapa lansia akan merasa tenang dan nyaman faktor diantaranya stress akibat teringat ketika yang kehilangan jabatan sehingga mereka sangat berkaitan erat dengan budaya merasa sudah tidak berguna, ditinggal jawa dan popular di masanya. Hal ini keluarga bisa mendorong untuk menjadikan kesepian musik langgam jawa sebagai terapi memperhatikan, mengidap penyakit untuk mengurangi insomnia (Dofi, yang lama dan tidak kunjung sembuh 2010). serta hubungan sosialnya dengan para mendengarkan musik Berdasarkan penelitian yang sehingga dan mereka tidak ada merasa yang lansia lainnya. dilakukan oleh Putrawan M (2008) Dari 87 lansia yang mengalami didapatkan hasil bahwa ada pengaruh insomnia, terapi musik klasik terhadap penurunan mengatakan bahwa ketika sulit tidur tingkat insomnia pada lansia di Unit mereka Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo meminum air putih dan belum pernah Ungaran, sebelum dilakukan terapi diberikan pemberian didapatkan langgam jawa. hasil rerata tingkat 34 orang hanya diantaranya disarankan terapi Hasil untuk musik wawancara insomnia sebesar 15,47 dan setelah dengan kepala Unit Rehabilitasi Sosial dilakukan 13,47, Pucang Gading Semarang, Di Unit sedangkan standar deviasi 1,9. Derajat Rehabilitasi Sosial tersebut belum kemaknaan 5% dan kekuatan uji 95%. pernah dilakukan terapi musik langgam Jadi berdsarkan hasil diatas dapat jawa sebagai teknik relaksasi untuk disimpulkan membantu menurunkan insomnia pada terapi bahwa sebesar terapi musik mampu berpengaruh pada penurunan lansia. tingkat insomnia. Berdasarkan Berdasarkan fenomena di atas, Studi penulis tertarik untuk mengadakan pendahuluan yang dilakukan di Unit penelitian tentang Pengaruh pemberian Rehabilitasi Sosial Pucang Gading terapi musik langgam jawa terhadap Semarang pada tanggal 24 Oktober tingkat insomnia pada lansia di Panti 2013, didapatkan 115 lansia, dari Unit jumlah tersebut sebanyak 87 lansia Gading Semarang karena selama ini mengeluh mengalami insomnia. Para untuk mengatasi insomnia di Panti Rehabilitasi Sosial Pucang tersebut belum diberikan intervensi yang tepat. BAB V HASIL PENELITIAN Tabel 5.1 Distribusi BAB IV Berdasarkan METODE PENELITIAN Desain penelitian sebelum yang Intervensi Unit Rehabilitasi Sosial terhadap randomisasi, pada saat yang Pucang ancaman- variabel-variabel yang Gading Semarang, 2014 ancaman validitas dan tidak memiliki karena dan Kelompok Kontrol di mempunyai pembatasan yang ketat ciri-ciri rancangan yang sebenarnya Diberikan Jawa pada Kelompok suatu desain penelitian yang tidak mengontrol Lansia Terapi Musik Langgam Quasy Eksperimental Design yaitu dapat Tingkat Insomnia digunakan dalam penelitian ini adalah sama Frekuensi Insomn ia Intervensi Fre Kontrol Persen Freku Persen seharusnya di kontrol (Notoatmodjo, kue tase 2010). nsi (%) ensi tase (%) Tujuan dari penelitian ini untuk Rendah 0 0,0 0 0,0 mengetahui apakah intervensi atau Sedang 9 52,9 9 52,9 perlakuan yang berupa pemberian Tinggi 8 47,1 8 47,1 Terapi Musik Langgam Jawa dapat Jumlah 17 100 17 100 berpengaruh terhadap tingkat insomnia pada lansia atau tidak dengan mengguanakan pendekatan rancangan penelitian Non Equivalent Control Group Pretest-Postest Design. Rancangan penelitian ini dibuat dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.\ Tabel 5.2 Distribusi Berdasarkan Insomnia Sesudah Frekuensi Tingkat Lansia Diberikan Terapi Musik Langgam Jawa pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, 2014 Insomnia Intervensi Kontrol Pucang Frek Persen Freku Persent uensi tase ensi ase (%) Gading Semarang, 2014 Tabel 5.5 Perbedaan (%) Insomnia Rendah 5 29,4 0 0,0 Lansia Sebelum Sedang 10 58,8 10 58,8 Sesudah Perlakuan Tinggi 2 11,8 7 41,2 pada Kelompok Jumlah 17 100 17 100 Kontrol di Rehabilitasi Tabel 5.3 Uji Kesetaraan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Perlakuan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, 2014 Tabel 5.4 Perbedaan Lansia Sosial Pucang Gading Semarang, 2014 Tabel 5.6 Pengaruh Pemberian Terapi Musik Langgam Jawa Pada Lansia antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di Rehabilitasi Sosial Diberikan Pucang Jawa pada Kelompok Semarang, 2014 Rehabilitasi Unit dan Terapi Musik Langgam Intervensi Unit Insomnia Sebelum Sesudah dan di Unit Sosial Gading sejumlah BAB VI 10 sebagian Tingkat Insomnia Pada Lansia Sebelum Dilakukan Terapi Musik Langgam Jawa di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yang berjumlah 34 orang, dimana 17 kelompok intervensi dan 17 kelompok kontrol, pada kelompok intervensi sebagian lansia mengalami insomnia sedang, yaitu sejumlah 9 lansia (52,9%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar lansia mengalami insomnia sedang, yaitu sejumlah 9 lansia (52,9%). lansia Pada Tingkat Lansia Insomnia Sesudah Di Lakukan Terapi Musik Langgam Jawa di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah dilakuakan terapi musik langgam jawa, sebagian lansia kelompok besar intervensi mengalami insomnia ringan, yaitu sejumlah 5 lansia (29,4%), sedang mengalami insomnia sedang, yaitu sejumlah 10 lansia (58,8%). 1. Perbedaan Pada Tingkat Lansia Insomnia sebelum dan sesudah diberikan terapi musik langgam jawa pada kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang Berdasarkan dapat diketahui tabel 5.4, bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata skor insomnia lansia sebelum diberikan terapi musik klasik sebesar 28,12, kemudian berkurang menjadi 22,71 setelah pemberian terapi musik langgam jawa. 2. Perbedaan 2. Gambaran (58,8%) sedangkan pada kelompok kontrol PEMBAHASAN 1. Gambaran lansia Pada Tingkat Lansia Insomnia sebelum dan sesudah diberikan terapi musik langgam jawa pada kelompok kontrol Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang Berdasarkan dapat diketahui tabel 5.5, bahwa pada kelompok kontrol, rata-rata skor insomnia lansia sebelum perlakuan sebesar 27,76, kemudian sedikit berkurang menjadi 27,24 sesudah lansia (29,4%), sedang 10 lansia perlakuan. (58,8%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar mengalami 3. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Langgam Jawa Terhadap Tingkat Insomnia Rehabilitasi di Sosial Unit Pucang insomnia sedang, yaitu sejumlah 10 lansia (58,8%). 3. Ada perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi musik langgam Gading Semarang. Berdasarkan tabel 5.6, rata- jawa pada kelompok intervensi rata skor insomnia lansia kelompok dengan nilai p-value 0,000 < intervensi sesudah diberikan terapi (0,05). musik langgam jawa sebesar 22,71 4. Tidak ada perbedaan yang sedangkan pada kelompok kontrol signifikan pada tingkat insomnia sebesar 27,24. lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok control dengan nilai p-value sebesar 0,475 > (0,05). BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 5. Ada pengaruh terapi musik langgam jawa terhadap tingkat insomnia Hasil penelitian tentang Pengaruh Terapi Musik Langgam Jawa Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang dapat lansia dengan nilai p-value 0,002 < (0,05). A. Saran 1. Bagi lansia Diharapkan agar menggunakan disimpulkan sebagai berikut: musik langgam jawa sebagai sarana 1. Sebagian besar tingkat insomnia untuk mengatasi insomnia. lansia pada kelompok intervensi maupun kelompok mengalami sebelum insomnia kontrol 2. Bagi Petugas di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang sedang Diharapkan dapat menerapkan diberikan terapi, yaitu terapi musik langgam jawa sebagai sejumlah 9 lansia (52,9%), 2. Sebagian besar tingkat insomnia lansia pada kelompok intervensi penurunan, yaitu ringan sejumlah 5 salah satu intervensi untuk mengatasi insomnia pada lansia. 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan 4. agar dapat untuk peneliti lain diharapkan dapat menggunakan pendekatan menambah literatur kepustakaan lain, misalnya dengan time series tentang pemberian terapi musik design agar lebih dapat mengetahui langgam jawa terhadap tingkat lamanya efek terapi musik terhadap insomnia pada lansia insomnia. Bagi peneliti lain Diharapkan Penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimen menggunakan Group Non dan Equivalent pretest-posttest design, juga dapat mengendalikan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi insomnia dikunjungi seperti oleh lansia tingkat yang keluarganya. DAFTAR PUSTAKA American Musik Therapy Association.2006. Music Therapy in The Treatment and Managemen to fpain .http://www.musictherapy.orgfactsheets.pain.pdf. Diakses 02 januari 2010 Amir, N. (2007). Gangguan Tidur pada Lanjut Usia.22 desember From:http//Gangguan Tidur Lanjut Usia.html.(diakses 10 April 2012) 2009, Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta BPS,2010. Jumlah lansia meningkat, 19 Maret 2008, From : http://www.bps.go.id.(diakses 23 April 2012) Campbell, Don. (2001) Efek Mozart: Memanfaatkan kekuatan Musik Untuk Tubuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Carpenito, Lynda Jual (2000). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktek klinis, Jakarta: EGC Dempsey, Patricia Ann & Arthur D. Dempsey. 2002. Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Edisi 4. Jakarata : EGC Dian Natalina. (2013) Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta. Mitra Wacana Media Djohan. 2006. Terapi Musik teori dan aplikasi. Yogyakarta. Galangpress. Djohan.2005.Psikologi musik. Yogyakarta. Buku Baik Dofi, Bellvia Ariestia. (2010). Psikologi Musik Terapi Kesehatan. Jakarta: Golden Terayon Press. Edisi ke 4 Jakarta: EGC. Eliopolus. (2005). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : EGC Fina Yuli W. (2012). Perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah pemberian terapi musik keroncong di pelayanan sosial lanjut usia Tulungagung. Jurnal Fakultas Kesehatan Universitas Brawijaya Malang. Retieved april, 2012, From: http://pustaka. Unbra.ac.id G, Widya.(2010). Mengatasi insomnia: cara mudah mendapatkan kembali tidur nyenyak anda. Yogyakarta: Kata Hati. Gunawan, L.(2003). Insomnia : gangguan sulit tidur. Jogjakarta : Kanisius. Guyton (2009). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi, Jakarta : EGC Halim, Samuel.,2007. Efek Mozart dan terapi musik dalam hhtp://www.tempo.co.id/medika. Diakses 03 maret 2010. dunia kesehatan. Hartono. (2002). Insomnia. Online (http:// tempo.co.id). Tgl 17 oktober jam 15.00 Kaplan & Sadock (2010).Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2, Jakarta : EGC Kozier, B.E.G & Synder, S. (2004). Fundamental of nursing: Concpt, process and practice.Canada: Upper Saddle River. Maryam, R. Siti, dkk. 2011. Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (2007). Pendiikan dan Prilaku Kesehatan. Jaskarta: Rineka Nugroho W. (2003). Keperawatan gerontik (Edisi 2). Jakarta : EGC Nursalam & Pariani. (2001). Statistika Induktif. Jakarta : Bumi Aksara Padilla (2013) Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika Pandoe, Wing. 2006. Musik terapi. http://www.my-opera.com/paw. Diakses 03 maret 2010 Potter. P. A. dan Perry, A.G. (2006). Fundamental of nursing: concept, process,and practice. 4/E (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta : EGC Rafknowledge. (2004). Insomnia dan gangguan tidur lainya. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Sugiyono. (2008). Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sukatmi S. (2010) Tembang Macapat. Yogyakarta : Panji Pustaka Untung, S. 2004. Seni dan hiburan http://www.wikipedia.org/wiki/langgam_jawa.html. musik langgam jawa. Wasis (2008) Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC Wicaksono, S. 2005. Simponi musik http://www.jawapalace.org jawa bercita rasa keselarasan hidup. Willy F. Maramis (2009) Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2, Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP).