penentuan harga pokok produksi berdasarkan sistem activity based

advertisement
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2016, 4 (2) : 313 - 326
ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2016
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
BERDASARKAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Sistem
Activity Based Costing Pada Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi
Samarinda Ilir
Desy Ratnasary Sitorus1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan
penentuan harga pokok produksi tahu goreng dan tahu putih berdasarkan system
activity based costing dan sistem konvensional.Hasil penelitian ini adalah harga
pokok produksi tahu goreng berdasarkan sistem activity based costing sebesar Rp
157,46 dan berdasarkan sistem konvensional sebesar Rp 132,90. Sedangkan
harga pokok produksi tahu putih berdasarkan sistem activity based costing
adalah Rp 465,86 dan berdasarkan sistem konvensional sebesar Rp 489,35.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan yang terjadi dalam penentuan
harga pokok produksi pada tahu goreng dan tahu putih berdasarkan kedua sistem
dikarenakan pembebanan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi oleh setiap
aktivitas dalam pembuatan tahu goreng dan tahu putih berbeda sehingga biaya
yang diperoleh juga berbeda.
Kata Kunci: Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead
Pabrik, Activity Based Costing,Sistem Konvensional
Pendahuluan
Di era global seperti saat ini perusahaan diharuskan untuk meningkatkan
efisiensi serta efektivitas proses produksinya agar dapat meningkatkan daya
saingnya. Persaingan di dunia global saat ini tidak hanya menuntut perusahaan
untuk memproduksi barang sebanyak-banyaknya, namun bagaimana produsen
barang tersebut tepat dalam metode perhitungan harga produksinya. Apabila
perhitungan harga pokok produksi kurang tepat dalam perhitungannya, maka
yang akan terjadi adalah harga barang produksi terlalu mahal sehingga produk
tidak diminati konsumen, sebaliknya apabila harga terlalu rendah memang akan
menarik minat konsumen untuk membeli produk hasil produksi perusahaan
namun hal ini menyebabkan hasil penjualan tidak dapat menutup biaya produksi
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016: 313 - 326
apabila keadaan ini terus berlanjut maka dapat menyebabkan kebangkrutan
perusahaan.
Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi adalah perusahaan yang memproduksi
output berupa tahu. Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi berdiri pada tahun 1990
berlokasi di Jl.Sultan Alimudin, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir,
Samarinda. Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi memproduksi 2 jenis output tahu yaitu
tahu putih dan tahu goreng. Menurut fakta yang terjadi di lapangan, Usaha Tahu
Sedap Bu Tarmi masih menggunakan sistem konvensional dalam perhitungan
harga pokok produksinya.
Oleh karena itu, timbul pertanyaan berapa besarnya harga pokok produksi
yang akurat dan efisien untuk produk tahu yang dihasilkan oleh Usaha Tahu
Sedap Bu Tarmi sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan.Hal inilah yang
membuat penulis tertarik mengadakan penelitian untuk menganalisis penentuan
harga pokok produksi berdasarkan sistem activity based costing pada Usaha Tahu
Sedap Bu Tarmi.
Kerangka Dasar Teori
Akuntansi Manajemen
Syamryn ( 2001: 1) mendefenisikan akuntansi manajemen sebagai suatu
proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi
ekonomi yang memungkinkan pembuatan kebijakan dan keputusan oleh
pemakainya.
Akuntasi Biaya
Supriyono (2011:12) mendefenisikan akuntansi biaya adalah salah satu
cabang akuntansi yang merupakan alat manajemendalam memonitor dan
merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya
dalam bentuk laporan biaya.
Harga Pokok Produksi
Samryn (2001:27) mengatakan bahwa harga pokok produksi merupakan
semua biaya yang terjadi dalam rangka pembelian atau pembuatan produk.
Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi ( 2005:65-67) informasi harga pokok produksi
bermanfaat bagi manajemen dalam:
a. Menentukan harga jual produk.
b. Dalam penetapan harga jual produk.
a. Memantau realisasi biaya produksi.
b. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu.
c. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca
Komponen Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi/biaya produksi terdiri dari tiga elemen biaya
produk yaitu biaya bahanbaku (BBB), biaya tenaga kerja langsung (BTK), dan
biaya overhead pabrik (BOP).
314
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdarkan Sistem ABC (Desy)
Sistem Activity Based Costing
Rudianto (2006:274) activity based costing adalah pendekatan penentuan
biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan
konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas.
Warindrani (2006:28) pengertian cost driver atau pemicu biaya adalah
dasar alokasi yang digunakan dalam activity based costing system yang
merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak
usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.
Manfaat dari sistem activity based costing menurut Simamora (2002:133)
adalah :
a. Sistem activity based costing ( ABC ) memberikan biaya produk yang lebih
akurat dan informatif, yang mengakibatkan pengukuran profitabilitas produk
yang lebih akurat dan keputusan strategik yang lebih baik menyangkut
penentuan harga , lini produk, pasar pelanggan dan pengeluaran modal.
b. Sistem Activity based costing ( ABC ) menyediakan pengukuran yang lebih
akurat terhadap biaya yang dipicu aktivitas, yang menolong manajer
meningkatkan nilai produk dan proses dengan pengambilan keputusan desain
produk yang lebih baik, pengendalian biaya yang lebih baik, dan membantu
perkembangan berbagai proyek peningkatan nilai.
c. Sistem activity based costing menyediakan akses yang lebih mudah bagi
manajer terhadap biaya relevan untuk pengambilan keputusan bisnis.
Hansen dan Mowen (2006:153-164) ada dua tahap yang harus dilakukan untuk
merancang sistem activity based costing, yaitu:
1. Prosedur Tahap 1
a. Identifikasi aktivitas dan atributnya
Identifikasi aktivitas biasanya dikerjakan dengan mewawancarai para
manajer atau para wakil dari area fungsi kerja (departemen). Suatu
rancangan pertanyaan-pertanyaan kunci diajukan, dan jawabannya akan
menyediakan banyak data yang diperlukan bagi sistem perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas.
b. Pembebanan biaya ke aktivitas
Pembebanan biaya ke aktivitas dilakukan melalui perhitungan konsumsi
sumber daya oleh aktivitas.
c. Pembebanan biaya aktivitas pada aktivitas lain
Pada tahap ini aktivitas serta biaya dikelompokkan atas dasar atribut
tingkat aktivitas dan atribut penggerak aktivitas. Pembebanan biaya pada
aktivitas lain (tahap lanjutan) atau pembebanan biaya pada produk dan
pelanggan (tahap akhir) membutuhkan penggunaan tarif aktivitas. Pada
prinsipnya, terdapat tarif aktivitas yang dihitung untuk tiap aktivitas.
d. Pembebanan biaya pada produk
Setelah biaya dari aktivitas ditentukan, maka biaya tersebut dapat
dibebankan pada produk dalam suatu proporsi sesuai dengan aktivitas
penggunaannya, seperti dengan yang diukur oleh penggerak aktivitas.
315
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016: 313 - 326
e. Pengelompokan biaya aktivitas yang homogen
Kelompok biaya overhead yang berkaitan dengan setiap kelompok
aktivitas kemudian dijumlah dan membentuk kelompok biaya sejenis.
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh tiap-tiap cost driver dijumlahkan
untuk mendapatkan biaya cost driver.
f. Menghitung tarif (overhead) kelompok
Setelah suatu kelompok biaya didefinisikan, biaya per unit dari penggerak
aktivitas dapat dihitung dengan membagi biaya kelompok dengan
kapasitas praktis penggerak aktivitas.
Total BOP kelompok aktivitas tertentu
Pool rate =
Cost driver
2. Prosedur Tahap 2
Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke
produksi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung
pada tahap pertama dan ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap
produksi. Jadi pembebanan biaya overhead dari setiap kelompok biaya ke
produksi dengan cara mengalikan tarif kelompok dengan unit penggerak yang
dikonsumsi oleh produksi.
BOP yang dibebankan = tarif pool x unit cost driver yang digunakan
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif pada pelaku Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi.
Jenis Data
Jenis data berdasarkan sumbernya ada 2 yakni data sekunder dan data
primer. Pada penelitian ini peneliti menggunakan data primer yaitu data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya,
dimana untuk mendapatkan datanya peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan ( field work research )
Penelitian yang dilakukan langsung ke obyek penelitian yang akan diteliti
guna memperoleh data yang diperlukan.Penulis melakukan penelitian pada
usaha Tahu Sedap Bu Tarmi Samarinda Ilir.
Data diperoleh dengan cara:
316
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdarkan Sistem ABC (Desy)
a. Observasi ( Observasion )
Cara ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada Usaha Tahu
Sedap Bu Tarmi Samarinda Ilir.
b. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah terstruktur
sebelum melakukan wawancara.
2. Penelitian kepustakaan ( library research )
Penelitian yang dilaksanakan dengan membaca dan mengutip literature
yang ada hubungannya dengan penelitian ini.Pengumpulan data ini dilakukan
untuk memperoleh data sekunder.
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif dengan menggunakan sistem activity based costing (ABC).
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Perusahaan
Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi merupakan UKM yang berdiri pada tahun
1990 berlokasi di Jl.Sultan Alimuddin, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda
Ilir Kota Samarinda. Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi ini milik Ibu Tarmi dimana
saat ini usia Bu Tarmi adalah 51 tahun. Ibu Tarmi memproduksi tahu dibantu oleh
suami, anak dan menantu serta 3 (tiga) orang pekerja.
Biaya-Biaya Yang Terkait Pada Proses Pembuatan Tahu
1. Bahan Baku
Dalam satu hari Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi menghabiskan 200 kg
kedelai. Sehingga pada bulan Maret, Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi menghabiskan
6.200 kg kedelai (200 kg x 31 hari). Dengan harga Rp7.000,00/kg, pada bulan
Maret Usaha Tahu Sedap menggunakan biaya bahan baku sebesar Rp
43.400.000,00 (6.200kg x Rp 7.000,00).
Dari 200 kg kedelai, 50 kg digunakan untuk pembuatan tahu goreng yang
nantinya akan menghasilkan 4.500 unit atau 45 tong tahu goreng (1 tong berisi
100 unit tahu) per hari sehingga kebutuhan bahan baku tahu goreng adalah 0,011
kg per unit (50 kg : 4.500 unit = 0,011 kg ) dan 1,1 kg per tong (50 kg:45 tong =
1,1 kg). Kemudian 150 kg untuk pembuatan tahu putih yang nantinya akan
menghasilkan 3.000 unit atau 30 tong tahu putih (1 tong berisi 100 unit tahu) per
hari sehingga bahan baku per unit tahu putih adalah 0,05 kg ( 150 kg : 3000 unit
= 0,05 kg) dan bahan baku per tong tahu putih adalah 5 kg per tong (150 kg : 30
tong= 5 kg). Jika disajikan dalam bentuk tabel akan seperti yang ditunjukkan pada
table berikut.
317
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016: 313 - 326
Tabel Jumlah Unit Produk
Tahu Goreng
Tahu Putih
Bulan
Hari
Bulan
Bulan
Hari
Bulan
Bulan
(unit)
(unit)
(tong)
(unit)
(unit)
(tong)
Maret
4.500
139.500
1.395
3.000
93.000
930
Sumber: Data primer diolah
Setiap hari Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi menghasilkan 4.500 unit tahu
goreng sehingga pada bulan Maret Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi menghasilkan
139.500 unit tahu goreng (31 hari x 4.500 unit) atau 1.395 tong tahu goreng.
Untuk tahu putih,setiap hari Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi menghasilkan 3.000
unit tahu putih. Sehingga pada bulan Maret Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi
menghasilkan 93.000 unit tahu putih (31 hari x 3.000 unit) atau 930 tong tahu
putih.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Berikut adalah table biaya tenaga kerja langsung pada Usaha Tahu Sedap
Bu Tarmi.
Tabel Biaya Tenaga Kerja Langsung Dari Bulan Maret 2016
Per minggu
Per Bulan
Jumlah biaya TKL
Bulan
(Rp)
(Rp)
( 3 orang)
Maret
750.000,00
3.000.000,00
9.000.000,00
Sumber : Usaha Tahu sedap Bu Tarmi
Dalam satu bulan, Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi akan mengeluarkan biaya
tetap untuk pembayaran upah pekerja (3 pekerja) sebesar Rp 9.000.000,00.
Terdapat 3 orang pekerja yang berhubungan langsung dalam proses produksi,
dimana masing-masing pekerja akan memperoleh upah sebesar Rp 3.000.000,00
setiap bulan yang mana pembayarannya dilakukan 1 kali dalam seminggu dengan
masing-masing pekerja akan menerima Rp 750.000,00 setiap minggunya. Maka
apabila diperhatikan lebih dekat, pekerja akan menerima upah setiap harinya
sebesar Rp 107.143,00 dan upah per jam kerja adalah Rp 13.393,00
3. Biaya Overhead Pabrik
Berikut adalah biaya overhead pabrik pada Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi
pada bulan Maret 2016. Peneliti hanya melampirkan BOP bulan Maret karena
peneliti akan menghitung harga pokok produksi pada bulan Maret.
Tabel BOP Bulan Maret 2016
No
1
2.
3.
4.
318
Jenis Biaya
Biaya bahan penolong:
Jumlah
a.Garam (93 bungkus x Rp 1.000,-)
Rp
93.000
b.Cuka ( 310 ember x Rp 3.700,-)
Rp 1.147.000
Total Biaya bahan penolong
Rp 1.240.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung (BTKL)
Biaya penyusutan
Biaya sewa tempat di Pasar Segiri
Rp 1.550.000
Rp
534.375
Rp
300.000
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdarkan Sistem ABC (Desy)
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
Biaya listrik
Biaya air
Biaya solar (164 liter )
Biaya BBM ( 85 liter )
Biaya Oli ( 1 botol )
Biaya Plastik ( 6 pack )
Biaya pemeliharaan peralatan dan mesin
Biaya kayu bakar ( 15 kapal x Rp 400.000 )
Biaya minyak goreng ( 320 liter x Rp 9.700 )
Total Biaya Overhead Pabrik
Rp
350.000
Rp
250.000
Rp
975.800
Rp
607.750
Rp
45.000
Rp 2.170.000
Rp
300.000
Rp 6.000.000
Rp 3.104.000
Rp 17.426.925
Sumber : Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi
Biaya overhead pabrik pada Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi adalah biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan, biaya sewa
tempat di Pasar Segiri, biaya listrik, biaya air, biaya solar, biaya BBM, biaya oli,
biaya plastik, biaya pemeliharaan peralatan dan mesin, biaya kayu bakar, dan
biaya minyak goreng, dimana total biaya overhead pabrik adalah sebesar Rp
17.426.925,00.
Dari data yang telah diperoleh maka biaya yang berkaitan dengan proses
produksi kedua produk ( tahu putih dan tahu goreng) adalah sebagai berikut:
Tabel Biaya Yang Berkaitan Dengan Proses Produksi Tahu
( Pada Bulan Maret 2016)
Keterangan
Tahu Goreng
Unit
Unit yang diproduksi
Jam tenaga kerja langsung
per unit
Jam kerja mesin per unit
Kebutuhan bahan per unit
Harga bahan baku per kg
Upah tenaga kerja langsung
per jam
Tong
Tahu putih
Unit
Tong
139.500
0,00067 jam
1.395
0,067 jam
93.000
0,00167 jam
930
0,167 jam
0,00067 jam
0,011 kg
Rp 7.000,00
Rp13.393,00
0,067 jam
1,1 kg
Rp7.000,00
Rp13.393,00
0,00167 jam
0,05 kg
Rp7.000,00
Rp13.393,00
0,167 jam
5 kg
Rp 7.000,00
Rp13.393,00
Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Sistem Konvensional
1. Menghitung Biaya Bahan Baku
Berikut merupakan table perhitungan biaya bahan baku pada Usaha Tahu
Sedap Bu Tarmi pada bulan Maret 2016. (Dalam 1 tong berisi 100 unit tahu).
Tabel Perhitungan Biaya Bahan Baku
Produk
Kebutuhan
Harga/kg
Biaya
Biaya
Per produk
(unit)
(tong)
Tahu goreng
0,011 kg
Rp 7.000,00
Rp 77,00
Rp 7.700,00
Tahu putih
0,05 kg
Rp 7.000,00 Rp 350,00
Rp 35.000,00
Sumber : Data primer di olah
319
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016: 313 - 326
2.
Menghitung BTKL
Berikut merupakan tabel perhitungan biaya tenaga kerja langsung pada Usaha
Tahu Sedap Bu Tarmi untuk bulan Maret 2016.
Tabel Perhitungan BTKL
JKL per tong
Biaya/ tong
Produk
Upah/JKL
produk
produk
Tahu goreng
0,067 jam
Rp 13.393
Rp 897,33
Tahu putih
0,167 jam
Rp 13.393
Rp 2.236,63
Sumber: Data primer diolah
3. Menghitung BOP
Biaya overhead yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh produk adalah
Rp 17.426.925. Tarip BOP dapat dihitung dari Jam Kerja Langsung (JKL) dan
Jam Kerja Mesin (JKM), namun peneliti menggunakan JKL dalam penelitian ini.
Maka jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk menghasilkan 93.000
unit atau 930 tong tahu goreng dan 139.500 unit atau 1.395 tong tahu putih
adalah :
JKL tahu goreng
= 1.395 tong x 0,067 jam
= 93,47 jam
JKL tahu putih
= 930 tong x 0,167 jam
= 155,31 jam
Jumlah JKL
= 248,78 jam
Rp 17.426.925
Tarip per JKL-BOP
=
248,78 jam
= Rp 70.049,54/ jam
Dengan tarif biaya overhead yang dibebankan kepada setiap unit produk
adalah sebagai berikut:
Tabel Tarif BOP Dibebankan
JKL per tong
Biaya/ tong
Produk
Tarif/JKL
produk
produk
Tahu goreng
0,067 jam
Rp 70.049,54/ jam
Rp 4.693,32
Tahu putih
0,167 jam
Rp 70.049,54/ jam
Rp 11.698,27
Sumber : Data primer diolah
Biaya overhead pabrik per tong tahu goreng dengan pemakaian 0,067 JKL
per tong dan tarif per JKL sebesar Rp 70.049,54 adalah sebesar Rp 4.693,32.
Sedangkan biaya overhead pabrik tahu putih per unit dengan pemakaian 0.167
JKL per tong dan tarif per JKL sebesar Rp 70.049,54 adalah sebesar Rp
11.698,27. Dengan perhitungan seperti diatas maka besarnya biaya produksi per
tong produk dengan metode biaya konvensional adalah sebagai berikut:
Tabel Perhitungan HPP Dengan Metode Konvensional
Jenis biaya
Tahu goreng
Tahu putih
Biaya bahan baku
Rp 7.700,00 Rp 35.000,00
Biaya tenaga kerja langsung
Rp 897,33 Rp 2.236,63
Biaya overhead pabrik
Rp 4.693,32 Rp 11.698,27
Biaya produksi per tong produk
Rp 13.290,65 Rp 48.934,90
320
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdarkan Sistem ABC (Desy)
Biaya produksi per unit produk
Rp 132,91 Rp
489,35
Sumber: Data primer di olah
Harga pokok produksi tahu goreng per tong dengan metode konvensional
adalah sebesar Rp 13.290,65 yaitu dengan pemakaian biaya bahan baku sebesar
Rp 7.700,00 biaya tenaga kerja langsung Rp 897,33 dan biaya overhead pabrik
sebesar Rp 4.693,32. Sedangkan harga pokok produksi tahu putih per tong adalah
sebesar Rp 48.934,90 yaitu dengan pemakaian biaya bahan baku per tong sebesar
Rp 35.000,00 biaya tenaga kerja langsung Rp 2.236,63 dan biaya overhead pabrik
sebesar Rp 11.698,27.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Sistem ABC
Biaya overhead pabrik dikelompokkan untuk mendefenisikan kelompok
biaya sejenis. Adapun pengelompokan tersebut disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel Biaya Kelompok Sejenis
N
o
Aktivitas atau
Kegiatan
1
Pemeliharaan
2
Penerangan
3
Persiapan dan
penanganan
bahan
4
5
6
Penggilingan
Pembuatan
dan
pemotongan
Penggorengan
7
Pengemasan
8
Pengiriman
Jenis biaya
Biaya pemeliharaan peralatan
dan mesin
Jumlah
(Rp)
Pemicu
biaya
aktivitas
300.000,00
Biaya penyusutan
Total
Biaya listrik
Total
Biaya kayu bakar
(80% x Rp 6.000.000)
Biaya air
(60%xRp 250.000)
534.375,00
834.375,00
350.000,00
350.000,00
4.800.000,00
Total
Biaya solar
Air (20%xRp 250.000
4.950.000,00
975.800,00
50.000,00
Biaya oli
Total
Bahan penolong
Air
(15%xRp 250.000)
Total
Minyak goreng
Kayu bakar
45.000,00
1.070.000,00
1.240.000,00
37.500,00
Total
Plastik
Air (5%xRp 250.000)
Total
BTKL
4.304.000,00
2.170.000,00
12.500,00
2.182.500,00
1.550.000,00
150.000,00
2.517.500,00
3.104.000,00
1.200.000,00
Jam kerja
mesin
Jam kerja
langsung
Pemakaian
bahan
Pemakaian
bahan
Jam kerja
langsung
Unit yang
diproduksi
Unit yang
diproduksi
Unit yang
321
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016: 313 - 326
dan pemasaran
Biaya sewa tempat
BBM
Total
Sumber : Data primer yang diolah
300.000,00
607.750,00
diproduksi
2.457.750,00
1. Pemeliharaan
Jumlah jam kerja mesin (JKM) yang diperlukan untuk setiap tong tahu
goreng adalah 0,067 jam dan 0,167 jam untuk setiap tong tahu putih. Maka total
JKM tahu goreng untuk menghasilkan 139.500 unit atau 1.395 tong tahu goreng
adalah 93,47 JKM dan untuk menghasilkan 93.000 unit atau 930 tong tahu putih
adalah 155,31 JKM.Total JKM adalah 248,78 JKM ( 93,47 JKM + 155,31 JKM ).
Rp 834.375,00
Jadi tarip JKM
=
248,78 jam
= Rp 3.353,87/jam
JKM tahu goreng per unit
= 0,067 jam x Rp 3.353,87= Rp 224,71/unit
JKM tahu putih per unit
= 0,167 jam x Rp 3.353,87= Rp 560,10/unit
2. Penerangan
Jumlah jam kerja langsung (JKL) yang diperlukan untuk memproduksi
93.000 unit atau 930 tong tahu goreng dan 139.500 unit atau 1.395 tong tahu
putih adalah sebagai berikut:
JKL tahu goreng
= 1.395 tong x 0,067 jam
= 93,47 jam
JKL tahu putih
= 930 tong x 0,167 jam
= 155,31 jam
Jumlah JKL
= 248,78 jam
Rp 350.000,00
Jadi tarip JKL
=
248,78 jam
= Rp1.406,87/jam
Biaya listrik per tong tahu goring = 0,067 jam x Rp1.406,87= Rp 94,26/tong
Biaya listrik per tong tahu putih = 0,167 jam x Rp1.406,87 = Rp234,95/tong
3. Persiapan dan penanganan bahan
Setiap tong tahu goreng membutuhkan 1,1 kg bahan baku sehingga untuk
menghasilkan 1.395 tong tahu diperlukan 1.534,5 kg bahan baku. Sedangkan
untuk setiap unit tahu putih diperlukan 5 kg bahan sehingga untuk menghasilkan
930 tong tahu putih diperlukan 4.650 kg bahan baku. Total pemakaian bahan baku
adalah 6.184,5 kg.
Rp 4.950.000,00
Sehingga tarip pemakaian bahan per tong
=
6.184,5 kg
= Rp 800,39/tong
Pemakaian bahan baku per tong tahu goreng= Rp800,39x1,1kg=Rp880,43/tong
Pemakaian bahan baku per tong tahu putih = Rp800,39x5kg=Rp4.001,95/tong
322
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdarkan Sistem ABC (Desy)
4. Penggilingan
Rp 1.070.000,00
Tarip pemakaian bahan
=
6.184,5 kg
= Rp 173,01/tong
Pemakaian bahan baku per tong tahu goring =Rp 173,01x1,1kg=Rp190,31/tong
Pemakaian bahan baku per tong tahu putih =Rp 173,01x5 kg =Rp865,05/tong
3. Pembuatan dan pemotongan
Rp 2.517.500,00
Tarip JKL
=
248,78 jam
= Rp10.119,38/tong
JKL per tong tahu goreng = Rp10.119,38x 0,067 jam =Rp677,99/tong
JKL per tong tahu putih = Rp10.119,38x 0,167jam =Rp1.689,94/tong
4. Penggorengan
Rp 4.304.000,00
Tarip per tong yang diproduksi
=
1.395 tong
= Rp 3.085,30/tong
5. Pengemasan
Rp 2.182.500,00
Tarip per tong diproduksi
=
930 tong+1.395 tong
= Rp 938,71/tong
6. Pengiriman dan pemasaran
Rp 2.457.750,00
Tarip per tong diproduksi
=
930 tong+1.395 tong
= Rp 1.057,10/tong
Jika disajikan dalam bentuk table akan menjadi seperti pada tabel berikut.
Tabel Pengelompokan Aktivitas Sejenis dan Pemicu Biaya
Kelompok
aktivitas
Pemelihara-an
Penerangan
Persiapan dan
penanganan
bahan
Rp 834.375
Rp 350.000
248,78 JKM
248,78 JKL
Rp3.353,87 /jam
Rp1.406,87/jam
Alokasi biaya per tong
produk
Tahu
Tahu putih
goreng
Rp 224,71
Rp 560,10
Rp 94,26
Rp 234,95
Rp 4.950.000
6184,5
banyak-nya
bahan
Rp 800,39/tong
Rp 880,43
Rp4.001,95
Rp 1.070.000
6184,5
banyak-nya
bahan
Rp 173,01/tong
Rp190,31
Rp865,05
Rp 2.517.500
248,78 JKL
Rp10.119,38/
tong
Rp677,99
Rp1.689,94
Biaya aktivitas
Penggiling-an
Pembuatan
dan
Pemicu
biaya
aktivitas
Tarip per satuan
tong
323
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016: 313 - 326
pemotong-an
Penggorengan
Pengemas-an
Rp4.304.000
Pengiriman
dan
pemasaran
Rp 2.457.750
1.395
tong
produksi
2.325
tong
produksi
Rp2.182.500
2.325
tong
produksi
Rp 3.085,30/tong
Rp 938,71/tong
Rp 1.057,10/tong
Total
Rp3.085,30
-
Rp 938,71
Rp 938,71
Rp1.057,10
Rp1.057,10
Rp7.148,81
Rp 9.347,80
Sumber: Data primer yang diolah
Dengan alokasi biaya overhead per tong produk seperti terlihat pada tabel
di atas maka biaya produksi untuk setiap tong produk dengan metode activity
based costing adalah sebagai berikut.
Tabel HPP Dengan Metode Activity Based Costing
Jenis biaya
Tahu goreng
Tahu putih
Biaya bahan baku
Rp 7.700,00
Rp 35.000,00
Biaya tenaga kerja langsung
Rp
897,33
Rp
2.236,63
Biaya overhead pabrik
Rp 7.148,81
Rp
9.347,80
Biaya produksi per tong
Rp 15.746,14
Rp 46.584,43
Biaya produksi per unit
Rp
157,46
Rp
465,84
Sumber : Data primer diolah
Harga pokok produksi tahu goreng per tong dengan metode ABC:
pemakaian biaya bahan baku Rp 7.700,00 biaya tenaga kerja langsung Rp 897,33
dan biaya overhead pabrik Rp 7.148,81 adalah sebesar Rp 15.746,14. Maka harga
tahu goreng per unit adalah Rp 157,46 (Rp 15.746,14 : 100 unit dalam 1 tong)
Sedangkan harga pokok produksi tahu putih per tong dengan metode ABC:
pemakaian biaya bahan baku Rp 35.000,00 biaya tenaga kerja langsung Rp
2.236,63 dan biaya overhead pabrik Rp 9.347,80 adalah sebesar Rp 46.584,43.
Maka harga pokok produksi tahu putih per unit adalah Rp 465,84 (Rp 46.584,43 :
100 unit dalam 1 tong). Jika dibuat tabel perbandingan, akan terlihat berikut:
Tabel Perbandingan HPP Dengan Sistem Konvensional
dan Activity Based Costing (ABC)
Konvensional
Tahu goreng
Tahu putih
Rp 7.700,00
Rp 35.000,00
Jenis biaya
Biaya bahan baku
Biaya
tenaga
kerja
langsung
Biaya overhead pabrik
Rp
Tahu goreng
Rp 7.700,00
Rp 2.236,63
Rp
Rp 11.698,27
Rp 48.934,90
Rp 7.148,81
Rp15.746,14
Rp 9.347,80
Rp 46.584,43
Rp
Rp
Rp
Biaya produksi
tong produk
per
Biaya produksi
unit produk
per
Rp
132,91
Sumber: Data primer yang diolah
489,35
897,33
Tahu putih
Rp 35.000,00
897,33
Rp 4.693,32
Rp 13.290,65
324
ABC
157,46
Rp
2.236,63
465,84
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdarkan Sistem ABC (Desy)
Perhitungan harga pokok produksi tahu goreng
dengan sistem
konvensional lebih kecil (<) daripada system activity based costing yaitu
Rp132,91 < Rp157,46, sedangkan untuk harga pokok tahu putih dengan
menggunakan system konvensional lebih besar ( >) dibandingkan dengan system
activity based costing yaitu Rp489,35 > Rp465,84.
Penutup
Harga pokok produksi tahu goreng dengan sistem konvensional lebih
kecil dibandingkan dengan sistem activity based costing mengalami undercosting.
Harga pokok tahu goreng dengan sistem konvensional adalah sebesar Rp 132,90
dan dengan system ABC adalah sebesar Rp 157,46 mengalami kekurangan
sebesar Rp 24,56 dari yang seharusnya.
Harga pokok produksi tahu putih dengan sistem konvensional lebih besar
dibandingkan dengan sistem activity based costing mengalami overcosting. Harga
pokok tahu putih dengan sistem konvensional adalah sebesar Rp 489,35 dan
dengan sistem ABC adalah sebesar Rp 465,86 mengalami kelebihan sebesar Rp
23,49 dari yang seharusnya.
Perbedaan yang terjadi dalam penentuan harga pokok produksi yang
digunakan oleh Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi dengan metode activity based
costing dikarenakan pembebanan biaya overhead yang dikonsumsi pembuatan
tahu goreng dan tahu putih dengan metode konvensional dan metode ABC
berbeda, sehingga biaya yang diperoleh dapat lebih besar atau lebih kecil.
Metode activity based costing tidak dapat diterapkan pada Usaha Tahu
Sedap Bu Tarmi karena metode ABC memerlukan banyak biaya dan waktu dalam
penerapannya.
Pihak Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi diharapkan meninjau kembali harga
pokok produksi yang digunakan selama ini dengan hasil penelitian penentuan
harga pokok produksi dengan metode activity based costing ( ABC ), karena
metode ABC memiliki keakuratan yang lebih baik dimana biaya yang ada pada
masing-masing tahu dibebankan pada banyak pemicu biaya (cost driver).
Pihak Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi diharapkan memperhatikan faktor
eksternal dalam penentuan harga pokok produksi, seperti harga tahu dipasaran
dan harga pesaing.
Diharapkan Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi membuat tertib administrasi
untuk mempermudah perhitungan harga pokok produksi pada bulan-bulan
berikutnya.
Harapannya, Usaha Tahu Sedap Bu Tarmi tetap pada metode
konvensional pada penentuan harga pokok produksi
Daftar Pustaka
Ahmad I.A dan Walid Z.A.2005. The Ability of Application Activity-Based
Costing System on the Air Line Companies : The case of the Jordan
Aviation Company. European Journal of Economics, Finance and
325
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 2, 2016: 313 - 326
Administrative Sciences, ISSN 1450-2275 Issue 38 (2011) diunduh pada
tanggal 9 Januari 2013.
Bambang,Haryadi. 2002. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPEE
Blocher, Edward J.Chen Kung H. Lin, Thomas W. 2000. Manajemen Biaya:
Dengan Tekanan strategik. Jakarta: Salemba Empat
Blocher, Edward J.Chen Kung H. Lin, Thomas W..2007. Cost Management:
Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Jakarta: Salemba Empat
Garrison,Ray H,2000. Akuntansi Manajemen: Konsep Untuk Perencanaan
Pengendalian dan Pengambilan Keputusan, edisi Revisi, alih bahasa:
Kusnedi, Penerbit ITB, Bandung
Garrison,Ray.H dan Eric W.Noreen.2003.Akuntansi Manajemen. Concept for
planning, controlling, decision making. Edisi ke sepuluh Richar.D.Irwin
Inc
Halim
Abdul
dkk.
2013.
Akuntansi
Manajemen
(
Akuntansi
Manajerial).Yogyakarta: BPFE
Halim, Abdul dan Bambang Supomo, 2001, Akuntansi Manajemen, edisi Revisi
pertama, cetakan kesepuluh, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hansen, Don R and Maryane M Mowen. 2006. Managerial Accounting.
Akuntansi Managerial. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen, Don R and Maryane M Mowen 2009.Managerial Accounting.Akuntansi
Managerial.Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2006. Activity Based Cost System. Jakarta: Salemba Empat
Mulyadi. 2007. Activity Based Cost System. Jakarta: Salemba Empat
Rudianto. 2006.Akuntansi Manajemen. Jakarta: PT.Grasindo
Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat
Slamet, Achmad. 2007. Penganggaran, Perencanaan dan Pengendalian
Usaha.Semarang: UNNES PRESS
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Supriyono, R.A. 2007. Akuntansi Biaya. Pengumpulan Biaya Dan Penentuan
Harga Pokok. Yogyakarta: BPFE
Syamryn,L.M.2001.Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar.Jakarta:PT.Raja
Grafindo Indonesia
Skripsi:
Aliyah, Siti. 2010. Analisis penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Metode
Full Costing Pada PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk Di Bontang.
Universitas Mulawarman. Samarinda
Folandiana, Mega. 2011. Analisis Penerapan Activity Costing Sistem Dalam
Penentuan Biaya Pendidikan ( Studi Kasus Pada SMP Muhammadiyah 1
Samarinda ). Universitas Mulawarman. Samarinda
Kharizma, Donny.2011. Analisis penerapan Metode Activity Based Costing
dalam Menentukan Tarif Jasa Kamar Pada Hotel MJ Di Samarinda .
Universitas Mulawarman. Samarinda
326
Download